analisis manajemen risiko pembiayaane-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5816/1/ta devid...9...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DI BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh Gelar
Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md. E) pada Program Studi DIII
Perbankan Syariah
Oleh :
DEVID TRI WAHYUNINGSIH
64010160027
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
3
PENGESAHAN
4
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
5
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
6
MOTTO
“Jika manginginkan sesuatu maka lakukan apa yang belum pernah dilakukan, gagal itu bukan
hambatan tapi pelajaran, mengeluh boleh tapi jangan berlebihan, karena Allah tidak akan
menguji hambanya diluar batas kemampuan”
(Elmy Nor Amaliya)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku, saudaraku,
Para dosen-dosen, sahabat-sahabatku,
Teman-teman seperjuanganku..
7
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa
menunjukan kepada kita jalan yang lurus dan memberikan pemahaman akan agama
yang kokoh. Shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, dan juga kepada para keluarganya, para sahabatnya, para
pengikutnya hingga akhir zaman. Beliaulah pemimpin para Nabi dan Rasul Allah
SAW, yang selalu mencontohkan suri tauladan yang mulia kepada setiap insan di
dunia. Penulis sangat merasa bersyukur setelah berbagai cobaan dan kendala, suka
maupun duka selalu setia mengiringi perjalanan dalam melakukan penelitian dan
penulisan Tugas Akhir ini, namun pada akhirnya atas rahmận rahỉm dari Sang
Pencipta, Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul:
“ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT
NUSA UMAT SEJAHTERA SALATIGA”
Tugas Akhir ini disusun dalam rangka melengkapi syarat-syarat
menyelesaikan pendidikan program Diploma 3 pada jurusan D3 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiaga. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya
pertolongan Allah SWT, doa, bimbingan, bantuan, dukungan, saran maupun kritik
dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Karena tanpa bantuan
mereka, penulis merasa kesulitan terutama dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak dapat terlukiskan, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Zakiyuddin,M.Ag. selaku Rektor IAIN SALATIGA.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan FEBI
IAIN SALATIGA.
3. Wakil Dekan 1, 2, 3 FEBI IAIN SALATIGA.
4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN SALATIGA
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis
8
selama di bangku kuliah. Semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat bagi penulis di
dunia dan akhirat.
6. Pihak BMT NUSA UMAT SEJAHTERA SALATIGA yang bersedia menjadi
obyek penelitian.
7. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan serta memberikan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Semua sahabat dan teman-temanku yang senantiasa memberikan semangat,
dukungan dan motivasinya.
9. Semua pihak yang belum tercantum, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan dukungan, saran serta bantuan baik secara moril maupun
materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Besar harapan saya semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, khususnya
untuk penulis pribadi, masyarakat dan para pembaca pada umumnya. Tidak lupa
pula saran dan kritik yang membangun guna pengembangan penulisan skripsi
selanjutnya.
Salatiga, Mei 2019
Penulis,
Devid Tri Wahyuningsih
64010160027
9
ABSTRAK
Devid Tri Wahyuningsih. 2019. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan
Mudharabah di BMT NUSA UMAT SEJAHTERA SALATIGA. Tugas Akhir.
Program Studi D III Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Fetria Eka Yudiana,
M.Si.
Dengan adanya kemungkinan terjadinya risiko dan untuk meminimalisir
terjadi risiko yang mungkin akan terjadi pada pembiayaan mudharabah di BMT,
maka perlu diteliti mengenai penerapan manajemen risiko pembiayaan
mudharabah dan bagaimana penanganan terhadap pembiayaan mudharabah yang
bermasalah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya
risiko pembiayaan mudharabah di BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga,
penanganan terhadap pembiayaan mudharabah yang bermasalah, penerapan
manajemen risiko pembiayaan mudharabah di BMT Nusa Umat Sejahtera
Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan
metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada staff
maketting di BMT NUSA UMAT SEJAHTERA. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 1) proses pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan mudharabah
dilakukan dengan identifikasi risiko pembiayaan, pengukuran risiko pembiayaan,
pemantauan risiko pembiayaan dan pengendalian risiko pembiayaan, 2) faktor
penyebab terjadinya risiko pembiayaan adalah risiko SDM (Sumber Daya
Manusia) dan risiko operasional.
Kata kunci: Risiko, Manajemen Risiko, Pembiayaan Mudharabah
10
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................................................iii
KEASLIAN ........................................................................................................................... iv
PLAGIASI .............................................................................................................................. v
MOTTO.................................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
ABSTRAK............................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 6
D. Metode Penelitian .......................................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ................................................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka.....................................................................................12
B. Kajian Teoritik ............................................................................................. ...18
BAB III : GAMBARAN OBJEK
A. Sejarah dan Perkembangan BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
Salatiga...................................................................................................................39
B. Visi dan Misi.........................................................................................................41
C. Struktur Organisasi BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
Salatiga...................................................................................................................41
D. Produk – Produk BMT BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
Salatiga...................................................................................................................44
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan
Mudharabah di BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
Salatiga......................................................................................................................48
11
B. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
Mudharabah di BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga.................51
C. Strategi penanganan pembiayaan mudharabah bermasalah
di BMT BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga................................53
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................55
B. Saran............................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 struktur organisasi BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
SALATIGA....................................................................................................................... 42
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Nasabah BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
SALATIGA tahun 2018-2019.......................................................................................... 3
Tabel 1.2 Pembiayaan Bermasalah BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
SALATIGA tahun 2018-2019.......................................................................................... 4
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis sangat lekat dan dekat dengan kondisi ketidakpastian.
Ketidakpastian tersebut akan berdampak pada keuntungan atau kerugian atau
sering disebut dengan risk and return (risiko dan hasil). Risiko dan hasil adalah
berkorelasi positif, semakin besar risiko bisnis, maka peluang untuk mendapatkan
laba atau pendapatan (return) juga besar, sebaliknya jika risiko bisnis kecil, maka
laba atau pendapatan (return) yang akan diperoleh juga akan kecil (Romdhoni,
2016).
Risk and return (risiko dan hasil) juga tidak lepas pada lembaga keuangan
keuangan syariah seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Baitul Mal wat Tamwil
merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat. Baitul
Mal wat Tamwil (BMT) berfungsi sebagai perantara (intermediary) antara pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Sehingga lembaga
keuangan ini mempunyai dua kegiatan atau layanan, yakni funding dan lending.
Funding artinya BMT berfungsi menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana. Sedangkan lending artinya BMT berfungsi menyalurkan dana
kepada masyarakat yang kekurangan dana.
BMT adalah lembaga keuangan syariah yang didirikan sebagai pendukung
dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha
kecil berlandaskan prinsip syariah. Keberadaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
15
sebagai salah satu perintis lembaga keuangan dengan prinsip syariah di Indonesia,
dimulai dari ide dari para aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang mendirikan
Koperasi Jasa Keahlian Teknosa pada 1980. Koperasi inilah yang menjadi cikal
bakal BMT yang berdiri pada tahun 1984. Dengan adanya risiko memaksa BMT
untuk dapat mengidentifikasi setiap risiko yang sedang dan akan dihadapi dengan
merujuk risiko yang pernah dialami. Dengan mengenali risiko lebih awal
diharapkan BMT dapat meminimalisir risiko yang ada, sehingga return yang telah
ditetapkan dapat tercapai (Prakoso, 2014)
Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Senada dengan hal itu
Djojosoedarso (1999) menyatakan, bahwa risiko mempunyai karakteristik
(Darmawi, 2006) :
a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
b. Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan
BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga termasuk salah satu lembaga
keuangan syariah yang sedang berkembang di lingkungan masyarakat. BMT ini
dikenal dari golongan menengah kebawah sampai golongan menengah keatas.
Layanan BMT Nusa Umat Sejahtera diminati sebagian besar kalangan menengah
kebawah yang membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya dimana BMT ini
berperan sebagai mitra usaha dengan pembiayaan produk mudharabah yang sesuai
dengan prinsip syariah dan peraturan yang sudah ditetapkan. Antusiasme
masyarakat terhadap pembiayaan mudharabah dengan sistem bagi hasil sangat
luar biasa. Namun pada pembiayaan mudharabah pihak pemilik dana (shahibul
maal) tidak ikut serta dalam manajemen usaha, sehingga internal usaha tidak
dapat diketahui secara detail.
