analisis penentuan arah geoelectric strike dan

71
ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN DIMENSIONALITAS BAWAH PERMUKAAN WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NTT DENGAN METODE AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) SKRIPSI NOVI MASHILA 11160970000028 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

DIMENSIONALITAS BAWAH PERMUKAAN WILAYAH

KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NTT DENGAN

METODE AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT)

SKRIPSI

NOVI MASHILA

11160970000028

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 2: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN
Page 3: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN
Page 4: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN
Page 5: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

v

ABSTRAK

Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui

struktur bawah permukaan bumi adalah metode Audio Magnetotellurik (AMT).

Metode Audio Magnetotellurik (AMT) adalah sebuah metode geofisika pasif yang

memanfaatkan penetrasi gelombang Elektromagnetik (EM) ke bawah permukaan

bumi untuk mengetahui nilai impedansi suatu materi dengan cara mengukur

variasi medan magnet dan medan listrik dari gelombang EM di bawah permukaan

yang berubah terhadap waktu. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten

Timor Tengah Selatan, NTT. Struktur geologi yang ada Di wilayah penelitian

meliputi lipatan, sesar naik, sesar mendatar mengiri, dan sesar mendatar

menganan.

Dalam penelitian ini terdapat 21 titik stasiun pengukuran dengan dua buah

lintasan (line) yang membentang dari arah barat laut ke tenggara. Lintasan

pertama terdiri dari data AMT01 hingga AMT15 dengan panjang lintasan sebesar

30,9 km. Sedangkan lintasan kedua terdiri dari data AMT16 hingga AMT21

dengan panjang lintasan sebesar 23,1 km. Untuk menentukan dimensionalitas

wilayah penelitian dan memberikan informasi arah geoelectric strike wilayah

penelitian, perlu dilakukan analisis phase tensor dengan bantuan Software Octave.

Berdasarkan hasil analisis phase tensor didapatkan bahwa wilayah penelitian

memiliki arah dominan geoelectric strike sebesar N E dan N E, berarah

timur laut- barat daya. Hasil yang didapatkan pada lintasan pertama dan lintasan

kedua didominasi nilai skew angle dengan bentuk elips

cenderung bulat, sehingga dimensionalitas yang sesuai adalah menggunakan

pemodelan 2 dimensi untuk rentang frekuensi 1-10 khz.

Kata kunci : Metode Audio Magnetotellurik (AMT), Analisis phase tensor,

geoelectric strike,dimensionalitas, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Page 6: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

vi

ABSTRACT

One of the geophysical methods that can be used to determine the

subsurface structure of the earth is the Magnetotellurik Audio (AMT) method.

The Magnetotellurik Audio Method (AMT) is a passive geophysical method that

utilizes electromagnetic wave penetration (EM) to subform the earth to determine

the impedance value of a material by measuring the variation of magnetic field

and electric field of EM waves below the surface that change against time. This

research was conducted in South Central Timor Regency, NTT. Geological

structures in the research area include folds, rising faults, slicing flat faults, and

horizontal faults.

In this study, there were 21 measurement stations with two lines stretching

from northwest to southeast. The first track consists of AMT01 to AMT15 data

with a track length of 30.9 km. While the second track consists of AMT16 to

AMT21 data with a track length of 23.1 km. To determine the dimensionality of

the research area and provide information on the direction of geoelectric strike

research area, it is necessary to analyze phase tensor with the help of Octave

Software. Based on the results of phase tensor analysis, it was found that the

research area has a dominant geoelectric strike direction of N18° E and N118° E,

in the direction of northeast-southwest. The results obtained on the first track and

the second trajectory are dominated by the skew angle (β) -3 ≤ β ≤ 3 with the

ellipses tend to be round, so the appropriate dimensionality is to use a 2-

dimensional modeling for a frequency range of 1-10 khz.

Keywords: Magnetotelluric Audio Method (AMT), Phase tensor analysis,

geoelectric strike, dimensionality, South Central Timor Regency.

Page 7: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah wa syukurillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir di

masa pandemi ini. Penelitian Tugas akhir ini telah dilaksanakan di Pusat

Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2F-LIPI), di kawasan

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK), Serpong dengan

judul “Analisis Penentuan Arah Geoelectric strike dan Dimensionalitas Bawah

Permukaan Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT Dengan

Metode Audio Magnetotellurik (AMT)”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains pada

program studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan, bimbingan dan motivasi dari banyak pihak, penulisan tugas akhir ini

tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

persetujuan pelaksanaan tugas akhir skripsi ini.

2. Tati Zera, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fisika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta serta seluruh dosen dan staff pengajar yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan

dapat bermanfaat dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Page 8: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

viii

3. Dr. Sutrisno, Dipl. Seis., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Rike Yudianti selaku kepala P2F-LIPI yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tugas akhir di

P2F-LIPI.

5. Febty Febriani, PhD., selaku dosen pembimbing II penulis dalam

melaksanakan penelitian di P2F-LIPI yang dengan kesabarannya

membimbing, memberikan banyak ilmu, dan masukan kepada penulis

hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

6. Keluarga besar tercinta, kedua orang tua dan saudara penulis penulis Alm.

Bapak Drs. H. Sulhan bin Supeno dan Ibu Sami Solehah yang semasa

hidupnya tidak pernah lelah selalu mendoakan, mendidik, memotivasi dan

memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Kakak

penulis, Aisah yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat kepada

penulis.

7. Teman-teman seperjuangan tugas akhir di P2F-LIPI yaitu Indah Nadiiya

dan Farhan yang telah berjuang bersama-sama, menjadi teman diskusi

yang baik serta saling membantu dan memotivasi satu sama lain.

8. Orang terpenting bagi penulis Thobit, Merry, Tika, Tari, Lia, Haris,

Nanda, Maurin, Puji, Farah, Inge, Dian, I‟ah, Rusydah, Qowi dan Tami

yang telah memberikan saran, semangat dan bantuan kepada penulis

selama berkuliah hingga sekarang.

9. Kepada keluarga besar ibu rini yang selalu memberikan bantuan dan

semangat kepada penulis.

10. Kepada Maulana, Kak Andri, Kak Amel, Kak Lina yang telah membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

11. Seluruh teman-teman Fisika baik kakak tingkat maupun adik tingkat,

khususnya Fisika angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat dan

doa kepada penulis.

Page 9: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

ix

12. Kepada Afgan, Budi doremi, Mahen, Justin Bieber, EXO, BTS, BP dan

Drama Korea yang telah menemani penulis lewat karyanya selama

melakukan penyusunan laporan.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan

tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan kalian dengan

sebaik-baiknya kebaikan. penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulis di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.

Jakarta, 04 Maret 2021

Penulis,

Novi Mashila

Page 10: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

x

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ....................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

2.1 Metode Audio Magnetotellurik ................................................................ 5

Page 11: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

xi

2.2 Prinsip Dasar Metode Audio Magnetotellurik ......................................... 7

2.3 Persamaan Dasar Metode Magnetotellurik .............................................. 9

2.4 Asumsi-asumsi pada Metode Magnetotellurik ....................................... 11

2.5 Skin Depth ....................................................................................... 12

2.6 Mode Pengukuran Magnetotellurik ........................................................ 13

2.7 Analisis Phase Tensor (Φ) ..................................................................... 14

2.8 Impedansi Tensor (Z) ............................................................................. 16

2.9 Struktur Bumi 1-D .................................................................................. 17

2.10 Struktur Bumi 2-D .................................................................................. 18

2.11 Struktur Bumi 3-D .................................................................................. 19

2.12 Distorsi Elektromagnetik ........................................................................ 20

2.13 Geoelectric Strike ................................................................................... 21

2.14 Patahan atau Sesar .................................................................................. 21

2.15 Ciri-Ciri Sesar ......................................................................................... 23

2.16 Kondisi Regional .................................................................................... 24

2.16.1 Letak Geografis Wilayah ................................................................ 24

2.16.2 Stratigrafi Wilayah Penelitian ......................................................... 24

2.16.3 Struktur Geologi Wilayah Penelitian .............................................. 25

BAB III ................................................................................................................. 27

3.1 Tempat Pelaksanaan ............................................................................... 27

3.2 Data ........................................................................................................ 27

3.2.1 Tahapan Pengolahan Data AMT ..................................................... 27

3.3 Koordinat Titik Pengukuran Audio Magnetotellurik (AMT) ................. 30

3.4 Peralatan dan Perlengkapan Pengolahan Data ....................................... 31

3.4.1 Peralatan Pengolahan Data .............................................................. 31

3.4.2 Perlengkapan Pengolahan Data ....................................................... 32

3.5 Tahapan Pengolahan Data ...................................................................... 32

3.6 Diagram Alir ........................................................................................... 33

BAB IV ................................................................................................................. 35

Page 12: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

xii

4.1 Wilayah Penelitian ................................................................................. 35

4.2 Data Penelitian ....................................................................................... 36

4.3 Koreksi Data Penelitian .......................................................................... 38

4.4 Analisis Phase Tensor ............................................................................ 40

4.4.1 Diagram Rose .................................................................................. 40

4.4.2 Diagram Ellips ................................................................................ 43

BAB V ................................................................................................................... 45

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 45

5.2 Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

LAMPIRAN .......................................................................................................... 51

Lampiran 1 Koordinat dan Elevasi Titik Pengukuran ...................................... 51

Lampiran 2 Data Penelitian Pada Titik Pengukuran AMT19 .......................... 52

Page 13: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Koordinat dan Elevasi Titik Pengukuran ............................................. 30

Page 14: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Interaksi gelombang EM dengan medium di bawah permukaan

(Pertiwi, 2020). ....................................................................................................... 8

Gambar 2. 2 Konfigurasi TE dan TM (K.Bahr, 2005) ........................................ 13

Gambar 2. 3 Representasi Phase Tensor Elips dari keempat invariant (Caldwell

et al., 2004) ............................................................................................................ 16

Gambar 2. 4 Phase tensor elips 1-D .................................................................... 18

Gambar 2. 5 Phase tensor elips 2-D .................................................................... 19

Gambar 2. 6 Phase tensor elips 3-D .................................................................... 20

Gambar 2. 7 Klasifikasi sesar (Anderson, 1951) ................................................. 22

Gambar 2. 8 Peta Geologi dan Struktur Geologi Pulau Timor (Charlton, 2001) 26

Gambar 3. 1 Gedung P2F-LIPI Serpong ............................................................. 27

Gambar 3. 2 Tangkapan layar Data AMT_01_01.edi ......................................... 29

Gambar 3. 3 Tangkapan layar Data AMT01.pt1 ................................................. 30

Gambar 3. 4 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 34

Gambar 4. 1 Plot Line Lintasan Wilayah Penelitian ........................................... 35

Gambar 4. 2 Plot data koherensi AMT19 ............................................................ 36

Gambar 4. 3 Plot data phase AMT19 .................................................................. 37

Gambar 4. 4 Plot data resistivitas AMT19 .......................................................... 37

Gambar 4. 5 Plot koreksi data koherensi AMT19 ............................................... 39

Gambar 4. 6 Plot koreksi data phase AMT19 ..................................................... 39

Gambar 4. 7 Plot koreksi data resistivitas AMT19 ............................................. 40

Gambar 4. 8 Plot diagram rose (a) Frekuensi 0.1-1 Hz, (b) Frekuensi 1-10 Hz, (c)

Frekuensi 10-100 Hz, (d) Frekuensi 100-1000 Hz, (e) Frekuensi 1.000-10.000 Hz

(f) Semua Frekuensi .............................................................................................. 42

Gambar 4. 9 Diagram elips dari hasil plot nilai skew angle (a) lintasan 1 dan (b)

lintasan 2 ............................................................................................................... 44

Page 15: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Koordinat dan Elevasi Titik Pengukuran ........................................ 51

Lampiran 2 Data Penelitian Pada Titik Pengukuran AMT19 ............................ 52

Page 16: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi adalah tempat tinggal manusia yang tersusun atas beberapa lapisan

dan memiliki struktur batuan yang berbeda-beda tergantung dari ketinggiannya.

