analisis kinerja anggaran pendapatan dan belanja kabupaten (apbk) pemerintah daerah kabupaten pidie
TRANSCRIPT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, juga shalawat beriring salam semoga
selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan sinar
kehidupan yang berupa ilmu pengetahuan. Alhamdulillah untaian kalimat syukur
tak henti-hentinya penulis ucapkan karena dengan Anugerah dari Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Pemerintah Daerah Kabupaten
Pidie”. Untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi dan
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Syiah Kuala.
Dalam kesempatan ini pula, penulis dengan kerendahan hati yang amat
dalam dan ketulusan hati ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu dan
memotivasi, serta mendoakan penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Ucapan
Terima Kasih terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk Ayahanda Ruslan Insya, SP dan Ibunda Nurbaidah, yang
telah rela berkorban jiwa dan raganya hanya untuk anak-anaknya tercinta
dengan selalu mendoakan kami siang dan malam, menyayangi kami serta
membimbing kami agar menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan
vi
agama. Terima kasih untuk ayahanda dan ibunda segala cinta, doa, nasehat, dan
dukungannya, semoga Allah menjadikan putrimu ini amal yang tak terputus bagimu.
2. Kakak saya Samsidar, SP dan abang saya Samsuwar, SE yang selalu
mendukung, memberi semangat, dan selalu mendoakan saya.
3. Bapak Aliamin, SE, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
mengorbankan waktu dan pikirannya untuk mengarahkan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Arfan, S.E., M.Si., Ak. Selaku ketua jurusan
akuntansi.
5. Ibu Lilis Maryasih, S.E., M.Si., Ak. Selaku sekertaris jurusan akuntansi dan
selaku komisi ujian sidang yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat dan masukan kepada penulis.
6. Ibu Dra. Fauziah Aida Fitri, SE, M.Si, Ak, dan Bapak Riha Dedi Priantana,
SE, M.Si, Ak. Masing-masing selaku ketua dan sekretaris Laboraturium
Program Studi Akuntansi yang telah memotivasi dan membantu penulis dan
membantu penulis dalam proses pengajuan judul sampai persetujuan hasil
seminar proposal skripsi.
7. Ibu Dr. Darwanis, SE, M.Si. AK. Sebagai dosen pembahas pada seminar yang
telah banyak memberikan masukan dan perbaikan terhadap proposal skripsi
yang diseminarkan.
8. Ibu Raida Fuadi, SE, MM, Ak. . Sebagai dosen pembahas pada seminar yang
telah banyak memberikan masukan dan perbaikan terhadap proposal skripsi
yang diseminarkan.
vii
9. Ibu Rahmawati, SE, M.Si, AK. Sebagai komisi ujian sidang yang telah
menguji penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan ujian dengan hasil
yang memuaskan.
10. Seluruh staf jurusan akuntansi Pak Masri, Kak Delsi, Kak Sur, Bang Zaini,
Bang Adi yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi dan
pengurusan administrasi.
11. Bapak Drs. Ridwan Ibrahim, MM, AK selaku dosen wali yang telah banyak
memberikan nasehat dan semangat kepada penulis.
12. Bapak Dr. Mirza Tabrani, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Syiah Kuala.
13. Staf Pustaka Jurusan Akuntansi dan Laboraturium, terima kasih untuk
dukungannya.
14. dr. Rina Nofrienis dan Keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat
dan mendoakan saya.
15. Buat sahabat-sahabat saya Ari Wulandari, Amd, Cut Yuliana, Spd, Dewi
Mutia, SE, Irsina, Amd, dan Juniar Afrida, SPd yang memberi dukungan dan
mendoakan saya dari awal hingga akhir penelitian.
16. Buat teman-teman EKA 06 yuni, emma, suci, fitri, mira, karinda, dan lain-
lain. Buat kak nanda dan ina yang selalu membantu saya dalam penyelesaian
skripsi.
17. Buat nenes, ayu, kak eci atas semangat dan dukungannya dari awal hingga
ahkir penyelesaian penelitian.
viii
18. Buat adik leting oza, intan, lia, ria, ayu, widya, fitri, nidar, dewi, dan lain-lain
yang tidak disebutkan atas doa dan dukungannya.
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik
yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan satu persatu, terima
kasih banyak untuk semuanya, semoga amal kebaikan dan keikhlasan ini
mendapat balasan dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin.
Banda Aceh, 23 Mei 2013
Penulis
VERANURULHAFNI
ix
ABSTRACT
This research aims to analyze the performance of the District Budget
(APBK) Local Goverment Pidie for the year 2007-2011 by using financial ratio analysis. The analytical method used was the area of financial independence ratio, effectiveness and efficiency ratios, activity ratio, debt service coverage ratio (DSCR), and growth ratio.
The data type used is secondary data gotten from the Office of Financial Management and Wealth Area (DPKKD) Pidie. The statistic methods used to test the performance of the District Goverment APBK Pidie is statistic descriptive.
The results show that the financial independent ratio of the region is known that dependence Pidie District to external funding is still very high. For effectiveness and efficiency ratio show that Pidie performance is not good. Based on the activity ratio known that the most dominant expense is rountine non for development expense. The debt service coverage ratio (DSCR) known that the government can make loans to third parties. The growth ratio of local government performance Pidie regency is good during 5 years.
Keywords: Performance, Financial Ratio Analysis, APBK
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie tahun 2007-2011 dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas dan efisiensi, rasio aktivitas, debt service coverage ratio (DSCR), dan rasio pertumbuhan.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan daerah (DPKKD) Kabupaten Pidie. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis kinerja APBK Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie adalah statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian keungan daerah diketahui bahwa ketergantungan kabupaten pidie kepada dana eksternal masih sangat tinggi. Untuk rasio efektifitas dan efisiensi menunjukkan kinerja Kabupaten Pidie tidak baik. Berdasarkan rasio aktivitas diketahui bahwa nelanja yang paling dominan adlah belanja untuk keperluan rutin bukan untuk belanja keperluan pembangunan. Untuk debt service coverage ratio (DSCR) diketahui bahwa pemerintah dapat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga. Berdasarkan rasio pertumbuhan kinerja pemerintah daerah kebupaten pidie selama 5 tahun sudah baik.
Kata Kunci : Kinerja, Analisis Rasio Keuangan, APBK
xi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGATAR .......................................................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
LAMPIRAN ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian .............................................................. 8
1.4.1 Kegunaan Praktis (Operasional) ........................................... 8
1.4.2 Kegunaan Akademis (Teoretis) ............................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 10
2.1 Kajian Pustaka................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten/Kota (APBK) ..................................................... 10
2.1.2 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten
(APBK) ............................................................................... 14
2.1.3 Analisis Keuangan Daerah .................................................. 15
xii
2.1.3.1 Rasio Kemandirian keuangan daerah ...................... 16
2.1.3.2 Rasio Efektivitas dan Efesiensi ............................... 17
2.1.3.3 Rasio Aktivitas.......................................................... 19
2.1.3.4 Debt Service Coverage Ratio (DSCR) ................... 19
2.1.3.5 Rasio Pertumbuhan .................................................. 21
2.1.4 Penelitian Terdahulu ............................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 25
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 25
3.2 Populasi dan Sampel ...................................................................... 26
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 26
3.4 Opersioanalisasi Variabel ............................................................. 27
3.4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ................................ 27
3.4.2 Rasio Efektivitas dan Efisiensi ............................................ 28
3.4.3 Rasio Aktivitas ..................................................................... 29
3.4.4 Debt Service Coverage Ratio .............................................. 29
3.4.5 Rasio Pertumbuhan .............................................................. 30
3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 33
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pidie .............................................. 33
4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Pidie ........................................ 33
4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Pidie ............... 34
4.1.3 Struktur Organisasi Kabupaten Pidie .................................. 37
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................. 39
4.2.1 Analisis Rasio Kemendirian Keuangan Daerah ................. 39
4.2.2 Analisis Rasio Efektitas dan Efisiensi ................................ 41
4.2.3 Analisis Rasio Aktivitas ...................................................... 44
4.2.4 Analisis Debt Service Carverge Ratio (DSCR) ................. 45
xiii
4.2.5 Analisis Pertumbuhan .......................................................... 46
BAB V KESIMPULAN , KETERBATASAN, DAN SARAN .................... 49
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 49
5.2 Keterbatasan ................................................................................... 50
5.3 Saran ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Laporan Realisasi APBK Kabupten Pidie ......................................... 6
Tabel 2.1 Kategori Kemandirian Daerah ............................................................ 17
Tabel 2.2 Kategori Kemampuan Efektivitas Daerah ......................................... 18
Tabel 2.3 Kategori Kemampuan Efesiensi Daerah ............................................ 19
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 23
Tabel 3.1 Definisi dan Operasionalisasi Variabel .............................................. 31
Tabel 4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Pidie ................. 40
Tabel 4.2 Rasio Efektifitas dan Efisiensi Kabupaten Pidie .............................. 42
Tabel 4.3 Rasio Aktivitas .................................................................................... 44
Tabel 4.4 Debt Service Carverage Ratio ........................................................... 45
Tabel 4.5 Rasio Pertumbuhan APBK Kabupaten Pidie .................................... 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kabupaten Pidie ........................................... 37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2007 ........................................... 55
Lampiran 2: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008 ........................................... 58
Lampiran 3: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2009 ........................................... 61
Lampiran 4: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010 ........................................... 64
Lampiran 5: Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 ........................................... 67
Lampiran 6: Perhitungan Kemandirian Daerah PAD Pemerintah
Daerah Kabuapaten Pidie Tahun 2007-2011 ...................................... 70
Lampiran 7: Perhitungan Rasio Efektifitas Keunagan Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie tahun 2007-2011 ...................................................... 70
Lampiran 8: Perhitungan Rasio Efisiensi Keunagan Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie tahun 2007-2011 ....................................................... 71
Lampiran 9: Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie
Tahun 2007-2011 .................................................................................. 71
Lampiran 10: Perhitungan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Pemerintah
Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2007-2011 ....................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Reformasi keuangan daerah di Indaonesia telah terjadi ditandai dengan
diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.
Reformasi keuangan tersebut merupakan titik tolak bagi pemerintah untuk
meninggalkan sistem pemerintahan yang disentralisasi menuju sistem pemerintah
baru yang terdesentralisasi. Kedua undang-undang tersebut telah direvisi, Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 telah diubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Perimbangan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 telah
diubah menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, akan terjadi beberapa perubahan yang
mendasar didalam penyelenggaraan sistem pemerintah daerah, termasuk pelaksanaan
manajemen keuangan pemerintah daerah. Perubahan tersebut antara lain pada
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian pengelolaan keuangan dan
daerah.
Sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan
semua urusan pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
2
pengendalian dan evaluasi kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama dan kewenangan lain yang ditetapkan
peraturan pemerintah. Pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaran Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, keputusan Menteri Dalam Negeri N0. 29 tahun 2002
tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupten/Kota
(APBK). Pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusanan APBK dan UU
N0. 17 tahun 2003 tentang Sistem Pelaporan Keuangan yang berbasis kepada
Internasional Public Sector Accounting Standart (IPSAP) telah membawa perubahan
yang sangat mendasar dalam hubungan antar pemerintah khususnya pada sistem
pemerintah otonomi daerah di Indonesia.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh merurut UU tentang
Pemerintahan Daerah akan dilaksanakan oleh kabupaten dan kota (daerah tingkat II),
sendangkan otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas. Antara
daerah otonom provinsi denngan daerah otonom kabupaten dan kota tidak
mempunyai hubunngan hirarki. Kedudukan provinsi adalah sebagi daerah otonomi
sekaligus daerah administrasi, yaitu wilayah kerja gebernur dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kewenangan pusat yang dilegasikan kepadanya. Pemberian otonomi
daerah pada daerah kabupaten dan kota dalam undang-undang ini diselenggarakan
atas dasar otonomi luas.
3
Pemberian hak otonomi daerah kepada pemerintah daerah untuk menentukan
APBK sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. APBK yang dituangkan
dalam bentuk kebijaksanaan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu
pemicu pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Menurut Hariyanto (2007:18),
prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa urusan
pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai
dengan potensi daerah.
Halim (2004;18) menyatakan bentuk APBK yang baru berupa, Pendapatan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Selanjutnya Belanja digolongkan
menjadi empat yaitu Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja
Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja tak Tersangka. Belanja Aparatur
Daerah diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu Belanja Administrasi Umum,
Belanja Operasi dan Pemeliharaan; dan Belanja Modal/Pembangunan. Belanja
Pelanyanan Publik dikelompokkan menjadi tiga yakni Belanja Administrasi Umum;
Belanja Operasi dan Pemeliharaan; dan Belanja Modal. Pembiayaan, seperti telah
disebutkan diatas, adalah sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran daerah yang
dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau sebagai alokasi surplus anggaran.
Pembiayaan dikelompokan menurut sumber-sumber pembiayaan, yaitu: sumber
penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah.
4
Menurut struktur APBK yang berlaku sekarang, pengeluaran daerah terdiri
dari dua komponen yakni pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Pengeluaran rutin merupakan total beban pemerintah daerah yang terdiri dari Belanja
Pegawai dan Belanja non Pegawai yang secara terus menerus dibiayai tiap periode.
Pengeluaran pembangunan adalah total beban pemerintah daerah yang berupa proyek
fisik maupun non fisik dalam suatu periode tertentu (Sumarno, 2009).
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi (LAN) (2003:3). Kinerja dapat diketahui keberhasilan dengan adanya
tujuan dan target yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran,
dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan /peraturan perundang-
undangan (input). Kinerja merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang dapat berupa fisik/non fisik (output). kinerja merupakan segala
sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah
(outcome). Kinerja merupakan pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif terhadap tindakan indicator yang berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan
(impact). Kinerja merupakan segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan (benefit) (Bastian, 2006:267).
Kinerja anggaran pemerintah daerah selalu dikaitkan dengan bagaimana
sebuah unit kerja pemerintah daerah dapat mencapai tujuan kerja dengan alokasi
anggaran yang tersedia. Dalam melakukan pengukuran kinerja pada pemerintah
5
daerah sudah selayaknya menunggalkan pandangan tradisional dan beralih pada
pandangan modern. Hal ini karena semua jasa dan produk yang dihasilkan
pemerintah ditujukan untuk memenuhi harapan dan keinginan pelanggan
(masyarakat) (Ekawarna, dkk, 2009).
Menurut Wahyuni (2010) pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai
akuntabilitas pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah.
Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik
dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan yang menunjukan bahwa uang publik
tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efesien, dan efektif.
Menurut Susantih dan Yulia:
“pemerintah daerah tdak akan dapat melaksanakan fugsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Sumber daya keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian masalah keuangan merupakan masalah penting dalam setiap kegiatan pemerintah didalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah”.
Menurut Mahmudi (2010:8-9) laporan keuangan daerah sudah bersifat general
purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan infomasi semua pihak, tetapi tidak semua pihak pembaca laporan
keuangan dapat memahami laporan tersebut dengan baik perlu dibantu dengan
analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksud untuk membantu
bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka
dalam laporan keuangn, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, bagaimana
6
menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan, dan bagaimana
mengevaluasi kinerja keuangan organisasi.
Berdasarkan uraian diatas Pemerintah Kabupaten Pidie menyusun APBK
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penyusunan APBK
didasarkan pada Permendragri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Salah satu anggaran yang disusun oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie yaitu Laporan Realisasi Anggaran, seperti pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Laporan Realisasi APBK
Kabupaten Aceh Pidie
Tahun pendapatan Belanja Pembiayaan
2007 594.942.068.996 592.775.864.556 13.487.822.392
2008 492.340.704.688 507.303.646.581 15.654.026.833
2009 545.563.424.598 543.942.642.377 691.084.920
2010 613.205.475.163 604.047.305.266 2.311.867.141
2011 733.890.903.240 731.544.336.687 11.470.009.490
Sumber: Dinas PKKD 2012
Berdasarkan laporan realisasi APBK Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie
mencerminkan pertumbuhan daerah dari tahun 2007-2011. Pertumbuhan keuangan
daerah dapat mempengaruhi kinerja keunagan. Untuk mengetahui kinerja keuangan
daerah dapat diukur dengan analisis laporan keuangan. Kemampuan mengelola dan
7
memanfaatkan sumber dana yang ada tercermin pada APBK. Salah salah alat untuk
menganalisis kinerja APBK adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan untuk
mengetahui bagaimana kinerja pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Ekawarna dkk,
yang membedakan penelitian ini adalah objek dan tahun pengamatan. Dalam
penelitian sebelum menggunakan analisis rasio kemandiran daerah, rasio efektivitas
dan efisiensi, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan, dalam penelitian ini
menambahkan analisis DSCR (debt service coverage ratio). DSCR adalah rasio
untuk mengukur kempuan pemrintah daerah dalam membayar kembali pinjaman
daerah. Penambahan rasio DSCR dikarenakan pada pemerintah yang manjadi tempat
penelitian melakukan pinjaman pada pihak ketiga. Dengan demikian peneliti ingin
mengetahui bagaimana kempuan pemerintah dalam mengembalikan atau membayar
kembali pinjaman daerah.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakuakan
penelitian mengenai ”Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten (APBK) Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota
(APBK) Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie pada Periode 2007-2011 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka
penelitian ini mempunyai tujuan:
Untuk menganalisis kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten/Kota (APBK) Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Periode 2007-2011
dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
1.4 Kegunaaan Hasil Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Berdasarkan kegunaan praktis tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi Pemerintah
Untuk membuat suatu kebijakan dan strategi dalam memperbaiki kinerja
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota diperiode selanjutnya.
9
1.4.2 Kegunaan Akademik
Berdasarkan kegunaan akademis tersebut, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
terutama dalam kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar atau referensi untuk
peneliti selanjutnya yang tertarik dalam bidang yang sama.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/kota (APBK)
Di Indonesia, dokomen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan
Balanja Daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses
penyusunan anggaran pasca UU Nomor 22 Tahun 1999 (dan UU Nomor 32 Tahun
2004) melibatkan dua pihak eksekutif dan legeslatif, masing-masing melalui sebuah
tim atau panitia anggaran. Adapun eksekutif sebagai pelaksana opersionalisasi daerah
berkewajiban membuat draft/rancangan APBK yang hanya bisa diimplementasikan
kalau sudah disahkan oleh DPRK dalam proses ratifikasi anggaran (Wahyuni, dkk,
2009).
Anggaran pemerintah berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam
bentuk paling sederhana, anggaran pemerintah merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan yang meliputi informasi mengenai pendapatan,
belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan di
masa yang akan datang (Wahyuni, dkk, 2009).
Menurut Halim, (2009:238) APBK merupakan dasar pengelolaan keuangan
daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 januari sampai dengan
11
tanggal 31 desember. Dalam pasal 192 UU No. 32 tahun 2004 diatur tentang
pelaksanaan tatausaha keuangan daerah, dimana pasal 192 berbunyi:
1. Semua penerimaan dan pengeluaran per daerah dianggarkan dalam APBK dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.
2. Untuk setiap pengeluaran atas beban APBK, diterbitkan surat keputusan otorisasi oleh kepala daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagi keputusan otorisasi.
3. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran.
4. Kepala daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat daerah lainnya, dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran laporan daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBK
Menurut Sumarno, (2009) anggaran mempunyai tiga fungsi kegunaan pokok yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasi kerja serta sebagai alat pedoman kerja. Dengan melihat kegunaan pokok dan anggaran pokok tersebut maka pertumbuhan APBK dapat berfungsi: 1. Fungsi perencanann, dalam perencanaan APBK adalah tujuan yang akan dicapai
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah disepakati, misalnya target penerimaan yang dicapai, jumlah investasi yang akan ditambah, rencana pengeluaran yang akan dibiayai.
2. Fungsi koordinasi anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tingkatan berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara selaras kearah tercapainya tujuan yang diharapkan.
3. Fungsi komunikasi jika yang dikehendaki dapat berfungsi secara efisien maka saluran komunikasi terhadap berbagai unit dalam pencapaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, startegi, kebijaksanaan, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul dapat teratasi.
4. Fungsi motivasi anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan.
5. Fungsi pengendalian sebagai alat-alat pengendalian dan evaluasi, anggaran dapat berfungsi sebagai alat-alat pengendalian yang pada dasarnya dapat membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan sehinnga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul dan penyimpangan tersebut sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan sekaligus merupakan umpan balik pada masa yang akan.
