analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

104
ANALISIS PENGALAMAN-PENGALAMAN YANG TECERMIN DALAM PUISI ANGKATAN BALAI PUSTAKA – ANGKATAN 70 SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Oleh Henda Suhenda 0721016887 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG 2011

Upload: henda-tanudjaja

Post on 25-Dec-2014

9.555 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

SKRIPSI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

ANALISIS PENGALAMAN-PENGALAMAN YANG TECERMIN DALAM PUISI ANGKATAN BALAI PUSTAKA – ANGKATAN 70 SEBAGAI

UPAYA PEMILIHAN BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan

Oleh Henda Suhenda

0721016887

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG

2011

Page 2: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

LEMBAR PERSEMBAHALEMBAR PERSEMBAHALEMBAR PERSEMBAHALEMBAR PERSEMBAHANNNN

“ Jadilah seperti mutiara,

walau di dalam lumpur sekalipun

Ia tetap mutiara, berharga dan mahal harganya...........”

Dengan segala ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini untuk :

ibu dan bapak tercinta dan R I,

Kalian inspirator dan motivator terbesar dalam hidupku

Page 3: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur seraya penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena atas

limpahan rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan serta

penyusunan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi yang berjudul, Analisis

Pengalaman-pengalaman yang Tercermin dalam Puisi Angkatan Balai Pustaka –

Angkatan 70 Sebagai Upaya Pemilihan Bahan Pembelajaran Apresiasi Puisi di

SMA disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana

pendidikan di STKIP Sebelas April Sumedang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis harapkan untuk perbaikan

karya ilmiah pada masa yang akan datang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami berbagai hambatan dan

rintangan. Akan tetapi, karena adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan sesuai rencana. Oleh

karena itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Yus Rusyana, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu

memberi waktu yang leluasa untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Dadang Gunadi, Drs., M.Pd. selaku pembimbing II sekaligus sebagai

Ketua STKIP Sebelas April Sumedang yang telah membimbing penulis

dengan penuh ketulusan, ketekunan, dan ketelitian kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini;

Page 4: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

ii

3. Bapak Asep Saepurokhman, Drs, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang yang telah banyak memberikan

berbagai kemudahan dan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;

4. seluruh dosen dan karyawan STKIP Sebelas April Sumedang yang telah

membekali pengetahuan dan berbagai fasilitas serta pelayanan kepada penulis

selama menempuh pendidikan;

5. ibu dan bapak yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, doa

dan segala pengorbanan yang tidak terhingga kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan;

6. saudaraku Rudi dan Hendi yang telah banyak memberikan motivasi, kasih

sayang dan pengorbanan yang besar kepada penulis;

7. sahabat setiaku Rony (Ony), Andrew, Daniel, Yandri, Nisa, Tedi (Adriel),

Dewi, yang telah banyak memberikan inspirasi, dukungan, doa, perhatian, dan

bantuan moril dan spirituil;

8. rekan-rekan Dikbasasinda 2007 terutama Ibu Dade, Indria, Noer aprilianti,

Erni, Trio Euis, Ani, Enjang, Pa Anwar, Yanti, Rudi, Ayu, Rohimat, dan

teman-teman lainnya yang telah banyak membantu dan memberi saran;

9. Agnes Monica, Britney Spears, Michael Jackson yang telah menjadi inspirasi

penulis. Berkat mimpi-mimpi kalian penulis termotivasi untuk selalu berusaha

menjadi yang terbaik selama sekolah, kuliah hingga menyelesaikan skripsi

ini;

10. semua pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di

STKIP Sebelas April Sumedang.

Page 5: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

iii

Semua amal baik tersebut tidak dapat dinilai harganya, penulis hanya

mampu menyerahkan kepada Allah Swt. semoga dicatat sebagai amal baik dan

mendapat imbalan yang berlipat. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini

berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Sumedang, Juli 2011 Penulis

Page 6: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

iv

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI .................. ............................................................................ iv DAFTAR TABEL ...... ............................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5 1.3 Batasan Masalah................................................................ 6 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................. 6 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................ 7 1.6 Anggapan Dasar ................................................................ 7 1.7 Definisi Operasional.......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Puisi ..................................................................... 10 2.1.1 Pengertian Puisi ........................................................ 10 2.1.2 Jenis-jenis Puisi ........................................................ 11 2.1.3 Unsur-unsur Pembentuk Puisi .................................. 16 2.2 Pendekatan dan Angkatan Sastra ....................................... 21 2.2.1 Hakikat Pendekatan Sastra ....................................... 21 2.2.2 Angkatan Sastra ........................................................ 24 2.3 Hakikat Pendekatan Mimesis ............................................. 27 2.3.1 Pengertian Pendekatan Mimesis ............................... 27

2.3.2 Aspek Pengalaman dalam Pendekatan Mimesis ...... 30 2.4 Bahan Pembelajaran Sastra ................................................ 33

2.4.1 Pengertian Bahan Pembelajaran Sastra .................... 33 2.4.2 Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra ........ 34

2.4.3 Kedudukan Pembelajaran Apresiasi Sastra dalam KTSP SMA ............................................................. 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ............................................................... 37 3.2 Teknik Penelitian................................................................ 37 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 38 3.2.2 Teknik Analisis Data ................................................ 38 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 39 3.3.1 Populasi Penelitian ................................................... 39 3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................... 40 3.4 Instrumen Penelitian .......................................................... 41 3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data .................................. 41 3.4.2 Instrumen Analisis Data ........................................... 43

Page 7: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

v

BAB IV ANALISIS PENGALAMAN-PENGALAMAN YANG TERCERMIN DALAM PUISI ANGKATAN BALAI PUSTAKA – ANGKATAN 70 4.1 Data Penelitian .................................................................. 45 4.2 Analisis Data...................................................................... 47 4.2.1 Analisis Puisi Tanah Air ......................................... 47 4.2.2 Analisis Puisi Indonesia Tumpah Darahku ............ 49 4.2.3 Analisis Puisi Berdiri Aku ...................................... 51 4.2.4 Analisis Puisi Padamu Jua ..................................... 53 4.2.5 Analisis Puisi Kolam .............................................. 55 4.2.6 Analisis Puisi Menuju ke Laut ................................ 57 4.2.7 Analisis Puisi Dibawa Gelombang ......................... 58 4.2.8 Analisis Puisi Kerabat Kita .................................... 60 4.2.9 Analisis Puisi Derai-derai Cemara ........................ 63 4.2.10 Analisis Puisi Karawang – Bekasi ......................... 65 4.2.11 Analisis Puisi Do’a ................................................. 67 4.2.12 Analisis Puisi Sajak Anak Laut ............................... 69 4.2.13 Analisis Puisi Gadis Peminta-minta ....................... 71 4.2.14 Analisis Puisi Biar Mati Badanku Kini .................. 73 4.2.15 Analisis Puisi Kepada Saudaraku M.Natsir ........... 74 4.2.16 Analisis Puisi Makna Sebuah Titipan ..................... 75 4.2.17 Analisis Puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah ........ 77 4.2.18 Analisis Puisi Di Sebuah Halte Bis ........................ 79 4.2.19 Analisis Puisi Dewa Telah Mati ............................. 81 4.2.10 Analisis Puisi Jembatan.......................................... 82 4.3 Pembahasan Hasil Analisis ............................................... 84 4.4 Analisis Kesesuaian Pemilihan Bahan Pembelajaran ........ 87 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan............................................................................. 90 5.2 Saran ................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 95 RIWAYAT HIDUP ...... ............................................................................. 99

Page 8: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Sampel Penelitian ................................................................ 41

TABEL 4.1 Data Penelitian..................................................................... 46

Page 9: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

vii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Keputusan Ketua STKIP Sebelas April Sumedang

tentang Penulisan Skripsi ...................................................... 95

LAMPIRAN 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 ................... 97

LAMPIRAN 3 Berita Acara Bimbingan Skripsi Pembimbing 2 ................... 98

Page 10: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu dari tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah

siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa. Tujuan pembelajaran sastra berbeda dengan tujuan

bahasa. Pembelajaran sastra dimaksud untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengapresiasi berbagai ragam karya sastra. Selain itu, tujuan pembelajaran

sastra adalah agar siswa memperoleh pengalaman, dan pengetahuan tentang

sastra.

Sastra merupakan cerminan nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam

masyarakat. Karya sastra berisi pesan, ide, dan pengalaman kehidupan pengarang

yang kemudian dikemas dengan imajinasi dan khayalan yang dapat dinikmati oleh

pembaca atau penikmat sastra. Menurut Lukens (2003:9) “Sastra menawarkan dua

hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman”. Artinya, sastra hadir sebagai

hiburan yang bisa membuat pembaca atau penikmatnya senang dan gembira.

Selanjutnya, Ampera (2010:9) mengungkapkan bahwa, “Gambaran kehidupan

yang ada dalam sastra dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang

berbagai persoalan hidup”. Melalui sastra, siswa dapat memperoleh, mempelajari,

dan menanggapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Melalui sastra pula,

siswa akan mendapatkan pengalaman cara mengatasi berbagai persoalan yang

ada.

Page 11: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

2

Berdasar pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra

tidak hanya untuk memberikan pengalaman kepada siswa tentang sastra dan karya

sastra, tetapi juga agar siswa mendapat gambaran nilai-nilai dan pengalaman

kehidupan yang belum pernah dirasakannya. Selain itu, Rusyana (1984:306)

mengungkapkan bahwa, “Sastra dapat ikut menunjang perkembangan bahasa atau

hal-hal lain di luarnya apabila sastra itu kuat dan berkembang”. Artinya, sastra

juga berperan dalam kemajuan bahasa Indonesia dan juga dapat menjaga

kelestarian bahasa Indonesia. Dikatakan demikian, karena bahasa merupakan

medium terciptanya karya sastra. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pradopo

(2003:107) bahwa, “Karya sastra adalah sebuah karya yang bermedium bahasa”.

Dengan demikian, dapat terlihat bahwa dicantumkannya pembelajaran sastra

dalam kurikulum pendidikan di Indonesia merupakan hal yang sangat penting.

Dikatakan penting, karena tidak hanya menyangkut pendidikan nilai kehidupan

siswa tetapi juga bagi kelangsungan kehidupan berbahasa Indonesia. Oleh karena

itu, pembelajaran sastra harus bersifat apresiatif dan ditekankan pada kenyataan

bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi.

Salah satu genre sastra yang menjadi pembelajaran sastra adalah puisi.

Pradopo (2007:7) mengungkapkan bahwa, “Puisi itu merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling

berkesan”. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan, bahwa puisi merupakan

pengalaman-pengalaman pengarang yang kemudian dibentuk dengan imajinasi

sehingga menjadi sebuah karya sastra yang memiliki pesan dan kesan untuk

dinikmati oleh pembaca atau penikmatnya.

Page 12: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

3

Menyadari pentingnya pembelajaran sastra, termasuk puisi di dalamnya

maka guru perlu untuk menyajikan bahan pembelajaran yang menarik, tepat dan

apresiatif. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya mengerti tentang teori

sastra tetapi siswa juga harus mampu mengapresiasi karya sastra dengan baik. Hal

itulah yang sebenarnya menjadi tujuan utama dicantumkannya pembelajaran

sastra dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran

apresiasi puisi sebagai salah satu dari aspek pembelajaran sastra menuntut guru

agar dapat memilih, menentukan, dan memberikan materi ajar yang tepat agar

membuat siswa beroleh pengalaman dan juga mengetahui pengalaman apa yang

terkandung dalam puisi yang disajikan. Seperti yang disampaikan oleh Rusyana

(1984:322), “Dalam mengapresiasi sastra, seseorang mengalami dari hasil sastra

itu pengalaman yang telah disusun oleh pengarangnya”. Dengan demikian, terlihat

bahwa pengalaman yang terdapat dalam puisi bisa disajikan sebaga bahan ajar

yang tepat agar siswa dapat mengapresiasi karya sastra, khususnya puisi.

Pengalaman yang dimaksud dalam uraian di atas merupakan pengalaman

pengarang yang terkandung dalam sebuah puisi yang dikarangnya. Adapun yang

dimaksud dengan pengalaman adalah “Yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung, dsb)” (Depdiknas, 2004:456). Aspek pengalaman dalam karya sastra

dibahas dalam pendekatan mimesis. Menurut Abrams (1976:8) “Pendekatan

mimesis merupakan pendekatan estetis yang paling primitif”. Dasar pertimbangan

pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman, yaitu “Karya sastra itu sendiri

yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya melainkan hanya sebagai

peniruan kenyataan” (Abrams, 1958:8). Kenyataan yang dimaksud dipakai dalam

arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan

Page 13: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

4

yang diacu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda yang dapat dilihat dan

diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya. Melalui

pandangan ini, secara hierarkis karya sastra berada di bawah kenyataan.

Berbicara mengenai pendekatan sastra, maka ada kaitannya dengan kritik

sastra. Rusyana mengungkapkan bahwa, “Sebagai guru sastra yang baik, kita

harus berinisiatif memilih bahan sendiri”. Lebih lanjut lagi beliau mengatakan

bahwa, “Hal itu hanya mungkin kita lakukan apabila kita mengikuti

perkembangan kesusastraan, dan kita mempunyai kemampuan mengadakan kritik

sastra”. Oleh karena itu, guru harus mampu untuk memahami ilmu sastra serta

kritik sastra, dan perkembangan sastra. Perkembangan sastra merupakan suatu hal

yang berhubungan dengan periodisasi sastra. Wellek (1968:265) menjelaskan

bahwa, “Periodisasi sastra yaitu sebuah bagian waktu yang dikuasai oleh sesuatu

sistem norma-norma sastra, standar-standar, dan konvensi-konvensi sastra yang

kemunculannya, penyebarannya, keberagamannya, integrasi, dan kelenyapannya

dapat diruntut”. Angkatani sastra Indonesia dimulai dari Angkatan Balai Pustaka.

Puisi yang ditulis pada angkatan sastra Balai Pustaka dan setelahnya merupakan

puisi yang sarat dengan pengalaman. Dikatakan demikian, karena pada saat itu

Indonesia sedang mengalami pasang surut dalam hal kepemerintahan,

kebudayaan, dan juga kedaulatannya, sehingga sastra yang dihasilkannya juga

memiliki perbedaan dengan sastra yang dibuat pada masa sekarang. Selain itu,

puisi-puisi yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

didominasi oleh puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka - Angkatan 70.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam puisi Angkatan Balai

Page 14: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

5

Pustaka, Pujangga Baru, 45, dan 70 sebagai bahan kajian utama penelitian.

Penulis menuangkan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul, “Analisis

Pengalaman-pengalaman yang Tercermin dalam Puisi Angkatan Balai Pustaka –

Angkatan 70 Sebagai Upaya Pemilihan Bahan Pembelajaran Apresiasi Puisi di

SMA”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian adalah suatu topik untuk dipecahkan atau dicari

penyelesaiannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan

masalah peneilitian ini sebagai berikut.

1. Apakah terdapat pengalaman-pengalaman dalam puisi Angkatan Balai Pustaka

– Angkatan 70?

2. Pengalaman-pengalaman apa sajakah yang tercermin dalam puisi Angkatan

Balai Pustaka – 70?

3. Apakah pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi Angkatan Balai

Pustaka - 70 layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi puisi di

SMA?

1.3 Batasan Masalah

Agar masalah dapat diidentifikasi dengan jelas, penulis melakukan

pembatasan masalah. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi

sebagai berikut.

Page 15: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

6

1. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman yang

berkaitan dengan pengalaman kegiatan (jasmani), kehidupan beragama, dan

rohani (pikiran, sosial, dan budaya).

2. Angkatan sastra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ngkatan sastra

menurut Racmat Joko Pradopo.

3. Puisi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya pada puisi yang telah

dibukukan atau didokumentasikan.

4. Genre puisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sajak.

1.4 Tujuan Penelitian

“Tiap penelitian harus mempunyai tujuan atau tujuan-tujuan yang dicapai”

Nasution (1982:24). Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. mendeskripsikan pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi

angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70;

2. mendeskripsikan Pengalaman-pengalaman apa sajakah yang tercermin dalam

puisi angkatan Balai Pustaka – 70;

3. mendeskripsikan apakah pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi

Angkatan Balai Pustaka - 70 layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran

apresiasi puisi di SMA;

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk

penulis, guru bahasa dan sastra Indonesia maupun lembaga pendidikan. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Page 16: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

7

1) Guru bahasa dan sastra Indonesia, hasil penelitian ini memberikan informasi

bagi guru tentang pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi

Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70, sehingga dapat dijadikan alternatif

pemilihan bahan pebelajaran apresiasi sastra, khususnya puisi.

2) Lembaga STKIP, hasil penelitian ini dapat menambah koleksi bahan bacaan

di perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa yang akan

melakukan penelitian serupa.

3) Penulis dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang pengalaman-

pengalaman yang tercermin dalam puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan

70, sekaligus berbagai hal yang berkaitan tentang pendekatan sastra.

4) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran

apresiasi sastra yang lebih menarik dan apresiatif.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya

diterima penyelidik itu (Surakhmad, 1994:107). Artinya anggapan dasar berguna

sebagai dasar pijakan yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, untuk

mempertegas yang menjadi pusat perhatian dan untuk merumuskan hipotesis.

Menurut Arikunto (1996:6) dikatakan bahwa tujuan dirumuskannya

anggapan dasar “1) agar ada dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang

diteliti, 2) untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatiannya, dan 3)

guna menentukan dan merumuskan hipotesis”. Berdasarkan pendapat ini maka

penulis merumuskan anggapan dasar sebagai berikut.

Page 17: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

8

1. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berisi ide, gagasan, dan

pengalaman pengarang yang ditulis dengan bahasa yang imajinatif.

2. Salah satu pendekatan dalam menganalisis puisi yaitu pendekatan mimesis.

3. Pendekatan mimesis merupakan pendekatan yang berdasar pada pengalaman

kehidupan nyata

4. Pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam mencapai pendidikan

susila, sosial, budaya, perasaan, dan keagamaan.

5. Puisi yang akan dijadikan bahan pembelajaran sastra sebaiknya dianalisis

terlebih dahulu dari pengalaman yang tercermin di dalamnya sehingga dapat

dijadikan alternatif bahan pembelajaran sastra.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba membuat definisi operasional.

Adapun istilah-istilah yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dirasakan dan dialami

seseorang.

2. Puisi adalah rangkaian kata-kata imajinatif yang berisi pengalaman, ide, dan

pesan pengarangnya.

3. Pengalaman jasmani adalah pengalaman seseorang yang melibatkan gerak

dan menggunakan panca indera.

4. Pengalaman rohani adalah pengalaman seseorang yang melibatkan

kemampuan berpikir dan aspek kejiwaan.

Page 18: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

9

5. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-

sungguh sehingga menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran,

dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Page 19: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Puisi

2.1.1 Pengertian Puisi

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Istilah puisi dan sajak

dalam pemakaiannya sering dikacaukan. Kekacauan penggunaan istilah tersebut

tidak hanya dilakukan oleh masyarakat awam. Para guru dan pakar sastra pun

tidak sedikit yang melakukan kekeliruan tersebut dengan berbagai alasannya

masing-masing. Sudjiman (1984:61) mengungkapkan bahwa, “Puisi itu termasuk

ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan

larik dan bait”. Namun, menurut pengamatan penulis, pendapat tersebut masih

berlaku untuk beberapa jenis genre karya sastra yang termasuk puisi, seperti:

pantun, gurindam, syair, dan soneta. Tetapi tidak berlaku untuk sajak, mengingat

sejak kehadiran karya-karya Chairil Anwar genre sajak telah mengalami

perubahan.

Waluyo (1991:25) menyatakan bahwa, “Puisi adalah bentuk karya sastra

yang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif dan disusun dengan

mengkosentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya”. Artinya, puisi adalah

ungkapan pikiran dan perasaan yang berdasarkan pengalaman jiwa yang bersifat

imajinatif dengan menggunakan kata konkret dan bahasa figuratif. Berdasarkan

pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa istilah puisi dalam pemakaiannya sering

dikacaukan dengan istilah sajak. Puisi dapat diartikan sebagai ragam sastra yang

bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait,

sedangkan sajak adalah persamaan bunyi atau rima terutama pada akhir baris.

Page 20: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

11

Sedangkan Altenbernd (1970:2) menyatakan bahwa, “Puisi adalah

pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa

berirama (bermetrum) ( as the interpretive dramatization of experience in metrical

language)”. Maksud pengertian tersebut adalah bahwa pendramaan yang

dimaksud adalah penyair mengubah atau menceritakan pengalaman melalui puisi

dengan bahasa yang terstruktur. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman

menyedihkan, menyenangkan, dan mengharukan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

puisi adalah ekspresi pengalaman yang ditulis secara sistematik dengan bahasa

yang puitis. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi.

Di samping itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian,

menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.

2.1.2 Jenis-jenis Puisi

Berdasarkan isinya puisi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Puisi epik

disebut juga puisi naratif (Cohen, 1973:184-185). Bentuk puisi ini agak panjang

dan berisi cerita kepahlawanan, tokoh kebangsaan, masalah surga, neraka, tuhan,

dan kematian. Selain itu, puisi epik tersebut dapat dikatakan bahwa penyair

menceritakan hal-hal diluar dirinya. Dari pengertian tersebut dikatakan bahwa

dalam puisi epik penyair menceritakan hal yang tidak pernah dan belum dialami.

Adapun yang termasuk puisi epik dalam sastra Indonesia antara lain syair

dan balada. (2) Puisi lirik merupakan puisi yang bersifat subjektif, personal.

Artinya penyair menceritakan masalah-masalah yang bersumber dari dalam

dirinya. Puisi ini bentuknya agak pendek dan biasanya menggunakan kata ganti

Page 21: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

12

orang pertama. Isinya tentang cinta, kematian, masalah muda dan tua. Adapun

yang termasuk puisi lirik antara lain sonata, eligi, ode, dan himne. Puisi lirik

banyak dijumpai dalam karya-karya Amir Hamzah, misalnya sebagai berikut.

TURUN KEMBALI

Kalau aku dalam engkau

Dan engkau dalam aku

Adakah begini jadinya

Aku hamba engkau penghulu

Aku dan engkau berlainan

Engkau raja, maha raja

Caha halus tinggi mengawang

Pohon rindang menaun dunia

Di bawa teduh engkau kembangkan

Aku berhenti memati hari

Pada bayang engkau mainkan

Aku melipur meriang hati

Diterangi cahaya engkau sinarkan

Aku menaiki tangga mengawan

Kecapi firduisi melana telinga

Menyentuh gamnbuh dalam hatiku

Terlihat ke bawah

Kandil kemerlap

Melambai cempaka ramai tertawa

Page 22: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

13

Hati duniawi melambung tinggi

Berpaling aku turun kembali

(Hamzah, 1985 a:24) (3) Puisi dramatik. Puisi ini bersifat objektif dan subjektif. Dalam hal ini

seolah-olah penyair keluar dari dirinya dan berbiccara melalui tokoh lain. Dengan

kata lain, dalam puisi ini penyair tidak menyampaikan secara langsung

pengalaman yang ingin diungkapkan tetapi disampaikan melalui tokoh lain

sehingga tampaknya seperti sebuah dialog. Menurut Rollof (1973:65) “Unsur

yang menonjol dalam puisi dramatik adalah kemampuan memberi sugesti”. Bagi

Doreksi (1988:147) “Puisi dramatik merupakan drama dalam sajak, dihilangkan

untuk dibaca bukan untuk dipentaskan”. Adapun contoh puisi dramatik dapat

dilihat pada puisi Taufik Ismail berikut ini.

SEORANG TUKANG RAMBUTAN KEPADA ISTRINYA

“Tadi siang ada yang mati,

Dan yang mengantar banyak seklali

Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah

Yang dulu berteriak dua ratus, dua ratus!

ampai bensi juga turun harganya

Sampai kita bias naik bis pasar yang murah pula.

Mereka kehausan dalam panas bukan main

Terbakar mukanya di atas trukterbuka

Saya lemparkat sepuluh ikat rambutan kita Bu

Biarlah sepuluh ikat huga

Memang sudah rejeki mereka

Page 23: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

14

Mereka berteriak kegirangan dan berebutan

Seperti anak-anak kecil

Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya

“Hidup tukang rambutan ! hidup tukang rambutan

Dan ada yang turun dari truk, bu

Mengejar dan menyalami saya

“Hidup rakyat!” teriaknya

Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar

“Hidup pak rambutan!” sorak mereka

“Terima kasih pak, terima kasih!

“Bapak setuju kami bukan ?”

Saya menganguk-angguk. Tak bias bicara

“Doakan perjuangan kami pak!”

Mereka naik truk kembali

Masih meneriakkan terima kasihnya

“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!

Saya tersedu belum pernah seumur hidup

Orang berterima kasih begitu jujurnya

Pada orang kecilnya seperti kita”

(dalam Jassin, 1968:151)

Menurut Suharianto (1981:29), berdasarkan kata-kata dalam pembentukan

puisi, puisi dibagi menjadi dua yaitu puisi prismatis dan puisi diaphan. Untuk

lebih jelasnya, penulis paparkan kedua jenis puisi tersebut sebagai berikut.

Page 24: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

15

1. Puisi Prismatis

Puisi prismatis adalah puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sebagai

lambang-lambang atau kiasan. Dalam puisi ini pengarang menggunakan kata-kata

yang sulit dipahami bagi yang benar-benar belum menguasai teori puisi. Misalnya

ketika penyair menggambarkan suatu keadaan, dia menggunakan simbol

tersendiri, sehingga ketika pembaca ingin memahaminya harus benar-benar

mencermati dan merasakan.

Contoh:

DEWA TELAH MATI

Tak ada dewa di rawa-rawa ini

Hanya gagak yang mengakak malam hari

Tak siang terbang mengitari bangkai

Pertapa yang terbunuh dekat kuil

Dewa telah mati di tepi-tepi ini

Hanya ular yang mendesir dekat sumber

Lalu minum dari mulut

Pelacur yang tersenyum dengan baying sendiri

Bumi ini perempuan jalang

Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa

Ke rawa-rawa mesum ini

Dan membunuhnya pagi hari.

(SIMPHONI, hal 9)

Dalam puisi tersebut lambang-lambang yang digunakan penyair

menunjuk kepada pengertian yang tidak sebenarnya. Untuk memahami maksud

Page 25: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

16

puisi tersebut kita perlu menafsirkan kata-kata yang dipasang penyair tersebut

menghubung-hubungkan dengan hal-hal di luar puisi itu sendiri karena penyair

juga menggunakan kata-katanya sebagai perbandingan-perbandingan.

2. Puisi Diaphan

Puisi diaphan adalah puisi yang kata-katanya sangat terbuka, tidak

mengandung pelambang-pelambang atau kiasan-kiasan. Dalam puisi diaphan

pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau dapat dikatakan

bahwa kata yang digunakan adalah kata-kata yang biasa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Contoh:

KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI

Tidak ada pilihan lain, kita harus

Berjalan terus

Karena berhenta ayau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk dalam satu meja

Dengan para pembunuh tahun yangn lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

Duli Tuanku?

Tidak adalagi pilihan lain.Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia yang bermata sayu yang ditepi jalaN

Page 26: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

17

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh.

Kita adalah berpuluh juta yang brtahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api kutuk dan hama

Dan brtanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya kepentingan dengan seribut slogan

Dan seribut pengeras suarayang hampa suara

Tak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

(ANGKATAN 66, hal. 165)

2.1.3 Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Puisi sebagai suatu karya sastra dibangun oleh beberapa unsur penting.

Unsur-unsur tersebut yang membuat puisi berbeda dengan karya sastra lainnya.

Adapun uraian tentang unsur-unsur pembentuk puisi akan penulis paparkan

sebagai berikut.

1. Diksi

Dalam puisi kata-kata sangat besar peranannya. Setiap kata mempunyai

fungsi tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya. Meyer (1987:457)

mengatakan bahwa, “Dalam fungsinya untuk memadatkan suasana, lembut, dan

bersifat ekonomis. Jadi, kata-kata dalam puisi hendaknya disusun sedemikian rupa

sehingga dapat menyalurkan pikiran, perasaan penulisnya dengan baik”.

Sehubungan dengan hal itu Meyer (1987:457-548) membagi diksi dalam tiga

tingkat yaitu :

Page 27: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

18

1) diksi formal adalah bermartabat, inpersonal dan menggunakan bahasa yang tinggi. 2) diksi pertengahan. Diksi ini agak sedikit tidak formal dan biasanya kata-kata yang digunakan adalah yang dipakai oleh kebanyakan orabng yang berpendidikan. 3) diksi informal mencakup dua bahasa yaitu bahasa sehari-hari yang dalam hal ini termasuk slang, dan dialek yaitu meliputi dialek geografis dan sosial. Diksi dapat berupa denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan makna kata

dalam kamus, makna kata objektif yang pengertiannya menunjuk pada benda yang

diberi nama dengan kata kata itu. Satu sisi Alternberd (1970: 10) mengatakan

bahwa, “Kumpulan asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata yang

diperoleh melalui setting yang dilukiskan disebut konotasi”. Selanjutnya, Meyer

(1987:549) mengungkapkan bahwa, “Konotasi adalah bagaimana kata digunakan

dan asosiasi orang yang timbul dengan kata itu”. Tentu saja makna konotasi

sangat tergantung pada konteksnya. Makna konotasi dapat diperoleh melalui

asosiasi dan sejarahnya. Menurut Pradopo (2007:54), “Penyair ingin

mengekspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens, untuk hal ini ia

memilih kata yang setepat-tepatnya yang dapat menjilmakan pengalaman

jiwanya”.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pemilihan

kata dalam menulis puisi dimaksudkan agar pengalaman pengarang dapat

disampaikan dengan baik dalam bentuk rangkaian kata, sehingga pembaca atau

pendengar mampu memahami pengalaman, ide atau gagasan pengarang tersebut.

2. Pengimajian

Pengimajian dapat memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana

yang khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran, dan

penginderaan untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau

Page 28: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

19

bayangan visual, penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Imaji adalah

gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual

dan bahasa yang menggambarkannya. Artinya dalam tangan penyair yang baik

imaji itu segar dan hidup, berada dalam puncak keindahannya untuk

mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya. Citraan menurut Alternberd

(1970:35), “Merupakan unsur yang penting dalam puisi karena dayanya untuk

menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah dan mengesankan”.

Citraan juga dapat merangsang imajinasi dan menggugah pikiran dibalik sentuhan

indera serta dapat pula sebagai alat interpretasi. Pradopo (2007:81)

mengungkapkan bahwa, “Gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam,

dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan

penciuman, bahkan juga diciptakan oleh pemikiran dan gerakan”.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa citraan

merupakan gambaran angan atau khayalan yang terdapat dalam suatu puisi untuk

menunjukan imajinasi pengarang agar puisi yang ditulisnya dapat memberikan

kesan hidup dan keindahan.

3. Kata konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk

membangkitkan imaji pembaca. Waluyo (1987:45) mengatakan bahwa, “Dengan

kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau

keadaan yang dilukiskan oleh penyair”. Misalnya, penyair melukiskan seorang

gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair menggunakan kata-kata gadis

kecil berkaleng kecil.

Page 29: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

20

4. Bahasa Figuratif

Menurut Waluyo (1987:46) bahasa figuratif adalah majas. Bahasa figuratif

membuat puisi lebih indah, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan

makna. Kiasan merupakan majas yang mengandung perbandingan yang tersirat

sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau

kesejajaran makna. Pradopo (2007:62) menyamakan kiasan dengan bahasa

figuratif dan memasukkan metafora salah satu bentuk kiasan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pada umumnya bahasa

figuratif dipakai untuk menghidupkan lukisan, untuk mengkonkretkan dan lebih

mengekspresikan perasaan yang diungkapkan. Dengan demikian, pemakaian

bahasa figuratif menyebabkan konsep-konsep abstrak terasa dekat pada pembaca

karena dalam bahasa figuratif oleh penyair diciptakan kekonkretan, kedekatan,

keakrabatan dan kesegaran. Menurut Altenbernd (1970:15), bahasa figuratif

digolongkan menjadi beberapa golongan, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Simile

Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain

yang sesungguhnya tidak sama. Keraf menyatakan, Simile adalah

perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan yang demikian

dimaksudkan bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang

lainnya. Misalnya dengan menggunakan kata seperti, sama, sebagai, bagaikan,

laksana,dan lain-lain. Dari uraian di atas, smile adalah membandingkan atau

menyapakan dengan hal lain dengan menggunakan kata kata yang artinya

sama.

Page 30: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

21

b. Metafora

Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal

dengan hal lainnya yang pada dasarya tidak serupa. Jadi, metafora itu

membandingkan sesuatu yang tidak sama namun disamakan.

c. Personifikasi

Personifikasi adalah satu corak metofora yang dapat diartikan sebagai suatu

cara penggunaan atau penerapan makna. Jadi antara personifikasi dan

metafora keduanya mengandung unsur persamaan.

d. Epik Simile

Epik Simile atau perumpamaan epos adalah pembandingan yang dilanjutkan

atau diperpanjang yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat,

perbandingan lebih lanjut dalam kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.

e. Metonimi

Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu

benda yang lainnya yang mempunyai kaitan rapat.

f. Sinekdoki

Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari

suatu benda atau benda atau hal itu. Artinya, bahwa sebuah benda pasti

mempunyai bagian bagian yang tekandung di dalamnya. Kemudian, dalam

mencari sinekdoki cari hal yang paling penting.

5. Versifikasi

Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma dikenal

sebagai irama, yakni pergantian turun naik panjang pendek, keras lembut ucapan

bunyi bahasa dengan teratur. Panuti Sujiman memberikan pegertian irama dalam

Page 31: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

22

puisi sebagai alunan yang dikesankan oleh perulangan dan pergantian kesatuan

bunyi dalam arus panjang pendeknya bunyi keras lembutnya tekanan, dan tinggi

rendahnya nada karena sering bergantung pada pola matra. Irama dalam

persajakan pada umumnya teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris

atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada keseluruhan baris

dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya

sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata

yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang

tetap.

6. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam

membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Tipografi merupakan bentuk

dari puisi yang bermacam-macam tergantung yang mengarangnya. Adapun fungsi

tipografi adalah untuk keindahan indrawi dan mendukung makna.

7. Sarana Retorika

Sarana retorika berbeda dengan bahasa kiasan dan citraan yang

memperjelas gambaran dan menciptakan perspektif yang baru melalui

perbandingan. Sarana retorika adalah alat untuk mengajak pembaca berfikir agar

lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.

2.2 Pendekatan dan Angkatan Sastra

2.2.1 Hakikat Pendekatan Sastra

Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu

pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak dari

Page 32: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

23

karya itu sendiri. Pendekatan seperti ini disebut sebagai pendekatan struktural.

Menurut Luxemburg (1984:36) struktural adalah kaitan-kaitan tetap antar

kelompok-kelompok gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan

observasinya. Pendekatan kedua adalah pendekatan ekstrinsik. Wellek dan

Warren (1989:109) menyatakan bahwa pendekatan ekstrinsik biasanya

mempermasalahkan sesuatu di seputar sastra dan situasi sosial tertentu, sistem

ekonomi, sistem sosial, adat istiadat, dan politik. Selanjutnya, Nurgiyantoro

(1998:23) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar

karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastra.

Bagaimanapun juga, karya sastra tidak muncul dari situasi kekosongan budaya.

Pendekatan ekstrinsik dilakukan berdasarkan teori sosiosastra. Sosiologi menurut

Soekanto (1982:3) adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dalam

masyarakat dan proses sosialnya, termasuk perubahan-perubahan sosial yang ada

dalam masyarakat. Sedangkan sastra adalah pengungkapan dari apa yang dilihat

dan dirasakan oleh manusia tentang kehidupan (Hardjana, 1981:10).

Menurut Damono (1984:4), sastra adalah lembaga sosial yang

menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan sastra menggambarkan kehidupan

yang merupakan kenyataan sosial. Semi (1988:8) juga menyatakan bahwa sastra

adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah

manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dengan demikian, kesamaan permasalahan antara sosiologi dengan sastra adalah

sama-sama berurusan dengan manusia dan masyarakat. Namun, seorang sosiolog

hanya dapat melihat fakta berdasarkan kenyataan yang terjadi di dalam

masyarakat. Sedangkan sastrawan mampu mengungkapkan kenyataan melalui

Page 33: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

24

imajinasinya. Sosiosastra merupakan pendekatan yang mempertimbangkan nilai-

nilai sosiologi pada karya sastra.

Grebstein (Damono, 1984:4-5) menjelaskan bahwa karya sastra tidak

dapat dipahami secara menyeluruh dan tuntas jika dipisahkan dari budaya

masyarakat yang menghasilkannya. Penelitian ini menerapkan pendekatan

mimetik dengan menggunakan teori struktural dan pendekatan ekstrinsik dengan

menggunakan teori sosiosastra, antropologi sastra, dan psikosastra. “Pendekatan

struktural digunakan karena dalam memenuhi sebuah cerita diperlukan analisis

struktural sebab pendekatan struktural merupakan tugas prioritas dalam penelitian

karya sastra” (Teeuw,1983:61).

Menurut Abrams (1979:3) dan Teeuw (1988:50) ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu:

(1) pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan) ; (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; (3) pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman sastrawan (penyair); dan (4) pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang. Maka, yang penting adalah dalam kritik ini adalah karya sastra itu sendiri, yang dianalisis khusus struktur intrinsiknya.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini diterapkan

pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai suatu tiruan alam dan

gambaran pengalaman kehidupan yang pernah dialami pengarang ataupun orang

lain yang kemudian ditulis oleh pengarang. Selanjutnya, dilakukan analisis

sosiosastra, psikosastra, dan antropologi sastra. Analisis sosiosastra diaplikasikan

pada penelitian ini karena karya sastra dilihat dari hubungannya dengan

kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala

sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.

Page 34: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

25

Luxemburg (1984:24) menyatakan bahwa yang diteliti adalah hubungan antara

(aspek-aspek) teks sastra dan suasana masyarakat.

Sistem masyarakat serta perubahannya tercermin di dalam masyarakat.

Sastra pun dipergunakan sebagai sumber menganalisis sistem masyarakat.

Penelitian sosiosastra lebih banyak memperbincangkan hubungan pengarang

dengan kehidupan sosialnya sehingga sosiosastra disebut sebagai konsep cermin

atau mirror. Sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan masyarakat), meskipun

sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta kehidupan secara mentah, namun

sastra merupakan kenyataan yang telah ditafsirkan.

2.2.2 Angkatan Sastra

Pradopo (2003:1) mengungkapkan bahwa, “Masalah angkatan dan

penulisan sejarah sastra Indonesia merupakan dua persoalan dalam satu wajah,

yaitu persoalan sejarah sastra”. Dikatakan demikian, karena dalam perumusan

angkatan atau periodisasi satra terdapat banyak pendapat, polemik, dan pandangan

yang berbeda dari para pakar sejarah sastra. Selanjutnya Wellek (1968:39)

mengugkapkan bahwa, “Sejarah sastra merupakan salah satu cabang studi sastra

yang dipecah menjadi tiga: teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra”. Artinya,

terdapat keterkaitan antara kritik sastra, teori sastra, dan sejarah sastra.

Menurut Pradopo (2003:2), “Angkatan sastra tak lain adalah sekumpulan

sastrawan yang hidup dalam satu kurun masa atau menempati suatu periode

tertentu”. Selanjutnya, Wellek (1968:265) menjelaskan bahwa, “Periodisasi sastra

yaitu sebuah bagian waktu yang dikuasai oleh sesuatu sistem norma-norma sastra,

standar-standar, dan konvensi-konvensi sastra yang kemunculannya,

Page 35: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

26

penyebarannya, keberagamannya, integrasi, dan kelenyapannya dapat diruntut”.

Dari kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan, bahwa angkatan sastra

merupakan sekumpulan pengarang atau sastrawan yang hidup dan berkarya dalam

suatu periode waktu tertentu. Jadi, terdapat perbedaan antara angkatan dan

periodisasi. Dikatakan demikian, karena angkatan mencakup sekumpulan

sastrawan, sedangkan periodisasi mencakup waktu atau periode saat beberapa

sastrawan menghasilkan karyanya.

Terdapat banyak perbedaan pandangan mengenai angkatan sastra ataupun

periodisasi sastra. Namun, seperti yang dikemukakan oleh Wellek (1968:165)

bahwa, “Rangkaian periode sastra itu jangan dibayangkan seperti balok-balok

batu yang dijajarkan secara berurutan, melainkan hendaklah dilihat bahwa periode

sastra itu saling bertumpang-tindih”. Maksud dari pendapat tersebut adalah

periode sastra bukan merupakan suatu rangkaian waktu terciptanya karya sastra

semata, melainkan suatu proses perkembangan sastra. Seperti yang diungkapkan

oleh Teeuw (1983:65) bahwa, “Karya sastra itu merupakan respons (jawaban atau

tanggapan) terhadap karya sastra sebelumnya”. Selanjutnya, Pradopo (2003:18)

menggolongkan ketidakmutlakan gambaran periodisasi sastra sebagai berikut.

1. Periode Balai Pustaka : 1920-1940. 2. Periode Pujangga Baru : 1930-1945. 3. Periode Angkatan 45 : 1940-1955. 4. Periode Angkatan 50 : 1950-1970, dan 5. Periode Angkatan 70 : 1965-sekarang (1984).

Sedangkan, Ajip Rosidi (1969:13) menggolongkan periode sastra sebagai

berikut. I. Masa Kelahiran dan Masa Penjadian (kl.1990:1945)

1. Periode awal hingga 1993. 2. Peiode 1933-1942;dan 3. Periode 1942-1945.

II. Masa Perkembangan (1945 hingga sekarang) 1. Periode 1945-1953.

Page 36: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

27

2. Periode 1953-1961, dan 3. Periode 1961 sampai sekarang (1969).

Selanjutnya, Notosusanto menguraikan periodisasi satra menjadi beberapa

periode sebagai berikut. Keseluruhan Sastra Indonesia: A. Sastra melayu lama. B. Sastra Indonesia Modern Sastra Indonesia Modern dibagi 2 macam : I. Masa Kebangkitan (1920-1945) II. Masa Perkembangan (1945-sekarang) Masa Kebangkitan terdiri atas 3 periode: 1. periode ’20; 2. periode ’33; 3. periode 42’. Masa perkembangan ada 2 periode : 1. periode ’45; 2. periode ’50.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan periodisasi satra merupakan suatu kurun waktu tertentu saat

para sastrawan menghasilkan karya yang sesuai dengan norma dan konvensi-

konvensi yang berlaku saat itu. Periodisasi sastra erat kaitannya dengan sejarah

sastra, karena periodisasi satra merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam

penulisan sejarah sastra. Dalam periodisasi sastra terdapat karya sastra dan

angkatan sastra. Periode sastra tersebut merupakan jawaban atas kekosongan ide

ataupun pemikiran periode sastra sebelumnya. Artinya, periodisasi sastra juga

merupakan salah satu gambaran perkembangan kehidupan sastra Indonesia.

2.3 Pendekatan Mimesis

2.3.1 Pengertian Pendekatan Mimesis

Secara umum pendekatan mimetik adalah pendekatan yang didasarkan

pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-

budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu. Mimesis merupakan salah

Page 37: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

28

satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat

Yunani Kuno hingga pada akhirnya Abrams memasukkannya menjadi salah satu

pendekatan utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif,

pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan ibu dan pendekatan sosiologi sastra

yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain. Mimesis berasal

bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra

mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji

karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau

kenyataan. “Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik

karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan

antara persoalan filsafat dengan kehidupan” ( Ravertz, 2007: 12).

Pandangan pendekatan mimetik ini adalah adanya anggapan bahwa puisi

merupakan tiruan alam atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia di

semesta raya ini. Sasaran yang dieliti adalah sejauh mana puisi merepresentasikan

dunia nyata atau sernesta dan kemungkinan adanya intelektualitas dengan karya

lain. Hubungan antara kenyataan dan rekaan dalam sastra adalah hubungan

dialektis atau bertangga : mimesis tidak mungkin tanpa kreasi, tetapi kreasi tidak

mungkin tanpa mimesis.

“Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman, yaitu

karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya

melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan” (Abrams, 1958:8). “Kenyataan di

sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di

luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda

yang dapat dilihat dan diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran,

Page 38: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

29

dan sebagainya” (Luxemberg, 1989:15). Melalui pandangan ini, secara hierarkis

karya seni berada di bawah kenyataan.

Marxis dan sosiologi sastra memandang karya seni dianggap sebagai

dokumen sosial; karya seni sebagai refleksi dan kenyataan di dalamnya sebagai

sesuatu yang sudah ditafsirkan. Sehubungan dengan pendekatan mimesis, Segers

(2000, 91-94) menyatakan bahwa “Dunia fiksional teks sastra seharusnya

merefleksikan realitas sosial”. Lebih jauh Segers mempertimbangkan

fiksionalisasi dalam telaah teks sastra yang berhubungan dengan pendekatan

mimesis. Menurutnya, norma fiksionalitas mengimplikasikan bahwa tanda-tanda

linguistik yang berfungsi dalam teks sastra tidak merujuk secara langsung pada

dunia kita, tetapi pada dunia fiksional teks karya sastra. Adapun John Baxter

(dalam Makaryk,1993: 591-593) menguraikan bahwa “Mimesis adalah hubungan

dinamis yang berlanjut antara suatu seni karya yang baik dengan alam semesta

moral yang nyata atau masuk akal”.

Mimesis sering diterjemahkan sebagai "tiruan". Secara terminologis,

mimesis menandakan suatu seni penyajian atau kemiripan, tetapi penekanannya

berbeda. Tiruan, menyiratkan sesuatu yang statis, suatu copy, suatu produk akhir;

mimesis melibatkan sesuatu yang dinamis, suatu proses, suatu hubungan aktif

dengan suatu kenyataan hidup. Menurut Baxter (1993:594), “Metode terbaik

mimesis adalah dengan jalan memperkuat dan memperdalam pemahaman moral,

menyelidiki dan menafsirkan semesta yang diterima secara riil”. Proses tidak

berhenti hanya dengan apa pembaca atau penulis mencoba untuk mengetahuinya.

Mungkin rentang batas yang riil dengan yang dihadirkan dapat dikhayalkan

walaupun hanya sesaat dalam kondisi riil, atau suatu perspektif pada aspek yang

Page 39: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

30

riil yang tidak bisa dijangkau jika tidak dilihat. Kenyataan kadang-kadang

digambarkan berbeda karena tak sesuai dengan pandangan kenyataan yang

menyeluruh. Oleh karena itu, kenyataan tidak dapat dihadirkan dalam karya dalam

cakupan yang ideal.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan

mimesis menempatkan karya sastra sebagai: (1) produk peniruan kenyataan yang

diwujudkan secara dinamis, (2) representasi kenyataan semesta secara fiksional,

(3) produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam

cakupan yang ideal, dan (4) produk imajinasi yang utama dengan kesadaran

tertinggi atas kenyataan. Secara metodis, langkah kerja analisis melalui

pendekatan ini dapat disusun ke dalam langkah pokok, yaitu: (1) mengungkap dan

mendeskripsikan data yang mengarah pada kenyataan yang ditemukan secara

tekstual, (2) menghimpun data pokok atau spesifik sebagai variabel untuk

dirujukkan ke dalam pembahasan berdasarkan kategori tertentu, sesuai tujuan,

misalnya menelusuri unsur fiksionalitas sebagai refleksi kenyataan secara

dinamis, dsb., (3) membicarakan hubungan spesifikasi kenyataan dalam teks

karya sastra dengan kenyataan fakta realita, dan (4) menelusuri kesadaran

tertinggi yang terkandung dalam teks karya sastra yang berhubungan dengan

kenyataan yang direpresentasikan dalam karya sastra.

2.3.2 Aspek Pengalaman dalam Pendekatan Mimesis

Pendekatan mimesi erat kaitannya dengan pengalaman. Hal ini sejalan

dengan pendapat bahwa, “Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia

pengalaman, yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan

Page 40: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

31

yang sesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan” (Abrams,

1958:8). Dengan demikian, hal yang dikaji dalam pendekatan mimesis adalah

aspek pengalaman yang terdapat dalam suatu karya sastra. Pada hakikatnya, aspek

pengalaman dalam suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup

masyarakat saat karya sastra tersebut diciptakan. Berikut penulis paparkan aspek

pengalaman yang terdapat dalam karya sastra berdasar pada batasan model

penelitian yang dikemukakan oleh Ratna (2008:321-358), dan dianggap relevan

terhadap khazanah sastra Indonesia.

1. Aspek Pengalaman Sosial

Aspek pengalaman sosial merupakan batasan yang diturunkan dari analisis

sosiosastra. Sosiologi menurut Soekanto (1982:3) adalah “Ilmu yang mempelajari

struktur sosial dalam masyarakat dan proses sosialnya, termasuk perubahan-

perubahan sosial yang ada dalam masyarakat”. Sedangkan “Sastra adalah

pengungkapan dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh manusia tentang

kehidupan” (Hardjana, 1981:10). Menurut Damono (1984:23), “Sastra adalah

lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan sastra

menggambarkan kehidupan yang merupakan kenyataan sosial”. Semi (1988:8)

juga menyatakan bahwa, “Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni

kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

bahasa sebagai mediumnya”. Dengan demikian, kesamaan permasalahan antara

sosiologi dengan sastra adalah sama-sama berurusan dengan manusia dan

masyarakat. Namun, seorang sosiolog hanya dapat melihat fakta berdasarkan

kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan sastrawan mampu

Page 41: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

32

mengungkapkan kenyataan melalui imajinasinya. Sosiosastra merupakan

pendekatan yang mempertimbangkan nilai-nilai sosiologi pada karya sastra

Berdasar pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek pengalaman

sosial merupakan pengalaman kehidupan antara masyarakat dengan masyarakat

lainnya. Pengalaman sosial menitikberatkan pada cara manusia, atau masyarakat

berhubungan dengan orang lain dalam lingkungannya.

2. Aspek Pengalaman Budaya

Aspek pengalaman budaya merupakan batasan pengalaman yang diturunkan

dari teori antropologi sastra. Ratna (2008:356) mengungkapkan bahwa,

“Antropologi sastra mempersalahkan karya sastra dalam hubungannya dengan

manusia sebagai penghasil kebudayaan. Dalam suatu karya sastra pasti terdapat

nilai budaya. Hal ini dijelaskan oleh Teuww (1980:11) bahwa, ‘Tak ada karya

sastra yang lahir dalam kekosongan budaya”. Artinya, setiap karya sastra

diciptakan dengan memiliki nilai budaya yang menggambarkan waktu ataupun

tempat saat karya sastra tersebut diciptakan. Grebstein (Damono, 1984:4-5)

menjelaskan bahwa, “Karya sastra tidak dapat dipahami secara menyeluruh dan

tuntas jika dipisahkan dari budaya masyarakat yang menghasilkannya”. Aspek

budaya yang termasuk dalam pengalaman pengarang merupakan cara manusia

hidup dan kebiasaan manusia dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu.

