analisis pengaruh faktor-faktor variabel...

119
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER TERHADAP TOTAL KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA Disusun Oleh : SYAMSUL BAHRI 107084003431 Disusun oleh : SYAMSUL BAHRI NIM : 107084003431 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/ 1434 H

Upload: trinhkhanh

Post on 02-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER

TERHADAP TOTAL KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

Disusun Oleh :

SYAMSUL BAHRI107084003431

Disusun oleh :

SYAMSUL BAHRINIM : 107084003431

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2013 M/ 1434 H

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Syamsul Bahri

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Agustus 1988

3. Alamat : Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16,kelurahan Jati Padang, kecamatan PasarMinggu, Jakarta Selatan 12540

4. Telpon : 085780406575

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. MI Al Ikhlas Jakarta Tahun (1995-2001)

2. SLTPI Assalaam Jakarta Tahun (2001-2004)

3. MAN 4 Model Jakarta Tahun (2004-2007)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Thohir Minan

2. Ibu : Eeng Haeroni (alm)

3. Alamat : Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16,kelurahan Jati Padang, kecamatan PasarMinggu, Jakarta Selatan 12540

vi

ABSTRACT

The purpose of this study to analyze the effect of monetary variablesfactors to total bank credit in Indonesia. The data used are time series data, whichwas in 2007.1 - 2011.12 by using OLS (Ordinary Least Square).

These results indicate that the exchange rate has a positive and significantimpact on total bank loans amounted to 9.17%, the third party fund has a positiveand significant impact on total bank loans amounted to 44.01% and inflation hasa positive and significant impact on total credit of 0.5%. Contribution rate, third-party funds, and inflation to total bank loans amounted to 43.62%, while the othervariables were accounted for 56.38%.

Keywords: Total bank credit, Exchange Rates, third party fund, and Inflation

vii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor variabelmoneter terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Data yang digunakan adalahdata time series yaitu tahun 2007.1 – 2011.12 dengan menggunakan metode OLS(Ordinary Least Square).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruhpositif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 9,17%, dana pihakketiga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankansebesar 44,01% dan inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap totalkredit sebesar 0,5%. Kontribusi nilai tukar, dana pihak ketiga, dan inflasi terhadaptotal kredit perbankan sebesar 43,62%, sedangkan variabel lainnya yangberkontribusi sebesar 56,38%.

Kata kunci : Total kredit Perbankan, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, danInflasi

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik,

rahmat, dan hidayah- NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan

tugas skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa islam sebagai penerang jalan hidup manusia.

Setelah melalui proses dan segala usaha, Alhamdulillah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH FAKTOR-

FAKTOR VARIABEL MONETER TERHADAP TOTAL KREDIT

PERBANKAN DI INDONESIA”.

Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang

menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, penulis

menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak

pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga membukakan

kebutuhan yang penulis alami.

Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan

terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tuaku, M. Thohir dan Een Haeroni (Alm), Ibu Nurhayati dan kakak

Zakiyah. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima kasih telah

membesarkan penulis dengan kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus,

dukungan, motivasi serta do’a yang tidak pernah putus. Do’a ku menyertai

kalian, semoga Allah memberikan balasan atas semua kesabaran kalian.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi seseorang

ekonom yang baik, serta mendo’akan penulis menjadi seseorang yang lebih baik.

ix

3. Bapak Dr. Lukman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran dalam

membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga

segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal shaleh.

4. Bapak M. Hartana I. Putra, SE. MSi., selaku dosen pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan

kesabaran. Semoga ilmu yang bapak berikan dapat bermanfaat dan menjadi

berkah Allah.

5. Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Keluarga tercinta, terima kasih selama ini telah memberikan penulis dukungan,

semangat, pelajaran, serta materi yang mungkin penulis belum bisa

membalasnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Amin yaa robbal

‘alamin…

9. Teman seperjuangan, M. Irfan Fahmi dan Rachmat Kurniadi. Terima kasih telah

memberikan dukungan, dan selalu bersemangat dalam memberi dorongan untuk

selalu berusaha. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kalian.

10. Sahabat-sahabat IESP terbaik, Heri Handoko, Muhammad Ahmad, Feni, Tri

Widarso, Finesya, Tika, Milad, Arini, Arudin, Arya, Slamet, Fikri, Satria, Edo,

Aldi, Danang, Putri, dan lain-lain. Terima kasih telah memberikan semangat

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman terbaik, yang selalu

ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam menghadapi

cobaan hidup. Dan seluruh teman-teman IESP angkatan 2007.

x

12. Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis sadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran kritik yang sifatnya membangun senantiasa

penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang baik.

Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat, baik kepada penulis maupun semua pihak yang berkesempatan membaca

skripsi ini.

Jakarta, 07 Mei 2013

Penulis

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

ABSTRACT vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 12

D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 13

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Moneter........................................................................ 14

1. Pengertian Moneter............................................................................. 14

2. Pengertian Kebijakan Moneter........................................................... 15

B. Ruang Lingkup Perbankan Indonesia................................................... 16

C. Tinjauan Umum Kredit.......................................................................... 17

1. Pengertian Kredit.................................................................................. 17

2. Jenis-jenis Kredit.................................................................................. 18

3. Tujuan Kredit........................................................................................ 22

xi

D. Tinjauan Umum Nilai Tukar................................................................ 26

1. Pengertian Nilai Tukar......................................................................... 26

2. Sistem Kurs Valuta Asing.................................................................... 27

3. Macam-Macam Nilai Tukar................................................................. 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing...................... 31

5. Perubahan Nilai Kurs.......................................................................... 33

6. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory)............. 34

E. Tinjauan Umum Dana Pihak Ketiga ( DPK)................................. 35

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga.................................................... 35

2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang...................... 38

F. Tinjauan Umum Inflasi....................................................................... 39

1. Pengertian Inflasi…………………………………………........... 39

2. Cara Mengukur Inflasi……………………………………........... 40

3. Jenis-Jenis Inflasi …………………………………..................... 40

4. Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi…………………………......….. 41

5. Dampak Inflasi………………………………............................. 42

G. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 43

H. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 52

I. Keterkaitan Antar Variabel............................................................... 56

J. Hipotesa................................................................................................ 58

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 60

B. Metode Penentuan Sampel................................................................ 60

C. Metode Pengumpulan Data Penelitian............................................. 61

D. Metode Analisis Data........................................................................ 61

E. Operasional Variabel......................................................................... 72

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Objek Penelitian……………………………....… 75

xii

B. Hasil dan Pembahasan…………………………………………...... 83

C. Interpretasi Ekonomi…………………………………………...… 93

BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………………………………………………….......… 99

B. Implikasi………………………………………………………....… 100

DAFTAR PUSTAKA 103

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1,1 Perkembangan Kredit, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi Priode

Tahun 2007-2011 7

2.1 Penelitian Terdahulu 50

3.1 Operasional Variabel 74

4.1 Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011 76

4.2. Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011 78

4.3 Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011 80

4.4 Rata-rata Inflasi Tahun 2007 - 2011 81

4.5 Hasil Uji Linearitas 84

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 86

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 87

4.8 Hasil Uji Autokorelasi 88

4.9 Hasil Uji data dengan metode OLS 89

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pertumbuhan Total Kredit 4

2.1 Kurva kenaikan permintaan kurs 33

2.2 Kurva kenaikan penawaran kurs 34

2.3 Kerangka Pemikiran 55

4.1 Grafik Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011 76

4.2 Grafik Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011 78

4.3 Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011 80

4.4 Grafik Inflasi Tahun 2007 – 2011 81

4.5 Histogram – Normalitas test 85

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Penelitian (Data mentah) 106

2. Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural 108

3. Hasil uji regresi dengan menggunakan OLS 110

4. Hasil uji Linearitas 111

5. Hasil uji Normalitas 112

6. Hasil uji Multikolinearitas 113

7. Hasil uji Autokolerasi 114

8. Hasil uji Heteroskedastisitas 115

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Moneter

1. Pengertian Moneter

Secara etimologi, kata moneter berarti sesuatu yang ada sangkut

pautnya dengan mata uang, berhubungan dengan uang atau keuangan. Ada

pula yang mengartikan moneter berarti “segala sesuatu mengenai uang”.

Sedangkan sistem moneter berarti suatu istilah umum yang meliputi

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi

mata uang negara tertentu. Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia,

manusia yang hidup dalam suatu negara membutuhkan stabilitas

perekonomian. Salah satu cara untuk menstabilkan perekonomian suatu

negara ialah melalui kebijakan moneter yang tepat. (Winardi, 1995:2).

2. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan

ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui

pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut

dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya

peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter

memiliki beberapa tujuan, yaitu meningkatkan kesempatan kerja,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga, menjaga

stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menjaga

15

stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai

semua tujuan tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara

bersamaan adalah sangat sulit terlebih karena antar tujuan tersebut sering

kali bersifat kontradiktif (Mishkin, 1996:174).

Adanya konflik antar berbagai tujuan kebijakan moneter menimbulkan

pemikiran baru untuk menetapkan tujuan atau sasaran tunggal berupa

stabilitas harga. Alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal,

antara lain (Mishkin, 1996 dalam Julaihah, 2007:27):

1) tidak adanya trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini

didukung dengan banyaknya studi yang menghasilkan adanya korelasi

positif antara pengangguran dan inflasi;

2) kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat

pertumbuhan output yang tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan

ekonomi;

3) inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi

secara tepat maka biaya inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal

(shoe leather costs), kebutuhan penyesuaian harga (menu costs), dan efek

distorsi dari sistem pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi, maka biaya

inflasi jauh lebih tinggi.

Selain terdapatnya konflik antar sasaran, otoritas moneter juga dihadapkan

pada permasalahan lain, yaitu adanya time lag antara aksi penerapan kebijakan

dan hasil penerapan kebijakan. Misalkan otoritas berharap untuk mencapai

kestabilan harga, instrumen kebijakan moneter yang dimiliki oleh otoritas tidak

16

bisa secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Adanya permasalahan

time lag tersebut, maka diperlukan sasaran operasional dan sasaran antara.

Sasaran operasional dan sasaran antara dapat dijadikan indikator apakah

kebijakan yang diterapkan berada pada jalur yang tepat dan jika terdapat

kesalahan, maka otoritas dapat segera melakukan koreksi terhadap kebijakan

tersebut (Mishkin, 2001:172).

Bahwa dalam praktek, penggunaan sasaran antara tergantung pada

pendekatan operasional apa yang digunakan oleh bank sentral, yaitu apakah

pendekatan berdasarkan kuantitas besaran moneter (quantity-based approach)

atau pendekatan berdasarkan harga besaran moneter/suku bunga (price-based

approach). Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas menggunakan

sasaran antara secara tegas. Sementara itu, pendekatan berdasarkan harga

umumnya tidak menggunakan sasaran antara secara tegas; namun, pengaruh

perubahan sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan akhir melalui

perkembangan beragam information variables yang berfungsi sebagai leading

indicator dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi, misalnya,

ekspektasi inflasi dan suku bunga jangka panjang (Warjiyo, 2003:58)

B. Ruang Lingkup Perbankan di Indonesia

Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti

perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan

adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil

dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan

demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor

17

internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia,

namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena

adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006:42).

Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian

suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan

ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara

dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin

maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam

mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin

dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008:7).

C. Tinjauan Umum Kredit

1. Pengertian Kredit

Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam

pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit”

berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau

“ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah sipemberi kredit

percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti

dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti

menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar

kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir,

2010:101).

18

Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit

adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara

mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh

bank atau badan lain (Hermasyah, 2008:162).

Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan

pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”. “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil”.

2. Jenis-Jenis Kredit

Pemberian kredit pada Bank umumnya ditujukan untuk meningkatkan

kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank indonesia

sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung

kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan

kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke

bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi

19

kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke

nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan kredit likuiditas (Judisenno,

2005:139).

Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisenno (2005:139) adalah sebagai

berikut :

a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi :

1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk

memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti kredit

Pemilikan Rumah (KPR), kredit pembelian Mobil/Motor, credit card,

dan kredit konsumtif lainnya.

2. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk

memperlancar proses produksi.

3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu

pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti

bank garansi, pajak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka

(term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya

yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal

kerjanya seperti L/C dan sebagainya.

b. Kredit dari segi penggunaannya, meliputi :

1. Kredit eksploitasi, yaitu berjangka waktu pendek yang diberikan oleh

bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk

memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering

disebut sebagai kredit modal kerja.