12
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/kota (APBK) didefinisikan
sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak
menggambarkan pemikiran pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu dan dipihak lain
menggambarkan perliraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Sebelumnya pada era orde lama, terdapat pula definisi APBK yang
dikemukakan oleh Wajong (dalam Halim, 2007;20). Menurutnya, APBK adalah
rencana pekerjaan keuangan (financial workplan) yang dibuat untuk suatu jangka
waktu ketika badan legeslatif (DPRK) memberikan kredit kepada badan eksekutif
(kepala daerah) untuk melakukam pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah
sesuai dengan rencana yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang
menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi. APBK adalah
suatu anggran daerah. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa sesuatu anggaran
daerah termasuk APBK, memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang meruapakan target minimal untuk menutupi
biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas
maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
13
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangankan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Menurut Susetyo, (2001:12) APBK juga didefinisikan suatu rencana keuangan
tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah. Dengan demikian
APBK merupakan alat/wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik yang
diwujudkan melalui kegiatan dan program dimana pada saat tertentu manfaatnya
benar-benar akan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 menjelaskan komponen pokok dalam
penyusunan APBK dengan pendekatan kinerja adalah penyusunan dan kebijakan
umum APBK, Penyusunan Usulan Program, kegiatan, dan Anggaran satuan/unit
Kerja. Arah dan Kebijakan umumnya digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan
APBK, memuat komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada
setiap bidang kewenangan pemda yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Komponen dan Kinerja pelayanan disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah. Dengan demikian lebih
akomodatif dan realistik, karena telah dilakukan penjaringan aspirasi masyarakat dan
pertimbangan faktor kemampuan daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 (sekarang diganti dengan PP
nomor 58 tahun 2005), tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
14
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut, dalam kerangka APBK.
Keuangan daerah menurut Mamesah (Halim, 2007:23) adalah semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa
uang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh
negara atau daearah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Keuangan daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri dari atas keuangan
daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk
dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBK dan barang-barang
inventaris milik daerah, sedangkan keuangan daerah yang dipisahkan adalah BUMN.
Disamping itu, pengurusan akuntansi keuangan daerah juga dibagi menjadi dua, yaitu
pengurusan umum dan pengurusan khusus (berkaitan dengan pembendaharaan).
2.1.2 Kinerja Anggran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota
Permendagri No. 13 Tahun 2006 (Bab 1, Pasal 1:37) pengertian kinerja adalah
keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
pengguanaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Menurut Mahsun
(2006;25) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
15
Halim (2007) laporan kinerja berisikan dari masing-masing kegiatan dan
hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalan
APBN/APBD. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna Anggaran menyusun
Anggaran Laporan Kinerja dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kepala
Satuan Kinerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran menyusun Laporan
Kinerja dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota, dan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan Daerah
Menurut Mahmudi, (2010:88) analisis rasio keuangan merupakan
perbandingan antara dua angka yang datanya dari elemen laporan keuangan. Analisis
rasio keuangan dapat digunakan untuk mengintepretasikan perkembangan kinerja dari
tahun ke tahun dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis.
Analisis rasio keuangan pada APBK dilakukan dengan cara membandingkan hasil
yang dicapai oleh suatu daerah dari satu periode terhadap periode sebelumnya,
sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi.
16
Salah satu alat ukur kinerja adalah analisis rasio keuangan daerah yang
merupakan inti pengukuran kinerja sekaligus konsep pengelolaan organisasi
pemerintah untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-
lembaga pemerintah kepada masyarakat luas (Halim, 2002;126)
2.1.3.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukan kemampuan
Pemerintah dalam membiayai sendiri kegiatan Pemerintah, Pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan distribusi sebagai
sumber yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh
besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber yang lain misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari
pinjaman. Rasio ini mengambarkan tingkat ketergantungan daerah terhadap sumber
dana eksterm. Semakin tinggi kemandirian berarti tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak eksterm (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin
rendah (Widodo dalam Halim,2004:150-151). Sebagai katagori kemampuan
keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
17
Tabel 2.1
Katagori Kemandirian Daerah
Kemampuan Daerah
Kemadirian (%)
Rendah Sekali 0-25
Rendah 25-50
Sedang 50-75
Tinggi 75-100
Sumber: Abdul Halim (2001:169) 2.1.3.2 Rasio Efektivitas dan Efisiensi
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan dalam menjalankan tugas
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar satu atau
seratus persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan
kemampuan daerah semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio
efektivitas tersebut diperbandingkan dengan rasio efesiensi yang dicapai pemerintah
daerah. Katagori kemampuan efektivitas keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel
2.2.
18
Tabel 2.2 Katagori Kemampuan Efektivitas Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan Rasio efektivitas (%)
Sangat efektif > 100
Efektif > 90-100
Cukup efektif > 80-90
Kurang efektif > 60-80
Tidak efektif ≤ 60
Sumber: Mahmudi (2010:143)
Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio ini dibandingkan dengan
rasio efisiensi. Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendaptan yang diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, maka akan semakin baik
kinerja pemerintah daerah (Widodo dalam Halim, 2004:152). Kategori kemampuan
efisiensi keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel 2.3.
19
Tabel 2.3 Katagori Kemampuan Efisiensi Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan Rasio efisiensi (%)
Tidak efisiensi > 100
Kurang efisiensi > 90-100
Cukup efektif > 80-90
Efisiensi > 60-80
Sangat efisiensi ≤ 60
Sumber: Mahmudi (2010;143)
2.1.3.3 Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentasi belanja
investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana
prasarana ekonomi masyarakat senderung semakin kecil (Widodo dalam
Halim,2004:153).
2.1.3.4 Debt Service Caverage Ratio (DSCR)
DSCR merupakan rasio umtuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membayar kembali pinjaman daerah. Dalam rangka melaksankann pembangunan
20
sarana dan prasarana di daerah, selain menggunakan pendapatan asli daerah,
pemerintah daerah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain yaitu dengan
melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuia dengan
peraturan yang berlaku. Ketentuannya (Halim, 2004:156) adalah:
1. Ketentuan yang menyangkut persyaratan
a. Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal 75 % dari
penerimaan APBK tahun sebelumnya.
b. DSCR minimal 2,5 DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagian Daerah (BD) dari pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, penerimaan sumber
daya alam dan bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum (DAU)
setelah dikurangi Belanja Wajib 30 (BW), dengan penjumlahan angsuran
pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
2. Ketentuan yang menyangkut penggunaan pinjaman
a. Pinjaman jangka panjang digunakan membiayai pembangunan yang dapat
menghasilkan penerimaan kembali untuk pembayaran pinjaman dan
pelayanan masyarakat.
b. Pinjaman jangka pendek untuk pengaturan kas.
3. Ketentuan yang menyangkut prosedur
a. Mendapat persetujuan DPRK.
b. Dituangkan dalam kontrak.
21
2.1.3.5 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (Growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang
telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan
untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat
digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian
(Halim, 2001:272).
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Hairunisya (2008) yang menilai kinerja
keuangan pemerintah daerah dengan mengguankan analisis keuangan di kabupaten
Probolinggo. Analisis yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan pemerintah
kabupaten probolinggo adalah rasio kemandirian, rasio efektifitas dan efisiensi, dan
rasio keserasian. Hasil dari analisis kinerja keuangan menunjukkan bahwa tingkat
kemandirian kabupaten Probolinggo masih rendah. Sementara itu, rasio efektifitas
yang menurun mengakibatkan kemampuan pemerintah dalam merealisasi penerimaan
(PAD) belum berjalan dengan baik. Sedangkan rasio efisiensi yang membandingkan
antara biaya yang dikeuarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima sudah berjalan cukup baik. Dalam pelaksanaan
pembangunan daerah, pemerintah kabupaten Probolinggo melakukan pinjaman
terhadap phak ke III, dikarenakan kabupaten probolinggo memiliki DSCR lebih dari
22
2,5 untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. Secara keseluruhan rasio
pertumbuhan di kabupaten Probolinggo menunjukkan pertumbuhan yang negatif.
Sidharta (2008) yang menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah
dengan pendekatan rasio keuangan. Hasil dari analisis rasio keuangan pada
Pemerintah Kota Malang sudah baik, bila dilihat dari rasio efektivitas dan efisiensi
yang sudah berjalan cukup baik. Sedangkan, rasio kemandirian daerah dan rasio
pertumbuhan daerah Kota Malang belum menunjukkan kinerja yang maksimal.
Kusuma, dkk (2009) yang menganalisis kinerja APBD di Kabupaten/Kota
Sumatera Selatan dengan pendekatan rasio keuangan kemandirian, rasio efektivitas
dan efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Hasil dari analisis rasio
keuangan pada seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan masih belum berjalan
secara maksimal.
Ekawarna, dkk (2009) yang menganalisis kinerja APBD pemerintah daerah
dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan. Hasil dari perhitungan rasio
keuangan kinerja APBD, menunjukkan bahwa rasio efektivitas yang tinggi, rasio
efisiensi yang rendah, dan rasio pertumbuhan yang semakin meninggkat. Sedangkan
rasio kemandirian dan rasio aktivitas masih rendah. Oleh karena itu, kinerja APBD
Pemda Kabupaten Muoro Jambi masih belum baik.
Wahyuni (2010) yang menganalisis rasio untuk mengukur kenirja keuangan
daerah Kota Malang. Hasil dari menganalisis rasio tersebut, menunjukkan rasio
pertumbuhan kinerja keuangan Kota malang yang tinggi. Sedangkan rasio
23
kemandirian Kota Malang dan aktifitas pemerintah kota malam dalam
membelanjakan dana yang masih rendah.
Berdasarkan penelitian tehaadulu yang telah dijelaskan, maka dapat diringkas
dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1 Hairunisya (2008)
Penilaian Kinerja Keuangan bagian keuangan pemkab menggunakan analisis rasio keuangan
Rasio kemandirian daerah diponorogo masih rendah, rasio efektifitas menurun, sedangkan rasio efesiensi berjalan semakin baik
2 Sidharta (2008) Analisis kinerja keuangan pemda dengan pendekatan analisis rasio keuangan pada APBD di kota Malang
Kinerja keuangan pada kota malang pada dasar sudah baik, bila dilihat dari rasio efektivitas dan efesiensi. Sedangkan rasio kemandirian dan rasio pertumbuhan belum menunjukkan kinerja yang maksimal
3 Kusuma, dkk (2009)
Analisis APBD dan akuntabiltas pemerintah Kabupaten/Kota sumatera selatan
Rasio kemandirian masih kurang baik scenderung menurun, rasio efektivitas dan efisiensi sudah baik, rasio aktivitas juga sudah baik, dan rasio pertumbuhan menunjujkan pertumbuhan yang positif
24
Tabel 2.4- Lanjutan
4 Ekawarna, dkk (2009)
Pengukuran kinerja APBD daerah kabupaten Muoro Jambi
Hasil perhitungan rasio APBD menunjukkan bahwa rasio efektivitas tinggi, rasio efisiensi dan rasio pertumbuhan meningkat. Sedangkan rasio kemandirian dan rasio aktivitas masih rendah
5 Wahyuni (2010) Analisis rasio untuk mengukur kinerja pengelolaan keuangan daerah malang
Kineja pengelolaan keuangan kota malang baik karena pemerintah kota Malang mampu meningkatkan pertumbuhan pendaptan yang lebih tinggi
Sumber : Data diolah (2013)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian, yang meliputi serangkaian pilihan pengambilan keputusan
rasional terdiri dari enam aspek dasar yaitu: tujuan studi, jenis investigasi, tingkat
intervensi peneliti, konteks studi, unit analisis, dan horizon waktu (Sekaran,
2006:151-155).
