analisis nyanyian ngeria pada masyarakat karo di … · pengesahan diterima oleh: panitia ujian...

97
ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI DESA SUKANDEBI, KECAMATAN NAMAN TERAN, KABUPATEN KARO. SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA : AGRIVA MARANATA SINUHAJI NIM : 110707047 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2016

Upload: phamtram

Post on 09-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI DESA

SUKANDEBI, KECAMATAN NAMAN TERAN, KABUPATEN KARO.

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

NAMA : AGRIVA MARANATA SINUHAJI

NIM : 110707047

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2016

Page 2: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI DESA

SUKANDEBI, KECAMATAN NAMAN TERAN, KABUPATEN KARO.

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

NAMA : AGRIVA MARANATA SINUHAJI

NIM : 110707047

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Kumalo Tarigan, M.A Drs. Perikuten Tarigan, M.Si

NIP. 195812131986011002 NIP. 95804021987031003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2016

Page 3: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Drs. Budi Agustono, M.S.

NIP. 19600805 198703

Panitia Ujian:

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. ( )

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )

3. Drs. Fadlin, M.A. ( )

4. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si. ( )

5. Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( )

Page 4: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

i

DISETUJUI OLEH:

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Juli 2016

KETUA DEPARTEMEN

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

NIP. 196512211991031001

Page 5: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

ii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT

KARO di DESA SUKANDEBI, KECAMATAN NAMAN TERAN,

KABUPATEN KARO. Ngeria atau Erpola adalah kegiatan mengambil Nira yang

dilakukan oleh masyarakat Karo. Kegiatan ini dilakukan oleh seseorang yang

disebut dengan Perpola dalam bahasa Karo. Kegiatan ini pada praktiknya

menggunakan nyanyian yang berisikan lirik tentang kesengsaraan hidup. Pada

masa sekarang, kegiatan ini sudah lebih sering dilakukan tanpa menggunakan

nyanyian.

Di Kabupaten Karo, peneliti menemukan salah satu Perpola yang masih

mengerti dengan nyanyian Ngeria yang saat ini sudah mulai jarang terdengar

aktifitasnya. Peneliti memilih Bapak Kukuh Sitepu yang berdomisili di Desa

Sukandebi, Kecamatan Naman teran, Kabupaten Karo sebagai informan kunci

mengenai nyanyian Ngeria, walau beliau sudah tidak lagi melakukan kegiatan

tersebut.

Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan metode Kualitatif Analitis.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode Kerja Lapangan yang meliputi

beberapa aspek seperti; wawancara, observasi, perekaman suara, dan dokumentasi

gambar pada kegiatan yang bersangkutan. Adapun teori yang digunakan adalah

teori Fungsionalisme, teori Semiotik dan teori Weighted Scale.

KATA PENGANTAR

Page 6: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

iii

Apa yang telah dicapai dalam bentuk skripsi yang berjudul, “Analisis Teks

Dan Transkripsi Nyanyian Ngeria” ini adalah berkat kasih dan karunia Tuhan

yang Maha pengasih dan penyayang. Karena nya penulis panjatkan puji syukur

kehadiratNya.

Karya yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, merupakan

puncak kegiatan akademis yang formal setelah bertahun-tahun menjalankan

kewajiban sebagai mahasiswa yang menuntut ketabahan dan kesabaran.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin

untuk mencapai hasil yang terbaik. Namun kemudian, penulis menyadari bahwa

masih terdapat berbagai kekurangan di sana-sini dalam penulisan skripsi ini. Oleh

karena nya, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik konstruktif

demi perbaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada :

1. Dekan Dr. Budi Agustono, M.S.

2. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, selaku ketua Jurusan

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Etnomusikologi

Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kumalo Tarigan M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan arahan, saran-saran konstruktif yang sangat

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 7: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

iv

5. Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan arahan global dari materi skripsi ini.

6. Kepada Dosen penguji penulis yaitu bapak Drs. Fadlin M.A., bapak Drs.

Muhammad Takari M. Hum. Ph.D., dan ibu Dra. Heristina Dewi M.Pd.

7. Kepada bapak dan ibu dosen Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama bertahum-tahun mengikuti perkuliahan.

8. Kepada ibu Wawa yang telah banyak membantu penulis dalam menyiapkan

segala berkas akademik selama perkuliahan.

9. Kepada Narasumber dan masyarakat desa namo pinang, desa munthe, dan

desa sukandebi yang telah banyak membantu penulis untuk mendapatkan

informasi yang relevan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Kepada Lembaga kesenian Universitas Sumatera Utara dan kepada bapak

Juanto Ginting yang telah banyak mengajari penulis tentang budaya karo

dan gordang sambilan.

11. Sahabat-sahabat yang mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam

menyelesaikan matakuliah yang sudah di tempuh, terimakasih kepada ;

Jose Rizal Siregar, Mario Yosua Sinaga, Aprindo Nadeak, David

Hutagalung, Slamet Hariadi, Jepri Romario Sihombing, Erwien Prasaja

Putra. Sahabat-sahabat semua yang telah membantu banyak semasa penelitian

penulis ; Ari Sibero, Filbert, Armando, Chandra, Atmaja, Riko Sembiring,

Egi Sinulingga. Spesial Buat Yogi Sipayung Dan Keluarga.

12. Teman-teman di Permata GBKP Berastagi Kota dan Permata di GBKP

Pasar 2 Titi Rante Medan.

Page 8: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

v

13. Teman-teman tim gordang sambilan Universitas Sumatera Utara yang

selalu memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan, dan memberi wadah untuk melatih keterampilan dalam

memainkan musik tradisi gordang sambilan.

14. Teman-teman H.A.L.F yang selalu mendukung penulis dan senantiasa

bersama dalam melakukan berbagai aktivitas berkesenian dan menemukan

banyak inspirasi dalam bermusik.

15. Kekasihku terkasih Ega Paskah Depari yang telah banyak membantu penulis

dalam menjalani proses perkuliahan, dan tidak hentinya memberikan motivasi

kepada penulis dalam menuntut ilmu untuk menyelesaikan perkuliahan.

16. Terimakasih kepada Abangda Bangun Tarigan S.Sn

17. Untuk bulang ku Wara Sinuhaji.

18. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya

kepada Ayah, Ibu tercinta beserta adik-adik saya Diora Sinuhaji dan Agape

Sinuhaji yang selalu memberikan doa restu dalam menyelesaikan

pendidikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa berkenan memberi balasan yang

setimpal bagi mereka semua. Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di era

globalisasi ini, dan menjadi suatu bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang

relevan.

Medan, Juli 2016

Agriva Maranata Sinuhaji

NIM. 110707047

Page 9: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

vi

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Alasan Memilih Judul .............................................................................. 4

1.3 Pokok Permasalahan ................................................................................ 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 5

1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

1.5 Konsep dan Teori ..................................................................................... 6

1.5.1 Konsep................................................................................................... 6

1.5.2 Teori ...................................................................................................... 8

1.6 Metode Penelitian................................................................................... 11

1.7 Wawancara ............................................................................................. 12

1.8 Kerja Laboratorium ................................................................................ 13

1.9 Studi Kepustakaan .................................................................................. 13

1.10 Lokasi Penelitian .................................................................................. 14

BAB II. ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA

SUKANDEBI,KECAMATAN NAMAN TERAN.KABUPATEN KARO

2.1 Wilayah Budaya Masyarakat Karo ........................................................ 15

2.2 Lokasi dan Lingkungan Alam dan Demografi Penelitian ...................... 16

2.3 Sistem Matapencaharian ........................................................................ 20

2.4 Sistem Kepercayaan dan Religi ............................................................. 22

Page 10: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

vii

2.5 Sistem Kekerabatan ................................................................................ 24

2.6 Bahasa .................................................................................................... 27

2.7 Kesenian ................................................................................................. 28

2.7.1 Seni Musik .......................................................................................... 28

2.7.2 Seni Tari .............................................................................................. 30

2.7.3 Seni Suara............................................................................................ 32

BAB III. DESKRIPSI KEGIATAN NGERIA ........................................ 35

3.1 Definisi Ngeria ....................................................................................... 35

3.2 Deskripsi Legenda Asal Mula Pohon Aren di Desa Sukandebi ............. 36

3.3 Persiapan Ngeria .................................................................................... 39

3.4 Proses Ngeria ......................................................................................... 44

3.5 Nilai Ekonomi Pohon Aren .................................................................... 56

BAB IV. ANALISIS TEKS DAN NYANYIAN NGERIA ...................... 58

4.1 Analisis teks Ngeria ............................................................................... 58

4.2 Penggunaan dan Fungsi.......................................................................... 65

4.2.1 Penggunaan nyanyian Ngeria .............................................................. 65

4.2.2 Fungsi nyanyian Ngeria ...................................................................... 65

4.2.2.1 Fungsi komunikasi ........................................................................... 66

4.2.2.2 Fungsi perlambangan ....................................................................... 67

4.3. Transkripsi............................................................................................. 68

4.3.1 Simbol dalam notasi ............................................................................ 69

4.3.2 Tangga Nada (Scale) ........................................................................... 70

Page 11: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

viii

4.3.3 Nada Dasar (Pitch Centre) .................................................................. 71

4.3.4 Wilayah Nada ...................................................................................... 72

4.3.5 Jumlah Nada ........................................................................................ 73

4.3.6 Pola Kadensa ....................................................................................... 73

4.3.7 Formula Melodi ................................................................................... 74

4.3.8 Kontur ................................................................................................. 75

4.3.9 Analisis Ritem ..................................................................................... 77

BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 80

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 80

5.2 Saran ....................................................................................................... 82

DATA INFORMAN ................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 84

Page 12: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Sumatera Utara terdapat beberapa suku yang menyebar di berbagai daerah

dan membentuk kebudayaannya masing-masing, seturut dengan tempat

tinggalnya, termasuk suku Karo. Suku ini mendiami dua wilayah di Sumatera

Utara, yakni pada daerah Karo di Kabupaten Karo, dan pada daerah Langkat di

Kabupaten Deli Serdang1. Perbedaan daerah tempat tinggal dan aspek geografis

membuat ada budaya yang berbeda antara suku Karo di dataran tinggi Karo dan

suku Karo di daerah Langkat, walau pada umumnya di beberapa hal tidak jauh

berbeda.

Dalam kehidupan budaya masyarakat Karo, terdapat banyak kegiatan tradisi

yang sudah turun-temurun di lakukan oleh masyarakat setempat dan erat

kaitannya dengan musik. Seperti dalam halnya, acara hiburan, ritual, pernikahan,

hingga acara kematian pada adat suku Karo selalu identik dengan musik dan

nyanyian. Dalam bahasa Karo, nyanyian disebut dengan ende-enden, dan dalam

prakteknya masyarakat Karo juga memiliki cengkok khas dalam melantunkan

nyanyian-nyanyian yang disebut rengget. Dalam acara-acara adat Karo, biasanya

ende-enden dinyanyikan oleh penyanyi yang disebut perende-rende.

Seni suara memegang peranan yang cukup penting didalam upacara adat

ataupun dalam melakukan ritual-ritual adat Karo. Seni suara dalam masyarakat

Karo dapat dibagi menjadi lima, yaitu:

1 Tarigan.Sarjani, Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah Karo Simalem (Balai Adat Budaya Karo

Indonesia) Hal 71-76.

Page 13: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

2

1. Nyanyian Gembira, yang biasa disebut dengan nyanyian perkolong-

kolong. Nyanyian yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong biasa

dinyanyikan dalam upacara adat pernikahan, guro-guro aron, atau

memasuki rumah baru.

2. Nyanyian Mantra (Tabas), nyanyian ini biasa dinyanyikan oleh Guru

Sibaso2. Nyanyian ini digunakan saat melaksanakan ritual-ritual seperti,

erpangir ku lau, ndilo wari udan, perumah begu, Ngeria dan lainnya.

3. Nyanyian Cerita, yakni nyanyian yang berisikan tentang sebuah cerita.

Contoh : nyanyian Turi-Turin si Barusjahe, Sitera Jile-Jile, dan lainnya.

4. Nyanyian ratapan atau Tangisan, adalah lagu yang dinyanyikan pada saat

upacara orang yang sudah meninggal untuk menyatakan kesedihan yang

mendalam.3

Dengan kondisi Geografis yang terletak di dataran tinggi, maka dalam

kehidupan sehari-harinya masyarakat Karo bekerja untuk menghidupi diri dan

keluarganya dengan cara bercocok-tanam,berdagang, dan juga beternak4. Namun,

ada juga dari masyarakat Karo yang bekerja dengan cara memanfaatkan pohon

enau atau biasa juga disebut dengan pohon aren yang tumbuh didalam hutan

dimana seluruh bagian dari pohonnya dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-

hari seperti memanfaatkan buahnya untuk dijadikan kolang-kaling,atau daunnya

bisa dijadikan sapu lidi, atau bisa juga dengan menyaring Nira5 yang berasal dari

2 Guru dalam masyarakat Karo dapat diartikan sebagai orang pintar atau dukun.

3 Dikutip dari buku Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah Karo Simalem karya Sarjani

Tarigan,MSP 4 Lihat Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah Karo Simalem halaman 8 5 Nira adalah hasil saringan berbentuk air pada pohon aren yang di dapat dengan cara mengikis

kulit dari “tangan” pohon Enau.

Page 14: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

3

pohon aren6. Disini peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

kegiatan menyaring Nira yang dimana disebut Ngeria pada masyarakat Karo.

Menurut cerita, konon pohon aren ini pada saat dipilih dan akan diambil airnya

harus dengan cara dinyanyikan dan diperlakukan layaknya seorang perempuan,

karena menurut sejarahnya, pohon aren adalah seorang gadis yang menjelma

untuk membantu menyelamatkan saudara laki-lakinya dari jeratan hutang-piutang

di Desa seberang7. Nyanyian yang dinyanyikan itu sendiri biasanya berisikan lirik

yang menceritakan tentang kesengsaraan hidup orang yang akan mengambil Nira

dari pohon aren yang dinyanyikan.