Dari hasil para peneliti geofisika dapat diketahui batuan-batuan yang dihasilkan

memiliki variasi yang berbeda dari satu wilayah ke bagian wilayah yang lainnya

baik di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaannya. Dari berbagai

macam teori proses pembentukannya, bumi memiliki beberapa lapisan penyusun

yang terdiri dari kerak bumi, mantel bumi, inti luar bumi dan inti dalam bumi.

Dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan tentang lapisan-lapisan bumi pada surat Al-

Anbiya‟ ayat 31 :

سى أن تميد بهم وجعلنا فيها فجاجا سبل لعلهم يهتدون ) (۳۱وجعلنا فى ٱلرض رو

“Dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh

supaya bumi tidak guncang bersama mereka. Dan telah kami jadikan di bumi itu

jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk”.

Dalam surat Al-Anbiya‟ ayat 31 dapat ditafsirkan bahwa Allah menjadikan

gunung-gunung itu sebagai rawasy, yang memiliki arti sangat kokoh (Shihab,

2006). Kokoh disini karena akar-akarnya melekat jauh kedalam lapisan kulit

bumi. Maknanya, gunung-gunung tersebut menggenggam lempengan-lempengan

kerak bumi dengan cara memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada

titik pertemuan lempengan-lempengan ini.

Gunung dengan akar-akarnya memiliki kerapatan jarak tidak lebih dari

kerapatan kulit bumi yang mengelilinginya. Sehingga tekanan pada kulit bumi

dapat terbagi secara merata ke semua arah. Agar tidak terjadi pergeseran atau

peregangan dalam kulit bumi dan mencegahnya terombang-ambing di atas lapisan

magma atau di antara lempengan-lempengannya (Shihab, 2006). Berdasarkan

tafsir tersebut dapat diketahui bahwa bumi memiliki lapisan di bawah

Page 17: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

2

permukaannya. Untuk mengetahui kebenaran lapisan apa saja yang terkandung di

bawah permukaan bumi dilakukanlah penelitian dan eksplorasi lebih jauh

mengenai lapisan bawah permukaan bumi.

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki banyak kekayaan alam

di dalamnya. Lautan yang membentang luas dan garis pantai yang panjang, serta

tanah yang subur membuat Indonesia dikelilingi oleh lautan dan hutan yang

menjadi paru-paru dunia. Selain itu, negara ini juga berada di antara dua benua

dan dua samudra. Keadaan seperti ini yang membuat Indonesia dilewati oleh tiga

jalur lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia (Eropa-Asia) dari arah Utara,

lempeng Indo-Australia dari Selatan, dan lempeng Pasifik dari Timur.

Pergeseran ataupun tumbukan antar lempeng yang bisa terjadi dapat

menjadi penyebab terjadinya gempa bumi. Lempeng-lempeng yang ada di

wilayah Indonesia ini masih relatif aktif bergerak. Dampak adanya pergerakan

lempeng tektonik tersebut adalah banyak menimbulkan sesar-sesar lokal yang

dapat menjadi pemicu aktivitas seismik. Pergerakan antar lempeng yang saling

bergesekan dan saling mendekat satu sama lain dapat menimbulkan tumbukan dan

akan membentuk suatu wilayah penunjaman atau zona subduksi (Puturuhu, 2015).

Salah satu wilayah di Indonesia yang sering terdapat aktivitas seismik yang

cukup tinggi adalah Nusa Tenggara Timur. Hal tersebut disebabkan karena adanya

tumbukan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang mengakibatkan

terbentuknya zona subduksi (penunjaman) di wilayah tersebut. Zona Subduksi ini

memanjang dari bagian barat pulau Sumatra hingga bagian selatan Papua. Dari

aktivitas kedua lempeng tersebut terbentuklah sesar busur belakang atau “back arc

thrust”. Adanya zona subduksi dan sesar busur belakang menjadikannya sebagai

pembangkit utama terjadinya gempa tektonik di wilayah tersebut termasuk

wilayah yang akan menjadi tempat dilakukannya penelitian yaitu wilayah

Kabupaten Timor Tengah Selatan (Natawidjaja, 2007).

Selain terdapat aktivitas seismik, banyak potensi sumber daya alam yang

terkandung di bawah permukaan bumi yang ada di wilayah penelitian. Sehingga

perlu dilakukannya pengamatan guna mengungkap struktur bawah permukaan dan

penyusun lapisan tersebut. Agar dapat diketahui lebih lanjut potensi alam yang

Page 18: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

3

terkandung di dalamnya serta untuk mengetahui adanya fenomena alam yang

terjadi di bawah permukaan tersebut.

Dalam melakukan penelitian, banyak metode geofisika yang bisa

diaplikasikan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi. Salah satu

metode yang dipilih adalah magnetotellurik (MT). Metode ini memiliki beberapa

variasi yaitu, Telluric-Magnetotellurics (T-MT), Audio Magnetotellurics (AMT),

dan Controlled Source Audio Magnetotellurics (CSAMT) (Sumotarto, 2015).

Metode Magnetotellurik yang akan dipilih dan diterapkan dalam penelitian ini

adalah metode Audio Magnetotellurik (AMT).

Berdasarkan latar belakang kejadian tersebut maka perlu dilakukan

penelitian dengan metode AMT. Metode ini akan memberikan hasil berupa

informasi geoelectric strike dan dimensionalitas. Hasil inilah yang nantinya akan

digunakan untuk menentukan arah geoelectric strike dan menentukan pemodelan

yang cocok dalam menganalisis struktur bawah permukaan wilayah penelitian

yaitu di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menentukan arah geoelectric strike pada bawah permukaan

wilayah penelitian berdasarkan analisis phase tensor?

2. Bagaimana menentukan dimensionalitas pada bawah permukaan wilayah

penelitian berdasarkan analisis phase tensor?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui arah geoelectric strike wilayah penelitian berdasarkan

analisis phase tensor

2. Dapat mengetahui dimensionalitas wilayah penelitian berdasarkan analisis

phase tensor

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keberadaan

sesar beserta arahnya di wilayah penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk proses

mitigasi bencana di wilayah yang diteliti khususnya di Kabupaten Timor Tengah

Page 19: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

4

Selatan, NTT agar lebih akurat dan tepat sasaran. Selain itu diharapkan dengan

adanya penelitian ini dapat mempermudah peneliti lain yang akan meneliti lebih

lanjut dalam memilih pemodelan dimensi dalam menginterpretasikan struktur

bawah permukaan Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan tepat.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.

Dengan fokus yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi hingga penggunaan

analisis phase tensor pada data AMT yang diaplikasikan dengan Software Octave

dan software GMT Hawaii.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua tahapan. Tahap

pertama terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.

Sedangkan tahap kedua berisi laporan penelitian yang terdiri dari 5 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II berisi ringkasan dari teori-teori yang bersumber dari berbagai literatur yang

yang akan diterapkan dalam tugas akhir ini, yang kemudian akan menjadi rujukan

dalam menganalisis data penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab III menampilkan waktu dan tempat penelitian, bahan dan peralatan

penelitian, teknik pengolahan data serta langkah kerja penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini meliputi hasil yang didapatkan berikut dengan analisis data penelitian

dan pembahasanya.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini mencakup tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan serta pemberian saran penulis untuk para peneliti yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

Page 20: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Audio Magnetotellurik

Teori Magnetotelurik dikembangkan secara independen pada tahun 1950

oleh Tikhonov di Uni Soviet dan Cagniard di Prancis pada tahun 1953.

Magnetotellurik (MT) adalah sebuah metode geofisika pasif yang memanfaatkan

penetrasi gelombang elektromagnetik (EM) ke bawah permukaan bumi untuk

mengetahui nilai impedansi suatu materi (Umbara et al., 2014). Menurut (Bahr &

Simpson, 2005) nilai impedansi didapatkan dengan cara mengukur variasi medan

magnet dan medan listrik dari gelombang EM di bawah permukaan yang berubah

terhadap waktu. Selain itu metode ini juga dapat menentukan nilai tahanan jenis

permukaan untuk mempelajari struktur geologi dengan cara memanfaatkan

gelombang elektromagnetik.

Secara umum metode MT dapat didefinisikan sebagai variasi medan magnet

bumi yang menginduksi aliran arus listrik terhadap waktu. Medan magnet yang

bervariasi dihasilkan oleh dua jenis sumber yang memiliki perbedaan dalam

amplitudo dan waktu pengukuran (Pertiwi, 2020). Metode MT ini memiliki

variasi gelombang EM dengan amplitudo kecil yang dapat menimbulkan eddy

current dan medan magnetik sekunder yang diakibatkan oleh proses induksi EM.

Frekuensi medan EM berkisar antara Hz – Hz tergantung dari sumber

gelombang EM (Haerudin et al., 2020). Gelombang EM dapat dihasilkan dari

aktivitas meteorologi seperti terjadinya petir dan interaksi antara solar wind dan

ionosfer bumi (Haerudin et al., 2020).

Berdasarkan (Grandis et al., 2002) sumber sinyal medan elektromagnetik

alamiah yang digunakan dibagi menjadi dua berdasarkan besar frekuensi, yaitu :

a) Sinyal EM frekuensi rendah ( < 1 Hz) bersumber dari fenomena solar

wind atau interaksi antara angin matahari dengan magnet bumi. Solar wind adalah

pergerakan plasma ion H dan He dari matahari yang selanjutnya berinteraksi

dengan medan magnet bumi. Solar wind kemudian terdefleksi akibat adanya

Page 21: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

6

interaksi antara plasma ion H dan He dengan medan magnet bumi sehingga

membentuk lapisan magnetosfer. Proses induksi arus listrik yang besar di bagian

ionosfer dapat membuat nilai medan magnet di bagian magnetosfer berubah.

Sehingga, perubahan arus di ionosfer dan medan magnet yang terukur di

permukaan bumi tergantung aktivitas.

b) Sinyal EM frekuensi tinggi ( > 1 Hz) bersumber dari aktivitas meteorologi

seperti petir. Ketika petir menyambar dan merambat pada permukaan bumi,

medan magnet di permukaan bumi mengalami perubahan. Bumi akan terus

mengalami perubahan yang dapat mengubah fluks magnet jika petir berulang kali

menyambar permukaan bumi. Kemudian fluks magnet tersebut menginduksi arus

listrik di bawah permukaan bumi dan menghasilkan medan magnet sekunder.

Perbandingan besarnya medan listrik dan magnetik menyajikan informasi

sederhana tentang konduktivitas bawah permukaan (Vozoff, 1991), karena

fenomena efek kulit (skin effect) memengaruhi medan EM. Rasio kisaran

frekuensi yang besar memberikan informasi kedalaman bumi yang dangkal.

