analisis komoditi ekspor dan pasar potensial indonesia
TRANSCRIPT
ANALISIS KOMODITI EKSPOR DAN PASAR POTENSIAL INDONESIA
STUDI KASUS EKSPOR KURSI KAYU TANPA LAPISAN PENUTUP KE RFJ
(REPUBLIK FEDERASI JERMAN)
I. Latar Belakang Untuk memenangkan persaingan luar negeri, sangat disarankan
kepada pengusaha kecil dan menengah yang berorientasi ekspor untuk
secara terus menerus dan berkesinambungan melakukan pemantauan pasar
strategis produknya, tidak hanya bagi perusahaan yang belum memiliki link
atau akses pasar saja, tetapi juga perusahaan yang sudah lama menjadi
pemain di pasar tujuan.
Kajian pasar ekspor komoditi kursi kayu tanpa pelapis Indonesia ke
RFJ dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasar komoditi ybs pada
umumnya, dan ekspor Indonesia pada khususnya, sehingga menjadi sumber
informasi pasar bagi eksportir nasional.
II. Permasalahan yang dihadapi para eksportir adalah masih kaburnya
informasi tentang pasar ekspor antara lain :
1. masih kaburnya informasi tentang besarnya permintaan pasar
2. trend pasar
3. prosedur ekspor
4. jalur distribusi
5. lokal partner serta
6. pemilihan strategi untuk memasuki pasar
Kursi kayu tanpa lapisan penutup dalam buku statistik memiliki nomor
Standard International Trade Classification (SITC) : 82116
III. Permintaan Impor Produk Kursi kayu TP RFJ
Kegunaan (utility) dari komoditi ini yaitu untuk tempat duduk dan
dibutuhkan oleh Hotel, restoran, perusahaan, rumah sakit, rumah-rumah
jompo, geladak kapal dan gedung-gedung instansi pemerintah dan lembaga
pendidikan serta pasar individu yaitu rumah tangga.
Dengan mengetahui kegunaan dan siapa yang membutuhkan komoditi
ini, dapat di prediksi permintaan pasarnya.
Tabel III-1 : Volume dan Nilai Impor Produk Kursi Kayu TP RFJ 1994 -2001
Tahun Volume (Ton) Nilai (000 euro)
1994 375.730 129.478
1995 363.450 107.957
1996 417.022 128.734
1997 411.881 133.550
1998 439.181 143.322
1999 505.239 160.785
2000 581.918 194.179
2001 576.034 185.532
Sumber: Statistisches Bundesamt
Dari permintaan impor sebesar itu (Tabel III-1), sebagian besar di
impor dari negara-negara Eropa sendiri, China, dan negara ASEAN. Seperti
terlihat pada tabel III-2 dan III-3.
Tabel III-2 : 10 Negara Pengekspor Terbesar Diluar ASEAN 1997-2001
Keterangan 1997 1998 1999 2000 2001
Volume 39.286 38.216 37.304 34.329 26.556
Italia Nilai 19.897 17.857 17.351 15.452 11.834
Harga 506,47 467,27 465,12 450,12 445,62
Volume 5.451 17.020 12.606 18.354 13.645
Swedia Nilai 2.010 5.123 4.117 12.056 7.081
Harga 368,74 301 326,29 656,86 518,95
Volume 4.190 3.662 4.382 5.698 4.119
Austria Nilai 4.567 4.531 4.989 5.368 4.560
Harga 1.090 1.237,30 1.139 942,08 1.107,07
Volume 67.005 63.982 54.544 73.907 59.707
Polandia Nilai 15.193 15.146 13.884 16.963 14.457
Harga 226,74 236,72 254,55 229,52 242,13
Volume 51.806 39.945 40.569 38.846 38.593
Rumania Nilai 7.304 6.333 6.440 5.717 6.535
Harga 141 158,54 158,54 158,74 169,33
Volume 13.508 15.670 19.361 22.396 24.799
Slovenia Nilai 7.045 8.671 11.474 13.415 11.742
Harga 521,54 553,35 592,63 598,99 473,49
Volume 11.789 17.715 30.953 41.060 50.894
China Nilai 2.432 3.001 5.400 9.420 13.293
Harga 206,29 169,40 174,46 229,42 261,19
Sumber: Statistisches Bundesamt
Merujuk pada tabel III-2 di atas, dapat disimpulkan bahwa Polandia,
China, Italia dan Slovenia merupakan negara pesaing utama Indonesia,
selain negara anggota ASEAN lainnya.
