analisis hubungan kausalitas antara bi rate …eprints.ums.ac.id/31667/11/naskah_publikasi.pdfkarena...

17
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN INFLASI DI INDONESIA PERIODE JULI 2006-JULI 2013 MENGGUNAKAN METODE GRANGER DAN FINAL PREDICTION ERROR NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : LILIS SETIOWATI B300100052 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: hoangkhanh

Post on 11-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN

INFLASI DI INDONESIA PERIODE JULI 2006-JULI 2013

MENGGUNAKAN METODE GRANGER DAN FINAL PREDICTION

ERROR

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

LILIS SETIOWATI

B300100052

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan
Page 3: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan
Page 4: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN

INFLASI DI INDONESIA PERIODE JULI 2006-JULI 2013

MENGGUNAKAN METODE GRANGER DAN FINAL PREDICTION

ERROR.

Lilis Setiowati

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Analisis Hubungan Kausalitas Antara BI Rate

Dengan Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006 - Juli 2013 Menggunakan Metode

Granger Dan Final Prediction Error”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pola kausalitas antara BI Rate dengan inflasi di Indonesia.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh hasil bahwa terjadi pola hubungan

satu arah pada uji kausalitas Granger yaitu perubahan inflasi menyebabkan

perubahan BI Rate, dengan melihat probalitas pada lag 4 yaitu sebesar 0.0103 <

0,05. Sedangkan pada uji Final Prediction Error menunjukkan bahwa terdapat

pola kausalitas dua arah antara variabel BI Rate dan variabel inflasi yang terjadi di

Indonesia Dimana 3.36E-05>2.67E-05 artinya variabel BI Rate mempengaruhi

Inflasi, sedangkan 1.61E-06>1.83E-07 artinya variabel inflasi (INF) menyebabkan

BI Rate (R).

Dari hasil tersebut, penulis menyarankan kepada Pemerintah harus lebih

teliti dalam menentukan kebijakan untuk mengendalikan tingkat suku bunga dan

laju inflasi agar stabilitas perekonomian di Indonesia tetap stabil.

Kata kunci : BI Rate, Inflasi, Uji Kausalitas Granger dan Final Prediction Error

(FPE).

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

1

I. PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian di dasari oleh dua indikator ekonomi

makro yaitu tingkat bunga (BI Rate) dan inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang

melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan tingkat

suku bunga. Tugas utama Bank Indonesia adalah menjamin stabilitas harga

(inflasi yang terkendali). Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter

melalui berbagai instrumen, diantaranya melalui tingkat bunga. Ketika laju

inflasi bergerak cenderung melebihi target inflasi, Bank Indonesia menaikan

tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum

dan terus-menerus. Inflasi dapat berdampak buruk bagi masyarakat yang

memiliki penghasilan tetap. Karena, dengan adanya inflasi (kenaikan harga),

penghasilan riil mereka akan turun. Dengan demikian kemampuan mereka

memenuhi kebutuhan hidup (daya beli) juga akan berkurang. Secara umum dan

sederhana inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu inflasi yang timbul

karena adanya permintaan masyarakat yang berlebih dan inflasi yang terjadi

karena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan

oleh tarikan permintaan, secara umum ada kecenderungan meningkatnya

output secara bersamaan dengan harga barang (Boediono, 1982).

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. BI Rate ini yang kemudian akan diatur untuk menjaga inflasi

agar tetap stabil dan rendah. Mekanisme bekerjanya BI Rate hingga

mempengaruhi tujuan akhir kebijakan moneter berupa inflasi yang disebut

sebagai mekanisme kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter

dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank

Overnight (PUAB). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan

diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku

bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain

dalam perekonomian (Bank Indonesia, 2013)

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

2

II. LANDASAN TEORI

A. Definisi Kebijakan Moneter

Didalam ekonomi moneter, dijelaskan bahwa inflasi adalah fenomena

moneter. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap

uang akan menyebabkan munculnya inflatoar dan memicu laju pertumbuhan

inflasi. Oleh sebab itu keseimbangan antara jumlah uang beredar dan

kebutuhan terhadap uang di masyarakat harus selalu dipantau. Pemerintah

sejak Orde Baru setiap tiga bulan sekali melakukan sidang kabinet terbatas

yang membahas bidang ekonomi, industri, perdagangan, dan keuangan yang

termasuk pula jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Kebijaksanaan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai sasaran

menengah yang menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong

kegiatan investasi. Apabila suku bunga menunjukan kenaikan melampaui

angka yang ditetapkan, maka bank sentral akan segera melakukan ekspansi

moneter agar suku bunga turun sampai pada tingkat yang ditetapkan.

