analisis kebijakan dan strategi program

Upload: azura-liswani

Post on 18-Jul-2015

313 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KANKER DI PROPINSI PAPUA TAHUN 2011 DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KAJIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL Dosen Pengampu: Farid Ir., dr., SpOG(K)., MH.Kes

Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. Baiq Iin Rumintang Moudy E.U Djami Sismeri Donna Nurul Afifa Jenny A.Siauta 131020110038 131020110057 131020110060 131020110064 131020110069

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kemurahanNYA sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah pada mata kuliah Kajian Obstetri dan Ginekologi Sosial dengan judul Analisis kebijakan dan strategi program pengendalian penyakit kanker di Propinsi Papua tahun 2011. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen Pengampu mata kuliah yaitu Farid Ir., dr., SpOG(K)., MH.Kes, yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan, sehingga dapat terselesaikannya laporan makalah ini. Dalam penulisan laporan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan makalah ini.

Bandung, April 2012

Kelompok II

i

DAFTAR ISI

JUDUL KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Pengendalian penyakit kanker .......................... 2.2 Tujuan Pengendalian penyakit kanker ................................ 2.3 Strategi Pengendalian penyakit kanker 2007 .................... 2.4 Pokok kegiatan Pengendalian penyakit kanker ............... 2.5 strategi Pengendalian penyakit kanker 2010-2014 ........ BAB III. PEMBAHASAN 3.1 Kebijakan Dan Strategi Pengendalian penyakit kanker 3.2 Hambatan Pengendalian penyakit kanker ......................... ............................................................................................................... BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan ........................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA 18 19 15 15 16 4 5 5 6 12 1 2 3 i ii

3.3 Upaya Pemerintah Papua dalam Pengendalian penyakit kanker

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu di satu pihak masih adanya penyakit infeksi yang harus ditangani, dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007.1 Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mempunyai kecenderungan meningkat setiap tahunnya, sehingga beban yang harus ditanggung akibat penyakit tersebut juga semakin tinggi. Menurut laporan WHO 2003, terdapat lebih dari 10 juta kasus penderita baru penyakit kanker. Prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker akan mencapai hampir 20 juta penderita per tahun, dan diperkirakan 84 juta orang akan meninggal pada 10 tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai.2 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2008, tumor/kanker merupakan penyebab kematian no. 7 di Indonesia dengan presentasi 5,7 persen. Data Riskesdas 2008 juga menunjukkan, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Penanganan penyakit kanker di Indonesia belum dapat dilaksanakan secara optimal, sebab hampir 70% kasus baru ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut. Hal ini terjadi karena penanganan penyakit tidak menular belum sepenuhnya mendapat prioritas dari pemerintah dan berbagai pihak.3 Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena belum ada registrasi berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi dari data Globocan 2002, IARC (International Agency for Research on Cancer) didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan, dan kanker leher rahim sebesar 16 per 100.0001

perempuan.4 Sedangkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS ) 2007, kanker serviks tercatat sebanyak 8.227 kasus (16.85 persen) dan kanker payudara 5.786 kasus (11.78 persen)sedangkan berdasarkan data dari Badan registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahu 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia, kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara (12,2%).5 Kedua kanker diatas menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia, terutama di negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Alasan utama meningkatnya kedua kanker tersebut di negara berkembang adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif yang bertujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum terjadinya kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasiv yang lebih lanjut. Propinsi Papua, sebagai propinsi paling timur Indonesia tidak terlepas dari persoalan-persoalan di atas, bahkan masih merupakan propinsi yang butuh perhatian khusus karen target pencapaian dalam berbagai aspek kesehatan yang masih jauh dari target nasional. Berbagai hambatan ikut memperkeruh permasalahan ini, dan yang sangat berpengaruh adalah budaya dan layanan kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1.2.1. Perempuan merupakan individu yang memiliki persoalan reproduksi secara kompleks sepanjang daur kehidupannya 1.2.2. Kebijakan dan strategi program pengendalian penyakit kanker tidak semuanya dapat diterapkan di seluruh Indonesia, khususnya di Propinsi Papua

2

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis kebijakan dan strategi pemerintah di bidang program pengendalian penyakit kanker. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui 2) Mengetahui kebijakan dan strategi pemerintah di bidang program kebijakan dan strategi pemerintah di bidang program pengendalian penyakit kanker di tingkat nasional. pengendalian penyakit kanker di Propinsi Papua.