Desain atau rancangan penelitian dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai
kinerja APBK Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie dengan menggunakan pendekatan
analisis rasio keuangan pada APBK yang mana aktivitas tersebut merupakan suatu
tahapan dalam siklus perencanaan dan pengendalian Manejemen Keuangan Daerah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, metode deslriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk
menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam situasi. Metode deskriptif
bertujuan memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau menggambarkan aspek-
aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi,
orientasi industri, atau lainnya (Sekaran, 2006:158-159)
Menurut Sidhrata, 2008 penlitian deskriptif memiliki beberapa katagori antara
lain yaitu penelitian survey (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian
perkembangan (development studies), penelitian tingkat lanjut (follow-up studies),
26
analisis dokumen (domentary analysis), dan penelitian korelasional (correlational
studies). Dari jenis penelitian tersebut, jenis penelitian studi kasus (case studies) yang
digunakan dalam penelitian ini karena dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organism, lembaga atau gejala tertentu. Peneltian studi
kasus jika diteliti dari wilayahny hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit.
Situai penelitian ini dilakukan dalam situasi tidak diatur dengan tingkat
intervensi minimal dengan menggunakan unit analisis oerganisasi. Horizon waktu
yang digunakan adalah cross-sectional dengan mengumpulkan data per tahun selama
5 tahun berturut-turut yaitu 2007-2011 di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
Daerah (DPKKD) Kabupaten Pidie.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Pada penelitian ini yang
menjadi populasi adalah Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Pidie. Sampel dalam
penelitian ini mengguanakan data tahunan laporan realisasi APBK tahun 2007-2011
dari DPKKD Kabupaten Pidie.
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada. (Sekaran, 2006: 77).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
27
tersusun dalam arsip (data dokumen yang dipublikasikan). Dalam penelitian ini data
yang di gunakan adalah Laporan Realisasi Anggaran tahun 2007-2011.
Data yang dikumpulkan bersumber dari DPPKD Kabupaten Pidie. Data
sekunder yang dikumpulkan adalah data dalam bentuk time series (seri waktu).
3.4 Operasional Variabel
Menurut Widodo dalam Halim (2004 : 150) analisa yang digunakan pada
analisis kinerja keuangan daerah dalam bentuk rasio yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBK adalah sebagai berikut :
3.4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembengunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian daerah ditunjukan oleh
besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber lain misalnya bantuan dari pemerintah pusat ataupun dari
pinjaman.
Menurut Halim (2007: 232) rasio kemandirian diukur dengan :
28
3.4.2 Rasio Efektivitas dan Efisiensi
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Menurut Halim (2007: 234) rasio efektifitas diukur dengan :`
Dimana:
RPPAD = Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
TPPAD = Traget Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Semakin kecil rasio efisiensi, maka akan semakin baik
kinerja pemerintah daerah.
29
Dimana:
BMPAD = Biaya yang dikeluarkan untuk memungut Pendapatan Asli Daerah
RPPAD = Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
3.4.3 Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja pembangunan secara optimal.
3.4.4 Debt Sevice Coverage Ratio (DSCR)
Dalam rangka melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di daerah,
selain menggunakan pendaptan asli daerah, pemerintah daerah dapat menggunakan
alternative sumber dana lain yaitu dengan melakukan pinjaman, sepnjang prosedur
dan pelaksanaannya sesuia dengan peraturan yang berlaku.
Menurut Widodo dalam Halim (2004;156)
30
Dimana:
DSCR = Debt Sevice Coverage Ratio
PAD = Pendapatan Asli Daerah
BD = Bagi Hasil Pajak/bukan Pajak
DAU = Dana Alokasi Umum
3.4.5 Rasio Petumbuhan
Rasio pertumbuhan (Growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang
telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.
Menurut Halim (2001: 272) rasio pertumbuhan dapat diukur dengan :
Dimana:
r = pertumbuhan (dalam persen)
Pn = realisasi pendapatan dan belanja pada tahun ke-n
Po = realisasi pendapatan dan belanja pada tahun awal atau tahun sebelumnya
Defenisi dan operasional variabel secara ringkas dapat dilihat pada tabel 3.1.
31
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel
Variabel Defenisi Indikator Skala Referensi Indikator
Rasio Kemandirian Daerah
kemampuan Pemerintah dalam membiayai sendiri kegiatan Pemerintah, Pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan distribusi sebagai sumber yang diperlukan daerah.
PAD Rasio Mahmudi, (2010:142)
Rasio Efektivitas
Kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
PAD
Rasio Mahmudi,
(2010:143)
Rasio efisiensi
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima
PAD Rasio Mahmudi,
(2010:143)
Rasio Aktivitas
menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja pembangunan secara optimal.
Belanja
Daearah
Rasio Halim, (2004:153)
32
Tabel 3.1-Lanjutan
Sumber: Data diolah (2013)
3.5 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Menurut sugiyono (2008:206), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menagalisis data dengan cara mendeskriptif atau menggambarkan data yang
telah terkumpulkan sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang umum.
Penelitian ini menggunanakan data statistik deskriptif yaitu dengan
menganalisis Laporan Realisasi Anggaran (LRA) atas Laporan Keuangan Pemerintah
daerah (LKPD) untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan daerah pada
Kabupaten Pidie pada tahun anggaran 2007-2011 dengan menggunakan alat ukur
rasio keuangan dan wawancara. Raio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kinerja APBK adalah rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas dan
efisiensi, rasio aktivitas, DSCR, dan rasio pertumbuhan.
DSCR mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar kembali pinjaman daerah
PAD Rasio Mahmudi, (2010:143)
Rasio Pertumbuhan
kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.
PAD Rasio Halim,
(2001:272)
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pidie
4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Pidie
Kabupaten Pidie adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia.
Masyarakat pidie suka merantau dan berdagang, sehingga sering dijuluki “Tinghoa
Hitam” dan mereka bersama orang asal bireuen medominasi pasar-pasar diberbagai
wilayah Aceh. Selain itu, wilayah ini juga terkenal sebagai sebagi daerah asal tokoh-
tokoh terkenal aceh, seperti Tgk. Daud Beureueh, Mr. Tekeu Mohammad Hasan,
Prof. Ibrahim Hasan, DR. Hasballah M Saad, Hasan Tiro dan Pengusaha Ibrahim
Risyad.
Pidie sebelumnya adalah kerajaan Pedir yang berbeda dengan Aceh,
sehingga sampai sekarang Pidie tidak disebut sebagai Aceh Pidie, melainkan
kabupaten Pidie saja. Ketika terjadi konfrontasi dengan Portugal, maka kerajaan Pedir
menggabungkan diri dengan Kerajaan Aceh untuk melawan Penjajah Portugis.
Sejak pemberlakuan Darurat Militer sejak Mei 2003, daerah ini juga
berangsur-angsur pulih aktivitas ekonomi dan sosialnya meski belum sepenuhnya.
Ada beberapa kecamatan di kawasan ini yang sedang memperjuangkan pembentukan
kabupaten baru dengan nama Kabupaten Pidie Jaya dan berbasis di Meureudu, bagian
34
timur Pidie. Pada tanggal 15 juni 2007 resmi terbentuk kabupaten baru dengan nama
Kabupaten Pidie Jaya dengan Ibu Kota Meureudu.
Kabupaten Pidie adalah salah satu kabupaten/kota di Propinsi Aceh, dengan
luas wilayahnya adalah 3.086,90 km2. Jumlah kecamatan di Kabupaten Pidie adalah
23 kecamtan. Secara geografis terletak antara 04,30-04,06 lintang utara, 95,75-96,20
bujur timur, 04,46-00,40 bujur selatan dengan batas administrasi sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten pidie jaya.
3. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten aceh besar.
4. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten bireuen.
4.1.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kabupaten Pidie
Visi Kabupaten Pidie adalah terwujudnya masyarakat yang islami, sehat,
cerdas, makmur, damai dan bermatabat.
Misi kabupaten Pidie adalah :
1. Meningkatkan pengalaman nilai-nilai keislaman
2. Meningkatkan kualitas SDM melalui peninhkatan akresibilitas dan mutu
pendidikan serta pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih dengan menitik beratkan
pada revitalisasi birokrasi dan peningkatan pelayan publik.
4. Meningkatkan pengembangan adat istiadat, sosial dan kebudayaan.
35
5. Meningkatkan kualitas demokrasi, supermasi hokum, politik dan hak asasi
manusia (HAM).
Secara spesifik, tujuan pembangunan jangka lima tahun yang akan datang
harus dicapai pemerintah Kabupaten Pidie adalah:
1. Terciptanya kesinambungan perdamaian di Kabupaten Pidie pada khususnya dan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada umumnya.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas sumberdaya
manusia secara menyeluruh melalui pelayanan pendidikan formal dan informal.
3. Meningkatkan produktifitas sector produksi dengan keterkaitan sektor dan regional
untuk penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan.
4. Meningkatkan akses terhadap wilayah Kabupaten dengan peningkatan kualitas dan
kapasitas prasarana dan sarana serta penataan ruang dan sinergi dengan wilayah
lain untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
5. Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
untuk perbaikan kinerja aparatur pemerintahan dan wakil rakyat dalam
pelaksanaan tugas, fungsi dan perannya dalam proses pembangunan.
Sasaran pembangunan berisi pernyataan-pernyataan tentang apa yang ingin
di capai sesuai dengan misi. Sasaran jangka menengah lima tahun yang harus dicapai
oleh pemerintah Kabupaten Pidie adalah:
36
1. Meningkatkan rasa aman dan nyaman karena terciptanya keamanan yang kondusif
sebagai hasil dari membaiknya situasi dan kondisi daerah.
