analisis kesalahan penggunaan kosakata pada …
TRANSCRIPT
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA
KARANGAN NARASI SISWA YANG BERLATAR
BELAKANG BAHASA BETAWI KELAS VII MTS NEGERI
PARUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2012/2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
Ikawati
109013000031
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
ABSTRAK
Ikawati, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “ Analisis Penggunaan
Kosakata Pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar Belakang Bahasa Betawi
Kelas VII MTs Negeri Parung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penggunaan kosakata
pada karangan narasi siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi kelas VII
semeser genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini di lakukan di MTs
Negeri Parung pada bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen
dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan cara memberikan siswa tugas
untuk membuat karangan sebanyak satu halaman. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data yakni, karangan dianalisis dengan memperhatikan tiap-tiap
kata. Kata yang menunjukkan adanya kesalahan penggunaan kosakata digaris
bawahi dan dicatat, selanjutnya kata-kata tersebut dikategorikan ke dalam jenis
kesalahan penggunaan kosakata.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian siswa yang dijadikan objek
penelitian melakukan kesalahan penggunaan kosakata dalam menulis
karangannya. Berdasarkan perhitungan dari tabel jumlah kesalahan penggunaan
kosakata pada karangan narasi siswa, dapat dilihat bahwa karangan dari siswa
Putri Dewi paling banyak terdapat penggunaan kosakata berbahasa Betawi yaitu
sebanyak dua puluh enam kali atau 14,15%. Siswa tersebut bersuku Sunda, tetapi
bahasa sehari-hari dan bahasa keduanya adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data
siswa tersebut, latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar guru hendaknya dalam
proses pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain
itu, seorang guru juga hendaknya memperhatikan situasi kebahasaan tempat guru
mengajar dan situasi kebahasaan anak didiknya. Seorang guru juga harus dapat
menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang menyenangkan bagi siswa,
dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, serta dapat
melakukan pendekatan kepada siswa agar terlihat keakraban.
Kata kunci: analisis kesalahan, kedwibahasaan, bahasa Betawi, karangan narasi
ii
ABSTRACT
Ikawati, Program Study Indonesian Language and Literature Faculty of Tarbiya
and Teacher Learning UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi, title "On the
Authorship Analysis Using Narrative Vocabulary Students Set Rear Betawi
Parung Class VII MTsN Semester Academic Year 2012/2013".
This study aims to determine the use of vocabulary errors on narrative
essay students whose background Betawi class VII semeser even the school year
2012/2013. The research was done at MTsN Parung on February to August
2013.
The method used is descriptive qualitative. Instrument in this study is a
written test with a vara give students assignments to make as much as one-page
essay. This study uses data analysis techniques namely, essay analyzed by
considering each word. Word indicating an error underlined vocabulary usage
and recorded, then the words are categorized into types of errors the use of
vocabulary.
The study states that most students who were subjected to experiments
made a mistake in writing the essay vocabulary usage. Based on the calculation of
the table the number of errors in the use of vocabulary student narrative essay, it
can be seen that the essays of students Dewi Putri most numerous Betawi
language vocabulary use as many as twenty-six times or 14,15%. The students
Sunda tribes, but everyday language and second language is Betawi. Based on
data from the student, the student's language background is the Betawi language.
based on the results of the study, the authors suggest that teachers should be in
the process of learning the Indonesian language is good and true. In addition, a
teacher should also pay attention to the situation where teachers teach language
and linguistic situation of the students. A teacher should also be able to create the
Teaching and Learning Activities is fun for students, to motivate students to
participate in learning well, and can appeal to the students to look intimacy.
Keywords: error analysis, bilingualism, Betawi language, narrative essay
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam,
karena dengan karunia-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan
Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar Belakang
Bahasa Betawi Kelas VII MTs Negeri Parung Tahun Pelajaran 2012/2013” ini
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi
Muhamad Saw yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama penulisan
skripsi. Tetapi, berkat doa, usaha, dan perjuangan, serta dorongan dari berbagai
pihak, akhirnya segala hambatan dan rintangan dapat diatasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat
memotivasi penulis.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing
mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi
hingga selesai;
3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini;
4. Seluruh dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih telah
memberikan bimbingan kepada penulis dari awal sampai dengan akhir
perkuliahan;
5. Hj. Eti Munyati, S.Ag., selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri
Parung yang telah membimbing penulis selama penelitian skripsi
berlangsung;
iv
6. Seluruh siswa MTs Negeri Parung, khususnya kelas VII, terima kasih atas
partisipasinya selama penelitian skripsi berlangsung;
7. Orang tuaku, yang tak henti-hentinya memberikan doa dan motivasi
selama proses penyelesaian skripsi ;
8. Teman-teman seperjuanganku di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Ety Fitriyah, Ulfiana Permata, Wawah Marwatul Hasanah, dan
Nurfadillah, juga pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian
skripsi ini; dan
9. Temanku mahasiswa seperjuangan PPKT selama di MTs Negeri Parung:
Yayah Fauziah, Ernawati, Yayan Afriani, Selli Mauludani, Aulia Nursyifa,
Hammam Nasrudin, Aa Saprudin, Ajami Solichin, dan Solehudin.
Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka
meningkatkan mutu pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di negeri ini.
Jakarta, Agustus 2013
Penulis
Ikawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah.................................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Landasan Teori ..................................................................................... 7
1. Pengertian Menulis .......................................................................... 7
2. Pengertian Karangan........................................................................ 8
3. Karangan Narasi .............................................................................. 13
4. Kedwibahasaan ............................................................................... 17
5. Analisis Kesalahan Berbahasa ......................................................... 18
6. Analisis Kesalahan Kosakata ......................................................... 20
7. Bahasa Betawi ................................................................................. 23
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 27
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 30
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 30
C. Metode Penelitian................................................................................. 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 33
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..................................................................................... 36
B. Interpretasi Data ................................................................................... 84
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 87
B. Saran ..................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Bella Safitri 37
Tabel 4.2 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Dini Hulia 39
Tabel 4.3 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Syifa Dwi 40
Tabel 4.4 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Syah Reza 43
Tabel 4.5 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Nurul Aini 45
Tabel 4.6 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Hany Hapita 48
Tabel 4.7 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Wafha Fauziah 50
Tabel 4.8 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Lailatul Qadariyah 51
Tabel 4.9 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Citra Jendagia 53
Tabel 4.10 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Nurruba Rahayu 55
Tabel 4.11 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Alfira Faila 56
viii
Tabel 4.12 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Julian Ramayanti 57
Tabel 4.13 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Peri Irawan 58
Tabel 4.14 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Mega Citra 59
Tabel 4.15 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Alvira Damayanti 59
Tabel 4.16 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Shipa Pauziah 62
Tabel 4.17 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Nurkamala 62
Tabel 4.18 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Nisfi Fadilah 64
Tabel 4.19 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Putri Dewi 67
Tabel 4.20 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Ida Laela 70
Tabel 4.21 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Windi Anggraini 74
Tabel 4.22 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Dinda Humairah 76
Tabel 4.23 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada
Karangan Narasi Amelia Agustin 78
ix
Tabel 4.24 Jumlah Kesalahan Penggunaan Kosakata
pada Karangan Narasi Siswa 79
Tabel 4.25 Persentase Jumlah Kesalahan Penggunaan
Kosakata pada Karangan Narasi Siswa 84
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Karangan Narasi Siswa
2. Angket Awal
3. Uji Referensi
4. Surat Bimbingan Skripsi
5. Surat Izin Penelitian
6. Surat Keterangan Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai sarana pendukung ilmu dan
teknologi yang berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
tersebut. Perkembangan bahasa itu akan terus berlanjut dengan perkembangan
budaya bangsa yang memilikinya karena bahasa sebagai sarana pendukungnya.
Bahasa juga merupakan bagian dari kehidupan masyarakat penutur. Bagi
masyarakat Indonesia bahasa mempunyai kedudukan dan fungsi di dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Secara umum sudah
diketahui bahwa bahasa berfungsi sebagai alat berkomunikasi, alat
mengidentifikasi diri, ataupun sebagai alat berinteraksi dalam masyarakat.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan
wujud bahasa itu, pengertian bahasa dapat dibatasi sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Indonesia sebagai bangsa yang multilingual, selain bahasa Indonesia yang
digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah yang tersebar di
seluruh kepulauan, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota
masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan berkomunikasi
antarmasyarakatnya. Dalam masyarakat multilingual yang gerakan mobilitasnya
tinggi, maka anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua
bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan
kebutuhannya.
Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar pada hakikatnya sudah
diajarkan sejak peserta didik berada pada jenjang pendidikaan usia dini, sekarang
lazim disebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai ke jenjang
Perguruan Tinggi. Walaupun demikian, tetap saja kekeliruan bahasa masih sering
terjadi bahkan berulang-ulang. Ketidakpahaman terhadap tata bahasa Indonesia
yang mengakibatkan orang-orang selalu melanggar aturan resmi yang telah
2
ditentukan oleh pemerintah. Selain itu, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan
bahasa adalah acuhnya masyarakat Indonesia terhadap aturan pemerintah tentang
tata bahasa. Keacuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah tersebut sangat
dikhawatirkan dan disayangkan sekali, sebagai pengguna dan penutur asli bahasa
Indonesia dengan sengaja tidak memperhatikan kaidah bahasanya sendiri.
Kekhawatiran tersebut akan dianggap lazim bagi generasi penerus, dan ini
merupakan salah satu dampak negatif yang akan tersalur dalam pemikiran anak-
cucu bangsa.
Siswa sebagai insan terpelajar telah mendapatkan kesempatan seluas-
luasnya untuk mempelajari penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini
memiliki konsekuensi, bahwa mereka harus mampu menggunakan bahasa dalam
berbagai kepentingan yang bersifat resmi baik tulis maupun lisan. Penggunaan
ragam bahasa dalam bentuk lisan secara resmi atau formal dapat kita temukan
dalam kegiatan-kegiatan akademik, misalnya seminar pendidikan, presentasi,
pidato kenegaraan, dan lain-lain. Sementara penggunaan ragam bahasa tulis dapat
kita temukan pada tulisan-tulisan yang bersifat akademik, misalnya karya tulis,
skripsi, desertasi dan tesis. Contoh-contoh tersebut dapat ditulis dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah bahasa apabila penulisnya sudah terlatih dengan baik.
Pelatihan-pelatihan dapat dilakukan dengan cara membuat tulisan yang ringan
terlebih dahulu, misalnya menulis sebuah karangan.
Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tujuan akhir pengajaran bahasa adalah
kemampuan komunikatif, yaitu kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan
aturan penggunaan bahasa dan keadaan sosiolinguistik.
Kemampuan berbahasa memerlukan kosakata yang cukup. Dengan kata
lain, kosakata seseorang yang cukup kaya akan membantu keterampilan
berbahasanya. Seseorang tidak mungkin dapat berbicara dengan lancar tanpa
mengetahui kosakata bahasa yang cukup. Penguasaan terhadap kosakata sangat
diperlukan oleh setiap pemakai bahasa, selain merupakan alat penyalur gagasan,
penguasaan terhadap sejumlah kosakata dan memperlancar informasi yang
3
diperlukan melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Misalnya, seseorang yang
memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan
setidaknya ia telah memiliki tingkat penguasaan kebahasaan yang cukup
memadai. Jika tidak, komunikasi yang dilakukan tidak akan berjalan lancar dan
sempurna.
Untuk mencapai tujuan itu, perhatian terhadap kosakata perlu
ditingkatkan. Namun demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas
beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki perbendaharaan
kosakata bahasanya masing-masing.
Setiap bahasa memiliki kehalusan, kepelikan, keunikan, serta nuansa-
nuansa sendiri, maka wajarlah telaah kosakata yang dilakukan tidak hanya
memikirkan kata baru saja atau kata terkenal saja, tetapi yang terpenting justru
kata yang tepat. Namun, laju pengembangan bahasa Indonesia tidak terlepas dari
berbagai pengaruh, salah satunya dari bahasa daerah.
Adakalanya pengaruh bahasa daerah itu menimbulkan salah kaprah.
Kesalahan itu bila dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan kekacauan pemakai
bahasa. Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan itu perlu dianalisis.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu pengkajian terhadap
kesalahan yang dilakukan oleh pemakai bahasa (siswa) dalam berbahasa kedua
(B2). Dengan demikian, analisis kesalahan merupakan suatu alternatif praktis.
Analisis kesalahan memusatkan perhatian pada kesukaran-kesukaran yang paling
sering dihadapi oleh dwibahasawan.
Dalam menggunakan bahasa secara lisan maupun tertulis diharapkan
bahasa itu digunakan dengan terpilih dan tersusun. Jika penggunaan bahasa itu
terpilih dan tersusun, penggunaan bahasa itu dapat disebut “karangan”. Dalam hal
ini penulis akan membahas mengenai karangan narasi. Karangan narasi adalah
karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian dalam suatu rangkaian waktu.
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang sangat penting. Kegiatan
menulis, menuangkan konsep-konsep atau ide-ide ke dalam suatu tulisan yang
menggunakan kaidah-kaidah penulisan yang tepat sesuai dengan bentuk tulisan
4
yang akan dibuat. Kegiatan menulis menuntut siswa untuk dapat melahirkan
segala yang dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan penulis untuk dikemukakan
kepada orang lain. Selain itu, menulis merupakan proses keterampilan yang
bersifat kompleks karena kegiatan ini melibatkan seluruh tatanan bahasa, baik
tatanan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, paragraf maupun wacana.
Dengan menguasai seluruh tatanan bahasa itu maka diharapkan akan diperoleh
hubungan yang logis antara penguasaan kebahasaan dan kemampuan mengarang.
Dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah,
mengarang merupakan salah satu materi yang diberikan dalam pelajaran menulis,
khususnya tentang menulis karangan. Banyak orang menganggap bahwa menulis
itu mudah dan tidak perlu dipelajari. Namun pada kenyataannya menulis itu tidak
mudah dan banyak hal yang harus diperhatikan dalam menulis, terutama menulis
karangan.
Di Provinsi Jawa Barat, tepatnya di daerah Bogor sebagian besar
masyarakatnya ber-B1 bahasa Sunda dan ber-B2 bahasa Indonesia. Namun, lain
halnya di daerah Parung. Karena letaknya yang berbatasan dengan Kota Depok,
masyarakatnya pun banyak yang menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa
sehari-hari. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Betawi secara
bergantian meskipun lawan bicara mereka tidak mengerti atau tidak berlatar
belakang bahasa Betawi. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam
kaitannya dengan kesalahan berbahasa dalam pengajaran bahasa Indonesia yang
mungkin dilakukan oleh siswa yang berlatarbelakang bahasa Betawi dalam
berkomunikasi sehari-hari.
Penulis berasumsi bahwa siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi
akan banyak melakukan kesalahan berbahasa ketika ia membuat karangan dalam
bahasa Indonesia. Kesalahan itu dapat terjadi pada kategori linguistik seperti
ejaan, kosakata, morfologi, dan sintaksis.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian
Analisis Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang
Berlatar Belakang Bahasa Betawi Kelas VII MTs Negeri Parung Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012/2013.
5
B. Identifikasi Masalah
1. Dwibahasawan menggunakan B-1 dan B-2 secara bergantian dalam
percakapan sehari-hari.
2. Kesalahan penggunaan kosakata yang dilakukan siswa karena faktor
penggunaan dua bahasa secara bergantian.
3. Kesalahan dalam menulis karangan siswa terpengaruh oleh kesalahan
berbicaranya.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah dan tidak melebar, maka penulis
membatasi masalah penelitian yaitu pengklasifikasian tipe kesalahan dilakukan
berdasarkan kategori linguistik. Kategori linguistik yang diamati hanya kategori
kosakata.
Dalam hal ini penulis akan membicarakan masalah kesalahan penggunaan
kosakata hanya pada karangan narasi yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs
Negeri Parung yang berlatar belakang bahasa Betawi semester genap tahun
pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak
terjadi kerancuan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan di
angkat dalam penelitian ini. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana kesalahan penggunaan kosakata pada karangan narasi yang
dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun
pelajaran 2012/2013 sebagai dwibahasawan?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang penting dalam kegiatan penelitian
ini. Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini
penulis bertujuan menjelaskan data tentang kesalahan penggunaan kosakata pada
karangan khususnya karangan narasi oleh siswa yang berlatar belakang bahasa
Betawi.
6
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis adalah manfaat yang berhubungan dengan
pengembangan ilmu. Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti di
antaranya dapat meningkatkan kualitas ilmu pendidikan bahasa Indonesia
dan mampu mengaplikasikannya. Selain itu, peneliti dapat memahami
berbagai problematika yang terjadi dalam penggunaan kosakata pada
karangan narasi siswa dan dapat menemukan solusi yang berkaitan dengan
kesalahan penggunaan kosakata, serta dapat memberikan rekomendasi atas
hasil temuan yang kiranya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah.
b. Manfaat Praktis
1) Siswa, diharapkan mendapat pengetahuan tentang kesalahan
menggunakan bahasa (kosakata) akibat pengaruh bahasa Betawi serta
dapat memperbaiki kesalahannya dalam menggunakan bahasa
(kosakata).
2) Guru, mampu membantu mengatasi kesalahan berbahasa siswa yang
ditimbulkan oleh pengaruh bahasa Betawi.
3) Peneliti, dapat menambah wawasan dalam penggunaan bahasa yang
baik dan benar, dan memperoleh gambaran tentang kesalahan berbahasa
yang dilakukan oleh siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dalam
berbahasa Indonesia.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima
dari proses menyimak dan membaca. Jadi semakin banyak seseorang menyimak
atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk
diekspresikan secara tertulis.
Menurut Wallace dalam Hindun menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya, memberi
tahu, meyakinkan, menghibur. Menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa
adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan
pikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media
tulisan. Hasil dari proses kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan
atau karangan.1
Tarigan mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif.2 Pendapat lain diungkapkan oleh Nurudin bahwa menulis
adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar
mudah dipahami. 3
Definisi di atas mengungkapkan bahwa menulis yang baik adalah menulis
yang bisa dipahami oleh orang lain. Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tidaklah
terlalu berlebihan bila kita mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan
1 Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), hlm.203 2 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), hlm. 3 3 Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.4
8
suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Keterampilan
menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan
praktik yang banyak dan teratur.
