analisis karakteristik aliran dalam boks bagi pada … · saluran pipa pvc untuk lahan sawah ......
TRANSCRIPT
ANALISIS KARAKTERISTIK ALIRAN DALAM BOKS BAGI
PADA SISTEM IRIGASI PERPIPAAN
PUJI SULISTIONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Karakteristik
Aliran dalam Boks Bagi pada Sistem Irigasi Perpipaan” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Puji Sulistiono
NIM. F451110121
RINGKASAN
PUJI SULISTIONO. Analisis Karakteristik Aliran dalam Boks Bagi pada Sistem
Irigasi Perpipaan. Dibimbing oleh M. YANUAR J. PURWANTO dan ERIZAL.
Irigasi dengan sistem penyaluran tertutup menggunakan pipa sangat
memungkinkan terjadinya sedimentasi di dalam pipa, oleh karena itu diperlukan
desain perpipaan yang tepat agar sedimentasi di dalam pipa dapat seminimal
mungkin. Boks bagi dalam jaringan irigasi tersier sangat penting selain untuk
membagi air dengan debit yang proporsional ke petakan sawah juga berfungsi
sebagai pengendali sedimen agar sedimentasi yang terjadi di pipa seminimal
mungkin.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah merancang desain boks bagi pada
saluran pipa PVC untuk lahan sawah beririgasi, sehingga nantinya akan
dihasilkan: (1) Analisis karakteristik aliran dalam boks bagi pada saluran pipa
yang paling optimal agar sedimentasi yang terjadi di dalam pipa seminimal
mungkin; (2) Simulasi aliran untuk menganalisis sedimentasi dan karakteristik
aliran dalam boks bagi pada sawah beririgasi perpipaan yang menggunakan air
permukaan sebagai sumber air irigasinya; (3) Hubungan antara parameter-
parameter desain boks bagi dengan debit aliran berdasarkan diameter pipa inlet
dan pipa outlet.
Durst (2008) menjelaskan bahwa analisis dimensional adalah teori
kesamaan dimana jika persamaan diferensial yang menjelaskan masalah aliran
tidak diketahui. Penting diketahui bahwa analisis dimensional juga dapat
digunakan ketika hubungan fisik antara jumlah yang tidak diketahui sama sekali.
Boks bagi dibangun di antara saluran-saluran tersier dan kuarter guna membagi-
bagi air irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter. Model boks bagi dibuat untuk
melakukan simulasi aliran dalam pipa PVC dan boks bagi di saluran pipa
kuarterner sehingga sama seperti yang terjadi pada keadaan sesungguhnya di
lapangan. Dalam penelitian ini dibuat jenis model boks bagi untuk sistem irigasi
perpipaan, yaitu boks bagi dengan penampang lingkaran.
Analisis karakteristik aliran dalam boks bagi dilakukan dengan metode
analisis dimensional. Pada tahap analisis dimensional untuk mengetahui
karakteristik aliran dalam pipa PVC dan boks bagi dilakukan pemilihan besaran-
besaran yang saling mempengaruhi dengan memilih satuan dasar yang
menyatakan hubungan antara besaran-besaran tersebut. Pembuatan grafik dari
data hasil simulasi model dan hasil validasi di lapangan yang nantinya dapat
digunakan sebagai acuan dalam mendesain boks bagi pada jaringan irigasi yang
menggunakan pipa PVC untuk sawah beririgasi perpipaan. Hasil dari grafik ini
dapat digunakan untuk menentukan desain boks bagi pada jaringan irigasi tersier
yang paling optimal sehingga dapat meminimalkan terjadinya sedimentasi di
dalam pipa PVC.
Kata kunci: boks bagi, sistem irigasi perpipaan, karakteristik aliran, analisis
dimensional
SUMMARY
PUJI SULISTIONO. Flow Characteristics Analysis in Division Box of Pipeline
Irrigation System. Supervised by M. YANUAR J. PURWANTO dan ERIZAL.
Irrigation with closed distribution system using pipes is possible to
sedimentation in the pipes, therefore is necessary to design piping system so
sedimentation in the pipes can be as minimal as possible. Division box in the
tertiary irrigation network is very important in addition to divide discharge
proportional to the field also as a sediment control that sedimentation in the pipe
to a minimum.
The main objective of this research is to design division box in the PVC
pipe for irrigated paddy field, so that the results will be: (1) Flow characteristics
Analysis in the division box for the most optimal pipeline so that the
sedimentation in the pipe to a minimum; (2) Simulation to analyze the flow of
sediment and flow characteristics in the piping irrigated using surface water as a
source of irrigation water, (3) the relation between the design parameters of
division box with the flow based on the diameter of the inlet pipe and outlet pipes.
Durst (2008 ) explains that the similarity theory of dimensional analysis is
that if the differential equations that describe the flow of the problem is unknown .
It is important that dimensional analysis can also be used when the physical
relation between the amount of which is not known at all . Division box built in
the tertiary canals and the quarter in order to divide the irrigation water to all
tertiary and quarter. Models of division box was made to simulate the flow in
PVC pipe and division box in the same pipeline so that the quaternary as
happened in the real situation on the field . In this research made the model of
division box for irrigation piping systems with the circular cross section.
Analysis of flow characteristics in the division box using the method of
dimensional analysis. At the phase of dimensional analysis to determine the flow
characteristics in PVC pipes and division box with choosing the basic unit of the
relation between derivative quantities. The graphs of the data model and the
simulation results in the field validation results that can be used as a reference in
designing the division box in the irrigation network that uses PVC pipe for piping
irrigated. Results of this graph can be used to determine the design of division box
on tertiary irrigation network optimized so as to minimize the occurrence of
sedimentation in the PVC pipe.
Keywords: division box, pipeline irrigation system, flow characteristics,
dimensional analysis
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
ANALISIS KARAKTERISTIK ALIRAN DALAM BOKS BAGI
PADA SISTEM IRIGASI PERPIPAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PUJI SULISTIONO
Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS
Dr. Ir. Erizal, MAgr
Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, MSi
Judul Tesis : Analisis Karakteristik Aliran dalam Boks Bagi pada Sistem
Irigasi Perpipaan
Nama : Puji Sulistiono
NIM : F451110121
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS
Ketua
Dr. Ir. Erizal, MAgr
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Lingkungan
Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, MSi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 21-06-2013 Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini
berjudul: “Analisis Karakteristik Aliran dalam Boks Bagi pada Sistem Irigasi
Perpipaan”.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. M.
