analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi ...repository.umrah.ac.id/2753/1/tiya...
TRANSCRIPT
1
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Persamaan
Lingkaran Berdasarkan Taksonomi SOLO-Plus Siswa Kelas XI SMKN 4
Tanjungpinang
Tiya Ariyana, Mirta Fera, Febrian
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kesalahan siswa pada
masing-masing level taksonomi SOLO Plus serta letak kesalahan yang dominan
dan faktor-faktor penyebab kesalahan siswa kelas XI RPL 1 SMKN 4
Tanjungpinang dalam menyelesaikan soal-soal matematika terkait materi
persamaan lingkaran. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 4 Tanjungpinang
Kelas XI RPL 1 yang berjumlah 30 siswa. Metode pengumpulan data
menggunakan metode tes, wawancara, dan dokumentasi serta menggunakan
metode triangulasi sebagai pengecekan keabsahan data. Instrumen dalam
penelitian ini meliputi soal tes dan lembar pedoman wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan persentase kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika materi persamaan lingkaran adalah persentase kesalahan siswa
berada di level prastrustural 12,20%, di level unistructural 13,82%, di level
multistructural 18,70%, di level semi relasional 24,39%, di level relasional
10,57%, dan di level abstract 8,94%. Sedangkan level extended abstract
persentase siswa mencapai 11,38%. Kesalahan yang dominan muncul dari siswa
saat menyelesaikan soal terkait materi persamaan lingkaran berada di level semi
relasional sebesar 24,39%. Faktor-faktor penyebab kesalahan siswa adalah malas
mempelajari matematika, kurang memahami konsep-konsep yang terkait materi
persamaan lingkaran dan tidak teliti dalam mengerjakan soal serta menghitung,
terburu-buru dalam mengerjakan soal sehingga melakukan kesalahan.
Kata Kunci: analisis kesalahan, taksonomi SOLO Plus
2
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditempuh siswa
dalam pendidikan baik formal maupun non formal. Matematika termasuk mata
pelajaran yang penting baik dari segi teoritis dan aplikatif di dalam kehidupan
sehari-hari (Marlyana dan Ariyanto, 2016: 2). Khususnya pendidikan matematika
memiliki peran yang sangat penting karena matematika merupakan bagian
terpenting dari bidang ilmu pengetahuan yang digunakan di berbagai bidang
kehidupan secara luas. Matematika sebagai ilmu dasar merupakan sarana berpikir
untuk menumbuhkembangkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, dan
kritis. Oleh karena itu, matematika sangat penting untuk dipelajari siswa mulai
dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pembelajaran matematika sendiri memiliki beragam karakteristik, salah
satunya adalah mempunya kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini yang
menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam matematika, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Kesalahan
yang dilakukan siswa perlu dianalisis untuk mengetahui gambaran yang lebih
jelas dan rinci mengenai bentuk dan penyebab kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan pengajaran guru dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar
dan mengajar dengan harapan dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Analisis
kesalahan secara mendetail diperlukan agar kesalahan-kesalahan siswa serta
faktor penyebabnya dapat diketahui melalui jawaban yang diberikan siswa dari
tes.
