analisis pengaruh debt to assets ratio, likuiditas

44
ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN KAS TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2010 (Skripsi) Oleh AYU VENIA MELLIZA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

Upload: hakiet

Post on 21-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN

KAS TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MAKANAN

DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2005-2010

(Skripsi)

Oleh

AYU VENIA MELLIZA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012

Page 2: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN KAS TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MAKANAN

DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2010

Oleh

AYU VENIA MELLIZA

Setiap perusahaan dalam menjalankan usaha bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik atau share holder, melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan deviden. Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan ke perusahaan. Untuk memperoleh tingkat ROE yang tinggi, perusahaan harus meningkatkan pengelolaan perusahaan, antara lain dalam memenuhi kebutuhan sumber modal untuk investasi, meningkatkan kemampuan membayar kewajibannya (likuiditas), dan pengelolaan modal kerja yang salah satunya berupa kas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap ROE pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005 hingga 2010. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 perusahaan makanan dan minuman (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Pengambilan sampel metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria atau ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel tersebut dan sampel yang diperoleh sebanyak 6 perusahaan. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik melalui regresi linear berganda dan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai t hitung dan F hitung pada uji regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to assets ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap ROE (0,003 < α 0,05) , maka peningkatan financial leverage akan meningkatkan ROE. Sedangkan likuiditas dan perputaran kas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE, dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,280 dan 0,802. Namun, berbeda dengan hasil secara bersama-sama, debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas berpengaruh terhadap ROE.

Kata kunci: Return on Equity, Debt to Assets Ratio, Likuiditas, Perputaran Kas.

Page 3: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Nama : Ayu Venia Melliza

NPM : 0411031037

No Telepon : 085366130459

Email : [email protected]

Pembimbing 1 : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M.,C.P.A

Pembimbing 2 : Komaruddin, S.E., M.Si., Akt.

Page 4: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan dalam menjalankan usaha bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan

pemilik atau share holder, melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan

keputusan deviden yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat dari

sudut pandang manajemen keuangan. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus inovatif

dan mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat melalui pemanfaatan seluruh potensi

sumber daya perusahaan.

Salah satu ukuran untuk mengetahui sampai sejauh mana perusahaan mampu memberikan

kemakmuran kepada para pemilik atau share holder dapat dianalisis melalui tingkat return on

equity (ROE) perusahaan tersebut. ROE dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam

menyediakan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanam oleh investor. Semakin

tinggi ROE, efisiensi penggunaan modal sendiri oleh perusahaan akan semakin baik dan

kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik akan meningkat.

Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya. Menurut Brigham &

Houston (2004: 468) dalam Ramadhan (2008), terdapat kemungkinan untuk mendanai sebuah

perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan mendapatkan

bagian yang substansial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang menggunakan saham

preferen. Untuk melakukan pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas

penggunaan dana utang atau saham, perusahaan dapat melakukan kebijakan leverage.

Dari pinjaman atau utang yang telah didapatkan, perusahaan dapat menambah investasinya. Dari

investasi tersebut, perusahaan mengharapkan pengembalian yang maksimal. Penggunaan utang

dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan, diharapkan dapat

Page 5: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan dibandingkan hanya dengan

menggunakan modal sendiri yang jumlahnya terbatas.

Menurut Brigham dan Houston (2006), tingkat leverage operasi yang tinggi memiliki konsekuensi bahwa perubahan pendapatan dalam jumlah yang relatif kecil akan mengakibatkan perubahan yang besar dalam profitabilitas. Lebih lanjut lagi Brigham dan Houston menjelaskan bahwa entitas yang meningkatkan utangnya akan mengkonsentrasikan risiko bisnisnya kepada para pemilik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara leverage dan profitabilitas.

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal yang cukup. Adanya modal

kerja yang cukup, memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis mungkin, sehingga

perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan.