Pengalaman tersebut bisa berupa kebiasaan manusia atau masyarakat dalam

sistem pencahariannya, sistem religi, dan sistem norma yang berlaku dalam

masyarakat. Dengan membaca karya sastra, dapat dipahami kebudayaan Sunda,

Jawa, Bali, Lombok, dan sebagainya.

Page 42: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

33

3. Aspek Pengalaman Psikologi

Aspek pengalaman psikologi merupakan salah satu aspek pengalaman yang

termasuk dalam cabang ilmu psikosastra. “Apabila sosiologi sastra dianalisis

dalam kaitannya dengan masyarakat yang menghasilkannya, sebagai latar

belakang sosialnya, maka psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan

psike, dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang” (Ratna, 2008:340). Artinya,

dalam psikologi sastra terdapat pengalaman-pengalaman kejiwaan pengarang.

Pengalaman kejiwaan yang dimaksud adalah pengalaman berpikir pengarang, dan

juga pengalaman yang melibatkan panca indera lainnya sebagai bagian dari

sesuatu yang melibatkan aspek psikologi pengarang.

2.4 Bahan Pembelajaran Sastra

2.4 1 Pengertian Bahan Pembelajaran Sastra

Bahan pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat

penting. Dikatakan demikian, karena kualitas bahan pembelajaran akan sangat

menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran adalah

sejumlah pengetahuan, nilai, keterampilan berupa fakta, data, konsep, dan prinsip

yang disusun secara rasional, logis, sistematis, sebagai media yang

menghubungkan siswa dengan tujuan pembelajaran. Badudu (1996:106)

mengungkapkan bahwa, “Bahan pembelajaran atau pengajaran adalah materi yang

disajikan di depan kelas kepada murid-murid”. Dengan demikian, guru dituntut

untuk mampu memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa.

Page 43: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

34

Bahan pembelajaran menurut Hidayat (1991:97), adalah “Isi dari mata

pelajaran suatu bidang tertentu yang terdapat dalam kurikulum yang diberikan

kepada siswa pada saat berlangsungnya proses pengajaran”. Artinya, bahan

pembelajaran merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang penggunaannya

berdasar pada suatu kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

dengan bahan pembelajaran adalah sejumlah fakta, konsep yang disusun secara

sistematis dan sesuai dengan ketentuan dan tujuan pembelajaran yang berlaku dan

berhubungan dengan materi yang tercantum dalam suatu kurikulum sebagai media

yang menghubungkan siswa dengan materi, dan tujuan pembelajaran.

2.4.2 Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Puisi sebagai salah satu jenis karya satra pada hakikatnya memiliki

kesamaan dengan karya sastra lainnya bila dibahas hubungannya dengan

pembelajaran. Pembelajaran apresiasi sastra termasuk di dalamnya pembelajaran

apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan untuk mengapresiasi karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud

agar siswa dapat menghayati nilai-nilai kehidupan, dan beroleh pengalaman

kehidupan agar mereka siap melihat dan mengenal nilai sastra dengan tepat. Oleh

karena itu, setiap bahan pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran apresiasi

puisi harus memenuhi beberapa kriteria.

Menurut Rusyana (1982:2), “Terdapat dua kriteria penting yang harus

diperhatikan, yaitu kriteria sastra dan kriteria pendidikan. Oleh karena itu, materi

ataupun bahan pembelajaran yang akan dipelajari siswa harus disesuaikan dengan

Page 44: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

35

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan perkembangan jiwa

siswa. Sedangkan Rahmanto (1988:27) memberikan tiga kriteria yang harus

diperhatikan dalam pemilihan bahan pembelajaran sastra, yaitu “Dari sudut

bahasa, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan dari sudut latar belakang

kebudayaan siswa”. Ditinjau dari sudut bahasa, guru kiranya perlu memiliki

keterampilan untuk memilih bahan pembelajaran sastra yang bahasanya sesuai

dengan tingkat penguasaan bahasa siswa. Selajutnya, dilihat dari segi kematangan

jiwa siswa, hendaknya karya sastra yang dipilih untuk dipelajari siswa sesuai

dengan tahap psikologis siswa pada umunya. Sedangkan, dilihat dari latar

belakang budaya siswa, hendaknya guru dapat memilih bahan pembelajaran sastra

yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa. Hal ini perlu dilakukan karena

biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang

budaya yang erat kaitannya dengan latar belakang budaya mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kriteria bahan

pembelajaran sastra dapat ditinjau dari beberapa aspek. Di antaranya dapat dilihat

dari sudut bahasa, dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan dari sudut latar

belakang kebudayaan siswa. Selain itu, bahan pembelajaran sastra yang akan

disampaikan kepada siswa harus memenuhi kriteria struktur, estetika,

pembaharuan, dan tradisi.

2.4.3 Kedudukan Pembelajaran Apresiasi Sastra dalam KTSP SMA

Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan seperangkat rencana

dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,

Page 45: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

36

evaluasi, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan

dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya

sehari-hari di sekolah. Agar setiap guru bahasa dan sastra Indonesia dapat

melaksanakan tugas kependidikannya dengan baik, setiap guru perlu memahami

semua ketentuan yang terdapat dalam kurikulum dengan baik. Pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Sesuai dengan

kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka

kedudukan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagaimana tercantum

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

1) sarana pembinaan bahasa kesatuan dan persatuan bangsa, 2) sarana

peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam

rangka pelestarian dan pengembangan budaya, 3) sarana peningkatan

pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, 4) sarana

penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai

keperluan menyangkut berbagai masalah, 5) sarana pengembangan

penalaran, dan 6) sarana pemahaman keragaman budaya Indonesia melalui

khazanah kesusastraan Indonesia (Depdiknas, 2006;4).

Berdasar pada uraian di atas, terlihat bahwa kedudukan mata pelajaran

bahasa dan sastra Indonesia tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kedudukan tersebut di antaranya sebagai sarana pembinaan

Page 46: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

37

kesatuan dan persatuan bangsa, sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan

berbahasa, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta sarana

penalaran keberagaman budaya Indonesia.

Page 47: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah “Suatu metode yang ditujukan

untuk memecahkan masalah yang ada dengan menentukan dan menafsirkan data

yang tersedia, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan “(Surakhmad, 1982:139-

147). Sedangkan Arikunto (2002:29) mengungkapkan bahwa, “Metode deskriptif

adalah metode yang berusaha mendeskripsikan fakta apa adanya”. Melalui metode

deskriptif ini penulis akan mendeskripsikan fakta-fakta tentang pengalaman-

pengalaman yang tercermin dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan

70.

Upaya mendeskripsikan puisi tersebut disesuaikan dengan metode

deskriptif yang dikemukakan oleh Surakhmad (1982:142), yaitu “Memusatkan

diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan,

mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis”. Dengan demikian, metode

deskriptif tidak hanya mengumpulkan data, namun lebih jauh lagi dari itu

menjelaskan hubungan antara data serta memberikan implikasi dari uraian atau

analisis data yang terkumpul.

Page 48: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

39

3.2 Teknik Penelitian

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah studi dokumenter dan teknik analisis teks. Teknik dokumenter penulis

gunakan untuk mengumpulkan sumber data yang berupa puisi-puisi yang

termasuk dalam Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70. Selanjutnya, penulis

menggunakan teknik analisis teks untuk mengumpulkan data yang berupa

pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi-puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70.

3.2.2 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan teknik analisis teks.

Analisis teks digunakan untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman yang

tercermin dalam puisi angkatan Balai Pustaka hingga angakatan ’70. Langkah-

langkah analisis teks tersebut penulis uraikan sebagai berikut.

1. Membaca puisi-puisi yang dijadikan sampel penelitian secara sungguh-

sungguh.

2. Memahami kata-kata/ungkapan dalam puisi.

3. Membentuk parafrase (memproseskan puisi).

4. Pengungkapan makna puisi.

5. Menganalisis puisi atau kaitannya dengan kenyataan dan pengalaman.

6. Mengkaji pengalaman-pengalaman apa saja yang tercermin dalam puisi-puisi

tersebut.

Page 49: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

40

7. Menginterpretasikan hasil analisis tentang pengalaman-pengalaman yang

tercermin dalam puisi-puisi angkatan sastra Balai Pustaka hingga angkatan

’70.

8. Menyimpulkan hasil analisis tentang kelayakan pengalaman-pengalaman yang

tercermin dalam puisi-puisi angkatan Balai Pustaka – angkatan ’70 sebagai

bahan pembelajaran apresiasi puisi di SMA dilihat dari pengalaman-

pengalaman yang tercermin di dalamnya.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek penelitian yang merupakan sumber data penelitian.

Menurut Surakhmad, populasi adalah “Sekumpulan subjek, baik manusia, gejala,

nilai tes, benda-benda atau peristiwa” (1994:93). Hal ini sejalan dengan pendapat

Sudjana (1982:57) bahwa, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,

baik hasil menghitung maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif dari

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa

populasi adalah semua unsur yang akan diteliti dari sekumpulan objek yang

lengkap.

Berdasarkan pendapat tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi-puisi Angkatan

Balai Pustaka – Angkatan 70.

Page 50: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

41

3.3.2 Sampel Penelitian

“Sampel adalah penarikan sebagian populasi untuk mewakili seluruh

populasi” (Surakhmad, 1994:93). Ahli lain menyatakan bahwa, “Sampel adalah

sebagian dari populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil populasi yang

bersangkutan” (Faisal, 1999:57).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah aspek-aspek

pengalaman yang tercermin dalam puisi-puisi angkatan Balai Pustaka hingga

angkatan 70. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil data pengalaman jasmani,

dan rohani yang terdapat dalam puisi-puisi tersebut. Dikarenakan keterbatasan

kemampuan penulis, tenaga, dan waktu maka pengambilan sampel penelitian

dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Penentuan teknik pengambilan sampel tersebut didasarkan

pada asumsi bahwa setiap karya sastra pada suatu angkatan tertentu memiliki

pengalaman sosial, budaya, psikologi yang hampir sama dan pertimbangan

lainnya yaitu keterbatasan kemampuan penulis. Selain itu, penentuan sampel

didasarkan pada keinginan penulis yang membatasi sampel hanya puisi-puisi

Angkatan Balai Pustaka-Angkatan 70 yang banyak terdapat dalam buku pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk tingkat SMA.

Berdasarkan hasil pemikiran dan pertimbangan tersebut, maka penulis

cantumkan judul-judul puisi yang dijadikan sampel penelitian dalam bentuk tabel

sebagai berikut.

Page 51: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

42

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kode Sampel

Judul Puisi Pengarang

1 01 Tanah Air M.Yamin 2 02 Indonesia Tumpah Darahku M.Yamin 3 03 Berdiri Aku Amir Hamzah 4 04 Padamu Jua Amir Hamzah 5 05 Kolam Rustam Effendi 6 06 Menuju Kelaut S.T Alisjahbana 7 07 Dibawa Gelombang Sanusi Pane 8 08 Kerabat Kita S.T Alisjahbana 9 09 Derai-derai Cemara Chairil Anwar 10 10 Krawang - Bekasi Chairil Anwar 11 11 Do’a Chairil Anwar 12 12 Sajak Anak Laut Asrul Sani 13 13 Sebuah jaket Berlumur Darah Toto S Bachtiar 14 14 Biar Mati Badanku Kini Hamka 15 15 Kepada saudaraku M Natsir Hamka 16 16 Makna Sebuah Titipan W.S Rendra 17 17 Sebuah Jaket Berlumur Darah Taufik Ismail 18 18 Di Sebuah Halte Bis Sapardi Djoko Pramono 19 19 Dewa Telah Mati Subagio Sastrowardojo 20 20 Jembatan Sutardi Calzoum Bachri

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh sumber informasi

yang diperlukan. Instrumen dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini akan penulis jelaskan sebagai

berikut.

3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan dalam pengumpulan

data sebagai berikut.

Page 52: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

43

1. Pengimajian

Imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam

mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang

dirasakan oleh penyair. Maka pengimajian digunakan sebagai instrumen

pengumpulan data karena menggambarkan pengalaman dan imajinasi

pengarangnya.

2. Diksi

Diksi digunakan sebagai isntrumen pengumpulan data karena fungsi diksi

dalam sebuah puisi yaitu untuk menggambarkan ide, pesan, perasaan, dan

pengalaman pengarang melalui kata-kata yang denotatif maupun konotatif.

3. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif digunakan sebagai salah satu instrumen pengumpulan data

karena dengan bahasa figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya

memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Dengan demikian, aspek

pengalaman yang terdapat dalam puisi bisa digambarkan lewat bahasa

figuratif.

4. Kata Konkret

Kata konkret digunakan sebagai instrumen pengumpulan data karena kata

konkret merupakan kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud

untuk membangkitkan imaji pembaca, sehingga memudahkan penulis untuk

mendapatkan data peristiwa dan pengalaman yang terscermin dalam puisi

tersebut.

Page 53: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

44

Unsur-unsur pembangun puisi di atas dijadikan sebagai instrumen

pengumpulan data karena unsur-unsur tersebut sangat berhubungan erat dalam

mengkaji aspek pengalaman sebagai analisis datanya. Dengan mengetahui unsur

pembentuk puisi tersebut maka penulis dapat mengetahui perasaan, peristiwa, dan

pengalaman yang terdapat dalam puisi tersebut.

3.4.2 Instrumen Analisis Data

Untuk menganalisis puisi-puisi angkatan Balai Pustaka-angkatan ’70

diperlukan instrumen analisis data sebagai berikut.

1. Aspek pengalaman sosial

Aspek pengalaman sosial yang dikaji berdasarkan aspek perilaku

pengarang, ataupun tokoh yang dibicarakan dalam puisi ketika berhubungan

dengan orang lain dan melakukan hubungan sosial kemasyarakatan.

2. Aspek pengalaman budaya

Aspek pengalaman budaya yang dikaji berdasarkan kebiasaan dan

gambaran kebudayaan yang berlaku dan digambarkan dalam puisi. Aspek

kebudayaan tersebut meliputi kebiasaan masyarakat, sistem mata pencaharian,

sistem religi, dan sistem kebudayaan lainnya yang terdapat pada saat puisi

tersebut ditulis.

3. Aspek pengalaman psikologi

Aspek pengalaman yang dikaji berdasarkan pengalaman cara berpikir

pengarang ataupun pengalaman berpikir pengarang dan juga pengalaman yang

melibatkan aspek kejiwaaan pengarang maupun masyarakat yang hidup pada saat

puisi tersebut diciptakan.

Page 54: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

45

BAB IV

ANALISIS PENGALAMAN YANG TERCERMIN DALAM PUISI-PUIS I

ANGKATAN BALAI PUSTAKA – ANGKATAN 70

4.1 Data Penelitian

Data inti dalam penelitian ini adalah unsur-unsur pengalaman yang

terdapat dalam puisi-puisi yang ditulis oleh pengarang Angkatan Balai Pustaka –

Angkatan 70. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara pengalaman-

pengalaman yang terdapat dalam puisi tersebut dengan upaya pemilihan bahan

pembelajaran sastra di SMA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang

dibangun oleh struktur lahir dan struktur batin.

Struktur lahir puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur

estetik yang membangun strtuktur lahir dari puisi. Sedangkan, struktur batin puisi

mengungkapkan segala sesuatu yang ingin dikemukakan oleh penyair. Dengan

demikian, melalui struktur batin puisi tersebut penyair dapat mengungkapkan

perasaan, ide, gagasan, dan berbagai pengalaman kehidupan yang bernilai bagi

pembaca. Oleh karena itu, sebelum penulis melakukan analisis terhadap unsur-

unsur pengalaman yang terdapat dalam puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan

70, penulis terlebih dahulu melakukan analisis terhadap struktur batin dari puisi-

puisi tersebut.

