analisis kinerja keuangan lembaga amil zakat...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh:
Siti Sarah Salim
109082000120
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Sarah Salim
NIM : 109082000120
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin dari pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 6 Juni 2016
Yang Menyatakan
Siti Sarah Salim
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Siti Sarah Salim
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 12 Januari 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nomor HP : 0857-1091-3995
Alamat rumah : Jl. Beringin 1, No. 19 RT 003/07 Pamulang Barat,
Tangerang Selatan
Alamat e-mail : [email protected]
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan Formal
RA/TK Islam Rizqi Pamulang Barat : 1995 - 1997
SDN Pamulang Barat : 1997 - 2003
SMP Darusalam Ciputat : 2003 - 2006
SMA Darussalam Ciputat : 2006 - 2009
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta : 2009 - 2016
Pengalaman Organisasi
English Department Darussalam, sebagai anggota : 2006
Math Club SMA Darussalam Ciputat, sebagai anggota : 2006-2007
Rohis SMA Darssalam Ciputat, sebagai anggota : 2007-2008
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Jurusan Akuntansi : 2010-2011
sebagai anggota Divisi Kemahasiswaan
vii
Pengalaman Kepanitiaan
Panitia Propesa UIN : 2010-2011
Panitia Think Acct 2010 : 2010-2011
Panitia Company Visit : 2010
Seminar dan Workshop
Seminar Nasional “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi” : 2010
Rangkaian seminar dalam acara 4th UIN Book Fair : 2011
Seminar “CAFTA: Peran dan Tantangan Ekonomi : 2011
Kerakyatan dalam Menghadapi Perekonomian Global”
Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem : 2011
yang Transparan”
“Visiting Company Kopma 2011” : 2011
kunjungan ke PT. Yakult Indonesia
Pelatihan Zahir dan IDEA
“TOADS (Training of Accounting and Auditing Software) : 2012
Seminar “Auditing Days” : 2012.
Pengalaman Kerja
Homeschooling Kak Seto Pusat : 2013 - sekarang
sebagai Tutor Visit Tingkat SD, SMP, dan SMA
Mobil Kelas Berjalan (MKB) : 2014 - sekarang
sebagai tutor tingkat pra SD, SD, SMP dan SMA
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Salim (Alm)
Ibu : Taryumi
Anak ke dari : 3 dari 5 bersaudara
viii
PERFORMANCE ANALYSIS OF FINANCIAL INSTITUTIONS AMIL
ZAKAT
ABSTRACT
This study aims to measure and analyze the financial performance of the
Institute Amil Zakat (LAZ) in managing zakat funds based on the data in 2014.
The research done on five object research, namely Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), Dompet Dhuafa, Pos Kemanusiaan
Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI). The method used is the prime part of performance
measurement of financial performance issued by Indonesia Magnificence of Zakat
(IMZ) in Indonesia Zakat Development Report (IZDR) 2011 includes three
assessment criteria, namely assessment of financial statements, financial
efficiency and organizational capacity. The data used in this research is
secondary data. Secondary data were obtained from the financial statements,
reports Amil Zakat publications associated with research.
Based on the data that has been obtained and the analysis done by
researchers with high performance analysis of the financial performance section,
it can be concluded that the financial performance Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) ranks first best, Yayasan Baitul Mal Islamic Ummah
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ranks second, Pos Humanitarian Care for
People (PKPU) ranks third, Purse Dhuafa ranks fourth, and Home zakat (RZ)
ranks fifth.
Keywords: Performance, Zakat, Institute Amil Zakat
ix
ANALISIS KINERJA KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis kinerja
keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam mengelola dana zakat berdasarkan
data tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan lima objek penelitian yaitu
Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), Dompet
Dhuafa, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), dan
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI). Metode yang
digunakan adalah pengukuran kinerja prima bagian kinerja keuangan yang
dikeluarkan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dalam Indonesia Zakat
Development Report (IZDR) 2011 mencakup tiga kriteria penilaian yaitu
penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas organisasi. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder diperoleh
dari laporan keuangan, laporan publikasi Lembaga Amil Zakat yang terkait
dengan penelitian.
Berdasarkan pada data yang telah diperoleh dan hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti melalui analisis kinerja prima bagian kinerja keuangan,
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) menempati urutan terbaik pertama, Yayasan Baitul
Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) menempati urutan
kedua, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) menempati urutan ketiga, Dompet
Dhuafa menempati urutan keempat, dan Rumah Zakat (RZ) menempati urutan
kelima.
Kata Kunci: Kinerja, Zakat, Lembaga Amil Zakat
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
AlhamdulillahiRabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat” dengan baik dan
lancar.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta
dukungan pada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu, baik secara moril dan materil dalam penyususnan karya tulis ini
kepada:
1. Ibu dan Ayah, orang tuaku tercinta. Syukur penulis panjatkan kepada Allah
karena terlahir sebagai anak dari Ibu dan Ayah. Ibu, beribu-ribu ucapan
terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do‟a dan
motivasi yang telah Ibu berikan kepada penulis, yang tak akan pernah bisa
penulis balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga Ibu selalu ada
dalam rahmat Allah. Ayah, usahamu dalam mencari nafkah yang halal dan
perhatianmu yang besar adalah kebahagiaan untukku. Kehadiranmu adalah
yang ku idamkan dan kepergianmu adalah bukti bahwa bukan aku yang
paling menyayangimu, melainkan Allah Azza wa Jalla. Semoga Allah
memberikan keringanan untukmu, menerima amalanmu, mengampuni
kesalahanmu dan melapangkan kuburmu. Aamiin.
2. Adikku tersayang, Aang dan Rahma serta Kakakku tersayang, Nur‟ain., S.PdI
dan Rohmani, terimakasih atas doa, dukungan dan perhatiannya kepada
penulis.
xi
3. Bapak Heribrata dan ibu Dedah serta keluarga, jazakumullah khayran atas
bantuan moril dan materil yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis bisa menjalankan proses pendidikan hingga tingkatan ini.
Terimakasih pula atas kepercayaannya, semoga Allah membalasnya dengan
kebaikan di dunia dan di akhirat.
4. Keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu. Alhamdulillah,
jazakumullah khayran atas kepercayaan dan kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis.
5. Bapak DR. Yahya Hamja selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik dan saran yang
membangun selama proses penulisan skripsi ini. QadarAllah, penulis
menyelesaikan skripsi ini setelah beliau dipanggil Allah. Semoga Allah
mengampuni kesalahan beliau, menerima amalan dan melapangkan kuburnya.
Aamiin.
6. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Bapak Dr. M Arif Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
8. Ibu Yessi, SE., M.Si., Ak., CA. selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
9. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku sekretaris jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
10. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan satu
per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
11. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Temanku Eris Patimah., SE, Nurul Hidayati., SE, dan teman seperjuangan
dalam merampungkan masa studi Esterini Heratiti Pratiwi., SE serta tak lupa
xii
teman-teman akuntansi C lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Terima kasih atas semua kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan,
kekompakkan, persaudaraan yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang
kita menuntut ilmu di kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil
yang kita impikan dan terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu
semangat.
13. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu, terima kasih atas semua persahabatan, bantuan dan motivasinya.
14. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, Juni 2016
(Siti Sarah Salim)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Lembar Pengesahan Skripsi ....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi
Abstract ......................................................................................................... viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 8
1. Tujuan Penelitian ..................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 11
A. Tinjauan Literatur ........................................................... 11
1. Zakat ........................................................................ 11
a. Pengertian Zakat ............................................... 11
b. Dasar Hukum Zakat .......................................... 13
c. Subjek Zakat ..................................................... 16
d. Objek Zakat ...................................................... 18
2. Organisasi Pengelola Zakat ..................................... 24
a. Definisi Organisasi Pengelola Zakat ................. 24
b. Tujuan Pengelolaan Zakat ................................ 25
c. Macam-macam Organisasi Pengelola Zakat ..... 26
d. Jenis Dana yang Dikelola Organisasi
Pengelola Zakat ................................................ 28
xiv
3. Regulasi-regulasi Terkait dengan Lembaga Amil
Zakat Zakat ............................................................... 30
4. Kinerja ..................................................................... 38
a. Pengertian Kinerja ............................................. 38
b. Pengukuran Kinerja ........................................... 39
c. Metode Pengukuran Kinerja Organisasi
Pengelola Zakat ................................................. 40
1) Pengukur Kinerja oleh Erni Yanti Siregar
(2003) .......................................................... 40
2) Pengukur Kinerja oleh FOZ dan KBC
(2009) .......................................................... 41
3) Pengukuran Kinerja dengan Balanced
Scorecard oleh Puji Lestari (2010) .............. 43
4) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga
Amil Zakat oleh IMZ berdasarkan Kinerja
Prima (2011) ................................................ 45
5) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga
Amil Zakat berdasarkan Kinerja Prima oleh
Husni Shabri (2011) .................................... 46
6) Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola
Zakat oleh IMZ (2012) ................................ 48
7) Pengukuran Kinerja dengan Perspektif
Keuangan dan Customer oleh Darmawati
Dwita, M. Arifin Mukti, Wahyudin (2011) . 49
8) Kerangka Pengukuran Kinerja oleh Abd.
Halim Mohd Noor (2012) ............................ 50
9) Pengukuran Efisiensi Kinerja Keuangan
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) oleh Alfi Lestari (2015) ..... 53
xv
B. Kerangka Pemikiran ....................................................... 55
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 64
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 64
B. Metode Penentuan Sampel ............................................. 65
C. Metode Pengumpulan Data ............................................. 65
D. Metode Analisis Data ..................................................... 66
E. Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat ... 68
1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ..................... 69
2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan .................... 69
3. Kriteria Penilaian Kapasitas Organisasi .................. 70
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................. 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................... 73
A. Gambaran Lembaga Amil Zakat .................................... 73
1. Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia ................................................................. 73
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul
Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia ...... 73
b. Visi dan Misi Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia .......................... 76
2. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa ..................... 77
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa . 77
b. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga Amil Zakat
Dompet Dhuafa ................................................. 79
3. Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU) .......................................................... 81
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Pos
Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) .................. 81
b. Visi dan Misi Pos Kemanusiaan Peduli Umat
(PKPU) .............................................................. 84
xvi
4. Gambaran Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
(RZ) ......................................................................... 84
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
(RZ) .................................................................. 84
b. Visi, Misi dan Brand Value Rumah Zakat (RZ) 87
5. Gambaran Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) ............................................. 88
a. Sejarah Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) ....................................... 88
b. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Baitul Maal
Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) ................ 90
B. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil
Zakat ............................................................................... 91
1. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia .................................. 91
2. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa ......................... 96
3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat
(PKPU) .................................................................... 101
4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .................... 105
5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) .................................. 109
C. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat 113
BAB V PENUTUP ............................................................................ 115
A. Kesimpulan ..................................................................... 115
B. Implikasi ......................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 120
LAMPIRAN ................................................................................................. 125
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1. Program Penanggulangan Kemiskinan ............................................. 2
1.2. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut .............................. 5
2.1. Kadar Wajib Zakat pada Unta ........................................................... 21
2.2. Kadar Wajib Zakat pada Sapi ............................................................ 22
2.3. Kadar Zakat pada Kambing (Domba) ............................................... 22
2.4. Hasil Pengukuran Kinerja oleh IMZ ................................................. 46
2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 56
3.1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ............................................... 69
3.2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi ...... 70
3.3. Nilai Peringkat Setiap Angka ............................................................. 71
4.1. Kriteria Penilaian Efisiensi dan Kapasitas Organisasi Baitul Mal
Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ....................... 92
4.2. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Baitul Mal Ummat Islam
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ............................................. 95
4.3. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia (Bamuis BNI) ................................................................... 95
4.4. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Dompet Dhuafa ................................................................................. 96
4.5. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet Dhuafa .................... 99
4.6. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa ................................................... 100
4.7. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............................................ 101
4.8. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU) .................................................................................... 103
4.9. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............. 104
4.10. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Rumah Zakat (RZ) ............................................................................ 105
4.11. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Rrumah Zakat (RZ) ............. 107
xviii
4.12. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .............................................. 108
4.13. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuagan dan Kapasitas Organisasi
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) ............... 109
4.14. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) .......................................................... 111
4.15. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI) ....................................................................................... 112
4.16. Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat ............... 113
xix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat Penelitian
Abd. Halim Mohd Noor ..................................................................... 52
2.2 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 55
4.1. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia (Bamuis BNI) .................................................................... 96
4.2. Kinerja Kenuangan Dompet Dhuafa ................................................. 100
4.3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............. 104
4.4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .............................................. 108
4.5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI) ....................................................................................... 113
4.6. Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat ............... 106
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ............ 125
2. Data Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi .......................... 126
3. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Laporan Keuangan ........ 127
4. Hasil Kinerja Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ................... 128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan adalah fenomena yang tak terhindari dari banyak negara
di dunia baik negara dengan kategori miskin, berkembang bahkan negara
adikuasa sekalipun sama-sama menghadapinya (IMZ, 2012: 29). Dan
Indonesia termasuk negara dimana kemiskinan masih menjadi masalah yang
perlu dihadapi. Hal ini terbukti dari data yang disajikan oleh Badan Pusat
Statistik (2014) yang menunjukkan bahwa 28.280.010 penduduk Indonesia
berada dalam kategori miskin per Maret 2014. Jumlah tersebut setara dengan
11,25% dari total jumlah penduduk Indonesia (BPS: 2014). Standar
kemiskinan yang ditetapkan pemerintah pun sangat memprihatinkan, dimana
penduduk yang dikategorikan miskin (per Maret 2014) adalah mereka yang
memiliki pendapatan kurang dari Rp 302.735,00 (BPS: 2014).
Banyak pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam
rangka menanggulangi masalah kemiskinan, namun tidak semua teori dan
konsepsi tersebut bisa dipraktekkan untuk menanggulangi akar kemiskinan di
tengah masyarakat Indonesia (BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut
Manajemen, 2006: ix). Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya
penanggulangan kemiskinan, namun beberapa program yang digulirkan
belum memberikan dampak yang signifikan (IMZ, 2010: i).
2
Sejak tahun 2011 program penanggulangan kemiskinan diluncurkan
ke dalam empat klaster, yaitu bantuan perlindungan sosial berbasis keluarga,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program murah untuk rakyat. Namun demikian, sepertinya masalah
kemiskinan belum juga bisa dituntaskan dari Indonesia, karena berdasarkan
BPS penduduk miskin masih terbilang tinggi. Oleh karenanya Beik Irfan
Syauqi (2009: 1) menjelaskan bahwa dibutuhkan suatu instrumen lain untuk
mengatasi masalah kemiskinan tersebut, dan instrumen itu adalah Zakat,
Infak dan Sedekah (ZIS).
Tabel 1.1
Program Penanggulangan Kemiskinan
Klaster Tujuan Program
Bantuan
perlindungan
Sosial
Berbasis
Keluarga
Memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat miskin.
Beras untuk masyarakat
miskin (Raskin) jaminan
kesehatan masyarakat
(Jamkesmas), jaminan
persalinan (Jampersal),
Program Keluarga Harapan
(PKH), Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS),
Beasiswa untuk Siswa Miskin
(BSM).
Pemberdayaan
masyarakat
Melibatkan masyarakat
miskindalam kegiatan
pembangunan dalam
rangka meningkatkan dan
menjaga kesinambungan
pendapatan masyarakat
miskin.
PNPM-Mandiri dengan 5
program inti, yaitu: PNPM
pedesaan, PNPM perkotaan,
PNPM Infrasrtuktur Pedesaan
(RIS PNPM), PNPM
Infrasrtuktur Sosial Ekonomi
Wilayah (PISEW), serta
PNPM Daerah Tertinggal dan
Khusus (P2DTK)
Pemberdayaan
Usaha Mikro
dan Kecil
Meningkatkan akses
masyarakat miskin dalam
memperoleh pendanaan
untuk usaha.
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
3
Klaster Tujuan Program
Program
Murah untuk
Rakyat
Memenuhi kebutuhan
yang terjangkau oleh
masyarakat miskin.
Rumah sangat murah dan
Rumah murah, kendaraan
angkutan umum murah, air
bersih untuk rakyat, listrik
murah dan hemat,
peningkatan kehidupan
nelayan, dan peningkatan
kehidupan masyarakat miskin
dan perkotaan.
Sumber: IMZ (2010: 18)
Zakat sebagai usaha dalam Islam untuk menanggulangi problem
kemiskinan, bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer, setengah-
setengah bahkan hanya mencari perhatian (Qardawy, 1999: 105). Zakat
adalah ibadah maliyah ijtima'iyali (ekonomi-sosial) yang memilki posisi
strategis dalam pembangunan ekonomi umat (Kemenag RI, 2013: 58). Zakat
dapat menanggulangi problem kemiskinan karena dipungut dari muslim yang
kaya, kemudian digunakan oleh muslim yang fakir (Laela, Sugiyarti Fatma,
2010: 124).
Pentingnya zakat dalam kehidupan dibuktikan dengan dijadikannya
zakat sebagai salah satu rukun Islam (Qardawy, 1999: 105). Perintah untuk
mengambil zakat dari setiap muslim yang sudah memenuhi ketentuan
berzakat dapat dilihat dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 103, yang
artinya,
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)
4
Zuhaily (2003: 27) menafsirkan ayat ini bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta’ala memberikan perintah kepada Rasul-Nya dan semua orang yang
bertugas memimpin umat sesudah beliau untuk mengambil zakat dari orang
kaya, karena dengan zakat yang mereka keluarkan dapat membersihkan dan
menyucikan diri mereka dari sifat bakhil, tamak serta dapat mengangkat
derajat mereka menjadi orang-orang yang ikhlas. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban
membayar zakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya (mustahiq).
Sebab lainnya kenapa zakat memiliki makna dimensi sosial ekonomi
dalam mengentaskan kemiskinan, kefakiran dan ketidakadilan sosial, karena
dengan membayar zakat terjadi pemindahan kekayaan dari masyarakat yang
mampu kepada fakir dan miskin (Shabri Husni, 2011: 2). Hal ini dapat
dipahami berdasarkan Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur‟an
surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. At-Taubah: 60).
Zuhaily (2003: 611) menafsirkan bahwa kata „amiliina „alaiha adalah
para petugas dan pengumpul yang diutus oleh imam atau pemerintah untuk
mengumpulakan zakat sesuai dengan wewenang yang diberikan agar dana
zakat dapat terkumpul dan tersalurkan kepada mustahiq.
5
Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan sedekah ini
diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa. Bahkan di Barat
sendiri, telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep
yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, di
mana perekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi
(Beik Irfan Syauqi: 2009) seperti halnya zakat yang jauh-jauh hari telah
mengusung tema berbagi agar bersama dalam kesejahteraan ekonomi. Di
Indonesia sendiri, zakat memiliki potensi yang besar, karena mayoritas
penduduknya beragama islam. Hal ini terbukti dari sensus penduduk 2010
yang bersumber dari data BPS, bahwa jumlah umat islam di Indonesia
sebesar 207.176.162 jiwa, atau setara dengan 87,18%. Oleh karenanya
potensi zakat dalam pertumbuhan ekonomi terbilang sangat baik.
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut
Agama Jumlah Persentase
Islam 207.176.162 87,46
Kristen 16.528.513 6,98
Katolik 6.907.873 2,92
Hindu 4.012.116 1,69
Budha 1.703.254 0,72
Budha 117.091 0,05
Khong Hu Chu 299.617 0,13
Lainnya 139.582 0,06
Total 236.884.208 100
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia
Pada tahun 2011 lalu, riset mengenai potensi zakat di Indonesia yang
dilakukan oleh BAZNAS yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor
(IPB) memberikan hasil yang menggembirakan sekaligus menjadi ironi.
6
Potensi zakat mencapai Rp 217 triliun, atau ratusan kali lipat dari
pengumpulan zakat yang tercatat selama satu tahun pada 2011 yaitu sebesar
Rp 1,73 triliun. Artinya, penghimpunan zakat baru mencapai angka 0,8% dari
total potensi yang ada.
