analisis pemutakhiran daftar penerima...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMUTAKHIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT (DPM)
BANTUAN BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SUNGAI
LEKOP KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN
PADA TAHUN 2014
Naskah Publikasi Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Ilmu Pemerintahan
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
RIYANTO
NIM. 110565201133
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
i
ABSTRAK
Pemuktakhiran daftar penerima manfaat merupakan salah satu upaya yangdilakukan untuk merubah data dalam daftar penerima manfaat sebelumnya kepadadaftar penerima manfaat pengganti dengan tujuan dalam perubahan data daftarpenerima manfaat lebih tepat sasaran terhadap rumah penerima manfaat bantuanberas miskin.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan analisadeskriptif kualitatif sebagai teknik analisa data. Tujuan dari penelitian ini untukmengetahui mekanisme pemuktakhiran daftar penerima manfaat terkait programbantuan beras miskin. Pada penelitian ini konsep teori yang digunakan merupakansebuah teori analisis formulasi kebijakan.
Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa analisis pemuktakhirandaftar penerima manfaat bantuan beras miskin di Kelurahan Sungai Lekop tidakterlaksana dengan efektif dan maksimal karena aktor-aktor dalam tahappemuktakhiran daftar penerima manfaat bantuan beras miskin tidak dijalankandengan baik serta tidak melihat kriteria kemiskinan sebagai perubahan usulanpenerima manfaat pengganti bantuan beras miskin.
Kata kunci: Analisis Kebijakan, Pemuktakhiran
ii
ABSTRACT
Updating the list of beneficiaries is one of the efforts made to change thedata in the list of beneficiaries before the list of beneficiaries with the aim tosubstitute data changes the list of beneficiaries better targeted towards the poorrice aid beneficiaries.
This research is qualitative descriptive analysis qualitative data analysistechniques. The purpose of this study to determine the mechanism updating thelist of beneficiaries of the program related to poor rice aid. In this study thetheoretical concepts used is a policy analysis formulation of policy.
Results of this study illustrate that the analysis of updating the list ofbeneficiaries help poor rice in the Keluraham Sungai Lekop not appliedeffectively and the maximum because the actors in the process of updating the listof beneficiaries help poor rice is not executed properly and did not see the povertycriteria as the changes proposed recipient replacement benefits help poor rice.
Keywords: Policy Analysis, Updating
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK …...........…...……......................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...……………....…………………………………………......... iii
A. Latar Belakang Masalah ...............………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ...........…….....………………………...………... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..…........…………………...……… 6
D. Kerangka Teoritis ………………........……...………......................... 7
E. Kerangka Berfikir ...………………………...……………………….. 11
F. Metode Penelitian ......…………...……….……………...................... 12
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………………………………... 12
2. Fokus Penelitian ......……….....……..………………..................... 13
3. Informan ……………………...…............………………………... 13
4. Jenis dan Sumber Data ……....………………………………….. 14
5. Teknik Pengumpulan Data ...……………………………............. 14
6. Teknik Analisis Data …....………...…………………………….. 15
G. Hasil Penelitian ……………...……………..……………………… 17
1. Tahapan dan mekanisme pemutakhiran daftar penerima manfaat
bantuan beras miskin Kelurahan Sungai Lekop tahun 2014…….. 17
2. Faktor penyebab terjadinya tidak tepat sasaran penerima manfaat
bantuan beras miskin ………………………………………….. 17
H. Kesimpulan ...………………………………………..……...……… 17
I. Saran ...………………………….………………...……......……… 19
DAFTAR PUSTAKA
1
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang tak dapat terelakkan
diberbagai belahan Dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang.
Selain keberadaanya yang cenderung relatif kemiskinan seperti menjadi
sebuah keharusan yang tak disengaja oleh manusia. Hal tersebut diperkuat
dengan adanya perintah disetiap agama, bahwa kita harus bersedekah kepada
yang miskin, dengan demikian kemiskinan mungkin akan selalu ada di muka
bumi ini. Oleh karena itu, yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara
meminimalisasi kemiskinan dan memberikan perlakuan adil dan sewajarnya
kepada masyarakat miskin.