2. Pengertian Karangan
Untuk memulai mengembangkan diri agar dapat mengarang suatu tulisan
apapun, seorang penulis perlu terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian
karangan. Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu diketahui terlebih
dahulu makna kata mengarang. Mengarang berarti „menyusun‟ atau „merangkai‟.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis.
Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang
berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai
benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan
timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat,
kemudian jadilah dengan apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang
merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi
penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai
bunga. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian sebutan
penulis untuk orang yang menulis karangan.4
Mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa,
kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga
dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga).5
Karangan berarti merupakan hasil dari proses mengarang, baik dalam
menyusun ataupun merangkai. Sesuai pembahasan mengarang di sini dapat
diartikan menyusun atau merangkai kata-kata hingga menjadi suatu kalimat,
paragraf, bahkan menjadi sebuah cerita. Wibowo menyebutkan bahwa karang-
mengarang adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam
tulisan, karena disampaikan secara resmi atau teratur, berarti karang-mengarang
4 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), hlm.233 5 Ibid, hlm.234
9
memiliki mekanisme yang mau tak mau, mesti kita pahami secara sungguh-
sungguh.6 Karang - mengarang di sini merupakan proses penyampaian ide pikiran
dari pengarang. Proses penyampaian ide tersebut dilakukan dalam bentuk tulisan
secara teratur hingga menjadi sebuah karangan. Karangan itulah yang dapat
mewakili ide pikiran dan perasaan dari pengarang.
Menurut Lado dalam Wibowo, mengarang adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut asalkan mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.7 Selain
karangan dapat menerangkan ide pikiran pengarang, karangan juga dapat
menggambarkan suatu hal yang ingin disampaikan pengarang, baik itu berupa
gambar, grafik, dll, sehingga karangan juga dapat mewakili pengarang dalam hal
apapun.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa karangan adalah seluruh rangkaian perbuatan seseorang dalam
mengolah gagasan, pikiran, dan perasaan yang dituangkan melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami.
Jenis-jenis Karangan
Bentuk penyampaian pikiran dan perasaan kepada orang lain dengan
melalui dua bentuk komunikasi yaitu secara lisan dan tulisan. Mengarang adalah
pengungkapan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Karangan dapat dibedakan
melalui berbagai sudut pandang. Tentang jenis karangan berdasarkan isinya,
karangan dapat digolongkan atas karangan bahasan, karangan lukisan, dan
karangan drama.
Berdasarkan penyajian dan tujuan penyampaiannya karangan dapat
digolongkan atas lima jenis, yaitu:
a) Karangan Deskripsi (lukisan)
6 Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan pragmatik dalam
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003),hlm.56 7Ibid, hlm.56
10
Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek
pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal
katanya, yaitu describere (bahasa Latin) yang berarti menulis tentang,
membeberkan sesuatu hal, melukiskan sesuatu hal.8 Suparno dan Yunus
mengemukakan bahwa karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca
dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang
dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.9
Menulis deskripsi juga bisa dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti
bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.penggambaran itu mengandalkan
pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus
didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat.10
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan karangan deskripsi adalah
karangan yang isinya melukiskan tentang suatu hal secara objektif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan khayalan, dan pengarang
harus bisa melukiskan apa yang diindra dan dirasakan dalam wujud kalimat-
kalimat.
b) Karangan Narasi (kisahan)
Istilah narasi (berasal dari narration = bercerita). Karangan narasi adalah
suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan
tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis
atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.11
Narasi adalah suatu bentuk karangan atau wacana yang mengisahkan atau
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu.
Dengan pengisahan peristiwa ini penulis berharap dapat membawa pembaca
8 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), hlm.244 9 Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2006), hlm.4.6 10
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.60 11
Op cit. hlm.95
11
kepada suatu suasana yang memungkinkannya seperti menyaksikan atau
mengalami sendiri peristiwa itu.12
Dari kedua pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa karangan narasi
adalah karangan yang isinya menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi
dengan sejelas-jelasnya.
c) Karangan Eksposisi (paparan)
Kata eksposisi yang dipungut dari kata bahasa Inggris exposition
sebenarnya berasala dari kata bahasa Latin yang berarti membuka atau
memulai. Memang karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan
untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.13
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Sudarno dan Rahman bahwa
eksposisi adalah karangan yang memberikan informasi, penjelasan, atau
laporan kepada pembaca. Termasuk ke dalamnya tulisan yang menerangkan
proses.14
Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau
proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan menafsirkan gagasan,
menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu.15
Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud karangan eksposisi adalah karangan yang menguraikan,
menerangkan dan bertujuan memaparkan suatu objek dengan tujuan
memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang.
d) Karangan Argumentasi (alasan)
Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca agar menerima atau mengambil doktrin, sikap, dan tingkah laku
tertentu.16
Sedangkan menurut Nurudin karangan argumentasi biasanya
bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau
12
Sabarti Akhadiah, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.7.3 13
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa,,
(Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008), hlm.246 14
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, 1986), hlm.174 15
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.67 16
Op cit, hlm.250
12
pendirian dirinya. Bisa juga untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis
dapat diterima.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan
argumentasi adalah karangan yang isinya terdiri dari alasan-alasan untuk
membuktikan dan meyakinkan tentang sesuatu hal agar pembaca berbuat atau
mengambil suatu sikap, sehingga nantinya pembaca sependapat dengan
pengarang.
e) Karangan Persuasi (membujuk)
Menurut Suparno dan Yunus karangan persuasi adalah karangan yang
berisi paparan berdaya -bujuk, berdaya –ajuk, ataupun berdaya himbau yang
dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti
himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis.17
Dengan
kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat
bahasa.
Senada dengan pendapat di atas, Finoza juga mengemukakan bahwa
karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya,
yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomnikasikan yang mungkin berupa
fakta, suatu pendidrian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan
seseorang.18
Karena persuasi bertujuan agar pendengar atau pembaca melakukan
sesuatu maka persuasi termasuk ke dalam cara-cara untuk mengambil
keputusan. Orang yang menerima persuasi harus yakin bahwa keputusan yang
diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana yang dilakukan
tanpa paksaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi
bertujuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain serta para pembaca
agar melakukan sesuatu hal yang dikehendaki oleh orang yang melakukan
persuasi.
17
Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), hlm.5.47 18
Op cit, hlm.253
13
3. Karangan Narasi
1) Pengertian Karangan Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang terjadi.
Pengertian tersebut menegaskan bahwa narasi berusaha untuk menjawab apa yang
terjadi. Narasi merupakan bentuk karya tulis yang umum dijumpai. Menarasikan
berarti menceritakan atau mengisahkan.
Menurut Keraf, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang
terjadi.19
Jadi, narasi berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”.
Pertanyaan tersebut digambarkan secara lengkap dengan urutan peristiwa
berdasarkan waktu dan tempat. Sedangkan menurut Nurudin narasi adalah
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu.20
Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun, narasi
juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan, dan
wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun
berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi selalu ada
tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa yang diceritakan.
Dengan kata lain, narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung urut dalam suatu kesatuan
waktu.
Karakteristik Karangan Narasi
Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut
urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau
serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
19
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997), hlm.136 20
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm. 71
14
Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak memenuhi keingintahuan
pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”
Unsur penting yang membedakannya dengan dari deskripsi, karangan
narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan dan waktu. Keduanya
dalam tata keutuhan tempat dan waktu. Jika ingin menulis karangan narasi, maka
peristiwa atau kejadian yang sudah dikumpulkan disusun beruntun sehingga
menjadi serangkaian peristiwa yang menarik.
Hal terpenting yang harus diingat dalam mengarang narasi ialah: (1)
walaupun khayal atau berimajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan
cerita. Tokoh harus bertindak wajar sesuai dengan watak dan kepribadian yang
diberikan, (2) harus berlogika, kalau tidak cerita akan kacau atau sukar
dimengerti.21
Contoh karangan narasi:
S menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985, ia sedang bersembahyang
di dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh. Puluhan orang
berhamburan keluar lewat pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang
belum menerima vonis itu ikut keluar.
Belum sampai satu kilometer dari Rutan, ia singgah di sebuah warung
kecil karena melihat dua buronan lainnya ada di situ. Salah seorang temannya
itu memberinya uang Rp. 2000,00 dan menyuruhnya segera pergi. Dengan
bekal tersebut, S naik bajaj ke rumah seorang kenalannya di Tanah Abang,
Jakarta Pusat.
Harapannya untuk mendapat perlindungan di rumah kenalannya menjadi
sirna, ketika kenalannya itu mengetahui bahwa seharusnya S masih
mendekam di dalam tahanan. S disuruh pergi dari rumah itu. Buronan ini
kemudian berkeliaran di kawasan pelacuran Bongkaran Tanah Abang. “Tiga
hari pertama saya selalu merasa diawasi dan curiga kepada siapa saja,”
ujarnya. S sempat ditanyai oleh seorang warga Bongkaran yang merasa
curiga. S mengaku bernama N, dan menceritakan bahwa ia sedang terlantar di
Jakarta. Kemudian ia berhasil berkenalan dengan salah seorang warga
Bongkaran itu dan menetap di sana selama lebih kurang dua minggu.
Tetapi rasa takut terus melecutnya, Suwardi ingin lari ke luar Jakarta.
Lewat kenalannya di Bongkaran, S menitipkan surat kepada seorang teman
dekatnya di Jatinegara. Teman dekatnya ini memberinya uang Rp. 5000,00.
Dengan bekal ini S pulang ke kampung halamannya di Sukakilo, Pati, Jawa
Tengah. Beruntung tidak ada keluarga atau tetangga yang mengetahui
pelariannya. S tinggal di kampungnya selama sembilan bulan.
21
Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), hlm.4.31
15
Tiba-tiba ada seorang tetangganya pulang dari daerah transmigrasi di
Kecamatan Ipuh, Bengkulu Utara. Tetangganya akan kembali lagi ke
Bengkulu Utara. S yang sudah merasa aman di desanya ini, mencium peluang
emas untuk ikut pergi ke daerah transmigrasi, sekaligus mengubur masa
lalunya dan masa depan yang baru.
Selang beberapa waktu kemudian, S memang mendarat di Bengkulu dan
menuju kawasan transmigrasi di bagian Utara. Ia mulai menghirup udara
kebebasan di sebuah daerah terpencil dan mulai bergulat dengan sebuah
babak baru kehidupan. Ia ingin hidup sebagai petani.
Tetapi hukum dan kebebasan kadang-kadang nampak paradoks. Sementara
itu, satu tim reserse Polres Jakarta Pusat yang dipimpin Capa D meluncur
dalam sebuah tugas perburuan ke Jawa Tengah, menangkap seorang
tersangka pencuri emas. Hamba hukum ini juga mengetahui alamat S di
Sukakilo. Petugas memburu ke Sukakilo, tetapi S sudah berangkat ke
Bengkulu Utara. Dari bengkulu, hamba hukum ini melanjutkan perburuannya
ke Kecamatan Ketahun Ipuh, 160 kilometer dari Bengkulu. Mereka sampai di
sana pukul 02.00 Minggu, dini hari. Paginya mereka menuju ke tempat yang
diperkirakan S bersembunyi. Namun hasilnya nihil. Diperoleh keterangan S
bekerja di sebuah ladang di desa Karangpulo, sekitar 47 kilometer dari
Ketahun Ipuh.
Kedua hamba hukum ini pun melanjutkan perburuannya ke desa
Karangpulo, dengan membawa seseorang yang kenal betul dengan S. Sekitar
pukul 09.00 pagi hari Minggu, kendaraan yang ditumpangi reserse ini
memperlambat jalannya, ketika tiga orang laki-laki melangkah dari arah yang
berlawanan. Salah seorang di antaranya dikenal sebagai S. Dua anggota
reserse itu langsung meloncat ke luar dari dalam mobilnya. “Jangan
bergerak”, ancam Capa D sambil mengacungkan pistolnya. Bumi tempat S
berpijak serasa runtuh. Buronan yang masih memanggul cangkul sepulang
dari ladang itu, menyerah. Dengan mobil, S dibawa kembali ke Jakarta dan
tentu kembali menjadi penghuni Rutan Salemba.
(Diedit dari Kompas, 2 April 1986)22
2) Jenis-jenis Karangan Narasi
Karangan narasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif.
a. Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris bertujuan memberi informasi pada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas. Artinya, narasi ini berusaha menggugah
pembaca agar mengetahuai apa yang dikisahkan. Narasi ini mempersoalkan tahap-
tahap kejadian dan rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca. Contoh
22
Sabarti Akhadiah, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.7.5
16
narasi ekspositoris antara lain kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan,
dan cerita tentang pembunuhan.
Narasi ekspositoris bisa dibagi menjadi dua yakni bersifat generalisasi dan
khusus. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang
menyampaikan suatu proses umum dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat
dilakukan berulang-ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini.
Misalnya adalah narasi yang menceritakan bagaimana membuat pisang goreng.
Narasi ini memberikan tahap-tahap pembuatan pisang goreng sampai menjadi
pisang goreng siap makan. Semua orang bisa melakukannya asal dilakukan sesuai
petunjuk dan berulang-ulang dipraktikkan.
Sementara itu, narasi ekpositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang
berusaha menceritakan suatu peristiwa yang kha, yang hanya terjadi satu kali saja.
Peristiwa tersebut tentu saja tidak bisa diulang-ulang, karena merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Misalnya, pengalaman
seseorang yang baru saja pergi ke luar negeri, yang tidak mungkin diulang karena
dikisahkan dalam sebuah narasi yang bersifat khusus
b. Narasi Sugestif
Narasi ini berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam
suatu kejadian. Seluruh rangkaian peristiwanya berlangsung dalam suatu kesatuan
waktu. Tujuannya bukan utuk memperluas pengetahuan pembaca tetapi usaha
memberi makna atas kejadian yang disampaikan. Maka, narasi sugestif bertujuan
untuk menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada
pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca diharapkan mampu menarik suatu
makna baru di luar apa yang diungkapkan secara ekplisist (sesuatu yang tersurat
mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak), sementara itu makna
baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkanm sebagai suatu
rangkaian gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke
waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca,
karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu. Contoh tulisan narasi sugestif adalah
novel dan cerpen.
17
4. Pengertian Kedwibahasaan
Dilihat dari jumlah bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat
bahasa, ada masyarakat bahasa yang menggunakan satu bahasa dan ada
masyarakat bahasa yang menggunakan dua bahasa atau lebih.
Zaman yang terus maju, ilmu pengetahuan tentang masalah kebahasaan
pun turut berkembang. Pengertian kedwibahasaan sebagai salah satu gejala
kebahasaan turut pula berkembang. Kedwibahasaan adalah istilah yang
pengertiannya bersifat nisbi (relatif). Kenisbian tersebut terjadi karena batas
seseorang untuk dapat disebut dwibahasawan itu bersifat arbitrer.
Pada mulanya kedwibahasaan diartikan sebagai penguasaan yang sama
baik terhadap dua buah bahasa oleh seseorang seperti halnya penguasaan oleh
pembicara asli.23
Kedwibahasaan merupakan kenyataan dalam masyarakat
Indonesia, pada masa lalu, masa sekarang, dan lebih-lebih pada masa mendatang.
Hal itu merupakan bagian dan sekaligus pencerminan dari keadaan kebudayaan
kita yaitu kebudayaan bhineka tunggal ika.
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia di
sebut juga kedwibahasaan. Dalam sosiolinguistik, secara umum bilingualisme
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.24
Senada dengan pendapat yang dikemukakan sebelumnya, Ohoiwutun
mengemukakan bahwa penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau
suatu masyarakat dinamai bilingualisme atau kedwibahasaan.25
Kedwibahasaan
adalah kebiasaan penggunaan dua bahasa atau lebih dalam suatu masyarakat
bahasa. 26
According to Dornyei bilingualism that defines the term as the ability
23
Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, (Bandung: CV Diponegoro,
1984), hlm.26 24
Abdul Chaer, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 84 25
Paul Ohoiwutun, Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan
Kebudayaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 1997), hlm.66 26
Abdul Syukur Ibrahim dan Suparno, Sosiolinguistik, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
hlm.3.9
18
to produce complete meaningful utterances in two language.27
yang artinya
kemampuan menghasilkan keseluruhan makna dalam dua bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan
merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau masyarakat
secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa, tentunya seseorang
harus menguasai kedua bahasa tersebut terlebih dahulu.
5. Analisis Kesalahan Berbahasa
a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Manusia sebagai makhluk Tuhan tidak akan lepas dari kesalahan. Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara kelompok maupun individu
selalu mengandung dua risiko. Pertama, risiko kebenaran dan kedua resiko
kesalahan. Namun, pada hakikatnya kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan
itu harus dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali.
Setiap manusia baik itu anak-anak, remaja, ataupun dewasa, dalam
kegiatan berkomunikasi baik lisan maupun tulis setiap hari menggunakan bahasa.
Dalam berkomunikasi, siswa terkadang atau sering melakukan kesalahan.
Istilah “kesalahan” yang dipergunakan dalam buku ini adalah
padanan dari kata “errors” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris
sendiri kata errors mempunyai sinonim, antara lain: mistakes dan goofs.
Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, di samping kata kesalahan
kita pun mengenal kata kekeliruan dan kata kegalatan.28
Dalam kegiatan berbahasa yang terdiri dari empat kegiatan berbahasa yaitu
menyimak, membaca, menulis, dan berbicara tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan. Kesalahan yang ditimbulkan tentu berhubungan dengan masalah-
masalah kebahasaan pula. Di dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis,
kesalahan-kesalahan mengenai penggunaan kosakata, tanda baca, ejaan, dan
pilihan kata banyak dilakukan oleh penulis.