2. Meningkatnya keharmonisan dalam masyarakat sebagai hasil membaiknya akhlak
dan moral dengan menerapkan pemahaman norma-norma agama dan adat istiadat
serta pelaksanaan Syariat Islam secara Khaffah.
3. Meningkatnya kesejahteraan, karena berkurangnya kemiskinan serta ketimpangan
distribusi kekayaan baik antar kelompok masyarakat dalam berbagai sektor
pekerjaan maupun antar wilayah dan kawasan dalam Kabupaten Pidie.
4. Meningkatnya akses orang, barang maupun jasa dari dan ke wilayah Kabupaten
Pidie yang mengacu pembangunan lebih dinamis karena berkurangnya hambatan
secara ruang dan waktu.
5. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan secara konsisten dan
konsekuen karena membaiknya kemampuan individu dan sistem secara
kelembagaan.
6. Meningkatnya penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelaksanaan
pemerintahan, yaitu prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi
4.1.3 Struktur Organisasi Kabupaten Pidie
Bagan struktur organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
38
Rincian tugas dan fungsi kepala daerah Kabupaten Pidie :
Bupati adalah kepala Pemerintah Kabupaten Pidie dibantu oleh seorang wakil
bupati yang dipilih melalui suatu proses demaokrasi yang dilakukan berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Buapti bertanggungjawab dalam
kegiatan Pemerintah Kabupaten Pidie disemua sektor publik termasuk ketentraman
dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam qanun. Bupati mempunyai tugas dan
wewenang antara lain melaksanakan dan mengkoodinasikan pelaksanaan syariat
islam secara menyeluruh.
Wakil bupati mempunyai tugas membantu bupati antara lain:
1. Pengkoodinasi kegiatan intansi pemerintah pemerintah dalam melaksanakan
syariat islam.
2. Pembedayaan perempuan dan pemuda
3. Pembedayaan adat istiadat.
4. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaran pemerintah kecamatan, mukim dan
gampong.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut kepala daerah/bupati dan wakil
kepala daerah/wakil bupati dibantu oleh sekretaris daerah dan kelompok jabatan
fungsional sebagai berikut:
1. Asisten Pemerintahan yang terdiri dari:
a) Bagian tata pertahanan
b) Bagian umum
c) Bagian humas dan protocol
39
2. Asisten Kesejahteraan yang terdiri dari :
a) Bagian administrasi pembangunan
b) Bagian perekonomian
c) Bagian kesejahteraan social
3. Asisten Administrasi Umum yang terdiri dari :
a) Bagian umum
b) Bagian organisasi
c) Bagian telekomunikasi dan pengelolaan data elektronik
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1 Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Analisis kemandirian keuangan daerah terhadap APBK menunjukan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
distribusi sebagai sumber yang diperlukan oleh daerah (Halim, 2004:150).
Analisis kemandirian keuangan daerah terhadap APBK Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie tahun 2007-2011, untuk mengetahui hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan tingkat kemandirian keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel
4.1.
40
Tabel 4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie
Tahun 2007-2011
No Tahun
Anggaran
Pendapatan Asli
Daerah
Total Pendapatan
Daerah
Rasio Kemandirian
Daerah
(%)
1 2007 13.397.184.737 594.942.068.996 2,25
2 2008 12.462.163.202 492.340.704.668 2,53
3 2009 15.923.900.575 545.563.424.598 2,91
4 2010 15.456.452.215 613.205.475.163 2,52
5 2011 22.947.369.612 733.890.903.240 3,12
Rata-rata 2,66
Sumber : Dinas PKKD data diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat rasio kemandirian keuangan daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie dalam membiayai kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat pada tahun 2007-2011 masih sangat
rendah, yaitu pada tahun 2007 sebesar 2,25%, pada tahun 2008 sebesar 2,53%, pada
tahun 2009 sebesar 2,91%, pada tahun 2010 sebesar 2,52% dan pada tahun 2011
sebesar 3,12%. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie
masih sangat tergantung terhadap dana eksternal, ini bertolak belakang dengan
prinsip otonomi daerah dimana daerah dituntut dan mempunyai kewajban untuk
membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Rata-rata rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Daerah Kabupaten
Pidie pada tahun 2007-2011 sebesar 2,66. Sesuai dengan katagori kemandirian daerah
41
Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie berada pada katagori 0-25% yaitu sangat rendah.
Hal ini diharapkan Pemerintah Kabupaten Pidie untuk dapat Meningkatkan
pendapatan yang berasal dari PAD dan menurunkan pendapatan yang berasal dari
Dana Perimbangan agar pemerintah daerah mampu membiayai semua kegiatan
pemerintahan, pembangunannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat.
4.2.2 Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan
PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target tang telah ditetapkan
berdasarkan potensi riil daerah. Kemapuan dalam menjalankan tugas dikatagorikan
efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar satu persen atau seratus persen
( Mahmudi, 2010:143).
Untuk mempoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas dibandingkan
dengan rasio efesiensi. Rasio efisiensi merupakan rasio yang menggambarkan
perbandingan antra besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
dengan realisasi yang diterima.
Rasio efektifitas dan efisiensi keuangan daerah terhadap APBK Pemerintah
Daerah Kabupaten Pidie tahun 2007-2011, untuk mengetahui kemampuan daerah
dalam menjalankan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
42
Tabel 4.2 Rasio Efektifitas dan Efisiensi Keuangan Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie tahun 2007-2011
No Tahun
Anggaran
Rasio Efektifitas
(%)
Rasio Efisiensi
(%)
1 2007 85,5 99,6
2 2008 83,0 103,0
3 2009 97,5 99,7
4 2010 58,2 98,5
5 2011 61,3 99,6
Rata-rata 77,0 100,08
Sumber: Dinas PKKD data diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat rasio efektifitas keuangan daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie tahun 2007-2011 dengan rata-rata rasio
efektifitas sebesar 77,1%. Sesuai dengan katagori kemampuan efektifitas keuangan
daerah, kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie tidak baik. Hal ini sebabkan
karena pemerintah kabupaten tidak terampil dalam mengontrol rencana dan realisasi
pajak daerah dan retribusi daerah pada APBK.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2, pada tahun 2007 rasio efektifitas sebesar
85,5%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 83,0% yang disebabkan
realisasi pajak daerah dan retribusi daerah lebih kecil dari yang targetkan. Pada tahun
2009 rasio efektifitas mengalami kenaikkan menjadi 97,5%, pada tahun 2010 rasio
efektifitas kembali mengalami penurunan menjadi 58.2%, dan pada tahun 2011 rasio
efektifitas mengalami kenaikkan menjadi 61,3%.
43
Pada dasarnya rasio efektifitas bahwa kemampuan dalam menjalankan tugas
mencapai menimal sebesar satu persen atau seratus persen. Namun semakin tinggi
rasio efektifitas, maka kemampuan daerah dalam menjalankan tugas semakin baik.
Sesuai dengan hasil rasio efektifitas pada Tabel 4.2 menggambarkan bahwa kinerja di
Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie dalam menjalankan tugas masih tidak stabil,
karena rasio efektifitas masih dibawah seratus persen.
Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas dibandingankan
dengan rasio efisiensi. Rasio efisiensi merupakan rasio yang menggambarkan
perbandingan antara besar biaya yang dikeluarkan untuk memperolehan pendapatan
dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatagorikan
efisiensi apabila rasio yang dicapai dibawah satu persen atau seratus persen.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat rasio efisiensi keuangan daaerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie tahun 2007-2011 dengan rata-rata rasio efisiensi
sebesar 100,08%. Sesuai dengan katagori efesiensi keuangan daerah tidak efisiensi
karena nilai rasio efisiensi >100%. Ini menggambarkan kinerja daerah dalam
memungut PAD tidak efisiensi ditandai dengan rasio efisiensi diatas seratus persen.
Hal ini pada Tabel 4.2, tahun 2007 rasio efisiensi sebesar 99,6%, pada tahun
2008 sebesar 103,0%, pada tahun 2009 sebesar 99,7%, pada tahun 2010 sebesar
98,5%, pada tahun 2011 sebesar 99,6%. Artinya, kinerja Pemerintah daerah
Kabupaten Pidie dalam mengeluarkan biaya relatif tinggi, pemerintah daerah tidak
menghasilkan output yang optimal dan memberikan kinerja yang kurang baik.
44
4.2.3 Analisis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja pembangunan secara optimal. Rasio
aktivitas terhadap APBK Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Analisis Rasio Aktivitas
No Tahun
Anggaran
Belanja Rutin
(%)
Belanja
Pembangunan (%)
1 2007 61 38,6 2 2008 69,5 33,5 3 2009 76,9 22,7 4 2010 73 25,4 5 2011 72,4 26,9
Rata-rata 70,6 29,4 Sumber : DPPK data diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat rasio aktivitas Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie tahun 207-2011 masih memprioritas alokasi dana pada belanja rutin
sehingga belanja pembangunan masih relatif kecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
4.3 dimana pemerintah daerah masih memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
rutin sebesar 70,6% sedangkan untuk belanja pembangunan sebesar 29,4%.
APBK Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie masih diprioritaskan dananya
pada belanja rutin dibandingkan belanja pembangunan. Pemerintah daerah belum
sepenuhnya memprioritaskan dananya kepada belanja pembangunan ini akan
45
memberikan dampak terhadap peningkatan pembangunan daerah. Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie harus lebih memprioritaskan APBK untuk belanja pembangunan
guna meningkatkan aktivitas wilayah. Aktivitas wilayah merupakan kediatan yang
tidak terlepas dari pembangunan dan pengembangan. Sehingga akan menunjukkan
awal yang baik bagi Pemeintah Daerah Kabupaten Pidie untuk memfokuskan
dananya untuk belanja pembangunan daerah akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap pendapatan yang akan diterima oleh daerah.
4.2.4 Analisis Debt Service Carverage Ratio (DSCR)
DSCR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan pemerintah derah dalam
membayar kembali pinjaman daerah. DSCR terhadap APBK Pemerintah Daerah
Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Analisis DSCR
No Tahun Anggaran DSCR
1 2010 32,31
2 2011 8,30
Sumber : DPPKD data diolah (2013)
Dalam melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di daerah, sealain
menggunakan PAD pemerintah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain
seperti melakukan pinjaman. Untuk dapat melihat kemampuan pemerintah daerah
46
dalam melakukan pinjaman dapat dilakukan dengan menghitung dengan DSCR.
