analisis pemulihan trauma psikologis anak …digilib.unila.ac.id/26527/3/skripsi tanpa bab...

67
ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN BERDASARKAN UU NO 31 TAHUN 2014 Skripsi Oleh TARIA SUSANDHY FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: hoangkhanh

Post on 16-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS

ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN

BERDASARKAN UU NO 31 TAHUN 2014

Skripsi

Oleh

TARIA SUSANDHY

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

ABSTRAK

ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS

ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN

BERDASARKAN UU NO 31 TAHUN 2014

Oleh

TARIA SUSANDHY

Tindak pidana perkosaan merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap

perempuan yang merupakan contoh kerentanan posisi perempuan itu sendiri,

utamanya terhadap kepentingan seksual laki-laki. Dalam tindak pidana ini yang

menjadi korban adalah anak, perlindungan hukum terhadap anak dapat juga diartikan

sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, dan

memberdayakan anak yang mengalami tindak kekerasan seksual, agar dapat

menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar. Anak korban

yang mengalami tindak pidana perkosaan pasti mengalami trauma psikologis. Akibat

dari adanya trauma tersebut harusnya setiap anak yang menjadi korban tindak pidana

perkosaan wajib diberikan bantuan medis, bantuan rehabilitasi psikososial dan

psikologis sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014. Berdasarkan latar

belakang masalah di atas maka penulis mengangkat permasalahan bagaimanakah

pelaksanaan pemulihan trauma psikologis anak sebagai korban tindak pidana perkosaan

dan apakah factor penghambat dari pelaksanaan pemulihan trauma psikologis anak

sebagai korban tindak pidana perkosaan berdasarkan UU No. 31 Tahun 2014.

Pendekatan masalah yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan

bersifat Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Metode yang digunakan penulis

antara lain dengan cara studi pustaka serta wawancara. Pengolahan data dilakukan

dengan cara seleksi data, klasifikasi data, dan sistematisasi data. Kemudian sistem

analisis yang digunakan ialah analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pemulihan trauma psikologis anak sebagai korban tindak pidana perkosaan telah diatur

dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 mewajibkan setiap korban kekerasan

seksual salah satunya tindak pidana perkosaan diberikan bantuan medis, bantuan

rehabilitasi psikososial dan psikologis. Ini merupakan satu kesatuan yang kompleks,

Page 3: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

Taria Susandhy

dimana ketiganya saling berkaitan dan tidak bisa diberikan secara terpisah.

Pelaksanaan pemulihan dilakukan dengan diawali oleh penerimaan, dimana korban

merupakan rujukan dari kepolisian, LSM/ORSOS, Instansi, atau Masyarakat kepada

Dinas Sosial Provinsi Lampung. Selanjutnya korban mendapatkan kegiatan intervensi

yang mencakup konseling, bimbingan sosial, trauma healing, dan pendampingan.

Tetapi, hal ini tidak dilakukan secara merata dan menyeluruh didapat oleh seluruh

korban karena ada beberapa aspek yang membuat pelaksanaan tersebut belum bisa

berjalan sepenuhnya. Faktor yang menjadi penghambat adalah Faktor Sarana dan

Fasilitas yang mendukung, kurangnya ketersediaan lembaga seperti rumah

perlindungan trauma centre (RPTC) di setiap kabupaten atau kota, serta kurangnya

tenaga ahli membuat pelaksanaan pemulihanannya masih belum maksimal. Faktor

Masyarakat seperti peran lingkungan sekitarnya tentang perlakuan terhadap korban

sangat berpengaruh untuk psikologi korban. Faktor Budaya yang merupakan konsep

moralitas dan aib, dimana perkosaan merupakan hal yang sangat sensitive yang

menyangkut tidak hanya korban namun tentang keluarga dan masyarakat.

Saran dalam penelitian ini adalah dalam melaksanaan pemulihan trauma psikologis

anak diharapkan Kepada Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC) agar ada di

setiap kabupaten atau kota serta kepada LSM Lada, Dinas Sosial atau Lembaga

Pemerintahan lain seperti P2TP2A untuk dapat mensosialisasikan kepada masyarakat

khususnya di wilayah-wilayah yang rentan terjadi tindak pidana perkosaan bahwa

adanya suatu Lembaga yang dapat memberikan pemulihan bagi korban. Masyarakat

diharapkan ketika mengetahui adanya anak yang menjadi korban suatu tindak pidana

perkosaan untuk segera melaporkan kepada pihak yang berwajib agar anak korban

segera mendapatkan bantuan medis, bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.

Kata kunci: Pemulihan, Trauma Psikologis, Perkosaan.

Page 4: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

ABSTRACT

AN ANALYSIS ON PSYCHOLOGICAL TRAUMA RECOVERY

OF CHILDREN AS RAPE VICTIMS BASED ON LAW NO 31/2014

By

TARIA SUSANDHY

The crime of rape is one of violence against women which becomes the vulnerability

of women's position itself, mainly to male sexual interest. In this criminal act, the

victims are the children, the legal protection of the children can be interpreted as any

effort aimed at preventing, rehabilitating and empowering children who are

experiencing sexual violence, in order to ensure the survival and the growth of the

child naturally. The children who became the victims of the crime of rape got the

psychological trauma. As a result of this trauma, every child who becomes a victim of

rape should be given medical aid, psychosocial and psychological rehabilitation

assistance based on Law Number 31/2014 about the Witness and Victim Protection.

Based on the background problem above, the researcher raised the problem of how

the implementation and the inhibiting factor of trauma recovery of the children

psychological as the victims of the crime of rape based on Law No. 31/2014.

In this research, the researcher used Juridical Normative and Juridical Empirical. The

researcher used the methods of literature study and interview. The data processing is

done by selection, classification, and systematization the data. Then the analysis

system used qualitative analysis.

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the

enforcement of the trauma recovery of children psychological as victims of the crime

of rape has been regulated in Law No. 31/2014, it obliges every victim of sexual

violence and the crime of rape can be giventhe medical aid, the psychosocial and

psychological rehabilitation. This is a complex entity, which is the three of them are

interrelated and can not be separated. The implementation of recovery is initiated by

acceptance, where the victim is a referral from the police, LSM/ORSOS, Institution,

or the community of Social Office of Lampung Province. The victim then gets the

intervention activities that include counseling, social counseling, trauma healing,

Page 5: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

Taria Susandhy

andmentoring. However, this is not done equally and comprehensively to all

victimsbecause there are several aspects that make the implementation can not run

fully. The inhibiting factors are Means and Facilities factors, the lack of availability

of institutions such as rumah perlindungan trauma centre (RPTC) in every district or

city, and the lack of experts to make the implementation of its recovery is still not

maximized. The community factor such as the surrounding environment about the

treatment of victims is very influential for the psychologycal of the victim. The

cultural factor is the concept of morality and disgrace, where the rape is a very

sensitive thing which is not only for the victim but also the family and society.

The suggestion in this research is the implementation of trauma recovery of the

children psychological is expected Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC) to

exist in every district or city and LSM Lada, Social Office or the other Government

Institution like P2TP2Aare to be able to socialize to society specially in a vulnerable

region of the crime of rape. Hence, there is the existence of an institution that can

provide the recovery for the victims. The community is expected, when they know

the existence of a child who is being a victim of the crime of rape, they canreport to

the authorities immediately, so that the child who becomes the victim get the

immediate medical assistance, psychosocial and psychological rehabilitation

assistance.

Keywords: Recovery, Psychological Trauma, Rape.

Page 6: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS

ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN

BERDASARKAN UU NO 31 TAHUN 2014

Oleh

TARIA SUSANDHY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 7: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja
Page 8: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja
Page 9: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Taria Susandhy penulis

dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 17 Juli 1995. Penulis

merupakan anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara. Penulis

merupakan anak dari pasangan Bapak Satria Alam dan Ibu

Zahra.

Penulis mengawali pendidikan formal pertama kali pada Taman Kanak-Kanak

Bhayangkari Yogyakarta diselesaikan pada tahun 2001, lalu melanjutkan Sekolah

Dasar Islam Ibnu Rusyd Kotabumi dan Sekolah Dasar Negri 4 Tanjung Aman

Kotabumi diselesaikan pada tahun 2007, lalu melanjutkan Sekolah Menengah

Pertama Negeri 7 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2010, dan dilanjutkan

Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013.

Selanjutnya pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2016 penulis mengikuti program

pengabdian kepada masyarakat, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Pungkut, Kecamatan Pungkut, Kabupaten Tanggamus selama 60 hari.

Page 10: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

MOTO

“SEBUAH TANTANGAN AKAN SELALU MENJADI BEBAN, JIKA ITU

HANYA DI PIKIRKAN.

SEBUAH CITA-CITA JUGA ADALAH BEBAN, JIKA ITU HANYA ANGAN-

ANGAN. ”

“DO THE BEST AND PRAY.

GOD WILL TAKE CARE OF THE REST.”