Dalam majalah zakat BAZNAS edisi Januari (2013) dijelaskan bahwa
kemungkinan yang menyebabkan tingginya perbedaan antara potensi dengan
realisasi ada dua, jika bukan karena potensi zakat yang belum tergali,
mungkin karena banyaknya zakat yang terkumpul dari masyarakat namun
belum dilaporkan sesuai standar. Dan dalam penelitiannya Shabri Husni
(2011: 6) menjelaskan bahwa kecilnya dana zakat yang berhasil terkumpul
secara nasional menunjukkan kepercayaan muzakki yang rendah terhadap
lembaga zakat yang ada dan belum maksimalnya pengelolaan zakat di
lembaga zakat tersebut.
Selanjutnya, bagaimana agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat
dalam berzakat ini menjadi semakin tumbuh subur? Kementerian Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat (2012, 70) menjelaskan bahwa hal tersebut dapat diwujudkan melalui
kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang akuntabel, transparan dan profesional. Sepertihalnya yang
dijelaskan oleh Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti, Wahyudin (2011: 1)
bahwa fungsi lembaga zakat adalah seperti lembaga keuangan, harus dikelola
dengan prinsip-prinsip keuangan dan professional serta dibutuhkan
manajemen zakat, infak dan sedekah yang baik.
7
Hanya saja, Nasar, M. Fuad yang merupakan sekretasis BASNAZ
dalam majalah zakat edisi maret (2013: 13) mengungkapkan bahwa lembaga
pengelola zakat memiliki karakter yang berbeda dengan lembaga keuangan
atau perusahaan, karena zakat yang terkumpul tidak boleh dianggap sebagai
aset oleh lembaga pengelolanya sehingga bebas digunakan semaunya
lembaga dan amil zakat bukan pemilik dana zakat, melainkan hanya penerima
amanah. Ia menambahkan bahwa lembaga zakat wajib menaati ketentuan
syariah dalam pengumpulan dan penyaluran zakat serta mengikuti aturan
perundang-undangan negara. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahawa, walaupun lembaga zakat berbeda karakternya dengan
lembaga keuangan, namun lembaga zakat tetap harus memperhatikan prinsip-
prinsipnya sebagai sebuah lembaga yang mengelola dana masyarakat agar
menjadi Lembaga Amil Zakat yang akuntabel, transparan dan profesional.
Mengingat pentingnya kinerja lembaga amil zakat terlebih lagi kinerja
keuangnnya, maka diperlukan metode pengukuran kinerja keuangan untuk
mengetahui kemampuan lembaga amil zakat dalam menjalankan fungsinya
yang amanah, profesional, akuntabel dan transparan. Oleh karena itu,
penelitian ini akan membahas mengenai pengukuran kinerja keuangan
lembaga amil zakat yang berbasis pada pengukuran dan analisis kinerja prima
yang dijelaskan oleh IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) dalam IZDR
(Indonesia and Zakat Development Report) tahun 2011.
8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Mal
Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)?
2. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa?
3. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan
Peduli Umat (PKPU)?
4. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)?
5. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Maal
Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI).
b) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat Dompet Dhuafa.
c) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU).
9
d) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat Rumah Zakat (RZ).
e) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi
penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu
pengetahuan.
2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
yang akan meneliti lebih lanjut mengenai topik ini.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai Lembaga Amil Zakat, terutama
mengenai kinerja keuangan lembaga tersebut yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa informasi yang berguna bagi Lembaga Amil Zakat dalam
hal melakukan evaluasi kinerja keuanganya agar bisa lebih
berkontribusi dalam perbaikan perekonomian umat.
10
2) Memberikan informasi kepada muzzaki tentang kinerja
keuangan dalam pengelolaaan dana zakat yang telah mereka
salurkan.
3) Memberi informasi kepada masyarakat mengenai kemampuan
Lembaga Amil Zakat dalam mengelola keuangan atas dana yang
telah lembaga tersebut peroleh.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Dalam Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2008: 2)
dijelaskan bahwa menurut bahasa, zakat artinya bertambah dan
berkembang. Sedangkan menurut istilah zakat adalah suatu bentuk
ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara mengeluarkan kadar harta
tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat islam dan diberikan
kepada golongan atau pihak tertentu.
Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2008: 2) juga
menjelaskan kaitan makna zakat secara bahasa dan istilah adalah
bahwa ketika harta dikeluarkan zakatnya maka terlihat berkurang
jumlahnya, namun pada hakekatnya harta tersebut bertambah berkah.
Dalam buku Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 6-7) secara
bahasa zakat diartikan bertambah atau tumbuh, sesuatu yang lebih
baik, dan mensucikan). Sedangkan secara istilah syar‟i, zakat berarti
penunaian kewajiban pada harta yang khusus, dengan cara yang
khusus, dan disyaratkan ketika dikeluarkan telah memenuhi haul
(masa satu tahun) dan nishab (ukuran minimal dikenai kewajiban
zakat).
12
Adapun menurut Uqaily Ali Mahmud (2010: 11) zakat artinya
bersih dan berkembang karena zakat membersihkan muzzaki dari dosa
dan mengembangkan pahalanya di samping zakat juga memperbanyak
harta dan membuatnya menjadi diberkahi. Sedangkan dalam Undang-
Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, zakat diartikan sebagai harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam.
Dijelaskan oleh Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 9) bahwa
dalam kitab Fathul Bari bi Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al
Asqalani disebutkan Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata,
“Zakat adalah suatu kepastian dalam syariat islam, sehingga tidak
perlu lagi kita bersusah payah mendatangkan dalil-dalil untuk
membuktikannya. Para ulama hanya berselisih pendapat dalam hal
perinciannya, adapun hukum kesepakatan telah disepakati bahwa
zakat itu wajib, sehingga barang siapa yang mengingkarinya, ia
menjadi kafir.”
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, walaupun
rumusan dan definisinya berbeda tetapi esensinya sama yaitu
mengeluarkan sejumlah harta yang kemudian akan diberikan kepada
mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).
13
b. Dasar Hukum Zakat
Zakat adalah salah satu rukun islam, dan islam terbangun di
atas lima rukun islam tersebut (Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih,
2008:5). Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,
“Islam terbangun di atas lima perkara: syahadat (persaksian) bahwa
tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram”.
(HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam: buniya Al-Islam ‘ala Khamsin).
Berdasarkan sabda Rasulullah tersebut Fakhruddin (2008: 21)
menjelaskan, karena zakat merupakan hukum islam yang ketiga, maka
zakat hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang telah memenuhi
syarat-syaratnya.
Fakhruddin (2008: 21) juga menjelaskan bahwa zakat dimulai
pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya zakat
fitrah pada bulan Ramadhan. Jadi terlebih dahulu diwajibkan zakat
fitrah baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Adapun
dalil-dalilnya dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, Hadits, dan Ijma‟.
1) Dalil Al-Qur‟an
Dalil-dalil yang mensyariatkan zakat sangat banyak, perintah
mengeluarkan zakat dalam Al-Qur‟an disebutkan di 33 tempat (10
tempat di awal ayat dan 23 tempat disebut dalam rangkaian ayat)
(Uqaily Ali Mahmud, 2010: 11), sedangkan dalam Tuasikal
Muhammad Abduh (2014: 8) perintah zakat disebut berulang
hingga 32 kali.
14
Adapun beberapa ayat dalam Al-Qur‟an yang menunjukkan atas
wajibnya zakat, diantaranya adalah:
a) Al-Baqarah: 43
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku” (Al-Baqarah: 43).
b) At-Taubah: 130
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui” (QS. At-Taubah: 130).
c) Al-Bayyinah: 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah: 5).
2) Hadits
Selain rujukan dari Al-qur‟an, penjelasan mengenai zakat
juga dijelaskan dari sabda-sabda Rasulullah. Imam Ahmad
meriwayatkan dengan sanad yang sah dari Anas bahwa salah
seorang laki-laki dari suku Tamim datang menemui Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata, “Ya
Rasulullah, saya ini berharta banyak, mempunyai kaum keluarga,
kekayaan dan kawan-kawan yang datang bertamu. Cobalah
katakan apa yang harus saya perbuat dan bagaimana caranya saya
mengeluarkan nafkah?” lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda,
15
“Keluarkanlah zakat dari hartamu karena itu merupakan penyuci
yang akan membersihkan kamu menyambung tali silaturahim
dengan kaum keluargamu dan mengakui hak pengemis, tetangga
dan orang-orang miskin”. (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits sahih yang
diriwayatkan Syaikhaini, Bukhari Muslim, dalam As-Shahihin,
juga diriwayatkan oleh selain keduanya dari hadits Abdullah bin
Umar bin Khattab dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau
bersabda,
“Islam terbangun di atas lima perkara: syahadat (persaksian)
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-
Haram (HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi
Shalallahu Aalaihi Wassalam: buniya Al-Islam ‘ala Khamsin).
Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2011: 5) dalam
bukunya menjelaskan bahwa hadits ini berikut maknanya
memberi pengertian bahwa seseorang yang bakhil dengan zakat
dan tidak mau membayarnya, serta melakukan konfrontasi
terhadapnya, maka ia boleh diperangi. Sebagaimana Abu Bakar
pernah memerangi pembangkangnya, sebab menurut pendapat
beliau, seseorang tidak dijaga darahnya kecuali jika mendirikan
shalat dan membayar zakat. Kala itu Umar mengkritik kebijakan
Abu Bakar seraya berkata,
“Bagaimana engkau memerangi kaum yang bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang hak selain kepada Allah dan Muhammad utusan
Allah. Kalau mereka yang lakukan yang demikian, berarti telah
mereka jaga darah dan harta mereka, kecuali jika ada hak untuk
menuntut darah dan hartanya”. Kata Abu Bakar, “Bukankah zakat
adalah diantara yang hak la ilaha illallah? Demi Allah akan saya
16
perangi siapa saja yang memisahkan antara shalat dan zakat.
Demi Allah kalau mereka tetap tidak mau membayar zakat yang
pernah mereka tunaikan kepada Rasulullah, maka akan aku
perangi mereka karena menghalang-halanginya.”
3) Ijma’ Ulama
Sedangkan secara ijma’, para ulama baik salaf (klasik) maupun
khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya kewajiban
zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta menghukumi
kafir bagi orang yang mengingkari kewajibannya (Fakhruddin,
2008:23).
c. Subjek Zakat
Secara umum, masyarakat mengenal subjek zakat ada dua,
yaitu: muzakki dan mustahiq. Hasabi Al-Furqan (2008, 15)
menjelaskan dalam bukunya bahwa muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) adalah pemilik harta yang telah mencapai batas
terendah (nishab) yang telah ditentukan dan telah sampai waktu wajib
mengeluarkan zakat (haul) menurut ketentuan agama Islam.
Sedangkan mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat.
Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat tertera dalam Al-
Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60,
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah: 60)
17
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut yang dipaparkan oleh Tuasikal
Muhammad Abduh (2014: 106-114):
1) Fakir ialah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang
mencukupi kebutuhan mereka.
2) Miskin ialah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau
lebih dari kebutuhannya (tetap tidak bisa terpenuhi seluruhnya)
3) Amil adalah orang yang diangkat dan diberi otoritas oleh
penguasa muslim untuk mengambil zakat dan
mendistribusikannya.
4) Mu’alafatu qulubuhum (orang yang ingin diambil simpatinya)
ialah orang yang diharapkan ketika diberikan zakat, imannya akan
semakin kuat. Seperti orang yang meremehkan sholat, lalai akan
zakat, puasa, haji dan semacamnya.
5) Riqab ialah budak yang mendapatkan janji dari tuannya untuk
dimerdekakan dengan syarat membayar sejumlah nominal
tertentu, pembebasan budak muslim, pembebasan tawanan
muslim yang ada di tangan orang kafir. Dijelaskan dalam Hasabi
Al-Furqan (2008: 15) bahwa dalam perkembangannya pengertian
budak ialah golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri
dari eksploitasi pihak lain.
6) Gharim ialah orang yang memiliki kesulitan dalam hidupnya
sehingga harus berhutang dan tidak dapat membayar hutangnya.
Menurut Hasabi Al-Furqan (2008: 15) pengertian ini berkembang
18
pada pengertian orang yang dinyatakan pailit dalam usahanya
sehingga ia kesukaran dalam memenuhi keperluan hidupnya
selain mempunyai kewajiban hutang yang harus dibayarkan.
7) Fi sabilillah ialah orang yang sukarela menjadi pejuang Allah
untuk berperang dan berjuang untuk kemaslahatan seluruh
muslimin. Menurut Hasabi Al-Furqan (2008: 15) fi sabilillah juga
dapat diartikan sebagai usaha-usaha perorangan atau badan yang
bertujuan untuk kejayaan agama atau kepentingan umum.
8) Ibnu sabil ialah musafir yang kehabisan bekal di perjalanan dan
tidak dapat kembali ke negerinya dan perjalanan yang dilakukan
bukan untuk maksiat.
d. Objek Zakat
Secara garis besar, zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat nafs (zakat
jiwa) yang dalam masyarakat dikenal dengan zakat fitrah (zakat fitri)
dan zakat mal (Fakhruddin, 2008: 39).
1) Zakat fitri
Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 93) menjelaskan
bahwa secara istilah zakat fitri artinya zakat yang diwajibkan
karena berkaitan dengan waktu ifthar (tidak berpuasa lagi) dari
bulan ramadhan. Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 93)
menjelaskan bahwa zakat fitri hukumnya wajib ditunaikan oleh
19
setiap muslim pada hari berbuka (saat tidak puasa lagi) dari bulan
ramadhan.
Bukti dalil wajibnya zakat fitri adalah hadits Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
“Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mewajibkan zakat fitri
dengan satu sho‟kurma atau satu sha gandum bagi setiap muslim
yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak
kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan untuk
dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan
shalat ied.” (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984).
Dijelaskan pula oleh Tuasikal Muhammad Abduh (2014:
98) bahwa satu sho’ adalah seukuran empat cakupan penuh
telapak tangan yang sedang atau jika diperkirakan dengan ukuran
timbangan adalah sekitar 3kg, ulama lainnya mengatakan sekitar
2,153kg.
Untuk waktu pembayaran zakat fitri, Tuasikal Muhammad
Abduh (2014: 100) menjelaskan ada dua waktu afdhol yaitu
mulai dari terbit fajar pada hari „idul fitri hingga dekat waktu
pelaksanaan shalat „ied dan waktu yang dibolehkan yaitu satu atau
dua hari sebelum ied sebagaimana yang pernah dilakukan oleh
Umar.
2) Zakat Mal (Harta)
Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang
(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan
orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu
tertentu dalam jumlah minimal tertentu (Fakhruddin, 2008: 40).
20
a) Zakat Hasil pertanian (Tanaman dan Buah-buahan)
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman
yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-An‟am)
Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil pertanian
yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika
disimpan, misalnya jagung, beras, dan gandum. Sedangkan
jenis buah-buahan misalnya kurma dan anggur (Fakhruddin,
2008: 91). Dengan batas minimal nishab adalah 653 kilogram
(Uqaily Ali Mahmud, 2010: 87).
Adapun ukuran yang dikeluarkan untuk zakat pertanian
adalah:
(1) Jika pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan
(menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya
sebanyak
atau 5%, dan
(2) Jika pertanian itu diairi dengan hujan maka zakatnya
sebanyak
atau 10%.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Muslim dan Abu Daud dari Jabir, bahwa beliau mendengar
Nabi bersabda:
21
“Pada yang disiram hujan dan mata air dan tumbuh-
tumbuhan itu hanya minum air hujan, dikenakan al-‘usyr
(sepersepuluh), dan pada yang disirami dengan mengangkut
air nifshu al-‘ usyr (setengah dari sepersepuluh atau
seperlima)” (H.R. Muslim dan Abu Daud)
b) Zakat Hewan Ternak
Fakhruddin (2008: 100) menjelaskan, para ulama
sepakat bahwa hewan ternak yang yang termasuk ke dalam
bagian dari sumber zakat dan wajib dikeluarkan zakatnya ada
tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Adapun di luar dari
ketiga jenis hewan tersebut, seperti kuda dan sebagainya
terjadi perbedaan di kalangan ulama. Menurut Abu Hanifah,
kuda termasuk hewan yang wajib dikeluarkan zakatnya,
sedangkan menurut Imam Syafi‟I dan Imam Maliki kuda
tidak dizakati kecuali kalau telah merupakan barang dagang.
Berikut adalah kadar wajib zakat hewan ternak:
Tabel 2.1
Kadar Wajib Zakat pada Unta
Nishab Kadar Wajib Zakat
5-9 ekor 1 kambing (syah)
10-14 ekor 2 kambing
15-19 ekor 3 kambing
20-24 ekor 4 kambing
25-35 ekor 1 unta betina berumur 1 tahun
36-45 ekor 1 unta betina berumur 2 tahun
46-60 ekor 1 unta betina berumur 3 tahun
61-75 ekor 1 unta betina berumur 4 tahun
76-90 ekor 2 unta betina berumur 2 tahun
91-120 ekor 2 unta betina berumur 3 tahun
121 ekor ke
atas
Setiap kelipatan 40: 1 unta betina
berumur 2 tahun, dan setiap kelipatan
50: 1 unta betina berumur 3 tahun
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 62)
22
Tabel 2.2
Kadar Wajib Zakat pada Sapi
Nishab Kadar Wajib Zakat
30-39 ekor 1 sapi jantan atau sapi betina berumur 1 tahun
40-59 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun
60-69 ekor 2 sapi jantan berumur 2 tahun
70-79 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi
jantan berumur 1 tahun.
80-89 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun
90-99 ekor 3 sapi jantan berumur 1 tahun
100-109 ekor 2 sapi jantan berumur 1 tahun dan 1 sapi
betina berumur 2 tahun
110-119 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi
jantan berumur 1 tahun
120 ekor Setiap 30 ekor: 1 sapi jantan berumur 1 tahun
atau 1 sapi betina berumur 1 tahun. Dan
setiap 40 ekor: 1 sapi betina berumur 2 tahun
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 62-63)
Tabel 2.3
Kadar Zakat pada Kambing (Domba)
Nishab Kadar Wajib Zakat
40-120 ekor
1 kambing yang berjenis domba berumur 1
tahun atau 1 kambing dari jenis ma’iz
(kambing kacang) yang berumur 2 tahun
121-200 ekor 2 kambing
201-300 ekor 3 kambing
Lebih dari
301ekor
Setiap kelipatan 100, bertambah 1 kambing
sebagai wajib zakat.
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 63)
c) Zakat Barang Dagangan
Zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat
yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan
untuk jual beli. (Fakhrudin: 2008: 108). Tarif zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5% (Fakhruddin: 2008: 116).
23
d) Zakat Barang Temuan (rikaz) dan Barang Tambang (ma’din)
Rikaz menurut zumhur ulama adalah harta
peninggalan yang terpendam dalam bumi atau disebut juga
harta karun. Sedangkan Tuasikal Muhammad Abduh (2014:
67) menjelaskan bahwa rikaz adalah harta yang memiliki
tanda-tanda kaum kafir (non muslim) dan harta tersebut
terbukti berasal dari masa jahiliyah (sebelum islam).
Sedangkan ma’din adalah sesuatu yang diciptakan Allah
dalam perut bumi baik padat maupun cair, seperti emas,
perak, tembaga, minyak, gas, besi dan sulfur (Fakhruddin,
2008: 119-120). Rikaz dan ma’din tidak disyaratkan
mencapai haul (berlaku satu tahun), akan tetapi wajib
dikeluarkan zakatnya pada saat didapatkan, dan ukuran
zakatnya adalah
atau 20% (Fakhruddin, 2008: 122).
e) Zakat Emas dan Perak
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih”. (QS. Al-Baqarah: 34)
Ayat tersebut menyatakan bahwa mengeluarkan zakat
emas dan perak wajib hukumnya. Syara’ telah menegaskan
bahwa emas dan perak yang wajib dizakatai adalah emas dan
perak yang sampai nishab-nya dan telah cukup setahun
24
dimiliki dengan penuh nishab-nya, terkecuali jika emas dan
perak yang baru didapati dari galian maka tidak disyaratkan
cukup satu tahun (haul) (Fakhruddin, 2008: 125). Adapun
nishab emas mengacu pada sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Hazm dari Ali, bahwa Rasulullah bersabda:
“Tiada engkau atas sesuatu hingga ada emas itu, 20 dinar.
