analisis pengaruh belanja daerah bidang pendidikan,...

118
ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, BIDANG KESEHATAN DAN KEMANDIRIAN FISKAL DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Kasus Kabupaten/ Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun: 2011-2016) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun oleh: Desiana Pinastika Sulisty 11150840000069 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKATA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG

PENDIDIKAN, BIDANG KESEHATAN DAN KEMANDIRIAN

FISKAL DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(Studi Kasus Kabupaten/ Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun: 2011-2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun oleh:

Desiana Pinastika Sulisty

11150840000069

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKATA

1440 H / 2019 M

Page 2: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

ii

Page 3: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

iii

Page 4: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

iv

Page 5: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

v

Page 6: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Desiana Pinastika Sulisty

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Desember 1997

Alamat : JL. Raya Serpong – Alam Sutera km.8 Kp. Baru

Utara RT.04/RW.01 Kelurahan Pakulonan,

Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan.

Telepon : 085715557858

Email : [email protected]

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Rudy Sulistiono

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang , 15 November 1967

Ibu : Ayi Maryani

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 18 Febuari 1965

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

III. PENDIDIKAN

1. SD Negri Pakulonan 2

2. SMP Negri 15 Kota Tangerang Selatan

3. SMA Negri 12 Kota Tangerang Selatan

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

IV. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

1. Juara 1 English Debate tema (Smoking Area) kelompok SMA Negri 12

Kota Tangerang Selatan (2013)

2. Juara 3 Movie Editor Bahasa Indonesia SMA Negri 12 Kota Tangerang

Selatan (2013)

Page 7: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

vii

3. Peserta Seleksi Paskibraka Kawasan Banten SMA Negri 12 Kota

Tangerang Selatan (2013)

4. Piagam Penghargaan Peringkat-3 Konsentrasi IPS (2014)

5. Peserta Lomba OSN Mata Pelajaran Geografi tahap Seleksi ke-2 (2014)

V. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Seksi Bidang Sastra dan Budaya SMP Negri 15 Kota Tangerang

Selatan (2010)

2. Anggota Ekstrakulikuler Paskibraka SMP Negri 15 Kota Tangerang

Selatan (2010)

3. Bendahara OSIS SMP Negri 15 Kota Tangerang Selatan (2011)

4. Anggota OSIS Seksi Bidang Pembinaan Kepribadian Unggul, Wawasan

Kebangsaan, dan Bela Negara SMA Negri 12 Kota Tangerang Selatan

(2012)

5. Ketua Seksi OSIS Bidang Komunikasi Dalam Bahasa Inggris (2013)

6. Ketua Seksi OSIS Bidang Pembinaan Kepribadian Unggul, Wawasan

Kebangsaan, dan Bela Negara (2014)

7. Sekretaris Buku Tahunan Sekolah SMA Negri 12 Kota Tangerang Selatan

(2015)

8. Sekretaris Karang Taruna, Pakulonan Serpong Utara (2015)

9. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Divisi Internal (HMJ) (2016)

Page 8: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

viii

ABSTRACT

This study aims to analyze and determine the effect of Regional Expenditures on

Education, Health and Regional Fiscal Independence on the Human Development

Index in the Regency / City of the Special Province of Yogyakarta in 2011-2016.

This study uses panel data analysis with the Fixed Effect Model (FEM) approach.

Tthe results of this study shows that variable Regional Spending in Education

Sector and Regional Fiscal Independence had a positive effect and significant to

Human Development Index. while Regional Expenditure in Health Sector had a

positive relationship but did not significant to Human Development Index. The

value of R-Squared is 0.808190 which means that the relationship between the

dependent variable and the independent variables can be explained by 80.81% in

this model and the remaining 19.9% is explained by other factors outside the

research model.

Keywords: Human Development Index, Regional Expenditure in Education,

Expenditure in Health, Regional Fiscal Independence, Fixed Effect Model (FEM).

Page 9: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Belanja

Daerah Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan dan Kemandirian Fiskal Daerah

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016. Penelitian ini menggunakan analisis data

panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Belanja Daerah Bidang

Pendidikan dan Kemandirian Fiskal Daerah memiliki hubungan yang positif dan

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. sedangkan variabel Belanja

Daerah Bidang Kesehatan memiliki hubungan yang positif tetapi tidak signifikan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared sebesar 0.808190 yang

berarti bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dapat

di jelaskan sebesar 80,81% di dalam model dan sisanya 19,9% dijelaskan oleh

faktor lain di luar model penelitian

Kata Kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Daerah Bidang Pendidikan,

Belanja Daerah Bidang Kesehatan, Kemandirian Fiskal Daerah, Fixed Effect

Model (FEM).

Page 10: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang karena izin-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh

Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan dan Kemandirian

Fiskal Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2016)”

dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini telah disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan tentu atas bimbingan, bantuan

dan semangat yang di dapat dari orang-orang yang ada di sekeliling penulis.

Tanpa orang-orang tersebut, penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Rudy Sulistiono dan Ibu Ayi Maryani

yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang yang tiada habisnya,

serta selalu memberikan semangat selama proses pengerjaan skripsi ini

hingga selesai. Terima kasih atas segala kebaikan yang tidak akan pernah

bisa penulis balas.

2. Kakakku Nafiri Ayu Sulisty yang selalu membantu, memberi semangat, dan

menghibur penulis di saat penulis sedang merasa kelelahan dengan

skripsinya Terima kasih untuk telah memberikan banyak dukungan selama

ini kepada penulis.

3. Bapak Djaka Badranaya, S.Ag,M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis serta memberikan

Page 11: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xi

motivasi dan saran jika penulis melakukan kesalahan dalam proses

penyusunan skripsi.

4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bapak Amilin, Prof.,Dr.,M.Si.,Ak.,C.A.,QIA.,BKP.,CRMP beserta seluruh

jajarannya.

5. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si selaku Kepala dan

Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

bimbingan dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis sejak

awal perkuliahan yang telah membimbing penulis dan melibatkan penulis

dalam beberapa penelitian.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta jajarannya.

8. Teman terbaikku dari kecil Bella Ainun Gustiandini yang tidak pernah

berhenti untuk memberikan semangat yang tinggi, dukungan, selalu

mendengarkan keluh kesah penulis. Terima kasih banyak atas waktunya.

9. Teman-teman terbaik di jurusan Ekonomi Pembangunan Ayu, Silvi, Utari,

Reza, Desti dan Tia yang telah memberikan banyak kenangan dan pelajaran

hidup yang baik, sama-sama pejuang skripsi. Terima kasih banyak atas

segala bantuan, dukungan, semangat selama ini semoga kita semua sukses

dimasa mendatang.

10. Teman-teman terbaik di KKN Irma Majidah dan Dayat. Terima kasih telah

menjadi orang baik dikehidupan penulis, telah mendukung dan

menyemangati penulis dalam mengerjakan skripsinya.

11. Teman-teman terbaik semasa sekolah penulis yaitu Linda, Nadila, Indri,

Lala, Ghina dan Bela telah banyak memberikan dukungan ketika penulis

sedang mengalami kesulitan, dan memberikan semangat untuk penulis dalam

mengerjakan skripsinya. Terima kasih atas segala itikad baiknya.

12. Terakhir,untuk keluarga ekonomi pembangunan angkatan 2015 yang penulis

tidak dapat sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas kebaikan yang

pernah diberikan kepada penulis. See you on the Next Journey!

Page 12: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xii

Semoga untuk semua pihak yang telah disebutkan dan telah berbaik hati

kepada penulis dapat di limpahkan pahala oleh Allah Subhanahu Wata’ala serta

kemudahan dalam menjalankan hidup dan juga diberikan kebahagiaan dan

dihindari dari segala masalah. Skripsi yang ditulis oleh penulis pun tidak luput

dari kesalahan dan masih terdapat berbagai kekurangan yang dilakukan penulis.

Kemudian dari itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima oleh

penulis.

Wassalamualaikum warrahmatullahi

Jakarta, September 2019

Desiana Pinastika Sulisty

Page 13: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ...................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. .....vi

ABSTRAK ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xviii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xix

BAB 1 ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembahasan Masalah ......................................................................... 9

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 10

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11

BAB II ......................................................................................................... 12

A. Teori Terkait Variabel Penelitian ..................................................... 12

1. Konsep Pembangunan Manusia .................................................... 12

2. Indeks Pembangunan Manusia ..................................................... 13

3. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Manusia ......................... 16

4. Klasifikasi Belanja Daerah ........................................................... 18

Page 14: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xiv

5. Belanja Daerah Dalam Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia ................................................................. 25

6. Teori Politik Anggaran ................................................................. 27

7. Konsep Otonomi Daerah .............................................................. 29

8. Konsep Kemandirian Fiskal Daerah ............................................. 31

B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 36

C. Hubungan Antar Variabel ................................................................ 38

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 39

E.Hipotesis Penelitian ............................................................................ 40

BAB III ........................................................................................................ 41

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 41

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 41

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data.................................... 42

D. Metode Analisis Data ....................................................................... 43

E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 52

BAB IV ........................................................................................................ 53

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 53

1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ........................................... 53

2. Letak Geografis .......................................................................... 56

3. Keadaan Topografi dan Iklim .................................................... 57

4. Pembangunan Sumber Daya Manusia ....................................... 58

5. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi D.I Yogyakarta ........ 59

6. Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten/Kota Provinsi D.I

Yogyakarta ................................................................................. 62

B. Temuan Hasil Penelitian .................................................................. 68

1. Hasil Uji Spesifikasi Model Panel Data ..................................... 68

a. Uji Chow .............................................................................. 68

b. Uji Hausman ........................................................................ 70

c. Fixed Effects Model.............................................................. 71

2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 76

Page 15: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xv

3. Analisis Ekonomi ....................................................................... 78

BAB V .......................................................................................................... 82

A. Kesimpulan ...................................................................................... 82

B. Saran ................................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 88

Page 16: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2016 ................................... 3

Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia di Pulau Jawa periode 2011-2016 ..... 3

Tabel 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Pendidikan Dan

Kesehatan, dan Total Realisasi Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Periode 2011-2016........................................................................... 5

Tabel 1.4 Laporan Realisasi APBD menurut Pendapatan Asli Daerah dan

Realisasi Dana Alokasi Umum Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2011-2016 (Dalam Rupiah)................................................................................. 8

Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu ........................................................ 36

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 52

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi DIY Tahun 2011-2016 ........................................................................ 56

Tabel 4.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut

Kabupaten/kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2016 ................. 59

Tabel 4.3 Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi D.I

Yogyakarta 2011-2016 ...................................................................................... 60

Tabel 4.4 Realisasi Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (Dalam Milyar Rupiah) ................................................................. 64

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Kemandirian Daerah ..................................... 66

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Common Effects Model ............................................. 69

Tabel 4.7 Hasil Estimasi Fixed Effects Model .................................................. 69

Tabel 4.8 Uji Chow (Rendundant Fixed Effects) .............................................. 70

Tabel 4.9 Uji Hausman (Correlated Random Effects) ...................................... 70

Page 17: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xvii

Tabel 4.10 Tabel Estimasi Hasil Regresi Data Panel ........................................ 71

Tabel 4.11 Uji t-statistik ................................................................................... 72

Tabel 4.12 Uji f-statistik .................................................................................. 73

Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinansi ........................................................... 74

Tabel 4.14 Tabel Interpretasi Fixed Effect Model ............................................ 74

Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 76

Tabel 4.16 Hasil Multikoleniaritas .................................................................... 77

Tabel 4.17 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser) ...................................... 78

Page 18: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Luas Wilayah Kabupaten/kota Provinsi DI.Yogyakarta 54

Grafik 4.2 Total Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Pendidikan

di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016

(Dalam Rupiah) ................................................................................................. 61

Grafik 4.3 Total Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Kesehatan

di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016

(Dalam Rupiah) ................................................................................................. 62

Grafik 4.4 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota

Provinsi DI.Yogyakarta 2011-2016 .................................................................. 63

Grafik 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta periode 2011-2016.................................................................... 67

Grafik 4.6 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 76

Page 19: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ........................................................ 39

Gambar 4.1 Peta Wilayah Administratif Provinsi D.I Yogyakarta ................... 55

Page 20: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini merupakan

pertumbuhan ekonomi yang dimana pertumbuhan ekonomi dapat diukur

dengan pembangunan manusia yang dapat dilihat dengan melalui tingkat

kualitas hidup manusia disetiap negara (Mirza, 2012). Banyaknya teori yang

menjelaskan tentang pembangunan dengan banyak menekankan pada

akumulasi modal sumber daya manusia dengan menciptakan pembangunan

yang lebih produktif melalui pengetahuan, kesehatan, nutrisi yang lebih baik,

dan peningkatan keterampilan.

Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk

menilai keberhasilan pembangunanan dari suatu negara. Pembangunan

ekonomi tidak terlepas dari peran peningkatan mutu SDM atau pembentukan

modal manusia. Pembentukan modal manusia adalah proses dan memperoleh

meningkatan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan

pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik suatu

negara.

Teori Pertumbuhan Baru dipelopori oleh Paul M. Romer dan Robert Lucas

sebagai kritikan terhadap teori pertumbuhan neo-klasik solow yang tidak bisa

menjelaskan dengan baik pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Teori

pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama

dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital),

peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat ditunjukkan oleh

meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pada manusia. Terdapatnya

kenaikan pengetahuan dan keahlian akan mampu memajukan peningkatan

produktivitas kerja sehingga mampu membantu dalam mengurangi angka

kemiskinan.

Page 21: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

2

Proses dilaksanakannya sebuah pembangunan berbasis sumber daya

manusia harus berkaitan dengan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan saat

pembangunan tersebut dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan

kemampuan sumber daya manusia dalam memperoleh kesempatan dan

penghasilan manfaat di masa yang akan datang. Manfaatnya merupakan

tingkat penghasilan yang lebih tinggi, mencapai tingkat konsumsi yang lebih

tinggi di masa mendatang. Pembangunan manusia juga merupakan hasil

dampak dari pengembangan modal manusia. Sedangkan, perbaikan dari modal

manusia itu sendiri tidak terlepas dari perbaikan kinerja ekonomi. Dengan kata

lain antara perekonomian dan dampaknya terhadap pembangunan manusia

memiliki hubungan yang kuat, begitu pula sebaliknya akibat dari perbaikan

kualitas manusia tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan

perekonomian meningkat (Munawwaroh, 2013).

Manusia merupakan modal utama dalam membangun suatu negara

ataupun membentuk suatu wilayah agar menjadi lebih baik, pembangunan

manusia merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemajuan suatu

negara atau wilayah tersebut. Suatu negara atau wilayah dapat dikatakan maju

bukan saja diukur dari pembangunan fisik saja, tetapi juga dari kualitas

harapan hidup dan pendidikan masyarakatnya. Peran pemerintah juga penting

dalam meningkatkan pembangunan manusia, melalui alokasi dana ataupun

sumber pendapatan asli daerah yang di manfaatkan untuk masyarakat yang

digunakan untuk peningkatan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Salah satu alat ukur yang lazim digunakan dalam melihat kualitas hidup

manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 1990 United

Nation Development Program (UNDP) memperkenalkan “Human

Development Index (HDI)” atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM

dapat menggambarkan hasil pelaksanaan pembangunan manusia menurut tiga

komponen indikator kemampuan yang sangat mendasar yaitu : kesehatan,

kualitas pendidikan serta akses terhadap sumber daya ekonomi berupa

pemerataan tingkat daya beli masyarakat. Untuk mengetahui perkembangan

Page 22: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

3

yang terjadi pada IPM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat

pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

IPM Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2016

Tahun Nilai IPM Pertumbuhan IPM

2011 75,93 0,75

2012 76,15 0,29

2013 76.44 0,37

2014 76,81 0,48

2015 77,59 1,02

2016 78,38 1,01

Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia, DIY 2018

Tabel 1.1 Secara umum, pembangunan manusia Provinsi D.I Yogyakarta

terus mengalami kemajuan selama periode 2011 hingga 2016. IPM D.I

Yogyakarta meningkat dari 76,44 pada tahun 2013 menjadi 78,38 pada tahun

2016. Perkembangan tersebut ialah hal positif bagi masyarakat sekitar dalam

pembangunan sumber daya manusia. Untuk membandingkan IPM D.I

Yogyakarta dengan provinsi lain di Pulau Jawa, sebagai berikut.

Tabel 1.2

Indeks Pembangunan Manusia di Pulau Jawa periode 2011-2016

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 2016

DKI Jakarta 77,75 77,90 78,08 78,39 78,99 79,60

Jawa Barat 64,32 67,98 68,25 68,80 69,50 70,05

Jawa Tengah 67,23 67,76 68,02 68,78 69,49 69,98

D.I.Yogyakarta 75,93 76,39 76,44 76,81 77,59 78,38

Jawa Timur 67,11 67,22 67,55 68,14 68,95 69,74

Banten 68,98 69,14 69,47 69,89 70,27 70,96

Sumber: BPS. Indeks Pembangunan Manusia 2011-2016

Pada tabel 1.2 secara garis besar dapat dilihat bahwa DKI Jakarta secara

stabil memiliki IPM yang tinggi sepulau Jawa dibandingkan dengan Provinsi

Page 23: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

4

yang lainnya. Tetapi, provinsi D.I Yogyakarta menempatkan posisi kedua

sebagai pemegang IPM yang tinggi setelah DKI Jakarta, hal ini dapat di

katakan bahwa D.I Yogyakarta memang mempunyai pembangunan kualitas

SDM yang baik di bandingkan dengan IPM empat Provinsi di bawah D.I

Yogyakarta.

Kualitas SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui

peningkatan tingkat pendidikan dan juga taraf kesehatan baik itu di kota

maupun kabupaten yang berada di wilayah D.I Yogyakarta. Indonesia

merupakan salah satu negara yang menempatkan pendidikan sebagai aspek

penting dalam pembangunan. Hal itu dibuktikan dengan berbagai usaha-usaha

yang dilakukan pemerintah Indonesia sejak orde lama hingga era reformasi.

Undang-Undang Dasar 1945 dengan jelas menyebutkan tentang

“mencerdaskan kehidupan bangsa,” yang terkait dengan pendidikan. Selain

pendidikan, kesehatan juga dapat meningkatkan pembangunan manusia.

Pembangunan manusia tidak terlepas dari peran pemerintah dalam

pembangunan, karena manusia merupakan modal utama dalam pembagunan

suatu daerah. Salah satu Provinsi yang memiliki tingkat pembangunan SDM

yang baik yaitu Provinsi D.I Yogyakarta, hal ini dapat di ukur dengan melihat

seberapa besar komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan

pendidikan dan kesehatan antara lain dapat tercermin dari anggaran

pendidikan dan kesehatan yang tertuang dalam APBD (Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah) yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja

Negara). Kebijakan alokasi APBD sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah

daerah setelah diberlakunannya desentralisasi fiskal daerah, hal ini bertujuan

agar pemerintah daerah dapat membangun daerahnya masing-masing secara

optimal.

Pemerintah melakukan pengeluaran atau investasi yang ditujukkan pada

pembangunan manusia terutama pada bidang pendidikan dan kesehatan yang

merupakan sektor yang sangat penting dalam pembentukkan modal manusia

yang akan berdampak pada pembangunan suatu daerah. Pengeluaran

Page 24: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

5

pemerintah di bidang pendidikan tertuang di dalam UU No 20 tahun 2003

yang menyebutkan bahwa ”dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) pada sektor pendidikan dan

minimal 20 persen dari APBD”. Biaya tersebut didanai dari anggaran

pemerintah yang menjadi pengeluaran bagi pemerintah. Anggaran yang

dialokasikan untuk suatu bidang menunjukan komitmen pemerintah terhadap

permasalahan pada bidang tersebut. Untuk mengetahui perkembangan

realiasasi pengeluaran belanja pemerintah pada bidang pendidikan dan

kesehatan dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3

Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Pendidikan Dan

Kesehatan, dan Total Realisasi Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Periode 2011-2016.

