analisis kepatuhan pengungkapan laporan keuangan

19
1 ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA/KABUPATEN DI INDONESIA TERHADAP PP 24 TAHUN 2005 UNTUK TAHUN ANGGARAN 2006-2010 Puspa Darwinawati Amin dan Dyah Setyaningrum Universitas Indonesia Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepatuhan pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) PP 24 Tahun 2005 di Indonesia selama tahun 2006 -2010. Penelitian ini menggunakan metode skoring checklist yang komponennya disesuaikan dengan isi SAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengungkapan LKPD dari sebesar 38% di tahun 2006 menjadi 54% di tahun 2010. Pos yang paling meningkat kepatuhannya setelah 5 tahun terakhir adalah analisis terkait pengungkapan kebijakan fiskal dan asumsi makro. Hal ini diduga karena BPK mewajibkan pelaporan secara lengkap untuk memenuhi proses audit. Kebijakan fiskal dan asumsi makro merupakan pos yang paling diperhatikan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Kata kunci: tingkat pengungkapan, akuntansi pemerintah daerah, standar akuntansi pemerintah. Abstract: This thesis analyze the disclosure compliance of local government financial reports of regencies in Indonesia for the period of 2006-2010 against Government Accounting Standard Regulation PP 24 Year of 2005. This study used scoring method through checklist, which the checklist components adapted to PP 24 year of 2005. The standard effective after 4 years implemented (2008). The result shows in 2006 LKPD compliance only 38% and increased to 54% in 2010. Fiscal policy and macro assumptions are the section that increase most, it‟s because BPK urgency for LKPDs to deliver a complete statement to get through the audit process and because mostly citizens concern only on this section. keywords: disclosure, compliance, local government accounting, government accounting standard. Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

1

ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH KOTA/KABUPATEN DI INDONESIA TERHADAP

PP 24 TAHUN 2005 UNTUK TAHUN ANGGARAN 2006-2010

Puspa Darwinawati Amin dan Dyah Setyaningrum

Universitas Indonesia

Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepatuhan pengungkapan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) PP 24 Tahun 2005 di

Indonesia selama tahun 2006 -2010. Penelitian ini menggunakan metode skoring checklist yang

komponennya disesuaikan dengan isi SAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan pengungkapan LKPD dari sebesar 38% di tahun 2006 menjadi 54% di tahun 2010.

Pos yang paling meningkat kepatuhannya setelah 5 tahun terakhir adalah analisis terkait

pengungkapan kebijakan fiskal dan asumsi makro. Hal ini diduga karena BPK mewajibkan

pelaporan secara lengkap untuk memenuhi proses audit. Kebijakan fiskal dan asumsi makro

merupakan pos yang paling diperhatikan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan.

Kata kunci: tingkat pengungkapan, akuntansi pemerintah daerah, standar akuntansi pemerintah.

Abstract:

This thesis analyze the disclosure compliance of local government financial reports of regencies

in Indonesia for the period of 2006-2010 against Government Accounting Standard Regulation

PP 24 Year of 2005. This study used scoring method through checklist, which the checklist

components adapted to PP 24 year of 2005. The standard effective after 4 years implemented

(2008). The result shows in 2006 LKPD compliance only 38% and increased to 54% in 2010.

Fiscal policy and macro assumptions are the section that increase most, it‟s because BPK urgency

for LKPDs to deliver a complete statement to get through the audit process and because mostly

citizens concern only on this section.

keywords: disclosure, compliance, local government accounting, government accounting

standard.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 2: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

2

1. Latar Belakang

Setelah memasuki era reformasi, pola pikir masyarakat Indonesia menjadi lebih terbuka

dan menginginkan pembangunan yang adil dan berimbang. Oleh karenanya kini Indonesia telah

menerapkan sistem otonomi daerah. Menurut UU No 32 tahun 2004, otonomi daerah merupakan

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintah dan masyarakat setempat sesuai aturan perundangan. Karena itu, kini Pemerintah

Daerah harus mengatur dan mengurus sendiri segala urusan pemerintahannya demi kemajuan

daerah. Untuk memastikan peningkatan kinerja setiap daerah, perlu dilakukan kontrol atas

berbagai kebijakan yang diterapkan. Upaya mewujudkan transparasi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan negara yaitu dengan menyampaikan laporan keuangan yang mengikuti

Standar Akuntansi Pemerintahan secara umum. Oleh karena itu pada tahun 2005, Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP).