Apabila ada pada engkau 20 dinar itu telah sampai setahun
engkau miliki, maka zakatnya setengah dinar dan yang lebih
dari padanya menurut perhitungannya”.
Dari hadits tersebut, kita bisa mengetahui bahwa
ukuran zakat emas adalah
atau 2,5% (Fakhruddin, 2008:
127). Nishab zakat emas adalah 85 gram emas (murni 24
karat).
2. Organisasi Pengelola Zakat
a. Definisi Organisasi Pengelola Zakat
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. At-
Taubah: 130).
Dalam surat At-Taubah diatas dijelaskan bahwa zakat itu
diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban membayar
zakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya (mustahiq). Dimana yang mengambil dan menjemput
zakat tersebut adalah petugas (amil).
25
Imam Qurtubi mendefinisikan amil sebagai orang-orang yang
ditugaskan (diutus oleh imam atau Pemerintah) untuk mengambil,
menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari
para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanya (Hafidhuddin Didin, 2002: 125). Undang-Undang No.
23 Tahun 2011, pengelolaan zakat diartikan sebagai kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dan Kementerian Agama
RI (2013: 71) menjelaskan bahwa amil zakat adalah orang atau
sekelompok orang atau institusi yang bertugas mengumpulkan,
rnendistribusikan dan mendayagunakan zakat.
b. Tujuan Pengelolaan Zakat
Tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 (pasal 3) tentang zakat ialah:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat, dan
2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
26
Sedangkan Fakhruddin (2008: 252) menjelaskan bahwa tujuan besar
dari dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah:
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam
pelayanan ibadah zakat,
2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial,
3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat
Seperti yang dijelaskan dalam Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti,
Wahyudin (2011: 1) bahwa sebuah LAZ yang dibentuk oleh
masyarakat dan disahkan oleh pemerintah berfungsi sebagai perantara
pihak yang mengeluarkan ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) dengan
penerimanya.
c. Macam-macam Organisasi Pengelola Zakat
Menurut UU No. 23 Tahun 2011, Pemerintah menyiapkan
dua organisasi atau wadah sebagai pengelola zakat, yakni BAZ
(Badan Amil Zakat) yang dibentuk oleh Pemerintah dan LAZ
(Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh masyarakat yang
terhimpun dalam ormas ataupun yayasan-yayasan. Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh pemerintah, dari tingkat nasional sampai kecamatan. Untuk
tingkat nasional dibentuk BAZNAS, tingkat provinsi dibentuk
BAZNAS Provinsi, tingkat kabupaten/kota dibentuk BAZNAS
27
Kabupaten/Kota dan tingkat kecamatan dibentuk BAZNAS
Kecamatan. Organisasi BAZNAS di semua tingkatan bersifat
koordinatif, konsultatif dan informatif (Kemenag RI, 2013: 56).
1) BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)
Menurut UU No. 23 Tahun 2011 BAZNAS (Badan Amil
Zakat Nasional) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan
zakat secara nasional (pasal 1 ayat 7), yang berkedudukan di ibu
kota Negara (pasal 5 ayat (2)) dan merupakan lembaga
Pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri (pasal 5 ayat (3)).
BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis
kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun (pasal 7 ayat (3)).
2) BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota
Dijelaskan oleh UU No. 23 Tahun 2011 bahwa, dalam
rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota (pasal 15 ayat (1)). BAZNAS provinsi dibentuk
oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS (pasal 15 ayat (2)). Sementara BAZNAS kabupaten/
kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul
bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS (pasal
28
15 ayat (3)). BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau
kabupaten/kota masing-masing (pasal 15 ayat (3)).
3) LAZ (Lembaga Amil Zakat)
Dalam UU No. 23 Tahun 2011 juga dijelaskan bahwa
untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk LAZ (pasal 17). LAZ adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat (pasal 1 ayat 8). LAZ
wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS
secara berkala (pasal 19).
d. Jenis Dana yang Dikelola Organisasi Pengelola Zakat
Disebutkan dalam UU RI No.23 Tahun 2011 pasal 28 bahwa,
BAZ dan LAZ dapat menerima dana zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya. Dimana dana-dana tersebut transaksinya
dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan
peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi dana (muzakki) (UU RI
No.23 Tahun 2011 pasal 28 ayat 2). Dan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam
pembukuan tersendiri (UU RI No.23 Tahun 2011 pasal 28 ayat 1).
29
Rifqi Muhammad (2008: 79-80) menerangkan pula dana-dana yang
dikelola oleh organisasi pengelola zakat:
1) Dana zakat
Dana zakat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Dana zakat umum adalah jumlah dana zakat yang diberikan
oleh para muzakki kepada Organisasi Pengelola Zakat tanpa
permintaan khusus.
b) Dana zakat dikhususkan adalah jumlah dana zakat yang
diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi Pengelola
Zakat dengan permintaan tertentu. Misalkan, dana tersebut
diniatkan oleh muzakki untuk disalurkan ke anak yatim untuk
program beasiswa.
2) Dana infak dan sedekah.
Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk
dipergunakan di jalan kebaikan yang besarnya tidak ditentukan
sebagaimana zakat. Sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih
luas dari infak, karena tidak hanya berasal dari harta. Rifqi
Muhammad (2008: 80) menambahkan penjelasan, bahwa untuk
kepentingan akuntansi, sedekah dianggap sama dengan infak.
Sebagaimana dana zakat, dana infak dan sedekah juga dibagi
menjadi dua, yaitu:
30
a) Dana infak dan sedekah adalah jumlah infak dan sedekah
yang diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi
Pengelola Zakat tanpa permintaan khusus.
b) Dana zakat dikhususkan adalah jumlah dana infak dan
sedekah yang diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi
Pengelola Zakat dengan permintaan tertentu, seperti
disalurkan untuk masyarakat di wilayah tertentu Rifqi
Muhammad (2008: 80).
3) Dana pengelola (dana operasional)
Dana pengelola adalah dana hak amil yang dipergunakan untuk
membiayai operasional lembaga. Dana ini dapat bersumber dari:
a) Hak amil dari dana zakat
b) Bagian tertentu dari infak dan sedekah
c) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah
3. Regulasi-regulasi Terkait dengan Lembaga Amil Zakat
Kegiatan zakat telah diatur dalam Undang-Undang dan peraturan lainnya.
Berikut beberapa peraturan terkait dengan kegiatan zakat:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat dalam pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
31
pendayagunaan zakat. Dalam UU tersebut juga dijelaskan berberapa
hal seperti:
1) Dalam melaksanakan pengelolaan zakat Pemerintah membentuk
Badan Amil Zakat Nasional atau BAZNAS (pasal 5 ayat 1),
BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota (pasal 15 ayat 1),
Lembaga Amil Zakat atau LAZ (pasal 17).
2) Cara pengumpulan (pasal 21-24), pendistribusian (pasal 25 dan 26),
pendayagunaan (pasal 27), dan pelaporan (pasal 29) dana zakat.
3) Selain dana zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya yang harus dicatat
dalam pembukuan tersendiri (pasal 28).
4) Terkait dengan pembiayaan atas kegiatan pengelolaan zakat (pasal
30-33)
5) Terkait pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri
terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota,
dan LAZ, dan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh
Gubernur dan Bupati/Walikota terhadap BAZNAS provinsi,
BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ (pasal 34).
6) Peran serta masyarakat dalam pembinaan dan pengawasan terhadap
BAZNAS dan LAZ (pasal 35).
7) Sanksi administratif (pasal 36), larangan yang tidak boleh
dilakukan (pasal 37 dan 38), ketentuan pidana (pasal 39-42),
ketentuan peralihan (pasal 43)
32
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan dalam pasal 4 ayat (3) a.1. dijelaskan
bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat. Dalam pasal 3 ayat 3 dipaparkan bahwa,
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional, BAZNAS provinsi diharuskan
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat provinsi sesuai
dengan kebijakan BAZNAS (pasal 33), BAZNAS kabupaten/kota
akan melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan BAZNAS, dan untuk
membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
33
membentuk LAZ yang dapat membuka perwakilan LAZ dengan
syarat dan izin yang harus dipenuhi oleh LAZ.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010
tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang
Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto dalam pasal 1 poin (1)a
dan (1)b yang menjelaskan bahwa, zakat atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi:
1) Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam dan atau oleh Wajib Pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah; atau
2) Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan atau oleh
Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang
dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah.
Dalam pasal 1 ayat (2) juga menjelaskan bahwa, zakat atau
sumbangan keagamaan dapat berupa uang atau yang disetarakan
dengan uang.
34
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang Tata
Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang Dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto dalam pasal 1
ayat (1)a dan ayat (1)b dijelaskan bahwa zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto meliputi:
1) Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam dan atau oleh Wajib Pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah; atau
2) Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan atau oleh
Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang
dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah.
Dijelaskan pula dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) bahwa zakat atau
sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah, apabila
pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil
zakat, atau lembaga keagamaan yang telah terdaftar, pengeluaran
tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
35
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-15/PJ/2012 tentang
Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-33/Pj/2011
tentang Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh
Pemerintah yang Ditetapkan sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto, dalam pasal 1 disebutkan bahwa sebagai berikut:
1) Badan Amil Zakat Nasional
2) Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai berikut:
a) LAZ Dompet Dhuafa Republika,
b) LAZ Yayasan Amanah Takaful ,
c) LAZ Pos Keadilan Peduli Umat,
d) LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat,
e) LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah,
f) LAZ Baitul Maal Hidayatullah,
g) LAZ Persatuan Islam,
h) LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk,
i) LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat,
j) LAZ Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,
k) LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia,
l) LAZ Baitul Maal wat Tamwil,
m) LAZ Baituzzakah Pertamina,
n) LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT),
36
o) LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia,
3) Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) sebagai
berikut:
a) LAZIS Muhammadiyah,
b) LAZIS Nandlatul Ulama (LAZIS NU),
c) LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI),
4) Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI),
5) Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara Dharma Parisad
(BDDN YADP).
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-6/PJ/2011 tentang
Pelaksanaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas
Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat
Dikurangkan dan Penghasilan Bruto, dalam pasal 2 ayat (1) dan (2)
dijelaskan bahwa Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib, wajib melampirkan
fotokopi bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer
rekening bank, atau pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri
(ATM), dan paling sedikit memuat: nama lengkap Wajib Pajak dan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembayar; jumlah pembayaran;
tanggal pembayaran; nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan
tanda tangan petugas badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau
lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan Pemerintah, di
37
bukti pembayaran, apabila pembayaran secara langsung; atau Validasi
petugas bank pada bukti pembayaran apabila pembayaran melalui
transfer rekening bank.
h. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014 tentang
Pedoman Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan
Lembaga Amil Zakat bahwa LAZ yang didirikan harus mendapat izin
dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri dengan beberapa
persyaratan tertentu. Izin pembentukan LAZ dapat diajukan oleh
organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional, yayasan berbasis
Islam, atau perkumpulan berbasis Islam. Untuk izin pembentukannya,
diberikan oleh Menteri Agama setelah mendapat rekomendasi dari
BAZNAS. Rekomendasi tersebut didapatkan dengan cara mengajukan
permohonan secara tertulis dengan melampirkan anggaran dasar
organisasi, surat keterangan dari Kementerian Dalam Negeri atau surat
keputusan pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum dan
HAM (bagi yayasan berbasis Islam), terdapat pengawas syariat dan
lain-lain.
i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang
Akuntansi Zakat dan Infak atau Sedekah yang membahas mengenai
pengakuan dan pengukuran, penyajian, pengungkapan zakat, infak
sedekah dana dana-dana lain yang diperoleh LAZ
38
4. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja juga diartikan sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau
kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu (Zakaria, Mukhamad, 2015: 22).
Mahsun (2009: 25) menjelaskan bahwa kinerja adalah
gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu
organisasi. Dharma (2005: 25) menerangkan bahwa kinerja adalah
proses perencanaan, pengorganisasian terpimpin dan upaya
pengendalian anggota dalam lingkungan organisasi kerja serta proses
penggunaan semua perangkat lain, sumber daya manusia, dalam
keanggotaannya suatu organisasi dapat menciptakan efisiensi dan
efektivitas kinerja bagi para anggotanya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan serta dapat mencapai hasil yang
optimal.
Menurut Wibowo (2007: 4) menjelaskan bahwa kinerja adalah
implementasi dari rencana yang telah disusun yang dilakukan oleh
suber daya manusia yang memiliki kemampuan kompetensi, motivasi
dan kepentingan Wibowo (2007, 4) juga menjelaskan bahwa cara
39
organisasi menghargai sumber daya manusia akan mempengaruhi
sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja.
Sedangkan Mahmudi (2010: 20) menerangkan bahwa kinerja
adalah suatu konstruksi multidimensional yang mencakup banyak
faktor yang memperngaruhinya, seperti:
1. Faktor personal, yang meliputi pengetahuan, keterampilan fisik,
kemampuan kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang
dimiliki seseorang.
2. Faktor kepimimpinan yang meliputi kualitas dalam motivasi,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan para
pemimpin.
3. Faktor tim yang meliputi kualitas dukungan dan semangat,
kepercayaan, kekompakan dan keeratan dari rekan satu tim.
4. Faktor sistem yang meliputi sistem kerja, fasilitas, proses
organisasi dan budaya kerja dalam organisasi
5. Faktor kontekstual (situasional) yang meliputi pengaruh
tekananan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
b. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai arti penting dalam organisasi. Suatu organisasi dapat
diketahui berjalan dengan baik setelah ada evaluasi dari kegiatan yang
sudah dilakukan, dimana evalusi tersebut dapat dilakukan dengan
40
mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas tersebut dapat dipantau
secara periodik (Shabri Husni: 2011:39). Shabri Husni (2011: 39) juga
mengungkapkan bahawa pengukuran kinerja merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi.
Mulyadi (2001, 416) menerangkan bahwa tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan.
c. Metode Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat
1) Pengukur Kinerja oleh Erni Yanti Siregar (2003)
Erni Yanti Siregar meneliti tentang kinerja Lembaga
Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa dalam pengelolaan dana
Zakat Infaq dan Shadaqah. Studi ini dilakukan di Jakarta dan
Bogor melalui studi literatur, wawancara dan pengisian
kuesioner dengan teknik pengambilan data secara purposive
sampling. Analisa pengukuran kinerja dibagi dalam empat
perpektif Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, bisnis internal dan pertumbuhan serta pembelajaran.
Kinerja perspektif keuangan diukur dengan
membandingkan pencapaian sasaran strategi keuangan lembaga
dengan target yang ditentukan. Kinerja perspektif pelanggan
dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan dalam menerima
pelayanan dari lembaga. Kinerja perspektif proses bisnis internal
dinilai dengan meninjau sejauh mana aktivitas dalam lembaga
41
dapat dijalankan. Kinerja perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran adalah perspektif yang meninjau pertumbuhan dan
pembelajaran SDM dalam menghadapi perubahan-perubahan di
masa depan. Perspektif ini dinilai berdasarkan kepuasan
karyawan sebagai human capital bagi organisasi dalam aspek
cakupan kerja strategis, produktivitas, retensi, dan ketersediaan
sistem informasi.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem
informasi pada lembaga belum memberikan kinerja yang baik.
Berikut adalah rincian hasilnya: Hasil pengukuran kinerja
keuangan Lembaga Amil Zakat dikategorikan baik (skor 5),
kinerja pelayanan dikategorikan sangat baik (skor 6), kinerja
proses bisnis internal dinilai agak baik (skor 4), pengukuran
kinerja pertumbuhan dan pembelajaran dikategorikan agak baik
(skor 4).
2) Pengukur Kinerja oleh FOZ dan KBC (2009)
Forum Zakat, atau disingkat FOZ adalah asosiasi
lembaga pengelola Zakat yang berfungsi sebagai wadah
berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada
hari Juma‟at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang
terdiri Dompet Dhuafa Republika, BAZIS DKI Jakarta, Baitul
42
Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal
Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga
Keuangan Syariah Bank Muamalat Indonesia, PT. Internusa
Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIE) Jakarta.
Dalam rangka mengakomodasi secara menyeluruh
Lembaga Amil Zakat baik di tingkat Nasional maupun daerah,
dan Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan kabipaten atau kota,
maka Forum Organisasi Zakat (FOZ) dan Karim business
Consulting (KBC) mengadakan Islamic Social Responsibility
(ISR) Award.
Ada tiga aspek yang dinilai, yakni fundraising
(penghimpunan), fund distribution (penyaluran), management
system development (pengembangan manajemen sistem).
Setelah melalui proses penilaian, maka terpilihlah para
pemenang sebagai berikut: Bamuis BNI (pemenang kategori
LAZNAS), DSNI Batam (pemenang kategori LAZDA),
BAZDA Cianjur (pemenang kategori BAZDA Kabupaten atau
Kota), Baitul Maal Aceh (pemenang kategori BAZDA Propinsi).
Sedangkan BAZNAS menerima penghargaan Special Award
untuk kategori organisasi pengelola zakat tingkat nasional yang
sudah mendapatkan sertifikat ISO.
43
3) Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard oleh Puji
Lestari (2010)
Salah satu yang mengukur kinerja Organisasi Pengelola
Zakat yang menggunakan Balanced Scorecard adalah penelitian
Puji Lestari pada tahun 2010. Objek penelitian ini adalah
BAZDA yang ada di sebuah kabupaten. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan dengan
pengamatan dan wawancara langsung dengan pengelola
BAZDA (Lestari Puji, 2010:5). Berikut adalah aspek yang
dianalisis dalam penelitian tersebut (Lestari Puji, 2010:8-11):
a) Struktur organisasi dan perumusan strategi,
b) Perspektif learning dan growth,
c) Perspektif proses internal bisnis,
d) Perspektif customer,
e) Perspektif keuangan,
Penelitian tersebut juga menerangkan permasalahan yang
dihadapi dalam mengelola dana zakat, infaq, dan shodaqah serta
menilai dengan analisis SWOT (Lestari Puji, 2010:11-12). Hasil
yang didapat dalam penelitian tersebut adalah:
a) Jika ditinjau dari perspektif learning dan growth, pengelola
BAZDA berpengalaman kerja 5 sampai dengan 12 tahun,
pendidikan terendah D3 akuntansi, loyalitas pengurus baik,
tidak ada absen setiap hari, tidak ada penghargaan kepada
44
pengurus, pengurus tidak mendapatkan gaji sedangkan
karyawan mendapat gaji dari APBD.
b) Jika ditinjau dari perspektif proses internal bisnis, terdapat
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengumpulan
zakat dengan mengirimkan surat himbauan ke instansi,
untuk pendistribuasiannya zakat langsung disetorkan ke
Dinas sebesar 75% dan sisanya didistribusikan ke pedagang
kecil untuk tambahan modal, untuk bantuan pendidikan,
sayangnya belum ada program pendampingan.
c) Jika ditinjau dari perspektif customer, BAZDA
memperbanyak muzakki dengan cara mengirimkan surat
himbauan. Target muzakki adalah pegawai yang bekerja di
instansi-instansi Pemerintahan, dan untuk target mustahiq
adalah pedagang kecil, masyarakat miskin dan anak-anak
sekolah yang tidak memiliki biaya (dengan mengutamakan
murid yang cerdas).
d) Jika ditinjau dari perspektif keuangan, untuk penerimaan
selalu mengalami kenaikan dalam 8 tahun terakhir (2002-
2009), namun untuk pendistribusian mengalami kenaikan
dan penurunan.
Penelitian juga menyimpulkan bahwa perumusan strategi
dilakukan per tahun, tidak dalam jangka panjang.
