analisis jalur persepsi guru tentang kompetensi...

160
ANALISIS JALUR PERSEPSI GURU TENTANG KOMPETENSI MANAGERIAL DAN SUPERVISI KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU DI MTS N 01 BOGOR TESIS Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN Di Susun Oleh Ades Marsela NIM: 2116018000017 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGUURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA

Upload: duongkiet

Post on 07-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS JALUR PERSEPSI GURU TENTANG KOMPETENSI

MANAGERIAL DAN SUPERVISI KEPALA MADRASAH TERHADAP

KINERJA GURU DI MTS N 01 BOGOR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Di Susun Oleh Ades Marsela

NIM: 2116018000017

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGUURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

ii

2018 M / 1439 H

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Di dalam naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term)

yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang

digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan ا

Ba b Be ب

Ta t Te ت

Tsa ts Es (dengan titik di atas) ث

Jim j Je ج

Cha H Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha kh Ka dan ha خ

Dal d De د

Dzal dh De dan ha ذ

Ra r Er ر

Za z Zet ز

Sin s Es س

Syin sy Es dan ha ش

Shad s Es (dengan titik di bawah) ص

Dlat d De (dengan titik di bawah) ض

Tha t Te (dengan titik di bawah) ط

Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع

Ghain gh Ge dan ha غ

Fa f Ef ف

Qaf q Qi ق

Kaf k Ka ك

Lam l El ل

Mim m Em م

Nun n En ن

Wawu w We و

Ha h Ha هـ

iii

Hamzah ’ Apostrof ء

Ya y Ye ي

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan

gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-

yawm.

b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-

bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron

(coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ال فاتحة = al-fatihah ), ( م al-‘ulum ) dan = ال علو

.( qimah = قي مة )

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan

huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حد = h addun ), ( سد = saddun ), ( طي ب =

tayyib ).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata

yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ال بي ت = al-bayt ), ( السمآء = al-

sama’).

6. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya dalam

tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbut ah yang hidup

dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ال هالل ية ru’yah al-hilal atau ru’yatul = رؤ

hilal).

7. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang

terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ية .(’fuqaha = فقهاء ) ,( ru’yah = رؤ

iv

v

vi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

UNTUK PENDAFTARAN UJIAN TESIS

Yang bertanda tanga di bawah ini

Nama Mahasiswa : Ades Marsela

NIM : 21160181000017

Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Tesis : Analisis Jalur Persepsi Guru tentang

Kompetensi Managerial dan Supervisi Kepala

Madrasah terhadap Kinerja Guru di MTs N

01 Bogor

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Didi Suprijadi, MM.

2. Dr. Abdul Muin, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas sudah selesai masa

Bimbingan Tesis, dan disetujui untuk pendaftaran Ujian Tesis.

Jakarta, November 2017

Dosen Pembimbing I

Dr. Didi Suprijadi, M.M.

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

UNTUK PENDAFTARAN UJIAN TESIS

Yang bertanda tanga di bawah ini

Nama Mahasiswa : Ades Marsela

NIM : 21160181000017

Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Tesis : Analisis Jalur Persepsi Guru tentang

Kompetensi Managerial dan Supervisi Kepala

Madrasah terhadap Kinerja Guru di MTs N

01 Bogor

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Didi Suprijadi, MM.

2. Dr. Abdul Muin, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas sudah selesai masa

Bimbingan Tesis, dan disetujui untuk pendaftaran Ujian Tesis.

Jakarta, November 2017

Dosen Pembimbing II

Dr. Abdul Muin, M.Pd.

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) Pengaruh langsung persepsi

guru tentang kompetensi manajerial terhadap kinerja guru. (2) Pengaruh langsung persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru. (3)

Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi managerial terhadap

kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah. (4) Pengaruh tak langsung

persepsi guru tentang supervisi terhadap kinerja guru melalui kompetensi

managerial kepala madrasah. Metode penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian analisis jalur. Data dikumpulkan

melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh guru MTs N 01 Bogor, dengan teknik

pengambilan sampel Stratified Random Sampling yaitu guru PNS di MTs N 01

Bogor, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 40 guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengaruh langsung persepsi guru

tentang kompetensi manajerial terhadap kinerja guru adalah sebesar 44 % (2)

Pengaruh langsung persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap

kinerja guru 22 % ; (3) Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah adalah sebesar

0,091. Dan (4) Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap

kinerja guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah adalah sebesar 0,091.

Kemudian secara simultan persepsi guru tentang kompetensi managerial dan

supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru adalah sebesar 84,3%.

Dalam penelitian ini kepala madrasah telah melaksanakan tugasnya sebagai

manager dengan baik yaitu menjalankan aspek perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan. Serta sebagai supervisor juga telah

mengimplementasi kegiatan supervisi dengan baik yaitu pengembangan kurikulum,

observasi, dan pengembangan profesionalitas guru. Sehingga kedua peran kepala

tersebut berpengaruh positif dalam rangka peningkatan kinerja guru.

Kata kunci : Persepsi, Kompetensi Managerial, Supervisi, Kinerja Guru.

ix

ABSTRACT

This study aims to analyze (1) The direct influence of teachers’ perceptions about managerial competence on teacher performance. (2) The direct influence of

teachers' perceptions about madrasah head supervision on teacher performance. (3)

The indirect effect of teachers’ perceptions about managerial competence on

teacher performance through madrasah head supervision. (4) The indirect effect of

teachers' perception about supervision on teacher performance through managerial

competence of madrasah head. The research method used a quantitative approach

with the type of path analysis research. Data were collected through questionnaires,

interviews, observations and documentations. Population used in this research is all

teacher of MTs N 01 Bogor. The sampling technique is stratified Random

Sampling, there are 40 PNS teacher at MTs N 01 Bogor.

The results showed that (1) The direct influence of teachers' perceptions about

managerial competence on teacher performance was 44% (2) The direct influence

of teacher perception about madrasah head supervision on teacher performance was

22%; (3) The indirect effect of teachers’ perceptions about managerial competence

on teacher performance through madrasah head supervision is 0.091. And (4) The

indirect influence of teachers’ perceptions about supervision to teacher

performance through managerial competence of madrasah head is equal to 0,091.

Then simultaneously teachers’ perception about managerial competence and

supervision of madrasah head to teacher performance is equal to 84,3%.

In this study the head of the madrasah has done his job as a manager as good as

possible that is running aspects of planning, organizing, actuating and evaluating.

As well as supervisors have also implemented a good supervision activities of

curriculum development, observation, and professional development of teachers.

So both the role of the madrasah head have a positive effect in order to improve

teacher performance.

Keywords: Perception, Managerial Competence, Supervision, Teachers’

Performance.

x

نبذة مختصرة

التأثير المباشر لمفاهيم المعلمين حول الكفاءة اإلدارية في (1) تهدف هذه الدراسة إلى تحليل (3)مدرسة، التأثير المباشر لمفاهيم المعلمين على اإلشراف على أداء ال (2) أداء المعلم،

التأثير غير المباشر لتصورات المعلمين على الكفاءة اإلدارية على أداء المعلم من خالل التأثير غير المباشر لتصور المعلمين على اإلشراف على (4) اإلشراف على رأس المدرسة،

طريقة البحث المستخدمة هي نهج كمي .أداء المعلم من خالل الكفاءة اإلدارية لرأس المدرسةمع نوع تحليل تحليل المسار و جمعت البيانات من خالل االستبيانات و المقابالت

السكان المستخدمة في هذا البحث هو كل معلم من مدراسة ثناوية والمالحظات والوثائق،بوجور، مع الطبقية العينات العشوائية تقنية أخذ العينات التي هي المعلم ينس في 01 نيجير

.معلما 40بوجور، وبالتالي فإن العينة في هذا البحث هو 01 يرينيجمدراسة ثناوية

التأثير المباشر لمفاهيم المعلمين على الكفاءة اإلدارية على أداء (1)وأظهرت النتائج أنالتأثير المباشر لتصور المعلم على اإلشراف على اإلشراف على (2) ،٪44المعلمين كان غير المباشر لمفاهيم المعلم على الكفاءة اإلدارية على أداء التأثير (3) ،٪22أداء المدرسين

التأثير غير المباشر (4) ،0.091يساوي س المدرسةيالمعلم من خالل اإلشراف على رئإلدراك المعلم عن اإلشراف على أداء المعلم من خالل الكفاءة اإلدارية لرئيس المدرسة

الكفاءة اإلدارية واإلشراف على رأيس ، ثم في وقت واحد تصور المعلم حول 0.091يساوي .٪84،3المدرسة ألداء المعلم يساوي

في هذه الدراسة قام رئيس المدرسة بعمله كمدير جيد حيث يقوم بتشغيل جوانب التخطيط كما نفذ المشرفون أيضا أنشطة إشراف جيدة لتطوير المناهج والتنظيم والتنفيذ واإلشراف،وبالتالي فإن دور الرأيس له أثر إيجابي من ر المهني للمعلمين،الدراسية والمراقبة والتطوي

.أجل تحسين أداء المعلم

.اإلدراك، الكفاءة اإلدارية، اإلشراف، أداء المعلم :كلمات البحث

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Jalur

Persepsi Guru Tentang Kompetensi Managerial dan Supervisi Kepala Madrasah

terhadap Kinerja Guru Di MTs N 01 Bogor” sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelarMagister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju

zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis menyadari terselesaikannya tesis ini atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua program studi magister Manajemen

Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Didi Suprijadi, M.M selaku pembimbing yang telah memberikan banyak

ilmu pengetahuan, nasehat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis selama

menyelesaikan tesis.

5. Bapak Dr. Abdul Muin, M.Pd. Selaku pembimbing II, yang selalu memberikan

nasihat, dan arahan selama menyelesaikan studi dan skripsi penulis. Serta merupakan

salah satu dosen yang sangat memotivasi saya.

6. Bapak Dr. Zahrudin, M.Pd dan Bu Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd sebagai dosen

penguji tesis saya, terimakasih telah memberikan kritik dan saran untuk tesis

saya.

7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Ayahanda Marhan dan Ibunda Surdia, yang senantiasa mendoakan dan memberikan

semangat dengan kasih sayang yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan tanpa suatu halangan apapun.

9. Adik-adikku tersayang Rangga dan Desy kalian adalah mutiara hatiku, menjadi

penyemangat dan penghibur, kalian menginspirasi kakak untuk terus lebih baik.

10. Kepala Madrasah beserta guru-guru dan karyawan di MTs N 01 Bogor, yang telah

memberikan bantuan dan meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.

11. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, dan Guru Imu selaku

pengelola Sekolah Guru Indonesia.

xii

12. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat membantu sekali, kalian yang terhebat.

Guru Riki, ervan, wahyu, nardis, rahman, ade, afid, habib, ulfa, upi, ayu, silmi, firda

dan desita.

13. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan, dan Dompet Dhuafa University.

14. Keluarga besarku nenek, wawak, ayuk, kakak, dan saudara saudara yang selalu

memberikan doa, dorongan, kasih sayang dan perhatiannya yang tidak terhitung

besarnya serta senantiasamenantikan keberhasilanku .

15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat

ditulis satu persatu oleh penulis.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan hati

mereka. Akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, February 2018

Penulis

Ades Marsela

xiii

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ...................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.......................................................... xiv

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6

D. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

E. Tujuan dan Signifikansi Penelitian .................................................. 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 8

BAB II Kajian Teoritis dan Kerangka Konseptual

A. Kajian Teoritis.................................................................................. 9

1. Kinerja Guru .............................................................................. 9

2. Konsep Persepsi ......................................................................... 22

3. Kompetensi Managerial ............................................................. 27

4. Supervisi Kepala Madrasah ...................................................... 42

B. Penelitian Relevan............................................................................ 53

C. Kerangka Konseptual ....................................................................... 54

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 61

BAB III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 63

B. Variabel Penelitian ........................................................................... 63

C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 63

D. Sumber Data ..................................................................................... 64

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 64

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel .................. 65

G. Instrumen penelitian ......................................................................... 68

H. Uji Persyaratan Analisis Data .......................................................... 70

I. Teknik Analisis Data ........................................................................ 78

J. Pendekatan Data dan Keilmuan ....................................................... 83

K. Time Schedule.................................................................................. 83

xiv

xv

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Data .................................................................................. 85

B. Hasil Uji Persyaratan Analisis Data ................................................. 87

C. Pengujian Hipotesis.......................................................................... 89 D. Pembahasan ...................................................................................... 94

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ...................................................................................... 107

B. Implikasi Teoritik dan Praktik ......................................................... 107

C. Saran................................................................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PROFIL PENULIS

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Indikator Penilaian Kinerja Guru ................................................. 19 2.2. Perolehan Presentase Skor Kinerja Guru ...................................... 19

2.3. Konversi Nilai Kinerja Hasil PKG ke Presentase Angka Kredit .. 20

3.1. Definisi Operasional Variabel X1 ................................................. 65

3.2. Definisi Operasional Variabel X2 ................................................. 66

3.3. Definisi Operasional Variabel Y ................................................... 67

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X1 ................................. 68

3.5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X2 ................................. 69

3.6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ................................... 69

3.7. Bobot Nilai Pernyataan dari Skala Likert ..................................... 70

3.8. Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Guru tentang Kompetensi

Managerial .................................................................................... 71

3.9. Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Guru tentang Supervisi

Kepala Madrasah .......................................................................... 72

3.10. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Guru .................................. 74

3.11. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Guru tentang Kompetensi

Managerial .................................................................................... 76

3.12. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Guru tentang Supervisi

Kepala Madrasah .......................................................................... 77

3.13. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Guru ............................. 77

3.14.Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 84

4.1. Descriptive Statistics ..................................................................... 85

4.2. Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ................................................. 87

4.3. Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ................................................. 88

4.4. Hasil Uji Normalitas Variabel Y ................................................... 88

4.5. Hasil Uji Homogenitas .................................................................. 89

4.6. Output dan Interpretasi Hasil Uji Multikolinearitas ..................... 90

4.7. Output dan Interpretasi Model Summary...................................... 91

4.8. Output dan Interpretasi ANOVA .................................................. 91

4.9. Output dan Interpretasi Uji Coefficients ....................................... 91

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia,

dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

potensi-potensi yang dimiliki sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat. Dengan demikian dari nilai-nilai yang ada, maka berlangsung

suatu proses yang selaras dengan tujuan utama pendidikan yaitu

mengembangkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap anak didik

secara optimal. Proses pendidikan sangat menentukan kepribadian, skill serta

budi pekerti manusia tersebut. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau

masyarakat tidak akan mendapatkan kemajuannya, sehingga menjadi bangsa

atau masyarakat yang kurang atau bahkan tidak beradab. Menurut Munir

(2008:1), sebuah peradaban akan lahir dari suatu pola pendidikan yang tepat

guna dan efektif serta mampu menjawab segala tantangan zaman.

Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang

menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk

tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak

dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa

dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suroso (2002:7), guru merupakan komponen pendidikan yang turut mempunyai

andil penting dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka guru sebagai

tenaga pendidik menempati posisi yang sangat urgen. Guru sebagai tenaga

pendidik adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara,

mereka adalah yang menentukan tinggi rendahnya, maju mundurnya tingkat

kebudayaan suatu masyarakat, sebagian besar negara bergantung kepada

pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Oleh karenanya,

kinerja guru yang tinggi niscaya menjadi salah satu kunci untuk keberhasilan

pendidikan. Kinerja guru juga terkait dengan SDM yang rendah, sarana prasana

pembelajaran, rendahnya jaminan kesejahteraan guru, dan kemerdekaan untuk

mengembangkan diri yang masih terpasang, dan motivasi kerjanya turut serta

mempengaruhi tingkat dan skala kinerjanya.

Menurut Nasution (2006:23), kinerja guru merupakan faktor yang

paling menentukan kualitas pembelajaran, peran serta guru dalam kaitan

dengan mutu pendidikan sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi

1

2

yaitu guru sebagai pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur

pendidikan, dan guru sebagai unsur masyarakat. Kinerja peran guru dalam

kaitan dengan mutu pendidikan harus dimulai dengan dirinya sendiri. Sebagai

pribadi, guru merupakan perwujudan diri dengan seluruh keunikan karakteristik yang sesuai dengan posisinya sebagai pemangku profesi keguruan. Dalam buku

pedoman kinerja guru mengatakan bahwa kinerja guru merupakan hasil dari

empat kompetensi wajib yang harus dimiliki guru, diantaranya kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi

sosial, maka berarti bahwa data faktual kinerja guru salah satunya dapat dilihat

dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG).

Berikut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang

menunjukkan hasil nilai uji kompetensi guru (UKG).

Gambar 1. Nilai Uji Kompetensi Guru.

3

Nilai Uji Kompetensi Guru yang baik adalah nilai UKG yang lebih

besar dari passing grade yang telah ditetapkan oleh kementerian pendidikan

dan kebudayaan. Passing grade adalah nilai minimal yang harus diraih dari

sebuah pengerjaan tes, dalam hal ini adalah Uji Kompetensi Guru. Nilai Passing Grade UKG dari tahun ke Tahun:

1. Tahun 2014 Passing Grade UKG = 47

2. Tahun 2015 Passing Grade UKG = 55

3. Tahun 2016 Passing Grade UKG = 65

4. Tahun 2017 Passing Grade UKG = 70

5. Tahun 2018 Passing Grade UKG = 75

6. Tahun 2019 Passing Grade UKG = 80

Atau bisa dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 2. Passing Grade UKG

Sumber: maribelajarbk.web.id

Berdasarkan pada gambar 1 dapat terlihat hasil UKG provinsi Jawa

Barat adalah sebesar 58,97 sedangkan passing grade UKG tahun 2016 adalah

sebesar 65. Maka artinya nilai UKG Jawa Barat dikatakan masih rendah karena

belum mencapai target minimal yang telah ditetapkan.

Dalam UKG, pemerintah telah mematok target atau tujuan yang ingin

dicapai sebagai berikut: pertama, untuk pemetaan kompetensi guru. Pemetaan

penguasaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional) akan

dijadikan dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan

pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan. Dengan demikian, ke depan guru yang kompetensinya bagus

berdasarkan hasil UKG dan guru yang kompetensinya di bawah standar

pembinaan dan pengembangan keprofesiannya akan dibedakan. Kedua, sebagai

entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat kontrol pelaksanaan

4

penilaian kinerja guru. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan dan

penilaian kinerja guru wajib dilakukan setiap tahunnya sebagai persyaratan

untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Maka dapat dikatakan

bahwa jika nilai uji kompetensi guru rendah maka kinerjanya juga rendah, dan memerlukan program pembinaan berkelanjutan untuk peningkatan kinerja guru

tersebut.

Dalam peningkatan kinerja guru kepala madrasah mempuyai peran yang

sangat penting agar guru lebih semangat dan profesional dalam mengajar.

Perangkat madrasah seperti kepala madrasah, dewan guru, siswa, pegawai/

karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Musfah (2011: 69)

bahwa kepala sekolah memiliki posisi strategis dalam terwujudnya setiap

program pengembangan sekolah, karena kedudukannya sebagai pemimpin

tertinggal di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau

tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat

tergantung atas kemampuan pemimpinnya untuk menumbuhkan iklim kerja

sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber daya manusia yang ada,

sehingga pendayagunaannya dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Sebagai manajer, kepala madrasah harus memiliki pengetahuan untuk

mengarahkan semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan,

termasuk dalam hal ini adalah memberdayakan guru untuk mencapai kinerja

secara maksimal. Tapi pada kenyataannya dilapangan, beberapa kepala

madrasah masih tergolong lemah dalam kompetensi manajerialnya sehingga

tidak mampu menjalankan organisasi dengan baik. Menurut Permendiknas

nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, terkait

dengan kompetensi managerial kepala madrasah ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain penyusunan rencana sekolah, mengembangkan

organisasi sekolah, memberdayakan sumberdaya sekolah secara optimal,

mengembangkan organisasi sekolah menuju organisasi pembelajaran yang

efektif menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif,

kemampuan mengelola guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan sekolah

dengan masyarakat, pengembangan kurikulum, keuangan sekolah yang

akuntabel, transparan dan efisien, ketatausahaan sekolah, sistem informasi

dalam mendukung program dan pengambilan keputusan, kemampuan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran

dan manajemen sekolah, serta adanya monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan program sekolah dengan prosedur yang tepat. Helmawati

(2014:33), juga mengungkapkan bahwa salah satu tugas kepala madrasah dalam

kegiatan tahunannya adalah rencana peningkatan kualitas guru.

5

Keberhasilan madrasah banyak ditentukan oleh peran guru dan kepala

madrasah, meskipun keberhasilan kinerja guru juga sangat ditentukan oleh

banyak faktor, salah satu faktor yang berperan terhadap kinerja guru adalah

kemampuan manajerial kepala madrasah sebagaimana hasil penelitian Gemnafle dalam Ummamah yang menyimpulkan bahwa: “kompetensi

manajerial memberikan kontribusi 33,79 % terhadap kinerja guru. Lebih lanjut

disimpulkan bahwa terdapat jalur kasual langsung yang cukup signifikan antara

kompetensi manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru dalam mengajar

pada SMU Negeri dan Swasta di Sulawesi Tenggara.” (Umammah, 2009:11)

Selain kompetensi managerial, kinerja guru juga dapat dipengaruhi oleh

pengawasan dan bimbingan dari kepala madrasah. Salah satu bentuk perhatian

kepala madrasah yang diberikan kepada para tenaga kependidikan madrasah

ialah supervisi. Hal ini menjadi salah satu cara yang dapat diaplikasikan dalam

dunia pendidikan. Sebab supervisi memiliki kekuatan yang cukup besar untuk

merubah sebuah keadaan seorang, apalagi jika langsung diberikan oleh seorang

pemimpin. Maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi pemimpin lembaga

pendidikan atau kepala madrasah memiliki keahlian dalam melakukan

supervisi.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang supervisor berkewajiban

membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas dengan

baik sebagai pendidik maupun pengajar. Sebagai guru yang profesional mereka

harus memiliki keahlian khusus dan dapat menguasai seluk-beluk pendidikan

dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan

dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini,

supervisor yang efektif adalah kepala madrasah yang baik. kepala madrasah

merupakan center of leader dalam membantu efektivitas belajar mengajar.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kepala madrasah sebagai pemimpin

pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan lembaga

pendidikan. kepala madrasah berperan memandu, menuntun, membimbing,

membangun dan memberi motivasi kerja, menjalin jaringan komunikasi yang

baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien dengan ketentuan

waktu dan perencanaan. Keterlibatan kepala madrasah dan guru dalam

pengembangan efektivitas pembelajaran di madrasah juga mendorong rasa

kepemilikan yang lebih tinggi terhadap madrasahnya yang pada akhirnya

mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan

seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.

Hal tersebut di atas diperkuat oleh Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional RI nomor 13 tahun 2007 mengenai standar kepala sekolah/madrasah

yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala

madrasah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi

6

kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Rambu-rambu

penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah Dirjen Dikdasmen tahun 2000 yaitu:

1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran, 2) Kemampuan

melaksanakan program supervisi pengajaran, 3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi. Oleh karena itu, yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini

adalah supervisi yang meliputi: 1) Unsur-unsur yang disupervisi oleh kepala

madrasah terhadap guru dalam meningkatkan kinerja guru, 2) Strategi supervisi

yang tepat bagi peningkatan kinerja guru, 3) Feed back dan tindak lanjut

supervisi kepala madrasah dalam rangka peningkatan kinerja guru.

Namun kenyataanya di tempat penelitian, berdasarkan data hasil

Penilaian Kinerja Guru (PKG) tahun 2016 hanya ada 11 orang guru yang

mendapatkan nilai baik dari 40 guru yang mengajar di MTs N 01 Bogor. Jika

dipresentasekan hanya ada 27, 5 % guru yang memiliki kinerja baik, sedangkan

sisanya berada dalam kinerja yang kurang baik. Kemudian berdasarkan

wawancara ke beberapa guru yang mengajar di MTs N 01 Bogor, mengatakan

bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan kepala madrasah dalam

memanajemen madrasah, baik dari tahap perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan. Karena proses manajerial sangat diperlukan

dalam sebuah organisasi seperti sistem perekrutan guru, penempatan guru

sesuai kompetensinya, kemampuan interpersonal kepala madrasah serta

pengawasan juga perlu dilakukan. Selain itu faktor lainnya karena kepala

madrasah di MTs N 01 Bogor jarang sekali melaksanakan supervisi, dan hanya

dilakukan satu kali setiap tahunnya. Jarangnya diadakan supervisi dikarenakan

kepala madrasah merasa tidak sanggup untuk melaksanakan kegiatan supervisi

sendirian dan belum ada guru-guru senior maupun guru rumpun mata

pembelajaran yang ditunjuk saat itu. Hal tersebut kurang sesuai karena seorang

guru sangat membutuhkan supervisi dari kepala madrasah untuk memperbaiki

kegiatan mengajarnya di dalam kelas. Begitu juga dengan pembinaan dan

pelatihan-pelatihan harus sering dilaksanakan supaya kinerja guru dari segi

pengajaran semakin meningkat, baik pelatihan dari dalam madrasah maupun

pelatihan yang diadakan oleh lembaga lain.

Dari sisi inilah sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian dengan

mengangkat topik yang berjudul “Analisis Jalur Persepsi Guru tentang

Kompetensi Managerial dan Supervisi Kepala Madrasah terhadap Kinerja

Guru”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Nilai uji kompetensi guru (UKG) masih di bawah passing grade yang

ditetapkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan yaitu 58,97 < 65.

7

2. Belum optimalnya kompetensi managerial kepala madrasah dalam upaya

peningkatan kinerja guru untuk menjalankan tugas dengan baik.

3. Belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam

peningkatan kinerja guru. 4. Masih rendahnya kinerja guru.

5. Belum optimalnya pelatihan untuk guru.

C. PEMBATASAN MASALAH

1. Belum optimalnya kompetensi managerial kepala madrasah dalam upaya

peningkatan kinerja guru untuk menjalankan tugas dengan baik.

2. Belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam

peningkatan kinerja guru.

3. Masih rendahnya kinerja guru.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada pengaruh langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial kepala madrasah terhadap kinerja guru?

2. Apakah ada pengaruh langsung persepsi guru tentang supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru?

3. Apakah ada pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah?

4. Apakah ada pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi

terhadap kinerja guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah?

E. TUJUAN DAN SIGNIFIKANSI PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis:

a. Pengaruh langsung persepsi guru tentang kompetensi manajerial kepala

madrasah terhadap kinerja guru.

b. Pengaruh langsung persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah

terhadap kinerja guru.

c. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi managerial

terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah.

d. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap kinerja

guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah

8

2. Signifikansi penelitian

a. Secara Akademis

Untuk dapat memberikan konstribusi dalam penelitian lanjutan dan

menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam yang lebih baik

b. Secara Terapan

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan

memberikan kontribusi praktis kepada berbagai pihak antara lain:

1) Bagi kepala madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi bagi kepala madrasah agar berupaya

meningkatkan kompetensi manajerialnya dalam rangka

meningkatkan kinerja guru.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi bagi guru agar berupaya meningkatkan

kinerja dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai

pendidik dan pengajar, serta menambah wawasan dan pengetahuan

guru tentang bagaimana mengoptimalkan kinerja dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah.

3) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memperkaya informasi empirik dalam hal kompetensi manajerial

kepala madrasah, supervisi kepala madrasah dan kinerja guru yang

dapat dipakai sebagai data rujukan dengan mengubah atau

menambah variabel lain sekaligus dapat menyempurnakan

penelitian ini.

4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya

guna memperdalam kajian berkaitan dengan permasalahan yang

telah diteliti penulis.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kompetensi managerial kepala madrasah,

supervisi kepala madrasah, dan kinerja guru.

9

2. Subjek penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di

MTs N 01 Bogor.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs N 01 Bogor. Lokasi ini dipilih

dengan alasan; jumlah guru di madrasah tersebut memenuhi kualifikasi

yaitu lebih dari 30 orang, selain itu karena lokasi penelitian tidak terlalu

jauh sehingga mudah untuk melakukan akses penelitian, dan untuk

menghemat waktu, biaya dan tenaga. Pelaksanaan penelitian akan

berlangsung selama 6 bulan.

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. KAJIAN TEORITIS

1. KINERJA GURU

a. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Istilah kinerja atau

prestasi kerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja pada dasarnya merupakan tolok ukur keberhasilan seseorang

dalam melakukan suatu pekerjaan atau dalam melaksanakan tugas-tugas

yang menjadi tanggung jawabnya. Banyak batasan yang diberikan oleh

para ahli mengenai istilah kinerja. Menurut Supardi (2014:45), kinerja

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,

menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan harapan dan

tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja seorang dapat terlihat melalui aktifitasnya dalam

melaksanakan pekerjaan sehari hari. Aktivitas ini menggambarkan

bagaimana ia berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain, kinerja seorang terkait dengan bagaimana orang

tersebut melaksanakan tugas hasil yang telah diraihnya.

Definisi kinerja menurut Kusriyanto (2005: 17) adalah perbandingan

hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per-satuan waktu

(lazimnya per-jam). Gomes (2003: 136) mengemukakan definisi kinerja

sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering

dihubungkan dengan produktivitas. Sedangkan menurut Mangkunegara

(2005: 9), kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas

seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak

dapat dipisahkan dengan bekerja, karena kinerja merupakan hasil dari

proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja

10

11

dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah

ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang

berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas,

sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan

kepadanya (Prawirosentono, 1999:2).

Akadum (1999: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah dalam (Akadum,1999: 67)

menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan,

usaha, dan kesempatan yang dapat di nilai dari hasil kerjanya. Secara

definitif Bernandin dan Russell dalam (Akadum,1999: 67)

“Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period” maka

dapt diketahui bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta

waktu.

Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik

kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh suatu organisasi per-satuan

preriode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya atau taraf kesuksesan yang

dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu

dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang

bersangkutan.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru merupakan

pengekspresian seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki

seseorang serta menuntut adanya kepemilikan yang penuh dan

menyeluruh. Dengan demikian, munculnya kinerja seseorang

merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan atau tugas yang

dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan profesi dan job

description individu yang bersangkutan (Suyanto, 2001: 1). Sebutan

guru dapat menunjukkan suatu profesi atau jabatan fungsional dalam

bidang pendidikan dan pembelajaran, atau seseorang yang menduduki

dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 39 Ayat 3 dinyatakan bahwa

12

pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menegah

disebut guru.

Sementara itu, tugas guru sebagaimana disebutkan dalam Pasal 39 ayat 2 adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini

berarti bahwa selain mengajar atau proses pembelajaran, guru juga

mempunyai tugas melaksanakan pembimbingan maupun pelatihan-

pelatihan bahkan perlu melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat sekitar. Menurut Muhaimin (2001: 63), mengemukakan

bahwa seorang guru dikatakan telah mempunyai kemampuan

profesional jika pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi

terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil

kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha

memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya

sesuai dengan tuntutan jaman yang dilandasi oleh kesadaran yang

tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi

penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan datang.

Dalam konteks proses pembelajaran di kelas, guru yang

mempunyai kemampuan profesional berarti yang bersangkutan dapat

melaksanakan proses pembelajaran secara efektif. Menurut Davis dan

Thomas dalam (Suyanto, 2001: 3) bahwa guru yang efektif mempunyai

ciri-ciri (1) Mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar

di kelas yang mencakup, memiliki kemampuan interpersonal

khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan

terhadap peserta didik, dan ketulusan, menjalin hubungan yang baik

dengan peserta didik, mampu menerima, mengakui dan memperhatikan

peserta didik secara ikhlas, menunjukkan minat dan antusias yang

tinggi dalam mengajar, mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya

kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik,

mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan

merencanakan kegiatan pembelajaran, mampu mendengarkan peserta

didik dan menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi,

mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas. (2) Kemampuan yang

terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang mencakup:

mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta

didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan

perhatian, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam

proses pembelajaran, mampu bertanya atau memberikan tugas yang

memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua peserta

didik, mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan

13

balik (feed back). (3) Penguatan (reinforcement) yang terdiri atas

Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta

didik, mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap

peserta didik yang lamban dalam belajar, mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan, mampu

memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan.

(4) Mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri yang

mencakup: mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara

inovatif, mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai

metode-metode pembelajaran., mampu memanfaatkan perencanaan

guru secara berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan

metode pembelajaran yang relevan

Pemahaman atas tugas dan peran guru dalam penyelenggaraan

sistem pembelajaran menjadi kerangka dalam berfikir dalam bahasa

tentang penerapan kode etik guru sebagaimana mestinya. kode etik

guru Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan AD/ART

PGRI 1994.

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk

manusia Indonesia yang berjiwa pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3) Guru dalam berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik

sebagai bahan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk

menunjang berhasilnya pembelajaran.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung

jawab terhadap pendidikan.

6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan profesinya.

7) Guru memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat,

kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi sebagai sarana perjuangan, guru melaksanakan segala

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

c. Kinerja Guru

Menurut Supardi (2014:54), kinerja guru dapat diartikan sebagai

suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam

menjalankan tugasnya di madrasah serta menggambarkan adanya suatu

perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan

aktivitas pembelajaran.

14

Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005

pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta

menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sementara itu menurut

Usman (2004: 119), kemampuan guru dalam manajemen pembelajaran

paling tidak meliputi: (1) kemampuan dalam menyusun program

pembelajaran, (2) kemampuan dalam melaksanakan prosedur

pembelajaran, dan (3) kemampuan dalam melaksanakan hubungan antar

pribadi dengan siswa. Pendapat yang berlainan dikemukakan oleh

Yamin (2008: 10) yang mengemukakan bahwa guru bertugas sebagai

fasilitator yang memiliki peran untuk belajar secara maksimal dengan

menggunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar

melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa guru menjadi salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan siswa.

Guru berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka

dari itu seorang guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar

dalam proses belajar mengajar. Madrasah merupakan organisasi yang

kompleks karena di dalam madrasah terdapat sumber daya–sumber daya

yang saling terkait, sehingga perlu dilakukan pengelolaan secara

optimal pada sumber daya-sumber daya tersebut, agar dapat terarah

pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Wahjosumidjo, 2002:

81). Guru merupakan salah satu sumber daya yang kinerjanya

mempengaruhi peningkatan mutu sekolah. Berdasarkan uraian-uraian

tersebut di atas, mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 tahun 2005 pasal 20 (a) maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja guru merupakan usaha kemampuan dan usaha guru untuk

melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan

program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi

hasil belajar. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar

kemampuan profesional, selama melaksanakan kewajiban sebagai guru

di madrasah.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Di dalam setiap organisasi atau madrasah, setiap individu (guru)

mempunyai karakter yang berbeda-beda, demikian pula kinerjanya juga

berbeda-beda. Kepala madrasah seyogyanya memahami perbedaan

tersebut dan mengupayakan agar kinerja guru dapat maksimal. Di

sebagian organisasional khususnya madrasah, kinerja karyawan dalam

15

hal ini adalah guru yang merupakan faktor utama yang menentukan

keberhasilan organisasi.

Menurut Mathis dan Jackson (2011: 83 & 113), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yakni kemampuan, usaha yang

dicurahkan dan dukungan organisasi. Faktor kemampuan berkaitan

dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Faktor usaha yang

dilakukan seseorang dipengaruhi oleh masalah sumberdaya manusia,

seperti: motivasi, intensif dan rancangan pekerjaan. Faktor dukungan

organisasi meliputi pelatihan, peralatan yang disediakan mengetahui

tingkat harapan, dan keadaan tim yang produktif.

Sedangkan Kopelman (1986:16), menyatakan bahwa: “kinerja

organisasi ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1)

lingkungan, (2) Karakteristik individu, seperti: pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan dan nilai-nilai, serta

sikap. (3) karakteristik organisasi, seperti: imbalan, penetapan tujuan,

seleksi, latihan dan pengembangan, kepemimpinan serta struktur

organisasi; (4) karakteristik pekerjaan, seperti: penilaian pekerjaan,

umpan balik prestasi, desain pekerjaan, serta jadwal kerja.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kinerja

pegawai dalam hal ini kinerja guru sangat dipengaruhi oleh karakteristik

invidu yang terdiri atas, pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

motivasi, kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap. Karakteristik invidu

sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan karakteristik

pekerjaan.

e. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis

dan interpretasi data sebagai bahan dalam rangka pengambilan

keputusan (Akadum.1999: 67) Dengan demikian dalam setiap kegiatan

penilaian ujungnya adalah pengambilan keputusan. Penilaian kinerja

merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja secara

periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan pegawai,

pemberian reward, perencanaan pegawai, pemberian kompensasi dan

motivasi. Setiap pegawai di lingkungan organisasi manapun sudah

tentu memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai

dengan deskripsi tugas yang diberikan pimpinan organisasi. Menilai

dan mengukur kinerja guru perlu ditetapkan kriterianya.

16

Hasibuan (2005: 25) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai

prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk

mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai.

Sedangkan menurut Siswanto (2005: 231) penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk

menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas

kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode

tertentu biasanya setiap akhir tahun. Menurut Andrew F. Sikula dalam

Hasibuan (2005: 25), penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis

terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan

untuk pengembangan tujuan penilaian kinerja yang sangat bermanfaat

bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui

penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi nyata

pegawai dilihat dari kinerja dan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek: “penguasaan

content knowledge, behavioral skill, dan human relations skill” (Gaffar,

2005:187).

Aspek-aspek yang dapat dinilai dari kinerja seorang guru dalam

suatu organisasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kemampuan teknik,

kemampuan konseptual, dan kemampuan hubungan interpersonal:

1) Kemampuan teknik yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,

metode, teknik dan peralaan yang dipergunakan untuk

melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperoleh.

2) Kemampuan konseptual yaitu kemampuan untuk memahami

kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak dari unit-unit

operasional.

3) Kemampuan hubungan interpersonal yaitu antara lain kemampuan

untuk bekerjasama dengan orang lain, membawa guru melakukan

negoisasi. (Riva’i, 2004:324)

Instrumen sebagai alat penilaian kinerja atau kemampuan guru

(APKG) telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Menurut Bafadal alat ukur tersebut bersifat generic

esential yang terdiri dari tiga macam berupa: “(1) lembar penilaian

perencanaan pembelajaran, (2) lembar penilaian kemampuan

pembelajaran, dan (3) lembar penilaian hubungan antar pribadi

(Bafadal, 1992:143).

Lembar perencanaan pembelajaran dimensinya meliputi:

(1) Perencanaan pengorganisasian bahan pembelajaran,

17

(2) Perencanaan pengelolaan kegiatan pembelajaran,

(3) Perencanaan pengelolaan kelas,

(4) Perencanaan penggunaan media dan sumber belajar,

(5) Perencanaan penilaian peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.

Lembar penilaian kemampuan pembelajaran meliputi dimensi:

(1) Penggunaan metode, media dan bahan latihan,

(2) Berkomunikasi dengan peserta didik,

(3) Mendemonstrasikan khazanah metode pembelajaran,

(4) Mendorong dan menggalang keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran,

(5) Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan

relevansinya,

(6) Pengorganisasian waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan

pembelajaran,

(7) Melaksanakan evaluasi pencapaian peserta didik dalam

pembelajaran.

Lembar hubungan antar pribadi terdiri atas dimensi:

(1) Membantu mengembangkan sikap positif peserta didik,

(2) Bersikap terbuka dan luwes terhadap peserta didik atau orang

lain.

(3) Menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam pembelajaran

dan pelajaran yang diajarkan,

(4) Mengelola interaksi perilaku dalam kelas (Usman, 2006:55).

Penilaian kinerja guru sangat diperlukan karena penilaian kinerja

guru bermanfaat dalam mengetahui tentang: perbaikan prestasi kerja,

adaptasi kompensasi, keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan

pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penyimpangan

proses staffing, ketidakakuratan informasional, kesalahan desain

pekerjaan, kesempatan kerja yang adil, dan tantangan eksternal

(Handoko, 2005: 35-137).

Selain dimensi penilaian kinerja sebagaimana diuraikan di atas, ada

yang melakukan penilaian kinerja dengan deskripsi yang lebih spesifik

untuk dijadikan dimensi kinerja guru adalah (1) pedagogik, (2)

18

kepribadian, (3) profesional dan (4) sosial sebagaimana ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2009.

Dilandasi oleh pemahaman terhadap tugas profesional guru, pengukuran

kinerja guru akan terkait dengan indikator-indikator antara lain:

1) Bidang pedagogik

a) Memahami dengan baik ciri-ciri peserta didik yang tumbuh dan

berkembang terus menerus.

b) Memahami potensi-potensi anak didik dan cara membantu

mengembangkan dengan serasi, seimbang dan total.

c) Memahami teori belajar termasuk di dalamnya proses belajar itu

terjadi dan mengetahui setiap anak memiliki karakteristik khusus

yang tidak sama.

d) Menguasai berbagai model dan startegi pembelajaran sehingga

murid benar-benar belajar dengan efektif dan kreatif.

e) Menguasai cara-cara menerapkan ICT dalam proses

pembelajaran sehingga proses pembelajaran belajar dengan

efektif.

f) Menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar yang

dipergunakan sebagai medium of instruction yang efektif.

g) Mengetahui cara pendekatan pedagogik dalam setiap

menghadapi permasalahan pembelajaran yang melibatkan

peserta didik.

h) Menguasai cara merangsang proses belajar mengajar yang

komprehensif yang mencakup berbagai unsur yang diperlukan

dalam suatu proses pembelajaran yang produktif.

i) Menguasai cara menilai kemajuan belajar peserta didik secar

total.

j) Menguasai cara membimbing anak bila menghadapi persoalan

dalam pembelajaran.

k) Menguasai prinsip dan proses mengelola proses belajar

mengajar termasuk mengelola kelas sehingga tercipta suasana

belajar yang kondusif dan hidup serta memungkinkan terjadinya

dan tumbuhnya kreativitas anak dalam pembelajaran.

2) Bidang Kepribadian

a) Memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan

tugasnya sebagai guru profesional.

b) Memiliki rasa kasih sayang kepada peserta didik tanpa

membedakannya.

c) Memiliki rasa tanggung jawab yang kokoh dalam melaksanakan

fungsinya sebagai guru.

d) Berakhlak mulia.

19

3) Bidang Profesional

a) Menguasai substansi teaching subjects (materi/isi) atau mata

pelajaran yang menjadi bidang keahlian. b) Menguasai learning equipment dan learning resource yang

diperlukan dalam proses belajar mengajar.

c) Menguasai cara mengolah learning resource dari lingkungan

hidup sehingga dapat dipergunakan untuk mendukung proses

pembelajaran.

d) Menguasai cara menerapkan teknologi informasi dalam upaya

meningkatkan efektivitas belajar anak.

e) Menguasai cara menyusun rencana pelajaran yang mengemas

isi, media teknologi dan values dalam setiap proses

pembelajaran.

4) Bidang Sosial

a) Memahami beberapa faktor yang berpengaruh dalam

menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses

pembelajaran.

b) Mengerti berbagai faktor sosio-kultural dan ekonomi yang

berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik.

c) Memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan

orangtua dan tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap

proses pendidikan anak di sekolah secara langsung atau tidak

langsung.

d) Mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan

dijunjung tinggi oleh masyarakat yang merupakan pegangan

hidup yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan

watak dan kepribadian peserta didik.

e) Memahami pendekatan-pendekatan yang diterapkan di sekolah

untuk menarik masyarakat berperan serta sesuai dengan

kapasitas dan fungsi mereka.

f) Menguasai dan memahami perubahan-perubahan akibat dampak

globalisasi yang mengkontribusi keseluruhan aspek kehidupan

termasuk proses pembelajaran dan bagaimana mengendalikan

perubahan tersebut agar tidak terjadi kontribusi negatif terhadap

proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. (Gaffar

Fakry).

Penilaian kinerja guru (PK Guru) merupakan bagian dari sistem

evaluasi pendidikan, tepatnya pada aspek pengelolaan sumber daya

pendidikan. Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan bukan untuk

20

menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PK Guru dilaksanakan untuk

mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu

profesi ditentukan kualitas layanan profesi yang bermutu. Menemukan

secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, akan

memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas

pembelajaran yang dilakukan sekaligus membantu pengembangan

karier guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk

meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di

bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK

Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal

yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja

di satuan pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, tetapi

juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan

Kementerian Agama. Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk

menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

f. Indikator Penilaian Kinerja Guru

Tabel 2.1. Indikator penilaian kinerja guru

No. Kompetensi Nilai A. Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik

3. Pengembangan kurikulum 4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi B. Kepribadian 8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,

sosial, dan kebudayaan nasional

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan 10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru

C. Sosial 11. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak

diskriminatif

12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga

kependidikan, orang tua, peserta didik, dan

masyarakat

21

D. Profesional 13. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir

keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang

diampu

14. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan

yang reflektif

Jumlah (Hasil Penilaian Kinerja Guru)

Perolehan skor untuk setiap kompetensi tersebut selanjutnya

dijumlahkan dan dihitung presentasenyanya dengan cara: membagi total

skor yang diperoleh dengan total skor maksimum kompetensi dan

mengalikannya dengan 100 %. Perolehan presentase skor pada setiap

kompetensi ini kemudian dikonversikan ke skala nilai 1, 2, 3, 4.

Tabel. 2.2.Perolehan presentase skor

Rentang Total Skor “X” Nilai Kompetensi

0 % < X ≤25 % 1

25 % < X ≤50 % 2

50 % < X ≤75 % 3

75 % < X ≤100 % 4

Untuk guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah, penilaian dilakukan langsung dengan memberikan

nilai 1,2,3, dan 4 untuk setiap kriteria/indikator pada kompetensi

tertentu sesuai tugas tambahannya. Kemudian, nilai setiap kriteria/

indikator dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Nilai rata-rata ini

merupakan nilai bagi setiap kompetensi terkait.

Berdasarkan hasil konversi nilai PKG ke dalam skala nilai sesuai

dengan Permenegpan dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan

sebutan dan presentase angka kreditnya sebagaimana tercantum dalam

tabel berikut.

22

Tabel. 2.3. Konversi Nilai Kinerja hasil PKG ke Presentase Angka

Kredit.

Nilai Hasil PKG Sebutan Presentase angka kredit

91-100 Amat Baik 125 %

76-90 Baik 100%

61-75 Cukup 75%

51-60 Sedang 50%

≤50 Kurang 25 %

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan

indikator penilaian kinerja guru terdiri dari: (1) kompetensi pedagogik,

(2) kompetensi pribadi, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi

profesional. Ke empat kompetensi itu dilengkapi dengan berbagai

indikator penilaian yang akan di nilai oleh tim penilai kinerja guru.

Yang hasil akhirnya akan dikonversikan ke dalam sebutan amat baik,

baik, cukup, sedang, dan kurang.

g. Prosedur Pelaksanaaan Penilaian Kinerja Guru

Menurut buku pedoman kinerja guru, secara umum kegiatan

penilaian PK GURU di tingkat madrasah dilaksanakan dalam 4 (empat)

tahapan, yaitu :

1) Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai

maupun guru yang akan dinilai.

a) memahami Pedoman PK GURU, terutama tentang sistem yang

diterapkan dan posisi PK GURU dalam kerangka pembinaan

dan pengembangan profesi guru;

b) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan

dalam bentuk indikator kinerja;

c) memahami penggunaan instrumen PK GURU dan tata cara

penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua

hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan

dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil

penilaian; dan

d) memberitahukan rencana pelaksanaan PK GURU kepada guru

yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal

pelaksanaannya.

23

2) Tahap Pelaksanaan

Beberapa tahapan PK GURU yang harus dilalui oleh penilai

sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, adalah sebagai

berikut.

a) Sebelum Pengamatan

Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai

sebelum dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus

tanpa ada orang ketiga. Pada pertemuan ini, penilai

mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi

tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat

pengamatan.

b) Selama Pengamatan

Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib

mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau

dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja

dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk

masing‐masing penilaian kinerja.

c) Setelah Pengamatan

Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses

pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan

yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilai dapat

mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih diragukan.

Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format

laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut.

3) Tahap pemberian nilai

Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi

dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut,

penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada

masing‐masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor

ini harus didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan

pemantauan serta bukti‐bukti berupa dokumen lain yang

dikumpulkan selama proses PK GURU.

4) Tahap pelaporan

Setelah nilai PK GURU formatif dan sumatif diperoleh, penilai

wajib melaporkan hasil PK GURU kepada pihak yang berwenang

untuk menindaklanjuti hasil PK GURU tersebut.

24

Maka dapat diketahui bahwa prosedur pelaksanaan kinerja guru melalui

empat tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, pemberian nilai dan

pelaporan

2. KONSEP PERSEPSI

a. Pengertian Persepsi

Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu

obyek yang dilihat atau dialaminya. Berbicara tentang persepsi yang

dimaksud adalah apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu

sama dengan fakta yang sebenarnya. Istilah persepsi merupakan istilah

serapan dari kata bahasa inggris, perception, yang dapat diterjemahkan

dengan arti “Penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti.”

Untuk lebih jelasnya di sini dikutip beberapa pengertian tentang

persepsi. Menurut (Ensiklopedia umum, 1987:431) disebutkan bahwa :

“Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu

sehingga dapat mengenai suatu obyek dengan jalan asosiasi pada suatu

ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan

sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari.”

“Persepsi merupakan proses menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan yang dilakukan

lewat inderanya” (Slameto 1995:102). “Persepsi merupakan suatu

proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan

kesan-kesan sensori dalam usaha memberikan suatu makna tertentu

kepada lingkungannya” (Siagian,1995:100). Dijelaskan pula bahwa

“persepsi adalah obyek-obyek di sekitar kita yang kita angkap melalui

alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak, sehingga

kita dapat mengamati obyek tersebut.” Bimo (1997:42) mengatakan :

“Dengan demikian tarif terakhir dari proses psikologi adalah dimana

individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat inderanya

atau dengan kata lain individu itu mengalami suatu persepsi, yaitu suatu

proses atau keadaan dimana individu itu mengetahui obyek didasarkan

stimulus yang mengenai alat inderanya.”

Walaupun persepsi didefinisikan secara berbeda-beda tetapi dalam

pengertiannya tersebut tidak nampak pertentangan atau kontradiksi.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa persepsi

merupakan suatu hasil dari proses pengamatan individu terhadap suatu

objek melalui alat inderanya. Dalam persepsi, unsur alat indera

memegang peranan penting, tetapi itu bukan satu-satunya hal yang

25

menentukan persepsi individu. Seperti yang diungkapkan Surakhmad

(1998: 93) : “Dalam menanggapi sesuatu yang bersifat material,

persepsi banyak tergantung pada alat-alat indera, dalam arti bahwa

kualitas tingkah laku seseorang berhubungan dengan kebaikan berfungsinya alat-alat tersebut untuk stimulus tertentu. Akan tetapi

kesempurnaan alat indera bukanlah faktor yang menentukan, sebab

manusia yang melakukan persepsi adalah aktif.”

Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

persepsi adalah proses pemberian makna oleh seseorang berupa

pandangan pemahaman terhadap obyek tertentu berdasarkan norma

ataupun kualitas intelektual yang dimilikinya, sehingga melalui

persepsinya tersebut seseorang dapat menyimpulkan mengenai baik

buruknya atau positif negatifnya suatu obyek atau lingkungan yang

dialaminya sehingga hal tersebut menjadi suatu keyakinan bagi dirinya.

b. Ciri dan Karakteristik Persepsi

Ciri–ciri umum persepsi menurut Irwanto (Affandy, 2010:32)

adalah sebagai berikut :

1) Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan

moralitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-

masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman,

suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi

peraba, dan sebagainya).

2) Dimensi persepsi mempuyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat

menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-

latar belakang, dan sebagainya.

3) Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-

muda, dan lain sebagainya.

4) Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai

struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini

merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja

tidak berdiri sendiri tetapi di ruang tertentu, posisi, atau letak

tertentu.

5) Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan

pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai

makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada

pada diri kita.

Selanjutnya Irvin (1975:559) menjelaskan mengenai karakteristik

seseorang terhadap suatu objek di antaranya meliputi :

26

1) Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang

dianggap paling baik dari beberapa macam pilihan.

2) Perseptor dalam mempersepsikan sesuatu tidak terlepas dari latar

belakang perseptor. 3) Persepsi dapat dijadikan dasar dari seseorang untuk menyeleksi dan

mengambil tindakan.

4) Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus

dibekali pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa persepsi memiliki

dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan

konteksnya. Dalam mempersepsikan sesuatu seseorang harus dibekali

pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan, sehingga dapat

terbentuk persepsi yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil

tindakan yang dianggap paling baik.

c. Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu

menerima stimulus dari luar dirinya, proses membentuk persepsi

merupakan tingkat kedua setelah memperhatikan objek. Dengan

demikian persepsi ini merupakan proses psikologi yang komplek

sehingga individu mampu mengenal, mengetahui dan memahami apa

yang ada di dalamnya. Proses persepsi sebagai suatu proses psikologis

di dalamnya melibatkan sejumlah komponen yang saling berkaitan dan

berhubungan satu sama lainnya, sehingga dari sini jelaslah bahwa

persepsi merupakan suatu proses yang dinamis pada diri individu. Bimo

(1997:51-52) menjelaskan mengenai proses pembentukan persepsi

sebagai berikut :

“Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera

atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).

Stimulus yang diterima alat indera dilanjutkan oleh sensori pada

otak, proses ini dinamakan proses psikologis. Kemudian terjadi

suatu proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang

diterima alat indera itu sebagai stimulus yang diterima. Proses

yang terjadi di dalam otak atau kesadaran individu itulah yang

dinamakan persepsi.”

Claude levi dan Leboyer (Affandy:2010) menjelaskan bahwa :

“Persepsi memiliki tiga proses, yaitu seleksi individu, penelitian, dan

pemaknaan dalam proses penerimaan informasi yang bervariasi dan

berhubungan dengan semua alat indera. Selanjutnya proses cortical dan

infracortical menyeleksi apakah informasi tersebut bermakna atau

27

tidak. Kebermaknaan tersebut didasarkan pada fungsi-fungsi individu

seperti sikap, aktifitas, kebutuhan-kebutuhan individu pada saat itu, dan

di mana individu itu berada. Dengan demikian persepsi merupakan

suatu bentuk nyata dari pekerjaan mengamati berdasarkan pengalaman serta urutan peranan yang dominan.”

Aktivitas perseptual individu bukan hanya terbatas pada

penyeleksian informasi dan pemecahan konflik-konflik, melainkan pada

indentifikasi bentuk-bentuk dan objek-objek yang memberikan makna

terhadap dunia luar. Filley, Haise, dan Karl (Akta Mengajar V

Administrasi Pendidikan, 1993:12) mengidentifikasi tiga komponen

utama dalam terjadinya persepsi, yaitu :

1) Seleksi (screening), yaitu proses psikologi yang sangat erat

hubungannya dengan pengamatan atas stimulus yang diterima dari

luar.

2) Interpretasi, yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang.

3) Interpretasi dari persepsi dan kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi.

Sementara itu Mc Croskey dan Whelness (Affandy:2010)

menyebutkan ada empat tahapan persepsi, yaitu :

1) Penerimaan pesan atau informasi dari luar.

2) Memberikan kode pada informasi yang di indera.

3) Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.

4) Menyimpulkan arti dalam ingatan.

Dari uraian tersebut, maka jelaslah bahwa proses persepsi adalah

proses pemberian arti terhadap lingkungan (objek) oleh individu

(subjek) sebagai proses psikologi yang dinamis dan kompleks. Persepsi

seseorang terhadap stimulus yang diterima dapat diungkapkan melalui

pendapat, tanggapan, dan reaksi.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi individu terhadap objek tertentu akan berbeda-berbeda,

kenyataan ini dikarenakan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

persepsi individu. Mahmud (1990:42) mengidentifikasi beberapa faktor

yang mempengaruhi reaksi persepsi, yaitu :

1) Hakekat sensoris stimulus individu.

2) Latar belakang individu.

28

3) Pengalaman sensoris individu.

4) Perasaan pribadi, sikap, dorongan, dan tujuan.

Sementara itu, Mapiare (2006:64) menyebutkan ada tiga faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu :

1) Faktor fisik, yaitu interpretasi dan jenis benda rangsang.

2) Faktor psikologis yang berupa pekerjaan organ-organ pengamatan

seperti alat indera, urat syarat, dan sel-sel tertentu dalam otak.

3) Faktor psikologis yang menyangkut sikap perasaan dan suasana di

mana individu berada.

Sedangkan menurut Miftah (1986:134) faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah :

1) Faktor psikologis

2) Faktor keluarga

3) Faktor kebudayaan

Jalaludin (1992:55) menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua

faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1) Faktor fungsional (personal), berasal dari kebutuhan pengalaman

masa lalu termasuk faktor-faktor fungsional (personal).

2) Faktor struktur, semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-

efek yang ditimbulkan oleh sistem syaraf individu.

Dari tinjauan terhadap hal-hal yang mempengaruhi persepsi seperti

dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat diklasifikasikan ke

dalam lima kelompok besar, yaitu :

1) Karakteristik stimulus yang datang

2) Faktor psikologis individu

3) Faktor fisiologis individu

4) Faktor keluarga

5) Faktor kebudayaan.

e. Persepsi dan Sikap Individu

Sejalan dengan perkembangan diri individu, kognisi, dan perasaan

serta kecenderungan tindakan seseorang terhadap suatu objek

29

terorganisasi ke dalam suatu sistem yang disebut sikap. Dalam sistem

tersebut terdapat komponen-komponen yang saling ketergantungan dan

mempengaruhi. Oleh sebab itu, tidak heran apabila perubahan kognisi

seseorang tentang suatu objek akan cenderung menghasilkan perubahan dalam perasaan dan kecenderungan tindakannya. Individu mungkin

memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek, bahkan individu

mempunyai sikap terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain dapat

disebutkan bahwa individu hanya akan bersikap bila ada perhatian

terhadap objek yang berada dalam dunia psikologinya, meskipun

terbatas. Dengan demikian, semakin terbatas dunia psikologis seseorang

akan semakin terbatas pula jenis sikap dan tindakannya. Sikap terbentuk

oleh tiga komponen utama, yaitu kognisi, perasaan, dan kecenderungan

tindakan. Komponen kognitif terdiri atas keyakinan tentang suatu objek

yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan konsepsinya. Komponen

perasaan merujuk pada alur emosi seseorang, sedangkan komponen

kecenderungan tindakan kesiapan perilaku berhubungan dengan

sikapnya. Dari sini jelas bahwa komponen kognitif mempunyai

pengaruh yang paling besar dalam dunia persepsi dan ikut memberikan

warna terhadap dua komponen lainnya.

3. KOMPETENSI MANAGERIAL

a. Pengertian Kompetensi

Istilah kompetensi menurut Charles adalah “competency as rational

performance wich satisfactory meets the objective for a desired

condition”. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk

mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

diharapkan (Mulyasa, 2007:25). Sedangkan menurut Undang-undang

Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Spencer (1993:9), juga berpendapat bahwa kompetensi disamping

menentukan perilaku dan kinerja sesorang juga menentukan apakah

seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar

kriteria yang ditentukan.

Jadi dapat diketahui bahwa kompetensi pada hakikatnya merupakan

gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang

dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang dapat

ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan sesuatu dalam

pekerjaannya, orang harus mempunyai kemampuan dalam bentuk

30

pengetahuan, sikap, dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya.

b. Pengertian Kompetensi Managerial

Kepala madrasah merupakan jabatan tertinggi dari suatu organisasi

madrasah, ia mempunyai peranan yang sangat vital dalam

mengembangkan institusi yang dipimpinnya. Dinas pendidikan

menetapkan tugas dan peranan kepala madrasah dalam melaksanakan

perkejaanya, yaitu sebagai educator, manajer, administrator, dan

supervisor. Dalam perkembangan berikutnya peranan kepala madrasah

tersebut bertambah menjadi educator, manajer, administrator,

supervisor, leader, innovator, figure dan mediator. (E. Mulyasa, 2003:

97-98). Begitu banyaknya tugas, fungsi dan peran kepala madrasah

tersebut menuntutnya untuk memiliki kemampuan dan pengalaman

yang lebih dibanding bawahannya atau guru. Sehingga pengangkatan

kepala madrasah tidak dapat dilakukan sembarangan. Salah satu tugas

berat kepala madrasah yaitu harus dapat berperan sebagai manajer atau

kata lain seorang kepala madrasah harus mempunyai kemampuan

manajerial yang memadai.