3
Aspek materi matematika pada satuan pendidikan SMK salah satunya
adalah geometri. Persamaan lingkaran merupakan salah satu bagian dari ruang
lingkup geometri, dimana materi ini diajar pada siswa kelas XI semester 2. Materi
ini merupakan materi penting dalam matematika yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa diajarkan untuk mampu menentukan persamaan
lingkaran. Walaupun dalam menentukan persamaan lingkaran dapat ditunjukkan
dalam proses pembelajaran, tetapi dalam mempelajarinya masih memiliki kajian
yang abstrak, sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menterjemahkan soal persamaan lingkaran serta banyaknya rumus yang harus
dihafalkan oleh siswa menyebabkan siswa tidak maksimal dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan persamaan lingkaran. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu evaluasi pembelajaran yang mampu mendeteksi kesulitan siswa dalam
mempelajari materi pokok persamaan lingkaran dan faktor penyebabnya dapat
diketahui lebih jauh untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
Lipianto dan Budiarto (2013: 3) menyatakan model SOLO (Structure of
the Observed Learning Outcome) atau struktur hasil belajar yang dapat diamati
adalah salah satu alat yang dapat dengan mudah untuk mengetahui, menyusun,
dan mengkategorikan tingkat kesalahan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika. Taksonomi SOLO-Plus merupakan salah satu alat evaluasi yang
mengklasifikasikan tingkat kesalahan siswa pada 7 level berbeda secara hirarkis,
yaitu prastructural, unistructural, multisturctural, semi relasional, relasional,
abstract, dan extended abstract. Taksonomi ini dipilih karena merupakan
pengembangan dari taksonomi SOLO yang lama yang terdiri atas 5 pelevelan
kemudian dikembangkan menjadi 7 pelevelan. Taksonomi SOLO-Plus pertama
4
kali dikembangkan oleh Hartanto pada tahun 2006 (Lipianto & Budiarto, 2013:
3). Menurut Purwanto (2009: 44) keberhasilan dalam proses mengajar dapat
dilihat dari hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan taksonomi SOLO
Plus yang terdiri dari 7 level diharapkan dapat membantu guru dalam
mengevaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengatasi berbagai kesulitan yang
dihadapi siswa agar hasil belajar dapat dicapai secara optimal.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada
pokok bahasan persamaan lingkaran yang tertuang dalam judul penelitian
“Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Persamaan
Lingkaran Berdasarkan Taksonomi SOLO-Plus Siswa Kelas XI SMKN 4
Tanjungpinang”.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian dilaksanakan di
SMK N 4 Tanjungpinang. Subjek dalam penalitian adalah siswa kelas XI RPL 1
SMK N 4 Tanjungpinang pada tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 30 siswa.
Pengambilan subjek dalam penelitian menggunakan nonprobability sampling
dengan teknik purposive sampling. Untuk mendapatkan data penelitian, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi: 1) teknik tes untuk
mengetahui tingkat kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan
lingkaran, 2) teknik wawancara untuk mengetahui faktor penyebab kesalahan, 3)
teknik dokumentsi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen utama meliputi peneliti sendiri, selanjutnya setelah fokus penelitian
5
menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen lain meliputi instrumen tes,
instrumen wawancara, dan instrumen dokumentasi. Keabsahan data dilakukan
dengan triangulasi teknik pengumpulan data yang artinya peneliti
membandingkan data hasil tes, data hasil wawancara, dan data hasil dokumentasi.
Teknik analisis data penelitian ini dilakukan dengan 3 alur kegiatan yaitu:
(1) Reduksi data yaitu tahapan mengoreksi jawaban hasil tes siswa yang sudah
dikumpulkan untuk menemukan jenis-jenis kesalahan dan mencatat hasil
wawancara; (2) Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi atau
data dari hasil penelitian yang sudah disusun dan terorganisir yang
memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan; (3) Verifikasi (penarikan
kesimpulan) merupakan proses penarikan kesimpulan tentang level kesalahan
siswa berdasarkan taksonomi SOLO Plus, sehingga permasalahan dan tujuan
penelitian dapat tercapai.
HASIL
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 4 Tanjungpinang. Pada penelitian
ini, peneliti menjadikan kelas XI RPL 1 menjadi subjek penelitian. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini meliputi data hasil tes dan data wawancara yang
diolah untuk dianalisis. Berdasarkan deskripsi kesalahan subjek penelitian dari
hasil tes, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan subjek penelitian.
Tujuan dilakukan wawancara mendalam adalah untuk mengetahui level kesalahan
siswa berdasarkan taksonomi SOLO Plus serta untuk mengetahui faktor yang
menjadi penyebab siswa melakukan kesalahan tersebut.
6
Dari hasil data-data yang diperoleh yaitu data hasil tes dan data hasil
wawancara, maka peneliti dapat mengidentifikasi atau mengklasifikasikan
kesalahan siswa sesuai dengan indikator level taksonomi SOLO Plus dalam
menyelesaikan soal tes materi persamaan lingkaran. Peneliti membandingkan data
hasil pekerjaan subjek dengan data hasil wawancara, maka ditarik suatu
kesimpulan tentang level kesalahan subjek.
Berdasarkan hasil analisi data ditemukan subjek penelitian yang
melakukan kesalahan pada setiap level berdasarkan taksonomi SOLO Plus saat
menyelesaikan soal persamaan lingkaran. Persentase kesalahan ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah tiap level kesalahan yang dilakukan siswa dengan
jumlah seluruh level taksonomi SOLO Plus.
∑
Keterangan:
l : jumlah setiap level taksonomi dari seluruh siswa.
∑l : jumlah seluruh level taksonomi dari seluruh siswa.
Tabel 1 Persentase Tiap Level Taksonomi SOLO Plus yang Dilakukan Siswa
No.
