analisis hubungan antara pola asuh makan, pola … · topik yang dipilih dalam penelitian yang...

111
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA ASUH KESEHATAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MANOKWARI PROPINSI PAPUA BARAT THERRESSE NOFIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: phamlien

Post on 03-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN,

POLA ASUH KESEHATAN DENGAN KEJADIAN MALARIA

DAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MANOKWARI

PROPINSI PAPUA BARAT

THERRESSE NOFIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Hubungan

antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan

Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat adalah karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Therresse Nofianti

NRP I151100031

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

ABSTRACT

THERRESSE NOFIANTI. Analysis of Association between Feeding Practice,

Parenting Health and Incidence of Malaria with Nutritional Status of Children

Under Five in District of Manokwari of West Papua Province. Supervised by M.

RIZAL M. DAMANIK and SITI MADANIJAH.

The objective of this research was to analyze association of parenting,

parenting health and malaria incidence with nutritional status of children under

five years in Distric of Manokwari of West Papua Province. The design of this

research was cross sectional study with total sample of 100 children under five

years. The results of the research showed that there is a association between

feeding practice, sufficient level of energy, sufficient level of protein, the incidence

of malaria and nutritional status. However, there was no association between

parenting health and nutritional status. There was no association between

feeding practice, sanitary environment with malaria, but there was a association

between health care pattern with the incidence of malaria. Factors that

significantly influence the incidence of malaria was environmental sanitation,

health parenting and child hygiene practices, while the factors that significantly

affect the nutritional status of children under five were energy consumption,

knowledge of mothers about breastfeeding and maternal knowledge about

malaria.

Key words: malaria incidence, nutritional status, feeding practice, under five

years

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

RINGKASAN

THERRESSE NOFIANTI. Analisis Hubungan Antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten

Manokwari Propinsi Papua Barat. Dibimbing oleh M. RIZAL M. DAMANIK dan

SITI MADANIJAH.

Malaria merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium dan dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, serta malaria secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas kerja. (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data Riskesdas, Propinsi Papua Barat dan Papua memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional yaitu sebesar 9.1% dan 17.4%. Besarnya angka malaria tahun 2009 sampai 2010 di seluruh Indonesia adalah 22.9‰. Kabupaten Manokwari merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Papua Barat. Pada tahun 2010 sekitar 10% anak balita di Kabupaten Manokwari mengalami gizi buruk dari 2 270 balita yang ditimbang di posyandu dan Puskesmas. Pada tahun 2011 jumlah balita yang terjangkit malaria diperkirakan sebanyak 17% atau sekitar 918 balita. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita di Kabupaten Manokwari.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan di 4 Puskesmas yaitu Puskesmas Sanggeng, Wosi, Warmare dan Prafi di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat, berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Juli 2012. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap ibu balita untuk mendapatkan data karakteristik keluarga, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, karakteristik anak balita, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan, riwayat menyusui dan penyapihan, kejadian malaria, dan sanitasi lingkungan. Data konsumsi pangan diperoleh dari recall 2 x 24 jam sedangkan status gizi balita dilakukan dengan cara pengukuran antropometri berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0. Analisa bivariat Chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, tingkat kecukupan gizi, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria dan status gizi balita. Analisis multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik keluarga diperoleh rata-rata umur ibu adalah 28 tahun, umur ayah 32 tahun, rata-rata jumlah anggota keluarga 4 orang dan rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp1 950 000. Ditinjau dari status pendidikan orangtua, diperoleh bahwa 67% ibu balita berpendidikan rendah (≤SLTP) dan 33% lainnya berpendidikan tinggi (>SLTP). Jika ditinjau dari pendidikan suami, 54% suami berpendidikan rendah (≤SLTP) dan 46% lainnya berpendidikan tinggi (>SLTP). Berdasarkan asal suku, diperoleh bahwa 44% ibu adalah masyarakat asli Papua dan lainnya 56% merupakan masyarakat pendatang. Bila ditinjau dari status pekerjaan orang tua, diperoleh hanya 23% ibu yang bekerja dan 100% ayah bekerja.

Berdasarkan umur anak, diperoleh bahwa sebagian besar (70%) balita berumur 2-3 tahun, rata-rata usia balita adalah tiga tahun, 59% anak balita

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

berjenis kelamin perempuan dan 41 lainnya berjenis kelamin laki-laki, 13% balita memiliki berat badan lahir rendah (< 2 500 gram) dan 87% balita lainnya memiliki berat badan lahir normal. Rata-rata berat badan lahir balita adalah 2 900 gram.

Berdasarkan pengetahuan ibu tentang ASI, diperoleh 46% ibu memiliki pengetahuan ASI yang kurang baik. Berdasarlkan pola asuh makan, diperoleh bahwa 65% ibu memiliki pola asuh makan yang kurang baik, disebabkan riwayat pemberian ASI dan penyapihan yang kurang baik serta praktek makan yang kurang baik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin B12 balita masih kurang dari AKG yang dianjurkan.

Berdasarkan pola asuh kesehatan diperoleh diperoleh 57% ibu memiliki pola asuh kesehatan yang kurang baik. Sebagian besar (80%) ibu memiliki praktek kebersihan yang baik, 85% ibu memiliki pola asuh yang baik dalam merawat anak ketika sakit dan 74% ibu belum menerapkan praktek pencegahan malaria yang baik. Pada umumnya ibu balita hanya menerapkan 2-3 praktek pencegahan saja dari tujuh praktek pencegahan malaria yang dianjurkan oleh dinas kesehatan. Hasil penelitian mengenai sanitasi lingkungan menunjukkan bahwa 82% sanitasi lingkungan tempat tinggal responden berada dalam kategori kurang baik.

Ditinjau dari kejadian malaria, diperoleh 69% tingkat kejadian malaria pada balita di Kabupaten Manokwari tinggi, hal ini disebabkan pada saat penelitian dan selama enam bulan terakhir banyak balita yang sakit. Berdasarkan status sakit, 80% balita menderita sakit malaria dimana 42% balita mengalami malaria berat yaitu malaria jenis tropika dan 58% lainnya menderita malaria ringan.

Ditinjau dari status gizi, rata-rata status gizi balita berdasarkan BB/TB adalah normal, namun terdapat 31% balita kurus sementara balita gemuk tidak ditemukan. Selanjutnya berdasarkan TB/U, secara rata-rata status gizi balita adalah normal, namun 21% balita termasuk pendek. Sedangkan berdasarkan BB/U diperoleh 45% balita memiliki status gizi yang tidak normal dan 55% balita lainnya normal. Balita dengan status gizi buruk dan gizi lebih tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh makan, tingkat kecukupan energi tingkat kecukupan protein, kejadian malaria dengan status gizi. Namun tidak ada hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara pola asuh makan dengan kejadian malaria, namun terdapat hubungan antara pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria.

Analisis uji lanjut dengan regresi logistik menunjukkan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah sanitasi lingkungan, pola asuh kesehatan dan praktek kebersihan anak; sedangkan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap status gizi anak balita adalah konsumsi energi, pengetahuan ibu tentang ASI, pengetahuan ibu tentang malaria serta kejadian malaria.

Kata kunci : balita, kejadian malaria, pola asuh, status gizi

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan

tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN,

POLA ASUH KESEHATAN DENGAN KEJADIAN MALARIA

DAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN MANOKWARI

PROPINSI PAPUA BARAT

THERRESSE NOFIANTI

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

Judul Tesis : Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh

Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi

Balita di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat

Nama : Therresse Nofianti

NRP : I 151100031

Disetujui

Komisi Pembimbing

drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Gizi Masyarakat

drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 17 Desember 2012 Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola
Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat hidayah dan karuniaNYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012

ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan, Pola Asuh

Kesehatan dengan Kejadian Malaria dan Status Gizi Balita di Kabupaten

Manokwari Propinsi Papua Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada drh. M.

Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc, PhD dan Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan motivasi. Di samping itu,

penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu, kakak, adik, dan

seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terimakasih juga

Penulis sampaikan kepada suami tercinta Fadli Zainuddin dan anak tersayang

Taufiq Akbar Zainuddin atas semangat, perhatian dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Therresse Nofianti

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola
Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong, Papua Barat pada tanggal 08 November

1980. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara pasangan suami

isteri Bapak Drs. Marlis dan Ibu Agustina Hermiyanti.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Manokwari dan pada tahun

yang sama melanjutkan pendidikan di Universitas Cenderawasih (UNCEN) yang

sejak tahun 2001 berubah menjadi Universitas Negeri Papua (UNIPA), Fakultas

Pertanian dan Teknologi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan

minat Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Penulis menyelesaikan studi di

UNIPA pada tahun 2004 dan bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas

Negeri Papua sejak tahun 2005 sampai sekarang. Pada tahun 2010, penulis

melanjutkan kembali pendidikan Strata 2 (S2) pada Sekolah Pascasarjana IPB,

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dengan

Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Pendidikan Tinggi.

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola
Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv PENDAHULUAN ................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................. 1 Perumusan Masalah ......................................................................... 3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6 Pola Asuh .......................................................................................... 6 Sanitasi Lingkungan .......................................................................... 13 Status Gizi Anak ................................................................................ 14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh, Kejadian Malaria dan Status Gizi .................................................................................. 19 Kejadian Malaria ............................................................................... 23 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ......................................... 32 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 34 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 34 METODE PENELITIAN ......................................................................... 35 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 35 Populasi dan Sampel ........................................................................ 35 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 37 Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 38 Definisi Operasional .......................................................................... 47 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 49 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 49 Karakteristik Keluarga dan Anak Balita ............................................. 51 Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Malaria ........................................ 55 Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan .................................... 57 Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Balita ................................... 64 Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Malaria ........................................ 68 Status Gizi Balita ............................................................................... 72 Hubungan antar variabel pola Asuh Makan, Tingkat Konsumsi,

Pola Asuh Kesehatan,Kejadian Malaria dengan Status Gizi Balita .... 74 Hubungan Pola Asuh Makan, Pola Asuh Kesehatan, Sanitasi

Lingkungan dengan Kejadian Malaria ............................................... 76 Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Kejadian malaria dan status gizi ................................................................................... 77

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

xii

SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 81 Simpulan ........................................................................................... 81 Saran ................................................................................................ 81 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 82 LAMPIRAN ............................................................................................ 88

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pedoman pemberian makanan yang sehat .......................................... 9

2 Angka kecukupan gizi balita yang dianjurkan menurut AKG 2004 ........ 15

3 Kategori interpretasi status gizi berdasarkan tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB standar baku antropometeri WHO-NCHS) ........... 18

4 Cara pengumpulan data primer............................................................ 37

5 Rekapitulasi pengkategorian variabel penelitian .................................. 41

6 Kegiatan penemuan dan pengobatan malaria di Kabupaten Manokwari Tahun 2011 ...................................................... 50

7 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi ................. 51 keluarga ............................................................................................

8 Distribusi balita berdasarkan karakteristik balita di Puskesmas Kabupaten Manokwari ........................................................................ 54

9 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan tentang ASI dan malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari .................................................. 55

10 Distribusi balita berdasarkan pola asuh makan di Puskesmas Kabupaten Manokwari ......................................................................... 58

11 Distribusi contoh berdasarkan pola asuh makan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga ...................................................................... 59

12 Distribusi balita berdasarkan pola asuh kesehatan di Puskesmas Kabupaten Manokwari ...................................................................................... 60

13 Distribusi contoh berdasarkan pola asuh kesehatan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga ....................................................................... 64

14 Rataan asupan energi dan zat gizi balita per hari di Puskesmas Kabupaten Manokwari ......................................................................... 65

15 Distribusi balita berdasarkan tingkat kecukupan gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari ......................................................................... 67

16 Distribusi balita berdasarkan kejadian malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari ......................................................................... 69

17 Distribusi contoh berdasarkan kejadian malaria dan karakteristik sosial ekonomi keluarga ....................................................................... 71

18 Distribusi balita berdasarkan status gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari ......................................................................... 73

19 Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik balita .......................................................... 74

20 Hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita .......................... 75

21 Hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria di Kabupaten Manokwari ........... 77

22 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita .................................................. 78

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta stratifikasi malaria Tahun 2009 .................................................... 24

2 Peta persebaran API di Kabupaten Manokwari Tahun 2011 ................ 25

3 Kerangka pemikiran hubungan pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita ... 33

4 Skema tahapan pengambilan contoh ................................................... 36

5 Praktek ibu dalam mencegah malaria di Puskesmas Kabupaten

Manokwari ........................................................................................... 62

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria ................................................................................... 88

2 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita ................................................................................... 89

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola
Page 21: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai

gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani dan jumlahnya dalam

populasi besar. Pada balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. bahkan gangguan

tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki dimana

kekurangan gizi pada saat balita akan berdampak hingga masa remaja dan

dewasa sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Gizi salah adalah penyebab kematian dan kesakitan dan berhubungan

dengan peningkatan risiko malaria berat. Malaria merupakan penyebab kematian

diantara anak dibawah lima tahun, penyebab berat badan lahir rendah pada bayi

dan kematian ibu. Telah lama diakui bahwa kondisi populasi yang tinggal di

daerah malaria umumnya mengarah ke status gizi buruk dimana kekurangan gizi

merupakan faktor resiko terkena serangan malaria klinis (Gomes & Elisa, 2002).

Penelitian Nurhadimuda (2003) menyebutkan bahwa infeksi malaria

mempengaruhi penurunan status gizi anak balita di Purworejo, sedangkan

penelitian Tarmidzi M (2006) menyebutkan bahwa kejadian malaria tidak

berhubungan dengan status gizi pada balita di Kecamatan Kokap dan Samigaluh

Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I Yogyakarta. Selanjutnya malaria dan

kekurangan gizi penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di pedesaan

sub-Sahara Afrika. Ditemukan bahwa anak-anak kekurangan gizi kronis memiliki

risiko lebih tinggi untuk mengalami malaria (Deen, Walraven & Seidlein, 2002).

Jeremiah ZA & Uko EK (2007) juga menyebutkan bahwa anak-anak di bawah

lima tahun di Harcourt Nigeria memiliki tingkat parasit lebih tinggi (36.36%) dan

beresiko mengalami mordibitas dibandingkan dengan kelompok 5-8 tahun

(21.27%) sehingga perlu gizi yang cukup untuk menahan dampak negatif dari

malaria.

Berdasarkan data Riskesdas (2010), prevalensi nasional gizi buruk dan gizi

kurang untuk kategori balita mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai

2010. Hingga tahun 2010 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 6.5%

dan 8.2%. Propinsi Papua Barat dan Papua memiliki prevalensi gizi buruk dan

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

2

gizi kurang diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 9.1% dan 17.4%. Pada

tahun 2007 persentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua Barat (23.8%)

sama halnya dengan tahun 2010 (23.8%), persentase BBLR sedikit lebih tinggi

di pedesaan (12.2%) dibanding di perkotaan (10.8%).

Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi

juga karena pola asuh ibu dan penyakit infeksi. Pada keadaan terserang penyakit

infeksi, penderita biasanya berkurang nafsu makannya yang pada akhirnya dapat

menderita kurang gizi. Lemahnya kemampuan ibu dan keluarga untuk

memberikan pola asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan gizi

buruk pada anak balita.

Anak yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang lebih baik besar

kemungkinan akan memiliki angka kesakitan yang rendah dan status gizi yang

relatif lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Anwar

(2000) bahwa pola asuh makan sangat menentukan status gizi anak. Ibu yang

dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan bergizi akan

meningkatkan gizi anak. Selanjutnya menurut Widayani S (2000) ada hubungan

yang sangat kuat antara pola asuh dengan status gizi balita. Pola pengasuhan

anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca kelahiran, pemberian ASI,

pemberian makanan, dan pengasuhan bermain (Hamzah A, 2000).

Malaria merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit

(protozoa) dari genus plasmodium dan dapat menyebabkan kematian terutama

pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria

secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas

kerja (Kemenkes, 2011).

Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization menyebutkan

sebanyak 665 ribu orang meninggal disebabkan penyakit malaria pada tahun

2010. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86% merupakan anak-anak di bawah lima

tahun (WHO, 2010). Menurut Prabowo A (2002), malaria menyerang penduduk

yang tinggal didaerah endemis atau orang-orang yang bepergian ke daerah yang

angka penularannya tinggi. Selanjutnya Estefania et al, (2009) menyebutkan

bahwa prevalensi parasit malaria lebih tinggi dipedesaan dibandingkan didaerah

perkotaan (P=0.06) didukung oleh penelitian Kirby et al, (2008) bahwa penularan

malaria terbesar terjadi didaerah pedesaan Gambia Sahara Afrika, dimana

masyarakat tidur dalam rumah yang terbuat dari bata dan atap terbuka.

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

3

Besarnya angka malaria tahun 2009 sampai 2010 di seluruh Indonesia

adalah 22.9‰. Tahun 2011, angka Annual Parasite Insidence di Indonesia

adalah 1.75‰, Papua barat 33,25 permil dan Papua 23.34‰ (Ditjen P2PL,

2012).

Menurut kelompok umur, angka kasus baru malaria terendah adalah pada

kelompok umur <1 tahun (11.6%) sedangkan pada kelompok umur lainnya relatif

sama. Angka kasus baru malaria pada kelompok umur <1 tahun merupakan

indikator terjadinya penularan malaria di dalam rumah atau di sekitar rumah.

Prevalensi malaria klinis di perdesaan dua kali lebih besar dari prevalensi di

perkotaan, dan cenderung tinggi pada responden dengan pendidikan rendah,

kelompok petani/nelayan/buruh dan kelompok dengan tingkat pengeluaran

rumah tangga per kapita rendah (Riskesdas 2010).

Perumusan Masalah

Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang mematikan di Provinsi

Papua Barat, sebanyak 15% penyebab kematian di provinsi ini disebabkan oleh

malaria. Trend prevalensi penyakit malaria di provinsi selama tiga tahun terakhir

menunjukkan penurunan namun angkanya masih tetap tinggi. Pada tahun 2008,

dalam 1 000 penduduk terdapat 84 orang yang terjangkit malaria dan tahun 2010

turun menjadi 64 orang. Itu berarti, dari jumlah penduduk 798 600 jiwa, yang

terjangkit malaria mencapai 51 000 orang setiap tahun. Dari jumlah penderita

yang tercatat selama tahun 2010, sebanyak 4678 orang dirawat inap di rumah

sakit dan Puskesmas, serta 61 orang meninggal karena malaria. Jumlah

penderita malaria yang meninggal terbanyak ada di Kabupaten Manokwari dan

Fakfak.

Kabupaten Manokwari merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi

Papua Barat dan terdiri dari 29 kecamatan. Kabupaten Manokwari merupakan

salah satu Kabupaten di Propinsi Papua Barat dimana pada tahun 2010 sekitar

10% anak balita di kabupaten ini mengalami gizi buruk dari 2 270 balita yang

ditimbang di posyandu dan Puskesmas.

Pada tahun 2011 jumlah balita yang terjangkit malaria diperkirakan

sebanyak 17% atau sekitar 918 balita. Diantara anak di bawah lima tahun

(balita) dengan gejala klinis malaria, hanya sekitar 4.4% yang menerima

pengobatan malaria, sementara balita yang menderita malaria umumnya hanya

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

4

menerima obat untuk mengurangi demam (67.6%) (Riskesdas, 2010). Jika

terpapar malaria, balita berisiko mengalami anemia dan kekurang gizi (Dinkes

Kab. Manokwari, 2010).

Dari 22 Puskesmas yang ada di Kabupaten Manokwari, hanya 16

Puskesmas yang berjalan baik dan Posyandu hanya 80% dari 270 unit yang aktif

(Dinkes Kab Manokwari, 2010).

Pemerintah Papua Barat, telah berupaya melakukan sejumlah program

untuk mengurangi kasus yang terjadi dan mewujudkan target bebas malaria di

Papua Barat pada tahun 2030, diantaranya kerjasama dengan lembaga asing

seperti Global Found maupun UNICEF, pengadaan mikroskop dan rapid test di

seluruh puskesmas baik di perkotaan maupun pedalaman, menganjurkan

kepada penderita agar melakukan tes darah dan mengonsumsi obat yang benar.

Namun prevalensi dan penderita malaria masih tetap tinggi, diduga karena

masyarakat di kabupaten ini terlambat menerima penggunaan obat malaria, pola

asuh ibu, pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan kondisi lingkungan yang

berawa dan lembab.

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk mengetahui

tentang:

1. Bagaimana hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh

kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita.

2. Bagaimana hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan,

sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria.

3. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik balita,

pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola asuh

kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria dan status gizi

balita di Kabupaten Manokwari.

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

5

Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk menganalisis hubungan antara pola

asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi

balita di Kabupaten Manokwari.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola

asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita.

2. Menganalisis hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan,

sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria.

3. Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik

balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola

asuh kesehatan, sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria dan status

gizi balita.

Manfaat Penelitian

a. Manfat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya

pencegahan dan perbaikan status gizi balita dengan kejadian malaria.

Sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti yang tertarik

pada masalah gizi, khususnya bayi dan balita, efek pola asuh ibu dan kejadian

malaria terhadap status gizi.

b. Manfaat Praktis

Memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat khususnya para

orangtua dan pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten

Manokwari dalam penanggulangan masalah malaria dan status gizi balita.

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

TINJAUAN PUSTAKA

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima

tahun dan merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup dinas kesehatan.

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat

dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak

adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa,

kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat

dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini Y, 2004)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita

dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan

bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia

prasekolah (Wikipedia, 2009).

Pola Asuh

Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain dalam

hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan,

memberikan kasih sayang dan sebagainya (Soekirman, 2000).

Pola pengasuhan anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca

kelahiran, pemberian ASI, pemberian makanan, dan pengasuhan bermain

(Hamzah A, 2000). Selanjutnya Engle P (1992) mengatakan bahwa praktek

pengasuhan ditingkat rumah tangga adalah memberikan perawatan kepada anak

dengan pemberian makanan dan kesehatan melalui sumber-sumber yang ada

untuk kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan

Pengasuhan anak adalah suatu fungsi penting pada berbagai kelompok

sosial dan kelompok budaya. Fungsi ini meliputi pemenuhan kebutuhan dasar

anak seperti pemberian makanan, mandi, dan menyediakan dan memakaikan

pakaian buat anak, termasuk di dalamnya adalah monitoring kesehatan anak,

menyediakan obat, merawat serta membawanya ke petugas kesehatan

profesional. Tambahan lain adalah diterimanya fungsi hiburan, pendidikan,

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

7

sosialisasi, penerimaan informasi pandangan serta nilai dari pengasuh mereka

(O'Connel,1994, Sri Dara A, 2008).

Pola Asuh Makan

Jumlah dan kualitas makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi anak

penting sekali dipikirkan, direncanakan, dan dilaksanakan oleh ibu atau

pengasuhnya. Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan pemberian

makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan terhadap status gizinya.

Riwayat Menyusui

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang baik untuk bayi terutama

pada bulan-bulan pertama dan tetap berguna sampai berumur dua tahun. ASI

mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam

susunan yang diperlukan bayi. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan

yang dibutuhkan bayi untuk menjaga kesehatan tubuhnya agar tidak terganggu

oleh berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi.

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi

daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi

semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama

hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang

disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan

radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu

menjarangkan kelahiran (Linkages, 2002) namun pemberian ASI eksklusif tidak

menurunkan prevalensi parasit malaria (Victoria et al, 2011)

Menyusui diakui sebagai salah satu cara yang paling hemat biaya dan

efektif biaya untuk menyediakan makanan yang terbaik untuk bayi, mendorong

kekebalan bayi dengan menyediakan perlindungan dari penyakit infeksi dan

mengurangi penyakit diare dan penyakit pernapasan.

Bukti lebih lanjut telah menunjukkan bahwa berhenti menyusui dini

meningkatan tingkat kesakitan dan kematian di antara anak yang lahir dari ibu

yang terinfeksi HIV. Pada bayi yang terpajan dan yang terinfeksi HIV berusia

enam sampai 15 bulan, menyusui secara signifikan menurunkan risiko malaria.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi prospektif di Tororo, sebuah daerah

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

8

pedesaan dengan tingkat malaria yang tinggi di wilayah timur laut Uganda.

Namun para peneliti menemukan bahwa ASI tidak melindungi terhadap malaria

pada anak-anak yang tidak terpapar HIV dan terinfeksi HIV dari usia 15-24 bulan.

Profilaksis kotrimoksazol terlihat secara signifikan mengurangi risiko malaria

ketika membandingkan bayi yang tidak terpajan HIV yang tidak menggunakan

kotrimoksazol terhadap bayi yang terpajan atau terinfeksi HIV yang

menggunakan kotrimoksazol (Vora et al, 2010).

Riwayat Penyapihan

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk

pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan

baru boleh diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan.

Sebab, diawal masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok.

Sementara makanan sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara

berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan

sapihan menjadi santapan utama (Arisman MB, 2004). MP-ASI (Makanan

Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung

zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi

kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006).

Makanan anak 0-4 bulan adalah ASI semata. Pada usia 4-6 bulan anak

diberi ASI serta buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali. Saat berumur 6-9 bulan

anak diberi ASI plus buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali dan makanan

lembek 2 kali. Umur 9-12 bulan anak tetap diberi ASI, plus buah 1-2 kali dan

makanan lembek 3 kali. Pada anak usia lebih 1 tahun masih tetap diberi ASI plus

buah 1-2 kali, makanan pokok serta lauk pauk 4 kali atau lebih (Depkes, 2000;

Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

Prinsip pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

berdasarkan WHO dibagi atas dua kategori, yaitu untuk anak yang masih

menyusui dan anak yang sudah tidak menyusui. Berikut kami sajikan ringkasan

prinsip pemberian MP-ASI buat anak yang masih mendapatkan ASI (WHO,

2001).

Departemen Kesehatan RI Tahun 2000 mengeluarkan pedoman

pemberian makanan yang sehat seperti Tabel 1 berikut :

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

9

Tabel 1 Pedoman pemberian makanan yang sehat

Umur ASI Makanan

lumat Makanan

lembik Makanan

orang dewasa

0 – 4 bulan

4 – 6 bulan

6 – 12 bulan

12 – 24 bulan

24 bulan ke atas

Keterangan :

- Makanan lumat halus adalah makanan yang dihancurkan terbuat dari

tepung dan tampak homogen. Misalnya adalah bubur susu, bubur sumsum,

biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring, dll.

- Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak

kurang merata. Misalnya adalah pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang

dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang

pure.

- Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan

tampak berair. Misalnya adalah bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo,

bubur manado.

- Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair, seperti

lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit.

Praktek Pemberian Makan

Pemberian makanan merupakan bentuk mendidik ketrampilan makan,

membina kebiasaan makan, membina selera terhadap jenis makanan, membina

kemampuan memilih makanan untuk kesehatan dan mendidik perilaku makan

yang baik dan benar sesuai kebudayaan masing-masing. Kekurangan dalam

pemberian makan akan berakibat sebagai masalah kesulitan makan atau

kekurangan nafsu makan yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada

kesehatan dan tumbuh kembang nantinya (Waryana, 2010).

Agar tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal

memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak

membutuhkan sikap orangtuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak

hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu

tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih.

Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan.

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

10

Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar

pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak

meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit.

Pola Asuh Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat

mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah hal-

hal yang dilakukan untuk menjaga status gizi anak, menjauhkan dan

menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan turunnya keadaan

kesehatan anak. Status kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada

anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit

sehingga anak tidak sampai terkena suatu penyakit.

Status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara memperhatikan

keadaan gizi anak, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada,

serta upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila anak

sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ketempat pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan lain-lain (Zeitlin M,

Ghassemi H & Mansour M, 1990).

Balita perlu diperiksakan kesehatannya di bidan atau dokter bila sakit

sebab mereka masih mempunyai risiko yang tinggi untuk terserang penyakit.

Adapun praktik kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan

pemantaun kesehatannya adalah :

Imunisasi.

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak untuk melindunginya

dari pada beberapa penyakit tertentu seperti Hepatitis B, Tuberkolusis,

Tetanus, Polio, Campak. Pemberian imunisasi harus sedini mungkin dan

lengkap

Pemantauan Pertumbuhan Anak

Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukandengan aktif melakukan

pemeliharaan gizi misalkan dengan datang keposyandu. Dengan aktif

datang keposyandu maka orang tua dapat mengetahui pertumbuhan anak.

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

11

Praktek Ibu Merawat Anak

Peranan ibu dalam rumah tangga sangat penting terutama dalam

pengelolaan kejadian malaria pada anak. Akses ibu terhadap sumber daya

dalam rumah tangga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku mereka

dalam mencari pengobatan malaria.

Hasil penelitian Uzochukwu, Onwujekwe BSC, Onwujekwe EO, Onoka CA

dan Ughasoro MD (2008) tentang respon ibu terhadap anak demam di daerah

perkotaan dan pedesaan di Enugu, Nigeria Tenggara menyebutkan bahwa ibu di

daerah perkotaan dan pedesaan menyadari bahwa malaria merupakan

penyebab utama demam pada anak. Meskipun ibu di pedesaan mengenali

demam dan tanda-tanda bahaya yang lebih baik dari pada ibu-ibu di daerah kota

tetapi tanggapan ibu di daerah kota terhadap demam anaknya lebih baik. Ibu di

daerah kota menggunakan obat Klorokuin, ACT, SP dan Parasetamol sebagai

obat utama untuk mengobati demam anaknya dan tersedia di rumah, sementara

ibu-ibu pedesaan lebih cenderung untuk menggunakan obat sisa dari

pengobatan sebelumnya untuk mengobati demam dari ibu kota. Responden

perkotaan juga lebih menggunakan pencegahan dan mencari tindakan lebih

cepat dari ibu pedesaan dan total biaya perawatan juga lebih tinggi di daerah

perkotaan.

Pengasuhan perawatan dasar anak adalah pemenuhan kebutuhan balita

yang dilakukan ibu untuk mengatasi infeksi penyakit.

Perawatan balita dalam keadaan sakit

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu

dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan

kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 2002). Masa bayi dan balita

sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare, malaria atau penyakit

infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau

mengganggu proses tumbuh kembang anak. Ada beberapa penyebab

seorang anak mudah terserang penyakit adalah :

a) Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan dan nafsu

makan menurun. Akibatnya daya tahan tubuh menurun sehingga anak

menjadi rentan terhadap penyakit.

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

12

b) Lingkungan yang kurang mendukung sehingga perlu diciptakan

lingkungan dan perilaku yang sehat.

c) Jika orang tua lalai dalam memperhatikan proses tumbuh kembang

anak oleh karena itu perlu memantau dan menstimulasi tumbuh

kembang bayi dan anak secara teratur sesuai dengan tahapan usianya

dan segera memeriksakan ke dokter jika anak menderita sakit.

Pemanfaatan layanan kesehatan

Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan

pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui

sarana kesehatan yang baik meliputi posyandu, Puskesmas, program

kesehatan keluarga dan program lainnya. Berbagai lembaga pelayanan

dasar harus terjangkau baik secara fisik maupun ekonomi (sesuai daya beli)

oleh setiap keluarga termasuk mereka yang miskin dan hidup di daerah

terpencil (Soekirman, 2000). Makin dekat jangkauan keluarga terhadap

pelayanan kesehatan yang baik membantu mencegah terjadinya infeksi dan

membantu mengatasi masalah gizi.

Jarak menjadi faktor berpengaruh dalam mencari pola pengobatan demam

dan kejang-kejang di Zambia (Baume C, Helitzer D dan Kachur SP, 2000).

Mereka menemukan bahwa anak yang tinggal dalam 1 waktu perjalanan

satu jam lebih mungkin (79%) dibawa ke pusat kesehatan dibandingkan

dengan mereka yang tinggal lebih dari 1 jam perjalanan (58%).

Praktek Pencegahan Malaria

Hasil penelitian Adhroey et al (2010) menyebutkan bahwa masyarakat

hutan asli dan pedesaan distrik Lipis dari Pahang Malaysia memiliki kesadaran

akan penyakit malaria tetapi sikap dan praktek dalam pencegahan malaria tidak

memadai.

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan malaria.

diantaranya adalah :

a) Usaha pencegahan terhadap gigitan nyamuk dengan cara : tidur dengan

kelambu, rumah anti nyamuk dengan memakai kawat kasa, pemakaian

obat nyamuk bakar, penyemprotan ruang tidur dengan semprotan

nyamuk dan lain sebagainya. Atau kombinasi keduanya (obat dan

kelambu adalah cara terbaik mencegah gigitan nyamuk malaria)

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

13

b) Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah-

daerah endemis malaria dengan obat dari Puskesmas, dari toko-toko obat

seperti kina, chloroquine dan sebagainya, atau dengan obat-obat

tradisional.

c) Kebersihan lingkungan terhadap sarang nyamuk, seperti membersihkan

ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, air tergenang, kandang-

kandang ternak dan sebagainya.

d) Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dan

sebagainya, dengan menempatkan ternak-ternak tersebut diluar rumah

dekat tempat nyamuk bertelur.

e) Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit

atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.

f) Penanaman padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering

atau pengering sawah secara berkala.

g) Usaha penyemprotan rumah dengan DDT yang diusahakan oleh

pemerintah (Werner D, Thuman C & Maxwell J, 2010).

Sanitasi Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria

disuatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air dihutan, pesawahan,

tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan disuatu daerah akan

meningkatkan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut

merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo A, 2002).

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebaginya. (Notoatmodjo, 2003), selanjutnya Widaninggar (2003) menyatakan

kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak merusak

kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan rumah dan

lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan ruang (bermain anak),

pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air bersih, pembuangan sampah/

limbah, kamar mandi dan jamban/ WC dan halaman rumah.

Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang

peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang

kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

14

pencernaan seperti diare dan cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat

hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta

penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi

layak untuk tumbuh kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu

atau pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk

mengeksplorasi lingkungan.

Kesehatan lingkungan yang kurang baik yang disebabkan oleh air yang

tidak memadai dan sanitasi dapat meningkatkan kemungkinan penyakit menular

dan tidak langsung menyebabkan beberapa jenis malnutrisi (UNICEF, 1990;

Engle P, 1992). Sebuah studi banding di beberapa negara berkembang

menunjukkan bahwa sumber air yang tidak dilindungi dan non-ketersediaan

jamban dikaitkan dengan perawakan anak yang rendah.

Status Gizi Anak

Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi

badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai

(Gibson RS, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran

energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi

kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang

dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000).

Status gizi anak juga lebih sensitif terhadap faktor-faktor seperti makan

atau menyapih praktek, perawatan, dan paparan infeksi pada usia tertentu.

Sebuah indikator kumulatif pertumbuhan retardasi (tinggi badan-banding-usia)

pada anak-anak secara positif dikaitkan dengan usia. Studi lokal dan regional di

Ethiopia juga telah menunjukkan peningkatan gizi buruk dengan meningkatnya

usia anak (Yimer, 2000;. Genebo et al, 1999; Simson dan Lakech, 2000).

Penelitian Nurhadimuda (2003) menyebutkan bahwa infeksi malaria

mempengaruhi penurunan status gizi anak balita di Purworejo sedangkan

penelitian Tarmidzi M (2006) menyebutkan bahwa kejadian malaria tidak

berhubungan dengan status gizi pada balita di Kecamatan Kokap dan Samigaluh

Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I Yogyakarta.

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

15

Selanjutnya malaria dan kekurangan gizi penyebab morbiditas dan

mortalitas yang tinggi di pedesaan sub-Sahara Afrika. Ditemukan bahwa anak-

anak kekurangan gizi kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami malaria

(Deen, Walraven & Seidlein, 2002). Jeremiah ZA dan Uko EK (2007) juga

menyebutkan bahwa anak-anak di bawah 5 tahun di Harcourt Nigeria memiliki

tingkat parasitaemic lebih tinggi (36.36%) dan berisiko mengalami mordibitas

dibandingkan dengan kelompok 5-8 tahun (21.27%) sehingga perlu gizi yang

cukup untuk menahan dampak negatif dari malaria.

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan

secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara

umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier S, 2003).

Dibawah ini adalah tabel angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan

pada balita (per orang per hari).

Tabel 2 Angka kecukupan gizi balita yang dianjurkan menurut AKG 2004

Kelompok umur Energi

(Kkal)

Protein

(g)

Vitamin A

(RE)

Vitamin B12

(ug)

Vitamin C

(mg)

1-3 tahun 1000 25 400 0.9 40

4-6 tahun 1550 10 450 5 45

Sumber : WKNPG 2004

Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan

dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi

yaitu : penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium/ biokimia dan

klinis (Gibson RS, 2005). Diantara beberapa metode tersebut, pengukuran

antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman,

2000).

Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu

pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA).

Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB dan LILA sesuai dengan umur

adalah yang paling sering digunakan untuk survei sedangkan untuk perorangan,

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

16

keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling

dikenal (Soekirman, 2000).

Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan

apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal

tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan

dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak

hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara

sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-

masing indikator mempunyai makna sendiri-sendiri.

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat

diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain

dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat

dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk

melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek dan dapat mendeteksi

kegemukan.

Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau

masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa

lalu tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu

singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa

tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak balita kemungkinkan untuk mengejar

pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah

sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih

bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal.

Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi

dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan TB baru

terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini juga dapat dijadikan indikator

keadaan sosial ekonomi penduduk (Soekirman, 2000).

Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena

dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau

masalah gizi akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya

dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan

tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang

normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Ini merupakan indikator yang

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

17

baik untuk menilai status gizi saat ini terutama bila data umur yang akurat sering

sulit diperoleh. Untuk kegiatan identifikasi dan manajemen penanganan bayi dan

anak balita gizi buruk akut, maka WHO & Unicef merekomendasikan

menggunakan indikator BB/TB dengan cut of point < -3 SD.

Dalam panduan tatalaksana penderita KEP (Depkes, 2000) gizi buruk

diartikan sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat parah yang ditandai

dengan berat badan menurut umur kurang dari 60% median pada baku WHO-

NCHS atau terdapat tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan

marasmik-kwashiorkor.

Agar penentuan klasifikasi dan penyebutan status gizi menjadi seragam

dan tidak berbeda maka Menteri Kesehatan RI mengeluarkan SK Nomor

920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak bawah lima tahun.

Dengan keluarnya SK tersebut maka data status gizi yang dihasilkan mudah

dianalisis lebih lanjut baik untuk perbandingan , kecenderungan maupun analisis

hubungan (Depkes, 2002). Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak

lagi menggunakan % terhadap median, melainkan nilai Z-score pada baku WHO-

NCHS.

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh

derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan

dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri (Suhardjo,

1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks

BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB)

Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan

timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)

2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan

Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil

dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1

bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan.

Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang

baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

18

rujukan (Waterlow et al, dalam Djuamadias, Abunain, 1990). Untuk menghitung

SSB dapat dipakai rumus :

NSBR

NMBRNISRujukanBakuSkor

Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb :

1. Untuk BB/U

Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD

Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD

Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD

2. TB/U

Pendek Bila SSB < -2 SD

Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD

Tinggi Bila SBB > +2 SD

3. BB/TB

Kurus Bila SSB < -2 SD

Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD

Gemuk Bila SSB > +2 SD

Status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri,

(Depkes, 2004) dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan Interpretasi

BB/U TB/U BB/TB

Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : >+2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

19

Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh, Kejadian Malaria dan Status Gizi

Umur Orangtua

Orangtua, terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan

pengalaman dalam mengasuh anak, sehingga umumnya mereka mengasuh dan

merawat anak didasarkan pada pengalaman orangtua terdahulu. Selain itu,

faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih

memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga

kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih

berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock EB,

1998).

Pendidikan Orangtua

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang

dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non formal. Pada

umumnya tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan

perilakunya. Pendidikan akan menentukan besar kecilnya penggunaan

pendapatan keluarga untuk pengadaan pangan sehari-hari (Sayogyo et al,

1994).

Pendidikan sangat berkaitan dengan pekerjaan ibu karena semakin tinggi

pendidikan maka akan semakin baik pekerjaan yang diperoleh. Pekerjaan yang

baik akan menjamin pemenuhan terhadap akses pangan dan kesehatan serta

proses keputusan pada konsumsi. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh

terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan gizi yang

lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap

informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya

dalam kesehatan dan gizi.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua

dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan

anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya

(Soetjiningsih, 2002). Hasil penelitian Madanijah S (2003) menyebutkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi,

kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung

memiliki pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik.

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

20

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah

keluarga. Semua ibu yang bekerja di rumah maupun di luar rumah, keduanya

akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar waktu. Pekerjaan

responden sebagai ibu rumah tangga diharapkan dapat lebih banyak memberi

waktu dalam pengasuhan bayinya.