Menurut Robbins dalam Soebagio Atmodiwirio (2002: 100)

kemampuan (ability) merujuk ke suatu kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan dan Yulk juga

dalam Atmodiwirio (2002: 100) mengemukakan bahwa, kemampuan

dapat diartikan Kemampuan atau skill menuju kepada kemampuan dari

seesorang untuk melalukan berbagai jenis kegiatan kognitif atau

diperlukan dengan suatu cara yang efektif. Kemampuan menggerakkan

orang lain inilah yang disebut managerial skill (Burhanudin,1990).

Istilah manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan

kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak kepustakaan, kata

manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management yang

berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle yang

berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan. Manajemen

merupakan kata benda yang dapat berarti pengelolaan, tata pimpinan

atau ketatalaksanaan (Ulbert Silahahi, 2002: 135).

Sedangkan Dimeck (1954: 10), menyebutkan bahwa: management

is knowing where you want to go, what shall you must avoid, waht the

forces are with to which you must deal, and how to handle your ship,

31

and your crew effectively and without waste in the process of getting

there.

Menurut Helmawati (2014:10), keahlian managerial adalah kemampuan yang mendalam mengenai urusan kepemimpinan. Seorang

kepala madrasah yang andal mungkin memerlukan sejumlah keahlian

yang spesifik dalam menjalankan organisasi yang dapat membantu

Pemimpin lembaga pendidikan mencapai tujuan lembaga yang

bersangutan secara efektif dan efisien.

Malayu S. P. Hasibuan (2001: 2) mengartikan manajemen adalah

ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber- sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa

manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang dimiliki oleh manusia

dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber

daya yang lain dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan, yang dilakukan secara efektif dan efisien

dengan melibatkan seluruh anggota secara ektif untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kemampuan manajerial

adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain dalam

memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan

organisasi secara efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan

efektifnya seorang manajer adalah seberapa baik dia menetapkan

rencana dalam mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin

secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Kepala madrasah

sebagai manajer pada jalur pendidikan formal dituntut memiliki

kemampuan manajemen dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya agar mampu mencapai tujuan proses belajar mengajar secara

keseluruhan.

c. Jenis-jenis Keahlian Managerial

Menurut Moorhead/ Griffin mengajukan empat keahlian

managerial, yaitu: keahlian teknis, keahlian interpersonal, keahlian

konseptual, dan keahlian diagnotis. Kemudian menurut Soekarto

Indrafachrudi (2006) merumuskan lima keterampilan dalam mengelola

lembaga pendidikan yaitu: keterampilan memimpin, keterampilan

menjalin hubungan kerja dengan sesama manusia, keterampilan

menguasai kelompok, keterampilan mengelola administrasi personalia,

dan keterampilan menilai. Berdasarkan berbagai macam teori di atas

32

maka dapat diketahui bahwa ada lima jenis keahlian managerial yaitu:

technical skills, conceptual skills, diagnostic skills, interpersonal skills,

analytic skills.

Kemudian menurut Katz (Atmodiwirio, 2002:7) menyebutkan

bahwa: kemampuan manajerial itu meliputi technical skill (kemampuan

teknik), human skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan

conceptual skill (kemampuan konseptual). Kemampuan teknik adalah

kemampuan yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat,

prosedur, metode dan teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara

benar (working with things). Menurut Payol (Atmodiwirio, 2002:7)

bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas manajerial paling tidak

diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yakni:

1) Kemampuan tekhnis, yaitu kemampuan manusia untuk

menggunakan prosedur, tekhnis, dan pengetahuan mengenai bidang

khusus.

2) Kemampuan manusiawi, yaitu kemampuan untuk bekerja sama

dengan orang lain, memahami, memotivasi, sebagai individu atau

kelompok.

3) Keterampilan konseptual, yaitu kemampuan untuk

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kepentingan dan

aktivitas organisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan kepala madrasah sebagai

manajer sangat memerlukan ketiga macam kemampuan di atas. Agar

kepala madrasah dapat secara efektif melaksanakan fungsinya sebagai

manajer maka harus memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam

ketiga kemampuan di atas dan mampu mewujudkannya ke dalam

tindakan atau perilaku. Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam

ketiga kemampuan tersebut sebagai berikut:

1) Kemampuan teknis yaitu : menguasai pengetahuan tentang metode,

proses, prosedur, dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus

dan kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan

sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang

bersifat khusus tersebut.

2) Kemampuan manusiawi merupakan kemampuan untuk memahami

perilaku manusia dan proses kerja sama, kemampuan untuk

memahami isi hati, sikap, dan motif orang lain, kemampuan untuk

berkomunikasi secara jelas dan efektif, sehingga mampu

menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis, dan

diplomatis, dan mampu berperilaku yang dapat diterima kemampuan

untuk menciptakan dan membina hubungan baik, memahami dan

33

mendorong orang lain sehingga mereka bekerja secara suka rela,

tidak ada paksaan dan lebih produktif (working with people).

3) Kemampuan konseptual adalah kemampuan mental untuk

mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta kegiatan organisasi. Dengan kata lain, kemampuan konseptual ini

terkait dengan kemampuan untuk membuat konsep (working with

ideas) tentang berbagai hal dalam lembaga yang dipimpinnya yaitu

kemampuan berpikir rasional, cakap dalam berbagai macam

konsepsi, mampu menganalisis berbagai kejadian serta mampu

memahami berbagai kecendrungan, mampu mangantisipasi perintah,

dan mampu mengenali dan mamahami macam-macam masalah

sosial.

Sedangkan di dalam Peraturan Menteri No 13 Tahun 2007 Tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kompetensi manajerial kepala

madrasah meliputi:

1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan.

2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan

kebutuhan.

3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah/madrasah secara optimal.

4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajaran yang efektif.

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif

dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal.

7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam

rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan

sekolah/madrasah.

9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik

baru, penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11) Mengelola keuangan sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.

12) Mengelola ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/madrasah.

34

13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di

sekolah/madrasah.

14) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan managerial kepala madrasah adalah kapasitas yang

dimiliki oleh seorang kepala madrasah dalam mengelola organisasi dan

sumber daya yang ada, guna mencapai tujuan organisasi yang

mancakup: 1) Kemampuan merencanakan dengan indikator yaitu

mampu menyusun dan menerapkan strategi, dan mampu

mengefektifkan perencanaan. 2) Kemampuan mengorganisasikan

dengan indikator yaitu mampu melakukan departementalisasi, membagi

tanggung jawab dan mampu mengelola personil. 3) Kemampuan dalam

pelaksanaan dengan indikator yaitu mampu mengambil keputusan, dan

mampu menjalin komunikasi. 4) Kemampuan mengadakan pengawasan

dengan indikator yaitu mampu mengelola, dan mampu mengendalikan

operasional.

d. Konsep Kepala Madrasah

Madrasah merupakan organisasi yang kompleks dan unik,

organisasi yang kompleks karena di dalam madrasah terdapat sumber

daya–sumber daya yang saling terkait, sedangkan sebagai organisasi

yang unik karena madrasah menjadi tempat proses belajar–mengajar

dan pembudaya kehidupan umat manusia (Wahjosumidjo, 2002: 81).

Untuk dapat mencapai tujuan sekolah, diperlukan pemimpin yang

mampu mendayagunakan sumber daya–sumber daya tersebut agar

dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, tanpa seorang pemimpin madrasah tidak akan bisa

berhasil. Pendapat tersebut dipertegas oleh Gibson (1998) (Sudarwan

Danim, 2004: 145), yang mengemukakan bahwa keberhasilan

madrasah banyak ditentukan oleh kapasitas kepala madrasahnya di

samping adanya guru-guru yang kompeten di madrasah itu. Dengan

demikian keberadaan kepala madrasah sangat penting dalam

menentukan keberhasilan madrasah.

35

Kepala sekolah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,

2005: 549) diartikan sebagai orang (guru) yang memimpin suatu

sekolah atau bisa disebut dengan guru kepala. Wahjosumidjo (2002:

83) mendefinisikan kepala madrasah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah, di mana

diselenggarakan proses belajar-mengajar. Lebih lanjut dikemukakan

bahwa sebagai seorang pemimpin, kepala madrasah harus mampu

menjadi figur penengah dan sumber informasi bagi bawahannya serta

sebagai pemecah masalah yang terjadi di madrasah yang dipimpinnya.

Kepala madrasah merupakan orang terpenting di suatu madrasah,

sebab merupakan kunci bagi pengembang dan peningkatan suatu

madrasah, jika kepala madrasah, guru, karyawan dan seluruh stakeholder

madrasah itu berfungsi dengan baik, terutama kalau prestasi siswa

dapat mencapai maksimal.

Kepala madrasah merupakan pejabat formal di madrasah,

dikarenakan pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang

didasarkan atas peraturan yang berlaku. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan adanya kualifikasi dan kompetensi yang diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI No 13 Tahun 2007 Tentang Standar

Kepala Sekolah/madrasah, diantaranya :

1) Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai

berikut:

a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma

empat (DIV) kependidikan atau non kependidikan pada

perguruan tinggi yang terakreditasi.

b) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-

tingginya 56 tahun.

c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima)

tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di

Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki

pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di

TK/RA, dan

d) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai

negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan

kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga

yang berwenang.

2) Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah Dasar/ MI meliputi:

a) Berstatus sebagai guru Sekolah Dasar/MI.

b) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru Sekolah Dasar/MI,

36

c) Memiliki sertifikat kepala Sekolah Dasar/MI yang diterbitkan

oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

3) Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah

diantaranya kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kepala madrasah merupakan seorang tenaga fungsional (guru) yang

diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah di mana diselenggarakan

proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara

guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran yang

diangkat dengan keputusan oleh badan yang berwenang, kepala

madrasah adalah jabatan pemimpin yang tidak diisi oleh orang-orang

tanpa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, siapapun yang

akan diangkat menjadi kepala madrasah harus ditentukan melalui

prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti latar belakang

pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas.

e. Fungsi Kepala Madrasah sebagai Manager

Diantara tugas dan fungsi seorang kepala madrasah adalah sebagai

manajer. A.F. Stoner (1982:8-13), mengemukakan bahwa keberadaan

manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan. Menurut Stoner ada

delapan fungsi seorang manajer yang harus dilaksanakan dalam sebuah

organisasi, yaitu (1) bekerja dan dengan melalui orang lain; (2) dengan

waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai

persoalan; (3) bertanggung jawab dan memperanggungjawabkan; (4)

berpikir secara realistis dan konseptual; (5) juru penengah; (6) seorang

politis; (7) seorang diplomat; (8) mengambil keputusan yang sulit.

Kedelapan fungsi manajer yang dikemukan oleh Stoner tersebut juga

berlaku bagi setiap organisasi manapun, termasuk bagi kepala

madrasah.

Kedelapan fungsi manajer dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu

saja berlaku bagi setiap manajer dari suatu organisasi apapun, termasuk

kepala madrasah manajemen pada hakekatnya merupakan proses

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan

mengendalikan usaha pada anggota organisasi dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena semua

manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya

mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan.

37

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,

kepala madrasah harus mempunyai strategi yang tepat untuk

meningkatkan kinerja guru melalui kerjasama yang kooperatif,

memberikan dorongan dan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan profesinya. Menurut Mulyasa (2007:103), ada beberapa strategi yang

dapat dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru

sebagai berikut:

Pertama, pemberdayaan tenaga kependidikan melalui kerjasama

yang dimaksudkan bahwa dalam peningkatan kinerja tenaga

kependidikan, kepala madrasah harus mementingkan kerjasama

dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam

melaksanakan kegiatan. Sebagai manajer madrasah harus mau

mendayagunakan seluruh sumberdaya madrasah dalam rangka

mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala madrasah harus

mampu bekerja melalui orang lain.

Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer madrasah harus

bersikap demokratis dan memberi kesempatan kepada semua teaga

kependidikan untuk mengembangkan potensinya.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam

setiap kegiatan di madrasah (partisipatif). Dalam hal ini kepala

madrasah bisa berpedoman asas tujuan, keunggulan, mufakat,

persatuan, empiris, keakraban dan asas integritas.

Dalam buku Standar supervisi pada Madrasah Aliyah (2005), fungsi

kepala madrasah sebagai manajer bertugas menyelenggarakan kegiatan

pendidikan diantaranya: penyusunan program kerja, mengatur kegiatan

megajar belajar dan bermain, menyusun rencana anggaran dan

pendapatan madrasah, membina para personal, menilai kinerja para

personal, merencanakan pengembangan dan pendayagunaan sarana dan

prasarana, melaksanakan hubungan madrasah dalam lingkungan.

Sedangkan dalam Standar supervisi pada MTs (2005), fungsi kepala

kepala madrasah sebagai manajer pendidikan meliputi: menentukan dan

menetapkan kebijakan teknis, mengambil keputusan, bersama-sama

warga madrasah menentukan RAPBM, mengorganisasikan kegiatan

madrasah mengatur proses penyelenggaraan pendidikan dan semua

komponen yang terlibat, dan melaksanakan pengawasan serta evaluasi.

Jadi dapat diketahui bahwa fungsi kepala madrasah sebagai manajer

adalah bertugas menyelenggarakan kegiatan pendidikan di antaranya

membuat perencaan pendidikan, mengorganisasikan kegiatan, mengatur

dan melaksanakan serta melaksanakan evaluasi.

38

f. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah sebagai Manager

Dalam rangka mencapai tujuan organisasi, kepala madrasah pada

dasarnya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap

seluruh sumber daya yang ada dan kegiatan yang dilakukan di

sekolahnya. Adapun penjelasan mengenai unsur atau fungsi manajemen

adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah keseluruhan proses dan penentuan secara

matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan

(Yidjaya: 1987:33). Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan

dapat meliputi penetapan tujuan, penegakan strategi dan

pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. kepala

madrasah sebagai top manager di madrasah mempunyai tugas untuk

membuat perencanaan baik dalam bidang program pembelajaran

dan kururikulum, guru dan kepegawaian, kesiswaan, keuangan

maupun perlengkapan (Purwanto, 2005:107). Jadi dapat diketahui

bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan yang harus ada dalam

sebuah madrasah, yang dimulai dari penetapan visi sebuah

organisasi sampai dengan langkah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan, maka

prinsip perencanaan harus mencerminkan nilai-nilai yang bersumber

dari Al-Quran. Dalam hal perencanaan Al-Quran mengajarkan

kepada manusia dalam surat Al-Hasyr ayat 18, yaitu:

“ Hai orang -orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah

diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.” ( Surat Al-Hasyr, ayat 18 ).

Kata memperhatikan menurut Iman Al-Ghazali mengandung

makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan

39

yang dia kerjakan, serta harus mempersiapkan diri (merencanakan)

untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok.

Manusia harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan sejahtera proses selamat tersebut harus dimulai dari dunia ini yang

diwujudkan dengan tingkah laku yang baik, sesuai dengan apa yang

tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18 tersebut yaitu Kata:

”Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat) dalam surat tersebut,”dan kata itu

menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas

segala tindakan selama di dunia sehingga ia akan mendapatkan

keselamatan di akhirat nanti.

Selain ayat di atas, terdapat pula ayat yang menganjurkan

kepada para manajer atau kepala madrasah untuk menentukan sikap

adil dan bijaksana dalam proses perencanaan pendidikan. Dalam

surat An-Nahl disebutkan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat

kebajikan atau kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah

melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia

memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran” (Q.S. An-Nahl : 90)

Ayat tersebut merupakan suatu hal yang sangat prinsipal yang

tidak boleh ditawar dalam proses perencanaan pendidikan, supaya

tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai dengan sempurna.

Disamping itu pula, intisari ayat tersebut merupakan suatu

“pembeda” antara manajemen secara umum dengan manajemen

dalam perspektif Islam yang sarat dengan nilai.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi ini perlu dilakukan untuk mewujudkan struktur

organisasi sekolah, uraian tugas tiap bidang, wewenang dan

tanggung jawab menjadi lebih jelas dan penentuan sumber daya

manusia dan materiil yang diperlukan. Menurut Robbins (2003:5),

bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pengorganisasian dapat

mencakup: (1) menetapkan tugas yang harus dikerjakan; (2) siapa

yang mengerjakan; (3) bagaimana tugas itu dikelompokkan; (4)

siapa melapor ke siapa; (5) dimana keputusan itu harus diambil.

Wujud dari pelaksanaan organizing adalah tampaknya kesatuan

yang utuh, kekompakan, kesetiakawanan dan terciptanya

40

mekanisme yang sehat sehingga kegiatan lancar, stabil dan mudah

mencapai tujuan yang ditetapkan. Jadi dapat diketahui bahwa

pengorganisasian adalah suatu proses kegiatan penyusunan struktur

organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya sehingga kegiatan organisasi dapat berjalan dengan

lancar dan tercapainya sebuah tujuan organsisasi.

Dalam hal organizing (pengorganisasian) yang menekankan

pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan. Al-Quran

mengajarkan kepada manusia dala surat Ali Imran ayat 90:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,

Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena

nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada

di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar

kamu mendapat petunjuk.” (Q.S, Ali Imran:90)

Selanjutnya al-Qur'an menjelaskan petunjuk agar dalam suatu

wadah organisasi, tempat, persaudaraan, ikatan atau kelompok,

janganlah timbul pertentangan, perselisihan, yang mengakibatkan

hancurnya kesatuan, runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang

telah dibina. Firman Allah dalam Al-Anfal 46:

“Dan taatilah Allah dan RasulNya, jangalah kamu berbantah-

bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang

41

kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-

orang yang sabar” (Q.S, Al-Anfal : 46)

3) Pengerakkan/pengembangan (actuating) Actuating adalah aktivitas untuk memberikan dorongan,

pengarahan dan pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar

mau bekerja secara sadar dan sukarela dalam rangka mencapai suatu

tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dalam pola

organisasi. Fungsi actuating merupakan bagian dari proses

kelompok atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun

istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi ini adalah

directing, commanding, leading dan coordinating. Karena tindakan

actuating sebagaimana respon di atas, maka proses ini juga

memberikan motivating untuk memberikan penggerakan kesadaran

terhadap dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu

menuju tujuan yang telah ditetapkan, disertai dengan memberi

motivasi baru, bimbingan atau pengarahan sehingga mereka bisa

menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan

baik.

Masalah penggerakan ini pada dasarnya berkaitan erat dengan

unsur manusia sehingga keberhasilannya juga ditentukan

kemampuan kepala madrasah dalam berhubungan dengan para guru

dan karyawannya. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan kepala

madrasah dalam berkomunikasi, daya kreasi serta inisiatif yang

tinggi dan mampu mendorong semangat kerja para karyawan.

Al-Qur'an dalam hal ini telah memberikan pedoman dasar

terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan

peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah berfirman dalam surat

Al-Kahfi ayat 2 :

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan

yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira

kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh,

42

bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik” (QS. al-

Kahfi: 2)

Faktor membimbing dan memberikan peringatan sebagai hal

penunjang demi suksesnya sebuah rencana, sebab jika hal itu diabaikan akan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap

kelangsungan suatu rencana dalam sebuah organsasi atau madrasah.

4) Pengawasan/evaluasi (Controlling/evaluating)

Pengawasan dan evaluasi dapa diartikan sebagai salah satu

kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam

organsisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan

pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian apakah perlu

diadakan perbaikan. Menurut (Effendy, 1993:131), controlling

adalah suatu pengukuran (measurement) atau penilaian (evaluation)

terhadap suau perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang

biasa dilakukan pada pertengahan bulan atau tahun. Pengawasan

dilakukan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan guru,

kepala madrasah, konselor, supervisor dan petugas madrasah

lainnya dalam institusi satuan pendidikan. Pada dasarnya, ada tiga

langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan pengawasan, (1)

menetapkan alat ukur/standar; (2) mengadakan penilaian atau

evaluasi; (3) mengadakan tindakan perbaikan atau koreksi dan

tindak lanjut. Oleh sebab itu, kegiatan pengawasan itu dimaksudkan

untuk mencegah penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan,

menilai proses dan hasil kegiatan dan sekaligus melakukan tindakan

perbaikan.

Jadi dapat diketahui bahwa controlling itu sangat penting,

karena controlling merupakan jembatan terakhir dalam rantai

fungsional kegiatan-kegiatan manajemen. Pengendalian merupakan

salah satu cara para manajer untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan

organisasi itu tercapai atau tidak dan mengapa tercapai atau tidak

tercapai. Selain itu controlling adalah sebagai konsep pengendalian,

pemantau efektifitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan

kepemimpinan serta pengambilan perbaikan pada saat dibutuhkan.

Mengingat pentingnya evaluasi pada sebuah organisasi, maka

Islam sebagai suatu agama yang komprehensif memberikan

pedoman –pedoman yang dijadikan sebagai suatu prinsip dalam

evaluasi. Firman Allah dalam surat AL-Infitar 10-12:

43

“Padahal ssungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi

pekerjaanmu (10) yang mulia disisi Allah dan yang mencatat

pekerjaan itu (11) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(12) (Q.S, Al-Infitar: 10-12)

g. Persepsi guru tentang kompetensi managerial kepala madrasah

Berdasarkan teori-teori di atas maka penulis menyimpulkan persepsi

atau pandangan guru tentang kompetensi managerial madrasah meliputi

beberapa indikator yaitu:

2. Planning, dengan indikator: perencanaan program pembelajaran dan

kurikulum; guru dan kepegawaian, kesiswaan; dan Keuangan dan

perlengkapan.

3. Organizing, dengan indikator: menetapkan tugas yang harus

dikerjakan, siapa yang mengerjakan; bagaimana tugas

dikelompokkan; siapa melapor pada siapa; dimana keputusan harus

diambil.

4. Actuating, dengan indikator: memelihara, menjaga dan memajukan

organisasi.

5. Controlling, dengan indikator: menetapkan alat ukur/standar;

Mengadakan evaluasi/penilaian; Mengadakan tindakan

perbaikan/koreksi.

4. SUPERVISI KEPALA MADRASAH

Konsep supervisi kepala Madrasah terdiri dari beberapa konsep yang

dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Pengertian Supervisi

Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi”

yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan

menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas,

kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa: 2012:239). Sedangkan

menurut Purwanto (2006:76), supervisi adalah suatu aktivitas

pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

madrasah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa supervisi

adalah suatu aktivitas pembinaan atau pengawasan yang direncanakan

oleh kepala madrasah untuk membantu para guru dan pegawai

madrasah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

44

Dengan demikian hakekat supervisi adalah suatu proses

bimbingan dari pihak kepala madrasah kepada guru-guru dan personalia

mardasah yang langsung menangani belajar para siswa, disamping itu juga memperbaiki situasi bekerja dan belajar secara efektif, disiplin,

bertanggung jawab, dan memenuhi akuntabilitas (Suprihatiningrum,

2013:289). Sedangkan menurut Burhanudin (2006:285), berpendapat

supervisi yaitu bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar

kearah yang lebih baik, dengan jalan memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada guru dan pegawai lainnya untuk meningkatkan

kualitas kerja mereka dibidang pengajaran dengan berbagai aspeknya.

Berbeda dengan Mc Nerney (2012: 27) yang melihat bahwa

“Supervision is the process of giving direction to and providing critical

evaluation of the instructional process, and that the end result of

supervision should be to give pupils and students at all levels better

educational service.

Jadi dapat diketahui bahwa supervisi itu sebagai suatu prosedur

memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses

pengajaran, dan Padahal ada pandangan lain yang melihat supervisi

dari segi perubahan sosial yang berpengaruh terhadap peserta didik

seperti yang dikemukakan Burton dan Bruckner (1955: 1). Menurut

mereka, supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Mashudi (2015, 13-14) menyatakan bahwa supervisi

adalah suatu proses sistematis dan berkelanjuatan dalam pengumpulan,

analisis, dan penggunaan informasi untuk mengontrol manajemen dan

pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

memastikan apakah hal-hal apapun dari suatu program yang sedang

dijalankan dapat berjalan secara efektif, efisien, sesuai dengan langkah

atau rencana yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan Sahertian

(2000: 19) merumuskan bahwa supervisi adalah bagian dari usaha

memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun

secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Adapun

supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru melalui

siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan

umpan balik yang objektif dan segera. Dengan cara seperti itu guru

akan menggunakan balikan dengan perbaikan mutu kinerjanya.

Sedangkan supervisi pendidikan pada umumnya mengacu pada usaha

perbaikan situasi proses belajar dan mengajar. (Faturohman, 2015: 18)

45

Kesimpulan yang dapat ditarik dari semua pengertian di atas

bahwa pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan

pokok, yaitu pembinaan yang berkelanjutan, pengembangan

kemampuan personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi

peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi terdapat proses

pelayanan untuk membantu atau membina para guru. Pembinaan ini

menyebabkan perbaikan atau peningkatan kemampuan yang kemudian

ditransfer kedalam perilaku mengajar sehingga tercipta suasana belajar

mengajar yang lebih baik lagi sehingga pada akhirnya juga

meningkatkan kualitas dari peserta didik.

b. Tujuan dan Fungsi Supervisi

Tujuan supervisi pendidikan dapat dibagi dalam dua macam, yiatu

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dimaksudkan tentang

apakah yang sebenarnya hendak dicapai melalui pelaksanaan supervisi

terhadap guru-guru di sekolah. Adapun tujuan khusus lebih diarahkan

pada tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan aspek-aspek yang

terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah (Supardi, 2014:79).

Supervisi bertujuan mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih

baik dalam kegiatan belajar mengajar, melalui pembinaan dan

peningkatan profesi mengajar. Dengan kata lain, tujuan supervisi

pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para

guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna

mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Waite juga mengemukakan

bahwa supervisi pembelajaran secara umum bertujuan untuk memantau

dan mengawasi kinerja guru dan tanggung jawabnya masing-masing

agar para guru dan tenaga kependidikan tersebut bekerja secara

profesional dan mutu kinerjanya meningkat (Waite:1995).

Sedangkan menurut Mulyasa (2012:242), tujuan supervisi

pendidikan diantaranya sebagai berikut :

1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami

tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam

merealisasikan tujuan tersebut.

2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk

mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang

lebih efektif.

3) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara

kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar

46

mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-

perbaikan.

4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga

sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.

5) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi

berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam

profesinya.

6) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan

program pendidikan di sekolah kepada masyarakat.

7) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi

aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta

didik.

8) Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan diantara guru.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan

supervisi pendidikan adalah untuk membantu kepala madrasah dalam

menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu, serta untuk

meningkatkan mutu profesionalime dan kinerja guru untuk mencapai

tujuan pendidikan.

Selain berbagai tujuan supervisi yang telah diuraikan di atas,

supervisi pendidikan memiliki berbagai macam fungsi, Sahertian

(2000:21) mengutip analisis yang dikemukakan oleh Swearingan dalam

bukunya yang berjudul Supervision of Instruction Fondation and

Dimension, mengemukakan ada 8 fungsi supervisi, yaitu:

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah

Adanya perubahan yang terjadi secara terus menerus pada kegiatan

sekolah sehingga perlu usaha sekolah untuk melakukan koordinasi

yang baik diantara personil sekolah yang meliputi para guru dan

pegawai lainnya. Adapun usaha yang perlu dilakukan yaitu:

a) Usaha tiap guru, yaitu setiap guru diberikan kesempatan untuk

mengemukakan idenya dan menguraikan materi pelajaran

menurut pandangannya kearah peningkatan yang lebih baik.

b) Usaha-usaha sekolah, dalam menentukan kebijakan,

merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah termasuk

program-program sepanjang tahun ajaran perlu ada koordinasi

yang baik.

c) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan, dalam usaha

pertumbuhan jabatan, supervisi memberikan berbagai bentuk

kegiatan melalui service training, extension course, workshop,

seminar guru-guru, selalu berusaha meningkatkan diri sekaligus

47

mengasah intelektual sehingga untuk itu perlu dilakukan

koordinasi, tugas mengkoordinasi ini adalah tugas supervisi.

2) Kepemimpinan sekolah Kepemimpinan yang demokratis itu perlu dikembangkan karena

kepemimpinan itu suatu ketrampilan yang harus dipelajari dan itu

harus melalui latihan yang terus menerus dengan cara melatih dan

memperlengkapi para guru agar mereka memiliki ketrampilan dalam

kepemimpinan di sekolah.

3) Memperluas pengalaman guru

Pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia ingin

mencapai tujuan yang maksimal perlu belajar dari pengalaman, bila

ia mau belajar dari pengalaman nyata di lapangan melalui

pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya dirinya dengan

pengalaman belajar baru.

4) Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif

Supervisi bertugas untuk menciptakan suasana yang memungkinkan

para guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas

dalam dirinya. Kemampuan untuk menstimulasi para guru agar

mereka tidak hanya berdasarkan perintah-perintah atau instruksi dari

atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses belajar

mengajar.

5) Memberikan fasilitas dan penilaian terus menerus

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya diperlukan penilaian

secara terus menerus karena dengan adanya penilaian dapat

diketahui kelamahan dan kelebihan dari hasil dan proses belajar

mengajar. Penilaian tersebut harus bersifat menyeluruh dan

berkelanjutan. Menyeluruh berarti mencakup semua aspek kegiatan

sekolah, berkelanjutan berarti penilaian berlangsung setiap saat,

yaitu pada awal, pertengahan dan diakhiri dengan melakukan suatu

tugas.

6) Menganalisis situasi belajar mengajar

Fungsi supervisi disini adalah menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi perbaikan belajar mengajar seperti mengenai

aktivitas guru dan peserta didik akan memberikan pengalaman dan

umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran, tugas-tugas

pembelajaran dan tujuan pendidikan.

48

7) Memperlengkapi setiap anggota atau staf dengan pengetahuan dan

ketrampilan yang baru. Di sini supervisi memberikan dorongan

stimulasi dan membantu para guru agar mengembangkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengajar.

8) Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan

membentuk kemampuan-kemampuan. Untuk mencapai tujuan yang

lebih tinggi harus berdasarkan tujuan-tujuan sebelumnya, setiap

guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur kemampuannya.

Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi

supervisi.

Sedangkan menurut Daryanto (1998:174), fungsi atau tugas

supervisi adalah:

1) Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi

pendidikan sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala

bidang.

2) Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan

situasi pendidikan di sekolah.

3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk

menghilangkan hambatan-hambatan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa fungsi

supervisi pendidikan adalah mengkoordinasi semua usaha madrasah,

kepemimpinan madrasah, memperluas pengalaman guru, menstimulasi

usaha-usaha madrasah yang kreatif, memberikan fasilitas dan penilaian

terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memperlengkapi

setiap anggota atau staf dengan pengetahuan dan keterampilan yang

baru, menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk

menghilangkan hambatan-hambatan serta memadukan dan

menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-

kemampuan.

c. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Madrasah

Kepala madrasah sebagai supervisor harus mampu mengadakan

pengendalian terhadap guru dengan tujuan meningkatkan kemampuan

profesi guru dan kualitas proses pembelajaran agar berlangsung secara

efektif dan efisien. Peranan kepala madrasah sebagai supervisor

merupakan salah satu peranan yang sangat penting dalam mengelola

dan memajukan sekolah. Supervisi juga penting dijalankan oleh kepala

madrasah karena dapat memberi bantuan dan pertolongan kepada guru

49

dan tenaga kependidikan di madrasah untuk bersama-sama mewujudkan

tujuan madrasah dan tujuan pendidikan formal.

Menurut supardi ( 2013:101), Untuk dapat menjalankan supervisi dengan sukses kepala madrasah dituntut memiliki berbagai persyaratan

baik yang berhubungan dengan sifat-sifat pribadi sebagai seorang

supervisor dan pemimpin maupun keterampilan-keterampilan sebagai

seorang supervisor pendidikan yang baik pula. Diantara persyaratan

pribadi supervisor adalah: 1) sehat jasmani dan rohani, 2) berkemauan,

3) mempunyai kegairahan kerja, 4) bersifat ramah, 5) jujur, 6)

menguasai teknik-teknik supervisi, 7) tegas, 8) cerdas, 9) terampil

dalam mengajar, dan 10) percaya pada diri sendiri.

Kesepuluh sifat ini dapat menjadi kunci bagi keberhasilan dalam

melaksanakan supervisi pendidikan, tetapi bukan suatu jaminan mutlak.

Namun, tidaklah berarti semua iu harus lengkap dimiliki oleh seorang

kepala madrasah yang bertindak sebagai supervisor, melainkan ini

merupakan persayaratan yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang

bertugas sebagai supervisor pendidikan.

Kemudian sebagai seorang supervisor juga harus memenuhi

kompetensi umum maupun kompetensi khusus, sebagai berikut:

1) Kompetensi umum meliputi: (1) bertindak demokratis, (2) memiliki

kepribadian yang menarik dan simpatik, (3) bersifat ilmiah dalam

segala hal sera prinsip mau belajar terus, (4) memiliki dedikasi

tinggi serta layak pada tugas dan jabatannya; (5) menghindarkan diri

dari sifat tercela; (6) memandang guru sebagai mitra kerja, bukan

bawahan.

2) Kompetensi khusus seorang supervisor, meliputi (1) memiliki

kemampuan tentang manajemen pendidikan secara umum dan

manajemen sekolah secara khusus, yang meliputi manajemen

personel, manajemen bahan mata pelajaran dan manajemen

operasional; (2) memiliki pengetahuan tentang supervisi pendidikan,

yang meliputi tujuan dan sasaran, teknik-teknik, langkah-langkah

dan prinsip dasar supervisi pendidikan; (3) menguasai substansi

bahan mata pelajaran; (4) Menguasai substansi bahan mata pelajaran

teknik manajemen, antara lain: administrasi sekolah, administrasi

kepegawaian, administrasi kurikulum, pengelolaan perpustakaan,

laboratorium; (5) memiliki kemampuan berkomunikasi; (6)

memiliki kemampuan mediator antara guru, tenaga kependidikan,

dan instansi terkait; (7) memiliki kemampuan membimbing guru

dalam hal perolehan angka kredit dan membuat karya tulis; (8)

harus bekerja sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah

50

ditetapkan; (9) harus memiliki kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan harus menjunjung tinggi

kode etik jabatan.

Menurut Purwanto (2006:119), kegiatan atau usaha-usaha yang

dilakukan oleh kepala sekolah sebagaimana fungsinya sebagai seorang

supervisor antara lain:

1) Membangkitkan dan merangsang para guru dan pegawai sekolah

didalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-

baiknya.

2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan

sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi

kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.

3) Bersama para guru berusaha mengembangkan, mencari dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

4) Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara para guru dan

pegawai lainnya.

5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan para guru dan

pegawai sekolah, antar lain dengan mengadakan diskusi kelompok,

menyediakan perpustakaan sekolah dan atau mengirim mereka

untuk mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai dengan

bidangnya masing-masing.

6) Membina hubungan kerjasama antara sekolah, komite sekolah

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa

pelaksanaan supervisi oleh kepala madrasah harus didasari oleh

kemampuan umum dan kemampuan khusus, artinya kemampuan

pribadi yang harus dimiliki oleh layaknya seorang kepala madrasah dan

kemampuan teknis untuk pelaksanaan supervisi itu sendiri.

d. Tipe-tipe Supervisi

Burton dan Brueckner dalam Purwanto (2006), mengemukakan

adanya lima tipe supervisi, yaitu:

1) Supervisi sebagai inspeksi, dalam bentuk inspeksi ini supervisi

semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan

guru atau bawahan. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang

berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki

cara serta daya kerja sebagai pendidik dan pengajar. Inspeksi

dijalankan untuk mengawasi/ meneliti apakah para guru atau

bawahan menjalankan apa yang sudah diinstruksikan oleh atasan,

51

sampai dimana para guru atau bawahan menjalankan tugas yang

telah diberikan oleh atasan.

2) Laissez faire, merupakan tipe pengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Tipe ini membiarkan para guru bekerja sekehendaknya

tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Para guru boleh menjalankan

tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang

mereka inginkan, dan dengan cara yang mereka kehendaki.

3) Coercive supervision, tipe kepengawsan ini bersifat otoriter. Dalam

tindakan pengawasannya, supervisor bersifat memaksa segala

sesuatu yang dianggap baik dan benar menurut pendapatnya. Dalam

hal ini, pendapat dan inisiatif guru tidak dipertimbangkan dan

dihiraukan. Guru harus tunduk dan mengikuti petunjuk yang

dianggap baik oleh supervisor itu sendiri.

4) Supervisi sebagai latihan bimbingan, tipe supervisi ini berdasarkan

suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses

pertumbuhan bimbingan. Tipe ini baik, terutama bagi para guru

yang baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah.

Kelemahannya adalah mungkin pengawasan, petunjuk-petunjuk

maupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka training dan

bimbingan tersebut bersifat kolot, sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat

terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh oleh

guru dari sekolah guru dengan pendapat dari supervisor itu sendiri.

5) Kepengawasan yang demokrasi, dalam tingkat ini supervisi bukan

lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas melainkan

suatu pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab

tidak dipegang sendiri oleh supervisor melainkan dibagi-bagikan

kepada para anggota sesuai dengan tingkat keahlian dan

kecakapannya masing-masing.

Beberapa model supervisi telah dikembangkan oleh pakar-pakar

dalam bidang supervisi pembelajaran khusus untuk meningkatkan lagi

keberhasilan supervisi di sekolah/madrasah. Model supervisi tersebut

antara lain:

1) Model Supervisi Pengembangan

Supervisi sebagai pengembangan meliputi pengembangan

kurikulum, observasi, dan pengembangan profesionalisme guru,

untuk memenuhi tujuan sekolah dan kebutuhan guru yang bertujuan

52

untuk peningkatan pembelajaran peserta didik (Glickman,

1998:146).

a. Pengembangan kurikulum, sehubungan dengan pengembangan

kurikulum, guru-guru seharusnya diberikan bimbingan, nasihat atau bantuan oleh kepala madrasah dalam proses merancang,

menyelaras dan melaksanakan kurikulum di sekolah. Selaras

dengan peranan kepala madrasah sebagai supervisor dalam

kurikulum yaitu untuk mengendalikan, membantu dan menilai

pengembangan kurikulum di sekolah. Maka, kerja sama antara

guru dan kepala madrasah sangat penting untuk melaksanakan

kurikulum agar tujuan sekolah tercapai.

b. Observasi, observasi merupakan supervisi pembelajaran yang

diaplikasikan di sekolah. Observasi memerlukan kepala

madrasah masuk kedalam kelas ketika guru sedang melakukan

kegiatan pembelajaran dan mengobservasi pembelajaran guru.

Proses observasi melibatkan tiga fase yaitu perbincangan

sebelum observasi, pada saat observasi, dan pasca observasi.

c. Pengembangan profesionalisme guru, pengembangan guru

adalah penting bagi meningkatkan taraf profesionalisme mereka.

Oleh karena itu, sebagai supervisor yang baik kepala madrasah

perlu mewujudkan suasana yang mendorong kearah

pengembangan profesionalisme guru. Misalnya menyediakan

guru-guru dengan pengetahuan terkini berkaitan dengan profesi

mereka seperti merencanakan startegi pembelajaran, pengelolaan

kelas dan teknik pembelajaran.

2) Model Jendela Johari

Model Jendela Johari ini menekankan hubungan antara dua pihak,

yaitu supervisor dan guru yang disupervisi. Model ini merupakan

dimensi dasar pegangan (peletak dasar) terhadap tingkah laku

supervisor atau guru berhubungan pengetahuan tentang pendidikan

(Sergiovani, 1993:185).

3) Supervisi Berbeda (Differentiated Supervision)

Differentiated supervision is an approach to supervision that

provides teachers with options about the kinds of supervisory and

evaluative services they receive. Jadi dapat diketahui bahwa

Supervisi ini mengutamakan konsep bahwa guru guru adalah

berbeda. Maka guru yang berbeda memerlukan supervisi yang

berbeda bergantung kepada tahap kecakapan dan kemampuan

pembelajaran masing-masing (Glatthron, 1984:142).

4) Supervisi Bersama (Collaborative Supervision)

53

Pendekatan model ini menekankan kolaboratif (saling membantu)

dengan menggunakan segala sumber dan kepakaran yang ada pada

kedua pihak untuk menghasilkan keberhasilan observasi di kelas

(Lovell, 1983:115).

5) Supervisi Rekan Sejawat (Peer Supervision)

Supervisi rekan sejawat dilakukan oleh rekan sejawat sendiri.

Supervisi ini tidak bersifat menilai tetapi mengutamakan kerjasama.

Di sini rekan yang bertindak sebagai supervisor akan memberikan

informasi dan berbincang dengan guru yang akan disupervisi

sebelum supervisi dilakukan. Selepas supervisi dijalankan,

supervisor akan berbincang dengan guru berkenaan dengan hasil

observasi dan bersama-sama mengevaluasi.

6) Supervisi Inkuiri (Action Research)

Guru secara individu atau dengan kerjasama dengan guru lain

melibatkan diri dalam penelitian tindakan kelas bagi memperbaiki

mutu pembelajaran.

7) Supervisi Klinik

Pendekatan Supervisi Klinik merupakan observasi yang bermaksud

memperbaiki pembelajaran guru secara berkesinambungan dan

bertahap, yang terdiri dari ahap praobservasi, observasi dan

pascaobservasi (Goldamer, 1993:188).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa

setiap model supervisi yang dikemukakan di atas mempunyai

kelebihan dan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, pemilihan

model supervisi yang betul dan sesuai dengan situasi itu perlu

disesuaikan agar proses supervisi berjalan dengan lancar. Model

supervisi dalam penelitian ini yaitu model supervisi pengembangan,

yang meliputi pengembangan kurikulum, observasi, dan

pengembangan profesionalisme guru.

e. Teknik-teknik Supervisi

Di antara teknik supervisi pendidikan yang digunakan dan

dikembangkan oleh supervisor adalah sebagai berikut:

1) Kunjungan sekolah

Kunjungan sekolah biasanya dilakukan oleh supervisor dalam

jabatannya sebagai supervsior sekolah atau supervisor rumpun mata

pelajaran. Kunjungan supervisor ditujukan untuk memberikan

pembinaan kepada seluruh guru maupun tenaga kependidikan dalam

rangka memperbaiki proses pembelajaran.

54

2) Kunjungan kelas

Supervisi ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran,

sasarannya untuk mengadakan observasi langsung bagaimana kemampuan guru melakukan pembelajaran dan mengelola kelasnya

untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang lebih tinggi.

3) Pertemuan individual/informal

Pertemuan individual secara informal memungkinkan untuk saling

memberi pengetahuan secara jujur. Selanjutnya secara bersama-

sama membincangkan berbagai cara untuk meningkatkan

kemampuan kerja.

4) Pertemuan formal melalui rapat dewan guru

Tujuan supervisi ini untuk mendiskusikan berbagai masalah yang

terdapat di sekolah. Pelaksanaan rapat ini juga dilaksanakan kepala

sekolah yang melaksanakan peninjauan terhadap keadaan

sekolahnya dan perlu membincangkan dengan guru-guru. Dalam

rapat ini guru dapat saling bertukar pikiran untuk memecahkan

setiap masalah di sekolahnya, termasuk masalah bagaimana cara

yang paling efektif untuk peningkatan kemampuan kinerjanya.

5) Demonstrasi pembelajaran

Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pengalaman baru bagi

guru-guru tentang cara pembelajaran yang efektif dan efisien,

terutama bagi guru-guru yang bertugas. Dalam melaksanakan

demonstrasi pembelajaran supervisor harus mengadakan persiapan

dengan teliti terutama guru yang akan dijadikan model demonstrasi

pembelajaran, waktu, dan siapa observernya.

6) Konferensi kasus

Konferensi kasus dilakukan apabila di sekolah ditemukan banyak

masalah berdasarkan hasil supervisi maupun dari pengetahuan yang

telah diterima berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di

sekolah. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri oleh

kepala sekolah atau unsur-unsur pimpinan yanga ada di sekolah.

7) Tes dadakan

Tes yang dilakukan dadakan oleh supervisor khususnya kepala

sekolah terhadap peserta didik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu

kepada guru dan peserta didik pada kegiatan pembelajaran yang

sedang dilaksanakan. Tes dadakan ini dilakukan untuk mengetahui

55

daya serap serta pencapaian standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang telah diajarkan guru terhadap peserta didik.

8) Observasi dokumen Observasi dokumen dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka

menjaring pengetahuan tentang pengelolaan administrasi

pembelajaran guru.

9) Teknik yang memakai pendapat peserta didik

Cara menggunakan teknik ini dengan meminta pendapat beberapa

orang peserta didik secara bergantian atau menagdakan pertemuan

secara formal untuk menilai guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

10) Teknik menggunakan kamera

Teknik supervisi menggunakan kamera adalah supervisi yang

dilakukand dengan memasang kamera diberbagai sudu ruangan

kelas yang akan dilakukan observasi. Dengan melihat melalui

kamera yang dihubungkan dengan layar monitor, kepala sekolah

dapat membuat catatan tentang kelebihan dan kekurangan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Supardi, 2014:107-120).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat

berbagai macam teknik supervisi yang bisa dilakukan oleh kepala

madrasah dari segi tradisional sampai dengan menggunakan alat

elektronik. Teknik-teknik tersebut diantaranya: kunjungan sekolah,

kunjungan kelas, pertemuan invidual, demonstrasi pembelajaran,

konferensi kasus, tes dadakan, observasi dokumen, teknik yang

memakai pendapat peserta didik, dan teknik menggunakan kamera.

f. Persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah.

Berdasarkan teori-teori di atas maka penulis menyimpulkan persepsi

atau pandangan guru tentang supervisi kepala madrasah meliputi

beberapa indikator yaitu:

1) Pengembangan kurikulum, sehubungan dengan pengembangan

kurikulum, guru-guru seharusnya diberikan bimbingan, nasihat atau

bantuan oleh kepala madrasah dalam proses merancang, menyelaras

dan melaksanakan kurikulum di sekolah. Seperti bimbingan kepala

madrasah kepada guru tentang perumusan perangkat pembelajaran

(silabus, pemetaan, RPP dan lain sebagainya), penekanan tentang

pentingnya penguasaan materi pembelajaran, kemudian kepala

56

madrasah menekankan penggunaan model, metode, strategi dan

teknik dalam pembelajaran.

2) Observasi, observasi merupakan supervisi pembelajaran yang

diaplikasikan di sekolah. Observasi memerlukan kepala madrasah masuk kedalam kelas ketika guru sedang melakukan kegiatan

pembelajaran dan mengobservasi pembelajaran guru. Proses

observasi melibatkan tiga fase yaitu perbincangan sebelum

observasi, pada saat observasi, dan pasca observasi. Observasi

dilaksanakan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan sampai

evaluasi pembelajaran.

3) Pengembangan profesionalisme guru, pengembangan guru adalah

penting bagi meningkatkan taraf profesionalisme mereka. Oleh

karena itu, sebagai supervisor yang baik kepala madrasah perlu

mewujudkan suasana yang mendorong kearah pengembangan

profesionalisme guru. Misalnya membuat program pengembangan

guru oleh kepala madrasah, demonstrasi pembelajaran oleh kepala

madrasah, pemberian informasi tentang diklat, workshop, penataran,

seminar, dan konveksi pendidikan baik yang diakan oleh pemerintah

ataupun lembaga pendidikan lainnya.

B. PENELITIAN RELEVAN

1. Kontribusi supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru diperkuat oleh

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa: terdapat hubungan supervisi

kepala madrasah dengan manajemen kelas guru, dimana manajemen kelas

merupakan aspek dari kinerja guru” (Kamil, 1999:44). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala madrasah menentukan

variasi kegiatan manajemen kelas sbesar 36,8 %. Dan manajemen kelas

pada dasarnya merupakan bagian dari kinerja yang harus dimiliki oleh

guru.

2. Peran manajerial kepala sekolah dalam dalam meningkatkan mutu

pendidikan di smk al-hidayah cinere (Wahyudin, 2011:65). Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi guru tentang kepala SMK Al-

Hiadayah Cinere dalam melaksanakan kompetensi manajerialnya pada

katagori cukup mampu (62.55%) sehingga berguna dalam meningkatan

mutu pendidikan.

3. Pengaruh Kompetensi supervisi manajerial dan kompetensi supervisi

akademik pengawas terhadap kinerja guru (Mochamad Selamet, 2013:24).

Artinya dengan kompetensi supervisi manajerial dan kompetensi akademik

tinggi, maka kinerja guru meningkat. Sedangkan kontribusinya dalam

kategori sedang, sisanya ditentukan oleh variabel lain seperti disiplin guru,

motivasi guru, sarana prasarana, pengalaman mengajar dan lain-lain.

57

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan

Kinerja Guru SD Negeri Sekecamatan Teluk Betung Selatan Bandar

Lampung (Rohela Yanes). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam penelitian ini adalah supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi. Dengan beracuan pada

pemikiran di atas, guru hendaknya meningkatkan perhatian pada supervisi

kepala sekolah dan motivasi berprestasi sehingga kinerjanya meningkat.

C. KERANGKA KONSEPTUAL

Pada bagian ini penulis akan menjelaskan pengaruh antar variabel yang

digunakan penulis dalam penelitian. Dimana pengaruh antar variabel didukung

oleh teori-teori yang relevan terkait dengan variabel-variabel tersebut.

Pengaruh antar variabel yang didukung oleh teori disesuaikan dengan

pendekatan ilmiah yang digunakan oleh penulis yaitu pendekatan kuantitatif

menggunakan paradigma ilmiah yang mempunyai maksud menemukan

pengetahuan melalui verifikasi hipotesis yang dispesifikasikan secara a priori.

Pengaruh antar variabel tersebut meliputi:

1. Pengaruh persepsi guru tentang kompetensi managerial terhadap

kinerja guru

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala madrasahnya. Sebagai pemimpin maka dia harus

mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Disamping sebagai pemimpin, kepala madrasah juga berperan

sebagai manajer dan supervisor, hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah. Kepala Madrasah harus memiliki pengetahuan

yang luas, juga perspektif yang diperlukan untuk tetap mengarahkan

semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan, termasuk dalam

hal ini adalah memberdayakan guru untuk mencapai kinerja secara

maksimal. Selain itu kepala madrasah harus mempunyai kemampuan

untuk membimbing dan mengawasi kegiatan pembelajaran guru supaya

tercipta pembelajaran yang efektif, sehingga kepala madrasah memiliki

peran strategis dalam mengangkat citra mutu pendidikan di Indonesia.

(Hadis; 2005:66).

Kinerja merupakan kemampuan dalam melaksanakan akivitas secara

menyeluruh terhadap pekerjaan yang merupakan tanggungjawab

seseorang dan lebih dari itu kinerja juga bermakna sebagai kerja yang

menggambarkan produktivitas dan kualitas kerja seseorang dalam suatu

organisasi. Dalam ruang lingkup madrasah kinerja guru dinilai dari

kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut berdasarkan

ke empat kompetensi yang dimilikinya, baik kompetensi pedagogik,

58

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Madrasah sebagai suatu bentuk organasasi dalam pendidikan dipandang

sebagai suatu sistem, yakni unit-unit kerja yang terdiri dari kelompok

orang-orang yang mengemban berbagai tugas dan tanggung jawab serta

koordinasi untuk memiliki kontribusi dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak semua guru

memiliki kinerja yang dipersyaratkan profesi guru secara ideal. Dan dalam

kenyataan masih banyak ditemukan guru-guru dengan kinerja minimal

apalagi bagi guru-guru yang baru mulai melaksanakan tugas sebagai

tenaga pendidik di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru senior ada

kecenderungan dalam melaksanakan tugas terkesan monoton,

membosankan bagi peserta didik dan kurang melakukan kreativitas serta

kurang dapat melakukan inovasi-inovasi, dan ditemukan banyak guru

dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih aktif dibandingkan peserta

didik dan terkesan guru yang belajar bukan peserta didik.

Kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada guru dalam

menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar bukan tidak disadari

atau diketahui oleh guru yang bersangkutan. Karenanya guru

membutuhkan pertolongan untuk memiliki kelemahan dan kekurangan

yang ada pada dirinya dalam melakukan pendidikan dan pembelajaran

baik di dalam dan diluar kelas. Dan guru berharap mendapat pertolongan

dan masukan dari subjek lain yang lebih memupuni.

Dalam hal ini menurut persepsi guru, untuk mengetahui kekurangan

dan kelemahan guru, kepala madrasah sebagai manager di lembaga

pendidikan harus melakukan fungsi managerialnya. Kepala madrasah

sebagai manajer diorganisasinya mempunyai tugas dan tanggung jawab

untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dan kegiatan yang

dilakukan di madrasahnya. Indikator dari tahapan tesebut adalah:

a) Planning, dengan indikator: perencanaan program pembelajaran dan

kurikulum; guru dan kepegawaian, kesiswaan; dan Keuangan dan

perlengkapan.

b) Organizing, dengan indikator: menetapkan tugas yang harus

dikerjakan, siapa yang mengerjakan; bagaimana tugas

dikelompokkan; siapa melapor pada siapa; dimana keputusan harus

diambil.

c) Actuating, dengan indikator: memelihara, menjaga dan memajukan

organisasi.

59

d) Controlling, dengan indikator: menetapkan alat ukur/standar;

Mengadakan evaluasi/penilaian; Mengadakan tindakan

perbaikan/koreksi.

Hal tersebut juga dibuktikan pada penelitian yang dilaksanakan oleh

Anand Bhardwaj dalam International Journal Advanced Reseach

melakukan kajian penelitian untuk memahami hubungan antara

kompetensi managerial terhadap kinerja. Hasilnya mengindikasikan

bahwa kemampuan berkomunikasi, team-work, pro aktif, visi, manajemen

diri, orientasi hasil dan startegi pengambilan keputusan, pengambilan

resiko dan kreativas merupakan beberapa faktor yang dimiliki oleh

manager yang sukses dan kemudian dapat memajukan organisasi dan hasil

kinerja yang lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu di atas maka penulis

berpendapat bahwa dari empat indikator manajerial tersebut, semuanya

sama-sama berkontribusi dalam peningkatan kinerja guru. Pada tahapan

perencanaan (planning) yang merupakan rangkaian kegiatan pertama

dalam proses manajemen, tidak terkecuali dalam meningkatkan kinerja

guru. Perencanaan kinerja guru merupakan bagian dari alur proses

manajemen dalam menentukan pergerakan sumberdaya manusia (guru),

dari posisi saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan. Dalam

hal ini kepala madrasah selaku manajer merencanakan kebutuhan-

kebutuhan guru, yang dibahas dalam rapat/pertemuan tatap muka antar

tenaga pendidik. Dalam rapat tersebut semua guru diminta pendapat dan

gagasannya terkait dengan program-program madrasah lebih-lebih

menyangkut pengembangan profesionalisme guru, hambatan-hambatan

yang dihadapi para guru dalam proses pembelajaran dikelas, serta

bagaimana cara pemecahannya. Kemudian dalam perencaan ini juga

membahas tentang anggaran dan fasilitas pendukung yang akan digunakan

oleh guru dalam meningkatkan kinerjanya.

Kemudian pada indikator penggorganisasian (organizing), kepala

madrasah mempunyai kebijakan menetapkan perencanaan profesionalisme

guru dengan memperhatikan kebutuhan (demand/ need assesment),

memperhatikan visi dan misi dan tujuan pendidikan sekolah, serta analisis

jabatan pekerjaan, untuk kemudian menyusun desain struktur yang tepat,

sebagai landasan utama dalam menempatkan orang/guru dalam posisi

yang tepat. Hal ini sejalan dengan konsep the right man in the right job at

the right time. Selain itu juga kepala madrasah setiap tahunnya

menyelenggarakan rapat kerja (Raker) dan Membukukan hasil raker

tersebut, kemudian bersama guru menyusun Program Kerja tahunan /

Rencana strategis, menyusun Rancangan anggaran pendapatan belanja

60

madrasah (RAPBM), serta Mengumpulkan hal-hal yang berhubungan

dengan keadministrasian lainnya.

Kemudian kegiatan manajemen selanjutnya adalah tindakan

(actuating), dalam hal ini kepala madrasah selalu berkomunikasi dengan baik, memberikan pengarahan, penugasan, dan memotivasi guru dan staf

agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai

dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Karena

pemberian motivasi dan penghargaan dari pimpinan madrasah terhadap

guru merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalitas, dan akan

memberikan dampak yang positif dalam rangka pengembangan minat dan

aktivitas kerja guru. Serta kepala madrasah selalu berkoordinasi dengan

guru dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai

visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah. Dalam hal

ini juga kepala madrasah memfasilitasi pendidik dan tenaga pendidikan

untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilannya agar mereka mampu

melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan

sekolahnya. Serta kepala madrasah senantiasa memelihara dan menjaga

keharmonisan organisasinya. Karena lingkungan kerja yang kondusif serta

suasana kerja yang menyenangkan akan sangat menunjang pengembangan

kinerja guru.

Dan kegiatan manajemen yang terakhir adalah pengawasan

(controlling), kepala madrasah menetapkan alat ukur sesuai dengan

standar, serta melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program

kegiatan madrasah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak

lanjutnya. Kepala madrasah juga melakukan pengawasan preventif dan

korektif terhadap pelaksanaan kegiatan madrasah. Dalam rangka

peningkatan kinerja guru, evaluasi secara transparan dan obyektif mutlak

diperlukan, dan evaluasi merupakan kegiatan akhir dari proses dan

tindakan manajemen. Evaluasi atau penilaian terhadap guru biasanya lebih

difokuskan pada prestasi individu guru terutama dalam kegiatan proses

belajar mengajar, dan peran sertanya dalam kegiatan pendidikan di

sekolah.

2. Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap

kinerja guru

Selain faktor kompetensi manajerial di atas, menurut persepsi guru

hal lain yang juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru

yaitu supervisi kepala madrasah. Menurut Goldmer dalam Supardi

(2016:80) menyatakan bahwa supervisi pendidikan/pembelajaran secara

umum bertujuan untuk “memantau dan mengawasi kinerja guru dan

tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

61

masing-masing agar para guru dan tenaga pendidikan tersebut bekerja

secara profesional dan mutu kerjanya meningkat. Sedangkan menurut

Bordman (1953: 5) supervisi pendidikan adalah usaha menstimulir,

membimbing guru baik invidual maupun kelompok, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pembelajaran, sehingga

dengan demikian guru mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam

masyarakat demokrasi modern. Dari beberapa pengertian di atas dapat

diketahui bahwa Supervisi yaitu suatu cara memberikan pertolongan

dengan membimbing dan mengarahkan serta mengembangkan kompetensi

kerja yang telah dimiliki oleh guru. Dari kegiatan supervisi yang

dilakukan, kepala madrasah dapat mengetahui permasalahan-

permasalahan guru baik yang berkaitan dengan kompetensi pribadi,

kompetensi pedagogis, kompetensi kemasyarakatan sampai pada

kompetensi profesional serta kelebihan dan keunggulan yang telah

dimiliki guru dalam kegiatan pembelajaran.

Kontribusi supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru diperkuat

oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa: “terdapat hubungan

supervisi kepala madrasah dengan manajemen kelas guru, dimana

manajemen kelas adalah aspek dari kinerja guru” (Kamil, 1999:44). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala madrasah

menentukan variasi kegiatan manajemen kelas sebesar 36,8%.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka penulis

berpendapat bahwa dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui

supervisi, kepala madrasah dapat mempertimbangkan beberapa alternatif

yang tersedia. Dalam penelitian ini model supervisi yang digunakan

adalah model supervisi pengembangan, yang terdiri dari pengembangan

kurikulum, observasi dan pengembangan profesionalisme guru. Kepala

madrasah dapat melakukan pembinaan, penataran, pelatihan ataupun

kesempatan belajar untuk meningkatkan kompetensi guru. Hal itu berarti

bahwa supervisi kepala madrasah mempunyai pengaruh terhadap kinerja

guru dengan berbagai upaya yang dilakukannya. Upaya kontribusi

supervisi yang dilakukan kepala madrasah adalah segala kegiatan

pemberian pengarahan dan bantuan, dengan cara membimbing secara

bertahap terhadap kegiatan-kegiatan guru untuk meningkatkan

kemampuan dan mengurangi kelemahan guru dalam pembelajaran.

Berbagai teknik dapat dilakukan oleh kepala madrasah mulai dari

kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individu atau informal,

observasi dokumen, sampai pada rapat dewan guru dalam rangka

pengembangan kurikulum dan pengembangan profesional guru yang

dilaksanakan melalui observasi guna mencapai tujuan pendidikan di

madrasah. Melalui kegiatan pembinaan, penataran pelatihan atau in house

62

training di luar rutinitas mengajar akan membuat guru lebih fresh artinya

guru mendapatkan suasana dan pengalaman baru terutama berkaitan

dengan pengembangan diri dalam kompetensi guru. Selain itu, guru di

recharge artinya diisi ulang atau pengembalian maupun penambahan semangat bagi guru sebelum mereka kembali melakukan tugasnya sebagai

guru dalam pembelajaran siswa. Karena tujuan pelaksanaan supervisi ini

adalah membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya yang terangkum

dalam beberapa kompetensi diantaranya kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

3. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala

madrasah.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala madrasahnya. Sebagai pemimpin maka dia harus

mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Disamping sebagai pemimpin, kepala madrasah juga berperan

sebagai manajer dan supervisor, hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah. Kepala Madrasah harus memiliki pengetahuan

yang luas, juga perspektif yang diperlukan untuk tetap mengarahkan

semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan, termasuk dalam

hal ini adalah memberdayakan guru untuk mencapai kinerja secara

maksimal. Selain itu kepala madrasah harus mempunyai kemampuan

untuk membimbing dan mengawasi kegiatan pembelajaran guru supaya

tercipta pembelajaran yang efektif, sehingga kepala madrasah memiliki

peran strategis dalam mengangkat citra mutu pendidikan di Indonesia.

(Hadis; 2005:66).

Dalam beberapa hasil penelitian terbukti tentang pengaruh kedua

variabel tersebut, contohnya Penelitian yang dilakukan Usman

menunjukkan bahwa: kompetensi managerial kepala sekolah memberikan

pengaruh yang positif terhadap kinerja guru di SMP N se kab Tanggamus

sebesar 78 %. Selain itu Kontribusi supervisi kepala madrasah terhadap

kinerja guru diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa:

“terdapat hubungan supervisi kepala madrasah dengan manajemen kelas

guru, dimana manajemen kelas adalah aspek dari kinerja guru” (Kamil,

1999:44). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi

kepala madrasah menentukan variasi kegiatan manajemen kelas sebesar

36,8%.

63

Berdasarkan beberapa penelitian terkait di atas, dikemukakan bahwa

dari banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya

adalah kompetensi managerial dan supervisi kepala madrasah. Dalam hal

ini untuk melihat pengaruh kompetensi managerial terhadap kinerja guru, harus dilihat melalui faktor lain yaitu supervisi kepala madrasah. Hal

tersebut dikarenakan salah satu unsur kompetensi managerial merupakan

unsur dari supervisi kepala madrasah itu sendiri yaitu membimbing

(actuating) dan pengawasan (controlling), jadi kedua variabel tersebut di

duga saling berkolerasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah

supervisi kepala madrasah akan memperkuat atau memperlemah pengaruh

kompetensi managerial terhadap kinerja guru.

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian yang ada, penulis

menjelaskan bahwa supervisi kepala madrasah secara tak langsung

memperkuat pengaruh kompetensi managerial terhadap kepala madrasah.

4. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap

kinerja guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah.

Menurut Purwanto (2004: 77), dalam pelaksanaannya, supervisi

bukan hanya mengawasi apakah guru/ pegawai menjalankan tugas dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang

telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara

memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi,

guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan

sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan

pengalaman-pengalaman yang perlu di dengar dan dihargai serta

diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.

Supervisi bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan proses

belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak

hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina

pertumbuhan profesi guru dalma arti luas termasuk di dalamnya

pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar,

peningkatan mutu pengetahuan dan ketermapilan guru-guru, pemberian

bimbingan dan pembinaan dalam hal ini implementasi kurikulum,

pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur

dan teknik evaluasi pengajaran dan sebagainya. Jadi supervisi sangat

berpengaruh untuk peningkatan kinerja seorang guru terutama dalam

peningkatan mutu pembelajaran.

64

Namun ketika pelaksanaannya supervisi juga didukung oleh faktor

kepemimpinan kepala madrasah dalam hal ini adalah proses

managerialnya. Menurut Purwanto (2004:86) Seorang supervisor dalam

prosesnya harus mampu memanajemen beberapa pekerjaan berikut: menyusun rencana dan policy bersam; mengikutsertakan anggota

kelompok (guru-guru pegawai) dalam berbagai kegiatan; memberikan

banuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan

masalah persoalan persoalan; membangkitkan dan memupuk semangat

kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok;

mengikutsertakan semua anggota dalam pengambilan keputusan;

membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada

anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-

masing; mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok; dan serta

membantu menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota

kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi

kepentingan bersama.

Berdasarkan teori dan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan kinerja guru, diperkuat oleh

faktor lain yaitu kompetensi managerial dari kepala madrasah itu sendiri.

Setelah kajian kerangka konseptual di atas, maka berikut adalah

model hipotetik dengan 3 variabel Persepsi guru tentang kompetensi

managerial (X1), Persepsi guru tentang supervisi (X2) dan kinerja guru

(Y).

Gambar 2.1. Kerangka konseptual

Py2

r12

Py1 X1

Y

X2

Ƹ

Ƹ

65

D. HIPOTESIS

Dari uraian di atas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh langsung positif persepsi guru tentang kompetensi

manajerial terhadap kinerja guru.

2. Terdapat pengaruh langsung positif persepsi guru tentang supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru.

3. Terdapat pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah.

4. Terdapat pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap

kinerja guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah.

66

SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 2.2. Skema kerangka konseptual

Persepsi guru

tentang Kompetensi

Managerial kepala

madrasah (X1)

Pengawasan

Penggerakan

Pengorganisasian

Perencanaan

Persepsi guru tentang

Supervisi Kepala

Madrasah (X2)

Pengembangan

Kurikulum

Observasi

Pengembangan

profesionalisme

guru

KINERJA GURU (Y)

(1) Menguasai karakteristik peserta

didik

(2) Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik

(3) Pengembangan kurikulum

(4) Kegiatan pembelajaran yang

mendidik

(5) Pengembangan potensi peserta

didik

(6) Komunikasi dengan peserta didik

(7) Penilaian dan evaluasi

(8) Bertindak sesuai dengan norma

agama, hukum, sosial dan

kebudayaan

(9) Menunjukkan pribadi yang

dewasa dan teladan

(10) Etos kerja, tanggung jawab yang

tinggi, rasa bangga menjadi guru

(11) Bersikap inklusif, berindak

objektif, serta tidak diskriminatif

(12) Komunikasi dengan sesama guru,

tenaga kependidikan, orangtua,

peserta didik dan masyarakkat

(13) Penguassaan materi, struktur,

konsep dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran

yang diampu

(14) Mengembangkan

keprofesionalan melalui indakan

yang reflektif

67

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian analisis jalur (Path Analysis). Menurut

Kadir (2016:239), analisis jalur merupakan teknik analisis yang digunakan

untuk mempelajari hubungan kasual antara variabel bebas dan variabel tak

bebas. Esensi dari analisis jalur adaah didasarkan pada sistem persamaan

linear. Analisis jalur berbeda dengan analisis regresi, dimana dalam analisis

jalur memungkinkan pengujian dengan menggunakan variabel

mediating/intervening.

B. Variabel penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu kompetensi manajerial

kepala madrasah (X1), supervisi kepala madrasah (X2), dan kinerja guru (Y),

ketiga variabel tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sub variabel

dan dari sub variabel dijabarkan dalam beberapa indikator berdasarkan teori

yang dikemukakan para ahli.

A. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas atau yang sering disebut sebagai variabel stimulus atau

prediktor yang dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri

dari kompetensi managerial kepala madrasah dilambangkan X1, dan

supervisi kepala madrasah yang dilambangkan dengan X2. Dalam analisis

jalur variabel X1 dan variabel X2 disebut dengan variabel eksogen atau

variabel yang mempengaruhi.

B. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat atau yang sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

atau konsekuen dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk

mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya bergantung pada variable

yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja guru (Y).

Dalam analisis jalur variabel Y disebut dengan variabel endogen atau

variabel yang dipengaruhi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:

117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di

64

68

MTS N 01 Bogor, yang terdiri 48 guru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 118). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan Stratified Random Sampling. Teknik ini

digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang homogen dan

berstrata secara proposional (Sugiyono, 2013: 82). Berdasarkan jumlah

guru di MTs N 01 Bogor terdapat 2 golongan guru yaitu guru PNS dan

guru Non PNS yang berjumlah 48 orang. Dalam penelitian ini berdasarkan

teknik sampling yang digunakan maka sampel yang di ambil adalah guru

yang berstatus PNS yaitu 40 orang.

D. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara

kepada kepala madrasah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Selain itu

data juga berasal dari kuisioner (angket) yang diisi oleh responden, serta

sumber data selanjutnya yaitu berupa dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data di lapangan, digunakan tiga teknik

pengumpulan data, yakni;

1. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dan meneliti fakta atas arsip

tertulis dan catatan yang memiliki data-data tentang hal-hal yang berkaitan

dengan data kinerja guru dan gambaran umum mengenai profil madrasah.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2011: 137), wawancara adalah teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil. Wawancara merupakan bentuk komunikasi

verbal antara peneliti dengan guru bidang studi untuk memperoleh

informasi. Pada penelitian ini dilakukan wawancara tidak terstruktur yaitu

wawancara secara bebas tanpa terikat oleh pertanyaan kepada guru.

3. Kuisioner (angket)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 199). Dalam penelitian ini

angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai persepsi guru tentang

kompetensi managerial kepala madrasah, dan supervisi kepala madrasah.

69

F. Definisi Konseptual dan definisi operasional variabel

1. Definisi konseptual dan definisi operasional variabel persepsi guru

tentang kompetensi managerial (X1)

a. Definisi konseptual variabel X1

Persepsi guru tentang kompetensi managerial adalah persepsi guru

tentang kemampuan yang mendalam mengenai urusan kepemimpinan

seorang kepala madrasah yang andal mungkin memerlukan sejumlah

kompetensi yang spesifik dalam menjalankan organisasi yang dapat

membantu pemimpin lembaga pendidikan mencapai tujuan lembaga

yang bersangkutan secara efektif dan efisien. Kompetensi

managerialnya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan evaluasi.

b. Definisi operasional variabel X1

Indikator kompetensi managerial yang akan diukur terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan evaluasi.

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel X1 No Variabel Indikator Definisi operasional Skala

pengukuran

1. Persepsi guru

tentang

Kompetensi

Managerial

(X1)

Planning

(perencanaan)

Perencanaan program

pembelajaran dan

kurikulum; guru dan

kepegawaian, kesiswaan;

dan Keuangan dan

perlengkapan.

Interval

Organizing

(Pengorganisasia

n)

Menetapkan tugas yang

harus dikerjakan, siapa

yang mengerjakan;

bagaimana tugas

dikelompokkan, siapa

melapor pada siapa;

dimana keputusan harus

diambil.

Actuating

(pelaksanaan)

memelihara, menjaga dan

memajukan organisasi.

Controlling

(pengawasan)

menetapkan alat

ukur/standar; Mengadakan

evaluasi/ penilaian;

Mengadakan tindakan

perbaikan/koreksi

70

2. Definisi konseptual dan definisi operasional variabel persepsi guru

tentang Supervisi Kepala Madrasah (X2).

a. Definisi konseptual variabel X2

Persepsi guru tentang supervisi adalah persepsi guru tentang suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai madrasah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

Model supervisinya adalah model supervisi pengembangan, yang

meliputi pengembangan kurikulum, observasi dan pegembangan

profesional guru.

b. Definisi operasional variabel X2

Model supervisi yang digunakan adalah model supervisi

pengembangan. Indikator supervisi yang akan diukur adalah

pengembangan kurikulum, observasi dan pengembangan profesional

guru.

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel X2 No

Variabel Indikator Definisi operasional Skala

pengukuran

1. Persepsi

guru

tentang

Supervisi

(X2)

Pengembagan

kurikulum

Perumusan perangkat

pembelajaran, penekanan

tentang pentingnya

penguasaan materi

pembelajaran, kepala

madrasah menekankan

penggunaan model, metode,

strategi dan teknik dalam

pembelajaran.

Interval

Observasi Proses observasi melibatkan

tiga fase yaitu perbincangan

pra observasi, pada saat

observasi, dan pasca

observasi. Observasi meliputi

perencaan, pelaksanaan,

evaluasi pembelajaran

Pengembangan

Profesional guru

Membuat program

pengembangan guru,

demonstrasi pembelajaran

oleh kepala madrasah,

pemberian informasi tentang

diklat, workshop, penataran,

seminar, dan konveksi

pendidikan baik yang

diadakan oleh

pemerintah/lembaga

pendidikan lainnya.

71

3. Definisi konseptual dan definisi operasional variabel Kinerja Guru (Y)

a. Definisi konseptual variabel Y

Kinerja guru merupakan usaha kemampuan dan usaha guru untuk

melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi

hasil belajar. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar

kemampuan profesional, selama melaksanakan kewajiban sebagai guru

di madrasah. Pengukuran kinerja guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

b. Definisi operasional variabel Y

Indikator pengukuran kinerja guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel Y No Variabel Indikator Definisi operasional Skala

pengukuran

3. Kinerja Guru

(Y)

Kompetensi

Pedagogik

a. Menguasai

karakteristik peserta

didik

b. Menerapkan teori

belajar dan prinsip-

prinsip pembelajaran

yang mendidik

c. Pengembangan

kurikulum

d. Melakukan kegiatan

pembelajaran yang

mendidik

e. Pengembangan potensi

peserta didik

f. Berkomunikasi dengan

peserta didik

g. Melakukan penilaian

dan evaluasi

Interval

Kompetensi

Kepribadian

a. Bertindak sesuai

dengan norma agama,

hukum, sosial dan

kebudayaan nasional

b. Menunjukkan pribadi

yang dewasa dan

teladan

c. Etos kerja,

tanggungjawab tinggi,

rasa bangga menjadi

guru

Kompetensi

Sosial

a. Bersikap inklusif,

bertindak objektif,

72

serta tidak

diskriminatif

b. Komunikasi dengan

sesama guru, tenaga

kependidikan,

orangtua, peserta

didik, dan masyarakat

Kompetensi

Profesional

a. Penguasaan

materi, struktur,

konsep dan pola pikir

keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu

b. Mengembangkan

keprofesionalan

melalui tindakan yang

reflektif

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel

penelitian (Sugiyono, 2010:102) Dalam penelitian ini ada tiga instrumen yang

perlu dibuat: (1) Instrumen untuk mengukur kompetensi managerial kepala

madrasah; (2) Instrumen untuk mengukur supervisi kepala madrasah; (3)

Instrumen untuk mengukur kinerja guru.

1. Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel X1

Tabel 3.4.Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel X1

No. Variabel Dimensi Jumlah

Butir

Nomor Butir pada

Instrumen

A. Persepsi guru

tentang Kompetensi

Managerial (X1)

a. Perencanaan 3

A1, A2, A3,

b. Pengorganisasia

n

12

A4, A5, A6, A7, A8,

A9, A10, A11, A12,

A13, A14, A15

c. Pengarahan

5 A16, A17, A18, A19,

A20

d. Pengevaluasian

3 A21, A22, A23

73

2. Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel X2

Tabel 3.5.Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel X2

No. Variabel Dimensi Jumlah

Butir

Nomor Butir pada

Instrumen

B. Persepsi guru

tentang Supervisi

(X2)

Supardi, (2014: 91-

93)

a. Pengembagan

kurikulum 12 B1, B2, B3, B4, B5, B6,

B7, B8, B9, B10, B11,

B12,

b. Observasi 14 B13, B14, B15, B16,

B17, B18, B19, B20,

B21, B22, B23, B24,

B25, B27, B28, B29,

B30, B31, B32, B33,

B34, B35

c. Pengembanga

n Profesional guru 6 B36, B37, B38, B39,

B40, B41, B42, B43,

B44, B45, B46, B47,

B48

3. Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel Y

Tabel 3.6.Kisi-kisi Instrumen penelitian Variabel Y No. Variabel Dimensi Jumlah

Butir

Nomor Butir pada

Instrumen

C. Kinerja Guru (Y)

Pedoman

Pelaksanaan PK

Guru (2010:84

a. Kompetensi

pedagogik

45 C1, C2, C3, C4, C5, C6,

C7, C8, C9, 10, C11,

C12, 13, C14, C15, C16,

C17, C18, C19, C20,

C21, C22, C23, C24,

C25, C26, C27, C28,

C29, C30, C31, C32,

C33, C34, C35, C36,

C37, C38, C39, C40,

C41, C42, C43, C44,

C45

b. Kompetensi

kepribadian 18 C46, C47, C48, C49,

C50, C51, C52, C53,

C54, C55, C56, C57,

C58, C59, C60, C61,

C62, C63

c. Kompetensi

Sosial 6 C64, C65, C66, C67,

C68, C69

d. Kompetensi

Profesional 9 C70, C71, C72, C73,

C74, C75, C76, C77,

C78

74

Berdasarkan variabel dan dimensi-dimensi dalam tabel di atas, baik

variabel bebas maupun variabel terikat kemudian diuraikan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan yang relevan dengan penelitian.

Pernyataan-pernyataan tersebut oleh responden diberi tanggapan melalui jawaban dalam kuesioner sesuai dengan pendapat mereka. Setiap pernyataan

diberi bobot antara 1-4. Pernyataan kuantitatif tersebut dibuat dengan sistem

skor menurut skala likert yang dipaparkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.7. Bobot Nilai Pernyataan dari Skala Likert:

Alternatif Jawaban Skor Nilai

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2013:93)

H. Uji Persyaratan Analisis Data (Pengujian Validitas dan Reliabilitas)

Setelah variabel instrumen terkait dengan kompetensi managerial kepala

madrasah, supervisi kepala madrasah dan kinerja guru disusun maka instrumen

tersebut terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.

1. Validitas

Instrumen yang telah disusun dalam penelitian ini disusun berdasarkan

teori tentang variabel-variabel yang diteliti. Oleh karenanya, sebuah

instrument harus memenuhi syarat validitas. Menurut Sugiyono, valid

berarti instrumen tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2013:121). Dalam penelitian ini, uji coba

dilakukan kepada guru selain sampel penelitian yang tidak termasuk dalam

populasi penelitian. Angket diujicobakan kepada 40 responden guru yang

tidak termasuk dalam populasi yaitu guru-guru di SMA Muhammadiyah

07 Depok. Untuk menguji validitas tiap butir instrumen kompetensi

managerial kepala madrasah, dilakukan pengujian dengan cara menganalisis

hubugan antara skor tiap butir dan skor total.

Jika hasil perhitungan terjadi t hitung > t tabel maka butir soal

dinyatakan valid tetapi jika sebaliknya maka butir soal tersebut dinyatakan

harus diperbaiki atau dibuang.

Selanjutnya untuk menguji tingkat validitas digunakan rumus korelasi

product moment yaitu:

75

rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌− (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2

}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

N = jumlah responden/sampel

X = jumlah skor total (item) X

Y = jumlah skor total (item) Y

Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS

(statistical Product and Service Solutions) for windows 7. Kriteria validitas

adalah dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas

sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Apabila kemudian hasil

signifikansi < 0,05 maka item dalam angket dinyatakan valid. Berikut hasil

uji validitas variabel X1 dan X2 :

a. Hasil Uji Validitas variabel persepsi guru tentang kompetensi

managerial (X1)

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan

menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap

responden utuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r

tabel. Nilai r tabel, di dapat dari jumlah pertanyaan ( -2), tingkat

signifikansi 5 %, maka di dapat r tabel 0,312. Setiap butir pertayaan

dikatakan valid apabila angka korelasional yang diperoleh dari

perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.

Tabel.3.8. Hasil uji validitas variabel persepsi guru tentang

kompetensi manajerial.

Pertanyaan Nilai r

hitung Nilai r Tabel

Nilai

Signifikansi Kriteria

P1 ,551** 0,312 ,000 Valid

P2 ,560** 0,312 ,000 Valid

P3 ,550** 0,312 ,000 Valid

P4 ,446** 0,312 ,004 Valid

P5 ,566** 0,312 ,000 Valid

P6 ,499** 0,312 ,001 Valid

P7 ,616** 0,312 ,000 Valid

P8 ,569** 0,312 ,000 Valid

P9 ,636** 0,312 ,000 Valid

P10 ,609** 0,312 ,000 Valid

P11 ,681** 0,312 ,000 Valid

76

P12 ,788** 0,312 ,000 Valid

P13 ,688** 0,312 ,000 Valid

P14 ,677** 0,312 ,000 Valid

P15 ,694** 0,312 ,000 Valid

P16 ,737** 0,312 ,000 Valid

P17 ,708** 0,312 ,000 Valid

P18 ,745** 0,312 ,000 Valid

P19 ,751** 0,312 ,000 Valid

P20 ,664** 0,312 ,000 Valid

P21 ,623** 0,312 ,000 Valid

P22 ,696** 0,312 ,000 Valid

P23 ,779** 0,312 ,000 Valid

Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa 23

item butir pertanyaan pada uji coba 40 responden di SMA

Muhammadiyah 7 Depok pada variabel persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah menunjukkan bahwa semua item pertanyaan tersebut

adalah valid. Kita meneliti dengan menggunakan sampel untuk uji

kuesioner sebanyak 40 orang responden dengan signifikansi 5%, dari

sini di dapat nilai df=n-2, df=40-2=38. Maka r tabel nya adalah 0,312.

Dikatakan valid karena karena semua r hitung > r tabel pada taraf

signifikan 5 %.

b. Hasil Uji Validitas variabel persepsi guru tentang supervisi (X2)

Setiap butir pertayaan dikatakan valid apabila angka korelasional

yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.

Tabel 3.9. Hasil uji validitas variabel persepsi guru tentang

supervisi

Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r

Tabel Signifikansi Kriteria

P1 ,761** 0,312 ,000 Valid

P2 ,738** 0,312 ,000 Valid

P3 ,628** 0,312 ,000 Valid

P4 ,557** 0,312 ,000 Valid

P5 ,491** 0,312 ,001 Valid

P6 ,660** 0,312 ,000 Valid

P7 ,660** 0,312 ,000 Valid

P8 ,722** 0,312 ,000 Valid

P9 ,779** 0,312 ,000 Valid

P10 ,746** 0,312 ,000 Valid

P11 ,742** 0,312 ,000 Valid

P12 ,843** 0,312 ,000 Valid

77

P13 ,817** 0,312 ,000 Valid

P14 ,893** 0,312 ,000 Valid

P15 ,660** 0,312 ,000 Valid

P16 ,590** 0,312 ,000 Valid

P17 ,740** 0,312 ,000 Valid

P18 ,664** 0,312 ,000 Valid

P19 ,785** 0,312 ,000 Valid

P20 ,567** 0,312 ,000 Valid

P21 ,805** 0,312 ,000 Valid

P22 ,838** 0,312 ,000 Valid

P23 ,687** 0,312 ,000 Valid

P24 ,776** 0,312 ,000 Valid

P25 ,703** 0,312 ,000 Valid

P26 ,729** 0,312 ,000 Valid

P27 ,716** 0,312 ,000 Valid

P28 ,631** 0,312 ,000 Valid

P29 ,826** 0,312 ,000 Valid

P30 ,794** 0,312 ,000 Valid

P31 ,576** 0,312 ,000 Valid

P32 ,635** 0,312 ,000 Valid

P33 ,547** 0,312 ,000 Valid

P34 ,498** 0,312 ,001 Valid

P35 ,447** 0,312 ,004 Valid

P36 ,434** 0,312 ,005 Valid

P37 ,478** 0,312 ,002 Valid

P38 ,802** 0,312 ,000 Valid

P39 ,585** 0,312 ,000 Valid

P40 ,669** 0,312 ,000 Valid

P41 ,720** 0,312 ,000 Valid

P42 ,826** 0,312 ,000 Valid

P43 ,650** 0,312 ,000 Valid

P44 ,323* 0,312 ,042 Valid

P45 ,552** 0,312 ,000 Valid

P46 ,430** 0,312 ,006 Valid

P47 ,399** 0,312 ,061 Valid

P48 ,681** 0,312 ,000 Valid

Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa 48

item butir pertanyaan pada uji coba 40 responden di SMA

Muhammadiyah 7 Depok pada variabel persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah menunjukkan bahwa semua item pertanyaan tersebut

adalah valid. Kita meneliti dengan menggunakan sampel untuk uji

kuesioner sebanyak 40 orang responden dengan signifikansi 5%, dari

Lanjutan Tabel 3.9

78

sini di dapat nilai df=n-2, df=40-2=38. Maka r tabel nya adalah 0,312.

Dikatakan valid karena karena semua r hitung > r tabel pada taraf

signifikan 5 %.

3. Hasil Uji Validitas variabel kinerja guru (Y)

Setiap butir pertayaan dikatakan valid apabila angka korelasional yang

diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.

Tabel. 3.10 Hasil uji validitas variabel kinerja guru (Y)

Pertanyaan r Hitung r-tabel Signifikansi kriteria

P1 ,541** 0,312 ,001 valid

P2 ,801** 0,312 ,001 valid

P3 ,860** 0,312 ,000 valid

P4 ,507** 0,312 ,000 valid

P5 ,944** 0,312 ,000 valid

P6 ,724** 0,312 ,000 valid

P7 ,462** 0,312 ,000 valid

P8 ,908** 0,312 ,000 valid

P9 ,796** 0,312 ,000 valid

P10 ,711** 0,312 ,000 valid

P11 ,620** 0,312 ,000 valid

P12 ,462** 0,312 ,000 valid

P13 ,317** 0,312 ,000 valid

P14 ,995** 0,312 ,000 valid

P15 ,384** 0,312 ,000 valid

P16 ,335** 0,312 ,000 valid

P17 ,972** 0,312 ,000 valid

P18 ,890** 0,312 ,000 valid

P19 ,724** 0,312 ,000 valid

P20 ,707** 0,312 ,000 valid

P21 ,561** 0,312 ,000 valid

P22 ,322** 0,312 ,000 valid

P23 ,990** 0,312 ,000 valid

P24 ,352** 0,312 ,001 valid

P25 ,423** 0,312 ,004 valid

P26 ,507** 0,312 ,005 valid

P27 ,454** 0,312 ,002 valid

P28 ,516** 0,312 ,000 valid

79

P29 ,606** 0,312 ,000 valid

P30 ,437** 0,312 ,000 valid

P31 ,998** 0,312 ,000 valid

P32 ,619** 0,312 ,002 valid

P33 ,558** 0,312 ,000 valid

P34 ,677** 0,312 ,000 valid

P35 ,751** 0,312 ,000 valid

P36 ,567** 0,312 ,000 valid

P37 ,392** 0,312 ,000 valid

P38 ,602** 0,312 ,000 valid

P39 ,854** 0,312 ,042 valid

P40 ,473** 0,312 ,000 valid

P41 ,654** 0,312 ,006 valid

P42 ,554** 0,312 ,061 valid

P43 ,725** 0,312 ,000 valid

P44 ,862** 0,312 ,000 valid

P45 ,429** 0,312 ,000 valid

P46 ,603** 0,312 ,000 valid

P47 ,503** 0,312 ,000 valid

P48 ,700** 0,312 ,000 valid

P49 ,451** 0,312 ,042 valid

P50 ,603** 0,312 ,000 valid

P51 ,536** 0,312 ,006 valid

P52 ,516** 0,312 ,006 valid

P53 ,734** 0,312 ,002 valid

P54 ,314** 0,312 ,000 valid

P55 ,879** 0,312 ,000 valid

P56 ,890** 0,312 ,000 valid

P57 ,821** 0,312 ,000 valid

P58 ,957** 0,312 ,000 valid

P59 ,887** 0,312 ,000 valid

P60 ,965** 0,312 ,042 valid

P61 ,364** 0,312 ,000 valid

P62 ,588** 0,312 ,006 valid

P63 ,779** 0,312 ,061 valid

P64 ,437** 0,312 ,000 valid

P65 ,330** 0,312 ,002 valid

Lanjutan Tabel 3.10.

80

B

e

rdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa 78 item

butir pertanyaan pada uji coba 40 responden di SMA Muhammadiyah

7 Depok pada variabel kinerja guru menunjukkan bahwa semua item

pertanyaan tersebut adalah valid. Kita meneliti dengan menggunakan

sampel untuk uji kuesioner sebanyak 40 orang responden dengan

signifikansi 5%, dari sini di dapat nilai df=n-2, df=40-2=38. Maka r

tabel nya adalah 0,312. Dikatakan valid karena karena semua r hitung

> r tabel pada taraf signifikan 5 %.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah sebuah instrumen telah

dipastikan validitasnya. Dan instrumen yang mempunyai nilai reliabilitas

tinggi, apabila instrumen yang dibuat oleh peneliti mempunyai taraf

konsistensi dalam mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto,

2006:178). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk

menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan

yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah

dengan mengukur koefisien Cronbach Alpha dengan bantuan program

SPSS. Dalam penelitian ini juga uji reliabilitas menggunakan rumus

Alpha, yaitu: 𝑟

11=[𝑘

𝑘−1][

1−∑ 𝑆𝑖𝑆𝑡

]

Keterangan:

r11 = Nilai Reliabilitas ∑ 𝑆𝑡 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

𝑆𝑡 = varians total

𝑘 = jumlah item

P66 ,315** 0,312 ,000 valid

P67 ,315** 0,312 ,000 valid

P68 ,406** 0,312 ,000 valid

P69 ,418** 0,312 ,000 valid

P70 ,854** 0,312 ,000 valid

P71 ,877** 0,312 ,000 valid

P72 ,625** 0,312 ,042 valid

P73 ,395** 0,312 ,000 valid

P74 ,485** 0,312 ,006 valid

P75 ,516** 0,312 ,061 valid

P76 ,960** 0,312 ,000 valid

P78 ,528** 0,312 ,000 valid

Lanjutan Tabel 3.10

81

(Ridwan, 2006 : 125)

Kemudian untuk menginterprestasikan besarnya nilai korelasi

adalah:

a. Antara 0,800 – 1,000 : Sangat tinggi

b. Antara 0,600 – 0,800 : Tinggi

c. Antara 0,400 – 0,600 : Sedang

d. Antara 0,200 – 0,400 : Rendah

e. Antara 0,000 – 0,200 : Sangat rendah

(Arikunto, 2008:75)

Dengan kriteria pengujian rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05

maka alat ukur tersebut reliabel. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung < rtabel

maka alat ukur tersebut tidak reliabel.

a. Hasil Uji reliabilitas variabel persepsi guru tentang kompetensi

manajerial (X1)

Tabel 3.11. hasil uji reliabilitas variabel X1

Dari hasil analisis instrumen tersebut, dapat dilihat n= 40 orang

responden, n untuk item yang dianalisis ada 23 item. Kemudian pada

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 40 100,0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,936 23

82

tabel diatas nilai Cronbach Alpha variabel persepsi guru tentang

kompetensi manajerial, adalah 0,936. Karena nilai variabel kompetensi

manajerial memiliki nilai Cronbach Alpha masuk ke rentang (0,8000 –

1.0000), maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

b. Hasil Uji reliabilitas variabel persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah (X2)

Tabel 3.12. hasil uji reliabilitas variabel X2

Dari hasil analisis instrumen tersebut, dapat dilihat n = 40 orang

responden, n untuk item yang dianalisis ada 48 item. Kemudian pada

tabel diatas nilai Cronbach Alpha variabel kompetensi manajerial,

adalah 0,973. Karena nilai variabel kompetensi manajerial memiliki

nilai Cronbach Alpha masuk ke rentang (0,8000 – 1.0000), maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen tersebut mempunyai reliabilitas sangat

tinggi.

c. Hasil Uji reliabilitas variabel kinerja guru (Y)

Tabel 3.13. hasil uji reliabilitas variabel Y

Dari hasil analisis instrumen tersebut, dapat dilihat n= 40 orang

responden, n untuk item yang dianalisis ada 78 item. Kemudian pada tabel

diatas nilai Cronbach Alpha variabel persepsi guru tentang kompetensi

manajerial, adalah 0,827. Karena nilai variabel kompetensi manajerial

memiliki nilai Cronbach Alpha masuk ke rentang (0,8000 – 1.0000), maka

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,973 48

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,827 78

83

dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut mempunyai reliabilitas

sangat tinggi.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan langkah yang sangat penting

mengingat peranannya sebagai suatu proses yang merinci usaha formal untuk

merumuskan tema dan merumuskan hipotesis. Analisis data juga merupakan

suatu proses pengorganisasian dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan

satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja sebagaimana yang disarankan oleh data (Hasan, 2002:197). Sedangkan

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur.

Analisis jalur (Path Analysis) merupakan teknik analisis yang digunakan untuk

mempelajari hubungan kasual antara variabel bebas dan variabel tak bebas

(Kadir, 2016:239).

1. Uji Persyaratan Analisis

Sebagai persyaratan untuk pengujian hipotesis pada statistik

inferensial, maka dilakukan uji persayratan analisis data, diantaranya uji

asumsi distribusi normalitas dan uji homogenitas (Kadir, 2016:143).

a. Uji Normalitas

Pengujian asumsi ditribusi normal bertujuan untuk mempelajari

apakah distribusi sampel yang terpilih berasal dari sebuah distribusi

populasi normal atau tak normal.

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorof Smirnov. Dalam uji

Kolmogorof Smirnov diasumsikan bahwa distribusi variabel yang

sedang diuji mempunyai sebaran kontinyu..

Syarat Hipotesis yang digunakan :

H0 : Distribusi variabel mengikuti distribusi normal

H1 : Distribusi variabel tidak mengikuti distribusi normal

Statistik Uji yang digunakan :

𝐷 = 𝑚𝑎𝑥 |𝑓𝑜(𝑋𝑖)−𝑆𝑛 (𝑋𝑖)| ; 𝑖 = 1,2,3 …

Dimana :

Fo(Xi) = fungsi distribusi frekuensi kumulatif relatif dari distribusi

teoritis dalam kondisi H0

Sn(Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif dari pengamatan sebanyak n

Dengan cara membandingkan nilai D terhadap nilai D pada table

Kolmogorof Smirnov dengan taraf nyata α maka aturan

pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:

84

Jika D ≤ D tabel maka Terima H0

Jika D > D tabel maka Tolak H0

Keputusan juga dapat diambil dengan berdasarkan nilai Kolmogorof

Smirnov Z, jika KSZ ≤ Zα maka Terima H0, demikian juga

sebaliknya. Dalam perhitungan menggunakan software komputer

keputusan atas hipotesis yang diajukan dapat menggunakan nilai

signifikansi (Asymp.significance). Jika nilai signifikansinya lebih

kecil dari α maka Tolak H0 demikian juga sebaliknya (Robert GD

and James H Torrie:1995).

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas

digunakan uji Bartlett, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung varian gabungan dari semua sampel dengan rumus:

∑ (n1-1) St2

S2 =

∑ (n1-1)

2) Harga satuan B, dengan rumus :

B = (log 𝑆2) ∑(𝑛𝑖 − 1)

3) Uji bartlett digunakan statistik Chi Kuadrat, dengan rumus:

𝑋2 = (𝐼𝑛 10) {𝐵 − (𝑛𝑖 − 1) log 𝑆2𝑡}

Kriteria pengujian 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 maka varian populasi tersebut

bersifat homogen, sedangkan jika 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 > 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 maka varian

tidak homogen. (Sudjana, 2005: 263).

2. Analisis Jalur

Untuk menggambarkan hubungan kasual atau sebab akibat antara

variabel yang akan diselidiki, peneliti menggunakan model berbentuk

diagram jalur. Diagram jalur adalah alat untuk melukiskan secara grafis

struktur hubungan sebab akibat antar variabel bebas, intervening, dan

variabel terikat.

85

Berikut model diagram jalur sederhana dengan 3 variabel (X1, X2 dan

Y)

Persamaan struktural untuk diagram di atas adalah sebagai berikut:

Y = 𝜌y1X1 + 𝜌y2X2 + Ƹ

a. Pengaruh Langsung, Tak Langsung, dan Pengaruh Total

Analisis jalur memperhitungkan pengaruh langsung dan tidak

langsung, pengaruh langsung adalah pengaruh eksogen terhadap

variabel endogen tanpa melalui variabel eksogen lainnya.

Sedangkan variabel tak langsung adalah pengaruh dimana variabel

eksogen yang mempengaruhi variabel endogen melalui variabel lain

yang disebut variabel intervening. Adapun pengaruh total adalah

gabungan antara pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung.

b. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Jalur Secara Manual

1) Menentukan Koefisien Jalur

Dalam menentukan koefisien jalur X1 terhadap X2 maupun X2

terhadap X1, ditentukan oleh uji multikolinearitas. Uji

multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan

apakah di dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau

kolinearitas (hubungan yang kuat) antar variabel bebas. Berikut

dibawah ini adalah sistem persamaannya:

r12 =∑𝑋1 𝑋2

√(∑𝑋12)(∑𝑋22)

2) Uji Signifikansi Koefisien Jalur

r12

𝑃𝑦1 X1

Y

X2

ƸƸ

Ƹ

Py2

86

Dalam analisis jalur formula statistik uji-t nya adalah 𝒕

𝒊 = P ij𝑺𝒃𝒊

Dimana Sbi adalah standard error, yang besarnya ditentukan oleh

pengaruh sederhana atau pengaruh parsial variabel eksogen

terhadap endogen sebagai berikut:

a) Jika pengaruh sederhana maka Sbi = √(1−𝑃2

𝑖𝑗)

(𝑛−𝑘−1) , k= jumlah

variabel eksoogen. Sehingga statistik uji 𝒕𝒊 =

P ij𝑺𝒃𝒊

=𝑷

𝟐𝟏√𝒏−𝒌−𝟏

√𝟏−𝑷𝟐𝟏 𝟐

b) Jika pengaruh parsial maka sb1 = √(1−𝑅2)𝐷𝑖𝑖

(𝑛−𝑘−1) statistik uji

menjadi: t1=𝑃𝑖𝑗

𝑠𝑏1=

𝑃𝑖𝑗

(1−𝑅2)𝐷𝑖𝑖

(𝑛−𝑘−1)

dengan

R2 = (riy) (pyi)+...+( (rik) (pyk)

Keterangan:

Pij = koefisien jalur Xi ke Xj

R2 = koefisien determinasi Y atas X1 dan X2

k = banyaknya variabel bebas

Dii = elemen baris dan kolom ke-i dari diagonal utama

matriks invers.

Kriteria uji adalah tolak H0 jika ti > ttabel dan terima H0 jika ti

≤ ttabel pada derajat bebas (db)= n-k-1.

1) Pengaruh langsung

Pengaruh langsung adalah pengaruh variabel X1, X2 terhadap

Y, secara sederhana disajikan:

Pengaruh X1 terhadap Y (Py1)

H0 : 𝜌y1 = 0

H1 : 𝜌y1 > 0

Pengaruh X2 terhadap Y(Py2)

H0 : 𝜌y2 = 0

H1 : 𝜌y2 > 0

2) Pengaruh tak langsung

87

Pengaruh tak langsung variabel eksogen terhadap variabel

endogen, yaitu:

a) pengaruh tak langsung X1 terhadap Y melalui X2

(X1 => X2 => Y) Dengan rumus : Py12= (Py1) (r12) (Py2)

b) pengaruh tak langsung X2 terhadap Y melalui X1

(X2 => X1 => Y)

Dengan rumus : Py21= (Py2) (r12) (Py1)

3) Pengaruh Total

Pengaruh total adalah jumlah antara pengaruh langsung dan

pengaruh tak langsung, yaitu pengaruh total variabel X1 dan

X2 terhadap Y. R2= Py1 + Py2 + Py12 + Py21

4) Pengaruh lain di luar variabel

Py Ƹ = √1 − 𝑅2

J. PENDEKATAN DATA DAN KEILMUAN

1. Pendekatan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan data

kuantitatif. Untuk mendapatkan data – data yang bersifat kuantitatif,

peneliti mengumpulkan melalui pengamatan, wawancara langsung dan

dokumentasi, dan angket (kuisioner).

2. Pendekatan Keilmuan

Pendekatan keilmuan yang digunakan terkait dengan penelitian

persepsi guru tentang kompetensi manajerial dan supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru, peneliti akan menggunakan ilmu Sosial

dan ilmu pendidikan yang berhubungan dengan ilmu Manajemen

Pendidikan Islam.

K. TIME SCHEDULE

Untuk memudahkan langkah penelitian maka perlu disusun jadwal

kegiatan agar dalam melakukan penelitian dapat tepat selesai dengan jadwal

kegiatan yang dikehendaki peneliti. Peneliti ini membutuhkan waktu 6

bulan, dengan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut :

88

Tabel 3.14. Jadwal kegiatan penelitian

Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan

Observasi

lapangan

Pembuatan

Proposal

Seminar proposal

Bimbingan revisi

proposal

Persiapan

pedoman

peliputan data

Perbaikan

pembuatan

rancangan

Pengumpulan

Data

Perbaikan

outline

Bimbingan

Tesis

Seminar Hasil

Revisi Tesis

Ujian Promosi

Tesis

89

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan diskripsi data, uji

persyaratan instrumen dan analisis data, pengujian hipotesis, dan diakhiri dengan

pembahasan. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan

sebagai berikut ini.

4.1.Deskripsi Data

Setelah mengadakan penelitian dan penyebaran instrumen angket pada

guru di MTs N 01 Bogor diperoleh data mengenai persepsi guru tentang

kompetensi managerial persepsi guru tentang supervisi, dan kinerja guru.

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui hasil analisis deskriptif masing-

masing variabel.

1. Mean (rata-rata)

Dapat diketahui bahwa rata-rata variabel persepsi guru tentang

kompetensi managerial adalah sebesar 81,15; sedangkan rata-rata

variabel persepsi tentang supervisi kepala madrasah adalah sebesar

171,60; serta rata-rata variabel kinerja guru adalah sebesar 86,58.

2. Presentase

a) Presentase variabel persepsi tentang kompetensi managerial

% X1= jumlah skor x 100%

Skor max

= 3246 x 100%

3640

Tabel 4.1. Descriptive Statistics

N Min Max Sum Mean

Std.

Deviation Variance

Kompetensi

Managerial 40 66 92 3246 81,15 7,399 54,746

Supervisi Kepala

Madrasah 40 146 192 6864 171,60 15,832 250,656

Kinerja Guru 40 80 93 3463 86,58 3,104 9,635

Valid N (listwise) 40

90

= 89,18 %

Jadi, dapat diketahui bahwa presentase variabel persepsi guru

tentang kompetensi managerial adalah sebesar 89,18 % artinya

persepsi guru tentang kompetensi managerial kepala madrasah di MTs N 01 bogor dikategorikan sangat baik, karena hampir

mendekati skor maksimal yaitu 100 %.

b) Presentase variabel persepsi tentang supervisi kepala

madrasah

% X2= jumlah skor x 100%

Skor max

= 6864 x 100%

7680

= 89,38 %

Jadi, dapat diketahui bahwa presentase variabel persepsi guru

tentang supervise adalah sebesar 89,38 % artinya persepsi guru

tentang supervisi kepala madrasah di MTs N 01 bogor dikategorikan

sangat baik, karena hampir mendekati skor maksimal yaitu 100 %.

c) Presentase variabel kinerja guru

% X1= jumlah skor x 100%

Skor max

= 3463 x 100%

4000

= 86, 58 %

Jadi, dapat diketahui bahwa presentase variabel kinerja guru adalah

sebesar 86,58% artinya kemampuan kinerja guru di MTs N 01 bogor

dikategorikan sangat baik, karena hampir mendekati skor maksimal

yaitu 100 %.

3. Standard Deviation (Simpangan baku)

a) Simpangan baku variabel persepsi guru tentang kompetensi

managerial adalah 7,399; hal tersebut menunjukkan tingkat

keberagaman data.

b) Simpangan baku variabel persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah adalah 15,832; hal tersebut menunjukkan tingkat

keberagaman data.

c) Simpangan baku variabel kinerja guru adalah 3,104; hal

tersebut menunjukkan tingkat keberagaman data.

85

91

4.2.Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, untuk menguji normalitas

data dapat diujikan melalui uji kolmogorov-smirnov. Berdasarkan data

yang telah di olah menggunankan SPPS windows Release 23.0,

selanjutnya di uji normalitas datanya. Data dianggap normal ketika taraf

signifikanya mencapai angka minimal 0,05. Hasil uji normalitas variabel

kemampuan manajerial (X1), supervisi (X2) dan kinerja guru (Y), adalah

sebagai berikut:

1. Uji normalitas variabel persepsi guru tentang kompetensi

managerial Kepala Madrasah

Tabel. 4.2 hasil uji normalitas variabel X1

Hipotesis yang akan di uji:

H0 : Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0

diterima.

H1 : Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤0,05, H0

ditolak

Dari output di atas, diperoleh Tes statistic sebesar 0,137, atau dapat di

tulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,057= 0,06 > 0,05 atau H0

diterima. Dengan demikian, variabel kompetensi managerial

berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kompetensi

Managerial

N 40

Normal Parametersa,b Mean 81,15

Std.

Deviation 7,399

Most Extreme

Differences

Absolute ,137

Positive ,137

Negative -,111

Test Statistic ,137

Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

92

2. Uji normalitas variabel Persepsi guru tentang supervisi Kepala

Madrasah

Tabel. 4.3. hasil uji normalitas variabel X2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Supervisi

Kepala

Madrasah

N 40

Normal Parametersa,b Mean 94,70

Std. Deviation 10,115

Most Extreme

Differences

Absolute ,190

Positive ,181

Negative -,190

Test Statistic ,190

Asymp. Sig. (2-tailed) ,100c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Hipotesis yang akan di uji:

H0 : Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0

diterima.

H1 : Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤0,05, H0

ditolak

Dari output di atas, diperoleh Tes statistic sebesar 0,190, atau dapat di

tulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,100 > 0,05 atau H0

diterima. Dengan demikian, variabel supervisi berdistribusi normal.

3. Uji normalitas variabel Kinerja guru

Tabel. 4.4. hasil uji normalitas variabel Y One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kinerja

Guru

N 40

Normal

Parametersa,b

Mean 148,40

Std. Deviation 1,722

Most Extreme

Differences

Absolute ,167

Positive ,167

Negative -,135

Test Statistic ,167

Asymp. Sig. (2-tailed) ,700c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

93

c. Lilliefors Significance Correction.

Hipotesis yang akan di uji:

H0 : Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0

diterima.

H1 : Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤0,05, H0

ditolak

Dari output di atas, diperoleh Tes statistic sebesar 0,167, atau dapat di

tulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,700 > 0,05 atau H0

diterima. Dengan demikian, variabel kinerja guru normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas

menggunakan model Explore atau model Anova, hasil uji homogenitas

dalam tabel berikut ini:

Tabel. 4.5. hasil uji homogenitas

H

i

p

o

tesis yang akan di uji:

H0 : Varians populasi adalah homogen, jika probabilitas > 0,05, H0

diterima.

H1 : Varians populasi adalah tidak homogen, jika probabilitas ≤0,05,

H0 ditolak

Berdasarkan hasil olah data statistik, di dapat bahwa variabel kompetensi

managerial dan supervisi kepala madrasah adalah homogen karena nilai

kedua probabilitas (sig) > 0,05. Masing-masing adalah 0,234 > 0,05 dan

0,519 > 0,05.

4.3.Pengujian Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

pengaruh langsung antara variabel independen terhadap intervening dan

variabel intervening terhadap dependent maupun pengaruh tidak langsung

variabel independen terhadap dependen melalui intervening, yaitu untuk

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Kompetensi

Managerial 1,471 4 32 ,234

Supervisi Kepala

Madrasah ,825 4 32 ,519

94

menguji pengaruh persepsi guru tentang kompetensi managerial dan supervisi

kepala madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor. Pengujian

hipotesis ini dengan analisis jalur (path analysis) menggunakan SPSS yaitu

dengan strategi causal step dan product of coefficient. Pada strategi causal step, kriteria hipotesis (Ha) diterima apabila Sig 0,05 untuk pengaruh

langsung. Ditambah dnegan melihat nilai t untuk yaitu t hitung > t tabel.

Kemudian untuk melihat pengaruh tidak langsung digunakan product of

coefficient dengan melihat z > 1,96, meskipun apabila dari independen ke

intervening signifikan dan intervening ke dependen juga signifikan, dapat

diasumsikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung dari variabel

independen ke dependen. Berikut ini adalah hasil uji analisis jalur:

Uji Multikolinearitas

Tabel 4.6. Output dan Interpretasi Hasil uji multikolinearitas

Correlations

Kinerja

Guru

Kompetensi

Managerial

Supervisi

Kepala

Madrasah

Pearson

Correlation

Kinerja Guru 1,000 ,964 ,940

Kompetensi Managerial ,964 1,000 ,944

Supervisi Kepala

Madrasah ,940 ,944 1,000

Sig. (1-tailed) Kinerja Guru . ,000 ,000

Kompetensi Managerial ,000 . ,000

Supervisi Kepala

Madrasah ,000 ,000 .

N Kinerja Guru 40 40 40

Kompetensi Managerial 40 40 40

Supervisi Kepala

Madrasah 40 40 40

Hipotesis Uji Multikolinearitas:

H0 : korelasi antar variabel < 0,8; maka tidak terdeteksi multikolinearitas

H1 : korelasi antar variabel > 0,8; maka terdeteksi multikolinearitas

Berdasarkan tabel korelasi menunjukkan hasil analisis interkorelasi antara

variabel bebas yang ditandai dengan nilai koefisien korelasi pearson. Dalam hal ini

Output SPSS dapat dilihat pada persilangan antar variabel bebas. Hasil korelasi

antara variabel bebas X1 dengan X2 adalah sebesar r12 = 0,944. Karena nilai 0,944

tersebut lebih dari 0,8 maka gejala multikolinearitas terdeteksi. Maka dapat

95

disimpulkan bahwa H1 diterima karena korelasi antar variable X1 dan X2 > 0,8

yaitu 0,944. Sehingga pengujian hipotesis dapat dilanjutkan ke uji analisis jalur

(path analysis)

Model Struktural

Tabel 4.7. Output dan Interpretasi Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,918a ,843 ,834 1,265 ,843 98,970 2 37 ,000

a. Predictors: (Constant), supervisi, Kompetensi managerial

Tampak bahwa koefisien determinasi untuk model 1 (R2) sebesar 0, 843 dan

model model 2 (R2) sebesar 0, 834. Sehingga error 2, Ƹ= 1- R2 = 1-0, 834 =

0,166 = 0,17

Tabel 4.8. Output dan Interpretasi ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 316,595 2 158,298 98,970 ,000b

Residual 59,180 37 1,599

Total 375,775 39

a. Dependent Variable: kinerja guru

b. Predictors: (Constant), supervisi, Kompetensi managerial

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, diperoleh bahwa model 1.

F0= 98,970 ; db1= 2; db2= 37, p-value= 0,000 < 0,05 atau H0 ditolak.

Dengan demikian, variabel kompetensi managerial dan supervisi kepala

madrasah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru. Adapun

pengaruh langsung positif dapat dipelajari dari output berikut:

Tabel 4.9. Output dan Interpretasi Uji Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B

Std.

Error Beta

Zero-

order Partial Part

1 (Constant) 52,762 2,473 21,334 ,000

Kompetensi

managerial ,310 ,034 ,663 9,029 ,000 ,895 ,829 ,589

supervisi ,050 ,016 ,469 3,131 ,003 ,704 ,458 ,204

96

a. Dependent Variable: kinerja guru

Dengan menggunakan metode Backward, diperoleh koefisien jalur yang

ditunjukkan oleh kolom Standardlized Coefficient (Beta). Hipotesis yang

akan diuji adalah sebagai berikut

1. Pengaruh Langsung persepsi guru tentang kompetensi managerial

terhadap kinerja guru (Py1):

H0 : 𝜌y1 = 0

Tidak ada pengaruh langsung positif persepsi guru tentang

kompetensi managerial kepala madrasah terhadap kinerja guru di

MTs N 01 Bogor

H1 : 𝜌y1 > 0

Ada pengaruh langsung positif persepsi guru tentang kompetensi

managerial kepala madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01

Bogor

Py1= (0,663)2 = 0,440; t0 = 9,029, p-Value= 0,09/2 = 0,000 ≤ 0,05, H0

ditolak, yang berarti kompetensi managerial berpengaruh langsung positif

terhadap kinerja guru.

2. Pengaruh Langsung persepsi guru tentang supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru (Py2):

H0 : 𝜌y2 = 0

Tidak ada pengaruh langsung positif persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

H1 : 𝜌y2 > 0

Ada pengaruh langsung positif persepsi guru tentang supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

Py2= (0,469)2 = 0,220 ; t0 3,131, p-Value= 0,003/2 = 0,0015 ≤0,05; H0

ditolak, yang berarti supervisi kepala madrasah berpengaruh langsung

positif terhadap kinerja guru.

3. Pengaruh Tak Langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi (Indirect Effect)

(X1 => X2 => Y)

97

H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung positif persepsi guru tentang

kompetensi managerial kepala madrasah terhadap kinerja guru

melalui supervisi di MTs N 01 Bogor.

H1 : Ada pengaruh tak langsung positif persepsi guru tentang kompetensi

managerial kepala madrasah terhadap kinerja guru melalui supervisi

di MTs N 01 Bogor.

(X1 => X2 => Y)

Py12= (Py1) (r12) (Py2) = (0,440) (0,944) (0,220) = 0,091

Simpulan : kompetensi managerial berpengaruh secara tak langsung

terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah.

4. Pengaruh Tak Langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap

kinerja guru melalui kompetensi managerial (Indirect Effect)

(X2 => X1 => Y)

H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung positif persepsi guru tentang

supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru melalui kompetensi

managerial di MTs N 01 Bogor.

H1 : Ada pengaruh tak langsung positif persepsi guru tentang supervisi

kepala madrasah terhadap kinerja guru melalui kompetensi

managerial di MTs N 01 Bogor.

(X2 => X1 => Y)

Py21= (Py2) (r12) (Py1) = (0,220) (0,944) (0,440) = 0,091

Simpulan : supervisi berpengaruh secara tak langsung terhadap kinerja

guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah

5. Pengaruh Total

Direct Effect +Indirect Effect = 𝑅2

𝑅2 = (Py1)+(Py2) +(Py21) +(Py12) = 0,440 + 0,220+0,091 + 0,091= 0,843

6. Pengaruh lain di luar variabel

Py ƹ = √1 − 𝑅2

= √1 − 0,843 = 0,396

98

4.4.Pembahasan

1. Pengaruh langsung persepsi guru tentang kompetensi managerial

kepala madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh besarnya presentase

pengaruh variabel persepsi guru tentang kompetensi managerial terhadap

kinerja guru yang disebut koefisien determinasi yang merupakan hasil

pengkuadratan R (R2) bernilai positif sebesar (0,663)2 = 0,440, yang

megandung pengertian bahwa pengaruh variabel persepsi guru tentang

kompetensi managerial terhadap kinerja guru adalah 44 %, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar persepsi guru tentang

kompetensi managerial. kemudian dengan p-Value= 0,000 ≤ 0,05; Yang

artinya bahwa kompetensi managerial berpengaruh langsung positif

terhadap kinerja guru.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi manajerial kepala

madrasah dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen di madrasah

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Adapun

pengaruh tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi tingkat

kompetensi managerial kepala madrasah semakin meningkat tingkat

kinerja guru.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,

kepala madrasah harus menjalankan fungsi manajemennya yaitu

planning, organizing, actuating and controlling. Serta memiliki strategi

yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama

atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh

tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

madrasah. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2013: 103), kepala

madrasah harus memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala madrasah harus

meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini

kepala madrasah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan

kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya

secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk

meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai

dengan bidangnya masing-masing. Jadi dapat diketahui bahwa, kepala

madarasah sebagai manajer di lembaganya, dalam mengelola tenaga

kependidikan, salah satu tugas kepala madrasah adalah melaksanakan

kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru, seperti:

MGMP/MGP tingkat madrasah, in house training, diskusi profesional

atau kesempatan melanjutkan pendidikan dan pelatihan di luar madrasah.

99

Indikator dari keberhasilan kepala madrasah yaitu ketika madrasah

itu berfungsi dengan baik, terutama apabila prestasi belajar siswa dapat

maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyanto (2004:2) menyatakan “kepala madrasah harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan

manajerial, memiliki daya inovasi dan kreativitas yang tinggi agar

madrasah yang dipimpinya maju dengan pesat. Jadi, untuk mewujudkan

madrasah yang efektif dibutuhkan kepala madrasah yang tidak hanya

sebagai figur personifikasi madrasah, tapi juga paham tujuan pendidikan,

punya visi masa depan serta mampu mengaktualisasi seluruh potensi yang

ada menjadi suatu kekuatan yang bersinergi guna mencapai tujuan

pendidikan. kepala madrasah yang memiliki kemampuan manajerial yang

baik harus mampu menata kegiatan madrasahnya berdasarkan keadaan

sekarang menuju kepada kondisi yang lebih baik. Oleh sebab itu, sangat

dituntut adanya kemampuan kepala madrasah dalam merancang rencana

pengembangan madrasah, mendistribusi kegiatan, memberi motivasi dan

membina staf madrasah dalam pelaksanaan tugasnya setiap hari, serta

mengukur dan menilai kinerja stafnya.

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan manajemen yang dilakukan

oleh kepala madrasah diawali dengan perencanaan (Planning).

Perencanaan merupakan rangkaian kegiatan pertama dalam proses

manajemen, tidak terkecuali dalam meningkatkan kinerja guru.

Perencanaan peningkatan kinerja guru merupakan tindakan untuk masa

yang akan datang demi tercapainya visi dan misi suatu madrasah.

Perencanaan kinerja guru merupakan bagian dari alur proses manajemen

dalam menentukan pergerakan sumberdaya manusia (guru), dari posisi

saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan.

Disamping itu kepala madrasah bersama-sama merencanakan

kebutuhan guru, kepegawaian dan kesiswaan. Hal tersebut direncanakan

dan ditentukan dalam bentuk rapat/pertemuan tatap muka bersama para

guru, karyawan, wakil kepala madrasah, waka kurikulum dan seluruh

tenaga kependidikan yang dipimpin oleh kepala madrasah. Rapat

dilakukan pada awal ajaran baru, awal semester, dan pertengahan

semester. Dalam rapat tersebut semua guru diminta pendapat dan

gagasannya terkait dengan program-program madrasah lebih-lebih

menyangkut pengembangan profesionalisme guru, hambatan-hambatan

yang dihadapi para guru dalam proses pembelajaran dikelas, serta

bagaimana cara pemecahannya.

Beberapa perencanaan kebutuhan yang dilakukan dalam rangka

peningkatan kinerja guru diantaranya adalah Perekrutan guru baru untuk

100

GTT; pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru, seperti :

Pendidikan dan Latihan, Seminar dan workshop, Studi lanjut, Revitalisasi

MGMP, Mengadakan forum silaturahmi antar guru, Penyediaan sarana

dan fasilitas penunjang; serta Monitoring dan evaluasi.

Untuk mendapat hasil optimal dari sebuah proses perencanaan guru

di MTs N 01 Bogor, maka pada saat perumusan rencana harus didukung

oleh data faktual yang aktual, perencanaan profesionalisme guru disusun

berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi internal saat ini yang

dipadukan dengan analisis prediksi kebutuhan di masa yang akan datang.

Analisis eksternal dilakukan untuk memahami dan memprediksi

perubahan kebutuhan guru sebagai dampak adanya perkembangan kelas,

kemajuan teknologi. Data-data maupun hasil dari proses manajemen

peningkatan kinerja guru di MTs N 01 Bogor dari tahun-tahun

sebelumnya diperlukan dalam perencanaan sebagai acuan dalam

merencanakan agar perencanaan yang dilakukan tepat sasara, efektif,

efisien dan selalu sesuai dan sejalan dengan visi dan misi madrasah.

Kemudian kepala madrasah juga merencanakan keuangan dan

perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan operasional madrasah termasuk

disini kinerja guru. Fasilitas penunjang sangat mutlak dibutuhkan untuk

menunjang proses dan kegiatan belajar mengajar (KBM), dalam hal ini

adalah penyediaan sumber belajar seperti sarana internet agar para guru

dapat mengakses informasi-informasi baru yang mendukung terhadap

pengembangan keilmuan dan profesionalnya, pengadaan bahan bacaan

baru seperti buku, majalah kependidikan, jurnal kependidikan, dan akses

internet sebagai tambahan sumber belajar juga menunjang terhadap

peningkatan profesionalisme guru.

Disamping itu rangkaian kegiatan manajemen selanjutnya yaitu

pengorganisasian (organizing). Dalam hal pengorganisasian kepala

madrasah mempunyai kebijakan menetapkan perencanaan

profesionalisme guru dengan memperhatikan kebutuhan (demand/ need

assesment), memperhatikan visi dan misi dan tujuan pendidikan

madrasah, serta analisis jabatan pekerjaan, untuk kemudian menyusun

desain struktur yang tepat, sebagai landasan utama dalam menempatkan

orang/guru dalam posisi yang tepat. Hal ini sejalan dengan konsep the

right man in the right job at the right time. Selain itu juga kepala

madrasah di MTs N 01 Bogor setiap tahunnya menyelenggarakan rapat

kerja (Raker) dan Membukukan hasil raker tersebut, kemudian bersama

guru menyusun Program Kerja tahunan / Rencana strategis, menyusun

Rancangan anggaran pendapatan belanja madrasah (RAPBM), serta

101

Mengumpulkan hal-hal yang berhubungan dengan keadministrasian

lainnya.

Selain mengolah kegiatan yang bersifat keadministrasian, kepala MTs N 01 Bogor juga mengolah sarana dan prasana madrsah dalam

rangka pendayagunaan secara optimal, terutama yang berkaitan dengan

fasilitas guru dalam mengajar. Karena dalam pelaksanaan proses

pembelajaran seorang guru sangat membutuhkan berbagai fasilitas

pendukung yang relevan dengan materi pembelajaran, baik berupa

perangkat pembelajaran maupun media untuk menunjang dan

mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Guru

juga selalu berupaya mencari dan menemukan berbagai model

pembelajaran yang terbaik, namun kesemuanya ini sangat tergantung dari

ketersediaan fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran. Dalam membina dan mengembangkan kinerja seorang

guru, maka dukungan moril dan materil merupakan faktor yang sangat

menentukan. Disamping itu, penyediaan berbagai peralatan pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan guru pada setiap mata pelajaran akan lebih

memacu guru untuk melakukan yang terbaik dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

Kemudian kegiatan manajemen selanjutnya adalah tindakan

(actuating), dalam hal ini kepala madrasah selalu berkomunikasi dengan

baik, memberikan pengarahan, penugasan, dan memotivasi guru dan staf

agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai

dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Karena

pemberian motivasi dan penghargaan dari pimpinan madrasah terhadap

guru merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalitas, dan akan

memberikan dampak yang positif dalam rangka pengembangan minat dan

aktivitas kerja guru. Serta kepala madrasah selalu berkoordinasi dengan

guru dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai

visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran madrasah. Dalam hal

ini juga kepala madrasah memfasilitasi pendidik dan tenaga pendidikan

untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilannya agar mereka mampu

melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan

madrasahnya. Serta kepala madrasah senantiasa memelihara dan menjaga

keharmonisan organisasinya. Karena lingkungan kerja yang kondusif

serta suasana kerja yang mneyenangkan akan sangat menunjang

pengembangan kinerja guru.

Dan kegiatan manajemen yang terakhir adalah pengawasan

(controlling), kepala madrasah menetapkan alat ukur sesuai dengan

standar, serta melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program

102

kegiatan madrasah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak

lanjutnya. Kepala madrasah juga melakukan pengawasan preventif dan

korektif terhadap pelaksanaan kegiatan madrasah. Dalam rangka

peningkatan kinerja guru, evaluasi secara transparan dan obyektif mutlak diperlukan, dan evaluasi merupakan kegiatan akhir dari proses dan

tindakan manajemen. Evaluasi atau penilaian terhadap guru biasanya

lebih difokuskan pada prestasi individu guru terutama dalam kegiatan

proses belajar mengajar, dan peran sertanya dalam kegiatan pendidikan di

madrasah.

Penilaian atau evaluasi terhadap guru yang dilakukan kepala MTs N

01 Bogor “Untuk melihat perkembangan guru, terutama dalam proses

belajar mengajar di kelas dan kinerja guru di madrasah, kepala madrasah

selalu memantau dan menilai guru dengan melakukan supervisi terhadap

guru, baik melalui teknik kunjungan kelas, pembicaraan secara individu

maupun dalam diskusi kelompok dalam acara silaturahmi antar guru”. Di

samping melakukan kegiatan supervisi pendidikan dalam melakukan

penilaian pribadi, kepala madrasah setiap hari mengecek kehadiran guru

melalui presensi kehadiran guru di kelas, ketika kepala madrasah

mendapatkan guru-guru yang mempunyai masalah, kepala madrasah

memanggilnya ke kantor untuk menanyakan problem-problem apa yang

sedang dihadapi guru, kemudian kepala madrasah mengajak diskusi untuk

mencari jalan keluarnya, selain itu kepala madrasah juga mengoptimalkan

layanan bimbingan konseling untuk mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapi oleh guru”.

Evaluasi tersebut untuk mengetahui hal-hal yang menyangkut

pribadi, status, pekerjaan, prestasi kerja maupun perkembangan guru

sehingga dapat dikembangkan pertimbangan nilai obyektif dalam

mengambil tindakan terhadap seorang tenaga khusus yang diperlukan

untuk mempertimbangkan; kenaikan pangkat, gaji berkala, penghargaan,

pemindahan jabatan (promosi), perpindahan wilayah kerja (mutasi).

Kemudian seorang evaluator dalam hal ini kepala madrasah selalu

bersikap obyektif dalam melakukan penilaian terhadap guru agar mudah

untuk membina dan meningkatkan kinerjanya.

Karena pada dasarnya, di dalam sebuah organisasi penilaian kinerja

merupakan mekanisme yang sangat penting bagi manajemen karena

sebagai basis untuk membuat keputusan yang mempengaruhi gaji,

promosi, pelatihan, mutasi, pemberhentian, kondisi kepegawaian lainnya.

Di tengah kompetensi global, setiap organisasi atau lembaga kerja

menuntut pegawainya pegawainya untuk berkinerja tinggi. Seiring dengan

itu, para pegawai membutuhkan umpan balik atas kinerja mereka dan

103

membutuhkan pedoman perilakunya di masa depan. Dengan evaluasi itu,

para pegawai mendapat bahan untuk memperbaiki kesalahannya,

meningkatkan kompetensinya, dan mengembangkan produktivitasnya.

Berkaitan dengan hasil temuan tersebut, mengindikasikan secara

keseluruhan kepala madrasah mampu mengimplimentasikan kemampuan

manajerialnya dengan optimal. Wujud implementasinya meliputi : kepala

madrasah yang selalu memperhatikan pikiran, pendapat dan kehendak

bawahan, selalu menetapkan pekerjaan dalam rencana, merencanakan

proses rekrutmen, seleksi dan pembinaan guru, pengawasan pekerjaan

yang bersifat preventif, penerapan disiplin yang tinggi, mengutamakan

kepentingan bawahan, dan kepala madrasah yang menekankan efesiensi

kerja kepada guru-guru di madrasah, sehingga guru-guru dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik, merasa diperhatikan sehingga dapat

bermanfaat bagi kelangsungan madrasah tersebut. Hal ini juga ditunjukan

kondisi yang terjadi di madrasah selama penelitian, bahwa kepala

madrasah dalam pemberian tugas, membaginya secara proposional dan

sesuai dengan keahlian masing-masing guru. Kepala sekolah juga

mengajak semua stakeholder, dewan madrasah, dan seluruh elemen

masyarakat yang peduli dengan pendidikan untuk menyusun program

kerja madrasah. Adanya rapat dan evaluasi bersama dilakukan setiap

bulan serta melaporkan pencapaian hasil program kerja madrasah guna

mengkaji setiap permasalahan yang timbul selama proses belajar

mengajar, sehingga dapat diambil kebijakan secara langsung jika terjadi

permasalahan, kepala madrasah juga bersikap tegas dalam melaksanakan

pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

disampaikan oleh guru. Selain itu setiap masukan dan kritikan dari guru

maupun dewan madrasah dijadikan sebagai evaluasi dini dan

ditindaklanjuti untuk kemajuan masyarakat. Jadi hal tersebut dapat

berdampak kepada peningkatan kinerja guru baik dari kompetensi

pedagogik seperti menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan

kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi

peserta didik, komunikasi dengan peserta didik dan penilaian dan

evaluasi. Kompetensi kepribadian, seperti ertindak sesuai dengan norma

agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional ; menunjukkan pribadi

yang dewasa dan teladan; etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa

bangga menjadi guru. Kompetensi sosial, seperti bersikap inklusif,

bertindak objektif, serta tidak diskriminatif ; komunikasi dengan sesama

guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat. Serta

kompetensi professional, seperti penguasaan materi, struktur, konsep dan

pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; dan

mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

104

Hasil penelitian ini juga diperkuat penelitian relevan yang

dilakukan oleh Adi Anwar Faisal (2012) Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri

Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta, hasil penelitian adalah “Terdapat

pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di

Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kotagede hal itu ditunjukkan 102

harga 𝑟 2 sebesar 0,591, yang dapat diartikan bahwa 59% kinerja guru

ditentukan oleh kemampuan manajerial kepala sekolah dan 41 %

merupakan pengaruh dari variabel yang tidak diteliti seperti kemampuan

guru dalam mengembangkan profesionalitasnya, ketersediaan fasilitas

pendukung yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dukungan moril

dan material dari pimpinan sekolah.”

Beberapa teori yang telah disebutkan dan beberapa penelitian

relevan yang ada, hal tersebut mendukung hasil penelitian dari penulis

baik secara teoritik maupun empiris yang menemukan bahwa ada

pengaruh langsung signifikan persepsi guru tentang kompetensi

manajerial kepala madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

2. Pengaruh langsung persepsi guru tentang Supervisi kepala madrasah

terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh besarnya presentase

pengaruh variabel persepsi guru tentang supervisi terhadap kinerja guru

yang disebut koefisien determinasi yang merupakan hasil pengkuadratan

R (R2) bernilai positif sebesar (0,469)2 = 0,220; yang mengandung

pengertian bahwa pengaruh variabel perpesepsi guru tentang supervisi

terhadap kinerja guru dalah sebesar 22 %, sedangkan sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain di luar persepsi guru tentang supervisi. Kemudian

dengan p-Value= 0,003 ≤ 0,05 maka H0 ditolak; Yang artinya bahwa

supervisi berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru. Hasil

penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada Bab II bahwa

ada pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala madrasah

terhadap kinerja guru.

Kegiatan utama pendidikan di madrasah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas

organisasi madrasah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas

pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala madrasah adalah

sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh

105

tenaga kependidikan. Artinya supervisi merupakan suatu proses yang

dirancang secara khusus untuk membantu guru dalam mempelajari tugas

sehari-hari di madrasah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan

kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orangtua sebagai peserta didik dan madrasah, serta berupaya menjadikan madrasah

sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Jadi, pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus

disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah

guru cukup banyak, maka kepala madrasah dapat meminta bantuan

wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.

Keberhasilan kepala madrasah sebagai supervisor antara lain dapat

ditunjukkan oleh (1) meningkatkan kesadaran tenaga kependidikan (guru)

untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2) meningkatnya keterampilan

tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Supardi (2013: 45) model supervisi pengembangan terdiri

dari 3 bagian, yaitu pengembangan kurikulum, observasi, dan

pengembangan profesionalitas guru. Dalam hal ini pada MTS N 01

Bogor, kepala madrasah melaksanakan supervisi dengan cara sebagai

berikut:

Pada bagian pengembangan kurikulum kepala madrasah di MTs N

01 Bogor ikut berkontribusi dalam merumuskan indikator pembelajaran,

merekomendasikan buku-buku yang dapat dijadikan rujukan dalam

kegiatan pembelajaran, membimbing guru dalam membuat perangkat

pembelajaran seperti silabus dan RPP. Kepala madrasah juga memberi

penekanan guru supaya menggunakan strategi dan teknik tertentu dalam

kegiatan pembelajaran, menyesuaikan model pembelajaran yang

digunakan dengan kebutuhan pembelajaran, dan membimbing guru dalam

mengaplikasikan keterampilan dasar megajar mereka. Kemudian dalam

aspek penilaian, kepala madrasah berdiskusi dengan guru tentang cara

memberikan penilaian otentik dalam pembelajaran, serta menegur atau

mengingatkan guru untuk senantiasa memeriksa tugas ataupun ulangan

harian yang diberikan kepada siswa. Dari berbagai kegiatan

pengembangan kurikulum yang dilakukan kepala madrasah akan

berdampak dengan peningkatan kinerja guru terutama menyangkut

kompetensi pedagogik guru itu sendiri.

Selanjutnya program supervisi pengajaran atau observasi mengajar

yang dilaksanakan berorientasi kepada peningkatan kinerja guru dengan

memiliki siklus dengan tahap perencanaan, pengamatan dan analisis

intelektual. Supervisi difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan

106

menjalankan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan,

dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar guru

di kelas. Program supervisi pengajaran yang disusun oleh kepala

madrasah berorientasi pada bimbingan terhadap tugas-tugas guru, seperti penyusunan program pengajaran, penyiapan perangkat pembelajaran

(Satuan acuan pelajaran, rencana pembelajaran, alat evaluasi, penyiapan

media pembelajaran dan lain-lain). Perencanaan harus dirumuskan secara

jelas dan dikerjakan secara profesional (Fattah, 2009:12).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata program pembinaan

kemampuan mengajar guru dalam bentuk observasi yang disusun oleh

kepala madrasah sudah sesuai dasar fase-fase yang diharapkan. Selain itu

juga di dalam program sudah tercantumkan sasaran dan jadwal mengenai

pelaksanaan pembinaan tersebut secara terperinci. Sebagaimana Castetter

(Purwanto, 2005:79), mengemukakan bahwa untuk pengembangan

personil edukatif terdapat beberapa fase yang dilakukan yaitu (1)

diangnosa kebutuhan pengembangan personal; (2) rancangan program

pengembangan personil; (3) implementasi program pengembangan

personil dan ; (4) evaluasi program pengembangan personil.

Pelaksanaan supervisi pengajaran di MTs N 01 Bogor dilaksanakan

mininimal satu kali setiap semester. Supervisi juga tidak dilakukan

sendiri oleh kepala madrasah, tetapi juga dibantu oleh pengawas, para

wakil kepala madrasah, guru-guru senior, maupun guru-guru himpun

mata pelajaran. kepala madrasah dapat memberikan wewenang kepada

guru senior lain yang betul-betul mampu dan berpengalaman dalam

supervisi (Wahyudi, 2009:86). Pemberian wewenang ini bertujuan agar

semua guru dapat disupervisi tepat waktu, oleh karena itu guru senior juga

dapat ditunjuk sebagai supervisor. Kegiatan pembinaan dilakukan melalui

kegiatan seminar, pertemuan ilmiah, kegiatan kunjungan antar kelas/antar

madrasah dan lainnya.

Teknik supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah salah

satunya adalah supervisi Klinis. Supervisi klinis adalah bentuk supervisi

yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang

sistematik, dalam perencanaan, pengamatan (pelaksanaan) serta analisis

yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar guru (Sahertian,

2008:36). Pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh Kepala

madrasah dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut :1) Tahap

perencanaan awal; 2) Tahap pelaksanaan observasi; 3) Tahap akhir

(diskusi balikan). Artinya Kepala madrasah telah melakukan fungsinya

sebagai supervisor dalam rangka peningkatan kinerja guru.

107

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan bahwa kepala

madrasah juga melakukan evaluasi pembinaan berdasarkan catatan-

catatan pada format kunjungan kelas kepada guru untuk setiap tahunnya,

sebagai bahan analisis dan masukan dalam membuat program pembinaan guru dan pengembangan profesionalitas guru pada tahun berikutnya.

Kegiatan tindak lanjut juga dilakukan adalah guru-guru diberi kesempatan

untuk ikut secara aktif dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran

(MGMP) baik tingkat madrasah, antar madrasah, maupun antar

kecamatan. Selain itu kepala madrasah juga menyertakan guru-guru untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan lainnya, baik yang dilakukan oleh

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat atau instansi lainnya,

contohnya pelatihan guru yang dilaksanakan oleh lembaga Dompet

Dhuafa.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian relevan yang dilakukan

oleh (Kamil, 1999:44) Kontribusi supervisi kepala madrasah terhadap

kinerja guru diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa:

terdapat hubungan supervisi kepala madrasah dengan manajemen kelas

guru, dimana manajemen kelas merupakan aspek dari kinerja guru” Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala madrasah

menentukan variasi kegiatan manajemen kelas sbesar 36,8 %. Dan

manajemen kelas pada dasarnya merupakan bagian dari kinerja yang

harus dimiliki oleh guru.

Beberapa teori yang telah disebutkan dan beberapa penelitian

relevan yang ada, hal tersebut mendukung hasil penelitian dari penulis

baik secara teoritik maupun empiris yang menemukan bahwa ada

pengaruh langsung signifikan persepsi guru tentang supervisi kepala

madrasah terhadap kinerja guru di MTs N 01 Bogor.

3. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang kompetensi

managerial terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala

madrasah.

Berdasarkan hasil olah statistik di dapat data sebagai berikut:

(X1 => X2 => Y)

Py12= (Py1) (r12) (Py2) = (0,440) (0,944) (0,220) = 0,091

108

Nilai coefficientnya adalah 0,091 hal tersebut berarti bahwa

kompetensi managerial berpengaruh secara tak langsung terhadap kinerja

guru melalui supervisi kepala madrasah.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala madrasahnya. Sebagai pemimpin maka dia harus

mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Disamping sebagai pemimpin, kepala madrasah juga berperan

sebagai manajer dan supervisor, hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah. Kepala Madrasah harus memiliki pengetahuan

yang luas, juga perspektif yang diperlukan untuk tetap mengarahkan

semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan, termasuk

dalam hal ini adalah memberdayakan guru untuk mencapai kinerja secara

maksimal. Selain itu kepala madrasah harus mempunyai kemampuan

untuk membimbing dan mengawasi kegiatan pembelajaran guru supaya

tercipta pembelajaran yang efektif, sehingga kepala madrasah memiliki

peran strategis dalam mengangkat citra mutu pendidikan di Indonesia.

(Hadis; 2005:66).

Dalam beberapa hasil penelitian terbukti tentang pengaruh kedua

variabel tersebut, contohnya Penelitian yang dilakukan Usman

menunjukkan bahwa: kompetensi managerial kepala sekolah memberikan

pengaruh yang positif terhadap kinerja guru di SMP N se kab Tanggamus

sebesar 78 %. Selain itu Kontribusi supervisi kepala madrasah terhadap

kinerja guru diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa:

“terdapat hubungan supervisi kepala madrasah dengan manajemen kelas

guru, dimana manajemen kelas adalah aspek dari kinerja guru” (Kamil,

1999:44). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi

kepala madrasah menentukan variasi kegiatan manajemen kelas sebesar

36,8%.

Berdasarkan beberapa penelitian terkait di atas, dikemukakan bahwa

dari banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya

adalah kompetensi managerial dan supervisi kepala madrasah. Dalam hal

ini untuk melihat pengaruh kompetensi managerial terhadap kinerja guru,

harus dilihat melalui faktor lain yaitu supervisi kepala madrasah. Hal

tersebut dikarenakan salah satu unsur kompetensi managerial merupakan

unsur dari supervisi kepala madrasah itu sendiri yaitu membimbing

(actuating) dan pengawasan (controlling), jadi kedua variabel tersebut di

duga saling berkolerasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

apakah supervisi kepala madrasah akan memperkuat atau memperlemah

pengaruh kompetensi managerial terhadap kinerja guru.

109

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian yang ada,

penulis menjelaskan bahwa supervisi kepala madrasah secara tak

langsung memperkuat pengaruh kompetensi managerial terhadap kepala madrasah.

4. Pengaruh tak langsung persepsi guru tentang supervisi terhadap

kinerja guru melalui kompetensi managerial kepala madrasah.

Berdasarkan hasil olah data statistik di dapat data sebagai berikut:

(X2 => X1 => Y)

Py21= (Py2) (r12) (Py1) = (0,220) (0,944) (0,440) = 0,091

Nilai coefficientnya adalah 0,091 hal tersebut berarti bahwa

supervisi berpengaruh secara tak langsung terhadap kinerja guru melalui

kompetensi managerial kepala madrasah

Menurut Purwanto (2004: 77), dalam pelaksanaannya, supervisi

bukan hanya mengawasi apakah guru/ pegawai menjalankan tugas dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang

telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara

memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi,

guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan

diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-

pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu di dengar dan dihargai

serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.

Supervisi bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan proses

belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak

hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina

pertumbuhan profesi guru dalma arti luas termasuk di dalamnya

pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar,

peningkatan mutu pengetahuan dan ketermapilan guru-guru, pemberian

bimbingan dan pembinaan dalam hal ini implementasi kurikulum,

pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur

dan teknik evaluasi pengajaran dan sebagainya. Jadi supervisi sangat

berpengaruh untuk peningkatan kinerja seorang guru terutama dalam

peningkatan mutu pembelajaran.

Namun ketika pelaksanaannya supervisi juga didukung oleh faktor

kepemimpinan kepala madrasah dalam hal ini adalah proses

110

managerialnya. Menurut Purwanto (2004:86) Seorang supervisor dalam

prosesnya harus mampu memanajemen beberapa pekerjaan berikut:

menyusun rencana dan policy bersam; mengikutsertakan anggota

kelompok (guru-guru pegawai) dalam berbagai kegiatan; memberikan banuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan

masalah persoalan persoalan; membangkitkan dan memupuk semangat

kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok;

mengikutsertakan semua anggota dalam pengambilan keputusan;

membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab

kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan

masing-masing; mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok; dan

serta membantu menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada

anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat

demi kepentingan bersama.

Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan kinerja guru, diperkuat oleh

faktor lain yaitu kompetensi managerial dari kepala madrasah itu sendiri.

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Persepsi guru tentang

Pengaruh Kompetensi Manajerial dan Supervisi Kepala Madrasah Terhadap Kinerja

Guru di MTs N 01 Bogor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi guru tentang kompetensi manajerial berpengaruh langsung positif

terhadap kinerja guru. Dalam prosesnya kompetensi manajerial kepala madrasah

dalam meningkatkan kinerja guru di MTs N 01 Bogor dilaksanakan dengan baik,

seperti dalam aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah berpengaruh langsung positif

terhadap kinerja guru. Dalam prosesnya supevisi digambarkan dengan kegiatan

pengembangan kurikulum, observasi, dan pengembangan profesional guru. Dari

tahapan kegiatan tersebut berpengaruh langsung positif karena pada

pengembangan kurikulum kepala madrasah membimbing guru dalam penyusunan

perangkat pembelajaran, dalam observasi kepala madrasah mengawasi cara

mengajar guru kemudian mengevaluasi, dan dalam tahapan pengembangan

profesional guru, kepala madrasah memberikan pelatihan, workshop atau

semacamnya guna meningkatkan kinerja guru.

3. Persepsi guru tentang kompetensi manajerial berpengaruh tak langsung positif

terhadap kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah. Hal ini dikarenakan

dalam variabel kompetensi managerial yang salah satu aspeknya adalah evaluasi

dan hal tersebut ada hubungannya dengan supervisi. Maka variabel supervisi disini

dapat memperkuat pengaruh persepsi guru tentang kompetensi managerial kepala

madrasah terhadap kinerja guru.

4. Persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah berpengaruh tak langsung positif

terhadap kinerja guru melalui kompetensi managerial. Hal ini dikarenakan dalam

variabel kompetensi supervisi merupakan variabel yang masih berkaitan dnegan

salah satu aspek dari kompetensi managerial yaitu evaluasi. Maka variabel

kompetensi managerial disini dapat memperkuat pengaruh persepsi guru tentang

supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru.

B. Implikasi Teoretik dan Praktik

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sebagaimana dalam pembahasan maka

dapat dikemukakan implikasi teoritis. Pertama, bedasarkan fenomena di lapangan,

kepala madrasah yang menjalankan fungsi dan tugas manajerialnya dengan baik serta

menjalankan suvervisi dengan baik dapat meningkatkan kinerja gurunya. Sebagaimana

yang telah dikemukakan dalam pembahasan mengenai hipotesis penelitian,

membuktikan adanya pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung kompetensi

managerial dan supervisi terahdap kinerja guru.

112

Kedua, hasil penelitian tersebut teori-teori yang mendasarinya adalah sebagai berikut

seperti penelitian yang dilakukan oleh Gorton yang mengatakan bahwa “kompetensi

managerial penting bagi peningkatan kinerja guru”. Megan, dkk menyatakan bahwa

“kompetensi manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja guru”. Hasil penelitian

Gemnafle membuktikan bahwa “terdapat jalur hubungan kasual langsung yang

signifikan antara kompetensi manajerial berpengaruh postif terhadap kinerja guru pada

SMU Negeri dan Swasta di Sulawesi Tenggara.

Implikasi teori dan penelitian supervisi, misalnya “supervisi kepala madrasah

mempengaruhi kinerja guru seperti diungkapkan bahwa: rendahnya motivasi, dan

prestassi guru yang mempengaruhi profesi guru tidak terlepas dari rendahnya

kontribusi kepala sekolah dalam membina guru di sekolah melalui kegiatan supervisi

(Peter, 1994:67). Karena banyak waktu supervisor dipergunakan untuk persoalan

administratif di sekolah” (sergiovani & Starrat, 1993:1).

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, selanjutnya

diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

terutama dalam implementasi teoretik peningkatan kinerja guru.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan kontribusi praktis

kepada berbagai pihak antara lain;

a. Bagi kementrian agama, supaya digunakan sebagai bahan informasi bagi

kementrian agama dalam rangka meningkatkan kompetensi manajerial kepala

madrasah dan supervisi kepala madrasah sehingga bermanfaat bagi

peningkatan kinerja guru.

b. Bagi Madrasah dalam meningkatkan mutu gurunya ini dapat didukung dengan

peran sentral kepala madrasah yang bertugas membina, membimbing,

mengawasi dan juga sebagai fasilitator dan motivator kepada para guru dan

staf terkait dalam memimpin lembaga pendidikan dengan baik. Karena maju

tidaknya pendidikan di sekolah/madrasah sangat ditentukan oleh kinerja

kepala madrasah dan gurunya.

c. Bagi kepala madrasah sebagai orang yang bertanggungjawab penuh dalam

kesuksesan lembaga pendidikan pada madrasah yang dipimpinnya, hendaknya

selalu berusaha menggali ilmu dan menambah wawasan adar dapat memimpin

lembaga pendidikan dengan baik dan tidak lupa pula agar selalu memberikan

pembekalan terhadap para gurunya, karena hal itulah akan sangat berpengaruh

sekali terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya, serta dilaksanakannya

juga evaluasi disetiap ranah kegiatan yang dilaksanakan, misalnya dalam

bentuk supervisi, dan dengan menggunakan teknik supervisi yang tepat secara

intensif serta mempertimbangkan upaya-upaya lain sebagai alternatuf guna

meningkatkan kinerja guru. . Dengan asumsi supaya program pendidikan di

MTs N 01 Bogor bisa sesuai dengan yang diharapkan dan outputnya pun lebih

cepat dan mudah di serap oleh masyarakat, terlebih lagi dapat diperhitungkan

kualitasnya dibandingkan dengan madrasah yang ada disekitarnya.

d. Bagi guru agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi supaya

selalu berupaya meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai pendidik, pengajar, dan pemimpin, serta menambah

113

wawasan dan pengetahuan guru tentang bagaimana mengoptimalkan kinerja

dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

e. Bagi peneliti selanjutnya, untuk menambah referensi dan memperkaya

informasi dalam hal kompetensi manajerial dan supervisi kepala madrasah,

kinerja guru yang dapat dipakai sebagai data banding atau rujukan dengan

mengubah atau menambah variabel lain sekaligus dapat menyempurnakan

penelitian ini.

114

DAFTAR PUSTAKA

Affandy, achmad. Skripsi dengan judul hubungan antara persepsi siswa tentang suasana kehidupan sekolah dengan motivasi berprestasi, Bandung: FIP UPI.

2010.

Akadum. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. 1999.

Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2004.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Renika Cipta. 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. 2006.

Arikunto, Suharsimi dkk. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. 2009.

Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya. 2002.

Bafadal. I.. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina

Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara. 1992

Bernardin, H. John & Joyce E. A. Russell. Human Resource Management.

Singapore : McGraw Hill Inc. 1993.

Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : Andi Offset. 1997.

