analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro dan kecil indonesia...

Download Analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro dan kecil indonesia (ramadhani pratama guna   ti itb)

If you can't read please download the document

Upload: ramadhani-pratama

Post on 25-Jun-2015

9.052 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 1. 1PRESENTASI TUGASAKHIRRamadhani Pratama Guna (13407126)Jumat, 9 Maret 2012

2. Presentasi Tugas Akhir2Sidang Sarjana Program Studi Teknik IndustriANALISIS PENGARUHKEBIJAKAN FISKALPEMERINTAH TERHADAPKINERJA INDUSTRIMIKRO DAN KECILINDONESIA 3. LATAR BELAKANG3Tantangan Globalisasi Competitive Advantage Based Economy Liberalisasi PerdaganganStruktur Perekonomian Indonesia Manufaktur Sebagai Leading Sector Defisit Ekspor Dengan China Sejak2010 4. MENGAPA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL?4Mikro dan Kecil Sedang dan Besar Tenaga Kerja > 6 Tenaga Kerja < 5Juta Juta Unit Usaha > 2,5 Unit Usaha < 25Juta Ribu Kontribusi KontribusiTerhadap PDB Terhadap PDBIndustri Sekitar Industri Sekitar15%85% 5. PERUMUSAN MASALAH5 Skenario kebijakan apa yang paling optimal dalam meningkatkan kondisiindustri mikro dan kecilIndonesia menjadi lebih baik? 6. TUJUAN PENELITIAN6 Melakukan kajian sistem agar diperoleh pemahaman perilaku sistem Mengembangkan model yang menggambarkan proses pembentukan keluaran dan pengaruh kebijakan-kebijakan terhadap keluaran sistem Menentukan variabel kebijakan yang berpengaruh terhadap keluaran Mempelajari performansi sistem dengan melakukan simulasi Menganalisis dan menyimpulkan set kebijakan pemerintah yang dapat mengoptimalkan keluaran sistem 7. BATASAN MASALAH7 Penelitian ini hanya membahas dan menganalisis kebijakanfiskal pemerintah saja, tanpa membahas kebijakan moneterdan internasional Industri mikro dan kecil yang dimaksud dalam penelitian inisesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh BPS tahun2008. Industri mikro dan kecil adalah industri yangmempunyai tenaga kerja 1 19 orang Model simulasi dinamis pertumbuhan industri mikro dan kecilini hanya berdasarkan pada faktor-faktor ekonomi saja, tanpamempertimbangkan faktor sosiologis masyarakat Variabel-variabel yang terlibat di dalam model adalahvariabel-variabel makro yang bersifat agregat Jangka waktu dalam kebijakan ini adalah kebijakan untukditerapkan mulai tahun 2012 dan dapat dievaluasi hinggatahun 2020 8. ASUMSI8 Tidak ada eksternalitas yang terjadi selamajangka waktu simulasi Skenario kebijakan dapat diterapkan dalambentuk kebijakan dan program nyata olehpemerintah Data yang digunakan dalam kajian sistemperindustrian mewakili kondisi nyata pada kondisiriil Selama periode dimana simulasi dilakukan tidakakan ada perubahan signifikan pada sistem nyata,sehingga model yang dibuat bisa tetap relevan 9. Presentasi Tugas Akhir9Sidang Sarjana Program Studi Teknik IndustriTINJAUAN PUSTAKA 10. EKONOMI MAKRO10 Sedangkan ekonomi makro meneliti perekonomian secara keseluruhan. Pandangan yang digunakan adalah pandangan dalam cakupan yang lebih luas. Hal yang diteliti adalah bagaimana tingkat dan pertumbuhan output ditetapkan,analisis inflasi dan pengangguran, jumlahuang yang beredar, dan menganalisis mengapa beberapa negara mengalamipertumbuhan pesat sementara yang lainnya tidak(Samuelson & Nordbaus, 1992) 11. KEBIJAKAN FISKAL11 Suatu anggaran menunjukkan rencanapengeluaran program-program pemerintah dan penerimaan yang diperkirakan akan diterima dari sisi perpajakan, untuk suatutahun tertentu. Anggaran biasanya berisi suatu daftar yang terdiri dari program-program pengeluaran khusus (pendidikan, kesejahteraan, pertahanan, dan sebagainya),serta sumber pajak: pajak penghasilan perorangan, pajak penjualan, dan sebagainya (Samuelson & Nordbaus, 1992) 12. KEBIJAKAN FISKAL BEBERAPA NEGARA12Stimulus