analisis pengaruh capital adequacy ratio dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN NONPERFORMING LOAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA SEKTORPERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DI INDONESIA
(Periode Januari 2014-April 2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan BisnisUntuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Merih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:DWI DEBY OKTAVIANA
NIM : 11140840000003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1439 H/ 2018 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap :Dwi Deby Oktaviana
2. Tempat, Tanggal Lahir :Cilacap, 18 Oktober 1995
3. Alamat :Jalan Dr Soetomo No 49 RT/RW 02/09
desa Jenang,Kecamatan Majenang
Kabupaten Cilacap, JawaTengah 53257
4. Telpon :087883997220
5. E-mail :[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Jenang 04, Majenang Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 1 Majenang Tahun 2009-2011
3. SMA Negeri 1 Majenang Tahun 2011-2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Deru Bayu
2. Ibu : Sri Nuryanti
3. Alamat :Jalan Dr Soetomo No 49 RT/RW 02/09
desa Jenang,Kecamatan Majenang,
Kabupaten Cilacap, JawaTengah 53257
vi
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influance of Capital Adequacy
Ratio and Non Performing Loan on the credit distribution to Micro, Small and
Medium Enterprises (MSMEs) of the Big and Retail Trade sector in Indonesia.
The data are time series data in the form of monthly data from January 2014 until
April 2017 using research methodology Error Correction Model (ECM).
The results of this study indicate that in the short-term variable of Capital
Adequacy Ratio and Non Performing Loan has no influance to allocation of
MEMEs in the sector of Big and Retail Trade in Indonesia.
In the long-term variabels of of Capital Adequacy Ratio and Non
Performing Loan influance the credit allocatin of MSMEs in sector of Big and
Retail Trade in Indonesia.
In long-term variables of Capital Adequacy Ratio and Non Performing
Loan significantly influance the credit allocation of MSMEs in the sector of Big
and Retail Trade in Indonesia with coefficients of each variable of 0,033000 and
0,350732
Keywords: allocative credit MSMEs, Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Loan, ECM
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy
Ratio dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia. Data
yang digunakan adalah data time series berupa data bulanan dari Januari 2014
hingga April 2017 dengan menggunakan metodologi penelitian Error Correction
Model (ECM).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam jangka pendek
variabelCapital Adequacy Ratio dan Non Performing Loantidak berpengaruh
terhadap penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran di
Indonesia
Dalam jangka panjang variabel Capital Adequacy Ratio dan Non
Performing Loanmemiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit
UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia dengan koefisien dari
masing-masing variabel sebesar 0,033000 dan 0,350732.
Kata kunci : Penyaluran Kredit UMKM, Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Loan, ECM
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Robbil’ Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis
Pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar terhadap Penyaluran Kredit
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Sektor Perdagangan
Besar dan Eceran di Indonesia (Periode Januari 2014-April 2017)” dengan
lancar tanpa halangan suatu apapun. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada
baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan ajaran Islam yang
telah terbukti kebenarannya dan terus terbukti kebenarannya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih
gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai
hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Berkat petunjuk dari Allah SWT,
doa kedua orang tua, dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak,
sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan rasa cinta, kasih sayang,
perhatian, motivasi, semangat, dan doa yang tiada henti kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Arief Fitrianto, S.Si., M. Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan memberikan ilmu, bimbingan, serta
arahankepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal
shaleh.
6. Ibu Venty S.E., M.Sc selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan memberikan ilmu, bimbingan, serta
arahan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengalaman.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Terimakasih kepada Dani Andriana yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa kepada penulis.
10. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku tersayang Firdha Palupi, Ita Tri
Suhardianti, Marifah Novitasari, Shela Erica, Yogi Sukrisno Putra yang
suka bikin ketawa terus saat pusing skripsi.
11. Terimakasih kepada teman seperjuangan, Ekonomi Pembangunan
angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu-satu. Untuk sahabat-
sahabatku tercinta Tiara Nurul Fadilah, Alida Zia Syifa, Silvia Ningsih,
Islamiyah, Anita Rahmawati, dan Alfiani Rizqoh terima kasih telah
meberikan banyak pelajar berharga.
12. Dan semua pihak yang ikut membantu yang tidak dapat disebutkan satu
per satu. Terimakasih untuk masukan, pembelajaran, dan kenangan
lainnya.
x
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki
untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis sadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap
segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun kepada penulis
dari berbagai pihak.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak agar bermanfaat baik untuk
penulis dan semua pihak yang berkesempatan untuk membaca skripsi ini.
Jakarta, Mei 2018
Dwi Deby Oktaviana
11140840000003
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi.................................................................................. i
Lembar Pengesahan Komprehensif .................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..................................................... iv
Aftar Riwayat Hidup ............................................................................................. v
Abstact ................................................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................. viii
Daftar Isi ............................................................................................................... xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
A. Landasan Teori ............................................................................. 13
1. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah .......................... 13
a. Pengertian Kredit ........................................................... 13
b. Pengertian Kredit Usaha, Mikro, Kecil, ......................... 16
xii
dan Menengah
2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran .................................. 18
a. Pengertian Perdagangan ................................................. 18
b. Rantai Bisnis Perdagangan ............................................ 19
3. Capital Adequacy Ratio ........................................................ 20
a. Pengertian Capital Adequancy Ratio ............................. 20
b. Hubungan CAR dengan Kredit UMKM ........................ 22
4. Non Performing Loan ........................................................... 22
a. Pengertian Non Performing Loan .................................. 22
b. Hubungan NPL dengan Kredit UMKM ......................... 24
B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 24
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 35
B. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 36
C. Metode Analisis Data ................................................................... 36
1. Analisis Deskriptif ................................................................ 37
2. Analisis Error Correction Model .......................................... 46
a. Uji Normalitas ................................................................ 38
b. Uji Stasioneritas ............................................................. 38
c. Uji Kointegrasi ............................................................... 40
d. Estimasi ECM ................................................................ 41
D. Operasional Variabel .................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 45
A. Analisis Deskriptif ....................................................................... 45
1. Perkembangan Kredit UMKM Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran.................................................................................... 45
2. Perkembangan Capital Adequacy Ratio ............................... 47
xiii
3. Perkembangan Non Performing Loan................................... 48
B. Analisis Error Correction Model ................................................. 50
1. Uji Normalitas ....................................................................... 50
2. Uji Stasioneritas .................................................................... 51
3. Uji Kointegrasi ...................................................................... 52
4. Estimasi ECM ....................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60
A. KESIMPULAN ............................................................................ 60
B. SARAN ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah (UMKM)............2
Tahun 2007-2013
1.2 Perkembangn Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan
Januari 2016 – April 2017............................................................................9
2.1 Penelitian Tedahulu....................................................................................27
3.1 Matriks Metode Penelitian.........................................................................36
3.2 Operasional Variabel..................................................................................44
4.1 Hasil Uji Stasioner Data Tingkat level.......................................................51
4.2 Hasil Uji Stasioner Data Tingkat First Difference.....................................52
4.3 Hasil Kointegrasi........................................................................................53
4.4 Hasil Estimasi ECM dalam Jangka Pendek...............................................54
4.5 Hasil Estimasi ECM dalam Jangka Panjang..............................................55
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomer Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Kredit UMKM dan Kredit Perbankan...........................5
1.2 Diagram Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha................7
1.3 Diagram Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi April 2017..................8
2.1 Aktivitas Perdagangan...............................................................................18
2.2 Rantai Bisnis Perdagangan.........................................................................20
2.3 Kerangka Pemikiran...................................................................................33
4.1 Perkembangan Kredit UMKM Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran.........................................................................................................45
4.2 Perkembangan Capital Adequacy Ratio.....................................................47
4.3 Perkembangan Non Performing Loan........................................................49
4.4 Hasil Uji Normalitas..................................................................................50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer Keterangan Halaman
1 Data Penelitian (Data Mentah)...................................................................64
2 Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural........................66
3 Hasil Uji Normalitas..................................................................................68
4 Hasil uji stasioneritas kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan
Eceran pada Tingkat Level........................................................................69
5 Hasil uji stasioneritas kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan
Eceran pada Tingkat first difference..........................................................70
6 Hasil uji stasioneritas Capital Adequacy Ratiopada Tingkat Level..........71
7 Hasil uji stasioneritas Capital Adequacy Ratiopada Tingkat First
Difference...................................................................................................72
8 Hasil uji stasioneritas Non Performing Loan pada Tingkat Level............73
9 Hasil uji stasioneritas Non Performing Loan pada Tingkat First
Difference..................................................................................................74
10 Hasil uji Kointegrasi..................................................................................75
11 Hasil Estimasi ECM Jangka Pendek..........................................................77
12 Hasil Estimasi ECM Jangka Panjang.........................................................78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah salah satu
kelompok usaha yang banyak menggunakan sumber daya dari beberapa
sektor ekonomi yang ada antara lain sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, dan perdagangan (Anggraini dan Hakim dalam Nurlestari dan
Mahfud 2015). Kegiatan ekonomi yang ada di suatu negara banyak
ditunjang oleh berbagai sektor, salah satunya adalah sektor UMKM.
UMKM menyediakan berbagai kesempatan kerja sehingga pengangguran
yang ada di negara tersebut berkurang, UMKM meningkatkan kreativitas
dan inovasi masyarakat sehingga menyebabkan perekonomian menjadi
maju, UMKM juga memiliki peran dalam menciptakan pasar sehingga
pangsa pasar menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Ketika seseorang
memperoleh pendapatan yang lebih dari sebelumnya melalui sektor UMKM
maka distribusi pendapatan di negara tersebut menjadi lebih merata. Selain
itu peran UMKM terhadap peningkatan kegiatan ekonomi dapat terlihat dari
kontribusi UMKM terhadap peningkatan ekspor non migas (Urata dalam
Sulistyawati, 2004).
Ketika terjadi perkembangan pada sektor UMKM maka secara
langsung akan menyebabkan perekonomian di negara tersebut ikut
berkembang, dan dalam jangka panjang perkembangan UMKM akan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang stabil dan
berkelanjutan. UMKM merupakan sektor usaha yang tidak rentan terhadap
perubahan eksternal yang terjadi, sehingga ketika terjadi permasalahan
ekonomi di suatu negara peran UMKM sangat diandalkan. Sebagai contoh,
setelah terjadi krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia, pemerintah
mengandalkan peranan UMKM untuk memperkecil dampak negatif yang
diberikan dari krisis ekonomi tersebut.
Tidak hanya itu, hingga saat ini UMKM memiliki peranan yang
cukup signifikan dalam kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia. Peran
2
tersebut dapat di lihat dari beberapa indikator antara lain: (i) besarnya unit
UMKM yang ada di Indonesia. UMKM memiliki jumlah unit usaha yang
besar dan jumlahnya terus bertambah tiap tahunnya,ketika jumlah unit usaha
terus bertambah maka UMKM akan menciptakan pasar sehingga pangsa
pasar menjadi lebih besar; (ii) Tenaga kerja yang terserap oleh sektor
UMKM. UMKM memiliki jumlah unit usaha yang besar sehingga akan
menciptakan banyak kesempatan kerja. Saat kesempatan kerja bertambah
maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan menjadi lebih besar dan
jumlah pengangguran berkurang; (iii) Kontribusi UMKM terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dapat dilihat dari besarnya kontribusi
kegiatan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia. Hal
tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
Tahun 2007– 2013
Tahun Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja
(orang)
PDB (Rp miliar)
2007 50.145.800 90.491.930 1.099.301,10
2008 51.409.612 94.024.278 1.165.753,20
2009 52.764.603 96.211.332 1.212.599,30
2010 53.823.732 994.401.775 1.282.571,80
2011 55.206.444 101.722.458 1.369.326,00
2012 56.534.592 107.657.509 1.451.460,20
2013 57.895.721 114.144.082 1.536.918,80
Sumber :Badan Pusat Statistik, 2017
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat terdapat peningkatan UMKM baik dari
sisi unit usaha, penyerapan tenaga kerja, ataupun kontribusi terhadap PBD
dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Pada tahun 2007 jumlah unit usaha
UMKM sebesar 50.145.800 unit usaha terus mengalami peningkatan tiap
tahunnya hingga pada tahun 2013 meningkat sebesar 2,41% dari jumlah
56.534.592 unit usaha pada tahun 2012 menjadi 57.895.721 unit usaha atau
3
99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia. Dilihat dari penyerapan
tenaga kerja di Indonesia, sektor UMKM memiliki tingkat penyerap tenaga
kerja yang besar. Pada tahun 2007 tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor
UMKM sebesar 90.491.930 orang meningkat pada tahun 2008 sebesar
94.024.278 orang. Kenaikan terus terjadi hingga tahun 2013, terdapat
kenaikan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM pada tahun 2013
yaitu sebesar 6,03% dari 107.657.509 orang pada tahun 2012 menjadi
114.144.082 orang atau 97% dari seluruh tenaga kerja di
Indonesia.Kontribusi kegiatan UMKM terhadap PDB dari tahun 2007
hingga tahun 2013 semakin meningkat. Pada tahun 2007 Rp 1.099.301,10
miliar atau sebesar 6,46% terus meningkat hingga pada tahun 2013
mencapai Rp 1.536.918,80 miliar.
Pemerintah dan legislatif di Indonesia terus melakukan upaya agar
sektor UMKM dapat berkontribusi lebih besar dalam mendorong
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah meluncurkan Undang-Undang yaitu UU No 20 Tahun 2008 tentang
UMKM yang menjadikan UMKM memiliki perlindungan hukum yang legal
dan lebih leluasan dalam melakukan perkembangan usaha. Tidak hanya itu,
pemerintah juga menetapkan berbagai strategi pelaksaan kegiatan yang
digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing UMKM
terhadap usaha lainnya.
Stategi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut antara lain:
1. Melakukan berbagai macam kegiatan yang akan mejadikan kalitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik dari sebelumnya.
Kegiatan tersebut antara lain pelatihan terhadap tenaga kerja UMKM,
pendampingan kerja, dan lain-lain
2. Meningkatkan akses pembiayaan UMKM. Ketika akes pembiayaan
terhadap UMKM meningkat maka UMKM akan mendapatkan modal
yang lebih besar dari pada sebelumnya sehingga dapat meningkatkan
usaha yang dijalankannya
4
3. UMKM harus dapat melakukan peningkatan kualitas produk yang
dihasilkan. Ketika terjadi peningkatan kualitas produk yang dihasilkan
maka jangkauan pemasaran produk tersebut akan lebih besar dari
sebelumnya baik di dalam negeri ataupun di ekspor ke luar negeri
4. Penguatan kelembagaan usaha melalui kemitraan investasi yang
berbasis pada keterkaitan usaha
5. Pemerintah memberikan kemudahan, kepastian, dan perlindungan
usaha terhadap UMKM (Bank Indonesia- Laporan Pereknomian
Indonesia, 2016).
