analisis pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja …repository.utu.ac.id/788/1/i-v.pdf · bencana...

83
ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PEGAWAI PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH MUHIBBUTH THIBRI 11C20201079 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT TAHUN 2016

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN

KERJA TERHADAP PEGAWAI PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

(BPBD) KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH

MUHIBBUTH THIBRI

11C20201079

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

TAHUN 2016

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,

yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam pelaksanaan

pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja (pegawai) mempunyai peranan dan

kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan serta

dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif bersama seluruh stakeholders dalam

upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan

meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

Peran serta tenaga kerja (pegawai) dalam pembangunan nasional semakin

meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh

karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemiliharaan dan

peningkatan kesejahtraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan

produktivitas nasional. Penyelenggaraan perlindungan, pemiliharaan dan

peningkatan kesejahtraan merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban

negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan

nasional, hal ini menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah,

dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga

keselamatan dan kesehatan sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan

itu tetap terjamin karena setiap pekerjaan memiliki risiko kecelakaan kerja yang

1

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

2

berbeda-beda. Perlindungan kerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan

tuntunan, santunan maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi

manusia, perlindungan fisik dan sosial ekonomi melalui norma yang berlaku

dalam tempat kerja (Asikin, 2002: h.13).

Secara teoretis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja, yaitu sebagai

berikut: 1) Perlindungan sosial yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan

usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh

mengenyam dan mengembangkan perikehidupnnya sebagai mana manusia pada

umumnya dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.

Perlindungan sosial ini disebut dengan kesehatan kerja; 2) Perlindungan teknis

yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga

agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh

alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih kurang disebut

sebagai keselamatan kerja; 3) Perlindungan ekonomis yaitu suatu jenis

perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada

pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna memenuhi keperluan sehari-

hari baginya dan bagi keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak

mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasa

disebut dengan jaminan sosial (Zaeni, 2007: h.78).

Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke IV Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila,

termasuk perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat dan pemerintah

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

3

daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah sebuah lembaga

khusus yang menangani penanggulangan bencana (PB) di daerah, baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota. Di tingkat Nasional ada Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Aceh Barat merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di

bidang penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan merata. Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat adalah unsur

pendukung Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang

kedudukannya dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Aceh Barat.

Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah

merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan efisien, serta melakukan

pengordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu dan menyeluruh (UU Nomor 24 Tahun 2007, Pasal 20). Dalam

melaksanakan tugasnya, para tenaga kerja di BPBD selalu menghadapi risiko

kerja yang tinggi. Terutama saat melakukan tugas-tugas penanggulangan bencana

yang berbahaya seperti banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran dan lain-lain.

Melihat pekerjaan yang penuh risiko dan tanggung jawab yang diemban

tersebut, para pegawai/tenaga kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Aceh Barat sudah selayaknya mendapatkan jaminan

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

4

kesehatan. Apalagi pekerjaan mereka pun termasuk kategori pekerjaan yang

berisiko tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan kajian lebih mendalam tentang perlindungan kesehatan terhadap

tenaga kerja dengan judul “Analisis pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja

terhadap pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja terhadap

pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat?

2. Apa saja hambatan yang dihadapai Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan perlindungan

kesehatan kerja terhadap para pegawai?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja

terhadap pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat.

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

5

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dalam

melakukan perlindungan kesehatan kerja para pegawainya.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat penelitian yang dapat diberikan dalam penelitian ini,

yaitu manfaat teoretis maupun praktis, untuk jelasnya dapat dilihat pada uraian

berikut:

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Dapat menjadi wahana bagi peneliti dalam penerapan dan pengembangan

ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang

perlindungan kesehatan terhadap pegawai dan tenaga kerja secara umum.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini, diharapkan nantinya dapat memberikan informasi

tentang perlindungan kesehatan tenaga kerja pada Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) serta kendala yang dihadapai dalam melakukan

perlindungan kesehatan terhadap tenaga kerja.

2. Dapat menjadi bahan referensi atau sebagai acuan bagi peneliti lain, yang

ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan perlindungan

kesehatan tenaga kerja pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

6

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini memaparkan konsep-konsep teori yang berhubungan

dengan penelitian yang akan dilakukan, meliputi penelitian

terdahulu, perlindungan kesehatan, tenaga kerja.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini memuat tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, jadwal penelitian, teknik pengumpulan data

dan teknik analisa data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi seperti jawaban dari informan dan tertulis. Selain

itu, bab ini juga berisi tentang pembahasan dan uraian data-data

yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

dilakukan.

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1 Penelitian Andina Yulistia Prameswari (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Andina Yulistia Prameswari berjudul

“Perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja di PT.

Xtra Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum

keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja dalam suatu hubungan kerja di

PT. Xtra Sidoarjo dan upaya hukum terhadap pelanggaran tenaga kerja dengan

peraturan keselamatandan kesehatan kerja dalam suatu hubungan kerja di PT. Xtra

Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode Yuridis Empiris yaitu pendekatan

dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Sumber data

diperoleh dari penelitian langsung yang berbentuk obsevasi dan wawancara, selain

itu digunakan literatur-literatur serta perundang-undangan yang berlaku.

Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian

yang dapat disimpulkan adalah PT. Xtra Sidoarjo dalam rangka untuk

melaksanakan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap terhadap

tenaga kerja antara lain menyediakan alat-alat pelindung diri danupaya hukum

yang dapat dilakukan PT. Xtra Sidoarjo terhadap pelanggaran tenaga kerja dengan

peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan memberikan sanksi sesuai

dengan Perjanjian Kerja Bersama.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

penulis. Adapun persamaannya adalah sama-sama membahas tentang

7

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

8

perlindungan terhadap tenaga kerja. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus

penelitian. Penelitian ini lebih terfokus pada perlindungan hukum keselamatan

dan kesehatan kerja, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih berfokus

pada perlindungan kesehatan para pekerja dalam melaksanakan tugasnya.

2.1.2 Penelitian Aditya Aprinky Heriansyah (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Riduansyah berjudul

“Pelaksanaan perlindungan kerja bagi pekerja kontrak pada Dinas Pemadam

Kebakaran Kota Mataram (Studi Tentang Keselamatan dan Waktu Kerja)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan keselamatan

kerja dan waktu kerja bagi pekerja kontrak yang diberikan oleh Dinas Pemadam

Kebakaran Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris

dengan metode pendekatan sosiologis.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran

Kota Mataram memberikan alat keselamatan kerja dan juga memberikan jaminan

kecelakaan kerja kepada pekerja kontrak saat menjalankan tugas dengan waktu

kerja 24 jam dan libur kerja 48 jam. Simpulannya adalah pelaksanaan

perlindungan keselamatan kerja dan waktu kerja pada Dinas Pemadam Kebakaran

Kota Mataram sudah terlaksana sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Saran yang diberikan yaitu Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Mataram harus memelihara dan menambah alat keselamatan kerja.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

penulis. Adapun persamaannya adalah sama-sama membahas tentang

perlindungan perkerja yang bertugas dengan risiko tinggi pada lembaga

pemerintah. Sedangkan perbedaannya terletak pada sasaran penelitian. Penelitian

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

9

ini lebih melihat perlindungan pekerja kontrak melalui aspek keselamatan dan

waktu kerja, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih melihat

perlindungan tenaga kerja dari aspek jaminan kesehatan para pekerja.

2.2 Pengertian Analisis

Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti

mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan

kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan

maknanya. Dalam pengertian yang lain, analisis adalah sikap atau perhatian

terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena) sampai mampu menguraikan menjadi

bagian-bagian, serta mengenal kaitan antar bagian tersebut dalam keseluruhan.

Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan memecahkan atau menguraikan

suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil

sehingga lebih mudah dipahami (Harahap, 2004: h.207). Dalam Kamus Bahasa

Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002: h.53)

menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut :

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,

karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul,

sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).

2. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian,

penelaahan bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan

pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

3. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya

setelah ditelaah secara seksama.

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

10

4. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis

(dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa

kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).

5. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam

bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai

pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Suharso dan Ana

Retnoningsih (2005: h.37), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya). Salah satu bentuk analisis adalah

merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang

dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen

atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk

analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis

berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga

hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan singkat dan penuh arti.

2.3 Pengertian Pegawai

Menurut Hasibuan (2003 : h.13), menyatakan bahwa pegawai adalah

orang menjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat kompensasi (balas jasa)

yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu, dimana mereka wajib dan terikat

untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh gaji sesuai

dengan perjanjian. Berdasarkan definisi tersebut dapat diasumsikan bahwa

pegawai adalah semua penduduk yang mampu melakukan pekerjaan dan

mendapatkan gaji setiap bulan, kecuali golongan yang terdiri dari:

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

11

1. Anak – anak berumur 14 tahun ke bawah

2. Mereka yang masih berumur 14 tahun ke atas tetapi masih mengunjungi

sekolah untuk waktu penuh

3. Mereka karena usia tinggi, cacat baik jasmani maupun rohani, tidak

mampu melakukan pekerjaan dengan hubungan kerja untuk diri sendiri

(swakarya) maupun dalam hubungan kerja yang mampu bekerja tetapi

karena sesuatu tidak mendapatkan pekerjaan yaitu para penganggur.

Sedangkan menurut Soedaryono (2000: h.6) pengertian pegawai adalah

“seseorang yang melakukan penghidupannya dengan bekerja dalam kesatuan

organisasi, baik kesatuan kerja pemerintah maupun kesatuan kerja swasta”. Dan

menurut Robbins (2006: 17) pengertian pegawai adalah “orang pribadi yang

bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau tidak, berdasarkan

kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu

pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh pemberi

kerja”. Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

pegawai adalah seseorang yang bekerja pada suatu kesatuan organisasi, baik

sebagai pegawai tetap maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Gibson dalam Sedarmayanti (2001: h.22) menyatakan bahwa berdasarkan

status kepegawaiannya, pegawai itu sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu

pegawai negeri sipil dan pegawai honorer. Setiap pegawai dalam organisasi, baik

pegawai negeri sipil dan pegawai honorer dituntut untuk memberikan kontribusi

positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada

kinerja pegawainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

12

2.3.1 Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Pegawai Negeri Sipil, Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,

“Pegawai” berarti “orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan

sebagainya) sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi PNS adalah

orang yang bekerja pada pemerintah atau Negara (Peter Salim dan Yenni Salim,

2002: h.135). Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 memberikan

pengertian PNS adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu

peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Menurut Handayaningrat (2001: h.147) memberikan penjelasan bahwa

pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas

negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-

undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sehubungan dengan kedudukan pegawai negeri maka baginya dibebankan

kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan sudah tentu di samping

kewajiban baginya juga diberikan apa-apa saja yang menjadi hak yang didapat

oleh seorang pegawai negeri. Pada Pasal 4 Undang-Undang No.43 Tahun 1999

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

13

UUD 1945, negara dan pemerintahan. Pada umumnya yang dimaksud dengan

kesetiaan dan ketaatan adalah suatu tekad dan kesanggupan dari seorang pegawai

negeri untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi masyarakat wajib setia

dan taat kepada Pancasila, sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada UUD

1945, kepada negara dan pemerintahan. Biasanya kesetiaan dan ketaatan akan

timbul dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah

seorang Pegawai Negeri Sipil wajib mempelajari dan memahami secara

mendalam tentang Pancasila, UUD 1945, hukum negara dan politik pemerintahan.

Dalam Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 (pasal ini tidak diubah oleh UU

No.43 Tahun 1999) Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan setiap

pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku dan

melaksanakan kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian

kesadaran dan tanggung jawab.

Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana pearturan perundang-undangan,

sebab itu maka seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan

perundang-undangan ditaati oleh anggota masyarakat. Sejalan dengan itu pegawai

negeri sipil berkewajiban memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan

melaksanakan segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam

melaksankan peraturan perundang-undangan, pada umumnya kepada pegawai

negeri diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan dengan baik. Pada

pokoknya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan dari

atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu nantinya akan

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

14

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Maka Pegawai Negeri Sipil dituntut penuh

pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kedinasan.

