analisis penerapan akuntansi keuangan pada yayasan abidin pekanbaru 1

Upload: bollengk

Post on 16-Jul-2015

8.487 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

SKRIPSIANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA YAYASAN ABIDIN PEKANBARU

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Oral Comprehensive Pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau Pekanbaru

OLEH

ELWIFNA NOVRI FONDA NIM : 065310031

JURUSAN AKUNTANSI S-1

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2011

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA YAYASAN ABIDIN PEKANBARU

ABSTRAK Yayasan Abidin merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang pendidikan yang beralamat di jalan Hasanudin No. 81 Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian akuntansi yang diterapkan Yayasan Abidin dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain adalah data primer, yaitu merupakan data dan informasi yang dikumpulkan dari yayasan masih dalam bentuk baku dan masih memerlukan pengolahan lebih lanjut, jenis data primer ini antara lain yaitu data yang diperoleh dari pengurus Yayasan Abidin Pekanbaru, keterangan-keterangan yang berupa laporan kemudian diolah dan disusun kembali, dan Data Sekunder, yaitu merupakan data yang didapat dari perusahaan dalam bentuk yang jadi seperti : Akte pendirian yayasan, laporan keuangan, dan catatan-catatan tertulis lainnya. Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah bersumber dari catatatan-catatan, dokumen-dokumen tertulis, keterangan lisan dan tulisan yang telah diberikan oleh Ketua Pengurus, Bendahara yayasan, dan pihak lain yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan yaitu untuk tahun 2009. Adapun hasil penelitian yang dikemukakan penulis adalah bahwa Yayasan Abidin dalam proses pencatatan yayasan tidak membuat penyusutan untuk aktiva tetapnya, sehingga nilai aktiva tetap tidak menunjukan nilai sebenarnya. Sementara dalam proses penyusunan laporan keuangan, yayasan hanya menyusun laporan keuangan Neraca dan laporan Laba/Rugi dan tidak menyusun laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dari uraian pembahasan dan hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat dikemukakan hasil penelitian bahwa Penerapan Akuntansi pada Yayasan Abidin Pekanbaru belum sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis dan telah menberikan kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Penerapan Akuntansi Keuangan Pada Yayasan Abidin Pekanbaru. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat guna melengkapi ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi S1 Universitas Islam Riau. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dan kesempatan demi penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs.Syamri Syamsuddin, MSi. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau. 2. Ibu Yusrawati, SE., MSi. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Riau. 3. Bapak Drs. Abrar, MSi., Ak. selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Zulhelmy, SE., MSi., Ak. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau yang telah mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian perkuliahan ini. 6. Bapak Drs. Asngari selaku Bendahara Yayasan Abidin yang telah banyak memberikan data-data kepada penulis sehingga bisa mengambil data-data yang berkaitan dengan penelitian ini. 7. Karyawan dan Karyawati Tata Usaha Fakultas Ekonomi Unversitas Islam Riau yang telah membantu dalam proses administrasi selama perkuliahan. 8. Terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibuku tercinta yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan yang berharga selama mengikuti pendidikan dalam menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa juga selalu mendoakan ku selama menyelesaikan perkuliahan ini. 9. Kepada Abang-Abang ku (Dahen,Ijeck,Iki,dan Inu) dan kakak ku (Ike) tersayang yang telah memberikan dukungan, nasehat, bantuan serta doanya buat penulis. 10. Terimakasih buat my sweet (Ardius P.N) atas support, nasehat dan doanya yang telah setia menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Terimakasih juga buat seluruh teman-teman angkatan 2006 Jurusan Akuntansi S1 Universitas Islam Riau terutama si cong (Liliana, SE), si Autis (Anmilgas DLT, SE), Atuk (Harry priadi.S), Medan (Ijep), Doni Zuhri, Ogik, Dian Novia, adek Gebby, dan anak-anak Uga yang telah membantu selama perkuliahan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat berbagai kelemahan, baik dari segi materi, bahasan, maupun teknik penulisan. Sehingga skripsi ini masih belum mencapai taraf kesempurnaan sebagaimana diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI Kata pengantar......... i Daftar Isi........... iv Daftar Tabel........ vii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah.......... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 6 D. Sistematika Penulisan........ 7 BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. TELAAH PUSTAKA. 9 1. Pengertian Yayasan............ 9 2. Pengertian Akuntansi........ 11 3. Akuntansi Yayasan 13 4. Akuntansi Pendidikan dan Ruang Lingkupnya.... 14 5. Model Akuntansi Yayasan.... 19 6. Laporan Keuangan dan Komponennya. 22 7. Akuntansi Piutang. 36 8. Akuntansi Aktiva Tetap 38 9. Akuntansi Pendapatan... 41 10. Akuntansi Biaya. ...43

B. HIPOTESIS.... 45 BAB III : METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian..... 46 B. Jenis dan Sumber Data...... 46 C. Teknik Pengumpulan Data.... 47 D. Analisis Data..... 47 BAB IV : GAMBARAN UMUM YAYASAN A. Sejarah Singkat Yayasan... 48 B. Struktur Organisasi Yayasan..... 49 C. Aktivitas Organisasi...... 53 BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Akuntansi.... 54 1. Dasar Pencatatan...... 54 2. Pencatatan Transaksi dan Proses Penyusunan Laporan Keuangan..54 3. Laporan Keuangan....... 55 a. Laporan Aktivitas...... 55 b. Laporan Posisi Keuangan.. 58 c. Laporan Arus Kas...... 61 d. Catatan Atas Laporan Keuangan... 62

4. Aktiva Tetap.... 63 5. Pendapatan ..67 BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan.... 68 B. Saran.. 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel. II.1 Tabel. II.2 Tabel. II.3 Tabel. II.4 Tabel. II.5 Tabel. V.1 Tabel. V.2 Tabel. V.3 Tabel. V.4 Tabel. V.5 Tabel. V.6 : Siklus Akuntansi..... 17 : Aturan Umum Akuntansi dalam Penjurnalan..... 18 : Laporan Posisi Keuangan........ 27 : Laporan Aktivitas.... 29 : Laporan Arus Kas... 33 : Laporan Laba-Rugi Yayasan Abidin.. 56 : Laporan Aktivitas... 57 : Neraca Yayasan Abidin.. 59 : Laporan Posisi Keuangan... 60 : Laporan Arus Kas... 62 : Rekap Aktiva Tetap 66

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 : Laporan Neraca Yayasan Abidin 2009 : Laporan Laba-Rugi Yayasan Abidin 2009 : Daftar Aktiva Tetap Yayasan Abidin 2009 : Laporan Bulanan Yayasan Abidin : Buku Harian Kas Yayasan Abidin : Daftar Penerimaan Bp3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan sekolah-sekolah swasta baik yang berskala nasional maupun internasional. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tanpa pendidikan maka akan menimbulkan kerugian dan kegagalan individu atau kegagalan suatu bangsa. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pendidikan, karena pendidikanlah dapat merubah nasib bangsa. Secara garis besar tujuan organisasi lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : memperoleh laba (bisnis), sedangkan yang lainnya adalah nirlaba. Baik itu lembaga pendidikan swasta maupun yang didirikan oleh pemerintah. Namun, akuntansi tidak saja digunakan dalam praktek bisnis, tetapi juga berbagai kehidupan. Pencatatan, penjurnalan, perhitungan anggaran dan biaya juga termasuk dalam sistem akuntansi. Tanpa disadari semua bidang membutuhkan akuntansi, termasuk organisasi nonprofit. Organisasi apapun bentuknya, yang mengelola uang dalam kegiatan selalu saja harus membuat keputusan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangannya, dan juga akan

mempengaruhi kondisi keuangan organisasi. Keputusan yang demikian dikenal dengan istilah Keputusan Ekonomi. Sebagaimana halnya organisasi laba, organisasi nonprofit seperti yayasan juga membutuhkan jasa akuntansi. Baik untuk menghasilkan informasi keuangan maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan yayasan yang bersangkutan. Akan tetapi karena sifat yayasan berbeda organisasi laba lainnya, maka sifat akuntansinya juga berbeda. Bagi yayasan tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan bagi organisasi laba tujuan utamanya adalah mencari laba (profit) semata. meskipun lembaga yayasan mempunyai karakteristik dan tujuan

organisasional yang berbeda dari perusahaan yang orientasi laba, namun bukan berarti akuntansinya sama sekali berbeda. Persamaan antara akuntansi yayasan dengan akuntansi perusahaan adalah meliputi keseluruhan proses akuntansi mulai dengan pengakuan transaksi, selanjutnya diikuti dengan pencatatan ke buku kas umum dan pencatatan dalam buku pembantu serta tambahannya dan pelaporan laporan keuangan. Suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif yang disebut akuntansi. Informasi akuntansi yang dihasilkan berupa laporan keuangan sangat diperlukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, maka laporan keuangan

yayasan harus disusun berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 45.3) dalam PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba seperti yayasan meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Tujuan pembuatan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibelitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik yang serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediaakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, hubungan antara transaksi, dan peristiwa lainnya, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk (a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan

organisasi dan memberikan jasa, dan (c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Misalnya, laporan tentang aktivitas pendanaan seperti : penerimaan kas dari penyumbang yang

penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaan dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap; bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. Dan laporan tentang pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas, seperti : sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi. Yayasan Abidin adalah yayasan yang bergerak dibidang pendidikan dan hasilnya pelayanan kepada masyarakat. Karena Yayasan Abidin adalah sebuah organisasi nirlaba, maka informasi keuangan yang dihasilkan selain untuk kepentingan pihak manajemen yayasan, donatur, dan masyarakat, informasi keuangan tersebut juga dibutuhkan oleh pihak pemerintah. Oleh karena itu, laporan keuangan yayasan abidin harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Proses akuntansi keuangan yang diterapkan Yayasan Abidin yaitu mencatat buku harian kas kemudian penerimaan dan pengeluaran dipindahkan kedalam catatan rekap bulanan dan Yayasan juga mencatat daftar penerimaan Bp3 yang mana terdapat siswa yang membayar uang Bp3 setiap bulannya. Untuk mencatat piutangnya yayasan tidak mencatat kebuku piutang Bp3 tetapi dapat