Tidak hanya pemerintah dan legislatif, Bank Indonesia juga
melakukan upaya untuk mengambangkan UMKM sebagai salah satu sektor
pendorong perekonomian yang ada di Indonesia. Upaya tersebut
diimplementasikan pada serangkaian kebijakan pengembang UMKM.
Kebijakan UMKM dapat dilakukan melalui empat pilar utama yang
mencakup: (i) peningkatan kapasitas ekonomi UMKM; (ii) peningkatan
pembiayaan dan akses keuangan UMKM; (iii) peningkatan akses pasar
UMKM; dan (iv) peningkatan koordinasi dan kerja sama antar lembaga
(Bank Indonesia- Laporan Perekonomian Indonesia, 2016).
Dalam kerangka kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
pada pilar ke dua yaitu peningkatan pembiayaan dan akses keuangan, pilar
tersebut dapat direalisasikan dengan cara perbankan harus memberikan
kredit kepada sektor UMKM sebesar 20% dari total kredit yang disalurkan.
(Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015). Perbankan tidak harus
sekaligus memberikan kredit kepada sektor UMKM sebesar 20%,
penyaluran kredit sektor UMKM dapat dilakukan secara bertahap, namun
BI memberikan batasan maksimal pada akhir tahun 2016 penyaluran kredit
UMKM oleh bank umum harus mencapai 10% (Bank Indonesia- Laporan
Perekonomian Indonesia, 2016).
Setelah dikeluarkannya kebijakan oleh Bank Indonesia tentang
pengembangan UMKM tersebut, bank-bank umum yang ada di Indonesia
mulai agresif melakukan penyaluran kredit kepada sektor UMKM.
5
Persentase perbandingan jumlah kredit yang diberikan kepada sektor
UMKM dengan total kredit perbankan mengalami fluktuasi pada tiap
periode. Pada tahun 2014 jumlah kredit yang disalurkan mencapai
Rp767.577,60 miliar atau 21,65% dari total kredit yang disalurkan oleh
perbankan. Di tahun 2015, jumlah kredit yang disalurkan meningkat
menjadi Rp 830.656,20 namun persentase perbandingan jumlah kredit yang
disalurkan kepada UMKM dengan kredit perbankan mengalami penurunan
sebesar 0,54% menjadi 21,09%. Pada tahun 2016 jumlah kredit yang
disalurkan perbankan kepada sektor UMKM mengalami peningkat menjadi
Rp 900.389,80 atau 21,18% dari total kredit perbankan. Pada Januari 2017
kredit UMKM mengalami penurunan menjadi Rp 877.525,00 atau
persentase kredit UMKM kembali mengalami penurunan sebesar 1,42%
menjadi 19,77%, lalu mengalami peningkatan tiap bulannya hingga pada
bulan April 2017 kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp
908.943,00 atau mencapai 20,12% dari total kredit perbankan. Hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1
Perkembangan Kredit UMKM dan Kredit Perbankan
Rp0.00
Rp1,000,000.00
Rp2,000,000.00
Rp3,000,000.00
Rp4,000,000.00
Rp5,000,000.00
Rp6,000,000.00
Kredit Perbankan
Kredit UMKM
6
Sumber: Bank Indonesia, April 2017 (data diolah)
Menurut Laporan Perkembangan Kredit UMKM yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia pada April 2017, kredit UMKM yang disalurkan oleh
perbankan jumlahnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan penyaluran
kredit umum. Hingga pada bulan April 2017 jumlah kredit UMKM yang
disalurkan oleh perbankan sebesar Rp908.943,0 sedangkan total kredit yang
diberikan oleh perbankan sebesar Rp 4.516.886,4 atau pangsa kredit
UMKM terhadap total kredit perbankan sebesar 20,1%. Terdapat beberapa
faktor yang menjadikan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan
terbatas, antara lain: tingakt rasio UMKM lebih besar daripada usaha besar,
UMKM memiliki resiko yang lebih besar dalam kegagalan bisnis, UMKM
memiliki informasi keuangan yang terbatas, ketika UMKM melakukan
pinjaman jaminan yang diberikannya relatif kecil (Weiss, 2006).
Hal tersebut harus dijadikan perhatian oleh pemerintah, mengingat
pemerintah juga sedang melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan
UMKM di Indonesia. Pemerintah harus melakukan beberapa terobosan
kebijakan lain agar kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor
UMKM dapat meningkat.
Menurut data perkembangan kredit UMKM, peningkatan
pertumbuhan kredit UMKM pada bulan April 2017 terjadi pada seluruh
klasifikasi usaha. Dengan peningkaan pertumbuhan pada kredit Usaha
Mikro sebesar 3,2%, pada kredit Usaha Kecil sebesar 0,4%, dan pada kredit
pada Usaha Menengah mengalami peningkatan sebesar 0,4%. Dilihat dari
klasifikasi usaha, sebagian besar kredit UMKM disalurkan pada kredit
usaha menengah mencapai Rp 414.453,0 atau sebesar 46,0% dari total
kredit UMKM yang disalurkan sebesar Rp 908.943,0 dan selebihnya kepada
kredit usaha kecil sebesar 29,8% dan kredit usaha mikro sebesar 24,2%. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2
7
Gambar 1.2
Diagram Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha
Sumber : Bank Indonesia,April 2017
Kredit UMKM tersebut disalurkan oleh perbankan kepada beberapa
sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Namun penyaluran kredit UMKM
masih belum merata, hanya terfokus pada sektor ekonomi tertentu saja.
Sektor yang paling banyak menerima kredit UMKM dari perbankan adalah
sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor tersebut menerima lebih dari
50% dari kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan. Hingga April
2017 sektor Perdagangan Besar dan Eceran memperoleh kredit UMKM dari
perbankan sebesar 52,5%. Sedangkan sektor lain seperti sektor Industri
Pengolahan, sektor Pertanian, Perburuan, & Kehutanan, dan lain-lain hanya
menerima kredit UMKM kurang dari 10%.
46.0%
29.8%
24.2%
Usaha Menengah
Usaha Kecil
Usaha Mikro
8
Gambar 1.3
Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi April 2017
(dalam Miliar)
Sumber : Bank Indonesia,April 2017
Besaran jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor
UMKM dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada antara lain Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL).
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan besaran modal yang
dimiliki oleh perbankan. Modal tersebut digunakan oleh perbankan untuk
menyalurkan dana kepada masyarakat yang digunakan untuk
mengembangkan berbagai usaha yang mereka miliki.
Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit yang telah
dikategorikan kedalam kredit yang kurang lancar, diragukan, dan macet.
Kredit bermasalah ini biasanya disebabkan karena debitur kesulitan untuk
mengembalikan dan memenuhi kewajiabannya atas dana yang telah
diberikan oleh perbankan.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Jumlah Kredit UMKM
9
Tabel 1.2
Perkembangan CAR, dan NPL
Periode CAR
(%)
NPL
(miliar)
2014 19,62 Rp 27.3088,6
2015 21,01 Rp 34.846,0
2016 22,57 Rp 41.902,3
Jan-2017 23,21 Rp 42.577,3
Feb-2017 23,18 Rp 45.945,2
Mar-2017 22,88 Rp 46.129,8
Apr-2017 22,79 Rp 46.243,1
Sumber: Bank Indonesia, April 2017 (data diolah)
Pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa CAR pada periode tahun 2014
sampai dengan April 2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 CAR
mencapai 19,62 dan terus mengalami peningkatan hingga Februari 2017
menjadi sebesar 22,18, hingga April 2017 CAR mengalami penurunan
hingga mencapai 22,79. Sedangkan variabel NPL pada periode tahun 2014-
April 2017 mengalami fluktuatif pada tiap bulannya namun cenderung
meningkat pada tiap tahun. Pada tahun 2014 NPL mencapai Rp 27.308,6
miliar meningkat hingga April 2017 menjadi Rp 46.243,1 miliar.
Terdapat beberapa penelitian yang meneliti tentang pengaruh CAR
ataupun NPL terhadap kredit UMKM. Di dalam penelitian Wijayanti (2017)
dan Kusnandar (2012) menyebutkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif
terhadap penyaluran kredit UMKM, ini artinya semakin banyak CAR yang
dimiliki oleh perbankan maka semakin banyak dana yang akan disalurkan
kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Menurut Anindita
(2011) menyebutkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif terhadap
penyaluran kredit UMKM, ini artinya semkain banyak CAR yang dimiliki
oleh perbankan maka semakin sedikit dana yang akan disalurkan kepada
masyarakat.
10
Di dalam penelitian Kusnandar (2012) menyebutkan bahwa NPL
memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit UMKM artinya
semakin tinggi tingkat NPL maka semakin banyak kredit yang disalurkan
oleh perbankan kepada sektor UMKM. Namun Anindita (2011)
menyebutkan NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit
UMKM, artinya semakin rendah NPL maka penyaluran kredit UMKM
semakin besar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUANCY
RATIO DAN NON PERFORMING LOAN TERHADAP
PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH
(UMKM) PADA SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
DI INDONESIA PERIODE JANUARI 2014-APRIL 2017”
B. Rumusan Masalah
UMKM merupakan sektor usaha yang menunjang kegiatan ekonomi
di suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dan legislatif bekerja sama
dengan Bank Indonesia melakukan upaya untuk meningkatkan peran
UMKM dengan cara mengeluarkan strategi kebijakan salah satunya adalah
meningkatkan akses pendaan dengan kredit UMKM. Kredit tersebut
digunakan untuk mengatasi masalah yang sering terjadi dalam UMKM yaitu
masalah kekurangan modal. Ketika pelaku UMKM memperoleh kredit
UMKM, maka kredit tersebut dapat digunakan sebagai tambahan modal
untuk mengembangkan usahanya yang akan berimbas kepada kemajuan
perekonomian di Indonesia.
Setelah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
17/12/PBI/2015 tentang peningkatan pembiayaan dan akses keuangan
kepada sektor UMKM, perbankan yang ada di Indonesia mulai agresif
menyalurkan dana kepada sektor UMKM. Hingga April 2017 penyaluran
kredit kepada sektor UMKM sudah mencapai 20,12% dari total kredit
perbankan. Namun kredit yang disalurkan tersebut belum merata masih
terfokus kepada sektor ekonomi tertentu. Terdapat salah satu sektor yang
11
memperoleh kredit UMKM lebih dari 50% yaitu Sektor Perdagangan Besar
dan Eceran, sedangkan sektor lain hanya memperoleh kredit UMKM di
bawah 10%. Hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah dan
perbankan.
Penyaluran kredit yang disalurkan oleh perbankan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan (NPL). CAR dan NPL mengalami fluktuatif tiap bulannya
pada Januari 2014-April 2014.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diturunkan beberapa
pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan penyaluran kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Capital Adequancy Ratio (CAR) dan
Non Performing Loan (NPL)?
2. Bagaimana pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka terdapat tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan antara lain:
1. Mengidentifikasi perkembangan Capital Adequancy Ratio (CAR) dan
Non Performing Loan (NPL)
2. Menganalisis pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Nilai estimasi dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dan pihak
perbankan untuk mempertimbangan antara kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah dengan realisasi tentang kredit pada sektor
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebesar 10% sampai dengan 20%.
12
2. Dalam konteks agenda penelitian ke depan hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dan pembelajaran bagi akademisi,
penelitian, dan organisasi terkait dalam melakukan perluasan dan
pendalaman penelitian baik aspek makroekonomi, kinerja perbankan,
atau permintaan kredit perbankan di berbagai sektor perekonomian.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
a. Pengertian Kredit
Dalam dunia perbankan, kredit bukanlah sesuatu hal yang
baru. Dalam arti luas kredit berarti kepercayaan. Begitu pula
dalam bahasa latin, kredit berarti credere yang merupakan
kombinasi kata cred memiliki arti kepercayaan sedangkan do
artinya saya menaruh (Rivai dan Veithzal, 2006: 3).
Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang
perbankan memberikanpengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12
tentang kredit dan pembiayaan:“Kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakandengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjamantar bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam
untukmelunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberianbunga”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit
merupakan suatu bentuk pinjaman yang nilainya dinyatakan
dalam bentuk uang. Unsur kesepakatan merupakan unsur utama
yang harus terdapat dalam kredit. Kesepakatan itu dilakukan oleh
pihak-pihak yang melakukan kredit baik dibawah angan maupun
secara materiil.
Berbagai macam hak dan kewajiban akan timbul dari
kesepakatan tersebut. Kewajiban yang ada harus dapat dipenuhi
oleh pihak debitur yang telah menerima kredit. Sedangkan hak
merupakan sesuatu yang harus diterima oleh kredit sebagai pihak
yang telah memberikan kredit. Kesepakatan tersebut mencakup
jangka waktu pengembalian kredit, besaran bunga yang harus
14
dibayarkan, dan sanksi yang harus diberikan saat kredit
mengalami masalah.
Dalam kegiatan kredit, pihak peminjam kredit memberikan
jaminan kepada pihak pemberi kredit baik bersifat fisik ataupun
non fisik dengan nilai yang lebih besar daripada kredit. Contoh
jaminan yang bersifat fisik antara lain tanah, bangunan, mobil,
motor, sawah, kebun dan lain-lain. Sedangkan jaminan yang
bersifat non fisik yaitu sertifkat tanah, deposito, BPKB mobil atau
motor, dan lain-lain.
Perbankan mengharapkan kredit yang disalurkan kepada
masyarakat dapat berjalan baik sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati sebelumnya sehingga perbankan membuat
prosedur kredit. Prosedur tersebut dikenal dengan prinsip 5C,
antara lain: (Kasmir, 2004)
1) Character, yaitu sifat atau watak seorang debitur yang
berkaitan dengan kemauannya dalam membayar kredit yang
telah diberikan oleh pihak perbankan. Watak dapat tercermin
dari latar belakang orang tersebut seperti pendidikan,
keluarga, lingkungan, dan lain-lain.
2) Capacity, yaitu kemampuan seorang mengembalikan kredit
yang telah disalurkan oleh perbankan. Kemampuan ini
dikaitkan dengan kemampuannya dalam mengelola bisnis
dan keuntungan yang diperolehnya.
3) Capital, sumber modal yang digunakan oleh debitur untuk
mendirikan usaha yang dimilikinya. Bank juga akan melihat
keefektifan modal yang dimiliki oleh debitur melalui laporan
keuangan usaha yang dimilikinya tersebut.