Modal adalah sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Modal yang sudah

dihimpun, digunakan untuk keperluan operasi (jangka pendek) dan untuk investasi jangka

panjang. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan di hadapkan pada

masalah adanya pertukaran antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan

memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan likuiditas akan

terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun pada akhirnya

berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan

profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi

likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat

kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat

pada waktunya.

Likuiditas (Riyanto, 2001: 25) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-

alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan

kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai

kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban

Page 6: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan

sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.

Menurut Munawir (2007:71), suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat

apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada waktu

ditagih (kewajiban kepada pihak ekstern); memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi

yang normal (kewajiban kepada pihak intern); membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan;

memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

Selain tingkat likuiditas, perputaran kas yang tinggi juga dapat menimbulkan keuntungan yang

maksimal. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan

bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara

jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian,

tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas

atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Semakin tinggi

perputaran kas, maka akan semakin baik. Hal ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kas

tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Debt to Assets Ratio, Likuiditas, dan Perputaran Kas terhadap Return on

Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2005-2010”.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity?

2. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap return on equity?

3. Apakah perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap return on equity?

4. Apakah debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap return on equity?

1.3 Batasan Masalah

Page 7: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Penelitian ini hanya menguji pengaruh debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas

terhadap ROE pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005-2010.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh debt to

assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap return on equity. Penelitian ini dapat

memeberikan manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori dan metodologi bagi peneliti lain

untuk mengembangkan teori atau penelitian lain mengenai pengaruh debt to assets ratio,

likuiditas, dan perputaran kas terhadap ROE.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menggunakan

sumber dana pinjaman yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat

penghasilan bagi pemegang saham.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menggunakan

modal seefisien mungkin sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam

menghasilkan output bagi perusahaan serta meningkatkan laba.

Page 8: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Modal2.1.1 Pengertian Modal

Modal sangat berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan yang menggambarkan perusahaan

dalam memenuhi dapat didanai oleh modal sendiri secara keseluruhan atau didanai dengan

modal sendiri dan ditambah dengan modal berasal dari pinjaman. Definisi modal menurut

Warren, Reeve dan Philip (2005:5), modal atau ekuitas pemegang saham adalah jumlah total dari

dua sumber utama ekuitas saham, yaitu modal disetor dan laba ditahan. Berdasarkan pengertian

di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memperoleh dana untuk menjalankan

kegiatan usahanya dengan memperoleh dari modal disetor yang berupa saham biasa, saham

preferen, dan laba ditahan yang berasal dari operasi perusahaan.

2.1.2 Sumber Modal

Menurut Riyanto (2001:209), modal dapat dilihat dari asalnya, sumber modal terdiri:

1. Sumber Intern (Internal Sources)

Sumber intern adalah modal yang dihasilkan dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat berasal

dari laba ditahan dan akumulasi penyusutan.

2. Sumber Ekstern (External Sources)

Page 9: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan atau dana yang diperoleh dari para kreditur

atau pemegang saham yang merupakan bagian dalam perusahaan.

2.1.3 Jenis-jenis Modal

Sumber modal eksternal, terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Modal Asing

Modal asing atau utang terbagi atas tiga golongan, yaitu:

a. Utang Jangka Pendek (Short-term Debt)

Utang jangka pendek atau lancar suatu kewajiban atau utang yang terjadi dalam kaitannya

dengan operasi normal perusahaan (Harnanto, 2003:5). Utang jangka pendek terdiri dari:

1. Utang Dagang

2. Utang Wesel

3. Utang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini

b. Utang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)

Menurut Riyanto (2001:227), utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktunya antara

satu sampai sepuluh tahun. Utang jangka menengah terdiri dari:

1. Term Loan

2. Leasing

c. Utang Jangka Panjang (Long-term Debt)

Menurut Riyanto (2001:238), jenis utang jangka panjang, yaitu:

1. Pinjaman Berjangka

Pinjaman berjangka (long-term) merupakan suatu perjanjian dimana peminjam setuju

untuk melakukan pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman pada tanggal

tertentu sesuai dengan perjanjian kepada pihak yang meminjamkan..

