analisis faktor keterlambatan proyek terhadap …/analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN PROYEK TERHADAP
PEMBENGKAKAN BIAYA PROYEK BANGUNAN GEDUNG
DI SURAKARTA
The Analysis of Project Delay Factors Against The Cost Overruns of Buildings Project
in Surakarta
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
BAYU ADI NUGROHO NIM I 0107055
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Bayu Adi Nugroho, 2012. Analisis Faktor Keterlambatan Proyek Terhadap Pembengkakan Biaya Proyek Bangunan Gedung di Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masalah keterlambatan dalam industri konstruksi merupakan fenomena nasional dan tidak terkecuali di Surakarta. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor keterlambatan proyek dan pengaruhnya terhadap pembengkakan biaya proyek bangunan gedung di Surakarta. Penelitian ini dimulai dengan survei pra analisis yang disebarkan kepada 30 responden. Dari 30 Faktor keterlambatan yang diambil dari penelitian sebelumnya didapat 5 faktor keterlambatan yang paling berpengaruh yaitu (1) Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik, (2) Kesulitan finansial, (3) Kurangnya pengalaman kontraktor, (4) Keterlambatan penyediaan material, (5) Dana dari pemilik yang tidak mencukupi. Kemudian dilakukan survei analisis yang disebarkan kepada 40 responden. Kelima faktor keterlambatan dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembengkakan biaya proyek. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan program SPSS. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa: (1) Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik tidak berpengaruh signifikan terhadap pembengkakan biaya proyek. (2) Kesulitan finansial berpengaruh signifikan terhadap pembengkakan biaya proyek. (3) Kurangnya pengalaman kontraktor berpengaruh signifikan terhadap pembengkakan biaya proyek. (4) Keterlambatan penyediaan material berpengaruh signifikan terhadap pembengkakan biaya proyek. (5) Dana dari pemilik yang tidak mencukupi tidak berpengaruh signifikan terhadap pembengkakan biaya proyek. Kata kunci: Faktor keterlambatan, Pembengkakan biaya, Industri konstruksi,
dan Analisis regresi linier berganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Bayu Adi Nugroho, 2012. The Analysis of Project Delay Factors Against the Cost Overruns of Buildings Project in Surakarta. Final Task of Civil Engineering. Department of Engineering Faculty of Sebelas Maret University. Surakarta. The problem of delay in the construction industry is a national phenomenon and not the exception in Surakarta. The main objective of this study was to identify the impact of project delay factors against the cost overruns of buildings project in Surakarta. The study begin with a survey of pre-analysis, distributed to 30 respondents. from the 30 factors of delay is taken from a previous study, obtained 5 factors most influential delay: (1) identification, duration, and the bad planing of working order (2) financial trouble, (3) lack of contractor experience, (4) Delays in the supply of materials, (5) budgets from the owner is not sufficient. Then, the survey of analysis distributed to 40 respondents. The five delays factors were analyzed to obtain the effect on project cost overruns. This study use multiple linear regression analysis by using SPSS. From the analysis, the conclusions: (1) Identification, duration, and the bad planing of working order no significant effect on project cost overruns. (2) Financial trouble significant effect on project cost overruns. (3) Lack of contractor experience significant effect on project cost overruns. (4) ) Delays in the supply of materials significantly effect on project cost overruns. (5) Budgets from the owner is not sufficient no significant effect on project cost overruns. Keywords: Delay factor, cost overruns, construction industry, and multiple
linear regression analysis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Faktor
Keterlambatan Proyek Terhadap Pembengkakan Biaya Proyek Bangunan Gedung Di
Surakarta” guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Meskipun jauh dari kesempurnaan penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah
wawasan dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang manajemen konstruksi proyek
bangunan gedung khususnya pengaruh faktor-faktor keterlambatan terhadap pembengkakan
biaya proyek terutama pengembangan penelitian selanjutnya di Jurusan Teknik Sipil UNS.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat sehat selama pelaksanaan skripsi.
2. Widi Hartono, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I.
3. Ir. Sugiyarto, MT, selaku Dosen Pembimbing II.
4. Ir. Suyatno K, MT, selaku Dosen Penguji I.
5. Ir. Delan Soeharto, MT, selaku Dosen Penguji II.
6. Wibowo, ST, DEA, selaku Dosen Pembimbing Akademis.
7. Segenap pimpinan Fakultas Teknik UNS.
8. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS.
9. Kedua Orang Tuaku atas semua pengorbanan, doa, kasih sayang dan dukungannya
selama ini.
10. Teman terdekatku Yohana, Seto, Fathir, Alfian dan Didit yang telah memberikan
dorongan dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman skripsiku Herry dan Hasoloan yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman kost wisma indri Bimo, Chandra, Sheiza, Dewangga, Dinar, Andi, terima
kasih atas dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
13. Rekan-rekan Sipil ’07 Anas, Khairiyah, Dana, Zendra, Puguh, Kurnia, Rulan, Hero,
Teguh, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini dan semoga
skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Tuhan memberkati.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL .............................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .............................................................. 3
1.3. BATASAN MASALAH ............ ................................................... 4
1.4. TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 4
1.5. HIPOTESIS ................................................................................... 5
1.6. MANFAAT PENELITIAN............................................................ 5
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. . 6
2.1 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.2 DASAR TEORI .............................................................................. 7
2.2.1. Penjadwalan ...................................................................... 8
2.2.1.1. Alasan Penyusunan jadwal proyek .................. 8
2.2.1.2. Tahap tahap Penyusunan Jadwal Proyek ......... 9
2.2.2. Biaya Proyek ..................................................................... 12
2.2.2.1. Estimasi Biaya Proyek ..................................... 12
2.2.3. Hubungan Waktu dan Biaya…………………………... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2.2.4. Variabel Keterlambatan Proyek Menurut Beberapa
Peneliti ………………………………………………… 14
2.2.4.1. Non Excusable Delays ……………………… 14
2.2.4.2. Compensable Delays …………………………… 18
2.2.4.3. Excusable Delays …………………………... 21
2.2.5. Pembengkakan Biaya Proyek ...................................... 23
2.2.5.1. Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan
oleh Kontraktor …………………………….. 21
2.2.5.2. Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan
oleh Pemilik ………………………………… 26
2.2.5.3. Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan
Diluar Kemampuan Kontraktor dan Pemilik 28
2.2.6. Analisis Regresi Linier Berganda ……………………. 29
2.2.7. Uji Korelasi …………………………………………... 30
2.2.8. Uji Hipotesis ………………………………………..... 31
2.2.8.1. Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2) ............ 32
2.2.8.2. Uji t Statistik (Uji Parameter Penduga/Estimate)34
2.2.9. Cara Pemilihan Sampling ……………………………. 35
2.2.9.1. Probabilty Sampling ……………………….. 35
2.2.9.2. Non Probaility Sampling ……………….. 36
2.2.10. Program dan Cara Kerja SPSS (Statistical Product and
Service Solutions) ............................................................. 37
2.2.11. Rancangan Kuesioner ...................................................... 38
2.2.12. Kerangka Pikiran Penelitian ............................................ 39
2.2.13. Perumusan Hipotesis Penelitian....................................... 40
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ................................................. 41
3.1. TAHAP PENELITIAN ................................................................. 42
3.2. JENIS PENELITIAN .................................................................... 43
3.3. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING ................ 44
3.3.1. Populasi .............................................................................. 44
3.3.2. Sampel ............................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3.3.3. Teknik Sampling ............................................................... 44
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................ 44
3.4.1. Data Primer ....................................................................... 44
3.4.2. Data Sekunder ................................................................... 44
