analisis finansial usaha peternakan ayam petelur
DESCRIPTION
PeternakanTRANSCRIPT
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 1
ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR
CLOSED HOUSE SYSTEM “PT. CAHAYA SUPRANA” DESA BATUR
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
Daning Dwi Jayanti 1)
, Hari Dwi Utami 2)
and Budi Hartono 2)
1): Mahasiswa Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
2) : Dosen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di "PT. Cahaya Suprana" merupakan perusahaan ayam ras petelur closed
house system yang berada di Dusun Wonosari Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan peternakan berdasarka evaluasi financial. Data
dikumpulkan dari 14 Maret sampai 14 April 2014. Data primer dikumpulkan dengan metode survey
menggunakan kuisioner terstruktur. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait dan sumber.
Analisis deskriptif dengan perhitugan ekonomi yaitu R/C ratio, Break Even Point (BEP), Margin Of
Safety (MOS), and Rentabilitas, yang digunakan untuk analisis data. Hasil menunjukkan bahwa
peternakan menguntungkan dengan biaya produksi Rp. 18.700,-/ekor/bulan, penerimaan Rp. 21.132,-
/ekor/bulan, pendapatan Rp. 2.372,-/ekor/bulan. Selain itu Nilai BEP Rp. 12.464, nilai MOS 3,96%, nilai
R/C 1,13, nilai rentabilitas 40,07% per tahun.
Kata kunci : Break Even Point, Margin Of Safety, R/C ratio, Rentabilitas
FINANCIAL ANALYSIS OF CLOSED HOUSE SYSTEM LAYER FARM AT “
CAHAYA SUPRANA CO”AT BATUR VILLAGE GETASAN SUB DISTRICT
SEMARANG REGENCY
Daning Dwi Jayanti 1)
, Hari Dwi Utami 2)
and Budi Hartono 2)
1) : Student in Departement Social Economic, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University.
2): Lecturer in Departement Social Economic, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University.
ABSTRACT
Research was conducted at “PT. Cahaya Suprana” at Batur village Getasan subdistrict Semarang
regency. The research objective was to investigate farm feasibility based on financial evaluation. Data
were collected from 14th March to 14
th April 2014. Primary data were obtained by survey method with
structured questioner. Secondary data were gathered from related institutions and sources. Descriptive
analysis with applying economic equation namely R/C ratio, Break Even Point (BEP), Margin Of Safety
(MOS), and Rentability, were used to analyse the data. Result showed that this farm was profitable (Rp.
18,700 / bird) of cost production, with higher (Rp. 21,132 / bird) of revenue, and obtaining large (Rp.
2,372 / bird) of profit. In addition Rp. 12,527 of BEP, 3.96% of MOS, 1.12 of R/C ratio, and 40,07% of
rentability have represented the appropriate economic indicator for running this farm.
Keywords : Break Even Point, Margin Of Safety, R/C ratio, Rentabilitiy.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein merupakan salah satu zat
makanan yang diperlukan oleh manusia agar
bisa bertumbuh kembang dan tetap sehat.
Protein terdiri dari 2 kelompok yakni protein
hewani dan protein nabati. Konsumsi telur
ayam ras/broiler eggs (kg) di Indonesia pada
tahun 2007 sampai 2011 berturut-turut yakni
6,10; 5,79; 5,84; 6,73; 6,62 kapita / tahun
(Badan Pusat Statistik, 2013). Populasi
ayam ras petelur di Jawa Tengah menurut
Badan Pusat Statistik (2013) pada tahun
2008 sampai tahun 2013 berturut-turut
adalah 16.519.794 ekor, 17.712.776 ekor,
18.395.051 ekor, 19.881.430 ekor,
20.394.370 ekor.
Closed house system merupakan
teknologi dengan sistem kandang tertutup,
sistem di dalam kandang dapat diatur sesuai
kebutuhan serta kenyamanan ternak. "PT.
Cahaya Suprana" merupakan perusahaan
ayam ras petelur dengan teknologi sistem
kandang tertutup atau closed house system
yang berada di Dusun Wonosari Desa Batur
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Berdasarkan gambaran diatas perlu
dilakuakan kajian baik dari aspek produksi
dan keuangan dalam mengukur tingkat
kelayakan sekaligus melihat peluang dan
hambatan. Berdasarkan paparan tersebut
dalam kajian ini akan dilakukan analisis
usaha untuk melihat pendapata usaha pada
peternakan ayam petelur di "PT. Cahaya
Suprana".
