analisis kinerja karyawan

159
ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KINERJA KARYAWAN PADA DEPARTEMEN WEAVING PT UNITEX, Tbk Oleh ARIS HARYANA H24076018 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Upload: setiya-ningrum

Post on 03-Jul-2015

4.785 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis kinerja karyawan

ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KINERJA

KARYAWAN PADA DEPARTEMEN WEAVING PT UNITEX, Tbk

Oleh

ARIS HARYANA

H24076018

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN

KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: analisis kinerja karyawan

ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KINERJA

KARYAWAN PADA DEPARTEMEN WEAVING PT UNITEX, Tbk

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIS HARYANA

H24076018

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN

KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: analisis kinerja karyawan

Judul Skripsi : ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KINERJA KARYAWAN PADA DEPARTEMEN WEAVING PT UNITEX, Tbk

Nama : Aris Haryana

NIM : H24076018

Menyetujui,

Pembimbing

(Ir . Pramono D Fewidarto, MS) NIP.`19580202 198403 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc) NIP. 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus :

Page 4: analisis kinerja karyawan

ABSTRAK Aris Haryana, H24076018. Analisis Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Kinerja Karyawan pada Departemen Weaving PT Unitex, Tbk. Di bawah bimbingan Pramono D Fewidarto.

PT UNITEX, Tbk adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia - Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (Fully Integrated Textile Manufacture) yang mengolah bahan baku kapas dan polyester menjadi benang dan bahan jadi kain. Globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat perkembangan dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi ini membuat dunia usaha di seluruh negara, khususnya Indonesia harus mengevaluasi kembali kesiapannya dalam semua sektor untuk menghadapi perubahan lingkungan tersebut. Mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan professional penting dilakukan perusahaan sehingga karyawan PT Unitex, Tbk memiliki kompetensi, keunggulan dan daya saing yang tinggi guna meningkatkan kinerja karyawan dalam menghadapi tantangan pasar global.

Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh karyawan pada Departemen Weaving dengan standar kompetensi yang ditetapkan di perusahaan, (2) Menganalisis kinerja yang dimiliki karyawan pada Departemen Weaving dengan standar kinerja karyawan yang ditetapkan perusahaan, (3) Menganalisis pengaruh kompetensi sumber daya manusia pada Departemen Weaving terhadap kinerja karyawan perusahaan, (4) Memberikan alternatif solusi yang dapat direkomendasikan dari pengaruh kompetensi sumber daya manusia bagi peningkatan kinerja karyawan perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang diperoleh melalui wawancara dan penyebaran formulir penilaian serta data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, hasil-hasil penelitian, buku-buku penunjang yang sesuai dengan penelitian ini dan penelusuran melalui internet. Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode analisis gap (kesenjangan), metode hubungan rentang waktu, dan metode Statistik Non-Parametrik (Regresi Berganda). Alat untuk pengolahan hasil (data) penelitian ini menggunakan perangkat lunak statistika dan program spredsheet.

Hasil dari analisis gap yang dilakukan pada karyawan PT Unitex, Tbk diketahui bahwa masih terdapat kesenjangan kompetensi aktual karyawan dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh perusahaan. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pada PT Unitex, Tbk pada umumnya diketahui karena pemahaman yang kurang terhadap jenis pekerjaan, penguasaan teknik-teknik kerja dan konsistensi dalam menerapakan standar mutu pekerjaan.

Kinerja karyawan pada Departemen Weaving memperlihatkan peningkatan pada setiap tahunnya. Berdasarkan rentang waktu penilaian kinerja antara 2006 sampai dengan 2009 menunjukkan pencapaian nilai standar kinerja dan peningkatan kinerja karyawan. Beberapa hal yang menjadi faktor sukses dalam peningkatan kinerja yaitu kontrol disiplin karyawan yang berkesinambungan,

Page 5: analisis kinerja karyawan

dampak penjualan produk yang membaik dan kebijakan perusahaan menetapkan status kontrak pada calon karyawan baru.

Berdasarkan hasil dari analisis pengaruh kompetensi karyawan terhadap kinerja karyawan diketahui bahwa kompetensi karyawan mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap peningkatan kinerja di setiap posisi karyawan. Kompetensi karyawan dibagi menjadi 4 bagian yaitu manajemen, leadership, komputer dan keahlian teknik. Posisi karyawan bagian operator dan kepala regu diketahui hanya atribut dari kompetensi teknik yang mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja. Kompetensi manajemen dan teknik mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja pada posisi kepala unit. Selain dari kompetensi manajemen dan teknik, pada posisi wakil pengawas dan pengawas kompetensi leadership berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja. Berdasarkan keempat kompetensi yang dilakukan penilaian hanya kompetensi komputer yang tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja di setiap posisi karyawan manapun.

Page 6: analisis kinerja karyawan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Juli 1986 dari pasangan

bahagia Bapak Otjim Wartjim dan Ibu Masriyah Muchtar, penulis merupakan

anak kedua dari 3 bersaudara.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Amaliah Ciawi dan lulus pada

tahun 1992, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SDN

Harjasari I dan lulus pada tahun 1998, setelah itu penulis melanjutkan

pendidikannya di SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan

menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun

2004.

Tahun 2007 penulis lulus Program Studi Diploma 3 Agroteknologi Hasil

Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan di Program Sarjana Manajemen Penyelengaraan khusus, Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada beberapa kegiatan

organisasi dan menjadi karyawan di salah satu Bank Swasta di Indonesia. Penulis

pernah aktif pada Himpunan profesi Exstension of Management (EXOM) pada

divisi pengembangan sumber daya manusia, dan aktif dalam beberapa kegiatan

kepanitiaan.

Page 7: analisis kinerja karyawan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT.

semata, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kedamaian dan

kesejahteraan dari-Nya semoga tercurah bagi Rasulullah SAW. beserta keluarga,

sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini tersusun dengan judul Analisis Kompetensi Sumber Daya

Manusia dan Kinerja Karyawan Pada Departemen Weaving PT Unitex, Tbk.

Skripsi ini disusun dengan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis dan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Sarjana

Manajemen Penyelengaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penyusunan skripsi ini telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik

secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis banyak berterima kasih

kepada :

1. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan banyak masukan dan bimbingan bagi penulis.

2. Dosen penguji, para Dosen dan Staf di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

3. Otjim Wartjim (Bapak), Masriyah (Ibu), Eka Fitriyah (Kakak), Solehudin

(Kakak), Muhammad Adi Kurnia (Adik), keluarga besar Alm. R.H. Muchtar

Affandi dan Wijaya. Terima kasih yang begitu luar biasa atas perhatian,

dukungan, dan doanya.

4. Bapak Ir. Sukoco Manager HRD PT Unitex, Tbk dan selaku pembimbing

lapang yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dan

seluruh staf karyawan PT Unitex Tbk atas bantuan selama penelitian.

5. Teman-teman Ekstensi Manajemen, terima kasih banyak atas bantuan dan

saran kalian semoga ini merupakan bagian dari kesuksesan kita yang akan

datang.

6. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: analisis kinerja karyawan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pihak-pihak yang membutuhkannya dan bernilai ibadah dalam pandangan

Allah SWT. Amien.

Bogor, Maret 2010

Aris Haryana

Page 9: analisis kinerja karyawan

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3. Tujuan................................................................................................ 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4 1.5. Manfaat Penelitian............................................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia .................................................. 6 2.2. Kinerja Karyawan ............................................................................. 7 2.3. Kompetensi........................................................................................ 9 2.3.1. Pengertian Kompetensi............................................................. 9 2.3.2. Standar Kompetensi.................................................................. 10 2.3.3. Model Kompetensi ................................................................... 12 2.4. Validitas ............................................................................................ 14 2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 15

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 17 3.2. Tahapan Penelitian ............................................................................ 19 3.3. Waktu dan Tempat ............................................................................ 20 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 20 3.5. Teknik Pengambilan Sample............................................................. 21

3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ..................................... 22 3.6.1. Analisis Gap ............................................................................. 22 3.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................ 23 3.6.3. Uji t (parsial)............................................................................. 24 3.6.4. Uji F (pengujian serentak) ........................................................ 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 26 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................................. 26 4.1.2. Keadaan umum perusahaan ................................................... 26

Page 10: analisis kinerja karyawan

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan....................................................... 28 4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................. 28 4.2. Kegiatan Produksi PT Unitex, Tbk ................................................... 29 4.3. Identifikasi Kompetensi Sumber Daya Manusia............................... 30

4.3.1. Faktor-faktor Kompetensi ...................................................... 30 4.3.2. Identifikasi Unit Kerja ........................................................... 31

4.3.3. Pejabat Penilai Kompetensi Karyawan .................................. 35 4.4. Identifikasi Kinerja Karyawan Perusahaan ....................................... 35

4.4.1. Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan ...................................... 38 4.4.2. Faktor-faktor Penilaian Kinerja Karyawan ............................ 38

4.4.3. Pejabat Penilai Kinerja Karyawan ......................................... 38 4.5. Analisis Gap Kompetensi Sumber Daya Manusia ............................ 39

4.5.1. Responden Operator Departemen Weaving ........................... 39 4.5.2. Responden Kepala Regu Departemen Weaving .................... 50

4.5.3. Responden Kepala Unit Departemen Weaving ...................... 66 4.5.4. Responden Wakil Pengawas & Pengawas Departemen Weaving .................................................................................. 62

4.6. Hubungan Kinerja Karyawan Antar Waktu ...................................... 78 4.6.1. Standar Kinerja Karyawan ..................................................... 78 4.6.2. Penilaian kinerja karyawan .................................................... 78

4.6.3. Kinerja karyawan antar waktu ............................................... 79 4.7. Analisis Pengaruh Kompetensi SDM Terhadap Kinerja ................... 82

4.7.1. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Posisi Operator ..... 82 4.7.2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Posisi Kepala

Regu........................................................................................ 84 4.7.3. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Posisi Kepala Unit 86 4.7.4. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Posisi Pengawas ... 89

4.8. Rekomendasi Solusi Bagi Peningkatan Kinerja karyawan ............... 93 4.8. Implikasi Manajerial.......................................................................... 107

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan........................................................................................ 110 5.2. Saran .................................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: analisis kinerja karyawan

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hubungan kompetensi perusahaan dan kompetensi pekerja...................... 12 2. Skala penilaian kompetensi karyawan ....................................................... 23 3. Fasilitas produksi PT Unitex ...................................................................... 27 4. Kompetensi Operator Reaching ................................................................. 39 5. Kompetensi Operator Warper .................................................................... 40 6. Kompetensi Operator Hozen Jumbi ........................................................... 41 7. Kompetensi Operator Shokki...................................................................... 43 8. Kompetensi Operator Shiage ..................................................................... 44 9. Kompetensi Operator Packing Shiage ....................................................... 45 10. Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja Operator .................................. 49 11. Kompetensi Kepala Regu Kowari.............................................................. 50 12. Kompetensi Kepala Regu Sizing ................................................................ 51 13. Kompetensi Kepala Regu Jumbi Hozen..................................................... 53 14. Kompetensi Kepala Regu Unten ................................................................ 54 15. Kompetensi Kepala Regu Shiage .............................................................. 55 16. Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja Kepala Regu ............................ 57 17. Kompetensi Kepala Unit Reaching ........................................................... 58 18. Kompetensi Kepala Unit Kowari .............................................................. 60 19. Kompetensi Kepala Unit Shokki ............................................................... 61 20. Kompetensi Kepala Unit Unten ................................................................ 62 21. Kompetensi Kepala Unit Shiage ............................................................... 63 22. Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja Kepala Unit.............................. 65 23. Kompetensi Wakil Pengawas Reaching .................................................... 67 24. Kompetensi Pengawas Reaching ............................................................... 68 25. Kompetensi Pengawas Jumbi .................................................................... 69 26. Kompetensi Wakil Pengawas Sizing .......................................................... 70 27. Kompetensi Wakil Pengawas Hozen Jumbi .............................................. 72 28. Kompetensi Wakil Pengawas Shiage ......................................................... 73 29. Kompetensi Pengawas Shiage.................................................................... 74 30. Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja wakil pengawas & pengawas .. 77 31. Kriteria Penilaian kinerja karyawan ........................................................... 78 32. Hasil perhitungan analisis regresi posisi Operator ..................................... 82 33. Hasil perhitungan analisis regresi posisi Kepala Regu .............................. 84 34. Hasil perhitungan analisis regresi posisi Kepala Unit................................ 87 35. Hasil perhitungan analisis regresi posisi Wakil Pengawas & Pengawas ... 90

Page 12: analisis kinerja karyawan

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Konsep pokok kompetensi .......................................................................... 11 2. Kerangka dasar kompetensi......................................................................... 13 3. Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 18 4. Tahapan proses penelitian ........................................................................... 19 5. Grafik kinerja karyawan .............................................................................. 79

Page 13: analisis kinerja karyawan

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman

1. Profil Perusahaan................................................................................... 114 2. Bentuk Formulir Identifikasi Keahlian Kerja........................................ 115 3. Hasil Analisa Gap Unit Kerja Posisi Operator...................................... 116 4. Perhitungan Penilaian Kompetensi Posisi Operator.............................. 118 5. Perhitungan Penilaian Kompetensi Posisi Kepala Regu ....................... 120 6. Hasil Analisa Gap Unit Kerja Posisi Kepala Regu ............................... 121 7. Perhitungan Penilaian Kompetensi Posisi Kepala Unit ........................ 123 8. Hasil Analisa Gap Unit Kerja Posisi Kepala Unit ................................ 124 9. Perhitungan Penilaian Kompetensi Posisi Pengawas............................ 126 10. Hasil Analisa Gap Unit Kerja Wakil Pengawas dan Pengawas ........... 127 11. Data Tahunan Kinerja Karyawan .......................................................... 129 12. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Operator ..................... 130 13. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Kepala Regu .............. 133 14. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Kepala Unit................ 136 15. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Pengawas ................... 139 16. Model Persamaan Regresi Karyawan ................................................... 142

Page 14: analisis kinerja karyawan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang

masih prospektif untuk dikembangkan. Populasi penduduk Indonesia yang

lebih dari 230 juta orang menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat

potensial. Tahun 2007 pendapatan tekstil di dalam negeri diperkirakan

mencapai Rp 80 triliun. Industri tekstil merupakan industri padat karya, yang

sedikitnya telah menyerap 1,8 juta tenaga kerja. Tahun yang sama, kinerja

ekspor telah mencapai US$ 10,1 miliar, meningkat sekitar 6,3% dibanding

tahun 2006 mencapai US$ 9,5 miliar. Indusri tekstil masih menjadi

penyumbang devisa non-migas terbesar di Indonesia. Di pasar global produk

tekstil Indonesia menghadapi pesaing potensi seperti Vietnam, Cina, dan

India (www.indonesiatekstil.com).

Kondisi tersebut menyebabkan persaingan bisnis diindikasikan oleh

adanya perkembangan teknologi yang cepat, siklus hidup produk yang

pendek, dan kompetisi global yang semakin intensif. Perusahaan dalam

kondisi persaingan tersebut yang memiliki produk berkualitas, akan

memungkinkan perusahaan untuk memenangkan persaingan. Persaingan

yang ada dalam dunia usaha tersebut telah menuntut sebagian besar

perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Salah satu cara yang

dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan pengembangan

sumber daya yang dimiliki, salah satunya yaitu sumber daya manusia (SDM).

Perusahaan yang mampu bersaing secara berkelanjutan memerlukan

kerjasama dari seluruh fungsi perusahaan khususnya sumber daya manusia

(SDM). Kerjasama dalam perusahaan tersebut hanya akan berkembang dan

maju apabila sumber daya manusianya memiliki kualitas yang baik. Hal ini

yang menjadi dasar perusahaan bahwa sumber daya manusia merupakan aset

paling penting yang perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Sumber

daya manusia merupakan faktor yang paling memberikan dampak langsung

kepada daya saing perusahaan (Mangkuprawira, 2002).

Page 15: analisis kinerja karyawan

2

Manajemen sumber daya manusia merupakan cara untuk mempelajari

dan mengembangkan berbagai jalan agar manusia dapat diintegrasikan secaa

efektif dalam berbagai organisasi, sehingga dapat diperoleh sumber daya

manusia yang produktif. Sumber daya manusia yang produktif yaitu SDM

yang mampu menyelesaikan perkerjaannya dengan mutu sesuai standar dan

waktu yang lebih singkat. Sumber daya manusia yang produktif dapat dicapai

apabila seseorang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang

tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu adanya motivasi yang

baik dalam diri karyawan yang bersangkutan maupun dari perusahaan

(Mangkuprawira, 2002).

Menurut Stooner dan Freeman (1992), proses manajemen sumber

daya manusia merupakan prosedur yang berlangsung secara terus menerus

yang mencoba mempertahankan organisasi untuk mendapatkan orang tepat di

posisi yang tepat pada saat yang dibutuhkan. Proses manajemen SDM

meliputi tujuh aktifitas dasar: (1) perencanaan sumber daya manusia; (2)

rekruitmen; (3) seleksi; (4) sosialisasi; (5) pelatihan dan pengembangan; (6)

penilaian prestasi kerja; (7) promosi transfer, demosi, dan PHK.

Sumber daya manusia sebagai mitra kerja perusahaan memiliki

peranan yang sangat penting dan dominan di dalam pencapain sasaran dan

tujuan sebuah perusahaan. Perusahaan harus memiliki SDM yang handal dan

berkualitas yang dapat dilihat dari kinerja karyawan perusahaan tersebut.

Salah satu bentuk kinerja karyawan dinilai oleh perusahaan yaitu dalam hal

penetapan kebijakan kompensasi, pengembangan diri, dan sebagai motivasi

untuk berkerja secara optimal. Perusahaan perlu senatiasa memelihara,

mengembangkan dan meningkatkan kinerja karyawan dengan

memperlihatkan pengembangan sumber daya manusia yang ada di

perusahaan.

Pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan perlu

dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Perusahaan harus dapat

menyusun program pengembangan SDM secara cermat dan terarah agar

pengembangan SDM dapat dilaksanakan dengan baik. Pengembangan sumber

daya manusia diperlukan untuk meningkatkan potensi atau kemampuan,

Page 16: analisis kinerja karyawan

3

pengetahuan dan wawasan, keterampilan dan keahlian kerja, kemampuan

manajerial, sikap dan kepribadian, serta fakor-faktor lain yang terdapat dalam

diri manusia agar prestasi kerja karyawan baik dan mencapai hasil yang

optimal.

Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam

pengembangan sumber daya manusia ialah mengetahui tingkat kemampuan

dan keterampilan masing-masing karyawan dengan melakukan kompetensi

sumber daya manusia yang dimiliki seperti skill mapping. Perusahaan dapat

mengetahui kemampuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan dengan

menggunakan model kompetensi sumber daya manusia. Salah satu tujuan

perusahaan mengetahui kompetensi karyawan yaitu dapat menerapkan

berbagai program pengembangan sumber daya manusia seperti program

pelatihan, sistem penempatan karyawan (rotasi karyawan), dan program

pengembangan karir (promosi).

Jumlah industri tekstil Indonesia mencapai 2.699 perusahaan,

dengan total investasi Rp 135,7 triliun. Jumlah ini hanya mengalami

sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 2,656

perusahaan. Lokasi industri tekstil terkonsentrasi di Jawa Barat (57 %),

Jawa Tengah (14%), dan Jakarta (17%) Sisanya tersebar di Jawa Timur,

Bali, Sumatera dan Yogyakarta. Salah satu perusahaan tekstil di Indoensia

adalah PT Unitex, Tbk yang terletak di Bogor-Jawa Barat.

PT Unitex, Tbk adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia -

Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (Fully Integrated Textile

Manufacture) yang mengolah bahan baku kapas dan polyester menjadi

benang dan bahan jadi kain. Perusahaan menjual produknya di dalam negeri,

ekspor langsung dan ekspor tidak langsung. Kapasitas produksi PT Unitex,

Tbk adalah sebesar 1.500.000 meter/bulan. Perusahaan menjalankan segala

aktifitas bisnis yang dibagi ke dalam beberapa departemen antara lain

departemen personalia, departemen keuangan, departemen umum, marketing

dan bagian penjualan. Disamping itu, dengan menjalankan kegiatan proses

produksi didukung dengan departemen spinning, departemen weaving,

departemen teknik produksi, departemen dyieng, dan departemen utility.

Page 17: analisis kinerja karyawan

4

1.2. Rumusan Masalah

Hal-hal yang menjadi rumusan masalah yang berkaitan dengan

penelitian tentang kompetensi SDM yang dilakukan di PT Unitex, Tbk antara

lain:

1). Bagaimana kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh

karyawan pada Departemen Weaving dibanding dengan standar

kompetensi yang ditetapkan di perusahaan ?

2). Bagaimana kinerja yang dimiliki karyawan pada Departemen Weaving

dibanding dengan standar kinerja yang ditetapkan perusahaan ?

3). Bagaimana kompetensi sumber daya manusia pada Departemen

Weaving berpengaruh terhadap kinerja karyawan perusahaan ?

4). Bagaimana alternatif solusi yang dapat direkomendasikan dari pengaruh

kompetensi sumber daya manusia bagi peningkatan kinerja karyawan

pada Departemen Weaving ?

1.3. Tujuan

1). Menganalisis kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh

karyawan pada Departemen Weaving dengan standar kompetensi yang

ditetapkan di perusahaan.

2). Menganalisis kinerja yang dimiliki karyawan pada Departemen

Weaving dengan standar kinerja karyawan yang ditetapkan perusahaan.

3). Menganalisis pengaruh kompetensi sumber daya manusia pada

Departemen Weaving terhadap kinerja karyawan perusahaan.

4). Memberikan alternatif solusi yang dapat direkomendasikan dari

pengaruh kompetensi sumber daya manusia bagi peningkatan kinerja

karyawan perusahaan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis kompetensi yang

dimiliki karyawan dan pengaruh terhadap kinerja karywan PT Unitex, Tbk

pada Departemen Weaving. Analisis yang digunakan pada penelitian ini

terdiri atas analisis gap kompetensi sumber daya manusia, analisis rentang

waktu dari kinerja karyawan di Departemen Weaving PT Unitex, Tbk serta

Page 18: analisis kinerja karyawan

5

analisis pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja

karyawan pada departemen tersebut.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian:

1). Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu

kebijakan yang berkaitan dengan pemetaan kompetensi karyawan.

2). Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan, dan

diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang

diperoleh saat perkuliahan mengenai sumber daya manusia.

3). Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah karya ilmiah

yang layak dipercaya serta dapat dijadikan informasi sebagai langkah

awal bagi penelitian karya ilmiah selanjutnya.

Page 19: analisis kinerja karyawan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses organisasi yang

dimulai dari perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi, pelatihan dan

pengembangan, penilaian prestasi kerja, kompensasi, sampai dengan

pemberhentian tenaga kerja, dengan maksud untuk mencapai tujuan individu,

organisasi dan masyarakat. Menurut Simamora (1995), manajemen sumber

daya manusia adalah suatu proses pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi

atau kelompok kerja.

Cenzo dan Robbins (1996), manajemen sumber daya manusia adalah

suatu fungsi di dalam organisasi yang berkaitan dengan staffing, pelatihan,

pengembangan, motivasi dan pemeliharaan pekerja. Menurut Stooner dan

Freeman (1992), manajemen sumber daya manusia adalah fungsi manajemen

yang berhubungan dengan rekrutmen, penempatan, pelatihan dan

pengembangan organisasi.

Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan sistem rancangan

formal dalam suatu organisasi untuk menentukan efektifitas dan efisiensi

dilihat dari bakat seseorang untuk mewujudkan ssasaran suatu organisasi,

yang mencangkup perekrutan, kompensasi, pelatihan dan pengembangan

(Malthis dan Jackson, 2001). Berdasarkan pengertian manajemen sumber

daya manusia yang telah disebutkan diatas, maka kegiatan pengelolaan

sumber daya di dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua

fungsi (Arep dan Tanjung, 2002), yaitu:

1). Fungsi manajerial, adalah fungsi manajemen yang berkaitan langsung

dengan aspek-aspek manajerial yaitu:

a. Fungsi perencanaan, yaitu melaksanakan tugas dalam hal

merencanakan kebutuhan, pengadaan, pengembangan dan

pemeliharaan sumber daya manusia.

Page 20: analisis kinerja karyawan

7

b. Fungsi pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi dengan

membentuk struktur dan hubungan antara tugas yang harus

dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.

c. Fungsi pengarahan, yaitu memberikan dorongan untuk

menciptakan kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

d. Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengukuran antara kegiatan

yang telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan,

khususnya di bidang tenaga kerja.

2). Fungsi operasional, adalah fungsi yang berkaitan langsung dengan

aspek-aspek operasional sumber daya manusia di organisasi atau

perusahaan meliputi rekrutmen, seleksi, penempatan, pengangkatan,

pelatihan dan pengembangan, kompensasi, pemeliharaan dan

pemutusan hubungan kerja.

2.2. Kinerja Karyawan

Kinerja karyawan (employee perfomance) adalah tingkat terhadap

bagaimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Untuk meningkatkan kinerja, biasanya manajemen menggunakan teknik

penilaian (appraisal) (Simamora 1995). Pada organisasi yang modern,

penilaian memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan

dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja serta untuk

memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. Hal ini merupakan

komponen kunci dalam proses pelaksanaan personalia dari sebagian besar

perusahaan dan memberikan basis untuk keputusan-keputusan yang

mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi-

kondisi kepegawaian lainnya. Pengukuran kinerja dilakukan dan diukur untuk

mengetahui apakah kemampuan karyawan berada di bawah, sesuai atau diatas

standar (Ruky, 2001).

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2004).

Mangkuprawira dan Vitalaya (2007) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari

Page 21: analisis kinerja karyawan

8

proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari

karyawan serta organisasi bersangkutan.

Penilaian kinerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian

kinerja para pegawai dengan melakukan suatu pertimbangan yaitu yang

dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga

tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Selain itu penilaian juga

dilakukan dengan tolak ukur yang realistik dan mengenai tugas tertentu

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan diterapkan secara objektif

(Siagian, 1999).

Menurut Simamora (1995), penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses mengukur kinerja karyawan. Penilaian kinerja biasanya

mencangkup aspek kualitatif dan kuantitatif dari pelaksanaan pekerjaan.

Penilaian kinerja sebagai fungsi dasar personalia kadang-kadang disebut juga

dengan review kinerja, penilaian karyawan, evaluasi kinerja, evaluasi

karyawan, atau rating personalia.

Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

(motivation).

1). Faktor kemampuan (ability)

Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya

dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia lebih

mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,

karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya.

2). Faktor motivasi (motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi

kerja. Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan

kerja atau organisasi

Page 22: analisis kinerja karyawan

9

Menurut Mangkunegara dan Vitalaya (2007), faktor- faktor yang

mempengaruhi kinerja, yaitu:

1). Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan

(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang

dimiliki oleh tiap individu karyawan.

2). Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader

dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja

kepada karyawan.

3). Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhdap sesama anggota tim,

kekompakan, dan keeratan anggota tim.

4). Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja

dalam organisasi.

5). Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

2.3. Kompetensi

2.3.1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi menurut standar nasional adalah apa yang

dibutuhkan oleh seorang individu untuk kinerja yang efektif dalam

melaksanakan pekerjaan atau tugas perusahaan, dimana secara umum

merupakan:

1). Sikap, keterampilan, dan pengetahuan pribadi yang merupakan apa

yang dibawa, orang untuk bekerja, meliputi kualitas pribadi,

keterampilan, dan pengetahuan, sikap, pengalaman, tanggung

jawab dan pertanggungan jawab.

2). Keterampilan mengelola tugas, cara bersikap dan berorganisasi

merupakan apa yang dilakukan orang ditempat kerja, meliputi

tugas proses dan perilaku yang menyangkut perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, pengadaan mesin-mesin, pengelasan,

pemasangan dan sebagainya.

Page 23: analisis kinerja karyawan

10

3). Pencapaian tingkat standar hasil yang merupakan apa yangtelah

dicapai oleh tiap individu, meliputi hasil akhir sesuai standar yang

diharapkan untuk selayaknya dapat diraih oleh individu yang

berkompeten.

4). Landasan keberhasilan strategi bisnis perusahaan.

Spencer and Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi adalah

karakteristik individu yang melekat yang merupakan bagian dari

kepribadian individu yang bersangkutan di tempat kerja dalam berbagai

situasi. Untuk itu kompetensi seseorang mengindikasikan kemampuan

berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang cukup konsisten

untuk suatu periode waktu yang cukup panjang dan bukan hal yang

kebetulan sesaat semata.

Kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk

menduga atau terbukti secara empiris merupakan penyebab suatu

keberhasilan. Menurut Spencer and Spencer (1993), kompetensi dapat

dibagi atas dua kategori yaitu threshold competencies dan

differentiating competencies. Threshold competencies adalah

karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat

melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seorang

yang berkinerja tinggi dan rata-rata. Differentiating competencies

adalah faktor- faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi

dan rendah.

Kompetensi merupakan spesifikasi dari pengetahuan dan

keterampilan serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan

tersebut dalam suatu pekerjaan atau lintas industri, sesuai dengan

standar kerja yang disyaratkan (www.pusdiknakes.or.id).

2.3.2 Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan

yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas

yang didasari atas pengetahuan, keterampilan, yang didukung sikap

kerja dan penerapannya sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan

(www.pusdiknakes.or.id).

Page 24: analisis kinerja karyawan

11

Sesuai dengan keputusan kepala BKN Nomor 46A/2003 tentang

pedoman penyusunan standar kompetensi jabatan struktural PNS, yaitu

kompetensi dasar dan kompetensi bidang. Kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh setiap pemegang jabatan meliputi integritas, kerjasama,

dan fleksibilitas. Sedang untuk kompetensi bidang dipilih dari

kompetensi yang tersedia sesuai bidang pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

Konsep pokok kompetensi pada organisasi yang harus dimiliki

dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Konsep pokok kompetensi (Ekoesthiawaty, 2002)

a). Kompetensi perusahaan

Gambar 1. Konsep pokok kompetensi (Ekoesthiawaty, 2002)

a). Kompetensi perusahaan

Maksud dari kompetensi perusahaan adalah:

1). Lintas fungsional kemampuan perusahaan untuk

melaksanakan dan memenangkan strategi bisnis secara

kompetitif

2). Diarahkan oleh strategi bisnis

3). Merupakan mata rantai antara strategi bisnis dengan

pengelola kompetensi bisnis

b). Kompetensi pekerja

Komponen-komponen dalam kompetensi pekerja adalah:

1). Perangkat lunak keterampilan inti pekerja (soft competency)

a. Keterampilan dan perilaku bisnis kritis yang menunjang

fungsi pekerjaan dan bidang usaha; serta

b. Umumnya berlaku untuk semua karyawan

Kompetensi Perusahaan

KOMPETENSI

Kompetensi Pekerja

Keahlian Profil Kompetensi Pekerja

Kamus Kompetensi

Page 25: analisis kinerja karyawan

12

2). Perangkat keras keterampilan teknis dan fungsional (hard

competency)

a. Keterampilan teknis, fungsional dan professional;

b. Dapat diidentifikasi dan diamati secara jelas; serta

c. Peningkatan keahlian melalui pengalaman kerja dan

pelatihan.

