analisis kebijakan izin dan praktik perawat(henny) new

9
Identifikasi peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh direktorat bina pelayanan keperawatan dan keteknisan medis KEMKES RI serta organisasi profesi dalam mengelola system layanan keperawatan di Indonesia. A. Peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh direktorat bina pelayanan keperawatan dan keteknisan medis Kemenkes RI yakni PERMENKES RI 148/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Keperawatan: a. Tujuan 1) BAB I Pasal 1 tentang KETENTUAN UMUM: mengatur dengan jelas defenisi-defenisi tentang pengertian dari perawat, fasilitas pelayanan kesehatan, surat ijin praktik keperawatan, standar, surat tanda registrasi, obat bebas, obat bebas terbatas dan organisasi profesi 2) BAB II tentang PERIZINAN; - Diatur pada Pasal ke 2, 3 4, 5,, 6 dan 7 tujuannnya mengatur izin siapa, dimana dan bagaimana perawat dapat menjalankan praktik keperawatan. pasal-pasal tersebut telah menjelaskan dengan jelas. Namun pada pasal 2 ayat (3) dijelaskan bahwa yang dapat melaksanakan praktik mandiri adalah perawat dg pend min DIII. Ketentuan ini perlu ditambahkan mengingat kualifikasi perawat DIII bukan perawat professional,

Upload: lusia-henny-mariati

Post on 25-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

anilsis Kebijakan

TRANSCRIPT

Identifikasi peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh direktorat bina pelayanan keperawatan dan keteknisan medis KEMKES RI serta organisasi profesi dalam mengelola system layanan keperawatan di Indonesia.A. Peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh direktorat bina pelayanan keperawatan dan keteknisan medis Kemenkes RI yakni PERMENKES RI 148/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Keperawatan:

a. Tujuan

1) BAB I

Pasal 1 tentang KETENTUAN UMUM: mengatur dengan jelas defenisi-defenisi tentang pengertian dari perawat, fasilitas pelayanan kesehatan, surat ijin praktik keperawatan, standar, surat tanda registrasi, obat bebas, obat bebas terbatas dan organisasi profesi

2) BAB II tentang PERIZINAN;

Diatur pada Pasal ke 2, 3 4, 5,, 6 dan 7 tujuannnya mengatur izin siapa, dimana dan bagaimana perawat dapat menjalankan praktik keperawatan. pasal-pasal tersebut telah menjelaskan dengan jelas. Namun pada pasal 2 ayat (3) dijelaskan bahwa yang dapat melaksanakan praktik mandiri adalah perawat dg pend min DIII. Ketentuan ini perlu ditambahkan mengingat kualifikasi perawat DIII bukan perawat professional, jadi perlu ditambahkan dalan pasal tersebut bahwa minimal perawat yang dapat melaksanakan praktik mandiri perlu disertakan kualifikasi tertentu misalnya dengan sertifikat-sertifikat pelatihan, atau dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun.

3) BAB III tentang PENYELENGGARAAN PRAKTIK:

Bab ini diatur pada pasal 8, 9, 10, 11 dan 12 dan dijelaskan secara jelas tentang pelaksanaan praktik perawat, yang meliputi tempat dimana praktik dilaksanakan, bagaimana pelaksanaan praktik tersebut, peran perawat dalam praktik, serta hak dan kewajiban perawat. Namun pada pasal 8 ayat (3) huruf c disebutkan dengan pelaksanaan tindakan keperawatan komlpementer yang selanjutnya tidak dijabarkan lebih lanjut mngenai batasan tindakan keperawatan komplementer yang dimaksud.

4) BAB IV tentang PEMBINAAN dan PENGAWASAN;

Bab ini diatur pada pasal 13 dan 14. Pasal ini telah menjelaskan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap praktik pelaksanaan keperawatan serta sangsi administrative terhadap pelanggaran yang dilakukan pada saat pelaksanaan praktik kaperawatan.

