laporan kp deby celik
DESCRIPTION
gTRANSCRIPT
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Kerja praktek merupakan salah satu bentuk kerja sama antara perguruan
tinggi sebagai lembaga pendidikan dengan pihak perusahaan dimana mahasiswa
dapat melakukan praktek di lapangan guna mengetahui dan memahami system
dan lingkungan kerja pada suatu perusahaan. Kerja Praktek merupakan salah satu
mata kuliah wajib pada kurikulum yang telah diterapkan di Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Dalam kegiatan perkuliahan sehari-hari materi perkuliahan yang didapat
oleh mahasiswa hampir sebagian besar adalah teori yang didapat dari berbagai
sumber, untuk mempraktekkan dan memperdalam teori-teori yang telah didapat
tersebut mahasiswa membutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung hal
tersebut yaitu dengan dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek (KP).
Kerja praktek adalah sarana bagi mahasiswa untuk memahami dan
mengenal bagaimana ilmu yang selama ini didapat di bangku perkuliahan
diaplikasikan dalam dunia kerja dan untuk memnberikan wawasan dan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengkajian dan latihan
penerapan terhadap bahan-bahan kuliah yang bersifat teoritis dengan kenyataan di
lapangan. Mahasiswa akan belajar mengatasi kesenjangan antara teori yang
didapatkan di bangku kuliah dengan permasalahan di lapangan sebenarnya, yang
memerlukan teknologi informasi untuk mendapatkan jalan keluarnya.
Penulis memilih PT Pertamina (Persero) RU III Plaju, sebagai tempat
untuk melaksanakan KP karena di perusahaan ini banyak bidang yang dapat
dipelajari sesuai dengan disiplin ilmu penulis tekuni. Kerja Praktek ini
dilaksanakan tanggal 16 Juli sampai dengan 16 Agustus 2012.
1
Politeknik Negeri Sriwijaya
I.2 Tujuan dan Manfaat
Salah satu tujuan diadakannya Kerja Praktek (KP) yaitu untuk
memperkenalkan mahasiswa kepada dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga
jika sudah saatnya mahasiswa tersebut terjun ke masyarakat maka dia tidak akan
canggung lagi dengan situasi yang dihadapinya.
Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam kerja praktek ini adalah
mahasiswa dapat menganalisis suatu masalah secara alamiah dan mengasah
ketajaman berpikir dalam analisis, serta agar dapat dijadikan sebagai bahan studi
kasus bagi peserta.
I.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis membatasi pokok
permasalahan mengenai :
a. Pengenalan organisasi, manajemen dan operasi di PT. Pertamina (Persero)
RU III Plaju khususnya di bagian Informasi dan Teknologi (IT)
b. Pengenalan perlengkapan dan peralatan yang ada di bagian Informasi dan
Teknologi (IT)
c. Ikut serta dalam pengecekan peralatan dan storing .
Adapun permasalahan yang akan dikemukakan dalam laporan ini adalah
seputar kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama KP yaitu tentang Sistem
Komunikasi PABX di RU III Pertamina Plaju.
I.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan kerja praktek digunakan beberapa metode untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk proses penulisan laporan kerja
praktek tersebut diantaranya yaitu :
2
Politeknik Negeri Sriwijaya
1. Metode Kepustakaan
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan
sehingga menambah kejelasan terhadap uraian yang dikemukakan.
2. Study Kasus
Metode yang diadakan untuk mengadakan suatu penelitian terhadap
suatu kasus atau kejadian tertentu.
3. Observasi
Melalui metode ini dilakukan pengamatan dan pembelajaran terhadap
setiap objek yang terdapat pada bidang Informasi dan Teknologi secara
langsung pada tempatnya.
4. Metode Wawancara
Selain studi pustaka dan lapangan, juga dilakukan pemberian materi
dengan mengadakan wawancara atau bertanya secara langsung pada
pihak karyawan Bidang Informasi dan Teknologi PT. Pertamina
(Persero) RU III Plaju yang memberikan penjelasan langsung.
5. Diskusi
Dilakukan setelah metode wawancara dilakukan dengan metode tanya
jawab. Masing-masing pihak dapat mengajukan pertanyaan maupun
menanggapi pertanyaan tentang objek yang dipelajari
I.5 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan laporan Kerja Praktek ini sistematika penulisan ditulis
perbab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pengantar yang isinya menjelaskan Latar Belakang
diadakannya Kerja Praktek, Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek, Batasan
Masalah Kerja Praktek, Metode dan Teknik Penulisan dalam pengumpulan
3
Politeknik Negeri Sriwijaya
data untuk Kerja Praktek, serta Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek
yang telah dikerjakan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini menjelaskan latar belakang perusahaan tempat dilaksanakannya Kerja
Praktek yaitu di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai dasar komunikasi dan sistem komunikasi pada
PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang Sistem yang ada pada PABX (Private Automatic
Branch Exchange)
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Kerja
Praktek yang telah dilakukan serta saran dan kritik yang diberikan penulis
kepada pihak perusahaan.