Mengingat kemiskinan mempunyai sifat relatif, maka perlu adanya
klasifikasi kemiskinan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
mempermudah dalam pendataan dan juga mempermudah dalam menentukan
suatu golongan tertentu dalam upaya pengentasan kemiskinan tersebut.
Klasifikasi kemiskinan di Kota dan Pedesaan tentu berbeda, karena
lingkungan serta kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakatnya.
Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai
perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat adil dan makmur,
sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945.
Program-program yang selama ini juga memberikan perhatian besar terhadap
upaya dalam pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan
yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2
Meskipun demikian masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi
masalah yang berkepanjangan.
Berbagai macam program dilakukan dalam upaya pengentasan
kemiskinan, baik yang berupa material maupun non material. Salah satu
program bantuan yang dicanangkan pemerintah yang masih berjalan hingga
saat ini adalah Beras Miskin (RASKIN). Mengingat tingginya angka jumlah
penduduk miskin dan diperparah oleh sulitnya penduduk miskin akan akses
terhadap pangan karena rendahnya daya beli sebagai akibat krisis. Tingginya
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik berimplikasi pada harga bahan
pokok yang melonjak tinggi terutama beras, dengan demikian daya beli
masyarakat miskin rendah karena mengingat harga yang tidak terjangkau.
Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik
terhadap pangan dalam hal harga dan kesediaan. Raskin diberikan dengan
harga yang sangat murah kepada masyarakat miskin, sehingga dapat
mengurangi beban kebutuhan penerima Raskin. Dengan jumlah yang sudah
ditentukan dan diberikan diberikan satu kali per bulan. Hal ini dipaparan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam berita online harian
CNNIndonesia.com dibawah ini:
“Pelaksanaan program penyaluran subsidi Beras Untuk RakyatMiskin (RASKIN) belum sepenuhnya efektif karena datapenerima yang tidak mutakhir dan kualitas beras yangmeragukan. Kepala Biro Humas dan Kerjasama InternasionalBPK mengatakan instansinya telah melakukan pemeriksaankinerja atas pengelolaan raskin 2014 oleh KementerianKoordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,Kementerian Sosial, Perum Bulog, Tim Nasional PercepatanPenanggulan Kemiskinan (TNP2K) dan instansi terkait lainnya.Untuk diketahui, program subsidi raskin ini dikelola oleh Tim
3
Koordinator Raskin Pusat yang terdiri dari unsur pemerintahpusat dan daerah. Pemeriksaan kinerja atas penyaluran raskinTahun Anggaran 2014 ditujukan untuk mengetahui efektivitasprogram tersebut dalam menanggulangi kemiskinan melaluibantuan langsung raskin. Hasil pemeriksaan menyimpulkanbahwa pelaksanaan program penyaluran subsidi beras raskinbelum sepenuhnya efektif untuk mencapai tujuan-tujuanprogram karena masih terdapat sejumlah permasalahan. Salahsatu ialah data penerima manfaat raskin belum mutakhir karenadata yang digunakan masih data Tahun 2011. Hal ini berakibatsebagian penerima program raskin berisiko tidak tepat sasaran.
Sebuah program yang dilakukan dalam upaya pengentasan
kemiskinan, terutama program bantuan raskin ini, tidak jarang menuai
permasalahan. Baik pada pelaku penyalur bantuan program raskin maupun
pada penerima itu sendiri. Persoalan seperti itu terjadi didaerah pemerima
raskin, tanpa kecuali di Kelurahan Sungai Lekop yang memiliki enam Rukun
Warga (RW). Dimana dalam pembagian raskin kepada daftar penerima
manfaat bantuan raskin melihat kepada data yang diperoleh dari pihak
kelurahan dan dalam proses pemutahirah daftar penerima manfaat beras
miskin melalui usulan dari Rukun Tangga (RT), yang berdasarkan kriteria
sebagai penerima manfaat itu sendiri. Usulan pemutakhiran daftar penerima
manfaat akan di lakukan dengan verifikasi kembali terhadap daftar penerima
manfaat bantuan raskin sebelumnya dan melihat kriteria sebagai penerima,
namun bila daftar penerima manfaat bantuan raskin tidak sesuai dengan
kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) maka akan dilakukan usulan perubahan
pengganti penerima manfaat bantuan raskin. Usulan perubahan pengganti
penerima manfaat bantuan raskin akan dilakukan oleh setiap RT setelah
melakukan verifikasi terlebih dahulu.