3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan pengendalian penyakit kanker 2007 Kegiatan pengendalian penyakit kanker adalah kegiatan kesehatan masyarakat yang dirancang untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit kanker dan meningkatkan kualitas hidup dari penderita melalui upaya-upaya yang sistematis dan sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan data (evidence-based) dengan cara pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan perawatan palliatif dengan menggunakan sumber daya yang tersedia 6 Kebijakan operasional sebagai berikut : 1) Pengendalian kebutuhan penyakit kanker didasari pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan disesuaikan dengan kondisi dan masing-masing daerah {local area spesific), dengan mengoptimalkan kemampuan daerah. 2) Pengendalian penyakit kanker dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja secara multi-disiplin, lintas program dan lintas sektor. 3) Pengendalian penyakit kanker dilaksanakan secara terpadu, baik untuk 4) pencegahan primer, sekunder maupun tersier. 5) Pengendalian penyakit kanker dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya. 6) Penguatan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dan rigistri penyakit kanker sebagai bahan informasi bagi pengambilan kebijakan dan pelaksanaan program. 7) Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit kanker harus dilakukan secara efektif dan efisien melalui pengawasan yang terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan sistem dan prosedur

4

pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan secara komprehensif dan berbasis kinerja 2.2 Tujuan Pengendalian Penyakit Kanker 1) Tujuan Umum Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kanker, memperpanjang umur harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup penderita. 2) Tujuan Khusus a) Menggerakkan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit kanker b) Menyelenggarakan surveilans faktor risiko, surveilans kasus dan kematian melalui registri kanker yang terpadu, akurat, berkelanjutan, untuk memberikan informasi yang dapat mendukung pengambilan kebijakan upaya pengendalian penyakit kanker. c) Melaksanakan deteksi dini pada kelompok masyarakat berisiko penyakit kanker. d) Melaksanakan penegakan diagnosis dan tatalaksana penderita penyakit kanker yang berkualitas sesuai dengan standar profesi. e) Mewujudkan jejaring kerja di setiap tingkat administrasi baik lintas program, lintas sektor serta mitra potensial di masyarakat. f) Mengkoordinasikan kegiatan pengendalian penyakit kanker secara nasional dan berjenjang. g) Menyediakan kebijakan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan penyakit kanker yang berpihak pada kelompok masyarakat miskin dan berisiko. 2.3 Strategi Pengendalian penyakit Kanker Strategi operasional kegiatan pengendalian penyakit kanker yaitu: 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga dapat terhindar dari faktor risiko penyakit kanker

5

2) Mendorong pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terkena paparan faktor risiko penyakit kanker terhadap masyarakat 3) Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta masyarakat untuk penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang penyakit kanker dan pendampingan terhadap pasien dan keluarganya. 4) Mengembangkan kegiatan deteksi dini penyakit kanker yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat yang berisiko. 5) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi, serta standarisasi pelayanan. 6) Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi pelayanan kesehatan paripurna penderita kanker sehingga dapat terjangkau bagi penduduk miskin. 7) Meningkatkan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dengan mengintegrasikan dalam sistem surveilans terpadu di puskesmas maupun rumah sakit, dan surveilans penyakit melalui pengembangan registri kanker terpadu baik yang berbasis komunitas, rumah sakit, maupun khusus(spesialistik) seperti : patologi, radiologi dan lain-lain, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian penyakit kanker. 8) Mendorong dan memfasilitasi pengembangan vaksin untuk kuman penyebab kanker yang dapat dicegah melalui imunisasi yang aman, efektif dan terjangkau bagi masyarakat. 2.4 Pokok Pokok Kegiatan Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya yang ada kegiatan pengendalian penyakit kanker pada saat ini diprioritaskan jenis penyakit kanker leher rahim, payudara, Leukemia pada anak dan retinoblastoma dan kanker paru, dengan tidak mengabaikan penyakit kanker lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara komprehensif dan simultan dari pencegahan primer yaitu pengendalian faktor risiko dan peningkatan6

Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) serta Immunisasi. Pencegahan sekunder dilakukan dengan cara deteksi dini dan penatalaksanaan pada penderita penyakit kanker stadium dini. Kegiatan pencegahan tersier dilaksanakan melalui kegiatan penatalaksanaan pada penyakit kanker yang membutuhkan fasilitas yang lebih lanjut seperti yang dilakukan pada kasus kanker stadium lebih lanjut dan diikuti dengan pelayanan paliatif, yaitu: 2.4.1. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah upaya pencegahan yang paling penting dan utama karena upaya ini tidak membutuhkan biaya yang besar bila dibandingkan dengan upaya pengobatan. Bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut : 1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko utama terjadinya penyakit kanker dan pelaksanaan diseminasinya; 2) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/ pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit kanker; 3) Mengadvokasi meratifikasi stakeholder kesepakatan pengambil global keputusan Program agar Anti segera Rokok tentang

(Framework Convention on Tobacco Control) 4) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja dan memberikan konsultasi teknis tentang kampanye pengendalian faktor risiko seperti menggalakkan aktivitas fisik, diet yang seimbang, perilaku seks yang aman dan lain-lain. 5) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko baik di tingkat pusat maupun daerah sebagai dasar intervensi. 2.4.2. Peningkatan Imunisasi Infeksi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Oleh karena itu, salah satu upaya pencegahan terhadap penyakit kanker adalah pemberian imunisasi seperti pemberian imunisasi Hepatitis B yang telah terbukti menurunkan insidens penyakit7

kanker hati. Namun masih banyak vaksin untuk penyakit infeksi virus penyebab kanker lainnya yang masih dalam taraf penelitian dan uji coba seperti imunisasi HPV pada kanker leher rahim. Upaya yang dapat dilakukan seperti: 1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pengembangan imunisasi yang dapat mencegah penyakit kanker, dan diseminasinya; 2) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis untuk pengembangan imunisasi yang dapat mencegah penyakit kanker; 3) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja untuk pengembangan imunisasi yang dapat mencegah penyakit kanker; 4) Memfasilitasi upaya kajian pengembangan imunisasi yang dapat mencegah penyakit kanker; 2.4.3. Penemuan dan Tatalaksana Penderita Penemuan dan tatalaksana adalah salah satu kegiatan penting dalam pengendalian penyakit kanker yang terdiri dari deteksi dini, dan tatalaksana penderita (termasuk pemeriksaan, penegakan diagnosa, dan tindakan) serta perawatan paliatif. Deteksi dini adalah bagian dari penemuan dan tatalaksana yang terdiri dari skrining dan penurunan stadium penemuan kasus (downstaging). Skrining ditujukan pada orang yang tidak menunjukkan gejala penyakit kanker (asymptomatic) dengan maksud untuk menemukan lesi prakanker. Downstaging yaitu penemuan kasus pada stadium lebih awal sehingga lebih mungkin untuk disembuhkan sebagai dampak tingginya kesadaran masyarakat. Perawatan paliatif dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang umur harapan hidup pada stadium lanjut. Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi: 1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan tentang penemuan dan tatalaksana penyakit kanker

8

2) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman tentang penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 3) Memfasilitasi dan mendorong organisasi profesi untuk menyiapkan bahan dan materi pembuatan standarisasi penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 4) Mengembangkan upaya deteksi dini penyakit kanker yang efektif dan efisien, seperti penggunaan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) pada kanker leher rahim dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan memperhatikan budaya lokal di masyarakat 5) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja dalam kegiatan penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 6) Meningkatkan kemampuan SDM kesehatan dalam penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 7) Memberikan stimulasi bahan dan alat penunjang penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 8) Menguatkan fasilitas kesehatan dalam penemuan dan tatalaksana penyakit kanker 2.4.4. Surveilans Epidemiologi Penyakit Kanker Surveilans epidemiologi penyakit kanker terdiri dari surveilans faktor risiko dan surveilans kasus termasuk kematian. Surveilans Faktor Risiko Surveilans faktor risiko dilakukan di masyarakat untuk mengetahui besaran masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit kanker tertentu. Surveilans faktor risiko dapat dilaksanakan bersamaan dengan surveilans fakor risiko penyakit tidak menular lainnya dengan menggunakan sistem yang sudah ada. Surveilans Kasus dan Kematian Surveilans kasus dan kematian penyakit kanker merupakan bagian dari surveilans terpadu penyakit (STP). Surveilans kasus ini dilaksanakan baik di