45
4) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Amil Zakat oleh
IMZ berdasarkan Kinerja Prima (2011)
IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) adalah sebuah
lembaga konstitusi pemberdayaan dan manajemen organisasi
nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi, dan
pendampingan serta riset advokasi di bidang zakat, kemiskinan,
dan pemberdayaan. Setiap tahunnya (dimulai tahun 2010), IMZ
rutin melakukan penelitian mengenai zakat dan diterbitkan
dalam sebuah buku yang berjudul IZDR (Indonesian Zakat and
Development Report) salah satu penelitian yang dilakukan
adalah mengenai kinerja Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
Pengukuran kinerja dilakukan terhadap 8 OPZ yang
terdiri dari Baitul Mal Muamalat (BMM), Dompet Duafa (DD),
Pos Kepedulian Umat (PKPU), Dompet Peduli Umat Daarut
Tauhid (DPU DT), Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI), Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia
(BAMUIS BNI), Baituzzakah Pertamina (BAZMA Pertamina)
dan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah Daerah Khusus
Ibukota (BAZIS DKI). Metode pengukuran kinerja LAZ
tersebut menggunakan lima komponen pengukuran, berikut
adalah lima komponen tersebut:
a) Kinerja kepatuhan syariah, legalitas dan kelembagaan
b) Kinerja manajemen
46
c) Kinerja keuangan
d) Kinerja pendayagunaan ekonomi
e) Kinerja legitimasi sosial
Dari delapan OPZ yang menjadi objek penelitian diberikan
peringkat-peringkat dari satu sampai delapan. Berikut adalah
peringkat OPZ dari satu sampai delapan:
Tabel 2.4
Hasil Pengukuran Kinerja oleh IMZ
No Organisasi
Pengelola Zakat Nilai Total Peringkat
1. BMM 8,70 AAA- 1
2. DD 8,30 AA+ 2
3. PKPU 7,70 AA 3
4. BAZIS DKI 7,33 AA- 4
5. DPU DT 7,05 AA- 5
6. BAMUIS BNI 6,72 A+ 6
7. YBM BRI 6,87 A+ 7
8. BAZZMA 5,83 A- 8
Sumber: IZDR 2011, IMZ
5) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Amil Zakat
berdasarkan Kinerja Prima oleh Husni Shabri (2011)
Penelitian ini menggunakan metode analisis komparatif
kinerja prima Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
untuk memberikan bukti empiris tentang perbedaan kinerja
prima BAZ dan LAZ yang ada di Sumatra Barat (Shabri Husni,
2011:56). Pengukuran kinerja dibagi dalam lima indikator
penilaian yang mencakup 1) Kinerja kepatuhan syariah, legalitas
dan kelembagaan, 2) Kinerja manajemen, 3) Kinerja keuangan
47
4) Kinerja pendayagunaan ekonomi, 5) Kinerja legitimasi sosial.
Metode tersebut adalah metode yang digunakan dalam IZDR
2011 oleh IMZ. (Shabri Husni, 2011:56). Yang membedakan
penelitian yang dilakukan oleh Husni Shabri (2011) dan IMZ
(2011) adalah objek penelitian atau respondennya. Husni Shabri
(2011) memiliki responden BAZ dan LAZ yang ada di wilayah
Sumatra Barat yakni BAZDA Kota Padang, BAZ Kota
Bukittinggi, BAZ Kota Padang Panjang, BAZ Kota Solok, LAZ
Semen Padang, LAZ Dompet Dhuafa Singgalang, PKPU
Cabang Padang, dan LAZISMU Sumatra Barat (Shabri Husni,
2011:56).
Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja BAZ dan
LAZ di Provinsi Sumatra Barat yang telah dinilai dari indikator-
indikator di atas menunjukkan secara umum baik, namun jika
dilihat dari kapasitasnya, LAZ lebih banyak menghimpun dana
selain zakat. berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan
menghasilkan Kinerja Prima BAZDA di Provinsi Sumatra Barat
lebih baik dibandingkan dengan kinerja prima LAZ di Provinsi
Sumatra Barat. (Husni Shabri, 2011:97)
48
6) Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat oleh IMZ
(2012)
Di tahun 2012, IMZ menerbitkan IZDR 2012 dengan
tetap menyertakan hasil penelitian mengenai kinerja Organisasi
Pengelola Zakat. Namun ada perpedaan dari responden yang
diteliti. Untuk tahun 2012, total OPZ yang menjadi responden
adalah 180, dengan BAZ sebanyak 112 dan LAZ sebanyak 68.
Untuk IZDR 2012, metode yang digunakan adalah metode
survey dengan data yang didapat dari Pemerintah (Kementrian
Agama dan BAZNAS) maupun dari non Pemerintah (seperti
ormas-ormas Islam). Dan berikut adalah aspek-aspek yang
dinilai dalam IZDR 2012 (IMZ, 2012:93-94):
a) Kelembagaan
b) SDM
c) Sistem Manajemen
d) Sarana prasarana
e) Pengumpulan dana zakat, infak, sedekah dan dana lainnya
f) Pendayagunaan
g) Mentoring dan evaluasi program
Penelitian ini mengukur kinerja OPZ dengan
membandingkan kinerja BAZ dan kinerja LAZ. Hasil dari
penelitian ini adalah kinerja LAZ dinilai lebih baik dari BAZ
dari segi kinerja amil, kinerja sistem manajmen, kinerja sarana
49
dan prasarana, kinerja pengumpulan, kinerja pendayagunaan,
serta kinerja monitoring dan evaluasi (IMZ, 2012: 165).
7) Pengukuran Kinerja dengan Perspektif Keuangan dan
Customer oleh Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti,
Wahyudin (2011)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, kuisioner dan
studi pustaka. Metode penentuan informan dan sampel Informan
dalam penelitian ini adalah pengelola LAZ di Kabupaten
Banyumas. Informan selanjutnya ditentukan dengan metode
snowball sampling. Adapun sampel penelitian diambil dari para
customer LAZ dengan metode convenien sampling.
Penelitian ini mengambil tiga LAZ sebagai sampel untuk
mewakili populasi. Tiga sampel ini merupakan LAZ yang sudah
berbadan hukum di wilayah Banyumas. LAZ tersebut adalah
Griya Zakat LAZ Banyumas, LAZ Saum dan LAZ Mafaza.
Untuk menganalisis kinerja LAZ digunakan dua perspektif
dalam Balanced Scorecard, yaitu perspektif customer dan
keuangan. Digunakannya dua perspektif ini atas pertimbangan
bahwa keuangan menunjukkan keberhasilan LAZ dalam
mengumpulkan dan menyalurkan dana ZIS dari masyarakat,
sedang perspektif customer merupakan keberhasilan LAZ dalam
50
memuaskan pihak-pihak yang menikmati pelayanan LAZ yaitu
pihak yang menyerahkan dana ZIS (muzakki dan munfiq) untuk
dikelola LAZ dan pihak yang mendapatkan ZIS (mustahiq).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kinerja LAZ dalam
perspektif keuangan sudah baik. Tolok ukur dalam perspektif
yang digunakan yaitu jumlah pengumpulan dan penyaluran dana
ZIS terus mengalami kenaikan. Adapun kinerja dalam perspektif
customer, belum menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan
belum puasnya customer (muzakki dan mustahiq) akan
pelayanan LAZ. Keandalan, empati dan tangible merupakan
faktor kendala dalam memberikan pelayanan kepada customer
dan permasalahan yang dialami oleh LAZ adalah keterbatasan
SDM yaitu sedikitnya jumlah SDM dibanding beban kerja;
seringnya terjadi perputaran karyawan dan status legalitas LAZ.
8) Kerangka Pengukuran Kinerja oleh Abd. Halim Mohd Noor
(2012)
Abd. Halim Mohd Noor melakukan penelitian di
Malaysia pada tahun 2012 dengan mengembangkan dan
mengusulkan kerangka pengukuran kinerja untuk lembaga
zakat. Di Malaysia, zakat berada di bawah lingkup dari 14
negara Pemerintah. Lembaga pengelolaan zakat, seperti
51
organisasi lainnya yang berusaha untuk tetap relevan dan
mampu menjalankan operasi pada tingkat optimal.
Kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengelola dana
zakat atas nama umat menekankan betapa pentingnya pekerjaan
ini dilakukan secara efisien. Dengan demikian, pengukuran
tujuan kinerja diperlukan untuk mengertahui apakah lembaga
zakat dapat memenuhi tujuannya.
Salah satu tujuan dari indikator kinerja adalah untuk
mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga zakat dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, dalam membuat
indikator tersebut, peneliti dalam penelitian ini
memperhitungkan berbagai aspek atau dimensi pengumpulan
dan distribusi zakat. Setelah diadaptasi dari penelitian
sebelumnya (Keehley & Abercrombie, 2008 dan Abd Halim,
Rozman & Ahmad, 2007), maka didapatlah bahwa kinerja
lembaga zakat dipengaruhi oleh empat dimensi yaitu, input,
process, output dan outcome. Dimensi input, proses, output dan
outcome yang saling terkait, sehingga mempengaruhi
pengukuran kinerja lembaga zakat secara keseluruhan.
52
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat
Penelitian Abd. Halim Mohd Noor
Sumber: diadaptasi oleh Noor, Abd. Halim Mohd et, al., (2012:
18) dari (Keehley & Abercrombie, 2008 dan Abd Halim,
Rozman & Ahmad, 2007)
Dimensi pertama dari kerangka pengukuran kinerja zakat
melibatkan input atau sumber daya yang tersedia. Dimensi
kedua adalah proses (process), yaitu kegiatan yang dihasilkan
oleh program. Dimensi ketiga adalah output yang mengacu pada
aktivitas yang telah diselesaikan oleh lembaga zakat, misalkan
meliputi jumlah penerima dana zakat, kegiatan dan target yang
telah selesai dan dana yang telah disalurkan. Dan dimensi yang
terakhir adalah (outcome) yang merupakan konsekuensi dari
proses dan output. Ini adalah perubahan status dari si penerima
dana zakat, karena keterlibatan mereka dalam program.
KINERJA LEMBAGA ZAKAT
Input Process Output Outcome
53
9) Pengukuran Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) oleh Alfi Lestari (2015)
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal
dari Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Lombok
Timur yang mempunyai laporan keuangan transparan dan
dipublikasikan ke masyarakat. Dalam penelitian ini juga
membutuhkan literatur-literatur yang berkaitan dengan efisiensi
pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Adapun variabel
input yang diuji dalam penelitian ini adalah dana ZIS yang
dihimpun, aktiva tetap, gaji karyawan dan output yang akan
diuji adalah jumlah dana ZIS yang disalurkan biaya operasional.
Dan metode yang digunakan adalah Data Envelopment
Analysis (DEA). Pendekatan yang digunakan dalam studi ini
adalah pendekatan intermediasi dengan analisis kuantitatif yaitu
dalam pengolahan data berupa input dan output yang diambil
dari neraca keuangan, laporan arus kas, laporan perubahan dana
yang dimiliki oleh masing-masing lembaga. Adapun asumsi
yang digunakan adalah Constant Return to Scale (CRS).
BAZDA Kabupaten Lombok Timur berhasil mencapai
tingkat efisiensi pada tiga periode 2012-2014 yaitu 100 persen
atau senilai dengan 1. Hal ini menunjukkan bahwa BAZDA
telah mampu mencapai nilai actual (nilai sebenarnya) sesuai
54
dengan nilai target (nilai yang harus dicapai) yang disarankan
oleh DEA. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai potential
improvement (selisih jarak nilai antara nilai actual dengan nilai
target) yaitu sebesar 0 persen. Artinya tidak ada nilai actual
yang tidak mencapai nilai target. Secara menyeluruh BAZDA
telah mampu mencapai efisiensi maksimum secara relatif. Hal
ini disebabkan karena seluruh variabel input dan output BAZDA
telah sesuai dengan perhitungan efisiensi DEA. Yaitu ketika
nilai actual dari setiap variabel mampu mencapai nilai target
yang disarankan oleh DEA.
55
B. Kerangka Penelitian
Kerangaka pemikiran dalam penelitian ini dapat terlihat dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat Islam untuk membayar
zakat (QS. At-Taubah: 103) dan dijadikannya zakat sebagai bagian dari
rukun Islam (HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam: Buniya Al-Islam ‘ala Khamsin)
Dibentuknya Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) baik itu Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang bertugas
melakukan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat (UU
No 23 Tahun 2011)
Kurang maksimalnya pengumpulan dana zakat terbukti dari tingginya
perbedaan antara potensi pengumpulan dan realisasinya yang disebabkan
oleh pelaporan dana zakat yang belum sesuai standar (BAZNAS 2013),
kepercayaan muzakki yang rendah terhadap pengelolaan lembaga zakat dan
pengelolaan lembaga zakat yang belum maksimal (Shabri Husni, 2011: 6 )
Teknik Analisis Data
Hasil Analisis
Kesimpulan dan Implikasi
Pengukuran kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat:
1. Penilaian laporan keuangan,
2. Efisiensi keuangan dan
3. Kapasitas organisasi
Lembaga Amil Zakat: 1. Bamuis BNI
2. Dompet Dhuafa
3. PKPU
4. Rumah Zakat
5. YBM BRI
Harus terjaganya kinerja keuangan para amil dalam mengelola dana zakat
56
C. Penelitian Terdahulu
Berikut hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dan sejenis dengan penelitian peneliti ini dapat dilihat dalam tabel 2.5
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Erni Yanti
Siregar,
2003
Kinerja Lembaga
Amil Zakat
Dompet Dhuafa
dalam
Pengelolaan Dana
ZIS
Sama-sama meneliti
tentang kinerja zakat
pada Lembaga Amil
Zakat
Peneliti terdahulu menggunakan
analisis pengukuran kinerja
Lembaga Amil Zakat dalam
empat perspektif Balance
Scorecard (BSC). Sedangkan
peneliti saat ini menggunakan
metode pengukuran dalam
Indonesia Zakat and
Development Report (IZDR)
2011 yang dikeluarkan oleh
Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) yang disebut
dengan kinerja prima. Dan
penelitian kali ini hanya
meneliti kinerja keuangannya
saja.
Hasil pengukuran kinerja keuangan
Lembaga Amil Zakat dikategorikan
baik (skor 5), kinerja pelayanan
dikategorikan sangat baik (skor 6),
kinerja proses bisnis internal dinilai
agak baik (skor 4), pengukuran kinerja
pertumbuhan dan pembelajaran
dikategorikan agak baik (skor 4).
Lanjut ke halaman selanjutnya
57
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Forum
Organisasi
Zakat, 2009
Islamic Social
Responsibility
Award (ISR)
Sama-sama meneliti
tentang kinerja
pengelola zakat pada
Lembaga Amil
Zakat.
Peneliti terdahulu menggunakan
tiga metodelogi penelitian, yakni
Fundaraising, Fund Distribution,
dan Management System
Development. Sedangkan peneliti
saat ini menggunakan metode
pengukuran dalam Indonesia
Zakat and Development Report
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan
oleh Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) yang disebut dengan
kinerja prima pengelola zakat,
dengan meneliti kinerja
keuangannya.
Tiga teratas, kategori Lembaga Amil
Zakat Nasional yaitu: Bamuis BNI,
Rumah Zakat Indonesia, dan Dompet
Dhuafa. Tiga teratas, kategori Lembaga
Amil Zakat Daerah, yaitu: DSNI,
Lembaga Manajemen Infak, dan
Lampung Peduli. Tiga teratas, kategori
Badan Amil Zakat Propinsi, yaitu:
Baitul Maal Aceh, BAZDA Sumatera
Utara, dan Bazda DIY. Pemenang tiga
teratas, kategori Badan Amil Zakat
Kabupaten/ Kota, yaitu: BAZDA
Kabupaten Cianjur, BAZDA Kabupaten
Aceh Besa, dan Bazda Kab.Tebingtinggi.
Sedangkan untuk kategori Special
Award, yaitu: Badan Amil Zakat
Nasional
Lanjut ke halaman selanjutnya
58
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Puji Lestari,
2010
Pengukuran
Kinerja Badan
Amil Zakat
Daerah
(BAZDA)
Kabupaten X
di Wilayah Eks
Karesidenan
Banyumas
dalam
Perspektif
Balanced
Scorecard
Sama-sama
meneliti tentang
kinerja pengelola
zakat pada
Lembaga Amil
Zakat.
Objek penelitian terdahulu
adalah BAZDA yang ada di
sebuah kabupaten di Banyumas.
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah survey. Aspek yang
dianalisis dalam penelitian
adalah Struktur organisasi dan
perumusan strategi, perspektif
learning dan growth, perspektif
proses internal bisnis, Perspektif
customer, perspektif keuangan.
Sedangkan peneliti saat ini
menggunakan metode
pengukuran dalam Indonesia
Zakat and Development Report
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan
oleh Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) yang disebut
dengan kinerja prima pengelola
zakat.
Perspektif Learning dan Growth: pengalaman
kerja pengelola BAZDA 5-12 tahun, pendidikan
terendah D3 akuntansi, loyalitas baik, tidak ada
absen, tidak ada penghargaan, pengurus tidak
mendapatkan gaji, karyawan mendapat gaji dari
APBD.
Perspektif proses internal bisnis: upaya
meningkatkan zakat dengan mengirimkan surat
himbauan ke instansi, pendistribuasian zakat
disetorkan ke Dinas sebesar 75% dan sisanya
didistribusikan ke pedagang kecil.
Perspektif Customer: BAZDA memperbanyak
muzakki dengan mengirimkan surat himbauan.
Target muzakki: pegawai yang di instansi
Pemerintahan, dan target mustahiq: pedagang
kecil, masyarakat miskin dan anak-anak sekolah
yang tidak memiliki biaya.
Perspektif Keuangan: penerimaan selalu
mengalami kenaikan dalam 8 tahun terakhir
(2002-2009). Pendistribusian mengalami kenaikan
dan penurunan. Perumusan strategi dilakukan per
tahun, tidak dalam jangka panjang.
Lanjut ke halaman selanjutnya
59
No Peneliti
Terdahulu Judul Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
4. Sugiyarti
Fatma
Laela, 2010
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Kinerja
Organisasi
Pengelola Zakat
Sama-sama meneliti
tentang kinerja
organisasi pengelola
zakat.
Penelitian terdahulu menguji
faktor-faktor yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap
efisiensi OPZ (Organisasi
Pengelola Zakat) dengan
menggunakan data survey
dari 14 sampel OPZ.
Sedangkan peneliti saat ini
menggunakan metode
pengukuran dalam Indonesia
Zakat and Development
Report (IZDR) 2011 yang
dikeluarkan oleh Indonesia
Magnificence of Zakat
(IMZ) yang disebut dengan
kinerja prima pengelola
zakat, dengan meneliti
kinerja keuangannya.
Komposisi Dewan Pembina dan rasio jumlah
Dewan Pengawas serta Direktur Pelaksana,
keberadaan laporan auditor eksternal,
perubahan kompensasi yang dibayarkan
kepada manajemen, penerapan management
programs dan cultural system yang efficiency
emphasis, Ukuran (size) OPZ, dan struktur
kelembagaan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap efisiensi OPZ,
Lanjut ke halaman selanjutnya
60
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Dwita
Darmawati,
et., al, 2011
Kinerja Lembaga
Amil Zakat /LAZ
dalam Perspektif
Keuangan dan
Customer (Studi
Kasus Di
Kabupaten
Banyumas)
Sama-sama meneliti
tentang kinerja
pengelola zakat pada
Lembaga Amil
Zakat.
Penelitian terdahulu
menggunakan perspektif
keuangan dan customer dan
wilayah Kabupaten Banyumas.
Sedangkan peneliti saat ini
menggunakan metode
pengukuran dalam Indonesia
Zakat and Development Report
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan
oleh Indonesia Magnificence
of Zakat (IMZ) yang disebut
dengan kinerja prima
pengelola zakat, dengan
meneliti kinerja keuangannya.
Kinerja LAZ dalam perspektif keuangan
(kenaikan jumlah pengumpulan dan
penyaluran dana ZIS) dinilai baik.
Sedangkan hasil kinerja LAZ dalam dalam
perspektif customer adalah belum puasnya
customer (muzakki dan mustahiq) akan
pelayanan LAZ. Faktor kendala dalam
memberikan pelayanan kepada customer
adalah keandalan, empati dan tangible. Dan
permasalahan yang dialami oleh LAZ
adalah keterbatasan SDM yaitu sedikitnya
jumlah SDM dibanding beban kerja;
seringnya terjadi perputaran karyawan. dan
status legalitas LAZ.