3). Unsur-unsur kompetensi yang meliputi nama, penjelasan

ringkas dan indikator perilaku

c). Hubungan kompetensi perusahaan dan kompetensi pekerja

Berikut ini dapat dilihat tabel hubungan kompetensi perusahaan

dan kompetensi pekerja:

Tabel 1. Hubungan kompetensi perusahaan dan kompetensi pekerja

Kompetensi Perusahaan Kompetensi pekerja

Kecepatan pengembangan perusahaan

- Kreatifitas menentukan - Pemikiran strategis - Konseptual & imajinasi - Keahlian teknikal, operasional dan

manajerial

Tinjauan pasar masa depan - Pengetahuan tentang pesaing - Fokus pelanggan masa depan - Membangun hubungan kemitraan

dan kerjsama kelompok

Layanan pelanggan - Komunikasi lisan, ramah tamah - Hubungan professional - Berorientasi kepada kepuasan

pelanggan

Sumber: Ekoesthiawaty (2002)

2.3.3. Model Kompetensi

Model kompetensi yang dikaitkan dengan strategi manajemen

sumber daya manusia dimulai pada saat rekruitmen, seleksi,

penempatan sampai dengan perencanaan dan pengembangan karir

pegawai sehingga pengembangan kompetensi pegawai tidak merupakan

aktifitas yang instan. Sistem rekruitmen dan penempatan pegawai yang

berbasis kompetensi perlu menekankan kepada usaha mengidentifikasi

Page 26: analisis kinerja karyawan

13

Activities/Process

beberapa kompetensi calon pegawai seperti inisiatif, motivasi

berprestasi dan kemampuan bekerja dalam tim. Metode penilaian atas

calon memiliki kompetensi yang dapat dilakukan melalui berbagai cara

seperti wawancara perilaku behavioral event review tes, simulasi lewat,

menelaah laporan evaluasi kinerja atas penilaian untuk promosi atau

ditetapkan pada suatu pekerjaan berdasarkan atas ranking dari total

bobot skor berdasarkan krtiteria kompetensi.

Moeheriono (2009) berpendapat bahwa kerangka dasar untuk

menentukan kompetensi mengacu pada langkah- langkah yang disebut

Funcition, Activities and Competency (FAC). Menentukan kompetensi

diperlukan dalam suatu posisi pekerjaan tertentu. Pertama, perlu

menentukan fungsi- fungsi khusus pada suatu posisi (function of job).

Langkah kedua, mempelajari khusus aktivitas dalam proses

mengerjakan pekerjaan (activities atau process). Langkah ketiga,

menentukan kompetensi yang diperlukan pada posisi jabatan tersebut.

Ilustrasi kerangka dasar kompetensi disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka dasar kompetensi (Moeheriono, 2009)

Function (Fungsi)

(Kegiatan)

Competencies (Kompetensi)

Page 27: analisis kinerja karyawan

14

2.4. Validitas

Uji validitas (kesahihan) digunakan untuk mengetahui apakah atribut

tingkat kepentingan dan evaluasi kepentingan dapat dipercaya, sahih dan

dapat digunakan berulang-ulang, jika ditanyakan kepada rensponden lainnya.

Simamora (2002) menyebutkan bahwa untuk menguji tingkat kesahihan

empiris suatu instrumen, peneliti dapat melakukan uji coba dengan memakai

responden terbatas terlebih dahulu, dengan menggunakan 30 orang

responden. Ada dua macam kesahihan yan sesuai dengan cara pengujiannya,

yaitu kesahihan eksternal dan kesahihan internal. Kesahihan yang digunakan

peneliti adalah mencari korelasi antara atribut pertanyaan satu dengan lainnya

(eksternal) dan mencari korelasi antara jawaban responden satu dengan

responden lainnya dalam satu atribut pertanyaan (internal).

Istilah validitas memiliki keragaman kategori, yang menurut Ebel

(dalam Nazir 1988) dibagi menjadi concurrent validity, construct validity,

face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive

validity, content validity, dan curricular validity.

a. Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor dengan kinerja.

b. Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas

aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat

evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan

kinerja yang baik dalam pengukuran.

c. Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak

dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya

hendak diukur.

d. Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur

dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau

ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan

menggunakan teknik analisis faktor.

e. Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang

Page 28: analisis kinerja karyawan

15

bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh

pengukuran.

f. Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan

teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk

mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang

seharusnya diukur.

g. Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa

mendatang.

h. Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya

sampling dari suatu populasi.

i. Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik

isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut

merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai

dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga jenis

yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk),

dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria)

(http://junaidichaniago.wordpress.com).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan

manajemen rantai pasokan yaitu sebagai berikut:

1). Anita Naliebrata (2007), menganalisis pengaruh penempatan pegawai

berbasis kompetensi terhadap kinerja pegawai (studi kasus Dinas

Perhubungan PEMKAB Bogor). Hasil penelitian menyatakan bahwa

kompetensi, kualifikasi, dan motivasi mempengaruhi kinerja pegawai.

2). Ratih Ratnawury (2009), menganalisis hubungan kompetensi

karyawan dengan kinerja pada dinas pekerjaan umum bidang sumber

daya air Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Hasil dari

penelitian menyatakan bahwa kinerja akan terlaksana dengan baik

apabila kelima indikator kompetensi sumberdaya manusia telah dimiliki

Page 29: analisis kinerja karyawan

16

karyawan. Indikator variabel kompetensi tersebut memiliki hubungan

yang nyata dengan kinerja karyawan.

3). Yossi Hanifathun Salsabila (2008), menganalisis hubungan

pelatihan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi

dengan kinerja karyawan pada PT Surveyor Indonesia. Penelitian ini

menghubungan indikator pelatihan seperti program, metode, fasilitas,

instruktur, materi, waktu, kebutuhan, serta manfaat pelatihan dengan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan karyawan.

Page 30: analisis kinerja karyawan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian Globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat perkembangan

dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi. Kondisi ini membuat dunia usaha di seluruh negara,

khususnya Indonesia harus mengevaluasi kembali kesiapannya dalam semua

sektor untuk menghadapi perubahan lingkungan tersebut. Tantangan

persaingan yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan untuk tetap

bertahan. Daya saing dapat dicapai melalui pengelolaan perusahaan secara

efektif dan efisien oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Peranan SDM

di perusahaan sangat penting dan dibutuhkan, terutama dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengendalikan perusahaan. Salah satu sektor yang sangat

penting adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan

professional sehingga memiliki kompetensi, keunggulan dan daya saing yang

tinggi.

Tingkat kemampuan dan keterampilan seorang karyawan berbeda

antara satu dengan yang lain. Perusahaan dalam merencanakan program

pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki harus dapat mengetahui

kebutuhan dari masing-masing karyawan. Melakukan analisis kompetensi

sumber daya manusia perusahaan sebagai salah satu cara mengetahui tingkat

kebutuhan yang diperlukan oleh karyawan, sehingga diperoleh peningkatan

kemampuan dan keterampilan dari pelaksanaan program pengembangan

sumber daya manusia di perusahaan.

Perusahaan harus dapat menyusun program pengembangan SDM

secara cermat dan terarah agar pengembangan SDM dapat dilaksanakan

dengan baik. Pemetaaan kompetensi sumber daya manusia dapat mengetahui

tingkat kebutuhannya diperlukan karyawan seperti program pelatihan,

program penempatan karyawan (rotasi), dan program pengembangan karir

(promosi). Tujuan dari kompetensi sumber daya (skill mapping) yang

dilakukan perusahaan untuk memprediksi kebutuhan akan SDM yang

merupakan bagian dari perencanaan SDM berbasis kompetensi sebagai

Page 31: analisis kinerja karyawan

18

derivasi atau turunan dari perencanaan strategis perusahaan yang selanjutnya

dapat meningkatkan keberhasilan kinerja perusahaan dan pada akhirnya

perusahaan mempunyai keunggulan bersaing di dalam lingkungan industri

persaingan saat ini. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Kinerja Karyawan

Visi dan Misi Perusahaan

Sistem Manajemen Perusahaan

Identifikasi Keahlian Kerja

Analisis Gap Kompetensi karyawan (skill mapping)

Hasil & Informasi dari Analisis Kompetensi SDM

Kebijakan Manajemen Perusahaan

Keunggulan Bersaing

PT UNITEX, Tbk

Penilaian Karyawan

Analisis pengaruh kompetensi SDM terhadap kinerja karyawan

Kompetensi karyawan

Page 32: analisis kinerja karyawan

19

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Ya

Mengkaji Permasalahan dan Menentukan Tujuan

Penentuan Teknik & Pengolahan Data

Mengumpulkan Data: 1). Gambaran umum perusahaan 2). Data sumber daya manusia 3). Identifikasi kompetensi SDM 4). Identifikasi kinerja karyawan

Melakukan Pengolahan Data: 1). Analisis kompetensi

sumber daya manusia 2). Analisis kinerja karyawan 3). Analisis kompetensi SDM

terhadap pengaruh kinerja

karyawan.

Tabulasi Data dan Informasi

Melakukan Kaji Literatur & Studi Pustaka

Hasil dan selang kompetensi SDM dan

kinerja karyawan.

Penentuan Cara Pengetahuan Analisis

Data

Tidak Cukup

Sesuai Tidak Ya

Memulai penelitian

Selesai

Gambar 4. Tahapan Proses Penelitian

Page 33: analisis kinerja karyawan

20

3.3. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di PT UNITEX, Tbk yang beralamat di Jalan

Raya Tajur No. 1 Bogor, 16001. Penelitian mengenai kompetensi SDM dan

kinerja karyawan berlangsung selama tiga bulan yaitu mulai bulan Oktober

sampai dengan bulan Desember 2009.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data mengenai kompetensi sumber daya manusia dan kinerja

karyawan PT Unitex, Tbk diperoleh melalui data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau

pengamatan, wawancara, pengisian kuesioner, dan opini pakar.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1) Obeservasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek penelitian

dengan tujuan untuk memahami karakteristik masing-masing unit

kerja pada Departemen Weaving. Proses pengamat dilakukan untuk

memperoleh data mengenai jenis-jenis keahlian teknik pada masing-

masing unit kerja. Terdapat 10 unit kerja pada Departemen Weaving

yang memiliki spesifikasi berbeda-beda disetiap unit kerja.

2) Wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, staf, karyawan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan topik mengenai kompetensi

karyawan, keahlian teknik kerja, kinerja karyawan dan masalah-

masalah yang sering terjadi pada saat proses produksi berlangsung.

Metode wawancara yang digunakan yaitu wawancara bebas maupun

terstruktur dengan pihak-pihak terkait (karyawan dan pihak

manajemen).

3) Kuesioner/format penilaian keahlian kerja berisi daftar pertanyaan

yang ditunjukkan kepada pihak-pihak terkait dengan kompetensi

karyawan disetiap unit kerja. Format penilaian terdiri atas data

kompetensi keahlian umum dan keahlian teknik. Penilaian kompetensi

dilakukan pada karyawan dari seluruh level jabatan dan unit kerja

pada Departemen Weaving.

Page 34: analisis kinerja karyawan

21

4) Opini pakar (expert opinion) merupakan data yang diperoleh dari para

pakar yang terdiri dari akademisi. Pendapat pakar berupa diskusi

dalam penggunaan metode alat analisis yang tepat dan sesuai dengan

hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Data sekunder merupakan kumpulan data yang berisikan informasi

yang telah ada dan sebelumnya telah dikumpulkan untuk tujuan yang lain.

Data ini biasanya berupa data dokumentasi, berbagai literatur, hasil-hasil

penelitian, buku-buku penunjang dan internet. Pencarian data sekunder ini

bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori yang berhubungan dan

mendukung permasalahan yang dibahas, sehingga peneliti dapat memahami

permasalahan secara lebih mendalam

Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu (1) data

berbagai jenis kompetensi keahlian teknik pada setiap unit kerja, (2) data

mengenai penilaian kinerja karyawan yang telah dilakukan perusahaan antara

tahun 2005 sampai dengan 2009.

3.5. Teknik pengambilan sampel

Metode Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling. Pemilihan anggota populasi dengan metode ini

dilakukan secara random, sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang

untuk terpilih sebagai sampel. Teknik yang digunakan adalah judgment

sampling, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah

pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Teknik

judgment sampling, sampel dipilih langsung dari populasi yang dilakukan

dengan melihat unsur-unsur yang dikehendaki dari data yang sudah ada.

Disamping itu, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.

Seseorang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa

seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian

(Simamora, 2004).

Metode penentuan jumlah sampel digunakan cara sensus yaitu dengan

mengambil seluruh responden atau sampel yang berada dalam suatu populasi.

Pengambilan sampel dilakukan pada seluruh unit kerja Departemen Weaving.

Jumlah unit kerja yang dijadikan sampel sebanyak 10 unit kerja. Selain

Page 35: analisis kinerja karyawan

22

menggunakan metode sensus, penentuan jumlah sampel dilakukan dengan

cara metode slovin pada beberapa unit kerja seperti Reaching, Warper, Sizing,

Shokki, Shikake dan Shiage. Hal ini disesuaikan dengan jumlah karyawan

pada masing-masing unit kerja yang berbeda. Jumlah responden yang

digunakan pada penelitian ini sebanyak 295 orang yang terdiri atas operator,

kepala regu, kepala unit dan wakil pengawas/pengawas pada setiap unit kerja

pada Departemen Weaving.

3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis. Pengolahan data

digunakan dengan menggunakan perangkat lunak statistika dan program

spredsheet.

3.6.1. Analisis Gap Gap analisis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

mengevaluasi kinerja. Model analisis gap dalam tahapan evaluasi

kinerja karyawan dapat diartikan pada perbedaan nilai pada data

kompetensi aktual karyawan yang dinilai oleh atasan dengan nilai

standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perbedaan

nilai yang dihasilkan dapat digunakan perusahaan sebagai pertimbangan

untuk evaluasi kebijakan manajemen.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di

PT Unitex Tbk, diperoleh gambaran bahwa kompetensi karyawan

terdiri atas; (1) manajemen, (2) kepemimpinan (leadership), (3) aplikasi

penggunaan komputer, dan (4) teknik. Masing-masing atribut tersebut

digunakan pula dalam model regresi yang ditetapkan sebagai variabel

bebas diantaranya manajemen, leadership, komputer, dan teknik;

terhadap variabel dependen yaitu kinerja karyawan.

Skala data penilaian kompetensi merupakan skala ordinal yang

digunakan pada pengisian penilaian kompetensi sumber daya manusia

disajikan pada Tabel 2.

Page 36: analisis kinerja karyawan

23

Tabel 2. Skala penilaian kompetensi karyawan

Kriteria Penilaian Keterangan

1 : tidak menguasai Karyawan tidak mempunyai pengetahuan & kemampuan dalam keahlian kerja.

2 : cukup menguasai Karyawan memiliki pengetahuan mengenai standar kerja tetapi belum mampu mempraktekan keahlian sesuai

standar kerja.

3 : Menguasai Karyawan memiliki pengetahuan mengenai standar kerja serta dapat mempraktekan keahlian sesuai dengan standar kerja.

4 : sangat menguasai Karyawan mampu & mahir mempraktekan keahlian sesuai standar kerja serta mempunyai ketelitian serta

kecermatan dalam keahlian kerja.

3.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda merupakan model analisis yang

bertujuan mencari besarnya pengaruh variabel bebas terhadap pengaruh

variabel respon atau berkenaan dengan studi ketergantungan satu

peubah (peubah respon) pada satu atau beberapa peubah lain (peubah

bebas). Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, dalam

penelitian ini akan digunakan analisis regresi linier berganda, karena

peubah bebas lebih dari satu.

Kompetensi karyawan yang menjadi variabel bebas pada

penelitian ini mencangkup manajemen, leadership, komputer, dan

teknik; sedangkan untuk variabel dependen ialah kinerja karyawan.

Variabel yang terdapat pada model persamaan regresi antara lain:

kinerja karyawan (Y), manajemen (X1), leadership (X2), komputer (X3),

dan teknik (X4).

Rumus yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah seperti

yang dikemukakan oleh Umar (2005):

Yi = β0 + βiX1i + βiX2i+.............. βpXpi+ εi

Keterangan:

Yi : Peubah respon (kinerja)

β0 : Konstanta/Intercept

βi... βp : Konstanta arah garis regresi

Xk : Peubah bebas (kompetensi pegawai)

Page 37: analisis kinerja karyawan

24

ε : Error/komponen stokastik

3.6.3. Uji t (parsial)

Uji t digunakan untuk menguji parameter koefisien regresi setiap

peubah bebas secara parsial. Hal ini berarti bahwa uji t dapat

mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh

yang berarti terhadap peubah respon.

Variabel yang digunakan pada asumsi uji t (parsial) antara lain :

kinerja karyawan (Y), manajemen (X1), leadership (X2), komputer (X3),

dan teknik (X4).

Hipotesa untuk pengambilan keputusan sebagai berikut:

§ H0 : bi = 0 (faktor Xi tidak mempengaruhi Y) artinya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen tidak

nyata

§ H1 : bi 0 (faktor Xi mempengaruhi Y) artinya pengaruh

variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

Suatu faktor X mempunyai pengaruh terhadap Y, jika nilai thitung

lebih besar atau nilai probabilitas hitung lebih kecil dari α (α= 5%).

Pengaruh disini berarti bahwa terjadi penolakan terhadap H0, sedangkan

kebalikannya terjadi jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel atau nilai

probabilitas hitung lebih besar dari α (α = 5%) yang menunjukkan

faktor X tidak mempunyai pengaruh terhadap Y.

§ thitung > ttabel atau P value < α ; Tolak H0

§ thitung < ttabel atau P value > α ; Terima H0

3.6.4. Uji F (pengujian serentak)

Uji F digunakan untuk menguji kesesuaian model secara serentak

apakah faktor-faktor kompetensi karyawan berpengaruh terhadap

kinerja. Variabel yang digunakan pada asumsi uji F yaitu sama dengan

pengujian asumsi lain yang digunakan dalam model regresi, yaitu:

Page 38: analisis kinerja karyawan

25

kinerja karyawan (Y), manajemen (X1), leadership (X2), komputer (X3),

dan teknik (X4).

Hipotesa untuk pengambilan keputusan sebagai berikut:

§ H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 (semua faktor variabel Xi tidak

mempengaruhi Y)

§ H1 : bi 0 (sekurang-kurangnya ada satu variabel Xi yang

mempengaruhi Y)

Suatu faktor X akan mempengaruhi Y secara bersama-sama dapat

dilihat dari nilai F hitung, jika F hitung lebih besar dari F tabel maka

minimal ada satu X yang mempengaruhi Y. Sedangkan, jika F hitung

lebih kecil dari F tabel , maka dipastikan tidak ada satupun X yang

mempengaruhi Y.

§ Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, artinya faktor X secara

bersama tidak berpengaruh nyata terhadap Y

§ Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya minimal ada satu faktor

X yang berpengaruh nyata terhadap Y.

Page 39: analisis kinerja karyawan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Unitex, Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang

penanaman modal asing No. 1/1967 berdasarkan akta notaris Eliza

Pondaag SH, No. 25 tanggal 14 Mei 1971. Akta pendirian ini telah

disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.

JA.5/128/14 tanggal 30 Juli 1971. PT Unitex, Tbk mulai berproduksi

secara komersil satu tahun setelah mengalami beberapa kali

perubahan, terakhir dengan akta notaris Sulaimansyah SH, No. 50

tanggal 15 April 1997 mengenai perubahan anggaran dasar dan

penambahan modal dasar, yang telah mendapat persetujuan dari

Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-6203.HT.01.Th

1997 tanggal 14 Juli 1997.

PT Unitex, Tbk menjadi perusahaan Go Public Tanggal 12

Mei 1982 dan merupakan perusahaan ke-11 yang memasuki Bursa

Efek Indonesia. Pada Tanggal 26 Maret 1997 Perseroan telah

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak

1.584.360 atau 43,20% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor

penuh.

4.1.2. Keadaan Umum Perusahaan

PT Unitex, Tbk sebagai sebuah perusahaan tekstil terpadu,

melakukan kegiatannya mulai dari pemintalan (Spinning), pertenunan

(Weaving), pencelupan (Dyeing Finishing). Bagian pemintalan adalah

bagian dari produksi yang melakukan proses pembuatan benang dari

bahan baku kapas dan polyester. Bagian pertenunan adalah bagian

produksi yang melakukan proses pertenunan benang hingga menjadi

kain. Akan tetapi kain yang dihasilkan oleh bagian pertenunan ini

masih berupa kain mentah (Grey Cloth). Sedangkan bagian

pencelupan adalah bagian yang melakukan proses pencelupan dan

penyempurnaan dari kain mentah menjadi kain jadi (Finish Goods).

Page 40: analisis kinerja karyawan

27

Hasil produksi perusahaan yang utama adalah Yard, Dyed dan Piece

Dyed. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan pabriknya berlokasi di

Tajur, Bogor. Luas pabrik PT Unitex, Tbk di Bogor adalah seluas

150.700 m2, tidak termasuk perumahan karyawan yang berada di

belakang pabrik.

Jumlah saham yang diterbitkan dan tercatat di Bursa Efek

Indonesia sejumlah 8.068.500 lembar saham. Komposisi pemegang

saham adalah sebagai berikut:

· Unitika limited 69.37%

· Henry Onggo 9.40%

· Henry Lohanata 8.61%

· H. Sugi Hadi Prawiro 0.01%

· Public 12.61%

PT Unitex, Tbk berusaha meningkatkan ekspor secara intensif

sebagai tanggapan terhadap program pemerintah Indonesia. Ekspor

langsung berjumlah 65% dari jumlah produksi dengan tujuan

Australia, Jepang, Amerika Serikat, Eropa dan lain- lain. Ekspor tidak

langsung melalui industri pakaian jadi (garmen) berjumlah sekitar

15% ke Amerika dan Eropa. Maka jumlah ekspor langsung dan tidak

langsung menjadi 80%. Data Tabel 3. dibawah ini dapat dilihat

fasilitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan.

Tabel 3. Fasilitas produksi PT Unitex, Tbk

Spinning 31.920 Spindels 1.450 bal/month

Weaving AJL 184, ISL 116, Toyoda 80 (Conventional)

1.200.000 meters/month

Dyieng Finishing Machine 1 lot 2.000.000 meters/month

Yarn Dyed 17 sets 130 ton/month Utility Generators 8.475 KVA

PLN 4.330 KVA

Boiler 30 ton/H

Waste water Treatment 180.000 ton/month

Water Purifying system 120.000 ton/month

Sumber: Management PT Unitex, Tbk (2009)

Page 41: analisis kinerja karyawan

28

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan merupakan cita-cita tentang keadaan di masa

datang yang diinginkan untuk terwujud. Visi PT Unitex, Tbk adalah

menguasai pangsa pasar kain kemeja formal (menengah ke atas),

khususnya untuk yarn dyed fabric. Visi ini akan dilengkapi dengan

misi yang merupakan penjabaran mengenai visi agar lebih mudah

dimengerti. Misi perusahaan yaitu Menciptakan produk unggulan

kelas dunia. Visi dan misi perusahaan dapat terwujud dengan

dukungan nilai-nilai dasar yang dianut perusahaan. Pada PT Unitex,

Tbk terdapat lima pilar penyangga yang digunakan sebagai dasar

mewujudkan visi dan misi, yaitu:

1). Mengutamakan keselamatan kerja (Safety)

2). Menciptakan produk yang bermutu tinggi dan konsisten

(Quality)

3). Pengiriman (Delivery) yang tepat waktu

4). Biaya (Cost) yang rendah

5). Meningkatkan mutu sumber daya manusia (Human

Resources)

Kelima pilar penyangga tersebut dapat terwujud apabila

memiliki landasan yang kuat. Landasan yang dimiliki PT Unitex, Tbk

berupa tiga pondasi utama, yaitu:

1). Displin

2). 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

3). Kerjasama

4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Unitex, Tbk merupakan perusahaan berbadan hukum yang

berbentuk perseroan terbatas. Kekuasaan tertinggi terletak pada rapat

pemegang saham. Namun dalam struktur organisasinya PT Unitex,

Tbk memiliki dewan komisaris untuk menentukan misi dan tujuan

perusahaan. dewan komisaris diangkat oleh pemegang saham untuk

menjelaskan roda perusahaan. Untuk menjelaskan tugas dan

wewenangnya, dewan komisaris mengangkat presiden direktur

Page 42: analisis kinerja karyawan

29

sebagai wakil perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan dan

bertanggung jawab penuh atas seluruh aktifitas perusahaan sesuai

dengan visi, misi dan tujuan perusahaan.

4.2. Kegiatan Produksi PT Unitex, Tbk

Berikut ini kegiatan produksi PT Unitex, Tbk dibagi kedalam

beberapa departemen proses produksi:

1) Bagian Spinning

Bagian Spinning (pemintalan) adalah bagian yang memproses bahan baku

kapas dan polyester menjadi benang.

2) Bagian Weaving

Bagian Weaving (pertenunan) adalah bagian yang memproses benang

menjadi kain. Proses ini diawali dari mempersiapkan benang dalam seksi

persiapan hingga terbentuk anyaman benang tate yang siap masuk mesin

tenun, selanjutnya diproses dalam mesin tenun.

3) Biro Koordinasi Pusat (BKP)

Bagian ini berfungsi untuk mengontrol produksi sesuai dengan order yang

diterima. BKP menerima order dari kantor Jakarta yang berasal baik

dalam maupun luar negeri, kemudian dipelajari untuk menentukan jenis

dan cara pembuatan kain tersebut. BKP mengatur perencanaan proses

produksi mulai dari persiapan bahan baku, persiapan proses sampai dengan

proses pengeluaran barang jadi dari gudang untuk dikirim kepada

customer.

4) Bagian Dyeing

Departemen Dyeing adalah bagian pemolesan kain terhadap warna,

penampilan dan pegangan (handling). Departemen ini merupakan bagian

pemrosesan kain yang terakhir mulai dari bahan baku kapas dan polyester

sampai pada produk kain yang siap dipasarkan.

5) Bagian Garansi Mutu

Departemen garansi mutu adalah bagian yang berfungsi untuk melakukan

pengontrolan mengenai kualitas hasil produksi, baik kualitas produksi kain

grey (kain mentah), kualitas kain finish (kain jadi) maupun kualitas

produksi benang. Bagian garansi mutu ini merupakan penggabungan

Page 43: analisis kinerja karyawan

30

proses quality control dari bagian produksi sebelumnya yaitu bagian

spinning (quality benang), seksi Shiage (bagian weaving/pertenunan) dan

seksi make-up (bagian dyeing/pencelupan).

6) Bagian Teknik Produksi

Departemen Teknik Produksi adalah bagian yang bertanggung jawab

dalam hal proses penaggulangan masalah apabila terdapat ketidaksesuaian

antara hasil rencana dengan hasil proses produksi.

7) Bagian Utility

Departemen Utility adalah bagian yang berfungsi untuk menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh departemen lainnya. Sarana

dan prasarana yang disediakan oleh Departemen Utility meliputi

penyediaan sumber energi listrik, uap air panas, air bersih, pengatur suhu

ruangan pabrik (AC), pemasangan peralatan. Disamping itu Departemen

Utility juga mengelola air limbah sisa proses pencelupan dari Departemen

Dyeing.

4.3. Identifikasi Kompetensi Sumber Daya Manusia

Langkah- langkah dalam prosedur identifikasi kompetensi SDM

dilakukan disesuaikan dengan ruang lingkup penelitian yang dilakukan pada

Departemen Weaving yang terbagi atas:

a) Seksi Persiapan (Jumbi)

Seksi persiapan ini dibagi beberapa unit kerja yang mendukung proses

produksi seperti Unit Kerja Kowari, Warper, Sizing, Reaching dan Hozen.

b) Seksi Pertenunan (Shokki)

Seksi pertenunan ini dibagi kedalam beberapa unit kerja yang mendukung

proses produksi seperti Unit Kerja Shokki, Shikake, Unten, Hozen, dan

Shiage.

4.3.2. Faktor-faktor Kompetensi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data perusahaan mengenai format penilaian

keahlian karyawan identifikasi kompetensi karyawan dibagi kedalam 2

bagian yaitu keahlian umum dan keahlian teknik. Standar yang

ditetapkan perusahaan pada seluruh unit kerja karyawan harus

Page 44: analisis kinerja karyawan

31

mempunyai jenis kompetensi pada keahlian umum. Jenis dari keahlian

umum ini terdiri atas kompetensi:

a) Manajemen terdiri atas pengetahuan ISO 9001, Perjanjian Kerja

bersama (PKB), Perjanjian Pengetahuan Keselamatan Kesehatan

Kerja (P2K3), standar kerja dan disiplin karyawan.

b) Leadership terdiri atas kepemimpinan dan pengalaman organisasi

karyawan.

c) Komputer terdiri atas pengetahuan aplikasi sistem operasi komputer.

Identifikasi kompetensi SDM pada keahlian teknik terdiri atas:

d) Kompetensi teknik disesuaikan atas jenis keterampilan kerja yang

dibutuhkan setiap unit kerja. Jumlah dari keahlian teknik pada

masing-masing unit kerja berbeda.

4.3.2. Identifikasi Unit Kerja

Departemen Weaving secara keseluruhan terdiri atas 10 Unit

Kerja, masing-masing dari unit kerja tersebut diperlukan identifikasi

keahlian teknik yang harus diketahui. Data mengenai keahlian teknik

pada setiap unit kerja diperoleh berdasarkan pada data sekunder dan

data primer. Data sekunder yaitu melihat spesifikasi pada dokumen

perusahaan mengenai fungsi dari unit kerja tersebut dan data primer

dengan melakukan wawancara terhadap setiap Supervisor/pengawas

setiap unit kerja dan Kelapa Bagian Departemen Weaving. Bentuk

contoh formulir identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berikut ini hasil identifikasi kompetensi SDM pada 10 unit kerja

di Departemen Weaving sebagai berikut:

1). Unit kerja Reaching

Unit kerja ini merupakan salah satu bagian pada seksi

Jumbi/Persiapan. Proses produksi yang dilakukan yaitu

penyucukan/Reaching benang sesuai dengan design order yang

diminta oleh buyer. Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas

keahlian Umum dan identifikasi dari keahlian teknik pada unit

kerja Reaching yaitu: membaca design, anyaman benang sesuki

dengan gambar, pengecekan hasil anyaman, naik turun beam,

Page 45: analisis kinerja karyawan

32

ngosa: pemasukan benang, ketelitian nyusuk, target kerja

(kecepatan), dan persiapan Plat-L.

2). Unit kerja Kowari

Spesifikasi proses produksi pada unit kerja Kowari ialah

memproses benang berbentuk cheese menjadi cones ukuran lebih

kecil dengan menggunakan mesin mach conner untuk menggulung

benang. Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas keahlian Umum

dan identifikasi dari keahlian teknik pada unit kerja Kowari yaitu:

membagi benang dalam cones, mengoperasikan mesin,

menyambung benang, mengetahui jenis benang, ketelitian kerja,

cepat dalam bekerja, mengetahui instruksi kerja dari atasan.

3). Unit kerja Warper

Proses Warper merupakan proses lanjutan setelah Kowari, pada

unit kerja ini terjadi proses pemasangan benang-benang pada

mesin Single Warper (SW) dan Direct Warper (DW) disesuaikan

dengan jenis permintaan buyer. Identifikasi kompetensi SDM

terdiri atas keahlian Umum dan identifikasi dari keahlian teknik

pada unit kerja Warper yaitu: membaca design dari BKP,

ketelitaan memasukan benang dalam sisir mesin DW/SW,

memasukkan cheese dalam mesin, menyambung benang,

kemampuan membaca label warna benang kreel, mengetahui order

panjang benang dari BKP, mengoperasikan mesin DW/SW,

memasang dan menurunkan beam.

4). Unit kerja Sizing

Sizing merupakan proses pengkanjian benang yang telah menjadi

gambar design tujuannya untuk merekatkan benang, sehingga

menjadi lebih kuat. Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas

keahlian Umum dan identifikasi dari keahlian teknik pada unit

kerja Sizing yaitu: kemampuan memasang beam SW/DW,

memperbaiki benang yang putus, mengecek counter mesin ukuran

Tang, Mengetahui data produksi Sizing, Penyusunan kombinasi

Page 46: analisis kinerja karyawan

33

beam, pemasangan setting kelurusan beam di sikei, mengetahui

ukuran kekentalan & tipe nori, memasang dan menurunkan beam.