Sedangkan frekuensi yang rendah memberikan informasi kedalaman bumi yang

dalam. Rasio ini biasanya ditampilkan baik dengan resistivitas semu sebagai

fungsi frekuensi dan fasa sebagai fungsi frekuensi (Haerudin et al., 2020).

Pengukuran menggunakan metode MT dapat menyelidiki kedalaman kira-kira

dari 300 m hingga ratusan kilometer di bawah permukaan bumi (Sumotarto,

2015). Sehingga ketika melakukan penelitian dengan kedalaman yang lebih besar

membutuhkan pengukuran frekuensi lebih rendah yang pada akhirnya

membutuhkan estimasi waktu pengukuran yang lebih panjang.

Dengan adanya perkembangan teknologi dalam pemanfaatan metode MT

ditemukan beberapa variasi dalam metode ini, yaitu Telluric-Magnetotellurics

(TMT), Audio Magnetotelluric (AMT), dan Controlled Source

Audiomagnetotelluric (CSAMT). Audio magnetotellurik (AMT) sama dengan MT

yaitu sebuah metode pasif yang mengukur arus listrik alami dalam bumi, yang

dihasilkan induksi magnetik dari arus listrik di ionosfer. Kelebihan metode AMT

dengan metode geofisika yang lainnya adalah dapat melakukan penetrasi pada

kedalaman yang relatif besar di dalam bumi sehingga dapat memberikan

Page 22: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

7

informasi pada daerah seismik dan non seismik tanpa memberikan dampak buruk

bagi lingkungan karena memanfaatkan sumber gelombang EM alami dan tidak

memerlukan transmitter dalam proses pengambilan data.

Implikasi dari fenomena listrik dan magnet terhadap sifat kelistrikan

medium (bumi) terutama pada konduktivitas dapat digunakan untuk eksplorasi

menggunakan metode MT. Percobaan ini dilakukan dengan mengukur secara

serentak variasi medan listrik (E) dan medan magnet (B) sebagai fungsi waktu.

Sehingga perbedaan pada sinyal tercatat yang digunakan untuk memperkirakan

distribusi resistivitas listrik bawah permukaan. Adanya resistivitas yang

terkandung dalam data MT didapat dari penyelesaian persamaan Maxwell.

Dekade 50-an adalah awal metode MT ini dibahas oleh para peneliti lain secara

terpisah seperti Rikitake (1946), Tikhonov (1950), Price (1950), Kato dan Kikuchi

(1950), Cagniard (1953) dan Wait (1954), yang kemudian menjadi dasar metoda

MT (Grandis, 2010).

2.2 Prinsip Dasar Metode Audio Magnetotellurik

Prinsip dasar antara metode pengukuran MT dan AMT umumnya adalah

sama. Perbedaannya terletak pada cakupan frekuensi yang ditangkap. Metode MT

memiliki rentang frekuensi sekitar 0.0000129 Hz - 400 Hz (perioda sekitar 21.5

jam). Sedangkan metode AMT memiliki rentang frekuensi 0.1 Hz- 10 kHz

(Triyana, 2018). Sehingga metode AMT ini termasuk kedalam metode yang dapat

memberikan informasi kedalaman bawah permukaan yang dangkal.

Medan listrik yang terekam pada metode magnetotellurik muncul karena

induksi medan magnet bumi terhadap lapisan bumi. Medan magnet bumi besarnya

fluktuatif seiring berjalannya waktu. Fluktuasi medan magnet akan masuk ke

permukaan bumi, kemudian merambat ke dalamnya. Medan magnet yang berasal

dari kedua sumber sinyal MT (frekuensi tinggi dan rendah) sampai ke permukaan

bumi dan menginduksi arus dalam permukaan bumi. Arus tersebut dikenal dengan

arus telurik (telluric current) (Haerudin et al., 2020).

Medan magnet yang berasal dari kedua sumber sinyal MT (Tx) ini

dinamakan medan magnet primer (primary magnetic field). Dari arus telurik

tersebut, menghasilkan medan magnet sekunder (secondary magnetic field),

Page 23: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

8

keduanya akan direkam oleh receiver (Rx) gambar 2.1. Pada lapisan yang

konduktif (contoh : ore body) di bawah permukaan bumi. Induksi medan magnet

menyebabkan timbulnya arus eddy (eddy current), yang selanjutnya juga akan

menghasilkan medan magnet sekunder (Pertiwi, 2020).

Gambar 2. 1 Interaksi gelombang EM dengan medium di bawah permukaan

(Pertiwi, 2020).

Adanya gelombang elektromagnetik yang tertransmisi kedalam bumi akan

berinteraksi dengan medium yang memiliki nilai tahanan jenis tertentu. Hasil dari

interaksi tersebut menyebabkan terjadinya induksi sehingga terbentuk arus tellurik

dan medan magnet sekunder. Arus listrik sekunder dan medan magnet sekunder

ini bergantung pada kuat arus yang menjalar serta adanya aliran resistansi dan

induktansi pada material. Selanjutnya interaksi tersebut akan terekam pada alat

MT di permukaan (Grandis et al., 2002).

Alat Magnetotellurik menangkap sinyal yang berasal dari medan

elektromagnetik total yaitu medan elektromagnetik yang berasal dari gelombang

primer dan sekunder yang terjadi di permukaan bumi yang bergantung pada

variasi waktu. Sama halnya dengan sifat gelombang elektromagnetik pada suatu

medium, penetrasi dari gelombang tersebut akan bergantung pada frekuensi dari

Page 24: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

9

gelombang tersebut dan resistivitas dari medium yang dilaluinya (Grandis et al.,

2002).

2.3 Persamaan Dasar Metode Magnetotellurik

Persamaan Maxwell merupakan persamaan dasar dalam metode

Magnetotellurik yang memvisualisasikan interaksi antara medan listrik dan medan

magnet (Yulianti et al., 2017). Persamaan ini adalah perpaduan dari hasil

eksperimen (empiris) mengenai fenomena listrik - magnet yang didapatkan oleh

Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb disamping yang dilakukan oleh Maxwell

sendiri.

Persamaan umum sifat gelombang elektromagnetik menggunakan

persamaan Maxwell terdiri atas :

Hukum Faraday (2.1)

Hukum Ampere (2.2)

Hukum Coulomb (2.3)

Hukum Fluks Magnet (2.4)

Di mana :

E : medan listrik (Volt/m)

B : fluks atau induksi magnetik (Weber/m2 atau Tesla)

H : medan magnet (Ampere/m)

j : rapat arus (Ampere/m2)

D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)

: rapat muatan listrik (Coulomb/m3)

Persamaan (2.1) merupakan turunan dari Hukum Faraday yang menyatakan

bahwa perubahan medan magnet terhadap waktu menginduksi adanya medan

listrik. Dalam Hukum Ampere (2.2) dinyatakan bahwa terjadinya medan magnet

tidak hanya karena adanya sumber berupa arus listrik, namun dapat juga

disebabkan karena adanya medan listrik yang berubah terhadap waktu sehingga

menginduksi medan magnet. Hukum Coulomb (2.3) menjelaskan bahwa

penyebab terjadinya medan listrik karena adanya muatan listrik sebagai

Page 25: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

10

sumbernya. Hukum fluks magnet (2.4) juga menjelaskan bahwa tidak ada medan

listrik monopol. Besar kecilnya nilai medan magnet dan induksi medan listrik

bergantung pada sifat dari medium itu sendiri (Perdana, 2011).

Korelasi antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium

dinyatakan melalui persamaan berikut :

(2.5)

(2.6)

(2.7)

Di mana :

μ : permeabilitas magnetik (Henry/m)

ε : permitivitas listrik (Farad/m)

: Konduktivitas

: Tahanan Jenis (

Penyederhanaan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi

terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Sehingga penumpukan muatan

seperti dinyatakan pada persamaan (2.3) tidak terjadi dan persamaan Maxwell

dapat dituliskan kembali sebagai berikut :

(2.8)

(2.9)

Dengan dilakukannya operasi curl terhadap variabel medan listrik (E) dan

medan magnet (H) dalam persamaan (2.8) dan (2.9) dan dilanjutkan dengan

mensubstitusikan besaran-besaran yang telah diketahui maka akan diperoleh

Persamaan Gelombang Helmholtz :

(2.10)

(2.11)

Pada persamaan di atas variabel E dan H adalah fungsi posisi dan waktu.

Apabila variasi terhadap waktu dapat ditunjukkan oleh fungsi periodik sinusoidal

maka

Page 26: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

11

(2.12)

(2.13)

Di mana Eo adalah amplitudo medan listrik, Ho adalah amplitudo medan

magnet dan adalah frekuensi gelombang EM.

Dengan demikian persamaan (2.10) dan (2.11) menjadi,

(2.14)

(2.15)

Dalam eksplorasi geofisika hal sering ditemukan frekuensi lebih rendah dari

Hz medium bumi, suku yang mengandung (perpindahan listrik) boleh

diabaikan terhadap suku yang mengandung (konduksi listrik) karena harga

untuk . Pendekatan tersebut adalah

aproksimasi keadaan kuasi-stasioner di mana waktu tempuh gelombang diabaikan

(Telford et al., 1990).

Adanya eliminasi medan terhadap waktu seperti dilakukan untuk

memperoleh persamaan (2.14) dan (2.15) juga dilakukan untuk menyederhanakan

persamaan agar lebih mengeksplisitkan aproksimasi keadaan kuasi-stasioner

tersebut. Sehingga persamaan (2.10) dan (2.11) menjadi persamaan difusi.

(2.16)

(2.17)

Di mana √ adalah bilangan gelombang yang dapat dinyatakan

dalam bentuk (2.18)

Dengan √

2.4 Asumsi-asumsi pada Metode Magnetotellurik

Ada beberapa asumsi penyederhanaan untuk menurunkan persamaan yang

mendeskripsikan perambatan gelombang EM yang digunakan dalam metode MT

(Cagniard, 1953) :

1. Persamaan Maxwell berlaku.

2. Bumi tidak membangkitkan gelombang EM. Bumi hanya mendisipasikan dan

menyerap gelombang EM.

Page 27: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

12

3. Medan dianggap konservatif (hukum kekekalan 20 ertic berlaku) dan jauh dari

sumber.

4. Medan yang dibangkitkan dianggap seragam (uniform), terpolarisasi bidang,

dan merambat dalam arah vertikal.

5. Hukum ohm berlaku.

6. Medan listrik dianggap quasi-static. Arus pergeseran diabaikan, hanya

memperhitungkan arus konduksi.

7. Permitivitas dan permeabilitas batuan dianggap konstan.

2.5 Skin Depth

Skin depth adalah seberapa dalam gelombang EM dengan frekuensi tertentu

dapat terpenetrasi dan menembus suatu medium yang memiliki resistivitas

tertentu(Bahr & Simpson, 2005). Apabila suatu medan elektromagnetik melewati

lapisan konduktif maka energi dari medan elektromagnetiknya akan teratuenasi

karena mendapat pengaruh dari frekuensi gelombang dan resistivitas mediumnya.

Atenuasi sendiri adalah melemahnya suatu gelombang ketika merambat. Besarnya

skin depth pada medium konduktif bergantung dari permeabilitas medium,

tahanan jenis, dan frekuensi gelombang elektromagnetik yang melalui medium.