4) Colleteral, jaminan yang diberikan oleh debitur kepada pihak
bank, seperti yang telah dijelaskan di atas jaminan dapat
bersifat fisik ataupun nonfisik yang memiliki nilai lebih besar
dari kredit yang diberikan. Jaminan ini memiliki fungsi ketika
15
terjadi masalah dalam kredit maka jaminan tersebut dapat
digunakan secepatnya.
5) Condition, perbankan memasukan unsur kondisi ekonomi
ataupun politi yang terjadi saat ini ataupun yang akan terjadi
di masa yang akan datang dalam pemberian kredit kepada
masyarakat. Ketika unsur kondisi tersebut baik maka kecil
kemungkinan kredit itu akan bermasalah.
Kredit yang diberikan oleh perbankan dapat dibedakan
berdasarkan tujuan dan jangka waktu pengembalian kredit.antara
lain:
1) Berdasarkan tujuan penggunanan
Menurut Dendawijaya (2005), kredit dibedakan menjadi
tiga macam berdasarkan tujuan penggunaan antara lain:
• Kredit investasi, kredit yang diberikan oleh perbankan
kepada debitur digunakan untuk investasi. Kredit
investasi termasuk dalam kredit jangka panjang.
• Kredit modal kerja, kredit yang diberikan oleh
perbankan kepada debitur digunakan sebagai modal
baik untuk memulai pendirian usaha atau untuk
perluasan usaha yang sebelumnya telah dimiliki
debitur. Kredit modal kerja termasuk dalam kredit
jangka pendek.
• Kredit konsumsi, kredit yang diberikan oleh perbankan
kepada debitur digunakan untuk mengkonsumsi barang
atau jasa yang dibutuhkan oleh debitur tersebut.
2) Berdasarkan jangka waktu
Djinarto (2000) membedakan kredit berdasarkan jangka
waktu menjadi tiga macam antara lain:
• Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki
rentang waktu maksimal satu tahun
16
• Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki
rentang waktu minimal satu tahun dan maksimal tiga
tahun
• Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang memiliki
rentang waktu minimal tiga tahun.
Kredit memiliki berbagai tujuan dalam kegiatan ekonomi.
Dalam dunia usaha, kredit memiliki tujuan untuk membantu
nasabah sebagai contoh yaitu penyaluran kredit Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Bantuan tersebut dapat berupa modal yang
digunakan untuk membangun sebuah usaha ataupun untuk
memperluas usaha yang telah mereka miliki sebelumnya. Saat
nasabah memperoleh modal maka mereka akan mampu
memproduksi suatu barang yang memiliki nilai guna lebih besar
dari sebelumnya. Saat produk yang diproduksi oleh nasabah
banyak diminati oleh masyarakat maka nasabah tersebut akan
mendapatan banyak pendapatan dan keuntungan.
b. Pengertian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Kredit UMKM merupakan gabungan dari dua kata yaitu
kredit dan UMKM. Kredit memiliki arti sama dengan kredit pada
umumnya yaitu suatu pinjaman yang diberikan oleh bank ataupun
lembaga keuangan lainnya kepada nasabah, yang membedakan
kredit UMKM dengan kredit perbankan lainnya adalah objek
yang dijadikan sasaran pemberian kredit. Dalam kredit UMKM
objek yang dijadikan sasaran untuk memperoleh kredit adalah
pengusaha yang memiliki usaha UMKM. Tujuan dari pemberian
kredit ini adalah memberikan tambahan modal kepada UMKM
agar usaha yang dimilikya dapat berkembang lebih besar dari
sebelumnya.
Dalam UMKM terdapat tiga unit usaha yang berbeda antara
satu dengan yang lain. Yang memberikan pembeda adalah kriteria
yang harus dimiliki oleh masing-masing usaha. Kriteria tersebut
17
mencakup jumlah aset yang dimiliki, dan hasi penjualan per tahun
yang dihasilkan oleh tiap usaha.
Suatu usaha dikatakan sebagai usaha mikro ketika usaha
tersebut memiliki kriteri antara lain: (i) aset yang dimiliki bernilai
maksimal sebesar Rp 50.000.000,00. Nilai aset tersebut tidak
termasuk tanah ataupun bangunan yang digunakan sebagai tempat
dia melakukan usaha; (ii) usaha mikro mampu menghasilkan
penjualan per tahun maksimal sebesar Rp 300.000.00,00.
Usaha kecil dan menengah memiliki aset dan hasil
penjualan per tahun lebih besar dari pada usaha mikro. Usaha
kecil memiliki aset minimal sebesar Rp 50.000.000,00 dan
maksimal sebesar Rp 500.000.000,00, sedangkan usaha
menengah harus memiliki aset antara Rp 500.000.000,00 sampai
dengan Rp 10.000.000.000,00. Sama seperti usaha mikro,
perhitungan nilai aset tersebut tidak termasuk tanah ataupun
bangunan tempat usahanya berdiri.
Di lihat dari sisi hasil penjualan, usaha kecil mampu
mendapatkan penghasilan dari penjualannya tersebut sebesar Rp
300.000.000,00 sampai dengan Rp 2.500.000.000,00, sedangkan
usaha menengah mendapatan penghasilan Rp 2.500.000.000,00
sampai dengan Rp 50.000.000.000,00. Nilai tersebut diperoleh
dari jumlah hasil penjualan yang dilakukan pada tiap tahunnya.
Tidak hanya itu, terdapat perbedaan karakteristik antara
usaha satu dengan usaha lainnya. Usaha mikro memiliki
karakteristik sebagai berikut, tidak ada kejelasan tentang jenis
barang yang diproduksinya, tempat usaha cenderung tidak
menetap, tidak melakukan administrasi keuangan, dan tidak
memiliki izin untuk pembangunan usaha. Contoh dari usaha
mikro adalah pedagangan kaki lima.
Sedangkan usaha kecil dan menengah memiliki
karakteristik yang hampir sama antara lain, terdapat kejelasan atas
18
jenis barang yang diproduksi, memiliki tempat usaha yang tetap,
memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas seperti NPWP.
Terdapat karateristik yang membedakan antara usaha kecil
dan menengah yaitu, telah melakukan administrasi keuangan
perusahan namun masih bersifat sederhana seperti pembuatan
neraca usaha, sedangkan dalam usaha menengah kegiatan
administrasi keuangan perusahan dilakukan melalui proses
akuntasi sehingga menghasilkan laporan keuangan yang lebih
akurat.
2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
a. Pengetian Perdagangan
Perdagangan merupakan salah satu pendukung
perkembangan ekonomi di suatu negara. Sebagai contoh
Singapura, negara tersebut berhasil menguasai perdagangan
sehingga memiliki perekonomian yang berkembang pesat.
Aktivitas yang dilakukan oleh perdagangan dilakukan dengan
sangat sederhana. Hal tersebut dijelaskan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1
Aktivitas Perdagangan
Dari gambar 2.1 dapat kita ketahui perdagangan merupakan
kegiatan menjual kembali barang yang sudah dibelinya tanpa
melakukan perubahan teknis barang tersebut. Dalam kegiatan
pembelian, pedangan harus mengetahui tentang harga barang
karena harga tersebut dijadikan harga dasar yang akan digunakan
untuk penetapan harga jual. Aktivitas penyimpanan juga perlu
diperhatikan karena ketika pedagang memiliki kualitas
penyimpanan yang baik maka pengunnan modal akan lebih
efektif dan efisien. Penjulan yang dilakukan harus mengunakan
strategi pemasaran yang baik agar pedagang memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Pembelian Penyimpanan Penjualan
19
Umunya perdagangan dibagi menjadi dua yaitu
perdagangan besar dan eceran:
1) Perdagangan besar, yaitu suatu proses penjualan barang-
barang dalam jumlah besar (grosir) baik secara tunai ataupun
kredit. Suatu pedagang besar biasanya menangani satu atau lebih
produk dari pabrik pemegang merk. Barang tersebut akan
disalurkan kepada pedagang eceran atau lembaga marketing
lainnya. Sebagai contoh agen beras dengan berbagai merk beras,
dealer yang menjual berbagai macam kendaraan, dan lain-lain.
2) Perdagangan eceran, yaitu suatu proses penjuaan barang-
barang dalam jumlah kecil. Barang yang diperdagangkan pada
kegiatan ini biasanya bersifat umum. Sebagai contoh: pedagang
kebutuhan pokok, warung klontongan, toko alat-alat bangunan,
toko peralatan elektronik, dan lain-lain.
b. Rantai Bisnis Perdagangan
Aktivitas merupakan gambaran dari rantai bisnis yang
dilakukan oleh perdagangan. Rantai bisnis adalah suatu gambaran
mulai dari proses suatu barang yang diproduksi hingga barang
tersebut sampai pada tangan konsumen. Dalam perdagangan,
rantai bisnis terdiri atas beberapa unsur, antara lain:
1) Produsen atau pemasok
Adalah pihak yang melakukan proses produksi menghasilkan
suatu barang atau jasa.
2) Distributor
Adalah suau pihak yang membeli produk dari produsen
yang memproduksi langsung barang tersebut dan
selanjutnya akan dilakukan penjulan baik pada agen
ataupun pengecer. Distributor tidak memiliki kewenang
untuk menjual barang tersebut langsung kepada konsumen.
3) Agen
Adalah pihak yang melakukan penjualan barang yang
diterima dari distributor kepada pihak pengecer.
20
4) Pengecer
Adalah pihak yang melakukan penjual barang baik dari
distributor ataupun agen yang langsung diberikan kepada
konsumen.
5) Konsumen
Adalah pihak akhir yang menggunakan barang yang
diproduksi oleh produsen.
Gambar 2.2
Rantai Bisnis Perdagangan
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a. Pengertian Capital Adequancy Ratio (CAR)
CAR sering disebut dengan rasio permodalan. CAR
merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh perbankan.
Penetapan besaran CAR biasanya didasarkan pada wewenang
bank sentral. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank
Indonesia. Bank ini memiliki tanggung jawab dan menyamakan
sistem perbankan secara keseluruhan dengan menetapkan
ketentuan antara lain ketentuan permodalan, likuiditas wajib, dan
ketentuan lain yang bersifat prudensial (Siamat, 2003).
Menurut Susilo (2000:27), bahwa kecukupan modal
merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Menurut
Bank Indonesia CAR adalah kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang
dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki
pemasok distributor agen
pengecer
konsumen
21
CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan Banking for Internasiona Sattlements (BIS).
Klasifikasi perbakan menurut besaran CAR dapat
dibedakan menjadi tiga:
a) Bank Sehat, jika memiliki CAR lebih lebih dari 8%.
b) Bank take over (BTO), atau bank dalam penyehatan
oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)
yang memiliki CAR antara -25% sampai dengan lebih
besar dari 8%.
c) Bank Beku Operasi (BBO), jika memiliki CAR
kurang dari -25%.
Rumus perhitungan CAR sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia adalah sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 =𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑇𝑀𝑅 𝑋 100%
Menurut Dendawijaya (2000), ATMR merupakan
penjumlahan dari aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva
yang bersifat administratif. Langkah-langkah perhitungan
penyediaan modal minumum bank adalah sebagai berikut:
a) ATMR aktiva neraca dihitung dengan mengalikan
nilai nomila masing-masing aktiva yang bersangkutan
dengan bobot resiko dari masing-masing pos.
b) ATMR administratid dihitung dengan mengalihkan
nominal nilai rekening administratid yang
bersangutkan dengan bobot resikonya.
c) Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva
administratif.
Menurut Siamat (2003) fungsi modal bank antara lain :
memberikan perlindungan kepada nasabah, mencegah terjadinya
kejatuhan bank, memenuhi ketentuan modal minimum,
22
meningkatkan kepercayaan masyarakat, menutupi kerugian aktiva
produktif bank, sebagai indikator kekayaan bank.Namun setiap
perbankan memiliki cara sendiri dalam pengelolaan modal,
apakah bank tersebut termasuk risk averse yaitu cenderung
memilih cara seperti menyalurkan lewat SBI atau risk taker yaitu
dengan memilih menggunakan modalnya untuk sesuatu yang
lebih beresiko seperti kredit (Anindita, 2011).
b. Hubungan CAR dengan Kredit UMKM
CAR merupakan rasio modal yang harus dimiliki oleh
perbankan. Modal tersebut menunjukan kemampuan bank dalam
menyediakan dana kepada masyarakat untuk pengembangan
usaha dan kemampuan risiko kerugian dana yang diakibatkan
oleh kegiatan operasi bank (Ali dalam Kusuma, 2014).
Besaran CAR akan mempengaruhi tingkat kepercayaan
bank untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan CAR
di atas 20% perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit kredit
hingga 20-25% per tahun. Semakin besar CAR yang dimiliki oleh
perbankan maka semakin besar sumber daya finansial yang
digunakan oleh perbankan untuk menyalurkan dana kepada
masyaraka termasuk kepada pelaku usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Dan berlaku sebaliknya apabila CAR yang dimiliki
oleh perbankan rendah maka penyaluran dana kepada masyarakat
akan terhambat.
4. Non Performing Loan (NPL)
a. Pengertian Non Performing Loan (NPL)
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mengandung berbagai
resiko, begitu pula kegiatan perbankan. Salah satu resiko yang
dihadapi dalam kegiatan perbankan adalah resiko kredit. Menurut
Siamat (2004: 92), resiko kredit adalah suatu resiko akibat
kegagalan atau ketidakmampuan nasabah jumlah pinjaman yang
diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditentukan dan dijadwalkan.
23
Hal ini juga dijelaskan oleh Standar Akuntansi Keuanganan
No 31, kredit non performing pada umumnya kredit yang
pembayaran angsuran pokok/atau bunganya telah lewat tempo
atau kredit yang pembayaraannya secara tepat waktu sangat
diragukan.
Resiko kredit sering muncul dari berbagai kredit yang
masuk dalam golongan kredit kurang lancar. Resiko kredit dapat
dicerminkan dari besaran Non Performing Loan. NPL adalah
kredit bermasalah di mana debitur tidak dapat memenuhi
pembayaran tunggakan pinjaman dalam jangka waktu yang telah
disepaki dalam perjanjian.Semakain besar NPL semakin besar
pula resiko kredit yang ditanggung oleh perbankan. Nilai NPL
yang tinggi akan menyebabkan penurunan tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan. Oleh sebab itu perbankan harus menjaga
kredit agar tidak masuk ke dalam golongan kredit bermasalah
(NPL).