Dalam pengerjaan pengambilan Nira dari pohon aren, orang yang

mengerjakannya harus memanjat ke puncak pohonnya dan membawa satu

potongan kayu pendek yang digunakan dalam proses malbal8 untuk mencari urat

pohon dan memukulnya. Menurut bapak Kukuh Sitepu cara memukulnya pun

tidak bisa sembarangan. Untuk memukul batang pohon harus dengan penuh

perasaan agar pohon Aren tersebut menghasilkan nira yang banyak dan

berkualitas.

Kegiatan Ngeria ini biasa dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Uniknya,

menurut bapak Kukuh Sitepu, kegiatan mengambil Nira ini harus disiplin dalam

masalah waktu. Tidak boleh terlambat mengambil Niranya karena kalau sampai

terlambat, bisa jadi air dari pohon aren tersebut akan berhenti mengalir.

Bapak Kukuh Sitepu adalah salah satu pengrajin Nira pada masanya dan

beliau mengerjakan pekerjaannya dengan tetap menjunjung kearifan lokal dari

masyarakat Karo dalam proses Ngeria tersebut.

6 Wawancara dengan pak Bahagia Barus di Desa Namo Pinang 7 Wawancara dengan Bapak Kukuh Sitepu

8 Berarti “Memukul” dalam bahasa Karo

Page 15: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

4

Bapak Kukuh Sitepu berdomisili di Desa Sukandebi, kecamatan Naman

Teran, Kabupaten Karo. Meski pada saat sekarang ini bapak Kukuh Sitepu tidak

lagi melakoni pekerjaan tersebut dikarenakan faktor usia yang sudah mencapai 85

tahun, tetapi beliau masih sanggup untuk merekonstruksi bagaimana proses

dilakukan kegiatan Ngeria dengan nyanyiannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji

kegiatan Ngeria sebagai salah satu kearifan lokal pada masyarakat Karo sehingga

peneliti mengangkat judul : “ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA

MASYARAKAT KARO DI DESA SUKANDEBI, KECAMATAN NAMAN

TERAN, KABUPATEN KARO.”

1.2 Alasan Memilih Judul

Setiap Permasalahan pasti mempunyai alasan yang melatar belakangi

terjadinya sesuatu. Begitu juga dengan alas an pemilihan terhadap judul ini.

Adapun alasannya adalah sebagai berikut.

1. Ketertarikan Peneliti terhadap kegiatan Ngeria yang dilakukan oleh

masyarakat Karo dan di praktekkan dengan masih memakai kepercayaan

lama.

2. Nyanyian yang terjadi pada proses kegiatan Ngeria menurut peneliti

adalah salah satu kearifan lokal yang sangat menarik untuk di kaji terlebih

di masa sekarang.

Page 16: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

5

1.3 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi topik

bahasan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk nyanyian Ngeria?

2. Apa makna tekstual nyanyian Ngeria?

3. Bagaimana proses pengerjaan Ngeria?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji struktur melodi nyanyian dalam proses kegiatan Ngeria.

2. Untuk mengkaji makna tekstual dalam nyanyian Ngeria.

3. Untuk mengkajian proses-proses kegiatan Ngeria.

1.4.2 Manfaat penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi salah satu sarana dalam memperluas ilmu pengetahuan tentang

kegiatan Ngeria sebagai salah satu kearifan lokal pada masyarakat Karo.

2. Menjadi salah satu bahan dokumentasi tambahan tentang informasi

kegiatan Ngeria dan juga sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang

memiliki keterkaitan dengan topik judul penelitian.

3. Sebagai proses pengaplikasian atau pengembangan ilmu yang diperoleh

peneliti selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

Page 17: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

6

4. Untuk peneliti, sebagai salah satu syarat ujian untuk mendapatkan gelar

Sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

1.5 Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep

Konsep merupakan rangkaian ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:431).

Berdasarkan pengertian konsep di atas, peneliti akan menjelaskan beberapa

konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Pengertian musik menurut M. Soeharto adalah pengungkapan melalui gagasan

melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan

unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi9. Musik dianggap sebagai

salah satu cermin dari masyarakat tertentu karena melalui musik terlihat ritual dan

budaya sehari-hari (Djohan 2010: 63)

Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu

ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang

harmonis.

Nyanyian merupakan bagian dari seni musik, dimana secara umum seni musik

dibagi kedalam tiga bagian, yaitu:

1. Musik vokal

2. Musik instrumental, dan

9 Lihat skripsi Kezia Purba “Analisis Musikal dan Tekstual Marsialop Ari Karya Taralamsyah

Saragih ”

Page 18: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

7

3. Gabungan dari musik vokal dan instrumental10

.

Nyanyian menurut Poerwadarwaminta (1965:680) adalah “sesuatu yang

berhubungan dengan suara/bunyi yang berirama yang merupakan alat/media

untuk menyampaikan maksud seseorang dengan atau tanpa iringan musik”.

Ngeria adalah kegiatan mengambil Nira yang pada masyarakat Karo

prakteknya, dalam hal ini menurut peneliti adalah menggunakan nyanyian. Walau

pada dasarnya, menurut cerita dari para narasumber kegiatan Ngeria adalah

kegiatan mengambil Nira yang menggunakan ungkapan-ungkapan yang berasal

dari dalam hati dan dicampur dengan mantra-mantra tertentu agar dapat

menghasilkan Nira. Penggunaan Mantra-mantra dan ungkapan tersebut di dalam

praktiknya lah yang menurut peneliti dapat dikategorikan sebagai nyanyian karena

adanya unsur ritem dan melodi yang terdapat di dalam kegiatan ini.

Nyanyian ini biasanya selalu berisi tentang kesengsaraan karena masalah

ekonomi. Pohon aren tersebut dinyanyikan dengan tujuan agar pohon aren yang

dinyanyikan dapat memberikan hasil yang maksimal untuk dapat dipergunakan

oleh orang yang membutuhkan tersebut11

.

Analisis dapat diartikan sebagai penguraian untuk memilah-milah sesuatu hal

ataupun ide kedalam setiap bagian-bagian sehingga dapat diketahui bagaimana

sifat, perbandingan, fungsi, maupun hubungan dari bagian-bagian tersebut12

.

Dalam hal pengkajian mengenai nyanyian Ngeria ini, peneliti menganalisis

struktur musikal, struktur teks, serta makna dari nyanyian Ngeria.

Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan dari suatu

nyanyian. Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan menghasilkan suatu makna.

11

Wawancara dengan Bapak Ramli Sebayang 12

Lihat skripsi sarjana Marliana Manik

Page 19: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

8

Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari suatu

kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna konotatif

dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang terkandung arti

tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti

tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya (Keraf, 1991:25).

1.5.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan berpikir. Dalam tulisan ini yang

menjadi pokok permasalahan adalah mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam

praktek nyanyian Ngeria. Berdasarkan pemahaman mengenai teori diatas, maka

peneliti mempergunakan beberapa teori utama yang digunakan dalam penelitian.

Dalam tulisannya peneliti mengkaji Nyanyian Ngeria yang dimana terdapat

unsur fungsi, teks, dan melodi didalamnya, maka dari itu peneliti memakai teori

Fungsionalisme yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam (1964) dalam

membahas mengenai unsur fungsi dari nyanyian Ngeria. Dalam teori fungsi

musik yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam terdapat 10 (sepuluh) fungsi

musik dalam displin ilmu Etnomusikologi, yaitu ; (1) fungsi pengungkapan

emosional, (2) fungsi pengungkapan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi

komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang

berkaitan dengan norma sosial, (8) fungsi pengesahan lembaga sosial, (9) fungsi

kesinambungan budaya, dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat.

Berkaitan dengan studi mengenai unsur teks nyanyian, isi dari teks nyanyian

tersebut adalah hal yang penting lainnya untuk dipelajari (Echols dan Shadily,

Page 20: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

9

1986:369). Teks juga dapat dikatakan sebagai uraian atau pikiran dalam suatu

karangan dan bentuknya bisa secara lisan dan bisa secara tulisan13

.

Menurut Curt sachs ( 1962 : 68-70) Teks dan melodi dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu :

1. Logogenik, yaitu nyanyian yang lebih mengutamakan logo (lirik), karena

melodinya adalah pengulangan.

2. Melogenik, yaitu nyanyian yang lebih mengutamakan melodi karena

teksnya merupakan pengulangan.

Berdasarkan klasifikasi diatas, menurut peneliti nyanyian Ngeria dapat

diklasifikasikan dalam Logogenik karena nyanyian Ngeria lebih fokus terhadap

lirik dibandingkan dengan melodinya.

William P. Malm dalam bukunya yang berjudul ‟Music Cultures Of The

Pasific, The Near, and Asia’ (1977:9) juga mengatakan bahwa: “in vocal music,

another important characteristic is the relation of music to text, the style is

’Syllabic’, if one Syllable is used with many notes, the style is ’Melismatic’, yang

berarti bahwa “dalam musik vokal, karakteristik yang terpenting adalah hubungan

antara musik dan teksnya, yang berupa “penggalan kata”, jika salah satu

penggalan kata digunakan dengan banyak macam, disebut dengan gaya

“Melismatik”.

Untuk mengetahui dan mendalami dari teks nyanyian Ngeria, peneliti juga

menggunakan teori semiotika. Semiotika merupakan kajian terhadap tanda-tanda

yang digunakan dalam perilaku manusia14

. Istilah kata semiotika ini berasal dari

13

Lihat Skripsi Risman Ginting, Kajian tekstual dan musikologis suatu nyanyian tradisional Karo

di Desa Panribuan kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun, 1994 (Universitas Sumatera

Utara) hal 5 14

Lihat Skripsi Marliana Manik

Page 21: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

10

bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan Van Zoest (bakar 2006:45-51)

menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang

yang lebih besar. Sedangkan untuk menganalisis struktur melodi Ngeria peneliti

menggunakan teori weighted scale15

yang dikemukakan oleh William P. Malm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi (Malm dalam

terjemahan Takari 1995:15), yaitu:

a. Tangga nada

b. Nada dasar (pitch center)

c. Wilayah nada

d. Jumlah nada-nada

e. Jumlah interval

f. Pola-pola kadensa

g. Formula-formula melodik, dan

h. Kontur

Untuk mendukung analisis struktur melodi Ngeria, peneliti menggunakan

metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar

dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi peneliti menggunakan pada notasi

musik yang dinyatakan Seeger, yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.

Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu

untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi

deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca

tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh

15

Weighted scale berarti bobot tangga nada

Page 22: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

11

pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan menggunakan notasi

deskriptif.

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan

agar hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan dikehendaki

melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka 2005). Sementara penelitian merupakan kegiatan dalam

mengumpulkan, mengolah, menganalisis serta menyajikan data yang dilakukan

secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji

suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005)16

. Untuk memperoleh data secara

sistematis, maka peneliti menggunakan metode penelitian dengan pendekatan

analisis deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk memaparkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu

untuk menentukan frekwensi atau penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain

dalam suatu masyarakat (Koentjaraningrat 1990:29). Berdasarkan pendapat diatas,

peneliti melakukan penelitian dengan cara :

1. Studi Kepustakaan, dimana peneliti mempelajari berbagai literatur yang

berguna dalam membentuk pola pikir dalam membahas masalah yang di

teliti. Selain itu, studi kepustakaan juga berguna untuk menentukan

16

Skripsi Sarjana Erni Juita Banjarnahor

Page 23: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

12

pendekatan didalam pengumpulan data serta untuk keperluan penelitian

lainnya.

2. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan peneliti dengan cara

wawancara langsung dengan narasumber, mendokumentasi hasil lapangan

dan, observasi langsung untuk mengumpulkan data-data yang sesuai .

Dalam hal ini, peneliti melakukan rekonstruksi ulang terhadap penyajian

nyanyian ini. Selain itu, peneliti juga melakukan rekonstruksi ulang terhadap

kegiatan Ngeria. Peneliti melakukan rekonstruksi ulang di Desa Sukandebi,

Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.

1.7 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data

yang dibutuhkan oleh peneliti. Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan,

pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.

Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu:

1. wawancara berencana (standardized interview) dan

2. wawancara tak berencana (unstandardized interview).

Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah

direncanakan dan disusun sebelumnya dan sebaliknya, wawancara tak berencana

tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan

susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara

ketat17

. Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan

keterangan-keterangan untuk melengkapi data yang diperoleh oleh peneliti.

17

Lihat Skripsi Sarjana Linfia Sonia Purba

Page 24: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

13

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si

peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam penelitiannya, peneliti menetapkan Bapak Kukuh Sitepu sebagai

informan kunci dalam penelitian mengenai kegiatan Ngeria ini. Selain itu, peneliti

juga mewawancarai pengrajin Ngeria lain ataupun informan-informan yang

dianggap dapat memberi informasi tambahan mengenai kegiatan Ngeria untuk

pengembangan penelitian skripsi ini.

1.8 Kerja Laboratorium

Seluruh data yang peneliti peroleh berasal dari hasil pengamatan di lapangan

dengan cara wawancara. Hasil wawancara tersebut kemudian akan diolah dalam

kerja laboratorium. Selain itu peneliti juga akan mentranskripsikan nyanyian

Ngeria dengan pendekatan musik Barat.

.Setelah peneliti melakukan kerja laboratorium, peneliti membuatnya menjadi

sebuah tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan aturan penelitian sebuah

karya ilmiah. Maka dengan demikian, tulisan ini diharapkan memiliki manfaat

dan dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang Etnomusikologi dan

bermanfaat untuk seluruh kalangan.

1.9 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, peneliti terlebih dahulu melakukan

studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan

Page 25: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

14

dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini

dilakukan untuk menjadi kerangka acuan di dalam penelitian dan juga untuk

melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa, studi

pustaka bersifat penting karena membantu peneliti untuk menemukan gejala-

gejala dalam objek penelitian. Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja

penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium), dan field work (kerja lapangan).

Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Dimana sebelum

melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-

data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat

terjun ke lapangan. Selain itu, peneliti dipersiapkan dan diarahkan untuk

melakukan penelitian lapangan.

1.10 Lokasi Penelitian

Lokasi pusat untuk penelitian kegiatan Ngeria ini berada di Desa Sukandebi,

Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi ini

adalah karena Informan Kunci mengenai kegiatan Ngeria ini berdomisili di Desa

Sukandebi tersebut, ditambah menurut infomasi yang didapat bahwa para perpola

untuk daerah Karo Gugung18

dan domisili kabupaten Karo masih dapat ditemukan

berada di daerah Naman Teran, di sekitar kaki gunung Sinabung. Selain itu,

peneliti juga melakukan penelitian ke daerah lain seperti di Desa Sarimunthe

kecamatan Munthe Kabupaten Karo, untuk dapat memperoleh informasi-

informasi tambahan dari pelaku Ngeria lainnya.

18 Sebutan untuk masyarakat Karo yang tinggal di dataran tinggi Karo

Page 26: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

15

BAB II

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA SUKANDEBI

KECAMATAN NAMA TERAN, KABUPATEN KARO

2.1 Wilayah Budaya Masyarakat Karo

Suku Karo adalah salah satu suku yang berasal dari provinsi Sumatera Utara.

Nama suku Karo juga dijadikan sebagai nama Kabupaten disalah satu daerah yang

didiami oleh mayoritas dari suku Karo, yaitu Kabupaten Karo yang terletak di

dataran tinggi Karo dan diapit oleh dua gunung berapi aktif yaitu gunung Sibayak

dan gunung Sinabung.

Suku karo mendiami beberapa wilayah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh

Darussalam, yaitu :

1. Kota Medan

2. Kota Binjai

3. Kabupaten Dairi, meliputi ;

i. Kecamatan Tanah Pinem

ii. Kecamatan Tiga Lingga

iii. Kecamatan Gunung Sitember

4. Kabupaten Aceh Tenggara pada provinsi Nanggroe Aceh Darusallam

meliputi ;

i. Kecamatan Lau Sigala-gala ( Desa Lau Deski, Lau

Perbunga, Lau Kinga)

Page 27: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

16

ii. Kecamatan Simpang Simadam

5. Kabupaten Deli Serdang, meliputi ;

i. Kecamatan Tanjung Morawa

ii. Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu

iii. Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir

iv. Kecamatan Sibolangit

v. Kecamatan Pancur Batu

vi. Kecamatan Delitua

vii. Kecamatan Biru-biru19

2.2 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi penelitian

Adapun lokasi penelitian yang peneliti fokuskan berada pada Desa

Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.

Kabupaten Karo sendiri memiliki luas 2.127,25 Km2

yang terbentang di

dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter sampai 1400 meter di atas permukaan

laut20

dan pusat pemerintahan dari kabupaten ini di pusatkan pada Kota

Kabanjahe. Pada sebelah Utara kabupaten Karo berbatasan dengan provinsi

Nanggroe Aceh Darusallam tepatnya kabupaten Aceh Tenggara. Sedangkan pada

sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Sebelah Selatan

berbatasan dengan kabupaten Simalungun dan sebelah Tenggara berbatasan

dengan kabupaten Pakpak Dairi.

19 Referensi mengenai wilayah domisili masyarakat Karo di ambil dari id.m.wikipedia.org 20

Berdasarkan informasi dari badan pusat statistik daerah Karo pada website resmi : https://karokab.bps.go.id

Page 28: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

17

Secara administratif, kabupaten Karo terdiri atas 17 (tujuh belas)

kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Kabanjahe, 2) Kecamatan Berastagi, 3)

Kecamatan Simpang Empat, 4) Kecamatan Tiga Panah, 5) Kecamatan Dolat

Rayat, 6) Kecamatan Naman Teran, 7) Kecamatan Merdeka, 8) Kecamatan

Merek, 9) Kecamatan Payung, 10) Kecamatan Barus Jahe, 11) Kecamatan

Munthe, 12) Kecamatan Tiga Nderket, 13) Kecamatan Juhar, 14) Kecamatan Tiga

binanga, 15) Kecamatan Kutabuluh, 16) Kecamatan Laubaleng, 17) Kecamatan

Mardinding.

Gambar 2.1

Peta Kecamatan di kabupaten Karo dan lokasi kecamatan Naman Teran.

Desa Sukandebi sebagai tempat penelitian mengenai nyanyian Ngeria ini

termasuk didalam kecamatan Naman Teran dari 14 Desa lain yang juga termasuk

dalam kecamatan ini. Secara umum keadaan Topografi Desa Sukandebi

merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian kurang lebih 1300-1600 diatas

Page 29: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

18

permukaan laut dengan titik koordinat 2050

0 LU, 31

0 19

0 LS, 97

055

0 BB, 98

038

0

BT.

Iklim Desa Sukandebi dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan suhu

udara 15-270C, sebagaimana Desa-Desa di Indonesia, Desa Sukandebi juga

memiliki Musim Kemarau dan Penghujan. Curah hujan, letak geografis dan suhu

udara di Desa Sukandebi ini mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam

yang ada di Desa ini (Data statistik Desa Sukandebi tahun 2016).

Jarak dari Desa ke sebelah timur dari kantor Camat Naman Teran adalah

kurang lebih 3 km. Adapun jarak dari Sukandebi ke ibukota Kabupaten Karo,

yakni Kabanjahe adalah kurang lebih 20 km.

Berdasarkan data monografi yang diperoleh peneliti dari laporan kantor

kepala Desa Sukandebi, Desa Sukandebi ini memiliki dua Dusun dan Luas

wilayah Keseluruhan yaitu 283 Hektar dengan perincian sebagai berikut :

Dusun 1 : seluas kurang lebih 154 Ha

Dusun 2 : seluas kurang lebih 129 Ha

Adapun batas-batas wilayah dari Desa Sukandebi adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukatepu kecamatan Naman

Teran

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kuta Tengah kecamatan

Simpang Empat

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Deram kecamatan Merdeka

Page 30: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

19

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Naman kecamatan Naman

Teran21

.

Jumlah penduduk Desa Sukandebi adalah 1.142 jiwa dengan perincian dapat

dilihat pada tabel data berikut ini :

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk di Desa Sukandebi

No Nama Dusun Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Dusun I 305 292 597

2. Dusun II 254 291 545

Jumlah 559 583 1142

Sebagian tanah atau lahan di Desa Sukandebi dimanfaatkan oleh

masyarakatnya yaitu untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Dapat kita lihat

pada tabel dibawah pemanfaatan lahan yang digunakan oleh masyarakat Desa

Sukandebi ini sebagai berikut:

Tabel 2.1. Luas lahan menurut peruntukannya di Desa Sukandebi

No Peruntukan Lahan Luas

1 Pertanian/Perkebunan 367 Hektar

2 Perumahan/Permukiman 65 Hektar

3 Perkantoran/ Sarana Sosial :

21

Data diambil dari laporan sensus penduduk dan statistik Desa sukandebi kecamatan Naman Teran bulan april tahun 2016.

Page 31: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

20

a. Kantor Kepala Desa 0,7 Hektar

b. Balai Desa 0,6 Hektar

c. Puskesmas 0,1 Hektar

d. 1 Mesjid 0,2 Hektar

e. 2 Gereja 1 Hektar

f. 1 SD 1 Hektar

g. Jalan Umum/ Jalan Dusun 11,8 Hektar

4 Pemakaman Umum 0,5 Hektar

5 Hutan Lebat 35 Hektar

Dari data tabel diatas dapat kita lihat penggunaan lahan di Desa Sukandebi lebih

banyak digunakan sebagai lahan pertanian/perkebunan yang digunakan untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat tersebut.

Data statistik di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten

Karo mengenai tingkat pendidikan dapat kita lihat pada tabel di bawah:

Tabel 2.3

Tingkat Pendidikan di Desa Sukandebi

Belum

Sekolah

Sekolah Dasar SLTP

Sederajat

SMA/SLTA

Sederajat

Perguruan

Tinggi

216 Jiwa 168 Jiwa 276 Jiwa 440 Jiwa 42 Jiwa

Page 32: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

21

2.3 Sistem Mata Pencaharian

Mata Pencaharian masyarakat Karo di Desa Sukandebi sangat beragam dan

tidak mempunyai batasan pada satu bidang profesi saja. Banyak masyarakat di

Desa Sukandebi yang bekerja sebagai Petani, Pedagang, PNS (Pegawai Negri

Sipil) dan Pegawai Swasta. Mata Pencaharian masyarakat di Desa Sukandebi

lebih banyak sebagai Petani dengan bercocok tanam yaitu sayur-sayuran terutama

sayur Kubis dan beberapa tanaman masyarakat di Desa Sukandebi yaitu: Wortel,

Kubis, Kacang tanah, jagung, tomat, cabai, Kopi dan buah-buaha.

Namun, pada saat ini masyarakat di Desa Sukandebi lebih memilih menanam

tanaman yang berumur muda, yaitu tanaman yang hanya berumur beberapa bulan

saja sudah dapat dipanen. Hal ini dikarenakan gunung Sinabung yang saat ini

sedang dalam status level awas oleh pemerintah masih sering terjadi erupsi, dan

masyarakat Desa khawatir jika mereka menanam tanaman yang masa panennya

lama seperti jeruk akan beresiko besar untuk mengalami kerugian yang besar.

Berikut tabel dari mata pencaharian yang peneliti dapatkan dari Desa

Sukandebi berdasarkan data laporan sensus dan pemerintah Desa Sukandebi pada

bulan maret tahun 2016 :

Tabel 2.4

Sumber mata pencaharian masyarakat di Desa Sukandebi

Petani PNS/Swasta Pedagang/Wiraswasta

515 Jiwa 34 Jiwa 28 Jiwa

Page 33: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

22

Data statistik dari Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten

Karo mengenai Produksi Pertanian dapat kita lihat pada tabel di bawah:

Tabel 2.5

Produksi Pertanian

No Komoditas Produksi/Tahun

1. Tanaman Pangan

Padi 6 Ton

Jagung 14 Ton

Kacang Tanah -

Ubi Jalar 28 Ton

2. Buah-buahan

Jeruk 18 Ton

3. Perkebunan

Kopi 17,96 Ton

4. Hortikultura

Tomat 14 Ton

Kentang 46 Ton

Kubis 246 Ton

Brokoli 23 on

Selain sebagai Petani, PNS, Pegawai Swasta dan Pedagang, masyarakat di

Desa Sukandebi ini juga ada yang berkegiatan sebagai penyadap pohon aren atau

enau. Masyarakat menyadap pohon aren yang tumbuh secara liar atau alami dan

Page 34: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

23

tumbuh dengan sendirinya tanpa ada campur tangan masyarakat dalam

pembudidayaan pohon aren tersebut. Dalam hal ini Ngeria dapat dilakukan jika

pohon aren tersebut ada dan dapat diambil airnya.

2.4 Sistem Kepercayaan dan Religi

Agama asli pada masyarakat Karo sebelum diperkenalkan oleh para

pendakwa Islam dan missionaris Kristen ke Tanah Karo adalah Kiniteken

Sipemena22

. Bagi kaum Muslim, Kinitekena Sipemena tidak lebih dari kafir, atau

orang yang tidak percaya akan Allah, sedangkan bagi umat Kristen mereka

disebut paganis atau juga penyembah berhala. Dalam hal ini dapat disimpulkan

bahwa masyarakat Karo tergolong animisme atau menyembah roh-roh leluhur dan

roh yang mendiami tempat mereka tinggal.

Dalam tradisi masyarakat Karo,mereka memiliki kepercayaan untuk

menyembah roh-roh leluhur mereka dan dalam hal ini mereka disebut dengan

Perbegu. Pengamatan penting mengenai agama asli Karo adalah bahwa agama itu

tidak di ekspresikan dengan cara sistematis, tidak ada Kitab Suci dan tidak ada

ajaran teologis yang tersistematis bahkan tidak ada pemikiran atau dogma

didalamnya (Leo Joosten Ginting & Kriswanto Ginting, 2014:10).

Didalam keseharian mereka, masyarakat Karo juga mempercayai adanya

Dibata23

. Dan menurut J.H Neumann (Etnolog dan Pendeta Protestan di Karo),

Dibata di daerah Karo jumlahnya banyak. Dalam masyarakat Karo juga ada

22 lihat Tanah Karo Selayang Pandang “Mengenal Lebih Dekat Budaya Karo” Bab 2 halaman 9. 23

Dibata dalam bahasa Sansekerta berarti deva, yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Dewa, yaitu ‘’ segala sesuatu yang dipuji atau di sembah”,

Page 35: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

24

sebutan Dibata untuk manusia atau biasa disebut dengan Dibata ni Idah, yaitu

orang yang memiliki jabatan sebagai kalimbubu didalam sistem kekerabatan

masyarakat Karo.

Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pada masa sekarang

masyarakat Karo menganut berbagai agama besar dunia, terutama agama-agama

samawi24

, yaitu: Kristen dan Islam. Antara umat beragama ini di dalam

masyarakat Karo terjadi toleransi dan saling menghargai perbedaan-perbedaan

yang hidup bersama di dalam satu wilayah budaya, yaitu di Desa Sukandebi

dalam masyarakat Karo.

Masyarakat Desa Sukandebi dalam hal ini telah menganut Agama Islam

dan Agama Kristen dapat kita lihat dari data statistik yang peneliti terima dari

Sekretaris Kepala Desa di Kecamatan Naman Teran.