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA ......................................................... 45
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 46
4.1. DATA RESPONDEN..................................................................... 46
4.2. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA ............................. 47
4.3. DESKRIPSI DATA ........................................................................ 48
4.3.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden .......................................................................... 48
4.3.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden ........ 49
4.3.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jabatan Responden.... 50
4.3.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Responden 51
4.3.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden 52
4.4. DESKRIPTIF VARIABEL ............................................................ 53
4.5. ASUMSI KLASIK.......................................................................... 54
4.5.1. Uji Normalitas.................................................................... 54
4.5.2. Uji Heterodkedastisitas ..................................................... 55
4.5.3. Uji Multikolinieritas .......................................................... 56
4.6. UJI HIPOTESIS .............................................................................. 57
4.6.1. Regresi Linier Berganda ................................................... 57
4.6.2. Uji Ketepatan Model (Uji F dan dan R2) ......................... 58
4.6.3. Uji t (Uji Ketepatan Parameter Penduga/Estimate) ......... 59
4.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda Kedua (Trial) ............. 60
4.6.5. Analisis Korelasi................................................................ 61
4.7. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................... 62
4.7.1. Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang
tidak lengkap dan tersusun dengan baik berpengaruh
terhadap pembengkakan biaya pembangunan proyek ..... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
4.7.2. Kesulitan finansial berpengaruh terhadap pembengkakan
biaya pembangunan proyek.............................................. 63
4.7.3. Kurangnya pengalaman kontraktor berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek .................. 64
4.7.4. Keterlambatan penyediaan material berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek .................... 64
4.7.5. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi berpengaruh
terhadap pembengkakan biaya pembangunan proyek ..... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 66
5.1. KESIMPULAN ................................................................................ 66
5.2. SARAN-SARAN.............................................................................. 67
5.2.1. Bagi Pihak Pengembang ................................................ 67
5.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................... xvix
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap proyek konstruksi lazimnya mempunyai rencana pelaksanaan
dan jadwal pelaksanaan yang tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut
harus dimulai, kapan harus diselesaikan dan bagaimana proyek tersebut akan
dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana
dan jadwal pelaksanaan proyek selalu mengacu pada kondisi anggapan-
anggapan dan prakiraan yang ada pada saat rencana dan jadwal tersebut
dibuat, karena itu masalah akan timbul apabila terjadi ketidaksesuaian antara
prakiraan dan anggapan dengan kenyataan yang sebenarnya. Dampak umum
yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek,
disamping meningkatnya biaya pelaksanaan proyek.
Proses pelaksanaan suatu proyek terdiri dari banyak aktivitas yang
saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Keterlambatan yang
terjadi pada salah satu atau beberapa aktivitas tersebut dapat menyebabkan
keterlambatan proyek secara keseluruhan. Keterlambatan proyek pada
akhirnya dapat menimbulkan banyak sisi negatif, misalnya perselisihan antara
kontraktor dengan pemilik dan menurunnya kredibilitas kontraktor maupun
pembengkakan biaya (Alifen, et al, 1999). Pada kenyataannya hal ini sering
terjadi, sehingga perlu untuk dilakukan suatu analisis yang lebih mendalam
sebagai langkah antisipasi.
Sering kali dalam pelaksanaan proyek terjadi keterlambatan yang
tidak diinginkan dan tidak di ketahui sebelumnya. Keterlambatan tersebut
sangat merugikan pihak-pihak terkait, kontraktor maupun pemilik proyek itu
sendiri. Keppres No. 61 tahun 2004 menyebutkan bahwa denda (sanksi
finansial) dapat dikenakan penyedia jasa bila tidak dapat melaksanakan
proyek sesuai waktu yang tersedia dalam kontrak.
Keterlambatan proyek bisa berasal dari penyedia jasa (kontraktor),
pengguna jasa maupun pihak lain yang berdampak penambahan waktu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
biaya di luar rencana. Bila keterlambatan berasal dari kontraktor, maka
kontraktor bisa di kenai denda, begitu juga bila keterlambatan berasal dari
pengguna jasa, maka pengguna jasa akan membayar kerugian yang di
tanggung penyedia jasa, yang jumlahnya ditetapkan dalam kontrak sesuai
perundang-undangan yang berlaku. Banyak penelitian yang sudah di lakukan
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.
Kondisi Proyek konstruksi di pemerintah Kota Surakarta tidak jauh
berbeda, yang setiap tahun selalu terjadi keterlambatan proyek konstruksi.
Dibawah ini contoh proyek yang mengalami keterlambatan.
Tabel 1.1 Contoh Proyek yang Mengalami Keterlambatan
(Sumber : Data Proyek Grand Orchid Solo dan DPU Surakarta)
Dalam suatu proyek konstruksi, biaya merupakan salah satu
komponen yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan suatu proyek.
Secara garis besar biaya dalam proyek itu sendiri meliputi biaya material,
tenaga kerja serta biaya peralatan. Untuk menjaga kelancaran jalannya suatu
No Proyek Rencana (Hari)
Realisasi (Hari)
Penyebab Keterlambatan
1 Proyek Hotel Grand
Orchid Solo(extension)
180 200 Perubahan gambar/detail,
keterlambatan material
yang didatangkan, cuaca
buruk.
2 Proyek Pasar Kleco 135 150 Bertepatan bulan puasa,
waktu minim, pedagang
pindah ke pasar darurat
setelah Lebaran, proyek
dimulai pasca Lebaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
proyek maka perlu dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan
dikeluarkan agar tidak melebihi dari anggaran yang telah ditentukan.
Dalam kenyataan di lapangan banyak sekali ditemukan proyek yang
mengalami keterlambatan. Pada umumnya proyek yang mengalami
keterlambatan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan semakin meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka faktor keterlambatan
merupakan faktor yang menyebabkan pembengkakan biaya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta batasan masalah, maka dirumuskan
rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak
lengkap dan tidak tersusun dengan baik dapat menjadi penyebab
pembengkakan biaya pembangunan proyek?
2. Apakah kesulitan finansial dapat menjadi penyebab pembengkakan biaya
pembangunan proyek?
3. Apakah kurangnya pengalaman kontraktor dapat menjadi penyebab
pembengkakan biaya pembangunan proyek?
4. Apakah keterlambatan penyediaan material dapat menjadi penyebab
pembengkakan biaya pembangunan proyek?
5. Apakah dana dari pemilik yang tidak mencukupi dapat menjadi penyebab
pembengkakan biaya pembangunan proyek?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
1.3. Batasan Masalah
Untuk membatasi pokok permasalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini, maka akan difokuskan dengan uraian-uraian sebagai berikut:
1. Proyek yang diteliti adalah proyek-proyek konstruksi bangunan gedung di
lingkungan Surakarta.
2. Menggunakan 5 faktor keterlambatan sebagai variabel bebas dalam
melihat pengaruh terhadap pembengkakan biaya proyek.
3. Penelitian dilakukan pada 40 responden, yaitu individu yang
berpengalaman sebagai pelaksana proyek-proyek konstruksi dilingkungan
Surakarta, dan pernah memegang jabatan sebagai manajer proyek atau
manajer lapangan.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan
kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
2. Untuk mengetahui pengaruh kesulitan finansial terhadap pembengkakan
biaya pembangunan proyek.
3. Untuk mengetahui pengaruh kurangnya pengalaman kontraktor terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
4. Untuk mengetahui pengaruh keterlambatan penyediaan material terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
5. Untuk mengetahui pengaruh dana dari pemilik yang tidak mencukupi
terhadap pembengkakan biaya pembangunan proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
1.5. Hipotesis
1. Adanya dugaan pengaruh identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan
kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik terhadap
pembengkakan biaya broyek.
2. Adanya dugaan pengaruh kesulitan finansial terhadap pembengkakan
biaya pembangunan proyek.