Tahun Bidang Pendidikan

Bidang Kesehatan

Total Belanja

Daerah

2011 161.604.742.123 59.286.908.091 1.562.268.734.645

2012 244.023.890.541 94.993.730.298 2.053.825.959.467

2013 251.362.429.396 169.183.746.997 2.509.643.375.218

2014 326.872.544.761 160.130.501.063 2.981.068.320.421

2015 352.403.703.595 201.172.402.004 3.496.425.502.266

2016 355.999.483.223 201.299.328.279 3.847.962.965.847

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, 2016

Tabel 1.3 memperlihatkan perkembangan realisasi belanja pemerintah

sektor pendidikan dan sektor kesehatan dalam Belanja Daerah di Provinsi

D.I.Yogyakarta tahun 2011-2016. Rata-rata realisasi pengeluaran pemerintah

D.I.Yogyakarta di sektor pendidikan rata-rata meningkat dan untuk realisasi di

bidang kesehatan cenderung lebih kecil. Realisasi pengeluaran belanja

pemerintah D.I.Yogyakarta di sektor pendidikan meningkat pada tahun 2011-

2016 dan menurun di tahun 2016. Selanjutnya, pembangunan juga bisa

Page 25: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

6

diartikan sebagai suatu proses dan perubahan yang membuat keadaan di masa

yang akan datang menjadi lebih baik dibandingkan dengan keadaan sekarang.

Perubahan yang diharapkan berupa peningkatan kualitas hidup masyarakat

yang berada di daerah tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa pembangunan

adalah sarana untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat.

Sejak tahun 2001 telah terjadi perubahan yang cukup fundamental dalam

mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut

terkait dengan dilaksanakannya secara efektif otonomi daerah sebagaimana

yang diamanatkan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah yang telah direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kemudian,

telah direvisi kembali dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah dengan melengkapi kekurangan dari UU Nomor 32

Tahun 2004. Nomor Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah

tersebut telah menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam wujud

otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk

menetapkan prioritas pembangunan dan mengelola segala potensi daerah dan

pemberdayaan sumber daya setempat sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Implikasi dari kewenangan otonomi daerah menuntut daerah untuk

melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama untuk pembangunan

sarana dan prasarana publik (public service). Pembangunan tersebut

diharapkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah baik dari sisi

perencanaan, pembangunan, serta pembiayaannya. Maka dengan demikian,

daerah mengurangi ketergantungannya akan bantuan dari pusat serta

menghasilkan pendapatan daerah sendiri yang mampu mencukupi kebutuhan

dan pembangunannya sendiri.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah kabupaten/kota

diharapkan mampu menggali secara optimal sumber-sumber keuangan,

Page 26: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

7

mengelola, dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunannya. Dengan demikian,

pelaksanaan otonomi daerah akan menciptakan kemandirian fiskal bagi daerah

kabupaten/kota. Dengan terciptanya kemandirian fiskal daerah maka

pemerintah daerah akan mampu membiayai pembangunan daerahnya sesuai

dengan tujuan daerah tanpa melibatkan kepentingan pusat atau campur tangan

pemerintah pusat dalam proses pembangunan di daerah dalam arti suatu

daerah dapat dikatakan mandiri ketika PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang

berasal dari TPD (Total Pendapatan Daerah) lebih besar dan mendominasi di

bandingkan dengan penerimaan dana dari pemerintah pusat yaitu DAU (Dana

Alokasi Umum).

Tujuan lain dari pelaksanaan otonomi daerah adalah membebaskan

pemerintah pusat dari beban yang tidak perlu dan mendorong prakarsa dan

kemampuan daerah sehingga daerah menjadi lebih mandiri untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan manusia,

terutama kabupaten/kota sebagai motor pelaksana kebijakan tersebut. Dengan

demikian daerah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pembangunan manusia yang tercermin dari angka Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

Kemandirian fiskal dapat dilaksanakan melalui pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri atas Penerimaan dan Belanja

Daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah

(PAD), dana perimbangan, dan penerimaan lain-lain yang sah. Sumber PAD

berasal dari daerah tersebut yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan sumber daya alam dan pendapatan lainnya yang sah.

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah menciptakan

terwujudnya manusia yang mandiri dan mampu memberikan kontribusi

terhadap keberlanjutan pembangunan nasional di seluruh wilayah. Jika suatu

daerah semakin mandiri, maka dengan pendapatan asli daerah akan semakin

mampu membiayai pembangunan daerahnya sendiri, sehingga dana alokasi

Page 27: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

8

umum kepada daerah tersebut akan rendah dibandingkan dengan sumber PAD

yang di hasilkan di daerah itu sendiri.

Tabel 1.4

Laporan Realisasi APBD menurut Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi

Dana Alokasi Umum Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2011-2016 (Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi Umum

2011 867.112.000 620.812.000

2012 1.004.063.000 757.056.000

2013 1.014.090.000 690.278.000

2014 1.260.917.000 899.924.000

2015 1.518.860.000 920.545.000

2016 1.577.467.000 940.835.000

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan, Prov. DIY

Dilihat dari proporsi PAD dalam TPD (Total Penerimaan Daerah) dapat di

lihat di tabel 1.4 diketahui bahwa pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi D.I

Yogyakarta meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2016. Penerimaan

Provinsi D.I Yogyakarta diketahui didominasi oleh pendapatan asli daerah.

Hal ini menunjukkan bahwa, Provinsi D.I Yogyakarta bisa dikatakan mandiri

dalam pembiayaan pembangunannya karena sumbangan pendapatan asli

daerah lebih besar dibandingkan dengan sumbangan dana dari pemerintah

pusat yaitu DAU (Dana Alokasi Umum). Sedangkan. ketergantungan terhadap

pemerintah pusat yang dilihat dari besarnya DAU sedikit rendah bila

dibandingkan dengan pendapatan asli daerah nya dapat di artikan bahwa

pembangunan ekonomi dapat berjalan ketika suatu daerah bisa menstabilisasi

keuangannya dengan baik.

Pembangunan manusia tentunya sangat penting untuk perekonomian di

Indonesia khusus nya di tiap wilayahnya. Salah satunya faktor yang dapat di

gali ialah di kabupaten/kota Provinsi D.I Yogyakarta, pembangunan manusia

Page 28: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

9

yang di lihat dengan menggunakan IPM ini selalu mengalami peningkatan

yang mana belanja daerah bidang pendidikan dan kesehatan di realisasikan

tiap tahunnya juga meningkat, dapat memungkinkan adanya pengaruh yang

besar yang berasal dari sumber belanja yang dikeluarkan untuk pembangunan

yang berpengaruh terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.

Kemudian, dengan melaksanakan otonomi daerah, kabupaten/kota

provinsi DI.Yogyakarta memungkinkan dapat menciptakan kemandirian fiskal

daerah di tiap wilayahnya dengan melihat tingkat kemandirian fiskal daerah

untuk setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi D.I Yogyakarta maka

diperlukan perhitungan rasio kemandirian daerah terlebih dahulu agar dapat

terlihat tingkat kemandirian suatu daerahnya. Periode waktu yang di ambil

ialah jangka waktu enam tahun dengan masing-masing wilayah yang ada di

Provinsi DI.Yogyakarta yang artinya sudah ada sedikit perubahan yang dapat

di lihat dari faktor-faktor yang memungkinan dapat mempengaruhi kenaikan

indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota Provinsi D.I Yogyakarta.

Dalam hal ini menandakan bahwa SDM di Provinsi D.I Yogyakarta

tergolong baik, dari uraian tersebut hal yang terpenting adalah seberapa besar

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

wilayah provinsi D.I Yogyakarta, oleh karena itu penulis tertarik dan ingin

mengangkat judul penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Belanja

Daerah Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan dan Kemandirian Fiskal

Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia” (Studi Kasus

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-

2016)

B. Pembahasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perlu diadakan

pembatasan masalah. Hal ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang

ingin diteliti agar lebih fokus dan mendalam. Dari beberapa permasalahan

yang ada, masalah besarnya Indeks Pembangunan Manusia kabupaten/kota di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terus mengalami kenaikan.

Page 29: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

10

Besarnya IPM tersebut pasti dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor

eksternal maupun internal. Faktor internal yang dapat di ambil penulis yaitu

melalui kebijakan pemerintah dengan melalui pengalokasian anggaran yang

merupakan peran penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dengan mengatur belanja daerah di dalam kebijakan fiskal yang dianggap

mampu meningkatkan IPM serta melalui tingkat kemandirian suatu daerah

yang sangat diperlukan untuk pembangunan di tiap daerah kabupaten/kota

Provinsi D.I Yogyakarta. Peningkatan SDM juga dapat dilakukan melalui 3

bidang yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah di uraikan,

dan untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan penelitian maka,

terdapat arahan untuk melakukan penelitian dengan merumuskan latar

belakang. maka perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh hubungan antara Belanja Daerah Bidang Pendidikan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I

Yogyakarta?

2. Bagaimana pengaruh hubungan antara Belanja Daerah Bidang Kesehatan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I

Yogyakarta?

3. Bagaimana pengaruh hubungan Kemandirian Fiskal Daerah terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I

Yogyakarta?

4. Bagaimana pengaruh semua variabel bebas secara simultan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah.

Page 30: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

11

1. Menganalisis pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta.

2. Menganalisis pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta.

3. Menganalisis pengaruh Kemandirian Fiskal Daerah terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta.

4. Menganalisis secara simultan pengaruh seluruh variabel bebas terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota D.I Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kepentingan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melengkapi kajian

teoritis yang berkaitan dengan ekonomi daerah dan keuangan daerah,

khususnya tentang pembangunan ekonomi daerah.

b. Dapat memberikan kontribusi dalam menambahkan ilmu dan

pengetahuan.

c. Menambah wawasan bagi bidang ekonomi lainnya terutama dalam hal

mengenai pembangunan sumber daya manusia khususnya di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan rujukan yang mengarahkan

pada proses pembangunan ekonomi daerah yang lebih merata serta

merealisasikan keuangan daerah secara merata.

3. Bagi Peneliti

a. Sebagai suatu pengujian dan latihan dalam menerapkan ilmu yang telah

diperoleh selama masa perkuliahan.

b. Mengasah daya analisis peneliti dalam memecahkan masalah ekonomi.

c. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, mengembangkan

pemikiran, serta wawasan yang akan berguna untuk masa yang akan

datang

Page 31: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian

1. Konsep Pembangunan Manusia

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2018), pemikiran tentang

pembangunan (paradigma) telah mengalami pergeseran, yaitu dari

pembangunan yang berorientasi pada produksi (production centered

development) pada dekade 60-an ke paradigma pembangunan yang lebih

menekankan pada distribusi hasil-hasil pembangunan (distribution growth

development) selama dekade 70-an. Selanjutnya pada dekade 80-an, muncul

paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat (basic need development), dan akhirnya menuju paradigma

pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development)

yang muncul pada tahun 1990-an.

Ada enam alasan mengapa paradigma pembangunan manusia ini bernilai

penting, yaitu: (1) Pembangunan bertujuan akhir meningkatkan harkat dan

martabat manusia; (2) Mengemban misi pemberantasan kemiskinan; (3)

Mendorong peningkatan produktivitas secara maksimal dan meningkatkan

kontrol atas barang dan jasa; (4) Memelihara konservasi alam (lingkungan)

dan menjaga keseimbangan ekosistem; (5) Memperkuat basis civil society dan

institusi politik guna mengembangkan demokrasi; dan (6) Merawat stabilitas

sosial politik yang kondusif bagi implementasi pembangunan (Basu dalam

Hamudy, 2008).

Menurut Basri dan Munandar (2010), hakikat pembangunan adalah

membentuk manusia-manusia atau individu-individu yang otonom, yang

memungkinkan mereka dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang

dimilikinya secara optimal. Inilah yang menjadi landasan kokoh bagi

terwujudnya manusia-manusia unggulan sebagai modal utama terbentuknya

daya saing nasional dalam menghadapi persaingan internasional.

Page 32: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

13

Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk

menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Paradigma

pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah pertumbuhan ekonomi

yang diukur dengan pembangunan manusia yang dilihat dengan tingkat

kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Salah satu tolak ukur yang

digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan

dan ekonomi (daya beli). (Mirza, 2012 :1)

Menurut BPS (2018) pembangunan manusia merupakan paradigma

pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan

sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya

penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak),

peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan peningkatan

pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat

berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi).

2. Indeks Pembangunan Manusia

Definisi pembangunan seiring waktu berjalan pengertian pembangunan

semakin berkembang dengan didukung oleh pembangunan manusia atau bisa

dikatakan human development sehingga terbentuk definisi pembangunan yang

berorientasi pada manusia (people centered development). Pada 1990 indeks

telah dikemukakakan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang

ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale

Universitydan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak

itu indeks ini dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan IPM

tahunannya. Keberhasilan pembangunan diukur dengan beberapa parameter,

dan paling populer saat ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Indeks (HDI). (Masita, dan Sri 2017).

Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

laporannya “Global Human Development Report” memperkenalkan konsep

Page 33: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

14

“Pembangunan Manusia (Human Development)” sebagai paradigma baru

model pembangunan. Menurut UNDP, pembangunan manusia didefinisikan

sebagai perluasan pilihan bagi manusia (enlarging people’s choices), yang

dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus

sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Pembangunan manusia dapat

dilihat juga sebagai pembangunan (formation) kemampuan manusia melalui

perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan sekaligus sebagai

pemanfaatan (utilization) kemampuan/keterampilan mereka.

Menurut UNDP dalam Human Development Report (HDR) yang

menekankan bahwa untuk memperluas pilihan-pilihan manusia, konsep

pembangunan manusia harus dibangun dari empat dimensi yang tidak

terpisahkan. Berdasarkan konsep di atas maka untuk menjamin tercapainya

tujuan pembangunan manusia, ada empat unsur pokok yang perlu diperhatikan

(UNDP pada tahun 1995) yaitu:

a. Produktivitas (Productivity)

Masyarakat harus mampu untuk meningkatkan produktifitas mereka dan

berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan

pekerjaan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi merupakan bagian dari

model pembangunan manusia.

b. Pemerataan (equity)

Masyarakat harus mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang

adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus

dihapuskan sehingga masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan

memperoleh manfaat dari peluang-peluang yang ada.

c. Kesinambungan (Sustainability)

Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan bahwa tidak hanya

untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua

jenis pemodalan baik itu fisik, manusia, dan lingkungan hidup harus

dilengkapi.

d. Pemberdayaan (Empowerment)

Page 34: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

15

UNDP menyusun suatu indeks komposit berdasarkan pada 4 (empat)

indikator yaitu: Angka Harapan Hidup (life expectancy at age), Angka Melek

Huruf penduduk dewasa (adult literacy rate: AMH), Rata-rata Lama Sekolah

(mean years of schooling: MYS) ,dan Purchasing Power Parity (PPP). Angka

harapan hidup mengukur dimensi "umur panjang dan sehat", angka melek

huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur dimensi "pengetahuan dan

keterampilan", dan purchasingpower parity (PPP) mengukur dimensi

kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga

indikator inilah yang digunakan sebagai komponen dalam penyusunan Human

Development Index (HDI) yang diterjemahkan menjadi Indeks Pembangunan

Manusia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengaplikasikan penghitungan IPM

tersebut untuk melihat kemajuan pembangunan manusia di Indonesia baik

pada level provinsi maupun level kabupaten/kota. BPS melakukan beberapa

penyesuaian pada penghitungan IPM, yaitu pada komponen pendidikan dan

ekonomi.

Perubahan metode perhitungan IPM telah diberlakukan dan resmi

digunakan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010. lasan yang dijadikan

dasar perubahan metodologi penghitungan IPM. (Badan Pusat Statistik, 2019).

Terdapat alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan

IPM, yaitu:

1) Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan

IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan

secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan.

Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah

tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah

dengan baik.

2) PDB per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada

suatu wilayah.

Page 35: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

16

3) penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM

menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat

ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

Indikator yang diubah yaitu:

1) Angka Melek Huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan

Lama Sekolah .

2) Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk

Nasional Bruto (PNB) per kapita.

3) Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata

geometrik.

Keunggulan metode baru yaitu:

Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan

baik (diskriminatif).

1) Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama

sekolah, dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam

pendidikan dan perubahan yang terjadi.

2) PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan

masyarakat pada suatu wilayah.

Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat

diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di

dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang

baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena

sama pentingnya.

3. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Manusia

a. Peran Pemerintah dalam Pembangunan

Peran pemerintah dalam sebuah Negara merupakan kunci utama untuk

membuat kebijakan dalam perekonomian. Peran pemerintah daerah adalah

upaya dalam melaksanakan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

yang didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah yang lebih mengetahui

kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Melalui

Page 36: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

17

kebijakan ini diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan bagi

masyarakat di daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. (Mirza

,2012).

Menurut Mirza (2012), Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan

pembangunan daerah merupakan pemerintah yang mempunyai kewenangan

yang sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini berkaitan dengan

fungsinya selaku “pelayanan publik” guna meningkatkan kesejahteraan,

kemakmuran, keamanan, keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat. Sebab

perencanaan pembangunan daerah adalah suatu kegiatan untuk dilakasanakan

dimasa depan dalam hal ini berawal dari tahapan-tahapan. Proses penyusunan

program dan aktivitas yang melibatkan berbagai elemen didalamnya, demi

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dengan tujuannya

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dalam suatu

lingkungan atau wilayah yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu.

b. Peran Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Manusia

Peranan sumber daya manusia yang dibangun atau dikembangkan melalui

proses pembangunan dari SDM itu dapat dipertanyakan, apa yang terdapat

dari SDM itu yang harus dibangun sehingga terwujud manusia seutuhnya atau

manusia yang berbobot atau yang berkualitas sesuai dengan hakikat dan

sasaran pembangunan nasional Indonesia. Yang perlu dibangun adalah daya

yang berasal atau bersumber dari manusia itu ataukah manusia yang

menghasilkan daya itu yang harus dibangun atau dikembangkan. Dalam

peningkatan kualitas pendidikan pemerintah telah melakukan upaya kebijakan

program-program perluasan akses dan peningkatan pemerataan serta

meningkatakan mutu pendidikan sebagai berikut:

1) Program pendidikan anak usia dini.

2) Program wajar pendidikan dasar 9 tahun.

3) Program pendidikan menengah.

4) Program pendidikan non formal.

5) Program meningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.

6) Program pembangunan budaya baca dan pembinaan perpustakaan.

Page 37: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

18

Pada umumnya, masalah divergensi manfaat biaya sosial versus pribadi

terjadi karena adanya intervensi kebijakan public dan swasta yang tidak tepat

terkait dengan selisih upah, selektivitas pendidikan dan penetapan layanan

pendidikan. Akibatnya, perhitungan pribadi (individu) mengenai nilai dari

pendidikan melebihi dari nilai sosialnya yang juga harus memperhitungkan

masalah pengangguran.

Kesehatan merupakan faktor penting bagi suatu negara, karena kaitannya

yang erat dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal

pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan

kualitas manusia yang lebih baik akan menghasilkan kualitas manusia yang

lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Dengan

demikian, selain penduduk, pemerintah pun sangat berkepentingan atas

peningkatan kesehatan masyarakat secara umum.

4. Klasifikasi Belanja Daerah

a. Klasifikasi Menurut Ketentuan Undang-Undang di Bidang Keuangan

Negara

Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) Undang

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa

rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (di tingkat

pemerintah pusat) dan rencana kerja dan anggaran SKPD (di tingkat

pemerintah daerah) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

Pendekatan prestasi kerja mensyaratkan bahwa kementerian negara/lembaga

dan SKPD harus diukur kinerjanya berdasarkan program/kegiatan yang telah

direncanakan. Oleh karena itu, agar dapat diukur kinerjanya, menurut Pasal 15

ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,

ditetapkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah

(APBN/APBD) yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPR/DPRD) terinci sampai dengan unit

organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.