5) BAB V tentang KETENTUAN PERALIHAN:

Bab ini di atur pada pasal 15 yang menjelasakna dengan jelas bahwa PERMENKES 148/2010 ini diberlakukan bagi semua yang akan mengurus SIPP

6) BAB VI Ketentuan Penutup

Bab ini diatur pada asal 16 dan 17 yang menjelaskan dengan jelas bahwa PERMENKES HK.02.02/MENKES/148/I/2010 ini menggantikan KEPMENKES 1239/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan.b. ManfaatAdapun manfaat dari kebijakan yang dibuat dalam ketentuan Permenkes ini, mengatur agar izin dan penyelenggaraan praktik perawat sudah sesuai dengan ketentuan dan memiliki landasan hukum yang jelas meskipun di dalam hukum kekutan PERMENKES ini masih lemah dibandingkan dengan UU.

c. Target peraturan/ kebijakanTarget peraturan/kebijakan tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat ini berlaku bagi semua izin dan penyelenggaraan praktik keperawatan yang berjalan semenjak dikeluarkan peraturaan ini no 148 tahun 2010 dimana sebelumnya diatur oleh keputusan menteri kesehatan tahun 1239/2001.d. Proses yang telah dilaksanakan untuk penerapannyaProses yang telah dilaksanakan dalam penerapan kebijakan ini, yakni mulai disosialisasikannya peraturan menteri kesehatan tentang izin dan penyelenggaraan paraktik ini pada seluruh elemen yang terlibat, baik dari tingkat pelayanan dasar spt puskesmas sampai ke tingkat pelayanan di rumah sakit. Selain itu, disosialisasikan pula ke pada pemerintah daerah dan organisasi profesi yang juga berperan sebagai Pembina dan pengawas praktek yang diatur dalam peraturan menteri kesehaan ini.

e. implementasi di lapanganImplementasi PERMENKES 148 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat sudah sangat jelas di lapangan yakni persyaratan tentang pembuatan SIPP dan salah satunya harus menyertakan STR perawat yang bersangkutan namun STR ini masih memiliki kendala karena untuk dibeberapa wilayah di Indonesia, STR ini dikeluarkan tanpa adanya suatu uji kompetensi.

Fenomena Penyelenggaran praktik keperawatan di lapangan saat ini mengalami penyelewengan dari peraturan menteri tersebut, contohnya pada pasal 8 ayat (7) tentang wewenang untuk memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas namun pada kenyataannya pelaksaannya tidak terbatas pada 2 hal tersebut, banyak perawat yang melaksanakan praktekdokter kecil khususnya di daerah-daerah yang kurang terjangkau dari pelayanan medis dokter.Demikian pula pada pasal 10 ayat (2) tentang pelaksanaan tugas pelayanan diluar kewenangan perawat. Dalam pasal dijelaskan bahwa hal ini diperbolehkan jika di daerah tersebut tidak terdapat dokter maka perawat berwenang untuk melakukan praktik diluar kewenangannya. Kewenangan ini kadang disalahgunakan untuk beberapa oknum perawat yang bebasnya melakukan paraktek di luar kewenangnya.Pada pasal 11 huruf c tentang pelaksanaan tugas perawat sesuai kompetensi. Kenyataannya di lapangan, hal ini tidak sesuai denga peraturan yang ada, penerimaan dan penempatan pegawai kadang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki,bahkan tidak berkompetensi. Hal ini dibuktikan dengan belum meratanya di seluruh Indonesia pelaksanaan ujian kompetensi yang merupakan syarat dimana seseorang dinyatakan berkompetensi dalam melaksanakan praktik keperawatan. Selanjutnya pada pasal 11 huruf d tentang hak perawat untuk memperoleh imbalan jasa profesi. Kenyataanya, imbalan jasa yang diberikan kepada perawat terkadang tidak adil jika dibandingkan dengan tenaga medis lain(dokter). Padahal, beban kerja perawat lebih besar jika dibandingka dengan tenaga medis tersebut.f. Kendala yang terjadiKendala yang terjadi dalam pengimplementasian permenkes tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat:

Belum ada UU keperawatan yang mengatur izin dan praktik tersebut sehingga kekutan hukumnya semakin kuat jadi sangsi terhadap pelanggarnya akan semakin berat dengan demikian akan menyadarkan bagi para pealakon-pelakon praktik pelayanan yang tidak sesuai denga peraturan menteri kesehatan tersebut.