Tabel 2.5

Jumlah penduduk dan agama yang dipeluknya

No. Nama

Dusun

Jumlah Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1. Dusun I 556 240 311 5 - -

2. Dusun II 586 281 305 - - -

2.5 Sistem Kekerabatan

24

Agama samawi adalah merujuk kepada tiga agama di dunia ini yaitu: Yahudi, Kristen, dan

Islam. Ketiga-tiga agama ini berinduk dari ajaran-ajaran Nabi Ibrahim Alaihissalam. Ketiganya

memandang bahwa ajaran-ajaran yang sampai kepada mereka adalah berasal dari Tuhan Yang

Maha Esa, yang disebut Yahweh di dalam agama Yahudi, Tuhan Bapa dalam Kristen, dan Allah

Subhanahu Watala dalam Islam. Istilah samawi berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah

langit. Dengan demikian istilah ini merujuk kepada agama yang diturunkan Tuhan melalui wahyu-

Nya yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi-nabi-Nya.

Page 36: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

25

Masyarakat Karo sejak dulu mempunyai sistem marga (klan) atau dalam

bahasa Karo disebut merga untuk laki-laki, dan beru untuk perempuan.

Merga/beru adalah identitas masyarakat Karo yang unik dan setiap orang Karo

memiliki merga/beru. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok,

yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima. Kelima merga

tersebut adalah (1) Karo-Karo, (2) Tarigan, (3) Ginting, (4) Sembiring, dan (5)

Perangin-angin. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang

(misalnya : Agape Sinuhaji). Kelima merga ini masih mempunyai submerga

masing-masing dan setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut.

Merga diperoleh secara otomatis dari ayah, merga dari ayah sama dengan merga

untuk anaknya. Kalau laki-laki bermerga sama maka mereka disebut ersenina25

(bersaudara), sama halnya antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai

beru yang sama. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang

bermerga sama, mereka disebut erturang26

, sehingga pada umumnya dilarang

melakukan perkawinan secara adat.

Sistem kekerabatan masyarakat Karo sering disebut sebagai Dalikan Si

Telu atau (Daliken = batu tungku, Si = yang, Telu= tiga) Tiga tungku. Ketika

sedang memasak di dapur, periuk haruslah ditempatkan di atas tungku yang

berkaki tiga, kalau kaki tungku itu kurang dari tiga maka periuk itu jatuh dan

pecah. Tiga tungku ini melambangkan tiga tonggak dalam masyarakat Karo itu

tersebut dan ketiga tungku ini memiliki nama yang berbeda-beda dalam setiap

25 Ersenina terdiri dari dua kata yaitu er dan senina, er yang dapat diartikan “ber” dan senina yang

berarti “saudara”, jadi ersenina adalah bersaudara baik saudara sedarah maupun tidak.

26

Erturang memiliki pengertian yang sama dengan ersenina yaitu bersaudara, sebutan ini terjadi

antara laki-laki dan perempuan yang bermerga/beru yang sama.

Page 37: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

26

kelompok, mereka juga melaksanakan fungsi antara satu dengan yang lainnya27

.

Untuk menjadi bagian dari ketiga hubungan ini, orang Karo menanggap bahwa

sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) harus menjadi kelompok Karo yang terikat

oleh loyalitas dan kewajiban-kewajiban dalam tatanan hubungan sosial secara

keseluruhan.

Pada masyarakat Karo, segala hubungan kekerabatan baik berdasarkan

pertalian darah maupun akibat hubungan pernikahan dapat dikelompokkan

kedalam tiga garis besar jenis kekerabatan, yaitu: Kalimbubu, Sembuyak/Senina,

dan Anak Beru. Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik sebagai

Kalimbubu, Sembuyak/Senina dan sebagai Anak Beru, pada situasi dan kondisi

apapun dan dimanapun mereka berada.

Secara garis besarnya, Ketiga jenis kekerabatan diatas dapat diartikan

sebagai berikut :

- Kalimbubu : Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita atau pemberi

dara dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo.

Masyarakat Karo menyakini bahwa Kalimbubu adalah pembawa berkat

sehingga Kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yang

nampak). Sikap menentang, melawan dan menyakiti hati Kalimbubu sangat

dicela.

- Sembuyak/Senina : Senina adalah hubungan bersaudara antara orang-orang

yang berasal dari merga yang sama tetapi berbeda misalnya Ginting Suka

dengan Ginting Sugihen. Sembuyak berarti saudara sekandung misalnya

Ginting Suka dengan Ginting Suka lainnya.

27 Lihat Tanah Karo Selayang Pandang “Mengenal Lebih Dekat Budaya Karo” hal 16.

Page 38: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

27

- Anak Beru : Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak

gadis untuk diperistri. Kedudukan Anak beru sebagai kelompok yang bertugas

membawa kerukunan dan kedamaian pada keluarga Kalimbubu. Pada pesta-

pesta adat Karo, anak berulah menjadi modal penggerak kesuksesan sebuah

pesta dari Kalimbubunya. Hal ini tampak dari hal-hal yang kecil seperti anak

beru bertugas membentangkan tikar, memasak nasi beserta lauk pauk,

menyediakan sirih pinang serta rokok bagi Kalimbubu. Tugas anak beru

dapat dibilang berat, karena anak beru harus meyakinkan Kalimbubunya

bahwa pesta dan hal lainnya berjalan dengan baik.

2.6 Bahasa

Pada umumnya bahasa yang digunakan di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman

Teran adalah bahasa Karo, karena mayoritas penduduknya atau masyarakatnya

disana adalah suku Karo.

Bahasa Karo merupakan bahasa utama dari masyarakat Karo yang menetap

disana, khususnya di Desa Sukandebi. Hampir seluruh masyarakat Karo

menggunakan bahasa Karo sebagai media komunikasi dalam percakapan formal

maupun percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sebagian penduduk

yang tidak bersuku Karo pun mengerti dan fasih menggunakan bahasa ini, karena

bahasa Karo lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan bahasa nasional

(bahasa indonesia). Hal ini mengharuskan mereka untuk beradaptasi dengan

penduduk asli yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Karo.

Masyarakat Karo juga memiliki aksara atau tulisan sendiri yang disebut

dengan indung surat. Aksara Karo terdiri dari 21 huruf. Adapun bunyi huruf-

Page 39: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

28

huruf itu menurut Barus dan Sembiring dalam buku mereka ”Sejemput Adat

Budaya Karo” adalah : ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la,

ca, nda, mba, i, u.

Gambar 2.3. Indung surat aksara Karo28

2.7 Kesenian

Kesenian pada suatu daerah sangat dapat memberikan gambaran terhadap

daerah tersebut, seperti halnya di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran ini.

Masyarakat Karo di daerah ini mempunyai kesenian dan kerajinan-kerajinan

tangan yang sama dengan masyarakat Karo pada umumnya.

2.7.1 Seni musik

Penyebutan musik dalam masyarakat Karo dikenal dengan istilah

gendang. Bagi masyarakat Karo gendang bermakna jamak, setidaknya gendang

mempunyai lima makna, yaitu : (1) gendang sebagai ensambel musik, misalnya

gendang lima sedalanen, gendang telu sedalanen dan sebagainya; (2) gendang

sebagai repertoar atau kumpulan beberapa buah komposisi tradisional, misalnya

gendang perang-perang, gendang guru dan sebagainya; (3) gendang sebagai

nama lagu atau judul lagu secara tradisional, misalnya gendang simalungen rayat,

28 Sumber : Sejemput Adat Budaya Karo oleh U.C Barus dan Drs. Mberguh Sembiring S.H.

Page 40: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

29

gendang odak-odak, gendang patam-patam (yang juga terkadang sebagai cak-cak

atau style) dan sebagainya; (4) gendang sebagai instrument musik, misalnya

gendang indung, gendang anak; dan (5) gendang sebagai upacara, misalnya

gendang guro-guro aron, dan sebagainya (Julianus P. Limbeng,

http://xeanexiero.blogspot.com).

Ensambel musik yang umum dikenal pada masyarakat Karo adalah

ensambel gendang lima sedalanen. Dikatakan lima sedalanen karena ensambel

tersebut terdiri dari lima buah alat musik yang dimainkan oleh lima orang pemain.

Secara harafia lima sedalanen dapat diartikan dengan lima sejalan. Adapun kelima

alat musik tersebut adalah sarune (aerophone), gendang indung/ singindungi

(membranophone), gendang anak/ singanaki (membranophone), serta gung

(idiophone) dan penganak (idiophone). Sedangkan kelima orang pemainnya

disebut penarune (sebutan untuk orang yang memainkan sarune), penggual

(sebutan untuk orang yang memainkan gendang indung maupun gendang anak),

dan simalu gung (sebutan untuk orang yang memainkan penganak dan gong).

Ensamble gendang lima sedalanen ini sering digunakan untuk mengiringi

kegiatan-kegiatan musikal pada masyarakat Karo, seperti acara menari dan

menyanyi ataupun berbagai acara adat dan kegiatan ritual lainnya29

.

Selain beberapa alat diatas masih ada alat lain yang dikenal oleh masyarakat

Karo, yaitu kulcapi (kordophone), murbab (kordophone), surdam (aerophone),

balobat (aerophone), dan keteng-keteng (kordo-idiophone). Beberapa alat diatas

juga sering digunakan oleh masyarakat Karo dalam sebuah ensambel, seperti

ensambel gendang telu sedalanen. Gendang telu sedalanen sendiri dapat

29 Dikutip dari skripsi Tety Silva Ginting 2012

Page 41: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

30

dibedakan menjadi dua, yaitu gendang kulcapi dan gendang belobat. Gendang

telu sedalanen terdiri dari tiga buah alat musik, yaitu keteng-keteng, mangkuk

meciho (berisi air), dan kulcapi/belobat. Perbedaan dari keduanya hanya terletak

pada instrument pembawa melodinya saja, yaitu kulcapi dan belobat.

Seiring perkembangan jaman, pada masa sekarang ini kedudukan

ensambel/instrument tradisional Karo telah mulai tergantikan oleh adanya

teknologi baru dalam musik. Munculnya Keyboard atau Gendang Kibot dalam

istilah orang Karo yang mampu menirukan semua bunyi dari alat musik

tradisional Karo pada tahun 1990-an oleh seorang seniman Karo, Djasa Tarigan

telah membuat keberadaan ensambel tradisional Karo tergeser kedudukannya.

2.7.2 Seni Tari

Dalam masyarakat Karo istilah tari dikenal dengan sebutan landek. Pola

dasar dari tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut

(endek) yang disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian

itu ditambah dengan variasi tertentu sehingga tarian tersebut terlihat indah dan

menarik.

Menurut Julianus P. Limbeng (http://xeanexiero.blogspot.com) ada tiga

hal yang perlu diperhatikan dalam tari karo, yaitu endek (gerakan naik turun kaki),

jole atau jemole, yaitu goyangan badan, dan tan lempir, yaitu tangan yang gemulai

dan lembut. Gerakan dasar tarian Karo dibagi atas beberapa gaya yang dalam

bahasa Karo disebut dengan cak-cak. Ada beberapa cak-cak yang dikenal pada

masyarakat Karo, yang terkait dengan gaya dan tempo sekaligus, yaitu yang

dimulai dari cak-cak yang sangat lambat sampai kepada cak-cak yang relatif

cepat, yaitu antara lain: cak-cak simalungen rayat (dengan tempo lebih kurang 60-

Page 42: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

31

66), cak-cak mari-mari yang merupakan cak-cak yang lebih cepat dari cak-cak

simalungen rayat (dengan tempo lebih kurang 70-80), cak-cak odak-odak (dengan

tempo lebih kurang 90 – 98), cak-cak patam-patam (dengan tempo lebih kurang

98-105). Setiap cak-cak ini berhubungan dengan gerakan maupun endek kaki pada

tarian Karo. Semakin cepat cak-cak yang dimainkan maka semakin cepat pula

endek kaki atau pun gerakan tarian

tersebut.

Contoh-contoh tarian yang termasuk ke dalam tiga kategori tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Konteks penyajian dalam adat istiadat

tarian dalam kerja erdemu bayu (perkawinan); landek sukut, landek

kalimbubu, landek anak beru.

tarian dalam acara merdang merdem atau kerja tahun (upacara

pertanian/panen).

tarian dalam upacara kematian yang disebut nurun-nurun.

tarian dalam acara guro-guro aron (tarian muda-mudi)

tarian dalam acara ersimbu (upacara memanggil hujan), yang biasa juga

disebut dengan dogal-dogal.

tarian dalam acara mengket rumah mbaru (meresmikan rumah baru)

tarian dalam upacara ngukal tulan-tulan (menggali tulang)

b. Konteks penyajian dalam religi

gendang guru (tarian yang dilakukan oleh seorang dukun)

seluk (trance atau kesurupan)

perumah begu (memanggil roh)

Page 43: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

32

erpangir ku lau (keramas ritual atau bathing ceremony)

tari tungkat (tarian untuk mengusir roh-roh jahat dengan menggunakan

sebuah tongkat sebagai propertinya)

tari baka (tarian untuk menyembuhkan orang sakit).

c. Konteks penyajian untuk hiburan

Mayan atau Ndikkar (seni bela diri khas Karo)

Tari Kuda-Kuda (Simalungun: Hoda-Hoda)

Gundala-gundala (Tembut-tembut Seberaya)

Beberapa tarian kreasi baru seperti tari roti manis, tari terang bulan, tari

lima serangke, tari telu serangke, tari uis gara, dan sebagainya.

Gambar 2.11

Topeng Gundala-Gundala yang biasa dipakai untuk menari oleh masyarakat Karo.

Page 44: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

33

2.7.3 Seni suara

Masyarakat Karo baru mengenal seni suara/ vokal diperkirakan sekitar

tahun 1800-an, kemudian dalam perkembangannya muncullah lagu-lagu yang

dibawakan seseorang sebagai „perende-rende‟ (penyanyi)30

. Masyarakat Karo

mengenal konsep rende untuk penyebutan istilah bernyanyi. Sedangkan reportoar

yang dinyanyikan disebut ende-enden, dan orang yang menyanyikannya disebut

perende-rende.