Perhitungan DSCR merupakan salah satu untuk menggambarkan besarnya pinjaman
daerah dan besarnya angsuran pokok yang dilakukan untuk tahun berikutnya, dengan
kententuan jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal 75% dari
penerimaan APBK. DSCR minimal 2,5.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat DSCR pemerintah daerah Kabupaten
Pidie untuk tahun 2010 sebesar 32,31 dan tahun 2011 sebesar 8,30. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah daaerah Kabupten Pidie mampu dalam membayar
pinjaman, ini dapat dilihat dari nilai DSCR pada tahun 2010 dan 2011 diatas 2,5.
4.5 Analisis Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan menunjukkan seberapa besar kemampuan pemerintah
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai
dari period eke periode. Rasio pertunbuhan APBK Pemerintah Daerah Kabupaten
Pidie dapat dilihat pada Tabel 4.5
47
Tabel 4.5 Rasio Pertumbuhan APBK Kabupaten Pidie
Tahun 2007-2011
No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertumbuhan PAD (6,97%) 27,77% 2,93% 48,48%
2 Pertumbuhan
Pendapatan (17,24%) 10,81% 12,39% 19,68%
4 Pertumbuhan
Belanja Rutin (5,69%) 22,63% 6,76% 19,07%
5 Pertumbuhan
Belanja
Pembangunan
(28,19%) (24,74%) 25,53% 26,95%
Sumber: DPPKD data diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diliahat rasio pertumbuhan APBK Pemerintah
Daerah Kabupaten Pidie tahun 2007-2011. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk
sumber pendapatan dan pengeluaran, maka dapat diketahui potensi-potensi mana
yang perlu dibenahi.
Pada tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran daerah
Kabupaten Pidie mengalami trend negatif. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5, rasio
pertumbuhan PAD sebesar (6,97%), rasio pertumbuhan pendapatan sebesar (17,24%),
rasio pertumbuhan belanja rutin sebesar (5,69%), dan rasio pertumbuhan belanja
pembangunan sebesar (28,19%). Pada tahun 2009 rasio pertumbuhan belanja
pembangunan sebesar (24,74%).
48
Pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhan pendapatan dan pengeluran daerah
mengalami trend positif. Dapat dilihat pada Tabel 4.5, hal ini menunjukkan
peningkatan pada pertumbuhan PAD dan pertumbuhan pendapatan yang lebih besar
dibandingan dengan pertumbuhan belanja rutin ini disebabkan belanja rutin yang
dikeluarkan pada tahun 2010 dan 2011 tidak begitu besar.
Kinerja pemerintah daerah Kabupaten Pidie dalam kurun waktu 5 tahun
kecuali tahun 2008 dan 2009. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5, dimana rasio
pertumbuhan pendapatan dan rasio pertumbuhan belanja pembuangunan diatas rasio
pertumbuhan belanja rutin. Pertumbuhan suatu daerah dapat dikatakan baik karena
pemerintah daerah dapat mengefiensikan biaya yang dikeluarkan untuk belanja rutin
dan mengefektifkan penggunaan pendapatan yang diperoleh daerah untuk sektor
membangunan yang dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah.
49
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukkan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kinerja pemerintah daaerah
Kabupaten Pidie masih menunjukkan nilai rat-rata kinerja keuangan daerah yang
tidak baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan disetiap tahun masih
mengalami angka yang naik turun sehingga beberapa rasio masih menunjukkan
trend positif dan negatif.
2. Rasio kemandirian keuangan daerah pemerintah daerah Kabupaten Pidie tahun
2007-2010 persentasinya masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah Kabupaten Pidie masih sangat tergantung terhadap dana
eksternal.
3. Rasio efektfitas dan efisiensi keuangan daerah menunjukkan bahwa kinerja
Kabupaten Pidie tidak baik karena belum bisa mencapai angka satu atau seratus
persen. Rasio efisiensi juga belum efisien, Ini menggambarkan kinerja daerah
dalam memungut PAD tidak efisien ditandai dengan nilai rasio efisiensi diatas
seratus persen.
50
4. Rasio aktivitas menunjukkan bahwa sebagian besar dana pemerintah Kabupaten
Pidie masih diprioritaskan untuk memenuhi belanja rutin, sehingga prioritas untuk
memenuhi belanja pembangunan masih relatif kecil.
5. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, pemerintah Kabupaten Pidie
melakukan pinjaman. Untuk mengetahui kemapuan daerah dalam melakukan
pinjaman dapat dikakukan dengan menghitung DSCR. Hasil perhiyungan DSCR
dapat dikethui bahwa Kabupaten Pidie mampu membayar pinjamannya.
6. Pertumbuhan kinerja APBK pemerintah daerah Kabupaten Pidie dalam kurun
waktu lima tahun sudah baik dikarenakan pemerintah daerah dapat
mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan untuk belanja rutin dan mengefektifkan
penggunaan pendapatan yang diperoleh daerah untuk sektor pembangunan yang
dapat meningkatkan pemerimaan pendapatan daerah.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak bisa melakukan
wawancara secara langsung pada DPKKD dikarenakan keterbatasan waktu penelitian
dan keterbatasan waktu untuk wawancara langsung dengan pejabat di DPKKD.
5.3 Saran
Untuk menambah referensi penelitian selanjutnya ada beberapa saran yang
dapat dikemukakan, sebagai berikut:
1. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie seharusnya tingkat ketergantungan
keuangan daerah, terutama untuk penerimaan DAU pusat dan agar dapat
51
meningkatkan usaha pemungutan PAD secara lebih intensif dan aktif.
Pemerintah daerah juga seharusnya lebih banyak mengalokasikan dana untuk
pembangunan yang masih relatif kecil dibandingkan dengan anggaran yang
bersifat operasional. Hal ini akan berpengeruh terhadap peningkatan penerimaan
pendapatan
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk menggunakan metode lain dalam
menganalisis kinerja APBK seperti metode Economic Value Added/EVA ( nilai
tambah ekonomi), metode Balanced Scorecard, metode Value of money dan
metode analisis selisih anggaran, agar hasil penelitian yang diberikan dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan dapat memberikan hasil yang
lebih akurat.
3. Berhubung penelitian ini hanya dilakukan pada satu kabupaten, untuk penelitian
selanjutnya diharapkan untuk memperluas penelitian, tidak hanya pada satu
kabupaten karena memungkinkan ditumakannya hasil dan kesimpulan yang
berbeda.
52
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakata. Selemba Empat Ekawarna, Shinta Anjawati., Iskandar Sam, & Sri Wahyuni. 2009. Pengukuran
Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Mauro Jambi. Jurnal Cakrawala Akuntansi. Vol 1, No. 1: 49-66.
Hairunisya, Nanis. 2008. Penilaian Kinerja Bagian Keuangan PEMKAB
Menggunakan Analisis Rasio Keuangan. Jurnal Ekonomi. Vol. 2, No. 2: 43-48.
Hariyanto, dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Semarang:Universitas
Diponogoro Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta;
UPY Akademi Manejemen Perusahaan YKKPN. ______. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama.
Jakarta: Selemba Empat. ______. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Revisi.
Jakarta: Selemba Empat. ______. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisis Ketiga.
Jakarta: Selemba Empat. ______. 2007. Akuntansi dan Pegendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi
Revisi. Yogyakarta. UPP STIM YKPN ______. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat-daerah.Yogyakarta. Sekolah Pascsarja UGM Kusumah, Ade Tri Aji., M. Ridwan Nurazi, & Yefirza. 2009. Analisis Anggaran dan
Akuntabilitas Kinerja Studi Kasus Pemerintah Propinsi Bengku. JEEP, Vol 2. No 2: 37-51.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia .2003. Sistem Administrasi
Negara Kesatuan Indonesia. Jilid I. Jakarta:LANRI
53
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinngi Ilmu Manajemen YKPN
Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Daerah. ________________. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah.
________________. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. ________________. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. ________________. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah. ________________. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. _______________. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. ________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedaoman Pengelolaan Keuangan Daerah. _______________. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Kedua Peraturan Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedaoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sekaran, Umma. 2006. Research Methods Theory For Business. Buku I. Edisi
Keempat. Jakarta: Selemba Empat. Sidharta, Eka Sinanta. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Pemda dengan Pendekatan
Analisis Rasio Keuangan pada APBD di kota Malang. Jurnal Ilmiah. No. 2: 26-41.