27
Zoltan Dornyei, The Psychology of Second Language Acquisition, (New York: Oxford ,
2009), hlm.15 28
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
1988), hlm.142
19
Seseorang melakukan kesalahan berbahasa disebabkan oleh dua
kemungkinan. Pertama pengarang benar-benar tidak tahu bahwa yang ditulisnya
itu salah, kedua melakukan kesalahan berbahasa, walaupun sebenarnya pengarang
tahu bahwa hal itu salah, tetap saja ia melakukannya. Pada sebab kesalahan
pertama harus diberitahu mengenai kesalahan yang dilakukan oleh pengarang,
mana yang benar dan salah, sedangkan pada sebab kesalahan kedua pengarang
harus diberi tahu dan diperbaiki agar mendapatkan bahasa Indonesia yang baku.
Banyak pakar kebahasaan yang tertarik pada analisis kesalahan dan
mereka mengkhususkan diri pada bidang ini. Ada di antara mereka yang telah
memberi batasan dan pengertian mengenai analisis kesalahan yaitu antara lain:
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh
para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar,
pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut,
pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-
sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.29
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Yulianto dan Mintowati bahwa analisis
kesalahan merupakan suatu prosedur. Sebagai suatu prosedur terdapat langkah-
langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dan guru bahasa saat menghadapi
sejumlah contoh kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.30
Telah berulang-ulang dijelaskan bahwa analisis kesalahan pada mulanya
hanya untuk menganalisis penyimpangan penggunaan bahasa Inggris, terutama
dalam kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Namun
ide, teknik dan teori yang mendasari analisis kesalahan kiranya dapat diterapkan
untuk pengembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan
pengajaran bahasa Indonesia.31
Dari batasan yang dikemukakan oleh dua ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan mengenai analisis kesalahan yaitu:
29
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa
Bandung, 1988),hlm. 170 30
Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), hlm.2.5 31
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, (Flores: Nusa Indah, 1989), hlm.108
20
Suatu prosedur yang digunakan peneliti untuk pengumpulan sampel,
pendeskripsian, pengklasifikasian, pengevaluasian, serta merupakan bentuk
penyimpangan wujud bahasa yang menghambat kelancaran komunikasi.
b. Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa atau “language errors” memang beraneka ragam
jenisnya dan dapat dikelompok-kelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan
cara seseorang memandangnya. Dengan perkataan lain, setiap sudut pandang
menghasilkan pengelompokkan tertentu.
Ada pakar yang membedakan jenis-jenis kesalahan berbahasa atas dua
jenis, yaitu:
1). Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan
kekurangan perhatian, yang oleh Chomsky disebut faktor performansi. Faktor
performansi ini, merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa
kepustakaan disebut mistake.
2). Kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-
kaidah bahasa, yang disebut oleh Chomsky sebagai faktor kompetensi,
merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh
pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 (bahasa
kedua) disebut “errors”32
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan
kekurangan perhatian serta kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah
bahasa. Selain itu, kesalahan berbahasa dapat ditinjau dari segi penyebab dan dari
segi kebahasaan.
6. Analisis Kesalahan Kosakata
a. Pengertian Kosakata
Setiap penutur bahasa memiliki sejumlah kosakata. Dengan sejumlah
kosakata yang dimilikinya, penutur bahasa tersebut dapat menunjukkan
32
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa
Bandung, 1988),hlm.143
21
kemahiran berbahasanya karena kemahiran berbahasa seseorang ditentukan oleh
sejumlah kosakata yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosakata yang
dikuasainya semakin leluasa pula dia menetukan kata-kata yang tepat pada saat
berbahasa.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas berikut ini penulis kemukakan
beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kosakata.
Kosakata adalah perbendaharaan kata.33
Pendapat lain tentang kosakata
yang dikemukakan Keraf yaitu kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung
suatu makna.34
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Zainuddin bahwa kosakata
adalah sebuah kata atau kelompok kata untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk
dan jenis benda.35
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata
merupakan perbendaharaan kata atau kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu
bahasa yang mengandung suatu makna. Jadi seseorang yang perbendaharaannya
sedikit akan memiliki wawasan yang sempit dalam berkomunikasi dan tidak akan
terampil menggunakan bahasanya. Artinya, apa yang terlintas dalam pikirannya
itu tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang tepat seperti yang diinginkan,
karena ia tidak memiliki wawasan yang cukup untuk mengungkapkan apa yang
dipikikannya itu. Dengan demikian, penguasaan kosakata yang banyak sangat
menguntungkan kita dalam belajar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
berkomunikasi.
b. Analisis Kesalahan Kosakata
Pemakai bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang
dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan menghasilkan
tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat,
tulisan atau pembicaraan tidak mustahil akan membingungkan pembaca atau
pendengarnya, akibat pemilihan kata yang kurang tepat, kalimat menjadi samar-
33
Pusat Pembinaan dan Pengembangna Bahasa, KBBI, (DP & K: Balai Pustaka, 2008),
hlm.736. 34
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm.15 35
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1992),
hlm.86
22
samar atau bahkan menggelikan. Ada juga pemilihan kata yang tidak tepat yanag
masih dapat dipahami oleh orang lain, tetapi dari segi kaidah bahasa kata yang
dipilihnya tidak termasuk kata yang baku.
Dalam kaitan inilah, pemilihan kata itu dilakukan dengan cermat, agar
kalimat yang disusun dapat dicerna dan dipahami pembaca atau pendengar. Pada
umumnya bangsa Indonesia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
berbahasa daerah. Oleh karena itu, janganlah heran apabila bahasa daerah sebagai
bahasa pertama besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia.
Bahasa daerah itu telah memperkaya bahasa Indonesia, bahkan telah
menyerap ke dalam berbagai unsur kebahasaan, seperti: fonologi, morfologi,
sintaksis, serta kosakata yang tidak sedikit jumlahnya.
Kontak bahasa Indonesia dengan bahasa derah tentu tidak terhindar dari
kesalahan. Tidak semua kosakata bahasa daerah dapat secara langsung digunakan
dalam bahasa Indonesia.
Sering tidak disadari bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan bukanlah
bahasa Indonesia yang murni, melainkan bahasa Indonesia yang sudah
dipengaruhi oleh bahasa daerah. Pengaruh itu bermacam-macam, ada pengaruh
makna kata, pengaruh bentukan kata, dan ada pula pengaruh struktur kalimat.
Kesalahan kosakata termasuk ke dalam kesalahan leksikon, yaitu kesalahan
memakai kata yang tidak atau kurang tepat.36
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kesalahan kosakata dapat dikelompokkan atas: pengaruh kata, pengaruh struktur
kata, pengaruh struktur frase dan pengaruh struktur klausa dan kalimat, serta
kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.
c. Evaluasi Kesalahan Kosakata
Evaluasi pendidikan dan pengajaran dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Hal
itu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan
secara langsung pada objek penelitian melalui karangan narasi siswa.
36
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa
Bandung, 1988),hlm.198
23
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah ingin mengetahui
kesalahan berbahasa dalam bidang kosakata siswa yang berlatar belakang bahasa
Betawi pada karangan narasi melalui beberapa teknik, yaitu tes dan angket.
1) Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh indovidu atau kelompok.37
Teknik tes digunakan pada siswa secara langsung. Teknik tersebut dilakukan
setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes essai yang dilakukan secara langsung oleh siswa dengan membuat
karangan narasi.
2) Angket
Pengumpulan data melalui angket dilakukan oleh penulis kepada siswa
secara langsung untuk mengetahui gambaran tentang kesulitan penggunaan
kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung sebagai
dwibahasawan. Hal tersebut akan mempermudah penulis dalam pengumpulan
data.
Dalam penelitian ini angket dibuat dengan bentuk campuran.
Maksudnya, responden diberikan pilihan untuk menjawab setiap pertanyaan
sesuai alternatif jawaban yang telah disediakan atau dapat menuliskan
jawaban lain yang sesuai pada alternatif jawaban yang telah dikosongkan.
Pertanyaan dalam angket berjumlah 13 pertanyaan.
7. Bahasa Betawi
Pembicaraan mengenai bahasa Betawi, sama halnya seperti pembicaraan
mengenai bahasa Indonesia. Bahasa Betawi dan bahasa Indonesia lahir dari
bahasa Melayu. Pembicaraan mengenai bahasa Indonesia sama halnya dengan
membicarakan bahasa Melayu. Muhadjir mengungkapkan bahwa bahasa
37
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2001),hlm.5
24
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 diangkat dari
bahasa Melayu. 38
Pada hakikatnya, bahasa Indonesia bersumber dari bahasa
Melayu yang telah dipakai bertahun-tahun lamanya. Bahasa Melayu pada saat itu
telah dipakai sebagai lingua-franca oleh antarsuku baik dalam lisan maupun dalam
tulisan. Bahasa Melayu tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Masyarakat
yang mula-mula memakai bahasa Melayu sebagai lingua-franca, kemudian
dibebani tugas yang tak mudah yaitu mengganti bahasanya dengan bahasa
Indonesia. Perubahan bahasa seperti ini membuat bahasa Melayu masih tetap
dipakai oleh sekelompok masyarakat sebagai percakapan sehari-hari, khususnya
di daerah Jakarta.
a. Wilayah Bahasa dan Budaya Betawi
Dari segi sejarah kependudukan kota ini, masyarakat asli Jakarta terbentuk
dari berbagai macam suku yang datang dari luar Jakarta, yang bersama-sama
meninggalkan identitas asalnya dan bersama-sama membentuk etnis baru, Kaum
Betawi, kurang lebih sama halnya seperti masyarakat Betawi tersebut, penghuni
kota metropolitan Jakarta dewasa ini juga terbentuk oleh masyarakat pendatang
dari berbagai wilayah di luar Jakarta, dan bersama anak Betawi membentuk
masyarakat Jakarta modern dengan menggunakan bahasa yang berakar pada
bahasa Betawi.
Lengkapnya wilayah persebaran bahasa Melayu Betawi menurut Muhadjir
adalah sebagai berikut:39
a) Di seluruh wilayah administratif DKI Jakarta yang tersebar dalam 30
Kecamatan.
b) Di luar wilayah DKI Jakarta, terdapat di:
Kabupaten Tangerang, yakni di kecamatan-kecamatan: Mauk, Sepatan,
Teluk Naga, Batu Ceper, Ciledug, Cipondoh, Pondok Aren, Ciputat, dan
Serpong.
38
Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2000), hlm.102 39
Ibid , hlm.56
25
Kabupaten Bogor, yakni di kecamatan-kecamatan: Gunung Sindur, Parung
Sawangan, Bojong Gede, Semplak, Cibinong, Pancoran Emas Sukma
Jaya, Beji, dan Cimanggis.
Kabupaten Bekasi, yakni di kecamatan-kecamatan: Pondok Gede, Jati
Asih, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bantar
Gedang, Setu, Tambun, Cibitung, Cikarang, Sukatani, Tambelang,
Pabayuran, Cabang Bungin, Muara Gembong, Taruna Jaya, dan Babelan.
b. Ciri Khas Bahasa Betawi
1. Ciri Tata Ucap
Untuk memudahkan pembahasan tentang ciri-ciri khas bahasa Betawi,
yaitu membandingkannya dengan ciri-ciri tata ucap bahasa Indonesia.
Ciri 1: Kata-kata apè, anè, ayè, gilè bila diucapkan dalam bahasa Indonesia
sama dengan apa, ana, aya, gila. Selain itu bahasa Betawi tidak mengenal
vokal rangkap atau diftong ai, au. Dengan demikian kata-kata yang dalam
bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan
dengan è dan o. Kata-kata seperti pantai, cerai, atau pulau dan tembakau,
diucapkan sebagai pantè, cerè, pulo dan tembako.
Ciri 2: Kaidah kedua adalah kata-kata yang berakhir dengan konsonan h dalam
bahasa Indonesia, dalam bahasa Betawi diucapkan tanpa h.demikian misalnya
kata-kata seperti darah, merah, sebelah, salah, tengah, dalam bahasa Betawi
menjadi darè, merè, salè, tengè.
Ciri 3: Seperti dapat dilihat pada beberapa contoh yang sudah disebut, salah
satu ciri bahasa Betawi adalah terjadinya pemenggalan kata atau bunyi awal.
Seperti terjadi pada beberapa contoh, sayè diucapkan ayè, samè sering
diucapkan amè.
2. Ciri Morfologis
Ciri yang menonjol dalam bidang pembentukan kata adalah:
(1) Awalan kata kerja prenasal
26
Kata-kata kerja yang dalam bahasa Indonesia berbentuk me- dalam
bahasa Betawi hanya berupa nasal yang mengawali bentuk dasar. Kata kerja
seperti pukul, bakar, kunyè „kunyah‟, ganggu menjadi kata kerja mukul,
mbakar, ngunyè, dan nganggu, yang sejajar dalam bahasa Indonesia memukul,
membakar, mengunyah, dan mengganggu.
(2) Awalan ber-
Bentuk awalan itu pun mempunyai ciri khas. Hampir dalam semua
bentuk dasar tidak pernah muncul utuh ber-, melainkan selalu hanya berbentuk
be- seperti bebisik untuk „berbisik‟, bejalan „berjalan‟, bejanji „berjanji‟,
betemen „berteman‟, dan sebagainya.
(3) Akhiran –in
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua akhiran –i dan –kan yang sama
artinya dengan akhiran dalam bahasa Betawi yaitu –in. Kata-kata Indonesia
mendatangi, menyembunyikan, mengambilkan, menjahitkan, dalam bahasa
Betawi adala: ndatangin, ngumpetin, ngambilin, dan ngejaitin.
(4) Akhiran –an
Akhiran sama bentuknya dengan bahasa Indonesia, tetapi
penggunaannya di Jakarta cukup khas. Dalam bahasa Betawi akhiran itu bisa
menyatakan „lebih‟ bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva, seperti
cepetan, tinggian, baikan, „lebih cepat‟, „lebih tinggi‟, „lebih baik‟.
(5) Bentuk kata ulang
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua bentuk ulangan kata: ulangan kata
penuh, seperti laki-laki, beramai-ramai dan ulangan suku awal seperti lelaki
atau tetangga. Dalam bahasa Indonesia kehadiran bentuk ulang yang kedua
sangat terbatas. Tetapi dalam bahasa Betawi, sekalipun tidak seproduktif
seperti dalam bahasa Sunda, jumlah contoh bentuk ulang yang kedua tampak
lebih banyak, seperti tetamu „tamu‟, gegares „makan‟, bebenah „memberes-
bereskan‟, gegaruk „garuk-garuk‟, sesenggukan „tersengguk-sengguk‟.
(6) Awalan maen dan kejè
27
Frasa kata kerja dengan maen tampaknya juga khas Betawi seperti
terdapat dalam maen pukul, maen ambil, maen tubruk, yang berarti „melakukan
pekerjaan secara sembarangan, semaunya sendiri‟.
Model pembentukan kata itu juga terdapat dengan awalan kejè atau
kerja (pinggiran) seperti terdapat dalam kejè ketawa, „membuat orang tertawa‟
kejè mare „menyebabkan marah.
3. Ciri Sintaksis
Ciri yang bersifat tata kalimat khususnya menonjol dengan munculnya
berbagai kata partikel kalimat seperti si(h), kek, dong, deh, dan sebagainya.
a. Lu udè nggak kenal langgar sih
„Kau tidak lagi mengenal musalla‟
b. Tapinyè bilang dulu amè si Miun dong yè
„Tetapi bicarakan dulu dengan si Miun, ya‟
c. Nyai kek perawan sini kek
„(Tidak peduli), apakah Nyai atau gadis dari sini‟
d. Belon pulang kok delmannyè ada di blakang
„Dia belum pulang, mengapa delmannya sudah ada di belakang‟
B. Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah menelusuri beberapa
hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan ini. Penelitian terdahulu akan dipaparkan sebagai berikut:
Maidatussalamiyah mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
skripsi “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X
Semester Ganjil di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa
simpulan yaitu kesalahan yang dilakukan siswa dalam paragraf deskripsi pada
penggunaan kata tidak baku, kesalahan diksi pada penggunaan kata ciptaan
28
sendiri, penggunaan kata yang bersinonim, penggunaan idiomatik, penggunaan
kata asing, penggunaan kata yang bermakna denotasi atau konotasi, dan
penggunaan kata yang berhubungan dengan panca indra. Kesalahan yang paling
banyak dilakukan siswa Kelas X Semester Ganjil di MAN 12 Jakarta Barat adalah
kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri.
Adapun perbedaan penelitian Maidatussalamiyah dengan skripsi ini yaitu
kesalahan yang diteliti adalah kesalahan diksi di dalam karangan deskripsi siswa,
sedangkan kesalahan yang penulis teliti adalah kesalahan pada penggunaan
kosakata dalam karangan narasi siswa.
Lieza Yanti mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Interferensi
Bahasa Betawi Pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Miftahul Falah Cipulir-Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk
interferensi pada karangan narasi siswa terjadi pada bentuk kata, afiks kategori
prefiks, sufiks, dan konfiks. Sedangkan pada afiks kategori infiks dan
pengulangan tidak terjadi. Bentuk yang paling sering terinferensi adalah bentuk
kata, sedangkan pada bentuk afiks paling sering terinferensi adalah konfiks. Dari
45 karangan Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Miftahul Falah
Cipulir-Kebayoran Lama Jakarta Selatan karangan yang terinterferensi bahasa
Betawi sebanyak 33 atau 73,30%, karangan yang tidak terinterferensi bahasa
betawi sebanyak 12 atau 26,70%. Jadi sebagian besar siswa melakukan
interferensi bahasa Betawi dalam karangan narasinya.
Adapun perbedaan penelitian Lieza Yanti dengan skripsi ini yaitu terletak
pada masalah yang diteliti. Masalah yang diteliti oleh Lieza yanti adalah
interferensi bahasa Betawi bukan hanya pada kosakata saja, tetapi juga pada
proses morfologis seperti imbuhan dan kata ulang. Sedangkan masalah yang
penulis teliti hanya kesalahan pada penggunaan kosakata.
