analisis hasil tangkapan sampingan (by-catch) · pdf file6 analisis hasil tangkapan sampingan...

Download ANALISIS HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (By-Catch) · PDF file6 analisis hasil tangkapan sampingan (by-catch) dalam perikanan pukat pantai jenis krakat di teluk kota palu sulawesi tengah

If you can't read please download the document

Upload: trankhue

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 6

    ANALISIS HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (By-Catch) DALAM PERIKANAN

    PUKAT PANTAI JENIS KRAKAT DI TELUK KOTA PALU SULAWESI TENGAH

    Oleh :

    Ahsan Mardjudo *)

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi dan inventarisasi jenis-jenis ikan hasil

    tangkapan sampingan (by-catch) pukat pantai jenis krakat, dan mengkaji tingkat keramahan pukat

    pantai jenis krakat yang digunakan oleh nelayan di sepanjang pesisir pantai Teluk Kota Palu

    terhadap kelestarian sumberdaya ikan. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan sampingan adalah jenis ikan

    tembang (Sardinella fimbriata), ikan bijinangka (Upeneus sulphureus), baronang (Siganus guttatus)

    dan barebuku (bahasa lokal).

    Metode pengoperasian alat tangkap pukat pantai jenis krakat adalah dengan melingkari area

    penangkapan dimana bagian saya alat tangkap ini di tinggalkan di pantai dengan tali selembar yang

    di pegang oleh salah seorang nelayan dan badan serta sayap jaring lainnya di bawa melingkari area

    penangkapan sampai membentuk 180o, atau sampai dipantai berikutnya. Setelah semua tali sayap

    berada di pantai kemudian dilakukan penarikan bersama-sama dengan kecepatan yang sama agar alat

    tangkap tersebut tetap dalam kondisi normal sampai seluruh badan jaring mendarat di pantai.

    Alat tangkap pukat pantai jenis krakat di operasikan wilayah atau daerah perairan pantai yang

    memiliki karkater berlumpur dan berpasir, dan dihindari dioperasikan di perairan yang berbatu-batu

    atau terumbu karang. Dengan aspek ini, maka dapat dikatakan bahwa pengoperasian alat tangkap ini

    tidak merusak lingkungan perairan. Dari hasil analisis secara dekriptif menunjukkan bahwa alat

    tangkap pukat pantai jenis krakat ramah terhadap lingkungan dengan target tangkapannya adalah

    jenis teri dan udang kecil (bahasa lokal lamale). Namun perlu di perhatikan bahwa setiap kali

    dioperasikan selalu tertangkap jenis-jenis ikan yang bukan target atau tangkapan sampingan (by-

    catch).

    Katakunci : hasil tangkapan sampingan perikanan pukat pantai jenis krakat, Kota Palu

    *) Penulis adalah Dosen pada Fakultas

    Perikanan Universitas Alkhairaat Palu

    Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat - Desember 2011 ISSN : 0216-7530

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kegiatan penangkapan ikan di Teluk

    Kota Palu telah lama dilakukan secara terus

    menerus oleh nelayan setempat. Hal ini

    membuat daerah tersebut menjadi wilayah

    penting sebagai sumber pendapatan para

    nelayan dalam memenuhi kebutuhan

    keluarga dan bahkan menjadi sumber

    pendapatan asli daerah bagi Kota Palu.

    Alasannya adalah karena nelayan-nelayan

    yang melakukan kegiatan penangkapan

    ikan di wilayah tersebut berasal dari

    berbagai kelurahan, misalnya Kelurahan

    Watusampu, Buluri, Tipo, Silae, Lere,

    Besusu, Talise, Tondo, Layana, Mamboro,

    Taipa, Kayumalue Panjeko, Panau, Baiya

    dan Pantoloan.

    Pembangunan perikanan terutama

    dilakukan melalui upaya peningkatan

    produksi. Dalam hal peningkatan produksi

    atau peningkatan hasil tangkapan, sekaligus

    menunjukan peningkatan pendapatan

    kesempatan kerja dan berusaha.

    Peningkatan produksi hasil tangkapan

    dengan penggunaan alat tangkap yang

    efektif dan efesien adalah merupakan hal

    yang sangat wajar dalam mendorong

    pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir.

    Namun perlu diperhatikan bahwa

    peningkatan produksi harus tetap

    memperhatikan aspek kelestarian

    sumberdaya perikanan sesuai yang di

    amanatkan oleh FAO Code of Conduct For

    Responsible Fisheries dinyataka bahwa

  • 7

    potensi sumberdaya laut yang boleh

    dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari hasil

    tangkapan maksimum lestari (Maximum

    Sustanable Yield,MSY) dikutip dari

    berbagai sumber.

    Tingkat pemanfaatan potensi

    sumberdaya perikanan dapat dijadikan

    suatu indikator perkembangan dari suatu

    kegiatan penangkapan yang telah dilakukan

    di perairan dan sekaligus juga menjadi

    suatu pedoman dalam rangka pengelolaan

    perikanan tangkap berkelanjutan tanpa

    merusak kelestarian sumberdaya. Masalah

    belum optimalnya produksi dalam kegiatan

    perikanan tangkap dapat diperkirakan tiga

    hal antara lain : pertama; rendahnya

    sumberdaya manusia nelayan dan ilmu

    pengetahuan serta teknologi penangkapan

    ikan, kedua; ketimpangan pemanfaatan

    sumberdaya ikan di kawasan tertentu,

    ketiga; terejadinya kerusakan lingkungan

    ekosistem laut seperti mangrove, terumbu

    karang dan padang lamun yang merupakan

    habitat ikan dan organisme laut lainnya

    berpi jah, mencari makan a tau

    membesarkan diri.