Untuk memperjelas analisis data yang dilakukan penulis, penulis

cantumkan data penelitian dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Page 55: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

46

Tabel 4.1 Data Penelitian

No Kode Sampel

Judul Puisi Pengarang Angkatan

1 01 Tanah Air M.Yamin Balai Pustaka 2

02 Indonesia Tumpah

Darahku M.Yamin Balai Pustaka

3 03 Berdiri Aku Amir Hamzah Balai Pustaka 4 04 Padamu Jua Amir Hamzah Pujangga Baru 5 05 Kolam Rustam Effendi Pujangga Baru 6 06 Menuju Kelaut S.T Alisjahbana Pujangga Baru 7 07 Dibawa Gelombang Sanusi Pane Pujangga Baru 8 08 Kerabat Kita S.T Alisjahbana Pujangga Baru 9 09 Derai-derai Cemara Chairil Anwar ‘45 10 10 Krawang - Bekasi Chairil Anwar ‘45 11 11 Do’a Chairil Anwar ‘45 12 12 Sajak Anak Laut Asrul Sani ‘45 13 13 Gadis Peminta-minta Toto S Bachtiar ‘50 14 14 Biar Mati Badanku Kini Hamka ‘50 15

15 Kepada saudaraku M

Natsir Hamka ‘50

16 16 Makna Sebuah Titipan W.S Rendra ‘70 17

17 Sebuah Jaket Berlumur

Darah Taufik Ismail ‘70

18 18 Di Sebuah Halte Bis

Sapardi Djoko Pramono

‘70

19 19 Dewa Telah Mati

Subagio Sastrowardojo

‘70

20 20 Jembatan

Sutardi Calzoum Bachri

‘70

Selanjutnya, puisi-puisi di atas dianalisis berdasarkan struktur batin yang

terdapat dalam puisi tersebut untuk mendapatkan gambaran mengenai

pengalaman-pengalaman yang terdapat didalamnya. Untuk mempermudah

pelaksanaan analisis data tersebut, penulis menggunakan lembar analisis yang

memuat hasil analisis struktur batin dan segala hal yang berkaitan dengan puisi

tersebut.

Page 56: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

47

4.2 Analisis Data

Bagian ini berisi pemaparan pengalaman yang terkandung dalam puisi

Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70. Untuk mengetahui pengalaman yang

terdapat dalam puisi, bisa dilakukan dengan pendekatan mimesis. Analisis dengan

pendekatan mimesis dapat penulis uraikan sebagai berikut.

4.2.1 Analisis Puisi Tanah Air Karya Mohamad Yamin

1. Teks Puisi TANAH AIR Pada batasan, Bukit Barisan Memandang aku, ke bawah memandang; Tampak Hutan rimba dan ngarai; Lagi pun sawah, sungai yang permai; Serta gerangan, lihatlah pula Langit yang hijau bertukar warna Oleh pucuk daun kelapa; Itulah tanah, tanah airku, Sumatra namanya, tumpah darahku. Sesayup mata, hutan semata, Bergunung bukit, lembah sedikit; Jauh di sana, di sebelah situ, Dipagari gunung satu per satu Adalah gerangan sebuah surga, Bukannya janat bumi kedua Firdaus melayu di atas dunia! Itulah tanah yang kusayangi, Sumatra namanya, yang kujunjungi. Pada batasan, Bukit barisan, Memandang ke pantai, teluk permai; Tampaklah air, air segala, Itulah laut, Samudra Hindia. Tampaklah ombak, gelombang pelbagai Memecah ke pasir, lalu berderai, “Wahai Andalas, pulau Sumatra, “Harumkan nama, selatan utara!

Page 57: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

48

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang terdapat dalam puisi tanah airku di antaranya yaitu

pengalama kegiatan yang berupa pengalaman jasmani, dan pengindraan. Untuk

pengalaman kegiatan dapat dilihat dalam larik Memandang aku, ke bawah

memandang. Kemudian, pada bait ke 3 larik kedua juga terlihat pengalaman yang

sama dengan konteks Memandang ke pantai, teluk permai. Pengalaman tersebut

bisa diasosiasikan bahwa penulis melakukan kegiatan melihat keindahan teluk dan

juga hutan rimba. Hal tersebut menggambarkan bahwa penulis memiliki

pengalaman memandang keindahan tempat yang disebutkan tersebut.

Selanjutnya, pengalaman pengindraan yang terdapat dalam puisi atau sajak

Tanah Air yaitu pengalaman pengindraan yang melibatkan indra penglihatan.

Konteks pengalaman tersebut bisa dilihat dalam larik Langit yang hijau bertukar

warna. Kemudian, terdapat pula pengalaman pengindraan yang melibatkan

pengindraan pendengaran yaitu dapat dilihat dalam larik Memecah ke pasir, lalu

berderai. Dari pengalaman pengindraan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

dalam puisi ini penulis memasukan pengalaman dia ketika melihat langit yang

hijau dan indah. Kemudian, dia menggambarkan pengalaman-pengalaman

tersebut dalam aspek pencitraan yang terdapat dalam puisi tersebut.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Tanah Air Karya M.Yamin tercermin pengalaman penginderaan pendengaran,

pengalaman penginderaan penglihatan, dan pengalaman kegiatan.

Page 58: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

49

4.2.2 Analisis Puisi Indonesia Tumpah Darahku Karya Mohamad Yamin 1. Teks Puisi

INDONESIA TUMPAH DARAHKU

Bersatu kita teguh Bercerai kita runtuh

Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung-gunung bagus rupanya Dilingkari air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya

Lihatlah kelapa melambai-lambai Berdesir bunyinya sesayup sampai Tumbuh di pantai bercerai-cerai Memagar daratan aman kelihatan Dengarlah ombak datang berlagu Mengejar bumi ayah dan ibu Indonesia namanya. Tanah airku

Tanahku bercerai seberang-menyeberang Merapung di air, malam dan siang Sebagai telaga dihiasi kiambang Sejak malam diberi kelam Sampai purnama terang-benderang Di sanalah bangsaku gerangan menompang Selama berteduh di alam nan lapang

Tumpah darah Nusa India Dalam hatiku selalu mulia Dijunjung tinggi atas kepala Semenjak diri lahir ke bumi Sampai bercerai badan dan nyawa Karena kita sedarah-sebangsa Bertanah air di Indonesia

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang terdapat dalam sajak di atas di antaranya yaitu

pengalaman kegiatan, pengalaman pengindraan, dan pengalaman rohani yaitu

pengalaman pemikiran. Pengalaman kegiatan yang terdapat dalam sajak tersebut

Page 59: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

50

yaitu pengalaman kegiatan berupa pengalaman jasmani yang bisa dilihat dalam

larik berikut ini Duduk di pantai tanah yang permai. Selanjutnya, pengalaman

pengindraan dapat dilihat dalam larik Lihatlah kelapa melambai-lambai dan larik

Sampai purnama terang-benderang. Dalam larik tersebut, terlihat adanya

pengindraan yang melibatkan penglihatan.

Selanjutnya, terdapat pula pengalaman pengindraan yang melibatkan

pendengaran dalam larik Dengarlah ombak datang berlagu dan juga larik

Berdesir bunyinya sesayup sampai. Kemudian, pengalaman rohani yang

melibatkan pemikiran dalam sajak tersebut dapat dilihat dalam larik Tumpah

darah Nusa India, Dalam hatiku selalu mulia. Dikatakan demikian, karena dalam

konteks tersebut bisa dilihat adanya suatu pemikiran yang mulia terhadap tempat

yang disebut pengarang sebagai “Tumpah darah Nusa India”, dengan kata lain

pengarang sangat mengagumi dan mencintai hal tersebut yang dia anggap selalu

mulia. Artinya, dalam larik tersebut terbersit pengalaman jiwa patriotisme

pengarang terhadap bangsa dan negaranya.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Indonesia Tumpah Darahku karya M.Yamin tercermin pengalaman rohani yaitu

pengalaman berpikir, pengalaman penginderaan pendengaran, pengalaman

penginderaan penglihatan, dan pengalaman jasmani.

4.2.3 Analisis Puisi Berdiri Aku Karya Amir Hamzah 1. Teks Puisi Berdiri Aku

Berdiri aku di senja senyap Camar melayang menepis buih Melayah bakau mengurai puncak Berjulang datang ubur terkembang Angin pulang menyejuk bumi Menepuk teluk mengepas emas

Page 60: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

51

Lari ke gunung memuncak sunyi Berayun-ayun di atas alas Benang raja mencelup ujung Naik marah menyerang corak Elang leka sayap tergulung Dimabuk warna berarak-arak Dalam rupa maha sempurna Rindu senda mengharu kalbu Ingin datang merasa sentosa Mengecap hidup bertentu tuju.

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam sajak tersebut di antaranya

pengalaman penginderaan penglihatan yang dapat dilihat dalam penggalan bait

berikut ini.

Camar melayang menepis buih Melayah bakau mengurai puncak

Dari penggalan bait tersebut terlihat adanya pengalaman penginderaan

penglihatan yang digambarkan oleh larik Camar melayang menepis buih. Hal

tersebut seperti menggambarkan keindahan pantai di sore hari. Kemudian terdapat

pula pengalaman rohani pemikiran dan perasaan yang dapat dilihat dalam

penggalan bait berikut ini.

Angin pulang menyejuk bumi Menepuk teluk mengepas emas Lari ke gunung memuncak sunyi Berayun-ayun di atas alas

Dari penggalan bait tersebut dapat dijelaskan bahwa pengarang

menyampaikan pemikiran ekspresi kesedihan yang ditampilkan dengan suasana

sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya dengan

Page 61: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

52

kekasihnya. Perasaan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan

suasana sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat

keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.

Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair yang

digambarkan dengan perasaannya yang dipermainkan ombak dan angin. Sehingga

hanya merenungi hiduplah yang mampu dilakukannya.

Selain itu, dalam sajak tersebut tercermin pula pengalaman kehidupan

beragama yang disampaikan oleh pengarang dan dapat dilihat dalam bait berikut

ini.

Dalam rupa maha sempurna Rindu senda mengharu kalbu Ingin datang merasa sentosa Mengecap hidup bertentu tuju

Larik Dalam rupa maha sempurnya yang ditulis pengarang tersebut

merupakan sebuah ungkapan pengarang terhadap Tuhan. Pengarang merasa

kesepian, namun sebagai seseorang yang beragama dia menyerahkan semuanya

kepada Tuhannya. Dari bait tersebut juga terihat adanya pengalaman rohani

merindukan seseorang dan keinginan untuk merasa bahagia dan sejahtera dengan

lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Berdasar pada uraian di atas, dalam sajak Berdiri Aku karya Amir Hamzah

tercermin pengalaman-pengalaman penginderaan dan rohani. Dalam sajak

tersebut terdapat pengalaman penginderaan penglihatan. Kemudian, pengalaman

rohani pemikiran dan perasaan. Selain itu, terdapat pula pengalaman kehidupan

beragama yakni pengalaman ingin lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Page 62: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

53

4.2.4 Analisis Puisi Dibawa Gelombang Karya Sanusi Pane

1. Teks Puisi

Dibawa Gelombang

Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian malam waktu Tidak berpawang tidak berkawan Entah kemana aku tak tahu Jauh di atas bintang kemilau Seperti sudah berabad-abad Dengan damai mereka meninjau Kehidupan bumi yang kecil amat

Aku bernyanyi dengan suara Seperti bisikan angin di daun Suaraku hilang dalam udara Dalam laut yang beralun-alun Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian malam waktu Tidak berpawang tidak berkawan Entah kemana aku tak tahu

2. Analisis Pengalaman

Di dalam sajak di atas terdapat beberapa pengalaman yang disampaikan

oleh pengarang. Pengalaman tersebut di antaranya pengalaman kegiatan menaiki

biduk atau perahu kecil. Hal tersebut bisa dilihat dalam larik Alun membawa

bidukku perlahan. Larik tersebut sebenarnya bisa diasosiasikan seperti sebuah

perjalanan hidup yang dijalani oleh pengarang ataupun orang lain. Kemudian

terdapat pula pengalaman berpikir yang termasuk dalam pengalaman rohani, yaitu

bisa dilihat dalam larik Entah kemana aku tak tahu. Hal tersebut menggambarkan

adanya pengalaman berpikir yang dituliskan dalam bentuk pertanyaan tentang ke

mana si tokoh “aku” harus pergi atau mungkin tinggal. Sebenarnya larik tersebut

juga tidak seperti sebuah pertanyaan, tetapi seperti sebuah pernyataan. Oleh

Page 63: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

54

karena itu, peneliti menganggap hal tersebut merupakan sebuah pengalaman

rohani.

Selanjutnya dalam sajak tersebut juga terdapat pengalaman pengindraan,

yang meliputi penginderaan pendengaran dan penglihatan. Hal tersebut bisa

dilihat dalam larik jauh di atas bintang kemilau dan seperti bisikan angin di daun.

Dari kedua larik tersebut dapat digambarkan bahwa pengarang menggunakan citra

atau pengimajian untuk mendeskripsikan keindahan bintang dan sinarnya, serta

sunyinya suara angin yang digambarkan seperti sebuah bisikan di atas daun.

Pengalaman lainnya yang dapat peneliti gambarkan yaitu pengalaman rohani,

yaitu nilai sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat saat sajak tersebut

ditulis. Hal tersebut bisa dilihat dalam larik kehidupan bumi yang kecil amat.

Larik tersebut dapat diasosiasikan bahwa dunia terasa sempit bila setiap orang

hidup dengan cara dan keinginannya masing-masing tanpa memperdulikan orang

di sekitarnya. Terlihat juga adanya pengalaman rohani lainnya, yaitu pemikiran

atau pengalaman berpikir bahwa sebenarnya pengarang merasa sangat kesepian.

Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Alun membawa bidukku perlahan, Dalam

kesunyian malam waktu, Tidak berpawang tidak berkawan, Entah kemana aku tak

tahu. Keempat larik tersebut merupakan bait pertama dalam sajak “Di bawa

gelombang”. Dari bait tersebut terlihat bahwa sebenarnya pengarang memiliki

pengalaman kesepian. Dia tidak memiliki teman atau sahabat.

4.2.5 Analisis Puisi Padamu Jua Karya Amir Hamzah

1. Teks Puisi

Padamu Jua

Habis kikis

Page 64: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

55

Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Punya rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menusuk ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu – bukan giliranku Mati hari – bukan kawanku

2. Analisis Pengalaman Pengalaman yang tercermin dalam sajak di atas di antaranya yaitu

pengalaman penginderaan. Pengalaman penginderaan tersebut dapat dilihat dalam

larik Kaulah kandil kemerlap. Dari larik tersebut, dapat terlihat adanya

penginderaan penglihatan yang dilukiskan dengan kata kandil dan kemerlap.

Selanjutnya, ada juga pengalaman kegiatan yaitu merindukan seseorang.

Pengalaman tersebut tercermin dalam larik Rindu rasa, Rindu rupa. Dari larik

tersebut, terlihat adanya sebuah pengalaman merindukan seseorang. Kemudian,

Page 65: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

56

ada juga pengalaman rohani yaitu proses berpikir pengarang dalam larik bertukar

tangkap dengan lepas dan Serupa dara di balik tirai. Larik tersebut tidak dapat

dengan mudah dipahami. Hal tersebut disebabkan larik itu merupakan interpretasi

pengarang dalam menggambarkan suatu keindahan yang dimiliki wanita atau

objek yang menjadi sasaran sajak tersebut.

Kemudian, selain pengalaman-pengalaman di atas, dalam sajak ini juga

terdapat pengalaman yang diambil dari keseluruhan sajak tersebut. Pengalaman

yang dimaksud adalah pengalaman kegiatan mengagumi dan merindukan

seseorang yang sangat dikasihinya. Setelah itu, pengarang melakukan monolog

yang digambarkan lewat bentuk puisi sajak Padamu Jua. Hal tersebut bisa dilihat

dari penggalan sajak berikut ini.

Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati

Dari bait tersebut, terlihat adanya pernyataan yang dibuat pengarang yang

berisi pertanyaan tentang dimana keberadaan orang atau kekasihnya tersebut.

Pengarang hanya melamun dan mencoba untuk mengobati hatinya sendiri, seperti

yang terlihat dalam larik Hanya kata merangkai hati.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Padamu Jua karya Amir Hamzah tercermin pengalaman penginderaan,

pengalaman kegiatan, dan pengalaman rohani. Pengalaman-pengalaman tersebut

bisa dilihat dari larik yang dituliskan dan digambarkan oleh pengarang.

Page 66: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

57

4.2.6 Analisis Puisi Kolam Karya Rustam Effendi

1. Teks Puisi

Kolam

Di tengah kolam yang indah tenang, berenang seekor gangsa Sayapnya putih bulunya jernih, jernih biji matanya Bak pulai leher semampai junjang memandang bercermin air Renangnya hening airnya bening hening tiada berdesir.

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang terdapat dalam sajak di atas di antaranya pengalaman

kegiatan dan pengalaman penginderaan. Pengalaman kegiatan yang terdapat

dalam sajak di atas dapat dilihat dalam keseluruhan sajak tersebut. Pengalaman

kegiatan tersebut merupakan suatu pengalaman melihat seorang gadis yang

digambarkan oleh pengarang dengan seekor angsa putih. Kemudian, pengalaman

penginderaan dalam puisi tersebut dapat dilihat dalam larik bulunya jernih, leher

semampai, airnya bening, dan tiada berdesir. Pengalaman penginderaan untuk

ketiga larik pertama yang disebutkan merupakan pengalaman penginderaan

penglihatan karena menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat. Selanjutnya,

pengalaman penginderaan pendengaran dalam larik terakhir yang disebutkan tadi.

Page 67: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

58

Dalam larik tiada berdesir bisa digambarkan sesuatu yang sangat tenang dan

damai sama halnya dengan suasana ketika seorang pria melihat wanita yang

menurutnya cantik dan anggun.