Tabel III-3 : Ekspor Produk Kursi Kayu TP negara Asean Ke RFJ 1997 -2001
Keterangan 1997 1998 1999 2000 2001
Volume 47.502 75.509 104.801 116.280 114.633
Indonesia Nilai 19.489 25.764 38.368 49.262 46.911
Harga 410,28 343,25 366,10 423,65 409,23
Volume 32.180 30.595 42.893 52.500 34.866
Vietnam Nilai 6.502 7.009 8.613 13.481 9.650
Harga 202,05 229,09 200,80 256,78 276,77
Volume 6.166 4.247 6.817 12.063 13.159
Thailand Nilai 3.431 2.302 2.856 4.487 4.318
Harga 556,44 542,03 418,95 371,96 328,14
Volume 6.931 9.495 6.327 11.857 6.948
Malaysia Nilai 1.602 2.080 901 2.837 1.781
Harga 231,14 219,06 142,41 239,27 256,33
Volume 932 1.269 1.159 1.167 1.844
Myanmar Nilai 807 853 1.065 1.050 1.268
Harga 866 672,18 918,89 899,74 687,64
Volume 265
Philipina Nilai 164.000
Harga 618,87
Volume 64
Singapura Nilai 82
Harga 1.281,25
Sumber: Statistisches Bundesamt
Dari sisi volume ekspor, China merupakan pesaing utama Indonesia
dimana jika tahun 1997 ekspor China ke RFJ baru sebesar 11.789 Deziton
atau sebesar 1.178.900 kg, maka di tahun 2001 telah mencapai 5.089.400 kg.
Meningkat hampir 500%.
Diantara negara ASEAN, pesaing utama Indonesia adalah Vietnam,
Thailand dan Malaysia.
Dari harga rata-rata yang tercatat pada tahun 2001, Singapura
menduduki tempat teratas, dengan produk rata-rata dihargai 1.281,25 per
DT. Lebih dari 3 kali lipat harga rata-rata produk Indonesia, diduga
Singapura melakukan spesialisasi produk untuk segmen menengah ke atas,
bahkan berkemungkinan produk yang di ekspor Singapura sendiri,
merupakan ex produksi Indonesia yang setelah disortir, di ekspor kembali.
Khusus untuk Indonesia, dari sisi volume ekspor, menunjukkan trend
yang meningkat, dimana volume ekspor Indonesia tahun 1997 sebesar
47.502 DT, dan tahun 2001 telah mencapai 114.633 DT. Peningkatan trend
ini diikuti oleh peningkatan market share seperti terlihat pada tabel I-4
berikut:
Tabel III-4 : Pertumbuhan Market Share Produk Kursi Kayu TP Indonesia ke RFJ
Tahun Share (DT) Share (euro)
1997 15,5 14,60
1998 17,34 18,00
1999 20,70 23,90
2000 20,00 25,40
2001 19,90 25,30
Dari sisi volume ekspor, market share indonesia meningkat dari 15,50
% di tahun 1997, menjadi 19,90 % di tahun 2001. Sementara dari sisi nilai
ekspor, market share Indonesia meningkat dari 14,60 % di tahun 1997
menjadi 25,30 % di tahun 2001. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia
menjadi Market leader.