Sebaliknya apabila suku bunga menurun, maka bank sentral akan melakukan

kontraksi moneter. Di sini terlihat bahwa di satu pihak suku bunga dapat

diupayakan untuk tetap stabil, tetapi di pihak lain monetary agregate akan

bergejolak naik turun untuk mempertahankan suku bunga yang ditetapkan.

a. Adapun instrumen yang sering digunakan pemerintah dalam melakukan

kebijakan moneter antara lain (Algifari dkk,1998):

1. Open Market Operation (Operasi Pasar Terbuka)

2. Reserves Requirement (Cadangan Minimum)

3. Rediscount Policy (Politik Diskonto)

4. Selective Credit Control

B. Pengertian BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik. Sasaran operasional kebijakan moneter

dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank

Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

3

akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya

suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor

lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan

BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila

inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan

(Bank Indonesia 2013).

C. Teori Klasik Tingkat Bunga

Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin

tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk

menabung. Artinya, pada tingkat bunga lebih tinggi masyarakat akan lebih

terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi

guna menambah tabungan.

Investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat

bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.

Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya

apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat

bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan

ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka

pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sabab biaya

pengguna dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan

keseimbangan artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun, akan tercapai

apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha

untuk melakukan investasi.

D. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga barang untuk

meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak disebut fenomena inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

meluas atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-

barang lain. Syarat ada kecenderungan menaik terus-menerus juga perlu

diingat. Kenaikan harga-harga karena misalnya musiman, menjelang hari-

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

4

hari besar, atau yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh

lanjutan maka tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak

dianggap sebagai masalah atau “penyakit” ekonomi dan tidak memerlukan

kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya. Secara umum dan sederhana

inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu inflasi yang timbul karena adanya

permintaan masyarakat yang berlebih dan inflasi yang terjadi karena adanya

kenaikan biaya produksi (Boediono, 1998).

E. Teori Inflasi

1. Teori Kuantitas

Adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini (yang

akhir-akhir ini mengalami penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok

ahli ekonomi Universitas Chicago) masih sangat berguna untuk

menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-

negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan dalam

proses inflasi dari jumlah uang beredar, dan psikologi harapan masyarakat

mengenai kenaikan-kenaikan harga (expectation).

2. Teori Keynes

Teori ini inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoriti aspek

lain dari inflasi. Menurut teori ini inflasi terjadi karena suatu masyarakat

ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut

pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara

kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar

daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan

ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan

masyarakat akan barang=barang selalu melebihi jumlah barang-barang

yang tersedia atau disebut dengan inflationary gap.

3. Teori Strukturalis

Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas

pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan

pada ketegaran (inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara

sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

5

struktural dari perekonomian (menurut definisi, faktor-faktor ini hanya

bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang), maka teori ini bisa

disebut teori inflasi “jangka panjang”.

F. Hubungan BI Rate dengan Inflasi

Hubungan antara laju inflasi dan tingkat bunga dapat juga dijelaskan

dari sisi lain, yakni laju inflasi akan berpengaruh terhadap suku bunga. Laju

inflasi yang relatif tinggi mendorong bank sentral mengambil kebijakan

moneter untuk mengantisipasi inflasi tinggi tersebut. Salah satu instumen

kebiajakan moneter dalam mengendalikan laju inflasi adalah tingkat bunga

(rediscount policy). Jadi dalam konteks ini laju inflasi menentukan tingkat

bunga.