Kredit bermasalah tidak dapat dihindari namun dapat dijaga
dengan tingkat wajar kredit bermasalah sebesar 3-5% dari total
kredit yang telah disalurkan. Kredit yang termasuk dalam kategori
NPL adalah kredit kurang lancar (sub standart), kredit diragukan
(doubtfull) dan kredit macet (loss). (Kusuma, 2014)
NPL dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐿 = 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑥 100%
Menurut Dendawijaya (2003:12), kemacetan fasilitas kredit
disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1) Dari Pihak Bank
Dalam hal ini pihak analis kredit kurang teliti dalam
menegcek kebenaran dan keaslian dokumen ataupun terdapat
kesalahan dalam menghitung rasio-rasio yang ada akibatnya
akan terjadi kemacetan kredit.
2) Dari Pihak Nasabah
24
Dalam hal ini kemacetan kredit dapat diakibatkan karena
adanya unsur kesengajaan ataupun unsur ketidak sengajaan.
b. Hubungan NPL dengan Kredit UMKM
NPL merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam meng-cover resiko kegagalan
pengembalian kredit oleh para debitur (Kusuma, 2014). NPL
mencerminkan kredit macet yang ditanggung oleh perbankan.
Besaran NPL dapat mempengaruhi besaran penyaluran
kredit perbankan kepada masyarakat termasuk kepada pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. NPL yang tinggi
menyebabkan fungsi intermediasi bank akan terganggu.
NPL harus diupayakan serendah mungkin agar fungsi
intermediasi bank dapat berjalan lancar. BI menetapkan bahwa
NPL yang dimiliki oleh setiap Bank yang beroperasi di Indonesia
harus mempunyai rasio NPL maksimal 5% (Nasirudin dalam
Kusuma, 2014).
Bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit akan
memiliki kemungkinkan terjadinya NPL yang meningkat karena
sejalan dengan peningkatan beban yang ditanggung oleh
perbankan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi modal yang
dimiliki oleh perbankan karena modal akan terserap untuk
membiayai beban kredit yang terjadi atas tingginya NPL bank
tersebut.
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang membahas mengenai kredit yang disalurkan oleh
perbankan telah banyak di dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Dalam penelitian sebelumnya, terdapat berbagai macam kredit yang
diberikan oleh nasabah antara lain kredit umum, kredit investasi, dan kredit
UMKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2013) dan Agustina
(2014), mereka meneliti tentang fator-faktor yang mempengaruhi
25
penyaluran kredit perbankan secara umum. Ramadhan (2013) mengambil
studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa dari tahun 2007-
2011 dan memperoleh hasil Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return On
Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
berarah positif, dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan
dan berarah positif terhadap LDR. Tiga variabel bebas mampu menjelaskan
variabel terikat sebesar 9,1%. LDR di sini digunakan sebagai variabel
terikat yang menggambarkan keefektivitasan kredit yang disalurkan oleh
perbankan.
Sedangkan Agustina (2014) mengambil studi kasus pada PT Bank
Rakyat Indonesia (PERSERO), TBk. Hasil dari penelitian tersebut dalah
faktor keuangan dan faktor eksternal memiliki pengaruh positif terhadap
penyaluran kredit, sedangkan faktor kinerja dan resiko memiliki pengaruh
negatif.
Amalia (2016), meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kredit
investasi yang disalurkan oleh Bank Umum. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut adalah terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kredit investasi yaitu Dana Pihak Ketiga
(DPK),Standar Biaya Keluaran (SBK), dan CAR, sedangkan variabel NPL
dan Biaya Operasi terhadap Pendapatan Nasional (BOPO) memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit investasi.
Terdapat penelitian terdahulu yang meneliti tentang kredit UMKM
yang disalurkan oleh perbankan antara lain: Deramayang (2010) melakukan
penelitian tentang kredit UMKM pada sektor agribisnis dan mengambil
studi kasus pada Bank BNI (PERSERO), Tbk Cabang Karawang, Anindita
(2011) melakukan penelitian tentang penyaluran kredit UMKM dengan
mengambil studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional), Kusuma (2014)
dalam penelitian ini kredit UMKM yang diambil lebih spesifik yaitu Kredit
Usaha Rakyat (KUR), dan Nurlestari (2015) menggunakan Bank Umum
yang Terdftar di Bursa Efek di Inonesia yang menyalurkan kredit UMKM
sebagai studi kasus dalam penelitian yang dilakukannya.
26
Penelitian tentang kredit UMKM tersebut menggunakan variabel
bebas yang berbeda antara penelitian yang satu dengan yang lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Deramayang (2010) memperoleh hasil baik
secara simultan ataupun parsial, faktor kredibitas calon debitur berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kredit. berpengaruh signifikan terhadap
variabel kredit dan bersifat postif. Sedangkan dengan uji F diperoleh hasil
varibel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Anindita (2011) memperoleh hasil secara simultas semua variabel
independen yaitu CAR, NPL, dan LDR berpengaruh terhadap kredit
UMKM. Sedangkan secara parsial hanya terdapt dua variabel yang
memberikan pengaruh terhadap kredit UMKM yaitu CAR dan NPL,
sedangkan variabel LDR tidak memiliki pengaruh.
Kusuma (2014) memperoleh hasil terdapat tiga variabel yang
berpengaruh terhadap KUR yaitu inflasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
dan Produk Domestik Brotu (PDB), sedangkan variabel NPL dan CAR tidak
memiliki pengaruh terhadap KUR. Sedangkan Nurlestari (2015)
memperoleh hasil CAR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM, ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan,
DPK dan NPL memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan, dan spread
tingakt suku bunga memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan.
27
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil
1. Mamita
Deramayang
(2010)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi Kredit
UMKM
Agribisnis
Unit Kredit
Kecil PT
BNI
(PERSERO)
,TBk
Cabang
Karawang
• Variabel dependen:
Penyaluran kredit
UMKM agribisnis
• Variabel
independen:Faktor
kredibilitas calon
debitur berupa
chacarter, capacity,
capital, collateral,
conditions, dan
constrains
Faktor kredibilitas calon
debitur secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap variabel kredit dan
bersifat postif dengan nilai
pengaruh sebesar 88,90%.
Secara parsial variabel
kredibilitas calon debitur
berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran
variabel kredit dengan t-
hitung setiap variabel yaitu
pada variabel character
2,826, pada variabel
capacity sebesar 4,554, pada
variabel capital sebesar
3,468, pada variabel
collateral sebesar 4,017,
pada varbael conditions
sebesar 2,599, dan pada
variabel constrains sebesar
4,349. Sedangkan dengan uji
F diperoleh hasil F-hitung
17,290 lebih besar dari F-
tabel 2,92 artinya varibel
bebas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
28
2. Irma
Anindita
(2011)
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Suku
Bunga,
CAR, NPL,
dan LDR
terhadap
Penyaluran
Kredit
UMKM
(Studi pada
Bank Umum
Swasta
Nasional
Periode
2003-2010)
• Variabel Penyaluran
kredit UMKM pada
Bank Umum Swasta
Nasional
• Variabel independen:
Tingkat suku bunga,
Capital Edequacy
Ratio (CAR), Non
Performating Loan
(NPL), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR)
Dengan menggunakan
metode regresi linier
berganda maka diperoleh
hasil secara simultan suku
bunga, CAR, NPL, dan LDR
memiliki pengaruh yang
siginifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM,
sedangkan secara parsial
CAR, NPL, dan suku bunga
memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM
dengan tingkat signifikasi
0,000; 0,000; dan 0,35,
sedangkan LDR tidak
berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran kredit
UMKM.
3. Shandy
Bintang
Ramadhan
(2013)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit
Perbankan
(Studi pada
Bank Umum
Swasta
Nasional
Devisa
Tahun 2007-
2011)
• Varibel dependen:
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
• Varibael
independen:Capital
Edequacy Ratio
(CAR), Return On
Assets (ROA), dan
Non Performating
Loan (NPL)
Secara parsial CAR dan
ROA tidak berpengaruh
terhadap LDR dan berarah
positif, dan NPL
berpengaruh signifikan dan
berarah positif terhadap
LDR. Tiga variabel bebas
mampu menjelaskan
variabel terikat sebesar
9,1%.
29
4. Harera
Angga
Kusuma
(2014)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit
Usaha
Rakyat
(KUR)
Periode
2009-2011
• Variabel dependen:
Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
• Variabel independen:
inflasi, Sertifikat
Bank Indonesia
(SBI), Produk
Domestik Bruto
(PDB), Non
Performating Loan
(NPL) , dan Capital
Edequacy Ratio
(CAR)
Inflasi berpengaruh
signifikan terhadap KUR,
SBI dan PDB berpengaruh
negatif terhadap KUR,
sedangkan NPL dan CAR
tidak memiliki pengaruh
terhadap KUR. Faktor yang
paling dominan dalam
mempengaruhi perubahan
KUR adalah PDB. KUR
dapat dijelaskan oleh
variabel bebas sebesar
49,6%.
5. Pratiwi
Agustina
(2014)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Pertumbuha
n Kredit PT
Bank
Rakyat
Indonesia
(PERSERO)
, TBk
• Variabel dependen:
Pertumbuhan kredit
• Variabel
independen:Faktor
keuangan berupa
Dana Pihak Ketiga
(DPK), faktor kinerja
berupa Capital
Edequacy Ratio
(CAR) dan Biaya
Operasional terhadap
Pendapatan
Operasional (BOPO),
dan faktor kinerja
berupa Non
Perfomating Loan
(NPL), dan faktor
eksternal yang
digunakan berupa BI
Rate, inflasi, dan kurs
Dengan menggunakan
metode Structural Equation
Modeling (SEM) maka
diperoleh hasil faktor
internal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
kredit, DPK memiliki
pengaruh yang positif
signifikan terhadap kredit
dengan nilai koefisien
sebesar 0,4631, faktor
kinerja berupa CAR dan
BOPO memiliki pengaruh
negatif dan signifikan
dengan nilai koefisien -
0,4325, faktor resiko berupa
NPL memiliki pengaruh
negatif dan signifikan
dengan nilai koefisien -
0,3983, sedangkan faktor
eksternal memiliki pengaruh
positif terhadap kredit
dengan koefisien sebesar
0,4156.
30
6. Annisa
Nurlestari
(2015)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit
UMKM
(Studi Pada
Bank Umum
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2009-2013)
• Variabel dependen:
Penyaluran kredit
UMKM
• Variabel
independen: Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Dana Pihak
Ketiga (DPK),
Return on Assets
(ROA), Non
Performing Loan
(NPL), dan spread
tingkat suku bunga
Dengan mengunakan
metode analisis regresi
berganda maka diperoleh
hasil CAR memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM,
ROA memiliki pengaruh
positif dan signifikan, DPK
dan NPL memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan,
dan spread tingakt suku
bunga memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan.
7. Dian Nur
Amalia
(2016)
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempengar
uhi
Penyaluran
Kredit
Investasi
Bank Umum
• Variabel dependen:
Kredit investasi
• Variabel
independen: Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Standar
Biaya Keluaran
(SBK), Capital
Edequacy Ratio
(CAR), Non
Perfomating Loan
(NPL), dan Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Dengan menggunakan
metode Ordinary Least
Square (OLS) diperoleh
hasil DPK, SBK, dan CAR
memiliki pegaruh postitif
dan signifikan terhadap
kredit investasi pada Bank
Umum, sedangkan NPL dan
BOPO memiliki pengaruh
negatif dan signifikan.
C. Kerangka Pemikiran
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu
kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi
(Pramiyanti,2002). Permodalan masih menjadi kendala utama yang
dihadapi oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
hingga sampai saat ini. UMKM sebagai pelaku usaha memiliki berbagai
permasalahan antara lain keterbatasan dalam mengakses sumber-sumber
permodalan, keterbatasan dalam penyedian agunan, dan keterbatasan akses
31
informasi mengenai produk-produk atau fasilitas kredit perbankan bagi
UMKM.
Menurut Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2016, Bank
Indonesia juga mengimplementasikan serangkaian kebijakan pengembangan
UMKM. Kerangka kebijakan pengembangan UMKM dilakukan melalui
empat pilar utama yang mencakup: (i) peningkatan kapasitas ekonomi
UMKM; (ii) peningkatan pembiayaan dan akses keuangan UMKM; (iii)
peningkatan akses pasar UMKM; dan (iv) peningkatan koordinasi dan
kerjasama antar lembaga.
Ditinjau dari salah satu kerangka kebijakan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia pada pilar ke dua yaitu peningkatan pembiayaan dan akses
keuangan, dilakukan dengan cara penetapan kewajiban rasio kredit UMKM
bagi bank umum besar 20% (Peraturan Bank Indonesia Nomor
17/12/PBI/2015). Rasio tersebut dapat dipenuhi secara bertahap, namun
hingga akhir tahun 2016 rasio kredit UMKM bank umum harus mencapai
10% (Bank Indonesia- Laporan Perekonomian Indonesia, 2016).
Setelah dikeluarkannya kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia tentang pengembangan UMKM, bank-bank umum yang ada di
Indonesia ikut melakukan upaya agar sektor UMKM dapat berkembang.
Sektor UMKM sangat perlu dikembangkan karena akan mendukung
pertumbuhan dan pembangunan di Indonesia. Melihat pengalaman di
negara maju, sudah terbukti bahwa UMKM menjadi penunjang dalam
perekonomian di negara tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh bank umum terlihat dari besaran kredit
yang disalurkan oleh perbankan yang ada di Indonesia kepada sektor
UMKM. Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada UMKM
mengalami fluktuasi tiap bulannya, namun cenderung meningkat tiap tahun.
Penyaluran kredit kepada sektor UMKM masih belum merata dan masih
terfokus pada sektor ekonomi tertentu. Penyaluran kredit perbankan masih
di dominasi oleh sektor Perdagangan Besar & Eceran.
32
Kebijakan penyaluran kredit oleh perbankan berkaitan erat dengan
beberapa faktor antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performning Loan (NPL). Hubungan CAR, dan NPL dengan kredit UMKM
didukung oleh penelitian sebelumnya. Diantaranya, Kusnandar (2012)
menyebutkan bahwa CAR dan NPL memiliki pengaruh positif terhadap
penyaluran kredit UMKM, sedangkan menurut Anindita (2011)
menyebutkan bahwa CAR dan NPL.
Berdasarkan acuan dan penjelasan di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa minimal yang mempengaruhi penyaluran kredit
UMKM oleh perbankan adalah CAR dan NPL. Untuk itu peneliti ingin
mengetahui pengaruh variabel tersebut terhadap kredit UMKM dalam
jangka panjang dan jangka pendek menggunakan metode Error Correction
Model (ECM).