Lanjut ke halaman selanjutnya
61
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. IMZ, 2011 Indonesia Zakat
Development
Report 2011-
penelitian
terhadap 7
LAZNAS dan 1
BAZ
Sama-sama meneliti
tentang kinerja LAZ
dan menggunakan
metode pengukuran
yang sama, yakni
analisis kinerja
prima.
Peneliti terdahulu dengan
tahun penelitian 2011 dan
meneliti 7 Lembaga Amil
Zakat Nasional, yaitu:
Peringkat OPZ menurut
kinerja, yaitu: Baitul Mal
Muamalat, Dompet Dhuafa,
Pos keadilan Peduli Umat,
Dompet Peduli Umat Daarut
Tauhid, Baitul Mal Umat
Islam bank Negara Indonessia,
Yayasan Baitul Mal Bank
Rakyat Indonesia, dan
Baituzzakah Pertamina. Dan
satu Badan Amil Zakat, yaitu
Badan Amil Zakat Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
(BAZIS DKI). Sedangkan
peneliti saat ini dengan tahun
penelitian 2014 dan meneliti
Bamuis BNI, Dompet Dhuafa,
PKPU, RZ dan YBM BRI.
Dan hanya menganalisis
kinerja keuangannya saja.
Peringkat Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ) menurut kinerja, yaitu: Baitul Mal
Muaalat (BMM), Dompet Dhuafa (DD), Pos
keadilan Peduli Umat (PKPU), Badan Amil
Zakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta
(BAZIS DKI), Dompet Peduli Umat Daarut
Tauhid (DPU DT), Baitul Mal Umat Islam
bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI),
Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI), dan Baituzzakah Pertamina
(BAZMA Pertamina).
Lanjut ke halaman selanjutnya
62
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Husni
Shabri,
2011
Pengukuran
Kinerja Badan
Amila Zakat dan
Lembaga Amil
Zakat di
Provinsi
Sumatra Barat
Sama-sama meneliti
tentang pengukuran
kinerja Lembaga
Amil Zakat, dan
menggunakan
metode pengukuran
dalam Indonesia
Zakat and
Development Report
(IZDR) 2011 yang
dikeluarkan oleh
IMZ.
Peneliti Terdahulu Selain Meneliti LAZ
dan BAZDA yaitu yang berada di
provinsi Sumatra Barat dengan tahun
penelitian 2011. Sedangkan peneliti
saat ini dengan tahun penelitian 2014
dan meneliti Bamuis BNI, Dompet
Dhuafa, PKPU, RZ dan YBM BRI. Dan
hanya menganalisis kinerja
keuangannya saja.
Kinerja pengelolaan empat BAZDA
secara umum sudah sangat baik, dan
pengelolaan empat LAZ sudah baik.
Jika dilihat dari kapasitas dari
penghimpunan dananya, LAZ lebih
banyak menghimpun dana selain
zakat. Serta berdasarkan tes statistik
dengan menggunakan uji U hasilnya
adalah adanya perbedaan yang
signifikan yaitu kinerja BAZDA
lebih baik dibandingkan dengan
kinerja LAZ di provinsi Sumatra
Barat.
8. Abd. Halim
Mohd.
Noor, 2012
Assessing
Performance of
Nonprofit
Organization A
Framework for
Zakat
Institutions
Sama-sama fokus
pada kinerja
Organisasi
Pengelola Zakat
Penelitian terdahulu mengusulkan
kerangka kerja konseptual
komprehensif untuk mengukur kinerja
lembaga zakat. Dimana, kinerja
lembaga zakat dipengaruhi oleh empat
dimensi yaitu, input, process, output
(keluaran) dan outcome (hasil).
Sedangkan peneliti saat ini lebih kepada
pengukuran kinerja keuangan, bukan
menyediakan kerangka pengukurannya.
Menyajikan kerangka tidak hanya
mencakup kinerja efisiensi
organisasi Zakat tetapi juga pada
evaluasi hasil yang telah didapatkan
dari pendistribusian dana zakat.
Lanjut ke halaman selanjutnya
63
No Peneliti
Terdahulu Judul
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9. IMZ, 2012 Indonesia Zakat
Development
Report 2012-
Kinerja
Organisasi
Pengelola Zakat
(OPZ)
Sama-sama meneliti
tentang pengukuran
kinerja Organisasi
Pengelola Zakat.
Peneliti terdahulu selain meneliti 68 LAZ dan
112 BAZ diseluruh Indonesia, dengan tahun
penelitian 2011. Aspek yang dianalisis
mencakup kelembagaan, SDM, sistem
manajemen, sarana prasarana, pengumpulan,
pendayagunaan, serta mentoring dan evaliasi
program. Sedangkan peneliti saat ini dengan
tahun penelitian 2014 dan meneliti Bamuis
BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ dan YBM
BRI. Dan hanya menganalisis kinerja
keuangannya saja.
Kinerja OPZ yang dianalisis
sudah cukup baik, tetapi belum
dapat menjamin adanya
kemampuan untuk
penghimpunan dana zakai,
infak dan sedekah secara lebih
optimal, terlihat pula bahwa
kinerja Lembaga Amil Zakat
lebih baik dibandingkan
dengan Badan Amil Zakat.
10. Alfi Lestari,
2015
Efisiensi Kinerja
Keuangan
Badan Amil
Zakat Daerah
(BAZDA):
Pendekatan
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
Sama-sama meneliti
tentang kinerja
keuangan Organisasi
Pengelola Zakat.
Peneliti terdahulu meneliti BAZDA di
kabupaten Lombok menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA). Dengan
variabel input: dana ZIS yang dihimpun,
aktiva tetap, gaji karyawan dan variabel
output : jumlah dana ZIS yang disalurkan dan
biaya operasional. Sedangkan peneliti saat ini
meneliti Bamuis BNI, Dompet Dhuafa,
PKPU, RZ dan YBM BRI. Metode
pengukuran Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) dengan meneliti kinerja
keuangannya.
BAZDA Kabupaten Lombok
Timur secara menyeluruh telah
mampu mencapai efisiensi
maksimum secara relative,
sehingga bisa dikatakan bahwa
BAZDA Kabupaten Lombok
Timur berhasil mencapai
tingkat efisiensi pada t ga
periode, yaitu 2012-2014.
Sumber: Diolah peneliti
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis kinerja keuangan pada
kinerja prima berdasarkan Indonesia Zakat and Development Report 2011
(IZDR 2011) oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), yakni untuk
mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar Lembaga Amil Zakat yang
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat. Dan telah
terpilih 5 Lembaga Amil Zakat yang akan menjadi objek penelitian, yaitu
Baitul Mal Umat Islam Bank Nasional Indonesia (Bamuis BNI), Dompet
Dhuafa, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), dan
Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI). Ruang lingkup
penelitian ini hanya mencakup kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
Lembaga Amil Zakat tersebut serta keterkaitannya dalam pengukuran kinerja
keuangannya, bukan pengukuran kinerja secara keseluruhan. Dan periode
pengukuran kinerja Lembaga Amil Zakat yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah kinerja keuangan tahun 2014.
65
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampel penelitian adalah
pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Metode
convenience sampling merupakan metode pemilihan sampel dari elemen
populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti, sehingga peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002: 130). Adapun pertimbangan
peneliti dalam memilih LAZ yang akan diteliti adalah kemudahan dalam
memperoleh data keuangan LAZ yang berasal dari laporan keuangannya.
Sehingga terpilihlah Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ, dan YBM
BRI sebagai sempel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder dalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya
66
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini berupa:
a. Laporan Keuangan
b. Laporan Publikasi Perusahaan Terkait, seperti: visi dan misi, struktur
organisasi, sejarah pendirian, program-program penyaluran dana
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), dan lain-lain.
c. Peraturan Pemerintah, Undang-Undang dan lain-lain
D. Metode Analisis Data
Analisis data dalam metode penelitian kualitatif dilakukan secara terus
menerus dari awal hingga akhir penelitian; dengan induktif; dan mencari pola,
model, tema, serta teori (Prastowo, 2011:45). Analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari, dan memenukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Bogdan & Biklen dalam Moleong, 2009:248).
Adapun aktivitas dalam analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
67
1) Data Reduction
Data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, untuk itu, maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan,
semakin lama peneliti meneliti, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti, merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Jika dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun
dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif, namun Miles dan Huberman juga
menyarankan selain melakukan display data dengan teks yang bersifat
naratif, dapat juga dengan grafik, matriks, network dan chart.
68
3) Conclution Drawing atau Verification
Langkah ketiga dalam analisis kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan
tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan
dalam kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang
telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian.
E. Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat
Teknik pengelolaan dan analisis data secara umum dengan
menggunakan statistik deskriptif dan tabel kontijensi yang ditampilkan dalam
nilai persentase, angka, kolom, baris dan total. Pengukuran kinerja keuangan
dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran yang disajikan dalam
bentuk tabel.
Pengukuran kinerja keuangan dibagi dalam tiga kriteria penilaian yang
mencakup penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas
69
organisasi. Metodelogi ini digunakan oleh Indonesia Magnificence of Zakat
(IMZ) dengan metode pengukuran kinerja prima, bagian kinerja keuangan.
1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dianalisa mencakup laporan audit oleh
akuntan audit (auditability), penyediaan laporan keuangan yang update
(time concern), dan ketersediaan laporan keuangan untuk diakses oleh
masyarakat umum seperti melalui website, harian umum atau media
lainnya (transparancy) (IMZ, 2011:77).
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
Kriteria
Penilaian Jawaban Nilai
Audit, time
concern dan
transparency
Tidak tersedia 1
Tersedia, tapi tidak update dan tidak diaudit 2
Tersedia, update, tapi tidak diaudit 3
Tersedia, update, dan diaudit tapi tidak
transparan 4
Tersedia, update, diaudit, dan transparan 5
Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: buruk
Sumber: IMZ, 2011
2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan
Efisiensi keuangan (financial eciciency) diukur dengan
Operational Expenses Ratio yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk
menjalankan roda OPZ dibandingkan terhadap total penggunaan dana di
luar gaji untuk para amil (IMZ, 2011:78).
70
3. Kriteria Penilaian Kapasitas Organisasi
Kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria (IMZ, 2011:78), yaitu:
a. Primary Revenue Ratio yaitu total perolehan dana khusus zakat
terhadap total perolehan dana termasuk infaq, shadaqah dan wakaf.
b. Primary Revenue Growth yaitu pertumbuhan perolehan dana khusus
zakat (di luar ZISWAF) dari tahun sebelumnya.
c. Program Expenses Ratio pengeluaran untuk pembiayaan program
atau penyaluran dana kepada mustahiq terhadap total penggunaan
dana (tidak termasuk gaji amil/ bagian amil atas dana ziswaf).
d. Program Expenses Growth yaitu pertumbuhan pengeluaran untuk
pembiayaan program atau penyaluran dana kepada mustahiq dari
tahun sebelumnya.
Tabel 3.2
Kriteria Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Kinerja
Keuangan
Efisiensi dan
Kapasitas
Organisasi (%)
Konversi Nilai
1 2 3 4 5
Operational
Expenses Ratio >11,00 9,00 – 10,99 7,00 – 8,99 5,00 – 6,99 <5,00
Primary Revenue
Ratio <70,00 70,00 – 74,99 75,00 – 80,00 80,00 – 84,00 >84,99
Primary Revenue
Growth <10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99
Program
Expenses Ratio <60,00 60,00 – 69,99 70,00 – 79,99 80,00 – 89,99 >89,99
Program
Expenses Growth <10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99
Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: buruk
Sumber: IMZ, 2011
71
Setelah dilakukannya penilaian terhadap laporan keuangan, efisiensi dan
kapasitas organisasi, hasil dari penilaian tersebut dikonversikan dalam nilai,
selanjutnya diberi peringkat.
Tabel 3.3
Nilai Peringkat Setiap Angka
Nilai Minimal dan Nilai
Maksimal per Aspek (1-10) Nilai
9.50 AAA+
9.00 AAA
8.50 AAA-
8.00 AA+
7.50 AA
7.00 AA-
6.50 A+
6.00 A
5.50 A-
5.00 BBB+
4.50 BBB
4.00 BBB-
3.50 BB+
3.00 BB
2.50 BB-
2.00 CCC+
1.50 CCC
1.00 CCC-
Sumber: IMZ (2011) dan Shabri Husni (2011:68)
72
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Walaupun dalam penelitian ini tidak memiliki variabel, namun dalam
penelitian akan dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mahsun (2009, 25) menjelaskan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai
tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi
yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.
2. Imam Qurtubi mendefinisikan amil sebagai orang-orang yang ditugaskan
(diutus oleh imam/pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung
dan mencatatkan zakat yang diambilnya adri para muzakki untuk kemudian
diberikan kepada yang berhak menerimanya (Hafidhuddin Didin, 2002:
125).
3. LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat serta
melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala
(UU Nomor 23 Tahun 2011).
4. Tausikal Muhammad Abduh (2014: 6-7) mendefinisikan zakat sebagai
penunaian kewajiban pada harta yang khusus, dengan cara yang khusus,
dan disyaratkan ketika dikeluarkan telah memenuhi haul (masa satu tahun)
dan nishab (ukuran minimal dikenai kewajiban zakat).
73
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lembaga Amil Zakat
1. Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis
BNI)
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Mal Ummat Islam
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
disingkat Bamuis BNI didirikan dengan Akte No. 10 Notaris R.
Soerojo Wonghsowidjojo, tanggal 5 oktober 1967 di Jakarta, yang
mendapat dorongan dan dukungan dari Bapak Sutanto., MA,
Direktur Utama Bank Negara Indonesia pada waktu itu. Maksud dan
tujuan pendiriannya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
mengusahakan dana ini menurut cara-cara yang sah dan diridhai
Allah serta hasil usaha ini akan disalurkan untuk keagungan
Kalimatullah.
Pada bulan Oktober 1992 Pengurus Badan Pembina
Kerohanian Islam Serikat Pekerja Bank Negara Indonesia disingkat
BAPEKIS SP BNI bidang zakat dan infak atau sedekah yang
diketuai oleh Bapak H. Winarto Sumarto, SH (Direktur Utama BNI
pada waktu itu), menetapkan pegawai BNI yang beragama Islam
yang pendapatan atau gajinya telah memenuhi syariat kewajiban
74
zakat (nisab) dilakukan pemotongan Zakat sebesar 2,5 % dari gaji
masing-masing setiap bulan.
Akhirnya, dengan keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia No. 330 tanggal 20 Juni 2002, BAMUIS BNI dikukuhkan
sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional. Untuk menyesuaikan
dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaam
Zakat dan Undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan,
maka dengan Akte No. 23 tanggal 26 November 2002 Notaris
Koesbiono Sarmanhadi, SH,MH, Anggaran Dasar Bamuis BNI
disempurnakan lagi. Penyempurnaan terakhir dilakukan melalui
Akte No. 1 tanggal 23 Mei 2005 Notaris Wanda Taurusita Amidjaya,
SH, yang menetapkan nama Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank
Negara Indonesia disingkat Bamuis BNI dengan maksud dan tujuan
dibidang keagamaan dengan menjalankan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengumpulkan Zakat, Infak, Sadaqah, Wakaf, Hibah, Wasiat,
Waris dan Kafarat dari pimpinan dan pegawai Perseroan Terbatas
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pimpinan dan pegawai
lembaga-lembaga lain kelompok Dewan Swadharma, pimpinan
dan pegawai perusahaan-perusahaan anak PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk dan lembaga-lembaga lain kelompok
Dewan Swadharma serta para nasabah,mitra kerja Perseroan
Terbatas PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan
masyarakat umum lainnya.
75
2) Menyalurkan dan mendayagunakan Zakat Infak/Sadaqah, Wakaf,
Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat tersebut kepada yang berhak
sesuai dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku di Republik
Indonesia secara terencana, sistematis, menyebar ke seluruh
wilayah kerja PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta
sesuai dengan strategi dan prioritasnya. Bantuan dana itu
disalurkan melalui program bantuan pendidikan, pemberdayaan
ekonomi dhuafa, santunan kemanusiaan (santunan anak yatim,
anak dhuafa, orang tua jompo, biaya hidup), santunan kesehatan
dan santunan bencana alam, serta program bantuan untuk
fisabillilah (pembangunan atau renovasi sarana ibadah dan
pembangunan sarana pendidikan dan sosial, juga program
dakwah dan pengembangan da‟i).
Pengumpulan dan pendistribusian dana zakat yang telah
dilakukan oleh Bamuis BNI mencakup seluruh Indonesia. Adapun
total asset yang dikelola oleh Bamuis BNI sampai tahun 2014
sebesar Rp 3580.901.685. Dan untuk membuktikan kepada
masyarakat bahwa Bamuis BNI adalah lembaga Amil Zakat yang
amannah serta profesional dalam mengelola dana zakat, Bamuis BNI
meraih beberapa penghargaan, diantaranya adalah: kategori Grant-
Making Zakat Organization dari IMZ Award, Penghargaan atas
Dukungan Peduli dan Sosial Dakwah, Sertifikat tercatat sebagai
anggota Forum Zakat, Kerjasama Inovasi Zakat Revoling Found
76
untuk pembiayaan usaha, Pemenang III Kelompok katagori
Transparasi Zakat Award 2005, Penghargaan katagori bidang
Program Pemberdayaan Komunitas Pengasing Di Indonesia,
Pemenang katagori Pertumbuhan Zakat Award 2004 dan 2005,
Pemenang katagori Pertumbuhan Zakat Award untuk Pendidikan
Dakwah, Beasiswa, Calon Da‟i LAZIS dewan Dakwah, Penghargaan
Best LAZNAZ Islamic Finance, Piagam penghargaan Zakat Award
2005, Penghargaan pemenang III katagori Transparasi Zakat Award
2004, Piagam Penghargaan Best Lembaga Amil Zakat Nasional
2009, dan penghargaan lainnya.
b. Visi dan Misi Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia
1) Visi
Berusaha meningkatkan kesejahteraan para mustahiq (penerima
zakat), sehingga pada suatu saat nanti mereka dapat pula
menjadi muzakki (pemberi zakat), atau disingkat:
“Dari Mustahik Menjadi Muzakki”
2) Misi
Mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat dan
infak/sedekah dalam upaya peningkatan kualitas ummat dan
pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendidikan,
77
pembiayaan usaha-usaha produktif, pembangunan dan renovasi
sarana ibadah, serta bantuan sosial kemanusiaan.
2. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik
masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial
kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari
perorangan, kelompok, perusahaan ataupun lembaga). Kelahirannya
berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak
berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa
dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan
dengan siapapun yang peduli kepada dhuafa.
Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika
didirikan. Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir,
Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk
mengawal Yayasan Dompet Dhuafa untuk mengumpulkan dan
menyalurkan dana ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan,
antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.
Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring
meluasnya program kepedulian dari yang semula hanya bersifat
78
lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya
berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam
bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program
yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan
bantuan bencana.
Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika
dikukuhkan untuk pertama kalinya oleh pemerintah sebagai
Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen
Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H.
Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam
Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi
pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober
2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang pengukuhan dompet
dhuafa republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.