Page 38: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

19

Ketentuan tersebut di atas ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan 15

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang

menyatakan bahwa di dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan

sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran

yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana

tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan. Selanjutnya

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga juga

mengatur tentang klasifikasi yang lebih detail yang pada prinsipnya

merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003.

b. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja

diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan

fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan

oleh entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02

klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi

menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.

Belanja Operasi adalah belanja yang dikeluarkan dari Kas Umum

Negara/Daerah dalam rangka menyelenggarakan operasional pemerintah,

sedangkan Belanja Modal adalah belanja yang dikeluarkan dalam rangka

membeli dan/atau mengadakan barang modal. Belanja Operasi selanjutnya

diklasifikasikan lagi menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Bunga,

Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.

Di samping itu, klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi :

pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,

perlindungan, lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, kesehatan,

pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.

Page 39: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

20

Pengklasifikasian ini mengikuti pola Government Financial Statistics (GFS)

yang diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF).

c. Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menetapkan

klasifikasi belanja sebagai berikut:

1) Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

kegiatan serta jenis belanja;

2) Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan

organisasi pemerintahan daerah’

Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari :

1) klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan untuk tujuan manajerial

pemerintahan daerah;

2) lasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara untuk tujuan

keselarasan dan keterpaduan dalam rangka pengelolaan keuangan negara.

d. Klasifikasi Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yaitu :

1) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terdiri dari

belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

2) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan

dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Menurut klasifikasi ini, belanja terdiri atas: pelayanan

umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup,

perumahan dan fasilitas umum kesehatan, pariwisata dan budaya,

pendidikan dan perlindungan sosial. Berbeda dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

Page 40: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

21

tidak memasukkan fungsi “pertahanan” dan “agama” karena kedua fungsi

tersebut adalah urusan pemerintahan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh

pemerintah pusat dan tidak didesentralisasikan.

3) klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan

belanja tak langsung. Pengklasifikasian belanja ini berdasarkan kriteria

apakah suatu belanja mempunyai kaitan langsung dengan

program/kegiatan atau tidak. Belanja yang berkaitan langsung dengan

program/kegiatan (misalnya belanja honorarium, belanja barang, belanja

modal) diklasifikasikan sebagai belanja Buletin Teknis Penyajian dan

Pengungkapan Belanja Pemerintah langsung, sedangkan belanja yang

tidak secara langsung dengan program/kegiatan (misalnya gaji dan

tunjangan pegawai bulanan, belanja bunga, donasi, belanja bantuan

keuangan, belanja hibah, dan sebagainya) diklasifikasikan sebagai

belanja tidak langsung.

e. Klasifikasi Belanja Menurut Fungsi

Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan sebagai dasar untuk

penyusunan anggaran berbasis kinerja. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dalam menggunakan sumber

daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan kementerian

negara/lembaga/SKPD harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran

yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah. Salah satu

upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi

dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Dengan demikian, antara kebijakan,

program, kegiatan dan sub kegiatan harus merupakan suatu rangkaian yang

mencerminkan adanya keutuhan konseptual.

Adapun hubungan antara fungsi, program, kegiatan dan sub kegiatan adalah

sebagai berikut:

1) Fungsi; perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Klasifikasi fungsi

dibagi ke dalam 11 (sebelas) fungsi utama dan dirinci ke dalam 79 (tujuh

Page 41: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

22

puluh sembilan) sub fungsi. Penggunaan fungsi/sub fungsi disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing kementerian

negara/lembaga/SKPD.

2) Program; penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga/SKPD dalam

bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan

sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai

dengan misi yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi

kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

Dengan demikian, rumusan program harus secara jelas menunjukkan

keterkaitan dengan kebijakan yang mendasarinya dan memiliki sasaran

kinerja yang jelas dan terukur untuk mendukung upaya pencapaian tujuan

kebijakan yang bersangkutan. Program dilaksanakan berdasarkan kerangka

acuan yang menjelaskan antara lain pendekatan dan metodologi pelaksanaan,

menguraikan secara ringkas berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

rangka mendukung implementasi program yang bersangkutan, indikator-

indikator keberhasilan program, serta penanggungjawabnya.

3) Kegiatan; bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa

satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu

program, yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya,

baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal termasuk peralatan

dan teknologi, dana maupun kombinasi dari beberapa atau semua jenis

sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan

keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

4) Sub kegiatan; bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian

sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat dirinci ke dalam 2

(dua) atau lebih subkegiatan, karena kegiatan tersebut mempunyai dua atau

lebih jenis dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa sub kegiatan yang satu dapat dipisahkan

dengan sub kegiatan lainnya berdasarkan perbedaan keluaran. Kegiatan/sub

kegiatan harus dengan jelas menunjukkan keterkaitannya dengan program

Page 42: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

23

yang memayungi, memiliki sasaran keluaran yang jelas dan terukur, untuk

mendukung upaya pencapaian sasaran program yang bersangkutan.

Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:

1) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan: Klasifikasi belanja

berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut kewenangan

pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

2) Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara: Klasifikasi belanja

menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan

pengelolaan keuangan negara terdiri dari:

a. Pelayanan umum.

b. Ketertiban dan keamanan.

c. Ekonomi.

d. Lingkungan hidup.

e. Perumahan dan fasilitas umum.

f. Kesehatan.

g. Pariwisata dan budaya.

h. Pendidikan.

i. Perlindungan sosial.

f. Belanja Daerah Menurut Fungsi Pendidikan dan Kesehatan

1) Belanja Daerah Menurut Fungsi Pendidikan

Pendidikan adalah variabel yang menentukan kualitas sumber daya

manusia suatu bangsa. Maka menjadi tanggung jawab pemerintah untuk dapat

menjamin terselenggaranya pendidikan dengan mutu/kualitas yang baik.

Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

diamanatkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan

layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang

bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Bentuk keseriusan pemerintah dan DPR dalam bidang pendidikan tertuang

dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa

negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen

dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

Page 43: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

24

pendidikan nasional. Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor: 013/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Alokasi anggaran

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait dengan peningkatan

kualitas pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik dituangkan

dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan

selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal

20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor

pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2016).

Belanja pemerintah menurut fungsi pendidikan merupakan salah satu pos

anggaran wajib. Sesuai amanat UU, negara memprioritaskan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD. Dalam

APBN 2016, belanja fungsi pendidikan dianggarkan sebesar 11 persen dari

total belanja pemerintah pusat, atau sebesar Rp150,1 Triliun. Selain

dianggarkan dalam belanja pemerintah pusat, anggaran belanja fungsi

pendidikan yang bersifat kebutuhan daerah dimasukkan dalam anggaran

transfer daerah (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2016). Anggaran

belanja fungsi pendidikan adalah alokasi belanja fungsi pendidikan yang

dianggarkan dalam APBD untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan

yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

2) Belanja Daerah Menurut Fungsi Kesehatan

Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan

alokasi belanja di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi (Monitary

Spending). Pasal tersebut menyebutkan bahwa pemerintah mengalokasikan

anggaran kesehatan sebagai minimal 5% (lima persen) dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara diluar gaji, sementara pemerintah provinsi

dan kabupaten/kota mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar minimal 10%

(sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

diluar gaji. Tujuan dari pembangunan bidang kesehatan adalah tercapainya

Page 44: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

25

derajat kesehatan yang terus membaik. Penggunaan anggaran di bidang

kesehatan diharapkan seoptimal mungkin dapat termanfaatkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Anggaran kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan, baik dari sisi supply side maupun layanan, upaya kesehatan

promotif-preventif, serta menjaga dan meningkatkan kualitas program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN) bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI)

(Kemenkeu 2018; Kemenkes, 2018). Pentingnya APBN bagi pembiayaan

bidang kesehatan semakin terasa di tengah kompleksitas masalah kesehatan,

seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang

bermutu, beban ganda penyakit, disparitas status kesehatan antarwilayah,

peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau, jumlah

SDM Kesehatan yang kurang disertai kebutuhan yang tidak merata, adanya

potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi

pembangunan infrastruktur kesehatan.

Menurut Felix Mailoa (2014), Dalam era desentralisasi bidang kesehatan,

salah satu hal yang ia kutip dari pernyataan yang ditekankan oleh ibu menteri

keuangan adalah komitmen untuk meningkatkan anggaran bidang kesehatan

masyarakat karena merupakan suatu investasi namun harus di perhatikan

berkaitan dengan menjamin anggaran kesehatan itu terserap dengan baik

didaerah karena, anggaran kesehatan didaerah sering tidak terserap dengan

cukup baik. Sehingga, banyak program kesehatan didaerah yang dibuat hanya

untuk menghabiskan anggaran dalam tahun berjalan. Jika hal ini tidak

dimaksimalkan maka dikhawatirkan berapapun peningkatan angka/persentasi

APBN terhadap sektor kesehatan tidak bisa sepenuhnya menyelesaikan

masalah kesehatan masyarakat khususnya didaerah.

5. Belanja Daerah dalam Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Menurut Todaro & Smith (2012), bahwa investasi penganggaran dalam hal

pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah harus dapat membangun

suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik dan pengeluaran pemerintah

Page 45: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

26

pada sektor anggaran kesehatan juga di keluarkan untuk memenuhi salah satu

hak dasar untuk memperoleh pelayanan kesehatan berupa fasilitas dan

pelayanan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas

masayrakat. Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan

dan kesehatan merupakan wujud nyata dari investasi untuk meningkatkan

produktivitas masyarakat. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan

kesehatan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan

infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada

seluruh penduduk Indonesia secara merata.

Suatu bangsa harus meningkatkan investasi bidang pendidikan dan

kesehatan untuk mencapai pembangunan. Pengeluaran untuk sektor

pendidikan diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan

yang baik dan murah,sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan)

sehingga dapat menjadi bekal dalam kegiatan pembangunan ekonomi

sehingga dapat lebih produktif dan berdaya saing dan pada gilirannya

diharapkan memiliki kemampuan ekonomi yang mapan dan stabil. (Widodo,

Adi,.dkk 2011). Akumulasi modal sumber daya manusia (SDM) menurut

Todaro merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, di samping faktor akumulasi modal investasi fisik,

penduduk/angkatan kerja, dan pemanfaatan kemajuan teknologi.

Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan akan berpengaruh

terhadap perkembangan di sektor pendidikan yaitu dengan meningkatnya

jumlah murid yang mampu menyelesaikan sekolahnya sampai ke tingkat yang

lebih tinggi. Semakin tinggi rata-rata tingkat pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki oleh masyarakat, maka semakin mudah bagi setiap individu

dalam usia bekerja untuk mengerti, menerapkan dan mendapatkan hasil dari

kemajuan teknologi dan akhirnya meningkatkan standar ekonomi dan hidup

bangsa. Suatu bangsa harus meningkatkan investasi bidang pendidikan dan

kesehatan untuk mencapai pembangunan (Meier, dalam Winarti, 2014: 41).

Sedangkan, menurut Tjiptoherijanto, dalam Astri (2013) melihat mutu

manusia dari sisi kesehatan dimana kesehatan merupakan salah satu faktor

Page 46: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

27

yang mempengaruhi sumber daya manusia, dengan kata lain aspek kesehatan

turut mempengaruhi kualitas manusia. Kekurangan kalori, gizi, ataupun

rendahnya derajat kesehatan bagi penduduk akan menghasilkan kualitas

manusia yang rendah dengan tingkat mental yang terbelakang maka dari itu

perlunya peran pemerintah dalam mengelola anggarannya di bidang

kesehatan.

6. Teori Politik Anggaran

Politik anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses

anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah

membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan

disdistribusikan; siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang-peluang apa

saja yang tersedia baik untuk penyimpangan negati maupun untuk

meningkatkan pelayanan publik. Menurut (Noer Fauzi & R Yando Zakaria,

2013) politik anggaran juga dapat dikatakan sebagai proses saling

mempengaruhi di antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam

menentukan skala prioritas pembangunan akibat terbatasnya sumber dana

publik yang tersedia. Politik anggaran adalah proses mempengaruhi kebijakan

alokasi anggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan

dengan anggaran. Politik anggaran adalah proses penegasan kekuasan atau

kekuatan politik di antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan

kebijakan maupun alokasi anggaran.

Anggaran merupakan instrumen kebijakan yang dimiliki oleh Pemerintah

untuk menggambarkan pernyataan komprehensif tentang prioritas negara.

Anggaran juga mempunyai pengertian sebagai pernyataan mengenai estimasi

kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan

dalam ukuran finansial (Yuna Farhan, 2011). Tahap penganggaran menjadi

sangat penting, karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada

kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Sehingga

tujuan dari penganggaran harus dipahami oleh perumus kebijakan anggaran,

yaitu anggaran harus berbasis kinerja dan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran masyarakat. Berbasis kinerja mempunyai pengertian bahwa

Page 47: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

28

anggaran yang disusun harus terukur, serta memenuhi unsur input (masukan),

output (keluaran), outcome (hasil), benefit (manfaat) dan impact (dampak)

(Laporan Keuangan Kabupaten Provinsi DI, Yogyakarta, 2012

Politik bisa terlibat dalam segala urusan kenegaraan, termasuk didalamnya

urusan finansial publik, baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan hingga tahap

evaluasi. Teori politik keuangan negara yang baik adalah relatif tergantung

ideologi suatu negara, artinya teori politik keuangan negara yang baik bagi

suatu negara belum tentu baik bagi negara lain. Aktivitas politik dalam

keuangan negara tergantung pada derajat demokrasi, yang memberi

keleluasaan/kebebasan aktivitas politik dalam suatu Negara (Noer Fauzi & R

Yando Zakaria. 2013). Ada 2 golongan besar yang membedakan aktivitas

politik dalam keuangan negara:

a. Negara dengan sistem otokrasi, yakni suatu bentuk pemerintahan yang

kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang atau kelompok kecil

(oligarki). Yakni negara yang berbentuk monarki, sosialis, theokrasi, dan

sebagainya, dimana segala aktivitas negara dipegang sepenuhnya oleh

penguasa negara. Aktivitas politik sangat minim, meskipun ada biasanya

berupa gerakan bawah tanah.

b. Negara dengan sistem demokrasi, yakni suatu bentuk pemerintahan politik

yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung

(demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan).

Aktivitas politik sangat besar, termasuk dalam pengelolaan keuangan

negara, sebagaimana negara penganut liberalisme, globalisme, kapitalisme,

termasuk ideologi Pancasila sebagai ciri khas Indonesia (Noer Fauzi dan R

Yando Zakaria, 2013).

Pemerintah sebagai sebuah institusi publik dalam kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana atau modal

untuk dapat membiayai pengeluaran pemerintah tersebut (goverment

expediture) terhadap barang barang publik (public goods) dan jasa pelayanan.

Tugas ini berkaitan erat dengan kebijakan anggaran pemerintah yang meliputi

penerimaan dan pengeluaran. Pemerintah dalam melaksanakan otonomi

Page 48: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

29

daerah yang luas, memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai

dengan meningkatnya tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan

pembangunan.. Oleh karena itu keuangan daerah merupakan tolak ukur bagi

penentuan kapasitas dalam menyelenggarakan tugas-tugas otonomi,

disamping tolak ukur lain seperti kemampuan sumber daya alam, kondisi

demografi, potensi daerah, serta partisipasi masyarakat (Dawam, 2010).

7. Konsep Otonomi Daerah

Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi disebut

pemerintah daerah dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan

pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka

sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai efektivitas

dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak

dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain

menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan

meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan (Widjaja, 2010).

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(Widjaja, 2010).

a. Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah

Amandemen UUD 1945 menjadi acuan konstitusi dalam penetapan

konsep dasar tentang kebijakan otonomi kepada daerah-daerah. Dalam

perkembangan sejarahnya, ide otonomi daerah itu mengalami berbagai

perubahan bentuk kebijakan yang disebabkan oleh kuatnya tarik-menarik di

kalangan elit politik pada masanya. Apabila perkembangan otonomi daerah

Page 49: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

30

dianalisis sejak tahun 1945, maka perubahan-perubahan konsepsi otonomi

terlihat banyak ditentukan oleh para elit politik yang berkuasa pada saat itu

(Bastian, 2006:337).

Ciri-ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi (Halim,

2001:167) adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki

kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan,

mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya.

2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar

pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan

terbesar. Dengan demikian, peranan pemerintah daerah menjadi lebih

besar

b. Pemantapan Pelaksanaan Otonomi daerah

Secara kualitatif pelaksanaan otonomi daerah dan dampaknya tersebut

dapat dirasakan sebagai berikut :

1) Perkembangan proses demokrasi dalam kehidupan masyarakat dan

pemerintahan semakin meningkat.

2) Peran serta aktif masyarakat dalam proses kepemerintahan, baik dalam

penentuan kebijakan, dan pelaksanaan maupun proses evaluasi dan

pengawasan semakin meningkat.

3) Munculnya kreativitas dan inovasi daerah untuk mengembangkan

pembangunan daerahnya.

4) Meningkatkan gairah birokrasi pemerintahan daerah, karena adanya

keleluasaan untuk mengambil keputusan serta terbukanya peluang karier

yang lebih tinggi karena kompetisi profesional.

5) Meningkatkan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah, baik

yang dilakukan masyarakat maupun DPRD, sehingga keinginan untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, dan tepercaya sangat

didambakan oleh masyarakat.

Page 50: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

31

6) Meningkatkan DPRD, sebagai wahana demokrasi dan penyalur aspirasi

rakyat dalam menjalankan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.

7) Pemberian pelayanan umum kepada masyarakat secara bertahap

semakin meningkat, baik kualitas maupun kuantitas, sejalan dengan

meningkatnya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan lebih baik.

8) Munculnya semangat kedaerahan yang menjadi faktor pendorong yang

kuat bagi pengembangan daerahnya.

8. Konsep Kemandirian Fiskal Daerah

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

dilakukan untuk mencapai aspek pertumbuhan wilayah (efficiency),

pemerataan (equity) dan berkelanjutan (sustainability) yang lebih berdimensi

lokal dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.

Perubahan paradigma pembangunan dari sentralisasi menjadi desentralisasi

menempatkan pemerintah daerah sebagai partner pemerintah pusat dalam

melaksanakan pembangunan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Hal ini tentunya harus didukung dengan keuangan daerah yang memadai,

dimana daerah mampu memenuhi kebutuhan pembangunan daerahnya sendiri

sehingga daerah dapat dikatakan mandiri. Triastuti dan Ratminto (2005)

Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan yaitu hakikat dari setiap

bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik

bagi dirinya. Tujuan pelaksanaan otonomi salah satunya memberikan peluang

bagi kemandirian daerah untuk mengelola keuangannya sendiri melalui

pelimpahan kewenangan dalam bentuk desentralisasi fiskal. Kemandirian

fiskal menjadi hal yang sangat penting bagi daerah, terutama terkait dengan

sumbangan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri.

Halim (2012) mengatakan bahwa semakin baik kinerja keuangan suatu

daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mampu membiayai

pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat. Semakin tinggi

kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah

untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan

yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan yang positif dapat diartikan

Page 51: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

32

sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan

pembangunan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi pada daerah

tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.5 Penelitian-penelitian Terdahulu

No Penulis

dan Tahun

Judul Variabel dan Alat

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

1 Febry

Aquariansya

h (2018)

Pengaruh Belanja

Pemerintah Bidang

Pendidikan dan

Kesehatan

Terhadap Indeks

Pembangunan

Manusia di Kota

Bandar Lampung

dalam Perspektif

Eknomi Islam

Variabel bebas:

Belanja Pemerintah

bidang pendidikan dan

kesehatan

Variabel terikat: IPM.

Alat analisis: Pooled

Least Square

Secara parsial, belanja

pemerintah bidang pendidikan

(X1) berpengaruh signifikan

positif terhadap indeks

pembangunan manusia.

Kemudian belanja kesehatan

(X2) tidak berpengaruh

signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia, hal ini

dikarenakan belanja bidang

kesehatan yang tidak sesuai

dengan adanya UU No 36

tahun 2009 besar anggaran

kesehatan pemerintah daerah

dialokasikan minimal 10% dari

Belanja Daerah di luar gaji.