5). Unit kerja Hozen Jumbi

Hozen dalam bahasa Indonesia yang artinya unit kerja yang

bertanggung jawab terhadap perbaikan dan maintenance mesin

produksi. Pada bagian Hozen Jumbi ini meliputi perawatan pada

seluruh mesin pada seksi persiapan di Departemen Weaving.

Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas keahlian Umum dan

identifikasi dari keahlian teknik pada unit kerja Hozen Jumbi yaitu:

mengoperasikan mesin DW/SW; mach coner; dan Sizing,

mendeteksi dimana kerusakan mesin, memperbaiki kerusakan

mesin, memilih pekerjaan yang mudah untuk didahulukan, dapat

melaksanakan perbaikan secara preventif, mengetahui standar-

standar mesin yang ada, dapat menghitung tension dan diameter

beam, kemampuan memahami instruksi kerja dari atasan.

6). Unit Kerja Shokki

Proses produksi pada unit kerja Shokki merupakan bagian penting

pada Departemen Weaving dikarenakan pada unit kerja Shokki

merupakan proses awal kegiatan pertenunan dari benang menjadi

kain. Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas keahlian Umum dan

identifikasi dari keahlian teknik pada unit kerja Shokki yaitu:

mengetahui rencana potong efisiensi dan produksi, thanmenchosa;

Pengecekan kain di mesin, Daimawari: keliling mesin, Perbaikan

benang putus Yoko, Perbaikan benang putus Tate, Perbaiki

kesalahan Osatoshi, Hendotoshi, & Irochigai, Ketelitian bekerja,

Pengecekan pemakaian yoko, Tamen Chosa: Pengecekan qualiti.

7). Unit Kerja Shikake

Shikake merupakan kegiatan produksi yang mendukung unit kerja

Shokki, pada dasarnya Shikake dan Shokki merupakan proses

produksi pertenunan kain tetapi spesifikasi kerja pada masing-

masing unit kerja tersebutberbeda. Identifikasi kompetensi SDM

terdiri atas keahlian Umum dan identifikasi dari keahlian teknik

Page 47: analisis kinerja karyawan

34

pada unit kerja Shokki yaitu: memasang beam mesin Shoki,

ketelitian dan pengecekan warna benang, membaca design, Setting

mesin terdiri atas Chain weel, Density, Toshibasha, memperbaiki

kain, mamakai dan menggunakan cori khusus, mengetahui kualitas

kain Ok/Tidak, pengisian Peg/bungan anyaman.

8). Unit Kerja Hozen Shokki

Spesifikasi kerja pada Hozen Shokki hampir sama dengan Hozen

Jumbi yaitu perbaikan dan perawatan mesin produksi, tetapi pada

Hozen Shokki keahlian kerja lebih spesifik pada mesin tenun.

Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas keahlian Umum dan

identifikasi dari keahlian teknik pada unit kerja Hozen Shokki yaitu:

mengoperasikan mesin, mendeteksi dimana kerusakan mesin,

memperbaiki kerusakan mesin, memilih pekerjaan yang mudah

untuk didahulukan, dapat melaksanakan perbaikan secara preventif,

mengetahui standar-standar mesin yang ada, dapat menghitung

tension dan diameter Beam, dan Menyambung Benang.

9). Unit Kerja Unten

Unit kerja Unten merupakan bagian dari penyampaian informasi

mengenai jadwal produksi dan masalah yang dihadapi saat

produksi berlangsung. Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas

keahlian Umum dan identifikasi dari keahlian teknik pada unit

kerja Unten yaitu: kemampuan dalam komunikasi, mengetahui alur

order produksi Weaving, penyampaian informasi kerja, mengetahui

jenis kain dan produk, kemampuan koordinasi dengan pihak terkait,

Monitoring dan pengecekan kerja, dan Backuppekerjaan Weaving.

10). Unit Kerja Shiage

Shiage merupakan alur proses terakhir pada Departemen Weaving

pada unit kerja ini semua kain yang sudah diproduksi diperiksa

kualitas dan grade dari masing-masing kain tersebut. Unit kerja ini

dibagi kedalam dua bagian yaitu Shiage dan Packing Shiage.

Identifikasi kompetensi SDM terdiri atas keahlian Umum dan

identifikas dari keahlian teknik pada unit kerja Shiage yaitu:

Page 48: analisis kinerja karyawan

35

pemeriksaan kentan, memperbaiki cacat kain, seperti nep dan

lipatan benang, Shusei kentan, Shusei meja, mengetahui grade kain,

pengoperasian mesin kentan, mengetahui jenis-jenis kain dan

produk. Sedangkan untuk identifikasi dari keahlian teknik pada

Packing Shiage yaitu: mengetahui grade kain, mengetahui jenis-

jenis kain dan produk, memperbaiki cacat kain, seperti nep dan

lipatan benang, Packing kain dan produk, Delivery,

mengoperasikan alat-alat Packing, pelipatan pada mesin Folding.

4.3.3. Pejabat Penilai Kompetensi Karyawan

Penilaian kompetensi karyawan dilakukan oleh 2 orang pejabat

penilai yang mempunyai kedudukan pada suatu unit kerja. Tujuan

dengan menggunakan penilaian oleh 2 orang pejabat dilakukan agar

hasil dari penilaian kompetensi karyawan dapat mengurangi bias

penilaian sehingga, hasil dari penilaian tersebut dapat seobyektif dan

seteliti mungkin berdasarkan data. Karyawan yang menduduki posisi

operator dinilai oleh pejabat atasannya yaitu kepala regu dan kepala

unit.

Karyawan yang menduduki kepala regu dinilai oleh pejabat

atasannya yaitu kepala unit dan wakil pengawas. Karyawan pada posisi

kepala unit dinilai oleh wakil pengawas dan pengawas. Sama dengan

penilaian sebelumnya seorang karyawan yang menduduki posisi wakil

pengawas dinilai oleh pengawas dan kepala bagian departemen.

Penilaian kompetensi karyawan pada posisi terakhir yaitu seorang

pengawas dinilai langsung oleh kepala bagian departemen.

4.4. Identifikasi Kinerja Karyawan Perusahaan

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan sesuai dengan bidang kerja

masing-masing karyawan. Dalam mengetahui dan menilai pekerjaan atau

unjuk kerja seseoran, maka diperlukan suatu proses kegiatan penilaian

kinerja. Penilaian kinerja yang dilakukan PT Unitex, Tbk berdasarkan faktor-

Page 49: analisis kinerja karyawan

36

faktor sebagai berikut : 1) tujuan penilaian kinerja, 2) faktor- faktor yang

dinilai, 3) pejabat penilai, 4) tata cara penilaian.

4.4.1. Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan

Penilitian kinerja yang dilakukan oleh manajemen PT Unitex,

Tbk memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam

penyesuain sistem karir dan prestasi kerja.

2) Motivasi kerja. Penilaian kinerja merupakan salah satu cara

memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat dan agar tujuan

perusahaan dapat tercapai

3) Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik bagi manajemen dalam

mengevaluasi kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi

karyawan dan sebagai acauan pada penilaian prestsai kerja di masa

mendatang

4) Penyesuaian kompensasi. Evaluasi kinerja membantu manajemen

dalam mengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah,

pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

5) Keputusan penempatan. Evaluasi kinerja juga berhubungan dengan

masalah promosi, transfer, demosi atau bahkan pemutusan

hubungan kerja (PHK).

6) Kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Kinerja yang kurang baik

mungin menunjukkan kebutuhan latihan.

4.4.2. Faktor-faktor Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian suatu kinerja terhadap karyawan memiliki faktor- faktor

yang dijadikan suatu patokan dalam proses penilaiannya. Faktor-faktor

tersebut mewakili kemampuan yang harus dimiliki oleh masing-masing

karyawan. Faktr-faktor tersebut dapat menggambarkan prestasi maupun

potensi kerja para pegawai yang dinilai. Faktor yang dinilai dalam

penilaian kinerja karyawan PT Unitex, Tbk terdiri dari tujuh faktor,

yaitu:

Page 50: analisis kinerja karyawan

37

1) Kemampuan kerja

Faktor kemampuan kerja menjadi salah satu yang dinilai dengan

mempertimbangkan bahwa karyawan selama bekerja dievaluasi

mengenai kemampuan yang dimiliki pada setiap karyawan sesuai

dengan unit kerja. Penilaian kinerja karyawan pada faktor

kemampuan kerja dinilai menjadi beberapa item seperti:

1) mengerti dan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan standar

kerja dan standar mutu, 2) rapih dan teliti dalam bekerja , 3) selalu

memakai alat keselamatan kerja.

2) Hubungan manusia

Salah faktor yang dinilai pada penilaian kinerja adalah hubungan

manusia, hal ini menjadi suatu ukuran karyawan dalam menjaga

lingkungan kerja karyawan. Beberapa item yang menjadi penilaian

hubungan manusia seperti : 1) dapat bekerja dengan baik sesama

rekan kerja, 2) terbuka dan menerima saran dari atasan dan rekan

kerja, 3) menerima informasi/instruksi mengerti dengan benar,

4) selalu tepat waktu dalam pekerjaan dan rapat-rapat, 5) selalu

berdiskusi dengan atasan rekan kerja/tim kerja.

3) Tanggung jawab kerja

Faktor tanggung jawab kerja merupakan salah satu indikator

penting yang dinilai untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab

yang dimiliki oleh karyawan terhadap suatu pekerjaan. Item yang

dinilai pada faktor ini meliputi : 1) serius dalam menyelesaikan

pekerjaan, 2) perhatian dalam lingkungan perusahaan,

3) melaksanakan perbaikan untuk kemajuan pekerjaan.

4) Kedisiplinan

Displin karyawan dalam lingkungan kerja menjadi indikator yang

penting dalam melihat kinerja seorang karyawan. Pada faktor

penilaian mengenai kedisiplinan dinilai menjadi beberapa item

seperti : 1) mematuhi aturan perusahaan/peraturan yang berlaku

2) tidak pernah mendapatkan peringatan lisan/tulisan, 3) selalu

bersih dan menjaga kesehatan diri dan lingkungan / melaksanakan

Page 51: analisis kinerja karyawan

38

5S/5R (Seiri, Seisho, Seiketsu, Shitsuke atau Rajin, Ramah,

Ringkas, Rawat, Resik), 4) selalu mematuhi target 7 jam kerja

5) meminta ijin bila meninggalkan tempat kerja.

5) Kreativitas kerja

Kreativitas karyawan dalam bekerja dinilai dengan

mempertimbangan bahwa seorang karyawan yang mempunyai ide

atau gagasan untuk kemajuan perusahaan akan mendapatkan nilai

lebih dan diharapkan dengan ide atau gagasan tersebut akan

tercipta efisiensi dan efektivitas dalam bekerja. Beberpa item yang

menjadi faktor kreativitas kerja meliputi : 1) bekerja sesuai dengan

planning/standar kerja, 2) menemukan ide- ide baru daam

mempelancar pekerjaan/quality.

6) Pencapaian target

Faktor pencapaian target kerja masuk menjadi penilaian kinerja

karyawan karena setiap masing-masing unit kerja perusahaan

mempunyai target kerja yang berbeda. Target kerja menjadi

indikator penting dalam memenuhi tuntunan pasar dalam

pemenuhan produksi.

7) Absensi

Kehadiran karyawan dalam bekerja menjadi salah satu indikator

penting kinerja seorang karyawan akan dipengaruhi dengan bobot

yang besar pada faktor kehadiran.

4.4.3. Pejabat Penilai Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja dilakukan oleh pejabat penilai yang

mempunyai kedudukan pada suatu unit kerja, pada hal ini karyawan

dinilai oleh 2 atasannya yaitu kepala regu/kepala unit dan

pengawas/wakil pengawas. Penilaian seluruh karyawan disetiap unit

kerja diketahui oleh Kepala Bagian departemen di perusahaan.

Page 52: analisis kinerja karyawan

39

4.5. Analisis Gap Kompetensi Sumber Daya Manusia

Analisa kesenjangan dilakukan pada posisi karyawan dari Departemen

Weaving yang sesuai pada masing-masing unit kerja. Nilai kesenjangan

kompetensi diperoleh dari nilai aktul kompetensi yang dimiliki oleh

karyawan dibandingkan dengan nilai standar yang telah ditetapkan

perusahaan. Pembahasan dari analisa kesenjangan kompetensi sebagai

berikut:

4.5.1. Responden Operator Departemen Weaving

Hasil survei yang telah dilakukan pada karyawan dengan posisi

operator berupa penilaian kompetensi karyawan dapat diketahui nilai

standar dan kompetensi aktual karyawan sebagai berikut:

1). Unit kerja Reaching

Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk

posisi operator pada unit kerja Reaching dengan jumlah karyawan

sebanyak 43 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil penilaian kompetensi Operator Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2,11 2 0,11 2. Leadership 1,98 1 0,98 3. Komputer 1 1 0 4. Membaca design 3,19 4 -0,81 5. Anyaman benang 3,36 3 0,36 6. Pengecekan anyaman 2,39 3 -0,61 7. naik turun beam 1,01 2 -0,99 8. Pemasukan benang 3,29 3 0,29 9. Ketelitian nyusuk 2,99 4 -1,01 10. Target kerja 3,23 3 0,23 11. Persiapan Plat-L 1 2 -1

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa hasil penilaian kompetensi

pada keahlian umum yang mencangkup kompetensi manajemen,

leadership dan komputer pada Operator Reaching sudah

memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Hasil penilaian

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara nilai

standar dan kompetensi aktual karyawan. Hal ini terjadi karena

Page 53: analisis kinerja karyawan

40

karyawan sudah cukup menguasai keahlian tersebut dengan

tingkat pemahaman yang diterapkan dalam bekerja sehari-hari.

Hasil dari penilaian kompetensi karyawan pada Tabel 4. terdapat

informasi mengenai kompetensi aktual karyawan pada keahlian

teknik yang masih terjadi kesenjangan. Atribut kompetensi pada

keahlian teknik tersebut antara lain membaca design, pengecekan

anyaman, naik turun beam, ketelitian nyusuk, dan persiapan Plat-

L. Kesenjangan yang paling besar diketahui pada atribut

kompetensi naik turun beam dan persiapan Plat-L yaitu rata-rata

karyawan tidak mengusai jenis keahlian tersebut. Kesenjangan

kompetensi yang terjadi pada keahlian teknik tersebut diakibatkan

dalam pengerjaan sehari-hari membutuhkan tenaga fisik yang

cukup besar. Hal ini sesuai dengan keadaaan unit kerja ini bahwa

sebagian besar jumlah operatornya adalah wanita sehingga, dalam

pengerjaan diperlukan bantuan operator laki- laki atau atasan

seperti kepala regu atau kepala unit.

2). Unit Kerja Warper

Hasil survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator

unit kerja Warper dilakukan pada sejumlah 22 orang karyawan

(Tabel 5).

Tabel 5. Hasil penilaian kompetensi Operator Warper

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2,77 2 0,77 2. Leadership 1,43 1 0,43 3. Komputer 1,14 1 0,14 4. Membaca design 3,23 4 -0,77 5. Memasukan benang 3,70 4 -0,30 6. Memasukan cheese 3,86 3 0,86 7. Menyambung benang 3,27 3 0,27 8. Membaca label 3 3 0 9. Panjang benang 3,02 3 0,02 10. Operasikan mesin 3,11 3 0,11 11. Memasang beam 3,11 3 0,11

Berdasarkan Tabel 5. diperoleh gambaran mengenai hasil

penilaian kompetensi karyawan pada keahlian umum yang

Page 54: analisis kinerja karyawan

41

menyatakan bahwa Operator Warper sudah memenuhi standar

perusahaan pada keahlian tersebut. Hasil penilaian tersebut

menunjukkan tidak ada kesenjangan antara nilai standar dan

kompetensi aktual karyawan. Namun, hasil berbeda diketahui

pada atribut kompetensi keahlian teknik karyawan. Kesenjangan

masih terjadi pada sebagian kecil atribut kompetensi seperti

membaca design dan memasukkan benang.

Pencapaian standar oleh karyawan pada kompetensi keahlian

umum terjadi karena sebagian besar karyawan sudah memahami

peraturan kerja yang ditetapkan perusahaan yang diterapkan

sehari-hari selama bekerja.

Hal tersebut tidak terjadi pada keahlian teknik yang menunjukkan

kesenjangan dibeberapa atribut kompetensi seperti membaca

design dan memasukkan benang. Nilai standar yang ditetapkan

perusahaan pada atribut kompetensi tersebut mengharuskan

karyawan untuk dapat menerapkan pekerjaan dengan cermat dan

teliti. Dari hasil penilaian kompetensi menunjukkan bahwa

sebagian dari karyawan masih belum terampil pada jenis atribut

kompetensi tersebut.

3). Unit Kerja Hozen Jumbi

Hasil penilaian kompetensi operator pada unit kerja Hozen Jumbi

diperoleh dengan jumlah karyawan sebanyak 3 orang (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil penilaian kompetensi Operator Hozen Jumbi

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2 2 0 2. Leadership 2 1 1 3. Komputer 1 1 0 4. Operasikan mesin 2 3 -1 5. Deteksi kerusakan 2 3 -1 6. Perbaiki mesin 1,83 3 -1 7. Pekerjaan mudah 1,83 3 -1 8. Usaha preventif 1,67 3 -1 9. Standar mesin 1,33 3 -2 10. tension beam 1,67 3 -1 11. Instruksi kerja 2 3 -1

Page 55: analisis kinerja karyawan

42

Hasil penilaian kompetensi pada posisi operator merupakan

penilaian dari kepala regu dan kepala unit. Jenis kompetensi

Operator Hozen Jumbi terdiri atas keahlian umum dan keahlian

teknik. Keahlian umum mencangkup kompetensi manajemen,

leadership dan komputer. Sedangkan, Keahlian teknik terdiri atas

8 atribut kompetensi yaitu operasikan mesin, deteksi kerusakan,

perbaiki mesin, pekerjaan mudah, usaha preventif, standar mesin,

tension beam, dan instruksi kerja.

Hasil penilaian kompetensi pada Keahlian umum diperoleh

bahwa karyawan telah memenuhi standar yang ditetapkan

perusahaan. Rata-rata karyawan sudah cukup mengusai keahlian

umum tersebut. Pencapaian nilai standar kompetensi disebabkan

karena tingkat pendidikan dan pemahaman karyawan terhadap

keahlian sudah diterapkan dalam keseharian bekerja dengan

cukup baik.

Pencapaian standar kompetensi pada keahlian umum oleh

karyawan belum mampu dicapai pada keahlian teknik.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi dari Tabel 6. diperoleh

informasi bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian teknik

masih terdapat adanya kesenjangan nilai kompetensi. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan belum mampu

memenuhi standar perusahaan.

Kesenjangan nilai kompetensi yang terjadi karena pada unit ini

karyawan dituntut untuk menguasai bermacam-macam mesin

seperti mesin kowari, sizing, RT winder, warper dan beam.

Tuntutan kerja tersebut belum mampu dicapai karyawan karena

belum mempunyai cukup pengalaman dan terampil di unit kerja

ini. Selain itu, kemampuan karyawan dinilai belum mampu

diharapkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan pada unit ini.

Page 56: analisis kinerja karyawan

43

4). Unit Kerja Shokki

Survei hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator

pada unit kerja Shokki dengan jumlah karyawan sebanyak 55

orang (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil penilaian kompetensi Operator Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2,67 2 0,67

2. Leadership 1,76 1 0,76

3. Komputer 1 1 0

4. Operasikan mesin 2,75 3 -0,25

5. Pengecekan kain 2,76 3 -0,24

6. Keliling mesin 2,93 3 -0,07 7. Perbaiki benang yoko 2,89 3 -0,11

8. Perbaiki benang tate 2,95 3 0

9. Perbaiki kesalahan 2,80 3 -0,20

10. Ketelitian kerja 2,96 4 -1,04

11. Pengecekan yoko 2,75 3 -0,25

12. Pengecekan kualitas 2,85 3 -0,15

Menurut data penilaian kompetensi pada Tabel 7. jenis keahlian

karyawan dikelompokkan menjadi 2 yaitu 1). keahlian umum

meliputi kompetensi manajemen, leadership dan komputer, 2).

keahlian teknik yang mencangkup atribut kompetensi seperti

operasikan mesin, pengecekan kain, keliling mesin, perbaiki

benang yoko, perbaiki benang tate, perbaiki kesalahan, ketelitian

kerja, pengecekan yoko, dan pengecekan kualitas.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 7. diketahui

bahwa kompetensi aktual karyawan pada keahlian umum, sudah

mampu memenuhi standar yang ditetapkan perusahan. Terlihat

dari hasil penilaian kompetensi yaitu rata-rata karyawan sudah

mampu memenuhi nilai standar kompetensi. Penguasan karyawan

atas keahlian umum merupakan hasil dari pengetahuan yang

diperoleh karyawan atas pengalaman bekerja pada unit Shokki.

Sebagaian besar karyawan pada unit ini merupakan karyawan

lama yang sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan.

Page 57: analisis kinerja karyawan

44

Tabel 7. mengenai hasil penilaian kompetensi diperoleh bahwa

kesenjangan kompetensi masih terjadi pada sebagian besar atribut

kompetensi keahlian teknik. Hal tersebut terjadi karena sebagian

kecil operator masih belum memenuhi standar kompetensi karena

karyawan tersebut merupakan operator yang relatif masih baru.

Dibutuhkan waktu dan adaptasi karyawan dalam memahami dan

menerapkan standar kerja keahlian teknik tersebut.

5). Unit Kerja Shiage

Berbeda dengan unit kerja lainnya di Departemen Weaving pada

unit kerja Shiage terdapat pembagian tugas pada posisi operator

yaitu Operator Shiage dan Operator Packing Shiage.

a. Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan posisi

operator pada unit kerja Shiage dengan jumlah karyawan

sebanyak 33 orang (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil penilaian kompetensi Operator Shiage

No. Kompetensi Standar Aktual Gap

1. Manajemen 2,18 2 0,18

2. Leadership 1,79 1 0,79

3. Komputer 1,58 1 0,58 4. Pemeriksaan kentan 2,62 3 -0,38

5. Perbaikan kain 3 3 0

6. Shusei kentan 2,95 3 -0,05 7. Shusei meja 3 3 0

8. Mengetahui grade 2,88 4 -1,12

9. Operasikan mesin 2,95 3 -0,05

10. Mengetahui produk 2,15 3 -0,85

Kompetensi karyawan pada keahlian umum operator terdiri atas

manajemen, leadership dan komputer. Hasil dari penilaian

kompetensi yang diperoleh bahwa nilai rata-rata karyawan sudah

mampu mengusai keahlian dan memenuhi standar perusahaan.

Hal ini terjadi karena sebagaian besar pada karyawan sudah

memperlihatkan motivasi dalam bekerja dan penerapan aturan

kerja yang dilakukan karyawan setiap hari.

Page 58: analisis kinerja karyawan

45

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik karyawan

menunjukkan hal yang berbeda dibanding pada keahlian umum.

Kesenjangan masih terjadi di sebagian atribut kompetensi

keahlian teknik, lima dari tujuh atribut kompetensi teknik masih

terdapat kesenjangan nilai kompetensi. Atribut kompetensi teknik

tersebut antara lain pemeriksaan kentan, Shusei kentan,

mengetahui grade, operasikan mesin, dan mengetahui produk.

Kesenjangan kompetensi yang terjadi karena karyawan Shiage

merupakan karyawan yang relatif baru bekerja di perusahaan.

Dalam mengusai keahlian teknik pada unit ini memerlukan waktu

dan adaptasi untuk dapat memahami dengan baik dan benar.

b. Penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator pada unit

kerja Packing Shiage telah dilakukan pada sejumlah karyawan

sebanyak 4 orang (Tabel 9).

Tabel 9. Hasil penilaian kompetensi Operator Packing Shiage

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,5 2 0,50

2. Leadership 2,25 1 1,25

3. Komputer 1 1 0

4. Mengetahui grade 2 3 -1

5. Mengetahui produk 3 3 0

6. Perbaikan kain 2,13 3 -0,88

7. Packing kain 2,88 4 -1,13

8. Delivery 3 3 0

9. Operasikan mesin 3 3 0

10. Pelipatan Folding 3 3 0

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi dari Tabel 9.

memperlihatkan informasi bahwa pada seluruh atribut keahlian

umum karyawan sudah mampu memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan perusahan. Dari hasil penilian kompetensi

diperoleh bahwa nilai rata-rata karyawan sebetulnya belum

mampu mengusai dengan baik pada kompetensi keahlian umum.

Namun, nilai rata-rata tersebut sudah cukup dalam memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan perusahaan.

Page 59: analisis kinerja karyawan

46

Hal ini disebabkan karena sebagian besar karyawan pada unit ini

merupakan karyawan yang sudah lama bekerja pada perusahaan.

kemampuan dalam menerapakan aturan perusahaan dinilai

dengan cukup baik.

Berbeda dengan kompetensi keahlian teknik, tidak semua atribut

kompetensi nilai aktual karyawan sesuai dengan nilai standar

perusahaan. Masih terdapat beberapa kesenjangan pada beberapa

atribut kompetensi seperti mengetahui produk, perbaikan kain,

dan packing kain. Rata-rata karyawan pada penilaian atribut

kompetensi tersebut belum mampu memenuhi nilai standar

kompetensi. Hal ini disebabkan sebagian kecil karyawan kurang

memiliki konsistensi dalam menerapkan standar mutu kerja pada

atribut kompetensi tersebut. Sehingga kesenjangan kompetensi

masih terjadi pada unit ini.

Selain dari unit kerja yang dipaparkan diatas, pada Departemen

Weaving masih terdapat unit kerja lain seperti Kowari, Sizing,

Shikake, Hozen Shokki dan Unten. Masing-masing dari unit kerja

tersebut telah dilakukan penilaian terhadap kompetensi keahlian

umum dan teknik karyawan pada posisi operator. Sebagaimana

disajikan pada Lampiran 3, terdapat nilai kesenjangan yang berbeda

pada setiap unit kerja. Hal ini terjadi karena jenis karakteristik

keahlian teknik yang berbeda pada setiap unit kerja.

Penilaian kompetensi pada keahlian umum didapatkan nilai

yang memuaskan pada setiap unit kerja. Rata-rata karyawan telah

memenuhi kriteria nilai kompetensi yang ditetapkan perusahaan. Hal

ini dapat terjadi karena pemahaman terhadap pengetahuan peraturan

perusahaan dan sikap dari karyawan yang cukup baik selama bekerja

mempengaruhi penilaian. Disamping itu, kebijakan perusahaan

menetapkan nilai rendah pada kompetensi komputer menyebabkan

karyawan masih mampu mencapai nilai standar kompetensi. Padahal,

dari hasil penilaian diperoleh sebagian besar karyawan belum mampu

mengusai keahlian ini. Nilai kompetensi rendah yang ditetapkan oleh

Page 60: analisis kinerja karyawan

47

perusahaan karena pada posisi operator karyawan tidak memerlukan

kemahiran penggunaan komputer dalam menunjang pekerjaannya.

Hasil dari penilaian atribut kompetensi pada keahlian teknik

menunjukkan kesenjangan di beberapa atribut kompetensi teknik di

setiap unit kerja. Tingkat kesulitan dan karakteristik kompetensi

teknik menjadi penyebab utama kesenjangan karena tidak semua

karyawan memiliki keterampilan yang baik. Dibutuhkan tingkat

pemahaman dan kemampuan karyawan yang cukup tinggi dalam

menguasai keahlian kerja.

Kesenjangan kompetensi pada unit kerja Kowari yang terjadi

pada atribut kompetensi teknik seperti operasikan mesin dan ketelitian

dalam bekerja. Kesenjangan kompetensi ini terjadi karena karyawan

tidak menerapkan standar mutu yang ditetapkan padahal sebagian

besar karyawan pada posisi ini merupakan karyawan lama. Akan

tetapi, tingkat pemahaman karyawan masih rendah dalam keahlian

teknik tersebut menjadi penyebab kesenjangan kompetensi.

Kesenjangan kompetensi lain masih terjadi pada sebagian kecil

atribut kompetensi pada keahlian teknik di unit kerja Shikake dan

Hozen Shokki. Identifikasi keahlian kerja pada unit kerja Shikake

diketahui berjumlah 8 atribut kompetensi teknik kerja. Kesenjangan

kompetensi hanya terjadi pada 3 atribut kompetensi yaitu memasang

beam, membaca design dan penggunaan cori khusus. Sebagain kecil

dari karyawan diketahui belum dapat memenuhi nilai standar

kompetensi dikarenakan tingkat kesulitan yang cukup tinggi pada

jenis keahlian tersebut.

Hasil dari penilaian kompetensi pada unit kerja Hozen Shokki

diperoleh hal yang sama seperti pada unit kerja lainnya. Kesenjangan

kompetensi terjadi di sebagian kecil atribut kompetensi pada keahlian

teknik. Diperoleh informasi bahwa hanya 1 atribut kompetensi teknik

yang belum dipenuhi nilai standar kompetensi oleh karyawan. Atribut

kompetensi tersebut ialah usaha preventif, pada kompetensi tersebut

nilai rata-rata gap menunjukkan -0,07 berarti hanya sebagian kecil

Page 61: analisis kinerja karyawan

48

karyawan yang diketahui tidak mampu menjalankan instruksi kerja

yang dijadwalkan unit kerja. Hal ini disebabkan karyawan tersebut

tidak cepat tanggap dalam memahami instruksi kerja yang diberikan

selama bekerja.

Nilai kesenjangan kompetensi yang terjadi pada unit kerja

yang selanjutnya yaitu Unten. Hasil penilaian pada unit kerja ini

diperoleh bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian teknik

menunjukkan kesenjangan kompetensi. Nilai aktual karyawan belum

mampu memenuhi nilai standar kompetensi. Penyebab dari

kesenjangan ini dikarenakan dalam bekerja sebagian kecil karyawan

kurang menerapkan dengan baik standar mutu kerja. Kesenjangan

terjadi pada jenis kompetensi seperti kompetensi komunikasi, alur

order, informasi kerja, jenis kain produk, koordinasi, monitoring, dan

backup kerja Weaving. Karyawan pada unit ini dinilai masih

memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang lebih terhadap jenis

keahlian yang dikerjakan karena alur proses produksi yang rumit

menjadikan karyawan kurang tanggap dalam menguasai keahlian

tersebut.

Penilaian kompetensi pada unit kerja Sizing diperoleh hasil

yang sama dengan unit kerja lain. Data penilaian menunjukkan nilai

kompetensi aktual karyawan pada keahlian umum dan teknik. Nilai

standar kompetensi keahlian umum pada unit kerja tersebut sudah

mampu dicapai karyawan. Berbeda pada kompetensi keahlian teknik

belum karyawan mampu memenuhi standar kompetensi pada seluruh

teknik kerja. Terdapat satu jenis kompetensi teknik yang nilai aktual

karyawan masih berada dibawah standar perusahaan, kompetensi

teknik tersebut yaitu memasang kelurusan beam. Sebagian dari

karyawan pada teknik kerja tersebut masih belum mampu menerapkan

teknik kerja secara cermat selama bekerja sehari-hari. Perhitungan

penilaian kompetensi pada posisi operator dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Page 62: analisis kinerja karyawan

49

Pemahaman karyawan terhadap keahlian umum dan teknik

memiliki tingkat penguasaan yang berbeda. Sehingga, kompetensi

yang dimiliki setiap karyawan dan unit kerja memiliki perbedaan

sesuai tingkat pemahaman masing-masing karyawan. Berikut ini

pemaparan dari analisis gap kompetensi karyawan keseluruhan unit

kerja pada Departemen Weaving pada bagian operator yang disajikan

pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil gap kompetensi setiap unit kerja operator

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F

(Shokki), G (Shikake), H (Hozen Shokki), I (Unten), dan J (Shiage)

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui informasi mengenai

kesenjangan kompetensi bagian operator di setiap unit kerja. Hasil

dari gap analisis menunjukkan bahwa nilai aktual karyawan lebih

tinggi daripada nilai standar kompetensi. Pada kompetensi manajemen

dan leadership nilai paling tinggi terdapat pada unit kerja Hozen

Jumbi. Sedangkan, kompetensi komputer nilai tertinggi terdapat pada

unit kerja Kowari.