2.3.2 Pegawai Honorer

Berdasarkan Peraaturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2007,

menyatakan bahwa tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat

pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan

tugas-tugas tertentu pada isntansi pemerintah atau yang pengahsilannya menjadi

beban pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Menurut Burhannudin A.

Tayibnapis, (2005: h.90), disebutkan bahwa pegawai honorer adalah mereka yang

setelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lain yang

ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Honorer adalah lulusan baru sekolah lanjutan atau universitas,

yang karena adanya larangan penerimaan pegawai baru tidak dapat diangkat

menjadi pegawai negeri atau calon pegawai negeri, tapi karena banyaknya

instansi-instansi membutuhkan tambahan pegawai mereka diperkerjakan pada

banyak jawatan-jawatan Pemerintah yang membutuhkannya, baik di pusat

maupun terutama di daerah-daerah dalam jumlah yang kadang-kadang besar juga.

Disebut pegawai honorer karena asalnya tidak sama seperti pekerja biasa yang

tidak berijazah, tapi mereka mempunyai ijazah sekolah pendidikan menengah atau

tinggi dan hanya menunggu lowongan dalam formasi untuk diangkat menjadi

pegawai negeri (Handayaningrat, 2001: h.150)

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

15

Berikut syarat-syarat bagi pegawai honorer bila ingin menjadi pegawai

tetap / pegawai negeri sipil:

1. Setiap unsur penilaian prestasi kerja / Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik;

2. Telah memenuhi syarat kesehatanjasmani dan rohani untuk diangkat

menjadi pegawai negeri sipil, syarat kesehatan jasmani dan rohani

dinyatakan dalam surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter penguji

tersendiri/ tim penguji kesehatan yang ditunjuk oleh menteri yang

bertanggung jawab di bidang kesehatan;

3. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan, Syarat lulus pendidikan

dan petihan dinyatakan dengan surat tanda tamat

2.4 Perlindungan Kesehatan Kerja

2.4.1 Konsep Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,

mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan

kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan pekerjaannya (Budiono dalam Heriansyah, 2014: h.15).

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat

dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan

atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih

ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta

pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang, menurut

(Blum dalam Prameswari, 2012: 12) ditentukan oleh empat faktor yakni:

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

16

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia

(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,

mikroorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, preventif, perawatan, pengobatan,

pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan;

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat

kesehatan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja.

Dengan demikian, dalam pengelolaan kesehatan keempat faktor tersebut perlu

diperhatikan, khususnya dalam aspek lingkungaan dan pelayanan kesehatan.

Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin

banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya

pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja

bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat

mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan

tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang

terganggu kesehatannya (Harrington, 2003:27).

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan

sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah pada

upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Total health

of all at work). Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja

dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

17

kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya, dan tujuan dari

kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada

mengobatinya (Harrington, 2003:27).

2.4.2 Bentuk Perlindungan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa

penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat

dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko

gangguan kesehatan, lebih mengemuka dalam disiplin kesehatan kerja

(Simanjuntak, 2000: h.35)

Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang

menganalisa akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang

bersangkutan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa

alternatif usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

akibat kerja dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya

adalah manusia atau pekerja. Menurut Simanjuntak (2000: h.35), untuk

melindungi kesehatan para pekerja dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai

berikut;

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja melalui

pemeriksaan pekerja secara berkala.

2. Memberikan keterangan prosedur kerja (SOP) sebelum bekerja.

3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan

pendidikan atau keterampilannya.

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

18

4. Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk

menghindari risiko kecelakaan kerja.

5. Memberikan Jaminan Kesehatan Kerja melalui asuransi dan Jaminan

kesehatan lainnya.

Bentuk perlindungan kesehatan kerja tersebut dilakukan untuk

menciptakan kenyamanan pekerja dalam melaksanakan tugasnya serta melindungi

atau menjaga pekerja/buruh dari kejadian/keadaan hubungan kerja yang

merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal pekerja/buruh melakukan

pekerjaannya.

2.5 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke IV Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945 bahwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila,

termasuk perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat dan pemerintah

daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Potensi penyebab bencana dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis yaitu

bencana alam, bencana non alam, dan bencana social. Bencana alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin topan/puting

beliung, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, karena faktor alam,

hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian

antariksa/benda-benda angkasa. Bencana non alam antara lain kebakaran

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

19

hutan/lahan/pemukiman yang disebabkan oleh manusia, kecelakaan transportasi,

kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa

kerusuhan sosial politik dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.

Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-instansi

teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen

PU, dll. Begitu pula pada tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, sehingga

koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit (Wicaksono, 2012: h.5).

Selain itu ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai

penanggulangan bencana yang ada belum dapat di jadikan landasan hukum yang

kuat dan menyeluruh serta tidak sesuai dengan perkembangan keadaan

masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia sehingga menghambat upaya

penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu. Tugas

penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pusat dan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB

dan BPBD bersifat koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya

peningkatan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana

(bpbd.malangkab.go.id). Maka sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 25. Dibentuklah Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Barat.

Badan penanggulangan bencana daerah yang selanjutnya disebut BPBD

adalah perangkat daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

20

fungsi-fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana. Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darutat,

rehabilitasi, serta rekontruksi secara adil dan setara ditingkat kabupaten.

2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Menyusun, menetapkan dan mengkonfirmasi peta rawan bencana.

4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.

5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati

setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi

darurat bencana.

6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.

7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

8. anggaran pendapatan dan belanja daerah.

9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga memiliki

fungsi yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi Koordinasi. Dilakukan pada tahap pra bencana dan pasca bencana

melalui koordinasi dengan SKPD lainnya di daerah, lembaga usaha, dan

pihak lain yang diperlukan

2. Fungsi Komando. Dilaksanakan melalui pengerahan SDM, peralatan,

logistik dari SKPD lainnya.

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

21

3. Fungsi Pelaksana. Dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi

dengan SKPD lain, instansi, dengan memperhatikan kebijakan

penyelenggaraan penanggulangan bencana (Wicaksono, 2012: h.7).

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Narbuko dan Achmadi

(2004: h.44) memberikan pengertian ”pendekatan deskriptif sebagai penelitian

yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang

berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan

menginterpretasi; ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif”. Taylor dan

Bogdan dalam Danim (2002: h.41) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata

lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti”.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Aceh Barat. Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian

ini disebabkan karena Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD)Kabupaten Aceh Barat merupakan lembaga yang memiliki banyak tenaga

kerja dan memiliki resiko kerja yang tinggi di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu,

jarak tempuh peneliti dengan tempat penelitian sangat terjangkau atau tidak terlalu

jauh sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan.

22

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

23

3.2.2 Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari objek yang diteliti. Data primer disebut juga sebagai

data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan

data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik

yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara

lain observasi, wawancara, diskusidan penyebaran kuesioner.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun

telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian

ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan

dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-

peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk

teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti

(Danim, 2002: h.140).

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai objek

penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi

terhadap jumlah objek penelitian (Mardalis, 2003: h.56). Dalam melakukan teknik

pengambilan informan penulis menggunakan metode purposive sampling, yakni

teknik penentuan sampel (informan) secara sengaja dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2006: h.96). Maksudnya, peneliti menentukan sendiri informan yang

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

24

akan di ambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, informan yang diambil

tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu mereka yang

dianggap mengerti dan memahami masalah yang sedang penulis teliti. Adapun

yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No Informan Jumlah

1 Kepala BPBD 1 Orang

2 Sekretaris BPBD 1 Orang

3 Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan 1 Orang

4 Kasubbag Program dan Pelaporan 1 Orang

5 Kasubbag Umum 1 Orang

6 Staf Pelaksana/Pegawai 5 Orang

Jumlah Total 10 Orang

Jumlah keseluruhan informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10

orang.Jumlah tersebut diambil karena penulis menganggap para informan telah

memberikan jawab yang sama tentang masalah penelitian atau telah mencapai

titik jenuh, sehingga telah dapat diambil sebuah kesimpulan terhadap

permasalahan yang sedang penulis teliti.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Observasi.

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang

diselidiki, disebut juga observasi langsung. Sedangkan observasi tidak

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

25

langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki (Danim, 2002:

h.140).

Dalam kegiatan pengumpulan data, metode observasi merupakan salah

satu metode utama disamping metode wawancara. Dalam hal ini,

pengamatan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Pengamat berperan serta, yaitu seorang pengamat melakukan dua

peran sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari

objek atau kelompok yang diamati.

2) Pengamatan tanpa berperan serta, yaitu seorang pengamat hanya

berfungsi untuk melakukan pengamatan saja, tanpa ikut menjadi

anggota dari objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung

yaitu pada kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat. Pengamatan dilakukan sendiri secara langsung

ditempat yang menjadi objek penelitian, sedangkan objek yang diamati

adalah aktifitas masyarakat dan aparatur pemerintah dalam menjalankan

wewenang di kecamatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006: h.135). Ada

bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

26

dalam kepustakaan, diantaranya dikemukakan oleh Patton (dalam

Moleong, 2006: h.197) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua

model wawancara yaitu :

a Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis

wawancara yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1) Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok

yang dinyatakan dalam proses wawancara

2) Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara

dilakukan.

3) Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara

berurutan.

4) Penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal

tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.

5) Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar

tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-

pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.

b Wawancara baku terbuka, yaitu jenis wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara

penyajiannya pun sama untuk setiap informan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumen dalam penelitian ini

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

27

digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsir, bahkan untuk

meramalkan (Moleong, 2006: h.191).

Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang

berdiri sendiri, akan tetapi seringkali bersamaan dengan penggunaan

teknik pengumpulan data yang lainnya. Disaat kita mempelajari

dokumentasi pasti diawali dengan wawancara terutama yang menyangkut

pembicaraan yang ada kaitannya dengan dokumen yang akan dipelajari.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai

pelengkap dari teknik pengumpulan data lainnya. Data-data yang diambil

dari dokumen hanya meliputi gambaran umum tempat penelitian, yang

diperoleh dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD)Kabupaten Aceh Baratyang meliputi jumlah profil kantor, visi-

misi, jumlah pegawai, dan tingkat pendidikan pegawai serta saranalainnya.

3.2.5 Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan siap dalam 4 bulan yaitu Januari s/d April

Tahun 2015 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian di Lapangan

No Rencana Kegiatan

Bulan Dan Minggu

Jan Feb Mar aprl

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1. Menyusun Proposal Skripsi

2. Seminar Proposal

3. Pelaksanaan Penelitian dan

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

28

analisis data

4. Pengolahan data

5. Penulisan Laporan

6. Bimbingan tahap akhir dan

penulisan hasil koreksi

7. Ujian Skripsi

8 Perbaikan skripsi

Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sesuai dengan kondisi di lapangan

3.3 Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka

peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Moleong, 2006: h.4). Peneliti merupakan

instrumen kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan

skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan

wawancara dengan informan.

Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian dimaksudkan untuk

mendapatkan data-data yang valid dan realible. Namun, untuk membantu

kelancaran dalam melaksanakannya, peneliti juga didukung oleh instrumen

pembantu sebagai panduan wawancara. Oleh karena itu, sebelum turun ke

lapangan maka peneliti akan membuat terlebih dahulu panduan wawancara untuk

memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Alat bantu yang digunakan

dalam pengumpulan data yaitu kamera digital, pedoman wawancara, alat tulis,

dokumen, laporan-laporan dan lain sebagainya.

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

29

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2006: h.103). Analisa data

menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta

hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka

analisis data yang digunakan non statistik.

Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif,

dimana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun

tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi

kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatam pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data serat verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.

Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah

atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan atau balur verifikasi data (Miles, 2007: h.15-19).

1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007: h.17).

Reduksi data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

agar diperoleh kesimpilan yang dapat ditarik atau verifikasi. Dalam

penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

30

dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dipilih dan

dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.

2. Penyajian data, adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

(Miles dan Huberman, 2007: h.18). Dalam hal ini, data yang telah

dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian

data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek

yang diteliti.

3. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data adalah sebagian

dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-makna yang muncul dari data

telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya

(Miles dan Huberman, 2007: h.19). Penarikan kesimpulan berdasarkan

pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam

pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok

permasalahan yang diteliti.

3.5 Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketentuan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan

member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugyono, 2008: h.270). Adapun

pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :

1. Perpanjangan Pengamatan. Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan

karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

31

diperoleh masih kurang memadai. Menurut Moleong (2006: h.327)

perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian

sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Peneliti berperan sebagai

anggota masyarakat tempat penelitian dilakukan, berbaur dengan

masyarakat dan mengikuti segara aktivitas dalam masyarakat sampai

diarasakan data yang diperoleh telah cukup dan memadai.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan

dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun

dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk

memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak. Dalam hal ini

peneliti berperan untuk melihat dan mengamati lebih mendalam tentang

fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan penelitian yang

dilakukan, peneliti juga lebih banyak membaca dan mencari referensi

lainnya yang terkait dengan temuan yang ditemui dalam penelitian,

sehingga dapat mengambil suatu kesimpulan yang benar dan dapat

dipercaya.

3. Triangulasi. Analisa triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk

mengatasi masalah akibat dari kajian mengandalkan suatu teori saja, satu

macam data atau satu metode penelitian saja (Sugyono, 2007: h.225).

Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara. Menurut (Sugyono, 2008: h.273-274), terdapat

minimal 3 (tiga) macam triangulasi, yaitu :

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

32

a) Triangulasi sumber data. Pada triangulasi ini, data di cek

kredibilitasnya dari berbagai sumber data yang berbeda dengan

teknik yang sama, misalnya mengecek sumber data antara

bawahan, atasan dan teman.

b) Triangulasi teknik pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya

dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan

sumber data yang sama.

c) Triangulasi waktu pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya

dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan

teknik yang sama.

Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi

lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data

(Sugyono, 2008: h.241)

4. Pemeriksaan teman sejawat. Dilakukan dengan mendiskusikan data hasil

temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan

mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan

yang berguna untuk proses penelitian.

5. Member Check. Dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian

kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek

kebenaran data dan interprestasinya. Menurut Moleong (2006: h.336)

pengecekan dilakukan dengan jalan :

a. Penilaian dilakukan oleh responden

b. Mengkoreksi kekeliruan

c. Menyediakan tambahan informasi

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

33

d. Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan

kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data

e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan

Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari

temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkkan ketika partisipan

mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai

pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang

telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Sebagaimana yang diamanatkan pada alinea ke IV Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945 behwa untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berdasarkan pancasila,

termasuk perlindungan atas bencana, maka pemerintah pusat dan pemerintah

daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Selama ini penanganan bencana dilaksanakan secara parsial oleh instansi-

instansi teknis terkait, seperti Departemen Sosial, Departemen Kesehatan,

Departemen PU, dan lain-lain. Begitu pula pada tingkat provinsi dan

Kabupaten/Kota, sehingga koordinasi antara instansi tersebut cukup sulit. Selain

itu ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penanggulangan bencana

yang ada belum dapat di jadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta

tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa

Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara

terencana, terkoordinasi dan terpadu.

Oleh karena itu, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana, dibentuklah sebuah Badan Penanggulangan

34

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

35

Bencana yang bersifat nasional yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) ditingkat pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di

tingkat daerah. Adapun hubungan kerja antara BNPB dan BPBD bersifat

koordinasi dan teknis kebencanaan dalam rangka upaya peningkatan kualitas

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

4.1.2 Profil BPBD Kabupaten Aceh Barat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat

adalah sebuah perangkat daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas

dan fungsi-fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana. Lembaga ini

dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang kedudukannya dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati Aceh Barat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat

beralamat di Jalan Beringin Maju No.14 a Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten

Aceh Barat Provinsi Aceh. Seperti halnya lembaga pemerintah lain, BPBD

Kabupaten Aceh Barat juga memiliki visi dan misi organisasi yang menjadi acuan

seluruh pegawai dalam melaksanaan pekerjaan. Adapun visi dan misi dari Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dapat diuraikan

melalui tabel 4.1 berikut ini;

Tabel 4.1

Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat

VISI

“Mewujudkan Kabupaten Aceh Barat yang Tangguh dalam

Menghadapi Bencana”

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

36

MISI

1. Mengembangkan tata kelola penanggulangan bencana

2. Memperkuat kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana

3. Meningkatkat kualitas SDM melalui pelatihan dan penataran

tentang penaggulangan bencana

4. Memberdayakan masyarakat dalam penanggulangan bencana

5. Membangun kerjasama anatar pemangku kepentingan dalam

penanggulangan bencana

Sumber: Profil BPBD Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

Sebagai lembaga pemerintah, BPBD Kabupaten Aceh Barat memiliki

tugas dan fungsi yang harus dijalankan dengan baik. Terdapat beberapa tugas

yang diberikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat, yaitu:

1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darutat,

rehabilitasi, serta rekontruksi secara adil dan setara ditingkat Kabupaten

Aceh Barat.

2. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan

bencana di Kabupaten Aceh Barat berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

3. Menyusun, menetapkan dan mengkonfirmasi peta rawan bencana.

4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.

5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati

setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi

darurat bencana.

6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

37

7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan yang menjadi fungsi dari Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi Koordinasi.

Dilakukan pada tahap pra bencana dan pasca bencana melalui koordinasi

dengan SKPD lainnya di daerah, lembaga usaha, dan pihak lain yang

diperlukan.

2. Fungsi Komando.

Dilaksanakan melalui pengerahan Sumber Daya Manusia (SDM),

peralatan, logistik yang berasal dari SKPD lainnya.

3. Fungsi Pelaksana.

Dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan SKPD lain,

instansi, dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan

penanggulangan bencana.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, selama ini Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dibantu oleh

para pegawai (baik PNS maupun Honorer) yang selama ini bekerja menjalankan

tugas-tugas dalam rangka penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Barat

sesuai dengan visi-misi yang telah ditetapkan. Berikut kami sampaikan daftar

jumlah pegawai Dinas Pendidikan berdasarkan jenis kelamin.

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

38

Tabel 4.2

Daftar Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 137 Orang

2 Perempuan 12 Orang

Jumlah Total 149 Orang

Sumber: Profil BPBD Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah pegawai laki-laki yang bekerja

pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat

jauh lebih banyak dari pada pegawai perempuan. Hal tersebut dapat dimaklumi

karena BPBD merupakan lembaga yang melaksanakan tugas-tugas berat dan

penuh resiko, sehingga memerlukan tenaga ekstra dan ketahanan fisik dalam

melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, jumlah pegawai laki-laki yang

bekerja di BPBD Kabupaten Aceh Barat sangat mendominasi dibandingkat

dengan pegawai perempuan. Selain itu, berikut ini juga kami sampaikan daftar

jumlah pegawai pada kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat berdasarkan status

kepegawaiannya;

Tabel 4.3

Jumlah Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian

NO Jenis/Status Pegawai Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 46 Orang

2 Tenaga Honorer 100 Orang

3 Tenaga Bakti 3 Orang

Jumlah Total 149 Orang

Sumber: Profil BPBD Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa selama ini BPBD Kabupaten

Aceh Barat memiliki 149 orang pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,

para Tenaga Honorer dan Tenaga Bakti. Para pegawai tersebut bekerja sesuai

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

39

dengan bidang pekerjaan masing-masing yang telah ditetapkan oleh pimpinan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

Secara konsep, kinerja organisasi pemerintah dalam hal ini BPBD

Kabupaten Aceh Barat juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan para

pegawai yang bekerja di dalamnya. Semakin baik tingkat pendidikan para

pegawai maka akan lebih cenderung menghasilkan kinerja yang lebih maksimal.

Berikut kami tampilkan daftar pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat berdasarkan

tingkat pendidikan;

Tabel 4.4

Daftar Tingkat Pendidikan Pegawai

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

1 S2 2 Orang

2 S1 15 Orang

3 D.III 4 Orang

4 SMA/SMK/Sederajat 122 Orang

5 SMP 6 Orang

6 SD -

Jumlah Total 149 Orang

Sumber: Profil BPBD Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan para

pegawai pada kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat masih belum baik. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah pegawai yang berpendidikan

SMA/SMK/Sederajat dan hanya sedikit pegawai yang bergelar sarjana. Kondisi

tersebut kurang baik bagi sebuah organisasi pemerintah dalam menjalankan dan

melaksanakan tugas-tugasnya, untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan

pendidikan para pegawai yang bekerja di BPBD Kabupaten Aceh Barat.

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

40

4.1.3 Susunan Organisasi BPBD Kabupaten Aceh Barat

Di dalam sebuah instansi pemerintahan memiliki beberapa pegawai yang

akan menentukan kelancaran dan kesuksesan dalam proses-proses pelaksanaan

tugas yang telah ditetapkan. Pada BPBD Kabupaten Aceh Barat selama ini

terdapat beberapa tenaga pegawai yang dapat menunjang kelancaran pelayanan

penanggulangan bencana yang tersusun secara rinci sesuai dengan tugas dan

bidang masing-masing. Berikut susunan organisasi Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari:

1. Kepala

Kepala Pelaksana BPBD mempunyai tugas membantu Kepala BPBD

dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi penanggulangan bencana yaitu

melaksanakan penanggulangan bencana secara terintrigrasi yang meliputi

prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Kepala Pelaksana

BPBD dalam melaksanakan tugas menyelanggarakan fungsi:

a) Perumusan kebijakan Penanggulangan Bencana yang meliputi

prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.

b) Pengoordinasian penanggulangn bencana dengan instansi terkait yang

meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.

c) Pengkomandoan penanggulangan bencana yang meliputi prabencana,

saat tanggap darurat dan pasca bencana.

d) Pelaksanaan penanggulangan bencana secara terkoordinasi dan

terintrigitas bersama instansi terkait yang meliputi prabencana, saat

tanggap darurat dan pasca bencana.

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

41

e) Pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan penanggulangan

bencana meliputi prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana.

f) Pembinaan dan pengawasan satuaan tugas di lingkungan BPBD.

g) Pembinaan administrasi dan aparatur di lingkungan BPBD.

h) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

2. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala

Pelaksana BPBD Lingkup Kesekretariatan yang meliputi

mengoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian program,

administrasi umum dan sumber daya serta kerjasama, Sekretaris dalam

melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan program dan kegiatan Kesekretariatan.

b) Pengoordinasian, sinkronisasi dan intergritas program perencanaan,

dan perumusan kebijakan di Lingkungan BPBD.

c) Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan

peraturan perundang-undangan, organisasi, tatalaksana, peningkatan

kapasitas SDM, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga.

d) Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol.

e) Pengoordinasian dan pengendalian program di Lingkungan Badan.

f) Fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarahan

penanggulangan bencana.

g) Pengumpulan data dan informasi kebencanaan di wilayah Kabupaten

Aceh Barat.

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

42

h) Pengoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana.

i) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

kesekretariatan.

j) Penyusunan dan pengkoordinasian pelaporan yang meliputi laporan

kinerja dinas, laporan akuntabilitas, laporan pelaksanaan program/

kegiatan Badan.

k) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan lingkup tugasnya

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Sekretaris lingkup perencanaan dan

pengendalian. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian dalam

melaksanakan tugas melaksanakan fungsi :

a) Penyusunan program dan kegiatan pada Sub Bagian Perencanaan dan

Pengandalian.

b) Pelaksanaan pengoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang.

c) Pengoordinasian penyusunan program dan kegiatan bidang-bidang.

d) Penyelenggaraan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan bidang-bidang.

e) Penyusunan dan pengoordinasian pelaporan yang meliputi laporan

kinerja dinas, laporan akuntabilitas, laporan pelaksanaan program dan

kegiatan dinas.