Skin depth di bumi homogen didefinisikan sebagai berikut :

(

| |)

(

)

(2.19)

Di mana adalah elektromagnetik skin depth, k adalah bilangan gelombang

spasial, adalah frekuensi sudut, adalah konduktivitas listrik, dan adalah

permeabilitas magnetik batuan. Penggunaan frekuensi yang tinggi pada alat yang

digunakan maka penetrasi yang terjadi akan dangkal. Sebaliknya, penggunaan

frekuensi yang rendah pada alat yang digunakan, maka penetrasi yang dihasilkan

juga semakin dalam. Dalam penelitian AMT Medan EM yang digunakan untuk

menginduksi Bumi secara alami memiliki rentang periode dari detik.

Resistivitas rata-rata batuan di kerak dan mantel bumi adalah 100 Ωm, sehingga

dari persamaan di atas didapatkan penetrasi gelombang elektromagnetik mampu

mencapai ±160 m hingga >500 km (Setyani, 2017).

Page 28: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

13

2.6 Mode Pengukuran Magnetotellurik

Pengukuran metode magnetotellurik memiliki dua mode pengukuran. Hal

ini didasarkan dari (Unsworth, 2008) konfigurasi pengukuran metode

Magnetotellurik, yang mana peletakan sensor magnetik dan sensor elektrik

menghasilkan 2 mode pengukuran yaitu :Transverse Electric (TE) dan Transverse

Magnetic (TM).

1. TE (Transverse Electric) Mode atau Polarisasi E, terjadi ketika medan listrik E

sejajar dengan struktur tersebut, sedangkan medan magnet B tegak lurus.

Komponen medan menjadi , yaitu :

(2.20)

(2.21)

(2.22)

2. TM (Transverse Magnetik) atau polarisasi H, terjadi ketika medan

magnet sejajar dengan geoelectric strike sedangkan medan listriknya tegak

lurus. Komponen medan menjadi yaitu :

(2.23)

(2.24)

(2.25)

Gambar 2. 2 Konfigurasi TE dan TM (K.Bahr, 2005)

Page 29: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

14

2.7 Analisis Phase Tensor (Φ)

Phase tensor (Φ) adalah sebuah fase bilangan kompleks yang digambarkan

dari bagian real dan imajinernya (Caldwell et al., 2004). Dan juga bisa diartikan

sebagai rasio bilangan real X dan bilangan imajiner Y dari impedansi kompleks Z

= X + i Y, yaitu:

(2.26)

Phase tensor pada sistem koordinat Kartesian (x1,x2) juga dapat ditulis

dalam bentuk bilangan real dan imajiner dari tensor impedansi Z sebagai sebuah

matriks seperti di bawah ini :

*

+

[

] (2.27)

Di mana det(X) = . Turunan sederhana dari invariant phase

tensor dapat ditulis sebagai berikut :

(trace) (2.28)

(skew) (2.29)

(determinan) (2.30)

Dari persamaan tersebut dapat diturunkan ke persamaan fungsi berikut :

(2.31)

[ ] (2.32)

(2.33)

Untuk persamaan berdasarkan nilai jumlah maksimum, minimum dan sudut

kemiringan (skew angle) dapat dilihat persamaan berikut :

(2.34)

(2.35)

(

) (2.36)

Invarian koordinat yang digunakan adalah nilai tensor maksimum (max) dan

minimum (min), maka fungsi sederhana dari skew angle/sudut kemiringan dapat

ditulis sebagai berikut :

(

) (2.37)

Page 30: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

15

Sudut ini dianggap sebagai rotasi dan merupakan ukuran asimetri tensor.

Perhatikan bahwa bergantung pada kemiringan tensor , yang invarian

di bawah rotasi tetapi tanda akan berubah jika sistem koordinat direfleksikan.

Selain itu phase tensor dapat ditulis sebagai berikut :

[

] (2.38)

Di mana merupakan transpos atau invers dari matriks rotasi, yaitu

. Dan matriks rotasi diberikan oleh :

[

] (2.39)

(

) (2.40)

Dari sudut ini menjelaskan bahwa tensor bergantung pada sistem koordinat

dengan invarian tiga koordinat. Invarian nilai-nilai utama dan sudut kemiringan

dapat ditunjukkan oleh berputarnya sistem koordinat kartesian yang digunakan

untuk menggambarkan tensor. Rotasi sudut dapat ditulis sebagai berikut :

[

] (2.41)

[

]

[

]

Di mana . Efek dari rotasi adalah mengubah sudut menjadi

sudut . Parameter lainnya yang tidak berubah yaitu koordinat invarian

(Caldwell et al., 2004). Apabila struktur 1-D, maka dan akan bernilai

sama sehingga akan membentuk lingkaran dengan nilai Untuk struktur 2D

nilai mempunyai bentuk elips dengan nilai . Dan semua

komponen dalam tensor impedansi yang masing-masing memiliki nilai,

mempunyai bentuk elips yang pipih dikarenakan terdapat data yang terdistorsi

adalah struktur untuk 3D. Untuk kasus 3D nilai skew angle (Triyana,

2018). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi rotasi sumbu utama dari phase tensor

sebesar nilai .

Phase tensor dapat dipresentasikan secara grafis sebagai elips. Dengan

Page 31: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

16

dan adalah sumbu mayor dan sumbu minor. Perbedaan fase

maksimum dan minimum antara medan magnet dan medan listrik ditunjukan oleh

sumbu mayor dan sumbu minor (Akbar et al., 2020). Sedangkan adalah

azimut dari sumbu mayor.

Gambar 2. 3 Representasi Phase Tensor Elips dari keempat invariant (Caldwell

et al., 2004)

2.8 Impedansi Tensor (Z)

Impedansi tensor Z merupakan salah satu variabel penting yang

berhubungan dengan metode AMT (Wachisbu, 2015). Impedansi Tensor

berfungsi sebagai yang menghubungkan medan listrik (E) dan medan magnetik

(H) pada frekuensi tertentu . Pada media homogen, perbandingan komponen

ortogonal adalah di mana k adalah bilangan gelombang dan adalah frekuensi

sudut (Setyani, 2017).

Dalam penggunaan metode MT, komponen horizontal dipakai untuk medan

listrik dan medan magnet karena gelombang EM dianggap merambat vertikal.

Apabila vektor mengarah vertikal, maka vektor E dan B akan berada pada bidang

horizontal tegak lurus vektor. Sehingga hubungan di atas dapat dinyatakan dengan

persamaan matriks dalam koordinat kartesian (x, y horizontal, dan z positif ke

bawah) :

(2.42)

[

] [

] [

] (2.43)

Page 32: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

17

Berdasarkan persamaan tersebut dapat disederhanakan bahwa impedansi

merupakan perbandingan dari medan listrik dan medan magnet yang terukur.

Pengukuran di lapangan menunjukkan impedansi tidak hanya bergantung pada

variasi spasial dari resistivitas bawah permukaan, tetapi juga terhadap polarisasi

bidang atau orientasi sumbu penjalaran gelombang EM.

2.9 Struktur Bumi 1-D

Untuk kasus Bumi 1-D, distribusi konduktivitasnya hanya bergantung pada

kedalaman dan bervariasi sepanjang dua arah, yaitu satu arah horizontal (x) dan

satu arah yang lain sepanjang arah vertikal (z) (Laksono, 2018). Sepanjang arah

horizontal lainnya (y) resistivitas tidak berubah dan arah ini disebut arah

pemogokan geoelektrik. Pada tensor impedansi yang berkaitan dengan medan

listrik dan medan magnet paralel memiliki nilai dan

, dimana Z adalah impedansi yang berasal dari komponen horizontal

medan magnet dan medan listrik yang tegak lurus (Nuraini, 2017). sehingga,

tensor impedansi untuk Bumi 1-D dapat ditunjukkan oleh :

[

] (2.44)

Di mana

Untuk bumi-1D hasil dari nilai resistivitas semu (apparent resistivity)

tersebut dapat dirumuskan menjadi :

| | (2.45)

Kemudian untuk fase dari gelombang tersebut dirumuskan sebagai berikut:

arg Z (2.46)

Dalam phase tensor struktur bumi 1-D, struktur resistivitas hanya berubah

dengan kedalaman 1-D, phase tensor berbentuk diagonal, dan sumbu komponen

maksimum dan maksimum bernilai sama, sehingga elips phase tensor berbentuk

lingkaran (Ramdhani et al., 2017). Phase tensor sudut kemiringan/ skew angle

bernilai 0 (β = 0), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Page 33: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

18

Gambar 2. 4 Phase tensor elips 1-D

2.10 Struktur Bumi 2-D

Pada kasus 2-D nilai resistivitasnya bervariasi dengan kedalaman dan dalam

satu arah horizontal. Sumbu x atau y searah dengan strike . Sehingga

tetapi Tensor impedansinya menjadi :

Z=[

] (2.47)

Arah yang digunakan dalam melakukan pengukuran ini bebas menggunakan

arah koordinat manapun yang dipakai (Nuraini, 2017). Setelah dilakukan

pengukuran, hasilnya adalah data sudah terkumpul dan nilai impedansi telah

dihitung (Laksono, 2018). Kemudian matriks impedansi tersebut bisa dirotasikan

secara numerik seolah pengukuran dilakukan dengan menggunakan koordinat

yang sejajar atau strike yang tegak lurus. Dalam kasus 2-D keadaanya akan lebih

rumit, namun jika (pengukuran dilakukan tegak lurus atau sejajar

strike), hanya akan ada dua komponen impedansi yang independen yaitu dan

(Wachisbu, 2015).

Konsep tensor impedansi yaitu :

[

] [

] [

] (2.48)

(2.49)

(2.50)

Page 34: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

19

ini yang disebut sebagai mode TE dan dinamakan mode TM. Dari

kedua komponen impedansi tersebut, didefinisikan resistivitas semu ( :

| |

(2.51)

| |

(2.52)

Dalam struktur bumi 2-D phase tensor mempunyai komponen diagonal,

dengan nilai skew angle (β = ) Oleh karena itu, arah sumbu utama

phase bergantung pada sudut , tetapi komponen sumbu maksimum dan

minimum memiliki nilai yang berbeda, sehingga elips phase tensor berbentuk

elips seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Gambar 2. 5 Phase tensor elips 2-D

Jika medium bawah tanah hampir dapat dimodelkan dengan model 2

dimensi, maka pengukuran dapat dilakukan dengan arah koordinat maupun yang

dipilih (Murdani, 2017). Baru setelah data terkumpul dan nilai impedansi

dihitung. Matriks impedansi tersebut dapat diputar atau dirotasikan secara

numerik. Sehingga seolah pengukuran dilakukan dengan menggunakan koordinat

yang sejajar atau tegak lurus arah strike.

2.11 Struktur Bumi 3-D

Dalam kasus bumi 3-D variasi resistivitas terjadi di ketiga arah. Sehingga

tensor impedansinya adalah :

[

] (2.53)

Di mana

Page 35: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

20

dan (2.54)

Tidak ada cara untuk memutar impedansi tensor sedemikian rupa sehingga

elemen-elemen diagonal Z menjadi nol (Laksono, 2018).

Pada kasus 3D, phase tensor menunjukkan bentuk elips. Ini disebabkan

karena sumbu maksimum dan minimum memiliki nilai yang berbeda. Namun,

nilai phase tensor miring (β ≠ 0) biasanya bernilai lebih besar dari (β >3 )

(Ramdhani et al., 2017). Oleh karena itu, sudut αp tidak dapat dikenali sebagai

arah pukulan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar .2.6.