Page 11: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

PERSEMBAHAN

Dengan Segala Kerendahan Hati dan Rasa Syukur Kupersembahkan Karya

Kecilku ini Kepada :

Keluargaku

Satria Alam (Ayah) & Zahra (Ibu)

Puset M. Apanreza Vitaly & Radya Yoga Utami

Terimakasih Untuk Seluruh Kasih Sayang dan Semua Rasa Kepercayaan

Sehingga Membuat Diriku Menjadi Orang yang Berani dan Jujur Sehingga

Menjadi Orang yang Sukses

Kepada Sahabat

Terima Kasih Telah Memberikan Dorongan, Semangat, dan Kasih Sayang Sampai

Diriku Menjadi Pribadi yang Sukses

Kepada Calon Imamku Kelak

Terima Kasih Selalu Memberikan Motivasi dan Kasih Sayang yang Membuat Ku

Yakin Untuk Terus Berkarya dan Melaju Ke Arah yang Lebih Baik

Serta

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Page 12: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

SANWACANA

Alhamdulillahirrobil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas

limpahan berkah, rahmat dan hidayahnya dari Allah SWT Tuhan Semesta Alam

Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pemulihan Trauma

Psikologis Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan UU

No. 31 Tahun 2014” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis Menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritiknya yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan

skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai

pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada

kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih

yang sebesar-besarnya terhadap:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Pidana dan

selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya,

Page 13: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

memberikan arahan, masukan, nasihat dan perhatian nya selama proses

penyelesaian skripsi.

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H. sebagai Sekertaris Bagian Hukum

Pidana dan Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya,

memberikan arahan, masukan, nasihat dan perhatian nya selama proses

penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, kritik maupun saran

bagi penulis sehingga menjadikan penulis menjadi lebih baik.

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah

memberikan waktunya disela-sela kesibukannya untuk selalu memotivasi

dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Saleh, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis dan mendengar keluh kesah selama ini

dalam perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum khususnya pada Bagian Minat Pidana, Ibu

Diah, Ibu Emil, Ibu Erna dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang telah mambantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu Aswati, Mba Sri, Bude Siti, Pade Narto dan seluruh staff dan

karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung atas pengajaran,

pelayanan dan bantuan yang telah diberikan.

9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja Sosial dan Ibu Fachrihah Noor Laila, S.Pg.

selaku Psikolog di Rumah Perlindungan Trauma Centre Provinsi

Lampung, Bapak Turaihan Aldi selaku Direktur Lembaga Advokasi Anak

Page 14: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

Provinsi Lampung, Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H selaku Dosen Bagian

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah sangat

membantu dalam mendapatkan data yang diperlukan untuk penulisan

skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan bantuannya.

10. Teristimewa untuk kedua Orang tuaku: Ayahanda Satria Alam, S.E., M.Si.

dan Ibunda Dra. Zahra, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang,

doa, semangat dan dukungan selama ini. Terimakasih atas segalanya

semoga Awi dapat membahagiakan, membanggakan, dan menjadi anak

yang berbakti untuk Papa dan Mama.

11. Kakak-adikku: M. Apan Reza Vitaly dan Radya Yoga Utami terima kasih

untuk doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Semoga kelak kita

dapat menjadi orang sukses yang akan membanggakan untuk orangtua.

12. Teman seperjuangan yang membuat masa perkuliahan menjadi penuh

sukacita: Yosela Etiayani Nalamba, S.H., Shintya Robiatul Adawiyah,

S.H., Sandy Rismayana, S.H., Tia Nurhawa, S.H., Suci Hawa, S.H., Vizay

Guntoro, S.H., dan tak lupa pula untuk Ibu Polwan Cantique Venna

Derinda Sari, S.H., yang selalu ada dan mendengar keluh kesahku selama

ini dalam proses penulisan maupun kehidupan, terima kasih atas waktu,

bantuan, semangat, dan dukungannya selama ini.

13. Sahabatku tersayang yang susah untuk ngumpul bareng: Adinda Akhsanal

Viqria, S.H., Nabila Casogi Adryana, S. Ked., Ratu Desma Wina Putri

Asri, Amd. P.i., Sintya Sartika, Amd., yang selalu setia mendengar keluh

kesah dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 15: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

14. Snap-py Happy: Nadia Maudyna Eldarini, S. IP., Mesfi Vidimarsella, S.E.,

Ayu Luthfiah Putri, S.E., Elsa Yuni Hercia, S.E., Yara Nurintan, S. AB.,

Sophi Rahma Uma, S. Pd., Intan Chairanissa Lubis, S. AB., yang telah

menghibur, mendoakan dan memberi semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

15. Teman-teman Pejuang Skripsi dan Grup Kelas Akhir di Fakultas Hukum

Universitas Lampung: Zulita, Verdinan, Desmita, Ria, Kiki, Dwi, Opi,

Sinta, Mae, Vina, Rey, Syuhada, Kak Rian, Olan, Desi, Wanda, Ute, Vera,

serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih

atas waktu dan semangat, keceriaan yang telah diberikan selama ini.

16. Teman-teman KKN desa Pungkut: Sasa, Balqis, Arafat, Kak Ius, Kak

Suef, Kak Abdi, terimakasih untuk kebersamaan selama dua bulan, serta

dukungan dan Doanya selama ini.

17. Teman Main Bareng Sejak Dini Sampai Sebesar ini: Ajeng, Gia, Uti Iga,

Dina, Atu Sela, Wina, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

18. Sahabatku sejak dibangku SMA: Nadia Maudyna Eldarini, S. IP.,

terimakasih untuk kebersamaan dan menjadi sahabat terbaik selama 7

tahun ini, semoga kita tetap bisa seperti ini sampai tua sampai punya cucu

dan cicit bersama. Love you!

19. My Best Partner, Arizal Gusti Adi Putra, seseorang yang namanya selalu

kuselipkan di dalam doa. Terima kasih atas kebaikan, kesabaran,

perhatian, kasih sayang, dan dukungan dalam bentuk apapun, selama ini.

20. Seluruh teman-teman Angkatan 2013 terutama Bagian Pidana atas

dukungan, kepercayaan dan semangat yang telah diberikan.

Page 16: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

21. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan banyak

kenangan, banyak ilmu, banyak teman dan banyak sahabat sampai aku

menjadi seseorang yang berguna bagi almamaterku dan bangsaku.

22. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan

ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung

Penulis

Taria Susandhy

Page 17: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ----------------------------------------------------------- 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ------------------------------------------------ 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ------------------------------------------------- 10

D. Kerangka Teori dan Konseptual -------------------------------------------------- 11

E. Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------- 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Anak -------------------------------------------------- 18

B. Tindak Pidana Perkosaan --------------------------------------------------------- 20

C. Trauma Psikologis ----------------------------------------------------------------- 26

D. Perlindungan Anak Korban Perkosaan ----------------------------------------- 29

E. Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban ------------------------------------------------- 35

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ---------------------------------------------------------------- 38

B. Sumber Data ------------------------------------------------------------------------- 39

C. Penentuan Narasumber ------------------------------------------------------------- 41

D. Metode Pengumupulan Dan Pengolahan Data --------------------------------- 42

E. Analisis Data ------------------------------------------------------------------------ 43

Page 18: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pemulihan Trauma Psikologis Anak Sebagai Korban

Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan Undang-Undang

No. 31 Tahun 2014 ---------------------------------------------------------------- 44

B. Faktor Penghambat Dari Pelaksanaan Pemulihan Trauma Psikologis

Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan

Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 ------------------------------------------- 64

V. PENUTUP

A. Simpulan ----------------------------------------------------------------------------- 73

B. Saran --------------------------------------------------------------------------------- 74

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana pada dasarnya dapat terjadi di manapun dan oleh siapapun. Tanpa

pandang bulu, tindak pidana dapat pula terjadi kepada anak dan orang dewasa

sekali pun. Di Indonesia, anak merupakan penerus cita-cita perjuangan suatu

bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara

yang akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran

strategis, mempunyai ciri atau sifat khusus memerlukan pembinaan dan

perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.1

Pembinaan terhadap anak seharusnya diberikan sejak dini, menurut Maidin

Gultom anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial.

Terlebih lagi bahwa masa kanak-kanak merupakan periode pembentukan watak,

kepribadian dan karakter diri seorang manusia, agar kehidupan mereka memiliki

kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar dalam meniti kehidupan.2

1 Mohammad Taufik Makarao, dkk, Hukum Perlindungan Anak Dan Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, PT. Rinika Cipta, Jakarta: 2013, hlm. 1. 2 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di

Indonesia, Refika Aditama: Bandung, 2008, hlm, 1.

Page 20: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

2

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak

yang masih di dalam kandungan.3 Anak memang merupakan manusia yang paling

lemah. Pada umumnya anak sangat tergantung pada orang dewasa, sangat rentan

dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa. Secara psikologis

seorang anak dapat dikatakan masih labil karena dianggap belum mampu

membuat keputusan untuk dirinya sendiri.

Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki orang dewasa

yaitu hak asasi manusia (HAM). Hak asasi manusia (HAM) pada dasarnya

merupakan hak yang dimiliki oleh manusia itu sendiri yang diperoleh sejak ia lahir

ke dunia yang tidak dapat di ganggu gugat oleh siapapun. Oleh karena itu hak ini

perlu dihargai dengan baik. Indonesia sebagai Negara hukum turut menjunjung

tinggi hak yang dimiliki manusia sejak lahir tersebut sebagaimana tercermin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

HAM yang seharusnya dihargai dan dijunjung tinggi itu pada kenyataannya belum

demikian. Seperti kita lihat saat ini banyak HAM yang dilanggar, salah satunya

terjadi kepada anak. Dalam kenyataan yang dihadapi sekarang, persoalan anak

sudah sangat mengkhawatirkan dan memilukan. Anak yang seharusnya

dilindungi, dibina, dan dirawat malah mendapatkan perlakuan buruk seperti

dijadikan sebagai objek pemuas nafsu biologis orang dewasa.