Level Kesalahan
Taksonomi
SOLO Plus
No. Butir
Soal Jumlah %
1. Prastructural 3, 4, 5, 6,
7 15 12,20
2. Unistructural 1, 2, 3, 5,
7 17 13,82
3. Multistructural 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7 23 18,70
4. Semi relasional 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7 30 24,39
5. Relasional 1, 2, 3, 5,
6, 7 13 10,57
6. Abstract 1, 2, 4, 7 11 8,94
7. Extended abstract 1, 2, 4, 5, 14 11,38
7
6, 7
Total 123 100%
PEMBAHASAN
A. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan lingkaran
berdasarkan taksonomi SOLO Plus.
1. Level Prastructural
Level prastructural menunjukkan bahwa siswa belum bisa memahami
masalah yang diberikan sehingga jawaban yang ditulis siswa tidak memiliki
konsep apapun. Siswa cenderung tidak menggunakan informasi yang diberikan
untuk menyelesaikan masalah dan tidak memberikan jawaban atas soal yang
diberikan. Persentase kesalahan siswa di level prastructural dari keseluruhan soal
yang diselesaikan adalah sebesar 12,20%. Berikut contoh jawaban kesalahan yang
dilakukan siswa pada level prastructural.
Gambar 1 Penggalan Pekerjaan Subjek S-30
Gambar 1 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-30 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah prastructural karena siswa tidak mampu memahami
soal dan tidak mengunakan informasi/pernyataan yang diberikan untuk
menyelesaikan masalah. Kesalahan pada level ini adalah siswa tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan, siswa hanya mengetahui informasi yang
diketahui dan masalah yang ditanyakan soal namun tidak memahaminya sehingga
8
tidak mengetahui langkah-langkah untuk penyelesaian soal. Sesuai dengan
penelitian Marlyana dan Ariyanto (2016: 10) yang menyimpulakn bahwa di level
prastructural siswa menolak memberikan jawaban, menjawab secara cepat atas
dasar pengamatan dan tanpa dasar yang logis.
2. Level Unistructural
Level unistructural menunjukkan bahwa siswa merespon tugas
berdasarkan satu fakta konkrit yang digunakan secara konsisten, sudah
menggunakan informasi yang diberikan namun untuk satu permasalahan yang
komplek siswa hanya fokus pada satu konsep saja. Siswa mencoba menyelesaikan
permasalahan secara terbatas dengan memilih satu penggal informasi yang ada.
Persentase kesalahan siswa di level unistructural dari keseluruhan soal yang
diselesaikan adalah sebesar 13,82%. Berikut contoh jawaban kesalahan yang
dilakukan siswa pada level unistructural.
Gambar 2 Penggalan Pekerjaan Subjek S-11
Gambar 2 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-11 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah unistructural karena siswa hanya menggunakan satu
penggal informasi, berpendapat bahwa suatu pola merupakan suatu pembuktian.
Kesalahan pada level ini ialah siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan,
siswa perpendapat bahwa perihal yang diketahui adalah jawaban dari perihal yang
ditanyakan. Siswa tidak memahami informasi soal dengan baik sehingga
beranggapan jika rumus luas segitiga adalah luas dari segitiga yang ditanyakan
9
soal. Penelitian yang menguatkan yaitu hasil penelitian Marlyana dan Ariyanto
(2016: 12) mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa berkemampuan
sedang mencapai level unistructural dengan kesalahan dalam pemisalan variabel
terkait dengan aturan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat, hal ini berarti
siswa harus dapat memahami makna soal dan mampu menangkap data kemudian
menafsirkannya dalam bentuk model atau kalimat matematika.
3. Level Multistructural
Level multistructural menunjukkan bahwa siswa menyelesaikan soal
sudah menggunakan beberapa informasi yang diberikan, dalam menyelesaikan
masalah hanya pada kasus tertentu sehingga belum mendapatkan jawaban yang
benar. Persentase kesalahan siswa di level multistructural dari keseluruhan soal
yang diselesaikan adalah sebesar 18,70%. Berikut contoh jawaban kesalahan yang
dilakukan siswa pada level multistructural.
