analisis hubungan antara pendapatan …/analisis... · dapat disebutkan satu per satu. penulis...

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Agribisnis Oleh : AYU NILASARI H 0808080 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: vuongnga

Post on 04-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN

PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI

RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

AYU NILASARI

H 0808080

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN

PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI

RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Ayu Nilasari H 0808080

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Desember 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2013

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.

NIP. 19560225 198601 1 001

Ketua Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si.

NIP. 19671012 199302 1 001

Anggota II

Arip Wijianto, SP, M.Si NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota I

Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PANGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kehidupan, kesempatan, kekuatan, berkat, kasih, dan anugerah-Nya, sehingga

Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Antara

Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Kecukupan Gizi

Rumah Tangga Petani di Kabupaten Cilacap” dengan baik. Skripsi ini disusun

guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari

semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku

Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah begitu sabar

memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan masukan yang sangat berharga

bagi Penulis.

3. Widiyanto, SP., M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan masukan kepada Penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Arip Wijianto, SP., M.Si, selaku Penguji Skripsi yang memberikan

pengarahan, dan saran kepada Penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas segala bimbingan yang telah diberikan selama proses belajar di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Mbak Ira, Mbak Dewi dan Bapak Mandimin serta seluruh staff karyawan

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak

membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi

dan skripsi Penulis.

7. Kepala dan seluruh staff Kantor BAPPEDA Kabupaten Cilacap,

BAKESBANGPOL Kabupaten Cilacap, Kantor BPS Kabupaten Cilacap,

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Badan Pelaksana Penyuluh dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap, yang telah memberikan ijin penelitian

serta menyediakan berbagai data yang diperlukan Penulis

8. Kepala Kantor Kecamatan Kesugihan, Kepala Desa Dondong serta

masyarakat yang telah membantu Penulis dalam penelitiannya.

9. Kedua orang tuaku Bapak Sukanto dan Ibu Sumirah, terima kasih atas segala

cinta, kasih, dukungan, perhatian, nasehat, semangat, doa dan pengorbanan

yang tiada pernah putus yang telah diberikan selama ini

10. Kakakku Mariyanto dan Mutamimah terima kasih atas segala doa, kasih

sayang, perhatian, semangat, dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada

Penulis.

11. Keluarga Besar di Weru atas segala kasih sayang, perhatiaan serta dukungan

di setiap perjuangan Penulis.

12. Sahabat-sahabatku Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Septiana Irma Hapsari,

Rizki Budi Pratama, Galuh Perwita Sari, Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni

dan Aulia Rahma Kautsari tempat berbagi cerita dan pengalaman, pemberi

semangat dan doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

13. Sahabat lamaku kos 88 Adhisty Aprilia Rizki, Utami, Deni Purnama Sari,

Dina, Wulan dan Ratna yang telah banyak membantu penulis mengerti tentang

nilai kehidupan dan senantiasa memberi warna dalam kehidupan ini.

14. Teman-teman Wisma Amanah, mbak Siska, mbak Lidia, kak Niken, Meking,

Dita, Inez dkk yang senantiasa memberi motivasi dan mau berbagi dalam

keseharian.

15. Teman-temanku, Retna, Tami, Riana, Carrine, Aik, Anin, Primasari, Resty,

Ema, Elin, Pipi, Budi, Abid, Nur P, Nanda, Puput, Mesti, Nyitnyit, Yurike,

dan seluruh teman-teman Agribisnis 2008 yang menjadi sahabat dan keluarga

selama Penulis belajar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Terima kasih atas kebersamaan, kerjasama dan persahabatan yang

indah ini.

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

16. Teman-teman seperjuangan KAMAGRISTA periode 2010-2011, Bursa

Mahasiswa periode 2009-2011 yang telah memberi kesempatan untuk belajar

bersama dan memberi pengalaman yang tak ternilai harganya.

17. Teman-teman Agrobisnis 2007, Agribisnis 2009 dan 2010 yang telah memberi

semangat, bantuan dan berbagai pengetahuan.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat digunakan sebagai acuan

maupun tambahan referensi bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

RINGKASAN ................................................................................................... xiii

SUMMARY ...................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 7

II. LANDASAN TEORI.................................................................................. 8 A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 8 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 9

1. Rumah Tangga Pertanian ................................................................. 9 2. Konsumsi Pangan ............................................................................. 10 3. Pengeluaran untuk Konsumsi .......................................................... 12 4. Ketahanan Pangan ............................................................................ 14

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................... 17 D. Pembatasan Masalah .............................................................................. 19 E. Asumsi ................................................................................................... 20 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ........................ 20

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 23 A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 23 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ................................................ 23 C. Metode Pengambilan Sampel................................................................. 24 D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 29 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 30 F. Metode Analisis Data ............................................................................. 31

1. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani ....................... 31 2. Proporsi Pengeluaran Pangan terhadap Pengeluaran Total

Rumah Tangga Petani ...................................................................... 32 3. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani ........................................ 32

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

4. Hubungan antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) .................................................................................. 35

5. Ketahanan Pangan ............................................................................ 36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ....................................... 37 A. Keadaan Alam ........................................................................................ 37

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif .................................... 38 2. Topografi Daerah ............................................................................. 38 3. Jenis Tanah ....................................................................................... 38 4. Keadaan Iklim dan Cuaca ................................................................ 39

B. Keadaan Penduduk ................................................................................. 40 1. Perkembangan Penduduk ................................................................. 40 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ..................... 42 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ........................................... 45 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian................................. 49

C. Keadaan Pertanian .................................................................................. 51 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ............................................. 51 2. Produksi Tanaman Bahan Makanan ................................................ 53

D. Keadaan Perekonomian .......................................................................... 55 E. Kondisi Ketahanan Pangan .................................................................... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 59 A. Karakteristik Rumah Tangga Responden .............................................. 59 B. Pendapatan Rumah Tangga Responden ................................................. 61 C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden................................................ 62 D. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran

Total Rumah Tangga ............................................................................. 73 E. Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga ....................................... 74 F. Hubungan antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan,

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) ..................................................................................................... 78

G. Ketahanan Pangan Rumah Tangga ........................................................ 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 85 A. Kesimpulan ............................................................................................ 85 B. Saran....................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 .. 2

Tabel 2. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Cilacap tahun 2008-2010 ................................................................... 3

Tabel 3. Keadaan Penduduk menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 .. 23

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ...... 25

Tabel 5. Luas Panen Padi Menurut Desa di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ........................................................................... 26

Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ............................. 30

Tabel 7. Data-Data yang Dikumpulkan dalam Penelitian ................... 31

Tabel 8. Daftar Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ................................................................................. 34

Tabel 9. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga................................................................................... 36

Tabel 10. Banyaknya Curah Hujan, Curah Hujan Terbesar dan Jumlah Hari Hujan menurut Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ........................................................................... 39

Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun 2001 – 2010 ................................ 40

Tabel 12. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Kesugihan Tahun 2001 – 2010 .......................... 41

Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ............................................ 43

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ...................................... 44

Tabel 15. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Dondong Tahun 2010 ........................................................... 45

Tabel 16. Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ........................................................ 46

Tabel 17. Jumlah Penduduk Kecamatan Kesugihan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ........................................................ 47

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 18. Jumlah Penduduk Desa Dondong Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ........................................................ 48

Tabel 19. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 .. 49

Tabel 20. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010....................................................................................... 50

Tabel 21. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ........................................................................... 51

Tabel 22. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ......................................................... 52

Tabel 23. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Desa Dondong Tahun 2010 ........................................................................... 53

Tabel 24. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ........... 54

Tabel 25. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ..... 54

Tabel 26. Sarana Perekonomian di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 .... 55

Tabel 27. Sarana Perekonomian di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010....................................................................................... 55

Tabel 28. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 .............................................................. 56

Tabel 29. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ......................................................... 56

Tabel 30. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 ............................................ 57

Tabel 31. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 ...................................... 57

Tabel 32. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan di Kabupaten Cilacap tahun 2010 ............................................................................. 58

Tabel 33. Karakteristik Rumah Tangga Responden ............................. 59

Tabel 34. Besarnya Rata-rata Pendapatan per Bulan Rumah Tangga Responden ............................................................................. 61

Tabel 35. Pekerjaan di Luar Usahatani Rumah Tangga Responden ..... 63

Tabel 36. Rata-Rata Pengeluaran Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden ............................................................................. 64

Tabel 37. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden ................................................................ 69

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Tabel 38. Pengeluaran Total Rumah Tangga Responden ..................... 72

Tabel 39. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran dan Tabungan Rumah Tangga Responden ................................................................ 72

Tabel 40. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga ................................... 73

Tabel 41. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Rumah Tangga ................................. 74

Tabel 42. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden ................................................... 76

Tabel 43. Hasil Analisis Hubungan Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Responden .................. 78

Tabel 44. Hasil Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) Rumah Tangga Responden ............................................................................. 78

Tabel 45. Hasil Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) Rumah Tangga Responden ............................................................................. 79

Tabel 46. Jumlah Rumah Tangga Responden berdasarkan indikator Ketahanan Pangan ................................................................. 81

Tabel 47. Rata-rata Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden ............................................................................. 82

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................... 19

Gambar 2. Bagan Alur Pengambilan Sampel Responden .................. 28

Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun 2001 – 2010 ...................................................................... 40

Gambar 4. Grafik Jumlah Penduduk di Kecamatan Kesugihan Tahun 2001 – 2010 ........................................................... 41

Gambar 5. Diagram Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ...................................... 46

Gambar 6. Diagram Jumlah Penduduk Kecamatan Kesugihan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ........................ 47

Gambar 7. Diagram Jumlah Penduduk Desa Dondong Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ...................................... 48

Gambar 8. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010 .................................................................................. 49

Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010 .................................................................................. 50

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Identitas Responden .......................................................... 91

Lampiran 2. Pekerjaan Responden di Luar Usahatani .......................... 92

Lampiran 3. Pendapatan Rumah Tangga Petani ................................... 93

Lampiran 4. Pengeluaran Pangan .......................................................... 94

Lampiran 5. Pengeluaran Non Pangan .................................................. 95

Lampiran 6. Proporsi Pengeluaran Pangan Terhadap Pengeluaran Total .................................................................................. 96

Lampiran 7. AKG, Konsumsi Gizi Rumah Tangga, dan TKG Rumah Tangga Responden ........................................................... 97

Lampiran 8. Ketahanan Pangan ............................................................ 98

Lampiran 9. Sebaran Kategori Ketahanan Pangan ............................... 99

Lampiran 10. Hubungan Konsumsi Energi dengan ProporsiPengeluaran Pangan ............................................ 100

Lampiran 11. Kuisioner .......................................................................... 101

Lampiran 12. Peta Kabupaten ................................................................. 102

Lampiran 13. Peta Kecamatan ................................................................ 103

Lampiran 14. Foto Penelitian .................................................................. 104

Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian .......................................................... 105

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

RINGKASAN

Ayu Nilasari, H 0808080. 2013. Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Kecukupan Gizi Rumah Tangga Petani di Kabupaten Cilacap. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi di bawah bimbingan Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. dan Widiyanto, SP, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani, konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP), dan kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap dilihat dari indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi.

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dengan teknik penelitian survei. Penelitian dilakukan di Desa Dondong Kecamatan Kesugihan. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang dan teknik pengambilan petani sampel dengan menggunakan metode accidental sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, pencatatan dan recall method. Analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani, konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP), dan ketahanan pangan rumah tangga petani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap sebesar Rp 2.311.250,00, yang terdiri dari pendapatan dari usahatani sebesar Rp 1.446.250,00 dan pendapatan dari luar usahatani sebesar Rp 865.000,00. Pengeluaran rumah tangga petani sebesar Rp 1.208.782.53 dan besarnya rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total adalah 59,12%, artinya pengeluaran pangan masih mengambil bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) 86,04% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata Tingkat Konsumsi Protein (TKP) 98,54% dan termasuk dalam kategori sedang. Pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai hubungan yang signifikan. Nilai koefisien korelasi bernilai negatif, yaitu -0,527 menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan adalah berlawanan, artinya jika pendapatan tinggi, maka proporsi pengeluaran pangan rendah. Pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Pendapatan dengan tingkat konsumsi protein (TKP) tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap terdiri atas kategori rentan pangan sebesar 50,00%, tahan pangan 30,00%, kurang pangan 13,33% dan rawan pangan 6,67%.

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penganekaragaman pangan, mempertahankan rata-rata pendapatan rumah tangga yang sudah cukup tinggi serta menambah pengetahuan tentang gizi guna mencapai ketahanan pangan.

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

SUMMARY

Ayu Nilasari, H 0808080. 2013. Analysis of the Relationship Among the Income with Proportion of Expenditure for Food and Nutrient Sufficiency Farmer’s Household in Cilacap Regency. Guidance by Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. and Widiyanto, SP, M.Si. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

This research aims to analyze the income and expenditure of farmer’s household, proportion of food expenditure to total expenditure of farmer’s household, the consumption of energy and protein farmer’s household, the relation between income with the proportion of food expenditure, Energy Consumption Level (Tingkat Konsumsi Energi = TKE), and Protein Consumption Level (Tingkat Konsumsi Protein = TKP), and food security condition of farmer’s household in Cilacap Regency by indicating the proportion of food expenditure and the level of energy consumption.

The basic method of the research is descriptive analytic method with survey research techniques. The research was done in Dondong village Sub District Kesugihan. The number of farmers sample used in this research were 30 people and taken by accidental sampling. The data are primary and secondary one. Collecting data is done by using observation, interview, noting, and recall methods. The analysis of data involves the income and expenditure of farmer’s household, the proportion of food expenditure to the total expenditure farmer’s household, energy and protein consumption of farmer’s household, the relation between income with the proportion of food expenditure, Energy Consumption Level (Tingkat Konsumsi Energi = TKE), and Protein Consumption Level (Tingkat Konsumsi Protein = TKP), and condition farmer’s household food security.

The result of this research showed that the average of farmer households income in Cilacap Regency is Rp 2.311.250,00, which consists of income from farming Rp 1.446.250,00 and off-farm income Rp 865.000,00. The expenditure of farmer’s household is Rp 1.208.782.53 and this amount is measured by proportion of food expenditure to the total expenditure is 59,12%, it means that the food consumption still takes a big part of total expenditure farmer’s household in Cilacap Regency. The average of Energy Consumption Level (Tingkat Konsumsi Energi = TKE) 86,04%, it is concluded as mid level. The average of Protein Consumption Level (Tingkat Konsumsi Protein = TKP) 98,54%, it is in a mid level. Income with Proportion of food expenditure has significant relation. The number of correlation co-efficience is negative, i.e. -0,527 shows that the relation beween income with proportion of food expenditure is contradictory, meaning if income is high, proportion of food expenditure will be low. Income with Energy Consumption Level (Tingkat Konsumsi Energi = TKE) had no significant relation. Income with Protein Consumption Level (Tingkat Konsumsi Protein = TKP) had no significant relation. Condition of food security of the farmer’s household in Cilacap consists of vulnerable food category is 50,00%, food security 30,00%, less food 13,33% and food insecurity 6,67%.

This research suggest to food diversification, maintain the average household income is high enough, and gain knowledge about nutrition in order to achieve food security.

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan

penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian

berperan sebagai penyedia pangan bagi konsumsi domestik, penyedia

lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk, pangsa pasar bagi hasil

produksi sektor perekonomian lain dan meningkatkan pendapatan domestik.

Sektor pertanian berpengaruh terhadap gizi masyarakat melalui produksi

pangan untuk rumah tangga.

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya

manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan

ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, selain itu

ketersediaan pangan tersebut hendaknya terdistribusi dengan harga terjangkau

dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-

hari sepanjang waktu, Saliem dalam Ariani dan Purwantini (2005).

Menurut Rachman dkk (2003), ketahanan pangan diartikan sebagai

tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi

dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk

menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu. Dengan definisi tersebut,

ketahanan pangan tidak hanya cukup sampai tingkat global, nasional, maupun

regional tetapi harus sampai tingkat rumah tangga dan individu. Ketahanan

pangan merupakan suatu wujud dimana masyarakat mempunyai pangan yang

cukup di tingkat wilayah dan juga masing-masing rumah tangga, serta

mampu mengakses pangan dengan cukup untuk semua anggota keluarganya,

sehingga mereka dapat hidup sehat dan bekerja secara produktif.

Kebutuhan pangan sebagian besar penduduk Indonesia dipenuhi dari

beras karena beras merupakan bahan pangan pokok mayoritas penduduk

Indonesia. Produksi padi terkait dengan ketersediaan beras sebagai makanan

pokok. Kabupaten Cilacap merupakan penghasil padi terbesar di Provinsi

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Jawa Tengah. Luas panen dan produksi padi sawah di Provinsi Jawa Tengah

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010

Kabupaten Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Kw/Ha)

Cilacap 116.382 674.745 57,98 Banyumas 62.597 341.736 54,59 Purbalingga 34.615 188.686 54,51 Banjarnegara 24.324 140.447 57,74 Kebumen 68.902 412.103 59,81 Purworejo 52.360 300.337 57,36 Wonosobo 29.150 151.638 52,02 Magelang 53.967 309.339 57,32 Boyolali 42.784 255.249 59,66 Klaten 61.543 377.136 61,28 Sukoharjo 49.297 308.994 62,68 Wonogiri 47.849 269.486 56,32 Karanganyar 46.181 276.763 59,93 Sragen 83.816 491.078 58,59 Grobogan 104.703 659.315 62,97 Blora 71.974 366.995 50,99 Rembang 35.314 184.445 52,23 Pati 94.167 519.685 55,19 Kudus 26.519 137.895 52,00 Jepara 36.990 195.159 52,76 Demak 93.021 557.196 59,90 Semarang 40.249 201.418 50,04 Temanggung 27.794 161.983 58,28 Kendal 41.335 219.034 52,99 Batang 42.178 213.547 50,63 Pekalongan 44.837 212.752 47,45 Pemalang 68.165 345.324 50,66 Tegal 60.480 331.128 54,75 Brebes 90.202 522.450 57,92

Sumber : Provinsi Jawa Tengah dalam Angka tahun 2011

Pada tahun 2010 Kabupaten Cilacap memiliki produksi padi sebesar

674.745 ton dan merupakan kabupaten yang memiliki produksi padi terbesar

di Provinsi Jawa Tengah (Jawa Tengah dalam Angka, 2011). Produksi padi

yang dimiliki Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

memiliki kemampuan untuk menyediakan beras sebagai bahan pangan pokok

penduduknya.

Ketersediaan dan kebutuhan pangan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Cilacap tahun 2008-2010

Tahun Ketersediaan (kg)

Kebutuhan (kg)

Surplus/minus (kg)

2008 477.153.680 172.760,489 304.393.191,20 2009 479.687.368 172.779,063 306.908.305,20 2010 483.473.680 172.797.637 310.676.043,20

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap, 2011

Berdasarkan Tabel 2, ketersediaan beras di Kabupaten Cilacap pada

tahun 2008-2010 dapat dikatakan surplus pangan yang besarnya semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 ketersediaan beras di

Kabupaten Cilacap surplus sebesar 310.676.043,20 kg. Produksi pangan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga merupakan salah

satu syarat tercapainya ketahanan pangan rumah tangga.

Menurut Marwanti (2000), Pangan merupakan sumber energi dan

protein yang berguna meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya

pembangunan. Pangan juga merupakan kebutuhan pokok dan komoditi

strategis dalam kehidupan manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya

secara sehat dan produktif. Namun dalam kenyataannya, tidak semua orang

dapat terpenuhi kebutuhan pangannya karena beberapa alasan sehingga

mengalami kelaparan dan menghadapi kondisi rawan pangan, tetapi beberapa

orang berlebihan dalam konsumsi pangannya.

Kualitas makanan dapat dilihat dari besarnya sumbangan nilai gizinya.

Perbedaan nilai gizi tiap bahan pangan akan menentukan dalam pemilihan

bahan pangan yang akan dikonsumsi, sehingga ketercukupan energi dan

protein dapat terpenuhi. Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

2004, norma kecukupan energi sebesar 2000 kkal/orang/hari dan protein

sebesar 52 gr/orang/hari. Perbedaan nilai gizi tiap bahan pangan akan

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menentukan dalam pemilihan bahan pangan yang akan dikonsumsi, sehingga

ketercukupan energi dan protein dapat terpenuhi.

Menurut Badan Ketahanan Pangan Kementrian Republik Indonesia

(2010), ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan

pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses/memperoleh

(termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada

pihak manapun (termasuk pemerintah). Dalam hal inilah, petani memiliki

kedudukan strategis dalam ketahanan pangan : petani adalah produsen pangan

dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian

besar masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup tinggi untuk

membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi

pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Kemampuan daya

beli masyarakat yang menurun akan mempengaruhi pola konsumsi rumah

tangga. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten

Cilacap.