20

2. Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka

panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang

membutuhkan dana untuk investasi atau penanaman modal.

c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi :

1. Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun.

2. Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.

3. Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.

Di samping prinsip penilaian kredit yang telah dibalas sebelumnya,

maka dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan

penilaian terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha

calon debitur, yaitu (Siamat, 2005:356):

a. Aspek pemasaran

Penilaian yang perlu ditekankan disini adalah menyangkut

kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power), kompetisi,

pangsa pasar, kualitas produksi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut

akan mempengaruhi perkembangan usaha debitur. Analisi pemasaran

perlu dilakukan untuk melihat kondisi pasar saat ini, meliputi jumlah

penawaran yang sudah ada untuk jenis produk yang direncanakan

peminjam dan kemampuan pasar menyerap produk debitur. Demikian

pula prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangannya dan

permintaannyadi masa yang akan datang.

21

b. Aspek teknis

Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran

produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin, peralatan, ketersediaan

dan kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang

dimiliki dan fasilitas teknis yang ada cukup untuk mempengaruhi

penilaian aspek teknis.

c. Aspek manajemen

Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur

organisasi dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan

dan pengalamannya, serta pola kemimpinan yang diterapkan oleh top

manajemen.

d. Aspek yuridis

Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi : status hukum badan

usaha, misalnya akte pendirian yang telah dipisahkan oleh yang

berwenang, legalitas usaha, meliputi kelengkapan izin usaha dan yang

cukup penting adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan

yaitu kepemilikannya harus didukung dengan dokumen yang sah dan

penguasaan calon debitur.

e. Aspek sosial ekonomi

Penilaian aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha

yang akan dibiayai dengan kredit bank tersebut diterima atau

memnberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan

masyarakat setempat. Sehubungan itu, perlu diperhatikan apakah

22

proyek tersebut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat

atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agama

masyarakat setempat.

f. Aspek finansial

Penilaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan

debitur yang akan dibiyai. Untuk melakukan penilaian keadaan

keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan,

arus dana, realisasi produksi, pembelian dan penjualan.

3.Tujuan Kredit

Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari segi

tujuan mencari keuntungan, dengan demikian juga dalam pemberian kredit.

Namun karena didalam kredit terdapat unsur resiko, maka mencari

keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena

dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah untuk memperoleh

keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat pinjaman dana di

bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa

dikuatirkan oleh kredit macet. Selain probability dan safety bank, khususnya

bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of devolopment yaitu

dalam hal (Judisenno, 2005:167):

1. Mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan

karena dengan semakin bnayak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan , maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit

berarti peningkatan pembangunan diberbagai sektor.

23

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya

guna menjamin kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini bank dapat

membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk

investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak

debitur akan mampu mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan

dapat memperluas usahanya. Keuntungan ini sangat penting bagi

kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus mengalami kerugian,

maka kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut:

1. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan

Tujuan utama dari pemberian kredit adalah memperoleh keuntungan.

Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah.

2. Kredit bertujuan untuk membantu nasabah

Tujuan selajutnya atas pemberian kredit adalah membantu usaha nasabah

yang memerlukan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

3. Kredit bertujuan untuk membantu pemerintah

Tujuan lainnya dari pemberian kredit adalah membantu pemerintah

dalam berbagai bidang, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti

adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan pembangunan

diberbagai sektor, terutama sektor riil. Secara garis besar keuntungan

24

yang didapat oleh pemerintah adalah bertambahnya penerimaan pajak,

membuka lapangan kerja, menghemat dan meningkatkan devisa.

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga

memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut

antara lain:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang.

Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja dirumah maka tidak

akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit, uang

tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh

penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari

suatu wilayah kewilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang

kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan

memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sidebitur

untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna.

4. Meningkatkan peredaran uang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus uang disuatu

wilayah kewilayah lainnya, sehingga jumlah uang berbeda dari suatu

25

wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah

uang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas

ekonomi. Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah

jumlah barang yang diperlukan masyarakat. Kredit dapat pula membantu

mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat

membantuh devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan produksi

Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas. Dengan

memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau

memperluas usahanya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang diberikan dalam suatu perekonomian

maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara sipenerima kredit dengan sipemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama

dibidang lainnya.

26

D. Tinjauan Umum Nilai Tukar

1. Pengertian Nilai Tukar

Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai

mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata

uang asing (Sukirno, 2002:87).

Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai seunit valuta

(mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri

(Sukirno, 2000:197).

Kurs atau valuta asing merupakan perbandingan nilai atau harga antara

dua mata uang yang berbeda (Nopirin, 1990:163).

Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum, namun

dapat menjadi persoalan yang lebih rumit jika menyangkut urusan di luar

batas negara, karena uang suatu negara belum tentu diakui dinegara lain,

maka harus dikonversikan dahulu kepada mata uang negara tujuan. Pada

umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan

menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar

atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari

proses valuta asing.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam

negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata

uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi

mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti

nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta

27

asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran

dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Perubahan

karena adanya permintaan dan penawaran ini dapat disebabkan oleh ekspor-

impor, aliran modal luar negeri dan lain-lain.

2. Sistem Kurs Valuta Asing

Ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian

internasional, yaitu (Kuncoro, 2001:26):

A. Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau

tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs

mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:

1) Mengambang bebas (murni)

Dimana kurs uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme

pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering

disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan

devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya

untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan

kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa

biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter tidak perlu membeli

atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

28

B. Sistem Kurs Tertambat (pegged exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya

dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang

biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

“Menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut

bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi

tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata

uang yang menjadi tambatannya.

C. Sistem Kurs tertambat Merangkak (crawling pegs)

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan

dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk

bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.

Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur

penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem

kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-

kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang

tiba-tiba tajam.

D. Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies)

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan

nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan

dari sistem iniadalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara

karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.

29

Seleksi mata uang yang dimasukkan “keranjang” umumnya

ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara

tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda

tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang

mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang

yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

E. Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs

tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui

untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada

kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi

dalam batas yang sangat sempit.

Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan

harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata

uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai

jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

3. Macam-Macam Nilai Tukar

Menurut Mankiw (2000:125), macam-macam nilai tukar dapat

dibedakan menjadi dua macam:

1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate)

Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana seseorang

dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang

30

lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 8000 untuk setiap satu dolar

amerika serikat, maka jika anda memberikan kepada petugas bank $ 1

adalah anda akan memperoleh Rp 8000.

Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara

timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000.

Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar.

Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat artinya peningkatan

tersebut disebut dengan apresiasi. Sedangkan jika nilai tukar rupiah

terhadap dolar mengalami penurunan itu disebut depresiasi.

2. Nilai tukar riil (real exchange rate)

Nilai tukar riil adalah tingkatan dimana seseorang dapat

memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan

jasa di negara lainnya. Sebagai contoh seseorang berbelanja dan

mendapati bahwa harga suatu krat minuman ringan yang dibuat di negara

lain adalah dua kali harga minuman sejenis buatan lokal. Berdasarkan

perbandingan harga tersebut, kita kemudian dapat mengatakan bahwa

nilai tukar riil adalah setengah krat minuman ringan impor tersebut

persatu krat minuman ringan lokal. Nilai tukar riil tersebut dinyatakan

sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik.

Menurut Mankiw (2000:329), formula untuk Perhitungan nilai tukar

riil dengan cara sebagai berikut:

Nilai tukar riil : Nilai tukar nominal x harga domestik

Harga luar negeri

31

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing

Menurut Sukirno (2004:402-403), perubahan dalam permintaan dan

penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan

dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting

diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut:

1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka

perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka

atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang di

impor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barang-

barang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan

masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar

sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar.

Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran

valuta asing.

2. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan

apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam

negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan

menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan

berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah

impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam

penawaran dan permintaan uang negara tersebut.

32

3. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta

asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan

nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek

inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor

menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan

mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing

bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah.

4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam

mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian

investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri

akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan

pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri

masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu

negara, permintaan ke atas maka uangnnya bertambah maka nilai mata

uang tersebut akan bertambah.

5. Pertumbuhan ekonomi

Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang

berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan

ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah

lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang

negara bersangkutan akan meningkat.

33

5. Perubahan Nilai Kurs

Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk

perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan

perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregori menkiew,

2000:400-401).

1. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan

Gambar 2.1.Kurva kenaikan permintaan kurs

Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya

permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S.

Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan

kuantitas dolar yang dijual belikan adalah Q1. Dari akibat suatu kenaikan

dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D

ke D1. Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah

setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas

valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1

menjadi Q2.

Harga dolar

2000

1500

kuantitas dolar

D

D1

S

Q1 Q2

34

Harga dolar

2. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran

Gambar 2.2Kurva perubahan penawaran kurs

Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan

penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan

uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya penawaran

bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap

dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata

uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2

6. Teori Paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory)

Satu teori terkenal mengenai bagaimana kurs ditentukan adalah teori

paritas daya beli (purchasing power parity-PPP). Teori ini menyatakan

bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang

mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara (Mishkin,

2008:112-113).

Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang

adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang

2000

1500

Q1 Q2

D

S S1

35

bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan

diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar

valas. Menurut teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan

apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan

tingkat imbalan yang sama.

Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai

valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan

kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs,

dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga

prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar.

Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik

menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi

terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap

(perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi

yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab

perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa

yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34).

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari

masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan

deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa

besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga

36

yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank

Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank,

untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk

dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang

dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan

aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam Francisca dan

Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito.

Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah

simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap

saat.

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari

masyarakat yang terhimpun melalui produk giro, tabungan dan deposito.

DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan,

semakin besar keuntungan yang diraih bank dengan bagi hasil, maka akan

menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank. Nasabah akan

membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang

ditawarkan bank dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank

konvensional. Hal ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah

nasabah dan dana pihak ketiga. (Nur Kurnaliyah, 2011:30)

Menurut (Arifin 2006 dalam Saras 2011:24), yang termasuk dalam dana

pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak

ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

37

1. Giro, giro yang pada bank disebut giro umumnya tetap sama dengan giro

bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada

pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge).

Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasi bagi hasil (profit

sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya

oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa

ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank

sebagai simpanan untuk keamanan.

2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada

beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan

biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga,

tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung

tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh

menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh

bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank.

3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan

pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito

diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank.

Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau

simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal

jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan

38

(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah

sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing).

Modal yang dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana pihak

ketiga (DPK) sesuaikan dengan salah satu fungsi bank yaitu menghimpun

dana dan menyalurkanya kepada masyarakat (Siamat, 2004:246).

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,

dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah

tngga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah

maupun dalam mata uang asing. Pada sebgian besar atau setiap bank,

dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimilki.

Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari

masyarakat. (Heitzzal Rivai dkk, 2007:37)

2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang

a. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada

pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan

penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro,

Simpanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan

dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera

yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman

yang diterima, setoran pinjaman, dan lainnya. Tidak termasuk dana

yang berasal dari Bank Sentral.

39

b. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing

Yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak

ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank

Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Dana pihak ketiga

valuta asing terdiri atas Giro, Call Money, Deposit on Call (DOC),

Deposito Berjangka, Margin Deposit, Setoran Pinjaman, Pinjaman

yang diterima, dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing.

F. Tinjauan Umum Inflasi

1. Pengertian Inflasi.

Inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang suatu negara. Menurut

Nopirin (1990:25), yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan

harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode

tertentu.

Para ekonomi modern memberikan definisi bahwa inflasi adalah

kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai

unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.

Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan

moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai

deflasi (deflation) (Karim, 2008:510).

Menurut Sukirno (2000:174), tingkat inflasi adalah persentase

kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun. Selain itu juga dalam

buku yang berbeda memberikan pengertian bahwa inflasi adalah kenaikan

dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah

40

lebih besar dibandingkan dengan penawaran dipasar. Dengan kata lain,

terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.

2. Cara Mengukur Inflasi

Menurut Nopirin (1990:25-26), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur

dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering

digunakan untuk mengukur inflasi adalah:

1. Indeks biaya hidup (consumer price indeks) yaitu mengukur

biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli

oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut

bermacam-macam, di Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam

barang serta 162 barang.