4
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB II
RUANG LINGKUP PERUSAHAAN
II.1 Sejarah PT. Pertamina
Upaya pencarian (eksplorasi) sumber minyak bumi di Indonesia pertama
kali dilakukan oleh Jhon Reenik (Belanda) pada tahun 1871 di kaki Gunung
Ceremai, sedangkan eksploitasi minyak bumi pertama kali dilakukan di Telaga
Tunggal pada tahun 1885, sumur ini merupakan sumur pertama dikawasan
Hindia-Belanda yang berproduksi secara komersial. Seiring dengan semakin
banyaknya sumber minyak mentah yang sudah ditemukan, pada akhir abad ke-18 mulai
didirikan beberapa perusahaan-perusahaan minyak asing, seperti Shell, Stanvac,
Royal Dutch Company, dll yang melakukan pengeboran di Indonesia, baru setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, usaha untuk mengambil alih kekuasaan
sektor industriminyak dan gas bumi mulai dilakukan. Berdasarkan Undang-
Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, UU No.44/1961, dibentuklah tiga
perusahaan negara (PN) di sektor minyak dan gas bumi, yaitu :
- PN PERTAMIN berdasarkan PP No.3/1961
- PN PERMINA berdasarkan PP No.198/1961
- PN PERMIGAN berdasarkan PP No.199/1961
Pada tahun 1965 PN PERMIGAN dibubarkan, semua fasilitas produksinya
diserahkan kepada PN PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada
PN PERTAMIN. Pada tahun 1968 didirikan PN PERTAMINA yang merupakan
gabungan dari PN PERMINA dan PERTAMIN dan pada tanggal 17 September 2003 PN
PERTAMINA berubah nama menjadi PT. PERTAMINA (Persero).
5
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tabel II.1 Kronologi Sejarah Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
1871 Usaha pertama pengeboran minyak di Indonesia, dilakukan di Cirebon.
Karena hasilnya sedikit, kemudian ditutup
1883 Konsesi pertama pengusahaan minyak diserahkan Sultan Langkat kepada
Aeiko J. Ziljker untuk daerah Telaga Said dekat Pangkalan Brandan
1885 Produksi pertama Telaga Said, yang kemudian diusahakan oleh “Royal
Dutch”
1890 Dibentuk “Koninklijke” untuk mengusahakan minyak di Sumatera Utara
1892 Kilang minyak di Pangkalan Brandan yang dibangun “Royal Dutch” mulai
berjalan
1898 Kilang minyak Balikpapan mulai berjalan
1899 Lapangan minyak Perlak, konsesi baru dari “Koninklijke” mulai
menghasilkan
1900 Kilang minyak Plaju mulai bekerja
1901 Saluran pipa Perlak – Pangkalan Brandan selesai dibangun
1907 “Koninklijke” dan “Shell Transport and Trading Company” bergabung
membentuk BPM
1907 Royal Dutch menyerahkan konsesi-konsesinya di Indonesia kepada BPM
1911 Sejak tahun ini BPM mengusahakan daerah-daerah minyak sekitar Cepu.
Instalasi minyak berkapasitas kecil dibangun
1912 Dibentuk NKPM sebuah subsidiary dari “Standard Oil Company of New
Jersey”, pada tahun 1948 nama NKPM menjadi STANVAC
1916 STANVAC menemukan minyak di Daerah Talang Akbar, Pendopo
(Sumsel)
1920 BPM memperoleh kontrak untuk mengusahakan daerah Jambi, membentuk
NIAM, dengan modal 50/50 antara BPM dengan Hindia Belanda.
6
Politeknik Negeri Sriwijaya
Manajemen berada di tangan BPM
1923 NIAM Jambi menghasilkan produksi untuk pertama kali
1926 Kilang minyak STANVAC di Sungai Gerong selesai dibangun, mulai
berproduksi dalam rangka produksi keseluruhan Indonesia
1931 “Standard Oil Company of California” membentuk subsidiary yang setelah
PD II bernama CALTEX. Pencarian minyak mulai diintensifkan
1935 Saluran pipa dari Jambi ke BPM di Plaju selesai dibangun. NNGPM suatu
perseroan yang terdiri dari saham BPM (40%), STANVAC (40%) dan Far
Pacific Investment Company (20%), mulai beroperasi di Irian Barat
1936 Konsesi yang bernama “Kontrak 5A” untuk daerah di Sumatera Tengah
diberikan kepada CALTEX (termasuk lapangan MINAS)