Untuk menjamin kualitas laporan keuangan tersebut, laporan keuangan yang telah disusun

oleh Pemerintah Daerah akan diperiksa oleh suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan

mandiri, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sebelum diserahkan kepada Pemerintah Pusat.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dilakukan sebagai bentuk pemenuhan atas dorongan

kebutuhan akan fungsi pengawasan, sehingga aktivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

diharapkan dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan kepentingan

masyarakat.

Berdasar PP 24 Tahun 2005, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diwajibkan

melaporkan transaksi dan menjelaskan lebih lanjut pada Catatan atas Laporan Keuangan yang

formatnya disesuaikan dengan SAP. Pengungkapan wajib laporan keuangan daerah sesuai

Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia masih rendah. Lesmana (2010) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa rata-rata nilai pengungkapan wajib sebesar 22%, dengan nilai tertinggi

sebesar 39% dan terendah 13%. Dan Mandasari (2009) dalam Lesmana (2010) menyatakan nilai

pengungkapan wajibnya sebesar 52,57%. Hal ini berarti masih banyak kota ataupun kabupaten

yang belum mengerti pentingnya pelaporan laporan keuangan yang sesuai dengan standar.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 3: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

3

Penelitian mengenai tingkat kepatuhan daerah telah dilakukan oleh Martani dan Liestiani

(2008), menggunakan pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan berfokus pada tingkat

pengungkapan LKPD tahun 2006 dengan metode scoring pada Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat dan

klasifikasi Pemerintah Daerah tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan. Tetapi, kekayaan,

kompleksitas pemerintahan dan jumlah temuan audit mempengaruhi tingkat pengungkapan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Liestiani (2008),

penelitian ini masih menggunakan pengungkapan wajib dan berfokus pada tingkat pengungkapan

LKPD dengan metode scoring pada catatan atas laporan keuangan (CaLK). Bedanya, penelitian

ini menggunakan laporan keuangan seluruh LKPD Indonesia dan penelitian dilakukan selama

lima tahun berjalannya SAP, 2006-2010.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Keuangan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. PP 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara menjelaskan tentang penatausahaan dan pertanggung jawaban

pelaksanaan anggaran bahwa laporan keuangan harus mewujudkan transparasi dan akuntabilitas.

Salah satu cara untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

negara adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah

yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar yang berlaku,

dalam hal ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.2 Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah

Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan PP 24 Tahun 2005 paragraf 19,

menjelaskan bahwa CaLK meliputi penjelasan naratif ataupun rincian dari angka yang tertera

dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. CaLK juga mencakup informasi

tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 4: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

4

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan didalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta

ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara

wajar, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen lainnya. Secara umum catatan atas laporan

keuangan harus mengungkapkan hal berikut:

Informasi tentang kebijakan fiskal/ keuangan, ekonomi makro, pencapaian target undang-

undang APBN/ perda APBD, disertai kendala dan hambatan yang dihadapi untuk

pencapaian target;

Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan dengan

membandingkan output dengan input untuk melihat efisiensi program, mengukur kinerja

dengan membandingkan hasil dengan targetnya, beserta dengan menguraikan strategi dan

sumber daya;

Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi dan kejadian penting lainnya;

Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi pemerintahan yang

belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan;

Mengungkapkan informasi untuk pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan

penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja rekonsiliasinya dengan penerapan

basis kas;

Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang

tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.

2.3 Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Tujuan Pemeriksaan (Audit) oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-

RI) tersebut adalah memberikan opini atau pernyataan profesional pemeriksa atas tingkat

kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Opini audit ini diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah untuk memberikan kinerja yang

lebih baik, lebih transparan, partisipatif dan bertanggung-jawab. Pemeriksaan BPK-RI ditekankan

kepada pengujian atas bukti mendukung penyajian saldo akun dalam neraca dan Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), pengujian transaksi pada LRA dan Laporan Arus Kas (LAK),

penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan, pengujian kepatuhan terhadap peraturan

perundang- undangan, pengujian atas pengungkapan informasi keuangan pada Catatan atas

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 5: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

5

Laporan Keuangan (CaLK), dan penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara

keseluruhan.

2.4 Penelitian Sebelumnya

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Ingram (1984) dalam

penelitiannya menyebutkan bebarapa faktor yang mempengaruhi kualitas pengungkapan, yaitu:

koalisi pemilih (masyarakat) yang mendorong peningkatan permintaan akan informasi, kekuatan

administrasi, dan insentif manajemen yang terdiri dari kekayaan negara, profesionalisme dan

kompleksitas pemerintah. Hasil penelitian menemukan bukti bahwa koalisi pemilih, kekuasaan

administratif dan insentif menejemen secara signifikan menjelaskan hubungan positif dengan

kualitas pengungkapan.

