analisis pengaruh ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap...

11
ANALISIS PENGARUH EKUIVALEN NISBAH BAGI HASIL TABUNGAN DAN FREKUENSI PENCAIRAN PEMBIAYAAN TERHADAP JUMLAH NASABAH BARU PADA BMT BENGKULU A. Latar Belakang Pada dekade 70-an mulailah timbul sosok Ekonomi Islam dan Lembaga Keuangan Islam dalam tatanan dunia internasional, kajian ilmiah tentang Sistem Ekonomi Islam marak menjadi bahan diskusi kalangan akademisi diberbagai Universitas Islam, hasil kajian tersebut dalam tataran aplikatif mulai menuai hasilnya dengan didirikan Islamic Development Bank di Jeddah tahun 1975 yang diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam dikawasan Timur Tengah. Hal ini bahkan banyak menggiring asumsi masyarakat bahwa Sistem Ekonomi Islam adalah Bank Islam, padahal Sistem Ekonomi Islam mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, Fublic Finance, model pembangunan ekonomi dan instrumen- instrumennya. 1 1 Ekonomi syari’ah: Tinjauan Bagi Hasil, ww.myqur’an.com, tanggal 26 oktober 2001.

Upload: dahlia-tambajong

Post on 15-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

khk

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH EKUIVALEN NISBAH BAGI HASIL TABUNGAN DAN FREKUENSI PENCAIRAN PEMBIAYAAN TERHADAP JUMLAH NASABAH BARU PADA BMT BENGKULU

A. Latar Belakang

Pada dekade 70-an mulailah timbul sosok Ekonomi Islam dan Lembaga Keuangan Islam dalam tatanan dunia internasional, kajian ilmiah tentang Sistem Ekonomi Islam marak menjadi bahan diskusi kalangan akademisi diberbagai Universitas Islam, hasil kajian tersebut dalam tataran aplikatif mulai menuai hasilnya dengan didirikan Islamic Development Bank di Jeddah tahun 1975 yang diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam dikawasan Timur Tengah. Hal ini bahkan banyak menggiring asumsi masyarakat bahwa Sistem Ekonomi Islam adalah Bank Islam, padahal Sistem Ekonomi Islam mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, Fublic Finance, model pembangunan ekonomi dan instrumen-instrumennya. [footnoteRef:2] [2: Ekonomi syariah: Tinjauan Bagi Hasil, ww.myquran.com, tanggal 26 oktober 2001.]

Keraguan banyak pihak tentang eksistensi Sistem Ekonomi Islam sebagai model alternatif sebuah sistem tak terelakan, pandangan beberapa pakar mengatakan Sistem Ekonomi Islam hanyalah akomodasi dari Sistem Kapitalis dan Sosialis nyaring disuarakan, tetapi hal tersebut terbantahkan baik melalui pendekatan historis dan faktual karena dalam kenyataanya, terlepas dari beberapa kesamaan dengan sistem ekonomi lainnya terdapat karakteristis khusus bagi Sistem Ekonomi Islam sebagai landasan bagi terbentuknya suatu sistem yang berorientasi terhadap kesejahteraan masyarakat. [footnoteRef:3] [3: Ekonomi syariah: Tinjauan Bagi Hasil, ww.myquran.com, tanggal 26 oktober 2001.]

Sistem Ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh sistem ajaran Islam secara integral dan komprehensif. Sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam mengacu pada saripati ajaran Islam. Kesesuaian Sistem tersebut dengan Fitrah manusia tidak ditinggalkan, keselarasan inilah sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam implementasinya, kebebasan berekonomi terkendali menjadi ciri dan Prinsip Sistem Ekonomi Islam, kebebasan memiliki unsur produksi dalam menjalankan roda perekonomian merupakan bagian penting dengan tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dengan segala potensi yang dimilikinya, kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas di kendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya, keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak Sistem Sosial yang ada.Konsep tentang Bank Islam adalah relatif baru bagi masyarakat Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia. Walaupun para tokoh Islam telah memikirkan konsep dasar bagi Bank Islam yang bebas riba, namun baru pada tahun 1992 Indonesia memiliki sebuah Bank Islam, yaitu Bank Muamalat.Dalam menjalankan peranannya ditengah-tengah sistem perbankan nasional, Bank Muamalat berdasarkan kepada UU Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip Bagi Hasil yang kemudian dijabarkan dalam S.E. BI No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993. [footnoteRef:4] [4: Ekonomi syariah: Tinjauan Bagi Hasil, ww.myquran.com, tanggal 26 oktober 2001.]

Karena dalam kenyataannya praktik sistem Bank Islam ini masih baru adalah wajar bila kurang dimengerti dan dipandang dengan penuh keingintahuan dan keraguan. Namun demikian, Bank Muamalat telah menawarkan hampir semua jenis produk dan pelayanan perbankan, baik berupa produk Funding (Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah) dan Pembiayaan (Pembiayaan Mudharabah, BaiBitsaman Ajil, Al Qadr Hasan) maupun jasa-jasa lainnya seperti jualbeli valuta asing (Al Sharf), pemberian jaminan (Al kafalah), penerbitan LC (Al Wakalah), dan jasa-jasa lain seperti yang dapat diberikan oleh Bank Umum. [footnoteRef:5] [5: Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran: Perencanaan, implementasi dan pengendalian, Edisi kesembilan, Jilid 1 dan Jilid 2, Penerbit: PT. Prenhallindo, Jakarta. Hal 29]