Saat ini Dompet Dhuafa sudah menjadi Lembaga Amil Zakat
Nasional yang besar dan telah hadir di beberapa wilayah di
Indonesia seperti Jakarta, Bekasi, Padang (Sumatera Barat),
Palembang (Sumatera Selatan), Riau, Jambi, Banten, Bandung (Jawa
Barat), Yugyakarta, Surabaya (Jawa Barat), Semarang (Jawa
Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Makassar (Sulawesi
79
Selatan). Selain di Indonesia, Dompet Dhuafa juga hadir di luar
Negeri seperti di negara Hong Kong, Jepang, dan New South Weles
(Australia). Selain jangkauan persebaran yang luas, asset Dompet
Dhuafa yang telah terkumpul juga besar, yakni sebesar Rp
288.962.741.727. Dompet Dhuafa juga telah menerima beberapa
penghargaan seperti Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015
dalam kategori lembaga amal zakat, infaq, sedekah nasional,
penghargaan Mitra Bakti Husada tahun 2014 dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, penghargaan Indonesia Original
Brand Award Majalah SWA, penghargaan Gold Award on
Performance Excellence Growth dari Indonesia Quality Award
Foundation (IQAF), Apresiasi Penggerak Pemberdayaan dan
Kemandirian Masyarakat, Apresiasi Penggerak Pemberdayaan dan
Kemandirian Masyarakat dan penghargaan lainnya.
b. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa
1) Visi
Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber
daya lokal melalui sistem yang berkeadilan
2) Misi
a) Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian
b) Meningkatkan partisipasi derma masyarakat dan dukungan
sumber daya untuk pemberdayaan
80
c) Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi
pemberdayaan masyarakat global
d) Menumbuhkembangkan dan mendayagunaan aset
masyarakat melalui ekonomi berkeadilan
e) Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam
pengentasan kemiskinan
3) Tujuan
a) Mendorong voluntarism dan tumbuhnya kepemimpinan
masyarakat sebagai agent of change
b) Terwujudnya perubahan sosial melalui advokasi multi-
stakeholder untuk terciptanya kesejahteraan
c) Menjadi lembaga penggalangan sumber daya masyarakat
yang terpercaya
d) Mengoptimalkan penggalangan sumber daya masyarakat
e) Menjadi World Class Organization berbasis ZISWAF
f) Terbentuknya jaringan klaster mandiri untuk mengentaskan
kemiskinan
g) Menjadi lembaga expert dan rujukan dalam kebijakan
pengentasan kemiskinan Indonesia
h) Mengembangkan industri dan usaha yang berbasis
redistribusi aset serta mewujudkan jaringan bisnis yang
sehat dan ethic
81
3. Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat
(PKPU)
Krisis yang terjadi pada 1997 mempengaruhi kondisi
perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis yang
berkembang, 17 September 1998, sejumlah anak-anak muda yang
enerjik melakukan aksi sosial disebagian besar wilayah Indonesia.
Menindak lanjuti aksinya, mereka kemudian menggagas entitas
kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis. Maka pada
10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial yang bernama PKPU.
Dalam perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi
dana ummat yang berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat
besar. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,
Indonesia bisa mengoptimalkan dana ZIS-nya untuk
memberdayakan masyarakat miskin.
Pada 8 Oktober 2001, PKPU mendapat pengukuhan sebagai
Lembaga Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK. Menteri Agama
RI No 441. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
kepada PKPU semakin besar. Pada hari Selasa, 22 Juli 2008,
Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU telah memperoleh register di
PBB sebagai lembaga dengan status “Special Consultative Status”
dari Economic and Social Council (Ecosoc)
82
Hingga kini, PKPU melaakukan pengumpulan dana dan
bantuan masyarakat, seperti Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) dan wakaf
serta dana CSR perusahaan, dana khusus bencana kemanusiaan
pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan, dana hewan
kurban. PKPU juga memiliki program misi penyelamatan
kemanusiaan, seperti daerah-daerah bencana alam dan kemanusiaan,
daerah kritis dan minus. Juga ada rehabilitasi kemanusiaan, seperti
rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih, rehabilitasi fasilitas
pendidikan, rehabilitasi fasilitas ibadah, rehabilitasi fasilitas
ekonomi. Dan yang terakhir ada program pembangunan masyarakat,
seperti: pemberdayaan ekonomi umat, pendidikan alternatif,
pembangunan pelayanan kesehatan mandiri, distribusi hewan kurban
Hingga tahun 2014, asset yang PKPU termasuk Lembaga Amil
Zakat yang besar, hal ini dibuktikan dengan asset kelolaan PKPU
yang sebesar Rp 11.261.930.916. Sedangkan untuk membuktikan
bahwa PKPU adalah lembaga Amil Zakat yang amannah dan
propesional, PKPU telah mendapatkan beberapa penghargaan,
diantaranya adalah: penghargaan dalam penanggulangan bencana,
penghargaan dari pemerintah Provinsi Salinurfa Turki, atas berbagai
aksi sosial yang selama ini dilakukan, Penghargaan Ketahanan
Masyarakat dalam menghadapi bencana dalam ASEAN Day for
Disaster Management (ADDM), penghargaan dari Numico Group,
Netherland dalam program “Rebuilding Fund”, Gentong Desa PKPU
83
bersama HSBC meraih penghargaan muri atas pembangunan
Gentong air dengan ukuran diameter 2,7 meter dan tinggi 2,25 meter
yang dibangun di RT 013 RW 07 Kelurahan Tanjung Burung,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten ini
baru pertama kali dibangun di Indonesia. PKPU juga meraih
penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
karena telah berjasa ikut mendukung Pemerintah dalam tugas
penanggulangan bencana di Indonesia, penghargaan The Best
Humanitarian NGO dalam The International Conference on Family
of The Islamic World. Serta Penghargaan dari dirut Telkomsel atas
kemampuan PKPU dalam membantu korban bencana alam serta
aktivitas−aktivitas pendukungnya. Dalam pengamatannya, PKPU
dinilai dapat secara tepat dan cepat melakukan distribusi berbagai
bantuan hingga ke pelosok−pelosok daerah yang belum terjangkau
bantuan selama terjadinya bencana alam longsor dan banjir di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
84
b. Visi dan Misi Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
1) Visi
Menjadi Lembaga Terpercaya Dalam Membangun
Kemandirian.
2) Misi
a) Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan
pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian.
b) Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat,
perusahaan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat
dalam dan luar negeri.
c) Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi
kepada masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).
4. Gambaran Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)
Pada tahun 1999, Abu Syauqi salah satu tokoh dai muda
Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis
Taklim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang
concern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah
organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Di tahun
2003 menurut keputusan Menteri Agama RI No 157/tahun 2003
Yayasan DSUQ dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat
85
Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33 Bandung sekaligus
sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian semakin berkembang.
Sehingga, digunakannya Masjid Al Manaar Jl. Puter Bandung
sebagai tempat kajian rutin. DSUQ berubah nama menjadi Rumah
Zakat Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama
RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi
organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Dan turunnya
Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2007 yang mengukuhkan Yayasan Rumah Zakat Indonesia
sebagai Lembaga Amil Zakat.
Pada 5 April 2010, resmi diluncurkanlah brand baru Rumah
Zakat menggantikan brand sebelumnya Rumah Zakat Indonesia.
Dengan mengusung tiga brand value baru: Trusted, Progressive dan
Humanitarian, organisasi ini menajamkan karakter menuju “World
Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO)”.
Rumah Zakat berupaya untuk menyalurkan bantuan kepada
masyarakat kurang mampu melalui pendidikan (Senyum Juara),
kesehatan (Senyum Sehat), dan ekonomi (Senyum Mandiri) di 121
wilayah binaan atau Integrated Community Development (ICD).
Pada bulan September 2013 Rumah Zakat mengubah diri
menjadi RZ. Perubahan ini bukan hanya terjadi pada logo yang akan
diaplikasikan pada berbagai perangkat, tapi juga pada budaya kerja
para amil agar dapat bergerak lebih cepat, gesit, tapi menghasilkan
86
karya yang besar dalam upaya pemberdayaan. Dan tahun lalu
turunlah Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 421 Tahun 2015
yang memberikan izin kepada yayasan rumah zakat indonesia
sebagai lembaga amil zakat skala nasional.
Rumah Zakat telah tersebah di berbagai daerah di Indonesia
seperti: Bandung, Aceh, Balikpapan, Bandar lampung, Banjarmasin,
Batam, Bekasi, Bogor, Cilegon, Cimahi, Cirebon, Depok, Jakarta,
Makasar, Malang, Padang, Palembang, Pekanbaru, Pontianak,
Samarinda, Semarang,, Solo, Surabaya, Tangerang, dan Yogyakarta.
Sedangkan dari sisi keuangan, hingga tahun 2014 asset yang dikelola
oleh RZ sebesar Rp 39.440.450.215
Untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa RZ adalah
lembaga Amil Zakat adalah lembaga yang terpercaya dan
profesional dalam pengelolaan dananya, dapat terlihat dari
penghargaan-penghargaan yang diraih oleh RZ. Diantaranya adalah:
Pertama, salah satu program RZ yakni Kebun Gizi Mandiri berhasil
meraih Indonesia MDG Award (IMA) 2013 untuk kategori nutrisi
pada bulan Maret 2014. Kedua, RZ berhasil meraih penghargaan Top
of Mind Zakat Management 2013 dalam Indonesia Middle-Class
Brand Forum (IMBF) III yang diselenggarakan Majalah SWA dan
Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) pada bulan
Agustus 2014. Ketiga, RZ berhasil meraih penghargaan Mitra Bakti
Kesra Utama dan Lencana Bakti Kesra Utama 2014 dari Menteri
87
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada bulan Oktober 2014.
Dan keempat RZ Magazine (RZ Magz) berhasil meraih penghargaan
Indonesia’s Best of Internal Media 2014 dalam program PR Program
and People of The Year yang diselenggarakan oleh Majalah MIX
Marketing Communication pada bulan Oktober 2014.
b. Visi, Misi dan Brand Value Rumah Zakat (RZ)
1) Visi
Lembaga Filantropi Internasional berbasis pemberdayaan yang
profesional
2) Misi
a) Berperan aktif dalam membangun jaringan filantropi
Internasional
b) Memfasilitasi kemandirian masyarakat
c) Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui
keunggulan insani
3) Brand Value
a) Trusted, yaitu enjalankan usaha dengan profesional,
transparan dan terpercaya
b) Progressive, yaitu senantiasa berani melakukan inovasi dan
edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih
88
c) Humanitarian, yaitu memfasilitasi segala upaya
humanitarian dengan tulus secara universal kepada seluruh
umat manusia.
5. Gambaran Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)
a. Sejarah Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM
BRI)
Pada tahun 2001, dimana Indonesia masih merasakan dampak
krisis ekonomi dengan bertambahnya jumlah orang miskin,
sementara besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI belum dikelola
secara optimal. Bapak Rudjito sebagai Dirut BRI memprakarsai
dibentuknya yayasan tersendiri yang khusus mengelola dana ZIS.
Maka pada tanggal 10 Agustus 2001 BOD BRI yang terdiri
dari H. Rudjito (Dirut), H. Ahmad Askandar, H. Akhmad Amien
Mastur, Hendrawan Tranggana, Krisna Wijaya, Hj. Gayatri Rawit
Angreni (Direktur), bersama Pengurus Bapekis BRI Kanpus,
Pemimpin Wilayah dan para Pejabat di Kanpus sepakat mendirikan
Yayasan Baitul Maal-Bank Rakyat Indonesia dengan H. Purwanto
sebagai ketua Yayasan. Pada saat yang sama, terkumpul dana
sebesar Rp 122.000.000,- yang diperuntukan sebagai dana abadi
Yayasan.
Setelah pendirian yayasan, langkah selanjutnya yang ditempuh
Bapekis adalah membuat Surat Edaran yang isinya himbauan kepada
89
semua pekerja muslim BRI untuk mengisi Surat Kuasa pemotongan
gaji untuk zakat dan infak. Menyikapi surat Edaran tersebut berbagai
tanggapanpun mengalir dari para pekerja BRI, baik yang sangat
mendukung maupun yang keberatan. Bentuk keberatan tersebut para
pekerja sudah menyalurkansecara langsung ke mustahiq.
Keberatan tersebut akan dijawab dengan prestasi dan kinerja
yang baik oleh YBM BRI. Dan dengan niat ikhlas mengemban
amanat, YBM BRI berusaha dengan baik untuk mengumpulkan dan
menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah yang telah terkumpul.
Akhirnya, pada tanggal 6 November 2002 YBM-BRI
dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat
Nasional dengan no SK 445. Dengan pengukuhan tersebut YBM-
BRI mendapat legalitas untuk mengelola dana Zakat, Infak dan
Sadaqah pekerja BRI dan masyarakat.
Sampai tahun 2014 ini, YBM BRI memiliki asset kelolaan
sebesar Rp 53.001.083.148. Adapun penghargaan yang diraih oleh
YBM BRI sebagai pembuktian bawha YBM BRI adalah Lembaga
Amil Zakat yang dapat dipercaya dan profesional adalah YBM BRI
tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kegiatan
pelatihan pemulasaraan jenazah di lokasi terbanyak di seluruh
Indonesia, yakni di 16 lokasi. Lokasi pelatihan meliputi Banda
Aceh, Medan, Lampung, Padang, Pekanbaru, Jakarta Utara, Jakarta
Pusat, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
90
Malang, Denpasar, Makassar dan Banjarmasin. YBM-BRI bersama
dengan Fatayat NU Cabang Cirebon yang dibantu oleh Kelompok
Tambak Flowen Aras mendapatkan penghargaan Mina Bakti Bahari
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. YBM juga menjadi
pemenang ke dua kategori pemberdayaan zakat dalam Zakat Award
2005, dan pemenang pertama kategori pemberdayaan zakat dalam
Zakat Award 2004.
Sedangkan untuk jangkauan wilayahnya, YBM BRI memiliki
kantor perwakilan yang telah tersebar di Indonesia, diantaranya
adalah: Aceh, Medan, Padang Bandar Lampung, Palembang, Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar,
Banjarmasin, Makassar, Pekanbaru, dan Jayapura.
b. Visi, Misi dan Tujuan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
1) Visi
Menjadi pengelola ZIS terkemuka di Indonesia yang Amanah,
Profesional dan sesuai dengan Syariat Islam
2) Misi
a) Mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran ZIS di
lingkungan BRI dan umat Islam pada umumnya.
b) Meningkatkan pemanfaatan ZIS secara tepat guna dan
berhasil guna.
91
c) Menyelenggarakan kegiatan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Government.)
3) Tujuan
a) Perusahaan dapat berperan serta dalam peningkatan
keimanan dan ketaqwaan para karyawan dan masyarakat.
b) Menciptakan harmonisasi hubungan dengan masyarakat
sekitar (bentuk nyata kepedulian sosial).
c) Untuk Mengoptimalkan potensi ZIS di masyarakat
khususnya di lingkungan perusahaan.
B. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat
1. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI)
Hasil pengukuran kinerja keuangan Bamuis BNI dari tiga
komponen yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan
kapasitas organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.
92
Tabel 4.1
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
Kriteria Penilaian Efisiensi dan
Kapasitas Organisasi
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Penilaian
Efisiensi dan Kapasitas
Organisasi
Persentase
Kinerja Keuangan
Konversi
Nilai
Operational expenses ratio 1,70% 5
Primary revenue ratio 98,69% 5
Primary revenue growth 8,79% 1
Program expenses ratio 88,08% 4
Program expenses growth 11,52% 2
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh
Bamuis BNI adalah primary revenue growth dengan hasil penilaian
buruk dan program expense growth dengan nilai kurang baik. Untuk
primary revenue growth sebesar 8,79%, hal ini berarti perolehan dana
zakat yang didapat Bamuis BNI tahun ini mengalami peningkatan
sebesar 8,79% dari perolehan zakat tahun lalu. Atau perolehan dana zakat
mengalami kenaikan sebesar Rp 2.091.832.257, dari Rp 23.805.790.778
di tahun 2013 menjadi 25.897.623.035 di tahun 2014. Untuk
memperbaiki primary revenue growth, Bamuis BNI perlu meningkatkan
perolehan dana zakat di tahun mendatang. Dana agar mendapat nilai
minimal cukup baik, Bamuis BNI harus meningkatkan perolehan dana
zakat minimal sebesar 15,00% lebih besar dr tahun ini.
Selanjutnya, untuk memperbaiki nilai program expense growth
Bamuis BNI perlu meningkatkan pengeluaran dana pembiayaan program
di tahun mendatang. Karena pertumbuhan pengeluaran dana pembiayaan
93
program di tahun ini hanya 11,52% dari tahun lalu. Atau meningkat
sebesar Rp 2.393.439.680 dari Rp 20.779.392.974 di tahun 2013 menjadi
Rp 23.172.832.654 di tahun 2014. Agar mendapat nilai minimal cukup
baik, Bamuis BNI harus meningkatkan perolehan dana zakat minimal
sebesar 15,00% dari otal penggunaan dananya.
Dan untuk program expenses ratio, Bamuis BNI mendapatkan
nilai yang baik. Karena program expenses ratio Bamuis BNI sebesar
88,08%. Hal ini berarti pembiayaan program yang dikeluarkan oleh
Bamuis BNI sebesar 88,08% dari total penggunaan dana, dengan dana
pembiayaan sebesar Rp 23.172.832.654 dari total penggunaan dana
sebesar Rp 26.308.661.164. agar Bamuis BNI tetap mempertahankan
nilai baiknya, dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan program di tahun
mendatang tidak boleh kurang 80,00% dari total penggunaan dananya.
Sedangkan untuk operational expenses ratio, dan primary revenue ratio,
serta kriteria kinerja laporan keuangan Bamuis BNI mendapatkan nilai
yang sangat baik.
Operational expenses ratio Bamuis BNI sebesar 1,70%. Hal ini
berarti biaya operasional yang dikeluarkan oleh Bamuis BNI adalah
1,70% dari total penggunaan dana, atau biaya operasional sebesar Rp
446.713.362 dari total penggunaan dana sebesar Rp 26.308.661.164.
Agar tetap mendapatkan nilai yang sangat baik, Bamuis BNI harus
mempertahankan biaya operasionalnya tidak lebih 5,00% dari total
penggunaan dana.
94
Untuk primary revenue ratio Bamuis BNI memperoleh 98,69%.
Hal ini berarti dana zakat yang dikumpulkan Bamuis BNI sebesar
98,69% dari total perolehan dana, atau sebesar Rp 25.897.623.035 dari
total perolehan dana sebesar Rp 26.242.348.848. Walaupun penilaian
primary revenue ratio Bamuis BNI memperoleh nilai yang sangat baik,
jika dibandingkan dengan Lembaga Amil Zakat lainnya yang terdapat
dalam penelitian ini, perolehan dana zakat yang diperoleh Bamuis BNI
paling rendah. Hal ini berarti, Bamuis BNI masih memiliki peluang
untuk memperoleh dana zakat lebih besar.
Dan untuk kriteria kinerja laporan keuangan, berdasarkan tabel 4.1,
dapat diketahui bahwa Bamuis BNI memiliki laporan keuangan yang
diterbitkan secara berkala, bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu
KAP Drs Adnan Ali dan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
untuk laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, Bamuis BNI juga
mempublikasikan laporan keuangannya di websitenya
www.bamuisbni.or.id, sehingga Bamuis BNI mendapatkan nilai yang
sangat baik.
95
Tabel 4.2
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Baitul Mal Ummat Islam
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Laporan
Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara
rutin?
Diterbitkan setiap
tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh
KAP?
Diaudit oleh KAP Drs
Adnan Ali
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja
kuangan Bamuis BNI mendapatkan nilai AA.
Tabel 4.3
Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan
(IMZ, 2011)
Konversi
Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 5
Primary revenue ratio 5
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 2
Total nilai 7,33
Nilai peringkat AA
Sumber: Data diolah peneliti
Agar dapat melihat keenam aspek penilaian secara utuh dapat dilihat
pada gambar 4.1.
96
Gambar 4.1
Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI)
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
2. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa
Hasil pengukuran kinerja keuangan Dompet Dhuafa dari tiga
komponen yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan
kapasitas organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Dompet Dhuafa
Kriteria Penilaian Efisiensi dan
Kapasitas Organisasi
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Penilaian
Efisiensi dan Kapasitas
Organisasi
Persentase
Kinerja Keuangan
Konversi
Nilai
Operational expenses ratio 12,57% 1
Primary revenue ratio 48,09% 1
Primary revenue growth -0,23% 1
Program expenses ratio 81,12% 4
Program expenses growth 24,43% 4
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
5
5
5 1
4
2
Laporan keuangan
Operationalexpenses ratio
Primary revenueratio
Primary revenuegrowht
Program expensesratio
Program expensesgrowth
97
Dari tabel 4.4, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh
Dompet Dhuafa adalah operational expenses ratio, primary revenue
ratio dan primary revenue growth karena hasil pengukurannya
menunjukkan nilai yang buruk. Untuk memperbaiki operational
expenses ratio, Dompet Dhuafa perlu mengurangi biaya operasionalnya
karena dinilai terlalu besar, yakni 12,57% dari total penggunaan dana
yang dikeluarkan di tahun 2014 atau biaya operasional sebesar Rp
32.556.347.949 dari total penggunaan dana sebesar Rp 259.082.233.456.