Gambar 3 Penggalan Pekerjaan Subjek S-15
Gambar 3 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-15 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah multistructural karena siswa hanya membuat
pembuktian dengan kasus tertentu saja sehingga tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan benar. Kesalahan pada level ini ialah siswa hanya menyelesaikan
masalah pada subtugas tertentu saja, subjek hanya mencari jari-jari lingkaran
menggunakan rumus persamaan namun tidak mencari persamaan lingkaran yang
diminta soal sehingga belum menjawab pertanyaan soal. Subjek salah memahami
masalah soal sehingga beranggapan persamaan lingkaran yang diminta soal sama
10
dengan rumus persamaan lingkaran. Sesuai dengan penelitian Asikin yang dikutip
oleh Arpan (2013: 53) ciri dari siswa di level multistructural adalah menarik
kesimpulan berdasarkan dua atau lebih konsep yang cocok, berdiri sendiri atau
terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara
komprehensif.
4. Level Semi Relasional
Level semi relasional menunjukkan bahwa siswa memahami soal yang
harus diselesaikan, tetapi siswa masih belum bisa menyelesaikan soal tersebut
dengan benar. Persentase kesalahan siswa di level semi relasional dari
keseluruhan soal yang diselesaikan adalah sebesar 24,39%. Berikut contoh
jawaban kesalahan yang dilakukan siswa pada level semi relasional.
Gambar 4 Penggalan Pekerjaan Subjek S-10
Gambar 4 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-10 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah semi relasional karena dapat memahami soal yang
harus diselesaikan dengan baik, namun ia gagal menyelesaikan soal yang
diberikan. Kesalahan pada level ini ialah siswa sudah menggunakan prosedur
penyelesaian yang benar tetapi kurang teliti menuliskan nilai jari-jari pada
persamaan lingkaran sehingga belum memperoleh kesimpulan yang tepat.
11
5. Level Relasional
Level relasional menunjukkan bahwa siswa dapat memahami semua
pernyataan yang diberikan dan menghubungkan pernyataan tersebut sehingga
diperoleh jawaban/pembuktian yang benar. Tapi siswa tidak dapat menerapkan
pernyataan yang telah diperoleh ke dalam kasus lain. Persentase kesalahan siswa
di level relasional dari keseluruhan soal yang diselesaikan adalah sebesar 10,57%.
Berikut contoh jawaban kesalahan yang dilakukan siswa pada level relasional.
Gambar 5 Penggalan Pekerjaan Subjek S-12
Gambar 5 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-12 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah level relasional karena siswa tidak memanfaatkan
pernyataan yang telah diperoleh untuk kasus lain. Kesalahan pada level ini adalah
siswa sudah merepresentasikan semua pernyataan sehingga diperoleh
jawaban/pebuktian yang benar. Tapi untuk kasus tertentu siswa tidak
menggunakan rumus persamaan lingkaran untuk menentukan jari-jari, melainkan
menggunakan rumus pytagoras.
6. Level Abstract
Level abstract menunjukkan bahwa siswa dapat menggunakan semua
pernyataan yang diberikan, sisea dapat menjelaskan hubungan antar pernyataan
yang diberikan tersebut menjadi satu argumen dalam menyelesaikan masalah,
namun siswa belum dapat menerapkan informasi yang diperoleh untuk area
12
pengetahuan yang lain. Persentase kesalahan siswa di level abstract dari
keseluruhan soal yang diselesaikan adalah sebesar 8,94%. Berikut contoh jawaban
kesalahan yang dilakukan siswa pada level abstract.
Gambar 6 Penggalan Pekerjaan Subjek S-04
Gambar 6 menunjukkan kesalahan siswa pada subjek S-04 berdasarkan
taksonomi SOLO Plus adalah level abstract karena siswa tidak dapat menerapkan
informasi yang diperoleh untuk area pengetahuan yang lain. Kesalahan pada level
ini adalah siswa sudah mengetahui rumus jari-jari lingkaran pada soal
sebelumnya, namun tidak dapat menerapkan informasi tersebut untuk menentukan
luas segitiga pada soal nomor 7. Berdasarkan hasil analisis siswa sebenarnya
mengatahui informasi soal dengan baik, siswa juga sudah mengetahui rumus
untuk mencari jari-jari lingkaran pada soal sebelumnya, tetapi siswa tidak
menerapkan informasi tersebut untuk mencari luas segitiga. Sejalan dengan hasil
penelitian Fitriah (2017: 114) menyimpulkan siswa berkemampuan sedang berada
pada level abstract, adapun kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan soal
cerita matematika berdasarkan taksonomi SOLO Plus adalah siswa menggunakan
informasi yang diberikan secara terpisah untuk menyelesaikn soal, tetapi untuk
kasus tertentu, siswa tidak menerapkan informasi yang diperoleh pada area
pengetahuan yang lain.