9

pelayanan

kesehatan

pemerintah

dan

swasta,

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP&PL) Depkes sesuai dengan peran dan fungsinya. Pelaksanaan surveilans dengan menggunkan registri penyakit kanker. Kegiatan surveilans epidemiologi penyakit kanker antara lain mencakup: 1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundangundangan dan kebijakan tentang surveilans epidemiologi penyakit kanker; 2) Menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman tentang surveilans epidemiologi penyakit kanker; 3) Mengembangkan sistem surveilans epidemiologi penyakit kanker yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan dari tingkat pelayanan dasar sampai tingkat pusat; 4) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja dengan lintas program dan lintas sektor baik pemerintah maupun swasta dalam kegiatan surveilans epidemiolgi penyakit kanker; 5) Meningkatkan kemampuan SDM kesehatan dalam surveilans epidemiolgi penyakit kanker; 6) Mengembangkan sistem dan perangkat teknologi informasi dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi informasi, serta membangun dan menguatkan sistem pelaporan secara berjenjang sehingga didapatkan data dan informasi yang akurat tentang epidemiologi penyakit kanker. 2.4.5. Peningkatan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE) Pengendalian Penyakit Kanker Peningkatan KIE bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari para pemegang kebijakan sampai dengan masyarakat luas melalui kegiatan advokasi, sosialisasi, penguatan kader kesehatan yang ada di masyarakat, dan mobilisasi masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit kanker.10

Advokasi ditujukan untuk mendapatkan berbagai sumber daya atau perubahan kebijakan. Setting intervensi dikoordinasikan agar terarah sehingga menempatkan penyakit kanker sebagai salah satu program prioritas, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Sosialisasi ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada stakeholder terkait sampai dengan masyarakat sehingga memahami pentingnya pengendalian penyakit kanker. Setiap tingkatan administratif diharapkan dapat membentuk jejaring kerja yang dapat mengadvokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan komitmen pemerintah dan berbagai mitra potensial di masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit kanker, sehingga terbentuk sinergi dan keterpaduan dalam berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit kanker yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dan masyarakat. Pemberdayaan kader kesehatan yang telah ada di masyarakat seperti kader posyandu, dapat membantu penyebarluasan informasi tentang program pengendalian penyakit kanker dan menjadi inisiator bagi masyarakat disekitar mereka agar terjadi perubahan perilaku yang mendukung program pengendalian penyakit kanker. Untuk itu dibutuhkan pembekalan bagi kader secara berjenjang dan terus menerus. Pada akhirnya akan terjadi mobilisasi sosial yang mendukung program pengendalian penyakit kanker. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencakup: 1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundangundangan, dan kebijakan tentang pengembangan KIE pengendalian penyakit kanker; 2) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman tentang pengembangan KIE pengendalian penyakit kanker; 3) Memfasilitasi dan mengadvokasistake holder

daerah

untuk

mengembangkan kampanye pencegahan dan deteksi dini penyakit kanker sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah;

11

4) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja dalam kegiatan pengembangan KIE pengendalian penyakit kanker 5) Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja dalam upaya pengendalian penyakit kanker baik di pusat maupun daerah; 6) Meningkatkan kemampuan SDM kesehatan dalam pengembangan KIE pengendalian penyakit kanker; 7) Memfasilitasi dan mengembangkan media KIE yang sesuai dengan kampanye pengendalian penyakit kanker; 8) Mendorong masyarakat dan memfasilitasi penyakit pembentukan kanker yang kelompok-kelompok bergerak dalam peduli

penyebarluasan KIE dan pendampingan pasien dan keluarganya. 9) Mengkampanyekan pencegahan penyakit kanker melalui berbagai media yang sesuai dengan kemampuan dan memperhatikan sosio-budaya masyarakat setempat. 2.5 Strategi pengendalian kanker 2010 20147 1) Memperkuat kebijakan dan mendorong kepemilikikan program dari pemerintah daerah dalam pengendalian kanker 2) Mengintegrasikan pencegahan primer, sekunder dan tersier 3) Mendorong upaya pencegahan dan menfokuskan pada pengendalian faktor resiko serta deteksi dini 4) Menangani kanker serviks, payudara dan kanker lainnya 5) Melibatkan seluruh petugas kesehatan 6) Memberdayakan stakeholders dan masyarakat 7) Memperkuat manajemen 8) Mengembangkan penelitian kanker. Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah dan pada saat ini pemerintah bekerja sama dengan The George Institute for Global Health, Sydney yang bekerja sama juga dengan investigator di delapan negara ASEAN serta senter pengambilan data dan didanai oleh kantor regional Asia Pacific Roche. Untuk menyelenggarakan Studi ACTION (ASEAN Costs In on Cology) ini merupakan