Salah satu misi Bank Muamalat adalah ikut berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama melalui peningkatan peranan pengusaha muslim dan bertekad untuk bertindak sebagai katalisator dalam mengembangkan Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah.Untuk mencapai misi tersebut, telah dilakukan beberapa upaya diantaranya : Bank Muamalat bekerjasama dengan MUI dan ICMI mendirikan Yayasan Inkubasi Usaha Kecil yang pada tahap pertama melalui pengembangan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dengan tujuan untuk menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, melalui usaha Simpan Pinjam.Masalahnya adalah hingga saat ini belum diperoleh data yang memberikan gambaran seberapa besar potensi masyarakat yang menjadi sasaran utama bagi pemasaran produk perbankan Islam tersebut, yang memang memilih Lembaga Keuangan Syariah karena menganggap bunga bank itu riba, mengingat banyaknya nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah tesebut yang tidak berbank tunggal. Disamping masalah Bagi Hasil masih perlu dikaji lagi faktor lain yang menjadi daya tarik Lembaga Keuangan Syariah seperti Produk Pembiayaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah dengan maksud akan memperjelas apa yang akan penulis kemukakan yaitu penulis mencoba untuk memberikan diskripsi kuantitatif tentang pengaruh ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan terhadap jumlah nasabah baru pada BMT Bengkulu Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan pada skripsi ini adalah :1.Apakah ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap jumlah nasabah baru pada BMT Bengkulu ?.2. Yang mana (ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan atau frekuensi pencairan pembiayaan) yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah nasabah baru pada BMT Bengkulu ?.

C. Batasan Masalah

Dalam skripsi ini penulis hanya akan menyoroti masalah yang berkaitan dengan jumlah nasabah baru sebagai akibat dari daya tarik Lembaga Keuangan Syariah yang diabstraksikan oleh produk yang ditawarkan yaitu produk tabungan dan pembiayaan yang berdasarkan pola Bagi Hasil.Ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan merupakan tingkat Bagi Hasil yang diberikan kepada nasabah penabung yang diabstraksikan dalam persentase (%). Ekuivalen nisbah bagi hasil diberikan setiap bulan kepada nasabah penabung dan ekuivalen dengan tingkat suku bunga pada bank konvensional per bulan.Adapun tempat penulis mengambil data penelitian adalah pada Lembaga Keuangan Syariah BMT Al Karomah Martapura, sedangkan produk yang akan menjadi objek penelitian adalah Tabungan Wadiah, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah dan Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil. Produk-produk tersebut merupakan produk andalan yang terdapat pada Lembaga Keuangan Syariah BMT Bengkulu yang secara langsung menjadi daya tarik orang untuk menjadi nasabah baru.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Islam program studi Ekonomi Islam. 2. Tujuan KhususAdapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam skripsi ini adalah :1. Untuk mengetahui apakah ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan dan frekuensi pencairan pembiayaan berpengaruh terhadap jumlah nasabah baru pada BMT Bengkulu 2. Untuk mengetahui yang mana (ekuivalen nisbah bagi hasil tabungan atau frekuensi pencairan pembiayaan) yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah nasabah baru pada BMT Bengkulu

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara AkademisDiharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, pengalaman dan penerapan dari teori yang ada terutama khususnya pada Ilmu Bank dan Lembaga Keuangan dan Ekonomi Syariah. 2. Secara PraktisDiharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Lembaga Keuangan Islam BMT Bengkulu dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan untuk meningkatkan jumlah nasabah baru.F. Hasil Penelitian TerdahuluHasil survei oleh infobank menyatakan bahwa pada saat bagi hasil yang diberikan kepada deposan secara individual relatif sama dengan bulan-bulan sebelumnya, namun sangat kecil dibanding suku bunga pada bank-bank konvensional yang merangkak naik akibat naiknya suku bunga BI. Melihat perbandingan seperti ini para deposan besar cenderung menarik dananya, sementara deposan kecil tidak demikian.Dari hasil survei infobank di atas maka dapat penulis kemukakan bahwa nasabah besar lebih tertarik menjadi nasabah karena pengaruh tingkat bagi hasil tabungan dan dilain pihak nasabah kecil tertarik menjadi nasabah karena menghendaki pembiayaan dari Lembaga Keuangan Syariah dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Syariah BMT Al Karomah Martapura. Hasil penelitian terhadap responden di Jawa menunjukkan, bagi nasabah bank syariah, motivasi menyimpan uang di bank dengan sistem syariah lebih didasarkan pada pertimbangan pelayanan yang cepat (31,5 persen), menjalankan syariah agama (29 persen), dan tidak menggunakan sistem bunga tetapi bagi hasil (20,7 persen).Bank Syariah juga memiliki potensi untuk mengembangkan bisnisnya. Dari penelitian di beberapa daerah di Jawa, peminat Bank Syariah lebih banyak berasal dari kalangan menengah ke bawah. Padahal, saat ini yang sudah menjadi nasabah bank syariah lebih banyak dari kalangan menengah ke atas. Bank syariah juga berpotensi untuk dikembangkan pada daerah dengan sektor UKM yang baik dengan produk pembiayaannya, tetapi belum tersentuh oleh bank konvensional. Achjar Iljas mencontohkan daerah Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan Bank Syariah. "Selain didukung karakteristik masyarakat Minangkabau yang berjiwa wirausaha, mayoritas masyarakat di Sumatera Barat beragama Islam", tambahnya. Disaat tingkat bagi hasil yang diterima oleh para deposan bank syariah kurang lebih setara atau lebih baik daripada tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional, maka bank syariah akan menjadi prioritas utama