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa biaya produksi, penerimaan dan
pendapatan dari usaha peternakan ayam
ayam petelur di "PT. Cahaya Suprana"?
2. Berapa tingkat BEP, MOS, nilai R/C
dan Rentabilitas pada peternakan ayam
ayam petelur di "PT. Cahaya Suprana"?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui biaya produksi, penerimaan
dan pendapatan dari usaha peternakan
ayam ayam petelur di "PT. Cahaya
Suprana".
2. Mengetahui tingkat BEP, MOS, nilai
R/C ratio dan Rentabilitas pada
peternakan ayam ayam petelur di "PT.
Cahaya Suprana".
TINJAUAN PUSTAKA
Modal
Riyanto (2001) menjelaskan bahwa
modal dalam arti luas yaitu modal dalam
bentuk uang atau barang. Modal dapat
dibagi menjadi modal abstrak yang bersifat
relatif permanen dalam waktu tertentu dan
modal konkrit yang mempunyai sifat tidak
permanen. Investasi atau penanaman modal
merupakan investasi dari awal yang dimiliki
peternak untuk memulai usahanya. Munawir
(2001) menjelaska modal kerja yang cukup
sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan modal kerja yang cukup itu
memungkinkan bagi perusahaan untuk
beroprasi dengan seekonomis mungkin dan
perusahaan tidak mengalami kesulitan atau
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 3
menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin
timbul karena adanya krisis atau kekacauan
keuangan.
Penerimaan
Penerimaan adalah segala sesuatu
yang dihasilkan oleh suatu proses produksi
yang disebut pendapatan kotor usaha tani
atau nilai produksi (value of production)
yang didefinisikan sebagai nilai produk total
usaha tanidalam jangka waktu tertentu baik
yang dijual maupun tidak dijual (Hartono,
2008). Penerimaan atau pendapatan kotor
didefinisikan sebagai nilai produk total
usaha dalam jangka waktu tertentu.
Penerimaan ini dapat dikatakan sebagai
pendapatan kotor usaha sebab belum
dikurangi dengan keseluruhan biaya yang
dikeluarkan selam proses produksi
berlangsung (Soekartawi, 2003).
Pendapatan
Cahyono (1995) yang dikutip oleh
Agustina (2012) menyatakan bahwa
pendapatan dalam usaha tani adalah
pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor merupakan keseluruhan
hasil atau nilai uang dari usaha tani,
sedangkan pendapatan bersih atau
keuntungan adalah besarnya pendapatan
kotor dikurangi dengan total biaya
keseluruhan. Asnawi (2009) yang dikutip
dalam Nurwahyuni (2013) menyatakan
bahwa pendapatan pada usaha peternakan
ayam petelur merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya total
produksi yang dikeluarkan oleh peternak
ayam petelur selama satu pemeliharaan atau
periode produksi. Triana (2007) menyatakan
bahwa untuk menghitung pendapatan usaha
perlu diketahui biaya tetap, biaya variabel
dan total penerimaan.
Break Even Point (BEP)
Djarwanto (2001) menyatakan bahwa
analisa titik impas atau Break Even Point
(BEP) titik impas diperlukan mengetahui
antara volume produksi, volume penjualan,
harga jual, biaya produksi, biaya lainnya,
baik yang bersifat tetap maupun variabel dan
laba atau rugi. Riyanto (2001) menyatakan
analisa break-even adalah suatu teknik
analisa untuk mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
volume kegiatan. Apabila suatu perusahaan
hanya memiliki biaya variabel saja maka
masalah break-even tidak muncul dalam
perusahaan tersebut. Masalah break-even
akan muncul apabila perusahaan tersebut
memiliki biaya variabel dan biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan
berubah-ubah sessuai dengan perubahan
volume produksi, sedangkan besarnya biaya
tetap secara totalitas tidak berubah-ubah
meskipun terjadi perubahan volume
produksi.