Hasil penelitian Gumala Y (2002), menyatakan ibu yang bekerja di luar

rumah merupakan salah satu penyebab atau risiko yang dapat mengakibatkan

pola asuh ibu yang tidak baik pada anak. Meskipun pekerjaan perempuan dapat

meningkatkan aksesibilitas rumah tangga terhadap pendapatan, tetapi mungkin

juga memiliki efek negatif terhadap status gizi anak-anak, karena mengurangi

waktu ibu untuk perawatan anak.

Pendapatan Keluarga

Kemiskinan faktor penyebab gizi kurang menduduki pertama dalam kondisi

yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan

ekonomi relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan.

Dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan maka

masalah gizi akan diatasi karena mempunyai efek terhadap makanan. Makin

banyak pendapatan yang diperoleh berarti makin baik makanan sumber zat gizi

diperoleh. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak

baik yang primer maupun yang skunder (Soetjiningsih, 1999). Pendapatan

keluarga dihitung dari seluruh pendapatan anggota keluarga baik itu dari

pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi

sehingga terdapat hubungan erat antara pendapatan dan status gizi. Rendahnya

pendapatan menyebabkan rendahnya daya beli terhadap makanan dan

berkurangnya konsumsi pangan keluarga sehingga akan mempengaruhi

kesehatan dan status gizi keluarga (Riyadi et al, 1990). Sebuah penelitian di

Malawi oleh Ettling M, McFarland L, Schultz and Chitsulo (1994) menemukan

bahwa pengeluaran untuk pencegahan malaria berkorelasi positif dengan

pendapatan.

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

21

Jumlah Anggota Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga dibentuk

dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan

karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi

hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga

berencana dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga

inti/batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family).

Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk

menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota

keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Banyaknya

anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (2003)

mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan

kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang

semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan

menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata.

Pengetahuan ibu

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

perabaan. Sebagaian besar perasaan pengetahuan manusia dapat diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

Di antara ibu dan pengasuh tinggal di daerah kumuh di Jos, kemampuan

mereka untuk mengenali malaria adalah rendah. Demikianlah pula halnya

kesadaran mereka dan penggunaan Terapi Kombinasi Artemisinin. Peningkatan

tingkat pendidikan dan kekuatan ekonomi mereka dapat meningkatkan

pengetahuan dan praktik pengobatan (Daboer JC, John C, Jamda AM, Chingle

MP & Ogbonna C. 2010).

Kinung'hi et al 2010 menyebutkan bahwa warga di Kabupaten Muleba

Utara Tanzania memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang malaria, namun

pengetahuan ini belum belum sepenuhnya dipraktekkan dalam penggunaan

intervensi malaria yang tersedia

Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang

erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

22

tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang

dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka

namun seorang ibu perlu ketrampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan

tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan

sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi. Menurut

Suhardjo (1996). Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang

bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat

pengetahuan gizi ibu akan berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta

dalam perawatan memilih makanan.

Menurut Unicef (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan juga oleh

beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung,

penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah.

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi

makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin

bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi

jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan

kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada

pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan

(Almatsier S, 2003). Tidak ada hubungan antara KEP dan morbiditas malaria,

tapi anak-anak kekurangan gizi memiliki risiko lebih dari dua kali lipat lebih tinggi

meninggal dibandingkan non-anak kurang gizi (Olaf et al, 2003).

Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi

juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi

sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.

Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya

(imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang

nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000).

Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan

infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari

besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu

sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang

gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,

tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

23

anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit infeksi

disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar

yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman,

2000).

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak

memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak

memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air

bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga

terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu

tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi

(Unicef, 1998) Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas

adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang

mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya

penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita

(Soekirman, 2000).

Kejadian Malaria

Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)

dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anoples.

Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan area

(=udara) atau udara burukkarena dahulu banyak terdapat didaerah rawa-rawa

yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama

lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam

charges, demam kura, dan paludisme.

Di Indonesia, penyakit ini ditemukan tersebar di seluruh kepulauan.

biasanya, malaria menyerang penduduk yang tinggal di daerah endemis atau

orang-orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi.

(Prabowo, 2002) menyebutkan bahwa prevalensi parasit malaria lebih tinggi di

pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan (Estefanía et al, 2009). Kirby et al,

(2008) penularan malaria terbesar terjadi didaerah pedesaan Gambia Sahara

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

24

Afrika, dimana masyarakat tidur dalam rumah yang terbuat dari bata dan atap

terbuka.

Daerah endemis malaria dibagi menjadi :

1. Endemis Tinggi (HCI = High Case Incidence) adalah API > 5 per 1.000

penduduk, yang terbagai tiga yaitu HCI I adalah API 5-49, HCI II adalah

API 50-100, HCI III adalah API >100

2. Endemis Sedang (MCI = Moderate Case Incidence) adalah API berkisar

antara 1 – < 5 per 1.000 penduduk

3. Endemis Rendah (LCI = Low Case Incidence) adalah API 0 – 1 per 1.000

penduduk,

4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria

(Daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 544 470 kasus malaria, dengan

perkiraan kematian akibat malaria adalah 900 orang. Peta stratifikasi malaria di

Indonesia menurut Ditjen P2PL Tahun 2009 disajikan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1 Peta stratifikasi malaria Tahun 2009

Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang mematikan di Provinsi

Papua Barat, sebanyak 15% penyebab kematian di provinsi ini disebabkan oleh

malaria. Trend prevalensi penyakit malaria di provinsi selama tiga tahun terakhir

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

25

menunjukkan penurunan namun angkanya masih tetap tinggi. Pada tahun 2008,

dalam 1.000 penduduk terdapat 84 orang yang terjangkit malaria dan tahun 2010

turun menjadi 64 orang. Itu berarti, dari jumlah penduduk 798 600 jiwa, yang

terjangkit malaria mencapai 51.000 orang setiap tahun.

Dari jumlah penderita yang tercatat selama tahun 2010, sebanyak 4 678

orang dirawat inap di rumah sakit dan Puskesmas, serta 61 orang meninggal

karena malaria. Jumlah penderita malaria yang meninggal terbanyak ada di

Kabupaten Manokwari dan Fakfak. Peta persebaran Annual Parasite Incidence

di Kabupaten Manokwari menurut Dinkes Kabupaten Manokwari Tahun 2011

disajikan pada Gambar 2.

Tdk ada Data < 47 %o 48 – 1330 %o > 134 %o

1. Snopi 7. Membey 2. Mubrani 8. Neney 3. Catobouw 9. Tahota 4. Hink 10. Kebar 5. Taige 11. Testega 6. Didohu 12. Anggi Gida

7. Amberbaken 8. Manokwari Selatan 9. Warmare 10. Minyambouw 11. Dataran Isim 12. Momiwaren 13. Mkw Timur

14. Masni 15. Sidey

16. Manokwari Utara

17. Tanah Rubuh

18. Sururey

19. Manokwari Barat

20. Prafi 21. Anggi 22. Oransbari 23. Ransiki

Gambar 2 Peta persebaran API di Kabupaten Manokwari Tahun 2011

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhaedah Arif (2008)

terhadap empat lokasi yaitu daerah Amban, Wosi, Sanggeng dan Kota

ditemukan 1 024 ekor nyamuk. Dari jumlah tersebut hanya 115 ekor nyamuk

yang merupakan nyamuk Anopheles Betina sedangkan yang lainnya yaitu

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

26

nyamuk Anopheles jantan, nyamuk Culex dan Aedes. Nyamuk Anopheles Betina

yang ditemukan terdiri dari 4 spesies yaitu Anopheles bancrofti, Anopheles kochi,

Anopheles farauti dan Anopheles koliensis.

Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosisi penyakit lainnya

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah

secara mikroskopik atau tes diagnosis cepat (RDT-Rapid Diagnostik Test).

Gejala klinis malaria yang dikenal secara umum adalah Trias Malaria yang

terdiri dari demam, menggigil, dan berkeringat. Beberapa gejala lainnya adalah

sebagai berikut :

a. Sakit kepala

b. Mual

c. Muntah

d. Diare

e. Nyeri Otot/pegal-pegal

Gejala malari berat adalah seperti di bawah ini

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

c. Kejang-kejang

d. Panas sangat tinggi

e. Mata atau tubuh kuning

f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

g. Nafas cepat dan atau sesak nafas

h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

j. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)

k. Telapak tangan sangat pucat

Pengobatan Malaria

Malaria dapat disembuhkan dengan mendapatkan pengobatan yang

tepat, bila tidak ditangani malaria dapat menyebabkan kematian dalam waktu

singkat (<7 hari), atau dapat menyebabkan kekambuhan karena pengobatan

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

27

yang tidak tuntas atau meminum obat malaria yang tidak tepat (mendapatkan

obat warung). Sebaiknya malaria berat segera ditangani < dari 24 jam untuk

mencegah terjadinya komplikasi organ tubuh lain yang lebih berat.

Pengobatan malaria dilakukan dengan kondisi sebagai berikut :

a. Penderita Malaria harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan sediaan darah

(mikroskopis atau RDT) untuk memastikan positif atau tidak,

b. Pengobatan menggunakan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT)

c. Obat Anti Malaria tersedia di Puskesmas & RS Pemerintah

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan

membunuh semua stadium parasit yang ada didalam tubuh manusia. Adapun

tujuan pengobatan radikal adalah untuk mendapat kesembuhan klinis dan

parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak

boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung.

Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat

anti malaria. Malaria dapat diobati secara efektif pada awal perjalanan penyakit,

tetapi penundaan pengobatan dapat berakibat serius atau bahkan fatal. Pilihan

pengobatan tergantung pada spesies malaria, dan kemungkinan resistensi obat

(berdasarkan di mana infeksi diperoleh), usia pasien, status kehamilan, dan

tingkat keparahan infeksi.

Pengobatan ACT terdiri dari :

a. Malaria Falciparum : DHP (3 hari) + Primakuin (1 hari) atau Artesunat-

Amodiakuin (3 Hari) + Primakuin (1 hari)

b. Malaria Vivaks : DHP (3 hari) + Primakuin (14 hari) atau Artesunat-

Amodiakuin (3 Hari) + Primakuin (14 hari)

Dampak Penyakit Malaria

Penyakit malaria menimbulkan anemi atau kekurangan darah pada

penderitanya. Adapun dampak anemi dari penyakit malaria adalah sebagai

berikut :

a. Keguguran dan perdarahan pada ibu hamil serta kelahiran prematur dan

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita

c. Menurunnya prestasi belajar dan olahraga pada pelajar

d. Menurunnya produktivitas kerja dan pendapatan

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

28

e. Melemahnya daya tahan tubuh yang berakibat mudah sakit dan kematian

Klasifikasi Jenis Malaria

Di Indonesia kasus malaria yang paling banyak ditemukan adalah karena

plasmodium Falciparum (50%) dan plasmodium Vivaks (50%). Plasmodium

ditularkan oleh nyamuk malaria (berbagai spesies Anopheles). Penyebarannya

dipengaruhi tiga komponen yang merupakan segitiga epidemiologi malaria,

yaitu:

a. Host (Pejamu) manusia,

Perilaku berisiko manusia yang sering melakukan kegiatan di luar rumah

pada malam hari, karena nyamuk malaria mengigit pada malam hari.

b. Agent (Penyebab Penyakit) nyamuk,

Infektifitas : jenis dan genetik vektor malaria

Tingkat replikasi : jenis dan iklim

Virulensi : jenis dan tingkat replikasi

c. Environment (Lingkungan).

Kimia/fisik : perubahan iklim (Climate change)

Ekologi vector : densitas, populasi, kompetensi dan genetic vektor

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan

jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a) Malaria tropika (Plasmodium falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling

berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,

parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14

hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit disebabkan oleh

Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa ring/ cincin kecil yang

berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya

spesies yang memiliki dua kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi

penyebaran malaria tropika: Plasmodium falcifarum menyerang sel darah

merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium falcifarum sering kali

menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan

banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

29

akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih

berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral,

gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b) Malaria kwartana (Plasmodium malariae)

Plasmodium malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan

Plasmodium vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.

Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-

kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae

mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete.

Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri

pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.

Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik

dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan

edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c) Malaria ovale (Plasmodium ovale)

Malaria tersiana (Plasmodium ovale) bentuknya mirip Plasmodium

malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen

hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah

bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium ovale biasanya oval atau

ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan

dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-

16 hari, walau pun periode laten sampai empat tahun. Serangan

paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa

terapi dan terjadi pada malam hari.

d) Malaria tersiana (Plasmodium vivax).

Malaria tersiana (Plasmodium vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda

yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan

plasmodium falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax

berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen

kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh

eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini

secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malariadan

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

30

mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap

72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang

system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat

ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis

yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh

nyamuk anoples betina dan di dalam tubuh manusia

Dalam tubuh nyamuk

Secara alamiah, hanya nyamuk betina yang memakan darah, nyamuk

jantan tidak sehingga tidak berfungsi sebagai vektor. Apabila nyamuk Anopheles

betina menghisap darah yang mengandung gametosit, gamet jantan dan betina

melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet

kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung

nyamuk, ookinet menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoid yang akan

masuk ke kelenjar liur nyamuk. Sporozoid ini bersifat infektif dan siap ditularkan

ke manusia.

Dalam tubuh manusia

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

sporozoid dikelenjar liur nyamuk masuk kedalam peredaran darah selama kurang

lebih 30 menit. Setelah itu sporozoid masuk kedalam sel hati dan menjadi

tropozoid hat. Kemudian berkembang menjadi scizon hati yang terdiri dari 10 000

– 30 000 merozoid hati (tergantung spesiesnya), siklus ini disebut siklus ekso-

eritrositer yang berlangsung selama ± 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale,

sebagian tropozoid hati tidak langsung berkembang menjadi scizon, tetapi ada

yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoid, hipnozoid ini dapat hidup

didalam hati selama berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun dan pada saat

imunitas tubuh turun akan menjadi aktif dan menyebabkan relaps (kambuh).

Merozoid yang berasal dari scizon hati yang pecah akan masuk ke

peredaran darah dan menginfeksi eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel darah

merah , parasit tersebut berkembang dari stasium tropozoid sampai scizon (30–

300 merozoid, tergantung spesiesnya), proses perkembangan aseksual ini

disebut Scizogoni, selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (scizon) pecah dan

merozoid yang keluar akan menginfeksi sel darah merah yang lainnya. Siklus ini

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

31

disebut siklus eritrositer. Setelah 2–3 siklus scizogoni darah, sebagian merozoid

yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit

jantan dan betina) yang akan masuk ke dalam tubuh nyamuk saat ia menghisap

darah manusia terinfeksi ini.

Penanggulangan Malaria

Berdasarkan komitmen global melalui MDGs dan RBM (Roll Back Malaria),

serta komitmen nasional melalui RPJM, Inpres 3, dan RAD, pemerintah

Indonesia menyusun rencana dalam rangka eliminasi malaria di Indonesia.

Eliminasi malaria secara bertahap sebagai berikut :

a. Eliminasi DKI pada tahun 2010, Bali dan Batam dalam proses untuk

eliminasi;

b. Eliminasi Jawa, NAD, Kepri pada tahun 2015;

c. Eliminasi Sumatera, NTB, Kalimantan, Sulawesi pada tahun 2020; dan

d. Eliminasi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT pada tahun 2030.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Diagnosa malaria harus terkonfirmasi mikroskop/uji reaksi cepat (RDT)

STOP Malaria Klinis

b. Pengobatan dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) STOP

Klorokuin

c. Pencegahan penularan malaria dengan distribusi kelambu (LLIN)

penyemprotan (IRS), repellent, larvasiding.

d. Memperkuat desa siaga dengan pembentukan Posmaldes

e. Kemitraan melalui Forum Gebrak Malaria

Cara mencegah penyakit malaria menurut Depkes RI,2004:

a. Menghindari gigitan nyamuk

b. Tidur memakai kelambu

c. Memakai obat anti nyamuk

d. Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk (repelen)

e. Memasang kawat kasa

f. Menjauhkan kandang ternak dari rumah

g. Jangan berada diluar rumah pada malam hari. Apabila pada malam hari

sebaiknya memakai pakaian yang tertutup (menggunakan lengan panjang)

atau memakai obat anti nyamuk oles.

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat

gizi dan jumlahnya dalam populasi besar. Status gizi anak balita sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya pola asuh. Engle P, Menon P

and Haddad L (1997) mengemukakan bahwa pengasuhan biasanya dilakukan

oleh wanita atau ibu.

Pola pengasuhan yang diberikan oleh ibu terhadap anak balita akan sangat

berpengaruh terhadap konsumsi pangan anak balita dan pada akhirnya akan

mempengaruhi status gizi anak balita. Pola pengasuhan yang diberikan ibu dapat

berupa pola asuh makan dan pola asuh kesehatan.

Pola asuh makan balita dapat berupa riwayat pemberian ASI dan

penyapihan, jenis makanan yang diberikan, cara memberikan makan, suasana

saat makan dan siapa yang memberi makan. Sedangkan pola asuh kesehatan

meliputi praktek ibu dalam mencegah malaria dan perawatan anak dalam

keadaan sakit.

Pola asuh kesehatan akan sangat mempengaruhi status kesehatan anak,

karena apabila pola asuh kesehatan yang diberikan kurang baik, maka

kemungkinan konsumsi pangan anak terganggu, akibatnya akan terjadi

penurunan kekebalan tubuh. Keadaan ini menyebabkan anak balita akan cepat

dihinggapi berbagai penyakit, salah satunya penyakit malaria. Pola asuh meliputi

perhatian/ dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan

(pemberian makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan

makanan), rangsangan psikososial, perawatan kesehatan (praktek kebersihan/

hygiene dan sanitasi lingkungan serta perawatan balita dalam keadaan sakit).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, diantaranya

adalah karakteristik keluarga dan karakteristik anak. Jika pola asuh anak di

dalam keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Pengetahuan gizi

dan kesehatan ibu merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang ibu, karena

pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola pengasuhan

yang akan diterapkan oleh ibu. Status gizi anak balita sangat dipengaruhi

konsumsi pangan. Konsumsi pangan anak dapat dipengaruhi oleh pola asuh

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

33

yang diterapkan oleh orang dewasa dalam keluarga tersebut, dalam hal ini

biasanya ibu yang memegang peranan penting terhadap konsumsi pangan anak.

Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, disusun suatu bagan yang

menggambarkan hubungan antar peubah (Gambar 3).

Keterangan :

: Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis

Gambar 3 Kerangka pemikiran hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan dengan kejadian malaria dan status gizi balita

Program penanggulangan

malaria

Status gizi balita BB/U, TB/U,

BB/TB

Karakteristik orangtua

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

keluarga - Besar keluarga - Asal suku

Kejadian malaria − Status malaria − Jenis malaria − Frekuensi sakit − Riwayat

penyakit lain

Karakteristik balita

- Umur - jenis kelamin - Berat badan

lahir

Pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria

Pola asuh makan - Riwayat ASI dan

penyapihan - Praktek pemberian

makan

Tingkat kecukupan

- Asupan energi,

protein, Vit A, Vit C

dan Vit B12

- Kebutuhan gizi

Konsumsi pangan

Praktek ibu dalam mencegah malaria

Pola asuh kesehatan

Sanitasi lingkungan

Praktek kebersihan anak

Perawatan anak saat sakit

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

34

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh

kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita

2. Terdapat hubungan antara pola asuh makan, pola asuh kesehatan,

sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria

3. Kejadian malaria dan status gizi balita dipengaruhi oleh karakteristik

balita, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pengetahuan dan sikap ibu

tentang ASI dan malaria, serta sanitasi lingkungan

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu

pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu

yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan diempat puskesmas yang memiliki

jumlah penderita malaria terbanyak yaitu Puskesmas Sanggeng, Wosi, Warmare

dan Prafi di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat. Pelaksanaan penelitian

berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Juli 2012.

Populasi dan Sampel

Kabupaten Manokwari merupakan wilayah endemik yang terdiri dari 29

kecamatan, 16 puskesmas aktif dan enam puskesmas tidak aktif. Contoh dalam

penelitian ini diambil berdasarkan tahapan berikut :

1. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive tiga kecamatan dari

29 kecamatan berdasarkan jumlah penderita malaria paling banyak dan

dengan pertimbangan aksesibilitas, keterbatasan waktu dan biaya penelitian.

Kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Manokwari Barat, Kecamatan Warmare

dan Kecamatan Prafi.