Gambar 2. 6 Phase tensor elips 3-D

2.12 Distorsi Elektromagnetik

Terjadinya distorsi dalam pengukuran data MT karena adanya

inhomogenitas dekat permukaan dan topografi. Berdichevsky dkk (2008) proses

distorsi MT dan membagikannya menjadi dua efek utama yaitu efek galvanik dan

efek induktif. Efek galvanik terjadi apabila medium (2D atau 3D) yang relatif

konduktif atau resistif dalam medium yang homogen. Sehingga medan elektrik

primer akan mengakumulasi muatan di kontras resistivitas(Berdichevsky &

Dmitriev, 2008).

Adanya beda topografi dalam suatu permukaan juga dapat menyebabkan

terjadinya efek galvanik. Dalam medium 2D, efek topografi galvanik utamanya

akan mempengaruhi mode TM dan konsentrasi muatan maksimum akan terjadi

pada topografi yang curam. Sedangkan efek induktif mengikuti aturan Hukum

Faraday, yaitu medan magnetik yang bervariasi terhadap waktu menginduksi arus

di batuan. Arus yang terinduksi kemudian menghasilkan medan magnetik

sekunder yang akan mendistorsi medan magnetik primer (Febrika et al., 2017).

Page 36: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

21

2.13 Geoelectric Strike

Arah yang mempresentasikan aliran arus listrik di bawah permukaan yang

disebabkan oleh adanya inhomogenitas lateral dari konduktivitas listrik di bumi

merupakan pengertian dari geoelectric strike (Pertiwi, 2020). Geoelectric strike

dapat digambarkan dalam bentuk diagram rose. Diagram rose adalah sebuah plot

lingkaran yang di dalamnya menunjukkan arah frekuensi data dan arah strike

berdasarkan tensor impedansi (Ramdhani et al., 2017).

2.14 Patahan atau Sesar

Sesar atau patahan secara geologi adalah satu bentuk rekahan pada batuan

yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap

blok batuan lainnya (Suharjo et al., 2017). Terbentuknya sesar diakibatkan adanya

gaya tekan (komposisi) titik atau torsi. Bagian blok yang mengalami pergeseran

dapat dibedakan menjadi dua yaitu hanging wall dan foot wall. Pergerakan yang

terjadi bisa relatif naik, relatif turun maupun relatif mendatar. Jarak yang

dihasilkan dari pergeseran tersebut bisa berjarak beberapa milimeter hingga

puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai bisa berjarak dari yang

berukuran beberapa sentimeter hingga puluhan kilometer (Billings, 1959).

Sesar yang lebih besar terjadi karena gaya tektonik yang dihasilkan selama

pergerakan lempeng, seperti zona subduksi di persimpangan dua lempeng. hal

itu terjadi karena adanya gaya pada batuan. Gaya yang terjadi bisa berupa

tekanan, tarikan, atau kombinasi keduanya yang membuat sesar atau pecah.

Akibatnya, batuan tidak dapat lagi menahan gaya tersebut. Wilayah di mana

sesar masih aktif merupakan wilayah yang rawan gempa. Sesar bersifat regional,

biasanya disebut zona sesar / bidang sesar.

Dari perspektif tingkat aktivitas, sesar dibagi menjadi sesar aktif, sesar

potensi aktif dan sesar tidak aktif. sesar aktif adalah sesar yang pernah

pergerakan dalam kurun waktu 10.000 tahun yang lalu. Sesar berpotensi yaitu

aktif yaitu sesar yang pernah terjadi pergerakan dalam kurun 2 juta tahun

terakhir. Sedangkan, sesar tidak aktif merupakan sesar yang tidak pernah terjadi

selama 2 juta tahun terakhir (Keller & Pinter, 1996).

Page 37: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

22

Sesar dibagi menjadi tiga jenis yaitu sesar naik, sesar mendatar dan sesar

normal (Anderson, 1951):

1. Sesar normal terjadi jika kondisi hanging wall yang bergerak relatif turun dari

foot wall. Hal ini diakibatkan adanya gaya yang saling menjauh sehingga

hanging wall bergerak relatif turun karena gaya gravitasi bumi

2. Sesar naik/thrust fault, terjadi jika hanging wall yang bergerak relatif naik dari

foot wall. Hal ini diakibatkan adanya gaya yang saling tekan sehingga salah

satu blok yaitu hanging wall terpatahkan relatif bergerak naik.

3. Sesar mendatar atau strike slip/wrench fault terbentuk jika pergerakan antara

dua blok bergerak secara horizontal. Pergerakan relatifnya sejajar jurus sesar.

Sesar mendatar memiliki dua tipe sesar, yaitu sesar mendatar menganan (right

lateral-strike slip fault) dan sesar mendatar mengiri (left lateral-strike slip

fault ).

Berkat adanya hubungan antara pola kedudukan tegasan utama dengan

bidang patah yang terbentuk (Franto, 2020). Sehingga dibuat suatu pemodelan

yang menjelaskan hubungan antara pola tegasan dan bidang patah yang terbentuk

(Gambar 2.6), dengan kesimpulan :

1. Sesar normal terbentuk bila tegasan utama maksimum (σ1) vertikal.

2. Sesar mendatar terbentuk bila tegasan utama menengah (σ2) vertikal.

3. Sesar naik terbentuk bila tegasan utama minimum (σ3 ) vertikal.

Gambar 2. 7 Klasifikasi sesar (Anderson, 1951)

Page 38: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

23

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengetahui dan mengenal unsur

– unsur struktur sebagai berikut:

1. Bidang sesar (slicken side), yaitu bidang sepanjang rekahan dalam batuan

yang mengalami pergeseran.

2. Dip sesar, yaitu sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan diukur

tegak lurus dari jurus (strike) kekar. Jurus dan dip sesar ini menunjukkan

kedudukan dari bidang sesar.

3. Hanging wall, yaitu blok batuan yang berada relatif di atas bidang sesar.

4. Foot wall, yaitu blok batuan yang berada relatif di bawah bidang sesar.

5. Slicken line, yaitu garis gerusan yang terbentuk akibat pergeseran di bidang

sesar.

6. Pitch, yaitu sudut yang dibentuk dari perpotongan garis gerus (slicken line)

dengan garis horizontal.

7. Hade, sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku

dari dip sesar.

8. Throw, komponen vertikal dari slip diukur pada vertikal yang tegak lurus

terhadap jurus sesar.

9. Heave, komponen horizontal yang tegak lurus dari slip diukur pada bidang

vertikal yang tegak lurus terhadap jurus sesar.

2.15 Ciri-Ciri Sesar

Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak dan sesar

buta (blind fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang mencapai permukaan

bumi sedangkan sesar buta adalah sesar yang terjadi di bawah permukaan bumi

dan tertutupi oleh lapisan seperti lapisan deposisi sedimen. Pengenalan sesar di

lapangan biasanya cukup sulit. Beberapa kenampakan yang dapat digunakan

sebagai petunjuk adanya sesar antara lain (Suroyo, 2019):

1. Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan terpotong dengan tiba-tiba.

2. Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan.

3. Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores garis.

4. Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses

atau lices, milonit, silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar.

Page 39: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

24

5. Perbedaan fasies sedimen.

6. Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp),

triangular facet, dan terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan

struktural.

7. Adanya boundins : lapisan batuan yang terpotong-potong akibat sesar.

2.16 Kondisi Regional

2.16.1 Letak Geografis Wilayah

Berdasarkan website resmi pemerintah Kab. Timor Tengah Selatan

(http://ttskab.go.id/profil-wilayah/topografi/) secara administratif, Kabupaten Timor

Tengah Selatan dengan ibukota SoE, terletak di sebelah timur laut dari ibukota

provinsi Kupang. Secara geografis wilayah ini terletak di antara garis-garis 124°

1‟ 58,08” – 124° 49‟ 1,92” Bujur Timur dan 9° 29‟ 4,09” – 10° 10‟ 14,80”

Lintang Selatan, dengan luas daratan sekitar 3.947 . Di sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Kupang, di sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu, di sebelah utara dengan

Kabupaten Timor Tengah Utara, dan di sebelah selatan dengan Laut Timor

(Sayekti, 2011).

2.16.2 Stratigrafi Wilayah Penelitian

Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan ini seluruhnya termasuk ke

dalam Liputan Peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1 : 250.000 Lembar

Kupang-Atambua, Timor (Rosidi et al., 1996). Stratigrafi wilayah penelitian

Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah terbentuk sejak umur Jura Awal hingga

Resen dan memiliki jenis batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan

sebagai berikut:

1. Batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalsilutit, batu pasir, lanau,

serpih dan lempung. Batuan ini banyak ditemukan di Kecamatan Mollo Utara,

Kecamatan Amanuban Barat, Kecamatan Amanuban Timur, Kecamatan

Amanuban Selatan.

2. Batuan beku terdiri dari batuan Ultra basa dan diorit. Batuan ini banyak

ditemukan di desa Tunua, Kecamatan Mollo Utara.

Page 40: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

25

3. Batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang terdiri dari batu sabak,

filit, sekis, amfibolit dan granolit.

2.16.3 Struktur Geologi Wilayah Penelitian

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan bagian dari Pulau Timor

yang terletak pada Busur Banda luar tak bergunung api yang merupakan hasil dari

tumbukan antara Benua Australia dengan kompleks Busur Banda. Berdasarkan

peta geologi Kabupaten Timor Tengah Selatan, struktur geologi yang terbentuk

adalah lipatan, sesar naik,sesar mendatar mengiri, dan sesar mendatar menganan

yang dibentuk oleh tegasan-tegasan utama yang berarah timur laut-barat daya

(NE-SW). Hasil dari penelitian sebelumnya di daerah Oetuke Kabupaten Timor

Tengah Selatan memaparkan terdapat lipatan berupa antiklin dan sinklin yang

memiliki bidang sumbu berarah sama dengan arah sesar naik N 260°E dan berarah

timur laut-barat daya (NE-SW). Sesar mendatar mengiri memiliki N 15°E berarah

timur laut-barat daya (NE-SW). Sesar mendatar menganan N 160°E berarah barat

laut–tenggara (NW-SE) (Iko, 2008).

Dari geodinamika yang telah dijelaskan sebelumnya, wilayah penelitian

merupakan wilayah dengan aktivitas seismik yang cukup tinggi. Faktor

utamanya adalah aktivitas lempeng di wilayah ini yang mengarah pada banyak

struktur geologi seperti antiklin, sinklin, sesar naik, sesar horizontal, dan sesar

normal (Sadjab, 2017). Di Pulau Timor sendiri memiliki tiga sesar utama yaitu :

Sesar Semau, Sesar Mena-mena dan Sesar Belu, di mana ketiganya merupakan

sesar mendatar mengiri dengan arah kelurusan yang berarah Timur laut-Barat

daya (NE-SW) (Toruan, 2018).

