analisis implementasi ohsas 18001:2007 pada pt. x di … · 2012-07-16 · x di jawa barat dalam...
TRANSCRIPT
ANALISIS IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 PADA PT. X
DI BANDUNG, JAWA BARAT (STUDI KASUS BAGIAN
ENVIRONMENT & SAFETY DALAM PENANGANAN
TERHADAP KONTRAKTOR)
Oleh
AULIA MIFTAH
H24097016
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ANALISIS IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 PADA PT. X
DI BANDUNG, JAWA BARAT (STUDI KASUS BAGIAN
ENVIRONMENT & SAFETY DALAM PENANGANAN
TERHADAP KONTRAKTOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
AULIA MIFTAH
H24097016
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Analisis Implementasi OHSAS 18001:2007 pada PT. X di Bandung, Jawa Barat (Studi Kasus Bagian Environment and Safety dalam Penanganan Terhadap Kontraktor)
Nama : Aulia Miftah
NIM : H24097016
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA
NIP 195506261980031002
Mengetahui: Ketua Departemen
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RINGKASAN
AULIA MIFTAH. H24097016. Analisis Implementasi OHSAS 18001:2007 pada PT. X di Bandung, Jawa Barat (Studi Kasus Bagian Environment & Safety dalam Penanganan Terhadap Kontraktor). Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS.
Sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi vaksin dan antisera di Indonesia, PT. X sadar akan pentingnya standar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaannya. Perusahaan tersebut kini telah mendapatkan sertifikat occupational health and safety assessment series (OHSAS) 18001:2007 sejak tahun 2006.
Penelitian ini bertujuan : (1) Menganalisis implementasi setiap klausul-klausul dari OHSAS 18001:2007 pada PT. X secara garis besar, (2) Menganalisis implementasi operasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor dan (4) Menganalisis alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif berupa implementasi OHSAS 18001:2007 dan identifikasi masalah, sedangkan data kuantitatifnya berupa nilai prioritas dari tiap-tiap masalah, aktor, tujuan dan alternatif yang telah ditentukan. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan pengisian kuesioner oleh informan, sedangkan data sekunder berasal dari bahan pustaka, artikel, jurnal, data internal perusahaan dan hasil penelitian terdahulu. Informan dipilih melalui judgement sampling, yaitu beberapa pihak yang bertanggung jawab, memahami pelaksanaan dan permasalahan implementasi OHSAS 18001:2007 pada penanganan kontraktor PT. X. Pengolahan data menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil pengolahan data pada level dua (kriteria masalah) menunjukkan berturut-turut sumber daya, tanggungjawab dan wewenang (0,349), dokumentasi (0,262), komunikasi (0,205) dan kompetensi, pelatihan dan kepedulian (0,184). Hasil pengolahan pada level tiga menunjukkan peranan aktor yang bertanggungjawab pada kriteria permasalahan, yaitu Operational Management (0,394), Middle Management (0,365) dan Top Management (0,241). Hasil pengolahan data pada level empat (tujuan), yaitu karyawan kompeten (0,226), kontraktor taat pada peraturan (0,218), beban tanggungjawab yang sesuai (0,194), infrastruktur yang baik dan tetap (0,186) dan dokumentasi yang baik (0,176). Hasil pengolahan pada level 5 (alternatif) berturut-turut ialah penambahan SDM yang berkompeten (0,456), pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar (0,251), Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap (0,170) dan penyempurnaan sistem reward and punishment (0,123).
iii
RIWAYAT HIDUP
Aulia Miftah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Maret 1988. penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Achmad
Koesyadi dan Ibu Tri Iriani.
Penulis memulai pendidikannya ketika berusia 5 tahun di Taman Kanak-
kanak (TK) Cresscendo. Kemudian dilanjutkan ke bangku Sekolah Dasar (SD)
Madrasah Pembangunan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Setelah itu melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Negeri 85 Jakarta dan tahun 2003 masuk Sekolah menengah Atas (SMA) Negeri
6 Jakarta Selatan.
Penulis diterima di Direktorat Program Diploma (D3) Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada Program Keahlian Komunikasi dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya meneruskan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen IPB. Selama menjadi Mahasiswi Manajemen, penulis sempat menjadi
Asisten Dosen pada mata kuliah Periklanan dan Percetakan Program Keahlian
Komunikasi Diploma IPB selama satu tahun. Selain itu, penulis juga pernah
melaksanakan PKL mandiri selama satu bulan sebagai reporter di Radio Bahana
Jakarta untuk menambah pengalaman dan Bank Mandiri Syariah selama dua
bulan untuk menyusun tugas akhir ketika masih menjadi Mahasiswi D3 IPB.
Penulis juga sempat bergabung dalam berbagai organisasi seperti ROHIS,
kepanitiaan seminar kampus, serta menjadi salah satu pendiri sekaligus anggota
dari Teater Jendela D3 IPB.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat
dan hidayah-Nya karya ilmiah ini akhirnya dapat diselesaikan sesuai dengan
harapan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di Kota Bandung, Jawa Barat
untuk menganalisis implementasi OHSAS 18001:2007 di PT. X, karena adanya
rasa ingin tahu dan mendalami mengenai sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) yang berlaku di dalamnya.
Skripsi berjudul Analisis Implementasi OHSAS 18001:2007 pada PT. X di
Jawa Barat (Studi Kasus Bagian Environment & Safety dalam Penanganan
Terhadap Kontraktor) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di bidang studi Manajemen pada Program Sarjana Alih
Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada
kita semua. Kritik dan saran yang membangun tentunya diharapkan oleh penulis,
sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bogor, Mei 2012
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, maka, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah
SWT dan menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. Dipl.Ing, DEA sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan
dengan penuh kesabaran.
2. Dosen penguji Bapak Ir. Abdul Basith, MS. dan Bapak Nurhadi Wijaya, STP,
MM. atas kesediaannya menguji dan memberikan saran, serta masukan
kepada penulis.
3. Pimpinan serta seluruh karyawan PT. X.
4. Ketua Tim P2K3 sekaligus pembimbing saya ketika melakukan penelitian di
PT. X, Dr. Mahsun Muhammadi. Kasi Environment and Safety Bapak Sukma
dan Pelaksana (Bapak Yusuf, Bapak Azril, Bapak Budiyana). Kepala Seksi
Poliklinik dr. Erwin, Ibu Restu dan staff, terima kasih atas waktu dan
bimbingannya.
5. Bapak dan Ibu yang selalu berdoa dan memberikan kasih sayangnya. Terima
kasih atas dukungan moril maupun materiilnya. Semoga Allah membalas
dengan keindahan dunia dan akhirat kelak. Aamiin Allahuma aamiin.
6. Mas Rummy, Mba Tika, Mba Ira dan de’ Hisyam, kakak dan adikku yang
tersayang.
7. Semua teman-teman seperjuangan angkatan tujuh, terutama dari D3
Komunikasi (Ipit, Kiki, Ratih, Dinda, Nene’, Tika, Dewi, Trisna) atas
kekompakan dan kebersamaan perjuangannya. Sahabat sekaligus adik kelas
di eksman, Mita, terima kasih atas bantuannya selama ini.
8. Teman-teman satu bimbingan (Dini, Nale, Daniar, Hendra, Erwin dan Putra)
finally we did it!!
9. Teman-teman ex M-17, semoga ukhuwah kita selalu terjalin dengan indah.
10. Teman-teman lama maupun baru yang ada di Bandung. Semoga tali
silaturahmi kita semua selalu terjalin dengan baik.
vi
11. Staff Program Sarjana Alih Jenis Manajemen FEM IPB, yang telah banyak
membantu dalam kepengurusan akademik.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dan penulisan skripsi
ini.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (K3 Umum) ........... 5 2.2. Sistem Manejemen K3 OHSAS 18001:2007 ............................ 5 2.2.1 Proses SMK3 OHSAS 18001:2007 ................................. 6 2.2.2 Unsur Implementasi OHSAS 18001:2007 ....................... 7 2.2.3 Lingkup SMK3 OHSAS 18001:2007 .............................. 8 2.2.4 Langkah-langkah Penerapan SMK3 OHSAS 18001:2007 9 2.2.5 Manfaat Penerapan SMK3 OHSAS 18001:2007 ............. 27 2.3. Kontraktor ................................................................................. 28 2.4. Proses Hirarki Analitik ............................................................. 29 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 30
III METODE PENELITIAN ................................................................ 31
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ 31 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 33 3.3. Pengumpulan Data ................................................................... 33 3.4. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 33
IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 40
4.1. Profil Perusahaan ....................................................................... 40 4.2. Penerapan OHSAS 18001:2007 pada PT. X ............................. 40
4.3. Klausul-Klausul OHSAS 18001:2007 pada PT. X .................... 43 4.4. Bagian Environment and Safety ................................................ 65
4.4.1 Penanganan Kontraktor oleh Bagian Environment and Safety PT. X di Bandung .......................................... 66
viii
4.4.2 Penerapan Operasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Bandung dalam Penanganan Terhadap Kontraktor ................................... 70
4.5. Permasalahan dalam Implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Bandung dalam Penanganan Terhadap Kontraktor ................................. 80 4.5.1 Faktor .............................................................................. 80 4.5.2 Aktor .............................................................................. 82 4.5.3 Tujuan ............................................................................. 83 4.5.4 Alternatif ......................................................................... 84
4.6. Struktur Hirarki ........................................................................ 86 4.7. Analisa Perhitungan pada Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif ............................................................................ 87
4.7.1 Pengolahan Data Secara Horisontal .............................. 87 4.7.2 Pengolahan Data Secara Vertikal .................................. 94 4.8. Implikasi Manajerial ................................................................. 97 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 100
1. Kesimpulan ............................................................................... 100 2. Saran ......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 102
LAMPIRAN ............................................................................................. 103
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Data kasus kecelakaan dan kompensasi pada tahun 2002-2010 ......... 1 2. Pokok-pokok persyaratan OHSAS 18001:2007 ................................... 9 3. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty .. 35 4. Matriks Perbandingan Kriteria ............................................................ 36 5. Nilai RI ................................................................................................ 38 6. Data kasus kecelakaan kerja pada PT. X tahun 2006-2011 ................ 41 7. Bobot dan susunan Prioritas faktor kriteria masalah implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ......................................................... 88 8. Bobot dan susunan prioritas aktor implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ............................................................................................ 90 9. Bobot dan susunan prioritas tujuan implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ............................................................................................ 92 10. Bobot dan susunan prioritas alternatif implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ............................................................................. 93 11. Bobot dan susunan prioritas aktor implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ............................................................................................ 95 12. Bobot dan susunan prioritas tujuan yang berkepentingan dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ............................. 96 13. Bobot dan susunan prioritas alternatif dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor ......................................................... 97
x
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Siklus manajemen ................................................................................ 6 2. Unsur implementasi dari sistem manajemen K3 menurut OHSAS 18001:2007 ........................................................................................... 8 3. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................ 32 4. Struktur organisasi K3 pada PT. X ...................................................... 46 5. Siklus kontraktor .................................................................................. 66
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. X ............................. 104 2. Kuesioner penelitian ............................................................................. 105 3. IAP pada Bagian Environment and Safety ............................................ 117 4. Program pada Bagian Environment and Safety ..................................... 120 5. Struktur hirarki AHP ............................................................................. 122 6. Perhitungan AHP antar faktor .............................................................. 123 7. Sumber daya, tanggung jawab dan wewenang terhadap aktor ............. 124 8. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian terhadap aktor ......................... 125 9. Komunikasi terhadap aktor ................................................................... 126 10. Pengendalian dokumen terhadap aktor ................................................. 127 11. Top Management terhadap tujuan ........................................................ 128 12. Middle Management terhadap tujuan ................................................... 130 13. Operational Management terhadap tujuan ........................................... 132 14. Tujuan beban tanggungjawab yang sesuai terhadap alternatif .............. 134 15. Tujuan kontraktor taat peraturan sesuai terhadap alternatif .................. 135 16. Tujuan karyawan yang berkompeten yang sesuai terhadap alternatif .. 136 17. Tujuan dokumentasi yang baik yang sesuai terhadap alternatif ............ 138 18. Hasil perhitungan data secara horisontal .............................................. 140 19. Perhitungan data secara vertikal ............................................................ 141 20. Diagram hasil perhitungan AHP dengan Expert Choice ....................... 142 21. Perbedaan SMK3 OHSAS 18001:2007 dengan SMK3 (Permenaker nomor 5 tahun 1996) ............................................................................. 143
�
1�
I. PE�DAHULUA�
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha baik di kawasan nasional maupun
internasional semakin meningkat. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat
bersaing dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya masing-masing.
Selain modal dan sumber daya alam (SDA) yang memadai, hal tersebut
tentunya membutuhkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang sehat,
produktif, sejahtera, berdaya saing kuat dan selamat, dengan demikian
produksi dari perusahaan dapat berjalan dan berkembang lancar
berkesinambungan. Untuk mendapatkan SDM tersebut perlu adanya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) termasuk masalah
dunia, dimanapun dan apapun pekerjaannya selalu ada risiko baik terkena
penyakit akibat kerja (PAK) maupun terjadinya kecelakaan dalam kerja.
Dalam dunia usaha dan kerja, pelaksanaan K3 masih sangat
memprihatinkan. Sebagian besar yang melaksanakan hal tersebut adalah
perusahaan multinasional atau perusahaan besar yang bersaing dalam dunia
internasional, selebihnya masih dipertanyakan.
Tabel 1. Data kasus kecelakaan dan kompensasi pada tahun 2002-2009
Tahun
Kasus
Kecelakaan
(per kasus)
Kasus Fatal
Cacat
Permanen
(per jiwa)
Kompensasi
(Rupiah)
2002 103.804 1.903 10.345 158.045.163.678
2003 105.846 1.748 10.395 190.607.146.307
2004 95.418 1.736 9.106 192.461.450.125
2005 99.023 2.045 8.503 219.231.917.907
2006 90.071 1.597 7.566 196.483.059.029
2007 83.714 1.883 6.449 219.785.223.864
2008 93.823 2.124 6.609 296.405.728.047
2009 96.697 3.015 12.252 328.510.754.184
Sumber : Kurniawidjaja, 2010
Pada Tabel 1 terlihat bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia
masih dinilai tinggi. Data Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
menunjukkan pada tahun 2010 tercatat 98.711 kasus, jumlah ini meningkat
�
2�
dari tahun 2009 yang tercatat 96.697 kasus. Dari angka tersebut, 2.191
tenaga kerja meninggal dunia dan menimbulkan cacat permanen sejumlah
6.667 orang. Jumlah klaim yang harus dibayarkan untuk kasus-kasus
tersebut mencapai Rp401.237.441.579 (Resti, 2011). Tingginya angka
kecelakaan kerja, antara lain dapat disebabkan tingkat kesadaran pengusaha
dan pekerja terhadap pentingnya K3 masih rendah. Jika hal ini terus
dibiarkan maka akan menimbulkan kerugian yang cukup besar baik bagi
karyawan maupun perusahaan itu sendiri.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, pasal 27
ayat 2 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan dalam Amandemennya di
pasal 28 h dinyatakan bahwa “Setiap orang (termasuk pekerja) berhak atas
pelayanan kesehatan”. Selanjutnya dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”.
Dengan adanya hal tersebut dapat dilihat bahwa sebenarnya pemerintah
mendukung adanya kebijakan K3 tersebut.
Seperti yang telah diketahui bahwa penerapan sistem manajemen K3
itu mutlak dilakukan. Dalam lingkup nasional dapat memenuhi sistem
manajemen K3 yang telah ditetapkan Kemenaker. Namun untuk perusahaan
yang ingin atau telah bergerak secara global tentunya memerlukan
pengakuan atas kinerja K3 nya secara internasional. Hal tersebut dapat
diperoleh melalui sertifikasi Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) 18001 yang telah disepakati sebagai standar global untuk
menilai kinerja K3.
Sebagai salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi
vaksin dan antisera di Indonesia, PT. X sadar akan pentingnya standar
manajemen K3 dalam perusahaannya. Perusahaan yang telah berdiri sejak
zaman pemerintahan Hindia Belanda tersebut pada tahun 2006 telah
mendapatkan sertifikat OHSAS 18001:2007 untuk pengelolaan K3 dari
Lembaga Sertifikasi Lloyd's Register Quality Assurance Ltd, Singapura. Hal
�
3�
ini tentunya juga memiliki peran dalam menyukseskan produksi vaksinnya
yang di pasarkan tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara
internasional.
Dalam pelaksanaannya perusahaan harus memenuhi segala yang
telah disyaratkan oleh OHSAS itu sendiri di seluruh bagian perusahaannya,
termasuk implementasi berkaitan dalam penanganan K3 terhadap kontraktor.
Kontraktor merupakan pihak eksternal yang tentunya memiliki kebudayaan
K3 yang berbeda dengan perusahaan. Untuk itu perlu diketahui
implementasinya di lapangan. Apabila ada masalah tentu harus segera dicari
penyelesaiannya, agar sistem manajemen K3 terlaksana dengan baik.
1.2. Perumusaan Masalah
Standar sistem manajemen K3 internasional OHSAS 18001 : 2007
menjadi nilai tambah bagi PT. X untuk diakui sebagai produsen vaksin dan
antisera bertaraf internasional. Sertifikat tersebut menunjukkan bagaimana
PT. X sangat mementingkan dan memperhatikan K3 para karyawan
termasuk kontraktor. Untuk kontraktor tentunya pihak perusahaan wajib
mengelola dengan baik, agar pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan
aman, tidak membahayakan operasi perusahaan, aset pekerja termasuk
pekerja kontraktor itu sendiri. Namun dalam pelaksanaanya perlu diketahui
ada tidaknya kendala atau permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana PT. X mengimplementasikan setiap klausul-klausul dari
OHSAS 18001:2007 secara garis besar ?
2. Bagaimana implementasi operasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan
terhadap kontraktor ?
3. Faktor-faktor apakah yang menjadi permasalahan dalam implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di
Bandung dalam penanganan terhadap kontraktor ?
4. Alternatif apakah yang dapat menjadi pemecahan masalah yang
dihadapi Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam
�
4�
penanganan terhadap kontraktor saat ini dalam menerapkan OHSAS
18001:2007 ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis implementasi setiap klausul-klausul dari OHSAS
18001:2007 pada PT. X di Bandung, Jawa Barat secara garis besar.
2. Menganalisis implementasi operasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety PT. X di Bandung, Jawa Barat dalam
penanganan terhadap kontraktor.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety PT. X di Bandung, Jawa Barat dalam penanganan terhadap
kontraktor.
4. Menganalisis alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kantor PT. X yang berada di Jawa
Barat, terutama pada Bagian Environment and Safety dalam menangani
kontraktor dengan kategori risiko umum 2 (dua).
�
5�
II. TI�JAUA� PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (K3 Umum)
Dalam UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa definisi dari kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Mangkunegara (2001), K3 adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Definisi
K3 menurut OHSAS 18001:2007 dalam terms and definitions yaitu kondisi-
kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak pada
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja
kontrak dan personil kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).
Dalam menerapkan K3, sebuah perusahaan memerlukan sistem
manajemen K3 (SMK3). Implementasi dari SMK3 di Indonesia dapat
disesuaikan dengan SMK3 dari Permenaker nomor 5 tahun 1996, atau
OHSAS 18001:2007. Dalam hal ini yang dibahas adalah SMK3 dari
OHSAS 18001:2007 yang telah dilaksanakan oleh PT. X di Bandung, Jawa
Barat.
2.2. Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007
Beragamnya SMK3 yang dikembangkan berbagai lembaga atau
institusi, mendorong timbulnya keinginan menetapkan suatu standar yang
dapat digunakan secara global. Dengan demikian, penerapan K3 dalam
organisai dapat diukur satu dengan lainnya dengan menggunakan tolak ukur
yang sama. OHSAS Project Group, konsorsium 43 organisasi dari 28
negara.
Tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan sistem penilaian
(assessment) yang dinamakan OHSAS (Occupational health and safety
assessment series) 18000 atas dua (2) bagian, yaitu :
�
6�
a. OHSAS 18001 : Memuat spesifikasi SMK3.
b. OHSAS 18002 : Pedoman implementasi.
OHSAS 18001:2007 adalah standar SMK3. Standar ini diterbitkan
pada Juli 2007, menggantikan edisi sebelumnya, OHSAS 18001:1999.
OHSAS 18001 memberikan kerangka dasar dalam mengatur aktifitas-
aktifitas organisasi dengan mempertimbangkan aspek-aspek keselamatan
dan kesehatan pekerja.
2.2.1 Proses SMK3 OHSAS 18001:2007
Proses SMK3 OHSAS 18001:2007 menggunakan
pendekatan PDCA (plan-do-check-action), yaitu mulai dari
perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan.
Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus menerus secara
berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung (Ramli,
2010).
Gambar 1. Siklus manajemen (Ramli, 2010)
PDCA secara singkat dapat diuraikan berikut :
a. Rencanakan (Plan) : Menetapkan tujuan dan proses yang
diperlukan untuk menyerahkan hasil sesuai dengan kebijakan
organisasi K3.
b. Laksanakan (Do) : Menerapkan prosesnya.
Plan
Do
Check
Action
�
7�
c. Periksa (Check) : Memantau dan mengukur proses terhadap
kebijakan, tujuan, peraturan dan persyaratan lainnya, kemudian
laporkan hasilnya.
d. Tindaklanjuti (Act) : Melakukan tindakan untuk perbaikan
berkelanjutan dari kinerja K3.
2.2.2 Unsur implementasi OHSAS 18001:2007
Unsur implementasi dari SMK3 menurut OHSAS 18001
adalah :
1. Kebijakan K3.
2. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan
pengendaliannya.
3. Persyaratan hukum dan lainnya.
4. Obyektif K3 dan program K3.
5. Sumber daya, peran, tanggungjawab, akuntabilitas dan
wewenang.
6. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian.
7. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi.
8. Pendokumentasian.
9. Pengendalian dokumen.
10. Pengendalian operasi.
11. Tanggap darurat.
12. Pengukuran kinerja dan pemantauan.
13. Evaluasi kesesuaian.
14. Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan
langkah pencegahan.
15. Pengendalian rekaman.
16. Internal audit.
17. Tinjauan manajemen.
Sebagai suatu kesisteman, semua unsur tersebut saling terkait
dan berhubungan, sehingga harus dijalankan secara terpadu, agar
kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai (Gambar 2).
�
8�
SIKLUS OHSAS 18001
Gambar 2. Unsur implementasi dari sistem manajemen K3 menurut
OHSAS 18001 (Ramli, 2010)
2.2.3 Lingkup SMK3 OHSAS 18001:2007
OHSAS 18001 tidak mensyaratkan bagaimana lingkup
penerapan K3. Hal itu tergantung kondisi dan kebijakan masing-
masing organisasi. Lingkup SMK3 harus ditetapkan oleh manajemen
sebagai acuan bagi semua pihak terkait. Ramli (2010) menjelaskan
bahwa lingkup penerapan SMK3 berbeda antara suatu organisasi
dengan lainnya yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Ukuran organisasi.
2. Lokasi kegiatan.
3. Kondisi budaya organisasi.
4. Jenis aktivitas organisai.
5. Kewajiban hukum yang berlaku bagi organisasi.
6. Lingkup dan bentuk SMK3 yang telah dijalankan.
1. Kebijakan K3
Perencanaan
2. Identifikasi Bahaya dan
xxpengendalian
3. Persyaratan legal dan lainnya
4. Obyektif dan Program K3
Implementasi dan Operasi
5. Sumber daya, peran,
xxxtanggungjawab,
xxxtanggunggugat, dan
xxxwewenang
6. Kompetensi, pelatihan
xxxdan kepedulian
7. Komunikasi, partisipasi,
xx dan konsultasi.
8. Dokumentasi.
9. Pengendalian Dokumen.
10. Pengendalian Operasi.
11. Tanggap Darurat.
Pemeriksaan
12. Pengukuran kinerja dan
xxxpemantauan.
13. Evaluasi pemenuhan.
14. Penyelidikan insiden,
xxxketidaksesuaian, koreksi
xxxdan pencegahan.
15. Pengendalian rekaman.
16. Audit internal
17. Tinjauan Manajemen
Peningkatan berkelanjutan
�
9�
7. Kebijakan K3 organisasi.
8. Bentuk dan jenis risiko atau bahaya yang dihadapi.
2.2.4 Langkah-langkah Penerapan SMK3 OHSAS 18001: 2007
Dalam menerapkan SMK3 menurut pendekatan OHSAS
18001 memberikan persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam
masing-masing unsur (Ramli, 2010).
Tabel 2. Pokok-pokok Persyaratan OHSAS 18001
KLAUSUL PERSYARATA�
4.1. Persyaratan umum 1. Kembangkan SMK3 yang
memenuhi persyaratan
OHSAS18001.
2. Dokumentasikan SMK3 sesuai
dengan OHSAS 18001.
3. Implementasikan SMK3 sesuai
dengan OHSAS 18001.
4. Pelihara SMK3 sesuai OHSAS
18001.
5. Tingkatkan SMK3 sesuai dengan
OHSAS 18001.
4.2. Persyaratan
kebijakan
1. Tetapkan kebijakan K3 organisasi.
2. Dokumentasikan kebijakan K3.
3. Implementasikan kebijakan K3.
4. Pelihara kebijakan K3.
5. Komunikasikan kebijakan K3.
4.3. Perencanaan Persyaratan perencanaan.
4.3.1. Analisa bahaya K3
dan tentukan
pengendaliannya
1. Identifikasi bahaya dan evaluasi
risiko.
2. Kembangkan metodologi untuk
mengidentifikasi bahaya dan
penilaian risiko.
3. Tetapkan prosedur untuk
mengidentifikasi bahaya dan
pengendalian risiko.
4. Pelihara metode dan prosedur
identifikasi bahaya dan penilaian
risiko.
5. Kurangi risiko melalui pilihan
pengendalian.
6. Tetapkan prosedur untuk memilih
teknik pengendalian.
7. Implementasikan prosedur
pengendalian risiko.
8. Pelihara prosedur pengendalian
risiko.
�
10�
KLAUSUL PERSYARATA�
4.3.2. Persyaratan
perundangan dan
lainnya
1. Tetapkan prosedur untuk
mengidentifikasi dan mengakses
persyaratan legal dan lainnya yang
relevan dengan organisasi.
2. Pertimbangkan semua persyaratan
legal dan lainnya ketika
mengembangkan SMK3.
3. Pelihara semua persyaratan tersebut
selalu mutakhir.
4. Komunikasikan semua persyaratan
kepada pihak terkait.
4.3.3. Tetapkan obyektif
dan program
1. Tetapkan obyektif K3.
2. Tetapkan obyekif.
3. Implementasikan obyektif.
4. Kembangkan program untuk
mencapai obyektif.
5. Implementasikan program K3.
6. Pelihara program K3 untuk
mencapai obyektif.
4.4. Penerapan dan
operasi
Persyaratan Penerapan.
4.4.1. Menetapkan
tanggungjawab
dan akuntabilitas
1. Tetapkan tanggungjawab
manajemen puncak.
2. Pastikan agar manajemen
menunjukkan komitmennya.
3. Tunjuk anggota manajemen sebagai
Management Representative (MR)
untuk mengelola dan memantau
SMK3.
4. Pastikan bahwa semua individu
memiliki tanggungjawab K3.
4.4.2. Memastikan
kompetensi dan
penyediaan
pelatihan
1. Pastikan agar semua individu yang
melakukan kegiatan berbahaya
memiliki kompetensi.
2. Pelihara rekaman kompetensi
seluruh individu.
3. Identifikasi kebutuhan pelatihan K3.
4. Tetapkan metode dan prosedur
pelatihan.
5. Lakukan pelatihan untuk memenuhi
kebutuhan pelatihan.
6. Evaluasi efektivitas pelatihan.
7. Pelihara rekaman pelatihan dan
evaluasi hasilnya.
8. Tetapkan prosedur untuk membina
kepedulian tentang K3.
9. Implementasikan prosedur untuk
Lanjutan Tabel 2.
�
11�
KLAUSUL PERSYARATA�
membina kepedulian.
10. Pelihara prosedur untuk membina
kepedulian.
4.4.3. Komunikasi,
partisipasi dan
konsultasi
Gambaran komunikasi, partisipasi dan
konsultasi
4.4.3.1. Tetapkan
prosedur
komunikasi
1. Tetapkan prosedur untuk
komunikasi internal.
2. Kembangkan prosedur untuk
mengelola komunikasi internal.
3. Implementasikan prosedur
komunikasi internal.
4. Pelihara prosedur komunikasi
internal.
5. Tetapkan prosedur untuk kontraktor
dan pengunjung.
6. Kembangkan prosedur untuk
mengelola komunikasi dengan
pihak ketiga seperti kontraktor dan
pengunjung.
7. Implementasikan prosedur
komunikasi.
8. Pelihara prosedur komunikasi.
9. Tetapkan prosedur untuk
komunikasi eksternal.
10. Kembangkan prosedur untuk
mengelola komunikasi eksternal.
11. Implementasikan prosedur
komunikasi eksternal.
12. Pelihara prosedur komunikasi
eksternal.
4.4.3.2. Partisipasi dan
Konsultasi
1. Tetapkan prosedur partisipasi kerja.
2. Kembangkan prosedur untuk
mengelola keterlibatan pekerja.
3. Implementasikan prosedur.
4. Pelihara prosedur.
5. Konsultasi dengan pekerja tentang
isu-isu K3.
6. Konsultasi dengan kontraktor dan
pihak lainnya.
7. Kembangkan prosedur untuk
mengelola keterlibatan kontraktor.
8. Pelihara prosedur.
9. Konsultasi dengan kontraktor dan
pihak terkait tentang isu-isu K3.
4.4.4. Dokumentasikan
SMK3
1. Dokumentasikan kebijakan K3.
2. Dokumentasikan obyektif K3.
Lanjutan Tabel 2.
�
12�
KLAUSUL PERSYARATA�
3. Dokumentasikan lingkup SMK3.
4. Dokumentasikan seluruh unsur
SMK3.
5. Dokumentasikan seluruh
keterkaitan antara unsur SMK3.
4.4.6. Implementasikan
tindakan
pengendalian
operasi
1. Identifikasi semua operasi kegiatan
yang perlu dikendalikan bahayanya
dan mengurangi risiko.
2. Implementasikan pengendalian
untuk mengelola bahaya K3 dan
pengurangan risiko.
3. Implementasikan semua prosedur
yang didokumentasikan untuk
mengurangi risiko.
4. Pelihara prosedur operasi dan
pengendalian.
5. Pelihara kriteria operasi unutk
menekan risiko.
4.4.7. Tetapkan Proses
keadaan darurat
1. Persiapkan untuk situasi darurat
yang dapat timbul.
2. Tetapkan prosedur keadaan darurat.
3. Uji coba prosedur keadaan darurat.
4. Implementasikan prosedur keadaan
darurat.
5. Tinjau ulang prosedur keadaan
darurat.
6. Perbaiki prosedur keadaan darurat.
4.5. Pemeriksaan Persyaratan pemeriksaan.
4.5.1. Pantau dan ukur
kinerja SMK3
1. Tetapkan prosedur untuk memantau
dan mengukur kinerja SMK3.
2. Implementasikan prosedur
pemantauan dan pengukuran
kinerja.
3. Pelihara prosedur pemantauan dan
pengukuran kinerja.
4. Rekam hasil pematauan dan
pengukuran.
5. Tetapkan prosedur peralatan
pemantauan dan pengukuran.
6. Pelihara prosedur untuk peralatan
pemantauan dan pengukuran.
4.5.2. Evaluasi
pemenuhan
perundangan dan
persyaratan
lainnya.
Persyaratan evaluasi pemenuhan
perundangan dan persyaratan lainnya.
Lanjutan Tabel 2.
�
13�
KLAUSUL PERSYARATA�
4.5.2.1. Evaluasi
pemenuhan
persyaratan
perundangan
1. Tetapkan prosedur untuk
mengadakan evaluasi pemenuhan
perundangan secara berkala.
2. Rekam hasil evaluasi pemenuhan
perundangan.
4.5.2.2. Evaluasi
pemenuhan
dengan
persyaratan
lainnya
1. Tetapkan prosedur untuk
mengadakan evaluasi pemenuhan
persyaratan lainnya secara berkala.
2. Rekam hasil evaluasi pemenuhan
persyaratan lainnya.
4.5.3. Penyelidikan
insiden dan
langkah perbaikan
Persyaratan penyelidikan insiden dan
langkah perbaikan.
4.5.3.1. Selidiki semua
insiden
1. Tetapkan prosedur penyelidikan
insiden.
2. Implementasikan prosedur
penyelidikan insiden.
3. Pelihara prosedur penyelidikan
insiden.
4.5.3.2. Ambil langkah
perbaikan
1. Tetapkan prosedur untuk mengelola
ketidaksesuaian.
2. Implementasikan prosedur
mengelola ketidaksesuaian.
3. Pelihara prosedur mengelola
ketidaksesuaian.
4.5.4. Tetapkan rekaman
SMK3 dan
pengendaliannya
1. Tetapkan rekaman K3 yang
diperlukan.
2. Pelihara rekaman K3.
3. Tetapkan prosedur untuk mengelola
rekaman K3.
4. Implementasikan prosedur
pengelolaan dan penyimpanan
rekaman.
4.5.5. Lakukan internal
audit SMK3
1. Tetapkan program audit internal K3.
2. Implementasikan prosedur audit
internal.
3. Implementasikan prosedur audit
internal.
4.6. Tinjauan manajemen Tinjau ulang kinerja K3
1. Tinjau ulang SMK3 melalui
berbagai masukan.
2. Kaji hasil tinjau ulang.
3. Keluarkan hasil tinjau ulang
manajemen.
4. Komunikasikan hasil tinjau ulang.
Sumber : Ramli, 2010
Lanjutan Tabel 2.
�
14�
Klausul 4.1 PERSYARATA� UMUM
Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan,
melaksanakan, memelihara dan terus menerus meningkatkan SMK3
mengacu persyaratan standar K3, serta menentukan bagaimana
pemenuhan persyaratan tersebut.
Organisasi harus menetapkan dan mendokumenkan lingkup
SMK3. Organisasi harus menetapkan dan memelihara sistem
manajemen SMK3, persyaratan ditampilkan dalam unsur (4).
Klausul 4.2. PERSYARATA� KEBIJAKA�
Manajemen Puncak harus menetapkan dan mensahkan
kebijakan K3 organisasi dan memastikan bahwa dalam menetapkan
lingkup SMK3 telah :
1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko K3 organisasi.
2. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan.
3. Termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya untuk
memenuhi perundangan K3 yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang diacu organisasi yang berkaitan dengan bahaya K3.
4. Memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang
obyektif K3.
5. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara.
6. Dikomunikasikan ke seluruh pekerja, dengan maksud pekerja
memahami kewajiban dan perannya dalam K3.
7. Tersedia bagi pihak lain yang terkait.
8. Ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan masih relevan
dan sesuai bagi organisasi.
Klausul 4.3. PERE�CA�AA�
Klausul 4.3.1. Analisa bahaya K3 dan tentukan pengendaliannya
Organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan dan
memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya dari
kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan menetapkan
pengendalian yang diperlukan.
�
15�
Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus
mempertimbangkan :
1. Aktivitas rutin dan non rutin.
2. Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tempat
kerja, termasuk kontraktor.
3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya.
4. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja
yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia yang berada di bawah perlindungan
organisasi di dalam tempat kerja.
5. Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dari aktivitas
yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali
organisasi.
6. Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, serta
apakah yang disediakan organisasi, atau pihak lain.
7. Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi,
kegiatannya, atau material.
8. Modifikasi pada SMK3, termasuk perubahan sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas.
9. Setiap persyaratan legal yang dapat diberlakukan berkaitan
dengan pengendalian risiko dan implementasi dari pengendalian
yang diperlukan.
10. Rancangan dari lingkungan kerja, proses, instalasi, permesinan,
atau adaptasinya terhadap kemampuan manusia.
Metodologi identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus
dibuat dengan memperhatikan lingkup, bentuk dan waktu untuk
memastikan, agar proaktif ketimbang reaktif dan memberikan
identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko, serta penerapan
pengendalian jika diperlukan.
Organisasi harus mengidentifikasi bahaya dan risiko K3
berkaitan dengan perubahan dalam organisasi, SMK3, atau
aktivitasnya sebelum melakukan suatu perubahan. Organisasi harus
�
16�
memastikan bahwa hasil penilaian risiko dipertimbangkan dalam
menentukan pengendaliannya.
Ketika menentukan pengendalian atau perubahan dari
pengendalian yang telah ada, perlu pertimbangan untuk mengurangi
risiko menurut hirarki berikut :
1. Eliminasi.
2. Substitusi.
3. Pengendalian teknis.
4. Rambu/peringatan dan atau pengendalian adminstratif.
5. Alat pelindung diri (APD).
Organisasi harus mendokumentasikan dan menyimpan hasil
identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian dan
menjaga agar selalu up to date. Organisasi harus memastikan bahwa
risiko K3 dan penentuan pengendaliaan dimasukkan dalam
pertimbangan, ketika menetapkan, menjalankan dan memelihara
sistem manajemen K3.
Klausul 4.3.2.Persyaratan perundangan dan lainnya
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk mengidentifikasi dan mendapatkan perundangan,
serta persyaratan K3 lainnya yang sesuai. Organisasi harus
memastikan bahwa persyaratan perundangan yang sesuai dan
persyaratan lainnya yang digunakan organisasi dipertimbangkan
dalam menetapkan, menjalankan dan memelihara SMK3. Organisasi
harus menyimpan informasi ini tetap mutakhir.
Organisasi harus mengkomunikasikan informasi relevan
mengenai perundangan dan persyaratan lainnya kepada individu
yang bekerja di bawah pengawasan organisasi dan pihak terkait
lainnya.
Klausul 4.3.3. Sasaran dan Program
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
dokumen obyektif K3 pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam
organisasi. Obyektif sedapat mungkin dapat terukur dan konsisten
�
17�
dengan kebijakan K3, termasuk komitmen untuk mencegah cedera
dan penyakit akibat kerja, pemenuhan persyaratan hukum yang
berlaku dan persyaratan lainnya yang diacu organisasi dan untuk
peningkatan berkelanjutan.
Ketika menetapkan dan mengkaji obyektifnya, organisasi
harus memasukkan ke dalam pertimbangan tentang persyaratan
perundangan dan persyaratan lainnya yang diacu organisasi dan
risiko K3. Dalam hal opsi teknologi, finansial, operasional dan
persyaratan bisnis, serta pandangan dari pihak terkait yang relevan.
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
program untuk mencapai obyektif. Program harus mencakup
minimal :
1. Penentuan tanggungjawab dan wewenang untuk pencapaian
obyektif pada fungsi dan tingkatan yang relevan dalam
organisasi.
2. Sarana dan jangka waktu yang dipakai untuk mencapai obyektif.
Program manajemen K3 harus ditinjau secara berkala dan
terencana dan diubah, jika perlu untuk memastikan bahwa obyektif
tercapai.
Klausul 4.4. PE�ERAPA� DA� OPERASI
Klausul 4.4.1. Sumber daya, peranan, tanggungjawab,
akuntabilitas dan kewenangan
Manajemen puncak harus mengambil tanggungjawab penuh
terhadap K3 dan SMK3. Manajemen puncak harus menunjukkan
komitmennya dengan :
1. Memastikan ketersediaan sumber daya yang penting untuk
menetapkan, menjalankan, memelihara dan meningkatkan
sistem manajemen K3. Catatan : Sumber daya, termasuk SDM
dan keahlian khusus, infrastruktur, teknologi dan finansial.
2. Menetapkan peran, alokasi tanggungjawab dan akuntabilitas dan
pendelegasian wewenang untuk memfasilitasi manajemen K3
�
18�
yang efektif. Peran, tanggungjawab, tanggung gugat, wewenang
harus didokumentasikan dan dikomunikasikan.
Organisasi harus menunjuk seorang atau lebih anggota
manajemen puncak dengan tanggungjawab spesifik untuk K3, di
samping tanggungjawab lainnya dan menetapkan peran dan
wewenang untuk :
1. Memastikan bahwa SMK3 ditetapkan, dijalankan dan dipelihara
sesuai dengan standar OHSAS.
2. Memastikan bahwa laporan mengenai kinerja SMK3
disampaikan kepada manajemen puncak untuk kajian dan
digunakan sebagai dasar untuk peningkatan SMK3.
Catatan :
Manajemen puncak yang ditunjuk (misalnya dalam suatu
organisasi yang besar, anggota dewan direksi atau komite eksekutif)
dapat didelegasikan sebagian tanggungjawabnya kepada perwakilan
manajemen di bawahnya yang masih memegang akuntabilitasnya.
Identitas manajemen puncak yang ditunjuk harus diketahui semua
pekerja di bawah pengendalian organisasi. Semua yang ditunjuk
dengan tanggungjawab manajemen harus menunjukkan
komitmennya untuk peningkatan kinerja K3 berkelanjutan.
Organisasi harus memastikan bahwa semua individu di
tempat kerja bertanggungjawab untuk aspek K3 yang berada di
bawah kendalinya, termasuk mempedulikan persyaratan K3
perusahaan yang berlaku.
Klausul 4.4.2. Kompetensi, pelatihan dan kesadaran
Organisasi harus memastikan bahwa setiap individu di bawah
pengendaliannya yang melakukan pekerjaan dapat menimbulkan
dampak K3 telah kompeten, terlatih, berpengalaman dan memelihara
rekamannya.
Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
berkaitan dengan risiko K3 dan SMK3. Dalam hal ini harus
memberikan pelatihan atau langkah lain untuk memenuhinya,
�
19�
mengevaluasi efektivitas pelatihan, atau tindakan lainnya dan
memelihara rekaman terkait.
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur, agar para pekerja yang bekerja di bawah kendalinya sadar
akan :
1. Konskuensi K3, baik yang nyata atau potensial dari setiap
kegiatan kerjanya, perilaku dan manfaat K3 untuk untuk
meningkatkan kinerja individu.
2. Peran dan tanggungjawab dan perlunya pencapaian kesesuaian
terhadap kebijakan K3, prosedur, serta persyaratan SMK3,
termasuk kesiagaan dan tanggap darurat.
3. Potensi konskuensi jika melanggar prosedur tertentu.
Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan adanya
perbedaan dari : Tanggungjawab, kemampuan teknis, kemampuan
bahasa dan membaca dan risiko.
Klausul 4.4.3. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
Klausul 4.4.3.1. Komunikasi
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk :
1. Komunikasi internal antar berbagai tingkatan dan fungsi dalam
organisasi.
2. Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lainnya ke
tempat kerja.
3. Penerimaan, pendokumentasian dan tanggapan terhadap
komunikasi yang relevan dari pihak terkait eksternal.
Klausul 4.4.3.2. Partisipasi dan konsultasi
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk :
1. Partisipasi pekerja :
a. Keterlibatan dalam identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
menentukan pengendalian.
b. Keterlibatan dalam penyelidikan insiden.
�
20�
c. Keterlibatan dalam pengembangan dan kajian kebijakan dan
obyektif K3.
d. Konsultasi dimana terdapat suatu perubahan yang
memengaruhi K3.
e. Perwakilan dalam aspek K3.
f. Informasi tentang pengaturan partisipasinya, termasuk siapa
perwakilannya dalam aspek K3.
2. Konsultasi dengan kontraktor, jika terdapat perubahan yang
memengaruhi K3. Organisasi harus memastikan bahwa, jika
diperlukan pihak eksternal yang terkait dikonsultasikan tentang
permasalahan K3.
Klausul 4.4.4. Dokumentasi
Dokumentasi SMK3 harus mencakup :
1. Kebijakan dan obyektif K3.
2. Uraian lingkup SMK3.
3. Uraian unsur utama dari SMK3, interaksi dan referensi untuk
dokumen terkait.
4. Dokumen, termasuk rekaman yang disyaratkan OHSAS 18001.
5. Dokumen, termasuk rekaman yang ditentukan dan diperlukan
oleh organisasi untuk memastikan perencanaan efektif, operasi
dan pengendalian proses yang berkaitan dengan manajemen
risiko K3. Catatan : Dokumentasi hendaknya proporsional
dengan tingkat kerumitan, bahaya dan risiko yang ada dan
dibuat seminimal mungkin untuk efektifitas dan efisiensi.
Klausul 4.4.5. Pengendalian Dokumen
Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan
standar SMK3 ini harus dikendalikan. Rekaman dalam bentuk
khusus dari dokumen dan harus dikedalikan sehubungan dengan
persyaratan yang diberikan dalam klausul 4.5.4. Organisasi harus
menetapkan, menjalankan dan memelihara suatu prosedur untuk :
1. Menyetujui kecukupan dokumen sebelum diterbitkan.
�
21�
2. Mengkaji dan menyempurnakan, jika perlu dan dokumen
disetujui ulang.
3. Memastikan bahwa status perubahan dan revisi berjalan dari
dokumen diidentifikasi.
4. Memastikan bahwa status perubahan dan revisi berjalan dari
dokumen diidentifikasi.
5. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang
berlaku tersedia di tempat penggunaannya.
6. Memastikan bahwa dokumen masih berlaku dan identitasnya
terbaca.
7. Memastikan bahwa dokumen dari eksternal yang dianggap
diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan SMK3 telah
diidentifikasi dan dikendalikan penyebarannya.
8. Mencegah penggunaan yang tidak semestinya dari dokumen
yang kadaluarsa dan diberlakukan identifikasi yang sesuai, jika
dokumen tersebut disimpan untuk keperluan tertentu.
Klausul 4.4.6. Kontrol Operasional
Oganisasi harus menetapkan operasi dan aktivitasnya yang
berhubungan dengan hasil identifikasi bahaya, dimana diperlukan
pengendalian untuk mengelola risiko K3, termasuk di dalamnya
manajemen perubahan.
Untuk operasi dan aktivitas tersebut, organisasi harus
menjalankan dan memelihara :
1. Pengendalian operasi, yang sesuai bagi organisasi dan
aktivitasnya, maka organisasi harus mengintegrasikan
pengendalian operasi tersebut ke dalam SMK3.
2. Pengendalian berkaitan dengan pembelian material, peralatan
dan jasa.
3. Pengendalian berkaitan dengan kontraktor dan pengunjung
lainnya ke tempat kerja.
�
22�
4. Prosedur terdokumentasi, untuk meliput situasi dimana
ketiadaannya dapat mengarah terjadinya penyimpangan dari
kebijakan K3 dan obyektif K3.
5. Menentukan kriteria operasi, dimana ketiadaannya dapat
mengarah terjadinya penyimpangan dari kebijakan K3 dan
obyektif K3.
Klausul 4.4.7. Kesiapan dan tanggap darurat
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur :
1. Untuk mengidentifikasi situasi darurat.
2. Untuk menanggapi situasi darurat tersebut.
Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan
mencegah atau mengurangi konsekuensi K3 yang ditimbulkannya.
Dalam merancang tanggap darurat, organisasi harus
mempertimbangkan keperluan pihak berkepentingan yang relevan,
seperti layanan darurat atau tetangga berdekatan.
Organisasi harus juga secara berkala menguji prosedurnya
untuk tanggap terhadap situasi darurat dan jika memungkinkan
melibatkan pihak terkait yang relevan. Organisasi harus secara
berkala melakukan kajian dan bilamana mungkin merevisi prosedur
kesiapan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala
dan setelah terjadinya situasi darurat.
Klausul 4.5. PEMERIKSAA�
Klausul 4.5.1. Pengukuran dan pemantauan kinerja
Organisasi harus menetapkan, menjalankan, serta
memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3
secara berkala. Prosedur ini harus memuat :
1. Pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif, sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
2. Pemantauan sampai kepada pencapaian obyektif K3.
3. Pemantauan efektivitas pengendalian (kesehatan sebagaimana
dengan keselamatan kerja).
�
23�
4. Pengukuran kinerja bersifat proaktif untuk memantau
kesesuaiannya dengan program K3 (kriteria operasional).
5. Pengukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau
penyakit akibat kerja, insiden (termasuk kecelakaan, hampir
celaka dan lainnya) dan pembuktian penyimpangan kinerja K3
masa lampau lainnya.
6. Rekaman data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang
memadai untuk analisa tindakan koreksi berikutnya dan
tindakan pencegahan.
Apabila diperlukan peralatan untuk memantau atau
mengukur kinerja, maka organisasi harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk mengkalibrasi dan memelihara peralatan
tersebut sebagaimana mestinya. Rekaman kalibrasi dan
pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan dengan baik.
Klausul 4.5.2. Evaluasi pemenuhan perundangan dan
persyaratan lainnya
Klausul 4.5.2.1. Evaluasi pemenuhan persyaratan perundangan
Konsisten dengan komitmennya untuk memenuhi
perundangan organisasi harus menetapkan, menjalankan dan
memelihara prosedur untuk mengevaluasi secara berkala pemenuhan
persyaratan hukum yang sesuai. Organisasi harus menyimpan
rekaman dari evaluasi berkala.
Catatan : Kekerapan dari evaluasi dapat berbeda untuk persyaratan
hukum yang berlainan.
Klausul 4.5.2.2. Evaluasi pemenuhan dengan persyaratan
lainnya
Organisasi harus mengevaluasi pemenuhan persyaratan
lainnya yang berlaku bagi organisasi. Organisasi dapat
menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kesesuaian terhadap
persyaratan legal yang disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat
prosedur yang berbeda. Organisasi harus menyimpan catatan hasil
evaluasi.
�
24�
Catatan : Frekuensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap
persyaratan.
Klausul 4.5.3. Penyelidikan insiden dan langkah perbaikan
Klausul 4.5.3.1. Selidiki semua insiden
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk merekam, menyelidiki dan menganalisa insiden
dengan tujuan :
1. Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan
faktor lain yang dapat menyebabkan, atau memberi kontribusi
terjadinya insiden.
2. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan koreksi.
3. Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan.
4. Mengkomunikasikan hasil dari investigasi.
5. Investigasi harus dilakukan tepat waktu.
Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk
tindakan pencegahan harus ditangani sesuai dengan klausul 4.5.3.2.
Klausul 4.5.3.2. Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan
Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk menangani ketidaksesuaian, atau potensi
ketidaksesuaian yang ditemukan dan mengambil tindakan koreksi
dan perbaikan. Prosedur harus menjelaskan persyaratan berikut :
1. Identifikasi dan koreksi ketidaksesuaian dan tindakan untuk
mengurangi konskuensi K3.
2. Menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebab dan
mengambil tindakan untuk mencegah agar tidak terulang
kembali.
3. Mengevaluasi tindakan yang diperlukan untuk mencegah
ketidaksesuaian dan menjalankan tindakan yang perlu untuk
mencegah, agar tidak terluang.
4. Merekam dan mengkomunikasikan hasil tindakan-tindakan
koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil.
�
25�
5. Mengkaji efektifitas tindakan koreksi dan pencegahan yang
telah diambil.
Tindakan koreksi dan pencegahan mengidentifikasi adanya
bahaya baru atau perubahan bahaya atau perlunya pengendalian baru,
atau perubahan prosedur harus mempersyaratkan bahwa tindakan
diambil melalui suatu analisa risiko sebelum dilaksanakan.
Setiap tindakan koreksi pencegahan yang diambil untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang aktual atau potensial
harus sesuai dengan besarnya permasalahan dan seimbang dengan
risiko K3 yang ditimbulkan. Untuk itu, organisasi harus memastikan
bahwa setiap perubahan yang timbul dari tindakan koreksi dan
pencegahan dibuat pada sistem dokumentasi K3.
Klausul 4.5.4. Pengendalian catatan
Organisasi harus menetapkan dan memelihara rekaman yang
diperlukan untuk menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan dari
sistem manajemen K3, standar K3 dan hasil yang dicapai. Organisasi
harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur untuk
identifikasi, penyimpanan, perlindungan, penarikan, retensi dan
pemusnahan rekaman. Rekaman K3 harus dapat dibaca, dikenali dan
dilacak pada kegiatan bersangkutan.
Klausul 4.5.5. Audit internal
Organisasi harus memastikan bahwa audit internal untuk
SMK3 dilakukan dalam selang waktu terencana, yaitu untuk :
1. Menentukan sistem manajemen K3 :
a. Memenuhi pengaturan manajemen K3 yang direncanakan
termasuk persyaratan dari standar OHSAS 18001.
b. Dijalankan dan dipelihara dengan baik.
c. Efektif dalam memenuhi kebijakan dan obyektif organisasi.
d. Memberikan informasi hasil audit untuk manajemen.
2. Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara,
menyangkut :
a. Tanggungjawab, kompetensi, persyaratan untuk
�
26�
perencanaan dan melaksanakan audit, pelaporan hasil audit
dan menjaga rekaman terkait.
b. Menentukan kriteria audit, lingkup, kekerapan dan metode.
c. Pemilihan auditor dan kode etik audit untuk menjamin
obyektivitas dan kenetralan proses audit.
Klausul 4.6 TI�JAUA� MA�AJEME�
Manajemen puncak harus meninjau SMK3 pada interval
yang terencana, untuk menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan
efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian peluang untuk
peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemen K3,
termasuk kebijakan K3 dan sasaran K3. Catatan tinjauan manajemen
harus dipelihara.
Masukan tinjauan manajemen harus mencakup :
1. Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan
persyaratan legal dan persyaratan lain yang berlaku.
2. Hasil dari partisipasi dan konsultasi (Bagian 4.4.3).
3. Komunikasi relevan dengan pihak luar yang berkepentingan,
termasuk keluhan.
4. Kinerja K3 organisasi.
5. Tingkat pencapaian sasaran.
6. Status investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan.
7. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya.
8. Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan
legal dan persyaratan lain terkait K3.
9. Usulan-usulan untuk peningkatan.
Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan
komitmen organisasi untuk peningkatan berkelanjutan dan harus
mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan terkait
kemungkinan perubahan dalam hal berikut :
1. Kinerja K3.
2. Sasaran dan kebijakan K3.
�
27�
3. Sumber daya.
4. Unsur-unsur lain dari sistem manajemen K3.
Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia
(dapat diakses) untuk proses komunikasi dan konsultasi (Bagian
4.4.3).
2.2.5 Manfaat Penerapan SMK3 OHSAS 18001: 2007
Menurut sebuah perusahaan jasa konsultan dan pelatihan
mutu, yaitu PT. Digisi Indonesia manfaat dari penerapan OHSAS
18001:2007 (Effendi, 2011) ialah :
a. Kepuasan pelanggan melalui pengiriman produk yang secara
konsisten memenuhi persyaratan pelanggan, disertai
perlindungan terhadap kesehatan dan properti para pelanggan.
b. Mengurangi ongkos-ongkos operasional dengan mengurangi
kehilangan waktu kerja, karena kecelakaan dan penurunan
kesehatan, serta pengurangan ongkos-ongkos berkenaan dengan
biaya dan kompensasi hukum.
c. Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perlindungan pada kesehatan dan
properti karyawan, para pelanggan dan rekanan.
d. Persyaratan kepatuhan hukum dengan pemahaman bagaimana
persyaratan suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut
mempunyai pengaruh tertentu pada suatu organisasi dan para
pelanggan anda.
e. Peningkatan terhadap pengendalian manajemen risiko melalui
pengenalan secara jelas pada kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penerapan pada pengendalian dan pengukuran.
f. Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang
dijalankan, dibuktikan dengan adanya verifikasi pihak ketiga
yang independen pada standar yang diakui.
g. Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis, khususnya
spesifikasi pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai
suatu persyaratan sebagai rekanan.
�
28�
2.3. Kontraktor
Definisi perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang
menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan
gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang ditetapkan (Ervianto,
2002). Tugas dan tanggungjawab yang wajib dipatuhi oleh perusahaan
kontraktor adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambaran perencanaan, syarat,
penjelasan dan rincian dari surat penawaran.
2. Perencanaan dan pengendalian waktu, biaya, mutu dan keselamatan
kerja.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja dan masyarakat.
Terdapat tiga (3) kategori kelompok kontraktor dan subkontraktor
(Rijanto, 2010) :
1. Kategori I : Kontraktor pelayanan paruh waktu, seperti kerumah
tanggaan, pembantu administrasi, atau binatu. Kemungkinan kerugian
minim bagi perusahaan, kontraktor atau keduanya. Risiko biasanya
dilakukan melalui pedoman tertulis perusahaan, orientasi dan kontrol
dalam pembelian.
2. Kategori II : Kontraktor lapangan untuk waktu singkat (jam atau hari).
Kemungkinan kerugian sedang bagi perusahaan, kontraktor atau
keduanya. Kontraktor kategori ini biasanya melakukan pekerjaan
pelayanan, termasuk pemeliharaan jangka pendek, modifikasi fasilitas,
operasi di ruang terbatas dan penggalian.
3. Kategori III : Kontraktor lapangan untuk waktu sedang sampai lama
(beberapa hari atau lebih lama lagi). Kemungkinan kerugian sedang
sampai besar bagi perusahaan, kontraktor atau keduanya. Kontraktor
kategori ini biasanya melakukan pekerjaan pemeliharaan jangka lama
suatu proyek konstruksi, seperti perubahan haluan atau penghentian
operasi, atau pembangunan fasilitas dan renovasi besar pabrik.
�
29�
2.4. Proses Hirarki Analitik
Definisi dari analytical hierarchy process (AHP) ialah metode yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah yang
disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir dan terorganisir, sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan efektif atas masalah tersebut.
Proses hirarki analitik (AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L.
Saaty pada tahun 1970 untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli
dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1991). Prinsip kerja
AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, strategik dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata
dalam suatu hirarki.
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan
dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP (Saaty, 1991)
adalah :
1. Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang mudah
dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
2. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling ketergantungan : AHP dapat saling menangani ketergantungan
unsur-unsur dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4. Penyusunan hirarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilih-milih unsur-unsur suatu sistem dalam berbagai tingkat
berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang
kebaikan setiap alternatif.
8. Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif
dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih
alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuannya.
�
30�
9. Penilaian dan konsesus : AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi
mensintesiskan suatu hasil representatif dari berbagai penilaian berbeda.
10. Pengulangan proses : AHP memungkinkan organisasi memperhalus
definisinya pada suatu persoalan serta memperbaiki pertimbangan dan
pengertian melalui pengulangan.
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Laksmi (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis implementasi
ISO 9001:2000 pada Departemen Collection PT. Bara Jawa Barat
Propertindo Jakarta dengan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menjadi
permasalahan dalam penerapan ISO 9001:2000 berdasarkan hirarki
penyusunnya adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber
daya, realisasi produk, perbaikan, analisis dan peningkatan. Faktor yang
paling berpengaruh adalah SMM dengan bobot 0,3443. Aktor yang paling
memegang peranan penting adalah Top Management dengan bobot 0,6857.
Prioritas pertama penyebab permasalahan dalam penerapan SMM adalah
perbaikan dokumentasi dan administrasi. Alternatif pemecahan masalah
utama yang dilakukan berupa penambahan fasilitas penunjang.
�
31�
III. METODE PE�ELITIA�
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian mengenai analisis implementasi OHSAS 18001:2007
pada PT. X di Bandung, Jawa Barat (studi kasus Bagian Environment and
Safety dalam penanganan kontraktor) diawali dengan identifikasi klausul-
klausul yang terdapat pada OHSAS 18001:2007 setelah itu mengidentifikasi
implementasi setiap klausul-klausul OHSAS 18001:2007 yang di jalankan
secara garis besar dalam perusahaan dan dianalisis secara deskriptif sebagai
gambarannya. Setelah itu mengkaji implementasi OHSAS 18001:2007 pada
Bagian Environment and Safety dalam pengelolaan terhadap kontraktor.
Hasil kajian tersebut dilakukan terhadap klausul-klausul implementasi dan
operasi OHSAS 18001:2007 yang telah ditetapkan. Analisis yang dilakukan
diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan dokumentasi
internal perusahaan.
Hasil dari analisis tersebut ialah informasi yang selanjutnya dapat
digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada penerapan OHSAS
18001:2007. Identifikasi masalah dalam implementasi OHSAS 18001:2007
dilakukan melalui analisis deskriptif untuk menjabarkan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam implementasi dan selanjutnya masuk pada
tahap penggunaan metode AHP. Dengan metode AHP ini, dapat diketahui
dan diajukan alternatif solusi untuk memecahkan masalah yang ada kepada
Bagian Environment and safety PT. X di Bandung, dalam rangka
memperbaiki pelaksanaan OHSAS 18001:2007. Uraian tersebut dapat
dijabarkan dalam kerangka penelitian (Gambar 3).
�
32�
�
33�
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. X di Bandung, Jawa Barat yang
berlangsung dari bulan November - Desember 2011. Pemilihan lokasi
penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa PT. X telah mendapatkan
sertifikasi OHSAS 18001:2007, sehingga relevan dikaji penerapannya dan
adanya kesediaan perusahaan menyediakan tempat penelitian.
3.3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara (Lampiran 1) dan
pengisian kuesioner (Lampiran 2) oleh responden, sedangkan data sekunder
berasal dari bahan pustaka, artikel, jurnal, data internal perusahaan dan hasil
penelitian terdahulu.
Responden dipilih melalui judgement sampling, yaitu beberapa pihak
yang bertanggungjawab, memahami pelaksanaan dan permasalahan
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT.
X. Pihak tersebut ialah Ketua Tim P2K3 yang juga merupakan Wakil
Management Representative OHSAS 18001 perusahaan, Kepala Seksi
Safety selaku penanggungjawab izin kerja kontraktor, Pelaksana Safety,
serta Ahli K3 Umum dari Bagian Teknik PT. X yang berpengalaman dalam
penanganan kontraktor.
Data kualitatif berupa implementasi OHSAS 18001:2007 dan
identifikasi masalah, sedangkan data kuantitatifnya ialah nilai prioritas dari
tiap-tiap masalah, aktor, tujuan dan alternatif yang telah ditentukan.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh melalui metode survei, wawancara dan studi
pustaka digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada penerapan
OHSAS 18001:2007. Untuk analisis data digunakan analisis deskriptif dan
AHP. Hasil dari wawancara dan pengamatan di lapangan menjadi sumber
untuk membuat kuesioner. Kuesioner tersebut kemudian dibagikan kepada
informan untuk memperoleh jawaban terkait pelaksanaan, permasalahan dan
�
34�
alternatifnya. Setelah kuesioner diisi dengan lengkap, kemudian diolah
dengan metode AHP.
Langkah standar dalam proses pengambilan keputusan (Dermawan,
2009) :
1. Tentukan tujuan utama. Tentukan apa yang hendak diwujudkan, apa
yang hendak diraih, mengapa tujuan yang ditetapkan penting untuk
diraih dan sebagainya.
2. Identifikasi bagian-bagian dari tujuan. Setiap tujuan utama selalu
dihadapkan pada sejumlah batasan, atau masalah. Batasan atau masalah
ini yang dinamakan dengan sub tujuan, atau faktor-faktor yang
memengaruhi tujuan. Tentukan pula cakupan waktu yang memengaruhi
tujuan (jangka pendek, menengah, atau panjang).
3. Identifikasi kriteria, atau faktor dan sub kriteria secara jelas dan rinci.
Langkah ini membutuhkan pengelompokkan sub kriteria berdasarkan
wilayah tertentu.
4. Identifikasi alternatif pilihan yang memungkinkan. Semenjak proses
analitis secara berjenjang merupakan metode perbandingan antar
alternatif pilihan, maka tentukan alternatif pilihan yang diasumsikan
memiliki “nilai yang sama”.
5. Tentukan dan identifikasi konsekuensi dan risiko atas setiap kriteria dan
alternatif.
6. Tentukan pola relasi antar tujuan, peubah keputusan dan alternatif
pilihan.
7. Tentukan evaluasi numerik manfaat dan biaya dari setiap alternatif
solusi.
8. Tentukan keputusan akhir berdasarkan hasil perbandingan nilai numerik
yang tersedia. Bandingkan pula nilai risiko yang terkandung di setiap
alternatif solusi.
9. Keputusan akhir akan didasarkan atas alternatif yang memberikan nilai
manfaat terbesar bila manfaat yang dijadikan acuan, sehingga dipilih
alternatif yang memberikan nilai biaya terkecil, jika biaya menjadi
ukuran dan risiko terkecil, maka risiko menjadi patokan pilihan.
�
35�
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) terdapat tiga (3) prinsip
dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu
penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis.
1. Penyusunan hirarki
Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan
atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari
permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokoknya.
Unsur pokok tersebut diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi
dan seterusnya secara hirarki yang terdiri atas goal, faktor, aktor, tujuan
dan alternatif.
a. Penilaian setiap level hirarki
Penelitian setiap level hirarki dinilai melalui perbandingan
berpasangan menurut Saaty dalam Marimin dan Maghfiroh (2010),
dengan skala 1-9 sebagai skala terbaik mengekspresikan pendapat.
Skala dengan sembilan satuan dapat menggambarkan derajat mana
mampu membedakan intensitas tata hubungan antar unsur.
Tabel 3. �ilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan Saaty
Nilai Keterangan
1 Faktor vertikal sama penting dengan faktor horisontal
3 Faktor vertikal lebih penting dari faktor horisontal
5 Faktor vertikal jelas lebih penting faktor horisontal
7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor
horizontal
9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor
horisontal
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur yang berdekatan
1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9
Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010
2. Penetapan Prioritas
Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan untuk menentukan prioritas. Sepasang unsur dibandingkan
berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi antar
�
36�
unsur. Hubungan antar unsur dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan
dengan membandingkan unsur itu dalam pasangan. Perbandingan
berpasangan dilakukan dalam sebuah matriks. Berikut merupakan
contoh tabel matriks (Tabel 4).
Tabel 4. Matriks Perbandingan Kriteria
Goal K1 K2 K3
K1
K2
K3
Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010
3. Konsistensi logis
Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang
mempunyai konsistensi tinggi sangat diperlukan dalam persoalan
pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat.
Penyelesaian dengan Persamaan Matematik
Ada tiga (3) langkah untuk menentukan besarnya bobot yang
dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus
umum, yaitu :
a. Langkah 1 :
wi/ wj = aij (i,j = 1, 2, …, n)
wi = bobot input dalam baris.
wj = bobot input dalam jalur.
b. Langkah 2 :
wi = aij wj (i, j = 1, 2, …, n)
untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk :
�� � ��
����
�
���
����� � ���� � � � ���
wi = rataan dari aij w1, …, ain wn
�
37�
c. Langkah 3 :
Bila perkiraan aij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah
wi/wj, jika n juga berubah, maka n diubah menjadi � maks,
sehingga diperoleh :
�� � ��
����
���
�
���
����� � ���� � � � ���
Pengolahan horisontal
Pengolahan horisontal dimaksudkan untuk menyusun
prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
Perkalian baris (z) dengan rumus :
�� � � ������� � � ����� ����
���
�
…………………………... (1)
Perhitungan vektor prioritas, atau vektor eigen :
����� � �
����
���
�
����
���
��
���
……………………………………….. (2)
Keterangan :
eVPi adalah unsur vektor prioritas ke-i.
Perhitungan nilai eigen maksimum :
VA = aij x VP dengan VA = (Vai)
VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)
���� � ��
����
�
����������� � ���� � � � �� …………………… (3)
VA=VB= Vektor antara
Perhitungan indeks konsistensi (CI) :
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi
jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil.
Rumusnya sebagai berikut :
�� �������
��� ………………………………………………..... (4)
Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik
atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu
apabila CR � 0,1. Rumus CR adalah :
�
38�
�� � ���
�� …………………………………………………….. (5)
Nilai RI merupakan nilai acak indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge laboratory seperti dimuat pada Tabel 5.
Tabel 5. �ilai RI
� 1 2 3 4 5 6 7
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32
� 8 9 10 11 12 13
RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010
Pengolahan Vertikal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap
unsur dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada
tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :
���� � � ����� �� �� � ���������� ���
��� …………….. (6)
Untuk :
p = 1, 2, …, r
t = 1, 2, …, s
Keterangan :
NPpq = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama.
NPHpq = nilai prioritas unsur ke-p pada tingkat ke-q.
NPTt = nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat q-1.
Consistency Ratio (CR)
Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan
untuk memeriksa perbandingan berpasangan telah dilakukan
dengan konsekuen atau tidak. Penentuan parameter ini dilakukan
dengan proses sebagai berikut :
Faktor Y A B C
A X1 X2 X3
B X4 X5 X6
C X7 X8 X9
�
39�
Dari nilai faktor (nilai eigen) kriteria faktor Y adalah :
A : Y1
B : Y2
C : Y3
Weighted Sum Vector dapat dihitung dengan jalan mengalikan ke
dua matriks tersebut :
X1 X2 X3
*
Y1
=
n1
X4 X5 X6 Y2 n2
X7 X8 X9 Y3 n3
Kemudian dihitung Consistency Vector dengan jalan menentukan
nilai rataan dari Weighted Sum Vector :
n1 : Y1 = …
n2 : Y2 = …
n3 : Y3 = …
Nilai rataan dari Consistency Vector adalah :
� = ((n1 : Y1) + (n2 : Y2) + (n3 : Y3)) /3 ……………………. (7)
Nilai Consistency Index (CI) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
�� ������
����� � ������������������� ……………………… (8)
Penggabungan Pendapat Responden
Pendapat beberapa ahli perlu dicek konsistensinya satu
persatu, terutama yang konsisten digabungkan dengan
menggunakan rataan geometrik.
�� � � ���
���
� ………………………………………….…. (9)
� G = rataan geometrik
n = jumlah responden
Xi = penilaian oleh responden ke - i
� = perkalian
�
40�
IV. HASIL DA� PEMBAHASA�
4.1. Profil Perusahaan
VISI : Menjadi produsen vaksin dan antisera yang berdaya saing global.
MISI :
1. Memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin dan antisera
yang bermutu internasional untuk kebutuhan Pemerintah, swasta
nasional, dan internasional.
2. Mengembangkan inovasi vaksin dan antisera sesuai dengan kebutuhan
pasar.
3. Mengelola perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
PT. X di Bandung ialah perusahaan yang memproduksi vaksin dan
antisera. Secara nasional memenuhi kebutuhan vaksin untuk program
imunisasi dengan target 5 juta bayi per tahun, 27,6 juta anak usia sekolah
per tahun dan 15 juta wanita usia subur per tahun. Sejak tahun 1997,
diantara 200 produsen vaksin di dunia, perusahaan ini merupakan salah satu
dari 30 produsen vaksin yang telah mendapatkan Prakualifikasi WHO.
Sejak memiliki Prakualifikasi World Health Organization (WHO),
perusahaan ini mulai melakukan ekspansi pada tahun 1997 dengan
mengirimkan produk-produknya ke pasar internasional yang sudah tersebar
di sekitar 110 negara di berbagai belahan dunia.
4.2. Penerapan OHSAS 18001:2007 pada PT. X
Perusahaan ini telah menerapkan dan mendapat sertifikat OHSAS
18001 sejak tahun 2006 sampai dengan saat ini dari Lloyd's Register Quality
Assurance (LRQA). Dengan menerapkan SMK3 berbasis OHSAS
18001:2007.
�
41�
Tabel 6. Data kasus kecelakaan kerja pada PT. X tahun 2006-2011
No
Jenis
Kecelakaan
Kerja
Jumlah Total Kecelakaan Kerja pada PT. X (jiwa)
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Insiden 3 2 0 6 0 0
2 Ringan 177 156 31 6 3 4
3 Sedang 1 1 0 0 0 0
4 Berat 0 0 0 0 0 0
5 Fatal 0 0 0 0 0 0
Sumber : Data PT. X Bandung, Jawa Barat, 2011
Pada Tabel 6 dapat dilihat data angka kecelakaan kerja pada awal PT.
X mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001:2007 di tahun 2006 hingga tahun
2011. Dari tahun 2006 hingga 2010 terlihat trend jumlah angka kecelakaan
kerja yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kecelakaan kerja yang
terjadi umumnya hanya berupa insiden dan kecelakaan ringan. Insiden
merupakan kejadian hampir celaka, sedangkan kecelakaan ringan
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan karyawan hanya memerlukan
pertolongan pertama dan korban kembali bekerja pada tugas semula pada
giliran kerja hari berikutnya (kurang dari satu hari kerja). Dengan tidak
adanya kecelakaan sedang yaitu kecelakaan yang mengakibatkan karyawan
tidak masuk dalam 2 x 24 jam sesuai dengan peraturan Kemenakertrans,
maka mulai dari tahun 2008 PT. X mendapatkan sertifikat Zero Accident
dari Kemenakertrans hingga tahun 2011.
Dalam memastikan SMK3 berjalan dengan baik, dibentuk organisasi
yang terdiri dari :
1. Tim Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
2. Unit kerja yang memantau implementasi sistem K3 dan lingkungan.
3. Unit operasional yang melaksanakan kegiatan monitoring safety.
4. Unit operasional yang mengelola lingkungan (limbah padat, cair, B3,
dan emisi).
Keterangan singkat dari aliran implementasi SMK3 pada PT. X di
Bandung, Jawa Barat adalah :
1. Plan
Menetapkan proses perencanaan untuk :
�
42�
a. Mengidentifikasi bahaya dan risiko dari keselamatan dan kesehatan
kerja aspek internal dan eksternal.
b. mengidentifikasi dan memantau peraturan perundangan, perizinan
dan persyaratan lainnya, termasuk kriteria kinerja internal di bidang
K3.
c. Menetapkan proses, sasaran dan program K3 yang diperlukan
untuk pencapaian kebijakan K3.
d. Mengembangkan dan menggunakan indikator kinerja K3.
2. Do
Menerapkan dan mengoperasikan SMK3 :
a. Membuat struktur manajemen, menetapkan peran dan tanggung
jawab beserta wewenang yang memadai.
b. Menyediakan sumber daya yang memadai.
c. Melatih karyawan dan memastikan kesadaran dan kompetensi
karyawan di bidang K3, seperti pelatihan penggunaan alat
pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant, pelatihan evakuasi,
P3K, dan lain-lain.
d. Mengembangkan dan memelihara dokumentasi.
e. Menetapkan dan menerapkan pengendalian dokumen.
f. Menetapkan dan menerapkan pengendalian operasional dengan
menerapkan hirarki pengendalian.
g. Memastikan kesiapan dan tanggap darurat, berupa simulasi tanggap
darurat rutin.
3. Check
Melakukan pemeriksaan proses SMK3 :
a. Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kebijakan K3,
Obyektif, legal dan persyaratan lainnya.
b. Mengevaluasi status kesesuaian terhadap peraturan perundangan
dan perizinan di bidang K3.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian dan mengambil tindakan
perbaikan dan pencegahan.
d. Mengelola catatan, atau rekaman.
�
43�
e. Melakukan audit internal secara periodik (setahun 2 kali) dan safety
patrol ke seluruh bagian.
4. Action
a. Melakukan tinjauan manajemen terhadap SMK3 setiap bulan
quality, safety, health and environmental meeting (QSHE meeting).
b. Mengidentifikasi area untuk improvement K3.
4.3. Klausul – klausul OHSAS 18001:2007 pada PT. X
Klausul 4.1 PERSYARATA� UMUM
PT. X telah membuat, mendokumentasikan, memelihara dan
meningkatkan sistem manajemen K3 secara berkelanjutan, sesuai dengan
persyaratan standar OHSAS, serta menetapkan bagaimana memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ada.
Klausul 4.2 KEBIJAKA�
Top Management telah menunjukkan komitmennya terhadap K3
dengan adanya sebuah kebijakan tertulis. Kebijakan tersebut terdapat pada
poin 7 dalam 9 kebijakan perusahaan yang didokumentasikan dan disahkan
melalui pembubuhan tanda tangan oleh Direktur Utama perusahaan.
Sembilan (9) Kebijakan tersebut adalah :
1. Produk bermutu tinggi.
2. Produk ramah lingkungan.
3. Berdaya saing global.
4. Kepuasan pelanggan.
5. Perbaikan berkesinambungan.
6. Pengendalian pencemaran.
7. Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
8. Penghematan energi dan SDA.
9. Patuh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya.
Kebijakan tersebut merupakan manajemen sistem yang saling
terintegrasi, dikomunikasikan dan selalu diingatkan kepada seluruh
karyawan perusahaan melalui berbagai media, yaitu poster kebijakan di
depan jalan menuju gedung perusahaan, di setiap ruang divisi hingga
bagiannya, hingga website perusahaan serta diperkenalkan kepada setiap
�
44�
tamu atau vendor perusahaan di setiap induction training. Selanjutnya
kebijakan K3 tersebut diterapkan dan dipelihara melalui standar operasional
prosedur (SOP) di setiap masing-masing bagian.
Klausul 4.3 PERE�CA�AA�
Klausul 4.3.1. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan
pengendalian
Pengendalian bahaya pada perusahaan ini mengacu pada pedoman
SM-S20 : Manajemen risiko korporat. Dokumen tersebut salah satunya
menjelaskan tentang pedoman dalam melaksanakan manajemen risiko K3.
Mulai dari identifikasi, penilaian risiko, klasifikasi risiko, pengendalian
risiko dan evaluasinya. Kemudian adanya dokumen prosedur baku 100K-
SIS-IAP (identifikasi aspek penting) dan prosedur baku 100K-SIS-JSA
(Analisa Keselamatan kerja).
Dokumen prosedur baku 100K-SIS-IAP menjelaskan tentang
langkah-langkah teknis dalam melakukan manajemen risiko K3 dan
lingkungan di perusahaan ini, identifikasi bahaya, penilaian risiko,
klasifikasi risiko, pengendalian risiko dan evaluasinya. Mulai dari
penentuan area, kegiatan atau produk atau jasa, rincian dari kegiatan atau
produk atau jasa, aspek bahaya, dampak, kondisi operasinya apakah rutin
atau tidak rutin dan normal/abnormal/darurat, kemungkinan kejadian dari A-
F (kecil-besar), tingkat keparahan 1-4 dengan melihat dari pengaruhnya
pada (9) aspek yang telah ditentukan perusahaan. Kemudian ditentukan
letaknya melalui matriks jika tingkat kepentingannya ya, maka harus
ditindaklanjuti, sedangkan tidak berarti sudah dapat diatasi.
Pengendalian risiko menggunakan prinsip hirarki kontrol bahaya K3.
Masing-masing seluruh kepala bagian wajib membuat, menyusun dan
memeriksa aspek K3. Dibantu dengan karyawan dan operator harus
mengidentifikasi aspek penting K3 di lingkungan kerjanya. Aspek penting
yang ditentukan adalah bahaya-bahaya yang ada, datang baik dari dalam
maupun dari luar. Bahaya-bahaya tersebut dapat berupa bahaya :
1. Fisik : Suhu dingin, getaran dan kebisingan.
2. Kimia : Berbagai bahan kimia yang digunakan di PT. X, misalnya
formaldehid, HCl, NaOH dan lain-lain).
�
45�
3. Biologi : Virus (campak, polio, influenza), bakteri (c. difteri, b.
pertusis, c. tetani, mycobacterium bovis dan lain-lain).
4. Ergonomi : Posisi kerja tidak sesuai, waktu kerja, kelelahan kerja.
5. Psikososial : Monoton dalam bekerja.
Disamping itu juga harus dipertimbangkan pula hal-hal yang bisa
menjadi penyebab timbulnya kecelakaan kerja, yaitu unsafe action, unsafe
condition dan mismanagement.
Selanjutnya aspek penting tadi dikelompokkan dan dianalisis apakah
dapat dikendalikan atau tidak. Bila dapat dikendalikan maka dituangkan
resumenya dalam dokumen 100K-SIS-JSA. Langkah-langkah untuk
mengendalikan tingkat risiko bahaya adalah :
1. Eliminasi.
2. Substitusi.
3. Engineering control.
4. Administratif (prosedur baku, rambu-rambu peringatan, rotasi
karyawan, membatasi waktu memasuki area tertentu, supervisi dan
pelatihan).
5. Alat pelindung diri, atau APD (penggunaan ear muff, ear plug, sarung
tangan masker, sepatu safety, dan lain-lain).
Apabila aspek penting atau bahaya tersebut tidak dapat dikendalikan,
maka harus dibuat program K3. Contoh identifikasi aspek penting (IAP)
yang ada pada Bagian Environment and Safety terdapat pada Lampiran 3.
Klausul 4.3.2. Peraturan perundangan dan persyaratan lain
Secara umum K3 yang terdapat dalam perusahaan ini memiliki
peraturan dan dasar hukum berikut :
1. Undang-undang tenaga kerja No.2 tahun 1970 : keselamatan kerja.
2. Permenaker No. PER. 05/MEN/1996 : SMK3.
3. Kep.Menaker No.KEP.51/MEN/1999 : Nilai ambang batas faktor fisika
di tempat kerja.
4. Kep.Menkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002: Persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri.
�
46�
Selain itu masih terdapat peraturan perundangan dan persyaratan K3
lainnya. Perusahan telah mendokumentasikannya di dalam “Daftar
Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya di Bidang K3”. Perundangan
mengenai hal-hal tersebut menjadi syarat dan dasar aturan K3 yang harus
dijalankan dalam SOP setiap bagian perusahaan.
Apabila ada perundangan dan persyaratan yang terkait K3 terbaru
atau digantikan, langsung diinformasikan oleh divisi bagian hukum kepada
P2K3. Selanjutnya P2K3 dan Quality Assurance (QA) melakukan revisi dan
dikomunikasikan kepada divisi atau bagian yang bersangkutan.
Klausul 4.3.3. Tujuan dan program
Setiap kepala divisi membuat dan menyusun usulan tujuan dan
sasaran K3 serta apa yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan
sasaran K3 dalam sebuah program. Dibuatnya tujuan dan program tersebut
adalah sebagai kelanjutan dari IAP yang masih memerlukan kontrol lebih
lanjut. Program tersebut dilaporkan kepada P2K3 yang kemudian dibuatlah
“Resume Program Manajemen Lingkungan dan K3” dan dilaporkan dalam
QSHE meeting. Informasi yang diberikan disusun berdasarkan aspek
penting, sasaran, program, biaya, waktu dan pihak penyelenggara program
tersebut. Contoh program yang dibuat oleh Bagian Environment and Safety
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Klausul 4.4. Penerapan dan operasi
Klausul 4.4.1. Sumber daya, peran, tanggungjawab, tanggung
gugat dan wewenang
Direktur Utama merupakan penanggungjawab tertinggi dalam K3.
Hal ini dapat ditunjukkan melalui struktur organisasi K3 (Gambar. 4)�
�
�
�
�
�
�
�
Gambar 4. Struktur organisasi K3 pada PT. X
Direktur Utama
Divisi Corporate Secretary
Environment and safety
Divisi Quality Assurance
Tim P2K3 SDM
Health
�
47�
Dalam perusahaan ini, Direktur Utama menunjuk Corporate
Secretary sebagai MR melalui keputusan direksi dengan peran
mengoordinasi dan mengelola SMM, Lingkungan dan K3 efektif, meliputi
keseluruhan aktivitas perusahaan sesuai arahan Direktur Utama dan sesuai
dengan kebijakan, pedoman dan dokumen pendukung yang berlaku di
perusahaan. MR tersebut memiliki tiga wakil yaitu wakil MR OHSAS
18001, Mutu ISO 9001 dan ISO 14001.
Tanggungjawab dan wewenang MR adalah :
1. Beroperasi sesuai Good Manufacturing Practice (GMP), ISO 9001,
ISO 14001, OHSAS 18001 dan standar lain yang mungkin diperlukan
perusahaan.
2. Mengelola rapat QSHE council dengan kepala divisi lain atau setingkat
kepala divisi yang membahas mengenai kinerja sistem mutu,
lingkungan, dan K3 di perusahaan.
3. Mengelola rapat tinjauan manajemen dengan direksi dan melaporkan
hasil dan rekomendasi rapat QSHE council, serta memberikan
rekomendasi lain untuk perbaikan yang terkait dengan sistem mutu,
lingkungan dan K3.
4. Memastikan kecukupan sumber daya untuk melakukan tugas yang
berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 dalam area
tanggungjawabnya.
5. Memastikan tindakan yang tepat waktu dan efektif dilakukan oleh
bagian yang sesuai untuk memelihara integritas sistem mutu,
lingkungan dan K3.
6. Menelaah program dan sistem, serta pencapaian tujuan dan sasaran
mutu, lingkungan dan K3 perusahaan.
7. Menetapkan dan memelihara sistem tindakan koreksi dan pencegahan
untuk memastikan penanganan yang efektif dari kekurangan sistem
mutu, lingkungan dan K3.
8. Memastikan dokumentasi sistem mutu perusahaan selalu aktual.
�
48�
Pada setiap Divisi memiliki tanggungjawab dalam menjalankan K3.
Tanggungjawab setiap divisi terkait K3 tersebut ialah :
1. Kepala Divisi Produksi vaksin virus :
Bertanggungjawab atas aktivitas produksi untuk menghasilkan produk
bulk Polio, bulk Campak, Vaksin Polio dan Vaksin Campak yang
memenuhi persyaratan pelanggan, memperhatikan aspek mutu,
lingkungan dan K3, termasuk memeriksa dan menandatangani catatan
batch produksi untuk memastikan bahwa produksi telah sesuai prosedur
dan produk sesuai spesifikasi.
2. Kepala Divisi Produksi Vaksin Bakteri
Bertanggungjawab atas aktivitas produksi untuk menghasilkan produk
bulk Tetanus, bulk Difteri, bulk Pertusis, Vaksin Bacille Calmette
Guerin (BCG) dan Vaksin Haemophilus Influenza Type B (HIB) yang
memenuhi persyaratan pelanggan, memperhatikan aspek mutu,
lingkungan dan K3, termasuk memeriksa dan menandatangani catatan
batch produksi untuk memastikan bahwa produksi telah sesuai prosedur
dan produk sesuai spesifikasi.
3. Kepala Divisi Produksi Farmasi
Bertanggungjawab atas aktivitas produksi untuk menghasilkan produk
Vaksin Tetanus Toksoid (TT), Difteri and Tetanus (DT), Difteri,
Tetanus, Pertusis (DTP), Difteri, Pertusis, Tetanus and Hepatitis B
(DTP-HB), Hepatitis Type B (Hep B), produk antisera dan diagnostik
yang memenuhi persyaratan pelanggan, memperhatikan aspek mutu,
lingkungan dan K3 termasuk memeriksa dan menandatangani catatan
batch produksi untuk memastikan bahwa produksi lebih sesuai prosedur
dan produk sesuai spesifikasi.
4. Kepala Divisi Pengawasan Mutu
Bertanggungjawab atas pengembangan dan pelaksanaan pengujian
mutu untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan pelanggan, termasuk di dalamnya bertanggungjawab dalam
menjamin bahwa uji telah dilakukan sesuai metoda uji dan prosedur
yang berlaku, pengesahan dokumen pengujian, memeriksa dan
�
49�
menandatangani catatan batch pengujian, memastikan bahwa proses
pengujian telah sesuai prosedur dan menjamin bahwa karyawan di
divisi pengujian telah terkualifikasi dengan tetap memperhatikan aspek
mutu, lingkungan dan K3.
5. Kepala Divisi QA
Bertanggungjawab atas jaminan mutu seluruh bahan dan alat yang
dipakai untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
pelanggan, dengan mengawasi pelaksanaan K3, pengendalian limbah,
memastikan pemantauan dan pengukuran kinerja sistem mutu,
lingkungan dan K3, mengawasi kepatuhan terhadap peraturan
perundangan yang berhubungan dengan lingkungan dan K3, melakukan
audit, validasi alat dan proses, mengendalikan dokumen, mengelola
Good Manufacturing Practice (GMP) training, mengelola product
complaint, recall, rework dan reprocess, mengelola deviasi
(penanganan ketidaksesuaian), change control (penanganan perubahan),
mengeluarkan sertifikat analisa atau sertifikat release yang
membuktikan bahwa produk yang dihasilkan dapat dipasarkan serta
menjalankan proses sistem registrasi produk ke Badan Pengawas Obat-
Obatan dan Makanan (BPOM) atau ke negara lain untuk keperluan
ekspor dan proses pra-kualifikasi WHO.
6. Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan
Bertanggungjawab atas aktivitas penelitian dan pengembangan produk
maupun metoda uji yang akan menunjang produksi dan pengawasan
mutu, termasuk perencanaan, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan
penelitian dan pengembangan (litbang) vaksin, produk selain vaksin
dan informasi riset dengan memperhatikan aspek mutu, lingkungan dan
K3.
7. Kepala Divisi Surveillance dan Evaluasi Produk
Bertanggungjawab terhadap kegiatan surveillance dan epidermiologi
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dibutuhkan
untuk mendukung kebijakan dan program kerja perusahaan serta
terhadap kegiatan uji klinik produk perusahaan baik yang baru, maupun
�
50�
yang sudah dipasarkan (post marketing surveillance) dengan
memperhatikan aspek mutu, lingkungan dan K3.
8. Kepala Divisi SDM
Bertanggungjawab di dalam pelaksanaan pengadaan, pemeliharaan,
pengembangan, mutasi, promosi, demosi dan separasi SDM,
mengadakan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan
termasuk mengenai aspek lingkungan dan K3 di perusahaan.
9. Kepala Divisi Teknik dan Pemeliharaan
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan validasi, kalibrasi alat serta
pemeliharaan instalasi dan perbaikan peralatan dan utilitas produksi,
pengujian mutu dan penunjangnya dengan memperhatikan aspek
lingkungan dan K3, memastikan pemantauan dan pengukuran kinerja
lingkungan, merencanakan perbaikan kinerja alat untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan.
10. Kepala Divisi Penjualan Dalam Negeri
Bertanggungjawab dalam melakukan penjualan produk di dalam negeri
sesuai dengan persyaratan pelanggan dan memperhatikan aspek mutu,
lingkungan dan K3.
11. Kepala Divisi Penjualan Ekspor
Bertanggungjawab dalam melakukan penjualan produk di luar negeri
yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan memperhatikan aspek
mutu, lingkungan dan K3.
12. Kepala Divisi Hewan Laboratorium
Bertanggungjawab dalam menyediakan hewan dan bahan hewan untuk
kepentingan produksi dan pengujian mutu, memonitor kesehatan hewan
uji, memelihara hewan uji, serta melaksanakan uji in vivo dengan
memperhatikan aspek mutu, lingkungan dan K3.
13. Kepala Divisi Logistik
Bertanggungjawab dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa
yang memenuhi persyaratan pelanggan dan perundangan yang berlaku,
serta mensosialisasikan penerapan K3 dan lingkungan kepada pihak
vendor, pemasok, atau rekanan perusahaan.
�
51�
14. Kepala Divisi Anggaran dan Akuntansi
Bertanggungjawab dalam mengkoordinir penyusunan rencana kerja
anggaran perusahaan (RKAP) tahunan dan rencana jangka panjang
perusahaan (RJPP) lima (5) tahunan serta melaporkan realisasi
pelaksanaannya dalam bentuk laporan manajemen dan laporan
keuangan perusahaan serta peraturan dan standar yang berlaku.
15. Kepala Divisi Administrasi dan Keuangan
Bertangungjawab dalam mengatur cash flow perusahaan agar likuiditas
perusahaan tidak terganggu, mengelola pajak perusahaan sebagai wajib
pajak yang patuh, dan mengelola program kemitraan dan bina
lingkungan sebagai komitmen perusahaan terhadap pengembangan
usaha kecil dan Koperasi, serta lingkungan sosial masyarakat.
16. Kepala Divisi Satuan Pengawasan Internal
Bertanggungjwab dalam pengawasan kekayaan perusahaan dengan
melakukan pemeriksaan keuangan dan operasional perusahaan dengan
memperhatikan aspek lingkungan dan K3, agar aktivitas perusahaan
berjalan secara efisien dan efektif mengacu kepada peraturan
perundang-undangan dan standar yang berlaku.
17. Kepala Divisi Pelayanan Jasa
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pelayanan jasa kesehatan seperti
vaksinasi dan pemeriksaan laboratorium kepada pelanggan internal dan
eksternal dengan mempertimbangkan aspek K3 dan lingkungan.
18. Kepala Divisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Bertanggungjawab terhadap pengendalian material, mencakup
perencanaan dan pengendalian bahan baku untuk proses manufaktur
dan barang-barang kebutuhan lainnya dengan memperhatikan aspek
keamanan terhadap barang dan personal yang mengendalikannya
dengan memperhatikan material safety data sheet (MSDS) atas material
dan aspek lingkungan dan K3.
19. Kepala Divisi Corporate Secretary
Bertanggungjawab mengelola informasi internal, maupun eksternal
untuk memastikan bahwa mekanisme komunikasi perusahaan
�
52�
dilaksanakan dan mengelola dokumen berupa surat internal maupun
eksternal untuk memastikan pengelolaan dan pengarsipan surat
dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku serta melaksanakan
koordinasi kegiatan umum perusahaan dengan memperhatikan aspek
mutu, lingkungan dan K3.
20. Kepala Divisi Penunjang Pemasaran
Bertanggungjawab terhadap proses distribusi produk, memastikan
ketersediaan produk sesuai permintaan konsumen dan memastikan
produk yang didistribusi telah dipak sesuai dengan karakteristik produk
serta memperhatikan aspek mutu, lingkungan dan K3.
Klausul 4.4.2. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian
Karyawan memiliki kompetensi terhadap bidang ilmu pada masing-
masing pekerjaannya termasuk untuk memenuhi ketentuan untuk
mendapatkan izin dan memenuhi peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku. Dalam kaitannya dengan K3 dapat dibuktikan dengan adanya
sertifikasi ahli K3 umum, K3 kimia, K3 kebakaran, K3 teknisi listrik,
Dokter dan Perawat hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes),
serta K3 boiler.
Dalam meningkatkan produktivitas karyawan, pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sesuai pekerjaannya dilakukan training yang
terkait dengan aktivitas kerja secara berkesinambungan. Untuk itu dibuatlah
rencana pelatihan (aster training program) yang didasari dari kebutuhan
pelatihan setiap bagian atau personel (training needs analysis) yang
merupakan hasil monitoring dari penilaian efektivitas pelatihan tahun
sebelumya atau standar yang berlaku.
Training internal yang berkaitan dengan K3 dilakukan di setiap
bagian dan juga kepada karyawan yang baru masuk melalui induction
training, dengan topik diantaranya kebijakan perusahaan terutama dari segi
kepedulian terhadap K3 dan lingkungan, tata cara pembuangan sampah
sesuai dengan karakteristiknya, penggunaan APAR, material safety data
sheet (MSDS), kesiagaan atau keadaan tanggap darurat dan jalur evakuasi
(assembly point) dan pengenalan terhadap rambu-rambu lingkungan dan K3
�
53�
yang ada di dalam lingkungan perusahaan. Prosedur yang mengatur
pelaksanaan pelatihan adalah dokumen 100K-SIS-12. Untuk internal
karyawan dilakukan juga pelatihan untuk pihak kontraktor yang akan
bekerja di lingkungan perusahaan, pelatihan ini merupakan salah satu
persyaratan dalam memberikan izin kerja sesuai prosedur baku 100K-IKER-
01.
Sebagai kepedulian terhadap K3, perusahaan telah menunjukkannya
dengan cara berikut :
1. Usaha untuk memenuhi peraturan perundangan lingkungan dan K3,
serta persyaratan lainnya yang terkait.
2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, kontraktor,
vendor atau pemasok dengan menerapkan prosedur kerja yang aman
sesuai kebijakan perusahaan.
3. Evaluasi kepatuhan terhadap perundangan serta tinjauan keefektifan
sistem yang dikomunikasikan melalui forum QSHE council dan
manajemen review.
4. Pembentukan organisasi P2K3.
Klausul 4.4.3. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
Klausul 4.4.3.1. Komunikasi
Secara umum hal-hal yang dikomunikasikan pada pihak internal
maupun eksternal, yaitu :
1. Informasi mengenai produk, lingkungan dan K3 seperti kebijakan.
2. Jawaban pertanyaan yang diajukan dari pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Klarifikasi ketidakjelasan kontrak, atau addendum.
4. Informasi kinerja perusahaan.
5. Informasi keikutsertaan karyawan dalam suatu program yang terkait
dengan kinerja perusahaan.
Dalam mengkomunikasikan K3 seperti bahaya-bahaya, risiko,
ataupun sistem manajemennya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
telah ada. Misalnya, dokumen identifikasi aspek bahaya yang baru atau
�
54�
telah direvisi oleh kepala bagian harus disampaikan melalui training terlebih
dahulu baru disahkan oleh pihak QA.
Dalam mengkomunikasikan hal-hal mengenai K3, P2K3 dan Bagian
Environment and safety selalu melakukan induction training tentang K3,
JSA kepada kontraktor dan Karyawan baru. Begitu juga dengan tamu,
perusahaan memberikan induction training, atau minimal memberi petunjuk
melalui surat tanda izin masuk yang diberi oleh bagian keamanan sebelum
tamu memasuki kawasan.
Klausul 4.4.3.2. Partisipasi dan konsultasi
Partisipasi dan konsultasi tentang K3 dapat dilakukan melalui
komunikasi dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Hal tersebut telah
berjalan dengan baik karena dapat dilihat dari adanya catatan mengenai
“partisipasi karyawan tentang K3 di lingkungan perusahaan” yang
disampaikan secara langsung maupun media lain seperti intranet perusahaan.
Catatan tersebut berupa laporan dari karyawan akan adanya sumber bahaya
yang memungkinkan adanya ancaman terhadap K3, atau stakeholder yang
berada dalam lingkungan tersebut.
Melalui intranet perusahaan, dalam Public Folder telah disediakan
“Forum K3” sebagai wadah informasi K3 bagi seluruh karyawan. Sebagai
wadah partisipasi karyawan terhadap masalah K3, maka karyawan tersebut
dapat memberikan saran, masukkan dan hal lain secara langsung kepada
perwakilan Anggota Tim P2K3 (Panitia Pembina K3) yang berada di
Divisinya masing-masing maupun langsung kepada Ketua dan Sekretaris
P2K3, termasuk kepada Seksi Safety dari Bagian Environment and Safety.
Saran, masukan, atau hal-hal lain yang bersangkutan tentang K3 tersebut
akan diselesaikan dan dicari jalan keluarnya dalam rapat Tim P2K3.
Klausul 4.4.4. Dokumentasi
Pelaksanaan dari kesisteman yang diterapkan khususnya sistem K3
dapat berjalan sesuai dengan kebijakan dan aturan yang ada. Untuk itu maka
diperlukan pedoman dan prosedur yang menjelaskan seluruh aktivitas yang
dikerjakan secara garis besar. Struktur dokumentasi yang terdapat dalam
perusahaan ini terdiri atas :
�
55�
1. Manual
Manual merupakan dokumen tingkat pertama yang berisi tentang
kebijakan perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan ISO 9001,
ISO 14001, OHSAS 18001, cara produksi obat yang baik (CPOB),
Association of South East Asia Nation Good Manufacturing Practice
(ASEAN GMP), WHO GMP dan mengikuti perkembangan persyaratan
GMP secara global. Manual perusahaan ini terdiri dari dua, yaitu :
a. Manual I PT. X seperti visi, misi, kebijakan dan tujuan.
b. Manual II PT. X seperti bisnis proses yang utama (penerimaan
order, pengadaan. Produksi, pengujian, pengemasan dan distribusi).
2. Pedoman
Pedoman merupakan dokumen tingkat kedua yang berisi pedoman
untuk mengimplementasikan kebijakan yang ada pada manual.
Pedoman dibuat untuk setiap aktivitas sesuai aliran bisnis proses
perusahaan.
3. Dokumen pendukung
Dokumen pendukung merupakan dokumen tingkat ketiga yang berisi
prosedur atau langkah detail untuk menjalankan suatu pekerjaan. Isi
dari dokumen pendukung mencakup : prosedur baku, formula induk,
spesifikasi, protokol, formulir data dan catatan atau record.
Dokumen tingkat I terdiri dari dua (2) dokumen, yaitu Manual 1 dan
manual 2. Kemudian dokumen tingkat II berjumlah 135 dokumen pedoman
SM.S.20 yaitu manajemen risiko korporat. Untuk tingkat III terdapat 4494
dokumen dimana dokumen tersebut merupakan dokumen pendukung
(prosedur baku). Dokumen yang menyangkut K3 yang ada dalam
perusahaan ini, yaitu :
1. 100K-SIS-IAP : Identifikasi Aspek/Bahaya dan Dampak/ Risiko.
2. 100K-SIS-JSA : Analisa Keselamatan Kerja
3. 100K-PAK-01 : Penyakit Akibat Kerja
4. 100K-KK-01 : Penanganan Kecelakaan Kerja.
5. 100K-SIS-08 : Pemantauan Kesehatan Karyawan.
6. 100K-SIS-12 : Pelatihan Karyawan
�
56�
7. 214K-KTD-01 : Kesiagaan dan Tanggap Darurat
8. 214K-APDK-01 : Alat Pemadam Kebakaran dan Deteksi Kebakaran.
9. 100K-SP-01 : Safety Patrol.
10. 100K-IKER-01 : Izin Kerja.
11. 100K-MonC-01 : Monitoring catering.
12. 100K-LOTO-01 : Lock out tag out.
13. 100K-PRKL-01 : Penyediaan rambu K3 dan lingkungan.
14. 100K-SIS-31 : Cuci tangan.
15. 100K-SIS-34 : Penanganan luka akibat gigitan, cakaran, goresan
di fasilitas hewan.
16. 100K-SIS-36 : Pembatasan akses.
17. 100K-SIS-EK : Evaluasi kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
perundangan lingkungan dan K3.
18. 100S-LK3-01 : Spesifikasi pemantauan dan pengukuran
Lingkungan dan K3.
19. 100K-SIS-08 : Prosedur Pemantauan Kesehatan Karyawan.
Klausul 4.4.5. Pengendalian dokumen
Pengandalian dokumen yang dilakukan oleh perusahaan ini
seluruhnya dikendalikan oleh QA. Kriterianya mulai dari adanya halaman
yang lengkap, ditetapkan tanggal berlaku dan nomor revisinya, harus
diberikan catatan referensi apabila dokumen tersebut terkait dengan
dokumen lainnya agar mudah ditelusuri. Prosedur pengendalian dokumen
berlaku untuk semua dokumen yang ada dalam perusahaan dan menjadi
panduan dalam pembuatan, pendistribusian, perubahan dan penarikan
dokumen.
Klausul 4.4.6. Pengendalian operasional
Pengendalian operasional yang didokumentasikan untuk menangani
bahaya K3 di perusahaan, yaitu :
1. 100K-SIS-IAP : Identifikasi Aspek Bahaya dan Risiko.
2. 100K-SIS-JSA : Analisa Keselamatan Kerja
3. 100K-KK-01 : Penanganan Kecelakaan Kerja. Dokumen ini
menjelaskan bagaimana menangani kecelakaan ataupun kejadian
�
57�
hampir celaka sehingga dapat dilakukan tindakan secara cepat, tepat
dan sesuai prosedur yang diberlakukan.
4. 214K-KTD-01 : Kesiagaan dan Tanggap Darurat. Dokumen ini
menjelaskan bagaimana pengendalian, tindakan antisipasi dan
penanggulangan keadaan darurat dalam 24 jam, serta pelaporan
kesiagaan dan tanggap darurat.
5. 214K-APDK-01 : Alat Pemadam Kebakaran dan Deteksi Kebakaran.
6. 100K-PAK-01 : Penyakit Akibat Kerja
7. 100K-SIS-08 : Pemantauan Kesehatan Karyawan.
8. 100K-SIS-12 : Pelatihan Karyawan
9. 214K-KTD-01 : Kesiagaan dan Tanggap Darurat
10. 214K-APDK-01 : Alat Pemadam Kebakaran dan Deteksi Kebakaran.
11. 100K-SP-01 : Safety Patrol.
12. 100K-IKER-01 : Izin Kerja, dll.
13. 100K-MonC-01 : Monitoring catering.
14. 100K-LOTO-01 : Lock out tag out.
15. 100K-PRKL-01 : Penyediaan rambu K3 dan lingkungan.
16. 100K-SIS-31 : Cuci Tangan.
17. 100K-SIS-34 : Penanganan luka akibat gigitan, cakaran, goresan,
di fasilitas hewan.
18. 100K-SIS-36 : Pembatasan akses.
Seluruh prosedur baku yang dibuat untuk melakukan operasional
kegiatan sehari-hari sudah mempertimbangkan aspek mutu, K3 dan
lingkungan serta merujuk pada standar nasional dan internasional, peraturan,
serta undang-undang yang telah ditetapkan.
Klausul 4.4.7. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
Kesiapsiagan dan tanggap darurat telah dibuat prosedurnya,
diterapkan dan didokumentasikan. Diawali perusahaan dengan
mengidentifikasi keadaan darurat dan bencana yang kemungkinan dapat
�
58�
terjadi. Hal ini dilakukan untuk meminimumkan dampaknya terhadap
seluruh karyawan, aset perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Untuk mengantisipasi dan meminimumkan dampak dari keadaan
darurat terhadap karyawan, aset perusahaan, masyarakat dan lingkungannya
dibuat suatu prosedur dokumen 214K-KTD-01 yang meliputi pengendalian,
tindakan antisipasi dan penanggulangan keadaan darurat dalam 24 jam
seperti kesiagaan kebakaran, gempa bumi, huru hara dan ancaman,
pelaporan dan tanggap darurat, serta sistem komandonya. Selain itu terdapat
prosedur pengendalian terhadap pemadaman kebakaran yang mencakup
penempatan, pengoperasian penggunaan APAR, hydrant dan fire alarm
untuk mendukung kegiatan pencegahan dan pemeliharaan alat pemadam
dan deteksi kebakaran yang mencakup penempatan, pengoperasian dan
pemeliharaan alat pemadam dan deteksi kebakaran. Prosedur tersebut
terdapat pada dokumen 214K-APDK-01.
Untuk melihat efektivitas sistem tanggap darurat, di dalam prosedur
penanganan keadaan darurat dilakukan emergency drill and simulation
setiap dua (2) tahun sekali dengan melibatkan karyawan dan masyarakat
sekitar perusahaan. Hal yang dilakukan meliputi seluruh aspek tanggap
darurat seperti :
1. Simulasi kebakaran penggunaan APAR, hydrant, uji coba jalur
evakuasi dan lain-lain.
2. Simulasi gempa bumi.
3. Huru hara.
4. Ancaman bom.
5. Situasi atau keadaan darurat mengenai contingency plan perusahaan.
Review pelaksanaan simulasi tanggap darurat dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara simulasi dengan prosedur yang berlaku dan efektivitas
prosedur yang berlaku. Apabila diperlukan, dapat mengulangi simulasi, atau
melakukan revisi terhadap prosedur baku jadwal pelaksanaan simulasi
tanggap darurat.
�
59�
Klausul 4.5. Pemeriksaan
Klausul 4.5.1. Pemantauan dan pengukuran kinerja
Identifikasi bahaya K3 dan pengelolaannya sudah dilakukan oleh
masing-masing bagian dalam perusahaan dan diperbaharui secara reguler
untuk peningkatan berkelanjutan. Untuk memastikan bahwa K3
diimplementasikan dengan baik, maka dilakukan internal audit dan safety
patrol secara teratur.
Prosedur yang mengatur kegiatan safety patrol adalah dokumen
100K-SP-01. Inspeksi rutin khusus untuk K3 dilakukan satu bulan sekali
oleh tim P2K3 yang dilakukan Bagian Safety untuk memastikan kondisi
tempat kerja (peralatan, bahan, tata cara kerja dan prosedur kerja) di
lingkungan operasi perusahaan dalam kondisi aman, sesuai standar pedoman
teknis yang berlaku yang meliputi unsafe condition dan unsafe action.
Safety Patrol (Tim P2K3) dilakukan rutin setiap bulan ke seluruh area
perusahaan. Hasil temuan safety patrol dikirimkan ke MR dalam bentuk
laporan untuk dibahas dalam QHSE council meeting. Sedangkan seluruh
kegiatan K3 dilaporkan secara berkala per tiga (3) bulan oleh Tim P2K3 ke
Dinas Tenaga Kerja Kota Jawa Barat.
Pemantauan kebisingan lingkungan (mengacu pada Kep. Men LH
No.48/1996) dan pemantauan kebisingan di tempat kerja dilakukan setiap 6
bulan oleh pihak eksternal (mengacu pada Kep. Menaker No. Kep.
51/MEN/1999).
Untuk menjamin kesehatan karyawan dilakukan pemantauan
kesehatan. Hal ini diatur pada prosedur baku 100K-SIS-08 untuk
mengeliminasi potensi sumber kontaminasi yang berasal dari karyawan dan
melindungi karyawan, serta hal-hal yang membahayakan selama berada di
lingkungan perusahaan, yaitu :
1. Setiap karyawan diwajibkan mendapatkan vaksinasi sesuai dengan
risiko kemungkinan penyakit yang akan terpapar dan memiliki liter
antibodi yang protektif terhadap organisme infeksius yang ditangani.
2. Pemeriksaan kesehatan awal untuk calon karyawan dan pemeriksaan
berkala satu tahun sekali.
�
60�
3. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi visual inspector berupa
pemeriksaan berkala enam bulan sekali.
4. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang memiliki resiko
bising dilakukan pemeriksaan audiometrik dan pelaksanaannya
dilakukan minimal setiap satu (1) tahun sekali.
5. Karyawan yang dinyatakan sakit berat oleh dokter, cukup infeksius atau
memiliki luka terbuka yang dapat memengaruhi mutu produk, tidak
dapat dimasuki general area dan ruang berkelas. Tidak diperbolehkan
juga menangani bahan baku, kemasan, bahan dalam proses dan produk
sampai dinyatakan sembuh.
6. Untuk karyawan yang memiliki risiko pekerjaan khusus, perlindungan
dan pemantauannya akan dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari
Tim Dokter Poliklinik.
Sesuai dengan dokumen 100K-PAK-01, pemeriksaan terhadap
karyawan yang sakit akan dilakukan investigasi untuk memastikan
penyebab akibat kerja. Di dalamnya mencakup aturan alur deteksi, alur
investigasi, penanganan dan pelaporan penyakit akibat kerja yang harus
diterapkan oleh tim P2K3 dan tim dokter poliklinik yang terlibat dalam
rangkaian investigasi PAK di lingkungan perusahaan termasuk tindakan
pencegahan dan tindakan perbaikannya.
Klausul 4.5.2. Evaluasi kesesuaian
Evaluasi kesesuaian dilakukan terhadap prosedur baku yang dinilai
apakah sudah sesuai dengan yang ada di lapangan atau tidak, adanya hal-hal
yang harus diperbaiki atau ditambahkan, atau tidak. Selain itu evaluasi
kesesuaian juga dilakukan terhadap implementasi dari undang-undang,
peraturan dan standar nasional maupun internasional yang telah diikuti. Jika
sudah baik berarti tidak ada masalah, tetapi jika terdapat ketidaksesuaian
maka harus ada tindakan perbaikan. Begitupun ketika ada peraturan atau
undang-undang baru yang mengharuskan perusahaan untuk
melaksanakannya di dalam prosedur baku, maka harus ada revisi.
Sebagai salah satu contoh pada Bagian Environment and Safety
dilakukan evaluasi kesesuaian dalam pelatihan evacuation drill gempa bumi
�
61�
telah dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2010 di gedung polio dan campak.
Pada saat Evacuation Drill, karyawan di gedung polio dan campak dapat
melaksanakan instruksi sesuai dengan posedur baku dokumen 214K-KTD-
01. Berdasarkan evaluasi di lapangan dengan melaksanakan prosedur 214K-
KTD-01 tersebut dapat mengatasi keadaan darurat gempa bumi, dimana
Evacuation Drill terhadap seluruh karyawan dalam waktu tiga (3) menit, 49
detik. Syarat dalam SOP ialah kurang dari enam (6) menit yang berarti telah
terpenuhi. Jika suatu saat pada gedung lain dilakukan Evacuation Drill dan
waktu tempuhnya tidak memenuhi syarat maka dilakukan perbaikan atau
review terhadap fasilitas gedung tersebut.
Klausul 4.5.3. Penyelidikan insiden, ketidaksuaian, tindakan
perbaikan dan pencegahan
Klausul 4.5.3.1. Penyelidikan insiden
Perusahaan telah memiliki prosedur terkait penyelidikan insiden.
Penyelidikan insiden telah diatur dalam dokumen 100K-KK-01. Berlaku
untuk semua divisi termasuk Bagian Environment and Safety sendiri.
Penyelidikan dilakukan setelah adanya laporan kecelakaan atau timbulanya
PAK terhadap karyawan. Penyelidikan dimaksudkan untuk mengetahui
penyebab suatu kecelakaan, sehingga tidak terulang kembali. Terdapat tiga
(3) jenis kecelakaan, yaitu :
1. Kecelakaan “first aid” dan hampir celaka
Untuk jenis kecelakaan ini penyelidikan dilakukan oleh kepala seksi
atau kepala bagian yang terkait. Laporan penyelidikan diisi di dalam
form laporan kecelakaan dan form laporan penyelidikan. Tindak lanjut
perbaikan kecelakaan dilaporkan oleh kepala seksi atau kepala bagian
terkait ke P2K3 dan tembusan ke bagian administrasi personalia serta
QA (khusus untuk QA dilapokan secara periodik).
2. Kecelakaan cidera sedang
Untuk jenis kecelakaan ini diinformasikan ke kepala seksi secepatnya
dan paling lambat dua jam setelah kejadian. Laporan dibuat secara
tertulis melalui form yang telah ditentukan oleh kepala bagian terkait
dalam waktu 2 x 24 jam sesuai peraturan perundangan berlaku.
�
62�
3. Kecelakaan cidera berat (fatal)
Kecelakaan ini diinformasikan kepada kepala seksi dan kepala bagian
terkait setelah kejadiannya berlangsung. Laporan kecelakaan dibuat
secara tertulis oleh kepala bagian dalam waktu maksimal 5 jam setelah
kejadian. Bagian Administrasi Personalia dan P2K3 menyiapkan dan
menyampaikan laporan kecelakaan kepada instansi yang terkait dalam
waktu yang telah ditetapkan dalam perundangan yang berlaku. Untuk
kecelakaan cidera sedang dan cidera berat yang memerlukan rujukan ke
rumah sakit dilaporkan dalam bentuk form pemantauan tindak lanjut
penyelidikan kecelakaan (PTLPK). Laporan tersebut dibuat oleh P2K3
yang kemudian dilaporkan ke Disnaker dan Bagian Administrasi
Personalia, Public Relation (PR), QA serta Board of Director (BOD)
perusahaan.
Selain itu terdapat pemeriksaan terhadap karyawan yang sakit
dimana akan dilakukan investigasi untuk memastikan penyebab akibat kerja
sesuai dengan dokumen prosedur 100K-PAK-01. Di dalamnya mencakup
alur deteksi, alur investigasi, penanganan dan pelaporan penyakit akibat
kerja yang harus diterapkan oleh Tim P2K3 dan Tim Dokter Poliklinik yang
terlibat dalam rangkaian investigasi PAK di lingkungan perusahaan
termasuk tindakan pencegahan dan tindakan perbaikannya.
Klausul 4.5.3.2. Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan
Inspeksi rutin khus untuk K3 dilakukan satu bulan sekali oleh Tim
P2K3 untuk memastikan kondisi tempat kerja (peralatan, bahan, tata cara
kerja dan prosedur kerja) di lingkungan operasi perusahaan dalam kondisi
aman, sesuai standar dan pedoman teknis yang berlaku yang meliputi unsafe
condition dan unsafe action. Hasil temuan dibahas dalam rapat P2K3 untuk
mendapatkan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun
preventif. Hasilnya dikirimkan ke MR dalam bentuk laporan untuk dibahas
di QHSE council meeting, untuk mendapatkan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
�
63�
Klausul 4.5.4. Pengendalian catatan
Rekaman yang ada terdiri dari prosedur hingga seluruh aktifitas
program K3 yang telah dijalankan. Dokumen tersebut terdapat pada seluruh
Bagian yang terkait dan QA. Perusahaan membuat dan memelihara seluruh
rekaman yang terkait dengan program K3 agar terlindungi dari kerusakan,
kelunturan atau kehilangan.
Klausul 4.5.5. Audit internal
Internal audit dilakukan untuk memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan sistem terintegrasi yaitu SMK3 yang telah ditetapkan. Apabila
ada kekurangan dalam implementasi akan direkomendasikan suatu tindakan
perbaikan. Pelaksanaan internal audit dilakukan oleh tim (setingkat kepala
bagian) yang telah mendapatkan pelatihan inspeksi OHSAS dan mengerti
terhadap topik yang akan diinspeksi. Tim terdiri dari P2K3, pihak QA,
Produksi, Quality Control (QC), Teknik dan Bagian lain yang relevan. Jika
diperlukan, expert dari luar perusahan dapat menjadi anggota tim inspeksi.
Internal audit dilakukan secara berkala, dan setiap bagian paling
sedikit diaudit dua kali setahun. Internal audit dapat dilakukan di luar jadwal
yang telah ditetapkan seperti kecelakaan kerja yang berakibat fatal.
Pedoman yang mengatur pelaksanaan audit adalah SM1 1.3, yaitu
pedoman pelaksanaan internal audit dan dijabarkan secara teknis pada
prosedur baku dokumen 100K-SIS-11 prosedur baku inspeksi diri.
Hasil temuan internal audit kemudian dibuatkan klasifikasi
temuannya dan harus ditindaklanjuti oleh bagian. Berikut merupakan
klasifikasi temuan dan tindakan perbaikannya :
1. Klasifikasi temuan : Major Non-Confirmity (Major NC)
Tindak lanjut :
a. Analisis penyebab masalah (investigasi).
b. Tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan (CAPA).
c. Kajian resiko (risk analysis).
d. Verifikasi segera setelah point a hingga d selesai.
2. Klasifikasi temuan : Minor Non-Confirmity (Minor NC)
Tindak lanjut :
�
64�
a. Analisis penyebab masalah (investigasi).
b. Tindakan perbaikan.
c. Verifikasi dapat dilakukan pada inspeksi berikutnya.
3. Klasifikasi temuan : Requires correction (RC)
Tindak lanjut :
a. Rencana perbaikan.
b. Verifikasi tidak diperlukan, tetapi menjadi catatan dalam review
kinerja.
4. Klasifikasi temuan : Scope for improvement (SFI)
Tindak lanjut :
a. Rencana perbaikan sebagai upaya perbaikan yang
berkesinambungan.
b. Verifikasi tidak diperlukan.
Klausul 4.6. TI�JAUA� MA�AJEME�
Dalam perusahaan ini, mekanisme tinjauan manajemen mempunyai
tujuan :
1. Memastikan sistem yang ada di dalam manual perusahaan selalu
ditinjau dan keefektifannya dipantau secara berkala.
2. Memastikan bahwa perusahaan selalu berupaya meningkatkan
kinerjanya secara berkesinambungan dan mencegah keterulangannya
masalah dengan root cause yang sama.
3. Memastikan bahwa rekomendasi Kepala Divisi dari rapat QSHE
council ditindaklanjuti dan didukung oleh direksi.
4. Memastikan bahwa kebijakan, tujuan, sasaran dan program lingkungan
dan K3 di review kelayakan, kecukupan dan keefektifannya untuk
perbaikan berkelanjutan.
Setiap masing-masing Bagian atau Divisi secara rutin melakukan
rapat untuk membahas berbagai masalah masing-masing, termasuk masalah
K3. Setiap bulan dilakukan rapat Tim P2K3 yang merupakan perwakilan
dari setiap Divisi yang ada di PT. X. Masalah-masalah K3 yang muncul dari
setiap Bagian atau Divisi dibahas dan dicarikan solusi terbaiknya.
�
65�
Selanjutnya setiap satu bulan sekali dilakukan QSHE Meeting yang
diikuti oleh seluruh Wakil Divisi di perusahaan. Hal-hal yang penting
tentang K3 disampaikan di forum ini untuk dibahas dan dipecahkan
masalahnya bersama. Bila ada beberapa masalah yang belum dapat
terselesaikan di forum QSHE Meeting ini dibawa ke Manajemen Review
Meeting yang diikuti oleh seluruh Divisi dan Direksi setiap tiga bulan sekali,
sehingga masalah-masalah tersebut dapat segera diputuskan dengan baik.
Berikut merupakan beberapa pembahasan QSHE Meeting :
1. Hasil internal audit, safety patrol, hasil audit atau assessment WHO/
POM/badan sertifikasi/pihak luar lainnya (OHSAS, ISO, Disnaker,
KLH).
2. Hasil partisipasi dan konsultasi dengan karyawan, pekerja kontraktor
dan pihak luar yang terkait dengan perusahaan.
3. Komunikasi eksternal, customer feedback dan komplain.
4. Tindakan pencegahan dan perbaikan atau kajian perbaikan efektifitas
sistem yang berjalan yang terkait dengan pelayanan dan perbaikan
kepuasan pelanggan.
4.4. Bagian Environment and Safety
Bagian Environment and Safety merupakan sebuah bagian yang baru
dibentuk empat tahun yang lalu. Berawal dari sebuah tim dari Bagian
Umum kemudian menjadi Seksi dan di tahun 2010 dijadikan sebuah Bagian
langsung di bawah dari Divisi Corporate Secretary. Visinya ialah menjaga
keselamatan, kesehatan kerja karyawan, pimpinan dan tamu PT. X di
Bandung. Bagian ini menangani beberapa hal, diantaranya :
a. Induction training pada tamu dan kontraktor.
b. Penanganan kebakaran.
c. Melakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap alat-alat
keselamatan kerja.
d. Melakukan safety patrol ke seluruh area perusahaan.
e. Pengawasan K3 terhadap proyek.
f. Memberikan izin kerja kepada kontraktor atau supplier.
�
66�
g. Penyediaan sarana rambu-rambu yang berhubungan dengan
keselamatan kerja dan lingkungan di perusahaan.
4.4.1 Penanganan kontraktor oleh Bagian Environment and safety PT.
X di Bandung, Jawa Barat
Sebagai perusahaan dengan hasil produksi yang begitu besar,
PT. X di Bandung biasanya membutuhkan jasa kontraktor dalam
berbagai hal, baik untuk pekerjaan untuk perawatan, konstruksi,
distribusi/logistik/transportasi, serta telekomunikasi. Dalam bahasan
ini kontraktor yang dimaksud ialah kontraktor kategori II yang
berkaitan dengan konstruksi dan perawatan. Berikut merupakan
diagram siklus kontraktor yang sistemik, bagaimana cara
mengembangkan rencana kontraktor yang dilakukan oleh PT. X,
Bandung (Gambar 5).
Gambar 5. Siklus kontraktor
Pada penanganan terhadap kontraktor tersebut, Bagian
Environment and Safety menangani masa transisi dan operasional
kontraktor. Dalam hal ini Bagian Environment and Safety melalui
Kepala Seksi Safety bertanggungjawab terhadap pelaksanaan izin
kerja dan pengawasan.
Izin kerja merupakan izin kerja tertulis secara formal yang
merupakan langkah-langkah yang harus diikuti oleh pengawas,
kontraktor, karyawan perusahaan atau karyawan perusahaan lainnya
dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dikategorikan memiliki
risiko tinggi yang meliputi :
1. Kerja panas
Hal ini merupakan jenis pekerjaan yang menggunakan atau
menimbulkan sumber penyalaan setempat yang dapat
Studi Kelayakan Memilih
Kontraktor Negosiasi Kontrak
Masa Transisi
Operasional Kontraktor
Evaluasi kontraktor
�
67�
menyalakan bahan mudah terbakar. Contohnya : penggunaan las
listrik atau las potong, penggunaan mesin gerinda atau alat
potong, penggunaan alat-alat tangan yang dapat menimbulkan
bunga api, penggunaan api terbuka, dan pekerjaan-pekerjaan
lainnya yang dapat menimbulkan bunga api. Untuk persiapan
penerbitan surat izin kerja panas hal-hal yang harus dilakukan
adalah :
a. Pengawas pelaksana memastikan bahwa area kerja
dinyatakan aman.
b. Surat izin kerja diisi dengan lengkap sesuai kebutuhan oleh
penanggungjawab.
c. Isi tipe pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Pengawas pelaksana dan pekerja mempersiapkan dan
mengisi kebutuhan alat pelindung diri (APD) seperti :
sepatu safety, sarung tangan anti panas, pelindung mata,
helm safety, ear plug, pada pekerjaan pengelasan harus
digunakan jaket pelindung, sarung tangan panjang anti
panas atau api, dan kacamata pelindung yang memiliki
filter (kaca film).
e. Pengujian low explosive liquid (LEL; tingkat konsentrasi
gas potensial untuk meledak yang ditentukan oleh batas
bawah ledakan) atau upper explosive liquid (UEL; tingkat
konsentrasi gas potensial untuk meledak yang ditentukan
oleh batas atas ledakan) dilakukan pihak luar pada jenis
pekerjaan tertentu untuk memastikan bahwa material atau
bahan yang mudah terbakar dideteksi dan diukur terlebih
dahulu, pemadam api, alat komunikasi, rambu-rambu dan
alat lainnya yang diperlukan sesuai kebutuhan.
f. Penanggungjawab memeriksa kelengkapan dan kebenaran
isi dari surat izin kerja, memastikan alat-alat yang
digunakan dalam kondisi baik dan melakukan penilaian
terhadap rambu-rambu peringatan yang diperlukan. Selain
�
68�
itu memastikan juga bahwa rambu-rambu tersebut telah
terpasang sebelum memulai pekerjaan.
g. Setelah semua persyaratan diperiksa lengkap maka surat
izin kerja panas dapat disahkan oleh penanggungjawab.
2. Memasuki ruang tertutup atau terbatas
Merupakan jenis pekerjaan yang apabila seseorang baik seluruh
atau sebagian tubuhnya harus masuk ke dalam ruangan terbatas
seperti kolom atau vessel, tangki, tower, manhole, bak (pit),
lubang galian dengan kedalaman lebih dari 2,5 meter ataupun
tempat-tempat lain yang dirasa terdapat gas, debu, uap
berbahaya atau tempat yang kurang ventilasi. Untuk persiapan
penerbitan surat izin kerja panas hal-hal yang harus dilakukan
adalah :
a. Pastikan bahwa area kerja dinyatakan aman.
b. Untuk pekerjaan memasuki ruang terbatas maka diperlukan
pemeriksaan awal yaitu mengukur kadar oksigen (level
oksigen 19,5%-23,5%), gas explosive (LEL atau UEL) dan
kandungan gas beracun dilakukan oleh pihak luar sebelum
surat izin diterbitkan.
c. Pastikan sistem sirkulasi udara pada ruangan tempat bekerja
telah benar.
d. Surat izin kerja diisi secara lengkap sesuai kebutuhan oleh
penanggungjawab.
e. Isi tipe pekerjaan yang akan dilakukan.
f. Pengawas pelaksana dan pekerja mempersiapkan dan
mengisi kebutuhan APD yang dibutuhkan, seperti sepatu
safety, sarung tangan, pelindung mata, pelindung telinga,
masker, helm safety, ventilasi udara, tabung oksigen, alat
komunikasi dan alat lainnya sesuai kebutuhan.
g. Penanggungjawab memeriksa kelengkapan dan kebenaran
isi dari surat izin kerja, memastikan alat-alat yang
digunakan dalam kondisi baik dan melakukan penilaian
�
69�
terhadap rambu-rambu peringatan yang diperlukan. Selain
itu memastikan juga bahwa rambu-rambu tersebut telah
terpasang sebelum memulai pekerjaan.
h. Setelah diperiksa lengkap surat izin kerja ruang tertutup
disahkan oleh penanggung jawab.
3. Penggalian
Merupakan jenis pekerjaan penggalian tanpa melihat berapapun
kedalaman penggalian tersebut. Untuk persiapan penerbitan
surat izin kerja panas hal-hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Pastikan bahwa area kerja dinyatakan aman.
b. Surat izin kerja diisi dengan lengkap sesuai kebutuhan oleh
penanggungjawab.
c. Isi tipe pekerjaan yang dilakukan.
d. Pengawas pelaksana dan pekerja mempersiapkan dan
mengisi kebutuhan APD yang dibutuhkan, seperti sepatu
safety, helm safety, sarung tangan, penyangga (bila
kedalamannya > 1,5 m), tali safety, alat komunikasi dan
gambar denah tempat dimana pekerjaan penggalian akan
dilakukan yang memuat gambar letak jalur bawah tanah,
pipa-pipa, alat-alat pembuangan, saluran pembuangan,
parit-parit, pondasi, aliran listrik dan lain-lain. Isi juga alat
lainnya sesuai kebutuhan.
e. Penanggungjawab memeriksa kelengkapan dan kebenaran
isi dari surat izin kerja, memastikan alat-alat yang
digunakan dalam kondisi baik dan melakukan penilaian
terhadap rambu-rambu peringatan yang diperlukan. Selain
itu memastikan juga bahwa rambu-rambu tersebut telah
terpasang sebelum memulai pekerjaan.
f. Setelah diperiksa lengkap surat izin kerja penggalian
disahkan oleh penanggungjawab.
�
70�
4. Ketinggian
Hal ini merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan dengan
ketinggian lebih dari tiga (3) m di atas permukaan tanah. Untuk
persiapan penerbitan surat izin kerja ketinggian, hal-hal yang
harus dilakukan adalah :
a. Pastikan bahwa area kerja dinyatakan aman.
b. Isi secara lengkap surat izin kerja sesuai kebutuhan oleh
penanggungjawab.
c. Isi tipe pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Isi alat pelindung yang dibutuhkan, seperti sepatu safety,
safety harness, perancah sesuai, helm safety, sarung tangan,
alat komunikasi dan alat lainnya sesuai kebutuhan.
e. Penanggungjawab memeriksa kelengkapan dan kebenaran
isi dari surat izin kerja, memastikan alat-alat yang
digunakan dalam kondisi baik dan melakukan penilaian
terhadap rambu-rambu peringatan yang diperlukan. Selain
itu memastikan juga bahwa rambu-rambu tersebut telah
terpasang sebelum memulai pekerjaan.
f. Setelah diperiksa lengkap surat izin kerja ketinggian
disahkan oleh penanggungjawab.
4.4.2 Penerapan operasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety PT. X di Bandung, Jawa Barat dalam
penanganan terhadap kontraktor
Implementasi dan operasi OHSAS 18001:2007 dalam
penanganan terhadap Kontraktor yang dilakukan oleh Bagian
Environment and Safety sebagai berikut :
a. Sumber daya, peran, tanggungjawab, akuntabilitas dan
wewenang
SDM yang berperan dalam pelaksanaan penanganan
kontraktor ialah Divisi Logistik, Bagian Umum dan Bagian
Environment and Safety. Berikut merupakan tanggungjawab dan
wewenang masing-masing :
�
71�
1) Divisi Logistik wajib memberikan induction training kepada
kontraktor melalui :
i. Brosur pengendalian lingkungan dan K3 yang meliputi
kebijakan perusahaan, rambu-rambu, sinyal tanda bahaya
dan tempat sampah.
ii. Penjelasan, atau training keselamatan dan pengendalian
lingkungan saat bekerja.
2) Pengawas Pelaksana 1 (pelaksana dari safety) wajib memberi
training terperinci kepada pekerja proyek tentang penggunaan
APD, pentingnya keselamatan dalam bekerja termasuk poin 1
dan 2 wajib juga dalam pemantauan kepatuhan pekerja proyek
dalam mentaati aturan keselamatan bekerja.
3) Kepala Bagian Umum melalui Seksi Keamanan berwenang
dalam menentukan izin masuk pekerja proyek.
4) Kepala Bagian Umum berwenang memberi izin masuk kepada
pekerja. List pekerja diberi sebelum melakukan pekerjaan
kepada penanggungjawab izin kerja yang kemudian diserahkan
pada Kepala Bagian Umum.
5) Penanggungjawab izin kerja ialah Kepala Seksi Safety dalam
Bagian Environment and Safety.
6) Penanggungjawab izin kerja berwenang dalam penentuan jenis
dan izin kerja, serta pengeluaran izin kerja. Selain itu
memastikan juga bahwa persyaratan keselamatan dalam form
izin kerja telah dilaksanakan dan telah meyakinkan bahwa
fasilitas yang akan dikerjakan dalam keadaan aman sebelum
mengerjakan pekerjaan.
7) Penanggungjawab izin kerja menunjuk pengawas pelaksana satu
yang merupakan Pelaksana Safety perusahaan untuk mengawasi
pekerjaan dan kepatuhan pelaksanaan pekerjaan, memeriksa
peralatan para kontraktor yang akan digunakan perusahaan
untuk memastikan bahwa alat tersebut aman digunakan.
�
72�
8) Penempelan label pada alat dari perusahaan yang telah diperiksa,
bila pekerjaan dilakukan oleh pihak perusahaan, maka training
dilakukan oleh pengawas pelaksana perusahaan.
9) Pihak kontraktor menunjuk pengawas pelaksana dua (2) dari
pihaknya untuk mengawasi pekerjaan dan kepatuhan
pelaksanaan pekerjaan dari para pekerja.
b. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian
Sebelum memberikan izin kerja diperlukan keahlian review
identifikasi aspek bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan dan
job safety analysis (JSA) yang telah dibuat oleh kontraktor. Dalam
hal ini, Safety membutuhkan kelihaian memahami kondisi
lingkungan dan pekerjaan, serta analisis yang baik terhadap aspek
bahaya dan risiko, serta tindakan kontrol terhadap risiko yang ada.
Sampai saat ini kompetensi yang dimiliki dan pelatihan yang telah
didapat masing-masing dalam kaitannya terhadap K3 adalah :
a. Kepala Bagian Umum sebagai pejabat yang memegang
tanggungjawab (PYMT) Kepala Bagian Environment and
Safety : Training OHSAS 18001:2007.
b. Kepala Seksi Safety : Ahli K3 umum, Pelatihan K3 untuk
kontraktor, pelatihan fire alarm control panel, tata cara
pembuangan tempat sampah, bio safety level 1-4, K3 dan
lingkungan, chemical handling safety, kesiagaan dan tanggap
darurat serta penggunaan APAR, OHSAS 18001:2007.
c. Pelaksana : Ahli K3 umum, pelatihan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, training OHSAS 18001:2007,
training ahli K3 kebakaran dan teknik listrik.
c. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
Komunikasi dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis
kepada pihak internal, maupun eksternal perusahaan sebagai praktik
dari mitigasi. Dalam hal ini pihak internal ialah pihak Bagian
Environment and Safety dengan Divisi Logistik dan Bagian Umum,
sedangkan eksternal perusahaan ialah pihak kontraktor itu sendiri.
�
73�
Dilihat dari manajemen bencana, komunikasi dapat dikelompokkan
dalam komunikasi tahap pra bencana, bencana dan pasca bencana
(Ramli, 2011). Dalam tahap pra bencana sebagai tindakan mitigasi
bencana, komunikasi tertulis dilakukan dengan pendekatan.
administratif dilakukan melalui SOP, surat-surat dan formulir terkait.
Komunikasi tidak tertulis dilakukan melalui manusia kepada
manusia melalui pendekatan manusia yang meliputi :
1) Induction training kepada pimpinan atau perwakilan perusahaan,
mandor dan karyawan. Untuk pimpinan, atau perwakilan
perusahaan kontraktor dilakukan induction training oleh Divisi
Logistik. Sedangkan setelahnya, yaitu mandor dan para pekerja
dilakukan oleh Kepala Seksi atau Pelaksana Safety yang
memang ditunjuk untuk memberikan training.
2) Kick off meeting : Diskusi yang dilakukan sebelum melakukan
pekerjaan. Diskusi tersebut membahas hal yang meliputi tentang
cara pengerjaan, penentuan aspek bahaya, baik dari lokasi, alat
maupun bahan yang digunakan, risiko yang ada dan bagaimana
pengendaliannya.
3) Dalam pengawasan, apabila ada yang melanggar, misalnya tidak
menggunakan APD dilakukan pembinaan di lapangan. Apabila
lebih dari 3x melakukan pelanggaran, maka diberi surat teguran
(surat peringatan) terhadap pihak tersebut dan ditembuskan ke
bagian logistik, teknik, bagian QA dan P2K3.
Untuk komunikasi yang dilakukan dalam keadaan tanggap darurat
sesuai dengan yang terdapat pada SOP 214K-KTD-01.
d. Pendokumentasian
Pendokumentasian dilakukan oleh Administrasi Bagian
Environment and safety. Hal-hal yang didokumentasikan terkait
penanganan terhadap kontraktor ialah SOP terkait yaitu 100K-IKER-
01. Sedangkan yang berkaitan dengan informasi K3 adalah :
1) Surat izin kerja panas/surat izin kerja penggalian/surat izin kerja
ketinggian/surat izin kerja ruang terbatas.
�
74�
2) Data pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan (terkait penggunaan
APD).
3) Daftar induction training izin kerja.
4) Daftar alat-alat dan mesin yang digunakan.
5) Foto kopi KTP Pekerja dan Mandor.
6) Analisa keselamatan kerja (JSA) yang dibuat oleh pihak
kontraktor.
7) Jadwal pekerjaan.
Masing-masing berkas yang berhubungan dengan izin kerja
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak yang bekerjasama
dengan perusahaan di simpan dalam satu ring binder, atau plastik
data dan di tata dalam filling cabinet.
e. Pengendalian dokumen
Dalam pengendalian dokumen, untuk dokumen seperti SOP
yang terkait dengan izin kerja kontraktor telah disimpan dengan baik.
Apabila ada perubahan maka harus mengikuti SOP revisi yang telah
dibuat oleh Divisi QA. Untuk setiap surat izin dan surat tidak perlu
izin kerja yang dikeluarkan dibuat rangkap lima untuk Kontraktor,
Logistik, Bagian Environment and Safety, Teknik, dan User. Surat
izin kerja yang dikeluarkan disimpan selama dua (2) tahun. Daftar
induction training izin kerja disimpan bersama dengan surat izin
kerja yang dikeluarkan sebagai bukti training. Pengawas yaitu
pelaksana satu (1) dari pihak Safety mengisi list alat yang akan
digunakan pada saat bekerja. Surat tidak perlu izin kerja dibuat
untuk pekerjaan rutin (misalnya pekerjan yang dilakukan oleh teknik
atau bagian produksi) dan untuk kontraktor yang telah memiliki
sertifikat ISO 14001 dan OHSAS 18001.
Bagian Environment and Safety melalui Seksi Safety
memberikan laporan berupa checklist harian tentang kepatuhan
pelaksanaan keselamatan kerja dan pengendalian lingkungan di
lapangan kepada penanggungjawab izin kerja dan diarsipkan.
Apabila ada penyimpangan terhadap pekerjaan yang dilakukan,
�
75�
pengawas pelaksana dan penanggungjawab harus segera melaporkan
kepada supervisor terkait dan segera ditindaklanjuti.
f. Pengendalian operasi
Pengendalian operasional yang dibuat perusahaan tentunya
meliputi bagaimana cara kerja yang aman, prosedur operasi yang
aman, pengadaan barang yang aman terhadap kesehatan dan
keselamatan serta keselamatan kontraktor itu sendiri. Hal tersebut
telah diatur secara tertulis dalam dokumen prosedur baku 100K-
IKER-01 dengan rujukan dari OHSAS 18001 Klausul 4.4.6,
Undang-undang No.1 Tahun 1970, ISO 14001, SOP K-Mek-Kas,
SOP 100K-LOTO-01, SOP 100K-SIS-JSA. Dokumen ini dibuat
untuk memastikan bahwa semua pekerjaan berisiko tinggi yang
dilakukan oleh karyawan maupun kontraktor seperti kerja panas,
memasuki ruang tertutup atau terbatas, penggalian dan ketinggian
supaya dilaksanakan dengan aman, serta dilakukan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku dengan memperhatikan
aspek lingkungan dan K3.
Prosedur dari izin kerja adalah :
1) Kontraktor mempersiapkan berkas-berkas.
2) Pihak kontraktor mendatangi Divisi Logistik meminta surat
permohonan izin kerja.
3) Divisi logistik memberi induction training tentang K3 dan
lingkungan terhadap perwakilan kontraktor dan mengeluarkan
surat permohonan izin kerja.
4) Kontraktor menghadap ke Kepala Seksi Safety untuk diberi
pelatihan dan izin masuk ke perusahaan dengan menunjukkan
surat permohonan izin kerja dan foto kopi KTP pekerja.
5) Bagian Environment and Safety melalui Seksi Safety
memberikan pelatihan khusus kepada seluruh pekerja.
6) Seksi Safety mengeluarkan izin kerja berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan.
�
76�
Untuk prosedur pelaksanaannya dapat dibagi sesuai dengan
pekerjaan yang ditangani. Prosedur ini telah dibuat oleh pihak
perusahaan dengan mempertimbangkan K3 untuk kontraktor agar
tidak menyimpang dari kebijakan dan tujuan K3 itu sendiri. Prosedur
pelaksanaannya dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pekerjaan panas
1) Setelah surat izin kerja disetujui dilakukan training sebelum
memulai pekerjaan kepada semua pelaksana (karyawan
perusahaan atau karyawan kontraktor) oleh pengawas
pelaksana izin kerja dan telah dipastikan bahwa
persyaratan-persyaratan yang dicantumkan dalam izin kerja
tersebut telah dimengerti.
2) Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah surat izin
kerja disetujui dan berkewajiban melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan instruksi kerja yang ada. Untuk pekerjaan
tertentu yang membutuhkan sertifikasi hanya boleh
dikerjakan oleh pelaksana yang memiliki sertifikasi sesuai
kemampuan.
3) Penanggungjawab perusahaan dan pengawas pelaksana
harus mengecek terlebih dahulu daftar pekerja yang bekerja
pada area panas tersebut telah sesuai dengan daftar yang
diberikan kontraktor dan masing-masing menggunakan
nametag ketika bekerja.
4) Pasang surat izin kerja di tempat dimana pelaksana bekerja
selama melakukan pekerjaannya.
5) Pastikan bahwa pada area pekerjaan tidak ada bahan yang
berpotensi menimbulkan kebakaran, seperti kertas, kayu
dan botol atau tabung gas, atau bahan-bahan lain, seperti
bahan kimia mudah meledak dan menyala.
6) Pekerja kontraktor menggunakan APD yang diperlukan
secara lengkap.
�
77�
7) Selama melakukan pekerjaannya, pelaksana harus
memperhatikan dan ikut melakukan pengendalian
lingkungan.
8) Bagian Environment and Safety melalui Seksi Safety dari
pihak perusahaan melakukan checklist harian terhadap
kepatuhan pelaksanaan keselamatan kerja. Begitupun
terhadap pengendalian lingkungan di lapangan, dimana
limbah dari hasil pekerjaan harus tetap dikendalikan dan
apabila pelaksana tidak mematuhi, maka pengawas
pelaksana melaporkan pada penanggungjawab agar
pelanggar dapat diberi peringatan. Apabila pekerja
kontraktor melakukan pelanggaran berulang atau
melakukan pelanggaran berat, maka akan dibuat sanksi.
Untuk penyelesaiannya diatur sebagai berikut :
i. Bila pekerjaan telah selesai, maka pelaksana
melaporkan kepada pengawas pelaksana dan
menandatangani surat izin kerja tersebut yang
menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai.
ii. Pengawas pelaksana kemudian akan melakukan
pemeriksaan lapangan untuk memastikan bahwa daerah
bekas kerja telah bersih dari peralatan yang ada dan
tidak terjadi pencemaran lingkungan. Apabila sudah
sesuai maka penanggungjawab penerbitan surat izin
kerja akan menandatangani surat izin kerja tersebut dan
diketahui kepala bagian atau user terkait.
b. Pelaksanaan pekerjaan ruang tertutup
1) Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah surat izin
kerja disetujui dan berkewajiban melaksanakan pekerjaan
tersebut sesuai dengan instruksi kerja yang ada. Saat
pekerjaan dilakukan harus ada personil yang berada di luar
yang melakukan komunikasi dengan personil yang berada
di dalam ruang tertutup. Untuk pekerjaan tertentu yang
�
78�
membutuhkan sertifikasi maka hanya boleh dikerjakan oleh
pelaksana yang memiliki sertifikasi sesuai kemampuan.
2) Penanggungjawab di perusahaan dan pengawas pelaksana
harus mengecek terlebih dahulu bahwa daftar pekerja yang
bekerja pada ruang terbatas tersebut telah sesuai dengan
daftar yang diberikan kontraktor sebelumnya dan
menggunakan nametag.
3) Pastikan bahwa pada area pekerjaan sudah diukur mengenai
kadar oksigen dan tidak terdapat gas yang berbahaya, serta
menggunakan APD yang diperlukan secara lengkap.
4) Pasang surat izin kerja di tempat dimana pelaksana bekerja
selama melakukan pekerjaannya.
5) Selama melakukan pekerjaannya, pelaksana harus
memperhatikan dan ikut melakukan pengendalian
lingkungan.
6) Bagian Environment and Safety melalui Seksi Safety dari
pihak perusahaan melakukan checklist harian terhadap
kepatuhan pelaksanaan keselamatan kerja. Begitupun
terhadap pengendalian lingkungan di lapangan dimana
limbah dari hasil pekerjaan harus tetap dikendalikan dan
apabila pelaksana tidak mematuhi, maka pengawas
pelaksana melaporkan pada penanggungjawab, agar
pelanggar dapat diberi peringatan. Apabila pekerja
kontraktor melakukan pelanggaran berulang atau
melakukan pelanggaran berat, maka akan dibuat sanksi.
c. Pelaksanaan pekerjaan penggalian
1) Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah surat izin
kerja disetujui dan berkewajiban melaksanakan pekerjaan
tersebut sesuai dengan instruksi kerja yang ada.
2) Pasang surat izin kerja di tempat dimana pelaksana bekerja
selama melakukan pekerjaanya.
�
79�
3) Penanggungjawab pelaksana dari perusahaan dan pengawas
pelaksana harus mengecek terlebih dahulu bahwa daftar
pekerja yang bekerja pada penggalian tersebut telah sesuai
dengan daftar yang diberikan kontraktor sebelumnya dan
menggunakan nametag.
4) Pastikan bahwa pada pekerja telah mengerti mengenai alur
daerah penggalian dan menggunakan APD yang diperlukan
secara lengkap.
5) Pasang rambu disekitar area pekerjaan.
6) Selama melakukan pekerjaannya pelaksana harus
memperhatikan dan melakukan pengendalian lingkungan.
7) Pengawas pelaksana dari pihak perusahaan melakukan
checklist terhadap kepatuhan pelaksanaan keselamatan kerja
dan pengendalian lingkungan di lapangan, dimana limbah
dari hasil pekerjaan harus tetap dikendalikan.
d. Pelaksanaan pekerjaan ketinggian
1) Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah surat izin
kerja disetujui dan berkewajiban melaksanakan pekerjaan
tesebut sesuai dengan instruksi kerja yang ada.
2) Pasang surat izin kerja di tempat dimana pelaksana bekerja
selama melakukan pengendalian lingkungan.
3) Selama melakukan pekerjaannya pelaksana harus
memperhatikan dan ikut melakukan pengendalian
lingkungan.
4) Bagian Environment and Safety melalui Seksi Safety dari
pihak perusahaan melakukan checklist harian terhadap
kepatuhan pelaksanaan keselamatan kerja. Begitupun
terhadap pengendalian lingkungan di lapangan dimana
limbah dari hasil pekerjaan harus tetap dikendalikan dan
apabila pelaksana tidak mematuhi, maka pengawas
pelaksana melaporkan pada penanggungjawab agar
pelanggar dapat diberi peringatan. Apabila pekerja
�
80�
kontraktor melakukan pelanggaran berulang atau
melakukan pelanggaran berat, maka akan dibuat sanksi.
4.5. Permasalahan dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan
terhadap kontraktor
4.5.1 Faktor
Implementasi OHSAS 18001:2007 oleh Bagian Environment
and safety telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan persyaratan
di setiap klausulnya. Namun dari hasil identifikasi terdapat beberapa
permasalahan yang dapat memengaruhi implementasi OHSAS
18001:2007 di dalamnya. Dari hasil identifikasi, faktor yang menjadi
permasalahan diambil dari beberapa unsur implementasi dan operasi
OHSAS 18001:2007 itu sendiri, yaitu :
a. Sumber daya, peran, tanggungjawab, tanggunggugat dan
wewenang
Bagian Environment and Safety baru menjadi sebuah
Bagian dari Divisi Corporate Secretary setelah sebelumnya
berada di bawah Bagian Umum. Kepala Bagian Environment
and Safety masih dijabat oleh Kepala Bagian Umum. Di bawah
Kabag Environment and Safety terdapat dua (2) Kepala Seksi,
yaitu Kasi Environment dan Kepala Seksi Safety. Belum adanya
pengisi Jabatan sebagai Kepala Seksi Environment membuat
Kepala seksi Safety harus terjun untuk mengendalikan
tanggungjawab kedua peran tersebut. Selain itu terdapat
Pelaksana Safety yang hanya beranggotakan lima (5) orang
dimana harus berperan sebagai Pelaksana Environment dan
membantu dalam program Corporate Social Responsibility
(CSR).
Selain menjadi pejabat sementara Kepala Bagian
Environment and Safety, Kepala Bagian Umum sendiri memiliki
tanggungjawab terhadap beberapa seksi yang ada di bawahnya,
yaitu Seksi Kendaraan, Rumah Tangga, Keamanan, serta CSR.
�
81�
Sumber daya lainnya infrastruktur berupa fasilitas ruang
kerja. Dalam hal ini, perusahaan berupaya untuk memberikan
fasilitas yang baik kepada karyawan dalam melakukan pekerjaan.
Namun ada satu hal yang harusnya diperhatikan kembali di
lapangan, yaitu dalam satu (1) tahun ini Bagian Environment
and Safety harus berpindah ruang sebanyak empat hingga lima
kali. Dengan adanya ruang yang tidak tetap memungkinkan
terganggunya kinerja dari Bagian ini sendiri. Selain itu dapat
mengganggu efisiensi kontraktor dalam mengurus izin kerja.
Ruangan yang saat ini ditempati juga masih kurang nyaman,
karena persis berada di samping ruang distribusi, sehingga
terkadang agak bising.
b. Kompetensi
Kompetensi yang dimiliki oleh keenam personel
(termasuk di dalamnya Kepala Seksi Safety) sudah cukup baik,
namun tetap ada kekurangan. Dalam penanganan kontraktor
sampai saat ini dapat selalu teratasi dengan baik, namun Kepala
Seksi dan Pelaksana Safety yang telah tetap menjadi Bagian
Environment and Safety masih memerlukan personil yang lebih
berkompeten lagi dalam hal K3 kontraktor, mengingat tugas
review JSA kontraktor membutuhkan ketelitian dan wawasan
yang luas.
c. Komunikasi
Komunikasi eksternal yang terjadi antara pihak
perusahaan dengan kontraktor berfungsi untuk menyampaikan
informasi, himbauan berkaitan dengan K3. Dari aspek K3
komunikasi dapat terjadi melalui manusia dengan manusia, alat
kerja, atau alat komunikasi. Komunikasi yang dijalankan safety
terhadap karyawan kontraktor yang bekerjasama dengan
perusahaan sudah berjalan dengan baik melalui induction
training, kick off meeting, pengontrolan di lapangan dan
�
82�
mengingatkan kembali jika melanggar ketentuan K3, serta
lingkungan.
Namun dengan adanya induction training terkadang
masih ada saja pekerja yang enggan untuk mematuhi peraturan
yang sudah seharusnya dipatuhi dan dilaksanakan selama
bekerja di sekitar kawasan perusahaan. Dalam hal ini,
pelanggaran yang sering dilakukan adalah kepatuhan dalam
penggunaan APD.
d. Pengendalian dokumentasi
Dokumen yang seluruhnya disimpan oleh pihak Bagian
Environment and Safety tersedia dengan lengkap. Namun saat
ini terdapat beberapa formulir atau JSA yang tidak ada di dalam
penyimpanan data. Hal ini terjadi karena pihak kontraktor yang
meminjam untuk keperluan perpanjangan izin kerja, namun
tidak dikembalikan lagi, karena hilang atau rusak. Selain itu,
JSA yang tidak ada biasanya, karena ada proyek yang harus
segera dilaksanakan, sehingga tidak ada waktu yang cukup bagi
kontraktor untuk memenuhi penyerahan JSA sebelum
dimulainya pekerjaan.
Bagaimanapun juga dokumen tersebut merupakan
catatan informasi penting yang harus tersimpan dengan baik.
Apabila tidak ada, hal ini tentunya juga akan menjadi temuan
audit, sehingga akan mempersulit Bagian itu sendiri.
4.5.2 Aktor
Terdapat tiga (3) pihak yang berkaitan dan bertanggungjawab
dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada perusahaan, yaitu :
a. Top Management
Top management atau manajemen puncak ialah Direktur Utama,
Corporate Secretary yang ditunjuk sebagai MR memiliki peran
mengoordinasi dan mengelola SMM, Lingkungan dan K3 yang
efektif, meliputi keseluruhan aktivitas perusahaan sesuai arahan
Direktur Utama dan sesuai dengan kebijakan, pedoman, dan
�
83�
dokumen pendukung yang berlaku di perusahaan, Ketua Tim
P2K3 yang merupakan wakil dari MR untuk OHSAS
18001:2007.
b. Middle Management
Middle management adalah Kepala Bagian Umum yang menjadi
pejabat sementara untuk Bagian Environment and Safety. Pihak
ini bertugas menginterpretasikan kebijakan K3 dan
mengembangkan prosedur yang dapat digunakan oleh pelaksana.
c. Operational Management
Operational management pada Bagian Environment and Safety
yaitu Kepala Seksi dan pelaksana Safety. Pihak ini bertugas
melaksanakan operasional yang telah ditetapkan pada
Bagiannya. Bertindak sesuai prosedur dan kebijakan K3 yang
telah ditentukan.
4.5.3 Tujuan
Pada implementasi OHSAS 18001:2007 terdapat beberapa
masalah yang dianalisis dari unsur-unsur implementasi OHSAS
18001:2007. Berdasarkan masalah tersebut ada beberapa tujuan yang
diharapkan dapat tercapai pada Bagian Environment and Safety,
yaitu :
a. Beban tanggungjawab yang sesuai
Diberikannya beban tanggungjawab dan wewenang yang sesuai
akan membantu keefektifan dari pekerjaan masing-masing peran,
karena hal tersebut dapat membuat karyawan fokus terhadap
prosedur kerja yang telah ditetapkan.
b. Infrastruktur yang baik dan tetap
Dengan mendapatkan infrastruktur yang baik dan permanen
dapat mendukung kinerja yang baik dari karyawan itu sendiri.
Jika terpaksa harus berpindah tempat, tentunya dapat menguras
tenaga dalam pengangkutan barang, perapihan kembali ruang
kerja, sehingga memungkinkan terbengkalainya pekerjaan yang
harusnya dapat dilaksanakan saat itu juga.
�
84�
c. Kontraktor taat pada peraturan
Dengan adanya komunikasi yang baik antara Bagian
Environment and Safety terhadap kontraktor, maka diharapkan
kontraktor dapat taat pada peraturan K3 yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Jika kontraktor taat terhadap peraturan, maka
dapat terus mempertahankan zero accident, baik terhadap pihak
kontraktor maupun perusahaan.
d. Karyawan yang berkompeten
Karyawan yang berkompeten dapat membantu Bagian
Environment and Safety sendiri untuk lebih profesional dalam
mengelola K3 dan lingkungan perusahaan. Dalam hal ini,
mampu memberikan kontribusi yang lebih dalam menganalisa
aspek bahaya, risiko yang ada dan cara mengontrol risiko
dengan cara yang lebih baik, agar K3 dan terjamin.
e. Dokumentasi yang baik
Dengan dokumentasi yang baik, tentunya akan lebih efisien
dalam pekerjaan. Selain itu memudahkan apabila ada
kepentingan terhadap kontraktor bersangkutan dan ketika
diadakannya audit.
4.5.4 Alternatif
Tindakan pemecahan masalah yang sesuai tentunya
diperlukan untuk membantu dalam perbaikan implementasi OHSAS
18001:2007 pada Bagian Environment and Safety. Alternatif
tindakan yang dapat dilakukan oleh Bagian Environment and Safety
adalah sebagai berikut :
a. Penambahan SDM kompeten
Penambahan SDM kompeten dimaksudkan untuk ditempatkan
sebagai Kepala Bagian Environment and Safety, serta
Pelaksananya. Pelaksana safety juga penting untuk ditambah,
karena sebelumnya salah satu personilnya pindah di bagian lain
dan mengingat masih banyak pekerjaan dan tanggungjawab
lebih besar mengenai keselamatan kerja yang akan ditangani
�
85�
seiring dengan berjalannya waktu. Dalam perekrutan, kualifikasi
dan kompetensinya harus sesuai dengan bidang dan keadaan di
lapangan perusahaan itu sendiri.
b. Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Dengan adanya penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
untuk Bagian Environment and Safety diharapkan dapat
menambah kinerja dari karyawan, sehingga dapat meningkatkan
K3 di lingkungan perusahaan yang nantinya juga dapat
mempengaruhi kontraktor untuk dapat mematuhi peraturan K3
dalam perusahaan tersebut. Selain itu, ruang yang permanen
dapat membuat kontraktor tidak terganggu dan merasa nyaman
dalam pengurusan izin kerja.
c. Penyempurnaan sistem reward and punishment
Perusahaan harus konsisten untuk menerapkan metode
reinforcment yaitu dengan penyempurnaan sistem reward and
punishment dengan zero tolerant. Dasarnya adalah hukum efek
yang menyatakan bahwa setiap perilaku yang diikuti reward
akan semakin dilakukan, sedangkan punishment dengan
sendirinya perilaku tersebut makin jarang dilakukan dan lama
kelamaan akan hilang (Heni, 2011). Dengan
mengkomunikasikan sistem reward and punishment sebelum
dilakukannya kerjasama dan sebelum pengesahan perizinan
kerja akan membuat pihak kontraktor enggan untuk melanggar
aturan karena dinilai dapat merugikan secara langsung, maupun
tidak langsung, tergantung kriteria reward and punishment yang
diberikan perusahaan.
d. Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh administrasi safety mulai dari
sebelum hingga kontraktor selesai bekerja. Dengan begitu dapat
memudahkan apabila ada kepentingan terhadap kontraktor itu
sendiri, misalnya untuk perpanjangan izin kerja. Selain itu akan
�
86�
mengurangi pekerjaan administrasi Bagian Environment and
Safety dalam mempersiapkan segala hal ketika akan adanya
audit.
4.6 Struktur Hirarki
Pembentukan model struktur hirarki untuk analisis implementasi
OHSAS 18001:2007 studi kasus Bagian Environment and Safety dalam
penanganan kontraktor terdiri dari lima (5) tingkatan, yaitu :
1. Level 1 : Sasaran (ultimate goal) dari keputusan yang akan diambil
ditempatkan pada puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud
adalah “identifikasi permasalahan implementasi OHSAS 18001:2007
pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap
kontraktor”.
2. Level 2 : Pada tingkatan kedua (2) yang merupakan pengajuan kriteria-
kriteria masalah (faktor) yang diambil dari unsur implementasi operasi,
terdiri dari :
d. SDT : Sumber daya, peran, tanggungjawab dan wewenang.
e. KPK : Kompetensi.
f. KMN : Komunikasi.
g. DOK : Dokumentasi.
3. Level 3 : Pada tingkatan ketiga (3), diajukan pelaku (aktor) yang terdiri
dari :
a. TM : Top Management
b. MM : Middle Management
c. OM : Operational Management
4. Level 4 : Pada level keempat (4) diajukan tujuan (objek) yang
diharapkan dari permasalahan yang ada. Tujuan didapatkan dari hasil
analisis berdasarkan diskusi dengan Kepala seksi. Hal tersebut terdiri
dari :
a. BEB : Beban tanggungjawab yang sesuai.
b. INF : Infrastruktur yang baik dan tetap.
c. KTP : Kontraktor taat pada peraturan.
d. KB : Karyawan kompeten.
�
87�
e. DOKB : Dokumentasi yang baik.
5. Level 5 : Pada level lima (5), diajukan alternatif yang dapat
diaplikasikan perusahaan untuk perbaikan. Alternatif tersebut diperoleh
berdasarkan diskusi dengan ketua tim P2K3, Kepala Seksi dan
Pelaksana Safety, serta studi literatur. Dari tujuan yang telah
dirumuskan dapat diperoleh beberapa alternatif, yaitu :
a. A : Penambahan SDM kompeten.
b. B : Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap.
c. C : Penyempurnaan sistem reward and punishment.
d. D : Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar.
Struktur hirarki untuk analisis implementasi OHSAS 18001:2007
pada kasus Bagian Environment and Safety dalam penanganan kontraktor
dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.7 Analisa Perhitungan pada Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif
Setelah merumuskan setiap tingkatan pada struktur AHP, dilakukan
pembobotan pada setiap kriteria dalam tingkatan yang ada oleh empat (4)
informan yang merupakan pakar dalam masalah ini. Setelah itu pendapat
dari masing-masing informan tersebut diolah kembali dan digabungkan
melalui dua (2) pengolahan data, yaitu secara horisontal dan vertikal dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Expert Choice. Pengolahan
horisontal menunjukkan besarnya tingkat pengaruh unsur pada suatu
tingkatan hirarki terhadap tingkatan struktur di atasnya. Pengolahan vertikal
dapat memperlihatkan pengaruh setiap unsur pada tingkat hirarki tertentu
terhadap sasaran utama (ultimate goal) yang akan menunjukkan urutan
prioritas unsur setiap tingkatan dalam hirarki dan bobot dari masing-masing
unsur tersebut.
4.7.1 Pengolahan data secara horisontal
a. Analisis unsur faktor pada level kedua
Pengolahan data pada level dua menunjukkan bagaimana
tingkat pengaruh suatu unsur faktor pada level dua (2) terhadap
sasaran utamanya yaitu identifikasi permasalahan implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam
�
88�
penanganan terhadap kontraktor. Hasil bobot dari setiap faktor dan
prioritasnya dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 7. Bobot dan susunan Prioritas faktor kriteria masalah
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety dalam penanganan kontraktor
Unsur Faktor Bobot Prioritas
Sumber daya, tanggungjawab dan
wewenang 0,349 1
Dokumentasi 0,262 2
Komunikasi 0,205 3
Kompetensi, pelatihan dan
kepedulian 0,184 4
Dari Tabel 7 dapat terlihat bahwa unsur sumber daya,
tanggungjawab dan wewenang merupakan unsur yang memiliki
prioritas pertama dibanding dengan unsur yang lain dengan nilai
0,349. Hal ini menggambarkan bahwa unsur tersebut merupakan
unsur utama yang memiliki tingkat pengaruh terbesar dibanding
dengan ketiga unsur lainnya. Berikutnya disusul berturut-turut oleh
unsur dokumentasi dengan nilai (0,262), Komunikasi (0,205) dan
terakhir kompetensi, serta pelatihan dengan nilai 0,184.
Unsur faktor sumber daya, tanggungjawab dan wewenang
menjadi prioritas paling utama yang mempengaruhi karena adanya
keterbatasan kapasitas seseorang. Penumpukan tanggungjawab akan
membuat beban kerja semakin berat, sehingga tidak efisien. Seperti
yang diketahui, menurut Mintorogo dan Sedarmayanti (1992) bahwa
untuk mencapai efisiensi perlu dipenuhi syarat-syarat berikut :
1) Berhasil guna (efektif), yaitu pekerjaan telah dilaksanakan
dengan tepat target dan tepat waktu.
2) Ekonomi, yaitu penggunaan biaya, tenaga, bahan, alat, waktu,
ruangan, dan lain-lain secara tepat sesuai rencana.
3) Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara
tepat.
4) Pembagian kerja yang nyata berdasarkan beban kerja.
5) Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, yaitu wewenang
�
89�
harus sama dan seimbang dengan tanggungjawabnya.
6) Prosedur kerja yang praktis untuk dapat dilaksanakan.
Hal ini kurang sesuai dengan poin 4 dan 5. Dampaknya
pekerjaan Safety dikhawatirkan akan sulit fokus dan berkembang
dengan baik apalagi pekerjaannya menyangkut keselamatan
karyawan dan stakeholders yang ada di dalam, maupun sekitar
perusahaan. Untuk izin kerja sendiri pihak pelaksana satu (1) sebagai
penandatangan izin kerja terkadang digantikan dengan yang lain,
sehingga terkadang terjadi kesalahan komunikasi antara pihak
kontraktor dengan pihak Safety.
Selain itu dilihat dari sumber daya berupa infrastruktur yang
masih belum tetap dan agak bising karena berada disamping ruang
distribusi juga memberikan ketidaknyamanan. Fasilitas ruang kerja
yang tetap dengan suhu, kelembaban, pencahayaan dan tata letak
yang sesuai dengan K3, serta nyaman dan tidak bising menjadi
syarat ruang kerja yang baik. Hal tersebut menjadi pendukung agar
kinerja tidak terganggu dan tidak mempersulit kontraktor bila
mengurus keperluannya.
Unsur faktor yang menjadi pioritas kedua dengan nilai
(0,262), yaitu dokumentasi. Semua dokumentasi yang berkaitan
dengan K3 merupakan catatan informasi penting yang harus
tersimpan dengan baik. JSA dan surat izin merupakan bagian dari
dokumentasi laporan K3. apabila tidak disimpan dengan baik, hal ini
tentunya akan mempersulit pihak terkait dalam pengurusan
perpanjangan izin kerja dan menjadi temuan audit, sehingga akan
mempersulit Bagian itu sendiri. Unsur faktor yang menjadi prioritas
ketiga yaitu komunikasi dengan nilai 0,205 yaitu komunikasi antara
perusahaan dengan kontraktor dalam peraturan K3 yang harus
dipatuhi oleh pihak kontraktor, serta dalam masalah kepatuhan
penggunaan APD. Unsur faktor yang menjadi prioritas keempat (4),
yaitu kompetensi, pelatihan dengan nilai (0,184).
�
90�
b. Analisis unsur faktor pada level ketiga
Hasil pengolahan data pada level ketiga (3) berfungsi untuk
melihat tingkat pengaruh aktor-aktor yang terlibat terhadap faktor-
faktor yang terdapat pada level kedua.
Tabel 8. Bobot dan susunan prioritas aktor implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety dalam penanganan terhadap kontraktor
Aktor
Faktor
SDT KPK KM� DOK
Top Management 0,341 0,104 0,296 0,159
Middle Management 0,417 0,330 0,344 0,337
Operational
Management 0,241 0,566 0,360 0,504
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa aktor yang paling
berperan penting dalam Sumber daya, tanggungjawab dan
wewenang adalah Middle Management, atau dalam hal ini Kabag.
Umum sebagai pymt Kepala Bagian Environment and Safety dengan
bobot nilai 0,417. Kabag Umum memiliki tanggungjawab terhadap
keseluruhan yang dikerjakan Operational Management, Kabag.
Umum menerima laporan dan menyampaikannya dalam rapat
dengan kepala divisi Corporate Secretary setiap satu (1) minggu
sekali. Kabag. Umum tentunya mengetahui betul bagaimana kondisi
dari Kepala seksi dan pelaksananya dalam masalah tanggungjawab
dan wewenang. Perihal infrastruktur, Middle Management dapat
mengajukan permasalahan yang ada pada Top Management.
Aktor yang berada pada prioritas kedua (2), yaitu Top
Management dengan bobot nilai (0,341) memiliki wewenang
memberi persetujuan penambahan SDM berkompeten dan perbaikan
infrastruktur yang dibutuhkan. Aktor yang berada pada prioritas
terakhir adalah Operational Management (0,241), dimana aktor
sebagai user dari infrastruktur dan pihak yang terjun langsung ke
lapangan dalam penanganan kontraktor.
Berkaitan dengan kompetensi, aktor yang paling berperan
penting adalah Operational Management dengan bobot nilai 0,566.
�
91�
Operational Management terjun langsung untuk melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan, dalam hal ini bertindak
sesuai prosedur dan kebijakan K3. Dalam bertindak sesuai prosedur
dan kebijakan inilah dituntut adanya kompetensi Kepala seksi
beserta pelaksananya. Kemudian aktor pada prioritas kedua, yaitu
Middle Management dengan nilai 0,330 yang dalam hal ini harus
diketahui seberapa besar kompetensi yang dimiliki Kepala seksi dan
pelaksananya. Middle Management memerlukan bekal kompetensi
yang berhubungan dengan K3 umum dan K3 kontraktor untuk
meningkatkan kinerja Bagian Environment and Safety.
Aktor yang berada pada peringkat terakhir adalah Top
Management dengan nilai bobot 0,104. Dalam hal ini, Ketua MR
dan Ketua Tim P2K3 telah memiliki kompetensi sebagai Ahli K3
Umum dan tidak terjun langsung, sehingga tidak terlalu berpengaruh
besar terhadap penggunaan kompetensi pada pelaksanaan
penanganan kontraktor di lapangan.
Untuk komunikasi, aktor yang berpengaruh pada peringkat
pertama ialah Operational Management dengan nilai 0,360. Kepala
Seksi beserta Pelaksana Safety merupakan aktor yang lebih sering
bersinggungan langsung dengan pihak kontraktor dari mulai
perizinan kerja sampai pekerjaan selesai, sehingga komunikasi yang
terjalin intensitasnya lebih tinggi. Aktor pada peringkat kedua adalah
Middle Management dengan nilai 0,344, dimana Kepala Bagian
Environment and Safety lebih banyak berinteraksi terhadap
Operational Management. Pada prioritas terakhir terdapat Top
Management dengan nilai 0,296. Ketua MR dan Tim P2K3 tidak ada
job desk untuk melakukan komunikasi langsung kepada pihak
kontraktor, kecuali apabila memang diperlukan.
Pada faktor terakhir (dokumentasi), Operational
Management merupakan pemegang peranan utama dengan nilai
0,504. Pelaksana Safety, dalam hal ini Administrasi sebagai pihak
yang menangani semua dokumentasi yang berhubungan dengan
�
92�
penanganan terhadap kontraktor oleh Bagian Environment and
Safety. Penanganan dokumentasi yang dilakukan mulai dari
pembuatan dokumennya hingga penyimpanan dokumen tersebut.
Kemudian di posisi kedua terdapat Middle Management dengan nilai
0,337 dan terakhir Top Management dengan nilai bobot 0,159.
c. Analisis unsur faktor pada level keempat
Pada analisis tujuan ini dapat dilihat bagaimana tingkat
pengaruh unsur tujuan yang terdapat pada level keempat terhadap
aktor-aktor pada level ketiga.
Tabel 9. Bobot dan susunan prioritas tujuan implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety dalam penanganan terhadap kontraktor
Tujuan
Aktor
Top
Management
Middle
Management
Operational
Management
BEB 0,193 0,209 0,181
I�F 0,175 0,155 0,222
KTP 0,223 0,212 0,219
KB 0,230 0,245 0,206
DOKB 0,179 0,178 0,172
Pada Tabel 9 terlihat bahwa karyawan yang berkompeten
merupakan tujuan yang diprioritaskan oleh Top Management dengan
nilai 0,230. Top Management memahami bahwa dengan keadaan
Bagian Environment and Safety yang baru terbentuk ini
membutuhkan karyawan berkompeten dalam permasalahan K3 di
perusahaan, termasuk kaitannya dengan K3 kontraktor. Di sisi lain,
pihak Middle Management memprioritaskan beban tanggungjawab
yang sesuai sebagai tujuan dengan nilai 0,209. Hal ini dikarenakan
Middle Management merasakan bagaimana penumpukan beban
tanggungjawab yang harus diberikan sesuai dengan kemampuan dan
bidangnya. Sedangkan Operational Management memprioritaskan
tujuan infrastruktur yang baik dan tetap dengan nilai 0,222. Kepala
Seksi Safety dan pelaksana merupakan pihak yang langsung
merasakan bahwa tujuan tersebut memiliki dampak yang
mendukung kinerja, ketika berada dalam ruangan termasuk, ketika
�
93�
dalam menangani kontraktor saat pembuatan izin kerja, induction
training dan diskusi lainnya perihal pekerjaan yang akan dan saat
berlangsung.
d. Analisis unsur alternatif pada level kelima
Hasil pengolahan horisontal pada level lima menunjukkan
tingkat pengaruh suatu unsur alternatif terhadap tujuan-tujuan yang
terdapat pada level empat.
Tabel 10. Bobot dan susunan prioritas alternatif implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety dalam penanganan terhadap kontraktor
Alternatif Tujuan
BEB I�F KTP KB DOKB
A 0,494 0,457 0,444 0,493 0,381
B 0,111 0,192 0,208 0,141 0,199
C 0,123 0,157 0,131 0,104 0,101
D 0,272 0,194 0,217 0,261 0,319
Dari hasil pengolahan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa
untuk mencapai seluruh tujuan, alternatif penambahan SDM
kompeten merupakan alternatif paling diprioritaskan dibanding
dengan alternatif lainnya dengan nilai 0,381. Dalam penanganan
implementasi OHSAS 18001:2007 yang berhubungan dengan
kontraktor, tentunya membutuhkan orang-orang kompeten dan
didukung dengan tanggungjawab dan wewenang sesuai, sehingga
tidak mengganggu penanganan tugas yang lain.
Untuk mencapai tujuan beban tanggungjawab yang sesuai,
diposisi dua terdapat alternatif pengelolaan dokumentasi yang baik
dan benar dengan nilai 0,272. Alternatif ketiga yaitu penyempurnaan
sistem reward and punishment (0,123) dan terakhir penyediaan
ruang kerja yang permanen (0,111).
Alternatif tindakan yang menjadi prioritas kedua dalam
mencapai tujuan infrastruktur yang baik dan permanen ialah
pengelolaan dokumentasi (0,194), kemudian prioritas ketiga
penyediaan ruang kerja yang permanen dengan nilai 0,192. Terakhir
penyempurnaan sistem reward and punishment (0,157).
�
94�
Untuk mencapai tujuan kontraktor taat pada peraturan, pada
prioritas kedua terdapat alternatif pengelolaan dokumentasi yang
baik dan benar dengan nilai sebesar 0,217. Alternatif ketiga (3),
yaitu penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap (0,131). Prioritas
terakhir, yaitu penyempurnaan sistem reward and punishment
dengan nilai 0,131. �
Alternatif kedua untuk mencapai tujuan karyawan kompeten
ialah pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar (0,261).
Alternatif ketiga yaitu penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
(0,141) setelah itu alternatif terakhir yaitu penyempurnaan sistem
reward and punishment dengan nilai 0,104.�
Dalam mencapai tujuan dokumentasi yang baik, alternatif
prioritas kedua ialah pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
(0,319). Alternatif ketiga yaitu penyediaan ruang kerja yang baik dan
tetap (0,199) dan alternatif terakhir yaitu penyempurnaan sistem
reward and punishment dengan nilai 0,101.
4.7.2 Pengolahan data secara vertikal
Pengolahan data vertikal digunakan untuk menghitung bobot
setiap unsur pada level terakhir dalam suatu hirarki terhadap sasaran
utamanya. Perbedaan pengolahan vertikal dan horisontal memiliki
perbedaan hanya terdapat pada level ketiga, keempat, dan kelima.
a. Analisis unsur aktor terhadap sasaran utama
Berdasarkan pengolahan data secara vertikal pada level
ketiga dapat diketahui bahwa aktor yang memiliki pengaruh utama
dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada penanganan terhadap
kontraktor oleh Bagian Environment and Safety ialah Operational
Management dengan nilai 0,394. Dalam hal ini, Operational
Management merupakan pihak yang langsung berhadapan dengan
pihak kontraktor, terutama pada saat pelaksanaannya. Kemudian
aktor yang memiliki pengaruh kedua terhadap sasaran utama, yaitu
Middle Management (0,365) sebagai pihak bertanggungjawab dan
�
95�
mengawasi segala pekerjaan yang dilakukan oleh Management
Operational.
Terakhir, Top Management (0,241) yang memberikan ide-ide,
maupun kebijakan berkaitan dengan K3 kepada seluruh bagian yang
ada dalam perusahaan, termasuk kaitannya terhadap penanganan
terhadap kontraktor oleh Bagian Environment and Safety, sehingga
tidak langsung berhadapan dengan kontraktor dalam
implementasinya di lapangan. Seluruhnya dapat dilihat pada Tabel
11.
Tabel 11. Bobot dan susunan prioritas aktor implementasi
OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and
Safety dalam penanganan terhadap kontraktor
Aktor Bobot Prioritas
Operational Management 0,394 1
Middle Management 0,365 2
Top Management 0,241 3
b. Analisis unsur tujuan terhadap sasaran utama
Hasil pengolahan vertikal pada level empat (4) yang terdapat
pada Tabel 12 menunjukkan, bahwa tujuan prioritas pertama yang
mempengaruhi sasaran utama ialah karyawan kompeten dengan nilai
0,226. Dengan terpenuhinya karyawan kompeten, maka akan
memudahkan dalam setiap implementasi penanganan terhadap
kontraktor sesuai dengan klausul OHSAS 18001:2007 yang
diterjemahkan perusahaan melalui Tim P2K3.
Setelah itu, tujuan yang berada pada prioritas kedua (2)
adalah kontraktor taat pada peraturan dengan nilai 0,218. Pentingnya
kontraktor menaati peraturan bukan sekedar mencari keuntungan
perusahaan semata, melainkan untuk kebaikan kedua belah pihak.
