analisis kinerja vpn mpls pada testbed jaringan …

12
ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN PENDIDIKAN NON FORMAL Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA, Udik Pudjianto Institut Teknologi Surabaya, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro ABSTRAK MPLS merupakan suatu teknologi untuk mempercepat pengiriman paket dengan memadukan mekanisme pertukaran label pada layer 2 dengan teknologi routing layer 3 pada standar OSI (Open system Interconnection). Konsep MPLS telah diaplikasikan oleh beberapa perusahaan telekomunikasi untuk memberikan layanan “Metro Ethernet” untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan mekanisme monitoring Round Trip Time (RTT), delay, dan packet loss untuk mengetahui Quality of Service dari tesbed jaringan Virtual Private Network (VPN) MPLS. Adapun hasil yang telah diperoleh yaitu dalam pengiriman paket VoIP memiliki nilai delay yang paling kecil (104 ms) jika dibandingkan dengan paket Business Critical – Intranet (BC) dan Best Effort internet (BE). Pada kondisi bandwidth 100% (VoIP = 33 Kbps, BC = 24 Kbps, dan BE = 8 Kbps), trafik BC mengalami packet loss sebesar 4 paket. Hal ini dapat diakibatkan oleh kapasitas buffer yang tidak mencukupi untuk menampung antrian paket jika dibandingkan dengan trafik VoIP dan BE. Kata kunci: MPLS, QoS, delay, RTT, Pakcet loss 1. Pendahuluan Pelayanan pendidikan non formal sebagai salah satu layanan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa. Alokasi konten pendidikan non formal yang dapat meliputi media pembelajaran dan data pendidikan dapat menjadi gambaran untuk menyelenggarakan sebuah layanan pendidikan bagi masyarakat. Sasaran pendidikan non formal yang serba marginal baik dari sisi ekonomi dan kemampuan serta geografis, menjadi tantangan tersendiri. Lokasi peserta didik yang sulit dijangkau dan waktu belajar yang terbatas akan memerlukan sarana yang salah satunya adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Melalui perluasan penggunaan jaringan komputer yang optimal diharapkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat tersebut dapat terlaksana. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah Multi Protocol Label Switching (MPLS) untuk

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN

PENDIDIKAN NON FORMAL

Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA, Udik Pudjianto

Institut Teknologi Surabaya, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro

ABSTRAK

MPLS merupakan suatu teknologi untuk mempercepat pengiriman paket dengan memadukan mekanisme pertukaran label pada layer 2 dengan teknologi routing layer 3 pada standar OSI (Open system Interconnection). Konsep MPLS telah diaplikasikan oleh beberapa perusahaan telekomunikasi untuk memberikan layanan “Metro Ethernet” untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam penelitian ini digunakan mekanisme monitoring Round Trip Time (RTT), delay, dan packet loss untuk mengetahui Quality of Service dari tesbed jaringan Virtual Private Network (VPN) MPLS. Adapun hasil yang telah diperoleh yaitu dalam pengiriman paket VoIP memiliki nilai delay yang paling kecil (104 ms) jika dibandingkan dengan paket Business Critical – Intranet (BC) dan Best Effort – internet (BE). Pada kondisi bandwidth 100% (VoIP = 33 Kbps, BC = 24 Kbps, dan BE = 8 Kbps), trafik BC mengalami packet loss sebesar 4 paket. Hal ini dapat diakibatkan oleh kapasitas buffer yang tidak mencukupi untuk menampung antrian paket jika dibandingkan dengan trafik VoIP dan BE.

Kata kunci: MPLS, QoS, delay, RTT, Pakcet loss

1. Pendahuluan Pelayanan pendidikan non formal

sebagai salah satu layanan pendidikan yang

dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat

ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa.

Alokasi konten pendidikan non formal yang

dapat meliputi media pembelajaran dan data

pendidikan dapat menjadi gambaran untuk

menyelenggarakan sebuah layanan

pendidikan bagi masyarakat. Sasaran

pendidikan non formal yang serba marginal

baik dari sisi ekonomi dan kemampuan serta

geografis, menjadi tantangan tersendiri.