Wilayah penelitian terdapat patahan/sesar, yaitu sesar Antiklin, kelurusan,

Kontak, Sesar, Sesar Geser/mendatar jurus, dan Sesar Naik. Sesar Geser/mendatar

terdapat di bagian utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu, Kecamatan

Fatumnasi dan Mollo Selatan. Sedangkan untuk Sesar Naik melintasi bagian

Kecamatan Oenlasi, Kecamatan Kuanfatu, Kecamatan Noebeba, Kecamatan

Kot‟olin, sebagian Kecamatan Kolbano dan sebagian Kecamatan Nunkolo,

sedangkan sesar lainnya, yaitu sesar garis jurus mulai dari Batu Putih sampai Kota

Soe. Struktur jenis batuan dan kondisi tanah yang rumit serta terdapatnya sesar

Page 41: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

26

turun, wilayah ini sangat rentan terhadap gerakan tanah yang mengakibatkan

sering terjadi bencana longsor dan juga gempa bumi.

Gambar 2. 8 Peta Geologi dan Struktur Geologi Pulau Timor (Rosidi et al.,

1996)

Page 42: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Tempat Pelaksanaan : Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (P2F-LIPI). Kawasan Kompleks PUSPITEK

Serpong, Tangerang Selatan.

Tanggal Pelaksanaan : 04 maret 2020 – 10 Desember 2020

Waktu : 09.00-16.00

Gambar 3. 1 Gedung P2F-LIPI Serpong

3.2 Data

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini menggunakan data

sekunder AMT dari instansi terkait.

3.2.1 Tahapan Pengolahan Data AMT

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari hasil survei lapangan para geosciences. Pengukuran dilakukan

dalam sebuah lintasan yang terdiri dari 21 titik stasiun pengukuran yang dibagi

menjadi dua lintasan. Panjang lintasan pertama 30,9 km dan panjang lintasan

Page 43: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

28

kedua 23,1 km. Pengukuran dilakukan selama empat hari pada tanggal 29

September 2015, 01 Oktober 2015, 07 November 2015 dan 08 November 2015

oleh Peneliti Geosciences di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa

Tenggara Timur.

Hasil data AMT pada saat akuisisi data di lapangan tidak lepas dari

gangguan noise sehingga perlu dilakukan pengolahan data. Hasil dari data AMT

yang diperoleh tersebut masih berupa deret waktu (time series). Dalam

pengolahannya, data deret waktu (time series) diubah menjadi data dalam domain

frekuensi (frequency domain) dengan menggunakan program SSMT2000. Data

input awal yang diperlukan adalah data kalibrasi alat (.CLB), data kalibrasi sensor

(.CLC), data lapangan (.TS) dan data parameter tempat Pengukuran (.TBL).

Setelah itu dilanjutkan dengan penentuan parameter pengolahan data (edit

PRM) dan penentuan parameter yang akan digunakan dalam proses mengubah

deret waktu (time series) menjadi deret frekuensi (make PFT). Setelah parameter-

parameter pengolahan data ditentukan, dilanjutkan dengan proses perubahan deret

waktu menjadi deret frekuensi (T S to FT). Kemudian pada tahap (process) akan

menghasilkan apparent resistivity dan apparent phase. Selanjutnya dilakukan

proses pengurangan bising (reducing noise) dengan menggunakan teknik robust

processing.

Robust processing adalah teknik pemrosesan data berbasis statistika yang

memanfaatkan pembobotan ulang (iterative weighting of residual). Teknik ini

dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghapus pencilan luar (outliers) data

yang terbias oleh non-Gaussian noise. Pengolahan data yang dilakukan dengan

menggunakan SSMT2000 menghasilkan data output pada frekuensi tinggi

(.MTH) dan data output pada frekuensi rendah (.MTL). Data output ini

selanjutnya yang akan digunakan sebagai input pada program MT editor.

Program MT editor bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dengan cara

smoothing pada data apparent resistivity magnitude dan data apparent resistivity

phase. Proses smoothing dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan

mengeliminasi titik-titik yang terdapat di kurva partial apparent resistivity

magnitude dan partial apparent resistivity phase.

Page 44: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

29

Setelah data berubah menjadi lebih halus, file hasil dari MT editor ini akan

disimpan dalam bentuk file yang berekstensi .mpk dan di export ke file dengan

ekstensi .edi. Selanjutnya, file dengan ekstensi .edi di export ke file dengan

ekstensi .ptl sebagai data input untuk pemodelan. Kemudian, untuk pemodelan

analisis phase tensor, file dengan ekstensi .pt1 di export ke file dengan ekstensi

.dat. Contoh data dengan ekstensi .edi dan data dengan ekstensi .ptl dapat dilihat

seperti pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3. 2 Tangkapan layar Data AMT_01_01.edi

Page 45: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

30

Gambar 3. 3 Tangkapan layar Data AMT01.pt1

3.3 Koordinat Titik Pengukuran Audio Magnetotellurik (AMT)

Pengukuran magnetotellurik dilakukan dalam sebuah lintasan yang memiliki

21 titik stasiun. Stasiun pengukuran pertama diberi nama AMT01 sedangkan titik

pengukuran stasiun terakhir diberi nama AMT21. Informasi mengenai koordinat

dan elevasi titik pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3 l

Tabel 3. 1 Koordinat dan Elevasi Titik Pengukuran

Titik Pengukuran Latitude (Degree) Longitude (Degree) Elevation (m)

AMT01 -9.69650000 124.20277778 962

AMT02 -9.71197222 124.21805556 1260

AMT03 -9.72830556 124.23333333 988

AMT04 -9.74369444 124.24888889 847

AMT05 -9.76111111 124.26611111 984

AMT06 -9.77816667 124.27972222 1023

AMT07 -9.79233333 124.29500000 853

Page 46: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

31

AMT08 -9.81016667 124.30972222 666

AMT09 -9.82116667 124.32083333 599

AMT10 -9.83391667 124.33277778 636

AMT11 -9.84800000 124.34416667 671

AMT12 -9.86108333 124.35750000 657

AMT13 -9.87397222 124.37000000 531

AMT14 -9.88727778 124.38388889 449

AMT15 -9.89980556 124.39583333 393

AMT16 -9.53675000 124.30416667 1252

AMT17 -9.57138889 124.33472222 970

AMT18 -9.60619444 124.36777778 637

AMT19 -9.63586111 124.39527778 547

AMT20 -9.66944444 124.42944444 534

AMT21 -9.68994444 124.44750000 562

3.4 Peralatan dan Perlengkapan Pengolahan Data

3.4.1 Peralatan Pengolahan Data

Peralatan pengolahan data yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai

tujuan penelitian terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari

Software Octave, software GMT Hawaii, dan software Microsoft Office.

a. Software Octave (https://www.gnu.org/software/octave/). Octave adalah

open source dari MATLAB sehingga pengguna dapat menggunakannya

secara gratis. pertama kali dikembangkan oleh John W. Eaton dari

Universitas Texas. Software Octave merupakan suatu perangkat lunak

gratis (freeware) dan bahasa tingkat tinggi untuk komputasi numerik dan

visualisasi data.

b. Software GMT Hawaii (http://gmt.soest.hawaii.edu/projects/gmt/). GMT

adalah software open source yang mempunyai sekitar 80 tool untuk

Page 47: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

32

menggambarkan peta geografis dan kartesian, gambar, grafik atau

diagram, kontur, trend, proyeksi, filtering, dan aplikasi data lainnya.

Software ini mulai dikembangkan pada tahun 1988 oleh Paul Wessel dan

Walter H. F. Smith dengan bantuan beberapa relawan yang didukung oleh

National Science Fondation. Umumnya sistem penggambaran di

seismologi (gempa bumi) dan meteorologi menggunakan gambar peta

GMT. Pengaplikasian GMT juga digunakan untuk membuat peta distribusi

sebaran episenter, pemodelan tsunami, arah mata angin, dll.

c. Software Microsoft Office merupakan perangkat lunak paket aplikasi

perkantoran buatan Microsoft. Pada penelitian ini software Microsoft

office yang digunakan adalah Microsoft Word dan Microsoft Excel yang

digunakan untuk pembuatan laporan.

d. Google Earth merupakan salah satu fasilitas milik Google untuk melihat

gambaran bumi secara 3D. Dalam penelitian ini digunakan untuk

menentukan lokasi latitude dan longitude serta panjang lintasan penelitian.

2. Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk penelitian ini berupa

satu buah Laptop Asus X200ma dengan RAM 2 GB yang menggunakan sistem

operasi Linux Ubuntu 18.04 LTS sebagai sarana untuk mengaplikasikan

perangkat lunak Software Octave untuk pengolahan data. Dan untuk pembuatan

laporan tugas akhir menggunakan sistem operasi Windows 8.1.

3.4.2 Perlengkapan Pengolahan Data

Perlengkapan pengolahan data yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri

atas handphone, buku, jurnal, ballpoint, flashdisk, dan alat pendukung lainnya.

3.5 Tahapan Pengolahan Data

Ada beberapa tahapan dalam pengolahan data, di antaranya :

1. Data

Untuk menemukan letak masing-masing stasiun dengan menggunakan

koordinat longitude dan latitude yang kemudian di plot pada peta topografi

wilayah penelitian dengan menggunakan data sekunder dalam bentuk file .edi dan

Page 48: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

33

dengan bantuan software GMT Hawaii. Selanjutnya untuk data sekunder dalam

bentuk file .ptl akan dilakukan plot data berdasarkan 3 klasifikasi, yaitu koherensi,

phase, dan resistivitas terhadap fungsi frekuensi dengan bantuan Software Octave.

Apabila dari hasil plot data terdapat data yang noise (terdapat gangguan)

maka dilakukan koreksi data. Dalam koreksi data tidak hanya data yang noise

saja, melainkan data yang memiliki nilai di bawah 0.5. Hal tersebut dilakukan

karena nilai koherensi yang baik dan dianggap bagus adalah data dengan nilai

koherensi ≥ 0.5. setelah selesai melakukan koreksi data akan dilakukan plot data

ulang seperti sebelumnya dengan menggunakan Software Octave.

2. Analisis Phase Tensor

Analisis phase tensor dipilih dalam melakukan penelitian sehingga dapat

menentukan dimensionalitas wilayah penelitian dan memberikan informasi arah

geoelectric strike wilayah penelitian. Sebelum dilakukan analisis phase tensor,

data sekunder dalam bentuk file dengan ekstensi .pt1 di export ke file dengan

ekstensi .dat. Kemudian data tersebut diolah menggunakan bantuan Software

Octave. Untuk mengetahui arah geoelectric strike wilayah penelitian dilakukan

dengan membuat diagram rose. Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil

dimensionalitas pada suatu wilayah penelitian yaitu dengan melakukan plot skew

angle/sudut kemiringan beta yang juga akan dibuat dengan bantuan Software

Octave.

3.6 Diagram Alir

Diagram alir merupakan sebuah diagram yang menampilkan urutan

pengerjaan penelitian yang dilakukan. Dengan adanya diagram ini dapat

memberikan gambaran tentang proses pengerjaan pada tugas akhir ini. Penelitian

ini dilakukan mulai dari pengolahan data sekunder hingga didapatkan hasil dari

pengolahan data tersebut. Diagram alir proses pengerjaan tugas akhir ini dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 49: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

34

Gambar 3. 4 Diagram Alir Penelitian

Page 50: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian terdapat di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan,

Nusa Tenggara Timur. Letak geografis wilayah penelitian terletak antara

LS sampai LS dan BT sampai BT

dengan kedalaman di bawah 1000 meter. Dalam penelitian ini terdapat 21 titik

stasiun pengukuran dengan dua buah lintasan (line) yang membentang dari arah

barat laut ke tenggara. Lintasan pertama terdiri dari data AMT01 hingga AMT15

dengan panjang lintasan sebesar 30,9 km. Sedangkan lintasan kedua terdiri dari

data AMT16 hingga AMT21 dengan panjang lintasan sebesar 23,1 km. Kemudian

dari data tersebut dilakukan plot line wilayah penelitian dengan menggunakan

software GMT Hawaii sehingga diperoleh hasil seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Plot Line Lintasan Wilayah Penelitian

Page 51: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

36

4.2 Data Penelitian

Dalam data sekunder terdapat file dengan ekstensi .pt1, kemudian data

tersebut di plot dengan bantuan Software Octave dengan tiga klasifikasi yang

berbeda yaitu koherensi, phase, dan resistivitas. Dalam laporan tugas akhir ini

salah satu data yang akan ditampilkan adalah data titik pengukuran AMT19.