Persamaan Fisher dapat pula digunakan untuk menggambarkan

hubungan antara tingkat bunga dengan laju inflasi. Tingkat bunga yang

diperoleh dari mendepositokan uang di bank merupakan pendapatan yang

diperoleh pemilik uang. Namun demikian tingkat bunga yang dihasilkan dari

deposito tersebut tidaklah menggambarkan kenaikan nilai uang yang

sesungguhnya, karena dalam masa periode deposito terjadi perubahan harga.

Misalnya dalam masa periode deposito terjadi kenaikan harga (inflasi), maka

sebenarnya kenaikan nilai uang yang didepositokan adalah sebesar tingkat

bunga dikurangi laju inflasi. (Mankiw, 2003).

Pemberi pinjaman dan peminjam lebih memperhatikan tingkat bunga

rill dibandingkan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga rill diketahui hanya

setelah kenyataannya terjadi, yaitu hanya setelah inflasi betul-betul terjadi.

Tingkat bunga nominal selalu positif, tetapi tingkat bunga rill bisa saja

menjadi negatif.

Karena masa depan tidak pasti, pemberi pinjaman dan peminjam harus

membentuk ekspektasi atau perkiraan mengenai inflasi, dan kemudian

mendasarkan kemauannya untuk meminjam atau meminjamkan pada

ekspektasi tersebut. Bila hal lain diasumsikan konstan, semakin tinggi

ekspektasi tingkat bunga, semakin tinggi juga tingkat bunga nominal yang

diinginkan pemberi pinjaman dan yang mau dibayar oleh peminjam.

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

6

Peminjam dan pemberi pinjaman mendasarkan keputusannya pada ekspektasi

tingkat bunga rill, yaitu tingkat bunga nominal dikurangi ekspektasi tingkat

inflasi (Eachern, 2000).

Perubahan BI Rate akan mempengaruhi beberapa variabel

makroekonomi yang kemudian diteruskan kepada inflasi. Perubahan berupa

peningkatan level BI Rate bertujuan untuk mengurangi laju aktifitas ekonomi

yang mampu memicu inflasi. Pada saat level BI Rate naik maka suku bunga

kredit dan deposito pun akan mengalami kenaikan. Ketika suku bunga

deposito naik, masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank dan

jumlah uang yang beredar berkurang. Pada suku bunga kredit, kenaikan suku

bunga akan merangsang para pelaku usaha untuk mengurangi investasinya

karena biaya modal semakin tinggi. Hal demikianlah yang meredam aktivitas

ekonomi dan pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.

Sebaliknya pada saat level BI Rate turun maka suku bunga kredit dan

deposito pun akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga deposito turun,

keinginan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank akan menurun.

Kondisi ini memicu peningkatan jumlah uang beredar yang selanjutnya akan

meningkatkan transaksi masyarakat. Pada suku bunga kredit, penurunan suku

bunga akan merangsang peningkatan permintaan kredit dari pelaku usaha

karena murahnya biaya modal. Pada kondisi ini maka keadaan ekonomi yang

lesu akan segera meningkat. Adanya tambahan likuiditas yang ada di

masyarakat untuk bertransaksi akan diimbangi oleh peningkatan produksi di

sisi pelaku usaha maka pada akhirnya akan meningkatkan kegiatan ekonomi

(Yodiatmaja, 2012)

III. Metode Analisis Data

A. Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Bank Indonesia, yaitu

BI Rate dan inflasi pada periode bulan Juli 2006 s/d bulan Juli 2013.

Definisi Operasional Variabel

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

7

1. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan

moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada

masyarakat. Data dalam satuan persen % (Bank Indonesia, 2013).

2. Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga barang yang meningkat

secara umum dan terus menerus. Data dalam satuan persen % (Boediono,

1992).

B. Metode Analisis Data

Untuk membuktikan secara empiris hipotesis yang dikemukakan maka

dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis kausalitas Granger

dan kausalitas Final Prediction Error (FPE) yaitu merupakan sebuah metode

analisis untuk mengetahui kausalitas antara dua variabel dengan menggunakan

program Eview.