B. Rumusan Masalah

Menurut Badan Ketahanan Pangan Kementrian Republik Indonesia

Ketahanan pangan dibedakan dalam empat tingkatan, yaitu (1) ketahanan

pangan nasional, (2) regional atau lokal, (3) ketahanan pangan rumah tangga

atau keluarga, serta (4) ketahanan pangan individu. Beberapa hasil kajian

menunjukan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak

menjamin perwujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional),

rumah tangga atau individu. Hal ini terjadi karena ketersediaan dan akses

pangan yang berbeda-beda.

Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem ketahanan

pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti

banyak diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa

seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan

pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu

tingkat kesejahteraan manusia.

Menurut Survey Konsumsi Pangan Kabupaten Cilacap Tahun 2011

tingkat konsumsi pangan di Kabupaten Cilacap masih didominasi oleh

besarnya konsumsi padi-padian, disusul kemudian konsumsi minyak dan

lemak, kemudian kacang-kacangan. Konsumsi energi di Kabupaten Cilacap

sebesar 1920,2 kkal/kapita/hari. Berdasarkan data ketersediaan beras tahun

2008-2010 Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang memiliki

ketersediaan beras dalam kategori surplus yang terus meningkat namun

konsumsi energi per kapita/hari masih dibawah angka kecukupan energi yaitu

2000 kkal/kapita/hari.

Ketersediaan pangan yang cukup di wilayah tertentu belum

menggambarkan ketahanan pangan rumah tangga, begitu juga konsumsi

energi di Kabupaten Cilacap belum menggambarkan keadaan konsumsi

pangan di tingkat rumah tangga. Hal ini ditandai dengan ketersediaan pangan

di Kabupaten Cilacap yang surplus namun konsumsi energinya cenderung di

bawah angka kecukupan energi. Dimana konsumsi pangan menjadi salah satu

indikator ketahanan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap.

Peningkatan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga bukan perkara

yang mudah. Masalah gizi tidak terlepas dari masalah pangan karena masalah

gizi timbul dari akibat kelebihan atau kekurangan kandungan zat gizi dalam

makanan. Sulitnya menanggulangi masalah pangan mengakibatkan kasus

rawan pangan dalam bentuk kekurangan energi dan protein bahkan menjadi

salah satu masalah utama peningkatan kualitas sumber daya manusia dari

aspek gizi.

Indikator aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga dapat dilihat dari bagaimana suatu

rumahtangga memperoleh pangan, yang diukur dari luas dan status

kepemilikan lahan serta cara untuk memperoleh pangan. Luasnya lahan

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pertanian akan berpengaruh pada produksi padi, sedangkan status

kepemilikan lahan akan berpengaruh pada pendapatan rumah tangga petani,

sehingga akan mempengaruhi daya beli petani dan pola konsumsinya, yang

pada akhirnya juga akan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga

petani.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Berapa besarnya pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani di

Kabupaten Cilacap?

2. Berapa besarnya proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total

rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap?

3. Bagaimana konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di

Kabupaten Cilacap?

4. Bagaimana hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran

pangan, tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein

(TKP) rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap?

5. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten

Cilacap berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat

konsumsi energi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini,

yaitu :

1. Mengetahui pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani di

Kabupaten Cilacap.

2. Mengetahui proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total

rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap.

3. Mengetahui konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di

Kabupaten Cilacap.

4. Mengetahui hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran

pangan, tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein

(TKP) rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap.

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

5. Mengetahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten

Cilacap berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat

konsumsi energi.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi, sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

menyusun suatu kebijakan yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan

pangan.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau

penelitian-penelitian sejenis.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian

1. Penelitian Terdahulu

Widyareni (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan dengan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Kulon Progo,

menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan rumah tangga

petani di Kabupaten Kulon Progo lebih besar dibanding bukan pangan

yaitu sebesar 60,00%. Konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di

Kabupaten Kulon Progo mempunyai tingkat kecukupan gizi sebesar

85,17% dan tingkat kecukupan proteinnya sebesar 94,41% sehingga

keduanya termasuk dalam kategori sedang. Semakin rendah proporsi

pengeluaran konsumsi pangan, maka akan semakin tinggi kecukupan

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten Kulon

Progo. Ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan tingkatannya

adalah: tahan pangan sebesar 30,00%, rentan pangan 43,33%, 10% rumah

tangga kurang pangan, dan 16,67% termasuk dalam kondisi rawan pangan

Purwantini dan Ariani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Pola Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi menyatakan

bahwa pada umumnya pada rumah tangga petani padi, beras merupakan

pangan pokok yang dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Pola pangan pokok

berupa beras ini sulit untuk diubah walaupun rumah tangga menghadapi

musim paceklik. Petani tidak akan mengganti beras sebagai sumber

pangan pokok walaupun harga beras meningkat. Sebagai produsen padi,

pada umumnya rumah tangga petani mengkonsumsi beras berasal dari

hasil sendiri. Selain hasil sendiri, rumah tangga memperoleh beras dari

membeli baik melalui raskin maupn di pasar.

2. Keterbaruan Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti ingin mengkaji mengenai

besarnya proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pangan rumah tangga

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

petani di Kabupaten Cilacap yang merupakan salah satu kabupaten yang

terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian-penelitian di

atas, pengeluaran pangan merupakan pengeluaran terbesar dalam rumah

tangga. Pengeluaran pangan terbesar adalah untuk konsumsi beras, karena

beras merupakan pangan pokok sumber energi bagi sebagian besar rumah

tangga Indonesia. Pendapatan yang rendah akan menuntut rumah tangga

untuk mendahulukan pengeluaran untuk pangan khususnya pangan pokok.

Secara keseluruhan analisis yang digunakan dalam penelitian dan

obyek dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu,

namun lokasi yang dipilih dalam penelitian ini berbeda sehingga

diharapkan dapat memberikan gambaran yang berbeda dan memberikan

informasi tambahan mengenai ketahanan rumah tangga petani. Proporsi

pengeluaran pangan dalam rumah tangga petani merupakan salah satu

indikator ketahanan pangan rumah tangga petani disamping analisis

kecukupan energi. Oleh karena itu, sebagaimana pada penelitian

Widyareni (2011) proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pangan

dijadikan indikator ketahanan pangan rumah tangga dalam penelitian ini.

B. Tinjauan Pustaka

1. Rumah Tangga Pertanian

Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu: rumah tangga biasa

(ordinary household) dan rumah tangga khusus (special household).

Rumah tangga biasa (ordinary household) adalah seorang atau

sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan

fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama dan mengurus kebutuhan

sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga khusus (special

household) adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti

asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan

kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta

sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah

10 orang atau lebih (BPS, 2012).

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian

utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan

lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut

untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka

juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia

untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk

penenunan dan pembuatan-pakaian (Anonim, 2012).

Kurtz dalam Widiyanto (2010) mendefinisikan petani sebagai

pengolah tanah di pedesaan (rural cultivator). Di Indonesia, kelompok

masyarakat ini adalah salah satu kelompok masyarakat yang rata-rata

berada dibawah garis kemiskinan. Dengan luasan lahan dan pendapatan

rata-rata yang relatif kecil dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.

Penguasaan lahan pertanian didefinisikan oleh BPS (2012) sebagai lahan

milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan

yang berada di pihak lain yang pernah dan sedang diusahakan untuk

pertanian selama setahun terakhir.

Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-

kurangnya satu orang anggota rumah tangga melakukan kegiatan yang

menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh

hasilnya untuk dijual/ditukar untuk memperoleh pendapatan/keuntungan

atas resiko sendiri. Kegiatan dimaksud meliputi bertani/berkebun, beternak

ikan dikolam, karamba maupun tambak, menjadi nelayan, dan

mengusahakan ternak/unggas (BPS, 2012).

2. Konsumsi Pangan

Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud

dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan

air, baik diolah ataupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

makanan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara

tunggal maupu beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok

orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis

dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan

makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan

tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kebutuhan emosional

atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara

hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan

merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya

bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme,

memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Shinta, 2010).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan adalah

informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau

kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini

menunjukkan telaahan terhadap konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek

jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi.

Susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu

disebut pola konsumsi pangan.

Ariningsih dan Rachman (2008) menyatakan bahwa tingkat

konsumsi pangan sumber karbohidrat (energi) maupun pangan sumber

protein pada rumah tangga rawan pangan umumnya lebih rendah

dibandingkan konsumsi rumah tangga secara agregat. Terbatasnya akses

rumah tangga terhadap pangan menyebabkan tidak hanya pangan sumber

protein yang harganya mahal saja yang konsumsinya terbatas, tetapi juga

pangan sumber karbohidrat yang harganya relatif murah.

Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup serta seimbang

merupakan salah satu faktor penting yang merupakan tingkat kesehatan

dan intelegensia manusia. Tingkat konsumsi pangan dan gizi seseorang

akan mempengaruhi keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang bersangkutan. Sementara itu, tingkat dan pola konsumsi pangan dan

gizi rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial dan budaya

setempat (Nainggolan, 2005).

Penilaian pangan dari sisi kuantitas melihat volume pangan yang

dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan.

Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan

sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang

dikenal sebagai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Untuk menilai kuantitas konsumsi

pangan masyarakat digunakan Parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan

bahwa bila konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma

atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat

lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan (Anonim, 2008).

M. K. Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan

mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi

pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada

tingkat pendapatan per kapita yang lebih rendah, permintaan terhadap

pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari

hidrat arang, terutama padi-padian. Apabila pendapatan meningkat, pola

konsumsi pangan akan lebih beragam, serta umumnya akan terjadi

peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan

pendapatan akan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan

peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal (Soekirman, 2000).

3. Pengeluaran untuk Konsumsi

Pengeluaran total dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

pengeluaran untuk pangan dan barang-barang bukan pangan. Proporsi

antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai

indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan

rumah tangga. Dari proporsi pengeluaran pangan dapat diungkapkan

bahwa semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah atau

rentan (Ariani dan Purwantini, 2005).

Menurut pengertian dari BPS, pengeluaran pangan terdiri dari padi-

padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-

kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-

bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman

alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan, pengeluaran non pangan terdiri

dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan,

pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

keperluan pesta dan upacara.

Menurut Tanziha dalam Herdiana (2009) bahwa secara naluri

individu, seseorang akan terlebih dahulu memanfaatkan setiap penghasilan

bagi kebutuhan dasarnya berupa pangan. Jika kebutuhan dasarnya tersebut

telah terpenuhi, maka tiap kelebihan penghasilannya dialokasikan untuk

nonpangan.

Perbedaan tingkat pendapatan menimbulkan perbedaan-perbedaan

pola distribusi pendapatan, termasuk pola konsumsi rumah tangga dan

penguasaan modal bukan tanah. Sebagai contoh, rumah tangga petani kecil

atau buruh tani, karena pendapatannya relatif kecil untuk konsumsi rumah

tangga hanya mampu membeli kebutuhan pokok saja, misalnya beras dan

lauk-pauk sekedarnya. Sedangkan petani bertanah luas, karena

pendapatannya besar disamping mampu membeli barang-barang konsumsi

pokok rumah tangga, juga mampu membeli kebutuhan barang-barang

kebutuhan sekunder, seperti barang perlengkapan rumah tangga, alat

transportasi, alat-alat hiburan dan masih mempunyai sisa untuk ditabung

atau diinvestasikan dalam barang-barang modal. Barang-barang modal

tersebut dapat berupa tanah, traktor atau modal untuk usaha di luar usaha

sektor pertanian (Djiwandi, 2002).

Peningkatan proporsi pengeluaran untuk kelompok makanan dapat

menjadi indikator menurunnya kesejahteraan penduduk dan meluasnya

kemiskinan karena dalam kondisi pendapatan yang terbatas. Dalam

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kondisi yang terbatas, seseorang akan mendahulukan pemenuhan

kebutuhan makanan dan sebagian besar pendapatan dibelanjakan untuk

konsumsi makanan (Marwanti, 2002).

Tingkat konsumsi pangan kaitanya dengan pendapatan dapat dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Initial stage dari pada tingkat konsumsi pangan. Makanan yang dibeli

semata-mata hanya untuk mengatasi rasa lapar. Makanan yang

dikonsumsi hanya kalori, dan biasanya hanya berupa bahan-bahan

karbohidrat saja. Dalam hal ini kualitas pangan hampir tidak

terpikirkan. Karakteristik tingkat ini, ada korelasi erat antara

pendapatan dan tingkat konsumsi pangan. Jika pendapatan naik, maka

tingkat konsumsi pangan akan naik.

b. Marginal stage daripada konsumsi pangan. Pada tingkat ini korelasi

antara tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi pangan tidak linear,

artinya kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi yang proporsional

terhadap tingkat konsumsi pangan.

c. Stable stage daripada tingkat konsumsi pangan. Pada tingkat ini

kenaikan pendapatan tidak memberikan respon terhadap kenaikan

konsumsi pangan. Pada tingkat ini ada kecenderungan mengkonsumsi

pangan secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan gizi

(Handajani, 1994).

Keterkaitan pendapatan dan ketahanan pangan dapat dijelaskan

dengan hukum Engel. Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya

peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya

untuk pangan dengan proporsi yang semakin mengecil. Sebaliknya, bila

pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin

meningkat (Soekirman, 2000).

4. Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun

1996 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Konsep ketahanan pangan dapat

diringkas ke dalam aspek:

a. Ketersediaan pangan: ketercukupan jumlah pangan (food sufficiency).

b. Keamanan pangan (food safety): pangan yang bebas dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan dan membahayakan keadaan manusia, serta terjamin

mutunya (food quality) yaitu memenuhi kandungan gizi dan standar

perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman.

c. Kemerataan pangan: system distribusi pangan yang mendukung

tersedianya pangan setiap saat dan merata.

d. Keterjangkauan pangan: kemudahan rumah tangga untuk memperoleh

pangan dengan harga yang terjangkau.

(Purwaningsih, 2008).

Pada tahun 1996 di Roma dalam Deklarasi World Food Security,

ketahanan pangan didefinisikan sebagai: Makanan yang tersedia setiap

saat, setiap orang bisa mengakses, gizi yang tersedia cukup dalam hal

kuantitas, kualitas dan variasi, dan diterima dalam budaya tertentu.

Ketersediaan, akses dan keterjangkauan semua unsur keamanan pangan,

isu-isu kompleks yang mencakup berbagai saling terkait ekonomi, sosial

dan politik (Clover, 2003).

Menurut Suhardjo dalam Ilham dan Bonar (2008) ketahanan pangan

rumah tangga dicerminkan oleh beberapa indikator antara lain : (1) tingkat

kerusakan tanaman, ternak dan perikanan. (2) penurunan produksi pangan,

(3) tingkat persediaan pangan dirumah tangga, (4) proporsi pengeluaran

pangan terhadap pengeluaran total, (5) fluktuasi harga pangan utama yang

umum dikonsumsi rumah tangga, (6) perubahan kehidupan sosial, seperti

migrasi, menjual/menggadaikan asset, (7) keadaan konsumsi pangan

berupa kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas pangan serta (8) status

gizi.

Menurut Usfar dalam Mangkoeto (2009) menyebutkan bahwa

ketahanan pangan berhubungan dengan empat aspek yaitu:

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) ketersediaan (makanan yang cukup dan siap sedia digunakan); 2) akses

(semua anggota dalam rumahtangga tersebut memiliki sumber yang

cukup untuk memperoleh makanan yang sesuai); 3) utilisasi (kemampuan

tubuh manusia untuk mencerna dan melakukan metabolisme terhadap

makanan yang dikonsumsi dan fungsi sosial makanan dalam menjaga

keluarga dan masyarakat); dan 4) keberlanjutan (ketersediaan makanan

untuk jangka waktu yang lama). Keempat aspek tersebut saling

berhubungan satu dengan yang lainnya.

Menurut Setiawan dalam Herdiana (2009) terdapat dua tipe

ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis dan transitory.

Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan

ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan

rumahtangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan

oleh kemiskinan. Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan

akses terhadap pangan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh

bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi,

dan pendapatan.

Ketahanan pangan atau lebih tepatnya ketidakamanan adalah pusat

dari krisis pangan dan yang berhubungan dengan pangan dalam keadaan

darurat. Hal ini mendasari penyebab kekurangan gizi dan kematian dan

faktor yang signifikan dalam ketahanan mata pencaharian dalam jangka

panjang. Kerawanan pangan dapat disebabkan oleh tidak kerusakan yang

dapat diperbaiki pada mata pencaharian, sehingga mengurangi

swasembada. Oleh karena itu bagian dari proses menyebabkan kekurangan

gizi, morbiditas dan mortalitas. Selain itu, keadaan rawan pangan langsung

memberikan kontribusi terhadap kemiskinan dan kerusakan mata

pencaharian dalam jangka panjang. Dengan kata lain, jika ada kerawanan

pangan akut, ada risiko gizi (Young et. al., 2001).

Berdasarkan pengertian pada Declaration of World Forum on Food

Sovereignty (2001), Ketahanan pangan adalah hak rakyat untuk

menentukan kebijakan mereka sendiri dan strategi berkelanjutan

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang menjamin hak atas pangan

bagi seluruh penduduk, berdasarkan produksi kecil dan menengah,

menghargai kebudayaan mereka sendiri dan keragaman bentuk petani,

nelayan dan masyarakat adat produksi pertanian, pemasaran dan

pengelolaan kawasan pedesaan, di mana perempuan memainkan peran

mendasar (McHarry et. al., 2002).

Ketahanan pangan menurut Departemen Pertanian mensyaratkan

terpenuhinya dua sisi secara simultan, yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu

tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah,

mutu, keamanan dan keterjangkauannya, yang diutamakan dari produk

dalam negeri, dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap

rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing

anggotanya untuk tumbuh sehat dan produktif dari waktu ke waktu. Kedua

sisi tersebut memerlukan sistem distribusi yang efisien, yang dapat

menjangkau ke seluruh golongan masyarakat (Nainggolan, 2005).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua sumber

pendapatan, yaitu pendapatan dari usahatani dan luar usahatani. Pendapatan

luar usahatani yaitu industri, perdagangan, jasa dan angkutan, PNS/TNI-

POLRI/pensiunan/karyawan, dan lain-lain. Pendapatan rumah tangga petani

akan mempengaruhi daya beli dan pola konsumsinya. Pendapatan digunakan

untuk membayar semua pengeluaran rumah tangga. Selisih pendapatan dan

pengeluaran merupakan tabungan/investasi.

Hukum Engel menyatakan dengan asumsi selera seseorang adalah tetap,

proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan akan semakin kecil seiring

dengan semakin meningkatnya pendapatan. Pada tingkat pendapatan tertentu,

rumah tangga akan memprioritaskan pada pangan dengan harga murah seperti

pangan sumber energi, kemudian dengan semakin meningkatnya pendapatan,

akan terjadi perubahan preferensi konsumsi yaitu dari pangan dengan harga

murah beralih ke pangan yang harganya mahal seperti pangan sumber protein

(Purwantini dan Ariani, 2005).

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Hardinsyah dan Martianto (1992) menyatakan bahwa, jumlah dan

komposisi gizi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari konsumsi

pangannya dapat dihitung atau dinilai dari jumlah pangan yang

dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM). Penilaian jumlah zat gizi adalah:

Gij = xKGijBddj

xBPj

100100

Keterangan:

Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan j

BPj : berat makanan/ pangan yang dikonsumsi (gram)

Bddj : bagian yang dapat dimakan (dalam %/gram dari 100% pangan j)

Kgij : kandungan zat gizi tertentu (i) dari 100 gram pangan (j) atau makanan

yang dimakan

Tercukupinya kebutuhan pangan antara lain dapat diindikasikan dari

pemenuhan kebutuhan energi dan protein. Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi dan protein

penduduk Indonesia masing-masing adalah 2000 kkal/kapita/hari dan

52 gram/kapita/hari.

Adapun skema kerangka teori dan pendekatan masalah dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu yang

lalu, sedangkan untuk pengeluaran non pangan setahun yang lalu,

selanjutnya masing-masing dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata

perbulan.

2. Harga barang baik pangan maupun non pangan dihitung berdasarkan harga

yang berlaku saat penelitian berlangsung.

3. Konsumsi pangan yang dihitung merupakan konsumsi yang dikonsumsi

oleh petani dan anggota keluarganya yang tinggal dalam satu rumah.