Agar dapat nilai minimal cukup baik, Dompet Dhuafa perlu mengurangi
biaya operasionalnya hingga rasio biaya operasional terhadap total
penggunaan dana minimal sebesar 7,00% dari total penggunaan dana.
Untuk primary revenue ratio, Dompet Dhuafa meperoleh 48,09%.
Hal ini berarti dana zakat yang didapat oleh Dompet Dhuafa adalah
48,09% dari total perolehan dana, atau perolehan dana zakat sebesar Rp
124.045.005.930 dari total perolehan dana yang didapat sebesar Rp
257.927.010.368. Walaupun primary revenue ratio Dompet Dhuafa
mendapatkan nilai yang buruk, tetapi jika dibandingkan dengan Lembaga
Amil Zakat lainnya yang diteliti dalam penelitian ini, Dompet Dhuafa
mendapatkan dana zakat yang paling tinggi. Hanya saja persentasenya
masih rendah jika dibandingkan dengan total perolehan dana yang
didapat. Hal ini disebabkan Dompet Dhuafa bukan hanya fokus dalam
pengumpulan zakat saja, akan tetapi juga infak dan sedekah, wakaf, dana
pembelian hewan kurban, dana solidaritas kemanusiaan, bagi hasil dan
98
lainnya. Sehingga persentase dana zakatnya rendah. Untuk meningkatkan
nilai primary revenue ratio, Dompet Dhuafa perlu meningkatkan
perolehan zakatnya, dan agar Dompet Dhuafa mendapatkan nilai minimal
cukup baik maka perolehan zakat di tahun mendatang tidak boleh kurang
dari 75,00% dari total perolehan dana.
Dan untuk primary revenue growth, Dompet Dhuafa mendapatkan
-0,23%. Hal ini berarti perolehan dana zakat tahun ini mengalami
penurunan 0,23% dari tahun sebelumnya, atau menurun sebesar Rp
288.850.002, dari 124.333.855.932 di tahun 2013 menjadi Rp
124.045.005.930 di tahun 2014. Untuk memperbaiki nilai primary
revenue growth, Dompet Dhuafa perlu meningkatkan perolehan dana
zakat di tahun mendatang. Agar mendapatkan nilai minimal cukup baik,
Dompet Dhuafa perlu meningkatkan perolehan zakat minimal sebesar
15,00% dari tahun ini.
Sedangkan untuk program expenses ratio dan program expenses
growth, Dompet Dhuafa mendapatkan nilai yang baik. Program expenses
ratio sebesar 81,12% dan program expenses growth sebesar 24,43%.
Untuk program expenses ratio sebesar 81,12% itu berarti Dompet
Dhuafa menggunakan dana untuk pembiayaan program sebesar 81,12%
dari total penggunaan dana. Atau menggunakan dana sebesar Rp
210.161.830.149 untuk pembiayaan program dari total penggunaan dana
sebesar Rp 259.082.233.456. Agar dapat mempertahankan nilai baiknya,
99
pembiayaan program Dompet Dhuafa di tahun mendatang tidak boleh
kurang dari 80,00% dari tahun ini .
Dan untuk program expenses growth sebesar 24,43%, itu berarti
penggunaan dana pembiayaan program mengalami kenaikan sebesar
24,43% dari tahun sebelumnya, atau sebesar Rp 168.903.634.536 di
tahun 2013 meningkat sebesar Rp 41.258.195.613 menjadi Rp
210.161.830.149 di tahun 2014. Agar dapat mempertahankan nilai
baiknya, peningkatan pembiayaan program Dompet Dhuafa di tahun
mendatang tidak boleh kurang dari 15,00% dari pembiayaan program
tahun ini.
Tabel 4.5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet Dhuafa
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Laporan
Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara
rutin?
Diterbitkan setiap
tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh
KAP?
Diaudit oleh KAP Paul
Hadiwinata, Hidajat,
Arsono, Achmad, Suharli
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dan nilai sangat baik diperoleh Dompet Dhuafa dari kriteria
penilaian laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui
bahwa Dompet Dhuafa memiliki laporan keuangan yang diterbitkan
secara berkala, bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP
diaudit oleh KAP Paul Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma, dan Rekan
100
dengan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan
keuangan tahun 2014. Selain itu, Dompet Dhuafa juga mempublikasikan
laporan keuangannya di websitenya www.dompetdhuafa.org
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja
kuangan Dompet Dhuafa mendapatkan nilai BBB+.
Tabel 4.6
Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan
(IMZ, 2011)
Konversi
Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 1
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 4
Total nilai 5,33
Nilai peringkat BBB+
Sumber: Data diolah peneliti
Agar dapat melihat keenam aspek penilaian secara utuh dapat dilihat
pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Kinerja Kenuangan Dompet Dhuafa
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
5
1
1 1
4
4
Laporan keuangan
Operationalexpenses ratio
Primary revenueratio
Primary revenuegrowht
Program expensesratio
Program expensesgrowth
101
3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Hasil pengukuran kinerja keuangan PKPU dari tiga komponen
yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas
organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi Pos
Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Kriteria Penilaian Efisiensi dan
Kapasitas Organisasi
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Penilaian
Efisiensi dan Kapasitas
Organisasi
Persentase
Kinerja Keuangan
Konversi
Nilai
Operational expenses ratio 6,80% 4
Primary revenue ratio 29,69% 1
Primary revenue growth 15,94% 3
Program expenses ratio 84,96% 4
Program expenses growth 18,61% 3
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh
PKPU adalah primary revenue ratio karena hasil pengukurannya
menunjukkan nilai yang buruk. Untuk primary revenue ratio, PKPU
meperoleh 29,69% hal ini berarti dana zakat yang didapat oleh PKPU
adalah 29,69% dari total perolehan dana, atau perolehan dana zakat
sebesar Rp 45.826.304.177 dari total perolehan dana sebesar Rp
152.388.436.833. Untuk memperbaiki primary revenue ratio, PKPU
perlu meningkatkan perolehan dana atas zakat di tahun mendatang. Dan
agar PKPU mendapatkan nilai minimal cukup baik, maka PKPU perlu
meningkatkan perolehan dananya minimal 75,00% dari total perolehan
dana.
102
Untuk primary revenue growth dan program expenses growth,
PKPU mendapatkan penilaian cukup baik. Primary revenue growth
sebesar 15,94%. Hal ini berarti, tahun ini perolehan dana zakat PKPU
mengalami peningkatan 15,94% atau perolehan dana zakat meningkat
sebesar Rp 6.300.616.649 dari Rp 39.525.687.528 di tahun 2013 menjadi
Rp 45.826.304.177 di tahun 2014. Agar PKPU bisa mendapatkan nilai
yang baik untuk primary revenue growth-nya, PKPU perlu meningkatkan
perlehan zakat di tahun mendatang, minimal 20,00% dari total perolehan
dananya.
Sedangkan program expenses growth yang didapat PKPU sebesar
18,61%. Hal ini berarti dana yang dikeluarkan PKPU untuk pembiayaan
program tahun ini meningkat sebesar 18,617% dari tahun sebelumnya.
Atau dana pembiayaan program meningkat sebesar Rp 20.313.307.396
dari sebelumnya Rp 109.161.552.927 di tahun 2013 menjadi Rp
129.474.860.323 ditahun 2014. Agar PKPU memperoleh nilai minimal
baik, PKPU perlu meningkatkan penggunaan dana untuk pembiayaan di
tahun mendatang minimal sebesar 15,00% dari tahun ini.
Sedangkan operational expense ratio dan program expenses ratio
sama-sama mendapatkan nilai yang baik. Untuk perational expense ratio
sebesar 6,80%. Hal ini berarti biaya operasional yang dikeluarkan oleh
PKPU sebesar 6,80% dari total penggunaan dana, atau sebesar Rp
10.368.552.437 dari total penggunaan dana sebesar Rp 152.388.436.833.
agar dapat mempertahankan nilai operational expense ratio, biaya
103
operasional yang dikeluarkan PKPU tidak boleh lebih dari 5,00% dari
total penggunaan dana.
Dan untuk program expenses ratio mendapat 84,96%. Hal ini
berarti, dana pembiayaan program yang telah dikeluarkan oleh PKPU
mengalami peningkatan sebesar 84,96%, dari total penggunaan dana.
Atau PKPU mengeluarkan dana pembiayaan program sebesar Rp
129.474.860.323 dari total penggunaan dana sebesar Rp
152.388.436.833. Agar PKPU bisa mempertahankan nilai program
expenses ratio di tahun mendatang, pembiayaan program yang
dikeluarkan oleh PKPU tidak boleh kurang dari 80,00% dari total
penggunaan dana.
Tabel 4.8
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Laporan
Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara
rutin?
Diterbitkan setiap
tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh
KAP?
Diaudit oleh KAP Husni,
Mucharam dan Rasidi
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dan nilai sangat baik diperoleh PKPU dari kriteria penilaian
laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa Dompet
Dhuafa memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala,
bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Husni, Mucharam dan
104
Rasidi dengan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, PKPU juga mempublikasikan
laporan keuangannya di websitenya www.pkpu.or.id
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja
kuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) mendapatkan nilai A.
Tabel 4.9
Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan
(IMZ, 2011)
Konversi
Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 4
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 3
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 3
Total nilai 6,67
Nilai peringkat A
Sumber: Data diolah peneliti
Gambar 4.3
Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
5
4
1
3 4
3
Laporan keuangan
Operationalexpenses ratio
Primary revenueratio
Primary revenuegrowht
Program expensesratio
Program expensesgrowth
105
4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ)
Hasil pengukuran kinerja keuangan RZ dari tiga komponen yaitu
penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas organisasi
dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 4.10
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Rumah Zakat (RZ)
Kriteria Penilaian Efisiensi dan
Kapasitas Organisasi
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Penilaian
Efisiensi dan Kapasitas
Organisasi
Persentase
Kinerja Keuangan
Konversi
Nilai
Operational expenses ratio 6,23% 4
Primary revenue ratio 40,32% 1
Primary revenue growth 2,85% 1
Program expenses ratio 61,98% 2
Program expenses growth 4,00% 1
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Primary revenue ratio, primary revenue growth, dan program
expenses growth RZ memperoleh nilai yang sama, yaitu buruk. Untuk
Primary revenue ratio sebesar 40,32%. Hal ini berarti dana zakat yang
didapat oleh RZ sebesar 40,32% dari total perolehan dana. Atau dana
zakat sebesar Rp 79.961.568.561 dari total perolehan dana sebesar Rp
198.331.737.315. Perolehan dana zakat 40,32% masih sangat kurang
untuk sebuah LAZ, sehingga dinilai buruk. Perolehan dana zakat dinilai
cukup jika perolehannya berkisar 75,00%-74,99%.
Untuk primary revenue growth sebesar 2,85%. Hal ini berarti,
perolehan dana zakat tahun ini meningkat 2,85% dari perolehan dana
zakat tahun lalu. Atau perolehan zakat tahun lalu sebesar Rp
106
77.742.417.871 meningkat sebesar Rp 2.219.150.690 menjadi Rp
79.961.568.561 di tahun 2014. Peningkatan sebesar 2,85% masih dinilai
buruk. Sehingga RZ perlu meningkatkan perolehan dana zakat di tahun
mendatang. Agar mendapatkan nilai minimal cukup baik, RZ perlu
meningkatkan perolehan zakatnya meningkat minimal 15,00% di tahun
mendatang.
Untuk program expenses growth RZ sebesar 4,00%. Hal ini
berarti dana pembiayaan program yang dikeluarkan RZ di tahun ini
mengalami peningkatan sebesar 4,00% dari tahun lalu. Atau mengalami
peningkatan Rp 5.553.856.501 dari Rp 138.725.182.256 di tahun 2013
menjadi Rp 144.279.038.757 di tahun 2014. Peningkatan dana
pembiayaan sebesar 4,00% masih sangat kurang, sehingga dinilai buruk.
Untuk memperbaiki program expenses growth, RZ perlu meningkatkan
pengeluaran untuk pembiayaan program lebih dari 15,00% agar di tahun
mendatang mendapat minimal penilaian cukup baik.
Untuk program expenses ratio, RZ mendapatkan nilai yang cukup
baik. Karena program expenses ratio-nya sebesar 61,98%. Hal itu berarti
dana yang dikeluarkan oleh RZ untuk pembiayaan program sebesar
61,98% dari total penggunaan dana. Atau pembiayaan program sebesar
Rp 144.279.038.757 dari total penggunaan program sebesar Rp
232.784.986.129. untuk meningkatkan nilai dari program expenses ratio,
RZ perlu menigkatkan pembiayaan programnya minimal sebesar 70,00%,
agar nilai minimal yang didapat cukup baik.
107
Sedangkan untuk operational expenses ratio, RZ mendapat nilai
yang baik karena rasio biaya operasional terhadap total penggunaan
dananya sebesar 6,23%. Hal ini berarti, biaya operasional yang
dibayarkan oleh RZ hanya sebesar 6,23% dari total penggunaan dana.
Dengan kata lain, RZ mengeluarkan dana untuk biaya operasional
sebesar Rp 14.506.034.151 dari total penggunaan dana sebesar Rp
232.784.986.129. Agar dapat mempertahankan nilai operational
expenses ratio, biaya operasional yang dikeluarkan oleh RZ tidak boleh
lebih dari 5,00% dari total penggunaan dana.
Tabel 4.11
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Rrumah Zakat (RZ)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Laporan
Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara
rutin?
Diterbitkan setiap
tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh
KAP?
Diaudit oleh KAP Kanaka
Puradireja
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dan untuk nilai sangat baik diperoleh RZ dari kinerja laporan
keuangannya. Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa RZ
memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala, bahkan
diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Kanaka Puradireja dengan
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan
tahun 2014. Selain itu, RZ juga mempublikasikan laporan keuangannya
di websitenya www.rumahzakat.org.
108
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja
kuangan RZ mendapatkan nilai BBB.
Tabel 4.12
Kinerja Keuangan Rumah Zakat
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan
(IMZ, 2011)
Konversi
Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 4
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 2
Program expenses growth 1
Total nilai 4,67
Nilai peringkat BBB
Sumber: Data diolah peneliti
Agar dapat melihat kelima aspek penilaian secara utuh dapat dilihat pada
gambar 4.4.
Gambar 4.4
Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ)
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
5
4
1 1
2
1
Laporan keuangan
Operationalexpenses ratio
Primary revenueratio
Primary revenuegrowht
Program expensesratio
Program expensesgrowth
109
5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
Hasil pengukuran kinerja keuangan YBM BRI dari tiga komponen
yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas
organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 4.13
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)
Kriteria Penilaian Efisiensi dan
Kapasitas Organisasi
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Penilaian
Efisiensi dan Kapasitas
Organisasi
Persentase
Kinerja Keuangan
Konversi
Nilai
Operational expenses ratio 4,40% 5
Primary revenue ratio 98,06% 5
Primary revenue growth 17,99% 3
Program expenses ratio 84,88% 4
Program expenses growth -12,96% 1
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dari tabel 4.13, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan
oleh YBM BRI adalah program expenses growth. Karena hasil
penilaiannya adalah buruk, yakni -12,96%. Hal ini berarti dana
pembiayaan program yang dikeluarkan oleh YBM BRI mengalami
penurunan sebesar 12,96%, atau menurun sebesar Rp 7.093.611.523,
yang semula Rp 54.724.215.295 di tahun 2013 menjadi Rp
47.630.603.772 di tahun 2014. Penurunan pembiayaan program tahun ini
cukup besar. Untuk memperbaiki nilai program expenses growth, RZ
perlu meningkatkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan
110
program di tahun mendatang minimal sebesar 15,00% dari pembiayaan
program tahun lalu agar mendapatkan nilai minimal cukup baik.
Dan untuk primary revenue growth YBM BRI mendapatkan nilai
cukup baik, yakni sebesar 17,99%. Hal ini berarti, perolehan dana zakat
yang didapatkan oleh YBM BRI meningkat sebesar 17,99% dari tahun
sebelumnya, atau meningkat sebesar Rp 11.157.334.892, dari Rp
62.004.415.841 di tahun 2013 menjadi Rp 73.161.750.733 di tahun 2014.
Untuk meningkatkan nilai primary revenue growth menjadi baik, YBM
BRI perlu meningkatkan perolehan dana zakat di tahun mendatang
minimal 20,00% dari perolehan dana zakat tahun ini.
Selanjutnya penilaian untuk program expenses ratio YBM BRI
adalah baik, yakni sebesar 84,88%. Hal ini berarti dana yang dikeluarkan
YBM BRI untuk pembiayaann program sebesar 84,888% dari total
penggunaan dana. Atau penggunaan dana pembiayaan untuk program
sebesar Rp 47.630.603.772 dari total penggunaan dana sebesar Rp
56.113.934.369. Agar dapat mempertahankan nilai program expenses
ratio, pengeluaran pembiayaann program di tahun mendatang tidak boleh
kurang dari 80,00% dari total penggunaan dananya.
Sedangkan untuk operational expenses ratio dan primary revenue
ratio YBM BRI mendapatkan nilai yang sangat baik. Yakni operational
expenses ratio sebesar 4,40% dan primary revenue ratio sebesar 98,06%.
Persentase operational expenses ratio sebesar 4,40%, hal ini berarti
bahwa biaya operasional yang dikeluarkan oleh YBM BRI adalah sebesar
111
4,40% dari total penggunaan dana. Atau biaya operasional sebesar Rp
2.467.783.534 dari total penggunaan dana sebesar Rp 56.113.934.369.
Agar bisa tetap mempertahankan nilai operational expenses ratio, maka
biaya operasional YBM BRI di tahun mendatang tidak boleh lebih dari
5,00% dari total penggunaan dana..
Dan persentase primary revenue ratio sebesar 98,06%, hal ini
berarti perolehan dana zakat YBM BRI tahun 2014 sebesar 98,06% dari
total perolehan dana. Atau perolehan dana sebesar Rp 73.161.750.733
dari total penggunaan dana sebesar Rp 74.608.892.879. Agar dapat
mempertahankan nilai primary revenue ratio, perolehan dana zakat YBM
BRI tidak boleh kurang 84,99% dari total penggunaan dana.
Tabel 4.14
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
(IMZ, 2011)
Hasil Penilaian Laporan
Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara
rutin?
Diterbitkan setiap
tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh
KAP?
diaudit oleh KAP Paul
Hadiwinata, Arsono, Ade
Fatma, dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
Dan untuk kinerja laporan keuangannya, YBM BRI memperoleh
nilai yang sangat baik. Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa
YBM BRI memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala,
bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Paul Hadiwinata,
112
Arsono, Ade Fatma, dan Rekan dengan mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian untuk laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, YBM BRI
juga mempublikasikan laporan keuangannya di websitenya
www.ybmbri.org.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja
kuangan YBM BRI mendapatkan nilai AA.
Tabel 4.15
Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan
(IMZ, 2011)
Konversi
Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 5
Primary revenue ratio 5
Primary revenue growth 3
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 1
Total nilai 7,67
Nilai peringkat AA
Sumber: Data diolah peneliti
Agar dapat melihat kelima aspek penilaian secara utuh dapat dilihat pada
gambar 4.5.