Yanuar J. Purwanto, MS dan Dr. Ir. Erizal, MAgr selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku ketua program studi
Teknik Sipil dan Lingkungan, I-MHERE B2c IPB selaku sponsor beasiswa penuh
penulis dalam penyelesaian studi magister, serta pihak-pihak lain yang terkait,
yang telah banyak memberikan informasi, pengetahuan, bimbingan, dan
pengarahan sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga hasil penelitian dan karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Puji Sulistiono
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Karakteristik Aliran Dalam Pipa 3
Energi Aliran Dalam Pipa 4
Kehilangan Head Mayor 5
Analisis Dimensional 6
Boks Bagi 7
Skala Model dan Konstruksi Model 8
Bilangan Froude 9
3 METODE 10
Tempat dan Waktu 10
Bahan dan Alat 10
Kerangka Pemikiran 11
Analisis Karakteristik Aliran dalam Boks Bagi 13
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Percobaan Sistem Irigasi Perpipaan 18
Analisis Karakteristik Aliran 19
Simulasi Karakteristik Aliran 23
5 KESIMPULAN DAN SARAN 30
Kesimpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
Satuan dan dimensi pada analisis dimensional fluida 7 Parameter berpengaruh pada analisis dimensional karakteristik aliran
pada pipa dan boks bagi 17 Data hasil percobaan model sistem irigasi perpipaan di laboratorium 18
Parameter dalam analisis dimensional pada pipa 19 Parameter dalam analisis dimensional pada boks bagi 21
Parameter simulasi dalam analisis karakteristik aliran dalam boks bagi 23 Karakteristik aliran dalam boks bagi dari hasil simulasi 29
DAFTAR GAMBAR
Aliran dalam pipa dan aliran dalam saluran lebar 3
Aliran seragam dalam pipa 4 Diagram Moody 6
Boks bagi dengan tipe aliran proporsional (FAO, 1993) 7 Model boks bagi pada sistem irigasi perpipaan 10
Rancangan irigasi perpipaan di petakan sawah 11 Diagram alir penelitian 12
Analisis dimensional aliran pada tangki air (Durst, 2008) 13 Analisis dimensional aliran pada pipa (Durst, 2008) 15
Skema dan parameter dalam analisis dimensional karakteristik aliran air
dalam boks bagi 17
Grafik hubungan antara kekeruhan, slope, dan kecepatan aliran 18 Parameter analisis karakteristik aliran dalam pipa 19
Parameter analisis karakteristik aliran dalam boks bagi 21 Hasil simulasi grup tak berdimensi D/x dengan variabel peubah x 24
Hasil simulasi grup tak berdimensi ɛ/x dengan variabel peubah x 24 Hasil simulasi grup tak berdimensi h/x dengan variabel peubah x 25
Hasil simulasi grup tak berdimensi V/x3 dengan variabel peubah x 25
Hasil simulasi grup tak berdimensi 1/Fr dengan variabel peubah x 26
Hasil simulasi grup tak berdimensi 1/Re dengan variabel peubah x 27 Nilai grup tak berdimensi (1/Fr) dan (1/Re) hasil simulasi dengan
berbagai kecepatan aliran 28 Nilai Bilangan Froude (Fr) dan Reynold (Re) berdasarkan grup tak
berdimensi Π4 dan Π5 dengan berbagai kecepatan aliran 28
DAFTAR LAMPIRAN
Diagram simulasi model sistem irigasi perpipaan 32 Skema model sistem irigasi perpipaan 33
Foto dokumentasi penelitian 34
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi pertanian serta kenyataan bahwa varietas tanaman
modern menuntut pengelolaan air secara tepat guna, maka seluruh prasarana di
daerah-daerah pertanian harus dikembangkan. Budidaya tanaman padi sawah
tentunya tidak bisa terlepas dari masalah saluran irigasi, karena saluran irigasi
berfungsi untuk menyuplai air bagi tanaman padi yang membutuhkan ketersediaan
air yang cukup. Namun ironisnya kondisi irigasi yang ada untuk mengairi sawah
pada umumnya cukup memprihatinkan. Selain sering terjadinya kerusakan,
saluran irigasi juga terkesan tidak terawat sehingga pasokan air untuk lahan sawah
menjadi sangat terbatas terutama pada saat musim kemarau ketika curah hujan
rendah.
Merencanakan dan membangun jaringan irigasi yang memadai sangat
penting dalam rangka mengatasi persoalan pengairan yang dikeluhkan para petani
padi sawah. Untuk mengatur aliran air dari sumbernya ke petak-petak sawah
diperlukan pengembangan sistem irigasi di dalam jaringan petak tersier.
Perencanaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian rupa sehingga pengelolaan
air dapat dilaksanakan dengan baik. Sistem pembagian air yang diterapkan
merupakan masalah pokok sebelum jaringan tersier direncanakan. Dalam sistem
pengaliran secara terus-menerus memerlukan pembagian air yang proporsional,
jadi besarnya bukaan pada boks harus proporsional atau sebanding dengan daerah
irigasi di sebelah hilir.
Sawah beririgasi pada umumnya masih menggunakan saluran terbuka dan
air permukaan sebagai sumber airnya. Hal ini sangat rentan sekali terhadap
kehilangan air dalam proses distribusi air irigasi hingga sampai ke petakan sawah.
Desain jaringan irigasi dengan menggunakan pipa PVC (Polyvinyl chloride)
memiliki efisiensi tinggi terhadap kehilangan air jika dilakukan dengan desain
yang tepat. Penggunaan pipa PVC sebagai pipa irigasi memiliki kelebihan karena
kuat, tidak mudah pecah, dan tidak dapat berkarat. Sumber air irigasi pada
umumnya adalah air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi pada
saat-saat tertentu. Irigasi dengan sistem penyaluran tertutup menggunakan pipa
sangat memungkinkan terjadinya sedimentasi di dalam pipa, oleh karena itu
diperlukan desain perpipaan yang tepat agar sedimentasi di dalam pipa dapat
seminimal mungkin.
Boks bagi dalam jaringan irigasi tersier sangat penting selain untuk
membagi air dengan debit yang proporsional ke petakan sawah juga berfungsi
sebagai pengendali sedimen agar sedimentasi yang terjadi di pipa seminimal
mungkin. Kajian mengenai karakteristik aliran dalam boks bagi pada suatu sistem
irigasi perpipaan merupakan tahapan awal dalam mendesain boks bagi yang tepat.
Dengan mengetahui karakteristik aliran dalam pipa yang kemudian masuk ke
dalam boks bagi akan sangat mempengaruhi dalam perhitungan dan penentuan
bentuk dari boks bagi, sehingga boks bagi tersebut dapat bekerja efektif dalam
meminimalisasi sedimentasi di dalam pipa.
2
Perumusan Masalah
Air irigasi yang digunakan pada sawah beririgasi perpipaan yang merupakan
air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi sangat memungkinkan
terjadinya sedimentasi di dalam pipa PVC. Sedimentasi di dalam pipa sangat
dipengaruhi oleh tingkat kekeruhan dari air irigasi tersebut. Semakin tinggi tingkat
kekeruhan air maka semakin tinggi pula jumlah sedimentasi yang terjadi di dalam
pipa. Faktor kecepatan aliran di dalam pipa sangat berpengaruh terhadap laju
sedimentasi yang terjadi. Semakin rendah kecepatan aliran di dalam pipa maka
semakin tinggi pula laju sedimentasi yang terjadi di dalam pipa. Keadaan saat ini
di lapangan pada lahan sawah beririgasi memiliki masalah sedimentasi di saluran
irigasi yang menggunakan pipa, sehingga diperlukan desain boks bagi yang tepat
pada sistem irigasi perpipaan untuk mengatasi masalah tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan analisis karakteristik
aliran dalam boks bagi yang berguna untuk mendapatkan rancangan desain boks
bagi pada saluran pipa PVC untuk lahan sawah beririgasi. Penyusunan faktor-
faktor sedimentasi dan karakteristik aliran pada boks bagi dilakukan untuk
menentukan desain, dimensi, dan struktur terbaik dari boks bagi. Tujuan tersebut
akan dilakukan dalam beberapa tahapan penelitian sebagai berikut:
- Analisis karakteristik aliran dalam boks bagi pada saluran pipa yang paling
optimal agar sedimentasi yang terjadi di dalam pipa seminimal mungkin.
- Simulasi aliran untuk menganalisis sedimentasi dan karakteristik aliran
dalam boks bagi pada sawah beririgasi perpipaan yang menggunakan air
permukaan sebagai sumber air irigasinya.
- Hubungan antara parameter-parameter desain boks bagi dengan debit
aliran berdasarkan diameter pipa inlet dan pipa outlet.
Manfaat Penelitian
Fungsi boks bagi sebagai pembagi aliran ke petakan sawah dan struktur
untuk meminimalisasi terjadinya sedimentasi di dalam pipa sangat dipengaruhi
oleh desain dan lokasi boks bagi tersebut. Diperlukan perancangan desain dan
penentuan letak boks bagi yang tepat pada saluran perpipaan untuk lahan sawah
beririgasi agar sedimentasi yang terjadi di dalam pipa PVC seminimal mungkin
dan debit aliran di pipa outlet sesuai dengan perencanaan desain jaringan irigasi.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Aliran Dalam Pipa
Mekanika fluida adalah subjek dimana fenomena yang agak rumit banyak
ditemui, sehingga sangat penting memahami beberapa deskripsi dan
penyederhanaan dari beberapa aliran fluida khusus. Sebuah variabel dependen
fluida secara umum bergantung pada tiga koordinat ruang dan waktu, misalnya, V
(x, y, z, t). Aliran yang tergantung pada tiga koordinat ruang adalah aliran tiga
dimensi, itu bisa menjadi aliran tetap (steady) jika waktu tidak terlibat. Dalam
aliran dua dimensi variabel dependen tergantung pada dua variabel ruang, yaitu, p
(r, Ɵ) atau V (x, y, t). Aliran satu dimensi adalah aliran yang kecepatannya
tergantung pada satu variabel ruang termasuk aliran dalam pipa dan saluran, dua
jenis yang paling banyak dipelajari. Untuk aliran dalam pipa panjang, kecepatan
tergantung pada r jari-jari, dan dalam saluran lebar (plat paralel) itu tergantung
pada y, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. (Potter dan Wiggert, 2008)
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmodjo,
1996). Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam
pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai
permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan adalah zat cair. Tekanan di
permukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Potter dan Wiggert (2008) juga menjelaskan bahwa aliran yang ditunjukkan
pada Gambar 1 juga disebut aliran dimana profil kecepatan tidak berubah
sehubungan dengan koordinat hilir. Menunjukkan bahwa aliran pipa yang
ditampilkan adalah diameter hilir dari setiap perubahan dalam geometri, seperti
pintu masuk, katup, siku, atau kontraksi atau ekspansi. Jika aliran belum berubah,
medan kecepatan tergantung pada lebih dari satu koordinat ruang, seperti yang
terjadi di dekat sebuah titik perubahan geometri. Aliran mungkin tidak tetap, yaitu
mungkin tergantung pada waktu, seperti ketika sebuah katup dibuka atau ditutup.
Gambar 2 menggambarkan tentang aliran seragam; profil kecepatan, dan sifat
lainnya seperti tekanan, seragam di seluruh bagian pipa. Profil ini sering
diasumsikan dalam masalah aliran pipa dan saluran karena lebih umum mendekati
aliran turbulen.
Gambar 1 Aliran dalam pipa dan aliran dalam saluran lebar
4
Dalam aliran efek viskositas dapat sepenuhnya diabaikan tanpa efek
signifikan pada solusi untuk masalah yang melibatkan aliran. Semua cairan
memiliki viskositas dan jika efek viskos tidak dapat diabaikan, itu adalah aliran
viskos. Efek viskos sangat penting dalam arus di dalam pipa dan pada banyak
jenis aliran dalam saluran menyebabkan kerugian dan memerlukan pompa di jalur
pipa panjang.
Energi Aliran Dalam Pipa
Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan namun dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lain.
Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal sebagai
head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi pada
titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada energi
yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida. Konsep ini dinyatakan
ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan persamaan Bernoulli seperti
pada persamaan (1) atau (2). Persamaan ini digunakan jika diasumsikan tidak ada
kehilangan energi antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun
biasanya beberapa head losses terjadi di antara dua titik. Jika head losses tidak
diperhitungkan maka akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan.
(Potter dan Wiggert, 2008)
(1)
dimana :
p1 dan p2 = Tekanan pada titik 1 dan 2 (P)
V1 dan V2 = Kecepatan aliran pada titik 1 dan 2 (m/s)
h1 dan h2 = Perbedaan ketinggian titik 1 dan 2 terhadap datum (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Persamaan di atas digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan
tipe aliran, biasanya untuk fluida incompressible tanpa adanya penambahan panas
atau energi yang diambil dari fluida. Namun, persamaan ini tidak dapat digunakan
untuk menyelesaikan aliran fluida yang mengalami penambahan energi untuk
menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya pompa, turbin dan
peralatan lainnya.
Gambar 2 Aliran seragam dalam pipa
5
Kehilangan Head Mayor
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kehilangan tekanan
(head). Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding
pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Jika head loss
dinotasikan dengan “hL” maka persamaan Bernoulli dapat ditulis menjadi
persamaan baru, dirumuskan seperti pada persamaan (3). Head loss akibat
gesekan dapat dihitung menggunakan rumus tersebut. (Potter dan Wiggert, 2008)
(2)
dimana:
hL = Head loss karena gesekan (m)
f = Koefisien gesekan
D = Diameter dalam pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran rata-rata fluida dalam pipa (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran
fluida di dalam pipa yaitu dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh
Swamee dan Jain untuk aliran pipa. Rumus tertentu yang dipilih tergantung pada
informasi yang diberikan. Rumus berikut adalah untuk menentukan jumlah dalam
jangkauan panjang aliran pipa. Formula ini tidak digunakan dalam panjang pipa
yang pendek atau dalam pipa dengan banyak sambungan dan perubahan geometri.
(Potter dan Wiggert, 2008)
(3)
(4)
(5)
6
Analisis Dimensional
Pada analisis dimensional dilakukan pemilihan besaran-besaran yang saling
mempengaruhi dengan memilih satuan dasar yang menyatakan hubungan antara
besaran-besaran tersebut. Analisis dimensional banyak digunakan pada bidang
pindah panas, mekanika fluida atau bidang-bidang lain yang berkaitan dengan
masalah keteknikan. Keuntungan dari analisis dimensional adalah mendapatkan
persamaan empiris yang dapat digunakan pada berbagai kondisi dan skala.
Durst (2008) menjelaskan bahwa analisis dimensional adalah teori
kesamaan jika persamaan diferensial yang menjelaskan masalah aliran tidak
diketahui. Penting diketahui bahwa analisis dimensional juga dapat digunakan
ketika hubungan fisik antara jumlah tidak diketahui sama sekali. Analisis
dimensional terbukti menjadi metode secara umum yang valid untuk mengenali
struktur informasi dalam hubungan antara kuantitas fisik dengan cara yang tepat
dan jelas. Dimulai dari kenyataan bahwa dalam ilmu alam kuantitatif jumlah
deskriptif memiliki dimensi dan dapat dibagi ke besaran dasar dan besaran
turunan.
Dalam mekanika fluida, panjang, waktu dan massa merupakan besaran
dasar sedangkan luas, volume, kecepatan, percepatan, tekanan, energi, densitas,
viskositas dinamik dan viskositas kinematik, merupakan besaran yang diturunkan.
Klasifikasi ini memiliki konsekuensi penting bahwa unit di mana besaran dasar
yang diukur dapat dipilih secara independen, dan dari besaran itu bergantung yang
Sumber: L.F. Moody, Trans. ASME, v. 66, 1944 dalam Potter dan Wiggert (2008)
Gambar 3 Diagram Moody
7
ditentukan oleh pilihan. Jadi, dengan unit meter (m), waktu (s) dan kilogram (kg)
untuk besaran dasar, maka besaran yang diturunkan disajikan pada Tabel 1.
Boks Bagi
Boks bagi dibangun di antara saluran-saluran tersier dan kuarter guna
membagi-bagi air irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter. Perencanaan boks
bagi harus sesuai dengan kebiasaan petani setempat dan memenuhi kebutuhan
kegiatan operasi di daerah yang bersangkutan pada saat ini maupun kemungkinan
pengembangan di masa mendatang. Tergantung pada air yang tersedia, boks bagi
harus membagi air secara proporsional dan secara rotasi. Elevasi ambang dan
muka air di atas ambang harus sama untuk semua bukaan pada boks. Untuk
pemberian air secara rotasi, boks dilengkapi dengan pintu yang dapat menutup
bukaan jika diperlukan. Pada jaringan irigasi padi dengan lahan yang relatif datar,
perbedaan antara muka air maksimum di hulu bangunan sadap tersier dan elevasi
sawah yang akan diairi sangat kecil. Gambar 4 menggambarkan tiga jenis boks
bagi dengan beberapa tipe outlet dan inlet, baik berupa pipa maupun bukaan aliran
biasa berbentuk weir.
Gambar 4 Boks bagi dengan tipe aliran proporsional (FAO, 1993)
Tabel 1 Satuan dan dimensi pada analisis dimensional fluida
Besaran Turunan Satuan (SI) Dimensi
Luas (A) m2 L
2
Volume (V) m3 L
3
Kecepatan (v) ms-1
LT-1
Tekanan (P) kgm-1
s-2
ML-1T
-2
Energi (E) kgm2s
-2 ML
2T
-2
Densitas (ρ) kgm-3
ML-3
Viskositas dinamik (μ) kgm-1
s-1
ML-1T
-1
Viskositas kinematik (υ) m-2
s-1
L-2T
-1
8
Skala Model dan Konstruksi Model
Ada dua jenis skala yang dapat digunakan dalam pemakaian skala model
fisik hidraulika, yaitu skala model sama (undistorted model) dan skala model yang
tidak sama (distorted model). Skala model sama adalah skala yang dipakai dalam
pembuatan model dimana perbandingan skala mendatar dan skala tegak adalah
sama. Sedangkan skala model yang tidak sama adalah perbandingan antara skala
mendatar dan skala tegak yang tidak sama. Hubungan skala (scale relation) yang
digunakan untuk pembuatan/perencanaan model fisik dibedakan menjadi dua
kelompok (De Vries, 1977):
1. Scale Law: Hubungan antar skala parameter yang harus dipenuhi (dalam hal
ini adalah Roughnes condition dan Froude condition).