4. Penilaian konsumsi pangan dibatasi pada konsumsi energi dan protein.

5. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2012.

Non Pangan Konsumsi Pangan Pangan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Konsumsi Energi

Proporsi Pengeluaran Pangan Terhadap Pengeluaran Total

Konsumsi Protein

Pendapatan Rumah Tangga

Tabungan

Usahatani

Luar usahatani

Pengeluaran

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

E. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan ukuran

rumah tangga (URT) pada setiap rumah tangga petani sampel dianggap sama.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini diberikan beberapa pengertian untuk

mempermudah pemahaman mengenai ketahanan pangan, yaitu:

1. Rumah tangga petani terdiri dari rumah tangga petani pemilik penggarap,

rumah tangga petani penyewa dan rumah tangga petani penyakap yang

menanam padi dengan tujuan hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun

dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau

memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha (BPS, 2012).

2. Pendapatan rumah tangga petani merupakan sejumlah uang yang didapat

oleh masing-masing rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan dalam

satu bulan yang dihitung dari pendapatan dari usahatani dan luar

usahatani yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

3. Pengeluaran rata-rata sebulan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan

untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan yang

dinyatakan dalam rupiah per bulan.

4. Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang

dimakan/diminum penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi

kebutuhan fisiknya. Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan

protein.

5. Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dikonsumsi per

orang per hari yang dinyatakan dalam kkal per orang per hari. Dalam

perhitungan, nilai asupan energi dikonversi berdasarkan Daftar Konsumsi

Bahan Makanan (DKBM).

6. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dikonsumsi yang

dinyatakan dalam gram per orang per hari. Dalam perhitungan, nilai

asupan protein dikonversi berdasarkan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM).

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. Tingkat Konsumsi Energi (TKE) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Energi

(AKE) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin)

yang dinyatakan dalam %.

8. Tingkat Konsumsi Protein (TKP) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Protein

(AKP) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin)

yang dinyatakan dalam %.

9. Pengeluaran pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk

mengkonsumsi bahan makanan yang terdiri dari padi-padian, umbi-

umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan,

konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman alkohol,

tembakau dan sirih (BPS, 2012). Pengeluaran pangan dinyatakan dalam

rupiah per bulan.

10. Pengeluaran non pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan non pangan rumah tangga yang terdiri dari

perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian,

alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

keperluan pesta dan upacara (BPS, 2012). Pengeluaran non pangan

dinyatakan dalam rupiah per bulan.

11. Proporsi pengeluaran pangan adalah perbandingan antara jumlah

pengeluaran yang digunakan untuk pangan dengan jumlah total

pengeluaran yang dinyatakan dalam %.

12. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan merupakan banyaknya

masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan.

Dalam penelitian ini, AKG yang digunakan adalah AKG berdasarkan

umur dan jenis kelamin menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

VIII Tahun 2004.

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

13. Daftar komposisi bahan makanan adalah daftar yang menyajikan

komposisi bahan makanan untuk menghitung besarnya zat gizi dari

bahan makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga (Supariasa, 2002).

14. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 Tahun 1996).

Ketahanan pangan dalam penelitian ini dilihat dari proporsi pengeluaran

untuk pangan dan tingkat konsumsi energi rumah tangga.

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian

1. Penelitian Terdahulu

Widyareni (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan dengan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Kulon Progo,

menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan rumah tangga

petani di Kabupaten Kulon Progo lebih besar dibanding bukan pangan

yaitu sebesar 60,00%. Konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di

Kabupaten Kulon Progo mempunyai tingkat kecukupan gizi sebesar

85,17% dan tingkat kecukupan proteinnya sebesar 94,41% sehingga

keduanya termasuk dalam kategori sedang. Semakin rendah proporsi

pengeluaran konsumsi pangan, maka akan semakin tinggi kecukupan

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten Kulon

Progo. Ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan tingkatannya

adalah: tahan pangan sebesar 30,00%, rentan pangan 43,33%, 10% rumah

tangga kurang pangan, dan 16,67% termasuk dalam kondisi rawan pangan

Purwantini dan Ariani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Pola Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi menyatakan

bahwa pada umumnya pada rumah tangga petani padi, beras merupakan

pangan pokok yang dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Pola pangan pokok

berupa beras ini sulit untuk diubah walaupun rumah tangga menghadapi

musim paceklik. Petani tidak akan mengganti beras sebagai sumber

pangan pokok walaupun harga beras meningkat. Sebagai produsen padi,

pada umumnya rumah tangga petani mengkonsumsi beras berasal dari

hasil sendiri. Selain hasil sendiri, rumah tangga memperoleh beras dari

membeli baik melalui raskin maupn di pasar.

2. Keterbaruan Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti ingin mengkaji mengenai

besarnya proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pangan rumah tangga

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

petani di Kabupaten Cilacap yang merupakan salah satu kabupaten yang

terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian-penelitian di

atas, pengeluaran pangan merupakan pengeluaran terbesar dalam rumah

tangga. Pengeluaran pangan terbesar adalah untuk konsumsi beras, karena

beras merupakan pangan pokok sumber energi bagi sebagian besar rumah

tangga Indonesia. Pendapatan yang rendah akan menuntut rumah tangga

untuk mendahulukan pengeluaran untuk pangan khususnya pangan pokok.

Secara keseluruhan analisis yang digunakan dalam penelitian dan

obyek dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu,

namun lokasi yang dipilih dalam penelitian ini berbeda sehingga

diharapkan dapat memberikan gambaran yang berbeda dan memberikan

informasi tambahan mengenai ketahanan rumah tangga petani. Proporsi

pengeluaran pangan dalam rumah tangga petani merupakan salah satu

indikator ketahanan pangan rumah tangga petani disamping analisis

kecukupan energi. Oleh karena itu, sebagaimana pada penelitian

Widyareni (2011) proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pangan

dijadikan indikator ketahanan pangan rumah tangga dalam penelitian ini.

B. Tinjauan Pustaka

1. Rumah Tangga Pertanian

Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu: rumah tangga biasa

(ordinary household) dan rumah tangga khusus (special household).

Rumah tangga biasa (ordinary household) adalah seorang atau

sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan

fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama dan mengurus kebutuhan

sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga khusus (special

household) adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti

asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan

kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta

sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah

10 orang atau lebih (BPS, 2012).

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian

utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan

lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut

untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka

juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia

untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk

penenunan dan pembuatan-pakaian (Anonim, 2012).

Kurtz dalam Widiyanto (2010) mendefinisikan petani sebagai

pengolah tanah di pedesaan (rural cultivator). Di Indonesia, kelompok

masyarakat ini adalah salah satu kelompok masyarakat yang rata-rata

berada dibawah garis kemiskinan. Dengan luasan lahan dan pendapatan

rata-rata yang relatif kecil dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.

Penguasaan lahan pertanian didefinisikan oleh BPS (2012) sebagai lahan

milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan

yang berada di pihak lain yang pernah dan sedang diusahakan untuk

pertanian selama setahun terakhir.

Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-

kurangnya satu orang anggota rumah tangga melakukan kegiatan yang

menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh

hasilnya untuk dijual/ditukar untuk memperoleh pendapatan/keuntungan

atas resiko sendiri. Kegiatan dimaksud meliputi bertani/berkebun, beternak

ikan dikolam, karamba maupun tambak, menjadi nelayan, dan

mengusahakan ternak/unggas (BPS, 2012).

2. Konsumsi Pangan

Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud

dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan

air, baik diolah ataupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

makanan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara

tunggal maupu beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok

orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis

dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan

makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan

tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kebutuhan emosional

atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara

hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan

merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya

bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme,

memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Shinta, 2010).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan adalah

informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau

kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini

menunjukkan telaahan terhadap konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek

jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi.

Susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu

disebut pola konsumsi pangan.

Ariningsih dan Rachman (2008) menyatakan bahwa tingkat

konsumsi pangan sumber karbohidrat (energi) maupun pangan sumber

protein pada rumah tangga rawan pangan umumnya lebih rendah

dibandingkan konsumsi rumah tangga secara agregat. Terbatasnya akses

rumah tangga terhadap pangan menyebabkan tidak hanya pangan sumber

protein yang harganya mahal saja yang konsumsinya terbatas, tetapi juga

pangan sumber karbohidrat yang harganya relatif murah.

Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup serta seimbang

merupakan salah satu faktor penting yang merupakan tingkat kesehatan

dan intelegensia manusia. Tingkat konsumsi pangan dan gizi seseorang

akan mempengaruhi keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang bersangkutan. Sementara itu, tingkat dan pola konsumsi pangan dan

gizi rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial dan budaya

setempat (Nainggolan, 2005).

Penilaian pangan dari sisi kuantitas melihat volume pangan yang

dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan.

Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan

sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang

dikenal sebagai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Untuk menilai kuantitas konsumsi

pangan masyarakat digunakan Parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan

bahwa bila konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma

atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat

lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan (Anonim, 2008).

M. K. Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan

mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi

pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada

tingkat pendapatan per kapita yang lebih rendah, permintaan terhadap

pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari

hidrat arang, terutama padi-padian. Apabila pendapatan meningkat, pola

konsumsi pangan akan lebih beragam, serta umumnya akan terjadi

peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan

pendapatan akan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan

peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal (Soekirman, 2000).

3. Pengeluaran untuk Konsumsi

Pengeluaran total dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

pengeluaran untuk pangan dan barang-barang bukan pangan. Proporsi

antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai

indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan

rumah tangga. Dari proporsi pengeluaran pangan dapat diungkapkan

bahwa semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah atau

rentan (Ariani dan Purwantini, 2005).

Menurut pengertian dari BPS, pengeluaran pangan terdiri dari padi-

padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-

kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-

bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman

alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan, pengeluaran non pangan terdiri

dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan,

pakaian, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

keperluan pesta dan upacara.

Menurut Tanziha dalam Herdiana (2009) bahwa secara naluri

individu, seseorang akan terlebih dahulu memanfaatkan setiap penghasilan

bagi kebutuhan dasarnya berupa pangan. Jika kebutuhan dasarnya tersebut

telah terpenuhi, maka tiap kelebihan penghasilannya dialokasikan untuk

nonpangan.

Perbedaan tingkat pendapatan menimbulkan perbedaan-perbedaan

pola distribusi pendapatan, termasuk pola konsumsi rumah tangga dan

penguasaan modal bukan tanah. Sebagai contoh, rumah tangga petani kecil

atau buruh tani, karena pendapatannya relatif kecil untuk konsumsi rumah

tangga hanya mampu membeli kebutuhan pokok saja, misalnya beras dan

lauk-pauk sekedarnya. Sedangkan petani bertanah luas, karena

pendapatannya besar disamping mampu membeli barang-barang konsumsi

pokok rumah tangga, juga mampu membeli kebutuhan barang-barang

kebutuhan sekunder, seperti barang perlengkapan rumah tangga, alat

transportasi, alat-alat hiburan dan masih mempunyai sisa untuk ditabung

atau diinvestasikan dalam barang-barang modal. Barang-barang modal

tersebut dapat berupa tanah, traktor atau modal untuk usaha di luar usaha

sektor pertanian (Djiwandi, 2002).

Peningkatan proporsi pengeluaran untuk kelompok makanan dapat

menjadi indikator menurunnya kesejahteraan penduduk dan meluasnya

kemiskinan karena dalam kondisi pendapatan yang terbatas. Dalam

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kondisi yang terbatas, seseorang akan mendahulukan pemenuhan

kebutuhan makanan dan sebagian besar pendapatan dibelanjakan untuk

konsumsi makanan (Marwanti, 2002).

Tingkat konsumsi pangan kaitanya dengan pendapatan dapat dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Initial stage dari pada tingkat konsumsi pangan. Makanan yang dibeli

semata-mata hanya untuk mengatasi rasa lapar. Makanan yang

dikonsumsi hanya kalori, dan biasanya hanya berupa bahan-bahan

karbohidrat saja. Dalam hal ini kualitas pangan hampir tidak

terpikirkan. Karakteristik tingkat ini, ada korelasi erat antara

pendapatan dan tingkat konsumsi pangan. Jika pendapatan naik, maka

tingkat konsumsi pangan akan naik.

b. Marginal stage daripada konsumsi pangan. Pada tingkat ini korelasi

antara tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi pangan tidak linear,

artinya kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi yang proporsional

terhadap tingkat konsumsi pangan.

c. Stable stage daripada tingkat konsumsi pangan. Pada tingkat ini

kenaikan pendapatan tidak memberikan respon terhadap kenaikan

konsumsi pangan. Pada tingkat ini ada kecenderungan mengkonsumsi

pangan secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan gizi

(Handajani, 1994).

Keterkaitan pendapatan dan ketahanan pangan dapat dijelaskan

dengan hukum Engel. Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya

peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya

untuk pangan dengan proporsi yang semakin mengecil. Sebaliknya, bila

pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin

meningkat (Soekirman, 2000).

4. Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun

1996 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Konsep ketahanan pangan dapat

diringkas ke dalam aspek:

a. Ketersediaan pangan: ketercukupan jumlah pangan (food sufficiency).

b. Keamanan pangan (food safety): pangan yang bebas dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan dan membahayakan keadaan manusia, serta terjamin

mutunya (food quality) yaitu memenuhi kandungan gizi dan standar

perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman.

c. Kemerataan pangan: system distribusi pangan yang mendukung

tersedianya pangan setiap saat dan merata.

d. Keterjangkauan pangan: kemudahan rumah tangga untuk memperoleh

pangan dengan harga yang terjangkau.

(Purwaningsih, 2008).

Pada tahun 1996 di Roma dalam Deklarasi World Food Security,

ketahanan pangan didefinisikan sebagai: Makanan yang tersedia setiap

saat, setiap orang bisa mengakses, gizi yang tersedia cukup dalam hal

kuantitas, kualitas dan variasi, dan diterima dalam budaya tertentu.

Ketersediaan, akses dan keterjangkauan semua unsur keamanan pangan,

isu-isu kompleks yang mencakup berbagai saling terkait ekonomi, sosial

dan politik (Clover, 2003).

Menurut Suhardjo dalam Ilham dan Bonar (2008) ketahanan pangan

rumah tangga dicerminkan oleh beberapa indikator antara lain : (1) tingkat

kerusakan tanaman, ternak dan perikanan. (2) penurunan produksi pangan,

(3) tingkat persediaan pangan dirumah tangga, (4) proporsi pengeluaran

pangan terhadap pengeluaran total, (5) fluktuasi harga pangan utama yang

umum dikonsumsi rumah tangga, (6) perubahan kehidupan sosial, seperti

migrasi, menjual/menggadaikan asset, (7) keadaan konsumsi pangan

berupa kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas pangan serta (8) status

gizi.

Menurut Usfar dalam Mangkoeto (2009) menyebutkan bahwa

ketahanan pangan berhubungan dengan empat aspek yaitu:

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) ketersediaan (makanan yang cukup dan siap sedia digunakan); 2) akses

(semua anggota dalam rumahtangga tersebut memiliki sumber yang

cukup untuk memperoleh makanan yang sesuai); 3) utilisasi (kemampuan

tubuh manusia untuk mencerna dan melakukan metabolisme terhadap

makanan yang dikonsumsi dan fungsi sosial makanan dalam menjaga

keluarga dan masyarakat); dan 4) keberlanjutan (ketersediaan makanan

untuk jangka waktu yang lama). Keempat aspek tersebut saling

berhubungan satu dengan yang lainnya.

Menurut Setiawan dalam Herdiana (2009) terdapat dua tipe

ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis dan transitory.

Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan

ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan

rumahtangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan

oleh kemiskinan. Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan

akses terhadap pangan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh

bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi,

dan pendapatan.

Ketahanan pangan atau lebih tepatnya ketidakamanan adalah pusat

dari krisis pangan dan yang berhubungan dengan pangan dalam keadaan

darurat. Hal ini mendasari penyebab kekurangan gizi dan kematian dan

faktor yang signifikan dalam ketahanan mata pencaharian dalam jangka

panjang. Kerawanan pangan dapat disebabkan oleh tidak kerusakan yang

dapat diperbaiki pada mata pencaharian, sehingga mengurangi

swasembada. Oleh karena itu bagian dari proses menyebabkan kekurangan

gizi, morbiditas dan mortalitas. Selain itu, keadaan rawan pangan langsung

memberikan kontribusi terhadap kemiskinan dan kerusakan mata

pencaharian dalam jangka panjang. Dengan kata lain, jika ada kerawanan

pangan akut, ada risiko gizi (Young et. al., 2001).

Berdasarkan pengertian pada Declaration of World Forum on Food

Sovereignty (2001), Ketahanan pangan adalah hak rakyat untuk

menentukan kebijakan mereka sendiri dan strategi berkelanjutan

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang menjamin hak atas pangan

bagi seluruh penduduk, berdasarkan produksi kecil dan menengah,

menghargai kebudayaan mereka sendiri dan keragaman bentuk petani,

nelayan dan masyarakat adat produksi pertanian, pemasaran dan

pengelolaan kawasan pedesaan, di mana perempuan memainkan peran

mendasar (McHarry et. al., 2002).

Ketahanan pangan menurut Departemen Pertanian mensyaratkan

terpenuhinya dua sisi secara simultan, yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu

tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah,

mutu, keamanan dan keterjangkauannya, yang diutamakan dari produk

dalam negeri, dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap

rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing

anggotanya untuk tumbuh sehat dan produktif dari waktu ke waktu. Kedua

sisi tersebut memerlukan sistem distribusi yang efisien, yang dapat

menjangkau ke seluruh golongan masyarakat (Nainggolan, 2005).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua sumber

pendapatan, yaitu pendapatan dari usahatani dan luar usahatani. Pendapatan

luar usahatani yaitu industri, perdagangan, jasa dan angkutan, PNS/TNI-

POLRI/pensiunan/karyawan, dan lain-lain. Pendapatan rumah tangga petani

akan mempengaruhi daya beli dan pola konsumsinya. Pendapatan digunakan

untuk membayar semua pengeluaran rumah tangga. Selisih pendapatan dan

pengeluaran merupakan tabungan/investasi.

Hukum Engel menyatakan dengan asumsi selera seseorang adalah tetap,

proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan akan semakin kecil seiring

dengan semakin meningkatnya pendapatan. Pada tingkat pendapatan tertentu,

rumah tangga akan memprioritaskan pada pangan dengan harga murah seperti

pangan sumber energi, kemudian dengan semakin meningkatnya pendapatan,

akan terjadi perubahan preferensi konsumsi yaitu dari pangan dengan harga

murah beralih ke pangan yang harganya mahal seperti pangan sumber protein

(Purwantini dan Ariani, 2005).

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Hardinsyah dan Martianto (1992) menyatakan bahwa, jumlah dan

komposisi gizi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari konsumsi

pangannya dapat dihitung atau dinilai dari jumlah pangan yang

dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM). Penilaian jumlah zat gizi adalah:

Gij = xKGijBddj

xBPj

100100

Keterangan:

Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan j

BPj : berat makanan/ pangan yang dikonsumsi (gram)

Bddj : bagian yang dapat dimakan (dalam %/gram dari 100% pangan j)

Kgij : kandungan zat gizi tertentu (i) dari 100 gram pangan (j) atau makanan

yang dimakan

Tercukupinya kebutuhan pangan antara lain dapat diindikasikan dari

pemenuhan kebutuhan energi dan protein. Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi dan protein

penduduk Indonesia masing-masing adalah 2000 kkal/kapita/hari dan

52 gram/kapita/hari.

Adapun skema kerangka teori dan pendekatan masalah dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu yang

lalu, sedangkan untuk pengeluaran non pangan setahun yang lalu,

selanjutnya masing-masing dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata

perbulan.

2. Harga barang baik pangan maupun non pangan dihitung berdasarkan harga

yang berlaku saat penelitian berlangsung.

3. Konsumsi pangan yang dihitung merupakan konsumsi yang dikonsumsi

oleh petani dan anggota keluarganya yang tinggal dalam satu rumah.

4. Penilaian konsumsi pangan dibatasi pada konsumsi energi dan protein.

5. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2012.

Non Pangan Konsumsi Pangan Pangan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani

Konsumsi Energi

Proporsi Pengeluaran Pangan Terhadap Pengeluaran Total

Konsumsi Protein

Pendapatan Rumah Tangga

Tabungan

Usahatani

Luar usahatani

Pengeluaran

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

E. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan ukuran

rumah tangga (URT) pada setiap rumah tangga petani sampel dianggap sama.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini diberikan beberapa pengertian untuk

mempermudah pemahaman mengenai ketahanan pangan, yaitu:

1. Rumah tangga petani terdiri dari rumah tangga petani pemilik penggarap,

rumah tangga petani penyewa dan rumah tangga petani penyakap yang

menanam padi dengan tujuan hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun

dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau

memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha (BPS, 2012).