Kompetensi karyawan pada keahlian umum dari hasil

penilaian menyatakan bahwa karyawan diseluruh unit kerja telah

mampu memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan perusahaan.

Pencapaian nilai standar kompetensi pada keahlian umum oleh

karyawan disetiap unit kerja disebabkan karena pemahaman dan

penerapan pengetahuan keahlian umum yang cukup baik dilakukan

karyawan pada saat bekerja.

Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada kompetensi

karyawan pada keahlian teknik bahwa sebagaian besar unit kerja

menunjukkan nilai aktual karyawan lebih rendah daripada nilai

Kompetensi Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja Operator

A B C D E F G H I J Manajemen 0,11 1,42 0,77 0,72 0 0,67 1 1,29 0,50 0,34

Leadership 0,98 1,25 0,43 0,89 1 0,76 1,21 1,57 1,25 1,02

Komputer 0 2 0,14 0 0 0 0,42 0 0,42 0,29

Rata-rata Teknik

-0,4 -0,2 0,04 0,29 -1,2 -0,3 -0,2 0,34 -0,5 -0,4

Page 63: analisis kinerja karyawan

50

standar kompetensi. Nilai terendah dari kompetensi karyawan pada

keahlian teknik terdapat pada unit kerja Unten.

Kesenjangan nilai kompetensi yang terjadi pada keahlian

teknik disebabkan karena karyawan kurang mampu dalam mengusai

teknik kerja yang bermacam-macam disetiap unit kerja. Perlu

pemahan yang lebih baik dari karyawan untuk dapat melaksanakan

kerja yang sesuai dengan standar operasi pekerjaan.

4.5.2. Responden Kepala Regu Departemen Weaving

Gap kompetensi karyawan pada posisi kepala regu diperoleh

dari rata-rata nilai kompetensi yang diberikan oleh kepala unit dan

pengawas disetiap unit kerja. Contoh perhitungan Penilaian

kompetensi karyawan posisi kepala regu dapat dilihat pada

Lampiran 5. Hasil survei penilaian kompetensi karyawan yang terdiri

atas keahlian umum dan keahlian teknik dipaparkan sebagai berikut:

1). Unit kerja Kowari

Hasil dari survei penilaian kompetensi Kepala Regu Kowari

dengan jumlah karyawan sebanyak 2 orang (Tabel 11).

Tabel 11. Hasil penilaian kompetensi Kepala Regu Kowari

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 2 1

2. Leadership 2 2 0

3. Komputer 1 1 0

4. Membagi benang 3 3 0

5. Operasikan mesin 3,5 3 0,5

6. Menyambung benang 3 4 -1

7. Jenis benang 3 4 -1

8. Ketelitian 3 3 0

9 Kecepatan kerja 3 4 -1

10. Instruksi kerja 3 3 0

Berdasarkan Tabel 11. diketahui informasi bahwa hasil penilaian

kompetensi karyawan pada keahlian umum yang mencangkup

kompetensi manajemen, leadership dan komputer diperoleh

bahwa karyawan sudah mampu memenuhi standar kompetensi.

Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

Page 64: analisis kinerja karyawan

51

kesenjangan antara nilai standar dan kompetensi aktual karyawan.

Rata-rata karyawan menunjukkan penguasaan pada kompetensi

manajemen. Kompetensi leadership memperlihatkan karyawan

sudah cukup menguasai keahlian tersebut.

Berbeda pada kompetensi komputer meskipun rata-rata karyawan

tidak menguasai keahlian kerja namun nilai tersebut sudah cukup

untuk memenuhi persyaratan standar kompetensi. Kemampuan

karyawan dalam memenuhi komptensi keahlian umum

ditunjukkan dalam sikap keseharian bekerja karyawan dengan

menerapkan kompetensinya selama bekerja.

Hasil dari Tabel 11. dapat disimpulkan bahwa rata-rata karyawan

sudah mampu memenuhi nilai standar kompetensi perusahaan

pada kompetensi keahlian teknik seperti membagi benang,

operasikan mesin, ketelitian, dan instruksi kerja. Teknik lain

masih menunjukkan kesenjangan kompetensi di beberapa atribut

kompetensi antara lain menyambung benang, jenis benang, dan

kecepatan kerja. Penyebab adanya kesenjangan nilai kompetensi

pada atribut tersebut disebabkan sebagian besar karyawan belum

mampu untuk menerapkan standar mutu kerja. Posisi kepala regu

menuntut karyawan untuk dapat meningkatkan keterampilan pada

keahlian teknik tersebut.

2). Unit kerja Sizing

Kepala regu pada unit kerja Sizing sebelumnya telah dilakukan

survei untuk penilaian kompetensi karyawan dengan jumlah

sebanyak 2 orang karyawan (Tabel 12).

Hasil penilaian kompetensi keahlian umum dan teknik pada posisi

kepala regu dinilai oleh wakil pengawas dan kepala unit. Jenis

kompetensi kepala regu disajikan Tabel 12. terdiri atas keahlian

umum dan keahlian teknik. Keahlian umum terdiri atas

kompetensi manajemen, leadership dan komputer, sedangkan

pada keahlian teknik meliputi 8 atribut kompetensi seperti

memasang beam, perbaiki benang, mengecek Tang, data

Page 65: analisis kinerja karyawan

52

produksi, penyusunan beam, kelurusan beam, kekentalan nori,

dan penurunan beam.

Tabel 12. Hasil penilaian kompetensi Kepala Regu Sizing

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,75 2 0,75

2. Leadership 2 2 0

3. Komputer 1 1 0

4. Memasang beam 3,5 3 0,50

5. Perbaiki benang 3,5 3 0,50

6. Mengecek Tang 3,5 4 -0,50

7. Data Produksi 2,5 3 -0,50

8. Penyusunan beam 3,5 3 0,50

9. Kelurusan beam 3,25 4 -0,75

10. kekentalan nori 3,5 3 0,50

11. Penurunan beam 3,25 3 0,25

Hasil penilaian kompetensi yang diperoleh pada keahlian umum

dapat disimpulkan bahwa karyawan telah mampu dalam

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan perusahaan. Nilai

rata-rata dari karyawan sudah cukup mengusai keahlian umum

tersebut. Adapun pada kompetensi komputer memperlihatkan

karyawan belum mampu mengusai kompetensi tersebut.

Penyebabnya ialah kesempatan yang rendah dan pengetahuan

karyawan terbatas dalam menggunakan komputer. Namun, nilai

yang diperoleh karyawan sudah cukup dalam memenuhi standar

nilai kompetensi.

Penilaian kompetensi pada keahlian teknik diketahui hasil yang

berbeda dibanding pada keahlian umum. Kesenjangan terjadi

pada tiga dari delapan atribut kompetensi keahlian teknik.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 12. terdapat

informasi bahwa karyawan belum mampu memenuhi nilai standar

kompetensi yang perusahaan tetapkan. Atribut kompetensi teknik

yang masih terdapat kesenjangan antara lain kelurusan beam,

mengecek Tang, dan data produksi.

Kesenjangan kompetensi ini terjadi karena sebagian kecil

karyawan kurang terampil dalam menjalankan tugas yang

Page 66: analisis kinerja karyawan

53

diberikan sehingga nilai aktual rata-rata karyawan masih

menunjukkan hasil yang rendah dibanding nilai standar

kompetensi.

3). Unit Kerja Jumbi Hozen

Hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan pada posisi 1

orang kepala regu unit kerja Jumbi Hozen (Tabel 13).

Tabel 13. Hasil penilaian kompetensi Kepala Regu Jumbi Hozen

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2 2 0

B Leadership 2 2 0

C Komputer 1 1 0

D Operasikan mesin 2 3 -1 E Deteksi kerusakan 2 3 -1

F Perbaiki mesin 2 3 -1

G Pekerjaan mudah 3 4 -1 H Usaha preventif 2 3 -1

I Standar mesin 2 3 -1

J tension beam 2 3 -1 K Instruksi kerja 2 3 -1

Sesuai dengan data pada Tabel 13. keahlian kerja dikelompokkan

menjadi 2 bagian yaitu 1). keahlian umum meliputi kompetensi

manajemen, leadership dan komputer, 2). keahlian teknik terbagi

lagi menjadi beberapa atribut kompetensi antara lain

mengoperasikan mesin, deteksi kerusakan, perbaiki mesin,

pekerjaan mudah, usaha preventif, standar mesin, tension beam,

dan instruksi kerja.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 13. Dapat

disimpulkan bahwa karyawan sudah mampu dalam memenuhi

nilai standar kompetensi pada keahlian umum. Hasil penilaian

tersebut memperlihatkan bahwa karyawan sudah cukup mampu

dalam mengusai keahlian umum tersebut.

Hasil penilaian didasari pada pengamatan yang memperlihatkan

karyawan selama bekerja telah menunjukkan hasil yang cukup

Page 67: analisis kinerja karyawan

54

baik. Hal ini terjadi karena karyawan sudah mempunyai

pengetahuan yang cukup pada kompetensi tersebut.

Kesenjangan kompetensi masih terjadi pada semua atribut

kompetensi keahlian teknik. Hal ini disebabkan sebagian besar

karyawan belum mampu menerapkan standar mutu kerja dengan

baik pada keahlian teknik. Dari Tabel 13. memperlihatkan bahwa

sebagaian besar atribut kompetensi pada keahlian teknik belum

mampu dikuasai dengan baik oleh karyawan.

Karyawan pada posisi ini sebetulnya memiliki pengetahuan

terhadap standar mutu kerja, namun pada unit kerja ini karyawan

dituntut untuk mempelajari berbagai jenis mesin (Kowari, Sizing,

RT Winder dan Warper) untuk dapat diperbaiki dan dipahami

dengan baik. Tidak semua karyawan mempunyai kemampuan

dalam menguasai perbaikan pada berbagai jenis mesin. Hal ini

yang menjadikan nilai kompetensi aktual karyawan yang rendah

pada keahlian teknik di unit kerja ini.

4). Unit Kerja Unten

Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk

posisi kepala regu pada unit kerja Unten dengan jumlah karyawan

sebanyak 3 orang (Tabel 14).

Tabel 14. Hasil penilaian kompetensi Kepala Regu Unten

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 2 1

2. Leadership 2 2 0

3. Komputer 1,67 1 0,67

4. Komunikasi 3 3 0

5. Alur order 3 4 -1

6. Informasi kerja 3 4 -1

7. Jenis kain produk 3 3 0

8. Koordinasi 3 3 0 9. Monitoring 3 3 0

10. Backup kerja 3,17 3 0,17

Tabel 14. menunjukkan bahwa karyawan pada unit kerja Unten

telah memenuhi persyaratan kompetensi pada keahlian umum.

Page 68: analisis kinerja karyawan

55

Keahlian umum tersebut antara lain kompetensi manajemen,

leadership dan komputer. Kompetensi aktual memperlihatkan

karyawan sudah cukup menguasai keahlian pada kompetensi

manajemen dan leadership. Pencapaian standar kompetensi oleh

karyawan pada unit ini disebabkan pengalaman dan pengetahuan

yang diterapkan karyawan sudah cukup baik selama bekerja.

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 14. memperlihatkan

atribut kompetensi karyawan terdiri atas 7 teknik kerja.

Kompetensi aktual memperlihatkan hanya 2 atribut kompetensi

teknik kerja yang belum memenuhi nilai standar kompetensi.

Atribut kompetensi tersebut antara lain seperti informasi kerja dan

alur order.

Hasil penilaian kompetensi diperoleh bahwa nilai rata-rata kelapa

regu sebetulnya sudah dapat menguasai keahlian kerja tersebut,

namun hal ini belum cukup untuk memenuhi nilai kompetensi

yang ditetapkan dengan nilai yang cukup tinggi. Kesenjangan

kompetensi terjadi karena sebagian kecil karyawan belum cukup

cermat dalam memahami permasalahan produksi yang terjadi

dalam bekerja.

5). Unit Kerja Shiage

Penilaian kompetensi karyawan untuk posisi kepala regu pada

unit kerja Shiage telah dilakukan survei dengan jumlah karyawan

sebanyak 2 orang (Tabel 15).

Tabel 15. Hasil penilaian kompetensi Kepala Regu Shiage

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,25 2 0,25

2. Leadership 2 2 0

3. Komputer 1 1 0

4. Mengetahui grade 2 3 -1 5. Mengetahui produk 2,5 3 -0,50

6. Perbaikan kain 2,5 3 -0,50

7. Packing kain 3 4 -1 8. Delivery 2,5 4 -1,50

9. Operasikan mesin 3 3 0

10. Pelipatan Folding 3 4 -1

Page 69: analisis kinerja karyawan

56

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 15. diperoleh

bahwa sebagian besar karyawan sudah mampu mengusai

keahlian pada atribut keahlian umum dan teknik. Namun,

kesenjangan kompetensi masih terjadi pada beberapa atribut yang

dinilai karena belum mampu dalam memenuhi nilai standar

kompetensi yang ditetapkan.

Menurut hasil penilaian kompetensi diketahui bahwa pada

keahlian umum seperti kompetensi manajemen, leadership dan

komputer sudah mampu dipenuhi karyawan dalam mencapai nilai

standar kompetensi. Pemahaman karyawan pada kompetensi

manajeman dan leadership memperlihatkan hasil yang cukup

baik. Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan mengenai aturan

perusahaan sudah cukup baik diterapkan karyawan.

Penilaian kompetensi pada atribut keahlian teknik mencangkup

tujuh atribut kompetensi teknik kerja. Nilai rata-rata dari

kompetensi aktual karyawan diperoleh bahwa sebagian besar

atribut kompetensi masih memperlihatkan kesenjangan standar

kompetensi.

Faktor yang menjadi penyebab kesenjangan antara lain sebagian

karyawan terkadang kurang konsentrasi dalam bekerja dan

mengabaikan standar mutu kerja pada keahlian teknik tersebut.

Penilaian kompetensi diperoleh hasil yang sama pada unit

kerja lain di Departemen Weaving seperti Reaching, Warper, Shokki,

Shikake, dan Hozen Shokki. Sebagaimana disajikan pada Lampiran 6,

hasil penilaian kompetensi menunjukkan kesenjangan nilai

kompetensi pada sebagian kecil atribut kompetensi keahlian teknik.

Penyebab yang menjadi faktor kesenjangan karena karyawan kurang

terampil dan cermat dalam menerapkan keahlian kerja. kepala regu

merupakan karyawan mempunyai pengetahuan yang lebih banyak

mengenai pemahaman proses produksi dibandingkan posisi operator

disetiap unit kerja. Namun, dalam praktek karyawan memperlihatkan

kurang mentaati keahlian kerja sesuai standar mutu. Hal ini

Page 70: analisis kinerja karyawan

57

menyebabkan nilai kompetensi aktual karyawan menjadi rendah dan

tidak cukup dalam memenuhi standar kompetensi perusahaan.

Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada penilaian

kompetensi posisi kepala regu di beberapa atribut kompetensi keahlian

teknik tidak ditemukan pada keahlian umum. Karyawan telah mampu

dalam memenuhi nilai standar kompetensi. Hal ini disebabkan karena

karyawan memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup baik

terhadap pengetahuan dan penerapan aturan perusahaan yang

diterapkan dalam bekerja.

Pemaparan hasil penilaian terhadap kompetensi karyawan pada

masing-masing unit kerja Departemen Weaving bagian kepala regu

disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil gap kompetensi setiap unit kerja kepala regu

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F (Shokki), G (Shikake), H (Hozen Shokki), I (Unten), dan J (Shiage)

Berdasarkan informasi pada Tabel 16. dapat diketahui

kesenjangan kompetensi di setiap unit kerja bagian kepala regu. Hasil

dari penilaian kompetensi menunjukkan kesenjangan kompetensi

masih terjadi disebagian besar unit kerja pada keahlian teknik.

Namun, kompetensi karyawan pada keahlian umum nilai aktual telah

mampu mencapai standar yang ditetapkan perusahaan.

Hasil kompetensi dari nilai akual karyawan yang mencapai

standar kompetensi menunjukkan bahwa karyawan pada bagian

kepala regu telah mampu menguasai kompetensi pada keahlian umum.

Informasi dari Tabel 16. nilai tertinggi kompetensi manajemen

terdapat pada unit kerja Shokki. Kompetensi leadership nilai paling

tinggi pada unit Reaching. Sedangkan pada kompetensi komputer nilai

tertinggi terdapat pada unit Warper. Tingkat pendidikan karyawan dan

Kompetensi Hasil Gap kompetensi Setiap Unit Kerja

A B C D E F G H I J Manajemen 1 1 1 0,75 0 1,50 1 0,43 1 0,25

Leadership 1 0 0,50 0 0 0,70 0,50 0,50 0 0

Komputer 0 0 1 0 0 0 0,50 0 0,67 0

Rata-rata Teknik

0,31 -0,4 0,23 0,06 -1 -0,4 0,25 -0,1 -0,3 -0,8

Page 71: analisis kinerja karyawan

58

pemahaman selama bekerja menjadi pengaruh penilaian atasan

terhadap nilai kompetensi yang diberikan pada keahlian umum.

Kompetensi karyawan pada keahlian teknik masih

menunjukkan kesenjangan nilai antara aktual dan standar kompetensi

karyawan. Sebagain besar unit kerja masih diperoleh nilai aktual

karyawan yang rendah dibanding nilai standar kompetensi. Nilai

terendah terdapat pada unit kerja Hozen Jumbi. Nilai aktual

kompetensi yang rendah disebabkan karena pada keahlian teknik

dibutuhkan konsistensi dalam penerapan standar mutu kerja dalam

proses produksi.

4.5.3. Responden Kepala Unit Departemen Weaving

Hasil survei telah dilakukan pada karyawan dengan posisi

kepala unit yaitu berupa penilaian kompetensi karyawan yang dinilai

oleh pengawas dan wakil pengawas disetiap unit kerja. Penilaian

kompetensi karyawan tersebut dapat mengetahui kompetensi aktual

rata-rata karyawan dan nilai standar kompetensi disetiap unit kerja.

Contoh perhitungan penilaian kompetensi kepala unit dapat dilihat pada

Lampiran 7. Penjelasan mengenai kompetensi keahlian umum dan

teknik dipaparkan sebagai berikut:

1). Unit Kerja Reaching

Berikut ini hasil penilaian kompetensi posisi kepala unit pada unit

kerja Reaching sebanyak 2 orang karyawan (Tabel 17).

Tabel 17. Hasil penilaian kompetensi Kepala Unit Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,5 3 0,50

2. Leadership 3 3 0 3. Komputer 1 2 -1

4. Membaca design 3,5 3 0,50

5. Anyaman benang 3,5 3 0,50

6. Pengecekan anyaman 3,5 4 -0,50

7. naik turun beam 4 4 0

8. Pemasukan benang 4 3 1

9. Koordinasi produksi 3 3 0

10. Target kerja 3 4 -1

11. Persiapan Plat-L 2,75 3 -0,25

Page 72: analisis kinerja karyawan

59

Berdasarkan penilaian kompetensi dari Tabel 17. diperoleh

informasi pada kompetensi keahlian umum dan keahlian teknik

yaitu masih terdapat kesenjangan kompetensi di unit kerja ini.

Atribut keahlian umum seperti kompetensi manajemen dan

leadership menunjukkan tidak ada kesenjangan kompetensi. Nilai

kompetensi aktual memperlihatkan karyawan sudah mampu

menguasai keahlian kerja tersebut.

Nilai kompetensi terendah didapatkan pada kompetensi komputer

yang menunjukkan bahwa karyawan tidak menguasai keahlian

tersebut. Faktor penyebab kesenjangan kompetensi terjadi karena

pemahaman dan pengetahuan karyawan terhadap aplikasi komputer

masih rendah. Selain itu tingkat pendidikan karyawan

mempengaruhi penguasan terhadap keahlian tersebut.

Penilaian kompetensi pada keahlian teknik dari Tabel 17. meliputi

sembilan atribut kompetensi teknik yang dinilai. Berdasarkan hasil

penilaian pada tabel tersebut diketahui masih menunjukkan

kesenjangan. Atribut kompetensi tersebut antara lain pengecekan

anyaman, target kerja, dan persiapan plat-l.

Sebenarnya karyawan sudah mampu dalam menguasai keahlian

tersebut, namun penilaian kompetensi yang diperoleh karyawan

belum mampu dalam memenuhi nilai standar kompetensi yang

ditetapkan. Hal ini terjadi karena karyawan tidak mengembangkan

keterampilan yang dimiliki padahal dalam meningkatkan

keterampilan teknik perlu dilakukan agar target produksi yang

ditetapkan perusahaan dapat terpenuhi dalam setiap alur produksi.

2). Unit Kerja Kowari

Hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi kepala unit pada

unit kerja Kowari dengan jumlah karyawan sebanyak 2 orang

(Tabel 18).

Menurut hasil penilaian kompetensi pada Tabel 16. diperoleh

bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian umum dan

keahlian teknik belum mampu dipenuhi oleh karyawan dalam

Page 73: analisis kinerja karyawan

60

mencapai nilai standar yang ditetapkan perusahaan. Nilai

kompetensi yang paling rendah terdapat pada penguasaan

komputer. Sebagian besar karyawan belum mampu dalam

penguasaan kompetensi tersebut. Hal ini karena tingkat pendidikan

rendah yang karyawan miliki menyebabkan mereka tidak cukup

pengetahuan dalam menguasai keahlian tersebut. Disamping itu,

kesempatan dalam menggunakan komputer pada saat bekerja

sangat rendah. Berikut ini hasil penilaian kompetensi yang dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil penilaian kompetensi Kepala Unit Kowari

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2 3 -1

2. Leadership 2 3 -1

3. Komputer 1,5 2 -0,5 4. Membagi benang 2,5 4 -1,5

5. Operasikan mesin 2,5 4 -1,5

6. Menyambung benang 3 4 -1

7. Jenis benang 3 4 -1

8. Koordinasi produksi 2,5 3 -0,5

9. Kecepatan kerja 2,5 3 -0,5 10. Instruksi kerja 2,5 3 -0,5

Hasil dari penilaian kompetensi terhadap Kepala Unit Kowari

menunjukkan kesenjangan kompetensi yang cukup besar. Harapan

perusahaan dengan menerapkan standar nilai kompetensi belum

mampu dicapai oleh karyawan. Nilai rata-rata kompetensi aktual

menunjukkan karyawan belum mengusai keterampilan dengan

baik.

Faktor-faktor penyebab nilai aktual karyawan yang rendah

disebabkan penerapan keterampilan yang dilakukan karyawan

selama bekerja dinilai kurang sesuai dengan standar mutu kerja.

Disamping itu karyawan tidak mampu dalam menunjukkan

integritas dalam bekerja sehingga berpengaruh terhadap

keterampilan dalam bekerja. Hal tersebut yang menjadikan

kesenjangan terjadi karena berdasarkan penilaian kompetensi pada

Page 74: analisis kinerja karyawan

61

Tabel 18. disimpulkan bahwa seluruh atribut keahlian teknik masih

belum memenuhi standar kompetensi perusahaan. Nilai kompetensi

yang karyawan miliki menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

3). Unit Kerja Shokki

Hasil kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang kepala unit pada

unit kerja Shokki (Tabel 19).

Tabel 19. Hasil penilaian kompetensi Kepala Unit Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 3 0 2. Leadership 3 3 0

3. Komputer 1 2 -1

4. Operasikan mesin 2,5 4 -1,50

5. Pengecekan kain 3 3 0

6. Keliling mesin 3 4 -1

7. Perbaiki benang yoko 3 4 -1 8. Perbaiki benang tate 3 4 -1

9. Perbaiki kesalahan 3 3 0

10. Koordinasi produksi 3 3 0

11. Pengecekan yoko 3 4 -1

12. Pengecekan kualitas 3 3 0

Hasil penilaian kompetensi pada Tabel 19. menjelaskan informasi

pada atribut kompetensi keahlian umum seperti manajemen dan

leadership diketahui bahwa karyawan sudah mampu memenuhi

standar mutu kompetensi. Berbeda dengan kompetensi komputer

karyawan tidak menguasai kompetensi tersebut. Tingkat

pendidikan yang rendah menyebabkan karyawan tidak mempunyai

kesempatan belajar yang cukup. Ditambah lagi dengan penggunaan

komputer selama bekerja yang hampir jarang dan tidak terlalu

dibutuhkan dalam mendukung perkerjaan sehari-hari.

Kesenjangan kompetensi terjadi pada sebagaian besar atribut

kompetensi keahlian teknik seperti operasikan mesin, keliling

mesin, perbaiki benang yoko, perbaiki benang tate dan pengecekan

yoko. Nilai kompetensi yang lebih tinggi ditetapkan perusahaan

untuk menuntut karyawan sangat menguasai keahlian tersebut.

Faktor yang menyebabkan karyawan tidak memenuhi standar

Page 75: analisis kinerja karyawan

62

kompetensi karena tingkat keterampilan dan pengusaan keahlian

yang kurang pada atribut keahlian teknik tersebut.

4). Unit Kerja Unten

Survei dari penilaian kompetensi karyawan untuk posisi kepala unit

telah dilakukan pada unit kerja Unten dengan jumlah karyawan

sebanyak 5 orang. Data penilaian kompetensi diperlihatkan pada

Tabel 20.

Tabel 20. Hasil penilaian kompetensi Kepala Unit Unten

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 3 0

2. Leadership 3 3 0 3. Komputer 2,2 2 0,20

4. Komunikasi 3,8 3 0,80

5. Alur order 4 4 0

6. Informasi kerja 3,9 4 -0,10

7. Jenis kain produk 3,3 4 -0,70

8. Koordinasi 3,9 4 -0,10 9. Monitoring 3,9 3 0,90

10. Koordinasi produksi 3,4 3 0,40

Tabel 20. terdapat informasi bahwa keahlian umum pada unit kerja

Unten telah dipenuhi karyawan sesuai dengan persyaratan nilai

kompetensi. Kompetensi tersebut antara lain manajemen,

leadership dan komputer. Pencapaian terhadap nilai standar

kompetensi menunjukkan karyawan pada unit ini mempunyai

tingkat pemahaman dan penerapan aturan mutu yang memuaskan.

Karyawan selama bekerja telah menerapkan aturan seperti disiplin,

penerapan ISO dan kemampuan dalam memimpin bawahan.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi Tabel 20. atribut

kompetensi keahlian teknik karyawan terdiri atas 7 atribut

kompetensi teknik kerja. Hasil penilaian kompetensi aktual

karyawan menunjukkan bahwa terdapat 3 atribut kompetensi teknik

kerja yang belum memenuhi nilai standar kompetensi yaitu

informasi kerja, jenis kain produk, dan koordinasi. Faktor- faktor

yang menyebabkan kesenjangan antara lain sebagian kecil

Page 76: analisis kinerja karyawan

63

karyawan kurang mampu menerapkan koordinasi secara baik, dan

adanya permintaan produk yang rumit memerlukan tingkat

konsentrasi yang tinggi kurang diperhatikan dengan baik oleh

karyawan.

5). Unit Kerja Shiage

Penilaian kompetensi karyawan untuk posisi kepala unit telah

dilakukan pada unit kerja Shiage dengan jumlah karyawan

sejumlah 2 orang (Tabel 21).

Tabel 21. Hasil penilaian kompetensi Kepala Unit Shiage

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2 3 -1

2. Leadership 2 3 -1

3. Komputer 1,5 2 -0,50

4. Pemeriksaan kentan 2,75 4 -1,25 5. Perbaikan kain 2 4 -2

6. Shusei kentan 2,25 3 -0,75

7. Koordinasi produksi 2 3 -1

8. Mengetahui grade 2 3 -1

9. Operasikan mesin 2,75 3 -0,25

10. Mengetahui produk 3 4 -1

Menurut hasil penilaian kompetensi pada Tabel 21. diperoleh jenis

kompetensi keahlian umum dan teknik. Hasil dari penilaian

tersebut diketahui bahwa semua atribut kompetensi keahlian umum

dan teknik masih belum dipenuhi nilai kompetensi oleh karyawan.

Atribut kompetensi keahlian umum seperti aplikasi komputer

mempunyai nilai yang paling rendah.

Penerapan dan kemampuan terhadap pengusaaan suatu keahlian

memiliki tingkat yang berbeda untuk dipahami oleh setiap

karyawan. Penerapan kompetensi manajemen oleh kepala unit tidak

dilakukan secara nyata dalam kegiatan produksi saat bekerja.

Karyawan dinilai tidak mampu menguasai keahlian tersebut dan

belum memenuhi kriteria standar kompetensi.

Seluruh atribut pada keahlian teknik masih terjadi kesenjangan

kompetensi. Nilai rata-rata kompetensi aktual menunjukkan bahwa

Page 77: analisis kinerja karyawan

64

karyawan hanya cukup mampu menguasai keahlian teknik tersebut.

Penilaian kompetensi untuk posisi Kepala Unit Shiage

menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Hasil kesenjangan kompetensi yang diperoleh bahwa karyawan

tidak berhasil menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki selama bekerja. Sebagai karyawan yang menduduki posisi

kepala unit menuntut karyawan untuk dapat mengembangkan dan

menerapkan keterampilan sehingga dapat meningkatkan efektivitas

proses produksi.

Kepala unit merupakan karyawan yang telah diangkat oleh

perusahaan berdasarkan kinerja yang baik dan atas rekomendasi oleh

atasan langsung untuk menduduki posisi tersebut. Fungsi koordinasi

pada kepala unit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga

mutu dan kelancaran produksi. Posisi kepala unit berada langsung

berhubungan dengan karyawan lapang dalam setiap unit kerja. Dengan

kualitas yang dimiliki oleh kepala unit sebetulnya karyawan tersebut

mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam proses

produksi dibanding karyawan yang lain. Hal tersebut tidak menjadikan

jaminan kepala unit melakukan usaha maksimal dalam bekerja di

lapangan. Penilaian kompetensi yang telah dilakukan oleh atasan

menunjukkan adanya kesenjangan pada beberapa atribut kompetensi

keahlian umum dan teknik.

Unit kerja lain pada Departemen Weaving seperti Warper,

Hozen Jumbi, Sizing, Hozen Shokki, dan Shikake pada masing-masing

kepala unit, sebagaimana disajikan pada Lampiran 8, hasil penilaian

kompetensi masih menunjukkan kesenjangan antara nilai aktual

kompetensi karyawan dengan nilai standar kompetensi yang ditetapkan

perusahaan. Faktor- faktor yang menjadi penyebab antara lain karyawan

tidak maksimal dalam bekerja, masih terdapat karyawan yang kurang

terampil dalam beberapa atribut kompetensi pada keahlian teknik,

penerapan pengetahuan dan kemampuan karyawan tidak ditunjukkan

Page 78: analisis kinerja karyawan

65

selama bekerja, dan kemampuan koordinasi antar karyawan yang

kurang selama proses produksi.

Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada beberapa atribut

keahlian teknik disebabkan pula pada kebijakan manajemen. Kaitan

manajemen perusahaan dalam menentukan nilai standar tinggi

berpengaruh terhadap kesenjangan yang ada. Setiap unit kerja terdapat

keahlian yang merupakan titik penting dan kritis pada masing-masing

unit kerja. Kebijakan manajemen dalam menetapkan nilai standar yang

tinggi pada atribut teknik tertentu agar tuntutan kebutuhan kerja dan

kualitas produksi dapat dijaga dari kesalahan selama produksi

berlangsung.

Tabel 22. merupakan hasil dari analisis gap kompetensi

karyawan seluruh unit kerja pada Departemen Weaving posisi kepala

unit. Masing-masing unit kerja mempunyai tingkat kompetensi

karyawan yang berbeda sehingga dapat diketahui tingkat kebutuhan

yang perlu diperbaiki pada masing-masing unit kerja.

Tabel 22. Hasil gap kompetensi setiap unit kerja kepala unit

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F

(Shokki), G (Shikake), H (Hozen Shokki), I (Unten), dan J (Shiage)

Sebagaimana yang disajikan pada Tabel 22. sebagian

kesenjangan kompetensi masih terjadi pada keahlian umum dan teknik

pada karyawan bagian kepala unit disetiap unit kerja. Nilai

kompetensi aktual karyawan masih rendah dibandingkan dengan nilai

standar yang ditetapkan perusahaan. Pada kompetensi manajemen

dan leadership nilai terendah terdapat pada unit kerja Shiage.

Sedangkan, kompetensi komputer paling rendah berada pada unit

kerja Reaching.

Kompetensi Hasil Gap Kompetensi Setiap Unit Kerja

A B C D E F G H I J Manajemen 0,5 -1 -0,5 -0,5 -1 0 0 -0,8 0 -1

Leadership 0 -1 -0,5 -0,5 -1 0 0 -0,5 0 -1

Komputer -1 -0,5 -0,5 -0,2 -1 -1 -0,5 -1 0,2 -0,5

Rata-rata Teknik

0,03 -1,1 -0,6 -0,8 -1,4 -0,6 -0,2 -0,4 0,31 -1

Page 79: analisis kinerja karyawan

66

Kemampuan manajemen dan kepemimpinan karyawan pada

sebagian unit kerja sebagian besar diketahui masih rendah. Hal ini

didasari pada informasi yang diperoleh dari Tabel 22. yang

menunjukkan kesenjangan kompetensi masih terjadi di posisi kelapa

unit.

Hasil kompetensi yang rendah masih terjadi pada keahlian

teknik. Hampir di seluruh unit kerja nilai aktual karyawan belum

mampu dalam memenuhi standar yang perusahaan inginkan. Nilai

kesenjangan komptensi terendah terdapat pada unit kerja Hozen

Jumbi. Karyawan pada posisi ini dituntun untuk dapat mengusai

segala jenis kompetensi teknik kerja yang dibutuhkan disetiap unit

kerja. Namun, dari hasil penilaian yang diperoleh belum semua unit

kerja mampu mencapai nilai standar kompetensi.

4.5.4. Responden Wakil Pengawas dan Pengawas Departemen Weaving

Hasil survei penilaian kompetensi karyawan yang telah

dilakukan pada posisi wakil pengawas dan pengawas berupa penilaian

kompetensi dapat diketahui kompetensi aktual karyawan dan nilai

standar kompetensi. Hasil dari perhitungan penilaian kompetensi

karyawan dapat dilihat pada Lampiran 9. Penjelasan analisa gap

masing-masing unit kerja sebagai berikut:

1). Unit Kerja Reaching

a. Hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang wakil

pengawas pada unit kerja Reaching disajikan pada Tabel 23.

Apa yang tersaji pada Tabel 23. merupakan hasil penilaian

kompetensi pada keahlian umum mencangkup kompetensi

manajemen, leadership, dan komputer yang menunjukkan bahwa

karyawan belum mampu memenuhi standar kompetensi. Hasil

penilaian tersebut menunjukkan ada kesenjangan kompetensi

aktual karyawan dengan nilai standar kompetensi. Pada

kompetensi manajemen dan leadership memperlihatkan bahwa

karyawan sudah mampu dalam menguasai keahlian.

Page 80: analisis kinerja karyawan

67

Tabel 23. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,75 4 -0,25

2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 1 3 -2

4. Bahasa Jepang 3,50 2 1,50

5. Membaca design 3,50 4 -0,50

6. Anyaman benang 3,50 3 0,50

7. Pengecekan anyaman 3,50 4 -0,50

8. naik turun beam 4 4 0

9. Pemasukan benang 2,50 3 -0,50

10. Koordinasi produksi 3 3 0

11. Target kerja 3 4 -1

12. Persiapan Plat-L 2,50 3 -0,50

Standar nilai kompetensi yang lebih tinggi ditetapkan perusahaan

menyebabkan adanya kesenjangan kompetensi. Hal ini terjadi

karyawan belum mampu untuk mengembangkan kemampuan

dalam penerapan saat bekerja. Oleh sebab itu, perlu adanya

perhatian pada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dalam

keahlian ini.

Kesenjangan kompetensi paling besar terjadi pada keahlian

aplikasi komputer, hal ini disebabkan karyawan tidak menguasai

kompetensi tersebut. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan

karena tingkat pendidikan karyawan yang rendah sehingga tidak

mengetahui pengetahuan terhadap penggunaan komputer.

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik masih

menunjukkan kesenjangan seperti pada atribut kompetensi

membaca design, pengecekan anyaman, pemasukan benang target

kerja, dan persiapan Plat-L. Penyebab adanya kesenjangan

dikarenakan keterampilan yang dimiliki karyawan masih kurang

cermat pada melakukan proses produksi. Kesenjangan ini terjadi

pada atribut penting di unit kerja Reaching. Diperlukan usaha

karyawan dalam mengasah keterampilan yang dimiliki untuk

mendukung proses produksi berjalan lebih baik.

Page 81: analisis kinerja karyawan

68

b. Survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang

pengawas pada unit kerja Reaching (Tabel 24). Hasil dari

penilaian ini dapat terilihat tingkat kemampuan karyawan pada

nilai aktual yang tertera pada tabel tersebut.

Tabel 24. menyajikan informasi bahwa kesenjangan kompetensi

masih pada semua atribut keahlian umum seperti manajemen,

leadership, dan komputer. Nilai kesenjangan pada atribut

komputer menunjukkan bahwa karyawan belum mampu

menguasai keahlian tersebut.

Tabel 24. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Reaching

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1 2 -1

5. Membaca design 3 4 -1

6. Anyaman benang 3 3 0 7. Pengecekan anyaman 3 4 -1

8. naik turun beam 3 4 -1

9. Pemasukan benang 3 3 0 10. Koordinasi produksi 3 4 -1

11. Target kerja 3 4 -1

12. Persiapan Plat-L 3 3 0

Pada keahlian umum, sebetulnya karyawan sudah mampu

menguasai kompetensi pada manajemen dan leadership. Namun,

nilai kompetensi yang tinggi menyebabkan kesenjangan

kompetensi masih terdapat pada keahlian tersebut. Penyebab

karyawan belum memenuhi standar kompetensi karena pada

pelaksanaannya karyawan masih kurang konsisten untuk

menerapkan mutu kerja.

Hasil penilaian kompetensi dari Tabel 24. dapat diketahui bahwa

terdapat kesenjangan kompetensi pada sebagian besar atribut

kompetensi keahlian teknik. Hasil penilaian tersebut

memperlihatkan bahwa karyawan sudah mampu menguasai

masing-masing atribut kompetensi teknik kerja. Akan tetapi, nilai

Page 82: analisis kinerja karyawan

69

aktual karyawan belum mampu dalam memenuhi standar

kompetensi.

Adanya ketidaksesuaian antara kompetensi aktual dengan standar

kompetensi dikarenakan karyawan tidak mampu meningkatkan

keterampilan pada atribut kompetensi teknik tersebut. Perusahaan

mengharapkan pada posisi pengawas seharusnya karyawan dapat

mengembangkan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan

prinsip perusahaan yaitu kaizen. Peningkatan kemampuan dan

keterampilan dari karyawan dapat membantu proses produksi

berjalan lebih efektif.

2). Unit Kerja Jumbi

Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk

posisi 1 orang pengawas pada unit kerja Jumbi (Tabel 25).

Tabel 25. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Jumbi

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1 2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1 2 -1

5. Memisahkan jenis benang 3 4 -1

6. Kualitas benang 3 4 -1

7. Koordinasi produksi 3 4 -1

8. Data Produksi 3 4 -1

9. Operasikan mesin 3 3 0

10. Ketelitian kerja 3 3 0

11. Membaca design 3 3 0

Berdasarkan apa yang tersaji pada Tabel 25. dapat disimpulkan

pada keahlian umum bahwa karyawan masih belum mampu

dalam memenuhi nilai komptensi. Kompetensi pada keahlian

umum tersebut antara lain manajemen, leadership, dan komputer.

Pemahaman dan kurangnya kemampuan karyawan dalam

koordinasi di unit kerja diketahui menjadi penyebab adanya

kesenjangan kompetensi pada kompetensi manajemen dan

leadership.

Page 83: analisis kinerja karyawan

70

Kesenjangan kompetensi pada atribut kompetensi keahlian umum

lain seperti komputer disebabkan pengetahuan karyawan yang

rendah terhadap penggunaan komputer yang menjadikan faktor

penyebab kesenjangan kompetensi. Hasil penilaian kompetensi

diketahui bahwa karyawan tidak menguasai keahlian tersebut.

Tabel 25. memperlihatkan atribut kompetensi keahlian teknik

yang terdiri atas 7 atribut kompetensi teknik kerja. Sebagian besar

atribut mengalami kesenjangan kompetensi karena karyawan

tidak mampu dalam memenuhi standar kompetensi perusahaan.

Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang mengalami

kesenjangan antara lain bahasa Jepang, memisahkan jenis benang,

kualitas benang, koordinasi produksi, dan data produksi.

Pelaksanaan dalam bekerja yang tidak memperhatikan ketelitian

dan kecermatan di dalam melakukan proses produksi menjadi

penyebab adanya kesenjangan. Disamping itu, karyawan perlu

meningkatkan keterampilan pada atribut keahlian yang masih

terjadi kesenjangan kompetensi.

3). Unit Kerja Sizing

Tabel 26. merupakan hasil penilaian kompetensi pada unit kerja

Sizing untuk posisi wakil pengawas dengan berjumlah 2 orang

karyawan.

Tabel 26. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Sizing

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 2,5 2 0,50

5. Memasang beam 3 3 0

6. Perbaiki benang 3 4 -1

7. Mengecek Tang 3 3 0

8. Data Produksi 3 4 -1

9. Penyusunan beam 3 3 0 10. Kelurusan beam 3 4 -1

11. kekentalan nori 3 3 0

12. Koordinasi produksi 3 4 -1

Page 84: analisis kinerja karyawan

71

Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Sizing yang tersaji

pada Tabel 26. terdiri atas keahlian umum dan keahlian teknik.

Kompetensi pada keahlian umum terdiri atas manajemen,

leadership, dan komputer. Keahlian teknik terdiri atas 8 atribut

kompetensi teknik kerja.

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian umum diperoleh dari

bahwa seluruh atribut belum mampu dipenuhi oleh karyawan.

Tidak jauh berbeda diperoleh dengan hasil penilaian pada

keahlian teknik. Sebagian besar atribut kompetensi pada keahlian

teknik masih terdapat kesenjangan kompetensi. Berdasarkan nilai

kompetensi aktual, menunjukkan bahwa karyawan sudah mampu

menguasai keahlian tersebut namun nilai tersebut belum cukup

dalam memenuhi nilai kompetensi perusahaan.

Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang belum memenuhi

standar kompetensi antara lain Bahasa Jepang, memasang beam,

perbaiki benang, data produksi, kelurusan beam, dan koordinasi

produksi. Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada keahlian

umum dan teknik disebabkan karena karyawan tidak mampu

menerapkan proses produksi sesuai standar mutu yang telah

ditentukan pada unit kerja Sizing. Masih adanya kesalahan kecil

yang seharusnya tidak perlu terjadi sering muncul karena kurang

pengawasan ketika bekerja. Hal tersebut terjadi karena tingkat

kecermatan dan ketelitian pegawai yang harus ditingkatkan oleh

karyawan.

4). Unit Kerja Hozen Jumbi

Tabel 27. Memperlihatkan hasil penilaian kompetensi karyawan

untuk posisi 1 orang wakil pengawas pada unit kerja Hozen

Jumbi.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 27. keahlian

umum yang mencangkup kompetensi manajemen, leadership, dan

komputer pada pengawas unit Hozen Jumbi diperoleh informasi

bahwa masih terdapat kesenjangan kompetensi. Penerapan

Page 85: analisis kinerja karyawan

72

kepemimpinan karyawan yang masih kurang selama bekerja

menjadi faktor penyebab adanya kesenjangan kompetensi.

Tabel 27. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Hozen Jumbi

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 2,5 3 -0,50

4. Bahasa Jepang 2,5 2 0,50

5. Operasikan mesin 3 3 0

6. Deteksi kerusakan 3 4 -1 7. Perbaiki mesin 3,5 4 -0,50

8. Pekerjaan mudah 3 3 0

9. Usaha preventif 3 4 -1

10. Standar mesin 3 4 -1

11. Tension beam 3 3 0

12. Koordinasi produksi 3 3 0

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik karyawan pada

Tabel 27. diketahui bahwa masih terdapat kesenjangaan antara

nilai kompetensi karyawan dengan nilai standar kompetensi.

Atribut kompetensi yang belum memenuhi standar kompetensi

yaitu deteksi kerusakan, perbaiki mesin, usaha preventif, dan

standar mesin. Kesenjangan nilai kompetensi karena karyawan

dinilai belum memiliki keterampilan dan kemampuan yang mahir

pada keahlian teknik tersebut. Perlu adanya usaha maksimal yang

dikembangkan agar kompetensi yang dimiliki sesuai dengan

standar perusahaan.

5). Unit Kerja Shiage

a. Tabel 28. Menunjukkan hasil dari survei penilaian kompetensi

karyawan untuk posisi 1 orang wakil pengawas pada unit kerja

Shiage.

Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Shiage yang

disajikan pada Tabel 28. terdiri atas keahlian umum dan keahlian

teknik. Kompetensi pada keahlian umum terdiri atas manajemen,

leadership, dan komputer. Hasil penilian kompetensi pada

Page 86: analisis kinerja karyawan

73

keahlian umum diperoleh bahwa seluruh atribut belum memenuhi

standar kompetensi.

Tabel 28. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Shiage

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2,5 4 -1,50

B Leadership 3,5 4 -0,50

C Komputer 1,5 3 -1,50

D Bahasa Jepang 1,5 2 -0,50

E Pemeriksaan kentan 3,5 4 -0,50

F Pelipatan Folding 2,5 3 -0,50

G Koordinasi produksi 3 3 0

H Shusei Meja 3,5 4 -0,50

I Mengetahui grade 3,5 4 -0,50

J Operasikan mesin 3 3 0

K Packing & Delivery 3 3 0

Penyebab dari kesenjangan kompetensi yang terjadi pada atribut

keahlian umum dikarenakan sikap karyawan yang kurang

konsisten dalam menerapkan mutu kerja. Selain itu, tingkat

pendidikan yang dimiliki masih rendah sehingga mempengaruhi

terjadinya kesenjangan kompetensi pada keahlian komputer.

Keahlian teknik pada unit kerja Shiage terdiri atas 8 atribut

kompetensi teknik kerja yaitu Bahasa Jepang pemeriksaan kentan,

pelipatan Folding, koordinasi produksi, Shusei meja, mengetahui

grade, operasikan mesin, dan Packing & Delivery. Hasil penilaian

kompetensi keahlian yang diperoleh menunjukkan sebagian besar

atribut keahlian teknik masih memiliki kesenjangan dengan

standar kompetensi perusahaan.

Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang belum memenuhi

standar kompetensi antara lain Bahasa Jepang, pemeriksaan

kentan, pelipatan Folding, Shusei meja, dan mengetahui grade.

Faktor penyebab terjadinya kesenjangan karena karyawan kurang

memiliki kecermatan dalam menerapkan keahlian tersebut selama

produksi berlangsung.

Page 87: analisis kinerja karyawan

74

b. Berikut ini hasil survei penilaian kompetensi karyawan untuk

posisi 1 orang pengawas pada unit kerja Shiage (Tabel 29).

Tabel 29. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Shiage

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 4 4 0

2. Leadership 4 4 0

3. Komputer 3 3 0

4. Bahasa Jepang 4 2 2

5. Pemeriksaan kentan 4 4 0

6. Pelipatan Folding 4 3 1

7. Koordinasi produksi 4 4 0

8. Shusei Meja 4 4 0

9. Mengetahui grade 4 4 0

10. Operasikan mesin 3 3 0

11. Packing & Delivery 4 4 0

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 29.

Menunjukkan hasil penilaian untuk kompetensi keahlian umum

yang mencangkup manajemen, leadership, dan komputer pada

posisi pengawas Shiage. Nilai kompetensi aktual karyawan yang

ditunjukkan Tabel 29. Dapat disimpulkan hasil yang sangat

memuaskan karena karyawan telah memenuhi nilai standar yang

ditetapkan perusahaan.

Hasil penilaian tersebut menunjukkan tidak ada kesenjangan

kompetensi antara standar kompetensi dengan kompetensi aktual

karyawan. Kompetensi karyawan pada keahlian teknik diketahui

bahwa karyawan sudah memenuhi kriteria nilai standar yang

ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut kompetensi aktual yang diperoleh menunjukkan bahwa

karyawan sudah sangat menguasai atribut kompetensi keahlian

umum maupun teknik. Faktor-faktor yang menjadi pencapaian

standar kompetensi antara lain sikap dan perilaku selama bekerja,

kesesuaian dalam penerapan mutu kerja, dan kemahiran

menguasai teknik kerja. Beberapa faktor tersebut yang menjadi

Page 88: analisis kinerja karyawan

75

pendukung dalam memenuhi harapan dan standar kompetensi

perusahaan.

Unit kerja yang sudah dipaparkan merupakan sebagian dari

unit kerja yang terdapat pada Departemen Weaving. Penilaian

kompetensi dilakukan juga pada posisi wakil pengawas dan pengawas

pada unit kerja seperti Shokki, Shikake, Hozen Shokki, dan Unten.

Sebagaimana disajikan pada Lampiran 10, Hasil penilaian kompetensi

untuk posisi wakil pengawas dan pengawas tidak jauh berbeda dengan

analisa gap pada unit kerja lainnya. Kesenjangan nilai kompetensi

masih terdapat pada beberapa kompetensi keahlian umum dan teknik.

Hasil penilaian kompetensi yang dilakukan pada keahlian

umum yang meliputi kompetensi manajemen, leadership dan

komputer di seluruh unit kerja masih terdapat kesenjangan. Hasil dari

penilaian kompetensi terdapat informasi bahwa nilai kesenjangan

yang terjadi tidak terlalu besar karena karyawan sudah mampu

mengusai keahlian umum tersebut. Namun, nilai kompetensi yang

diperoleh karyawan masih belum cukup dalam memenuhi standar nilai

kompetensi untuk posisi wakil pengawas/pengawas.

Faktor yang menjadi penyebab kesenjangan kompetensi pada

keahlian umum dikarenakan karyawan tidak mampu maksimal dalam

menerapkan aturan manajemen dan unit kerja di dalam melaksanakan

proses produksi. Sikap karyawan selama bekerja menjadi faktor lain

penilaian terhadap atribut leadership. Karyawan masih belum tegas

terhadap dalam menegur bawahan yang melakukan kesalahan dalam

bekerja.

Kemampuan dalam menggunakan komputer masih rendah

pada beberapa karyawan di posisi wakil pengawas dan pengawas di

setiap unit kerja. Hal ini terjadi karena selama bekerja penggunaan

komputer tidak terlalu berpengaruh selama proses produksi

berlangsung. Pengoperasian komputer tidak secara langsung

digunakan dalam bekerja sehingga sebagian besar karyawan tidak

cukup terampil dalam pengusaan aplikasi komputer. Selain itu, tingkat

Page 89: analisis kinerja karyawan

76

pendidikan karyawan cukup rendah mempengaruhi dalam pengusaan

atribut komputer.

Selain atribut kompetensi pada keahlian umum, kesenjangan

masih terdapat pada atribut kompetensi keahlian teknik di setiap unit

kerja untuk posisi wakil pengawas dan pengawas. Hasil penilaian

kompetensi yang diperoleh diketahui bahwa karyawan belum mampu

dalam memenuhi nilai standar kompetensi yang perusahaan tetapkan.

Beberapa faktor diketahui menjadi penyebab kesenjangan kompetensi

antara lain kemampuan dalam menerapkan keterampilan pada

keahlian kerja, karyawan tidak maksimal dalam melakukan pekerjaan,

konsistensi karyawan dalam menjaga mutu produk masih rendah dan

penerapan standar mutu kerja masih kurang diterapkan.

Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab kesenjangan pada

kompetensi yang dinilai. Hasil dari penilaian kompetensi ini dapat

menjadi tolak ukur bagi manajemen perusahaan untuk menentukan

usaha perbaikan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang berbeda

di setiap unit kerja.

Kesenjangan kompetensi yang masih tetap terjadi dalam

pelaksanaan kerja disebabkan karyawan belum mampu menunjukkan

kemampuan terbaik. Hal ini terjadi karena karyawan kurang

mempunyai kecermatan dan keinginan dalam meningkatkan

keterampilan yang dimiliki. Peningkatan kompetensi karyawan pada

posisi wakil pengawas/pengawas perlu dilakukan karena pada posisi

ini karyawan mempunyai tanggung jawab besar dalam pemenuhan

mutu dan target produksi disetiap unit kerja.

Sebagaimana hasil penilaian karyawan terhadap kompetensi

diketahui hasil yang berbeda disetiap unit kerja, maka Berikut ini

pemaparan dari analisis gap kompetensi karyawan bagian wakil

pengawas dan pengawas disajikan pada Tabel 30.

Page 90: analisis kinerja karyawan

77

Tabel 30. Hasil gap kompetensi setiap unit kerja wakil pengawas dan pengawas

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F (Shokki), G (Shikake), H (Hozen Shokki), I (Unten), dan J (Shiage)

Hasil penilaian kompetensi yang tersaji pada tabel 30.

merupakan informasi mengenai nilai kesenjangan yang terdapat pada

seluruh unit kerja. Posisi karyawan pada wakil pengawas dan

pengawas kesenjangan masih terjadi disebagian besar unit kerja.

Sebagaimana kesenjangan nilai aktual yang terjadi pada posisi

karyawan bagian operator, kepala regu dan kepala unit di bagian wakil

pengawas dan pengawas kesenjangan nilai kompetensi juga masih

terjadi pada posisi ini.

Sesuai dengan hasil gap yang dipaparkan Tabel 30. dapat

disimpulkan karyawan belum mempunyai kemampuan untuk

mencapai nilai standar yang ditetapkan. Sedangkan untuk atribut

kompetensi pada keahlian teknik sebagian besar karyawan pada unit

kerja masih belum mampu dalam memenuhi nilai kompetensi yang

ditetapkan perusahaan. Hal ini menandakan bahwa tingkat

keterampilan karyawan harus ditingkatkan sehingga mampu dalam

mencapai nilai kompetensi yang perusahaan tetapkan.

Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada di semua bagian

karyawan bisa disebabkan beberapa hal seperti nilai standar

kompetensi yang terlalu tinggi, kemampuan karyawan yang rendah,

dan konsistensi pegawai dalam menerapkan standar prosedur kerja

yang benar. Namun demikian, penyebab dari kesenjangan kompetensi

tidak dapat ditentukan dengan pasti. Perlu penelitian selanjutnya yang

dapat menjawab faktor penyebab kesenjangan kompetensi karyawan.

Kompetensi Hasil Gap kompetensi Setiap Unit Kerja

A B C D E F G H I J Manajemen -0,6 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -0,7 -0,8

Leadership -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -0,3

Komputer -1,5 -1 -1 -1 -0,5 -1 -1 -1,8 -0,7 -0,8

Rata-rata Teknik

-0,4 -0,7 -0,4 -0,4 -0,3 -0,5 -0,1 -0,3 -0,5 0,03

Page 91: analisis kinerja karyawan

78

Page 92: analisis kinerja karyawan

79

4.6. Hubungan Kinerja Karyawan Antar Waktu

Penjelasan yang menjadi hubungan kinerja karyawan dapat diketahui

secara detail sebagai berikut:

4.6.1. Standar Kinerja Karyawan

Manajemen telah menetapkan dalam menerapkan nilai standar

kinerja karyawan yang berbeda setiap tahun. Standar kinerja

menjelaskan tingkat-tingkat kinerja yang diharapkan, dan merupakan

bahan perbandingan, tujuan atau target tergantung dari pendekatan

yang diambil dalam menentukan kebijakan. Manajemen dalam hal ini

menetapkan standar kinerja yang realistis, terukur, dan

menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan.

Perusahan dalam hal ini menyesuaikan dengan faktor- faktor

antara lain kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,

kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif. Faktor tersebut

menjadi bahan evaluasi oleh pihak manajemen sehingga standar yang

ditetapkan menjadi cerminan kinerja karyawan pada saat itu.

4.6.2. Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja dilakukan perusahaan setiap satu semester

atau enam bulan sekali. Metode yang dilakukan dalam penilaian

kinerja karyawan terdiri atas 2 penilai yaitu penilaian atasan langsung

dan atasan tak langsung. Hasil penilian kinerja karyawan

dikelompokkan kedalam beberapa kriteria penilaian. Kriteria tersebut

digunakan peruasahaan untuk dapat melihat hasil kinerja dari masing-

masing karyawan pada setiap departemen di perusahaan. Kriteria

penilaian kinerja karyawan dapat dilihat dari Tabel 31.

Tabel 31. Kriteria Penilaian kinerja karyawan

Kriteria Nilai

Huruf Angka keterangan

A 47 - 50 Baik sekali

B 36 - 46 Baik

C 23 - 37 Rata-rata

D 14 -22 Kurang

Page 93: analisis kinerja karyawan

80

E 10-13 Kurang sekali

Kriteria penilaian diatas merupakan skor dari hasil penilaian

yang dilakukan oleh perusahaan. Masing-masing karyawan

mempunyai nilai skor yang berbeda sehingga nilai dari keseluruhan

kinerja karyawan dapat diketahui oleh pihak menajemen perusahaan.

Hasil dari skor tersebut dapat menunjukkan tingkat kompetensi yang

dimiliki oleh karyawan tersebut. Kompetensi yang dimiliki karyawan

dapat berkaitan dengan kemampuan dalam menunjang pekerjaan

sesuai dengan unit kerja masing-masing.

4.6.3. Kinerja Karyawan Antar Waktu

Penilaian kinerja karyawan yang dilakukan perusahaan selama

ini dapat memberikan pilihan manajemen dalam menentukan arah

kebijakan perusahaan. Data yang digunakan memakai laporan kinerja

tahun 2005, tahun 2006 (semester 1 dan 2), dan tahun 2009.

Perusahaan menetapkan standar kinerja karyawan pada kisaran 70%

yaitu gabungan dari skor nilai A (sangat baik) dan B (baik). Data

kinerja karyawan dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil dari penilaian

kinerja karyawan dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5. dapat diperoleh informasi mengenai

urutan tahun penilaian kinerja yang tidak berurut disebabkan data

kinerja karyawan yang tersedia dan perusahaan hanya melakukan

penilaian kinerja pada tahun tersebut. Keterbatasan manajemen dalam

menentukan prioritas kegiataan menyebabkan penilaian kinerja

karyawan sulit dilakukan pada setiap semester.

Page 94: analisis kinerja karyawan

81

Gambar 5. Grafik kinerja karyawan

Data kinerja karyawan pada Gambar 5. merupakan skor nilai

gabungan A (sangat baik) dan B (baik) pada kinerja karyawan

Departemen Weaving di setiap tahunnya. Berikut ini data tahunan

kinerja karyawan yang digunakan antara lain: tahun 2005 jumlah skor

nilai A (2,45%) dan nilai B (63,80%), tahun 2006 semester I jumlah

skor nilai A (5,50%) dan nilai B (72%), tahun 2006 semester II jumlah

skor nilai A (9,09%) dan nilai B (68,18%), tahun 2009 jumlah skor

nilai A (3,53%) dan Nilai B (83,12%).

Gambar grafik 5. menunjukkan peningkatan kinerja karyawan

setiap tahun pada Departemen Weaving. Dibandingkan pada standar

kinerja yang ditetapkan perusahaan sebesar 70 %, secara garis besar

hasil dari kinerja karyawan sudah memenuhi standar yang ditetapkan

perusahaan kecuali pada tahun 2005 menunjukkan kinerja karyawan

masih dibawah standar. Peningkatan kinerja yang terjadi di setiap

tahun disebabkan beberapa hal seperti kemampuan manajemen dalam

melakukan perbaikan program kerja di perusahaan, terobosan

manajemen dalam memacu disiplin karyawan, penjualan yang

semakin baik pada tahun tersebut. Selain itu, manajemen melakukan

Page 95: analisis kinerja karyawan

82

kebijakan rekrutmen yang selektif yaitu penetapan karyawan dengan

sistem kontrak setiap 6 bulan sekali pada calon karyawan baru.

Manajemen mempunyai peranan yang sama penting dalam

meningkatkan kinerja karyawan selain karyawan sendiri. Manajemen

dalam menentukan arah perusahaan yaitu ditentukan dengan adanya

ide dan gagasan yang dikembangkan dengan baik secara

berkesinambungan oleh perusahaan. Beberapa hal yang telah

dilakukan manajemen dalam meningkatkan kinerja karyawan yaitu

dengan perbaikan program kerja dan memacu disiplin serta motivasi

karyawan dalam bekerja. Hal tersebut berhasil diterapkan dalam

meningkatkan kinerja karyawan setiap tahun.

Kebijakan rekrutmen karyawan dengan sistem kontrak yang

dilakukan manajemen perusahaan terhadap calon karyawan secara

tidak langsung berdampak pada tingkat komitmen karyawan untuk

bekerja maksimal pada perusahaan. Secara psikologi karyawan

dengan status kontrak menuntut untuk bekerja dengan sungguh-

sungguh dan cenderung lebih disiplin dibanding dengan karyawan

tetap. Disamping itu, dengan sistem kontrak karyawan dievaluasi

tersendiri oleh manager HRD setiap 6 bulan sekali untuk dilihat

kinerja selama bekerja.

Hal ini menyebabkan tingkat kompetensi karyawan tersebut

menunjukkan peningkatan yang berarti pada atribut keahlian umum

seperti manajemen, leadership dan aplikasi komputer. Diharapkan

dalam penilaian kinerja karyawan dan analisa gap yang telah

dilakukan perusahaan dapat mengetahui tingkat kemampuan dan

kemampuan masing-masing karyawan. Informasi yang diperoleh dari

hasil penilaian kompetensi dapat digunakan perusahaan untuk dapat

menentukan pengambilan kebijakan sehingga tingkat kompetensi

karyawan dari setiap tahunnya akan terus meningkat.

Page 96: analisis kinerja karyawan

83

4.7. Analisis Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja

Analisis pengaruh kompetensi keahlian umum dan teknik karyawan

pada Departemen Weaving dijelaskan sebagai berikut:

4.7.1. Pengaruh Variabel Kompetensi Terhadap Kinerja Bagi Operator

Pengaruh besarnya kompetensi sumberdaya manusia yang

meliputi variabel bebas seperti manajemen, leadership, komputer dan

keahlian teknik terhadap kinerja karyawan pada posisi operator dapat

diketahui dengan diukur melalui persamaan regresi berganda model

stepwise. Hasil dari output persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel

32. Hasil perhitungan persamaan regresi posisi operator dapat dilihat

pada Lampiran 12.