13
7. Level Extended Abstract
Level extended abstract menunjukkan bahwa siswa dapat menggunakan
dua atau lebih informasi yang diberikan dan yang tidak diberikan, dapat membuat
pernyataan baru sebagai akibat dari pernyataan yang telah terbukti kebenarannya,
sehingga menghasilkan prinsip baru sebagai akibat dari prinsip sebelumnya.
Persentase siswa di level extended abstract dari keseluruhan soal yang
diselesaikan adalah sebesar 11,38%. Berikut contoh jawaban kesalahan yang
dilakukan siswa pada level extended abstract.
Gambar 7 Penggalan Pekerjaan Subjek S-02
Gambar 7 menunjukkan subjek S-02 berdasarkan taksonomi SOLO Plus
berada di level extended abstract karena siswa dapat menggunakan informasi yang
diberikan dan dapat mengintegrasikan sehingga terkait secara koheren.
Berdasarkan hasil analisis siswa dapat menjelaskan proses penyelesaian yang
dibuatnya dan dapat menjawab pertanyaan baru yang tidak terdapat pada soal
serta mampu membuktikan kebenaran dari pernyataan yang dibuatnya.
Berdasarkan hasil penelitian Nugroho dan Sri Sutarni (2017: 13) persentase level
extended abstract sebesar 10,98% menunjukkan bahwa siswa mampu
mengerjakan soal dengan sempurna. Hal ini berarti siswa mampu memahami soal
dengan baik dan benar, dapat merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik
14
dan benar, serta siswa mampu menghubungkan data dan proses yang lain
sehingga mampu memperoleh generalisasi yang baru.
Adapun kesalahan yang dominan muncul dari siswa berada di level semi
relasional sebesar 24,39% yaitu salah dalam pengutipan rumus persamaan
lingkaran, rumus jari-jari, dan rumus titik pusat lingkaran, tidak teliti
memasukkan data ke rumus yang digunakan untuk penyelesaian masalah, salah
kalkulasi untuk menentukan titik pusat, salah operasi aljabar ketika mencari nilai
C, salah dalam pengoperasian bilangan bulat ketika menentukan titik pusat dan
jari-jari lingkaran serta kurang cermat menuliskan nilai jari-jari pada persamaan
lingkaran.
B. Faktor penyebab siswa melakukan kesalahan menyelesaikan soal materi
persamaan lingkaran.
Dari hasil analisis wawancara, ditemukan faktor penyebab siswa
melakukan kesalahan di setiap level taksonomi SOLO Plus. Berikut faktor-faktor
siswa melakukan kesalahan pada di level prastructural ialah: (1) Tidak mengerti
simbol-simbol dalam persamaan lingkaran; (2) Tidak mengetahui langkah-
langkah dalam menyelesaikan soal; (3) Tidak mengerti metode penyelesaian yang
seharusnya digunakan; (4) Tidak mengerti apa yang harus diselesaikan; (5) Siswa
malas belajar matematika.
Pada level unistructural siswa melakukan kesalahan disebabkan oleh: (1)
Salah menangkap informasi yang diberikan soal; (2) Tidak mampu membedakan
informasi dengan masalah soal; (3) Tidak terampil menggunakan rumus yang
diketahui untuk penyelesaian masalah.
15
Untuk level multistrutural penyebab siswa melakukan kesalahan
diantaranya: (1) Subjek masih bingung dengan teknik pengerjaan soal yang
bentuknya berbeda; (2) Tidak tertanam konsep persamaan lingkaran, hanya
sekedar menghafal rumus saja; (3) Tidak teliti menulisakan jawaban akhir; (4)
Subjek penelitian beranggapan memang seperti itu penyelesaian soalnya.
Kesalahan yang dilakukan siswa pada level semi relasional disebabkan
oleh: (1) Kurang memahami konsep aljabar sehingga salah dalam operasi aljabar;
(2) Subjek kurang teliti dalam mengerjakan soal; (3) Salah memahami unsur dan
rumus yang digunakan, beranggapan memamg demikian penyelesaian soalnya; (4)
Sekedar menghafal rumus sehingga kurang memahami konsep yang berkaitan
dengan rumus-rumus persamaan lingkaran.