2. Pendapatan rumah tangga petani merupakan sejumlah uang yang didapat

oleh masing-masing rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan dalam

satu bulan yang dihitung dari pendapatan dari usahatani dan luar

usahatani yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

3. Pengeluaran rata-rata sebulan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan

untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan yang

dinyatakan dalam rupiah per bulan.

4. Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang

dimakan/diminum penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi

kebutuhan fisiknya. Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan

protein.

5. Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dikonsumsi per

orang per hari yang dinyatakan dalam kkal per orang per hari. Dalam

perhitungan, nilai asupan energi dikonversi berdasarkan Daftar Konsumsi

Bahan Makanan (DKBM).

6. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dikonsumsi yang

dinyatakan dalam gram per orang per hari. Dalam perhitungan, nilai

asupan protein dikonversi berdasarkan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM).

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. Tingkat Konsumsi Energi (TKE) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Energi

(AKE) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin)

yang dinyatakan dalam %.

8. Tingkat Konsumsi Protein (TKP) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Protein

(AKP) yang dianjurkan (berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin)

yang dinyatakan dalam %.

9. Pengeluaran pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk

mengkonsumsi bahan makanan yang terdiri dari padi-padian, umbi-

umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan,

konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman alkohol,

tembakau dan sirih (BPS, 2012). Pengeluaran pangan dinyatakan dalam

rupiah per bulan.

10. Pengeluaran non pangan adalah sejumlah uang yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan non pangan rumah tangga yang terdiri dari

perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian,

alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

keperluan pesta dan upacara (BPS, 2012). Pengeluaran non pangan

dinyatakan dalam rupiah per bulan.

11. Proporsi pengeluaran pangan adalah perbandingan antara jumlah

pengeluaran yang digunakan untuk pangan dengan jumlah total

pengeluaran yang dinyatakan dalam %.

12. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan merupakan banyaknya

masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan.

Dalam penelitian ini, AKG yang digunakan adalah AKG berdasarkan

umur dan jenis kelamin menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

VIII Tahun 2004.

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

13. Daftar komposisi bahan makanan adalah daftar yang menyajikan

komposisi bahan makanan untuk menghitung besarnya zat gizi dari

bahan makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga (Supariasa, 2002).

14. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 Tahun 1996).

Ketahanan pangan dalam penelitian ini dilihat dari proporsi pengeluaran

untuk pangan dan tingkat konsumsi energi rumah tangga.

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis menurut Surakhmad (1994)

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada mqasalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian

survei adalah pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dari suatu

populasi dalam jangka waktu yang bersamaan dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dalam penelitian ini adalah Kabupaten Cilacap,

pemililan daerah penelitian tersebut dengan mempertimbangkan alasan yang

diketahui berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di

Kabupaten Cilacap dengan pertimbangan, sebagian besar penduduk

Kabupaten Cilacap bekerja di bidang pertanian sebagai mata pencahariannya.

Keadaan penduduk menurut lapangan usaha dari mata pencaharian utamanya

di Kabupaten Cilacap pada tahun 2010 dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pertanian Industri Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Jasa Lainnya

550.475 67.190 99.531 20.840 84.221 95.242

60,00 7,32

10,85 2,27 9,18

10,38 Jumlah 917.499 100,00

Sumber : Kabupaten Cilacap dalam Angka 2011

23

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui jumlah penduduk yang memiliki

mata pencaharian pada bidang pertanian di Kabupaten Cilacap adalah sebesar

550.475 jiwa atau sebesar 60,00% dari total jumlah penduduk. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor penunjang kehidupan

penduduk di Kabupaten Cilacap. Di samping sebagian besar penduduknya

bekerja di sektor pertanian, Kabupaten Cilacap memiliki produksi padi

terbesar di Jawa Tengah yaitu sebesar 674.745 ton pada tahun 2010.

Ketersediaan beras di Kabupaten Cilacap pada tahun 2010 mengalami surplus

sebesar 310.676.043,20 kg. Namun konsumsi energi per kapita/hari masih

dibawah angka kecukupan energi yaitu 2000 kkal/kapita/hari yaitu sebesar

1920,2 kkal/kapita/hari. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah

disebutkan di atas maka dipilih Kabupaten Cilacap sebagai lokasi penelitian.

C. Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani pemilik

penggarap di Kabupaten Cilacap yang mengusahakan tanaman padi.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini merupakan petani padi di

Kabupaten Cilacap. Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan

secara sengaja dengan pertimbangan wilayah yang memiliki produksi

padi yang berada pada nilai tengah sehingga lebih dapat mencerminkan

keadaan daerah penelitian:

a. Pemilihan wilayah kecamatan berdasarkan produksi padi maka dipilih

satu kecamatan yaitu kecamatan dengan produksi padi yang berada

pada nilai tengah yaitu Kecamatan Kesugihan.

b. Penentuan desa sampel berdasarkan luas panen padi maka dipilih satu

desa dengan luas panen padi padi yang berada pada nilai tengah di

Kecamatan Kesugihan yaitu Desa Dondong.

Pemilihan wilayah kecamatan penelitian berdasarkan pertimbangan

bahwa daerah tersebut merupakan kecamatan dengan produksi padi yang

berada pada nilai tengah di Kabupaten Cilacap, dengan populasi sasaran

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

adalah rumah tangga petani padi. Data luas panen, produksi dan rata-rata

produksi padi sawah di Kabupaten Cilacap di berbagai kecamatan pada

tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

Sumber : Kabupaten Cilacap dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kecamatan yang

mempunyai produksi padi pada nilai tengah adalah Kecamatan Kesugihan

dengan produksi padi sawah sebesar 41.432 ton. Berdasarkan

pertimbangan tersebut maka dipilih Kecamatan Kesugihan sebagai daerah

sampel penelitian.

Kecamatan Luas Panen

(Ha) Produksi

(Ton)

Rata-rata Produksi (Kw/ Ha)

Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kampung Laut Jeruklegi Sidareja Cipari Karangpucung Bantarsari Sampang Maos Dayeuhluhur Kesugihan Nusawungu Cimanggu Binangun Kroya Patimuan Kawunganten Adipala Wanareja Kedungreja Majenang Gandrungmangu

355 752

1.220 1.459 2.764 2.760 4.100 4.299 4.900 5.902 5.884 6.612 6.714 7.098 7.231 7.200 7.376 8.064 8.435 8.191 8.549 8.803 9.594 9.999

2.117 4.492 7.216 8.364

15.816 16.499 23.997 25.588 29.175 36.073 36.334 39.242 41.432 42.687 43.548 43.589 44.905 48.102 49.096 49.351 51.773 52.276 57.612 58.134

59,64 59,74 59,15 57,33 59,78 57,22 58,53 59,52 59,54 61,12 61,75 59,35 61,71 60,14 60,22 60,54 60,88 59,65 58,22 60,25 60,56 60,52 60,05 60,14

Cilacap 2010 138.261 827.418 59,81

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Penentuan desa sampel dilakukan dengan pertimbangan desa

sampel merupakan desa yang memiliki luas panen padi yang menempati

nilai tengah. Berikut merupakan data luas panen padi sawah menurut desa

di Kecamatan Kesugihan pada tahun 2010 :

Tabel 5. Luas Panen Padi Menurut Desa di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

Desa Luas Panen (Ha) Ciwuni Pasanggrahan Keleng Kuripan Kidul Kuripan Bulupayung Jangrana Karangkandri Dondong Kesugihan Kesugihan Kidul Slarang Planjan Karang Jengkol Menganti Kalisabuk

62 122 158 204 246 302 352 370 484 500 504 518 542 566 608 738

Jumlah 9.857

Sumber : Kecamatan Kesugihan dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa desa yang mempunyai

luas panen padi yang menempati posisi nilai tengah adalah Desa

Dondong dengan luas panen sebesar 484 Ha. Berdasarkan pertimbangan

tersebut maka dipilih Desa Dondong sebagai desa sampel penelitian.

Singarimbun dan Efendi (1995) menyatakan bahwa bila data

dianalisis dengan statistik parametrik, maka jumlah sampel harus besar

sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang jumlahnya

besar yang distribusinya normal adalah sampel yang jumlahnya

Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 30 orang petani pemilik penggarap yang mengusahakan padi di

Desa Dondong, Kecamatan kesugihan, Kabupaten Cilacap.

Pada penelitian ini jumlah petani padi pemilik penggarap di Desa

Dondong adalah 2.105 orang. Besarnya sampel yang akan diambil

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sebanyak 30 orang petani padi pemilik penggarap. Pengambilan rumah

tangga petani sampel dilakukan dengan metode accidental sampling yang

merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil responden

sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila

orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3

berikut:

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Keterangan: *) wilayah terpilih untuk sampel penelitian

Gambar 2. Bagan Alur Pengambilan Sampel Responden

Kabupaten Cilacap

Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara Kampung Laut Jeruklegi Sidareja Cipari Karangpucung Bantarsari Sampang Maos Dayeuhluhur Kesugihan * Nusawungu Cimanggu Binangun Kroya Patimuan Kawunganten Adipala Wanareja Kedungreja Majenang Gandrungmangu

Kecamatan Kesugihan

Ciwuni Pasanggrahan Keleng Kuripan Kidul Kuripan Bulupayung Jangrana Karangkandri Dondong * Kesugihan Kesugihan Kidul Slarang Planjan Karang Jengkol Menganti Kalisabuk

Desa Dondong

Responden: 30 orang petani pemilik

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan beberapa jenis dan sumber data, antara lain:

1. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh dari

responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan

instrumen pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer meliputi

data mengenai karakteristik responden, pendapatan rumah tangga petani,

pengeluaran rumah tangga petani dan banyaknya makanan yang

dikonsumsi 2x24 jam yang lalu.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara

mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, di antaranya Badan

Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Cilacap, Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Cilacap, Kantor Kelurahan Desa Dondong. Data sekunder dalam

penelitian ini meliputi data mengenai kondisi umum Kabupaten Cilacap

yang terdiri dari keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan pertanian,

keadaan perekonomian dan kondisi ketahanan pangan wilayah, monografi

Desa Dondong.

Data dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data pendukung.

Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer, data sekunder, data

kualitatif dan data kuantitatif yang dijelaskan secara terperinci dalam tabel 6

dibawah ini:

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data Jenis data Sumber data Pr Sk Kn Kl

Data pokok 1. Identitas responden 2. Pendapatan Rumah Tangga

a. Pendapatan dari usahatani b. Pendapatan dari luar usahatani

3. Pengeluaran Rumah Tangga a. Pengeluaran pangan keluarga b. Pengeluaran non pangan

keluarga 4. Banyaknya makanan yang

dikonsumsi 2x24 jam yang lalu oleh anggota keluarga

Data pendukung 1. Keadaan umum wilayah 2. Ketersediaan Pangan 3. Konsumsi Pangan 4. Jumlah Petani

x

x x

x x

x

x x x x

x x

x x

x

x x x x

x

x

Petani

Petani Petani

Petani Petani

Petani

BPS BP2KP BP2KP

Monografi Desa

Keterangan : Pr = Primer Kn = Kuantitatif

Sk = Sekunder Kl = Kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek

penelitian yang berupa kondisi wilayah dan responden.

2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah kegiatan mencari bahan (keterangan,

pendapat) melalui tanya jawab secara lisan dengan siapa saja yang

diperlukan (Soekartawi, 2006). Wawancara dilakukan untuk mengetahui

Identitas Responden, pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah

tangga.

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data, baik data dari

responden maupun data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga

yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.

4. Recall Method (Metode Pengingatan)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat jenis

dan jumlah satuan pangan yang dikonsumsi selama 2x24 jam terakhir

dihitung sejak saat wawancara dilakukan.

Data-data yang dikumpulkan dan instrumen dalam penelitian dengan

ketiga teknik di atas dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Data-Data yang Dikumpulkan dalam Penelitian

No. Teknik Data yang Dikumpulkan 1. Observasi Identitas Responden, kondisi wilayah. 2.

Wawancara Identitas Responden, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga.

3. Dokumentasi Keadaan umum wilayah dan responden. 4. Pencatatan Identitas responden, Ketersediaan pangan,

konsumsi pangan. 5. Recall Method

(Metode Pengingatan)

Banyaknya makanan yang dikonsumsi 2x24 jam yang lalu oleh anggota keluarga.

F. Metode Analisis Data

1. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani

Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang

diterima/ dihasilkan yang dalam penelitian ini, pendapatan rumah tangga

petani merupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani (on farm) dan

luar usahatani (off farm) yang diusahakan oleh rumah tangga petani

terpilih, sehingga dapat dituliskan :

Pd = Pdon + Pdoff

Dimana :

Pd : Pendapatan rumah tangga petani (Rupiah)

Pdon : Pendapatan dari usahatani (Rupiah)

Pdoff : Pendapatan dari luar usahatani (Rupiah)

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Total pengeluaran rumah tangga petani dapat diketahui dengan

menghitung pengeluaran pangan dan non pangan. Rumus yang digunakan

adalah:

TP = Pp + Pn

Dimana :

TP = Total pengeluaran rumah tangga petani (Rupiah)

Pp = Pengeluaran pangan (Rupiah)

Pn = Pengeluaran non pangan (Rupiah)

Pengeluaran rumah tangga petani dianalisis dengan:

a. Angka rata-rata, digunakan untuk mengetahui taksiran secara kasar

untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang

ada.

b. Analisis persentase, dilakukan dengan membagi data ke dalam beberapa

kelompok yang dinyatakan atau diukur dalam persentase.

2. Proporsi Pengeluaran Pangan terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga

Petani.

Proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah

tangga petani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PF = %100xTP

pp

Dimana :

PF = proporsi pengeluaran pangan (%)

pp = pengeluaran pangan (Rupiah)

TP = total pengeluaran (Rupiah)

(Ilham dan Bonar, 2008).

3. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani.

Konsumsi pangan rumah tangga petani dapat dilihat dari kuantitas

dan kualitas konsumsi pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan,

sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur

kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi.

Jumlah dan komposisi gizi yang diperoleh seseorang atau

kelompok orang dari konsumsi pangannya dapat dihitung atau dinilai dari

jumlah pangan yang dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Secara umum penilaian jumlah zat

gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut :

Gij = xKGijBddj

xBPj

100100

Dimana:

Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j

BPj : berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi (gram)

Bddj : bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100

gram pangan atau makanan j)

Kgij : kandungan zat gizi tertentu (i) dari 100 gram pangan j atau

makanan yang dikonsumsi

(Hadinsyah dan Martianto, 1992).

Sesuai dengan rumus di atas, maka untuk mengukur jumlah

konsumsi energi dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Gej = xKGejBddj

xBPj

100100

Dimana Gej adalah energi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j.

Sedangkan konsumsi protein dihitung dengan rumus :

Gpj = xKGpjBddj

xBPj

100100

Dimana Gpj adalah protein yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j.

Kuantitas konsumsi pangan ditinjau dari volume pangan yang

dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan.

Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif digunakan parameter

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP).

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

TKE = %100dianjurkan yang AKE

energi konsumsixå

TKP = %100 dianjurkan yang AKP

protein konsumsixå

Dimana :

TKE : Tingkat konsumsi energi (%)

TKP : Tingkat konsumsi potein (%)

Konsumsi Energi : Jumlah konsumsi energi (kkal/kapita/hari)

Konsumsi Protein : Jumlah konsumsi protein (gram/kapita/hari)

Angka kecukupan gizi (AKG) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan AKG berdasarkan umur dan jenis kelamin sesuai Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004. Berikut ini

merupakan daftar AKE dan AKP berdasarkan umur dan jenis kelamin:

Tabel 8. Daftar Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No. Umur AKE(kkal) AKP(gram) 1. Anak

0-6 bl 7-11 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th

550 650

1000 1550 1800

10 16 25 39 45

2. Pria 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65+ th

2050 2400 2600 2550 2350 2250 2050

50 60 65 60 60 60 60

3. Wanita 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65+ th

2050 2350 2200 1900 1800 1750 1600

50 57 55 50 50 50 45

4. Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

+180 +300 +300

+17 +17 +17

5. Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

+ 500 + 550

+17 +17

Sumber: WKNPG VIII, 2004

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan

gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat konsumsi gizi (TKG). TKG

diklasifikasikan berdasarkan pada nilai ragam kecukupan gizi yang

dievaluasi secara bertingkat berdasarkan acuan Depkes (1990) dalam

Supariasa (2002), yaitu :

a. Baik : TKG

b. Sedang : TKG 80 – 99 % AKG

c. Kurang : TKG 70 – 80 % AKG

d. Defisit : TKG < 70% AKG

4. Hubungan antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan,

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

Pendapatan rumah tangga mempunyai hubungan terhadap proporsi

pengeluaran pangan, serta kecukupan energi dan protein yang disediakan

oleh setiap rumah tangga petani. Konsumsi energi dan protein akan

berbeda pada pendapatan yang berbeda. Untuk mengetahui hubungan

antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan, tingkat konsumsi

energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP), dapat diketahui dengan

analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut

dengan Product Moment Pearson menggunakan SPSS.

Keeratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

disebut dengan koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi (r) dapat

diketahui dengan program SPSS. Nilai koefisien korelasi (r) berkisar

antara -1 hingga +1, nilai semakin mendekati -1 atau +1 berarti hubungan

antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti

hubungan dua variabel semakin melemah. Nilai positif (+) menunjukkan

hubungan yang searah (jika satu variabel naik maka variabel lain juga

naik) dan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan (jika

satu variabel naik akan diikuti penurunan variabel yang lain)

(Priyanto, 2008).

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) menurut Alhusin, 2003 dibagi

menjadi lima kategori sebagai berikut :

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

a. 0 – 0,20 = sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

b. 0,21 – 0,40 = rendah

c. 0,41 – 0,60 = sedang

d. 0,61 – 0,80 = cukup tinggi

e. 0,81 – 1 = tinggi

Untuk menguji probabilitas (tingkat signifikasi) dari hasil koefisien

korelasi menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Jika probabilitas r > 0,05, berarti Ho diterima (tidak terdapat korelasi)

b. Jika probabilitas r < 0,05, berarti Ho ditolak (terdapat korelasi)

5. Ketahanan Pangan.

Berdasarkan penelitian Jonsson dan Toole (1991) yang diadopsi oleh

Maxwell et.al (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Urban

Livelihoods and Food and Nutrition Security in Greater Accra, Ghana,

indikator yang digunakan untuk mengukur derajat ketahanan pangan

rumah tangga adalah proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan

konsumsi energi. Pengelompokan rumah tangga dengan menggunakan

kedua indikator tersebut dapat dilihat pada tabel tersebut:

Tabel 9. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga

Tingkat Konsumsi Energi

Proporsi pengeluaran pangan

Rendah (<60% pengeluaran total)

Tinggi (pengeluaran total)

Cukup (>80% kecukupan energi)

1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan

Kurang ( kecukupan energi)

3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan

Sumber : Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxwell et. al. (2000)

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Karakteristik rumah tangga petani sampel merupakan gambaran secara

umum tentang keadaan dan latar belakang rumah tangga petani sampel yang

berkaitan dengan kegiatannya dalam usahatani padi. Karakteristik yang dikaji

merupakan data-data identitas responden dan anggota keluarganya, yang

meliputi umur, pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Responden pada

penelitian ini berjumlah 30 orang, yang merupakan penduduk dari Desa

Dondong Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Karakteristik rumah

tangga responden dapat dilihat pada Tabel 33 berikut:

Tabel 33. Karakteristik Rumah Tangga Responden

No. Uraian Keterangan Nilai 1. Umur (tahun)

a. suami b. istri

Rata-rata

52 45

2. Lama Pendidikan (tahun) a. Suami

1) Tidak Tamat SD 2) SD 3) SMP 4) SMA 5) S1

b. Istri 1) Tidak Tamat SD 2) SD 3) SMP 4) SMA 5) S1

Jumlah

4 9 8 6 3

3

10 8 5 2

3. Jumlah anggota keluarga (orang) a. laki-laki b. perempuan

Modus 2 2

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 33 di atas dapat diketahui bahwa umur rata-rata

suami adalah 52 tahun dan istri 45 tahun. Umur tersebut masih dikelompokkan

dalam masa produktif, yang berarti petani masih bisa mengerjakan pekerjaan

bertaninya dengan maksimal untuk menghasilkan pendapatan guna mencukupi

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

kebutuhan rumah tangganya. Umur berpengaruh terhadap produktivitas,

semakin bertambahnya umur, produktivitas seseorang akan meningkat, namun

akan mengalami penurunan setelah melewati umur produktif. Usia juga

berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pangan individu.