Lili Sholihah mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Interferensi
29
Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Dialek Cirebon Terhadap Bahasa Indonesia
dalam Karangan Narasi Siswa Kelas V Semester Ganjil di SD Negeri 1 Babakan
Ciwaringin Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa bentuk interferensi pada tataran morfologi dan sintaksis
dalam karangan narasi siswa terdapat penyimpangan pada pembentukan prefiks
nasal /N/ menjadi /m-, ñ-, n-, ŋ-/, pembentukan prefiks /kǝ-/ dalam bahasa Jawa
Cirebon menyatakan makna ketidaksengajaan berpadanan dengan prefiks /tǝr-/
dan /bǝr/, pembentukan morfem zero dalam hal ini tidak munculnya prefiks /bǝr-/,
/mǝN-/, dan /tǝr-/, konfiks /mǝ-kan/, dan tidak terdapat afiks karena dalam bahasa
Jawa tidak memiliki afiks tersebut, pembentukan sufiks /-akǝn/ dalam bahasa
Indonesia berpadanan dengan sufiks /-kan/ yang menyatakan‟melakukan untuk
orang lain‟ dan memasukan kata bahasa Jawa Cirebon ke dalam Bahasa
Indonesia. Bentuk interferensi sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia
dalam karangan narasi yaitu pola penggunaan klitika /-ña/, pola pembentukan
frasa, dan pola pembentukan klausa (pengulangan subjek ganda).
Adapun perbedaan penelitian Lili Sholihah dengan skripsi ini yaitu pada
masalah yang diteliti. Lili Sholihah meneliti tentang interferensi morfologi dan
sintaksis bahasa Jawa Dialek Cirebon dalam karangan narasi, sedangkan masalah
yang penulis teliti yaitu kesalahan penggunaan kosakata dalam karangan narasi
siswa yang berlatar belakan bahasa Betawi.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat, penulis belum mendapati
kesalahan penggunaan kosakata pada karangan narasi siswa yang berlatar
belakang bahasa Betawi. Maka dari itu penulis ingin mengetahui atau melihat
tipe-tipe kesalahan kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri
Parung. Penelitian ini merupakan penelitian terkini yang berusaha memperkaya
khazanah penelitian tentang kesalahan berbahasa khususnya dalam kategori
kosakata. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta
jalan dan kotanya. Dalam penelitian terhadap kesalahan kosakata pada karangan
narasi siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dalam berbahasa Indonesia,
lokasi yang di ambil untuk melakukakan penelitian yaitu di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Parung.
MTs Negeri Parung terletak di Lebak Wangi, Jalan Raya Parung, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Di provinsi Jawa Barat, tepatnya di daerah Parung,
banyak ditemukan masyarakat yang dwibahasawan. Salah satu di antaranya
masyarakat yang ber-B1 bahasa Betawi dan ber-B2 bahasa Indonesia.
Waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu selama tujuh
bulan yaitu dimulai dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013.
Pengambilan data penelitian dilakukan di sekolah ini, khususnya pada siswa kelas
VII semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40
Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Negeri Parung kelas VII
berjumlah sembilan kelas yang terdiri dari 423 siswa.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 80.
31
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.41
Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Dalam penelitian ini, penulis memilih satu kelas yang diambil secara acak
dari sembilan kelas. Kelas VII-1 menjadi kelas terpilih sebagai kelas sampel
dengan jumlah 30 siswa. Peserta dengan jumlah tersebut adalah benar-benar dapat
mewakili seluruh peserta didik. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan
pertimbangan, yaitu bahasa yang digunakan siswa kelas VII-1 dalam percakapan
sehari-hari di sekolah adalah bahasa Betawi.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan
analisis data yang dipergunakan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian
deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya meggambarkan “apa adanya” tentang satu variabel, gejala atau keadaan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mangenai status suatu gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan.42
Metode deskriptif adalah metode yang di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang terjadi atau ada. Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan tipe-tipe
kesalahan berbahasa tulis yang dilakukan oleh siswa yang berlatar belakang
bahasa Betawi dalam berbahasa Indonesia. Pengklasifikasian dilakukan
berdasarkan kesalahan pada kategori kosakata.
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 81 42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatam Praktik, (Rineka Cipta:
Jakarta, 2006), hlm.309
32
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data
agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah ingin mengetahui
kesalahan berbahasa dalam bidang kosakata siswa yang berlatar belakang bahasa
Betawi pada karangan narasi melalui beberapa teknik, yaitu observasi, tes, dan
angket.
1) Observasi
Cara yang pertama dilakukan peneliti untuk mendapatkan data penelitian
yaitu dengan melakukan observasi. Peneliti datang ke sekolah dengan
menyertakan surat izin observasi dan proposal penelitian. Setelah
mendapatkan izin, barulah melakukan observasi yang berkaitan dengan
penelitian yaitu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang latar
belakang bahasa yang digunakan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung.
2) Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh indovidu atau kelompok.43
Teknik tes digunakan pada siswa secara langsung. Teknik tersebut
dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan. Bentuk tes yang
digunakan adalah tes essai yang dilakukan secara langsung oleh siswa dengan
membuat karangan narasi.
3) Angket
Pengumpulan data melalui angket dilakukan oleh penulis kepada siswa
secara langsung untuk mengetahui gambaran tentang kesulitan penggunaan
kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung sebagai
43
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2001),hlm.5
33
dwibahasawan. Hal tersebut akan mempermudah penulis dalam pengumpulan
data.
Dalam penelitian ini angket dibuat dengan bentuk campuran.
Maksudnya, responden diberikan pilihan untuk menjawab setiap pertanyaan
sesuai alternatif jawaban yang telah disediakan atau dapat menuliskan
jawaban lain yang sesuai pada alternatif jawaban yang telah dikosongkan.
Pertanyaan dalam angket berjumlah 13 pertanyaan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk memperoleh informasi dan sumber data.44
Keberhasilan penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan, karena data
yang diperoleh melalui instrumen. Alat pengambilan harus dirancang dan dibuat
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan data empiris. Instrumen penelitian ini
dibantu dengan timbal (observasi) atau nontes. Dibuat oleh peneliti sendiri untuk
mencatat data berupa kalimat yang terdapat pada karangan narasi dalam
penggunaan kosakata yang salah, seperti contoh:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Kesalahan Kosakata
Nama Siswa (judul karangan)
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan
mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 136.
34
menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta
menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama. Dalam
rangka pengklasifikasian dan pengelompokkan data tentu harus didasarkan pada
apa yang menjadi tujuan penelitian.45
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) model Miles dan
Hubermen, yang meliputi tiga langkah, antara lain: (1) reduksi data, (2)
display/penyajian data, (3) mengambil kesimpulan kemudian diverifikasi. Berikut
penjelasannya.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan menajamkan untuk mengorganisasikan
data. Pada tahap ini peneliti merekam data lapangan dalam bentuk catatan-
catatan lapangan, lalu ditafsirkan masing-masing data yang relevan dengan
fokus masalah yang diteliti. Pada tahap ini peneliti mulai
mempertimbangkan apakah data yang dihasilkan dari penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian.
2. Display/penyajian data
Pada langkah ini peneliti menyusun data secara teratur dan
terperinci sehingga mudah dipahami. Data-data yang digunakan, dianalisis
secara teliti untuk menunjukkan jawaban yang diharapkan. Kegiatan
analisis dapat dilakukan sebagai berikut: (1) membaca karangan narasi
siswa, (2) mencatat kata-kata yang bukan bahasa Indonesia, (3)
menganalisis kata-kata yang merupakan bahasa Betawi dan menganalisis
siswa yang paling banyak melakukan kesalahan penggunaan kosakata.
45
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.253
35
3. Mengambil kesimpulan/verifikasi
Pada langkah ini peneliti sudah memasuki tahap membuat
simpulan dari data yang sudah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan
ini masih bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi selama
penelitian berlangsung. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan
dilakukan secara terus menerus mulai dari awal, saat penelitian
berlangsung, sampai akhir.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Sebelum meminta siswa untuk membuat karangan narasi, mereka
terlebih dahulu diingatkan tentang pengertian karangan narasi. Setelah itu siswa
diminta untuk membuat sebuah karangan narasi sebanyak satu halaman yang
masing-masing siswa berbeda-beda jumlah paragrafnya. Ada siswa yang
membuat sebanyak tiga paragraf, ada juga yang membuat dua paragraf, bahkan
ada juga siswa yang membuat satu paragraf dalam satu halaman. Hasil karangan
tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dianalisis untuk mengetahui ada atau
tidaknya kesalahan penggunaan kosakata yang dibuat oleh siswa yang berlatar
belakang bahasa Betawi.
Cara mengetahui siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi adalah
dengan melihat angket, yakni asal suku siswa, suku yang paling dominan di
tempat tinggal siswa, dan bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Jika siswa berasal dari suku Betawi, dan bahasa yang digunakan juga bahasa
Betawi, bahasa sehari-hari dan bahasa pertamanya juga bahasa Betawi, maka
siswa tersebut berlatar belakang bahasa Betawi.
Berdasarkan hasil penelitian, banyak siswa yang belum mengerti dan
paham tentang karangan narasi. Banyak dari siswa yang membuat karangan narasi
seperti halnya menulis buku harian. Selain itu banyak karangan siswa yang tidak
memiliki rangkaian peristiwa seperti halnya konflik di dalam cerita.
Pada bagian deskripsi data ini, penulis akan menguraikan tentang frekuensi
kesalahan penggunaan kosakata dalam karangan narasi masing-masing siswa pada
tiap-tiap kalimat. Setelah diketahui frekuensi kesalahannya, data-data tersebut
kemuadian dianalisis. Hasil analisis disajikan dalam bentuk wacana deskripsi.
Untuk lebih jelas mengenai data hasil karangan siswa dimaksud, dapat diuraikan
satu persatu di bawah ini:
37
Tabel 4.1
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Pengalaman di MTs Negeri Parung” Siswa Bella Safitri
No Kalimat Kosakata Berbahasa
Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
1 Lama-lama aku
dan teman-
temanku di SDN
Jampang 5 sudah
tidak main bareng
lagi. (kalimat ke-
5)
Bareng Bersama Lama-lama aku
dan teman-
temanku di SDN
Jampang 5 sudah
tidak main
bersama lagi.
2 Aku ketemu teman
aku di kantin
langsung aku
panggil tapi dia
gak ngejawab
padahal Bella
manggilnya di
kuping dia.
(kalimat ke-8)
-ketemu
-tapi
-gak
-ngejawab
-manggilnya
-bertemu
-tetapi
-tidak
-menjawab
-memanggilnya
Aku bertemu
temanku di kantin
langsung aku
panggil tetapi dia
tidak menjawab
padahal Bella
memanggilnya di
telinganya.
3 Langsung aku
panggil namanya
dan aku senyum
tetapi dia gak
ngejawab hanya
senyum saja tetapi
buatku itu sudah
cukup daripada
gak senyum juga
gak ngejawab.
(kalimat ke-10)
-gak
-ngejawab
-tidak
-menjawab
Langsung aku
panggil namanya
dan aku senyum
tetapi dia tidak
menjawab hanya
senyum saja tetapi
buatku itu sudah
cukup daripada
tidak senyum juga
tidak menjawab
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Bella Safitri sebanyak delapan kali.
Kesalahan terletak pada kalimat lima, delapan, dan sepuluh.
38
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5
Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang
terdapat pada kalimat ke-5 “Lama-lama aku dan teman-temanku di SDN Jampang
5 sudah tidak main bareng lagi”.
Penggunaan kata „bareng‟ pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata
„bareng‟ bukan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya
digunakan dalam kalimat tersebut yaitu kata „bersama‟. Dengan demikian, kalimat
di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Semakin lama saya dan teman-teman di SDN Jampang V sudah tidak bermain
bersama lagi”.
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Aku ketemu teman aku di kantin
langsung aku panggil tapi dia gak ngejawab padahal Bella manggilnya di kuping
dia”.
Penggunaan kata „ketemu‟, „tapi‟, „gak‟, „ngejawab‟, dan „manggilnya‟
pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „ketemu‟,‟ngejawab‟, „manggilnya‟ adalah
bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kalimat bahasa Indonesia. Bentuk
kata dasar dari kata-kata tersebut adalah „temu‟, „jawab‟, dan „panggil‟.
Seharusnya bahasa Indonesianya adalah „bertemu‟, „menjawab‟, dan
„memanggil‟. Kata „gak‟ merupakan bahasa Betawi yang di dalam bahasa
Indonesia berarti „tidak‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar
artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung
yang menunjukkan ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya
diganti dengan kata „tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Saya bertemu teman di kantin. Saya panggil tetapi dia tidak menjawab
padahal saya memanggil di telinganya”.
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10
Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang
terdapat pada kalimat ke-10 “Langsung aku panggil namanya dan aku senyum
39
tetapi dia gak ngejawab hanya senyum saja tetapi buatku itu sudah cukup daripada
gak senyum juga gak ngejawab”.
Penggunaan kata „gak‟ dan „ngejawab‟ pada kalimat tersebut tidak tepat.
Kata „gak‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan
„tidak‟ di dalam bahasa Indonesia. Kata „ngejawab‟ adalah bahasa Betawi yang
masuk ke dalam susunan kalimat bahasa Indonesia. Bentuk kata dasar „ngejawab‟
adalah „jawab‟. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „menjawab‟. Dengan
demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya panggil namanya dan tersenyum kepadanya, tetapi dia tidak
menjawab hanya tersenyum. Bagi saya itu sudah cukup dari pada tidak senyum
dan juga tidak menjawab”.
Tabel 4.2
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Dini Hulia
No Kalimat Kosakata Berbahasa
Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
4 Hmm... ia
membawa
anaknya yang
masih kecil,
iiiiihhh lucu
banget namanya
Amel, dan pukul
20.00 aku tidak
bisa tidur dan
akhirnya kira-kira
jam 22.00 aku bisa
tidur. (kalimat ke-
4)
Banget Sangat Hmm...ia
membawa anaknya
yang masih
kecil,iiiiiihhhh
sangat lucu,
namanya Amel.
Pukul 20.00 aku
tidak bisa tidur dan
akhirnya sekitar
pukul 22.00 aku
bisa tidur.
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Dini Hulia sebanyak satu kali.
Kesalahan tersebut terletak pada kalimat ke-4. Kutipan yang terdapat pada
kalimat tersebut “Hmm... ia membawa anaknya yang masih kecil, iiiiihhh lucu
banget namanya Amel, dan pukul 20.00 aku tidak bisa tidur dan akhirnya kira-
kira jam 22.00 aku bisa tidur”.
40
Penggunaan kata „banget‟ pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata
„banget‟ bukan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya
digunakan yaitu „sangat‟. Dengan demikian, kalimat yang benar sebagai berikut.
“Ia membawa anaknya yang masih kecil dan sangat lucu, namanya Amel.
Pukul 20.00 saya tidak bisa tidur dan akhirnya sekitar pukul 22.00 saya baru bisa
tidur”.
Tabel 4.3
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Taman Bunga Nusantara” Siswa Syifa Dwi
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
5 Disana aku cuma
jalan-jalan dan naik
mobil-mobilan sama
temen-temen.
(kalimat ke-3)
Temen-temen
Teman-teman Di sana aku cuma
jalan-jalan dan naik
mobil-mobilan
dengan teman-teman.
6 Gak cuma itu ajah
aku sama temen-
temen aku mau ke
taman bunga tapi
karena Taman
Bunganya jauh aku
masuk dulu ke
rumah Jepang.
(kalimat ke-4)
Gak
Ajah
Temen-temen
Tapi
Dulu
Tidak
Saja
Teman-teman
Tetapi
Dahulu
Tidak hanya itu saja,
aku dan teman-
temanku mau ke
Taman Bunga tetapi
karena Taman
Bunganya jauh, aku
masuk dahulu ke
rumah Jepang.
7 Kayanya sih dia
sekeluarga terus
ngomongnya pake
bahasa Arab lagi
kan aku sama
temen-temen gak
ngerti apa yang
mereka lagi
omongin. (kalimat
ke-6)
Kayanya
Sih
Terus
Ngomongnya
Pake
Kan
Temene-temen
Gak
Ngerti
Omongin
Sepertinya
Lalu
Bicaranya
Pakai
Teman-teman
Tidak
Mengerti
Bicarakan
Sepertinya dia
sekeluarga. Lalu
bicaranya pakai
bahasa Arab, aku dan
teman-teman tidak
mengerti apa yang
sedang mereka
bicarakan.
8 Setelah lama mereka
pada ngobrol-
ngobrol, aku sama
temen-temen diusir
sama mereka dari
Ngobrol-ngobrol
Temen-temen
Mengobrol
Teman-teman
Setelah lama mereka
mengobrol, aku dan
teman-teman diusir
oleh mereka dari
rumah Jepang itu.
41
rumah Jepang itu.
(kalimat ke-7)
9 Yaudah setelah itu
aku jalan ke taman
bunga disana aku
foto-foto dan disana
juga aku ketemu
orang arab itu.
(kalimat ke-8)
Ketemu Bertemu Setelah itu aku jalan
ke Taman Bunga, di
sana aku berfoto-foto
dan di sana juga aku
bertemu orang Arab
itu.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Syifa Dwi sebanyak sembilan belas
kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, enam, tujuh, dan delapan.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Disana aku cuma jalan-jalan
dan naik mobil-mobilan sama temen-temen. ”.
Penggunaan kata „temen-temen‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata
„temen-temen‟ merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang terpengaruh oleh
bahasa Betawi. Kata dalam bahasa Indonesia yang benar adalah „teman-teman‟.
Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Di sana saya hanya jalan-jalan dan naik mobil-mobilan bersama teman-
teman.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Gak cuma itu ajah aku
sama temen-temen aku mau ke taman bunga tapi karena Taman Bunganya jauh
aku masuk dulu ke rumah Jepang.”
Penggunaan kata „gak‟, „ajah‟, „temen-temen‟, „tapi‟, dan „dulu‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „tidak‟, „saja‟,
„teman-teman‟, „tetapi‟, dan „dahulu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
42
“Tidak hanya itu saja, saya dan teman-teman ingin ke Taman Bunga,
tetapi karena Taman Bunganya jauh, saya masuk terlebih dahulu ke rumah
Jepang.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6
Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
sepuluh kali. pada pemilihan kata baku dan struktur kata. Kutipan yang terdapat
pada kalimat ke-6 “Kayanya sih dia sekeluarga terus ngomongnya pake bahasa
Arab lagi kan aku sama temen-temen gak ngerti apa yang mereka lagi omongin.”