12

penelitian tahap II yang bertujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti dan menyusun bukti-bukti baru mengenai aspek sosial ekonomi kanker dan untuk membantu para pembuat keputusan di ASEAN pada berbagai tingkat yang berbeda untuk membuat kebijakan pengendalian kanker dan alokasi sumber daya berdasarkan data dan fakta. penelitian itu dilakukan pada saat kanker dan penyakit tak menular lainnya mulai mendapatkan lebih banyak perhatian dari komunitas kesehatan global, pasca sebuah pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB pada September 2011. Penelitian Action dirancang untuk mengkaji dampak ekonomi kanker pada rumah tangga, variasi dalam pengelolaan dan biaya pengobatan kanker, di rumah sakit atau di luar rumah sakit, dan dampak kanker pada kehidupan sosial dan kualitas hidup pasien kanker segala stadium. beban ekonomi kanker meliputi biaya pencegahan kanker, layanan pemeriksaan (screening) dan pengobatan, waktu dan upaya para pasien dan keluarganya dalam menjalani pengobatan kanker, dan hilangnya produktivitas karena ketidakmampuan yang disebabkan oleh kanker dan kematian dini. Setelah pasien direkrut di masing-masing negara, mereka akan diikuti selama tahun pertama setelah diagnosis menderita kanker dan kepada setiap pasien akan diberikan serangkaian pertanyaan dan sebuah rincian biaya untuk menentukan hasil akhir mengenai bencana finansial Indonesia mendapatkan jumlah pasien terbesar yaitu sebanyak 2400 pasien dari dua belas senter kanker di tujuh propinsi. tanpa intervensi yang bersifat segera, beban kanker akan menjadi meningkat sangat pesat dengan tuntutan terhadap sistem kesehatan dan biaya ekonomi yang akan menjadi terlalu besar untuk ditanggung oleh negara. pasien yang direkrut akan dipantau selama satu tahun setelah kanker terdiagnosis dan serangkaian pertanyaan serta buku harian biaya akibat kanker akan diberikan kepada setiap pasien untuk menentukan keluaran yang berupa beban keuangan, kemiskinan akibat sakit, kualitas hidup, dampak psikologi, biaya rumah sakit, biaya kesehatan diluar rumah sakit, biaya lain-lain, biaya tidak langsung, kesulitan ekonomi, status penyakit dan status survival. ASEAN Foundation berharap agar studi ini bisa membantu pemerintah negara-negara ASEAN dalam13

menyusun kebijakan pengendalian kanker serta alokasi sumber daya berbasis bukti. Untuk menghadapi krisis kanker Fase I Studi ACTION Diperkirakan ada 700.000 kasus kanker baru di ASEAN di tahun 2008 dan 500.000 kematian akibat kanker di tahun yang sama. Meskipun demikian, menurut para ahli kanker hanya mendapatkan kurang dari 0,5% dari pembiayaan kesehatan publik. Hasil Fase I Studi ACTION yang dipresentasikan dalam ASEAN Cancer Stakeholders Forum, mengedepankan meningkatnya beban kanker di wilayah ASEAN akibat meningkatnya populasi berusia lanjut, gaya hidup yang meningkatkan resiko kanker seperti merokok, paparan zat kimia, kurang aktif secara fisik serta pola makan barat. Tujuan Fase I adalah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai beban kanker di komunitas ASEAN dan untuk memahami perbedaan beban kanker di antara negara-negara anggota ASEAN menggunakan data yang telah tersedia.7

14

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Kebijakan dan Strategi pengendalian penyakit kanker Di