Margin of Safety (MOS)
Riyanto (2001) menjelaskan bahwa
dalam analisis Break Even Point perlu
dipahami konsep Margin of Safety atau
MOS, dimana MOS adalah angka yang
menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan dan penjualan saat Break
Even Point. Munawir (2002) menyatakan
bahwa Margin Of Safety (MOS) dapat
dinyatakan dalam bentuk ratio (prosentase)
antara penjualan menurut budget dengan
volume penjualan pada tingkat Break Even
Point, atau dalam prosentase dari selisih
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 4
antara penjualan yang di budget kan dan
penjualan pada tingkat Break Even Point
dengan penjualan yang dibudget kan itu
sendiri.
Revenue Cost Ratio (R/C)
Suatu usaha dikatakaan
menguntungkan jika perbandingan antara R
dan C (R/C) bernilai lebih besar dari satu.
Revenue Cost Ratio (R/C) yaitu
perbandingan antara penerimaan dengan
biaya produksi (Salam, 2009). Efisiensi
usaha dapat pula digunakan untuk menilai
kelayakan usaha tani. Salah satunya melalui
Receptsper Dollars Expenses atau
penerimaan (Revenue; R), yang dihasilkan
dari setiap stu dollar biaya (Cost; C). Suatu
usaha dikatakan menguntungkan jika
perbandingan antara R dan C (R/C) bernilai
lebih besar dari satu. R/C ratio yaitu
perbandingan antara penerimaan dengan
biaya (Soekarwi, 2002).
Rentabilitas
Rentabilitas atau profitabilitas adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan
kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan aktivanya secara produktif,
dengan demikian rentabilitas suatu
perusahaan dapat diketahui dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh
dalam satu periode dengan jumlah aktiva
atau jumlah modal perusahaan tersebut
(Munawir, 2001).
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal
14 Maret sampai 14 April 2014. Tempat
pelaksanaan penelitian dilakukan di "PT.
Cahaya Suprana" merupakan perusahaan
ayam ras petelur yang berada di Dusun
Wonosari Desa Batur Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Peternakan ayam
petelur ini mempunyai skala 41.060 ekor.
Lokasi pemilihan sampel dengan metode
purposive sampling yaitu pemilihan lokasi
secara sengaja berdasarkan total sampling.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
pada pelaksanaan penelitian ini adalah studi
kasus. Pengambilan data dilakukan dengan
survey yaitu mengumpulkan data primer
yang dilakukan dengan cara wawancara staff
perusahaan dengan menggunaka kuisioner,
sedangkan data sekunder adalah data yang
dikumpulkan secara tidak langsung yang
diambil melalui instansi terkait di daerah
Kabupaten Semarang.
Analisa Data
Analisa data yang dilakukan meliputi
analisa dan analisa kuantitatif untuk
mengetahui komposisi biaya produksi,
penerimaan, pendapatan, nilai R/C, tingkat
BEP, MOS dan Rentabilitas di “PT. Cahaya
Suprana”.
a) Biaya total.
Rumus dari biaya total (total cost)
menurut Kasmir (2003) adalah:
TC = FC + VC
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 5
Keterangan :
TC = Total Cost/ biaya total
(Rp/tahun)
FC = Fixed Cost/ biaya tetap
(Rp/tahun)
VC= Variabel Cost / biaya varibel
(Rp/tahun).
b) Penerimaan
Rumus dari penerimaan menurut
Kasmir (2003) adalah:
Keterangan :
TR = total revenue / penerimaan
total (Rp/tahun)
Pq = Price of quantity / harga satuan
produk (Rp/kg)
Q =Quality / jumlah produk
(kg/tahun)
c) Pendapatan.
Rumus keuntungan menurut Arifin
(2012) :
Keterangan :
I = income / pendapatan
(Rp/tahun)
TR = Total revenue / penerimaan
total (Rp/tahun)
TC= Total cost / biaya total
(Rp/tahun)
d) R/C ratio.
R/C ratio dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
R = revenue / penerimaan (Rp/tahun)
C = cost / biaya (Rp/tahun)
e) Break Even Point (BEP)
Rumus BEP menurut Arifin (2012)
yakni:
Keterangan :
Q = Produksi telur actual
(biji/produksi/tahun)
Q* = Titik impas volume produksi
(biji / produksi / tahun)
P = Harga jual (Rp / biji)
P* = Titik impas harga (Rp / biji)
TC = Total biaya (Rp / produksi /
tahun)
TL = Total penerimaan selain dari
penjualan telur(Rp / produksi /
tahun)
f) Margin Of Safety (MOS).