Fenomena seperti ini hampir setiap hari ditemui di berbagai media massa, baik

media cetak maupun media elektronik. Hal ini perlu mendapatkan perhatian

khusus, karena mengingat begitu besarnya dampak yang akan diderita oleh anak

3 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 21: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

3

sebagai korban perkosaan, baik secara fisik maupun secara psikologis yang akan

mempengaruhi seluruh kehidupan anak di masa-masa selanjutnya.

Berbagai negara dan tempat di negeri ini anak-anak justru mengalami perlakuan

yang tidak semestinya ia dapatkan, seperti eksploitasi anak, kekerasan terhadap

anak, dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak, ditelantarkan, menjadi anak

jalanan, dll.4 Seiring dengan berkembangnya zaman maka semakin beragam pula

tindak pidana yang berkembang dalam masyarakat. Di antara salah satunya yang

paling sering terjadi adalah tindak pidana yang bertentangan dengan norma

kesusilaan.

Jenis tindak pidana ini jika kita lihat ke belakang, sudah ada sejak zaman dahulu

kala atau dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang mana akan

selalu ada dan berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak berbeda jauh

dengan sebelumnya. Tindak pidana yang berkaitan dengan kesusilaan yang paling

banyak terjadi adalah tindak pidana kekerasan seksual, salah satunya tindak pidana

perkosaan.

Tindak pidana ini merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan

yang merupakan contoh kerentanan posisi perempuan itu sendiri, utamanya

terhadap kepentingan seksual laki-laki. Perempuan yang selalu ditempatkan

menjadi objek seksual laki-laki nyatanya berimplikasi jauh pada kehidupannya,

sehingga dia terpaksa harus selalu menghadapi kekerasan, pemaksaan, dan

penyiksaan secara fisik serta psikologi.

Tindak pidana perkosaan tidak hanya terjadi dikota-kota besar saja yang kesadaran

dan pengetahuan hukumnya relatif maju, tetapi juga terjadi di kota-kota kecil atau

4 Triyanto, Negara Hukum dan HAM, Ombak, Yogyakarta, 2013, hlm. 160.

Page 22: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

4

pedesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi dan adat istiadat. Dalam tindak

pidana ini yang menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak, mengingat

bangsa indonesia memandang perempuan dan anak sebagai makhluk yang lemah,

oleh karena itu perlu adanya suatu perlindungan bagi korban tindak pidana

perkosaan.

Salah satu contoh tindak pidana perkosaan yang korbannya adalah anak, Sri

Handayani yang berumur 15 tahun merupakan rujukan dari Pusat Pelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Tanggamus kepada

Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC) provinsi Lampung. Sri Handayani

merupakan korban asusila yang dilakukan oleh kakak iparnya. Persetubuhan ini

berlangsung sebanyak 3 kali.5

Kejadian Pertama korban diajak oleh pelaku untuk menangkap ayam yang

berkeliaran di sekeliling rumah pelaku. Setelah selesai, pelaku mengajak

menangkap ayam lagi di sebuah kamar, setelah di dalam kamar korban diajak

untuk bersetubuh, namun menolak, dengan itu pelaku mengancam akan

meninggalkan korban sendirian dirumah, oleh sebab itu korban pun mau karena

takut di tinggal sendirian.

Kejadian kedua terjadi dalam keadaan rumah yang sepi karena ibu korban sedang

ke kebun dan hanya ada korban, pelaku, dan anak pelaku saja (umur 5th) dan

akhirnya pelaku menyuruh anaknya untuk bermain keluar, di saat itulah pelaku

menyetubuhi korban lagi dengan cara mengancam agar membeberkan kepada

orang tua korban bahwa mereka pernah bersetubuh sebelumnya.

5 Sumber Data Dinas Sosial Provinsi Lampung Tahun 2016

Page 23: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

5

Kejadian ketiga terjadi dengan cara yang sama seperti persetubuhan kedua dan

selalu menakut-nakuti korban dan apabila orang tua tahu hal ini, maka korban

akan di marahi oleh orang tua korban. Korban tidak berani menceritakan kejadian

tersebut dikarenakan di ancam oleh pelaku dan akhirnya korban pun takut dan

tetap merahasiakannya dari keluarga.

Keluarga korban khususnya ibu dari korban akhirnya mengetahui karena melihat

perut anaknya yang semakin lama semakin membesar. Setelah ibu korban

mengetahui siapa pelakunya dan langsung menceritakannya kepada suaminya.

Sejak saat itu pelaku dilaporkan ke Polres Tanggamus kemudian pelaku berhasil

ditangkap dan dihukum. Kemudian korban di rujuk ke RPTC Lampung.

Undang-Undang Nomor 31 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pasal 6 ayat

(1) menyatakan bahwa korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban

tindak pidana terorisme, korban tindak pidana perdagangan orang, korban tindak

pidana penyiksaan, korban tindak pidana kekerasan seksual, dan korban

penganiayaan berat, selain berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, juga

berhak mendapatkan:

a. Bantuan medis; dan

b. Bantuan rehabilitasi psikologis dan psikososial.

Korban adalah orang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian

ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana, sedangkan anak adalah

generasi penerus bangsa yang sepatutnya harus dijaga, dilindungi, dan harus

dijamin kesejahteraannya. Sesuai dengan alinea ke empat dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 bahwa melindungi segenap bangsa dan tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia, maka seharusnya seorang anak harus

mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kejahatan.

Page 24: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

6

Perlindungan yang dimaksud adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian

bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban yang wajib

dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2014. Dalam melakukan perlindungan hak anak, tidak

banyak pihak yang turut memikirkan dan melakukan langkah-langkah konkret.

Perlindungan anak Indonesia berarti melindungi potensi sumber daya manusia dan

mambangun manusia yang seutuhnya.

Perlindungan anak dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat

melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak

secara baik. Hal ini merupakan perwujudan dari adanya keadilan dalam suatu

masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusaahakan dalam berbagai

bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Usaha perlindungan anak tidak

boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreatifitas, dan hal-hal lain yang

menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak terkendali,

sehingga anak tidak memiliki kemampuan dan kemauan menggunakan hak-

haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk

mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak

perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan pelantaran, agar dapat menjamin

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar.6 Beberapa tahun

terakhir kejahatan terhadap orang dewasa dan anak-anak semakin meningkat.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang, kejahatan

yang kerap terjadi tidak hanya menyangkut kejahatan terhadap nyawa dan harta

6 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di

Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2006. hlm. 35

Page 25: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

7

benda lagi, akan tetapi kejahatan terhadap kesusilaan khususnya tindak pidana

perkosaan.

Melihat maraknya pemberitaan di media masa ini kebanyakan lebih memfokuskan

ketika ada tindak pidana yang korbannya anak, contohnya kekerasan seksual,

masyarakat menuntut pihak yang berwenang agar dapat menghukum pelaku

seberat-beratnya untuk memberikan efek jera.7 Bahkan sekarang ramai

diperbincangkan hukuman kebiri bagi pelaku, sebenarnya hal yang sangat penting

yang harus dilakukan adalah bagaimana memulihkan trauma korban dari pada

hanya sekedar fokus mengkebiri dan menghukum berat pelaku.8

Sebab itu menjadi anggapan bahwa ketika si pelaku ini di hukum berat maka sudah

cukup untuk kepuasan bagi si korban. Padahal faktanya tidak demikian. Bagaimana

korban bisa melanjutkan hidupnya dengan keadaannya yang seperti itu sedangkan

hal yang paling privasi dari dirinya telah direnggut oleh orang lain maka itu tidak

akan pernah kembali. Korban tindak pidana perkosaan sangat perlu diberikan

perhatian dan dipulihkan traumanya apalagi menyangkut tentang anak.

Setiap pihak korban akan merasakan dampak negatif berupa kerugian dan/atau

penderitaan akibat tindak pidana yang menimpanya. Pada tindak pidana perkosaan

dalam hal persetubuhan menurut Iswanto dan Angkasa, korban mendapatkan

dampak negatif, seperti: luka fisik, kerugian materi, kerugian sosial dan

psikologis.9 Dampak dari tindak pidana perkosaan yang dialami menimbulkan

7 Rika Nova, Menghukum Berat Pelaku, Cukupkah? http://www.rikanova.com/2014/04/apakah-

hukuman-berat-bagi-pelaku.html diakses pada tanggal 2 November 2016, pukul 23.00 WIB. 8 Pemerkosa Harus Dihukum Berat, http://www.republika.co.id/berita/koran/fokus-

publik/16/05/20/o7gx076-fokus-publik-pemerkosa-harus-dihukum-berat diakses pada tanggal 2

November 2016, pukul 23.03 WIB. 9 Iswanto dan Angkasa, Viktimologi, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, 2011, hlm. 19.

