analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

37
Analisis Penempatan Ruang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasirbajing Kabupaten Garut Disusun Oleh : Rizki Gumilar 201129002

Upload: rizki-gumilar

Post on 13-Nov-2014

2.603 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Analisis Penempatan Ruang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasirbajing

Kabupaten Garut

Disusun Oleh :

Rizki Gumilar 201129002

Page 2: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

BAB I PENDAHULUAN

Diskursus mengenai sampah masih menjadi problema hampir disetiap wilayah di Indonesia, terlebih di kota-kota besar yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Akan tetapi tidak hanya terbatas di kota-kota besar saja, problematika sampah juga terjadi di Kabupaten Garut. Permasalahan sampah ini tidak bisa dipandang biasa, karena tidak dapat di pungkiri bahwa permasalahan sampah ini dalam tingkat yang cukup serius dan sungguh sangat memprihatinkan.

Hal tersebut terjadi bukan hanya karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan.

Page 3: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Jika sampah sudah di buang maka masalah sudah selesai. Tapi benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang secara sembarangan di jalan akan membuat kota menjadi kotor, sampah yang dibuang di sungai akan mencemari sungai dan menimbulkan banjir, bahkan sampah yang dibuang di tempat pembuangan akhir pun bisa menjadi masalah pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan apakah telah dikelola dengan baik sesuai mekanisme yang disarankan atau tidak jelas kita tidak tahu.

Maka perlu dicermati setiap detail dari permasalah sampah tersebut diatas karena tanpa kita ketahui dan sadari penempatan pembuangan akhir yang tidak sesuai dengan penataan ruang akan menjadi masalah yang mengancam.

Page 4: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sampah

Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

Page 5: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Sumber-Sumber Sampah Sumber-sumber sampah dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum c. Sampah yang berasal dari perkantoran d. Sampah yang berasal dari jalan rayae. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan g. Sampah yang berasal dari pertambanganh. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Page 6: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Jenis SampahJenis-jenis sampah juga dapat dibedakan menjadi beberapa, yakni: a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

Sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk. Misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya. Sampah organic, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk. Misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya

Page 7: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakarSampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

c. Sampah berdasarkan karakteristiknya - Abu (Ashes) Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri

Sampah Jalanan (Street Sweeping), berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.

Bangkai Binatang (Dead Animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau

kecelakaan. Sampah pemukiman (Household refuse), yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan

Page 8: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

a. Jumlah Penduduk

b. Keadaan sosial ekonomi

c. Kemajuan Teknologi

d. Tingkat pendidikan

Page 9: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.

Page 10: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Reduce Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reduce:

Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar

Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain Gunakan baterai yang dapat di charge kembali Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan) Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)

Page 11: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Reuse Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reuse:

Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan

Page 12: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Recycle Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program recycle:

Mengubah sampah plastik menjadi souvenir Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

 

Page 13: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Replace Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.  Replant Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah 

Page 14: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Hambatan dalam Pengelolaan SampahMenurut Slamet (2004) masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena :

1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan3. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak populasi lalat dan tikus

Page 15: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

4. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.5. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah6. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan7. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.9. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

Page 16: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Landasan Hukum

Landasan hukum :

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan SampahPeraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 - 2031Peraturan Daerah Kabupaten Garut No. 6 s/d 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Garut

Page 17: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

BAB IIIPEMBAHASAN

Pengertian TPA

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampahBeberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik.. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

Page 18: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Metoda Pembuangan SampahPembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu:a. Open Dumping

Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll). Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:

Perkembangan vektor penyakitseperti lalat, tikus, dll Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang

timbul Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang

kotor

Page 19: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

b. Control Landfill Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping

dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:

Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan Pos pengendalian operasional Fasilitas pengendalian gas metan Alat berat

Page 20: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Sanitary Landfill

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara interansional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan

Page 21: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Persyaratan Lokasi TPALokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya

dalam kriteria regional dicantumkan : 1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll)2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi)bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%) 3. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak minimal 1,5 – 3 km) 4. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi

Dari hasil data yang diperoleh mengenai lokasi penempatan TPA Pasirbajing sudah dikategorikan ideal karena telah memenuhi syarat diatas. TPA Pasirbajing berada di lokasi perbukitan dengan kemiringan 30-40 derajat, jauh dari pemukiman, jauh dari sungai, tidak ada sumber air resapan dan lain-lain.