4
Untuk menyatakan kondisi kemiskinan seseorang, diperlukan
sejumlah kriteria. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2011), ada 14 (empat
belas) kriteria keluarga miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 (delapan) meter
persegi perorang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/
air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan,
5
atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per
bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/
hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
Berdasarkan hasil observasi kriteria yang telah ditetapkan oleh badan
pusat statistik dengan daftar penerima manfaat bantuan raskin, di Kelurahan
Sungai Lekop masih terjadi tidak tepat sasaran. Adapun yang terjadi disalah
satu RW yang ada di Kelurahan Sungai Lekop bahwa daftar penerima
manfaat bantuan raskin tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
oleh badan pusat statistik, karena salah satu RT kondisi masyarakatnya
dengan tingkat kesejahteraan yang tidak miskin dan memiliki pekerjaan serta
berpenghasilan disetiap bulannya. Namun dalam daftar penerima manfaat
bantuan raskin tetap terdaftar sebagai penerima manfaat bantuan raskin yang
ada di Kelurahan Sungai Lekop. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian.
Dilatarbelakangi oleh dasar pemikiran diatas, maka penelitian ini di
angkat dengan judul “Analisis Pemutahiran Penerima Manfaat (DPM)
Bantuan Beras Miskin (RASKIN) di Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan
Bintan Timur Kabupaten Bintan”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis paparkan diatas, maka
dapat disimpulkan rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Pemutahiran
Daftar Penerima Manfaat (DPM) Bantuan Beras Miskin (RASKIN) di
Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian tersebut, yaitu:
1. Mengetahui dan mengkaji/menganalisis terhadap pemutakhiran daftar
penerima manfaat program bantuan raskin pada masyarakat di Kelurahan
Sungai Lekop.
2. Menetahui Mekanisme pemutahiran daftar penerima manfaat terkait
program bantun raskin.
Ada 2 manfaat dari pada penelitian tersebut adalah
a. Manfaat teoritis:
1. Dapat memberikan kontribusi akademis/teoritis bagi berbagai
pengambil kebijakan terkait proses pemutahiran Daftar Penerima
Manfaat (DPM) dari program bantuan raskin di Kelurahan Sungai
Lekop,
2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam merumuskan dan
mengimplementasikan program bantuan raskin dikemudian hari,
khususnya di Kelurahan Sungai Lekop.
7
b. Manfaat praktis
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah dalam merumuskan dan melaksanakan pemuktakhiran
daftar penerima manfaat program raskin.
2. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi
Ilmu Pemerintahan pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang.
D. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang didalamnya terdiri atas landasan teori dan atau
landasan konsep yang mengandung uraian teoritis tentang aspek yang ada
kaitannya masalah penelitian. Adapun kerangka teori dari aspek penelitian
ini, yaitu :
1. Kebijakan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan
harus dapat berinteraksi dengan orang lain. Didalam setiap interaksi itu
kadangkala membawa masalah. Pemerintah sebagai penyelenggara
pemerintahan yang mencakup segala sendi kehidupan bermasyarakat harus
dapat mengatasi masalah yang timbul tersebut yakni dengan lahirnya
kebijakan-kebijakan tapi kadangkala, kebijakan itu tidak dapat menjawab
kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada.
8
Riant D. Nugroho (2004:4) mendefinisikannya sebagai:
Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang
yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk
memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada rangka
mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang
mengatur yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan, jika
ketetapan tersebut memiliki sasaran kehidupan orang banyak atau
masyarakat luas maka kebijakan itu dikategorikan sebagai kebijakan
publik.
2. Formulasi Kebijakan
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji
(Winarno, 2005:28). Lebih lanjut Winarno (2005:81) mengemukakan
bahwa suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan oleh seorang pejabat
atau lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah, atau menolak suatu
alternatif kebijakan yang dipilih.