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

43

4. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (Damkar)

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan atau yang dikenal dengan

devisi pemadam kebakaran mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Kepala Pelaksana Badan Lingkup Pencegahan dan Kesiapsiagaan

yang meliputi mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang

pencegahanm, mengatasi dan menanggulangi kebakaran, mitigasi dan

kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. Kepala

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan

kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat.

b) Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan,

mitigasi dan kesiapsigaan pada prabencana serta pemberdayaan

masyarakat.

c) Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di

bidang Pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta

pemberdayaan masyarakat.

d) Pemantauan, evaluasi dan analisa pemaparan tentang pelaksaan

kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan para

prabencana serta pemberdayaan masyarakat.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan lingkup tugasnya.

5. Kepala Seksi Pencegahan

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

44

Kepala Seksi Pencegahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Kepala Seksi Pencegahan

dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan

bencana lingkup pencegahan.

b) Pengkoordinasian penanggulangan bencana lingkup pencegahan.

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas penanggulangan bencana lingkup

pencegahan.

d) Pengawasan, pemantuan, evaluasi dan pelaporan penanggulangan

bencana.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

6. Kepala Seksi Kesiapsiagaan

Kepala seksi kesiapsiagaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan lingkup kesiapsiagaan.

Kepala seksi kesiapsiagaan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan

fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kabijakan di bidang penanggulangan

bencana lingkup kesiapsiagaan.

b) Pengoordinasian penangulangan bencana lingkup kesiapsiagaan.

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas penanggulangan bencana lingkup

kesiapsiagaan.

d) Pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan penanggulangan

bencana lingkup kesiapsiagaan.

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

45

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

7. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik

Kepala bidang kedaruratan dan logistik mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas kepala pelaksana BPBD lingkup kedaruratan dan logistik

yang meliputi mengoordinasikan dan melaksanakan kebijakan

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik.

Kepala bidang kedaruratan dan logistik dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.

b) Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan

pengungsi dan dukungan logistik.

c) Komando penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.

d) Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada

saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.

e) Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penangan

pengungsi dan dukungan logistik.

f) Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan lingkup tugasnya.

8. Kepala Seksi Kedaruratan.

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

46

Kepala seksi kedaruratan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

kepala bidang kedaruratan dan logistik lingkup kedaruratan yang meliputi

tanggap darurat dan penanganan pengungsi. Kepala seksi kedaruratan

dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang penanggulangan

bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi.

b) Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan bidang penanggulangan

bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi.

c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penanggulangan bencana lingkup

kedaruratan.

d) Pembinaan administrasi dan aparatur lingkup seksi Kedaruratan.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

9. Seksi Logistik.

Kepala seksi logistik mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

kepala bidang kedaruratan dan logistik lingkup logistik yang meliputi

penyediaan sumber daya dan dukungan logistik, pendistribusian logistik.

Kepala seksi logistik dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan

fungsi:

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan

becana melalui penyediaan sumber daya dan pemberian dukungan

logistik dan pendistribusian logistik.

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

47

b) Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana

melalui penyediaan sumber daya, pemberian dukungan logistik dan

pendistribusian.

c) Pembinaan administrasi dan aparatur lingkup Seksi Logistik.

d) Pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pemberian

dukungan logistik dan pendistribusian.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

10. Bidang Rehabiitasi dan Rekonstruksi

Kepala bidang rehabilitasi dan rekontruksi mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas kepala badan lingkup rehabilitasi dan

rekontruksi yang meliputi mengkoordinasikan dan melaksanakan

kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. Kepala

bidang rehabillitasi dan rekontruksi dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan kebijakan penenggulangan bencana pada pasca bencana.

b) Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan

bencana pada pasca bencana.

c) Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada

pasca bencana.

d) Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan pelaksanaan kebijakan

dibidang penanggulangan bencana pada pasca bencana.

e) Pembinaan administrasi dan aparatur lingkup Bidang Rehabilitasi dan

Rekonstruksi.

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

48

f) Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

11. Kepala Seksi Rehabilitasi

Kepala Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi lingkup Rehabilitasi.Kepala

Seksi Rehabilitasi dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang penganggulangan

bencana pada pasca bencana meliputi rehabilitasi wilayah bencana.

b) Pengumpulan bahan dan data untuk penyusunan kebijakan rehabilitasi

korban bencana dan rehabilitasi sarana dan prasarana umum.

c) Penyusunan bahan kebijakan pemulihan sosial psikologi masyarakat

korban bencana.

d) Pengkoordinasian pelaksanaan pemberian perbaikan perumahan

korban bencana, sistem pelayanan kesehatan pada wilayah bencana.

e) Pengumpulan bahan dan data penyusunan metode dan sistem

rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial, ekonomi, budaya,

keamanan dan ketertiban dan pelayanan publik.

f) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Rehabilitasi.

g) Pembinaan administrasi dan aparatur lingkup seksi Rehabilitasi.

h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

12. Kepala Seksi Rekonstruksi.

Kepala seksi Rekonstuksi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Kepala Bidang Rehabilitasidan Rekonstruksi lingkup Rekonstruksi.

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

49

Kepala Seksi Rekonstruksi dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan

fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan

bencana yang meliputi pembangunan kembali sarana dan prasarana

atau fasilitasi umum pada wilayah bencana.

b) Pengumpulan bahan dan data dalam rangka pembangunan sarana

sosial masyarakat.

c) Pengoordinasian dalam rangka penerapan dan metode dan sistem yang

lebih baik dan tahan bencana.

d) Penyusunan kebijakan dan pedoman peningkatan partisipasi dan peran

serta lembaga organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan

masyarakat, serta peningkatan kondisi sosial ekonomi dan budaya.

e) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rokonstruksi.

f) Pembinaan administrasi dan aparatur lingkup seksi Rekonstruksi.

g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

4.2 Hasil Penelitian

Kondisi tubuh yang sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi

fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau

gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi

dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan

mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati,

merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,

perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

50

kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan dan perlindungan kesehatan

seoptimal mungkin.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan salah satu

instansi pemerintah yang memiliki risiko tinggi dalam setiap pelaksanaan

tugasnya, sehingga pemeliharaan dan perlindungan kesehatan terhadap para

pegawai merupakan hal sangat penting dan utama yang harus dilakukan oleh para

pimpinan. Manfaat perlindungan tersebut akan dapat memberikan rasa aman

kepada para pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sehingga

dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas

kerja, terutama dalam penanggulangan bencana.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan terlihat bahwa

selama ini proses pelaksanaan tugas penanggulangan bencana yang dilakukan

oleh pihak BPBD Kabupaten Aceh Barat telah berjalan dengan lancar

sebagaimana mestinya. Berikut hasil wawancara penulis dengan para informan

dalam penelitian ini;

“Proses pelaksanaan tugas penanggulangan bencana yang

dilakukan oleh pihak BPBD selama ini telah berjalan dengan baik

dan lancar. Pelaksanaan tugas tersebut dilaksanakan berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. BPBD Kabupaten

Aceh Barat selama ini selalu menjadi yang terdepan dalam setiap

proses penanggulangan bencana” (Saiful AB, Kepala BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pernyataan Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat di atas sejalan dengan

pernyataan Kasubbag Umum dan Kasubbag Program pada BPBD Kabupaten

Aceh Barat, berikut petikan wawancaranya;

“Menurut saya, pelaksanaan tugas-tugas penanggulangan bencana

yang kami lakukan selama ini berjalan dengan lancar sebagaimana

mestinya. Kami selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik

dalam setiap pekerjaan penanggulangan bencana. Hal tersebut

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

51

dapat dilihat dari aktifitas para pegawai yang selalu siap siaga

dikantor menunggu laporan dari masyarakat apabila terjadi sebuah

bencana” (Yenni Efrida, Kasubbag Umum BPBD Kabupaten Aceh

Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

“Menurut pendapat kami, selama ini pelaksanaan tugas

penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Barat telah berjalan

dengan baik. BPBD Kabupaten Aceh Barat sebagai lembaga

pelaksana telah melakukan tugas-tugas penangulangan bencana

dengan baik sesuai dengan tupoksi bidang masing-masing”

(Dharmawan, Kasubbag Program dan Pelaporan BPBD Kabupaten

Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Pendapat para informan di atas juga diperkuat oleh pernyataan salah

seorang Staf Pelaksana/Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut hasil

wawancaranya;

“Menurut pendapat saya, selama ini kami (BPBD Kabupaten Aceh

Barat) telah melaksanakan tugas-tugas penanggulangan bencana di

dalam masyarakat secara maksimal, karena hal tersebut memang

telah menjadi tugas dan kewajiban kami mereka selaku aparatur

pemerintah yang diberikan tugas dalam bidang penanggulangan

bencana. Dalam penanggulangan bencana, kami selalu siap siaga

dan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati” (Faisal Andrian M,

Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16

Februari 2016 )

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Aceh Barat tergolong pada pekerjaan yang berisiko tinggi,

karena para pegawai selalu dihadapkan dengan tugas-tugas penanggulangan,

pertolongan dan penyelamatan yang berbahaya seperti banjir, gempa bumi,

tsunami, kebakaran dan lain-lain. Oleh karena itu, perlindungan terhadap

kesehatan para pegawai menjadi sangat penting untuk selalu diperhatikan karena

akan berpengaruh terhadap kinerja para pegawai. Ketika ditanyakan tentang

pentingnya kesehatan kerja bagi para pegawai yang bekerja di Kantor BPBD, para

informan memberikan jawabannya sebagai berikut;

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

52

“Menurut saya, kesehatan bagi para pegawai merupakan suatu hal

yang sangat penting dan utama dalam pelaksanaan setiap

pekerjaan. Dengan kondisi kesehatan yang baik, maka setiap

pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik pula. Bagi kantor

BPBD ini, kesehatan pegawai telah manjadi perhatian serius dari

pimpinan dan seluruh pegawai, karena pekerjaan yang dilakukan

sangat beresiko bagi kesehatan para pegawai” (Edison, Sekretaris

BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari

2016)

Sejalan dengan pernyataan di atas, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan

juga memberikan komentarnya terkait pentingnya kesehatan kerja bagi para

pegawai, berikut petikan wawancaranya;

“Kesehatan kerja bagi para pegawai yang bekerja di Kantor BPBD

ini sangat penting untuk selalu diperhatikan karena jenis pekerjaan

yang terdapat di kantor BPBD tergolong pekerjaan yang berisiko

tinggi, sehingga para pegawai akan selalu berhadapan dengan

pekerjaan bahaya yang dapat mengganggu kesehatan para

pegawai” (Joni Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan

BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari

2016)

Selanjutnya, salah seorang perwakilan Pegawai BPBD juga memberikan

tanggapan melalui petikan wawancara berikut ini;

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pekerjaan pada Kantor

BPBD ini sedikit berbeda dengan lembaga pemerintah lainnya.

Pekerjaan pada Kantor BPBD memiliki risiko kerja yang lebih

tinggi terhadap kesehatan para pegawainya. Oleh karena itu,

kesehatan kerja para pegawai menjadi sangat penting dalam setiap

pelaksanaan tugas penanggulangan bencana. Kesehatan kerja para

pegawai harus terjamin, sehingga para pegawai akan lebih

maksimal dalam bekerja” (Toni Shaputra, Pegawai BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara di atas terlihat bahwa seluruh

informan memiliki pandangan yang sama tentang kesehatan kerja para pegawai

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat. Seluruh informan menyatakan bahwa

kesehatan kerja para pegawai merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

diperhatikan karena pekerjaan yang dilakukan para pegawai sangat berisiko dan

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

53

dapat mengganggu kesehatan para pegawai. Melihat kondisi tersebut, maka

sangat diperlukan upaya-upaya perlindungan kesehatan kerja terhadap Pegawai

pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat.

Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi para pegawai dalam

bekerja di lapangan.

Untuk melihat pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja terhadap Pegawai

pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat,

penulis menggunakan teori Simajuntak (2000: h.35), yang menyatakan bahwa

untuk melindungi kesehatan para pegawai dapat dilakukan dengan beberapa hal

yaitu 1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan ppegawai melalui

pemeriksaan pekerja secara berkala, 2) Memberikan keterangan prosedur kerja

sebelum bekerja, 3) Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuannya 4)

Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin, 5) Memberikan

jaminan kesehatan kerja kepada para pegawai. Teori inilah yang penulis jadikan

sebagai indikator dalam melihat pelaksanaan perlindungan kesehatan kerja

terhadap Pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Aceh Barat.

