analisis karakteristik ornamen di masjid raya al … · andriani selaku kepala seksi sejarah...

201
ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL -MASHUN MEDAN T E S I S OLEH ACHY ASKWANA NIM, 127037012 PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

Upload: phamdien

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL -MASHUN MEDAN

T E S I S

OLEH ACHY ASKWANA

NIM, 127037012

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2015

Page 2: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID AL-MASHUN MEDAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

ACHY ASKWANA NIM, 127037012

PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Page 3: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

2015 Judul Tesis ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMENTASI DI MASJID

AL-MASHUN MEDAN

Nama Achy Askwana

Nomor Pokok 127037012

Program Studi Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Frof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.S Drs. Azmi, M.Si NIP. 196209251989031017 NIP. 196504131991031003

Program Studi:

Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya

Ketua, Dekan,

Drs. Irwansyah, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.196211221 1997031001 NIP.19511013 1976031001

Page 4: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Tanggal lulus: Telah diuji pada tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (.................................)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..................................)

Anggota I : Frof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.S (..................................)

Anggota II: Drs. Azmi, M.Si (..................................)

Anggota III : Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S. (.................................)

Page 5: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ABSTRACT

This research deals with ornaments which found in the Mosque of Al-

Mashun in Medan North Sumatera Province. Based on the analysis of form

characteristic and its background concept, the writer find out that the ornament

consist of several values which have close relationship to visual art, ideology and

religion.

In this thesis the writer uses several relevant theories to drow conclusion

for determination, he uses semiotic and visual art theories.

Based on the theories, the writer tries to understand and appreciate the

meaning of the selected ornaments to classify the form. He also makes these

activities be come the reference of the material of the research.

The result of the research shows that the beauty of the ornaments in the

mosque Al-Mashun is not merely only the visual art, but dhey also express the

glory of Deli Sultante, the culture of Deli Malaya the adoration to the Almighty

God.

Key word : characteristics, ornaments, mosque of Al-Mashun, semiotics, visual

art.

Page 6: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ABSTRAK

Penelitian ini adalah mengkaji ornamentasi yang terdapat pada masjid Al-

Mashun diwilayah kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Analisis figuratif bentuk

berdasarkan latar belakang konsep yang menghubungkan terdapatnya kandungan

nilai-nilai artistik (visual art), nilai-nilai ideologi dan nilai-nilai agama. Peneliti

ingin melihat sebagaimana pertanyaan yang di buat sebagai kerangka arah untuk

mengetahui aspek-aspek yang dihadirkan oleh sejumlah ornamen yang melekat di

masjid Al-Mashun Medan.

Dalam tesis ini penulis menggunakan sejumlah teori terkait untuk

mendapatkan kesimpulan, dan sebagai teori penentu adalah teori semiotika (teori

makna) dan teori seni rupa. Dengan landasan teori ini peneliti berupaya

mendapatkan kandungan makna pada ornamentasi di masjid Al-Mashun. Dengan

pendataan ornamen yang di pilih serta memberikan klasipikasi bentuknya, maka

bagian tersebut menjadi acuan bagi penulis sebagai bahan penelitian.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keindahan ornamen-ornamen

yang melekat pada masjid Al-Mashun di kota Medan tidak hanya sekedar sebagai

nilai visual belaka, tetapi merupakan sebuah fakta bahwa karakteristik

ornamentasi tersebut adalah suatu bentuk pernyataan karismatik Kesultanan Deli

dan budaya Melayu Deli serta sebuah presentatif kecintaan terhadap Tuhan.

Kata Kunci : karakteristik, ornamentasi, masjid Al-Mashun, semiotika, seni rupa

Page 7: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena

atas karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan sebaik-baiknya. Shalawat beriring salam penulis haturkan pada Nabi

Junjungan Muhammad S.A.W beserta keluarga beliau, sahabat beliau, para suhada

dan tabi’in-tabi’in.

Terima kasih atas kebanggaan kepada kedua orang tua penulis ayah

(asmady hs) dan omak (suryani), saudara (adik-adik penulis), sejauh ini kalian

senantiasa memberikan motivasi yang terbaik bagi penulis sehingga sampai

selesainya tesis ini. Terima kasih juga kepada istri (januarti devi kondany) dan

anak-anak penulis (nurul askwana dan fahri askwana) yang tidak terlepas dari

kontribusi yang diberikan baik waktu dan pengertian selama proses perkuliahan di

Pasca Sarjana Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni di Universits

Sumatera Utara.

Tentunya penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril

Pasaribu, DTM & H, M,Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Seni dan

Budaya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran selama penulis

menuntut ilmu di kampus Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih khusus kepada Dosen Pasca Sarjana di Program Studi

Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara : Bapak Drs.

Irwansyah, M.A., selaku Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni

Page 8: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Fakultas Seni Ilmu Budaya (USU), selaku penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima

kasih kepada Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hun., selaku Sekretaris Program

Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara yang selalu memberikan petunjuk teknis penulisan tesis sampai

penelitian ini selesai.

Bapak Prof. Dr. Ikwanuddin Nst., M.Si., selaku pembimbing I yang

senantiasa sabar memberikan petunjuk dalam proses penelitian tesis penulis,

Bapak Drs. Azmi, M.Si., selaku pembimbing II yang selalu siap mengarahkan

penulis dalam penelitian ini, Bapak Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S., selaku penguji

dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis, sehingga penulis

banyak mengembangkan kaitan didalam pengkajian penelitian tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen-dosen Pasca Sarjana

Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni di Universitas Sumatera Utara,

Bapak Drs. Muhammad Takari, M.A., Ph.D., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A.,

Ph.D., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si., Bapak Drs. Bebas Sembiring,

M.Si., Ibu Dra. Rithaony, M.A., Ibu Asmyta, S., M.S., Bapak Dr. Budi Agustono,

S.U., Bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, M.A., selaku Dosen Pasca Sarjana

Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni (USU).

Bapak Drs. Ponisan selaku pegawai Sekretaris Magister (S2) Penciptaan

dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kepada

Ibu Hj. Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku juru kunci istana

Page 9: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Maimoon, Bapak H. Ulumuddin selaku ketua kenajiran masjid Al-Mashun, Bapak

Sastra Gunawan sebagai Budayawan, Bapak Amran Eko Prawoto yang banyak

memberikan masukan informasi seni rupa terhadap penelitian penulis, kepada

teman-teman seangkatan Pasca Sarjana Prodi Penciptaan dan Pengkajian Seni

Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari hasil tesis ini masih jauh belum maksimal, untuk itu

banyak harapan penulis untuk kesemua kalangan terutama masyarakat Melayu

Deli dan para generasi muda di seluruh tanah air, dapat memberikan masukan

berupa kritikan dan saran sebagai penyempurnaan kearah yang lebih baik

penelitian tesis ini. Dengan demikian penulis menghaturkan terima kasih kesemua

pihak dan maaf atas segala sesuatu yang mungkin terjadi selama penulis

melakukan penelitian ini. Akhir kata harapan penulis bagi kesemua pihak terkait

semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Medan , Januari 2015

Achy Askwana NIM : 127037012

Page 10: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI 1, Nama : Achy Askwana 2. Tempat/tanggal lahir : Tanjungbalai 12 Desember 1969 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Kewarganegaraan : Indonesia 6. Alamat : Jalan Topaz 6 no. 14 Perum. Bumi Serdang Damai, Marindal, Kab. Deliserdang 7. Pekerjaan : Guru SMA N 1 Delitua, Deliserdang 8. Nomor telepon : 081396267969 9. Pendidikan :

1. SD 2. SMP 3. Sarjana Seni Rupa Universitas Negeri Medan 4. Pada tahun 2012/2013 diterima menjadi mahasiswa Program Studi

Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Page 11: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

PERNYATAAN

Dengan ini saya Achy Askwana menyatakan bahwa dalam tesis ini sebelumnya

tidak pernah diajukan sebagai karya untuk suatu kepentingan dan memperoleh

gekar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi lain, kemudian sepengetahuan saya

penelitian ini tidak terdapat pada karya orang lain dan diterbitkan sebagai karya

ilmiah yang sama, kecuali karya tulisan lain yang mengacu pada naskah saya dan

disebutkan didaftar pustaka.

Medan, 7 Januari 2015

Achy Askwana NIM : 127037012

Page 12: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL……………………………………………………... i ABSTRACT……………………………………………………………… iv ABSTRAK……………………………………………………………….. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………..... vi HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………... viii

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………… 1 1.2 Pokok Permasalahan …………………………………... 12 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………… 12 1.3.1 Tujuan Penelitian……………………………………… 12 1.3.2 Manfaat Penelitian……………………………………. 12

1.3.2.1 Bagi Mahasiswa…………………………….. 13 1.3.2.2 Bagi Fakultas………………………………... 13 1.3.2.3 Bagi Masyarakat…………………………….. 14 1.3.2.5 Bagi Peneliti…………………………………. 14

1.4 Landasan Konsep dan Teori………………..................... 14 1.4.1 Konsep…………………………………………………. 15 1.4.2 Teori……………………………………………………. 18

1.4.2.1 Teori Difusi………………………………….. 21 1.4.2.2 Teori Semiotika……………………………… 22 1.4.2.3 Teori Seni Rupa ( visual art )………………... 27

1.5 Metode Penelitian……………………………………… 31 1.5.1 Jenis Penelitian……………………………………….... 31 1.5.2 Penelitian Lapangan…………………………………… 33 1.5.3 Fokus Penelitian……………………………………….. 34 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………. 34

1.5.4.1 Obsevasi…………………………………….. 35 1.5.4.2 Wawancara…………………………………. 35 1.5.4.3 Tekhnik Analisis Data………………………. 36

1.6 Studi Kepustakaan………………………………………. 36 1.7 Sistematika Penulisan…………………………………… 47

BAB II LINTAS SEJARAH

Page 13: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

2.1 Masuknya Islam di Sumatera Utara……………………… 49 2.1.1 Kesultanan Deli………………………………………… 51 2.1.2 Masjid Al-Mashun Medan……………………………... 57 2.1.3 Budaya dan Agama…………………………………….. 62 2.1.4 Ideologi Melayu dan Syariat Islam…………………….. 65

BAB III DESKRIPSI ORNAMEN MASJID AL-MASHUN MEDAN

3.1 Sistematika Deskripsi…………………………………….. 67 3.2 Deskripsi Ornamen………………………………………. 68 3.2.1 Gambaran Umum………………………………………. 68 3.2.2 Urutan Perbagian Ornamen…………………………….. 69

BAB IV STRUKTUR ORNAMEN MASJID AL-MASHUN

4.1. Struktur Bentuk……………………………………… 107 4.1.1 Bentuk…………………………………………… 107

4.1.1.1 Motif Flora………………………………….. 111 4.1.1.2 Motif Fauna………………………………… 112 4.1.1.3 Motif Manusia……………………………... 112 4.1.1.4 Motif Alam Benda…………………………. 113 4.1.1.5 Motif Imajinasi Abstrak……………………. 114 4.1.1.6 Motif kaligrafi……………………………… 114 4.1.1.7 Motif Geometris…………………………… 115

4.1.2 Integrasi Ornamen……………………………………. 115 4.1.3 Dimensional………………………………………….. 130 4.1.4 Media…………………………………………………. 133 4.1.5 Tekhnik……………………………………………….. 133 4.2 Struktur Komposisi……………………………………... 135 4.3 Struktur Objek………………………………………….. 116

BAB V MAKNA ORNAMEN MASJID AL-MASHUN

5.1 Aspek Pisik……………………………………………… 159 5.1.1 Nilai Artistik……………………………………… 159 5.1.2 Makna bentuk……………………………………. 162

5.2 Aspek Sosial……………………………………………... 165 5.2.1 Kerabat Langsung…..……………………………… 166 5.2.2 Masyarakat Umum…..……………………………. 171

BAB VI PENUTUP

Page 14: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

6.1 Kesimpulan……………………………………………… 175

6.2 Saran…………………………………………………….. 178

Page 15: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Identitas Melayu merupakan kenyataan yang dapat di lihat utuh serta

dikenali sebagai sesuatu yang dimiliki oleh sekelompok orang. Ciri khas identitas

Melayu adalah hasil sebuah produk budaya yang kehadirannya bisa apa saja.

Produk budaya tersebut berlangsung berulang-ulang sehingga tidak asing lagi

dikenali sebagai bentuk identitas yang senantiasa melekat terhadap sekelompok

masyarakat.

Masyarakat sebagai makluk hidup yang kompleks, kepentingan utamanya

bukan hanya memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, tempat tinggal dan

pakaian, tapi ada kepentingan lain yakni identitas yang berpedoman kepada nilai

kehidupan misalnya kebutuhan agar dapat dihargai, bermartabat, pengayoman,

serta saling mengasihi.

Kehadiran suatu nilai identitas bersifat abstrak. Nilai identitas tidak dapat

di ukur baku tetapi kapasitasnya dapat diungkap lewat simbol budaya. Dalam

simbol budaya masyarakat Melayu kedudukan nilai terhadap aspek tertentu bisa

lewat karya seni. Pada umumnya dalam karya seni tersebut sudah melekat

ungkapan nilai yang disepakati bersama untuk kepuasan tertentu pula.

Kepuasan inilah merupakan kebutuhan dasar yang bertumpu pada ukuran-

ukuran tertentu serta difungsikan sebagai sebuah pendekatan alamiah. Pendekatan

secara alamiah menimbulkan kesepakatan untuk memberdayakan nilai-nilai

tersebut sebagai bahagian penting dalam kehidupannya.

Page 16: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Dalam memperdayakan kehidupannya manusia sejak awal mengenal

lingkungan alam sekitarnya sebagai kepentingan utama. Solidaritas sosial serta

pemahaman terhadap lingkungan di jalin sesuai dengan kesepakatan secara

alamiah. Inilah fungsi nilai sebagai konsep ideologi di mulai. Budaya lahir atas

interaktif sosial serta memiliki kepentingan yang sama dalam ruang yang sama.

Proses kesepakatan itu melalui waktu yang cukup panjang.

Kesengajaan pembentukan nilai-nilai yang akan diterapkan pada sistem

tatanan kehidupan sehari-hari dilakukan dengan pengumpulan ide dan gagasan.

Keterkaitan orang-orang yang di anggap penting, dilibatkan sebagai sumber

penentu.

Dedikasi seorang dukun, kepala suku, tetua adat, orang yang memiliki

kemampuan khusus seperti ahli dalam berburu, perang, berorasi dan lain

sebagainya, biasanya mereka ini dapat dijadikan sumber penentu karena gagasan-

gagasan mereka.

Sejumlah orang-orang yang di anggap penting tersebut menyumbangkan

pikiran, konsep serta petunjuk yang dapat di ambil serta dibenarkan dalam

musyawarah, berikutnya diperlakukanlah sebagai suatu sistem dikalangan mereka.

Tujuannya sederhana bahwa untuk mempertahankan hidup sebagai suatu

kedaulatan yang harus dilaksanakan dan dihormati oleh siapapun.

Norma atau peraturan ini masih sesuatu bersifat abstrak yang sebahagian

masih berupa kerangka di dalam otak. Sebahagian lain berbentuk prilaku yang

ideal yang memberikan corak dan jiwa yang diimplementasikan dalam tatanan

kehidupan yang serasi, seimbang dan selaras. Inilah adat istiadat yang bersifat

Page 17: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

umum serta turun temurun, apabila di langgar akan merasa tidak nyaman

dibenaknya. Kalangan antropolog dan sosiolog menyebutnya sebagai cultural

system.

Dengan demikian maka keberadaan yang pantas diakui oleh setiap orang

atas harkat dan martabat disuatu kelompok masyarakat, dengan sendirinya dapat

difahami adanya pengertian suatu ikatan, sekaligus kedaulatan yang memberikan

perlindungan hukum serta kekuatan.

Buah pikiran yang membentuk kesepakatan tersebut diletakkan pada

kepentingan yang khusus dan umum namun masih saja dalam kawasan seputar

wilayah masyarakat kelompok tertentu saja.

Penjelmaan konsep buah ide dari hasil pemikiran yang dijadikan panduan

dan membentuk unsur-unsur makna tertentu sehingga disepakati sebagai bahagian

komponen kepentingan yang sama. Berikutnya bergerak meluas melewati batasan

lingkaran masyarakat penggunanya yaitu pada masyarakat disekitarnya yang tidak

termasuk di dalam koridor kesepakatan-kesepakatan itu. Sehingga secara tidak

langsung sinyal-sinyal konsep sebagai keberadaan identitas tersebut besar atau

kecil dapat diketahui oleh kelompok di luar masyarakat disekitarnya.

Kedudukan kedaulatan di wilayah masyarakat merupakan hal yang sangat

penting, bukan saja menjaga struktur atau untuk memanajemen sistem yang

diperlakukan, akan tetapi keberadaan yang dinyatakan sebagai pemilik teritorial

wilayah kekuasaan yang patut diakui oleh kelompok masyarakat disekitarnya.

Sehingga dinamika budaya menempatkan suatu kelompok masyarakat

yang memiliki adab yang bermartabat. Dengan demikian keberadaan suatu

Page 18: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

kelompok tersebut mampu memiliki kedaulatan yang memiliki identitas Melayu

di kota Medan.

Kota Medan merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh masyarakat

Melayu. Kehidupannya diawali dengan hasrat untuk membentuk pola hidup

berkeluarga, membentuk ikatan dalam suatu struktur masyarakat, dan akhirnya

membentuk Negara. Dalam kesatuan aksi seperti itu, ada pola kerja dan tatanan

yang di ciptakan sehingga menuju sasaran akhir, yaitu pemenuhan tujuan hidup

(Wiranata, ciri-ciri kehidupan kolektif, Antropologi Budaya : 2011).

Seperti telah disebutkan bahwa adanya kedaulatan di dalam kelompok

masyarakat, dengan sendirinya isyarat sinyal teritorial merupakan wilayah yang

harus dapat dihormati oleh di luar wilayah kelompok masyarakat itu.

Sinyal-sinyal itu dapat berupa tanda-tanda yang dihadirkan sebagai

mewakili kebudayaan di masyarakat. Ada yang berwujud ada pula yang tidak

berwujud. Perwujudan ini dikategorikan pada bentuk-bentuk psikis atau yang

bersifat material, seperti dapat disentuh, dilihat, bergerak atau diam. Misalnya

altar (batu persembahan), tugu, patung, pakaian dan lain sebagainya.

Demikian dari sisi lain terdapat visualisasi berupa karakter gambar-gambar

yang diletakkan pada bidang tertentu, membawa arti dan makna yang penting

harus diketahui oleh pemilik budaya tersebut. Contoh seperti gambar babi hutan

dengan tombak diatasnya, di gambar oleh manusia zaman purba di dinding goa.

Gambar tersebut sebagai alat komunikasi untuk menandakan adanya sesuatu fakta

di dalam peristiwa hidup ketika itu.

Page 19: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Sedangkan tidak berwujud adalah sesuatu yang hanya dapat dirasakan oleh

indera pendengaran saja. Contoh ketika sebuah bunyi didengarkan untuk

menandai sesuatu yang penting, maka kehadirannya tidaklah berwujud, namun

dapat diketahui sebagai sesuatu yang bermakna. Hal itu sangatlah akurat dan

adalah bahagian yang tidak di anggap sederhana. Misalnya bunyi kentongan yang

khas didengarkan sesuai dengan arti tertentu, seperti nada bunyi untuk

mengumpulkan masyarakat, bunyi genderang perang atau bunyi kentongan

kematian.

Setiap suku di sebut sebagai kebudayaan daerah tentunya memiliki corak

tersendiri dalam arti kekhasan tradisi akan diketahui dari aktifitas sosial,

komunikasi bahasa, bahkan kebiasaan adat istiadat ketika melaksanakan upacara

maupun pesta. Penandaan kekhasan juga terdapat pada simbol-simbol berupa

gambar dalam bentuk hiasan yang di sebut ornamen diterapkan pada tempat atau

media tertentu sehingga keberadaan dari suatu kepemilikan kebudayaan dapat

dikenali.

Tidak heran pula di zaman modern ini ornamen-ornamen didapati pula

pada tempat-tempat yang di anggap istimewa dan khusus, yang pada dasarnya

hampir tidak ada hubungannya dengan tradisi. Seperti gedung perkantoran, kafe,

hotel, rumah pribadi dan rumah ibadah dan lain sebagainya. Semua hal itu

tentunya mengartikan untuk mendapatkan sesuatu sebagai nilai tambah.

Demikian tanda-tanda tradisi tersebut difungsikan sebagai sesuatu yang

istimewa karena di miliki oleh kelompok tertentu untuk terus memelihara warisan

leluhur.

Page 20: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Sosok fisik bangunan Rumah Ibadah yang di sebut Masjid bagi umat

agama Islam adalah sesuatu tempat ibadah atau tempat shalat (menyembah kepada

Allah S.W.T., Tuhan pencipta alam semesta). Selain tempat shalat, juga

difungsikan sebagai tempat bermusyawarah, belajar dan lain-lain dengan tujuan

untuk kemaslahatan umat.

Masjid adalah sebuah bangunan khusus di buat untuk tempat

berkumpulnya sejumlah orang untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta alam

semesta sebagaimana ajaran agama Islam. Nabi Muhammad S.A.W. adalah

pembawa risalah ajaran agama Islam dalam kitab sucinya Al Qur’an.

Sebagai tuntunan setiap pemeluk agama Islam berkewajiban untuk

mengembangkan risalah agama tersebut kesetiap orang. Tidak heran banyaknya

pedagang Islam sampai pada ke dataran pantai yang dikunjungi, jauh di luar tanah

Arab, di samping berniaga di situ pula mereka berdakwah dalam berbagai metode

penyampaian.

Sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia memiliki sejumlah

perdebatan pendapat para ahli, akan tetapi banyak menyimpulkan awal masuknya

pada abad 1 H (abad ke 7-8 M) langsung di bawa oleh bangsa Arab. Daerah yang

pertama yang dikunjungi islam adalah pesisir Sumatera yaitu Aceh. Sebahagian

para ahli yang menyatakan bahwa masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad

ke 13 M. Pembuktian itu ditemukannya artefak yang berupa nisan kuburan dari

Samudra Pasai yang memuat nama Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun

696 H ( 1297 M ), serta sejumlah nisan yang lainnya dari abad berikutnya.

Sumber lain juga mendukung adalah laporan perjalanan Marco Polo yang singgah

Page 21: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

di Perlak tahun 1292 M. laporan ini menyebutkan bahwa di daerah Perlak sudah

terdapat pemukiman masyarakat Islam di sana.

Banyak sejarawan lain yang menuliskan datangnya agama Islam ke

Indonesia di bawa oleh pedagang Gujarat, Persia dan sebagian besar dari bangsa

Arab. Kemudian menyebarkan ajaran agama Islam tersebut awalnya melalui

perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, dakwah (penyeruan atau ajakan),

dan kesenian.

Setelah beberapa waktu berada di Indonesia Islam mulai kuat dan

memainkan peranan penting dalam politik, sehingga sebagian pihak ingin

melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Hindu / Budha dan berkeinginan untuk

berkuasa sendiri dengan jalan masuk agama Islam ( Baiduri, dari : Leur 1955:165-

167 ).

Ajaran agama Islam dapat diterima di masyarakat Melayu kemudian

masjid didirikan sebagai tempat ibadah dan menciptakan ciri khas identitas

terpenting. Wujud masjid merupakan tanda bahwa masyarakat muslim

disekitarnya menetap dan hidup dalam tatanan agama Islam. Latar belakang

perkembangan berdirinya berbagai masjid di Indonesia merupakan upaya

penyebaran agama dan peribadatan dan tentu dalam hal itu menjadi faktor penentu

dari gaya arsitektur dan ornamentasi di masjid yang ada di sepenjang sejarah

Indonesia.

Masyarakat Melayu yang berada di Sumatera Utara di kota Medan di kenal

dalam sejarahnya dengan identitas Melayu Deli. Hubungan budaya Melayu

Page 22: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

dengan agama Islam sangat kuat dan berpengaruh di dalam konteks pemerintahan

kerajaan dan serta pola hidup masyarakat disekitarnya.

Masjid Al-Mashun atau Masjid Raya yang berada di Medan Provinsi

Sumatera Utara ini adalah salah satu masjid peninggalan masa pemerintahan

kerajaan Melayu Deli. Sebagai Identitas budaya yang di kenal sebagai salah satu

simbol kejayaan kerajaan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan Sultan

Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alamsyah 1873 M.

Pada masa itu perdagangan tembakau semakin maju dan kemakmuran

Kesultanan Deli pada puncaknya. Beliau mendirikan Istana Maimoon, Masjid

Raya dan Balai Kerapatan Tinggi serta fasilitas-fasilitas kepentingan umum

(Baiduri, masjid raya al ma’shun medan, tinjauan arsitektural dan ornamental,

2012).

Masjid Raya Medan tersebut begitu agung dan keindahannya memukau.

Ditinjau dari aspek pisik arsitektur bangunannya memiliki keunikan tersendiri.

Siapa yang melihatnya akan terpukau untuk ikut merasakan keindahannya.

Terlepas dari fungsi masjid dari konsep agama dan ibadah, salah satu

unsur yang dapat dijadikan sebagai nilai artistik serta terhubung dengan nilai

tradisi diantaranya adalah sejumlah ornamen-ornamen yang dianggap sebagai

identitas baik kekuasaan maupun ideologi dari salah satu khas budaya.

Hampir di setiap sudut masjid Al-Mashun tersebut tertatah dengan ulir-ulir

sejumlah ornamen sebagai sebuah lambang kemegahan dan keindahan. Dibalik

ornamen-ornamen tersebut tentunya melekat makna yang terkandung dari unsur

pilosofis . Akan tetapi, benarkah ciri-ciri khas suku Melayu tersebut benar-benar

Page 23: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

murni sebagai hak kepemilikkan suatu budaya yang tertatah dalam dekorasi

masjid Al-Mashun tersebut, atau masih terdapat pemiuhan akulturasi budaya

sehingga dapat diketahui bahwa adanya kontribusi lain atau kepentingan

kedaulatan pada masa itu sehingga melatar belakangi corak ornamennya.

Keterkaitan apapun yang ada didalamnya fakta pisik sebagai bentuk yang

berwujud memberikan nuansa tersendiri bagi siapa saja yang dapat menikmatinya

secara visual. Artinya jika kita tidak mementingkan kedudukan khasnya suatu

suku atau tradisi tertentu tidaklah sangat menjadi persoalan. Karena keindahan

bersifat subyektif. Siapa pun boleh menaruh tinggi rendah nya nilai yang tercipta

dari keberadaan bentuk keindahan yang di apresiasi.

Sangat berbeda pula jika kita melihat kedudukan ornamen tersebut bukan

hanya berfungsi sebagai dekorasi belaka, tetapi memikul sederetan ideologi yang

di bangun semenjak nenek moyang. Tentunya keterkaitan konsep budaya dengan

tatanan kehidupan merupakan sebuah citra luhur yang di usung dalam simbol-

simbol yang dilambangkan secara visualisasi atau berwujud gambaran atau

bentuk. Sehingga terkadang kedudukan simbol dapat menjadi paling utama.

Kenyataannya ornamen tersebut tidaklah di pandang sederhana seakan

cukup hanya sebagai pengisi ruang kosong agar media tampak menjadi lebih

indah, akan tetapi jauh dari itu struktur budaya dari suatu suku bahwa simbol-

simbol tersebut merupakan sebagai sebuah rumusan ideologi.

Dalam hal ini penulis melihat fenomena yang terkait bahwa ornamen yang

melekat di setiap sudut masjid Al-Mashun tersebut tentu membawa arti penting

seperti kandungan makna di balik bentuk-bentuk yang ada dengan memberikan

Page 24: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

tujuan maksud tersendiri. Dilain pihak kontekstual sosial baik masyarakat suku

Melayu Deli sendiri maupun orang lain di luar suku Melayu memahami ornamen

masjid Al-Mashun tersebut sebagai sesuatu nilai yang berbeda.

Kehadiran ornamen di dalam budaya membentuk kedudukan yang bersifat

otoritas, hak kepemilikan hanya suatu suku saja. Citra luhur yang di anggap

sebagai nilai-nilai kebaikan, keagungan, keyakinan dan lain sebagainya yang

digambarkan melalui simbol-simbol atau lambang, sering dijadikan sebagai

sebuah keakuan.

Ciri-ciri khas yang dapat dikenali karena adanya keakuan dan identitas

tersebut, lewat kehadiran ornamen-onamen maka akan ditemukan pemahaman

bahwa suatu suku menyatakan “kita bangga karena kita memiliki keluhuran“.

Dalam catatan diatas, penulis berasumsi bahwa ornamen-ornamen yang

ada di masjid raya Al-Mashun Medan tersebut didirikan atas kepentingan pihak

Kesultanan sendiri sebagai Adikuasa dan bentuk ornamen di masjid Al-Mashun

merupakan wajah kejayaan Suku Melayu Deli. Kemudian fungsi lain sebagai

nilai-nilai yang menyangkut Keagungan Tuhan.

Kesimpulan sementara yang menjadi pertanyaan penulis atas dua hal, yang

pertama yakni terkaitnya ornamen-ornamen yang ada di masjid raya Al-Mashun

Medan tersebut berhubungan langsung dengan nilai-nilai kebudayaan yang

dimiliki oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai suku melayu.

Yang kedua ornamen-ornamen itu sendiri justru aslinya berasal dari Negara-

negara Islam yang berbeda-beda. Sehingga muncul dugaan sementara penulis

Page 25: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

bahwa ornamen-ornamen yang diletakkan di setiap bagian masjid justru

mengutamakan hal-hal yang berhubungan dengan religi.

1.2. Pokok Permasalahan

Dalam paparan uraian yang penulis buat di atas dapatlah dirumuskan

permasalahan yang akan dijadikan dalam penelitian ini adalah bagaimana corak

dan bentuk ornamen yang menghiasi di setiap bagian fisik bangunan masjid raya

Al-Mashun Medan tersebut. Dengan indikasi fakta dari bentuk-bentuk yang

diketahui berakar dari asal budaya di luar Indonesia sebagai pemeluk agama Islam

yang telah menjadi bagian budaya Melayu, memberikan konsep tertentu setelah

diaplikasikan di masjid raya Al-Mashun Medan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan untuk dapat

melihat penelitian ini kesuatu arah fokus masalah sebagai berikut.

1. Apa yang melatar belakangi Pemerintahan Kesultanan Deli untuk membuat

Ornamen yang bukan cenderung bercorakkan khas milik budaya Melayu asli

di masjid raya Al-Mashun.

2. Mengapa tidak memilih corak khusus budaya Melayu sebagai budaya lokal

saja agar identitas kekuatan budaya Melayu tampil lebih dominasi.

3. Makna apa saja yang terkandung dalam sejumlah tipologi ornamen yang

diterapkan di Masjid raya Al-Mashun Medan ini, yang kemudian memberikan

satu konsep kesimpulan akhir sebagai makna tertentu.