Seni suara dalam masyarakat Karo dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

yaitu:

1. Nyanyian Gembira, yang biasa disebut dengan nyanyian perkolong-

kolong. Nyanyian yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong biasa

dinyanyikan dalam upacara adat pernikahan, guro-guro aron, atau

memasuki rumah baru.

2. Nyanyian Mantra (Tabas), nyanyian ini biasa dinyanyikan oleh Guru

Sibaso31

. Nyanyian ini digunakan saat melaksanakan ritual-ritual

seperti, erpangir ku lau, ndilo wari udan, perumah begu, Ngeria dan

lainnya.

3. Nyanyian Cerita, yakni nyanyian yang berisikan tentang sebuah cerita.

Contoh : nyanyian Turi-Turin si Barusjahe, Sitera Jile-Jile, dan

lainnya.

30

http://www.karoweb.or.id/kedudukan-kebudayaan-karo-ditinjau-dari-aspek-keseniannya/ 31

Guru dalam masyarakat Karo dapat diartikan sebagai orang pintar atau dukun.

Page 45: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

34

4. Nyanyian ratapan atau Tangisan, adalah lagu yang dinyanyikan pada

saat upacara orang yang sudah meninggal untuk menyatakan kesedihan

yang mendalam.32

Ada beberapa jenis nyanyian diatas yang bukan ende-enden namun cara

penyampaiannya dinyanyikan, seperti tangis-tangis (nyanyian ungkapan

kesedihan/ keluh kesah), mang-mang (nyanyian yang berisi doadoa), tabas

(nyanyian yang berisi mantra pada saat seorang guru melakukan pengobatan),

nendong (nyanyian yang bertujuan untuk mendekatkan seorang guru dengan

jinujungnya), turi-turin (nyanyian yang berisikan sebuah cerita), katoneng-

katoneng (nyanyian yang berisikan pengharapan), didong doah (nyanyian yang

berisi nasehat); didong doah anak (nyanyian menidurkan anak), didong doah

maba anak ku lau (nyanyian memandikan anak ke sungai), dan didong doah bibi

si rembah ku lau (nyanyian nasehat pada saat upacara perkawinan).

Semua nyanyian diatas dapat dikatakan sebagai musik vokal yang bersifat

individu, yaitu nyanyian yang dinyanyikan secara pribadi dan sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan seseorang. Dalam hal menggarap melodi maupun

teksnya, bergantung pada yang menyanyikannya dan konteks acaranya33

.

32 Dikutip dari buku Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah Karo Simalem karya Sarjani

Tarigan,MSP 33 Dikutip dari Skripsi Teti Silva Ginting

Page 46: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

35

BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN NGERIA

Dalam Bab III ini, peneliti akan mendeskripsikan tentang bagaimana

penyajian nyanyian Ngeria yang terdapat pada masyarakat Karo, di Desa

Sukandebi, Kecamatan Naman Teran,, Kabupaten Karo ini, dimana Ngeria ini

termasuk kebudayaan yang berkembang di dalam masyarakat Indonesia,

khususnya pada masyarakat Karo dan termasuk kedalam jenis folklor, yang

merupakan sastra lisan yang dipercayai oleh masyarakat secara turun-temurun.

3.1 Definisi Ngeria

Ngeria adalah kegiatan menyadap Nira yang berasal dari pohon Aren atau

dalam bahasa Karo disebut sebagai Batang Pola. Ngeria sendiri merupakan salah

satu tradisi yang berasal dari suku Karo yang mengandung unsur-unsur musikal.

Selain itu Ngeria dilakukan masyarakat Karo sebagai kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan dahulu diketahui bahwa dahulu masyarakat Karo

juga ada yang bergantung pada pohon aren ini, baik pada batang, daun, ijuk, dan

paling utama Niranya34

.

Teks nyanyian Ngeria berupa kalimat yang berisikan permohonan dan sebuah

pengharapan yang diucapkan atau dilantunkan oleh penyadap pohon aren

(perpola) tersebut. Ngeria ini biasanya disajikan oleh seseorang dalam hal ini

sedang meminta kepada jelmaan pohon Aren agar memberikan Nira nya agar

34 Wawancara dengan Bapak Ramli Sebayang (Pelaku Ngeria diDesa Sarimunthe)

Page 47: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

36

dapat di olah untuk dapat melunasi hutang-piutang dan juga dapat memenuhi

kebutuhan sehari-harinya35

.

3.2 Deskripsi Legenda Asal Mula Pohon Aren di Desa Sukandebi

Sebelum membahas mengenai legenda atau cerita rakyat dari pohon Aren

dan kegiatan Ngeria yang menjadi objek penelitian, maka terlebih dahulu peneliti

akan mendeskripsikan tentang folklore (cerita rakyat) dari Pohon Aren dan

kegiatan Ngeria ini terlebih dahulu.

Folklore berasal dari bahasa inggris yang terdiri atas dua kata dasar, folk

dan lore, folk yang artinya kolektif atau bisa disebut dengan kelompok. Sedangkan

lore adalah budaya atau kebudayaan, jadi yang dimaksud dengan folklor menurut

Dundes (dalam Dananjaya 1991:1). Lebih lanjut Danandjaya (1991:2)

menjelaskan folklor secara keseluruhan. Folklor adalah sebagian kebudayaan

suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, kolektif macam apa

saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai dengan isyarat atau alat pembantu penggiat.

Folklor menjadi khas karena mempunyai beberapa ciri-ciri.Pengenalan

folklor yang pada umunya dapat dirumuskan. Menurut Danandjaya (1991: 3-5).

o Penyebaran dan pewarisan biasanya dilakukan secara lisan.

o Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatip atau

dalam bentuk standar.

o Folklor ada (exsit) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.

35 Wawancara dengan Bapak Kukuh Sitepu

Page 48: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

37

o Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak di ketahui

orang lain.

o Folklor biasanya mempunya bentuk perumus atau berpola.

o Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu

kolektif.

o Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum.

o Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu.

Peneliti dalam hal ini ingin memberikan gambaran asal mula dari pohon

aren (Batang Pola) ini, cerita ini di peroleh oleh peneliti dari Bapak Kukuh Sitepu

selaku informan peneliti.

Dahulu kala, di dalam suatu desa hidup seorang Pengulu (Kepala suku)

yang memiliki tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Seorang dari

anak laki-laki pengulu tersebut sangat gemar berjudi, sedangkan saudara laki-

lakinya yang lain tidak suka berjudi. Adapun anak perempuan dari si Pengulu

memiliki rambut yang keriting dan kasar. Dikarenakan keadaan rambutnya yang

seperti itu, maka masyarakat memanggil dia dengan sebutan Beru Sibo.

Saudara laki-laki Beru Sibo yang sangat gemar berjudi telah membuat

masalah dalam keluarga. Dia selalu kalah berjudi dan menyebabkan dia memiliki

banyak utang terhadap banyak masyarakat desa. Karena perilaku abangnya, Beru

Sibo merasa sangat malu dan sedih.

Pada suatu malam, ketika Beru Sibo sedang tidur dia bermimpi ada yang

mendatangi dia dalam mimpinya dan berkata, “Ercibal Belo kam, Belo na belo

Page 49: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

38

cawir ras Belo si siwah sepuluh sada. Totoken man Dibata sinjadiken kam jadi

manusia. Tapi ertoto la banci I rumah. Kam lawes ku kerangen, ku tepi embang

entah pe ibas rebe-reben. Adi lawes kam rumah nari, ola nai kari begindu sora

manuk tekuak, ngadi kam bas kerangen e. Cibalken belo e, inganna bulung galuh

ujungna.” (Berdoalah kamu dengan memakai daun sirih, daun sirih Cawir dan

daun sirih sisiwah sepuluh sada. Berdoalah kepada Tuhan yang telah menjadikan

kamu menjadi manusia. Tetapi kamu tidak boleh berdoa dirumah. Kamu harus

pergi ke hutan, ke tepi sungai ataupun ke dalam belantara. Kalau nanti kamu

pergi dari rumah, jangan sampai kamu mendengar suara ayam berkokok, berhenti

kamu di hutan itu. Persembahkan sirih itu, buat tempatnya dengan daun pisang

ujungnya.).

Maka berdoa lah beru Sibo kepada Tuhannya seperti apa yang telah di

sarankan oleh mimpinya tempo hari, “O Tuhan Dibata, kam si njadiken aku jadi

manusia. Mela kel kuakap perbahanken mbue kel utang turangku perban erjudi

ia”(O Tuhan, kamu yang menjadikan aku menjadi manusia. Aku merasa sangat

malu sekali karena perbuatan abangku yang memiliki utang sangat banyak akibat

berjudi) kata beru Sibo didalam doanya sambil menangis tersedu-sedu. Karena

tangisannya yang begitu sedihnya, tiba-tiba angin menjadi sangat kencang dan

disusul dengan hujan yang sangat deras dari langit. Setelah itu, berubahlah si Beru

Sibo menjadi Batang Pola. Mulai dari saat itu beru Sibo tidak lagi pulang

kerumah.

Beberapa waktu kemudian, ayah dari beru Sibo yang seorang pengulu

mulai khawatir akan keberadaan putrinya yang tidak pulang-pulang lagi kerumah.

Page 50: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

39

Hingga akhirnya diperintahkan untuk seluh masyarakat desa mencari beru Sibo ke

berbagai tempat di penjuru desa setiap hari, siang dan malam.

Sampailah pencarian masyarakat desa ke sekitar tempat dimana beru Sibo

menjelma, dan seketika itu juga Beru Sibo pun langsung berbicara, “ O nande, O

bapa, O bibi, O turang, aku enda enggo ertapa, enggo berubah jadi batang pola i

tengah kerangen. Gelah bali pagi utang turangku enda ndai kerina, balbal pagi

tanku enda. Kenca balbal dua bulan, tektek pagi. Lit pagi launa, tanggerken tare

belanga. Pegara apina ngadi-ngadi kental jadi gula. Dayaken pagi gula e guna

nggalari kerina utang turangku si perjudi ena” ( O ibu, O ayah, O bibi, O abang,

aku sekarang sudah bertapa, sudah berubah menjadi pohon aren di tengah hutan.

Agar utang abangku ini nanti lunas semua, balbal lah tandanku ini. Setelah balbal

selama dua bulan, potong nanti. Ada nanti air yang keluar, masak dengan kuali.

Nyalakan apinya sampai menjadi kental dan jadi gula. Jual gula itu untuk

melunasi semua utang-utang abangku yang pejudi itu.) kata beru Sibo. Maka

setelah itu, lunaslah semua utang- piutang abang dari beru Sibo.

Akhirnya, dilakukan lah kegiatan Ngeria itu terhadap batang pola sampai

sekarang dengan tetap memegang kepercayaan akan eksistensi beru Sibo sebagai

penghuni atau jelmaan dari batang pola. Menurut Bapak Kukuh Sendiri, dulu

masyarakat masih menggunakan nira dari batang pola sebagai minuman khusus

apabila ada yang sedang mengadakan upacara adat sebagai simbol kesehatan, dan

kemakmuran.

Page 51: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

40

3.3 Persiapan Ngeria

Persiapan sebelum Ngeria sangat perlu dilakukan agar dapat menghasilkan

Nira yang cukup banyak dan pohon tersebut dapat disadap dalam waktu yang

lama. Salah satu persiapannya adalah menentukan pohon aren yang akan disadap.

Biasanya pohon ini tumbuh liar didalam hutan, namun ada juga yang tumbuh di

ladang masyarakat walaupun tanpa ada pembudidayaan. Ini disebabkan karena

buah-buah dari pohon Aren disebut buah rirang36

yang telah jatuh akan dimakan

oleh Musang atau dalam bahasa Karo disebut Bernawit. Buah ini akan keluar saat

hewan tersebut melakukan buang air besar (mengeluarkan kotoran), dan biasanya

musang selalu membuang kotoran disembarang tempat. Maka dari itulah pohon

Aren dapat tumbuh liar di berbagai tempat.

Gambar 3.0

Buah Rirang yang terdapat pada tandan pohon aren (Dokumentasi Agriva

Maranata Sinuhaji)

36

Buah rirang adalah buah yang tumbuh di pohon aren dengan bentuk yang kecil dan berada di tandan dari pohon aren tersebut.

Page 52: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

41

Gambar 3.1

Foto Pohon Aren yang siap untuk disadap

( dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Setelah pohon aren disiapkan (ditentukan) untuk disadap, selanjutnya

perpola37

akan menyiapkan alat-alat yang diperlukan yaitu seperti parang, pisau

dan jenis pisau yang khusus telah dimodifikasi oleh perpola yang dinamakan

pisau tungkil. Pisau dan parang digunakan untuk melakukan pembersihan

terhadap pohon aren terlebih dahulu sebelum diambil Niranya, dalam hal ini

perpola akan melakukan pembersihan terhadap tumbuhan yang ada disekitar

pohon aren tersebut, memotong pelepah daun dari pohon aren, agar tidak

mengganggu proses mbal-bal ataupun pengambilan air Nira dan membersihkan

ijuk-ijuk yang terdapat pada batang pohon aren tersebut. Proses pembersihan

37 Sebutan untuk pelaku Ngeria

Page 53: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

42

sangatlah dianjurkan karena dapat memberikan kenyamanan terhadap perpola

pada saat melakukan Ngeria nantinya.

Gambar 3.2

Proses Pembersihan di sekitar Tandan yang akan di sadap Niranya

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Gambar 3.3

Alat-alat (pisau,parang) yang digunakan oleh perpola

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

Page 54: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

43

Ketiga alat tersebut telah dimodifikasi sedemikian rupa agar mempermudah

penggunaan dari alat tersebut, terlebih pada saat perpola diatas pohon aren yang

cukup tinggi, berikut gambar pisau yang digunakan perpola:

Gambar 3.4

Parang yang digunakan perpola

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

Gambar 3.5

Pisau belati yang digunakan oleh perpola

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

Page 55: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

44

Gambar 3.6

Pisau khusus (pisau tungkil) yang digunakan oleh perpola

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

Pisau khusus ini digunakan untuk memotong tandan yang telah habis di iris

dan tidak dapat lagi dijangkau oleh pisau biasa, perpola menggunakan ujung pisau

yang tajam menyerupai pahat untuk mengiris tandan yang telah habis tersebut.