    Secara umum kegiatan perekonomian

    nelayan di Teluk Palu bersifat fluktuatif

    karena ketergantungan terhadap

    produktifitas hasil perikanan. Jika

    produktifitas tinggi (musim tangkap)

    tingkat penghasilan nelayan akan

    meningkat, tapi daya beli masyarakat

    rendah begitu pula halnya dengan

    sebaliknya. Ketergantungan nelayan

    terhadap musim sangat mempengaruhi

    tingkat pendapatan nelayan setiap kali

    melakukan kegiatan penangkapan.

    Pengembangan perikanan tangkap saat

    ini lebih diarahkan kepada pengelolaan

    y a n g b e r t a n g g u n g j a w a b d e m i

    kelangsungan sumberdaya perikanan itu

    sendiri. (Nasution, 1994; Nikijuluw,2002),

    mengemukakan bahwa pembangunan

    perikanan terus dikembangkan dan lebih

    diarahkan pada upaya peningkatan

    pendapatan nelayan dan memajukan

    kualitas desa pantai melalui peningkatan

    diversifikasi produksi ikan guna memenuhi

    kebutuhan pangan dan gizi serta

    meningkatkan nilai eksport.

    Pengembangan perikanan rakyat

    dengan pukat pantai jenis krakat

    memerlukan kajian komprehensif

    mengingat sumberdaya laut yang dapat di

    akses tersebut umumnya berada dalam

    tahap kritis yaitu ikan-ikan hasil tangkap

    sampingan (by-catch) masih tergolong

    juvenil. Hasil tangkapan sampingan ini

    kalau berlebihan akan menyebabkan

    terputusnya siklus hidup ikan-ikan tersebut

    s e h i n g g a a k a n m e m b a h a ya k a n

    kelestariannya. Oleh karena itu, untuk

    pengembangan perikanan rakyat yang

    sustainable , diperlukan teknologi

    penangkapan ramah lingkungan sehingga

    t idak membahayakan kelestarian

    sumberdaya ikan yang di eksploitasi.

    Kegiatan perikanan pantai yang

    dilakukan oleh nelayan-nelayan tradisional

    sepanjang pesisir pantai Teluk Palu Palu

    akan mengancam kelestarian sumberdaya

    ikan apabila tidak dilakukan pengaturan

    alat penangkap ikan yang sesuai dengan

    konsep perikanan tangkap yang ramah

    lingkungan. Karena di wilayah pantai

    sangat beragam jenis-jenis ikan yang

    melakukan migrasi, baik untuk mencari

    makan, untuk membesarkan diri dan untuk

    tempat memijah.

    Penelitian tentang hasil tangkapan

    sampingan (by-catch) dalam perikanan

    pukat pantai jenis krakat di Teluk Kota

    P a l u a d a l a h m e n g k a j i d a n

    mengindentifikasi berbagai jenis-jenis ikan

    yang tertangkap pada saat nelayan

    melakukan penangkapan udang kecil

    (lokal: lamale nete). Oleh karena itu, untuk

    melindungi sumberdaya ikan yang masih

    mudah dan ikut tertangkap pada saat

    operasi penangkapan, maka salah satu

    langkah adalah mengkaji berbagai

    teknologi penangkapan yang digunakan

    oleh nelayan tradisional di sepanjang

    pesisir pantai di Teluk Kota Palu.

    Perumusan Masalah

    Pukat pantai (beach seine) jenis krakat

    adalah jenis alat tangkap yang digunakan

  • 8

    oleh nelayan tradisional di pesisir Teluk

    Kota Palu untuk menangkap udang kecil

    dan ikan teri. Alat tangkap ini memiliki

    desain sederhana, mudah dioperasikan dan

    biaya pembuatannya relatif murah. Hal

    inilah menyebabkan sehingga alat tangkap

    pukat pantai jenis krakat ini banyak

    digunakan oleh nelayan tradisonal, dan

    hasil tangkapannyapun dalam keadaan

    segar sampai di tangan konsumen.

    Permasalahan dalam penggunaan pukat

    pantai jenis krakat berkaitan erat dengan

    lokasi atau daerah penangkapan (fishing

    ground) yang terbatas di perairan dangkal

    dekat garis pantai. Karena perairan pantai

    ini pada umumnya mempunyai fungsi

    ekologi sebagai daerah asuhan (nursery

    ground), maka operasi penangkapan

    dengan pukat pantai jenis krakat

    berpeluang menangkap ikan-ikan yang

    masih berumur muda yang bukan

    merupakan target tangkapan atau hasil

    tangkapan sampingan (by-catch).

    Hasil tangkapan sampingan (by-catch)

    menjadi issue yang penting dalam

    perikanan pukat pantai yang tidak selektif,

    dan memiliki permasalahan utamanya

    adalah banyaknya didapatkan hasil

    tangkapan yang tidak dimanfaatkan dan

    dibuang kembali ke laut (discard). Hal

    inilah terjadi berulang-ulang yang

    dilakukan oleh nelayan tradisional yang

    mengoprasikan alat tangkap pukat pantai

    jenis krakat di pesisir pantai Teluk Kota

    Palu.

    Perairan pantai yang dangkal umumnya

    adalah habitat yang sangat subur dan

    sangat cocok sebagai nursery ground bagi

    berbagai jenis ikan pada saat mereka masih

    taraf juvenile (McConnouughey dan

    Zottoli, 1983). Kodisi ekologi demikian

    memberikan ko