2. Scale Condition: Hubungan antar skala parameter yang harus dipenuhi untuk
menghindari scale effects (dalam hal ini adalah kriteria kesebangunan).
Hubungan antara model dan prototipe dipengaruhi oleh hukum-hukum sifat
sebangun hidraulika. Perbandingan antara prototipe dan model disebut dengan
skala model. Dalam merencanakan suatu model terdapat sifat-sifat kesebangunan
model, yang amat menentukan ketelitian model tersebut. Yang dimaksudkan
dengan kesebangunan tersebut adalah:
1. Sebangun geometris, disebut juga dengan sebangun bentuk. Yaitu
perbandingan antara ukuran analog prototipe dengan model harus sama
besarnya. Perbandingan yang digunakan adalah panjang, luas dan volume.
Semua ukuran pada titik sembarang di model dan prototipe harus mempunyai
skala yang sama. Sebangun geometris sempurna tidak selalu mudah dicapai,
sehingga kekasaran permukaan dari model yang kecil tidak mungkin
merupakan hasil dari skala model, tetapi hanya dibuat permukaan yang lebih
licin daripada prototipe.
2. Sebangun kinematis, yaitu sebangun gerakan. Perbandingan yang digunakan
adalah waktu, kecepatan dan debit.
3. Sebangun dinamis, yaitu kesebangunan gaya-gaya yang terjadi bila
gerakannya sebangun kinematis, dan rasio dari massa yang bergerak serta
gaya penyebabnya sudah homolog besarnya.
Jika gaya gravitasi dominan dalam suatu sistem, maka skala model yang
dipakai berdasarkan bilangan Froude. Bilangan Froude harus sama antara model
dan prototipe. Frm = Frp, dimana subskrip m dan p menunjukkan model dan
prototipe. Dengan menganggap bahwa percepatan gravitasi adalah konstan di
seluruh muka bumi, maka: Dalam hal ini Lr = Lm/Lp dinamakan skala geometri.
Untuk suatu bangunan hidraulika berupa saluran pelimpah, maka yang
menentukan keadaan aliran adalah bilangan Froude (Triatmodjo, 1996):
(6)
dengan :
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
h = Kedalaman aliran (m)
9
Pemilihan skala geometris model yang cocok tergantung pada tipe sistem
fluida yang akan dikaji, dan tergantung pada ruang yang tersedia untuk membuat
model, namun demikian persyaratan kesetaraan dinamis dapat dipakai juga untuk
menentukan skala model. Sebagai contoh skala debit, memungkinkan untuk
menentukan kisaran aliran dalam model yang harus dipakai untuk mensimulasi
kisaran debit yang ada pada prototipe. Apabila hubungan antar skala dan
kesebangunan telah dipenuhi, maka tingkat ketelitian perlu diperhatikan
sehubungan dengan besarnya nilai skala yang digunakan. Pemilihan skala model
umumnya didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu tujuan dari pengujian,
ketelitian yang diharapkan, fasilitas yang tersedia di laboratorium, serta waktu dan
biaya yang tersedia.
Bilangan Froude
Efek dari gaya gravitasi pada suatu aliran ditunjukkan dalam perbandingan
gaya inersia dan gaya gravitasi. Perbandingan tersebut dinyatakan dalam Froude
Number, dengan bentuk persamaan:
atau (7)
Dimana :
Fr = Froude Number
V = kecepatan aliran rata-rata
L = panjang karakteristik (m), untuk saluran terbuka L sama dengan
kedalaman hidraulik (D) yaitu perbandingan luas permukaan aliran (A) dengan
lebar permukaan atas (T) D : A/T
Berdasarkan angka Froude number kondisi aliran digolongkan menjadi:
a. Aliran sub kritis: terjadi pada bilangan F < 1
b. Aliran kritis: terjadi pada bilangan F = 1
c. Aliran super kritis: terjadi pada bilangan F > 1
Soekarno (2006) menyatakan bahwa setiap penambahan nilai Fr akan
menurunkan harga L/h, dimana bila harga L tetap, maka harga h akan semakin
naik seiring dengan bertambahnya bilangan Froude. Perubahan debit yang
mengalir di hulu sangat mempengaruhi perubahan L/h, dimana untuk masing-
masing sudut masuk menunjukkan kecenderungan perubahan kurva yang sedikit
berbeda.
Fr Fr
10
3 METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika,
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Kegiatan penelitian, proses
pengolahan data, dan penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan dari bulan
Agustus 2012 sampai dengan Maret 2013.
Bahan dan Alat
Dalam penelitian ini dibuat model boks bagi untuk sistem irigasi perpipaan,
yaitu boks bagi dengan penampang lingkaran. Pada tahap ini dilakukan simulasi
model sistem irigasi perpipaan di Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika,
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Skema detail simulasi model
sistem irigasi perpipaan dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan model boks bagi
disajikan pada Gambar 5.
Proses pengukuran dan pengambilan data dalam penelitian ini dibutuhkan
beberapa alat ukur, yaitu:
o Meteran 5 m sebanyak 2 buah
o Penggaris 50 cm sebanyak 4 buah
o Gelas ukur 5 liter sebanyak 4 buah
o Stopwatch sebanyak 2 buah
o Timbangan sebanyak 2 buah
o Turbidity meter 1 buah
o Manometer 1 set
Selain itu digunakan seperangkat komputer dengan aplikasi spreadsheet dan CAD
untuk proses pengolahan data.
Gambar 5 Model boks bagi pada sistem irigasi perpipaan
11
Kerangka Pemikiran
Pembuatan model boks bagi pada rancangan sistem irigasi perpipaan perlu
dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengambilan data pada penelitian ini.
Model boks bagi ini dibuat untuk melakukan simulasi aliran dalam pipa PVC dan
boks bagi di saluran pipa kuarterner sehingga sama seperti yang terjadi pada
keadaan sebenarnya di lapangan. Model aliran dalam pipa dan boks bagi dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mensimulasi aliran kontinyu yang terjadi sama
seperti aliran dalam pipa irigasi di sawah. Tingkat kekeruhan dan densitas air yang
digunakan pun disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan sehingga benar-benar
mampu menggambarkan keadaan di lapangan.
Dalam penelitian ini difokuskan pada kajian analisis karakteristik aliran
dalam boks bagi yang merupakan bagian dari suatu sistem irigasi perpipaan.
Fungsi boks bagi dalam suatu sistem irigasi perpipaan ini sangat penting, yaitu
untuk meminimalisasi adanya sedimentasi di dalam pipa penyalur ditingkat
kuarterner, dan juga membagi air secara proporsional ke petakan sawah. Skema
sistem irigasi perpipaan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6, sedangkan
diagram alir dari penelitian ini disajikan pada Gambar 7.
Gambar 6 Rancangan irigasi perpipaan di petakan sawah
12
Gambar 7 Diagram alir penelitian
13
Analisis Karakteristik Aliran dalam Boks Bagi
Analisis karakteristik aliran dalam boks bagi dilakukan dengan metode
analisis dimensional. Pada tahap analisis dimensional untuk mengetahui
karakteristik aliran dalam pipa PVC dan boks bagi dilakukan pemilihan besaran-
besaran yang saling mempengaruhi dengan memilih satuan dasar yang
menyatakan hubungan antara besaran-besaran tersebut. Durst (2008) telah
melakukan analisis pada aliran di dalam kontainer air dan di dalam pipa yang
kasar. Metode ini juga akan digunakan untuk melakukan analisis karakteristik
aliran dalam boks bagi pada saluran pipa kuarterner.
Penyelesaian analisis dimensional dalam problema fisika terutama bidang
mekanika fluida, matriks dimensi berikut dapat digunakan:
Matriks dengan ordo r = 3 dan n parameter berpengaruh, akan menghasilkan
besaran nilai π = ( n - r ). Sebagai referensi dalam analisis dimensional pada boks
bagi digunakan hasil analisis Durst (2008) pada aliran yang keluar dari tangki air
dan aliran dalam pipa.
Untuk analisis pada tangki air diperoleh bahwa nilai n = 6 parameter yang
mempengaruhi, yaitu m = f (ρ, g, h, A, μ). Dengan penentuan atas besaran yang
relevan untuk fluida yang mengalir keluar dari tangki air, sehingga dapat dibuat
matriks dimensi sebagai berikut:
Dari matriks tersebut didapat hasil ordo r = 3 angka karakteristik tak
berdimensi, yaitu π1, π2 dan π3.
Gambar 8 Analisis dimensional aliran pada tangki air (Durst, 2008)
Diagram alir penelitian
14
Ditentukan turunan pertama adalah variabel m, maka diperoleh:
lalu didapatkan:
dimana π1 adalah bilangan Reynold (Re).
Selanjutnya ditentukan turunan kedua adalah variabel A, maka diperoleh:
lalu didapatkan:
dimana π2 adalah bilangan kesamaan geometri.
Lalu ditentukan turunan ketiga adalah variabel g sehingga diperoleh:
lalu didapatkan:
Dari hasil analisis dimensional didapat nilai π1, π2 dan π3 adalah:
15
Sehingga dari hasil yang diukur dapat dicapai untuk fungsi m = f (ρ, g, h, A,
μ) yaitu nilai π1 sebagai bilangan Re dan nilai π2, π3 sebagai parameter.
Analisis selanjutnya yang dilakukan Durst (2008) adalah analisis
dimensional aliran pada pipa.
ϵ = kekasaran pipa
Parameter yang relevan untuk representasi dari masalah aliran melalui pipa
kasar di atas ditentukan matriks dimensi sebagai berikut:
diperoleh nilai r = 3 dan n = 6.
Ditentukan variabel U sebagai variabel turunan pertama, maka diperoleh:
lalu didapatkan:
Gambar 9 Analisis dimensional aliran pada pipa (Durst, 2008)
Diagram alir penelitian
16
Lalu menentukan dP/dx sebagai turunan konstanta kedua, maka diperoleh:
lalu didapatkan:
Selanjutnya menentukan ϵ sebagai variabel turunan ketiga, maka diperoleh:
lalu didapatkan:
Jadi dari hasil analisis dimensional ini didapat nilai π1, π2 dan π3 adalah:
Berdasarkan analisis dimensional yang telah dilakukan Durst (2008)
tersebut maka akan dijadikan referensi dalam analisis dimensional terhadap
karakteristik aliran air dalam boks bagi dengan parameter-parameter yang
17
berbeda. Penentuan variabel dan jumlah parameter Qn yang berpengaruh pada
analisis dimensional boks bagi merupakan hipotesis dalam penelitian ini. Dalam
hipotesis ini ditentukan empat arah aliran yang terjadi dalam boks bagi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Dalam analisis dimensional terhadap karakteristik aliran dalam boks bagi
tersebut diperoleh beberapa parameter yang berpengaruh seperti disajikan pada
Tabel 2. Dalam penentuan parameter ini diasumsikan bahwa beberapa parameter
yang berpengaruh nilainya adalah sama pada setiap arah aliran.
Tabel 2 Parameter berpengaruh pada analisis dimensional karakteristik aliran
pada pipa dan boks bagi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9
U D x h ɛ ρ g μ V
M 0 0 0 0 1 1 0 1 0
L 1 1 1 1 0 -3 1 -1 3
T -1 0 0 0 1 0 -2 -1 0
Gambar 10 Skema dan parameter dalam analisis dimensional karakteristik
aliran air dalam boks bagi
Diagram alir penelitian
18
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan Sistem Irigasi Perpipaan
Dari hasil simulasi model sistem irigasi perpipaan di laboratorium diperoleh
hasil bahwa tingkat kekeruhan air irigasi berbanding lurus dengan besarnya debit
dan kecepatan aliran yang mengalir di dalam pipa. Semakin tinggi debit dan
kecepatan dari aliran, semakin besar pula nilai kekeruhan dari air irigasi tersebut.
Tingkat kekeruhan air irigasi yang semakin tinggi dipengaruhi oleh jenis aliran air
yang mengalir, semakin aliran air mengalami turbulensi, kekeruhan air pun
semakin tinggi, hal ini juga akan berpengaruh terhadap tingkat kemungkinan
sedimentasi yang akan terjadi di dalam pipa.
Tabel 3 Data hasil percobaan model sistem irigasi perpipaan di laboratorium
Gambar 11 Grafik hubungan antara kekeruhan, slope, dan kecepatan aliran
% liter/detik liter/detik mm mm mm mm NTU NTU NTU m/detik m/detik
0 1.45 0.93 576 514 603 454 559 571 570 0.802 0.515
0.05 1.03 0.94 571 508 543 508 570 585 582 0.570 0.521
0.1 1.03 0.95 569 509 543 508 610 621 621 0.570 0.524
0.25 1.03 0.94 568 508 540 508 612 617 620 0.570 0.520
0.5 1.03 0.94 566 509 540 508 597 595 593 0.570 0.519
Sumber
Air
Boks
Bagi
Outlet
BoksInlet Outlet
Slope
Debit Head Kekeruhan Kecepatan
Inlet Outlet Pipa A Pipa BInlet
Boks
Outlet
Boks
S = 4.54U - 2.18
N = 4831.6U- 1914.5
560
570
580
590
600
610
620
630
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.514 0.516 0.518 0.52 0.522 0.524 0.526
Kek
eru
ha
n (
NT
U)
Slo
pe (%
)
Kecepatan (m/s)
Slope
Kekeruhan
19
Analisis Karakteristik Aliran
Tahap pertama dilakukan analisis karakteristik aliran pada pipa yang
memperhitungkan parameter berpengaruh dalam tahap analisis dimensional.
Tahap analisis dimensional pada pipa ini dilakukan pada pipa inlet dan outlet.
Ditentukan 8 parameter yang merupakan variabel berpengaruh terhadap
karakteristik aliran pada pipa, yaitu: U (kecepatan aliran), D (diameter pipa), x
(panjang pipa), h (head pada titik inlet dan outlet), μ (viskositas dinamik), ɛ
(koefisien kekasaran pipa), ρ (massa jenis air), dan g (gravitasi).
Penentuan jumlah grup tak berdimensi (Π) menggunakan fungsi: i = n – r;
dimana i adalah jumlah grup tak berdimensi independen, n adalah jumlah variabel
yang terlibat, dan r adalah rank dari matriks dimensional, sehingga didapat jumlah
jumlah grup tak berdimensi (Π) = 8 – 3 = 5 grup tak berdimensi, Π1, Π2, Π3, Π4,
dan Π5. Dari kedelapan variabel berpengaruh ini ditentukan 3 variabel berulang
yang paling berpengaruh terhadap desain boks bagi dalam fungsinya terhadap laju
sedimentasi, yaitu U (kecepatan aliran), x (panjang pipa), dan ρ (massa jenis air),
sehingga akhirnya akan didapat 5 grup tak berdimensi. Penentuan variabel U
(kecepatan aliran) sebagai variabel berulang paling berpengaruh karena
diasumsikan bahwa faktor kecepatan aliran dalam pipa akan mempengaruhi
potensi dan laju terjadinya sedimentasi. Variabel x (panjang pipa) ditentukan
sebagai variabel paling berpengaruh karena diasumsikan bahwa faktor panjang
pipa ini akan mempengaruhi jumlah sedimen yang akan mengendap, sedangkan
variabel ρ (massa jenis air) diasumsikan sebagai jumlah sedimen yang terlarut
didalam air.
Tabel 4 Parameter dalam analisis dimensional pada pipa
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8
U D x h ɛ ρ g μ
M 0 0 0 0 1 1 0 1
L 1 1 1 1 0 -3 1 -1
T -1 0 0 0 1 0 -2 -1
Gambar 12 Parameter analisis karakteristik aliran dalam pipa
20
Penentuan variabel-variabel dalam grup tak berdimensi (Π):
Π1 = D Uα x
β ρ
γ
Π2 = ɛ Uα x
β ρ
γ
Π3 = h Uα
xβ ρ
γ
Π4 = g Uα x
β ρ
γ
Π5 = μ Uα x
β ρ
γ
Setelah dilakukan analisis dimensional didapatkan nilai-nilai grup tak berdimensi
yaitu sebagai berikut:
Π1 = D U0 x
-1 ρ
0 = D x
-1 =
Π2 = ɛ U0 x
-1 ρ
0 = ɛ x
-1 =
Π3 = h U0 x
-1 ρ
0 = h x
-1 =
Π4 = g U-2
x1 ρ
0 = g U
-2 x
1 =
Π5 = μ U-1
x-1
ρ-1
= μ U-1
x-1
ρ-1
=
dimana diketahui:
Π4 =
=
Π5 =
=
Analisis karakteristik aliran pada pipa ini perlu dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya sedimentasi di dalam pipa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pipa diasumsikan sebagai salah satu bagian sistem yang
terhubung dengan boks bagi yang merupakan salah satu fungsinya sebagai
pengendali sedimen. Selain itu dengan mengetahui karakteristik aliran yang
masuk ke dalam dan keluar dari boks bagi maka dapat dapat ditentukan ukuran
dan jenis pipa yang tepat agar air yang dialirkan tetap sesuai dengan debit yang
direncanakan.
Berikutnya adalah menganalisis hubungan karakteristik aliran dalam pipa
dengan dimensi ukuran dari boks bagi, yaitu pertama dengan menentukan
21
parameter yang berpengaruh dalam tahap analisis dimensional pada boks bagi.
Dalam tahap analisis dimensional boks bagi ini dilakukan pada 4 titik pipa yaitu 1
pipa inlet dan 3 pipa outlet, dan diasumsikan parameter-parameter yang
berpengaruh di keempat titik ini adalah sama, yang nantinya membedakan adalah
besaran nilai dan arah alirannya. Ditentukan 9 parameter yang merupakan variabel
berpengaruh terhadap desain boks bagi, yaitu: U (kecepatan aliran), D (diameter
pipa), x (panjang pipa), h (head pada titik inlet dan outlet), μ (viskositas dinamik),
dan V (volume air dalam boks bagi), ɛ (koefisien kekasaran pipa), ρ (massa jenis
air), dan g (gravitasi).
Metode dalam analisis karakteristik aliran dalam boks bagi sama dengan
analisis aliran dalam pipa, perbedaannya adalah dalam parameter ukuran dari boks
bagi (V). Penentuan jumlah grup tak berdimensi (Π) menggunakan fungsi: i = n –
r; dimana i adalah jumlah grup tak berdimensi independen, n adalah jumlah
variabel yang terlibat, dan r adalah rank dari matriks dimensional, sehingga dalam
analisis karakteristik aliran pada boks bagi ini didapat jumlah jumlah grup tak
berdimensi (Π) = 9 – 3 = 6 grup tak berdimensi, Π1, Π2, Π3, Π4, Π5, dan Π6. Dari
kesembilan variabel berpengaruh ditentukan 3 variabel berulang yang paling
berpengaruh terhadap desain boks bagi dalam fungsinya terhadap faktor
sedimentasi, yaitu U (kecepatan aliran), x (panjang pipa), dan ρ (massa jenis air),
sehingga pada akhirnya didapat 6 grup tak berdimensi.
Tabel 5 Parameter dalam analisis dimensional pada boks bagi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9
U D x h ɛ ρ g μ V
M 0 0 0 0 1 1 0 1 0
L 1 1 1 1 0 -3 1 -1 3
T -1 0 0 0 1 0 -2 -1 0
Gambar 13 Parameter analisis karakteristik aliran dalam boks bagi
22
Penentuan variabel-variabel dalam grup tak berdimensi (Π):
Π1 = D Uα x
β ρ
γ
Π2 = ɛ Uα x
β ρ
γ
Π3 = h Uα
xβ ρ
γ
Π4 = g Uα x
β ρ
γ
Π5 = μ Uα x
β ρ
γ
Π4 = V Uα x
β ρ
γ
Setelah dilakukan analisis dimensional didapatkan nilai-nilai grup tak berdimensi
yaitu sebagai berikut:
Π1 = D U0 x
-1 ρ
0 = D x
-1 =
Π2 = ɛ U0 x
-1 ρ
0 = ɛ x
-1 =
Π3 = h U0 x
-1 ρ
0 = h x
-1 =
Π4 = g U-2
x1 ρ
0 = g U
-2 x
1 =
Π5 = μ U-1
x-1
ρ-1
= μ U-1
x-1
ρ-1
=
Π6 = V U0 x
-3 ρ
0 = V x
-3 =
dimana diketahui:
Π4 =
=
Π5 =
=
Dari hasil analisis dimensi diketahui bahwa grup tak berdimensi Π4 adalah
Bilangan Froude yang merupakan bilangan tak berdimensi yang didefinisikan
sebagai rasio dari karakteristik kecepatan aliran terhadap untuk kecepatan
gravitasi di dalam aliran atau ekuivalen didefinisikan sebagai rasio inersia
terhadap gaya gravitasi. Dalam mekanika fluida, bilangan Froude digunakan
untuk menentukan resistansi suatu zat yang terlarut dan bergerak melalui air, dan
memungkinkan perbandingan objek dengan ukuran yang berbeda, yang dalam hal
23
ini dapat digambarkan sebagai sedimen yang terlarut dalam aliran air. Semakin
besar Bilangan Froude, semakin besar pula resistansi zat dalam aliran.
Selain itu, dari hasil analisis dimensi juga diketahui bahwa grup tak
berdimensi Π5 adalah Bilangan Reynold yang didefinisikan sebagai bilangan tak
berdimensi yang memberikan ukuran rasio gaya inersia terhadap viskositas fluida
yang mengakibatkan besaran gaya yang diberikan terhadap kondisi aliran.
Bilangan Reynold ini juga digunakan untuk mengkarakterisasi jenis aliran yang
berbeda, seperti laminar atau aliran turbulen: aliran laminar terjadi pada bilangan
Reynolds rendah, dimana gaya viskositas yang dominan, dan ditandai oleh
gerakan fluida yang konstan dan halus, sedang aliran turbulen terjadi pada angka
Reynolds yang tinggi dan didominasi oleh gaya inersia, yang cenderung
menghasilkan pusaran dan ketidakstabilan dalam aliran.
Simulasi Karakteristik Aliran
Setelah diketahui hasil hubungan antara parameter-parameter yang saling
berpengaruh dari analisis dimensional yang tergambarkan dalam grup-grup tak
berdimensi, selanjutnya dilakukan simulasi untuk mengetahui karakteristik aliran
yang terjadi di dalam boks bagi.
Parameter Satuan
Nilai
U kecepatan aliran dalam pipa m/s
variabel peubah
D diameter pipa
m
variabel peubah
x panjang pipa
m
variabel peubah
ε koef. kekasaran pipa
m
0.0000015
ρ massa jenis air
kg/m3
1020
g percepatan gravitasi
m/s2
9.81
V volume boks bagi
m3
0.064
h head pipa
m
0.05
μ viskositas dinamik
kg/ms
0.00000133
Simulasi ini dilakukan dengan mengubah parameter-parameter yang
berpengaruh pada setiap grup-grup tak berdimensi sehingga diketahui
karakteristik aliran dan hubungannya dengan proses sedimentasi yang terjadi,
yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan analisis untuk mendesain boks
bagi.
Tabel 6 Parameter simulasi dalam analisis karakteristik aliran dalam boks bagi
24
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0 10 20 30 40 50 60
D/x
x, panjang pipa (m)
0.0E+00
5.0E-07
1.0E-06
1.5E-06
2.0E-06
2.5E-06
3.0E-06
3.5E-06
0 10 20 30 40 50 60
ε/x
x, panjang pipa (m)
Gambar 15 Hasil simulasi grup tak berdimensi ɛ/x dengan variabel peubah x
Gambar 14 Hasil simulasi grup tak berdimensi D/x dengan variabel peubah x
25
Gambar 15, 16, dan 17 hasil simulasi Π1, Π2 dan Π3 menggambarkan tentang
karakteristik aliran dalam pipa dan boks bagi, serta faktor sedimentasi yang
dipengaruhi oleh parameter D/x, ε/x, dan h/x, yaitu bahwa rasio antara diameter
dengan panjang pipa, rasio kekasaran permukaan dengan panjang pipa, serta rasio
head dengan panjang pipa berpengaruh terhadap laju sedimentasi yang terjadi.
Dalam simulasi ini digunakan diameter pipa sebesar 2 ½ inci dengan kekasaran
permukaan 0.00000133 m, dengan panjang maksimal pipa 50 m dan beda head
0.05 m. Ketiga faktor ini akan menjadi faktor desain dalam mendesain boks bagi
dengan tujuan untuk membuat kemungkinan sedimentasi yang terjadi di dalam
pipa sekecil mungkin.
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0 10 20 30 40 50 60
h/x
x, panjang pipa (m)
-0.01
0.09
0.19
0.29
0.39
0.49
0.59
0 10 20 30 40 50 60
V/x
3
x, panjang pipa (m)
Gambar 17 Hasil simulasi grup tak berdimensi V/x3 dengan variabel peubah x
Gambar 16 Hasil simulasi grup tak berdimensi h/x dengan variabel peubah x
26
Gambar 18 menunjukkan parameter tak berdimensi V/x3, yaitu rasio
hubungan antara volume air yang mengalir ke boks bagi dengan panjang pipa,
berpengaruh terhadap sedimentasi yang terjadi di dalam pipa dan besar volume air
yang akan ditampung dalam boks bagi. Selanjutnya besar volume air ini dan laju
sedimentasi yang terjadi di dalamnya akan menentukan dimensi dan bentuk dari
boks bagi.
Gambar 19 adalah hasil simulasi untuk grup tak berdimensi Π4 yang
merupakan grup yang dipengaruhi oleh faktor kecepatan aliran (U), panjang pipa
(x), dan percepatan gravitasi (g), dan dilakukan dengan merubah kecepatan aliran
di dalam pipa. Dari hasil simulasi diketahui bahwa semakin besar nilai Π5, dengan
kecepatan aliran di dalam pipa yang semakin kecil dan panjang pipa yang semakin
panjang, maka kemungkinan sedimentasi yang terjadi di dalam pipa semakin
besar. Hal ini sesuai dengan kaidah Bilangan Froude, yaitu semakin besar
Bilangan Froude, semakin besar pula resistansi zat dalam aliran, tetapi karena
dalam hal ini grup tak berdimensi Π4 merupakan nilai yang berbanding terbalik
dari Bilangan Froude (1/Fr), semakin besar nilai Π4 maka semakin kecil resistansi
zat dalam aliran, sehingga sedimentasi pun semakin besar, tetapi hal ini ditentukan
juga oleh faktor kecepatan aliran (U) dan panjang pipa (x) seperti terlihat pada
Gambar 18.
1/Fr = 4.90x - 4.86
1/Fr = 3.13x - 3.08
1/Fr = 2.17x - 2.12
1/Fr = 1.60x - 1.53
1/Fr = 1.22x - 1.14
1/Fr = 0.78x - 0.68
1/Fr = 0.54x - 0.43
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 5 10 14 19 23 28 32 37 41 46 50
gx
/U2
(1/F
r)
x, panjang pipa (m)
1.00 m/s
1.25 m/s
1.50 m/s
1.75 m/s
2.00 m/s
2.50 m/s
3.00 m/s
Gambar 18 Hasil simulasi grup tak berdimensi 1/Fr dengan variabel peubah x
27
Gambar 20 adalah hasil simulasi untuk grup tak berdimensi Π5 yang
merupakan grup yang dipengaruhi oleh faktor kecepatan aliran (U), panjang pipa
(x), massa jenis air (ρ) dan viskositas dinamik air (μ). Simulasi ini dilakukan
dengan merubah kecepatan aliran di dalam pipa dan dengan panjang pipa yang
berbeda. Dari hasil simulasi diketahui bahwa semakin besar nilai Π5, dengan
kecepatan aliran di dalam pipa yang semakin kecil dan panjang pipa yang semakin
panjang, maka kemungkinan sedimentasi yang terjadi di dalam pipa semakin
kecil. Hal ini sesuai dengan kaidah Bilangan Reynold yang sangat mempengaruhi
kondisi aliran, semakin tinggi Bilangan Reynold makan aliran yang terjadi akan
semakin mengalami turbulensi dan kemungkinan terjadinya sedimentasi di dalam
pipa pun semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil nilai Bilangan Reynold maka
aliran akan semakin tenang dan mendekati aliran laminar, dan ini membuat
kemungkinan terjadinya sedimentasi di dalam pipa semakin besar. Nilai Π5 ini
merupakan nilai yang berbanding terbalik dengan nilai Bilangan Reynold,
sehingga semakin besar nilai Π5 maka kecepatan aliran semakin kecil sehingga
kemungkinan sedimentasi semakin besar, dan ini dapat dilihat pada Gambar 19.
0.0E+00
1.0E-10
2.0E-10
3.0E-10
4.0E-10
5.0E-10
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
μ/U
xρ
(1/R
e)
x, panjang pipa (m)
1.00 m/s
1.25 m/s
1.50 m/s
1.75 m/s
2.00 m/s
2.50 m/s
3.00 m/s
Gambar 19 Hasil simulasi grup tak berdimensi 1/Re dengan variabel peubah x
28
0.0E+00
5.0E-11
1.0E-10
1.5E-10
2.0E-10
2.5E-10
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
0.50 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
μ/Uxρ,
(1/Re)
gx/U2
(1/Fr)
U, kecepatan aliran (m/s)
1/Fr
1/Re
0.0E+00
5.0E+09
1.0E+10
1.5E+10
2.0E+10
2.5E+10
3.0E+10
3.5E+10
4.0E+10
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.12
0.14
0.16
0.50 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
ReFr
U, kecepatan aliran (m/s)
Fr
Re
Gambar 21 Nilai Bilangan Froude (Fr) dan Reynold (Re) berdasarkan grup
tak berdimensi Π4 dan Π5 dengan berbagai kecepatan aliran
Gambar 20 Nilai grup tak berdimensi (1/Fr) dan (1/Re) hasil simulasi dengan
berbagai kecepatan aliran
29
U (m/s) Fr Re
0.50 0.00212 4.60E+09
1.00 0.00849 9.20E+09
1.25 0.01327 1.15E+10
1.50 0.01911 1.38E+10
1.75 0.02602 1.61E+10
2.00 0.03398 1.84E+10
2.50 0.05309 2.30E+10
3.00 0.07645 2.76E+10
3.50 0.10406 3.22E+10
4.00 0.13592 3.68E+10
Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada pipa memungkinkan untuk
membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran
kecepatan merupakan fase penting dalam menganalisa suatu aliran fluida.
Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding pipa
dan mencapai maksimum pada tengah diameter pipa. Aliran dikatakan laminar
jika partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan sejajar pipa dan
bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil
dan/atau kekentalan besar. Sedangkan aliran disebut turbulen jika tiap partikel
fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa. Pengaruh
kekentalan fluida sangat besar sehingga dapat meredam gangguan yang dapat
menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya kekentalan dan
bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap gangguan akan
berkurang, yang sampai pada batas tertentu akan menyebabkan terjadinya
perubahan aliran dari laminar menjadi turbulen. Oleh karena itu, dalam
menganalisa aliran di dalam pipa, sangatlah penting untuk mengetahui tipe aliran
yang mengalir dalam pipa tersebut.
Kondisi aliran dalam pipa dan boks bagi sangat dipengaruhi oleh Bilangan
Reynold dan Bilangan Froude, dalam hasil simulasi ini diketahui bahwa nilai
Bilangan Froude kurang dari 1 (Fr<1) dan nilai Bilangan Reynold lebih dari 2320
(Re>2320). Dari hasil simulasi ini juga diketahui bahwa grup tak berdimensi Π4
dan Π5 merupakan nilai yang berhubungan dengan Bilangan Froude dan Bilangan
Reynold, yang berpengaruh terhadap karakteristik aliran dan kemungkinan
terjadinya sedimentasi di dalam pipa. Dari simulasi aliran model irigasi perpipaan
diketahui bahwa faktor debit dan kecepatan aliran dalam pipa berpengaruh pada
tingkat kekeruhan air, sedangkan dari hasil analisis dimensional diketahui bahwa
faktor karakteristik aliran dalam pipa dan boks bagi dipengaruhi oleh nilai
Bilangan Froude dan Bilangan Reynold. Dalam mendesain suatu jaringan irigasi
perpipaan terdapat beberapa faktor pembatas, seperti head yang tersedia, luasan
lahan yang akan diairi, besar debit dan lokasi sumber air, serta tingkat kekeruhan
sumber air irigasi. Dari grafik pada Gambar 19 dan 20, dengan menentukan
besaran debit air irigasi yang dibutuhkan, maka dapat ditentukan besarnya
kecepatan aliran dan panjang pipa dari desain sistem irigasi dengan kemungkinan
sedimentasi di dalam pipa yang paling minimum.