Liestiani (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan dan menggunakan temuan audit dan nilai temuan sebagai salah satu yang

mempengaruhi pengungkapan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat

pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memiliki hubungan positif dengan jumlah

temuan audit. Sebaliknya, nilai temuan memiliki hubungan negatif dengan pengungkapan laporan

keuangan daerah. Dalam penelitian yang dilakukan Lesmana, faktor yang mempengaruhi

pengungkapan dilihat dari segi karakteristik Pemerintah Daerah. Lesmana (2010) dalam

penelitiannya menggunakan ukuran Pemerintah, kewajiban, pendapatan transfer, umur

Pemerintah Daerah, jumlah satuan kerja perangkat daerah dan rasio kemandirian keuangan

daerah. Hasil penelitian tersebut menunjukan umur pemerintah dan rasio kemandirian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan. Namun untuk ukuran Pemerintah

Daerah, kewajiban, pendapatan transfer dan jumlah satuan kerja tidak berpengaruh terhadap

tingkat pengungkapan.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Metode Skoring

Dalam penelitian ini metode penelitian yaitu dengan menggunakan skoring SAP PP 24

Tahun 2005 dan wawancara dengan beberapa pakar akuntansi pemerintahan. Metode skoring

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 6: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

6

yang digunakan adalah dengan checklist yang komponennya telah disesuaikan dengan susunan

wajib dan aturan CaLK pada SAP PP 24 tahun 2005 untuk melihat tingkat kepatuhan Laporan

Keuangan Pemerintahan Daerah. Data yang digunakan dalam checklist adalah seluruh LKPD

yang telah diaudit BPK selama tahun 2006 dan 2010.

Metode pengukuran penelitian serupa dengan yang digunakan Botosan (1997), Fitriany

(2000) dan juga Kemala (2007). Tahapan skoring sebagai berikut:

1. Memberi nilai untuk setiap pengungkapan dari checklist SAP untuk satu item pengungkapan

yang disajikan diberi bobot 1 (satu), artinya semakin jelas pengungkapannya semakin banyak

nilai yang dikumpulkan. Pilihan jawaban ada 3 poin yaitu ya, tidak, dan NA.

Kriteria pengisian jawaban checklist LKPD dapat dilihat dalam table 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Jawaban Checklist

kriteria jawaban Keterangan

YA

Nilai yang disajikan dalam laporan keuangan, di narasikan dan diberi penjelasan rincian penghitungannya.

Kebijakan yang dianut oleh pemerintah daerah sesuai dengan kebijakan yang diwajibkan oleh SAP.

Penyajian informasi yang diwajibkan SAP dijelaskan secara lengkap dalam CaLK atau laporan keuangan

TIDAK

Nilai yang disajikan dalam laporan keuangan, tidak di narasikan dan tidak dijelaskan rincian penghitungannya.

Kebijakan yang dianut oleh pemerintah daerah tidak sesuai dengan metode yang diwajibkan oleh SAP.

Penyajian informasi yang diwajibkan SAP tidak dijelaskan dalam CaLK atau laporan keuangan.

N/A

Dalam laporan keuangan tidak terdapat akun yang disebutkan dalam checklist

Tidak ada penjelasan seputar kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah.

2. Mencocokkan setiap penjelasan checklist dengan isi CaLK.

3. Menjumlahkan nilai tersebut berdasarkan setiap jawaban: ya, tidak, dan N/A. Total

seluruh jawaban harus sebanyak 264 poin. 264 poin yang disusun adalah berdasarkan

pedoman yang harus berurutan dalam membuat LKPD dalam PP 24 tahun 2005.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 7: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

7

3.2 Metode Pemilihan Sampel

Data yang digunakan adalah seluruh data dari LKPD Indonesia di tahun 2006 hingga

tahun 2010. Namun tidak semua LKPD bisa dianalisis karena adanya keterbatasan data. LKPD

yang digunakan dipilih dari LKPD yang lengkap melampirkan laporan keuangan yang terdiri dari

neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan CaLK. Jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian dapat dilihat di tabel 3-2.