Lokasi peserta didik yang sulit dijangkau dan

waktu belajar yang terbatas akan

memerlukan sarana yang salah satunya

adalah teknologi informasi dan komunikasi

(TIK). Melalui perluasan penggunaan

jaringan komputer yang optimal diharapkan

pelayanan pendidikan kepada masyarakat

tersebut dapat terlaksana. Salah satu

teknologi yang dapat digunakan adalah Multi

Protocol Label Switching (MPLS) untuk

Page 2: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

akselerasi proses mengirimkan paket data

dengan mekanisme label swapping di layer 2

dengan routing di layer 3. Dengan

perkembangan penggunaan infrastruktur

internet dalam aplikasi komersial, kebutuhan

untuk perubahan layanan network

berkembang dengan cepat. Hampir semua

MPLS saat ini didasarkan pada layanan

network, misalnya traffic engineering,

Differential Services QoS dan fasilitas VPN

layer 2 atau layer 3 yang membutuhkan

kompleksitas, kehandalan pengaturan dan

pensinyalan protocol untuk pertukaran

informasi antara beberapa node di domain

MPLS.

 

2. Studi Pustaka

2.1 MPLS

MPLS (Multi Protocol Label

Switching) merupakan arsitektur network

yang didefinisikan oleh IETF (Internet

Engineering Task Force)  yang memadukan

mekanisme label swapping di layer 2 dengan

routing di layer 3 untuk mempercepat

pengiriman paket (E.Rosen,2001). Dan

menjadi sebuah teknik yang menggabungkan

kemampuan manajemen switching yang ada

dalam teknologi ATM (Asynchronus

Transfer Mode) dengan fleksibilitas network

layer yang dimiliki oleh teknologi IP.

Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan

label dalam setiap paket yang dikirim melalui

jaringan ini. Mekanisme forwarding pada

node MPLS, dengan memberikan label yang

membungkus paket IP serta untuk

menentukan rute dan prioritas pengiriman

paket tersebut. Label tersebut akan memuat

informasi penting yang berhubungan dengan

informasi routing suatu paket, diantaranya

berisi tujuan paket serta prioritas paket mana

yang harus dikirimkan terlebih dahulu.

Teknik ini biasa disebut dengan label

switching. Dengan informasi label switching

yang didapat dari router network layer, setiap

paket hanya dianalisa sekali di dalam router

dimana paket tersebut masuk dalam jaringan

untuk pertama kali. Router tersebut berada di

tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa

disebut Label Switching Router (LSR). LSR

yang pertama akan menjadi tempat awal

pengiriman paket (ingress) dan LSR yang

terakhir menjadi router ujung akhir yang

dilewati paket (engress).Masing-masing LSR

akan saling terkait membentuk rangkaian

jaringan MPLS yang dihubungkan oleh Label

Switched Path (LSP)

Setiap LSP akan dikaitkan dengan

sebuah Forwarding Equivalence Class

(FEC), yang merupakan kumpulan paket

dengan menerima perlakuan forwarding yang

sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan

dengan pemasangan label. Untuk membentuk

Page 3: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan.

Protokol ini menentukan forwarding

berdasarkan label pada paket. Label yang

pendek dan berukuran tetap akan

mempercepat proses forwarding dan

mempertinggi fleksibilitas pemilihan jalur

(Path). Hasilnya adalah sebuah network

datagram yang bersifat connection-oriented.

Mekanisme forwarding pada node

MPLS dengan memberikan label untuk

membungkus paket IP. Label tersebut

digunakan untuk menentukan path data yang

akan dikirimkan. Paket yang telah diberi

label akan dipermudah oleh LSP untuk

diarahkan pada LSR yang diinginkan.

MPLS hanya melakukan enkapsulasi

paket IP, dengan memasang header MPLS.

Header MPLS terdiri atas 32 bit data,

termasuk 20 bit label, 2 bit eksperimen, dan 1

bit identifikasi slack, serta 8 bit TTL. Label

adalah bagian dari header, memiliki panjang

yang bersifat tetap, dan merupakan satu-

satunya tanda identifikasi paket. Label

digunakan untuk proses forwarding,

termasuk proses traffic engineering. Setiap

LSR memiliki table yang disebut label-

switching table. Table itu berisi pemetaan

label masuk, label keluar, dan link ke LSR

berikutnya. Saat LSR menerima paket, label

paket akan dibaca, kemudian diganti dengan

label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR

berikutnya.

2.2. Komponen Dasar MPLS

2.2.1. Forwarding Equivalence Class (FEC)

Sebagai teknologi forwarding

didasarkan pada klasifikasi, paket MPLS

akan diteruskan dengan cara sama ke dalam

sebuah kelas disebut FEC. Paket ini akan

diperlakukan dengan cara yang sama.

Klasifikasi FEC merupakan fleksibel, yang

didasarkan pada kombinasi sumber alamat

manapun, alamat tujuan, source port,

destination port, tipe protocol dan VPN.

Misalnya pada IP forwarding tradisional

membutuhkan alamat yang panjang, semua

paket pada tujuan sama akan mengarah ke

FEC yang sama pula.

2.2.2. Label Label adalah short fixed length

identifier untuk mengenali FEC. Sebuah FEC

mungkin saja sesuai dengan multiple labels

misalnya beban sharing yang dibutuhkan,

dimana sebuah label hanya dapat

direpresentasikan dengan single FEC. Label

dapat dibawa pada paket header, dan tidak

berisi informasi topologi manapun dan

merupakan local significant. Panjang dari

Page 4: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

label adalah empat octets, atau 32 bits, yang

dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Format dari sebuah label

2.2.3. LER (Label Edge Router)

Disebutkan bahwa R1 dan R4

merupakan Edge Router sebagai Label Edge

Router (LER) dan Core Router (R2,R3)

sebagai Label Switch Router (LSR) seperti

pada gambar 2.4. Paket IP yang masuk

melalui LER dikonversi ke dalam bentuk

paket MPLS dan ketika paket tersebut keluar

dari LER, maka paket juga dikonversi dari

paket MPLS ke paket IP dimana LSR akan

mem-forward packet MPLS dengan

mengikuti beberapa instruksi yang telah

tersimpan dalam suatu tabel.

Gambar 2. LER pada R1 dan R4

Berdasarkan informasi yang tersimpan

dalam paket MPLS, yang disebut Label,

kemudian Label tersebut memilih sebuah

register dari tabel dan mengikuti instruksi

yang terdapat dalam register ini, lalu mem-

forward packet MPLS tersebut.

2.2.4. Label Switched Path (LSP) LSP adalah jalur yang dilalui langsung

oleh FEC pada jaringan MPLS melalui satu

atau serangkaian LSR dimana paket

diteruskan oleh label swapping dari satu

MPLS node ke MPLS node yang lain. Jalur

LSP terdiri dari dua jenis LSR (Label Switch

Route) yaitu Upstream LSR dan downstream

LSR. Contoh pada gambar bahwa R2

merupakan downstream LSR dari R1

sedangkan R1merupakan upstream LSR dari

R2.

Gambar 3 Diagram untuk sebuah LSP

2.2.5. Label Distribution Protocol (LDP) LDP (L. Andersson ,2001) merupakan

protokol pengontrol dalam MPLS dan

memiliki fungsi yang sama dengan protokol

pensinyalan dalam jaringan tradisional,

antara lain pengelompokkan FEC,

penyebaran label, dan pembentukan serta

perawatan LSP. Terdapat dua jenis distribusi

` `LSR

Edge LSR

LSR

LSR

LSRLSR

Edge LSR

LSR

Ingress LSR

Egress LSR

MPLS NetworkLabel Switch Path (LSP)

R1R2

R1

R2

R3

R4

End HostEnd Host

Page 5: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

protocol multiple label yang mendukung

MPLS yaitu :

1. Yang berasal dari label distribution

(distribusi label), seperti LDP dan

constrain-based routing

menggunakan LDP (CR-LDP)

2. Perluasan protokol yang sudah ada

dalam men-support distribusi label,

seperti BGP (Border Gateway

Protokol) dan RSVP (Resource

Reservation Protocol)

 

 

 

 

Gambar 4. Label distribution Sumber : (Ano, 2001)  

2.2.6. Label Switch Router (LSR) Merupakan MPLS node yang berfungsi

memberikan label pada paket dan melakukan

operasi label serta dapat meneruskan paket-

paket layer 3. LSR akan memberikan label

ketika paket masuk ke jaringan MPLS dan

membuang label ketika paket keluar dari

jaringan.

Gambar 5. Tampilan konsep dari control plane dan forwading plane MPLS (kiri) serta Struktur LSR (kanan)

MPLS terdiri dari Control Plane dan

Forwarding Plane. Control Plane berfunngsi

untuk membuat apa yang disebut

“Forwarding Table”, sementara Forwarding

Plane akan meneruskan paket ke interface

tertentu (berdasarkan Forwarding Table).

Sebuah LSR dapat terdiri dari dua komponen

yaitu :

1. Control plane : melakukan distribusi

label dan routing, menetapkan LFIB

dan membangun jalur LSP.

2. Forwading plane : menyampaikan

paket melalui LFIB (Label

Forwading Information Base)

 

Page 6: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. DESAIN JARINGAN MPLS

Pada tesis ini akan menggunakan

desain jaringan simulasi MPLS yang dibuat

mirip dengan sistem jaringan MPLS yang

ada secara umum dengan persyaratan adanya

:

1. Sebuah routing protokol layer 3 (IS-IS,

OSPF, EIGRP atau RIP); dan

menggunakan OSPF untuk rekayasa

trafik jaringan MPLS.

2. Label distribusi protokol (RSVP, LDP

atau BGP).

3. Memiliki kemampuan menangani lalu

lintas Jaringan MPLS.

Awan MPLS yang dibentuk oleh 3

buah PC Router yang ditambah dengan 1 PC

sebagai pengirim paket yang akan mengakses

jaringan MPLS (Provider Edge) router dan

2PC sebagai penerima paket data yang

berjenis VoIP, business critical = BC

(intranet), dan best effort = BE (internet)

sekaligus untuk memonitor trafik yang telah

melewati jaringan.

3.2. Perangkat Keras

Dalam implementasi ini menggunakan 3

buah PC Router, 1 buah PC sebagai pengirim

paket dan 2 buah lainnya sebagai penerima

paket. Spesifikasi dari masing-masing

komputer yang difungsikan sebagai PC

router.

 

3.3. Perangkat Lunak

Perangkat lunak dalam penelitian ini

merupakan software open source yang telah

melalui review untuk menyesuaikan kondisi

sistem jaringan MPLS yang dijadikan obyek

penelitian ini.

Untuk tahapan konfigurasi perangkat lunak

yang digunakan adalah :

1. Konfigurasi MPLS pada router

backbone

Dengan melakukan konfigurasi jaringan

backbone, terutama pada router backbone

hal yang paling mendasar adalah

pemilihan routing protokol yang akan

berfungsi merouting seluruh aktifitas

jaringan didalam backbone, untuk itu

digunakan routing protocol Open

Shortest Path First (OSPF). Dengan

menggunakan OSPF sebagai routing

protokol didalam jaringan backbone

diharapkan dapat menentukan path

sebuah packet dengan cost yang terkecil .

Gambar 6 Tesbed jaringan VPN MPLS

AWAN MPLS

MPLS-1

MPLS-2

MPLS-3

`

`PC-1

PC-2

PC-2

Page 7: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

Pemilihan OSPF juga dikerenakan

kondisi jaringan yang tidak begitu besar

dan routing protokol OSPF dapat

digunakan pada seluruh jenis router .

2. Pembuatan routing protokol

Secara garis besar, dengan menggunakan aplikasi Quagga kita dapat melakukan kegiatan routing dengan benar, 

3. Pembuatan Virtual Route Forwarding

(VRF)

Virtual routing dan forwarding (VRF)

adalah teknologi yang masuk dalam IP

(Internet Protocol) jaringan router yang

memungkinkan beberapa contoh tabel

routing berada pada sebuah router dan

bekerja secara bersamaan. VRF memiliki

kemampuan menampung beberapa jalur

jaringan yang tersegmentasi tanpa

menggunakan beberapa perangkat. VRF

juga dapat meningkatkan keamanan

jaringan dan menghilangkan kebutuhan

enkripsi dan otentikasi. 4. Konfigurasi static route dan Multi

Protocol BGP (MP-BGP).

Static route adalah rute atau jalur spesifik

yang ditentukan oleh user untuk

meneruskan paket dari sumber ke tujuan.

Rute ini ditentukan oleh administrator

untuk mengontrol perilaku routing dari IP

“internetwork”

4. UJI COBA DAN HASIL ANALISA

Uji coba akan dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan jaringan

MPLS dalam penyelenggaraan pelayanan

VoIP, Business Critical (Intranet) dan Best

Effort (Internet). Sebagai upaya untuk

menunjang pelaksanaan ujicoba tersebut

maka diperlukan kondisi jaringan sebagai

ujicoba dalam bentuk tesbed jaringan MPLS.

Sedangkan analisis pemodelan jaringan

MPLS didasarkan pada validasi aliran paket

dalam LSP antara CE dan PE sesuai dengan

skenario diagram alir jaringan tesbed.

4.1. Persiapan Ujicoba

Setelah jaringan tesbed MPLS terbentuk, kita

akan melakukan ujicoba yang meliputi :

1. Awan MPLS

Persiapan pembuatan jaringan MPLS

dilakukan dengan membentuk awan

MPLS yang terdiri dari 3 router yang telah

terkoneksi. Pembuatan ini sampai pada

kesiapan jaringan MPLS dapat melakukan

routing paket yang ada.

2. Adanya paket yang melewati jaringan MPLS

Page 8: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

Setelah jaringan MPLS terbentuk, maka

dilewatkan paket pada jaringan tersebut

untuk mengetahui kehandalan jaringan

dalam berkomunikasi. Pengiriman paket

dilakukan oleh Traffic Generator dan

beberapa user dengan routing protokol.

3. Adanya monitoring trafik paket yang

melewati jaringan

Adanya user yang mengirimkan paket

melalui jaringan MPLS akan di monitor

untuk mengetahui nilai RTT (Round Trip

Time), Delay dan packet loss sebagai

komponen dari QoS

4.2. Pelaksanaan Uji Coba Quality of

Service pada jaringan MPLS

Peneliti akan mencatat beberapa hal

terkait dengan pelaksanaan ujicoba untuk

memperoleh hasil penelitian sesuai skenario

yang diinginkan melalui simulasi jaringan

MPLS. Adapun hal yang dilakukan adalah

ujicoba QoS yang berasal dari trafik paket

VoIP, BC (Business Critical,intranet) dan BE

(Best Effort, Internet).

 

4.2.1. Hasil Uji Coba

Hasil dari simulasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini, dimana kondisi tersebut

mengidentifikasikan variasi dari bandwidth.

Tabel 1. Hasil Uji Coba

Kondisi VoIP         

(33 Kbps) BC           

(24 Kbps) BE          

(8 Kbps) Trafik 

RTT          AVG         (ms) 

Delay     AVG      (ms) 

Packet    Loss   

(packet) 

1  3 Kbps  3 Kbps  3 Kbps VoIP  3  1  0 

BC  3  1  0 BE  3  1  0 

2  3 Kbps 6 Kbps       = 25% 

3 Kbps VoIP  3  2  0 

BC  6  3  0 BE  3  2  0 

3  3 Kbps 12 Kbps       = 50% 

4 Kbps       = 50% 

VoIP  4  2  0 

BC  6  3  0 BE  3  2  0 

4  3 Kbps 6 Kbps       = 25% 

4 Kbps       = 50% 

VoIP  3  1  0 

BC  5  3  0 

BE  4  2  0 

5  3 Kbps 6 Kbps       = 25% 

6 Kbps       = 75% 

VoIP  4  1  0 

BC  6  3  0 BE  3  2  0 

6  3 Kbps  3 Kbps 6 Kbps       = 75% 

VoIP  3  1  0 

BC  3  1  0 BE  4  1  0 

7  3 Kbps 18 Kbps     = 75% 

6 Kbps       = 75% 

VoIP  12  5  0 BC  15  5  0 BE  18  9  0 

8  3 Kbps 21 Kbps     = 87,5% 

6 Kbps       = 75% 

VoIP  18  8  0 

BC  23  19  0 

BE  32  27  0 

9  33 Kbps 6 Kbps       = 25% 

4 Kbps       = 50% 

VoIP  3  1  0 BC  5  1  0 BE  5  1  0 

10  33 Kbps 6 Kbps       = 25% 

6 Kbps       = 75% 

VoIP  3  1  0 BC  3  1  0 BE  3  1  0 

11  33 Kbps 12 Kbps       = 50% 

4 Kbps       = 50% 

VoIP  14  11  0 

BC  30  13  0 

BE  29  21  0 

12  33 Kbps 18 Kbps     = 75% 

3 Kbps 

VoIP  27  18  0 

BC  30  23  0 BE  25  21  0 

13  33 Kbps 21 Kbps     = 87,5% 

3 Kbps 

VoIP  36  27  0 

BC  40  20  0 

BE  37  21  0 

14  33 Kbps 21 Kbps     = 87,5% 

4 Kbps        = 50% 

VoIP  40  21  0 

BC  49  46  0 

BE  57  56  0 

15  33 Kbps 21 Kbps     = 87,5% 

6 Kbps       = 75% 

VoIP  65  43  0 

BC  90  78  0 BE  98  91  0 

16  33 Kbps 24 Kbps     = 100% 

8 Kbps       = 100% 

VoIP  120  104  0 

BC  413  450  4 

BE  1989  1986  0 

17  33 Kbps 28 Kbps     > 100% 

3 Kbps 

VoIP  148  90  0 

BC  376  143  10 

BE  538  132  0 

Page 9: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

4.3. Analisis

Analisis dilakukan berdasarkan tabel

hasil simulasi pengukuran RTT, delay dan

packet loss pada tesbed jaringan VPN MPLS.

4.3.1. Delay

Gambar 7. Grafik Delay pada trafik VoIP

Gambar 7. menunjukkan delay

pada pengiriman paket VoIP dan waktu

delay akan semakin besar ketika paket

yang dikirimkan semakin besar pula.

Gambar 8. Grafik delay pada trafik Best

Effort (internet)

Pada Gambar 8 dijelaskan bahwa

pengiriman paket pada keadaan best

effort (internet) dengan kondisi 1 s/d 14

mengalami waktu delay yang cukup

kecil namun pada kondisi 15, 16

mengalami delay yang cukup besar ) /

lonjakan.

Gambar 9. Grafik delay pada trafik

Business Critical (intranet)

Pada gambar 9. menjelaskan

bahwa trafik intranet mengalami

delay rata-rata 47 ms dengan kondisi

1 s/d 7 mengalami delay yang cukup

rendah.

4.3.2. Round Trip Time (RTT)

Gambar 10. Grafik RTT (Round

Trip Time) pada trafik Best Effort (Internet)

Pada gambar 10. menjelaskan

tentang trafik internet yang melewati

jaringan memiliki nilai RTT yang

kecil (kondisi 2 s/d 6) sedangkan

kondisi 11 s/d 17 memiliki nilai RTT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

VoIP 1 2 2 1 1 1 5 8 1 1 11 18 27 21 43 104 90

0

20

40

60

80

100

120

ms

VoIP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

BE 1 2 2 2 2 1 9 27 1 1 21 21 21 56 91 198 132

0

500

1000

1500

2000

2500

ms

BE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

BC 1 3 3 3 3 1 5 19 1 1 13 23 20 46 78 450 143

0

100

200

300

400

500

ms

BC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

BE 3 3 3 4 3 4 18 32 5 3 29 25 37 57 98 198 538

0

500

1000

1500

2000

2500

ms

BE

Page 10: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

lebih besar dengan bandwidth dari

BE sebesar 6 Kbps (75%).

Sedangkan pada kondisi 16

dijelaskan bahwa bandwidth untuk

VoIP, BC dan BE telah mencapai

100%, namun jika dilihat nilai RTT-

nya maka nilai RTT dari BE paling

besar dibandingkan lainnya. Hal ini

berarti trafik BE kurang

diprioritaskan dalam mekanisme

pelayanan jaringan.

Gambar 11. Grafik RTT (Round Trip Time)

pada trafik VoIP

Pada gambar 11. menjelaskan

tentang nilai RTT pada trafik VoIP yang

semakin besar mulai pada kondisi 10 s/d

17 setelah bandwidth yang diberikan

pada VoIP besar (33 Kbps). Hal ini

berarti bahwa trafik VoIP yang

dikirimkan dari asal ke tujuan

menempuh waktu yang relatif lama

namun waktu tersebut lebih cepat jika

dibandingkan dengan trafik BE dan BC,

sehingga trafik VoIP merupakan

prioritas layanan jaringan.

Gambar 12. Grafik RTT (Round Trip

Time) pada trafik Business Critical (intranet)

Trafik BC jika dilihat nilai RTT

nya akan memiliki nilai waktu tempuh

antara 1 s/d 6 ms pada kondisi awal ,

sedangkan pada pemberian bandwidth

yang penuh diperoleh waktu tempuh

(RTT) yang besar.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah:

• Pengiriman paket VoIP memiliki nilai

delay yang paling kecil jika dibandingkan

dengan paket BC dan BE. Hal ini berarti

bahwa paket VoIP lebih diprioritaskan

daripada yang paket yang lain.

• Pada kondisi bandwidth 100% (VoIP =

33 Kbps, BC = 24 Kbps, dan BE = 8

Kbps), trafik BC mengalami packet loss

sebesar 4 paket. Hal ini dapat diakibatkan

oleh kapasitas buffer yang tidak

mencukupi untuk menampung antrian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

VoIP 3 3 4 3 4 3 12 18 3 3 14 27 36 40 65 120 148

0

20

40

60

80

100

120

140

160

ms

VoIP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

BC 3 6 6 5 6 3 15 23 5 3 30 30 40 49 90 413 376

0

100

200

300

400

500

ms

BC

Page 11: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

paket jika dibandingkan dengan trafik

VoIP dan BE.

• Besarnya waktu yang dibutuhkan untuk

menyampaikan paket dari tempat asal ke

tujuan (RTT) pada trafik BE mempunyai

nilai yang paling besar jika dibandingkan

dengan trafik VoIP dan BC. Hal ini dapat

disebabkan trafik BE memiliki bandwidth

yang paling kecil dan adanya

pengklasifikasian paket.

5.2 SARAN

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

• Adanya analisis QoS sehingga dapat

meningkatkan pelayanan dalam jaringan

VPN-MPLS

• Analisis trafik jaringan VPN-MPLS

untuk pengintegrasian pengelolaan

kualitas dan penanggulangan hambatan

paket komunikasi data.

 

DAFTAR PUSTAKA

A.J. Menezes, P.C.van Oorschot, and S. A,Vanstone, (1997) Handbook of Applied Cryptography, CRC Press, Boca Raton, New York.

Allison Mankin, Dan Massey, Chie Lung Wu, S. Felix Wu, Lixia Zhang, (2001), On Design and Evaluation of "Intention-Driven ICMP Traceback, 10th International Conference on

Computer Communications and Networks (IC3N'2001), Arizona.

B. Jamoussi, L. Andersson, R. Callon, et al, (2002) Constraint-Based LSP Setup using LDP, IETF RFC 3212.

Baker, F., Lindell, B., Taiwar, M., (2000) RSVP Cryptographic Authentication, IETF RFC 2747, California, USA.

D. Awduche, L. Berger et al., (2001) RSVP-TE: Extensions to RSVP for LSP Tunnels, IETF RFC 3209

David Mazi`eres and M. Frans Kaashoek. (1998) The design, implementation and operation of an email pseudonym server. Proceedings of the 5th ACM Conference on Computer and CommunicationsSecurity.

David L. Mills, (1992), Network Time Protocol (Version 3): Specification, Implementation and Analysis, RFC 1305, Internet Engineering Task Force.

E. Rosen, A. Viswanathan, R. Callon, (2001) Multiprotocol Label Switching Architecture, IETF RFC 3031.

H. Krawczyk, M. Bellare, R. Canetti, (1997), HMAC: Keyed-Hashing for Message Authentication, RFC 2104, Internet Engineering Task Force.

http://www.ccpu.com/trillium-protocol-software-products/atm-mpls-v5-broadband/. Diambil pada tanggal 14 September 2009.

http://www.iana.org/assignments/isakmp-registry.. Diakses pada tanggal 03 Juli 2010.

http://etutorials.org/Networking/ … Diakses

pada tanggal 10 Juli 2010.

Mpls-Linux (http://mpls-linux.sourceforge.net/). Diambil pada tanggal 14 September 2009.

Paul Brittain, Senior Networking Architect ([email protected]) Adrian Farrel, DC-MPLS Development Manager mpls-linux (http://mpls-

Page 12: ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN …

linux.sourceforge.net/). Diambil pada tanggal 07 Desember 2009.

Perlman,R., (1992) Interconnections : Bridges and Routers, Addison-Wesley, Reading Mass.

Results of the Distributed-Systems Intruder Tools Workshop Pittsburgh, Pensilvania USA, November 2-4 1999, CERT Coordination Center, Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University, Pittsburgh, http://www.cert.org/reports/dsit_workshop.pdf. Diakses pada tanggal 03 Juli 2010.

Reza Aditya Permadi, Yoanes Bandung, dan Armein Z.R. Langi, (2009) Implementasi Differentiated Services pada Jaringan Multiprotocol Label Switching untuk Rural Next Generation Network, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, e-Indonesia Initiative 2009 (eII2009), Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia, 24 – 25 Juni, Jakarta.