2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price indekx) yaitu

menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat

seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.

3. GNP deflator yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP.

Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas

harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).

3. Jenis Inflasi

Menurut Nopirin (1990:27) berdasarkan sifatnya, inflasi dapat

dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Inflasi merayap (creeping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju

kurang dari 10% pertahun

41

2. Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju

yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit)

3. Inflasi tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang lajunya meningkat

sampai 5 atau 6 kali lipat.

4. Sebab-sebab Terjadinya Inflasi

Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan

permintaan yang disebabkan oleh penambahan jumlah uang beredar.

1. Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull Inflation)

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat

demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaaan kesempatan

kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan penuh.

2. Inflasi desakan biaya (cosh push inflation)

Inflasi ini bersumber dari masalah kenaikan harga-harga dalam

perekonomian yang diakibatkan kenaikan biaya produksi. Pertambahan

biaya produksi mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga,

walaupun mereka harus mengambil resiko yang akan menghadapi

pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya.

Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat

ketika pengangguran sangat rendah.

3. Inflasi di impor (imported inflation)

Inflasi ini muncul akibat meningkatnya harga barang-barang impor.

Apalagi barang tersebut mempunyai peranan penting dalam kegiatan

pengeluaran perusahaan-perusahaan. Contohnya minyak bumi.

42

5. Dampak Inflasi

Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah

menimbulkan beberapa dampak buruk terhadap masyarakat dan

perekonomian secara keseluruhan. Menurut Nopirin (1990:32-33), kenaikan

harga atau inflasi memiliki dampak terhadap masyarakat dan perekonomian,

yaitu sebagai berikut:

1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect)

Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak

merata. Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan.

2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan

adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang

lebih besar dari barang lain, yang kemudian produksi barang tersebut

mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan

mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.

3. Dampak terhadap output (output effect)

Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi outpun nasional.

Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun

dengan drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas,

transaksi mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan

penurunan produksi barang.

43

G. Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan

peneliti lain dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh

beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa maupun skripsi.

Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi bagi kajian-kajian dimasa

yang akan datang. Seperti beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan

kajian pustaka yaitu penelitian dari :

1. Billy Arma Pratama (2010)

Penelitian tentang kredit perbankan yang diteliti oleh Billy Arma

Pratama, penelitian tersebut berjudul “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan”. Penelitian ini

menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum yang

terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai obyek penelitian.

Penelitian menggunakan 60 waktu amatan (N = 60) (bulan Januari -

Desember periode tahun 2005 - 2009). Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum di Indonesia yang meliputi

Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Loan (NPL), kredit dan data sekunder suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan

Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun 2005 - 2009 (bulanan).

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan

suku bunga SBI selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran

44

kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan mendorong

peningkatan jumlah kredit yang disalurkan.

2. Yoda Ditria, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja (2008)

Penelitian ini berjudul tentang “Pengaruh tingkat suku bunga, nilai

tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan”. Analisis

hubungan dan pengaruh antara variabel - variabel tersebut diatas akan

diukur secara statistik dengan menggunakan metode korelasi dan regresi

linier berganda serta uji hipotesis untuk mengambil kesimpulan ada atau

tidak adanya hubungan yang signifikan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dalam rentang waktu

23 (Dua Puluh Tiga) kuartal yaitu dari Maret 2002 sampai dengan

September 2007. Pergerakan indikator makro ekonomi Indonesia bervariasi,

sehingga pergerakan perubahannya dapat mencerminkan volatilitas

perekonomian. Pos yang dijadikan obyek penelitian adalah jumlah kredit,

jumlah kredit modal kerja, jumlah kredit investasi, dan jumlah kredit

konsumsi dari seluruh perbankan di Indonesia. Pengaruh indikator makro

seperti ekspor, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap USD

memberikan dampak yang berbeda – beda terhadap kredit dan juga tiga

macam jenis kredit yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, dan

kredit konsumsi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah

ekspor berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya

dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga

mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap

45

jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika

tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit

termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit

konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar

terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara

berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan Pengaruh Tingkat Suku

Bunga mengurangi jumlah kredit baik itu kredit modal kerja, kredit

investasi, maupun kredit konsumsi.

3. Ni Nyoman Aryaningsih (2006)

Penelitian ini tentang “Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah

penghasilan terhadap permintaan kredit di PT BPD cabang pembantu

Kediri. bertujuan mendeskripsikan (1) pengaruh suku bunga, inflasi dan

jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara parsial, (2) pengaruh

suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit

secara simultan. Obyek penelitian adalah PT BPD Cabang Pembantu Kediri

dengan fokus mengenai suku bunga, inflasi, jumlah penghasilan dan

permintaan kredit. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan

wawancara. Teknik analisis data menggunakan Analisis Regresi Linear

Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak

berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah

penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan

jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%,

sedangkan variable lainnya berkontribusi 62,2%. Penelitian terkait lebih

46

lanjut hendaknya mempertimbangkan unsur informasi, issuer dan news

dalam meneliti permintaan kredit.

4. Sri Haryati (2009)

Penelitian ini mengkaji tentang “Pertumbuhan kredit perbankan di

Indonesia : intermediasi dan pengaruh terhadap variabel makro ekonomi”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro

ekonomi seperti suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan variabel

pertumbuhan ekses likuiditas (secondary reserve). Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa fungsi allocation fubs approach telah berjalan

dengan baik, dengan demikian disarankan agar bank benar-benar

mengaplikasikan portfolio alokasi dana dengan benar dan tepat, sehingga

selain mempertahankan likuiditas untuk memenuhi ketentuan regulasi dan

mempertahankan kepercayaan masyarakat. Pada variabel makro ekonomi

pada perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar mempunyai

pengaruh positif signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan

fundamental perbankan di indonesia saat ini sudah cukup kuat, maka dalam

penyalurannya kredit harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi

ekonomi makro di samping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam

menjalankan fungsi intermediasinya, sehingga tidak meningkatkan

timbulnya kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan ekuitas

khususnya dan penurunan kemampuan permodalan secara umum.

47

5. Tatik setiyati (2007)

Penelitian ini menguji tentang “Analisis pengaruh suku bunga kredit,

dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto terhadap kredit perbankan di

indonesia”. Dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Dana

pada penelitian ini hasil penelitian ini bunga kredit dan dpk berpengaruh

negatif dan signifikan, sedangkan pdb berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit dan hasil uji f variabel independen cr, dpk, pdb secar

bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat

signifikan 5%.

6. Akhmad Kholisudin (2012)

Penelitian ini menguji tentang ” Determinan permintaan kredit pada

bank umum di jawa tengah 2006-2010”. Obyek dalam penelitian ini adalah

tentang permintaan kredit perbankan dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya yaitu tingkat suku bun-ga, inflasi dan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika dan krisis global pada bank umum di Jawa Tengah

pada periode waktu 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent

variable) yaitu permintaan kredit perbankan pada bank umum di propinsi

Jawa Tengah dan empat variabel bebas (independent variable) yaitu tingkat

suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan

krisis global. Data sekunder yang digunakan berbentuk runtut waktu (time

series) bulanan selama 5 tahun (2006-2010). Data sekunder ini bersumber

dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).

48

Metode analisis data yang digunakan da-lam penelitian ini adalah regresi

berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Dalam penelitian ini

pengujian dilakukan dengan bantuan software computer E-views 6.0 dan

pembahasan analisis secara deskriptif. Hasil Variabel nilai tukar secara

parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan

sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih

kecil dari 0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap

permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun

2006-2010. Berdasarkan hasil pengujian, variabel inflasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap permintaan kredit perbankan. Artinya adalah jika inflasi

mengalami kenaikan maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum

di Jawa Tengah akan turun namun tidak begitu besar. Sebaliknya jika inflasi

turun maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah

akan meningkat.

7. Mohammed Amidu dan Simon K. Harvey (2006)

Penelitian ini tentang ” The Impact of Monetary Policy on Banks Credit

in Ghana”. Studi ini meneliti apakah kredit bank dibatasi oleh kebijakan

moneter di Ghana. Itu analisis dilakukan dengan menggunakan data yang

berasal dari database Keuangan Internasional Statistik. Model kuadrat

terkecil digunakan untuk mengestimasi persamaan regresi setelah

menyelidiki sifat deret waktu variabel. Kredit bank diwakili oleh pinjaman

bank dialokasikan secara bebas yang mungkin lebih sensitif terhadap

perubahan dalam kebijakan moneter. Perubahan jumlah uang beredar dan

49

suku bunga bank sentral adalah proxy dari kebijakan moneter. Penelitian ini

mengungkapkan bahwa kredit bank Ghana dipengaruhi secara signifikan

oleh kegiatan ekonomi negara dan perubahan penawaran uang. Hasil dari

Penelitian juga mendukung penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi

negatif tetapi secara statistik signifikan mempengaruhi kredit bank.

Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat

bank sentral utama dan kredit bank Ghana. Namun, koefisien dari suku

bunga secara statistik tidak signifikan. Nilai utama dari penelitian ini adalah

identifikasi faktor-faktor kebijakan moneter yang mempengaruhi kredit

bank di Ghana.

8. A. Tarkan Cavusoglu (2002)

Penelitian ini tentang” Credit Transmission Mechanism in Turkey: An

Empirical Investigation”. Hasil ini menunjukan jelas menunjukkan bahwa

perilaku pinjaman bank deposit uang di Turki secara signifikan dipengaruhi

oleh dinamika yang dikenakan melalui kebijakan keuangan utang dalam

negeri. Dampak dari kebijakan moneter pada perilaku pinjaman bank

terhadap uang dan transmisi ini berdampak bagi perusahaan bank yang

tergantung merupakan dasar untuk menentukan suatu pinjaman bank saluran

mekanisme transmisi kebijakan moneter. Efek dari penurunan pinjaman

mereka memiliki efek yang lebih signifikan terhadap kegiatan ekonomi

daripada bahwa penurunan pinjaman bank-bank besar. Tanggapan pasokan

proporsional pinjaman bank untuk cadangan guncangan karena perbedaan

50

ukuran mereka dapat memberikan bukti nyata terjadinya efek output

ditularkan oleh saluran pinjaman bank.

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Metodologi Dan Hasil

1. A. Tarkan

Cavusoglu

(2002)

CreditTransmissionMechanism inTurkey: AnEmpiricalInvestigation

Kredit DPK Investasi

Analisis menggunakan data panel,penyatuan dimensi seri cross-section

Hasil :Penelitian ini menjelaskan bahwahubungan dana pihakn ketigaberupa tabungan memilikipengaruh positif dan signifikankarena pihak nasabah mempunyaiandil penting demi perekonomianTurki.

2. MohammedAmindu danSimon K.Harvey (2006)

The Impact ofMonetary Policyon Banks Creditin Ghana

Kredit Nilai tukar Suku bunga Inflasi GDP

Analisis menggunakan data yangberasal dari databaseStatistik Keuangan Internasional

Hasil :Penelitian juga mendukungpenelitian sebelumnya bahwatingkat inflasi tidak berpengaruhtetapi secara statistik secarasignifikan mempengaruhi kreditbank. Anehnya, penelitianmenunjukkan hubungan yangpositif antara tingkat bank sentralutama dan kredit bank Ghana

3. Tatik setiyati(2007)

Analisispengaruh sukubunga kredit,dana pihakketiga, danproduk domestikbruto trhdpkredit perbankandi indonesia

Dana PihakKetiga (DPK)

PDB Kredit

Analisis Regresi Linier BergandaHasil :

Hasil penelitian ini bunga kreditdan dpk berpengaruh positif dansignifikan, sedangkan pdbberpengaruh positif terhadappenyaluran kredit dan hasil uji fvariabel independen cr, dpk, pdbsecar bersama-sama mempengaruhipenyaluran kredi pada perbankanpada tingkat signifikan 5%

4. Yoda Ditria,Jenni Vivian,dan IndraWidjaja (2008)

Pengaruh tingkatsuku bunga, nilaitukar rupiah, danjumlah ekspor

EksporTingkat SukuBunga Nilai Tukar Rupiah

Analisis Regresi Linier BergandaHasil :

Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa jumlah ekspor

51

terhadap tingkatkredit perbankan

Terhadap USD Jumlah KreditModal Kerja Jumlah KreditInvestasiJumlah KreditKonsumsi

berjalan searah dengan jumlahkredit dan ketiga jenis macamnyadimana jika ekspor mengalamikenaikan maka seluruh macamkredit juga mengalami kenaikan.Tingkat suku bunga bergerakberlawanan terhadap jumlah kreditmaupun ketiga macam jenis kreditlainnya, dimana jika tingkat sukubunga bergerak naik maka akanmengurangi jumlah kredit termasukdidalamnya kredit modal kerja,kredit investasi, dan kreditkonsumsi. Sama dengan pengaruhtingkat suku bunga, pengaruh nilaitukar terhadap jumlah kredit danketiga jenis kredit lainnyaberpengaruh secara berlawanan,dimana jika kurs naik maka akan

5 Ni NyomanAryaningsih(2009)

Pengaruh sukubunga, inflasi, danjumlahpenghasilanterhadappermintaan kreditdi PT BPDcabang Kediri

Suku bunga Inflasi Jumlah penghasilan Permintaan kredit.