menghitungnya dari daftar penerimaan Bp3. Setiap pembayaran Bp3 yayasan langsung mencatat sebagai pendapatan Bp3, dan apabila terjadi tunggakan yayasan mencatatnya sebagai piutang Bp3. Proses selanjutnya, yayasan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan Neraca dan laporan Laba Rugi. Laporan keuangan Yayasan Abidin masih menggunakan format

perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Untuk neraca akun yang disajikan adalah akun-akun aktiva yang terdiri dari aktiva lancar (seperti kas, bank, dan piutang Bp3) dan aktiva tetap (seperti bangunan dan peralatan) dan akun-akun passiva yang terdiri dari kewajiban (seperti penerimaan dimuka) dan modal (seperti modal usaha, sumbangan donatur, dan laba tahun 2009). Sementara untuk laporan laba rugi terdiri dari pendapatan (seperti Uang Bp3, warung MDA dan donatur) dan biaya operasional (seperti honor guru, biaya ATK, air minum, dan biaya listrik). Untuk pencatatan dan pengakuan piutang, salah satu konsep akuntansi yang digunakan Yayasan Abidin yaitu konsep basis kas (cash basis ) yaitu pencatatan transaksi dan peristiwa yang diakui pada saat terjadi, baik pada kas atau setara kas diterima. Disini perkiraan yang dicatat oleh yayasan abidin dalam laporan keuangan neraca yaitu perkiraan untuk piutang Bp3. Untuk aktiva tetap yang seperti tertera dalam laporan keuangan neraca (seperti bangunan dan peralatan) disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut tanpa dikurangi dengan akumulasi penyusutan, sehingga nilai aktiva untuk bangunan dan peralatan yang disajikan dalam laporan keuangan neraca tidak menunjukan nilai sebenarnya.

Yayasan Abidin tidak menyusun laporan arus kas sehingga tidak ada informasi yang rinci tentang arus kas masuk maupun keluar dari yayasan yang berguna memberikan gambaran tentang alokasi kas ke dalam berbagai kegiatan yayasan. Catatan atas laporan keuangan juga tidak disajikan dalam laporan keuangan Yayasan Abidin sehingga tidak diketahui kebijakan akuntansi yang diterapkan yayasan. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, penulis sangat tertarik untuk meneliti masalah tersebut, dengan judul : Analisis Penerapan Akuntansi Keuangan Pada Yayasan Abidin Pekanbaru. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan masalah yang ada adalah : Apakah Akuntansi Yang Telah Diterapkan Pada Yayasan Abidin Pekanbaru Telah Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum . C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui kesesuaian akuntansi yang diterapkan pada Yayasan Abidin Pekanbaru dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

2. Manfaat Penelitian a. Dapat menambah wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang bagaimana akuntansi yayasan. b. Bagi yayasan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan khususnya kepada pihak manajemen yayasan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menetapkan akuntansi. c. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai hubungan sejenis dengan penelitian ini untuk dimasa yang akan datang. D. Sistematika Penulisan Dalam mempermudah penyusunan skripsi ini, maka sistematika penulisan dibagi atas 6 bab. Dimana dalam masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, sedangkan antara bab yang satu dengan yang lain saling berhubungan yakni membahas masalah-masalah sebagai berikut: BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai pendukung dalam penulisan ini tentang pengertian yayasan, pengertian akuntansi, akuntansi pendidikan serta ruang lingkupnya dalam model akuntansi yayasan.

BAB III :

Dalam bab ini mengemukakan metode penelitian yang berisikan objek dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV :

Bab ini membahas sejarah singkat berdirinya yayasan serta sub bagian dalam yayasanyang menjalankan aktivitas rutin, struktur organisasi yayasan dan diskripsi jabatan serta bidang usaha yayasan.

BAB V :

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan tentang akuntansi pada yayasan (Dasar Pencatatan, Jurnal, Buku besar , piutang, aktiva tetap, pendapatan, dan biaya), dan laporan keuangan dari kegiatan yayasan (Laporan Aktivitas, Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan).

BAB VI :

Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan berbagai saran untuk masa yang akan datang.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. TELAAH PUSTAKA 1. Pengertian Yayasan Menurut Indra Bastian (2007 : 1) yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang social, keagamaan, dan kemanusiaan. Menurut Pahala Nainggalon (2005 : 1) yayasan merupakan suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba semata (nirlaba). Menurut Anwar Borahima (2002) setelah 56 tahun Indonesia merdeka, tepatnya 6 agustus 2001, barulah dapat dibuat undang-undang yang mengatur mengenai yayasan yaitu undang-undang (UU) Nompr 16 tahun 2001 tentang Yayasan dimuat dalam Lembaga Negara (LN) No 112/2001 dan Tambahan Lembaran Negara (TLN) 4123. Itu pun baru diberlakukan 6 agustus 2002. Sebelumnya, tidak ada satupun peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang yayasan di Indonesia. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa Indonesia sama sekali tidak ada ketentuan yang mengatur yayasan. Ketentuan perundang-undangan yang ada pada waktu itu, tidak satupun yang memberikan rumusan mengenai defenisi yayasan, status hukum yayasan, serta cara mendirikan yayasan. Berbeda halnya dengan di Belanda, yang secara tegas di dalam undang-undangnya menyebutkan bahwa yayasan adalah badan hukum.

Walaupun tidak disebutkan secara tegas, yayasan di Indonesia telah di akui pula sebagai badan hukum. Pengakuan sebagai badan hukum didasarkan pada kebiasaan dan yurisprudensi. Untuk diakui sebaga badan hukum, yayasan hanya perlu memenuhi syarat tertentu, yaitu 1) syarat materil yang terdiri dari; harus ada suatu pemisahan harta kekayaan, adanya suatu tujuan, dan mempunyai suatu organisasi; 2) syarat formil yaitu harus dengan akta autentik. Di dalam praktek hukum yang berlaku di Indonesia, pada umumnya yayasan didirikan dengan akta notaries. Akta notaris ini ada didaftarkan pengadilan negeri, dan diumumkan dalam Berita Negara. Hal ini dikarenakan tidak ada ketentuan yang mengaturnya sehingga masih bebas bentuk. Dengan demikan, yayasan dapat juga didirikan dengan akta dibawah tangan. Setelah keluarnya UU Yayasan, secara otomatis penentuan status badan hukum yayasan harus mengikuti ketentuan yang ada dalam UU Yayasan tersebut. Dalam UU Yayasan disebutkan bahwa yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri. Dari ketentuan UU yayasan dapat disimpulkan bahwa ada beberapa syarat pendirian, yaitu (1) Didirikan oleh 1 (satu) orang atau lebih; (2) Ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya; (3) Harus dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia; (4) Harus memperoleh pengesahan Menteri; (5) Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; (6)Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh yayasan lain, atau bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; (7) Nama yayasan harus didahului dengan kata Yayasan.

Bagi yayasan yang belum terdaftar, harus melakukan pendaftaran lebih dahulu, kemudian menyesuaikan anggaran dasarnya. Persyaratan pendaftaran merupakan suatu hal yang kontradiktif, karena justru didalam UU Yayasan No 16/2001 tidak ada kewajiban bagi yayasan yang baru untuk didaftarkan setelah mendapatkan pengesahan dari Menteri. Kewajiban yang dibebankankepada yayasan setelah disahkan hanyalah kewajiban untuk mengumumkan dalam berita Negara. Seharusnya penekanan aturan peralihan bukan pada pendaftaran, melainkan pada syarat jumlah minimal kekayaan yang dimilki serta prospek kegiatan yayasan itu sendiri. Bagi yayasan yang tidak memenuhi syarat jumlah minimal kekayaan yang harus dimilki oleh yayasan dan atau prospek kegiatan yayasan tidak mungkin untuk dikembangkan, yayasan tersebut dapat dibubarkan. Dengan demikian kerugian yang mungkin timbul baik bagi organ yayasan maupun dengan pihak ketiga dapat diminimalisir. 2. Pengertian Akuntansi Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008 : 10) akuntansi dapat didefenisikan sebagai : sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahan. Menurut Indra Bastian (2007 : 53) defenisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu: Defenisi dari sudut pandang pemakai : ditinjau dari sudut pandang pemakainya, akuntansi dapat didefenisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi.

Defenisi dari sudut pandang proses kegiatan : apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefenisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Defenisi ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut berbagai kegiatan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 5) Accounting Principle Board (APB) Statemen No. 4 mendefenisikan akuntansi sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif. Menurut Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati (2007 : 1) akuntansi adalah : proses mengenali, mengukur, dan mengomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa akuntansi adalah : Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa berupa pencatatan, penggolongan, peringkasan transaksi serta kejadian terutama bersifat keuangan yang berfungsi memberikan informasi kuantitatif mengenai suatu badan ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan akuntansi biasanya dapat dirumuskan dari dua sudut pandang yaitu : dari sudut pandang pemakai dan dari sudut pandang proses kegiatan. 3. Akuntansi Yayasan

Menurut pahala nainggolan (2005 : 4) lembaga berbentuk yayasan bergerak dalam berbagai variasi bentuk kegiatan. Beberapa fokus ke kegiatan advokasi dan pendampingan masyarakat sedangkan yang lainnya terjun keimplementasi program untuk secara langsung menyelesaikan suatu isu yang berkembang. Sejalannya dengan perkembangan masyarakat yang semakin kritis, kini terjadi seleksi alam atas keberadaan yayasan maupun lembaga nirlaba yang ada. Masyarakat menuntut diterapkan good governance atau tata kelola organisasi yang baik pada yayasan. Pada pelaksanaan prinsip-prinsip transparasi dan akuntabilitas harus dapat dibuktikan. Transparansi dan akuntabilitas memerlukan infrastruktur

pengadministrasikan dan pelaporan memadai.