Tabel 3-2

Kriteria Pemilihan Sampel

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah LKPD Indonesia 463 469 465 504 516

(LKPD yang tidak tersedia) 81 31 32 82 133

382 438 433 422 383

(data yang hanya berupa data

audit BPK) 11 69 108 27 7

371 369 325 395 376

(LKPD yang tidak memiliki CaLK) 28 8 6 0 0

LKPD sampel 343 361 319 395 376

persentase sampel 74% 77% 69% 78% 73%

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Liestiani (2008), hanya menggunakan

sampel 30% dari total LKPD Indonesia, yaitu 100 dari 433 LKPD untuk tahun 2006. Penelitian

kali ini menggunakan sampel yang lebih banyak, yaitu 74% dari total seluruh Pemerintahan

Daerah tingkat kota/kabupaten Indonesia pertahunnya dan penelitian digunakan selama 5 tahun

berjalan, yaitu 2006-2010. Penelitian ini sudah lebih baik dari sebelumnya karena objek

penelitian yang digunakan hampir seluruh populasi sampel. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat kesadaran akan kepatuhan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar sejak

tahun kedua diberlakukan SAP hingga 5 tahun selanjutnya, yaitu tahun 2006 hingga tahun 2010.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 8: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

8

4. Analisis dan Pembahasan

4.1 Hasil Checklist

Hasil checklist berdasarkan metode skoring dapat dilihat dalam gambar 4-1:

Gambar 4-1

Hasil Checklist Pertahun

Dalam Gambar 4-1 terlihat pergerakan trend kepatuhan penyajian Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2006, CaLK yang

disajikan sesuai dengan SAP hanya sebesar 38% dan 36% isinya tidak mengikuti standar yang

ada. Keadaan berubah setelah 6 tahun SAP disahkan, dimana di tahun 2010 Pemerintah Daerah

sudah mulai memahami SAP dan mengimplementasikan dengan sesuai kedalam laporan

keuangannya, dimana “YA” mencapai 54% dan “TIDAK” dari tahun 2008 hingga 2010 konstan

26%. “Tidak” bukan karena menggunakan basis yang menyalahi aturan berlaku. “Tidak” disini

merupakan pos CaLK bagian belanja yang tidak mengikuti klasifikasi yang dianjurkan SAP, tapi

mengikuti aturan Permendagri 13 tahun 2006. Klasifikasi yang digunakan adalah belanja

langsung dan tidak langsung, bukan diklasifikasikan berdasarkan fungsi.

Semula di tahun 2006, dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang tersedia ada 28

yang tidak membuat CaLK hingga akhirnya mulai 2009 semua Pemerintah Daerah telah

membuat CaLK. Hal yang memengaruhi peningkatan laporan keuangan adalah peringatan yang

diberikan oleh BPK. Laporan keuangan yang diproses diaudit hanyalah LKPD yang lengkap

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 9: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

9

komponennya. Untuk memenuhi kriteria yang diajukan BPK maka LKPD harus menyajikan

Neraca, LRA, Laporan Arus Kas, dan CaLK secara lengkap agar Laporan Keuangannya dapat

diaudit. Selain itu muncul tiga Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (SE MENDAGRI) terkait

dengan Akuntansi Keuangan Daerah. SE tersebut adalah SE No.900/316/BAKD tahun 2007

tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan Akuntansi, Pelaporan, dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; SE No.900/743/BAKD tahun 2007 tentang Modul

Akuntansi Pemerintah Daerah; SE No.900/079/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan

Akuntansi Pemerintah Daerah. SE tersebut mulai muncul di tahun 2007 yang nyatanya sangat

mempengaruhi kepatuhan dalam pelaporan. Terlihat peningkatan yang cukup jauh dari 2007 ke

2008 (gambar 4-1), dikarenakan pengaruh SE ini. Dengan adanya SE baru tentang Akuntansi

Keuangan Daerah memudahkan Pemerintah Daerah dalam memahami proses penyajian Laporan

Keuangan, sebab dalam PP 24 Tahun 2005 tidak dijelaskan penjelasan lebih lanjut dari setiap

pos.

BPK juga kerap melakukan sosialisasi kepada kepatuhan pelaporan keuangan, terlebih

setelah muncul SE yang terkait dengan Akuntansi Keuangan Daerah. Sosialisasi yang dilakukan

ada dua, yaitu sosialisasi secara sentral dan evaluasi langsung oleh BPK. Sosialisasi sentral

dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perwakilan setiap Pemerintah Daerah untuk

dijelaskan mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan dan aturan baru yang ada. Tidak hanya

sebatas sosialisasi secara sentral, evaluasi langsung juga dilakukan oleh BPK. Untuk memastikan

laporan keuangan yang dihasilkan baik, maka BPK turun ke daerah untuk melakukan pembinaan

langsung. Pembinaan yang dilakukan terkait dengan temuan BPK, memberi arahan kepada

Pemerintah Daerah agar tidak mengulang kesalahan pelaporan yang sama. Informasi terkait

kepatuhan LKPD ini diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa ahli dibidang

pemerintahan.

4.2 Kondisi Pengungkapan LKPD 2006-2010

a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target

Peraturan Daerah APBD.