Tabel 7 Karakteristik aliran dalam boks bagi dari hasil simulasi
30
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil analisis
dimensional pada pipa dan boks bagi menunjukan bahwa grup tak berdimensi Π4
adalah Bilangan Froude yang didefinisikan sebagai rasio dari karakteristik
kecepatan aliran terhadap untuk kecepatan gravitasi di dalam aliran di dalam pipa.
Bilangan Froude dalam hasil penelitian ini digambarkan sebagai sedimen yang
terlarut dalam aliran air. Semakin besar Bilangan Froude, semakin besar pula
resistansi zat dalam aliran. Selain itu, ditunjukkan bahwa grup tak berdimensi Π5
adalah Bilangan Reynold yang didefinisikan sebagai bilangan tak berdimensi yang
memberikan ukuran rasio gaya inersia terhadap viskositas fluida yang
mengakibatkan besaran gaya yang diberikan terhadap kondisi aliran. Bilangan
Reynold ini digunakan untuk mengkarakterisasi jenis aliran yang berbeda, aliran
laminar atau turbulen. Kondisi aliran dalam pipa dan boks bagi memiliki nilai
Bilangan Froude kurang dari 1 (Fr<1) dan nilai Bilangan Reynold lebih dari 2320
(Re>2320) sehingga karakteristik aliran adalah mengalir secara turbulen.
Faktor sedimentasi dipengaruhi oleh parameter D/x, ε/x, dan h/x, yaitu
bahwa rasio antara diameter dengan panjang pipa, rasio kekasaran permukaan
dengan panjang pipa, serta rasio head dengan panjang pipa berpengaruh terhadap
laju sedimentasi yang terjadi, ketiga faktor ini menjadi perhitungan dalam
mendesain boks bagi agar kemungkinan sedimentasi yang terjadi di dalam pipa
sekecil mungkin.
Grup tak berdimensi Π4 merupakan nilai yang berbanding terbalik dari
Bilangan Froude (1/Fr), semakin besar nilai Π4 maka semakin kecil resistansi zat
dalam aliran, sehingga sedimentasi pun semakin besar, tetapi hal ini ditentukan
juga oleh faktor kecepatan aliran (U) dan panjang pipa (x). Sedangkan pada nilai
grup tak berdimensi Π5 memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan nilai
Bilangan Reynold, sehingga semakin besar nilai Π5 maka kecepatan aliran
semakin kecil sehingga kemungkinan sedimentasi semakin besar, dengan
pengertian lain jika aliran semakin tenang dan mendekati aliran laminar, dan
membuat kemungkinan terjadinya sedimentasi di dalam pipa semakin besar.
Saran
Penelitian ini merupakan penelitian dasar untuk mengetahui hubungan
antara parameter-parameter berpengaruh terhadap sifat aliran dalam suatu sistem
irigasi yang menggunakan pipa dan boks bagi dalam penyalurannya. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui besaran nilai antar parameter tersebut
dalam pengaruhnya terhadap laju sedimentasi di dalam pipa irigasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
[AWWA] American Water Works Association. 2002. PVC Pipe - Design and
Installation. Manual of Water Supply Practices - M23, Second Edition. American Water Works Association. Washington DC.
Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Terjemahan E.V. Nensi
Rosalina. Erlangga. Jakarta.
De Vries. 1997. Scalling Model Hydraulics. IHE Published. The Netherland.
Durst, F. 2008. Fluid Mechanics: An Introduction to the Theory of Fluid Flows. Springer – Verlag Berlin Heidelberg. Berlin.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1993. Structures For Water Control
and Distribution. Irrigation Water Management Training Manual No. 8. Rome.
Jain, S. K. dan Singh, V. 2003. Water Resources Systems Planning and Management. Elsevier Science B.V. Amsterdam.
[KPU] Kementerian Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi:
Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier. Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Linsley, R. K. dan Franzini J. B. 1991. Teknik Sumber Daya Air – Jilid 1 edisi
ketiga. Terjemahan: Djoko Sasongko. Erlangga. Jakarta.
Moser, A. P. dan Folkman, S. 2008. Buried Pipe Design. Third Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Washington DC.
Pomeroy, R. D.. 1983. Flow Velocities in Pipelines. Journal of Hydraulic
Engineering, ASCE, Vol. 109, No. 8.
Potter, M. C. dan Wiggert, D. C. 2008. Schaum’s Outline Series: Fluid Mechanics. The McGraw-Hill Companies, Inc. Washington DC.
Prastumi, Herdin Primadi. 2009. Kajian Hidrolika Saluran Transisi dan Saluran
Peluncur pada Uji Model Fisik Waduk Jehem Kabupaten Bangli Bali. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 3, No.3 – 2009 ISSN 1978 – 5658.
Samuel, Parlidungan Manik. 2011. Analisa Froude Number Ekonomis Pada
Kapal Wisata Di Waduk Jatiluhur Dengan Pendekatan Computational Fluid Dynamic. Jurnal Teknik – Vol. 32 No.3 Tahun 2011, ISSN 0852-1697.
Soekarno, Indratmo. 2006. Pengaruh Arah Sayap Pelimpah Samping dan
Kedalaman Aliran Terhadap Koefisien Debit. Journal of Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 1, 8–14, March 2006, ISSN 1410-9530.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 2002. Bendungan Tipe Urugan.
Erlangga. Jakarta.
Stephenson, D. 1981. Pipeline Design for Water Engineers. Second Edition. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam.
Swamee, P. K. 1995. Design of Sediment-Transporting Pipeline. Journal of
Hydraulic Engineering, ASCE, Vol. 121. No.1.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidrolika II. Beta Offset. Yogyakarta.
Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik – edisi keempat. Terjemahan: MM Purbohadiwidjoyo. Editor: Suroso. Penerbit ITB. Bandung.
32
Lampiran 1 Diagram simulasi model sistem irigasi perpipaan
33
Lampiran 2 Skema model sistem irigasi perpipaan
34
Lampiran 3 Foto dokumentasi penelitian
Tangki penampung air dengan pompa (kiri) dan manometer (kanan)
Instalasi pipa PVC 1 ½ inci
35
Variable slope controller
Pengukuran head pada manometer
36
Pemasangan manometer pada pipa (kiri) dan tangki pengatur kekeruhan (kanan)
Karakteristik aliran dalam model boks bagi
37
Turbidity meter untuk mengukur tingkat kekeruhan air
Kondisi sedimentasi yang terjadi di dalam model boks bagi
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 9 Januari 1988 dari pasangan
Khadiman dan Raniti, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Menempuh
jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Ciputat dan lulus pada tahun
2006, selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Menyelesaikan studi sarjana tahun 2010 dari Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, dengan bidang keahlian Teknik Tanah dan Air.
Setelah lulus kuliah sarjana, di semester awal tahun 2011 penulis bekerja di
konsultan lingkungan selama hampir 6 bulan sebagai anggota staf penyusun
AMDAL. Pertengahan tahun 2011 penulis melanjutkan studi magister di bidang
Teknik Sipil dan Lingkungan IPB dengan sponsor beasiswa penuh dari I-MHERE
B2c IPB sampai dengan masa studi selesai. Selama menyelesaikan studi magister,
penulis juga aktif sebagai asisten peneliti di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan IPB yang terkait dengan program penelitian yang didanai oleh I-
MHERE B2c IPB. Saat ini penulis bekerja sebagai Staf Teknik di PT. Indra Karya
(Persero) Consulting Engineers dengan bidang pekerjaan yang berkaitan dengan
analisis hidrologi dan hidrolika dalam perencanaan bendungan besar.