54
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET. Sumarno, Hari. 2009. Analisis Kemandirian Otonomi Daerah: Kasus Kota Malang
(1999-2004). JESP. Vol. 1. No. 1: 13-26 . Susantih, heny dan Yulia Saftiani. 2008. Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan
Pemerintah Propinsi Se-Sumatera Selatan. Tesis Magister. PSIE PPS UNSRI. Susetyo, Didik. 2008. Kinerja APBD Kabupaten/Kota Di Sumatera Selatan. Jurnal
Pembangunan. Vol. 6. No. 1: 39-53 Wahyuni, Nanik. 2010. Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Malang. Jurnal EL-Muhasaba. Vol. 1, No. 1: 1-18
Anggaran Setelah Realisasi LebihRek Uraian Perubahan Anggaran (Kurang) %
1. 2. 3. 4. 5 6. 1. PENDAPATAN DAERAH 634.423.457.053 594.942.068.996 (39.481.388.057) 93,78 1.1 Pendapatan Asli Daerah 15.654.587.181 13.397.184.737 (2.257.402.444) 85,58 1.1.1 Hasil Bagi Pajak Daerah 5.997.826.655 4.971.786.878 (1.026.039.777) 82,89 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 6.119.495.812 4.242.257.233 (1.877.238.579) 69,32 1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.220.000.000 1.210.149.042 (9.850.958) 99,19
dipisahkan 1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 2.317.264.714 2.972.991.584 655.726.870 128,30
1.2. Dana Perimbangan 551.698.490.534 519.818.899.690 (31.879.590.844) 94,22 1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 69.707.490.534 37.827.899.690 (31.879.590.844) 54,27 1.2.2. Dana Alokasi Umum 431.940.000.000 431.940.000.000 - 100,00 1.2.3. Dana Alokasi Khusus 50.051.000.000 50.051.000.000 - 100,00
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 67.070.379.338 61.725.984.569 (5.344.394.769) 92,03 1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 9.425.000.000 8.274.752.219 (1.150.247.781) 87,80 Pemerintahan Daerah lainnya
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Peme-1.3.4. rintah Daerah Lainnya 57.645.379.338 53.451.232.350 (4.194.146.988) 92,72
JUMLAH PENDAPATAN 634.423.457.053 594.942.068.996 (39.481.388.057) 93,78
2. BELANJA DAERAH 646.010.771.146 592.775.864.556 (53.234.906.590) 91,76
LAMPIRAN 1
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIELAPORAN REALISASI ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2007
2.1. Belanja Tidak Langsung 358.289.686.297 362.925.911.489 4.636.225.192 101,29 2.1.1 Belanja Pegawai 280.122.194.317 293.887.544.980 13.765.350.663 104,91 2.1.3 Belanja Subsidi 553.460.000 553.457.000 (3.000) 100,00 2.1.4 Belanja Hibah 7.187.151.300 6.913.700.160 (273.451.140) 96,20 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 33.367.952.200 28.478.863.619 (4.889.088.581) 85,35 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/ 5.640.480.000 5.000.000.000 (640.480.000) 88,64
Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 29.418.448.480 27.769.566.230 (1.648.882.250) 94,40
Kabupan/Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.8 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000 322.779.500 (1.677.220.500) 16,14 2.2 Belanja Langsung 287.721.084.849 229.849.953.067 (57.871.131.782) 79,89 2.2.1 Belanja Pegawai 61.501.930.026 56.347.549.084 (5.154.380.942) 91,62 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 88.709.933.677 73.584.998.335 (15.124.935.342) 82,95 2.2.3 Belanja Modal 137.509.221.146 99.917.405.648 (37.591.815.498) 72,66
JUMLAH BELANJA 646.010.771.146 592.775.864.556 (53.234.906.590) 91,76 SURPLUS(DEFISIT) (11.587.314.093) 2.166.204.440 13.753.518.533
3. PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 16.487.314.093 16.487.822.392 508.299 100,00 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran 16.487.314.093 16.487.822.392 100,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 16.487.314.093 16.487.822.392 508.299 100,00
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4.900.000.000 3.000.000.000 (1.900.000.000) 61,22 3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 1.900.000.000 - 3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 3.000.000.000 3.000.000.000 - 100,00
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 4.900.000.000 - (4.900.000.000) - PEMBIAYAAN NETTO 11.587.314.093 13.487.822.392 4.900.508.299
3.3 SISA LEBIH PERHITUNGA NANGGARAN TAHUN - 15.654.026.832 18.654.026.832
BERKENAAN (SILPA)
Anggaran Setelah Realisasi LebihRek Uraian Perubahan Anggaran (Kurang) %
1. 2. 3. 4. 5 6. 1. PENDAPATAN DAERAH 524.043.867.365 492.340.704.668 (31.703.162.697) 93,95 1.1 Pendapatan Asli Daerah 15.006.768.532 12.462.163.202 (2.544.605.330) 83,04 1.1.1 Hasil Bagi Pajak Daerah 5.388.893.145 5.020.239.146 (368.653.999) 93,16 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 6.210.681.180 4.217.577.580 (1.993.103.600) 67,91 1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.279.222.000 1.271.733.254 (7.488.746) 99,41
dipisahkan 1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 2.127.972.207 1.952.613.222 (175.358.985) 91,76
1.2. Dana Perimbangan 477.774.239.774 448.622.174.306 (29.152.065.468) 93,90
Pembina Tk.I /Nip.19641231 199302 1 005
LAMPIRAN 2
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIELAPORAN REALISASI ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2008
Sigli, 1 Maret 2008Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Amiruddin, SE, M.Si
Kekayaan Daerah Kabupaten Pidie
1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 63.428.429.774 34.276.367.306 (29.152.062.468) 54,04 1.2.2. Dana Alokasi Umum 355.254.810.000 355.254.807.000 (3.000) 100,00 1.2.3. Dana Alokasi Khusus 59.091.000.000 59.091.000.000 - 100,00
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 31.262.859.059 31.256.367.160 (6.491.899) 99,98 1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 14.640.949.982 12.120.052.006 (2.520.897.976) 82,78 Pemerintahan Daerah lainnya 1.3.4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 16.621.909.077 19.136.315.154 2.514.406.077 115,13
JUMLAH PENDAPATAN 524.043.867.365 492.340.704.668 (31.703.162.697) 93,95
2. BELANJA DAERAH 537.165.894.198 507.303.646.581 (29.862.247.617) 94,44 2.1. Belanja Tidak Langsung 324.853.162.848 342.258.965.665 17.405.802.817 2.1.1 Belanja Pegawai - Belanja Pegawai Negeri (PNS) 251.589.447.706 289.989.669.610 38.400.221.904 115,26
- Belanja Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah 393.701.272 369.698.522 (24.002.750) 93,90 - Belanja Anggota Dewan (DPRK) 7.716.457.980 7.199.335.300 (517.122.680) 93,30
2.1.3 Belanja Subsidi 525.000.000 499.241.250 (25.758.750) 95,09 2.1.4 Belanja Hibah 1.149.616.000 692.000.000 (457.616.000) 60,19 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 28.282.063.130 21.657.191.648 (6.624.871.482) 76,58 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/ 6.800.000.000 2.440.000.000 (4.360.000.000) 35,88
Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 27.423.876.760 19.032.187.680 (8.391.689.080) 69,40
Kabupan/Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.8 Belanja Tak Terduga 973.000.000 379.641.655 (593.358.345) 39,02 2.2 Belanja Langsung 212.312.731.350 165.044.680.916 (47.268.050.434) 77,74 2.2.1 Belanja Pegawai 29.207.748.075 21.521.446.799 (7.686.301.276) 73,68 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 71.404.911.970 46.314.016.367 (25.090.895.603) 64,86 2.2.3 Belanja Modal 111.700.071.305 97.209.217.750 (14.490.853.555) 87,03
JUMLAH BELANJA 537.165.894.198 507.303.646.581 (29.862.247.617) 94,44 SURPLUS(DEFISIT) (13.122.026.833) (14.962.941.913) (1.840.915.080)
3. PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 15.654.026.833 15.654.026.833 - 100,00 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran 15.654.026.833 15.654.026.833 100,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 15.654.026.833 15.654.026.833 - 100,00
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 2.532.000.000 - (2.532.000.000) 03.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 2.532.000.000 - (2.532.000.000) 0
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2.532.000.000 - (2.532.000.000) 0PEMBIAYAAN NETTO 13.122.026.833 15.654.026.833 2.532.000.000
3.3 SISA LEBIH PERHITUNGA NANGGARAN TAHUN - 691.084.920 691.084.920 BERKENAAN (SILPA)
Pembina Tk.I /Nip.19641231 199302 1 005
LAMPIRAN 3
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIELAPORAN REALISASI ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2009
Sigli, 1 Maret 2009Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah Kabupaten Pidie
Amiruddin, SE, M.Si
Anggaran Setelah Realisasi LebihRek Uraian Perubahan Anggaran (Kurang) %
1. 2. 3. 4. 5 6. 1. PENDAPATAN DAERAH 598.135.996.642 545.563.424.598 (52.572.572.044) 91,21 1.1 Pendapatan Asli Daerah 16.317.251.307 15.923.900.575 (393.350.732) 97,59 1.1.1 Hasil Bagi Pajak Daerah 5.448.186.020 5.506.773.140 58.587.120 101,08 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 6.721.093.080 5.291.441.144 (1.429.651.936) 78,73 1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.200.000.000 1.216.265.956 16.265.956 101,36
dipisahkan 1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 2.947.972.207 3.909.420.335 961.448.128 132,61
1.2. Dana Perimbangan 558.108.887.195 504.590.524.926 (53.518.362.269) 90,41 1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 81.954.707.195 28.442.967.926 (53.511.739.269) 34,71 1.2.2. Dana Alokasi Umum 417.380.180.000 417.373.557.000 (6.623.000) 100,00 1.2.3. Dana Alokasi Khusus 58.774.000.000 58.774.000.000 - 100,00
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 23.709.858.140 25.048.999.097 1.339.140.957 105,65 1.3.1 Pendapatan Hibah 10.500.000.000 12.893.475.000 2.393.475.000 122,80 1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 13.209.858.140 12.155.524.097 (1.054.334.043) 92,02 Pemerintahan Daerah lainnya
JUMLAH PENDAPATAN 598.135.996.642 545.563.424.598 (52.572.572.044) 91,21
2. BELANJA DAERAH 598.827.081.562 543.942.642.377 (54.884.439.185) 90,83 2.1. Belanja Tidak Langsung 437.110.063.732 419.745.805.981 (17.364.257.751) 96,03 2.1.1 Belanja Pegawai -
- Belanja Pegawai Negeri (PNS) 345.951.714.426 345.763.964.069 (187.750.357) - Belanja Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah 398.456.292 396.098.522 (2.357.770) 99,41 - Belanja Anggota Dewan (DPRK) 8.061.772.380 7.434.563.800 (627.208.580) 92,22
2.1.3 Belanja Subsidi 300.000.000 300.000.000 - 100,00 2.1.4 Belanja Hibah 28.135.765.000 24.860.986.000 (3.274.779.000) 88,36
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 11.578.394.050 10.444.612.390 (1.133.781.660) 90,21 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/ 4.000.000.000 4.000.000.000 - 100,00
Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 38.183.961.584 26.369.750.000 (11.814.211.584) 69,06