Berdasarkan hasil analisis pengolahan data yang menggunakan

persamaan regresi dengan model stepwise dapat diketahui variabel-

variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan

kinerja karyawan. Tabel 32. menunjukkan bahwa hanya keahlian

teknik yang mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja

karyawan. Variabel bebas lain seperti manajemen, leadership dan

komputer tidak masuk persyaratan signifikan nyata dalam

meningkatkan kinerja.

Tabel 32. Hasil perhitungan analisis regresi bagi operator

Sesuai dengan pengolahan data maka diperoleh nilai F hitung

dan F tabel berurutan adalah 16,864 dan 2,50. Berdasarkan uji F,

maka hasil dari nilai tersebut menggambarkan bahwa model

persamaan regresi telah sesuai untuk digunakan karena secara

bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variabel dependen.

Variabel Koefisien t-hitung Signifikan Keterangan

Constant 78,251 14,614 0,0 -

Manajemen -0,05 -0,039 0,969 Terima H0

Leadership 0,152 1,451 0,151 Terima H0

Komputer 0,020 0,180 0,858 Terima H0

Teknik 0,294 4,107 0,0 Tolak H0

Page 97: analisis kinerja karyawan

84

Berikut ini merupakan uji t pada masing variabel bebas pada

kompetensi karyawan, antara lain:

a. Nilai t hitung (-0,039) < t tabel (1,99) artinya kompetensi

manajemen tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

b. Nilai t hitung (1,451) < t tabel (1,99) artinya kompetensi

leaderdship tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

c. Nilai t hitung (0,180) < t tabel (1,99) artinya kompetensi komputer

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

d. Nilai t hitung (4,107) > t tabel (1,99) artinya kompetensi keahlian

teknik berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

Tabel 32. menunjukkan nilai dari t hitung masing-masing

variabel bebas. Setelah pengujian melalu uji t, maka diperoleh bahwa

hanya varibel teknik yang memenuhi persyaratan yaitu t hitung 4,107

> t tabel 1,99 artinya variabel teknik signifikan berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kinerja. Variabel kompetensi lain seperti

manajemen, leadership dan komputer setelah mengetahui hasil t

hitung diketahui masing-masing variabel kompetensi tersebut tidak

signifikan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja.

Sebelum diperoleh hasil persamaan regresi, telah dilakukan

uji kelayakan model atau uji persyaratan asumsi yaitu dengan adanya

pemenuhan pengujian asumsi seperti uji normalitas Kolmogorov

Smirnov dan uji residu regresi. Pengujian asumsi persamaan model

regresi dapat dilihat pada Lampiran 12.

Menurut perhitungan persamaan model regresi diperoleh

koefisien korelasi (R) sebesar 0,428 cukup jauh dengan nilai 1 artinya

hubungan antara variabel bebas dari kompetensi seperti manajemen,

leadership, komputer, keahlian teknik dan variabel dependen kurang

erat. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,184 berarti besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen dapat dijelaskan

oleh garis regresi adalah 18,4%. Atau dengan kata lain, bahwa hanya

18,4% peningkatan kinerja dipengaruhi oleh kompetensi manajemen,

leadership, komputer dan teknik. Sisanya sebesar 81,6% (100%-

Page 98: analisis kinerja karyawan

85

18,4%) peningkatan kinerja dipengaruhi faktor- faktor lain yang tidak

dapat dijelaskan oleh persamaan regresi.

Faktor penyebab pengaruh dan hubungan kurang erat antara

variabel bebas dan variabel dependen disebabkan hanya ada satu

variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap kenaikan kinerja

karyawan.

Hasil dari persamaan model regresi yang telah dilakukan

diketahui bahwa hanya variabel kompetensi teknik berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kinerja karyawan posisi operator. Posisi

karyawan sebagai operator yang mempunyai tugas dan kewajiban

bersifat teknis dalam melakukan proses produksi. Hal tersebut karena

pada keahlian teknik berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas

dan menunjang pekerjaan operator selama proses produksi

berlangsung.

Kompetensi lain seperti manajemen, leadership, dan komputer

kaitannya masih rendah digunakan selama aplikasi bekerja pada posisi

operator. Hal ini telah sesuai dengan hasil persamaan regresi yang

menyatakan atribut tersebut tidak termasuk kedalam variabel yang

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

4.7.2. Pengaruh Variabel Kompetensi Terhadap Kinerja Bagi Kepala Regu

Pengaruh besarnya variabel bebas dari kompetensi yang

meliputi manajemen, leadership, komputer dan keahlian teknik

terhadap kinerja karyawan pada posisi kepala regu dapat diketahui dan

diukur melalui persamaan regresi berganda model stepwise. Data

persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil perhitungan analisis regresi bagi kepala regu

Variabel Koefisien t-hitung Signifikan Keterangan

Constant 80,916 9,113 0,0 -

Manajemen 0,192 1,135 0,266 Terima H0

Leadership 0,166 0,910 0,371 Terima H0

Komputer 0,078 0,456 0,652 Terima H0

Teknik 0,304 2,569 0,016 Tolak H0

Page 99: analisis kinerja karyawan

86

Tabel 33. diperoleh data-data output dari persamaan regresi.

Berdasarkan hasil tersebut hanya variabel kompetensi teknik yang

memenuhi persyaratan model persamaan regresi. Maka variabel

kompetensi teknik mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan

kinerja karyawan. Variabel bebas kompetensi lain seperti manajemen,

leadership dan komputer tidak masuk persyaratan signifikan dalam

meningkatkan kinerja. Hasil dari analisis pengolahan data

menggunakan persamaan regresi dengan model stepwise dapat

diketahui variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan

nyata terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Data variabel dependen dan bebas telah dilakukan uji

kelayakan model atau uji persyaratan asumsi yaitu dengan adanya

pemenuhan asumsi seperti uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan

uji residu regresi. Output pengujian asumsi kelayakan model dan

perhitungan persamaan regresi kepala regu dapat dilihat pada

Lampiran 13.

Persyaratan dalam memenuhi uji F pada model regresi yaitu

diketahuinya nilai F hitung dan F tabel. Secara berurut nilai tersebut

ialah 6,599 dan 2,74. Hasil dari uji F yang diperoleh yaitu nilai F

hitung > F tabel, maka dari hasil uji F mempunyai arti pengujian

terhadap pengujian variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hasil uji t pada masing variabel bebas dari kompetensi dapat

diketahui sebagai berikut:

a. Nilai t hitung (1,135) < t tabel (2,04) artinya kompetensi

manajemen tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja .

b. Nilai t hitung (0,910) < t tabel (2,04) artinya kompetensi

leaderdship tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

c. Nilai t hitung (0,456) < t tabel (2,04) artinya kompetensi komputer

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

Page 100: analisis kinerja karyawan

87

d. Nilai t hitung (2,569) > t tabel (2,04) artinya kompetensi teknik

berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

Berdasarkan hasil persamaan model regresi pada Tabel 33.

Diketahui nilai t hitung dari variabel kompetensi manajemen,

leadership, komputer dan teknik. Variabel tersebut telah diuji untuk

mengetahui kesesuaian parameter koefisien regresi setiap peubah

bebas secara parsial. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan

hanya variabel kompetensi teknik yang memenuhi persyaratan yaitu t

hitung 2,569 > t tabel 2,04 artinya kompetensi teknik signifikan

berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja. Nilai kompetensi

lain seperti manajemen, leadership dan komputer dari t hitung

masing-masing variabel disimpulkan nilai koefisien tersebut tidak

signifikan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja.

Hasil persamaan model regresi diperoleh nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,185 berarti besarnya pengaruh variabel

bebas terhadap variabel dependen dapat dijelaskan oleh garis regresi

adalah 18,5%. Atau mempunyai arti lain, bahwa hanya sebesar 18,5%

peningkatan kinerja dipengaruhi oleh kompetensi manajemen,

leadership, komputer dan teknik. Sedangkan pengaruh peningkatan

kinerja oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan oleh persamaan

regresi sebesar 81,5% (100%-18,5%).

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,431 cukup jauh dengan

nilai 1 artinya hubungan antara variabel-variabel bebas dan dependen

kurang erat. Pengaruh dan hubungan antara variabel bebas dan

dependen yang kurang erat disebabkan karena hanya terdapat satu

variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja.

Kesenjangan kompetensi masih terdapat di beberapa atribut

kompetensi keahlian teknik pada posisi kepala regu. Dari hasil

persamaan regresi dapat disimpulkan jika karyawan dapat

meningkatkan keahlian teknik maka dapat berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja kepala regu. Persamaan regresi menyatakan

bahwa hanya variabel kompetensi teknik yang berpengaruh terhadap

Page 101: analisis kinerja karyawan

88

peningkatan kinerja karena pada pelaksanaan tugas sehari-hari kepala

regu masih bersifat teknis.

Atribut kompetensi pada keahlian umum seperti manajemen,

leadership dan komputer pada persamaan regresi tidak menunjukkan

pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja kepala regu. Hal ini

dikarenakan penerapan keahlian kerja pada masing-masing atribut

tersebut masih rendah dilakukan selama bekerja seperti fungsi

koordinasi, aplikasi komputer dan kepimpinan masih banyak

dilaksanakan oleh atasan di setiap unit kerja.

4.7.3. Pengaruh Variabel Kompetensi Terhadap Kinerja Bagi Kepala Unit

Kompetensi sumberdaya manusia yang mempengaruhi kinerja

karyawan pada posisi kepala unit dapat diketahui dan diukur melalui

model persamaan regresi. Hasil dari analisis pengolahan data

menggunakan persamaan regresi dengan model stepwise dapat

diketahui variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan

terhadap peningkatan kinerja karyawan. Variabel dari persamaan

regresi dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Hasil perhitungan analisis regresi bagi kepala unit

Tabel 34. terdapat informasi nilai t hitung yang diperoleh dari

persamaan regresi. Dari nilai t hitung diketahui variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel dependen ialah variabel kompetensi

manajemen dan teknik yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan

kinerja karyawan. Variabel bebas dari kompetensi lain seperti

leadership dan komputer tidak masuk persyaratan signifikan nyata

dalam meningkatkan kinerja.

Variabel Koefisien t-hitung Signifikan Keterangan

Constant 39,767 7,507 0,0 -

Manajemen 0,266 2,173 0,44 Tolak H0

Leadership 0,151 0,636 0,534 Terima H0

Komputer 0,042 0,563 0,51 Terima H0

Teknik 0,716 5,255 0,0 Tolak H0

Page 102: analisis kinerja karyawan

89

Pengujian terhadap pengaruh variabel bebas sebelumnya telah

dilakukan menggunakan uji F. Nilai F hitung dan F tabel secara

berurutan sebagai berikut 88,766 dan 3,06. Hasil pengujian dari nilai F

tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel

bebas di dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Berdasarkan persamaan regresi dilakukan uji t pada masing

variabel bebas dari kompetensi sebagai berikut:

a. Nilai t hitung (2,173) > t tabel (2,08) artinya kompetensi

manajemen berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

b. Nilai t hitung (0,534) < t tabel (2,08) artinya kompetensi

leaderdship tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

c. Nilai t hitung (0,139) < t tabel (2,08) artinya kompetensi komputer

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

d. Nilai t hitung (5,255) > t tabel (2,08) artinya kompetensi teknik

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

Hasil pada data Tabel 34. diperoleh untuk t hitung masing-

masing variabel bebas dari masing-masing kompetensi. Berdasarkan

persamaan regresi pada t hitung terdapat 2 variabel kompetensi yang

memenuhi persyaratan yaitu manajemen mempunyai nilai t hitung

2,173 > t tabel 2,08 artinya kompetensi manajemen berpengaruh

signifikan nyata terhadap peningkatan kinerja.

Selanjutnya, variabel teknik yang memenuhi persyaratan yaitu

mempunyai nilai t hitung 5,255 > t tabel 2,08 artinya kompetensi

teknik signifikan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja.

Nilai t hitung pada variabel kompetensi lain seperti leadership dan

komputer berdasarkan uji t diketahui tidak signifikan nyata

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Data yang digunakan pada model persamaan regresi

sebelumnya telah dilakukan uji kelayakan model atau uji persyaratan

asumsi yaitu dengan adanya pemenuhan asumsi seperti uji normalitas

Kolmogorov Smirnov dan uji residu regresi. Hasil perhitungan

Page 103: analisis kinerja karyawan

90

persamaan regresi dan pengujian asumsi kelayakan model dapat

dilihat pada Lampiran 14.

Berdasarkan hasil persamaan pada model regresi yang

diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,943 nilai tersebut

sangat dekat dengan nilai 1 artinya hubungan antara variabel-variabel

bebas kompetensi dan dependen dari kinerja karyawan sangat erat.

Hubungan dan pengaruh variabel bebas dari kompetensi karyawan

yang sangat erat terhadap peningkatan kinerja disebabkan karena

terdapat dua variabel kompetensi yang mempunyai pengaruh nyata

terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,888 berarti besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen dapat dijelaskan

oleh garis regresi adalah 88,8%. Atau dengan kata lain, mempunyai

arti sebesar 88,8% peningkatan kinerja dipengaruhi oleh faktor

manajemen, leadership, komputer dan teknik. Sedangkan 11,2%

(100%-88,8%) dipengaruhi karena faktor-faktor lain yang tidak dapat

dijelaskan oleh persamaan regresi.

Hasil dari persamaan regresi diketahui bahwa hanya variabel

kompetensi manajemen dan keahlian teknik. Kesenjangan kompetensi

masih terjadi pada variabel manajemen dan keahlian teknik disetiap

unit kerja. Dapat disimpulkan dengan meningkatkan variabel tersebut

maka akan terjadi pula kenaikan pada kinerja karyawan. Tugas kepala

unit dalam proses produksi mempunyai tanggung jawab terhadap

koordinasi target dan mutu produk.

Kaitan hasil analisis regresi dan kompetensi aktual yang

dimiliki oleh kepala unit yaitu penting untuk ditingkatkan kemampuan

manajemen dan keahlian teknik selama proses produksi dan selama

bekerja ditempat produksi. Variabel kompetensi lain yang tidak

berpengaruh nyata terhadap kinerja yaitu leadership dan komputer.

Sikap dan kepemimpinan kepala unit yang seharusnya mempunyai

peranan cukup penting selama bekerja ternyata masih belum mampu

masuk kedalam model persamaan regresi sebagai variabel yang

Page 104: analisis kinerja karyawan

91

berpengaruh nyata terhadap kinerja. Penggunaan komputer yang

masih rendah pada bekerja sehari-hari sesuai dengan hasil yang

diperoleh pada model persamaan regresi yang menyatakan variabel

komputer sebagai variabel bebas yang tidak berpengaruh pada kinerja

karyawan.

4.7.4. Pengaruh Variabel Kompetensi Terhadap Kinerja Bagi Wakil Pengawas dan Pengawas

Pengaruh besarnya kompetensi sumberdaya manusia yang

meliputi manajemen, leadership, komputer dan keahlian teknik

terhadap kinerja karyawan pada posisi wakil pengawas dan pengawas

dapat diketahui melalui persamaan regresi berganda model stepwise.

Tabel 35. menerangkan informasi mengenai data-data output

dari persamaan regresi. Berdasarkan hasil tersebut diketahui variabel

bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Variabel

bebas tersebut ialah variabel manajemen, leadership, dan teknik.

Ketiga variabel kompetensi tersebut telah memenuhi persyaratan

model persamaan regresi maka variabel manajemen, leadership, dan

teknik mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja

karyawan

Tabel 35. Hasil perhitungan analisis regresi bagi wakil pengawas dan pengawas

Variabel bebas lain seperti kompetensi komputer tidak masuk

persyaratan signifikan dalam meningkatkan kinerja. Hasil dari analisis

pengolahan data ini menggunakan persamaan regresi dengan model

stepwise. Metode model stepwise dapat mengetahui variabel bebas

yang mempunyai pengaruh signifikan nyata terhadap peningkatan

kinerja karyawan.

Variabel Koefisien t-hitung Signifikan Keterangan

Constant 73,958 15,105 0,0 -

Manajemen 0,152 3,033 0,006 Tolak H0

Leadership 0,233 5,259 0,0 Tolak H0

Komputer 0,76 0,756 0,458 Terima H0

Teknik 0,155 2,370 0,027 Tolak H0

Page 105: analisis kinerja karyawan

92

Uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji residu telah

dilakukan pada persamaan model regresi. Data variabel bebas dan

dependen di uji untuk persyaratan kelayakan model. Hasil dari uji

tersebut diperoleh pemenuhan asumsi pada persamaan model regresi.

Hasil perhitungan persamaan regresi dan pengujian asumsi

berdasarkan Lampiran 15.

Asumsi penerimaan model regresi dengan menggunakan Uji F

atau ANOVA (Analysis Of Variance) mensyaratkan nilai F hitung > F

tabel. Nilai masing-masing F hitung dan F tabel yang diketahui ialah

30,56 dan 2,84. Hasil dari uji F mempunyai arti secara bersama-sama

variabel bebas dari kompetensi di dalam model regresi berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Hasil uji t pada masing-masing variabel bebas dari kompetensi

karyawan disajikan sebagai berikut:

a. Nilai t hitung (3,033) > t tabel (2,06) artinya kompetensi

manajemen berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

b. Nilai t hitung (5,259) > t tabel (2,06) artinya kompetensi

leaderdship berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

c. Nilai t hitung (0,756) < t tabel (2,06) artinya kompetensi komputer

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

d. Nilai t hitung (2,370) > t tabel (2,06) artinya kompetensi teknik

berpengaruh nyata terhadap kenaikan kinerja.

Berdasarkan hasil persamaan regresi pada Tabel 35. Pada uji

t hitung menunjukkan 3 variabel bebas yang memenuhi persyaratan

yaitu kompetensi manajemen, leadership, dan teknik. Nilai t hitung

dari variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,06 artinya

kompetensi manajemen, leadership, dan teknik signifikan

berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja. Atribut bebas lain

seperti nilai t hitung kompetensi komputer tidak signifikan

berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja.

Berdasarkan hasil persamaan pada model regresi yang

diperoleh diketahui nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,898 yaitu

Page 106: analisis kinerja karyawan

93

sangat dekat dengan nilai 1 artinya hubungan antara variabel-variabel

bebas dan dependen sangat erat. Hubungan yang cukup dekat antara

variabel disebabkan terdapat 3 variabel bebas dari kompetensi yang

berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja karyawan wakil

pengawas/pengawas.

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,806 berarti besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen dapat dijelaskan

oleh garis regresi adalah 80,6%. Sama artinya bahwa sebesar 80,6%

peningkatan kinerja dipengaruhi oleh kompetensi manajemen,

leadership, komputer dan teknik. Sedangkan 19,4% (100%-80,6%)

dipengaruhi karena faktor- faktor lain yang tidak dapat dijelaskan oleh

persamaan regresi.

Wakil pengawas dan pengawas merupakan orang yang

bertanggung jawab pada kelancaran, mutu dan target produksi dari

setiap unit kerja. Karyawan pada posisi ini mempunyai tingkat

kompetensi yang tinggi dibanding dengan karyawan pada posisi lain.

Namun, kesenjangan kompetensi masih terjadi pada beberapa atribut

kompetensi dari keahlian umum dan teknik.

Peningkatan kompetensi masih dapat dilakukan untuk

menaikkan kinerja karyawan pada posisi ini. Dari hasil model

persamaan regresi diketahui bahwa variabel manajemen, leadership,

dan teknik yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja

karyawan.

Tidak semua variabel bebas pada kompetensi keahlian umum

dan teknik yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Sesuai

posisi karyawan sebagai wakil pengawas/pengawas yang menuntut

fungsi kerja dilapangan selama proses produksi pengaruh manajemen,

leadership, dan teknik dibutuhkan pada posisi ini. Hal ini sesuai

dengan hasil dari model persamaan regresi yang menyatakan ketiga

variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja.

Variabel kompetensi lain dalam model persamaan regresi yang

tidak masuk kedalam variabel yang berpengaruh positif yaitu

Page 107: analisis kinerja karyawan

94

komputer. Peranan penggunaan komputer pada proses produksi yang

masih kecil sehingga sesuai dengan hasil persamaan regresi yang

menunjukkan variabel kompetensi tersebut tidak berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Sesuai dengan hasil persamaan regresi diketahui terdapat

perbedaan pengaruh atribut kompetensi antar jenjang jabatan

karyawan. Hal ini dapat dijadikan informasi penting yang dapat

digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja sesuai masing-

masing posisi karyawan. Kompetensi karyawan penting untuk

ditingkatkan dalam menunjang kinerja produksi yang lebih baik.

Tidak semua karyawan mempunyai tingkat kompetensi yang sama

antar karyawan. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki

karyawan diketahui setelah dilakukan penilaian kompetensi.

Hasil dari analisa gap diketahui bahwa masih terdapat

beberapa kesenjangan pada kompetensi keahlian umum dan keahlian

teknik. Berdasarkan hasil dari analisa regresi menunjukkan informasi

penting yaitu tidak semua variabel bebas seperti manajemen,

leadership, komputer dan teknik mempunyai pengaruh positif

terhadap peningkatan kinerja disetiap posisi karyawan. Hubungan dari

kedua hasil dari analisa gap dan regresi dapat dijadikan informasi bagi

manajemen perusahaan dalam hal ini dapat menentukan suatu

kebijakan manajerial yang tepat untuk diterapkan sesuai kebutuhan

dalam meningkatkan kinerja karyawan yang lebih efektif.

4.8. Rekomendasi Solusi Bagi Peningkatan Kinerja Karyawan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai analisis gap pada

seluruh posisi karyawan dan unit kerja di Departemen Waeving maka

diketahui hasil mengenai penilaian kompetensi pada masing-masing unit

kerja. Di samping hasil mengenai penilaian kompetensi, informasi mengenai

kinerja karyawan setiap tahunnya telah dianalisis berdasarkan standar yang

perusahaan tetapkan. Maka, dari hasil pembahasan yang diperoleh dapat

dijadikan masukan yang bermanfaat. Berikut ini beberapa rekomendasi solusi

Page 108: analisis kinerja karyawan

95

yang dapat dilakukan terkait peningkatan kinerja karyawan pada departemen

ini, yaitu:

1). Kemampuan karyawan mampunyai tingkat pemahaman dan penguasaan

yang berbeda di setiap unit kerja. Secara umum tuntutan kompetensi

manajemen, leadership, dan komputer pada posisi karyawan bagian

operator tidak terlalu di persyaratkan tinggi oleh perusahaan. Oleh

karena itu, seluruh operator di seluruh unit kerja sudah memenuhi

ketentuan standar yang perusahaan tetapkan. Namun, masih diperlukan

kompetensi pada keahlian teknik di setiap unit kerja sebagaimana

diuraikan berikut ini:

a. Unit kerja Reaching; pada keahlian teknik masih terdapat atribut

kompetensi yang belum mencapai standar kompetensi yang

perusahaan tetapkan seperti membaca design, pengecekan anyaman,

naik turun beam, ketelitian nyusuk, dan persiapan plat- l diketahui

bahwa kompetensi karyawan masih dibawah standar perusahaan.

Diperlukan usaha perusahaan dalam meningkatkan keterampilan dan

kemampuan operator. Metode yang dapat dilakukan untuk

peningkatan yaitu dengan cara membimbing operator yang nampak

kesulitan dan kurang terampil oleh kepala unit sehingga operator

dapat terus memperbaiki keterampilannya.

b. Unit kerja Kowari; sebagaimana hasil penilaian kompetensi operator

pada keahlian teknik diketahui beberapa kompetensi karyawan masih

dibawah standar perusahaan antara lain atribut kompetensi

operasikan mesin, ketelitian kerja, dan kecepatan kerja.

Peran kepala unit terhadap peningkatan perlu ditingkatkan terhadap

pengawas standar prosedur kerja yang benar. Dengan adanya kontrol

tersebut akan memberikan dampak yang baik terhadap motivasi

operator bekerja untuk lebih baik.

c. Unit kerja Warper; adapun hasil penilaian kompetensi karyawan

dapat disimpulkan bahwa terdapat kompetensi pada keahlian teknik

yang belum mampu dicapai karyawan dalam memenuhi standar

perusahaan yaitu membaca design, dan memasukkan benang.

Page 109: analisis kinerja karyawan

96

Kondisi operator pada unit kerja ini perlu dibimbing dan diberikan

arahan oleh kepala unit. Kesulitan yang dihadapi oleh operator dapat

terus dibantu sehingga dapat dicapai tujuan perbaikan pada unit kerja

ini.

d. Unit kerja Sizing; sebagaimana hasil dari penilaian kompetensi

karyawan dapat diketahui informasi bahwa keahlian teknik masih

belum mencapai standar seperti atribut kompetensi kelurusan beam.

Peningkatan kemampuan dalam kompetensi ini dapat diperhatikan

oleh atasan dengan memberikan arahan dan diskusi terhadap

operator yang masih belum mengerti. Dengan adanya metode diskusi

dapat ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan operator sesuai

teori dan standar prosedur kerja yang benar.

e. Unit kerja Hozen Jumbi; hasil penilaian kompetensi karyawan

dipaparkan bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian teknik

belum mampu dicapai karyawan dalam memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan.

Dengan hasil kompetensi karyawan tersebut menandakan informasi

bahwa perlu tindakan dari pihak pimpinan perusahaan untuk dapat

meningkatkan kemampuan dan keterampilan operator pada unit kerja

ini. Diperlukan jenis pelatihan yang memfokuskan pada

keterampilan teknik (technical skills) secara teori dan praktek untuk

operator unit kerja ini.

f. Unit kerja Shokki; hasil penilaian kompetensi karyawan pada

keahlian teknik menandakan bahwa kompetensi karyawan yang

masih dibawah standar perusahaan antara lain atribut kompetensi

operasikan mesin, pengecekan kain, keliling mesin, perbaiki benang

yoko, perbaiki kesalahan, ketelitian kerja, pengecekan yoko, dan

pengecekan kualitas.

Sebagian besar kompetensi pada keahlian teknik yang masih belum

dicapai sesuai standar oleh operator berarti mengindikasikan

diperlukan peningkatan dan perbaikan metode kerja pada unit kerja

ini. Perlu pengawasan yang intensif dan pembelajar yang baik oleh

Page 110: analisis kinerja karyawan

97

atasan sehingga operator dapat memiliki motivasi yang lebih baik

saat bekerja.

g. Unit kerja Shikake; adapun hasil penilaian kompetensi karyawan

dapat disimpulkan bahwa atribut kompetensi yang belum mampu

dicapai karyawan dalam memenuhi standar perusahaan yaitu

memasang beam, membaca design, dan cori khusus.

Operator yang belum mencapai standar kompetensi yang perusahaan

tetapkan hendaknya dibimbing oleh atasan sesuai standar prosedur

kerja yang benar. Sehingga tingkat kemampuan dan keterampilan

operator dapat diperbaiki dengan maksimal.

h. Unit kerja Hozen Shokki; sebagaimana hasil dari penilaian

kompetensi karyawan dapat diketahui informasi bahwa masih

terdapat atribut kompetensi seperti usaha preventif yang berada

dibawah standar perusahaan.

Tingkat kompetensi pada keahlian teknik ini sebetulnya dapat

ditingkatkan yaitu dengan cara memberikan instruksi kerja yang

jelas pada operator sehingga dapat mengetahui jenis pekerjaan yang

akan dikerjakan. Selain itu, komunikasi antar karyawan perlu

ditingkatkan guna koordinasi yang baik pada unit kerja ini.

i. Unit kerja Unten; hasil penilaian kompetensi karyawan

memperlihatkan bahwa seluruh atribut kompetensi karyawan pada

keahlian teknik masih berada dibawah standar perusahaan.

Hasil penilaian ini dapat memberikan masukan sebagai motivasi

yang lebih baik oleh pimpinan departemen dan unit kerja untuk

dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan operator. Cara

yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan pembelajaran,

pembimbingan, dan pengawasan terhadap operator sehingga dapat

terus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya.

j. Unit kerja Shiage; hasil penilaian kompetensi karyawan dipaparkan

bahwa terdapat beberapa atribut kompetensi karyawan yang belum

mampu mencapai standar perusahaan seperti pemeriksaan kentan,

Page 111: analisis kinerja karyawan

98

shusei kentan, shusei meja, mengetahui grade, mengoperasikan

mesin, dan mengetahui produk.

Peningkatan keterampilan dan kemampuan operator pada unit kerja

ini dilakukan dengan cara pembimbingan pada operator yang masih

belum mengusai kemampuan teknik oleh atasan pada unit kerja.

k. Unit kerja Packing Shiage; hasil penilaian kompetensi karyawan

pada keahlian menunjukkan masih terdapat atribut kompetensi yang

dibawah standar antara lain atribut mengetahui grade, perbaikan

kain, dan packing kain.

Pengawasan atasan pada unit kerja ini perlu ditingkatkan sehingga

dapat pula membantu perbaikan peningkatan kemampuan operator

yang dinilai kurang mengusai terhadap keterampilan teknik yang

dimiliki operator.

Adapun hasil penilaian kompetensi karyawan pada posisi kepala regu di

setiap unit kerja menunjukkan bahwa kompetensi manajemen,

leadership, dan komputer sudah mampu dicapai sesuai standar yang

perusahaan tetapkan. Namun, kompetensi pada keahlian teknik di

beberapa unit kerja masih diperlukan perbaikan terhadap peningkatan

kompetensi sesuai persyaratan yang ditetapkan. Berikut ini uraian hasil

rekomendasi pada unit kerja:

a. Unit kerja Kowari; sebagaimana hasil dari penilaian kompetensi

karyawan dapat diketahui informasi bahwa pada keahlian teknik

masih terdapat atribut kompetensi seperti menyambung benang, jenis

benang, dan kecepatan kerja yang berada dibawah standar

perusahaan.

Peningkatan keterampilan dan pengetahuan teori terhadap standar

kerja yang benar pada kepala regu oleh atasan perlu dilakukan

sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kompetensi yang

dimiliki oleh karyawan tersebut.

b. Unit kerja Hozen Jumbi; adapun hasil penilaian kompetensi

karyawan dapat disimpulkan bahwa seluruh atribut kompetensi

Page 112: analisis kinerja karyawan

99

teknik karyawan pada unit kerja ini masih berada dibawah standar

kompetensi perusahaan.

Hasil penilaian kompetensi menunjukkan tingkat keterampilan dan

kemampuan kepala regu pada unit kerja ini masih kurang menguasai.

Diperlukan jenis pelatihan yang memfokuskan pada ketrampilan

teknik (technical skills) secara teori dan praktek yang dapat

membantu karyawan dalam meningkatkan kompetensi yang

dimilikinya.

c. Unit kerja Shokki; hasil penilaian kompetensi karyawan dipaparkan

bahwa terdapat beberapa atribut kompetensi karyawan yang belum

mampu mencapai standar perusahaan seperti operasikan mesin,

pengecekan kain, keliling mesin, ketelitian kerja, dan pengecekan

yoko.

Jenis kompetensi yang dinilai belum memenuhi standar dapat

diperbaiki dengan cara pembelajaran dan peningkatan kemampuan

yang dibimbing oleh atasan sehingga kepala regu dapat termotivasi

untuk meningkatkan kompetensinya.

d. Unit kerja Hozen Shokki; adapun hasil penilaian kompetensi

karyawan dapat disimpulkan bahwa atribut kompetensi yang belum

mampu dicapai karyawan dalam memenuhi standar perusahaan yaitu

deteksi kerusakan, pekerjaan mudah, usaha preventif, dan standar

mesin.