2. Obligasi

Obligasi adalah instrumen (surat) utang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan

obligasi untuk membayar pemegang obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga pada

saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Pada umumnya diterbitkan dengan jangka waktu

berkisar antara 5 sampai 10 tahun.

3. Hipotik

Page 10: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Hipotik merupakan pinjaman berjangka, dimana pemberi uang diberi hak hipotik

terhadap suatu barang yang tidak bergerak. Apabila pihak peminjam (debitur) tidak

memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut

dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.

2. Modal Sendiri

Menurut Riyanto (2001:240), modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan

dan juga tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas. Modal sendiri di dalam

suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas terdiri dari:

a. Modal Saham

Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Semakin banyak persentase saham

yang dimiliki, maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional

perusahaan.

Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Saham Biasa (Common Stock)

Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:734), saham biasa adalah jenis saham yang

merupakan jenis saham dasar perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk

memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan.

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen adalah saham yang para pemegang sahamnya mempunyai prioritas

terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan, bila perusahaan

(emiten) dilikuidasi.

b. Laba Ditahan (Retained Earning)

Laba ditahan merupakan penahanan keuntungan yang mempunyai tujuan, maka disebut dengan

cadangan. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang

diperoleh oleh perusahaan selama beberapa tahun berjalan. Sedangkan penahanan keuntungan

tersebut belum mempunyai tujuan tertentu, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan

yang ditahan.

Page 11: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

2.2 Leverage

Leverage merupakan penggunaan aset dalam sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya

tetap (beban bunga) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Dengan kata lain, leverage adalah penggunaan dana yang menuntut peningkatan untuk

membayar biaya tetap. Leverage keuangan menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk

membiayai investasinya.

2.2.1 Operating Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2006:12), operating leverage adalah tingkat sampai sejauh mana

biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage juga dapat

diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap dengan harapan pendapatan yang

dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel.

2.2.2 Financial Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2006:17), financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana

sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah

perusahaan. Menurut Garrison dan Noreen (2001:790), financial leverage merupakan

pemerolehan aktiva dengan dana yang diperoleh dari kreditur atau pemegang saham preferen

dengan tingkat pengembalian tertentu. Sedangkan definisi menurut Riyanto (2001:375), financial

leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar

pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share.

2.3 Debt to Assets Ratio

Debt to assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva

perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meningkatnya debt to total assets disebabkan oleh meningkatnya total utang (debt) dan meningkatnya total aset, tetapi peningkatan total utang lebih besar daripada peningkatan total aset (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2007). Semakin tinggi rasio ini, semakin besar jumlah

modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva, guna menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan.

2.4 Likuiditas

Page 12: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Likuiditas menurut Riyanto (2001) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-

alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan

kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.

Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu

perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai

dimanakah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Dasar

perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya

kewajiban lancar, sehingga dapat diperkirakan bahwa pada suatu saat dilakukan likuiditas dari

aktiva lancar dan ternyata nilainya lebih rendah dari yang tercantum di neraca, namun masih

terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat,

sehingga dapat memenuhi kewajibannya, menurut Tunggal (1995) dalam Ramadhan (2008).

2.5 Perputaran Kas

Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan

sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu pereode tertentu. Tingkat

perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui

penjualan makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya

volume penjualan. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan

dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata.

2.6 Return on Equity

Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001:789) adalah membagi earning after

tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki

oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian

(2002:122), ROE adalah ukuran pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang

saham biasa dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan.Rasio ini menunjukkan

kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang

menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor

karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut.

Page 13: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

2.7 Kerangka Pemikiran

Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan menandakan pertumbuhan perusahaan pada

masa yang akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas

yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan,

dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan

volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas

dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada

dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa keuntungan akan sulit bagi

perusahaan untuk menarik modal dari luar.Terdapat beberapa rasio untuk mengukur

profitabilitas, tetapi dalam penelitian ini hanya akan membahas satu rasio profitabilitas, yaitu

return on equity.

Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi

para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan ke perusahaan. Secara umum,

semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik kedudukan pemilik

perusahaan. Menurut Sartono (2001:124), Return on equity atau return on net worth mengukur

kemamupuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini juga

dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini

juga makin besar.

Untuk mengembangkan usahanya, salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk menambah

modalnya yaitu dengan penggunaan utang. Menurut Jensen (1986), utang memainkan peran

penting dalam memotivasi manajer untuk meningkatkan efisiensi organisasi dan rasio utang yang

optimal diperoleh ketika tambahan manfaat (marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan

tambahan biayanya (marginal cost). Pada range tertentu, yaitu pada saat marginal benefit lebih

besar daripada marginal cost, profitabilitas meningkat sampai titik tertentu seiring dengan

meningkatnya utang. Akan tetapi, profitabilitas menurun seiring dengan meningkatnya utang

pada saat marginal cost lebih besar daripada marginal benefit. Meningkatnya debt to total assets

disebabkan oleh meningkatnya total utang (debt) dan meningkatnya total aset, tetapi peningkatan

total utang lebih besar daripada peningkatan total aset (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2007).

Selain itu, penggunaan modal kerja yang efisien dan perputaran kas yang tinggi berpengaruh

juga terhadap peningkatan profitabilitas.

Page 14: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Salah satu faktor yang menentukan sukses atau gagalnya perusahaan adalah likuiditas. Menurut

Munawir (2007:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sebuah perusahaan dikatakan mampu

memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan tersebut mempunyai alat

pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendeknya.

Perusahaan dihadapkan pada permasalahan adanya pertukaran antara faktor likuiditas dan

profitabilitas pada saat penentuan kebijakan modal kerja yang efisien. Jika perusahaan

memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan likuiditas akan

terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun pada akhirnya

berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan

profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi

likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat

kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat

pada waktunya.

Penelitian yang dilakukan Dani (2003) mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi

modal kerja terhadap profitabilitas, hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor

likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat profitabilitas, sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak

berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hernawati (2007) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap

profitabilitas. Sedangkan Siwi (2005) mengenai analisis pengaruh efisiensi modal kerja,

likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas, menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas

tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, namun secara simultan berpengaruh terhadap

profitabilitas. Rosmiati (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat perputaran kas,

piutang, dan persediaan terhadap profitabilitas. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

profitabilitas dipengaruhi oleh perputaran kas dan perputaran piutang. Sedangkan hasil penelitian

Wartini (2006) dan Menuh (2008) mempunyai hasil yang berbeda yaitu perputaran kas tidak

mempunyai pengaruh terhadap ROI.

Page 15: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

2.8 Pengembangan HipotesisBerdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

H1: Debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity

H2: Likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity.

H3: Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap return on equity.

H4: Debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap return on equity.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif, hanya menggunakan data sekunder

berupa laporan keuangan dari perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode 2005-2010.

3.2 Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan

keuangan auditan secara konsisten dan lengkap selama periode 2005-2010.

b. Perusahaan makanan dan minuman yang tidak mengalami delisting dari BEI selama

periode 2005-2010.

c. Memiliki saldo laba positif dan ekuitas positif.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:

a. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan return

on equity (ROE) dengan rumus:

Page 16: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Return on Equity = Earning After TaxEquity

Debt to assets ratio = Total Utang Total Aktiva

Rasio Lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar

Perputaran Kas = Penjualan tunai

Kas Rata-rata

Keterangan:Earning After Tax : Laba setelah pajakEquity : Modal sendiri

b. Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independen terdiri dari tiga variabel, yaitu:

1. Debt to assets ratio

Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan besarnya perbandingan antara total utang

dengan total aktiva. Indikatornya adalah total utang dan total aktiva, dengan gambaran rumus:

2. Likuiditas

Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Likuiditas dapat

diproksikan dengan menggunakan current ratio atau rasio lancar:

3. Perputaran Kas

Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kecepatan kembalinya modal kerja yang

tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan.