Sedangkan di level relasional siswa melakukan kesalahan disebabkan oleh:
(1) Subjek beranggapan lebih mudah menggunakan prosedur yang lain untuk
menyelesaikan soal; (2) Tidak dapat mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak
menyertakan proses perhitungan; (3) Belum mampu menerapkan rumus yang
diketahui untuk kasus yang lain.
Penyebab siswa melakukan kesalahan di level abstract ialah: (1) Belum
memiliki penguasaan yang cukup terhadap materi persamaan lingkaran; (2) Belum
dapat mengaplikasikan informasi yang diperoleh untuk mencari luas segitiga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, dapat diambil kesimpulan hasil perhitungan
persentase kesalahan siswa ditinjau dari level taksonomi SOLO Plus dalam
menyelesaikan soal matematika terkait materi persamaan lingkaran, yaitu
16
persentase kesalahan siswa berada di level prastrustural 12,20%, level
unistructural 13,82%, level multistructural 18,70%, level semi relasional 24,39%,
level reasional 10,57%, dan level abstract 8,94%. Sedangkan level extended
abstract siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar tanpa
melakukan kesalahan, jika siswa diberikan permasalahan lain yang sesuai dengan
soal siswa mampu menjawab dengan benar. Persentase siswa pada level ini
sebesar 11,38%. Adapun kesalahan yang dominan muncul dari siswa berada di
level semi relasional sebesar 24,39%.
Berdasarkan hasil analisis berikut kesalahan yang muncul ketika siswa
menyelesaikan soal persamaan lingkaran diantaranya: (1) Tidak memahami
informasi sehingga tidak mengetahui langkah-langkah serta merencanakan proses
penyelesaian masalah; (2) Salah memahami informasi soal sehingga
menambahkan informasi yang tidak diketahui; (3) Salah dalam menentukan jari-
jari persamaan lingkaran; (4) Salah dalam menentukan langkah-langkah yang
tepat untuk menyelesaikan soal; (5) Salah dalam memahami informasi rumus luas
segitiga yang diketahui soal; (6) Salah dalam menggolongkan informasi sesuai
dengan simbol-simbol dalam persamaan lingkaran; (7) Salah dalam menggunakan
rumus untuk menentukan jari-jari lingkaran; (8) Salah memahamai masalah soal
sehingga tidak membuat kesimpulan; (9) Salah dalam pengutipan rumus
persamaan lingkaran, rumus jari-jari, dan rumus titik pusat lingkaran; (10) Tidak
teliti memasukkan data ke rumus yang digunakan untuk penyelesaian masalah.
11) Salah kalkulasi untuk menentukan titik pusat; (12) Salah operasi aljabar ketika
mencari nilai C; (13) Salah dalam pengoperasian bilangan bulat ketika
menentukan titik pusat dan jari-jari lingkaran; (14) Kurang cermat menuliskan
17
nilai jari-jari pada persamaan lingkaran; (15) Tidak menuliskan proses
perhitungan ketika mencari persamaan lingkaran; (16) Tidak menggunakan rumus
yang seharusnya untuk menentukan persamaan lingkaran, jari-jari, dan titik pusat.
Berdasarkan hasil analisis wawancara, peneliti hanya menganalisis faktor-
faktor penyebab kesalahan yang terdapat dalam diri siswa. Faktor internal yang
ditemukan antara lain malas mempelajari matematika, kurang memahami konsep-
konsep yang terkait materi persamaan lingkaran dan tidak teliti dalam
mengerjakan soal serta menghitung, dan terburu-buru dalam mengerjakan soal
sehingga melakukan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arpan. (2013). Level berpikir matematis siswa kelas XII SMAN 2 Bengkulu
Selatan tentang jarak dan sudut pada kubus ditinjau dari extended level
triad++ dan taksonomi SOLO (PhD Thesis). Universitas Bengkulu.
Fitriah, Isrotul. (2017). Profil kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika berdasarkan taksonomi SOLO Plus ditinjau dari perbedaan
kemampuan matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2(6),
114-123.
Lipianto, D., & Budiarto, M. T. (2013). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan persegi dan persegipanjang
berdasarkan taksonomi SOLO Plus pada kelas VIII. Jurnal MatheUnnesa,
1(1).
Marlyana, V., & Ariyanto, M. P. (2016). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi aljabar dengan taksonomi SOLO pada siswa
kelas VIII Di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017 (PhD
Thesis). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nugroho, F. A., & Sri Sutarni, M. P. (2017). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel ditinjau
dari taksonomi SOLO pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar Tahun 2016/2017 (PhD Thesis). Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.