Usaha perbaikan pada kompetensi yang dimiliki kepala regu pada

unit kerja ini dapat dilakukan dengan cara pembelajaran teori,

komunikasi dan intruksi yang jelas oleh atasan. Adanya umpan balik

yang dirasakan kepala regu dapat membantu meningkatkan

kemampuannya.

e. Unit kerja Unten; hasil penilaian kompetensi karyawan pada

keahlian teknik menunjukkan kompetensi karyawan yang masih

dibawah standar perusahaan antara lain atribut kompetensi alur

order, dan informasi kerja.

Page 113: analisis kinerja karyawan

100

Kepala regu pada unit kerja ini perlu meningkatkan koordinasi dan

komunikasi antar unit kerja. Cara pengawasan dan kontrol atasan

dapat membantu kepala regu terhadap pemahaman proses produksi

yang dijalankan pada saat itu. Dengan adanya hubungan yang baik

dapat melahirkan diskusi yang sehat mengenai pekerjaan yang

dilaksanakan sehari-hari.

f. Unit kerja Shiage; hasil penilaian kompetensi karyawan dipaparkan

yaitu atribut kompetensi seperti mengetahui grade, mengetahui

produk, perbaikan kain, packing kain, Delivery, dan pelipatan

folding diketahui bahwa kompetensi karyawan masih dibawah

standar perusahaan.

Usaha perbaikan yang perlu dilakukan pada kepala regu unit ini

yaitu dengan cara pengawas dan pembimbingan oleh atasan terhadap

karyawan yang belum mampu memahami pekerjaan yang

dijalaninya. Perlu ditekankan motivasi untuk dapat meningkatkan

kemampuan kepala regu pada kompetensi ini.

Secara umum hasil mengenai penilaian kompetensi karyawan pada

posisi kepala unit pada unit kerja seperti Kowari, Warper, Sizing, Hozen

Jumbi, Shikake, dan Shiage memerlukan peningkatan pada kompetensi

manajemen dan leadership. Dalam meningkatkan kinerja kepala unit

dan kontribusi maksimalnya terhadap unit kerja diperlukan perbaikan

kompetensi manajemen dan leadership oleh perusahaan.

Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan yaitu strategi

pembelajaran merupakan strategi agar semua pekerjaan mencapai hasil

yang baik. Itu terjadi bila dilakukan dengan prinsip manajemen, antara

lain adanya perencanaan dan persiapan. Agar tujuan dan sasaran itu

tercapai dengan sebaik-baiknya.

Beberapa unit kerja yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan

kompetensi komputer pada kepala unit yaitu Reaching, Kowari,

Warper, Sizing, Hozen Jumbi, Shokki, Hozen Shokki, Shikake, dan

Shiage.

Page 114: analisis kinerja karyawan

101

Peningkatan pengetahuan terdapat aplikasi komputer dapat dilakukan

perusahaan dengan cara memberikan waktu khusus pada kepala unit

untuk secara bergantian menurut jadwal dalam mengikuti pengenalan

dan pelatihan komputer. Pelatihan dilakukan dalam bentuk praktek dan

teori tentang komputer.

Perbaikan terhadap keahlian teknik pada kepala unit masih perlu

dilakukan hal ini berdasarkan hasil penilaian kompetensi. Masih

terdapat kepala unit yang belum mampu memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan perusahaan. Adapun unit kerja solusi rekomendasi

perbaikan kompetensi dijelaskan sebagai berikut:

a. Unit kerja Kowari; hasil penilaian kompetensi karyawan dipaparkan

bahwa seluruh atribut kompetensi teknik belum mampu dicapai oleh

karyawan dalam memenuhi standar perusahaan.

Solusi yang dapat dilakukan pada kepala unit yaitu dengan cara

pengawasan oleh atasan secara berdiskusi mengenai komitmen dan

standar prosedur yang benar pada karyawan mengenai jenis

pekerjaan.

b. Unit kerja Warper; hasil penilaian kompetensi karyawan

menunjukkan masih terdapat atribut kompetensi seperti membaca

design, memasukan cheese, membaca label, panjang benang, dan

koordinasi produksi yang berada dibawah standar perusahaan.

Perbaikan yang dapat dilakukan pada peningkatan kompetensi teknik

dengan cara memberikan masukan oleh atasan agar karyawan dapat

meningkatkan kemampuan pada bidang tersebut.

c. Unit kerja Sizing; adapun hasil penilaian kompetensi karyawan dapat

disimpulkan yaitu atribut kompetensi yang belum mampu dicapai

karyawan dalam memenuhi standar perusahaan yaitu memasang

beam, perbaiki benang, mengecek tang, data produksi, kelurusan

beam, kekentalan nori, dan koordinasi produksi.

Peningkatan kompetensi yang dapat dilakukan yaitu dengan

mendorong kepala unit dengan cara pembelajaran terhadap teori dan

Page 115: analisis kinerja karyawan

102

penerapan kerja yang konsisten dengan standar prosedur kerja yang

benar.

d. Unit kerja Hozen Jumbi; hasil penilaian kompetensi karyawan

menunjukkan bahwa seluruh atribut kompetensi teknik karyawan

masih berada dibawah standar perusahaan.

Pada unit ini perlu dilakukan perhatian khusus karena untuk posisi

kepala unit penting dalam menguasai keterampilan teknik.

Karakteristik unit kerja ini memerlukan fokus dan pengetahuan yang

lebih terhadap mesin-mesin produksi sehingga membutuhkkan jenis

pelatihan terhadap karyawan yang berupa keterampilan teknik oleh

perusahaan.

e. Unit kerja Shokki; hasil penilaian kompetensi karyawan dipaparkan

bahwa beberapa atribut kompetensi teknik karyawan masih dibawah

standar perusahaan seperti operasikan mesin, keliling mesin, perbaiki

benang yoko, perbaiki benang tate, dan pengecekan yoko.

Konsistensi kepala unit perlu dipantau dan diawasi oleh perusahaan

lewat atasan mengenai standar kerja yang benar. Agar karyawan

dapat mempraktekan pekerjaan dengan baik dan sesuai prosedur

yang ditetapkan di setiap unit kerja.

f. Unit kerja Shikake; hasil penilaian kompetensi karyawan yaitu

terdapat beberapa atribut kompetensi belum mampu mencapai

standar perusahaan antara lain atribut kompetensi cek warna benang,

perbaiki kain, kualitas kain, dan pengisian peg.

Pemahaman karyawan perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki

kemampuan teknik yaitu salah satu cara mengkomunikasikan dan

mendikusikan teknik-teknik yang benar pada unit kerja ini oleh

atasan.

g. Unit kerja Hozen Shokki; sebagaimana hasil dari penilaian

kompetensi karyawan dapat diketahui informasi bahwa masih

terdapat atribut kompetensi seperti deteksi kerusakan, pekerjaan

mudah, usaha preventif, standar mesin, dan tension beam yang

berada dibawah standar perusahaan.

Page 116: analisis kinerja karyawan

103

Teknik pembelajaran mengenai keterampilan teknis terkait

kompetensi dapat dilakukan secara terus menerus sehingga karyawan

dengan sendirinya dapat meningkatkan kemampuan yang

dimilikinya.

h. Unit kerja Shiage; hasil penilaian kompetensi karyawan yang

dipaparkan terdapat atribut kompetensi seperti pemeriksaan kentan,

perbaikan kain, shusei kentan, koordinasi produksi, mengetahui

grade, dan mengetahui produk diketahui bahwa kompetensi

karyawan masih dibawah standar perusahaan.

Perlu ditingkatkan pemahaman terhadap pengetahuan produk dan

keterampilan teknis. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu

koordinasi dengan atasan langsung sehingga adanya feed back yang

baik terhadap kompetensi yang dimiliki karyawan.

Hasil penilaian kompetensi pada wakil pengawas dan pengawas pada

setiap unit kerja menunjukkan hasil yang berbeda pada kompetensi

manajemen, leadership, komputer, dan teknik. Tuntutan yang

dipersyaratkan perusahaan pada karyawan posisi wakil pengawas dan

pengawas menunjukkan standar yang tinggi untuk dicapai oleh

karyawan.

Kompetensi aktual karyawan pada kompetensi manajemen dapat

disimpulkan bahwa seluruh wakil pengawas dan pengawas di seluruh

unit kerja masih dibawah standar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai komitmen pimpinan

perusahaan dalam menjaga sumber daya manusia yang baik dan

berkualitas. Salah satu cara yang efektif yang dapat dilakukan

perusahaan yaitu dengan mengadakan pelatihan kepada karyawan yang

bersifat in-house training berupa praktek dan materi untuk karyawan.

Tujuan pelatihan ini agar kompetensi manajemen yang dimiliki

karyawan dapat ditingkatkan lebih baik.

Hasil penilaian karyawan yang sama diperoleh pada kompetensi

leadership dan komputer yaitu wakil pengawas dan pengawas di

seluruh unit kerja masih belum mencapai standar yang perusahaan

Page 117: analisis kinerja karyawan

104

tetapkan. Perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan dalam

meningkatkan kompetensi leadership dapat berupa pelatihan in-house

training seperti mengadakan forum diskusi antar pimpinan unit kerja di

departemen seluruh perusahaan dan pembekalan terhadap kemampuan

dan cara memimpin karyawan dengan baik.

Peningkatan kompetensi komputer dapat berupa pelatihan berupa teori

dan praktek yang dilakukan pada karyawan. Tujuan dari pelatihan ini

agar karyawan dapat mengenal aplikasi pada penggunaan komputer

dalam bekerja. Pelatihan praktek juga dapat diterapkan pada

pengusaaan bahasa Jepang kepada karyawan yang dinilai masih belum

mengusai dengan baik kompetensi tersebut.

Sedangkan, untuk perbaikan yang dilakukan pada kompetensi teknik

diterapkan berbeda pada setiap unit kerja karena spesifikasi jenis

perkerjaan yang berbeda memerlukan pembelajaran yang tepat sesuai

unit kerja. Uraian dari perbaikan yang dapat direkomendasikan antara

lain berupa:

a. Unit kerja Reaching; hasil penilaian kompetensi karyawan yang

disajikan terdapat beberapa atribut kompetensi teknik karyawan

masih dibawah standar perusahaan seperti membaca design,

pengecekan anyaman, pemasukan benang, target kerja, dan

persiapan plat- l.

Solusi perbaikan terhadap wakil pengawas dan pengawas yaitu

dengan melakukan diskusi yang bersifat teori dan praktek oleh

kepala departemen. Dengan adanya diskusi dapat mengingkatkan

dan memperbaiki cara kerja kurang tepat yang selama ini masih

dilakukan karyawan.

b. Unit kerja Jumbi; hasil penilaian kompetensi karyawan menandakan

bahwa masih terdapat keahlian teknik pada beberapa atribut

kompetensi karyawan yang belum mampu mencapai standar

perusahaan antara lain atribut kompetensi bahasa Jepang,

memisahkan jenis benang, kualitas benang, koordinasi produksi dan

data produksi.

Page 118: analisis kinerja karyawan

105

Sesuai dengan peningkatan kompetensi yang dikehendaki metode

yang dapat dilakukan yaitu melalui komunikasi dan koordinasi yang

lebih baik dilakukan oleh kepala departemen agar tujuan untuk

meningkatkan kompetensi dapat dicapai oleh karyawan.

c. Unit kerja Waper; sebagaimana hasil dari penilaian kompetensi

karyawan dapat diketahui informasi bahwa masih terdapat atribut

kompetensi seperti bahasa Jepang, membaca design, membaca label,

dan koordinasi produksi yang berada dibawah standar perusahaan.

Metode yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan melibatkan

kepala departemen untuk melakukan monitoring dan pembimbingan

kepada wakil pengawas. Tujuannya agar karyawan dapat lebih baik

dalam menunjukkan konsistensi dalam melakukan pekerjaan

d. Unit kerja sizing; adapun hasil penilaian kompetensi karyawan dapat

disimpulkan bahwa atribut kompetensi yang masih berada dibawah

standar perusahaan yaitu mengecek tang, data produksi, kelurusan

beam, dan koordinasi produksi.

Permasalahan mengenai data produksi dapat dilakukan perbaikan

dengan koordinasi yang baik dan tepat untuk diterapkan saat

produksi berlangsung. Tujuan dari koordinasi ini agar lebih

memudahkan karyawan dalam menyelesaikan order produksi yang

rumit.

e. Unit kerja Hozen Jumbi; hasil penilaian kompetensi karyawan

dipaparkan bahwa atribut kompetensi yang belum mampu dicapai

karyawan dalam memenuhi standar perusahaan yaitu deteksi

kerusakan, perbaiki mesin, usaha preventif, dan standar mesin.

Pemahaman terhadap keterampilan teknik karyawan pada unit ini

dengan mengadakan pendampingan melalui praktek langsung oleh

senior teknisi. Cara ini dapat membantu karyawan dengan cepat

bekerja melalui praktek selama bekerja sehingga dapat diterapkan

dengan baik.

f. Unit kerja Shokki; hasil penilaian kompetensi karyawan yang masih

berada dibawah standar perusahaan yaitu bahasa Jepang, pengecekan

Page 119: analisis kinerja karyawan

106

kain, perbaiki benang yoko, perbaiki benang tate, dan pengecekan

kualitas.

Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengawasan dan

kontrol dari kepala departemen saat berlangsungnya proses produksi.

Cara ini akan lebih efektif karena karyawan dapat langsung

berdiskusi dengan baik sesuai standar prosedur kerja yang benar.

g. Unit kerja Shikake; adapun hasil penilaian kompetensi karyawan

dapat disimpulkan bahwa atribut kompetensi yang belum mampu

dicapai karyawan dalam memenuhi standar perusahaan yaitu bahasa

Jepang dan koordinasi produksi.

Permasalah koordinasi produksi dapat dilakukan perbaikan melalui

peran kepala departemen selaku pimpinan dengan mengadakan

diskusi sebelum bekerja antar wakil pengawas dan pengawas di

setiap unit kerja. Dengan adanya forum diskusi dapat memperkuat

team work dan membantu karyawn bekerja lebih baik.

h. Unit kerja Hozen Shokki; hasil penilaian kompetensi karyawan

bahwa yang masih berada di bawah atribut kompetensi seperti

bahasa Jepang, usaha preventif, standar mesin, dan koordinasi

produksi yang berada dibawah standar perusahaan.

Usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada wakil pengawas dan

pengawas unit kerja ini dengan cara memberikan pendampingan

senior teknisi perusahaan. Pembelajaran langsung dapat berupa

pemberian materi selama praktek dalam bekerja sehingga dapat

langsung diserap dengan baik peningkatan kompetensi oleh

karyawan.

i. Unit kerja Unten; sebagaimana hasil dari penilaian kompetensi

karyawan dapat diketahui informasi bahwa masih terdapat atribut

kompetensi seperti bahasa Jepang, komunikasi, alur produksi,

Informasi kerja, jenis kain, dan koordinasi produksi yang berada di

bawah standar perusahaan.

Peningkatan yang sesuai dengan unit kerja ini yaitu berupa diskusi

dan instruksi jelas dari kepala departemen selaku pimpinan. Unten

Page 120: analisis kinerja karyawan

107

merupakan unit kerja yang berkoordinasi dengan unit kerja lain

sebagai unit penghubung. Oleh sebab itu, diskusi yang baik dapat

membantu karyawan dengan bekerja dengan baik.

Hasil kompetensi karyawan pada bagian operator, kepala regu, kepala

unit, wakil pengawas dan pengawas diketahui bahwa kesenjangan

kompetensi masih terjadi di setiap unit kerja. Kesenjangan kompetensi

yang terjadi pada unit kerja diberbagai posisi karyawan dapat dijadikan

informasi penting dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan

kompetensi karyawan. Pada posisi operator dan kepala regu

kesenjangan kompetensi karyawan yang rendah pada atribut

kompetensi teknik kerja karyawan perlu ditingkatkan. Karyawan pada

posisi ini dalam bekerja sehari-hari lebih besar menggunakan

kemampuan keahlian teknik dibandingkan keahlian umum. Dalam

melakukan proses produksi karyawan operator dan kepala regu dituntut

untuk selalu meningkatkan keterampilan teknik bekerja agar mencapai

target produksi yang diinginkan perusahaan.

2). Sesuai dengan hasil analisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja pada

posisi kepala unit mempunyai fokus yang berbeda dalam meningkatkan

kinerja dengan bagian operator dan kepala regu. Selain kompetensi

pada keahlian teknik, perlu adanya peningkatan kemampuan

manajemen oleh karyawan pada posisi ini. Kepala unit mempunyai

tugas dalam koordinasi produksi mengenai jadwal, target, dan mutu

produk. Kemampuan manajemen yang baik dan terorganisir dapat

membantu unit kerja dapat menghasilkan produk yang sesuai standar

perusahaan.

3). Posisi karyawan pada bagian wakil pengawas dan pengawas disetiap unit

kerja berdasarkan hasil kompetensi yang dilakukan masih terjadi

kesenjangan kompetensi pada keahlian umum dan teknik. Terkait dalam

meningkatkan kinerja karyawan pada posisi ini sesuai hasil analisis

regresi diketahui terdapat 3 kompetensi yang dapat dijadikan fokus

peningkatan kompetensi yaitu manajemen, leadership, dan teknik. Pada

posisi ini pengaruh kompetensi terhadap kinerja lebih banyak dibanding

Page 121: analisis kinerja karyawan

108

karyawan posisi lain karena wakil pengawas dan pengawas mempunyai

tanggung jawab besar pada setiap unit kerja yang dipimpinnya.

Peningkatan kompetensi teknik penting dilakukan namun jika sesuai

dengan skala prioritas karyawan pada posisi ini, hendaknya fokus yang

diterapkan pada peningkatan mutu sumber daya manusia dilakukan

pada kompetensi manajemen dan leadership. Kemampuan karyawan

dalam mengatur bawahan dan proses produksi akan banyak ditentukan

oleh kompetensi manajemen dan leadership. Kesenjangan yang terjadi

dapat dijadikan evaluasi bagi perbaikan dan peningkatan keterampilan

dalam kompetensi manajemen, leadership, maupun teknik.

4.9. Implikasi Manejerial

Penelitian berjudul Analisis Kompetensi Sumber Daya Manusia dan

Kinerja Karyawan PT Unitex, Tbk adalah suatu hal yang diperlukan

perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan yang optimal.

Disamping itu, sebagai salah satu cara untuk melihat kebutuhan pelatihan di

perusahaan berdasarkan tingkat kebutuhan yang sesuai pada setiap unit kerja.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa faktor manajemen, leadership,

komputer, dan keahlian teknik masih diperlukan perhatian dalam peningkatan

kemampuan oleh karyawan karena pada faktor tersebut tidak semua karyawan

dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan oleh perusahaan. Kaitan

perusahaan dalam meningkatkan faktor tersebut untuk mempertahankan dan

menaikkan kinerja yang dimiliki oleh karyawan saat bekerja.

Berdasarkan hasil analisa gap (kesenjangan) antara kompetensi aktual

karyawan dengan standar nilai yang ditetapkan perusahaan masih

menunjukkan nilai yang kurang memuaskan dibeberapa unit kerja yang

dinilai. Hasil menunjukkan pada unit kerja di perusahaan masih terdapat

beberapa kesenjangan nilai pada keahlian umum dan keahlian teknik.

Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi aktual karyawan yang terdiri

dari kompetensi manajemen, leadership, komputer dan keahlian teknik masih

belum mampu dalam memenuhi standar kriteria yang diinginkan oleh pihak

manajemen perusahaan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan perusahaan

untuk melihat sejauh mana pencapaian kemampuan aktual karyawan selama

Page 122: analisis kinerja karyawan

109

ini. Selain itu, perusahaan dapat meningkatkan jenis kemampuan yang masih

rendah pada unit kerja tersebut dengan mengadakan pelatihan yang sesuai

keahlian mana saja yang masih belum dicapai oleh karyawan tersebut pada

masing-masing unit kerja.

Hasil dari penilaian kinerja karyawan pada Departemen Weaving dari

kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009, diketahui terjadi peningkatan

kinerja karyawan. Hasil ini mengindikasikan bahwa program kerja dan

kebijakan yang dilakukan perusahaan sudah tepat. Namun, dalam

mempertahankan suatu prestasi kinerja karyawan dari unit kerja merupakan

suatu hal yang sulit, oleh karena itu penting bagi pihak manajemen

perusahaan dalam memonitoring perkembangan kinerja perusahaan.

Pemahaman tentang manajemen, standar kerja, dan standar mutu

pekerjaan (kemampuan dan keahlian khusus pada unit kerja) kepada

karyawan sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjaga hasil kinerja

karyawan perusahaan yang memuaskan dan pencapaian daya saing

perusahaan.

Berdasarkan hasil analisa gap dan analisa pengaruh kompetensi

terhadap kinerja karyawan yang berdasarkan kompetensi manajemen,

leadership, komputer dan keahlian teknik karyawan dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan referensi dalam menentukan kebijakan kebutuhan perlatihan

yang sesuai. Hasil penilaian kompetensi karyawan dipisahkan secara spesifik

dan terpisah sesuai pada masing-masing unit kerja dan posisi karyawan. Hasil

dari analisa pengaruh (regresi) pada kompetensi yang dimiliki oleh karyawan

terhadap kinerja dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi

secara berbeda-beda oleh kompetensi manajemen, leadership, komputer, dan

keahlian teknik pada posisi operator, kepala regu, kepala unit, dan wakil

pengawas/pengawas.

Hal yang penting dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui indikasi

dalam menentukan tingkat kebutuhan pelatihan yang sesuai dan tepat sasaran

di setiap unit kerja dan posisi karyawan. Pelatihan dapat dirancang dan

disesuaikan pada nilai kompetensi umum dan kompetensi teknik yang

dianggap perlu ditingkatkan oleh manajemen perusahaan di setiap unit kerja.

Page 123: analisis kinerja karyawan

110

Hasil akhir dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

kompetensi aktual yang dimiliki oleh karyawan saat ini berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja karyawan.

Masing-masing dari unit kerja maupun posisi karyawan mempunyai

spesifikasi berbeda dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan

perusahaan. hasil tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi perusahaan

agar kinerja karyawan dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan

tingkat persaingan bisnis dilingkungan perusahaan saat ini yang begitu ketat

dan dinamis.

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada perusahaan dapat

dilakukan prioritas pelaksanaan program perbaikan mutu kompetensi

karyawan yang sesuai kebutuhan di setiap unit kerja. Hasil dari analisa

kesenjangan yang masih menunjukkan perbedaan nilai mutu kompetensi

karyawan dapat ditingkatkan dengan melakukan pelatihan yang tepat dan

efektif sesuai tingkat jabatan dan posisi karyawan di unit kerja Departemen

Weaving.

Page 124: analisis kinerja karyawan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1) Sebagian besar kompetensi aktual yang dimiliki karyawan di semua

jenjang jabatan dan unit kerja masih dibawah standar kompetensi yang

ditetapkan oleh perusahaan terutama pada kompetensi keahlian teknik.

2) Beberapa faktor yang sering menjadi penyebab kesenjangan yaitu

pemahaman yang kurang terhadap jenis pekerjaan, penguasaan teknik-

teknik kerja dan konsistensi dalam menerapkan standar mutu pekerjaan.

3) Berdasarkan rentang waktu penilaian kinerja antara 2006 sampai dengan

2009 memperlihatkan pencapaian nilai standar kinerja. Faktor sukses

dalam peningkatan kinerja yaitu kontrol disiplin karyawan yang

berkesinambungan, motivasi karyawan dalam bekerja dan kebijakan

perusahaan menetapkan status kontrak pada calon karyawan baru.

4) Kompetensi karyawan dibagi menjadi 4 bagian yaitu manajemen,

leadership, komputer dan keahlian teknik. Khusus mengenai rincian

terkait keahlian teknik berbeda-beda untuk setiap unit kerja.

5) Keahlian teknik mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan kinerja

bagi operator dan kepala regu. Atribut manajemen dan keahlian teknik

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja kepala unit. atribut

manajemen, leadership, dan keahlian teknik berpengaruh nyata terhadap

peningkatan kinerja bagi wakil pengawas/pengawas.

5.2. Saran

1) Penilaian kompetensi karyawan pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang

atasan pada masing-masing unit kerja. Penelitian selanjutnya dapat lebih

baik dan akurat apabila penilaian kompetensi dan kinerja dilakukan

dengan menggunakan metode penilaian 360º feedback. Pencegahan bias

penilaian dapat dilakukan pada pemberian skor yang jelas dan mudah

dimengerti, serta sesuai dengan kombinasi penggunaan penilaian

kompetensi dan kinerja karyawan.

Page 125: analisis kinerja karyawan

111

2) Penelitian selanjutnya sebaiknya ditambahkan kuesioner berupa

pertanyaan yang berhubungan faktor-faktor yang menjadi penyebab

kesenjangan kompetensi karyawan. Hal ini lebih memudahkan untuk

mengetahui penyebab kesenjangan dan alternatif solusi perbaikan.

Page 126: analisis kinerja karyawan

DAFTAR PUSTAKA

Arep, I. dan H. Tanjung. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas

Trisakti. Jakarta.

Cenzo, D. dan Robbins. 1996. Human Resources Management. John Wiley &

Sons, Inc., New York.

Ekoesthiawaty. 2002. Pengembangan Model Remunerasi Berbasis Kompetensi di

PT PAL INDONESIA Agar Sesuai dengan Aspirasi Karyawan dan

Kebutuhan Organisasi. Surabaya. www.unair.ac.id. [7 oktober 2009]

Hariandja, E. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia (pengadaan,

pengembangan, pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas

pegawai). PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Hasibuan, M. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi. Bumi

Aksara, Jakarta.

Mangkunegara, A. P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.

Remaja Rosda Karya, Bandung.

Mangkuprawira, S. Tb. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mangkuprawira, S. dan A. Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber

Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Bogor.

Malthis, R.L. dan J. H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Salemba Empat, Jakarta.

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis kompetensi. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Naliebrata. A. 2007. Analisis Pengaruh Penempatan Pegawai Berbasis

Kompetensi Terhadap Kinerja. Skripsi pada Departemen Manajemen.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pratisto, A. 2009. Statistik Menjadi Lebih Mudah dengan SPSS 17. PT. Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Ratnawury. R. 2009. Analisis Hubungan Kompetensi Karyawan dengan Kinerja

pada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air Kabupaten

Sumedang Provinsi Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Manajemen.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Page 127: analisis kinerja karyawan

113

Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. PT

Rajagrafindo persada, Jakarta.

Ruky, A. S. 2001. Sistem Manajemen Kinerja: Panduan Praktis untuk Merancang

dan Meraih Kinerja Prima. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Salsabila. Y. H. 2008. Analisis Hubungan Pelatihan Manajemen Sumber Daya

Manusia Berbasis Kompetensi dengan Kinerja Karyawan pada PT

Surveyor Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Santoso, S. 2001. Mengolah Data Statistik Secara profesional. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Siagian, S. P. 1999. Manajemen Sumber Daya. Bumi Aksara. Jakarta.

Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YPKN,

Yogyakarta.

Simamora. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Spencer L.M & Spencer S.M. 1993. Competence at Work. John Wiley & Sons.

Sumarsono, S. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Stoner, J. A. F. Dan R. Edward Freeman. 1992. Manajemen. Jilid Satu. Edisi

KELIMA. Intermedia. Jakarta.

Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Walpole. R. E. 1995. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

www.indonesiatekstil.com [03 februari 2010]

www.pusdiknakes.or.id. [8 oktober 2009]

www.wikipedia.com [ 8 oktober 2009]

http://junaidichaniago.wordpress.com [03 februari 2009]

Page 128: analisis kinerja karyawan

LAMPIRAN

Page 129: analisis kinerja karyawan

114

PT UNITEX'S COMPANY PROFILE

1 Location

6 Organization

Factory General & Personel, Accounting, Sales & Marketing Dept.

Marketing Deirector

Marketing Dept.

Jl. Raya Tajur No. 1 Bogor 16001 PO BOX 16001

2 Capital

Spinning Dept.

Authorized Capital Rp 14,670,000,000

Paid Up Capital Rp 8,068,500,000

Central Coord Bureau

Share Holder Unitika 69.38 % Henry Lohanata 8.61%

Weaving Dept.

Henry Onngo 9.40 % Public 12.61 %

3 Land and Building

Yarn Dyed &

Finishing

Land

152.155 m2

Building

56.576 m2

Presiden Director

Factory Director Technical

Production 4 History

1965

Feasibility study of project

May, 1971

Estabilishment of Company

Guarantee of Quality

June, 1971

Start Up of Construction

April, 1972

Installation of Finishing Equipment

May,1972

Installation of Weaving Machine (400 unit Toyota Weaving Loom)

Accounting Dept.

September, 1972 Start Up of Operation

November, 1972 Start Up of Spinning Equipment Installation (36 sets)

November, 1973 Opening Ceremony

Utility Dept.

April, 1974

Start Up of Integrated Production (Spinning, Weaving & Finishing)

September, 1975 Dsipatch of First Group Trainee to Japan, Start Up of Yarn Dyed fabrics With Weaving Looms

June, 1982

Listed as a Go Public at Jakarta Stock Exchange (20 %, 733.500)

Administration

Director

General Affair Dept.

September, 1969

Installation of Waste Water Treatment Equitment

June, 1990 Expansion of Second Spinning Factory

April, 1991

Installation of Jets Looms

Personnel Dept.