2. Pemilihan dua puskesmas dari Kecamatan Manokwari Barat secara purposif

dan masing-masing satu puskesmas dari Kecamatan Warmare dan Prafi,

sehingga diperoleh empat puskesmas.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang diperiksa di puskesmas.

Berdasarkan Riskesdas 2010, puskesmas merupakan unit pemeriksaan

malaria yang paling banyak dimanfaatkan (40.4%) sedangkan yang terendah

persentase pemanfaatannya adalah Poskesdes (0.4%).

4. Sampel adalah anak balita dengan kriteria inklusi pada saat penelitian: anak

berumur 2-5 tahun, berdomisili tetap diwilayah kerja puskesmas minimal satu

tahun atau lebih dan ibunya bersedia di wawancarai.

5. Jumlah populasi balita di Kabupaten Manokwari tahun 2011 adalah 5 400

balita dan total balita ditiga kecamatan adalah 672 balita. Besar sampel

minimum yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin yaitu rumus

penentuan besar sampel untuk penelitian survei setelah diperoleh kriteria

inklusi (Notoatmodjo, 2007).

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

36

n =

dimana : N = Populasi yang memenuhi kriteria inklusi

n = Besar Sampel

d2 = Tingkat Kesalahan (0.05)

Dengan perhitungan sebagai berikut :

n =

n =

n = balita

Berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus di atas, diperoleh

besar sampel minimum sebanyak 100 balita. yang tersebar di empat

puskesmas Kabupaten Manokwari, masing-masing puskesmas diambil 25

sampel dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Berikut

skema tahapan pengambilan contoh.

Gambar 4 Skema tahapan pengambilan contoh

29 Kecamatan dengan 11 puskesmas aktif

Purposive Sampling

3 Kecamatan Total balita = 672

Total sampel = Sampel minimum n = 100

2 Puskesmas

Purposive Sampling

Kec. Manokwari Barat

Sanggeng n = 25

Prafi n = 25

Wosi n = 25

Kecamatan Prafi

Simple Random Sampling

Warmare n = 25

Kecamatan Warmare

1 Puskesmas 1 Puskesmas

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

37

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi karakteristik keluarga yang mencakup umur orangtua,

pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga,

asal suku, pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI dan malaria, karakteristik

anak balita yang mencakup umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pola asuh

makan, pola asuh kesehatan, riwayat menyusui dan penyapihan, kejadian

malaria dan sanitasi lingkungan. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik

wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan adalah

data berat badan waktu lahir yang diperoleh dari KMS, catatan puskesmas, data

program penanggulangan malaria dari dinas kesehatan dan data keadaan

wilayah penelitian yang diperoleh dari laporan monografi desa. Tabel 4

merangkum semua variabel dan data primer yang diteliti.

Tabel 4 Cara pengumpulan data primer

No Variabel Data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik anak balita

Umur anak Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan melihat KMS.

Jenis Kelamin anak Berat badan lahir

2 Karakteristik keluarga

Umur orangtua Wawancara dengan menggunakan kuesioner Pendidikan orangtua

Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Besar keluarga

3 Pengetahuan ibu Tentang ASI dan Malaria Wawancara dengan menggunakan kuesioner

4 Kejadian malaria Status malaria Wawancara dengan menggunakan kuesioner Frekuensi sakit malaria

Jenis malaria Riwayat penyakit lain

5 Pola asuh makan Riwayat Menyusui dan Penyapihan Praktek memberi makan

Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang

6 Konsumsi anak balita

Tingkat kecukupan energi, Protein, vit A, vit C, vit B12

Recall 2x24 jam dan observasi lapang

7 Pola asuh Kesehatan

Praktek kebersihan anak Perawatan anak sakit

Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang Praktek ibu dalam mencegah

malaria

8 Sanitasi lingkungan Keadaan tempat tinggal Sumber air bersih, dll

Wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang

9 Status gizi Balita Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks BB/TB

Menimbang BB dengan timbangan seca dan mengukur TB dengan microtoise

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

38

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan Pengolahan Data

Pemeriksaan data isian pada instrumen penelitian (editing), dilakukan

untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap atau belum, Hal ini

dilakukan dengan meneliti tiap lembar jawaban kuesioner hasil wawancara.

Pemberian kode (coding), merupakan kegiatan merubah data kedalam

bentuk angka/bilangan, terutama pada pertanyaan-pertanyaan yang belum

sesuai dengan kode yang ada pada definisi operasional berdasarkan hasil ukur.

Kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan pada saat analisis dan juga

mempercepat pada saat memasukan data ke program komputer.

Memasukkan data ke dalam program komputer (entry data), dilakukan

setelah semua lembaran kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah dilakukan

pengkodean, selanjutnya data dapat diproses dengan cara memasukan hasil

jawaban yang diperoleh dari wawancara ke dalam program komputer.

Membersihkan data (cleaning), yaitu kegiatan pembersihan data dilakukan

untuk mengecek kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. dan pemberian

skor pada data (scoring). Setelah itu data dianalisis menggunakan Microsoft

Excel 2007 dan SPSS versi 16.0.

Data yang tersedia dihitung masing-masing jumlah skornya, agar dapat

dianalisis hal ini disebabkan beberapa variabel penelitian merupakan variabel

data komposit seperti pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola asuh

makan, sanitasi lingkungan dan kejadian malaria.

Pengetahuan ibu tentang ASI diperoleh melalui total skor dari 14

pertanyaan berbentuk multiple choice sedangkan pengetahuan ibu tentang

malaria diperoleh dari 16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1

untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Selanjutnya tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria dikategorikan dengan menetapkan cut

off point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori untuk tingkat

pengetahuan ibu dibagi dalam dua kategori yaitu baik dan kurang baik.

Pola makan meliputi tiga variabel yaitu praktek pemberian makan balita

yang terdiri dari 18 pertanyaan dan praktek makan anak terdiri dari 15

pertanyaan berbentuk multiple choice. Pola asuh kesehatan meliputi praktek

kebersihan yang terdiri dari 13 pertanyaan, perawatan anak saat sakit yang

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

39

terdiri dari 10 pertanyaan dan praktek pencegahan malaria yang terdiri dari 23

pertanyaan. Tingkat kejadian malaria terdiri dari 10 pertanyaan berkaitan dengan

status malaria, frekuensi sakit, jenis malaria serta riwayat penyakit lain.

Sedangkan sanitasi lingkungan terdiri dari 12 pertanyaan.

Selanjutnya untuk mempermudah dalam pembahasan, maka masing-

masing praktek ibu dalam variabel pola asuh makan, pola asuh kesehatan,

sanitasi lingkungan dan kejadian malaria dikategorikan ke dalam kriteria baik (≥

70%) dan kurang (< 70%). Pengkategorian tersebut dihitung berdasarkan nilai

maksimum setiap jenis praktek ibu, dengan cara skor praktek ibu dibagi nilai

maksimum praktek ibu dikali 100% (Masithah T, Soekirman dan Drajat M, 2005).

Data konsumsi pangan anak balita diperoleh dari recall terhadap ibu bayi

meliputi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama 2 x 24 jam. Pangan

yang dikonsumsi dikonversikan beratnya dalam satuan gram kemudian dihitung

kandungan zat gizinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM) melalui program Microsoft Excell. Dari konversi tersebut, diketahui rata-

rata konsumsi zat gizi per individu per hari (Hardinsyah dan Briawan 1994). Zat

gizi yang diukur dalam penelitian ini adalah energi, protein, vitamin A, vitamin C,

dan vitamin B12.

Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kgij = {(Bj/ 100) x Gij x (BDDj/ 100)}

Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan-j

Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j

BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Gambaran tentang tingkat konsumsi gizi anak balita diperoleh dengan

menggunakan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) tahun 2004.

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan

gizi yang dianjurkan menurut umur dan berat badan (Hardinsyah dan Tambunan

2004). Angka kecukupan gizi contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut:

AKGI = (Ba/ Bs) x AKG

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

40

Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh

Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan standar (kg)

AKG = Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Tingkat konsumsi gizi diukur dengan menghitung jumlah konsumsi gizi

(energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B12) dibagi angka kecukupan

gizi, kemudian dikalikan 100%.

TKGI = (KI/AKGI) x 100%

Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan contoh

Ki = Konsumsi energi, protein, vit A, C dan B12 contoh

AKGi = Angka kecukupan energi, protein, vit A, C dan B12 contoh

Selanjutnya, tingkat kecukupan zat gizi diklasifikasikan menjadi dua kategori

yaitu kurang baik (< 70%) dan baik (≥ 70%).

Status gizi balita ditentukan dengan cara pengukuran antropometri dengan

menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Pengolahan data status gizi

dilakukan dengan menggunakan Sofware WHO ANTRO 2005. dan status gizi

anak balita diklasifikasikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS (Tabel 5).

Penilaian status gizi dilakukan dengan cara perhitungan z-skor dengan rumus

sebagai berikut:

Z-Skor = Nilai Invidual Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai

Simpang Baku Rujukan

Tabel 5 merangkum pengkategorian variabel penelitian.

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

41

Tabel 5 Rekapitulasi pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori Jenis data

1. Umur balita (Tahun) 1. 2-3 2. 4-5

Ordinal

2. Jenis Kelamin anak 1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

3. Berat badan lahir 1. < 2500 (BBLR) 2. ≥ 2500 (normal)

Ordinal

4. Umur orangtua 1. Tua (< 35 thn) 2. Muda (≥ 35 thn)

Ordinal

5. Pendidikan orangtua 1. Tinggi 2. Rendah

Ordinal

6. Pekerjaan orangtua 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja

Ordinal

7. Pendapatan keluarga 1. Tinggi (≥ UMR p Prop Papua Barat) 2. Rendah (< UMR Propinsi Papua

Barat)

Ordinal

8. Besar keluarga 1. Besar (>4 orang) 2. Kecil (≤4 orang)

Ordinal

9. Pengetahuan ibu tentang ASI dan Malaria

1. Baik : ≥ 70% 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

10 Kejadian malaria 1. Tinggi : ≥ 70% 2. Rendah : <70%

Ordinal

Status malaria

1. Sakit 2. Tidak sakit

Ordinal

Frekuensi sakit malaria 1. > 2 kali per 6 bulan 2. ≤ 2 kali per 6 bulan

Ordinal

Jenis malaria 1. Berat 2. Ringan

Ordinal

Riwayat penyakit lain 1. Ada , 2. Tidak ada Ordinal

11. Pola asuh makan 1. Baik : ≥ 70% 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

Riwayat Menyusui

Riwayat Penyapihan

Praktek pemberian makan

1. ASI eksklusif : Baik 2. Tidak ASI eksklusiif : Kurang baik

1. ≥ 6 bulan : Baik 2. < 6 bulan : Kurang baik

1. Baik : ≥ 70% 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

42

Tabel Lanjutan

. Konsumsi Zat Gizi energi, protein, Vit A, Vit C dan Vit B12

Tingkat kecukupan 1. Baik : ≥ 70% 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

13. Pola asuh Kesehatan 1. Baik : ≥ 70% 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

Perawatan ketika anak sakit

1. Baik : ≥ 70 % 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

Praktek ibu dalam mencegah malaria

1. Baik : ≥ 70 % 2. Kurang baik : < 70%

Ordinal

a. Penggunaan kelambu berinsektisida

1. Ya 2. Tidak Ordinal

b. Pemasangan kasa nyamuk pada jendela dan ventilasi

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

c. Pemakaian obat nyamuk

1. Ya 2. Tidak Ordinal

d. Penggunaan pakaian lengan panjang

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

e. Pengobatan pencegahan anti malaria

1. Ya 2. Tidak Ordinal

f. Tradisi /kepercayaan dalam mencegah malaria

1. Ada 2. Tidak ada Ordinal

g. Praktek kebersihan 1. Ya 2. Tidak Ordinal

14. Sanitasi lingkungan

1. Baik : ≥ 70 %

2. Kurang baik : < 70 % Ordinal

15. Status gizi Balita Berdasarkan BB/TB 1. Tdk normal jika Z-score < -2.0 2. Normal jika Z-score ≥ -2.0

Ordinal

Berdasarkan TB/U 1. Pendek (stunting) jika Z-score < -2.0 2. Normal jika Z-score ≥ -2.0

Berdasarkan BB/U 1. Tdk normal jika Z-score < -2.0 2. Normal jika Z-Score ≥ -2.0

Analisa Data

Data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar selanjutnya

dianalisa dengan:

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

43

a. Analisa univariat

Analisa univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi subyek penelitian dan distribusi proporsi kasus menurut masing-

masing variabel independent yang diteliti.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (independent), yaitu pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi

lingkungan terhadap variabel terikat (dependen), yaitu kejadian malaria dan

status gizi dengan menggunakan fungsi chi-aquare.

Fungsi chi-square yaitu untuk melihat apakah ada tidaknya hubungan

variabel independen dan dependen dengan menggunakan derajat

kepercayaan 95% (α=0.05). Bila nilai p value <0.05 maka hasil statistik

bermakna, bila p value >0.05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.

=

Keterangan :

= statistik Kai-Kuadrat

Σ = Jumlah

O = nilai yang diamati

E = nilai yang diharapkan

Selanjutnya dilakukan perhitungan Odds ratio (OR), nilai OR merupakan

nilai estimasi resiko untuk terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya

variabel independen. Perubahan satu unit variabel independen akan

menyebabkan perubahan sebesar nilai OR pada variabel dependen. Estimasi

confidence Interval (CI) OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasi OR adalah sebagai berikut :

OR = 1, artinya tidak ada hubungan

OR < 1, artinya ada efek proteksi/perlindungan

OR > 1, artinya sebagai faktor risiko

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

44

c. Analisa multivariat

Analisis mutivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh

karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu

tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi

lingkungan terhadap kejadian malaria dan status gizi balita dengan

menggunakan metode regresi logistik. Uji tersebut dipilih karena variabel

dependen dan independen merupakan kategori dikotom dengan skala ordinal.

Menurut Agresti dan Finlay (1999), persamaan yang digunakan untuk

melihat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu

tentang ASI dan malaria, pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh

kesehatan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian malaria yaitu:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + …. + β21X21

1-F

Keterangan:

Y1,2 = Kejadian malaria

a = Konstanta (intercept)

β1…21 = Koefisien regresi

X1 = Umur orangtua

X2 = Pendidikan orangtua

X3 = Pekerjaan orangtua

X4 = Jumlah anggota keluarga

X5 = Pendapatan keluarga

X6 = Asal suku

X7 = Umur balita

X8 = Jenis kelamin balita

X9 = Berat badan lahir balita

X10 = Pengetahuan ibu tentang ASI dan Malaria

X11 = Riwayat pemberian ASI dan penyapihan

X12 = Praktek makan

X13 = Tingkat kecukupan energi

X14 = Tingkat kecukupan protein

X15 = Tingkat kecukupan vitamin A

X16 = Tingkat kecukupan vitamin C

X17 = Tingkat kecukupan vitamin B12

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

45

X18 = Praktek kebersihan anak

X19 = Perawatan anak saat sakit

X20 = Praktek pencegahan malaria

X21 = Sanitasi lingkungan

Sedangkan, persamaan untuk melihat pengaruh pengaruh karakteristik

keluarga, karakteristik balita, pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria, pola

asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria

terhadap status gizi balita adalah sebagai berikut:

Y = Log F = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + …. + β21X21

1-F

Keterangan :

Y1,2 = Status gizi

a = Konstanta (intercept)

β1…21 = Koefisien regresi

X1 = Umur orangtua

X2 = Pendidikan orangtua

X3 = Pekerjaan orangtua

X4 = Jumlah anggota keluarga

X5 = Pendapatan keluarga

X6 = Asal suku

X7 = Umur balita

X8 = Jenis kelamin balita

X9 = Berat badan lahir balita

X10 = Pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria

X11 = Riwayat pemberian ASI dan penyapihan

X12 = Praktek makan

X13 = Tingkat kecukupan energi

X14 = Tingkat kecukupan protein

X15 = Tingkat kecukupan vitamin A

X16 = Tingkat kecukupan vitamin C

X17 = Tingkat kecukupan vitamin B12

X18 = Praktek kebersihan anak

X19 = Perawatan anak saat sakit

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

46

X20 = Praktek pencegahan malaria

X21 = Kejadian malaria

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

Definisi Operasional

Anak balita adalah anak laki-laki dan perempuan yang berumur dua sampai lima

tahun yang menjadi sampel dalam penelitian ini

Umur balita adalah selisih tanggal survei dengan tanggal lahir anak balita yang

dinyatakan dalam genap bulan yang didapat melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner.

Umur orangtua adalah jumlah tahun lamanya orangtua hidup yang diperoleh

dari selisih tangal kelahiran dan tanggal wawancara.

Tingkat pendidikan orangtua adalah jenis dan tingkat pendidikan formal yang

terakhir ditempuh orang tua.

Pekerjaan orangtua adalah kondisi orangtua saat ini yang dikategorikan

berdasarakan orangtua yang bekerja (pegawai atau wiraswasta) dan tidak

bekerja (ibu rumah tangga).

Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dinilai

dengan uang yang dapat digunakan keluarga selama satu bulan untuk pangan &

non pangan

Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu menjawab dengan benar hal-hal yang

berkaitan dengan ASI dan malaria dan dibuat dalam skala interval berdasarkan

jumlah skor jawaban.

Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal bersama satu atap dan

bergantung kepada sumber penghidupan yang sama.

Kejadian malaria adalah balita yang menderita malaria berdasarkan data

registrasi di puskesmas yang berumur 2-5 tahun pada saat penelitian dan dalam

enam bulan terakhir yang meliputi status sakit, frekuensi sakit malaria (berapa

kali sakit), lama sakit (dalam hari) dan riwayat penyakit lain.

Pola asuh anak adalah perlakuan orang tua kepada anak dalam rangka

memenuhi kebutuhan anak, terdiri dari pola asuh makan dan pola asuh

kesehatan.

Pola asuh makan adalah seluruh interaksi subjek dan objek berupa bimbingan,

pengarahan dan pengawasan selama anak makan atau cara dan kebiasaan

orang tua yang terdiri dari riwayat pemberian ASI dan penyapihan serta praktek

pemberian makan.

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

48

Pola asuh kesehatan adalah praktek pengasuhan yangg diterapkan ibu kepada

anak balita yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, terdiri dari

perawatan anak ketika sakit terkait pemanfaatan layanan kesehatan dan praktek

ibu dalam mencegah malaria.

Praktek pencegahan adalah cara/tindakan ibu untuk merawat dan menjaga

anak supaya bebas dari penyakit serta menjaga lingkungan bersih, perawatan

anak dalam keadaan sakit, praktek pencegahan terhadap malaria.

Perawatan anak dalam keadaan sakit adalah tindakan ibu untuk memberikan

kasih sayang kepada anak untuk membantu dan menjaga selama sakit.

Status gizi adalah hasil masukan gizi dan pemanfaatannya di dalam tubuh

dengan melihat ukuran tubuh dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB yang

dinyatakan dengan nilai z-skor.

Tingkat Konsumsi pangan adalah semua asupan zat gizi dari makanan yang

dikonsumsi oleh anak balita baik dirumah maupun diluar rumah termasuk jajanan

selama dua hari sebelumnya yang dikonversikan melalui DKBM dengan metode

recall 2x24 jam melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Tingkat kecukupan gizi (TKG) anak balita adalah total konsumsi zat gizi aktual

dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) sehari anak balita dan

dinyatakan dalam persen dengan metode recall 2 x 24 jam.

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

lingkungan perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya.

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Manokwari adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua

Barat, Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Manokwari pada 0015’-3025’ Lintang

Selatan dan 132035’-134045’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 14 676 km2,

dengan batas-batas :

Utara : Samudera Pasifik

Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni

Barat : Kabupaten Sorong Selatan

Timur : Kabupaten Teluk Wondama

Terdiri dari 29 distrik, 9 kelurahan dan 409 kampung. Wilayah mencakup

wilayah laut, dataran dengan topografi wilayah datar, bergelombang hingga

bergunung dengan iklim tropis suhu udara berkisar antara 26.4°C sampai

31.9°C.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Manokwari adalah 187 591 orang, yang terdiri atas 98 762 laki‐laki

dan 88 829 perempuan. Dari hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) tersebut

tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Manokwari masih bertumpuk di

Distrik Manokwari Barat, yakni sebesar 39.94%, kemudian diikuti oleh Distrik

Prafi sebesar 7.58%, Distrik Masni sebesar 7.19% dan Distrik Manokwari Selatan

sebesar 7.07%, sedangkan distrik‐distrik lainnya hanya dibawah 5%.