IV. Peraturan dan Prosedur Ekspor ke RFJ
4.1. Kerangka Dasar Hukum Pabean Uni Eropa
Uni Eropa merupakan wilayah dagang yang telah diunifikasi sejak 1 Januari 1993.
Negara anggota EU (Uni Eropa) menetapkan prosedur dagang dan tarif bea masuk
bersama. Artinya : dari manapun suatu barang di impor ke wilayah Zone dagang
(pabean) EU, maka atas barang tersebut diberlakukan peraturan dasar yang sama.
Sebaliknya untuk produk yang diproduksi di salah satu negara anggota EU dan untuk
selanjutnya di jual di zone dagang EU tidak dikenai bea masuk atau cukai (European Free
Trade Area /EFTA).
Selain bea masuk dikenakan juga pajak penjualan impor, dan untuk barang-
barang tertentu dikenakan pajak konsumsi. Tarif pajak penjualan impor dan pajak
konsumsi, untuk masing-masing negara EU tingkat persentasenya berbeda-beda.
Dengan penerapan sistem harmonisasi “Harmonisierter System” (HS), yang
dikenal juga sebagai nomor kode “TARIC” di Eropa, memungkinkan dan memudahkan
sistem pembayaran di tingkat internasional., dimana satu produk impor atau ekspor
dikarakterisasi dengan nomor kode sendiri. Dengan hal tersebut komunikasi perdagangan
internasional dipermudah dan pengambilan kebijakan perdagangan dapat lebih
dispesifikasi menurut karakter produk tertentu, sehingga kebijakan yang diambil lebih
terarah dan efektif.
Perlakuan larangan impor, hanya untuk sejumlah kecil produk seperti : obat
terlarang, binatang/tumbuhan langka, karya tulis dan film yang berhubungan dengan
kekerasan dan rasismus atau barang palsu/imitasi.
Di samping larangan impor terdapat pemberlakuan impor untuk sejumlah produk
yang memerlukan izin sebagai persyaratan impor. Kuota jumlah dan nilai barang tertentu
yang di impor ke teritorial EU dikontrol melalui penetapan kontingensi dan plafond bea
masuk, tetapi tidak diberlakukan untuk semua produk. Pengimporan hanya
memungkinkan kalau disertai dengan izin impor. Prosedur aplikasi izin impor
dipublikasikan lewat publikasi impor Federal. Barang-barang apa saja yang wajib izin
impor, dapat dilihat di daftar impor, yang dapat diperoleh lewat tarif bea masuk RFJ
(Deutschen Gebrauchszol tarif).
Guna menghindari pelanggaran wajib izin impor, diwajibkan untuk
mendokumentasikan keterangan asal barang, akan tetapi untuk beberapa kasus cukup
dengan hanya menyerahkan informasi asal partner dagang asing.
Anti dumping melalui cukai/pabean merupakan salah satu kebijakan politik
dagang selanjutnya yang harus diperhatikan dalam pengekporan/pengimporan suatu
barang. Komunitas EU memberlakukan politik anti dumping untuk memproteksi
perekonomian dalam negeri melalui penagihan cukai anti dumping, yang jelas lebih
tinggi dari cukai reguler, jika harga barang tersebut terlalu murah dan bisa merusak daya
saing produk dalam negeri.
Khusus untuk barang impor dari Negara Sedang Berkembang, komunitas EU
menjamin adanya keringanan cukai dalam kerangka GSP (General System on
Preferences). Karena sistem preferensi didasarkan prinsip asal (origin), keringanan cukai
hanya diberikan, bila pada pelunasan/ pengurusan cukai disertai dengan penyerahan
dokumen preferensi origin dari negara pengirim. Apakah suatu produk mendapatkan
keringanan bea impor, berapa persen besarnya, dan bukti preferensi origin mana yang
harus ditunjukkan, dapat dilihat dari tarif cukai barang Jerman.