3.4 Proses Ngeria

Sebelum perpola melakukan Ngeria ada beberapa hal yang harus di lakukan

oleh siperpola terlebih dahulu yaitu:

1. Menentukan Kesiapan Pohon Aren yang akan disadap

Biasanya perpola akan memperhatikan kesiapan dari pohon aren yang akan

disadap melalui membelah buah rirang untuk dicek isinya. Jika isinya sudah

menguning berarti pohon aren siap untuk disadap.

Page 56: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

45

Gambar 3.7

Buah Rirang yang sudah dibelah dan isinya berwarna kuning

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

2. Numbuki pola

Tahapan pertama adalah mempersiapkan tangga untuk mempermudah

memanjat pohon aren. Selain itu pada tahap numbuki pola akan dipersiapkan pula

tempat berdiri di bagian atas pohon aren agar nantinya dapat mempermudah

proses penyadapan air Nira. Numbuki pola ini biasa dilakukan ketika tandan

bunga jantan aren (buah rirang) baru mekar atau masih muda.

Page 57: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

46

Gambar 3.6

Tangga yang digunakan untuk melakukan kegiatan Ngeria

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

3. Nguir (Jolah-Jole)

Sebelum mememarkan tandan bunga jantan, yang disebut mbal-bal38

dalam

bahasa Karo, terlebih dahulu perpola melakukan nguir atau jolah-jole, yaitu

mengayun-ayunkan tandan Nira sebanyak mungkin dengan tujuan agar tandan ini

semakin elastis (membuka serat atau pori-pori dari tandan tersebut) . biasanya,

menurut informan proses jolah-jole ini biasanya sampai dengan 100 atau lebih

ayunan. Tujuannya adalah agar tandan tesebut betul betul elastis dan dapat

menghasilkan Nira yang banyak. Nguir pola dilakukan ketika bunga jantannya

telah mulai berubah warna menjadi kehitaman.Pada proses inilah menurut

38

Proses memukul tandan aren untuk membuka serat-serat atau pori-pori dari tandan tersebut agar dapat menghasilkan Nira.

Page 58: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

47

informan dari Desa Sarimunthe, beliau mulai mengalunkan nyanyian Ngeria

berdasarkan isi hatinya.

Gambar 3.7

Perpola sedang menguir tandan aren.

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Gambar 3.8

Buah Jantan yang masih berwarna kehijauan.

Page 59: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

48

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Gambar 3.9

Bunga yang telah berwarna kehitaman

(Dokumentasi Oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

4. Mbal-bal

Setelah nguir/jolah-jole selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mbal-bal, yaitu

mememarkan bagian tandan dengan cara dipukul. Dalam hal ini perpola Memukul

tandan tersebut dengan sangat hati-hati, tidak terlalu pelan supaya bagian tandan

semakin elastis, serta tidak boleh dilakukan terlalu kuat untuk menghindari

terjadinya pembusukan pada tandan tersebut.

Page 60: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

49

Gambar 3.10

Pemalbal, Alat yang digunakan pada saat mbal-bal

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Gambar 3.11

Perpola sedang melakukan proses mbal-bal pada tandan aren.

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Page 61: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

50

5. Nampul

Nampul adalah proses memotong tandan pola untuk pertama kalinya.

Proses ini dapat dilakukan biasanya setelah tandan Nira telah melewati

kurang lebih 3 kali masa perlakuan untuk Nguir/Jolah-jole dan mbalbal,

dan biasanya perpola akan melakukan proses tersebut setiap seminggu

sekali sampai mencapai 3 atau 4 kali proses. Barulah setelah itu proses

Nampul dapat dilakukan.

Gambar 3.12

Ilustrasi Proses Nampul pada pohon aren.

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Proses ini dilakukan setelah melakukan sekurang-kurangnya 12 kali masa mbal-

bal pola hingga tandan pola telah menghamburkan serbuk sari yang berwana

kuning.

Page 62: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

51

6. Ndapet atau Ngerengkap

Setelah proses Nampul selesai dilakukan, maka tandan dari pohon aren

yang sudah di potong tersebut akan ditutup dengan daun Sirih hutan yang

biasanya tumbuh liar disekitar pohon Aren tersebut. Namun ada kalanya

juga si perpola mengganti daun sirih tersebut dengan kain-kain, atau

dengan plastik.

Beberapa hari setelah nampul, tibalah masa ndapet ataupun

ngerengkap yang artinya ketika mendatangi pohon aren, sang penyadap

(perpola) telah melihat tanah di bawah pohon aren dibasahi oleh tetesan

air aren39

.

Gambar 3.13

Daun sirih yang digunakan untuk menutup tandan Nira

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

39 Wawancara dengan Kukuh Sitepu

Page 63: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

52

Gambar 3.14

Tandan yang ditutup dengan menggunakan plastik.

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

7. Nongkap

Setelah ngerengkap, lau pola (air Nira) telah siap ditampung dengan

menggunakan tabung bambu yang disebut tongkap. Namun pada saat Peneliti

melihat langsung kelapangan (melakukan observasi langsung), peneliti melihat

Page 64: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

53

tempat penampungan air Nira telah digantikan dengan jerigen yang lebih besar

dan dapat menampung lebih banyak air Nira. Dari observasi langsung yang

peneliti lakukan, mengapa perpola menggantikan bambu dengan jerigen yaitu

karena jumlah air yang ditampung lebih banyak.

Gambar 3.15

Tempat penampungan air Nira

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

Page 65: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

54

.

Gambar 3.16

Jerigen penampungan air Nira

(Dokumentasi oleh Agriva Maranata Sinuhaji)

8. Ngeria

Ngeria adalah mengambil air aren yang dilakukan oleh perpola sebanyak dua

kali dalam satu hari, yaitu pada waktu pagi dan sore.

Dalam kegiatan Ngeria, perpola melakukan rutinitas yang sangat teratur dan

harus dilakukan dalam pengerjaannya, yaitu saat Ngeria di pagi hari dan di sore

Page 66: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

55

hari. Rutinitas ini sangat berdampak pada hasil banyaknya Nira yang dihasilkan

oleh pohon aren tersebut, dimana ada waktu-waktu tertentu yang harus dilakukan

secara rutin, yaitu penyayatan tandan yang harus dilakukan dalam 2 kali dalam

sehari, pada pagi hari dan sore hari, dalam penelitian ini informan melakukan

penyayatan pada jam 06.30 dan pada sore hari jam 15.00 dan jika tidak dilakukan

maka tandan akan sedikit mengeluarkan Niranya atau bahkan bisa saja pohon aren

tersebut menjadi mati. Menurut informasi yang didapat oleh peneliti penyayatan

harus dilakukan 2 kali walaupun waktunya tidak sesuai namun harus dilakukan

demi menjaga banyaknya air Nira keluar.

Setiap pagi dan sore hari perpola akan pergi ke tempat dia bekerja yaitu

melakukan kegiatan Ngeria untuk mengambil hasil yang sebelumnya. Setelah

sampai diatas pohon aren, perpola akan mengambil air Nira dari atas pohon

dengan cara menurunkannya dengan tali dan kemudian perpola akan mulai

mengiris lagi tandan yang telah kering, dengan tujuan agar pori-pori dari tandan

tersebut kembali terbuka dan dapat menghasilkan air lagi.

Gambar 3.17

Page 67: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

56

Perpola akan mengambil jerigen yang sudah berisi Nira dari atas pohon Aren

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

3.5 Nilai Ekonomi Pohon Aren

Hampir semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan. Aren atau

enau, adalah salah satu dari sekian jenis palma40

, tersebar diseluruh kepulauan

nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 m di atas permukaan

laut. Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur

di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian

pegunungan, dihampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak

menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bankan nyaris tidak dipelihara dan

dirawat sebab masih belum dibudidayakan oleh masyarakat.

Bagian-bagian dari pohon aren yang dapat dimanfaatkan juga bernilai

ekonomi tinggi dan paling terkenal adalah Nira, Nira yaitu air yang berasal

dari tandan bunga jantan yang disadap. Nira dapat diolah menjadi alkohol

(tuak, dan lain-lain), cuka dan gula aren. Buah aren dapat diolah menjadi

kolang-kaling, bahan baku untuk berbagai panganan dan industri. Ijuk untuk

bahan baku sapu, brush (sikat), industri tali, pelapis kabel bawah tanah atau

air, atap rumah, penyaringan air dan lain-lain. Daun dapat dibuat atap rumah,

lidi untuk sapu, dan lain-lain. Batang dapat diolah menjadi bahan baku

industri alat-alat pertenunan tradisional maupun meubel (perabotan) dan

hiasan. Di bagian tengahnya diolah jadi sagu, bahan baku makanan ternak, dan

lain-lain. Pelepah daun dapat digunakan untuk kayu bakar.

40

Tumbuhan palma atau juga disebut tumbuhan palem (pinang-pinangan)

Page 68: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

57

Di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo ini,

masyarakatnya dahulu lebih banyak menjadikan air Nira yang keluar dari

tandan diolah menjadi gula merah dan dalam cerita yang beredar air tersebut

memang dijadikan sebagai gula merah untuk dijual dan uangnnya untuk

membayar hutang yang telah menumpuk, Dapat kita lihat tempat pemasakan

air Nira (pola) yang dipakai Bapak Kukuh Sitepu menjadi gula merah.

Gambar 3.19

Tempat pemasakan air Nira (pola) menjadi gula merah.

(Dokumentasi Agriva Maranata Sinuhaji)

Namun sekarang air yang keluar dari tandan tersebut rata-rata telah diolah

menjadi tuak dan mereka langsung memfermentasikan airnya pada saat

penampungan diatas pohon aren tersebut, mereka lebih memilih menjadikan

tuak dikarenakan lebih efisien dan lebih cepat dalam pemasarannya jadi

Page 69: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

58

mereka tidak perlu banyak proses untuk menjualnya. Dibandingkan dengan

memuat gula aren yang harus memasaknya terlebih dahulu.

Page 70: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

59

BAB IV

ANALISIS TEKS DAN NYANYIAN NGERIA

4.1 Analisis Teks Ngeria

Nyanyian Ngeria biasa dilakukan oleh perpola pada pohon Aren ketika akan

menyadap Nira (Ngeria). Dalam penelitiannya, peneliti menemukan bahwa

penggunaan nyanyian dalam aktivitas Ngeria di Desa Sukandebi yang dilakukan

oleh Bapak Kukuh Sitepu ditempatkan pada posisi mulai mengayun-ayunkan

(Njolah-jole) tandan aren yang belum di potong. Proses ini sendiri menurut Bapak

Kukuh Sitepu, dinyanyikan dengan tujuan agar pohon Aren yang dalam hal ini

diibaratkan sebagai seorang perempuan, yang bernama Beru Sibo luluh hatinya,

dan memberikan Nira yang cukup untuk membuat gula merah dan dapat dijual

kepasar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dari keluarga Bapak Kukuh.

Berikut adalah penggalan teks dari nyanyian Ngeria yang dinyanyikan oleh

Bapak Kukuh Sitepu :

Ku jolah joleken me kena beru Sibo

Sampati kena kel aku

Adi la kin sampatindu nggo

Menda mberat bas aku

Belanjaku pe lanai lit

Penukur isapku pe lanai lit

Emaka sampati kel aku beru Sibo

Sampati kel aku

Page 71: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

60

Idahndu ngenda bagenda nge dahinku e pe beru Sibo.

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut:

Ku ayun-ayunkanlah kamu beru Sibo

Tolong bantulah aku

Kalau tidak kamu tolong

Sudah pasti susahlah aku

Belanjaku pun tak ada lagi

Untuk beli rokok pun tak ada lagi

Maka tolong bantulah aku beru Sibo

Bantulah aku

Kamu lihatnya begini pekerjaanku ini beru Sibo

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

Dalam teks nyanyian Bapak Kukuh Sitepu kita dapat melihat ikon, simbol,

hubungan antara musik dengan teksnya dan makna yang terkandung dari teks

tersebut di atas.

Ikon yang kita dapat dari teks nyanyian Ngeria oleh Bapak Kukuh Sitepu

adalah:

Ku jolah joleken me kena beru Sibo

(Ku ayun-ayunkanlah kamu beru Sibo)

Page 72: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

61

Dari penggalan teks tersebut beru Sibo-lah yang menjadi ikon, dimana beru Sibo

yang dimaksud adalah batang pola yang sedang di balbal.

Dari penggalan teks berikutnya terdapat simbol yang menggambarkan pohon

Aren, yaitu beru Sibo.

Selanjutnya, dari teks nyanyian Ngeria yang dilantunkan diatas, dapat kita

lihat hubungan antara musik dengan teksnya, yang berupa penggalan kata.

Adapun penggalan kata dari musik dan teks nyanyian Ngeria adalah sebagai

berikut:

Dari uraian penggalan kata antara musik dengan teks di atas, dapat kita lihat

bahwa teks nyanyian Ngeria di atas adalah teks nyanyian yang silabis.

Selanjutnya yang dapat kita perhatikan lagi adalah makna dari teks nyanyian

Ngeria oleh Bapak Kukuh Sitepu, yang berupa makna denotatif atau teksnya yang

memiliki arti makna sebenarnya. Dari penggalan teks di atas memiliki makna

Page 73: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

62

bahwa perpola bergantung sekali kepada beru Sibo untuk kelangsungan hidupnya.