3. Adanya dugaan pengaruh kurangnya pengalaman kontraktor terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
4. Adanya dugaan pengaruh keterlambatan penyediaan material terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
5. Adanya dugaan pengaruh dana dari pemilik yang tidak mencukupi
terhadap pembengkakan biaya pembangunan proyek.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama bagi para pengguna jasa,
para penyedia jasa serta pihak-pihak yang terkait langsung dengan
pengelolaan proyek konstruksi, agar mengetahui dengan jelas cara
pengendalian penyebab keterlambatan penyelesaian proyek secara
keseluruhan sehingga waktu penyelesaian proyek tersebut dapat sesuai
sesuai dengan biaya yang telah direncanakan.
2. Studi ini diharapkan dapat memberikan metode yang mempunyai
keunikan yang berbeda dari studi – studi yang terdahulu terkait dengan
kespesifikan obyek studi yang dipilih yaitu faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek terhadap pembengkakan biaya proyek bangunan
gedung di Surakarta, serta aplikasi Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) dalam menguji pengaruh dari variabel yang diteliti. Hal
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada studi mendatang
terkait dengan pengukuran variabel yang dikembangkan dan prosedur
pengujian yang dilakukan. Dengan demikian studi mendatang diharapkan
dapat menggeneralisasi metode riset yang didesain dalam studi ini dan
mengembangkannya pada konteks yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh Mezher et al, 2009
mengenai faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di Libya dari
persepsi owner, kontraktor dan perusahaan konsultan/arsitektur menemukan
bahwa owner lebih berfokus pada persoalan keuangan sedangakan kontraktor
dengan permasalahan kesepakatan kontrak dan konsultan menjadikan
manajemen proyek sebagai persoalan yang paling penting.
Keterlambatan dari penyelesaian proyek konstruksi berpengaruh
terhadap biaya langsung proyek. Dalam kasus proyek pembangunan gedung
dan fasilitas, kesulitan meningkat ketika owner berasal dari pihak pemerintah.
Dampak keterlambatan dalam kasus ini termasuk dalam kekacauan peraturan
rencana pengembangan umun, gangguan terhadap rencana pencairan anggran
dana pada pemerintah dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
keterlambatan proyek terhadap masyarakat. Keterlambatan yg terjadi dari sisi
kontraktor menyebabkan waktu penyelesaian proyek menjadi lebih lama,
meningkatnya biaya overhead dan menyebabkan kontraktor terjebak dalam
proyek tersebut. (Al-Kharashi dan Skitmore, 2009)
Menurut Alifen et al, 2000 (Dalam I.A.Rai Widhiawati, 2009),
keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan
antara pemiik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya
baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena
denda penalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan
mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari
sisi pemilik, keterlambatan proyek akan mambawa dampak pengurangan
pemasukan karena penundaan pengopersian fasilitasnya.
Beberapa penelitian sejenis yang sudah dilakukan yaitu oleh Budiman
Praboyo, 1999 ; I.A. Rai Widhiawati, 2009 ; Suyatno, 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Budiman Praboyo bertujuan untuk
menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi
sebagai penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di
wilayah Surabaya, dengan maksud agar proses perencanaan dan
penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakuakan dengan lebih lengkap
dan cermat, sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau
dikendalikan.
(2) I.A. Rai Widhiawati bertujuan untuk mengetahui penyebab utama dari
faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi
yang berada di Kotamadya Denpasar.
(3) Suyatno bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
keterlambatan penyelesaian proyek yang berada di Kotamadya Surakarta
dan untuk mengetahui peringkat (rangking) menurut persepsi penyedia
jasa terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.
2.2 Dasar Teori
Setiap proyek mempunyai rencana pelaksanaan proyek dan anggaran
biaya proyek yang dibuat sebelum pelaksanaan proyek. Dengan tujuan agar
proyek dapat dilaksanakan sesuai dengan acuan yang direncanakan oleh
kontraktor Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana dapat
mengakibatkan keterlambatan proyek yang pada umumnya akan menyebabkan
pembengkakan biaya proyek.
"Time is money", hal inilah yang melandasi faktor waktu dan uang
merupakan faktor yang penting dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
proyek. Waktu dan uang mempunyai keterkaitan satu sama lain, yang artinya
setiap penambahan waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek
mengakibatkan biaya yang dikeluarkan akan semakin meningkat.
Keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu dan biaya adalah salah
satu tujuan terpenting, baik bagi pemilik maupun kontraktor. Kunci utama
keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan
penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
2.2.1 Penjadwalan
Rencana pelaksanaan proyek merupakan tulang punggung
keseluruhan proses konstruksi, sehingga harus dibuat berdasarkan pada
sasaran dan pencapaian target yang jelas. Penjadwalan bertujuan untuk
menetapkan urutan kerja dan estimasi waktu yang dibutuhkan setiap
aktivitas dalam pelaksanaan proyek Associated General Contractors
(AGC of America, 1994). Tujuan lain dibuatnya jadwal pelaksanaan
proyek agar tidak terjadi keterlambatan proyek. Keterlambatan proyek
terjadi apabila realisasi pelaksanaan proyek lebih lambat daripada
rencana yang telah dibuat.
2.2.1.1 Alasan Penyusunan jadwal proyek
Empat alasan kontraktor melakukan penyusunan jadwal
proyek (AGC of America, 1994):
1) Mengkomunikasikan perencanaan
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim dalam
pelaksanaan proyek konstruksi. Komunikasi merupakan salah satu
komponen yang penting dalam suatu proyek konstruksi karena
komunikasi yang baik sangat dibuluhkan scbagai sarana
koordinasi. Koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar
masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang
tindih.
Tanpa adanya koordinasi yang baik antar masing-masing pihak
yang terlibat, suatu proyek konstruksi tidak akan dapat berjalan
dengan baik. Dengan adanya jadwal proyek, kontraktor dapat
berkomunikasi dengan sub kontraktor sedangkan manajer proyek
dapat berkomunikasi dengan manajer lapangan.
2) Mencapai target produktivitas
Pelaksanaan proyek konstruksi haruslah mempnuyai target
produktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
Target produktivitas adalah suatu sasaran yang ingin dicapai oleh
keseluruhan tim kerja dari proyek yang tujuannya adalah
menyelesaikan keseluruhan proyek tepat waktu.
3) Memonitor dan mengukur kemajuan yang telah dicapai
Dalam memonitor dan mengukur kcemajuan yang telah dicapai,
harus ada suatu batasan atau tolak ukur. Jadwal proyek yang telah
dibuat dapat digunakan sebagai batasan/acuan penentuan status
proyek, yaitu proyek terlambat, tepat waklu, atau terlalu cepat.
4) Mengantisipasi perubahan
Kegiatan proyek mempunyai sifat dinamis, karena dalam
pelaksanaannya sering terjadi penyimpangan atau perubahan,
sehingga suatu proyek sulit untuk dapat berjalan sesuai dengan
jadwal. Selalu ada hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dalam
tiap tahapan kostruksi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
keterlambatan proyek. Untuk itu perlu dibuat jadwal proyek
sebagai acuan waktu.
5) Menghitung eskalasi
Eskalasi adalah penyesuaian harga satuan pekerjaan (price
adjustment) yang disebabkan kenaikan harga-harga dasar bahan,
upah dan peralatan. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak.
Bagian kontrak atau pekerjaan yang terlambat dilaksanakan
karena kesalahan rekanan, penyesuaian harga satuan dan nilai
kontrak menggunakan indeks harga sesuai jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang ditetapkan pada kontrak awal (Keppres 18 Tahun
2000).