1. Koherensi

Data koherensi yang ideal adalah saat hubungan antara medan listrik E dan

total magnetik H pada arah yang saling tegak lurus akan bernilai ≥0.5. Dari plot

data koherensi dapat diketahui bahwa nilai frekuensi berbanding lurus dengan

nilai koherensi. Berdasarkan hasil plot koherensi data AMT19 pada Gambar 4.2

masih ditemukan beberapa data yang memiliki nilai koherensi ≤0.5, yang

disebabkan adanya noise yang berasal saat pengambilan data berlangsung.

Sehingga data yang didapatkan masih kurang bagus.

Gambar 4. 2 Plot data koherensi AMT19

2. Phase

Dari plot data phase pada gambar 4.3 ini frekuensi tidak mempengaruhi

nilai phase. Pada plot data phase ini dapat diketahui bahwa masih ditemukan data

yang memiliki nilai error bar yang besar. Hal ini disebabkan adanya noise yang

berasal dari faktor alam ataupun kegiatan saat dilakukan pengambilan data

berlangsung.

Page 52: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

37

Gambar 4. 3 Plot data phase AMT19

3. Resistivitas

Dari hasil plot data resistivitas AMT19 dapat diketahui bahwa nilai

frekuensi tidak mempengaruhi nilai resistivitas. Pada Gambar 4.4 plot resistivitas

data AMT19 ini masih ditemukan beberapa data yang memiliki nilai resistivitas ≥

0.5 sehingga memiliki nilai error bar yang besar. Hal ini disebabkan adanya noise

yang terjadi dikarenakan faktor alam ataupun kegiatan saat melakukan

pengambilan data di lapangan.

Gambar 4. 4 Plot data resistivitas AMT19

Page 53: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

38

4.3 Koreksi Data Penelitian

Dari pengolahan data sekunder didapatkan hasil plot data koherensi, data

phase dan data resistivitas yang masih ditemukan beberapa data yang kurang

bagus dan memiliki noise (error bar) yang cukup besar. Oleh karena itu agar

didapatkan hasil yang maksimal maka dilakukan pengkoreksian data. Koreksi data

ini dilakukan untuk menghilangkan data-data yang dianggap noise atau tidak

sesuai dengan standar deviasinya dan hanya menampilkan data dengan nilai yang

bagus.

Cara melakukan koreksi data yaitu dengan menghilangkan titik stack

pengukuran yang dianggap memiliki data yang tidak sesuai atau kurang bagus.

Untuk mengetahui titik stack mana yang tidak bagus dapat dilihat dari hasil

gambar plot data lalu koreksi titik tersebut dalam file AMT .pt1. setelah koreksi

data selesai, maka dilanjutkan dengan melakukan plot ulang data dengan tiga

klasifikasi data seperti yang dilakukan sebelumnya dengan menggunakan bantuan

Software Octave. Koreksi data ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar

tidak terjadi kesalahan dalam pengoreksian data. Hasil koreksi data pada titik

pengukuran AMT19 dapat ditunjukkan sebagai berikut :

1. Koherensi

Setelah dilakukan koreksi data dapat terlihat dari Gambar 4.5 bahwa titik-

titik (stack) yang memiliki nilai koherensi ≤ 0.5 sudah di hilangkan dan

menghasilkan data-data bagus yang memiliki nilai koherensi ≥ 0.5.

Page 54: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

39

Gambar 4. 5 Plot koreksi data koherensi AMT19

2. Phase

Setelah dilakukan koreksi data phase yang ditunjukkan dengan Gambar 4.6,

dapat diketahui bahwa sudah tidak terdapat data yang dianggap memiliki nilai

error bar (noise) yang cukup besar, sehingga data yang dihasilkan sudah bagus.

Gambar 4. 6 Plot koreksi data phase AMT19

3. Resistivitas

Page 55: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

40

Selanjutnya pada Gambar 4.7 menunjukkan hasil dari koreksi data

resistivitas. Di mana setelah dilakukannya koreksi data, titik-titik data yang

dianggap noise yang memiliki nilai error bar besar sudah hilang. Sehingga data

yang didapatkan bisa dikatakan sudah bagus.

Gambar 4. 7 Plot koreksi data resistivitas AMT19

4.4 Analisis Phase Tensor

Analisis phase tensor dipakai untuk menentukan arah geoelectric strike

dan dimensionalitas wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Software Octave

akan digunakan untuk menentukan arah geoelectric strike dilakukan dengan plot

diagram rose dan untuk menentukan dimensionalitas dilakukan dengan plot

diagram ellips (skew angle).

4.4.1 Diagram Rose

Diagram rose digunakan untuk mengetahui gambaran arah geoelectrical

strike yang dominan di semua titik pengukuran dengan menggunakan frekuensi

tertentu. Hasil diagram rose pada gambar 4.8 memiliki rentang frekuensi yang

berbeda-beda. Gambar (a) hasil plot diagram rose dengan rentang frekuensi 0.1-1

Hz, memiliki arah geoelectric strike sekitar N E dan N E. Gambar (b)

hasil plot diagram rose dengan rentang frekuensi 1-10 Hz, memiliki arah

Page 56: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

41

geoelectric strike sekitar N E dan N E. Gambar (c) hasil plot diagram

rose dengan rentang frekuensi 10-100 Hz, memiliki arah geoelectric strike sekitar

N55 E dan N E. Gambar (d) hasil plot diagram rose dengan rentang

frekuensi 100-1.000 Hz, memiliki arah geoelectric strike sekitar N E dan

N E. Gambar (e) hasil plot diagram rose dengan rentang frekuensi 1.000-

10.000 Hz, memiliki arah geoelectric strike sekitar N E dan N E. Gambar

(f) adalah hasil plot diagram rose semua frekuensi, yang memiliki arah geoelectric

strike sekitar N E dan N E.

(a) (b)

(c) (d)

Page 57: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

42

(e) (f)

Gambar 4. 8 Plot diagram rose (a) Frekuensi 0.1-1 Hz, (b) Frekuensi 1-10 Hz,

(c) Frekuensi 10-100 Hz, (d) Frekuensi 100-1000 Hz, (e) Frekuensi 1.000-10.000 Hz (f)

Semua Frekuensi

Pada proses penentuan arah dilakukan dengan menggunakan frekuensi yang

berbeda-beda, dimulai dari frekuensi 0,1 Hz-10 kHz dan frekuensi secara

keseluruhan. Hal ini ditujukan agar lebih mudah dalam mengetahui dominan arah

strike. Dalam metode AMT menggunakan mode TE dan TM, dimana titik

penelitian atau lintasan harus tegak lurus dengan arah strike nya. Dari hasil yang

di dapatkan untuk lintasan penelitiannya tegak lurus dengan arah strikenya, yang

memiliki arah lintasan yg berarah barat laut – tenggara (NW-SE), sedangkan arah

strikenya tegak lurus yaitu berarah timur laut-barat daya (NE-SW).

Berdasarkan hasil analisis phase tensor dan informasi struktur geologi

tersebut, wilayah penelitian memiliki arah geoelectric strike yang dominan

sebesar N E dan N E, berarah timur laut- barat daya (NE-SW). Hal ini

sesuai dengan informasi struktur geologi wilayah Kabupaten Timor Tengah

Selatan yang memiliki arah sesar mendatar mengiri berarah timur laut - barat

daya. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui wilayah penelitian sejajar dengan

sesar utama yang ada di Pulau Timor yaitu Sesar Semau, Sesar Mena-mena dan

Sesar Belu, di mana ketiganya merupakan sesar mendatar mengiri dengan arah

kelurusan yang berarah timur laut-barat daya (NE-SW).

Page 58: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

43

Selanjutnya hasil arah geoelectrical strike ini akan digunakan untuk

merotasi data (.pt1). Hasil dari rotasi data tersebut nantinya akan menghasilkan

nilai resistivitas sebagai fungsi kedalaman permukaan. Setelah dilakukannya

rotasi data baru bisa dilakukan permodelan data yang sesuai dengan hasil dari

permodelan diagram ellips yang akan di dapatkan.

4.4.2 Diagram Ellips

Data phase tensor juga digunakan untuk menganalisis dimensionalitas data

dari perubahan nilai skew angle atau sudut kemiringan melalui diagram elips

seperti pada gambar 4.9. Gambar 4.9 merupakan diagram elips dari hasil plot nilai

skew angle atau sudut kemiringan di semua titik pengukuran yang dibagi menjadi

dua lintasan. Gambar (a) merupakan lintasan 1 yang terdiri dari 15 titik

pengukuran dan gambar (b) merupakan lintasan 2 yang terdiri dari 6 titik

pengukuran. Hasil yang di dapatkan pada lintasan pertama yang terdiri dari

AMT01 hingga AMT15 didominasi nilai skew angle dengan

bentuk elips cenderung bulat. Sama halnya dengan hasil yang didapatkan pada

lintasan kedua. Nilai skew angle pada AMT16 sampai AMT21 didominasi dengan

nilai dengan bentuk elips cenderung bulat.

Seperti yang telah diketahui, untuk pemodelan 1 dimensi memiliki nilai

skew angle sama dengan nol . Untuk pemodelan 2 dimensi memiliki nilai

skew angle . Dan untuk pemodelan 3 dimensi memiliki nilai

skew angle . Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kedua lintasan

tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada wilayah penelitian dominan memiliki

nilai skew angle . Dengan demikian, pemodelan bawah

permukaan yang tepat untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah 2

dimensi, dengan dominan nilai skew angle untuk frekuensi 1 Hz

sampai 10 kHz.

Page 59: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

44

(a)

(b)

Gambar 4. 9 Diagram elips dari hasil plot nilai skew angle (a) lintasan 1 dan (b) lintasan

2

Page 60: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

45

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil Geoelectric strike pada lintasan 1 dan lintasan 2 memiliki

arah yang dominan sebesar N E dan N E, dan memiliki

kelurusan berarah timur laut- barat daya, arah ini sesuai dengan

informasi geologi Kabupaten Timor Tengah Selatan.

2. Hasil dimensionalitas di wilayah penelitian dominan memiliki nilai

skew angle sehingga pemodelan bawah

permukaan yang tepat untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah

Selatan adalah pemodelan 2 dimensi.

5.2 Saran

Saran-saran penulis untuk memaksimalkan hasil penelitian selanjutnya

adalah :

1. Perlu adanya pengolahan data lebih lanjut untuk mengetahui

struktur resistivitas bawah permukaan di wilayah penelitian.