Error Correction Model (ECM) merupakan suatu model analisis
ekonometrik yang diperkenalkan oleh Sargan dan dipolulerkan oleh Engel
Granger. Model ini mampu meliputi banyak variabel dalam analisis
fenomena ekonomi jangka panjang dan juga dapat memecahkan masalah
variabel time series yang rentang dengan ketidakstasioneran data .
Langkah pertama dalam penelitian yang menggunakan ECM adalah
uji normalitas data untuk melihat apakah data yang digunakan terdistribusi
normal atau tidak. Setelah itu melakukan uji stasioner data untuk
mendapatkan data yang variannya tidak terlalu besar, ECM dapat digunakan
jika data tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner pada tingkatan
selanjutnya yaitu pada tingkat difference.
Kemudian melakukan uji kointegrasi pada data variabel untuk
mengetahui apakah model ECM dapat dipakai dalam penelitian atau tidak.
Apabila data terkointegrasi maka ini mengindikasi adanya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependennya dan sebaliknya apabila
data tidak terkointegrasi maka uji ECM tidak dapat dilakukan. Kemudian
melakukan estimasi ECM untuk mendapatkan hasil penelitian. Pada tahap
akhir yaitu melakukan interpretasi pada hasil penelitian, menarik suatu
kesimpulan, dan memberikan saran.
33
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan
terhadap Penyaluran Kredit UMKM pada Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran di Indonesia Periode Januari 2014-April 2017
CAR
(X1)
NPL
(X2)
Kredit UMKM sektor perdagangan
besar dan eceran
(Y)
Uji Nomalitas
Uji Stasioneritas
Uji Kointegrasi
Estimasi ECM
Kesimpulan dan Saran
Analisis ECM Analisis Deskriptif
34
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan
dapat diuji.Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1) Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran
• Ha : Diduga Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara
signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran di Indonesia periode Januari 2014-
April 201
• Ho : Diduga Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran di Indonesia periode Januari 2014-
April 2017
2) Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran
• Ha : Diduga Non Performing Loan (NPL) berpengaruh secara
signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran di Indonesia periode Januari 2014-
April 201
• Ho : Diduga Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada sektor
Pedagangan Besar dan Eceran di Indonesia periode Januari 2014-
April 2017
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup adalah batasan yang diambil oleh penulis dalam
melakukan penelitian. Batasan tersebut diambil agar penelitian yang
dilakukan menjadi lebih efisien dan efektif. Tanpa adanya ruang lingkup
maka penelitian akan memakan waktu yang lebih lama. Dalam penelitian ini
ruang lingkup yang digunakan adalah total kredit UMKM yang disalurkan
oleh perbankan kepada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL).
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel di mana satu variabel
merupakan variabel terikat (variable dependent) dan tiga variabel lainnya
merupakan variabel bebas (variableindependent).
• Variabel terikat yang digunakan adalah total kredit UMKM yang
disalurkan oleh perbankan kepada sektor Perdagangan Besar dan
Eceran yang ada di Indonesia.
• Variabel bebas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), dan Non Performing Loan (NPL).
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dalam bentuk data
bulanan dalam kurun waktu bulan Januari 2014 sampai dengan April 2017.
Data yang diambil dalam kurun waktu tertentu sering disebut dengan data
time series. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Data sekunder itu sendiri memiliki pengertian data atau informasi
yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan data tersebut dipublikasikan kepada masyarakat
(Kuncoro,2003). Data bersumber dariwebsite Bank Indonesia berupa data-
data statistik, laporan tahunan Bank Indonesia. Selain itu juga digunakan
buku bacaan referensi serta media informasi terkait dengan penelitian ini
36
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field
research). Libary research yaitu dengan mencari dan mengumpulkan
literatur yangterdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan
media masasebagai bahan pengutipan serta referensi (Imam Akbar, 2009).
Sedangkan yang yang dimaksud Field research adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data melalui data sekunder dari sumber
yang dapat dipercaya. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan
adalah situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).
C. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan berbagai macam
metode sesuai dengan tujuan yang telah tertulis di atas. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian dapat digambarkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Matriks Metode Analisis Data
Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Metode Analisis
Mengidentifikasi
perkembangan kredit
UMKM sektor
Perdagangan Besar dan
Eceran, Capital
Adequacy Ratio (CAR),
dan Non Performing
Loan (NPL).
Data time series
bulanan BI rate,
inflasi, nilai tukar,
kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan
Eceran Capital
Adequacy Ratio (CAR),
dan Non Performing
Loan (NPL) periode
Januari 2014- April
2017
Analisis Deskriptif
Menganalis pengaruh
Capital Adequacy Ratio
(CAR), dan Non
Performing Loan (NPL)
terhadap kredit UMKM
sektor Perdagangan
Besar dan Eceran di
Indonesia
Data time series
bulanan Capital
Adequacy Ratio (CAR),
dan Non Performing
Loan (NPL), kredit
UMKM sektor
Perdagangan Besar dan
Eceran di Indonesia
pada periode Januari
2014- April 2017
Analisis Error
Correction Model
(ECM) menggunakan
sofware Eview 9.0
37
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang
bertujuan untuk mendeskriptifkan dan mempermudah penafsiran yang
dilakukan dengan bantuan grafik terhadap suatu observasi. Analisis
deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk membahas rumusan masalah
pertama yaitu bagaimana perkembangan kredit UMKM sektor Perdagangan
Besar dan Eceran, CAR, dan NPL. Analisis deskriptif hanya dipergunakan
untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan
komunikatif. (Nurgiantoro, et al. 2009)
Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis
perkembangan kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran, CAR,
dan NPL periode Januari 2014 hingga April 2017. Pada analisis deskriptif
dijelaskan dengan bantuan tabel dan grafik untuk mempermudah dalam
penjelasan. Grafik yang ditampilkan merupakan plot data terhadap waktu
pada periode penelitian. Grafik tersebut akan ditambah dengan keterangan
yang menjelaskan kondisi serta hal-hal yang mempengaruhi peristiwa yang
terjadi pada data yang dianalisis.
2. Analisis Error Correction Model (ECM)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis Error Correction Model (ECM) atau sering disebut dengan
pemodelan koreksi kesalahan. Metode ini merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi hubungan di antara variabel yang bersifat non-stasionary.
Dengan syarat bahwa pada sekelompok data yang non-stasionary terdapat
suatu kointegrasi, maka permodelan koreksi kesalahan valid. Syarat ini
dinyatakan dalam teorema Engel Granger (Ariefianto, 2012).
Dalam penelitian ini, metode analisis ECM digunakan untuk
mengamati pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing
Loan (NPL). Terhadap total kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan
pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Metode ini digunakan untuk
38
meilhat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependennya
baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.
Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah dan
menganalisis data-data yang ada adalah software Eviews 9.0 dan Microsoft
Excel 2010. Terdapat lima tahap pengujian yang dilakukan sebelum
mengestimasi hasil uji ECM. Pengujian yang harus dilakukan antara lain:
Uji Normalitas, Uji Linieritas, Uji Stasioneritas data, dan Uji Kointegrasi.
a. Uji Normalitas
Tahap awal untuk mengawali metode ini adalah melakukan uji
normalitas data. Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai
residual terdistribusinormal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.Jadi uji normalitas
bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai
residualnya.Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji
normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak
dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai
residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari gambar histogram, namun
seringkali polanya tidak mengikuti kurva normal, sehingga sulit
disimpulkan. Akan lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-Bera dan
Probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung (Winarno,2011).
Ketika kita memperoleh nilai probobitas lebih dari α maka dapat
disimpulkan data kita terdistribusi normal.
b. Uji Stasioneritas data
Di dalam sebuah peneliian yang menggunakan data time series
harus dilakukan untuk menghindari masalah spurios regression atau
regresi palsu. Spurious regression timbul dari inferensi yang salah
terhadap suatu estimasi hubungan statistik di antara berbagai variabel.
Secara sederhana kita mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
39
bermakna di antara variabel x dan y yang sebenarnya tidak ada
(Ariefianto, 2012).
Uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut
merupakan data stasioner atau bukan. Suatu data dikatakan sebagai data
stasioner apabila data tersebut bergerak diantara nilai rata-rata, apabila
data tersebut bergerak tidak pada nilai rata-rata namun pada akhirnya
data tersebut akan tetap kembali pada nilai rata-rata. Sedangkan yang
disebut data tidak stasioner adalah data tersebut tidak bergerak pada
nilai rata-rata, atau data yang memiliki tren. Selain itu syarat lain adalah
nilai kovarian antara dua periode waktu tergantung dari jarak atau
lagged antara dua periode waktu dan bukan waktu sesungguhnya
dimana kovarian itu dihitung. Jika data runtun waktu stasioner maka
nilai mean, variance dan autovariance (pada berbagai lags) tetap sama
tidak perduli pada titik mana kita mengukurnya. Dalam hal ini tidak
terpengaruh oleh waktu atau sering disebut dengan timeinvariant.
Untuk melihat data tersebut stasioner atau tidak dapat dilakukan
melalui grafik, kolegram, ataupun uji unit root. Dalam penelitian ini ,
uji stasionertias dilakukan menggunakan Augmented Dickey Fuller
(ADF). ADF merupakan pengujian stationer dengan menentukan
apakahdata runtun waktu yang digunakan dalam penelitian
mengandung akar unit (unit root test), dengan hipotesis:
Ho = data stasioner
Ha = data tidak stasioner
Data dapat dikatakan stationer dengan melihat dari perbandingan
nilai statistik ADF yang diperoleh dari nilai T hitung koefisien dengan
nilai kritis statistik dari mackinnon pada tingkat level 1%, 5%, atau
10%. Jika nilai mutlak statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis
mackinnon dapat disimpulkan data stasioner pada taraf nyata maka Ho
diterima dan menolak Ha, begitu pula sebaliknya. Apabila berdasarkan
hasil uji ADF data tidak stattioner pada tingkat level maka harus
40
dilakukan penarikan diferensial sampai data stationer pada tingkat first
difference atau second difference.
c. Uji Kointegrasi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, regresi pada variabel-varibel
stasioner adalah spurious. Tanpa perlakuan yang memadai kita tidak
dapat membedakan apakah hubungan yang diperoleh adalah benar dan
bermakna atau sekedar disebabkan oleh interaksi DGP (Data
Generating Process) pada data.
Salah satu salah untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel
yang bersifat non-stasionary adalah dengan melakukan permodelan
koreksi kesalahan. Dengan syarat bahwa pada sekelompok data yang
tidak stasioner terdapat suatu kointegrasi, maka permodelan koreksi
kesalahan adalah valid. Syarat ini dinyatakan dalam teori yang
dikemukan oleh Engel Granger pada tahun 1987 (Ariefanto, 2012).
Keberadaan variabel non-stationer kemungkinan besar akan
memberikan dampak adanya hubungan jangka panjang diantara
variabel. Suatu variabel dikatakan memiliki hubungan jangka panjang
apabila variabel-variabel yang digunakan dalam model berkointegrasi,
dan sebaliknya jika variabel-variabel yang digunakan dalam model
tidak terkointegrasi, maka dapat dipastikan tidak ada hubungan jangka
panjang diantara variabel tersebut (Ajija dkk: 2011).
Dalam penelitian ini uji kointegrasi dilakukan dengan uji johansen
cointegration. Kita harus melakukan perbandingan nilai trace statistic
dengan nilai kritis (critical value) yang dihasilkan dari uji tersebut.
Ho = data terkointegrasi
Ha = data tidak terkointegrasi
Data dapat dikatakan terkointegrasi apabila hasil nilai trace statistic
> nilai kritis, maka dapat disimpulkan Ho diterima dan menolak Ha
artinya variabel tersebut terkointegrasi. Namun apabila diperoleh hasil
41
nilai trace statistic < nilai kritis, maka dapat disimpulkan Ha diterima
dan menolak Ho artinya variabel tersebut tidak terkointegrasi.
d. Estimasi Error Correction Model
Pada tahun 1987 Engle Granger mengemukakan sebuah teori
tentang konsep kointegrasi dan koreksi kesalahan. ECM memiliki
keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi.
Model ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan kemudian
dikembangkan oleh Hendry dan dipopulerkan oleh Engle-Granger.
Pada tahun 1987 Engle Granger mengemukakan sebuah teori tentang
konsep kointegrasi dan koreksi kesalahan. Model ini memasukan
penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan, dan
model ini mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang
utamanya mengatasi masalah time series yang tidak stasioner.
Terdapat beberapa keuntungan dari permodel ECM antara lain:
1) ECM dapat melakukan spesifikasi model atas bentuk umum
2) ECM dapat menjelaskan pengaruh jangka panjang dan jangka
pendek dari model yang kita gunakan. Jangka panjang mengacu
pada pengaruh yang diberikan dalam runtun waktu yang relatif
lama misalnya adalah tahunan. Sedangkan jangka pendek mengacu
pada pengaruh yang di berikan dalam runtun waktu yang relatif
singkat misalnya bulanan.
3) ECM merupakan model yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah pada data runtun waktu yang tidak stasioner.
Dalam penelitian ini, model ECM digunakan setelah melalui uji
normalitas data, stasioneritas, kointegrasi dan uji asumsi klasik, serta
terbebas dari semua permasalah dari pengujian tersebut, sehingga
model ECM yang digunakan sudah layak untuk dipakai dan dianalisis.
42
Model ECM ini disebut model yang teretriksi. Spesifikasi ECM
merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar
konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan
keberadan dinamisasi jangka pendek (Basuki dan Prawoto, 2016).