2.2.1.2 Tahap tahap Penyusunan Jadwal Proyek
Dalam menyusun jadwal proyek haruslah realistis/masuk akal,
artinya berdasarkan pada data-data yang ada dan informasi yang
akurat sehingga jadwal tersebut dapat diterapkan di proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
Enam tahapan dalam proses pembuatan jadwal pelaksanaan
proyek (Gambar 2.1), yang meliputi:
1) Tahap identifikasi aktivitas proyek
Tahap ini merupakan langkah awal dalam penyusunan jadwal
yang bertujuan untuk mendapatkan identifikasi jenis jenis
aktivitas yang ada agar proyek dapat dilaksanakan. Langkah ini
memerlukan informasi lengkap yang diperoleh dari pemahaman
dan analisa yang cermat.
2) Tahap estimasi durasi aktivitas
Tahap ini bertujuan untuk mengestimasi durasi yang dibutuhkan
dalam penyelesaian masing masing aktivitas. Durasi tersebut
harus masuk akal dan dapat menggambarkan keadaan sebenarnya
di proyek sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Pengalaman-pengalaman yang lalu dapat juga dapat dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan durasi masing-
masing aktivitas.
3) Tahap penyusunan urutan aktivitas
Tujuan tahap ini adalah merencanakan proses pelaksanaan, untuk
menunjukkan urutan aktivitas yang perlu dilakukan terlebih
dahulu sebelum aktivitas lain dapat dimulai dan menentukan
aktivitas berikulnya setelah aktivitas pendahulu selesai ataupun
aktivitas yang dapat dilakukan secara bersamaan sehingga proyek
terlaksana efektif dan efisien.
4) Tahap penyusunan jadwal proyek
Penyusunan jadwal proyek harus mencantumkan tanggal dimulai
dan selesainya suatu aktivitas, serta urutan aktivitas yang
direncanakan. Jadwal yang didapat nantinya akan dipakai scbagai
acuan untuk mengontrol dan memonitor pengerjaan aktivitas di
proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
5) Tahap analisis dan peninjauan ulang jadwal
Jadwal yang telah tersusun perlu ditinjau dan dianalisa ulang
untuk mengetahui kelengkapannya, Apabila didapati kesalahan-
kesalahan. maka hasil estimasi durasi dan rencana urutan proyek
harus ditinjau ulang.
6) Tahap pelaksanaan dan penerapan jadwal
Jika masing-masing pihak yang berkepentingan telah yakin bahwa
jadwal telah tersusun dengan lengkap dan dapat dilaksanakan,
maka langkah selanjutnya adalah menerapkan jadwal tersebut
pada proyek.
Proses penyusunan jadwal proyek dapat dilihat di bawah ini:
1. Identifikasi Aktivitas Proyek
2. Estimasi Durasi Aktivitas
3. Penyusunan Urutan Aktivitas
4. Analisa dan Peninjauan Ulang
5. Pelaksanaan dan Penerapan Jadwal
Gambar 2.1 Proses Penyusunan Jadwal Proyek (Sumber : AGC of America. I994)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
2.2.2 Biaya Proyek
Biaya merupakan salah satu aspek yang terpenting pada
manajemen suatu proyek. dimana biaya yang mungkin timbul harus
dikendalikan seminimal mungkin. Pengendalian biaya juga harus
disertai dengan pengendalian waktu, karena terdapat hubungan yang
erat antara waktu dan biaya. Hubungan antara waktu dan biaya sangat
penting dalam perencanaan suatu proyek konstruksi.
Biaya proyek secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni:
1. Biaya Langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan
menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Biaya langsung
meliputi biaya bahan/material, upah buruh, biaya peralatan, biaya
sub-kontraktor.
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen,
jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi
instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka
proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi biaya
overhead, biaya tak terduga (contigencies), dan keuntungan/profit.
Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk
biaya proyek. Baik biaya langsung dan biaya tidak langsung akan
berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak
dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, makin lama proyek
berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tidak langsung yang
diperlukan.
2.2.2.1 Estimasi Biaya Proyek
Estimasi biaya proyek adalah perkiraan tentang kemungkinan
biaya yang akan digunakan pada aktivitas konstruksi. Pembuatan
estimasi biaya ini memerlukan pengetahuan mengenai semua tahapan
proyek konstruksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Kesesuaian antara estimasi biaya dengan biaya sesungguhnya akan
sangat bergantung pada keterampilan, penilaian dan pengalaman dari
estimator.
1) Unsur-Unsur Estimasi Biaya
Ada lima unsur penting yang perlu diperhatikan dalam estimasi
biaya proyek, yaitu:
1. Bahan atau material: menghitung banyaknya bahan yang
dipakai dan harganya.
2. Tenaga kerja: menghitung jumlah tenaga kerja, jam kerja yang
diperlukan, dan jumlah biayanya. Besarnya upah tenaga kerja
ini tergantung dari panjangnya jam kerja, keadaan tempat
pekerjaan, keterampilan dan keahlian tenaga keja itu sendiri.
3. Peralatan: menghitung jumlah dan waktu pemakaian peralatan
serta biayanya.
4. Overhead: menghitung biaya-biaya tidak terduga yang perlu
diadakan.
5. Profit: menghitung persentase keuntungan yang akan didapat
2) Kegunaan Estimasi Biaya Proyek.
Kegunaan dari estimasi biaya proyek bagi masing-masing
professional adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemilik
Untuk mempelajari kelayakan proyek, kelanjutan investasi,
mendapatkan nilai ekonomis dari proyek, dan menetapkan arus
kas masuk dan keluar.
2. Bagi kontraktor
Estimasi biaya ini akan sangat berpengaruh terutama untuk
menentukan besarnya nilai tender dan keuntungan yang akan
didapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
2.2.3 Hubungan Waktu dan Biaya
Biaya merupakan salah satu aspek yang terpenting pada manajemen
suatu proyek, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan
seminimal mungkin. Pengendalian biaya juga harus disertai dengan
pengendalian waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu
dan biaya. Hubungan antara waktu dan biaya sangat penting dalam
perencanaan suatu proyek kontruksi.
Gambar 2.2. Hubungan Antara Waktu dan Biaya (Sumber : Soeharto, 1995)
2.2.4 Variabel Keterlambatan Proyek Menurut Beberapa Peneliti
Keterlambatan proyek dapat terjadi apabila terjadi
ketidaksesuaian waktu yang dijadwalkan dengan pelaksaaan di
lapangan (melebihi waktu yang telah direncanakan). Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, ada banyak hal yang menyebabkan
proyek tidak berjalan sesuai rencana sehingga mengakibatkan
keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Kraiem dan Dickman (1987)
mengatakan keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:
compensable, excusable, dan non excusable.
2.2.4.1 Non Excusable Delays
Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non excussble
delays) adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
kelalaian, atau kesalahan kontraktor. Penyebab-penyebab yang
termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
1) Identifikasi, durasi dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap
dan tidak tersusun dengan baik (Kraiem and Dickman, I987).
Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu
adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan
tepat. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari
penyusunan jadwal proyek.
Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek
secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja aktivitas.
Estimasi mengenai identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja
setiap jenis pekerjaan harus dibuat dengan jelas dan teliti sehingga
proyek dapat diselesaikan tepat waktu.
2) Gambar rencana proyek yang tidak jelas (Soeharto, 1995)
Gambar rencana proyek memiliki pengaruh yang sangat penting di
lapangan karena sebagai pedoman dalam bekerja. Ketidakjelasan
gambar rencana dapat menimbulkan kesalahan penjadwalan proyek
dan persepsi dari tim proyek yang akan berakibat pada
pengulangan pekerjaan Hal ini tentunya akan memerlukan
tambahan waktu pengerjaan proyek secara keseluruhan.
3) Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja (Arditi and Patel, 1989).
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan
pelaksanaan proyek berbeda-beda, salah satunya tergantung pada
besar dan jenis pekerjaannya.
Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan di lapangan dapat
menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya
yang seringkali tidak mudah didapat dan mahal harganya.
4) Kualitas tenaga kerja yang buruk (Ahuja, 1984).
Kegiatan proyek mempunyai sifat dinamis dan kontraktor dituntut
menyediakan tenaga kerja yang berkualitas di bidangnya dalam
melaksanakan pekerjaan. Kurangnya keterampilan dan keahlian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
pekerja dapat mengakibatkan pengulangan hasil pekerjaan karena
cacat produk dan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan
menjadi rendah sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan proyek.
5) Keterlambatan penyediaan alat/material (Ardiri and Patel, 1989).
Salah satu faktor yang sangat mendukung dalam pelaksanaan
proyek secara langsung adalah tersedianya peralatan dan material
yang akan digunakan.
Keterlambatan penyediaan alat dan material di proyek dapat
dikarenakan keterlambatan pengiriman oleh supplier, kesulitan
untuk mendapatkannya. Dan kekurangan material itu sendiri.
Penyediaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja
menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat
laju pekerjaan.
6) Penanganan keberadaan dan kualitas dari alat/material yang buruk
(Chuette And Liska, 1994).
Keberadaan alat/material yang tidak strategis menyebabkan
mobilisasi pekerja menjadi lambat. Sedangkan kualitas alat yang
buruk dapat menghambat penyelesaian proyek karena rendahnya
produktivitas pekerja dan pengulangan pekerjaan karena kualitas
material.
7) Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek (Ahuja,
1984).
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan
secara langsung di dalam pengerjaan proyek. Perencanaan jenis
peralatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarya
proyek sehingga tujuan dari pengerjaan proyek dapat tercapai.
8) Mobilisasi sumber daya yang lambat (Arditi and Patel, 1989).
Lalu lintas merupakan suatu proses mengenai pergerakan dari
setiap bagian, khususnya alat dan material. Mobilisasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan dari supplier ke lokasi
proyek, antar lokasi dalam proyek dan dari dalam lokasi ke luar
lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan
proyek dan waktu pengiriman alat/material.
9) Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena
cacat/salah (Arditi and Patel, l989).
Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan
pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang
dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas
tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat
cacat/salah memerlukan tambahan waktu dan itu berarti pekerjaan
tersebut terlambat diselesaikan.
10) Kesulitan finansial (Arditi and Patel, 1989).
Perputaran arus uang dalam proyek, baik arus masuk maupun arus
keluar harus direncanakan dengan baik pengalokasian dan
penggunaannya, agar tidak menimbulkan kesulitan untuk proyek
itu sendiri. Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor ini, terutama
yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran ke pemasok material
dan pembayaran upah tenaga kerja. Hal itu akan menyebabkan
tersendatnya dukungan sumber daya yang ada dan membuat
pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.
11) Kurangnya pengalaman kontraktor (Nundakumar, 1985).
Kontraktor berpengaruh pada penanganan masalah dalam bekerja
bisa mengakibatkan keterlambatan proyek, misalnya dalam hal
menangani masalah-masalah di dalam proyek. Kontraktor yang
sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permasalahan yang
timbul, lain halnya dengan kontraktor yang kurang pengalaman,
akan membutuhkan waktu yang lebih banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
12) Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi
kontraktor (Ahuja, 1984).
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan
komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak teradi
pekerjaan yang tumpang tindih. Sebagai contoh pengulangan
pekerjaan atau kesalahan dalam spesifikasi material sehingga dapat
menyebabkan keterlambatan proyek.
13) Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang salah/tidak tepat
(Ahuja, 1984).
Kesalahan atau ketidaktepatan memilih metode konstruksi,
walaupun mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan
penyelesaian struktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu
penyelesaian yang diperlukan. Untuk mengatasi hal ini memang
diperlukan tidak hanya keperluan teknis dan manajemen yang kuat
tetapi juga pengalaman kerja yang baik.
14) Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja/pengunjung (Ritz,
1994).
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek
dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja baik terhadap
pengunjung ataupun pekerja itu sendiri. Hal ini dapat berdampak
pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma
akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
turunnya produktivitas kerja.
2.2.4.2 Compensable Delays
Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi
(Compensable delays) adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh
tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini,
kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan
waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
keterlambatan pelaksanaan tersebut. Penyebab-penyebab yang
termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
1) Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat (Kraiem and
Dickmann, 1987).
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk
kepentingan pemakaian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan
timbul karena adanya tekanan waktu, sehingga memerlukan
perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang direncanakan akan
berubah dan perlu tambahan waktu.
2) Persetujuan ijin kerja yang lama (Kraiem and Dickmann, 1987).
Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam
melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan, terutama bagian-bagian
pekerjaan yang penting seperti gambar kerja dan contoh bahan.
Proses persetujuan ijin kerja ini akan menjadi kendala yang bisa
memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan, apabila untuk
mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang lama untuk
mengambil keputusan.
3) Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi (Arditi and Patel,
l989).
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan saat
proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan
perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Secara normal,
setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek
memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
4) Sering terjadi penundaan pekerjaan (Uchechukwu,1993).
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dari pemilik dapat
berakibat penundaan/penghentian proyek yang bersifat sementara,
yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
5) Keterlambatan penyediaan material (Arditi and Patel, 1989).
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material
yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan timbul apabila pemilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang
telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas
pekerja rendah karena mengganggur, yang mengakibatkan
keterlambatan proyek.
6) Dana dari pemilik yang tidak mencukupi (Clough, 1994).
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana
dari pemilik proyek yang tidak cukup. Sebagai contoh pemilik
yang sekaligus pengembang beranggapan bahwa dana proyek
diperoleh dari pembeli/pemakai rumah kepada pengembang. Tidak
adanya pertimbangan dari pengembang bahwa pembayaran dari
pembeli rumah sendiri, juga bisa mengalami hambatan sehingga
dana ke kontraktor pun ikut berhenti.
7) Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai
kontrak (Majalah Konstruksi, 1996).
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya
terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut
kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar
kelancaran pekerjaan tetap terjaga.
Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat
merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua
sistem pendanaan proyek tersebut dan mempengaruhi kelancaran
pekerjaan kontraktor. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan
material dan peralatan proyek tidak dapat didatangkan tepat waktu
karena kondisi keuangan kontraktor yang kurang baik.
8) Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik (Kraiem
and Dickmann, 1987).
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat
keleluasaan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas.
Keterbatasan inilah yang pada akhimya akan menyebabkan
pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
2.2.4.3 Excusable Delays
Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable delays) adalah
keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali
baik pemilik maupun kontraktor. Keterlambatan jenis ini dikenal
dalam kontrak dengan nama Force Majeur (Arditi and Patel, 1989.)
Pada kejadian ini, kontraktor hanya mendapatkan kompensasi berupa
perpanjangan waktu saja. Penyebab-penyebab yang termasuk dalam
jenis keterlambatan ini adalah:
1) Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir, badai, gempa
bumi, tanah Longsor, cuaca buruk (Arditi and Patel, l989).
Pada saat bekerja, cuaca sangat mempengaruhi produktivitas
pekerja. Cuaca yang sangat buruk menyebabkan turunya stamina
para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas. Produknvitas
pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan
mengakibatkan mundurnya jadwal proyek. Selain itu faktor Force
Majeur seperti gempa bumi, longsor, kebakaran dapat
menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu
lebih.
2) Lingkungan sosial politik yang tidak stabil (Vanegas and Alarcon,
1997).