Burhanudin. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Era Otonomi Pendidikan.

Malang. 2006.

Danim, Sudarwan. Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta:

Rineka Cipta. 2004.

Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1998.

Departemen Agama RI. Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan. Jakarta:

Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Dirjen Mapenda. 2000.

Depdiknas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru Dan Dosen. Jakarta: Balai Pustaka. 2005.

115

Dimeck. The Executive in Action. New York: Happer and Breos. 1954.

Dimyati Mahmud. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta :Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Yogyakarta. 1990.

Dirjen Dikti. Akta Mengajar V Administrasi Pendidikan. Jakarta. 1993.

Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.

Bandung: Pustakan Bani Quraisy. 2009.

Faisal, Adi Anwar. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

Hasil Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2012

Fathurrohman, Pupuh. Supervisi Pendidikan, Dalam Pengembangan Proses

Pengajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. 2015.

Gaffar, Fakry. Guru sebagai Profesi. Dipresentasikan dalam seminar Nasional

Glatthorn, Allan A. Differentiated supervision. Publisher, Association for

Supervision and Curriculum Development, 1984.

Glickman, C.D., Gordon, S.P dan Ross Gordon, J.M.. Supervision of Instruction: A

development Approach, (4thedition), Boston: Allyn Bacon. 1998

Goldamer. Clinic Supervision: Special Methods for the Supervision of Teachers (3th

edn). Forworth: Harcourt Brace Jovanovich. 1993.

Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Andi Offset.

Hasan, M. Iqbal. Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalian Indonesia.

2002.

Handoko, Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

BPFE, Yogyakarta : 2005.

Helmawati. Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/ Kepala Madrasah melalui

Managerial Skills. Jakarta: Rineka Cipta. 2014

Indrafachrudi, Soekarto. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor:

Ghalia Indonesia.

110

116

Irvin T Rock. An Introduction to Perception. Cambridge,MA : MIT Press. 1975.

Kadir. Statistika Terapan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2016.

Kopelman, Richard E. Managing Productivity in Organizations: A Practical,

People-Oriented Perspective. McGraw-Hill Book Company. 1986.

Kusriyanto Bambang,. Evaluasi Kinerja dan Manager SDM Profesional, Pusat

Pengembangan Bahan Ajar-UMB, Yogyakarta. 2005.

Lovell dan Wiles. Supervision for Better School. Englewood Clifts. New Jersey:

Prentice-Hall Inc. 1983.

Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. 1995.

Hasibuan, Malayu SP. (2005). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Mangkunegara. A.A. Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja Sekolah Dasar. Jakarta :

Refika Aditama. 2005.

Mathis and Jackson. Human Resource Management. South-Western : Cengage

Learning. 2011.

Mappiare, Andi A.T. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Raja. Grafindo

Persada. 2006.

Mashudi, Farid. Panduan Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling,

Jogjakarta: Diva Press. 2015.

McNerney, Chester T. Educational Supervision. Literary Licensing LLC, 2012

M. Hasaimi, dan M. Noor HS. Himpunan Istilah Psikologi untuk SLTP

dan Umum.Jakarta : Mutiara. 1978.

Miftah Thoha. Perilaku Organisasi.jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 1986.

Muhaimin. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada

Press Jakarta. 2001.

Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2007.

117

Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2007.

Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, kasar . Jakarta : Bumi

Aksara. 2012.

Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

2008.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011.

Moorhead/Griffin. Organizational Behaviour “Managing People and

Organization. Boston: Houghton Mifflin Company

Nasution, S. Azas-Azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.

Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Peter. D.E. 1994. Supervision in Social Work: A Method of student Training and

staff Development. London: George Allen & Unwin.

Prawirosentono, Suyadi. Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja

Karyawan. Yogyakarta: BPFE. 1999.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: remaja

Rosdakarya. 2005.

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi komunikasi. Bandung : Remadja Karya. 1992.

Riva’i V. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta:Murai

Kencana. 2004.

Robert L. Malthis dan John H. Jackson. Human Resources Management, Edisi

Bahasa Indoneia oleh Diana angelica. Manajemen Sumber Daya Manusia,

Edisi 10 (Jakarta: Salemba). 2006.

Robert L. Malthis dan John H. Jackson. Human Resources Management, Edisi

Bahasa Indoneia oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. Manajemen

Sumber Daya Manusia, Edisi 9 (Jakarta: Salemba). 2001.

Sahertian, Piet. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education. Jakarta:

Rineka Cipta. 2000.

118

Sergiovani, T.j & Starrat. Supervision Human Perspective. Newyork: McGraw Hill

Book Company. 1993.

Silahahi, Ulbert. (2002). Studi tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori, dan

Dimensi. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan

Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina

Aksara. 1995.

Sondang P. Siagian. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

1995.

Spencer, M Lyle, Jr and Signe M Spencer. Competency at Work Models Superior

Performance. New york:John Wiley and Sons Inc. 1993.

Stoner, James A.F. Management. second edition, Englewood Cliffs: Prentice Hall

Inc. 1982.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta. 2013.

Supardi. Kinerja guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2014.

Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi &

Kompetisi Guru, Yogyakarta : Arruz Media. 2013.

Surakhmad, Winarno. Pengantar penelitian Ilmiah. Bandung :Tarsito. 1998

Suroso. In Memorian Guru Membangkitkan Ruh-ruh Pencerdasan. Yogyakarta:

Jendela. 2002.

Suyanto. Guru yang Profesional dan Efektif. Harian Kompas, Jumat, 16 Februari

2001.

Thaib, M.Amin. Standar Supervisi dan Evaluasi Pendidikan pada Madrasah

Aliyah. Jakarta:Ditmapenda. 2005.

119

Umammah. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Keterampilan Manajerial

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru se-Kabupaten Malang (Malang:UIN

Press). 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen (Bandung: Citra Umbara) 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Utama.

Usman, Husaini. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rodyakarya.

2004.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002.

Waite, D. Rethinking Instructional Supervision: Not on is Language and culture.

London: Falmers Press. 1995.

Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta. 2009

Wijaya, Cece. Kemampuan Dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Rosdakarya. 1999.

Yamin, Martinis. Strategi pembelajaran berbasis kompetensi. Jakarta: Gaung

Persada Perss. 2008

120

LAMPIRAN

121

Lampiran Gambaran Umum Tempat Penelitian

A. PROFIL SEKOLAH

Madrasah Tsanawiyah Negeri 01 Bogor pada mulanya adalah Pendidikan

Guru Agama Negeri (PGAN) 4 Tahun yang didirikan pada 15 Januari 1968 kemudian sesuai dengan perkembangan Pendidikan Nasional maka pada tahun

1978 berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Parung.

Perkembangan dan perjalanan MTs N 01 Bogor dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan yang signifikan dan terakhir pada tahun 2009

menyandang Akreditasi A yang tetap terus berupaya mengevaluasi dan

meningkatan sumber daya manusia (SDM) dan Sarana Prasarana.

1. Visi MTs Negeri 01 Bogor

”Terwujudnya Madrasah Bersih, Berprestasi dan Berakhlakul Karimah”.

2. Misi MTs Negeri 01 Bogor

b. Mewujudkan budaya bersih, rindang, aman, sehat, rapih dan indah

pada lingkungan Madrasah.

c. Menyelenggarakan pembelajaran berwawasan lingkungan.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

e. Mengembangkan kualitas Madrasah melalui peningkatan prestasi

Akademik dan Non Akademik.

f. Mewujudkan budaya disiplin, jujur, santun dan tanggung jawab bagi

seluruh warga sekolah.

g. Menanamkan nilai-nilai Agama dalam kehidupan sehari-hari.

3. TUJUAN MADRASAH

Menyiapkan peserta didik yang berkualitas dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi, berakhlakul karimah, serta mampu bersaing

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. MTs Negeri 1 Bogor

Kabupaten Bogor memiliki tujuan pendidikan untuk empat tahun

mendatang, sebagai berikut:

a. Tujuan Akademik; meliputi:

1) Rata-rata Nilai Ulangan Umum Semester dapat meningkat dari

standar yang berlaku.

2) Rata-rata Nilai Ujian Nasional dan Ujian Madrasah dapat

meningkat dari standar yang telah ditetapkan.

3) Lulusan yang dapat diterima di SLTA Negeri (MAN/SMA/SMK)

mencapai 50 %

4) Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar 75 %

5) Menghapal surat-surat pendek (Juz 30) minimal 70 %

6) Menjuarai Olimpiade MIPA tingkat Daerah dan Nasional

122

7) Menjuarai lomba penulisan cerpen tingkat Daerah dan Nasional.

8) Menjuarai lomba pidato bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris,

tingkat Daerah dan Nasional.

2. Tujuan Non Akademik; meliputi:

1) Mewujudkan suasana lingkungan Madrasah yang Islami

2) Mewujudkan budaya disiplin yang tinggi dan bertanggung jawab.

3) Melaksanakan budaya 7 K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan,

Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan dan Kesehatan) dan 5 S

(Salam, senyum, sapa, sabar dan sehat) yang dinamis.

4) Mewujudkan Tim Kesenian (Qiroat, Qasidah, Nasyid, Marawis,

Hadrah, Kaligrafi, Vokal Group, Angklung, Alimpaido/permainan

tradisional Jawa Barat, Pencak Silat, Drum Band) yang menjuarai

berbagai festival baik tingkat Daerah maupun Nasional.

5) Mewujudkan Anggota Pramuka yang menjuarai berbagai lomba

tingkat Nasional dan Internasional

6) Mewujudkan Kelompok PMR yang menjuarai berbagai lomba

tingkat Daerah dan Nasional.

7) Mewujudkan Paskibra yang menjuarai berbagai lomba tingkat

Daerah dan Nasional.

8) Mewujudkan Tim Olah Raga (Futsal, Volly Ball, Tennis Meja,

Bulu Tangkis, Taekwondo, Catur, Atletik, Karate, Basket) yang

mampu menjuarai cabang olahraga tingkat Daerah dan Nasional,

4. DATA JUMLAH GURU TAHUN 2016-2017

N

O.

STATUS

KEPEGAW

AIAN

JENIS

KELAMIN PENDIDIKAN GOLONGAN

L P JM

L

≤S

MA

DIP

L.

S

1

S

2 S3

JM

L I II III IV

JM

L

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1. PNS

KEMENAG

1

4

2

6 40 - -

2

8

1

0 - 38 - 2 17 19 38

2. PNS NON

KEMENAG - - - - - - - - - - - - - -

3. NON PNS 6 2 8 1

0 - - 10 -

JUMLAH 2

0

2

8 48

3

8

1

0 - 48 - 2 17 19 38

123

5. STRUKTUR ORGANISASI MTS NEGERI 01 BOGOR

DEWAN GURU

PKM KURIKULUM

PKM KESISWAAN

PKM SRAPRAS

PKM

HUMAS

BP

OSIS

KEPALA MADRASAH HJ. ETI MUNYATI, SAg.MM

KOMITE

KAUR TATA USAHA Dra. Hj. SITI RAHMIYATI

ADMIN KEPEGAWA

IAN

ADMIN KESISWA

AN

ADMIN KEUAN

GAN

SISWA

124

INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN ANGKET

A. Pengantar

Pedoman angket (kuisioner) ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

kompetensi managerial kepala madrasah, supervisi kepala madrasah dan kinerja guru di

MTS N 01 Bogor, dimana responden yang akan mengisi angket ini adalah para guru yang

berada di MTS N 01 Bogor. Informasi atau data yang diperoleh melalui pedoman angket

ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, yaitu untuk bahan penyusunan tesis peneliti

dalam rangka menyelesaikan Magister Manajemen Pendidikan Islam pada Pogram Pasca

sarjana Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, kiranya

Bapak Ibu dapat memberikan informasi apa adanya.

B. Identitas Responden

Nama : ..................................................................................................

Jenis Kelamin : ..................................................................................................

Umur : ..................................................................................................

Pekerjaan / Jabatan : ..................................................................................................

Pendidikan : ..................................................................................................

C. Petunjuk

1. Berikan tanda (√) pada setiap kolom pernyataan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Baca dengan seksama setiap pernyataan sebelum anda memberikan

jawaban.

2. Pilihlah salah satu skor yang menurut anda paling sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan Sangat tidak

sesuai (STS), kemudian untukl petunjuk pengisian instrumen supervisi kepala

madrasah terdapat di lembar angket terlampir.

A. Kompetensi Managerial Kepala Madrasah

No Pertanyaan/Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

PLANNING

1. Kepala madrasah bersama-sama merencanakan

program pembelajaran dan kurikulum

2. Kepala madrasah bersama-sama merencanakan

kebutuhan guru, kepegawaian dan kesiswaan.

3. Kepala madrasah bersama-sama merencanakan

keuangan dan perlengkapan

ORGANIZING

4. Kepala madrasah menetapkan/membagi tugas-tugas

yang harus dikerjakan oleh masing-masing

staffnya

5. Kepala madrasah menerapkan prinsip “right man in

the right place”

6. Kepala madrasah menerima dan mengelola laporan

7. Kepala madrasah mengelola sarana dan prasarana

sekolah/ madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

8. Kepala madrasah mengelola hubungan sekolah/

madrasah dan masyarakat dalam rangka

mencari dukungan ide, sumber belajar dan

pembiayaan sekolah/ madrasah.

9. Kepala madrasah mengelola peserta didik dalam

rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas

peserta didik.

10. Kepala madrasah mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan arah dan tujuan pendidikan.

11. Kepala madrasah mengelola keuangan sekolah/

madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan

yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Kepala madrasah mengelola ketatausahaan sekolah/

madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/ madrasah.

13. Kepala madrasah mengelola unit-unit layanan

khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta

didik di sekolah/ madrasah.

14. Kepala madrasah mengelola sistem informasi

sekolah/ madrasah dalam mendukung

penyusunan program dan pembuatan

keputusan.

15. Kepala madrasah memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/

madrasah.

ACTUATING

16. Kepala madrasah mampu berkomunikasi,

memberikan pengarahan penugasan, dan

memotivasi guru dan staf agar melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya masing-masing

sesuai dengan standar operasional prosedur

yang telah ditetapkan

17. Kepala madrasah mampu mengkoordinasikan guru

dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan

rencana untuk mengapai visi, mengemban misi,

mengapai tujuan dan sasaran sekolah

18. Kepala madrasah mampu menerapkan manajemen

konflik

19. Kepala madrasah mampu melengkapi staf dengan

ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu

melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui

untuk kemajuan sekolahnya

20. Kepala madrasah memelihara, menjaga dan

memajukan organisasi (sekolah)

CONTROLLING

21 Kepala madrasah menetapkan alat ukur/standar

22. Kepala Madrasah melakukan monitoring, evaluasi,

dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjut.

23. Kepala madrasah mampu melakukan pengawasan

preventif dan korektif terhadap pelaksanaan

kegiatan sekolah

B. Supervisi Kepala Madrasah

No Keterangan Alternatif Pilihan

Pengembangan Kurikulum

1 Bimbingan kepala

madrasah kepada guru

dalam merumuskan

indikator pembelajaran

Sangat

tidak dipahami

Tidak

dipahami

dipahami Sangat

dipahami

2 Informasi buku-buku yang

dapat dijadikan rujukan

dalam kegiatan

pembelajaran oleh kepala

madrasah

Sangat

tidak relevan

Tidak

relevan

Relevan Sangat relevan

3 Bimbingan kepala

madrasah kepada guru

dalam membuat dan

menyusun silabus

Sangat

tidak dipahami

Tidak

dipahami

Dipahami Sangat

dipahami

4 Bimbingan kepala

madrasah kepada guru

dalam membuat dan

menyusun RPP

Sangat

tidak dipahami

Tidak

dipahami

Dipahami Sangat

dipahami

5 Penekanan kepada guru

tentang pentingnya

penguasaan ruang lingkup

materi pelajaran yang

terdapat dalam kurikulum

oleh kepala madrasah

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

6 Penekanan oleh kepala

madrasah supaya guru

menggunakan strategi dan

teknik tertentu dalam

kegiatan pembelajaran

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

7 Anjuran kepala madrasah

kepada guru untuk

menyesuaikan model

pembelajaran yang

digunakan dengan

kebutuhan pembelajaran

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

8 Kebebasan yang diberikan

kepala madrasah kepada

guru untuk menggunakan

dan mengembangkan

pembelajaran mereka

sendiri dikelas

Sangat

tidak

dimanfaatkan

Tidak

dimanfaat

kan

Dimanfaa

t kan

Sangat

dimanfaat

kan

9 Bimbingan kepala

madrasah kepada guru

Sangat

menyulit kan

Menyulit

kan

Memudah

kan

Sangat

memudahka

dalam memahami dan

mengaplikasikan

keterampilan dasar

mengajar

n

10 Anjuran kepala madrasah

kepada guru untuk

menggunakan semua

sumber belajar yanga da

di madrasah

Sangat

diabaikan

Tidak

diindahkan

Diindahk

an

Sangat

diindahkan

11 Diskusi kepala madrasah

dengan guru tentang cara

memberikan penilaian

yang dikuasai oleh guru

Sangat tidak

dimanfaat kan

Tidak

dimanfaat

kan

Dimanfaa

t kan

Sangat

dimanfaat

kan

12 Teguran oleh kepala

madrasah kepada guru

yang tidak memeriksa

hasil ulangan peserta

didik.

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

OBSERVASI

13 Penyusunan program

observasi kegiatan

pembelajaran

Sangat tidak

tepat

Tidak tepat Tepat Sangat tepat

14 Pelibatan guru dalam

menentukan masalah

masalah pembelajaran

bersama kepala madrasah

Diabaikan Tidak

direspon

Direspon Sangat

direspon

15 Permintaan bantuan oleh

kepala madrasah kepada

guru dalam merumuskan

tujuan khusus observasi

pembelajaran

Diabaikan Tidak

direspon

Direspon Sangat

direspon

16 Permintaan persetujuan

kepala madrasah dari guru

dalam merencankan

strategi observasi

Diabaikan Tidak

direspon

Direspon Sangat

direspon

17 Permintaan kepala

madrasah kepada guru

untuk menyempurnakan

rencana observasi

pembelajaran

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

18 Kepala madrasah

berpedoman kepada

aspek-aspek pembelajaran

yang diusulkan guru untuk

merumuskan tujuan

khusus observasi

Sangat tidak

konsisten

Tidak

konsisten

Konsisten Sangat

konsisten

19 Bentuk perilaku guru

sebagai pedoman dalam

merumuskan tujuan

khusus observasi

pembelajaran oleh kepala

Sangat

tidak relevan

Tidak

relevan

Relevan Sangat relevan

madrasah

20 Permintaan kepala

madrasah kepada guru

untuk menyusun RPP

setelah menyepakati

tujuan observasi

pembelajaran

Sangat

tidak

diperhatikan

Tidak

diperhatikan

Diperhatik

an

Sangat

diperhatikan

21 Permintaan bantuan oleh

kepala madrasah kepada

guru dalam menentukan

waktu observasi

Diabaikan Tidak

direspon

Direspon Sangat

direspon

22 Pelaksanaan observasi

kelas dari waktu ke waktu

oleh kepala madrasah

Sangat tidak

baik

Tidak baik Baik Sangat baik

23 Pengumuman nama-nama

guru yang akan

disupervisi observasi oleh

kepala madrasah

Membuaut rasa

takut

Membuat

rasa was-

was

Ditangga

po biasa

saja

Ditanggapi

serius

24 Kehadiran kepala

madrasah di dalam kelas

pada saat melakukan

observasi

Sangat

mengganggu

Menggangg

u

Membant

u

Sangat

membantu

25 Observasi kelas yang

dilakukan kepala

madrasah pada saat

kegiatan pembelajaran

Membuat

gaduh

Membuat

tercekam

Membuat

khidmat

Membuat

hening

26 Pada saat melakukan

observasi kepala madrasah

berpedoman kepada

SI SKL Silabus Rpp

27 Catatan aktivitas guru

pada saat pembelajaran

oleh kepala madrasah

Sangat tidak

lengkap

Tidak

lengkap

Lengkap Sangat

lengkap

28 Kepala madrasah

mencatat bentuk perilaku

guru yang berpotensi

menggangu pencapaian

tujuan pembelajaran

Sangat tidak

lengkap

Tidak

lengkap

Lengkap Sangat

lengkap

29 Kepala madrasah

memastikan tujuan

pembelajaran pada saat

observasi

Sangat tidak

tercapai

Tidak

tercapai

Tercapai Sangat

tercapai

30 Kepala madrasah

mencatat aktivitas siswa

pada saat guru membuka,

menyampaikan dan

menutup pembelajaran

Sangat tidak

lengkap

Tidak

lengkap

Lengkap Sangat

lengkap

31 Kepala madrasah

memastikan tujuan

pembelajaran yang hendak

dicapai peserta didik

Sangat tidak

dikuasai

Tidak

dikuasai

Dikuasai Sangat

dikuasai

32 Kepala madrasah Salah satu Beberapa Seluruh Rincian

mengelompokkan data

hasil observasi

berdasarkan aspek

pengajaran

aspek

pengajaran

aspek

pengajaran

aspek

pengajara

n

setiap aspek

pengajaran

33 Kepala madrasah

menghimpun data hasil

observasi sebagai bank

data

Keberhasilan

pengajran

Masalah

kepala

madrasah

Masalah

pribadi

guru

Permasalaha

n pengajaan

34 Catatan kepala madrasah

mengenai kelebihan dan

kekurangan guru ketika

melakukan observasi

Sangat tidak

lengkap

Tidak

lengkap

Lengkap Sangat

lengkap

35 Pemberian kesempatan

menganalisis data

observasi pembelajaran

oleh kepala madrasah

kepada guru

Sangat sempit Sempit Luas sangat luas

Pengembangan Profesional

Guru

36 Informasi dari kepala

madrasah kepada guru

berupa hasil diklat,

workshop, penataran

seminar dan konvensi

pendidikan

Sangat tidak

bermanfaat

Tidak

bermanfaat

Bermanfa

at

Sangat

bermanfaat

37 Program pengembangan

guru yang dibuat kepala

madrasah

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

38 Upaya menumbuhkan

keyakinan pada guru oleh

kepala madrasah

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

39 Demonstarsi pembelajaran

oleh kepala madrasah

kepada guru di dalam

kelas

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

40 Kepala madrsah

menunjukkan cara

menggunakan bahan dan

strategi pembelajaran

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

Mengemb

ang

kan

profesion

Meningkatkan

profesionalis

me

sme alisme

41 Kepala madrasah

memberikan panduan dan

penerangan mengenai

tugas pembelajaran di

sekolah kepada guru baru

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

42 Kepala madrasah meminta

laporan setiap guru yang

mengikuti pembinaan

profesional guru tentang

pembelajaran

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

43 Saran kepala madrasah

kepada guru dalam

mengambil inisiatif

menjalankan penilaian

atas pengajaran sendiri

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

44 Guru yang dikirim kepala

madrasah mengikuti

pembinaan profesional

guru yang dilaksanakan

oelh Kantor Wilayah

Departemen Agama

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

45 Saran kepala madrasah

agar guru guru

mengadakan diskusi

tentang profesi keguruan

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

46 Kepala madrasah

memberikan informasi

dan penekanan tentang

kebaikan disiplin dalam

pembelajaran

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

47 Kepala madrasah

memberikan pengarahan

startegi mengatasi

perilaku menyimpang

peserta didik di dalam

kelas

Sangat tidak

meningkatkan

profesionalisme

Tidak

meningkatk

an

profesionali

sme

Mengemb

ang

kan

profesion

alisme

Meningkatkan

profesionalis

me

48 Kepala madrasah Sangat tidak Tidak Diindahk Sangat

menekankan kepada guru

supaya berperilaku baik

dan adil di dalam kelas.

diindahkan diindahkan an diindahkan

No Indikator

Skor

Tidak ada

bukti (tidak

terpenuhi)

Terpenuhi

Sebagian

Seluruhnya

terpenuhi

I. Pedagogik

A Mengenal karakteristik peserta didik

1 Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.

2 Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3 Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta

didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.

4 Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar

perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

5 Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.

6 Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas

pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok,

minder, dsb).

B.Menguasai teori belajar dan prinsip•-prinsip pembelajaran yang mendidik.

1 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia

dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

2 Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu

dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.

3 Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang

sesuaimaupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.

C. Instrumen Kinerja Guru

4 Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik.

5 Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan

memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.

6 Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang

diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

c. Pengembangan kurikulum

1 Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.

2 Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi

ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.

3 Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran.

4 Guru memilih materi pembelajaran yang: a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat dan

mutakhir, c) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, d) dapat

dilaksanakan di kelas dan e) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

D. Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik

1

Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara

lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang

tujuannya.

2 Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta

didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan.

3 Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan

tingkat kemampuan belajar peserta didik.

4

Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran,

bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu

peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan

penjelasan tentang jawaban yg benar.

5 Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan

konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.

6

Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan

perhatian peserta didik.

7 Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri

agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif.

8 Guru mampu menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas.

9 Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan

berinteraksi dengan peserta didik lain.

10 Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar

peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman

peserta didik terhadap materi sebelumnya.

11 Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan

motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

E. Memahami dan mengembangkan potensi

1 Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik

untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.

2 Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing- masing.

3 Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan

kemampuan berfikir kritis peserta didik.

4 Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian

kepada setiap individu.

5 Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar

masing masing peserta didik.

6 Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-

masing.

7 Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk

memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.

F. Komunikasi dengan Peserta Didik

1

Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta

didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab

dengan ide dan pengetahuan mereka.

2

Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik,

tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi

pertanyaan/tanggapan tersebut.

3 Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan

pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

4 Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik

antarpeserta didik.

5 Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang

benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

6 Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan

relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

G. Penilaian dan Evaluasi

1 Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi

tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

2

Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal

yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik,

tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

3

Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit

sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing- masing peserta didik untuk keperluan remedial

dan pengayaan.

4

Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan

pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran,

rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

5 Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan

dilakukan selanjutnya.

II. Kepribadian

A. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

1 Guru menghargai dan mempromosikan prinsip‐prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi dan etika

bagi semua warga Indonesia.

2 Guru mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan dengan teman sejawat tanpa

memperhatikan perbedaan yang ada (misalnya: suku, agama, dan gender).

3 Guru saling menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai dengan kondisi dan keberadaan

masing‐masing.

4 Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.

5 Guru mempunyai pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa Indonesia (misalnya: budaya,

suku, agama).

B.Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

1 Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan berbuat terhadap semua peserta

didik, orang tua, dan teman sejawat.

2 Guru mau membagi pengalamannya dengan kolega, termasuk mengundang mereka untuk

mengobservasi cara mengajarnya dan memberikan masukan.

3

Guru mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru dihormati oleh peserta didik,

sehingga semua peserta didik selalu memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran.

4 Guru bersikap dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik dan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

5 Guru berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah.

C. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

1 Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu.

2 Jika guru harus meninggalkan kelas, guru mengaktifkan siswa dengan melakukan hal-hal produktif

terkait dengan mata pelajaran, dan meminta guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas.

3 Guru memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar

berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah.

4 Guru meminta ijin dan memberitahu lebih awal, dengan memberikan alasan dan bukti yang sah jika

tidak menghadiri kegiatan yang telah direncanakan, termasuk proses pembelajaran di kelas.

5 Guru menyelesaikan semua tugas administratif dan non pembelajaran dengan tepat waktu sesuai

standar yang ditetapkan.

6 Guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait dengan

tugasnya.

7 Guru memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan mempunyai prestasi yang

berdampak positif terhadap nama baik sekolah.

8 Guru merasa bangga dengan profesinya sebagai guru.

III. Sosial

A.Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif.

1 Guru memperlakukan semua peserta didik secara adil, memberikan perhatian dan bantuan sesuai

kebutuhan masing‐masing, tanpa memperdulikan faktor personal.

2 Guru menjaga hubungan baik dan peduli dengan teman sejawat (bersifat inklusif), serta

berkontribusi positif terhadap semua diskusi formal dan informal terkait dengan pekerjaannya.

3

Guru sering berinteraksi dengan peserta didik dan tidak membatasi perhatiannya hanya pada

kelompok tertentu (misalnya: peserta didik yang pandai, kaya, berasal dari daerah yang sama

dengan guru).

B. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua

peserta didik, dan masyarakat.

1

Guru menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang

tuanya, baik dalam pertemuan formal maupun tidak formal antara guru dan orang tua, teman

sejawat, dan dapat menunjukkan buktinya.

2 Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah

dan masyarakat dan dapat memberikan bukti keikutsertaannya.

3 Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi dengan masyarakat

sekitar, serta berperan dalam kegiatan sosial di masyarakat.

III. Profesional

A. Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu.

1

Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang

diampunya, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.

2 Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran.

3 Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang

tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi pembelajaran.

B.Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

1 Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh

pengalaman diri sendiri.

2 Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat atau hasil penilaian

proses pembelajaran sebagai bukti yang menggambarkan kinerjanya.

3

Guru memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk mengembangkan perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dalam program Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB).

4 Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian

pembelajaran dan tindak lanjutnya.

5 Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti kegiatan ilmiah

(misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam melaksanakan PKB.

6 Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan PKB.

DOKUMENTASI PHOTO PENELITIAN

PROFIL PENULIS

Penulis di lahirkan di Tanjung Jati,

Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan,

pada tanggal 11 Agustus 1995 dengan

nama lengkap Ades Marsela. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara, Putri dari pasangan Bapak

Marhan dan Ibu Surdiah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SD Negeri Tajung Jati di selesaikan pada tahun 2006

2. SMP Negeri 5 Muara Enim diselesaikan pada tahun 2009

3. SMK Negeri 1 Muara Enim diselesaikan pada tahun 2012

4. S1 Universitas Lampung, program studi Pendidikan Ekonomi

diselesaikan pada tahun 2016

5. S2 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi

Manajemen Pendidikan Islam diselesaikan pada tahun 2018

Pada tahun 2016 penulis juga merupakan salah satu mahasiswa Sekolah

Guru Indonesia-Dompet Dhuafa University (SGI-DDU). Ketika di SGI

aktivitas penulis adalah sebagai guru, trainer pendidikan, pendamping

sekolah, tim teaching, dan penulis juga merupakan founder dari Researchers

Teacher Community.