Demikian juga pemenuhan

kewajiban perpajakan hanya dapat dilakukan bila system keuangan sudah berjalan baik. Di samping itu, stakeholders yayasan termasuk para donor, apalagi jika pendapatan yayasan dari publik, jelas memerlukan segala informasi tentang pengelolaan yayasan. Dengan demikian, pentingnya sistem keuangan yayasan karena terkait oleh kebutuhan stakeholdernya. Akuntansi sebagai salah satu untuk menghasilkan informasi yang bekaitan dengan keuangan lembaga dapat mendorong keterbukaan lembaga. Dengan sistem dan prosedur keuangan yang terstruktur, lembaga dapat dengan mudah memenuhi tuntutan transparasi kepada stakeholdernya. Pelaporan yang tepat waktu dan dan diikuti dengan kualitas informasi yang tinggi pada satu sisi dapat mendorong keterbukaan, pada sisi yang lain justru menjadi umpan balik kepada internal lembaga.

4. Akuntansi Pendidikan dan Ruang Lingkupnya a. Peran dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Dunia Pendidikan Menurut Indra Bastian (2007 : 56) peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam entitas pendidikan. Kepala sekolah : Kepala sekolah menggunakan akuntansi untuk menyusun perencanaan sekolah yang dipimpinnya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. Guru dan karyawan : Guru dan karyawan mewakili kelompok yang tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas di institu pendidikan (sekolah). Orang Tua Siswa : para orang tua siswa yang berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup institu pendidikan, terutama perjanjian jangka panjang dan tingkat ketergantungan sekolah. Pemerintah : pemerintah dan berbagai lembaga yang berda dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan aktivitas sekolah. Informasi dasar ini dibutuhkan untuk mengatur aktivitas sekolah, menetapkan kebijakan anggaran, dan mendasari penyusunan anggaran untuk tahun-tahun berikutnya.

b. Sistem Akuntansi (Accounting System) Menurut abdul halim (2004 : 41), akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan, di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yasng dibuat. Catatan-catatan tersebut adalah jurnal, buku besar (BB), dan buku pembantu (BP). Menurut Indra Bastian (2007 : 6) sistem akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi keuangan harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem akuntansi ini berhubungan dengan waktu/kapan pengukuran dilakukan dan pada umumnya, biar dipilih menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan berbasis akrual. Menurut Pahala Nainggolan (2005 : 45) sistem akuntansi merupakan suatu sistem yang diciptakan untuk mendefenisikan, merangkai, menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi lembaga serta

menyelenggarakan pertanggungjawabkan asset dan utang lembaga. Untuk menghasilkan informasi akuntansi, diperlukan metode dan perangkat tertentu untuk mengolah data yang dikumpulkan.Dengan demikian, sistem akuntansi mengakomodasikan semua kegiatan keuangan lembaga mulai dari tahapan awal.

Setelah transaksi keuangan didokumentasikan, disusunlah cara transaksi tersebut diproses. Dalam hal ini, terkait dengan apa dan siapa yang memproses serta perangkat dan tata cara pemrosesan data - data agar dapat menghasilkan informasi keuangan. Dengan demikian, informasi keuangan merupakan produk dari bagian keuangan suatu lembaga. c. Siklus Akuntansi Menurut Indra Bastian (2005 : 213) dalam menyusun suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum, prinsip-prinsip akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi, dinamakan siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangannya. Menurut Indra Bastian (2007 : 57) siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu periode berjalan, yaitu penjurnalan transaksi dan pemindahanbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan di akhir periode termasuk juga mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode secara tidak langsung menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode berjalan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.

Tabel. II. 1 Siklus Akuntansi 1 Tahap Pencatatan Kegaiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transaksi serta bukti pencatatan. Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal. Memindah bukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau jenisnya kedalam akun buku besar. Penyusuna neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun akun buku besar. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries). Penyusunan kertas kerja (work sheet) atau neraca lajur. Pembuatan ayat jurnal penutup (closing entries) Pembuatan neraca saldo penutupan (post closing trial balance) Pembuatan ayat jurnal pembalik (reversing entries) Neraca. Laporan Aktivitas. Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Tahap Pengihtisaran

3. Tahap Pelaporan

Sumber : Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007 Hal. 58

Transaksi : Transaksi adalah suatu pertemuan antara 2 pihak (penjual dan pembeli) yang saling menguntungkan, yang berdasarkan data/bukti/dokumen pendukung lalu dimasukan ke jurnal setelah melalui pencatatan. Dalam istilah akuntansi, transaksi dapat dikatakan sebagai suatu kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suat badan usaha dan sebagai hal yang wajar untuk dicatat.

Bukti Transaksi : Bukti transaksi adalah dokumen sumber atau instrument yang menandai bahwa transaksi yang sah terjadi. Jenis-jenis bukti transaksi yang biasanya digunakan adalah kwitansi, nota penjualan, daftar gaji, faktur, dan sebagainya. Jurnal : Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi yang dilakukan institusi pendidikan secara kronologis atau berdasarkan urutan waktu kejadian, dengan menunjukan akun yang harus didebet atau dikredir beserta jumlah nilai uangnya masing-masing. Dalam jurnal data transaksi keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Tabel II.2 Aturan Umum Akuntansi dalam Penjurnalan Debet Kredit Saldo Normal Aktiva + D Kewajiban/Utang + K Ekuitas + K Pendapatan + K Belanja/Biaya + D Sumber: Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, Penerbit Erlangga, Jakarta,2007, Hal. 59

Buku Besar: Buku besar merupakan suatu buku yang berisi kumpulan akun atau perkiraan yang telah dicatat dalam jurnal. Akun-akun tersebut digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban atau hutang dan equitas.

Kertas Kerja: Sebelum membuat laporan keuangan dari jurnal serta membukukan ayat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu tentukan dan kumpulkan data relevan. Misalnya, nilai perlengkapan yang masih ada dan gaji yang terhutang pada akhir periode. Kumpulan data, naskah laporan keuangan, dan analisis lain yang bermanfaat disiapkan oleh akuntan, dimana produknya disebut kertas kerja (working paper). 5. Model Akuntansi Yayasaan Menurut Pahala Nainggolan (2005 : 26) dalam pengaturan mengenai laporan keuangan termasuk hal-hal yang harus disajikan, dipakai suatu model akuntansi. Model ini merupakan suatu konsep, ataupun kebijakan-kebijakan akuntansi sehari-hari. Model-model akuntansi yang dipakai sebagai asumsi adalah: 1. Entitas bisnis yang terpisah 2. Asumsi berkelanjutan (going concern) 3. Harga yang wajar (arms length transactions) 4. Pencatatan dalam satuan moneter (monetary unit) 5. Ketepatan waktu (timelines) dan periodasi 6. Proses penandingan antara pendapatan dengan biaya (matching proses) 7. Konsevatif atau kehati-hatian (consevatism)

Pertama, yayasan dianggap sebagai suatu entitas bisnis yang terpisah dari kekayan pendirinya. Kutipan dari UU No. 16 tentang Yayasan Tahun 2001 Bab II Pasal 9 angka (1) : Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaannya penditinya, sebagai kekayaan awal. Bab 1 Pasal 5 angka (1) : Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepala pembina, pengurus dan pengawas. Bab 1 Pasal 5 angka (2) : Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah atau honorarium dalam hal pengurusan yayasan : a. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, Pembina dan pengawas. b. Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh. Kedua, lembaga nirlaba atau yayasan sebagai entitas dianggap akan senantiasa hidup dan beraktivitas (going concern), artinya semua pencatatan dibuat dengan asumsi bahwa yayasan akan tetap beroperasi pada periode kedepan sepanjang tidak dinyatakan lain dalam anggaran dasarnya.

Bab II Pasal 16 angka (1): Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu yang diatur dalam anggaran dasar. Ketiga, arms length transaction and event adalah konsep dari suatu modal ideal yang berarti sampai dapat ditemukan suatu bukti yang valid maka suatu transaksi dapat dianggap sebagai dokumen dasar untuk pencatatan transaksi dilaporan keuangan. Artinya, semua transaksi dianggap dibukukan dengannilai saat transaksi tadi terjadi secara bebas. Keempat, pencatatan atas semua transaksi dalam satuan moneter. Dengan konsep ini, berarti transaksi atau kejadian apapun yang mempengaruhi entitas yayasan harus diterjemahkan dalam satuan moneter. Kelima, adalah tentang ketepatan waktu dari informasi. Untuk dapat mengatakan suatu informasi tepat waktu atau terlambat, diperlukan suatu tenggat. Bila informasi diberikan sesudah tanggal tersebut, dapat dikatakan informasi terlambat. Kebutuhan ini mendasari suatu konsep modal akuntansi yang ideal yang menggunakan periode akuntansi. Dengan adanya periode, suatu kurun waktu dapat dinyatakan dalam satuan waktu standar.Umumnya digunakan periode 12 bulan. Konsekuensi atas hal ini digunakan untuk memudahkan perbandingan antara satu yayasan dengan yang lain. Konsep periodisasi ini melahirkan basis pencatatan akrual (accrual basis) dalam rangka mencatat transaksi yang tidak dalam periode bersangkutan namun memiliki dampak atau pengaruh pada periode tadi.

