analisis penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar siswa...
DESCRIPTION
Dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, siswa selalu diberi motivasi untuk saling membantu dan saling membelajarkan teman sekelompoknya dalam memahami materi pelajaran. Sehingga dengan model pembelajaran seperti ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan bisa memperbaiki cara belajar siswa yang cenderung pasif menjadi lebih aktif. Dengan keaktifan belajar tersebut memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengangkat judul “Analisis Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di SMP Negeri 5 Palolo”.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu
keharusan bagi bangsa Indonesia, apalagi pada era globalisasi yang menuntut
kesiapan setiap bangsa untuk saling bersaing secara bebas. Pada era globalisasi
hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau
berkompetisi. Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat strategis karena
merupakan satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi
prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah.
Menurut Suprijono (2009:22) bahwa:
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai dan hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajarannya berlangsung secara efektif dan efisien serta ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang cukup memadai.
Berdasarkan catatan Human Development Report tahun 2007/2008,
peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas SDM Indonesia berada
diurutan 108 dari 177 negara di dunia. Peringkat tersebut jauh tertinggal dari
negara-negara tetangga seperti Philipina (84), Thailand (74), Malaysia (61),
Brunei Darussalam (34), Korea (26) dan Singapura (25) (Depdiknas, 2009).
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), sebuah lembaga
yang mengukur kemajuan dalam pembelajaran matematika dan sains di dunia
1
2
melaporkan hasil survey pada tahun 2006 bahwa kemampuan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia berada di
urutan 49 dari 54 negara (Depdiknas, 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dan salah satu penyebabnya
adalah rendahnya kualitas pembelajaran di sekolah.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah, antara lain: peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pilihan,
peningkatan kualitas isi kurikulum melalui pendekatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), peningkatan kualitas proses pembelajaran dan penilaian hasil
belajar siswa, serta penyedian sarana prasarana belajar. Upaya meningkatkan
kualitas pendidikan tersebut harus didukung oleh SDM yang memiliki
kemampuan, integritas dan kemauan yang tinggi. Salah satu SDM yang dimaksud
adalah guru. Guru merupakan faktor utama keberhasilan peningkatan mutu
pendidikan karena berperan sebagai pengelola proses pembelajaran bagi siswa,
sehingga guru berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan siswa. Oleh
karena itu guru memiliki posisi strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Perubahan paradigma dalam pembelajaran dari teacher centered ke student
centered menuntut guru yang inovatif dalam pembelajaran sehingga dapat
menjadi motivator dan fasilitator bagi siswa dalam belajar. Kenyataan di lapangan
masih banyak guru yang belum memahami sepenuhnya makna dari perubahan
paradigm pembelajaran tersebut sehingga dalam pembelajaran, guru masih
cenderung menggunakan pola konvensional/teacher centered.
3
Penggunaan model pembelajaran konvensional/teacher centered, yang
dilakukan guru lebih mengedepankan peranan guru. Hal ini menyebabkan siswa
kurang berperan sehingga dapat menyebabkan tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran berkurang, dan akhirnya merugikan siswa sendiri, akhirnya nilai
yang diraih pun kurang dari apa yang diharapkan.
Proses pembelajaran masih terpusat pada teacher centered dengan
digunakannya metode ceramah sehingga kondisi siswa menerima transfer
pengetahuan dari guru saja.
Kondisi seperti ini terjadi pula di SMP Negeri 5 Palolo, dimana
pembelajaran yang dilakukan masih pada pola teacher centered yang
menyebabkan siswa kurang aktif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Keadaan ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa secara
umum dari bidang studi IPA Biologi pada khususnya.
Hasil observasi yang dilakukan selama semester 1 tahun pelajaran
2012/2013 dalam proses pembelajaran biologi di kelas VII SMP Negeri 5 Palolo,
ditemukan beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar dan kemampuan
siswa, yaitu: 1) siswa selalu ribut pada saat pembelajaran, sehingga konsentrasi
siswa tidak terfokus, 2) keberadaan guru pada waktu pembelajaran kurang
mendapat perhatian siswa, 3) siswa kurang tertarik dengan cara menyampaikan
materi biologi, 4) tidak ada keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, 5)
proses pembelajaran cenderung masih menggunakan model konvensional/teacher
centered. Partisipasi siswa dalam pembelajaran umumnya hanya mencatat dan
4
mendengarkan penjelasan guru, siswa cenderung diam sehingga interaksi antara
guru dan siswa berlangsung satu arah.
Permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah, sehingga masih banyak
siswa yang harus mengikuti remedial setelah dilakukan evaluasi seperti ulangan
harian. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada tahun pelajaran 2012/2013
nilai ketuntasan klasikal kelas VII SMP Negeri 5 Palolo adalah 65%, masih di
berada di bawah standar nilai ketuntasan klasikal nasional yaitu 85%. Kenyataan
tersebut diduga disebabkan karena proses pembelajaran yang berlangsung masih
menggunakan pola konvensional/teacher centered dan penggunaan model
pembelajaran yang belum tepat. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya
perbaikan melalui perbaikan proses pembelajaran.