Page 26: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

8

beberapa efek, diantaranya depresi, gangguan stres pascatrauma, kegelisahan,

kecenderungan untuk menjadi korban lebih lanjut pada masa dewasa, dan akan

menyebabkan anak mengalami trauma yang berkepanjangan.10

Trauma tersebut

dapat membahayakan bagi tumbuh kembang anak sehingga anak tidak akan dapat

tumbuh dan berkembang secara wajar.

Peran masyarakat baik itu melalui lembaga perlindungan anak, lembaga

keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyrakatan, organisasi

sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan dalam melakukan

pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, sangat diperlukan. Namun

pada kenyataannya, masih banyak anak yang dilanggar haknya, tanpa ia dapat

melindungi dirinya, dan tanpa perlindungan yang memadai dari keluarganya,

masyarakat, dan pemerintah. Salah satu bentuk tindak pidana yang akhir-akhir ini

marak terjadi dimasyarakat yakni kekerasan seksual terhadap anak.

Anak korban yang mengalami tindak pidana perkosaan pasti mengalami trauma

psikologis. Akibat dari adanya trauma tersebut harusnya setiap anak yang menjadi

korban tindak pidana perkosaan wajib diberikan rehabilitasi psikologis dan

psikososial sesuai dengan undang-undang yang telah mengaturnya. Berdasarkan

prasurvei lembaga yang memberikan pemulihan atau rehabilitasi psikologis dan

psikososialnya untuk di Provinsi Lampung sudah ada, namun belum jelas apakah

upaya-upaya tersebut sudah dilaksanakan dengan baik atau belum.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dan mengangkatnya dalam bentuk skripsi yang berjudul

10

Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak,

https://loveindonesiachildren.wordpress.com/2016/06/23/25458/ di akses pada tanggal 19 Oktober 2016, pukul 19.49 WIB.

Page 27: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

9

“Analisis Pemulihan Trauma Psikologis Anak Sebagai Korban Tindak

Pidana Perkosaan Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2014.”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pelaksanaan pemulihan trauma psikologis anak sebagai

korban tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang-Undang No. 31

Tahun 2014?

b. Apakah faktor penghambat dari pelaksanaan pemulihan trauma psikologis

anak sebagai korban tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang-

Undang No. 31 Tahun 2014?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi substansi penelitian mengenai

analisis pemulihan trauma psikologis anak sebagai korban tindak pidana

perkosaan berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2014, yang merupakan

ruang lingkup kajian hukum pidana (studi kasus di Rumah Perlindungan Trauma

Centre (RPTC) Provinsi Lampung). Penelitian dilaksanakan pada tahun

2016/2017.

Page 28: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemulihan trauma psikologis anak sebagai

korban tindak pidana perkosaan berdasarkan undang-undang No. 31

Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dari pemulihan trauma psikologis

anak sebagai korban tindak pidana perkosaan berdasarkan undang-undang

No. 31 Tahun 2014.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapat pengetahuan dalam

pengkajian ilmu hukum mengenai perlindungan anak korban perkosaan serta

mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah, daya nalar, dan acuan yang

sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki pleh penulis.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

penambahan wawasan pengetahuan bagi penulis dan bahan tambahan

kepustakaan atau bahan informasi bagi segenap pihak yang memerlukan.

Page 29: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

11

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan,

asas, keterangan sebagai sesuatu yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan

pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan. Pada umumnya

teori bersumber dari undang-undang, buku atau karya tulis bidang ilmu dan

laporan penelitian.11

Perlindungan saksi dan korban yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2014 khususnya hak korban diantaranya adalah mendapatkan pemulihan

trauma psikologis. Dalam Pasal 6 menyebutkan bahwa:

1. Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat, Korban tindak pidana

terorisme, Korban tindak pidana perdagangan orang, Korban tindak pidana

penyiksaan, Korban tindak pidana kekerasan seksual, dan Korban

penganiayaan berat, selain berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, juga

berhak mendapatkan:

a. bantuan medis; dan

b. bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.

2. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan

Keputusan LPSK.

Korban tindak pidana kekerasan seksual tersebut salah satunya adalah tindak pidana

perkosaan. Tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap

anak banyak menimbulkan kerugian bagi anak korban. Mengapa demikian, karena

ketika seorang anak yang menjadi korban suatu tindak pidana apalagi tindak pidana

perkosaan maka akan membuat kenangan buruk yang susah untuk dilupakan.

Kenangan buruk seperti itu dapat dikatakan sebagai trauma.

11

Abdulkdir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT.Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2004,

hlm. 73.

Page 30: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

12

Trauma merupakan salah satu bagian dari gangguan kecemasan. Masalah yang

berkaitan dengan kecemasan dan depresi lebih umum terjadi kepada

wanita/perempuan. Kondisi stres personal yang diakibatkan oleh gangguan

emosi, seperti kecemasan, ketakutan, atau depresi dapat dianggap abnormal,

terkadang merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu. Perasaan

tersebut jika itu sangat intens dapat merusak kemampuan individu untuk berfungsi

kembali.12

Trauma didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang melibatkan individu yang

ditunjukkan dengan suatu insiden atau pengalaman buruk yang

memungkinkannya terluka sehingga muncul perasaan takut terulang dan perasaan

putus asa. Keadaan-keadaan seperti itu tentu saja membuat anak menjadi tidak

nyaman. Oleh karena itu pentingnya korban tindak pidana kekerasan seksual salah

satunya adalah tindak pidana perkosaan diberikan bantuan medis dan bantuan

rehabilitasi psikologis dan psikososialnya.

Bantuan medis ini seperti ketika muncul luka, lebam, atau suatu penyakit harus

disembuhkan. Dan bantuan rehabilitasi atau pemulihan terhadap psikologi dan

psikososialnya pun harus secara bertahap dan intens diberikan kepada anak yang

menjadi korban. Agar tumbuh kembangnya baik dan dapat melanjutkan hidupnya

lebih baik lagi.

12

Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene. Psikologi Abnormal. Jakarta,

Erlangga, 2005, hlm. 6-7.

Page 31: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

13

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan

perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:13

1. Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan

konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak

sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan

secara normatif. Kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum

merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan tidak

bertentangan dengan hukum.

2. Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah

mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka

penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan

kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3. Faktor sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang

memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan

penegak hukum tidak mungkin menjalankanperan semestinya.

13

Soerjono Soekanto, Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Rineka

Cipta, 1986, hlm.8-10.

Page 32: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

14

4. Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan

penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan

bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran

hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum

yang baik.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.

Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan

nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum,

semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan

dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah

menegakannya.

2. Konseptual

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan

dalam melaksanakan penelitian. Sumber Konsep adalah undang-undang,

buku/karya tulis, laporan penelitian, ensiklopedia, kamus, dan fakta/peristiwa.

Konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis adalah upaya untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan

prosedur ilmiah dan melalui pengujian sehingga hasil analisis dapat

diterima sebagai suatu kebenaran atau penyelesaian masalah14

.

b. Pemulihan adalah mengembalikan sesuatu sehingga menjadi seperti

asalnya. Berarti juga memperbaiki, memperbarui, mengembalikan kepada

14

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2005, hlm. 54

Page 33: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

15

keadaan atau kegunaan semula. Jadi, apa saja yang sudah hilang, salah

penempatan atau tercuri, sekarang ini dikembalikan kepada kondisi

semula.

c. Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat

dari peristiwa traumatik. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan

stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di

dalam otak dan kimia otak, yang mengubah respon seseorang terhadap

stres masa depan.15

d. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun

termasuk anak yang masih di dalam kandungan.16

e. Korban adalah orang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau

kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.17

f. Tindak Pidana Perkosaan adalah suatu kejadian yang mengandung unsur-

usur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, sehingga siapa yang

menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanski pidana (hukuman).18

g. Perlindungan adalah segala upaya pemberian bantuan kepada seseorang

yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi

yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

h. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 merupakan perubahan atas

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban. Dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa korban tindak

15

https://id.wikipedia.org/wiki/Trauma_psikologis diakses pada tanggal 25 September 2015, pukul

21.13 wib. 16

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 jo Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak. 17

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 jo Undang-Undng 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 18

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.254.

Page 34: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

16

pidana kekerasan seksual berhak mendapatkan bantuan medis dan bantuan

rehabilitasi psikologis dan psikososial.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab untuk memudahkan pemahaman terhadap

isinya. Adapun secara terperinci sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai

berikut:

I. PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, Permasalahan dan Ruang Lingkup,

Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Konseptual serta

Sistematika Penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang

berhubugan yaitu tinjauan umum tentang anak, tindak pidana

perkosaan, trauma psikologis, perlindungan anak korban perkosaan,

dan tinjauan mengenai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban.

III. METODE PENELITIAN

Berisi Pendekatan Masalah, Sumber Data, Penentuan Narasumber,

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi deskripsi dan analisis pelaksanaan pemulihan trauma psikologis

anak korban tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang-Undang

No. 31 Tahun 2014 dan faktor penghambat dari pelaksanaan

pemulihan trauma psikologis anak korban tindak pidana perkosaan.