Analisis Regresi Linier BergandaHasil :

Hasil penelitian menunjukkanbahwa suku bunga, inflasi tidakberpengaruh secara parsialterhadap permintaan kredit,sedangkan jumlah penghasilanberpengaruh signifikan. Kontribusisuku bunga, inflasi dan jumlahpenghasilan terhadap perubahanpermintaan kredit

6. Sri Haryati(2009)

Pertumbuhankredit perbankandi indonesia :intermediasi danpengaruhterhadap variabelmakro ekonomi

Kredit Ekses likuiditas Dpk Pinjaman/simpanan

diterima Pertumbuhan

ekuitas Suku bunga bankindoneseia Tingkat inflasi Kurs valas/

exchange rate

Analisis Regresi Linier BergandaHasil :

Pada variabel makro ekonomi padaperbankan tersebut yaitu sukubunga BI, inflasi, nilai tukarmempunyai pengaruh positifsignifikan

7. Billy ArmaPratama(2010)

Analisis faktor-faktor yangmempengaruhikebijakanpenyaluran

Dana Pihak Ketiga(DPK)

Capital AdequacyRatio (CAR), NonPerforming Loan

Analisis Regresi Linier BergandaHasil :

Hasil penelitian inimengindikasikan bahwa dana pihakketiga berpengaruh positif terhadap

52

kredit perbankan (NPL), dan Suku bunga

Sertifikat BankIndonesia (SBI)

penyaluran kredit secara signifikan.

8.. AkhmadKholisudin(2012)

Determinanpermintaankredit pada bankumum di jawatengah 2006-2010

Kredit Tingkat suku

bunga kredit Inflasi Nilai tukar

Analisis regresi berganda denganmetode ordinary least square(OLS)

Hasil :Hasil penilitian ini hasil pengujianmengenai pengaruh inflasi terhadappermintaan kredit dapat disimpulkan bahwa secara parsialvariabel inflasi tidak berpengaruhterhadap permintaan kreditpada bank umum di Jawa Tengahtahun 2006-2010. Hal iniditunjukkan dengan tingkat signifi-kansi yang lebih besar dari 0,05 (α= 5%). Variabel nilai tukar secaraparsial berpengaruh positif dansignifikan terhadap permintaankredit dan sesuai hipotesis. Hal iniditunjukkan dengan tingkatsignifikansi yang lebih kecil dari0,05 (α = 5%). Artinya adalah kursberpengaruh terhadap permintaankredit perbankan pada bank umumdi Jawa Tengah pada tahun2006-2010

H. Kerangka Pemikiran

Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti

perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan

adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil

dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan

demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor

internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia,

namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena

adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006).

53

Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian

suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan

ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara

dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin

maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam

mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin

dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008).

Fluktuasi kurs mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak

bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin

bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs

kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu

produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi

berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal

kerja. (Yoda,2008)

Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah

menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit

(Kasmir, 2008)

Inflasi merupakan perubahan perubahan harga yang cenderung meningkat,

tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam

kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi

menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu

ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi

54

kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat

output tertentu. (Ni Nyoman,2008)

Hubungan nilai tukar, dpk, dan inflasi terhadap kredit perbankan didukung

oleh penelitian sebelumnya. Diantaranya Ni Nyoman (2008) yang

mengemukakan bahwa perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa

diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam

kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi

menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu

ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi

kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat

output tertentu. Yoda (2008) mengemukakan produksi yang semakin

bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs

kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu

produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi

berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal

kerja.

Berdasarkan acuan dan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan

bahwa minimal yang mempengaruihi total kredit perbankan adalah nilai tukar,

dpk, dan inflasi. Sehingga dapat di fomulasikan fungsi total kredit perbankan

adalah

Cr = f (KURS, DPK, INF)......... (2.3)

Model metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

55

Regresi berganda digunakan karena variabel yang diteliti lebih dari satu

variabel. Adapun sistematika kerangka pemikiran ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3Kerangka Pemikiran

Nilai Tukar(X₁)

Dana Pihak Ketiga(X₂)

Inflasi(X₃)

Total Kredit Perbankan(Y)

Uji Asumsi Klasik Linearitas Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

Regresi Linier Berganda Uji t Uji F Uji R2

Kesimpulan, dan Saran

Uji OLS(Ordinary Least Square)

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi terhadapTotal Kredit Perbankan di Indonesia

Interpretasi

56

I. Keterkaitan antar variabel

1. Nilai tukar dengan total kredit perbankan

Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), kurs adalah harga satu mata

uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam

perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian

besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang

lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap

mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset

(asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga

berlaku.

Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang

signifikan saat terjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa bahan

baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga

produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan

mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan

karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung

pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang

menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda, 2008).

Terjadinya pemberhentian yang berujung pada tidak adanya peminjaman

modal kerja maka, secara langsung akan mempengaruhi volume dari kredit

yang dikeluarkan oleh bank-bank umum.

Sebaliknya jika produksi menggunakan bahan baku dari dalam negeri

maka terapresiasinya rupiah akan mengakibatkan murahnya produksi dan

57

hal ini merangsang para pemilik perusahaan untuk melakukan ekspansi yang

akan mengajukan peminjaman kepada bank-bank umum dan mengakibatkan

kenaikan total kredit

2. Dana pihak ketiga dengan total kredit perbankan

Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (dana pihak ketiga)

merupaka sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank

(Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari

masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada

masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih

dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008).

Dan salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran

kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit

surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari

masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali

kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Siamat, 2005)

Banyaknya simpanan dana pihak ketiga yang berupa deposito,

tabungan, dan giro. Semakin banyak dana yang dihimpun maka pihak bank

cenderung menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga

permintaan akan kredit meningkat. Demikian pula sebaliknya semakin

sedikit dana pihak ketiga yang dapat dihimpun, maka pihak bank akan

cenderung menaikan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan

terhadap kredit menjadi menurun.

58

3. Inflasi dengan total kredit perbankan

Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa

diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam

kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi

menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari

waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa

saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan

tingkat output tertentu. (Ni Nyoman, 2008)

Pergerakan tingkat inflasi yang terjadi di indonesia sedikit banyak

mempengaruhi sektor-sektor sekonomi baik di sektor mikro maupun makro

namun tingkat inflasi secara langsung mempengaruhi penyaluran kredit

perbankan. Dari sudut pandang berbeda inflasi berhubungan erat dengan

suku bunga dan akan membuat para investor mengalihkan uangnya

ketabungan karena memberikan tingkat pengembalian hasil yang tinggi dan

beresiko rendah (Darmawi, 2006). Hal ini menyebabkan permintaan akan

kredit menjadi menurun.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori moneter, kebijakan moneter adalah kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran

uang. Yang manjadi alat kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral

diantaranya adalah melalui dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sehingga diduga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Ditambah

penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa diperekonomian yang terbuka,

59

yang menjadi pengaruh terhadap kredit perbankan yaitu dpk, nilai tukar dan

inflasi sehingga memberikan gambaran bahwa dpk dan nilai tukar diduga

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit perbankan. Oleh karena itu,

dan didukung oleh landasan teori dan latar belakang serta penelitian

sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban

sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap total kredit

perbankan.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dpk terhadap total kredit

perbankan.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap total kredit

perbankan.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah, dpk, dan

inflasi terhadap total kredit perbankan.

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari satu

variabel terikat (dependent) yaitu total kredit perbankan dan tiga variabel bebas

(independent) yaitu nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga yang menjadi ruang

lingkup dalam penelitian ini adalah total kredit perbankan, nilai tukar, dpk, dan

inflasi di negara Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datanilai tukar mata uang,

dana pihak ketiga(DPK) dan inflasi dari tahun 2007 hingga 2011berdasarkan

ketetapan Bank Indonesia (BI).

B.MetodePenentuan Sampel

Penelitian ini dibatasi untuk melihat pengaruh tiga variable terhadap Total

Kredit Perbankan di Indonesia.Variabel-variabel tersebut yaitu Nilai Tukar,

DPK,dan Inflasi. Metode sampel yang digunakan adalah metode penelitian historis

yang bersifat Kausal-Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk

menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar

variabel. Pengumpulan datanya yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari

Laporan Statistik Perbankan Indonesia dan Laporan Perekonomian

Indonesia di Bank Indonesia dengan data perbulan selama periode waktu

2007 sampai 2011. Kemudian setelah data tersebut diperoleh tahap selanjutnya

61

adalah melakukan pengujian-pengujian dengan menggunakan ujistatistik dan

ekonometrik.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersifat data time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang

diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik,

laporan tahunan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) serta

sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini dari tahun

2007hingga 2011 dengan data bulanan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua

cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya:

1. Metode observasi lapangan (libary research)

Library reserach yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang

terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa

sebagai bahan pengutipan serta referensi (Imam Akbar, 2009:57)

D. Metode Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan

kerangka pikir. Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara nilai tukar, dana

pihak ketiga (DPK),dan inflasi terhadap total kredit perbankan di indonesia. Dalam

62

penelitian ini alat anilisis yang digunakan adalah model regresi berganda dengan

metode OLS (ordinary Least Square), dengan rumusan sebagai berikut :

CR = β0 + βıKurs + β2DPK + β3 INF + et..............(3.1)

Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian ditransformasikan

kedalam bentuk logaritma natural, persamaannya adalah

LnCR = β0 + βıLnKurs + β2LnDPK + β3INF + et.........(3.2)

Dimana :

LnCR : Kredit

LnKurs : Nilai Tukar

LnDPK : Dana Pihak Ketiga

INF :Inflasi

β0 : Konstanta

βı, β2, β3 :Koefesien regresi dari masing-masing variabel yang

mempengaruhi total kredit

et : Error term

Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh

seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Frederich Gaus. Metode OLS

adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan

jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro,

2003:216).

Menurut Widarjono (2009:18), metode OLS adalah metode mencari nilai

residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat

63

terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linear dan

mempunyai varian yang minimum.

Alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah

(Gujarati, 1999) :

1. Parameter (β) dapat langsung menujukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase

perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam

variabel independen.

2. Gejala heteroskesdatisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan

dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.

Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian

yang digunakan, maka terlebih dahulu kita melakukan pengujian terhadap data

penelitian tersebut.Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut

dapat dianggap relevan atau tidak.Pengujian yang dilakukan melalui uji asumsi

klasik yang meliputi uji linearitas, normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan

multikolineritas. Dan juga uji statistik yang meliputi uji signifikansi paremeter

individu (uji statistik t), uji signifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien

determinasi (Adjusted R Square).

1. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Linearitas

Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan dengan

cara Uji JB Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang dikembangkan oleh

Ramsey dengan mengembangkan uji secara umum kesalahan spesifikasi

64

ataudikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi (Regression

Specification Error Test = RESET) (Widarjono, 2009:170).

Dalam pengujian Ramsey (RESET) ini, yang perlu diperhatikan adalah nilai

F hitung, dengan hipotesis :

H0 = Model tidak linier

Ha = Model linier

Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritisnya pada α tertentu berarti

signifikan, maka hipotesis H0 diterima, artinya model kurang tepat atau tidak

linier.Sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F kritisnya pada α

tertentu, berarti tidak signifikan dan menolak hipotesis H0 yang menyatakan

bahwa model tidak linier.

Selain itu, Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai

probabilitas Obs* R2, yaitu sebagai berikut :

1. Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak H0

dengan demikian model dikatakan linier.

2. Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan menerima

H0, maka model tidak linier.

2. Uji Normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui

bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

65

normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

(Ghozali, 2001).

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal.Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya.Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.Hal ini tidak

dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya

bukan pada masing-masing variabel penelitian.

http://khansamhamnida.wordpress.com.

Langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis

H0 : model normal

Ha : model tidak normal

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

- jika probabilitas OBS*R2 >0,05 siginifikan H0 diterima

- jika probabilitas OBS*R2 <0,05 tidak signifikan H0 ditolak

Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka

model tersebut dikatakan normal. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka

model tersebut dikatakan tidak normal (Winarno, 2009:37).

66

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas.Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika variable

independen saling berkolerasi maka variable-variabel ini tidak orthogonal atau

nilai korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol (Ghozali,

2001:67).

Uji multikolinearitas bermaksud untuk membuktikan atau menguji ada

tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan

variabel lainnya (Gujarati, 2006:).

Uji miltikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi antara

variabel independen pada model regresi.Korelasi antara variabel independen

sebaiknya kecil (Nisfiannoor, 2009:91).

Deteksi adanyamultikolinearitas:

1. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara sendiri-sendiri regresi antara variabel-

variabel independen tidat signifikan

2. Korelasi antar variabel-variabel independen sangat tinggi.

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi

(correlation matrix).

67

Langkah pengujian sebagai berikut :

Hipotesis

H0 : model bersifat multikonearitas

Ha : model tidak bersifat multikonearitas

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

apabila hubungan x1 dan x2 > 0.85 H0 diterima

apabila hubungan x1 dan x2 < 0.85 H0 ditolak

Artinya adalah apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 lebih dari 0, 85

maka model yang tersebut memiliki sifat multikolinearitas. Apabila hubungan

antara variabel x1 dan x2 kurang dari 0,85 maka model yang tersebut tidak

memilki sifat multikolinearitas (Widarjono, 2009:106).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali, 2001).

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan lain (Gujarati, 2006:82).

Data yang diharapkan adalah memiliki varians yang sama, dan disebut

homoskedastisitas. Sedangkan jika data tersebut memiliki varians yang berbeda

maka disebut heteroskedastisitas.

68

Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji white karena

uji tersebut mudah untuk diterapkan (Gujarati, 2006:94).

Langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis

H0 : model terdapat heterokesdastisitas

Ha : model tidak terdapat heterokesdastisitas

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

- jika probabilitas OBS*R2 >0,05 siginifikan H0 ditolak

-jika probabilitas OBS*R2 <0,05 tidak signifikan H0 diterima

Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka

model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila OBS*R2 lebih kecil

dari 0,05 maka model tersebut terdapat heteroskedastisitas (Winarno, 2009:15).

5. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya) jika terjadi korelasi maka

dinamakan ada problem aotokorelasi (Ghozali, 2001:76).

Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalan sebuah model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

kesalahan pada priode t –i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik

adalah regresi bebas dari autokerelasi (Gujarati, 2006:112).

69

Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa uji

autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada priode t dengan kesalahan priode t sebelumnya pada model

regresi linear yang dipergunakan.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi.Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi

korelasi (Nisfiannor, 2009:92).

Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi, maka estimator

yang kita dapatkan memiliki karakteristik berikut ini: (i) Estimator metode

kuadrat terkecil masih linear, (ii) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak

bias, (iii) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang

minimum. Dengan demikian autokorelasi akan menyebabkan estimator hanya

bersifat LUE, tidak lagi BLUE (Best Linear Unbias Estimate) (Winarno,

2009:27).

Dalam mendeteksi permasalahan autokorelasi bisa menggunakan Uji

Breusch-Godfrey (BG). Nama lain uji ini adalah Uji lagrange-Multiplier

(Pengganda Lagrange). (Winarno, 2007:29)

Langkah-langkah pengujian.

Hipotesis

H0 : model terdapat autokorelasi

Ha : model tidak terdapat autokorelasi

-Bila prob X2 > 0.05 H0 ditolak

- Bila prob X2 < 0.05 H0 diterima

70

Artinya adalah nilai prob X2 (2) lebih besar dari 0.05 maka model dalam

penelitian terbebas masalah autokorelasi.Sebaliknya, jika nilai prob. X2 lebih

kecil dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi.

(Winarno, 2009:30)

2. Analisis Statistik

1. Uji statistik t (uji parsial)

Uji t digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak

berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara

membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari

perbedaan rata-rata dua sample (Ghozali, 2001).

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel

terikat.Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (βi)

sama dengan nol atau Ho : βi = 0, artinya apakah suatu variabel independent

bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,

atau: Ha : bi≠ 0, artinya variable tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial.

71

Hipotesis :

H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial

Ha : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial

Bila t hitung lebih besar daripada t tabel atau signifikannya kurang dari α

= 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh

signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel

dependen (Gujarati, 2006:154).

2. Uji statistik F

Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil regresi tersebut. Uji F

digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara bersama-sama.

Hipotesis

H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama-

sama

Ha : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama-

sama

Bila Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau signifikannya kurang dari α = 5%

maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh

72

signifikan secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel

dependen (Gujarati, 2006:193).

3.Koefisien determinasi ( Adjusted R Square)

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh vaiabel independen

dalam model terhadap variable dependen. Jika nilai adjusted R square adalah

satu berarti kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan tak ada variabel lain diluar model yang

menyebabkan fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004 dalam

Maysari, 2008:).

E. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka

variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai berikut:

1. Variabel tidak bebas (dependent) :

Variabel tak bebas (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel tak bebas

berupa:

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kredit (Cr).Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan undang-undang

No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992

73

tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12.

Data yang digunakan adalah data tiap bulan periode pengamatan antara Januari

2007 - Desember 2011.

2. Variable Bebas (independent) :

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel tidak bebas (independent). Variabel

tidak bebas (independent) berupa:

a.) Nilai Tukar

Niai tukar adalah perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda

antara suatu negara dengan negara lainnya.Dalam penelitian yang

digunakan dalam nilai tukar adalah mata uang Indonesia (rupiah) terhadap

mata uang Amerika Serikat (dolar) di wilayah Indonesia dengan

menggunakan kurs tengah atas ketetapan Bank Indonesia.Data yang

digunakan tersebut adalah data bulanan dari tahun 2007 hingga

2011.Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).

b.) Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah seluruh dana yang berhasil

dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas. Dalam UU

Perbankan No.10 tahun 1998, dana yang dihimpun bank umum dari

masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro (demand deposit),

simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit).

Pertumbuhan DPK diukur dari perbandingan antara selisih total DPK rata-

74

rata pada satu bulan tertentu dan bulan sebelumnya dengan total DPK rata-

rata bulan sebelumnya yang dimiliki oleh bank pemerintah selama periode

2007-2011. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).

c.) Inflasi (INF)

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus menerus selama suatu priode tertentu di negara Indonesia.

Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai indikator inflasi adalah total

kredit perbankan ditetapkan dalam laporan otoritas moneter Indonesia yaitu

Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007

hingga 2011. Satuan yang digunakan adalah persen (%)

Table 3.1Operasional Variabel

No Variable Simbol Sumber dataData

bulanan skala

1 Kredit CR StatistikIndonesia,LaporanTahunan BankIndonesia berapa edisi

2007-2011 Rasio

2 Nilai Tukar ER Statistik Indonesia,Laporan Tahunan BankIndonesia berapa edisi

2007-2011 Rasio

4 Dana PihakKetiga(DPK)

DPK Statistik Indonesia,Laporan Tahun BankIndonesia berapa edisi

2007-2011 Rasio

5. Inflasi INF StatistikIndonesia,laporanTahunan BankIndonesia berapa edisi

2007-2011 Rasio

75

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Objek Penelitian

1. Sejarah singkat kredit perbankan

Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam

pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata

“kredit” berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau

“credo” atau “ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah si

pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang

disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima

kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban

untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka

waktunya (Kasmir, 2010).

Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit

adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara

mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan

oleh bank atau badan lain (Hermasyah, 2008)

Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan

atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan

pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

76

pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-

pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga”.

“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil”.

Tabel 4.1Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011

Tahun Rata-rata kredit(Miliyar)

2007 869.841,3

2008 1.156.830

2009 1.343.194

2010 1.578.363

2011 1.963.339

Sumber data : Bank Indonesia

Gambar 4.1Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011

8 0 0 , 0 0 0

1 , 0 0 0 , 0 0 0

1 , 2 0 0 , 0 0 0

1 , 4 0 0 , 0 0 0

1 , 6 0 0 , 0 0 0

1 , 8 0 0 , 0 0 0

2 , 0 0 0 , 0 0 0

2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1

C R

77

Berdasarkan tabel dan gambar 4.1 memberikan gambaran bahwa

kredit perbankan selalu mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011.

Pada tahun 2011 kredit perbankan mengalami peningkatan

pertumbuhan kredit mencapai 1.963.339 meningkat dari tahun sebelumnya

1.578.363 diperkirakan 20%-23%. Kredit modal kerja diperkirakan masih

menjadi motor pertumbuhan kredit pada tahun 2011. Kredit konsumsi

diperkirakan masih kuatnya konsumsi rumah tangga ke depan.

Meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh kondisi

permodalan bank yang diperkirakan tetap kuat ( laporan tahunan

perekonomian indonesia, 2011).

2. Nilai Tukar

Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga

atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara

lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan,

untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam

perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian

besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang

lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap

mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset

(asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga

berlaku.

78

Variabel yang digunakan adalah nilai tukar mata uang amerika serikat

(USD) dan Indonesia (Rp) yang bersumber dari Bank Indonesia. Dan

satuan yang digunakan adalah Rupiah.

Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp)

dan grafik nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dari tahun 2007

sampai 2011 adalah sebagai berikut:

Table 4.2Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007-2011

Tahun Rata-rata Nilai Tukar(Rupiah)

2007 9.419

2008 10.950

2009 9.400

2010 8.991

2011 9.086

Sumber : Bank Indonesia

8 . 8

9 . 2

9 . 6

1 0 . 0

1 0 . 4

1 0 . 8

1 1 . 2

2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1

K U R S

Gambar 4.2Grafik Nilai Tukar (USD/Rp) Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa nilai

tukar (USD/Rp) selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Dari tahun

2007 sampai 2008 nilai tukar mengalami fluktuasi dengan trend melemah

79

dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 yang merupakan depresiasi

nilai tukar terbesar akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerika

serikat. Dan kemudian kembali membaik pada tahun 2009 sampai 2011

yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara

keseluruhan.

3. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari

masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan

deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa

besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga

yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank

Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank,

untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk

dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang

dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk

pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam

Francisca dan Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro (Demand

Deposit), Tabungan (Saving Deposit) dan Deposito (time deposit). Giro

menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan

pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.

80

Tabel 4.3Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011

Tahun Rata-rata DPK(Miliyar)

2007 1.363.063

2008 1.563.179

2009 1.828.286

2010 2.083.071

2011 2.466.870

Sumber : Bank Indonesia

1 , 2 0 0 , 0 0 0

1 , 4 0 0 , 0 0 0

1 , 6 0 0 , 0 0 0

1 , 8 0 0 , 0 0 0

2 , 0 0 0 , 0 0 0

2 , 2 0 0 , 0 0 0

2 , 4 0 0 , 0 0 0

2 , 6 0 0 , 0 0 0

2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1

D P K

Gambar 4.3Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa dpk

selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 sampai 2011 dpk

mengalami peningkatan dengan trend mencapai puncaknya pada tahun

2011 yang merupakan peningkatan terbesar. Yang mengakibatkan oleh

membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan.

4. Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga barang-barang

umum secara terus menerus selama suatu priode tertentu. inflasi juga dapat

81

diartikan sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus

dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-

barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan

nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa

didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim, 2008).

Dan dalam penelitian ini nilai satuan yang digunakan persen (%).

Berikut ini data rata-rata inflasi dari tahun 2007-2011 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4Rata-rata Inflasi Tahun 2007-2011

Tahun Inflasi(%)

2007 6.41

2008 11.19

2009 2.75

2010 6.76

2011 3.79

Sumber : Bank Indonesia

2

4

6

8

1 0

1 2

2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1

I N F

Gambar 4.4Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2007-2011

82

Berdasarkan tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan bahwa tingkat

inflasi berfluktuas. Terlihat pada tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun

2008 merupakan peningkatan inflasi yang tertinggi selama lima tahun

terakhir yaitu sebesar 11.19%. peningkatan tersebut diakibatkan krisis

global dan tingginya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III-2008

terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama

minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan

harga-harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered prices)

seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi di

semester ke dua ditahun 2008 (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2008).