2. Peninjauan lebih detail terhadap informasi geologi di wilayah

penelitian untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Page 61: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

46

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S., Setyawan, A., Yulianto, T., & Baroek, M. C. (2020). Data

Magnetotelurik Lapangan Panas Bumi “Sa” Berdasarkan Metode Tensor.

23(2), 49–55.

Anderson, E. M. (1951). The Dynamics of Faulting and Dyke Formation

withApplications to Brittan, Edinburgh, Oliver and Boyd. Standford

University.

Bahr, K., & Simpson, F. (2005). Practical Magnetotellurics. Cambridge

University Press.

Berdichevsky, M. N., & Dmitriev, V. I. (2008). Models and Methods of

Magnetotellurics. Springer Science & Business Media.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=IH6s3Jz7x1AC&oi=fnd&pg

=PA1&dq=Berdichevsky,+M.+N.,+%26+Dmitriev,+V.+I.+(2008).+Models+

and+Method+of+Magnetotellurics.+Berlin:+Springer.&ots=gzb9f2LRc0&si

g=hiA-9I7xDI0kD6s06XdjZGYHyhk&redir_esc=y#v=onepage&q&f=

Billings, M. P. (1959). Structural Geology, Prentice Hall. Englewood Cliffs.

Cagniard, L. (1953). Basic theory of the magnetotelluric method of

geophysicalprospecting. Vol 18, 605–634.

Caldwell, T. G., Bibby, H. M., & Brown, C. (2004). The Magnetotelluric Phase

Tensor. Gheophysical Journal International, Vol. 158(2), 457–469.

Febrika, G., Setyawan, A., Nurwidiyanto, M., & Raharjo, I. (2017). Identifikasi

Geological Strike dan Dimensionalitas Berdasarkan Analisis Phase Tensor

untuk Pemodelan 2D Magnetotelurik di Lapangan Panas Bumi GYF.

Youngster Physics Journal, 6(2), 115–122.

Franto. (2020). Metode Pemetaan Potensi Mineralisasi Timah Primer Dengan

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (I). Scopindo.

Page 62: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

47

https://books.google.co.id/books?id=5KQBEAAAQBAJ&pg=PA3&lpg=PA

3&dq=Metode+Pemetaan+Potensi+Mineralisasi+Timah+Primer+Dengan+Pe

nginderaan+Jauh+dan+Sistem+Informasi+Geografis&source=bl&ots=6zQL

H3odGr&sig=ACfU3U3HoBUZ9BFYWHVMNz9FWKjNdWUqMQ&hl=id

&sa=X&ved=2ah

Grandis, H. (2010). Metoda Magnetotellurik (MT). Institute Teknologi Bandung.

https://hendragrandis.files.wordpress.com/2010/01/mt_teks1.pdf

Grandis, H., Sudarman, S., Hendro, A., Geofisika, P. S., & Geofisika, D. (2002).

Aplikasi Metoda Magnetotellurik ( MT ) dalam Eksplorasi Geotermal.

Geoforum HAGI Bandung, 1.

Haerudin, N., Despa, D., & Suharno. (2020). Penentuan Patahan dan Saluran

Fluida Panas Bumi Rajabasa Bagian Selatan dengan Kombinasi Metode

Second Horizontal Derivatif (SHD) dan Audio Magnetotelluric (AMT).

Jurnal Profesi Insinyur Universitas Lampung, 1(1), 11–19.

https://doi.org/10.23960/jpi.v1n1.12

Iko, A. J. (2008). Geologi dan Analisis Struktur Geologi Daerah Oetuke dan

Sekitarnya, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Skripsi. Institute

Technology Bandung. Tidak diterbitkan.

Keller, E. A., & Pinter, N. (1996). Active Tectonics : Earthquakes, Uplift and

Landscape (2nd ed.). Prentice Hall.

Laksono, A. B. (2018). Pemodelan 2D Data Magnetotellurik Dengan

Menggunakan Rotasi Geoelectrical Strike dan Dimensionalitas Berdasarkan

Hasil Analisis Phase Tensor Di Lapangan Panas Bumi ABL. Skripsi.

Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Murdani. (2017). Pemodelan 2 Dimensi Data Magnetotellurik Daerah Prospek

Panasbumi Lapangan “Jgt". Skripsi [Universitas Lampung. Tidak

diterbitkan]. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Page 63: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

48

Natawidjaja, D. H. (2007). Tectonic Settting Indonesia dan Permodelan Sumber

Gempa dan Tsunami. PELATIHAN PEMODELAN RUN-UP TSUNAMI,

RISTEK-LIPI.

Nuraini, F. (2017). Analisis Resistivitas Terhadap Pengaruh Mode Pada

Pengolahan Data Magnetotellurik [Skripsi. Universitas Hasanuddin

Makasar. Tidak diterbitkan]. http://www.albayan.ae

Perdana, A. W. (2011). Metode Controlled Source Audio Frequency

Magnetotelluric (Csamt) Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah „„A„„

Dengan Data Pendukung Metode Magnetik Dan Geolistrik. In Skripsi.

Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.

Pertiwi, T. B. (2020). PENGARUH ANALISIS PARAMETER DAN KOREKSI

STATIK PADA DATA. Skripsi. Universitas Pertamina. Tidak diterbitkan.

Puturuhu, F. (2015). Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh. Graha Ilmu.

Ramdhani, F., Setyawan, A., Raharjo, I. B., & Lendriadi, A. (2017). Pemodelan 2

Dimensi Data Magnetotellurik Berdasarkan Analisis Phase Tensor Dalam

Penentuan Geoelectrical Strike Dan Dimensionalitas Data Di Lapangan

Panas Bumi X. Youngster Physics Journal, 6(3), 205–212.

Rosidi, H. M. D., Tjokrosapoetro, S., Gafoer, S., & Suwitodirdjo, K. (1996). Peta

Geologi Lembar Kupang, Atambua, Timor, skala 1 : 250.000. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sadjab, B. A. (2017). Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan

Analisis Anomali Gravitasi dan Didukung Oleh Data Focal Mechanism

Provinsi Nusa Tenggara Timur Lembar Kupang-Atambua. Skripsi.

Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan.

Sayekti, B. (2011). Prospeksi endapan fosfat di kabupaten timor tengah selatan,

provinsi nusa tenggara timur.

Setyani, A. R. I. (2017). Investigasi bawah permukaan segmen cibeber zona sesar

Page 64: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

49

cimandiri, jawa barat dengan metode audio magnetotelurik (amt).

Shihab, M. Q. (2006). Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an) Vol. 8. Lentera hati.

Suharjo, Arozaq, M., & Sunarhadi, M. A. (2017). Geomorfologi Dasar.

Muhammadiyah University Press.

Sumotarto, U. (2015). Eksplorasi Panas Bumi. Ombak.

Suroyo, H. (2019). Modul 2 geologi dasar. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan

Sumber Daya Air Dan Konstruksi.

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/face0_2._Modul_Geologi_Dasar.pdf

Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff, R. E. (1990). Applied Geophysics (2nd

ed.). Cambridge University Press.

Toruan, M. J. (2018). Geologi dan Analisis Struktur Geologi Berdasarkan Metoda

Penampang Seimbang Daerah Kekneno dan Sekitarnya, Kabupaten Timor

Tengah Selatan, NTT. Skripsi. Institute Technology Bandung. Tidak

diterbitkan.

Triyana, A. (2018). Investigasi Dimensionality dan Strike Regional Daerah

Penelitian Majalengka , Jawa Barat Dengan Metode Audio Frekuensi

Daerah Penelitian Majalengka , Jawa Barat Dengan Metode Audio

Frekuensi Manetotellurik (AMT). Sripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak diterbitkan.

Umbara, I. G. A. H. J., Utami, P., & Raharjo, I. B. (2014). Penerapan Metode

Magnetotellurik Dalam Penyelidikan Sistem Panas Bumi. Pertamina

Geothermal Energy, 406–419.

Unsworth, M. (2008). Electromagnetic Exploration Methods. University of

Alberta.

Vozoff, K. (1991). The Magnetotelluric Method, Electromagnetic Method in

Page 65: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

50

Applied Geophysics- Application. Vol 2.

Wachisbu, M. I. M. (2015). Pemodelan Data Magnetotelurik dengan Remote

Reference untuk Eksplorasi Cekungan Migas Studi Kasus : Lapangan Em-4

(Vol. 4, Issue 1). Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Tidak diterbitkan.

Yulianti, R., Rasimeng, S., Karyanto, K., Hidayat, H., & Indragiri, N. M. (2017).

Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Menggunakan Metode

Magnetotellurik 2D Di Daerah Cekungan Bintuni Sebagai Potensi

Hidrokarbon [Skripsi. Universitas Lampung. Tidak diterbitkan].

https://doi.org/10.23960/jge.v4i2.18

Page 66: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Koordinat dan Elevasi Titik Pengukuran

Reference

Station Data Latitude

Latitude

(Degree) Longitude

Longitude

(Degree)

Elevation

(m)

AMT0101A AMT01 -09:41:47.40 -9.69650000 124:12:10.20 124.20277778 962

AMT1401A AMT02 -09:42:43.10 -9.71197222 124:13:05.50 124.21805556 1260

AMT0102A AMT03 -09:43:41.90 -9.72830556 124:13:59.90 124.23333333 988

AMT1402A AMT04 -09:44:37.30 -9.74369444 124:14:55.90 124.24888889 847

AMT0103A AMT05 -09:45:40.00 -9.76111111 124:15:57.70 124.26611111 984

AMT1403A AMT06 -09:46:41.40 -9.77816667 124:16:46.70 124.27972222 1023

AMT0104A AMT07 -09:47:32.40 -9.79233333 124:17:42.00 124.29500000 853

AMT0105A AMT08 -09:48:36.60 -9.81016667 124:18:34.70 124.30972222 666

AMT0106A AMT09 -09:49:16.20 -9.82116667 124:19:15.60 124.32083333 599

AMT0107A AMT10 -09:50:02.10 -9.83391667 124:19:58.30 124.33277778 636

AMT0108A AMT11 -09:50:52.80 -9.84800000 124:20:39.60 124.34416667 671

AMT0109A AMT12 -09:51:39.90 -9.86108333 124:21:27.00 124.35750000 657

AMT0110A AMT13 -09:52:26.30 -9.87397222 124:22:12.50 124.37000000 531

AMT0111A AMT14 -09:53:14.20 -9.88727778 124:23:02.20 124.38388889 449

AMT0112A AMT15 -09:53:59.30 -9.89980556 124:23:45.20 124.39583333 393

AMT0201A AMT16 -09:32:12.30 -9.53675000 124:18:15.30 124.30416667 1252

AMT0202A AMT17 -09:34:17.00 -9.57138889 124:20:05.00 124.33472222 970

AMT0203A AMT18 -09:36:22.30 -9.60619444 124:22:03.70 124.36777778 637

AMT0204A AMT19 -09:38:09.10 -9.63586111 124:23:46.30 124.39527778 547

AMT0205A AMT20 -09:25:45.90 -9.66944444 124:25:45.90 124.42944444 534

AMT0206A AMT21 -09:41:23.80 -9.68994444 124:26:51.50 124.44750000 562

Page 67: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

52

Lampiran 2 Data Penelitian Pada Titik Pengukuran AMT19

Page 68: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

53

Page 69: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

54

Page 70: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

55

Page 71: ANALISIS PENENTUAN ARAH GEOELECTRIC STRIKE DAN

56