Penggunaan kata „kayanya‟, „ sih‟, „terus‟, „ngomongnya‟, „pake‟,
„kan‟, „temen-temen‟, „gak‟, „ngerti‟, dan „omongin‟ pada kalimat tersebut tidak
tepat. Kata „kayanya‟, „terus‟, „ngomongnya‟, „temen-temen‟, gak‟, „ngerti‟ dan
„omongin‟ merupakan kata-kata di dalam bahasa Betawi. Seharusnya kata-kata
tersebut diganti menjadi „sepertinya‟, „lalu‟, bicaranya‟, „teman-teman‟, „tidak‟,
„mengerti‟, dan „bicarakan‟. Kata „sih‟ dan „kan‟ merupakan kata partikel di
dalam bahasa Betawi, sehingga tidak perlu ditulis ke dalam kalimat bahasa
Indonesia. Kata ‟pake‟ juga merupakan bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak
mengenal vokal rangkap atau diftong ai, au. Kata-kata yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è
dan o. Kata „pake‟ dalam bahasa Indonesia yaitu „pakai‟. Dengan demikian,
kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Sepertinya dia sekeluarga. Bicaranya menggunakan bahasa Arab,
saya dan teman-teman tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-7
Kalimat ke-7 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
dua kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-7 “Setelah lama mereka pada
ngobrol-ngobrol, aku sama temen-temen diusir sama mereka dari rumah Jepang
itu.”
Penggunaan kata „ngobrol-ngobrol‟, dan „temen-temen‟ pada kalimat
di atas tidak tepat. Kata „ngobrol‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi dengan
ciri nasal yang mengawali bentuk kata kerja dasar „obrol‟. Kata „temen-temen‟
merupakan kata bahasa Indonesia yang terpengaruh tata ucap dalam bahasa
43
Betawi yang menggunakan è di setiap akhir kata. Kata yang tepat digunakan
pada kalimat tersebut yaitu „mengobrol‟, „dan‟, teman-teman‟. Dengan
demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
“setelah lama mereka mengobrol, saya dan teman-teman diusir oleh
mereka dari rumah Jepang itu.”
5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 ” Yaudah setelah itu aku jalan
ke taman bunga disana aku foto-foto dan disana juga aku ketemu orang arab itu.”
Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang
seharusnya digunakan pada kalimat tersebut „bertemu‟. Dengan demikian,
kalimat yang tepat sebagai berikut.
“Setelah itu saya jalan ke Taman Bunga. Di sana saya berfoto-foto
dan di sana juga saya bertemu dengan orang Arab itu.”
Tabel 4.4
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Nonton Pertandingan Sepak Bola Persikabo Vs Persikad “
Siswa Syah Reza
No Kalimat Kosakata Berbahasa
Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
11 Saya pengen
cepet-cepet liat
pertandingan
sepak bola,
rasanya lama
banget hari
minggu. (kalimat
ke-1)
Pengen
Liat
Cepet-cepet
Banget
Ingin
Lihat
Cepat-cepat
Sangat
Saya ingin cepat-
cepat melihat
pertandingan sepak
bola. Rasanya lama
sekali hari minggu.
12 Saya menabung
uang sehari 5ribu
buat bayar liat
pertandingan
sepak bola.
(kalimat ke-2)
Buat
Liat
Untuk
Lihat
Saya menabung
uang sehari 5ribu
untuk melihat
pertandingan sepak
bola.
13 Pada saat jam 2
siang saya dan
Temen-temen Teman-teman Saat jam 2 siang
saya dan teman-
44
temen-temen saya
berkumpul di
depan. (kalimat
ke-4).
teman berkumpul
di depan.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Syah Reza sebanyak tujuh kali.
Kesalahan terletak pada kalimat satu, dua, dan empat.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1
Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Saya pengen cepet-cepet
liat pertandingan sepak bola, rasanya lama banget hari minggu.”
Penggunaan kata „pengen‟, „cepet-cepet‟, „liat‟, dan „banget‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan kosakata dalam bahasa
Betawi. Kata-kata tersebut dalam bahasa Indonesia yaitu menggunakan kata
„ingin‟, „cepat-cepat‟, „lihat‟, dan „sangat‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya ingin cepat-cepat melihat pertandingan sepak bola. Hari minggu
terasa sangat lama.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2
Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Saya menabung uang sehari
5ribu buat bayar liat pertandingan sepak bola.”
Penggunaan kata „buat‟ dan „liat‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata
yang seharusnya digunakan yaitu „untuk‟ dan „lihat‟. Dengan demikian, kalimat
di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya menabung uang sehari lima ribu rupiah untuk melihat
pertandingan sepak bola.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Pada saat jam 2 siang saya dan
temen-temen saya berkumpul di depan.”
45
Penggunaan kata „temen-temen‟ pada kalimat tersebut tidak tepat,
karena kata tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kata
yang seharusnya digunakan yaitu „teman-teman‟. Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat pukul dua siang, saya dan teman-teman berkumpul di depan.”
Tabel 4.5
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Latihan Paskibra” Siswa Nurul Aini
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata dalam
Kalimat
14 Pas salah satu teman
saya datang, tiba-tiba dia
langsung menangis,
terus dia cerita sama
kakak kelas dan teman-
temannya katanya kaki
dia dilindas motor.
(kalimat ke-3)
Pas
Terus
Saat
lalu
Saat salah satu teman
saya datang, tiba-tiba
dia langsung menangis,
lalu dia bercerita
kapada kakak kelas dan
teman-temannya bahwa
kakinya dilindas motor.
15 Pas itu ada kakak kelas
yang baru datang, pas
mereka kita kasih tau
kalau teman kita kakinya
habis dilindas motor,
mereka berdua langsung
panik terus kita semua
jadi ikutan panik deh.
(kalimat ke-4)
Pas
Kasih tau
Terus
Deh
Saat
Beri tahu
Lalu
Saat itu ada kakak
kelas yang datang, saat
mereka kita beri tahu
kalau teman kita
kakinya habis dilindas
motor, mereka berdua
langsung panik lalu kita
semua jadi ikut panik.
16 Teman saya terusnya
dibawa pulang sama
satpam sekolah. (kalimat
ke-6)
Terusnya Kemudian Teman saya kemudian
dibawa pulang oleh
satpam sekolah.
17 Pas pelatih kita datang
kita diajari formasi untuk
lomba nanti, formasinya
agak ribet tapi keren loh.
(kalimat ke- 9)
Pas
Ribet
Loh
Tapi
Saat
Sulit
Saat pelatih kita
datang, kita diajari
formasi untuk lomba
nanti. Formasinya agak
sulit tetapi keren.
46
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurul Aini sebanyak sebelas kali.
Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, enam, dan sembilan.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “ Pas salah satu teman saya
datang, tiba-tiba dia langsung menangis, terus dia cerita sama kakak kelas dan
teman-temannya katanya kaki dia dilindas motor.”
Penggunaan kata „pas‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-
kata tersebut seharusnya menggunakan kata „saat‟, dan „lalu‟. Dengan demikian,
kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat salah satu teman saya datang, tiba-tiba dia langsung menangis. Dia
bercerita kapada kakak kelas dan teman-temannya bahwa kakinya terlindas
motor.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Pas itu ada kakak kelas yang
baru datang, pas mereka kita kasih tau kalau teman kita kakinya habis dilindas
motor, mereka berdua langsung panik terus kita semua jadi ikutan panik deh.”
Penggunaan kata „pas‟, „kasih tau‟, „terus‟ dan „deh‟ pada kalimat di atas
tidak tepat. Kata „pas‟, „kasih tau‟, dan „terus‟ dalam bahasa Indonesia
seharusnya menggunakan kata „saat‟, „beri tahu‟, dan „lalu‟. Sedangkan kata
„deh‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi yang seharusnya tidak
ditulis dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat itu ada kakak kelas yang datang. Mereka kami beri tahu bahwa
teman kami kakinya terlindas motor. Mereka berdua langsung panik, lalu kami
semua pun ikut panik.”
47
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6
Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Teman saya terusnya dibawa
pulang sama satpam sekolah.”
Penggunaan kata „terusnya‟ pada kalimat tersebut tidak tepat, karena kata
tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kata yang
seharusnya digunakan yaitu „kemudian‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Kemudian teman saya dibawa pulang oleh satpam sekolah.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9
Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Pas pelatih kita datang kita
diajari formasi untuk lomba nanti, formasinya agak ribet tapi keren loh.”
Penggunaan kata „pas‟, „ribet‟, „tapi‟, dan „loh‟ pada kalimat tersebut
tidak tepat. Karena kata tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa
Indonesia. Kata „pas‟ dan „ribet‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang
sama artinya dengan kata „saat‟ dan „sulit‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „tapi‟
merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa
Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran.
Kalimat tersebut merupakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang terpengaruh
bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata
„tetapi‟. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „kemudian‟. Kata „loh‟
merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi. Serharusnya tidak perlu ditulis
dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Saat pelatih kami datang, kami diajari formasi untuk lomba nanti.
Formasinya agak sulit, tetapi keren.”
48
Tabel 4.6
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Pengalaman yang Berbeda” Siswa Hanny Hapita
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya
Perbaikan Kata dalam
Kalimat
18 Pengalaman saya
pada saat di sd sangat
mengasyikan dengan
teman-teman,
bercanda bersama,
senang bareng, sedih
bareng, dan pada saat
suka maupun duka
tetap bersama.
(kalimat ke-1)
Bareng Bersama Pengalaman saya pada
saat di SD sangat
mengasyikan dengan
teman-teman, bercanda
bersama, senang
bersama, sedih
bersama, dan pada saat
suka maupun duka
tetap bersama.
19 Pada saat saya sd
kalau ketemu antara 1
dengan yang lain kita
sering menegor tapi
kenapa pada saat
berpisah semuanya
berubah. (kalimat ke-
3)
Ketemu
Menegor
Tapi
Bertemu
Menegur
Tetapi
Saat saya SD kalau
bertemu antara satu
dengan yang lain kita
saling menegur, tetapi
kenapa pada saat
berpisah semuanya
berubah.
20 Dulu kita saling
menyapa tapi skarang
mah udah pada
berubah semua.
(kalimat ke-5)
Dulu
Tapi
Mah
Udah
Dahulu
Tetapi
Sudah
Dahulu kita saling
menyapa tetapi
sekarang sudah
berubah semua
21 Temanku yang di
sdnya pendiem
skarang jadi berubah
jadi sombong sok
cantik, sok pinter
pokoknya berubah
drastis deh. (kalimat
ke-6)
Pendiem
Pinter
Deh
Pendiam
Pintar
Temanku yang di SD
nya pendiam sekarang
jadi berubah, jadi
sombong sok cantik,
sok pintar pokoknya
berubah drastis
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Hany Hapita sebanyak sebelas kali.
Kesalahan terletak pada kalimat satu, tiga, lima, dan enam.
49
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1
Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Pengalaman saya pada saat di sd
sangat mengasyikan dengan teman-teman, bercanda bersama, senang bareng,
sedih bareng, dan pada saat suka maupun duka tetap bersama.”
Penggunaan kata „bareng‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „bareng
merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan kata „bersama‟
di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Pengalaman saya pada saat di SD sangat menyenangkan. Selalu bersama
dengan teman-teman, bercanda bersama, senang bersama, sedih bersama, dan
saat suka maupun duka tetap bersama.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Pada saat saya sd kalau ketemu
antara 1 dengan yang lain kita sering menegor tapi kenapa pada saat berpisah
semuanya berubah. “
Penggunaan kata „ketemu‟, „menegor‟ dan „tapi‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata „ketemu‟ bentuk dasarnya adalah‟ temu‟ jika ditambahkan awalan
menjadi „bertemu‟. Kata „menegor‟ bentuk kata dasarnya adalah „tegur‟ dan jika
diberikan awalan me-, maka menjadi „menegur‟. Kata „tapi‟ merupakan kata
dalam bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa
Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran.
Kalimat tersebut merupakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang terpengaruh
bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata
„tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Saat saya SD jika bertemu antara satu dan yang lain kami saling
menegur, tetapi saat berpisah semuanya berubah.”
50
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5
Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Dulu kita saling menyapa tapi
skarang mah udah pada berubah semua.”
Penggunaan kata „dulu‟, „tapi‟, „mah‟, „udah‟ pada kalimat tersebut tidak
tepat. Penulisan kata „dulu ‟ seharusnya „dahulu‟ dan kata „udah‟ seharusnya
„sudah‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata
„tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan
ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata
„tetapi‟. Sedangkan kata „mah‟ bukan merupakan kata yang ada di dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Dahulu kita saling menyapa, tetapi sekarang semua sudah berubah.”
Tabel 4.7
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Pengalaman Liburan” Siswa Wafha Fauziyah
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
22 Saya dipanggil sama
mamah saya kata
mamah saya, saya
akan pergi berenang
ke Jungle, terus saya
langsung pulang dan
siap-siap untuk
berangkat. (kalimat
ke-3)
Terus Lalu Saya dipanggil
oleh mamah saya.
Saya akan pergi
berenang ke
Jungle, lalu saya
langsung pulang
dan siap-siap untuk
berangkat.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Wafha Pauziah sebanyak satu kali.
Kesalahan terletak pada kalimat ketiga.
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang
terdapat pada kalimat ke-3 “Saya dipanggil sama mamah saya kata mamah saya,
51
saya akan pergi berenang ke Jungle, terus saya langsung pulang dan siap-siap
untuk berangkat..”
Penggunaan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut
seharusnya menggunakan kata „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya dipanggil oleh ibu. Saya akan pergi berenang ke Jungle, lalu saya
langsung pulang dan bersiap-siap untuk berangkat.”
Tabel 4.8
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi Siswa
Lailatul Qadariyah
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
23 Pada hari rabu aku mau
berangkat sekolah aku
mandi dulu, sesudah
mandi aku memakai
baju, terus aku sarapan.
(kalimat ke-1)
Dulu
Terus
Dahulu
Lalu
Pada hari Rabu aku
mau berangkat ke
sekolah, aku mandi
terlebih dahulu.
Sesudah mandi aku
memakai baju, lalu
aku sarapan.
24 Sesudah di sekolah aku
belajar penjaskes,
olahraga terus gurunya
gak ada, akhirnya aku
jalan-jalan sama teman-
teman ke duren seribu.
(kalimat ke-3)
Terus
Gak
Lalu
Tidak
Sesudah di sekolah
aku belajar
penjaskes lalu
gurunya tidak ada,
akhirnya aku jalan-
jalan bersama
teman-teman ke
Duren Seribu.
25 Kita jalan-jalan kekali,
kesawah terus kita ke
sasar deh akhirnya kita
nanya-nanya jalan
kekali kemana.
(kalimat ke-4)
Kali
Terus
Kesasar
Nanya-nanya
Sungai
Lalu
Tersesat
Bertanya
Kita jalan-jalan ke
sungai dan ke
sawah, lalu kita
tersesat. Akhirnya
kita bertanya
kemana arah jalan
ke sungai.
26 Akhirnya kita tau dan
sampai dikali eh kita
mau nyebrang kali tau-
tau jembatannya gak
ada, akhirnya kita tanya
lagi alhamdulillah
Tau
Kali
Eh
Nyebrang
Gak
Tahu
Sungai
Menyebrang
Tidak
Akhirnya kita tahu
dan sampai di
sungai. Saat kita
mau menyebrang
sungai ternyata
jembatannya tidak
52
jembatannya ada.
(kalimat ke-6)
ada. Akhirnya kita
tanya lagi
alhamdulillah
jembatannya ada.
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Laelatul Qadariyah sebanyak tiga
belas kali. Kesalahan terletak pada kalimat satu, tiga, empat, dan enam.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1
Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Pada hari rabu aku mau berangkat
sekolah aku mandi dulu, sesudah mandi aku memakai baju, terus aku sarapan.”
Penggunaan kata „dulu‟ dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata
tersebut seharusnya menggunakan kata „dahulu‟ dan „lalu‟. Dengan demikian,
kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Ketika hari Rabu, saat ingin berangkat ke sekolah, saya mandi terlebih
dahulu. Sesudah mandi saya memakai baju lalu sarapan.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Sesudah di sekolah aku belajar
penjaskes, olahraga terus gurunya gak ada, akhirnya aku jalan-jalan sama
teman-teman ke duren seribu.“
Penggunaan kata „terus‟ dan „gak‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata
yang seharusnya digunakan yaitu „lalu‟ dan „tidak‟. Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Sesudah di sekolah saya belajar penjaskes, tetapi gurunya tidak ada.
Akhirnya, saya dan teman-teman pergi jalan-jalan ke Duren Seribu.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata, pemilihan kata baku, dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada kalimat
ke-4 “Kita jalan-jalan kekali, kesawah terus kita ke sasar deh akhirnya kita
nanya-nanya jalan kekali kemana.”
53
Penggunaan kata „kali‟, „terus‟, „kesasar‟, „nanya-nanya‟ dan „deh‟ pada
kalimat tersebut tidak tepat. Kata „kali ‟ seharusnya diganti menjadi „sungai‟.
Kata „nanya-nanya‟ di sini merupakan bentuk kata ulang. Namun penggunaan
kata ulang pada kalimat tersebut tidak tepat. Seharusnya menggunakan kata
„bertanya‟. Sedangkan kata „deh‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi.
Seharusnya tidak perlu ditulis dalam kalimat tersebut. Dengan demikian,
kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Kami jalan-jalan ke sungai dan ke sawah, lalu kita tersesat. Akhirnya
kami bertanya arah jalan ke sungai .”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6
Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Akhirnya kita tau dan sampai
dikali eh kita mau nyebrang kali tau-tau jembatannya gak ada, akhirnya kita
tanya lagi alhamdulillah jembatannya ada.”