Kabupan/Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.8 Belanja Tak Terduga 500.000.000 175.831.200 (324.168.800) 35,17 2.2 Belanja Langsung 161.717.017.830 124.196.836.396 (37.520.181.434) 76,80 2.2.1 Belanja Pegawai 25.143.226.525 18.772.385.675 (6.370.840.850) 74,66 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 76.418.876.423 60.366.043.057 (16.052.833.366) 78,99 2.2.3 Belanja Modal 60.154.914.882 45.058.407.664 (15.096.507.218) 74,90
JUMLAH BELANJA 598.827.081.562 543.942.642.377 (54.884.439.185) 90,83 SURPLUS(DEFISIT) (691.084.920) 1.620.782.221 2.311.867.141
3. PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 691.084.920 691.084.920 - 100,00 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran 691.084.920 691.084.920 100,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 691.084.920 691.084.920 - 100,00
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - 03.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - - - 0
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - - 0PEMBIAYAAN NETTO 691.084.920 691.084.920 -
3.3 SISA LEBIH PERHITUNGA NANGGARAN TAHUN - 2.311.867.141 2.311.867.141 BERKENAAN (SILPA)
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan danSigli, 1 Maret 2010
Anggaran Setelah Realisasi LebihRek Uraian Perubahan Anggaran (Kurang) %
1. 2. 3. 4. 5 6. 1. PENDAPATAN DAERAH 623.121.194.856 613.205.475.163 (9.915.719.693) 98,41 1.1 Pendapatan Asli Daerah 26.556.574.658 15.456.452.215 (11.100.122.443) 58,20 1.1.1 Hasil Bagi Pajak Daerah 6.491.270.636 6.119.128.023 (372.142.613) 94,27 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 8.571.149.658 4.750.428.898 (3.820.720.760) 55,42 1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.268.000.000 1.226.431.417 (41.568.583) 96,72
dipisahkan 1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 10.226.154.364 3.360.463.877 (6.865.690.487) 32,86
1.2. Dana Perimbangan 507.207.952.501 512.813.402.907 5.605.450.406 101,11 1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 35.431.233.501 41.036.683.907 5.605.450.406 115,82 1.2.2. Dana Alokasi Umum 425.166.519.000 425.166.519.000 - 100,00 1.2.3. Dana Alokasi Khusus 46.610.200.000 46.610.200.000 - 100,00
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 89.356.667.697 84.935.620.041 (4.421.047.656) 95,05
LAPORAN REALISASI ANGGARANTAHUN ANGGARAN 2010
Kekayaan Daerah Kabupaten Pidie
Amiruddin, SE, M.SiPembina Tk.I /Nip.19641231 199302 1 005
LAMPIRAN 4
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE
1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 14.455.524.097 8.969.651.441 (5.485.872.656) 62,05 Pemerintahan Daerah lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 59.901.143.600 60.965.993.600 1.064.850.000 101,78 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Peme- 15.000.000.000 14.999.975.000 (25.000) 100,00
rintah Daerah LainnyaJUMLAH PENDAPATAN 623.121.194.856 613.205.475.163 (9.915.719.693) 98,41
2. BELANJA DAERAH 649.121.033.997 604.047.305.266 (45.073.728.731) 93,06 2.1. Belanja Tidak Langsung 481.189.509.919 448.140.653.806 (33.048.856.113) 93,13 2.1.1 Belanja Pegawai 417.601.421.111 395.682.671.298 (21.918.749.813) 2.1.3 Belanja Subsidi 100.000.000 100.000.000 - 100,00 2.1.4 Belanja Hibah 25.149.170.000 22.638.054.000 (2.511.116.000) 90,02 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 15.139.608.260 12.788.630.582 (2.350.977.678) 84,47 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/ - - - -
Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 22.899.310.548 16.658.400.000 (6.240.910.548) 72,75
Kabupan/Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.8 Belanja Tak Terduga 300.000.000 272.897.926 (27.102.074) 90,97 2.2 Belanja Langsung 167.931.524.078 155.906.651.460 (12.024.872.618) 92,84 2.2.1 Belanja Pegawai 17.986.671.700 17.060.246.809 (926.424.891) 94,85 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 49.811.596.101 45.942.047.324 (3.869.548.777) 92,23 2.2.3 Belanja Modal 100.133.256.277 92.904.357.327 (7.228.898.950) 92,78
JUMLAH BELANJA 649.121.033.997 604.047.305.266 (45.073.728.731) 93,06 SURPLUS(DEFISIT) (25.999.839.141) 9.158.169.897 35.158.009.038
3. PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 27.311.867.141 2.311.867.141 (25.000.000.000) 8,46 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 2.311.867.141 2.311.867.141 100,00
Anggaran Sebelumnya
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000 - (25.000.000.000) 0JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 27.311.867.141 2.311.867.141 (25.000.000.000) 8,46
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 1.312.028.000 - (1.312.028.000) 03.2.3 Pembayaran Pokok Utang 1.312.028.000 - (1.312.028.000) 0
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 1.312.028.000 - (1.312.028.000) 0PEMBIAYAAN NETTO 25.999.839.141 2.311.867.141 (23.687.972.000) 8,89
3.3 SISA LEBIH PERHITUNGA NANGGARAN TAHUN - 11.470.037.038 11.470.037.038 BERKENAAN (SILPA)
Rek Uraian Anggaran Realisasi (Kurang) %1. 2. 3. 4. 5 6.
1. PENDAPATAN 754.970.412.558 733.890.903.240 (21.079.609.318) 97,21 1.1 Pendapatan Asli Daerah 37.411.846.661 22.947.369.612 (14.464.477.049) 61,34 1.1.1 Hasil Bagi Pajak Daerah 7.051.119.707 8.176.230.617 1.125.110.910 115,96
Pembina Tk.I /Nip.19641231 199302 1 005
LAMPIRAN 5PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE
LAPORAN REALISASI APBD PEMKAB PIDIETAHUN ANGGARAN 2011
Sigli, 31 Desember 2011Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah Kabupaten Pidie
Amiruddin, SE, M.Si
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 7.267.224.509 6.119.095.258 (1.148.129.251) 84,20 1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.268.000.000 906.884.514 (361.115.486) 71,52
dipisahkan 1.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 21.825.502.445 7.745.159.223 (14.080.343.222) 35,49
1.2. Dana Perimbangan 562.769.526.569 562.386.050.346 (383.576.223) 99,93 1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 37.134.605.569 36.751.029.346 (383.576.223) 98,97 1.2.2. Dana Alokasi Umum 487.142.721.000 487.142.721.000 - 100,00 1.2.3. Dana Alokasi Khusus 38.492.200.000 38.492.300.000 100.000 100,00
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 154.789.039.328 148.557.483.282 (6.231.556.046) 95,97 1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 13.300.000.000 13.173.425.002 (126.574.998) 99,05 Pemerintahan Daerah lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 133.384.058.280 133.384.058.280 - 100,00 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Peme- 8.104.981.048 2.000.000.000 (6.104.981.048) 24,68
rintah Daerah Lainnya - JUMLAH PENDAPATAN 754.970.412.558 733.890.903.240 (21.079.609.318) 97,21
2. BELANJA DAERAH 794.872.959.128 731.544.336.687 (63.328.622.441) 92,03 2.1. Belanja Tidak Langsung 566.486.950.775 533.616.391.768 (32.870.559.007) 94,20 2.1.1 Belanja Pegawai 482.558.239.725 477.808.974.452 (4.749.265.273) 99,02 2.1.3 Belanja Subsidi 100.000.000 100.000.000 - 100,00 2.1.4 Belanja Hibah 34.893.911.050 9.975.673.108 (24.918.237.942) 28,59 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 13.087.000.000 11.927.518.780 (1.159.481.220) 91,14 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 35.547.800.000 33.672.200.000 (1.875.600.000) 94,72
Kabupan/Kota dan Pemerintahan Desa 2.1.8 Belanja Tak Terduga 300.000.000 132.025.428 (167.974.572) 44,01 2.2 Belanja Langsung 228.386.008.353 197.927.944.919 (30.458.063.434) 86,66 2.2.1 Belanja Pegawai 19.120.512.792 17.967.504.710 (1.153.008.082) 93,97 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 94.481.761.213 89.482.633.530 (4.999.127.683) 94,71
2.2.3 Belanja Modal 114.783.734.348 90.477.806.679 (24.305.927.669) 78,82 JUMLAH BELANJA 794.872.959.128 731.544.336.687 (63.328.622.441) 92,03 SURPLUS(DEFISIT) (39.902.546.570) 2.346.566.553 42.249.013.123
3. PEMBIAYAAN DAERAH
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya 11.470.037.038 11.470.009.490 3.1.2. Pencairan Dana Cadangan - 3.1.3. Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - 3.1.4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 31.610.636.147 3.1.5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - 3.1.6. Penerimaan Piutang Daerah - Jumlah Penerimaan Pembiayaan 43.080.673.185 11.470.009.490 (31.610.663.695) 26,62
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - 03.2.1. Pembentukan Dana Cadangan - - - 03.2.2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - 3.2.3. Pembayaran Pokok Utang 3.178.126.615 3.2.4. Pemberian Pinjaman Daerah -
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 3.178.126.615 - (3.178.126.615) 0
Pembiayaan Netto 39.902.546.570 11.470.009.490 (28.432.537.080) 28,75
3.3 SILPA Tahun Berkenaan - 13.816.576.043 13.816.476.043
Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan danKekayaan Daerah Kabupaten Pidie
Sigli, 24 Maret 2012
70
LAMPIRAN 6
Perhitungan Kemandirian Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie 2007-2011
No Tahun
Anggaran
Pendapatan Asli
Daerah
Total Pendapatan
Daerah
Rasio Kemandirian
Daerah
(%)
1 2007 13.397.184.737 594.942.068.996 2,25
2 2008 12.462.163.202 492.340.704.668 2,53
3 2009 15.923.900.575 545.563.424.598 2,91
4 2010 15.456.452.215 613.205.475.163 2,52
5 2011 22.947.369.612 733.890.903.240 3,12
Rata-rata 2,66
LAMPIRAN 7
Perhitungan Rasio Efektifitas Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2007-2011
Tahun Anggaran Traget PAD Realisasi PAD Rasio Efektifitas (%)
2007 15.654.587.181 13.397.184.737 85,5%
2008 15.006.768.532 12.463.163.202 83,0%
2009 16.317.251.307 15.923.900.575 97,5%
2010 26.556.574.658 15.456.452.215 58,2%
2011 37.411.846.661 22.947.369.612 61,3%
71
LAMPIRAN 8
Perhitungan Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2007-2011
Tahun Anggaran Realisai Belanja Daerah
Realisasi Pendapatan
Daerah
Rasio Efisiensi (%)
2007 592.775.864.556 594.942.068.996 99,6%
2008 507.303.646.581 492.340.704.668 103,0%
2009 543.942.642.377 545.563.424.598 99,7%
2010 604.047.305.266 613.205.475.163 98,5%
2011 731.544.339.687 733.890.903.240 99,6%
LAMPIRAN 9
Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2007-2011
Tahun Anggaran Total APBK Belanja Rutin Belanja
Pembangunan
Rasio Aktivitas Belanja Rutin
Rasio Aktivitas Belanja
Pembangunan 2007 594.942.068.996 362.925.911.489 229.849.953.067 61% 38,6%
2008 492.340.704.668 342.258.965.665 165.044.680.916 69,5% 33,5%
2009 545.563.424.598 419.754.805.891 124.196.838.396 76,9% 22,7%
2010 613.205.475.163 448.140.653.806 155.906.651.460 73% 25,5%
2011 733.890.903.240 533.616.391.768 197.927.944.919 72,4% 26,9%