Page 35: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

17

V. PENUTUP

Berisi simpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan

pembahasan penelitian serta berbagai saran sesuai dengan

permasalahan yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian.

Page 36: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Anak

Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga karena dalam

dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

dijunjung tinggi. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita

bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan

0dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.19

Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang

lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak

atau juvenale, adalah seseorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum

dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian yang

sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.

Sesungguhnya semua kejadian kekerasan baik fisik maupun seksual terhadap

seorang anak yang terjadi selama ini adalah merupakan fenomena gunung es yang

sangat sulit memperkirakan jumlah sesungguhnya dari kasus kekerasan terhadap

anak.

Berikut ini merupakan pengertian anak menurut beberapa peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:

19

Poerwadarminta WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hlm.9.

Page 37: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

19

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Yang dikategorikan sebagai anak terdapat dalam Pasal 287 ayat (1) KUHP

yang isinya Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa

umumya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum

waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

tahun.

b. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Dalam undang-undang ini Pasal 1 ayat (5) anak adalah setiap manusia yang

berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak

yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

c. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Dalam undang-undang ini Pasal 1 ayat (1) anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

d. Pengertian anak menurut Keputusan Presiden RI No 36 Tahun 1990 tentang

Pengesahan Convention On The Rights Of The Child dalam Pasal 1 Konvensi

yaitu setiap orang dibawah usia 18 (delapan belas) tahun, kecuali berdasarkan

hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh sebelumnya.

Artinya yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang belum dewasa dan

yang menjadi dewasa karena peraturan tertentu sedangkan secara mental dan

fisik masih belum dewasa.

Page 38: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

20

e. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Mendefinisikan anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

f. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam Pasal 1 Angka 5

yaitu seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan

g. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia dalam Pasal 1 Angka 5 yaitu setiap manusia yang berusia di

bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang

masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

Pengertian lain mengenai anak yang dapat didefinisikan di dalam kamus besar

bahasa Indonesia yang diartikan sebagai keturunan, anak juga mengandung

pengertian sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, anak pada hakekatnya

seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai

potensi untuk menjadi dewasa.20

Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak korban

adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami

penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak

pidana. Pengertian tersebut termuat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2012 Pasal 1 ayat (4) tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

B. Tindak Pidana Perkosaan

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari kata “stafbaar feit” di dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa

20

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, hlm. 30.

Page 39: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

21

sebenarnya yang dimaksud dengan stafbaar feit itu sendiri.21

Strafbaar feit

merupakan istilah asli bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan berbagai arti diantaranya yaitu, tindak pidana, delik, perbuatan

pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana.

Kata Strafbaar feit terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feit. Berbagai istilah

yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf

diterjemahkan sebagai pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan

dapat dan boleh, sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak,

peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.22

Simons mendefinisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan (handeling) yang

diancam dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum

(onrechtmatig) dilakukan dengan kesalahan (schuld) oleh seseorang yang mampu

bertanggung jawab. Rumusan pengertian tindak pidana oleh simons dipandang

sebagai rumusan yang lengkap karena akan meliputi:23

1. Diancam dengan pidana oleh hukum

2. Bertentangan dengan hukum

3. Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)

4. Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

Menurut Moeljatno, tindak pidana adalah perbuatan yang oleh hukum pidana

dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa yang melanggar larangan

21

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 47. 22

Adami Chazawi, Pengantar Hukum Pidana Bag 1, Jakarta, Grafindo, 2002, hlm. 69. 23

Roni Wiyanto, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung, C.V. Mandar Maju, 2012, hlm.

160.

Page 40: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

22

tersebut.24

Menurut Bambang Poernomo, tindak pidana adalah suatu perbuatan

yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi

barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.25

Suatu tindak pidana adalah

pebuatan atau omisi yang dilarang oleh hukum untuk melindungi masyarakat, dan

dapat dipidana berdasarkan prosedur hukum yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas pengertian dari tindak pidana yang

dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa

merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum

atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi

pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan

ancamannya atau sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau

orang yang menimbulkan kejadian tersebut.

Setiap orang yang melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku, dengan

demikian dapat dikatakan terhadap orang tersebut sebagai pelaku perbuatan

pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah diingat bahwa aturan

larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat, oleh karenanya antara

kejadian dengan orang yang menimbulkan kejadian juga mempunyai hubungan

yang eratpula.

Istilah tindak pidana menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku dan gerak

gerik jasmani seseorang yang melakukan perbuatan yang oleh hukum dilarang dan

diancam dengan pidana. Di mana pengertian perbuatan di sini selain perbuatan

yang bersifat aktif seperti melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh

24

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Jakarta: Bina

Aksara, 1983, hlm. 10. 25

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992, hlm. 130.

Page 41: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

23

hukum, juga perbuatan yang bersifat pasif seperti tidak berbuat sesuatu yang

sebenarnya diharuskan oleh hukum.

Pengertian tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang

dapat bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau

diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-undang hukum pidana yang diberi

sanksi berupa sanksi pidana. Untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak

pidana atau bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi

pidana atau tidak diberi sanksi pidana.

Kata perkosaan berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa,

merampas, atau membawa pergi.26

Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

perkosaan berasal dari kata perkosaan yang berarti menggagahi atau melanggar

dengan kekerasan.27

Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang

berwatak seksual yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain

untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis,

secara paksa atau dengan cara kekerasan.

Perkosaan termasuk sebagai tindak pidana, karena perbuatan tersebut memenuhi

unsur-unsur dari tindak pidana, baik unsur formil maupun unsur materiil.

Perkosaan dianggap oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut untuk

dilakukan karena merampas hak asasi seseorang dan menimbulkan trauma kepada

korbannya, selain itu perbuatan perkosaan dilarang oleh hukum sebagaimana

diatur di dalam (KUHP).

26

Hariyanto, Dampak Sosio Psikologis Korban Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Wanita,

(Jogjakarta : Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, 1997), hlm. 97. 27

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t:t Gitamedia Press,t.t), hlm.453.

Page 42: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

24

Perkosaan merupakan bagian dari tindakan kekerasan, sedangkan kekerasan dapat

berupa kekerasan secara fisik, mental, emosional dan hal-hal yang sangat

menakutkan bagi korban yang mengalaminya. Wirdjono Prodjodikoro

mendefinisikan bahwa perkosaan adalah seorang pria yang memaksa seorang

wanita yang bukan istrinya untuk melakukan persetubuhan dengan dia, sehingga

sedemikian rupa ia tidak dapat melawan, maka dengan terpaksa ia mau melakukan

persetubuhan itu.28

Perkosaan tidak bisa dipandang sebagai kejahatan yang hanya menjadi urusan

privat (individu korban), namun harus dijadikan sebagai masalah publik, karena

kejahatan ini jelas-jelas merupakan bentuk perilaku primitif yang menonjolkan

nafsu, dendam, dan superioritas, yakni siapa yang kuat itulah yang berhak

mengorbankan orang lain.

Nursyahbani Kantjasungkana mengemukakan bahwa masalah perkosaan tidak

dapat lagi dipandang sebagai masalah antar individu belaka, tetapi merupakan

problem sosial yang terkait dengan masalah hak asasi manusia, khususnya yang

berkaitan dengan perlindungan terhadap segala bentuk penyiksaan, kekerasan,

kekejaman dan pengabaian martabat manusia.29

Tindak pidana perkosaan sebagaimana diatur dalam KUHP Pasal 285 yang

berbunyi sebagai berikut: „‟Barangsiapa yang dengan kekerasan atau dengan

ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, karena

perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun.‟‟

28

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung. Citra Aditya

Bakti. 1996. hlm 117. 29

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,

Bandung. Refika Aditama. Jakarta. hlm. 62.

Page 43: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

25

Dilihat dari rumusan Pasal 285 KUHP tersebut di atas maka korban tindak pidana

perkosaan termasuk dalam jenis korban individual. Korban individual adalah

korban yang diderita oleh seseorang secara individu, misalnya seorang yang mati

karena pembunuhan, seorang yang diperkosa, dianiaya, diperdaya, ditipu dan

sebagainya.30

Tindak pidana perkosaan atau kekerasan ini tidak hanya dialami oleh orang

dewasa, melainkan dapat terjadi kepada seorang anak sekalipun. Richard J. Gelles

mengemukakan kekerasan terhadap anak adalah perbuatan yang menimbulkan

kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional.31

Istilah

kekerasan terhadap anak meliputi berbagai bentuk tingkah laku dan tindakan

ancaman fisik oleh orang tua atau orang dewasa lainnya sampai kepada

penelantaran kebutuhan dasar anak.