Dengan demikian ketiga masalah di atas sebagai pokok masalah utama

dengan dukungan urutan masalah yang mendampingi seperti:

Page 26: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

a. Bagaimana sejarah terbangunnya Masjid Al-Mashun dengan yang melatar

belakangan kepentingan dan tujuan fungsi serta keterkaitan terhadap

Pemerintahan Kesultanan yang bertitik pada Istana Maimoon.

b. Hubungan bangunan masjid Al-Mashun, Istana Maimoon dan Taman Kolam

Deli yang tentu memiliki aspek historis terhadap budaya Melayu Deli sendiri.

c. Nilai-nilai budaya sebagai citra luhur peradaban yang di usung oleh ornamen-

ornamen yang ada di sejumlah masjid Raya Al-Mashun Medan sebagai napak

tilas sejarah apakah dapat memberikan sesuatu yang berarti terhadap generasi

saat ini khususnya masyarakat Melayu Deli sendiri.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun sasaran tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendiskripsikan Latar Belakang penciptaan Ornamen di masjid raya

Al-Mashun Medan.

2. Untuk mengetahui, memahami lewat analisis terhadap ornamen-ornamen yang

berada di setiap bahagian masjid raya Al-Mashun Medan.

3. Untuk mengetahui, memahami serta memaparkan lewat analisis terhadap

kesimpulan makna apa yang ada dalam serangkaian ornamen-ornamen yang

ada pada masjid raya Al-Mashun Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Harapan besar penulis adalah dapat memberikan sumbangsih terhadap

siapa saja sebagai pemerhati seni dan kebudayaan terutama terhadap suku melayu

deli yang berada di Medan dan sekitarnya. Untuk menindak lanjuti aspek budaya

Page 27: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

kian memudarnya di tengah-tengah hiruk pikuknya budaya modern serta

perkembangan teknologi yang laju pesat, diharapkan penanggulangan kebijakan

kesemua pihak untuk bagaimana dapat kembali mengenal, mencintai dan

memelihara budaya sebagai harta warisan bangsa.

1.3.2.1 Bagi Mahasiswa

a. Memberikan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

diperoleh dari perkuliahan. Selama menjadi mahasiswa di pasca sarjana (S2)

pada program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, penulis mengharapkan penelitian ini menjadi

inspirasi bagi mahasiswa.

b. Memberikan gagasan untuk berpikir kritis bagi mahasiswa dalam hal-hal yang

menyangkut kebudayaan dan seni, khususnya seni dan budaya Nusantara.

c. Sebagai menambah bahan masukan buat pembaca umumnya mahasiswa

jurusan seni dan khususnya mahasiswa seni rupa.

1.3.2.1 Bagi lembaga fakultas

a. Referensi keilmuan tentang aspek budaya yang berhubungan dengan makna

ornamen yang berada di fisik bangunan masjid raya Al-Mashun Medan yang

digunakan sebagai informasi pembelajaran di fakultas ilmu budaya.

b. Sebagai bahan masukan terhadap tim pengajar ilmu budaya khususnya dosen

seni rupa.

c. Sebagai tambahan bahan referensi bagi peneliti lain sebagai lanjutan penelitian

ini untuk lebih memperluasnya.

Page 28: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

d. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pembaca dalam

kaitannya terhadap seni dan kebudayaan.

1.3.2.2 Bagi Masyarakat

a. Dapat mengenal citra luhur dari kekayaan kebudayaan daerah yang menjadi

harta warisan bangsa yang patut di kenal, dicintai serta di pelihara khususnya

budaya melayu deli yang ada di Medan dan sekitarnya.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan serta dipertimbangkan

untuk bagaimana mekanisme mempertahankan harta warisan tersebut di

tengah-tengah kancah modernitas di zaman ini.

c. Bagi suku melayu deli sendiri yang berada di Medan dan sekitarnya

termotivasi untuk memahami makna-makna kandungan di setiap konteks

ornamen yang ada pada melayu sendiri.

d. Aspek timbal balik terhadap suku-suku yang lain agar bagaimana memelihara

nilai-nilai luhur yang patutnya menjadi perspektif konsep hidup sebagai

manusia yang berbudaya.

1.3.2.3 Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan bagi penulis sebagai bahan masukan dalam kajian

tentang ornamen-ornamen yang ada di wilayah Nusantara ini.

b. Menambah wawasan untuk melihat aspek budaya yang perlu dipertahankan

mencakup teori-teori dari literatur yang digunakan.

c. Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk lanjutan pengembangan penelitian

berikutnya terhadap aspek karakteristik ornamen yang sedang diteliti.

1.4 Landasan Konsep dan Teori

Page 29: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

1.4.1 Konsep

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media

yang dapat di tangkap penglihatan dan dirasakan dengan sentuhan rabaan. Kesan

ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, ruang, bentuk,

volume, tekstur dan warna, terang-gelap dengan acuan estetika.

Seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang

diwujudkan melalui pengolahan media (bersifat material) dan penataan elemen

serta menggunakan prinsip-prinsip desain. Ketentuan rupa bukan sekedar benda

yang dapat terlihat atau sengaja dilihatkan, akan tetapi terjadi presentasi dari

konsep ide dan gagasan untuk mencapai nilai-nilai tertentu.

Ornamen merupakan hasil dari presentatif dari sesuatu sehingga mencapai

kualitas bentuk. Kehadiran bentuk terinspirasi dari segenap alam semesta yang

telah terjadi pendeformasian (deformatif = perobahan bentuk dari bentuk asalnya).

Sensasi bentuk-bentuk baru sebagai wujud imitatif alam difungsikan untuk

mendapatkan rasa kenikmatan penglihatan.

Kehadiran ornamen berupaya melengkapi sesuatu agar mendapatkan

keindahan dalam rangka menciptakan kualitas atau meningkatkan nilai-nilai

bentuk.

Pengertian ornamen adalah mempercantik atau memperindah sesuatu agar

mendapatkan nilai artistik. Kata “ornament (Verb)” berasal dari kata bahasa

Inggris yang berarti “ragam hias“ dan dalam bahasa belanda “siermotieven” yang

berarti “aneka corak “ (Ekoprawoto, Amran, Ragam Hias sebagai Media Ungkap

Makna Simbolik: 2009, 9).

Page 30: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Menurut Gustami bahwa pengertian ornamen adalah :

Pengertian umum bahwa ornamen ini sangat besar, hal ini dapat di lihat melalui

penerapannya di berbagai hal meliputi segala aspek kebutuhan hidup manusia

baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Ornamen adalah komponen produk seni

yang ditambahkan atau di sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping

tugasnya menghias yang implisit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya

untuk menambahkan indahnya sesuatu barang sehingga lebih bagus dan menarik,

akibatnya mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual

maupun segi material/ finansialnya. Disamping itu di dalam ornamen sering

ditemukan pula nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu yang ada

hubungannya dengan pandangan hidup (filsafat hidup) dari manusia atau

masyarakat penciptanya, sehingga benda-benda yang dikenai oleh sesuatu

ornamen akan arti yang lebih jauh dengan disertai harapan-harapan tertentu pula.

(Amran, dari gustami : seni ukir dan masalahnya, jilid II, STSRI-ASRI 1983-

19840).

Ornamen yang ada di setiap bahagian masjid Al-Mashun atau yang di

kenal dengan masjid raya Medan ini, memiliki nilai-nilai keindahan yang pantas

mendapatkan kualitas keagungan. Disamping corak dan gaya, ornamen tersebut

dipahami sebagai wujud bentuk untuk menandai penghargaan tertinggi buat

Masjid Al-Mashun.

Ornamen yang diketahui sebagai penghias dan pelengkap untuk

memberikan nilai keindahan pada sebuah media, dalam hal ini kajian seni rupa

yang mengukur unsur bentuk, media, tekstur, motif atau tipe, warna bahkan

Page 31: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

sampai pada tafsir makna. Dibagian badan masjid Al-Mashun terdapat corak

ornamen dengan berbagai motif. Dengan pemahaman agama Islam yang benar

bahwa setiap unsur yang terdapat pada masjid di peroleh dari pertimbangan Islam.

Jadi ornamen-ornamen yang di buat tidak hanya memperhitungkan keindahan

belaka, akan tetapi sarat dengan nilai-nilai agama Islam, dan sebagai lambang

pencitraan penguasa.

Mungkinkah hal itu terdapat demikian sebagai landasan cipta rasa yang di

bangun oleh Kesultanan. Dengan mengupas bentuk dan makna yang terkandung

di setiap pola-pola ornamen yang ada, dari sudut keilmuan seni rupa tentunya,

akan memberikan jawaban yang lebih terfokus.

Sejarah menyebutkan bahwa proses pembangunan masjid Al-Mashun

telah ditentukan oleh Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah sendiri. Pada

masa itu kesultanan tidak memiliki arsitek khusus dari Bangsa Melayu yang

mampu membangun sesuai dengan keinginan. Kesultanan harus meminta seorang

arsitek Belanda bernama T.H. Van Erp. Arsitek ini adalah seorang perwira Zeni

Angkatan Darat KNIL yang banyak mendesain bangunan-bangunan besar di

Jakarta.

Karakter merupakan kecenderungan sifat atau bentuk dalam pendekatan

kemiripan, kekhasan, kesamaan makna, individual. Dari pandangan umum

ornamen yang ada di setiap bagian Masjid Al-Mashun tentunya memperindah

bangunan masjid. Karakternya tentu menambah kekuatan nilai estetikanya

sehingga didapati nilai keindahan, kelembutan, keceriaan, kemewahandan

Page 32: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

kemegahan. Dari tampilan karakter inilah dapat dianalisa kandungan makna apa

yang dapat nantinya diketahui.

1.4.2 Teori

Sebagaimana pokok masalah yang telah menjadi acuan penelitian ini yaitu:

(1) latar belakang sejarah Kesultanan Deli Untuk menghiasi masjid Al-Mashun

mengambil sejumlah ornamen bergayakan Negara-negara Islam, (2) tidak

mendominasikan Khas motif-motif melayu asli, dan (3) kesimpulan tujuan

ornamen keseluruhan sebagai konsep satu makna, dengan demikian penulis harus

dapat memegang acuan teoritis yang terkait pada pokok masalah.

Beberapa teori yang tepat digunakan sesuai pada pokok masalah adalah

beberapa pendekatan teori, seperti teori antropologi dan teori semiotika.

F. Ratzel (1844-1904), teori difusi, yang pernah mempelajari berbagai

bentuk senjata busur diberbagai tempat di Afrika, dan juga unsur-unsur

kebudayaan lain, seperti bentuk rumah, topeng, pakaian dan lain-lain. Beliau

menemukan adanya persamaan bentuk dari wujud kebudayaan saling

berhubungan. Dalam kajian kebudayaan tentu adanya hubungan yang tidak dapat

dipungkiri karena aspek adat istiadat merupakan bentuk sosial komunitas yang

tercampur (Koentjaraningrat, sejarah teori antropologi I : 111,2010)

Kebudayaan Melayu adalah budaya yang mengusung nilai-nilai agama

Islam sehingga aspek keseniannya harus berlandaskan dan pertimbangan dari

agama tersebut. Ornamentasi yang di pakai di masjid Al-Mashun merupakan

corak perpaduan ornamen dari Negeri luar yang masih berkaitan dengan agama

Islam.

Page 33: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Keindahan karya seni rupa dari ornamen tersebut tidak sekedar hanya

mempercantik masjid Al-Mashun saja, akan tetapi memberikan sesuatu di balik

bentuk-bentuk dan penempatan nya yang sesuai terisi kandungan makna tertentu.

Kemaknaan ini dipertimbangkan sesuai dengan pandangan agama Islam.

Pengkomposisian letak, ukuran, media tentu telah diperhitungkan secara matang

oleh pihak Kesultanan. Penulis berupaya membuka tanda-tanda dari bentuk-

bentuk sederetan ornamen yang ada. Mengupas makna dari tanda-tanda yang

beragam wujud dari setiap elemen corak. Tentu akan mendapatkan sebuah prakira

bahwa pembuatan ornamen di masjid Al Ma’shun Medan ini apakah telah

menendai makna yang menyeluruh, yakni apakah cenderung memberikan

identitas nilai-nilai kebudayaan melayu deli, karena kita juga tahu bahwa ada

ornamen lokal asli yang dimiliki oleh suku budaya melayu sendiri.

Koentjaraningrat menyebutkan yang berhubungan dengan fakta kejadian,

gejala masyarakat yang dapat di usut secara ilmiah dengan metode observasi,

mengelola, melukiskan fakta yang tejadi dari masyarakat yang hidup. Dengan ini

penulis mencoba menghubungkan sepintas kesejarahan agar hubungan apa yang

dijadikan sumber kajian merupakan faktuil yang dapat sebagai informasi ilmiah

yang berharga. Sejarah yang terkait dalam kajian ini melingkupi Kebudayaan

melayu deli sebagai arah untuk melihat pendekatannya terhadap kesenian yang

digunakan.

Sejarah merupakan rentang benang merah yang harus dihubungkan untuk

mendapatkan alur kajian ini namun demikian ada yang dikonsentrasikan penuh

sebagai titik analisis ini yaitu makna dari karakteristik ornamen. Sesuai dengan

Page 34: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

maksud sasaran penelitian ini maka penulis mengintensitaskan kepada makna atau

kajian semiotika.

Sejumlah pakar semiotika mengemukakan teori-teori untuk mengkaji

persoalan tanda. Penulis hanya memilih seorang tokoh semiotika yaitu Charles

Sanders Peirce. Beliau menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi seseorang

berikutnya mengaitkan hubungan secara konvensi. Tanda tidak pernah berupa

suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek.

Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan

bentuk alamiahnya. Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan,

misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya

hubungan alamiah antara tanda dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab

akibat. Contoh adanya asap tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang

menunjukkan hubungan alamiah penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau

semena, hubungan berdasarkan konvensi (kesepakatan) masyarakat.

Ornamen merupakan bahasa visual dalam kelompok simbol. Di dalamnya

ada kaitan bentuk-bentuk sederhana yang bertujuan mendapatkan pemikiran yang

sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif

alamiah mengisyarakatkan atau mengartikan sesuatu sebagaimana kaidah kultural.

Piece juga mengembangkan tanda menjadi sepuluh. Kaitannya dengan kajian

penulis adalah ornamen maka yang lebih dekat yaitu Iconic Legisign, dan

Rhematic Symbol.

1.4.2.1 Teori Difusi.

Page 35: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Dalam kajian kebudayaan keterikatan relasi manusia dan alam sekitarnya

tidak terlepas bagaimana manusia berinteraktif serta melakukan upaya

mempertahankan kehidupan yang berkelanjutan.

Pesebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi manusia, akan

menularkan atau mempengaruhi budaya sebelumnya pada daerah yang baru

dihuni. Sebaliknya pendatang yang membawa budaya dari luar atas bentuk

interaksi sosial juga terpengaruh. Saling mempengaruhi ini sehingga

menumbuhkan budaya campuran di sebut dengan Difusi.

Kontribusi wilayah kajian difusi bukan terhadap aspek historis budaya

melainkan geografi budaya. Graebner seorang difusioner menyatakan bahwa

semua regularitas proses budaya merupakan hukum dari kehidupan mental dan

studi tentang ini dapat dilakukan melalui psikologi budaya. Studi psikologi

budaya lebih kearah survival (kelestarian) budaya dari tempat satu ketempat yang

lain.

Survival budaya berarti ketahanan, dan itu bukan persoalan fungsi semata.

Survival sebuah daya eksistensi budaya. Survival tidak lain merupakan daya

tahan budaya tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga

menimbulkan makna baru. Setelahnya makna baru tersebut tak lain merupakan

fungsi baru budaya tersebut.

Perluasan perkembangan agama Islam setelah mulai masuk ke Indonesia,

terjadi sirkulasi budaya pendatang dan budaya asli lokal. Islam sebelum

menanamkan akar ajarannya kemasyarakat, terlebih dahulu mempelajari sifat

budaya lokal. Dengan berdagang dimulailah kontak sosial. Kepentingan pokok

Page 36: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

hidup adalah kepentingan sosial secara umum. Kontak sosial seperti ini

mendapatkan gambaran budaya lokal, tentu menjadi sebuah celah untuk

menyusupkan ajaran-ajaran dengan cara berdakwah.

Berawal ajaran Islam menenamkan Tauhid (mengenal Allah yang patut di

sembah), semula menstirilisasi atau mengakumulasikan budaya lokal yang dapat

sebagai jembatan untuk memahami ketauhidan tersebut. Langkah berikutnya

kebudayaan Islam mulai disisipkan sedikit demi sedikit. Dalam hal ini terjadi

akulturasi yang terkadang lebih kompleks serta akhirnya membentuk

Multikultural.

Penulis berupaya untuk melihat alur kebudayaan sejauh yang dapat

diketahui dengan harapan mendapatkan mata rantai sejarah dan tentunya terkait

hubungan kuat dalam penelitian ini.

1.4.2.2 Teori Semiotika

Dalam mengkaji bentuk-bentuk ornamen masjid Raya Al-Mashun Medan

dibutuhkan penelaahan dari kaca mata seni rupa yang mengupas kandungan

makna yang ada didalamnya. Penulis memfokuskan terhadap kajian semiotika

atau teori tanda dalam usaha untuk memahami kandungan makna apa yang ada

didalam ornamen-ornamen di masjid Raya Al-Mashun Medan.

Penulis harus memilih teori yang cukup dekat dengan kajian penelitian ini,

penulis memilih teoritis yang tepat adalah Charles Sanders Peirce yang

mengemukakan tentang tanda. Tanda adalah bahasa, ornamental yang ada di

masjid Raya Al-Mashun tersebut bukan sekedar persoalan bentuk-bentuk yang

Page 37: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

indah. Bentuk-bentuk tersebut di rancang atas konsep ide yang membutuhkan

maksud dan tujuan.

Gagasan penciptaan visual art (seni rupa) tentu dilandasi konsep yang

mengaitkan maksud yang akan di capai oleh media sebagai hasil karya seni.

Maksud sebagai tujuan gagasan itulah adalah isyarat, Peirce menyebutnya sebagai

bahasa. Tentu bahasa inilah kontens makna yang dipresentatifkan oleh Peirce

sebagai sasaran.

Menurut Peirce, Semiotika bersinonim dengan logika, manusia hanya

berpikir dalam tanda. Tanda dapat dimaknai sebagai tanda hanya apabila ia

berfungsi sebagai tanda. Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak

efisien menjadi efisien baik dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam

pemikiran dan pemahaman manusia tentang dunia. Tanda menurut Pierce

kemudian adalah sesuatu yang dapat di tangkap, representatif, dan interpretatif.

Bagi Peirce, tanda “ is something which stands to somebody for something in

some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi,

oleh pierce disebut Ground. Konsekwensinya, tanda (sign atau representamen),

selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, objek, dan interpretant,

yang dikenal sebagai triangle meaning.

Page 38: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 1. triangle meaning Pierce mengklasipikasikan tanda yang dikaitkan pada ground dan menjadi

tiga bagian yakni, qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang

ada pada tanda misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign

adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda misalnya, kata

kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan

bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh

tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh

atau tidak boleh dilakukan manusia (Sobur,Alex, 2004:41).

Charles Sanders Peirce menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi

seseorang berikutnya mengaitkan hubungan secara konvensi. Tanda tidak pernah

berupa suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek. Berdasarkan objeknya

Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan bentuk alamiahnya.

Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab akibat. Contohnya adanya asap

tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah

Page 39: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan

konvensi (kesepakatan) masyarakat.

Ornamen merupakan bahasa visual dalam kelompok simbol. Di dalamnya

ada kaitan bentuk-bentuk sederhana yang bertujuan mendapatkan pemikiran yang

sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif

alamiah mengisyarakatkan atau mengartikan sesuatu sebagaimana sistem kultural.

Piece juga mengembangkan tanda menjadi sepuluh. Kaitannya dengan ornamen

yang lebih dekat adalah Iconic Legisign, dan Rhematic Symbol.

Iconic Legisign yakni tanda yang mendekati kemiripan, misalnya foto,

diagram, peta, serta tanda baca. Ornamen adalah representatif bentuk yang telah

berobah dari bentuk-bentuk alamiah seperti tumbuhan, makluk hidup, alam benda

dan fenomena alam semesta. Kaitan tanda terhadap objek visual terkadang jauh

dari kemiripan, namun ide akar dasarnya terjadi atas konsepnya.

Rhematic Symbol atau symbolik rheme, yakni tanda yang dihubungkan

dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya seseorang akan

mengatakan harimau apabila melihat kain beludru bercorak belang hitam berdasar

kuning. Asosiasi tanda ini karena telah mengenal betul subjek yang dipahami.

Ornamen masjid Al-Mashun Medan dengan sejumlah tipe ornamen, jika di lihat

jauh setiap bagian bentuknya akan terdapat objek-objek yang dapat

dikelompokkan kepada sesuatu benda atau sifatnya.

Penulis melihat ornamen sebagai bagian seni yang istimewa, sehingga

menjadi persoalan pada penelitian ini. Penelitian ini terletak pada seluruh aspek

yang melekat terhadap ornamen (kajian seni rupa), tentunya keterkaitan media

Page 40: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

seperti latar belakang penciptaan (sumber ide), bahan yang digunakan, teknik

pembuatan, praktisi dan berikutnya kepada makna.

Unsur rupa yang terdapat di setiap elemen ornamen adalah menjadi kajian

penelitian. Setiap bagian ornamen terdapat bagian-bagian yang menjadi bagian

keseluruhan. Bagian ini dapat digolongkan yakni, bagian utama (main), bagian

pendukung (second), bagian pelengkap (complement).

Bagian utama melingkupi gambar, bentuk, media, ukuran yang

berhubungan dengan vocal point atau sasaran yang diutamakan yang harus

didiskripsikan. Presentasi analisa harus mendapatkan faktor yang dapat dipahami

oleh umum. apabila penulis tidak melihat kategori umum atau hanya penulis saja

yang dapat memahami, di kwatirkan akan membuat persepsi baru. Kategori umum

ini dapat di lihat berdasarkan konsep Iconic Legisign.

Bagian pendukung melingkupi bagian-bagian yang di anggap penulis

sebagai pendamping sehingga media atau objek terasa dilebihkan. Meski

terkadang pendukung ini manjadi hal terpenting, di lihat dari elemen yang di

gunakan, misalnya ornamen bunga mawar (sebagai objek), tanpa lengkap adanya

daun dan tangkai. Daun-daun dan tangkai tersebut begitu pentingnya terhadap

kembang mawar. Dengan adanya kelengkapan keseluruhan maka utuhlah bunga

mawar tersebut meski di lain hal tanpa daun dan tangkai pun bunga mawar ini

tetap menjadi vocal point.

Bagian pelengkap diartikan juga sebagai bagian pengisi atau pendamping.

Biasanya diletakkan pada latar belakang apabila ornamen berbentuk gambar baik

pada dataran rata mau pun dataran tidak rata (relief). Pelengkap ini cenderung

Page 41: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

lebih memadatkan atau memberikan ruang seakan penuh. Nilai tambah terhadap

ornamen menjadi lebih, kemewahan dapat terbantu.

1.4.2.3 Teori Seni Rupa (visual art)

Untuk menganalisis struktur bentuk ornamen beserta aspek lainnya dalam

kaitan penelitian ornamen masjid Al-Mashun Medan ini, tentunya penulis

menggunakan ayakan teori seni rupa. Aspek kaitannya terhadap bentuk, media,

ukuran, warna, tekstur, letak, serta konsep desain. Seni rupa digolongkan pada dua

sifat dari presentatifnya. Yang pertama adalah seni rupa hanya untuk ekspresi,

sehingga setiap karya yang dihasilkan digolongkan pada seni murni. Murni berarti

tidak dilatar belakangi kehendak tertentu yang bersifat pada kegunaan. Seperti

karya lukis, patung, dan relief. Yang kedua adalah seni rupa terapan atau di buat

sengaja untuk difungsikan atau bersifat kegunaan.

Pada dasarnya semua manusia memiliki sense of beauty yaitu dapat

merasakan keindahan terhadap sesuatu. Keindahan ini bersifat subyektif sehingga

kwalitas keindahan tidak di ukur dengan satu cara. Banyak aspek yang dapat di

lihat untuk mendapatkan velue estetika didalamnya serta pertimbangan wujud

objek sebagai hasil yang di capai. Proses penciptaan juga mendapatkan

pertimbangan yang kuat dalam kontribusi nilai karya, terutama pelaku utama

sebagai orang yang menciptakan.

Derajat atau martabat karya lebih banyak bersentral terhadap bagaimana

seseorang memulai sebuah proses penciptaan dengan menyinggung sejumlah latar

belakangnya. Perhitungan nilai tinggi rendahnya yang ditemukan di dalam sebuah

karya seni rupa terletak pada gagasan ide yang mencerminkan daya serap

Page 42: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

seseorang memahami lingkungannya. Untuk mengkaji sejarah terkadang orang-

orang yang berkaitan langsung terhadap hasil sebuah karya seni hampir tidak

diketemukan. Banyak para pakar antropologi tidak banyak menemukan (missing

link) siapa sebenarnya yang membuat atau yang menciptakan ornamen-ornamen

yang sangat indah itu. Hanya ada beberapa bangsa saja menuliskan orang-orang

yang membuat karya-karya fenomenal tersebut. Pastinya mereka adalah manusia

sebagai makluk hidup, memiliki nilai-nilai luhur yang diemban karena mereka

memiliki hubungan saling merasakan di dalam konteks kepentingan yang sama.

Keindahan menurut bangsa Yunani adalah sesuatu yang logis di cerna oleh

panca indra untuk mendapatkan kebaikan. Plato sendiri menyebutkan watak yang

indah termasuk juga hukum yang indah. Sementara Aristoteles merumuskan

keindahan segala sesuatu yang baik serta menyenangkan. Bangsa Yunani

mengatakan keindahan dalam arti estetis disebut symmetria untuk keindahan

berdasarkan penglihatan (pada karya pahat dan arsitektur). Menurut bangsa

Yunani keindahan dalam arti luas meliputi keindahan seni, keindahan alam,

keindahan moral, keindahan intelektual (web,2012).

Sifat manusia mencari kenikmatan hidup lewat rasa keindahan sudah

merupakan lahiriah yang sudah ada dalam diri setiap orang. Pemahaman

keindahan dalam diri manusia merupakan kodrati alamiah. Manusia dapat

merasakan esensi keindahan di balik bentuk-bentuk seni dengan menelaah bagian-

bagian tertentu yang dapat membangkitkan sense of beauty. Hubungan merasakan

keindahan lewat karya seni di bangun oleh pengalaman hidup seseorang untuk

menangkap sesuatu di sekitar lingkungannya. Sebagai pengalaman batin

Page 43: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

keindahan tersebut membentuk manusia untuk berkarya, maka lahirlah ungkapan

melalui seni.

Pembagian keindahan memang cukup luas dan jawabannya beragam

pernyataan. Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan

sebagai sifat obyektif dari bentuk (l’esthetique est la science du beau). Lipps

berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyektif atau

pertimbangan selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones),

(web,seni dan estetika,2012).

Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang

ditemukan terhadap sesuatu hal, apakah bersifat yang tampak, di dengar, di sentuh

dan lain sebagainya. Bagian kwalita seni rupa mencakup kesatuan (unity),

keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance) dan

perlawanan (contrast).

Yunity atau sering di sebut dengan perpaduan seluruh kapasitas seni yang

terbangun di dalam sebuah karya seni rupa. Kesatuan ini mencakup media, bentuk

seni, makna serta konsep yang terpadu. Harmoni atau keselarasan atau keserasian,

bahwa dalam karya seni rupa dapat menunjukkan bagian-bagian penting dan tidak

penting sehingga diketahui mana yang harus memberikan nuansa estetika.

Symetry adalah kesetangkupan. Pengertiannya adalah seluruh kapasitas objek seni

saling terkait dan berhubungan. Balance atau keseimbangan adalah ukuran tata

letak objek, tekanan warna dan lain sebagainya. Pertimbangan estetika seringkali

berpusar pada persoalan keseimbangan. Namun banyak juga teori tidak

mempersoalkannya, karena hal itu dikaitkan pada norma realisme sedangkan

Page 44: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

karya abstrak sering tidak memperdulikan persolan keseimbangan. Contrast atau

perlawanan dapat berupa objek maupun konsep.

Pertimbangan membuat karya dalam karya seni rupa tidak hanya

mengukur nilai estetika semata, tetapi harus dilalui dengan ukuran logika. Konsep

alamiah yang terkait antara manusia dengan lingkungannya tidak akan terlepas

hubungan secara rasional. Salah satu contoh ketika manusia butuh perlindungan

atau tempat tinggal. Sebelumnya manusia memahami kepentingan dirinya dengan

sesuatu diluar dirinya salah satu contohnya seperti cuaca. Dengan pengalaman

hidup dari gejala alam sehingga manusia harus beradaptasi dengan mengikuti

keadaan yang ada disekitarnya. Maka tempat tinggalnya disesuaikan sebagaimana

dapat melindungi mereka dari sifat-sifat alamiah yang mengharuskan manusia

berpikir dan bertindak sesuai kehendak alam. Dengan demikian manusia harus

merancang tempat tinggalnya layaknya sebagaimana dapat melindungi

keluarganya dan disesuaikan pada konstruksi yang memadai. Tentunya logika ini

dipakai untuk mendesain agar bentuk yang diinginkan harus layak difungsikan.

Konteks penelitian ini tertuju pada ornamen masjid Al-Mashun dan kandungan

maknanya, maka jika dilihat bahwa seluruh imajinasi yang ada pada setiap wujud

ornamen tidaklah sesederhana yang dibayangkan oleh segelintir orang. Ornamen-

ornamen yang berada dimasjid Al-Mashun Medan kelihatannya memang sangat

indah, tetapi kita juga harus sadar bahwa setiap objek ornamen yang melekat

dilalui dengan hukum logika. Logika dalam hal ini tentunya adalah Desain.

Desain atau merancang tidak terlepas dari sejumlah program atau perencanaan

yang akan disesuaikan kepada kemedia aplikasinya.

Page 45: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yakni

menggambarkan atau mengamati fakta-fakta pisik yang terdapat pada media

ornamen yang berada di masjid raya Al-Mashun, dan tidak menggunakan metode

statistik. Analisa dan teknik pengolahan data menggunakan metode deskrispsi

kualitatif. Bagaimana penulis menguraikan data faktuil dalam kaca mata seni rupa

untuk mendapatkan latar belakang konsep ornamen majid Al-Mashun Medan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara

serta mencakup sarana lain seperti dokumen, buku, foto dan video. Metode

deskriptif kualitatif ini melihat serta menguraikan struktur bentuk-bentuk ornamen

serta kandungan makna didalamnya. Menurut Strauss & Corbin, Metode kualitatif

dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu di balik fenomena

yang sedikit pun belum diketahui atau baru sedikit diketahui (2003 : 5).

Metode di atas digunakan sesuai dengan permasalahan yang dianalisis,

untuk melihat sejumlah ornamen sebagai fenomena makna. Sejauh mana

karakteristik ornamen yang berada di masjid Al Mashun setelah berada ditengah-

tengah masyarakat heterogen. Hubungan terhadap masyarakat suku Melayu

sendiri serta masyarakt kalayak umum sebagai konteks sosial dalam memahami

ornamen masjid Al-Mashun.

Qualitative research is an interdisiplinary, transdisiplinary, and

sametimes counterdisiplinary field. It crosscuts the humanities and the social and

physical sciences. Qualitative research is many things at the same time. It is

multiparadigmatic in focus. Its practinioners are sensitive to the value of the

Page 46: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

multimethod approach. They are commited it the naturalistic perspective, and the

interpretive understanding of human experience. At the same time, the field is

inherently political and shaped by multiple ethical and political positions (Nelson

and Grossberg, 1992 : 4)

Penyampaian di atas dapat diartikan secara garis besar bahwa penelitian

kualitatif umumnya melihat aspek manusia di dalam masyarakat atau kelompok.

Dan tidak di dalam kelompok peneliti. Nelson dan Grossberg menyampaikan

penelitian kualitatif banyak hal yang harus di lihat di dalam fenomena kehidupan

manusia, seperti tentang nilai, fungsi sosial serta terkadang politik. Lingkup

budaya menjadi intensitas yang paling berarti untuk dapat diketahui sebagaimana

proses konteks peristiwa manusia.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat dengan kepentingan-

kepentingan sosial yang ada, kehidupan tidak akan lepas dari hal-hal yang

menyangkut fungsi serta nilai-nilai yang tumbuh. Pertumbuhan serta fungsi

tersebut diperdayakan dalam rangka untuk melangsungkan pertahanan hidup,

namun di satu sisi lain ada yang belum semuanya sempurna. Akibatnya muncullah

masalah-masalah di tengah-tengah masyarakat. Demikian budaya tersebut

bergerak dalam pencapaian keinginan besar membangun sesuatu yang hak.

Kehidupan adalah fenomenologis alam, manusia, lingkungan dan alam semesta

adalah ikatan yang tidak akan dapat terpisahkan.

Ornamen merupakan citra kinginan yang diciptakan oleh leluhur

sebelumnya untuk kepentingan nilai-nilai tersendiri di tubuh masyarakatnya.

Meski keindahan bentuk sebagai vigura (bingkai hiasan), akan tetapi ornamen di

Page 47: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

buat bukan sekedar penghias, tetapi sebuah atribut atau pengingat akan adanya

ikatan-ikatan manusia dan lingkungannya.

Penulis berusaha memfokuskan penelitian ini dengan harapan tidak meluas

sehingga dikuatirkan dapat mengkaburkan tujuan arah titik temuan yang

diharapkan. Rencana penelitian di desain atau di buat rancangan secara ekonomis.

Penelitian lapangan (fiel work) adalah menjadi fokus utama untuk menganalisis

ornamen pada masjid Al-Mashun atau masjid Raya yang berada di wilayah kota

Medan Provinsi Sumatera Utara. Latar belakang keilmuan sarjana yang penulis

peroleh, yaitu sarjana seni rupa, maka batasan penelitian ini tentunya di seputar

bahasan seni rupa. Namun tentunya ketika kita membicarakan seni sudah tentu

dibicarakan pula tentang manusia. Seni tumbuh karena manusia ada. Seni adalah

bahagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian penulis harus mendapatkan

akar hubungan konteks manusia dan seni yang berada didalamnya. Tentunya

sesuai permasalahan yang ada pada penelitian ini.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian kebudayaan dan seni dibutuhkan penelitian lapangan (fiel work),

penulis melakukan penelitian ini mengenai analisis karakteristik ornamen masjid

Al-Mashun di Medan. Sehubungan dengan disiplin ilmu budaya yang diikuti yaitu

pasca sarjana (S2) Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni di Universitas

Sumatera Utara, tepatnya adalah penelitian lapangan.

Setting atau lingkungan riset pada penelitian ini adalah lingkungan

Noncontrived setting atau lingkungan kenyataan ( fiel setting ). Penulis

kelapangan untuk mendapatkan seluruh data melakukan observasi dan

Page 48: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

wawancara. Observasi adalah bagaimana penulis melakukan pengamatan objek

secara langsung dengan melihat, menyentuh, mendokumentasikan melalui video

dan foto, mencatat. Wawancara dilakukan degan memilih sejumlah informan yang

di pilih penulis sebagai nara sumber (key people) untuk mendapatkan data singkat

sejarah latar belakang penciptaan ornamen masjid Al-Mashun serta tafsir

maknanya.

1.5.3 Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah pada bentuk-bentuk ornamen serta

kandungan maknanya, diklasipikasikan sesuai konsep dan medianya sebagai

berikut :

1. Konsep bentuk dasar ornamen yang telah dideformatif atau berobah dari

bentuk asli alamnya.

2. Konsep bentuk imajinatif yang dikembangkan menjadi bentuk-bentuk baru.

3. Media ornamen serta penempatan letak di salah satu lokasi di masjid Al-

Mashun.

4. Klasipikasi bentuk ornamen (utama atau pendukung).

5. Makna satuan ornamen dan makna keseluruhan ornamen.

1.5.4 Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara.

Sumber data yang dibugunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer

adalah data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi kelapangan.

Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari pustaka baik teori-teori

yang dikemukakan dari buku-buku atau literatur lain yang bersifat tidak langsung.

Page 49: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

1.5.4.1 Observasi

Untuk mendapatkan data langsung penulis menggunakan pendekatan

observasi kelapangan dengan melihat langsung objek yang diteliti. Penulis

mencatat data yang didapatkan dari pengamatan terhadap ornamen yang berada di

masjid Al-Mashun dengan menggunakan variabel-variabel sebagai rencangan

pendekatan. Pentingnya metode ini diharapkan untuk mendapatkan sejumlah

bagian-bagian penting yang di teliti guna mendapatkan hubungan data dengan

wawancara. Berikutnya menggunakan penafsiran-penafsiran atau praduga

kesimpulan sementara dengan harapan mendapatkan hasil penelitian yang

sebenarnya.

1.5.4.2 Wawancara

Penulis melakukan metode wawancara untuk mendapatkan data dari nara

sumber. Nara sumber di pilih sesuai jumlah yang diklasipikasi penulis agar arah

penelitian lebih terfokus. Dengan demikian penulis membuat rancangan berupa

konsep yang sebelumnya di susun seperti apa bentuk pertanyaannya dan siapa

yang harus menjadi nara sumbernya. Penulis melakukan wawancara terhadap nara

sumber (interview) yakni dengan beberapa orang dari pihak Pengurus Masjid Al-

Mashun, dari sejumlah tokoh adat melayu, partisipan budayawan, dan beberapa

orang dari dinas Pemerintah terkait seperti dinas Pariwisata dan dinas Museum

Pemko Medan.

Pertanyaan yang terkonsep berhubungan dengan sejarah masjid Al-

Mashun, budaya melayu, dan istana Maimoon. Harapan penulis untuk

Page 50: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

mendapatkan alur agar arah penelitian tidak meluas sehingga sasaran yang di teliti

manjadi solid.

1.5.5 Teknik analisis data

Teknik analisis data adalah bagaimana perencanaan di mulai dari

pengumpulan data sampai pada pengelompokan data sehingga mempermudah

prosedur penelitian. Pengelompokan data dibuatkan kolom-kolom data sebagai

catatan perjalanan penelitian seperti apakah nara sumber menjawab sebagaimana

yang diharapkan oleh penulis atau bagian-bagian mana yang pantas di ambil dan

yang tidak pantas di ambil. Analisis data pada ornamen masjid Al-Mashun Medan

dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data berupa gambar foto ornamen masjid Al-Mashun Medan

yang di ambil langsung oleh penulis dilapangan.

2. Mengumpulkan data yang terkait pada suku melayu deli yang berada di sekitar

Medan.

3. Menganalisa terhadap setiap ornamen yang terdapat pada masjid Al-Mashun

Medan.

1.6 Studi Kepustakaan

Penulis merangkum sejumlah sumber kepustakaan dengan harapan untuk

dapat mendukung penelitian ini. Beberapa kepustakaan yang penulis pegang

adalah seperti buku, artikel ilmiah dan semi ilmiah, laporan penelitian, majalah,

Koran dan beserta laman-laman web. Sumber-sumber kepustakaan itu mancakup :

a. referensi catatan terdahulu, b. kebudayaan melayu deli, c. sejarah istana

Page 51: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

maimoon, d. tinjauan masjid Al-Mashun Medan, e. dasar-dasar teori, f. metode

dan teknik penelitian, g. referensi terkait.

Referensi penulis tentang catatan terdahulu yang di teliti oleh sejumlah

penulis mengenai ornamen baik dari Strata satu atau lanjutan, maupun penulis

lepas dengan dedikasinya dapat dipertimbangkan penulis sebagai sumber pustaka

antara lain :

1. Musthofa, melakukan studi penelitian ornamen pada sebuah masjid, yang

dijadikan artikel di web, dengan judul Filosofi Seni Bangunan Islam,

Ornamentasi Pada Arsitektur “Masjid Turen” Malang. Musthofa

mendiskripsikan ornamen yang beda di masjid merupakan kesinambungan

antara kreatifitas dan keagungan Tuhan. Penulis mengambil semangat

Musthofa dalam melihat masjid sebagai subyek, seperti kesamaan dengan

penulis inginkan. Demikianpun tentu banyak perbedaan antara penulis dengan

Musthofa melihat sesuatu tentang ornamen sebagaimana alur serta

pembedahan yang penulis lalukan di dalam penelitian ini, disamping itu juga

wilayah tempat yang diteliti juga berbeda. Penulis memilih jurnal ini karena

sangat menarik dan dijadikan salah satu acuan.

2. Ratih Baiduri, penulis buku Masjid Raya Al Ma’shun Medan sebuah tinjauan

arsitektural dan ornamental. Inspirasi penulis paling besar adalah terdapat

pada buku tersebut. Ratih Baiduri banyak mengemukakan aspek masjid Al

Mashun dengan rinci, sehingga penulis banyak mendapatkan informasi

berharga didalamnya. Beliau membentang spesifikasi arsitektur dengan

rentetan ornamen yang ada di bagian masjid Al-Mashun, sebelumnya

Page 52: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

membuka sejarah masuknya agama Islam ke Sumatera serta menarik

hubungan pada terbentuknya Pemerintahan suku Melayu Deli. Meski

demikian Ratih Baiduri belum menjelaskan ornamen-ornamen tersebut

sebagai sesuatu titik lain yang harus diperhatikan, kemudian di teliti tersendiri

secara terpisah dan mendalam. Dengan demikian penulis mengetahui batasan

yang ada sehingga penulis harus memilih kesatu arah sehingga mendapatkan

perbedaan terhadap buku Ratih Baiduri sendiri.

1. Buku berjudul Rumah Panggung Melayu Deli karangan Azmi, banyak

membantu penulis untuk mendapatkan aspek sosial dalam kalangan suku

melayu. Azmi mengemukakan komponen pisik arsitektur tradisionil dari

bangunan rumah adat melayu deli, beliau mendiskripsikan pola masyarakat

melayu dalam konteks sosial. Azmi juga mengemukakan makna-makna

ornamen yang terdapat di bagian rumah adat suku melayu deli. Karena beliau

kebetulan pernah sebagai Dosen penulis pada masa penulis belajar di

Universitas Medan (S1) jurusan Seni Rupa, sekaligus beliau menerima ketika

penulis memintanya sebagai pembimbing dua pada penelitian ini.

1. Ayu Kartini menulis skripsi tentang Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa

Melayu Ditinjau dari Bentuk dan Warna di kota Medan. Penelitian skripsi ini

sangat menarik bagi penulis karena banyak memberikan bentuk-bentuk

ornamen melayu, dan itu cukup mempermudah penulis mendapatkan data

gambar dengan ragam corak yang ada. Pendekatan Ayu Kartini memberikan

struktur dasar seni rupa sebagaimana unsur-unsur seni rupa secara umum.

Mungkin wajar saja dengan latar belakang pendidikan yang pernah penulis

Page 53: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

tempuh di mana Ayu Kartina belajar di tempat yang sama yakni jurusan seni

rupa Universitas Medan, namun demikian pun banyak batasan sehingga begitu

banyak perbedaan. Ayu Kartina menjelaskan lebih intens terhadap Desain.

Bagaimana rancangan wujud ornamen di bentuk lewat struktur desain seni

rupa, namun tidak jauh menelusuri kandungan makna sebagaimana penulis

teliti.

1. Sebagai bahan tambahan informasi, buku yang berjudul Kafilah Budaya,

pengaruh Persia terhadap Kebudayaan Indonesia karangan Dr. Muhammad

Zafar Iqbal. Didalamnya bagaimana bangsa Iran banyak mempengaruhi

konsep-konsep budaya Iran sehingga tumbuh subur di Indonesia. Dari proses

perdagangan yang di jalin sampai menyebarkan agama Islam di mulai sejak

masuknya ke daerah Sumaetra sampai pulau jawa. Meskipun buku ini tidak

cukup dalam mengupas lebih jauh tentang peradapan Islam yang berada di

Indonesia akan tetapi sangat baik bagi penulis untuk menghubung-hubungkan

fakta sejarah yang ada kaitannya dengan penelitian penulis.

1. Bagaimana mengetahui sebuah kondisi masyarakat dalam hubungan antar

kelompok, tulisan Drs. P. Hariyanto dalam bukunya Pemahaman Kontekstual,

tentang ilmu budaya dasar yang menyinggung banyak tentang kebudayaan,

fungsi budaya, struktur budaya dan makna budaya. Penulis cenderung

menekankan sasaran penelitian terhadap ornamentasi, namun tentunya pasti

menyangkut pautkan hubungan yang tidak terpisah yakni nilai-nilai budaya

yang ada pada ornamen itu sendiri. Penulis melihat tulisan buku Pemehaman

Page 54: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kontekstual tersebut sangat membantu, terutama konsep ideologi yang

disinggung didalamnya merupakan cermin bangsa Indonesia.

1. Penulis butuh panduan dalam tata cara membuat tulisan penelitian ilmiah

tentang kebudayaan, karangan Suwardi Endraswara, judul bukunya

Metodologi Penelitian Kebudayaan dapat menuntun penulis bagaimana

menyikapi lingkungan sabagai sumber penelitian, baik teknik pengumpulan

data, wawancara bahkan sampai pada melihat motif-motif konteks masyarakat

sebagai bahan kajian. Buku ini dapat menjadi nahkoda bagi penulis sehingga

efesiensi tepat sasaran di dalam menyimpulkan teknik penelitian.

1. Tambahan bacaan dari karangan Koentjaraningrat dalam dua seri bukunya

Sejarah Teori Antropologi I dan II, sebagai mikroskop untuk melihat

masyarakat serta kompleks budayanya. Para pakar memiliki sudut pandang

untuk mencapai teori-teori yang dikemukakan masing-masing.

Koentjaraningrat mengemukakan pandangan sejumlah teoritis dari beberapa

konsep yang di temukan oleh para pakar antropologi. Tulisan ini menawarkan

segudang pandangan yang dapat melihat masuk jauh ke dalam persoalan

budaya. Tentunya penulis terbantu untuk melihat bagaimana masyarakat

berprilaku sehingga mekanisme penelitian disesuaikan dengan pandapat dari

sejumlah teori yang berhubungan.

. Pedoman penulisan ilmiah sangat penting dalam segala kegiatan akademis,

terlebih-lebih dari perguruan tinggi. Kualitas penelitian ditentukan oleh

metodologi dan landasan teori yang didukung oleh validitas data, analisis yang

tajam serta penulisan standar akademis. Referensi buku ini sangat membantu

Page 55: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

penulis bagaimana memulai, menyusun kalimat dan kata, memilih bahasa baku

dan lain sebagainya sehingga mempermudah penulis untuk membuat penelitian

ini. Buku Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah karangan M. Hariwijaya

begitu baik sebagai panduan penulis.

10. Karangan Yasraf Amir Piling membuka hal-hal yang rumit tentang sebuah

makna didalam teks dan konteks budaya. Bukunya yang berjudul Semiotika

dan Hipersemiotika banyak mengupas persoalan seni dalam nilai kebudayaan.

Kemudian banyak mengungkap sejumlah pandangan pilsuf semiotika serta

memberikan konsep-konsep teori dan hal tersebut tentunya menjadi cakrawala

wawasan penulis sebagai literatur.

11. Mendapatkan jejak-jejak teori yang mendasar, penulis memilih teori

semiotika dari salah satu tokoh semiotika yaitu Carles Sanders Peirce.

Sebagai alat bedah penelitian Analisis Karakteristik Ornamen di masjid Al-

Mashun Medan penulis menggunakan beberapa teori dan salah satunya adalah

teori makna dari Carles Sanders Peirce. Pengupasan makna tanda pada

Ornamen di masjid Al-Mashun menurut penulis yang paling tepat adalah

konsep beliau. Namun sederetan pandangannya tidk sepenuhnya penulis

jadikan landasan teori, hanya ada beberapa saja. Buku karangan Paul Cobley

dan Litza Jansz dalam gaya Visual humor berjudul mengenal Semiotika, for

beginners, tercemahan Ciptadi Sukono menarik perhatian penulis sebagai

salah satu literatur sekaligus inspiratif.

12. Sejarah Singkat Istana Maimoon, sebuah buku kecil diterbitkan dari

kalangan sendiri oleh pihak Istana Maimoon yang didapati penulis dari

Page 56: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

pemberian salah seorang nara sumber, kerabat Istana Maimoon, tanpa

pengarang dan penyusun. Meski demikian setidaknya memberikan kontribusi

data yang dibutuhkan penulis kemudian mencoba menghubungkan fakta dan

literatur yang ada. Buku ini menerangkan singkat dekade kepemimpinan

Kesultanan Istana Maimoon serta sejumlah gambar dan foto sejarah Sultan.

13. Karangan Drs. Alex Sobur, M.Si. , dengan judul Semiotika Komunikasi,

memberikan konsep tanda seputar hubungan konteks sosial. Persoalan tanda

adalah persoalan kontens velue yang didapati dalam masyarakat. Kebutuhan

nilai dalam sosial adalah sesuatu yang paling berarti sampai pada tingkat

derajat manusia. Makna tanda dalam persoalan manusia sangat begitu

kompleksnya. Dalam buku ini memberikan sederetan pilsuf memahami tanda

dari balik hubungan manusia dan alam sekitarnya. Penulis menemukan tokoh

Semiotika Carles Sanders Peirce mengemukakan teorinya yang paling

mendasar bahwa penafsiran tanda dilalui dari Ikon, Indeks dan Simbol. Maka

dengan demikian penulis memilih sebagai alat bedahnya untuk penelitian

penulis.

14. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh teori seni rupa serta tinjauan seni

dalam melihat kualitas tidaknya sebuah hasil karya seseorang, buku diktat dari

Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Jakarta, karangan Sem C. Bangun

berjudul Kritik Seni Rupa membeberkan singkat sederetan tokoh Kritik Seni

yang ada di Indonesia mengupas kualitas sebuah karya seni. Penulis harus

dapat memahami media sebagai subjek tafsir dari kaca mata seni rupa.

Ornamen masjid Al-Mashun Medan tentunya hasil karya agung seni rupa yang

Page 57: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

tidak terlepas dari media sebagai sumber telaah. Buku ini sangat baik menjadi

referensi penulis melihat benda sebagai titik masalah penelitian.

15. Kedalaman Spritual Islam Dalam Karya Seni Rupa, sebuah kumpulan

Artikel oleh Amran Ekoprawoto, menambah khasanah wawasan terhadap seni

rupa dan citra karya seni Islam. Esensial sebuah karya seni rupa Islam

berlandaskan rasa kecintaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yakni Allah

S.W.T. Konsep penciptaan karya dilandasi ajaran agama yang sangat

mengikat. Tulisan artikel ini memberikan penulis untuk dapat memahami latar

belakang penciptaan para seniman-seniman muslim dalam berkarya seni rupa

Islam.

16. William Marsden dalam bukunya Sejarah Sumatra, menjelaskan

kehidupan masyarakat melayu di daerah Sumatra. Gambaran umum wilayah

Sumatera, serta bahasa yang digunakan dahulu sebagai alur hubungan dekat

dengan Islam. Beliau tidak menyinggung Melayu yang berada Dipulau

Sumatera Utara, itu disebabkan wilayah yang ditempatinya sebagai lokasi

penelitiannya yakni Bengkulu. Demikian pun benang merah budaya melayu

dalam penelitian penulis ini masih saling terkait. Didapati sejarah

perkembangan Islam serta konsep ajarannya sebagai kesatuan budaya melayu.

17. Buku Wawasan Seni karangan Prof. DRS. Suwaji Bastomi, bacaan hanya

112 halaman tersebut begitu padat membeberkan teori-teori seni rupa dan

apresiasi seni. Tentunya sangat bermanfaat bagi penulis untuk menelaah

bentuk serta makna yang di kandung oleh ornamen yang ada di masjid Al-

Makshun. Bagian besar dalam ulasan Suwaji adalah masalah seni rupa dan

Page 58: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

garis-garis besar teoritisnya dan ini membantu penulis untuk membuat struktur

seni.

18. Antropologi Budaya, oleh Prof. Dr. Gede A. B. Wiranata, S.H., M.H.,

cukup berarti bagi penulis untuk melihat fakta sebagai peninggalan sejarah.

Ornamen adalah bukti artefak peninggalan masa lalu bahwa persebaran

budaya dapat dirunut. Kaitan-kaitan adat istiadat berupa bentuk-bentuk benda

dan lain sebagainya merupakan jejak-jejak hidupnya sebuah kaum yang

beradap dan beradat dan dilakukan terus menerus. Melihat orientasi nilai

manusia di dalam kelompok masyarakat, hingga menemukan batasan serta

norma yang diperlakukan.

19. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku, karangan Achmad Mufid A. R.,

panduan penulis untuk memilih tata bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

bahasa Indonesia dan karangan ilmiah. Memang sebagai penulis sayogianya

harus memahami bagaimana tata bahasa yang baik sebagaimana disesuaikan

pada aturan kata-kata untuk mendapatkan penjelasan yang sempurna. Buku ini

memberikan kata serta pengertiannya sesuai dengan makna yang disesuaikan

dengan pemahaman bahasa Indonesia.

20. Asas-asas Dwimatara dan Trimatra yang berhubungan langsung dengan

teori seni rupa, penulis memiliki buku karangan Wucius Wong, seorang pakar

dan dosen seni rupa desain di Jepang, yang membuka konsep berkarya dalam

desain. Segala rancangan seni rupa dilalui beberapa ketentuan yang mengikat,

sampai tujuan nonpraktis disemaikan sebagai seni yang bernilai.

Bagaimanapun objek media ornamen yang berada di masjid Al-Mashun tidak

Page 59: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

terlepas dari proses kerja seseorang atau serangkaian manusia membangun

nilai-nilai artistik serta tujuan pencapaiannya. Dua buku karangan Wucius

Wong berjudul Beberapa asas merancang dwimatara dan Beberapa asas

merancang Trimatra ini sebagai alat bedah penulis untuk melihat konteks rupa

yang merupakan wujud karya.

21. Sebagai bahan perbandingan dalam penulisan ini, penulis juga butuh

informasi-informasi lain sebgai pembanding dengan tujuan untuk

mendapatkan tambahan informasi yang tentunya menguatkan isi dari

penelitian ini. Karangan Amran Ekoprawoto tentang Ornamen Tradisionl

Batak sumber inspirasi karya cendramata, memiliki informasi berguna bagi

penulis.

22. Buku kumpulan kliping oleh Amran Ekoprawoto dengan judul Nilai

Kearifan lokal dalam budaya Nusantara, memberikan penjelasan defenitif

tentang beberapa etnik dan salah satunya adalah suku melayu. Meski tidak

menyinggung banyak mengenai budaya melayu namun banyak memberikan

informasi adat istiadat suku lain di daerah yang merupakan warna budaya di

Nuantara. Buku ini ini juga hadir sebagai menambah khasanah penulis untuk

memberikan ruang lingkup konteks sosial dalam penulisan penelitian ini.

23. Tambahan bacaan lainnya dari karangan, Kevin O’Donnell, menuliskan

beberpa pandangan filsuf yang menyinggung etika dan rasional, bukunya yang

berjudul Posmodernisme, memang tidak memiliki hubungan dengan penulisan

penelitian ini, namun semangat tulisan tersebut memberikan inspiratif bagi

Page 60: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

penulis. Ada titik-titik penting dengan penyajian sederhana Keven cukup

berarti dan membantu penulis.

24. Buku kecil dan sederhana namun kuat dan penting, karangan Aar Van

Zoest, berjudul Interpretasi dan Semiotika. Penulis manfaatkan untuk

dijadikan sebagai kaca mata melihat teks dan konteks dari sebuah budaya.

Hasil karya adalah sebuah presentatif dan citra manusia. Budaya adalah mesin

penggerak untuk mencapai atau mempertahankan nilai-nilai hidup yang

diharapkan budaya. Budaya memiliki kehendak agar memenuhi kepentingan

hidup dan salah satunya adalah wujud kesenian. Salah satunya adalah simbol-

simbol yang terkait dalam ornamen tradisional.

25. Beberapa motif ragam hias di tulis oleh Amran Ekoprawoto, dalam

bukunya Ragam hias sebagai media ungkapan makna simbolik, memberikan

keterangan makna di balik beberapa ornamen tradisional. Tentu buku ini

memberikan tambahan dekat dari penelitian penulis melihat latar belakang

nilai kearifan lokal sebagai salah satu yang berharga dan diketahui oleh

penulis.

26. Ungkapan budaya di mulai dari adat istiadat, kesenian bahkan permainan

adalah wujud nyata yang terus bergulir dan berkembang sampai kini. Ilmu

gosip, dongeng dan lain sebagainya yang di kenal sebagai Foklor. Buku yang

berjudul Foklor Indonesia karangan Prof. Dr. James Danandjaya, seorang

ahli foklor Indonesia, sangat menarik untuk tambahan informasi yang

berhubungan dengan pengkajian budaya. Kajian makna tetap menghubungkan

Page 61: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

bagaimana manusia menyikapi alam lingkungannya dengan menafsirkan serta

memanfaatkannya sebagai sesuatu yang berarti bagi kehidupan.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan dalam tesis ini dalam bentuk bab demi bab, keseluruhannya ada

enam bab. Setiap babnya secara saintifik memiliki runtutan isi yang dekat, bab-

bab tersebut dalam tesis ini di susun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, Bab ini menjelaskan dimulai dari latar

belakang penelitian, pokok masalah sebagai sasaran penulis yang akan diteliti,

tujuan penelitian, manfaat dan fokus peneliti, kerangka teori sebagai acuan yang

peneliti gunakan, metode penelitian sebagai teknik penelitian yang penulis

sajikan, teknik analisis data, studi kepustakaan dan sistematika penulisan yang

penulis gunakan.

BAB II, LINTAS SEJARAH, Bab ini menjelaskan secara singkat

masuknya agama Islam dan cikal bakal kesultanan deli sebagai petinggi adat

Melayu. Bangunan masjid Al-Mashun sebagai sebuah maha karya masa pimpinan

kesultanan Al-Rasyid Perkasa Alamsyah di Sumatera Utara.

BAB III, DESKRIPSI ORNAMEN MASJID AL-MAS’HUN MEDAN,

Bab ini menjelaskan urutan demi urutan sesuai klasipikasi data ornamen serta

media yang menjadi bahan ornamen yang ada. Kajian memahami bentuk ornamen

serta letak ideal pada bangunan masjid Al-Mashun.

BAB IV, STRUKTUR ORNAMEN MASJID AL-MASHUN, Bab ini

menjelaskan pendataan bentuk-bentuk atau motif yang ornamen yang ada di

masjid Al-Mashun, serta area tempat ornamen diletakkan, di buatkan tabel berupa

Page 62: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

keterangan gambar. Memberikan rekonstruksi bentuk objek ornamen sebagai asal

gagasan idenya.

BAB V, MAKNA ORNAMEN MASJID AL-MASHUN, Bab ini sebagai

kunci hasil penelitian, sasaran penelitian pada ornamentasi di masjid Al-Mashun

ingin membuktikan sejauh mana makna yang ditimbulkan dari keindahan dan

kemegahan ornamen-ornamen sebagai perwakilan sebuah budaya.

BAB VI, PENUTUP, Bab ini adalah pernyataan kesimpulan atau

rangkuman yang disingkatkan untuk mendapatkan inti dari penelitian ini.

Kemudin catatan Saran sebagai harapan penulis bagi seluruh lapisan masyarakat

untuk dapat menghargai bahwa keindahan ornamen yang terdapat pada masjid Al-

Mashun merupakan harta warisan leluhur bangsa Indonesia yang patut dihargai.

Page 63: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB II LINTAS SEJARAH

2.1 Masuknya Islam di Sumatera Utara

Sejarah adalah napak tilas dari latar belakang budaya yang memberikan

informasi tentang bagaimana manusia pada waktu tertentu hidup di dalam situasi

alam lingkungannya serta tumbuh berkembangnya sebuah konsep dari falsafah

yang diciptakan. Dalam penelitian ini seperti apa yang telah penulis kemukakan

diawalnya bahwa kajian ini terletak pada nilai-nilai kebudayaan Melayu.

Ornamen adalah hasil cipta karya budaya dan merupakan bukti representatif dari

nilai-nilai budaya yang berwujud seni visual. Runtutan hal ihwal kesejarahan

terhadap bagaimana ornamen diciptakan sebenarnya cukup panjang serta bahkan

memungkinkan sangat rumit. Karena sampai saat ini para pakar arkeologis belum

menyimpulkan siapa dan bagaimana proses terjadinya ornamen. Namun secara

garis besarnya media visual tersebut merupakan sebuah implementasi ruang

Page 64: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

lingkup kehidupan yang diperuntukkan bagi masyarakat segolongan saja,

kemudian diungkapkan melalui bahasa seni visual.

Alangkah baiknya penulis memberikan kesejarahan yang dibatasi ruang

lingkupnya agar tidak jauh berkembang karena berharap permasalahan dalam

tujuan penelitian ini akan menjadi fokus. Sebagai konsentrasi penelitian ini

bertitik pada ornamen, keterkaitannya pada masjid Al-Mashun dan budaya Melayu

Deli, maka terlebih dahulu penulis memusarkan konteks sosialnya, dalam hal ini

adalah masyarakat Melayu Deli.

Bukti bahwa pengaruh Islam menjadi bagian besar terhadap budaya

Melayu merujuk pada sejarah masuknya agama Islam yang di bawa oleh bangsa-

bangsa Arab. Sebelum kedatangan Islam, agama Hindu dan Budha berkembang di

Indonesia. Sejak pertama Masehi, orang-orang Arab telah datang dan pergi ke

Indonesia, dan pada abad ke-7 M untuk pertama kalinya orang-orang Islam datang

dan memperkenalkan agama dan peradapan mereka di Indonesia. Pada abad ke-

15 M, Malaka sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan terbesar di kepulauan

Indonesia (Nusantara).