Winarno (2005:82-84) menuliskan bahwa tahapan-tahapan dalam
perumusan kebijakan terdiri dari : Perumusan masalah (defining problem),
Agenda kebijakan, Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah dan Penetapan kebijakan.
9
3. Aktor-Aktor Dalam Formulasi Kebijakan
Perumusan kebijakan dalam prakteknya akan melibatkan berbagai
aktor, baik yang berasal dari aktor negara maupun aktor non negara atau
yang disebut Budi Winarno (2012:136-138) sebagai pembuat kebijakan
resmi (official policy-makers) dan peserta non pemerintahan
(nongovernmental participants). Pembuat kebijakan resmi atau disebut
pula aktor resmi adalah mereka yang memiliki kewenangan legal untuk
terlibat dalam perumusan kebijakan publik. Yang termasuk dalam aktor
resmi adalah agen-agen pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif),
legislatif dan yudikatif.
Selain pembuat kebijakan resmi, terdapat pula peserta lain yang
terlibat dalam proses kebijakan yang meliputi diantaranya kelompok
kepentingan, partai politik, organisasi penelitian, media komunikasi, serta
individu masyarakat. Mereka ini yang disebut oleh Anderson sebagai
peserta non pemerintahan (nongovernmental participants) atau aktor tidak
resmi, karena penting atau dominannya peran mereka dalam sejumlah
situasi kebijakan tetapi mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk
membuat kebijakan yang mengikat. Peranan mereka biasanya adalah
dalam menyediakan informasi, memberikan tekanan, serta mencoba untuk
mempengaruhi (Budi Winarno,2012:136-138). Mereka juga dapat
menawarkan proposal kebijakan yang telah mereka siapkan. Untuk
memahaminya perlu memahami pula sifat-sifat semua pemeran serta
(participants), bagian atau peran apa yang mereka lakukan, wewenang
10
atau bentuk kekuasaan yang mereka miliki, dan bagaimana mereka saling
berhubungan serta saling mengawasi.
4. Nilai-nilai Yang Berpengaruh
James Anderson dalam Winarno (2012:136-138) menekankan
perlunya memperhatikan kriteria-kriteria pokok dalam merumuskan
kebijakan yang merupakan bagian penting dalam analisis kebijakan yaitu
a. nilai-nilai politik,
b. nilai-nilai organisasi,
c. nilai-nilai pribadi,
d. nilai-nilai kebijakan,
e. nilai-nilai ideologis.
5. Model Formulasi Kebijakan
Perkembangan yang didalamnya terdapat 13 (tiga belas) model
perumusan kebijakan (Nugroho,2009:396-422) yaitu: model kelembagaan
(institutional), model proses (process), model teori kelompok (group),
model teori elit (elite), model teori rasionalisme (rational), model
inkremental (incremental), model pengamatan terpadu (mixed scanning),
model demokratis, model strategis, model teori permainan (game theory),
model pilihan publik (public choice), model sistem (system) dan model
deliberatif atau musyawarah.
Berbagai model formulasi kebijakan di atas adalah berorientasi
pada masalah atau problem oriented. Tidak kalah penting pula adalah
model formulasi kebijakan yang berorientasi pada tujuan atau goal
11
oriented. Model perumusan ke masa depan ini biasanya ditopang oleh
model-model perumusan kebijakan yang bersifat peramalan (forecasting)
yang tidak bersifat ekstrapolatif atau menggunakan masa lalu sebagai
acuan masa depan (Nugroho,2009:430-433).
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah penjabaran lebih lanjut mengenai gejala
yang diteliti dan dikelompokkan dalam variabel penelitian.Adapun
kerangka berfikir yang digunakan untuk mempermudah dalam
menjelaskan gejala-gejala yang diteliti, disamping itu juga untuk
menghindari kesalahpahaman dalam pengertian konsep tersebut dengan
masalah yang sedang diteliti.