Konsep proses penandingan atau matching proces, berlandaskan pada pengertian bahwa tidak ada pendapatan yang muncul sendiri, setiap pendapatan yang dicatat adalah hasil pengorbanan (biaya). Dengan demikian, haruslah disajikan bersama-sama pendapatan yang diperoleh dengan biaya untuk memperolehnya. Penyajian keduannya harus dalam periode yang sama. Konsep model akuntansi lain adalah konservatif. Konservatif dapat diartikan sebagai suatu usaha menyajikan informasi yang paling aman. Artinya, ketika muncul suatu keraguan atas satu atau lebih alternatif pelaporan, dipilih alternatif yang paling buruk dengan efek paling besar terhadap yayasan. Akan tetapi, konservatisme senantiasa harus digunakan ketika muncul keraguan atau ketika muncul pilihan pencatatan yang memberikan efek yang berbeda secara signifikan. Konservatif dalam akuntansi dapat diterjemahkan sebagai pengakuan atas biaya baik sudah direalisasi maupun baru pada tahun petensi akan muncul. Pada sisi yang lain, pengakuan atas pendapatan hanya dilakukan ketika sudah direalisasi. Jadi, ketika masih menjadi potensi pendapatan, tidak dilakukan pencatatan apa-apa. 6. Laporan Keuangan dan Komponennya Menurut Indra Bastian (2007 : 93) untuk yayasan laporan keuangan yang sering digunakan adalah laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas untuk satu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Indra Bastian (2007 : 63) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembiayaan. Menurut F. Winarni dan G. Sugiarso (2001 : 12) laporan keuangan

merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selam tahun buku yang bersangkutan. Laporan Posisi Keuangan Menurut pahala nainggalon (2005 : 59) laporan posisi keuangan identik dengan neraca (balance sheet) pada perusahaan komersial. Tujuan dari laporan posisi keuangan adalah menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih yayasan pada satu titik waktu tertentu dan menyajikan hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya. Bagi pembaca, laporan posisi keuangan diharapkan dapat memberikan informasi guna menilai : 1. Kemampuan lembaga untuk memberi jasa secara berkelanjutan; 2. Likuiditas, dilihat dari aktivitas lancar yang dimilki; 3. Fleksibelitas keuangan, dilihat dari utang asset yang dimiliki; 4. Kemampuan memenuhi kewajibannya, dilihat dari jumlah hutang serta harta lancar yang dapat digunakan untuk melakukan pelunasan utang tadi; 5. Kebutuhan pendanaan dari luar. 1. Aktiva

Aktiva atau asset lembaga disebutkan dalam laporan keuangan berdasarkan urutan likuiditas atau kecepatannya dikonservasi atau dicairkan menjadi uang kas. Penggolongan berikutnya adalah berdasar periode waktu kurang dari satu tahun untuk mengubahnya menjadi uang kas. Termasuk dalam golongan aktiva lancar ini misalnya, uang kas, deposito, tagihan kepada pihak lain, persediaan yang dimiliki oleh lembaga, dan sebagainya. Aktiva tidak lancar untuk kelompok aktiva yang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Contoh dan penyajian aktiva adalah : 1. Kas dan setara kas; 2. Piutang; 3. Persediaan; 4. Sewa, asuransi, dan biaya lain yang dibayar dimuka; 5. Surat berharga, dan investasi jangka panjang; 6. Tanah, gedung, peralatan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Aktiva yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya dan tidak boleh dikategorikan sebagai aktiva lancar. 2. Kewajiban Kewajiban atau utang secara prinsip merupakan klaim pihak ketiga atas aktiva lembaga. Sejalan dengan prinsip tadi, klaim utang lembaga disusun menurut urutan tempo atas waktu saat kewajiban tersebut harus dipenuhi. Seperti juga aktiva, kewajiban memiliki pengelompokan menurut waktu jatuh tempo dari

satu tahun atau satu siklus operasi normal lembaga akan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Dengan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu periode operasi normal lembaga disebut sebagai kewajiban jangka panjang. Contoh urutan dan penyajian kewajiban adalah : 1. Utang dagang; 2. Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan; 3. Utang lain-lain; 4. Kewajiban tahunan;dan 5. Utang jangka panjang 3. Aktiva bersih Aktiva bersih dalam istilah laporan keuangan komersial dikenal sebagai modal. Pada lembaga nirlaba bersih dibedakan berdasarkan kriteria retriksi atau batasan yang melekat padanya. Bila lembaga menerima kontribusi atau sumbangan dimana penyumbang atau donor tadi secara jelas mencamtumkan bahwa sumbangannya tadi hanya dapat digunakan untuk tujuan tertentu yang disebutkannya, dalam aktiva bersih lembaga sumbangan tadi masuk dalam golongan aktiva bersih yang dikategorikan aktiva bersih terikat permanen. Bila ternyata klausul dari sumbangan tersebut berbunyi bahwa bila setelah satu tahun kegiatan yang disebutkan tadi ternyata sudah terlaksana, sumbangan tadi akan digolongkan kedalam aktiva bersih terikat temporer. Aktiva bersih tidak terikat tentunya aktiva bersih yang tidak ditempeli oleh retriksi tadi, misalnya keuntungan dari usaha komersial yang dilakukan lembaga untuk menambah sumber dananya atau dari sumbangan donasi yang tidak

mencamtumkan

retriksi

atau

catatan

apapun.

Artinya,

lembaga

dapat

menggunakan sumbangan tadi untuk kegiatan selain yang disyaratkan oleh donor sesudah jangka waktu yang ditetapkan berlalu. Dengan demikian aktiva bersih digolongkan dalam : a. Aktiva bersih tidak terikat; b. Aktiva bersih terikat temporer; c. Aktiva bersih terikat permanen. Berikut ini laporan keuangan yayasan yang ditunjukan untuk memberikan gambaran anatomis. Contoh ini dapat berbeda dengan kondisi yang terdapat dalam yayasan tertentu. Yayasan dianjurkan untuk menyediakan informasi yang paling relevan dan paling mudah dipahami dari sudut pandang penyumbang, kreditor, dan pemakai laporan keuangan diluar yayasan. (Indra Bastian, 2007 : 94)

Tabel II. 3Yayasan Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X0 dan 20X1 20X0 Aktiva : Kas dan setara kas Rp. xxx.xxx.xxx Piutang Rp. xxx.xxx.xxx Persediaan dan biaya dibayar dimuka Rp. xxx.xxx.xxx Piutang lain lain Rp. xxx.xxx.xxx Aktiva trerikat untuk investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan Rp. xxx.xxx.xxx Tanah, bangunan dan peralatan Rp. xxx.xxx.xxx Investasi jangka panjang Rp. xxx.xxx.xxx Jumlah Aktiva Rp. xxx.xxx.xxx Kewajiban dan Aktiva Bersih : Hutang dagang Pendapatan diterima dimuka dikembalikan Hutang lain - lain Hutang wesel Kewajiban tahunan Hutang jangka panjang Jumlah Kewajiban Aktiva Bersih : Tidak terikat Terikat temporer Terikat Permanen Jumlah Aktiva Bersih Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih Rp. Rp. Rp. Rp. 20X1 xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx

Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx

yang

Rp. xxx.xxx.xxx dapat Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx

Rp. xxx.xxx.xxx Rp.xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp.xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx

Sumber : Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal. 218

Laporan Aktivitas Menurut Pahala Nainggolan (2005 : 63) laporan aktivitas terdiri dari dua bagian besar yaitu pendapatan dan beban/ biaya lembaga. Pendapatan yang berasal dari sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen atau terikat temporer, tergantung ada tidaknya pembatasan. Dalam hal ini sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi pada periode yang sama dapat disajikan secara konsisten dan diungkapan sebagai kebijakan akuntansi. Pendapatan yang didapat dari investasi atau pendapatan yang lain disajikan sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat kecuali jika penggunaannya dibatasi. Laporan aktivitas lembaga nirlaba selain menyajikan pendapat yang terkait dengan kegiatan pokok lembaga juga menyajikan pendapatan lain termasuk transaksi incidental atau peristiwa lain diluar pengendalian lembaga. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah atau gedung yang tidak digunakan lagi. Semua pendapatan dinyatakan dalam jumlah kotor artinya seluruh pendapatan disajikan dan beban biaya yang terkait bersama pada periode yang sama. Beban disajikan dalam laporan aktivitas berdasarkan criteria fungsional. Dengan demikian beban biaya akan terdiri dari biaya kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Beban biaya untuk kegiatan program utama lembaga dianjurkan untuk ditambah dengan informasi tambahan berupa klasifikasi beban merurut sifatnya, misalnuya berdasarkan gaji, sewa listrik, dan depresiasi. Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program jasa utama. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota.

Tabel II. 4Yayasan Laporan Aktivitas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1 Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat : Pendapatan dan Penghasilan : Rp. xxx.xxx.xxx Sumbangan xxx.xxx.xxx Jasa layanan xxx.xxx.xxx Penghasilan investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Penghasilan investasi lain-lain xxx.xxx.xxx Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi xxx.xxx.xxx Lain-lain Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Rp. xxx.xxx.xxx Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya : Rp. xxx.xxx.xxx Pemenuhan program pembatasan xxx.xxx.xxx Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan xxx.xxx.xxx Berakhirnya pembatasan waktu Jumlah Aktiva yang Telah Berakhir Pembatasannya Rp. xxx.xxx.xxx Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan Lain Rp. xxx.xxx.xxx Beban dan Kerugian : Program Rp. xxx.xxx.xxx Manajemen dan umum xxx.xxx.xxx Pencarian dana xxx.xxx.xxx Jumlah Beban Rp. xxx.xxx.xxx Kerugian akibat kebakaran Rp. xxx.xxx.xxx Jumlah Beban dan Kerugian Rp. xxx.xxx.xxx Kenaikan Jumlah Aktiva Bersih Tidak Terikat Rp. xxx.xxx.xxx Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer : Sumbangan Rp. xxx.xxx.xxx Penghasilan investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan xxx.xxx.xxx Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer Rp. xxx.xxx.xxx Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer : Sumbangan Rp. xxx.xxx.xxx Penghasilan dari investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen Rp. xxx.xxx.xxx Kenaikan Aktiva Bersih Rp. xxx.xxx.xxx Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Rp. xxx.xxx.xxx Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Rp. xxx.xxx.xxx

Sumber : Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal. 219

Laporan Arus Kas (statement of cash flows) Menurut pahala nainggolan (2005 : 64) laporan arus kas menunjukan bagaimana arus kas keluar dan masuk lembaga selam suatu peride tertentu. Biasanya periode ini menunjukan periode yang sama dengan periode laporan aktivitas. Secara singkat laporan arus kas menerangkan bagaimana saldo kas awal lembaga berubah dengan penambahan dan pengurangan hingga mencapai saldo akhir per tanggal neraca. Hal yang penting dari laporan ini adalah keterkaitannya dengan laporan aktivitas. Laporan arus kas menyajikan sumber aliran kas dari tiga golongan besar sebagai berikut : 1. Kelompok Operasi (operating Activities) Dalam kelompok ini penambahan dan pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga. Perkiraan-perkiraan yang berkaitan dengan operasional yayasan adalah sebagai berikut : a. Hasil surplus atau defisit lembaga. b. Biaya depresiasi atau biaya amortisasi yang dibebankan dalam periode yang bersangkutan karena biaya ini dianggap sebagai biaya nonkas sehingga perlu dikoreksi karena ia menambah biaya namun tidak mengurangi saldo kas. c. Perubahan pada perkiraan tagihan/piutang. d. Persediaan : penurunan saldo persediaan dianggap sebagai terjadinya penjualan sehingga mengakibatkan arus kas masuk.