1941 Pecah perang di Asia Tenggara, penghancuran dan penutupan sumur minyak
bumi
1944 Tentara pendudukan Jepang yang berusaha membangun kembali instalasi
minyak menemukan MINAS
1945 Lapangan minyak sekitar P. Brandan (ex konsesi BPM) diserahkan pihak
Jepang atas nama sekutu kepada Bangsa Indonesia. Perusahaan ini diberi
nama PTMNRI
1946 / 1947 Jepang mundur, sejak pertengahan tahun 1946 sampai Agustus 1947
lapangan-lapangan minyak STANVAC dikuasai PERMIRI
1948 STANVAC kembali mencapat tingkat produksi tertinggi sebelum perang
1949 CALTEX kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera Utara.
Konsesi BPM Cepu yang dikuasai PTMN dikembalikan kepada BPM akibat
KMB, PTMN dibubarkan
1951 PTMRI diakui sah oleh pemerintah RI dan diganti menjadi P.N PERMIGAN
1952 CALTEX mulai mengekspor minyak dari lapangan MINAS
1954 Pemerintah RI mengangkat seorang koordinator untuk Tambang Minyak
Sumut dan PTMNRI dirubah menjadi TMSU
1957 Awal Oktober 1957 K.S.A.D (pelaksana SOB) menunjuk KO. Dr. Ibnu
Sutowo untuk membentuk sebuah perusahaan minyak yang berstatus hukum.
7
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tanggal 10 Desember 1957 PT. PERMINA didirikan, dan disahkan tanggal 3
April 1958
1958 Bulan Juni PT PERMINA mengekspor minyak mentah untuk pertama kali,
dan disusul yang kedua pada Agustus berikutnya. PT PERMINA
mengadakan perjanjian kerjasama dengan perusahaan minyak Jepang
NOSODECO. Kredit diangsur kembali dalam bentuk minyak mentah. PT
PERMINA membuka perwakilan di Tokyo
1959 NIAM menjadi PN PERMINDO. BPM/SHELL memulai proyek Tanjung di
Kalimantan
1960 BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL
INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44
Tahun 1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di
Indonesia dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi
perniagaan sendiri sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun
administrasi perniagaan masih diatur SHELL
1961 Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO.
PERMINDO dilikuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia
disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 Tahun 1961 didirikan
Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional,
disingkat PN PERMINA dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya
1962 Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC
1964 Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM
dengan membeli perusahaan tersebut
1965 Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL
INDONESIA dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan
dalam organisasi PN PERMINA
1966 Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tanggal
24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah
Produksi dengan kantor pusat di Jakarta
1967 Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan
8
Politeknik Negeri Sriwijaya
1968 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1968 tanggal 20 Agustus
1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan
Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional,
disingkat PN Pertamina
Berdasarkan UU No.8 tahun 1971, PT. PERTAMINA memiliki tugas
utama sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengusahaan migas - dalam arti seluas-luasnya, guna
memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan
Negara.
2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam
negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah
(KEPPRES No. 11 Tahun 1990). Dalam melaksanakan tugas tersebut,
PT. Pertamina memiliki empat kegiatan utama, yaitu :
a. Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini meliputi pencarian lokasi yang memiliki potensi
ketersediaan minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya,
serta proses produksi menjadi bahan baku unit pengolahan.
b. Pengolahan
Kegiatan ini meliputi proses distilasi, pemurnian, dan reaksi
kimia tertentu untuk mengolah crude menjadi produk yang
diinginkan seperti premium, solar, kerosin, LPG, dll.
c. Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan pembekalan meliputi impor crude sebagai bahan baku
unit pengolahan melalui sistem perpipaan sedangkan kegiatan
pendistribusian meliputi pengapalan.
d. Penunjang
Contohnya rumah sakit dan penginapan
9
Politeknik Negeri Sriwijaya
Dahulu PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki tujuh unit pengolahan,
akan tetapi Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan yang berkapasitas 5MBSD
berhenti beroperasi pada tahun 2007 karena permasalahan pasokan umpan.
Keenam Unit Pengolahan yang masih beroperasi saat ini antara lain:
1. Unit Pengolahan II Dumai-Sei Pakning, Riau dengan kapasitas 170
MBSD
2. Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan
dengankapasitas 126,2 MBSD
3. Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348
MBSD
4. Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas
260MBSD
5. Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125
MBSD
6. Unit Pengolahan VII Kasim, Papua Barat dengan kapasitas 9,5 MBSD
II.2 Sejarah PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong
PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong merupakan salah satu
dari tujuh unit pengolahan yang dimiliki oleh PT. Pertamina. Daerah
pengoperasian Pertamina RU III ini meliputi kilang Plaju dan kilang Sungai
Gerong.
Kilang minyak Plaju didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903.
Kilang ini mengolah minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan Jambi.
10
Politeknik Negeri Sriwijaya
Kilang ini mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD (Million Barrel per
Calender Day). Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell Indonesia
yang merupakan perusahaan minyak milik Belanda, dan pada tahun 1965
pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia.
Kilang minyak Sei Gerong dibangun oleh ESCO (StandVac) pada tahun 1920.
Pada tahun 1920 Pertamina membeli Kilang Sei Gerong terletak di persimpangan
Sungai Musi dan Sungai Komering, dengan kapasitas produksi 70 MBCD.
Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka kapasitas
produksi kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua
kilang ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada di bawah
pengawasan RU III Pertamina dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM
(Bahan Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan
Lampung.