Adapun yang menjadi indikator dari Pemutakhiran Daftar Penerima
Manfaat (DPM) program raskin adalah:
Bagan I.1Kerangka Berfikir
Daftar Penerima Manfaat (DPM)Bantuan Raskin Tahun 2014
Verifikasi Penerima Manfaat BantuanRaskin dan Usulan Perubahan DaftarPenerima Manfaat (DPM) Dari Hasil
Verifikasi
Pedoman Umum Raskin (BerasMiskin) 2014
Kriteria Kemiskinan BerdasarkanBadan Pusat Statistik (BPS)
Musyawarah Kelurahan BerdasarkanPerubahan Data Daftar Penerima
Manfaat Pengganti Bantuan Raskin
12
Daftar penerima manfaat bantuan raskin yang diperoleh Kelurahan
dari Kecamatan sebelum dilaksanakan program raskin dimasyarakat pihak
Kelurhan memberikan data penerima manfaat kepada RT untuk melakukan
Verifikasi terhadap daftar penerima manfaat bantuan raskin tersebut.
Selain Kelurahan memerintahkan RT untuk melakukan verifikasi, RT juga
menerima kewenangan untuk melakukan usulan pengganti penerima
manfaat bantuan raskin jika terjadi ketidak sesuaian terhadap daftar
penerima manfaat setelah dilakukan verifikasi. Setelah melakukan usulan
pengganti penerima manfaat maka akan dilakukan musyawarah Kelurahan
atas perubahan penerima manfaat bantuan raskin di Kelurahan Sungai
Lekop.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk
mencapai tujuan, misalnya untuk menguji dengan menggunakan teknik
serta alat-alat tertentu, cara utama ini digunakan setelah penyelidikan
memperhitungkan kewajaran ditinjau dari segi tujuan penyelidikan serta
dari situasi penyelidikan (Winarno Surachmad,2002:120).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara atau alat utama yang digunakan dalam penelitian,
dimana cara atau alat tersebut mempunyai syarat yang mengikat,
mempunyai kecermatan yang optimal dan memperhatikan situasi dan
13
kondisi yang akan diteliti. Penulisan skripsi ini menggunakan metode
deskripsi kualitatif yang dapat diartikan sebagai proses investigative
didalam peneliti secara perlahan-lahan memaknai suatu fenomena sosial
dengan membedakan, membandingkan, menggandakan, mengkatalogkan,
mengklasifikasikan objek penelitian.
2. Fokus Penelitian
Analisis pemukhtahiran Daftar Penerima Manfaat (DPM) Bantuan
Beras Miskin (RASKIN), khususnya di Kelurahan Sungai Lekop
Kabupaten Bintan Kecamatan Bintan Timur.
3. Informan
Informan yaitu orang-orang yang memberikan data atau informasi
berupa kata-kata atau tindakan, serta mengetahui dan mengerti masalah
yang sedang diteliti. Fakta yang dibutuhkan meliputi katakata dan tindakan
informan yang memberikan data atau informasi tentang proses
pemutakhiran penerima manfaat bantuan raskin melalui proses wawancara
dan pengamatan. Informan utama dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 1.1Informan penelitian
No Nama Jumlah
1 Kelurahan Sungai Lekop 3 orang
2 Ketua RW (Rukun Warga) 2 orang
3 Ketua RT (Rukun Tetangga) 2 orang
4 Warga Sungai Lekop 5 orang
Total 12 orangSumber: Data Olahan Tahun 2014
14
4. Jenis dan Sumber Data
Proses mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adapun sebagai berikut:
a. Data primer
Yaitu data utama yang terjaring langsung dari responden, yang
berkaitan dengan realitas yang ada yaitu Analisis Kebijakan
Pemutakhiran Daftar Penerima Manfaat (DPM) Bantuan Beras Miskin
(RASKIN) di Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan Timur
Kabupaten Bintan pada Tahun 2014.
b. Data sekunder
Pada penelitian ini penulis dapatkan untuk memperkuat dan
mendukung data primer, dapat berupa dokumen-dokumen resmi raskin
Kelurahan Sungai Lekop petunjuk pelaksanaan dan dokumen hasil
musyawarah desa, dari buku, koran, jurnal dan situs internet yang berisi
tentang Pemutakhiran Daftar Penerima Manfaat (DPM) Bantuan Beras
Miskin (RASKIN).