e. Utang jangka pendek : utang jangka pendek yayasan pada awal tahun yang lebih besar dibandingkan dengan saldo utang pada akhir tahun pelaporan dianggap telah terjadi pelunasan utang oleh yayasan sehingga menambah arus kas keluar. Sebaliknya, saldo awal utang jangka pendek yang berarti terjadi arus kas masuk. f. Perkiraan lainnya seperti biaya dibayar di muka dan lainnya. 2. Kelompok Investasi (investing activities) Termasuk dalam kelompok investasi adalah semua transaksi yang terkait dengan investasi lembaga berupa pembelian aktiva tetap atau aktiva laiunnya. Dengan demikian perkiraan yang terlibat adalah perkiraan aktiva tetap dan aktiva lain. 3. Kelompok Pendanaan (financing Activities) Termasuk dalam kelompok ini perkiraan yang terkait dengan transaksi penciptaan utang lembaga dan aktiva bersih. Penambahan piutang pada perkiraan utang diartikan sebagai kas masuk. Demikian pula penambahan atau pengurangan kelompok aktiva bersih. Sebaliknya, pembayaran utang yang dilakukan selama periode tersebut akan memerlukan kas keluar dan menurunkan saldo utang dilaporkan posisi keuangan.

Tambahan yang ada dilaporan arus kas lembaga nirlaba pada aktivitas pendanaan, yaitu : a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; b. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap atau peningkatan dana abadi (endowment); c. Bunga dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. Menurut Indra Bastian (2007 : 66) laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan arus kas, perubahan posisi kas akan dilihat dari tiga sisi, yakni dari kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. Sesuai namanya, laporan ini akan memberikan informasi tentang arus kas masuk maupun keluar dari institusi pendidikan yang berguna untuk member gambaran tentang alokasi kas ke dalam berbagai kegiatan institusi pendidikan. Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menyajikan arus kas, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Perbedaan dari kedua metode tersebut terletak pada cara memperoleh angka arus kas dari aktivitas operasi. Pada metode tidak langsung, caranya adalah dengan melakukan penyesuaian terhadap net income (laba bersih), sedangkan pada metode langsung benar-benar arus kas rill yang dihitung. Walaupun demikian, angka yang diperoleh dari kedua metode tersebut sama. Karena metode langsung lebih banyak membutuhkan waktu dan biaya, entitas lebih suka memilih metode tidak langsung, seperti yang digunakan dalam contoh berikut ini

Tabel II. 5Yayasan Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi : Kas dari pendapatan jasa Kas dari penyumbang Kas dari piutang lain lain Bunga dan dividen yang diterima Penerimaan lain lain Bunga yang dibayarkan Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier Utang lain lain yang dilunasi Kas bersih yang diterima (digunakan) dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi : Ganti rugi dari asuransi kebakaran Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi Kas bersih yang diterima (digunakan) dari aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan : Penerimaan kontribusi terbatas dari : Investasi dalam endowment Investasi dalam endowment berjangka Investasi bangunan Investasi pejanjian tahunan Aktivitas pembiayaan lain : Bunga dan dividen terbatas untuk reinvestasi Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran utang wesel Pembayaran kewajiban jangka panjang Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx

Kas bersih yang diterima (digunakan) dari aktivitas pembiayaan Rp. xxx.xxx.xxx Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas Rp. xxx.xxx.xxx Kas dan setara kas pada awal tahun xxx.xxx.xxx Kas dan setara kas pada akhir tahun Rp. xxx.xxx.xxx Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : xxx.xxx.xxx Perubahan dalam aktivitas bersih xxx.xxx.xxx Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi : xxx.xxx.xxx Penyusutan xxx.xxx.xxx Kerugian akibat kebakaran xxx.xxx.xxx

Kerugian akturial dari kewajiban tahunan xxx.xxx.xxx Kenaikan piutang bunga xxx.xxx.xxx Penurunan persediaan dan biaya dibayar dimuka xxx.xxx.xxx Kenaikan piutang lain lain xxx.xxx.xxx Kenaikan utang usaha xxx.xxx.xxx Penurunan penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan xxx.xxx.xxx Penurunan dalam utang lain lain xxx.xxx.xxx Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Penghasilan bersih yang terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang xxx.xxx.xxx Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas Rp. xxx.xxx.xxx operasi Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pembiayaan non kas : Rp. xxx.xxx.xxx Peralatan yang diterima sebagai hibah Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang xxx.xxx.xxx diserahkan

Sumber : Indra Bastian, Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 100 Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Pahala Nainggolan (2005 : 69) catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan diatas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan ini berupa perincian dari suatu perkiraan yang disajikan seperti misalnya aktiva tetap. Catatan atas laporan keuangan akan memberikan perincian dari total aktva tetap yang disajikan. Perincian ini dalam bentuk penggolongan aktiva tetap berdasarkan jenis-jenis aktiva tetap. Catatan atas laporan keuangan juga ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dilakukan seperti misalnya metode penyusutan apa yang akan digunakan dalam menghitung biaya depresiasi aktiva tetap, berapa estimasi usia pakai aktiva tadi dan lain sebagainya. Pelaporan Laporan Keuangan Menurut Pahala Nainggalon (2005 : 72) berdasarkan periode

penerbitannya, laporan-laporan yang diproduksi oleh yayasan dapat dikategorikan berdasarkan urutan sebagai berikut :

-

Pelaporan Setiap Bulanan Pelaporan Setiap Kuartalan Pelaporan Setiap Tahunan

Tujuan Laporan Keuangan Menurut ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 45.2) tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yamg relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kerditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai : a) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban dan aktiva bersih suatu organisasi; b) Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih; c) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumberdaya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya; d) Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, factor lainnya berpengaruh pada likuiditas. Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam keuangan lain.

7. Akuntansi piutang Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuka uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang ini biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Meurut Sophar Lumbantoruan (1996 : 164) Piutang adalah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas Sedangkan menurut kieso, Jerry, dan Terry (2007 : 346) piutang (receivable) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancer (jangka pendek) atau tidak lancer (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (noncurrent receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca baik sebagai piutang dagang atau piutang nondagang. Piutang dagang (trade receivable) adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Sedangkan piutang nondagang (nontrade receivable) berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu. Pengakuan Piutang Pengakuan piutang artinya kapan suatu penjualan barang atau pemberian jasa secara kredit diakui sebagai piutang. Suatu piutang yang timbul yang timbul dari penjualan barang atau jasa pada umumnya piutang dicatat pada saat hak atas barang atau jasa tersebut pindah kepihak penerima, karena pada saat pemindahan

hak itu dapat berbeda-beda menurut syarat yang telah ditetapkan masing-masing kegiatan usaha. Penilaian Piutang Setelah mencatat piutang pada nilai nominalnya (jumlah yang akan jatuh tempo), akuntan akan menghadapi masalah penyajian laporan keuangan. Pelaporan piutang melibatkan (1) klasifikasi dan (2) penilaian di dalam neraca. Klasifikasi, melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net realizable value)- jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas, yang tidak selalu berupa jumlah uang secara resmi merupakan piutang. Piutang Tak Tertagih Piutang tak tertagih merupakan piutang yang timbul karena adanya transaksi yang melibatkan penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Masalah terberat dalam mencatat piutang tak tertagih adalah menentukan waktu pencatatan kerugian itu. Ada dua prosedur umum yang dapat digunakan : 1. Metode penghapusan langsung (direct write of method). Tidak ada jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit piutang usaha dan mendebet beban piutang tak tertagih.

2. Metode

penyisihan

(allowance

method).

Suatu

astimasi

dibuat

menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat. 8. Akuntansi Aktiva Tetap Menurut pahala nainggolan (2005 : 121) aktiva tetap (fixed asset) dapat didefenisikan sebagai atau asset yayasan yang digunakan dalam proses menghasilkan pendapatan dan menjalankan kegiatan dalam mencapai tujuan yayasan. Harta tadi memiliki usia pakai (useful life) dan usia teknis (technical life) atau umur ekonomis lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi. Dari defenisi diatas ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, tujuan perolehan aktiva tetap adalah untuk tujuan menghasilkan pendapatan. Kedua, nilai aktiva tetap dalam pembukuan yayasan adalah sebesar nilai perolehan historis (historical acquisition). Nilai ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut hingga dapat beropersi atau siap digunakan. Depresiasi Penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan yayasan akan mengalami penurunan nilai dengan pengecualian pada beberapa jenis aktiva. Umumnya, sejalan dengan waktu atau usia penggunaan, maka nilai aktiva tetap akan berkurang. Misalnya, kendaraan bermotor, perlengkapan kantor seperti computer,

furniture akan menurun nilainya. Pada saat yang sama, daya guna dari aktiva tersebut juga akan menurun sehingga pada satu titik akan memerlukan pengganti. Pada saat penggantian inilah yayasan akan memerlukan dana dalam jumlah besar.pembebanan aktiva tetap dikatakan sebagai penyusutan atau depresiasi. Penyusutan atau depresiasi aktiva tetap pada dasarnya merupakan implementasi dari konsep-konsep akuntansi penandingan pendapatan dengan biaya yang terkait dalam satu periode (matching cost against revenue dan periodisasi). 1) Komponen Depresiasi Penyusutan atau depresiasi dipengaruhi oleh beberapa komponen penting dalam aktiva tetap yaitu sebagai berikut : a) Harga Perolehan (acquisition cost). Harga perolehan merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapat aktiva tadi, memasangnya, dan memastikan bahwa biar beroperasi dengan baik. b) Nilai sisa (salvage value). Nilai sisa adalah suatu hal nilai yang diperkirakan masih dapat diperoleh setelah usia ekonomis dari aktiva tersebut. c) Usia pakai (useful life). Usia pakai yang ekonomis ditemukan oleh kebijakan dari yayasan sendiri. 2) Metode depresiasi Metode depresiasi merupakan cara-cara perhitungan yang lazim digunakan dalam rangka mendapatkan beban depresiasi setiap bulan. Metode depresiasi yang