Penggunaan kata „tau‟, „kali‟, „eh‟, „nyebrang‟, dan „gak‟ pada kalimat
tersebut tidak tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „tahu‟,
„sungai‟, „menyebrang‟, „tahu-tahu‟, dan „tidak‟. Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Akhirnya kami tahu dan sampai di sungai. Saat kami mau menyebrang
sungai ternyata jembatannya tidak ada. Akhirnya kami bertanya lagi dan
alhamdulillah jembatannya ada.”
Tabel 4.9
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi “Kenangan
Teman-teman Sewaktu SD” Siswa Citra Jendagia
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
27 Dulu waktu SD,
setiap anak
perempuan sama
anak laki-laki selalu
berebutan tempat
ngumpul. (kalimat ke-
1)
Dulu
Ngumpul
Dahulu
berkumpul
Dahulu ketika SD,
setiap anak
perempuan dan anak
laki-laki selalu
berebutan tempat
berkumpul.
54
28 Dan akhirnya anak
perempuan yang
dapetin tempat itu
setiap pagi. (kalimat
ke-2)
Dapetin Mendapatkan Dan akhirnya anak
perempuan yang
mendapatkan tempat
itu setiap pagi.
29 Jadi kita semua
jarang-jarang ketemu
lagi, kadang hanya
beberapa saja yang
sering bertemu.
(kalimat ke-8)
Ketemu Bertemu Jadi kita semua
jarang-jarang
bertemu lagi,
kadang hanya
beberapa saja yang
sering bertemu.
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Citra Jendagia sebanyak empat kali.
Kesalahan terletak pada kalimat satu, dua, dan delapan.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1
Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
dua kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Dulu waktu SD, setiap anak
perempuan sama anak laki-laki selalu berebutan tempat ngumpul.”
Penggunaan kata „dulu‟ dan „ngumpul‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata „dulu‟ seharusnya menggunakan kata „dahulu‟. Kata „ngumpul‟
merupakan bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kata bahasa
Indonesia. Bentuk kata dasar dari ngumpul „kumpul‟. Seharusnya dalam
dalam bahasa Indonesia ditambahkan awalan ber- menjadi „berkumpul‟.
Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Dahulu ketika SD, setiap anak perempuan dan anak laki-laki selalu
berebutan tempat berkumpul.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2
Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan sebanyak satu kali. Kutipan yang
terdapat pada kalimat ke-2 “Dan akhirnya anak perempuan yang dapetin
tempat itu setiap pagi.”
Penggunaan kata „dapetin‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Bahasa
Indonesia tidak mengenal adanya akhiran–in. Kata „dapetin‟ sejajar dengan
55
kata „mendapatkan‟ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Dan akhirnya anak perempuan yang mendapatkan tempat itu setiap
pagi.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Jadi kita semua jarang-
jarang ketemu lagi, kadang hanya beberapa saja yang sering bertemu”
Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata
tersebut seharusnya diganti menjadi „bertemu‟ Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Jadi, kami semua jarang bertemu lagi, kadang hanya beberapa orang
saja yang sering bertemu.”
Tabel 4.10
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi Siswa
Nurruba Rahayu (Kenangan di Waktu SD)
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
30 Bercanda bareng,
sarapan bareng
pokoknya selalu
bareng deh.(kalimat
ke-2)
Bareng
Deh
Bersama
Bercanda bersama,
sarapan bersama
pokoknya selalu
bersama.
31 Kalau kekamar mandi
berebutan, terus harus
berantem dulu.
(kalimat ke-4)
Terus
Berantem
Dulu
Lalu
Bertengkar
Dahulu
Kalau ke kamar
mandi berebutan,
lalu harus
bertengkar dahulu.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurruba Rahayu sebanyak lima kali.
Kesalahan terletak pada kalimat dua dan empat.
56
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2
Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Bercanda bareng, sarapan
bareng pokoknya selalu bareng deh.”
Penggunaan kata „bareng „ dan „deh‟ pada kalimat di atas tidak tepat.
Kata „bareng‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan
„bersama‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „deh‟ merupakan kata partikel
bahasa Betawi, sehingga tidak perlu ditulis di dalam kalimat tersebut. Dengan
demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Bercanda bersama, sarapan bersama, pokoknya selalu bersama.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Kalau
kekamar mandi berebutan, terus harus berantem dulu.”
Penggunaan kata „terus‟, „berantem‟, dan „dulu‟ pada kalimat di atas
tidak tepat. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „lalu‟, „bertengkar‟, dan
„dahulu‟. Kalimat yang benar adalah:
“Kalau ingin ke kamar mandi haru berebutan dan bertengkar terlebih
dahulu.
Tabel 4.11
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Tentang Teman Sebangku ku yang Baik tetapi Selalu Buat Usil”
Siswa Alfira Faila
No
Kalimat
Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
32 Terus waktu Farel
sakit, Helen tidak
bisa ngejenguk Farel
waktu sakit karena
waktu itu Helen ada
ekskul, lalu pas ke
esokan harinya Helen
bicara dia itu
menyesal karena tiak
Terus
Pas
Ngejenguk
Lalu
Saat
Menjenguk
Lalu waktu Farel
sakit, Helen tidak
bisa menjenguk
Farel waktu sakit
karena waktu itu
Helen ada ekskul,
lalu saat
keesokan harinya
Helen bicara dia
57
bisa ngejenguk Farel
waktu Farel sakit.
(kalimat ke-6)
itu menyesal
karena tiak bisa
menjenguk Farel
waktu Farel sakit.
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Alfira Faila sebanyak tiga kali.
Kesalahan terletak pada kalimat keenam. Kutipan yang terdapat pada kalimat
ke-6 “Terus waktu Farel sakit, Helen tidak bisa ngejenguk Farel waktu sakit
karena waktu itu Helen ada ekskul, lalu pas ke esokan harinya Helen bicara dia
itu menyesal karena tiak bisa ngejenguk Farel waktu Farel sakit”
Penggunaan kata „terus‟, „ngejenguk‟ dan „pas‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata tersebut seharusnya menggunakan kata „lalu‟, „menjenguk‟, dan
„saat‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Lalu ketika Farel sakit, Helen tidak bisa menjenguk, karena saat itu
Helen ada kegiatan ekskul, keesokan harinya, Helen bercerita bahwa ia
menyesal karena tiak bisa menjenguk Farel ketika sedang sakit.”
Tabel 4.12
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Pengalaman Kenaikan Kelas” Siswa Julian Ramayanti
No Kalimat Kosakata Berbahasa
Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
33 Pada jalan-jalan
kenaikan kelas tahun
kemaren saya pergi ke
Taman Matahari.
(kalimat ke-1)
Kemaren Kemarin Saat jalan-jalan
kenaikan kelas
tahun kemarin
saya pergi ke
Taman Matahari.
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Julian Ramayanti sebanyak satu kali.
Kesalahan terletak pada kalimat kesatu. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1
“Pada jalan-jalan kenaikan kelas tahun kemaren saya pergi ke Taman Matahari.”
58
Kata „kemaren‟ pada kalimat di atas tidak tepat . kata tersebut bukan
merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia karena terpengaruh oleh tata ucap
dalam bahasa Betawi yaitu setiap akhir kata diucapkan dengan è. Kata
„kemaren‟ seharusnya ditulis „kemarin‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat jalan-jalan kenaikan kelas tahun kemarin, saya pergi ke Taman
Matahari.”
Tabel 4.13
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Menang Bermain Sepak Bola “ Siswa Peri Irawan
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
34 Setelah itu saya dan
teman-teman istirahat
sejenak dan
dilanjutkan yang
bermain bola orang
yang gede sehingga
lawan yang datang
jauh-jauh kalah juga.
(kalimat ke-6)
Gede Besar Setelah itu saya
dan teman-teman
istirahat sejenak
dan dilanjutkan
yang bermain bola
orang yang besar,
sehingga lawan
yang datang jauh-
jauh kalah juga.
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Peri Irawan sebanyak satu. Kesalahan
terletak pada kalimat keenam. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Setelah
itu saya dan teman-teman istirahat sejenak dan dilanjutkan yang bermain bola
orang yang gede sehingga lawan yang datang jauh-jauh kalah juga.”
Penggunaan kata „gede‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut
seharusnya diganti dengan kata „besar‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Setelah itu saya dan teman-teman beristirahat sejenak. Lalu dilanjutkan
dengan permainan sepak bola orang yang berbadan besar, sehingga lawan yang
datang dari jauh akhirnya kalah. ”
59
Tabel 4.14
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi “Jalan-
jalan ke Pantai Acara Perpisahan Kelas” Siswa Mega Citra
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
35 Saya dan teman-
teman ngumpul di
BSI (Bukit Sawangan
Indah) ternyata sudah
banyak yang datang,
setelah semuanya
datang kita pun pergi
ke pantai. (kalimat ke-
4)
Ngumpul Berkumpul Saya dan teman-
teman berkumpul di
BSI (Bukit
Sawangan Indah)
ternyata sudah
banyak yang datang,
setelah semuanya
datang kita pun
pergi ke pantai
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Mega Citra sebanyak satu kali,
Kesalahan terletak pada kalimat keempat. Kutipan yang terdapat pada kalimat
ke-4 “Saya dan teman-teman ngumpul di BSI (Bukit Sawangan Indah) ternyata
sudah banyak yang datang, setelah semuanya datang kita pun pergi ke pantai.”
Penggunaan kata „ngumpul‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata
„ngumpul‟ ‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi dengan ciri nasal yang
mengawali bentuk kata kerja dasar „kumpul‟. Kata tersebut seharusnya
ditambahkan awalan ber- menjadi „berkumpul‟. Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya dan teman-teman berkumpul di BSI (Bukit Sawangan Indah).
ternyata sudah banyak orang yang datang. Setelah semuanya datang kami pun
pergi ke pantai.
Tabel 4.15
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Alvira Damayanti
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
36 Dan di tengah perjalanan
ternyata mobilnya mogok,
Ujan
Geladag-geludug
Hujan
Petir
Dan di tengah
perjalanan ternyata
60
padahal ujan, geladag-
geludug. (kalimat ke-3)
mobilnya mogok,
padahal sedang hujan
dan petir.
37 Untung aja ada warung dan
mushola, tapi musholanya juga
dari gubug. (kalimat ke-4)
Aja
Tapi
Saja
Tetapi
Untung saja ada
warung dan mushola,
tapi musholanya juga
dari gubug.
38 Sambil nungguin knek supir
membeli bensin aku makan
mie bareng sama kakak, dan
aku shalat juga di situ.
(kalimat ke-5)
Nungguin
Bareng
Menunggu
Bersama
Sambil menunggu
kernet supir membeli
bensin, aku makan
mie bersama dengan
kakak dan aku shalat
juga di situ.
39 Karena jalannya lukak-likuk
aku sampai puyeng. (kalimat
ke-11)
Lukak-likuk
Puyeng
Berliku-liku
Pusing
Karena jalannya lika-
liku aku sampai
pusing.
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Alfira Damayanti sebanyak delapan
kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, lima, dan sebelas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Dan di tengah perjalanan
ternyata mobilnya mogok, padahal ujan, geladag-geludug.”
Penggunaan kata „ujan‟ dan „geladag-geludug‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata „ujan‟ bukanlah kata baku di dalam bahasa Indonesia. Penulisan
yang tepat seharusnya „hujan‟, sedangkan kata „geladag;geludug‟ bukan
merupakan kata di dalam bahasa Indonesia. Kata yang maknanya sama dengan
kata tersebut yaitu „petir‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Dan di tengah perjalanan ternyata mobilnya mogok, padahal saat itu
sedang hujan dan petir.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Untung aja ada warung dan
mushola, tapi musalanya juga dari gubug.”
61
Penggunaan kata „aja‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang
seharusnya digunakan yaitu „saja‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang
sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata
penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di
atas seharusnya diganti dengan kata „tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Untung saja ada warung dan musala, meskipun musalanya dari gubuk.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5
Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Sambil nungguin knek supir
membeli bensin aku makan mie bareng sama kakak, dan aku shalat juga di situ”
Penggunaan kata „nungguin‟, ‟bareng‟, dan „sama‟ pada kalimat tersebut
tidak tepat. Kata „nungguin‟ mengunakan akhiran–in yang merupakan akhiran
dalam bahasa Betawi. Bahasa Indonesia tidak mengenal adanya akhiran –in.
Kata „nungguin‟ sejajar dengan kata „menunggu‟ dalam bahasa Indonesia. Kata
„bareng‟ seharusnya diganti menjadi „bersama‟. Dengan demikian, kalimat di
atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Sambil menunggu kernet supir membeli bensin, saya makan mie bersama
dengan kakak dan saya shalat juga di sana.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11
Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Karena jalannya lukak-likuk aku
sampai puyeng”
Penggunaan kata „lukak-likuk‟ dan ‟puyeng‟ pada kalimat tersebut tidak
tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „berliku-liku‟ dan „pusing‟.
Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Karena jalannya yang berliku-liku, saya jadi pusing.
62
Tabel 4.16
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Shipa Pauziah
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
40 Dan sesudah naik
kereta gantung aku
dan keluargaku
memasuki area
berenang disitu airnya
dingin banget bibirku
pun sampai bergetar,
dingin banget.
(kalimat ke-6)
Banget Sangat Dan sesudah naik
kereta gantung aku
dan keluargaku
memasuki area
berenang di situ
airnya sangat
dingin bibirku pun
sampai bergetar,
dingin sekali.
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Sipa Pauziah sebanyak satu kali.
Kesalahan terletak pada kalimat enam.
Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Dan sesudah naik kereta
gantung aku dan keluargaku memasuki area berenang disitu airnya dingin
banget bibirku pun sampai bergetar, dingin banget.”
Penggunaan kata „banget ‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut
sama artinya dengan kata „sangat‟ dalam bahasa Indonesia. Kalimat yang benar
adalah:
“Sesudah naik kereta gantung, saya dan keluarga memasuki area
berenang. Airnya sangat dingin, hingga bibir saya bergetar.”
Tabel 4.17
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Nurkamala
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata dalam
Kalimat
41 Ada sodaraku yang
nginep dia tidurnya di
lantai engga mau di
kasur. (kalimat ke-2)
Sodaraku
Nginep
Engga
Saudaraku
Menginap
Tidak
Ada saudaraku yang
menginap, dia tidurnya
di lantai tidak mau di
kasur.
42 Tetapi waktu di Mabok Mabuk Tetapi waktu di
63
perjalanan ada yang
mabok alhamdulillah
saya tidak mabok.
(kalimat ke-8)
perjalanan ada yang
mabuk alhamdulillah
saya tidak mabuk.
43 Kita pun pulang ke
rumah masing-masing
sampai sekarang aku
tidak ketemu teman-
teman lagi karna sudah
perpisahan di sekolah.
(kalimat ke-9)
Ketemu Bertemu Kita pun pulang ke
rumah masing-masing
sampai sekarang aku
tidak bertemu teman-
teman lagi karena sudah
perpisahan di sekolah.
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurkamala sebanyak lima kali.
Kesalahan terletak pada kalimat dua, delapan, dan sembilan.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2
Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Ada sodaraku yang nginep dia
tidurnya di lantai engga mau di kasur.”
Penggunaan kata „sodaraku‟, „nginep‟, dan „engga‟ pada kalimat di atas
tidak tepat. Kata „sodaraku ‟ merupakan bahasa Betawi yang tidak mengenal
vokal rangkap atau diftong ai, au. Kata-kata yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o. Kata
„sodaraku‟ sehaarusnya ditulis „saudaraku‟ di dalam bahasa Indonesia..
Sedangkan penggunaan kata „nginep‟ dan „engga‟ juga merupakan bahasa
Betawi. Kedua kata tersebut seharusnya diganti menjadi „menginap‟ dan „tidak‟.
Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Ada saudara saya yang menginap, tidurnya di lantai tidak mau di kasur.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Tetapi waktu di perjalanan
ada yang mabok alhamdulillah saya tidak mabok.”
Penggunaan kata „mabok‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang
tepat yaitu kata „mabuk‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
64
“tetapi saat di perjalanan ada yang mabuk. Alhamdulillah saya tidak ikut
mabuk.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9
Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata baku dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Kita pun
pulang ke rumah masing-masing sampai sekarang aku tidak ketemu teman-teman
lagi karena sudah perpisahan di sekolah.”
Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata
„ketemu‟, adalah bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kalimat bahasa
Indonesia. Bentuk kata dasar dari kata tersebut adalah „temu‟. Seharusnya
bahasa Indonesianya adalah „bertemu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sampai sekarang saya sudah
tidak bertemu lagi dengan teman-teman, karena sudah perpisahan di sekolah.”
Tabel 4.18
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Kerja Kelompok Bersama Teman “ Siswa Nisfi Fadilah
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
44 Waktu kita belajar
kelompok kita ketawa
terus, malah paling
heboh sendiri, yang
lain pada diem.
(kalimat ke-4)
Ketawa
Diem
Tertawa
Diam
Waktu kita belajar
kelompok kita
tertawa terus, malah
paling heboh
sendiri, yang lain
diam.
45 Kita cuma main-main
ajah, kita di sana
foto-foto dan
karokean, pokoknya
seru deh sampe-
sampe lupa waktu.
(kalimat ke-9)
Ajah
Deh
Sampe-sampe
Saja
Sampai-sampai
Kita cuma main-
main saja, kita di
sana foto-foto dan
karokean, pokoknya
seru sampai-sampai
lupa waktu
46 Waktu di jalan kita
ketemu ibu Lilis dan
akhirnya kita sempet
ngobrol dulu deh ga
Ketemu
Sempet
Ngobrol
Dulu
Bertemu
Sempat
Mengobrol
Dahulu
Waktu di jalan kita
bertemu ibu Lilis
dan akhirnya kita
sempat mengobrol
65
nyangka bisa ketemu
ibu Lilis. (kalimat ke-
11)
Deh
Ga
nyangka
Tidak
Menyangka
dahulu tidak
menyangka bisa
bertemu ibu Lilis.
47 Katanya sih abis
pulang dari rumah
kepala sekolah yang
dulu karna kepala
sekolah yang dulu
sudah meninggal.