Namun pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan pada titik

terendah yaitu sebesar 2.78%. Hal ini diakibatkan dari kebijakan Bank

Indonesia dengan menetapkan BI rate yang konsisten dan intervensi di

pasar valas untuk memperkuat nilai tukar rupiah (Laporan Tahunan Bank

Indonesia, 2009).

Pada tahun 2011, di tengah potensi tekanan inflasi yang masih tinggi,

inflasi dapat diarahkan pada kisaran sebesar 5%±1%. Bank Indonesia dan

pemerintah akan mengarahkan inflasi pada kisaran sasaran dengan

memperkuat bauran kebijakan serta koordinasi tersebut juga mencakup

upaya untuk mengantisipasi gangguan pasokan dan distribusi bahan pokok

(Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011).

83

B. Hasil dan Pembahasan

Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan

microsoft excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat

menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas (independent)

yaitu dpk, nilai tukar, dan inflasi. Variabel terikat (dependent) yaitu kredit

perbankan.

Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang

di natural logaritmakan (ln) dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln

merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk

memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang

bilangan dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan.

1. Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis atau regresi linear.

Untuk mengetahui model linear atau tidak membandingankan nilai

prob. Chi square(1) dengan derajat kesalahan (α) yaitu 0,05. Berikut uji

Ramsey RESET test untuk menguji menunjukkan linear atau titik pada

model :

84

Tabel 4.5Hasil Uji Linearitas

Ramsey RESET Test:F-statistic 1.173256 Prob. F(1,54) 0.2835Log likelihood ratio 1.268164 Prob. Chi-Square(1) 0.2601Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa nilai prob. Chi

square(1) adalah 0,2601. Karena nilai 0,2601 > dari derajat kesalahan

(α) yaitu = 0,05, berarti tidak ada permasalahan linearitas dengan kata

lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear,

(Ho ditolak).

b. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal

baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah

berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau

tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai

Jarque-Bera.

Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika

probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka data

tersebut tidak normal.

Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0

maka terlihat hasilnya sebagai berikut:

85

Ganbar 4.5Histogram-Normalitas test

0

2

4

6

8

10

12

-8.0e+13 -4.0e+13 0.00000 4.0e+13 8.0e+13

Series: ResidualsSample 2007M01 2011M12Observations 60

Mean 0.051953Median -5.48e+12Maxim um 8.68e+13Minim um -9.44e+13Std. Dev. 3.44e+13Skewnes s -0.034299Kurtos is 3.448516

Jarque-Bera 0.514682Probability 0.773105

Sumber : Data sekunder yang diolah

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah

0,773105. Karena nilai 0,773105 > dari derajat kesalahan (α) 5% yaitu

(0.05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga

bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya.

c. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Maka

terdapat multikolinieritas (multikol) dimana model regresi yang baik

sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan

ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel

independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana,

tidak mungkin adanya kasus multikolinieritas karena variabel

independennya hanya terdiri dari satu variabel.

86

Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang

lainnya diatas 0.85 maka bisa dipastikan adannya gejala

multikolinieritas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0

maka terlihat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas

LNKURS LNDPK INFLNKURS 1.000000 -0.218116 -0.391404LNDPK -0.218116 1.000000 0.319561

INF -0.391404 0.319561 1.000000Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi

variabel independen antara LNKURS dan LNDPK sebesar -0.218,

antara LNKURS dan INF sebesar -0.391, antara LNDPK dan INF

sebesar 0.319.

Terlihat dari tabel diatas nilai korelasi variabel independen

(yaitu DPK, nilai tukar, dan inflasi) tertinggi hanya mencapai 0.319

yaitu nilai korelasi antara dpk dan inflasi. Karena nilai 0.319 < 0.85

maka diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Hasil ini

menginformasikan model regresi yang dilakukan dapat dikatakan

terbebas dari gejala multikolinieritas. Sehingga dapat dilanjutkan ke

pengujian selanjutnya.

d. Hasil Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah

varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen)

87

untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya

sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya

permasalan heteroskedastisitas yaitu melalui uji white

heterokedasticity test.

Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau

tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tidak

terdapat heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas

OBS*R2 < 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah

menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas Test: WhiteF-statistic 0.612875 Prob. F(9,49) 0.6095Obs*R-squared 1.908542 Prob. Chi-Square(9) 0.5916Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square(9) 0.4819Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa Obs*R-square sebesar

1.908542. Dengan nilai Prob. Chi-Square adalah 0.5916. Karena nilai

0.5916 > dari derajat kesalahan (α) 5% (0.05). Maka tidak terdapat

heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang

digunakan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga

bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya.

e. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat

hubungan residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan.

Sehingga estimasi menjadi bias.

88

Untuk mengidentifikasi terjadi permasalahan autokorelasi atau

tidak dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Jika nilai Probability

(X2) lebih besar dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model

penelitian terbebas dari permasahan autokorelasi. sebaliknya, jika nilai

probability (X2) lebih kecil dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka

model penelitian terdapat permasalahan autokorelasi.

Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8Menentukan ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji Breusch-

Godfrey

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 1.882321 Prob. F(2,53) 0.1623Obs*R-squared 3.912891 Prob. Chi-Square(1) 0.1414Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan table 4.8 menunjukkan bahwa nilai prob. Chi

Square sebesar 0.1414. Karena nilai Prob. Chi-Square lebih besar

alpha (α) = 0.05 maka dapat diberikan penjelasan bahwa model

penelitian ini terbebas dari permasalah autokorelasi

2. Hasil Olah Data Dengan Ordinary Least Square (OLS)

Estimasi hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi

kredit perbankan di indonesia dilakukan pendekatan OLS yang

ditampilkan pada tabel berikut:

89

Tabel 4.9Hasil Olah Data dengan Metode OLS

Dependent Variable: D(LNCR)

Method: Least Squares

Date: 12/19/12 Time: 14:17

Sample (adjusted): 2007M02 2011M12

Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LNDPK) 0.440127 0.084458 5.211201 0.0000

D(LNKURS) 0.091737 0.042594 2.153738 0.0357

D(INF) 0.005473 0.002189 2.500504 0.0154

C 0.012120 0.001823 6.647869 0.0000

Adjusted R-squared 0.436268

Prob(F-statistic) 0.000000Sumber : Data sekunder yang diolah

Dari tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

D(LNCR) = 0.012 + 0.440 D(LNDPK) + 0.092 D(LNKURS) +

0.005 D(INF) + et

Dengan nilai konstanta sebesar 0.012. Hal ini diartikan bahwa

apabila semua variabel bebas dianggap konstan atau tidak mengalami

perubahan maka akan meningkatkan total kredit sebesar 0.12%.

Berdasarkan tabel 4.9 bisa memberikan gambaran bahwa melalui

hasil regresi berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square)

menunjukkan hasil sebagai berikut:

90

a. Uji t-statistik (uji parsial)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel

dependen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick lock, yaitu

melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan

dalam penelitian. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan

(α)=0.05.

Hipotesis

H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara

parsial

Ha : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara

parsial

Dari hasil regresi linear berganda diatas memperlihatkan hasil uji

t-statistik sebagai berikut:

1. Pengaruh t-statistik untuk variabel nilai tukar (KURS)

Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan 0.0357 dan

koefisiennya 0.0917. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan

adalah 5% (0.05). Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan

lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0357 < 0.05). Karena nilai

signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan

penjelasan bahwa variabel nilai tukar mempunyai pengaruh

91

signifikan terhadap variabel total kredit perbankan. Koefisien yang

bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel nilai tukar

mempunyai hubungan yang searah terhadap total kredit perbankan.

Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha.

2. Pengaruh t-statistik untuk variabel dana pihak ketiga (DPK)

Variabel DPK mempunyai nilai signifikan 0.0000 dan koefisiennya

0.4401. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05).

Variabel dpk mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan

alpha (α) (0.0000 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil

dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel

dpk mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel total kredit

perbankan. Sedangkan koefisien yang bertanda positif tersebut

diartikan bahwa variabel dpk mempunyai hubungan yang searah

terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan

menerima Ha.

3. Pengaruh t-statistik untuk variabel inflasi (INF)

Variabel inflasi mempunyai nilai signifikan 0.0154 dan nilai

koefisiennya 0.005. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah

5% (0.05). Variabel inflasi mempunyai nilai lebih besar

dibandingkan alpha (α) (0.0154 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih

kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa

variabel inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

total kredit perbankan. Koefisien yang bertanda positif tersebut

92

diartikan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang searah

terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan

menerima Ha.

b. Uji F-statistik (Uji bersama-sama)

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y) secara serentak. Dengan kriteria pengujian tingkat

signifikan (α)=0.05.

Hipotesis

H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen

secara simultan

Ha : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara

simultan

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dengan menggunakan Eviews 6.0

maka terlihat hasil signifikansi adalah 0.00000. Karena nilai sig

0.00000 < alpha, yaitu: 0.00000 < 0.05 yang berarti menolak H0 dan

menerima Ha. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel D(LNDPK),

D(LNKURS), dan D(INF) secara nyata signifikan mempunyai

pengaruh terhadap variabel D(LNCR).

93

c. Koefisien determinasi (adjusted R square)

Koefesien determinasi ini menunjukkan seberapa besar variabel

independen mempengaruhi variabel dependen dalam sebuah medel

dalam penelitian. Hasil hasil data menunjukkan bahwa adjusted R

square yang diperoleh dari hasil estmasi adalah sebesar 0.43. Hal ini

berarti bahwa 43 % dari variasi total kredit mampu dijelaskan oleh

variabel dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sedangkan 0.57 atau 57%

dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini menunjukan bahwa

ada faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap perubahan total

kredit perbankan.

C. Interpretasi Ekonomi

1. Nilai Tukar

Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut

menunjukan bahwa pertumbuhan nilai tukar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai

koefisiennya adalah 0.0917. Jika nilai tukar naik 1 % maka akan

meningkatkan pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 9.17%.

Dalam perkembangannya nilai tukar selalu fluktuatif. Pada tahun

2008 nilai tukar rupiah terhadap dolar naik 8.6% dari 9.419 per dolar

menjadi 10.950 perdolar. Tetapi pada tahun sebelumnya

perkembangan total kredit perbankan mengalami peningkatan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh

positif dan signifikan pada total kredit perbankan.

94

Peningkatan nilai tukar secara umum mengalami penguatan

terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan

tahun sebelumnya, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kondisi

fundamental makro ekonomi yang membaik, daya tarik investasi

keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi

global yang relatif lebih kondusif. Dengan kebijakan moneter dan

fiskal yang dijalankan secara konsisten dan berhati-hati (Laporan

Tahunan Perekonomian Indonesia, 2007).

Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati

(2009). Nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap kredit yang diberikan, hal ini terjadi karena struktur ekonomi

yang mempengaruhi pertumbuhan kredit pada kelompok bank tersebut

berbeda. Dengan demikian meskipun di indonesia mengalami dampak

krisis keuangan global, variabel makro ekonomi yang digunakan

dalam penelitian ini mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap

kredit perbankan

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut

menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan

terhadap total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah

0.440127. jika Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 1% maka akan

meningkatkan total kredit perbankan sebesar 44.01%.

95

Dalam perkembangannya Dana Pihak Ketiga (DPK) selalu

mengalami peningakatan. Peningkatan yang terendah dari tahun 2007

hingga 2011 adalah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.363.063

(Milyar). Karena pada tahun tersebut pelayanan perbankan kepada

masyarakat sedang mengalami penambahan jumlah kantor bank.

Semakin berkembangnya perekonomian di berbagai daerah dan

tingginya persaingan untuk menarik nasabah mendorong bank untuk

lebih meningkatkan dan melengkapi pelayanannya kepada

masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan

meningkatkan jumlah jaringan kantor pelayanan sehingga dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Laporan Tahunan

Perekonomian Indonesia, 2007).

Hasil regresi tersebut sesuai dengan teori bahwa kredit memiliki

pengaruh yang positif. Hal dijelaskan bahwa semakin tinggi Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada masyarakat akan

menambah jumlah total kredit perbankan. Sebaliknya, jika Dana Pihak

Ketiga yang diberikan kepada masyarakat berkurang maka akan

mengurangi total kredit perbankan. Semenjak pasca krisis yang

menimpa Indonesia tahun 1997/1998 sampai 2010, industri perbankan

berperan positif dalam mendorong perekonomian. Fungsi intermediasi

perbankan dapat berjalan dengan baik terlihat dengan peningkatan

total kredit tiap tahunnya. Peningkatan kredit yang disalurkan kepada

masyarakat tersebut membuat jumlah uang yang dipegang oleh

96

masyarakat akan bertambah. Dan artinya bahwa dengan meningkatnya

kredit akan membuat jumlah uang yang beredar dalam suatu negara

pun bertambah.