Rumus menghitung MOS menurut
Munawir (2002) :
g) Rentabilitas
Weston dan Copeland (2001)
menyatakan rumus untuk menghitung
rentabilitas adalah:
TR = Pq x Q
I = TR – TC
RC ratio = R/C
Q* =
P* =
MOS =
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 6
PEMBAHASAN
Profil Usaha “PT. Cahaya Suprana”
“PT. Cahaya Suprana” merupakan
peternakan ayam petelur dengan closed
house system. Penelitian dilakukan di farm 4
dengan jumlam ternak pada tahun 2014
sebanyak 41.061 ekor serta produksi telur
sebanyak 2.083 kg atau 33.324 butir.
Peternakan milik bapak Untung
Suprana yang di beri nama “PT. Cahaya
Suprana” terletak di Dusun Wonosari Desa
Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang. “PT. Cahaya Suprana”
merupakan peternakan ayam komersil
dengan strain Hy-Line Brown dengan ciri
bulu berwarna coklat, produksi tinggi. “PT.
Cahaya Suprana” berada pada ketinggian
2000 meter diatas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 20oC, kelembaban 40-60%
dan curah hujan 1979 mm.
Produksi telur
Pengambilan telur dilakukan sehari
sebanyak 3 kali yakni pada pukul 10.00,
13.00 dan pada pukul 15.00. Seleksi telur
dibagi menjadi 2 yakni telur utuh dan telur
retak. Produksi telur “PT. Cahaya Suprana”
selama satu bulan yakni 998.691 butir atau
sebanyak 62418 kg 98% produksi telur
merupakan telur utuh dan 2% merupakan
telur retak, apabila dikonversikan ke dalam
butir maka 984.607 butir atau 61.538 kg
telur utuh dan 14.083 butir atau 880 kg telur
retak. Grafik produksi telur selama satu
bulan dapat dilihat pada Gambar 2. di bawah
ini:
Gambar 1. Grafik produksi telur (kg) tahun
2014 “PT. Cahaya Suprana”
selam satu bulan.
Sumber : Data primer diolah (2014).
Pemasaran telur
Pemasaran telur “PT. Cahaya
Suprana” dilakukan setiap hari, telur utuh
“PT. Cahaya Suprana” dikirim kebeberapa
daerah yakni Jakarta, Bekasi, Bandung, Jati
Barang, Indramayu, Tegal, Semarang dan
Kudus. Harga rata-rata selama 1 bulan yakni
Rp. 13.033,-. Grafik harga telur ayam pada
tahun 2014 di “PT. Cahaya Suprana”
selama satu bulan dapat dilihat pada Gambar
3. dibawah ini:
Gambar 2. Grafik harga telur utuh dan telur
retak tahun 2014 di “PT. Cahaya
Suprana” selama satu bulan.
Sumber : Data primer diolah (2014)
Modal usaha
Modal adalah biaya yang dipakai
selama proses produksi berlangsung. Total
modal yang diperlukan pada “PT. Cahaya
Suprana” yakni Rp. 4.616.636.349,- yang
dibagi menjadi dua jenis yakni sebanyak
83,63% dari total modal merupakan modal
tetap dan 16,37% merupakan modal kerja.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 7
Dalam modal kerja di bagi menjadi dua
yakni biaya tetap dan biaya kerja. Ternak
merupakan persentase terbesar yakni Rp.
2.177.350.000,- atau 47,31% dari total
modal usaha, sedangkan pakan merupakan
persentase terbesar dalam modal kerja yakni
Rp. 595.237.750,- atau 13,01% dari total
modal usaha. Keseluruhan modal usaha
merupakan modal sendiri.
Analisis Biaya
Biaya produksi
Tabel 3. menunjukkan bahwa biaya
produksi “PT. Cahaya Suprana” sebanyak
Rp. 767.823.775,-. Laporan rugi laba “PT.
Cahaya Suprana” selama satu bulan dapat
dilihat pada Tabel 3. Biaya pakan
merupakan yang terbesar yaitu Rp.