Tingkat pendidikan kepala keluarga yang paling banyak adalah tamat

SD yaitu 9 orang. Demikian halnya dengan istri, dimana 10 orang tamat SD.

Lamanya pendidikan formal berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan

seseorang. Rata-rata lamanya pendidikan formal yang diikuti petani adalan 9

tahun setara dengan tingkat SMP, sedangkan rata-rata lamanya pendidikan

formal yang diikuti istri adalah 8 tahun atau setara dengan tingkat SMP. Hal

ini menunjukkan bahwa tingkat pedidikan petani masih rendah. Rendahnya

pendidikan petani dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keterbatasan

biaya, lingkungan dan belum adanya sarana yang memadai pada waktu

seharusnya mereka bersekolah. Rumah tangga petani umumnya adalah

keluarga dengan pendapatan yang terbatas, sehingga mereka terkadang lebih

memilih menyelesaikan pendidikan dasar, untuk kemudian bekerja memenuhi

kebutuhan hidupnya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada pola pikir

responden. Pendidikan formal yang telah ditempuh akan mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam mengelola usahataninya dan mencukupi

kebutuhan rumah tangga baik pangan maupun nonpangan. Pendidikan formal

yang diikuti peran penting pengetahuan gizi ibu rumah tanggat erkait dengan

pengambilan keputusan dalam mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga,

lamanya Karena pada umumnya pengambilan keputusan untuk pemenuhan

kebutuhan pangan dipegang oleh ibu rumah tangga. Dari seluruh responden

yang diambil terdapat dua rumah tangga yang tidak terdapat ibu rumah tangga.

Oleh karena itu, peran pengambilan keputusan dalam konsumsi pangan

diambil alih oleh kepala rumah tangga.

Anggota rumah tangga terdiri dari kepala rumah tangga, istri, anak dan

anggota keluarga lain yang makan dalam satu rumah. Jumlah anggota rumah

tangga berpengaruh terhadap pengeluaran dan konsumsi pangan rumah

tangga, semakin banyak anggota rumah tangga maka pengeluaran dan

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

konsumsi pangannya juga lebih banyak. Kebanyakan anggota jumlah keluarga

adalah 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Selain jumlah anggota dalam

keluarga, jenis kelamin dan umur juga berpengaruh dalam konsumsi pangan

keluarga karena kecukupan gizi masing-masing anggota keluarga berbeda

menurut umur dan jenis kelamin.

B. Pendapatan Rumah Tangga Responden

Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang diperoleh

dari masing-masing anggota rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan

dalam satu bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber

pendapatan rumah tangga petani diperoleh dari usahatani dan luar usahatani.

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari sawah, tegal dan

pekarangan. Pendapatan luar usahatani diperoleh dari pekerjaan anggota

rumah tangga sebagai PNS, karyawan swasta, buruh bangunan, tukang kayu,

berdagang di pasar maupun di warung dan lain-lain. Pada Tabel 34 dapat

dilihat besarnya rata-rata pendapatan responden.

Tabel 34. Besarnya Rata-rata Pendapatan per Bulan Rumah Tangga Responden

No. Sumber pendapatan Pendapatan (Rp/bulan)

Persentase (%)

1. Pendapatan usahatani 1.446.250 62,57 2. Pendapatan luar usahatani 865.000 37,43

Jumlah 2.311.250 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Pendapatan usahatani pada penelitian ini berasal usahatani sawah dan

pekarangan, yaitu sebesar Rp 1.446.250,00 per bulan. Pola tanam usahatani

sawah petani responden terdiri dari usaha tani padi-padi-padi dengan rata-rata

luas lahan sawah seluas 5915 m2. Musim tanam I adalah bulan Juni-

September, musim tanam II bulan Oktober-Januari dan musim tanam III

adalah bulan Februari-Mei. Dari pekarangan petani responden mendapatkan

penghasilannya dari bertanam kelapa, pepaya, jeruk, jinistri, ketela pohon,

ketela rambat, dan pisang.

Pada penelitian ini responden adalah petani pemilik penggarap, ini

berarti petani mendapatkan penghasilan dari kepemilikan sawah, pengolahan

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

sawah dan produksi dari sawah. Petani pemilik penggarap ada yang

mengerjakan sawahnya sendiri. Namun juga ada yang membayar orang

sebagai buruh tani untuk menggarap sawah, misalnya seperti saat musim

tanam dan musim panen.

Persentase pendapatan usahatani rumah tangga sebesar 62,57%,

sedangkan persentase pendapatan non usahatani rumah tangga sebesar

37,43%. Persentase pendapatan usahatani lebih besar dari persentase

pendapatan non usahatani, hal ini berarti sebagian besar responden

mengandalkan pekerjaan di sektor pertanian lahan sawah.

Sebagian besar petani melakukan pekerjaan di luar usahatani karena

dari pendapatan usahatani dirasa belum cukup untuk dapat memenuhi

kebutuhan rumah tangga. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan

dari anggota rumah tangga yang diperoleh dari pekerjaannya di luar usahatani

seperti PNS, karyawan swasta, buruh bangunan, tukang kayu, berdagang di

pasar maupun di warung dan lain-lain. Pada Tabel 34 di atas dapat diketahui

bahwa rata-rata pendapatan luar usahatani pada penelitian ini adalah sebesar

Rp 865.000,00 per bulan. Pekerjaan di luar usahatani dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 35. Pekerjaan di Luar Usahatani Rumah Tangga Responden

No. Pekerjaan Suami Istri Anak 1. 2. 3.

Guru SD Guru SMA Pensiunan PNS

1 1 1

1

4. 5. 6.

Pedagang ikan di pasar Pedagang Beras Toko kelontong/ Warung

1 2 5

8. 9. 10. 11. 12.

Buruh Bangunan Buruh Pabrik Buruh Serabutan Buruh Cuci Tukang Kayu

5 1 2 4

1

1

13. 14.

Tukang Becak Tukang Ojek Motor

1 1

15. 16.

Karyawan Swasta Karyawan bengkel

1 1

17. Penjahit 1 18. Jasa penggilingan padi 1

Jumlah 20 9 3

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 35, menjelaskan berbagai sumber pendapatan yang dilakukan

oleh rumah tangga responden untuk menambah pendapatan keluarga agar bisa

memenuhi kebutuhan rumah tangga baik pangan maupun non pangan.

Pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh rumah tangga petani antara lain

bekerja sebagai buruh bangunan, berjualan di warung dan tukang kayu. Dari

30 rumah tangga responden terdapat 3 rumah tangga yang tidak memiliki

sumber pendapatan di luar usahatani, artinya hanya mengandalkan pendapatan

dari usahatani.

Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu

kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, karena adanya kecenderungan rumah

tangga yang berpendapatan tinggi untuk lebih mementingkan kualitas pangan

dibandingkan dengan rumah tangga yang berpendapatan rendah. Rumah

tangga dengan penghasilan yang terbatas, pemilihan konsumsi pangan masih

didominasi oleh bagaimana memperoleh pangan secara cukup secara

kuantitas, dan belum mementingkan gizi yang terkandung di dalamnya.

C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan untuk

konsumsi semua anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga

digolongkan menjadi 2 yaitu pengeluaran pangan dan non pangan tanpa

memperhatikan asal barang, yang dimaksud dengan tidak memperhatikan asal

barang adalah besarnya pengeluaran tetap dihitung meskipun barang tersebut

diperoleh dari hasil kebun atau usahatani sendiri maupun berupa barang

pemberian. Pengeluaran untuk konsumsi pangan dihitung selama seminggu

yang lalu, selanjutnya masing-masing dikonversikan ke dalam pengeluaran

rata-rata per bulan. Berikut ini merupakan besarnya rata-rata pengeluaran

rumah tangga responden:

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 36. Rata-Rata Pengeluaran Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden

No. Pengeluaran Pangan Rata-rata (Rp/bulan) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15.

Padi-padian Umbi-umbian Ikan Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan lemak Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lain Makanan dan minuman jadi Minuman alkohol Tembakau dan sirih

218.140,43 8.762,20

46.383,50 41.860,43 50.152,23 62.161,93 40.991,03 17.713,57 33.649,07 41.666,20 55.556,93 36.643,90 19.306,83

0,00 41.647,37

30,52 1,23 6,49 5,86 7,02 8,70 5,74 2,48 4,71 5,83 7.77 5,13 2,70 0,00 5.83

Jumlah 714.635,63 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Tabel 36 menunjukkan besarnya rata-rata pengeluaran pangan per

bulan rumah tangga responden. Pengeluaran untuk padi-padian merupakan

pengeluaran terbesar yaitu 30,52% dari seluruh pengeluaran untuk konsumsi

pangan. Kelompok pangan padi-padian meliputi beras, jagung, tepung beras,

tepung jagung, tepung terigu dan jenis produk dari padi-padian. Besarnya

pengeluaran untuk padi-padian karena padi/beras merupakan makanan pokok

bagi setiap rumah tangga responden, hal ini juga mempengaruhi pola pangan

masyarakat untuk mencukupi kebutuhan beras sebagai kebutuhan yang utama,

sehingga beras menempati urutan yang paling besar diantara kelompok pangan

lainnya. Beras yang dikonsumsi petani adalah beras yang mereka dapat dari

hasil usahatani padi. Besarnya pengeluaran untuk beras juga dipengaruhi oleh

harga beras di tingkat produsen. Saat penelitian harga beras sebesar Rp

7.000,00 – Rp 8.000,00. Selain beras sebagai pengeluaran terbanyak dalam

kelompok padi-padian, tepung terigu juga salah satu konsumsi pangan dari

kelompok padi-padian yang dapat digunakan untuk bahan-bahan pembuat

lauk-pauk atau makanan ringan.

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk sayur-sayuran mencapai

8,70%. Golongan sayuran antara lain adalah bayam, kangkung, kubis, kacang

panjang, buncis, tomat, terong, wortel, labu siam, kecambah, daun bawang,

sawi dan lain-lain. Untuk mendapatkan sayuran, petani membeli di pasar,

warung ataupun penjual keliling. Kecamatan Kesugihan mempunyai tujuh

pasar yaitu Pasar Karangkandri, Pasar Slarang, Pasar Kesugihan, Pasar

Kuripan, Pasar Planjan, Pasar Ciwuni, dan Pasar Pasanggrahan. Tidak semua

pasar di Kecamatan Kesugihan dapat dijangkau oleh penduduk. Sehingga

untuk untuk mendapatkan sayuran, mereka belanja di warung-warung terdekat

Selain itu, sayuran seperti lembayung dan genjer mereka dapatkan dari sawah

yang memang sengaja ditanam di pematang sawah, juga daun singkong dan

daun pepaya yang mereka dapat dari pekarangan.

Pengeluaran pangan untuk konsumsi bumbu-bumbuan sebesar 7,77%.

Golongan bumbu-bumbuan antara lain garam, merica, ketumbar, terasi, vetsin,

penyedap rasa, kecap, bawang merah, bawang putih, cabai, gula jawa dan lain-

lain. Pengeluaran untuk bawang merah dan bawang putih adalah yang

terbanyak. Hal ini dikarenakan kedua jenis ini diperlukan hampir disetiap

masakan dan dalam jumlah yang lebih banyak dibanding bumbu-bumbu yang

lain seperti garam, penyedap rasa, merica dan ketumbar. Bawang merah dan

bawang putih diperlukan dalam jumlah yang banyak di setiap masakan dan

harganya yang relatif lebih mahal menjadikan pengeluaran untuk konsumsi

bumbu-bumbuan tinggi. Harga garam, penyedap rasa dan ketumbar cukup

murah, sedangkan merica walaupun harganya mahal tetapi hanya dibutuhkan

dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan untuk gula jawa, biasanya merupakan

hasil deres dari pohon kelapa di pekarangan.

Pengeluaran untuk telur dan susu 7,02% dari pengeluaran pangan.

Rumah tangga responden yang mengkonsumsi susu adalah rumah tangga yang

mempunyai anak balita atau anak usia sekolah. Telur merupakan bahan

pangan sumber protein hewani yang murah dibandingkan dengan daging dan

lainnya, sehingga menjadi pilihan rumah tangga untuk mengkonsumsinya.

Konsumsi telur ini baik telur ayam maupun telur bebek, namun kebanyakan

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

responden memilih telur ayam karena harganya yang lebih murah. Selain itu

telur juga dapat menjadi lauk yang praktis karena mudah dalam menyajikan,

biasanya disajikan dalam bentuk telur mata sapi atau dadar.

Pengeluaran untuk ikan adalah 6,49% dari pengeluaran untuk pangan.

Golongan ikan meliputi ikan segar, ikan awetan dan lainnya. Ikan yang

dikonsumsi oleh petani responden adalah ikan awetan dan ikan segar. Ikan

awetan ini antara lain ikan tongkol, pindang, ikan asin, dan teri. Ikan segar

yang dikonsumsi adalah lele, tengiri, dan ikan pari. Ikan yang dikonsumsi oleh

sebagian besar petani responden adalah ikan awetan karena lebih tahan lama

dan harganya murah, namun banyak juga responden yang mengkonsumsi ikan

segar. Mengingat daerah penelitian dekat dengan pantai maka ikan segar dapat

dengan mudah didapatkan di pasar.

Pengeluaran untuk daging 5,86% dari pengeluaran pangan. Golongan

daging meliputi sapi, ayam, kambing dan lainnya. Rumah tangga petani

umumnya hanya mengkonsumsi daging ayam, hal ini karena harga daging

ayam yaitu sebesar Rp 24.000,00 per kg, lebih murah jika dibandingkan

dengan harga daging sapi yang mencapai Rp 80.000,00 per kg. Konsumsi

daging ayam pun juga tidak setiap hari dilakukan. Sedangkan untuk daging

sapi dan kambing biasanya mereka hanya mengkonsumsi saat hari raya kurban

saja.

Pengeluaran untuk minuman mencapai 5,83% dari pengeluaran

pangan. Pengeluaran untuk minuman meliputi gula, teh, kopi dan lainnya.

Pengeluaran terbesar adalah untuk gula, karena gula digunakan untuk

melengkapi teh, susu maupun kopi, selain itu juga gula dapat digunakan untuk

pelengkap bumbu dalam masakan. Gula, teh dan kopi merupakan pengeluaran

sehari-hari yang rutin karena dikonsumsi setiap harinya. Sedangkan

pengeluaran terkecil pada kelompok ini adalah kopi karena kopi tidak

dikonsumsi setiap hari seperti halnya teh.

Pengeluaran untuk konsumsi tembakau dan sirih yang mencapai

5,83%. Tidak semua rumah tangga responden mengkonsumsi tembakau dan

sirih. Golongan pangan yang termasuk dalam tembakau dan sirih antara lain:

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

rokok kretek, rokok putih, cerutu, sirih, tembakau, dan inang. Pengeluaran

terbesar pada rokok kretek. Alasan memilih rokok kretek adalah harganya

yang lebih murah dibanding rokok putih dan lebih praktis dibanding meracik

sendiri.

Pengeluaran untuk kacang-kacangan adalah sebesar 5,74%, yang

meliputi pengeluaran untuk kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, tahu,

tempe dan lainnya. Tidak semua rumah tangga mengkonsumsi kacang tanah

dan kacang hijau. Kacang tanah biasanya direbus atau digoreng untuk

makanan ringan atau sebagai bumbu pecel, kacang hijau digunakan jika untuk

memasak bubur kacang hijau. Pengeluaran rumah tangga petani untuk

golongan kacang-kacangan yang paling besar untuk tempe dan tahu. Tempe

dan tahu merupakan lauk sumber protein nabati yang harganya tergolong

murah dan tersedia terus-menerus di pasar, oleh karena itu tahu dan tempe

digunakan sebagai lauk untuk sehari-hari.

Konsumsi lain mencapai 5,13% dari pengeluaran pangan. Golongan

konsumsi lain antara lain kerupuk, mie, bihun dan lain-lainnya. Konsumsi

untuk mie merupakan pengeluaran terbesar pada golongan ini. Hampir semua

rumah tangga mengkonsumsi mie, karena mudah dalam mendapatkannya

maupun penyajiannya. Mie menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan

selain nasi dibandingkan dengan golongan makanan lainnya. Dengan

perkembangan yang serba cepat dan praktis turut pula menjadi alasan

mengapa banyak orang memilihnya. Kerupuk juga dikonsumsi hampir setiap

rumah tangga, karena kerupuk merupakan makanan sampingan atau pelengkap

lauk yang hampir tiap hari pasti ada di rumah, hal itu disebabkan harga

kerupuk yang murah dan mudah didapatkan.

Pengeluaran untuk minyak dan lemak adalah 4,71% dari pengeluaran

pangan. Pengeluaran untuk minyak dan lemak meliputi minyak goreng,

mentega, kelapa dan lainnya. Pengeluaran untuk minyak goreng merupakan

pengeluaran terbesar, karena semua rumah tangga menggunakan minyak

goreng untuk memasak. Kelapa hanya digunakan untuk membuat sayur lodeh

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dan biasanya kelapa didapatkan dari hasil kebun sendiri. Sedangkan untuk

mentega semua rumah tangga tidak mengkonsumsinya.

Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi 2,70% dari pengeluaran

pangan. Golongan makanan dan minuman jadi antara lain roti, biskuit, bakso,

mie ayam dan lainnya. Makanan dan minuman jadi jarang dikonsumsi oleh

petani. Karena daerah penelitian merupakan daerah perkampungan yang

jarang terdapat warung makan. Mereka biasanya mengkonsumsi yang sudah

dimasak di rumah.

Pengeluaran untuk buah-buahan sebesar 2,48% dari pengeluaran

pangan. Buah yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga petani adalah

pepaya, dan pisang, sedangan jeruk, semangka, sirsak dan apel dikonsumsi

sesekali saja. Buah jeruk dan pisang adalah buah yang diperoleh dari

pekarangan mereka sendiri, sehingga selain dapat dijual, sebagian hasilnya

untuk dikonsumsi sendiri. Namun untuk buah jeruk hanya beberapa rumah

tangga yang menanamnya di pekarangan.

Pengeluaran umbi-umbian sebesar 1,23% dari pengeluaran pangan.

Golongan umbi-umbian meliputi ketela pohon, ketela rambat, gaplek, kentang,

talas dan lainnya. Jenis umbi yang sering dikonsumsi rumah tangga petani

adalah ketela pohon dan ketela rambat. Sebagian besar mereka memperoleh

bukan dari membeli melainkan dari hasil pekarangan rumahnya. Umbi-umbian

dikonsumsi untuk makanan sampingan, misalnya direbus, dikukus atau

digoreng. Untuk kentang biasanya kentang hanya digunakan untuk membuat

masakan seperti sambal goreng atau untuk tambahan pada sayur sop, bukan

untuk konsumsi kentang secara langsung, misalnya kentang goreng, kentang

rebus atau lainnya.

Kelompok yang tidak mengambil proporsinya dari pengeluaran adalah

minuman alkohol. Ini artinya dari seluruh rumah tangga petani responden

tidak ada yang mengkonsumsi minuman keras. Karena sebagai umat yang taat

beragama dan memegang teguh adat istiadat, mereka pantang meminum

minuman keras.

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Pengeluaran non pangan terdiri dari perumahan dan fasilitas, aneka

barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian dan sepatu,

barang tahan lama, pajak dan asuransi, keperluan pesta dan upacara. Berikut

ini merupakan besarnya pengeluaran non pangan rumah tangga responden.

Tabel 37. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan per Bulan Rumah Tangga Responden

No. Pengeluaran Non Pangan Rata-rata (Rp/bulan)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perumahan (Sewa / kontrak, Listrik, Minyak tanah, Kayu bakar, LPG, Air) Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Sandang Barang tahan lama Pajak dan asuransi Keperluan sosial

95.966,67

114.550,00 120.400,00 19.100,00 29.736,00

4.716,67 27.510,90 82.166,67

19,42

23,18 24,37

3,87 6,02 0,95 5,57

16,63 Jumlah 494.146,90 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Tabel 37 menunjukkan besarnya rata-rata pengeluaran non pangan

perbulan rumah tangga responden. Besarnya pengeluaran non pangan adalah

Rp 494.146,90. Pengeluaran non pangan terbesar adalah Pengeluaran untuk

biaya pendidikan mencapai 24,37% dari pengeluaran non pangan. Biaya

pendidikan meliputi biaya untuk uang pangkal, SPP, pramuka, prakarya, buku,

alat tulis dan lainnya. Tingginya persentase biaya pendidikan karena sebagian

besar anak tangga responden masih bersekolah. Sebagian anak dari rumah

tangga responden sudah menyelesaikan pendidikan SMA dan tetap

melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan harapan masa depan anak menjadi

lebih baik dari orang tuanya meskipun dengan keterbatasan biaya.

Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa yaitu sebesar Rp 114.550,00

atau 23,18% dari keseluruhan pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk

aneka barang dan jasa meliputi sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi,

shampoo, ongkos transportasi, bensin, perawatan kendaraan, pembuatan KTP,

komunikasi dan lainnya. Pengeluaran pada golongan ini tinggi karena meliputi

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

barang yang dibutuhkan dan dipergunakan setiap hari oleh seluruh anggota

rumah tangga seperti sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi dan shampoo.

Sebagian besar rumah tangga mempunyai kendaraan untuk transportasi,

sehingga membutuhkan bensin untuk bahan bakarnya. Selain itu sebagian

besar rumah tangga responden juga memiliki alat komunikasi berupa

handphone yang juga menambah pengeluaran pada golongan aneka barang

dan jasa untuk membeli pulsa.

Pengeluaran perumahan 19,42% dari pengeluaran non pangan.

Pengeluaran untuk perumahan meliputi sewa/kontrak, listrik, minyak tanah,

kayu bakar, LPG, air dan lainnya. Tempat tinggal responden adalah rumah

milik sendiri, sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk sewa/kontrak.

Pengeluaran untuk golongan ini adalah untuk listrik, air, minyak tanah, kayu

bakar dan LPG. Listrik dan air digunakan setiap harinya, listrik untuk sarana

penerangan dan menggunakan alat-alat elektronik, sedangkan air digunakan

untuk kebutuhan sehari seperti memasak, MCK, dan lain-lain. Sebagian besar

rumah tangga petani responden menggunakan air dari PDAM dikarenakan air

sumur yang keruh tidak dimungkinkan untuk digunakan. Minyak tanah, kayu

bakar dan LPG digunakan untuk sarana memasak. Semenjak diberlakukannya

konversi minyak tanah ke LPG ada beberapa responden yang menggunakan

LPG untuk memasak, namun masih ada rumah tangga yang masih

menggunakan minyak tanah dan kayu untuk bahan bakar.

Pengeluaran untuk keperluan sosial sebesar 16,63% dari pengeluaran

non pangan. Pengeluaran untuk keperluan sosial meliputi sumbangan untuk

perkawinan, kematian, khitanan, perayaan agama, perayaan adat dan lainnya.

Kehidupan bermasyarakat di perdesaan bagi rumah tangga responden masih

sangat diutamakan. Pada penelitian ini, pengeluaran untuk keperluan sosial

meliputi sumbangan untuk perkawinan, kematian, khitanan dan saat musim

panen, dan keperluan sosial lain. Besarnya pengeluaran per bulan untuk

keperluan sosial bagi setiap rumah tangga responden tidaklah sama,

tergantung berapa banyaknya undangan dari orang yang punya hajat.

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pengeluaran untuk sandang mencapai 6,02% dari pengeluaran non

pangan. Pengeluaran sandang meliputi pengeluaran untuk pakaian, alas kaki,

tutup kepala, dan lainnya. Sebagian besar rumah tangga responden hanya

membeli pakaian pada saat lebaran atau setahun sekali. Hal ini dilakukan

karena mereka lebih mementingkan untuk keperluan konsumsi lainnya yang

lebih penting daripada untuk membeli pakaian.

Keperluan pajak dan asuransi adalah sebesar 5,57% dari pengeluaran

non pangan. Pengeluaran untuk golongan ini meliputi pengeluaran untuk PBB,

dan lainnya. PBB dikeluarkan untuk pajak tanah yang mereka punya dan juga

bangunan yang mereka tempati (rumah). Biaya lainnya adalah biaya untuk

pajak kendaraan bermotor. Pengeluaran untuk pajak baik PPB maupun pajak

kendaraan bermotor hanya dilakukan sekali dalam setahun.

Pengeluaran untuk biaya kesehatan adalah sebesar 3,87% dari

pengeluaran non pangan. Biaya kesehatan yang rendah pada rumah tangga

responden disebabkan mereka lebih memilih untuk berobat ke Puskesmas atau

membeli obat di warung atau apotek. Apabila penyakit sudah parah, baru

mereka datang ke Dokter Praktek atau Rumah Sakit Daerah.

Pengeluaran non pangan lainnya adalah barang tahan lama. Barang

tahan lama meliputi alat rumah tangga, alat dapur, alat hiburan dan lainnya.

Pengeluaran untuk biaya barang tahan lama adalah sebesar 0,95% dari

pengeluaran non pangan. Pada penelitian ini hanya beberapa responden yang

mengeluarkan biaya untuk membeli barang tahan lama karena biasanya barang

tahan lama tidak dibeli dalam waktu dekat.

Dari data di atas dapat diketahui besarnya pengeluaran yang

dikeluarkan oleh rumah tangga responden baik pengeluaran pangan maupun

pengeluaran non pangan. Besarnya pengeluaran total rumah tangga responden

dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Pengeluaran Total Rumah Tangga Responden

Pengeluaran Jumlah (Rp/bulan) Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan

714.635,63 494.146,90

Pengeluaran Total 1.208.782,53

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Berdasarkan Tabel 38 di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

pengeluaran total adalah Rp 1.208.782,53 per bulan yang terdiri dari

pengeluaran pangan sebesar Rp 714.635,63 per bulan dan pengeluaran non

pangan sebesar Rp 494.146,90 per bulan. Pengeluaran pangan mempunyai

nilai pengeluaran yang lebih besar daripada pengeluaran non pangan, artinya

rumah tangga responden masih menggunakan sebagian besar pendapatannya

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu, yaitu kebutuhan

pangannya. Apabila kebutuhan dasar tersebut sudah terpenuhi, maka rumah

tangga petani akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi

kebutulan lain dalam hal ini kebutuhan non pangan

Selisih antara pendapatan dan pengeluaran merupakan tabungan.

Besarnya rata-rata tabungan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 39. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran dan Tabungan Rumah Tangga Responden

Jumlah (Rp/bulan) Pendapatan Pengeluaran Total

2.311.250,00 1.208.782,53

Tabungan 1.102.467,47

Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Berdasarkan Tabel 39 di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

tabungan adalah Rp 1.102.467,47. Pada penelitian ini, tabungan bukan

merupakan tabungan dalam arti sesungguhnya atau sejumlah uang yang

disimpan/ ditabung oleh rumah tangga. Tabungan disini merupakan selisih

antara pendapatan rumah tangga dan pengeluaran. Tabungan rumah tangga

biasanya berupa simpanan bahan pokok ataupun perhiasan-perhiasan.

D. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Total

Rumah Tangga

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase

banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total. Berikut

ini merupakan proporsi pengeluaran rumah tangga responden.

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 40. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pengeluaran Jumlah (Rp/bulan) Proporsi (%) Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan

714.635,63 494.146,90

59,12 40,88

Pengeluaran Total 1.208.782,53 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan

ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total

pada penelitian ini adalah Rp 1.208.782,53. Berdasarkan Tabel diatas, dapat

diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 714.635,63 atau

mencapai 59,12% dari pengeluaran total dan untuk pengeluaran non pangan

sebesar Rp 494.146,90 atau 40,88%.

Proporsi antara pengeluaran pangan dan non pangan digunakan

sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan

pangan rumah tangga. Dari proporsi pengeluaran pangan dapat diungkapkan

bahwa semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat

kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah.

Berdasarkan data di atas pengeluaran pangan lebih besar daripada pengeluaran

non pangan, ini berarti tingkat kesejahteraan rumah tangga responden masih

rendah. Rumah tangga responden lebih mengutamakan pendapatannya untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu, yakni berupa pangan, apabila

kebutuhan dasar tersebut sudah terpenuhi, maka keluarga akan

mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non pangan.

E. Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga

Konsumsi energi dan protein responden dapat dinilai dari konsumsi

pangannya. Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang

dimakan atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi

kebutuhan fisiknya. Konsumsi pangan dihitung dari makanan/minuman yang

dimakan setiap anggota rumah tangga tanpa mempertimbangkan asal makanan

tersebut (masak sendiri ataupun membeli). Konsumsi pangan yang dinilai

adalah konsumsi energi dan konsumsi protein. Konsumsi energi adalah

sejumlah energi pangan yang dikonsumsi per orang per hari yang dinyatakan

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

dalam kkal/orang/hari dan konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan

yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam gram/orang/hari.

Berikut ini merupakan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah

tangga responden dan tingkat konsumsi gizinya.

Tabel 41. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) Rumah Tangga Responden

Keterangan Energi (kkal) Protein (gram)

Rumah Tangga

Per orang per hari

Rumah Tangga

Per orang per hari

Konsumsi 6.208,65 1.795,83 189,39 53,97 AKG dianjurkan* 7.356,67 2.087,31 192,47 54,76 TKG (%) 86,04 86,04 98,54 98,54

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Keterangan : *) AKG berdasarkan umur dan jenis kelamin sesuai Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004

Berdasarkan Tabel 41 dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata

konsumsi energi rumah tangga responden adalah 1.795,83 kkal/orang/hari dan

konsumsi protein sebesar 53,97 gram/orang/hari. Besarnya rata-rata konsumsi

energi dan protein masih kurang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi

(AKG) yang dianjurkan yaitu untuk energi sebesar 2.087,31 kkal/orang/hari,

dan untuk protein sebesar 54,76 gram/orang/hari.

Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) rumah tangga

responden adalah 86,04% dan bila dilihat dari tingkat konsumsi gizinya dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan untuk TKE termasuk dalam kategori

sedang. Beras merupakan satu-satunya pangan pokok sekaligus sumber energi

utama yang dikonsumsi rumah tangga responden.

Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Protein (TKP) rumah tangga

responden adalah 98,54% yang termasuk dalam kategori sedang. Konsumsi

protein diperoleh dari konsumsi protein nabati dan hewani. Seperti halnya

konsumsi energi, apabila dilihat dari nilai TKP-nya, konsumsi protein rumah

tangga responden juga belum mencapai angka kecukupan. Faktor daya beli

merupakan alasan utama kurangnya konsumsi protein dalam rumah tangga.

Keterbatasan pendapatan rumah tangga membuat mereka enggan membeli

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pangan sumber protein hewani yang mahal seperti daging sapi atau ikan segar.

Berdasar pola konsumsi pangan, jenis protein hewani yang sering dikonsumsi

oleh rumah tangga petani adalah telur yang harganya relatif terjangkau.

Sedangkan untuk jenis protein nabati, rumah tangga mengkonsumsi lauk pauk

berupa tahu dan tempe.

Baik TKE maupun TKP belum mencapai angka kecukupan yang

dianjurkan. Namun demikian, konsumsi protein sudah tinggi dan hampir

mencapai AKP yang dianjurkan, yaitu sebesar 53,97 gram/orang/hari. Lebih

tingginya nilai TKP dibandingkan TKE disebabkan karena kecenderungan

penduduk mengkonsumsi pangan sumber protein nabati seperti tahu, tempe

dan ikan setiap hari dalam jumlah yang cukup. Tahu dan tempe merupakan

makanan yang murah dan mudah untuk didapatkan, sehingga rumah tangga

responden hampir mengkonsumsinya setiap hari.

Indikator kuantitas pangan antara lain dapat dilihat melalui besarnya

konsumsi energi dan protein. Energi dan protein merupakan komponen gizi

yang sangat penting bagi tubuh makhluk hidup. Energi berperan sebagai bahan

bakar dalam aktivitas makhluk hidup, sedangkan protein berperan dalam

pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh.

Tingkat konsumsi energi dan protein diperoleh dari perbandingan

antara konsumsi rumah tangga dan konsumsi yang dianjurkan berdasarkan

angka kecukupan gizi (AKG). Pada Tabel dibawah ini, akan menjelaskan

sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga responden.

Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga

responden dapat dilihat pada Tabel 42.

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 42. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden

Kategori Tingkat Konsumsi

Gizi

Energi (kkal/orang/hari)

Protein (gram/orang/hari)

Jumlah RT

% Jumlah RT

%

Baik TKG 4 13,33 12 40,00 Sedang TKG 80–99% AKG 19 63,33 17 56,67 Kurang TKG 70–80% AKG 7 23,33 1 3,33 Defisit TKG <70% AKG 0 0 0 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 42 dapat diketahui sebaran rumah tangga responden

berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein. Tingkat konsumsi energi

dan protein terbagi dalam empat kategori, yaitu defisit (<70% AKG), kurang

(70-80% AKG), sedang (80-99% AKG), dan baik ( Sebaran

kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga menunjukkan

bahwa status gizi tiap rumah tangga berbeda. Untuk konsumsi energi terdapat

19 atau 63,33% rumah tangga responden berdasarkan tingkat konsumsi energi

termasuk dalam kategori sedang, 7 atau 23,33% rumah tangga responden

termasuk dalam kategori kurang dan 4 atau 13,33% rumah tangga responden

termasuk dalam kategori baik. Untuk konsumsi protein terdapat terdapat 17

atau 56,67% rumah tangga dengan status sedang, 12 atau 40,00% rumah

tangga dengan status baik dan 1 rumah tangga atau 3,33% kurang. Hal ini

menunjukkan bahwa rumah tangga petani belum tercukupi kebutuhan

energinya maupun kebutuhan proteinnya. Perbedaan kategori tiap rumah

tangga disebabkan perbedaan makanan/minuman yang dikonsumsi tiap rumah

tangga.

Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga

petani menunjukkan bahwa status gizi tiap rumah tangga berbeda. Sebagian

besar rumah tangga termasuk dalam kategori sedang untuk energi dan sedang

untuk protein, artinya rumah tangga petani telah mampu mencukupi

kebutuhan energi dan proteinnya.

Setiap bahan pangan memiliki sumbangan energi dan protein yang

berbeda. Beras sebagai pangan pokok merupakan penyumbang energi

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

terbesar. Sedangkan penyumbang protein adalah bahan makanan sumber

protein nabati dan hewani. Pada penelitian ini, pengeluaran pangan terbesar

adalah untuk padi-padian, sehingga dari sisi konsumsi padi-padian juga

memiliki sumbangan energi dan protein terbesar. Di samping itu, umbi-

umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat hanya dikonsumsi sesekali saja

sebagai makanan selingan. Padahal umbi-umbian mempunyai kandungan

karbohidrat yang tinggi sebagai sumber tenaga/energi. Gula juga memiliki

energi yang tinggi dan semua rumah tangga responden mengkonsumsi gula

sebagai pemanis minuman teh/kopi.

Protein didapatkan dari sayuran dan lauk pauk yang dikonsumsi

keluarga yang terdiri dari protein nabati dan hewani. Sumber pangan nabati

yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga petani berasal dari kacang-kacangan

dan hasil olahannya, antara lain tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan

sumber protein dengan harga murah dan mudah didapatkan di pasar atau di

warung, mudah diolah dan rasanya yang enak sehingga menjadi pilihan rumah

tangga responden untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk protein hewani berasal

dari telur, ikan dan daging ayam.

Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) rumah tangga

responden adalah 86,04% dan termasuk dalam kategori sedang. Angka tersebut

belum mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Meskipun Kabupaten

Cilacap merupakan kabupaten yang memiliki ketersediaan beras dalam

kategori surplus, tidak menjamin kecukupan energi individu maupun rumah

tangga. Kurang beragamnya makanan yang dikonsumsi dan jumlahnya yang

terbatas, menyebabkan kurang tercukupinya gizi rumah tangga. Oleh karena itu

perlu perbaikan pola konsumsi pangan rumah tangga, yaitu dengan

penganekaragaman pangan berbasis potensi lokal seperti umbi-umbian yang

mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat meningkatkan

nilai TKE.

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

F. Hubungan antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan,

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

1. Hubungan Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan

Tabel 43. Hasil Analisis Hubungan Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Responden

Koefisien korelasi Probabilitas Hubungan Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan

- 0,527 0,003

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan

program SPSS 16 antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan

rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya adalah

0,003. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan

dengan konsumsi energi adalah kurang dari 0,05. Apabila nilai

probabilitasnya kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, artinya antara

pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai hubungan

yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil analisis korelasi antara pendapatan dengan proporsi

pengeluaran pangan menunjukkan bahwa koefisien korelasinya sebesar –

0,527. Pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai nilai

koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan yang sedang. Nilai

koefisien korelasi pada hasil analisis tersebut bernilai negatif yang artinya

antara variabel tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan, apabila

pendapatan tinggi maka proporsi pengeluaran pangan rendah, begitu pula

sebaliknya.

2. Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

Tabel 44. Hasil Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) Rumah Tangga Responden

Koefisien korelasi Probabilitas Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

- 0,040 0,835

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan

program SPSS 16 antara pendapatan dengan tingkat konsumsi energi

(TKE) rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya

adalah 0,835. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran konsumsi

pangan dengan konsumsi energi adalah lebih dari 0,05. Apabila nilai

probabilitasnya lebih dari 0,05 maka Ho diterima, artinya antara

pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) tidak mempunyai

hubungan yang signifikan. Kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi

yang proporsional terhadap tingkat konsumsi energi.

3. Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

Tabel 45. Hasil Analisis Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) Rumah Tangga Responden

Koefisien korelasi Probabilitas Hubungan Antara Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

0,232 0,217

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan

program SPSS 16 antara pendapatan dengan tingkat konsumsi protein

(TKP) rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya

adalah 0,217. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran konsumsi

pangan dengan konsumsi energi adalah lebih dari 0,05. Apabila nilai

probabilitasnya lebih dari 0,05 maka Ho diterima, artinya antara

pendapatan dengan tingkat konsumsi protein (TKP) tidak mempunyai

hubungan yang signifikan. Kenaikan pendapatan tidak memberi reaksi

yang proporsional terhadap tingkat konsumsi protein.

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang tinggi menunjukkan

kesejahteraan rumah tangga yang rendah dan dapat dikatakan mempunyai

pendapatan yang rendah pula, dengan pendapatan yang rendah rumah tangga

akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang

berguna untuk mengatasi rasa lapar, sehingga kualitas pangan kurang

diperhatikan yang berakibat pada rendahnya konsumsi energi. Sebaliknya,

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

rumah tangga dengan proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang rendah,

yang mencerminkan pendapatannya yang tinggi dan tingkat kesejahteraan

tinggi, akan mampu mencukupi kebutuhannya tidak hanya untuk pangan,

namun juga untuk non pangan.

Hal ini sesuai dengan hukum Bennet, bahwa peningkatan pendapatan

akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi

pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Keterkaitan

pendapatan dan ketahanan pangan dapat dijelaskan dengan hukum Engel.

Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan,

konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan proporsi

yang semakin mengecil. Sebaliknya, bila pendapatan menurun, porsi yang

dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat.

G. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan dapat diketahui dari ketersediaan, distribusi dan

konsumsi masyarakat terhadap pangan. Pada penelitian ini ketahanan pangan

dilihat dari sisi konsumsi dan hubungannya dengan proporsi pengeluaran

pangan. Proporsi pengeluaran pangan dan Tingkat Konsumsi Energi (TKE)

merupakan komponen untuk menentukan ketahanan pangan rumah tangga.

Tabel 46. Jumlah Rumah Tangga Responden berdasarkan indikator Ketahanan Pangan

Tingkat Konsumsi Energi

Proporsi pengeluaran pangan Jumlah

RT Rendah

(<60% pengeluaran total)

Tinggi (total)

Cukup (>80% kecukupan energi)

Tahan Pangan (9 RT)

Rentan Pangan (15 RT)

24

Kurang (energi)

Kurang Pangan (4 RT)

Rawan Pangan (2 RT)

6

Jumlah RT 13 17 30

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 46 di atas sebagian besar rumah tangga proporsi

pengeluaran pangan nya tinggi dan tingkat konsumsi energi nya cukup. Dilihat

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dari sebanyak 17 rumah tangga responden proporsi pengeluaran pangannya

tinggi ( . Sedangkan rumah tangga yang proporsi

pengeluaran pangannya rendah (<60% pengeluaran total) sebanyak 13 rumah

tangga. Untuk tingkat konsumsi energi, sebanyak 24 rumah tangga responden

tingkat konsumsi energinya cukup (>80% kecukupan energi). Sedangkan

rumah tangga tingkat konsumsi energinya kurang ( ecukupan energi)

sebanyak 6 rumah tangga.

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari

cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga

untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Ketahanan pangan rumah tangga

dapat diukur dengan menggunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan,

yaitu proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi. Berdasarkan

Tabel 47 dapat diketahui status ketahanan pangan rumah tangga responden.