Apabila kontraktor menaati peraturan K3 yang telah dibuat
perusahaan berarti telah timbul adanya kesadaran pihak kontraktor
untuk melindungi karyawannya maupun orang lain yang sedang
berada di dalam PT. X itu sendiri, sehingga “zero accident” dapat
tercapai. Beban tanggungjawab yang sesuai menjadi prioritas ketiga
(3) yang menjadi tujuan perusahaan dengan nilai 0,194. Dengan
�
96�
tercapainya tujuan kedua, yaitu karyawan kompeten, maka tidak sulit
untuk memberikan beban tanggungjawab yang sesuai untuk masing-
masing.
Infrastruktur yang baik dan permanen dengan nilai 0,186
menjadi prioritas keempat, karena infrastruktur yang ada sekarang
dinilai masih nyaman dan cukup wajar untuk ditempati sementara
waktu dan karena pelaksana banyak melakukan pekerjaan di luar
ruangan. Tujuan yang memiliki prioritas akhir, yaitu dokumentasi
yang baik (0,176). Dokumentasi yang baik akan dilakukan oleh
seorang yang berkompeten dan memang benar-benar memahami
klausul-klausul OHSAS 18001:2007, terutama dalam
pendokumentasian.
Tabel 12. Bobot dan susunan prioritas tujuan yang
berkepentingan dalam implementasi OHSAS
18001:2007 pada Bagian Environment and Safety
dalam penanganan terhadap kontraktor
Tujuan Bobot Prioritas
Karyawan kompeten 0,226 1
Kontraktor taat pada peraturan 0,218 2
Beban tanggungjawab yang sesuai 0,194 3
Infrastruktur yang baik dan tetap 0,186 4
Dokumentasi yang baik 0,176 5
c. Analisis unsur alternatif terhadap sasaran utama
Hasil pengolahan vertikal pada level lima yaitu berkaitan
dengan alternatif terhadap sasaran utama. Dapat dilihat pada Tabel
13, alternatif tindakan yang menjadi prioritas pertama yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan implementasi OHSAS
18001:2007 dalam penanganan terhadap kontraktor ini ialah
penambahan SDM kompeten dengan nilai bobot sebesar (0,456).
SDM tersebut tentunya mengisi kekosongan dari beberapa jabatan
yang seharusnya ada dalam Bagian Environment and Safety, seperti
Seksi Environment dan Pelaksananya, dan menambah lagi SDM
yang lebih berkompeten dalam K3 untuk Pelaksana Safety sehingga
masing-masing dapat fokus dalam implementasi setiap klausul yang
�
97�
bersangkutan terhadap tanggungjawabnya, dalam hal ini yang
berkaitan dengan penanganan terhadap kontraktor.
Alternatif prioritas kedua (2) adalah pengelolaan
dokumentasi (0,251), meliputi cara kerja mengikuti prosedur yang
sesuai dengan standar, penyimpanan yang aman dan terkendali,
sehingga tidak ada dokumen yang hilang. Alternatif prioritas ketiga
(3) adalah penyediaan ruang kerja tetap (0,170) dan terakhir
penyempurnaan sistem reward and punishment (0,123).
Tabel 13. Bobot dan susunan prioritas alternatif dalam
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian
Environment and Safety dalam penanganan
kontraktor
Alternatif Bobot Prioritas
Penambahan SDM kompeten 0,456 1
Pengelolaan dokumentasi yang
baik dan benar 0,251 2
Penyediaan ruang kerja yang
baik dan tetap 0,170 3
Penyempurnaan sistem reward
and punishment 0,123 4
4.8 Implikasi Manajerial
Hasil perhitungan AHP yang telah dilakukan dapat memberikan
informasi berguna bagi PT. X dalam upaya pemeliharaan penerapan
OHSAS 18001:2007 pada penanganan terhadap kontraktor oleh Bagian
Environment and Safety. Dari empat (4) alternatif yang telah ditentukan,
prioritas pertama yang perlu menjadi pertimbangan perusahaan ialah
alternatif penambahan SDM kompeten (0,456). Penambahan SDM yang
kompeten berupa karyawan yang direkrut untuk dapat mengatasi beban
tanggungjawab dan penambahan karyawan kompeten dalam memenuhi
posisi yang masih dijabat sementara oleh Kepala Bagian Umum dan Kepala
Seksi Environment yang masih kosong. Selain itu, menambah karyawan
sebagai pelaksana Environment dapat dilakukan, apabila memang
diperlukan, dengan maksud agar Pelaksana Safety fokus dengan
pekerjaannya di bidang keselamatan kerja, tidak terbebani dengan tugas
�
98�
environment karena bagaimanapun juga semakin ke depan bagian ini akan
semakin berkembang dan memiliki program semakin spesifik dan kompleks.
Bagian Environment and Safety selalu menjadi panitia dalam
pelaksanaan kegiatan CSR dan akan sangat mengganggu, apabila ada
pekerjaan yang berhubungan dengan penanganan terhadap kontraktor,
namun di sisi lain perusahaan membutuhkan Pelaksana Safety untuk
penanganan persiapan kegiatan CSR di waktu sama. Alternatif kedua (2)
adalah pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar (0,251) dilakukan
dengan sistem pendokumentasian efektif, termasuk pengecekan dan
penyimpanan seluruh dokumen terkait kebijakan K3 baik yang dibuat
perusahaan maupun pihak kontraktor dengan baik.
Alternatif prioritas ketiga (3) ialah penyediaan ruang kerja yang baik
dan tetap (0,170), dimana dapat mendukung terciptanya kinerja yang
kondusif untuk Bagian Environment and Safety termasuk dalam kasus ini
yaitu penanganan kontraktor, ketika pengurusan izin kerja maupun
induction training. Kenyamanan dan ruang yang tetap tentu tidak membuat
bagian perusahaan terbebani dengan pemindahan lokasi.
Alternatif yang menjadi prioritas keempat (4) ialah penyempurnaan
sistem reward and punishment, dimana hal ini diharapkan dapat
memberikan dorongan bagi kontraktor untuk selalu tertib mematuhi seluruh
aturan yang telah ditetapkan oleh PT. X demi keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan kontraktor dan karyawan, atau tamu lain yang ada di dalam
perusahaan.
Keempat (4) alternatif tindakan yang telah dipilih tersebut
merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk dapat menyempurnakan
kekurangan yang ada dalam menjalankan OHSAS 18001:2007 demi
terciptanya zero accident. Selain itu adanya manfaat pada aspek citra
perusahaan yang konsisten pada komitmennya terhadap K3 yang sesuai
dengan standar OHSAS 18001:2007. Dari segi teknik, akan lebih
mempermudah pihak perusahaan, maupun kontraktor dalam menjalankan
tugasnya. Pada aspek ekonomi, perbaikan implementasi ini akan sedikit
menambah biaya, namun dapat mengurangi pengeluaran yang jauh lebih
�
99�
besar lagi baik dari perusahaan, maupun pihak kontraktor bersangkutan jika
terjadi kecelakaan. Untuk aspek sosial, perusahaan dapat selalu memberikan
rasa aman dan nyaman bagi karyawan, tamu, maupun masyarakat yang
berada di sekitar area perusahaan karena SMK3 berjalan dengan baik.
Terakhir dari aspek lingkungan, perusahaan dapat menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif, aman dan jauh dari pencemaran.
�
100�
KESIMPULA� DA� SARA�
1. Kesimpulan
1. PT. X telah melaksanakan setiap klausul-klausul yang terdapat di dalam
OHSAS 18001:2007 dengan baik, mulai dari kebijakan K3 yang dibuat
oleh perusahaan hingga tinjauan manajemen untuk peningkatan K3
berkelanjutan dalam perusahaan. Hal ini juga telah dibuktikan dengan
didapatkannya sertifikat OHSAS 18001:2007 selama empat (4) tahun
berturut-turut.
2. PT. X telah memenuhi dan menjalankan seluruh klausul-klausul OHSAS
18001:2007 dalam operasi pada Bagian Environment and Safety yang
berkaitan dengan penanganan terhadap kontraktor.
3. Faktor yang menjadi permasalahan dalam implementasi OHSAS
18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat
dalam penanganan terhadap kontraktor berturut-turut adalah sumber daya,
tanggungjawab dan wewenang (0,349), dokumentasi (0,262), komunikasi
(0,205) dan terakhir kompetensi (0,184).
4. Alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam
implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety
PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor berturut-
turut ialah penambahan SDM kompeten (0,456), pengelolaan
dokumentasi yang baik dan benar (0,251), penyediaan ruang kerja yang
baik dan tetap (0,170), serta penyempurnaan sistem reward and
punishment (0,123).
2. Saran
1. Penambahan SDM kompeten dirasakan perlu, mengingat Bagian
Environment and Safety tidak hanya membutuhkan kompetensi K3
kontraktor bagi Pelaksananya, tetapi juga beberapa orang yang
berkompeten dalam bidang environment agar fokus pada bidang
keselamatan (K3 terhadap kontraktor).
�
101�
2. Perlu diperhatikan pendokumentasian yang tertib, baik dan benar,
disediakannya ruang kerja yang baik dan tetap, serta menyempurnakan
kembali sistem reward and punishment bagi kontraktor, agar selalu patuh
terhadap peraturan wajib menggunakan APD dan hal terkait yang telah
dibuat perusahaan.
3. Bagian Environment and Safety di bawah Divisi Corporate Secretary
agar meningkatkan kinerjanya sesuai dengan komitmen K3 perusahaan.
Untuk itu Bagian Environment and Safety perlu melakukan pencatatan
rutin setiap bulannya untuk mengetahui ada tidaknya kecelakaan kerja
dari pihak kontraktor, dalam rangka peningkatan berkelanjutan.
�
102�
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, R. 2009. Model Kuantitatif Pengambilan Keputusan dan Perencanaan
Strategis. CV. Alfabeta, Jawa Barat.
Effendi, O. http://digisi-indonesia.com/article/80002/penerapan-ohsas-18001-
pada-industri-manufaktur.html. [07-10-2011].
Ervianto, W.I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
Heni, Y. 2011. Panduan untuk Selalu Bekerja dengan Selamat IMPROVING OUR
SAFETY CULTURE; Cara Cerdas Membangun Budaya Keselamatan
yang Kokoh. PT. Gramedi Pustaka Utama, Jakarta.
Kurniawidjaja, L.M. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. UI Press, Jakarta.
Laksmi, F.K. 2010. Analisis Implementasi ISO 9001: 2000 pada Departemen
Collection PT. Para Jawa Barat Propertindo Jakarta. Skripsi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Mangkunegara, A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung.
Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan
dalam Manajemen Rantai Pasok. PT. Penerbit IPB Press, Bogor.
Mintorogo A. dan Sedarmayanti. 1992. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang
Manaejemen Perkantoran. Ilham Jaya, Bandung.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
Ramli, S. 2011. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
Resti, P. http://www.suarapembaruan.com/home/klaim-jamsostek-tinggi-tanda-
penerapan-k3-belum-memadai/12191. [10-10-2011].
Rijanto, B.B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan). PT.
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
�
103�
LAMPIRA�
�
104�
32
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Klausul-klausul OHSAS 18001:2007
Implementasi OHSAS 18001:2007 secara garis
besar
Bagian Environment and Safety PT. X dalam Penanganan
terhadap kontraktor
PT. X
Implementasi dan operasi OHSAS 18001:2007
Identifikasi masalah penerapan OHSAS 18001:2007
Analisis deskriptif
Penggunaan metode AHP untuk pengambilan keputusan
Rekomendasi alternatif tindakan pemecahan masalah
OHSAS 18001:2007
33
104
Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. X
Tahap 1
1. Bagaimana gambaran umum perusahaan PT. X ?
2. Bagaimana proses awal mula PT. X memperoleh sertifikasi OHSAS
18001:2007 ?
3. Bagaimana implementasi OHSAS 18001:2007 pada perusahaan, terutama
terkait klausul-klausul yang ada ?
Tahap 2
1. Siapa yang bertanggungjawab dalam implementasi OHSAS 18001:2007
dalam penanganan terhadap kontraktor ?
2. Bagaimana bentuk tanggungjawab pihak yang terkait penanganan terhadap
kontraktor ?
3. Kompetensi dan pelatihan apa saja yang dimiliki oleh SDM di dalam Bagian
Environment & Safety (khususnya yang terkait dengan penanganan terhadap
kontraktor) ?
4. Apa saja yang dilakukan Bagian Environment & Safety dalam penanganan
terhadap kontraktor?
5. Bagaimana standar operasional prosedur terkait penanganan terhadap
kontraktor yang dibuat oleh Bagian Environment & Safety?
6. Bagaimana komunikasi Bagian Environment & Safety terhadap kontraktor
terkait K3 yang ditetapkan perusahaan ?
7. Bagaimana pendokumentasian pada Bagian Environment & Safety berkaitan
dengan penanganan terhadap kontraktor ?
8. Bagaimana peraturan tanggap darurat yang di buat perusahaan terkait dengan
pihak kontraktor ?
9. Apa saja kendala yang saat ini dihadapi Bagian Environment & Safety dalam
mengimplementasikan OHSAS 18001:2007 terkait dengan penanganan
terhadap kontraktor ?
105
105
Lampiran 2. Kuesioner
ANALISIS IMPLEMENTASI OHSAS 18001 : 2007 PADA PT. X DI JAWA BARAT (STUDI KASUS BAGIAN ENVIRONMENT & SAFETY DALAM PENANGANAN
TERHADAP KONTRAKTOR)
Kuesioner ini diberikan dalam rangka penyusunan tugas akhir Aulia Miftah (H24097016) Mahasiswi Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dengan skripsi berjudul :
ANALISIS IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 PADA PT. X DI JAWA BARAT (STUDI KASUS BAGIAN ENVIRONMENT & SAFETY DALAM
PENANGANAN TERHADAP KONTRAKTOR)
Kuesioner ini dibagikan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif pemecahan masalah yang terdapat di dalam implementasi OHSAS 18001:2007 PT. X Jawa Barat.
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara benar dan obyektif. Hasil kuesioner ini hanya bertujuan untuk penelitian ilmiah. Atas perhatiannya dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Jabatan :
Jenis Kelamin: L / P
A. PETUNJUK
I. UMUM
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden dengan
menjawab setiap pertanyaan tertulis.
2. Jawaban dapat merupakan pendapat pribadi maupun hasil diskusi atau
pemikiran dengan orang lain.
3. Pertanyaan yang ditujukan adalah membandingkan data dua faktor
berdasarkan tingkat kepentingan atau besarnya peranan dengan
memberikan skala penilaian (petunjuk II).
4. Dalam pengisian kuesioner ini, diharapkan responden melakukan
dengan sekaligus (tidak tertunda).
106
II. SKALA PENILITIAN
Berilah nilai pada kolom yang tersedia pada tabel skala penilaian
dengan memilih (✔) nilai yang ditentukan, berdasarkan tingkat
kepentingan atau besarnya peranan dari faktor yang dibandingkan dengan
ketentuan di bawah ini.
Misalnya, A dibandingkan dengan B, maka berilah nilai :
Faktor
Diisi jika sektor kolom sebelah kiri lebih
penting dibandingkan tujuan di kolom sebelah kanan
Diisi bila
sama penting
Diisi jika sektor kolom sebelah kanan
lebih penting dibandingkan tujuan kolom sebelah kiri
Faktor
9 7 5 3 1 3 5 7 9
A ✔ B
Keterangan : A Jelas lebih penting dari B
Skala Keterangan
1 Sama Penting
3 Sedikit lebih penting
5 Jelas lebih penting
7 Sangat jelas lebih penting
9 Mutlak lebih penting
Lanjutan lampiran 2. Kuesioner
107
Lanjutan Lampiran 2.
B. PERTANYAAN
I. Dalam kaitannya dengan fokus hirarki, yaitu identifikasi permasalahan implementasi OHSAS 18001:2007 studi kasus Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor, faktor/kriteria masalah yang teridentifikasi adalah :
a. Sumber daya, peran, tanggungjawab, dan wewenang :
Penumpukan tanggungjawab dan wewenang yang kurang sesuai,
ruang kerja yang belum tetap dan kurang nyaman.
b. Kompetensi, pelatihan : Masih membutuhkan personil yang
memiliki kemampuan mendalam tentang K3 dalam perusahaan.
c. Komunikasi : Pihak kontraktor masih ada yang
tidak patuh dalam penggunaan APD.
d. Pengendalian dokumentasi: Adanya beberapa dokumen laporan
K3 yang tidak lengkap, yaitu beberapa surat izin kerja dan JSA yang
tidak ada dalam arsip.
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Sumber daya, peran, tanggungjawab dan wewenang
Kompetensi dan pelatihan
Sumber daya, peran, tanggungjawab dan wewenang
Komunikasi
Sumber daya, peran, tanggungjawab dan wewenang
Pengendalian Dokumentasi
Kompetensi dan pelatihan
Komunikasi
108
Lanjutan Lampiran 2.
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Kompetensi dan pelatihan
Pengendalian Dokumentasi
Komunikasi Pengendalian Dokumentasi
II. Dalam kaitannya dengan faktor/kriteria masalah, aktor-aktor yang berperan dalam implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X di Jawa Barat dalam penanganan terhadap kontraktor : a. Top Management : Direktur Utama, Corporate Secretary,
Kepala Divisi Logistik, Ketua Tim P2K3.
b. Middle Management : Kepala Bagian Umum selaku pejabat yang
memegang tanggungjawab sebagai Kepala
Bagian Environment and safety.
c. Operational Management : Kepala Seksi Safety, Pelaksana.
Dalam faktor (Sumber daya, peran, tanggungjawab dan wewenang),
bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing aktor berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Top Management Middle
Management Top
Management Operational
Management Middle
Management Operational
Management
109
Lanjutan Lampiran 2.
Dalam faktor (Kompetensi dan pelatihan), bandingkan tingkat kepentingan
dari masing-masing aktor berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Top Management Middle
Management Top
Management Operational
Management Middle
Management Operational
Management
Dalam faktor (Komunikasi), bandingkan tingkat kepentingan dari masing-
masing aktor berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Top Management Middle
Management Top
Management Operational
Management Middle
Management Operational
Management
Dalam faktor (Pengendalian dokumentasi), bandingkan tingkat kepentingan
dari masing-masing aktor berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Top Management Middle
Management Top
Management Operational
Management Middle
Management Operational
Management
110
Lanjutan Lampiran 2.
III. Dalam kaitannya dengan aktor-aktor yang berpengaruh dalam
implementasi OHSAS 18001:2007, tujuan yang ingin diraih adalah :
Berdasarkan tingkat perhatian Top Management, bandingkan tingkat
kepentingan dari masing-masing tujuan berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Infrastruktur yang baik dan permanen
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Kontraktor taat pada peraturan
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Karyawan berkompeten
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Dokumentasi yang baik
Infra-struktur yang baik dan permanen
Kontraktor taat pada peraturan
Infra-struktur yang baik dan permanen
Karyawan berkompeten
Infra-struktur yang baik dan permanen
Dokumentasi yang baik
Karyawan berkompeten
Kontraktor taat pada peraturan
Karyawan berkompeten
Dokumentasi yang baik
Kontraktor taat pada peraturan
Dokumentasi yang baik
111
Lanjutan Lampiran 2.
Berdasarkan tingkat perhatian Middle Management, bandingkan tingkat
kepentingan dari masing-masing tujuan berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Infrastruktur yang baik dan permanen
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Kontraktor taat pada peraturan
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Karyawan berkompeten
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Dokumentasi yang baik
Infra-struktur yang baik dan permanen
Kontraktor taat pada peraturan
Infra-struktur yang baik dan permanen
Karyawan berkompeten
Infra-struktur yang baik dan permanen
Dokumentasi yang baik
Karyawan berkompeten
Kontraktor taat pada peraturan
Karyawan berkompeten
Dokumentasi yang baik
Kontraktor taat pada peraturan
Dokumentasi yang baik
112
Lanjutan Lampiran 2.
Berdasarkan tingkat perhatian Operational Management, bandingkan tingkat
kepentingan dari masing-masing tujuan berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Infrastruktur yang baik dan permanen
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Kontraktor taat pada peraturan
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Karyawan berkompeten
Beban tanggung- jawab yang sesuai
Dokumentasi yang baik
Infra-struktur yang baik dan permanen
Kontraktor taat pada peraturan
Infra-struktur yang baik dan permanen
Karyawan berkompeten
Infra-struktur yang baik dan permanen
Dokumentasi yang baik
Karyawan berkompeten
Kontraktor taat pada peraturan
Karyawan berkompeten
Dokumentasi yang baik
Kontraktor taat pada peraturan
Dokumentasi yang baik
113
Lanjutan Lampiran 2.
IV. Dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin diraih dalam implementasi
OHSAS 18001:2007, maka alternatif kegiatan/tindakan yang dapat
diambil adalah melalui :
Supaya mencapai tujuan beban tanggungjawab yang sesuai, bandingkan
tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
114
Lanjutan Lampiran 2.
Supaya mencapai tujuan Infrastruktur yang baik dan permanen,
bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Supaya mencapai tujuan Kontraktor taat pada peraturan, bandingkan
tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyempur-naan sistem reward and punishment
115
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Supaya mencapai tujuan Karyawan yang berkompeten, bandingkan tingkat
kepentingan dari masing-masing alternatif berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Lanjutan lampiran 2.
116
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Supaya mencapai tujuan Dokumentasi yang baik, bandingkan tingkat
kepentingan dari masing-masing alternatif berikut :
Faktor
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kanan
lebih penting dibandingkan di kolom
sebelah kiri Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penambahan SDM yang lebih kom-peten
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Penyediaan ruang kerja yang baik dan tetap
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Penyempur-naan sistem reward and punishment
Pengelolaan dokumentasi yang baik dan benar
Lanjutan lampiran 2.
117
Lampiran 3. IAP pada Bagian Environment and Safety
NO Kode Aspek
Kegiatan/ Produk/Jasa
Rincian Kegiatan/Produk/Jasa
Aspek/Bahaya Dampak/Risiko Tindak lanjut Peraturan Faktor
Pengendalian Aspek Lingkungan, Bahaya K3 Dampak Lingkungan, Risiko K3 Y/T 1 I-214-04 Penerimaan
Tamu Parkir Kendaraan Parkir teratur Tergangunya kegiatan lalu lintas T - Rambu lalul lintas
telah terpasang, area parkir telah tersedia
2 I-214-05 Aksi Terror Telepon gelap Terror Bom, Demontrasi dan ancaman yang anarkis
T - 214K-KTD-01
3 I-214-06 Huru - hara Ancaman secara langsung maupun tidak langsung
Ancaman penganiayaan pengerusakan alat kantor, pembunuhan dan ancaman yang bersifat anarkis. Ancaman yang dilakukan oleh oknum karyawan ataupun orang luar yang meresahkan atau mengganggu aktifitas kerja.
T - 214K-KTD-01
4 I-214-09 Kebakaran langsung Merokok dan membuang puntung rokok di tempat yang rentan api
Kebakaran yang menyebabkan aktifitas kerja terganggu secara menyeluruh
T Kep Menaker No. KEP 186/MEN/1999
214K-KTD-01
5 I-214-12 Pemeriksaan alat pemadam api ringan (APAR) & Hydrant
APAR & Hydrant tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Kebakaran yang menyebabkan aktifitas kerja terganggu secara menyeluruh
T Per Menakertrans No. Per - 04/Men/1980
214K-KTD-01
6 I-214-13 CCTV Gangguan monitoring, monitoring wilayah visual hilang
Hilangnya data rekam, masuknya tamu tidak dikenal
Kalau terjadi gangguan keamanan, atau keadaan darurat tidak dapat ditelusuri
T - Terpasangnya CCTV di area rawan
7 I-214-17 Rumah Tangga
Pemilahan sampah Pemisahan sampah organik, anorganik, bahan kimia, obat dan B3
Sampah menjadi limbah berbahaya bagi karyawan dan lingkungan
T PP No. 18/1999 JO, PP 85/1999 Kepbapedalda No. 01/1999
SM-S19
117
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011
Lanjutan Lampiran 3.
NO Kode Aspek
Kegiatan/ Produk/Jasa
Rincian Kegiatan/Produk/Jasa
Aspek/Bahaya Dampak/Risiko Tindak lanjut
Peraturan Faktor Pengendalian
Aspek Lingkungan, Bahaya K3 Dampak Lingkungan, Risiko K3 Y/T 8 I-214-18 Pengangkutan
sampah Pengangkutan tidak teratur Sampah menumpuk ditempat
sampah T UU RI No.
18/2008 SM-S19
9 I-214-20 Pengelolaan sampah Sampah menjadi tercampur Sisa sampah yang tidak terurai T UU RI No. 18/2008
SM-S19, 214K-PS-01
10 III-214-01
Ruang Garasi
Ruangan istirahat tidak memadai
Pengap, sirkulasi udara tidak baik Supir kelelahan saat kembali dari tugas luar kota, dan sulit untuk melakukan aktifitas kembali karena kelelahan
T Adanya ventilasi udara yang baik di garasi
11 III-214-02
Keadaan rusak Emisi udaran gas buang Pencemaran udara T PreMenLH No. 05/2006, PreMenLH No. 04/2009
Sudah dilakukan uji emisi kendaraan
12 III-214-04
Alat/sistem pada kendaraan tidak berfungsi dengan baik
Kecelakaan T UU RI No. 01/1970
Terdapat tata cara menggunakan kendaraan dengan baik
13 IV-214-01
Lampu Penerangan
Penerangan jalan dan koridor
Penggunaan energi listrik secara berlebihan
Penipisan SDA T INPRES/02/2008
135K-PP-SDA
14 V-214-01
Administrasi Pengoperasian komputer
Radiasi monitor pada mata Mata lelah, iritasi mata T Kepmenkes No.1405/MENKES/SK/XI/2002
100K-SIS-JSA
15 V-214-02
Pemakaian Listrik untuk komputer, penerangan dan AC
Penggunaan energi listrik secara berlebihan
Penipisan SDA T INPRES/02/2008
135K-PP-SDA
16 V-214-03
Pekerjaan Proyek
Penggunaan alat berat limbah non B3 Terjatuh, terpeleset, tersayat, tersandung, terjepit, tertimpa, tertusuk, iritasi mata dan tergores
T UU No. 1 th 1970
100K-IKER-01
118
Lanjutan Lampiran 3.
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011
NO Kode Aspek
Kegiatan/ Produk/Jasa
Rincian Kegiatan/Produk/Jasa
Aspek/Bahaya Dampak / Risiko Tindak lanjut Peraturan Faktor
Pengendalian Aspek Lingkungan, Bahaya K3 Dampak Lingkungan, Risiko K3 Y/T 17 V-214-
04 Pekerjaan Proyek
Penggunaan las Kebakaran Terbakar, terpapar panas, kesetrum, radiasi dan gas
T UU No. 1 th 1970, PreMenaker 02/1982
100K-IKER-01
18 V-214-05
Pekerjaan Proyek
Perbaikan/Pemeliharaan Boiler/ruang tertutup
Limbah B3 Kurang oksigen, terjepit alat dan terpapar panas
T UU No. 1 th 1970
100K-IKER-01
19 V-214-06
Pekerjaan Proyek
Penggalian limbah non B3 Tertimpa tanah, terbacok kaki, tertimpa bahan/alat dan terpeleset
T UU No. 1 th 1970
100K-IKER-01
119
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011
No Aspek Penting Tujuan Sasaran Program Tahun 2011 PIC* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ancaman Bom Ancaman bom dapat diatasi dengan baik
Tidak terjadi kepanikan pada karyawan pada saat ada ancaman bom
Simulasi ancaman bom Safety
2 Gempa bumi
Evakuasi seluruh karyawan, tamu Pekerja proyek dan lain-lain ke titik assembly point atau titik kumpul dapat dilakukan dengan baik sesuai syarat
Emergency respon time (ERT) saat kejadian gempa bumi untuk seluruh gedung adalah kurang dari 6 menit
Simulasi pelatihan "evacuation drill" jika terjadi gempa bumi di lingkungan perusahaan dari tiap-tiap gedung dan atau dari seluruh gedung
Safety
3 Kebakaran
Mencegah terjadinya kebakaran kecil, sedang, besar
Tidak terjadi kebakaran di lingkungan perusahaan
Pelatihan internal pengenalan panel listrik terhadap Tim Tanggap Darurat dan inti dari anggota keamanan
Safety, teknik
Pelatihan eksternal pemadaman bahan bakar minyak dan Pertamina untuk tim tanggap daruratbagian
Safety
Lampiran 4. Program pada Bagian Environment and Safety
120
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011
Sumber : Data Bagian Environment and Safety, 2011 *Person in charge
No Aspek Penting Tujuan Sasaran Program Tahun 2011 PIC*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4
Alarm tanda bahaya kurang dipahami karyawan
Jika terjadi kondisi darurat akan diketahui oleh karyawan
Karyawan memahami dan terlatih pada saat mendengar bunyi alarm darurat.
Pelatihan panel kontrol alarm darurat untuk security dan sekaligus sosialisasi bunyi alarm darurat tanda bahaya kepada seluruh karyawan
Safety
5 Unsafe action dan unsafe condition
Melaksanakan inspeksi terhadap implementasi K3 di seluruh area perusahaan dan area proyek
terjaminnya pelaksanaan K3 yang baik dengan terciptanya safe condition dan safe action di seluruh area perusahaan
instalasi speed dom camera untuk pengawasan proyek
Safety
6 Tim tanggap darurat bagian tidak terlatih
Kondisi darurat di Bagian pada awal kejadian dapat ditangani dengan cepat oleh Tim tanggap darurat bagian
Tim tanggap darurat bagian dapat mengatasi kondisi darurat secara profesional disertai dengan mental kuat
Pelatihan eksternal Tim Tanggap Darurat Bagian (pelatihan evakuasi, tracking dan lain-lain)
Safety
Pelatihan TAGANA
Lanjutan Lampiran 4.
121
Lampiran 5. Struktur Hirarki AHP
Goal
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Identifikasi permasalahan implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam penanganan terhadap kontraktor
Sumber daya, peran, tanggungjawab, dan
wewenang (0,349)
Kompetensi (0,184)
Komunikasi (0,205)
Dokumentasi (0,262)
Top Management (0,241)
Middle Management (0,365)
Operational Management (0,394)
Beban tanggungjawab yang sesuai
(0,194)
Infrastruktur yang baik dan permanen
(0,186)
Kontraktor taat pada peraturan (0,218)
Dokumentasi yang baik
(0,176)
Penambahan SDM yang lebih berkompeten
(0,456)
Penyediaan ruang kerja yang baik dan permanen
(0,170)
Penyempurnaan sistem reward dan punishment
(0,123)
Pengelolaan dokumentasi yang
baik dan benar (0,251)
Karyawan yang berkompeten
(0,226)
122
123
Lampiran 6. Perhitungan AHP antar faktor KetuaP2K3 Faktor SDT KPK KMN DOK VE VP VA LAMDASDT 1.000 3.000 3.000 5.000 2.590 0.520 2.114 4.062KPK 0.333 1.000 1.000 3.000 1.000 0.201 0.808 4.022KMN 0.333 1.000 1.000 3.000 1.000 0.201 0.808 4.022DOK 0.200 0.333 0.333 1.000 0.386 0.078 0.316 4.068
Jumlah 4.976 1.000 16.174
Rataan 4.043
CI 0.014
CR 0.016 KepalaSeksiSafety Faktor SDT KPK KMN DOK VE VP VA LAMDASDT 1.000 1.000 0.200 0.167 0.427 0.074 0.302 4.078KPK 1.000 1.000 0.200 0.200 0.447 0.078 0.321 4.143KMN 5.000 5.000 1.000 0.250 1.581 0.274 1.176 4.289DOK 6.000 5.000 4.000 1.000 3.310 0.574 2.504 4.361
Jumlah 5.765 1.000 16.870
Rataan 4.218
CI 0.073
CR 0.081 PelaksanaSafetyFaktor SDT KPK KMN DOK VE VP VA LAMDASDT 1.000 5.000 5.000 3.000 2.943 0.572 2.293 4.006KPK 0.200 1.000 1.000 0.500 0.562 0.109 0.438 4.002KMN 0.200 1.000 1.000 0.500 0.562 0.109 0.438 4.002DOK 0.333 2.000 2.000 1.000 1.075 0.209 0.837 4.006
Jumlah 5.142 1.000 16.017
Rataan 4.004
CI 0.001
CR 0.002 AhliK3UmumBagianTeknik Faktor SDT KPK KMN DOK VE VP VA LAMDASDT 1.000 1.000 3.000 1.000 1.316 0.313 1.274 4.076KPK 1.000 1.000 3.000 1.000 1.316 0.313 1.274 4.076KMN 0.333 0.333 1.000 1.000 0.577 0.137 0.583 4.252DOK 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.238 1.000 4.209
Jumlah 4.209 1.000 16.613
Rataan 4.153
CI 0.051
CR 0.057Gabungan Faktor SDT KPK KMN DOK VE VP VA LAMDASDT 1.000 1.968 1.732 1.257 1.439 0.349 1.396 4.002KPK 0.508 1.000 0.880 0.740 0.758 0.184 0.736 4.002KMN 0.577 1.136 1.000 0.783 0.846 0.205 0.821 4.000DOK 0.795 1.351 1.278 1.000 1.083 0.262 1.050 4.003
Jumlah 4.126 1.000 16.008
Rataan 4.002
CI 0.001
CR 0.001
124
Lampiran 7. Sumber daya, tanggung jawab dan wewenang terhadap aktor
KetuaP2K3
SDT TM MM OM VE VP VA LAMDA TM 1.000 3.000 3.000 2.080 0.594 1.813 3.054 MM 0.333 1.000 2.000 0.874 0.249 0.761 3.054 OM 0.333 0.500 1.000 0.550 0.157 0.480 3.054
Jumlah 3.504 1.000 9.161
Rataan 3.054
CI 0.027
CR 0.052
KepalaSeksiSafety SDT TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.200 0.333 0.405 0.109 0.329 3.004 MM 5.000 1.000 2.000 2.154 0.582 1.747 3.004 OM 3.000 0.500 1.000 1.145 0.309 0.928 3.004
Jumlah 3.705 1.000 9.011
Rataan 3.004
CI 0.002
CR 0.004
PelaksanaSafety SDT TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 3.000 MM 3.000 1.000 3.000 2.080 0.600 1.800 3.000 OM 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 3.000
Jumlah 3.467 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik SDT TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 3.000 3.000 2.080 0.600 1.800 3.000 MM 0.333 1.000 1.000 0.693 0.200 0.600 3.000 OM 0.333 1.000 1.000 0.693 0.200 0.600 3.000
Jumlah 3.467 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
Gabungan SDT TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.880 1.316 1.050 0.341 1.026 3.005 MM 1.136 1.000 1.861 1.284 0.417 1.254 3.005 OM 0.760 0.537 1.000 0.742 0.241 0.725 3.005
Jumlah 3.076 1.000 9.016
Rataan 3.005
CI 0.003
CR 0.005
125
Lampiran 8. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian terhadap aktor
KetuaP2K3 KPK TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.200 0.200 0.342 0.091 0.273 3.000 MM 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364 3.000 OM 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364 3.000
Jumlah 3.762 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
KepalaSeksiSafety KPK TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.143 0.143 0.273 0.067 0.200 3.000 MM 7.000 1.000 1.000 1.913 0.467 1.400 3.000 OM 7.000 1.000 1.000 1.913 0.467 1.400 3.000
Jumlah 4.099 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
PelaksanaSafety KPK TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 3.000 MM 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 3.000 OM 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 3.000
Jumlah 3.467 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik KPK TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.250 0.167 0.347 0.082 0.255 3.108 MM 4.000 1.000 0.250 1.000 0.236 0.735 3.108 OM 6.000 4.000 1.000 2.884 0.682 2.119 3.108
Jumlah 4.231 1.000 9.324
Rataan 3.108
CI 0.054
CR 0.104
Gabungan KPK TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.291 0.200 0.387 0.104 0.313 3.007 MM 3.440 1.000 0.537 1.227 0.330 0.992 3.007 OM 5.010 1.861 1.000 2.105 0.566 1.702 3.007
Jumlah 3.719 1.000 9.020
Rataan 3.007
CI 0.003
CR 0.006
126
Lampiran 9. Komunikasi terhadap aktor
KetuaP2K3 KMN TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 2.000 3.000 1.817 0.528 1.612 3.054MM 0.500 1.000 3.000 1.145 0.333 1.015 3.054OM 0.333 0.333 1.000 0.481 0.140 0.426 3.054
Jumlah 3.443 1.000 9.161
Rataan 3.054
CI 0.027
CR 0.052
KepalaSeksiSafety KMN TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000MM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000OM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000
Jumlah 3.000 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
PelaksanaSafety KMN TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000MM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000OM 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 3.000
Jumlah 3.000 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik KMN TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.250 0.167 0.347 0.082 0.255 3.108MM 4.000 1.000 0.250 1.000 0.236 0.735 3.108OM 6.000 4.000 1.000 2.884 0.682 2.119 3.108
Jumlah 4.231 1.000 9.324
Rataan 3.108
CI 0.054
CR 0.104
Gabungan KMN TM MM OM VE VP VA LAMDA
TM 1.000 0.841 0.841 0.891 0.296 0.888 3.001MM 1.189 1.000 0.931 1.034 0.344 1.031 3.001OM 1.189 1.075 1.000 1.085 0.360 1.082 3.001
Jumlah 3.010 1.000 9.002
Rataan 3.001
CI 0.000
CR 0.001
127
Lampiran 10. Pengendalian dokumen terhadap aktor KetuaP2K3 DOK TM MM OM VE VP VA LAMDATM 1.000 0.500 0.200 0.464 0.113 0.344 3.054MM 2.000 1.000 0.200 0.737 0.179 0.545 3.054OM 5.000 5.000 1.000 2.924 0.709 2.165 3.054
Jumlah 4.125 1.000 9.161
Rataan 3.054
CI 0.027
CR 0.052
KepalaSeksiSafety DOK TM MM OM VE VP VA LAMDATM 1.000 0.333 0.333 0.481 0.143 0.429 3.000MM 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286 3.000OM 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286 3.000
Jumlah 3.365 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
PelaksanaSafetyDOK TM MM OM VE VP VA LAMDATM 1.000 1.000 2.000 1.260 0.400 1.200 3.000MM 1.000 1.000 2.000 1.260 0.400 1.200 3.000OM 0.500 0.500 1.000 0.630 0.200 0.600 3.000
Jumlah 3.150 1.000 9.000
Rataan 3.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik DOK TM MM OM VE VP VA LAMDATM 1.000 0.200 0.111 0.281 0.063 0.191 3.029MM 5.000 1.000 0.333 1.186 0.265 0.804 3.029OM 9.000 3.000 1.000 3.000 0.672 2.034 3.029
Jumlah 4.467 1.000 9.087
Rataan 3.029
CI 0.015
CR 0.028
Gabungan DOK TM MM OM VE VP VA LAMDATM 1.000 0.427 0.349 0.530 0.159 0.479 3.010MM 2.340 1.000 0.604 1.122 0.337 1.014 3.010OM 2.866 1.655 1.000 1.680 0.504 1.517 3.010
Jumlah 3.333 1.000 9.030
Rataan 3.010
CI 0.005
CR 0.010
128
Lampiran 11. Top Management terhadap tujuan
KetuaP2K3 TM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 5.000 1.000 0.333 5.000 1.528 0.250 1.433 5.739INF 0.200 1.000 1.000 0.333 3.000 0.725 0.118 0.663 5.601KTP 1.000 1.000 1.000 1.000 6.000 1.431 0.234 1.241 5.306KB 3.000 3.000 1.000 1.000 5.000 2.141 0.350 1.929 5.513DB 0.200 0.333 0.167 0.200 1.000 0.295 0.048 0.247 5.119
Jumlah 6.120 1.000 27.278
Rataan 5.456
CI 0.114
CR 0.102
KepalaSeksiSafety TM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.000 0.200 1.000 0.333 0.582 0.089 0.444 5.014INF 1.000 1.000 0.200 1.000 0.333 0.582 0.089 0.444 5.014KTP 5.000 5.000 1.000 5.000 3.000 3.272 0.498 2.535 5.090KB 1.000 1.000 0.200 1.000 0.333 0.582 0.089 0.444 5.014DB 3.000 3.000 0.333 3.000 1.000 1.552 0.236 1.199 5.077
Jumlah 6.569 1.000 25.209
Rataan 5.042
CI 0.010
CR 0.009
PelaksanaSafetyTM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000INF 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KTP 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000DB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000
Jumlah 5.000 1.000 25.000
Rataan 5.000
CI 0.000
CR 0.000AhliK3UmumBagianTeknik TM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.177 1.000 5.634INF 1.000 1.000 6.000 1.000 1.000 1.431 0.254 1.303 5.130KTP 1.000 0.167 1.000 0.167 0.167 0.341 0.061 0.365 6.027KB 1.000 1.000 6.000 1.000 1.000 1.431 0.254 1.303 5.130DB 1.000 1.000 6.000 1.000 1.000 1.431 0.254 1.303 5.130
Jumlah 5.634 1.000 27.050
Rataan 5.410
CI 0.103
CR 0.092
129
Lanjutan Lampiran 11. Gabungan TM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.495 0.669 0.760 1.136 0.971 0.193 0.982 5.088INF 0.669 1.000 1.047 0.760 1.000 0.881 0.175 0.891 5.089KTP 1.495 0.955 1.000 0.955 1.316 1.124 0.223 1.134 5.075KB 1.316 1.316 1.047 1.000 1.136 1.155 0.230 1.151 5.013DB 0.880 1.000 0.760 0.880 1.000 0.899 0.179 0.896 5.011
Jumlah 5.032 1.000 25.275
Rataan 5.055
CI 0.014
CR 0.012
130
Lampiran 12. Middle Management terhadap tujuan KetuaP2K3 MM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 3.000 1.000 0.333 3.000 1.246 0.210 1.124 5.367INF 0.333 1.000 1.000 0.333 2.000 0.740 0.124 0.678 5.446KTP 1.000 1.000 1.000 1.000 7.000 1.476 0.248 1.346 5.424KB 3.000 3.000 1.000 1.000 5.000 2.141 0.360 1.899 5.273DB 0.333 0.500 0.143 0.200 1.000 0.343 0.058 0.297 5.150
Jumlah 5.946 0.666 26.661
Rataan 5.332
CI 0.083
CR 0.074
KepalaSeksiSafety MM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 3.000 0.200 1.000 0.333 0.725 0.127 0.714 5.612INF 0.333 1.000 0.333 1.000 0.333 0.517 0.091 0.488 5.372KTP 5.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.719 0.302 1.691 5.603KB 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 0.803 0.141 0.774 5.491DB 3.000 3.000 1.000 3.000 1.000 1.933 0.339 1.718 5.062
Jumlah 5.697 1.000 27.141
Rataan 5.428
CI 0.107
CR 0.096 PelaksanaSafetyMM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000INF 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KTP 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000DB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000
Jumlah 5.000 1.000 25.000
Rataan 5.000
CI 0.000
CR 0.000 AhliK3UmumBagianTeknik MM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.000 5.000 1.000 1.000 1.380 0.261 1.398 5.353INF 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.189 1.000 5.285KTP 0.200 1.000 1.000 0.200 1.000 0.525 0.099 0.582 5.858KB 1.000 1.000 5.000 1.000 1.000 1.380 0.261 1.398 5.353DB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.189 1.000 5.285
Jumlah 5.285 1.000 27.134
Rataan 5.427
CI 0.107
CR 0.095
131
Lanjutan Lampiran 12. Gabungan MM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDABEB 1.000 1.732 1.000 0.760 1.000 1.056 0.209 1.055 5.053INF 0.577 1.000 0.760 0.760 0.904 0.787 0.155 0.785 5.049KTP 1.000 1.316 1.000 0.669 1.627 1.074 0.212 1.080 5.086KB 1.316 1.316 1.495 1.000 1.136 1.241 0.245 1.245 5.076DB 1.000 1.107 0.615 0.880 1.000 0.903 0.178 0.905 5.077
Jumlah 5.061 1.000 25.341
Rataan 5.068
CI 0.017
CR 0.015
132
Lampiran 13. Operational Management terhadap tujuan KetuaP2K3 OM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDA
BEB 1.000 0.333 1.000 2.000 2.000 1.059 0.193 1.052 5.447INF 3.000 1.000 1.000 1.000 3.000 1.552 0.283 1.551 5.479KTP 1.000 1.000 1.000 3.000 3.000 1.552 0.283 1.482 5.236KB 0.500 1.000 0.333 1.000 3.000 0.871 0.159 0.879 5.537DB 0.500 0.333 0.333 0.333 1.000 0.450 0.082 0.420 5.118
Jumlah 5.484 0.524 26.818
Rataan 5.364
CI 0.091
CR 0.081
KepalaSeksiSafety OM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDA
BEB 1.000 0.333 0.333 0.333 1.000 0.517 0.098 0.557 5.658INF 3.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.246 0.237 1.197 5.048KTP 3.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.246 0.237 1.197 5.048KB 3.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 0.190 1.039 5.459DB 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 1.246 0.237 1.381 5.823
Jumlah 5.254 0.664 27.037
Rataan 5.407
CI 0.102
CR 0.091
PelaksanaSafetyOM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDA
BEB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000INF 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KTP 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000KB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000DB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.200 1.000 5.000
Jumlah 5.000 0.600 25.000
Rataan 5.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik OM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDA
BEB 1.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.246 0.243 1.313 5.404
INF 0.333 1.000 1.000 1.000 1.000 0.803 0.157 0.838 5.351KTP 1.000 1.000 1.000 0.250 1.000 0.758 0.148 0.807 5.458KB 1.000 1.000 4.000 1.000 1.000 1.320 0.257 1.444 5.608DB 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.195 1.000 5.126
Jumlah 5.126 0.600 26.946
Rataan 5.389
CI 0.097
CR 0.087
133
Lanjutan Lampiran 13. Gabungan OM BEB INF KTP KB DB VE VP VA LAMDA
BEB 1.000 0.760 0.760 0.904 1.189 0.909 0.181 0.907 5.014INF 1.316 1.000 1.000 1.000 1.316 1.116 0.222 1.112 5.006KTP 1.316 1.000 1.000 0.931 1.316 1.100 0.219 1.097 5.013KB 1.107 1.000 1.075 1.000 1.000 1.035 0.206 1.036 5.028DB 0.841 0.760 0.760 1.000 1.000 0.865 0.172 0.865 5.025
Jumlah 5.026 1.000 25.085
Rataan 5.017
CI 0.004
CR 0.004
134
Lampiran 14. Tujuan beban tanggungjawab yang sesuai terhadap alternatif KetuaP2K3
BEB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 5.000 5.000 4.000 3.162 0.575 2.471 4.298RUKER 0.200 1.000 3.000 0.500 0.740 0.135 0.549 4.082 RP 0.200 0.333 1.000 0.200 0.340 0.062 0.267 4.327DOK 0.250 2.000 5.000 1.000 1.257 0.229 0.950 4.157
Jumlah 5.500 1.000 16.864
Rataan 4.216
CI 0.072 CR 0.081
KepalaSeksiSafety
BEB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 9.000 7.000 7.000 4.583 0.695 2.932 4.220RUKER 0.111 1.000 0.333 0.333 0.333 0.051 0.213 4.207RP 0.143 3.000 1.000 0.333 0.615 0.093 0.398 4.269DOK 0.143 3.000 3.000 1.000 1.065 0.161 0.692 4.286
Jumlah 6.596 1.000 16.982
Rataan 4.246
CI 0.082
CR 0.092
PelaksanaSafety BEB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA
SDM 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.250 1.000 4.000RUKER 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.250 1.000 4.000RP 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.250 1.000 4.000DOK 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.250 1.000 4.000
Jumlah 4.000 1.000 16.000 Rataan 4.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik
BEB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 5.000 5.000 1.000 2.236 0.414 1.688 4.076RUKER 0.200 1.000 0.333 0.200 0.340 0.063 0.265 4.209RP 0.200 3.000 1.000 0.200 0.589 0.109 0.463 4.252DOK 1.000 5.000 5.000 1.000 2.236 0.414 1.688 4.076
Jumlah 5.401 1.000 16.613
Rataan 4.153
CI 0.051
CR 0.057
Gabungan BEB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 3.873 3.637 2.300 2.386 0.494 1.997 4.044
RUKER 0.258 1.000 0.760 0.427 0.538 0.111 0.448 4.026RP 0.275 1.316 1.000 0.340 0.592 0.123 0.497 4.059DOK 0.435 2.340 2.943 1.000 1.315 0.272 1.108 4.071
Jumlah 4.832 1.000 16.199
Rataan 4.050
CI 0.017 CR 0.019
135
Lampiran 15. Tujuan kontraktor taat peraturan sesuai terhadap alternatif KetuaP2K3 KTP SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 3.000 5.000 5.000 2.943 0.543 2.276 4.190 RUKER 0.333 1.000 5.000 3.000 1.495 0.276 1.139 4.126 RP 0.200 0.200 1.000 0.500 0.376 0.069 0.289 4.164 DOK 0.200 0.333 2.000 1.000 0.604 0.112 0.451 4.044 Jumlah 5.419 1.000 16.523 Rataan 4.131 CI 0.044 CR 0.049 KepalaSeksiSafety KTP SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 5.000 6.000 4.000 3.310 0.581 2.488 4.281 RUKER 0.200 1.000 3.000 0.333 0.669 0.117 0.486 4.140 RP 0.167 0.333 1.000 0.200 0.325 0.057 0.242 4.243 DOK 0.250 3.000 5.000 1.000 1.392 0.244 1.027 4.203 Jumlah 5.695 1.000 16.866 Rataan 4.217 CI 0.072 CR 0.081 PelaksanaSafety KTP SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 1.000 0.333 1.000 0.760 0.176 0.713 4.063 RUKER 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.231 1.000 4.328 RP 3.000 1.000 1.000 4.000 1.861 0.430 1.841 4.282 DOK 1.000 1.000 0.250 1.000 0.707 0.163 0.677 4.147 Jumlah 4.328 1.000 16.820 Rataan 4.205 CI 0.068 CR 0.077 AhliK3UmumBagianTeknik KTP SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 4.000 4.000 1.000 2.000 0.433 1.784 4.121 RUKER 0.250 1.000 1.000 1.000 0.707 0.153 0.675 4.414 RP 0.250 1.000 1.000 0.250 0.500 0.108 0.446 4.121 DOK 1.000 1.000 4.000 1.000 1.414 0.306 1.325 4.328 Jumlah 4.621 1.000 16.985 Rataan 4.246 CI 0.082 CR 0.092 KTP SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDA SDM 1.000 2.783 2.515 2.115 1.961 0.444 1.811 4.078 RUKER 0.359 1.000 1.968 1.000 0.917 0.208 0.843 4.059 RP 0.398 0.508 1.000 0.562 0.581 0.131 0.535 4.073 DOK 0.473 1.000 1.778 1.000 0.958 0.217 0.868 4.004 Jumlah 4.417 1.000 16.215 Rataan 4.054 CI 0.018 CR 0.020
136
Lampiran 16. Tujuan karyawan yang berkompeten yang sesuai terhadap alternatif
KetuaP2K3 KB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 5.000 6.000 5.000 3.500 0.608 2.628 4.322RUKER 0.200 1.000 3.000 0.333 0.669 0.116 0.489 4.207RP 0.167 0.333 1.000 0.250 0.343 0.060 0.254 4.255DOK 0.200 3.000 4.000 1.000 1.245 0.216 0.925 4.277
Jumlah 5.756 1.000 17.062
Rataan 4.265
CI 0.088
CR 0.099 KepalaSeksiSafety KB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 7.000 5.000 3.000 3.201 0.571 2.351 4.121RUKER 0.143 1.000 1.000 0.333 0.467 0.083 0.333 4.003RP 0.200 1.000 1.000 0.200 0.447 0.080 0.330 4.145DOK 0.333 3.000 5.000 1.000 1.495 0.267 1.105 4.146
Jumlah 5.611 1.000 16.416
Rataan 4.104
CI 0.035
CR 0.039 PelaksanaSafety KB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 1.000 3.000 1.000 1.316 0.323 1.373 4.252RUKER 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.245 1.000 4.076RP 0.333 1.000 1.000 1.000 0.760 0.186 0.785 4.209DOK 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.245 1.000 4.076
Jumlah 4.076 1.000 16.613
Rataan 4.153
CI 0.051
CR 0.057
AhliK3UmumBagianTeknik KB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 5.000 4.000 1.000 2.115 0.456 1.925 4.220RUKER 0.200 1.000 1.000 1.000 0.669 0.144 0.635 4.404RP 0.250 1.000 1.000 0.333 0.537 0.116 0.469 4.045DOK 1.000 1.000 3.000 1.000 1.316 0.284 1.232 4.340
Jumlah 4.637 1.000 17.009
Rataan 4.252
CI 0.084
CR 0.094
‘
137
Lanjutan Lampiran 16. Gabungan
KB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 3.637 4.356 1.968 2.363 0.493 1.975 4.005RUKER 0.275 1.000 1.316 0.577 0.676 0.141 0.565 4.003RP 0.230 0.760 1.000 0.359 0.500 0.104 0.419 4.009DOK 0.508 1.732 2.783 1.000 1.251 0.261 1.047 4.009
Jumlah 4.790 1.000 16.026
Rataan 4.007
CI 0.002
CR 0.00
138
Lampiran 17. Tujuan dokumentasi yang baik menurut alternatif
KetuaP2K3 DOKB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 5.000 5.000 5.000 3.344 0.604 2.583 4.275RUKER 0.200 1.000 2.000 0.333 0.604 0.109 0.454 4.160RP 0.200 0.500 1.000 0.333 0.427 0.077 0.322 4.176DOK 0.200 3.000 3.000 1.000 1.158 0.209 0.889 4.249
Jumlah 5.534 1.000 16.859
Rataan 4.212
CI 0.071
CR 0.080
KepalaSeksiSafety DOKB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 0.333 3.000 0.143 0.615 0.111 0.484 4.341RUKER 3.000 1.000 3.000 0.333 1.316 0.239 0.976 4.092RP 0.333 0.333 1.000 0.200 0.386 0.070 0.303 4.325DOK 7.000 3.000 5.000 1.000 3.201 0.580 2.425 4.181
Jumlah 5.518 1.000 16.940
Rataan 4.235
CI 0.078
CR 0.088
PelaksanaSafety DOKB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 1.000 3.000 3.000 1.732 0.375 1.500 4.000RUKER 1.000 1.000 3.000 3.000 1.732 0.375 1.500 4.000RP 0.333 0.333 1.000 1.000 0.577 0.125 0.500 4.000DOK 0.333 0.333 1.000 1.000 0.577 0.125 0.500 4.000
Jumlah 4.619 1.000 16.000
Rataan 4.000
CI 0.000
CR 0.000
AhliK3UmumBagianTeknik DOKB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 7.000 5.000 1.000 2.432 0.458 1.864 4.073RUKER 0.143 1.000 1.000 0.333 0.467 0.088 0.361 4.105RP 0.200 1.000 1.000 0.200 0.447 0.084 0.338 4.012DOK 1.000 3.000 5.000 1.000 1.968 0.370 1.512 4.084
Jumlah 5.315 1.000 16.275
Rataan 4.069
CI 0.023
CR 0.026
139
Lanjutan Lampiran 17. Gabungan
DOKB SDM RUKER RP DOK VE VP VA LAMDASDM 1.000 1.848 3.873 1.210 1.715 0.381 1.526 4.001RUKER 0.541 1.000 2.060 0.577 0.896 0.199 0.797 4.005RP 0.258 0.485 1.000 0.340 0.454 0.101 0.404 4.004DOK 0.827 1.732 2.943 1.000 1.433 0.319 1.276 4.006
Jumlah 4.498 1.000 16.015
Rataan 4.004
CI 0.001
CR 0.001
140
Lampiran 18. Hasil perhitungan data secara horisontal
BobotFaktor UnsurFaktor Bobot Prioritas
SDT 0,349 1 KPK 0,184 4 KMN 0,205 3 DOK 0,262 2
BobotAktorTerhadapFaktor
AktorFaktor
SDT KPK KMN DOK
TM 0,341 0,104 0,296 0,159 MM 0,417 0,330 0,344 0,337 OM 0,241 0,566 0,360 0,504
BobotTujuanTerhadapAktor
TujuanAktor
TM MM OM
BEB 0,193 0,209 0,181 INF 0,175 0,155 0,222 KTP 0,223 0,212 0,219 KB 0,230 0,245 0,206
DOKB 0,179 0,178 0,172 BobotAlternatifTerhadapTujuan
AlternatifTujuan
BEB INF KTP KB DOKBA 0,494 0,457 0,444 0,493 0,381B 0,111 0,192 0,208 0,141 0,199C 0,123 0,157 0,131 0,104 0,101D 0,272 0,194 0,217 0,261 0,319
141
Lampiran 19. Perhitungan data secara vertikal BobotVertikalFaktor&Aktor
Aktor Bobot Prioritas TM 0,241 3 MM 0,365 2 OM 0,394 1
BobotVertikalAktor&Tujuan
Tujuan Bobot Prioritas BEB 0,194 3 INF 0,186 4 KTP 0,218 2 KB 0,226 1
DOKB 0,176 5 BobotVertikalTujuan&Alternatif
Alternatif Bobot Prioritas A 0,456 1 B 0,170 3 C 0,123 4 D 0,251 2
142
Lam
pira
n 20
. Dia
gram
has
il pe
rhitu
ngan
AH
P de
ngan
Exp
ert C
hoic
e
Mod
el N
ame:
Ana
lisis
Impl
emen
tasi
OH
SAS3
Synt
hesi
s: S
umm
ary
Com
bine
d in
stan
ce --
Syn
thes
is w
ith re
spec
t to:
Goa
l: Tu
juan
Ana
lisis
Impl
emen
tasi
OH
SAS
pada
Pen
anga
nan
Kon
trakt
or
O
vera
ll In
cons
iste
ncy
= ,0
0
A,4
50B
,173
C,1
23D
,254
Page
1 o
f 122
/01/
2012
10:
23:3
8
IraIra
143
Lampiran 21. Perbedaan OHSAS 18001:2007 dengan SMK3 (Permenaker Nomor 5 Tahun 1996
PERBEDAAN SMK3 MENURUT OHSAS 18001:2007 DENGAN SMK3 (Permenaker Nomor 5 Tahun 1996)
SMK3 menurut OHSAS 18001 SMK3 (Permenaker Nomor 5 Tahun 1996
Penerapan OHSAS bersifat sukarela Penerapan bersifat wajib (UU No.13/2003 & Permenaker 05/MEN/1996 )
Dokumen standar Inggris yang dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007
Dokumen acuan berupa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah RI
Berlaku secara internasional Berlaku dalam wilayah hukum RI
Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang ditunjuk oleh organisasi
Sertifikat pemenuhan diberikan oleh badan audit yang ditunjuk oleh pemerintah
Hanya sertifikat yang diberikan, jika berhasil dalam audit sertifikasi
Selain sertifikat, organisasi akan mendapatkan bendera K3 (emas/perak)
Tidak ada ketentuan sanksi, jika tidak menerapkan
Ada aspek/ketentuan sanksi terhadap pelanggaran