Rentetan peristiwa perkembangan pembangunan Kilang di lokasi Refinery
Unit (RU) III meliputi masa-masa :
Tabel II.2 Perkembangan Pembangunan Kilang Musi
1907 Kilang minyak di Plaju dengan kapasitas 110 MBSD didirikan
oleh SHELL
1926 Kilang berkapasitas 70 MBSD didirikan di Sungai Gerong oleh
STANVAC
1965 Kilang Plaju dengan kapasitas 110 MBSD dibeli dari SHELL
1965 Nasionalisasi kilang Plaju
1970 Nasionalisasi kilang Sungai Gerong
1971 Pembangunan kilang Polypropylene dengan kapasitas 20.000
ton/tahun
1972 Proyek Integrasi kilang Plaju dengan kilang Sungai Gerong
1982 Proyek Kilang Musi I (PKM I) dengan kapasitas 98 MBSD
11
Politeknik Negeri Sriwijaya
1982 Up granding kilang tahap I (PKM I)
1. Pembangunan HVU II
2. UpGranding FCCU
1983 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas 180.000
ton/tahun dan beroperasi sejak tahun 1986
1987 Proyek Energi Conversation Improvement (ECI)
1988 Proyek Usaha Peningkatan Effisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
1990 Debottlenecking kilang TA/PTA dengan kapasitas 225.000
ton/tahun
1994 Proyek Kilang Musi II (PKM II) yang meliputi :
- Revamping Kilang RFCCU
- Pembangunan New Polypropylene
- Perubahan jaringan listrik 60 Hz menjadi 50 Hz di area
Sungai Gerong
1996 Modifikasi Unit Redistiling I/II Plaju menjadi CDU
2002 Pembangunan jembatan integrasi
2003 PERTAMINA berubah status menjadi PT. PERTAMINA
(PERSERO)
12
Politeknik Negeri Sriwijaya
II.3 Struktur Organisasi Informasi dan Teknologi (IT) RU III
Struktur organisasi Informasi dan Teknologi dalam mengelola operasi dan
perkembangan sistem informasi dan komunikasi di PT. Pertamina (Persero) RU
III Plaju-Palembang.
13
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 2.1 Struktur Organisasi & Bezetting Informasi Teknologi
PT. PERTAMINA (Persero) RU III Plaju
II.4 Tugas dan Fungsi Terkait
Untuk melaksanakan kegiatan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
ini, setiap bagian mempunyai fungsi dan tugas terkait sebagai berikut :
II.4.1 Asisten Ops. Komunikasi Telepon dan Radio
14
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tugas / Kegiatan Utama :
1. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pengelolaan terhadap
jumlah kebutuhan jaringan telepon (jumlah satuan sambungan
telepon / SST).
2. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pengelolaan, pengendalian
jumlah kebutuhan saluran dan perangkat telekomunikasi dan
elektronika (Telepon, Fax, Handy Talkie, Public Addressor, Industrial
Intercom, Sistem Alarm, dsb) yang diperlukan oleh user di seluruh
wilayah kerja IT Area RU III.
3. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan
jaringan telepon dan radio.
4. Menganalisis, mengevaluasi pengelolaan perangkat coastal stasion
(Stasiun Radio Pantai).
5. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pemeliharaan sistem
switching (PABX, MDF, modem, dll).
6. Menganalisa, mengevaluasi dan melakukan pengelolaan telepon alarm
sistem, nurse call, smoke detector, call pillar alarm, ringer alarm, sirine
serta perangkat pendukung lainnya.
7. Menganalisa dan mengevaluasi sistem detector alarm.
8. Merencanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengawasi pengelolaan
sistem kehandalan jaringan LAN / WAN (VPN, VSAT, Frame Relay,
dll) guna mendukung kelangsungan / keberlanjutan implementasi
sistem ERP di wilayah kerja IT Region I / II/ III / IV.
9. Merencanakan, mengatur, mengevaluasi, mengkoordinasi dan
mengawasi dalam pelayanan support teknis infrastruktur lokal (Help
Desk) ke user di wilayah kerja IT region I.
10. Merencanakan, mengatur / mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi
kegiatan pemeliharaan jaringan lokal (LAN, WAN dan transmisi
radio).
15
Politeknik Negeri Sriwijaya
11. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi terhadap
aktifitas pemeliharaan perangkat dan sarana fasilitas IT yang ada di
lokasi-lokasi.
12. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasi sistem dan jadwal
kegiatan operator telepon di Kantor Region, Kantor Unit, maupun di
lokasi-lokasi.
13. Merencanakan, mengatur / mengelola dan mengkoordinasi kegiatan
pelaporan / dokumentasi mengenai pengukuran kinerja yang
berhubungan dengan ukuran kinerja bagian Operasi Teknologi
Informasi.
II.4.2 Asisten Ops. Komunikasi Data dan Sistem
Tugas / Kegiatan Utama
1. Menyusun, menganalisis dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan,
perbaikan dan instalasi / reinstalasi jaringan data serta perangkat
penunjangnya.