Sebelum membahas isi utama laporan keuangan (Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan

Laporan Arus Kas) berdasarkan aturan SAP PP 24 tahun 2005, LKPD harus memberi pengantar

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 10: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

10

berupa penyajian informasi terkait kebijakan dan target daerah. Penjelasan poin awal CaLK,

dijelaskan dalam checklist bagian A yang dibagi menjadi 4 bagian yaitu pengungkapan kewajiban

fikal/keuangan, penjelasan asumsi ekonomi makro, pencapaian target, dan hambatan kendala

dalam pencapaian target. Berikut hasil checklist bagian A yang digambarkan dalam gambar 4-2:

Gambar 4-2

Hasil Checklist Bagian A

Di tahun 2006, hampir semua kota/ kabupaten tidak menyajikan informasi di awal dan

langsung menjelaskan ikhtisar pencapaian atau langsung menjelaskan infomasi kebijakan

akuntansinya. Hanya beberapa kota/ kabupaten yang menyajikan informasi fiskal dan keuangan.

Di tahun 2007, informasi bagian A sudah mulai dibuat oleh sebagian LKPD. Terlihat dengan

meningkatnya persentase “ya”. Mulai konstan dilaporkan untuk CaLK bagian A ketika memasuki

tahun 2008 hingga 2010.

Untuk sisi kebijakan makro, tahun 2006 belum disajikan oleh LKPD. Hal ini karena di

awal penerapan SAP PP 24 Tahun 2005, BPK masih menerima beberapa laporan keuangan yang

belum menyajikan CaLK lengkap dalam proses auditnya. Memasuki tahun 2007, beberapa LKPD

hanya menjelaskan asumsi yang digunakan dan tidak membandingkan perbedaan asumsi makro

yang digunakan sebelumnya. Hal ini kemungkinan karena di tahun sebelumnya masih belum

dilakukan pengukuran asumsi makro pada laporan keuangan, sehingga belum adanya tolak ukur

untuk membandingkan asumsi yang digunakan sebelumnya dengan asumsi periode sekarang.

Terjadi juga pada rincian penjelasan perbandingan kebijakan fiskal tahun berjalan dengan tahun

sebelumnya.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 11: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

11

Hambatan dan kendala pencapaian sudah mulai lebih sering dijelaskan di tahun 2007 jika

dibandingkan dengan penyajian CaLK ditahun 2006. Mulai tahun 2007 tingkat kepatuhan dalam

menyajikan bagian awal CaLK lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006, meskipun belum

meningkat secara kualitas tapi sudah meningkat secara kuantitas. CaLK bagian A sudah mulai

kerap digunakan setelah memasuki tahun 2008 karena urgensi pelaporan yang diwajibkan BPK

agar dapat diaudit. Memasuki tahun 2008, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sudah mulai

mengimplementasikan SAP dengan tepat dan terus berlanjut hingga tahun 2010. Pemerintah

Daerah sudah mulai memahami pelaporan keuangan yang sesuai standar karena sudah munculnya

SE tentang Akuntansi Pemerintah Daerah dan karena adanya urgensi dari BPK dalam menyajikan

Laporan Keuangan yang lengkap. Penyajian informasi kebijakan fiskal, asumsi makro, dan

pencapaian target peraturan telah disajikan oleh seluruh LKPD Indonesia mulai tahun 2008

hingga 2010.

b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan berisi perbandingan input output untuk melihat

efisiensi program yang dilakukan, mengukur kinerja program, dan memberi uraian strategi dan

sumber daya yang digunakan. Berikut hasil skoring checklist bagian B dapat dilihat dalam

gambar 4-3:

Gambar 4-3

Hasil Checklist bagian B

LKPD tahun 2006 dalam menyajikan bagian B sama halnya dengan bagian A (penjelasan

kebijakan fiskal, asumsi makro, pencapaian target peraturan APBD, dan hambatan kendala

pencapaian target), dimana hampir semua kota/kabupaten tidak membuat rincian CaLK bagian

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 12: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

12

ini, dan langsung memberi penjelasan pada kebijakan akuntansi keuangan. Rincian iktisar

pencapaian ada tiga yaitu perbandingan input output, pengukuran kinerja program, dan uraian

strategi beserta sumber daya yang digunakan. Hanya saja, seluruh LKPD yang melaporkan

ikhtisar pencapaian kinerja keuangan dalam CaLKnya tidak ada yang membuat penjelasan

perbandingan input dan output untuk melihat efisiensi program. Seluruhnya hanya menjelaskan

dua bagian lainnya saja yaitu pengukuran kinerja dan uraian strategi beserta sumber daya yang

digunakan dalam program. Memasuki 2007 isi rincian ikhtisar pencapaian sudah mulai lengkap

dijelaskan. Dalam penyajian CaLK setelah munculnya SE Mendagri tentang Akuntansi Keuangan

Daerah di tahun 2007, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan telah dijelaskan dengan lengkap

ketiga poinnya. Di tahun 2008 hingga 2010 hampir seluruh LKPD yang menyajikan bagian B

telah menjelaskan ketiga komponen ikhtisar pencapaian.

c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi keuangan.