Perputaran kas dapat dihitung dengan rumus:

3.5. Analisis Regresi Berganda

Page 17: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Analisis regresi berganda merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan

antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini untuk

mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.

Arah yang ditunjukkan oleh tanda positif atau negatif dilihat pada koefisien regresi, sedangkan

intensitas ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi. Model yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

Keterangan:ROE : Return on Equitya : Konstantab1, b2, b3 : Koefisien regresiDAR : Debt to assets ratioCR : Current ratioPK : Perputaran kasε : Error

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya

korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Adanya multikolinearitas dapat

dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena

. Jika nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF < 10, maka tidak terdapat

multikolinearitas. Tetapi jika nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10, maka terdapat

multikolinearitas (Ghozali, 2005).

b. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi harus memenuhi beberapa asumsi klasik, salah satunya yaitu tidak terjadi

heteroskedastisitas. Nilai residual atau error dalam model regresi adalah homoskedastisitas atau

memiliki variance yang sama. Heteroskedastisitas dapat disebabkan karena adanya data yang

outlier, dapat juga timbul karena adanya pelanggaran terhadap asumsi klasik. Untuk mendeteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola diagram scatterplot atau diagram pencar.

ROE = a + b1 DAR + b2 CR + b3 PK + ε

Page 18: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Ketentuannya, jika titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka nol sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar

kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode

sebelum). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk

mendeteksi adanya autokorelasi digunakan uji Durbin – Watson (DW Test). Berikut ini tabel

pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Tabel 3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi positif atau negatif

TolakNo decisionTolakNo decisionTidak ditolak

0 < d < dL

dL ≤ d ≤ dU

4 – dL < d < 44 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

dU < d < 4 – dU

Keterangan: dU = Durbin-Watson Upper; dL = Durbin-Watson Lower

Sumber: Ghozali, 2005

Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (dU) dan (4 – dU), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dL), maka koefisien

autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

Bila nilai DW lebih besar daripada (4 – dL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada

nol, berarti ada autokorelasi negatif.

Bila nilai DW terletak di antara batas atas (dU) dan batas bawah (dL) atau DW terletak antara

(4 – dU) dan (4 – dL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual mempunyai distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi nilai residual

memiliki distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik

Page 19: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan uji statistik dapat

dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS).

3.5.3. Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan uji hipotesis, yang dilakukan adalah menghitung besarnya masing-masing

variabel independen dari setiap perusahaan. Setelah data variabel dependen dan independen

tersedia, dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data layak untuk regresi. Untuk

memutuskan apakah hipotesis diterima atau tidak, maka dapat dilihat dari nilai t hitung dan f

hitung beserta nilai probabilitas atau signifikansi pada uji regresi.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

parsial dapat dilihat melalui nilai t hitung. Pengujian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95%

dengan ketentuan: apabila p-value > 0,05, maka Ha ditolak, artinya secara individual variabel

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila p-

value < 0,05, maka Ha diterima, artinya secara individual masing- masing variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Sedangkan untuk menguji apakah variabel independen (debt to assets ratio, likuiditas dan

perputaran kas) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen

(ROE) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

variabel dependen atau tidak, dapat dilihat melalui nilai F hitung dan signifikansi. Jika nilai

signifikan (α) di atas 5% berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan (α) kurang dari 5% berarti secara

bersama-sama variabel dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel independen. Analisis

ini juga bisa dilihat dengan membandingkan antara F tabel dengan F hitung . Jika F tabel > F

hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

Page 20: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek Penelitian yang digunakan adalah perusahaan makanan dan minuman (Food and

Beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang memenuhi kriteria selama

periode 2005-2010. Setelah populasi disaring dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan,

maka diperoleh sampel sebanyak 6 perusahaan. Berikut ini hasil dari penyaringan kriteria

pengambilan sampel dan nama perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian ini.