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pegawai.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat merupakan

sebuah instansi pemerintah yang memiliki risiko kerja tinggi apabila

dibandingkan dengan instansi pemerintah lainnya, untuk itu diperlukan sebuah

upaya serius dari pimpinan (pemerintah) dalam melindungi kesehatan kerja para

pegawainya yang melakukan tugas penanggulangan bencana di lapangan. Ketika

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

54

ditanyakan apakah selama ini ada upaya dari Kantor BPBD Kabupaten Aceh

Barat dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan para pegawai, masing-

masing informan memberikan tanggapannya sebagai berikut:

“Kami sangat menyadari bahwa kesehatan para pegawai

merupakan sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu, kami

sangat memperhatikan hal tersebut dengan melakukan kegiatan-

kegiatan pemeliharaan kesehatan seperti melaksanakan kegiatan

olah raga secara rutin, menyediakan sarana pelindung dalam setiap

pelaksanaan tugas dan selalu memberikan arahan kepada pegawai

untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja

serta mengikuti segala pedoman/petunjuk penyelamatan ketika

terjadi musibah bencana” (Saiful AB, Kepala BPBD Kabupaten

Aceh Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pernyataan Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat tersebut diperkuat oleh

jawaban Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, berikut hasil wawancaranya;

“Menurut saya selama ini pihak BPBD Aceh Barat sangat

memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pegawai yang

bertugas melakukan penanggulangan bencana. Upaya pemeliharaan

kesehatan pegawai dilakukan dengan melakukan berbagai

persiapan secara matang sebelum melaksanakan tugas di lapangan

serta selalu mengarahkan para pegawai untuk mengikuti prosedur

dan petunjuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana. Hal

ini dilakukan untuk menghindari para pegawai dari berbagai

kecelakaan kerja yang dapat mengganggu kesehatan para pegawai”

(Joni Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Pendapat serupa juga disampaikan oleh perwakilan salah seorang pegawai

BPBD yang selama ini melakukan tugas penanggulangan bencana di lapangan,

berikut petikan wawancaranya;

“Menurut pendapat kami, telah ada upaya yang dilakukan oleh

pihak kantor BPBD ini untuk melindungi dan memelihata

kesehatan kami (pegawai) yang bekerja di lapangan. Upaya yang

dilakukan tersebut dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan

lembaga-lembaga perlindungan kesehatan seperti rumah sakit dan

BPJS. Pemeliharaan kesehatan juga dilakukan dengan

menggalakkan olah raga bersama (senam pagi) kepada para

pegawa. Selain itu, pimpinan juga selalu mengingatkan kami untuk

selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

55

setiap pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana” (Rosihan

Indra, Pegawai Honorer BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 16 Februari 2016)

Dari pernyataan para informan di atas, terlihat bahwa selama ini Pihak

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat telah berupaya untuk melakukan beberapa

kegiatan dalam rangka perlindungan terhadap kesehatan para pegawai yang

melakukan penanggulangan bencana di lapangan. Mereka sangat menyadari

tentang pentingnya kesehatan kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Salah satu bentuk kegiatan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

para pegawai adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan seluruh pegawai

secara berkala. Ketika ditanyakan tentang hal tersebut, para informan memberikan

tanggapannya sebagai berikut;

“Kalau pemeriksaan secara berkala terhadap kesehatan para

pegawai, harus diakui memang belum kami lakukan. Hal tersebut

belum terlaksana karena memang belum tersedianya anggaran

untuk kegiatan tersebut. Kedepan kami akan coba mengusulkan

anggaran untuk kegiatan tersebut kepada pemerintah daerah,

mudah-mudahan dapat diakomodir” (Edison, Sekretaris BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

“Masalah kegiatan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala

sampai saat ini belum dilakukan oleh pihak BPBD, belum ada

program khusus untuk itu. Pemeriksaan kesehatan pegawai selama

ini dilakukan oleh masing-masing pegawai secara mandiri.

Biasanya kalau ada pegawai yang sakit, langsung berobat

kepuskesmas atau rumah sakit terdekat” (Dharmawan, Kasubbag

Program dan Pelaporan BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 14 Februari 2016)

Pernyataan kedua informan di atas menggambarkan bahwa selama ini

belum adanya pemeriksaan kesehatan terhadap para pegawai secara berkala.

Selama ini pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh masing-masing pegawai secara

mandiri. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan beberapa orang pegawai di

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut hasil wawancaranya;

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

56

“Sepengetahuan saya, sampai saat ini di Kantor BPBD Kabupaten

Aceh Barat belum ada kegiatan pemeriksaan kesehatan terhadap

pegawai secara berkala. Pemeriksaan kesehatan biasanya dilakukan

sendiri oleh masing-masing pegawai. Kalaupun ada yang sakit,

itupun langsung berobat sendiri ke rumah sakit” (Rahma Sari,

Pegawai Honorer BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 16 Februari 2016)

“Tidak. Selama ini belum ada kegiatan pemeriksaan kesehatan

secara berkala kepada para pegawai, baik itu bagi PNS maupun

pegawai honorer. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sendiri oleh

para pegawai yang merasa membutuhkan kesehatannya untuk

diperiksa. Kami sangat berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan

secepatnya, karena mengingat pekerjaan yang cukup berat yang

akan dijalankan para pegawai, sehingga memerlukan kesehatan

yang baik dan prima” (M. Jamil, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh

Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Komentar perwakilan para pegawai tersebut semakin mempertegas bahwa

selama ini pihak Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat belum pernah melakukan

kegiatan pemeriksaan kesehatan para pegawainya secara berkala. Kegiatan ini

penting dilakukan untuk melihat kondisi para pegawai yang akan melakukan

tugas penanggulangan bencana yang cukup berat dan penuh risiko.

2. Memberikan keterangan prosedur kerja (SOP) sebelum bekerja.

Setiap lembaga baik pemerintah maupun swasta tentunya memiliki

prosedur kerja dalam menjalankan tugasnya. Prosedur kerja tersebut biasanya

tertuang dalam sebuah dokumen yang sering dikenal dengan istilah Standar

Operesional Prosedur (SOP). SOP merupakan acuan bagi setiap pegawai dalam

melaksanakan petugas. Dengan adanya SOP maka, suatu pekerjaan akan lebih

terarah dan terhindar dari berbagai kesalahan serta meminimalisir risiko-risiko

kerja yang mengancam keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai.

Sebagai lembaga penagggulangan bencana yang penuh dengan resiko

kerja, sudah seharusnya BPBD Kabupaten Aceh Barat memiliki Standar

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

57

Operesional Prosedur (SOP) yang menjadi dasar bagi seluruh petugas di lapangan

dalam melaksanakan tugas. Ketika ditanyakan apakah Kantor BPBD telah

memiliki prosedur kerja atau Standar Operesional Prosedur (SOP) dalam

menjalankan tugas penanggulangan bencana, masing-masing informan

memberikan jawabannya sebagai berikut;

“Ada. Kami telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)

dalam setiap melakukan kegiatan penanggulangan bencana. Bagi

kami, SOP itu wajib ada sebagai acuan dan pedoman bagi para

petugas kami di lapangan. Setiap bentuk penanggulangan bencana

seperti kebakaran, banjir, tsunami, gempa bumi memiliki SOP

masing-masing, karena cara penanganan bencananya pun berbeda-

beda tergantung jenis bencana” (Saiful AB, Kepala BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pernyataan Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat sejalan dengan pendapat

salah seorang pegawai pada BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut petikan

wawancaranya;

“Pekerjaan kami di BPBD ini kan pekerjaan yang keras dan penuh

resiko, jadi Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam setiap

kegiatan itu wajib ada dan sangat diperlukan. Alhamdulillah selama

ini kantor kami telah memiliki SOP tentang penanggulangan

bencana tersebut. Masing-masing bidang seperti pemadam

kebakaran, banjir dan bencana alam lainnya telah memiliki standar

kerja untuk melakukan penanggulangan bencana di lapangan”

(Toni Shaputra, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 16 Februari 2016)

Selanjutnya, Kapala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan juga

memberikan tanggapannya ketika ditanyakan tentang keberadaan Standar

Operasional Prosedur (SOP) pada BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut hasil

wawancaranya;

“Selama ini kami telah memiliki Standar Operasional Prosedur

(SOP) dalam setiap melakukan kegiatan penanggulangan bencana.

SOP tersebut kami susun secara rinci untuk seluruh bidang

penanggulangan bencana. Dengan adanya SOP ini diharapkan

kepada para petugas bisa lebih siap siaga dan cepat dalam

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

58

penanggulangan bencana” (Joni Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan

Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal

15 Februari 2016)

Pernyataan para informan tersebut memberikan gambaran kepada kita

bahwa selama ini pihak BPBD Kabupaten Aceh Barat telah memiliki Standar

Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas-tugas penanggulangan

bencana. Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut merupakan suatu hal yang

sangat penting dan harus disampaikan kepada seluruh pegawai sebelum mereka

menjalankan pekerjaannya. Ditanyakan apakah Standar Operasional Prosedur

(SOP) telah disampaikan dengan baik kepada seluruh pegawai, para informan

memberikan jawabannya sebagai berikut;

“Sudah, mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) sudah

disampaikan kepada seluruh pegawai, terutama bagi mereka yang

bekerja di lapangan. Informasi tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) tersebut disampaikan secara lisan maupun tertulis

melalui kepala bidang masing-masing” (Edison, Sekretaris BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

“Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan tugas

penanggulangan bencana telah disampaikan kepada seluruh staf

atau petugas di lapangan. SOP tersebut wajib disampaikan oleh

pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas para pegawai.

Penyampaian tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut

biasanya dilakukan oleh para Kabid, Kasi dan Koordinator

penanggulangan bencana” (Yenni Efrida, Kasubbag Umum BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pendapat Sekretaris dan Kasubbag Umum BPBD Kabupaten Aceh Barat

tersebut diperkuat oleh hasil wawancara penulis dengan salah seorang pegawai,

berikut hasil wawancaranya;

“Masalah Standar Operasional Prosedur (SOP) telah disampaikan

oleh para pimpinan kami. SOP tersebut sangat kami perlukan

sebagai acuan dalam menanggulangan bencana. Dengan adanya

Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut kami lebih aman dan

terarah dalam melakukan tugas-tugas di lapangan” (Rosihan Indra,

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

59

Pegawai Honorer BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 16 Februari 2016)

Petikan wawancara di atas memberikan gambaran bahwa pihak Kantor

BPBD Kabupaten Aceh Barat telah menyampaikan prosedur kerja atau Standar

Operasional Prosedur (SOP) kepada seluruh pegawainya. Dengan penyampaian

tersebut diharapkan kepada seluruh pegawai dapat memahami Standar

Operasional Prosedur (SOP) dengan baik. Ketikan ditanyakan apakah para

pegawai Kantor BPBD dapat memahami prosedur kerja tersebut dengan baik,

infroman penelitian memberikan jawabannya sebagai berikut;

“Menurut kami, para pegawai telah dapat memahami prosedur

kerja dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan

baik. Hal ini terlihat dari kinerja yang mereka tunjukkan selama ini

di lapangan pada saat melakukan penanggulangan bencana. Hal

tersebut juga didukung dengan pengalaman mereka yang telah lama

bekerja di kantor ini, jadi prosedur kerja yang harus dijalani

tersebut sudah sangat melekat di dalam diri pegawai” (Saiful AB,

Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 14

Februari 2016)

“Alhamdulillah para pegawai yang selama ini bertugas di lapangan

sudah cukup memahami prosedur kerja tentang penanggulangan

bencana. Mereka sudah mengetahui dengan baik langkah yang

harus mereka lakukan sebelum melaksanakan tugasnya. Hal ini

cukup baik dalam keberhasilan pelaksanaan tugas” (Dharmawan,

Kasubbag Program dan Pelaporan BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh perwakilan pegawai pada BPBD

Kabupaten Aceh Barat, berikut petikan wawancaranya;

“Kalau masalah SOP, menurut saya para pegawai BPBD ini telah

memahaminya dengan baik. Kami telah sering melakukan kegiatan

penanggulangan bencana, jadi sudah biasa untuk mengikuti

prosedur tersebut. Selain itu, kegiatan latihan rutin juga membantu

kami untuk lebih mengerti dan memahami prosedur kerja tersebut”

(Faisal Andrian M, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

60

Dari hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa para pegawai pada

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat telah memahami setiap prosedur kerja atau

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penanggulangan bencana pada bidang

masing-masing. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap jenis

penanggulangan bencana (seperti banjir, gempa, tsunami, kebakaran) memiliki

prosedur kerja tersendiri dalam penanggulangannya, artinya prosedur kerja

disesuaikan dengan jenis penanggulangan bencana yang akan dilakukan.

3. Menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuan

Pegawai merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah organisasi,

karena keberadaan pegawai akan sangat menentukan keberhasilan sebuah

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

pengelolaan terhadap keberadaan pegawai harus dilakukan dengan baik, yaitu

dengan menempatkan seorang pegawai sesuai dengan kemampuannya.

Menempatkan seorang pegawai pada tempat yang benar akan menghasilkan

kinerja yang baik dan akan mengurangi kesalahan atau resiko dalam bekerja.

Ketika ditanyakan tentang proses penempatan seorang pegawai pada setiap

bidang pekerjaan di Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat, masing-masing

informan memberikan tanggapannya sebagai berikut;

“Tentunya dalam menempatkan seorang pegawai dalam bidang

pekerjaan tertentu kami memiliki banyak pertimbangan diantaranya

adalah keahlian dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh

pegawai. Kami selalu mencoba untuk menempatkan seorang

pegawai sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, karena ketika

kita tempatkan seorang pegawai sesuai bidangnya maka akan

memotivasi pegawai tersebut serta akan meminimalisir berbagai

kesalahan dalam kerja” (Saiful AB, Kepala BPBD Kabupaten Aceh

Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

61

“Proses penempatan seorang pegawai selama ini dilakukan dengan

melakukan analisis tentang latar belakang pengalaman dan

pendidikan para pegawai. Selain itu, karena penanggulangan

bencana ini merupakan pekerjaan yang berat dan penuh risiko,

maka kemampuan fisik dan mental para pegawai juga menjadi

perhatian oleh para pimpinan. Hal ini penting dilakukan untuk

menghindari para pegawai dari risiko dan kecelakaan kerja yang

akan mengganggu kesehatan para pegawai itu sendiri” (Edison,

Sekretaris BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15

Februari 2016)

Selanjutnya, memperkuat penyataan di atas Kepala Bidang Pencegahan

dan Kesiapsiagaan juga memberikan tanggapannya sebagai berikut;

“Ketika ingin menempatkan seseorang pegawai pada suatu bidang

pekerjaan, kami selalu diajak oleh pimpinan melakukan diskusi

untuk melihat kemampuan dan pengalaman para pegawai tersebut.

Artinya bahwa kami selalu memperhatikan faktor kemampuan dan

pengalaman seseorang sebelum memberikan mereka pekerjaan. Hal

tersebut dilakukan agar mereka merasa nyaman dalam bekerja,

sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik pula” (Joni

Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Dari hasil wawancara dengan para informan di atas, terlihat bahwa dalam

menempatkan seorang pegawai pada suatu bidang pekerjaan, pimpinan Kantor

BPBD Kabupaten Aceh Barat memiliki banyak pertimbangan. Hal tersebut

dilakukan untuk bisa menempatkan seseorang sesuai dengan keahlian dan

kemampuannya, sehingga akan meningkatkan kinerja dan mengurangi berbagai

risiko kerja dalam penanggulangan bencana yang dapat berpengaruh terhadap

kesehatan para pegawai. Ketika ditanyakan apakah pimpinan Kantor BPBD telah

menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuan, pendidikan dan

keterampilannya, para pegawai memberikan jawabannya sebagai berikut;

“Iya, menurut saya selama ini pimpinan di kantor ini telah berusaha

untuk menempatkan seorang pegawai pada suatu pekerjaan sesuai

dengan pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki. Saya sendiri

merasakan hal tersebut. Seluruh pegawai yang bekerja di lapangan

menurut saya telah cocok dengan bidang keahlian masing-masing”

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

62

(M. Jamil, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 16 Februari 2016)

“Menurut pengamatan saya, selama ini para pegawai telah

ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan pendidikan dan

keahliannya masing-masing. Kemampuan fisik para pegawai yang

bertugas di lapangan juga menjadi perhatian dari pimpinan, dimana

para pegawai yang telah berusia tua dan kemampuan fisiknya mulai

melemah ditempatkan pada pekerjaan yang lebih kecil resiko

kerjanya” (Rahma Sari, Pegawai Honorer BPBD Kabupaten Aceh

Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

“Menurut saya, para pimpinan telah menempatkan pegawai sesuai

pada tempatnya. Saya melihat para pimpinan telah

mempertimbangkan faktor kemampuan, pendidikan dan

keterampilannya sehingga para pegawai lebih nyaman dalam

bekerja, karena bekerja sesuai dengan keahlian yang kami miliki”

(Rosihan Indra, Pegawai Honorer BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Dari pendapat para pegawai di atas, dapat dikatakan bahwa selama ini para

pimpinan Kantor BPBD Kabupaten Aceh barat telah menempatkan seorang

pegawai pada tempatnya dengan mempertimbangkan kemampuan, pendidikan

dan keterampilannya.

4. Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin

Penerapan disiplin kerja yang baik akan menghasilkan kerja yang baik

pula dan terhindar dari berbagai kesalahan kerja di lapangan. Ketika ditanyakan

tentang tingkat kedisiplinan para pegawai Kantor BPBD dalam menjalankan tugas

penanggulangan bencana, para informan memberikan tanggapannya sebagai

berikut;

“Menurut saya selama ini para pegawai telah cukup disiplin dalam

menjalankan tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat aktivitas pegawai

yang selalu datang ke kantor dan siap siaga walaupun tidak ada

kegiatan penaggulangan bencana. Selain itu, ketika terjadi

bencanapun mereka selalu cepat datang ke kantor melakukan

persiapan penanggulangan bencana tanpa harus dikomandoi oleh

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

63

pimpinan” (Yenni Efrida, Kasubbag Umum BPBD Kabupaten

Aceh Barat, wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat salah seorang pegawai pada

kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut hasil wawancara penulis dengan

informan tersebut;

“Kalau saya lihat, para pegawai selama ini sudah cukup disiplin

dalam pelaksanan tugas penanggulangan bencana maupun

pelaksanaan kegiatan rutin sebagai seorang pegawai. Bentuk

kedisiplinan tersebut dapat dilihat dari kesedian para pegawai

dalam mengikuti setiap prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas

penaggulangan bencana” (Faisal Andrian M, Pegawai BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Menanggapi tentang disiplin pegawai tersebut, sekretaris BPBD

Kabupaten Aceh Barat juga memberikan tanggapannya sebagai berikut;

“Para pegawai kantor BPBD Aceh Barat, baik yang PNS maupun

Non PNS selama ini sudah cukup disiplin dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari. Kedisiplinan tersebut terlihat dari ketepatan waktu

mereka dalam menjalankan tugas, seperti masuk piket, mengikuti

latihan, simulasi dan lain sebagainya. Para pegawai juga selalu siap

apabila diperlukan untuk melakukan penyelamatan dan

memberikan pertolongan kepada masyarakat yang tertimpa

bencana” (Edison, Sekretaris BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, terlihat bahwa para pegawai

pada BPBD Kabupaten Aceh Barat telah disiplin dalam melaksanakan tugas, baik

tugas-tugas rutin maupun tugas penanggulangan bencana di dalam masyarakat.

Kedisiplinan seorang pegawai dalam penanggulangan bencana terlihat dari

kedisiplinan pegawai dalam menggunakan alat-alat pelindung diri secara baik dan

benar. Ditanyakan tentang penggunaan alat-alat pelindung diri untuk menghindari

berbagai risiko dalam bekerja, para informan memberikan jawabannya sebagai

berikut;

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

64

“Iya, dalam menjalankan tugas kami selalu dibekali dengan alat-

alat pelindung keselamatan. Kami selalu memakainya dalam setiap

penanggulangan bencana. Hal tersebut dilakukan untuk

mengurangi berbagai kecelakaan kerja yang dapat mengganggu

kesehatan para pegawai” (Toni Shaputra, Pegawai BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

“Hampir setiap kegiatan penanggulangan bencana yang kami

lakukan selalu menyertakan alat-alat pelindung. Hal ini wajib

dilakukan untuk menghindari dari berbagai kecelakaan. Sebagian

besar petugas menggunakannya, dan hanya beberapa orang yang

tidak memakai karena keberadaan alat atau sarana tersebut masing

kurang dan perlu ada penambahan” (Dharmawan, Kasubbag

Program dan Pelaporan BPBD Kabupaten Aceh Barat)

Selanjutnya, pendapat serupa juga disampaikan oleh Kabid Pencegahan

dan Kesiapsiagaan, berikut hasil wawancaranya;

Selama ini, dalam setiap menjalankan tugasnya para pegawai

diwajibkan untuk menggunakan alat-alat pelindung diri agar

terhindar dari berbagai risiko dalam bekerja. Dengan alat pelindung

tersebut diharapkan kesehatan dan keselamatan para pegawai lebih

terjaga dan terlindungi” (Joni Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan

Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal

15 Februari 2016)

Beberapa pendapat di atas menggambarkan bahwa selama ini para

pegawai telah menggunakan alat-alat pelindung dalam kegiatan penaggulangan

bencana. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari pemeliharaan kesehatan para

pegawai serta untuk menghindari para pegawai dari kecelakaan kerja yang dapat

mengganggu kesehatan.

5. Memberikan jaminan kesehatan kerja kepada para pegawai

Penyelenggaraan jaminan kesehatan untuk para pegawai di lingkungan

instansi pemerintahan diberikan atas dasar untuk meningkatkan kesejahteraan

para pegawai dibidang kesehatan pada umumnya dan untuk meningkatkan

motivasi, produktivitas kerja para pegawai pada khususnya. Seperti yang telah

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

65

dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) merupakan salah satu instansi pemerintah yang memiliki resiko

kerja lebih tinggi yaitu penanggulangan bencana. Ketika ditanyakan apakah para

pegawai Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat memiliki asuransi kesehatan

sebagai jaminan kesehatan mereka dalam menjalankan tugas-tugas

penanggulangan bencana yang penuh dengan risiko, para informan memberikan

tanggapannya sebagai berikut;

“Selama ini para pegawai yang bekerja di Kantor BPBD ini baik

PNS maupun Honorer telah memiliki asuransi kesehatan. Untuk

Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapat perlindungan jaminan

kesehatan melalui PT. ASKES dikarenakan sudah di angkat

menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) maka semua yang

berhubungan dengan kesehatan sudah ditanggung oleh PT.

ASKES. Sedangkan untuk Pegawai Honorer, kami melakukan

hubungan kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk

memberikan asuransi kesehatan kepada para Pegawai Honorer”

(Saiful AB, Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara

tanggal 14 Februari 2016)

“Iya, alhamdulillah para para pegawai yang bekerja disini telah

memiliki asuransi kesehatan sebagai jaminan kesehatan bagi

mereka dalam bekerja di lapangan. Asuransi kesehatan bagi PNS

diberikan melalui PT. Askes sebagaimana umumnya PNS.