Pada data urut waktu (time series) sering terjadi hubungan korelasi yang

lancung (spurious) karena masalah data yang tidak stasioner dan tidak

terkointergrasi. Oleh karena itu di dalam penelitian ini dilakukan tahapan analisis

sebagai berikut :

1. Uji Stasioneritas

Suatu data urut waktu dikatakan stasioner apabila rata-rata, varian dan

otokovarian pada berbagai waktu kelambanan (lag) bernilai konstan pada titik

waktu yang manapun dilakukan. Pada data urut waktu yang stasioner, pada

dasarnya tidak ada gerakan trend yang bersifat sistematik, artinya

perkembangan nilai variabel diakibatkan faktor random yang stokastik.

Metode pengujian stasioneritas uji ADF (Augmented Dickey Fuller)

dengan waktu kelambanan maksimum (k) hingga sebesar . Model

pengujiannya adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

8

Hipotesis uji ADF adalah: HO : = 0 (data tidak stasioner) dengan HA :

< 0 (data stasioner). Apabila koefisien > 0 (positif), maka uji ADF tidak

valid dikarenakan data urut waktu yang diuji berarti bersifat eksplosif. Model

uji ADF terbaik adalah model yang memiliki nilai akaike information

criterion (AIC) minimum (Gujarati, 2003).

2. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas granger yaitu untuk menganalisa pola hubungan

kausalitas atau hubungan timbal balik antara dua variabel yang di teliti.

Granger mengemukakan definisi kausalitas adalah variabel X dikatakan

menyebabkan Y jika variasi Y dapat dijelaskan secara lebih baik dengan

menggunakan nilai masa lalu X dibandingkan jika tidak menggunakannya

(Gujarati, 1995).

Dua perangkat data time series yang linier berkaitan dengan variabel

BI Rate (Rt) dan inflasi (INFt) diformulasikan dalam dua bentuk model

regresi sebagai berikut (Purnomo, 2004).

Dimana :

Rt = BI Rate (tingkat suku bunga)

INFt = Inflasi

n,m = Jumlah lag

Ut, Vt = Variabel Pengganggu

Hasil-hasil regresi kedua bentuk model ini akan menghasilkan empat

kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi masing-masing

yaitu (Purnomo, 2004):

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

9

Maka terdapat kausalitas satu arah dari

variabel BI Rate dengan variabel inflasi

Maka terdapat kausalitas satu arah dari

variabel inflasi dengan variabel BI Rate

Maka tidak ada hubungan kausalitas antara

kedua variabel tersebut

Maka terdapat kausalitas dua arah antara

variabel BI Rate dengan variabel inflasi

3. Kausalitas Final Predicition Error (FPE)

Analisis kausalitas Final Predicition Error (FPE) pada dasarnya

merupakan uji kausalitas Granger dengan penentuan lag (waktu kelambanan)

maksimal tidak secara sembarangan. Dalam uji kausalitas FPE, penentuan lag

ini didasarkan pada kriteria Final Prediction Error yang dikenalkan oleh

Akaike. Oleh karena itu, formulasi model uji kausalitas FPE pada dasarnya

sam dengan formulasi uji kausalitas Granger sebagai berikut (Akaike, 1969):

Uji kausalitas FPE, namun demikian, memiliki langkah-langkah

estimasi model dan kriteria penentuan arah kausalitas yang sangat berbeda

dengan uji kausalitas Granger. Apabila pada uji kausalitas Granger k

ditentukan secara seragam dan sama bagi semua model dan variabel, pada uji

kausalitas FPE estimasi model, penentuan waktu kelambanan, dan arah

kausalitasnya, dilakukan secara bertahap. Untuk mengetahui apakah BI Rate

(R) menyebabkan inflasi (INF), misalnya harus dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut (Utomo, 2012):

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

10

1. Regres INF dengan nilai masa lalu INF dengan berbagai waktu

kelambanan maksimum (m) yang berbeda-beda:

2. Hitung nilai FPE untuk masing-masing nilai m dengan rumus :

( )

Pada saat FPER (m) minimum berarti m ini adalah waktu

kelambanan maksimum optimal untuk variabel R, sebut saja sebagai

FPER (m,o).