Metode: Pooled

Least Square

Periode: 2010-

2016

Objek Penelitian:

Kota Bandar

Lampung

Sudut pandang:

secara ekonomi

islam

2 Astri

Winarti

(2014)

Analisis Pengaruh

Pengeluaran

Pemerintah Bidang

Pendidikan,

Kemiskinan, dan

PDB Terhadap

Indeks

Pembangunan

Manusia di

Indonesia Periode

1992-2012

Variabel: belanja

pemerintah bidang

pendidikan,

peresentase

kemiskinan, PDB, IPM

Alat Analisis: Pooled

Least Square

variabel kemiskinan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

IPM di Indonesia, maka

menurunnya tingkat kemiskinan

akan meningkatkan IPM di

Indonesia. PDB berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di

Indonesia, yang berarti PDB

meningkat maka IPM akan

meningkat. Sedangkan variabel

Variabel:

Kemiskinan, dan

PDB

Metode: Pooled

Least Square

Periode: 1992-

2012

Objek Penelitian:

Indonesia

Page 52: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

33

anggaran pendidikan berpengaruh

negatif dan tidak signifikan

terhadap IPM di Indonesia.

3 Devyanti

Patta (2012)

Analisis Faktor-

faktor yang

mempengaruhi

Indeks

Pembangunan

Manusia di

Sulawesi Selatan

Periode 2001-2010

Variabel: PDRB,

Persentase Penduduk

miskin, Belanja

Pemerintah bidang

pendidikan dan

kesehatan,

Ketimpangan distribusi

pendapatan, dan IPM

Alat Analisis: Pooled

Least Square

Pengaruh pertumbuhan

ekonomi terhadap indeks

pembangunan manusia (IPM)

di Sulawesi Selatan, dapat

dikatakan berpengaruh positif

dan signifikan. Pengaruh

persentase penduduk miskin,

terhadap indeks pembangunan

manusia (IPM) di Sulawesi

Selatan berpengaruh positif

dan signifikan. pengeluaran

pemerintah di bidang

pendidikan dan pengeluaran

pemerintah di bidang

kesehatan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap IPM.

Variabel: PDRB,

Persentase

Penduduk Miskin,

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan

Metode: Pooled

Least Square

Periode: 2001-

2010

Objek Penelitian:

Sulawesi Selatan

4 Nurul

Hidayahwati

(2011)

Analisis Pengaruh

Tingkat

Kemandirian Fiskal

Terhadap Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa

Timur periode

2003-2007

Variabel: Tingkat

Kemandirian Fiskal di

proporsikan ke dalam 2

bagian yaitu TPD dan

Komponen PAD.

Alat Analisis: Random

Effect Model

tingkat kemandirian fiskal

dalam PAD/TPD berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

indeks pembangunan manusia

kabupaten/kota di Provinsi

Jawa Timur. Komponen PAD

yaitu pajak daerah dan

BHUMD berpengaruh positif

dan signifikan.

Variabel:

Kemandirian

fiskal di

proporsikan

melalui TPD dan

Komponen PAD.

Metode: Random

Effect

Periode: 2003-

2007

Objek: Kab/Kota

Jawa Timur.

Page 53: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

34

5 Firda Rizky

Amalia, dan

Ida Bagus

Putu

Purbadharm

aja (2014)

Pengaruh

Kemandirian

Keuangan Daerah

dan Keserasian

Alokasi Belanja

Terhadap Indeks

Pembangunan

Manusia (Studi

Kasus Provinsi Bali

2008-2012)

Variabel: Kemandirian

Keuangan Daerah

(Rasio), Keserasian

Alokasi Belanja, IPM

Alat Analisis: Regresi

Linier Berganda (PLS)

Kemandirian keuangan daerah

dan keserasian alokasi belanja

secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia

kabupaten/kota di Provinsi Bali

tahun 2008-2012. Berdasarkan

pada hal tersebut menunjukkan

bahwa kemandirian keuangan

daerah dan keserasian alokasi

belanja berpengaruh terhadap

IPM dalam artian jika

kemandirian keuangan daerah

dan keserasian alokasi belanja

meningkat, maka akan

meningkatkan IPM.

Variabel:

Keserasian

Alokasi Belanja

Metode: PLS

Periode: 2008-

2012

Objek: Provinsi

Bali

6 Arthaingan

H. Mutiha

(2018)

The Effect of

Financial Ratio to

Human

Development Index

(Based on the Study

in

Districts and Cities

of West Java) 2011-

2014

Variabel: Rasio

Keuangan di

Proporsikan ke dalam :

Rasio Derajat

Desentralisasi, Rasio

Kemandirian Daerah,

Rasio Pengeluaran, dan

IPM.

Alat Analisis: Fixed

Effect Model

Rasio Derajat Desentralisasi

tidak berpengaruh signifikan

terhadap IPM di kabupaten /

kota di Jawa Barat, Rasio

Kemandirian Keuangan tidak

signifikan berpengaruh pada

IPM di kabupaten / kota di

Jawa Barat. sebaliknya rasio

Pengeluaran Kompatibel

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap IPM di

kabupaten / kota di Jawa Barat.

Variabel: Rasio

Derajat

Desentralisasi,

Rasio

Pengeluaran

Periode: 2011-

2014

Objek: Jawa Barat

7 Brijesh C.

Purohit

(2012)

Budgetary

Expenditure on

Health and

Human

Development in

India

Variabel: Belanja

Pemerintah Bidang

Kesehatan, dan IPM

Alat Analisis: Logit

Model

Pengeluaran pemerintah untuk

kesehatan dapat meningkatkan

kualitas kesehatan baik itu

melalui obat-obatan, perawatan

medis, dan peralatan lain yang

menunjang kesehatan, semakin

fasilitas dan kualitas bertambah

semakin banyak pengaruh nya

terhadap pembangunan suatu

Metode: Logit

Model

Objek Penelitian:

India

Page 54: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

35

negara dan begitu pula

sebaliknya.

8 Septiana M.

M.

Sanggeloran

g, Vekie A.

Rumate, dan

Hanly F.DJ.

Siwu (2015)

Pengaruh

Pengeluaran

Pemerintah di

Sektor Pendidikan

dan Kesehatan

Terhadap Indeks

Pembangunan

Manusia di

Sulawesi Utara

Variabel: Pengeluaran

Pemerintah sektor

Pendidikan, dan

Pengeluaran

Pemerintah Sektor

Kesehatan, dan IPM

Alat Analisis: Pooled

Least Square

Hasil analisis menunjukan

bahwa Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah di Sektor

Pendidikan berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan

Manusia. Karena pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara

mengalokasikan dana yang

besar setiap tahunnya di Sektor

Pendidikan, sehingga Indeks

Pembangunan Manusia di

Provinsi Sulawesi Utara selalu

mengalami peningkatan. Hasil

analisis menunjukkan bahwa

Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah di Sektor

Kesehatan tidak berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan

Manusia. Karena besarnya

Pengeluaran Pemerintah di

Sektor Kesehatan yang ada di

Provinsi Sulawesi Utara

ternyata masih belum mampu

membantu pertumbuhan Indeks

Pembangunan Manusia yang

ada di Sulawesi Utara, hal ini

dikarenakan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara telah

membangun beberapa sarana

kesehatan seperti rumah sakit

dan puskesmas di beberapa

Metode: Pooled

Least Square

Periode: bulan

mei-Juli 2014

Objek: Provinsi

Sulawesi Utara

Page 55: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

36

tahun belakangan ini sehingga

banyak memakan anggaran.

9 M. Zahari

MS,

Sudirman

(2017)

The Effect of

Government

Expenditures in

Education and

Health against

Human

Development Index

in Jambi Province

(2011-2015)

Variabel: Pengeluaran

Pemerintah Bidang

Pendidikan dan

Kesehatan, dan IPM

Alat Analisis: Model

Regresi Linier

Berganda (PLS)

Ada pengaruh positif antara

variabel bebas (pengeluaran

pemerintah dalam pendidikan

dan pengeluaran pemerintah di

sektor kesehatan) terhadap

IPM di

Provinsi Jambi. Tidak ada

pengaruh antara pengeluaran

pemerintah di bidang

Pendidikan terhadap IPM di

Provinsi Jambi. Sedangkan,

variabel sektor kesehatan ada

pengaruh positif dan signifikan

terhadap IPM di provinsi

Jambi.

Metode: PLS

Periode: 2011-

2015

Objek: Provinsi

Jambi.

10 Merang

Kahang,

Muhammad

Saleh,

Rachmad

Budi

Suharto

(2016)

Pengaruh

Pengeluaran

Pemerintah Bidang

Pendidikan dan

Kesehatan

Terhadap Indeks

Pembangunan

Manusia di

Kabupaten Kutai

Timur

Variabel: Pengeluaran

Pemerintah Bidang

Pendidikan, Kesehatan

dan IPM.

Alat Analisis:Regresi

Linier Berganda

Sektor pengeluaran kesehatan

pemerintah (X2) tidak

signifikan mempengaruhi

indeks pembangunan manusia

(Y) di Kabupaten Kutai Timur.

Pemerintah menunjukkan

sektor pengeluaran kesehatan

(X2) belum cukup menyadari

dengan baik sehingga tidak

cukup kuat mendongkrak indxs

pembangunan manusia di

Kabupaten Kutai Timur. Hasil

penelitian dari belanja

pemerintah di sektor

pendidikan (X1) efek dominan

dalam meningkatkan indxs

pembangunan manusia di

Kabupaten Kutai Timur.

Metode: Regresi

Linier Berganda

Objek: Kabupaten

Kutai Timur

Page 56: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

37

C. Hubungan Antar Variabel

1. Belanja Daerah Bidang Pendidikan dengan Indeks Pembangunan

Manusia

Dalam rumusan masalah, telah ditetapkan akan meneliti tentang pengaruh

Belanja Daerah Bidang Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016.

Pada penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan oleh Astri Winarti (2014)

dalam judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan,

Kemiskinan, dan PDB Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

Periode 1992-2012” menunjukan korelasi positif antara belanja

daerah/pengeluaran bidang pendidikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia. Hal ini membuktikan bahwa pengeluaran bidang pendidikan

memiliki realisasi yang terserap dengan baik untuk negara maupun tiap daerah

di Indonesia. Lalu, penelitian selanjutnya di lakukan oleh M. Zahari MS,

Sudirman (2017) dalam judul “The Effect of Government Expenditures in

Education and Health against Human Development Index in Jambi Province

(2011-2015)” hubungan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia tidak berkorelasi dikarenakan realisasi untuk

bidang pendidikan tidak terserap dengan baik. Kesimpulannya, bahwa setiap

realisasi yang dikeluarkan pemerintah untuk bidang pendidikan belum tentu

dapat terserap dengan baik di seluruh daerah. Bisa saja hal itu dapat di

pengaruhi melalui faktor lain seperti daerah tersebut masyarakatnya masih

minim pendidikan yang akhirnya anggaran yang dikeluarkan hanya mengikuti

tahun berjalan.

2. Belanja Daerah Bidang Kesehatan dengan Indeks Pembangunan

Manusia

Dalam rumusan masalah, telah ditetapkan untuk meneliti pengaruh Belanja

Daerah Bidang Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016.

Telah di dapat pada penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Brijesh C.

Purohit (2012) dalam judulnya “Budgetary Expenditure on Health and Human

Page 57: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

38

Development in India” menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

berkorelasi antara pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini di tunjukkan, melalui fasilitas dan

sarana yang di sediakan oleh pemerintahan di India yang mana pengeluaran

pemerintah untuk kesehatan dapat meningkatkan kualitas kesehatan baik itu

melalui obat-obatan, perawatan medis, dan peralatan lain yang menunjang

kesehatan, semakin fasilitas dan kualitas bertambah semakin banyak pengaruh

nya terhadap pembangunan suatu negara dan begitu pula sebaliknya.

Kemudian, penelitian yang di lakukan oleh M. Zahari MS, Sudirman (2017)

dalam judul “The Effect of Government Expenditures in Education and Health

against Human Development Index in Jambi Province (2011-2015)” yang

mana pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan memiliki hubungan yang

positif dengan Indeks Pembangunan Manusia hal ini dikarenakan, realisasi

oleh pemerintah daerah terlaksana dengan baik.

3. Kemandirian Fiskal Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Dalam rumusan masalah, telah ditetapkan untuk meneliti pengaruh

Kemandirian Fiskal Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016.

Penelitian ini pernah dilakukan oleh Firda Rizky Amalia, dkk (2014) dalam

penelitiannya “Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah dan Keserasian

Alokasi Belanja Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus

Provinsi Bali 2008-2012)” yang mana pengaruh dari kemandirian keuangan

daerah berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia artinya

daerah mampu mengelola keuangannya dengan maksimal sehingga dapat

membiayai pembangunannya secara mandiri dan tidak terlalu bergantung

dengan pemerintah pusat. Hal ini juga di buktikan melalui penelitian oleh

Nurul Hidayahwati (2011) dengan judul penelitiannya “Analisis Pengaruh

Tingkat Kemandirian Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur periode 2003-2007” hasilnya

menunjukan bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat kemandirian

Page 58: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

39

fiskal daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia yang artinya daerah

tersebut mampu menjalankan daerah otonomnya dengan maksimal.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori yang mendukung penelitian ini menyatakan bahwa

Belanja daerah Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan dan Kemandirian Fiskal

Daerah memiliki pengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta. Kemudian, disusun kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Pemikiran

Belanja Daerah

menurut Fungsi

Bidang Kesehatan

(X2)

Tingkat Kemandirian Fiskal

Daerah (Rasio Kemandirian

Daerah) (X3)

Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) (Y)

Bidang Pendidikan

(X1)

Alat Analisis: Panel Data

Analasis Pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan, dan

Kemandirian Fiskal Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota

Provinsi DI.Yogyakarta

Pemilihan model:

1. Uji Chow

2. Uji hausman

q Fixed Effect Model

Uji Hipotesis:

Uji T, Uji F, dan Uji R-Squared

Kesimpulan dan Saran

Page 59: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

40

E. Hipotesis Penelitian

1. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016.

𝐻1 : Ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan secara parsial terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta

2011-2016.

2. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016

𝐻1: Ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan secara parsial terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta

2011-2016

3. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Rasio Kemandirian Fiskal Daerah secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016

𝐻1 : Ada pengaruh Rasio Kemandirian Fiskal Daerah secara parsial terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta

2011-2016

Page 60: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga

variabel independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara variabel

independen yang digunakan adalah Belanja Daerah Bidang Pendidikan,

Belanja Derah Bidang Kesehatan dan Rasio Kemandirian Daerah.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang mana data tersebut

diperoleh berdasarkan informasi berupa fakta yang telah disusun dan

dipublikasikan oleh lembaga dan instansi tertentu. Penelitian di dapatkan

melalui data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat

Jendral Perimbangan dan Keuangan (DJPK). Penelitian ini bersifat kuantitatif

dengan menggunakan metode data panel yang mencakup data cross section

yang merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

serta mengambil data time series dengan periode waktu dari tahun 2011

hingga tahun 2016.

Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari instansi pemerintahan

sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sendiri merupakan pendekatan yang

analisisnya ditekankan kepada angka-angka dan olah data statistik. Yang

kemudian dari hasil regresi akan didapatkan hasil untuk dianalisis secara

ekonomi.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian yang

dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 5 Kabupaten/Kota yang terdapat di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan purposive sampling.

Page 61: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

42

Purposive sampling sendiri dapat diartikan sebagai teknik yang dapat

digunakan dalam memilih sampel suatu penelitian, dimana terdapat

keterkaitan yang erat antara kriteria yang ditentukan dan tujuan penelitian

yang ingin dihasilkan (Sugiyono, 2012). Pada teknik purposive sampling,

terdapat teori yang dikembangankan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2012)

salah satu syaratnya mengatakan bahwa jika peneliti menggunakan analisis

dengan variasi yang banyak (korelasi antar variabel atau regresi ganda), maka

jumlah anggota sampel yang harus dianalisis minimal 10 dikalikan dengan

jumlah variabel yang digunakan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda dan jumlah anggota sampel ditentukan

dengan cara jumlah variabel dikali 10 maka didapatkan hasil minimal sampel

yang dapat digunakan dalam penelitian tersebut. Terdapat empat variabel

dalam penelitian ini yaitu satu variabel dependen (indeks pembangunan

manusia) dan tiga variabel independen (belanja daerah bidang pendidikan,

belanja daerah bidang kesehatan, dan rasio kemandirian daerah). Penelitian ini

kemudian memilih observasi sebanyak 5 kabupaten/kota dengan rentang

waktu enam tahun yaitu tahun 2011-2016 dan didapatkan jumlah sampel

dalam penilitian ini bejumlah 30.

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Adapun penelitian ini, penulis mengambil data dari beberapa instansi

pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral

Perimbangan dan Keuangan (DJPK). Data diambil dari tahun 2011 hingga

tahun 2016. Keberhasilan suatu penelitian jika dinilai dari lama

penyelesaiannya dapat ditentukan dan lama peneliti mengumpulkan data-data

yang dibutuhkan. Siregar (2013) mengatakan bahwa data merupakan bentuk

informasi atau keterangan berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi, data

tersebut diolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari masih berbentuk

data mentah hingga menjadi data yang bisa dianalisi dan disimpulkan.

Page 62: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

43

2. Metode Pengolahan Data

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan

dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil

penelitian. Alat yang digunakan oleh penulis sebagai alat pengumpulan data

adalah tes dan lembar observasi. Tetapi, karena penulis menggunakan data

sekunder maka tidak ada alat wawancara maupun observasi yang menjadi alat

dan pengolahan data penulis dalam penelitiannya yaitu menggunakan alat

perhitungan statistik yaitu eviews 8 dan microsoft excel.

D. Metode Analisis Data

1. Model Data Panel

Winarno (2015) mengatakan bahwa data panel merupakan analisis data

yang terdiri dari data seksi silang (terdapat beberapa objek) yang biasa sering

disebut cross section digabung dengan data runtutan waktu (berdasarkan

waktu) yang biasa sering disebut time series. Data panel merupakan analisis

yang mengkombinasikan data cross section dengan sejumlah observasi yang

telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu atau data time series yang juga

telah ditentukan.

Saat menggabungkan data time series dan cross section kita mampu

menambahkan jumlah observasi secara signifikan tanpa melakukan treatment

apapun pada data seperti menlakukan logaritma natural. Sehingga analisis data

panel memungkinkan memberikan hasil yang memuaskan dan mendapatkan

hasil yang rinci. Sedangkan model analisis yang digunakan dalam penelitian

ini yakni analisis regresi linear berganda. Model persamaan yang akan

diestimasi dalam model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝒀𝒊 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑿𝒊 + 𝜺𝒊; 𝒊 = 𝟏, 𝟐, … . , 𝑵

Di mana “N” merupakan jumlah data cross setion. Sedangkan persamaan

model dengan time series dapat dapat ditulis sebagai berikut :

𝒀𝒊 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑿𝒊 + 𝜺𝒊; 𝒊 = 𝟏, 𝟐, … . , 𝑻

Page 63: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

44

Di mana “T” merupakan jumlah data time series. Sehingga persamaan data

panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time series dapat

ditulis sebagai berikut :

𝒀𝒊 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑿𝒊𝒕 + 𝜺𝒊𝒕; 𝒊

i = 1,2,..., N ; t = 1, 2, ...., T

Dalam model tersebut, Y merupakan variabel terikat sedangkan X

merupakan variabel bebas. N menunjukkan banyaknya observasi sedangkan

T menunjukkan banyaknya waktu yang dianalisis. Sehingga variabel-

variabel dalam penelitian ini diaplikasikan dalam sebuah model sebagai

berikut :

𝑳𝑶𝑮𝑰𝑷𝑴 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑳𝑶𝑮𝑩𝑷𝒊𝒕 + 𝜷𝟐𝑳𝑶𝑮𝑩𝑲𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝑹𝑨𝑺𝑰𝑶_𝑲𝑬𝑴𝑨𝑵𝑫𝑰𝑹𝑰𝑨𝑵𝒊𝒕

+ 𝜺𝒊𝒕

Keterangan:

LOGIPM = Indeks Pembangunan Manusia (Y)

LOGBP = Belanja Pendidikan (X1)

LOGBK = Belanja Kesehatan (X2)

RASIO_KEMANDIRIAN = Rasio Kemandirian Daerah (X3)

“i” menunjukan subjek ke-i, sedangkan “t” menunjukkan tahun ke-t

Beberapa kelebihan data panel menurut Gujarati :

1) Teknik estimasi data panel dapat mengatasi heterogenitas dalam setiap

unit secara eksplisit dengan memberikan variabel spesifik subjek.