Masuknya agama Islam ke Sumatera Utara (dulu Sumatera Timur) melalui

Aceh. Dalam catatan sejarah Kerajaan Haru merupakan Bangsa Melayu memiliki

wilayah Temiang (Aceh Timur) sampai Rokan (Riau) telah memeluk agama

Islam. Kerajaan ini berpusat di lokasi Kerajaan Deli sekarang. Dalam sejarah

kebudayaan melayu dari Hikayat Raja-raja Pasai bahwa Raja Haru dan Panai telah

di Islamkan oleh Nahkoda Syeh Ismail dari Mekkah dibantu oleh Fakir

Page 65: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Muhammad dari Hindia, setelah mengislamkan Raja Samudra Pasai Merah Silu

yang berganti nama menjadi Malikus As Saleh.

Perkiraan pertengahan abad ke-13 M, Kerajaan Islam di Sumatera Timur

yang sekarang termasuk dalam wilayah Sumatera Utara berikutnya menjadi

Kerajaan Deli. Namun temuan arkeologis tidak mendukung, karena temuan

arkeologis tertua ditemukan di Sumatera Utara adalah sebuah nisan kubur di

daerah Klumpang (Hamparan Perak). Nisan tersebut berangka tahun 1590 M,

tokoh Muslim yang dimakamkan adalah Imam Shaddik Bin Abdullah, meninggal

23 syakban 998 H yaitu pada tanggal 27 juni 1590 M (Baiduri, dari sinar,

2012,16)

Tahun 1405-1407 Laksmana Cheng Ho menyebut bahwa nama Haru pada

saat itu dituliskan So-Lo-Tan Hut-Sing (Sultan Husin) yang membayar upeti ke

Tiongkok. Sedangkan tanda-tanda Haru tidak menemukan pernyataan telah

beragama Islam selain bukti benda meriam yang bertuliskan aksara Arab dan

Karo. Dalam sejarah Melayu bahwa sekurang-kurangnya 100 tahun telah

berdirinya kerajaan Haru sebelum penyerbuan Sultan Iskandar Muda dari Aceh.

Dugaan Kerajaan Haru yang telah memeluk agama Islam dalam laporan-laporan

penulis Cina “Sejarah Melayu” berada di kota Rentang.

Dalam sejarah Melayu bahwa kerajaan Haru pada abad ke-15 M

merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatera. Pada pertengahan abad ke-16,

bersekutu pada Riau-Johor untuk melawan Penetrasi Aceh. Meski Aceh

menaklukkan Haru tetapi tetap saja berontak terhadap dominasi Aceh. Aceh pun

Page 66: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

tetap saja mengirim ekspedisi militer untuk menghantam Haru yang kemudian

berubah nama menjadi “Guri” dan di awal abad ke-17 M menjadi “Deli”.

2.1.1 Kesultanan Deli

Perperangan Kerajaan Haru dan Aceh terjadi, Sultan Mahmud Iskandar

Muda mengutus seorang Laksmana Paduka Gocah Pahlawan sebagai Panglima

perang dan kerajaan Haru berhasil ditaklukkan. Untuk memperluas jajaran

wilayah kekuasaan Aceh, maka ditempatkanlah Paduka Gocah Pahlawan untuk

memimpin daerah perwakilan Wali Negeri sebagai Raja Kesultanan Deli Pertama,

wilayahnya dari Tamiang hingga Rokan. Pada tahun 1669, Deli memisahkan diri

dari Kerajaan Aceh, memanfaatkan situasi Aceh yang sedang melemah ketika itu

dipimpin oleh raja perempuan, Ratu Taj Al-Alam Tsafiah Al-Din.

Berdasarkan hikayat Deli disebut Gocah Pahlawan berasal dari India

(Delhi), nama aslinya adalah Muhammad Deli Khan, dan masih keturunan raja

India yang terdampar di Pasai setelah melepas diri karena konflik dari

ayahandanya di Pagaruyung. Tokoh ini berkulit hitam karena itu beliau di gelar

dengan Lebai Hitam. Pemerintahan pertama Kesultanan berada di Delitua, maka

tidak heran banyak sebagian masyarakat menganggap nama Deli berasal dari

nama daerah di India.

Sejak ditetapkannya lokasi Kesultanan Deli, pusat pemerintahan telah

mengalami beberapa kali perpindahan. Semasa Gocah Pahlawan kesultanan deli

berada di Delitua, kemudian setelah beliau mangkat dan digantikan oleh anaknya

Tuanku Panglima Parunggit, lokasi Pemerintahan bergeser ke Medan Deli,

berikutnya bergeser lagi ke daerah Labuhan Deli semasa Tuanku Panglima

Page 67: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Pasutan. Akhirnya pada tahun 1890 Sultan Ma’mun Al-Rasyid Alamsyah kembali

memindahkan Pemerintahan Kesultanan Deli kembali ke Medan (Pelly dkk, 1986,

dalam Baiduri, Ratih, 2012:17).

Semula Gocah Pahlawan terkenal karena mengalahkan 7 orang pengacau

dari bangsa Turki. Karena jasa-jasanya inilah kemudian Sultan Aceh

mengangkatnya menjadi Panglima perang. Banyak peperangan yang berhasil di

raih oleh Gocah Pahlawan, sampai peperangan terakhir dengan kerajaan Haru

maka sangat wajarlah beliau diangkat menjadi wakil Aceh memerintah di Delitua.

Sebelumnya wilayah telah terbagi 4 hukum wilayah asal yang disebut

dengan Urung. Setiap Urung dipimpin oleh datuk-datuk yang memiliki hak

otonomi setiap masing-masing wilayah. Keempat wilayah tersebut adalah Sepuluh

Dua Kota atau Hamparan Perak, Sukapiring, Petumbak, Sinembah dan Sunggal.

Urung Sunggal adalah yang paling terbesar dan terkuat, maka untuk tujuan

politiknya Sri Paduka Gocah Pahlawan mengikat tali persaudaraan dengan

menyunting adik datuk Sunggal bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti pada

tahun 1632 (Baiduri, dari sinar, 2012: 21).

Daerah dalam wilayah Imperium Kesultanan Deli yaitu, Deli dan

sekitarnya, Sunggal atau disebut Serbanyaman, Sepuluh dua kota (kemudian

menjadi Amparan Perak), Suka Piring, dan Senembah.

Page 68: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

SUNGGAL

MEDAN

LABUHAN DELI

DELI SEKITARNYA

SEPULU

H D

UA

KO

TA

PER

CU

T

SEN

EM

BA

H

LONGAER

SE

RB

A N

YA

MA

N

SUKA

PIR

ING GLUGUR

T. LANGKAT

Gambar 2, peta wilayah imperium kesultanan deli (sket ulang, sumber: baiduri ratih)

Kedudukan Deli semangkin menonjol, Sri Gocah Pahlawan menguasai

jalur tepi pantai yaitu antara Kuala Belawan dan Kuala Percut, dengan dukungan

Aceh maka jalur tersebut sebagai jalur yang paling potensial bagi sumber ekonomi

Deli.

Disamping itu kemajuan bidang politik juga terlihat, atas karena dukungan

para ke 4 datuk Urung. Kesepakatan antara para datuk Urung dengan Sri Gocah

Pahlawan adalah Ulon Janji. Ulon Janji merupakan pengesahan pengangkatan

baru dari setiap pergantian kesultanan dari keturunan sultan. Pelantikan sultan ini

memiliki beberapa serimonial upacara kesultanan diantaranya adalah

mengucapkan sumpah jabatan.

Setelah Sri Gocah Pahlawan meninggal dunia, kesultanan diletakkan pada

anaknya Panglima Perunggit. Ibukota kerajaan deli dipindahkan dari Percut ke

daerah padang datar atau Medan Deli. Masa-masa itu kerajaan Aceh mulai

Page 69: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

melemah setelah mangkatnya Sultan Iskandar Thaani, karena setelahnya

pemerintahan Aceh dipimpin oleh raja-raja perempuan. Disinilah Panglima

Perunggit memproklamirkan Deli merdeka atau terpisah dari Aceh dan

berhubungan dengan Belanda di Malaka (sinar,1991, dalam Baiduri, Ratih,

2012:23).

Setelah meninggalnya Panglima Perunggit, pemerintahan diletakkan pula

kepada anaknya Panglima Paderap, sejarah tidak banyak menuliskan perjalanan

masa pemerintahannya. Hanya menerangkan terjadinya gejolak keributan

perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya. Akhirnya Deli harus dibagi-bagi

menjadi beberapa bagian yaitu Serdang dan Langkat.

Panglima Panderap yang menggantikan ayahandanya Panglima Perunggit

yang telah wafat. Berikutnya digantikan lagi oleh Panglima Pasutan Kembali

ibukota dipindahkan dari padang datar ke Labuhan Deli. Beliau digantikan oleh

Tuanku Panglima Gandar Wahid, dan datuk 4 suku atau datuk Urung semangkin

kokoh sebagai wakil rakyat.

Pada masa pemerintahan Sultan Amaluddin Mengedar Alam, John

Anderson mengunjungi deli ketika itu berperang melawan kerajaan Pulau Brayan,

Langkat dan Sunggal pada tahun 1823 M. Putra ketiga dari Tuanku Gandar

Wahid ini memerintah pada tahun 1804 sampai dengan 1850, pada masa

pemerintahannya hubungan dan pengaruh kerajaan Siak lebih kuat dari kerajaan

Aceh, hal ini ditandai dengan pemberian gelar Kesultanan kepada kerajaan Deli.

Kembali kekuasaan kerajaan Deli berpindah pangku setelah meninggalnya

Sultan Amaluddin Mengedar Alam digantikan oleh putranya Sultan Osman

Page 70: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Perkasa Alamsyah pada tahun 1850 sampai tahun 1858 M. Aceh kembali

menaklukkan Deli pada tahun 1854 M. Beliau mendapat pengesahan dari kerajaan

Aceh, bahwa kesultanan Deli merupakan daerah yang berdiri sendiri. Untuk kedua

kalinya Deli menjadi merdeka dari Aceh atas wilayah kekuasaan Aceh, yang

ditandai denngan diberikannya pedang Bawar dan Cap Sembilan. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi pengaruh kerajaan Siak di wilayah kesultanan Negeri

Deli. Sultan Osman diberi gelar dari Kerajaan Aceh sebagai “ Wakil Sultan

Aceh”.

Sultan Osman meninggal pada tahun 1858 M, dan digantikan Sultan

Mahmud Perkasa Alam pada tahun 1861 M sampai dengan tahun 1873 M. Beliau

mengangkat adiknya sebagai Raja Muda Sulaiman. Pada masa Sultan Mahmud

Perkasa Alamsyah inilah membuat perjanjian dengan Belanda (armada pimpinan

Residen Riau, E. Netscer) menjadikan pelabuhan Deli sebagai basis pertahanan

Belanda dalam menghadapi musuh-musuhnya (sinar 1971, dalam Baiduri, Ratih,

2012: 24).

Sultan Mahmud meninggal dunia pada tanggal 25 oktober 1873 M dan

digantikan oleh putranya yang cukup muda yaitu Sultan Ma’mun Al-Rasyid

Perkasa Alamsyah. Karena masih muda beberapa waktu untuk sementara

pamannya Raja Muda Sulaiman yang memerintah Deli.

Page 71: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 3, Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah (foto koleksi Istana Maimoon)

Setelah cukup usia, Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah

memimpin langsung Pemerintahan kesultanan Deli. Masa beliau kerajanaan Deli

mencapai puncaknya. Perdagangan tembakau semakin maju pesat, dengan

demikian kemakmuran kesultanan Deli diperhitungkan. Pusat ibukota Deli

kembali dipindahkan ke Medan dan mendirikan Istana Maimun, Masjid Raya,

taman kolam Raja, balai kerapatan tinggi serta fasilitas-fasilitas kepentingan

umum lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1924 M dan digantikan oleh Sultan

Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah.

Pada masa Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah hubungan

dagang terjalin dengan baik dengan luar Negeri serta dengan kerjaan-kerajaan lain

di Nusantara. Masa Pemerintahannya pada tahun 1924 sampai dengan 1945,

Page 72: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

dimana beliau mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia yang

diploklamirkan Merdeka pada tahun 1945. Sejak saat itu kedaulatan Sultan-Sultan

Deli selanjutnya menjadi penguasa tertinggi Adat Istiadat dan kebudayaan Melayu

Deli. Selanjutnya pergantian penguasaan tertinggi Adat berpindah kepada Sultan

Osman Al Sani Perkasa Alam, setelah wafatnya Sultan Amaluddin. Berikutnya

berganti kembali penguasa Adat kepada Sultan Azmi Perkasa Alam, lalu Sultan

Otteman Mahmud Perkasa Alam, dan yang terakhir Sultan Mahmud Lamantjiji

Perkasa Alam pada tahun 2005 sampai saat ini (tahun penelitian ini dilaksanakan

2014).

2.1.2 Masjid Al-Mashun Medan

Gambar 4, Masjid Al-Mashun Medan ( koleksi pribadi) Berdirinya Istana Maimun (maimoon) pada tanggal 26 Agustus 1888,

setelah pusat Ibukota Kesultanan Deli kembali ke Medan. Istana Maimun

ditempati pada tanggal 18 Mei 1891 M. Kemudian Gedung Kerapatan Tinggi

sebagai Mahkamah Keadilan Pemerintahan Sultan didirikan pada tahun 1906 M.

Page 73: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Berikutnya didirikanlah Masjid Al-Mashun atau yang dikenal dengan masjid Raya

Medan pada tanggal 21 Agustus 1906 M sebagai masjid kerajaan.

Sebagaimana lazimnya bangunan istana kerajaan Islam semenjak dahulu

selalu dikaitkan dengan masjid. Istana Maimun merupakan bentuk kejayaan

budaya Melayu Deli yang beragama Islam, maka masjid didirikan dalam kawasan

istana, berjarak dari istana lebih kurang dua ratus meter, sebagai kepentingan

ibadah sekaligus sebagai identitas budaya.

Kembalinya pusat pemerintahan Deli dari Labuhan Deli ke Medan maka

segala fasilitas prasarana kesultanan dibangun. Yang memerintah kesultanan pada

saat itu adalah Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah (1873-1924).

Kerajaan Deli semakin maju pesat dalam perdagangan tembakau, pada saat inilah

Deli pada puncak kejayaannya.

Setelah berdiri Istana Maimun tanggal 26 Agustus 1888 M dan ditempati

pada tanggal 18 Mei 1891 M dan bangunan-bangunan fasilitas kesultanan lainnya,

setelahnya dibangun pulalah masjid megah dalam wilayah lingkungan istana.

Sebelum masjid dibangun terlebih dahulu dibangun kolam Raja yang

berjarak lebih kurang dua ratus meter dari istana Maimun dan lebih kurang lima

puluh meter dari masjid Al-Mashun. Letaknya sebelah utara dari masjid.

Penggalian tanah kolam diangkut untuk menjadi timbunan dasar tanah masjid

yang berikutnya akan dibangun. Strategis dari tiga bangunan yang fundamental ini

menunjukkan adanya nilai-nilai sejarah citra seorang bangsawan yang dapat

membaur dengan masyarakatnya serta menjunjung tinggi kedaulatan. Alasan

tersebut melihat area yang terpisah antara Istana Maimun, masjid Al-Mashun dan

Page 74: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kolam Raja. Strategis setiap bangunan ini memiliki kepentingan fungsi yang

berbeda. Istana Maimun merupakan tempat pusat Pemerintahan Kesultanan

sekaligus tempat tinggal Sultan yang merupakan adanya ruang lingkup antara

pejabat kerajaan, cukup pada wilayah Pemerintah saja. Sedangkan kolam raja

adalah tempat rileksasi Sultan beserta keluarganya dan tamu kehormatan ketika

mengadakan acara tertentu bahkan menurut nara sumber sering juga Sultan

mengadakan undangan kepada masyarakat dan melaksanakannya diareal kolam

tersebut. Sementara kedudukan masjid Al-Mashun juga bukanlah bangunan yang

hanya dikhususkan sebagai fasilitas Kesultanan semata. Masjid dibangun justru

memperkuat strategis hubungan kesultanan dengan petinggi agama Islam dan

masyarakat. Komunikasi ini dijalin untuk membentuk interpensi masyarakat

dengan Pemerintahan Kesultan terjalin lebih dekat dan erat. Konsep ini dibentuk

sebagai gambaran bahwa Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah memiliki

kedaulatan yang kuat, bersahabat, bijaksana dan agamais.

Gambar 5, Area lingkungan Kesultanan (sket ulang dari Ratih,hal 38)

Page 75: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

T.H. Van Erp, salah seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL adalah

yang merancang dan mengerjakan masjid Al-Mashun, setelah mengerjakan Istana

Maimun. Ketika itu belum ada perancang lokal yang mampu membuat bangunan-

bangunan megah. Karena hubungan diplomatik dan dagang dengan Belanda

terjalin yang disebut sebagai “Politik Kontrak Panjang” (Lange Politiek Contract),

kemudahannya kesultanan harus mencari desainer dari belanda. Selanjutnya

prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman, ketika itu Van Erp dipanggil ke Jawa

dari pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi

Borobudur.

Pada tanggal 26 Agustus 1906 maka didirikanlah masjid Al-Mashun

Medan dan diresmikan pada hari Jumat tanggal 10 September 1990 M. Van

Ronkel dalam artikelnya di majalah NION menyebutkan Medan Kota Raja

terkenal dengan kekayaan dan keindahan masjidnya dengan judul “moskeen Van

Batavia”( Ratih, dari husny 1975, 2012:26)

MENARAPINTU GERBANG

PERKUBURAN

MASJID AL-MASHUN

TEMPAT WUDHU

U

Gambar 6, denah area masjid Al-Mashun (sket ulang dari ratih:hal 40)

Page 76: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Pembiayaan pembangunan fasilitas kerajaan Deli ini diambil dari kas

perbendaharaan kerajaan (lanschapskas) dan tidak darimana pun. Tetapi catatan

ada menyebutkan sumbangan dana sepertiga diperoleh dari Tjong A Fie yang

berhubungan baik degan kesultanan. Wajar saja demikian karena Tjong A Fie

dipercayakan Sultan Untuk memenuhi mobiler petani tembakau serta kebutuhan

pangan yang diperkerjakan oleh sultan diwilayah Deli. Barang-barang tersebut

didatangkan dari cina. Tjong A fie juga membangun masjid Petisah, dan ada

beberapa masjid didaerah Spirok (Tapanuli Selatan) dan juga di Sumatera Barat.

Beliau adalah tokoh Cina perantauan, diangkat sebagai Kapten Cina oleh Kolonial

Belanda (Ratih,dari sinar, 2012:27). Tempat tinggal Tjong A Fie lebih kurang dua

kilo meter dari istana Maimun arah lintang barat.

Nama masjid Raya Al-Mashun diartikan sebagai masjid yang dipelihara

Allah SWT. Dalam rangka peresmiannya untuk pertama dilaksanakan shalat Jumat

oleh kesultanan Deli serta para pembesar-pembesar dari Langkat dan Negeri

Serdang. Masjid ini di kenal dengan Masjid Raya Medan. Sekarang persisnya

antara jalan sisingamangaraja, jalan masjid raya dan jalan mahkamah.

Keagungan masjid Al-Mashun ini menjadikan Sumatera Utara memiliki ikon

sebagai kota budaya Melayu Islam dan merupakan salah satu peninggalan budaya

yang masih hidup dan difungsikan (living monument).

2.1.3 Budaya dan Agama

Realita budaya merupakan kapasitas masyarakat memperdaya sistem

tradisi yang telah berlanjut terus menerus dalam kehidupan. Upaya-upaya

mempertahankan ideologi ini pada dasarnya adalah bagaimana adat istiadat

Page 77: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

diperlakukan dan menjadi bagian kehidupan. Ketika budaya berdampingan

dengan agama, ada beberapa bagian yang tidak dapat diselaraskan. Dengan

pertimbangan bahwa agama merupakan peradilan yang tertinggi, akhirnya linear

budaya harus dipadankan atau dapat diganti dengan pola budaya yang telah

mendapatkan ayakan agama. Agama lebih terdepankan sehingga bagian budaya

yang tidak dibenarkan, harus ditinggalkan. Diketahui bahwa sebelum masuknya

agama Islam ke Indonesia, pengaruh Hindu dan Budha terlebih dahulu menjadi

agama dan kebudayaan. Sementara Islam menegakkan agama bahwa tidak

membenarkan syirik atau menyekutukan Allah dengan yang lain, atau hanya Allah

satu-satunya yang patut di sembah (Tauhid).

Setelah Melayu memeluk agama Islam pada sebelumnya menganut

paganisme, berangsur-angsur tidak lagi memperlakukan adat istiadat yang berbau

syirik (menurut Islam). Namun tidak sepenuhnya pula bagian-bagian itu hilang

begitu saja, Islam dapat mengobahnya dengan memperlakukan tradisi sebagai

bagian dari kehidupan masyarakat Melayu, tetapi telah distirilisasi sehingga dapat

diterima Islam maupun melayu. Karena bagaimana pun ikatan tardisi yang telah

lama diyakini tidak dapat dihilangkan dalam waktu singkat. Dengan pelahan-

lahan budaya disusupkan dengan nilai-nilai agama Islam sehingga bentuk-bentuk

paganisme berangsur-angsur terkikis sehingga tidak lagi terbawa setelah masuk

agama Islam. Demikian proses tersebut akhirnya dapat diterima menjadi bagian

kehidupan masyarakat melayu.

Pada masa lampau masyarakat Melayu beranggapan mereka hidup

dibawah kekuasaan seorang raja yng merupakan pimpinan tunggal sebuah

Page 78: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

lembaga kerajaan duniawi. Kemudian kerajaan duniawi ini di bawah naungan

kekuasaan hukum Tuhan. Dalam bahasa Melayu, “kerajaan” secara harfiah berarti

“keadaan yang mempunyai raja”. Seorang raja Melayu tidaklah dianggap sebagai

anggota biasa dari ras Melayu atau umat Islam, melainkan merupakan objek

utama dari kesetiaan. Raja merupakan pusat bagi setiap aspek kehidupan orang

melayu (Ratih, dari milner,2012:29).

Adanya struktur didalam budaya Melayu memberikan ruang antar

penguasa raja dan kaum masyarakatnya. Masyarakat adalah patik atau sebagai

hamba raja, sementara raja berkuasa atas hukum sebagaimana hikayat keturunan

raja-raja Negeri Deli bahwa syariat beserta dengan hukum adat berada di tangan

raja. Raja menetapkan gelar bagi seseorang, menentukan status, simbol, pakaian,

dan hal itu diterima karena dipercaya bahwa perintah raja adalah perintah Tuhan.

Sejarah mengatakan bahwa kehormatan yang diberikan oleh raja di percaya sangat

berpengaruh bagi kehidupan seseorang pada masa sekarang maupun akan datang

(akhirat). Keyakinan tersebut sebelum masuknya agama Islam dan berikutnya

terasimilasi dengan ajaran Islam sehingga sebagian di masyarakat melayu deli

keyakinan itu masih saja berlaku hingga sekarang (hanya kerabat adat saja).

Semula ketika Islam mulai berpengaruh atas ajaran dan konsep

ideologinya ada ketertarikan bangsa melayu sebelum memeluk agama Islam

seperti gelar-gelar bangsa Arab (gelar Muslim). Sebutan Sultan diberikan kepada

raja-raja serta diletakkan pada mata uang. Seperti mata uang kerajaan Aceh tertera

nama Sultan dan bagian belakang tertulis As-Sultan “Adil”. Budaya ini digunakan

Page 79: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

kerajaan Malaka, kerajaan Kelantan, kerajaan Patani dan kerajaan Kedah

(Ibrahim Alfian, 1986,didalam Baiduri, Ratih,2012:30).

Setelah memeluk agama Islam bangsa melayu menggantikan gelar raja

menjadi sebutan Sultan, kedudukannya hampir sama penefsiran bahwa raja atau

sultan sebagai titisan Tuhan. Doktrin mistis yang di pakai oleh bangsa melayu

sebelum Islam raja digambarkan sebagai titisan Dewa Wisnu atau seorang

Bodhisadwa yang hampir dekat dengan konsep Islam yaitu “insan kamil”

diterjemahkan sebagai “manusia sempurna”. Setelah memeluk agama Islam

peranan tersebut masih dipertahankan bahkan semakin mengkukuhkan kedudukan

raja, sehingga kedudukan suci raja ini sangat membantunya untuk memenuhi

peranan sentral dalam kehidupan spiritual rakyat. Konsep tersebut sering

dihubungkan dengan konsep Khalifah, Sultan atau Syah (Syeh) dalam tradisi

kerajaan-kerajaan Islam pada masa keemasannya (Milder,1989,didalam

Baiduri,Ratih,2012:31). Serangkaian sejarah melayu deli semenjak diawali dari

cikal bakal Sri Paduka Gocah Pahlawan hingga sekarang kedudukan raja atau

Sultan di anggap adalah Khalifah ummat Islam, dimana beliau didampingi oleh

Mufti atau Kadhi Besar kerajaan.

Setelah memeluk agama Islam dan Sultan tidak secara langsung memiliki

contoh sebagai Tokoh utama langsung di masyarakat melayu meski sebelumnya

menurut sejarah, agama Islam telah berkembang dikalangan rakyat melayu

sebelum kesultanan. Ketika Sultan beragama Islam dan para pembesar kerajaan

juga memeluk agama Islam, maka masyarakat melayu menjadi lebih besar masuk

agama baru tersebut.

Page 80: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

2.1.4 Ideologi Melayu dan Syariat Islam

Ideologi adalah konsep pandangan hidup yang digunakan sebagai sebuah

pedoman menjalankan strategi kehidupan sehari-hari. Makna ideologi diartikan

sebagai cita-cita kehidupan yang dapat mendatangkan kebaikan atau keuntungan

pada diri seseorang atau masyarakat. Menurut Karl Marx Ideologi merupakan alat

untuk mencapai kesamarataan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Sedangkan Destertt de Tracy Ideologi adalah pembelajaran terhadap idea-idea

(pemikiran tertentu). “salah satu item yang membentuk keperluan mental dan

jasmani individu yang membentuk sebuah masyarakat serta meliputi

permasalahan politik, sosial, ekonomi dan perkara yang bersangkut paut dengan

sejarah dan sosio-geografi manusia” (Ensiklopedia brittanica,wikipedia.org.Net)

Sebelum bangsa Melayu memeluk agama Islam cara pandang Melayu

didasarkan pada ideologi Hindu dan Budha. Pendekatan budaya asalnya tidak

sepenuhnya ditinggalkan, justru ada bagian yang masih melekat dan dilestarikan.

Pondasi agama Islam merupakan tonggak kehidupan dan keyakinan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, budaya sebagai sentral ideologi yang kemudian

disepadankan dengan keyakinan agama. Dapatlah di lihat bahwa suku Melayu

memiliki multi budaya dengan merangkaikan sejumlah budaya asal sebagai milik

asli yang telah terjadi pembentukkan budaya lewat ayakan agama yang dianut.

Dari ayakan agama ini terdapat bagian yang masih diperbolehkan sebagai sistem

yang diperlakukan bertindak sebagai adat istiadat.

Page 81: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB III

DESKRIPSI ORNAMEN MASJID AL-MASHUN MEDAN

3.1 Sistematika Deskripsi

Pendeskripsian ornamen-ornamen yang ada di kompleks masjid Al-

Mashun medan dengan tujuan untuk mendapatkan data lengkap sebagaimana

sasaran penelitian penulis. Sistematika yang dimaksud adalah memilih bagian-

bagian penelitian yang menjadi bahasan. Bagian-bagian ini merupakan letak

ornamen yang diterapkan pada bangunan masjid dan lokasi tertentu.

Teknik deskripsi ini menjelaskan kelompok ornamen bagian perbagian

secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal meliputi dari dasar seperti seluruh

dinding paling bawah bagian luar seputar lingkaran bangunan masjid, dinding luar

masjid, bagian lingkaran atas antara lain kubah,menara dan pintu gerbang

Page 82: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

(termasuk gedung tempat wudhu). Kemudian bagian dalam hanya sekitar

bangunan utama masjid yaitu dinding dan langit-langit. Secara horizontal

meliputi pintu gerbang, bangunan tepat wudhu, menara dan bangunan utama

masjid. Berikutnya bagian dalam masjid meliputi serambi, mihrap, mimbar dan

mimbar kedua (dikka).

Deskripsi akan dilakukan khusus pada ornamen yang terdapat pada

ketentuan yang telah penulis sebutkan, dan tidak melakukan bagian-bagian lain

yang bukan menjadi bahasan penulis. Tindakan ini bertujuan agar dapat

memisahkan klasifikasi komponen ornamen yang menurut penulis memiliki

pengaruh besar terhadap bangunan masjid. Bagian ornamen terkecil tercatat hanya

memberikan keberadaan ornamen yang diletakkan di bangunan masjid saja,

menurut penulis tidak cukup memberikan pengaruh besar dalam penelitian ini

sehingga penulis harus menentukan bagian yang tepat dan layak sebagai sasaran

penelitian.

3.2 Deskripsi Ornamen

Dalam deskripsi ornamen ini akan mengemukakan secara umum bagian-

bagian letak serta klasifikasi komponen-komponen ornamen yang terdapat berada

di kompleks masjid Al-Mashun.

3.2.1 Gambaran umum

Sebelum memberikan data letak dan posisi ornamen, terlebih dahulu

diuraikan area serta keadaan masjid Al-Mashun secara umum. Masjid raya Medan

terletak di Kelurahan Aur Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan. Dari

Page 83: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

sebelah Barat dibatasi dengan jalan Mahkamah, di sebelah Utara dibatasi oleh

jalan Masjid Raya, dan disebelah Selatan dibatasi jalan Sipiso-piso.

Area masjid dibatasi oleh pagar tembok dan besi dengan luas 13200 m2 .

Pintu gerbang terdapat pada arah timur laut dengan memiliki dua ruangan. Dua

ruangan ini sekarang difungsikan sebagai kantor pemeliharaan dan pelestarian

masjid Al-Mashun.

Masjid sebagai titik sentral maka dapat dilihat bangunan utama dan

bangunan pendamping. Bangunan utama adalah masjid Al-Mashun sendiri

sedangkan bangunan pendamping diantaranya adalah tempat wudhu (tempat air

bersuci sebelum shalat), menara masjid (sebagai tempat pengeras suara bilal

yang mengomandangkan azan), serta area perkuburan pembesar Sultan dan pintu

gerbang.

3.2.2 Urutan perbagian Ornamen

Urutan perbagian ini melihat kapasitas ornamen dalam setiap bangunan-

bangunan yang ada dalam pendeskripsian. Sebagaimana sebelumnya penulis

mengurutkan dalam dua kelompok yakni secara vertikal dan horizontal.

Melihat masjid Al-Mashun tentu kita harus melihat areanya secara

keseluruhan yang meliputi di mulai dari pintu gerbang, bangunan tempat wudhu,

menara masjid, dan bangunan induk masjid. Langkah-langkah seperti ini

mempermudah untuk mendapatkan bagian-perbagian ornamen dalam kelompok

tertentu.

Setelah memberikan kelompok, berikutnya dilakukan uraian yang berurut

sebagaimana penulis sebutkan diatas yakni secara vertikal dan horizontal.

Page 84: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kelompok-kelompok ini berdasarkan jenis dan bentuknya dalam

hubungan pendekatan. Maksudnya hubungan pendekatan adalah tampilan atau

wujud yang hampir mirip atau sejenis dan seragam. Misalnya jenis dasar bentuk

ornamen tumbuhan, maka dikelompokkan pada bentuk-bentuk flora, demikian

halnya juga terhadap bentuk-bentuk yang lain seperti bentuk fauna, geometris,

abstrak, dan bentuk khayali.

Awal untuk memasuki area masjid Al-Mashun tentunya terlebih dahulu

melalui pintu gerbang. Pintu gerbang ini memiliki dua ruang kiri dan kanan, saat

ini difungsikan sebagai kantor pemeliharaan dan pelestarian masjid Al-Mashun.

Gambar 7, pintu gerbang masjid Al Mashun Medan (koleksi pribadi) Pintu gerbang ini juga penghubung seluruh lingkaran pagar yang

membatasi area masjid Al-Mashun, dan memiliki beberapa pintu gerbang kecil

lainnya sebagai akses ke masjid.

Secara vertikal atau sudut pandang dilihat urutannya dengan cara dari atas

kebawah. Tidak ada pembakuan apabila melihat sesuatu objek harus dengan satu

Page 85: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

cara yang dibenarkan. Penulis hanya berpendapat bahwa dengan cara melihat di

mulai dari atas kebawah akan mempermudah menjelaskannya kepada pembaca.

Deskripsi ornamen yang ada pada pintu gerbang yang pertama terletak

pada bingkai atau bagian atas (Cresting), yang melingkari berbentuk putik bunga

sebagai hiasan pagar lantai atas dengan empat sudut, setiap sudutnya berbentuk

mahkota. Level berikutnya berada di lantai bangunan kiri dan kanan, masih

bagian dari pintu gerbang, persis tepatnya atap ruangan yang terdapat dua ruang

pintu gerbang yang berseberangan , juga sama persis bentuk ornamen yang

terdapat pada level sebelumnya. Terbuat dari batu semen dan menyatu pada

bangunan.

Gambar 8, .sudut Cresting pada puncak pintu gerbang (koleksi pribadi)

Untuk bagian dalam atas lengit-langit pintu gerbang terdapat pola-pola

dalam kolom bercekung kedalam berbentuk empat segi. Setiap kolom berbentuk

ornamen berpusar pada delapan segi dengan memiliki ornamen kembar yang di

chrossing atau di silang masing-masing empat sudut dan empat sisi pinggir.

Page 86: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Bentuknya adalah motif flora yang telah terjadi proses deformatif (perobahan

bentuk).

Gambar 9. ornamen dilangit-langit pintu gerbang (koleksi pribadi)

Berikutnya terdapat empat daun jendela bagian depan dan bagian belakang

pintu gerbang, sama persis memiliki kisi-kisi (windows grilles) atau bingkai

jendela untuk sirkulasi angin. Fisik jendela ini juga di sebut dengan jendela mati

atau jendela tetap, yakni jendela yang dibuat dari material yang sama pada

bangunannya atau yang menyatu dengan bangunannya (semen), dan tidak dapat

dibuka tutup atau dipisahkan. Bentuk ornemen jendela ini sederhana bermotif

geometris dalam lengkungan runcing bagian atas (pointed arch), dengan latar

byground kramik dinding. Motif ini berbentuk relief datar dan berlobang.

Page 87: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 10, windows grilles pintu gerbang (koleksi pribadi)

Setelah melalui pintu gerbang, arah sebelah kiri lebih kurang jaraknya

100m dari pintu gerbang, sebelah timur, terdapat bangunan berkubah tunggal.

Bangunan ini adalah tempat wudhu. Bentuk bangunan ini berbentuk delapan segi.

Bagian pagar sisi kubah letaknya bagian atas terdapat ornamen sebagai lingkaran

pagar saling berangkai dan menyatu. Bentuk relief ini memiliki dua pola yakni

pola semi patung (masih kategori dua dimensi/relief tinggi), dan relief bolong.

Bentuk motifnya masih berpola flora (foliated) yang dideformatif.

Page 88: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 11, ring kubah/ Crasting (koleksi pribadi).

Kemudian masih dalam rangkaian relief tepatnya persis ring bersudut di

bawah lingkaran pagar kubah, terdapat pola-pola sederhana berbentuk bidang-

bidang kecil segi empat. Setiap bidang terdapat bermotif lingkaran, dan

dibawahnya terdapat pola-pola berbentuk gigi gergaji (saw tooth).

Gambar 12, urutan ornamen di bangunan tempat wudhu (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Masih dalam pagar kubah, berikutnya urutan kebawah berbentuk

lengkungan setengah lingkaran, sebagai bingkai jendela. Jumlahnya terdapat

delapan buah jendela. Setiap jendelanya memiliki frame relief berbentuk pola

flora yang menjalin.

Gambar 13, lengkungan bermotif flora (sket ulang dari foto pribadi)

Page 89: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Berikutnya pagar bermotif gigi-gigi gergaji (sow tooth) terdapat pada level

bawah bagian atap utama bangunan tempat wudhu, dengan enam jendela yang

tidak dapat dipisah (terbuat dari semen) berfungsi sebagai fentilasi (windows

grilles).

Gambar 14, gigi-gigi gergaji (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Gambar 15, jendela berkisi-kisi (digambar ulang dari foto koleksi pribadi)

Pada posisi lintang barat, persis sebelah kanan arah pintu masuk gerbang

utama, terdapat menara masjid Al-Mashun. Menara ini berfungsi sebagai tempat

sumber pengeras suara Azan (seruan memanggil untuk shalat).

Page 90: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Diatas puncak menara terdapat satu bentuk tunggal ornamen flora

berbentuk stirilisasi putik bunga atau kuntumbunga. Kemudian di bawah kubah

menara terdapat pagar kayu berbentuk arcade (deretan tiang dan lengkungan).

Gambar 16, komponen ornamen pada puncak manara masjid (koleksi pribadi)

Pada level berikutnya terus mengarah pada bagian kebawah, terdapat dua

level atau dua lantai berturut-turut, bentuk pagar sama dengan diatas sebelumnya,

namun pagar-pagar ini terbuat dari batu semen serta bagian ring-ring bawahnya

dihiasi relief gigi-gigi gergaji.

Page 91: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 17, komponen ornamen pada tengah manara masjid (koleksi pribadi)

Langkah seterusnya mengarah kebawah, persis di bawah jendela menara

terdapat ornamen bentuk bintang bersudut delapan dibatasi dengan bingkai segi

empat berjumlah empat buah. Diantara bentuk bintang di sela dengan relief segi

tiga bersisik pada masing-masing bidang sisi menara. Kemudian kolom

berikutnya ada di bawah setelah bintang bersudut delapan dan segi tiga bersisik,

terdapat bidang datar terdapat bentuk lingkaran dalam segi tiga mengapit bentuk

ornamen swastika dalam lingkaran. Jumlah lingkaran dalam segi tiga jumlahnya

dua belas, dan swastika ada empat buah.

Page 92: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 18, komponen ornamen pada tengah manara masjid (koleksi pribadi)

Sampai pada bangunan dibawahnya merupakan bangunan utama menara

dari lantai paling bawah dengan sisi empat sudut atau seperti kubus, lazimnya

standart bangunan umum. Diatas bangunan ini terdapat bingkai Cresting berpola

flora yang telah di deformatif bersejajar sebagai pagar puncak bangunan.

Gambar19, komponen ornamen pada gedung manara masjid (koleksi pribadi)

Page 93: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Selanjutnya mengarah tepat berhadapan dengan pintu gerbang, lebih

kurang berjarak 100 meter, terdapat bangunan yang paling utama di area masjid

kerajaan Deli tersebut, yaitu bangunan masjid Al-Mashun sendiri.

Gambar 20, masjid Al-mashun Medan (koleksi pribadi)

Masjid ini tegak berdiri ditengah-tengah area seluas 13200 m2 dibatasi

dengan pagar tembok dan besi. Bangunan ini merupakan sentral pisik atau

bangunan yang paling utama. Masjid ini memiliki tujuh pintu utama, sebelumnya

mendapatkan tiga pintu dari bangunan ruang yang berkubah. Bangunan berkubah

ini berada di setiap sudut bangunan utama masjid, hanya tiga yang memiliki anak

tangga menuju bangunan utama sedangkan yang satunya sebelah bagian lintang

barat tidak ada anak tangga karena persis letak area mihrab masjid yang tentunya

adalah tempat imam memimpin shalat.

Page 94: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 21, denah masjid Al-Mashun, warna kuning bangunan berkubah sumber : ratih baiduri, masjid raya al-mashun Medan,41:2012 Arah struktur ornamen terlebih dahulu tentunya tertuju pada puncak

bangunan utama masjid, yakni terdapat pada bagin yang paling tertinggi. Pada

bangunan utama masjid yang paling tertinggi yaitu adalah kubah besar bangunan

induk masjid persisnya ditengah-tengah antara keempat kubah disisinya.

Ornamen tinggi di pagar sekitar kubah sama persis bentuknya dengan tipe

yang berada di kubah bangunan tempat wudhu yaitu bermotif gigi-gigi gergaji

(sow tooth).

Page 95: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 22, urutan ornamen di bangunan tempat wudhu (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Berikutnya kebawah terdapat beberapa tingkat bevel (tekukan pinggir

bidang) mengarah kebawah sampai pada kedelapan sisi bidang bangunan kubah

dan diantara bidang terdapat dua jendela dan jumlah seluruh jendela ada enam

belas jendela. Dari puncak bangunan kubah sampai pada keenam belas jendela

adalah lantai paling tertinggi di bangunan induk masjid Al-Mashun.

Gambar 23, .jendela kubah (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Page 96: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 24, crasting pada ring kubah pada bangunan utama masjid (koleksi pribadi) Langkah berikutnya lantai yang paling tertinggi di kubah terdapat kembali

pagar berelief ornamen. Tetapi pagar ini bukan sekedar dekorasi tetapi

difungsikan sebagai pembatas keamanan untuk aktifitas perawatan kubah.

Ornamennya berada disetiap pagar, bentuknya berlobang atau bidang tembok

pagar dilobangi dengan bentuk-bentuk bintang bersegi enam dan lingkaran.

Dengan pengulangan bentuk bintang dan diselingi bentuk lingkaran berfungsi

sebagai windows grilles.

Gambar 25, pagar berornamen bintang bersegi enam dan lingkaran (sket ulang dari foto koleksi

pribadi)

Page 97: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 26, pagar atas kubah berbentuk bintang bersegi enam dan lingkaran (koleksi pribadi).

Berikutnya mengarah kebawah sebagaimana level di atas memiliki bevel,

setelah pagar ini dibawahnya juga memiliki panel frame tekuk bertingkat.

Gambar 27, tekuk bertingkat (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Setelah pagar level paling atas terus mengarah kebawah terdapat kembali

motif gigi-gigi gergaji (sow tooth), selanjutnya segi empat sejajar horizontal, dan

dibawahnya beberapa tiang dengan variasi lengkungan sejajar (arcade), sebagai

byground atau latarnya diletakkan tegel atau keramik dinding dengan tehknik

grafis (cetak) bermotif flora. Motif ornamen pada tegel atau keramik dinding

sampai bagian level paling bawah, di dalam bidang segi empat sejajar arah

haorizontal, masih tegel keramik yang sama.

Page 98: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 28, urutan ornamen di lantai ke dua dari level atas (sket ulang dari foto koleksi pribadi)

Gambar 29, latar tegel atau keramik pada bidang byground (koleksi pribadi)

Gambar 30, tegel atau keramik dari dekat (koleksi pribadi)

Page 99: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 31, motif gambar flora dipermukaan kramik dinding (gambar dari ratih)

Penulis melihat dominasi bangunan serambi berkubah yang paling

istimewa adalah tepatnya mengarah kepintu gerbang. Menurut hemat penulis,

tidak secara langsung ketika seseorang melalui pintu gerbang maka bangunan

serambi berkubah yang pertama sekali yang tampak ditemukan adalah bangunan

berkubah bagian lintang utara. Strategis itu juga difungsikan sebagai hilir mudik

utama untuk beribadah atau sesuatu kegiatan di masjid tersebut.

Dimulai dari menaiki anak tangga pada bangunan berkubah, struktur

ornamen kembali menyambut dengan keelokan rupawannya. Sebagaimana di urut

dari bagian yang paling atas yaitu pada ring kubah. Ring kubah pada bagian ini

tidak terdapat ornamen hanya saja pagar berbentuk arcade atau tiang-tiang

penyangga. Kemudian sederetan bevel sebagai frame kubah seakan memfokuskan

bagian kubah.

Bagian dinding di bawah setelah ring kubah di atas, terdapat keramik

bidang segi empat hampir memenuhi setiap dinding. Kembali terdapat tegel atau

keramik yang sama terdapat pada kubah bangunan utama masjid sebagai isian di

setiap bidang-bidang segi empat. Selanjutnya arah kebawah seterusnya masih

mendapatkan tegel atau keramik dengan gambar flora dari tekhnik grafis menjadi

Page 100: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

byground jendela pada bangunan berkubah tersebut. Ornamen-ornamen ini juga

terdapat pada ke empat bangunan kubah di setiap sisi sudut bangunan utama

masjid Al-Mashun.

Setelah menaiki tangga pada bangunan serambi berkubah sebagai

pendamping bangunan utama masjid, tampak ornamen relief datar atau relief

timbul berbentuk sederhana melekat di bagian pisik bangunan sederhana terdapat

pada panel atas pintu masuk bangunan serambi berkubah. Bentuk-bentuk jalinan

rantai. Kemudian dibawahnya dihiasi ornamen selur dari pagar besi.

Gambar 32, relief rangkaian rantai saling terhubung (koleksi pribadi)

Beberapa langkah masuk ke dalam ruangan yang merupakan lorong

serambi, persis di bawah ruangan bangunan berkubah sisi bangunan utama masjid.

Tepatnya kubah bagian dalam berbentuk cekungan bersegi, berpusar pada titik

tengah dengan gambar bintang bersegi-segi, dan terdapat di setiap segi bidangnya

berornamenkan motif flora. Ornamen ini tidak berbentuk relief atau tekstur timbul

dari bentuk atau corak gambarnya, melainkan menggunakan tekhnik grafis atau

Page 101: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

tekhnik cetak, dan ornamen tersebut bermotif sama yang terdapat pada cekungan-

cekungan di bawah ketiga kubah lainnya. Setiap sudut bersegi terbingkai pada

kolom tersendiri. Corak ornamen flora berwarna cream berbingkai kecoklatan.

Kubah bangunan samping masjid dibatasi dengan ornamen relief rendah

terbuat dari tegel atau keramik dengan dua ragam pola ornamen bermotif flora di

kurung dengan beberapa garis bevel melingkari bawah kubah.

Gambar 33, ornamen berbentuk bintang bersegi persis di tengah kubah (koleksi pribadi)

Page 102: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 34, cekungan bersegi dibawah kubah, ornamen tekhnik grafis (koleksi pribadi)

Gambar 35, ornamen pembatas kubah (koleksi pribadi)

Berarah alur ke bawah ditemukan bidang bersegi di atas pintu masuk

bangunan kubah terdapat ornamen flora berselur-selur mengisi dan menyambung

Page 103: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

dari rangkaian atas pintu. Relief ini dalam kelompok relief rendah, diwarnai

dengan keemasan berbingkai bevel coklat cerah.

Gambar 36, ornamen diatas pintu masuk bagian dalam (koleksi pribadi)

Seterusnya berlanjut ke arah bawah sisi samping bangunan serambi

berkubah kembali ditemukan relief berbentuk lembaran daun dan kuntum bunga

atau jenis motif flora. Beberapa tampilan berurut dari atas kebawah gambar dari

bentuk deformatif kuntum bunga, daun, rantai dan lis bevel sebagai ritme

perbagian kolom, bunga, lis bevel dan tegel dinding sebagai akhir dinding bagian

bangunan berkubah di sisi bangunan utama masjid.

Page 104: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 37, ornamen pada dinding bangunan berkubah (koleksi pribadi)

Lorong serambi merupakan teras sisi samping bangunan utama masjid.

Ada empat serambi disetiap sisi bangunan masjid, kemudian satu serambi

digunakan sebagai tempat atau kantor pemeliharaan masjid Al-Mashun. Melalui

lorong-lorong serambi terdapat pintu-pintu disetiap level serambi yang

menghubungkan bangunan serambi berkubah dengan lorong serambi berikutnya.

Diatas pintu lorong serambi terdapat panel diatas nya diisi berbentuk

floris. Selanjutnya terdapat motif-motif gabungan floris dan geometris dibawah

bingkai ring pintu. Berikutnya motif kuntum bunga dengan garis bergelombang

pada kepala tiang kecil pintu lorong serambi.

Page 105: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 38, motif floris diatas pintu lorong serambi (foto koleksi pribadi)

Gambar 39, bermotif kuntum bunga di kepala tiang pintu masuk serambi (foto koleksi pribadi)

Page 106: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Dilangit-langit serambi terdapat bermotif geometris berbentuk lingkaran

didalam mata angin dan frame jalinan tali dengan ulir floris yang diletakkan

ditengah-tengah berjajar disepanjang langit-langit lorong serambi.

Gambar 40, lingkaran geometris dengan jalinan tali dilangit-langit serambi (foto koleksi pribadi)

Jendela-jendela yang ada dilorong serambi merupakan jendela bangunan

utama masjid. Motif floris menghiasi anjungan jendela serambi dengan aplikasi

relief pada bingkai jendela, kaca patri sebagai daun jendela dan tiang kecil dengan

kepala bermotif flora disetiap jendela. Selanjutnya alur kebawah terdapat

rangkaian bingkai bermotif kuntum bunga dan daunan berjajar arah horizontal

sepanjang tembok serambi bagian bangunan utama masjid.

Page 107: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 41, anjungan jendela dan kepala tiang jendela serambi (foto koleksi pribadi)

Gambar 42, frame serambi bermotif kuntum bunga dan daun terdapat dibangunan utama masjid

dilorong serambi (foto koleksi pribadi)

Page 108: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Motif geometris tersusun menjadi frame terasa lebih kontras berjalinan

secara horizontal disepanjang bangunan utama masjid atau dinding serambi.

Gambar 42, frame bermotif geometris secara horizontal disepanjang dinding lorong serambi (foto

koleksi pribadi)

Lantai serambi berpola kotak dengan susunan spasi kotak kecil wajik

secara formal berbaris lurus dengan selang-seling berwarna hijau, biru dan

kuning. Motif ini terdapat disetiap lantai bangunan serambi dan lantai ruangan

serambi berkubah. Dengan dibatasi frame garis lurus setiap bidang lantai baik

lorong serambi mau pun ruangan bangunan serambi berkubah.

Page 109: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 43, motif geometris kotak-kotak dilantai serambi (foto koleksi pribadi)

Masih dalam lorong serambi bagian sisi samping luar dilalui bagian atas

terdapat kanopi atau resplang serambi dengan beberapa tiang berjajar sebagai

pagar serambi. Relief bermotif bevel atau tekukan disetiap pinggir resplang,

kemudian kepala tiang bermotif susunan gigi-gigi.

Page 110: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 44, motif geometris terdapat pada relief resplang dan gigi-gigi di kepala tiang serambi

(foto koleksi pribadi)

Memasuki bangunan utama masjid Al-Mashun terlebih dahulu melalui

pintu masuk utama. Pintu masuk utama ini sama sejajar dengan pintu masuk

bangunan berkubah serambi dan pintu tengah dilorong disetiap serambi. Jumlah

pintu masuk keruangan utama masjid Al-Mashun ada delapan pintu. Empat pintu

sma arah ruangan bangunan serambi berkubah, dan empat pintu ditengah lorong

serambi. Idealnya tentu pintu masuk keruangan bangunan utama masjid Al-

Mashun adalah yang persis berhadapan dengan pintu masuk bangunan serambi

berkubah.

Relief bermotif wajik dan segi tiga sebagai kisi-kisi diatas pintu masuk

utama masjid dengan bingkai rangkaian rantai.

Page 111: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 45, wajik dan segi tiga dalam kisi-kisi diatas pintu masuk masjid (foto koleksi pribadi)

Motif bintang bersegi banyak terdapat pada ditengah kubah bagian dalam.

Sejumlah panel berisikan motif floris melapisi kubah bagian dalam yang terbuat

dari kayu. Bermotif floris dan geometris sebagai bingkai kubah yang dilanjutkan

dengan frame diantara jendela kubah bagian atas. Dinding bangunan atas setelah

kubah dan frame terdapat latar belakang bermotif floris disetiap dinding bagian

atas. Kuntum bunga dan lembaran daun berbentuk tameng-tameng disela jendela

atas kubah. Pengulangan motif floris berjajar dari atas kebawah dan kiri kekanan

melingkupi setiap dinding kanopi bagian atas setelah jendela kubah.

Page 112: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 46, dinding dibawah jendela bermotif grafis floris (foto koleksi pribadi).

Bingkai setengah lingkaran dipinggir ring kanopi bermotif selur-selur

floris dengan tameng ditengah berbentuk bunga. Berikutnya masih dalam ring

kanopi beberapa panel bermotif kuntum bunga berjajar berspasi dengan panel

putih kosong berukuran sama dengan panel bermotif kuntum bunga yang

kemudian dibagian batas ujung setiap lingkaran kanopi terdapat panel bermotif

floris. Selanjutnya perpaduan motif geometris dan floris dibawah setiap

lengkungan ring kanopi. Persis dibawah ujung ring kanopi terdapat tiang sebagai

kuda-kuda kanopi terbuat dari batu marmer berjumlah delapan tiang. Motif

geometris dan floris dipahat disetiap kepala tiang kanopi.

Page 113: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 47, kaki ring kanopi bermotif selur-selur floris berbentuk tameng (foto koleksi pribadi).

Gambar 48, motif geometris dipadu berangkai dengan motif floris terdapat di bawah ring kanopi

masjid (foto koleksi pribadi)

Page 114: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 49, kepala tiang kanopi dalam ruangan bangunan utama masjid (foto koleksi pribadi)

Urutan berikutnya terdapat dilangit-langit atau flapon bangunan utama

masjid, kembang bunga menutupi seluruh dasar dengan frame jajaran mata

tombak dari deformatif geometris dan floris, dan sebagai sentralnya motif bintang

segi enam beberapa disetiap tengah bidang langit-langit.

Page 115: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 50, motif mata tombak dan bintang bersegi enam dilangit-langit bangunan utama masjid

(foto koleksi pribadi).

Relief floris kembali menjadi frame terdapat di dinding bangunan utama

masjid bagian sisi atas setelah langit-langit dan sebarisan dengan jendela bermotif

floris juga. Selanjutnya kebawah terdapat urutan jendela berjajar horizontal

disetiap dinding bangunan masjid, jendela ini tertutup kaca patri bermotif floris,

berfungsi hanya menerima cahaya masuk sebagaimana seluruh jendela yang ada

disetiap dinding masjid. Jendela-jendela ini pun dibingkai dengan selur-selur

floris kuntum bunga dan dedaunan. Kemudian ruangan imam atau tempat

pemandu shalat disebut dengan mihrab. Didinding ruangan bercekung ini terbuat

dari susunan batu marmer, di tengah bagian atasnya bermotif matahari. Kemudian

ring topinya bermotif kuntum bunga berjajar. Gigi-gigi gergaji sebagai frame

pembatas antara motif matahari dengan dinding mihrab. Kepala tiang mihrab

bermotif susunan mata gergaji. Berikutnya frame di bawah dinding ruangan

mihrab berbentuk lengkung berlengkung topi dan bertiang.

Page 116: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 51, ruangan mihrab (foto koleksi pribadi)

Dinding ruangan di bungkus dengan motif floris dari keramik dinding

sepanjang dinding bangunan utama masjid, kemudian diberikan frame terakhir

pada dinding paling bawah bangunan utama masjid hanya les lurus horizontal.

Ada dua mimbar didalam ruangan masjid, yang satu disisi sebelah kanan

mihrab, dan yang satunya lagi di sebelah barisan Sap jemaah wanita, tepatnya

bagian kelompok kaum wanita ketika shalat. Apabila shalat berjemaah dilakukan

Page 117: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ketika didalam masjid, terdapat dua kelompok barisan berjajar menghadap Kiblat

(arah antara lintang Barat dan utara). Dua kelompok ini terbagi dua dengan garis

pembatas kain, yakni didepan adalah para jemaah kaum pria dan disebelah

belakang adalah jamaah kaum wanita.

Mimbar yang dekat dengan mihrab terbuat dari tembaga, bermotifkan

floris dimulai dari atap berbentuk kubah, kanopi dan kepala tiang. Pagar mimbar,

pondasi, dinding anak tangga mimbar, dinding pondasi tangga bermotif floris

dalam segi tiga.

Gambar 52, mimbar yang dekat dengan mihrab (foto koleksi pribadi).

Page 118: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 53, kanopi mimbar berkubah (foto koleksi pribadi).

Mimbar kedua terbuat dari konstruksi kayu. Dimulai dari kepala-kepala

tiang pagar, dinding anak tangga, tonggak tengah pondasi mimbar, adalah

bermotif floris. Sedangkan tonggak tengah pondasi bagian atas, panel timbul

seperti sarang lebah, pinggang pondasi dan tapak pondasi bermotifkan gigi-gigi

dan geometris.

Page 119: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 54 , mimbar kedua (foto koleksi pribadi).

Page 120: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Gambar 55, tampak samping kiri mimbar kedua (foto koleksi pribadi).

Page 121: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB IV

STRUKTUR ORNAMEN MASJID AL-MASHUN

4.1 Struktur bentuk

Struktur bentuk atau telaah dari unsur-unsur yang membangun pisik seni

sehingga menemukan wujud pada latar belakang ide penciptaannya. Temuan-

temuan para ahli tentang peninggalan sejarah yang berhubungan dengan seni

klasik memang membutuhkan kerja yang tidak mudah. Untuk mendapatkan

penafsiran dan dugaan, mereka harus mengaitkan berbagai teori sosial. Dengan

demikian pendekatan prakira bagaimana konsep ide diciptakan masa itu harus

diselaraskan dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan yang ada kemudian

harus dapat pengakuan para pakar antropologi lainnya.

Penulis di sini memberikan struktur bentuk yang terdapat pada ornamen

masjid Al-Mashun Medan dengan beberapa pertimbangan urutan terdiri dari

bentuk, dimensional, media, dan teknik.

Sebelumnya penulis telah membuat klasifikasi hubungan pengelompokan

terhadap ornamen pada bab sebelumnya yang terdapat dari sejumlah letak serta

urutan. Dengan cara seperti ini menurut penulis akan lebih jelas.

4.1.1 Bentuk

Bentuk (form) atau benda plastis menurut bahasa Indonesia kata “bentuk”

yang berarti bangun (shape), dalam pengertian seni rupa adalah wujud tampak

sesuatu materi atau pisik. Bentuk merupakan elemen rupa yang memiliki sifat

countur atau bentuk dasar permukaan pisik yang di sebut Raut. Dapat di lihat atau

di sentuh secara menyeluruh bahwa permukaan dari berbagai bentuk beraneka

Page 122: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ragam. Dari yang datar sampai pada yang berkeluk-keluk sangat rumit, inilah

wujud sifat bentuk.

Bentuk juga terkait kepejalan atau volume materi yang di sebut gempal.

Bentuk memiliki ruang rongga yang di isi maupun tidak. Bersifat keras atau juga

lunak, bening maupun keruh, kesemuanya ini menjadi harus tampak

dipertimbangkan dalam melihat bentuk secara keseluruhan.

Letak ornamen masjid Al-Mashun terbagi dua lokasi. Letak ini juga

menentukan fungsi serta pengertian dari penyampaian makna yang terkandung di

dalam ornamen. Namun tidak semua ornamen menjadi berperan sebagai

penyampai maksud-maksud tertentu yang lebih spesifik. Tetapi dalam hal ini

penulis harus mengemukan dan menghubungkan atas keterkaitan terhadap analisa

utama dalam penulisan penelitian ini.

Dua lokasi tersebut adalah penempatan ornamen pada bidang letak yakni

bagian dalam (interior) dan bagian luar (eksterior). Dari setiap letak akan didapati

fungsi ornamen secara persentasi, apakah keindahan ornamen terjadi lebih sedikit

atau banyak, lebih rumit atau sederhana, tentunya semua ini dikehendaki sesuai

dengan kepentingan keindahan masjid Al-Mashun.

Ornamen yang berperan tentunya sebagai nilai utama dalam kajian

penelitian ini. Sudah pasti akan ditemukan kandungan bobot sebagai kwalitas

nilai. Kemudian seluruh nilai-nilai yang terdapat pada setiap ornamen akan

menjadi kapasitas unsur keindahan penghias. Bukan hanya itu saja, selain

keindahan, kandungan makna mendudukkan arti penting sebagai sesuatu yang

pantas mewakili nilai kebudayaan.

Page 123: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Ornamen masjid Al-Mashun Medan memiliki beberapa bentuk yang pada

dasarnya memiliki konsep kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Bentuk-

bentuk yang telah menjadi karya seni yang di sebut ornamen berawal dari ide di

sekitar kehidupan manusia. Manusia merekam objek-objek alamiah seperti

tumbuhan, hewan, alam benda, alam semesta dan imajinatif abstrak. Maka

dengan demikian ada hubungan besar kecilnya karakter lingkungan tersebut

terhadap manusia pemilik ornamen-ornamen ini sehingga menjadikan objek-objek

tersebut seakan bagian dari kehidupan mereka.

Secara umum ornamen dapat diklasipikasikan kedalam beberapa

kelompok yakni ornamen primitif, ornamen tradisionil dan ornamen modern.

Ornamen primitif adalah bentuk-bentuk gambar peninggalan pada masa

manusia belum mengenal tekhnologi yang ditemukan pada dinding-dinding goa,

batu arca dan beberapa benda pakai. Pakar antropologi mengaitkan kesenian dan

sosial ketika zaman itu cukup memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap

media benda yang bercorakkan hewan, manusia atau bentuk-bentuk abstrak.

Gambar 56, ornamen primitif dari mesir kuno (net)

Page 124: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Ornamen tradisionil adalah ornamen masa awal kebudayaan atau

peradaban budaya bersama perkembangan awal tekhnologi menjadi bagian dari

kehidupan manusia. Hadirnya dunia ilmu pengetahuan berbarengan pula

munculnya nilai-nilai kehidupan tampak diperhitungkan, bukan saja kepentingan

mempertahankan hidup dan sosial, keTuhanan, atau kekuasaan, tetapi juga

estetika sebagai bentuk citra rasa manusia. Para pakar antropologi

menghubungkan kehidupan sosial antara primitif dengan tradisionil masih sangat

kuat memiliki sistem tatanan kehidupan meski masyarakat yang telah memeluk

agama tidak meninggalkan pola paganisme nenek moyangnya. Masuknya agama

merupakan transisi ideologi dari primitif sampai dengan tradisionil.

Gambar 57, ornamen tradisi suku batak Sumatera Utara (net) Ornamen modern adalah corak dekorasi yang bermotifkan berbagai ragam

yang tidak ada hubungannya dengan corak ornamen baik primitif atau tradisionil.

Page 125: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Tetapi beberapa pakar seni rupa mengatakan apabila salah satu tipe atau corak

ornamen apakah primitif maupun tradisionil ketika diletakkan pada suatu bidang

yang tidak semestinya sebagaimana asal aslinya, maka ornamen ini masih saja di

sebut ornamen asli.

Gambar 58, ornamen modern (desain grafis), (net)

Selanjutnya ornamen-ornamen tersebut dikategorikan dalam kelompoknya

masing-masing seperti motif flora, motif fauna, motif manusia, motif alam benda,

motif imajinatif abstrak, motif kaligrafi dan motif geometrik.

4.1.1.1 Motif flora

Motif atau ciri bentuk dari objek-objek tumbuhan disebutkan motif flora.

Unsur-unsur bentuk tumbuhan biasanya cenderung mengambil motif bunga, buah,

pohon dan daun. Selanjutnya motif-motif ini di gubah atau di stirilisasi sehingga

menjadi gambar dekor atau bukan realis ( realis = aliran seni lukis ). Gambar

dekor biasanya melebih-lebihkan objek karena di sengaja diciptakan sebagai

penghias.

Page 126: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kehadiran bentuk flora ini dapat berperan utama atau menjadi sentral

poin. Kedudukannya pada sudut letak dekor justru menjadi fokus, sehingga

ornamen sejenis ini bukan hanya fungsinya sebagai penghias, akan tetapi sebagai

penguat dalam bidang bangunan tertentu. Seperti biasanya motif bunga adalah

sebagai objek utama. Sebaliknya sering ditemukan ornamen-ornamen bunga justru

sebagai pendamping atau frame art.

Motif ini terdapat dibeberapa tempat dibagian masjid Al-Mashun dengan

beberapa tipe bentuk fariasi tumbuhan yakni bentuk dedaunan, bunga, kuncup

bunga dan penggabungan dengan geometris.

4.1.1.2 Motif Fauna

Motif fauna atau bentuk-bentuk hewan sering ditemukan dalam ornamen

justru memberikan bidang lebih berkesan hidup atau berjiwa. Nuansa makluk

hidup meski telah terjadi pendistorsian atau deformatif ( perobahan bentuk dari

bentuk asalnya ) tidak terdapat dalam lingkungan masjid. Ajaran agama islam

melarang bentuk-bentuk makluk hidup dijadikan sebagai bagian penghias. Namun

masih ada juga terdapat dibeberapa media yang difungsikan sebagai perangkat

alat terdapat motif makluk hidup. Namun di dalam area mesjid Al Mashun Medan

terutama pada bangunan utama baik dalam maupun di bagian luar masjid tidak

terdapat ornamen yang berbentuk motif fauna. Tentunya penulis tidak mendata

sebagaimana bukti pisik

4.1.1.3 Motif Manusia

Tentunya motif manusia di larang oleh ajaran Islam diletakkan dalam

Masjid. Meskipun bentuknya sudah berobah tidak lagi sempurna karena sudah

Page 127: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

terjadi pendeformasian akan tetap tidak dibenarkan. Setiap hiasan yang mejadi

bagian masjid hanya ungkapan keagungan kepada keEsaan Allah Subhana Wa

Ta’ala (Tauhid). Melarang adanya gambar atau bentuk makluk hidup sebagaimana

di beberapa penafsiran ajaran Islam bahwa perbuatan ini seakan meniru ciptaan

Allah dan tentunya sesuatu perbuatan yang diharamkan. Kebanyakan masjid-

masjid di Indonesia memiliki arsitektur dan ornamen yang dibawa dari Bangsa

Arab dengan sebutan Arabesque (sebutan oleh orang-orang Eropa). Disebut

dengan arabeque bukan hanya bergaya perkembangan ornamen keseniannya dari

Bangsa Arab tetapi atas hasil karya dari sikap orang Arab terhadap kesenian

(Nath,dari Baiduri,Ratih2012:162). Bahwa kesenian orang Arab hal yang

menyangkut persaingan dengan ciptaan Tuhan di muka bumi dihindari dan

berusaha menghilangkan sesuatu yang mungkin memberikan makna simbolik

(Landau,Grabar,Faraqi & Faraqi, dari : Baiduri,ratih 2012 :ibid).

Berbeda akan flora atau tumbuhan yang diperbolehkan, tidak ada

penafsiran orang yang membuat bunga akan disamakan kedudukannya seperti

Tuhan. Penulis disini hanya memberikan bentuk-bentuk ornamen secara umum,

meski persinggungan dalam penelitian ini sangat tidak ditemukan adanya gambar

makluk hidup atau manusia di dalam seluruh ornamen masjid Al Mashun Medan.

4.1.1.4 Motif Alam Benda

Motif alam benda atau gambar-gambar seperti anak panah, pedang, piala,

mahkota dan lain sebagainya, sering menjadi hiasan yang mengagumkan ketika

berobah menjadi ornamen. Seperti motif flora, motif alam benda pun sering

Page 128: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ditemukan menjadi figur atau sentral poin. Dan tujuannya tetap memberikan

nuansa terhadap ruangan tertentu.

4.1.1.5 Motif Imajinatif Abstrak

Motif Imajinatif adalah bentuk-bentuk hayali atau bentuk di alam pikiran

manusia sangat banyak ditemukan dalam berbagai corak ornamen, terutama

ornamen gaya modern. Pada dasarnya ornamen sendiri adalah sesuatu proses

kreatifitas manusia yang bertitik dari kayali atau sesuatu yang abstrak. Namun

bentuk-bentuk yang menjadi inspirasi masih dapat dilihat. Motif imajinatif abstrak

adalah secara keseluruhan objek bentuk telah total terjadi berobah. Seperti gambar

bintang misalnya, benda angkasa itu tidak pernah diprediksi secara benar bentuk

aslinya sehingga ada yang bersegi lima, delapan, dua belas dan seterusnya, serta

bagaimana detil bintang tersebut hanyalah sebuah metafora imajinasi seseorang

saja.

4.1.1.6 Motif Kaligrafi

Tentunya motif ini yang sangat erat hubungannya dengan masjid. Motif-

motif font arabic atau aksara arab sering didapati di beberapa bidang bangunan

masjid terutama letak area interior atau bagian dalam ruangan masjid. Aksara arab

ini adalah ayat-ayat Al-Quran (kitab Suci Islam), yang di pilih sesuai dengan

kepentingan dekorasi masjid. Motif kaligrafi juga didapati pada bangunan-

bangunan Ibadah lainnya sesuai dengan aksara dan Kitab Suci masing-masing

agama. Meski ornamen kaligrafi diperbolehkan dalam ruangan masjid namun

pada masjid Al Mashun sendiri tidak terdapat tulisan ayat-ayat suci Al Quran baik

disekitar luar maupun bagian dalam bangunan utama masjid.

Page 129: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Dibeberapa motif ornamen yang tercatat di atas terdapat hanya beberapa

yang didapati pada bangunan masjid Al-Mashun Medan yakni motif flora, motif

alam benda dan motif imajinatif abstrak.

4.1.1.7 Motif Geometrik

Motif geometrik adalah bentuk-bentuk dasar dari segi empat, segi tiga,

lingkaran dan lainnya, dipadukan sesuai dengan artistik visual tanpa kandungan

makna didalamnya hanya saja mencari esensi keindahan semata dengan

mempertimbangkan bidang serta pola yang di bangun, kemudian diselaraskan

pada bentuk-bentuk pendukungnya. Motif geometrik ini lebih cenderung kelihatan

tegas dan kaku. Banyak ahli menjelaskan motif geometrik yang menjadi pola

ornamen diketahui terdapat adanya unsur-unsur logika dan perhitungan

didalamnya. Terlepas dari latar belakangan konsep geometrik, motif ini terdapat

juga dibeberapa tempat dan bidang dibangunan masjid Al Mashun.

4.1.2 Integrasi ornamen

Intergrasi data terhadap ornamen-ornamen yang ada di kompleks masjid

Al-Mashun Medan merupakan sekumpulan ornamen yang menjadi objek

penelitian penulis. Kemudian dikelompokkan sesuai letak dan lokasi tempat

ornamen. Penulis membuat tabel disesuaikan sebagaimana urutan klasipikasi letak

ornamen.

Tabel 1, ornamen dalam area masjid Al-Mashun serta letak dan medianya

Pintu Gerbang

Bentuk Letak Media

Page 130: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Cresting Lantai atas pintu gerbang Relief tinggi/semen

Siku-siku Pondasi cresting Relief tinggi/semen

Jendela kaca Lingkar dinding atas

dibawah siku-siku

Kaca patri

Keramik dinding

bermotif flora

Setiap dinding bangunan

pintu gerbang dengan spasi

frame kosong disetiap sisi

pinggir bangunan

Keramik

Portal lorong

gerbang

Berjumlah dua buah depan

dan belakang lorong masuk

pintu gerbang

Relief sedang/semen

Gambar dilangit-

langit

Langit-langit lorong pintu

gerbang

Grafis / cat

Jendela berkisi Berjumlah empat buah

dibangunan sisi pintu

gerbang

Relif bolong/ semen

Tempat Wudhu

Page 131: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Bentuk Letak Media

Cresting (foliated) Lantai atas dipinggir

kubah

Relief tinggi/ semen

Lingkaran dalam panel Dibawah cresting atau

ring kubah

Relief rendah/ semen

Susunan gigi-gigi Dibawah lingkaran

panel sebagai frame

Relief rendah/ semen

Jendela berbentuk Flora

pada frame lingkaran

jendela

Bangunan pondasi

kubah wudhu

Relief sedang/ semen

Cresting (sow tooth) Dipinggir lantai atas

bangunan utama

tempat wudhu

Relief tinggi/ semen

Jendela berkisi

Disetiap sisi empat

dinding bagunan

tempat wudhu

Relief bolong/ semen

Menara masjid

Bentuk Letak Media

Page 132: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Ujung tonggak tiang

tunggal bermotif putik

bunga

Puncak ujung topi

kubah menara

Besi plat las

Susunan gigi-gigi

berlapis bertingkat

Ring bawah lantai

atas

Relief rendah semen/

beton

Pola garis-garis bersiku-

siku

Sisi dinding setelah

ring bawah lantai atas

Relief rendah semen/

beton

Barisan palu bertingkat Ring bawah lantai

level tiga dari atas

Relief rendah semen/

beton

Ring jendela bermata

tombak dengan garis

horizontal

Diatas topi jendela

setelah barisan palu

bertingkat

Relief semen

Susunan gigi-gigi dalam

panel dan bidang

segitiga

Dibawah jendela level

tiga

Relief rendah/semen

Bintang bersudut

delapan dalam panel

segi empat

Dibawah jendela level

tiga

Relief rendah/semen

Lingkaran mata angin

dalam panel segi empat

Dibawah susunan

gigi-gigi dalam panel

Relief rendah/semen

Page 133: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

segi empat

Lingkaran dalam segi

tiga

Dinding setelah

bentuk mata angin

dan bintang bersudut

delapan

Relief rendah/semen

Cresting bermotif flora Lantai level empat Relief tinggi/semen

Motif putik daun dalam

panel diatas jendela

Dinding atas setelah

cresting

Relief cembung/semen

Topi pintu berkisi-kisi

bermotif geometris

dibingkai jalinan rantai

Diatas pintu lantai

satu

Relief bolong/ semen dan

kayu

Kepala tiang bermotif

pucuk bunga

Disisi kiri dan kanan

pintu menara

Relief rendah/ semen

Daun pintu motif

geometris segi empat

saling berhimpit

Pintu utama menara Kayu

Page 134: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Bangunan serambi berkubah di empat sisi bangunan utama masjid

Bentuk Letak Media

Susunan gigi-gigi

berlapis

Dibawah ring kubah

dan pagar kubah

Relief rendah/ semen

Keramik dinding

bermotif flora

Dinding bangunan

berkubah bagian luar

Keramik

Sponing jendela dengan

motif flora

Bingkai jendela

bagian luar dan dalam,

dibagian dalam

diberikan warna

Relief rendah/ semen

Motif flora pada daun

jendela

Jendela bangunan

berkubah

Kaca patri

Stirilisasi flora dalam

panel dan bingkai

berbentuk rangkaian

rantai

Panel diatas pintu

masuk bangunan

berkubah bagian luar

dan bagian dalam

Relief rendah/ semen

Susunan rantai berlapis

dalam lengkungan

berlengkung

Dibingkai ring pintu

masuk bangunan

berkubah

Relief rendah/ semen

Page 135: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Pucuk-pucuk pakis

dengan pondasi

rangkaian lengkung-

lengkung

Bagian atas pintu

masuk bangunan

berkubah

Tralis besi

Bintang bersudut

banyak

Dititik tengah kubah

bagian dalam

Grafis/ kayu

Stirilisasi flora dalam

panel-panel

Panel-panel kubah

serambi bagian dalam

Grafis/ kayu

Motif putik bunga dan

daun dengan stirilisasi

flora saling terangkai

Bingkai pembatas

bagian bawah dari

panel-panel kubah

Relief rendah/ semen

Motif kuntum bunga

dan lembaran daun

berjajar digarisi

pembatas bermotif

jalinan rantai

Didinding bagian

dalam bangunan

berkubah

Relief rendah/ semen

Page 136: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Keramik dinding

bermotif flora

Dinding bagian dalam

bangunan berkubah

Keramik

Motif bidang geometris

pola delapan segi

warna yang berbeda

yang disusun berjajar

diselingi empat segi

kecil

Lantai ruangan

bangunan barkubah

keramik

Lorong serambi masjid

Bentuk Letak Media

Motif flora dalam panel

diatas pintu lorong

serambi

Diatas pintu lurung

serambi masjid

Relief rendah/ semen

Motif flora dibawah

ring pintu lorong

serambi

Ring bagian bawah

pintu lorong serambi

masjid

Relief rendah/ semen

Stirilisasi daun berjajar Sepanjang serambi Relief rendah/semen

Page 137: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

pada dinding masjid

Motif putik bunga dan

garis curvilliner

Kepala tiang disisi kiri

dan kanan pintu

lorong serambi

Relief rendah/ semen

Pola geometris

berbentuk anyaman

disisi pinggir dengan

motif lingkaran

dipagari delapan sudut

anyaman geometris

diletakkan ditengah

berjajar tujuh belas

buah

Langit-langit

sepanjang lorong

serambi pada dinding

bangunan utama

masjid

Grafis/ kayu

Motif geometris pada

sponing jendela

Ring jendela Relief rendah/ semen

Motif flora dengan

rangkaian kreasi

stirilisasi

Jendela dilorong

serambi masjid

Kaca patri

Bermotif geometris

segi empat bersegi dan

Pintu masuk tengah Relief/ kayu

Page 138: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

bertindih serambi

Motif gemotris dan

daunan berjajar

horizontal

Sepanjang lorong

serambi pada dinding

bangunan masjid

Relief rendah/ semen

Liner bersudut dan

berangkai berpaduan

dengan garis yang lain

bermotif geometris

yang dikembangkan

menjadi garis

Sepanjang lorong

serambi pada dinding

bangunan masjid

Relief rendah/ semen

Ring befel berbentuk

rantai saling berjalin

dalam setengah

lingkaran berjajar

dibingkai resplang

serambi bertiang bagian

dalam dan luar

Resplang pada tiang-

tiang serambi

Relief rendah/ semen

Gigi-gigi dalam

tingkatan panel pada

kepala tiang resplang

serambi

Kepala tiang serambi Relief rendah/ semen

Page 139: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Motif bidang geometris

pola delapan segi

warna yang berbeda

yang disusun berjajar

diselingi empat segi

kecil

Lantai ruangan

bangunan barkubah

Keramik

Bangunan utama masjid Al-Mashun

Bentuk Letak Media

Motif rangkaian floris

dalam panel

Panel diatas pintu

masuk utama masjid

Relief rendah/ semen

Motif rantai terkait Ring topi pintu utama

masjid

Relief rendah/ semen

Motif geometris

berbentuk ketupat,

bintang dan segi tiga

Topi pintu utama

masjid sebagai kisi-

kisi

Relief bolong/ kayu

Stirilisasi flora dalam

panel-panel

Lapisan kubah utama

bagian dalam

Grafis/ kayu

Page 140: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Motif flora dan

geometris

Frame dari panel-

panel kubah utama

Relief rendah/ semen

Stirilisasi flora pada

panel jendela-jendela

kubah

Setelah frame dari

panel-panel kubah

Relief rendah/ semen

Motif bunga dan

dedaunan

Jendela-jendela

dikubah

Perulangan motif floris

Panel-panel pada

dinding resplang tiang

tengah ruangan dalam

masjid

Grafis/ kayu

Motif floris dengan

kepala mahkota

Pada ring-ring

setengah lingkaran di

resplang.

Relief rendah/ semen

Motif floris dalam

panel dengan ritme

yang terputus-putus

Di lengkungan tapal

kuda resplang tiang

dalam masjid

Relief rendah/ semen

Page 141: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Stirilisasi floris

memusar pada simbol

tameng

Di kaki lengkungan

tapal kuda resplang

tiang dalam masjid

Relief rendah/ semen

Bermotif kuntum bunga

didalam bunga

Di kaki lengkungan

tapal kuda resplang

tiang dalam masjid

setelah

Relief rendah/ semen

Stilirisasi geometris

dengan frame terputus-

putus

Dilengkungan bagian

bawah tapal kuda

resplang didalam

masjid

Relief rendah/ semen

Motif floris di ujung

atas dan bawah panel-

memanjang vertikal

Di sela antara sudut

resplang tiang dalam

masjid

Relief rendah/ semen

Motif putik bunga

dngan kombinasi

lengkungan meruncing

Kepala tiang tengah

masjid

Relief tinggi/ batu

marmer

Motif floris dalam mata

tombak

Frame langit langit

masjid

Grafis/ kayu

Page 142: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Motif floris dalam

bintang enam berlatar

belakang bunga

berbaris

Langit-langit masjid Grafis/ kayu

Motif floris ditopi

jendela masjid

Bingkai jendela

masjid

Relief rendah/ semen

Motif floris dalam

jendela

Kaca jendela dalam

masjid

Kaca patri

Susunan motif putik

bunga dalam ring

tempat imam

Dibingkai atas

ruangan imam

(mihrab)

Relief datar/ batu marmer

Motif matahari dengan

pondasi berbingkai

susunan gigi-gigi dan

kepala tiang

Dalam lengkungan

mihrab

Relief cekung/ batu

marmer

Lengkung berlengkung

topi dan bertiang

Lengkungan bawah

mihrab

Relief cekung/ batu

marmer

Motif kuntum bunga

dan daun sebagai frame

horizontal

Sepanjang bangunan

ruangan dalam masjid

Relief rendah/ semen

Page 143: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Stirillisasi daun

Dinding ruangan

utama masjid

Keramik/ grafis

Motif stirilisasi daun

Frame dinding paling

bawah bangunan

masjid

Relief rendah/ semen

Mimbar dalam ruangan masjid

Bentuk Letak Media

Stirilisasi tumbuhan

dedaunan

Topi, cup dan tiang

kanopi mimbar

Relief/ tembaga

Stirilisasi dedaun pakis Dinding pagar mimbar Relief rendah/ batu

marmer

Stirilisasi rangkaian

daun

Dinding pondasi

mimbar

Relief rendah/ batu

marmer

Pucuk-pucuk daun

pakis

Dinding anak tangga Relief rendah/ batu

marmer

Page 144: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Stirilisasi rangkaian

daun dalam segi tiga

Dinding pondasi

tangga mimbar

Relief rendah/ batu

marmer

Mimbar kedua dalam ruangan masjid

Bentuk Letak Media

Motif Kuntum bunga

bunga

Pagar mimbar kedua

diatas tiang-tiang kecil

relief rendah/ kayu

Motif gigi-gigi

bersusun horizontal

dalam panel

Lantai mimbar kedua

bagian sisi luar

Relief rendah/ kayu

Motif gigi-gigi dalam

panel bersususn tiga,

berbentuk kotak-kotak

sarang lebah

Dibawah lantai

mimbar kedua

Relief tinggi/ kayu

Motif susunan gigi-gigi

dalam panel berlapis

Dibawah lantai

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Page 145: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Pucuk pakis bersiku

Dinding anak tangga

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Stirilisasi dedaunan

dikepala tiang kecil

pondasi mimbar kedua

Dibawah mimbar

kedua sebagai pondasi

Relief rendah/ kayu

Kuntum bunga dan

rangkaian dedaunan

dalam satu batang

Dinding pondasi

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Motif susunan gigi-gigi

dalam panel bertingkat

Dinding pondasi

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Motif geometris dan

lingkaran kecil

ditengah

Tonggak pondasi

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Motif geometris

berjalin dalam panel

bertingkat

Kuda-kuda pondasi

tengah mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Pucuk-pucuk pakis

bersudut

Dinding anak tangga

mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

Page 146: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Dua garis mengurung

jajaran lingkaran

Frame dinding anak

tangga mimbar kedua

Relief rendah/ kayu

4.1.3 Dimensional

Kata dimensi dalam arti seni rupa adalah sesuatu yang menempati ruang.

Persoalan sesuatu itu tidak lain adalah materi atau media rupa yang tampak

kelihatan oleh panca indra. Berikutnya materi tersebut di ukur lewat bentuknya.

Bentuk-bentuk yang telah penulis singgung di atas yakni memiliki raut

atau sifat permukaan serta volume (isi) yang membawanya. Terkadang bidang

datar juga di sebut bentuk, karena apapun yang datar tidak terlepas dari materi.

Dengan demikian seni rupa membagi ruang ini menjadi dua yaitu dua dimensi

(dwimatra) dan tiga dimensi (trimatra).

Dua dimensi memiliki sifat datar dan papar, memiliki bidang, memiliki

tekstur, bersifat materi (hukum materi). Segala sesuatu objek seni dalam

pertimbangan ruang yang dikelompokkan pada sifat datar dan papar maka

digolongkanlah kepada seni dua dimensi. Perlu dipahami juga bahwa sifat lebih

mendominasi dari pada ukuran, karena ada materi yang bersifat countur yang

dinamis atau tinggi rendah kepaparan materi akan tidak sama apabila disetarakan

dengan bidang yang berbeda. Contoh misalnya ada sebidang tanah dengan luasnya

tiga hektar dengan permukaan yang bergelombang, setiap gelombangnya bisa

mencapai ketinggian satu sampai tiga meter. Sementara di lain hal ada selembar

kertas mulus tanpa ada yang terlipat terletak di atas meja, dengan ukurannya tidak

Page 147: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

lebih besar dari sehelai sapu tangan. Tentu apabila kita lihat kedua ukuran ini jauh

berbeda, namun sifatnya adalah sama-sama datar dan papar maka

dikelompokkanlah di dua dimensi.

Sifat dasar dimensi dari setiap seni yang ciptakan, maka dapat diketahui

apabila seni tersebut memiliki kecenderungan bentuk pisiknya secara garis

besarnya. Apapun yang tampak datar dan papar maka seni tersebut berada pada di

dua dimensi misalnya lukisan, foto, seni dekor, relief dan lain sebagainya. Tetapi

perlu dipahami bahwa bahasa rupa adalah dasar penciptaan. Seorang perupa

(pekerja seni rupa) selayaknya memahami konsep rupa sehingga menemukan

gagasan dan ide. Meski terkadang perupa tidak sadar akan asas, konsep atau

kaidah-kaidah seni rupa sebab proses dan hasil akan lebih penting (bentuk psikis).

Gambar 59, Bentuk papar dan datar Dua Dimensi

Tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar, tinggi, bervolume,

tekstur bahkan ada yang menambahkan gerak. Sifat tiga dimensi ini

mempertimbangkan letak sisi ruang yang ditempati oleh materi. Tentunya materi

yang dimaksud adalah pisik seni yang memenuhi kapasitas dimensinya,

contohnya adalah patung. Dari segala sudut letak bidang materi menjadi bagian

Page 148: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

yang tidak terlepas dari keseluruhan objek seni. Akan berbeda jika patung ini

hanya tampak sisi depannya saja, dan di sebut bukan seni patung tetapi seni relief

sehingga dimensinya berobah menjadi dua dimensi karena bahagian belakang

tidak lagi menjadi bagian dari objek seni, bentuknya sudah papar atau datar.

Sedangkan gerak termasuk dalam kategori tiga dimensi bukanlah sebuah patung

seakan seperti robot dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu. Gambar-gambar

yang tergolong kedalam dua dimensi ketika diolah melalui proyek komputerisasi

menjadi animasi maka secara teori gambar-gambar tersebut dapat diartikan seperti

patung. Sejumlah sisi gambar dan kedalaman ruang gambar divisualisasikan

dengan utuh sehingga seakan-akan seluruh bidang dipenuhi oleh materi meski

pada dasarnya itu semua adalah gambar datar.

Gambar 60, Bentuk bidang Tiga Dimensi (dalam gambar dua dimensi)

Ornamen-ornamen yang ada di masjid Al-Mashun dapat dikategorikan

pada dua bentuk dekor seni yaitu dekoratif datar dan dekoratif relief. Dekoratif

datar merupakan bentuk-benuk yang tidak timbul seperti hasil drawing langsung

Page 149: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

atau industri cetak kemudian ditempatkan pada bidang-bidang tertentu untuk

mendapatkan suasana keindahan. Dekoratif relief adalah bentuk-bentuk ornamen

dengan raut permukaannya memiliki countur lebih tinggi atau kelihatan timbul,

tetapi masih berprinsip dua dimensi. Dekoratif relief lebih cenderung ditempatkan

dibagian luar bangunan utama masjid karena sifat relief lebih berkarakter kokoh.

Meski terdapat relief-relief sederhana pada bagian dalam (interior) bangunan

utama masjid namun cenderung kelihatan datar dan lembut.

4.1.4 Media

Media adalah bahan atau materi yang digunakan sebagai bahan dasar

untuk menciptakan visual seni. Penulis menerima data dari beberapa informan

terutama dari pihak masjid Al-Mashun sendiri yang berhubungan dengan media

yang digunakan pada setiap ornamen-ornamen yang ada. Bahan dasar ini adalah

pewarna (cat), keramik (porselen), batu (batu alam), kayu, semen dan besi.

Ornamen yang ditempatkan pada bidang yang difungsikan merupakan

perpaduan fungsi dan artistik, sehingga tampak lebih mewah atau indah.

Sedangkan dibagian lain meski kepentingannya tetap pada dekorasi akan tetapi

unsur-unsur pertimbangan yang pantas sehingga penempatannya tidak sederhana

bahkan adanya kemungkinan kekhususan pada ornamen sendiri.

Untuk melihat data media bersamaan dengan sejumlah data ornamen

penulis akan membuat tabel klasipikasi Integrasi data ornamen yang ada di masjid

Al-Mashun Medan.

4.1.5 Teknik

Page 150: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Teknik dalam pengertian bahasa seni rupa adalah efesiensi kerja untuk

mencapai hasil karya seni. Bagaimana cara dan trik seseorang dalam melakukan

kerja berupaya mendapatkan kemudahan dan mencapai penyelesaian kerja dengan

baik. Setiap perupa apabila berhadapan dengan program kerja terlebih dahulu

menentukan langkah-langkah proses kerja dengan mempertimbangkan alat, bahan,

waktu dan teknik. Penentu hasil seni yang akan di buat adalah berdasarkan alat

dan media. Meski kemampuan perupa didasari oleh pengetahuan wawasan seni

serta terkadang dikaitkan pada bakat atau talenta. Tetapi tetap saja ditentukan oleh

wujud hasil akhir yaitu hasil karya seni.

Seluruh jumlah ornamen yang berada di masjid Al Mashun Medan

diaplikasikan dengan bermacam teknik. Dari teknik ukir pahat, teknik rekat

(tempel), teknik drat (memasang dengan skrup), teknik cor, teknik las, teknik

grafis dan teknik drawing. Teknik ukir terdapat pada ukiran-ukiran kayu dan batu.

Teknik ini di pahat langsung menggunakan alat ukir dari baja yang disesuaikan

pada medianya seperti kayu atau batu. Ukiran kayu ada yang bersifat utuh, yakni

sebongkah kayu di ukir tanpa memisahkan bahagian-bahagiannya. Namun ada

juga teknik ukir kayu yang memisahkan dari dasar medianya. Ornamen yang di

ukir terpisah dari dasar letak dimana nantinya objek tersebut diletakkan, dan

teknik ini tergolong teknik rekat atau tempel. Teknik pahat langsung atau

medianya tidak terpisah sebahagian besar, terdapat pada batu-batu marmer.

Sedangkan teknik drat cenderung medianya terbuat dari besi. Teknik cor lebih

banyak terdapat pada crasting atau pagar-pagar puncak bangunan. Teknik las

adalah bentuk-bentuk medianya dari besi yang dirangkai dengan las, Teknik grafis

Page 151: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

atau ornamen yang di cetak melalui proses industri cetak, medianya terdapat pada

keramik atau ubin. Sedangkan teknik drawing atau menggambar dan mewarnai

langsung terdapat pada ornamen-ornamen datar yang ada dibeberapa tempat

bangunan utama masjid.

4.2 Struktur komposisi

Struktur komposisi sama diartikan dengan susunan letak atau bagian

perbagian dengan pengurutan yang disesuaikan secara umum. Terkadang struktur

difungsikan untuk mencapai pengertian-pengertian tertentu, tujuannya kenikmatan

visual atau dengan tujuan tertentu lainnya. Dengan demikian banyak metode

pemilihan struktur yang di pakai atau digunakan sebagaimana yang telah

diketahui dari sejumlah ornamen-ornamen yang diterapkan diberbagai tempat di

area masjid Al-Mashun sebagaimana data yang dipilih oleh penulis.

Letak menjadi fakta mengubah bentuk dalam sebuah desain. Aplikatif

media disesuaikan pada tempat, fungsi, maupun makna yang diinginkan. Semua

rancangan seni rupa ditentukan terlebih dahulu sebelum menerapkannya

keberbagai tempat dan media. Rancangan-rancangan inilah kunci strandar acuan

sebagai master pland. Kehendak perancang dari perupa terkadang ditentukan oleh

keinginan pihak pemilik ketika perupa diminta menjadi pelaksana. Setelah

mempertimbangkan seluruh penyesuaian dan kesepakatan dilakukan maka

aplikasi pun dilaksanakan. Biasanya seperti demikian hubungan kerja antara

perupa dengan pemesan meski di dalam teknik pengerjaan adalah hak perupa

seluruhnya.

Page 152: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kumpulan ornamen yang penulis dapatkan apakah dari pengambilan objek

foto langsung di lokasi mau pun dokumentasi dari sumber pustaka, faktanya

sebagaimana hubungan terhadap batasan analisis yang dilakukan penulis.

Mungkin saja masih banyak atau ada beberapa bentuk-bentuk lain yang tidak

masuk kedalam penelitian ini, karena sebagaimana penulis beralasan bahwa

penulis hanya berupaya menyesuaikan dengan latar belakang masalah. Tentunya

masalah yang ada persinggungannya terhadap karakteristik ornamen yang ada di

masjid Al-Mashun secara garis besarnya. Kemudian penulis telah membuat

pengelompokan bagian-bagian garis besar tersebut menjadi objek penelitian.

Untuk mendapatkan pengelompokkan struktur sebagaimana harapan

penulis untuk mempermudah pemahaman bentuk dan letak maka penulis

membuat tabel sederhana sebagai berikut :

4.3 Struktur objek

Struktur objek merupakan pembagian ornamen dalam pemilahan sejumlah

rangkaian yang menyatu didalamnya. Setiap komponen ornamen memiliki bentuk

terkonsentrasi sendiri, kemudian dirangkaikan pada komponen-komponen objek

yang lain sebagaimana bentuk artistik yang dikehendaki. Kemudian akan

didapatkan beberapa bagian, diketahui bagian-bagian ini memiliki objek yang di

anggap sentral bentuk dan objek pendamping.

Pendeformasian atau pergeseran bentuk dari asalnya menjadi bentuk baru

baik secara total maupun tidak adalah sebuah proses kreatif manusia. Tidak

banyak yang dapat melakukan hal ini mengingat kreatifitas adalah kemampuan

seseorang melakukan usaha untuk mencapai kenikmatan penglihatan (dalam

Page 153: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

konteks ini adalah seni rupa), dengan mengolah serta memanfaatkan berbagai

media material. Oleh sebab itu karya yang diciptakan memiliki nilai tertentu.

Pergeseran bentuk adalah mengobah bentuk asal atau bentuk yang telah

terjadi dari sifat alamiahnya. Bentuk baru tentunya adalah bentuk imitatif. Bentuk

alamiah asalnya merupakan sumber ide. Kemampuan kreatifitas diawali dari

menagkap objek alamiah secara seksama, memahami sifat dan bentuknya,

berikutnya menstirilisasikan atau memperdaya objek secara imajinasi atau berupa

gambaran abstrak hanya dipikiran saja. Gambaran abstrak ini hanya berupa

hayalan semata, dengan kehendak bebas seseorang mengobah berbagai rupa.

Konsep desain pada awalnya dimulai dari cara seseorang menstrukturkan objek-

objek dengan banyak pertimbangan. Seperti biasanya hasil dari imajinasi ini

dilakukan eksperimen untuk membuktikan konsep tersebut berupa skets atau

gambar-gambar sederhana.

Kreator atau seseorang pelaku seni sebenarnya memiliki sense of beautiful

atau adanya rasa keindahan pada diri seseorang sehingga setiap apa yang di lihat

terlebih dahulu dilalui unsur citra rasa keindahan. Sifat rasa inilah menjadikan

seseorang tersebut dapat menstransfer visual apa yang menjadi pilihan

keindahannya. Akhirnya dapatlah diketahui bahwa karya seni dari ornamen-

ornamen yang diciptakan di dunia ini tidak lepas dari sebuah proses kreatifitas

seseorang yang memiliki kemampuan khusus.

Dari sejumlah ornamen yang berada di masjid Al-Mashun sebagai objek

penelitian penulis dalam pemilihan struktur objek, sebagaimana pilihan ornamen

tertentu dalam pendataan langsung dan menjadi objek penelitian ini. Adapun

Page 154: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

objek ornamen yang penulis pilih adalah ornamen yang memiliki sumber idenya

dari objek-objek yang dapat ditafsirkan pada bentuk-bentuk asal alamiahnya,

kemudian memberikan bagian strukturnya. Demikian halnya dengan ornamen-

ornamen geometris namun tidak menyinggung bentuk asalnya, karena bentuk

geometris bukanlah bentuk alamiah.

Dari pembagian struktur ini terdapat klasipikasi dari satu unit ornamen

yakni objek utama, kreasi pelengkap, ritme, frame.

Objek utama merupakan objek sentral yang didominasi dari seluruh

kapasitas unit ornamen. Seni rupa menyebutnya central point atau titik tumpu.

Kapasitas satu bidang ornamen memiliki sejumlah rangkaian bentuk yang terpadu

dari beberapa komponen bentuk yang ada didalamnya. Diantara seluruh

komponen visual tersebut terdapat vigur atau objek utama yang menjadi pusat

perhatian. Tentunya objek sentral ini merupakan bentuk yang diutamakan sebagai

konsep ide. Berikutnya konsep ide inilah sebagai landasan makna yang

dikehendaki pada ornamen.

Kreasi pelengkap adalah gambar yang bertujuan melengkapi objek utama

di dalam ornamen. Kapasitas ornamen dari sejumlah komponen-komponen bentuk

yang diselaraskan atau dipadukan untuk mendapatkan keindahan bentuknya, objek

utama butuh objek-objek sebagai pendampingnya. Sehingga sentral poin

mendapatkan fokus sebagai peran utama dalam visual. Dengan adanya rangkaian

yang memadu antara objek utama dengan objek pendamping, kelengkapan

ornamen semangkin kuat atau memiliki kwalitas artistik. Terkadang justru kreasi

pelengkap ini secara umum mendominasi bidang, sehingga bagian besar visual

Page 155: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

terdapat pada kreasi pelengkap, akan tetapi tetap saja keunggulan objek utama

masih dapat dirasakan.

Ritme atau irama dari gerak visual dapat di lihat melalui alur arah

komponen objek yang terdapat pada ornamen. Setiap ornamen diketahui memiliki

konstruksi bangun yang menandai adanya pondasi atau lantai, tubuh dan puncak.

Ketiga sifat konstruktif ini dimiliki setiap ornamen sehingga kita dapat mengenal

mana lantai dasar atau mana puncaknya dan mana pusarnya. Dengan permainan

ritme terlihat jelas adanya alur gerak atau irama yang dimiliki setiap ornamen.

Didalam teori seni rupa ada beberapa irama yang difahami sebagai kaidah untuk

mendapatkan nilai artistiknya dan sering disebutkan dengan gerak. Gerak-gerak

ini tentunya berupa visualisasi rupa yang dapat dirasakan dari pemahaman bentuk.

Beberapa gerak tersebut adalah memusar, menebar, bergulung, menyilang,

meliuk, menaik, menurun, dan memecah.

Frame atau sering disebut bingkai adalah salah satu komponen yang tidak

terlepas di dalam ornamen. Sebagai batasan bidang frame adalah bertindak selaku

pagar pembatas terhadap sekumpulan objek ornamen. Bingkai ini memiliki sifat

bentuk tersendiri yang terkadang tidak ada memiliki hubungan bentuk yang ideal

dengan sejumlah objek-objek yang telah terpadu pada ornamen. Tetapi karena

sifatnya adalah memagari atau membatasi ruang lingkup ornamen maka bingkai

ini merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari ornamen yang dibatasinya.

Dilain hal frame tersebut bersifat semu atau tidak tampak kelihatan, namun berupa

bayang-bayang kosong yang membentuk sesuatu wujud, sehingga

keberadaannnya masih di anggap ada. Demikian keempat hal klasifikasi

Page 156: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

pembagian struktur bentuk ini terhadap ornamen yang tentunya tidak terlepas dari

bahasan pengkajian.

Penulis membuat pengelompokan struktur objek dengan memilih beberapa

bagian ornamen yang hanya memiliki struktur objek saja. Karena sasaran kajian

struktur hanya berupaya mengidentifikasi bentuk dan komponen lain didalam

seluruh kapasitas ornamen pada satu bidang tertentu. Meski kategori ornamen

tidak demikian tetapi penulis berupaya dapat memberikan penjelasan bahwa

ornamen memiliki beberapa bagian yang dapat diklasipikasikan kedalam struktur

bentuk. Maka demikian gambar-gambar di dalam tabel struktur objek ornamen

tidak seperti alur yang dilalui sebagaimana dalam urutan perbagian ornamen.

Tabel 2, struktur objek ornamen

Bentuk ornamen

Struktur objek

Objek ornamen yang ada pada tegel

ini adalah pucuk bunga, yang

diletakkan disetiap sudut siku-siku

tegel. Ketika sejumlah tegel

dipadukan maka objek bunga

menjadi lebih terfokus sehingga

sudut pandang yang tampak

berpusar pada gambar bunga. Objek

Page 157: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

pendamping tidak begitu kelihatan

sehingga sentral poin dimiliki objek

utama. Ritme ornamen ini bersifat

memusar. Sedangkan framenya

adalah pembatas potongan pisik

tegel.

Objek ornamen yang ada di tegel ini

berbentuk kuntum bunga, dengan

perpaduan sejumlah tegel terjadi

permainan bidang lingkaran dan segi

empat. Objek pendamping kelihatan

lebih mendominasi ketika adanya

perpaduan tegel. Ritme ornamen ini

memusar. Framenya adalah

pembatas tegel.

Ornamen ini objeknya masih

bermotif flora yang telah

dideformatif, berbentuk kuntum

bunga yang melingkar. Pendamping

sangat sedikit, objek bergerak

dengan posisi berlawanan arah

dengan komposisi simetris.

Page 158: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Ritmenya memisah atau bergerak

dari pusarnya menuju arah

berlainan. Bingkainya semu atau

tidak kelihatan, objek di bentuk

menjadi bidang segi empat wajik.

Ornamen ini berbentuk mata anak

panah atau tombak di isi bentuk

kuntum bunga, objeknya masih

bersumber pada kuntum bunga.

Pendamping objek kontras dengan

lis pembatas sekaligus bingkai objek

lurus berbentuk mata anak panah,

mengarah keatas sebagai ritmenya.

Objek-objek distirilisasikan memadu

pada objek tunggal yang persis

ditempatkan ditengah-tengah

bidang. Kuntum bunga masih

terfokus sebagai objek utama. Objek

pendamping yang diwujudkan

Page 159: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

menjadi simetris untuk mendapatkan

keseimbangan, justru lebih

mendominasi. Ritme bentuk

memusar kekuntum bunga,

sedangkan bingkainya membentuk

kesuatu bidang.

Objek utama tidak kelihatan karena

perpaduan elemen memberikan

bentuk menjadi menyatu. Tetapi

perpaduan bentuk ini menjadi

terfokus sehingga kelihatan kontras

dengan pembatas sebagai

bingkainya. Ritmenya saling

menyilang. Bingkai kelihatan kokoh

berbentuk lubang kunci.

Ornamen yang berada di bidang segi

tiga ini didominasi oleh objek

pendamping. Sementara objek

utamanya adalah kuntum bunga

yang tidak berwujud, tampilannya

hadir karena adanya rangkaian

pendamping. Ritmenya saling

Page 160: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

menolak ke arah sudut segi tiga.

Bingkainya sangat jelas dengan

garis lurus membentuk segi tiga.

Objek utama dari ornamen ini

adalah kembang bunga dalam

bidang pola lengkung melengkung

sekaligus sebagai pendamping.

Ritmenya merupakan rangkaian

yang berbaris kearah samping

dengan sejajar (horizontal).

Bingkainya adalah bidang dan ruang

bersegi empat.

Objek utama terletak di atas sebagai

mahkota berbentuk bunga, berbagai

kelopak daun distirilisasikan berkait

sebagai pendamping dari arah

bawah sebagai pangkal bunga

menuju arah atas. Daun saling

berkait ini juga merupakan alur

ritme. Dibungkus dengan bingkai

semu berbentuk lubang kunci.

Page 161: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Objek masih terdapat di atas

berbentuk bunga dengan stirilisasi

dedaunan terkait sebagai

pendamping, disini terdapat lantai

kelihatan kokoh dengan corak garis

sejajar membentuk bidang-bidang

segi empat pipih fundamental.

Ritmenya mengarah ke atas.

Sedangkan framenya setengah

lengkungan kecil membungkus

bidang berbentuk lubang kunci.

Objek fokusnya berada ditengah-

tengah yakni bentuk bidang

geometris, pembagian simetris

cenderung lebih formal, sedangkan

pendamping tidak statis sehingga

bidang bersudut di tengah menjadi

lebih kontras. Ritmenya memusar

atau bersentral kebidang bersudut.

Bingkainya terjadi dari seluruh

batasan bentuk objek.

Page 162: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Putik-putik bunga sejajar sebagai

objek utama, pendamping adalah

deformatif dari kelopak daun dengan

komposisi simetris kiri dan kanan.

Bentuk pondasi dari jalinan akar

berkait dibawah mengarah keatas

(ritmenya). Framenya adalah seluruh

elemen membentuk arah garis lurus

sejajar horizontal.

Objeknya berada di bawah

berbentuk kelopak bunga.

Pendampingnya dari stirilisasi

bidang berukir tanpa adanya objek

alamiah. Ritmenya mengarah keatas.

Sedangkan bingkainya dibatasi

terbentuk semu dari sejumlah

elemen objek, dan dibawahnya

hanya garis lurus horizontal

Sentral poin pada lengkung

melengkung kembar yang berada

dikiri dan kanan bidang. Susunan

beberapa kembang arah melingkar

Page 163: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

didalam lengkung melengkung,

mengurung satu besar sebagai titik

fokus. Sedangkan pendamping

mengisi ruang kosong dari

percampuran objek bunga dan daun.

Ritmenya memisah atau membelah

ke kiri dan ke kanan. Bidang segi

empat adalah bidang semu sebagai

pembatas objek.

Titik sentral terasa semu, sedangkan

ritme lebih menguasai bentuk

sehingga gerakan arah horizontal

seakan bergerak secara terputus-

putus dalam bentuk bunga-bungaan.

Frame justru tidak kelihatan.

Ornamen ini memiliki permainan

bidang-bidang radius berlantaikan

potongan garis lurus. Objek lebih

kontras berbentuk tiga bunga

diselingi pendamping dua lingkaran

bersudut delapan disisi kiri dan

kanan dalam bidang. Framenya

Page 164: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

adalah pembatas bidang yang telah

terbentuk.

Objek utama tidak mendominasi

namun dapat dilihat secara struktur

pembagian letak, diatas pada bidang

lingkaran tentunya adalah sentral

poin, berbentuk kuntum bunga.

Sementara pendamping berbentuk

ulir daun-daun dan bunga-bungaan

mengisi penuh bidang berbentuk

lubang kunci. Framenya pembatas

berbentuk berbentuk lubang kunci.

Lembaran daun mendominasi objek

sehingga terasa dapat terlihat

istimewa dengan pelindung atas

bentuk kreasi geometris. Dua bagian

objek terasa kontras karena

Page 165: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

perpaduan radius dan garis bersudut.

Ritmenya mengarah keatas,

sedangkan framenya terbatasi oleh

sejumlah bentuk ornamen daun dan

geometris tersebut.

Kuntum bunga adalah objek

didampingi dengan suplir-suplir

yang saling berangkai disisi kiri dan

kanan. Ritmenya bergelombang naik

turun. Frame lebih terasa bergaris

lurus arah horizontal.

Bentuk wajik atau geometris

bersudut diletakkan ditengah

sebagai sentral poin, pendamping

suplir-suplir atau pucuk daun pakis

yang berpulir serta terkait

mengurung wajik. Ritmenya

memusar atau bergerak kearah

wajik. Framenya adalah pembatas

dari bidang.

Page 166: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Simbol mata angin ini adalah bentuk

geometris dan sekaligus objek

utama. Pendampingnya adalah

bidang lingkaran sebagai ruang

gerak bentuk mata angin tersebut.

Ritmenya bergerak berputar pada

sumbu titik tengah objek.

Sedangkan framenya berbentuk segi

empat.

Objek berbentuk bintang bersudut

delapan ini berperan paling dominan

tanpa pendamping. Ritmenya

memecah atau bergerak menjauh

dari titik sumbu yang berada

ditengah objek. Framenya adalah

segi empat.

Lingkaran-lingkaran dalam bidang

segi tiga kembar berlaianan arah

(simetris), tanpa pendamping.

Ritmenya mengarah keatas.

Framenya adalah segi tiga.

Page 167: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Pengulangan garis-garis patah

membentuk ritme horizontal secara

naik turun lebih mendominasi.

Objek utamanya garis bersudut

berlapis sejajar dan berurut.

Framenya semu berbentuk segi

empat sekaligus sebagai bidang.

Relief kuntum bunga daun ini

berjajar kesamping tidak memiliki

pendamping, sedangkan ritmenya

bergerak lurus arah horizontal.

Page 168: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Sentral poin pada ornamen ini masih

masih bermotif flora didalam kotak

segi empat dengan posisi menyudut,

ketika kotak tersebut disusun objek

utama memiliki ritme memusar.

Pendamping objek adalah kotak

didalam kotak yang sekaligus

menjadi frame, dibagian sela gang

antara kotak, ada bentuk geometris.

Objek bintang yang terdapat pada

sumbu kubah serambi ini adalah

objek utama, sedangkan

pendampingnya adalah efek kembar

dari garis berbentuk bintang saling

menindih.

Objek utama tidak tampak kelihatan,

tetapi objek-objek kecil berbentuk

lingkaran dan wajik secara simetris

dikomposisikan mengisi ruang

dalam bidang berbentuk kubah

Page 169: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

sekaligus sebagai framenya.

Ritmenya crosing atau acak.

Objek utamanya lingkaran dengan

garis terputus dan delapan wajik

disetiap sisi lingkaran. Detengah

objek dihiasi sejumlah pola

lingkaran kecil. Ritmenya melingkar

terdapat pada objek. Pendamping

objek bagian dua sisi kiri dan kanan

ada barisan garis terputus mengarah

horizontal sekaligus menjadi frame,

sedangkan disisi dalamnya ada

beberapa motif flora mengikuti alur

frme.

Pengembangan pola geometris

menjadi objek yang tidak memiliki

sentral poin berbentuk mata rantai

saling terkait mengarah horizontal.

Ritmenya bergerak arah horizontal.

Bentuk sekaligus menjadi bingkai.

Page 170: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Bentuk pengembangan geometris

masih padat, pola-pola menyudut

diatur secara simetris sehingga

kelihatan indah. Ritmenya statis

naik turun dan terasa sedikit cepat.

Objek ini tidak memiliki objek atau

pendamping, kemudian framenya

garis kecil disisi kiri dan kanan arah

horizontal.

Cresting ini sering juga disebut gigi-

gigi atau mata gergaji, objeknya

abstrak, pendampingnya ada

dibagian bawah berpola empat segi

kecil berjajar panjang alur ritme

sama arah horizontal dengan objek.

Cresting ini berpola flora berbentuk

pucuk-pucuk pohon.

Pendampingnya adalah pondasinya.

Ritmenya sejajar dengan gerak

kesamping atau horizontal.

Page 171: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Bentuk bunga yang terdistorsi dari

bentuk dasar geometris didalam

lingkaran adalah objek utama.

Kemudian pendamping pucuk-

pucuk pakis dibawah membentuk

kipas. Ritmenya bergulung-gulung

sebagimana frame lingkaran-

lingkaran saling bertindih.

Pola bintang persis ditengah bidang

dengan penggabungan garis-garis

frontal atau lurus senada saling

terangkai dengan garis-garis lain

sebagai pendamping objek.

Ritmenya crosing. Bingkainya

terdapat pada sisi bidang berbentuk

kubah.

Page 172: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Jendela berkisi-kisi ini bermotif

geometris dikomposisikan ditengah

bidang berjumlah tiga bentuk sejajar

arah atas kebawah sebagai objek

utama. Pendampingnya pola-pola

kecil diletakkan disetiap sudut

objek. Ritmenya mengarah keatas

didampingi pembatas garis sebagai

ftame.

Kaca jendela bermotif flora ini lebih

dominan memiliki ritme mengarah

keatas. Objek dan pendamping

persentasi komposisinya sama

sehingga secara keseluruhan gambar

adalah objek utama. Bingkainya

adalah bentuk jendela sendiri.

Page 173: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Sama halnya seperti diatas hanya

saja objek keseluruhan terdapat

pengembangan motif kecil-kecil

sehingga kelihatan lebih rumit.

Perpaduan kotak-kotak saling

berhimpitan ini merupakan

komposisi letak geometris

menyesuaikan bidang utamanya

agar tampak ideal. Objek utama

tidak kentara, karena bentuk yang

sama ditempatkan sejajar. Tetapi

ada panel geometris yang dirapatkan

sehingga kelihatan tampak agak

lebih kuat. Framenya adalah setiap

kotak yang membentuk bidang.

Page 174: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Perpaduan kotak-kotak saling

berhimpitan dan memberikan sudut

disetiap sikunya merupakan

komposisi letak geometris

menyesuaikan bidang utamanya

agar tampak ideal. Objek utama inin

juga tidak kentara, karena bentuk

yang sama ditempatkan sejajar.

Panel geometris yang dirapatkan

sehingga kelihatan tampak agak

lebih kuat. Framenya adalah setiap

kotak yang membentuk bidang.

Relief bermotif flora ini melingkar

mengikuti latarnya berbentuk

setengah lingkaran didampingi pola-

pola lingkaran kecil yang menyatu.

Ritmenya melingkar meski bentuk

objeknya tidak ada tetapi alur arah

gerak dikontrol oleh latar belakang.

Page 175: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Motif berbentuk floris ini

menyeimbangkan kepada ketiga

lingkaran ditopi jendela sehingga

tidak menghadirkan objek untama

yang lebih dominan, motif flora

tersebut justru lebih menjadi

pendamping. Ritmenya bergulung-

gulung sebagaimana mengikuti

lingkaran yang ada. Framenya

adalah sponing pinggiran topi

jendela berelief.

Motif geometris yang ada diatas

pintu masuk masjid cenderung

sebagai pendamping. Ritmenya

memecah dan framenya adalah

sponing relief topi pintu masuk

utama jendela.

Page 176: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB V

MAKNA ORNAMEN MASJID AL-MASHUN

5.1 Aspek pisik

Sebagaimana layaknya bahwa benda seni dalam seni rupa merupakan hasil

karya yang diwujudkan (dapat di lihat/disentuh) oleh seseorang. Latar belakang

penciptaan dari karya seni rupa ornamen dikelompokkan pada seni dekorasi yaitu

seni yang bertujuan hanya menambah keindahan dari bidang-bidang tertentu.

Unsur keindahan seni rupa di ukur dari objek seni dan konsep ide nya.

Makna yang dihadirkan sebagai tafsir objek seni sebagai bentuk yang dapat

dipahami. Keindahan pisik terdapat pada kapasitas bentuk atau rupa media yang

telah terjadi perobah bentuk dasar dari bentuk-bentuk alamiah kemudian menjadi

bentuk-bentuk imajiner. Perkembangan bentuk alamiah ini didasari dari

kemampuan seseorang bagaimana mendistorsi atau mengobahnya menjadi sesuatu

bentuk yang di lebih-lebihkan tidak seperti bentuk alam yang sebenarnya.

Akhirnya bentuk-bentuk alam ini diharmonisasikan pada letak bidang-bidang

yang dihehendaki.

Pertimbangan desain menjadi sesuatu yang harus dilakukan, berhubung

dengan bagaimana dan dimana ornamen-ornamen seharusnya diaplikasikan.

Bidang dasar atau tempat ornamen yang akan diterapkan disesuaikan dengan tipe

maupun bentuk ornamen yang akan di buat. Dengan demikian ornamen-ornamen

tersebut mendapat perhatian khusus sebagaimana nilai artistik serta makna bentuk

diperhatikan.

Page 177: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

5.1.1 Nilai Artistik

Nilai adalah hasil akhir dari bobot yang ditemukan dari ornamen-ornamen.

Nilai artistik tentunya berhubungan dengan keindahan objek yang dapat di

tangkap (melihat langsung) oleh setiap orang dalam bentuk pisik benda. Rasa seni

(sense of art) sebenarnya sesuatu yang subjektif, karena seseorang memahami

atau merasakan getaran keindahan yang dapat menciptakan seseoarang tersebut

ikut kedalamnya baik secara simpati maupun empati, ditentukan oleh rendah atau

tingginya pencapaian rasa. Karena masalah keindahan adalah pengalaman artistik

setiap orang selama hidupnya mendapatkan pengalaman-pengalaman harmonisasi.

Kesamaan pandangan nilai keindahan tentu saja dapat disamakan secara

garis besar, ini diketahui apabila objek seninya dapat memberikan setiap orang

melihatnya terpukau atau biasa-biasa saja. Tentunya persentasi bentuk di ukur

sebagaimana kapasitas keseluruhan objek yang menjadi perwakilan nilai. Rincian

material yang membentuk objek seni ditemukan beberapa kwalitas di dalam

unsur-unsur yang di sandangnya.

Beberapa unsur yang terkait untuk mendapatkan ketercapaian benda seni

sebagai karya yang berkwalitas, maka unsur-unsur inilah yang menjadi ukuran

stantard umum sehingga siapapun setuju apabila semua orang memberikan

pendapat nilainya sama terhadap benda seni yang sama. Beberapa unsur tersebut

yakni unsur kerumitan raut, komposisi warna, komposisi letak dan kelangkaan

media.

Ketercapaian teknik perupa untuk membuat benda seni secara seksama

dengan memperhatikan setiap sudut objek sehingga tidak menjadi sederhana

Page 178: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

kemudian membutuhkan teknik tinggi untuk mencapai hasil yang luar biasa.

Kerumitan ini salah satu keagungan rupa yang dapat memukau sehingga semua

orang mengaguminya.

Warna adalah lapisan pikmen yang melapisi atau mengisi objek.

Bagaimana warna diterapkan secara harmonisasi pada bentuk-bentuk ornamen

dan dasar bidang ornamen sehingga kelihatan indah. Sebutan harmonisasi yaitu

bagaimana isian warna kelihatan serasi dari setiap bentuk dan bidang-bidang

ornamen. Pada umumnya warna apa saja adalah baik, akan tetapi menjadi tidak

sempurna jika salah menempatkannya atau salah mengkomposisikan warna satu

dengan warna yang lain maka hasilnya tidak baik. Harmonisasi warna merupakan

keseraian warna terhadap warna pendampingnya. Sejumlah besar warna memiliki

kesepadanan atau dapat dicocokkan dengan warna lain sehingga mendapatkan

nilai artistik dalam bahasa seni rupa. Meski penulis memakai teori seni rupa dalam

penelitian ini tetapi hanya membatasi lingkup kajian motif dan bentuk pada

ornamentasi yang ada di masjid Al-Mashun. Hanya sengaja untuk mendapatkan

unsur kuat yang ada pada ornamen-ornamen kajian penulis.

Letak atau komposisi utama objek merupakan hal yang paling menentukan

dalam seni rupa. Matra apapun sebagai media, komposisi menjadi perhatian

penting, salah menempatkan bentuk atau objek maka keseluruhan akan menjadi

lemah. Komposisi berperan pada warna, bentuk dan area letak.

Kelangkaan media atau benda seni mendapat keistimewaan pada nilai

artistiknya. Seni akan bernilai apabila benda atau medianya tidak banyak atau sulit

untuk mendapatkannya. Seperti yang terdapat pada benda batu mabel atau marmer

Page 179: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

yang didatangkan dari spanyol, ukiran besi, dan tentunya dikerjakan khusus untuk

masjid Al-Mashun.

5.1.2 Makna bentuk

Persoalan makna bentuk tentunya adanya fakta bentuk objek seni yang di

ukur dari imaji atau ide yang tertera pada visul objek, baik rautnya datar,

cembung, cekung, berlobang maupun bertekstur. Kerupaan bentuk bersifat umum

karena objek-objek ornamen diwujudkan atau sengaja diperuntukkan agar dapat di

lihat, memberikan imaj atau kesan mewakili bentuk sesuatu.

Bentuk di buat untuk mendapatkan tafsir umum terhadap objek yang

dijadikan benda seni. Segala ornamen yang ada di masjid Al-Mashun tentunya

memiliki latar belakang penciptaan. Ide-ide atau konsep merupakan landasan

penciptaan, dan hal ini biasanya dipengaruhi benda-benda alamiah di sekitar

perupa. Penulis telah menyinggung teori sosial serta aspek penciptaan seni sebagai

teori seni rupa pada bab sebelumnya bahwa manusia dan lingkungannya memiliki

hubungan penting dalam kehidupannya. Keterikatan inilah manusia peduli akan

kepentingan tanda, bahwa arti bentuk yang diwujudkan merupakan perwakilan

hidup kelompok masyarakatnya.

Kemudian tentang makna sebagaimana penulis menggunakan teori Pierce

membuka tentang makna tanda bahwa realitanya memiliki hubungan alamiah

antara manusia dengan lingkungannya. Pierce menyebut nya sebagai Indeks.

Hubungan kausal atau sebeb akibat bahwa ornamen yang ada pada masjid Al-

Mashun bukanlah sebuah kebetulan dan hanya mencari bentuk keindahan semata.

Rangkaian motif-motif yang tersusun dengan letak dan medianya merupakan

Page 180: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

pertimbangan logis dan pilosofis. Sekalipun sultan Makmun Al-Rasyid mungkin

tidak pernah mempertimbangkan atau siapa yang memberikan ide ornamen yang

tepat diletakkan pada bangunan masjid.

Pertimbangan logis tentunya struktur ornamen merupakan wilayah kerja

seni rupa dengan pertimbangan desain dan estetika. Desain sebagai rancang

bangun menggunakan sejumlah rasio tehknis dan media tepat guna. Perancang

harus studi lapangan untuk melihat sejauh apa fungsi dan kegunaan jika sebuah

media diciptakan. Sementara estetika sebagai nilai value yang hanya dapat

ditangkap oleh indra rasa. Seorang desain pun harus dapat menghadirkan citra

kenikmatan mata sehingga sosok media tidak hanya lahir sebagai benda

kronstruktif belaka namun aspek historia atau latar belakang penciptaan sehingga

menjadi karya seni yang harus dipahami sebagai sesuatu yang berjiwa.

Pierce menyebutnya indeks, bahwa sebuah tanda menunjukkan hubungan

langsung sebab akibat. Ornamen masjid Al-Mashun yang ada disetiap tempat

sebagaimana penulis data dan telah dikemukakan pada bab III dan bab IV, maka

sejumlah besar motif ornamen masjid Al-Mashun ini cederung bermotif Floris

atau tumbuhan.

Bentuk floris yang terdapat begitu banyak didalam ornamen masjid Al-

Mashun tentunya ada seperti memiliki ikatan hubungan atau kepentingan. Ikatan

hubungan dirunut atau ditarik sejarah ornamen asli yang ada di masjid Al-Mashun

ini awalnya berasal dari negeri luar seperti Hindia, Spanyol, Turki dan China.

Hubungan dagang dan diplomatik luar negeri cukup baik dijalin oleh Sultan Al-

Page 181: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Rasyid. Meski tercatat bahwa arsitek masjid Al-Mashun adalah T.H Van Erp,

tetapi tetap saja kehendak mutlak oleh Sultan Deli (dari nara sumber).

Seluruh bentuk ornamen tersebut kelihatan memang tidak

mengistimewakan motif yang berasal dari negara tertentu, sehingga kelihatan

tidak terstruktur, misalnya terdapat bentuk ornamen yang paling megah atau

mewah sehingga menjadi prioritas utama. Tetapi penulis menemukan adanya

historia napak tilas terhadap trah atau ras sebagai asal keturunan kesultanan yang

sengaja dihadirkan sebagai simbol keakuan. Bahwa ornamen-ornamen yang

cenderung kelihatan tampak lebih fokus karena letak dan fungsinya menjadikan

objek ornamen tersebut menjadi istimewa. Seperti tempat-tempat utama yang

ditempatkan persis didepan di samping mihrab terbuat dari tembaga dan

berpondasi batu marmer. Berikutnya mimbar kedua letaknya dibarisan belakang

pada Sap wanita (barisan jemaah wanita pada waktu shalat). Kedua mimbar ini

difungsikan ketika melaksanakan shalat jumat.