Rumah tangga dengan status rentan pangan memiliki sebaran terbesar dengan

persentase 50,00% dari seluruh responden yaitu 15 rumah tangga. Rumah

tangga dengan status tahan pangan menempati urutan kedua dengan persentase

30,00% atau 9 rumah tangga, rumah tangga kurang pangan memiliki

persentase sebesar 13,33% yaitu 4 rumah tangga dan rumah tangga rawan

pangan dengan persentase sebesar 6,67% atau 2 rumah tangga.

Rata-rata Sebaran ketahanan pangan rumah tangga responden dapat

dilihat pada Tabel 47di bawah ini.

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel 47. Rata-rata Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden

Kategori Ketahanan Pangan Pendapatan

Rumah Tangga (Rp/bulan)

Proporsi Pengeluaran Pangan (%)

Tingkat Konsumsi Energi (%)

Tahan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

3.683.333,33 51,72 86,99

Rentan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan energi cukup (>80% kecukupan energi)

1.792.222,22 66,86 90,03

Kurang Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi kurang (kecukupan energi)

1.643.750,00 57,75 76,43

Rawan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan energi kurang (kecukupan energi)

1.364.583,33 62,02 74,61

Jumlah

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Pada penelitian ini terdapat 15 rumah tangga responden dengan status

rentan pangan, ini berarti rumah tangga memiliki proporsi pengeluaran pangan

yang tinggi, namun konsumsi energinya sudah cukup. Status ketahanan

pangan rumah tangga responden terbesar adalah rentan pangan, hal ini berarti

sebagian besar rumah tangga responden harus mengeluarkan sejumlah uang

yang lebih banyak untuk memperoleh pangan yang dapat memenuhi

kebutuhan mereka. Rumah tangga yang rentan pangan dari sisi ekonomi

kurang baik yang diindikasikan oleh proporsi pengeluaran pangannya yang

tinggi yaitu sebesar 66,86%. Pendapatan rumah tangga yang rendah yaitu

sebesar Rp 1.792.222,22 per bulan, menjadikan proporsi pengeluaran pangan

mereka tinggi karena sebagian besar pendapatannya digunakan untuk

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

memenuhi kebutuhan pangannya. Dari kenyataan ini dapat disarankan pada

rumah tangga rentan pangan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga

sehingga dapat meningkatkan status rumah tangganya dari kategori rentan

pangan ke tahan pangan. Jika dilihat dari aspek gizi, Tingkat Konsumsi Energi

rumah tangga rentan pangan sudah cukup yaitu sebesar 90,03%. Jenis pangan

yang dikonsumsi rumah tangga rentan pangan sebagian besar berasal dari jenis

pangan sumber energi, sehingga kebutuhan energi rumah tangga responden

telah melebihi 80% dari angka kecukupan yang dianjurkan.

Rumah tangga dengan status tahan pangan sebanyak 9 rumah tangga.

Status tahan pangan berarti proporsi pengeluaran pangan rumah tangga

responden rendah dan konsumsi energinya sudah cukup. Petani di Kabupaten

Cilacap tidak hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai petani, tetapi juga

mempunyai pekerjaan lain di luar usahatani yang memungkinkan petani untuk

dapat meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangan

keluarga sehingga kebutuhan gizinya dapat tercukupi dengan TKE sebesar

86,99%. Rata-rata pendapatan rumah tangga responden yang tahan pangan

adalah sebesar Rp 3.683.333,33 per bulan dengan proporsi pengeluaran

pangan sebesar 51,72%.

Sebanyak 4 rumah tangga responden termasuk kategori kurang pangan

yang memiliki proporsi pengeluaran pangan rendah dan konsumsi energinya

masih kurang. Rata-rata pendapatan rumah tangga kurang pangan yaitu

sebesar Rp 1.643.750,00 per bulan, dengan proporsi pengeluaran pangan

sebesar 57,75%. Proporsi pengeluaran pangan yang rendah bukan disebabkan

karena pendapatannya yang cukup, namun karena besarnya pengeluaran non

pangan. Pengeluaran non pangan yang besar disebabkan karena tingginya

biaya pendidikan bagi anak-anak yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat

Perguruan Tinggi. TKE rumah tangga responden kurang pangan yaitu sebesar

75,43% sehingga dapat dikatakan bahwa rumah tangga responden kurang

pangan belum bisa mencukupi konsumsi energinya. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan gizi dan kurang diperhatikannya susunan menu yang

dikonsumsi, sehingga pemilihan menu kurang dapat mencukupi kebutuhan

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

energi. Untuk itu bagi rumah tangga dengan kategori kurang pangan perlu

adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pangan dan gizi.

Status rumah tangga rawan pangan sebanyak 2 rumah tangga, hal ini

karena proporsi pengeluaran pangan yang tinggi dan konsumsi energinya

masih kurang. Tingginya proporsi pengeluaran pangan yaitu sebesar 62,02%

mengindikasikan bahwa rumah tangga responden mempunyai tingkat

kesejahteraannya pun masih rendah. Responden masih mengeluarkan bagian

yang lebih besar untuk konsumsi pangan. Keadaan ini terjadi karena

pendapatan yang terbatas yaitu sebesar Rp 1.364.583,33 per bulan, serta

kurangnya pengetahuan tentang gizi, sehingga yang terpenting adalah

bagaimana perut kenyang sedangkan pemenuhan kebutuhan gizi masih kurang

diperhatikan. Tingkat Konsumsi Energi rumah tangga responden rawan

pangan adalah sebesar 74,61%. Dengan keadaan yang demikian, rumah tangga

dengan status rawan pangan yang kesejahteraannya masih rendah disarankan

untuk meningkatkan pendapatan agar dapat meningkatkan kesejahteraan

rumah tangga dan dapat mengkonsumsi pangan yang lebih memiliki kualitas

yang baik sehingga kecukupan gizi rumah tangga dapat terpenuhi.

Peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi juga diperlukan agar

responden lebih menganekaragamkan jenis makanan dan meningkatkan mutu

pangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Dari hasil penelitian rumah tangga dengan status rentan pangan adalah

yang terbanyak, hal ini berarti rumah tangga memiliki proporsi pengeluaran

pangan yang besar dan konsumsi energinya cukup. Berdasarkan Hukum Engel

semakin besar proporsi pengeluaran untuk pangan maka rumah tangga

tersebut memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Dilihat dari proporsi

pengeluaran pangan yang tinggi dapat diambil kesimpulan bahwa rumah

tangga responden adalah rumah tangga yang berpendapatan rendah sehingga

tingkat kesejahteraannya masih rendah. Oleh karena itu, dalam memenuhi

kebutuhannya, rumah tangga petani masih mengeluarkan bagian yang lebih

besar untuk keperluan pangannya.

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten terluas di Provinsi Jawa

Tengah yang letaknya paling barat sehingga berbatasan langsung dengan

Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Cilacap seluruhnya adalah

225.361 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan 11.511 Ha) atau sekitar

6,94% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten

Cilacap terletak diantara 1080 4’ 30’’ – 1090 30’ 30’’ Bujur Timur (BT)

dan 70 30’ – 70 45’ 20’’ Lintang Selatan (LS).

Secara administratif Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24

kecamatan yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan. Adapun batas

wilayah Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Banyumas

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

Sebelah Timur : Kabupaten Kebumen

Kecamatan Kesugihan merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Cilacap. Kecamatan Kesugihan terdiri atas 16 Desa, salah satu

diantaranya adalah Desa Dondong yang merupakan desa sampel

penelitian. Adapun batas wilayah Kecamatan Kesugihan adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Banyumas

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Kecamatan Jeruk Legi dan Kecamatan Cilacap Utara

Sebelah Timur : Kecamatan Maos dan Kecamatan Adipala.

2. Topografi Daerah

Topografi daerah Kabupaten Cilacap bervariasi dari dataran rendah

sampai pegunungan. Wilayah kabupaten Cilacap terletak pada ketinggian

mulai dari 0 mdpl (garis pantai) sampai dengan ketinggian 1.146 mdpl

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(Gunung Bongkok di Kecamatan Wanareja), dengan ketinggian wilayah

berkisar antara 0 – 1.146 mdpl. Wilayah tertinggi adalah Kacamatan

Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-rata 198 mdpl dan wilayah terendah

adalah Kecamatan Kampung Laut dengan ketinggian rata-rata 1 mdpl.

3. Jenis Tanah

Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Cilacap antara lain

adalah tanah latosol, regosol, alluvial, grumosol, dan podsolik merah.

a. Tanah Latosol

Merupakan tanah yang umumnya terdapat di lereng-lereng gunung

atau kaki bukit dengan cirri-ciri mempunyai ketebalan/kedalaman

dangkal – sedang, sekitar 1,5-10 meter, tekstur tanah lempung sampai

geluh, struktur tanah remah sampai gumpal lemah dan konsistensi

tanahnya gembur. Tanah latosol terdapat di wilayah Kabupaten

Cilacap bagian barat dan tengah.

b. Tanah Regosol

Merupakan tanah yang mempunyai sifat fisik kasar (berpasir), struktur

tanah remah, konsistensi tanah lepas sampai gembur, pH 6-7, peka

terhadap erosi, cukup mengandung unsur P dan K namun kekurangan

unsur N. ada beberapa macam tanah regosol antara lain regosol bukit

pasir dan regosol coklat kelabu. Regosol bukit pasir terdapat di

sepanjang pantai Cilacap – Parangtritis (Kecamatan Cilacap Selatan,

Adipala, Binangun, dan Nusawungu). Tanah regosol coklat kelabu

terdapat di wilayah Cilacap bagian barat (misalnya Dayeuhluhur,

Wanareja dan Majenang).

c. Tanah Aluvial

Tanah alluvial umumnya menyebar di daerah dataran rendah yang

merupakan zona endapan sungai dan rawa-rawa pantai. Tanah alluvial

terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Cilacap.

d. Tanah Grumosol

Tanah grumosol memiliki warna kelabu sampai hitam, tekstur

lempung berliat, kandungan bahan organik lapisan atas antara 1 – 3%

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dan mempunyai daya menahan air cukup baik. Tanah grumosol di

Kabupaten Cilacap terdapat di wilayah bagian barat dan tengah.

e. Tanah Podsolik Merah

Tanah podsolik merah memiliki ciri-ciri antara lain, solum(kedalaman)

tanah sedang, kandungan bahan organik rendah sampai sedang,

permeabilitas lambat, konsistensi teguh, dan pH kurang dari 5,5. Tanah

jenis ini terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat.

4. Keadaan Iklim dan Cuaca

Iklim merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani.

Keadaan iklim di suatu tempat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan,

suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim. Berdasarka

data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika kabupaten Cilacap,

banyaknya curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September (661,9 mm)

dan terendah bulan Februari (196,6 mm). Keadaan curah hujan per bulan

di Kabupaten Cilacap dapat diliha di Tabel berikut.

Tabel 10. Banyaknya Curah Hujan, Curah Hujan Terbesar dan Jumlah Hari Hujan menurut Bulan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

Bulan Banyaknya Curah Hujan

(mm)

Curah Hujan Terbesar (mm)

Jumlah Hari Hujan

Januari 263,1 41,3 26 Pebruari 196,6 67,5 24 Maret 387,0 79,9 23 April 214,6 48,7 19 Mei 628,9 124,1 27 Juni 447,2 79,1 25 Juli 343,0 60,4 28 Agustus 389,9 116,4 19 September 661,9 135,1 29 Oktober 601,2 76,5 28 Nopember 365,1 72,5 27 Desember 570,3 88,0 26 Jumlah 5.068,8 989,5 301,0 Rata-rata 422,4 82,46 25,08

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Keadaan Penduduk

1. Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya

kelahiran, kematian dan migrasi. Keadaan kependudukan di Kabupaten

Cilacap selama 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun 2001 - 2010

No. Tahun Penduduk

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah Pertumbuhan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

844.412 848.246 852.943 855.838 858.739 861.643 865.619 870.295 873.251 875.825

844.802 848.519 851.653 854.070 857.496 860.964 864.850 868.308 870.877 872.880

1.689.214 1.696.765 1.704.596 1.709.908 1.716.235 1.722.607 1.730.469 1.738.603 1.744.128 1.748.705

1,04 0,45 0,46 0,31 0,37 0,37 0,46 0,47 0,32 0,26

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Cilacap Tahun 2001 -

2010

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kabupaten Cilacap dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peningkatan

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Kabupaten Cilacap, antara lain

disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami, dimana jumlah

penduduk yang lahir lebih besar daripada jumlah penduduk yang mati.

Dengan peningkatan jumlah penduduk yang pesat maka diperlukan

peningkatan ketersediaan pangan wilayah untuk mencukupi kebutuhan

pangan rumah tangga penduduk, sehingga setiap penduduk mampu

mengakses pangan dengan mudah sehingga dapat menciptakan ketahanan

pangan rumah tangga maupun wilayah Kabupaten Cilacap.

Tabel 12. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Kesugihan Tahun 2001 – 2010

No. Tahun Penduduk

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa) Jumlah Pertumbuhan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

47.179 47.285 47.292 48.305 48.372 48.393 48.441 48.362 48.219 48.149

46.255 46.336 46.321 48.119 48.151 48.108 48.103 48.031 47.954 47.865

93.424 93.621 93.613 96.424 96.523 96.501 96.544 96.393 96.173 96.014

0.37 0,20 -0,01 3,00 0,10 -0,02 0,04 -0,16 -0,23 -0,16

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 4. Grafik Jumlah Penduduk di Kecamatan Kesugihan Tahun 2001

- 2010

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kecamatan Kesugihan dari tahun ke tahun cenderung meningkat namun

pada tahun 2007-2010 mengalami penurunan. Peningkatan jumlah

penduduk di Kecamatan Kesugihan pada tahun 2001-2006, antara lain

disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami, dimana jumlah

penduduk yang lahir lebih besar daripada jumlah penduduk yang mati.

Sedangkan penurunan jumlah penduduk yang terjadi pada tahun 2007-

2010 diakibatkan oleh migrasi penduduk ke luar daerah Kecamatan

Kesugihan.

2. Jumlah penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu penduduk usia belum produktif, usia produktif, dan usia

non produktif. Penduduk usia belum produktif adalah penduduk yang

berusia

dengan usia 15-64 tahun, dan penduduk tidak produktif adalah penduduk

yang memiliki usia . Keadaan penduduk di Kabupaten Cilacap

pada tahun 2010 berdasarkan umur didominasi kelompok usia produktif

dengan usia 15-64 tahun yakni sebesar 1,128,397 orang atau 64.53%,

sedangkan usia belum produktif 0-14 tahun sebanyak 495,749 orang

(28.35%) dan yang minoritas adalah kelompok usia tidak produktif 65

tahun keatas sebanyak 124,559 orang (7.12%). Komposisi penduduk yang

didominasi oleh kelompok usia produktif menunjukkan efektifitas

penduduk yang tinggi, hal tersebut dilihat pada Tabel 14.

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 0 – 4 154,791 8.85 2. 5 – 9 162,369 9.29 3. 10 – 14 178,589 10.21 4. 15 – 19 139,229 7.96 5. 20 – 24 106,403 6.08 6. 25 – 29 125,900 7.20 7. 30 – 34 124,927 7.14 8. 35 – 39 130,158 7.44 9. 40 – 44 134,732 7.70

10. 45 – 49 125,282 7.16 11. 50 – 54 102,782 5.88 12. 55 – 59 81,707 4.67 13. 60 – 64 57,277 3.28 14. 65 124,559 7.12

Jumlah 1,748,705 100

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Berdasarkan Tabel 14, keadaan kependudukan di Kabupaten Cilacap

didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif yaitu umur 15 - 64

tahun sebesar 64.53%. Penduduk dengan usia produktif juga mempunyai

lebih banyak peluang untuk bekerja, yang nantinya akan berpengaruh

terhadap pendapatan keluarga.

Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat

digunakan perumusan sebagai berikut:

=ABT %100Produktif siaPenduduk UJumlah

ProduktifNon siaPenduduk UJumlah X

=ABT %1001128397620308

X

= 54,97%

Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Cilacap diketahui

bahwa nilai ABT di Kabupaten Cilacap sebesar 54,97 %, artinya setiap

100 orang usia produktif menanggung 55 orang usia non produktif.

Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui

bahwa jumlah penduduk Kabupaten Cilacap pada tahun 2010 berjumlah

1,748,705 orang terdiri dari laki – laki sebanyak 875.825 orang dan

Page 99: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perempuan sebanyak 872.880 orang. Untuk mengetahui besarnya sex ratio

atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah

penduduk perempuan digunakan perumusan sebagai berikut:

=SexRatio %100PerempuanPenduduk Jumlah

Laki-LakiPenduduk Jumlah X

=SexRatio %100870.880

875.825X

= 100,34 %

Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya

nilai sex ratio di Kabupaten Cilacap adalah 100,34 %, artinya dalam 100

orang penduduk perempuan terdapat 100 orang penduduk laki-laki.

Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan dan jumlah

penduduk laki-laki adalah sama banyak.

Keadaan penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan

Kesugihan dapat dilihat di Tabel berikut:

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 0 – 4 2.005 2,09 2. 5 – 9 6.612 6,89 3. 10 – 14 8.936 9,31 4. 15 – 19 10.270 10,70 5. 20 – 24 10.403 10,83 6. 25 – 29 8.794 9,16 7. 30 – 34 7.432 7,74 8. 35 – 39 7.314 7,62 9. 40 – 44 7.165 7,46

10. 45 – 49 6.456 6,72 11. 50 – 54 5.512 5,74 12. 55 – 59 3.985 4,15 13. 60 – 64 2.921 3,04 14. 65 8.209 8,55

Jumlah 96.014 100

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Keadaan penduduk di Kabupaten Cilacap pada tahun 2010

berdasarkan umur didominasi kelompok usia produktif dengan usia 15-64

Page 100: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tahun yakni sebesar 70.252 orang atau 73.17%, sedangkan usia belum

produktif 0-14 dan 65 tahun keatas sebanyak 257262 orang (26,83%).

Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Cilacap diketahui

bahwa nilai ABT di Kabupaten Cilacap sebesar 36,67 %, artinya setiap

100 orang usia produktif menanggung 37 orang usia non produktif.

Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui

bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kesugihan pada tahun 2010

berjumlah 96.014 orang terdiri dari laki – laki sebanyak 48.149 orang dan

perempuan sebanyak 47.865 orang. Berdasarkan perhitungan nilai sex

ratio diketahui bahwa besarnya nilai sex ratio di Kabupaten Cilacap

adalah 100,59 %, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat

101 orang penduduk laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.

Keadaan penduduk menurut kelompok umur di Desa Dondong dapat

dilihat di Tabel berikut:

Tabel 15. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Dondong Tahun 2010

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. 0 – 4 453 6,56 2. 5 – 9 939 13,60 3. 10 – 14 437 6,33 4. 15 – 19 464 6,72 5. 20 – 24 442 6,40 6. 25 – 29 525 7,60 7. 30 – 34 615 8,91 8. 35 – 39 450 6,52 9. 2.580 37,36

Jumlah 6.905 100

Sumber : Monografi Desa, 2011

3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya

peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian pemerintah pada bidang

pendidikan diwujudkan melalui penyediaan sarana/prasarana pendidikan

dan peningkatan kualitas tenaga pengajar. Pendidikan merupakan hal yang

berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan

Page 101: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dalam suatu masyarakat. Keadaan penduduk menurut pendidikan di

Kabupaten Cilacap ditunjukkan pada Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 16. Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. Tidak/belum sekolah 138.689 8,70 2. Tidak tamat SD/Sederajat 350.596 22,00 3. SD/Sederajat 618.146 38,78 4. SLTP/Sederajat 263.999 16,56 5. SLTA/Sederajat 177.573 11,14 6. Diploma I/II 8.261 0,52 7. Diploma III 11.572 0,73 8. Diploma IV/ Strata I ke atas 25.078 1,57

Jumlah Total 488.071 100

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 5. Diagram Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 17, jumlah penduduk paling banyak

berpendidikan dasar SD/Sederajat yakni sebanyak 618.146 orang

kemudian disusul Tidak tamat SD/Sederajat sebanyak 350.596 orang dan

yang terkecil berpendidikan Diploma I/II yakni sebesar 8.261 orang.

Sedangkan yang SLTP/Sederajat sebanyak 263.999 orang,

SLTA/Sederajat sebanyak 177.573 orang, belum sekolah 138.689 orang,

Page 102: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

berpendidikan Diploma IV/ Strata I ke atas sebesar 25.078 orang dan yang

Diploma III sebesar 11.572. Semakin tinggi tingkat pendidikan, peluang

untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin besar, sehingga kesempatan

untuk menperoleh pendapatan yang layak juga semakin besar, di samping

itu semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan tentang gizi akan

semakin meningkat.