595.237.750,- per bulan atau sebanyak
77,64% dari total biaya hal ini sesuai dengan
pernyataan Rasyaf (2000) yang menyatakan
pakan merupakan komponen biaya terbesar
dalam peternaka ayam petelur yakni sebesar
60-70% dari total biaya.
Tabel 1. Laporan rugi-laba perbulan peternakan ayam petelur “PT. Cahaya Suprana”.
No Keterangan (Rp.)/farm/bulan (Rp.)/ekor/bulan Persentase
(%)
I Penerimaan
1 Penjualan telur utuh 803.762.363 19.575 92,63
2 Penjualan telur retak 7.481.700 182 0,86
3 Penjualan ayam afkir 53.556.522 1.304 6,17
4 Penjualan pupuk 2.894.730 71 0,33
Total penerimaan 867.695.314 21.132 100
II Biaya produksi
A Biaya tetap
1 Penyusutan 65.265.481 1.590 8,46
2 Pajak bumi dan bangunan 300.000 7 0,04
3 Sewa tanah 1.406.833 34 0,18
4 Gaji tenaga kerja 12.872.170 313 1,67
Total biaya tetap 79.844.484 1.945 10,35
B Biaya variable
1 Pakan 595.237.750 14.497 77,64
2 Vaksin dan obat-obatan 6.000.000 146 0,78
3 Listrik dan telepon 29.300.000 714 3,80
4 Biaya pemasaran 55.441.541 1.350 7,18
5 Biaya lain-lain 2.000.000 49 0,26
Total biaya tidak tetap 687.979.291 16.755 89,65
Total biaya 767.823.775 18.700 100,00
III Pendapatan subelum pajak 99.871.539 2.432
IV Pajak pendapatan 2,5% 2.496.788 61
V Pendapatan setelah pajak 97.374.751 2.372
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 8
Penerimaan
“PT. Cahaya Suprana” mendapatkan
penerimaan dari penjualan telur (telur utuh
dan telur retak), penjualan ayam afkir dan
penjulan pupuk kandang. Harga rata-ratanya
selama satu bulan yaitu Rp. 13.043,-/kg.
Tabel 1 penerimaan “PT. Cahaya Suprana”
selama 1 bulan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. menunjukkan total penerimaan
“PT. Cahaya Suprana” selama satu bulan
yakni Rp. 867.695.314,-. Penerimaan
berasal dari penjualan telur utuh, telur retak,
ayam afkir dan penjualan pupuk , sesuai
dengan pernyataan Triana (2007)
menyatakan bahwa penerimaan dari usaha
ayam ras petelur diperoleh dari produksi
telur, penjualan feces, dan ayam afkir.
Penjualan telur utuh merupakan penerimaan
tertinggi yakni 61.601 kg yang
menghasilkan penerimaan sebanyak Rp.
803.762.363,- atau 93,49% dari total
penerimaan.
Pendapatan
Pendapatan pada usaha peternakan
ayam petelur merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya total
produksi yang dikeluarkan. Total
penerimaan, total biaya, pendapatan sebelum
pajak dan pendapatan setelah pajak dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. dapat
diketahui total pendapatan “PT. Cahaya
Suprana” selama satu bulan yakni Rp.
867.695.314,-, Persentase pajak tersebut
berdasarkan pendapatan usaha pada “PT.
Cahaya Suprana” yang memungkinkan
pendapatnnya per tahun lebih dari 500 juta,
dimana pendapatan yang lebih dari 500 juta
per tahun menurut direktorat jendral pajak
dikenakan pajak pendapatan sebesar 30 %
per tahun atau 2,5 % perbulan. Pendapatan
setelah pajak peternakan ayam petelur di
“PT. Cahaya Suprana” selama satu bulan
yaitu sebesar Rp. 99.871.539.
Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik impas yaitu keadaan
pendapatan dan biayanya sama atau
seimbag, sehingga perusahaan tidak
mengalami untung maupun kerugian. BEP
peternakan ayam petelur “PT. Cahaya
Suprana” dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 2. BEP peternakan ayam petelur “PT.