Hubungan langsung yang lain diartikan sebagai hubungan alamiah antara

manusia dengan sesuatu. Hubungan ini jauh membentuk manusia sehingga terjadi

arah yang disepakati karena adanya kepentingan ideologi. Ornamen-ornamen

yang ada di masjid Al-Mashun lebih banyak bernuansa floris meski ada beberapa

bermotif geometris. Asal ornamen berbentuk floris ini sangat kuat dengan

hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Ada beberapa objek utama yang

tampil hadir berulang ulang dalam beberapa bidang yang berbeda. Objek ini

adalah kuntum bunga. Penulis hanya berupaya mencari bentuk asal dari kuntum

bunga tersebut. Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa objek yang sering hadir

Page 182: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ini adalah Pohon Hayat. Pohon Hayat dalam kepercayaan Hindu yang disebut

Kalpataru, Kalpawreksa atau Parijata (web,dari:Dep.PdanK,1982:172).

Kalpataru melambangkan dunia yang tertinggi meliputi dunia bawah dan dunia

atas. Dengan demikian Lambang Kalpataru dianggap keramat, sebagai sumber

kekayaan dan kemakmuran. Asimilasi pengaruh budaya Hindu terhadap budaya-

budaya yang telah membaur di suku Melayu dan agama Islam Dunia tidak

menjadi hal yang dianggap suatu benturan dengan keyakinan agama Islam.

Kalpataru tersebut dapat juga di tafsirkan kedalam ajaran agama Islam bahwa

hubungan Vertikal antara manusia dengan Tuhannya.

5.2 Aspek sosial

Proses penciptaan dan hasil seni yang dilahirkan adalah sesuatu yang tidak

lepas dari manusia bagaimana berkehendak atas nilai-nilai kehidupan. Kehadiran

ornamen sebagai hasil daya cipta manusia atas pemahaman dalam nilai-nilai

kehidupan secara estetika, disisi lain ada sebuah nilai sebagai sumber yang paling

mengikat. Hubungan kekerabatan dan komunikasi sosial membentuk manusia

menempatkan keistimewaan jati diri merupakan sikap otoritas. Otoritas ini

menunjukkan adanya keakuan yang patut mendapatkan pengakuan oleh setiap

orang. Pengakuan ini merupakan sebuah pernyataan publik bahwa keberadaan

masyarakat yang menjunjung tinggi sebuah kedaulatan, martabat dan

kemanusiaan.

Page 183: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Ornamen tidak sekedar sesuatu yang dinikmati sebagai karya seni, akan

tetapi sebuah ungkapan logis yang dirangkaikan pada kenyataan lingkungan

sosial. Wajar saja kaum petani akan lebih akrab pada sebutir padi dari pada kail

pancing sebagaimana hubungan dari masyarakat pantai. Keistimewaan alam

benda dan lingkungan sekitarnya kepada manusia adalah membawa arti tersendiri.

Banyak latar belakang yang dijadikan sebagai konsep. Muatan konsep ini

memikul berbagai falsafah, yang tidak lain adalah sebuah implementasi sosial

masyarakat tertentu terhadap sesuatu.

Penulis melihat unsur dampak sosial dari aspek visual ornamentasi masjid

Al-Mashun Medan, sebagaimana penulis mengumpulkan data dari beberapa nara

sumber yang di anggap dapat memberikan pernyataan logis sebagai acuan untuk

dapat memahami nilai-nilainya.

Walaupun demikian penulis harus menyimpulkan data terendiri dari

seluruh data yang didapatkan berikutnya menetapkan hasil penelitian sebagai hasil

analisis.

Ada dua aspek sosial yang diberikan penulis sebagai bukti pernyataan

masyarkat terhadap pemahaman tentang ornamen masjid Al-Mashun, yang

pertama adalah kerabat langsung dan masyarakat umum.

5.2.1 Kerabat langsung

Kerabat langsung tentunya adalah pihak kerajaan Istana Maimoon yakni

sebagai petinggi adat suku Melayu Deli yang berhubungan erat dengan masjid Al-

Mashun. Ada beberapa golongan kekerabatan ini menurut penulis dapat dijadikan

Page 184: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

sebagai sumber data melalui metode wawancara untuk mendapatkan informasi,

berikutnya sumber pustaka yang didapatkan dari istana Maimoon sendiri.

Golongan yang di maksud adalah golongan pihak keluarga kerajaan

sendiri yakni para ahli waris. Ahli waris merupakan pihak langsung yang paling

dekat dengan leluhur kerajaan Deli. Kesultanan Deli memberikan kekuasaan

secara turun temurun hingga budaya Melayu ini sampai sekarang masih

berlangsung. Ketika seorang Sultan mangkat (meninggal dunia), secara langsung

akan dinobatkan penggantinya dari anak laki-laki kandungnya.

Meski imperium kerajaan Deli hanyalah tinggal menjadi sebuah budaya,

tetapi kebudayaan kerajaan tetap diabadikan sebagai sebuah kehormatan yang

harus dihormati sebagai kearifan budaya. Apalagi hal ini menyangkut sejarah

besar Sumatera Utara dan kerajaan Melayu Deli atau Melayu Medan. Mandat ini

sudah di akui oleh Republik Indonesia ketika kemerdekaan telah di rebut dari

penjajahan Belanda, ketika itu juga kesultanan deli mengakui kemerdekaan dan

menyerahkan sepenuhnya kepada Republik. Kesultanan tetap diakui dan masih

bertanggungjawab atas kerajaan Deli, kemudian dinobatkan sebagai pemegang

Penguasa tertinggi Adat Melayu Deli.

Adanya para pewaris ini kelangsungan budaya tetap terpelihara dan

bertahan hingga kini. Masyarakat di luar kekerabatan Melayu dapat menerima

atau mengakui bukan saja keagungan istana maimoon atau masjid raya Al-

Mashun, tetapi budaya Melayu menjadi salah satu bahagian dari suku-suku yang

ada di wilayah Sumatera Utara yang pernah memiliki sejarah panjang.

Page 185: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Penulis masih menggolongkan satu golongan dengan ahli waris atau

sesepuh kerajaan meskipun tidak bersifat langsung yakni kebanyakan dari para

datuk, tengku, dan tok muda, tetap penulis anggap adalah para pewaris kerajaan.

Karena pejabat-pejabat istana Maimoon yang di beri penghormatan seperti ini

adalah terlibat langsung pada pemeliharaan istana dan masjid sekarang.

Hasil dari wawancara penulis dari beberapa kerabat telah di kutip dan

dikumpulkan, hasilnya dilakukan sebagai sebuah kesimpulan dari aspek sosial

kerabat langsung istana Maimoon.

Ornamen sebagai perwakilan budaya yang tidak sederhana yang terdapat

pada masjid Al-Mashun. Kemegahan dan keindahannya menjadi bahagian penting

dalam kedudukan kesultanan. Visualisasi ornamental dan arsitektur bangunan

masjid merupakan sebuah identitas yang tidak terlepas dari hubungan-hubungan

budaya. Sejumlah ornamen yang telah penulis kelompokkan secara klasipikasi,

terdapat bagian terbesar sebagai perwakilan kuat terhadap kesultanan Deli.

Pertama masjid tentunya sebagai rumah ibadah dari pemeluk agama Islam,

penguasa-penguasa Islam menjadikan masjid tidak sekedar tempat shalat, namun

sebagai sebuah pencitraan (marwah) atau sebagai simbol kebesaran ummat

beragama Islam. Abad pertengahan para ulama dan cendikiawan muslim

keberatan jika masjid di bangun secara spektakuler. Alasan ini atas melawan

hukum (bid’ah), karena pada masa Nabi Muhammad masjid dimanfaatkan secara

efesiensi dan mengutamakan kesederhanaan ketimbang kemegahan.

Terlepas dari wacana para pakar ilmu agama dan ulama muslim tersebut,

bangunan-bangunan masjid megah tumbuh di Indonesia. Arsitektur dan

Page 186: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ornamentasi bergaya dari negeri luar menghiasi di setiap masjid. Salah satunya

adalah masjid Al-Mashun yang didirikan sebagai bentuk simbol kekuasaan dan

keagungan budaya melayu yang berada di tanah deli atau Medan dan sekitarnya.

Dengan latar belakang kekuasaan dan politik serta bentuk keagungan

merupakan simbol kewibawaan sebuah imperium melayu deli. Ketika kejayaan di

bawah Pimpinan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, istana Maimoon

dan masjid Al-Mashun di bangun sebagai wujud Adidaya dan kemakmuran.

Wujud kemegahan yang berarti sebuah bentuk kekuatan ekonomi dan

karismatik kepemimpinan seorang penguasa. Sultan Al-Rasyid menunjukkan

ketercapaian kemakmuran di bawah pemerintahannya selama kejayaan kesultanan

deli berada di Sumatera Timur (sekarang menjadi Sumatera Utara). Keberhasilan

dagang dan diplomatik luar negeri menunjukkan bahwa beliau adalah seorang raja

yang bijaksana serta disegani.

Disamping itu sultan bukan saja menunjukkan sebesar dan sekuat apa di

bawah pemerintahannya, tetapi karena beliau adalah pemeluk agama Islam

terhormat, maka agama merupakan hal istimewa. Memberikan keagungan

terhadap bangunan tempat shalat merupakan salah satu da’wah (syiar agama).

Dengan demikian seperti yang dapat di lihat dari keagungan masjid Al-Mashun

yang dikenal dengan masjid raya Medan, dari arsitektur sampai pada

ornamentasinya. Dalam konteks penelitian ini penulis tertumpu fokus pada

ornamen saja tanpa melibatkan arsitektur walaupun kedua hal tersebut tidak

terpisahkan dalam konstruksi seni bangunan, sebagaimana alasan penulis yang

telah dikemukakan sebelumnya.

Page 187: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kedua sejarah sebagai fakta logis untuk mencapai hubungan kuat terhadap

kesultanan deli. Tentunya tidak ada yang dipungkiri bahwa trah (turunan sedarah)

adalah pengikat budaya yang pertama sekali sebagai sumber ideologi. Cikal bakal

sejarah lahirnya kerajaan Deli dititikkan pada kisah seorang gagah perkasa yang

digelari Gocah Pahlawan dengan nama aslinya Yazid merupakan keturunan raja-

raja dari Bukit Mahameru. Berdasarkan hikayat beliau adalah seorang pahlawan

yang menaklukkan kerajaan Haru, berikutnya di angkat sebagai perwakilan Aceh

memerintah di Delitua. Dari sanalah di mulai sejarah nenek moyang budaya

melayu deli yang berada di Medan Sumatera Utara. Tuanku Yazid berasal dari

kota Dhili (Hindia), tidak heran banyak sejarawan menghubungkan kata Deli yang

ada di Medan dengan kota asal Gocah Pahlawan ini.

Sebagai keturunan raja-raja Hindia pemeluk agama Islam, kebangsawanan

kerajaan melayu deli merupakan darah keturunan Hindia. Adanya trah turun

temurun ini berlangsung panjang di kerajaan melayu deli sampai pada berdirinya

istana maimoon, kewibawaan budaya nenek moyang adalah dasar ideologi.

Kemudian masuknya budaya Arab lewat asimilasi dan akulturasi sebagian masuk

menyumbang sebagai budaya melayu deli.

Adanya ideologi konsep terdahulu sebagai sebuah adap penghormatan

kepada leluhur menjadi sebuah budaya yang mengikat sekaligus simbol identitas.

Keindahan ornamen masjid Al-Mashun dihendaki kesultanan untuk memberikan

sebuah wajah budaya. Bentuk pengakuan ini beralasan kuat karena keturunan atau

para pewaris tahta raja-raja melayu deli berasal dari darah Hindia.

Page 188: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Melihat dari bentuk-bentuk serta pengelompokan ornamentasi yang ada di

masjid Al-Mashun, lebih besar berasal dari Negeri Hindia. Dengan demikian

kesultanan ingin menghadirkan nuansa Hindia di masjid Al-Mashun karena

menunjukkan bahwa mereka adalah bangsawan-bangsawan berdarah Hindia

beragama Islam.

5.2.2 Masyarakat umum

Masyarakat umum merupakan pihak luar yang menikmati keindahan

masjid Al-Mashun, tidak ada hubungannya dengan kekerabatan kesultanan deli.

Penulis memilih beberapa praktisi dan pengamat seni sebagai nara sumber yang

penulis anggap layak mendapatkan informasi yang berkompeten.

Berhubung penelitian ini mengkaji tentang bentuk seni rupa, tentunya

keterkaitan teori rupa atau prihal keindahan atau segala sesuatunya yang

berhubungan dengan yang tampak di lihat sebagai standar pengulasan.

Tanggapan dari para pengamat tersebut yang berhubungan dengan

keindahan ornamen masjid Al-Mashun sebagaimana penulis simpulkan adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai seni dekorasi Islam.

Seni dekorasi Islam cenderung diketahui ditemukan pada masjid-masjid.

Berbagai ragam bentuk dan tipe ornamen melekat pada dasarnya untuk mencapai

keindahan agar masjid tampak lebih baik. Namun di balik itu hakekatnya seni

dekorasi tidak hanya memenuhi kebutuhan nilai artistiknya, tetapi tidak lepas dari

bentuk mensyukuri nikmat kepada Allah Subhana Wa Ta’ala. Para pengamat

memberikan tanggapan bahwa keindahan ornamen masjid Al-Mashun tafsiran

Page 189: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

bahwa mendekatkan diri kepada Allah tidak hanya bersih, tetapi juga harus baik

dan indah. Ornamen memeng diperuntukkan kepada manusia agar dapat

menginterpretasikan segala seni khususnya yang berada di setiap masjid hanya

dikarenakan Allah semata.

2. Keagungan budaya Melayu Deli.

Instana Maimoon dan masjid raya atau masjid Al-Mashun Medan

merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. Awal pembangunan istana

Maimoon dan masjid Al-Mashun satu area kesultanan bersama dengan kolam deli

memiliki satu konsep. Sebagai seorang Sultan Melayu, kebudayaan menjadi salah

satu martabat yang di junjung tinggi. Adat istiadat serta sistem pelaksanaan

pemerintahan di dalam kesultanan merupakan citra budaya melayu. Sebelum

masuknya agama Islam di dalam kerajaan melayu di Sumatera, kebudayaan

melayu masih bersifat paganisme. Berikutnya setelah Islam menjadi agama

mereka, adat istiadat masih berlangsung dilakukan tetapi tidak lagi ada yang

berbau paganisme. Islam melarang keras bentuk yang bersifat syirik

(mensekutukan Allah). Keindahan ornamentasi juga merupakan perwakilan

kebudayaan melayu. Alasan ini berhubung dengan sejarah bangsa-bangsa melayu

dengan masuknya agama Islam yang tidak meninggalkan peraturan adat istiadat

lama yang masih tidak bertentangan dengan ketauhidan. Jadi keagungan

ornamentasi masjid Al-Mashun juga menunjukkan bentuk budaya melayu deli

yang karismatik.

3. Kewibawaan turunan raja-raja Melayu.

Page 190: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Kesultanan adalah sebutan gelar raja-raja Bangsa Arab, menjadi sebutan

dikalangan raja-raja melayu setelah memeluk agama Islam di Indonesia.

Kemegahan Istana Maimoon dan masjid Al-Mashun sebagai simbol kewibawaan

dan kemakmuran dari pemerintahan Sultan Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Setiap

dekade pemerintahan kesultanan terjadi perubahan-perubahan pembangunan

kerajaan sebagaimana kepentingan politik ketika itu. Semasa sultan Al-Rasyid

Perkasa Alamsyah merupakan zaman gemilangnya kerajaan melayu deli di

Sumatera Utara. Atas kejayaan ini beliau menunjukkan citra mulia

kebangsawanan lewat bangunan-bangunan kerajaan dan salah satunya kemegahan

masjid Al-Mashun.

4. Kearifan lokal

Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang

patut dibanggakan. Masjid Al-Mashun yang begitu megah dan indah merupakan

salah satu bangunan sejarah yang masih difungsikan oleh masyarakat umum

sebagai tempat shalat. Keberadaan masjid ini masih dipelihara pihak kesultanan

sebagaimana putusan pemerintahan Indonesia ketika kemerdekaan, imperium

kerajaan deli telah menyerahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia. Ketika

itu pula kebangsawanan atau hak adat istiadat masih tetap menjadi preogratif

kesultanan hingga kini. Dengan demikian untuk menjaga kelangsungan dan

mempertahankan budaya maka seluruh bangunan peninggalan kerajaan istana

maimoon di antaranya masjid Al-Mashun masih dalam perawatan pihak

kesultanan dan pemerintah Medan. Sebagai bangsa yang berbudaya mencintai dan

Page 191: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

memelihara tradisi dan adat istiadat merupakan bentuk manusia yang

menghormati kearifan nenek moyangnya.

Page 192: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari seluruh uraian di atas mulai dari BAB I sampai dengan BAB V

penulis menganalisis ornamen yang terdapat di masjid Al-Mashun Medan, di kota

Medan Provinsi Sumatera Utara. Dimulai dari masuknya agama Islam, cikal bakal

dan sejarah kesultanan melayu deli, struktur ornamentasi masjid Al-Mashun, dan

kandungan makna ornamen majid Al-Mashun, kemudian menyimpulkannya

secara singkat pada BAB ke VI ini.

Penulis akan menarik kesimpulan terutama kaitan fokusnya analisis ini

sebagai berikut :

(1) Sejarah masuknya agama Islam ke Sumatera Utara.

a. Sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia memiliki sejumlah

perdebatan pendapat para ahli, akan tetapi banyak menyimpulkan awal

masuknya pada abad 1 H (abad ke 7-8 M) langsung di bawa oleh

bangsa Arab. Daerah yang pertama yang dikunjungi islam adalah

pesisir Sumatera yaitu Aceh. Sebahagian para ahli yang menyatakan

bahwa masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke 13 M.

Pembuktian itu ditemukannya artefak yang berupa nisan kuburan dari

Samudra Pasai yang memuat nama Sultan Malik as Saleh yang

berangka tahun 696 H (1297 M), serta sejumlah nisan yang lainnya

dari abad berikutnya. Sumber lain juga mendukung adalah laporan

perjalanan Marco Polo yang singgah di Perlak tahun 1292 M. laporan

Page 193: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

ini menyebutkan bahwa di daerah Perlak sudah terdapat pemukiman

masyarakat Islam di sana.

(2) Cikal bakal dan sejarah kesultanan melayu deli di Sumatera Utara.

a. Masyarakat Melayu yang berada di Sumatera Utara diwilayah kota

Medan di kenal dengan identitas Melayu Deli memiliki sejarah

panjang dan fenomenal. Keterkaitan hubungan budaya Melayu dengan

agama Islam sangat kuat dan berpengaruh di dalam konteks

Pemerintahan Kerajaan dan serta pola hidup masyarakat disekitarnya.

b. Perperangan Kerajaan Haru dan Aceh terjadi, Sultan Mahmud Iskandar

Muda mengutus seorang Laksmana Paduka Gocah Pahlawan sebagai

Panglima perang dan kerajaan Haru berhasil ditaklukkan. Untuk

memperluas jajaran wilayah kekuasaan Aceh, maka ditempatkanlah

Paduka Gocah Pahlawan untuk memimpin daerah perwakilan Wali

Negeri sebagai Raja Kesultanan Deli Pertama, wilayahnya dari

Tamiang hingga Rokan. Pada tahun 1669. Dan sampai akhirnya

berdirinya istana Mimoon dan masjid Al Mashun pada masa

Pemerintahan Sultan Mahmud Al-Rasyid Perkasa Alamsayah.

(3) Struktur ornamen masjid Al-Mashun.

a. Struktur ini memberikan penjelasan tentang bentuk dan letak ornamen

pada area tertentu pada masjid Al-Mashun Medan. Dimulai dari

memberikan gambar ornamen, material serta tempat dimana ornamen

tersebut diaplikasikan, dan menjelaskan tipe dimensionalnya seperti

relief rendah atau relief tinggi, tekhnik cetak dan lain sebagainya.

Page 194: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

b. Ada juga struktur dari bentuk objek. Dari sejumlah elemen yang

membangun ornamen terdapat beberapa unsure bentuk-bentuk yang

dapat diuraikan atau diketahui satuan bentuk tunggalnya sehingga

terdapatlah objek utama dan objek pendamping sekaligus memberikan

penjelasan ritme atau alur irama arah bentuknya.

(4) Kandungan makna ornamen majid Al-Mashun.

a. Penjelasan ini tentu inti sari dari hasil penelitian ini sebagaimana

konsep judul analisis karakteristik ornamen di masjid Al-Mashun

Medan. Penulis menemukan beberapa pernyataan sekaligus

menyimpulkan hasil dari rincian telaah analisis ini. Serangkaian

ornamen yang terletak pada setiap bangunan yang ada di kompleks

masjid Al-Mashun Medan kemudian terkumpulkan menjadi sebuah

kebulatan arti untuk dapat memaknai ornamen masjid raya atau masjid

Al-Mashun. Ada dua pandangan penting yang penulis temukan dari

pemahaman makna terhadap ornamen tersebut yaitu berhubungan

dengan teori Pierce bahwa simbol yang sering muncul pada bidang-

bidang lain bermotif kuntum bunga yang penulis simpulkan dengan

Pohon Hayat (kalpataru) sebagaimana kepercayaan agama Hindu yang

tentunya mempengaruhi budaya Melayu Deli. Kemudian ada beberapa

pendapat dari aspek sosial, yang pertama adalah dari kerabat langsung

yang kedua adalah masyarakat umum.

b. Kerabat langsung, adanya ideologi konsep terdahulu sebagai sebuah

adap penghormatan kepada leluhur menjadi sebuah budaya yang

Page 195: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

mengikat sekaligus simbol identitas. Keindahan ornamen masjid Al-

Mashun dihendaki kesultanan untuk memberikan sebuah wajah

budaya. Bentuk pengakuan ini beralasan kuat karena keturunan atau

para pewaris tahta raja-raja melayu deli berasal dari darah Hindia.

Melihat dari bentuk-bentuk serta pengelompokan ornamentasi yang

ada di masjid Al-Mashun, lebih besar berasal dari Negeri Hindia.

Dengan demikian kesultanan ingin menghadirkan nuansa Hindia di

masjid Al-Mashun karena menunjukkan bahwa mereka adalah

bangsawan-bangsawan berdarah Hindia beragama Islam.

c. Masyarakat umum, pemahaman makna dari sejumlah pemerhati

budaya dan seni dari kota Medan dan sekitarnya memberikan

pernyataan terhadap nilai kandungan ornamen di masjid Al-Mashun

Medan. Nilai pertama ada pada sejarah seni dekorasi Islam, kedua

adalah keagungan budaya melayu deli, ketiga Kewibawaan turunan

raja-raja melayu dan terakhir adalah Kearifan lokal.

6.2 Saran

Banyak harapan penulis ketika dalam proses penelitian ini telah melihat

dan memahami serangkaian aspek yang lahir oleh citra nuansa keindahan

ornamen masjid Al-Mashun Medan. Kemudian harapan tersebut menjadi sebuah

saran yang dapat dipertimbangkan demi kelangsungan pemeliharaan Situs-situs

sebagai peninggalan warisan leluhur Bangsa Indonesia yang patut dikenal,

dilindungi dan dijaga khususnya masjid Al-Mashun yang berada di Medan

Provinsi Sumatera Utara. Saran-saran ini tentunya disampaikan pada pihak-pihak

Page 196: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

yang paling berkompeten dan seluruh masyarakat Indonesia. Pihak-pihak yang

berkompeten tersebut adalah :

a). Mayarakat Suku Melayu, bahwa nilai kearifan yang berada pada keindahan

ornamen masjid Al-Mashun sebagai tanda bahwa kesenian Dunia yang melekat

pada bangunan masjid Al-Mashun telah menjadi bagian kesenian suku Melayu.

Hubungan yang telah mengikat ini karena Masjid sebagai tempat ibadah umat

agama Islam, segala sesuatu yang diperbolehkan dalam bagian masjid merupakan

milik bersama suku Melayu, sehingga ragam corak kesenaian asing yang telah

disadur atau disesuaikan dengan kepentingan adat istiadat Melayu akan menjadi

milik suku Melayu. Dengan demikian masyarakat Melayu harus dapat memahami

seutuhnya akar tradisi yang sumbernya ada dari beberapa pengaruh kesenian

Dunia yang telah disesuaikan dengan agama Islam menjadi milik masyarakat

Melayu.

b). Instansi Pemerintah, sayogyanya Pemerintah harus banyak mempersiapkan

mekanisme kelangsungan kebudayaan serta menjaganya demi mempertahankan

harta warisan nenek moyang yakni nilai-nilai ideologi yang terwujud dalam segala

bentuk kesenian. Dalam hal ini adalah keelokan rupawan ornamentasi yang berada

disetiap sudut masjid Al-Mashun. Kekewatiran akan terjadinya pemunahan berupa

informasi ilmiah terhadap sejarah maupun artefak-artefak dan situs sebagai bentuk

napak tilas kebudayaan sekarang, maka sebaiknya menyegerakan diskusi serius

dengan melibatkan para cendikiawan, sejarawan, antropolog, kaum pelajar dan

pertisipan untuk menggalang dan menciptakan buku sebagai data akurat.

Page 197: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

c). Instansi Pendidikan, kelangsungan budaya ditentukan oleh sejumlah orang

yang menggulirkan ilmu pengetahuan sebagai institusi resmi kepada masyarakat,

tentunya dalam hal ini adalah Sekolah atau Institusi Pendidikan. Siswa dan

Mahasiswa merupakan pihak terpelajar yang pertama menerima langsung

informasi keilmuan yang diterima dari dalam Pendidikan. Kebudayaan yang

bergulir dari dunia Pendidikan dilalui dengan proses transformasi ilmiah. Instansi

Pendidikan harus dapat membuka seluas-luasnya wilayah informasi keilmuan

terhadap kebudayaan daerah khususnya budaya Melayu Deli di daerah kota

Medan. Kebijakan dalam bentuk segala versi untuk membangun motivasi

terhadap gairah kaum muda untuk mempelajari budaya Melayu di dunia

Pendidikan khususnya mengenal ornamen Melayu dan mengenal situs

peninggalan sejarah yang masih dapat berdiri.

d). Masyakat umum, seluruh lapisan masyarakat sebagai manusia yang

berbudaya tentunya menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat sebagai salah satu

yang patut dibanggakan dimata Dunia. Dunia mengenal bangsa Indonesia adalah

bangsa yang tegak berdiri dengan sebuah kehormatan yang bermartabat yang tak

lain adalah memiliki kebudayaan. Dengan keindahan ornamen masjid Al-Mashun

sebagai salah satu kesenian yang telah menjadi milik suku Melayu Deli, maka

sudah pantaslah kita turut berbangga karena Negara yang kita cintai ini banyak

memiliki bentuk dan jenis kesenian yang merupakan harta warisan yang patut

dihormati atau sekaligus disyukuri, karena bagaimanapun kita berada turut

didalamnya.

Page 198: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

DAFTAR PUSTAKA

A.B. Wiranata, I Gede, 2011, antropologi budaya, Bandung : PT. Aditya Bakti

Amir Piliang, Yasraf, 2012, semiotica hipersemiotika, Bandung : Matahari

Azmi, 2012. rumah panggung melayu deli, Medan : Unimed Press

Baiduri, Ratih, 2012, masjid raya al ma’shun medan, Yogyakarta : Eja Publisher

Bangun, Sem C, aplikasi estetika dalam seni rupa, Jakarta : IKIP Jakarta Perss

Bastomi, Suwaji, 1992, wawasan seni, Semarang : IKIP Semarang Press

Cobley, Paul dan Jansz, Litza,2002, semiotic for beginners, terjemahan Ciptadi

Sukono,Bandung : Mizan

Danandjadja, james, 1986. foklor Indonesia, Jakarta : Pustaka Grafitipers

Ekoprawoto, amran, 2005. ornamen sebagai sumber inspirasi karya cendera mata,

Medan : Makalah

Ekoprawoto, amran, 2008. kedalaman spiritual Islam dalam karya seni rupa, Medan :

Makalah

Ekoprawoto, amran, 2014. ornamen tradisional batak sumber inspirasi karya cendera

mata, Bogor : Makalah

Endraswara, Suardi, 2006, metodologi penelitian kebudayaan, Yogyakarta, Gadjah Mada

Universitas Press

Fakih,Mansour, seni rupa penyadaran moelyono,Yogyakarta,1997

Hariwijaya, M., 2006. pedoman tehnis penulisan karya ilmiah,Yogyakarta : Citra Pustaka

Hariyono,P, pemahaman kontekstual tentang ilmu budaya dasar,Yogyakarta 1996

Juliet,Corbin, Strouss, Anselm, dasar-dasar penelitian kualitatif,Yogyakarta 2003

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003, nilai-nilai luhur budaya spritual, Jakarta

Koentjaraningrat, 1987. sejarah antropologi I, Jakarta : UI-Press

Page 199: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

Koentjaraningrat, 1990. sejarah antropologi II, Jakarta : UI-Press

Levine, Peter, 2012.nietzsche potret besar sang filsuf, alih bahasa Ahmad Saidah,

Jogjakarta : IRCiSoD

Marsden, William, 2013, the history of sumatra, cetak ulang, Jakarta : Komunitas Bambu

Nonki, Bang, asal-usul bangsa belayu, blog : Internet

Sobur, alex, 2004. semiotika komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Web.Internet

Wong, Wucius, 1986, beberapa asas merancang dwimatra, terjemahan Drs. Adjat Sakri,

M.Sc, Bandung : ITB

Wong, Wucius, 1989, beberapa asas merancang trimatra, terjemahan Drs. Adjat Sakri,

M.Sc, Bandung : ITB

Zafar Iqbal, Muhammad, kafilah budaya, Jakarta 2006

Page 200: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

LAMPIRAN

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : H. Ulumuddin

Pekerjaan : Ketua BKM Masjid Al-Mashun Medan

Umur : 48 Tahun

Alamat : Medan

2. Nama : Tengku Sahar

Pekerjaan : Juru kunci Istana Maimoon

Umur : 61 Tahun

Alamat : Kompleks Istana Maimoon

3. Nama : Hj. Adriani

Pekerjaan : Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Medan

Umur : 46 Tahun

Alamat : Medan

4. Nama : Sastra Gunawan

Pekerjaan : Budayawan

Umur : 58 Tahun

Alamat : Tanjung balai

5. Nama : Amran Eko Prawoto

Pekerjaan : Seniman

Umur : 58 Tahun

Alamat : Bogor

Page 201: ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMEN DI MASJID RAYA AL … · Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku

6. Nama : H. Sutomo

Pekerjaan : Pengurus lapangan masjid Al-Mashun Medan

Umur : 50 Tahun

Alamat : Medan