Beberapa upaya sudah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan memberikan tugas-tugas yang dikerjakan baik di rumah maupun di
sekolah namun belum menunjukkan perubahan yang berarti. Untuk meningkatkan
hasil belajar siswa diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran
dapat menjadi lebih baik, menarik, dan disukai peserta didik. Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar diantaranya model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini
akan merangsang minat belajar siswa, karena di dalam proses pembelajaran ada
5
kerjasama dalam tim sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menguasai
materi pelajaran yang dipelajari secara bersama dalam kelompoknya sampai
tuntas.
Dengan model pembelajaran kooperatif guru dapat menemukan cara-cara
yang lebih baik, komunikatif, dan efektif untuk mengatasi masalah-masalah
pembelajaran. Teori motivasi dari Slavin (2009) memandang bahwa struktur
tujuan cooperative adalah menciptakan suatu situasi dimana setiap anggota
kelompok dimungkinkan meraih tujuan belajar, baik secara individu maupun
secara beregu (kelompok). Karena itu untuk mencapai tujuan kelompok, setiap
anggota kelompok harus membantu teman sekelompoknya dengan cara apa saja
yang dapat mendorong kelompok itu untuk mencapai tujuannya dan membantu
teman-teman dalam kelompoknya untuk melakukan sesuatu secara maksimal.
Model pembelajaran cooperative memungkinkan siswa untuk aktif pada
proses pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang
berkualitas ini dapat memotivasi belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi
atau hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, salah satu bentuk pembelajaran cooperative adalah
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Students
Team Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran cooperative model STAD
dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif (Slavin,
2009). Siswa bekerja sama dalam situasi dan semangat pembelajaran kooperatif
seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan
6
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Selain itu pembelajaran
kooperatif model STAD dapat membantu siswa menumbuhkan kerjasama,
berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.
Menurut Johnson (dalam Noornia, 1997), penggunaan pembelajaran
kooperatif khususnya model STAD memiliki dapat memotivasi siswa dalam
berkelompok agar mereka saling membantu satu sama lain dalam menguasai
materi yang disajikan, selain itu pembelajaran STAD juga dapat menumbuhkan
suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan, siswa
lebih bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, serta timbulnya sikap positif
siswa dalam mempelajari materi yang disajikan.
Dari uraian di atas, dapat dimengerti bahwa perlunya suatu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan kualitas belajar siswa
yang mendasarkan pada kemampuan siswa yang variatif. Di sini, siswa belajar
dalam kelompok yang terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang
berbeda, etnis dan jenis kelamin. Kualitas belajar siswa diharapkan dapat
berkembang dengan adanya saling kerjasama dan tukar menukar pengalaman dan
pemahaman.
Dengan demikian menurut Slavin (2009) bahwa:
STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan salah satu bentuk dari model cooperative learning yang paling sederhana, yang dikembangkan, setidak-tidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik siswa yang meningkat, peranan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Ditambahkan oleh Slavin (2009) bahwa:
Model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD), yaitu suatu pembelajaran secara berkelompok, beranggotan 4-6 orang,
7
merupakan campuran laki-laki dan perempuan dengan tingkat kemampuan beragam. Perangkat pembelajarannya menggunakan buku guru, buku siswa, satuan acara pembelajaran, kisi-kisi soal, tes hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang sangat
efektif dalam pembelajaran Biologi. Slavin (2009) mengemukakan bahwa
pembelajaran kelompok merupakan strategi yang efektif dalam praktek
pembelajaran dan banyak dipakai oleh guru-guru IPA di Amerika Serikat.
Pembelajaran kelompok menekankan pentingnya komunikasi verbal antar peserta
didik dalam tim-tim kecil. Dalam model pembelajaran kelompok, peserta didik
diberi kesempatan untuk membicarakan pengamatan mereka, ide-ide mereka,
teori-teori dan bagaimana untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam rangka
memahami konsep biologi.
Dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, siswa
selalu diberi motivasi untuk saling membantu dan saling membelajarkan teman
sekelompoknya dalam memahami materi pelajaran. Sehingga dengan model
pembelajaran seperti ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran,
dan bisa memperbaiki cara belajar siswa yang cenderung pasif menjadi lebih aktif.
Dengan keaktifan belajar tersebut memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengangkat judul
“Analisis Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di SMP Negeri 5
Palolo”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup terhadap masalah yang diteliti, maka
perlu diadakan perumusan masalah. Adapun rumusan masalah penelitian ini
adalah:
Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan model
pembelajaran cooperative learning Tipe STAD dengan siswa kelas kontrol
yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan
model pembelajaran cooperative learning Tipe STAD dengan siswa kelas
kontrol yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
pada disiplin ilmu manajemen, khususnya manajemen pendidikan. Selain itu juga
memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian tindak lanjut tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam rangka mengembangkan
ilmu manajemen pendidikan.
9
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
tambahan bagi para pengelola pendidikan untuk pengambilan keputusan
manajerial yang terkait dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang yang dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta perbandingan dalam melakukan
penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.