(kalimat ke-12)
Sih
Abis
Habis
Katanya habis
pulang dari rumah
kepala sekolah yang
dahulu karena
kepala sekolah yang
dahulu sudah
meninggal.
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nisfi Fadilah sebanyak empat belas
kali. Kesalahan terletak pada kalimat empat, sembilan, sebelas dan dua belas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Waktu kita belajar kelompok
kita ketawa terus, malah paling heboh sendiri, yang lain pada diem.”
Penggunaan kata „ketawa‟ dan „diem‟ pada kalimat di atas tidak tepat.
Kedua kata tersebut merupakan kata bahasa Betawi, seharusnya diganti menjadi
„tertawa‟ dan „diam‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Saat kami belajar kelompok, kami tertawa-tawa dan paling heboh
sendiri, yang lain hanya diam.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9
Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Kita cuma main-main ajah, kita
di sana foto-foto dan karokean, pokoknya seru deh sampe-sampe lupa waktu”
Penggunaan kata „ajah‟, „deh‟, dan „sampe-sampe‟ pada kalimat tersebut
tidak tepat. Kata „ajah‟ bukan merupakan kata baku bahasa Indonesia.
Seharusnya diganti menjadi „saja‟. Kata „sampe-sampe‟ merupakan kata dalam
bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak mengenal vokal rangkap atau diftong ai,
au. Kata-kata yang dalam bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam
bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o. Kata „sampe-sampe‟ menjadi „sampai-
66
sampai‟ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Kami hanya bermain-main, foto-foto, dan karokean. Pokoknya sangat
menyenangkan hingga lupa waktu.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11
Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Waktu di jalan kita ketemu ibu
Lilis dan akhirnya kita sempet ngobrol dulu deh ga nyangka bisa ketemu ibu
Lilis.”
Penggunaan kata „ketemu‟, „sempet‟, „ngobrol‟, „deh‟, „ga‟, dan „nyangka‟
pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata „ketemu‟, „sempet‟, „ngobrol‟, „ga‟,
dan „nyangka‟ seharusnya diganti menjadi „bertemu‟, „sempat‟, „mengobrol‟,
tidak‟, dan „menyangka‟. Sedangkan „deh‟ merupakan kata partikel dalam
bahasa Betawi. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi
kalimat berikut.
“Saat di jalan, kami bertemu ibu Lilis dan akhirnya kami sempat
mengobrol. Tidak disangka dapat bertemu ibu Lilis.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-12
Kalimat ke-12 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-12
“Katanya sih abis pulang dari rumah kepala sekolah yang dulu karna kepala
sekolah yang dulu sudah meninggal.”
Penggunaan kata „sih‟ , „abis‟, dan „dulu‟ pada kalimat di atas tidak tepat.
Kata „sih‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi. Sedangkan kata „abis‟
dan „dulu‟ bukan kata baku dalam bahasa indonesia. Kata yang benar adalah
„habis‟ dan „dahulu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi
kalimat berikut.
“Katanya mereka dari rumah kepala sekolah yang dahulu, karena kepala
sekolah yang dahulu baru saja meninggal.”
67
Tabel 4.19
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan
Narasi Siswa Putri Dewi
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
48 Padahal kan gunung
kapur itu jauh Banget
tapi nggak kerasa
kalau kita bercanda,
ketawa-ketawa, ngak
ada rasa capek
ataupun ngeluh dari
mulut kita. (kalimat
ke-6)
Kan
Banget
Tapi
Nggak
Kerasa
Ketawa-ketawa
Ngeluh
Sangat
Tetapi
Tidak
Terasa
Tertawa
Mengeluh
Padahal Gunung
Kapur itu sangat
jauh tetapi tidak
terasa kalau kita
bercanda, tertawa,
tidak ada rasa capek
ataupun mengeluh
dari mulut kita.
59 Sesampainya di
gunung kapur kita
semua bermain bom-
bom kar resep banget
sampe nabrak-
nabrak. (kalimat ke-
7)
Resep
Banget
Sampe
Nabrak-nabrak
Senang
Sangat
Sampai
Menabrak
Sesampainya di
Gunung Kapur kita
semua bermain
bom- bomkar,
sangat senang
sampai menabrak.
50 Pas udah bosen kita
semua langsung
kegunungnya kita
mendaki kaya orang
mendaki beneran.
(kalimat ke-8)
Pas
Udah
Bosen
Kaya
Beneran
Saat
Sudah
Bosan
Seperti
Sebenarnya
Saat sudah bosan
kita semua langsung
ke gunungnya, kita
mendaki seperti
orang mendaki
sebenarnya.
51 Setelah waktu udah
menjelang siang di
sana ada dangdut kita
semua ngeliat trus
joget-joget dah.
(kalimat ke-9)
Udah
Ngeliat
Trus
Joget-joget
Dah
Sudah
Melihat
Goyang-goyang
Setelah waktu sudah
menjelang siang, di
sana ada dangdut
kita semua melihat
lalu goyang-goyang.
52 Stelah waktu udah
jam 13.30 kita semua
pulang. (kalimat ke-
10)
Udah Sudah Setelah waktu sudah
pukul 13.30 kita
semua pulang.
53 Coba ajah sahabat-
sahabatku bisa maen
seperti ini lagi pasti
seru deh jangan
bosen-bosen deh
kalau berteman
denganku. (kalimat
ke-13)
Ajah
Maen
Deh
Bosen-bosen
Saja
Main
Bosan-bosan
Coba saja sahabat-
sahabatku bisa main
seperti ini lagi pasti
seru, jangan bosan-
bosan kalau
berteman denganku.
68
Berdasarkan tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Putri Dewi sebanyak dua puluh enam
kali. Kesalahan terletak pada kalimat enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh,
dan tiga belas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6
Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Padahal kan gunung kapur itu
jauh Banget tapi ngak kerasa kalau kita bercanda, ketawa-ketawa, ngak ada rasa
capek ataupun ngeluh dari mulut kita.”
Penggunaan kata „kan‟, „banget‟, „tapi‟, „ngak‟, „kerasa‟, „ketawa-
ketawa‟, dan „ngeluh‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „kan‟ bukan kata
dalam bahasa Indonesia. Seharusnya tidak perlu ditulis pada kalimat tersebut.
Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „ sangat‟, „tetapi‟, „tidak‟,
„terasa‟, „tertawa‟, dan „mengeluh‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Padahal Gunung Kapur itu sangat jauh, tetapi tidak terasa jika sambil
bercanda dan tertawa. Tidak ada rasa capek ataupun mengeluh dari mulut kami.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-7
Kalimat ke-7 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-7 “Sesampainya di gunung kapur
kita semua bermain bom- bom kar resep banget sampe nabrak-nabrak.”
Penggunaan kata „resep‟, „banget‟, „sampe‟, dan „nabrak-nabrak‟ pada
kalimat tersebut tidak tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi
„senang‟, „sangat‟, „sampai‟, dan „menabrak‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Sesampainya di Gunung Kapur, kami semua bermain bom- bomkar, sangat
senang hingga menabrak.”
69
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Pas udah bosen kita semua
langsung kegunungnya kita mendaki kaya orang mendaki beneran.”
Penggunaan kata „pas‟, „udah‟, „bosen‟, „kaya‟, dan „beneran‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata „pas‟ sama artinya dengan kata „saat‟ dalam
bahasa Indonesia. Kata „udah‟ dan „bosen‟bukan kata baku bahasa Indonesia,
kata tersebut terpengaruh oleh bahasa Betawi. Seharusnya kata yang digunakan
adalah „sudah‟ dan „bosan‟. Kata „kaya‟ dalam bahasa Betawi sama artinya
dengan‟seperti‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „beneran‟ menggunakan akhiran-
an. Akhiran tersebut sama bentuknya dengan akhiran bahasa Indonesia, tetapi
penggunaannya dalam bahasa Betawi cukup khas. Dalam bahasa Betawi akhiran
itu bisa menyatakan „lebih‟ bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia akhiran-an menyatakan hasil. Jadi, kata
yang tepat digunakan untuk kalimat tersebut yaitu „sebenarnya‟. Dengan
demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat sudah bosan, kami semua langsung ke gunung. Kami mendaki
seperti pendaki gunung sebenarnya.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9
Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Setelah waktu udah menjelang
siang di sana ada dangdut kita semua ngeliat trus joget-joget dah.”
Penggunaan kata „udah‟, „ngeliat‟, „trus‟, joget-jeget‟, dan „dah‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan bahasa Betawi yang
dalam bahasa Indonesia menjadi „sudah‟, „lalu‟, „melihat‟, dan „goyang-goyang‟.
Sedangkan „dah‟ bukan kata dalam bahasa Indonesia melainkan kata partikel
dalam bahasa Betawi. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Setelah waktu menjelang siang, di sana ada dangdut. Kami semua melihat
lalu ikut bergoyang.”
70
5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10
Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-10 “Stelah waktu udah jam 13.30
kita semua pulang.”
Penulisan kata „udah‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „udah‟
seharusnya diganti „sudah‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Setelah waktu menunjukkan pukul 13.30, kami semua pulang.”
6. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13
Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak enam
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Coba ajah sahabat-sahabatku
bisa maen seperti ini lagi pasti seru deh jangan bosen-bosen deh kalau berteman
denganku”
Penggunaan kata „ajah‟, „maen‟, „bosen-bosen‟, dan „deh‟ pada kalimat di
atas tidak tepat. Kata „ajah‟ tersebut seharusnya diganti menjadi „saja‟. Kata
„maen‟ dan „bosen-bosen‟ merupakan kata bahasa Indonesia yang terpengaruh
tata ucap bahasa Betawi yang setiap akhir katanya dilafalkan è. Kata „maen‟
dan „bosen-bosen‟ dalam bahasa Indonesia yang benar adalah „main‟ dan
„bosan-bosan‟. Sedangkan „deh‟ bukan kata dalam bahasa Indonesia melainkan
kata partikel dalam bahasa Betawi, seharusnya tidak perlu ditulis dalam kalimat
tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Jika saja sahabat-sahabat saya bisa main seperti ini lagi, pasti
menyenangkan. Jangan bosan-bosan kalau berteman dengan saya.”
Tabel 4.20
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
“Maaf untuk Ummi “Siswa Ida Laela
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
54 Ummi: “sini dulu
sebentar, beliin umi
Beliin Belikan Ummi: “sini dulu
sebentar, belikan umi
71
gula ke warung
2kg”.(kalimat ke-5)
gula ke warung 2kg.”
55 Aku gak dengerin
umi, terus umi
marah-marah.
(kalimat ke-8)
Gak
Dengerin
Tidak
mendengarkan
Aku tidak
mendengarkan umi,
lalu umi marah-
marah.
56 Aku dinasehatin
sama nenek, kata
nenek “neng Fa‟ud
gak boleh ngebantah,
bantuin umi”.
(kalimat ke-10)
Dinasehatin
Gak
Ngebantah
Bantuin
Dinasihati
Tidak
Membantah
Bantu
Aku dinasihati oleh
nenek, kata nenek
“neng Fa‟ud tidak
boleh membantah,
bantu umi.”
57 Terutama umi, umi
yang udah ngelahirin
kamu, ngerawat
kamu sampe
sekarang kamu inget
surga ada di telapak
kaki ibu, kalau kamu
ngelawan emang
kamu mau dosa terus
masuk neraka?.
(kalimat ke-13)
Udah
Ngelahirin
Ngerawat
Sampe
Inget
Ngelawan
Emang
Terus
Sudah
Melahirkan
Merawat
Sampai
Ingat
Melawan
Memang
Lalu
Terutama umi, umi
yang sudah
melahirkan kamu,
merawat kamu
sampai sekarang
kamu ingat surga ada
di telapak kaki ibu,
kalau kamu melawan
memang kamu mau
dosa lalu masuk
neraka?
58 Terus gak tau kenapa
hati aku jadi tunduk
karena perkataan
nenek tadi, aku
langsung lari ke
dalam rumah,
sampai-sampai HP
aku jatuh, enggak aku
hiraukan, di dalam
rumah aku menemui
ummi sedang ngiris
bawang, aku masih
takut deketin ummi,
tapi aku berusaha,
aku
berkata:”ummi...”
(kalimat ke-14)
Terus
Gak
Tau
Enggak
Ngiris
Deketin
Tapi
Lalu
Tidak
Tahu
Tidak
Mengiris
Mendekati
tetapi
Lalu tidak tahu
kenapa hati aku jadi
tunduk karena
perkataan nenek tadi,
aku langsung lari ke
dalam rumah, sampai-
sampai HP aku jatuh,
tidak aku hiraukan, di
dalam rumah aku
menemui ummi
sedang mengiris
bawang, aku masih
takut mendekati
ummi, tetapi aku
berusaha, aku
berkata:”ummi...”
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Ida Laela sebanyak dua puluh dua
72
kali. Kesalahan terletak pada kalimat lima, delapan, sepuluh, tiga belas, dan
empat belas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5
Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Ummi: “sini dulu sebentar, beliin
umi gula ke warung 2kg.”
Penggunaan kata „beliin‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata „beliin‟
menggunakan akhiran -in. Akhiran –in merupakan akhiran dalam bahasa Betawi
yang di dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan akhiran –i dan –kan.
Kata „beliin‟ adalah kata bahasa Betawi yang dalam bahasa Indonesianya
„belikan‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Ummi: “sini dulu sebentar, belikan umi gula ke warung 2 kg.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Aku gak dengerin umi, terus
umi marah-marah.”
Penggunaan kata „gak‟, „dengerin‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata „gak‟ seharusnya diganti menjadi „tidak‟. Kata „dengerin‟ merupakan
kata bahasa Betawi dengan akhiran –in. Akhiran –in merupakan akhiran dalam
bahasa Betawi yang di dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan akhiran –i
dan –kan. Kata „dengerin‟ dalam bahasa Indonesia adalah „mendengarkan‟.
Kata „terus‟ seharusnya diganti dengan „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya tidak mendengarkan umi, lalu umi marah-marah.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10
Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-10 “Aku dinasehatin sama nenek,
kata nenek “neng Fa‟ud gak boleh ngebantah, bantuin umi.”
Penggunaan kata „dinasehatin‟, „gak‟, ngebantah‟, dan „bantuin‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut adalah kata dalam bahasa Betawi.
73
Dalam bahasa Indonesianya adalah „tidak‟, „dinasihati‟, „membantah‟ dan
„bantu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Saya dinasihati oleh nenek. Kata nenek “neng Fa‟ud tidak boleh
membantah, bantu umi.”
4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13
Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
delapan. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Terutama umi, umi yang
udah ngelahirin kamu, ngerawat kamu sampe sekarang kamu inget surga ada di
telapak kaki ibu, kalau kamu ngelawan emang kamu mau dosa terus masuk
neraka?.”
Penggunaan kata „udah‟, „ngelahirin‟, ngerawat‟, „sampe‟, „inget‟,
„ngelawan‟, „emang‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata
tersebut merupakan kata-kata dalam bahasa Betawi. Dalam bahasa Indonesianya
adalah „sudah‟, „melahirkan‟, „merawat‟, „sampai‟, „ingat‟, „melawan‟,
„memang‟, dan „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Terutama umi, umi yang sudah melahirkan kamu, merawat kamu sampai
sekarang, kamu harus ingat surga ada di telapak kaki ibu, kalau kamu melawan
memang kamu mau dosa lalu masuk neraka?.”
5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-14
Kalimat ke-14 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-14 “Terus gak tau kenapa hati aku
jadi tunduk karena perkataan nenek tadi, aku langsung lari ke dalam rumah,
sampai-sampai HP aku jatuh, enggak aku hiraukan, di dalam rumah aku
menemui ummi sedang ngiris bawang, aku masih takut deketin ummi, tapi aku
berusaha, aku berkata:”ummi...”
Penggunaan kata „terus‟, „gak‟, „tau‟, „enggak‟ „ngiris‟dan „deketin‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan bahasa Betawi yang
bahasa Indonesianya adalah „lalu‟, „tidak‟, „tahu‟, „tidak‟, „mengiris‟, dan
74
„mendekati‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat
berikut.
“Lalu tidak tahu kenapa hati saya menjadi tunduk karena perkataan nenek
tadi, saya berlarilari ke dalam rumah hingga hand phone saya terjatuh, namun
tidak saya hiraukan. Di dalam rumah saya menemui ummi yang sedang mengiris
bawang. Saya masih takut untuk mendekati ummi, tetapi saya terus berusaha.
Saya berkata:”ummi....”
Tabel 4.21
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Windi Anggraini
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
59 Pada hari itu aku
sedih banget nyari-
nyari Hp aku.
(kalimat ke-3)
Banget
Nyari-nyari
Sangat
Mencari-cari
Pada hari itu aku
sangat sedih
mencari-cari Hp aku
60 Tapi pas aku mau
pake Hpnya malah
dibawa kakak aku
kerja. (kalimat ke-11)
Tapi
Pas
pake
Malah
Tetapi
Saat
Pakai
Justru
Tetapi saat aku mau
pakai, Hpnya justru
dibawa kakak ku
kerja.
61 Trus aku nungguin
kakak aku pulang tapi
dia belum pulang
juga hingga aku
tertidur di ruang
tamu, taunya kakak
ku nginep di kosan
temennya. (kalimat
ke-12)
Trus
Nungguin
Tapi
Tau
Nginep
Temen
Lalu
Menunggu
Tetapi
Tahu
Menginap
Teman
Lalu aku menunggu
kakak aku pulang
tetapi dia belum
pulang juga hingga
aku tertidur di ruang
tamu, tahunya kakak
ku menginap di
kosan temannya.
75
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Windi Anggraini sebanyak dua
belas kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, sebelas, dan dua belas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3
Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Pada hari itu aku sedih banget
nyari-nyari Hp aku.”
Penggunaan kata „banget‟ dan „nyari-nyari‟ pada kalimat di atas tidak
tepat. Kata tersebut sama artinya dengan„ sangat‟ dan „mencari-cari‟ dalam
bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi
kalimat berikut.
“ Hari itu saya sangat sedih karena mencari-cari hand phone.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11
Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak
empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Tapi pas aku mau pake
Hpnya malah dibawa kakak aku kerja.”