Berbeda dari CATAHU (Catatan Tahunan), tahun lalu (data 2014) dimana

kekerasan seksual menempati peringkat ketiga dan di tahun 2016 ini kekerasan

seksual naik menjadi peringkat kedua. Bentuk kekerasan seksual tertinggi adalah

perkosaan 72% atau 2.399 kasus, pencabulan 18% atau 601 kasus, dan pelecehan

seksual 5% atau 166 kasus. Sangat mengecewakan dan mengerikan ketika

mengetahui persentasi dari kekerasan seksual khususnya perkosaan yang selalu

meningkat dari tahun ke tahunnya.32

30

Iswanto dan Angkasa, Op Cit, hlm. 10. 31

Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, Nuansa, 2006. hlm. 36. 32

http://www.komnasperempuan.go.id/lembar-fakta-catatan-tahunan-catahu-2016-7-maret-2016

diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 20:15 WIB

Page 44: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

26

C. Trauma Psikologis

Trauma (Psikologis) adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa

mampu, dan harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit

disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak-

kanak cenderung akan terus dibawa ke masa dewasa apabila tidak dicoba

disembuhkan. Akibatnya bila dikemudian hari anak itu mengalami kejadian yang

mengingatkannya kembali pada trauma yang pernah dialaminya itu, maka luka

lama itu pun akan muncul kembali dan menimbulkan gangguan atau masalah

padanya.33

Seseorang mengembangkan trauma adalah akibat respon terhadap sebuah kejadian

yang mengerikan, baik yang dialami sendiri atau dialami orang lain yang

disaksikan. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang merasakan takut yang

sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya menghadapinya. Tidak semua orang yang

mendapat pengalaman traumatik akan mengembangkan trauma. Gejala trauma

dibagi menjadi empat kategori. Seseorang yang mendapat pengalaman traumatik

akan memperlihatkan beberapa gejala dan kombinasinya. Gejala-gejalanya

yaitu:34

a. Memutar kembali peristiwa trauma.

Seseorang yang mengalami trauma sering merasa peristiwanya terulang

kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali

peristiwa. Orang ini mungkin mempunyai gambaran mental di kepalanya

tentang trauma, mengalami mimpi buruk, atau bahkan mungkin mengalami

halusinasi tentang trauma. Gejala ini sering menyebabkan seseorang

kehilangan ”saat sekarang” dan bereaksi seolah-olah mereka mengalaminya

seperti awal trauma terjadi. Contoh, beberapa tahun kemudian seorang anak

33

A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal, hlm. 27. 34

Daftar Gangguan Psikologi dan Cara Penyembuhannya, http://penyakitmental.blogspot.co.id/search/label/gangguan%20jiwa diakses pada tanggal 19

Oktober 2016 pukul 21.11 WIB.

Page 45: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

27

akibat penganiayaan mungkin akan bersembunyi gemetaran di closet bila

merasa ketakutan, meskipun ketakutan itu tidak berhubungan dengan

penganiayaan.

b. Penghindaran

Seseorang yang mengalami trauma berusaha untuk menghindari segala sesuatu

yang mengingatkan mereka kembali pada kejadiannya. Mereka mungkin akan

menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan, termasuk

juga bersikap dingin untuk menghindari rasa sakit, dan perasaan yang

berlebihan. Membekukan pikiran dan perasaan akibat trauma disebut juga

”disasociation” dan merupakan karakteristik trauma.

c. Pelampiasan

seseorang yang menderita trauma kadang mengkonsumsi obat-obatan

penenang atau alkohol atau rokok untuk menghindari ingatan-ingatan dan

perasaan yang berhubungan dengan trauma. Dengan mengkonsumsi obat-

obatan penenang atau alkohol atau rokok memang mereka dapat merasa

tenang, tetapi hal itu sifatnya hanya sementara.

d. Pemicu

Gejala-gejala pemicu psikologis dan fisiologis sangat berbeda-beda pada

orang-orang dengan trauma. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah,

mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti

insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat terus menerus waspada dan

mengalami kesulitan konsentrasi. Sering kali orang dengan trauma akan

mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan sakit di

bagian dada.

e. Perasaan bersalah

Sering seseorang merasa bersalah tentang apa yang telah terjadi dan mereka

salah meyakini bahwa mereka pantas untuk disalahkan atau pantas

mendapatkan hukuman.

Trauma didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang melibatkan individu yang

ditunjukkan dengan suatu insiden atau pengalaman buruk yang memungkinkan

nya terluka sehingga muncul perasaan takut diteror dan perasaan putus asa. Setiap

orang dapat mengembangkan trauma, tidak peduli dia laki-laki, perempuan, anak-

anak, tua ataupun muda. Korban trauma yang berhubungan dengan serangan fisik

dan seksual menghadapi resiko yang besar berkembang menjadi trauma.

Page 46: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

28

Wanita dua kali lebih besar mengembangkan trauma dari pada laki-laki. Hal ini

mungkin disebabkan karena fakta bahwa wanita lebih emosional dibanding laki-

laki. Menurut APA (American Psychological Association), sebagian orang yang

pernah mengalami pengalamaan traumatik, sangat sulit untuk melupakan

pengalaman buruk tersebut sehingga rasa trauma masih terus dirasakan olehnya.

APS (Australian Psychological Society) menjelaskan bahwa reaksi setiap orang

berbeda terhadap pengalaman traumatik, namun sebagian besar orang dapat pulih

dari trauma dengan bantuan keluarga dan dukungan dari teman-temannya.35

Kemampuan seseorang umumnya berbeda-beda untuk mengatasi dan

menyingkapi peristiwa trauma yang mereka alami dan dipengaruhi oleh ciri

kepribadian serta riwayat gangguan sebelumnya. Jadi tidak semua orang mudah

untuk menyembuhkan trauma psikologis yang dimilikinya, namun trauma

psikologis bukan tidak dapat disembuhkan melainkan dapat disembuhkan dengan

bantuan keluarga, teman-teman, dan tenaga ahli secara konsisten dan perlahan-

lahan.

Melihat pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa trauma psikologis

adalah suatu keadaan yang diakibatkan dari peristiwa trauma yang bersifat

spontan dan mengancam bahaya fisik maupun psikis sehingga dapat

menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri bagi yang mengalaminya.

Trauma psikologis itu terjadi pada banyak kasus, seperti contoh kasus kekerasan

seksual yang lebih mengarah pada perkosaan. Tidak hanya orang dewasa saja

yang dapat mengalami trauma psikologis namun anak pun demikian. Apalagi

35

Erikson Damanik, Pengertian dan Macam-Macam Trauma Psikologis Menurut Para Ahli,

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/07/pengertian-dan-macam-macam-

trauma.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2016, pukul 20.35 WIB.

Page 47: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

29

mengingat kejadian tindak pidana perkosaan tersebut menggunakan kekerasan

sehingga membuat kesan yang menyeramkan dan tidak pernah terlupakan oleh

korban.

Terhadap anak yang mengalami trauma tersebut dampak yang ditimbulkan adalah

ketakuan yang sangat ketika bertemu dengan lawan jenis, susah untuk

mengekspresikan diri dengan optimal, lebih banyak murung di kamar, tertutup

dengan semua orang, takut akan menerima sesuatu yang baru, kesedihan yang

mendalam, keadaan menyalahkan diri sendiri, merasa kesepian, dll.

Meski konsekuensi dari setiap kejahatan dan pengalaman korban berbeda, ada

bukti yang berkembang tentang hubungan antara korban kekerasan seksual

dengan kesehatan mental dan fisik. Cedera fisik dan kematian adalah konsekuensi

paling jelas dari kasus kekerasan seksual tersebut.

Pada 4 bulan pertama tahun 2016, ada 44 perempuan indonesia, anak remaja dan

dewasa, yang tewas di tangan pasangan atau mantan pasangan seksual setelah

mendapatkan penganiayaan seksual, tetapi ada konsekuensi lain yang ternyata

lebih lazim ditemukan kini semakin diakui. Berbagai macam reaksi dapat

mempengaruhi korban. Efek dan dampak kekerasan seksual termasuk perkosaan

dapat mencakup trauma fisik, emosional, dan psikologis.36

D. Perlindungan Anak Korban Perkosaan

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Selain itu, Anak merupakan aset

36

Ajeng Quamila, 8 Trauma Fisik dan Mental Akibat Kkekerasan Seksual,

https://hellosehat.com/trauma-akibat-kekerasan-seksual/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2016,

pukul 20.40 WIB.

Page 48: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

30

bangsa, sebagai bagian dari generasi anak yang berperan sangat strategis sebagai

penentu suksesnya suatu bangsa.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang secara

khusus mengatur tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ditegaskan dalam Pasal 1 butir (2)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, bahwa yang dimaksud dengan

perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak

dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban, perlindungan adalah segala upaya pemenuhan

hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan

korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan

Korban) atau lembaga lainnya yang sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari

janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas tahun). Bertitik

tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh menyeluruh, dan komprehensif,

memiliki kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas

sebagai berikut : Nondiskriminasi; Kepentingan yang terbaik bagi anak; Hak

untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan Penghargaan terhadap

pendapat anak.

Page 49: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

31

Melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran

masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,

lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyrakatan, organisasi sosial, dunia

usaha, media massa, atau lembaga pendidikan. Namun pada kenyataannya, masih

banyak anak yang dilanggar haknya, dan menjadi korban dari berbagai bentuk

tindak kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, diskrimansi bahkan tindakan yang

tidak manusiawi terhadap anak, tanpa ia dapat melindungi dirinya, dan tanpa

perlindungan yang memadai dari keluarganya, masyarakat, dan pemerintah. Salah

satu bentuk tindak pidana yang akhir-akhir ini marak terjadi dimasyarakat yakni

kekerasan seksual terhadap anak.

Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa sayang anak. Ternyata ini Cuma mitos,

banyak kasus perkosaan dan pencabulan terhadap anak yang tidak ditangani serius

oleh penegak hukum. Bahkan aktivis anti-kekerasan seksual terhadap perempuan

dan anak pun terkesan pilih-pilih kasus. Saat ini ada kecenderungan yang meluas

di Indonesia mengenai bagaimana anak diperlakukan dan bagaimana

terabaikannya mereka ketika menjadi korban kekerasan atau perlakuan yang tidak

semestinya

Pelecehan seksual anak telah mendapatkan perhatian publik dalam beberapa

dekade terakhir dan telah menjadi salah satu profil kejahatan yang paling tinggi.

Sejak tahun 1970-an pelecehan seksual terhadap anak-anak dan penganiayaan

anak telah semakin diakui sebagai sesuatu yang sangat merusak bagi anak-anak

dan dengan demikian tidak dapat diterima bagi masyarakat secara keseluruhan.

Sementara penggunaan seksual terhadap anak oleh orang dewasa telah hadir

Page 50: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

32

sepanjang sejarah dan hanya telah menjadi objek perhatian publik signifikan pada

masa sekarang.

Perlindungan sangat baik diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Tidak ada

batasan umur untuk memiliki hak perlindungan hukum, karena setiap manusia

berhak untuk dilindungi termasuk anak yang masih di dalam kandungan. Anak

membutuhkan perlindungan dan perawatan khusus termasuk perlindungan hukum

yang berbeda dari orang dewasa. Hal ini didasarkan pada alasan fisik dan mental

anak-anak yang belum dewasa dan matang. Anak perlu mendapatkan suatu

perlindungan yang telah termuat dalam suatu peraturan perundang-undangan.37

Setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal baik fisik, mental, sosial, berakhlak mulia perlu di dilakukan upaya

perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan

jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa

dikriminatif.

Korban di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan

fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak

pidana. Pengertian Korban dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 adalah

korban secara individual yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana yang

menderita fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi.

37

http://www.kpai.go.id/artikel/perlindungan-hukum-terhadap-anak-korban-kejahatan-perkosaan-

dalam-pemberitaan-media-massa diakses pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 13.03 WIB.

Page 51: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

33

Arif Gosita mendefinisikan korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan

rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan

diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi

yang menderita.

Kesejahteraan anak menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1979 adalah suatu tata

kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Perlindungan anak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) perlindungan

anak yang bersifat yuridis, yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum

publik dan dalam bidang hukum keperdataan. (2) perlindungan anak yang bersifat

non yuridis, meliputi: perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, dan

bidang pendidikan.38

Perlindungan yang dikhususkan bagi anak yang menjadi korban perkosaan sangat

berkaitan dengan perlindungan mental anak. Hal itu diatur dalam Pasal 6 ayat (1)

Undang-undang tentang perlidungan saksi dan korban. Jadi korban tindak pidana

kekerasan seksual salah satunya tindak pidana perkosaan harus mendapatkan

bantuan medis dan bantuan rehabilitasi psikologi serta psikososial. Ini penting

diberikan karena korban yang menderita disini adalah seorang anak. Ketika

seorang anak menjadi korban dalam hal ini tindak pidana perkosaan, banyak hal

yang dapat dialami korban. Tidak hanya sakit fisik saja yang dideritanya,

melainkan sakit jiwanya juga yang dampaknya lebih besar lagi jika tidak segera

ditangani atau dipulihkan dengan cepat dan tepat.

38

Maidi Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sitem Peradilan Pidana Anak Di

Indonesia, Bandung, Refika Aditama, 2006, hlm 49.

Page 52: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

34

Perkosaan dapat mengakibatkan cedera fisik, berupa luka pada kepala,

dada, punggung hingga bagian intern wanita yang terjadi pukulan, benturan,dll.

Hal yang terburuk yang dapat terjadi adalah kehamilan yang tidak diinginkan,

dimana kehamilan tersebut akan menjadi beban baik terhadap korban maupun

keluarganya dalam menghadapi kehidupan selanjutnya karena dia harus

membesarkan dan mengasuh anak hasil perkosaan.

Dampak lainnya yang dapat terjadi adalah stress akut atau depresi berat yang

kadang menyebabkan korban menjadi gila karena merasa dirinya tidak normal

lagi, kotor, berdosa, dan tidak berguna. Selain itu perkosaan juga dapat

mengakibatkan kematian, atau tertular penyakit seksual yang tidak dapat

disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa korban perkosaan

menanggung penderitaan psikologis yang berat karena kekerasan yang

dialaminya.

Rehabilitasi adalah upaya perlindungan untuk mengembalikan keadaan seoarang

anak yang menjadi korban tindak pidana perkosaan kepada keadaan semulanya.

Rehabilitasi dapat dikatakan sebagai pemulihan. Karena korban nya merupakan

anak maka tujuan perlindungan hukum itu sendiri untuk menjamin terpenuhinya

hak-hak anak agar dapat hidup, berkembang dan partisipasi secara optimal sesuai

dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak

mulia dan sejahtera.

Page 53: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

35

Dasar undang-undang mengenai Perlindungan terhadap anak korban perkosaan ini

yaitu:

a) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

b) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dalam Pasal 6 ayat (1).

c) Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

d) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

e) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

f) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

E. Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban

Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan pancasila haruslah

memberikan perlindungan terhadap semua warga masyarakat sesuai dengan yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alinea ke-4 yaitu:

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia

itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam

suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan

berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab,

Page 54: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

36

Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan

srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan perlindungan

akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Permusyawaratan, serta Keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut merupakan

pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia yang menjunjung tinggi semangat

kekeluargaan dan semangat bersama demi mencapai kesejahteraan bersama.

Sampai saat ini saksi dan korban belum menjadi bagian yang penting bagi proses

penegakan hukum di Indonesia. Posisi korban dan saksi cenderung diperlakukan

hanya bagian dari salah satu alat bukti. Perlindungan terhadap saksi dan korban

ini menjadi sesuatu yang penting dalam perkara pelanggaran HAM yang berat.

Pelanggaran HAM yang berat merupakan kejahatan yang diklasifikasikan sebagai

kejahatan yang berdampak luas baik tingkat nasional maupun internasional.

Konsep perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana, terkandung pula

beberapa asas hukum yang memerlukan perhatian. Hal ini disebabkan dalam

konteks hukum pidana, sebenarnya asas hukum harus mewarnai baik hukum

pidana materiil, hukum pidana formil, maupun hukum pelaksanaan pidana. Pada

Pasal 6 Undang-Undang 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, korban tindak pidana

kekerasan seksual salah satunya tindak pidana perkosaan wajib mendapatkan

bantuan medis dan bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis. Zulkhair dan

Sholeh Soeaidy mengemukakan ketika merehabilitasi dan memberdayakan anak

yang mengalami tindakan perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran, hal

Page 55: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

37

tersebut dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara

wajar, baik fisik, mental, maupun sosialnya.39

Anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual berhak mendapatkan

bantuan hukum dan disembunyikan identitiasnya. Selain dua hal yang disebutkan,

bukan hanya bantuan hukum dan identitas yang disembunyikan tetapi ada upaya

edukasi tentang nilai kesusilaan, rehabilitasi sosial, pendamipingan psikososial

pada saat pengobatan serta pendampingan sampai ditingkat pengadilan, agar

kondisi anak tersebut tidak mengalami trauma psikis yang berkepanjangan.

Kebanyakan masyarakat tidak memperdulikan pemulihan kembali masalah fisik

dan mental anak, biasanya yang masyarakt sorot permasalahnnya adalah seberapa

lama pelaku tersebut memperoleh hukuman. Sedangkan pemulihan bagi korban

khususnya korban tindak pidana perkosaan sangat penting, mengingat yang

menjadi korbannya kebanyakan anak dibawah umur. Agar di masa depannya anak

tidak menjadi korban tindak pidana perkosaan lagi saat masa dewasa.

39

Zulkhair dan Sholeh Soeaidy, Dasar Hukum Perlindungan Anak: Anak Cacat, Anak Terlantar,

Anak Kurang Mampu, Pengangkatan Anak, Pengadilan Anak, Pekerja Anak. Jakarta: Novindo

Pustaka Mandiri, 2001, hlm. 4.

Page 56: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

38

III.METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya.40

Pendekatan Masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris.

1. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari, melihat, dan

menelaah beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas

hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum dan

sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan penelitian ini. Pendekatan

masalah secara yuridis normatif dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman

tentang pokok bahasan yang jelas mengenai gejala dan objek yang sedang

diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan atas kepustakaan dan literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Dalam penelitian ini

memperoleh hasil penafsiran subjektif yang merupakan pengembangan teori-

teori dalam kerangka penemuan ilmiah dan bukanlah hasil yang dapat diuji

melalui statistik. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari,

melihat dan menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang

40

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. 1983, hlm. 43

Page 57: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

39

menyangkut asas-asas hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum,,

peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan

penelitian ini.

Pendekatan masalah secara yuridis normatif dimaksudkan untuk memperoleh

pemahaman tentang pokok bahasan yang jelas mengenai gejala dan objek yang

sedang diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan atas kepustakaan dan literatur

yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini

bukanlah memperoleh hasil yang dapat diuji melalui statistik, tetapi penelitian

ini merupakan penafsiran subjektif yang merupakan pengembangan teori-teori

dalam kerangka penemuan ilmiah.