Bagian ini memiliki penjelasan terbanyak karena berisi rincian isi Neraca, Laporan

Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Keuangan. Di tahun 2006, hampir seluruh laporan

keuangan yang membuat CaLK hanya mengungkapkan catatan atas bagian ini saja sehingga

dapat masuk dalam penelitian. Berikut hasil checklist bagian C selama tahun 2006 hingga 2010

dapat dilihat di gambar 4-4:

Gambar 4-4

Hasil Checklist bagian C

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 13: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

13

Meskipun isi penjelasan CaLK bagian ini dilaporkan, ada pos yang perlakuannya masih

belum mengikuti aturan SAP PP 24 Tahun 2005. Berikut penjelasannya:

• Penjelasan pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntasi tidak dijelaskan oleh

seluruh LKPD di tahun 2006. Penjelasan yang diberikan LKPD di tahun 2006 untuk

bagian C hanyalah penjelasan dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan

Arus Kas. Begitu juga memasuki tahun 2007 hingga tahun 2010, penjelasan

pertimbangan pemilihan kebijakan akuntansi masih tidak disajikan.

• Penjelasan CaLK seputar entitas laporan berdasar PP 24 tahun selama tahun 2006 tidak

disajikan oleh seluruh LKPD. Di tahun 2006, sifat operasi dan jumlah unit entitas

akuntansi yang dibawahi juga dijelaskan oleh beberapa daerah. Akan tetapi tidak ada

yang menjelaskan perundangan yang dijadikan kegiatan operasi entitas. Tahun 2007,

LKPD Indonesia sudah lebih banyak yang menyajikan bagian penjelasan domisili dan

bentuk hukum entitas. Tapi meskipun jumlahnya sudah meningkat, komponen

penjelasan entitas laporan tidak secara lengkap dijelaskan empat poin isinya. Tahun

2008 juga komponen penjelasan entitas laporan tidak secara lengkap dijelaskan empat

poin isinya. Di 2009 hingga 2010 sudah ada beberapa yang menampilkan secara

lengkap empat poin isi entitas pelaporan, tapi sebagian besar masih belum menjelaskan

secara lengkap empat poin yang ada.

• Di tahun 2006, hanya sedikit LKPD telah menyajikan basis akuntansi yang mendasari

penyusunan laporan keuangan. Memasuki tahun 2007, LKPD sudah mulai menyajikan

jenis basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Dan terus

meningkat jumlah pelaporannya memasuki 2008 hingga 2010.

• Basis pengakuan dan pengukuran yang harus disajikan adalah kesesuaian basis yang

digunakan terhadap SAP dalam penilaian setiap pos. Tahun 2006, LKPD sudah

menyajikan basis pengakuan dan pengukuran dalam CaLKnya, tapi masih belum

menjelaskan secara rinci basis dari setiap pos yang ada, hanya memberi keterangan

sebagian pos, dan mulai merinci di 2007. Tahun 2006 masih terdapat beberapa

pemerintah daerah yang tidak menggunakan basis sesuai dengan SAP sehingga poin

“Tidak” masih banyak ditemui. Kepatuhan pada basis inilah yang membuat poin

“tidak” berkurang dan poin “ya” meningkat di tahun 2007. Di tahun 2008 hingga 2010,

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 14: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

14

LKPD telah menjelaskan basis dan metode setiap pos sesuai dengan basis yang

diwajibkan oleh SAP PP 24 tahun 2005.

• LKPD Indonesia di tahun 2006 masih banyak yang belum menjabarkan lebih rinci pos

laporan keuangan. Dalam pencatatannya di laporan keuangan, LKPD Indonesia banyak

menuliskan hanya berupa kas dan setara kas, tidak dirinci lebih dalam, begitu juga

halnya dengan beberapa akun lainnya. Hal ini karena standar yang digunakan masih

baru sehingga belum dapat diimplementasikan secara sepenuhnya. Tahun 2007 telah

menjelaskan lebih rinci dan mulai dibedakan klasifikasi pos. Pengklasifikasian yang

lebih mendetail terus berlanjut hingga tahun 2010.