Page 22: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA

a. Prasarana JalanPrasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan

pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal jalan TPA dengan konstruksi :a. Hotmix b. Beton c. Aspal d. Perkerasan situ e. Kayu

Page 23: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

b. Prasarana Drainase

Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unitpengolahannya.

Berdasarkan data yang diperoleh,drainase yang terdapat di TPA pasirbajing ada yang aktif dan ada yang tidak aktif,itu artinya sebagai komponen penting dalam pengolahan sampah drainase ini menjadi titik pangkal yang apabila kinerjanya tidak maksimal maka akan menimbulkan ekses yang cukup mengkhawatirkan.jelas tidak begitu berarti ketika musim kemarau, namun akan menjadi bencana ketika musim penghujan.

Page 24: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

c. Fasilitas Penerimaan

Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan postersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.

Dari hasil data yang diperoleh sampah yang masuk ke TPA pasirbajing bisa mencapai 70 ton/hari. Jumlah ini memang tidak tetap per harinya, namun berdasarkan materi diatas dapat diketahui bahwa kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari, maka dianjurkan untuk menggunakan jembatan timbang. Namun pada kenyataan di lapangan, jembatan timbang di Pasirbajing sudah tidak berfungsi. Kembali lagi alasan krusialnya adalah dana sebagai sumber penyokong.

Page 25: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

d. Lapisan Kedap AirLapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air

lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal +50 cm merupakan alternative yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh, untuk lapisan kedap air di TPA Pasirbajing ternyata tidak ada, alhasil air lindi yang terbentuk di dasar TPA menjadi bersatu dengan sisa-sisa sampah yang ada di sepanjang jalan zona aktif dan tidak aktif di TPA. Hal ini membuat akses menuju zona aktif pengolahan sampah menjadi begitu becek dan tak karuan. 

Page 26: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

e. Fasilitas Pengamanan GasGas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas

karbondioksida dan metan dengan komposisi hampir sama, disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosferUntuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu.

Dari data yang diperoleh fasilitas pengamanan gas yang ada di TPA Pasirbajing telah tersedia dengan baik dimana hampir di sekeliling zona aktif pengolahan sampah telah terpasang pipa-pipa ventilasi dengan kedalaman 3meter dan 3meter diatas permukaan tanah, hal ini tentu sangat baik mengingat gas metan yang dihasilkan dari tumpukan sampah akan menjadi penyumbang terbesar terjadinya efek pemanasan global jika terlepas bebas ke atmosfer, hal ini tentu akan mengakibatkan semakin menipisnya lapisan ozon dan mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi.

Page 27: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

f. Fasilitas Pengamanan Lindi

Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik sangat tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA

Page 28: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Dari hasil data yang diperoleh fasilitas pengaman lindi di TPA Pasirbajing ternyata tidak ada, entah karena SDM yang kurang memadai atau karena dana yang menjadi hambatan utama namun apapun alasannya fasilitas pengamanan lindi ini seharusnya menjadi konsen penting dari pihak pengelola sampah di TPA mengingat banyaknya senyawa yang memiliki kandungan pencemar yang sangat tinggi sehingga memicu pencemaran air tanah maupun permukaan tanah.menurut salah satu pengelola TPA mengatakan bahwa warga Desa Leuweung Tiis sampai Desa Warung Peuteuy tidak ada yang menggunakan air tanah (sumur) dirumah mereka, melainkan menggunakan air yang berasal dari mata air sekitar gunung di kawasan tersebut. Tentu hal tersebut tidak menjadi pembenar dalam ketiadaan fasilitas pengaman lindi di TPA karena jelas selain mencemari air tanah, lindi juga merusak unsur hara tanah yang ada disekitarnya akibat terserapnya air ke dalam tanah.