Tabel 4.1 Pengambilan Sampel

No Keterangan Jumlah1 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI selama

2005-2010

19

2 Perusahaan yang tidak terdaftar dan terklarifikasi selama 2005-2010 (7)

3 Perusahaan dengan laba negatif dan ekuitas negatif (6)  Jumlah akhir sampel 6

Tabel 4.2 Nama Perusahaan Sampel

No Nama Emiten1 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF2 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI

Page 21: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

3 PT. Mayora Indah Tbk. MYOR4 PT. Siantar Top Tbk. STTP5 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. ULTJ

6 PT. Delta Jakarta Tbk. DLTA

4.2 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Bedarasarkan pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Services Solution)

versi 16.0, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik DeskriptifDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 36 ,10 323,60 27,3200 54,13897Debt to Assets Ratio 36 ,16 ,89 ,4400 ,17885Likuiditas 36 52,84 633,08 217,4783 133,79779Perputaran Kas 36 1,73 116,68 26,7892 33,34621Valid N (listwise) 36

Sumber: Data yang diolah penulis

Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:

1. Variabel ROE memiliki nilai rata-rata sebesar 27,32%, dengan standar deviasi sebesar

54,1389%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya fluktuasi ROE yang besar pada

perusahaan-perusahaan di BEI selama periode 2005-2010. Rentang nilai maksimum

sebesar 323,60% dan nilai minimum sebesar 0,10%, menunjukkan bahwa kemampuan

perusahaan sampel dalam menghasilkan laba berbeda-beda.

2. Variabel debt to assets ratio memiliki nilai rata-rata sebesar 0,44, standar deviasi sebesar

0,17885, nilai maksimum sebesar 0,89 dan nilai minimum sebesar 0,16 dengan jumlah

pengamatan sebanyak 32.

3. Variabel likuiditas yang diproksikan dengan current ratio memiliki nilai rata-rata sebesar

217,4783%, standar deviasi sebesar 133,79779%, nilai maksimum sebesar 633,08% dan

nilai minimum sebesar 52,84%.

4. Variabel perputaran kas memiliki nilai rata-rata sebesar 26,7892, standar deviasi sebesar

33,3462, nilai maksimum sebesar 116,68 dan nilai minimum sebesar 1,73.

Page 22: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 43.59873187Most Extreme Differences Absolute .220

Positive .220Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z 1.318Asymp. Sig. (2-tailed) .062

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diolah penulis

Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov yaitu 1,318

dan signifikansi pada 0,062. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima

yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat

dilakukan dengan menggunakan grafik normal p-plot pada gambar berikut:

Page 23: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Gambar 4.1. Grafik Normal P-Plot

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -94.465 53.890

Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 .375 2.668

Likuiditas .108 .098 .267 .344 2.906

Perputaran Kas -.067 .266 -.041 .754 1.326

a. Dependent Variable: ROE

Sumber: Data yang diolah penulis

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance

kurang dari 0,10 dan VIF lebih dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model

regresi tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

Page 24: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-WatsonModel Summaryb

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .593a .351 .291 45,59665 2.309

a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditasb. Dependent Variable: ROE

Sumber: Data yang diolah penulis

Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai d sebesar 2,309, sedangkan tabel DW untuk k=3 dan

n=36 memiliki batas luar (dl) sebesar 1,2953; batas dalam (du) sebesar 1, 6539; nilai 4-

du=2,3461; dan nilai 4-dl=2,7047. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai DW berada

diantara du dan 4-du (du < d < dl) atau berada di daerah yang tidak terdapat autokorelasi positif

ataupun negatif dengan keputusan “Tidak Ditolak”.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Dari grafik di atas, terlihat bahwa titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah

angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi sehingga model tersebut layak dipakai untuk memprediksi.