2) Penggabungan observasi time series dan cross section memberikan lebih

banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit kolinearitas

antarvariabel, lebih banyak degree of freedom dan lebih efisien.

3) Dengan mempelajari observasi cross section berulang-ulang, data panel

sangat cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.

Page 64: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

45

2. Model Estimasi

Dalam menganalisis model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan dengan macam pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Model Pooled Least Square (PLS) termasuk model regresi yang paling

sederhana jika dibandingkan dua model regresi yang lain. Sederhananya

model ini hanya menggabungkan data time series dan cross-section tanpa

melihat koefisien lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi model

(Widarjono, 2009). Pada model PLS, perilaku individu biasanya diasumsikan

sama dalam berbagai kurun waktu. Hal itu terjadi karena dimensi waktu

ataupun individu tidak terlalu diperhatikan dalam analisis model ini.

2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Fixed Effect Model (FEM) merupakan model yang menjelaskan bahwa

individu-individu secara cross-section dalam model ini memiliki intersepnya

masing-masing. Intersep yang dihasilkan tersebut akan memberikan

pengaruh yang berbeda dari masing-masing individu. Model ini juga sering

disebut sebagai teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV). Untuk

mengestimasi data panel, model ini terkadang menggunakan teknik variable

dummy, yang mana variable dummy dapat melihat perbedaan intersep pada

masing-masing individu (Gujarati, 2012).

3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Random Effect Model (REM) merupakan model yang dikenal sebagai

model regresi yang mengestimasi data panel dengan memperhitungkan error

dari model regresi yang dianalisis dengan metode Generalized Least Square

(GLS). Perbedaan model ini dengan Fixed Effect Model (FEM) terletak pada

error-nya. Apabila pada model FEM perbedaan antar individu atau waktu

digambarkan melalui intersep, lalu pada model REM perbedaan tersebut

diakomodir melalui error yang dihasilkan. Keuntungan menggunakan REM

yaitu dapat menghilangkan heterokedastisitas. Model REM membuktikan

Page 65: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

46

bahwa error dapat diperhitungkan karena berkorelasi dengan time series dan

cross section (Suliyanto, 2011).

3. Uji Spesifikasi Model

Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis regresi data panel

melakukan percobaan regresi dengan FEM, kemudian melakukan uji Chow

untuk membuktikan yang mana di antara FEM dan PLS yang merupakan

model yang tepat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika FEM merupakan

model yang tepat, maka dilakukan kembali uji Hausman untuk membuktikan

yang mana di antara FEM dan REM yang merupakan model terbaik dari

penelitian tersebut. Kemudian tahap terakhir, jika REM merupakan model

yang tepat maka dilakukan LM-test untuk memastikan bahwa REM

merupakan model terbaik. Pada analisis data panel singkatnya terdapat tiga

jenis pendekatan untuk mengestimasi model yaitu melalui uji Chow, uji

Hausman dan LM-test.

Setelah melakukan berbagai pengujian untuk estimasi model terbaik, maka

penelitian ini hanya menggunakan uji Chow dan uji Hausman. Berikut adalah

penjelasan dari uji spesifikasi model antara lain sebagai berikut:

1. Uji Chow

Uji signifikansi fixed effect (uji F) atau Chow-test adalah untuk mengetahui

apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari model

regresi data panel tanpa variabel dummy atau OLS. Dasar pengambilan

keputusan menggunakan chow-test atau likelihood ratio test, yaitu:

a. Jika 𝐻0 diterima, maka model pool (common).

b. Jika 𝐻1 diterima, maka dilanjutkan uji Hausman.

Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%

(tingkat kepercayaan 95%) maka 𝐻0 ditolak, artinya model panel yang baik

untuk digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya jika 𝐻0

diterima, berarti Pooled Least Square (PLS) merupakan model yang harus

digunakan dan dianalisis. Namun ketika 𝐻0ditolak, untuk lebih memastikan

Page 66: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

47

apakah Fixed Effect Model (FEM) merupakan model yang terbaik maka harus

diuji kembali menggunakan uji Hausman. Pada uji Hausman akan memilih dan

memberikan spesifikasi apakah Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect

Model (REM) model yang tepat, setelah itu baru dilakukan dianalisis.

2. Uji Hausman

Setelah melakukan uji Chow dan didapatkan hasil H0 ditolak, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan uji Hausman. Pada tahap ini, pilihan

model hanya tinggal memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random

Effect Model (REM). Uji spesifikasi ini akan memberikan penilaian yang

diperhitungan dengan menggunakan Chi-Square Statistic, sehingga keputusan

pemilihan model akan dapat ditentukan. Pengujian ini dilakukan dengan

hipotesis sebagai berikut:

𝐻0: Random Effect Model

𝐻1: Fixed Effect Model

Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% maka 𝐻0

ditolak, yang artinya model data panel yang baik untuk digunakan adalah

Fixed Effect Model (FEM). Namun sebaliknya jika 𝐻0 diterima, maka Random

Effect Model (REM) merupakan model yang tepat untuk digunakan dan

dianalisis.

4. Uji Hipotesis Model

Setelah melakukan uji spesifikasi dan diketahui model terbaik untuk

penelitian tersebut maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini

dilakukan untuk mengidentifikasi apakah koefisien regresi yang didapat pada

penelitian ini signifikan (memiliki efek antar satu variabel dengan variabel

lainnya). Maksud dari signifikan adalah nilai koefesien regresi yang dihasilkan

secara statistik tidak sama dengan nol. Jika slope koefisiennya sama dengan

nol, maka dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan

variabel independen dalam penelitian mempunyai pengaruh terhadap variabel

Page 67: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

48

dependen. Terdapat dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang

harus dilakukan antara lain:

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistik)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

parsial (masing-masing variabel) terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan

dengan membandingkan t hitung setiap variabel terhadap t tabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

H1 : β > 0, maka ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji t adalah 95% atau taraf

signifikan 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf signifikan 10% (α = 0,1) dapat

disimpulkan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika t hitung > t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti terdapat

pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen.

2) Jika t hitung < t tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti tidak

terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F Statistik)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara

yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel

dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan (bersama- sama).

Page 68: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

49

H1 : β > 0, maka ada hubungan yang signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan (bersama- sama).

Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji t adalah 95% atau taraf

signifikan 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf signifikan 10% (α = 0,1) dapat

disimpulkan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika F hitung > F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel

independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

2) Jika F hitung < F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti variabel

independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinan (𝑅2)

Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dan harus

dipertimbangkan dalam melakukan analisis regresi, karena nilai koefisien

determinansi dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang

terestimasi. Dengan kata lain, koefisien determinansi dapat mengukur seberapa

dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sesungguhnya.

Nilai koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan seberapa besar

variasi dari variabel dependen (Y) dapat diterangkan oleh variabel independen

(X). Koefisien determinansi dapat dilambangkan dengan 𝑅2. Jika 𝑅2 = 0, maka

variasi dari variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel

independen sama sekali. Sementara jika 𝑅2 = 1, maka variasi variabel

dependen secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel independen. Bila

𝑅2 = 1, maka semua titik pengamatan berbeda pada garis regresi atau garis

yang diestimasi letaknya sama dengan garis menurut data yang sesungguhnya.

Semakin besar nilai 𝑅2 maka semakin besar pengaruh yang diberikan variasi

variabel independen terhadap variabel independen. Nilai 𝑅2 berkisar di antara

nol sampai dengan satu. (Nachrowi dan Usman, 2008)

Page 69: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

50

5. Uji Asumsi Klasik

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan uji korelasi pada tempat yang berdekatan

datanya yaitu cross section. Uji autokorelasi menjelaskan korelasi yang terjadi

antara time series, apakah terdapat hubungan yang membentuk suatu pola

tertentu antara data penelitian tahun ini dengan tahun sebelumnya. Uji

autokorelasi lebih menekankan kepada dua data penelitian berdasarkan

rentetan waktu yang digunakan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi

apakah terdapat autokorelasi dalam suatu penelitian adalah dengan melihat

nilai DW (Durbin-Watson), kriterianya adalah ketika nilai DW > dU maka

penelitian bebas dari autokorelasi negatif dan ketika nilai DW < dU maka

penelitian bebas dari autokorelasi positif. Nilai dU sendiri dapat dilihat pada

tabel Durbin-Watson.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum data

diolah berdasarkan model-model penelitian. Metode yang baik yang layak

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kolmogrovsmirnov untuk

mengetahui normal atau tidaknya data yang digunakan. Uji Jarque Berra (JB)

adalah salah satu uji normalitas jenis goodness of fit test melalui software

eviews yang mana mengukur apakah skewness dan kurtosis sampel sesuai

dengan distribusi normal. Uji ini didasarkan pada kenyataan bahwa nilai

skewness dan kurtosis dari distribusi normal sama dengan nol. Oleh karena

itu, nilai absolut dari parameter ini bisa menjadi ukuran penyimpangan

distribusi dari normal. Hipotesis:

𝐻0 : Data berdistribusi normal

𝐻1 : Data tidak berdistribusi normal

- Probabilitas < 𝑎 (0.05), H0 ditolak, H1 diterima

- Probabilitas > 𝑎(0.05), H1 ditolak, H0 diterima

- Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal.

- Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Page 70: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

51

3. Uji Multikoleniaritas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna di antara

variabel yang menjelaskan model regresi. Untuk mengukur terjadinya

multikolinearitas pada model regresi dilihat dari koefisien korelasi antara

masing-masing variabel bebas. Apabila koefisien > 0,80, maka dalam model

regresi terjadi multikolinearitas.

Apabila terdapat persoalan ini dalam sebuah teknik regresi, maka dapat

mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat ditentukan dan standar erornya

tidak dapat didefinisikan. Selain itu jika kolinearitas tinggi tetapi tidak

sempurna, estimasi dari koefisien regresi masih dimungkinkan, namun nilai

standar erornya cenderung besar. Hasilnya, nilai populasi dari koefisien-

koefisien tidak dapat diestimasi dengan tepat.

4. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian untuk melihat apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2012). Cara untuk mendeteksi apakah

terdapat heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel terikat (dependen). Selain itu, cara untuk mendeteksi

multikolinearitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan

dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika

variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas dan berlaku juga

kondisi sebaliknya.

Page 71: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

52

E. Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Satuan

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Untuk melihat kontribusi terhadap

perekonomian dan pembangunan suatu daerah

khususnya di bidang pendidikan, kesehatan

serta ekonomi dalam SDM, IPM sebagai

variabel terikat (Y) yang di pengaruhi oleh

faktor-faktor yang mempengaruhi nya.

Indeks

Belanja Daerah

Bidang

Pendidikan

Belanja daerah sebagai salah satu faktor yang

menunjang tingkat pembangunan daerah salah

satunya di bidang pendidikan yang merupakan

anggaran yang diberikan oleh pemerintah ke

tiap daerah. Variabel belanja daerah bidang

pendidikan menjadi variabel bebas sebagai

(X1)

Rupiah

Belanja Daerah

Bidang

Kesehatan

Belanja daerah sebagai salah satu faktor yang

menunjang tingkat pembangunan daerah salah

satunya di bidang pendidikan yang merupakan

anggaran yang diberikan oleh pemerintah ke

tiap daerah. Variabel belanja daerah bidang

pendidikan menjadi variabel bebas sebagai

(X2)

Rupiah

Rasio

Kemandirian

Daerah

Rasio Kemandirian merupakan hasil yang di

dapat melalui perhitungan penerimaan PAD

dibagi dengan dana bantuan pemerintah

pusat/provinsi untuk mengukur tingkat

kemandirian suatu daerah. Variabel rasio

kemandirian daerah menjadi variabel bebas

(X3)

Persentase

Sumber: tabel diolah,2019

Page 72: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terdaftar

dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah.

Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan di batasi oleh lautan Indonesia dan

di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut di batasi dengan wilayah yang

berada di provinsi Jawa Tengah yaitu:

a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten

b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri

c. Sebalah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo

d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Wilayah administratif D.I Yogyakarta terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78

kecamatan dan 438 kelurahan/desa, meliputi:

a. Kota Yogyakarta mempunyai luas sebesar 32,50 km² atau 1.02 persen, terdiri

dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan.

b. Kabupaten Bantul mempunyai luas sebesar 506,85 km² atau 15,91 persen,

terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa.

c. Kabupaten Kulonprogo mempunyai luas sebesar 586,27 km² atau 18,40

persen, terdiri dari 12 kemacaran dan 88 desa.

d. Kabupaten Gunungkidul mempunyai luas sebesar 1.485,36 km² (46,63

persen), terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa.

e. Kabupaten Sleman mempunyai luas sebesar 574,82 km² atau 18,04 persen,

terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa.

Page 73: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

54

Grafik 4.1

Persentase Luas Wilayah Kabupaten/kota Provinsi D.I Yogyakarta

Sumber: Bappeda, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2017

Kabupaten Gunungkidul mempunyai wilayah yang paling luas yaitu

sekitar 46,6 persen dari seluruh wilayah Provinsi D.I Yogyakarta, sebagian

besarnya terdiri dari pegunungan sehingga beberapa wilayahnya rentan terhadap

kekurangan air bersih pada musim kemarau. Sebaliknya, Kota Yogyakarta

memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah lainnya, yaitu 32,5

Km² yang berarti hanya 1,025% dari luas wilayah Propinsi D.I Yogyakarta. Kota

Yogyakarta juga memiliki pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup

tinggi, pada akhir tahun 1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai

pada akhir Juni 2000 tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa

dengan tingkat kepadatan rata-rata 15.197/km² Hal ini menandakan bahwa

kepadatan penduduk di Ibukota ini tinggi. Provinsi ini juga memiliki hamparan

pantai yang dapat menjadi wisata pantai yang potensial serta strategis untuk

pengembangan usaha kelautan dan perikanan.

Page 74: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

55

Gambar 4.1

Peta Wilayah Administratif Provinsi D.I Yogyakarta

Sumber: Bappeda, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2017

Jumlah penduduk yang tercatat di Provinsi D.I Yogyakarta dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun

2001 jumlah penduduk di Provinsi D.I Yogyakarta sebanyak 2.488.544 jiwa,

lalu tahun 1980 dan 1990 masing-masing meningkat menjadi 2.750.128 jiwa dan

2.912.611 jiwa. Lalu, pada tahun 2011 mencapai 3.120.478 jiwa. Berdasarkan

hasil Sensus Penduduk 2013, jumlah penduduk DIY tercatat sebanyak 3.457.491

jiwa. Dengan komposisinya adalah 49,4 persen laki-laki dan 50,6 persen

perempuan (BPS, 2017).

Page 75: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

56

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

DIY Tahun 2011-2016

Kab/Kota Luas

Wilayah

(km²)

Kepadatan Penduduk per Jiwa(Km²)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kulon Progo 586,27 653 672 684 691 697 710

Bantul 506,85 1650 1785 1.884 1.911 1.937 1.940

Gunung Kidul 1.485 403 430 466 470 473 486

Sleman 574,82 1790 1884 1.995 2.024 2.054 2.053

Yogyakarta 32,500 12.110 12.200 12.240 12.322 12.401 12.853

D. I. Yogyakarta 3.185 920 1.010 1.128 1.141 1.154 1.167

Sumber: Badan Pusat Statistik, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2016

Tabel di atas memaparkan tingkat kepadatan penduduk di kabupaten/kota di

D.I.Yogyakarta pada tahun 2011-2016. Luas wilayah dapat mempengaruhi tingkat

kepadatan penduduk. Pada tahun 2016, Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai

wilayah ternyata tercatat sebagai kabupaten berkepadatan penduduk terendah,

yaitu 486 jiwa/km². Rendahnya kepadatan penduduk di Gunungkidul tersebut

bersangkutan dengan karakteristik wilayah yang relatif luas dan memiliki

topografi berupa pegunungan yang kurang menarik untuk dijadikan sebagai

tempat tinggal maupun tempat untuk melakukan aktivitas ekonomi tidak menutup

kemungkinan bahwa wilayah gunung kidul ternyata sering dijadikan objek wisata

oleh beberapa penduduk setempat.

2. Letak Geografis

Jika dilihat segi geografis, Provinsi D.I. Yogyakarta terletak pada 7°.33 ́-

8°.12 ́ Lintang Selatan dan 110°.00 ́-110°.50 ́ Bujur Timur, dengan mempunyai

luas sebesar 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.75 km²).

Komponen fisiografi yang menyusun Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

terdiri dari 4 (empat) satuan fisiografis yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran

Tinggi Karst) dengan ketinggian tempat berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan

Page 76: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

57

Gunung apo Merapi dengan ketinggian tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter.

Satuan Dataran Rendah yang membentang antara Pegunungan Selatan hingga

Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian 0 - 80 meter, kemudian pegunungan

Kulonprogo dengan ketinggian mencapai 572 meter.

Kondisi fisik di Provinsi D.I Yogyakarta dapat dilihat dari kondisi iklim,

geologi ,geografi, gomorfologi, jenis tanah, dan hidrologi daerah. Kondisi

geografi daerah menggambarkan mengenai posisi spasial daerah di dalam

kaitannya dengan daerah lain yang ada di sekitarnya, baik itu di dalam luas

wilayah, batas-batasan wilayah, dan batas-batas potensi sumberdaya alam dan

kewilayahan.

3. Keadaan Topografi dan Iklim

Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65%

wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84%

wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan

ketinggian antara 500-999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000

m. Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:

a. Satuan Pegunungan Selatan, seluas 1.656,25 km, ketinggian 150-700 m,

terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang merupakan

wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus, dan selalu

kekurangan air. Pada bagian tengah berupa dataran Wonosari basin.Wilayah

ini merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu

gamping, yang mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi

penutup yang relatif jarang;

b. Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas 582,81 km, ketinggian 80-2.911 m,

terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung

Merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian

Kabupaten Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik. Daerah kerucut

dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan

resapan air;

Page 77: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

58

c. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo

seluas 215,62 km, ketinggian 1080 m, merupakan bentang alam fluvial yang

didominasi oleh dataran Alluvial. Membentang di bagian selatan DIY mulai

Kabupaten Kulon Progo sampai Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan

Pegunungan Seribu. Daerah ini merupakan wilayah yang subur. Bentang

alam lain yang belum digunakan adalah bentang alam marine dan aeolin

yang merupakan satuan wilayah pantai yang terbentang dari Kabupaten

Kulon Progo sampai Bantul. Khusus Pantai Parangtritis, terkenal dengan

laboratorium alamnya berupa gumuk pasir. Pegunungan Kulon Progo dan

Dataran Rendah Selatan seluas 706,25 km, ketinggian 0572 m, terletak di

Kabupaten Kulon Progo. Bagian utara merupakan lahan struktural

denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng

yang curam dan potensi air tanah yang kecil.

4. Pembangunan Sumber Daya Manusia

Hakikat pembangunan adalah membentuk manusia-manusia atau individu-

individu otonom, yang kemudian dapat memungkinkan mereka bisa

mengaktualisasikan segala potensi terbaik sehing dapat terbentuk (Basri, dan

Munandar 2010). Sehingga disadari bahwa manusia merupakan modal utama

terbentuknya daya saing nasional dalam menghadapi persaingan internasional.