Page 29: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

g. Alat Berat

Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer,excavator dan loader. Setiap jenis perlatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut

Page 30: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Dari hasil data yang diperoleh jumlah alat berat yang terdapat di TPA Pasirbajing adalah Buldozer sebanyak 1 unit dan loader sebanyak 2 unit. Bisa dibayangkan dengan jumlah volume sampah yang tak menentu setiap harinya, jumlah alat berat yang ada di TPA Psirbajing ini masihlah jauh dari kategori memadai, mengingat masing-masing dari peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, otomatis antara satu alat berat dengan alat berat yang lain tentu akan saling melengkapi dalam hal operasionalnya, minimal TPA Pasirbajing ini memliki baik bulldozer, loader dan excavator meskipun dalam unit yang terbatas tapi ada, sehingga proses pengolahan sampah mulai dari perataan, pemadatan, penggalian, ataupun pemindahan tanah dan sampah dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Page 31: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

h. PenghijauanPenghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa

maksud diantaranya adalah: peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan.

Berdasarkan data yang diperoleh kegiatan di TPA Pasirbajing ini ternyata tidak begitu baik, bila merujuk pada salah satu tujuan penghijaun adalah sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Hal ini berdasarkan pada kenyataan yang ditemukan dilapangan bahwa 200 meter dari zona aktif pengolahan sampah saja bau menyengat itu telah begitu jelas tercium terlebih ketika berada di zona aktif pengolahan sampah, lalat yang berterbangan begitu banyaknya, sehingga sampai pada kesimpulan bahwa indikasi penghijauan di TPA Pasirbajing ini memang tidak maksimal.

Page 32: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

i. Fasilitas Penunjang

Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA yang baik diantaranya : pemadam kebakaran, mesin pengasap/ mistblower, kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain lain.

Dari data yang berhasil diperoleh sarana atau fasilitas penunjang di TPA Pasirbajing ini nyaris tidak ditemukan, mistblower atau alat pemadam kebakaran tidak ada, kemudian toilet tidak berfungsi sementara fasilitas penunjang kesehatan yang paling sederhana seperti masker atau tergos tidak ada, hal ini atas apa yang terlihat di lapangan bahwa petugas baik kordinator lapangan, petugas kantor sampai operator alat beratpun tidak ada yang menggunakan alat atau fasilitas penunjang kesehatan seperti itu.

Page 33: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

BAB IVPENUTUP

Kesimpulan

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai hasis ekonomi, bahkan dapat mempunyai hasil ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerukan biaya yang sangat besar. Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penangan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara. Karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Oleh karena itu penangan sampah di perkotaan relative lebih sulit dibanding sampah di desa-desa.

Page 34: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Tempat pembuangan akhir (TPA) Pasirbajing yang telah menerapkan sistem control landfill, pada kenyataannya masih memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga secara operasional diperlukan penyempurnaan melalui proses monitoring dan evaluasi secara berkala. Dampak negatif yang perlu mendapat perhatian secara serius adalah teradinya akumulasi berbagai bahan pencemar baik pada air, udara dan tanah dan adanya bencana longsor sampah. Strategi pengelolaan sistem lama yang mengandalkan sistem pengangkutan, pembuangan, dan pengolahan menjadi bahan urugan perlu diubah karena dirasakan sangat tidak ekonomis (cost centre). Disamping memerlukan biaya operasional dan lahan bagi pembuangan akhir yang besar jug amenimbulkan banyak dampak yang kurang menguntungkan bagi kehidupan masyarakat serta akan menumbuhkan masyarakat yang kurang peduli akan lingkungannya.

Page 35: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)

Saran

Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.

Page 36: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
Page 37: Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)