Fiskal BentukNegara Insentif 1. Penurunan tarif PPh Badan Brazil, Australia, China, Jepang, Kanada, Prancis, Indonesia, Jerman, PerpajakanItalia, Inggris, Rusia, Argentina, Belanda, Amerika Serikat2. Penurunan tarif PPh Orang Pribadi Brazil, Australia, China, Jepang, Kanada, Prancis, Indonesia, Jerman, Italia, Inggris, Rusia, Argentina, Amerika Serikat3. Penghapusan Pajak EksporIndonesia, Argentina, China, Jerman4. Penurunan tarif Pajak Kendaraan Argentina, China, Jerman5. Fasilitas PPh UKM Indonesia, Inggris6. Penurunan tarif PPN Inggris, China, Italia Belanja1. Belanja Infrastruktur Indonesia, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Argentina, China, Jepang, Prancis, Inggris, Italia, Mexico, Taiwan, Swiss, Thailand, Singapura2. Subsidi IndustriRusia, Brazil3. Subsidi BBM dan EnergiIndonesia, Malaysia, Mexico, Swiss, China4. Subsidi PropertiChina, India, Australia, Inggris5. Tunjangan Rumah Tangga/cash Australia, Jepang, Italia, China, Indonesia ,6. Tunjangan PHK, BLKJepang, Indonesia7. Subsidi Listrik, Air, PariwisataThailand Subsidi Transportasi8. Konservasi Energi China,9. Subsidi Kredit UKMKorea Selatan, Jerman, Hungaria, Inggris10. Subsidi pendidikan dan kesehatan Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Indonesia Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran Departemen Keuangan RI 13. KONSEP SISTEM13 Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Manetsch dan Park, 1977) Sistem adalah kesatuan dari komponen- komponen penyusunnya, dimana kesatuan itu tersusun secara terorganisasi (Daellenbach, 1995) Sistem dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Berdasarkan pengaruh keluaran terhadap kondisi sistem, sistem dapat diklasifikasikan menjadi sistem terbuka (open loop system) dan sistem tertutup (feedback loop system) (Sushil, 1993) 14. PEMODELAN DAN SIMULASI14 Law & Kelton (2000) menyatakan bahwa untuk mempelajari suatu sistem, dapat dilakukan dengan dua cara, pertama adalah eksperimen dengan menggunakan sistem aktual. Kedua, eksperimen dengan menggunakan suatu model dari sistem Model dapat menjadi basis untuk investigasi eksperimental yang murah dan singkat dibanding mencoba bereksperimen pada sistem yang aktual. Model ilmu sosial butuh dimodelkan dalam sebuah sistem, tidak hanya komponen yang terisolasi dari sistem informasi umpan balik. Pengetahuan yang ada dapat menjadi bahan untuk memformulasikan model dinamis (Forrester, 1961) 15. KLASIFIKASI MODEL15 Klasifikasi Model (Forrester, 1961) 16. MASALAH YANG DAPAT DIDEKATKAN DENGAN SISTEM DINAMIS16 JENIS MASALAHJENIS MASALAH Masalah yang mempunyai implikasi kebijakan; Masalah dimana pengetahuan mengenai sistem adalah hal yang Masalah yang ambigu dan buruk penting; strukturisasinya; Masalah dimana beberapa orang Masalah yang dapat mempunyaidilibatkan; dampak jangka panjang; Masalah yang sifatnya selalu Masalah yang mungkinberubah terhadap waktu; mempunyai umpan balik tinggi; Masalah yang memerlukan Masalah yang tidak linear dalam analisis baik kualitatif ataupun tingkat yang tinggi;kualitatif dan kuantitatif; Masalah yang melibatkan Masalah yang mungkin penundaan dan amplifikasi dimelibatkan beberapa perspektif berbagai tingkatan; namun tidak berkonflik; Masalah dimana dinamika sistem Masalah yang membutuhkan adalah hal yang sangat penting; penjelasan sifat sistem dan bukan Masalah dimana data tidak solusi normatif langsung. mudah didapat; 17. Presentasi Tugas Akhir17 Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri GAMBARAN UMUM INDUSTRI MIKRO DAN KECIL INDONESIA 18. STRUKTUR EKONOMI18 INDONESIASumber: Departemen Perindustrian RI (2009) 19. STRUKTUR SEKTOR19 INDUSTRI Sumber: Departemen Perindustrian RI (2009) 20. KLASIFIKASI, JUMLAH USAHA, DAN JUMLAH TENAGA KERJA20Kode Jumlah UsahaJumlah TenagaJenis UsahaKBLI(unit)Kerja (orang) 10Industri Makanan929.910 2.152.981 11Industri Minuman 30.39555.071 12Industri Pengolahan Tembakau 53.169 361.748 13Industri Tekstil234.657 428.882 14Industri Pakaian Jadi 276.548 657.960 15Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki32.910 114.495 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak 16Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, 639.106 1.185.270 Rotan dan Sejenisnya 17Industri Kertas dan Barang dari Kertas7.26816.927 18Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 24.30587.313 20Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 19.16843.598 21Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu5.043 9.465 22Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik13.78634.579 23Industri Barang Galian Bukan Logam215.558 631.028 24Industri Logam Dasar1.553 4.120 25Industri Barang Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya61.731 181.186 26Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik434 1.481 27Industri Peralatan Listrik199 1.121 28Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl1.540 5.325 29Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 3.488 8.716 30Industri Alat Angkutan Lainnya4.70810.377 31Industri Furnitur 107.166 279.320 32Industri Pengolahan Lainnya62.898 159.329 Sumber: Badan Pusat Statistik 33Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan7.18416.968 (2011) TOTAL 2.732.724 6.447.260 21. KEBIJAKAN BERKAITAN IMK21KebijakanPajak KebijakanKebijakanAlokasi Subsidi Anggaran EnergiKemenperinKONDISIIMK 22. Presentasi Tugas Akhir22 Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri PENGEMBANGAN MODEL 23. KRITERIA PERFORMANSI23 Jumlah IMKKriteriaTenagaProduktivita Kerja Performan s IMK si Aliran Modal 24. SUBSISTEM24Subsistem Produksi Bahan Baku dan BarangModalSubsistem Produksi Barang IndustriSubsistem Distribusi Barang IndustriSubsistem Konsumsi Barang IndustriSubsistem Tenaga KerjaSubsistem Lembaga KeuanganSubsistem Kementerian Keuangan(Kemenkeu)Subsistem Kementerian Perindustrian(Kemenperin) 25. INTERAKSI SUBSISTEM25Prod. Bahan ProduksiDistribusi Konsumsi Tenaga LembagaKementerian Kementerian DariKe Baku danBarang Barang BarangKerja KeuanganKeuangan Perindustrian Barang Modal Industri Industri IndustriMaterialProd. Bahan Baku danPerintah Kapital Barang ModalProduksi Uang PerintahBarang MaterialPerintah Uang Perintah Perintah Uang IndustriDistribusiPerintahPerintahBarang Material UangUangUang IndustriKonsumsiPerintahPerintahBarang Tenaga Kerja UangUangUang Industri Tenaga Kerja Produksi PerintahLembagaUangUang Uang UangKeuangan KementerianInformasiUangKeuanganPerintah Perintah Kementerian InformasiInformasiPerintahPerintah Perintah Perindustrian Uang Uang 26. DIAGRAM SUBSISTEM26 27. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL BAHAN BAKU DAN BARANG MODAL27 28. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL PRODUKSI BARANG INDUSTRI28 29. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL29 SUBSISTEM DISTRIBUSI 30. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL30 SUBSISTEM KONSUMSI 31. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL SUBSISTEM TENAGA KERJA31 32. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL SUBSISTEM LEMBAGA KEUANGAN32 33. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL SUBSISTEM KEMENTERIAN KEUANGAN33 34. DIAGRAM HUBUNGAN KAUSAL SUBSISTEM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN34 35. KEBUTUHAN SUBMODEL35NO. KRITERIA PERFORMANSI SUBMODEL TERKAIT HUBUNGAN SUBSISTEMPembentukan Permintaan KonsumenDistribusi, Konsumsi Produksi, Distribusi, LK, Bahan BakuPembentukan Jumlah IMK Barang Modal1 Pertambahan Jumlah IMK Produksi, Distribusi, Konsumsi, BahanPerhitungan Besaran Pajak dan Insentif Baku Barang Modal, LK, Kemenkeu Produksi, Distribusi, Konsumsi,Perhitungan Subsidi BBM KemenkeuPembentukan Jumlah Tenaga Kerja IMK Produksi, Konsumsi, Tenaga KerjaPenyerapan Tenaga Kerja Pembentukan Upah Tenaga Kerja IMK Tenaga Kerja, Produksi, Konsumsi2IMKTenaga Kerja, Produksi, Konsumsi,Perhitungan Kebijakan Program KemenperinPembentukan Modal ke IMK LK, Produksi, Bahan Baku Barang Modal3 Aliran Investasi ke IMK Produksi, Distribusi, Konsumsi, BahanPerhitungan Besaran Pajak dan InsentifBaku Barang Modal, LK, KemenkeuProduksi, Distribusi, Bahan BakuPembentukan Barang ModalBarang Modal, LKProduksi, Distribusi, Bahan BakuPembentukan Ketersediaan Bahan BakuBarang Modal, LKProduksi, Distribusi, Konsumsi, Bahan4 Produktivitas IMK Pembentukan Harga AgregatBaku Barang Modal, Tenaga Kerja, LK Produksi, Distribusi, Konsumsi, BahanPerhitungan Besaran Pajak dan Insentif Baku Barang Modal, LK, Kemenkeu Tenaga Kerja, Produksi, Konsumsi,Perhitungan Kebijakan Program Kemenperin 36. MODEL PEMBENTUKAN BARANG MODAL (KAPITAL)36 37. MODEL PEMBENTUKAN37 KETERSEDIAAN BAHAN BAKU 38. MODEL PEMBENTUKAN HARGA38 AGREGAT 39. MODEL PEMBENTUKAN JUMLAH DAN PRODUKTIVITAS IMK39 40. MODEL PEMBENTUKAN PERMINTAAN KONSUMEN40 41. MODEL UPAH AGREGAT41 TENAGA KERJA IMK 42. MODEL PEMBENTUKAN JUMLAH42 TENAGA KERJA IMK 43. MODEL PEMBENTUKAN MODAL KE IMK43 44. MODEL BESARAN PAJAK DAN44 INSENTIF 45. MODEL PERHITUNGAN SUBSIDI BBM45 46. MODEL PERHITUNGAN KEBIJAKAN PROGRAM46 47. Presentasi Tugas Akhir47 Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri PERILAKU DASAR MODEL 48. KRITERIA PERFORMANSI IMK48 Produktivitas Aliran ModalJumlah UnitJumlahUsahaTenaga KerjaKriteriaPerformansi 49. JUMLAH IMK49Satuan dalam unit 50. JUMLAH TENAGA KERJA50 Satuan dalam orang 51. TINGKAT PRODUKTIVITAS51 Satuan dalam juta rupiah 52. ALIRAN MODAL52Satuan dalamjuta rupiah 53. Presentasi Tugas Akhir53 Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN HASIL 54. SKENARIO KEBIJAKAN54 Alokasi Untuk Instrumen Subsidi Energi Tarif PPhTarif PPN Kemenperin KebijakanTerhadap APBNBadanTerhadap APBN Eksisting 18%28% 10% 0.15% Skenario 110%28% 5%0.15% Skenario 210%10% 10% 0.15% Skenario 320%28% 15% 0.10% Skenario 418%28% 12% 0.35% 55. JUMLAH IMK (UNIT)55 56. TABEL JUMLAH IMK (UNIT)56SKENARIO AWAL SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4 57. TINGKAT PRODUKTIVITAS (JUTA RUPIAH)57 58. TABEL TINGKAT PRODUKTIVITAS (JUTA RUPIAH)58SKENARIO AWAL SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4 59. ALIRAN MODAL IMK (JUTA RUPIAH)59 60. TABEL ALIRAN MODAL IMK (JUTA RUPIAH)60SKENARIO AWAL SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4 61. JUMLAH TENAGA KERJA IMK (ORANG)61 62. TABEL JUMLAH TENAGA KERJA IMK (ORANG)62SKENARIO AWAL SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4 63. TOTAL HASIL63 AlokasiSubsidi Rata-rata Rata-rata Tarif UntukRata-rata Rata-rata InstrumenEnergi Tarif JumlahTingkat PPh Kemenperin Aliran ModalTenaga Kerja Kebijakan TerhadapPPN IMKProduktivitasBadan Terhadap(Juta Rupiah)(Orang) APBN (Unit)(Juta Rupiah)APBN Eksisting 18% 28% 10% 0.15%2.880.770 193.845.622,38 68.385.613,546.806.165,38 Skenario 110% 28% 5%0.15%2.880.372 193.680.483,94 68.734.715,436.948.242,81 Skenario 210% 10% 10% 0.15%2.884.659 191.438.078,38 68.098.096,462.879.945,31 Skenario 320% 28% 15% 0.10%2.881.397 194.302.496,69 68.269.366,106.623.393,63 Skenario 418% 28% 12% 0.35%2.871.897 191.240.496,06 68.681.665,065.063.482,75 64. TOTAL HASIL (DALAM64 PERSEN) AlokasiSubsidi Tarif UntukRata-rata Rata-rata InstrumenEnergi TarifRata-rataRata-rata PPh Kemenperin Jumlah Tingkat Kebijakan TerhadapPPNAliran Modal Tenaga KerjaBadan TerhadapIMK Produktivitas APBNAPBN Eksisting 18% 28% 10% 0.15%AcuanAcuan AcuanAcuan Skenario 110% 28% 5%0.15%-0.01% -0.09%0.51% 2% Skenario 210% 10% 10% 0.15%0.13%-1.24% -0.42%-58% Skenario 320% 28% 15% 0.10%0.02%0.24%-0.17% -3% Skenario 