Berikut ini adalah model Error Correction Model yang digunakan
dalam penelitian:
Model dasar: Cr=(CAR,NPL)
Model Ekonometrik: 𝐶𝑟𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝐶𝐴𝑅𝑡 + 𝛽2𝑁𝑃𝐿𝑡 + 𝑒
a. Model Jangka Panjang
𝑳𝑶𝑮𝑪𝒓𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑪𝑨𝑹𝒕 + 𝜷𝟐𝑳𝑶𝑮𝑵𝑷𝑳𝒕 + 𝒆
Keterangan:
𝛽0 : konstanta
𝛽1 , 𝛽2 : koefisien regresi berganda
𝐿𝑂𝐺𝐶𝑅𝑡 : penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan Besar
dan
Eceran pada periode t
𝐶𝐴𝑅𝑡 : Capital Adequacy Ratio periode t
𝑁𝑃𝐿𝑡 : Non Performing Loan periode t
e : error term
a. Model Jangka Pendek
∆𝑳𝑶𝑮𝑪𝒓𝒕−𝟏 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏∆𝑪𝑨𝑹𝒕−𝟏 + 𝜷𝟐∆𝑳𝑶𝑮𝑵𝑷𝑳𝒕−𝟏 + 𝜷𝟑𝑬𝑪𝑻𝒕−𝟏 + 𝒆
Keterangan:
𝛽0 : konstanta
43
𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 : koefisien regresi berganda
∆ 𝐿𝑂𝐺𝐶𝑅𝑡−1 : first difference penyaluran kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran pada periode t
∆𝐶𝐴𝑅𝑡−1 : first difference Capital Adequacy Ratio periode t
∆𝑁𝑃𝐿𝑡−1 : first difference Non Performing Loan periode t
D. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas,
maka variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai
berikut:
1. Variabel tidak bebas (dependent) :
Variabel tidak bebas (dependent) adalah variabel yang
mendapatkan pengaruh dari variabel bebas (independent).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah total kredit UMKM
yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor Perdagangan Besar dan
Eceran di Indonesia (Cr) Yang dimaksud dengan kredit Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah adalah dana yang disediakan oleh bank atau
lembaga keuangan lainnya yang disalurkan kepada pihak yang
membutuhkan dana yang memiliki usaha sesuai dengan kriteria usaha
yang telah tercantum pada Undang-Undang tentang UMKM yang
berlaku. Data yang digunakan adalah data bulanan periode pengamatan
antara Januari 2014 – April 2017.
2. Variable Bebas (independent) :
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab adanya
perubahan pda variabel tidak bebas karena variabel ini memberikan
pengaruh terhadap variabel bebas. Variabel tidak bebas (independent)
berupa:
a. Capital Adequacy Ratio
44
CAR adalah besaran modal yang harus dimiliki oleh perbankan
untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data sekunder yang memiliki sifat time
series. Periode pengamatan antara Januari 2014 – April 2017.
b. Non Performing Loan
NPL adalah kredit yang telah dikategorikan kepada kredit yang
kurang lancar, diragukan, dan macet. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder yang memiliki sifat time series.
Periode pengamatan antara Januari 2014 – April 2017.
Tabel 3.2
Operasional Variabel
No Variabel Simbol Sumber Data Data
Bulanan Skala
1.
Kredit UMKM sektor
perdagangan besar dan
eceran
CR
Statistik Kredit
UMKM,Laporan
Tahunan Bank
Indonesia beberapa
edisi
Januari
2014-April
2017
Rasio
2. Capital Adequancy Ratio CAR
Statistik Indonesia,
Laporan Tahunan
Bank Indonesia
beberapa edisi
Januari
2014-April
2017
Rasio
3. Non Performing Loan NPL
Statistik Indonesia,
Laporan Tahunan
Bank Indonesia
beberapa edisi
Januari
2014-April
2017
Rasio
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Kredit UMKM Sektor Perdagangan Besar
dan Eceran
Kredit UMKM merupakan gabungan dari dua kata yaitu kredit
dan UMKM. Kredit memiliki arti pinjaman dana oleh perbanka atau
lembaga keuangan lainnya kepada nasabah. Yang membedakan kredit
UMKM dengan kredit lainnya adalah kredit ini diberikan kepada para
pelaku usaha mikro, kecil, ataupun menengah. Dalam penelitian ini
kredit UMKM yang digunakan adalah kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran.
Perkembangan kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan
Eceran di Indonesia selama periode penelitian, yaitu Januari 2014
sampai dengan April 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.1. Berdasarkan
grafik tersebut diketahui bahwa pergerakkan kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran cenderung positif atau mengalami
kenaikan.
Gambar 4.1
Perkembangan Kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan
Eceran
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
0.0
100000.0
200000.0
300000.0
400000.0
500000.0
600000.0
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Oct
-16
Jan
-17
Ap
r-1
7
kreditUMKM
kreditUMKM
46
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa pergerakkan
kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran cenderung
positif atau mengalami kenaikan. Rata-rata penyaluran kredit UMKM
pada periode Januari 2014 sampai dengan April 2017 adalah Rp
406.102,5 miliar.
Kredit UMKM terus mengalami peningkatan merupakan
bentuk realisasi kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah,
Legislatif, dan Bank Indonesia untuk meningkatkan peran UMKM
terhadap perekonomian di Indonesia. Hal tersebut ditempuh dengan
cara mempermudah akses pembiayaan UMKM melalui kebijakan
yang mendorong penyaluran kredit UMKM dengan rasio kredit
UMKM minimum 20%.
Pencapaian kredit UMKM yang terus bertambah tiap
periodenya juga didukung oleh beberapa hal, antara lain Bank
Indonesia melaksanakan program fasilitasi bekerja sama dengan
instansi/lembaga lain. Salah satu bentuk fasilitasi adalah pemanfaatan
pemeringkatan kredit usaha kecil dan menengah (UKM) bekerja sama
dengan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum
Jamkrindo). Perum Jamkrindo melakukan scoring terhadap lebih dari
3.000 UMKM yang bersumber dari database profil yang dimiliki
Bank Indonesia. Selanjutnya, data hasil scoring tersebut dapat
dimanfaatkan oleh perbankan (khususnya bank pembangunan
daerah/BPD) yang membutuhkan calon debitur potensial.
Bank Indonesia juga bekerja sama dengan Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaksanakan
sosialisasi dan implementasi sistem resi gudang (SRG) di daerah.
Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi pemanfaatan SRG sekaligus
meningkatkan pembiayaan UMKM bagi BPD yang belum mencapai
target rasio kredit/pembiayaan UMKM. Fasilitasi juga dilakukan Bank
Indonesia bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf),
antara lain melalui kegiatan Bekraf Financial Club (BFC), business
47
matching dan diskusi skema pembiayaan untuk sektor ekonomi
kreatif. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan penguatan
kapasitas SDM perbankan di berbagai wilayah melalui pelatihan profil
bisnis UMKM. (Laporan Perekonomian Indonesia, 2017)
2. Perkembangan Capital Adequacy Ratio
CAR sering disebut dengan rasio permodalan. CAR
merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh perbankan.
Penetapan besaran CAR biasanya didasarkan pada wewenang bank
sentral. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank Indonesia.
Bank ini memiliki tanggung jawab dan menyamakan sistem
perbankan secara keseluruhan dengan menetapkan ketentuan antara
lain ketentuan permodalan, likuiditas wajib, dan ketentuan lain yang
bersifat prudensial (Siamat, 2003).
Perkembangan CAR selama periode penelitian, yaitu Januari
2014 sampai dengan April 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa pergerakkan CAR
mengalami fluktuatif tiap bulannya namun cenderung mengalami
peningkatan tiap tahun.
Gambar 4.2
Perkembangan Capital Adequacy Ratio
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Oct
-16
Jan
-17
Ap
r-1
7
CAR
CAR
48
Pada tahun pertama yang dijadikan periode penelitian CAR
yaitu tahun 2014, CAR memiliki nilai rata-rata sebesar 19,62%.
Mengalami peningkatan hingga tahun 2016 sebesar 1,67% dari tahun
2015 CAR sebesar 20,89% menjadi 22,57%. Pada periode Januari
hingga April 2017 CAR mengalami fluktuatif pada periode bulanan.
Dari tahun sebelunya CAR pada bulan Januari mengalami penurunan
sebesar 0,64% menjadi 23,21%. Lalu pada periode selanjutnya
Februari hingga April CAR perbankan terus mengalami penuruan
hingga mencapai 22,79%.
Tingginya permodalan perbankan Indonesia merupakan
respons bank yang berhati-hati dalam menyalurkan kredi di tengah
belum kuatnya pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) menurun. Kuatnya permodalan
juga mengindikasikan kesiapan perbankan dalam memenuhi berbagai
ketentuan mengenai permodalan. Selanjutnya secara struktur,
permodalan perbankan juga relatif sehat karena didominasi oleh tier 1
yang merupakan komponen permodalan yang paling stabil (Laporan
Perekonomian Indonesia, 2016)
3. Perkembangan Non Performing Loan
Resiko kredit dapat dicerminkan dari besaran Non Performing
Loan. NPL adalah kredit bermasalah di mana debitur tidak dapat
memenuhi pembayaran tunggakan pinjaman dalam jangka waktu yang
telah disepaki dalam perjanjian.Semakain besar NPL semakin besar
pula resiko kredit yang ditanggung oleh perbankan.
Kredit bermasalah tidak dapat dihindari namun dapat dijaga
dengan tingkat wajar kredit bermasalah sebesar 3-5% dari total kredit
yang telah disalurkan. Kredit yang termasuk dalam kategori NPL
adalah kredit kurang lancar (sub standart), kredit diragukan
(doubtfull) dan kredit macet (loss). (Kusuma, 2014)
Perkembangan NPL selama periode penelitian, yaitu Januari
2014 sampai dengan April 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.2.
49
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa pergerakkan NPL
mengalami fluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan.
Gambar 4.3
Perkembangan Non Performing Loan
Sumber: Bank Indonesia, 2017
Pada tahun 2014 nilai kredit bermasalah yang ditanggung oleh
perbankan mencapai Rp 27.308,6 miliar. Meningkat hingga tahun
2016 sebesar 20,24% dari tahun sebelumnya Rp 34.846,0 miliar
menjadi Rp 41.902,3 miliar. Risiko kredit menurun, namun perlu
menjadi perhatian. Tingkat risiko kredit UMKM pada awal tahun
2017 cenderung meningkat, sebelum kemudian berada dalam tren
menurun sejak Februari 2017. NPL kredit UMKM pada 2017 sebesar
4,1%, menurun dibandingkan dengan kondisi tahun 2016 sebesar
4,2%.
Berdasarkan sektor ekonomi, perbaikan kinerja kredit UMKM
di antara lima pangsa kredit UMKM terbesar terutama terjadi pada
sekor pertanian dan jasa kemasyarakatan. Rasio NPL kedua sektor
tersebut membaik menjadi 3,2% dan 3,1% Sementara berdasarkan
skala usaha, membaiknya rasio NPL kredit UMKM didorong oleh
0.0
5000.0
10000.0
15000.0
20000.0
25000.0
30000.0
35000.0
40000.0
45000.0
50000.0
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Oct
-16
Jan
-17
Ap
r-1
7
NPL UMKM
NPL
50
menurunnya NPL kredit usaha mikro dan usaha kecil, masing-masing
sebesar 2,0% dan 4,1%. Adapun tingkat risiko kredit usaha menengah
adalah yang tertinggi dengan NPL mencapai 5,1%. Rendahnya rasio
NPL kredit usaha mikro sejalan dengan rendahnya rasio NPL KUR
yang tercatat hanya sebesar 0,3%. (Laporan Perekonomian Indonesia,
2017)
B. Ananlisis Error Correction Model (ECM)
1. Uji Nomalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal
baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik
adalahberdistribusi normal atau mendekati normal.
Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu
jika probabilitas > 0,05, maka data tersebut berdistribusi
normal.Begitupun sebaliknya, jika probabilitas < 0,05, maka data
tersebut tidak normal.
Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9.0
maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
Gambar 4.4
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: ResidualsSample 2014M01 2017M04Observations 40
Mean -1.51e-15Median -0.000478Maximum 0.062790Minimum -0.064389Std. Dev. 0.026070Skewness 0.300679Kurtosis 3.347865
Jarque-Bera 0.804403Probability 0.668846
Sumber: Data Sekunder yang diolah
51
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya
adalah 0,668846. Karena nilai 0,66846 > dari derajat kesalahan (α) 5%
yaitu (0,05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal
sehingga dapat dilanjutkan kepengujian yang lainnya.
2. Uji Stasioneritas
Stasioneritas terjadi ketika nilai rata-rata da varians dari data
time seriestersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik
sepanjang waktu dengan kata lain konstan. Dengan dilakukan uji
stasioneritas dapat terhindar dari masalah spurious regression. Di
mana apabila terjadi spurious regression akan menghasilkan estimasi
yang kurang valid sehingga mengakibatkan misleading dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan nilai Augmented Dickey Fuller
(ADF) untuk melihat apakah data stasioner atau tidak dengn cara
membandingkan nilai ADF yang diperoleh dengan dengan critical
values (nilai kritis) Mac Kinnon. Nilai test statisctic dari ADF yang
dihasilkan lebih besar dari crital value maka dapat disimpulkan tidak
terdapat akar unit pada data tersebut atau dengan kata lain data
tersebut sudah stasioner. Namun sebaliknya apabila nilai test
statisctic dari ADF yang dihasilkan lebih kecil dari crital value maka
dapat disimpulkan terdapat akar unit pada data tersebut atau dengan
kata lain data tersebut tidak stasioner.
Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioneritas Data Tingkat Level Variabel ADF test Critical
Value
Keterangan
Kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan
Eceran
-0,769857 -2,943427 Tidak Stasioner
CAR -0,695332 -2,938987 Tidak Stasioner
NPL -1,362104 -2,938987 Tidak Stasioner
Sumber: Data Sekunder diolah
Tabel 4.1 merupakan hasil uji stasioner yang dilakukan dengan
menggunakan uji ADF pada tingkat level. Dapat terlihat, semua
variabel memiliki nilai ADF yang lebih kecil dari critical value. Dapat
52
disimpulkan bahwa semua data yang digunakan dalam penelitian tidak
stasioner pada tingkat level. Sehingga perlu malanjutkan uji
stasioneritas pada tingkat first difference. Pengujian lanjutan tersebut
diperlukan untuk mendapatkan data yang stasioner.
Tabel 4.2
Hasil Uji Stasioneritas Data Tingkat First Difference
Variabel ADF test Critical
Value
Keterangan
Kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan
Eceran
-6,966960 -2,943427 Stasioner
CAR -6,545425 -2,941145 Stasioner
NPL -8,316239 -2,941145 Stasioner
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.2 merupakan hasil uji stasioneritas data pada tingkat
first difference. Terlihat bahwa semua variabel baik variabel Kredit
UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran, CAR ataupun NPL
memiliki nilai ADF lebih besar dari pada criticl value. Ini artinya
semua variabel telah stastioner pada tingkat first difference. Ketika
semua variabel telah stasioner maka penelitian tersebut dapat
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu uji kointegrasi.
3. Uji Kointegrasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui dampak adanya hubungan
jangka panjang. Suatu variabel dikatakan memiliki hubungan jangka
panjang apabila variabel-variabel yang digunakan dalam model
berkointegrasi, dan sebaliknya. Tahap uji kointegrasi yang dilakukan
untuk mengetahui adanya hubungan keseimbangan jangka panjang
dengan mengetahui apakah terdapat kesamaan pergerakan dan
stabilitas variabel-variabel yang diuji. Metode pengujian kointegrasi
pada penelitian ini didasarkan pada metode Johansen’s
Cointegration Test.