2. Pendekatan yuridis empiris yakni dilakukan untuk mempelajari hukum dengan

melihat kenyataan atau fakta yang didapat secara objektif pada praktek

lapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan secara sosiologis

yang dilakukan secara langsung ke lapangan.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Adapun sumber dan

jenis data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terbagi atas dua

yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.41

Dengan begitu data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan

wawancara kepada narasumber untuk memperoleh informasi dan data yang

dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

41

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press. 1984. hlm. 12

Page 58: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

40

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan

dengan melalui studi peraturan perundang-undangan, tulisan atau makalah-

makalah, buku-buku, dokumen, arsip, dan literatur-literatur dengan

mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep, pandangan-

pandangan, doktrin, asas asas hukum, serta bahan lain yang berhubungan dan

menunjang dalam penulisan skripsi ini.

Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer, adalah berupa perundang-undangan yang terdiri dari:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban.

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang berhubungan dengan

bahan hukum primer, diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat

Page 59: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

41

tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil

olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu

bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana

peneliti akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh

penulis adalah doktrin–doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan

internet.

c. Bahan Hukum Tersier, bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat

membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami permasalahan,

seperti literatur, kamus hukum dan sumber lain yang sesuai.

C. Penentuan Narasumber

Penelitian ini membutuhkan narasumber sebagai sumber informasi untuk

memberikan penjelasan terkait dengan permasalahan yang dibahas.

Narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Psikolog Rumah Perlindungan Trauma Center

Provinsi Lampung = 1 orang

2. Pekerja Sosial di Rumah Perlindungan Trauma Center

Provinsi Lampung = 1 orang

3. Ketua LSM Lembaga Advokasi Anak (Lada)

Bandar Lampung = 1 orang

4. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila = 1 orang+

Jumlah = 4 orang

Page 60: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

42

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi

lapangan:

a. Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan

menelaah, mengutip bahan kepustakaan dan melakukan pengkajian

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahasan.

b. Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan

data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang

dibutuhkan. Studi lapangan dilaksanakan dengan wawancara (interview),

yaitu mengajukan tanya jawab kepada narasumber penelitian dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

2. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data

lapangan atau data empirik, sehingga data yang diperoleh dapat mempermudah

permasalahan yang diteliti. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data, data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui

kelengkapan data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan

yang diteliti.

b. Klasifikasi Data, penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan

dan akurat untuk kepentingan penelitian.

Page 61: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

43

c. Sistematisasi Data, penempatan data yang saling berhubungan dan

merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok bahasan

sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca

dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan guna menjawab

permasalahan penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif,

yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus lalu

disimpulkan secara umum dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut

dapat diajukan saran.

Page 62: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab-

bab sebelumnya maka dapat ditarik Simpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanan pemulihan trauma psikologis anak sebagai korban tindak pidana

perkosaan diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang mewajibkan bahwa

setiap korban kekerasan seksual salah satunya tindak pidana perkosaan

harus mendapatkan bantuan medis, bantuan rehabilitasi psikososial dan

psikologis. Ini merupakan satu kesatuan yang kompleks, dimana ketiganya

saling berkaitan dan tidak bisa diberikan secara terpisah. Pelaksanaan

pemulihannya dilakukan dengan diawali oleh penerimaan, korban

merupakan rujukan dari kepolisian, LK3, LSM/ORSOS, Instansi, atau

Masyarakat kepada Dinas Sosial Provinsi Lampung. Setelah diterima,

korban selanjutnya diberikan pelayanan konseling, bimbingan sosial,

trauma healing, dan pendampingan. Tetapi, hal ini tidak dilakukan secara

merata dan menyeluruh didapat oleh seluruh korban karena ada beberapa

aspek yang membuat pelaksanaan tersebut belum bisa berjalan sepenuhnya.

Karena dalam pelaksanaannya terdapat beberapa faktor penghambat.

Page 63: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

74

2. Faktor penghambat dalam pemulihan trauma psikologis anak sebagai

korban tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2014 adalah Faktor Sarana dan Fasilitas yang mendukung, kurangnya

ketersediaan lembaga seperti rumah perlindungan trauma centre (RPTC) di

setiap kabupaten atau kota, serta kurangnya biaya dan tenaga ahli dalam hal

ini konselor atau psikolog. Faktor Masyarakat, peran lingkungan sekitarnya

akan ucapan dan perlakuan terhadap korban sangat berpengaruh terhadap

psikologi korban. Terakhir adalah Faktor Budaya yang merupakan konsep

moralitas dan aib, dimana perkosaan merupakan hal yang sangat sensitive

yang menyangkut tidak hanya korban namun tentang keluarga dan

masyarakat. Namun Faktor yang paling dominan yang dapat menghambat

pemulihan psikologis anak sebagai korban tindak pidana perkosaan adalah

Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung. Sebab kurangnya lembaga

seperti RPTC di setiap kabupaten dan kota, kurangnya tenaga ahli yang

dalam hal ini konselor atau psikolog, dan kurangnya biaya membuat

pelaksanaan pemulihan terhadap korban masih belum maksimal.

B. Saran

Selain simpulan yang telah dirumuskan di atas, penulis akan memberikan

beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC) diharapkan ada di setiap

kabupaten atau kota, serta kepada Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) Lada atau Lembaga Pemerintahan lain seperti P2TP2A

untuk dapat mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya yang berada

di wilayah kabupaten dan kota yang rentan terjadi tindak pidana perkosaan

Page 64: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

75

bahwa adanya Lembaga dan Rumah Aman yang dapat memberikan

pemulihan baik fisik, psikologis, dan psikososialnya bagi korban tindak

pidana perkosaan.

2. Masyarakat diharapkan ketika mengetahui adanya anak yang menjadi

korban untuk segera melaporkan kepada pihak yang berwajib agar anak

korban segera mendapatkan bantuan medis, bantuan rehabilitasi psikososial

dan psikologis.

Page 65: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Supratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal.

Chazawi, Adami. 2002. Pengantar Hukum Pidana Bag 1 .Jakarta.Grafindo.

Gultom, Maidi. 2006. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sitem

Peradilan Pidana Anak Di Indonesia. Bandung: RefikaAditama.

Gultom, Maidin.2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem

Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung.RefikaAditama.

Hariyanto. 1997. Dampak Sosio Psikologis Korban Tindak Pidana Perkosaan

TerhadapWanita. Jogjakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gajah

Mada.

Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung. Nuansa.

Iswanto dan Angkasa. 2011.Viktimologi.Purwokerto: Fakultas Hukum

UniversitasJenderalSoedirman.

Makarao, Mohammad Taufik. dkk. 2013.HukumPerlindunganAnak Dan

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta. PT.

RinikaCipta.

Masriani, Yulies Tiena. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

Moeljatno.1983.Perbuatan Pidanadan Pertanggungjawaban dalam Hukum

Pidana. Jakarta: BinaAksara.

Moeljatno. 2002.Asas-Asas Hukum Pidana.Jakarta: RinekaCipta.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode PenelitianKualitatif.Jakarta:RinekaCipta.

Muhammad, Abdulkdir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung:

PT.Citra Aditya Bhakti.

Page 66: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

Nevid,Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta:Erlangga.

Prasetyo,Teguh. 2010.HukumPidana. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Prodjodikoro, Wirjono. 1996.Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sadli, Saparinah. 2010.BerbedaTetapiSetara; Pemikiran Tentang

KajianPerempuan. Jakarta. Kompas Media Nusantara.

Soekanto, Soerjono. 1983.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:

RinekaCipta.

Soekanto, Soerjono. 1984. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali

Press.

Soekanto, Soerjono. 1986. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum. Jakarta: RinekaCipta.

Triyanto.2013.Negara Hukumdan HAM.Yogyakarta: Ombak.

Wahid, Abdu, dkk. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual.

Bandung. Refika Aditama.

Wiyanto, Roni. 2012. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung, C.V.

MandarMaju.

Zulkhair, dkk. 2001. Dasar Hukum Perlindungan Anak: AnakCacat, Anak

Terlantar, Anak KurangMampu, PengangkatanAnak, Pengadilan Anak,

Pekerja Anak. Jakarta: Novindo PustakaMandirI.

B. Undang-Undang

Hamzah, Andi. 2012. KUHP & KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Page 67: ANALISIS PEMULIHAN TRAUMA PSIKOLOGIS ANAK …digilib.unila.ac.id/26527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pelayanan dan bantuan yang telah diberikan. 9. Ibu Mahmudah selaku Pekerja

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

C. Sumber Lain

Poerwadarminta WJS. 2002.Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t:tGitamediaPress,t.t)

https://loveindonesiachildren.wordpress.com

http://www.komnasperempuan.go.id

https://id.wikipedia.org

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id

http://www.komnasperempuan.go.id

http://penyakitmental.blogspot.co.id

https://hellosehat.com

http://www.kpai.go.id

http://www.rikanova.com

http://www.republika.co.id

http://pengertian-menurut.blogspot.co.id