Oleh karena itu, Sejak tahun 1990 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

menjadi indikator pengukuran keberhasilan yang lebih kompleks, karena dengan

sumber daya manusia yang baik, akses terhadap faktor produksi semakin baik

yang pada gilirannya akan semakin mensejahterakan masyarakat. IPM

mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan

domestik bruto (PDB). IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian

keseluruhan suatu negara, yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu: umur

panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak.

IPM merupakan indikator utama pencapaian keberhasilan pembangunan tiap

Kab/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. dapat dibuktikan bahwa pembangunan

manusia ini mengalami kenaikan tiap tahunnya khususnya di Kota Yogyakarta

Page 78: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

59

yang memiliki nilai IPM tertinggi tiap tahunnya, hal ini dapat di buktikan karena

kota Yogyakarta juga sebagai kota wisata di Indonesia yang menandakan bahwa

aktivitas pembangunan berjalan dengan baik seperti dilihat tabel dibawah sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut

Kabupaten/kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2016

No Kabupaten/Kota Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kab. Bantul 75,04 75,33 75,95 77,11 77,99 78,42

2 Kab. Sleman 75,05 75,51 76,01 80,73 81,20 82,15

3 Kab. Gunung Kidul 70,84 71,11 71,64 67,03 67,41 67,82

4 Kab. Kulon Progo 78,79 79,39 79,97 70,68 71,52 72,38

5 Kota Yogyakarta 79,89 80,24 80,51 83,78 84,56 85,32

6 Provinsi D.I.Yogyakarta 76,32 76,75 77,37 76,81 77,59 78,38

Sumber: Badan Pusat Statistik, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016

IPM merupakan indikator yang dapat mengukur tingkat keberhasilan

dalam pembangunan jangka panjang. Pencapaian dari IPM di provinsi D.I

Yogyakarta menggambarkan pertumbuhan yang positif dan meningkat dari tahun

ke tahun. Rata-rata pertumbuhan IPM Provinsi D.I Yogyakarta setiap tahun nya

sebesar 13 poin. Kenaikan yang di alami ini membuktikan bahwa pembangunan

SDM yang di capai oleh Provinsi D.I Yogyakarta ini cukup stabil.

5. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi D.I Yogyakarta

Pengeluaran Pemerintah merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap barang dan jasa. Pengeluaran atau belanja pemerintah

mencerminkan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya melalui peningkatan pelayanan publik. Adapun total belanja

daerah Provinsi D.I Yogyakarta dari tahun tahun 2011 sampai dengan tahun 2016

sebagai berikut:

Page 79: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

60

Tabel 4.3

Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi D.I Yogyakarta

2011-2016 (Dalam Rupiah)

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan, Prov DIY.

Berdasarkan tabel 4.5, total pengeluaran pemerintah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta selama 6 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2016. Pengeluaran Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta terus meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun 2011 sebesar

1.562.268.734.645 dan terus meningkat sampai dengan tahun 2016 dengan total

sebesar 3.847.962.965.847. Kenaikan yang cukup tinggi terjadi karena adanya

pelaksanaan pembangunan yang cukup meningkat. Adapun belanja menurut

fungsi yang dianggarkan untuk merealisasikan pembangunan salah satunya

dibidang pendidikan dan kesehatan sebagai berikut:

a. Belanja Daerah Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan

Belanja daerah menurut fungsi pendidikan merupakan bagian dari belanja

daerah yang diklasifikasikan menurut fungsinya dengan tujuan untuk

meningkatkan output dari bidang pendidikan. Belanja daerah bidang pendidikan

ini harus sesuasi dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 49 minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Bahwa anggaran yang dikeluarakan untuk sektor

pendidikan terealisasi dengan baik hal ini terlihat karena lebih 20% dari total

belanja daerah pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan. Meningkatnya

anggaran pendidikan serta pengelolaan yang efektif dan tepat sasaran maka

realisasi belanja fungsi pendidikan tentunya akan meningkat, bahkan berdampak

Tahun Total Belanja Daerah

2011 1.562.268.734.645

2012 2.053.825.959.467

2013 2.509.643.375.218

2014 2.981.068.320.421

2015 3.496.425.502.266

2016 3.847.962.965.847

Page 80: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

61

pada semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat, Belanja pendidikan ini

diukur dengan menggunakan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) menurut fungsi pendidikan dalam satuan rupiah yang dilakukan

logaritma natural. APBD sendiri di dapat dari anggaran pemerintah yang telah

tertuang kedalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Sedangkan, belanja daerah atau pengeluaran pemerintah daerah menurut

fungsi pada bidang kesehatan merupakan bagian dari belanja daerah yang

diklasifikasikan menurut fungsinya dengan tujuan untuk meningkatkan output dari

bidang kesehatan yang mana anggaran yang dikeluarkan harus sesuai dengan,

besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota

dialokasikan minimal 10% dari APBD di luar gaji, pengeluaran kesehatan pada

tahun 2010-2016 kurang dari 10%. Adapun total Realisasi Pengeluaran

Pemerintah Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di

Provinsi D.I Yogyakarta dari tahun tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 sebagai

berikut:

Grafik 4.2

Total Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Pendidikan di

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016

(Dalam Rupiah)

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Provinsi DIY

61

6.6

22

.75

7.3

26

67

1.2

42

.29

8.4

99

64

6.6

16

.13

2.5

70

73

1.2

99

.93

1.0

00

87

5.8

15

.98

1.9

03

79

6.3

58

.85

0.1

09

54

0.4

84

.02

4.8

91

60

3.7

57

.48

1.2

96

68

1.4

62

.15

8.6

32

72

2.0

96

.91

8.5

90

82

0.7

66

.41

9.5

83

30

3.4

53

.48

8.6

20

40

2.0

45

.21

3.6

42

44

8.0

20

.21

2.7

29

46

1.4

32

.69

6.7

39

49

8.9

01

.00

4.7

30

56

9.6

20

.91

6.1

20

51

7.6

62

.24

2.1

12

64

6.9

71

.53

3.9

84

72

1.6

80

.12

8.4

82

77

9.9

72

.42

1.3

13

85

6.8

81

.01

7.6

80

89

0.8

94

.08

4.3

50

78

2.6

47

.96

3.6

73

40

9.9

84

.29

9.8

45

44

2.0

22

.10

7.7

52

40

4.5

37

.45

4.5

78

44

9.6

35

.71

8.9

65

50

1.2

58

.87

6.7

05

58

9.9

06

.35

9.3

64

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

Bantul GunungKidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta

Page 81: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

62

Grafik 4.3

Total Realisasi Belanja Pemerintah Menurut Fungsi Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2016

(Dalam Rupiah)

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Prov. DIY

Grafik 4.2 menunjukan bahwa realisasi belanja pemerintah provinsi D.I

Yogyakarta per Kabupaten/Kota di bidang pendidikan tiap tahun meningkat. Hal

ini, di karenakan tiap tahun semakin berkembangnya tingkat dan fasilitas

pendidikan di Indonesia khususnya di Provinsi D.I Yogyakarta ini yang cukup

stabil. Kemudian, pada grafik 4.3 , pada realisasi anggaran belanja pemerintah

bidang kesehatan menunjukkan kenaikan dan juga penurunan di tahun 2016.

6. Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta

Penyerahan kewenangan pemerintahan secara luas, nyata dan bertanggung

jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah kemudian disertai dengan

penyerahan sumber-sumber pembiayaan dan keuangan. Implikasinya daerah

diharapkan lebih mandiri dalam melaksanakan pemerintahan baik dari sisi

perencanaan, pembangunan, serta pembiayaannya. Undang-Undang No 25 Tahun

14

4.8

05

.24

3.5

86

17

8.8

80

.94

9.2

09

18

8.8

09

.96

1.6

21

25

9.2

34

.34

8.9

01

34

2.8

00

.50

3.3

31

38

4.1

43

.58

0.2

44

86

.19

8.9

45

.74

1

10

5.0

10

.13

3.3

51

12

2.8

40

.61

7.7

27

13

3.2

75

.52

1.9

23

18

1.5

69

.63

5.6

86

22

9.9

34

.39

1.3

38

90

.30

1.3

48

.35

2

10

9.1

31

.47

0.6

11

11

7.9

11

.38

1.2

62

13

2.9

99

.58

6.8

66

21

6.7

17

.58

3.6

10

23

6.3

87

.10

4.7

16

11

9.7

82

.98

6.1

82

16

3.8

68

.77

0.8

31

19

2.5

68

.34

8.0

79

29

1.2

17

.01

7.0

33

30

0.1

29

.78

1.2

31

37

4.3

97

.55

8.8

61

11

2.2

89

.14

1.9

50

94

.99

3.9

17

.92

8

16

9.1

84

.70

3.9

42

16

0.1

30

.10

4.9

05

28

7.2

47

.10

4.0

96

27

8.6

64

.42

8.8

48

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

Bantul GunungKidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta

Page 82: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

63

1999 menempatkan pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat penting

dalam menentukan kebijakan anggarannya.

Pemerintah daerah dalam menyusun anggarannya harus berorientasi pada

prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Anggaran yang berimbang berarti

seluruh pengeluaran daerah harus dibiayai dari penerimaan daerah itu sendiri.

Dengan demikian, daerah harus mandiri dalam pengelolaan keuangannya. Pada

tabel 4.9 tiap kab/kota Prov. D.I Yogyakarta memiliki penerimaan PAD paling

sedikit di Kab. Kulon Progo hal ini di karenakan kurangnya SDA maupun SDM

yang memumpuni sehingga Kulon Progo masih bergantung kepada dana

pemerintah. Hal ini dapat di buktikan dengan menghitung rasio kemandirian tiap

wilayah/daerah jika daerah tersebut sudah dikatakan mandiri ataupun sebaliknya.

Grafik 4.4

Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Provinsi

D.I Yogyakarta 2011-2016

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan, Prov. DIY

Sumber pendapatan daerah merupakan suatu hal yang dapat menunjukan

daerah tersebut dapat mempunyai tingkat kemandirian yang tinggi. Pendapatan

asli daerah atau PAD merupakan penerimaan yang berasal dari daerah

12

8.8

96

.45

6.1

73

16

6.5

97

.77

8.0

29

22

4.1

97

.86

4.3

31

35

7.4

11

.06

2.7

23

39

0.6

24

.49

2.0

73

40

4.4

54

.70

3.7

46

54

.46

2.4

18

.77

2

67

.05

0.7

81

.89

3

83

.42

7.4

47

.82

2

15

9.3

04

.33

8.2

20

19

6.0

99

.24

4.2

04

20

6.2

78

.86

5.6

16

53

.75

2.2

93

.43

2

74

.02

8.6

63

.15

5

95

.99

1.5

12

.85

1

15

8.6

23

.92

7.3

38

17

0.8

22

.32

6.5

58

18

0.2

73

.36

3.5

95

22

6.7

23

.27

1.0

88

30

1.0

69

.53

9.2

84

44

9.2

70

.30

4.8

65

57

3.3

37

.59

9.5

60

64

3.1

30

.07

9.8

28

71

7.1

51

.17

6.0

29

22

8.8

70

.55

9.6

46

33

8.2

83

.72

8.2

85

38

3.0

52

.14

0.4

20

47

0.6

41

.52

8.4

44

51

0.5

48

.52

2.8

10

54

0.5

04

.30

5.1

82

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

Bantul G.Kidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta

Page 83: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

64

kabupaten/kota di provinsi DI. Yogyakarta tanpa ada campur tangan pemerintah.

Biasanya sumber pendapatan tertinggi hampir 90% berasal dari pajak daerah dan

sisanya di peroleh dari komponen yang lain seperti retribusi daerah, badan usaha

milik daerah, serta lain lain pendapatan yang sah.

Penerimaan PAD sendiri tiap kabupaten/kota tertinggi diperoleh

Kabupaten Sleman dan di susul oleh Kota Yogyakata sebagai ibukota dari

Provinsi DI. Yogyakarta dan yang terendah ialah kabupaten Gunungkidul dan

Kulonprogo kedua kabupaten ini mayoritas masyarakatnya masih menjadi petani

sehingga sumber penerimaan masih minim dan masih begitu ketergantungan

dengan pusat/provinsi.

Tabel 4.4

Realisasi Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (Dalam Milyar Rupiah)

Jenis

Pendapatan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PAD 867.112 1.004.063 1.216.102 1.464.604 1.593.110 1.673.749

Pajak

Daerah

735.226 871.630 1.063.314 1.291.664 1.397.772 1.440.571

Retribusi

Daerah

35.985 34.115 38.043 44.595 45.811 36.603

Bagi Hasil

Usaha 28.961 35.492 40.817 48.247 52.502 57.333

Lain PAD

yang Sah 66.939 62.824 73.928 80.097 97.023 139.240

Dana

Perimbangan

722.339 894.544 957.561 1.013.811 1.021.886 1.697.108

DBH 82.037 118.434 94.731 76.756 62.257 113.065

DAU 620.812 757.056 828.334 899.923 920.544 940.835

DAK 19.489 19.052 34.495 37.131 39.084

643.207

Lain-lain

Pendapatan Sah

15.458

273.126

409.392

661.455

785.017

528.335

Total

Pendapatan

1.604.910 2.171.734 2.583.056 3.139.871 3.400.014 3.899.192

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan, Prov. DIY

Page 84: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

65

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui bahwa realisasi pendapatan asli

daerah (PAD) Provinsi D.I.Yogyakarta meningkat dari tahun 2011 hingga tahun

2016. Penerimaan tersebut didominasi oleh pendapatan asli daerah. Hal ini

menunjukkan total realisasi penerimaan daerah PAD lebih tinggi bila

dibandingkan dengan dana yang berasal dari pemerintah pusat yaitu DAU.

Tetapi, pada tahun 2016, kondisi perekonomian di Provinsi D.I.Yogyakarta

mengalami ketimpangan tertinggi di Indonesia hal ini menyebabkan banyaknya

penyaluran dana dari pemerintah pusat khususnya dana perimbangan pada saat itu

lebih besar sedikit dibandingkan dengan PAD. Alasannya, pada saat itu terdapat

aktivitas pembangunan, pembangunan ini melahirkan ketimpangan pengeluaran

yang terlampau tinggi hal ini mengakibatkan pemerintah pusat menyiapkan dana

lebih besar untuk membantu ketimpangan tersebut. Hal ini di sebabkan,

pembangunan hotel dan mall di provinsi dinilai hanya memfasilitasi kelompok

ekonomi menengah ke atas. Sementara kelompok ekonomi terbawah tidak

mengubah gaya hidupnya yang sederhana.

Pajak daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah terbesar bagi

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena menyumbang 90 persen

PAD selama tahun 2011 hingga 2016, pajak daerah sangat potensial sebagai

sumber pendapatan asli daerah. Selain pajak daerah sebagai pendapatan asli

daerah juga terdapat retribusi daerah, BUMD, dan pendapatan asli daerah lainnya

yang sah.

Kemudian, untuk mengetahui tingkat kemandirian suatu daerah tidak hanya

melihat PAD daerah itu sendiri melainkan dengan menghitung menggunakan

rasio kemandirian daerah. Menurut (Halim, 2002), Kemandirian daerah (otonomi

fiskal) menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah yang

Page 85: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

66

berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari

pinjaman. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 = 𝑃𝐴𝐷

𝐵𝑎𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑥 100%

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui bahwa rasio kemandirian

menggambarkan sejauh mana ketergantungan daerah terhadap sumber dana

ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap

bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah,

demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

tinggi partisipasi masyarakat. sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan

dengan kemampuan daerah dan tingkat kemandirian daerah dari sisi keuangan

dapat dilihat sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Tingkat Kemampuan Kemandirian Daerah

Kemampuan Keuangan Kemandirian daerah (%)

Rendah Sekali 0%-25%

Rendah 25%-50%

Sedang 50%-75%

Tinggi 75%-100%

Sumber: Halim, Abdul. (2012)

Kemudian, secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, harus dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah

dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Paul Hersey dan

Kenneth Blanchard memperkenalkan empat macam pola hubungan hubungan

situasional yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah (Halim,

2012) yaitu:

Page 86: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

67

a) Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada

kemandirian pemerintah daerah. (Daerah yang tidak mampu melaksanakan

otonomi daerah), pola ini berada pada taraf 0-25%

b) Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai

berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan

otonomi daerah, pola ini berada pada taraf 25-50%

c) Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang,

mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati

mampu melaksanakan urusan otonomi, pola ini berada pada taraf 50-75%

d) Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada

karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan

urusan otonomi daerah, pola ini berada pada taraf 75-100%

Grafik 4.5

Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta periode 2011-2016

Sumber: Data diolah (Excel), 2019

18

%

9%

23

%

35

% 38

%

23

%

7% 8% 9%

16

% 19

%

12

%

31

% 34

%

10

%

16

%

17

%

11

%

8%

7%

47

%

57

%

63

%

38

%

32

%

38

% 40

%

46

% 50

%

40

%

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

Bantul G. Kidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta

Page 87: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

68

Berdasarkan teori menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan PAD maka

daerah tersebut memiliki dana dari pemerintah yang rendah dan memiliki rasio

kemandirian yang cukup. Tetapi, kenyataannya dalam hal ini dapat diartikan

bahwa pemberian dana dari pusat/provinsi pada setiap kabupaten/kota di

D.I.Yogyakarta selama tahun 2011-2016 tidak mencerminkan aspek keadilan,

PAD yang besar tidak selalu menerima dana transfer yang lebih kecil atau daerah

dengan PAD kecil tidak selalu menerima dana transfer yang lebih besar.

Pada tahun 2011 hingga 2013 tingkat kemandirian tiap kabupaten/kota di

Provinsi DI.Yogyakarta masih tergolong rendah yaitu rata-rata masih dibawah

50%. Walaupun Kabupaten Sleman memiliki angka rasio paling tinggi sebesar

47% pada tahun 2013 tetapi angka tersebut masih tergolong sebagai rasio yang

rendah. Kenaikan yang di alami Kabupaten Sleman dari 2012 ke 2013

dikarenakan ia mampu mengelola sumber daya alam yang baik sehingga

perolehan PAD nya pun meningkat Kabupaten Sleman juga mampu menjalakan

daerah otonomnya dengan baik hal ini meningkatkan dua kali lipat menjadi

158.623 milyar rupiah hal ini yang menyebabkan rasio kemandirian Kabupaten

Sleman menjadi meningkat

Kemudian untuk Kota Yogyakarta walaupun masih tergolong rendah juga

tetapi ia mampu memiliki rasio yang stabil di bandingkan ke-empat Kabupaten

dan masih bisa dikatakan dengan daerah yang dapat menjalankan otonomi daerah

nya sedikit demi sedikit. Lalu, untuk rasio kemandirian terendah sepanjang tahun

dari 2013-2016 di dua kabupaten yaitu Kulon Progo dan Gunung kidul. Kedua

kabupaten ini masih sangat bergantung oleh pusat/provinsi dan belum mampu

menjalankan daerah otonomi.