Dapat kita lihat dari kata adi la kin sampatindu nggo menda mberat bas aku yang

artinya kalau tidak kamu tolong sudah pasti susahlah aku, dari perkataan tersebut

beru Sibo adalah tempat siperpola untuk mengadu dan perpola percaya atau

yakin bahwa beru Sibo dapat membantunya (perpola) dan jika beru Sibo tidak

membantunya, perpola mengatakan bahwa sudah pasti dia akan susah dan

perpola hanya dapat melanjutkan hidupnya jika perpola dibantu oleh pohon Aren

(beru Sibo).

Teks selanjutnya yang juga memiliki makna denotatif adalah:

Belanjaku pe lanai lit

Penukur isapku pe lanai lit

Emaka sampati kel aku beru Sibo

Sampati kel aku

(Belanjaku pun tak ada lagi)

(Untuk beli rokok pun tak ada lagi)

(Maka tolong bantulah aku beru Sibo)

(Bantulah aku)

Dari teks tersebut kita dapat melihat perpola sudah tidak memiliki uang lagi

untuk membeli keperluan sehari-harinya, seperti keperluan belanjanya bahkan

untuk membeli rokok. Dari teks emaka sampati kel aku beru Sibo, sampati kel

aku, Perpola mengulang kata sampati kel aku yang artinya bantulah aku yang

ditujukan kepada beru Sibo. Dapat kita lihat dari pengulangan kata tersebut

perpola ingin menekankan bahwa sangat membutuhkan bantuan beru Sibo.

Dari teks yang terakhir kita dapat melihat pemaknaan yaitu:

Page 74: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

63

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras

“Tak” yang digambarkan sebagai suara tan41

yang telah dipotong dan

“kasursar ras” adalah, sebagai gambaran untuk bunyi Nira yang jatuh tepat di

tengah tongkap42

dan menyebar memenuhi tongkap tersebut.

Peneliti juga menemukan perpola yang saat menyadap pohon Aren, juga

menyanyikan nyanyian terhadap pohon Aren yang disadapnya, yaitu Bapak Ramli

Sebayang yang berdomisili di Desa Sarimunthe, kecamatan Munthe, Kabupaten

Karo. Dan bentuk dari nyanyian singkat yang di peroleh peneliti digunakan

sebagai penambah wawasan peneliti akan aktifitas Ngeria ini pada masyarakat

Karo.

Adapun bentuk nyanyian yang dilantunkan oleh Bapak Ramli Sebayang adalah

sebagai berikut:

O beru Sibo, kubalbal ko

Nembeh aku labo, sada enca ku pindo

Erlau min ko

Dalam bahasa Indonesia, nyanyian diatas dapat diartikan sebagai berikut:

O beru Sibo, kupukul kamu

Bukan aku marah, hanya satu yang kuminta

Berair lah kamu

Berdasarkan nyanyian di atas, perpola tidak menyadari bahwa telah

menggambarkan sesuatu di dalam kegiatannya tersebut. Kita dapat melihat ikon,

41

Berarti tandan dalam bahasa Karo. 42 Tempat penyimpanan Nira dalam masyarakat Karo.

Page 75: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

64

hubungan antara musik dengan teksnya, simbol dan makna yang terkandung dari

teks tersebut.

Dari teks yang di lantunkan oleh Bapak Ramli Sebayang selaku perpola, dapat

kita lihat perlambangan sebuah ikon, yaitu:

O beru Sibo, kubalbal min ko

(O beru Sibo, kupukullah kamu)

Adanya kata O beru Sibo dalam penggalan kata diatas dapat diartikan bahwa

Beru Sibo adalah ikon dari nyanyian yang dilantukan perpola. Beru Sibo sendiri

menurut legendanya diibaratkan sebagai seorang perempuan yang menjelma

menjadi sebuah Batang Pola43

, yang awalnya bertujuan untuk melunasi hutang-

piutang abangnya yang sedang dipasung di Desa seberang karena kalah berjudi.

Selanjutnya, dari teks nyanyian Ngeria yang dilantunkan oleh Bapak Ramli,

dapat kita lihat hubungan antara musik dengan teksnya, yang berupa penggalan

kata. Adapun penggalan kata dari musik dan teks nyanyian Ngeria adalah sebagai

berikut:

43 Penyebutan Pohon Aren dalam bahasa Karo

Page 76: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

65

Dari uraian penggalan kata antara musik dengan teks di atas, dapat kita lihat

bahwa teks nyanyian Ngeria adalah teks nyanyian yang silabis dan juga

melismatis.

Dari penggalan teks berikutnya terdapat simbol yang menggambarkan pohon

Aren, yaitu beru Sibo. Dalam hal ini beru Sibo adalah pohon Aren yang sedang

disadap oleh perpola, perpola meminta Nira dari siberu Sibo, memintanya dengan

lemah lembut agar siberu Sibo memberikan Nira yang banyak dan berlimpah

untuk perpola.

Kepercayaan akan keberadaan beru Sibo sebagai penghuni dari batang pola

telah membuat masyarakat karo khususnya Perpola, mempercayai bahwa untuk

Ngeria dalam satu batang pola mereka harus melakukkannya dengan beberapa

proses. Termasuk proses menyanyikan atau melantunkan nyanyian seperti yang

sudah tertera di atas.

Makna yang tersirat di balik bentuk dan aspek isi dari kata teks nyanyian

Ngeria adalah makna konotatif. Yang menjadikan teks nyanyin Ngeria ini

memiliki makna konotatif adalah di bagian:

O beru Sibo, kubalbal ko

Nembeh aku labo, sada enca ku pindo

Erlau min ko

(O beru Sibo, kupukul kamu

Bukan aku marah, hanya satu yang kuminta

Berair lah kamu)

Dari teks di atas, teks nyanyian Ngeria tidak menggambarkan artian yang

sebenarnya, melainkan dengan menggunakan makna tambahan. Terutama di

Page 77: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

66

bagian „O beru Sibo, kubalbal ko’ yang memiliki arti bahwa beru Sibo bukanlah

nama orang dalam artian sebenarnya, melainkan sebuah penggambaran dari

batang pola yang akan disadap.

4.2 Penggunaan dan Fungsi

Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alan P.

Merriam yaitu tentang fungsionalisme. Merriam (1964:228) mengemukakan dua

gagasan yang penting diperlihatkan dalam membicarakan musik, yaitu

penggunaan dan fungsi (function). Fungsi musik menyangkut apa tujuan

penggunaan musik di tengah-tengah masyarakat selaku pemilik musik itu sendiri

dan mengapa musik tersebut digunakan dengan demikian.

Fungsi musik akan mengacu lebih dalam pada arti musik itu sendiri,

sedangkan (uses) penggunaan musik berhubungan dengan (folkways) kebiasaan-

kebiasaan memainkan musik, baik sebagai aktivitas masyarakat yang berdiri

sendiri atau dalam aktivitas yang lain.

4.2.1 Penggunaan nyanyian Ngeria

Beberapa kelompok masyarakat biasanya menggunakan musik untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Herskovits dalam tulisan Merriam (1964:217)

mengatakan bahwa penggunaan musik antara lain dapat dikaitkan dengan

kelembagaan sosial masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan

bahwa perpola melantunkan nyanyian yang bertujuan untuk meminta

pertolongan dari siberu Sibo agar keadaan ekonominya terbantu.

4.2.2 Fungsi nyanyian Ngeria

Page 78: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

67

Dalam penelitian ini fungsi musik yang dimaksud adalah yang

dikemukakan oleh Merriam (1964:222-226) yaitu sedikitnya ada sepuluh

fungsi musik bagi masyarakat pemiliknya yaitu:

1. Fungsi pengungkapan emosional.

2. Fungsi pengungkapan estetika.

3. Fungsi hiburan.

4. Fungsi komunikasi.

5. Fungsi perlambangan.

6. Fungsi reaksi jasmani.

7. Fungsi norma-norma sosial.

8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara religi.

9. Fungsi kesinambungan kebudayaan.

10. Fungsi pengintregasian masyarakat.

Dalam hal ini tidak semua fungsi musik dapat dimasukkan untuk

menganalisis fungsi dari nyanyian Ngeria. Dari kesepuluh fungsi yang

dikemukakan oleh Merriam, menurut peneliti hanya ada dua fungsi yang dapat

digunakan untuk menganalisis nyanyian dari aktivitas Ngeria, yaitu:

1. Fungsi komunikasi.

2. Fungsi perlambangan.

4.2.2.1 Fungsi Komunikasi

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya komunikasi antara perpola

yang sedang mbalbal dengan masyarakat sekitar. Hal ini dikemukakan oleh

peneliti karena ketika sedang berada di Desa salah satu informan, peneliti

Page 79: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

68

mendengar suara pukulan dari perpola yang sedang beraktifitas di dalam hutan,

kemudian bertanya kepada masyarakat Desa tersebut untuk memastikan aktifitas

apakah yang sedang terjadi di dalam hutan. Jawaban yang didapat oleh peneliti

dari beberapa masyarakat yang menjawab suara tersebut adalah perpola yang

sedang mbalbal. Berikut adalah bentuk ritem dari proses mbalbal yang dilakukan

oleh perpola:

Catatan: 1. Nada yang terletak di posisi garis bantu bawah pertama digambarkan

sebagai pukulan dalam bunyi “por”.

2. Nada yang terletak di posisi baris keempat dari paranada

digambarkan sebagai pukulan dalam bunyi “tih”.

Dalam hal ini kata “por” yaitu ditujukan pada saat perpola memukul

batang pohon Aren dengan tenaga yang penuh, dan “tih” yaitu ditujukan pada saat

perpola memukul tandan dari pohon Aren tersebut, namun pukulan pada tandan

tidak sekuat pada saat pemukulan pada batang pohon Aren tersebut.

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa dalam proses nyanyian

Ngeria yang dapat dijadikan sebagai fungsi komunikasinya adalah proses

mbalbal.

Page 80: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

69

4.2.2.2. Fungsi Perlambangan

Bagi seorang penyanyi, nyanyian adalah sebuah perlambangan bagi

dirinya sendiri. Perlambangan memang sangat berperan penting, karena saat

sebuah nyanyian dilambangkan, maka orang lain akan melambangkannya atau

menangkap maksud dari sipenyaji jauh lebih dalam dari pada sipenyaji

menceritakannya dengan seperti biasa.

Dalam aktifitasnya, perpola menyanyikan sebuah nyanyian yang

melambangkan keresahan dalam hatinya tentang ekonomi keluarganya. Perpola

selalu melantunkan nyanyian dengan hati yang sungguh-sungguh untuk memohon

kepada siberu Sibo, dapat dilihat dari teks nyanyian yang dilantunkan oleh Bapak

Kukuh Sitepu, yaitu sebagai berikut:

Emaka sampati kel aku beru Sibo

Sampati kel aku

(Maka tolong bantulah aku beru Sibo

Bantulah aku)

Perlambangan kata yang diatas dapat memberikan gambaran hidup seorang

perpola. Kata sederhana dapat memberikan makna dalam, hal tersebutlah yang

menjadi dasar mengapa seseorang menggunakan sebuah perlambangan yaitu

untuk menunjukkan maksudnya yang lebih dalam.

4.3 Transkripsi

Transkripsi menurut ilmu Etnomusikologi merupakan proses penelitian bunyi-

bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam

Page 81: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

70

bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Dalam hal ini peneliti ingin

menotasikan melodi nyanyian dari kegiatan Ngeria.

Untuk melakukan transkripsi melodi nyanyian dari kegiatan Ngeria, sesuai

teori dalam Bab I peneliti memilih notasi deskriptif yang dikemukakan oleh

Charles Seeger.

Dalam bab IV ini peneliti memilih untuk menotasikan dan menganalisis

melodi nyanyian Ngeria dengan menggunakan notasi Barat, walau sesungguhnya

melodi yang dihasilkan dari nyanyian Ngeria yang didapatkan peneliti dari

informan tidak sepenuhya sesuai dengan penotasian Barat. Peneliti memilih notasi

Barat agar dapat menggambarkan pergerakan melodi dari nyanyian Ngeria secara

grafis atau tertulis sehingga dapat dibaca.

4.3.1 Simbol dalam Notasi

Notasi-notasi yang digunakan dalam transkripsi melodi nyanyian Ngeria

merupakan simbol-simbol Barat. Berikut ini merupakan beberapa simbol yang

digunakan dalam transkripsi nyanyian Ngeria.

1.

Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi.

2.

Merupakan satu buah not setengah yang mempunyai nilai 1 ketuk.

3.

Page 82: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

71

Merupakan satu buah not 1/8 yang mempunyai nilai 1/2 ketuk.

4.

Merupakan satu buah not 1/16 yang mempunyai nilai 1/4 ketuk.

5.

Merupakan tanda diam yang mempunyai nilai 1 ketuk.

6.

Merupakan tanda diam yang mempunyai nilai 1/4 ketuk.

7.

Merupakan tanda diam yang mempunyai nilai 1/2 ketuk.

4.3.2 Tangga Nada (Scale)

Tangga nada atau scale yang dimaksud dalam skripsi ini adalah nada-nada

yang dipakai dalam nyanyian Ngeria yang berkaitan dengan melodi.

Page 83: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

72

Dalam mendeskripsikan tangga nada, peneliti mengurutkan nada-nada yang

terdapat dalam melodi nyanyian tersebut, yaitu mulai dari nada yang terendah

sampai nada yang tertinggi berdasarkan pemakaian nada.

Dalam notasi ini, peneliti menggambarkan tangga nada nyanyian Ngeria oleh

Bapak Kukuh Sitepu.

Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam nyanyian Ngeria di atas, peneliti

melihat bahwa nada yang paling rendah adalah nada E dan nada yang tinggi

adalah nada G.

4.3.3 Nada Dasar (Pitch Center)

Dalam menentukan nada dasar dalam nyanyian Ngeria ini, peneliti

menggunakan tujuh kriteria-kriteria generalisasi yang ditawarkan oleh Bruno

Nettl dalam bukunya Theory and Method in Etnomusikology (1963:147), yaitu

sebagai berikut.