Sedangkan untuk Pegawai Honorer kami memberikan asuransi

melalui BPJS Ketenagakerjaan. Adapun sumber anggaran untuk

asuransi para tenaga honorer melalui pemotongan gaji mereka

setiap bulannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku” (Edison,

Sekretaris BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15

Februari 2016)

Pernyataan para informan di atas sejalan dengan pernyataan para pegawai

BPBD Kabupaten Aceh Barat, berikut petikan wawancaranya;

“Ada. Alhamdulillah selama ini kami telah memiliki asuransi

kesehatan, bukan hanya untuk PNS tetapi juga untuk kami para

tenaga Honorer. Berbeda dengan PNS yang secara otomatis

ditanggung oleh Askes, asuransi untuk kami para tenaga Honorer

diberikan melalui BPJS. Setiap bulan gaji kami dipotong untuk

membayar asuransi kesehatan. Secara pribadi saya cukup senang

dengan program tersebut, karena saya merasa lebih nyaman dalam

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

66

bekerja di lapangan” (Rosihan Indra, Pegawai Honorer BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

“Sepengetahuan saya sudah ada. Seluruh pegawai telah

diasuransikan oleh pihak Kantor BPBD. Kalau kami yang PNS itu

melalui PT. Askes, sedangkan bagi para Pegawai Honorer asuransi

kesehatan diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan. Dana untuk

menutupi asuransi tesebut dilakukan dengan melakukan

pemotongan para pegawai setiap bulannya sesuai dengan peraturan

yang ada” (M. Jamil, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa BPBD Kabupaten Aceh Barat

telah memberikan asuransi kesehatan kepada seluruh pegawai, baik PNS maupun

Tenaga Honorer. Asuransi bagi PNS diberikan melalui PT. Askes, sedangkan bagi

Pegawai Honorer diberikan melalui BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut cukup

baik bagi perlindungan dan pemeliharaan kesehatan kerja para pegawai. Dengan

adanya asuransi tersebut para pegawai akan merasa lebih aman dalam bekerja.

Ketika ditanyakan apakah selama ini pihak Kantor BPBD telah mampu

memberikan jaminan perlindungan kesehatan kerja kepada para pegawainya, para

informan memberikan tanggapannya sebagai berikut;

“Menurut pendapat saya, pihak Kantor BPBD telah mampu

memberikan jaminan perlindungan kesehatan kerja kepada para

pegawainya melalui beberapa kebijakan seperti menempatkan

seseorang sesuai kemampuannya, penerapan prosedur kerja dengan

baik dan pemberian asuransi kesehatan kepada para pegawai. Para

pegawai merasa lebih nyaman dalam bekerja dan tidak lagi

memikirkan tentang kesehatannya” (Rahma Sari, Pegawai Honorer

BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari

2016)

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat salah seorang pegawai

lainnya yang selama ini bertugas langsung di lapangan dalam penanggulangan

bencana, berikut petikan wawancaranya;

“Melalui berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini, kami

merasa BPBD Aceh Barat telah memberikan yang terbaik untuk

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

67

melindungi kesehatan para pegawai. Hal tersebut dapat dilihat dari

antusias para pegawai honorer untuk mengikuti program asuransi

BPJS Ketenagakerjaan. Melalui program asuransi tersebut para

pegawai merasa lebih termotivasi dalam melakukan tugas

penanggulangan bencana” (Faisal Andrian M, Pegawai BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Kasubbag Program dan

Pelaporan, berikut petikan wawancaranya;

“Menurut pandangan saya, Kantor BPBD telah mampu

memberikan jaminan perlindungan kesehatan kerja kepada para

pegawainya. Penerapan SOP dengan baik dan pemberian asuransi

bagi para tenaga honorer merupakan langkah yang sangat tepat

untuk melindungi kesehatan para pegawai yang selama ini bekerja

penuh dengan tantangan dan resiko di lapangan” (Dharmawan,

Kasubbag Program dan Pelaporan BPBD Kabupaten Aceh Barat,

wawancara tanggal 14 Februari 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa seluruh informan mengatakan

pihak BPBD Kabupaten Aceh Barat telah mampu memberikan jaminan

perlindungan kesehatan kerja kepada para pegawai. Ketika ditanyakan tentang

hambatan yang dihadapi oleh Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat dalam

memberikan jaminan perlindungan kesehatan kerja bagi para pegawai, masing-

masing informan memberikan tanggapannya sebagai berikut;

“Harus diakui memang terdapat beberapa hambatan yang kami

temukan dalam proses perlindungan kesehatan kerja para pegawai,

diantaranya adalah belum tersedianya anggaran secara khusus

untuk perlindungan kesehatan pegawai, sehingga menghambat

jalannya beberapa program dalam rangka pemeliharaan kesehatan

para pegawai yang bekerja di Kantor BPBD ini” (Edison,

Sekretaris BPBD Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15

Februari 2016)

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kabid Pencegahan dan

Kesiapsiagaan, berikut hasil waancaranya;

“Hambatan yang temui selama ini ialah berhubungan dengan masih

kurangnya sarana dan prasarana serta alat pelindung bagi pegawai

yang bertugas di lapangan. Peralatan saat ini masih belum cukup

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

68

apabila dibandingkan dengan banyaknya jumlah pegawai. Selain

itu, pemerintah daerah belum memberikan anggara khusus untuk

melakukan pemeliharaan kesehatan bagi para pegawai, biaya

asuransi bagi para pegawai masih dibebankan oleh pegawai yang

bersangkutan, sehingga lebih memberatkan para pegawai terutama

pegawai honorer yang gajinya harus dipotong setiap bulan.

Seharusnya asuransi tersebut ditanggung pemerintah” (Joni

Nuriyanto, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Aceh Barat, wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Salah seorang perwakilan pegawai juga memberikan tanggapannya

tentang hambatan dalam perlindungan kesehatan kerja para pegawai, berikut

petikan wawancaranya;

“Menurut saya, hambatan yang dihadapi selama ini adalah

berhubungan dengan sarana dan prasarana penanggulangan yang

masih belum cukup untuk seluruh pegawai seperli alat-alat

pelindung keselamatan. Ketika melakukan tugas penanggulangan

bencana, tidak semua pegawai yang menggunakan alat pelindung,

masih terdapat beberapa pegawai yang belum memakainya karena

belum mencukupi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap

ancaman risiko kerja yang berdampak langsung kepada kesehatan

para pegawai” (Toni Shaputra, Pegawai BPBD Kabupaten Aceh

Barat, wawancara tanggal 16 Februari 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa

hambatan perlindungan kesehatan kerja para pegawai pada BPBD Kabupaten

Aceh Barat, yaitu belum tersedianya anggaran khusus untuk pemeliharaan

kesehatan para pegawai dan masih kurangnya alat-alat perlindungan kerja

pegawai dalam penanggulangan bencana di lapangan.

4.3 Pembahasan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat

merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang penanggulangan

bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menjadi lembaga

yang selalu diandalkan dalam menangani dan menanggulangi berbagai macam

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

69

bencana alam terjadi di Kabupaten Aceh Barat. Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dipimpin oleh seorang kepala badan yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada bupati sebagai kepala

daerah. Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana selama ini dilakukan oleh

para pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun para Pegawai honorer/

kontrak.

Proses pelaksanaan tugas penanggulangan bencana yang dilakukan oleh

pihak BPBD Kabupaten Aceh Barat telah berjalan dengan lancar sebagaimana

mestinya. Pelaksanaan tugas tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang

telah ditetapkan pemerintah. BPBD Kabupaten Aceh Barat selama ini selalu

menjadi yang terdepan dalam setiap proses penanggulangan bencana. Hal tersebut

juga dapat dilihat dari aktifitas para pegawai yang selalu siap siaga dikantor

menunggu laporan dari masyarakat apabila terjadi sebuah bencana.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa

Penanggulangan Bencana merupakan sebuah pekerjaan yang berat dan penuh

dengan risiko. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kesehatan para pegawai

menjadi sangat penting untuk selalu diperhatikan. Dari hasil penelitian ditemukan

fakta bahwa selama ini para pimpinan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat telah memahami dan menyadari tentang

pentingnya kesehatan kerja bagi para pegawai yang bekerja di lapangan.

Kesehatan pegawai telah menjadi perhatian serius dari pimpinan dan

seluruh pegawai, karena dengan kondisi kesehatan yang baik, maka setiap

pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik pula. Seluruh pegawai telah

memiliki pandangan yang sama tentang pentingnya kesehatan kerja, untuk itu

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

70

para pimpinan lembaga dipandang perlu melakukan berbagai upaya perlindungan

terhadap kesehatan kerja pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kabupaten Aceh Barat. Dengan adanya pelaksanaan perlindungan

kesehatan terhadap pegawai secara otomatis juga akan meningkatkan semangat

kerja para pegawai.

Untuk melihat upaya perlindungan kesehatan kerja terhadap pegawai pada

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat, penulis

menggunakan beberapa indikator yang diambil dari teori Simanjuntak (2000:

h.35) yaitu meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pegawai,

memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja, menempatkan pekerja

sesuai dengan kemampuannya, pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur

dan disiplin, memberikan jaminan kesehatan kerja kepada para pegawai. Indikator

penelitian tersebut penulis jadikan sebagai alat dalam melakukan analisis untuk

melihat perlindungan kesehatan kerja terhadap pegawai. Adapun hasil analisis

tersebut dapat penulis uraikan satu persatu berdasarkan indikator yang ada.

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pegawai

Kesehatan kerja merupakan hak bagi seluruh pekerja dan merupakan suatu

hal yang harus selalu diperhatikan oleh pimpinan, baik pada lembaga swasta

maupun lembaga pemerintah. Penyelenggaraan perlindungan kesehatan untuk

para pegawai yang bekerja di lingkungan instansi pemerintahan diberikan atas

dasar untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai di bidang kesehatan pada

umumnya dan untuk meningkatkan motivasi produktivitas kerja para pegawai

pada khususnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap lembaga di instansi

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

71

pemerintah memikirkan tentang pelindungan terhadap kesehatan kerja para

pegawainnya.

Salah satu bentuk pelindungan terhadap kesehatan para pegawai dapat

dilaksanakan dengan cara terus meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan

seluruh pegawai. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terlihat bahwa selama

ini pihak Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat selama ini telah melakukan

beberapa upaya dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pegawai

seperti melaksanakan kegiatan olah raga secara rutin, menyediakan sarana

pelindung dalam setiap pelaksanaan tugas dan selalu memberikan arahan kepada

pegawai untuk selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja

serta mengikuti segala pedoman/petunjuk penyelamatan ketika melaksanakan

tugas penanggulangan bencana.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan

seluruh pegawai juga dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pemeriksaan

kesehatan seluruh pegawai secara berkala. Kegiatan ini sangat penting dilakukan

untuk terus memantau tingkat kesehatan para pegawai, sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan pimpinan dalam pemberian tugas penanggulangan bencana

alam, dengan kata lain bahwa petugas yang memiliki kesehatan baik yang akan

dikerahkan ke lapangan untuk melakukan penanggulangan bencana.

Hasil penelitian penulis di lapangan menunjukkan bahwa selama ini pihak

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat belum pernah melaksanakan kegiatan

pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala. Pemeriksaan kesehatan dilakukan

sendiri secara mandiri oleh para pegawai yang merasa membutuhkan

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

72

kesehatannya untuk diperiksa. Kegiatan tersebut tidak terlaksana karena belum

tersedianya anggaran khusus untuk kegiatan tersebut dari pemerintah daerah.

2. Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja

Selain memerlukan kondisi kesehatan yang baik, pelaksanaan tugas

penanggulangan bencana juga memerlukan standar pelaksanaan kegiatan atau

yang lebih dikenal dengan istilah Standar Operasional Prosedur (SOP).

Keberadaan SOP bagi Kantor BPBD sangat diperlukan sebagai landasan para

pegawai untuk melaksanakan tugas penaggulangan bencana. Standar Operasional

Prosedur (SOP) juga termasuk bagian dari pemeliharaan dan perlindungan

kesehatan pegawai. Dengan adanya prosedur kerja yang baik, maka akan

mengurangi kecelakaan kerja yang akan mengganggu kesehatan para pegawai.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa selama ini pihak

BPBD Kabupaten Aceh Barat telah memiliki prosedur kerja atau Standar

Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas-tugas penanggulangan

bencana. Standar Operasional Prosedur (SOP) disusun secara rinci untuk seluruh

bidang penanggulangan bencana. Setiap bentuk penanggulangan bencana seperti

kebakaran, banjir, tsunami, gempa bumi memiliki SOP masing-masing, karena

cara penanganan bencananya pun berbeda-beda. Dengan adanya SOP ini

diharapkan para petugas bisa lebih siap siaga dan cepat dalam penanggulangan

bencana.