Distrik Manokwari Barat, Prafi, Masni dan Manokwari Selatan adalah empat

distrik dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang

masing‐masing berjumlah 74 924 orang, 14 214 orang, 13 92 orang dan 13 268

orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Manokwari sekitar 14 448.50 kilometer

persegi yang didiami oleh 187 591 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan

penduduk Kabupaten Manokwari adalah sebanyak 13 orang per kilometer

persegi. Distrik yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Distrik

Manokwari Barat yakni sebanyak 316 orang per kilometer persegi, sedangkan

Distrik yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Distrik Tahota,

Kebar, Senopi dan Mubrani, yakni hanya sebanyak satu orang per kilometer

persegi.

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

50

Manokwari merupakan daerah yang memiliki iklim tropis, sehingga sangat

mendukung kelangsungan hidup dari spesies nyamuk terutama Anopheles.

Nyamuk Anopheles tersebar di Manokwari dan menyebabkan penyakit malaria

tersiana dan malaria tropika dengan jumlah penderita yang cukup banyak.

Daerah penelitian memiliki keadaan lingkungan yang berbeda-beda.

Daerah Sanggeng berada di dekat laut sehingga untuk kelangsungan hidup

nyamuk sangat sedikit dimana daerah pantai memiliki suhu yang tinggi dan

kecepatan anginnya juga kuat sehingga mengurangi nyamuk yang ada di tempat

tersebut, namun di daerah ini banyak terdapat saluran air yang tersumbat seperti

halnya selokan yang jarang dibersihkan, serta penduduk dan perumahan yang

padat. Di daerah Wosi terdapat hutan yang banyak memiliki pohon-pohon yang

terlindung, berawa serta saluran air yang tersumbat sehingga menjadi tempat

berkembangbiak nyamuk

Daerah Warmare merupakan daerah dimana terdapat hutan yang banyak

memiliki pohon-pohon, tanaman coklat dan kelapa sawit, semak belukar dan juga

sungai tempat berkembang biak nyamuk. Sama halnya dengan daerah Prafi,

disamping pohon, tanaman sawit, di daerah ini juga terdapat kolam ikan dan

persawahan.

Dinas kesehatan Kabupaten Manokwari selalu mengadakan kegiatan

penemuan dan pengobatan setiap tahun dalam rangka menurunkan angka

kesakitan malaria di Kabupaten Manokwari seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kegiatan penemuan dan pengobatan malaria usia balita di Kabupaten

Manokwari Tahun 2011

Puskesmas Σ

penduduk Σ

klinis

Metode Diagnosis

Positif Pengobatan

MILK RDT 1-4 Thn 5-9 Thn

ACT L P L P

Sanggeng 38 050 8 942 8 205 - 691 608 272 303 300

Wosi 17 432 5 791 5 713 68 144 139 77 61 1 146

Warmare 10 177 2 136 177 56 27 29 16 21 225

Prafi SP1 14 542 2 374 2 374 - 207 215 166 132 -

Laporan Surveilans Malaria Kabupaten Manokwari Tahun 2011

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

51

Karakteristik Keluarga dan Anak Balita

Karakterietik Sosial Ekonomi Keluarga

Karakteristik sosial ekonomi keluarga dalam penelitian ini meliputi umur

orangtua, besar keluarga, pendapatan orangtua, asal suku, pendidikan orangtua,

dan pekerjaan orangtua. Distribusi karakteristik sosial ekonomi sosial ekonomi

keluarga disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Peubah Total

n %

Umur ibu Tua (≥ 35 tahun) 10 10.0 Muda (< 35 tahun) 90 90.0

Umur ayah Tua (≥ 35 tahun) 27 27.0 Muda (< 35 tahun) 73 73.0

Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 59 59.0 Besar (> 4 orang) 41 41.0

Pendapatan keluarga Tinggi (≥ 1 450 000) 73 73.0 Rendah (< 1 450 000) 27 27.0

Asal suku Papua 44 44.0 Non Papua 56 56.0

Pendidikan ibu Rendah 67 67.0 Tinggi 33 33.0

Pendidikan ayah Rendah 54 54.0 Tinggi 46 46.0

Pekerjaan ayah Bekerja 100 100

Pekerjaan ibu Bekerja 23 23.0 Tidak bekerja/IRT 77 77.0

Dalam penelitian ini umur orang tua diklasifikasikan berdasarkan kelompok

umur < 35 tahun dan ≥ 35 tahun. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar

ibu balita (90%) berumur kurang dari 35 tahun. Rata-rata umur ibu adalah 28

tahun, umur maximum 38 tahun dan minimum 20 tahun. Sedangkan jika ditinjau

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

52

dari umur ayah, diperoleh bahwa lebih dari 70% ayah berumur kurang dari 35

tahun, rata-rata umur ayah 32 tahun, umur maximum 45 tahun dan umur

minimum 26 tahun.

Besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu keluarga kecil

(≤ 4 orang) dan keluarga besar (> 4 orang). Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh bahwa 59% ibu memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang,

dan 41% responden lainnya memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat

orang. Banyaknya anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan

dalam keluarga. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga.

Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan

meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan

semakin tidak merata.

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan

kualitas makanan yang dikonsumsi sehingga berhubungan erat dengan status

gizi. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu merupakan faktor yang

kurang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Hal ini

disebabkan tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi

pangan keluarga. Pada Tabel 7, diketahui bahwa 27% ibu memiliki pendapatan

keluarga dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi Papua Barat yakni

kurang dari Rp1 450 000. Rata-rata pendapatan adalah Rp1 950 000 dengan

pendapatan tertinggi Rp4 700 000 dan terendah Rp300 000.

Tingkat pendidikan dari orang tua juga sangat mempengaruhi pola asuh

dan status gizi, dimana makin tinggi tingkat pendidikan orang tua, makin baik

pula status gizi anaknya, karena orang tua terutama ibu berperan juga dalam

pola asuh (Soekirman, 2000). Tingkat pendidikan orangtua dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua kategori yaitu tingkat pendidikan rendah (≤ SLTP) dan

pendidikan tinggi (> SLTP). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 67%

ibu balita berpendidikan rendah, (tidak sekolah, tidak tamat SD dan SLTP) dan

33% lainnya berpendidikan tinggi. Jika ditinjau dari pendidikan suami, 54% suami

berpendidikan rendah dan 46% lainnya berpendidikan tinggi. Semakin tinggi

tingkat pendidikan yang ditempuh maka akan semakin baik sumberdaya

manusianya karena pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas

sumberdaya manusia.

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

53

Berdasarkan asal suku, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini

berasal dari suku Jawa, Toraja, Manado, Ambon dan lain sebagainya. Mayoritas

responden di daerah Prafi berasal dari suku Jawa karena daerah ini merupakan

daerah transmigran, sedangkan di Warmare, mayoritas berasal dari suku Arfak.

Asal suku dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masyarakat asal Papua yang

merupakan masyarakat asli Papua dan non Papua atau masyarakat pendatang.

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat 44% ibu yang

merupakan masyarakat asli Papua dan lainnya 56% merupakan masyarakat

pendatang. Hal ini memberi indikasi bahwa balita non asli papua lebih rentan

terkena malaria dibandingkan balita asli papua.

Masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai

imunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah (kebal) terhadap infeksi

malaria dan imunitas berperan penting menentukan beratnya infeksi. Kekebalan

pada penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh

manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau menghalangi

perkembang biakannya. Hal ini sejalan dengan Anies (2006) yang menyatakan

bahwa bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal

yang diperoleh secara transplasental.

Penelitian Karunaweera, Carter R, Grau GE dan Mendis KN (1998) di

Srilanka menemukan bahwa penderita malaria di daerah endemis memiliki

densitas parasit yang lebih rendah daripada yang tidak di daerah endemis. Pada

penduduk di daerah endemis ditemukan parasitemia berat namun asimtomatik,

sebaliknya pasien non-imun dari daerah non-endemis lebih mudah mengalami

malaria berat. Hal ini mungkin dikarenakan pada individu di daerah endemis imun

sudah terbentuk antibody protektif yang dapat membunuh parasit atau

menetralkan toksin parasit.

Bila ditinjau dari status pekerjaan orang tua terdapat 77% ibu tidak bekerja

atau sebagai ibu rumah tangga dan 23% ibu lainnya bekerja diantaranya bekerja

sebagai guru, bidan dan pedagang. Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan ayah

diperoleh bahwa seluruh ayah bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Di

daerah pedesaan seperti prafi kebanyakan suami bekerja sebagai petani sawah

dan petani ikan, sedangkan di daerah Warmare kebanyakan sebagai petani

kakao dan petani kelapa sawit namun bertani bukanlah mata pencaharian utama,

karena mereka juga berkebun dan mencari ikan. Jenis tanaman yang biasa

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

54

ditanam adalah pisang, ubi-ubian dan sayuran. Sedangkan pekerjaan suami

didaerah perkotaan lebih didominasi sebagai PNS, pedagang, sopir, tukang ojek

dan wirausaha.

Karakteristik Balita

Karakteristik balita dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin dan

berat badan lahir seperti disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Distribusi balita berdasarkan karakteristik balita di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Umur balita (tahun) 2-3 70 70.0 4-5 30 30.0

Jenis kelamin Perempuan 59 59.0 Laki-laki 41 41.0

Berat badan lahir Normal (≥ 2 500 gram) 87 87.0 BBLR (< 2 500 gram) 13 13.0

Tabel 8 menunjukkan bahwa jika dilihat dari pembagian umur, sebagian

besar (70%) balita berumur dua sampai tiga tahun dan sisanya 30% berumur

empat sampai lima tahun. Rata-rata umur balita adalah tiga tahun. Anak-anak

usia ini adalah kelompok terbanyak yang berisiko terhadap malaria hal ini

disebabkan balita belum mampu menjaga dirinya sendiri dari gigitan nyamuk

serta memiliki daya tahan tubuh yang masih belum maksimal. Pertahanan tubuh

terhadap malaria yang diturunkan penting untuk melindungi anak kecil atau bayi

karena sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan

berkembang biaknya parasit malaria. Depkes (2011) menunjukan bahwa anak-

anak usia dibawah lima tahun lebih rentan terjangkit malaria bahkan angka

kematian mencapai 70% pada anak usia dibawah lima tahun.

Jika ditinjau dari jenis kelamin, maka diketahui bahwa sebagian besar

balita berjenis kelamin perempuan dengan persentase 59% dan 41% lainnya

berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin

sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi

keterpaparan kepada gigitan nyamuk.

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

55

Pertumbuhan dan perkembangan anak balita juga dipengaruhi oleh berat

badan lahir. BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita malaria,

energi kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya

angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas

generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes

RI, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh juga diketahui bahwa 13% balita memiliki

berat badan lahir rendah (< 2 500 gram), dan 87% balita lainnya memiliki berat

badan lahir normal. Rata-rata berat badan lahir balita adalah 2 900 gram. BBLR

sangat berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas janin dan bayi baru lahir,

hambatan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis saat

dewasa. Muthayya (2009) menyatakan bahwa BBLR dapat meningkatkan

morbiditas, menyebabkan gangguan perkembangan mental, meningkatkan risiko

penyakit kronis. Bayi yang lahir dengan BBLR akan lebih sulit untuk memiliki

ukuran tubuh normal di kemudian hari sehingga dapat menyebabkan stunting

pada masa remaja.

Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Malaria

Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil tahu yang diperoleh melalui

proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat

formal maupun informal (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang diteliti disini

adalah pengetahuan ibu tentang ASI dan pengetahuan tentang malaria seperti

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan tentang ASI dan malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Pengetahuan tentang ASI Baik (≥ 70%) 54 54.0 Kurang (< 70%) 46 46.0

Pengetahuan tentang malaria Baik (≥ 70%) 57 57.0 Kurang (< 70%) 43 43.0

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

56

Berdasarkan Tabel 9, diperoleh bahwa 46% ibu memiliki pengetahuan ASI

yang kurang baik. Pengetahuan ibu tentang ASI yang kurang baik disebabkan

karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kolostrum, kolostrum yang

diproduksi oleh sebagian ibu dianggap sebagai air susu yang kotor dan tidak

langsung diberikan kepada bayi.

Roesli U (2004) menyatakan bahwa kolostrum adalah cairan pelindung

yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari

pertama sampai hari keempat atau ketujuh setelah melahirkan. Kandungan

kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah

persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena

pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada. Rendahnya

pengetahuan ibu juga disebabkan mereka tidak mengetahui kapan waktu

pemberian ASI dan penyapihan yang tepat.

Jika ditinjau dari pengetahuan ibu tentang malaria, diketahui bahwa 43%

Ibu balita memiliki pengetahuan malaria yang kurang baik. Pengetahuan ibu

yang kurang baik ini disebabkan mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai

jenis nyamuk malaria, tempat perindukan nyamuk, cara mencegah malaria yang

baik dan bagaimana gejala awal penyakit malaria dengan benar. Secara teori

pengetahuan yang baik tentang penularan malaria akan dapat membantu upaya

pencegahan terjadinya penularan malaria dimana masyarakat menjadi mampu

untuk bertindak, mencegah dan mampu melindungi diri dari serangan penyakit

ini.

Tanda dan gejala penyakit malaria yang penting dan harus diketahui oleh

orangtua adalah panas tinggi, menggigil dan sakit kepala. Dari responden yang

mengetahui gejala penyakit malaria, panas dan menggigil merupakan gejala

malaria yang paling banyak diketahui; gejala lain yang juga disebutkan adalah

badan yang kaku, badan kurus, badan sakit, batuk-beringus, sakit tulang

belakang, bibir kering dan muka pucat. Pengetahuan ini diketahui berdasarkan

pengalaman dan penyuluhan dari petugas kesehatan.

Hasil penelitian Uzochukwu et al (2008) tentang respon ibu terhadap anak

demam di daerah perkotaan dan pedesaan di Enugu, Nigeria Tenggara

menyebutkan bahwa kedua ibu di daerah perkotaan dan pedesaan menyadari

bahwa malaria merupakan penyebab utama demam pada anak. Meskipun ibu

pedesaan mengenali demam dan tanda-tanda bahaya yang lebih baik dari pada

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

57

ibu-ibu di daerah kota tetapi tanggapan ibu didaerah kota terhadap demam

anaknya lebih baik. Ibu di daerah kota menggunakan obat klorokuin, ACT dan

parasetamol sebagai obat utama untuk mengobati demam anaknya dan tersedia

dirumah, sementara ibu-ibu pedesaan lebih cenderung untuk menggunakan obat

sisa dari pengobatan sebelumnya untuk mengobati demam. Sementara ibu di

daerah perkotaan juga lebih menggunakan pencegahan dan mencari tindakan

lebih cepat dari ibu pedesaan dan total biaya perawatan juga lebih tinggi di

daerah perkotaan.

Pola Asuh Makan dan Pola Asuh Kesehatan

Pola Asuh Makan

Orang tua sangat berperan dalam menjaga pola makan yang sehat dan

seimbang bagi anak karena biasanya anak akan meniru pola makan yang ada di

keluarga. Dengan mengatur asupan makanannya supaya tetap sehat dan

seimbang, maka kesehatan dan kecerdasan anak akan dapat terjaga untuk

menjamin masa depannya. Ibu atau pengasuh harus yakin bahwa anak balita

sudah mampu untuk makan sendiri dan mengawasi selama anak makan. Pola

asuh makan dalam penelitian ini terdiri dari riwayat pemberian ASI dan

penyapihan serta praktek pemberian makan anak.

Widayani S (2000) menyatakan kebiasaan menyusui bayi merupakan hal

yang baik, akan tetapi ASI bukan satu-satunya sumber untuk memenuhi

kebutuhan makanan bagi anak balita. Pemberian ASI kepada anak balita yang

sudah besar (> 2 tahun) akan dapat memberi dampak yang kurang baik terhadap

anak balita. Disamping ASI sudah tidak sarat zat gizi sehingga tidak lagi dapat

memenuhi kebutuhan gizi anak. Distribusi pola asuh makan anak balita di

Puskesmas Kabupaten Manokwari seperti disajikan pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh bahwa 65% ibu memiliki pola asuh makan

yang kurang baik. Pola asuh makan yang kurang baik ini disebabkan riwayat

pemberian ASI yang dan penyapihan kurang baik serta praktek makan yang

kurang baik. Persentase responden dengan riwayat ASI dan penyapihan yang

kurang baik adalah 56% dan 44% ibu memiliki riwayat pemberian ASI dan

penyapihan yang baik. Sebagian ibu tidak memberikan ASI dengan berbagai

alasan, diantaranya adalah ASI tidak keluar, anak tidak mau dan ibu sedang

sakit. Disamping itu beberapa ibu lainnya tidak memberikan ASI eksklusif dan

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

58

mulai menyapih ketika anak baru berusia empat bulan. Bertentangan dengan

apa yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan yang menganjurkan

pemberian ASI tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan (ASI

eksklusif).

Tabel 10 Distribusi balita berdasarkan pola asuh makan di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Pola asuh makan Baik (≥ 70%) 35 35.0 Kurang (< 70%) 65 65.0

1. Riwayat pemberian ASI dan penyapihan Baik (≥ 70%) 44 44.0 Kurang (< 70%) 56 56.0

2. Praktek pemberian makan Baik (≥ 70%) 35 35.0 Kurang (< 70%) 65 65.0

Tabel 10 juga menunjukkan bahwa 65% ibu balita memiliki praktek

pemberian makan yang kurang baik dan 35% ibu memiliki praktek pemberian

makan yang baik. Praktek pemberian makan disini meliputi cara memberi makan,

frekuensi makan, jenis dan ragam makanan serta situasi saat makan. Cara

pemberian makan yang kurang baik diantaranya adalah kebiasaan sarapan pagi

kurang diterapkan padahal menurut Suhardjo (1989) makan pagi sangat penting.

Sejalan dengan pernyataan Khomsan A (2002) yang menyatakan bahwa makan

pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik.

Pola asuh makan yang kurang baik juga disebabkan para responden

cenderung memaksa anak untuk makan dan tidak bisa menciptakan situasi

makan yang baik saat makan. Disamping itu frekuensi makan anak yang tidak

teratur serta jenis dan ragam makanan yang kurang bervariasi pun menjadi

penyebab kurang baiknya pola asuh makan ibu. Hal ini didukung oleh Anwar

(2009) yang menyatakan bahwa situasi makan dapat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan, ada anak yang diberi makan secara teratur setiap hari, makan

pada tempat yang nyaman, dan anak makan dengan tertib. Sebaliknya ada pula

anak yang diberi makan semaunya, sambil jalan-jalan, sambil bermain-main, dan

tergantung kepada pengawasan ibu atau pengasuh. Akibatnya anak akan

terbiasa sulit untuk makan, berhamburan atau akan banyak makanan yang tidak

dihabiskan.

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

59

Cara mengasuh anak baik asuh makan dan asuh kesehatan antar keluarga

sangat bervariasi, diantaranya dipengaruhi oleh karakteristik keluarga. Secara

rinci distribusi pola asuh makan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi

keluarga dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Distribusi contoh berdasarkan pola asuh makan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Peubah Pola asuh makan Total Baik Kurang baik

n % n % n %

Umur ibu Tua (≥ 35 tahun) 3 30.0 7 70.0 10 100 Muda (< 35 tahun) 32 35.6 58 64.4 90 100

Umur ayah Tua (≥ 35 tahun) 6 22.2 21 77.8 27 100 Muda (< 35 tahun) 29 39.7 44 60.3 73 100

Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 23 39.0 36 61.0 59 100 Besar (> 4 orang) 12 29.3 29 70.7 41 100

Pendapatan keluarga Tinggi (≥ 1 450 000) 28 38.4 45 61.6 73 100 Rendah (< 1 450 000) 7 25.9 20 74.1 27 100

Asal suku Papua 12 27.3 32 72.7 44 100 Non Papua 23 41.1 33 58.9 56 100

Pendidikan ibu Rendah 20 29.9 47 70.1 67 100 Tinggi 15 45.5 18 54.5 33 100

Pendidikan ayah Rendah 16 29.6 38 70.4 54 100 Tinggi 19 41.3 27 58.7 46 100

Pekerjaan ayah Bekerja 35 35.0 65 65.0 100 100

Pekerjaan ibu Bekerja 10 43.5 13 56.5 23 100 Tidak bekerja/IRT 25 32.5 52 67.5 77 100

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik sosial

ekonomi keluarga, pola asuh makan yang kurang lebih banyak dilakukan oleh

orangtua berumur muda (64.4%), memiliki jumlah anggota keluarga kecil dengan

pendidikan orangtua yang rendah dan ibu tidak memiliki pekerjaan. Namun

berdasarkan analisis chi-square tidak ada hubungan yang signifikan antara

karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan pola asuh makan.