5. Teknik Pengumpulan Data
Baik buruknya suatu penelitian, hasilnya tergantung dari teknik-
teknik pengumpulan datanya, pengumpulan data ilmiah untuk memperoleh
data penelitian, menggunakan teknik-teknik, prosedur, alat, kegiatan
variabel yang dapat diandalkan. Prosedur-prosedur pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
15
a. Wawancara
Melakukan face to-face interview (wawancara berhadap-
hadapan) dengan partisipan dan mewawancarai adalah untuk
mendapatkan data informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan
dalam arena penelitian dengan jalan mengungkap data yang masih
tersembunyi dan tidak dapat diungkap dengan menggunakan metode
kuisioner.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil, hukum, dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan yang dilakukan. Dengan demikian
sumber-sumber data tersebut digunakan sebagai literature dalam
penelitian yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Metode deskriptif kualitatif menuntut analisis data dilakukan terus
menerus selama melakukan penelitian. Oleh karena itu, disetiap langkah
dalam penelitian saling berhubungan. Penelitian ini menggunakan analisis
data yang terdiri dari 3 komponen, yaitu data reduction (reduksi data), data
display (penyajian data), dan verivicatian/ concluding drawing (penarikan
kesimpulan). Kemudian analisis dilakukan dengan menggabungkan ketiga
komponen tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut:
16
a. Data Reduktion (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, mengabstrakkan data
transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari lokasi
penelitian. Reduksi data ini merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat
ditarik kesimpulan sementara. Dengan reduksi data dapat
menyederhanakan data dan mentransformasikan dengan cara, misalnya
dengan menyeleksi data yang ketat, ringkasan atau menggolongkan
dalam pola yang lebih jelas.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan alur penting dalam kegiatan
penelitian. Membatasi suatu penyajian sebagai kumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan.
c. Verivicatian/ Concluding Drawing (Penarikan Kesimpulan)
Dalam penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan dilakukan
terus menerus selama penelitian belangsung, penarikan tersebut disebut
dengan penarikan kesimpulan sementara (tentative). Penelitian berusaha
menganalisis dan mencari makna dari data yang telah dikumpulkan,
taitu dengan berusaha mencari pola hubungan dan hal-hal yang timbul
dalam kesimpulan-kesimpulan sementara (tentative). Dengan
bertambahnya data melelui proses verivikasi secara terus menerus,
barulah ditarik kesimpulan yang bersifat mendasar (grounded), dengan
17
kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa dilakukan verifikasi
selama waktu penelitian.
G. Hasil Penelitian
1. Analisis pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan beras miskin di
Kelurahan Sungai Lekop Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.
Proses pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan beras miskin tidak
dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana program raskin dan aktor-aktor
yang berperan didalam berjalannya program bantuan raskin itu sendiri,
serta proses pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan raskin yang
dilakukan dengan tidak tetap sasaran serta masih ada daftar penerima
manfaat yang tidak dimutakhirkan.
2. Faktor yang menyebabkan diantaranya adalah musyawarah yang
dilaksanakan dengan tidak baik oleh pelaksana program raskin dan aktor –
aktor yang berperan dalam pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan
raskin, serta tidak adanya verifikasi kembali terhadap penerima manfaat
bantuan beras raskin oleh pihak Kelurahan itu sendiri.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan paparan
hasil analisa penelitian adalah musyawarah yang dilakukan oleh kelurahan
dalam proses pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan beras miskin
tidak dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana program raskin dan aktor-
aktor yang berperan didalam berjalannya program bantuan raskin itu sendiri,
18
serta proses pemutakhiran daftar penerima manfaat bantuan raskin yang
dilakukan dengan tidak tetap sasaran serta masih ada daftar penerima manfaat
yang tidak dimutakhirkan.
Penentapan penerima manfaat bantuan raskin tidak melihat berdasarkan
kriteria kemiskinan yang ada, sehingga penerima manfaat yang sudah
sejahtera, bekerja tetap dan berpenghasilan masih saja terdaftar sebagai
penerima manfaat bantuan raskin.