4.2.7 Analisis Puisi Menuju Ke laut Karya S.T Alisjahbana

1. Teks Puisi

Menuju Ke Laut

Kami telah meninggalkan engkau, Tasik yang tenang tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun, dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun, dari mimpi yang nikmat.

Ombak riak berkejar-kejaran di gelanggang biru di tepi langit. Pasir rata berulang di kecup, tebing curam ditentang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama mega.

Sejak itu jiwa gelisah Selalu berjuang tiada reda. Ketenagan lama serasa beku, gunung pelindung rasa pengalang. Berontak hati hendak bebas, menyerang segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh, terhempas berderai mutiara bercahaya. Gegap gempita suara mengerang, Dahsyat bahna suara menang. Keluh dan gelak silih berganti, pekik dan tempik sambut menyambut.

Tetapi betapa sukanya jalan, bedana terhembas, kepala tertumbuk, hati hancur, pikiran kusut, namun kembali tiada ingin namun kembali tiada angin, ketenangan lama tiada diratap.

Page 68: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

59

Kami telah meninggalkan engkau, Tasik yang tenang tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun, dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun, dari mimpi yang nikmat.

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang terdapat dalam sajak di atas di antaranya, pengalaman

kegiatan dan pengalaman penginderaan. Pengalaman kegiatan bisa dilihat dalam

larik Kami telah meninggalkan engkau. Dari larik tersebut digambarkan bahwa

pengarang memiliki pengalaman pergi meninggalkan sesuatu, seseorang ataupun

suatu tempat. Selajutnya, pengalaman penginderaan dapat dilihat dalam larik

Tasik yang tenang tiada beriak. Kata beriak dalam larik tersebut merupakan

pengalaman pengarang ketika menggambrkan sesuatu yang berhubungan dengan

indera pendengaran. Kemudian, terdapat juga pengalaman penginderaan lainnya

dalam larik Gemuruh berderau kami jatuh, Gegap gempita suara mengerang,

pekik dan tempik sambut menyambut. Ketiga larik tersebut merupakan konteks

dari pengalaman penginderaan pendengaran. Sedangkan larik, terhempas berderai

mutiara bercahaya merupakan konteks dari pengalaman penginderaan

penglihatan.

Selain pengalaman- pengalaman di atas, terdapat pula pengalaman rohani

yaitu pengalaman berpikir dalam larik Sebab sekali kami terbangun, dari mimpi

yang nikmat. Dari kedua larik tersebut, dapat terlihat adanya suatu proses

pemikiran tentang pengalaman pengarang dalam menggambarkan sesuatu yang

tidak mau ditinggalkan. Sesuatu tersebut bisa diasosiasikan menjadi sebuah

angan-angan terhadap kenangan dan pengalaman indah pengarang bersama

kekasihnya.

Page 69: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

60

4.2.8 Analisis Puisi Kerabat Kita Karya S.T Alisjahbana 1. Teks Puisi Kerabat Kita Bunda, masih kudengar petuamu bergetar waktu ku tertegun di ambang pintu, melepaskan diriku dari pelikmu : "Hati-hati di rantau orang, anakku sayang, Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir, Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung". Telah lama aku mengembara : jauh rantau kejelajah, banyak selat dan sungai kuseberangi, gunung dan gurun kuedari. Beragam warna, bahasa dan budaya manusia, teman aku bersantap, bercengkerama dan bercumbu, lawan aku bertengkar dan berselisih. Di runtuhan Harapan dan Pompeyi aku ziarah, Dari menara Eifel dan Empire State Building aku tafakur memandang semut manusia. Di pembajaan Ruhr dan Nagasaki aku bangga melihat kesanggupan umat berpikir, mengatur dan berbuat. Kuhanyutkan diriku dalam lautan manusia di Time Square di New York dan di Piccadily di London. Kuresapkan lagu kesepian pengendara unta di gurun pasir dan batu Anatolia, sega Islandia yang megah di padang salju yang putih. Bunda, Pulang dari rantau yang jauh berita girang kubawa kepadamu, resap renungan petua keramat, sendu engkau bisikkan di ambang pintu : Di mana-mana aku menjejakkan kaki, aku berjejak di bumi yang satu. Dan langit yang kunjung di mana-mana langit kita yang esa. Bunda, Alangkah luasnya dan dahsyatnya kerabat kita kaya budi kaya hati, pusparagam ciptaan dan dambaan.

Page 70: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

61

2. Analisis Pengalaman Di dalam sajak di atas tercermin beberapa pengalaman penginderaan dan

pengalaman kegiatan. Pengalaman penginderaan dapat dilihat dalam larik masih

kudengar petuamu bergetar, aku tafakur memandang semut manusia. Dari larik

tersebut terlihat adanya pengalaman penginderaan pendengaran dan penglihatan.

Indera pendengaran dapat dilihat pada larik pertama yang disebutkan, sedangkan

pengalaman penginderaan pendengaran dapat dilihat dalam larik selanjutnya.

Selain itu, pengalaman kegiatan yang merupakan kegiatan jasmani dalam

sajak tersebut dapat dilihat dalam larik telah lama aku mengembara. Dalam larik

tersebut digambarkan bahwa sajak ini merupakan ungkapan pengarang dalam

menceritakan pengalamannya mengembara dan merantau ke luar negeri.

Selanjutnya, dalam sajak ini juga terdapat pengalaman rohani, yaitu

pengalaman nilai sosial masyarakat pada saat sajak tersebut ditulis. Pengalaman

nilai sosial tersebut dapat terlihat dalam bait berikut ini.

Di pembajaan Ruhr dan Nagasaki aku bangga melihat kesanggupan umat berpikir, mengatur dan berbuat.

Dari bait tersebut dapat terlihat adanya rasa bangga pengarang ketika

melihat suatu tempat atau pemukiman yang pernah ia singgahi. Di sana

masyarakatnya mampu berpikir, dan mengatur kehidupannya dengan baik dan

teratur. Nilai sosial kemasyarakatan yang pandai dalam berpikir dan berperilaku

terlihat dalam bait penggalan bait sajak tersebut.

Selain pengalaman-pengalaman tersebut terdapat pula pengalaman rohani

lainnya yang merupakan pengalaman nilai budaya, hal tersebut dapat dilihat

dalam larik di bawah ini.

Page 71: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

62

Bunda, Pulang dari rantau yang jauh berita girang kubawa kepadamu, resap renungan petua keramat, sendu engkau bisikkan di ambang pintu : Di mana-mana aku menjejakkan kaki, aku berjejak di bumi yang satu. Dan langit yang kunjung di mana-mana langit kita yang esa.

Dari larik tersebut terlihat adanya hubungan antara anggota keluarga yang

merupakan salah satu aspek pengalaman nilai budaya.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Kerabat Kita karya S.T Alisjahbana terdapat beberapa pengalaman penginderaan,

pengalaman rohani, dan pengalaman kegiatan. Pengalaman penginderaan tersebut

yaitu penginderaan penglihatan dan pendengaran, sedangkan pengalaman rohani

dalam sajak tersebut yaitu pengalaman nilai sosial dan budaya. Selanjutnya,

pengalaman kegiatan yang dimaksud dalam sajak tersebut yaitu pengalaman

jasmani yang menggambarkan kisah pengembaraan pengarang.

4.2.9 Analisis Puisi Derai-derai Cemara Karya Chairil Anwar 1. Teks Puisi Derai-derai cemara Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda-nunda kekalahan Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Page 72: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

63

2. Analisis Pengalaman Di dalam sajak di atas, terdapat beberapa pengalaman penginderaan dan

pengalaman rohani. Pengalaman penginderaan dapat dilihat dalam larik Cemara

menderai sampai jauh. Dari larik tersebut terlihat adanya pengalaman

penginderaan penglihatan. Ungkapan dalam puisi yang berbeda dengan makna

sebenarnya Cemara menderai sampai jauh, dipukul angin yang terpendam,

seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan yang mulai lelah. Dengan simbol-

simbol seperti dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah

dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian,

tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan, misalnya malam

yang biasanya diidentikkan dengan kesunyian, disangkal dengan suara-suara

seperti, menderai dan dipukul.

Kemudian, pengalaman rohani yang berupa pengalaman berpikir dan

perasaan dapat dilihat dalam larik Aku sekarang orangnya bisa tahan, Tambah

terasing dari cinta dan sekolah rendah. Dari larik pertama, dapat terlihat adanya

pengungkapan kemarahan dan ungkapan tidak tahan terhadap suatu keadaan yang

pernah pengarang rasakan. Dalam larik kedua yang disebutkan tersebut, terlihat

adanya pengalaman kesepian pengarang yang jauh dari rasa kasih sayang dan

pendidikan yang kurang dan belum pernah ia rasakan. Kata “Terasing” dalam

larik tersebut seakan menguatkan pernyataan bahwa pengarang pernah kesepian

dan merasa jauh dari siapapun.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar tercermin pengalaman penginderaan

Page 73: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

64

dan dua pengalaman rohani yaitu pemikiran atas sebuah pemberontakan dan

pengalaman perasaan yang menggambarkan perasaan kesepian.

4.2.10 Analisis Puisi Do’a Karya Chairil Anwar

Doa Kepada pemeluk teguh

Tuhanku, Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh Menyebut Kau penuh seluruh CahayaMu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku, Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku, Aku mengembara di negeri asing Tuhanku, Di pintuMu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling 2. Analisis Pengalaman

Di dalam puisi di atas terdapat pengalaman penginderaan dan pengalaman

rohani. Pengalaman penginderaan dapat dilihat dalam larik CahayaMu panas suci,

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi. Kedua larik tersebut menggambarkan suatu

pengalaman angan atau gambaran penginderaan penglihatan. Selajutnya,

pengalaman rohani yaitu perasaan dan pemikiran ingin bertobat terlihat dalam

larik Di pintuMu aku mengetuk, Aku tidak bisa berpaling. Kemudian, selain dua

pengalaman tersebut juga terdapat pengalaman lain yaitu pengalaman kehidupan

beragama yang dapat dilihat dalam bait berikut.

Page 74: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

65

Tuhanku, Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu

Dari bait tersebut, terlihat adanya hubungan seorang umat manusia yang

memohon dan berdoa kepada Tuhannya. Pengalaman lainnya yaitu pengalaman

kegiatan jasmani yang merupakan pengalaman pengarang yang sering

mengembara dan bepergian ke tempat yang jauh. Tidak hanya melakukan

perjalanan dan pengembaraan, tetapi juga pengalaman pengarang yang telah

melakukan banyak kesalahan dan dosa. Hal tersebut dapat dilihat dalam bait

berikut ini.

Tuhanku, Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku, Aku mengembara di negeri asing Tuhanku, Di pintuMu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

Dari bait tersebut, dapat digambarkan bahwa keadaan pengarang saat itu

sudah tidak seperti biasanya. Kata Remuk dan kalimat Aku hilang bentuk seperti

menggambarkan kondisi kehidupan pengarang yang sudah sangat buruk.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Do’a karya Charil Anwar terdapat pengalaman penginderaan, pengalaman

kegiatan jasmani, pengalaman rohani yaitu pengalaman perasaan dan pemikiran,

dan pengalaman kehidupan beragama.

Page 75: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

66

4.2.11 Analisis Puisi Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar

1. Teks Puisi

KARAWANG-BEKASI Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat

Berilah kami arti Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian

Page 76: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

67

Kenang-kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

2.Analisis Pengalaman

Sajak di atas merupakan sajak yang ditujukan kepada para pahlawan tak

dikenal yang tewas karena peperangan. Pengalaman yang terdapat dalam sajak

tersebut di antaranya yaitu pengalaman pengindraan. Hal tersebut daapt terlihat

dalam larik Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak. Pengalaman

yang tercermin dalam larik tersebut merupakan pengalaman penginderaan

pendengaran. Selanjutnya, terdapat pula pengalaman rohani dalam konteks

pengalaman berpikir. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Tapi siapakah yang

tidak lagi mendengar deru kami, terbang kami maju dan mendegap hati?. Pada

larik tersebut dibutuhkan pemikiran untuk memahami kata-kata tersebut di atas

terutama sebuah pertanyaan dari Sang Penyair dengan menggunakan citra

intelektual. Apakah yang dimaksud dengan “deru kami” pada kalimat tersebut?,

lalu apakah yang dimaksud oleh Sang Penyair dengan “terbang kami maju dan

mendegap hati”?. Bisa jadi yang dimaksud dengan “deru kami” yaitu segala

keinginan dan harapan dari Sang Penyair atau semua gejolak hati yang tidak dapat

disampaikan lewat kata-kata oleh Sang Penyair.

Selain pengalaman tersebut, terdapat pula pengalaman kegiatan jasmani

yaitu pengalaman saat pengarang melihat mayat-mayat berserakan yang kemudian

dia tuliskan dalam larik Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi. Dari

larik tersebut terlihat bahwa pengarang pernah melihat mayat berserakan antara

Page 77: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

68

Karawang-Bekasi. Mayat-mayat tersebut kemudian pengarang gambarkan dengan

“kami terbaring”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar terdapat pengalaman penginderaan

pendengaran, pengalaman rohani yang berupa pemikiran, dan pengalaman

kegiatan jasmani.

4.2.12 Analisis Sajak Anak Laut Karya Asrul Sani 1. Teks Puisi Sajak Anak Laut Sekali ia pergi tiada bertepi Kepantai landasan matahari dan bermimpi tengah hari Akan negeri jauhan Pasir dan air seakan Bercampur. Awan tiada menutup mata dan hatinya rindu melihat laut terbentang biru “Sekali aku pergi dengan perahu ke negeri jauhan dan menyanyi kekasih hati lagu merindukan daku”. “Tenggelam matahari Ufuk sana tiada nyata bayang-bayang bergerak perlahan aku kembali padanya”. Sekali ia pergi tiada bertopi Kepantai landasan matahari dan bermimpi tengah hari Akan negeri di jauhan 2. Analisis Pengalaman

Page 78: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

69

Di dalam sajak di atas tercermin beberapa pengalaman. Salah satu

pengalaman yang terdapat dalam sajak tersebut yaitu pengalaman penginderaan

penglihatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik “Tenggelam matahari. Dari

larik tersebut diperoleh gambaran matahari yang terbenam atau suasana senja saat

sinar matahari sedang redup. Kemudian, pengalaman penginderaan penglihatan

juga dapat dilihat dalam penggalan bait berikut.

bayang-bayang bergerak perlahan aku kembali padanya Selanjutnya, terdapat pengalaman kegiatan jasmani menyanyi dalam bait

berikut ini.

“Sekali aku pergi dengan perahu ke negeri jauhan dan menyanyi kekasih hati lagu merindukan daku”.

Dari bait tersebut digambarkan pengalaman pengarang membayangkan

kehidupan di negeri yang jauh sambil bernyanyi. Dari bait tersebut juga

digambarkan adanya pengalaman rohani perasaan akan sebuah harapan

dirindukan oleh seseorang.

Berdasar pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sajak Anak

Laut karya Asrul Sani tercermin pengalaman penginderaan penglihatan,

pengalaman kegiatan jasmani, dan pengalaman rohani yaitu perasaan

mengharapkan sesuatu.

4.2.13 Analisis Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto S Bachtiar 1. Teks Puisi Gadis Peminta-minta Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Page 79: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

70

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dam kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk membagi dukaku Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu, tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam puisi di atas, di antaranya yaitu

pengalaman kegiatan jasmani. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Setiap kita

bertemu, gadis kecil berkaleng kecil. Dari larik tersebut dapat dilihat adanya

pengalaamn pertemuan antara pengarang dengan seorang anak kecil perempuan

yang digambarkan dengan simbol gadis kecl.

Selanjutnya, terdapat pula pengalaman rohani yaitu pengalaman berpikir

atau pengalaman yang didasari oleh pemikiran. Gambaran pengalaman tersebut

dapat dilihat dalam larik Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan,

Gembira dan kemayaan riang. Dari larik tersebut terlihat adanya pemikiran dan

angan-angan mengenai kemewahan dan kebahagiaan yang tidak pernah dimiliki

oleh si gadis kecil tersebut. Angan-angan gadis tersebut kemudian pengarang

gambarkan dalam larik tersebut. Pengalaman rohani yang juga termasuk dalam

pengalaman berpikir lainnya terdapat dalam larik Duniamu yang lebih tinggi dari

menara ketedral. Dari larik tersebut terlihat adanya suatu pemikiran dan pendapat

Page 80: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

71

pengarang yang menganggap bahwa gadis kecil tadi memiliki kemuliaan yang

sangat tinggi. Hal tersebut digambarkan dengan tingginya menara katedral.

Selain pengalaman-pengalaman tersebut, dalam puisi di atas terdapat pula

pengalaman penginderaan. Pengalaman penginderaan tersebut dapat dilihat dalam

larik Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal, Bulan di atas

itu, tak ada yang punya. Di dalam kedua larik tersebut terlihat adanya pengalaman

penginderaan penglihatan. Kemudian, terdapat pula pengalaman rohani yaitu

pengalaman perasaan ingin melakukan suatu perbuatan. Hal tersebut dapat dilihat

dalam larik Jiwa begitu murni, terlalu murni, untuk membagi dukaku. Dari kedua

larik tersebut dapat dilihat bahwa pengarang sebenarnya ingin bercerita kepada si

gadis kecil. Namun, karena suatu hal akhirnya dia mengurungkan niatnya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam puisi

Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar tercermin pengalaman rohani,

pengalaman jasmani dan pengalaman penginderaan yaitu pengalaman

penginderaan penglihatan.