Sebagian produk dikenai pajak konsumsi khusus, diantaranya produk minyak
bumi, tembakau, anggur, kopi. Untuk produk mebel, sampai saat ini belum dikenai pajak
konsumsi.
Semua peraturan-peraturan penting dalam aktivitas impor/ekspor suatu produk
berhubungan erat dengan nomor tarif cukai, untuk memudahkan pengidentifikasian tarif
barang impor. Informasi tentang nomor tarif ini dapat diperoleh dari kantor pabean atau
jasa online dari beberapa perusahaan konsultant. Selain dari itu, yang harus
dipertimbangkan juga bahwa untuk memenuhi ketentuan ekspor nasional di negaranya,
sebelum pengiriman dilakukan, eksportir barangkali memerlukan dokumen-dokumen
tertentu dari importir EU. Pada kebanyakan kasus dagang, dokumen yang dibutuhkan ke
dua belah pihak disebutkan dalam perjanjian kontrak dagang, guna menghindari
permasalahan yang mungkin timbul, terutama administrasi dagang.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab sebelum mengekspor barang ke RFJ
adalah :
Apa nomor tarif bea masuk yang akan di ekspor?
Dengan prosedur pabean mana barang seharusnya diurus?
Apakah ada larangan ekspor?
Apakan pengeksporan memerlukan izin khusus?, apa yang harus dipersiapkan pada
saat aplikasi dimasukkan?
Apakah produk ekspor tersebut termasuk dalam katagori kontingensi, kalau ya,
apakah masih ada kuota yang masih tersisa?
Apakah untuk pengeksporan produk diperlukan bukti origin, jika ya, dalam bentuk
apa?
Apakah tindakan anti dumping EU terhadap produk ekspor ? berapa besarnya?
Berapa besar bea cukai reguler untuk produk ekspor tersebut?
Bisakah hak preferensi bea cukai untuk barang impor/ekspor tersebut di ambil, dan
jika ya dokumen preferensi apa yang dibutuhkan untuk itu?
Termasuk produk tersebut kedalam daftar pajak konsumsi khusus, jika ya, berapa
besar nilai pajak konsumsinya?
Dokumen apa yang dibutuhkan oleh rekan bisnis asing sebelum pengiriman barang?
Setiap barang yang akan melewati daerah pabean EU harus memperoleh salah satu dari
ketentuan berikut:
1. melewati prosedur pabean/cukai
2. disimpan didaerah/gudang bebas
3. diekspor kembali dari wilayah pabean EU
4. pemusnahan atau penghancuran
5. melalui proses yang menguntungkan devisa negara.
Dokumen yang perlu dilampirkan dalam aktivitas impor/ekspor adalah
1. pendaftaran bea impor/cukai
2. surat keterangan asal bagi yang dapat keringanan dalam rangka GSP, selama
kuota masih ada.
3. surat keterangan asal bagi produk non GSP
4.2. Standarisasi Produk
Untuk standarisasi produk, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Adanya larangan penggunaan bahan-bahan kimia tertentu untuk furniture dari
kayu
2. Penggunaan bahan pengawet kimia tertentu untuk kayu dinyatakan tidak perlu.
Lebih jelas lagi dinyatakan bahwa pengawetan kayu seharusnya tidak dilakukan,
jika tidak diperlukan sekali
V. Sistem Labeling Produk Furniture di RFJ
Untuk penjualan ke instansi wajib mebcantumkan label, sementara untuk penjualan
ke rumah tangga pemberian label hanya bersifat volunteer.
Label yang digunakan adalah logo GS, yang menyatakan bahwa keamanan produk
telah teruji.
Labeling produk yang belakangan banyak dibicarakan adalah Green Consumerism,
yaitu kepedulian terhadap lingkungan hidup. Sebagian besar masyarakat Jerman mau
membayar lebih terhadap produk yang memakai label ini.