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

60

Pola Asuh Kesehatan

Pola asuh kesehatan tidak terlepas dari praktek hidup bersih yang

diterapkan oleh ibu. Kebersihan adalah faktor yang besar pengaruhnya terhadap

kesehatan. Pola asuh kesehatan dalam penelitian ini meliputi praktek kebersihan

(higiene) anak, penanganan ketika anak sakit, serta praktek pencegahan malaria

yang diterapkan ibu kepada anak. Distribusi pola asuh kesehatan disajikan pada

Tabel 12.

Tabel 12 Distribusi balita berdasarkan pola asuh kesehatan di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Pola asuh kesehatan Baik (≥ 70%) 43 43.0 Kurang (< 70%) 57 57.0

1. Praktek kebersihan anak Baik (≥ 70%) 80 80.0 Kurang (< 70%) 20 20.0

2. Perawatan anak saat sakit Baik (≥ 70%) 85 85.0 Kurang (< 70%) 15 15.0

3. Praktek pencegahan malaria Baik (≥ 70%) 26 26.0 Kurang (< 70%) 74 74.0

Berdasarkan Tabel 12, diperoleh 57% ibu memiliki pola asuh kesehatan

yang kurang baik dan 43% memiliki pola asuh kesehatan yang baik. Jika ditinjau

dari praktek kebersihan, sebagian besar (80%) ibu memiliki praktek kebersihan

yang baik dan hanya terdapat 20% ibu yang memiliki praktek kebersihan kurang

baik. Praktek kebersihan yang dimaksud disini terdiri dari kebiasaan

mengonsumsi air masak, praktek kebersihan anak, seperti kebiasaan mandi dua

kali sehari, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, kebiasaan menggunting

kuku dua kali seminggu dan sebagainya.

Pola asuh kesehatan yang buruk akan sangat merugikan bagi anak oleh

karena itu kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu

dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan

kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan data Riskesdas

2010, cakupan pelayanan kesehatan bayi dipapua barat adalah yang terendah

kedua (42.0%) di Indonesia setelah Papua (32.40%), dimana targetnya adalah

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

61

84.0%. Disebutkan juga bahwa salah satu upaya pengendalian penyakit malaria

yang paling sering dan masih menjadi andalan adalah pengobatan penderita.

Pengobatan yang efektif ini harus memenuhi tiga kategori, yaitu jenis obat yang

diperoleh adalah ACT, obat tersebut diperoleh penderita maksimum 24 jam

setelah sakit dan dosis obat diperoleh untuk tiga hari dan diminum seluruhnya.

Anak balita sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh secara

terus-menerus.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa 85% ibu memiliki pola asuh yang baik

dalam merawat anak ketika sakit dan hanya 15% ibu dengan praktek perawatan

yang kurang baik. Praktek perawatan anak saat sakit diantaranya adalah

tindakan ibu mengenai gejala malaria, tindakan dalam memanfaatkan layanan

kesehatan serta kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya.

Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar ibu langsung membawa anak

mereka berobat ke sarana pelayanan ke puskesmas, praktek bidan dan

puskesmas pembantu, hal ini disebabkan berbagai alasan, diantaranya adalah

agar anak cepat sembuh, tidak menyediakan obat di rumah dan ingin

mendapatkan pengobatan gratis. Praktek perawatan yang kurang baik

disebabkan mereka tidak segera memeriksakan anaknya ke dokter, cenderung

membiarkan dan baru memeriksakan anak lima hari setelah sakit dan semakin

parah.

Tabel 12 juga menunjukkan mengenai praktek pencegahan malaria,

dimana 74% ibu belum menerapkan praktek pencegahan malaria yang baik dan

26% sudah menerapkan praktek pencegahan yang baik. Praktek pencegahan

malaria sangat penting dilakukan guna menurunkan angka kesakitan malaria.

Pengetahuan mengenai cara pencegahan malaria ini sangat penting mengingat,

program pencegahan malaria dengan menggunakan kelambu pada masyarakat

tidak begitu tepat dilakukan, disamping itu kondisi rumah yang tidak terpasang

kasa nyamuk pada ventilasi menyebabkan nyamuk masuk kedalam ruangan.

Berdasarkan hasil penelitian di daerah pedesaan seperti Warmare dan

Prafi banyak rumah yang tidak menggunakan kasa pada jendela dan ventilasi

dibandingkan di daerah perkotaan seperti Sanggeng dan Wosi sehingga

kebiasaan menggunakan kelambu sangat banyak di pedesaan dibandingkan di

perkotaan. Sedangkan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk semprot dan

elektrik lebih banyak dilakukan oleh ibu yang berada di perkotaan. Pada

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

62

dasarnya ibu hanya menerapkan dua sampai tiga praktek pencegahan saja dari

tujuh praktek pencegahan malaria yang dianjurkan oleh dinas kesehatan

setempat, padahal jika semua praktek dilakukan akan semakin efektif upaya

untuk menghindarkan keluarga dari infeksi malaria.

Praktek pencegahan malaria secara rinci disajikan pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Praktek ibu dalam mencegah malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Dari Gambar 5 terlihat bahwa untuk penggunaan kelambu berinsektisida

dan non insektisida cukup banyak dipraktekkan oleh ibu. Penggunaan kelambu

merupakan upaya yang paling efektif mencegah digigit nyamuk pada saat tidur

dibandingkan dengan upaya yang lain, hal ini disebabkan penggunaan kelambu

mengurangi resiko masuknya insektisida ke dalam tubuh manusia melalui

jaringan kulit serta risiko lain dari obat pengusir nyamuk yang dibakar, khususnya

bagi orang yang mempunyai gangguan sistem pernafasan. Berdasarkan

keterangan rata-rata penggunaan kelambu adalah empat tahun dan rata-rata

kelambu dicuci adalah lima bulan sekali. Menurut dinas Kesehatan Kabupaten

Manokwari, penggunaan kelambu berinsektisida akan efektif selama jangka

waktu 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur tiga bulan sekali.

Dari Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa praktek pencegahan yang paling

sedikit dilakukan oleh para responden adalah mengonsumsi obat anti malaria,

hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya mengonsumsi

obat pencegahan malaria. Dulu malaria masih diobati dengan klorokuin, namun

38

48

46

22

5

14

65

0 20 40 60 80

Penggunaan kelambu tanpa /berinsektisida

Penggunaan kasa pada jendela/ventilasi

Penggunaan pakaian lengan panjang

Pemakaian obat nyamuk/anti nyamuk

Minum obat anti malaria

Penggunaan obat tradisional

Sanitasi lingkungan

Jumlah Responden

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

63

setelah ada laporan resistensi maka saat ini telah dikembangkan pengobatan

baru dengan tidak menggunakan obat tunggal saja tetapi dengan kombinasi yaitu

dengan ACT (Artemisinin-based Combination Therapy) dan DHP/ Arterakin

(Dehidroartemisine piperaqui). Kedua jenis obat ini merupakan obat yang

dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan untuk dikonsumsi saat ini.

Teori Green (1980) mengemukakan bahwa kepercayaan atau keyakinan

yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ada tradisi atau kepercayaan dalam

mencegah malaria pada balita, misalnya dengan memandikan anak dengan

menggunakan air yang rebusan daun dari pucuk pohon. Pemanfaatan tradisional

tanaman obat bagi balita sakit malaria dan bagi orang dewasa umumnya adalah

dengan mengonsumsi daun pepaya, daun sambiloto, serta paria untuk

mengurangi gejala malaria. Daun pepaya dan paria biasanya dimanfaatkan

sebagai sayuran, namun tidak sedikit yang memanfaatkan daun pepaya, paria

serta sambiloto untuk kemudian direbus dan diambil sarinya untuk diminum.

Beberapa penelitian tentang pemanfaatan obat telah dilakukan,

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Suleman S et al (2009) tentang

pemanfaatan tradisional tanaman obat-obatan dalam mengelola malaria pada

penduduk Assendabo Township di Jimma, Etiopia. Diperoleh bahwa sebagian

besar masyarakat Ethiopia menggunakan obat tradisional untuk mengobati

malaria dan penyakit lainnya. Hasil penelitian ini kemudian menjadi dasar untuk

memilih tanaman untuk lebih lanjut farmakologis dan studi fitokimia untuk

mengembangkan baru dan relevan secara lokal anti malaria agen di Ethiopia.

Secara rinci distribusi pola asuh kesehatan berdasarkan karakteristik sosial

ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik sosial

ekonomi keluarga, pola asuh kesehatan yang kurang baik lebih banyak dilakukan

oleh orangtua berumur muda, memiliki jumlah anggota keluarga kecil, pendidikan

orangtua rendah dan ibu tidak memiliki pekerjaan.

Pola asuh kesehatan yang kurang baik lebih banyak dialami oleh anak

balita umur dua sampai tiga tahun, berjenis kelamin perempuan dan memiliki

berat badan lahir yang normal.

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

64

Tabel 13 Distribusi contoh berdasarkan pola asuh kesehatan dan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Peubah Pola asuh kesehatan

Total Baik Kurang baik

n % n % n %

Umur ibu Tua (≥ 35 tahun) 5 50.0 5 50.0 10 100 Muda (< 35 tahun) 38 42.2 52 57.8 90 100

Umur ayah Tua (≥ 35 tahun) 11 40.7 16 59.3 27 100 Muda (< 35 tahun) 32 43.8 41 56.2 73 100

Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 24 40.7 35 59.3 59 100 Besar (> 4 orang) 19 46.3 22 53.7 41 100

Pendapatan keluarga Tinggi (≥ 1 450 000) 29 39.7 44 60.3 73 100 Rendah (< 1 450 000) 14 51.9 13 48.1 27 100

Asal suku Papua 18 40.9 26 59.1 44 100 Non Papua 25 44.6 31 55.4 56 100

Pendidikan ibu Rendah 27 40.3 40 59.7 67 100 Tinggi 16 48.5 17 51.5 33 100

Pendidikan ayah Rendah 24 44.4 30 55.6 54 100 Tinggi 19 41.3 27 58.7 46 100

Pekerjaan ayah Bekerja 43 43.0 57 57.0 100 100

Pekerjaan ibu Bekerja 10 43.5 13 56.5 23 100 Tidak bekerja/IRT 33 42.9 44 57.1 77 100

Berdasarkan analisis chi-square tidak ada hubungan yang signifikan antara

karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan pola asuh kesehatan (p>0.05).

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Balita

Asupan makan anak balita adalah hal penting yang harus diperhatikan

oleh orang tua karena konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status

gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh

cukup zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan terjadinya

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

65

tingkat kesehatan optimal. Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi.

Konsumsi merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental anak. Konsumsi pangan anak

balita dikumpulkan dengan metode recall ( 2x24 jam). Recall konsumsi pangan

mencakup jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anak termasuk makanan

jajanan dan minum susu. Jenis makanan yang dikonsusmsi anak balita masih

belum beragam. Rataan asupan zat gizi balita per hari disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Rataan asupan energi dan zat gizi balita per hari di Puskesmas

Kabupaten Manokwari

Asupan zat gizi (per hari)

AKG yang dianjurkan

Mean Minimum Maximum

Energi (kcal) 1000-1550 887.76 542 1 748.6

Protein (g) 25-39 25.90 15 71.6

Vitamin A (RE)

Vitamin C (mg)

Vitamin B12 (ug)

400-450

40-45

0.9-1.2

198.67

38.32

0.62

122

19.0

0.4

958.3

73.0

2.2

Energi dan protein berfungsi untuk membangun sel-sel yang rusak,

membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon yang berguna dalam

proses metabolisme. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa rata-rata asupan

energi balita adalah 887.76 kcal per hari, yang berarti masih kurang dari AKG

energi yang dianjurkan untuk balita yaitu 1 000 kcal sampai 1 550 kcal per hari.

Anak yang asupan proteinnya kurang akan mengalami gangguan terutama

gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu protein pada masa balita

sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Berdasarkan Tabel

14, rata-rata asupan protein balita adalah 25.90 gr per hari, yang berarti sudah

cukup dari AKG protein yang dianjurkan untuk balita usia satu sampai tiga tahun

yaitu 25 gr per hari, namun masih kurang bagi balita usia empat sampai lima

tahun karena AKG protein yang dianjurkan pada usia ini adalah 39 gr per hari.

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu

harus didapat dari makanan. Almatsier S (2005) mengemukakan bahwa vitamin

termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

66

Dilihat dari kelarutannya, maka vitamin terbagi menjadi dua yaitu vitamin yang

larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang dilihat dalam

penelitian ini adalah Vitamin A, Vitamin B12 dan Vitamin C.

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang

sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata asupan vitamin A balita adalah 198.67 RE

per hari, masih kurang dari AKG vitamin A yang dianjurkan bagi balita yaitu 400-

450 RE per hari. Ini terjadi terutama karena kebiasaan makan yang jelek dengan

kekurangan konsumsi sayuran, buah yang menjadi sumber provitamin A.

Kekurangan maupun kelebihan dalam asupan vitamin A dapat memunculkan

resiko yang merugikan kesehatan.

Ada bukti yang menyatakan bahwa suplementasi vitamin A dapat

menurunkan morbiditas malaria. Penelitian tersebut dilakukan di Papua New

Guinea pada anak umur 6-60 bulan yang menderita penyakit malaria dengan

memberikan suplementasi vitamin A (60 mg RE setiap 3 bulan). Setelah diikuti

selama satu tahun, vitamin A menurunkan insidens malaria 20% - 50% kecuali

pada level parasit yang tinggi (Azrimaidaliza, 2007). Kemudian ditemukan

bahwa suplementasi vitamin A memberikan efek yang sedikit pada anak umur

dibawah 12 bulan dan efek yang besar pada anak umur 13 sampai 36 bulan.

(Shankar et al, 1999 dalam Semba, 2002).

Untuk mengobati anak yang menderita malaria, selain obat standar untuk

mengobati malarianya sendiri, dokter biasanya memberikan obat penunjang

seperti vitamin B12 dan vitamin C untuk memperkuat fisik balita. Berdasarkan

hasil penelitian rata-rata asupan vitamin C balita adalah 38.32 mg per hari

sedangkan rata-rata AKG vitamin C yang dianjurkan bagi balita 40-45 mg per

hari, berarti masih kurang. Tingkat kecukupan Vitamin C masih di bawah 100%,

hal ini kemungkinan disebabkan para anak balita kurang mengkonsumsi buah-

buahan. Menurut responden, anak mereka jarang mengonsumsi buah-buahan

hal ini disebabkan mereka lebih memilih jajanan dibandingkan buah-buahan.

Pada tabel 14 juga dapat dilihat bahwa rata-rata asupan vitamin B12 anak

balita adalah 0.62 ug, masih kurang karena AKG yang dianjurkan adalah 0.9-1.2

ug per hari. Belum ditemukan jurnal mengenai hubungan antara vitamin B12,

vitamin C dengan infeksi malaria.

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

67

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya, sehingga

kecukupan konsumsi pangan anak-anak perlu mendapat perhatian orangtua.

Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah

sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi pangan (energi dan

protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berada

(Khomsan A, 2003). Distribusi tingkat kecukupan gizi balita secara rinci disajikan

pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15 Distribusi balita berdasarkan tingkat kecukupan gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Tingkat kecukupan energi

Baik (≥ 70% AKG) 47 47.0 Kurang (< 70% AKG) 53 53.0

Tingkat kecukupan protein Baik (≥ 70% AKG) 58 58.0 Kurang (< 70% AKG) 42 42.0

Tingkat kecukupan vit A Baik (≥ 70% AKG) 7 7.0 Kurang (< 70% AKG) 93 93.0

Tingkat kecukupan vit C Baik (≥ 70% AKG) 13 13.0 Kurang (< 70% AKG) 87 87.0

Tingkat kecukupan vit B12 Baik (≥ 70% AKG) 6 6.0 Kurang (< 70% AKG) 94 94.0

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat kecukupan

energi, protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin B12 anak balita masih kurang.

Hal ini disebabkan karena jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi masih

kurang beragam. Makanan dikatakan beraneka ragam adalah apabila setiap

hidangan terdiri dari minimal empat jenis bahan makanan yang terdiri dari bahan

makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan yang bervariasi (Depkes

2000). Berdasarkan hasil penelitian, balita lebih banyak mengkonsumsi pangan

sumber karbohidrat dan protein dibandingkan pangan yang mengandung vitamin

seperti sayur dan buah. Pangan sumber karbohidrat berasal dari nasi dan ubi-

ubian, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan protein lebih banyak bersumber

dari ikan.

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

68

Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Malaria

Sanitasi Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di

suatu daerah. Sanitasi dalam penelitian merupakan kondisi tempat tinggal ibu

berupa keadaan lantai rumah, ventilasi yang baik, kepemilikan kolam ikan,

sumur, kandang ternak yang dekat dengan rumah, saluran pembuangan limbah,

jamban keluarga yang terletak didalam rumah, tempat pembuangan sampah dan

tempat penampungan air. Adanya danau air payau, genangan air di hutan di

suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria

karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.

Rendahnya kesadaran masyarakat akan sanitasi lingkungan dan perumahan

menyebabkan angka kesakitan malaria tinggi di daerah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 82% sanitasi lingkungan

tempat tinggal responden berada dalam kategori kurang baik dan hanya terdapat

18% responden dengan sanitasi tempat tinggal yang baik. Di daerah pedesaan

seperti Warmare dan Prafi, sebagian besar ibu memiliki rumah dengan keadaan

lantai rumah tanpa semen, rumah tanpa ventilasi, rumah yang dekat dengan

kandang ternak, letak jamban keluarga diluar rumah serta sumber air untuk

minum dan mandi semua keluarga di pedesaan umumnya berasal dari air sumur,

sungai dan penampuangan air hujan. Demikian halnya dengan ibu di perkotaan,

keadaan rumah yang dekat dengan kandang ternak, saluran pembuangan air

limbah yang terbuka dan tidak lancar, selokan yang tersumbat, serta sumur

tanpa cincin merupakan ciri buruknya sanitasi lingkungan.

Romadon (2001) menyatakan bahwa proporsi penyakit malaria di

Kecamatan Salaman sebesar 50% dimana pencahayaan, ventilasi, jenis rumah,

semak-semak dan perbukitan menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap

kejadian malaria, sedangkan kebersihan rumah, suhu rumah, kelembaban

rumah, genangan air dan persawahan tidak menunjukkan hubungan terhadap

kejadian malaria.

Sementara Kholis E dkk (2010) menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak

yang berisiko untuk terinfeksi malaria adalah sebesar 1.10 kali dibandingkan

individu yang tinggal di rumah tangga yang memiliki peternakan yang tidak

berisiko. Pemeliharaan ternak yang berisiko adalah ternak yang tidak mempunyai

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

69

kandang atau ada kandangnya tetapi dekat dengan rumah. Semakin dekat

dengan rumah, semakin berisiko terjadinya malaria. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Duarsa A (2007) yang mengemukakan bahwa individu yang memiliki

pemeliharaan ternak berisiko mempunyai prevalence ratio 1.35.

Kejadian Malaria

Manokwari merupakan daerah yang memiliki iklim tropis, sehingga sangat

mendukung kelangsungan hidup dari spesies nyamuk terutama Anopheles.

Nyamuk Anopheles tersebar di Manokwari dan menyebabkan penyakit malaria

tersiana dan malaria tropika dengan jumlah penderita yang cukup banyak. Dalam

penelitian ini kejadian malaria terdiri dari status sakit, jenis malaria, frekuensi

sakit dan riwayat penyakit lain. Distribusi balita berdasarkan kejadian malaria

disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Distribusi balita berdasarkan kejadian malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

Kejadian malaria Tinggi 69 69.0 Rendah 31 31.0

1. Status sakit malaria Sakit 82 82.0 Tidak sakit 18 18.0

2. Jenis malaria Berat 42 42.0 Ringan 58 58.0

3. Frekuensi sakit ≤2 kali sebulan 55 55.0 >2 kali sebulan 45 45.0

4. Riwayat penyakit lain

Ada 21 21.0

Tidak ada 79 79.0

Tabel 16 menunjukkan bahwa 69% tingkat kejadian malaria pada balita di

Kabupaten Manokwari tinggi dan hanya 31% yang rendah. Tingginya kejadian

malaria ini disebabkan pada saat penelitian dan selama enam bulan terakhir

banyak balita yang sakit malaria. Berdasarkan status sakit, hanya terdapat 20%

balita yang tidak sakit malaria dan 80% balita lainnya menderita sakit malaria.