2. Mengevaluasi kehandalan operasi jaringan data serta perangkat
penunjangnya.
3. Menganalisa, meneliti unjuk kerja sistem jaringan data serta
mengoptimalkan kehandalannya.
4. Mengevaluasi dan membuat usulan pengembangan infrastruktur
jaringan data dan sistem support untuk kegiatan operasi.
5. Membuat konsultasi teknis dan solusi terhadap kebutuhan jaringan
data dan sistem support.
6. Memonitor kondisi jaringan data dan perangkat aktifnya melalui
Network Management System.
7. Mengelola dan memelihara instrumentasi dan alat-alat ukur.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
Politeknik Negeri Sriwijaya
III.1 Dasar Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari manusia dalam penyaluran
informasi, baik secara satu arah ataupun dua arah kepada tujuan yang diinginkan
dari satu titik ke titik yang lainnya.
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang berarti
memberitahukan atau Commonne yang artinya menyamakan. Sedangkan
Telekomunikasi diartikan sebagai komunikasi jarak jauh (communication at a
distance), atau sebagai transmisi isyarat (signal) jarak jauh, seperti telegraf, radio,
atau televisi. Telekomunikasi juga sering dinamai sebagai komunikasi elektris
(electrical communication).
Dalam komunikasi, pada dasarnya dikenal tiga macam informasi, yakni
wicara (voice), video (gambar hidup), dan data (lambang-lambang huruf, angka,
dan sebagainya). Jaringan telepon pada dasarnya merupakan jaringan untuk
komunikasi wicara, jaringan ini berupaya untuk dapat melayani komunikasi data
dan video. Contoh jaringan untuk penyaluran video adalah sistem televisi kabel
(Cable Television, CATV), dimana jaringan ini berupaya untuk dapat pula
melayani wicara dan data. Jaringan telegraf untuk komunikasi data kini telah
berubah menjadi jaringan komputer, dan jaringan data (komputer) berupaya
melayani wicara dan video pula.
Agar dapat disalurkan melalui media yang tersedia, informasi perlu diubah
terlebih dahulu ke wujud fisi tertentu. Wujud fisis yang mewakili informasi itu
selanjutnya disebut isyarat (signal), misalnya berupa isyarat elektris (arus atau
tegangan listrik). Di sisi pengirim, informasi asal (origin) diubah menjadi isyarat
kirim (transmitted signal atau sent signal). Di sisi penerima, isyarat penerima
(received signal) dipulihkan menjadi informasi semula. Pengubahan informasi
menjadi isyarat di sisi pengirim dan kebalikannya di sisi penerima dilakukan oleh
17
Politeknik Negeri Sriwijaya
transduser (transducer). Dalam komunikasi wicara, kedua transduser tersebut
berturut-turut adalah mikrofon (microphone) dan penyuara (speaker). Untuk
penyaluran gambar, transduser pengirim dan penerima adalah kamera dan
penampil. Untuk penyaluran informasi, di media dibutuhkan durasi waktu,
rentang frekuensi, dan aras (level) daya (power) tertentu.
Unsur-unsur sistem telekomunikasi terdiri atas :
1. Terminal (awal dan akhir)
Alat telekomunikasi yang ditempatkan pada awal dan akhir
2. Swiching (sentral)
Alat untuk menghubungkan atau memutuskan suatu hubungan atau
sambungan aliran listrik
3. Transmisi (penyalur)
Alat penyampai antara sumber informasi (komunikator) dan
penerima informasi (komunikan)
4. Catu Daya (catuan listrik = power supply)
Untuk memberikan catuan listrik kepada perangkat-perangkat
telekomunikasi.
III.2 Sistem Telepon
Sistem telepon harus dapat saling mengirim sinyal (voice) kedua arah,
dimana keduanya saling berkomunikasi secara langsung. Sistem bekerja sesuai
dengan fungsinya, juga dapat memberi sinyal tanda-tanda dari masing-masing
terminal ke terminal lainnya. Sentral akan memberi tahu tentang adanya panggilan
dan tentang keadaan suatu terminal yang sedang dipanggil. Pada sistem telepon
otomatis, sinyal yang dikirim akan langsung mengoperasikan alat-alat
penghubung saluran (line switching) atau pada lokasi sentral.
18
Politeknik Negeri Sriwijaya
Sentral akan memberitahu tentang adanya panggilan atau tentang adanya
atau bagaimana keadaan terminal lain yang sedang dipanggil. Pada sistem telepon
otomatis sinyal yang dikirim akan langsung mengoperasikan alat-alat penghubung
saluran (line switching) pada lokasi sentral, sehingga tidak diperlukan lagi
operator perantara. Sistem telepon otomatis bekerja atas dasar loop dan hanya
menggunakan sistem catu daya dari sentral. Loop pelanggan telepon terdiri dari
sepasang kabel diantara tepat pelanggan dan sentral penghubung telepon, sebuah
pesawat telepon dan sebuah rangkaian disentral penghubung untuk pencatu
baterai, arus pemberi sinyal dan alat penghubung ke mesin-mesin switching.