Bahwa usulan penerima manfaat pengganti RT turut mempengaruhi suatu
program meskipun dalam lingkup yang dilihat hanya dalam wilayah yang
kecil yakni dalam lingkungan RW, namun dapat mempengaruhi suatu
musyawarah yang ada di Kelurahan. Dalam hal ini pihak kelurahan tidak
melakukan peninjauan kembali terhadap penerima manfaat pengganti bantuan
raskin yang ada di setiap RT.
Kelurahan telah memberikan kewenangan dalam setiap usulan perubahan
penerima manfaat pengganti bantuan raskin namun RT yang berperan dalam
proses verifikasi penerima manfaat bantuan raskin tidak menjalakan dengan
baik sesuai kriteria kemiskinan dari BPS dalam penetapan penerima
pengganti yang ada dimasyarakat Kelurahan Sungai Lekop.
Proses pengesahan usulan penerima manfaat pengganti yang telah dilakukan
dengan musyawarah Kelurahan yang bersumber data usulan setiap RT
tentang pemuktakhiran daftar penerima manfaat bantuan raskin tanpa
meninjau kembali terhadap usulan pengganti. Maka pihak kelurahan yang
dikepalai oleh Lurah menandatangani hasil dari perubahan yang telah
19
disepakati didalam musyawarah kelurahan tanpa melihat kembali hasil dari
usulan perubahan daftar penerima manfaat bantuan raskin tersebut.
I. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan kesimpulan
diatas adalah sebagai berikut :
1. Kepada seluruh pegawai Kantor Kelurahan agar melakuakan pemutakhiran
terhadap penerima manfaat bantuan raskin agar lebih baik dan melihat
peninjauan kembali terhadap usulan daftar penerima manfaat pengganti
dalam pelaksanaan pemutakhiran rumah tangga sasaran penerima manfaat
bantuan raskin.
2. Kepada pelaksana verifikasi daftar penerima manfaat bantuan raskin agar
dalam melakukan usulan penerima manfaat pengganti bantuan raskin lebih
melihat pedoman raskin dan kriteria kemiskinan berdasarkan badan pusat
statistik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Abdul Wahab, Solichin. 2014. Analisis Kebijakan. Bumi Aksara: Jakarta.
Ali, Faried dan Andi Syamsu Alam. 2012. Studi Kebijakan Pemerintah.Refika Aditama: Bandung.
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik Jilid I dan II. Yayasan Fakultas PsikologiUGM: Yogyakarta.
Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmi Pemerintahan, Refika Aditama:Bandung.
KBBI, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia.WidiaKarya: Semarang.
Labolo, Muhadam. 2011. Memahami Ilmu Pemerintahan:Suatu Kajian,Teori, Konsep, dan Pengembangannya. Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Milles, Mattew B, A. Michael Huberman. 1992. Analsis Data Kualitatif. UIPress: Jakarta.
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, danEvaluasi. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
2009. Publik policy. Elex/Gramedia: Jakarta.
2014. Kebijakan Sosial untuk Negara Berkembang.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sitepu, Anwar, dkk. 2014. Evaluasi Implementasi Kebijakan Raskin 2014.Puslitbangkesos kementrian sosial RI. Jakarta.
Suharto, Edi, Ph.D.2010. Analisa Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta:Bandung.
____________. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia.Alfabeta: Bandung.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana: Jakarta.
Surachmad, Winarno. 2002. Metode Penelitian Sosial. Gunung Agung:Jakarta.
Wahab, Solichin Abdul. 2010. Analisis Kebijakan dari FormulaKeimplementasian Kebijakan Negara. Bumi Aksara: Jakarta.
Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses KebijakanPublik. Media Pressindo:Yogyakarta.
2012. Kebijakan Publik. C A P S: Yogyakarta.
B. Dokumen
Pedoman Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2014).
Provinsi Kepulauan Riau, Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendistribusian Beras Miskin Nomor 4 Tahun 2014.
C. Internet
http://www.bulog.co.id/sekilasRaskin_v2.php (22 Januari 2015).
http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0701/11/221046.htm (22 Januari2015).
file:///I:/MATERI%20KEMISKINAN/keberhasilan-implementasi-program_7854.html (23 Januari 2015).
http://www.cnnindonesia.com/ (21 Mei 2015)