Balita yang tidak menderita malaria mengalami sakit flu, diare dan gatal-gatal.

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

70

Balita penderita malaria yang berobat ke unit pelayanan kesehatan, umumnya

masih diobati secara pengobatan klinis, yaitu pemberian obat anti malaria hanya

berdasarkan gejala klinis saja dan belum diberikan pengobatan radikal atau

pemberian obat anti malaria selain gejala klinis, sedangkan yang lainnya

menggunakan Rapid Test Diagnosis (RTD). Kondisi ini terjadi karena beberapa

faktor, antara lain keterbatasan saran dan prasarana yang dibutuhkan

(mikroskop), minimnya kemampuan/keterampilan petugas (tenaga mikroskopis

malaria) terutama didaerah pedesaan dan tidak memadainya dana operasional

program P2 Malaria (Khususnya di Kab/ Kota dan Puskesmas).

Pengobatan terhadap penderita malaria yang dilaksanakan di Indonesia

ada dua jenis, yaitu pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal.

Pengobatan malaria klinis merupakan pemberian obat anti malaria hanya

berdasarkan gejala klinis saja, sedangkan pengobatan radikal adalah pemberian

obat anti malaria yang berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium. Sampai saat

ini, masih banyak propinsi yang masih melaksanakan pengobatan malaria klinis,

termasuk Propinsi Papua Barat. Berdasarkan kajian dan penelitian yang

dilakukan oleh departemen kesehatan, ternyata pengobatan dengan cara ini

sering menimbulkan terjadinya kegagalan pengobatan bagi penderita malaria

klinis, sebab pengobatan dengan cara ini tidak berdasarkan hasil pemeriksaan

sediaan darah.

Tabel 16 juga menunjukkan bahwa tingginya kejadian malaria disebabkan

jumlah balita yang mengalami malaria berdasarkan jenisnya, baik malaria berat

dan ringan tidak berbeda jauh. Berdasarkan data diperoleh bahwa 42% balita

menderita malaria berat yaitu malaria jenis tropika dan 58% balita lainnya

menderita malaria ringan. Kemudian jika ditinjau dari frekuensi sakit diketahui

bahwa terdapat 45% balita mengalami malaria lebih dari dua kali dalam enam

bulan dan 55% lainnya mengalami malaria kurang dari dua kali dalam enam

bulan. Lama anak balita mengalami sakit infeksi, dapat mempengaruhi tingkat

kecukupan gizi balita tersebut. Hal ini disebabkan pada saat sakit nafsu makan

anak menjadi berkurang sehingga asupan zat gizi yang berasal dari makanan

pun menjadi sedikit serta secara langsung akan mempengaruhi tingkat

kecukupan zat gizi anak tersebut.

Riwayat penyakit lain balita juga menjadi penyebab tingginya kejadian

malaria di Puskesmas Kabupaten Manokwari. Berdasarkan data yang diperoleh

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

71

sebanyak 21% balita memiliki riwayat penyakit lain seperti asma, tuberkulosis,

diare, batuk dan alergi.

Tabel 17 Distribusi contoh berdasarkan kejadian malaria dan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Peubah Kejadian malaria

Total P-value Rendah Tinggi

n % n % n %

Umur ibu Tua (≥ 35 tahun) 3 30.0 7 70.0 10 100 1.000 Muda (< 35 tahun) 28 31.1 62 68.9 90 100

Umur ayah Tua (≥ 35 tahun) 9 33.3 18 66.7 27 100 0.810 Muda (< 35 tahun) 22 30.1 51 69.9 73 100

Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 21 35.6 38 64.4 59 100 0.276 Besar (> 4 orang) 10 24.4 31 75.6 41 100

Pendapatan keluarga Tinggi (≥ 1 450 000) 17 23.3 56 76.7 73 100 0.008 Rendah(< 145 0000) 14 51.9 13 48.1 27 100

Asal suku Papua 14 31.8 30 68.2 44 100 1.000 Non Papua 17 30.4 39 69.6 56 100

Pendidikan ibu Rendah 24 35.8 43 64.2 67 100 0.171 Tinggi 7 21.2 26 78.8 33 100

Pendidikan ayah Rendah 20 37.0 34 63.0 54 100 0.195 Tinggi 11 23.9 35 76.1 46 100

Pekerjaan ayah Bekerja 31 31.0 69 69.0 100 100 -

Pekerjaan ibu Bekerja 3 13.0 20 87.0 23 100 0.041 Tidak bekerja/IRT 28 36.4 49 63.6 77 100

Umur balita 2-3 tahun 24 34.3 46 65.7 70 100 0.349 4-5 tahun 7 23.3 23 76.7 30 100

Jenis kelamin Perempuan 19 32.2 40 67.8 59 100 0.465 Laki-laki 12 29.3 29 70.7 41 100

Berat badan lahir Normal (≥ 2500 gr) 26 29.9 61 70.1 87 100 0.534 BBLR (< 2500 gr) 5 38.5 8 61.5 13 100

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

72

Berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga (Tabel 17), tingginya

kejadian malaria lebih banyak dialami oleh balita yang memiliki orangtua dengan

umur muda, memiliki jumlah anggota keluarga kecil, pendidikan orangtua rendah

dan ibu tidak memiliki pekerjaan. Kejadian malaria yang tinggi lebih banyak

dialami oleh anak balita umur dua sampai tiga tahun, berjenis kelamin

perempuan dan memiliki berat badan lahir yang normal.

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pendapatan keluarga dengan kejadian malaria (p=0.008). Sebagian besar

pendapatan keluarga yang tinggi berasal dari masyarakat pendatang dimana

berdasarkan hasil penelitian, balita asal pendatang/ non asli Papua lebih rentan

terhadap malaria dibandingkan balita dari suku asli Papua.

Selanjutnya hasil uji chi-square juga menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan kejadian malaria (p=0.041). Ibu yang tidak bekerja

umumnya berpendidikan rendah dan memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai praktek dan pencegahan malaria dibandingkan ibu yang bekerja

sehingga kejadian malaria lebih banyak dialami oleh anak-anak yang berasal dari

ibu yang tidak memiliki pekerjaan. Namun ada juga ibu bekerja yang

mengikutsertakan anaknya ketika bekerja tanpa perlindungan dalam mencegah

gigitan nyamuk, sehingga menjadi salah satu penyebab tingginya kejadian

malaria pada anak yang ibunya bekerja.

Status Gizi Anak Balita

Status gizi balita diukur secara antropometri dilakukan dengan

menimbang berat badan anak. Kemudian dihitung nilai z-skor berdasarkan

indeks BB/TB, TB/U dan BB/U. Distribusi status gizi balita berdasarkan indeks

BB/TB, TB/U dan BB/U disajikan pada Tabel 18.

Berdasarkan BB/TB pada Tabel 18, diperoleh bahwa 31% balita memiliki

status gizi tidak normal (kurus) dan 69% balita normal. Rata-rata status gizi balita

berdasarkan BB/TB adalah normal. Selanjutnya berdasarkan TB/U diperoleh

21% balita pendek dan 79% balita memiliki TB/U yang normal. Rata-rata status

gizi balita menurut TB/U adalah normal.

Tabel 18 juga menunjukkan bahwa berdasarkan BB/U diperoleh 45% balita

memiliki status gizi yang tidak normal dan 55% balita lainnya memiliki BB/U yang

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

73

normal. Rata-rata status gizi balita menurut BB/U berada dalam kategori tidak

normal. Anak balita dengan status gizi buruk dan gizi lebih tidak ditemukan

dalam penelitian ini.

Tabel 18 Distribusi balita berdasarkan status gizi di Puskesmas Kabupaten Manokwari

Peubah Total

n %

BB/TB Normal 69 69.0 Tidak normal 31 31.0

TB/U Normal 79 79.0 Tidak normal 21 21.0

BB/U Normal 55 55.0 Tidak normal 45 45.0

Dari ketiga indeks yang digunakan dalam penelitian ini yaitu indeks BB/U, TB/U

dan BB/TB, dapat diambil kesimpulan bahwa status gizi anak balita di masa lampau

pada umumnya berada pada kategori normal dan pada saat penelitian berada dalam

keadaan tidak normal, hal ini disebabkan pada saat penelitian balita mengalami sakit

sehingga berpengaruh terhadap nafsu makan yang secara langsung berpengaruh

terhadap berat badan balita.

Selanjutnya distribusi status gizi balita berdasarkan karakteristik sosial

ekonomi keluarga dan karakteristik balita disajikan pada Tabel 19.

Berdasarkan analisis chi-squre diperoleh bahwa ada hubungan antara

karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik balita dengan status gizi

balita dalam penelitian ini yaitu pendapatan keluarga, asal suku, pendidikan ibu

dan pekerjaan ayah dengan status gizi.Namun menurut penelitian yang

dilakukan oleh Masdiarti E (2000) di Kecamatan Hamparan Perak tentang pola

pengasuhan dan status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik pekerjaan ibu,

memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan

pada ibu bukan pekerja (43,24%) dibandingkan dengan kelompok ibu pekerja

(40,54%) dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak dalam

mengasuh anaknya.

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

74

Tabel 19 Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik balita di Kabupaten Manokwari

Peubah

Status gizi BB/TB TB/U BB/U

Normal Tdk Normal Normal Pendek Normal Tdk

Normal n % n % n % n % n % n %

Umur ibu Tua (≥ 35 thn) 6 8.7 4 12.9 9 11.4 1 4.8 6 10.9 4 8.9 Muda(< 35 thn) 63 91.3 27 87.1 70 88.6 20 95.2 49 89.1 41 91.1

Umur ayah Tua (≥ 35 thn) 17 24.6 10 32.3 24 30.4 3 14.3 13 23.6 14 31.1 Muda (< 35 thn) 52 75.4 21 67.7 55 69.6 18 85.7 42 76.4 31 68.9

Besar keluarga Kecil (≤ 4 org) 38 55.1 21 67.7 45 57.0 14 66.7 30 54.5 29 64.4 Besar (> 4 org) 31 44.9 10 32.3 34 43.0 7 33.3 25 45.5 16 35.6

Pendapatan keluarga*

Tinggi (≥ 1450000) 57 82.6 16 51.6 64 81.0 9 42.9 49 89.1 24 53.3 Rendah (< 1450000) 12 17.4 15 48.4 15 19.0 12 57.1 6 10.9 21 46.7

Asal suku*

Papua 30 43.5 14 45.2 30 38.0 14 66.7 21 38.2 23 51.1 Non Papua 39 56.5 17 54.8 49 62.0 7 33.3 34 61.8 22 48.9

Pendidikan ibu*

Rendah 42 60.9 25 80.6 49 62.0 18 85.7 30 54.5 37 82.2 Tinggi 27 39.1 6 19.4 30 38.0 3 14.3 25 45.5 8 17.8

Pendidikan ayah Rendah 37 53.6 17 54.8 40 50.6 14 66.7 24 43.6 30 66.7 Tinggi 32 46.4 14 45.2 39 49.4 7 33.3 31 56.4 15 33.3

Pekerjaan ayah Bekerja 69 100 31 100 79 100 21 100 55 100 45 100

Pekerjaan ibu*

Bekerja 19 27.5 4 12.9 21 26.6 2 9.5 17 30.9 6 13.3 Tdk bekerja 50 72.5 27 87.1 58 73.4 19 90.5 38 69.1 39 86.7

Umur balita 2-3 tahun 49 71.0 21 67.7 57 72.2 13 61.9 39 70.9 31 68.9 4-5 tahun 20 29.0 10 32.3 22 27.8 8 38.1 16 29.1 14 31.1

Jenis kelamin Perempuan 43 62.3 16 51.6 48 60.8 11 52.4 33 60.0 26 57.8 Laki-laki 26 37.7 15 48.4 31 39.2 10 47.6 22 40.0 19 42.2

Berat lahir Normal (≥ 2500 gr) 58 84.1 29 93.5 68 86.1 19 90.5 45 81.8 42 93.3 BBLR (< 2500 gr) 11 15.9 2 6.5 11 13.9 2 9.5 10 18.2 3 6.7

Hubungan antar Variabel Pola Asuh Makan, Tingkat Konsumsi,

Pola Asuh Kesehatan, Kejadian Malaria dengan Status Gizi Balita

Balita masih sangat rawan terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini

terjadi karena sistem kekebalan tubuhnya belum benar-benar terbentuk. Oleh

karena itu anak harus diberikan asupan gizi yang cukup guna membantu

membentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat, sehingga anak tidak mudah sakit.

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh (tulang, otot dan lemak) dan merupakan indikator yang sangat labil.

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

75

Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi (Supariasa, Bakri dan Fajar

2002).

Pengukuran dengan menggunakan indeks BB/U lebih menggambarkan

status gizi pada saat ini. Pengukuran hubungan pola asuh makan, tingkat

konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria terhadap status gizi balita di

Kabupaten Manokwari dilakukan dengan menggunakan indesk BB/U seperti

disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Hubungan antar variabel pola asuh makan, tingkat konsumsi, pola asuh kesehatan, kejadian malaria dengan status gizi balita di Kabupaten Manokwari

Peubah

Status gizi Total

P-value

Normal Tidak normal

n % n % n %

Pola asuh makan Baik (≥70 %) 25 71.4 10 28.6 35 100 0.020

*

Kurang (<70 %) 30 46.2 35 53.8 65 100

Tingkat kecukupan energi

Baik (≥70 % AKG) 34 72.3 13 27.7 47 100 0.001*

Kurang (<70 % AKG) 21 39.6 32 60.4 53 100

Tingkat kecukupan protein

Baik (≥70 % AKG) 38 65.5 20 34.5 58 100 0.015*

Kurang (<70 % AKG) 17 40.5 25 59.5 42 100

Tingkat kecukupan vit A

Baik (≥70 % AKG) 3 42.9 4 57.1 7 100 0.698 Kurang (<70 % AKG) 52 55.9 41 44.1 93 100

Tingkat kecukupan vit C

Baik (≥70 % AKG) 9 69.2 4 30.8 13 100 0.373 Kurang (<70 % AKG) 46 52.9 41 47.1 87 100

Tingkat kecukupan vit B12

Baik (≥70 % AKG) 4 66.7 2 33.3 6 100 0.688 Kurang (<70 % AKG) 51 54.3 43 45.7 94 100

Pola asuh kesehatan

Baik (≥70 %) 27 62.8 16 37.2 43 100 0.224 Kurang (<70 %) 28 49.1 29 50.9 57 100

Kejadian Malaria

Tinggi 8 25.8 23 74.2 31 100 0.001*

Rendah 47 68.1 22 31.9 69 100

*Signifikan p<0.05

Hasil uji chi-square (Tabel 20) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi (p=0.020), terdapat

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

76

hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan

status gizi (p=0.001), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

kecukupan protein dengan status gizi (p=0.015). Hal ini didukung oleh penelitian

Fitria A (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pola asuh, tingkat konsumsi energi dan protein, status gizi dengan psikomotor

(p<0.05). Namun berdasarkan uji chi-square tidak terdapat hubungan antara

tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C dan vitamin B12 dengan status gizi

(p>0.05), hal ini disebabkan sebagian besar balita memiliki tingkat kecukupan zat

gizi yang kurang.

Tabel 20 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi (p>0.05) dimana

(p=0.224). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Husen R

(2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan status gizi balita dengan pola

asuh pemberian makan (p=0,000), praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan

(p=0,000), namun tidak ada hubungan antara perawatan anak dalam keadaan

sakit dengan status gizi.

Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kejadian malaria

dengan status gizi balita (p<0.05). Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa

anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria

dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi baik

dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak yang bergizi

buruk (Gunawan dalam Harijanto, 2000).

Analisis Hubungan antar Variabel Pola Asuh Makan, Pola Asuh

Kesehatan, Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Malaria

Hubungan antar variabel pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi

lingkungan dengan kejadian malaria disajikan pada Tabel 21.

Berdasarkan uji chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara

pola asuh makan dengan kejadian malaria (p>0.05). Tabel 21 juga menunjukkan

bahwa bahwa tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein,

vitamin A, vitamin C dan vitamin B12 dengan status malaria (p>0.05). Berbeda

dengan Victoria et al (2011) yang menyatakan bahwa prevalensi malaria tinggi

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

77

pada anak-anak yang belum menerima suplemen vitamin A dibandingkan

dengan anak yang telah mendapatkan suplemen vitamin A.

Tabel 21 Hubungan antar variabel pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan dengan kejadian malaria di Kabupaten Manokwari

Peubah

Kejadian malaria Total P-value

Tinggi Rendah

n % n % n %

Pola asuh makan

Baik (≥70 %) 30 85.7 5 14.3 35 100 0.591

Kurang (<70 %) 52 80.0 13 20.0 65 100

Pola asuh kesehatan 0.001*

Baik (≥70 %) 29 67.4 14 32.6 43 100 Kurang (<70 %) 53 93.0 4 7.0 57 100

Sanitasi Lingkungan

Baik (≥70 %) 13 72.2 5 27.8 18 100 0.037*

Kurang (<70 %) 69 84.1 13 15.9 82 100

*Signifikan p<0.05

Selanjutnya penelitian Nurhadimuda (2003) menyebutkan bahwa infeksi

malaria mempengaruhi penurunan status gizi anak balita di Purworejo,

sedangkan penelitian Tarmidzi M (2006) menyebutkan bahwa kejadian malaria

tidak berhubungan dengan status gizi pada balita di Kecamatan Kokap dan

Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I Yogyakarta. Selanjutnya malaria

dan kekurangan gizi penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di pedesaan

sub-Sahara Afrika. Ditemukan bahwa anak-anak kekurangan gizi kronis memiliki

risiko lebih tinggi untuk mengalami malaria (Deen, Walraven & Seidlein, 2002).

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Malaria dan

Status Gizi Balita di Kabupaten Manokwari

Berdasarkan hasil analisis chi-square diketahui bahwa variabel yang

berhubungan dengan kejadian malaria adalah pola asuh kesehatan dan sanitasi

lingkungan, sedangkan variabel yang berhubungan dengan status gizi adalah

pola asuh makan (p=0.020), praktek makan (p=0.001), tingkat kecukupan energi

(p=0.001), tingkat kecukupan protein (p=0.015) dan kejadian malaria (p=0.001).

Ditinjau dari karakteristik balita, karakteristik orangtua, pengetahuan ibu

dan sanitasi lingkungan, diperoleh bahwa variabel yang berhubungan dengan

kejadian malaria adalah praktek kebersihan (p=0.046), selanjutnya variabel yang

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

78

berhubungan dengan status gizi adalah pendidikan ibu (p=0.005), pendidikan

ayah (p=0.027), pekerjaan ibu (p=0.055), pendapatan keluarga (p=0.000),

pengetahuan ibu tentang ASI dan malaria (0.000). Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Saifuddin (2004) di Kabupaten Bireuen yang

menunjukkan bahwa kejadian malaria sebagian besar terjadi pada kelompok

umur 15–49 tahun (36.4%), menyerang lebih banyak laki-laki (56.8%), dan

terbanyak berpendidikan rendah (97%) serta terdapat hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dan pendidikan ibu dengan kejadian malaria.

Analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling

berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita, hasil analisis

disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria dan status gizi balita

Peubah Sig. OR 95%CI

Kejadian malaria

Sanitasi lingkungan 0.084 0.256 0.055 1.203

Pola asuh kesehatan 0.002* 0.156 0.047 0.519

Praktek kebersihan 0.002* 0.052 0.008 0.347

Status gizi

Pendidikan ibu 0.065 4.662 0.908 5.939

Pendidikan ayah 0.508 1.603 0.397 6.470

Pekerjaan ibu 0.124 4.286 0.672 7.355

Pendapatan keluarga 0.091 0.263 0.056 1.239

Pola asuh makan 0.942 1.058 0.229 4.883

Praktek makan 0.367 0.491 0.105 2.300

Konsumsi energi 0.048* 0.264 0.071 0.986

Konsumsi protein 0.190 0.405 0.105 1.565

Pengetahuan tentang ASI 0.026* 0.208 0.052 0.831

Pengetahuan tentang malaria 0.002* 0.115 0.029 0.456

Kejadian malaria

0.007* 0.039 0.004 0.405

Constant 0.022 15.961 *

Signifikan p<0.05

Pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa berdasarkan analisis regresi logistik,

faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah pola

Page 99: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

79

asuh kesehatan dengan nilai OR sebesar 0.156 (95% CI : 0.074-0.519), dimana

pola asuh kesehatan merupakan faktor pencegah tingginya kejadian malaria

pada anak balita. Hal ini berarti bahwa anak balita yang dengan latar belakang

pola asuh kesehatan yang baik dapat menghindarkan dirinya untuk sakit malaria

0.156 kali dibandingkan balita dengan pola asuh kesehatan yang kurang baik.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah

praktek kebersihan anak, nilai OR praktek kebersihan anak sebesar 0.052 (95%

CI: 0.008-0.347) dimana praktek kebersihan anak merupakan faktor pencegah

tingginya kejadian malaria balita. Hal ini berarti bahwa balita dengan praktek

kebersihan anak yang baik berpeluang 0.052 kali lebih kecil mengalami sakit

malaria dibandingkan balita dengan praktek kebersihan yang kurang baik.