53
Tabel 4.3
Hasil Uji Kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05 No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.603917 47.32619 29.79707 0.0002
At most 1 * 0.291174 15.83774 15.49471 0.0444 At most 2 * 0.114560 4.136816 3.841466 0.0420
Sumber: Data sekunder diolah
Ket: * signifikan pada taraf nyata 5%
Dari Tabel 4.5 di atas kita dapat mengindikasikan adanya nilai
probabilitas yang kurang dari taraf nyata sebesar 5% artinya data
yang diolah pada penelitian ini terkointegrasi. Hal tersebut memiliki
arti bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian berupa
kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran, CAR, dan
NPL memiliki hubungan jangka panjang. Dengan kata lain,
implikasi ekonomi antara variabel satu dengan variabel lainnya
mempengaruhi satu sama lain untuk keseimbangan jangka panjang.
Dengan adanya kointegrasi pengujian maka model dari ECM dapat
dilakukan.
4. Estimasi Error Correction Model (ECM)
Setelah dilakukan serangkaian pengujian untuk mengidentifikasi
model maka diputuskan bahwa penelitian ini menggunakan estimasi
dengan model Error Correction Model (ECM). Di mana keputusan
tersebut diambil berdasarkan dari hasil uji stasioneritas yang
menunjukkan data tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner
pada tingkat first difference. bukan hanya itu keputusan juga diambil
berdasarkan uji kointegrasi yang menunjukkan adanya dua persamaan
yang terkointegrasi dalam penelitian ini.
54
ECM tepat digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang
tidak stasioner pada tingkat level namun terkointegrasi. Hasil estimasi
ECM akan menunjukkan hubungan jangka pendek dan panjang diantara
varibel yang digunakan dalam penelitian.
Hasil estimasi ECM akan menunjukkan hubungan jangka
pendek dan panjang. Pada penelitian ini kredit UMKM sektor
Perdagangan Besar dan Eceran digunakan sebagai variabel
dependen, sedangkan CAR, dan NPL sebagai digunakan variabel
independen. Hasil Estimasi ECM ini dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.4
Hasil Estimasi ECM dalam Jangka Pendek
Dependent Variable: D(LOGCR) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 20:04 Sample (adjusted): 2014M02 2017M04 Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.009897 0.002124 4.659857 0.0000
D(CAR) -0.006387 0.006764 -0.944271 0.3515 D(LOGNPL) -0.016872 0.048084 -0.350880 0.7278
RES(-1) -0.357816 0.088579 -4.039519 0.0003
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
terdapat tiga variabel signifikan pada taraf nyata 5% dengan t-tabel
sebesar 2,024394. T-tabel diperoleh dengan menggunakan Microsoft
Excel 2010 dengan rumus =TINV(probability;degree of freedom).
Adapun error corection term (ECT) merupakan residual yang timbul
dalam metode ECM. Apabila koefisien ECT < 1 maka spesifikasi
model yang digunakan adalah valid (Safari, 2016). Pada hasil diatas
ECT diperoleh hasil nilai ECT sebesar -0,086788 < 1 dan dapat
dipastikan bahwa hasil penelitian ini adalah valid.
55
Pada tabel di atas menunjukkan CAR memiliki t-statistik
sebesar -0,944271. Di mana nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari t-
tabel sebesar 2,024394. Ini artinya dalam jangka pendek variabel
CAR tidak memberikan pengaruh terhadap penyaluran kredit
UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia.
Sedangkan pada variabel NPL memiliki t-stastistik sebesar -
0,3550880. Di mana nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari t-tabel
sebesar 0,024392. Ini artinya dalam jangka pendek variabel NPL
tidak memberikan pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM
sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Indonesia.
Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) jangka panjang
dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Estimasi ECM dalam Jangka Panjang
Dependent Variable: LOGCR
Method: Least Squares
Date: 05/24/18 Time: 21:50
Sample: 2014M01 2017M04
Included observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CAR 0.033000 0.007729 4.269460 0.0001
LOGNPL 0.350732 0.052501 6.680436 0.0000
C 8.536991 0.405271 21.06487 0.0000
Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.9 menunjukkan hasil estimasi Error Correction
Model dalam jangka panjang. Dari hasil di atas dapat diketehaui
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing
Loan (NPL) dalam jangka waktu yang cukup lama memiliki
56
pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan
Besar dan Eceran di Indonesia.
Variabel CAR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan korelasi
positif. Signifikasi dapat terlihat dari hasil t-statistik pada variabel
CAR. Pada tabel diatas menunjukkan t-statistik sebesar 4,269460
lebih besar dari t-tabel sebesar 2,024394. Dengan koefisien sebesar
0,033000 ini artinya jika CAR mengalami peningkatan sebesar
satuan yang sebenarnya maka akan menyebabkan kenaikan pada
penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran di
Indonesia sebesar 0,033000.
Hingga April 2017, Capital adequacy ratio (CAR) perbankan
meningkat menjadi 23,0% (Laporan Perekonomian Indonesia, 2017).
Ini arti modal yang dimiliki oleh perbankan untuk menyaluran dana
kepada masyarakat untuk mengembangkan suatu usaha semakin
besar.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusnandar (2012) dan Anindita (2011) yaitu CAR memiliki
pengaruh positif terhadap penyaluran kredit UMKM. Kemungkinan
hal tersebut terjadi karena perbankan yang ada di Indonesia telah
memiliki CAR yang sudah tergolong tinggi sehingga manajemen
bank tidak hanya terfokus pada penumpukkan modal untuk
meningkatkan CAR.
Pada periode penelitian yaitu Januari 2014 sampai dengan
April 2017 dapat terlihat nilai rata-rata variabel CAR cukup tinggi
mencapai 21,23%. Nilai CAR tertinggi terjadi pada Agustus 2016
yaitu mencapai 23,26%, sedangkan CAR terendah terjadi pada April
2014 yaitu sebesar 19,33%. Ketentuan batasan minimum CAR
menjadikan manajemen bank fokus meningkatkan CAR, dan
57
berdampak dengan besaran penyaluran dana yang akan diberikan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Pada gambar 4.2 di atas menunjukkan pergerakan variabel
CAR yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Perkembangan
tersebut mengidentifikasi bahwa ketahanan perbankan selama
periode penelitian cukup baik sehingga dapat menjadi modal yang
kuat untuk menghadapi tantangan dan peningkaan fungsi penyaluran
dana dari bank kepada masyarakat yang akan digunakan untuk
peningkatan usaha yang mereka miliki.
Variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan korelasi
positif. Signifikasi dapat terlihat dari hasil t-statistik pada variabel
NPL. Pada tabel diatas menunjukkan t-statistik sebesar 6,680436
lebih besar dari t-tabel sebesar 2,024394. Dengan koefisien sebesar
0,350732 ini artinya jika CAR mengalami peningkatan sebesar
satuan yang sebenarnya maka akan menyebabkan kenaikan pada
penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran di
Indonesia sebesar 0,0350732.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusnandar (2012) dan Nurlestari (2015) yaitu NPL memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM.
Ketika NPL mengalami kenaikan maka akan menyebabkan
kenaikan pada penyaluran kredit UMK.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa bank dengan NPL yang
tinggi tetap melakukan penyaluran dana kepada masyarakat.
Dengan kata lain, besaran NPL tidak mempengaruhi jumlah
penyaluran dana kepada masyarakat, termasuk penyaluran dana
pada pelaku UMKM. NPL menunjukkan besaran kemampuan
perbankan dalam pengelolan kredit.
Hubungan NPL dan kredit UMKM berkaitan dengan
kebijakan Bank Indonesia yang mewajibkan kepada pihak bank
58
untuk mencadangkan dananya sebesar prosentase tertentu, sesuai
dengan kualitas kredit, sehingga bank dengan kualitas kredit yang
baik tentu akan memiliki cadangan dana sehingga lebih leluasa
dalam pengelola dana yang dimiliki kepada masyarakat termasuk
penyaluran dana kepada pelaku UMKM.
Namun terdapat alasan lain saat NPL mengalami peningkatan
pada penyaluran kredit UMKM. Hal tersebut memungkinkan
karena bank memiliki dana yang cukup tinggi untuk memberikan
kredit sehingga meskipun memiliki rasio NPL yang tinggi, bank
tetap melakukan ekspansi kredit dengan pertimbangan bank tidak
menanggung biaya bunga yang tinggi atas dana yang telah
dihimpunnya terutama pada dana pihak ketiga dengan biaya yang
mahal seperti deposito (Kusnandar,2012).
Kondisi perbankan hingga April 2017 menunjukkan kinerja
relatif baik sebagaimana tercermin pada peningkatan kredit
termasuk kredit UMKM, walaupun diikuti dengan besaran NPL
yang meningkat.
NPL mengalami fluktuasi pada periode Januari 2014 sampai
dengan April 2017. NPL yang diambil dalam penelitian ini
merupakan NPL kredit UMKM. Rata-rata NPL UMKM pada
periode ini adalah Rp 35.739,5 miliar. NPL tertinggi terjadi pada
bulan April 2017 yaitu mencapai Rp 46.243,1. Sedangkan NPL
terendah terjadi pada awal periode penelitian yaitu Januari 2014
sebesar Rp 23.955,3 miliar.
Saat besaran NPL mengalami peningkatan, besaran kredit
UMKM juga mengalami peningkatan. Rata-rata kredit UMKM
yang disalurkan dari perbankan kepada sektor UMKM mencapai
20,1% dari total kredit perbankan. Hal ini telah melampaui
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu rasio kredit
kepada UMKM harus 15% pada tahun 2017. Terbukti penyaluran
kredit terus meningkat ditengah kondisi NPL perbankan yang terus
meningkat.
59
Meskipun berbagai tantangan dan faktor resiko masih
berpotensi mempengaruhi kinerja sektor perbankan, namun kondisi
perbankan secara umum masih baik. Hal tersebut didukung dengan
kondisi perekonomian yang baik. Berbagai kebijakan untuk
memperkuat kondisi perbanakan dan peraturan-peraturan
prudensial untuk meningkatkan fungsi intermediasi dikeluarkan
untuk mendorong kondisi perbankan ke arah yang lebih sehat
(Kusnandar,2012).
60
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bab
sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis deskiptif, perkembangan yang terjadi pada
variabel kredit UMKM sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Capacity Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL)
mengalami fluktuatif tiap periode Januari 2014 sampai dengan April
2017. Namun perkembangan yang terjadi pada ketiga variabel
mengalami perkembangan yang positif.
2. Dari hasil uji Error Correction Model (ECM) diperoleh hasil bahwa
variabel Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan tidak
memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran.
Sedangkan dalan jangka panjang variabel Capital Adequacy Ratio
dan Non Performing Loan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada
sektor Perdagangan Besar dan Eceran
B. Saran
1. Untuk menjaga penyaluran kredit UMKM sektor Perdagangan Besar
dan Eceran agar tetap stabil Bank Indonesia bekerja sama dengan
pemerintah baik pusat maupun daerah mengupayakan berbagai macam
kegiatan yang berguna untuk peningkatan UMKM seperti pelatihan
Sumber Daya Manusia, peningkatan kualitas produk UMKM,
pengembangan skala usaha, peningkatan akses teknologi, seminar
pengelolaan dana UMKM, dan lain-lain. Dengan demikian
pertumbuhan yang terjadi pada UMKM akan berimbas kepada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
61
2. Bagi kepentingan penelitian selanjutnya, perlu dilakukan perluasan
subjek penelitian yang mencakup kebijakan perbankan sektor UMKM
di Negara lain agar dapat digunakan sebagai perbandingan dan masukan
bagi perkembangan kebijakan UMKM yang ada di Indonesia.
62
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Pratiwi. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Kredit PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) TBk”,
SKRIPSI IPB, 2014.
Ajija, Sochurl R dkk. “Cara Cerdas Menguasi Eviews”, Jakarta: Salemba
Empat, 2011
Akbar, Imam. ”Analisis Anamoli Pasar Efisien pada Bursa Efek
Indonesia.”, Skripsi FEIS UIN, 2009.
Amalia, D Nur. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Kredit Investasi Bank Umum”, SKRIPSI IPB, 2016
Anindita,Irma.“Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, CAR, NPL, dan
LDR terhadap Penyaluran Kredit UMKM (Studi pada Bank Umum Swasta
Nasional Periode 2003-2010)” SKRIPSI UNIVERSITAS DIPONEGORO,
2011.
Ariefianto, Moch D. “EKONEMETRIKA, Esensi dan Aplikasi dengan
Eviews”, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2012
Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2016
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Kredit UMKM,April 2017
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Moneter, Desember 2016.
Basuki, Agus Tri dan Prawoto, Nano. “Analisis Regresi dalam Penelitian
Ekonomi dan Bismis”, edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta: Rajawali
Press, 2016.
Deramayang, Mamita. “Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi
Penyaluran Kredit UMKM Agribisnis di Unit Kredit Kecil PT BNI
(Persero), Tbk Cabang Karawang” , SKRIPSI UIN, 2010.
Djinarto, Bambang. “Banking Asset Liability Management”. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Gujarati, Damodar N. “Basic Econometrics: Fourth edition”, Singapura:
McGraw-Hill Inc, 2004.
Gujarati, Damodar. “Dasar-Dasar Ekonometrika”, edisi 3, jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2006.
Hardoyanto, B Satrio, dan Widyawati, Tri E. “Analisis Pengaruh NIM,
NPL, BOPO, BI Rate, dan CAR terhadap Penyaluran Kredi Bank Umum
63
yang Go Public Periode Tahun 2012-2016” Semarang: Diponegoro Journal
of Management. 2017
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Kuncoro, Mudrajat. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Jakarta:
Erlangga, 2003.
Kusnandar, Engkus. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian Kredit UMKM oleh Perbankan di Indonesia” SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA, 2012.
Kusuma, H Angga. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Periode 2009-2011”, SKRIPSI
UNIVERSITAS DIPONEGORO, 2014.
Lukman, Dendawijaya. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2000
Mankiw, N Gregori. “Pengantar Ekonomi”, jilid 2. Jakarta : Erlangga, 2000.
Nugiyantoro, dkk.”Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial” ,
Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press, 2009
Nurlestari, Anisa dan Mahfud, M Khotif. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT UMKM (Studi Pada
Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)”
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 4, Nomor 4,
2015
Nurlestari, Annisa. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Kredit UMKM (Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013)” , SKRIPSI UNIVERSITAS
DIPONEGORO, 2015
Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015
Pramiyanti, Alilla. “Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM”. Jakarta: Media
Pressindo, 2002.