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Spesifikasi Model Panel Data

Analisis data panel merupakan gabungan antara data time series dan cross

section. Dalam menganalisis data panel dapat menggunakan tiga model yakni,

common effect, fixed effect, dan random effect,. Variabel yang digunakan dalam

regresi penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel

Page 88: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

69

yang dipengaruhi. Variabel yang mempengaruhi ada tiga yaitu Belanja Pendidikan

(BP), Belanja Kesehatan (BK) dan Rasio Kemandirian Daerah. Untuk memilih

model terbaik apa yang harus digunakan maka dilakukan dua uji model terlebih

dahulu sebagai berikut:

a. Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Common Effect (PLS)

atau Fixed Effect. Jika hasil uji Chow menyatakan 𝐻0 diterima, maka teknik

regresi data panel menggunakan model common effect dan pengujian berhenti

sampai di sini. Apabila hasil uji Chow menyatakan 𝐻0 ditolak, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan uji Hausman untuk menentukan model fixed atau

random. Untuk mengetahui hasilnya maka dibuat terlebih dahulu hipotesisnya,

sebagai berikut:

𝐻0: Pooled Least Square Model

𝐻1: Fixed Effect Model

Berikut adalah hasil estimasi model PLS dan model FEM:

Tabel 4.6

Hasil Estimasi Common Effect Models

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.08312 0.079738 2021.382 0.0000

LOGBP? 0.038762 0.017714 2.188256 0.0378

LOGBK? 0.027997 0.009376 2.986197 0.0061

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.282208 0.066075 4.271014 0.0002

F-Statistic 11.09363 0.000072

R-Squared 0.561410

Adjusted R-squared 0.510804

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Page 89: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

70

Tabel 4.7

Hasil Estimasi Fixed Effect Models

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.88513 0.037282 2113.032 0.0000

LOGBP? 0.052008 0.015811 3.289331 0.0033

LOGBK? 0.006144 0.017418 0.352739 0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734 0.060257 3.281523 0.0034

F-Statistic 13.24244 0.00001

R-Squared 0.808190

Adjusted R-squared 0.747160

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Setelah melihat kedua estimasi, maka dilakukan uji chow untuk

menentukan model apa yang terbaik dalam penelitian ini. Di bawah ini merupakan

tampilan hasil uji Chow dengan menggunakan Redundant Fixed Effects -

Likelihood Ratio adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Uji Chow (Redundant Fixed Effects)

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 6.739058 (4,22) 0.0011

Cross-section Chi-square 23.996526 4 0.0001

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Jika dilihat dari hasil uji chow, nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,0011

yang artinya lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α = 5% (0,0011 < 0,05).

Maka dapat disimpulkan melalui uji chow bahwa H0 ditolak, jadi model panel

yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.

b. Uji Hausman

Setelah melakukan uji Chow dan didapatkan hasil bahwa model yang tepat

untuk penelitian ini adalah Fixed Effect Model, maka hal selanjutnya yang harus

dilakukan adalah uji Hausman untuk mengetahui mana di antara Fixed Effect

Page 90: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

71

Model dan Random Effect Model yang lebih tepat. Untuk mengetahui hasilnya

maka dibuat terlebih dahulu hipotesisnya,berikut:

𝐻0: Random Effect Model

𝐻1: Fixed Effect Model

Di bawah ini merupakan tampilan hasil uji Hausman dengan menggunakan tes

Correlated Random Effects - Hausman test adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Uji Hausman (Correlated Random Effects)

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 25.928808 3 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Jika dilihat dari hasil uji Hausman, nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,0000

yang artinya lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α = 5% (0,0000 < 0,05).

Maka dapat disimpulkan melalui uji Hausman bahwa 𝐻0 ditolak, maka model

panel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.

c. Fixed Effects Model

Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman maka dapat disimpulkan

model terbaik yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect

Model. Fungsi persamaan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

LOGIPM = 12.18513 + 0.052008 LOGBP + 0.006144 LOGBK + 0.197734 +

RASIO_KEMANDIRIAN + e ….

LOGIPM = Indeks Pembangunan Manusia (Y)

LOGBP = Belanja Pendidikan (X1)

LOGBK = Belanja Kesehatan (X2)

RASIO_KEMANDIRIAN = Rasio Kemandirian Daerah (X3)

Page 91: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

72

Tabel 4.10

Tabel Estimasi Hasil Regresi Data Panel (Fixed Effect Model)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.88513 0.037282 2113.032 0.0000

LOGBP? 0.052008 0.015811 3.289331 0.0033

LOGBK? 0.006144 0.017418 0.352739 0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734 0.060257 3.281523 0.0034

F-Statistic 13.24244 0.00001

R-Squared 0.808190

Adjusted R-squared 0.747160

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

1) Uji Signifikan Parsial (Uji t-statistik)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (Belanja

Daerah Bidang Pendidikan, Belanja Daerah Bidang Kesehatan, dan Rasio

Kemandirian Daerah berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya

Indeks Pembangunan Manusia. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji t

adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05). Adapun hipotesis dalam penilitian

ini adalah sebagai berikut:

4. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016.

𝐻1 : Ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016.

5. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016

𝐻1: Ada pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan secara parsial terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta

2011-2016

Page 92: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

73

6. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh Rasio Kemandirian Fiskal Daerah secara parsial

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi

DI.Yogyakarta 2011-2016

𝐻1 : Ada pengaruh Rasio Kemandirian Fiskal Daerah secara parsial terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta

2011-2016

Tabel 4.11

Uji t-statistik

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.88513 0.037282 2113.032 0.0000

LOGBP? 0.052008 0.015811 3.289331 0.0033

LOGBK? 0.006144 0.017418 0.352739 0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734 0.060257 3.281523 0.0034

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Signifikan pada α = 5% atau 0,05

Berdasarkan hipotesis di atas, maka pembuktian dari penelitian ini didapatkan

hasilnya sebagai berikut:

a) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Belanja Pendidikan adalah 0.0033

< 0,05 (α = 5%) yang artinya 𝐻1 diterima dan 𝐻0 ditolak.

b) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Belanja Kesehatan adalah 0.7276 >

0,5 (α = 5%) yang artinya 𝐻1 ditolak dan 𝐻0 diterima

c) Nilai probabilitas t-statistik pada variabel Rasio Kemandirian Fiskal Daerah

adalah 0,0034 < 0,1 (α = 5%) yang artinya 𝐻1 diterima dan 𝐻0 ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Belanja Pendidikan,

dan Rasio Kemandirian Fiskal Daerah, masing-masing memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia yang dibuktikan dengan uji t-

statistik dan dilihat dari nilai probabilitasnya. Sedangkan, untuk variabel

independen Belanja Kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia.

Page 93: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

74

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)

Tabel 4.12

Uji F-statistik

F-statistic 13.24244

Prob(F-statistic) 0.000001

Sumber: Hasil Pengolahan data (Eviews 8)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dalam

penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap

variabel dependennya. Uji F dilakukan dengan cara melihat nilai probabilitas dari

F-statistik apakah lebih kecil dari α = 5% atau 0,05. Jika nilai probabilitas F-

statistik > 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen dalam

penelitian ini secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel

dependennya.

Namun sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik < 0,05 maka dapat

diartikan bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-

sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya. Berdasarkan tabel 4.13

di atas, hasil regresi menggunakan Fixed Effect Model diperoleh nilai F-statistik

sebesar 13,24 dengan probabilitas sebesar 0,00001 pada tingkat signifikan α =

5%, k =3, n = 30, sehingga diperoleh F tabel dengan nilai df yaitu (2,92). Jika

dilihat bahwa nilai F-statistik > F-tabel (13,24 > 2,92), kemudian nilai probabilitas

F-statistik < tingkat signifikansi α = 5% (0,00001 < 0,005), maka H0 ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan pada tingkat α = 5% terhadap variabel dependen.

3) Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

Tabel 4.13

Uji Koefisien Determinansi

R-squared 0.808190

Adjusted R-squared 0.747160

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Koefisien determinansi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan model dalam penelitian ini menjelasan variasi variabel dependennya.

Berdasarkan hasil yang ditampilkan tabel 4.13 didapatkan nilai koefisien

Page 94: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

75

determinansi sebesar 0.8081. Hal ini berarti 80,81% dari variasi IPM di

Kabupaten/Kota Provinsi DI.Yogyakarta tahun 2011-2016 mampu dijelaskan oleh

variabel belanja daerah bidang pendidikan dan rasio kemandirian fiskal daerah,

sedangkan sisanya 19,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini

Tabel 4.14

Tabel Interpretasi Fixed Effect Model

Variable Coefficient Ind. Effect Prob.

C 12.88513 0.0000

LOGBP? 0.052008

0.0033

LOGBK? 0.006144

0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734

0.0034

Fixed Effect (Cross)

_KAB.KULONPROGO--C -0.009228 -12.875902

_KAB.BANTUL—C 0.023444 12.908574

_KAB.GUNUNGKIDUL--C -0.076113 -12.809017

_KAB.SLEMAN—C 0.015794 12.900924

_KOTAYOGYAKARTA--C 0.046103 12.931233

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

a) Bila terjadi perubahan pada Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang

Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah sebesar 1% dan kabupaten Kulon

Progo mendapatkan pengaruh individu sebesar 0.009228 dengan penambahan

nilai koefisien sebesar 12.88513 maka, pengaruh individu terhadap Indeks

Pembangunan Manusia sebesar 12.875902 satuan atau 12.87%

b) Bila terjadi perubahan pada Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang

Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah sebesar 1% dan kabupaten Bantul

mendapatkan pengaruh individu sebesar 0.023444 dengan penambahan nilai

koefisien sebesar 12.88513 maka, pengaruh individu terhadap Indeks

Pembangunan Manusia sebesar 12.908574 satuan atau 12.90 %

c) Bila terjadi perubahan pada Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang

Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah sebesar 1% dan kabupaten

Page 95: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

76

Gunungkidul mendapatkan pengaruh individu sebesar 0.076113 dengan

penambahan nilai koefisien sebesar 12.88513 maka, pengaruh individu

terhadap Indeks Pembangunan Manusia sebesar 12.809017 satuan atau

12.80%

d) Bila terjadi perubahan pada Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang

Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah sebesar 1% dan kabupaten Sleman

mendapatkan pengaruh individu sebesar 0.015794 dengan penambahan nilai

koefisien sebesar 12.88513 maka, pengaruh individu terhadap Indeks

Pembangunan Manusia sebesar 12.900924 satuan atau 12.90 %

e) Bila terjadi perubahan pada Belanja Daerah Bidang Pendidikan, Bidang

Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah sebesar 1% dan kota Yogyakarta

mendapatkan pengaruh individu sebesar 0.046103 dengan penambahan nilai

koefisien sebesar 12.88513 maka, pengaruh individu terhadap Indeks

Pembangunan Manusia sebesar 12.931233 satuan atau 12.93%

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data

pada penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, karena model regresi yang baik

adalah yang memiliki data yang berdistribusi normal. Terdapat dua cara untuk

melakukan uji normalitas yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik, namun

dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis grafik dengan membandingkan

nilai probabilitas Jarque-Bera.

Page 96: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

77

Grafik 4.6

Hasil Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10

Series: Standardized Residuals

Sample 2011 2016

Observations 30

Mean 1.03e-15

Median -0.003435

Maximum 0.075299

Minimum -0.103081

Std. Dev. 0.044690

Skewness -0.411422

Kurtosis 2.990685

Jarque-Bera 0.846449

Probability 0.654932

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat hasil uji normalitas menunjukan

bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera yaitu sebesar 0.655. Nilai tersebut lebih

tinggi dari α = 5% atau 0,05 (0,655 > 0,05) yang berarti data dalam penelitian ini

berdistribusi normal, maka model regresi dapat digunakan untuk pengujian

berikutnya.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan uji korelasi pada tempat yang berdekatan

datanya yaitu cross section. Uji autokorelasi menjelaskan korelasi yang terjadi

antara time series, apakah terdapat hubungan yang membentuk suatu pola tertentu

antara data penelitian tahun ini dengan tahun sebelumnya. Pada regresi yang telah

dilakukan menggunakan model regresi Fixed Effect Model. Didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.15

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson stat 1.830000

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Pada tabel Durbin-Watson Stat bernilai 1.830000 nilai tersebut berada diantara

1.6498-2.3502 yang merupakan syarat sebuah regresi dikatakan terbebas dari

autokorelasi. Maka hipotesis yang diambil adalah 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak. Hal

ini berarti bahwa model regresi dalam penelitian tidak terdapat autokorelasi.

Page 97: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

78

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat apakah

terjadi korelasi antara variabel independen satu sama lainnya dalam penelitian ini.

Jika nilai tolerance > 0,8, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas

antar variabel independen dalam penelitian ini.

Tabel 4.16

Hasil Uji Multikolinearitas

Correlation Matrix Of Coefficient

BP? BK? RASIO_KEMANDIRIAN?

BP? 1.000000 0.443109 0.026056

BK? 0.443109 1.000000 0.612775

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.026056 0.612775 1.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai

koefisien masing-masing variabel independen yaitu belanja daerah Bidang

Pendidikan (BP), Bidang Kesehatan (BK) dan Kemandirian Fiskal Daerah

(RASIO_KEMANDIRIAN) dalam penelitian ini berada di bawah 0,8 yang artinya

dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini bebas

multikolinearitas.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk menilai

apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi linear. Uji heteroskedastisitas merupakan salah satu syarat

digunakan dalam regresi yaitu bagian dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan

pada model regresi linear. Untuk membuktikan dalam penelitian ini bebas dari

heteroskedastisitas atau terdapat heteroskedastisitas, maka dapat dilakukan uji

Glejser dan membandingkan nilai probaibilitasnya apakah lebih besar dari α = 5%

Page 98: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

79

Tabel 4.17

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Variable Coefficient Prob. BK? 0.044686 0.0620

BP? -0.009778 0.6044

RASIO_KEMANDIRIAN? -0.030661 0.4122

C -0.439589 0.0709

Sumber: Hasil Pengolahan Data (Eviews 8)

Setelah melakukan uji glejser didapatkan hasil seperti tabel di atas yang

dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel independen dalam penelitian ini

memiliki nilai probabilitas di atas α = 5% atau secara signifikan tidak

mempengaruhi residual absolute (resabs). Maka data dalam penelitian ini tidak

terindikasi adanya heteroskedastisitas.

3. Analisis Ekonomi

a. Pengaruh Belanja Daerah Bidang Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan

Manusia

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Belanja Pendidikan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di kabupaten/kota

Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2011-2016. Hal ini dapat dilihat dari nilai

probabilitas sebesar 0.0033. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari tingkat

signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05)

Dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera pemerintah

menjalankan berbagai macam program ekonomi, aktivitas pemerintah dalam

melakukan pembangunan membutuhkan dana yang cukup besar, pengeluaran

pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan untuk menyediakan

barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilihan atas

keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) merupakan wujud pengolahan keuangan daerah yang berdasarkan

UU No.17 Tahun 2003 merupakan tahunan daerah yang disetujui oleh DPRD.

APBD juga merupakan alat kontrol pengawasan terhadap baik pengeluaran

maupun penerimaan di masa yang akan datang. (Direktorat Jendral Perimbangan

Page 99: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

80

Keuangan, 2019). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Febry Aquariansyah (2015) yang mana variabel belanja pendidikan berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang di kemukakan oleh Todaro &

Smith (2003), bahwa peran pemerintah dalam investasi penganggaran di bidang

pendidikan mutlak dibutuhkan untuk sebuah pembangunan ekonomi dan dapat

mempengaruhi produktivitas manusia atau meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya. Maka, pemerintah harus dapat membangun suatu sarana dan sistem

pendidikan yang baik. Pengeluaran pemerintah pada sektor pembangunan dapat

dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan

pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia secara merata.

Anggaran pendidikan dalam penelitian ini terealisasi dengan baik dengan

berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 49 minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD).

b. Pengaruh Belanja Daerah Bidang Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan

Manusia

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Belanja Kesehatan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

kabupaten/kota provinsi D.I Yogyakarta tahun 2011-2016. Hal ini dapat dilihat

dari nilai probabilitas sebesar 0.7276. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari

tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05). Hasil ini

menggambarkan ternyata belanja daerah di bidang kesehatan masih belum mampu

membantu meningkatkan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia yang ada di

kabupaten/kota Provinsi D.I Yogyakarta selama tahun 2011-2016.

Dalam realitanya Indeks Pembangunan Manusia di kabupaten/kota Provinsi

D.I Yogyakarta, tidak dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan.

Hal tersebut terjadi, karena anggaran pengeluaran pemerintah untuk sektor

kesehatan masih jauh dibawah setiap tahunnya daripada alokasi pengeluaran

ataupun belanja pemerintah lainnya seperti belanja pemerintah bidang pendidikan.

Page 100: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

81

Pemerintah belum cukup menyadari dengan baik sehingga tidak cukup kuat untuk

mendongkrak pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota

Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2011-2016. Kemudian, faktor yang terjadi

karena selama tahun pengamatan realisasi yang dikeluarkan pemerintah daerah

pada dinas kesehatan hanya mengikuti tahun penghabisan anggaran berjalan.

Sehingga, masalah yang mencakup masih banyak yang perlu digali. Walaupun

dari sisi angka harapan hidup Provinsi D.I Yogyakarta tertinggi dipulau Jawa

tidak menutup kemungkinan bahwa realisasi anggaran untuk pembangunan SDM

dibidang kesehatan masih perlu pengawasan dan ketelitian untuk pemerintah

daerah.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh

Septiana M. M. Sanggelorang dkk (2015), menyatakan bahwa Pengeluaran

Pemerintah Sektor Kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia karena besaran realisasi anggaran pemerintah bidang

kesehatan masih tergolong rendah dibandingkan dengan realisasi anggaran

pemerintah bidang lainnya. Hal ini juga menyebabkan tidak tersalurnya anggaran

terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah sehingga,

minimnya fasilitas juga menyebabkan tidak berpengaruhnya realiasasi anggaran

bidang kesehatan terhadap pembangunan SDM.

Berbeda dengan penelitian dari Brijesch C. Purohit (2012), dengan memakai

negara India sebagai penelitiannya. Ia mengatakan bahwa, pengeluaran

pemerintah untuk kesehatan dapat meningkatkan kualitas kesehatan baik itu

melalui obat-obatan, perawatan medis, dan peralatan lain yang menunjang

kesehatan, semakin fasilitas dan kualitas bertambah semakin banyak pengaruh nya

terhadap pembangunan suatu negara dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah dibidang kesehatan untuk

pembangunan SDM di India dapat terealisasi dengan baik. sehingga, pemerintah

harus terus mempertahankan tahap realisasi tersebut sehingga tahun berikutnya

fasilitas yang menunjang kesehatan terus berjalan dengan baik.

Page 101: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

82

c. Pengaruh Kemandirian Fiskal Daerah Terhadap Indeks Pembangunan

Manusia

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Rasio Kemandirian Fiskal daerah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

kabupaten/kota provinsi D.I Yogyakarta tahun 2011-2016. Hal ini dapat dilihat

dari nilai probabilitas sebesar 0.0034. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari

tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05) sehingga

hal ini menunjukkan hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima karena secara

statistik terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di kemukakan oleh Amalia

dan Purbadharmaja (2014) bahwa Rasio Kemandirian memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berbeda dengan

penelitian oleh Arthaingan H. Mutiha (2018) bahwa Rasio Kemandirian tidak

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) yang mana ia berpendapat dalam penelitiannya di kabupaten/kota di Jawa

Barat bahwa saat itu banyak daerah terbelakang yang masih minim pendapatan

daerah.

Penelitian ini sesuai dengan teori pertumbuhan baru yang dipelopori oleh

Paul M. Romer. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan

pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia.

Kemudian, hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang di kemukakan dalam

bukunya oleh Abdul Halim (2012) dinyatakan bahwa tujuan pelaksanaan otonomi

salah satunya memberikan peluang bagi kemandirian daerah untuk mengelola

keuangannya sendiri melalui pelimpahan kewenangan dalam bentuk desentralisasi

fiskal. Semakin tinggi kontribusi pendapatan daerah dan semakin tinggi

kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan

kinerja keuangan yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan yang positif dapat

diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan

pembangunan daerah baik itu pembangunan fisik maupun pembangunan kualitas

manusia dan dapat mendukung pelaksanaan otonomi pada daerah tersebut

Page 102: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara belanja daerah

di Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan dan Kemandirian Fiskal Daerah

terhadap Indeks Pembangunan Manusia (studi kasus Kabupaten/Kota Provinsi

D.I Yogyakarta tahun 2011-2016). Berdasarkan hasil analisis yang telah

dibahas, untuk pengujian menggunakan model regresi data panel yaitu Fixed

Effect Model (FEM) sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji analisis data panel dengan menggunakan model Fixed

Effect, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 80,81% variasi

variabel dependen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat dijelaskan

oleh variabel-variabel independen yakni Belanja Daerah Bidang

Pendidikan, Bidang Kesehatan, dan Kemandirian Fiskal Daerah.

Sedangkan sisanya 19,9% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar

model penelitian.