Mengingat Standar Operasional Prosedur (SOP) tersebut merupakan suatu

hal yang sangat penting, maka sudah seharusnya seluruh pegawai mengetahui

tentang SOP tersebut. Para pimpinan memiliki kewajiban untuk menyampaikan

prosedur kerja tersebut kepada para pegawainya. Hasil penelitian yang telah

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

73

penulis lakukan menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP)

penanggulangan bencana telah disampaikan kepada seluruh pegawai, terutama

bagi mereka yang bekerja di lapangan. Informasi tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) tersebut disampaikan secara lisan maupun tertulis melalui kepala

bidang masing-masing.

Dari penyampaian tersebut, kita dapat melihat bahwa para pegawai telah

dapat memahami prosedur kerja dalam bentuk Standar Operasional Prosedur

(SOP) dengan baik. Mereka sudah mengetahui langkah-langkah yang harus

dilakukan sebelum melaksanakan tugasnya. Hal tersebut juga didukung dengan

pengalaman para yang telah lama bekerja di kantor BPBD, jadi prosedur kerja

yang harus dijalani tersebut sudah sangat melekat di dalam diri setiap pegawai.

Selain itu, kegiatan latihan rutin juga membantu para pegawai untuk lebih

mengerti dan memahami prosedur kerja penanggulangan bencana.

3. Menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuannya

Sumber daya manusia (pegawai) merupakan unsur yang sangat penting

dalam sebuah organisasi pemerintah, karena mereka yang akan menjalankan

seluruh fungsi-fungsi organisasi sehingga dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam organisasi harus benar-benar

dapat mengelola sumber daya manusia (pegawai) tersebut dengan baik secara

efektif dan efisien. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan cara

menempatkan seorang pegawai sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan latar

belakang pendidikannya.

Selama ini, proses penempatan seorang pegawai pada setiap bidang

pekerjaan di Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat dilakukan dengan melakukan

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

74

analisis tentang latar belakang pengalaman, keahlian dan pendidikan para

pegawai. Selain itu, karena penanggulangan bencana merupakan pekerjaan yang

berat dan penuh risiko, maka kemampuan fisik dan mental para pegawai juga

menjadi perhatian oleh para pimpinan. Hal ini penting dilakukan untuk

menghindari para pegawai dari risiko dan kecelakaan kerja yang akan

mengganggu kesehatan para pegawai itu sendiri.

Pimpinan di kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat telah berusaha untuk

menempatkan seorang pegawai pada suatu pekerjaan sesuai dengan pengalaman

dan ketrampilan yang dimiliki, sehingga para pegawai lebih nyaman dalam

bekerja, karena bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Kemampuan fisik

para pegawai yang bertugas di lapangan juga menjadi perhatian dari pimpinan,

dimana para pegawai yang telah berusia tua dan kemampuan fisiknya mulai

melemah ditempatkan pada pekerjaan yang lebih kecil resiko kerjanya.

4. Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin

Melihat beban pekerjaan yang dihadapi oleh para pegawai BPBD penuh

dengan risiko, maka sudah seharusnya setiap pekerjaan harus dilakukan dengan

maksimal dan penuh dengan rasa tanggungjawab. Hal tersebut dapat terwujud

apabila didukung oleh disiplin kerja yang baik dari para pegawai, yaitu dalam hal

ini kedisiplinan pegawai BPBD dalam melaksanakan setiap tugas penanggulangan

bencana.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terlihat bahwa selama ini para

pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat telah cukup disiplin dalam menjalankan

tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat aktivitas pegawai yang selalu datang ke

kantor, mengikuti latihan dan simulasi, siap siaga walaupun tidak ada kegiatan

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

75

penaggulangan bencana, serta mengikuti setiap prosedur dan mekanisme

pelaksanaan tugas penaggulangan bencana. Selain itu, ketika terjadi bencana pun

mereka selalu cepat datang ke kantor melakukan persiapan penanggulangan

bencana tanpa harus dikomandoi oleh pimpinan.

Kedisiplinan seorang pegawai dalam penanggulangan bencana dapat

dilihat dari kesedian mereka untuk mengikuti segala prosedur kerja dengan baik,

salah satunya adalah dengan memakai alat-alat pelindung diri secara baik dan

benar untuk menghindari berbagai resiko dalam bekerja. Hampir setiap kegiatan

penanggulangan bencana yang dilakukan pegawai BPBD Kabupaten Aceh Barat

selalu menyertakan alat-alat pelindung. Hal ini wajib dilakukan untuk

menghindari dari berbagai kecelakaan. Sebagian besar petugas menggunakannya,

dan hanya beberapa orang yang tidak memakai karena keberadaan alat atau sarana

tersebut masing kurang dan perlu ada penambahan. Melalui penggunaan alat

pelindung tersebut diharapkan kesehatan dan keselamatan para pegawai lebih

terjaga dan terlindungi.

5. Memberikan jaminan kesehatan kerja kepada para pegawai

Perlindungan terhadap kesehatan pegawai telah menjadi perhatian serius

oleh para pemimpin lembaga pemerintah yang memiliki resiko kerja, termasuk

pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Banyak program yang

dapat dilakukan oleh pihak BPBD dalam melindungi kesehatan para pegawai,

salah satunya ialah dengan memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh pegawai.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa selama ini para pegawai

yang bekerja di Kantor BPBD telah memiliki asuransi kesehatan. Asuransi

tersebut diberikan kepada seluruh pegawai, baik PNS maupun Pegawai Honorer.

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

76

Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapat perlindungan jaminan

kesehatan melalui PT. ASKES dikarenakan sudah di angkat menjadi Pegawai

Negeri Sipil (PNS) maka semua yang berhubungan dengan kesehatan sudah di

tanggung oleh PT. ASKES. Sedangkan untuk pegawai honorer, pihak BPBD

Kabupaten Aceh Barat melakukan hubungan kerjasama dengan BPJS

Ketenagakerjaan untuk memberikan asuransi kesehatan kepada para pegawai

honorer. Adapun sumber anggaran untuk memberikan asuransi kepada para

tenaga honorer adalah melalui pemotongan gaji mereka setiap bulannya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Melalui berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini, dapat dikatakan

bahwa pihak Kantor BPBD Aceh Barat telah mampu memberikan jaminan

perlindungan kesehatan kerja kepada para pegawainya. Pihak BPBD Kabupaten

Aceh Barat telah melaksanakan perlindungan terhadap kesehatan kerja para

pegawainnya dengan baik melalui penerapan SOP dengan baik, menempatkan

seorang pegawai sesuai dengan kemampuannya, dan pemberian asuransi bagi para

pegawai merupakan langkah yang sangat tepat untuk melindungi kesehatan para

pegawai yang selama ini bekerja penuh dengan tantangan dan risiko di lapangan.

Kondisi tersebut juga didukung oleh partisipasi aktif para pegawai honorer untuk

mengikuti program asuransi BPJS Ketenagakerjaan. Melalui program asuransi

tersebut para pegawai merasa lebih termotivasi dalam melakukan tugas

penanggulangan bencana.

Namun demikian, dalam memberikan jaminan perlindungan kesehatan

tersebut juga tidak berjalan dengan mulus dan lancar, tetap ditemukan beberapa

kendala atau hambatan dalam proses perlindungan kesehatan para pegawai pada

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

77

Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat. Terdapat beberapa hambatan yang selama

ini ditemukan dalam proses perlindungan kesehatan kerja para pegawai,

diantaranya adalah belum tersedianya anggaran secara khusus untuk perlindungan

kesehatan pegawai, sehingga menghambat jalannya beberapa program

pemeliharaan kesehatan para pegawai. Kendala lainnya adalah masih kurangnya

sarana dan prasarana serta alat pelindung bagi pegawai yang bertugas di lapangan.

Peralatan saat ini masih belum cukup apabila dibandingkan dengan banyaknya

jumlah pegawai.

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,

maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlindungan kesehatan kerja terhadap pegawai pada Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat telah

dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya

hampir seluruh indikator perlindungan kesehatan kerja terhadap pegawai,

yaitu memberikan keterangan tentang prosedur kerja kepada para pegawai

sebelum sebelum bekerja, melakukan penempatan pegawai sesuai dengan

kemampuannya, pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan

disiplin, memberikan jaminan kesehatan kerja berupa asuransi kepada

seluruh pegawai.

2. Terdapat beberapa kendala dan hambatan dihadapi Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan

perlindungan kesehatan kerja terhadap para pegawai yaitu belum

tersedianya anggaran secara khusus untuk perlindungan kesehatan

pegawai, sehingga menghambat jalannya beberapa program pemeliharaan

kesehatan para pegawai serta masih kurangnya sarana dan prasarana alat

pelindung bagi pegawai yang bertugas di lapangan. Peralatan saat ini

masih belum cukup apabila dibandingkan dengan jumlah pegawai yang

bertugas di lapangan.

78

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

79

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka terdapat beberapa

rekomendasi atau saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Adapun rekomendasi atau saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat diharapkan dapat

mengalokasikan anggaran khusus untuk melaksanakan program

perlindungan kesehatan para pegawai yang bertugas di Kantor BPBD

Kabupaten Aceh Barat.

2. Kepada pihak Kantor BPBD Kabupaten Aceh Barat diharapkan untuk

memprioritaskan penambahan jumlah alat-alat pelindung pegawai dalam

penanggulangan bencana, sehingga dapat mengurangi berbagai resiko

kerja yang dapat mengganggu kesehatan para pegawai.

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Khakim, 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung

Asikin, Zainal, 2002. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia, Bandung

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Handayaningrat, Soewarno, 2001. Administrasi pemerintahan dalam

pembangunan nasional. Jakarta: Haji Mas Agung

Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta.

Hasibuan S.P. Malayu, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan

Kunci Keberhasilan). CV. Haji Masagung, Jakarta.

Heriansyah, Aditya Aprinky, 2014. Pelaksanaan Perlindungan Kerja Bagi

Pekerja Kontrak pada Dinas Pemadam Kebakaran Kota Mataram (Studi

Tentang Keselamatan dan Waktu Kerja). Jurnal Ilmiah, Universitas

Mataram, Mataram

Mardalis. 2003. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara,

Jakarta

Milles, MB & Hubberman, AM, 2007. Analisis Data Kualitatif , Terjemahan oleh

Tjetjep Rohidi dan mulyarto. UI Percetakan, Jakarta

Moleong, Lexy J, 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan Kedua

Puluh Dua. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Narbuko, Cholid, dan Achmadi, Abu, 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara,

Jakarta

Prameswari, Andina, Yulistia, 2012. Perlindungan Hukum Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT. Xtra Sidoarjo. Skripsi, Universitas Pembangunan

Nasional Veteran, Surabaya

Robbins, P. Stephen. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi 10. PT Indeks Kelompok

Gramedia, Jakarta

Salim, Peter dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Jakarta: Modern English Press.

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar

Maju, Bandung

Simanjuntak, P.J, 2000. Manajemen Keselamatan Kerja. Sumber Daya Manusia

Indonesia (HIPSMI), Jakarta

Soedaryono, 2000. Tata Laksana Kantor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Jakarta.

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux.

Semarang:Widya Karya.

Sugyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung

----------. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung

Tayibnapis, A. Burhanuddin, 2005. Administrasi Kepegawaian Suatu Tinjauan

Analitik. Jakarta, Cetakan I, PT. Pradnya Paramita

Wicaksono, Willy, 2012. Berbagi pengalaman membentuk BPBD di daerah

percontohan. GTZ Office, Jakarta

Zaeni, Asyhadie, 2007. Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang

Hubungan Kerja Edisi Revisi, Cetakan Kedua. Jakarta, Raja Grafindo

Sumber lain:

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honor

Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

Surat Edaran Nomor 05 Tahun 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer yang

bekerja di lingkungan instansi pemerintah

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

www.bpbd.malangkab.go.id

www.wikipedia.com

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KESEHATAN KERJA …repository.utu.ac.id/788/1/I-V.pdf · bencana sebagaimana yang diamanatkan di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang