analisis kinerja perekonomian propinsi jambi 2009 ( kab ... · pdf filepenentuan subsektor...
TRANSCRIPT
1
Analisis Kinerja Perekonomian Propinsi Jambi 2009
( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo,
Kota Jambi, Kota Sungai Penuh )
Oleh : Bhian Rangga
Prodi Geografi FKIP UNS
A. Pendahuluan
Pembangunan di suatu daerah merupakan proses yang berkesinambungan dengan
tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi
pembangunan haruslah dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka
pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada hal-hal yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pada umumnya difokuskan pada pembangunan
ekonomi melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan diidentikkan
dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan
ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu alat untuk
mengetahui struktur ekonomi suatu wilayah, diyakini masih merupakan indikator penting
dalam menentukan arah pembangunan. Dengan memperhatikan besarnya peranan masing-
masing dalam PDRB, skala prioritas pembangunan dapat ditentukan. Berdasarkan sumber
data PDRB di suatu daerah maka akan membantu dalam menganalisis kinerja perekonomian
suatu daerah Provinsi Jambi Tahun 2009.
Penyusunan analisis kinerja perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2009 ini berisi
pengklasifikasian wilayah berdasarkan tipologi Klassen, distribusi pendapatan antar daerah
melalui indeks Williamson, analisis ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar kabupaten,
penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, analisis tingkat spesialisasi daerah
dengan menggunakan indeks Krugman serta keterjangkauan antar wilayah.
B. Metodologi
Penentuan tempat dalam menganalisis kinerja perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2009
mengambil daerah ( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi,
Kota Sungai Penuh ). Data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh BPS Provinsi
2
Jambi dan BPS, dan Bappeda di kabupaten / kota tersebut melalui searching internet. Data yang
diperlukan antara lain: PDRB ADHK Provinsi Jambi tahun 2009, PDRB ADHK menurut
kabupaten / kota tahun 2009, Jumlah Penduduk Provinsi Jambi 2009, Jumlah Penduduk
kabupaten/kota di Provinsi Jambi 2009.
Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi masing – masing daerah adalah analisis tipologi klassen. Dengan menentukan
rata – rata pertumbuhan ekonomi sebagai suatu sumbu vertikal dan rata – rata pendapatan
perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat
klasifikasi, yaitu : daerah cepat-maju dan cepat tumbuh ( high growth and high income),
daerah maju tapi tertekan(high income but low growth), daerah berkembang cepat ( high
growth but low income), dan daerah relatif tertinggal ( low growth and low income ) (
syafrizal, 1997: 27-38;Kuncoro, 1993;Hill, 1989 )
2. Analisis distribusi pendapatan antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson.
Indeks Williamson tersebut dapat diistilahkan dengan Weighted Coeffisien of Variation (
CVw ).
CVw = (𝑌𝑖 − 𝑌𝑘 2 𝑥( 𝑃𝑜𝑝𝑗 / 𝑃𝑜𝑝𝑘 )
𝑌𝑘
Keterangan :
CV w = koefisien variasi yang menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan antar
wilayah
Yi = pendapatan domestik regional bruto per kapita msing – masing wilayah
Yk = pendapatan domestik bruto per kapita provinsi
Popj =jumlah penduduk masing – masing wilayah kabupaten / kota
Popk = jumlah penduduk provinsi
Nilai koefisien atau indeks williamson terletak antara nol sampai satu. Jika mendekati
nol, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah relatif rendah ( cenderung
merata ), namun jika mendekati satu, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah
relatif tinggi ( cenderung timpang ).
3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis
Location Quotient ( LQ ).
3
𝐿𝑄 = 𝑋𝑟/𝑅𝑉𝑟
𝑋𝑛/𝑅𝑉𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿𝑄 =
𝑋𝑟/𝑋𝑛
𝑅𝑉𝑟/𝑅𝑉𝑛
Keterangan :
Xr : nilai produksi subsektor I pada daerah kabupaten
RVr : total PDRB kabupaten
Xn : nilai produksi subsektor I pada kawasan
RVn : total PDRN pada kawasan andalan
4. Analisis spesialisasi regional, untuk penentuan tingkat spesialisasi wilayah.
𝑆𝐼𝑗𝑘 = 𝐸𝑖𝑗
𝐸𝑗−
𝐸𝑖𝑘
𝐸𝑘
𝑛
𝑖=1
5. Analisis keterjangkauan antar wilayah dengan menggunakan indeks gravitasi.
Ig= k.N1.N2/D2
Indeks grafitasi adalah hasil perkalian PDRB dua kabupaten / kota dibagi jarak kuadrat
dua kabupaten / kota
4
C. Hasil Analisis
Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )
TABEL 2. Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK Kabupaten /
Kota di Provinsi Jambi 2008-2009( % )
Kabupaten / kota Rata-rata
Kab. Muaro Jambi 5.52
Kota Sungai Penuh 6.30
Kota Jambi 6.85
Kab. Tanjung jabung timur 5.00
Kab. Tebo 5.01
Kab. Batanghari 5.14
Provinsi Jambi 6.39
Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )
Nb : Untuk gambar Grafik Tipologi Klassen Propinsi Jambi 2009
( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi,
Kota Sungai Penuh ) dapat dilihat pada makalah yang sudah disusun
TABEL 1. PDRB Perkapita ADHK Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi
2008-2009
Kabupaten / kota PDRB 2008 PDRB 2009
Jumlah
penduduk
2008
jumlah
penduduk
2009
Pendapatan
perkapita 2008
Pendapatan
Perkapita
2009
Rata - rata
Kab. Muaro
Jambi 1059163.69 1117610.66 310676 314598 3.409223 3.552504 3.480863
Kota Sungai
Penuh 487873.49 518618.13 68672 78102 7.104402 6.640267 6.872334
Kota Jambi 2863622.22 3059810.48 467408 476038 6.126601 6.427660 6.277130
Kab. Tanjung jabung
timur 2163480.17 2271694.46 211789 213781 10.215262 10.626269 10.420766
Kab. Tebo 817651.46 858592.23 253373 257267 3.227066 3.337359 3.282212
Kab. Batanghari 1069406.74 1124399.43 219181 222841 4.879103 5.045748 4.962425
Provinsi Jambi 15297770.57 16274907.72 2788269 2834164 5.486476 5.742402 5.614439
5
Sebagai daerah cepat maju dan cepat tumbuh, Kota Jambi memiliki tingkat
pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten / kota
di Provinsi Jambi. Dilihat dari PDRB subsektor lapangan usaha, pertumbuhan PDRB didorong
oleh sumbangan terbesar pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Kota Sungai Penuh dan
Kab. Tanjung Jabung Timur berada pada klasifikasi maju tapi tertekan, pada dasarnya memiliki
pendapatan perkapita tinggi dan laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi, kecuali kabupaten
Tanjung Jabung Timur dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5.01%. Kabupaten Muaro Jambi,
Tebo, dan BatangHari merupakan daerah yang berada pada klasifikasi daerah relatif tertinggal
karena pembangunan di wilayah tersebut terlambat.
Berdasarkan pembahasan klasifikasi posisi perekonomian Tipologi Klassen, maka
keberadaan kota Jambi sebagai daerah maju dan cepat tumbuh. Sehingga pada daerah tersebut,
segala aktivitas pembangunan perekonomian, bahkan pembangunan jaringan komunikasi
maupun IT berkembang pesat. Sedangkan pada Kabupaten Tebo, Muaro Jambi, dan Batang Hari
merupakan daerah relatif tertinggal disebabkan lambatnya pembangunan infrastruktur di wilayah
tersebut. Sehingga pemerintah daerah setempat perlu adanya untuk melakukan usaha
pembangunan, sehingga kesejahteraan dapat tercapai.
2. Indeks Williamson
Tabel 3. Indeks williamson
Kabupaten /
kota
PDRB PERKAPITA 2009 ( Yi )
PDRB PROVINSI ( yk )
Yi-Yk ( Yi-Yk )2 Popj popk popj/popk (yi-Yk)2 *
(popj/popk)
Kab. Muaro Jambi 3.552504021 16274907.72 -16274904.17 264872505661178 314598 2834164 0.111002045 29401389805246
Kota Sungai Penuh 6.640266959 16274907.72 -16274901.08 264872405155096 78102 2834164 0.027557333 7299176966267
Kota Jambi 6.427660145 16274907.72 -16274901.29 264872412075405 476038 2834164 0.167964169 44489074485299
Kab. Tanjung jabung timur 10.62626922 16274907.72 -16274897.09 264872275411527 213781 2834164 0.075430003 19979316620263
Kab. Tebo 3.337358581 16274907.72 -16274904.38 264872512664121 257267 2834164 0.090773505 24043406350360
Kab. Batanghari 5.045747551 16274907.72 -16274902.67 264872457056390 222841 2834164 0.078626713 20826050716509
Jumlah (yi-Yk)2 * (popj/popk) 146038414943943
Akar (yi-Yk)2 * (popj/popk) 12084635.49
Indeks williamson 0.742531737
Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )
6
Berdasarkan tabel indeks williamson di tas dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, nilai
indeks williamson sebesar 0,7425. Sehingga secara umum terjadi kesenjangan pendapatan antar
wilayah di provinsi Jambi. ( karena nilai tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah
mendekati satu ), sehingga dapat dikatakan bahwa kesenjangan pendapatan antar wilayah relatif
tinggi ( cenderung tertimpang ). Adapun secara umum penyebab ketimpangan antar wilayah
kabupaten / kota di Provinsi Jambi adalah faktor kepemilikan sumberdaya alam dan persebaran
penduduk. Beberapa kabupaten / kota seperti Batanghari, Muaro Jambi, tanjung Jabung Timur,
Kota Jambi memiliki sumber migas, sedangkan kabupaten Sungai Penuh tidak memiliki migas.
Seperti diketahui, komoditas migas produksinya agak sulit diprediksi, begitu juga dengan
harganya. Dari sinilah ketimpangan antar wilayah berasal.
3. Analisis LQ
Tabel 4. Tabel LQ subsektor Pertanian
Kabupaten / kota nilai subsektor pertanian tiap
kabupaten PDRB 2009 xr/RVr
Nilai subsektor pertanian propinsi
Total pdrb
Xn/RVn
Kab. Muaro Jambi 89032.13 1117610.7 0.079663 5003441.11 8950725 0.558998
Kota Sungai Penuh 70404.64 518618.13 0.135754 5003441.11 8950725 0.558998
Kota Jambi 66128.79 3059810.5 0.021612 5003441.11 8950725 0.558998
Kab. Tanjung jabung timur 633022.26 2271694.5 0.278656 5003441.11 8950725 0.558998
Kab. Tebo 423709.2 858592.23 0.493493 5003441.11 8950725 0.558998
Kab. Batanghari 350296.02 1124399.4 0.311541 5003441.11 8950725 0.558998
Kabupaten / kota LQ
Kab. Muaro Jambi 0.14 Kota Sungai Penuh 0.24 Kota Jambi 0.04 Kab. Tanjung jabung timur 0.50 Kab. Tebo 0.88 Kab. Batanghari 0.56 Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )
7
Berdasarkan tabel LQ tersebut dapat diketahui bahwa sektor pertanian di setiap daerah /
kota memiliki nilai LQ sebesar 0,14-0,88. Berdasarkan kriteria pengukuran LQ menurut
Bendavis-Val( 1991:74) yaitu bila LQ>1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat
daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasiona. Bila LQ<1 berarti tingkat
spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional,
bila LQ=1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor
yang sama nasional. Bila LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan di
daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ
< 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat jelas bahwa jika LQ <1, , maka subsektor
tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan
sebagai perekonomian daerah. Hal ini berarti subsektor pertanian disetiap kabupaten / kota di
Provinsi Jambi bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian daerah. Salah satu hal yang mendasari adalah daerah tersebut
secara fisik kurang cocok untuk daerah pertanian. Masyarakat Jambi umumnya fokus bekerja di
sektor pertambangan, perdagangan, ataupun jasa.
4. Indeks spesialisasi
Tabel 5. Indeks Spesialisasi
Kabupaten / kota PDRB sektor
pertanian Total PDRB kabupaten
pdrb sektor pertanian
dibagi total pdrb
kabupaten
Kab. Muaro Jambi 89032.13 1117610.66 0.079662921
Kota Sungai Penuh 70404.64 518618.13 0.135754298
Kota Jambi 66128.79 3059810.48 0.021612054
Kab. Tanjung jabung timur 633022.26 2271694.46 0.278656426
Kab. Tebo 423709.2 858592.23 0.493492936
Kab. Batanghari 350296.02 1124399.43 0.311540553
8
Kabupaten / kota Kab.
Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh
Kota Jambi Tanjungjabung
Timur Kab. Tebo Kab.batanghari rata-rata
Kab. Muaro Jambi -0.06 3.69 0.29 0.16 0.26 0.87
Kota Sungai Penuh 6.28 0.49 0.28 0.44 1.87
Kota Jambi 0.08 0.04 0.07 0.06
Kab. Tanjung jabung timur 0.56 0.89 0.73
Kab. Tebo 1.58 1.58
Kab. Batanghari 0.69
Rata-rata 0.97
Kriteria pengukuran indeks spesialisasi menurut Kim ( 1995: 883 ) adalah “ bila indeks
spesialisasi regional mendekati nol maka kedua daerah tersebut tidak memiliki spesialisasi, dan
bila indeks spesialisasi regional mendekati dua, maka kedua daerah tersebut memiliki
spesialisasi.
Kenaikan spesialisasi kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi, menunjukkan
terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi. Sedangkan penurunan
spesialisasi terhadap kab. Sungai kota penuh, tanjung jabung timur, tebo, batanghari
menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap keempat
kabupaten tersebut.
Kenaikan spesialisasi kab. Sungai penuh terhadap kota Jambi, menunjukkan
terspesialisasinya subsektor usaha kab. Muaro jambi terhadap kota Jambi. Sedangkan penurunan
spesialisasi terhadap, tanjung jabung timur, tebo, batanghari menunjukkan tidak
terspesialisasinya subsektor usaha kab. Sungai penuh terhadap ketiga kabupaten tersebut.
Sedangkan penurunan spesialisasi kota Jambi terhadap tanjung jabung timur, tebo,
batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kota Jambi terhadap ketiga
kabupaten tersebut. Penurunan spesialisasi kab. tanjung jabung timur terhadap kab. tebo,
batanghari menunjukkan tidak terspesialisasinya subsektor usaha kab.tanjungjabung timur
terhadap kedua kabupaten tersebut. Kenaikan spesialisasi kab. tebo terhadap kab.batanghari
menunjukkan terspesialisasinya subsektor usaha kab. kab. tebo terhadap kab.batanghari.
9
5.Indeks Grafitasi
Tabel 6. Indeks Grafitasi
Kabupaten / kota
Total PDRB kabupaten
Kab. Muaro Jambi 1117610.66
Kota Sungai Penuh 518618.13
Kota Jambi 3059810.48
Kab. Tanjung jabung timur 2271694.46
Kab. Tebo 858592.23
Kab. Batanghari 1124399.43
Hasil perkalian pdrb
Kabupaten / kota
Kab. Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh
Kota Jambi Tanjungjabung
Timur Kab. Tebo Kab.batanghari
Kab. Muaro Jambi 579613150557.27 579613150557.27 2538869944758.94 959571828841.17 1256640789065.92
Kota Sungai Penuh 1586873189292.00 1178141932776.56 445281496755.13 583133929759.67
Kota Jambi 6950954516065.94 2627129503400.57 3440449159620.03
Kab. Tanjung jabung timur 1950459212290.05 2554291955958.16
Kab. Tebo 965400614014.43
Kab. Batanghari
Jarak antar kabupaten/kota( di peta dalam cm )
Kabupaten / kota
Kab. Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh Kota Jambi Tanjungjabung
Timur Kab. Tebo Kab.batanghari
Kab. Muaro Jambi 20.00 3.00 5.00 12.00 14.00
Kota Sungai Penuh 18.00 21.00 10.00 7.00
Kota Jambi 4.00 11.00 11.00
Kab. Tanjung jabung timur 11.00 14.00
Kab. Tebo 5.00
Kab. Batanghari
10
Jarak sesungguhnya antar kabupaten/kota( dalam km )
Kabupaten / kota
Kab. Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh Kota Jambi Tanjungjabung
Timur Kab. Tebo Kab.batanghari
Kab. Muaro Jambi 275.00 41.25 68.75 165.00 192.50
Kota Sungai Penuh 247.50 288.75 137.50 96.25
Kota Jambi 55.00 151.25 151.25
Kab. Tanjung jabung timur 151.25 192.50
Kab. Tebo 68.75
Kab. Batanghari
jarak kuadrat kabupaten
Kabupaten / kota
Kab. Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh Kota Jambi Tanjungjabung
Timur Kab. Tebo Kab.batanghari
Kab. Muaro Jambi 75625.00 1701.56 4726.56 27225.00 37056.25
Kota Sungai Penuh 61256.25 83376.56 18906.25 9264.06
Kota Jambi 3025.00 22876.56 22876.56
Kab. Tanjung jabung timur 22876.56 37056.25
Kab. Tebo 4726.56
Kab. Batanghari
Indeks Grafitasi
Kabupaten / kota
Kab. Muaro Jambi
Kota Sungai Penuh Kota Jambi
Tanjungjabung Timur Kab. Tebo Kab.batanghari
Kab. Muaro Jambi 7664306.12 340635827.69 537149343.68 35245980.86 33911709.61
Kota Sungai Penuh 25905490.29 14130373.06 23552079.17 62945811.27
Kota Jambi 2297836203.66 114839347.19 150391876.39
Kab. Tanjung jabung timur 85260152.71 68930125.31
Kab. Tebo 204250047.26
Kab. Batanghari
Sumber: BPS Prov Jambi 2009, ( diolah )
Berdasarkan indeks tersebut dapat diketahui bahwa setiap kota / kabupaten memiliki
indeks grafitas yang berbeda – beda. Indeks grafitasi yang paling besar adalah indeks grafitasi
antara kota jambi dengan kab. Tanjung jabung timur. Sedangkan indeks grafitasi yang terkecil
adalah kota sungai penuh dan kab. Muaro jambi. Sehingga jika indeks grafitasi tinggi maka dapat
11
diperkirakan bahwa kedua daerah tersebut merupakan daerahyang maju, karena pdrb kedua
daerah tersebut hampir sama, sedangkan jika indeks grafitasi kecil maka dapat diperkirakan
bawa kedua daerah tersebut meruakan daerah reatif tertinggal. Karena dengan adanya indeks
grafitasi, kita dapat mengetahui hubungan kedua daerah tersebut, sehingga dengan adanya
hubungan kedua daerah tersebut dimungkinkan untuk melakukan kerjasama baik dalam bidang
perekonmian maupun bidang – bidang lain.
D. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan :
Berdasarkan klasifikasi posisi perekonomian Tipologi Klassen, maka keberadaan kota
Jambi sebagai daerah maju dan cepat tumbuh. Sehingga pada daerah tersebut, segala aktivitas
pembangunan perekonomian, bahkan pembangunan jaringan komunikasi maupun IT
berkembang pesat. Sedangkan pada Kabupaten Tebo, Muaro Jambi, dan Batang Hari merupakan
daerah relatif tertinggal disebabkan lambatnya pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut.
Sehingga pemerintah daerah setempat perlu adanya untuk melakukan usaha pembangunan,
sehingga kesejahteraan dapat tercapai.
Berdasarkan indek wiliamson, analisis LQ, provinsi Jambi kurang berpotensi untuk
dikembangkan dalam susektor pertanian, karena provinsi Jambi lahannya kurang cocok untuk
pertanian. Masyarakat cenderung ke sektor pertambngan ataupun jasa. Berdasarkan indeks
spesialisasi, setiap daerah / kabupaten memiliki indeks spesialisasi sendiri – sendiri. Sedangkan
berdasarkan indeks grafitasi, hubungan / keterkaitan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya
berbeda – beda tergantung pdrb dan keterjangkauan antar wilayah tersebut.
Sehingga dengan adanya pengukuran – pengkuran tersebut bahwa pemerintah provinsi
setempat berserta pemerintah daerah setempat hendaknya mengevaluasi kinerja perekonomian
masing – masing wilayah. Hal ini dikarenakan potensi / kinerja masing – masing wilayah di
provinsi Jambi tergantung pdrb perkapita dan jumlah penduduk. Serta peranan pemerintah
beserta masyarakat dalam membangun perekonomian daerahperlu ditingkatkan, jangan sampai
pada zaman sekarang masih ada daerah yang masih tertinggal. Oleh karena itu perlu adanya
komitmen bersama – sama antara pemerintah dan masyarakat untuk membangun perekonomian
daerahnya masing – masing, khususnya di provinsi Jambi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Propinsi Jambi. Jambi : BPS
http://bpsprovjambi.go.id/index.php?option=com_content&view=category&id=38&Itemi
d=41 diunduh 8 Oktober 2011
Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kota Jambi. Jambi : BPS
http://jambi.bps.go.id/ diunduh 8 Oktober 2011
Badan Pusat Statistik, 2009, Kab.Muaro Jambi Dalam Angka 2009. Sengeti : BPS
Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kota Sungai Penuh. Sungaipenuh :
BPS
Badan Pusat Statistik, 2009, Kab. Tanjungjabung TimurDalam Angka 2009. Muarasabak : BPS
Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kab. tebo. Muaratebo : BPS
http://tebo.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB ADHK Tahun dasar 2000 Kab. batanghari. Bangko : BPS
http://batanghari.bps.go.id/, diunduh 8 Oktober 2011
Mudrajad Kuncoro, 2001, Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta: AMP YKPN,