16
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Nasabah Pembiayaan BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga
Tahun 2018-2019
No Tahun Mudharabah Murabahah
1 2018 89 nasabah 144 nasabah
2 2019 104 nasabah 170 nasabah
Sumber data: BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga
Dari tabel di atas dapat diketahui pada periode 2018-2019 jumlah nasabah
pembiayaan mudharabah dan murabahah.pada Tahun 2018 jumlah nasabah
mudharabah berjumlah 89 nasabah,sedangkan untuk nasabah murabahah
berjumlah 144 nasabah sedangkan pada tahun kedua atau pada periode 2019
jumlah nasabah mudharabah mengalami peningkatan sebesar 104
nasabah,sedangkan untuk murabahah mengalami peningkatan sebanyak 170
nasabah Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah nasabah pembiayaan
murabahah memiliki perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan
pembiayaan mudharabah.
Tabel 1.2
Pembiyaan Murabahah yang Bermasalah
di BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga Periode 2018-2019
No Tahun Jumlah Nasabah Bermasalah
1 2018 30 nasabah
2 2019 35 nasabah
Sumber data: BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga
17
Data di atas menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah bermasalah di
BMT Nusa Umat Sejahtera mengalami kenaikan selama periode 2018-2019.yaitu
pada tahun 2018 jumlah pembiayaan bermasalah sejumlah 30 nasabah sedangkan
pada tahu 2019 jumlah pembiayaan bermasakah mengalami peningkatan sebanyak
35 nasabah.Faktor-faktor terjadinya pembiayaan diatas menurut narasumber
dikarenakan ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor dari pihak nasabah dan dari
pihak BMT.
Dengan adanya kemungkinan terjadinya risiko dan untuk meminimalisir
terjadi risiko yang mungkin akan terjadi pada pembiayaan mudharabah di BMT,
maka perlu diteliti mengenai penerapan manajemen risiko pembiayaan
mudharabah dan bagaimana penanganan terhadap pembiayaan mudharabah yang
bermasalah. Hal inilah yang menjadi dorongan untuk meneliti lebih dalam yang
berkaitan dengan “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DI BMT BMT NUSA UMAT SEJAHTERA SALATIGA ”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang perlu untuk dikaji, yakni:
1. Faktor – faktor apa saja yang berpengaruh terhadap resiko pembiayaan
Mudharabah di BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga?
2. Bagaimana mekanisme penerapan managemen resiko pembiayaan
mudharabah di BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga ?
3. Bagaimana penanganan terhadap pembiayaan mudharabah yang
bermasalah di BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga ?
18
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitan ini adalah :
a. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya
risiko pembiayaan mudharabah di BMT Nusa Umat Sejahtera
Salatiga.
b. Mengetahui bagaimana manajemen risiko pembiayaan mudharabah
yang diterapkan di Nusa Umat Sejahtera Salatiga.
c. Mengetahui penanganan terhadap pembiayaan mudharabah
bermasalah di Nusa Umat Sejahtera Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis sebagai tambahan wawasan untuk mengetahui
mengenai penerapan manajemen risiko pembiayaan mudharabah
dan bagaimana menangani terhadap pembiayaan mudharabah yang
bermasalah di BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga.
b. Bagi kalangan akademisi terutama mahasiswa FEBI IAIN
SALATIGA, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
penelitian lebih lanjut untuk meneliti topik yang sama.
c. Bagi perusahaan, memberikan kontribusi yang bermanfaat atau
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
manajemen risiko pada pembiayaaan mudharabah.
19
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistic (Romdhoni, et al 2016 : 3). Prosedur penelitian ini menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research)
(Muhammad, 2003), dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan
artikel yang berkaitan dengan Manajemen Risiko.
2. Jenis Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah (Iskandar, 2009: 118):
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama. Data ini berupa teks hasil wawancara dan informan yang
dijadikan sample dalam penelitiannya. Data ini diperoleh langsung
dari wawancara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan yaitu
dengan manajer, staf marketing dan anggota pembiayaan mudharabah.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penulis ilmiah,
penelitian, buku catatan, buku-buku referensi, jurnal, internet, dan
sebagainya. data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan
dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat, atau
mendengarkan. Data ini diambil dari dokumentasi melalui dokumen-
20
dokumen yang berhubungan dengan anggota pembiayaan
mudharabah.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, karena jenis penelitiannya menggunakan library
research dan field research, maka metode pengumpulan datanya dilakukan
melalui :
a. Dokumentasi, yaitu kertas tertulis tangan atau tercetak yang bersifat
resmi melengkapi informasi atau digunakan sebagai bukti
penelitian dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi yang dibutuhkan
untuk pengumpulan data diambil dari BMT Nusa Umat Sejahtera
Salatiga serta nasabah pembiayaan mudharabah.
b. Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula (Sumarsono, 2004:71). Wawancara merupakan bagian
terpenting dalam survei, karena tanpa wawancara peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan
pertanyaan kepada responden. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan
yang akan diajukan kepada informan sudah dipersiapkan dengan
lengkap dan cermat, akan tetapi dalam penyampaian pertanyaan
tersebut dilangsungkan secara bebas. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang produk pembiayaan mudharabah
21
bertujuan untuk melengkapi data tentang BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga.
c. Observasi, dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki
secara langsung. Observasi pada penelitian ini ditujukan kepada
BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga, nasabah pembiayaan
mudharabah.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran dan mempermudah cara memahami laporan
tugas akhir ini penulis menyusun dalam beberapa bab antara lain sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan kerangka awal yang akan menguraikan tentang teori-
teori yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang sejarah, struktur
organisasi, kegiatan, permodalan dan tingkat perkembangan Nusa Umat
Sejahtera Salatiga.
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang penjelasan mengenai
analisis manajemen risiko pada pembiayaan mudharabah di BMT Nusa
Umat Sejahtera Salatiga.
22
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan BAB IV dan saran-saran
yang ditujukan penulis kepada instansi yang terkait dari penelitian.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Telaah penelitian sebelumnya ini sangat penting untuk dilakukan guna
membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya, sehingga tidak
terjadi adanya duplikasi. Pustaka-pustaka yang menjadi telaahan dalam penulisan
ini antara lain :
Khuriawati (2011) yang meneliti tentang apakah ada pengaruh Manajemen
Risiko dan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) terhadap pemberian pembiayaan
Mudharabah tanpa jaminan di BMT Kabupaten Purworejo. Metode penelitian
menggunakan uji statistik dengan analisis Regresi Berganda. Hasil analisi regresi
variabel Manajemen Risiko dan ESQ memiliki tanda positif artinya variabel
Manajemen Risiko dan ESQ memiliki pengaruh positif terhadap pemberian
pembiayaan Mudharabah tanpa jaminan.
Afifa (2010) yang meneliti tentang strategi meminimalisasi risiko
pembiayaan macet di BMT Muhajirin Salatiga. Metode penelitian ini
menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah cara
meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan macet meliputi pemantau
dan kerjasama, eksekusi jaminan dan cadangan risiko pembiayaan tak tertagih.
Imanah, Dairotun Imanah. Riyantika, Susi & Sudarsih Umi (2015) yang
meneliti tentang implementasi manajemen risiko pembiayaan dalam upaya
meningkatkan profitabilitas pada BPRS Khasanah Ummat. Metode Penelitian ini
menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada hakikatnya
sudah di mulai jauh sebelum prosedur awal pembiayaan yaitu meliputi pemasaran
24
pembiayaan, prosedur pemberian pembiayaan, pengawasan pembiayaan,
pengelolaan pembiayaan bermasalah dan penyelesaian pembiayaan
bermasalah.Implementasi manajemen risiko pembiayaan yang sesuai dengan
koridor yang telah ditetapkan dapat efekif meningkatkan profitabilitas Bank.
Jamilah (2016) yang meneliti tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Non Performing
Financing (NPF), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap pembiayaan mudharabah. Sedangkan penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga
berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah, capital adequacy ratio
berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah, return on asset
berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah, non performing financing
tidak berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah, biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan mudharabah.
Friyanto (2013) yang meneliti tentang bagaimana meminimalisasi risiko
serta memahami alternatif solusi pada pembiayaan mudharabah di Bank BTN
Kantor Cabang Syariah Malang. Metode penelitian ini menggunakan metode
problem solving. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko dapat diminimalisasi
dengan menentukan syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh nasabah.
Titin (2017) yang meneliti tentang bagaimana cara menganalisis
Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bmt Muhajirin Salatiga,dan dari
penelitian ini ditemukan adanya faktor unsur ketidaksengajaan . Sedangkan faktor
25
penyebab dari pihak bmt sendiri terdiri dari beberapa hal yaitu analisa yang
kurang akurat dan AO karena dikejar target.
Beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas berfungsi sebagai literatur
atau referensi terhadap penelitian penulis. Sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini lebih ditegaskan tentang
penerapan manajemen risiko pembiayaan mudharabah yang lebih menyeluruh dan
sebelumnya belum dilakukan penelitian tentang analisis manajemen risiko
pembiayaan mudharabah pada BMT NUSA UMAT SEJAHTERA SALATIGA.
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Metodolog
i
Variabel Hasil
Khuriawati
(2011)
Pengaruh managemen
resiko dan emotional
spiritual quotient
(esq)terhadap kinerja
pembiayaan
mudharabah tanpa
jaminan(survei diBMT
dikabupaten
Purworejo)
Analisis
regresi
Variabel
dependent
managemen
resiko variable
independent
pembiayaan
mudharabah tanpa
jaminan
Variabel management
risiko dan ESQ memiliki
tanda positif artinya
variabel managemen
risiko ESQ memiliki
pengaruh positif terhadap
pemberian pembiayaan
mudharabah tanpa
jaminan
Liza
muzayana
afifa(2011)
Strategi
meminimalisasi dan
menanggulangi resiko
pembiayaan macet
pada BMT Muhajirin
Salatiga
Deskriptif
kualitatif
- Hasil dari penelitian ini
adalah cara meminimalisi
dan menangulangi resiko
pembiayaan macet
meliputi memantau dan
kerjasama,eksekusi
jaminan dan cadangan
26
pembiayaan tak tertagih
Fina
dairotun,ima
nah susi
riyantika
dan umi
sudarsih
Implementasi
managemen resiko
pembiayan dalam
upaya meningkatkan
profibilitas (study
kasus pada BPRS
khasanah umat
purwokerto)
Deskriptif
kualitatif
- Hasil penelitian
menunjukkan pada
hakikatnya sudah dimulai
jauh sebelum prosedur
awal pembiayaan yaitu
maliputi pemasaran
pembiayaan,prosedur
pemberian
pembiayaan,pengawasan
pembiayaa,pengawasan
pembiayaan,pengawasan
pembiayaan,pengelola
pembiayaan
bermasalah.implementasi
managemen risiko
pembiayaan yang sesuai
dengan koridor yang
telah ditetapkan dapat
efektif meningkatkan
profitabilitas bank
Jamilah
(2016)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pembiayaan
mudharabah pada Bank
Umum Syariah Di
Indonesia
Analisis
regresi
- Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
pihak ketiga berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
mudharabah,capital
adequancy ratio
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan
27
mudharabah,return off
asset berpengaruh negatif
terhadap pembiayan
mudharabah non
performing financing
tidak berpengaruh positif
terhadap pembiayan
mudharabah,biaya
operasional terhadap
pendapatan
operasional(BOPO)berpe
ngaruh negatif terhadap
pembiayan mudharabah
Friyanto
(2013)
Pembiayaan
mudharabah risiko dan
penanganannya (study
kasus pada bank BTN
kantor cabang syariah
Malang)
Problem
solving
- Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
resiko dapat
diminimalisasi dengan
menentukan syarat-syarat
yang harus dipatuhi oleh
nasabah
Titin (2017) Analisis resiko
pembiayaan
mudharabah,study
kasus pada BMT
Mujahirin cabang
Salatiga
Analisis
regresi
Dari hasil penelitian
menunjuikkkan bahwa
penyebab terjadinya
resiko pembiayaan itu
sendiri disebabkan
kerena adanya unsur
ketidak sengajaan,dan
analisa yang kurang
mendalam dari pihak AO
28
B. Kajian Teoritik
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan
yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus
dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
suatu kerugian. Risiko dapat dating setiap saat, agar risiko tidak menghalangi
kegiatan, maka risiko harus dikelola secara baik (Kasidi, 2014:4).
Bank Indonesia (PBI No. 13/25/PBI/2011) mendefinisikan risiko
sebagai “potensi terjadinya kerugian akibat dari peristiwa tertentu”.
Sementara itu, risiko kerugian adalah sesuatu hal yang merupakan
konsekuensi baik secara langsung atau tidak langsung dari suatu kejadian.
Risiko ini bersifat tidak pasti, dimana ketika terjadi suatu keadaan yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan ketidaksesuaian dari hasil yang
diharapkan.
Sering kali risiko muncul karena adanya lebih dari satu pilihan dan
dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui dengan pasti,
sebagaimana tidak pastinya masa depan. Risiko didefinisikan sebagai
konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang berpotensi
mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak negatif lainnya
(Anggraeni, 2015).
2. Jenis-jenis Risiko
Berdasarkan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
terdapat sepuluh jenis risiko yang dihadapi bank Islam, yaitu: risiko kredit,
29
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi,
risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil, dan risiko investasi
a. Risiko Kredit
(Kasidi et al, 2014:58) risiko kredit adalah risiko yang berkaitan
dengan kemungkinan kegagalan debitur untuk melunasi utangnya, baik
pokok maupun bunganya pada waktu yang telah ditentukan. Risiko kredit
pada umumnya dihadapi oleh industry jasa perbankan, walaupun
perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank tidak
tertutup kemungkinan untuk terkena risiko ini.
Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal, antara lain :
1) Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau
obligasi (surat utang) yang dibeli oleh bank tidak dibayar;
2) Tidak dipenuhinya kewajiban, dimana bank yang terlibat di
dalamnya dapat melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi
kewajiban pada kontrak derivative; dan
3) Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan
produk derivative ( menurut Kasidi et al, 2014:58 dalam Imam
Ghozali,2007:12).
Kerugian risiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya default,
sehingga risiko kredit itu didefinisikan sebagai potensi kerugian nilai
market to market yang mungkin timbul karena pemberian kredit oleh
bank ( menurut Kasidi et al, 2014:58 dalam Imam Ghozali, 2007:12).
Risiko kekuasaan (souverign risk) merupakan risiko kredit yang
muncul ketika suatu Negara memberlakukan pengawasan terhadap devisa
(foreign exchange control), sehingga menyebabkan pihak lain tidak
30
mungkin lagi melunasi utangnya, souverign risk, merupakan risiko
Negara (country risk), sedangkan default merupakan risiko perbankan
(Kasidi, et al 2014:58).
b. Risiko Pasar
Risiko ini muncul akibat karena harga pasar bergerak kea rah yang
merugikan. Risiko ini merupakan risiko gabugan yang terbentuk akibat
perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal lain yang
mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas maupun komoditas (Kasidi, et
al 2014:66).
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas
asset (asset liquidity risk) dan risiko likuiditas pendanaan (funding
liquidity risk). Risiko likuiditas asset atau sering disebut dengan
market/product liquidity risk, timbul ketika suatu transaksi tidak dapat
dilaksanakan pada harga pasar. Yang terjadi akibat besarnya nilai
transaksi relative terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas
pendanaan yang juga sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko
ketidakmampuan memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga
mengakibatkan likuiditas (Kasidi, et al 2014:67).
d. Risiko Operasional
Proses penggunaan teknologi yang berdampak pada operasional
bank merupakan risiko yang timbul akibat tindakan manusia. Oleh karena
itu, kecurangan, ketidakjujuran, kegagalan manajemen, sistem
pengendalian yang tidak memadai, prosedur operasional yang tidak tepat,
termasuk dalam risiko operasional. (Kasidi, et al 2014:68).
31
e. Risiko Hukum
Risiko hukum muncul akibat adanya tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain, karena adanya
tuntutan secara hukum dan ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya kontrak atau pengikatan agunan yang tidak smpurna.
f. Risiko Reputasi
Risiko ini muncul akibat opini negative public terhadap operasional
bank, sehingga dapat mengakibatkan menurunya jumlah nasabah bank
tersebut atau menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau
merosotnya pendapatan bank. (Kasidi, et al 2014:68).
g. Risiko Strategik
Risiko ini muncul akibat penerapan strategi yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang keliru atau bank kurang responsive
terhadap perubahab eksternal, sehingga bank mengalami kerugian
(Kasidi, et al 2014:68).
h. Risiko Kepatuhan
Risiko ini terjadi, karena bank tidak mau mematuhi atau tidak mau
melaksanaakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku. Kemudian bank Islam diharuskan memenuhi prinsip-prinsip
syariah dalam aktivitas bisnisnya. Inilah yang seharusnya mencirikan
bank Islam.
i. Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil terjadi akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah dan memengaruhi perilaku nasabah. Risiko
32
ini muncul sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana ke debitur.
j. Risiko Investasi
Risiko investasi muncul akibat bank ikut menanggung kerugian
usaha debitur yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil.
Berdasarkan fatwa DSN MUI, perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan
atas jumlah pendapatan atau penjualan yang diperoleh debitur.
3. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah
Manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan
perspektif yang berbeda.Diantaranya yaitu pengelolaan, pembinaan,
kepengurusan, tata laksana, kepemimipinan, ketatapengurusan, administrasi
dan sebagainya (Khaerudin, 2015:30).
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan
sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menentukan
solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktivitas atau proses (Idroes, 2008:5).
Manajemen risiko pada bank Islam seharusnya merupakan suatu
proses berkelanjutan tentang bagaimana bank mengelola risiko yang
dihadapinya. Meminimalkan potensi keterjadian dan dampak yang
ditimbulkan pada berbagai risiko yang tidak dikehendaki. Pada sisi lain,
menerima dan beroperasi dengan risiko tersebut. Bahkan dalam tataran yang
lebih tinggi, jika memungkinkan bank Islam dapat mengonversi risiko
menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Lebih jauh, manajemen risiko
33
adalah tentang bagaimana bank secara aktif memilih jenis dan tingkat risiko
yang sesuai dengan kegiatan usaha bank tersebut (Anggraeni, 2015:32).
Dalam kerangka manjemen risiko, kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan perlu dilakukan pada suatu
program penanggulangan risiko agar tujuan program tersebut dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Program penanggulangan risiko suatu organisasi
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kegiatan di antaranya:
a. Identifikasi Risiko (Risk Identification)
Identifikasi risiko pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk
mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan usaha.
Kemudian menganalisisnya untuk menemukan setiap eksposure risiko
yang dimungkinkan dapat menjelma menjadi bentuk kerugian (Kasidi et
al, 2014:11). Pengidentifikasian risiko merupakan proses analisis untuk
menemukan secara sistematis dan berkeseimbungan, risiko (kerugian
potensial) yang menantang perusahaan. Teknik yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi risiko diantaranya:
1) Menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.
2) Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan untuk
melihat risiko suatu proses produksi dan operasi.
3) Menganalisis kontrak yang telah dan sedang dibuat perusahaan
dengan para kliennya.
4) Melihat catatan statistik kerugian dan laporan kerugian perusahaan.
5) Survey dan wawancara terhadap manajer sehubungan dengan
risiko yang biasa dihadapi sehari-hari.
34
b. Pengukuran dan Evaluasi Risiko (Risk Assessment)
Pengukuran dan evaluasi risiko adalah proses sistematis yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur tinggi rendahya risiko yang
dihadapi perusahaan melalui kuantifikasi risiko. (Kasidi et al, 2014:25)
Adapun tujuan pengukuran risiko adalah untuk:
1) Mengetahui relative tingkat pentingnya;
2) Memperoleh informasi untuk menetapkan kombinasi peralatan
manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Ada dua dimensi
dalam pengukuran risiko yaitu frekuensi terjadinya kerugian dan signifikansi
dan kegawatan (saverity) dari suatu kejadian/risiko. Frekuensi suatu kejadian
bisa dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan seperti:
1) Hampir tidak mugkin terjadi (almost nil)
2) Kemungkinan kecil terjadi (slight)
3) Mungkin terjadi (moderate)
4) Mungkin sekali terjadi (definite)
Sedangkan tingkatan signifikansi suatu kejadian suatu risiko dapat dibagi
dalam:
1) Normal loss expectancy, bila kerugian masih dapat dikelola sendiri
2) Probably maximum loss, kerugian bila pegaman tidak berfungsi
3) Maximum foreseeable loss, kerugian yang tidak dapat diatasi sendiri
4) Maximum possible loss, kerugian yang tidak dapat diamankan
(baik secara pribadi maupun melalui asuransi)
c. Pengelolaan Risiko
(Anggraeni et al, 2015:38) setelah risiko diidentifikasi dan diukur
serta dievaluasi, barulah kita dapat melakukan pengelolaan terhadap
35
risiko. Beberapa alternatif pengelolaan terhadap risiko dilakukan dengan
antara lain penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, transfer risiko,
dan pendanaan risiko.
Alternatif pengelolaan berikutnya adalah menahan risiko. Menahan
risiko adalah menghadapi risiko dengan kemampuan sendiri dan sumber
daya yang ada tanpa meminta bantuan pihak lain separti perusahaan
asuransi.
Diversifikasi adalah penempatan kekayaan pada beberapa asset
yang berbeda dengan tujuan meminimalkan risiko. Semakin besar
diversifikasi, atau semakin banyak macam asset yang dimiliki, semakin
kecil risiko kerugian total akibat investasi tersebut.
Transfer risiko adalah proses pengalihan sebagian atau seluruh
risiko yang ditanggung pada pihak lain (penanggung) yang biasanya
adalah perusahaan asuransi.
d. Pemantauan Risiko
Dalam rangka melaksanakan pemantauan risiko, bank wajib
sekurang-kurangnya melakukan evaluasi terhadap eksposur risiko dan
penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan
usaha bank, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi, dan
sistem informasi manajemen risiko (Idroes et al, 2008:59).
B. Akad Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Kata mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam usaha. Kata mudharabah juga berasal
36
dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut
juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan karena
pemilik memotong hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
keuntungan. (Antonio, 2001: 95)
Jadi, pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif (Yaya,
2014 : 108).
2. Landasan Syariah
Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat-ayat dan hadits berikut ini:
a. Al-Qur‟an
Beberapa dalil yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran yang
membolehkan akad mudharabah diantaranya adalah:
1) Firman Allah QS. An-Nisa [4]: 29
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa[4]: 29)
2) Firman Allah QS. Al-Maidah [5]: 1
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
37
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS.
Al-Maidah [5]: 1)
3) Firman Allah Al-Baqarah [2]: 283
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa
yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS. Al-Baqarah [2]: 283)
b. Al-Hadis
1) Hadis Nabi Riwayat Thabrani:
“ Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan „Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
2) Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhayb:
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
38
gandum kualitas baik dengan gandum kualitas rendah untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah
dari Shuhayb)
3) Hadis Nabi riwayat at-Tirmidziy dari „Amr bin „Awf:
“shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mufakat)
dapat dilakukan diamtara kaum muslimin, kecuali shulh yang
mengharamkan yang haram atau menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka, kecuali syarat
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
(HR. at-Tirmidziy dari „Amr bin „Awf)
4) Hadis Nabi:
ا ا ض ا و ضا ا ا
“ tidak boleh membahayakan/ merugikan (orang lain) dan tidak boleh
membalas bahaya dengan bahaya” (HR. Ibnu Majah, ad-
Daraquthniy, dan yang lain dari Abu Sa‟id al-Khudriy)
c. Ijmak
Diriwayatkan sejumlah sahabat menyerahkan (kepada mudharib)
harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun
mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma.
d. Qiyas
Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
39
e. Kaidah Fikih
ها و و اي ج ا لا ل و ا دل ي ا ا ا ا ا و إ ة
ا ا و ا ا لاو ا لاا
وص ف
ا
“pada dasarnya semua bentuk muamalah adalah boleh dialkukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya”
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
a. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
1) Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana)
Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal), sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib).
2) Obyek mudharabah (modal dan kerja)
Faktor kedua (obyek mudharabah) merupakan konsekuensi logis
dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal
menyerahkan modalnya sebagai obyek mudharabah.
3) Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak)
Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela).
4) Nisbah Keuntungan
Faktor keempat (nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad
mudharabah. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua piihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan
imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan
atas penyertaan modalnya (Karim, 2010 : 205-206).
40
b. Syarat Mudharabah
(Djuwaini, 2010 : 228) Sedangkan syarat-syarat mudharabah sebagai
berikut:
1) Pelaku
a. Dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik dana, sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pengelola dana.
b. Keduanya harus cakap hukum, baligh dan memiliki
kemampuan untuk diwakilkan dan mewakilkan.
c. Pelaku akad mudharabah tidak hanya antara muslim dengan
muslim.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut.
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b. Penerimanaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3) Modal ialah sejumlah uang dan atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan usaha
dengan syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
41
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib (pengelola modal), sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai
kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudaharib), sebagai perimbangan
modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib),
tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
42
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan
harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
4. Jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah sistem mudharabah dimana pemilik
modal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha, tempat dan
waktu serta dengan siapa pengelola bertransaksi. Jenis mudharabah ini
memberikan kebebasan kepada mudharib (pengelola modal)
melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah pemilik modal menyerahkan modal
kepada pengelola dan menentukan jenis usaha atau tempat, waktu dan
orang yang akan bertransaksi dengan mudharib.
5. Aplikasi Mudharabah dalam Lembaga Keuangan
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan
dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan
pada:Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan
sebagainya,deposito,pembiayaan modal kerja,investasi,
43
6. Manfaat Akad Mudharabah
Akad mudharabah mempunyai manfaat bagi bank maupun bagi
nasabah. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan /hasil
usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative
spread.
7. Risiko Mudharabah
(Antonio, et al 2001 : 98) Risiko yang terdapat dalam mudharabah,
terutama dalam penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi.
Diantaranya:
a. Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disepakati dalam kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
c. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
(Ridwan, 2004: 126-127) Baitul Mal wat Tamwil atau Balai Usaha
Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan pengembangan
usaha-usaha produktif dan infestasi dalam meningkatkan kualitas
44
ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
b. Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah
serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Secara harfiah baitulmal berarti rumah dana dan baitul tamwil
berarti rumah usaha Dari pengertian tersebut dapatlah di tarik suatu
pengertian yang meyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang
juga berperan sosial.
Sebagai lembaga sosial, baitulmal memiliki kesamaan fungsi dan
peran dengan lembaga amil zakat (LAZ), oleh karennya baitulmzl ini harus
didorong agar mmpu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan.
Sementara sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya
pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam.
Dengan demikian, keberadaan BMT dapat di pandang memiliki dua
fungsi utama, sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti
zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta dapat pula berfungsi sebagai institusi
yang bergerak dibidang infestasi yang bersifat produktif.
2. Landasan BMT
BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip
syariah islam, keimanan, keterpaduan,, kekeluargaan atau koperasi,
kebersamaan,kemandirian, dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan
BMT menjadi organisasi yang syah dan legal. Sebagai lembaga keuangan
syariah, BMT berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan
menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang.
Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia
45
dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil. Kekeluargaan
dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih
secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan
bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari
meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah
pengelolaannya harus profesional.
3. Asas Dasar BMT
Asas dasar BMT, adalah:
a. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), tayyiban(terindah),
ashanu‟ammala(memuaskan semua pihak),
b. Barakah,
c. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
d. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
e. Keadilan sosial dan kesejahteraan gender, nondiskriminatif.
f. Ramah Lingkungan.
g. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
h. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat
4. Prinsip BMT
(Al-Arif, 2011:377) Prinsip-prinsip utama BMT:
a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah swt. Dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam
dalam kehidupan nyata.
46
b. Keterpaduan (kaffah) dimana nilai-nilai spiritual berfungsi
mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral dinamis, proaktif,
progresif, adil, dan berakhlak mulia.
c. Kekeluargaan(kooperatif).
d. Kebersamaan.
e. Kemandirian.
f. Profesionalisme dan
g. Istiqamah, konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa
putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ke tahap berikutnya,
dan hanya kepada Allah berharap.
5. Fungsi BMT
(Al-Arif et al, 2011:385-386.) Fungsi BMT di masyarakat adalah sebagai
berikut:
a. Mningkatkan kualitas SDM.
b. Mengorganisir dan memobilisasai dana, sehingga dana yang dimiliki
masyarakat termanfaatkan.
c. Mengembangkan kesempatan kerja.
d. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar-pasar
produk anggota.
6. Peranan BMT
Adapun Peranan BMT adalah sebagai berikut :
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
c. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
47
7. Ciri BMT
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan
lingkungannya.
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, dan sedekah bagi
kesejahteraan orang banyak.
c. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat di
sekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik orang-seoraang atau orang dari luar masyarakat
itu.
8. Kegiatan Operasional BMT
(Murtadho, 2012: 62) Ada 5 prinsip Operasional yang
dapatdilaksanakanoleh BMT, yakni:
a. System bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), suatu system yang
meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan
pengelola dana.
b. System jual beli (Ba‟I al-murabahah, ba‟I as-salam, ba‟I al-istishna),
suatu system pembelian dengan cara pihak bank akan membeli barang
yang dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual kepada nasabah
dengan harga beli ditambah margin keuntungan.
c. Sistemnon profit (Qardhul hasan), suatu system pembiayaan yang
tidak mengambil keuntungan sedikitpun, kecuali biaya administrasi.
48
d. Sistem sewa (ijarah) perjanjian sewa yang memberi kesempatan
penyewa untuk mmanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan
uang sewa sesuai dengan persetujuan (setelah selesai barang bias
dikembalikan atau dijual kepada penyewa).
9. Kesehatan BMT
(Al-Arif et al, 2011:397-399) Tingkat kesehatan BMT adalah
ukuran kinerja dan kualitas BMT dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, dan keberlangsungan usaha
BMT.
10. Kendala Pengembangan BMT
Kendala pengembangan BMT adalah sebagai berikut:
a. Akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum mampu dipenuhi
oleh BMT.
b. Walaupun lembaga BMT dikenal, tetapi masih banyak masyarakat
yang berhubungan dengan rentenir.
c. Beberapa BMT cenderung menghadapi masalah yang sama,
misalnya nasabah yang bermasalah.
d. BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai pesaing yang harus
dikalahkan.
e. BMT lebih cenderung menjadi baitul tamwil daripada baitul maal.
f. Pengetahuan pengelolaan BMT sangat mempengaruhi BMT
tersebut dalam menangkap masalah-masalah dan menyikapi
masalah ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
49
BAB III
GAMBARAN OBJEK
E. Sejarah Singkat dan Perkembangan BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA SALATIGA
A. Sejarah KSPPS BMT NUSA UMAT SEJAHTERA
Kondisi perekonomian Indonesia, terutama nahdliyyin masih
memerlukan lembaga keuangan syari’ah yang mampu
mengembangkan ekonomi umatnya yang berada di level grass root
(usaha mikro dan kecil). Penduduk kota Semarang mayoritas
beragama Islam (terutama menengah kebawah), mereka ini sebagai
pelaku usaha ekonomi menengah kebawah. Untuk mengembangkan
ekonomi menengah kebawah, dibutuhkan lembaga keuangan yang
berbentuk koperasi syari’ah (Baitul Māl Wa tamwil). Dengan adanya
BMT akan memberikan kontribusi yang positif bagi hadirnya
pengembangan ekonomi, khusunya bagi masyarakat muslim
menengah kebawah/berawal dari latar belakang itulah NU sebagai
organisasi dengan basis kemasyarakatan yang besar, tersebar merata
di seluruh penjuru nusantara dengan struktur organisasi yang tertata
dan mengakar kuat, mendirikan sebuah lembaga keuangan syari’ah
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA. BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA memulai kiprahnya didalam bidang koperasi pada tahun
2003. Setelah memulai beberapa proses sebagi berikut :
50
KSPPS NUSA UMAT SEJAHTERA lahir pada tanggal 23 Juli
2003 oleh MWC NU Gunungpati Kota Semarang.KSPPS NUSA
UMAT SEJAHTERA nama awalnya adalah KSU Bumi Sejahtera
dengan Unit uasaha keuangannya adalah BMT.Konpercab NU Kota
Semarang bulan Juli 2006 mengamanatkan agar pengurus Cabang NU
Kota Semarang mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (
BPRS NU ) PC NU terpilih membentuk PC LP NUSA UMAT dengan
SK No: PC.11.01/004/SK.03/II/2007,PC LP NU Kota Semarang
meminta kepada MWC NU Gunungpati agar pengelolaan BMT
dilakukan oleh PCNU Kota Semarang.PAD-I dengan melakukan
perubahan nama dan pengurus dari Bumi Sejahtera menjadi Nusa
Ummat Sejahtera.Koperasi NUSA UMAT SEJAHTERA membentuk
Unit Usaha Keuangan Syari’ah (BMT NUSA UMAT SEJAHTERA).
Koperasi NUSA UMAT SEJAHTERA tahun 2009 tidak merubah
nama dan pengurus,tetapi merubah skala, dari skala kota menjadi
skala provinsi.Dengan perubahan skala tersebut maka Koperasi
NUSA UMAT SEJAHTERA dikembangkan di sebagian besar
wilayah Jateng.Koperasi NUSA UMAT SEJAHTERA tahun 2014
merubah PAD Nasional dengan nama KSPPS NUS(Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah Nusa Ummat Sejahtera)Koperasi
NUSA UMAT SEJAHTERA tahun 2014 melakukan PAD baik nama
maupun skala.Nama koperasi Serba Usaha Nusa Ummat Sejahtera
berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syari’ah
Nusa Ummat yang disingkat sebagai KSPPS NUS(NUSA UMAT
SEJAHTERA). BMT NUSA UMAT SEJAHTERA mempunyai unit
51
kerja yang berjumlah 83 kantor yang terdiri dari 1 kantor pusat yang
berada di Mangkang, dan yang lainya adalah kantor cabang.
Sesuai dengan peraturan dan perundang – undangan yang berlaku
Kantor Pusat memberi modal pada setiap pendirian Kantor Cabang
atau Kantor Cabang Pembantu bahkan Kantor Kas.KSPPS NUSA
UMAT SEJATERA Kantor Pusat memberikan pinjaman sebagai
modal awal kepada Kantor Cabang baru Rp. 500,000,000,- termasuk
dalam bentuk sarana prasarana.Sedangkan BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA cabang Salatiga baru saja diresmikan pada bulan
februari 2017.Sesuai Bertempat di Jl.Dewi Kunti No.10 Grogol
RT/RW 12/04 Kel.Dukuh Kec.Sidomukti Salatiga.
F. Visi dan Misi
1. Visi
“ Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan umat dengan
landasan syariah “
2. Misi
a. Menjadi penyelenggara layanan keuangan syariah yang prima kepada
anggota dan mitrausaha
b. Menjadi model pengelolaan keuangan umat yang
efisien,efektif,profesional,transparan,mengembangkan jaringan
kerjasama syariah
G. Struktur Organisasi BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga
Struktur Organisasi
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA KC SALATIGA
Tahun 2019
52
Gambar 1.1
Struktur Organisasi BMT Nusa Umat Sejahtera
Sumber : BMT Nusa Umat Sejahtera
Penjabaran Tugas dan Weweang Masing – Masing Bagian:
1. Ketua
- Memimpin Rapat Anggota dan Rapat Pengurus.
- Menilai kinerja bulanan dan kesehatan BMT.
- Ikut menandatangani surat – surat berharga serta surat – surat
lain yang bertalian dengan penyelenggaraan keuangan BMT.
- Menjalankan tugas – tugas yang diamanahkan oleh anggota
BMT sebagaimana tertuang dalam ADART BMT.
2. Sekretaris
RAT
DPS
KANTOR PUSAT
KANTOR CABANG
Pjs.Kabag.Admin,Kc.Salatiga Aziamtul Husni Laila,S.E.
Sekertaris Intan Tiya Utami,S.E.
Bendahara Aziamtul Husni Laila,S.E.
Marketing 1. Diyah Suko Istiyani 2. Nova Amertadinata 3. M.Falkul Anwar,S.E. 4. Acil Pramono,A.Md.
Nasabah Nasabah Nasabah
Office Boy Selamet Giyanto
53
- Membuat serta memelihara berita acara yang asli dan lengkap
dari rapat anggota dan rapat pengurus.
- Bertanggungjawab atas pemberitahuan kepada anggota
sebelum rapat diadakan sesuai ADART.
- Memberikan catatan keuangan BMT dari pengelola.
3. Bendahara
- Bersama manager operasional memegang rekening bersama di
Bank terdekat.
- Bertanggung jawab mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi pengelolaan dana oleh pengelola.
4. Dewan Pengawas
- Memastikan produk dan jasa BMT sesuai dengan Syariah.
Menelaah dan mengesahkan setiap spesifikasi produk
penghimpunan maupun produk penyaluran dana.
- Membantu manajemen dalam pembinaan Aqidah, Syariah, dan
Akhlak manajemen para staff BMT.
- Mengidentifikasi berbagai bentuk pelanggaran Syariah.
- Membantu terlaksananya pendidikan anggota yang dapat
meningkatkan kualitas Aqidah, Syariah, dan Akhlak anggota.
5. Teller
- Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar (kasir).
- Menerima, menghitung uang, dan membuat bukti penerimaan.
- Melayani pengambilan tabungan,membuat kas harian
- Setiap awal dan akhir jam kerja menghitung uang yang ada.
7. Marketing
54
- Bertanggungjawab kepada manajer atas tugas – tugasnya
memasarkan produk dan jasa yang dimiliki BMT.
- Melakukan penagihan kepada nasabah yang terlambat
membayar pembiayaan.
- Mencari calon nasabah baru.
H. Produk – Produk BMT NUS Salatiga
Produk BMT Nusa Umat Sejahtera adalah sebagai
berikut :
1. Simpanan
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA dalam melakukan usaha
menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan mempunyai
beberapa jenis usaha sebagai berikut :
- Simpanan Berjangka yaitu simpanan brdasarkan kaidah syariah
mudharabah al muthlaqoh, dimana mudhorib memberikan
kepercayaan kepada BMT NUSA UMAT SEJAHTERA untuk
memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan professional.
- Simpanan Sukarela. Simpana Sukarela adalah simpanan
anggota selain simpanan pokok khusus, simpanan pokok dan
simpanan wajib.
- Simpanan Qurban yaitu simpanan yang diperuntukkan untuk
keperluan pembelian hewan qurban, penarikan dilakukan satu
kali menjelang Idul Adha. Simpanan ini menggunakan prinsip
mudharabah muthlaqoh sehingga akan mendapatkan bagi hasil
55
setiap bulan sesuai dengan nisbh 20% (bagi mitra) dan 80%
(bagi BMT).
Adapun syarat – syarat pembukaan tabungan adalah sebagai
berikut :
- Mengisi formulir tabungan
- Menyerahkan fotocopy identitas
- Setoran awal :
a. Tabungan sukarela minimal Rp 10.000,00
b. Deposito minimal Rp 1.000.000,00
c. Setoran berikutnya minimal Rp 5.000,00
2. Pembiayaan
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA dalam menyalurkan dana
kepada masyarakat berupa pembiayaan mempunyai beberapa jenis usaha
sebagai berikut :
- Pembiayaan Murobahah. Yaitu akad jual beli atas barang
tertentu, dalam transaksi jual beli tersebut, penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan
termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
Sedangkan murobahah dalam teknis perbankan adalah akad
jual beli antara BMT dengan nasabah.
- Pembiayaan Musyarakah. Yaitu pembiayaan sebagian dari
modal usaha, dimana pihak BMT dapat dilibatkan dalam
manajemennya. Modal yang disetor dapat berupa uang, barang
perdagangan, property dan barang – barang yang dapat dinilai
dengan uang.
56
- Pembiayaan Mudharabah. Yaitu pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah sebagai modal kerja dan nasabah bertindak
sebagai pengelola usaha ( untuk nasabah yang ingin
berwirausaha).
- Pembiayaan Ijaroh. Yaitu akad sewa suatu barang antara BMT
dengan nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk
membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha
dikenal dengan finleasance lase, harga sewa dan harga beli
ditetapkan bersama di awal perjanjian.
- Pembiayaan Istishna. Pembiayaan Istishna diaplikasikan dalam
pembiayaan manufaktur, industry kecil dan menengah, serta
konstruksi. Dalam pelaksanaannya pembiayaan Istishna dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pihak produsen ditentukan
oleh pihak BMT atau pihak produsn ditentukan oleh nasabah,
pelaksanaan salah satu dari dua cara tersebut harus ditentukan
dimuka dalam akad oleh kedua belah pihak.
- Pembiayaan Qardh. Yaitu meminjamkan harta kepada orang
lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam litelatur fiqh, Qardh
dikategorikan sebagai akad tathowwu‟ yaitu akad yang saling
membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka
mewujudkan tanggungjawab social, lembaga keuangan Syariah
dapat memberikan fasilitas yang disebut Al Qardh al Hasan,
yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya
berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya
57
Adapun syarat – syarat mengajukan pembiayaan adalah
sebagai berikut :
- Mengisi formulir pembiayaan
- Fotocopy KTP
- Fotocopy KK
- Fotocopy aguna ( BPKB/surat tanah)
- Bersedia disurvey
58
BAB IV
ANALISIS
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan Mudharabah di
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga.
Penyebab terjadinya risiko pembiayaan mudharabah di BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga tidak luput dari kemungkinan pembiayaan yang mengalami
risiko pembiayaan bermasalah atau macet. Berdasarkan hasil wawancara penulis
terhadap Ibu Diah Suko Istiyani selaku Bagian Marketting di BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga. Faktor-faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan
bermasalah itu adalah:
a. Risiko SDM
1. Pihak BMT/Pegawai
Risiko terbesar adalah risiko yang disebabkan oleh pegawai karena
salah dalam menganalisa karakter nasabah sebelum dilakukannya
pembiayaan. Pihak analis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya
terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari
pihak analis pembiayaan dengan pihak debitur sehingga dalam analisnya
dilakukan secara subjektif. Akibatnya bisa berdampak seperti:
a) Dikenakan sanksi karena kelalaiannya yang menimbulkan kerugian
b) Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau potongan
gaji.
2. Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan pembiayaan dapat dilakukan akibat
dua hal, yaitu:
59
a) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada BMT sehingga
pembiayaannya macet.
b) Adanya unsur tidak sengaja, artinya nasabah mau membayar, tetapi
tidak mampu.
b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat dari kurangnya sistem
informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan
kerugian yang tidak diharapkan atau risiko yang mencakup bagaimana
pihak BMT dalam pengadministrasian berkas-berkas nasabah. Kerugian
yang dimaksud dapat timbul setelah jangka waktu tertentu setelah risk
event terjadi atau secara tidak langsung seperti kerusakan reputasi atau
citra bank. Langkah-langkah yang ditempuh agar terhindar dari risiko
operasional:
1) Membuat kebijakan dan prosedur yang ketat atas kegiatan operasional
bank agar lebih efektif dan efisien
2) Mengelola sistem informasi yang dimiliki BMT saat ini secara cermat
dan telilti untuk memantau kondisi risiko operasional BMT.
c. Faktor Internal
Risiko pembiayaan mudharabah dari faktor internal diakibatkan
dari kesalahan karyawan menilai kemampuan mudharib dalam mengelola
usahanya. Misalnya, karena kurangnya informasi yang dimiliki komite
pembiayaan atau terjadi kesalahan dalam seleksi mudharib. Risiko
kepatuhan disebabkan karena karyawan tidak mematuhi Standard
Operational Procedure yang ditetapkan oleh internal BMT. Risiko hukum
60
terjadi akibat karyawan kurang teliti mengecek aspek legalitas jaminan
sehingga membuat BMT kesulitan mengeksekusi jaminan. Risiko
kepatuhan akibat ketidakpatuhan karyawan terhadap Standard Operational
Procedure yang ditetapkan oleh internal BMT menyebabkan risiko fidusia
yang dihadapi tinggi. Yang mengakibatkan pihak BMT menghadapi risiko
hukum yang membuat pihak BMT kesulitan dalam mengeksekusi jaminan
apabila jaminan terpaksa harus dieksekusi.
d. Faktor Eksternal
Risiko faktor eksternal yang terdiri dari risiko investasi dan risiko
keuangan. Risiko investasi merupakan risiko inheren yang terjadi dari
transaksi akad mudharabah. Risiko investasi terjadi akibat moral hazard
yang dilakukan pihak mudharib karena dalam pembiayaan mudharabah
ini tidak memungkinkan shahibul maal memonitor secara langsung
pengelolaan dana mudharabah. Risiko keuangan merupakan kerugian
yang diakibatkan mudharib tidak dapat memenuhi kewajibannya terhadap
shahibul maal terkait pengembalian dana mudharabah. Apabila mudharib
yang kurang amanah dan profesional diputuskan menerima pembiayaan
dalam bentuk akad mudharabah, maka ada kemungkinan moral hazard
dalam pengelolaan usahanya. Hal ini bisa mengakibatkan kinerja usahanya
tidak membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.. Risiko mudharabah
terbesar adalah risiko keuangan yang diakibatkan dari gagal bayar
mudharib. Risiko keuangan ini disebabkan karena risiko investasi yang
timbul dari moral hazard si mudharib dengan tidak melaporkan yang
sebenarnya terkait hasil usaha dari dana mudharabah. Moral hazard
61
tersebut terjadi akibat lemahnya pengendalian internal bank yang juga
mengakibatkan bank menghadapi risiko fidusia.
B. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Mudharabah di Nusa
Umat Sejahtera Salatiga.
Berikut ini merupakan skema Analisis Penerapan Manajemen Risiko
Pada Pembiayaan Mudharabah di NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga
1. Identifikasi Risiko
BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga mengidentifikasi risiko
serta aktifitasnya untuk kegiatan pembiayaan produk mudharabah meliputi,
penilaian risiko pembiayaan mudharabah yang memperhatikan kondisi
keuangan anggota/nasabah. Kemudian kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
2. Pengukuran Risiko
Setelah mengidentifikasi berbagai jenis risiko pembiayaan
mudharabah yang akan dihadapi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur.
Sistem pengukuran risiko pembiayaan mudharabah di BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga meliputi :
a. Karakteristik risiko pembiayaan mudharabah, mulai dari kondisi
keuangan anggota/nasabah, persyaratan umum dalam perjanjian
pembiayaan mudharabah, persyaratan tersebut diantaranya adalah
Identifikasi
resiko Pengukuran
resiko
Pemantauan
resiko
62
pemohon mengajukan permohonan secara tertulis, calon mudharib
harus memiliki badan hukum atas usahanya, pengalaman usaha
minimal dua tahun, fotocopi akta TDP (Tanda Daftar Perusahaan),
AD/ART dan kelengkapan usaha lainnya, fotokopi SIUP, fotokopi
NPWP, strukutur organisasi, data usaha, izin usaha, keterangan
domisili, rekening Koran simpanan tiga bulan terakhir dan laporan
keuangan.
b. Melakukan penilaian terhadap prospek usaha misalnya melalui
perkembangan usahanya, kualitas manajemen dan karyawannya,
kinerja mudharib, yang meliputi struktur permodalan, arus kas dan
melihat dari kemampuan membayar yang meliputi ketepatan
pembayaran pokok beserta bagi hasilnya, ketersediaan dan keakuratan
informasi keuangan
c. Potensi terjadinya kegagalan bayar dari mudharib. Kegagalan tersebut
dapat dikarenakan mudharib mengalami kerugian dalam usahanya.
3. Pemantauan Risiko
BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga mengembangkan dan
menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap
anggota/nasabah pada seluruh pembiayaan mudharabah. Sistem
pemantauan risiko sekurang-kurangnya memuat :
a. Memastikan bahwa BMT Nusa Umat Sejahtera mengetahui kondisi
keuangan terakhir dari anggota/nasabah.
b. Memantau ketepatan pembayaran pokok beserta bagi hasilnya,
ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan, kelengkapan
dokumen pembiayaan, kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan, dan
63
kewajaran sumber pembayaran kewajiban. Selain itu cara mitigasi yang
dilakukan dengan mengenakan jaminan.
c. Selalu dilakukan pemantauan rutin terhadap kondisi usaha mudharib,
dengan melihat laporan hasil usaha. Untuk memastikan penggunaan
dana dari BMT dilakukan sesuai kesepakatan dan meminta nasabah
benar-benar transparan dalam informasi laporan usaha, terasa sulit bagi
BMT Nusa Umat Sejahtera
C. Strategi Penanganan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT NUSA
UMAT SEJAHTERA Salatiga.
Strategi yang dilakukan oleh BMT Nusa Umat Sejahtera Salatiga dalam
mencegah terjadinya pembiayaan mudharabah bermasalah, berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Diah Suko Istiyani selaku Marketing BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga ( 09 ,Mei 2019 pukul 12:55 WIB) :
1. Strategi Pencegahan Pembiayaan Bermasalah
a. Pemilihan nasabah yang tepat ini melalui prinsip 5C yaitu:
1) Character (watak dan kepribadian calon debitur)
BMT menganalisis watak dan kepribadian calon nasabah untuk
mengetahui bagaimana sifat, karakter dan kepribadiannya, apakah
kepribadian calon nasabah ini baik atau sebaliknya, dengan tujuan
agar resiko tidak terduga di masa yang akan datang tidak terjadi
2) Capacity (kemampuan calon debitur)
Dalam hal ini BMT mencari tahu kemampuan calon nasabah dalam
mengelola usaha, sehingga kedepannya dapat diketahui
kemampuannya dalam mengembalikan dananya kepada BMT.
3) Capital (jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur)
64
BMT akan mencari tahu darimana saja calon debitur meminjam dana
atau seberapa banyak modal calon debitur yang digunakan untuk
menjalankan usahanya.
4) Condition (kondisi perekonomian calon debitur)
BMT melihat kondisi perekonomian calon debitur di masa sekarang
dan masa yang akan datang, dengan melihat prospek usaha yang
dijalankan oleh nasabah.
5) Collateral (jaminan/agunan yang dimiliki calon debitur)
Dalam hal ini BMT melihat nilai jaminan milik nasabah, yang
seharusnya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT,
BMT juga meninjau apakah jaminan tersebut benar-benar ada sesuai
dengan informasi tertulis yang diberikan nasabah kepada BMT
Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Bermasalah.
Berikut ini merupakan penggolongan kualitas kredit pada BMT Nusa Umat
Sejahtera Salatiga
Lama
tunggakan/
DPD hari
Kolektibilitas Keterangan
0 hari 1 Lancar
1-90 hari 2 Dalam Perhatian Khusus
91-120 hari 3 Kurang Lancar
121-180 hari 4 Diragukan
>180 hari 5 Macet
65
Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan/dikatakan bahwa
kolektabilitas 3, 4, dan 5 adalah termasuk dalam kredit bermasalah yang bisa
disebut dengan istilah Non Performing Loan (NPL)
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas tentang Analisis Manajemen Risiko
Pembiayaan Mudharabah DI BMT NUSA UMAT SEJAHTERA Salatiga
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Terjadinya Risiko Pembiayaan Mudharabah di BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA Salatiga penyebabnya yaitu kurangnya menganalisa
karakter nasabah sebelum dilakukannya pembiayaan. Pihak analis kurang
teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya.
Selain itu, juga nasabah yang sengaja melakukan wanprestasi secara
sengaja itu mengakibatkan kerugian terhadap BMT.
2. Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Mudharabah di BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA Salatiga dengan cara Identifikasi Risiko jika ada kendala
dilakukan identifikasi ulang, pengukuran resiko yang akan terjadi, setelah
itu, dilakukan adanya pemantauan resiko itu dapat meminimalisir
terjadinya pembiayaan bermasalah.
3. Penanganan pembiayaan mudharabah bermasalah di BMT NUSA UMAT
SEJAHTERA Salatiga strategi yang dilakukan oleh Nusa Umat Sejahtera
Salatiga dalam mencegah terjadinya pembiayaan mudharabah bermasalah
dengan prinsip 5C itu merupakan pencegahan secara umum.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, maka
penulis memberikan beberapa saran:
67
1. BMT perlu melakukan strategi yang jitu agar pembiayaan macet/
bermasalah tidak bertambah dari tahun ke-tahun. Jika memang faktor dari
nasabah yang menyebabkan terjadinya pembiayaan macet maka bmt perlu
melakukan sosialisasi kepada nasabah dan melaukan pembinaan seperti
pelatihan-pelatihan kepada nasabah agar meminimalisir terjadinya
pembiayaan macet.
2. Untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah sendiri yang harus di lakukan
oleh BMT yaitu harus selalu memantau terhadap perkembangan usaha
nasabah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, Liza Muzayana. 2010. “Strategi Meminimalisasi Dan Menanggulangi Resiko
Pembiayaan Macet Pada Bmt Muhajirin Salatiga”. Tugas Akhir. Salatiga :
IAIN SALATIGA.
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2011. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra
Intermedia.
Antonio, Muhammad Syafi‟I. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
Jakarta:GemaInsani.
Darmawi,Herman.2006.Managemen Resiko.Jakarta:Bumi Aksara.
Djuwaini, Dimyaudin. 2010. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Friyanto. 2013. “Pembiayaan Mudharabah, Risiko Dan Penanganannya (Studi Kasus
pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Malang)”. JMK, VOL. 15. NO. 2.
Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3
Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Imanah, Fina Dairotun. Riyantika, Susi & Sudarsih, Umi. 2015. “Implementasi
Manajemen Resiko Pembiayaan Dalam Upaya Meningkatkan Profitabilitas (
Studi Kasus pada BPRS Khasanah Ummat Purwokerto )”. Laporan
Penelitian Kolektif. IAIN PURWOKWERTO.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press.
Jamilah. 2016. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada
Bank Umum Syariah Di Indonesia”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi :
Volume 5, Nomor 4.
Karim, Adiawarman. 2010. Bank Isam: Analisa Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kasidi. 2014. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia.
Khuriawati. 2011. “Pengaruh Manajemen Risiko Dan Emotional Spiritual Quotient
(ESQ) Terhadap Kinerja Pembiayaan Mudharabah Tanpa Jaminan (Survei
BMT di Kabupaten Purworejo)”. Skripsi. Semarang : IAIN Walisongo.
Murtadho, Ali dkk. 2012. Menuju Lembaga Keuangan yang Islami dan
Dinamis.Semarang: Rafi Sarana Perkasa.
69
Prakosa, Bagas. 2014. “Upaya Meminimalisir Wanprestasi pada Produk Pembiayaan
Investasi Mudharabah di BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang. Skripsi.
Semarang: Fakuktas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil. Yogyakarta:UI
Press.
Romdhoni, Abdul Haris. 2016. “Analisis Komparasi Manajemen Risiko
Koperasi Syariah Di Kabupaten Boyolali”. Jurnal Ilmiah
Islam, Vol. 01. NO. 03
Yaya Rizal. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat
70
Lampiran
71
FOTO BERSAMA KARYAWAN & MANAGER BMT
NUS KC SALATIGA
FOTO BERSAMA KARYAWAN DAN
MANAGER
72
73
74
75
76