113
Gambar 4.5
Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti
C. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat
Hasil penilaian kinerja tersebut dapat diurutkan sesuai dengan peringkatnya,
seperti yang terlihat dalam tabel 4.16
Tabel 4.16
Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Hail Nilai
Peringkat Angka Huruf
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) 7,67 AA 1
Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia (Bamuis BNI) 7,33 AA 2
Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) 6,67 A 3
Dompet Dhuafa 5,33 BBB+ 4
Rumah Zakat (RZ) 4,67 BBB 5
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa peringkat terbaik didapat
oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) dengan nilai
angka 7,67 dan nilai huruf AA, kemudian Baitul Mal Ummat Islam Bank
5
5
5 3
4
1
Laporan keuangan
Operationalexpenses ratio
Primary revenueratio
Primary revenuegrowht
Program expensesratio
Program expensesgrowth
114
Negara Indonesia (Bamuis BNI) diperingkat kedua dengan nilai angka 7,33
dan nilai huruf AA. Diperingkat ketiga diraih oleh Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU) dengan nilai angka 6,67 dan nilai huruf A, selanjutnya
peringkat keempat diraih oleh Dompet Dhuafa dengan nilai total 5,33 dan
nilai huruf BBB+. Sedangkan diperingkat lima diraih oleh Rumah Zakat (RZ)
dengan nilai angka 4,67 dan nilai huruf BBB. Dengan demikian secara
umum, kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat dinilai cukup baik dengan
nilai angka total 6,334 dengan range nilai setara dengan 3 (cukup baik).
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja
keuangan Lembaga Amil Zakat pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan
dengan lima objek penelitian yaitu Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU,
RZ, dan YBM BRI dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan analisis kinerja prima dari Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ)
dalam buku Indonesia Zakat and Development (IZDR) tahun 2011.
Berdasarkan pengukuran kinerja keuangan pada kinerja prima dan
hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa
peringkat terbaik didapat oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) dengan nilai angka 7,67 dan nilai huruf AA,
kemudian Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
diperingkat kedua dengan nilai angka 7,33 dan nilai huruf AA.
Diperingkat ketiga diraih oleh Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
dengan nilai angka 6,67 dan nilai huruf A, selanjutnya peringkat keempat
diraih oleh Dompet Dhuafa dengan nilai total 5,33 dan nilai huruf BBB+.
Sedangkan diperingkat lima diraih oleh Rumah Zakat (RZ) dengan nilai
angka 4,67 dan nilai huruf BBB.
116
Dengan demikian secara umum, kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat
dinilai cukup baik dengan nilai angka total 6,334 dengan range nilai setara
dengan 3 (cukup baik).
B. Implikasi
Dari kesimpulan di atas dan beberapa pembahasan yang telah
dipaparkan dalam bab empat, maka implikasi penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Lembaga Amil Zakat
Hasil kinerja keuangan yang baik merupakan hal yang harus selalu
dipertahankan oleh Lembaga Amil Zakat. Hal ini harus dilakukan
bukan hanya agar Lembaga Amil Zakat tersebut dapat memperoleh
dana ZISWAF yang besar dari muzakki, tetapi karena dana yang
dikelola adalah dana ummat, sehingga pertanggungjawabannya tidak
sebatas pada muzakki sebagai pemberi zakat, tetapi juga mustahiq
sebagai penerima, ummat secara keseluruhan dan pertanggungjawaban
terberat kepada Allah Azza Wajalla.
Adapun untuk meningkatkan kinerja keuangan Lembaga Amil
Zakat yang diteliti dalam penelitian ini, maka beberapa hal dapat
dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat tersebut, diantaranya adalah
sebagai berikut:
117
a. Bagi Bamuis BNI diharapkan dapat meningkatkan primary
revenue growth karena berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
nilai yang buruk. Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar dapat
menyalurkan zakatnya ke Bamuis BNI dan lebih memasarkan
program-program zakat. Dan Bamuis BNI juga diharapkan dapat
menigkatkan program expenses growth karena berdasarkan hasil
pengukuran, diperoleh nilai yang kurang baik. Hal yang bisa
dilakukan oleh Bamuis BNI adalah dengan meningkatkan
pembiayaan program.
b. Bagi Dompet Dhuafa diharapkan dapat meningkatkan operational
expenses ratio, primary revenue ratio, dan primary revenue
growth karena berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang
buruk. Untuk operational expenses ratio, Dompet Dhuafa bisa
mengurangi biaya operasionalnya,. Sedangkan untuk primary
revenue ratio dan primary revenue growth, Dompet Dhuafa bisa
melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar dapat
menyalurkan zakatnya ke Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa
dan lebih memasarkan program-program zakatnya. Karena
walaupun primary revenue ratio Dompet Dhuafa mendapat nilai
yang buruk tetapi jika dibandingkan dengan Lembaga Amil Zakat
lainnya yang diteliti dalam penelitian ini, Dompet Dhuafa
mendapatkan dana zakat yang paling tinggi. Hanya saja
118
persentasenya masih rendah jika dibandingkan dengan total
perolehan dana yang didapat. Hal ini disebabkan Dompet Dhuafa
bukan hanya fokus dalam pengumpulan zakat saja, akan tetapi
juga infak dan sedekah, wakaf, dana pembelian hewan kurban,
dana solidaritas kemanusiaan, bagi hasil dan lainnya. Oleh karena
itu, Dompet Dhuafa perlu lebih memasarkan program-program
zakatnya agar lebih banyak lagi muzakki yang membayarkan
zakatnya ke Dompet Dhuafa.
c. Bagi PKPU diharapkan dapat meningkatkan primary revenue
ratio, karena berdasarkan hasil pengukuran memperoleh nilai
yang buruk, dan juga diharapkan dapat meningkatkan primary
revenue growth dan program expenses growth, karena
berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang cukup baik.
Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat agar dapat menyalurkan zakatnya ke
PKPU dan lebih memasarkan program-program zakat serta
meningkatkan pembiayaan program.
d. Bagi RZ diharapkan dapat meningkatkan primary revenue ratio,
primary revenue growth, dan program expenses growth, karena
berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang buruk. Hal
yang bisa dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat agar dapat menyalurkan zakatnya ke RZ dan
119
lebih memasarkan program-program zakat serta meningkatkan
pembiayaan program.
e. Bagi YBM BRI diharapkan dapat meningkatkan program
expenses growth, karena berdasarkan hasil pengukuran
memperoleh nilai yang sangat buruk. Hal yang bisa dilakukan
adalah meningkatkan pembiayaan program.
f. Bagi Organisasi Pengelola Zakat, diharapkan bisa tetap
memperhatikan kinerjanya. Bukan hanya kinerja keuangan,
melainkan kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara keseluruhan.
g. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide
untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen dan
keuangan yang membahas mengenai pengukuran kinerja
keuangan Lembaga Amil Zakat. Juga diharapkan dapat sebagai
pertimbangan saat ingin menyalurkan zakat ke Lembaga Amil
Zakat. Serta, dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
melakukan analisis kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara
keseluruhan, tidak terbatas pada Lembaga Amil Zakat saja dan
tidak hanya menilai kinerja keuangannya saja. Diharapkan pula
pada penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat ukur
lainnya untuk melengkapi kekurangan penelitian ini, serta sebagai
pengembangan dan perluasan objek penelitian.
120
DAFTAR PUSTAKA
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, “Fatawa fi Ahkamiz Zakat”, (terjemahan
Ghazali Mukri), Al-Qowam, Solo, 2011.
Anonim, “Akuntansi Zakat”, daiakses memalui:
http://www.deptan.go.id/kln/artikel/akuntansi_zakat.pdf, pada: 8. 01 aguatus
2013.
Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), “Penghargaan-
penghargaan yang Diraih oleh Bamuis BNI”, Diakses melalui:
http://www.bamuisbni.or.id/tentang/penghargaan/?id=4, pada 27 Mei 2016.
_____, “Laporan Tahunan Bamuis BNI 2014”, Diakses melalui:
http://www.bamuisbni.or.id/download/?id=40, pada 27 Mei 2016.
Bariadi, Lili, M. Hudri, Muhammad Zein, “Zakat dan Wirausaha”, CED (Center
for Enterpreneurship Development), Jakarta Selatan, 2005.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen, “Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta”, BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 2006.
Beik, Irfan Syauqi, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan :Studi
Kasus Dompet Dhuafa Republika”, Zakat & Empowering Jurnal Pemikiran
dan Gagasan, Vol II, Jakarta, 2009
Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti, W.ahyudin, “Kinerja Lembaga Amil Zakat
/LAZ dalam Perspektif Keuangan dan Customer (Studi Kasus di Kabupaten
Banyumas)”, Journal Proceding Vol 1, No 1, Universitas Jendral
Soedirman, Purwokerto, 2011.
Departemen Agama RI, “Al-Quran dan Terjemahnya”, CV Penerbit Dipenogoro,
Jakarta, 2005.
Dompet Dhuafa, “Laporan Keuangan Dompet Dhuafa 2014”, Diakses melalui:
http://www.dompetdhuafa.org/about/laporan, pada 8 januari 2016.
Fadhilah sri, et al, “Membangun Kerpercayaan Konsumen: Faktor Penting pada
Lembaga Amil Indonesia Seluruh Indonesia” Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi dan humaniora, Vol 3, No
1, Universitas Islam Bandung, 2012.
Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan
Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven
Boeve)”, Jurnal Analisis, Vol XI, No 2, Lampung, 2011.
121
Fakhruddin, “Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia”, UIN-Malang Press,
Malang, 2008.
Forum Organisasi Zakat (FOZ), “Pemenang ISR Award 2009”, Diakses melalui:
http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewnews&id=108, Pada 30
Januari 2014.
Hafidhuddin Didin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani, Jakarta,
2002.
Harun Nasution,” Islam Rasional,” Mizan, Jakarta: 1995.
Hasabi Al-Furqan, “125 Masalah Zakat”, Edisi Pertama, Tiga Serangkai, Solo,
2008.
IAI, Peraturan Standar Akuntansi Keuangan Syari‟ah 109: Akuntansi Zakat,
Infak/Sedekah, Jakarta, 2012.
IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development
Report”, IMZ, Ciputat, 2010.
____ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development
Report”, IMZ, Ciputat, 2011.
____ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development
Report”, IMZ, Ciputat, 2012.
Indriantoro Nur, Supomo Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Pertama, BPFE-
Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Modul Penyuluhan Zakat”, Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Zakat,
Jakarta, 2013.
Kementerian Agama Republik Indonesia "Panduan Organisasi Pengelola”,
Direktorat Jendlral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberbayaan Zakat, Jakarta, 2012.
Laela, Sugiyarti Fatma, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Organisasi Pengelola Zakat”, Islamic Finance and Business
Review, Bogor, 2010.
Lestari Alfi, “Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA):
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)” Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Vol 16, No 2, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta, 2015.
122
Lestari, Puji, “Pengukuran Kinerja Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kabupaten X di Wilayah Eks Karesidenan Banyumas dalam Perspektif
Balanced Scorecard”, Jurnal Investasi, Vol. 6, No. 1, Universitas Jendral
Soedirman, 2010.
Mahmudi, “Pengembangan Sistem Akuntansi Zakat dengan Teknik Fund
Accounting”, Daiakses memalui:
http://idb2.wikispaces.com/file/view/rp2008.pdf , Pada: 01 Agustus 2013.
Mahsun, M. “Pengukuran Kinerja Sektor Publik”, Yogyakarta: BPFE, 2009.
Majalah Zakat BAZNAS “Zakat dan Gaya Hidup” edisi Agustus-September 2014
Mudawwamah, Rizqiyatul, “Analisis Penerapan Prinsip Penghimpunan dan
Pengalokasian Dana pada Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Lembaga Pengelola Zakat (Studi Kasus pada Pos Keadilan Peduli Umat
Cabang Surabaya)” Jurnal Akntansi, Vol 1, No 3, Universitas Negeri
Surabaya, 2013
Rifqi, Muhammad, “Akuntansi Keuangan Syari’ah”, P3EI press, Yogyakarta,
2008.
Nasution, Mustafa Edwin, et. al., “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”,
Kencana, Jakarta, 2006.
Noor, Abd. Halim Mohd, et all “Assessing Performance of Nonprofit
Organization: A Framework for Zakat Institutions”, British Journal of
Economics, Finance and Management Sciences Vol. 5 (1), Inggris, 2012.
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman
Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-6/PJ/2011 tentang Pelaksanaan
Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dan Penghasilan
Bruto
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-15/PJ/2012 tentang Perubahan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-33/Pj/2011 tentang
Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang
Ditetapkan sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang
Dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto.
123
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 tentang Zakat
atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak atau Sedekah.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang Akuntansi
Zakat dan Infak atau Sedekah.
Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), “Penghargaan-penghargaan yang Diraih
oleh PKPU”, Diakses melalui: http://www.pkpu.org/?s=penghargaan, pada
18 Mei 2016.
_____ “Sejarah PKPU”, Diakses melalui: http://www.pkpu.org/about-us/history/
pada 18 Mei 2016.
_____ “Laporan Keuangan PKPU 2014”, Diakses melalui:
http://www.pkpu.org/donatur/laporan-keuangan/, pada 18 Mei 2016.
Prastowo, Andi. “Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian”, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2011.
Qardawy, Syekh Muhammad Yusuf. Konsepsi Islam dalam Mengentas
Kemiskinan, Terj. Umar Fanany, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1999.
Rahmawati, “Fungsi Sosial Zakat dalam al-Qur’an”, Al-Risalah, Vol 11, No 1,
Makassar, 2011.
Rosyidah, Trie Anis, dan Asfi Manzilati, “Implementasi Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil
Zakat (Studi Pada Beberapa LAZ Di Kota Malang)”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vol 1, No 1, Universitas
Brawijaya, Malang, 2012.
Rumah Zakat (RZ), “Laporan Tahunan RZ 2014” Diakses melalui:
https://drive.google.com/file/d/0B1NQ_pJMvj1UQ2xCTU9UeG0zMlU/vie
w, pada 18 Mei 2016.
Said Jamaliah, et., al “Composite Performance Measurement for Zakat
Organisations”, British Journal of Economics, Finance and Management
Sciences Vol 4, No 1, Inggris, 2012.
124
Shabri Husni, “pengukuran Kinerja Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
di Provinsi Sumatra Barat”, Tesis Universitas Indonesia, Depok, 2011.
Siregar, Erni Yanti, “Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ)Nasional Dompet
Dhuafa Republikadalam Pengelolaan Dana ZIS ”, Tesis Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 2003
Suratmaputra, Ahmad Munif, “Filsafat Hukum Islam al-Ghazali”, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 2002.
Tanjung, Hendri dan Nana Mintar, “Kinerja Pengumpulan Zakat Nasional”,
Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, Jakarta, 2012.
Tuasikal, Muhammad Abduh, “Panduan Mudah tentang Zakat”, Pustaka Muslim,
Yogyakarta, 2014.
Undang-Undang Zakat No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Uqaily, Ali Mahmud “Praktis dan Mudah Menghitung Zakat”, Aqwam, Solo,
2010.
Usman, Iskandar “Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam”, Raja Grafindo,
Jakarta, 1994.
Wibowo, “Manajemen Kinerja”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Yayasan Baitul Maal-Bank Rakyat Indonesia, “Laporan Tahunan YBM BRI 2014”
diakses melalui: http://ybmbri.org/annual-report/, pada 27 Mei 2014
_____, “Penghargaan-penghargaan yang Diraih oleh YBM BRI”, Diakses
melalui: http://ybmbri.org/penghargaan/, pada 27 Mei 2016
Yulinartat, et.al., “Three Circles Model Revitalisasi Lembaga Pengelola Zakat Di
Kabupaten Jember”, Annual International Conference on Islamic Studies
(AICIS XII), Surabaya, 2012.
Zuhaily, W, “Tafsir al-Munir”, Daril Fikri, Damaskus, 2003.
125
Lampiran 1: Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Bamuis BNI
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Diaudit oleh KAP Drs Adnan Ali
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet dhuafa
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP?
Diaudit oleh KAP Paul
Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma,
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan PKPU
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Diaudit oleh KAP Husni,
Mucharam dan Rasidi
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan RZ
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Diaudit oleh KAP Kanaka
Puradireja
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan YBM BRI
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Diaudit oleh KAP Paul Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma,
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? dipublikasikan di website
Nilai 5
126
Lampiran 2: Data Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Data Kriteria Efisiensi Keuangan
dan Kapasitas Organisasi
BAMUIS BNI
2014 2013
Beban Operasional Rp 446.713.362 Rp 495.213.426
Dana Zakat Rp 25.897.623.035 Rp 23.805.790.778
Perolehan Dana Total Rp 26.242.348.848 Rp 24.183.636.429
Pembiayaan Program Rp 23.172.832.654 Rp 20.779.392.974
Total Penggunaan Dana Rp 26.308.661.164 Rp 23.490.514.730
Data Kriteria Efisiensi Keuangan
dan Kapasitas Organisasi
DOMPET DHUAFA
2014 2013
Beban Operasional Rp 32.556.347.949 Rp 34.138.699.139
Dana Zakat Rp 124.045.005.930 Rp 124.333.855.932
Perolehan Dana Total Rp 257.927.010.368 Rp 243.593.121.532
Pembiayaan Program Rp 210.161.830.149 Rp 168.903.634.536
Total Penggunaan Dana Rp 259.082.233.456 Rp 223.590.787.972
Data Kriteria Efisiensi Keuangan
dan Kapasitas Organisasi
PKPU
2014 2013
Beban Operasional Rp 10.368.552.437 Rp 8.234.511.514
Dana Zakat Rp 45.826.304.177 Rp 39.525.687.528
Perolehan Dana Total Rp 154.369.173.302 Rp 126.584.225.660
Pembiayaan Program Rp 129.474.860.323 Rp 109.161.552.927
Total Penggunaan Dana Rp 152.388.436.833 Rp 127.663.127.949
Data Kriteria Efisiensi Keuangan
dan Kapasitas Organisasi
RZ
2014 2013
Beban Operasional Rp 14.506.034.151 Rp 12.944.639.618
Dana Zakat Rp 79.961.568.561 Rp 77.742.417.871
Perolehan Dana Total Rp 198.331.737.315 Rp 186.570.489.159
Pembiayaan Program Rp 144.279.038.757 Rp 138.725.182.256
Total Penggunaan Dana Rp 232.784.986.129 Rp 220.369.484.417
Data Kriteria Efisiensi Keuangan
dan Kapasitas Organisasi
YBM BRI
2014 2013
Beban Operasional Rp 2.467.783.534 Rp 1.156.684.870
Dana Zakat Rp 73.161.750.733 Rp 62.004.415.841
Perolehan Dana Total Rp 74.608.892.879 Rp 63.632.392.210
Pembiayaan Program Rp 47.630.603.772 Rp 54.724.215.295
total penggunaan dana Rp 56.113.934.369 Rp 59.679.309.161
127
Lampiran 3: Penilaian Efisiensi dan Kapasitas Organisasi
Kriteria
Penilaian
BAMUIS BNI DOMPET DHUAFA PKPU RZ YBM
BRI
%
Penilaian
Konversi
Nilai
%
Penilaian
Konversi
Nilai
%
Penilaian
Konversi
Nilai
%
Penilaian
Konversi
Nilai
%
Penilaian
Konversi
Nilai
OER 1,70% 5 12,57% 1 6,80% 4 6,23% 4 4,40% 5
PRR 98,69% 5 48,09% 1 29,69% 1 40,32% 1 98,06% 5
PRG 8,79% 1 -0,23% 1 15,94% 3 2,85% 1 17,99% 3
PER 88,08% 4 81,12% 4 84,96% 4 61,98% 2 84,88% 4
PEG 11,52% 2 24,43% 4 18,61% 3 4,00% 1 -12,96% 1
128
Lampiran 4: Hasil Kinerja Keuangan LAZ
Kriteria Penilaian Kinerja
Keuangan
Yayasan Baitul
Mal Ummat
Islam Bank
Negara Indonesia
(Bamuis BNI)
Dompet Dhuafa
Pos
Kemanusiaan
Peduli Umat
(PKPU)
Rumah Zakat
(RZ)
Yayasan Baitul
Maal Bank
Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai
Laporan Keuangan 5 5 5 5 5
Operational Expenses Ratio 5 1 4 4 5
Primary Revenue Ratio 5 1 1 1 5
Primary Revenue Growth 1 1 3 1 3
Program Expenses Ratio 4 4 4 2 4
Program Expenses Growth 2 4 3 1 1
Total Nilai 7,33 5,33 6,67 4,67 7,67
Nilai Peringkat AA BBB+ A BBB AA