Penggunaan kata „tapi‟, „pas‟, „malah‟ dan „pake‟ pada kalimat tersebut
tidak tepat. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan
kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung yang
menunjukkan ketidaksejajaran. Kalimat tersebut merupakan struktur kata
bahasa Indonesia yang terpengaruh bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di
atas seharusnya diganti dengan kata „tetapi‟. Sedangkan kata „pake‟ juga
merupakan bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak mengenal vokal rangkap atau
diftong ai, au. Dengan demikian kata-kata yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o.
Kata „pake‟ yang benar yaitu „pakai‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat
dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Tetapi saat saya ingin memakainya, ternyata hand phone itu dibawa kakak
ke tempat kerja.”
76
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-12
Kalimat ke-12 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata, pemilihan kata baku, dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada
kalimat ke-12 “Trus aku nungguin kakak aku pulang tapi dia belum pulang
juga hingga aku tertidur di ruang tamu, taunya kakak ku nginep di kosan
temennya.”
Penggunaan kata „trus‟, „nungguin‟, „taunya‟, „nginep‟, dan „temen‟ pada
kalimat di atas tidak tepat. Kata „trus‟ merupakan kata bahasa Betawi yang
artinya sama dengan „lalu‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ merupakan
unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ pada
kalimat di atas, seharusnya diganti dengan kata „tahu‟. Kata „nginep‟ dan
„temen‟ merupakan kata bahasa Betawi, yang seharusnya diganti dengan
„menginap‟ dan „teman‟. Sedangkan kata „nungguin‟ merupakan kata yang
terpengaruh oleh unsur kata bahasa Betawi. Akhiran –in merupakan akhiran
dalam bahasa Betawi. Kata „nungguin‟ seharusnya diganti menjadi
„menunggu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi
kalimat berikut.
“Lalu saya menunggu kakak pulang, tetapi dia belum pulang juga hingga
saya tertidur di ruang tamu. Ternyata kakak menginap di kosan temannya.”
Tabel 4.22
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Dinda Humairah
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
62 Sesudah membantu
keluarga saya mandi
abis mandi memakai
baju dan sarapan.
(kalimat ke-4)
Abis Habis Sesudah membantu
keluarga, saya
mandi. Habis
mandi memakai baju
dan sarapan
77
63 Abis sarapan saya
bermain sepedah
bersama teman-teman
saya. (kalimat ke-5)
Abis
Sepedah
Habis
Sepeda
Habis sarapan
saya bermain sepeda
bersama teman-
teman saya.
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Dinda Humairah sebanyak tiga kali.
Kesalahan terletak pada kalimat empat dan lima
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4
Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Sesudah membantu keluarga
saya mandi abis mandi memakai baju dan sarapan.”
Penggunaan kata „abis‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-tersebut
seharusnya diganti „ setelah‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan
menjadi kalimat berikut.
“Sesudah membantu keluarga, saya mandi. Setelah itu saya memakai
baju dan sarapan.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5
Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Abis sarapan saya bermain
sepedah bersama teman-teman saya.”
Penggunaan kata „abis‟, dan „sepedah‟ pada kalimat tersebut tidak tepat.
Kata tersebut seharusnya diganti menjadi „sehabis‟ dan „sepeda‟. Dengan
demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Setelah sarapan saya bermain sepeda.”
78
Tabel 4.23
Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi
Siswa Amelia Agustin
No Kalimat Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Perbaikan Kata
dalam Kalimat
64 Saya ga nyangka
kejadian itu bisa
terjadi. (kalimat ke-1)
Ga
Nyangka
Tidak
Menyangka
Saya tidak
menyangka kejadian
itu bisa terjadi.
65 Saya juga ga tau
kenapa hati ini terus
berkata begitu.
(kalimat ke-8)
Ga
Tau
Tidak
Tahu
Saya juga tidak tahu
kenapa hati ini terus
berkata begitu
66 Saat itu saya bingung
harus gimana.
(kalimat ke-13)
Gimana Bagaimana Saat itu saya
bingung harus
bagaimana
Berdasarkan tabel 4.23 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Amelia Agustin sebanyak lima kali.
Kesalahan terletak pada kalimat satu, delapan, dan tiga belas.
1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1
Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua
kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Saya ga nyangka kejadian itu
bisa terjadi.”
Penggunaan kata „ga‟ dan „nyangka‟ pada kalimat di atas tidak tepat.
Penggunaan kata yang tepat adalah „tidak‟ dan „menyangka‟ . Dengan demikian,
kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya tidak menyangka kejadian itu bisa terjadi.”
2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8
Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan
kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Saya
juga ga tau kenapa hati ini terus berkata begitu.”
79
Penggunaan kata „ga‟ dan „tau‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata
„ga‟ dalam bahasa Indonesianya yaitu „tidak‟. Kata „tau‟ merupakan unsur
bahasa Betawi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ pada kalimat
di atas, seharusnya diganti dengan „tahu‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saya juga tidak tahu kenapa hati ini terus berkata begitu.”
3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13
Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan sebanyak satu kali.
Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Saat itu saya bingung harus
gimana.”
Penggunaan kata „gimana‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang
seharusnya digunakan yaitu „bagaimana‟. Dengan demikian, kalimat di atas
dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.
“Saat itu saya bingung harus bagaimana.”
TABEL 4.24
JUMLAH KESALAHAN PENGGUNAN KOSAKATA
PADA KARANGAN NARASI SISWA
No Nama Siswa Kosakata
Berbahasa Betawi
Seharusnya Jumlah %
1 Bella Safitri Bareng
Ketemu
Tapi
Gak
Ngejawab
Manggilnya
Gak
Ngejawab
Bersama
Bertemu
Tetapi
Tidak
Menjawab
Memanggilnya
Tidak
Menjawab
9 4,97
2 Dini Hulia Banget Sangat 1 0,55
3 Syifa Dwi Temen-temen
Gak
Ajah
Temen-temen
Tapi
Dulu
Kayanya
Teman-teman
Tidak
Saja
Teman-teman
Tetapi
Dahulu
Sepertinya
19 10,49
80
Sih
Terus
Ngomongnya
Pake
Kan
Temene-temen
Gak
Ngerti
Omongin
Ngobrol-ngobrol
Temen-temen
Ketemu
-
Lalu
Bicaranya
Pakai
-
Teman-teman
Tidak
Mengerti
Bicarakan
Mengobrol
Teman-teman
Bertemu
4 Syah Reza Pengen
Liat
Cepet-cepet
Banget
Buat
Liat
Temen-temen
Ingin
Lihat
Cepat-cepat
Sangat
Untuk
Lihat
Teman-teman
7 3,86
5 Nurul Aini Pas
Terus
Pas
Kasih tau
Terus
Deh
Terusnya
Pas
Ribet
Loh
Tapi
Saat
Lalu
Saat
Beri tahu
Lalu
-
Kemudian
Saat
Repot
-
Tetapi
11 6,07
6 Hanny Hapita Bareng
Ketemu
Menegor
Tapi
Dulu
Tapi
Mah
Udah
Pendiem
Pinter
Deh
Bersama
Bertemu
Menegur
Tetapi
Dahulu
Tetapi
-
Sudah
Pendiam
Pintar
-
11 6,07
7 Wafha
Fauziah
Terus Lalu 1 0,55
8 Lailatul Dulu
Terus
Dahulu
Lalu
13 7,18
81
Qadariyah Terus
Gak
Kali
Terus
Kesasar
Nanya-nanya
Tau
Kali
Eh
Nyebrang
Gak
Lalu
Tidak
Sungai
Lalu
Tersesat
Bertanya
Tahu
Sungai
-
Menyebrang
Tidak
9 Citra
Jendagia
Dulu
Ngumpul
Dapetin
Ketemu
Dahulu
Berkumpul
Mendapatkan
Bertemu
4 2,20
10 Nurruba
Rahayu
Bareng
Deh
Terus
Berantem
Dulu
Bersama
-
Lalu
Bertengkar
Dahulu
5 2,76
11 Alfira Faila Terus
Pas
Ngejenguk
Lalu
Saat
Menjenguk
3 1,65
12 Julian
Ramayanti
Kemaren Kemarin 1 0,55
13 Peri Irawan Gede Besar 1 0,55
14 Mega Citra Ngumpul Berkumpul 1 0,55
15 Alvira
Damayanti
Ujan
Geladag-geludug
Aja
Tapi
Nungguin
Bareng
Lukak-likuk
Puyeng
Hujan
Petir
Saja
Tetapi
Menunggu
Bersama
Berliku-liku
Pusing
8 4,41
16 Shipa
Pauziah
Banget Sangat 1 0,55
17 Nurkamala Sodaraku
Nginep
Engga
Mabok
Ketemu
Saudaraku
Menginap
Tidak
Mabuk
Bertemu
5 2,76
82
18 Nisfi Fadilah Ketawa
Diem
Ajah
Deh
Sampe-sampe
Ketemu
Sempet
Ngobrol
Dulu
Deh
Ga
nyangka
Sih
Abis
Tertawa
Diam
Saja
-
Sampai-sampai
Bertemu
Sempat
Mengobrol
Dahulu
-
Tidak
Menyangka
-
Habis
14 7,73
19 Putri Dewi Kan
Banget
Tapi
Nggak
Kerasa
Ketawa-ketawa
Ngeluh
Resep
Banget
Sampe
Nabrak-nabrak
Pas
Udah
Bosen
Kaya
Beneran
Udah
Ngeliat
Trus
Joget-joget
Dah
Udah
Ajah
Maen
Deh
Bosen-bosen
-
Sangat
Tetapi
Tidak
Terasa
Tertawa
Mengeluh
Senang
Sangat
Sampai
Menabrak
Saat
Sudah
Bosan
Seperti
Sebenarnya
Sudah
Melihat
Lalu
Goyang-goyang
-
Sudah
Saja
Main
-
Bosan-bosan
26 14,36
20 Ida Laela Beliin
Gak
Dengerin
Dinasehatin
Gak
Ngebantah
Belikan
Tidak
Mendengarkan
Dinasihati
Tidak
Membantah
22 12,15
83
Bantuin
Udah
Ngelahirin
Ngerawat
Sampe
Inget
Ngelawan
Emang
Terus
Terus
Gak
Tau
Enggak
Ngiris
Deketin
Tapi
Bantu
Sudah
Melahirkan
Merawat
Sampai
Ingat
Melawan
Memang
Lalu
Lalu
Tidak
Tahu
Tidak
Mengiris
Mendekati
Tetapi
21 Windi
Anggraini
Banget
Nyari-nyari
Tapi
Pas
pake
Malah
Trus
Nungguin
Tapi
Tau
Nginep
Temen
Sangat
Mencari-cari
Tetapi
Saat
Pakai
Justru
Lalu
Menunggu
Tetapi
Tahu
Menginap
Teman
12 6,62
22 Dinda
Humairah
Abis
Abis
Sepedah
Sehabis
Sehabis
Sepeda
3 1,65
23 Amelia
Agustin
Ga
Nyangka
Ga
Tau
Gimana
Tidak
Menyangka
Tidak
Tahu
Bagaimana
5 2,76
Jumlah
181 100%
84
TABEL 4.25
PERSENTASE JUMLAH KESALAHAN PENGGUNAN
KOSAKATA PADA KARANGAN NARASI SISWA
No Nama Siswa Jumlah Kosakata
Berbahasa Betawi
%
1 Dini Hulia 1 0,55
2 Wafha Fauziah 1 0,55
3 Julian Ramayanti 1 0,55
4 Peri Irawan 1 0,55
5 Mega Citra 1 0,55
6 Shipa Pauziah 1 0,55
7 Alfira Faila 3 1,65
8 Dinda Humairah 3 1,65
9 Citra Jendagia 4 2,20
10 Nurruba Rahayu 5 2,76
11 Nurkamala 5 2,76
12 Amelia Agustin 5 2,76
13 Syah Reza 7 3,86
14 Alvira Damayanti 8 4,41
15 Bella Safitri 9 4,97
16 Nurul Aini 11 6,07
17 Hanny Hapita 11 6,07
18 Windi Anggraini 12 6,62
19 Lailatul Qadariyah 13 7,18
20 Nisfi Fadilah 14 7,73
21 Syifa Dwi 19 10,49
22 Ida Laela 22 12,15
23 Putri Dewi 26 14,15
B. Interpretasi data
Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh tiga puluh karangan narasi
siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
Dari tiga puluh karangan tersebut didapatkan dua puluh tiga karangan yang
termasuk dalam karangan narasi dan penggunaan kosakatanya tidak tepat
(kesalahan kosakata). Setelah menyelesaikan analisis pada tabel kesalahan
penggunaan kosakata pada karangan narasi siswa, penulis membuat rincian
jumlah penggunaan kosakata bahasa Betawi pada karangan narasi siswa yang
85
berlatar belakang bahasa Betawi. Perhitungan ditujukan untuk melihat banyaknya
penggunaan bahasa Betawi pada karangan narasi siswa.
Selanjutnya, jumlah yang terkumpul dihitung dengan persentase.
Perhitungan persentase digunakan untuk besarnya persentase penggunaan bahasa
Betawi pada tiap karangan siswa berlatar belakang bahasa Betawi menggunakan
rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah Kata Berbahasa Betawi pada Tiap Karangan
N = Jumlah Kata Berbahasa Betawi pada Seluruh Karangan
Berdasarkan perhitungan dari tabel jumlah kesalahan penggunaan
kosakata pada karangan narasi siswa, dapat dilihat bahwa karangan dari siswa
Putri Dewi paling banyak terdapat penggunaan kosakata berbahasa Betawi yaitu
sebanyak dua puluh enam kali atau 14,15%. Siswa tersebut bersuku Sunda, tetapi
bahasa sehari-hari dan bahasa keduanya adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data
siswa tersebut, latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.
Karangan kedua yang terdapat paling banyak penggunaan kosakata
berbahasa Betawi yaitu karangan siswa Ida Laela sebanyak dua puluh dua kali
atau 12,15%. Siswa tersebut bersuku asli Betawi dan bahasa yang digunakan
sehari-hari juga bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa tersebut, latar belakang
bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.
Karangan ketiga yang terdapat paling banyak penggunaan kosakata
berbahasa Betawi yaitu karangan siswa Syifa Dwi sebanyak sembilan belas kali
atau 10,49%. Siswa tersebut juga bersuku asli Betawi dan bahasa yang
digunakannya sehari-hari adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa tersebut,
latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.
86
Dari data pada tabel tabel jumlah kesalahan penggunaan kosakata pada
karangan narasi siswa, dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa dalam berbahasa
Indonesia masih terbatas, terutama pada penggunaan kosakata. Siswa sulit
membedakan antara bahasa Betawi dan bahasa Indonesia, maka dari itu banyak
sekali penggunaan bahasa Betawi dalam karangan narasi siswa.
87
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kosakata
pada karangan narasi siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun
pelajaran 2012/2013, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
Dari tiga puluh karangan yang dianalisis, tedapat dua puluh tiga karangan
yang penggunaan kosakatanya tidak tepat (kesalahan kosakata). Karangan yang
diteliti paling banyak menggunakan kosakata berbahasa Betawi yaitu karangan
siswa Putri Dewi terdapat dua puluh enam kali atau 14,15% misalnya, kata
„banget‟, „ngeluh‟, „resep‟, „bosen‟, „ngeliat‟, „kerasa‟, dan „sampe‟. Siswa
tersebut bersuku asli Sunda, tetapi bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa yang diperoleh, latar belakang bahasa
siswa tersebut adalah bahasa Betawi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis ingin mengungkapkan saran-saran
sebagai berikut:
1) Guru bahasa dan sastra Indonesia, hendaknya dalam proses pembelajaran
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2) Sebagai seorang guru hendaknya memperhatikan situasi kebahasaan tempat
guru mengajar dan situasi kebahasaan anak didiknya. Seorang guru juga
harus dapat menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
menyenangkan bagi siswa, dapat memotivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik, serta dapat melakukan pendekatan kepada siswa
agar terlihat keakraban.
87
88
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2006
Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Dornyei, Zoltan. The Psychology of Second Language Acquisition. New York:
Oxford . 2009.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
2010.
Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Depok: Nufa Citra Mandiri. 2013.
Ibrahim, Abdul Syukur dan Suparno. Sosiolinguistik. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2007.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1997.
Tata Bahasa. Jakarta: Grasindo. 1999.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.
Muhadjir. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2000.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001.
Nurudin. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press. 2010.
Ohoiwutun, Paul. Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat
dan Kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc. 1997
Pateda, Mansoer. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah. 1989.
Pusat Pembinaan dan Pengembangna Bahasa. KBBI. DP & K: Balai Pustaka.
1999.
Rusyana, Yus. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV
Diponegoro. 1984.
Sudarno dan Eman A. Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. 1986.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2009.
Suparno dan Muhamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2006.
89
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung. 2008.
Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1988.
Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.
Yulianto, Bambang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2009.
Zainuddin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Melton
Putra. 1992.
BIOGRAFI PENULIS
Ikawati, lahir di Bogor pada tanggal 08 Agustus
1990. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Arsyad bin Enggu dan Ida Binti Unus yang saat ini
masih tinggal di daerah kelahirannya yaitu di Bogor. Penulis
mempunyai seorang kakak bernama Ade Irma Suryani dan
seorang Adik bernama Khairudin Nawawi.
Penulis memulai pendidikannya dari SDN Kayumanis 2 kemudian
melanjutkannya ke MTs Nurul Huda. Lalu dilanjutkan lagi ke Madrasah Aliyah
Daarul Uluum Lido. Lulus MA tahun 2009 penulis mencoba mendalami
linguistik dan satra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sampai menduduki semester IX (sembilan).
Menurut penulis, kesalahan berbahasa merupakan hal yang perlu
diperhatikan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut harus
segera diperbaiki agar tidak terjadi kesalahan secara terus menerus yang dilakukan
oleh peserta didik. Maka dari itu, dalam skripsi ysng berjudul “ Analisis
Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar
Belakang Bahasa Betawi Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013”
penulis ingin membenahi kesalahan penggunaan kosakata yang disebabkan
adanya pengaruh dari bahasa kedua, di antaranya bahasa Betawi.