Aspek sosial politik seperti huru-hara/kerusuhan, perang, keadaan
sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam
pelaksanaan proyek baik bersifat sementara atau permanen.
Perbaikan-perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi
memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal
proyek secara keseluruhan.
3) Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan
adanya proyek (Soeharto, 1995).
Respon masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
setuju dan tidak jarang pula ada yang menolak. Dengan adanya
respon negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
yang mengakibatkan proyek dapat berhenti sesaat yang berarti
mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.
Tabel 2.1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keterlambatan Proyek
(Sumber : Chandra Indra Yono dan Riswanto Wahyudi, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
2.2.5 Pembengkakan Biaya Proyek
Sama halnya dengan kondisi yang berhubungan dengan durasi,
proyek mempunyai beberapa kondisi yang berhubungan dengan biaya,
yaitu biaya lebih murah, biaya sesuai rencana, dan adanya
pembengkakan biaya. Pembengkakan biaya proyek yang dimaksnd
dalam hal ini adalah apabila biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan
proyek melebihi jumlah yang diperkirakan. Semakin besar ukuran
proyek semakin besar potensi terjadi pembengkakan biaya.
2.2.5.1 Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan oleh Kontraktor:
1) Ketidaktepatan estimasi proyek (Sold A Ward, 1992).
Dasar dari keuangan proyek adalah estimasi biaya yang meliputi
perhitungan biaya untuk tenaga kerja, material, peralatan overhead.
dan profil. Hambatan yang dapat terjadi dalam proses estimasi
biaya proyek yaitu: ketidaklengkapan gambar, data kontsruksi, dan
pengalaman estimator.
Ketidaktepatan estimasi ini akan mengakibatkan terjadinya
pembengkakan biaya. Sebagai contoh harga beli material atau sewa
peralatan yang lebih mahal dari yang direncanakan.
2) Kontrol kualitas material yang buruk (Uchechukwu, 1993).
Dalam pelaksanaan proyek, material perlu dikontrol kualitasnya
agar sesuai dengan permintaan pemilik ke kontraktor dan
kontraktor ke supplier. Tidak adanya kontrol kualitas material
dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pekerjaan ulang karena
tidak sesuai dengan spesifikasi material. Dalam hal ini, pekerjaan
ulang yang diakibatkan kesalahan pemakaian material akan
rnemerlukan lambahan biaya baik untuk tenaga kerja, material
maupun biaya tidak langsung.
3) Informasi proyek yang kurang lengkap (Harrison, 1981).
Informasi proyek yang berupa kondisi lapangan, gambar, dan
spesifikasi sangat menunjang ketelitian estimasi. Kondisi lapangan
dapat berupa keadaan dan sifat tanah, bangunan dan fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
pendukung, perencanaan desain proyek yang meliputi arsitek, sipil,
elektrik, maupun mekanik. Informasi yang kurang lengkap akan
menimbulkan ketidaktepatan estimasi biaya proyek sehingga
berpeluang menimbulkan pembengkakan biaya proyek.
4) Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja (Arditi and Patel, 1989).
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan
pelaksanaan proyek berbeda-beda, salah satunya tergantung pada
besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai dapat
menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya
yang seringkali tidak mudah didapat dan mahal harganya.
5) Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena
cacat/salah (Kraiem uml Dickmann, 1987).
Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan
Pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang
dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas
tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat
cacat/salah memerlukan tambahan biaya baik nntuk material
maupun tenaga kerja. Itu berarti proyce tersebut mengalami
pembengkakan biaya.
6) Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi
kontraktor (Ahuja, 1984).
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan
komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi
pekerjaan yang tumpang tindih. Sebagai contoh pengulangan
pekerjaan atau kesalahan dalam spesifikasi material sehingga dapat
menyebabkan pembengkakan biaya proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
7) Pengendalian/kontrol keuangan yang tidak baik (Uchechukwu,
1993).
Perencanaan keuangan untuk tiap-tiap sumber daya proyek
seharusnya sudah diatur di awal proyek. Sedangkan pada waktu
pelaksanaan tinggal mengontrol berapa perbedaan biaya yang
terjadi dibandingkan dengan rencana keuangan awal. Perputaran
arus uang dalam proyek baik arus masuk maupun keluar dan
pengontrolan penggunaan uang yang digunakan untuk membiayai
proyek harus dikendalikan dengan baik agar tidak terjadi
pembengkakan biaya proyek
8) Manajer proyek yang tidak kompeten/cakap (Soeharto, 1995).
Manajer proyek sangat berpengaruh pada proses perencanaan,
organisasi, dan memimpin serta mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk itu diperlukan manajer yang memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup proyek yang
menjadi tanggung jawabnya dan ditunjang dengan keterampilan
tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan. Manajer harus
memiliki kecakapan dalam mengatur pekerjaan dan penggunaan
tenaga kerja, yang mempengaruhi produktivitas pekerja.
Produktivitas yang rendah rnenyebabkan biaya proyek akan
bertambah.
9) Kualitas yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja
kontraktor (Arditi and Patel, 1989).
Kontraktor dituntut menyediakan personil-personil yang
berkualitas di bidangnya dalam melaksanakan pekerjaan. Personil
ini sekiranya berkemampuan teknis, berpengalaman, dan memiliki
manajemen yang baik karena berhadapan langsung dengan masalah
perencanaan, pengaturan, dan pengendalian sumber daya yang ada.
Tanpa dukungan kemampuan ini, maka pemahaman mengenai
pekerjaan tidak mungkin dapat diketahui atau dikuasai dengan
tepat dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
10) Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (Contigencies)
(Soeharto, 1995).
Contigencies adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan
biaya/anggaran untuk dialokasikan dalam estimasi biaya untuk
menanggulangi adanya kemungkinan kesalahan perhitungan.
Sebagai contoh kesalahan perhitungan untuk harga dan kuantitas
material.
11) Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi proyek (Soeharto,
l995).
Faktor ini bertujuan menutup kemungkinan adanya resiko yang
dapat terjadi selama proses konstruksi, seperti terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi selama
pelaksanaan proyek yang mengakibatkan cacat secara fisik,
hilangnya semangat kerja, dan trauma. Hal ini akan memerlukan
tambahan biaya untuk semua yang berhubungan dengan
pengobatan. Tidak diperhitungkannya faktor resiko pada estimasi
biaya akan mengakibatkan pembengkakan biaya apabila resiko
benar-benar terjadi di lapangan.
12) Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi (Soeharto,
1995).
Pada estimasi biaya proyek perlu diperhitungkan faktor inflasi dan
eskalasi untuk mengantisipasi adanya perubahan harga karena
waktu, terutama jika jangka waktu penyelesaian proyek cukup
lama. Inflasi dan eskalasi berdampak terhadap biaya proyek yang
rnenyangkut harga material, tenaga kerja, dan peralatan.
2.2.5.3 Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan oleh Pemilik:
1) Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai
kontrak (Majalah konstruksi, 1996).
Pelaksanaan pembangunan pmyek konstruksi membutuhkan biaya
terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut
kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari
pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak
kontraktor karena akan mengacaukan semua sistem pendanaan
proyek tersebut dan rnempengaruhi kelancaran pekerjaan
kontraktor.
Hal ini akan merugikan pihak kontraktor, dimana biaya proyek
selanjutnya dapat menjadi tanggungan dari pihak kontraktor.
Pembengkakan biaya proyek dapat terjadi apabila kondisi
keuangan kontraktor tidak baik, karena perlu peminjaman dana dari
luar yang tentunya beserta bunga. Perencanaan finansial
rnerupakan cara efektif untuk mengendalikan pengeluaran biaya
proyek, seperti untuk material, peralatan, tenaga kerja, overhead
kantor, dan lapangan.
2) Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat (Kraiem and
Dickmann, l987).
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk
kepentingan pemakaian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan
timbul karena adanya tekanan waktu, sehingga memerlukan
perbaikan-perbaikan. Akibatnya estimasi untuk material dan tenaga
kerja akan mernbengkak. Hal itu akan berakibat membengkaknya
biaya yang telah direncanakan.
3) Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan (Uchechukwu, l993).
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan saat
proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan
rusaknya jadwal yang telah dibuat kontraktor. Tingginya frekuensi
perubahan pelaksanaan berakibat terjadinya pemborosan material
dan tenaga kerja sehingga terjadi pembengkakan biaya proyek.
4) Sering terjadi penundaan pekerjaan (Uchechukwu, 1993).
Penundaan proyek yang bersifat sementara karena kondisi finansial
pemilik yang kurang baik dapat berakibat pada pembengkakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
terhadap biaya tidak langsung yang berarti pembengkakan biaya
proyek secara keseluruhan.
2.2.5.3 Penyebab Pembengkakan yang Diakibatkan oleh diluar Kemampuan
Kontraktor dan Pemilik:
1) Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti banjir, badai, gempa
bumi, tanah longsor, cuaca buruk (Arditi and Patel, 1989).
Pada saat bekerja, cuaca sangat mempengaruhi produktivitas
pekerja. Cuaca yang sangat buruk menyebabkan turunnya stamina
para pekerja yang berarti menurunya produktivitas yang berarti
biaya untuk tenaga kerja akan bertambah. Selain itu faktor Force
Majeur seperti gempa bumi, longsor, kebakaran dapat
menyebabkan proyek terhenti sementara sehingga membutuhkan
biaya dan waktu yang lebih. Minimum biaya tidak langsung proyek
akan bertambah seperti biaya operasional lapangan, upah pekerja
kantor, dan lain-lain.
2) Lingkungan sosial politik yang tidak stabil (Vanegas and Alarcon,
1997).
Aspek sosial politik yang tidak stabil seperti huru-hara/kerusuhan,
perang, keadaan sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan
dan pengrusakan dalam pelaksanaan proyek baik bersifat
sementara atau permanen, Perbaikan-perbaikan akan dilakukan dan
secara langsung menambah pengeluaran biaya proyek
3) Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan
adanya proyek (Soeharto, 1995).
Respon masyarakat sekitar proyek yang berbeda-beda, ada yang
setuju dan tidak jarang pula ada yang menolak dengan adanya
pelaksanaan proyek. Dengan adanya respon negatif dari
masyarakat seperti adanya demo, yang dapat menyebabkan
kerusakan/ pengrusakan proyek. Hal itu akan berakibat pada
mundurnya jadwal proyek, yang berarti pula membengkaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
biaya langung dan tidak langsung proyek (sewa peralatan, upah
tenaga kerja, dan operasional lapangan).
4) Lingkungan makro ekonomis (Pertumbuhan ekonomi, krisis
moneter, suku bunga bank, nilai tukar mata uang (Vanegas and
Alarcon, l997)).
Kebijakan ekonomi seperti terjadinya krisis moneter sangat besar
pengaruhnya terhadap biaya, dimana terjadi depresiasi rupiah,
meningkatnya suku bunga bank. Harga beli atau sewa sumber daya
(tenaga kerja, material, peralatan) untuk keperluan proyek akan
ikut membengkak.
2.2.6 Analisis Regresi Linier Berganda
Istilah “regresi” pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis
Galton pada tahun 1886. Galton menemukan adanya tendensi bawah
orang tua yang memiliki tubuh tinggi, memiliki anak-anak yang tinggi
pula dan orang tua yang pendek memiliki anak-anak yang pendek pula.
Kendati demikian, ia mengamati ada kecenderungan bahwa tinggi anak
bergerak menuju rata-rata tinggi populasi secara keseluruhan. Dengan
kata lain ketinggian anak yang amat tinggi atau orang tua yang amat
pendek cenderung bergerak kearah rata-rata tinggi populasi. Inilah yang
disebut hukum Galton mengenai regresi universal. Dalam bahasa
Galton ia menyebutnya sebagai regresi menuju medikritas (Maddala,
1992).
Interpretasi modern mengenai regresi agak berlainan dengan
regresi versi Galton. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya
adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen berdasarkan
nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003).
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-
masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara
memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan.
Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus: pertama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi
variabel dependen berdasarkan data yang ada (Tabachnick, 2996).
Tidak dipungkiri lagi, bahwa analisis regresi lebih banyak
digunakan dalam penelitian-penelitian sosial ekonomi. Apabila
diperhatikan dengan baik, penafsiran yang dilakukan oleh mahasiswa-
mahasiswa atas analisis regresi yang digunakan dalam penelitian-
penelitian masih berkaitan dengan ketergantungan satu variabel (biasa
dikenal dengan istilah variabel terikat) atas satu atau lebih variabel yang
lainnya (bisa dikenal dengan istilah variabel bebas). Analisis regresi
linier berganda merupakan salah satu alat analisis yang ditimbulkan
oleh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat (tidak
bebas). Analisi regresi sangat berbeda dengan analisis korelasi,
meskipun dalam analisis regresi menerapkan prinsip-prinsip pada
analisis korelasi.
Dalam analisis regresi, variabel bebas dapat pula disebut dengan
prediktor dan variabel terikatnya sering disebut dengan istilah
kriterium. Hal ini tidak ditemukan pada analisis korelasi. Pada analisis
korelasi variabel-variabel yang akan dikorelasikan cukup disebut
dengan istilah variabel penelitian. Dalam analisi korelasi tidak terdapat
variabel yang disebut berbagai variabel terikat atau tergantung
(Sudarmanto, 2005:2).
2.2.7 Uji Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara
variabel perencanaan (identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja
yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik) dengan variabel
(kurangnya pengalaman kontraktor), serta Kesulitan Finansial dengan
Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
( )( )( )[ ] ( )[ ]å åå å
å åå--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
…………..(Rumus 3.1)
Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi suatu butir
N = Cacah objek
X = Skor Butir
Y = Skor total
Untuk menarik kesimpulan tentang hubungan tersebut digunakan
interprestasi nilai r sebagai berikut:
a. Bila r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
b. Bila r = 1 atau mendekati 1, berarti tidak ada korelasi sempurna
positif, berarti ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
c. Bila r = -1 atau mendekati -1, berarti korelasi sempurna negatif,
berarti bahwa variabel bebas mengalami kenaikan, maka variabel
terikat akan mengalami penurunan.
2.2.8 Uji Hipotesis
Tidak seperti variabel moderating, variabel intervening
merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi
hubungan variabel independen (bebas) dengan variabel dependen
(terikat/tidak bebas). Untuk menguji pengaruh variabel intervening
digunakan metode analisis regresi linier berganda. Adapun rumus
persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e1 …………...(Rumus 3.2)
Keterangan:
a = Konstanta (besaran yang mengukur nilai Y pada waktu tidak
ada pengaruh X).
b1…7 = Koefisien regresi yang mengukur besarnya pengaruh X terhadap
Y.
X1 = Perencanaan (Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja
yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik).
X2 = Kesulitan Finansial
X3 = Kurangnya Pengalaman Kontraktor
X4 = Keterlambatan Penyedia Material
X5 = Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi
Y = Pembengkakan Biaya
e1, 2 = Measurement Error/Residual (kesalahan pengukuran)
2.2.8.1 Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2)
1) Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(Kuncoro, 2001: 98). Salah satu cara melakukan uji F adalah
dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel: apabila nilai F hasil perhitungan > nilai F menurut
tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua
variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Kuncoro, 2001: 99).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
Rumus Uji F yang digunakan seperti yang dikemukakan
oleh Bambang Setiaji (2006: 31) sebagai berikut:
( )
( ) knRl
lkRFreg --
-=
/2
2
………………………......(Rumus 3.3)
Di mana k = konstanta.