January, 1993

Construction of 241 Houses for Employees

September, 1997

Increase in Capital Up to Rp 8,068,500,000

June, 2003 Received the Sertification of Quality Management System of ISO 9001:2000

5 Machinery and Production Capasity

Spinning 31.920 Spindels 1.450 bal/month

Weaving AJL 184, ISL 116, Toyoda 80 (Conventional) 1.800.000 meters/month

Dyieng Finishing Machine 1 lot 2.000.000 meters/month

Yarn Dyed 17 sets 130 to/month

Utility Generators 8475 KVA

PLN 4330 KVA

Boiler 30 ton/H

Waste water Treatment 180.000 ton/month

Water Purifying system 120.000 ton/month

114

Lam

piran 1. Pro

fil Perusahaan

114

Page 130: analisis kinerja karyawan

Lampiran 2. Bentuk Formulir Identifikasi Keahlian Kerja 115

Form Skill Mapping Karyawan PT Unitex, Tbk

Bagian :

Kepala/Wakil Pengawas :

Unit Kerja : Jumlah Karyawan :

Identif ikasi Keahian Kerja

No Keahlian Umum Keterangan

1 Manajemen

2 Leadership

3 Komputer

Keahlian Teknik Dalam Bidang Kerja

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Page 131: analisis kinerja karyawan

1. Unit Kerja Kowari

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,42 2 1,42

2. Leadership 2,25 1 1,25

3. Komputer 3 1 2

4. Membagi benang 4 4 0

5. Operasikan mesin 2,17 3 -1 6. Menyambung benang 4 4 0

7. Jenis benang 4 3 1

9. Ketelitian 2 3 -1 10. Kecepatan kerja 3 4 -1

11. Instruksi kerja 4 3 1

2. Unit Kerja Sizing

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,72 2 0,72 2. Leadership 1,89 1 0,89

3. Komputer 1 1 0

4. Memasang beam 3,75 3 0,75 5. Perbaiki benang 4 4 0

6. Mengecek Tang 3,5 3 0,50

7. Data Produksi 3,08 3 0,08

9. Penyusunan beam 3,33 3 0,33

10. Kelurusan beam 3,5 4 -0,50

11. kekentalan nori 3,67 3 0,67 12. Penurunan beam 3,5 3 0,50

3. Unit kerja Shikake

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,69 2 1

2. Leadership 2,21 1 1,21 3. Komputer 1,42 1 0,42

4. Memasang beam 3,15 4 -0,85

5. Cek warna benang 3,08 3 0,08 6. Membaca design 2,98 3 -0,02

7. Setting mesin 3,15 3 0,15

9. Perbaiki kain 3 3 0 10. Cori khusus 3 4 -1

11. Kualitas kain 3,04 3 0,04

12. Pengisian peg 3,06 3 0,06

4. Unit Kerja Hozen Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,29 2 1,29

2. Leadership 2,57 1 1,57

3. Komputer 1 1 0 4. Operasikan mesin 3,29 3 0,29

5. Deteksi kerusakan 3,07 3 0,07

6. Perbaiki mesin 3,29 3 0,29 7. Pekerjaan mudah 3,86 3 0,86

9. Usaha preventif 2,93 3 -0,07

10. Standar mesin 3,36 3 0,36 11. tension beam 3,50 3 0,50

12. Menyambung benang 3,43 3 0,43

Lam

piran 3. Hasil A

nalisa Gap U

nit Kerja P

osisi Operato

r 116

Page 132: analisis kinerja karyawan

5. Unit Kerja Unten

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2,5 2 0,50

2. Leadership 2,25 1 1,25

3. Komputer 1,42 1 0,42 4. Komunikasi 2,33 3 -0,67

5. Alur order 2,67 3 -0,33

6. Informasi kerja 2,58 4 -1,42 7. Jenis kain produk 2,92 3 -0,08

9. Koordinasi 2,5 3 -0,50

10. Monitoring 2,5 3 -0,50 No. Backup kerja 2,92 3 -0,08

Lanjutan L

amp

iran 3. 117

Page 133: analisis kinerja karyawan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN ULANG KARYAWAN

KEAHLIAN KARYAWAN (S KILL MAP EMPLOYEE)

Bagian : Departemen WEAVING

Penilaian 1 : Kepala Unit Unit/Seksi Kerja : Operator - Jumbi/Reaching

Penilaian 2 : Kepala Regu

Jumlah Karyawan : 43 Orang

NO Nama

KEAHLIAN A B C D E F G H I J K

1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X

1 SUKAESIH 2 3 2,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 3 3,5 3 4 3,5 4 4 4 1 1 1

2 SUMINAR 2 3 2,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1

3 SITI JENAB 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 4 4 3 2 2,5 4 4 4 1 1 1 4 SITI AMAMAH 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1

5 SAMBINI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1

6 SUW ENI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 1 1,5 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1 7 JUMINI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 4 4 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 2 2,5 4 4 4 1 1 1 8 SARAH 2 4 3 2 3 2,5 1 1 1 4 4 4 4 4 4 2 3 2,5 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1 9 WIWIN HAMIAWIN 2 3 2,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 2 2,5 4 3 3,5 1 1 1 10 YANI HANDAYANI 2 3 2,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 1 1 11 ARIES BUDIMAN 3 2 2,5 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 4 4 2 2 2 2 1 1,5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 12 SRI RAHAYU 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 4 4 1 2 1,5 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 3 3 3 1 1 1 13 NENDEN H 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 4 4 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 3 3 3 3 3 3 1 1 1 14 SUTARNI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 3 3 3 1 1 1 15 RUSTIANA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 3 3 3 3 3 3 1 1 1 16 ELI WALIAWATI 3 2 2,5 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 17 LINDAWATI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 4 3 3,5 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 18 HINDUN 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 19 ENDANG S 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 4 3 3,5 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 20 KURAESIN 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 21 SUBIHARTI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1

22 JUMINTEN 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 3 3 3 2 2,5 1 1 1 3 3 3 2 3 2,5 3 3 3 1 1 1 23 INDAH SRIYATI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 3,5 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1

Lam

piran 4. Perhitung

an Penilaian K

ompetensi P

osisi Operato

r

118

Page 134: analisis kinerja karyawan

NO Nama

KEAHLIAN

A B C D E F G H I J K 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 24 SITI SOPIAH 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 4 3,5 3 3 3 3 3 3 1 1 1

25 MINIGAR ULFAH 3 2 2,5 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 26 IRMA NURMWATI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 27 MEGA INDRIANI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 28 RIKA KURNIASARI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 29 AYU TRIYANDARI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 30 IMAS JULAEHA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 31 NENENG ROSITA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 32 MEETY MEILIAWATI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 33 SINTIA KARMILA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 34 DINI KARTIKA 2 2 2 1 2 1,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 35 FEBRIYANI 2 2 2 1 2 1,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 36 NURFITRI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 37 SARI ARIYANI 2 2 2 1 2 1,5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 38 LASMINI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 39 SELVI SEPTIANI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 40 IIN KHOERUNISA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 41 NOVIANTI 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 42 RUKIAH 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 Rata-rata 2,11 1,98 1,00 3,19 3,36 2,39 1,01 3,29 2,99 3,23 1,00

Kode Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2,11 2 0,11

B Leadership 1,98 1 0,98

C Komputer 1 1 0

D Membaca design 3,19 4 -0,81

E Anyaman benang 3,36 3 0,36

F Pengecekan anyaman 2,39 3 -0,61

G naik turun beam 1,01 2 -0,99

H Pemasukan benang 3,29 3 0,29

I Ketelitian nyusuk 2,99 4 -1,01

J Target kerja 3,23 3 0,23

K Persiapan Plat-L 1 2 -1

Lanjutan L

amp

iran 4.

119

Page 135: analisis kinerja karyawan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN ULANG KARYAWAN

KEAHLIAN KARYAWAN (S KILL MAP EMPLOYEE)

Bagian : Departemen WEAVING

Penilaian 1 : Wakil Pengawas Unit/Seksi Kerja : Kepala Regu - Hozen Shokki

Penilaian 2 : Kepala Unit

Jumlah Karyawan : 7 Orang

NO Nama

KEAHLIAN

A B C D E F G H I J K

1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X

1 DIDIN 2 3 2,5 1 3 2 1 1 1 3 4 3,5 1 1 1 1 1 1 2 4 3 2 3 2,5 1 3 2 2 1 1,5 2 4 3

2 ADE SURADI 2 3 2,5 2 3 2,5 1 1 1 3 4 3,5 2 3 2,5 3 4 3,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 3 4 3,5 3 4 3,5

3 DARWILI 2 3 2,5 2 3 2,5 1 1 1 3 4 3,5 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 3 2,5 2 4 3 2 4 3

4 SAEFULLOH 2 3 2,5 2 4 3 1 1 1 4 4 4 3 4 3,5 3 4 3,5 3 4 3,5 2 4 3 3 3 3 3 4 3,5 3 4 3,5

5 KUSNAEDI 2 3 2,5 2 4 3 1 1 1 4 4 4 3 4 3,5 3 4 3,5 3 4 3,5 2 4 3 3 3 3 3 4 3,5 3 4 3,5

6 BUDI D 1 3 2 1 3 2 1 1 1 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 4 3 2 4 3

7 ENCEP SAEPUDIN 2 3 2,5 2 3 2,5 1 1 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3,5 3 4 3,5 3 3 3 3 3 3 3 4 3,5 3 4 3,5

Rata-rata 2,4285714 2,5 1 3,6428571 2,9285714 3 3,2142857 2,7857143 2,6428571 3,0714286 3,2857143

Kode Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2,43 2 0,43

B Leadership 2,5 2 0,50

C Komputer 1 1 0

D Operasikan mesin 3,64 3 0,64

E Deteksi kerusakan 2,93 3 -0,07

F Perbaiki mesin 3 3 0

G Pekerjaan mudah 3,21 4 -0,79

H Usaha preventif 2,79 3 -0,21

I Standar mesin 2,64 3 -0,36

J Tension beam 3,07 3 0,07

K Menyambung benang 3,29 3 0,29

Lam

piran 5. Perhitung

an Penilaian K

ompetensi P

osisi Kepala R

egu

120

Page 136: analisis kinerja karyawan

1. Unit Kerja Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 2 1

2. Leadership 3 2 1

3. Komputer 1 1 0

4. Membaca design 3,5 4 -0,50

5. Anyaman benang 3,5 3 0,50 6. Pengecekan anyaman 3,5 3 0,50

7. naik turun beam 4 4 0

9. Pemasukan benang 4 3 1 10. Ketelitian nyusuk 3 3 0

11. Target kerja 3,5 3 0,50 12. Persiapan Plat-L 3,5 3 0,50

2. Unit kerja Warper

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 3 2 1

2. Leadership 2,5 2 0,50

3. Komputer 2 1 1

4. Membaca design 3,33 4 -0,67

5. Memasukan benang 3,5 3 0,50

6. Memasukan cheese 3,5 3 0,50 7. Menyambung benang 3,5 3 0,50

9. Membaca label 3,5 3 0,50

10. Panjang benang 3,5 4 -0,50 11. Operasikan mesin 3,5 3 0,50 12. memasang beam 3,5 3 0,50

3. Unit kerja Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,5 2 1,50

2. Leadership 2,7 2 0,70 3. Komputer 1 1 0

4. Operasikan mesin 2,5 3 -0,50

5. Pengecekan kain 2,5 3 -0,50 6. Keliling mesin 3 4 -1

7. Perbaiki benang yoko 3 3 0

9. Perbaiki benang tate 3 3 0 10. Perbaiki kesalahan 3 3 0

11. Ketelitian kerja 3 4 -1 12. Pengecekan yoko 2 3 -1 13. Pengecekan kualitas 3 3 0

4. Unit kerja Shikake

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 2 1

2. Leadership 2,5 2 0,50

3. Komputer 1,5 1 0,50

4. Memasang beam 3,5 4 -0,50

5. Cek warna benang 3,5 3 0,50 6. Membaca design 3,5 3 0,50

7. Setting mesin 3,5 3 0,50

9. Perbaiki kain 3,5 3 0,50 10. Cori khusus 3,5 4 -0,50

11. Kualitas kain 3,5 3 0,50 12. Pengisian peg 3,5 3 0,50

Lam

piran 6. Hasil A

nalisa Gap U

nit Kerja P

osisi Kepala R

egu

121

Page 137: analisis kinerja karyawan

5. Unit Kerja Hozen Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,43 2 0,43

2. Leadership 2,5 2 0,50 3. Komputer 1 1 0

4. Operasikan mesin 3,64 3 0,64

5. Deteksi kerusakan 2,93 3 -0,07 6. Perbaiki mesin 3 3 0

7. Pekerjaan mudah 3,21 4 -0,79

9. Usaha preventif 2,79 3 -0,21 10. Standar mesin 2,64 3 -0,36

11. Tension beam 3,07 3 0,07 12. Menyambung benang 3,29 3 0,29

Lanjutan L

amp

iran 6. 122

Page 138: analisis kinerja karyawan

123

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN ULANG KARYAWAN

KEAHLIAN KARYAWAN (S KILL MAP EMPLOYEE)

Bagian : Departemen WEAVING

Penilaian 1 : Pengawas Unit/Seksi Kerja : Kepala Unit - Sizing

Penilaian 2 : Wakil Pengawas

Jumlah Karyawan : 3 Orang

NO Nama

KEAHLIAN A B C D E F G H I J K

1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 YANDI 2 3 2,5 2 3 2,5 2 1 1,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 3 2,5 2 I GUSTI AGUNG 2 3 2,5 2 3 2,5 2 3 2,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 3 2,5

3 KUSWANDI 2 3 2,5 2 3 2,5 2 1 1,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 4 3 2 3 2,5 2 3 2,5 2 3 2,5 Rata-rata 2,5 2,5 1,8333333 2,5 3 2,5 2,5 3 2,5 2,5 2,5

Kode Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2,50 3 -0,50

B Leadership 2,50 3 -0,50

C Komputer 1,83 2 -0,17

D Memasang beam 2,50 3 -0,50

E Perbaiki benang 3 4 -1

F Mengecek Tang 2,50 4 -1,50

G Data Produksi 2,50 4 -1,50

H Penyusunan beam 3 3 0

I Kelurusan beam 2,50 3 -0,50

J Kekentalan nori 2,50 3 -0,50

K Koordinasi produksi 2,50 3 -0,50

Lam

piran 7. Perhitung

an Penilaian K

ompetensi P

osisi Kepala U

nit

Page 139: analisis kinerja karyawan

1. Unit kerja Warper

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2,5 3 -0,50

2. Leadership 2,5 3 -0,50

3. Komputer 1,5 2 -0,50 4. Membaca design 3 4 -1

5. Memasukan benang 3 3 0

6. Memasukan cheese 2,5 3 -0,50 7. Menyambung benang 3 3 0

9. Membaca label 3 4 -1

10. Panjang benang 2,5 4 -1,50 11. Operasikan mesin 3 3 0

12. Koordinasi produksi 2,5 3 -0,50 2. Unit Kerja Sizing

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,50 3 -0,50 2. Leadership 2,50 3 -0,50

3. Komputer 1,83 2 -0,17

4. Memasang beam 2,50 3 -0,50 5. Perbaiki benang 3 4 -1

6. Mengecek Tang 2,50 4 -1,50

7. Data produksi 2,50 4 -1,50 9. Penyusunan beam 3 3 0

10. Kelurusan beam 2,50 3 -0,50

11. Kekentalan nori 2,50 3 -0,50 12. Koordinasi produksi 2,50 3 -0,50

3. Unit Kerja Hozen Jumbi

No. Kompetensi Aktual Standar Gap 1. Manajemen 2 3 -1

2. Leadership 2 3 -1

3. Komputer 1 2 -1 4. Operasikan mesin 1,5 3 -1,50

5. Deteksi kerusakan 2 4 -2

6. Perbaiki mesin 2 3 -1 7. Pekerjaan mudah 2 4 -2

9. Usaha preventif 2 4 -2

10. Standar mesin 2 3 -1 11. Tension beam 2 3 -1

12. Instruksi kerja 2 3 -1

4. Unit kerja Shikake

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 3 0 2. Leadership 3 3 0

3. Komputer 1,5 2 -0,50

4. Memasang beam 3,5 3 0,50 5. Cek warna benang 3 4 -1

6. Membaca design 3,5 3 0,50

7. Setting mesin 4 3 1 9. Perbaiki kain 3,5 4 -0,50

10. Koordinasi produksi 3 3 0

11. Kualitas kain 3 4 -1 12. Pengisian peg 3 4 -1

Lam

piran 8. Hasil A

nalisa Gap U

nit Kerja P

osisi Kepala U

nit 124

Page 140: analisis kinerja karyawan

5. Unit Kerja Hozen Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,25 3 -0,75

2. Leadership 2,5 3 -0,50 3. Komputer 1 2 -1

4. Operasikan mesin 3,5 3 0,50

5. Deteksi kerusakan 3,25 4 -0,75 6. Perbaiki mesin 3 3 0

7. Pekerjaan mudah 3,5 4 -0,50

9. Usaha preventif 2,75 4 -1,25 10. Standar mesin 3,5 4 -0,50

11. Tension beam 3 4 -1 12. Koordinasi produksi 3,5 3 0,50

Lanjutan L

amp

iran 8. 125

Page 141: analisis kinerja karyawan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN ULANG KARYAWAN

KEAHLIAN KARYAWAN (SKILL MAP EMPLOYEE)

Bagian : Departemen WEAVING

Penilaian 1 : Kepala Bagian Unit/Seksi Kerja : Pengawas - Shiage

Jumlah Karyawan : 1 Orang

NO Nama

KEAHLIAN

A B C D E F G H I J K

1 KASIANTORO 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4

Kode Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 4 4 0

B Leadership 4 4 0

C Komputer 3 3 0

D Bahasa Jepang 4 2 2

E Pemeriksaan kentan 4 4 0

F Pelipatan Folding 4 3 1

G Koordinasi produksi 4 4 0

H Shusei Meja 4 4 0

I Mengetahui grade 4 4 0

J Operasikan mesin 3 3 0

K Packing & Delivery 4 4 0

Lam

piran 9. Perhitung

an Penilaian K

ompetensi P

osisi Pengaw

as

126

Page 142: analisis kinerja karyawan

127

1. Wakil Pengawas Unit kerja Warper

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1,5 2 -0,50

5. Membaca design 3 4 -1 6. Memasukan benang 3 3 0

7. Memasukan cheese 3 3 0

9. Menyambung benang 3 3 0 10. Membaca label 3 4 -1

11. Panjang benang 3 3 0 12. Operasikan mesin 3 3 0 13. Koordinasi produksi 3 4 -1

2. Wakil Pengawas Unit Kerja Sizing

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 2,5 2 0,50

5. Memasang beam 3 3 0

6. Perbaiki benang 3 3 0

7. Mengecek Tang 3 3 -1

9. Data produksi 3 4 -1 10. Penyusunan beam 3 3 0

11. Kelurusan beam 3 4 -1 12. kekentalan nori 3 3 0 13. Koordinasi produksi 3 4 -1

3. A. Pengawas Unit kerja Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1 2 -1

5. Operasikan mesin 3 3 0 6. Pengecekan kain 3 4 -1

7. Keliling mesin 3 3 0

9. Perbaiki benang yoko 3 3 0 10. Perbaiki benang tate 3 3 0

11. Perbaiki kesalahan 3 4 -1 12. Koordinasi produksi 3,50 4 -0,50 13. Pengecekan yoko 3 3 0

14. Pengecekan kualitas 3 4 -1 B. Wakil Pengawas Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1 2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 1,75 3 -1

4. Bahasa Jepang 1,5 2 -1 5. Operasikan mesin 3 4 -1

6. Pengecekan kain 2,875 3 0

7. Keliling mesin 3 3 0 9. Perbaiki benang yoko 3 4 -1

10. Perbaiki benang tate 3 4 -1

11. Perbaiki kesalahan 3 4 -1 12. Koordinasi produksi 3 3 0 13. Pengecekan yoko 3 3 0

14. Pengecekan kualitas 3 4 -1

Lam

piran 10. Hasil A

nalisa Gap U

nit Kerja W

akil Pengaw

as dan Pengaw

as

Page 143: analisis kinerja karyawan

4. Unit kerja Shikake

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1,33 2 -0,67

5. Memasang beam 4 3 1 6. Cek warna benang 4 4 0

7. Membaca design 4 4 0

9. Setting mesin 3 3 0 10. Perbaiki kain 3 3 0

11. Koordinasi produksi 3 4 -1 12. Kualitas kain 4 4 0 13. Pengisian peg 3 3 0

5. Wakil Pengawas Unit Kerja Hozen Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 1,5 3 -1,50

4. Bahasa Jepang 2 2 0

5. Operasikan mesin 3,5 3 1

6. Deteksi kerusakan 3 3 0

7. Perbaiki mesin 4 4 0

9. Pekerjaan mudah 3 3 0 10. Usaha preventif 3 4 -1

11. Standar mesin 3,5 4 -1 12. Tension beam 3 3 0 13. Koordinasi produksi 3 3 0

6. Pengawas Unit Kerja Hozen Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 4 -2

4. Bahasa Jepang 1 2 -1

5. Operasikan mesin 4 3 1 6. Deteksi kerusakan 3 3 0

7. Perbaiki mesin 4 4 0

9. Pekerjaan mudah 3 4 -1 10. Usaha preventif 3 4 -1

11. Standar mesin 3 4 -1 12. Tension beam 3 3 0 13. Koordinasi produksi 3 4 -1

7. Pengawas Unit Kerja Unten

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,33 4 -0,67

2. Leadership 4 4 0 3. Komputer 2,33 3 -0,67

4. Bahasa Jepang 1,67 2 -0,33

5. Komunikasi 2,33 3 -0,67

6. Alur Produksi 3,33 4 -0,67

7. Informasi kerja 3,67 4 -0,33

9. Jenis kain 3,67 4 -0,33 10. Koordinasi produksi 3 4 -1

11. Pengecekan kerja 3 3 0

Lanjutan L

amp

iran 10. 128

Page 144: analisis kinerja karyawan

DATA PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

DEPARTEMEN WEAVING

KINERJA KARYAWAN PER TAHUN

2005 2006 Semester I 2006 Semester II 2009

NILAI JUMLAH PERSEN (%) NILAI JUMLAH PERSEN (%) NILAI JUMLAH PERSEN (%) NILAI JUMLAH PERSEN (%)

A 8 2,45 A 11 5,50 A 24 9,09 A 14 3,53

B 208 63,80 B 144 72,00 B 180 68,18 B 330 83,12

C 108 33,13 C 44 22,00 C 42 15,91 C 51 12,85

D 2 0,61 D 1 0,50 D 18 6,82 D 2 0,50

E 0 0 E 0 0 E 0 0 E 0 0

JUMLAH 326 100 JUMLAH 200 100 JUMLAH 264 100 JUMLAH 397 100

Kriteria Nilai

Huruf Angka keterangan

A 47 - 50 Baik sekali

B 36 - 46 Baik

C 23 - 37 Rata-rata

D 14 -22 Kurang

E 10-13 Kurang sekali

Lam

piran 11. Data T

ahunan Kin

erja Kary

awan

129

Page 145: analisis kinerja karyawan

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Operator 130

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA MANAJEMEN LEADERSHIP KOMPUTER TEKNIK

N 77 77 77 77 77

Normal Parametersa,,b

Mean 99.9091 67.2727 49.0909 34.3117 73.6623

Std. Deviation 8.91655 12.73065 12.96573 16.93428 12.99353

Most Extreme

Differences

Absolute .142 .255 .277 .410 .118

Positive .075 .255 .277 .410 .118

Negative -.142 -.200 -.164 -.291 -.099

Kolmogorov-Smirnov Z 1.247 2.236 2.433 3.599 1.033

Asymp. Sig. (2-tailed) .089 .000 .000 .000 .236

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 77

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.89789552

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .059

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .680

Asymp. Sig. (2-tailed) .744

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 TEKNIK . Stepwise (Criteria: Probability-

of-F-to-enter <= ,050,

Probability-of-F-to-remove >=

,100).

a. Dependent Variable: KINERJA

Page 146: analisis kinerja karyawan
Page 147: analisis kinerja karyawan

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Operator 130

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .428a .184 .173 8.11019

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

b. Dependent Variable: KINERJA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1109.231 1 1109.231 16.864 .000a

Residual 4933.133 75 65.775

Total 6042.364 76

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

b. Dependent Variable: KINERJA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 78.251 5.354 14.614 .000

TEKNIK .294 .072 .428 4.107 .000

a. Dependent Variable: KINERJA

Excluded Variablesb

Model Beta In t Sig.

Partial

Correlation

Collinearity

Statistics

Tolerance

1 MANAJEMEN -.005a -.039 .969 -.005 .733

LEADERSHIP .152a 1.451 .151 .166 .977

KOMPUTER .020a .180 .858 .021 .934

a. Predictors in the Model: (Constant), TEKNIK

b. Dependent Variable: KINERJA

Page 148: analisis kinerja karyawan
Page 149: analisis kinerja karyawan

Lanjutan Lampiran 12. 132

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 89.4236 106.7708 99.9091 3.82036 77

Residual -18.42033 26.16771 .00000 8.05665 77

Std. Predicted Value -2.745 1.796 .000 1.000 77

Std. Residual -2.271 3.227 .000 .993 77

a. Dependent Variable: KINERJA

Page 150: analisis kinerja karyawan

Lampiran 13. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Kepala Regu 133

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 31

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 6.40302048

Most Extreme Differences Absolute .093

Positive .093

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .519

Asymp. Sig. (2-tailed) .950

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA MANAJEMEN LEADERSHIP KOMPUTER TEKNIK

N 31 31 31 31 31

Normal Parametersa,,b Mean 103.5161 70.3871 58.7419 34.5484 74.4194

Std. Deviation 7.29781 11.52006 9.92293 13.43835 10.34657

Most Extreme

Differences

Absolute .169 .236 .279 .374 .159

Positive .169 .183 .205 .374 .151

Negative -.103 -.236 -.279 -.239 -.159

Kolmogorov-Smirnov Z .940 1.315 1.553 2.084 .884

Asymp. Sig. (2-tailed) .340 .063 .016 .000 .415

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 151: analisis kinerja karyawan

Lanjutan Lampiran 13. 134

Regression KEPALA REGU

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 TEKNIK . Stepwise

(Criteria:

Probability-of-F-

to-enter <= ,050,

Probability-of-F-

to-remove >=

,100).

a. Dependent Variable: KINERJA

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .431a .185 .157 6.69937

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 296.178 1 296.178 6.599 .016a

Residual 1301.564 29 44.882

Total 1597.742 30

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

b. Dependent Variable: KINERJA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 80.916 8.879 9.113 .000

TEKNIK .304 .118 .431 2.569 .016

a. Dependent Variable: KINERJA

Page 152: analisis kinerja karyawan

Lanjutan Lampiran 13. 135

Excluded Variablesb

Model Beta In t Sig.

Partial

Correlation

Collinearity

Statistics

Tolerance

1 MANAJEMEN .192a 1.135 .266 .210 .974

LEADERSHIP .166a .910 .371 .169 .849

KOMPUTER .078a .456 .652 .086 .991

a. Predictors in the Model: (Constant), TEKNIK

b. Dependent Variable: KINERJA

Page 153: analisis kinerja karyawan

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Kepala Unit 136

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA MANAJEMEN LEADERSHIP KOMPUTER TEKNIK

N 20 20 20 20 20

Normal Parametersa,,b

Mean 106.3000 65.2000 65.1500 40.9500 71.3500

Std. Deviation 10.14682 11.19492 10.38356 13.49259 10.03297

Most Extreme

Differences

Absolute .145 .209 .279 .287 .132

Positive .099 .178 .178 .287 .104

Negative -.145 -.209 -.279 -.163 -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .651 .936 1.246 1.281 .590

Asymp. Sig. (2-tailed) .791 .345 .090 .075 .877

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 20

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.39314527

Most Extreme Differences Absolute .144

Positive .118

Negative -.144

Kolmogorov-Smirnov Z .644

Asymp. Sig. (2-tailed) .801

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 154: analisis kinerja karyawan

Lanjutan Lampiran 14.` 137

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 TEKNIK . Stepw ise (Criteria: Probability-

of-F-to-enter <= ,050,

Probability-of-F-to-remove >=

,100).

2 MANAJEMEN . Stepw ise (Criteria: Probability-

of-F-to-enter <= ,050,

Probability-of-F-to-remove >=

,100).

a. Dependent Variable: KINERJA

Model Summaryc

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .943a .888 .882 3.53038

2 .955b .913 .902 3.21378

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

b. Predictors: (Constant), TEKNIK, MANAJEMEN

c. Dependent Variable: KINERJA

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1784.856 1 1784.856 143.206 .000a

Residual 224.344 18 12.464

Total 2009.200 19

2 Regression 1833.618 2 916.809 88.766 .000b

Residual 175.582 17 10.328

Total 2009.200 19

a. Predictors: (Constant), TEKNIK

b. Predictors: (Constant), TEKNIK, MANAJEMEN

c. Dependent Variable: KINERJA

Page 155: analisis kinerja karyawan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coeff icients

Standardized

Coeff icients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 39.273 5.814 6.755 .000

TEKNIK .966 .081 .943 11.967 .000

2 (Constant) 39.767 5.297 7.507 .000

TEKNIK .716 .136 .699 5.255 .000

MANAJEMEN .266 .122 .289 2.173 .044

a. Dependent Variable: KINERJA

Excluded Variablesc

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity

Statistics

Tolerance

1 MANAJEMEN .289a 2.173 .044 .466 .290

LEADERSHIP .321a 2.015 .060 .439 .209

KOMPUTER .061a .747 .465 .178 .968

2 LEADERSHIP .151b .636 .534 .157 .094

KOMPUTER .042b .563 .581 .139 .954

a. Predictors in the Model: (Constant), TEKNIK

b. Predictors in the Model: (Constant), TEKNIK, MANAJEMEN

c. Dependent Variable: KINERJA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 87.4343 124.0338 108.2000 9.82376 20

Residual -5.33091 6.35139 .00000 3.03993 20

Std. Predicted Value -2.114 1.612 .000 1.000 20

Std. Residual -1.659 1.976 .000 .946 20

a. Dependent Variable: KINERJA

Page 156: analisis kinerja karyawan

Lampiran 15. Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Normalitas Pengawas 139

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA MANAJEMEN LEADERSHIP KOMPUTER TEKNIK

N 26 26 26 26 26

Normal Parametersa,,b

Mean 116.9231 77.0000 79.3462 52.0385 74.6154

Std. Deviation 3.88765 8.41903 9.33356 12.53948 6.14542

Most Extreme

Differences

Absolute .113 .440 .487 .334 .206

Positive .113 .440 .487 .334 .206

Negative -.071 -.329 -.321 -.243 -.149

Kolmogorov-Smirnov Z .574 2.244 2.483 1.702 1.049

Asymp. Sig. (2-tailed) .896 .000 .000 .006 .221

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 26

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.43827549

Most Extreme Differences Absolute .082

Positive .046

Negative -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .419

Asymp. Sig. (2-tailed) .995

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 157: analisis kinerja karyawan

Lanjutan Lampiran 15. 140

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 LEADERSHIP . Stepw ise (Criteria: Probability-of-F-to-

enter <= ,050, Probability-of-F-to-

remove >= ,100).

2 MANAJEMEN . Stepw ise (Criteria: Probability-of-F-to-

enter <= ,050, Probability-of-F-to-

remove >= ,100).

3 TEKNIK . Stepw ise (Criteria: Probability-of-F-to-

enter <= ,050, Probability-of-F-to-

remove >= ,100).

a. Dependent Variable: KINERJA

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .793a .628 .613 2.41044

2 .870b .757 .736 1.99060

3 .898c .806 .780 1.81663

a. Predictors: (Constant), LEADERSHIP

b. Predictors: (Constant), LEADERSHIP, MANAJEMEN

c. Predictors: (Constant), LEADERSHIP, MANAJEMEN, TEKNIK

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 235.670 1 235.670 40.561 .000a

Residual 139.445 24 5.810

Total 375.115 25

2 Regression 283.978 2 141.989 35.833 .000b

Residual 91.138 23 3.963

Total 375.115 25

3 Regression 302.512 3 100.837 30.555 .000c

Residual 72.603 22 3.300

Total 375.115 25

Page 158: analisis kinerja karyawan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coeff icients Standardized

Coeff icients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 89.630 4.125

21.726 .000

LEADERSHIP .329 .052 .793 6.369 .000

2 (Constant) 81.278 4.163

19.525 .000

LEADERSHIP .256 .048 .616 5.376 .000

MANAJEMEN .184 .053 .400 3.492 .002

3 (Constant) 73.958 4.896

15.105 .000

LEADERSHIP .233 .044 .562 5.259 .000

MANAJEMEN .152 .050 .330 3.033 .006

TEKNIK .155 .065 .246 2.370 .027

a. Dependent Variable: KINERJA

Excluded Variablesd

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity

Statistics

Tolerance

1 MANAJEMEN .400a 3.492 .002 .589 .805

KOMPUTER .080a .602 .553 .125 .913

TEKNIK .332a 2.855 .009 .512 .882

2 KOMPUTER .103b .951 .352 .199 .910

TEKNIK .246b 2.370 .027 .451 .816

3 KOMPUTER .076c .756 .458 .163 .896

a. Predictors in the Model: (Constant), LEADERSHIP

b. Predictors in the Model: (Constant), LEADERSHIP, MANAJEMEN

c. Predictors in the Model: (Constant), LEADERSHIP, MANAJEMEN, TEKNIK

d. Dependent Variable: KINERJA

Page 159: analisis kinerja karyawan

Lampiran 16. Model Persamaan Regresi Karyawan 142

Model Persamaan Regresi Karyawan Posisi Model persamaan regresi Keterangan

Operator Y = 78,251+0,294X4 Keahlian teknik

Kepala Regu Y = 80,916+0,304 X4 Keahlian teknik

Kepala Unit Y = 39,767+0,266X1+0,716X4

Manajemen, dan Keahlian teknik

Wakil Pengawas /Pengawas

Y = 73,958+0,152X1+0,233X2+0,155X4

Manajemen, Leadership, dan Keahlian teknik