Ramadhan, S Bintang. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional
Devisa Periode 2007-2011)”, SKRIPSI UNIVERSITAS DIPONEGORO,
2013.
64
Rivai, V dan A P Veithzal. “Credit management handbook”. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006.
Rudigersch, Dornbusch, et.all. “Makroekonomi”. Jakarta: PT Media Global
Edukasi, 2004
Siamat, Dahlan. “Manajemen Bank Umum” Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Somoye, R O Christopher, dan Ilo, Bamidele M. “The Impact of
Macroeconomic Instability on the Banking Sector Lending Behaviour in
Nigeria.”, Journal of Money, Investment and Banking, 2009.
Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1991-2001.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No 2, Desember 2004.
Susanti, L Rahmi. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Pertumbuhan Kredit Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2002-2009”,
TESIS Universits Indonesi, 2010.
Susilo, Sri Y. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain” Jakarta: Salemba
Empat, 2000.
UU Nomor 20 Tahun 2008
Weiss, Joseph W. “Business Ethics: A Stakeholder and Issues Management
Approach.”, Canada: Thompson South-Western. 2006
Winarjono, Agus. “Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya” , Jakarta:
Ekonosia. 2013
Winarno, W Wahyu “Analisis Ekonometrika dan Statistikan dengan
Eviews”, Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
www.bi.go.id/laporan perekonomian Indonesia/
www.bi.go.id/moneter/inflasi/
www.bi.go.id/umkm/kredit
www.bps.go.id
65
Lampiran 1: Data Penelitian (Data Mentah)
Tahun Bulan KreditUMKM CAR NPL
2014 JAN 331653,8 19,91 23955,3
FEB 336914,7 19,91 24832,9
MAR 343735,1 19,77 24869,9
APR 348517,3 19,33 25718,0
MEI 351981,0 19,48 27483,3
JUN 360542,2 19,45 27480,9
JUL 358217,3 19,39 28759,5
AGUST 356791,0 19,70 29681,3
SEP 360521,3 19,53 29307,9
OKT 360099,6 19,63 28710,0
NOP 364397,2 19,77 29073,2
DES 372830,5 19,57 27831,0
2015 JAN 362895,5 21,01 29740,4
FEB 367236,0 21,26 32115,7
MAR 380179,7 20,98 31579,7
APR 381579,6 20,79 33219,1
MEI 384067,9 20,51 34952,3
JUN 392871,0 20,28 34566,6
JUL 391602,0 20,78 36654,3
AGUST 392943,0 20,73 36847,9
SEP 395795,5 20,62 35643,6
OKT 396288,6 21,05 35986,1
NOP 420225,1 21,33 40384,1
DES 432775,3 21,39 36462,6
2016 JAN 423372,8 21,75 39714,5
FEB 423603,6 21,93 39952,3
MAR 436401,0 22,00 40322,0
APR 441377,5 21,95 42077,3
MEI 449486,8 22,41 43715,5
JUN 460170,2 22,56 41957,0
JUL 453111,2 23,19 43288,4
66
AGUST 457922,4 23,26 43716,6
SEP 463489,3 22,60 42533,0
OKT 464768,0 23,19 43996,0
NOP 469263,9 23,04 42090,7
DES 473694,7 22,93 39464,4
2017 JAN 464039,4 23,21 42577,3
FEB 466547,9 23,18 45945,2
MAR 475341,8 22,88 46129,8
APR 476850,9 22,79 46243,1
Lampiran 2: Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural
67
Tahun Bulan kreditUMKM CAR NPL
2014 JAN 12,71185 19,91 10,08394
FEB 12,72759 19,91 10,11992
MAR 12,74763 19,77 10,12141
APR 12,76144 19,33 10,15495
MEI 12,77133 19,48 10,22133
JUN 12,79536 19,45 10,22125
JUL 12,78890 19,39 10,26672
AGUST 12,78491 19,70 10,29827
SEP 12,79531 19,53 10,28561
OKT 12,79414 19,63 10,26500
NOP 12,80600 19,77 10,27757
DES 12,82888 19,57 10,23391
2015 JAN 12,80187 21,01 10,30026
FEB 12,81376 21,26 10,37710
MAR 12,84840 20,98 10,36027
APR 12,85207 20,79 10,41088
MEI 12,85857 20,51 10,46174
JUN 12,88124 20,28 10,45064
JUL 12,87800 20,78 10,50929
AGUST 12,88142 20,73 10,51455
SEP 12,88865 20,62 10,48132
OKT 12,88990 21,05 10,49089
NOP 12,94855 21,33 10,60619
DES 12,97797 21,39 10,50404
2016 JAN 12,95601 21,75 10,58947
FEB 12,95655 21,93 10,59544
MAR 12,98632 22,00 10,60465
APR 12,99766 21,95 10,64726
MEI 13,01586 22,41 10,68546
JUN 13,03935 22,56 10,64440
JUL 13,02389 23,19 10,67564
AGUST 13,03446 23,26 10,68548
SEP 13,04654 22,60 10,65804
68
OKT 13,04929 23,19 10,69185
NOP 13,05892 23,04 10,64758
DES 13,06832 22,93 10,58315
2017 JAN 13,04772 23,21 10,65908
FEB 13,05312 23,18 10,73520
MAR 13,07179 22,88 10,73921
APR 13,07496 22,79 10,74167
Lampiran 3 : Hasil uji Normalitas
69
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: ResidualsSample 2014M01 2017M04Observations 40
Mean -1.51e-15Median -0.000478Maximum 0.062790Minimum -0.064389Std. Dev. 0.026070Skewness 0.300679Kurtosis 3.347865
Jarque-Bera 0.804403Probability 0.668846
Lampiran 4 : Hasil uji stasioneritas kredit UMKM sektor Perdagangan
Besar dan Eceran pada Tingkat Level
Null Hypothesis: LOGCR has a unit root
70
Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.769857 0.8159
Test critical values: 1% level -3.621023 5% level -2.943427 10% level -2.610263 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LOGCR) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:48 Sample (adjusted): 2014M04 2017M04 Included observations: 37 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOGCR(-1) -0.018042 0.023435 -0.769857 0.4469
D(LOGCR(-1)) -0.118531 0.153934 -0.770013 0.4468 D(LOGCR(-2)) -0.444021 0.154301 -2.877631 0.0070
C 0.247029 0.302649 0.816221 0.4202 R-squared 0.216153 Mean dependent var 0.008847
Adjusted R-squared 0.144894 S.D. dependent var 0.016416 S.E. of regression 0.015180 Akaike info criterion -5.435887 Sum squared resid 0.007604 Schwarz criterion -5.261734 Log likelihood 104.5639 Hannan-Quinn criter. -5.374490 F-statistic 3.033344 Durbin-Watson stat 1.849298 Prob(F-statistic) 0.042922
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 5 : Hasil uji stasioneritas kredit UMKM sektor Perdagangan
Besar dan Eceran pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(LOGCR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.*
71
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.956960 0.0000
Test critical values: 1% level -3.621023 5% level -2.943427 10% level -2.610263 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LOGCR,2) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:50 Sample (adjusted): 2014M04 2017M04 Included observations: 37 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LOGCR(-1)) -1.562585 0.224607 -6.956960 0.0000
D(LOGCR(-1),2) 0.441078 0.153327 2.876724 0.0069 C 0.014045 0.003238 4.338252 0.0001 R-squared 0.635135 Mean dependent var -0.000456
Adjusted R-squared 0.613673 S.D. dependent var 0.024276 S.E. of regression 0.015089 Akaike info criterion -5.472140 Sum squared resid 0.007741 Schwarz criterion -5.341525 Log likelihood 104.2346 Hannan-Quinn criter. -5.426092 F-statistic 29.59263 Durbin-Watson stat 1.848503 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 6 : Hasil uji stasioneritas CAR pada Tingkat Level
Null Hypothesis: CAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.695332 0.8362
Test critical values: 1% level -3.610453 5% level -2.938987
72
10% level -2.607932 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(CAR) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:51 Sample (adjusted): 2014M02 2017M04 Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR(-1) -0.030293 0.043566 -0.695332 0.4912
C 0.715621 0.924804 0.773808 0.4440 R-squared 0.012899 Mean dependent var 0.073846
Adjusted R-squared -0.013780 S.D. dependent var 0.360428 S.E. of regression 0.362903 Akaike info criterion 0.860558 Sum squared resid 4.872849 Schwarz criterion 0.945869 Log likelihood -14.78089 Hannan-Quinn criter. 0.891167 F-statistic 0.483486 Durbin-Watson stat 2.133148 Prob(F-statistic) 0.491192
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 7 : Hasil uji stasioneritas CAR pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.545425 0.0000
Test critical values: 1% level -3.615588 5% level -2.941145 10% level -2.609066
73
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(CAR,2) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:51 Sample (adjusted): 2014M03 2017M04 Included observations: 38 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(CAR(-1)) -1.089020 0.166379 -6.545425 0.0000
C 0.082747 0.061198 1.352130 0.1848 R-squared 0.543394 Mean dependent var -0.002368
Adjusted R-squared 0.530710 S.D. dependent var 0.538112 S.E. of regression 0.368632 Akaike info criterion 0.893160 Sum squared resid 4.892025 Schwarz criterion 0.979349 Log likelihood -14.97005 Hannan-Quinn criter. 0.923826 F-statistic 42.84259 Durbin-Watson stat 2.015288 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 8: Hasil uji stasioneritas NPL pada Tingkat Level
Null Hypothesis: LOGNPL has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.362104 0.5907
Test critical values: 1% level -3.610453 5% level -2.938987 10% level -2.607932 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
74
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LOGNPL) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:52 Sample (adjusted): 2014M02 2017M04 Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOGNPL(-1) -0.050407 0.037007 -1.362104 0.1814
C 0.544019 0.387082 1.405436 0.1682 R-squared 0.047750 Mean dependent var 0.016865
Adjusted R-squared 0.022013 S.D. dependent var 0.045522 S.E. of regression 0.045018 Akaike info criterion -3.313595 Sum squared resid 0.074984 Schwarz criterion -3.228284 Log likelihood 66.61510 Hannan-Quinn criter. -3.282986 F-statistic 1.855326 Durbin-Watson stat 2.614665 Prob(F-statistic) 0.181401
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 9: Hasil uji stasioneritas NPL pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(LOGNPL) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.316239 0.0000
Test critical values: 1% level -3.615588 5% level -2.941145 10% level -2.609066 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
75
Dependent Variable: D(LOGNPL,2) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 19:53 Sample (adjusted): 2014M03 2017M04 Included observations: 38 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LOGNPL(-1)) -1.314297 0.158040 -8.316239 0.0000
C 0.021781 0.007684 2.834640 0.0075 R-squared 0.657664 Mean dependent var -0.000882
Adjusted R-squared 0.648155 S.D. dependent var 0.074664 S.E. of regression 0.044288 Akaike info criterion -3.345002 Sum squared resid 0.070612 Schwarz criterion -3.258813 Log likelihood 65.55503 Hannan-Quinn criter. -3.314336 F-statistic 69.15984 Durbin-Watson stat 2.162268 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 10: Uji Kointegrasi
Date: 05/25/18 Time: 19:58 Sample (adjusted): 2014M07 2017M04 Included observations: 34 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: LOGCR CAR LOGNPL Lags interval (in first differences): 1 to 5
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.603917 47.32619 29.79707 0.0002
At most 1 * 0.291174 15.83774 15.49471 0.0444 At most 2 * 0.114560 4.136816 3.841466 0.0420
Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
76
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.603917 31.48845 21.13162 0.0012
At most 1 0.291174 11.70092 14.26460 0.1224 At most 2 * 0.114560 4.136816 3.841466 0.0420
Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): LOGCR CAR LOGNPL
28.98355 -4.387928 15.63965 -7.569121 -1.138179 5.010115 -109.1335 3.920133 35.72817
Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(LOGCR) 0.003535 -0.000650 0.002776
D(CAR) 0.107921 0.111847 -0.022810 D(LOGNPL) -0.007038 0.013433 0.005931
1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 196.2443 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)
LOGCR CAR LOGNPL 1.000000 -0.151394 0.539604
(0.02406) (0.16580)
Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LOGCR) 0.102464
(0.06164) D(CAR) 3.127925
(1.65073) D(LOGNPL) -0.203982
(0.21772) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 202.0947 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)
LOGCR CAR LOGNPL 1.000000 0.000000 -0.063191
(0.18529) 0.000000 1.000000 -3.981638
(1.22407)
Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LOGCR) 0.107382 -0.014773
77
(0.06354) (0.00961) D(CAR) 2.281338 -0.600851
(1.50014) (0.22701) D(LOGNPL) -0.305659 0.015592
(0.20276) (0.03068)
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
Lampiran 15: Uji Error Correction Model (ECM) Jangka Pendek
Dependent Variable: D(LOGCR) Method: Least Squares Date: 05/25/18 Time: 20:04 Sample (adjusted): 2014M02 2017M04 Included observations: 39 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.009897 0.002124 4.659857 0.0000
D(CAR) -0.006387 0.006764 -0.944271 0.3515 D(LOGNPL) -0.016872 0.048084 -0.350880 0.7278
RES(-1) -0.357816 0.088579 -4.039519 0.0003 R-squared 0.469483 Mean dependent var 0.009311
Adjusted R-squared 0.424011 S.D. dependent var 0.016113 S.E. of regression 0.012229 Akaike info criterion -5.873175 Sum squared resid 0.005234 Schwarz criterion -5.702553 Log likelihood 118.5269 Hannan-Quinn criter. -5.811957 F-statistic 10.32448 Durbin-Watson stat 1.593204 Prob(F-statistic) 0.000052
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0
78
Lampiran 16: Uji Error Correction Model (ECM) Jangka Panjang
Method: Least Squares Date: 05/24/18 Time: 21:50 Sample: 2014M01 2017M04 Included observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR 0.033000 0.007729 4.269460 0.0001
LOGNPL 0.350732 0.052501 6.680436 0.0000 C 8.536991 0.405271 21.06487 0.0000 R-squared 0.949040 Mean dependent var 12.90786
Adjusted R-squared 0.946285 S.D. dependent var 0.115487 S.E. of regression 0.026766 Akaike info criterion -4.331349 Sum squared resid 0.026507 Schwarz criterion -4.204683 Log likelihood 89.62699 Hannan-Quinn criter. -4.285551 F-statistic 344.5286 Durbin-Watson stat 1.624123 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: olah data dengan menggunakan eviews 9.0