3. Regres kembali R terhadap nilai masa lalu R dengan waktu

kelambanan maksimum optimal (m,o) dan masa lalu nilai variabel R

dengan berbagai kelambanan maksimum (n) yang berbeda-beda:

( )

4. Hitung nilai FPE untuk masing-masing nilai n dengan rumus :

( ) ( )

( )

Pada saat FPER (m,o) minimum berarti n ini adalah waktu

kelambanan maksimum optimal untuk variabel INF, sebut saja

sebagai FPER (m,o).

5. Bandingkan FPER (m,o) dengan FPEINF (mn,o). Apabila FPER (m,o)

< FPER (mn,o) berarti model yang tepat adalah model tanpa

keberadaan variabel INF, artinya INF tidak menyebabkan R. Apabila

FPER (mn,o) < FPER(m,o) berarti model yang tepat adalah model

dengan keberadaan variabel INF, artinya INF menyebabkan R.

Langkah yang sebaliknya dapat dilakukan untuk menguji

apakah R berpengaruh terhadap INF.

IV. Hasil Analisis

A. Kausalitas Granger

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

11

Dari hasil uji kausalitas Granger, selama periode pengamatan yang

meliputi rentan waktu bulan Juli 2006 hingga Juli 2013 menunjukkan bahwa

terdapat pola kausalitas satu arah antara variabel BI Rate dan variabel inflasi

yang terjadi di Indonesia. Pada hubungan BI Rate (R) dan inflasi (INF)

ditunjukan H0 diterima, berarti BI Rate (R) tidak mempengaruhi inflasi (INF),

dengan melihat probabilitas pada lag 4 yaitu sebesar 0.6454 > 0,05. Untuk

hubungan Inflasi (INF) terhadap BI Rate (R) ditunjukkan dengan H0 ditolak,

berarti inflasi (INF) mempengaruhi BI Rate (R), dengan melihat probabilitas

pada lag 4 yaitu sebesar 0.0103 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat

pola hubungan kausalitas satu arah antara Inflasi dengan BI Rate di

Indonesia. Artinya, bahwa tingkat kenaikan inflasi setiap bulannya

mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga setiap bulannya dan berbeda

apabila tingkat bunga setiap bulannya tidak mempengaruhi kenaikan inflasi

setiap bulannya yang terjadi di Indonesia.

B. Kausalitas Final Prediction Error (FPE)

Dari hasil uji Final Prediction Error (FPE), selama periode pengamatan

yang meliputi rentan waktu bulan juli 2006 hingga juli 2013 menunjukkan

bahwa terdapat pola kausalitas dua arah antara variabel BI Rate (R) dan

variabel inflasi (INF) yang terjadi di Indonesia. Dimana 3.36E-05>2.67E-05

artinya variabel BI Rate mempengaruhi Inflasi, sedangkan 1.61E-06>1.83E-

07 artinya variabel inflasi (INF) menyebabkan BI Rate (R).

C. Perbedaan Pola Kausalitas antara BI Rate dengan inflasi di Indonesia

Menggunakan Uji Kausalitas Granger dan Final Prediction Error

Pada uji kausalitas Granger, selama periode pengamatan yang meliputi

rentan waktu bulan Juli 2006 hingga Juli 2013 menunjukkan bahwa terdapat

pola kausalitas satu arah antara variabel BI Rate dan variabel inflasi yang

terjadi di Indonesia. Pada hubungan BI Rate (R) dan inflasi (INF) ditunjukan

H0 diterima, berarti BI Rate (R) tidak mempengaruhi inflasi (INF), dengan

melihat probabilitas pada lag 4 yaitu sebesar 0.6454 > 0,05. Untuk hubungan

Inflasi (INF) terhadap BI Rate (R) ditunjukkan dengan H0 ditolak, berarti

inflasi (INF) mempengaruhi BI Rate (R), dengan melihat probabilitas pada

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

12

lag 4 yaitu sebesar 0.0103 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pola

hubungan kausalitas satu arah antara Inflasi dengan BI Rate di Indonesia.