• Banyaknya „NA‟ dalam penjelasan pos laporan keuangan bukan karena entitas tidak

mengungkapkan adanya suatu transaksi dalam laporan keuangan, tetapi karena

transaksi pos memang tidak pernah terjadi.

• Berdasarkan SAP PP 24 Tahun 2005, aset tetap harus dijelaskan rincian setiap jenis

asset disertai dengan penjelasan penambahan dan pelepasan aset tersebut. Perlakuan

beberapa kota/kabupaten di tahun 2006 dan 2007 hanya memisahkan aset tetap

berdasarkan jenis dan tidak menampilkan tabel atau rincian penambahan/pelepasan

aset. Mulai tahun 2008 hingga tahun 2010 seluruh LKPD sudah menampilkan rincian

asetnya secara berurutan dan lengkap disertai dengan penambahan dan

pengurangannya, juga tambahan informasi lain seputar aset tetap.

• Pencatatan belanja berdasar penjelasan pada PSAP 02 paragraf 34, belanja

diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.

Permendagri No 13 Tahun 2006 menjelaskan bahwa klasifikasi belanja berdasarkan

belanja langsung dan tidak langsung. Seluruh LKPD di tahun 2006 hingga 2010

mengklasifikasikan belanja sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006. Pencatatan

berbeda yang dilakukan oleh seluruh daerah tidak dapat dikategorikan melanggar

Standar Akuntansi Pemerintahan. Tapi dalam checklist ini, seluruh belanja yang

berbeda dengan SAP 24 tahun 2005 tetap dikategorikan sebagai “tidak” karena

checklist dibuat berdasarkan aturan SAP PP 24 Tahun 2005.

• Poin selanjutnya dalam penjelasan CaLK bagian kebijakan akuntansi adalah kebijakan

akuntansi berkaitan dalam masa transisi SAP dan kebijakan akuntansi tertentu yang

diperlukan untuk memahami LKPD. Di tahun 2006 keterangan ini tidak dilaporkan

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 15: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

15

oleh seluruh LKPD. Mulai 2007 hingga 2010 sudah mulai dijelaskan oleh beberapa

LKPD.

d. Pengungkapan Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan SAP yang belum disajikan

dalam lembar muka laporan keuangan.

Informasi yang dimaksud dalam bagian ini adalah informasi mengenai kontijensi

dan komitmen lainnya yang belum disajikan di awal. Pos ini tidak diwajibkan muncul

dalam CaLK, hanya saja perlu di laporkan jika ada. Sehingga peningkatan atau

berkurangnya poin “Ya”, “Tidak”, dan “NA” tidak memengaruhi tingkat kepatuhan dalam

pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah.

e. Pengungkapan-pengungkapan lain.

Pengungkapan lainnya harus disajikan dalam CaLK laporan keuangan

pemerintahan daerah. Pengungkapan ini diharuskan dilaporkan jika ada kejadian

bersangkutan muncul, jika tidak maka tidak perlu membuat CaLK bagian pengungkapan

lain. Oleh karena itu jarang diungkapkan oleh LKPD hingga 2010.

4.3 Urgensi Pengungkapan LKPD

Informasi yang diperlukan dan dibutuhkan oleh tiap pengguna laporan keuangan berbeda

tergantung tujuan masing-masing. Ada beberapa pos yang menjadi perhatian pengguna laporan

keuangan tergantung kebutuhannya. Kelompok utama pengguna laporan keuangan berdasarkan

penjelasan Kerangka Konseptual (KK) SAP adalah:

1. Masyarakat

Hal pertama yang dicari oleh masyarakat dalam membaca laporan keuangan pemerintahan

daerah adalah opini BPK. Sebab jika hasil pemeriksaan menghasilkan opini yang baik, maka

pandangan masyarakat akan positif pada Pemerintahan Daerah tersebut. Untuk komponen

laporan keuangannya, masyarakat yang menggunakan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah

akan fokus menilai isi CaLK bagian A. Kebijakan fiskal, masyarakat setempat memerhatikan

kebijakan apa saja yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan daerahnya beserta

penggunaan pembiayaan yang dilakukan, beserta apa yang dijadikan asumsi indikator makro

yang digunakan.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 16: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

16

2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

Salah satu cara pencegahan terjadinya korupsi adalah pengembangan akuntansi yang baik

oleh Pemerintah (Pope, 2003) yaitu salah satunya dengan menampilkan laporan keuangan

berstandar. Untuk Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas dan Lembaga Pemeriksa, seluruh isi

laporan keuangan menjadi perhatian utama. CaLK menjadi bahan penilaian lembaga dalam

melihat upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan melihat aspek apa saja yang lebih diutamakan daerah. Dengan adanya laporan

keuangan yang jelas dan rinci dapat meminimalkan terjadinya pelaporan anggaran fiktif atau

kesesuaian ajuan anggaran dengan tujuan pembangunan.Lembaga pengawas dan lembaga

pemeriksa fokus pada semua aspek pada laporan keuangan, baik CaLK maupun isi laporan

lainnya. Karena jika laporan keuangan yang telah diawasi dan diperiksa hasilnya baik, maka akan

memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pengguna laporan keuangan lainnya.