Page 25: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

4.2.3 Hasil Analisis Data4.2.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara

variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Hasil pengolahan regresi linier berganda

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier BergandaCoefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -94.465 53.890 -1.753 .089

Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 3.232 .003

Likuiditas .108 .098 .267 1.100 .280

Perputaran Kas -.067 .266 -.041 -.253 .802

a. Dependent Variable: ROE

Sumber: Data yang diolah penulis

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh persamaan regresi:

ROE= -94,47 + 227,49DAR + 0,108CR – 0,067 PK + e

Dari hasil persamaan regresi linier berganda di atas, maka dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Nilai konstanta a = -94,47

Nilai konstanta persamaan regresi sebesar -94,47 atau -9.447% berarti ROE memiliki

nilai sebesar -9.447% apabila variabel-variabel independen (debt to assets ratio,

likuiditas, dan perputaran kas) nilainya sama dengan nol. Nilai konstanta yang negatif

tetap berpengaruh terhadap nilai ROE, namun setiap peningkatan 1 satuan variabel

independen, akan mengurangi ROE, atau ROE semakin menurun.

2. Variabel debt to assets ratio

Nilai koefisien variabel debt to assets ratio sebesar 227,49 atau 22.479%. Ini berarti

setiap peningkatan sebesar 1% variabel debt to assets ratio, maka ROE akan meningkat

sebesar 22.479% dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.

3. Variabel likuiditas

Nilai koefisien variabel likuiditas sebesar 0,108 atau 10,8%. Ini berarti setiap peningkatan

sebesar 1% variabel likuiditas, maka ROE akan meningkat sebesar 10,8% dengan asumsi

variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.

Page 26: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

4. Variabel perputaran kas

Nilai koefisien variabel perputaran kas sebesar -0,253 atau -25,3%. Ini berarti jika

variabel perputaran kas meningkat sebesar 1%, maka ROE akan menurun sebesar 25,3%

dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.

Selain analisis di atas, untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen, dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2).

Koefisien korelasi dikatakan kuat jika nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Apabila nilai

R2 semakin mendekati 1, maka variabel independen memberikan semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin

kecil maka kemampuan tersebut semakin terbatas. Kelemahan nilai R2 yaitu nilainya akan

meningkat setiap ada penambahan 1 variabel independen, meskipun variabel independen tersebut

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, Adjusted R2 digunakan

untuk mengevaluasi model regresi.

Pada penelitian ini, nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) yaitu sebesar 0,291 atau 29,1%

yang berarti 29,1% variasi ROE yang bisa dijelaskan oleh variasi ketiga variabel independen

(debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas), sedangkan sisanya sebesar 70,9% dijelaskan

oleh faktor lain di luar persamaan model. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji Kelayakan ModelModel Summaryb

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .593a .351 .291 45,59665 2.309

a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditasb. Dependent Variable: ROE

4.2.3.2 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.9 Hasil F-TestANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 36056.250 3 12018.750 5.781 .003a

Residual 66529.730 32 2079.054

Total 102585.980 35

a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditas

b. Dependent Variable: ROE

Page 27: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Sumber: Data yang diolah penulis

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F sebesar 5,781 dengan nilai signifikansi 0,003. Karena

nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis dapat diterima. Ini berarti variabel debt to

assets ratio, likuiditas dan perputaran kas secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROE.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -94.465 53.890 -1.753 .089

Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 3.232 .003

Likuiditas .108 .098 .267 1.100 .280

Perputaran Kas -.067 .266 -.041 -.253 .802

a. Dependent Variable: ROE

Sumber: Data yang diolah penulis

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel debt to assets ratio memiliki nilai t hitung sebesar 3,232 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,003. Dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, debt to assets ratio

berpengaruh signifikan terhadap ROE. Menurut Sartono (2000:296), penggunaan hutang

dalam struktur modal maka ROE suatu perusahaan semakin meningkat, sehingga tujuan

perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan shareholder dapat tercapai. Hal ini

sejalan dengan penelitian yg dilakukan Triyanti (2011) mengenai pengaruh current ratio

dan debt to assets ratio terhadap ROE, bahwa kedua variabel independen tersebut

berpengaruh terhadap ROE.