Hubungan yang positif tersebut mengindikasikan bahwa DPK

berupa deposito dan tabungan yang berhasil dihimpun oleh perbankan,

akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian

sebaliknya. Pengaruh kredit menjadi prioritas utama bank dalam

pengalokasian dananya. Hal ini dikarena kan sumber dan bank berasal

dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang

berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini

sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) (Billy Arya Pratama, 2010)

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Billy Arya Pratama (2010), Sri Haryati (2009) yang mengemukakan

bahwa DPK mempunyai yang pengaruh positif dan signifikan

terhadap total kredit perbankan. Billy Arya Pratama melakukan

penelitian dengan periode waktu tahun 2005-2009 dengan

menggunakan metode sensus dimana keseluruhan bank umum yang

terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek penelitian,

yaitu metode populasi dan sampel. Sedangkan Sri Haryati melakukan

penelitian dengan periode desember 2005 sampai desember 2008, dan

data di analisis menggunakan populasi perbankan di indonesia sampai

97

2009. Hasil ini mengungkapkan bahwa variabel DPK berpengaruh

positif terhadap total kredit perbankan.

3. Inflasi

Berdasarkan olah data yang menggunakan regresi tersebut

menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah

0.005 jika inflasi meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit

perbankan sebesar 0.5%.

Inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit.

Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang

disalurkan akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009)

bahwa, inflasi mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit.

Pada perkembangannya inflasi mengindikasikan adanya

permasalahan yang lebih mendasar dalam fenomena inflasi di

indonesia, terutama hal-hal yang terkait dengan produktivitas,

efisiensi, dan struktur perekonomian. Berdasarkan perkiraan IMF

(WEO-Januari 2011), tekanan inflasi di negara-negara maju dan

berkembang pada tahun 2011 masing-masing sebesar 1.6%(yoy) dan

6.0%(yoy), ke depan. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di

negara-negara maju diperkirakan meningkat, walaupun masih lebih

rendah dibandingkan dengan negara-negara emerging market. Dengan

kondisi tersebut kebijakan moneter di negara-negara maju secara

98

umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa negara

maju mulai melakukan pengetatan. Di sisi lain, negara-negara

emerging markets diperkirakan masih akan melakukan kebijakan yang

lebih ketat (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2011).

Menurut Bank Indonesia (2007) kenaikan inflasi akan direspon

oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga

menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK

maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya

DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat.

Peningkatan likuiditas ini berarti inflasi miliki pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan

Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga

akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatkan kemampuan

perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatkan

kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam

prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus

disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan

strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkannya.

Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap

kredit.

99

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab

sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang

dilakukannya tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F

menunjukkan bahwa variabel independen nilai tukar, DPK, dan inflasi secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen total

kredit perbankan. Dimana nilai adjusted R Square sebesar 0.43, berarti

variabel nilai tukar, DPK, dan inflasi secara simultan mempengaruhi total

kredit perbankan sebesar 43%.

2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat

disimpulkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh signifikan dan positif

terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya

adalah 0.091737. Jika penguatan nilai tukar 1 maka akan menambah total

kredit perbankan sebesar 9.17%.

3. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat

disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan dan positif

100

terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya

adalah 0.440127. Jika peningkatan dpk 1% maka akan menambah total

kredit perbankan sebesar 44.01%.

4. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat

disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan dan positif

terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya

adalah 0.005473. jika peningkatan inflasi 1% maka akan menambah total

kredit perbankan sebesar 0.5%.

B. Implikasi

1. Untuk menjaga total kredit di Indonesia agar tetap stabil pemerintah harus

mengupayakan kebijakan-kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga

stabilitas ekonomi makro yang sering kali terjadi gejolak krisis internasional.

Dengan demikian perkembangan kredit perbankan akan diimbangi dengan

kebijakan-kebijakan moneter yang stabil, sehingga mengurangi tekanan dari

gejolak ekonomi internasional.

2. Untuk menjaga besarnya tekanan meningkatnya depresiasi nilai tukar rupiah

yang dapat menggangu kestabilan makro ekonomi. Bank indonesia

diharapkan mengambil kebijakan terkait dengan stabilitas nilai tukar. Hal ini

memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris temuan ini semakin

memperkuat teori menguatnya kurs mata uang suatu negara memberikan

sinyal positif bagi perekonomian negara tersebut. Dan hasil ini

101

mengimplikasikan bahwa pemerintah harus selalu mengambil langkah

strategis untuk memperkuat tingkat kurs mata uang di negara Indonesia ini.

Apabila menurunnya rupiah akan menurunkan volume kredit di indonesia.

kredit perbankan di indonesia, pihak perbankan harus memperhatikan tingkat

suku bunga kredit yang akan diberikan, meningkatkan pelayanan dan mampu

bersaing secara kompetitif sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh

Bank Indonesia. Apabila pihak perbankan mampu memberikan suku bunga

kredit yang lebih rendah tanpa merugikan pihak bank itu sendiri, maka kredit

yang disalurkan tiap tahunnya akan terus meningkat sehingga dapat

membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memacu pertumbuhan

perekonomian di Indonesia yang positif.

3. Untuk DPK perbankan dituntut agar mampu memiliki inovasi-inovasi dan

kreatif dalam menciptakan produk-produk baru yang akan dijual ke

masarakat, agar masyarakat tertarik untuk meyimpan dananya di bank.

Produk tersebut berupa tabungan, giro dan deposito yang di keluarkan oleh

masing-masing bank yang bersaing secara kompetitif. Hal ini harus dilakukan

agar tidak kalah bersaing dengan lembaga keuangan lain seperti Koperasi,

LPD, dan BPR yang memiliki prosedur kredit yang lebih mudah. Agar dapat

menjaga kecercayaan dari masyarakat akan berdampak meningkatnya Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

total kredit pada bank-bank umum.

102

4. Melihat pentingnya inflasi yang dapat menentukan keputusan masyarakat

dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan

membuat perekonomian semakin menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus

dapat mengatur tingkat inflasi melalui kebijakan Inflation targeting

Framework (ITF), menstabilkan tingkat suku bunga agar inflasi tidak

melonjak tinggi.

5. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adanya krisis global

pada waktu periode pengamatan yang mengkhawatirkan akan mempengaruhi

hasil penelitian, dan hasil penelitian membuktikan bahwa dari ketiga variabel

moneter yang di uji, hanya variabel nilai tukar dan dpk yang berpengaruh

terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Untuk meningkatkan volume

kredit perbankan Bank Indonesia harus meningkatkan kualitas dan kuantitas

perbankan agar semakin membaik.

103

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Imam.2009. Analisis Anamoli Pasar Efisien pada Bursa Efek Indonesia.Skripsi FEIS UIN

Amidu Mohammed, Simon K. Harvey. 2006. The Impact of Monetary Policy onBanks Credit in Ghana. Journal Banking of Ghana

Apostolou, Nicholas dan grumbley. 2003. Seri Bisnis Barron : MemahamiLaporan dan Berita Keuangan. Jakarta : PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia)

Arma Billy, Pratama . 2010. Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiKebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum diIndonesia Periode Tahun 2005 - 2009).

Arifiany, Rahmawati. 2005. Analisa Variabel-Variabel Yang MempengaruhiKredit Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum Di DATI II Malang).Universitas Diponogoro Semarang.

Arthesa, Adhe dan Hendiman, Edia. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan bukanBank. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia

Bank Indonesia, 2007-2011. Laporan Bank Indonesia 2007-2011

Bank Indonesia, 2007-2011. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2007-2011

Case dan Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, ed-5. Jakarta: PT Indeks

Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finasial dan Lembaga-Lemabaga Finasial.Jakarta : PT Bumi Aksara

Ditria Yoda, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat KreditPerbankan. Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1November 2008:166-192.

Dominic, Salvator. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga

104

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar,. Jakarta : Erlangga

,. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 1. Jakarta :Erlangga

,2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 2. Jakarta :Erlangga

Gulo, W. 2002. Metodelogi Penelian. Jakarta: PT Grasindo

Haryati, Sri. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi danpengaruh Variabel Moneter Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan danPerbankan Vol.13,No. 2, Mei 2009, Hal 299-310.

Judisseno, Rimsky. 2002. Sistem Moneter dan Perbangkan di Indonesia. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro:IIIIndonesia

Kasmir. 2008. Pemasaran Bank. Jakarta : Kencana

. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers

Kuncoro, mudrajat, 2003. metode riset untuk bisnis dan ekonomi, Jakarta:Erlangga

Kurnaliyah, Nur. “Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan SyariahDengan Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, 2011.

Krugmen, Paul dan obstfeld, dan maurice . 2005. Ekonomi Internasional: teoridan kebijakan, ed-5, jilid 2. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia

Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit PerbankanKepada Sektor UMKM Di Indonesia (2002-2006). Buletin StudiEkonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007.

Mankiw, N Gregori. 2000. Pengantar Ekonomi, jilid 2. Jakarta : Erlangga

Maysari, Siti. 2008. Analisis faktor-faktor Ekonomi yang mempengaruhi NilauTukar Rupiah terhadap Mata Uang-Uang Negara-Negara Asean.Skripsi FEIS UIN

Mishkin. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta :Salemba Empat

105

Nisfiannor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial.Jakarta : Salemba Humanika

Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, ed-1. Yogyakarta : BPEF

Nyoman Ni, Aryaningsih. Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan JumlahPenghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD CabangPembantu Kediri. Jurnal Lembaga Penelitian Undiksa, April 2008

O. Emmanuel Eyo. Macroeconomic Environment and Agricultural Sector Growthin Nigeria. Journal of Agricultural Sciences 4 (6): 781-786, 2008

Sukirno, Sadono 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi.-ed.2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Widarjono, agus.2009.” Ekonometrika: teori dan aplikasi untuk ekonomi danbisnis. yogyakarta: ekonosia FE UII

Winarno, W wahyu. 2009, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Managemen YKPN

106

Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah)

OBS CR DPK KURS INF2007.1 774.834.000.000.000,00 1.279.566.000.000.000,00 9.090,00 6.262007.2 783.542.000.000.000,00 1.284.055.000.000.000,00 9.160,00 6.302007.3 800.373.000.000.000,00 1.291.379.000.000.000,00 9.118,00 6.522007.4 812.860.000.000.000,00 1.299.772.000.000.000,00 9.083,00 6.292007.5 823.976.000.000.000,00 1.305.936.000.000.000,00 8.828,00 6.012007.6 861.498.000.000.000,00 1.355.185.000.000.000,00 9.054,00 5.772007.7 871.987.000.000.000,00 1.379.211.000.000.000,00 9.186,00 6.062007.8 893.497.000.000.000,00 1.392.668.000.000.000,00 9.410,00 6.512007.9 913.950.000.000.000,00 1.400.800.000.000.000,00 9.137,00 6.952007.10 937.177.000.000.000,00 1.419.748.000.000.000,00 9.103,00 6.882007.11 962.389.000.000.000,00 1.437.600.000.000.000,00 9.376,00 6.712007.12 1.002.012.000.000.000,00 1.510.834.000.000.000,00 9.419,00 6.592008.1 987.404.000.000.000,00 1.472.485.000.000.000,00 9.291,00 7.362008.2 1.002.724.000.000.000,00 1.476.990.000.000.000,00 9.051,00 7.402008.3 1.036.065.000.000.000,00 1.466.224.000.000.000,00 9.217,00 8.172008.4 1.061.770.000.000.000,00 1.481.971.000.000.000,00 9.234,00 8.962008.5 1.096.214.000.000.000,00 1.505.725.000.000.000,00 9.318,00 10.382008.6 1.148.356.000.000.000,00 1.554.162.000.000.000,00 9.225,00 11.032008.7 1.166.558.000.000.000,00 1.534.981.000.000.000,00 9.118,00 11.902008.8 1.205.846.000.000.000,00 1.526.025.000.000.000,00 9.153,00 11.852008.9 1.246.146.000.000.000,00 1.603.425.000.000.000,00 9.378,00 12.142008.10 1.297.860.000.000.000,00 1.674.994.000.000.000,00 10.995,00 11.772008.11 1.325.323.000.000.000,00 1.707.876.000.000.000,00 12.151,00 11.682008.12 1.307.688.000.000.000,00 1.753.292.000.000.000,00 10.950,00 11.062009.1 1.289.839.000.000.000,00 1.748.814.000.000.000,00 11.355,00 9.172009.2 1.301.844.000.000.000,00 1.771.098.000.000.000,00 11.980,00 8.602009.3 1.305.389.000.000.000,00 1.786.157.000.000.000,00 11.575,00 7.922009.4 1.297.635.000.000.000,00 1.780.918.000.000.000,00 10.713,00 7.312009.5 1.305.377.000.000.000,00 1.783.644.000.000.000,00 10.340,00 6.042009.6 1.335.041.000.000.000,00 1.823.811.000.000.000,00 10.225,00 3.652009.7 1.338.116.000.000.000,00 1.806.621.000.000.000,00 9.920,00 2.712009.8 1.365.942.000.000.000,00 1.847.038.000.000.000,00 10.060,00 2.752009.9 1.366.076.000.000.000,00 1.857.251.000.000.000,00 9.681,00 2.832009.10 1.377.561.000.000.000,00 1.864.084.000.000.000,00 9.545,00 2.572009.11 1.397.578.000.000.000,00 1.896.952.000.000.000,00 9.480,00 2.412009.12 1.437.930.000.000.000,00 1.973.042.000.000.000,00 9.400,00 2.78