Kurang adanya pemerataan pembagian tenaga medis dokter ke daerah-daerah pedalaman sehingga memungkinkan perawat melaksanakan pemberian pengobatan yang tidak terbatas hanya pada ketentuan yang telah di atur pada Permenkes 148/2010

Kesadaran darii masing-masing pribadi(oknum) perawat untuk melaksanakan standar sesuai kmpetensi yang dimiliki masih kurang.

g. Solusi alternative yang dapat diusulkan.Solusi yang diusulkan:

Yang paling pertama dan utama yakni disahkannya UU praktiik keperawatan

Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut bagi semua kalangan profesi perawat, tidak terbatas pada pegawai di puskesmas dan rumah sakit namun dapat dimulai dari tingkat mahasiswa agar sedari dini dikenalkan dengan peraturan sehingga kedepannya diharapkan sadar dengan peraturan yang telah ditetapkan.

B. Program Prioritas Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan:

1. Implementasi SP2KP/ MPKP di rumah sakit umum dan khusus2. Penerapan indikator mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit & Puskesmas3. Peningkatan mutu pelayanan intensif di rumah sakit4. Peningkatan mutu pelayanan Keperawatan dasar di puskesmas dan komunitas melalui penerapan pedoman perkesmas5. Peningkatan kemampuan perawat dalam penanggulangan gawat darurat dan bencana (Keperawatan gadar Basic 1, Basic 2,Advance).Implementasi pedoman keperawatan gawat darurat6. Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (PMK) bagi perawat dan bidan di RS dan puskesmas7. Penerapan PONEK (Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif) oleh bidan dan perawat di RS8. Penerapan model Keperawatan keluarga melalui peningkatan kemampuan perawatUpaya Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan (SDM)

1. Kebutuhan tenaga perawat di sarana kesehatan (RS dan Puskesmas)

a) Pengusulan kebijakan penempatan Perawat PTTb) Advokasi kepada beberapa daerah untuk recruitment perawat di RS/ Puskesmas2. Pengembangan kemampuan/keterampilan perawat di sarana pelayanan kesehatan

a) Pelatihan/peningkatan kemampuan perawatb) Penyiapan perawat ke luar negeri3. Pengembangan reward system bagi tenaga perawat4. Menyiapkan peraturan/ pedoman untuk pengembangan SDM perawat :

a) Standar ketenagaan perawat

b) Jenjang karir perawatc) Standar Pelayanan Keperawatan, dll5. Optimalisasi pelaksanaan pelayanan keperawatan profesional di sarana pelayanan kesehatan :

a) MPKP/ SP2KP

b) Penerapan model pelayanan keperawatan komunitas (keperawatan keluarga, dll)6. Peningkatan kinerja klinik perawat melalui pengembangan model PMK/SPMKK (Dikembangkan tahun 2001 kerjasama Dityanwat dengan WHO, UGM)

a) Saat ini sudah seluruh propinsi mengembangkan PMK

b) Beberapa hasil studi (tahun 2003, 2004, 2008, 2009), menunjukan PMK mendorong kualitas pelayanan keperawatan7. Memfasilitasi daerah dalam peningkatan/ pengembangan SDM perawat :8. Melakukan bimbingan dan monitoring pelayanan keperawatan di sarana kesehatan (atas inisiasi Depkes dan ataupermintaan daerah)9. Advokasi kepada stake holder yang terkait dengan pengembangan SDM perawat (Badan PPSDM, Pusdiklat, Institusi

10. pendidikan keperawatan, Organisasi profesi/PPNI, dll)