Tabel 17. Jumlah Penduduk Kecamatan Kesugihan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. Tidak/belum sekolah 14.645 15,58 2. Tidak tamat SD/Sederajat 5.565 5,92 3. SD/Sederajat 45.466 48,36 4. SLTP/Sederajat 18.436 19,61 5. SLTA/Sederajat 8.987 9,56 6. Akademi/ Perguruan Tinggi 910 0,97

Jumlah Total 94009 100

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 6. Diagram Jumlah Penduduk Kecamatan Kesugihan Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 17, jumlah penduduk di Kecamatana Kesugihan

paling banyak berpendidikan dasar SD/Sederajat yakni sebanyak 45.466

orang kemudian disusul SLTP/Sederajat sebanyak 18.436 orang dan yang

Page 103: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terkecil Akademi/ Perguruan Tinggi sebanyak 910 orang. Sedangkan yang

tidak tamat SD/Sederajat sebanyak 5.565 orang, SLTA/Sederajat sebanyak

8.987 orang dan belum sekolah 14.645 orang.

Tabel 18. Jumlah Penduduk Desa Dondong Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. Tidak/belum sekolah 808 20,44 2. Tidak tamat SD/Sederajat 150 3,79 3. SD/Sederajat 1.355 34,27 4. SLTP/Sederajat 1.260 31,87 5. SLTA/Sederajat 346 8,75 6. Diploma I/II/III 5 0,13 7. Diploma IV/ Strata I ke atas 30 0,76

Jumlah Total 3.954 100

Sumber : Monografi Desa, 2011

Gambar 7. Diagram Jumlah Penduduk Desa Dondong Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 18, jumlah penduduk di Desa Dondong paling

banyak berpendidikan dasar SD/Sederajat yakni sebanyak 1.355 orang

kemudian disusul SLTP/Sederajat sebanyak 1.260 orang dan yang terkecil

Diploma I/II/III sebanyak 5 orang. Sedangkan yang Diploma IV/ Strata I

Page 104: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

ke atas sebesar 30 orang, tidak tamat SD/Sederajat sebanyak 150 orang,

SLTA/Sederajat sebanyak 346 orang dan belum sekolah 808 orang.

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh

sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan

yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang

ada. Keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten

Cilacap ditunjukkan Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pertanian Industri Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Jasa Lainnya

550.475 67.190 99.531 20.840 84.221 95.242

60,00 7,32

10,85 2,27 9,18

10,38 Jumlah 917.499 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 8. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata

Pencaharian Utamanya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

Seperti pada penjelasan sebelumnya, Kabupaten Cilacap merupakan

daerah dengan potensi lahan yang cukup baik sebagai daerah pertanian dan

Page 105: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

tata guna lahan yang cukup besar untuk daerah persawahan/pertanian,

sehingga menjadikan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor

pertanian. Berdasarkan Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

penduduk Kabupaten Cilacap mempunyai mata pencaharian di sektor

pertanian yaitu sebanyak 550.475 jiwa (60,00%), sedangkan sektor

perdagangan menempati urutan kedua sebagai lapangan pekerjaan utama

penduduk Kabupaten Cilacap yaitu sebanyak 99.531 jiwa (10,85%).

Selanjutnya sektor lainnya menempati urutan ketiga sebagai lapangan

pekerjaan utama penduduk yaitu sebanyak 84.221 jiwa (10,38%).

Tabel 20. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata Pencaharian Utamanya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pertanian Pertambangan/ Penggalian Industri Bangunan Perdagangan Angkutan Jasa Lainnya

49.546 551

5.829 6.632 8.661 2.586 6.930 6.659

56,69 0,63 6,67 7,59 9,91 2,96 7,93 7,62

Jumlah 87.394 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha dari Mata

Pencaharian Utamanya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

Page 106: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan Tabel 20 sebagian besar penduduk Kecamatan

Kesugihan mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian yaitu

sebanyak 49.546 jiwa (56,69%), sedangkan sektor perdagangan

menempati urutan kedua sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk

Kecamatan Kesugihan yaitu sebanyak 8661 jiwa (9,91%).

C. Keadaan Pertanian

1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Cilacap mempunyai luas wilayah sebesar 225.361 Ha,

dari luas wilayah tersebut sebesar 29,83% (63.318 ha) wilayah Kabupaten

Cilacap merupakan lahan sawah dan sisanya sebesar 70,17% (150.532)

merupakan lahan kering atau lahan bukan sawah. Secara terperinci

penggunaan lahan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase (%)

a.

b.

Lahan Sawah 1) Irigasi Teknis 2) Irigasi ½ Teknis 3) Irigasi Sederhana 4) Irigasi Desa/ Non PU 5) Tadah Hujan Lahan Kering/ Bukan Sawah 1) Pekarangan 2) Tegal/ Kebun 3) Ladang/ Huma 4) Penggembalaan/ Padang

Rumput 5) Sementara tidak diusahakan 6) Ditanami pohon/ Hutan

rakyat 7) Hutan Negara 8) Perkebunan 9) Lain-lain 10) Rawa-rawa 11) Tambak 12) Kolam/ Empang

63.318 37.256 2.629 3.867 2.027

17.499 150.532

3.134 45.797

284 0

148

4.294

42.823 10.153 7.872 3.069

151 607

29,61 17,42

1,23 1,81 0,95 8,18

70,39 1,47

21,42 0,13

0

0,07 2,01

20,02

4,75 3,68 1,44 0,07 0,28

Jumlah total 213.850 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Page 107: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa secara umum penggunaan

lahan di Kabupaten Cilacap meliputi 63.318 ha lahan sawah dan 150.532

ha lahan bukan sawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

lahan di Kabupaten Cilacap lebih besar digunakan sebagai lahan bukan

sawah yaitu sebesar 150.532 ha. Penggunaan lahan bukan sawah paling

besar dimanfaatkan untuk tegal/ kebun yaitu sebesar 45.797 ha.

Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Cilacap hanya sebesar

63.318 ha. Sawah irigasi teknis merupakan lahan sawah yang memiliki

luas terbesar di Kabupaten Cilacap 37.256 ha dan sawah tadah hujan

merupakan sawah terluas kedua setelah sawah irigasi teknis dengan luas

17.499 ha. Lahan sawah yang hanya 29,83% dari luas Kabupaten Cilacap

akan mempengaruhi ketersediaan pangan pokok di Kabupaten Cilacap

yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi ketahanan pangan rumah

tangga petani.

Tabel 22. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

(%) a.

b.

Lahan Sawah 1) Irigasi Teknis 2) Irigasi ½ Teknis 3) Irigasi Sederhana 4) Tadah Hujan Lahan Kering/ Bukan Sawah 1) Pekarangan/ Bangunan 2) Tegal/ Kebun 3) Hutan Negara 4) Perkebunan 5) Lain-lain

3.763,446 2.581,182

228,305 30,474

932,485 4.467,178 2.763,446 1.593,486

281,596 0

215,538

45,72 31,36 2,77 0,37

11,33 54,28 33,58 19,36 3,42 0,00 2,62

Jumlah total 8.230,624 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa secara umum penggunaan

lahan di Kecamatan Kesugihan meliputi 3.763,446 ha lahan sawah dan

4.467,178 ha lahan bukan sawah. Penggunaan lahan bukan sawah paling

besar dimanfaatkan untuk pekarangan/ bangunan yaitu sebesar 2.763,446

ha. Penggunaan lahan untuk sawah di Kecamatan Kesugihan hanya

Page 108: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

sebesar 3.763,446 ha. Sawah irigasi teknis merupakan lahan sawah yang

memiliki luas terbesar di Kecamatan Kesugihan 2.581,182 ha.

Tabel 23. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Desa Dondong Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

(%) a.

b.

Lahan Sawah 1) Irigasi Teknis 2) Irigasi ½ Teknis 3) Tadah Hujan Lahan Kering/ Bukan Sawah 1) Tegal/ Kebun 2) Lain-lain

272 129

75 68

96,133 90,183

5,95

73,89 35,04 20,37 18,47 26,11 24,50 1,62

Jumlah total 368,133 100,00

Sumber: Monografi Desa, 2011

Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa secara umum penggunaan

lahan di Desa Dondong meliputi 272 ha (73,89%) lahan sawah dan 96,133

ha (26,11%) lahan bukan sawah. Penggunaan lahan bukan sawah paling

besar dimanfaatkan untuk tegal/ kebun yaitu sebesar 90,183ha.

Penggunaan lahan untuk sawah di Desa Dondong sebesar 129 ha meliputi

sawah irigasi teknis yang memiliki luas terbesar di Desa Dondong sebesar

129 ha. Sawah irigasi setengah teknis sebesar 75 ha dan sawah tadah hujan

sebesar 68 ha.

2. Produksi Tanaman Bahan Makanan

Jenis tanaman yang diusahakan di suatu daerah dipengaruhi oleh

faktor alam seperti keadaan tanah, iklim, dan ketinggian tempat, sehingga

jenis tanaman yang diusahakan oleh suatu daerah berbeda-beda dengan

daerah lainnya. Luas panen, produksi dan produktivitas dari tanaman

pangan Kabupaten Cilacap dapat diketahui pada Tabel 24 di bawah ini.

Page 109: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 24. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Jenis Tanaman Luas Panen (ha)

Rata-rata Produksi (ton/ha)

Produksi (ton)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Padi Sawah Padi Gogo Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau

138.261 2.358 5.952 6.844

410 2.865 2.703

317

5,981 5,080 5,724

24,515 12,355

1,432 1,397 1,300

827.418 11.979 34.069

167.781 4.219 1.402 4.049

412

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa terdapat 8 jenis bahan

makanan utama yang dibudidayakan petani di Kabupaten Cilacap yaitu

padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kedelai,

kacang tanah dan kacang hijau. Produksi padi sawah merupakan produksi

tanaman pangan terbesar yaitu 827.418 ton, dengan rata-rata produksi per

ha sebesar 5,981 ton dan luas panen 138.261 ha. Besarnya produksi padi

sawah disebabkan oleh masih dijadikannya beras sebagai makanan pokok

hampir seluruh penduduk di Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap

memiliki potensi pertanian yang mampu menghasilkan tanaman pangan

lainnya, hal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mendukung

penerapan diversifikasi pangan.

Tabel 25. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No. Jenis Tanaman Luas Panen

(ha)

Rata-rata Produksi (ton/ha)

Produksi (ton)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai

6.276 251 276

34 80 90

6,55 4

19,35 7,53 3,00 1,50

41.081 1.004 5.340

256 240 135

Sumber: BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Page 110: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa terdapat 6 jenis bahan

makanan utama yang dibudidayakan petani di Kecamatan Kesugihan yaitu

padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah dan kedelai.

Produksi padi merupakan produksi tanaman pangan terbesar yaitu 41.081

ton, dengan rata-rata produksi per ha sebesar 6,55 ton dan luas panen

6.276 ha. Disusul oleh produksi ketela pohon yaitu dengan produksi

sebesar 5.340 ton. Sedangkan produksi tanaman pangan terkecil adalah

produksi kedelai yaitu sebesar 135 ton.

D. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian akan berkembang apabila ditunjang oleh

beberapa aspek, diantaranya sarana perekonomian, sarana perhubungan dan

transportasi. Pada Tabel 26 dapat dilihat sarana perekonomian yang ada di

Kabupaten Cilacap.

Tabel 26. Sarana Perekonomian di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. 2. 3.

Pasar Perusahaan Koperasi

199 2.563

488

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Tabel 28. Sarana Perekonomian di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. 2. 3.

Pasar Toko/ Kios/ Warung Koperasi

8 1007

6

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa sarana perekonomian yang terdapat

di Kabupaten Cilacap sudah memadai sehingga masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan mudah. Hal ini terlihat dengan adanya pasar

sebanyak 199 buah yang terdiri dari 2 departement store, 82 pasar swalayan,

30 pasar umum, 2 pasar hewan, 1 pasar ikan dan sisanya pasar lain-lain.

Dengan adanya pasar di Kabupaten Cilacap maka kegiatan jual beli dapat

dengan mudah dilakukan. Dimana produsen dapat bertemu dengan konsumen

untuk melakukan transaksi, sehingga produsen dapat menjual produksinya dan

Page 111: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Jumlah Perusahaan di Kabupaten

Cilacap tercatat sebanyak 2.563 buah. Koperasi yang masih bertahan dan terus

berkembang juga terhitung masih banyak yaitu sebanyak 488 unit.

Sedangkan di Kecamatan Kesugihan sendiri terdapat 8 pasar yang

tersebar di berbagai desa. Sebanyak 1007 toko/ kios/ warung yang

mempermudah penduduk untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari.

Serta masih terdapat 6 koperasi yang bertahan.

Selain sarana perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan

sebagai penunjang dalam kegiatan perekonomian. Berikut ini merupakan

sarana perhubungan kendaraan bermotor di Kabupaten Cilacap:

Tabel 28. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.

Sepeda Motor Mobil Pribadi Mobil Penumpang Umum Bus Umum Truk

258.397 13.784

581 400

8313

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Tabel 29. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.

Sepeda Motor Mobil Pribadi Mobil Dinas Bus Umum Truk

3.942 207

2 12 99

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa jenis sarana perhubungan

yang terbanyak di Kabupaten Cilacap adalah sepeda motor yaitu sebanyak

258.397 unit. Pada Tabel 29 memperlihatkan sarana transportasi di Kecamatan

Kesugihan, jenis sarana perhubungan yang terbanyak di Kecamatan

Kesugihan adalah sepeda motor yaitu sebanyak 3.942 unit.

Dengan banyaknya kendaraan maka masyarakat akan lebih mudah

dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas penduduk tidak hanya

dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan kendaraan umum yang

Page 112: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

ada. Selain itu, untuk mempermudah mobilitas maka diperlukan adanya sarana

yang lain, yaitu tersedianya jalan.

Pada Tabel 30 menunjukkan panjang jalan dan kondisi jalan di

Kabupaten Cilacap.

Tabel 30. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km)

Persentase (%)

1. 2.

Jenis Permukaan Aspal Kerikil Tanah Tidak Dirinci Jumlah Kondisi Jalan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

1.492,87

0 0 0

1.492,87

561,51 441,44 215,40 274,41

1.492,87

100,00

0,00 0,00 0,00

100,00

37,62 29,57 14,43 18,38

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Tabel 31. Panjang Jalan Menurut Keadaan Jalan di Kecamatan Kesugihan Tahun 2010

Jenis Permukaan Panjang Jalan (km) Persentase (%) Aspal Diperkeras Tanah Jumlah

119 91

182 392

30,36 23,21 46,43

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2011

Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa sarana perhubungan di Kabupaten

Cilacap dapat dikatakan sangat baik, apabila dilihat dari jenis permukaan jalan

yang seluruhnya sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan

di Kabupaten Cilacap semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang

sebagian besar sudah dapat dikatakan baik dan sedang. Sehingga dengan

makin lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Cilacap maka masyarakat

akan lebih mudah melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan

perekonomian. Namun menurut Tabel 31 di Kecamatan Kesugihan sendiri

kondisi jalan dengan permukaan tanah masih sebesar 46,43 % atau sepanjang

Page 113: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

182 km. Hal ini menunjukkan belum meratanya pembangunan sarana

perhubungan di Kabupaten Cilacap.

Keadaan sarana perekonomian yang memadai akan berpengaruh

terhadap lancarnya distribusi pangan dan ketersediaan pangan di setiap

wilayah. Apabila pangan dapat terdistribusi dengan baik, maka rumah tangga

sebagai konsumen akan mampu mengakses pangan dengan mudah sehingga

ketersediaan pangan rumah tangga akan terjamin dan terciptalah ketahanan

pangan rumah tangga maupun individu.

E. Kondisi Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan

seseorang akan pangannya. Ketersediaan pangan suatu wilayah dapat menjadi

indikator dalam mengetahui ketahanan pangan wilayah tersebut. Keadaan

pangan di wilayah Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 32 :

Tabel 32. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan di Kabupaten Cilacap tahun 2010

Komoditas Ketersediaan (kg)

Kebutuhan (kg)

Surplus/minus (kg)

Beras 483.473.680 172.797.637 310.676.043,20 Jagung 26.912.800 30.719.166 - 3.806.366,40 Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

6.228.040 2.665.900

880.200 156.331.150

3.160.080

19.722.784 6.251.750 2.046.704

104.754.032 11.908.096

- 13.494.744,00 - 3.595.850,40 - 1.166.504,00 51.577.118,00 - 8.748.016,00

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap, 2011

Dari Tabel 32, dapat diketahui bahwa untuk beras dan ubi kayu tersedia

penuh dan mengalami surplus. Sedangkan untuk tanaman pangan jagung,

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar mengalami minus.

Ketersediaan pangan diatas hanya berdasarkan produksi dalam wilayah, dan

tidak termasuk impor dari luar wilayah. Tersedianya pangan dalam jumlah

yang cukup menjadi faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan,

sehingga ketahanan pangan dapat terpenuhi. Kekurangan ketersediaan pangan

dapat diatasi dengan impor atau membeli dari luar daerah.

Page 114: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis hubungan antara

pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan gizi rumah

tangga petani di Kabupaten Cilacap, maka dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap sebesar

Rp 2.311.250,00, yang terdiri dari pendapatan dari usahatani sebesar Rp

1.446.250,00 (62,57%) dan pendapatan dari luar usahatani sebesar Rp

865.000,00 (37,43%). Besarnya rata-rata pengeluaran untuk pangan

adalah Rp 714.635,63 per bulan dan pengeluaran non pangan sebesar Rp

494.146,90 per bulan.

2. Besarnya rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran

total adalah 59,12%, yang artinya pengeluaran konsumsi pangan masih

mengambil sebagian besar bagian dari pengeluaran rumah tangga petani.

3. Rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten

Cilacap adalah 1.795,83 kkal/orang/hari dan 53,97 gram/orang/hari. Rata-

rata tingkat konsumsi energinya sebesar 86,04% dan tingkat konsumsi

proteinnya sebesar 98,54% sehingga keduanya termasuk dalam kategori

sedang.

4. Hubungan antara Pendapatan dengan Proporsi Pengeluaran Pangan,

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

a. Pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan mempunyai

hubungan yang signifikan. Nilai koefisien korelasi untuk pendapatan

dengan proporsi pengeluaran pangan adalah –0,527 yang

menunjukkan hubungan sedang. Nilai koefisen korelasi bernilai

negatif menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan

proporsi pengeluaran pangan adalah berlawanan, artinya jika

pendapatan tinggi, maka proporsi pengeluaran pangan rendah atau

sebaliknya.

Page 115: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN …/Analisis... · dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh ... Jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

b. Pendapatan dengan tingkat konsumsi energi (TKE) tidak mempunyai

hubungan yang signifikan.

c. Pendapatan dengan tingkat konsumsi protein (TKP) tidak mempunyai

hubungan yang signifikan.

5. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani berdasarkan tingkatannya

adalah tahan pangan sebesar 30,00%, rentan pangan 50,00%, kurang

pangan 13,33%, dan 6,67% termasuk dalam kondisi rawan pangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis

hubungan antara pendapatan dengan proporsi pengeluaran pangan dan

kecukupan gizi rumah tangga petani di Kabupaten Cilacap, maka saran yang

dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi rata-rata TKE dan TKP responden yang masih di bawah

angka kecukupan energi dan protein maka hendaknya perlu

penganekaragaman pangan berbasis potensi lokal seperti umbi-umbian.

Mengingat komoditas lokal seperti ubi kayu di wilayah Kabupaten

Cilacap berpotensi sebagai pangan sumber energi selain beras.

2. Mempertahankan pendapatan rumah tangga yang rata-rata sudah

termasuk tinggi, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan intensifikasi

pertanian seperti meningkatkan produktivitas usahatani oleh karena itu

perlu didampingi oleh tenaga penyuluh lapangan agar petani dapat

berkonsultasi mengenai kegiatan usahataninya. Selain itu dapat ditunjang

dari pendapatan luar usaha tani antara lain pemberdayaan ibu rumah

tangga untuk membuka usaha seperti warung, menjahit, membuat kue,

dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan dan pengembangan

UMKM dari pemerintah.

3. Pemerintah juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang gizi kepada

masyarakat melalui kegiatan penyuluhan yang bekerja sama dengan

petugas kesehatan di puskesmas atau bidan desa mengenai kecukupan

gizi dan pengaruhnya terhadap kesehatan.