Cahaya Suprana”
Keterangan Jumlah
Biaya produksi (Rp.) 767.823.775
Rata-rata harga jual telur utuh 13.043
Produk telur utuh (kg) 61.602
BEP harga telur utuh (Rp.) 12.464
BEP produk telur utuh (kg) 58.869
Sumber : Data primer diolah (2014)
Tabel 2. menunjukkan bahwa total
biaya produksi telur selama satu bulan di
“PT. Cahaya Suprana” yaitu Rp.
767.823.775,-. BEP harga penjualan telur
utuh yaitu Rp. 12.464,- sedangkan harga
rata-rata telur di “PT. Cahaya Suprana”
yakni Rp. 13.043,- per kg, harga ini di atas
perhitungan BEP harga di “PT. Cahaya
Suprana”. BEP produk untuk telur utuh
yaitu 58.869 kg, sedangkan produksi telur di
“PT. Cahaya Suprana” selama satu bulan
yakni 61.538 kg telur utuh, hal ini sesuai
dengan pendapat Munawir (2002)
menyatakan break even dapat diartikan
suatu keadaan dimana dalam oprasi
perusahaan, perusahaan tidak memperoleh
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 9
laba dan tidak menderita rugi (penghasilan =
total biaya).
Margin Of Safety (MOS)
MOS digunakan untuk mengetahui
batas maksimum penurunan penjualan pada
perusahaan supaya perusahaan tidak
mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai
MOS maka semakin baik untuk perusahaan
karena semakin jauh dengan resiko
kerugian, dan semakin lebar jarak MOS
maka semakin tinggi laba yang diterima oleh
perusahaan. Nilai MOS penjualan telur utuh
selama satu bulan di “PT. Cahaya Suprana”
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 3. Nilai MOS peternakan ayam
petelur “PT. Cahaya Suprana”
Uraian Jumlah
Penerimaan yang direncanakan 803.762.363
Penerimaan break even 767.823.775
MOS (Rp.) 35.938.588
MOS (%) 4,47%
Sumber : Data primer diolah (2014)
Tabel 3. menunjukkan bahwa tingkat
penjualan telur utuh yang harus dicapai oleh
“PT. Cahaya Suprana” tidak boleh turun
lebih dari 4,47% atau Rp. 35.938.588,- dari
penjulan yang direncanakan agar “PT.
Cahaya Suprana” tidak menderita rugi tapi
juga tidak memperoleh laba, sesuai dengan
Riyanto (2001) MOS adalah angka yang
menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan dan penjualan saat Break
Even Point. Nilai MOS “PT. Cahaya
Suprana” lebih rendah dari perhitungan yang
dilakukan Sularso (2013) yakni 25,9%.
\
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Revenue cost ratio atau R/C ratio
digunakan untuk mengetahui efisiensi usaha
tersebut dapat digunakan analisis R/C ratio..
Nilai R/C pada peternakan ayam petelur
“PT. Cahaya Suprana” dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 4. Nilai R/C ratio di “PT. Cahaya
Suprana”
Keterangan Jumlah
Penerimaan (R) 867.695.314
Total biaya (C) 767.823.775
Nilai R/C ratio 1,13
Sumber : Data primer diolah (2014)
Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai
R/C ratio di “PT. Cahaya Suprana” 1,13.
Soekartawi (2002), menyatakan bahwa
untuk nilai R/C ratio lebih dari 1 maka
usaha tersebut dinyatakan menguntungkan
atau layak untuk dikembangkan. Nilai R/C
ratio sebesar 1,13 maka dapat diartikan
bahwa setiap penggunaan biaya produksi
“PT. Cahaya Suprana” sebesar Rp.
1.000.000,- akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp.1.130.000,-. Nilai R/C ratio di
“PT. Cahaya Suprana” lebih rendah dari
hasil penelitian Sularso (2013) nilai dari R/C
ratio dari usaha peternakan ayam petelur
yaitu 1,44, artinya setiap penggunaan biaya
produksi sebanyak Rp. Rp. 1.000.000,- akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.440.000,-.
Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan semua modal di dalamnya. Hasil
perhitungan menunjukkan rentabilitas usaha
pada “PT. Cahaya Suprana” yakni 40,07%
per tahun, Nikmat (2004) rentabilitas “PT.