Sentral telepon (PABX) pada PT PERTAMINA Refinery Unit III Plaju
mempunyai sistem switching.
Sentral telepon mempunyai fungsi dasar yaitu :
- Menyelenggarakan fungsi switching (penyambungan)
- Menyelenggarakan fungsi kontrol
- Menyelenggarakan fungsi signaling internal
- Menyelenggarakan fungsi operasi dan pemeliharaan
- Menyediakan interface transmisi dan signaling
Jenis-jenis sentral telepon yaitu :
1. Dilihat dari cara penyambungan
a. Sentral telepon manual, proses penyambungan antara dua pelanggan
yang dilayani oleh petugas operator di kantor telepon
b. Sentral telepon otomatis, proses penyambungan berlangsung secara
otomatis, yang digerakkan oleh pesawat telepon si pemanggil
2. Dilihat dari cara penggunaannya
a. Sentral telepon lokal, yaitu suatu sentral telepon yang disediakan untuk
umum dalam wilayah operasi terbatas dalam satu kota
19
Politeknik Negeri Sriwijaya
b. Sentral telepon transit, yaitu satu sentral telepon yang tidak
mempunyai pelanggan secara langsung. Sentral ini bertugas
menyambungkan antara dua sentral telepon.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 PABX (Private Automatic Branch Exchange)
PABX (Private Automatic Branch Exchange) atau juga disebut dengan
Sentral Telepon adalah suatu perangkat yang bekerja sebagai alat atau sistem
penyambungan dari pesawat telepon yang satu dengan pesawat telepon lain secara
otomatis melalui interkoneksi kepada pelanggan. Pada jaringan telepon, PABX
mempunyai sebuah terminal pelanggan yang disebut dengan MDF (Main
Distribution Frame).
IV.2 Sentral Telepon pada PABX
Sentral pada sistem telekomunikasi merupakan otak pengatur dan
pengendali hubungan pertukaran informasi antara terminal-terminal pada sistem
telekomunikasi. Sentral-sentral dihubungkan dengan saluran transmisi
membentuk suatu jaringan telekomunikasi.
Sentral switching akan diperlukan jika jumlah terminal yang akan
dihubungkan dan saling berkomunikasi cukup banyak sehingga kurang ekonomis
jika semua terminal saling dihubungkan langsung satu dengan yang lainnya.
Sentral telepon lokal secara umum berfungsi untuk membuat sambungan telepon
(switching) antara dua pelanggan sesuai dengan permintaan, melindungi dan
mempertahankan sambungan tersebut selama proses hubungan, dan
membubarkannya jika ada salah satu atau keduanya meminta release.
20
Politeknik Negeri Sriwijaya
Untuk penyelenggaraan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
digunakan sentral digital PABX jenis MD 110 merk Ericsson BC 13/MX-ONE.
IV.2.1 Sistem Sentral Telepon PABX
Pembagian sistem sentral telepon di PT. PERTAMINA Refinery Unit III
Plaju dilakukan untuk apabila salah satu system mengalami kerusakan maka
nomor-nomor penting bisa dialihkan ke sistem lain sehingga komunikasi yang
sangat penting dapat berjalan terus-menerus. Sentral telepon mempunyai dua
perangkat, perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software).
IV.2.1.a Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras PABX MD 110 merk Ericsson BC 13/MX-ONE
terdiri dari LIM (Line Interface Module), GS (Group Switching), Catu
Daya, dan PC Maintenance.
a. LIM (Line Interface Module)
Suatu gabungan piranti (unit processor) yang berbentuk rak yang
mempunyai 4 magazine. Magazine adalah card atau modul-modul
yang saling berintegrasi dan dipasang pada sebuah rak atau kabinet.
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Struktur LIM Cabinet Lama
(b) Struktur LIM Cabinet Baru
LIM inilah yang sesungguhnya adalah struktur sebuah PABX Ericsson.
Struktur LIM dari MX-One Telephony Swtich masih menduplikasi dari
seri MD 110 sebelumnya, dimana desain perangkat keras (hardware)
TSW (Struktur Telephony Switch) Ericsson menggunakan sistem
modular, yang berarti pada suatu unit PABX Ericsson terdiri dari
modul-modul (card) sesuai dengan fungsi masing-masing. Blok
diagram dapat dilihat pada Gambar 1.2 dibawah ini.
22
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 4.2 Blok Diagram PABX Ericsson MD 110
Jadi struktur LIM MX-One TSW masih menggunakan LPU-5 sebagai
Processor selaku control sistem. Hal ini dimaksudkan karena Ericsson
masih memberikan solusi upgrading untuk mempertahankan hardware
yang ada supaya tetap dapat digunakan sehingga biaya (cost) untuk
PABX dengan fiture terbaru menjadi lebih murah.
b. GS (Group Switching)
Jika lebih dari 2 LIM maka diperlukan GS untuk menghubungkan LIM
1 dengan LIM yang lain dalam satu sistem sentral telepon dan
konfigurasi untuk magazine “0”. Untuk menghubungkan LIM 1
23
Politeknik Negeri Sriwijaya
dengan LIM lainnya digunakan PCM Link mengandung 32 kanal atau
32 time slots. Time slots 1-15 dan 17-31 untuk voice, time slots 0
untuk sinkronisasi sinyal dan slots 16 untuk kontrol sinyal.