2. Variabel likuiditas memiliki nilai t hitung sebesar 1,100 dengan nilai signifikansi sebesar

0,280. Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, likuiditas tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini sejalan dengan penelitian yng dilakukan

oleh Siwi (2005) dan Hernawati (2007) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas. Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Dani

(2003) mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap

profitabilitas. Secara simultan, semua variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas. Secara parsial, variabel likuiditas dan efisiensi modal kerja

Page 28: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan leverage tidak berpengaruh positif

terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya likuiditas tidak menjamin akan diikuti

dengan meningkatnya profitabilitas.

3. Variabel perputaran kas memiliki nilai t hitung sebesar -0,253 dengan signifikansi

sebesar 0,802. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H3 ditolak, perputaran

kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2009) mengenai pengaruh tingkat perputaran

kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Secara

bersama-sama, diperoleh kesimpulan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan

perputaran persediaan memiliki korelasi yang sangat rendah dengan profitabilitas dan tidak

terdapat pengaruh yang signifikan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh debt to assets

ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap return on equity. Berdasarkan analisis data dan

pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, hasilnya dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal, tidak terdapat

multikolinieritas, bebas heteroskedastisitas dan autokorelasi. Dari empat hipotesis yang diajukan

terdapat tiga (3) hipotesis yang dapat diterima yaitu hipotesis 1, 2, dan 4.

1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama (H1), hasilnya menunjukkan bahwa secara

parsial variabel debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada

perusahaan makanan dan minuman dengan pengaruh sebesar 28 persen, sehingga H1

diterima.

Page 29: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua (H2), hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial

variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada perusahaan

makanan dan minuman dengan pengaruh sebesar 40,8 persen, sehingga H2 ditolak.

3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga (H3), hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial

variabel perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada perusahaan

makanan dan minuman, sehingga H3 diterima.

4. Berdasarkan pengujian hipotesis 4, hasilnya menunjukkan secara bersama-sama variabel

independen (debt to assets ratio, likuiditas dan perputaran kas) berpengaruh signifikan

terhadap ROE dengan pengaruh sebesar 53,8 persen, sehingga hipotesis 4 diterima.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam Perusahaan

Makanan dan Minuman, sehingga belum bisa digunakan untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian untuk kelompok selain Perusahaan Makanan dan Minuman.

2. Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya keakuratan

hasil penelitian.

3. Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi.

5.3 Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil

penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih banyak dan lebih luas agar

dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan menyeluruh.

2. Penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat memberikan hasil penelitian

yang lebih akurat.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi

sehingga dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan.

Page 30: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

DAFTAR PUSTAKA

Dani. 2003. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT. Modern Toolsindo Bekasi). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Garrison, Ray H. 2001. Akuntansi Manajemen. Terjemahan A. Totok Budisantoro, S.E. ,Akt, dari Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.

Hernawati, Ima. 2007. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas negeri Semarang.

Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Liberty.

Nurgraeni, Siwi. 2005. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di bursa Efek Jakarta Pada Tahun 1998–2002. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE.

Page 31: ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS

Rosmiati, Elis. 2009. Pengaruh Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persedian Terhadap Profitabilitas. Universitas Widyatama Bandung.

Sartono, Agus.2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:BPFE.

Sundjadja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Bandung: Prehallindo.

Susani, Krisna. 2005. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Piutang, dan Pesediaan terhadap Rentabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ekonomi. Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Semarang

Triyanti, Lina. 2011. Pengaruh Current Ratio dan Debt to Asset terhadap Return On Equity pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2007-2009 . Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Mercu Buana. Jakarta

Tunggal, Amin Wijaya. 1995. Akuntansi Kontemporer. Jakarta: Harvarindo.

www.google.comwww.idx.co.id