4.2.14 Analisis Puisi Biar Mati Badanku Kini Karya Hamka 1. Teks Puisi

Biar Mati Badanku Kini

Biar mati badanku kini Payah benar menempuh hidup Hanya khayal sepanjang hidup Biar muram pusaraku sunyi Cucuk kerah pudingnya redup Lebih nyaman tidur di kubur

Page 81: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

72

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam sajak di atas di antaranya yaitu

pengalaman kegiatan jasmani. Pengalaman tersebut dapat dilihat dalam larik

Payah benar menempuh hidup. Dari larik tersebut dapat dilihat adanya

pengalaman lelah menjalani suatu kehidupan. Artinya, pengalaman tersebut juga

bisa menggambarkan suatu perjalanan hidup yang telah ditempuh pengarang.

Pengalaman lainnya yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu pengalaman

penginderaan. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Cucuk kerah pudingnya

redup. Selanjutnya, dalam puisi ini juga terdapat pengalaman rohani yaitu

pengalaman menginginkan dirinya mati agar terlepas dari semua masalkah yang

dialami pengarang. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Lebih nyaman tidur di

kubur.

Berdasar pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sajak Biar

Mati Badanku Kini karya Hamka tercermin pengalaman kegiatan, pengalaman

rohani, dan pengalamana penginderaan.

4.2.15 Analisis Puisi Kepada Saudaraku M.Natsir Karya Hamka

KEPADA SAUDARAKU M. NATSIR

Meskipun bersilang keris di leher Berkilat pedang di hadapan matamu

Namun yang benar kau sebut juga benar Cita Muhammad biarlah lahir

Bongkar apinya sampai bertemu Hidangkan di atas persada nusa Jibril berdiri sebelah kananmu

Mikail berdiri sebelah kiri Lindungan Ilahi memberimu tenaga

Suka dan duka kita hadapi Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi

Ini berjuta kawan sepaham

Page 82: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

73

Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha Ilahi Dan aku pun masukkan Dalam daftarmu……!

2. Analisis Pengalaman

Di dalam puisi di atas tercermin pengalaman kegiatan. Pengalama kegiatan

tersebut merupakan pengalaman kegiatan pengarang melihat kematian seorang

sahabatnya yaitu M. Natsir. Hal tersebut dapat dilihat dalam penggalam bait

berikut ini.

Suka dan duka kita hadapi Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi

Selajutnya terdapat pula pengalaman rohani ingin berjuang melawan

peperangan dan penindasan dengan mengobarkan api semangat yang pernah

dialami oleh Nabi Muhammad. Hal tersebut dapat dilihat dalam penggalam bait

berikut.

Meskipun bersilang keris di leher Berkilat pedang di hadapan matamu

Namun yang benar kau sebut juga benar Cita Muhammad biarlah lahir

Bongkar apinya sampai bertemu Hidangkan di atas persada nusa

Dari larik tersebut, terlihat adanya semangat berjuang pengarang yang

sangat mengidolakan Nabi Muhammad SAW. Pengalaman lainnya yang terdapat

dalam penggalan bait di atas yaitu pengalaman kehidupan beragama. Dikatakan

demikian, karena dalam bait tersebut terlihat bahwa pengarang mengidolakan dan

Page 83: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

74

menjadikan Nabi Muhammad panutan. Nabi Muhammad dalam agama Islam

merupakan seorang utusan Allah.

Berdasar pada uraian di atas, dalam sajak Kepada Saudaraku M.Natsir

karya Hamka terdapat pengalaman kegiatan, pengalaman rohani, dan pengalaman

kehidupan beragama.

4.2.16 Analisis Puisi Makna Sebuah Titipan Karya W.S Rendra 1. Teks Puisi

Makna Sebuah Titipan Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,

bahwa sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ? Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita. Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,

aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,

lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas,

dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika : aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan

Nikmat dunia kerap menghampiriku. Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk

Page 84: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

75

beribadah... "ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam puisi di atas di antaranya yaitu

pengalaman kegiatan jasmani. Pengalaman yang dimaksud yaitu pengalaman

berkata kepada orang lain mengenai apa yang dia miliki selaman ini. Hal tersebut

dapat dilihat dalam larik Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku.

Selanjutnya, terdapat pula pengalaman kehidupan beragama. Artinya, pengalaman

yang berkaitan dengan hubungan pengarang dengan Tuhannya. Hal tersebut dapat

dilihat dalam larik-larik puisi tersebut. Salah satunya dalam larik bahwa mobilku

hanya titipan Nya. Dari larik tersebut, terlihat adanya sebuah pengakuan dan

kerendahan ahti pengarang yang menganggap bahwa semua yang ia miliki hanya

milik Tuhannya. Kemudian, tercermin pula pengalaman rohani yaitu mengalami

kehilangan yang sangat besar. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik Mengapa

hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?. Dari larik

tersebut dapat dilihat bahwa pengarang kelihatan sesuatu yang sangat dia senangi

dan cintai.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Makna Sebuah Titipan tercermin pengalaman kegiatan, pengalaman kehidupan

beragama, dan pengalaman rohani.

4.2.17 Analisis Puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah Karya Taufik Ismail Sebuah Jaket Berlumur Darah Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung

Page 85: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

76

Dalam kepedihan bertahun-tahun Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan? Spanduk kumal itu, ya spanduk itu Kami semua telah menatapmu Dan di atas bangunan-bangunan Menunduk bendera setengah tiang Pesan itu telah sampai kemana-mana Melalui kendaraan yang melintas Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa Prosesi jenazah ke pemakaman Mereka berkata Semuanya berkata 2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang terdapat dalam puisi di atas di antaranya yaitu

pengalaman rohani berpikir. Hal tersebut dapat dilihat dalam bait berikut ini.

Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun

Dari bait tersebut, terlihat adanya sebuah pengalaman berpikir tentang

suatu pengorbanan yang telah dilakukan sejak lama. Pemikiran pengarang

terhadap pengorbanan dan penderitaan yang pernah dialaminya dia ungkapkan

dalam bait tersebut. Kemudian, terdapat pula pengalaman kegiatan. Pengalaman

tersebut dapat dilihat dalam penggalan bait berikut ini.

Page 86: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

77

Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Dari bait tersebut, terlihat adanya pengalaman jasmani. Pengalaman

jasmani tersebut menggambarkan perjalanan pengarang ketika akan ikut

berperang. Dalam bait tersebut dijelaskan bahwa pengarang banyak menemui

hambatan dan rintangan. Hal tersebut terlihat dalam larik Sebuah sungai

membatasi kita. Kemudian terlihat pula adanya pengalaman berpikir dalam larik

Berikara setia kepada tirani, Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Dari larik tersebut terlihat adanya pemikiran pengarang tentang kesetiaan dan

sebuah kepalsuan yang dilakukan para pejabat negara yang berkuasa saat itu.

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Sebuah Jaket Berlumur Darah karya Taufik Ismali tercermin pengalaman

kegiatan, pengalaman rohani, yaitu pengalaman berpikir.

4.2.18 Analisis Puisi Di Sebuah Halte Bis Karya Sapardi Djoko Pramono 1. Teks Puisi Di Sebuah Halte Bis Hujan tengah malam membimbingmu ke sebuah halte bis dan membaringkanmu di sana. Kau memang tak pernah berumah, dan hujan tua itu kedengaran terengah batuk-batuk dan tampak putih. Pagi harinya anak-anak sekolah yang menunggu di halte bis itu melihat bekas-bekas darah dan mencium bau busuk. Bis tak kunjung datang. Anak-anak tak pernah bisa sabar menunggu. Mereka menjadi kesal dan, bagai para pemabok, berjalan sempoyongan sambil melempar-lemparkan buku dan menjerit-jerit menyebut-nyebut namamu.

Page 87: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

78

2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam puisi di atas di antaranya yaitu

pengalaman penginderaan. Pengalaman penginderaan tersebut dapat dilihat dalam

larik dan hujan tua itu kedengaran terengah batuk-batuk. Dari larik tersebut

terlihat adanya pengalaman penginderaan pendengaran yang digambarkan oleh

kata “terengah” dan “batuk-batuk”. Kemudian ada juga pengalaman penginderaan

penglihatan dan penciuman. Pengalaman penginderaan penglihatan dapat dilihat

dalam larik dan tampak putih. Sedangakan, pengalaman penginderaan penciuman

terlihat dari larik itu melihat bekas-bekas darah dan mencium bau busuk.

Selain itu, dari keseluruhan konteks puisi atau sajak di atas, terlihat adanya

pengalaman rohani yaitu pengalaman berpikir. Dikatakan demikian, karena sajak

di atas merupakan pemikiran pengarang yang menggambarkan seekor anjing liar.

Hal tersebut terlihat dari setiap larik dalam sajak tersebut yang membicarakan

tentang sosok makhluk hidup yang liar, tidak terawat, bahkan namanya sering

dijadikan atau disebut untuk mengungkapkan perasaan marah atau kesal

seseorang. Hal tersebut bisa dilihat dalam bait berikut ini.

Pagi harinya anak-anak sekolah yang menunggu di halte bis itu melihat bekas-bekas darah dan mencium bau busuk. Bis tak kunjung datang. Anak-anak tak pernah bisa sabar menunggu. Mereka menjadi kesal dan, bagai para pemabok, berjalan sempoyongan sambil melempar-lemparkan buku dan menjerit-jerit menyebut-nyebut namamu Dari bait tersebut, dapat digambarkan bahwa yang dibicarakan dalam sajak

di atas memang seekor anjing. Terlebih lagi bila dilihat kembali dari bait pertama

puisi tersebut, terlihat adanya penggantian sosok seekor anjing yang pengarang

gambarkan dengan sosok “kau”.

Page 88: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

79

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Di Sebuah Halte Bis karya Sapardi Djoko Pramono tercermin pengalaman

penginderaan. Pengalaman penginderaan tersebut meliputi penginderaan

penglihatan, penciuman, dan pendengaran. Selain itu, terdapat juga pengalaman

berpikir pengarang yang termasuk dalam pengalaman rohani.

4.2.19 Analisis Puisi Dewa Telah Mati Karya Subagio Sastrowardojo 1. Teks Puisi DEWA TELAH MATI Tak ada dewa di rawa-rawa ini Hanya gagak yang mengakak malam hari Dan siang terbang mengitari bangkai pertapa yang terbunuh dekat kuil Dewa telah mati di tepi-tepi ini Hanya ular yang mendesir dekat sumber Lalu minum dari mulut pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri Bumi ini perempuan jalang yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini dan membunuhnya pagi hari. 2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam puisi di atas yaitu di antaranya

pengalaman penginderaan. Pengalaman penginderaan yang terdapat dalam sajak

atau puisi di atas meliputi pengalaman penginderaan pendengaran dan

penginderaan penglihatan. Pengalaman penginderaan pendengaran dapat dilihat

dalam larik Hanya gagak yang mengakak malam hari, Hanya ular yang mendesir

dekat sumber. Sedangkan pengalaman penginderaan penglihatan dapat dilihat

dalam larik pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri. Dikatakan demikian,

karena dalam larik tersebut terdapat kata “tersenyum”, pengarang mengimajikan

Page 89: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

80

sebuah senyuman pada seorang pelacur. Artinya, ada penggunaan indera

penglihatan dalam larik tersebut. Kemudian, terdapat pula pengalaman berpikir

yang dapat dilihat dalam larik Bumi ini perempuan jalang. Dari larik tersebut,

pengarang menggunakan pikirannya untuk membuat perumpamaan bahwa bumi

imi meupakan perempuan jalang. Perumpamaan tersebut didasarkan atas

pengalaman pengarang selama menjalani hidup di bumi dan semua hal yang dia

rasakan dan ketahui, kemudian berdasar pada semua hal tersebut pengarang

memiliki pendapat bahwa bumi ini sama halnya dengan perempuan jalang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Dewa Telah Mati karya Subagio Sastrowardojo tercermin pengalaman

penginderaan penglihatan, pengalaman penginderaan pendengaran dan

pengalaman rohani yaitu pengalaman berpikir.

4.2.20 Analisis Puisi Jembatan Karya Sutardi Calzoum Bachri 1. Teks Puisi

Jembatan

Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang jalanan yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota. Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit mengucap tanah air kita satu bangsa kita satu bahasa kita satu bendera kita satu ! Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah

Page 90: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

81

yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di antara kita ? Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak mampu mengucapkan kibarnnya. Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami. 2. Analisis Pengalaman

Pengalaman yang tercermin dalam puisi di atas di antaranya yaitu

pengalaman kegiatan. Pengalaman kegiatan yang terdapat dalam puisi tersebut

merupakan pengalaman kegiatan jasmani. Pengalaman tersebut bisa dilihat dalam

larik Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang. Dari larik

tersebut terlihat adanya pengalaman pergi untuk melihat atau menatap banyaknya

wajah yang menginginkan kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan dan

ketidakadilan. Selanjutnya, terdapat pula pengalaman rohani yaitu pengalaman

berpikir. Hal tersebut terlihat dalam penggalan bait berikut ini.

indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit mengucap tanah air kita satu bangsa kita satu bahasa kita satu bendera kita satu !

Dari larik tersebut dapat digambarkan bahwa pengarang memiliki

pemikiran tentang kesatuan dan persatuan yang ingin ia kobarkan kepada orang

lain yang tertindas. Selain pengalaman berpikir yang dapat dilihat dalam penggala

bait tersebut, terdapat juga pengalaman berpikir lain yang dapat dilihat dalam

penggalan bait berikut ini.

Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di antara kita ?

Page 91: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

82

Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajak

Jembatan karya Sutardi Calzoum Bachri tercermin pengalaman kegiatan jasmani,

pengalaman rohani yaitu berpikir. Sesungguhnya sajak jembatan merupakan sajak

yang memiliki banyak pengalaman berpikir dan pengalaman rohani. Dikatakan

demikian, karena walaupun sajak ini diciptakan bukan pada saat peperangan,

tetapi sajak ini dibuat saat masyarakat Indonesia terhimpit kesulitan ekonomi,

ketidakpercayaan terhadap penguasa, dan masa kebangkitan pemerintah. Hal

tersebut yang menjadikan sajak ini sarat dengan semangat dan pesan moral yang

disampaikan pengarangnya.

4.3 Pembahasan Hasil Analisis

Pada bagian akhir bab IV ini, penulis akan menyimpulkan hasil analisis

yang telah dikemukakan sebelumnya. Setelah mengkaji dan menganalisis dengan

cermat puisi-puisi yang ditulis oleh sastrawan yang tergolong dalam Angkatan

Balai Pustakan-Angkatan 70, penulis akan memaparkan pembahasan hasil analisis

puisi-puisi tersebut ditinjau dari pengalaman-pengalaman yang tercermin, serta

keterkaitannya dengan unsur-unsur lain dalam puisi-puisi tersebut.

1. Pembahasan Pengalaman Kegiatan

Pengalaman kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu semua

jenis kegiatan jasmani yang pernah dialami ataupun tercermin dalam puisi-puisi

Angkatan Balai Pustaka-Angkatan 70. Pengalaman-pengalaman kegiatan jasmani

ini meliputi kegiatan yang melibatkan semua organ tubuh, tangan, kaki, telinga,

mulut ataupun organ tubuh lainnya. Pengalaman jasmani yang terecrmin dalam

puisi-puisi atau sajak Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 cukup beragam.

Page 92: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

83

Pengalaman tersebut dicerminkan dalam Puisi Tanah Airku, Indonesia Tumpah

Darahku, Padamu Jua, Dibawa Gelombang, Kolam, Menuju Ke Laut, Kerabat

Kita, Do’a, Karawang-Bekasi, Sajak Anak Laut, Biar Mati Badanku Kini, Kepada

Saudaraku M.Natsir, dan Sajak Sebuah Jaket Berlumur Darah. Dalam sajak-sajak

tersebut terdapat pengalaman kegiatan jasmani seperti duduk, memandang,

melihat, dan bahkan berperang. Hal tersebut dapat dilihat dalam larik sajak

Sebuah Jaket Berlumur Darah karya Taufik Ismail. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pengalaman kegiatan jasmani hampir terdapat dalam seluruh

puisi Angkatan Balai Pustaka- Angkatan 70, sebagian besar pengalaman tersebut

merupakan pengalaman-pengalaman hidup dalam sebuah kehidupan yang

diwarnai peperangan, kesengasaraan, dan kehidupan pada masa kebangkitan

pemerintah.

2. Pembahasan Pengalaman Rohani

Pengalaman rohani yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengalaman

berpikir, berangan-angan, berharap, pengalaman nilai budaya, pengalaman nilai

sosial dan pengalaman lainnya yang melibatkan pikiran, norma dan perasaan.