Daftar tabel yang berkaitan dengan produk kursi kayu TP :
1. Official Label, label yang disponsori oleh pemerintah, label ini meliputi :
a. Blauer Engel : label ini diberikan untuk produk-produk yang memiliki
dampak kecil terhadap polusi.
b. Euro Flower : label ini diberikan untuk produk-produk yang ramah
lingkungan.
c. White Swan : Eco label dari negara-negara Skandinavia : label ini diberikan
untuk produk-produk berdampak polusi terkecil
d. Stiftung Warentest : label ini diberikan untuk produk-produk yang
berkualitas
2. Label yang disponsori oleh perusahaan swasta disebut: Empfohlen Vom IBR
Label ini diberikan untuk produk seperti karpet, furniture dan produk derivatif
dari kayu yang memenuhi persyaratan ekologi dan kesehatan
3. Label yang disponsori oleh NGO dikenal WWF Panda
Label biasanya diberikan untuk dengan kriteria penggunaan resources, kadar
polusi dan kwalitas produk.
VI. Penerapan Perpajakan
6.1 Bea Masuk : persentase dari basis nilai cukai barang keseluruhan (meliputi : nilai
barang yang dikirim + biaya transportasi + biaya asuransi). Untuk produk kursi
kayu TP adalah bebas bea masuk
6.2 Pajak konsumsi : sampai saat ini produk kursi TP bebas dari pajak konsumsi
(yang kena pajak ini hanya : kopi, minyak bumi, tembakau dan anggur).
6.3 Pajak penjualan impor : Pajak jenis ini dibayar oleh pihak importir, tetapi
nantinya akan dibebankan kepada konsumen akhir . Untuk produk kursi kayu TP
dikenai pajak penjualan impor sebesar 16%.
6.4 General System of Prefences : untuk kursi kayu TP, karena bebas bea masuk,
maka tidak perlu mengurus GSP.
VII. Distribusi dan praktek bisnis
7.1 Kondisi pasar RFJ : RFJ merupakan pengimpor mebel terbesar kedua setelah
USA. Dengan jumlah penduduk 82,26 juta dan pendapatan perkapita 49.650 di
tahun 2000, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil, pada kisaran 3 persen.
Impor RFJ terhadap kursi kayu TP dari tahun ke tahun menunjukkan
kecenderungan yang terus meningkat.
7.2 Saluran distribusi
Produsen - konsumen akhir 3 %
Produsen - Pedagang Besar konsumen akhir 3,1 %
Produsen - Asosiasi dagang - Pengecer - konsumen akhir 58,4 %
Produsen - Pengecer - Konsumen akhir 35,5 %
7.3 Delivery : pesana harus datang tepat waktu dan akurat
7.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai pemain baru di pasar :
1. perubahan undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan
perdagangan luar negeri
2. nama, profil dan alamat importir (KBRI)
3. Pada tahap awal pembukaan kontak dagang disarankan menggunakan
bahasa jerman. Instrumen yang lazim digunakan dalam menjalin kontak
dagang di RFJ antara lain:
- Hubungan korespondensi,
- Kunjungan dagang
- Partisipasi dan kunjungan pameran dagang internasional
7.5 Mengenal kultur dan kebiasaan rekan dagang
VIII. System dan syarat pembayaran
8.1. penetapan harga
- FOB : eksportir bertanggung jawab atas segala biaya sampai barang
dianggkut ke pelabuhan yangn telah disepakati
- CIF : sampai barang tiba di pelabuhan tujuan
8.2. Syarat pembayaran :
- cash Again Document di pelabuhan asal
- Cash again document di pelabuhan tujuan
8.3. jangka pembayaran dan diskon 1- 30 hari dan biasanya diberi diskon untuk
pembayaran yang lebih cepat dari waktu yang disepakati.
X. Layanan purna jual
Garansi 5 tahun
Untuk jasa perbaikan beserta suku cadang diberikan secara gratis selama 1 tahun
(12 bulan)