Propinsi Papua Di Papua penyakit kanker leher rahim bagi sebagian orang terbilang awam, tetapi penyakit ini sesungguhnya telah menjadi salah satu pembunuh utama kaum perempuan. Berdasarkan pengamatan sejumlah rumah sakit di Papua. Menurut dr Mirwan, Sp PPH, MARS, DFM pada tahun 2010 lalu di RSUD II Jayapura dari 10 pasien yang meninggal 5 diantaranya adalah perempuan yang menderita kanker leher rahim dan 1 orang kanker ovarium. Jadi dari 10 orang yang meninggal terdapat 6 orang yang meninggal karena kanker pada alat Reproduksi. Dari hasil papsmear gratis yang pernah dilakukan tahun 2010 terhadap 500 perempuan di Kota Jayapura, sebanyak 44,6 persen terinfeksi peradangan kronik dan sebanyak 8,7 persen bersatus pra kanker. Ironisnya 90 persen kanker leher rahim muncul tanpa disertai gejala sehingga 70 persen yang datang ke dokter sudah berada pada stadium lanjut. Sehingga penting dilakukan papsmear secara dini, Untuk itu, berbagai upaya terus dilakukan agar kaum perempuan di Papua menyadari ancaman ini. Dan dia menyarankan agar kaum perempuan rutin melakukan deteksi dini kanker (papsmear) untuk menghindari ancaman yang lebih serius. 3.2. Hambatan Dalam Program pengendalian kanker di papua Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menjalankan program pengendalian kanker dapat dijabarkan sebagai berikut : 3.2.1. Masyarakat 1) Sebagian besar perempuan kawin muda (di bawah 18 tahun) 2) Sebagian para suami melakukan hubungan seks multi patner 3) Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai penyakit biasa. Sehingga masih jarang masyarakat yang melakukan skrining secara dini. 4) minimnya kesadaran masyarakat serta kurangnya informasi tentang penyakit dan cara pencegahannya15

5) Budaya dan adat istiadat yang mengijinkan poligami dan hubungan seks secara berganti-ganti pasangan 6) Beberapa pasien datang sudah dalam keadaan stadium lanjut 7) Sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang faktor risiko dan pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan cancer. 3.2.2. Pelayanan Kesehatan 1) Koordinasi dalam penanggulangan penyakit kanker masih kurang 2) Kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan juga masih rendah. 3) Kualitas pelayanan menjadi kendala karena tenaga medis sangat terbatas dan peralatan kurang memadai 4) Untuk pemeriksaan Papsmear harus dikirim ke Makassar (Sulawesi selatan) 5) System rujukan belum berjalan sebagaimana mestinya 6) Penyebaran dan jumlah fasilitas pelayanan masih belum memadai 7) System pencatatan / registrasi belum memadai 8) Keterbatasan sarana dan prasarana untuk menjangkau daerah-daerah yang terpencil 9) Pemerintah daearah kurang memperhatikan dalam pencegahan dan Program penanganan kanker sehingga belum menjadi prioritas . 10)Peralatan kemoterapi baru ada di RS dok II jayapura. 11)jumlah dokter dengan kompetensi tertinggi dalam penanganan kanker, yaitu dokter subspesialis hematologi onkologi medik, di Indonesia hanya 70 orang, dan 40 orang dalam proses pendidikan subspesialis. Tidak ada dokter subspesialis hematologi onkologi medik di Maluku dan Papua serta hanya satu di Kalimantan 3.3. Upaya Pemerintah Papua Dalam programpengendalian penyakit

kanker 1) Diadakan Pelatihan IVA test bagi bidan puskesmas dan pemeriksaan IVA gratis16

2) Memberikan penyuluhan ke sekolah tentang Sadari. 3) membentuk "Flying Health Care" yang akan melengkapi puskesmas keliling maupun puskesmas terapung yang sudah ada sebelumnya, untuk kondisi Papua, 4) membangun RS pratama yang pembangunannya tidak memakan waktu lama dan dapat dipindahkan dengan cepat jika dibutuhkan. "RS pratama ini adalah rumah sakit tanpa kelas atau kelas 3 semuanya. Pembangunannya secara knock down dalam dua bulan dibangun sudah dapat dioperasikan lengkap dengan laboratorium dan ruang operasi, 5) Pada Tahun 2009, Medicine du Monde (MdM) mengadakan suatu pilotproject media KIE, mengembangkan bahan-bahan KIE baru tentang Kesehatan Seksual dan Reproduksi (Kespro) yang relevan terhadap konteks sosial budaya Masyarakat Pegunungan Papua. Sebagian besar peserta pelatihan adalah siswa/i yang telah terlibat dalam kegiatan pencegahan HIV/AIDS dengan MdM. Dari kegiatan itu, MdM menilai peserta sangat antusias dan berkomitmen untuk membawa nilai tambah bagi masyarakat khususnya dalam memberikan informasi tentang isu-isu kesehatan yang mendasar seperti Kespro, KB, HIV/AIDS, IMS, dan kebersihan. 6) Pemerintah (Dinas Kesehatan) melakukan kerja sama dengan RSP Hasanuddin yaitu dokter spesialis obgin dan spesialis bedah setiap penanganan pad cancer dan tumor. 7) Telah dibetuk Student Club (LSE) Live School Education di tiap Kabupaten. 3 bulan. Dengan tujuan dapat menangani kasus-kasus patologi dan