1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang paling sering

muncul dan nada mana yang paling jarang dipakai dalam suatu komposisi

musik.

2. Kadang-kadang nada yang memiliki nilai ritmisnya besar dianggap nada

dasar, meskipun jarang dipakai.

Page 84: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

73

3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian

tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas

tersebut.

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun

posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting.

5. Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai

patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya,

sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh

dianggap lebih penting.

6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai

sebagai patokan tonalitas.

7. Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai system

tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas.

Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya

adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut

(terjemahan Marc Perlman 1963:147).

Dengan melihat ketujuh kriteria di atas, maka dapat diuraikan nada dasar

pada nyanyian Ngeria ini adalah seperti berikut.

Dari kriteria-kriteria yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya

Theory and Method in Etnomusikology (1963:147), peneliti melihat

pernyataan ketiga dan peneliti sepakat untuk menjadikan patokan nada dasar

pada nyanyian Ngeria, maka nada dasar dari nyanyian Ngeria dalam tulisan

ini yang paling mendekati adalah nada dasar C.

Page 85: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

74

4.3.4 Wilayah nada

Wilayah nada dapat didefiniskan yaitu sebagai rentang antara nada yang

terendah sampai yang tertinggi yang digunakan dalam sebuah musik, terutama

yang berkaitan dengan melodi. Wilayah nada ini juga selalu diartikan dalam

istilah musik dengan range.

Wilayah nada nyanyian kegiatan Ngeria dapat kita lihat pada gambar dibawah,

berikut adalah nada yang terendah hingga tertinggi.

Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan dalam nada dasar C, nada

terendah terdapat pada nada E, dan nada tertinggi terdapat pada nada G‟.

4.3.5 Jumlah Nada

Jumlah nada adalah banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik,

nyanyian ataupun Komposisi. Berikut adalah jumlah nada yang dipakai dalam

nyanyian Ngeria oleh Bapak Kukuh Sitepu:

36 25 4 1 2 1

Dengan demikian, jumlah nada yang dipakai paling sedikit dalam nyanyian

Ngeria di atas, adalah nada C dan G‟ yang sama-sama berjumlah satu nada.

Sedangkan jumlah nada terbanyak ditemukan pada nada E yang berjumlah tiga

puluh enam nada.

Page 86: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

75

4.3.6 Pola Kadensa

Pengertian kadensa adalah pergerakan nada akhir dari suatu frasa lagu. Pola

kadensa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu semi kadens (half cadence) dan

kadens penuh (full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak

lengkap atau tidak selesai dan memberi kesan adanya gerakan ritme yang lebih

lanjut. Sedangkan kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat diakhir frase yang

terasa selesai sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk

menambah gerakan ritem.

Dilihat dari pergerakan nada akhir (pola kadensa) dari frasa nyanyian

Ngeria di atas, nyanyian tersebut termasuk dalam kadens penuh (full cadence).

4.3.7 Formula Melodik

Formula melodi yang akan dibahas dalam tulisan ini meliputi bentuk, frasa

dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu

pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi dan motif adalah ide

melodi sebagai dasar pembentukan melodi.

William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam

menganalisis bentuk, yaitu:

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan

nyanyian.

Page 87: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

76

3. Strophic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Berdasarkan formula melodi di atas, bentuk nyanyian di atas termasuk dalam

kategori strophic, yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4.3.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan 1997:

85), yang dapat dibedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada

yang lebih tinggi. seperti tampak pada gambar dibawah:

Page 88: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

77

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke

nada yang rendah. seperti tampak pada gambar dibawah:

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari (a) nada yang

rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau

dari (b) nada yang tinggi ke nada yang rendah, kemudian kemali ke nada

yang tinggi. Seperti tampak pada gambar dibawah:

(a) (b)

4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga

dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti

tampak pada

5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakn

intervalnya terbatas. Seperti tampak pada gambar dibawah:

Dari jenis-jenis kontur yang tertera diatas, dalam nyanyian Ngeria terdapat

alur, yaitu:

Page 89: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

78

1. statis

2. Pendulous

3. Teracced

4.3.9 Analisis ritem

1. Tempo : 49

2. Meter : 4/4

Peneliti menentukan bahwa nyanyian Ngeria yang dinyanyikan memiliki

tempo 49 dengan birama 4/4 setelah diukur dengan menggunakan metronom.

Adapun bentuk ritem dari pukulan (mbalbal) yang dilakukan ketika praktik

kegiatan Ngeria adalah sebagai berikut:

Pola ritem di atas bersifat berulang dengan kecepatan pukulan (tempo) yang

semakin lama semakin cepat dan pada waktu-waktu tertentu kecepatan pukulan

(tempo) berubah menjadi lambat. Dengan kata lain, pola ritem mbalbal yang

dilakukan oleh perpola bersifat free-meter.

Page 90: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

79

Nyanyian Ngeria 1.

M.M = 49

Perpola: Kukuh Sitepu

Rekaman: Desa Sukandebi, Kamis, 8 Maret 2016, Pukul 15.48 WIB.

Catatan:

1. Nyanyian ini diambil peneliti dari Desa Sukandebi, yaitu oleh Bapak

Kukuh Sitepu yang kegiatannya sehari-hari adalah seorang petani. Selain

itu beliau juga pernah melakukan kegiatan sebagai seorang perpola.

2. Kata yang terdapat di atas, yaitu Tak kasursar ras kasursar ras kasursar

ras kasursar ras Tak kasursar ras kasursar ras kasursar ras kasursar ras,

merupakan kata yang tidak memiliki nada dan disebutkan ketika perpola

selesai melantunkan nyanyiannya.

Page 91: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

80

Nyanyian Ngeria

M.M = Free Meter

Perpola: Ramli Sebayang

Rekaman: Desa Sarimunthe, Sabtu, 21 Mei 2016. Pukul 23.36 WIB.

Catatan:

1. Nyanyian Ngeria ini diambil dari Desa Sarimunthe yang dinyanyikan

oleh Bapak Ramli Sebayang.

Page 92: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

81

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pohon aren (Batang Pola) adalah pohon yang dimanfaatkan masyarakat

Karo terkhusus perpola untuk diambil Niranya. Dimana Nira tersebut dapat

diolah kembali menjadi gula merah atau Gula Batak untuk dijual. Namun, pada

masa sekarang Nira yang berhasil disadap dari batang pola lebih banyak di olah

kembali menjadi tuak44

karena dianggap lebih menguntungkan.

Di dalam praktiknya Perpola akan selalu melakukan aktifitas Ngeria

sebanyak dua kali dalam sehari dan dilakukan pada pagi hari (sekitar pukul enam

pagi) dan sore hari (sekitar pukul empat sore). Bagian pohon aren yang di sadap

oleh perpola adalah tandan yang terdapat pada pohon atau masyarakat setempat

menyebutnya tanna (digambarkan sebagai tangan dari si Beru Sibo).

Ngeria memerlukan keterampilan yang khusus, kesabaran dan ketekunan.

Perpola akan selalu naik dan turun melalui sebuah batang bambu yang di lubangi

sedemikian rupa sebagai tangga dan tempat pijakan perpola.

Pada saat naik dan turun, jempol kaki kiri dan kanan yang menjadi

tumpuan pijakan di lubang bambu tersebut, sehingga tidak jarang jika kita

44 Minuman beralkohol tradisional yang berasal dari fermentasi Nira.

Page 93: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

82

perhatikan jempol kaki perpola akan berbentuk lebih besar, sedikit melebar, dan

kulitnya terlihat kasar dan keras.

Dalam prosesnya, kegiatan Ngeria yang dahulu dilakukan oleh Bapak

Kukuh Sitepu memiliki kearifan lokal yang dapat diterapkan terhadap kehidupan

nyata, yaitu Bapak Kukuh Sitepu memperlakukan pohon aren yang disadapnya

seperti seorang manusia. sebelum beliau melakukan Ngeria, beliau akan

membersihkan sekitar dari pohon aren tersebut terlebih dahulu, kemudian beliau

akan membersihkan bagian sekitar tan dari batang pola yang akan di riai45

.

Dalam Kegiatan Ngeria khususnya di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman

Teran, Kabupaten Karo terlihat jelas memilki kearifan lokal yang begitu positif.

Namun jika sebuah mitos tersebut dibandingkan dengan analisis yang logika maka

akan banyak timbul pertanyaan yang sangat berbanding terbalik. Perpola dalam

hal ini yaitu Bapak Kukuh Sitepu memiliki kepercayaan, yaitu jika pohon aren

diperlakukan selayaknya manusia (Beru Sibou) maka pohon aren tersebut akan

memberikan air Nira (pola) yang cukup dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan

ekonomi keluarga.

Dilihat dari Beberapa informan yang memberikan informasi kepada

peneliti tentang cerita dari beru Sibo ini, dapat ditemukan beberapa hal yang mirip

mengenai cerita mereka tentang nyanyian Ngeria. Beberapa hal yang mirip itu

yaitu dimana mereka pasti memberikan cerita tentang bagaimana kehidupan

mereka, bagaimana menderitanya mereka dalam kehidupannya sehari-hari, begitu

kekurangannya mereka dalam kebutuhan mereka, dan tujuan mereka

45 Riai adalah kata kerja yang sama artinya dengan Ngeria dalam bahasa Karo.

Page 94: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

83

menceritakan itu terhadap beru Sibo adalah agar beru Sibo tersentuh dan dia dapat

memberikan pola nya atau Niranya.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan terbuka peneliti

bersedia untuk diberikan saran atau kritik yang membangun dan tidak

menjatuhkan agar tulisan ini lebih baik lagi.

Peneliti juga ingin memberikan saran kepada masyarakat Karo agar kiranya

tetap memelihara dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang ada, baik

seni musik, seni vokal dan seni tari yang terdapat di sekitar terutama yang

memiliki umur yang muda agar mencintai budayanya masing-masing, Karena

Budaya Kita Sangat memiliki nilai yang luhur bagi kita.

Peneliti juga melihat bahwa kebudayaan Karo sudah semakin hilang seiring

dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Karo mari kita

sama-sama menunjukkan dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang

kita miliki sebagai identitas kita yang cinta terhadap budaya yang kita miliki.

Demikian tulisan ini diselesaikan, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang

membaca agar menjadi pengetahuan dan sumber informasi khususnya bagi

masyarakat Karo dan ilmu Etnomusikologi.

Page 95: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

84

DATA INFORMAN

1. Nama : Kukuh Sitepu ( Informan Kunci )

Umur : 85 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten

Karo

2. Nama : Ramli Sebayang

Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Penggembala ternak

Alamat : Desa Sari Munthe, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo

3. Nama : Tammen Sipayung

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Perpola ( Pengrajin Nira)

Alamat : Desa Namo Pinang, Kecamatan Namorambe, Kabupaten

Deli serdang

Page 96: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

85

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (tidak tercantum) . Sejarah Karo : Seni Musik Karo. [online]. Tersedia :

www.sejarahkaro.blogspot.co.id [diakses : 28 Maret 2016]

Banjarnahor, Erni Junita. (2014). Tangis Beru Sijahe di Desa Sukaramai,

Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Phakphak Bharat: Kontinuitas dan

Perubahan Penyajian, Kajian Tekstual dan Musikal. Medan: Departemen

Etnomusikologi, FIB USU (Skripsi Sarjana).

Ginting, Tetty Silva. (2012). Analisis Struktur Musikal, Fungsi Sosial, dan

Budaya Didong Doah Bibi Sirembah ku Lau pada masyarakat Karo di

Berastagi. Medan : Departemen Etnomusikologi, FIB USU ( Skripsi

Sarjana).

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Anthropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Leo Joosten Ginting dan Kriswanto GInting. (2014). Tanah Karo: Selayang

Pandang. Edisi Pertama. Medan: Bina Media Perintis.

Limbeng,Julianus. (2009). Lima Serangke dan Pembelajaran Tari Karo. [Online].

Tersedia : http://xeanexiero.blogspot.co.id [diakses : 28 Maret 2016].

Malm,William P. 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New

Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam bahasa

Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur

Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan:

Universitas Sumatera Utara Press.

Manik, Marliana. (2013). Analisis Fungsi, Tektual, dan Musikal Tangis Simate

Suatu Genre Nyanyian Ratapan dalam Konteks Kematian Pada Kebudayaan

Page 97: ANALISIS NYANYIAN NGERIA PADA MASYARAKAT KARO DI … · PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat

86

Masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil. Medan:

Departemen Etnomusikologi FIB USU (Skripsi Sarjana).

Merriam, Alan P. (1964). The Anthropology of Music. Chicago: Northwestern

Univercity Press.

Nettl, Bruno. (1963). Theory and Methode in Ethnomusicology. Newyork: The

Free Press Of Glencoe.

Poerwadarminta, W.J.S. (ed.), (1965). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Purba, Kezia. (2014). Analisis Musikal dan Tekstual Marsialop Ari Karya

Taralamsyah Saragih. Medan: Departemen Etnomusikologi, FIB USU

(Skripsi Sarjana).

Purba, Linfia Sonia. (2015). Analisis Tekstual dan Musikal Lagu Inggou

Parlajang karya Taralamsyah Saragih. Medan : Departemen

Etnomusikologi, FIB USU (Skripsi Sarjana).

Sachs, Curt dan Eric M. Von Hornbostel, 1914. “Systematik der

Musikinstrumente.” Zeitschrift für Ethnologie. Berlin: Jahr. Juga

terjemahannya dalam bahasa Inggris, Curt Sachs dan Eric M. von Hornbostel,

1992. “Classification of Musical Instruments.” Terjemahan Anthony Baines

dan Klaus P. Wachsmann. Ethnomusicology: An Inroduction. Helen Myers

(ed.). New York: The Macmillan Press.

Tarigan, Sarjani. (2009). Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah Karo Simalem.

Edisi Pertama. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.