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;

Untuk memastikan dana yang diberikan memang dibutuhkan dan tidak disalahgunakan, hal

pertama yang disorot oleh para pemberi dana adalah opini BPK. Jika opininya baik, maka

pemberi dana akan lebih memercayai dana yang diberikan akan dikelola dengan baik oleh

Pemerintah Daerah. Bagian kewajiban beserta penjelasannya adalah pos yang paling diperhatikan

oleh para pemberi pinjaman. Sebab, pemberi pinjaman ingin memastikan bahwa dana yang

dipinjam akan dikembalikan tepat waktu.

4. Pemerintah Pusat dan Daerah;

Pemerintah Pusat sebagai sentral pemerintahan, lebih fokus pada CaLK tentang kebijakan

yang diambil dan asumsi yang digunakan beserta hambatan yang dihadapi dalam pencapaian

target. Dengan begitu Pemerintah bisa berupaya memberi bantuan dalam melancarkan berbagai

hambatan yang ditemui dalam rangka proses pembangunan. Pemerintah Daerah diharapkan

mendorong kepatuhan daerahnya dalam menerapkan regulasi SAP. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Panggah (2012), umur administratif Pemerintah Daerah dan dukungan Pimpinan

Pemerintah Daerah berpengaruh positif pada opini audit. Pemerintah Daerah diharapkan lebih

mendukung kepatuhan regulasi agar didapatnya opini yang lebih baik.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 17: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

17

5. Kesimpulan

Selama tahun 2006 hingga 2010, kepatuhan atas pengungkapan LKPD berdasarkan

CaLK terus meningkat. Keefektifan penerapan SAP mulai konstan sejak memasuki tahun

anggaran 2008, dimana seluruh LKPD telah menerapkan semua aturan SAP dengan tepat.

Munculnya Surat Edaran Mendagri terkait Akuntansi Daerah merupakan faktor yang memicu

peningkatan kepatuhan ketika memasuki tahun 2008 hingga 2010. SE tersebut adalah SE

No.900/316/BAKD tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan

Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; SE No.900/743/BAKD

tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah; SE No.900/079/2008 tentang

Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan karena

komponen SAP PP 24 Tahun 2005 yang sebelumnya masih sulit dipahami Pemerintah

Daerah, telah dijelaskan lebih rinci dan mendalam didalam Surat Edaran ini.

Pos yang paling meningkat dalam CaLK LKPD Indonesia selama tahun 2006-2010

adalah penjelasan terkait kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Kebijakan fiskal dan ekonomi

makro merupakan pos yang paling diperhatikan masyarakat, karena kebijakan yang diambil

selama tahun berjalan menyangkut peningkatan kesejahteraan daerah tersebut. Selain itu BPK

juga mewajibkan LKPD yang disajikan lengkap komponennya agar dapat diaudit.

Daftar Referensi:

Botosan, Christine A. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The

Accounting Review. Vol 72. No 3. Pp. 323-349.

Ingram, R. W. Spring 1984. Economic incentives and the choice of state government

accounting practices. Journal of Accounting Research

Lesmana, Sigit Indra. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat

Pengungkapan Wajib Di Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Liestiani, A. (2008). Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/

Kota di Indonesia Untuk Tahun Anggaran 2006. Depok: Skripsi Departemen Akuntansi,

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 18: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

18

Martani, Dwi dan Liestiani, Annisa. 2008. Pengungkapan of Local Government Financial

Statement in Indonesia. Accounting Department. University of Indonesia.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006

Pope, J. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003

Tentang Keuangan Negara. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Standar Akuntansi Pemerintah PP 24 Tahun 2005. 2005.Sinar Grafika

SE No.900/316/BAKD Tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penataan dan

Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta: Pemerintah

Indonesia.

SE No.900/743/BAKD tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah. Jakarta:

Pemerintah Indonesia.

SE No.900/079/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah

Daerah. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Wicaksono, Panggah. 2012. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Opini dan Temuan Audit

BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun

2008-2009. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013

Page 19: ANALISIS KEPATUHAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

19

Analisis kepatuhan..., Puspa Darwinawati Amin, FE UI, 2013