IV.2.1.b Perangkat Lunak (Software)
1. Pemrogram Sistem Penomoran
Pemberian nomor kepada tiap terminal pemakai /
pelanggan yang diperlukan untuk penyambungan.
Penomoran bertujuan untuk panggilan yang dapat
dilakukan secara efektif.
2. Pensinyalan
Pensinyalan merupakan tata cara mulai komunikasi
pembubaran dan pemantauan fungsi jaringan telekomunikasi
dari sentral MD 110 yang berupa Digital Network Signalling
System.
3. Pemilihan Route
Proses untuk menggunakan route berdasarkan aturan tertentu
guna menyalurkan informasi untuk pembentukan hubungan
proses berakhir ketika pesan / panggilan menempati tujuan.
4. Tarif Pembebanan Interkoneksi
Beban pembicaraan dicatat oleh alat penghitung atau
akumulator perangkat lunak guna menjalankan sistem tagihan.
5. Sinkronisasi
Berfungsi mengembalikan sinyal PCM ke chanel telepon
semula dengan cara pulsa sinkronisasi dikirimi pada time slot 0
(ST), frame genap. Sinkronisasi ditandainya dengan
perhitungan time slot dan frame slot.
24
Politeknik Negeri Sriwijaya
6. Operasi
Operasi sentral diatur oleh PC yang disambung ke LPU
(interface prosesor unit). Pada PC ini dapat disetting fasilitas,
kategori dan fitur.
Fasilitas
Akses pada pelanggan dapat dipakai dial lokal, city
call, SLJJ dan kantor pusat.
Kategori
Kategori akses pada extension:
- Lokal (intern)
- City Call (dial “0”)
- Dial “170” (Inter Office Pertamina)
- SLJJ (Dial “00”)
- One Way (telepon hanya dapat
menerima/mengirim)
- Open (telepon dapat dikirimi /
diterima)
Fitur
- Automatic Call Back
- Call diversion
- Transfer Call
- Follow me
- Call pick-Up
7. Maintance
Jika terjadi gangguan dapat dilokalisir dan diperbaiki lewat PC
maintance yang menggunakan aplikasi WinFIOL.
25
Politeknik Negeri Sriwijaya
8. Manajemen Trafik
Manajemen trafik memiliki jumlah extension yang lewat dan
menempati route, trunk dan extension yang berhasil dan gagal
berkomunikasi direcord pada billing sistem.
IV.2.2 Sistem Penomoran
Untuk komunikasi telepon tentunya terjadi proses nomor yang memanggil
dan nomor yang dipanggil. Nomor-nomor yang akan diprogram harus disesuaikan
dengan banyaknya pelanggan atau kebutuhan lingkungan yang memerlukan
fasilitas telepon atau sesuai dengan kapasitas dari sentral telepon itu sendiri.
Pada sistem penomoran yang sudah diprogram, tidak boleh ada yang
kembar. Nomor-nomor yang sudah diprogram pada dasarnya merupakan nomor-
nomor yang sudah diprogram pada dasarnya merupakan nomor-nomor yang sudah
permanen.
Operasi sistem penomoran PABX dibagi menjadi 4 sistem dengan
perincian sebagai berikut :
1. Sistem 1 memiliki kurang lebih 2000 extension, yang terpakai saat ini
di sistem 1 hanya 1376, dengan perincian 1122 pada Analog dan 254
pada Digital.
LIM 1 sampai LIM 7 di Perkantoran Plaju. Pada sistem ini terdapat 42
saluran telepon untuk outgoing trunk dan incoming trunk yang dibagi
menjadi :
Route 1 = 10 nomor, yang digunakan interlokal, SLJJ, internet
(koneksi ke luar / outgoing trunk).
26
Politeknik Negeri Sriwijaya
Route 2 = 24 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang (outgoing
trunk)
Route 21 = 6 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor PT
PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk)
Route 11 = 2 nomor, yang digunakan untuk operator (outgoing trunk)
Dengan contoh penomoran sistem 1 tersebut sebagai berikut :
1200-1299
1300-1399
5400-5499
5500-5599
6000-6099
6100-6199
6200-6299
6300-6399
6400-6499
6500-6599
6600-6699
6700-6799
6800-6899
6900-6999
7300-7399
7400-7499
9700-9799
2. Sistem 2 memiliki kurang lebih 1500 extension, yang terpakai saat ini
di sistem 2 hanya 1001, yang terdapat pada Analog sebesar 995 dan
Digital sebesar 6.