akan digunakan merupakan kebijakan akuntansi yayasan kecuali dalam keperluan perhitungan pajak. Dari berbagai metode yang ada, metode depresiasi dapat digolongkan berdasarkan sebagai berikut : a. Metode yang memperhitungkan waktu sebagai unsure utama. 1. Straight line (garis lurus) 2. Penyusutan yang menurun sejalan dengan waktu: Sum of the years digit (SYD) Declining balance (saldo menurun) Double declining balance

b. Metode yang memperhitungkan penggunaan sebagai unsure utama. 1. Depresiasi berdasarka jam pemakaian (service-hours method) 2. Depresiasi berdasarkan unit yang diproduksi (productive-output method) c. Metode yang menggunakan nilai gabungan dari beberapa aktiva tetap. 1. Depresiasi group (group depreciation) 2. Depresiasi composite (composite depreciation) 3) Pencatatan Biaya Depresiasi Setiap akhir tahun, biaya depresiasi diperhitungkan berdasarkan metode masing-masing. Pencatatan pembebanan biaya deresiasi ini dilakukan dengan jurnal sebagai berikut : Biaya depresiasi (aktiva tetap) Rp. xxxxxxx

Akumulasi depresiasi (aktiva tetap) Rp. Xxxxxx

Saldo biaya depresiasi akan dikelompokan dalam laporan aktivitas sebagai komponen biaya. Perkiraan akumulasi depresiasi akan dikelompokan dalam laporan posisi keuangan sebagai pengurangan dari perkiraan aktiva tetap yayasan. 9. Akuntansi Pendapatan Menurut Pahala Nainggolan (2005 : 79) pendapatan (revenue) dalam yayasan merupakan salah satu hal yang berbeda secara signifikan dibandingakan dengan pendapatan pada perusahaan atau bisnis komersial. Pada yayasan, pendapatan diperoleh dari berbagai sumber. Akan tetapi derajat kebebasan penggunaannya berbeda tergantung jenis pendapatannya. Penggunaan pendapatan tergantung pada kebijakna manajemen sendiri. PSAK Nomor 45 tahun 2009 menggolongkan berbagai macam pendapatan yayasan ke dalam dua golongan besar yaitu pendapatan bersumber dari sumbangan dan pendapatan nonsumbangan. Berbagai bentuk pendapatan berupa sumbangan diperoleh dari : 1. Pemerintah (bantuan social, bantuan dana program dan lain-lain); 2. Badan-badan usaha (perusahaan-perusahaan) 3. Donor local atau lembaga nirlaba penyalur sumbangan; 4. Donor internasional; 5. Masyarakat (sumbangan lewat mass media, donasi tetap setiap bulan, dan lain-lain). Sementara itu, pendapatan yang tergolong usaha sendiri dapat berupa : 1. Usaha komersil dibawah yayasan (dividen dari perusahaan milik yayasan, usaha dagang, dan lain-lain); 2. Hasil investasi harta yayasan (bunga deposito, penjualan property milik yayasan, dan lain-lain);

3. Lain-lain (usaha dagang atau produksi sementara seperti penjualan dari pameran, dan lain-lain). Jenis-jenis Pendapatan Yayasan (Sumbangan) Pendapatan yang diperoleh dibagi dalam tiga kategori berdasarkan retriksi (pembatasan) yang ditentukan oleh sumber pendapatan itu. Pendapatan yayasan dengan demikian terbagi dalam tiga kategori sebagai berikut : 1. Pendapatan Tidak Terikat (unrestrited) Sumbangan atau donasi yang diterima yang tidak menyebutkan limitasi atau penggunaan yang diinginkan oleh pemberinya adalah sumbangan yang termasuk dalam golongan sumbangan tidak terikat. Dengan demikian yayasan memiliki kebebasan penuh untuk mengalokasikan penggunanya. 2. Pendapatan Terikat Sementara (Temporarily Restricted) Pendapatan ini umumnya diperoleh dari sumbangan yang diperoleh dari donor secara khusus menyebutkan tujuan penggunaannya serta jangka waktu penggunannya. 3. Pendapatan Terikat Permanen (restricted) Kategori sumber dana lain adalah sumber dana dengan batasan atau retriksi permanen. Sumber dana ini biasanya diperoleh dengan batasan yang jelas untuk penggunaannya dan diasumsikan bahwa waktu penggunaan selamanya. Artinya, hanya untuk tujuan yang dimaksud dan berlaku selamanya. Misalnya, suatu yayasan yang memperoleh donasi dalam bentuk gedung kantor yang diberikan batasan bahwa gedung tadi hanya boleh digunakan untuk kegiatan

operasional yayasan. Dengan demikian, gedung tidak boleh diperjualbelikan baik sekarang maupun dimasa depan untuk alasan apapun. Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition ) Pendapatan yayasan tidak seluruhnya diterima seketika dalam bentuk tunai. Artinya, ketika donasi yayasan menyatakan komitmennya untuk memberikan sumbangan/grant/donasi, didahului dengan beberapa langkah atau proses administratif. Pendapatan yayasan bersumber antara lain dari sumbangan terikat dan sumbangan temporer. Yayasan harus melakukan pemisahan perkiraan (account) yang digunakan dalam pencatatannya. Ketika sumbangan terikat dibukukan sebagai pendapatan, perkiraan yang digunakan adalah sumbangan terikat. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : Tagihan atas sumbangan- terikat Sumbangan-terikat xxx xxx

Ketika dana dicairkan, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : Kas/bank xxx xxx

Tagihan atas sumbangan-terikat

Dengan demikian juga untuk pencatatan pada jenis sumbangan yang diketahui sebagai sumbangan yang terikat untuk jangka waktu tertentu. 10. Akuntansi Biaya Biaya merupakan komponen yang juga mendapat perhatian. Kelangsungan hidup suatu yayasan terkadang ditentukan oleh bagaimana yayasan mengelola biaya-biaya yang ada. Biaya dalam lembaga nirlaba ditentukan oleh besarnya

pendapatan atau penghasilan yang akan diperoleh di periode yang akan datang. Sementara itu, penghasilan itu sendiri oleh berapa banyak komitmen donasi dan penghasilan tidak terikat lain yang merupakan usaha sendiri dari yayasan. Dengan kata lain, biaya pada yayasan harus memiliki fleksibilitas dan kelenturan yang jauh lebih tinggi dibandinkan biaya pada perusahaan komersial. Dalam akuntansi belum terdapat keseragaman mengenai pengertian biaya tersebut.para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian biaya yang sesungguhnya. Menurut William K. Carter (2009 :30) mendefenisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuisisi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau dimasa yang akan datang. Sedangkan, pengertian beban menurut Dyckman, Dukes, dan Davis (2000 : 271) bahwa beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan aktiva lainnya atau terjadinya suatu kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. Setelah pendapatan dari periode akuntansi diukur dan diakui sesuai dengan prinsip pendapatan, prinsip penandingan diterapkan untuk mengukur dan mengakui beban periode tersebut.

Prinsip penandingan mewajibkan bahwa jika pendapatan ditentukan dengan prinsip pendapatan untuk beberapa periode pelaporan, beban yang terjadi dalam menghasilkan pendapatan harus diakui pada periode tersebut. Dasar dari prinsip penandingan adalahketika pendapatan dihasilkan, aktiva tertentu dikonsumsi (seperti perlengkapan) atau dijual (seperti persediaan), dan jasa digunakan (seperti usaha pekerja). B. HIPOTESIS Berdasarkan latar belakang masalah dan telaah pustaka yang dikemukakan diatas, maka berikut ini penulis kemukakan hipotesis penelitian yaitu : Akuntansi Yang Diterapkan Pada Yayasan Abidin sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Pekanbaru belum

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah Yayasan Abidin Pekanbaru, yang bekedudukan di Jl. Hasanudin No. 81 Pekanbaru B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini dibedakan atas dua bagian yaitu sebagai berikut : a. Data primer, merupakan data dan informasi yang dikumpulkan dari yayasan masih dalam bentuk baku dan masih memerlukan pengolahan lebih lanjut, jenis data primer ini antara lain yaitu data yang diperoleh dari pengurus Yayasan Abidin Pekanbaru, keterangan-keterangan yang berupa laporan kemudian diolah dan disusun kembali. b. Data Sekunder, yaitu data yang penulis peroleh dari yayasan dalam bentuk yang telah jadi tanpa mengalami perubahan, jenis data sekunder ini antara lain yaitu laporan keuangan, sejarah umum dan struktur organisasi. Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penyusunan skripsi ini adalah bersumber dari semua catatan , dokumentasi tertulis, keterangan lisan dan tulisan yang dapat diberikan oleh pimpinan yayasan, kepala bagian akuntansi dan pihak lain yang dapat membantu dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai landasan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan metode a. Teknik wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan

wawancara langsung dengan yang berkompeten dalam yayasan yang mengetahui tentang permasalahan yang diangkat guna memperoleh informasi yang akurat sehubungan dengan akuntansi keuangan yayasan. Wawancara dilakukan dengan bagian keuangan yayasan dan pimpinan yayasan. b. Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data sekunder sehubungan dengan akuntansi keuangan yayasan yang diterapkan dalam Yayasan Abidin Pekanbaru seperti : laporan keuangan, sejarah berdirinya yayasan dan kegiatan operasional yayasan. D. Analisis Yayasan Berdasarkan dari data yang berhasil penulis kumpulkan dari Yayasan Abidin Pekanbaru, kemudian data itu dikelompokkan sesuai dengan sub pembahasan dan seterusnya data yang telah dikelompokkan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis ini membandingkan antara data yang diperoleh dari yayasan dengan berbagai teori yang mendukung pembahasan. Dari hasil perbandingan tersebut diambil suatu kesimpulan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN

A. Sejarah Singkat Yayasan Yayasan Abidin adalah sebuah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang pendidikan. Yang didirikan pada tahun 1987 berdasarkan akte notaris No. 57, dan telah dirubah dengan akte perubahan tanggal 5 mei 1989 No. 7, kemudian dirubah lagi dengan akta perubahan tanggal 31 agustus 1993 No. 64, ketiganya dibuat dihadapan Syawal Sutan di Pekanbaru. Pada tahun 2000 dirubah lagi dengan akte perubahan tanggal 30 november 2000 No. 70 dengan alasan meninggal dunia dan pindah tugasnya pengurus yayasan Abidin Pekanbaru yang dibuat dihadapan H. Asman Yunus, SH sebagai notaris di pekanbaru. Adapun tujuan dari yayasan ini didirikan adalah : 1. Membina masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yaitu masyarakat yang ridho dan diridhoi Allah. 2. Meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan terpenuhi hajat masyarakat secara lahir dan bathin sesuai pedoman yang telah digariskan di dalam agama islam. 3. Mensiarkan ilmu dan ajaran agama islam secara merata di tengahtengah masyarakat luas dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk memenuhi tujuan diatas, maka kegiatan usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pendidikan agama 2. Menyelenggarakan taman baca al-Quran. 3. Memberikan bantuan sosial baik moril maupun materil kepada yang membutuhkan. 4. Mengadakan usaha dalam bidang ekonomi yang hasilnya akan dimanfaatkan untuk kepentingan yayasan. 5. Menjalankan usaha lain yang berkaitan dan dapat menunjang maksud tujuan yayasan tersebut. B. Struktur Organisasi Di dalam sebuah organisasi, kita mengenal adanya struktur organisasi yang memuat tentang suatu kumpulan orang-orang atau bagian-bagian yang mempunyai suatu tujuan yang diinginkan pada setiap aktivitasnya. Dalam menjalankan tujuan yayasan ini, kita tidak dapat melakukannya hanya dengan sendiri saja, kita memerlukan adanya bantuan dari orang lain yang dapat diajak bekerjasama dalam melakukan tugas sesuai dengan fungsi masing-masing , dengan demikian suatu yayasan merupakan suatu bentuk organisasi. Agar suatu organisasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukan adanya dasar-dasar atau prinsip-prinsip sebagai patokan dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Prinsip-prinsip yang harus dianut oleh suatu organisasi adalah : adanya pembagian

tugas, rentang kekuasaan, perumusan tujuan organisasi harus jelas, delegasi kekuasan, tingkat-tingkat pengawasan. Prinsip-prinsip harus dianut oleh setiap organisasi karena tanpa adanya tujuan yang jelas, maka kegiatan-kegiatan tidak akan terlaksana dengan baik. Demikian pula dengan pembagian tugas yang jelas, maka akan menyebabkan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan pekerjaan. Oleh sebab itu, batas-batas wewenang harus ada dan dapat diterima oleh setiap bagian yang ada dalam organisasi, agar tugas pekerjaan dapat dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam struktur Yayasan Abidin terdapat susunan sebagai berikut : a. Pembina : 1. H. Muhammad Azali Johan, SH 2. H. Ahmad Bebas b. Pengurus : Ketua : H. Tengku Amir Sulaiman Wakil Ketua : Drs. H. azwar Wahab Sekretaris : Fauzi Kadir, SH Wakil Sekretaris : Drs Asngari Bendahara : Ir. Eko Diono Bidang Pendidikan : Inusirwan Saleh, Spd Bidang Dana : Subari

1. Pembina Merupakan pendukung segala kegiatan yayasan atau Pembina yayasan yang disebut donatur 2. Ketua yayasan a. Merumuskan arah kebijaksanaan yayasan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan yayasan. b. Mengangkat dan memberhentikan bawahan. c. Mengawasi jalannya operasi yayasan, keuangan, dan perkembangan usaha. 3. Wakil ketua yayasan a. Mewakilkan ketua yayasan dalam menjalankan tugas apabila ketua yayasan berhalangan. b. Dapat mewakili ketua yayasan mengambil keputusan dalam

pengembangan usaha. 4. Sekretaris a. Mengatur rapat yayasan. b. Menyusun peraturan-peraturan yayasan. c. Mengagendakan surat menyurat. d. Mengawasi seluruh penyelenggaraan aktivitas organisasi dibidang administrasi dan tata kerja. 5. Wakil sekretaris a. Mewakili sekretaris apabila berhalangan terutama untuk setiap aktivitas kesekretariatan dan tata kerja.

b. Bersama sekretaris mengawasi seluruh penyelenggaraan aktivitas organisasi dibidang administrasi dan tata kerja. 6. Bendahara a. Melaksanakan pembukuan keuangan yayasan. b. Menyusun laporan keuangan. c. Mengatur pengeluaran dan penerimaan dana yayasan. 7. Kepala Sekolah a. Merencanakan, menyusun dan mengembangkan program kegiatan sekolah. b. Mengarahkan, mengawasi, membina, dan menilai semua kegiatan sekolah. c. Mengadakan dan mengembangkan hubungan orang tua, instansi dan masyarakat umum. d. Bertanggungjawab kepada atasannya atas keberhasilan pelaksanaan seluruh kegiatan dalam sekolahnya. 8. Wakil Kepaka Sekolah a. Mengatur dan melaksanakan presensi (absensi) guru. b. Memberikan sarana-sarana kepada kepala sekolah demi kemajuan sekolah. c. Mengatur pelaksanaan piket harian. d. Mengatur pelaksanaan jam guru.

9. Majelis Guru a. Menjalankan proses belajar mengajar. b. Menyusun hasil akhir belajar murid. C. Aktivitas Organisasi Dalam rangka melaksanakan aktivitas sekolah, adapun aktivitas yang dijalankan di Dalam rangka melaksanakan aktivitas sekolah, adapun aktivitas yang dijalankan di Yayasan Abidin Pekanbaru meliputi : 1. Proses belajar mengajar. 2. Pembinaan bakat dan prestasi, berupa : Pendalaman mata pelajaran bagi murid-murid yang berprestasi khususnya. Pendalaman mengaji dan baca Al-quran.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil tentang penerapan akuntansi pada Yayasan Abidin Pekanbaru. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada bab I dan dengan berpedoman pada teoritis yang relevan seperti diuraikan bab II, maka penulis akan mencoba Yayasan Abidin dalam bab ini adalah : A. Implementasi Akuntansi 1. Dasar Pencatatan Dasar pencatatan transaksi keuangan Yayasan Abidin adalah basis kas (cash basis) yaitu pencatatan transaksi pada saat penerimaan dan pengeluaran kas di akui pada saat terjadi baik pada kas ataupun setara kas. 2. Pencatatan Transaksi dan Proses Penyusunan Laporan Keuangan Dalam melakukan pencatatan terhadap transaksi-transaksi yang terjadi yaitu mencatat penerimaan dan pengeluaran dalam buku harian kas yaitu pencatatan semua penerimaan dan pengeluaran, kemudian dipindahkan kedalam laporan bulanan seperti rekapan bulanan. Penerimaan kas dicatat sesuai dengan transaksi yang berhubungan dari aktivitas pembayaran uang Bp3 dan penerimaan lainnya. Pencatatan penerimaan uang Bp3 dicatat kedalam daftar penerimaan Bp3. Untuk pencatatan pengakuan penerimaan Bp3 yang dilakukan Yayasan Abidin Pekanbaru menggunakan kas basis (cash basis) yaitu pencatatan transaksi dan peristiwa yang di akui pada saat terjadi baik pada kas ataupun setara kas. Dalam catatan daftar penerimaan Bp3,

Bp3 yang dibayarkan dicatat sebagai pendapatan Bp3 dan untuk pencatatan penunggakan Bp3 dicatat sebagai piutang Bp3. Untuk mencatat piutangnya Yayasan tidak mencatat kebuku piutang Bp3 tetapi dapat menghitungnya dari daftar penerimaan Bp3. Begitu juga pada penerimaan dimuka dapat

menghitungnya dari daftar penerimaan Bp3. Sedangkan untuk pencatatan pengeluaran kas, mencatat aktivitas pengeluaran yang terjadi dari pembayaran honor guru,biaya ATK, air minum, biaya listrik. Kemudian dicatat kedalam rekap tahunan dan disusun laporan keuangan seperti laporan Neraca dan laporan Laba/Rugi. Akun yang terdapat dalam neraca yaitu aktiva lancar (seperti kas, bank, dan piutang Bp3) dan aktiva tetap (seperti bangunan dan peralatan) dan akun-akun passiva yang terdiri dari kewajiban (seperti penerimaan dimuka) dan modal (seperti modal usaha,

sumbangan donatur, dan laba tahun 2009). Sementara untuk laporan laba rugi terdiri dari pendapatan (seperti Uang Bp3, warung MDA dan donatur) dan biaya operasional (seperti honor guru, biaya ATK, air minum, dan biaya listrik).Maka dari itu pencatatan yg dilakukan yayasan tidak sesuai akuntansi yayasan. 3. Laporan Keuangan a. Laporan Aktivitas Laporan aktivitas terdiri dari dua bagian besar yaitu pendapatan dan beban biaya lembaga. Tujuan utama aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a) pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, (b) hubungan antartransaksi, dan peristiwa lain, serta (c) bagaimana penggunaan sumber daya dalam melaksanakan berbagai program atau jasa.