17

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Kebijakan pemerintah di tingkat nasional dalam bidang kesehatan sebenarnya sudah sangat memadai, namun dalam pelakasanaannya bergantung pada masing-masing propinsi. Upaya pengendalian penyakit kanker bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kanker, memperpanjang umur harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup penderita. Kebijakan yang diambil adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan kemitraan & jejaring kerja, pelaksanaan secara terpadu (pencegahan primer, sekunder dan tersier), pengelolaan secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat, penguatan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dan rigistri penyakit kanker, pelaksanaan secara efektif dan efisien melalu pengawasan yang terns ditingkatkan. Pengorganisasian dalam upaya pengendalian penyakit kanker dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai unit pelayanan kesehatan. Di tingkat pusat di bentuk Kelompok Penanggulangan Kanker Nasional Terpadu dan yang diikuti dengan pembentukan kelompok kerja (POKJA) pengendalian penyakit kanker di provinsi dan kabupaten/kota. Penanggung jawab di tingkat pusat adalah Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkuangan (PPdanPL), di tingkat provinsi adalah Dinas Kesehatan Provinsi, dan di tingkat kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Belum berhasilnya strategi pemerintah ini, selain factor geografis, demografis, budaya, social-ekonomi, sumber daya manusia juga disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam beberapa kebijakan yang ditetapkan serta kemampuan daerah dalam mengalokasikan anggaran. Di Propinsi Papua, keberhasilan pada setiap komponen jauh dari target yang ditetapkan, meskipun target tersebut juga telah diturunkan dari target nasional. Upaya pemerintah daerah saat ini sudah cukup memadai serta dibantu oleh beberapa pihak asing, namun derajat kesehatan yang diinginkan18

tidaklah mudah untuk dicapai. Rendahnya pencapaian target tersebut, selain geografis dan demografis, terbesar dipengaruhi oleh pengetahuan dan budaya setempat yang memperhambat upaya layanan kesehatan yang diberikan. 4.2. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka sebagai tenaga pendidik di institusi pendidikan kesehatan kelompok mengusulkan beberapa saran, sebagai berikut : 1) Institusi pendidikan agar memiliki desa binaan, agar setiap praktik komunitas mahasiswa disiapkan untuk dapat memberikan pendidikan dan peluhuhan tentang pola hidup sehat. Bila desa binaan ini sudah berhasil, maka dapat berpindah ke desa lain. 2) Institusi peneidikan agar mempersiapkan secara matang knowledge dan skill para calon bidan, agar saat lulus nanti kompeten dalam memberikan layanan standar maupun dalam hal obstetric emergency 3) Institusi pendidikan kesehatan harus mampu menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah agar dapat berkontribusi dalam perencanaan penempatan tenaga kesehatan dan peningkatan kualitas layanan 4) Institusi pendidikan melalui bagian penelitian dan pengabdian masyarakat agar mem;punyai kegiatan rutin dalam memberikan pendidikan kesehatan serta penyuluhan di sekolah-sekolah. 5) Institusi pendidikan harus mampu menjalin dan membina kerjasama yang baik dengan Stake Holder, User dan semua pihak yang berkontribusi terhadap outcome lulusan tenaga kesehatan di Papua. 6) Institusi pendidikan harus dapat bekerjasama dengan LSM di Papua baik dalam maupun luar negeri yang berkonsentrasi dibidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan nantinya

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Laporan riset kesehatan dasar 2007 2. World Health Organisation. State of The Art New Vaccine research and Development: Initiative for Vaccine Research. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2003 3. Ferlay J, Bray F, Pisani P and Parkin DM. GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide. IARC CancerBase No. 5, Version 2.0, Lyon: IARC Press, 2004 4. Laporan riset kesehatan dasar 2008 5. System infromasi rumah sakit di indonesi : 2007 6. Kepmenkes RI no. 430/MENKES/SK/IV/2007 7. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1746-ketahuibiaya-yang-dihabiskan-untuk-pengobatan-kanker-.html diakses tanggal 10 april 2012 8. http://manajemenrs.net/index.php?option=com_content&view=article&id=590:rumahsakit-tanpa-kelas-akan-dibangun-di-papua&catid=51:berita&Itemid=123

20