LIM 1 sampai 5 LIM 5 di Perumahan Plaju. Pada sistem ini terdapat 70
saluran, untuk akses keluar dan masuk melalui jaringan, yang dibagi
menjadi :
Route 1 = 20 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet (koneksi
keluar outgoing trunk)
Route 2 = 44 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang
(outgoing trunk)
Route 21 = 6 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor telepon PT
PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).
Dengan contoh penomoran sistem 2 tersebut sebagai berikut :
27
Politeknik Negeri Sriwijaya
4600-4699
4700-4799
4800-4899
4900-4999
5600-5699
5700-5799
5800-5899
5900-5999
7100-7199
7500-7599
7600-7699
7700-7799
7800-7899
7900-7999
3. Sistem 3 memiliki kurang lebih 250 extension, yang terpakai saat ini
di sistem 3 hanya 149, dengan perincian 118 pada Analog dan 31
pada Digital.
LIM 1 di Kilang Plaju. Pada sistem ini terdapat 34 saluran telepon untuk
outgoing trunk dan incoming trunk yang dibagi menjadi :
Route 1 = 10 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet
(koneksi keluar outgoing trunk)
Route 2 = 14 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang
(outgoing trunk)
Route 21 = 10 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor
telepon PT PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).
Dengan contoh penomoran pada sistem 3 tersebut sebagai berikut :
8800-8899
8900-8999
4. Sistem 4 memiliki kurang lebih 1000 extension, yang terpakai saat ini
di sistem 4 hanya 555, dengan perincian 513 pada Analog dan 42
pada Digital.
LIM 1 sampai LIM 2 di Sungai Gerong (Perkantoran, Perumahan dan
Kilang). Pada sistem ini terdapat 32 saluran telepon untuk outgoing trunk
dan incoming trunk yang dibagi menjadi :
28
Politeknik Negeri Sriwijaya
Route 1 = 15 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet
(koneksi keluar outgoing trunk)
Route 2 = 20 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang
(outgoing trunk)
Route 21 = 15 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor
telepon PT PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).
Dengan contoh penomoran pada sistem 4 tersebut sebagai berikut :
8000-8099
8100-8199
8200-8299
8300-8399
8400-8499
8500-8599
Dengan jumlah total seluruh extension sebanyak 3093 sambungan, terdiri
dari 2746 sambungan analog, 347 sambungan digital dengan meliputi wilayah
Plaju, Sungai Gerong, Bagus Kuning serta wilayah Perkantoran dan Kilang.
IV.2.3 Jenis Sentral Telepon PABX
Sentral telepon PABX di PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong ada 2
jenis yaitu Analog dan Digital, biasanya digital digunakan untuk wilayah
perkantoran.
1. PABX Digital
Jenis ini biasanya memakai kabel telepon 4 kawat dan pesawat telepon
extension yang juga digital. PABX ini umumnya telah mendukung
beberapa fitur seperti fitur seperti Conference Call, Party, dsb. Pesawat
digital hanya bisa digunakan / dipasangkan dengan PABX yang sama
dengan merk/type/jenis pesawat digital itu sendiri karena memiliki
tombol-tombol line / Flexsibel button. Sistem telepon digital bisa
diparalel.
29
Politeknik Negeri Sriwijaya
2. PABX Analog
Jenis ini memakai kabel telepon 2 kawat dan pesawat telepon
extension yang juga analog (tone dial). Pesawat analog ini hanya
mendukung pesawat telepon biasa (seperti telepon rumah), dimana
fiturnya sangat sederhana. Sistem telepon ini berbanding terbalik
dengan digital, karena pesawat telepon ini sistemnya tidak bisa
diparalel.
IV.3 Fasilitas-fasilitas PABX (PABX MD-110)
1. Direct In Dialing (DID)
Jika ada panggilan maka saluran dari luar akan menempati jalan
langsung tanpa melalui operator. Setiap panggilan dari luar
menggunakan kode panggilan 59. Contoh 0711-597745
2. Direct In Line (DIL)
Untuk hubungan langsung GS PABX untuk panggilan keluar dan
masuk dari LIM lain atau sistem lain
3. Executive Intruction
Telepon dapat men-cut panggilan dengan masukan pembicaraan yang
sedang berjalan lurus
4. Follow Me
Pengalihan nomor masuk ke nomor lain dengan masukan nomor yang
akan dituju
5. Group Hunting
Beberapa nomor telepon yang dapat dipanggil dengan satu nomor
6. Transfer
Telepon dapat mentransfer panggilan ke nomor lain atau operator
30
Politeknik Negeri Sriwijaya
7. Identity Name
Telepon yang menampilkan identitas nama biasanya digunakan pada
pesawat telepon digital. Nomor dan identitas nama tertera pada layar
telepon
8. Colour ID
Biasanya digunakan pada pesawat telepon analog. Yang tertera pada
layar telepon hanya nomor pemanggil tanpa ada nama
9. Billing Sistem
Perangkat yang merekam semua kegiatan telepon selama 24 jam yang
ada pada LIM Ericsson MD 110 BC-9 yaitu Telephone Management
System
31