Artinya, bahwa tingkat kenaikan inflasi setiap bulannya mempengaruhi

kenaikan tingkat suku bunga setiap bulannya dan berbeda apabila tingkat

bunga setiap bulannya tidak mempengaruhi kenaikan inflasi setiap bulannya

yang terjadi di Indonesia.

Sedangkan hasil uji Final Prediction Error (FPE), selama periode

pengamatan yang meliputi rentan waktu bulan juli 2006 hingga juli 2013

menunjukkan bahwa terdapat pola kausalitas dua arah antara variabel BI Rate

(R) dan variabel inflasi (INF) yang terjadi di Indonesia. Dimana 3.36E-

05>2.67E-05 artinya variabel BI Rate mempengaruhi Inflasi, sedangkan

1.61E-06>1.83E-07 artinya variabel inflasi (INF) menyebabkan BI Rate (R).

V. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis memberikan

saran yang mudah-mudahan dapat dijadikan pertimbangan para pembaca

dalam melakukan penelitian selanjutnya. Dari analisis permasalahan penulis

menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah harus lebih teliti dalam menentukan kebijakan untuk

mengendalikan tingkat suku bunga dan laju inflasi agar stabilitas

perekonomian Indonesia tetap stabil.

2. Untuk penelitian selanjutnya yang ingin meneliti mengenai BI Rate

dengan inflasi, agar hasil penelitian lebih valid maka jumlah observasi

harus lebih banyak.

VI. Daftar Pustaka

Anonim-Bank Indonesia. 2013. BI Rate. http://www.bi.go.id. (Oktober 2013)

Anonim-Bank Indonesia. 2013. Inflasi. http://www.bi.go.id. (Oktober 2013)

Algifari. 2009. “Model Vector Auto Regressive Laju Iinflasi Dan Tingkat

Bunga Di Indonesia”. Jakarta

Almilia, Luciana Spica dan Utomo, Anton Wahyu. (2006). “Faktor-faktor yang

mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum di

Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis ANTISIPASI Vol. 10. No. 1.

Boediono. 1992. Ekonomi Moneter. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE …eprints.ums.ac.id/31667/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdfkarena adanya kenaikan biaya produksi, fenomena inflasi yang diakibatkan oleh tarikan

13

Boediono. 1982. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE

Eachern diterjemahkan Triandaru Sigit. 2000. Ekonomi Makro. Jakarta:

Salemba Empat

Ernawati, Neny dan Llewelyn, Richard. (2002). “Analisa Pergerakan Suku

Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi untuk Menentukan Kebijakan

Moneter di Indonesia”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4,

No. 2 : 98 – 107.

Gul, Ekrem dan Ekinci, Aykut. (2006). “ The Causal Relationship Between

Nominal Interest Rates and Inflasion”. Scientific Journal od

Administrative Development, Vol. 4: 54-69.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric. Third Edition. Singapore:

McGraw Hill Book Co

Mangkoesoebroto and Algifari. 1994. Teori Ekonomi Makro. Edisi 2.

Yogyakarta: STIE YKPN

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta: BPFE

Utomo, Yuni Prihadi. 2012. Eviews: Buku Praktek Komputer Statistik II. FE-

UMS

Purnomo, Didit. 2004. “Kausalitas Suku Bunga Domestik dengan Tingkat

Inflasi di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 5, No. 2.

50-56.

Purnomo, Riyadi Sri. 2003. “Analisis instrumen tingkat suku bunga SBI dan

hubungan antara kebijakan SBI dengan tingkat inflasi di Indonesia

periode 1999 – 2002”. UNS-F. Ekonomi

Setyowati Endang, dkk. 2004. Ekonomi Makro Pengantar. Edisi 2.

Yogyakarta: STIE YKPN

Sundari, Triwik. 2003. “Analisis Hubungan Kausalitas Antara Tingkat Bunga

Domestik”. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Yodiatmaja, Banu. 2012. “Hubungan Antara BI Rate Dan Inflasi Periode Juli

2005 – Desember 2011 : Uji Kausalitas Toda–Yamamoto”. Universitas

Negeri Semarang. Indonesia