2. Berdasarkan hasil pada variabel Belanja Daerah Bidang Pendidikan dapat

disimpulkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2011-2016. Hal ini

membuktikan bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk sektor pendidikan

terealisasi dengan baik dari total belanja daerah pengeluaran pemerintah

di sektor pendidikan dan selama periode pengamatan mampu

meningkatkan kualitas dan kemampuan SDM dan masyarakat.

3. Berdasarkan hasil pada variabel Belanja Daerah Bidang Kesehatan dapat

disimpulkan bahwa Belanja Daerah Bidang Kesehatan tidak berpengaruh

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2011-2016. Hal ini

dikarenakan, anggaran pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan

Page 103: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

84

masih jauh dibawah setiap tahunnya, selama periode berjalan anggaran

yang di realisasikan hanya mengikuti tahun berjalan dan tidak dapat

terserap dengan baik, banyaknya faktor yang harus ditekankan oleh

pemerintah daerah terutama bagaimana cara mengatur keuangan di bidang

kesehatan agar tidak tersendat agar realisasi yang dikeluarkan sebanding

dan sesuai dengan pengeluaran pemerintah lainnya.

4. Berdasarkan hasil pada variabel Kemandirian Fiskal Daerah memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2011-2016.

Dikarenakan, tingkat Kemandirian Fiskal Daerah di beberapa

Kabupaten/kota Provinsi D.I Yogyakarta sudah dapat dikatakan bisa

menjalankan otonomi daerahnya. Dalam hal ini, kinerja keuangan yang

positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam

membiayai kebutuhan pembangunan daerah baik itu pembangunan fisik

maupun pembangunan berdasarkan taraf kualitas manusia dan dapat

mendukung pelaksanaan otonomi pada daerahnya.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah:

a. Bagi Dinas Pendidikan, penyusunan anggaran berbasis kinerja dan tingkat

efektivitas belanja yang dilakukan di dalam Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta sudah dilakukan dengan baik

oleh karena itu perlu di pertahankan dan bila perlu ditingkatkan lagi agar

dapat mencapai tingkat efesiensi dan efektivitas dalam pencapaian

kinerjar, sasaran, program dan kegiatan guna memperoleh hasil yang lebih

maksimal. Tujuan dan sasaran organisasi yang belum tercapai pada tahun

sebelumnya diharapkan dapat segara terwujud di tahun mendatang dengan

adanya jalinan kerja sama antara pimpinan dan bawahan.

b. Bagi Dinas Kesehatan, dalam melakukan perencanaan dan anggaran harus

peka terhadap masalah yang menyebabkan kurangnya manfaat yang di

Page 104: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

85

hasilkan sehingga anggaran yang disusun mendapat makna tidak strategis

bagi masyarakat. Kemudian, laporan penggunaan anggaran rutin yang

disusun dalam pencatatan transaksi ke dalam jurnal harus lebih teliti

untuk mengurangi risiko kesalahan dan diharapkan agar seluruh pegawai

pada Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta dapat

meningkatkan disiplin kerja dan disiplin waktu dalam melaksanakan

anggaran yang telah direncanakan agar anggaran dapat terealisasi dengan

baik

c. Bagi Bappeda, Bappeda Provinsi D.I Yogyakarta hendaknya

meningkatkan koordinasi dan sinergi perencanaan pembangunan daerah

dengan pemerintah daerah Kabupaten/Kota serta meningkatkan

koordinasi dengan sektor swasta sebagai mitra pemerintah. Hal ini

tujuannya adalah agar realisasi pengeluaran yang dituju untuk pemerintah

daerah di Kabupaten/Kota dapat terserap dengan baik, agar semakin

meningkatkan kinerja dalam pengelola anggaran belanja daerah secara

khusus dan APBD secara umum. Dengan kinerja yang baik maka

efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja juga akan semakin baik.

Terutama dalam meningkatkan kinerja anggaran agar optimalisasi yang

diinginkan segera terlaksana sesuai visi dan misi Bappeda Provinsi D.I

Yogyakarta. Dalam hal efisiensi belanja Bappeda agar lebih maksimal

dalam meningkatkan pertumbuhan optimal anggaran belanja yang wajar

dari tahun sekarang sampai seterusnya.

2. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, dengan adanya hasil penelitian

ini diharapkan bisa dijadikan sebuah bahan referensi untuk kegiatan

mengajar ataupun penelitian. Dikarenakan, penelitian ini masih memiliki

kekurangan seperti keterbatasan dalam memperoleh data dan periode

waktu yang digunakan hanya 6 tahun. Sehingga penelitian selanjutnya

diharapkan mampu meneliti dengan menambah variabel bebas lainnya

dan tahun penelitian sehingga mampu memberikan hasil penelitian yang

lebih baik lagi.

Page 105: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

86

DAFTAR PUSTAKA

Adi Widodo, dkk. (2011). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor

Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui

Peningkatan Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. Jurnal Dinamika

Ekonomi Pembangunan, 25-42.

Badan Keuangan, Pendidikan dan Pelatihan. (2019). Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003. Kementerian Keuangan.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Indeks Pembangunan Manusia Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Luas Wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. BPS.

Badan Pusat Statistik. (2016). Fasilitas Penyedia Kesehatan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. BPS

Badan Pusat Statistik. (2016). Fasilitas Penyedia Pendidikan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. BPS

Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Indeks Pembangunan Manusia. BPS.

Bappeda Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta (2017). Profil Daerah dan

Kependudukan. Provinsi DIY: Bappeda.

Basri, Faisal dan Munandar, Haris. (2010). Dasar-dasar Ekonomi Internasional:

Pengenalan & Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2011). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2012). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2013). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Page 106: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

87

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2014). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2015). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2016). Belanja Menurut Fungsi

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DJPK.

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2011). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2012). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2013). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2014). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2015). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (2016). Realisasi Anggaran

Pendapatan Belanja dan Daerah (APBD). DJPK

Direktorat Jendral Perimbangan dan Keuangan. (2019). UU Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi dengan UU

Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah

direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kementerian Keuangan.

Farhan, Yuna. (2011). Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.

Jurnal Pemilu dan Demokrasi, Volume 5, No. 2.

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM

SPSS. Yogyakarta: Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar N. (2012). Dasar-dasar Ekonometrika (Terjemahan) Buku ke-

2. Edisi ke 5. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2002). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2012). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.

Jakarta: Salemba Empat.

HAW, Widjaja. (2010). Otonomi Desa. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 107: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

88

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2016). Alokasi Anggaran

Pemerintah.

Mailoa, Felix. (2014). Ringkasan Diskusi Alokasi dan Sinergi Anggaran

Kesehatan. http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/.

Maya, Masita Septriani & Sri Herianingrum (2017). Analisis I-Hdi (Islamic

Human Development Index) Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Syariah

Teori dan Harapan.Vol: 11

Mirza, Denni Sulistio. (2012). Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan

Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Jurnal UNNES,

1-15.

Munawarroh. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sumberdaya

Manusia dan Perekonomian Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Jurnal

Kajian Ekonomi 03, 136-154.

Nasution, Dito Aditia Darma. (2019). AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK: (Mahir

dalam Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Daerah). Ponorogo:

Uwais Inspirasi Indonesia.

Rahardjo, M. Dawam. (2010). Intelektual, Intelegasi, dan Perilaku Politik dan

Bangsa. Bandung: Mizan

Ratminto, Darwin & M Triastuti. (2005). Analisis Kemandirian Keuangan Daerah

Kota Jogjakarta. Jurnal Sosio Sains, volume 18 No. 2, April 2005 : 293-

310.

Siregar, Sofyan. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar

Interpratama Mandiri.

Sufiansyah & Suraji. (2012). Dinamika Politik Anggaran. Yogyakarta: Matepena

Consultindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS.

Yogyakarta: Andi.

Todaro, M. P. & Smith, S. C (2012). Economic Development, Eighth Edition. PT.

Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Zakaria, Noer Fauzi & R.Yando (2013). Mensiasati Otonomi Daerah,.

Yogyakarta: INSIST Press.

Page 108: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 (Uji Regresi Data Panel)

4. Common Effect Model (CEM) / Pooled Least Square (PLS)

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: LOGIPM?

Method: Panel Least Squares

Date: 10/18/19 Time: 18:10

Sample: 2011 2016

Periods included: 6

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.08312 0.079738 2021.382 0.0000

LOGBP 0.038762 0.017714 2.188256 0.0378

LOGBK 0.027997 0.009376 2.986197 0.0061

RASIO_KEMANDIRIAN 0.282208 0.066075 4.271014 0.0002 R-squared 0.561410 Mean dependent var 4.334749

Adjusted R-squared 0.510804 S.D. dependent var 0.067129

S.E. of regression 0.046952 Akaike info criterion -3.155818

Sum squared resid 0.057317 Schwarz criterion -2.968992

Log likelihood 51.33727 Hannan-Quinn criter. -3.096051

F-statistic 11.09363 Durbin-Watson stat 1.073468

Prob(F-statistic) 0.000072

Page 109: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

90

5. Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: LOGIPM

Method: Panel Least Squares

Date: 10/18/19 Time: 16:52

Sample: 2011 2016

Periods included: 6

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.88513 0.037282 2113.032 0.0000

LOGBP? 0.052008 0.015811 3.289331 0.0033

LOGBK? 0.006144 0.017418 0.352739 0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734 0.060257 3.281523 0.0034 Fixed Effect (Cross)

_KAB.KULONPROGO--C -0.009228

_KAB.BANTUL--C 0.023444

_KAB.GUNUNGKIDUL--C -0.076113

_KAB.SLEMAN--C 0.015794

_KOTA.YOGYAKARTA--C 0.046103

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.808190 Mean dependent var 4.334749

Adjusted R-squared 0.747160 S.D. dependent var 0.067129

S.E. of regression 0.033755 Akaike info criterion -3.716213

Sum squared resid 0.025066 Schwarz criterion -3.342561

Log likelihood 63.74320 Hannan-Quinn criter. -3.596678

F-statistic 13.24244 Durbin-Watson stat 1.830000

Prob(F-statistic) 0.000001

Page 110: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

91

6. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 6.739058 (4,22) 0.0011

Cross-section Chi-square 23.996526 4 0.0001

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: LOGIPM?

Method: Panel Least Squares

Date: 10/18/19 Time: 18:10

Sample: 2011 2016

Periods included: 6

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.08312 0.079738 2021.382 0.0000

LOGBP 0.038762 0.017714 2.188256 0.0378

LOGBK 0.027997 0.009376 2.986197 0.0061

RASIO_KEMANDIRIAN 0.282208 0.066075 4.271014 0.0002 R-squared 0.561410 Mean dependent var 4.334749

Adjusted R-squared 0.510804 S.D. dependent var 0.067129

S.E. of regression 0.046952 Akaike info criterion -3.155818

Sum squared resid 0.057317 Schwarz criterion -2.968992

Log likelihood 51.33727 Hannan-Quinn criter. -3.096051

F-statistic 11.09363 Durbin-Watson stat 1.073468

Prob(F-statistic) 0.000072

Page 111: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

92

7. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 25.928808 3 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOGBP? 0.026720 0.079889 0.002199 0.2569

LOGBK? 0.017968 0.025906 0.000154 0.0004

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.032003 0.058298 0.000049 0.0002

Dependent Variable: LOGIPM

Method: Panel Least Squares

Date: 10/18/19 Time: 16:52

Sample: 2011 2016

Periods included: 6

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.88513 0.037282 2113.032 0.0000

LOGBP? 0.052008 0.015811 3.289331 0.0033

LOGBK? 0.006144 0.017418 0.352739 0.7276

RASIO_KEMANDIRIAN? 0.197734 0.060257 3.281523 0.0034 Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.808190 Mean dependent var 4.334749

Adjusted R-squared 0.747160 S.D. dependent var 0.067129

S.E. of regression 0.033755 Akaike info criterion -3.716213

Sum squared resid 0.025066 Schwarz criterion -3.342561

Log likelihood 63.74320 Hannan-Quinn criter. -3.596678

F-statistic 13.24244 Durbin-Watson stat 1.830000

Prob(F-statistic) 0.000001

Page 112: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

93

8. Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: LOGIPM?

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 10/18/19 Time: 18:07

Sample: 2011 2016

Periods included: 6

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 30

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.03386 0.046330 2073.420 0.0000

LOGBP 0.055814 0.028114 1.985254 0.0578

LOGBK 0.018466 0.024740 0.746402 0.4621

RASIO_KEMANDIRIAN 0.215000 0.062944 3.415767 0.0021

Random Effects

(Cross)

_KAB.KULONPROGO--C -0.004075

_KAB.BANTUL--C 0.025001

_KAB.GUNUNGKIDUL--C -0.062745

_KAB.SLEMAN--C 0.012528

_KOTAYOGYAKARTA--C 0.029291 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.038715 0.5681

Idiosyncratic random 0.033755 0.4319 Weighted Statistics R-squared 0.355187 Mean dependent var 1.453574

Adjusted R-squared 0.280786 S.D. dependent var 0.040285

S.E. of regression 0.034165 Sum squared resid 0.030348

F-statistic 4.773928 Durbin-Watson stat 1.607436

Prob(F-statistic) 0.008819 Unweighted Statistics R-squared 0.478429 Mean dependent var 4.334749

Sum squared resid 0.068161 Durbin-Watson stat 0.715691

Page 113: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

94

9. Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10

Series: Standardized Residuals

Sample 2011 2016

Observations 30

Mean 1.03e-15

Median -0.003435

Maximum 0.075299

Minimum -0.103081

Std. Dev. 0.044690

Skewness -0.411422

Kurtosis 2.990685

Jarque-Bera 0.846449

Probability 0.654932

10. Uji Multikoliniearitas

Correlation Matrix Of Coefficient BP BK RASIO_KEMANDIRIAN

BP 1.000000 0.443109 0.026056

BK 0.443109 1.000000 0.612775

RASIO_KEMANDIRIAN 0.026056 0.612775 1.000000

Page 114: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

95

11. Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser)

Heteroskedasticity Test: Glejser

Null hypothesis: Homoskedasticity F-statistic 2.731495 Prob. F(3,26) 0.0642

Obs*R-squared 7.189304 Prob. Chi-Square(3) 0.0661

Scaled explained SS 6.913590 Prob. Chi-Square(3) 0.0747

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID

Method: Least Squares

Date: 08/19/19 Time: 19:48

Sample: 1 30

Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.439589 0.233406 -1.883365 0.0709

BP? 0.044686 0.019717 2.166369 0.0620

BK? -0.009778 0.018645 -0.524418 0.6044

RASIO_KEMANDIRIAN? -0.030661 0.036790 -0.833408 0.4122 R-squared 0.239643 Mean dependent var 0.031281

Adjusted R-squared 0.151910 S.D. dependent var 0.026152

S.E. of regression 0.024083 Akaike info criterion -4.491017

Sum squared resid 0.015080 Schwarz criterion -4.304191

Log likelihood 71.36526 Hannan-Quinn criter. -4.431250

F-statistic 2.731495 Durbin-Watson stat 1.905601

Prob(F-statistic) 0.064203

Page 115: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

96

LAMPIRAN 2 (Data Penelitian)

Kab/Kota Tahun IPM (Indeks)

BP (Rupiah)

BK (Rupiah)

RASIO_KEMANDIRIAN (Persen)

Kab. Bantul 2011 75.04 616.623 144.805 18% Kab. Gunung Kidul

2011 71.84 540.484 86.198 7%

Kab Kulon Progo

2011 78.79 402.045 90.301 31%

Kab. Sleman 2011 75.05 646.972 119.782 8% Kota Yogyakarta

2011 79.89 409.984 112.289 32%

Kab. Bantul 2012 75.33 671.242 178.880 9% Kab. Gunung Kidul

2012 71.11 603.757 105.010 8%

Kab Kulon Progo

2012 79.39 448.020 109.131 34%

Kab. Sleman 2012 75.51 721.680 163.868 7% Kota Yogyakarta 2012 80.24 442.022 136.349 38% Kab. Bantul 2013 75.95 646.616 188.809 23% Kab. Gunung Kidul

2013 71.40 461.433 122.840 9%

Kab Kulon Progo

2013 79.97 461.433 117.911 10%

Kab. Sleman 2013 76.01 779.972 192.568 47% Kota Yogyakarta

2013 80.51 404.537 167.910 40%

Kab. Bantul 2014 77.11 752.870 259.234 35% Kab. Gunung Kidul

2014 67.03 722.097 133.276 16%

Kab Kulon Progo

2014 70.68 498.901 133.000 16%

Kab. Sleman 2014 80.73 856.881 291.217 57% Kota Yogyakarta

2014 83.78 449.636 192.156 46%

Kab. Bantul 2015 77.99 875.816 342.801 38% Kab. Gunung Kidul

2015 67.41 820.766 181.570 19%

Kab Kulon Progo

2015 71.52 569.621 216.718 17%

Kab. Sleman 2015 81.20 890.874 300.130 63% Kota Yogyakarta 2015 84.56 501.258 268.908 50% Kab. Bantul 2016 78.42 930.329 156.764 23% Kab. Gunung Kidul

2016 67.82 885.242 134.322 12%

Page 116: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

97

Kab Kulon Progo

2016 72.38 601.561 110.760 11%

Kab. Sleman 2016 82.15 910.438 130.891 38% Kota Yogyakarta

2016 85.32 562.121 175.146 40%

Page 117: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

98

LAMPIRAN 3 (Data Penelitian yang telah di LOG)

Kab/Kota Tahun LOGIPM LOGBP LOGBK RASIO_KEMANDIRIAN

Kab. Bantul 2011 4.318021 13.33201 11.88314 0.18

Kab. Gunung Kidul

2011 4.274441 13.20022 11.36440 0.07

Kab Kulon Progo

2011 4.366786 12.90432 11.41091 0.31

Kab. Sleman 2011 4.318155 13.38006 11.69343 0.08

Kota Yogyakarta

2011 4.380651 12.92387 11.62883 0.32

Kab. Bantul 2012 4.321878 13.41689 12.09447 0.09

Kab. Gunung Kidul

2012 4.264228 13.31093 11.56181 0.08

Kab Kulon Progo

2012 4.374372 13.01259 11.60031 0.34

Kab. Sleman 2012 4.324265 13.48934 12.00682 0.07 Kota Yogyakarta 2012 4.385022 12.99912 11.82297 0.38

Kab. Bantul 2013 4.330075 13.37951 12.14849 0.23

Kab. Gunung Kidul

2013 4.268298 13.43200 11.71863 0.09

Kab Kulon Progo

2013 4.381652 13.04209 11.67769 0.10

Kab. Sleman 2013 4.330865 13.56701 12.16821 0.47

Kota Yogyakarta

2013 4.388381 12.91050 12.03118 0.40

Kab. Bantul 2014 4.345233 13.53165 12.46549 0.35

Kab. Gunung Kidul

2014 4.205140 13.48991 11.80017 0.16

Kab Kulon Progo

2014 4.258163 13.12016 11.79810 0.16

Kab. Sleman 2014 4.391110 13.66105 12.58182 0.57

Kota Yogyakarta

2014 4.428194 13.01619 12.16606 0.46

Kab. Bantul 2015 4.356581 13.68291 12.74490 0.38

Kab. Gunung Kidul

2015 4.210793 13.61799 12.10939 0.19

Kab Kulon Progo

2015 4.269977 13.25273 12.28635 0.17

Kab. Sleman 2015 4.396915 13.69996 12.61197 0.63

Kota Yogyakarta

2015 4.437461 13.12488 12.50212 0.50

Kab. Bantul 2016 4.362079 13.74329 11.96249 0.23

Kab. Gunung Kidul

2016 4.216857 13.69362 11.80799 0.12

Kab Kulon Progo 2016 4.281930 13.30728 11.61513 0.11

Page 118: ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH BIDANG PENDIDIKAN, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48090... · 2019-11-05 · terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Nilai R-Squared

99

Kab. Sleman 2016 4.408547 13.72168 11.78212 0.38

Kota Yogyakarta

2016 4.446409 13.23947 12.07337 0.40