Pada Tabel 22, faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap status

gizi anak balita adalah konsumsi energi, pengetahuan ibu tentang ASI,

pengetahuan ibu tentang malaria dan kejadian malaria. Nilai OR konsumsi energi

sebesar 0.264 (95% CI : 0.071-0.986), dimana konsumsi energi merupakan

faktor pencegah status gizi balita yang kurang. Hal ini berarti bahwa anak balita

dengan tingkat konsumsi yang baik berpeluang 0.264 kali lebih kecil memiliki

status gizi kurang dibandingkan anak balita dengan konsumsi energi yang

kurang baik. Hamidah N (2006) menyatakan bahwa ada hubungan antara pola

asuh gizi dengan status gizi, ada hubungan kejadian infeksi dengan status gizi,

tidak ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi dan ada

hubungan tingkat konsumsi protein dengan status.

Nilai OR untuk pengetahuan ibu tentang ASI sebesar 0.208 (95% CI :

0.052-0.831), dimana pengetahuan ibu tentang ASI merupakan faktor pencegah

status gizi anak yang kurang baik. Hal ini berarti ibu dengan pengetahuan ASI

yang baik berpeluang 0.208 kali lebih kecil memiliki balita dengan status gizi

yang kurang dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan ASI yang kurang.

Namun menurut Victoria et al (2011) pemberian ASI eksklusif tidak menurunkan

prevalensi malaria parasitemia. Pengetahuan merupakan salah satu faktor risiko

yang berhubungan terhadap kejadian malaria (Loka Litbang P2B2).

Sama halnya dengan pengetahuan ibu tentang malaria dimana diperoleh

nilai OR sebesar 0,115 (95% CI : 0.029-0.456), dimana pengetahuan ibu tentang

malaria merupakan faktor pencegah status gizi balita yang kurang baik. Hal ini

berarti bahwa ibu dengan pengetahuan malaria yang baik berpeluang lebih kecil

Page 100: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

80

memiliki anak dengan status gizi kurang dibandingkan ibu yang memiliki

pengetahuan malaria yang kurang baik. Penelitian Kinung'hi et al (2010)

menyebutkan bahwa warga di Kabupaten Muleba Utara Tanzania memiliki

tingkat pengetahuan yang tinggi tentang malaria, namun pengetahuan ini belum

sepenuhnya dipraktekkan dalam penggunaan intervensi malaria yang tersedia.

Selanjutnya hasil penelitian Adhroey (2010) menyebutkan bahwa masyarakat

hutan asli dan pedesaan Distrik Lipis dari Pahang Malaysia memiliki kesadaran

akan penyakit malaria tetapi sikap dan praktek dalam pencegahan malaria tidak

memadai.

Faktor yang juga secara signifikan berpengaruh terhadap status gizi adalah

kejadian malaria dimana berdasarkan analisis regresi logistik diperoleh nilai OR

kejadian malaria sebesar 0.039 (95% CI : 0.004-0.405), dimana kejadian malaria

merupakan faktor pencegah status gizi balita yang kurang baik. Hal ini berarti

bahwa balita dengan kejadian malaria yang rendah berpeluang 0.113 lebih kecil

memiliki status gizi kurang dibandingkan balita dengan kejadian malaria tinggi.

Penelitian Olaf et al ( 2003) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara KEP

dan morbiditas malaria, tapi anak-anak kekurangan gizi memiliki risiko lebih dari

dua kali lipat lebih tinggi meninggal dibandingkan non-anak kurang gizi.

Page 101: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara pola asuh makan, tingkat kecukupan energi,

tingkat kecukupan protein, kejadian malaria dengan status gizi. Namun tidak

ada hubungan antara pola asuh kesehatan dengan status gizi.

2. Tidak ada hubungan antara pola asuh makan dengan kejadian malaria

namun terdapat hubungan antara pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan

dengan kejadian malaria.

3. Faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah

sanitasi lingkungan, pola asuh kesehatan dan praktek kebersihan anak;

sedangkan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap status gizi

anak balita adalah konsumsi energi, pengetahuan ibu tentang ASI,

pengetahuan ibu tentang malaria dan kejadian malaria.

Saran

1. Disarankan kepada masyarakat, khususnya para ibu untuk memperhatikan

menu makan anak. Masyarakat perlu menerapkan 7 praktek pencegahan

malaria yang disarankan oleh dinas kesehatan, perlu memperhatikan

kebersihan penggunaan kelambu, mengingat rata-rata kelambu dicuci

adalah 5 bulan sekali. Disamping itu disarankan untuk mengkonsumsi obat

anti malaria, menjaga kebersihan lingkungan serta memiliki kepatuhan

dalam minum obat.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah utama status gizi adalah

adalah rendahnya tingkat konsumsi energi dan zat gizi serta kurangnya

keragaman konsumsi pangan anak balita. Hal ini juga disebabkan kurangnya

pemahaman ibu tentang pola asuh makan yang baik, oleh karena itu perlu

adanya peningkatan materi penyuluhan atau konseling mengenai pentingnya

menu beragam, bergizi dan seimbang bagi ibu serta bagaimana cara praktek

makan yang benar.

3. Dinas kesehatan perlu meningkatkan promosi kepada masyarakat tentang

pentingnya praktek pencegahan malaria mengingat hanya 2-3 praktek saja

yang dilakukan.

Page 102: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

DAFTAR PUSTAKA

Adhroey AL et al. 2010. Opportunities and Obstacles to The Elimination of

Malaria From Peninsular Malaysia: Knowledge, Attitudes And Practices on

Malaria Among Aboriginal and Rural Communities. Malaria Journal, 9:137

Agresti A dan Finlay B. 1999. Statistical Methods for The Social Sciences; 3rd ed.

New Jersey: Prentice Hall.

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta

Almatsier S. 2005. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama.

Amadou BD et al. 2001. Home Care of Malaria-Infected Children of Less Than 5

Years Of Age in a Rural Area of The Republic of Guinea. Bull World Health

Organ Vol.79 No.1 Genebra.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Elex.

Media Komputindo. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Anwar. 2000. Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan Anak

Sekolah Kepada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kendari. Universitas

Sumatra Utara. Medan.

Arisman MB. 2004. Gizi Daur dalam Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta; hal.40-48.

Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas dan Kaitannya dengan Penyakit Infeksi.

[Tesis] Universitas Diponegoro. Semarang.

Baume C, Helitzer D and Kachur SP. 2000. Patterns of Care for Childhood

Malaria in Zambia. Social Science and Medicine 51: 1419-1503.

Budi TP. 2000. Mengasuh dan Perkembangan Balita. Oriza Yogyakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Papua Barat dalam Angka 2010. Papua

Barat.

Daboer JC, John C, Jamda AM, Chingle MP, Ogbonna C. 2010. Knowledge and

Treatment Practices of Malaria Among Mothers and Caregivers of Children

in An Urban Slum in Jos, Nigeria. Niger J Med. Apr-Jun;19(2):184-7.

Deen JL, Walraven GEL, Seidlein L.Von. 2002. Increased Risk for Malaria in

Chronically Malnourished Children Under 5 Years of Age in Rural Gambia. J

Trop Pediatr 48 (2): 78-83.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI). Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat

Bina Gizi, Jakarta.

_________. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

_________. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI) Lokal. Bhakti Husada

Page 103: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

83

_________. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

Bhakti Husada. Jakarta.

_________. 2011. Profil Data Kesehatan Indonesia. Bhakti Husada. Jakarta

[Dinkes] Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari. 2010. Laporan Kesehatan

Kabupaten Manokwari.

Ditjen P2PL. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

Depkes RI.

Ditjen P2PL. 2012. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.

Depkes RI

Djumadias dan Abunain. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status

Gizi. Puslitbang Gizi Bogor

Duarsa A. 2007. Pengaruh Perpaduan Berbagai Determinan di Tingkat Individu dan Determinan di Tingkat Ekologi Agregat terhadap Kejadian Infeksi Malaria di Kabupaten Lampung Selatan. [Disertasi] Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Engel P. 1992. Care and Child Nutrition. Theme Paper for the International

Conference (ICN), Unicef, New York.

Engle P, Menon P and Haddad L. 1997. Care and Nutrition. New York. Hill

Estefanía et al. 2009. Nutritional And Socio-Economic Factors Associated With

Plasmodium Falciparum Infection In Children From Equatorial Guinea:

Results From A Nationally Representative Survey. Malaria Journal, 8:225.

Ettling M, McFarland L, Schultz and Chitsulo. 1994. Economic impact of malaria

in Malawian households. Tropical Medicine and Parasitology 45: 74-79.

Fawole OI and Onadeko MO, 2001. Knowledge and Home Management of

Malaria Fever by Mothers and Care Givers of Under Five Children. West Afr

J Med 20:152-157

Fitria A. 2008. Hubungan Pola Asuh, Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan

Protein dengan Psikomotor Anak Usia 24-30 Bulan di kelurahan Sidorejo

Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. [Skripsi] Universitas Diponegoro.

Semarang

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University press,

hal.37-40.

Green LW. 1980. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Pendekatan Diagnostik. Pengembangan FKM-UI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Gunawan S. 2000. Epidemiologi Malaria dalam Harijanto P.N. Malaria:

Epidemiologi Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta,

EGK

Gumala Y. 2002. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Status Gizi

Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten Gianyar. [Tesis] Universitas Gadjah

Mada. Yogjakarta.

Page 104: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

84

Gomez A and Elisa D. 2009. Malaria Treatment in Severe Malnutrition in Angola.

this Field Article Outlines the Results of a Preliminary Study Carried Out by

ACH in Angola, which Showed Poor Response Rates to Standard TFC

Protocols for Managing Malaria.

Hamidah N. 2006. Hubungan Pola Asuh Gizi, Kejadian Infeksi, Tingkat Konsumsi

Energi dan Protein dengan Status Gizi Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas III Mranggen Kabupaten Demak. [Skripsi]

Universitas Diponegoro

Hamzah A. 2000. Pola Asuh Anak pada Etnik Jawa Migran dan Etnik Mandar.

[Disertasi] Universitas Airlangga. Surabaya.

Hanum M. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada

Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Hardiansyah dan Tambunan V. 2004. WNPG VIII. Ketahanan Pangan dan Gizi di

Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Angka Kecukupan Energi, Protein,

Lemak dan Serat Makanan. Prosiding. Jakarta. p .325

Harijanto PN. 2000. Gejala Klinis Malaria. Jakarta

Hurlock EB. 1997. Perkembangan Anak. Edisi 6 Jilid 2. MM. Tjandrasa

Penerjemah. Jakarta. Erlangga.

__________. 1998. Children language acquasition. Journal of social psychology

& personality. Volume. 09. Num. 23. November. Washington DC: American

Psychological Association.

Husen R. 2008. Hubungan Pola Asuh Anak dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. [Tesis] Universitas Sumatra Utara. Medan

Jeremiah ZA and Uko EK. 2007. Childhood Asymptomatic Malaria and Nutritional

Status Among Port Harcourt Children. East African Journal of Public Health.

Volume 4 Number 2, October.

Karunaweera, Carter R, Grau GE and Mendis KN. 1998. Demonstration of anti-

disease immunity to P.vivax malaria in Sri Lanka using a quatitative method

to assess clinical disease. American Journal of Tropical Medicine & Hygiene,

58(2): 204-210.

Kholis E, Budhi S, Artha D, Rifqatussa’adah. 2010. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010. Program Studi Ilmu Lingkungan. [Tesis] Universitas Indonesia

Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia.

Buletin Malaria. Bhakti Husada. ISSN 2088. Triwulan I. Jakarta.

Kirby et al. 2008. Risk Factors For House-Entry by Malaria Vectors in a Rural

Town and Satellite Villages in the Gambia. Malar J, 7. p. 2. ISSN 1475-2875

Page 105: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

85

Kinung'hi et al. 2010. Knowledge, Attitudes and Practices about Malaria Among

Communities: Comparing Epidemic and Non-Epidemic Prone Communities

of Muleba District, North-Western Tanzania. BMC Public Health. 10:395

Krisnatuti dan Yenrina. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa,

Jakarta

Loka Litbang P2B2.2009. Dinamika Penularan Malaria di Kabupaten Biak

Numfor.

Linkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja : Satu-Satunya Sumber

Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini

Madanijah S. 2003. Model Pendidikan GI-PSI Sehat Bagi Ibu Serta Dampaknya

terhadap Pendidikan Ibu, Lingkungan Pembelajaran, Konsumsi Pangan dan

Status Gizi Anak Usia Dini. [Disertasi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Masdiarti E. 2000. Gambaran Status Gizi Anak Balita Ditinjau dari Pola

Pengasuh pada Ibu Pekerja dan Bukan Pekerja. [Skripsi] Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Masithah T, Soekirman dan Drajat M. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan dan

Kesehatan dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Mulya Harja. Media Gizi

dan keluarga. Volume 29 (2):29-39.

Muthayya S. 2009. Maternal Nutrition & Low Birth Weight: What is Really

Important?. Indian J of Med Resc; 130(5); 600-608.

Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

__________. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurhadimuda. 2003. Hubungan Infeksi Malaria dengan Status Gizi Balita di

Daerah Endemis Malaria Kabupaten Purworejo. [Tesis] Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta.

Nurhaedah A. 2008. Plasmodium yang Dominan dalam Nyamuk Anopheles

Betina (Anopheles Sp) pada Beberapa Tempat di Distrik Manokwari Barat.

[Skripsi] Universitas Negeri Papua.

Olaf et al. 2003. The Association Between Protein–Energy Malnutrition, Malaria

Morbidity and All-Cause Mortality in West African Children. Tropical Medicine

and International Health. Volume 8 no 6 pp 507–511 june.

Orimadegun AE, Amodu OK, Olumese PE and Omotade OO. 2008. Early Home

Treatment of Childhood Fevers with Ineffective Antimalarials is Deleterious in

The Outcome of Severe Malaria. Biomed Central Research. Malaria Journal,

7:143.

Osero JS, Otieno MF and Orago AS. 2006. Mothers' Knowledge on Malaria and

Vector Management Strategies in Nyamira District, Kenya. East Afr Med J.

Sep;83(9):507-14. Department Of Health Sciences, Kenyatta University.

Prabowo A. 2002. Malaria, Mencegah Dan Mengatasinya. Puspa Swara. Jakarta.

Page 106: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

86

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Riyadi H, Retnaningsih, Martianto D, dan Kustiyah L. 1990. Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Penyapihan di Kecamatan Bogor Timur dan kecamatan Ciomas. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Romadon. 2001. Hubungan Beberapa Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. [Skripsi] Universitas Diponegoro. Medan.

Safari. 2010. Knowledge, Attitudes and Practices about Malaria Among

Communities: Comparing Epidemic and Non-Epidemic Prone Communities

of Muleba District, North-Western Tanzania. BMC Public Health, 10:395

Sayogyo, Goenardi S, Rusli, Harjadi, M. Khumaidi. 1994. Menuju Gizi Baik yang

Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Semba, Richard D. 2002. Vitamin A, Infection and Immune Function dalam

Nutrition and Immune Function. USA. CABI Publising.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat

Dirjen Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Soetjiningsih. 1999. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Penerbit Buku Kedokteran

__________. 2002, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta. CV. Agung

Seto.

Sri Dara A. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi terhadap Pola Asuh,

Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein. [Tesis]

Universitas Diponegoro. Semarang.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor. Pusat Antar Universitas (IPB).

___________. 1996. Gizi dan Pangan. Kanisius. Yogyakarta

___________. 2003. Berbagai Cara Pendidikan gizi. Bogor. Bumi Aksara.

Suleman S, Mekonnen Z, Tilahun G and Chatterjee S. 2009. Utilization of

Traditional Anti Malarial Ethnophytotherapeutic Remedies Among

Assendabo Inhabitants in (South-West) Ethiopia. Traditional Anti malarial

Treatment in Ethiopia Current Drug Therapy, Vol. 4, No. 2

Supariasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Supartini Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Tarmidzi M. 2006. Hubungan antara Kejadian Malaria dengan Status Gizi Balita

di Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Propinsi D.I.

Yogyakarta. [Tesis] Universitas Gajah Mada.

Taruna I. 2011. Penyakit Malaria dapat Dicegah dengan Vaksinasi. University of

California, School of Medicine, Irvine, CA, USA

Terati. 2010. Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Anak Balita di

Propinsi Sumatera Selatan. [Tesis] Institut Pertanian Bogor.

Page 107: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

87

Roesli U. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrundaya

UNICEF. 1998. The State of The World’s Children 1998. Oxford: Oxford

University Press

Uzochukwu BSC, Onwujekwe EO, Onoka CA and Ughasoro MD. 2008. Rural-

Urban Differences In Maternal Responses to Childhood Fever in South East

Nigeria. PLoS ONE Volume 3 Issue 3 e1788

Victoria et al. 2011. Malaria Parasitaemia among Infants and Its Association with

Breastfeeding Peer Counselling and Vitamin A Supplementation: A

Secondary Analysis of a Cluster Randomized Trial. PLoS ONE

www.plosone.org 1 July 2011, Volume 6, Issue 7

Vora N, et al. 2010. Breastfeeding and The Risk of Malaria In Children Born to

HIV-Infected and Uninfected Mothers In Rural Uganda. J Acquir. Immune

Defic Syndr, Advance Online Publication, July 28

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

WHO. 2010. World Malaria Report.

Wibowo A. 2006. Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak pada masyarakat

pendatang. J. Of Pub Helth Ind:3(1):15-18.

Widaninggar, 2003. Pola Hidup Sehat dan Segar. Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Jakarta

Werner D, Thuman C & Maxwell J. 2010. Where There is no Doctor. Penerbit Andi. Yayasan Essentia Medica

WHO, 2001. Â Guiding Principles for Complementary Feeding of the Breastfed Child.

Widayani S. 2000. Pola Asuh dan Status Gizi Anak Balita pada Rumah Tangga Petani di Sepanjang Sungai Cihideung, Sub-Das Cisadane Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Tesis] Institut Pertanian Bogor.

Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita. Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 4 juni 2010 jam 19.00 wib

Zeitlin M, Ghassemi H and Mansour M. 1990. Positive Deviance in Child

Nutrition. United Nation University : Tokyo.

Page 108: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

LAMPIRAN

Page 109: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola
Page 110: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

Lampiran 1 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria

1. Y = Kejadian Malaria

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 60.714a .285 .467

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Sanitasi Lingkungan -1.361 .788 2.979 1 .084 .256 .055 1.203

Status Gizi 2.894 1.005 8.292 1 .004 18.065 2.520 129.500

Pola asuh kesehatan -1.856 .612 9.189 1 .002 .156 .047 .519

Praktek kebersihan -2.964 .972 9.300 1 .002 .052 .008 .347

Constant 2.829 .714 15.683 1 .000 16.934

Page 111: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH MAKAN, POLA … · Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2012 ini adalah tentang Analisis Hubungan antara Pola

89

Lampiran 2 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita

2. Y = Status Gizi

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 76.258a .459 .614

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Pendidikan ibu 1.539 .835 3.401 1 .065 4.662 .908 23.939

Pendidikan ayah .472 .712 .439 1 .508 1.603 .397 6.470

Pekerjaan ibu 1.455 .946 2.368 1 .124 4.286 .672 27.355

Pendapatan keluarga -1.334 .790 2.852 1 .091 .263 .056 1.239

Pola asuh makan .057 .780 .005 1 .942 1.058 .229 4.883

Praktek makan -.711 .788 .815 1 .367 .491 .105 2.300

Konsumsi energi -1.331 0.672 3.925 1 .048 .264 .071 0.986

Konsumsi protein -.904 .690 1.718 1 .190 .405 .105 1.565

Pengetahuan ASI -1.569 .706 4.934 1 .026 .208 .052 .831

Pengetahuan malaria -2.163 .703 9.457 1 .002 .115 .029 .456

Status malaria -3.243 1.193 7.388 1 .007 .039 .004 .405

Constant 2.770 1.210 5.243 1 .022 15.961