107

2010.1 1.405.640.000.000.000,00 1.948.890.000.000.000,00 9.502,00 3.722010.2 1.428.788.000.000.000,00 1.931.638.000.000.000,00 9.382,00 3.812010.3 1.456.114.000.000.000,00 1.982.262.000.000.000,00 9.318,00 3.432010.4 1.486.329.000.000.000,00 1.980.450.000.000.000,00 9.127,00 3.912010.5 1.531.556.000.000.000,00 2.013.216.000.000.000,00 9.021,00 4.162010.6 1.586.492.000.000.000,00 2.096.036.000.000.000,00 9.330,00 5.052010.7 1.597.981.000.000.000,00 2.082.595.000.000.000,00 9.033,00 6.222010.8 1.640.429.000.000.000,00 2.092.779.000.000.000,00 9.052,00 6.442010.9 1.659.145.000.000.000,00 2.144.064.000.000.000,00 8.982,00 5.802010.10 1.675.633.000.000.000,00 2.173.884.000.000.000,00 8.964,00 5.672010.11 1.706.403.000.000.000,00 2.212.215.000.000.000,00 8.925,00 6.332010.12 1.765.845.000.000.000,00 2.338.824.000.000.000,00 8.960,00 6.962011.1 1.746.005.000.000.000,00 2.302.056.000.000.000,00 9.057,00 7.022011.2 1.773.889.000.000.000,00 2.287.844.000.000.000,00 8.823,00 6.842011.3 1.814.846.000.000.000,00 2.351.357.000.000.000,00 8.709,00 6.652011.4 1.843.539.000.000.000,00 2.340.213.000.000.000,00 8.574,00 6.162011.5 1.889.465.000.000.000,00 2.397.179.000.000.000,00 8.537,00 5.982011.6 1.950.727.000.000.000,00 2.438.011.000.000.000,00 8.597,00 5.542011.7 1.973.599.000.000.000,00 2.464.083.000.000.000,00 8.508,00 4.612011.8 2.031.614.000.000.000,00 2.459.898.000.000.000,00 8.578,00 4.792011.9 2.079.261.000.000.000,00 2.544.862.000.000.000,00 8.823,00 4.612011.10 2.106.157.000.000.000,00 2.587.282.000.000.000,00 8.835,00 4.422011.11 2.150.873.000.000.000,00 2.644.742.000.000.000,00 9.170,00 4.152011.12 2.200.091.000.000.000,00 2.784.912.000.000.000,00 9.068,00 3.79

108

Lampiran 2 : Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural

obs LNCR LNKURS LNDPK INF2007M01 34.28367 9.114930 34.78530 6.2600002007M02 34.29485 9.122601 34.78880 6.3000002007M03 34.31610 9.118006 34.79449 6.5200002007M04 34.33158 9.114160 34.80097 6.2900002007M05 34.34516 9.085684 34.80570 6.0100002007M06 34.38969 9.110962 34.84271 5.7700002007M07 34.40180 9.125436 34.86029 6.0600002007M08 34.42616 9.149528 34.87000 6.5100002007M09 34.44880 9.120087 34.87582 6.9500002007M10 34.47389 9.116359 34.88926 6.8800002007M11 34.50044 9.145909 34.90175 6.7100002007M12 34.54079 9.150484 34.95144 6.5900002008M01 34.52610 9.136801 34.92573 7.3600002008M02 34.54150 9.110631 34.92878 7.4000002008M03 34.57421 9.128805 34.92147 8.1700002008M04 34.59871 9.130648 34.93215 8.9600002008M05 34.63064 9.139703 34.94805 10.380002008M06 34.67711 9.129672 34.97971 11.030002008M07 34.69283 9.118006 34.96729 11.900002008M08 34.72596 9.121837 34.96144 11.850002008M09 34.75883 9.146122 35.01092 12.140002008M10 34.79949 9.305196 35.05459 11.770002008M11 34.82043 9.405167 35.07403 11.680002008M12 34.80704 9.301095 35.10027 11.060002009M01 34.79329 9.337413 35.09771 9.1700002009M02 34.80256 9.390994 35.11038 8.6000002009M03 34.80528 9.356603 35.11884 7.9200002009M04 34.79932 9.279213 35.11591 7.3100002009M05 34.80527 9.243775 35.11743 6.0400002009M06 34.82774 9.232591 35.13970 3.6500002009M07 34.83004 9.202308 35.13023 2.7100002009M08 34.85062 9.216322 35.15236 2.7500002009M09 34.85072 9.177920 35.15787 2.8300002009M10 34.85909 9.163773 35.16155 2.5700002009M11 34.87352 9.156940 35.17902 2.4100002009M12 34.90198 9.148465 35.21835 2.7800002010M01 34.87927 9.159258 35.20604 3.7200002010M02 34.89560 9.146548 35.19714 3.8100002010M03 34.91455 9.139703 35.22302 3.4300002010M04 34.93509 9.118992 35.22210 3.9100002010M05 34.96506 9.107310 35.23851 4.1600002010M06 35.00030 9.140990 35.27882 5.050000

109

2010M07 35.00752 9.108640 35.27239 6.2200002010M08 35.03373 9.110741 35.27727 6.4400002010M09 35.04508 9.102978 35.30148 5.8000002010M10 35.05497 9.100972 35.31529 5.6700002010M11 35.07316 9.096612 35.33277 6.3300002010M12 35.10741 9.100526 35.38842 6.9600002011M01 35.09611 9.111293 35.37258 7.0200002011M02 35.11195 9.085117 35.36639 6.8400002011M03 35.13478 9.072112 35.39377 6.6500002011M04 35.15046 9.056490 35.38902 6.1600002011M05 35.17507 9.052165 35.41307 5.9800002011M06 35.20698 9.059169 35.42996 5.5400002011M07 35.21864 9.048762 35.44060 4.6100002011M08 35.24761 9.056956 35.43890 4.7900002011M09 35.27079 9.085117 35.47285 4.6100002011M10 35.28364 9.086476 35.48938 4.4200002011M11 35.30465 9.123693 35.51135 4.1500002011M12 35.32728 9.112507 35.56299 3.790000

Sumber : Data yang diolah

110

Lampiran 3 : Hasil uji dengan regresi metode OLS (Ordinary Least Square)

Dependent Variable: D(LNCR)Method: Least SquaresDate: 05/23/13 Time: 21:44Sample (adjusted): 2007M02 2011M12Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LNDPK) 0.440127 0.084458 5.211201 0.0000D(LNKURS) 0.091737 0.042594 2.153738 0.0357

D(INF) 0.005473 0.002189 2.500504 0.0154C 0.012120 0.001823 6.647869 0.0000

R-squared 0.465426 Mean dependent var 0.017688Adjusted R-squared 0.436268 S.D. dependent var 0.014790S.E. of regression 0.011104 Akaike info criterion -6.097576Sum squared resid 0.006782 Schwarz criterion -5.956726Log likelihood 183.8785 Hannan-Quinn criter. -6.042594F-statistic 15.96190 Durbin-Watson stat 1.659115Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber :olah data dengan menggunakan eviews 6.0

111

Lampiran 4 : Hasil Uji Liniearitas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 1.173256 Prob. F(1,54) 0.2835Log likelihood ratio 1.268164 Prob. Chi-Square(1) 0.2601

Test Equation:Dependent Variable: D(LNCR)Method: Least SquaresDate: 05/23/13 Time: 21:52Sample: 2007M02 2011M12Included observations: 59

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LNDPK) 0.674048 0.231839 2.907397 0.0053D(LNKURS) 0.145831 0.065595 2.223222 0.0304

D(INF) 0.007799 0.003064 2.545569 0.0138C 0.014479 0.002838 5.101204 0.0000

FITTED^2 -12.93767 11.94427 -1.083170 0.2835

R-squared 0.476794 Mean dependent var 0.017688Adjusted R-squared 0.438038 S.D. dependent var 0.014790S.E. of regression 0.011087 Akaike info criterion -6.085172Sum squared resid 0.006638 Schwarz criterion -5.909110Log likelihood 184.5126 Hannan-Quinn criter. -6.016445F-statistic 12.30245 Durbin-Watson stat 1.689188Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : data diolah dengan eviews 6.0

112

Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-8.0e+13 -4.0e+13 0.00000 4.0e+13 8.0e+13

Series: ResidualsSample 2007M01 2011M12Observations 60

Mean 0.051953Median -5.48e+12Maximum 8.68e+13Minimum -9.44e+13Std. Dev. 3.44e+13Skewness -0.034299Kurtos is 3.448516

Jarque-Bera 0.514682Probability 0.773105

Sumber : data diolah dengan eviews 6.0

113

Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinearitas

LNDPK LNKURS INF

LNDPK 1.000000 -0.218116 -0.391404

LNKURS -0.218116 1.000000 0.319561

INF -0.391404 0.319561 1.000000Sumber : data diolah dengan eviews 6.0

114

Lampiran 7 : Hasil Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.882321 Prob. F(2,53) 0.1623Obs*R-squared 3.912891 Prob. Chi-Square(2) 0.1414

Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 05/23/13 Time: 21:47Sample: 2007M02 2011M12Included observations: 59Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LNDPK) -0.017998 0.086553 -0.207937 0.8361D(LNKURS) -0.010595 0.043015 -0.246314 0.8064

D(INF) -0.001323 0.002260 -0.585383 0.5608C 0.000115 0.001820 0.063436 0.9497

RESID(-1) 0.156340 0.142255 1.099010 0.2767RESID(-2) 0.205214 0.143055 1.434512 0.1573

R-squared 0.066320 Mean dependent var -2.94E-19Adjusted R-squared -0.021763 S.D. dependent var 0.010813S.E. of regression 0.010930 Akaike info criterion -6.098401Sum squared resid 0.006332 Schwarz criterion -5.887126Log likelihood 185.9028 Hannan-Quinn criter. -6.015928F-statistic 0.752928 Durbin-Watson stat 2.028883Prob(F-statistic) 0.587691

Sumber : data diolah dengan eviews 6.0

115

Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.612875 Prob. F(9,49) 0.6095Obs*R-squared 1.908542 Prob. Chi-Square(9) 0.5916Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square(9) 0.4819

Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 05/25/13 Time: 19:32Sample: 2007M02 2011M12Included observations: 59

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.000110 3.54E-05 3.102927 0.0030(D(LNKURS))^2 0.002350 0.007165 0.328019 0.7441(D(LNDPK))^2 -0.024623 0.036771 -0.669635 0.5059

(D(INF))^2 3.23E-05 2.91E-05 1.112013 0.2710

R-squared 0.032348 Mean dependent var 0.000115Adjusted R-squared -0.020433 S.D. dependent var 0.000200S.E. of regression 0.000202 Akaike info criterion -14.11271Sum squared resid 2.24E-06 Schwarz criterion -13.97186Log likelihood 420.3248 Hannan-Quinn criter. -14.05772F-statistic 0.612875 Durbin-Watson stat 2.149570Prob(F-statistic) 0.609546

Sumber : data diolah dengan eviews 6.0