418% 28% 12% 0.35%-0.31% -1.34%0.43%-26% 65. Presentasi Tugas Akhir65 Sidang Sarjana Program Studi Teknik Industri KESIMPULAN DAN SARAN 66. KESIMPULAN66 Performansi sistem pengelolaan industri mikro dan kecil sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dalam negeri. Adapun kondisi global tidak berpengaruh kepada industri mikro dan kecil, kecuali kondisi global tersebut memberikan pengaruh pada kebijakan pemerintah. Sehingga kebijakan pemerintahlah yang mempengaruhi performansi industri mikro dan kecil ini. Seperti yang terjadi pada 2008 dan 2009 mengenai pengaturan subsidi BBM Kebijakan pemerintah yang cukup berpengaruh pada model yang dibahas dalam penelitian ini adalah besar subsidi energi (listrik dan BBM), besar Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan besar alokasi APBN untuk Kementerian Perindustrian 67. KESIMPULAN67 Berdasarkan hasil 4 (empat) skenario kebijakan, pengurangan subsidi BBM sebesar 8% menurunkan jumlah industri mikro dan kecil sebesar 0.01%, juga menurunkan tingkat produktivitas sebesar 0.09% 1.24%. Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyebabkan penurunan pada aliran modal kepada IMK sebesar 0.17% dan juga penurunan jumlah tenaga kerja IMK sebesar 3% 26%. Adapun kenaikan alokasi APBN untuk Kementerian Perindustrian menyebabkan penurunan jumlah IMK sebesar 0.31%, penurunan tingkat produktivitas 1.34%, dan penurunan jumlah tenaga kerja 26%. 68. SARAN68 Penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan industri mikro dan kecil nasional difokuskan pada penemuan skenario kebijakan yang selain menghasilkan kondisi IMK yang paling optimal, namun juga sehat untuk APBN Penelitian lebih lanjut juga difokuskan pada dampak-dampak lebih rinci yang disebabkan oleh program kerja Kementerian Perindustrian dan kementerian yang terkait seperti Program Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja, Program Pengembangan Iklim Usaha, Program Perlindungan Tenaga Kerja, dan lain sebagainya. 69. SARAN69 Pemerintah agar menghindari pengurangan subsidi energi (listrik dan BBM). Lebih baik agar dipertahankan atau semakin ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kebutuhan kepada energi meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Adapun untuk menyiasati beban APBN, pemerintah dapat menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ataupun mengurangi alokasi atas pengeluaran-pengeluaran yang menurut UUD 1945 tidak lebih diprioritaskan dibandingkan pemenuhan energi bagi masyarakat. 70. 70 TERIMA KASIH 71. DAFTAR PUSTAKA71 Daellenbach, H.G., 1995. Systems and Decision Making: a Management Science Approach. New Jersey: John Wiley&Sons, Inc. Departemen Perindustrian, 2009. Laporan Pengembangan Sektor Industri Departemen Perindustrian Tahun 2004 2009 [online]. Jakarta: Departemen Perindustrian. Didapat dari: http://www.kemenperin.go.id/ind/publikasi/laporan_sektor_ind ustri/2004-2009.pdf [Akses 4 Juli 2011]. Eriyatno, 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen (Jilid 1). Bogor: IPB Press. Forrester, J.W., 1961. Industrial Dynamics. Massachusetts: The MIT Press. Forrester, J.W., 1968. Principles of Systems. Cambridge: Wright Allen Press, Inc. Forrester, J.W., 1969. Urban Dynamics. Massachusetts: The MIT Press. 72. DAFTAR PUSTAKA72 Giyanti, I., 2004. Kajian Kebijakan Makroekonomi Untuk Mendukung Pertumbuhan Industri Dengan Pendekatan Model Sistem Dinamis (Studi Kasus Industri Pada KBLI 251). Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Haryani, E., 2000. Evaluasi Produktivitas Tenaga Kerja dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus di PT. Multy Garmenjaya). Tesis. Institut Teknologi Bandung. Law, A.M., and Kelton, W.D., 2000. Simulation Modeling and Analysis. New York: McGraw-Hill, Inc. Manetsch, T.J., and Park, G.L., 1977. Systems Analysis and Simulations with Application to Economic and Social Systems (Part I and II). Michigan: Michigan State University. Masri, M., 2010. Analisis Pengaruh Kebijakan Fiskal Regional Terhadap Inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Periode 2001 2008). Tesis. Universitas Diponegoro. Mursiti, 2008. Pengembangan Model Kebijakan Industri Komponen Otomotif. Tesis. Institut Teknologi Bandung. 73. DAFTAR PUSTAKA73 Partowidagdo, W., 2010. Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan. Bandung: Program Pascasarjana Studi Pembangunan ITB. Parinussa, J. R., 1999. Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Asing (FDI), dan Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Produktivitas Industri Pengolahan di Indonesia. Tesis. Institut Teknologi Bandung. Rahmaputro, S., 2008. Kebijakan Sistem Logistik Beras Nasional. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Richardson, G.P., and Pugh, A.L., 1981. Introduction to System Dynamics Modeling with DYNAMO. Massachusetts: The MIT Press. Rumekso, S., 2010. SBY: Target Pertumbuhan Ekonomi 7-7,7% di 2014 [online]. Surabaya. Didapat dari: http://www.surya.co.id/2010/08/16/sby-target-pertumbuhan- ekonomi-7-77-di-2014.html [Akses 4 Oktober 2010]. Samuelson, P.A., and Nordbaus, W. D., 1992. Macroeconomics. 14th ed. New York: McGraw-Hill, Inc. 74. DAFTAR PUSTAKA74 Sekaran, U., and Bougie, R., 2010. Research Methods for Business: a Skill-Building Aprroach. 5th ed. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Suha, F.R., 2001. Analisis Pengaruh Kebijakan Ekonomi Makro Terhadap Pertumbuhan Sektor Manufaktur di Indonesia. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Sumantri, J., 2011. Ekspor Naik, Defisit dengan China Tetap Tinggi [online]. Jakarta. Didapat dari: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/01/05/193241/4/2/ Ekspor-Naik-Defisit-dengan-China-Tetap-Tinggi [Akses 11 Juli 2011]. Sushil, 1993. Systems Dynamics: a Practical Approach to Managerial Problems. New Delhi: Willey Eastern Limited. Sutarto, 2008. Pengembangan Model Kebijakan Sektor Industri Komponen Elektronika (KBLI 321) dengan Pendekatan Dinamika Sistem. Tesis. Institut Teknologi Bandung. 75. DAFTAR PUSTAKA75 Taroepratjeka, H., dan Widiarto., 1984. Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass pada Analisis Sistem Produksi Citronella Di Jawa Barat. 17 (2). 11 32. Warfield, J.N., 1990. A Science of Generic Design: Managing Complexity Through Systems Design (Vol. I & II). USA: Intersystems Publication. __________, 2010. Soal Penolakan Kenaikan TDL Awal 2011. Rakyat Merdeka, 1 Oktober, h.15. __________, Data Pokok APBN 2006 2012. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: 2012. __________, Data Pokok APBN 2005 2011. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: 2011. __________, Data Strategis BPS 2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta: 2011. __________, Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: 2010. __________, Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2012. Kementerian Keuangan Republik 76. DAFTAR PUSTAKA76 __________, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta: 2010. __________, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta: 2011. __________, Perkembangan Sektor Minyak dan Gas Bumi Nasional Periode November Desember 2010. ReforMiner Institute. Jakarta: 2011. __________, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010 Menurut Program, Kegiatan dan Jenis Belanja. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: 2010. _________, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta: 2012. __________, Statistik Minyak Bumi. Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM. Jakarta: 2012. _________, Statistik Perbankan Indonesia. Bank Indonesia.