Cahaya Suprana” yakni 40,07%, maka
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 10
termasuk dalam kategori rendah karena
dalam kisaran 26-50%
Tabel 5. Nilai rentabilitas”PT. Cahaya
Suprana”
Keterangan Jumlah
Keuntungan bersih pertahun (Rp.)
Modal pertahun (Rp.)
Rentabilitas (%)
1.168.497.012
2.915.587.947
40,07
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa usaha peternakan ayam petelur “PT.
Cahaya Suprana” merupakan usaha yang
menguntungkan untuk dijalankan
berdasarkan kriteria berikut:
1
.
a) Total biaya produksi selama satu
bulan yaitu Rp. 767.823.775,- per
bulan setara dengan biaya produksi
Rp. 18.700,-/ekor dan Rp. 12.464,-
/kg telur.
b) Total penerimaan sebesar Rp.
867.695.314,- atau setara dengan
Rp. 14.086,-/kg telur atau Rp.
21.132,- /ekor per bulan.
c) Pendapatan sebelum pajak yakni
Rp. 99.871.539,- per bulan,
pendapatan setelah pajak Rp.
97.374.751,- setara dengan Rp.
1.581,-/kg telur dan Rp. 2.372,-
/ekor/bulan.
2
.
a) Nilai BEP selama satu bulan untuk
BEP harga telur utuh yakni Rp.
12.464,- dan untuk BEP hasil telur
utuh yakni sebanyak 58.869 kg.
b) Nilai margin of safety penjualan
telur utuh yakni 3,96%
c) Nilai R/C peternakan ayam petelur
yakni 1,13, nilai R/C lebih dari 1
berarti usaha layak dilanjutkan.
d) Nilai rentabilitas usaha pada “PT.
Cahaya Suprana” yakni 40,07%
per tahun.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada
penelitian ini adalah menurunkan jumlah
pakan menjadi sesuai standar rata-rata
jumlah pakan per ekor per hari ayam yakni
106-114 gram, mengingat biaya pakan
sebesar 77,64% dari total biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F.T. 2012. Analisa Kelayakan
Finasial Usaha Penggemukan Sapi
Potong di Desa Dander Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro.
http//:www.fapet.ub.ac.id diakses pada
4/4/2014 pukul 9:30
Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel Untuk
Perencanaan Bisnis. Elexmedia
Komputindo. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Konsumsi Telur
dan Susu Per Kapita.
www.deptan.go.id diakses pada taggal
25/01/2014 pukul 00:40
Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ayam
Ras Petelur Menurut Provinsi.
www.deptan.go.id diakses pada taggal
25/01/2014 pukul 00:40
Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa
Laporan Keuangan, cetakan
kedelapan. BPFE. Yogyakarta.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 11
Kasmir, J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.
Prenada Media. Bogor.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan
Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Nikmat, Y. 2004. Analisa Rentabilitas
Untuk Mengukut Eefisiensi Kinerja
Perusahaan pada CV Pandan Harum
di Balikpapan.
http://www.guruvalah.20m.com
diakses 5/4/2014 pukul 21:34
Nurwahyuni, E. 2013. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kontribusi Usaha
Terak Ayam Ras Petelur Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga di
Kecamatan Kras Kabupaten Kediri.
Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang.
Pemerintah Kabupaten Blitar. 2013. Potensi
Daerah; Peternakan.
http://www.blitarkab.go.id. Diakses
pada 2 Maret 2014, pukul 7:20
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani.
BPFE. Yogyakarta.
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, edisi 4
cetakan ketujuh. BPFE. Yogyakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan
Ayam Ras Petelur. Kanisius.
Yogyakarta.
Soekartawi, Soeharjo, J.L. Dillon A. dan
J.B. Hardaker. 1995. Analisis Usaha
Tani. UI Press. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT Raja Grafida Persada.
Jakarta.
Triana, A., T. Salam dan M. Muis. 2007.
Analisis Pendapatan Usaha
Peternakan Ayam Ras Petelur Periode
Layer di Kecamatan Cenrana
Kabupaten Maros. Jurnal Agrisistem,
Juni 2007, Vol 3 No. 1.
Weston, J.F. and T.E. Copeland. 2001.
Manajemen Keuangan Jilid I, cetakan
ketujuh. Erlangga. Jakarta.