Laporan keuangan yang disusun Yayasan Abidin terkait dengan pendapatan dan pengeluaran biaya operasional yayasan adalah laporan Laba-Rugi Yayasan, seperti pada table V. 1 :

Tabel V. 1 YAYASAN ABIDIN PERHITUNGAN LABA / RUGI PER 31 DESEMBER 2009 PENDAPATAN Uang Bp3 Donatur Warung MDA Jumlah Pendapatan BIAYA OPERASIONAL Honor Guru Biaya ATK Air Minum Biaya Listrik Jumlah Biaya Operasional LABA/RUGI TAHUN 2009 Sumber : Yayasan Abidin Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa format laporan laba rugi yang disusun Yayasan Abidin tidak sesuai dengan format akuntansi yayasan, dimana dalam laporan yang disusun yayasan akun laba rugi, sementara untuk akuntansi yayasan merupakan organisasi nirlaba. Maka dari itu yayasan seharusnya menyusun laporan aktivitas. Laporan aktivitas yang seharusnya disusun Yayasan Abidin adalah seperti tabel dibawah ini : 56,345,000 6,000,000 3,000,000 65,345,000

60,087,000 975,000 1,881,000 360,000 63,303,000 2,042,000

Tabel V. 2 Yayasan Abidin Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2009 Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat : Pendapatan : Sumbangan Uang Bp3 Donatur Warung MDA Jumlah Pendapatan Biaya Operasional : Honor Guru Biaya ATK Air Minum Biaya Listrik Jumlah Biaya Operasional Beban Lain-lain : Beban Penyusutan-Bangunan Beban Penyusutan-Peralatan Jumlah Beban Lain-lain Kenaikan Aktiva Bersih Tidak Terikat

35,000,000 56,345,000 6,000,000 3,000,000 100,345,000

60,087,000 975,000 1,881,000 360,000 63,303,000

115,175,000 25,747,200 140,922,200 (103,880,200)

Perubahan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Awal Tahun Aktiva Bersih Akhir Tahun Sumber : Data Olahan

(103,880,200) 180,000,000 76,119,800

Berdasarkan tabel di atas, maka Laporan Laba Rugi yang disusun Yayasan Abidin tidak sesuai dengan format akuntansi yayasan dimana nilai bersih yang disajikan adalah sebesar Rp.2,042,000,- dan setelah dilakukan koreksi

berdasarkan PSAK No. 45 tahun 2009 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba maka pada laporan aktivitas, nilai akhir perubahan aktiva bersih adalah sebesar Rp.(103,880,200),- yang terjadi karena adanya penambahan perkiraan selain dari perkiraan yang ada dalam laporan laba rugi. Perkiraan yang ditambah dalam laporan aktivitas yang sesuai dengan format akuntansi yayasan adalah perkiraan sumbangan, perkiraan beban penyusutan bangunan, dan perkiraan beban penyusutan peralatan dan untuk Aktiva Bersih Akhir Tahun 2009 pada Laporan Aktivitas menunjukan nilai sebesar Rp.76,119,800,- yang diperoleh dari penjumlahan nilai perubahan aktiva bersih dengan aktiva bersih awal tahun yang berasal dari Laporan Posisi Keuangan. b. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan merupakan sebuah laporan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih yayasan pada satu titik waktu tertentu dan menyajikan hubungan diantara unsur-unsur yang

membentuknya. Laporan keuangan yang disusun Yayasan Abidin adalah sebagai berikut :

Tabel V. 3 YAYASAN ABIDIN NERACA PER 31 DESEMBER 2009 AKTIVA Aktiva Lancar Kas Bank BRI Piutang BP3 Jumlah Aktiva Lancar PASSIVA Kewajiban 3,200,000 Penerimaan dimuka 52,556,000 650,000 56,406,000 Jumlah Kewajiban 1,725,000 1,725,000

Modal Aktiva Tetap Bangunan Peralatan Jumlah Aktiva Tetap Modal Usaha 135,500,000 Sumbangan-donatur 26,861,000 Laba Tahun 2009 162,361,000 Jumlah Modal 218,767,000 Total Passiva 180,000,000 35,000,000 2,042,000 217,042,000

Total Aktiva Sumber : Yayasan Abidin

218,767,000

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa format Neraca yang dibuat Yayasan Abidin tidak sesuai dengan format akuntansi yayasan, dimana masih terdapat akun modal. Sementara dalam format akuntansi yayasan tidak terdapat akun modal melainkan akun aktiva bersih. Untuk bangunan tidak terdapat akun akumulasi penyusutan bangunan yang seharusnya menjadi nilai pengurang untuk perolehan bangunan, begitu juga peralatan yang seharusnya dikurangi dengan akun akumulasi penyusutan peralatan. Maka dari itu seharusnya yayasan menyusun laporan posisi keuangan biar sesuai dengan akuntansi yayasan.

Laporan keuangan yang seharusnya disusun Yayasan Abidin adalah laporan posisi keuangan pada akhir periode, seperti pada tabel dibawah : Tabel V. 4 YAYASAN ABIDIN Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2009 AKTIVA Aktiva Lancar Kas Bank BRI Piutang Bp3 Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap Bangunan Akm. Penyusutan bangunan Peralatan Akm. Penyusutan Peralatan Jumlah Aktiva Tetap Total Aktiva KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH Kewajiban Penerimaan Dimuka Aktiva Bersih Total Kewajiban dan Aktiva Bersih Sumber : Data Olahan

3,200,000 52,556,000 650,000 56,406,000 135,500,000 115,175,000 26,861,000 25,747,200

20,325,000 1,113,800 21,438,800 77,844,800

1,725,000 76,119,800 77,844,800

Setelah dilakukan koreksi atas laporan keuangan neraca yang disusun Yayasan Abidin maka saldo akhir pada Laporan Posisi Keuangan Rp. 77,844,800,-. Perubahan ini timbul karena adanya koreksi terhadap perkiraan aktiva tetap, yaitu dengan penambahan perkiraan untuk akumulasi penyusutan bangunan dan peralatan, serta penghapusan untuk perkiraan sumbangan donatur.

c. Laporan Arus Kas Menurut PSAK No. 45 tahun 2009 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan arus kas, perubahan posisi kas akan dilihat dari tiga sisi, yakni dari kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. Yayasan Abidin tidak menyusun laporan arus kas sehingga tidak ada informasi yang rinci tentang arus kas masuk maupun keluar dari yayasan yang berguna memberikan gambaran tentang alokasi kas ke dalam berbagai kegiatan yayasan. Seharusnya Yayasan Abidin menyusun laporan arus kas seperti tabel di bawah ini :

Tabel V. 5 Yayasan Abidin Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi : Kas dari Pendapatan Jasa Kas dari Penyumbang Kas dari Piutang Lain-lain Penerimaan Lain-lain Kas yang dibayarkan kepada karyawan Utang lain-lain yang dilunasi Kas Bersih yang diterima (digunakan) dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi : Ganti rugi dan asuransi kebakaran Pembelian peralatan Kas Bersih yang diterima (digunakan) dari aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan : Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran Kewajiban jangka panjang Kas Bersih yang diterima (digunakan) dari Aktivitas Pendanaan Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Sumber : Data Olahan Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx Rp. xxx.xxx.xxx

d. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tambahan mengenai kebijakan yang tidak

dicantumkan dalam laporan keuangan lainnya. Catatan atas laporan keuangan tidak disajikan dalam laporan keuangan Yayasan Abidin sehingga tidak diketahui kebijakan akuntansi yang diterapkan yayasan.

4. Aktiva Tetap (Fixed Asset) Aktiva tetap yang tertera dalam laporan keuangan Yayasan Abidin (seperti, bangunan dan peralatan) disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut tanpa dikurangi dengan akumulasi penyusutan, sehingga nilai aktiva tetap untuk bangunan dan peralatan yang disajikan dalam laporan keuangan neraca tidak menunjukan nilai sebenarnya. Pencatatan yang disajikan yayasan sehubungan dengan perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Pencatatan untuk perolehan aktiva tetap berupa bangunan : Bangunan Modal Rp. 135.500.000,Rp. 135.500.000,-

2. Pencatatan untuk perolehan aktiva tetap berupa peralatan : Peralatan Rp. 26.861.000,Rp. 26.861.000,-

Kas/Hutang Yayasan

Yayasan menyajikan aktiva tetap tersebut tanpa dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Sehingga nilai yang disajikan di laporan keuangan neraca tidak menunjukan adanya penurunan nilai untuk tiap periodenya. Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Aktiva ini memiliki usia pakai (useful life) dan usia teknis (technical life) atau umur ekonomis lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi. Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan yayasan akan mengalami pengurangan/penurunan nilai sejalan dengan waktu atau usia pemakaian.

Penurunan nilai ini akan membuat yayasan memiliki aktiva yang semakin hari semakin berkurang nilainya. Oleh sebab itu, seharusnya yayasan menyajikan nilai aktiva tetap tersebut yang telah dikurangi dengan nilai penurunan aktiva untuk setiap tahunnya. Untuk metode penyusutan, Yayasan Abidin dapat menggunakan metode garis lurus dengan menerapkan estimasi masa manfaat aktiva tetap yang dimiliki selama 20 tahun (untuk bangunan), dan 5 tahun (untuk peralatan). Dengan menerapkan metode garis lurus, maka dapat dihitung penyusutan pertahunnya adalah sebagai berikut : 1. Penyusutan untuk bangunan Pertahun : Rp. 135,500,000,-/ 20 tahun = Rp. 6,775,000,Perbulan : Rp. 6,775,000,-/ 12 bulan = Rp. 564,583,2. Penyusutan untuk peralatan Pertahun : Rp. 26,861,000,-/ 5 tahun = Rp. 5,372,200,Perbulan : Rp. 5,372,200,-/ 12 bulan = Rp. 447,683,Berdasarkan perhitungan diatas, maka pencatatan yang seharusnya dilakukan yayasan sebelum tutup buku adalah sebagai berikut : 1. Pencatatan untuk akumulasi penyusutan bangunan Beban Penyusutan Bangunan Rp. 6,775,000 Rp. 6,775,000

Akumulasi Penyusutan Bangunan 2. Pencatatan untuk akumulasi penyusutan peralatan Beban Penyusutan Peralatan Rp. 5,372,200

Akumulasi Penyusutan Peralatan

Rp. 5,372,200

Jurnal koreksi untuk pencatatan penyusutan aktiva tetap setelah tutup buku adalah sebagai berikut : 1. Jurnal koreksi untuk akumulasi penyusu