Pengalaman rohani tercermin dalam puisi Indonesia Tumpah Darahku, Berdiri

Aku, Padamu Jua, Dibawa Gelombang, Padamu Jua, Menuju Ke Laut, Kerabat

Kita, Derai-derai Cemara, Do’a, dan Karawang-Bekasi. Sebagian besar

pengalaman rohani tersebut merupakan pengalaman berpikir. Hal tersebut

didasarkan pada suasana atau kondisi kehidupan saat sajak tersebut ditulis. Selain

itu, terdapat pula pengalaman rohani yang merupakan nilai sosial. Pengalaman

tersebut dapat dilihat dalam sajak Dibawa Gelombang karya Sanusi Pane. Selain

Pengalaman nilai sosial, tercermin pula pengalaman nilai budaya dalam sajak

Page 93: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

84

Kerabat Kita karya S.T Alisjahbana. Di dalam sajak tersebut terlihat adanya aspek

nilai budaya yaitu hubungan antara orang tua dan anaknya yang termasuk dalam

aspek sistem kekerabatan dalam nilai budaya. Pengalaman rohani lainnya

mencakup pengalaman perasaan menginginkan sesuatu, merindukan sesuatu,

bahkan pengalaman berangan-angan.

3. Pembahasan Pengalaman Penginderaan

Pengalaman penginderaan yang dimaksud dalam penelitian ini mencaku

pengalaman penginderaan penglihatan, penginderaan pendengaran, penginderaan

penciuman, penginderaan perabaan. Pengalaman penginderaan tersebut juga bisa

disamakan dengan aspek imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi-puisi

tersebut. Pengalaman-pengalaman penginderaan tersebut tercermin dalam sajak

Tanah Airku, Indonesia Tumpah Darahku, Berdiri Aku, Dibawa Gelombang,

Padamu Jua, Kolam, Menuju Ke Laut, Kerabat Kita, Derai-derai Cemara, Do’a,

Karawang-Bekasi, Sajak Anak Laut, Gadis Peminta-minta, Biar Mati Badanku

Kini, Di Sebuah Halte Bis, dan Dewa Telah Mati. Pengalaman penginderaan yang

paling banyak dicermikan dalam puisi Angkatan Balai Pustaka-Angkatan 70

yaitu pengalaman penginderaan pendengaran dan penglihatan. Namun, terdapat

juga satu pengalaman penginderaan penciuman dalam sajak Di Sebuah Halte Bis

karya Sapardi Djoko Pramono.

4. Pembahasan Pengalaman Kehidupan Beragama

Pengalaman kehidupan beragama yang dimaksud dalam penelitian ini

mencakup pengalaman pengarang sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan

dan pengalaman pengarang ketika berhubungan dengan Tuhannya ataupun pesan

Page 94: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

85

yang disampaikan pengarang terkait dengan unsur-unsur keagamaan. Pengalaman

kehidupan beragama tercermin dalam sajak Berdiri Aku, Do’a, Kepada Saudaraku

M.Natsir, dan Makna Sebuah Titipan. Dalam sajak-sajak tersebut tercermin

adanya pengalaman ingin bertobat dan memohon ampuanan kepada Tuhan. Hal

tersebut dapat dilihat dalam sajak Berdiri Aku karya Amir Hamzah dan Do’a

karya Chairil Anwar. Namun, terdapat pula pengalaman kehidupan beragama

yang lain yaitu pengalaman menginspirasikan utusan Tuhan. Hal tersebut dapat

dilihat dalam sajak Kepada Saudaraku M.Natsir karya Hamka. Di dalam sajak

tersebut digambarkan rasa kagum pengarang kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, dalam sajak Makna Sebuah Titipan karya W.S Rendra digambarkan

sikap dan pengalaman pengarang yang mengikhlaskan sesuatu yang hilang dari

dirinya dan menganggap bahwa semua yang ia miliki hanyalah milik Tuhan.

Sajak tersebut berisi pesan dan amanat agar manusia tidak pernah lupa bahwa

semua yang dia miliki, entah itu harta, jabatan ataupun kekuasaan semuanya

hanyalah titipan dan suatu hari dapat diambil kembali.

4.4 Analisis Kesesuaian Pemilihan Bahan Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka-

Angkatan 70 dapat penulis simpulkan bahwa dalam puisi-puisi tersbeut terdapat

pengalaman kegiatan yang meliputi aspek jasmani, pengalaman rohani,

pengalaman penginderaan, dan pengalaman kehidupan beragama. Pengalaman-

pengalaman tersebut digambarkan oleh pengarang agar pembaca atau penikmat

sastra dapat mengetahui pengalaman kehidupan yang pengarang alami. Selain itu,

Page 95: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

86

agar penikmat sastra bisa memahami dan mengalami kehidupan saat karya sastra

tersebut diciptakan.

Di dalam pengalaman-pengalaman tersebut dicerminkan pesan dan makna

kehidupan yang tinggi sehingga penikmat sastra dapat mengambil contoh

pengalaman dan perilaku baik yang terdapat dalam pengalaman-pengalaman

tersebut. Oleh karena itu, puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka-Angkatan 70 telah

memenuhi kriteria bahan pembelajaran apresiasi puisi. Hal yang menjadi dasar

kriteria dan menjadi acuan adalah unsur-unsur pengalaman dalam puisi-puisi

tersebut layak untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi puisi. Selain

itu, puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka-Angkatan 70 mengandung nilai didaktis,

nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religius. Nilai-nilai kehidupan tersebut

tercermin dalam pengalaman-pengalaman yang terdapat daam setiap bait puisi

tersebut.

Rahmanto (1988:27) mengungkapkan tiga faktor yang harus

dipertimbangkan dalam menyeleksi bahan pembelajaran apresiasi puisi. Faktor-

faktor tersebut adalah faktor bahasa, faktor psikologis, dan faktor latar belakang

budaya. Berikut penulis paparkan secara singkat ketiga faktor tersebut.

1. Pertimbangan dalam Segi Bahasa

Pemilihan bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan masa

perkembangan bahasa siswa. Bahasa yang mudah dipahami oleh siswa akan

memudahkan siswa untuk mengapresiasi karya sastra tersebut. Bila siswa

mengalami kesulitan memahami bahasa dalam karya sastra tersebut, guru harus

menjelaskan kata-kata atau kalimat yang dianggap sulit oleh siswa. Bahasa yang

Page 96: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

87

digunakan dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 cukup

sederhana dan mudah dipahami oleh siswa, khususnya untuk siswa tingkat SMA.

2. Pertimbangan dalam Segi Psikologis

Memilih bahan pembelajaran sastra harus mempertimbangkan tahap-tahap

perkembangan psikologis. Hal tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap minat

siswa. Selain itu, faktor psikologis berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan

mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman

terhadap masalah yang dihadapi. Puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan

70 sesuai dengan tahap perkembangan psikologis siswa SMA. Hal itu didasarkan

pada pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam puisi-puisi tersebut berkisar

tentang kehidupan nyata pengarang saat diciptakannya puisi-puisi tersebut.

Pengalaman-pengalaman tersebut banyak yang berisi kisah perjuangan pengarang

untuk mendapatkan sesuatu, dan gambaran nilai-nilai kehidupan lainnya.

3. Pertimbangan dalam Segi Latar Belakang Budaya

Bahan ajar harus sanggup berperan sebagai sarana pendidikan menuju ke

arah pembentukan pribadi siswa. Latar belakang budaya meliputi hampir semua

faktor kehidupan manusia dan lingkungan seperti geografis, sejarah, topografi,

iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, nilai-nilai

masyarakat, moral, dan sebagainya. Dengan kata lain, penyusunan bahan ajar

hendaknya disesuaikan dengan lingkungan hidup mereka. Nilai budaya dalam

puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 sesuai dengan latar belakang

budaya siswa SMA. Nilai budaya yang terkandung dalam puisi-puisi tersebut

berisi nilai-nilai releigius dan sistem kemasyarakatan yang bisa dijadikan amanat

dan pesan yang dapat diterapkan dalam kehidupan siswa.

Page 97: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

88

Berdasarkan pada ketiga kriteria tersebut, jika dilihat dari unsur-unsur

pengalaman yang dicerminkan pengarang dalam puisi-puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70 dapat dikatakan bahwa cara pengarang menggambarkan

pengalaman dalam puisi-puisi menggunakan bahasa yang sesuai dengan tahap

perkembangan bahasa anak, sehingga pembaca (siswa) memahami ide, gagasan,

perasaan, dan pengalaman yang tertuang dalam puisi tersebut.

Ditinjau dari segi psikologis peserta didik, puisi-puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70 tepat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi puisi

di SMA. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini mereka mulai mencari jati diri

dan mulai beranjak dewasa. Pada masa ini, siswa mulai memahami nilai-nilai

kehidupan dan membutuhkan pengalaman-pengalaman yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan kepekaan mereka terhadap unsur-unsur kehidupan. Puisi-puisi

Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 berisi pengalaman-pengalaman yang

menggambarkan kisah percintaan, kekeluargaan, perjuangan mendapatkan

sesuatu, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian, puisi-puisi tersebut tepat bila

disajikan dalam pembelajaran apresiasi puisi di SMA.

Ditinjau dari segi latar belakang budaya, puisi-puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70 tepat bila disajikan dalam pembelajaran apresiasi puisi di

SMA. Hal tersebut dikarenakan puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan

70 mengandung unsur-unsur kebudayaan yang erat dengan kehidupan siswa.

Kebudayaan masyarakat Indonesia dan sistem kemasyarakatan, keagamaan dalam

puisi-puisi tersebut mencerminkan kehidupan yang begitu keras dan penuh

perjuangan, namun terdapat pula hal-hal indah dan unik lainnya yang menjadikan

Page 98: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

89

puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 layak untuk dijadikan sebagai

bahan pembelajaran apresiasi puisi di SMA.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa puisi-puisi

Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 digunakan sebagai bahan pembelajaran

apresiasi puisi di SMA. Hal tersebut didasarkan pada pengalaman-pengalaman

yang terdapat dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70.

Gambaran pengalaman-pengalaman tersebut sesuai dengan perkembangan bahasa

siswa SMA dan juga dari segi psikologis sangat erat kaitannya dengan kehidupan

yang dijalani siswa SMA saat ini. Demikian juga bila dilihat dari latar belakang

budaya, pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70 mengandung nilai-nilai kebudayaan yang tinggi dan sesuai

dengan lingkungan kehidupan siswa SMA.

Page 99: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

90

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman dan

kelayakan puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 dijadikan sebagai

alternatif bahan pembelajaran. Hasil analisis yang telah penulis lakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Di dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 mengandung

banyak pengalaman kehidupan. Pengalaman-pengalaman tersebut

digambarkan dalam larik-larik yang terdapat dalam puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70. Selain itu, pengalaman-pengalaman tersebut

merupakan gambaran perilaku, pemikiran, kejadian, dan perasaan pengarang

saat karya sastra atau puisi tersebut diciptakan. Selain dari larik-larik dalam

puisi, ada juga pengalaman yang tercermin dalam bait dan bahkan pengalaman

yang digambarkan dan dicerminkan dari seluruh bait atau isi puisi tersebut.

2. Pengalaman-pengalaman yang tercermin dalam puisi-puisi Angkatan Balai

Pustaka – Angkatan 70 mencakup pengalaman kegiatan yang meliput kegiatan

jasmani dan perbuatan, pengalaman rohani yang meliputi pengalaman

perasaan, berpikir, pengalaman nilai sosial dan pengalaman nilai budaya.

Selain itu, tercermin pula pengalaman penginderaan yang meliputi

penginderaan pendengaran, penginderaan penglihatan, dan penglihatan

penciuman dan juga tercermin pengalaman kehidupan beragama. Pengalaman-

pengalaman tersebut mencerminkan betapa keras dan susahnya hidup di saat

Page 100: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

91

perjuangan dan kurangnya kesejatheraan. Di antara pengalaman-pengalaman

tersebut tercermin pengalaman berperang, berjuang dan pengalaman meminta

ampunan kepada Tuhan. Pengalaman yang paling banyak tercermin dalam

puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 yaitu pengalaman kegiatan,

rohani dan pengalaman penginderaan. Pengalaman kehidupan beragama hanya

tercermin dalam 4 buah puisi dari total 20 puisi yang dijadikan sampel

penelitian.

3. Berdasarkan analisis pengalaman-pengalaman yang tercermin ternyata puisi-

puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 dapat digunakan sebagai

alternatif bahan pembelajaran apresiasi puisi di SMA. Hal ini berdasarkan

hasil analisis ternyata aspek-apsek pengalaman yang tercermin dalam puisi-

puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan relevan dengan kehidupan

masyarakat sebenarnya, sehingga puisi-puisi tersebut layak dijadikan bahan

pembelajaran apresiasi puisi di SMA.

5.2 Saran Pada bagian akhir penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa

saran sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran-saran

yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan puisi-puisi

Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 sebagai bahan pembelajaran apresiasi

sastra, khusunya puisi di SMA. Hal ini didasarkan pada hasil analisis yang

telah dilakukan oleh penulis ternyata pengalaman-pengalaman yang tercermin

dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka – Angkatan 70 telah memenuhi

kriteria pemilihan bahan pembelajaran sastra.

Page 101: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

92

2. Hasil penelitian ini tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran sastra,

tetapi juga dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dan

pembelajaran gaya bahasa. Dikatakan demikian, karena ternyata pengalaman-

pengalaman yang terdapat dalam puisi-puisi Angkatan Balai Pustaka –

Angkatan 70 mengandung banyak perumpamaan dan gaya bahasa. Hal

tersebut dapat dijadikan alasan untuk memasukan unsur-unsur pengalaman

sebagai bahan pembelajaran menulis puisi, dan bahkan pembelajaran gaya

bahasa. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam

menyampaikan ide, gagasan dan pengalamannya dalam bentuk bahasa tulis.

3. Guru hendaknya mengkaji pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam

karya sastra sebagai acuan ketika akan menentukan bahan pembelajaran

apresiasi sastra. Sebagian besar pengkajian hanya dilakukan pada struktur dan

gaya bahasa suatu karya sastra, tidak mencakup pengalaman-pengalaman yang

terdapat dalam karya sastra.

4. Untuk mengkaji pengalaman-pengalaman dalam karya sastra, khusunya puisi

dapat dilakukan melalui pengakajian unsur-unsur yang membangun karya

sastra tersebut.

Page 102: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

93

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. (1979). Mirror and the lamp. London : Oxford University Press.

Altenbernd. (1970). A Handbook for the Study of Poetry. London. Collier Ltd.

Aminuddin. (1977). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.

Ampera, T. (2010). Pengajaran Sastra. Bandung : Widya.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Cohen. (1973). Sense of Poetry. London : Oxord University Press.

Damono, S.J. (1984). Perahu Kertas. Jakarta : Balai Putaka.

Doreksi. (1988). The Evaluation of Literary Texts. London : De Ridder Press

Depdiknas. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Esten, M. (1990). Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:

Angkasa. Luxemburg, J.V. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia.

Meyer. (1987). An Introduction to Fiction. London : Rinehart and Winston, Inc.

Nurgiantoro, B. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada Press.

Pradopo, R.J. (2003). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, Dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pradopo, R.J. (2007 Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gajah Mada Press.

Rahmanto. (1988). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius.

Ratna, K. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rollof. (1973). A Prague School Reader on Esthetics. Jakarta : Gramedia Pustaka

Rosidi, A. (1959). Cari Muatan. Jakarta : Balai Pustaka.

Rosidi, A. (1964). Kapankah Kesusatraan Indonesia Lahir?. Jakarta : Bharatara.

Page 103: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

94

Rusyana, Y. (1982). Metode Pengajaran Sastra. Bandung : CV Gunung Larang.

Sudjiman, P. (1984). Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Universitas Indonesia

Suharianto, S. (1985). Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang. Rumah Indonesia

Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.

Teeuw, A. (1983). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : Gramedia.

Teeuw, A. (1988). Tergantung pada Kata. Jakarta : Pustaka Jaya

Teeuw, A. (1998). Sastra Indonesia Modern II. Jakarta : Pustaka Jaya.

Waluyo, H.S. (1991). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga.

Wellek, R.(1968). Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Page 104: Analisis pengalaman pengalaman yang tercermin dalam puisi angkatan balai pustaka - angkatan 70

99

RIWAYAT HIDUP

Henda Suhenda lahir di Sumedang

pada tanggal 10 Juni 1990, sebagai putra

kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak

Uyu Wahyu dan Ibu Oyoh. Penulis

menamatkan pendidikan dasar di Sekolah

Dasar Negeri Bantargintung pada tahun 2001.

Pada tahun 2004 penulis menamatkan

pendidikan tingkat menengah di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Tomo.

Pendidikan tingkat atas ditempuh di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cimalaka

Kabupaten Sumedang dan lulus pada tahun 2007.

Dengan dukungan dan dorongan dari orang tua, pada tahun 2007 penulis

melanjutkan pendidikan di STKIP Sebelas April Sumedang pada jurusan

Dikbasasinda dengan jenjang S1. Saat ini penulis bertempat tinggal di Dusun

Bantargintung Desa Karyamukti Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang.