analisis kontrastif

Upload: sang-jurnalis

Post on 18-Jul-2015

418 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KONTRASTIF BAB 7 BEBERAPA MASALAH PADA ISI CA bukan hanya menjadi permasalahan, tetapi juga penuh dengan perdebatan. Pada 10 tahun terakhir, CA termasuk serangan dari beberapa pandangan yang berdekatan, dan para pendukung CA perlu menyesuaikan diri dengan 'krisis kepercayaan' yang berlarut-larut. CA bersifat sangat tidak kokoh dan belum selesai, sebaliknya, menyisakan pandangan yang tinggi, untuk dipertimbangkan dari beberapa pemikiran. Kekuatan CA ditunjukkan dengan beberapa cara: sejumlah pandangan CA didukung dalam 10 tahun terakhir; makalah yang disampaikan dalam konferensi dan dipublikasikan dalam jurnal; disertasi master dan komponen pelatihan pascasarjana yang ditawarkan CA. Hal ini menunjukkan CA memiliki bentuk keabsahan (face validity) yang sangat tinggi, yang masuk akal dan nyata. CA menjelaskan apa yang seharusnya oleh para ahli linguistik terapan dan di waktu bersamaan masih menyisakan masalah ketidakkokohan yang berpusat pada kerangka teoritis. CA merupakan pelatihan suara yang mengkaji teori suara. Pada bab ini, penulis berharap untuk mengidentifikasikan penampakan sumber utama ketidakkokohan dan mencakup pendapat masa kini satu sama lain. 7. 1. KRITERIA UNTUK PEMBANDINGAN Kedua segi dalam masalah perbandingan: pertama, masalah perbedaan bahasa disamakan secara keluruhan, hanya merupakan penelitian yang dangkal seperti 'Perancis bagaikan nyanyian. Jerman bagaikan pancuran atap' dan sejenisnya; serta kedua, apakah masalah tersebut sebanding dengan kriteria pembanding terbaik. Pertanyaan pertama menjadi dilema utama bagi strukturalis, yang kemudian dibentuk menjadi CA. Sementara di waktu bersamaan kaum strukturalis ortodoks bersikeras menuntut 'keunikan' (uniqeness ) dari setiap bahasa. Kaum strukturalis tidak setuju terhadap pandangan tradisional pada tingkat tertinggi kategori deskriptif dari bahasa klasik yang

bermartabat tinggi dengan mengetahui bahasa daerah modern, dan mendesak contohnya preposisi yang mendahului dan mengubah pronoun, seperti pada with whom? Di Pietro (1968: 66) menyatakan dilema strukturalis dalam kerangka CA sebagai berikut: 'Sejak permulaan, pembatasan linguistik strukturalis dibuktikan dengan CA. Desakan pada definisi kategori fonologi dan tata bahasa semata-mata ditinjau dari sudut bahasa individu yang dibuat secara lengkap dalam pernyataan konstrastif yang sulit, jika tidak memungkinkan, dalam frasa'. Desakan ini menyatakan bahwa setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang merefleksikan ucapan terkenal dari Saussure yang menyatakan sebuah bahasa merupakan 'un systeme ou tout setient ' atau sistem yang dibuat dan didefinisikan melalui sejumlah kerangka konstituen. Berdasarkan pandangan ini dibuktikan bahwa bahasa Inggris dan bahasa Jerman mengandung fonem yang dilambangkan dengan baik melalui kesamaan simbol /i/ dan /S/, sebagai contoh dalam queen, shoe, viel 'much' schon 'pretty' seharusnya tidak dinyatakan secara langsung bahwa bunyi bahasa Inggris dan bahasa Jerman dalam beberapa makna mengandung 'kesamaan' (the same ). Bahasa Inggris /i/ dan /S/ didefinisikan melalui hubungan yang dimasukkan dengan keseluruhan bahasa Inggris lain. Sedangkan, bahasa Jerman /i/ dan /S/ melalui hubungan yang melekat diantara kedua bahasa dan bunyi lain dalam bahasa Jerman. Keterkaitan hubungan tersebut dibedakan dalam dua bahasa, dan oleh karenanya bahasa Inggris /i/ dan /S/ mengandung perbedaan nilai dari bahasa Jerman /i/ dan /S/. Hubungan tersebut umumnya, tersaing/terkecuali dari, serupa dengan masalah sepele susunan artikulasi dan akustik yang tidak mudah untuk dibandingkan. Perbandingan tersebut serupa dengan menaruh 10 ton truk dan kulit pisang dalam kelas yang sama di halaman berdasarkan ketidakharusan untuk melewati jalan setapak. Hal ini sama halnya dengan pemakaian label 'tense ' atau 'article ' untuk menunjukkan kejelasan kategori tata bahasa dalam dua bahasa seharusnya tidak diambil untuk memaknai

pembicaraan tentang sesuatu yang sama. Dalam kenyataannya, kata benda bahasa Jerman dan bahasa Perancis mengandung dasar tata bahasa gender yang tidak dimaknai bahwa 'maskulin' (masculine) dalam bahasa Jerman memiliki kesamaan nilai dengan 'maskulin' (masculine) bahasa Perancis. 'Maskulin' (masculine) dalam bahasa Perancis tidak hanya berlawanan dengan 'maskulin' (masculine) bahasa Jerman, tetapi juga bertentangan dengan kata yang bersifat netral (neuter) dan 'feminine' dalam tiga kerangka sistem: hal ini menegaskan bahwa 'maskulin' memiliki perbedaan nilai dalam setiap bahasa. Atau, sistem 'article' dalam bahasa Inggris dan Jerman dipakai untuk menunjukkan keganjilan dalam kesatuan pembeda yang dikenal sebagai kesamaan nama. Sistem ini menunjukkan bahasa Jerman dan bahasa Inggris (bukan dalam bahasa Rusia) tidak hanya memiliki sistem artikel, tetapi setiap sistem bahasa Jerman dan Inggris mengandung tiga ketentuan: kejelasan (definite), ketidakjelasan (indefinite), kekosongan (O). der Leherer: the teacher ein Lehrer: a teacher O Lehrer (pl): teachers O Bier (sing):beer Kombinasi article + noun pasti terjadi dalam salah satu bahasa tetapi tidak terjadi dalam bahasa lain. Bahasa Jerman menggunakan artikel yang jelas (definite article) dengan mencantumkan kelompok nomina tunggal (singular mass noun) dan nomina nama diri manusia (human proper noun): Die Butter ist gesund = O Butter is wholesome Der Fritz ist schlau = O Fred is smart Dalam kombinasi perbedaan, termasuk pada perbedaan bahasa internal yang kontras (dengan kelompok nomina tunggal mass nouns) menunjukkan adanya sebuah O vs the berlawanan dalam bahasa Inggris tetapi tidak berlaku dalam bahasa Jerman. Jadi O, dan the

memiliki perbedaan nilai dalam dua bahasa. Pilihan tersebut dapat terjawab melalui beberapa tingkatan. Pertama , mengacu kategori kesamaan label terkecuali adanya something pilihan yang sekurang-kurangnya bersifat umum. Salah satu kesiapan untuk menerima kepastian kategori yakni keterbatasan bahasa tertentu: tanpa terkecuali bahasa Rusia, sebagai contohnya artikel yang digunakan untuk memaknai indikasi kejelasan (definiteness) dan ketidakjelasan (indefiniteness). Bilingual dan pembelajar bahasa berlangsung secara alamiah disamakan dengan kesatuan antarbahasa, dan identifikasi interlingual hanya disesuaikan dengan salah seorang linguis yang akan merumuskannya. Kesamaan bahasa Jerman dan bahasa Inggris ditunjukkan dalam the (bahasa Inggris) dan der/die/das ( bahasa Jerman), dan kesamaan bahasa bahasa Spanyol dengan bahasa Inggris terlihat pada vokal pertama /i/ dan /I/ (bahasa Inggris) dan /i/ (bahasa Spanyol). Pembelajaran bahasa tidak sepenuhnya dapat diteliti dalam analisis linguistik untuk merumuskan dan didasarkan identifikasi interlingual: kriterianya agak dangkal, seperti kesamaan artikulasi dan bunyi, atau distribusinya. CA berhubungan dengan pembelajaran terhadap kesalahan dasar manusia, berdasarkan realitas perilaku secara lebih baik, dibandingkan berpura-pura sebagai orang biasa yang berpengalaman dalam analisis linguistik. Kedua, kedudukan bahasa dipertahankan dengan perbandingan in principle (mendasar) yang berpegang teguh pada komponen pembanding yang tidak mensyaratkan identitas mutlak, tetapi hanya berdasarkan tingkat pembagian kesamaan. Dalam contoh rtikel dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman ditekankan bahwa: contoh tersebut merupakan dasar yang cukup untuk membandingkan setiap bahasa dengan mempergunakan kelas terkecil/terendah dari kata fungsi (function word ) yang terjadi dalam tingkat prenomina dan menunjukkan kata benda secara khusus atau umum. Proses ini menjelaskan kategori bahasa Jerman dan bahasa Inggris secara umum beserta faktor yang membedakannya. Identifikasi

interlingual merupakan titik tolak CA dan identifikasinya tidak dinyatakan sebagai 'identitas' (identity ). Perbandingan bahasa dapat menjadi masalah mendasar. Masalah berikutnya mengasumsikan cara untuk melakukan penelitian/pelatihan. Jawaban masalah ini menentang prinsip pertama yang berkaitan dengan bagaimana cara membandingkan sesuatu? Langkah pertama ditempuh dengan memastikan adanya kemiripan perbandingan: hal ini menandai ada dua (atau lebih) kesatuan perbandingan, dibedakan dalam beberapa cara, yang seharusnya terbagi dalam pelengkap yang pasti (certain attributes ). Perbandingan ini mensyaratkan kekuatan khusus dalam contrasting , seperti pencarian perbedaan. Jika perbandingan tersebut berlawanan dengan dasar persamaan maka perbedaan dapat menjadi lebih signifikan. Kesamaan bersifat constant sedangkan perbedaannya sebagai variabel. Dalam teror CA, kesatuan yang konstan secara tradisional diketahui sebagai tertium comparationis atau disingkat dengan TC. Pada bab 4 dijelaskan bahwa TC dipakai dalam fonologi dan leksikal CA. Fonologi diperkuat dengan diagram grafik IPA dan vokal, sementara leksis (kemungkinan bersifat universal) merupakan pendukung komponen semantik. Identifikasi TC dalam tata bahasa CA masih belum jelas. Selama beberapa tahun maka dimunculkan beberapa konsepsi: struktur batin, struktur lahir, dan pemadanan terjemahan. 7.1.1 STRUKTUR LAHIR Struktur lahir, seperti dalam Bab 3, menjelaskan penanda lahir (overt signals) atau sebagai 'pelengkap bentuk dan susunan' seperti dinyatakan oleh Fries yang menjelaskan tentang pemanfaatan bahasa. Stockwell bersama rekannya (1965: 2) mengidentifikasikan empat pelengkap: susunan kata, intonasi, nomina (function words) dan afiksasi (affixation). Keempat ketegori tata bahasa memungkinkan keempat pasangan bahasa dalam CA, yang setiap pasangan bahasa memiliki cakupan terbesar dan menunjang dalam judul 'susunan

kata dalam x dan y'. Cakupan ini dibatasi dengan beberapa cinta. Cara ini mempertimbangkan judul hipotesis penyerta dari kemungkinan CA dengan menggunakan kategori struktur lahir sebagai bagian TC. Order of attributes in the NP of X and Y Fall-rise intonation in X and Y Quantifier in X and Y Passive constructions in X and Y etc.... CA memungkinkan setiap dua bahasa mengandung kategori tata bahasa secara umum diperluas dengan kesamaan komposisi internal (konstituen) dan distribusi. Kedua dimensi utama dalam tata bahasa dikenal sebagai strukturalis. Kedua kesamaan dalam konstituen dan distribusi dalam struktur lahir konstrastif ditujukan pada level yang sama: 'attribute', 'NP', 'fall-rise countour', atau 'passive'. Sebagai contoh, bahasa Inggris dan bahasa Jerman menggunakan kombinasi kondisi kerentanan Auxilliary + Past Participle . Kriteria konstituen dan distribusi didukung dan diperoleh dalam Aux + PP sebagai bagian TC. Kriteria ini tertarik untuk menghemat pemakaian Aux. + PP sebagai perwujudan formal dari kategori Perfect, CA seharusnya diberi judul: 'The Perfect in X and Y'. Corder (1973:234) menyatakan bahwa kriteria tersebut berlaku umum tetapi beresiko: kategori tata bahasa seharusnya tidak hanya disamakan secara interlingual tetapi juga diberlakukan berdasarkan kesamaan nama. Dalam fonem segmental bahasa Jerman dan bahasa Inggris (p. 167), dua kategori memiliki perbedaan values yang dinyatakan dengan X dan Y. Pada kategori tata bahasa, terdapat kemungkinan bahwa X dan y memisahkan penanda secara sederhana karena mengandung kategori yang bermartabat tinggi dalam bahasa Latin. Penyamaan 'Perfect ' dari dua bahasa bersifat sewenang-wenang (arbitrary ) sama dengan penyamaan 'Auxiliary ' dan 'Participle ', karena kedua penyamaan tersebut didasarkan identitas penamaan. Hal ini tidak dibenarkan jika deskripsi anteseden (kata pendahuluan)

bahasa pada CA dilakukan secara bebas, sebagai keinginan/ambisi kaum strukturalis. Deskripsi ini dikembangkan dengan objektivitas, konstituensi, dan distribusi yang mutlak sebagai kriteria bagi relevansi linguistik. Kebanyakan CA secara tertulis menerima kategori struktur lahir sebagai TC. Hal ini tidak mengartikan bahwa CA menyerah pada superior TC. Dalam hal ini, terdapat kelebihan dan kekurangan. Pertama , tidak dapat disangkal bahwa struktur lahir dari pembelajar L2 harus berhadapan dengan, dan menjadi pemandu (master ) supaa dapat dikomunikasikan. Haugen (1956: 67) menegaskan: 'identifikasi interlingual terjadi ketika pembicara menyamakan itemitem dalam satu bahasa dengan item lainnya dikarenakan kesamaan bentuk, distribusi, atau keduanya' (because of their similarities in shape, distribution or both ) (dalam cetak miring). Kegagalan pengidentifikasian direfleksikan dengan struktur lahir dari kesalahan ujaran FL. Jakobovits (1969: 73) meneliti: '... persamaan dan perbedaan kerangka terluar dapat lebih relevan bagi pengoperasian efek pengalihan dalam pembelajaran bahasa kedua daripada dalam hubungan struktur batin'. Dengan kata lain, pembelajar secara alamiah dapat menyamakan struktur lahir bahasa. Pandangan ini juga mengandung kekurangan. Pertama, Stockwell dan rekannya (op.cit.:3) menjelaskan tentang tata bahasa terluar (surface grammar) '... menjelaskan sedikitnya atau tidak sama sekali cara pembentukan kalimat. Tata bahasa sebagian besar disusun berdasarkan pandangan pendengar'. Hal ini merupakan penarikan kesimpulan, disebabkan oleh adanya permasalahan (issue) tentang directionality yang dibahas dalam bagian lain buku ini: cf.p. 142 dan James (1980). Sasaran utamanya adalah pemanfaatan struktur lahir sebagai bagian TC yang menghasilkan persamaan interlingual, terbagi atas permukaan (superficial) dan tidak signifikan (insignificant ). Widdowson (1974) menegaskan bahwa identifikasi persamaan dan

kategorinya mengandung perbedaan values dalam penyederhanaan masing-masin tata bahasa, berlaku juga dalam kondisi berbeda untuk use dalam kerangka kehidupan nyata. Struktur lahir TC menunjukkan persamaan (bentuk verba) 1 dan 2 dalam situasi penggunaan (dalam pragmatik) yang terkadang terjadi dalam kalimat 3, bukan 2, yang sama dengan kalimat 1. 1) The postman opened the door. 2) Le facteur ouvrit la porte. 3) Le facteur a ouvert la porte. Beberapa fakta membuat para pembuat konstrastif menerima saran yang menyuarakan bahwa deep structure (struktur batin) dapat mendukung TC dalam beberapa dekade. 7.1.2 STRUKTUR BATIN Struktur batin memungkinkan perbedaan kalimat-kalimat terluar pada sebuah bahasa berubah menjadi parafrase satu sama lain, contoh penyampaian pernyataan ideasional: dalam kasus ini menjelaskan pembagian struktur batin yang sama. Contohnya ialah pemasangan kalimat dalam a) dan b): a) John is easy to pleaseh It's easy to please John b) There's a hole in my bucket My bucket has a hole in it Contoh a) dan b) adalah Parafrasa Intralingual Struktur batin mungkin memperdebatkan tentang parafrase interlingual , sebagai pasangan kalimat pada dua bahasa berbeda yang mengandung kesamaan pernyataan ideasional, serta diperoleh dari struktur batin umum. Pernyataan pada parafrasa intralingual dinyatakan secara tidak langsung tentang struktur batin sebagai bahasa-khusus, namun

parafrasa interlingual dinyatakan secara tidak langsung sebagai bahasa-bebas. Jadi, struktur batin sebaiknya menjalankan sebagai sebuah TC yang aktif. Penetapan bentuk struktur batin secara universal: apa yang dimaksud dengan variabel? Jawaban pertanyaan ini harus mengulangi sebuah makna pernyataan sebelumnya bahwa struktur batin harus dipelajari dan menampakkan peranan pembelajar. Saat ini, hubungan antara dua tingkatan struktur batin dan struktur lahir dibuat secara jelas dalam tipe tata bahasa - Chomsky melalui transformasi membentuk cakupan pengubahan bentuk terakhir (q.v. Bab 3). penelitian Chomsky menyatakan pembagian struktur batin disembunyikan dalam struktur lahir bahasa-khusus melalui penerapan transformasi sekuensial (dalam batasan tempat atau waktu). Penelitian ini menekankan perubahan awal dalam penyamaan perwakilan struktur batin kedua bahasa yang dimulai dengan perbedaan penekanan (atau 'metric') dari pembedanya: 'perbedaan antarbahasa harus mencapai berbagai tingkatan struktur perantara (intermediate structure).(Di Pietro, 1971:26) Pembedaan diawali pada bagian 'permulaan' , perbedaan terbesar, selanjutnya 'bagian terakhir'. Cara ini memungkinkan untuk menggambarkan tingkat pemadanan kata antarbahasa dalam kerangka yang berhubungan dengan peraturan pada masing-masing tata bahasa: sehingga diperoleh keuntungan ganda dalam perhitungan dan penegasan Klima (1962) memberikan contoh pendekatan melalui sejarah transformasional pada dua kalimat dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman G : Er tut es, ohne daB sie ihn sehen E : He does it without them/their seeing him G. Rules E. Rules 1. S er tut es ohne + (complement) S he does it without + (comp)/pelengkap 2. Comp sie sehen ihn Comp they see him

3. Embed 2 in 1 Embed 2 in 1 er tut es ohne daB + (sie sehen ihn) : he does it without + (they see him) 4. End position of verb : N/A Sie sehen ihn sie ihn sehen 5. N/A Replace Tense by Gerund marker ING 6. N/A Convert subject pronoun of embedded sentence into Obj/Poss form Catatlah, R1-3 menentukan dua kalimat yang mengidentifikasikan struktur batin. Bahasa Jerman memerlukan satu lagi peraturan (R4), yang tidak terpakai (N/A) dalam bahasa Inggris, karena bahasa Inggris memerlukan lebih dari dua peraturan (R5-6) yang tidak dapat dipakai dalam bahasa Jerman. Kelihatannya tdk dpt dibantah lagi, penggunaan struktur batin TC, membolehkan pemeliharaan transformasional yang berikutnya, sebagai pendekatan yang bermanfaat. Langkah selanjutnya, menyatakan bahwa beberapa perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Jerman hanya dapat terlihat jika transformasional tata bahasa dipakai sebagai kerangka teori untuk sebuah pernyataan (Konig, 1970:45). Pernyataan Konig didukung dengan pasangan kalimat Bahasa Jerman-Inggris: This bet won me a lot of money Mit dieser Wette gewann ich viel Geld Pembagian struktur secara bersamaan: S VP

V Experiencer Instrument Objective Win Prep NP1 Prep NP2 PrepNP3 I this bet a lot of money Dalam setiap bahasa, Subyek dipilih dalam sebuah transformasi secara berdampingan dengan satu dari tiga NPs untuk tanda S, penghapusan dilakukan bersamaan dengan kasus tanda setuju yang dikuasai pada NP yang terpilih. Dalam bahasa Jerman hanya 'Experiencer ' yang bisa dipilih sebagai subyek ketika bahasa Inggris 'Experiencer ' atau Instrumental berfungsi, mengikuti dua realisasi: This bet (Instrum.) won me a lot of money I (Experiencer) won me a lot of money with this bet Struktur batin TC mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya, kita hanya perlu mengingatkan diri sendiri pada isi pokok bersama struktur batin untuk melihat bagaimana ketepatan TC menjadi cocok dalam CA. Untuk ini, ada perkembangan fakta-fakta petunjuk bahwa pembelajar, setidaknya yang meninggalkan alat mereka sendiri untuk mengangkat L2 dalam cara yang alamiah, yang dgn sendirinya kembali ke struktur batin. Mereka menerangi pengetahuan dengan mengabaikan semi-redundant dan transformationalitas yang memperkenalkan keutamaan pada struktur lahir sebagai artikel, infleksi, dan kopula. Dalam kasus itu, pembelajar terlihat mengesahkan ahli linguistik kembali ke struktur batin. Keuntungan ketiga TC ini terletak kemungkinan terbuka dalam menyamakan struktur yang sangat berbeda yang secara interlingual dangkal: kita telah melihat banyak contoh mengenai ini, Sedangkan kekurangannya, kita tidak boleh kehilangan pandangan pada fakta bahwa kalimat-kalimat pada bahasa yang sama atau berbeda-dengan struktur batin pada umumnya,

tidak memerlukan kesepadanan percakapan. Dengan kata lain, sekalipun kita dapat gambaran umum asal usul pada dua kalimat sebagai: le facteur a ouvert la porte The door was opened by the postman Ini akan menyesatkan pembelajar jika kita mencoba menyamakan mereka dalam istilah-istilah pada percakapan yang potensial. Konteks yang pertama kali digunakan di Perancis bukan merupakan konteks yang sama pada saat yang kedua digunakan di Inggris. Mereka mungkin mempunyai kandungan propositional yang sama, tetapi mereka tentu saja tidak sepadana dalam pragmatisnya (Widdowson, 1974). Sekarang seharusnya kita kembali untuk kesepadanan pragmatis. Hal pertama yang harus dilakukan, kita harus menyebutkan langkah selanjutnya tentang maksud struktur batin dalam CA. Harus ditekankan beberapa tuntutan untuk hubungan struktur batin dalam CA dibatasi untuk penggunaan criterion for comparison . Tidak dimanapun juga disarankan bahwa struktur batin seharusnya diajarkan untuk pembelajar. Menurut Denison (1973), ahli kontastif dimana saja sejak Chomsky telah menyarankan bahwa struktur batin pembelajar adalah sebuah langkah yang diperlukan dalam proses pembelajaran L2. Dia menantang pandangan bahwa 'pembelajar hanya perlu menemukan kembali kesempurnaan yang hilang pada struktur hbatin L1 miliknya sendiri, berpindah ke realisasi yang juga merupakan struktur batin L2, dan dari sana dengan transformasi yang diperlukan menuju ke sebuah perintah pada struktur lahir L2 (Ibid:237). Meskipun saya tidak sadar bahwa beberapa ahli kontastif sudah menggambar sebuah kesimpulan tentang putaran pada struktur batin dalam CA, mungkin kita harus mengambil kata-kata Denison sebagai sebuah peringatan yang menakutkan. Sebagaimana pengamatannya yang benar: 'ini bukanlah menguraikan telur (contohnya: struktur batin: CJ) yang disebabkan gangguan dalam L2, merupakan keseluruhan telur yang diaduk (digoreng) pada struktur lahir dengan bahan-bahan yang diatur tepat sebagaimana

telah mereka temukan' (ibid:242) tentu saja, pembelajar harus belajar struktur lahir, tidak struktur batin: mereka 'tahu' yang terakhir bagaimanapun juga universal. Adalah benar bahwa kesalahan gangguan adalah sebuah refleksi pada ketidaksesuaian struktur lahir antara L1 dan L2, tetapi tentu saja ada dalam ciri-ciri dasar struktur batin bahwa pembelajar menghubungkan pola L1 dengan maksud percakapan yang khusus pada tempat pertama. Dengan kata lain, membandingkan struktur dangkal L1:L2 mungkin menjelaskan bentuk pada gangguan kesalahan, mereka tidak menjelaskan kumpulan apa yang ditransfer kedalam gerakan: mungkin penjelasan terletak dalam ciri-ciri struktur batin. Kita sekarang melanjutkan untuk menjelaskan TC ketiga - kesepadanan terjemahan 7.1.3 PEMADANAN TERJEMAHAN Sudah menjadi praktik standar dalam tata bahasa CA untuk membandingkan ciri-ciri formal dalam pasangan kalimat terjemahan: satu yang constant dalam perbedaan gramatika adalah makna yang mungkin ada dalam pasangan kalimat (Stockwell et al., 1965: 282). Itulah alasan bagi para ahli teori penerjemahan dan ahli kontrasrif menyatukan diri dalam pencarian suatu objek yang umum: yakni definisi dari pemadanan terjemahan (Wilss, 1977). Bagi kaum awam, pemadanan terjemahan sinonim dengan kesamaan makna. Menurut pandangan ini, ahli kontrastif seharusnya menyamakan pasangan kalimat dalam L1 dan L2 yang 'bermakna sama'. Akan tetapi, di sini ahli kontrastif menemui masalah besar: yakni bagaimana menentukan apakah sebuah kalimat L1 dan L2 sungguh - sungguh bermakna sama. Bahkan para bilingualis yang memahami dua bahasa dengan sangat baik tidak akan menyetujui hal ini. Oleh karena itu, ahli kontrastif dan ahli teori penerjemahan harus mencari beberapa definisi objective tentang pemadanan terjemahan. Satu cara untuk mendefinisikan pemadanan terjemahan ada dalam syarat - syarat atau hubungan pada struktur dalam karena struktur dalam dari sebuah kalimat adalah representasi '... yang menggabungkan atau memasukkan semua informasi yang relevan

terhadap interpretasi tunggal dalam sebuah kalimat khusus.' (Chomsky, 1965: 16). Ini merupakan satu tuntutan karena struktur dalam menyamai makna yang menyatakan secara tidak langsung bahwa identitas struktur dalam sama dengan kesamaaan makna. Kesimpulan yang masuk akal ini untuk menggambarkan semuanya bahwa 'bentuk yang sepadan memiliki struktur dalam yang identik atau sama, sekalipun pada permukaan mereka tampak sangat berbeda '(Krzeszowski, 1971: 38). Untuk membuktikan maksud ini, Krzeszowski menggunakan sekumpulan argumen yang diberikan oleh Lakoff (1968) untuk menunjukkan bahwa kalimat a) dan b) di bawah ini memiliki struktur dalam yang sama dengan kalimat c): a) Seymour sliced the salami with a knife. b) Seymour used a knife to slice the salami. c) Seumour used a knife. (Seymour sliced the salami) NP V NP ( NP V NP ) S Perhatikan ketidakhadiran dari NP instrumen (alat) dalam kalimat c): ini merupakan pilihan struktur dalam yang disisipkan atau dimasukkan ke dalam kalimat a) dengan cara mengubah bentuk (transformasi). Dasar keyakinan Lakoff bahwa kalimat a) dan b) benar - benar memiliki struktur dalam yang umum, keduanya adalah pokok kalimat bagi pembatasan seleksi yang sama dan penyerta peristiwa atau kejadian (kita akan segera menjelaskan hubungan ini). Tampaknya, bahwa keduanya bermakna atau bermaksud sama atau keduanya merupakan paraphrases yang diambil berdasarkan pada kepercayaan. Tesis Krzeszoski bahwa parafrase merupakan hal yang sangat spesial dalam penerjemahan (intralingual), dan bagaimanapun juga ia dapat menunjukkan bahwa padanan terjemahan interlingual bahasa Polandia dalam kalimat a) dan b) memiliki struktur dalam yang sama satu terhadap yang lain dan seperti dalam kalimat a) dan b), ia ingin mempertahankan hipotesisnya bahwa pemadanan terjemahan menyatakan secara tidak langsung identitas struktur dalam. Padanan terjemahannya dalam bahasa

Polandia terdapat dalam kalimat d) dan e): d) Seymour pokrajal salami noem. e) Seymour uyl noa aby pokraja salami. Sekarang ia menunjukkan bahwa kalimat a) b) dan d) e) harus berasal dari satu struktur dalam yang umum karena semua kalimat itu merupakan pokok kalimat bagi pembatasan seleksi yang sangat sama dan penyerta peristiwa atau kejadian; yakni: 1) Dalan bahasa Polandia dan bahasa Inggris, kata kerja (slice / pokraja) pasti * +aktif]. 2) NP2 (salami) pasti tidak koreferensial / tidak memiliki acuan yang sama dengan NP3 (knife). 3) Pertanyaan - pertanyaan yang berasal dari pasangan bahasa polandia dan bahasa Inggris itu bersifat ambigu dalam cara yang sama: ruang pertanyaan dapat menjadi baik NP instrumen (alat) maupun bersifat predikatif seluruhnya: Did Seymour (slice the salami [with a knife])? Czy Seymour (pokrajal salami *noem+)? 4) Versi atau terjemahan yang dinegativasikan dalam semua empat kalimat ini bersifat ambigu dalam cara yang sama: ruang negasi mungkin menjadi baik NP instrumen (alat) mJaupun bersifat predikatif seluruhnya. Dan seterusnya. Sejauh ini begitu baik. Tetapi beberapa asumsi Krzeszowski dapat dipertanyakan. Pertama, Sebagaimana Bouton (1976) jelaskan bahwa aspek verbal merupakan bagian yang integral dalam representasi struktur dalam, dan bahasa Polandia, sebagai salah satu bahasa Slavia, menandai aspek: dalam struktur permukaan satu pilihan yang harus dibuat di antara dua bentuk yang secara morfologis berbeda yakni bentuk perfektif atau imperfektit (sempurna atau tidak sempurna). Kalimat bahasa Polandia Krzeszowski semuanya berisikan bentuk aspek yang sempurna, dan dengan demikian membawa informasi bahwa karya pemotongan

atau pemenggalan telah dilengkapi, sebaliknya kalimat - kalimat bahasa Inggris Lakoff mengalami kekurangan informasi ini. Lalu, bagaimana kalimat - kalimat itu dapat dikatakan menyampaikan makna yang sama atau memiliki struktur dalam yang sama? Ada keberatan keberatan selanjutnya: Chomsky (1969) mempertanyakan anggapan atau pendirian Lakoff bahwa kalimat c) merupakan struktur dalam dari kalimat a) dan b), dengan bukti dalam kalimat f): f) Seymour used a knife to slice the salami with. Kehadiran with di sini memberi kesan bahwa use dan instrumen atau alat (sekalipun bekas) dapat secara bersama terjadi dalam struktur permukaan, dan membuat keraguan terhadap anggapan Lakoff bahwa keduanya merupakan alternatif yang eksklusif satu sama lain dalam menggambarkan kategori struktur dalam yang sama. Chomsky kemudian menunjukkan kekuatan kata keterangan atau adverbia over and over again dalam kalimat g) dan h): g) John used the mallet over and over again to smash the statue. h) John smashed the statue over and over again with the mallet. Di sini, kalimat g) menunjukkan secara tidak langsung bahwa hanya satu patung yang dihancurkan sementara kalimat h) memberi kesan bahwa ada beberapa patung yang berbeda. Perbedaan dalam makna lebih dari cukup untuk memberi kesan bahwa use ... to smash dan smash with , dan dengan perluasan use ... to slice dan slice with juga tidak berasal dari sebuah struktur dalam yang umum. Dalam beberapa tahun terakhir buaian mengayun jauh dari pandangan bahwa identitas struktur dalam adalah jaminan bagi pemadanan terjemahan, dan juga sebaliknya. Bouton (1976) memberikan dua bukti. Pertama, ia menantang atau meragukan pernyataan Di Pietro bahwa menyamakan terjemahan. The wine was drunk by midnight.

dan On a bu le vin avant minuit. adalah dari struktur batin yang umum. Bouton berpendapat bahwa hal ini tidak bisa dibenarkan karena verba bahasa Inggris itu pasif, sedangkan bahasa Prancis itu aktif, dan verba aktif serta pasif bukan merupakan pokok kalimat bagi pembatasan penyerta kejadian atau peristiwa yang sama. Dalam paper yang sama Bouton mencapai reductio ad absurdum . Datanya meliputi pertanyaan polaritas negatif dalam bahasa Inggris dan bahasa Korea (Kim, 1962: 33). Pertanyaan negatif dalam bahasa Inggris Didn't you go to school today? akan dijawab Yes jika anak itu telah pergi bersekolah, dan dijawab No jika ia tidak pergi bersekolah. Dalam bahasa Korea, pertanyaan yang sama [je hakkyo-e an kanni]? dijawab dengan No [anyo kasseyo] apabila ia sudah pergi bersekolah, dan dijawab Yes [ne an kasseyo] apabila ia tidak pergi bersekolah. Selanjutnya bahwa '... yes dalam bahasa Inggris dan no dalam bahasa Korea, serta no dalam bahasa Inggris dan yes dalam bahasa Korea merupakan padanan dalam terjemahan'. (Bouton, ibid .: 158). Tentunya hal ini tidak dapat diambil untuk menyatakan secara tidak langsung bahwa jawaban - jawaban polaritas yang berlawanan ini memiliki struktur batin yang identik atau sama apabila sama sekali memang mereka dapat dikatakan dalam satu arti bermakna yang memilki struktur. Bagaimanapun juga, ada alasan yang jauh lebih sederhana daripada itu semua bahwa kita telah menjelaskan mengapa identitas struktur batin tidak menjamin pemadanan terjemahan. Strukur batin berkenaan dengan makna proposisional atau 'ideasional' (Halliday, 1970) yang kalimat tunggal yang ada dalam tanda kurung sampaikan. Ada paling kurang dua jenis makna yang terkandung dalam kalimat: makna 'interpersonal' dan 'tekstual' sebagaimana Halliday (ibid .) katakan. Bagi dua kalimat dari bahasa yang berbeda untuk menjadi sepadan dalam terjemahannya, keduanya harus menyampaikan makna ideasional dan interpersonal dan tekstual yang sama: identitas struktur batin hanya mempertahankan

salah satunya yakni ideasional. Makna interpersonal dari sebuah kalimat menentukan informasi apa yang ia berikan kepada pesan : bagaimana ia membantu mempertahankan kohesi dan koherensi. Kita dapat mengikuti Widdowson (1974) dengan mengatakan bahwa ada dua level dalam terjemahan yakni semantik dan pragmatik dan bahwa demi CA kita seharusnya menyamakan bentuk L1 dan L2, tak ada masalahnya seberapa jauh keduanya berbeda secara superfisial (dangkal) agar secara semantik dan pragmatik keduanya sepadan. 7.2. KENYATAAN PSIKOLOGIS DALAM CA Dalam satu arti, ahli kontrastif secara terus - menerus melampaui kompetensinya sendiri. Dengan demikian, ia merupakan seorang linguis pertama dam terdepan yang memiliki perhatian yang tepat terhadap struktur, dan sekalipun ia menduga atau menganggap untuk menarik kesimpulan tentang cara perilaku manusia yaitu pembelajaran. Dengan demikian, ia tampaknya bertindak keluar dari satu keyakinan bahwa CAnya memiliki beberapa jenis kenyataan psikologis. Seorang psikolog bahasa yang terkenal menyarankan bahwa pembagian kerja yang lebih ketat akan dapat dipilih karena 'Untuk menemukan apakah struktur itu sama adalah tugas ilmu linguistik; tugas psikolinguistik adalah untuk menemukan bagaimana fungsi struktur dan bagaimana itu dibutuhkan.' (Horman, 1971: 31). Dan sekalipun tidak ada yang menyangkal bahwa teori linguistik terkini telah memiliki daya tarik yang besar bagi psikolog (bdk. Greene, 1972), daya tarik yang didasarkan pada asumsi bahwa aturan gramatika yang ditulis oleh linguis harus menentukan perilaku penutur atau pendengar secara simultans. Akan tetapi, gramatika dari jenis yang ditulis dewasa ini, pokok kalimat seperti gramatika adalah batas - batas dalam pengetahuan kita tentang mekanisme otak, tidak mengandung pernyataan tentang cara kerja psikologis yang terlibat dalam performa atau tampilan linguistik. Gramatika merupakan catatan atau laporan knowledge linguistik, yaitu Kompetensi (Kemampuan), bukan Performa (Tampilan): 'bukan'..proses yang menyebarkan pengetahuan itu' (Bever, 1971: 161). Tujuan

melupakan fakta ini adalah untuk segera jatuh ke dalam apa yang Chesterman (1979) istilahkan dengan 'buah pikiran yang keliru tentang psikolinguistik', atau '... untuk berasumsi bahwa proses formal yang digunakan gramatika sebenarnya merepresentasi proses yang produktif dan perseptif dalam perilaku bahasa'. Apakah dengan demikian ahli kontrastif adalah korban dari buah pikiran yang keliru? Saya akan membuktikan bahwa hal ini tidak begitu penting. Ada sebuah perbedaan yang digambarkan di antara kenyataan 'psikologi' di satu sisi dan kenyataan 'mental' di sisi lain. Bever (1968: 15) tampaknya memiliki perbedaan dalam pikiran ketika ia menulis: 'proses perilaku memanipulasi struktur yang didefinisi secara linguistik tetapi tidak mencerminkan proses gramatika'. Gramatika adalah proses pernyataan pernyataan struktural, yaitu menggambarkan prinsip - prinsip dalam bahasa yang harus diatur dan disimpan dalam pikiran oleh manusia. Ini adalah apa yang kita maksudkan dengan menyatakan gramatika memiliki kenyataan mental. Dengan kata lain mau dikatakan di sini bahwa gramatika menggambarkan proses dinamis dengan cara ujaran disintesiskan dan dianalisis. Apabila ujaran - ujaran itu disintesiskan dan dianalisis, ujaran itu akan memiliki kenyataan psychological Tetapi apabila ujaran - ujaran itu tidak disintesiskan dan dianalisis maka ujaran - ujaran itu hanya bermaksud untuk menggambarkan kenyataan mental. Perbedaan di antara kenyataan 'mental' dan 'psikologis' ini adalah yang digambarkan Aristoteles antara sebab - sebab formal dan efisien. Dan lebih baru lagi, dalam tradisi yang sama, Ryle (1973) membedakan dua cara untuk mengenal: mengenal that (bahwa) dan mengenal how (bagaimana) . Ia menunjukkan bahwa perilaku menggambarkan bukan hanya proses psikologis (=sebab efisien atau mengenal how (bagaimana ) tetapi juga 'kualitas pikiran', yakni sebab formal atau mengenal that (bahwa) : 'ada banyak kegiatan yang secara langsung memperlihatkan kualitas pikiran, sekalipun kegiatan - kegiatan itu bukan cara kerja intelektual'. Pernyataan ini dapat mempertahankan CA dari tuduhan atau serangan yang

mencakupi 'buah pikiran yang keliru dalam psikolinguistik'. Interferensi dalam L1 misalnya, dapat dipandang sebagai hasil dari konflik yang disebabkan antara disposisi cara kerja mental yang ditentukan oleh L1 dan tuntutan cara kerja mental dari L2. Ada paling kurang tiga konsekuensi penting dalam mendasarkan CA pada nilai - nilai Kompetensi dalam bahasa. Pertama, Kompetensi yang disusun oleh Chomsky sebagai komponen individual. Inilah yang membedakan Kompetensi dari langue Saussure, yang memiliki beberapa status kolektif, yang di dalamnya hal itu menarik konsensus masyarakat mengenai norma - norma bahasanya. Hal itu juga merupakan konsentrasi Chomsky pada individu sehingga konsentrasi itu telah membuatnya menghasilkan karyanya yang besar yang tidak diterima atau tidak menarik bagi sosiolinguistik. Dewasa ini CA digunakan untuk tujuan tujuan praktis, utamanya mengenai kelompok - kelompok: orang menghasilkan CA dengan populasi representatif dari pemelajar L2 dalam pikiran dan orang tidak dapat melakukan CA yang terpisah untuk setiap pemelajar individual. Kedua, Kompetensi itu netral di antara penutur dan pendengar: 'Sebenarnya, gramatika tentang bentuk yang kita bahas itu cukup netral sebagaimana antara penutur dan pendengar, antara sintesis dan analisis dari ujaran' (Chomsky, 1957: 48). Ia terus menjelaskan bahwa term 'generate' (seperti dalam Gramatika Generatif) itu netral dalam cara yang sama. Orang merasa heran mengapa Chomsky tidak menghindari term 'penutur' (yang menyatakan secara tidak langsung sintesis) dan 'pendengar' (yang menyatakan secara tidak langsung analisis) yang semuanya barangkali menggunakan term yang netral seperti 'pengenal / knower' (bdk. German natrlicher Sprachtrager ). Kenetralan ini membawa implikasi bahwa prediksi yang berasal dari CA secara sama akan menjadi valid bagi pengontrolan yang produktif dan reseptif dalam L2. Sekalipun dua segi ketrampilan bahasa ini langka jika sekiranya simetris, sebagaimana dikenal dengan baik. Corder (1973: 230) menjelaskan bahwa para 'penutur' bahasa Inggris mungkin mampu membedakan secara

lisan antara [k] dan [x]seperti lock/loch dalam bahasa Skotlandia atau leck ('leaky') lacheln ('smile') dalam bahasa Jerman, sekalipun tetap tidak sanggup menghasilkan [x]. Hubungan dalam dikotomi dari modalitas (bertutur dengan mendengar) merupakan dikotomi yang lebih jauh dalam directionality (cf. p. 142). Pertanyaan krusial di sini adalah apakah pembelajaran dari Lx oleh penutur dari Ly sama baiknya seperti pembelajaran dari Ly oleh penutur dari Lx yang akan dilakukan oleh seseorang dan CA yang sama. Atau apakah secara esensial CA itu tidak langsung, satu CA diperlukan untuk memenuhi setiap petunjuk. Filipovic beranggapan bahwa CA perlu menjadi rangkap untuk memenuhi setiap direksionalitas: ia telah menghasilkan dua CA, satu untuk pemelajar bahasa Serbia-Kroasia dari negara berbahasa Inggris dan satu lagi pemelajar bahasa Inggris dari negara yang berbahasa Serbia-Kroasia (Filipovic, 1975). Pandanganku sendiri (James, 1980) bahwa CA, sebagaimana gramatika Kompetensi dwibahasa itu tidak langsung karena CA itu lebih berkenaan dengan cara kerja mental dalam pengetahuan daripada dengan bagaimana pengetahuan ini disebarkan. Satu perbedadan diidentifikasi oleh CA yang memiliki implikasi yang timbal balik. Sebagai contoh, satu perbedadan struktural antara bahasa Inggris dan bahasa Prancis ada dalam sistem penentu kepemilikan. Dalam bahasa Inggris, jenis kelamin dan jumlah possessor (pemilik) yang menentukan bentuk yang dipilih, sedangkan dalam bahasa Prancis, bentuk yang dipilih disesuaikan dengan jenis kelamin dan jumlah dari barang yang dimiliki. Oleh karena itu, CA memprediksikan bahwa pemelajar berbahasa Inggris terhadap bahasa Prancis akan menghasilkan *Elle a vu sa grand' pre untuk yang dimaksudkan *She's seen her grandpa' dan pada saat yang sama, yang dihasilkan pemelajar berbahasa Prancis terhadap bahasa Inggris akan menghasilkan *She's seen his grandfather untuk yang dimaksudkan dengan 'Elle, a vu son, grand' pre. Dengan kata lain,

ungkapan perbedaan adalah anteseden bagi penafsiran kedua direksionalitas dalam pembelajaran. Itu merupakan penafsiran dari CA yang memperhitungkan direksionalitas. Tentu saja, dua direksionalitas ini melibatkan tugas pembelajaran yang sangat berbeda: tak selalu ada jenis simetri yang rapi seperti yang dinyatakan secara tidak langsung oleh contoh yang terakhir di atas. Hal itu mungkin terjadi bahwa salah satu dari dua bahasa itu mengalami kekurangan kategori yang hadir di dalam bahasa yang lain. Keadaan yang dimaksudkan di sini yaitu kata sandang dalam bahasa Inggris yang mengalami kekurangan dalam bahasa Rusia. Orang Rusia yang belajar bahasa Inggris akan harus belajar menyisipkan atau memasukkan kata sandang, sedangkan orang Inggris yang belajar bahasa Rusia akah harus terbiasa dengan ketidakhadiran kata sandang tersebut. Ini merupakan faktor performa atau tampilan, dan sebagaimana Wilkins (1972: 194) amati 'Tampaknya jauh lebih sulit untuk menyisipkan atau memasukkan daripada menghilangkan hal - hal yang diingat.' Komponen ketiga dalam model Kompetensi yakni model yang diidealkan persis untuk mengabaikan pembatas atau ketidakleluasaan waktu dan ingatan yang dibatasi oleh Performa: 'Bagian idealisasi dalam kompetensi dari proses bertutur merupakan sikap yang tak terpengaruh pada kompetensi dari waktu' (Cook, 1977: 24). Suatu predikat CA didasarkan atas idealisasi yang demikian untuk menyusun atau memahami persesuaian antara L1 dan L2 secara keseluruhan dan ketika pemelajar mendapatkan pemerolehan pertamanya pada L2. Kesewenang - wenangan dari asumsi ini digunakan oleh SlamaCazacu, yang menolak konsep CA secara abstrak. Ia mengemukakan satu CA alternatif yang berdasarkan pada performa, '... apa yang kita sebut dengan 'analisis kontak' - yakni analisis fenomena yang muncul dalam pemelajar itu sendiri dari kontak dalam dua sistem linguistik...yang terlibat dalam proses pembelajaran bahasa asing' (Slama-Cazacu, 1971: 63). Pandanganku sendiri yakni bahwa pendekatan pada masalah - masalah pembelajaran yang

berdasarkan pada performa dan berorientasi pada proses ini merupakan tempat yang lebih tepat dalam Analisis Kesalahan daripada dalam CA (bdk. 7.4). DAFTAR PUSTAKA James, Carl. Contrastive Analysis. 1980. Longman Group Ltd, Harlow, Essex.