Jika F hitung sudah lebih besar dari 4; maka model di atas
sudah tepat (fit) (Setiaji; 2006: 32).
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat (Kuncoro, 2001: 100). Nilai koefisien determinasi adalah
diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi-variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen, dengan
kata lain dapat diartikan.
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kekuatan variabel independen terhadap variabel dependen, dengan
menggunakan rumus:
R2 = ( )( )å
åU-U
U-U~
~) …………………………………..(Rumus 3.4)
U : Y estimasi
U~ : Y rata-rata
Nilai koefisien R2 berkisar 0 sampai 1, jika nilai koefisien R2
hitung semakin mendekati angka 1 maka variabel independennya
semakin kuat berpengaruh terhadap variabel independennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
2.2.8.2 Uji t Statistik (Uji Parameter Penduga/Estimate)
Uji t statistik digunakan untuk menguji apakah variabel
independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
Pengujian ini dilakukan dengan asumsi bahwa variabel-variabel lain
adalah nol.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menentukan Hipotesis
Ho: b = 0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y).
Ha: b = 0 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen (X) terhadap variabel dependen
(Y).
2) Menentukan batas derajat signifikan
Batas derajat signifikansi yang digunakan adalah 5%.
3) Menentukan kriteria pengujian
H0 diterima apabila -ttabel £ thit £ ttabel atau Asymp.sig > 0,05
H0 ditolak apabila thit > ttabel atau t < - ttabel atau Asymp.sig < 0,05
4) Perhitungan nilai t dengan rumus sebagai berikut:
Sbb
t = …………………………………………...(Rumus 3.5)
b = koefisien regresi
Sb = standar error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
2.2.9 Cara pemilihan Sampling
Gambar 2. 3 Pemilihan sampling (Sumber : Ismiyati, 2007)
2.2.9.1 Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang
memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.
Ada 4 cara pengambilan sampel yang termasuk secara
Probability Sampling, adalah sebagai berikut:
1) Simple Random Sampling
Simple random sampling adalah suatu tipe sampling probabilitas,
di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk
ditetapkan sebagai anggota sampel. Dengan teknik semacam itu
maka terpilihnya individu menjadi anggota sampel benar-benar
atas dasar faktor kesempatan (chance), dalam arti memiliki
kesempatan yang sama, bukan karena adanya pertimbangan
subjektif dari peneliti. Teknik ini merupakan teknik yang paling
objektif, dibandingkan dengan teknik-teknik sampling yang lain.
TEKNIK SAMPLING
Non Probability Sampling Probability Sampling
1. Simple Random Sampling 2. Propotionate Stratified Random
Sampling 3. Dispropotionate Stratified
Random Sampling 4. Area (Cluster) Sampling
(Sampel menurut daerah)
1. Sampling Sistematis 2. Sampling Kuota 3. Sampling Aksidental 4. Purposive Sampling 5. Sampling Jenuh 6. Snowball Sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
2) Propotionate Stratified Random Sampling
Propotionate stratified random sampling adalah pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara
proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya
heterogen (tidak sejenis).
3) Dispropotionate Stratified Random Sampling
Dispropotionate stratified random sampling adalah pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap
sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan
sampling ini apabila anggota populasi heterogen (tidak sejenis).
4) Area (Cluster) Sampling (Sampel menurut daerah)
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa
populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
2.2.9.2 Non Probability Sampling
Non probability sampling merupakan teknik penarikan sampel
yang memberi peluang /kesempatan yang tidak sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.
Ada 6 cara pengambilan sampel yang termasuk secara Non
probability sampling, adalah sebagai berikut:
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan dari suatu daftar
berdasarkan suatu urutan tertentu.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai
ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan.
3) Sampling aksidental
Samping aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa yang
kebetulan ada.
4) Purposive Sampling
Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang
yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri khas khusus yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
dimiliki oleh sampel itu. Sampel yang purposive adalah sampel
yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan
penelitian.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dengan cara purposive sampling.
2.2.10 Program dan cara kerja SPSS (Statistical Product and Service
Solutions)
Statistik adalah ilmu yang berhubungan dengan angka. Oleh
karena itu statistik sering dikaitkan dengan data-data yang bersifat
kuantitatif (angka), yang salah satunya adalah program SPSS.
Untuk dapat memahami cara kerja software SPSS, berikut
dikemukakan kaitan antara cara kerja computer dengan SPSS dalam
mengolah data. Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.4 Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS
(Sumber : Singgih Santoso, 2001)
INPUT DATA Dengan
Data Editor
PROSES DATA Dengan
Data Editor
OUTPUT DATA Dengan
OUTPUT NAVIGATOR - Pivot Table Editor - Text Output Editor - Chart Editor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
Penjelasan proses statistik dengan SPSS :
1. Data yang akan diproses dimasukan lewat menu data editor yang
otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan.
2. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu data
edit.
3. Hasil pengolahan data muncul dilayar (window) yang lain dari
SPSS, yaitu Output Navigator.
Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistic dapat
ditampilkan secara:
a. Teks atau tulisan.
Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan
dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk teks
dapat dilakukan lewat menu Text Output Editor.
b. Tabel.
Pengerjaan (table pivoting, penambahan, pengurangan tabel dan
lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel dapat
dilakukan lewat menu Pivot Table Editor.
c. Chart atau grafik.
Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan
dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan lewat menu Chart
Editor.
2.2.11 Rancangan Kuesioner
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk :
1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Memperoleh informasi dengan reabilitas dan validitas yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
Kuesioner dirancang dalam tiga kelompok seperti dijelaskan di bawah
ini :
1. Data Pribadi
Data pribadi adalah pertanyaan terhadap responden mengenai
kedudukan atau jabatan, lama pengalaman responden bekerja pada
bidang konstruksi, serta pendidikan responden.
2. Data Proyek
Sumber data proyek berupa tempat artinya sumber data yang
menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, diam
contohnya luas bangunan proyek sedangkan bergerak contohnya
jenis pekerjaan dan biaya.
3. Faktor Keterlambatan
Rangkuman untuk ketiga jenis penyebab keterlambatan proyek
yang telah dijelaskan beserta sumber literaturnya dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
2.2.12 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.5 Kerangka Model Penelitian
H5
H2
H1
Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang
tidak lengkap dan tersusun dengan baik
H4
Kesulitan Finansial
Keterlambatan Penyediaan Material
Pembengkakan Biaya H3
H2
Kurangnya Pengalaman Kontraktor
Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
2.2.13 Perumusan Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat
dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2007: 64). Berdasarkan kerangka
pikir penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan
tersusun dengan baik berpengaruh terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
2. Kesulitan finansial berpengaruh terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
3. Kurangnya pengalaman kontraktor berpengaruh terhadap pembengkakan
biaya pembangunan proyek.
4. Keterlambatan penyediaan material berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
5. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data menurut Singaribun, 1995 (dalam Suyatno, 2010). Ada tiga
persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :
1. Sistematis, apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang
paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan
efisien.
2. Berencana, apabila penelitian dengan adanya unsur kesengajaan dan
sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
3. Mengikuti konsep ilmiah, apabila mulai dari awal sampai akhir kegiatan
penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahhuan.
Metode penelitian adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara
penelitian untuk menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganlisis dan
menguji kebenarannya, dikerjakan dengan hati-hati, sistematis dan berdasarkan
ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Pada peneltian ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, yaitu langsung berhubungan
dengan responden dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang berupa
kuisioner yang disusun oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
3.1. Tahap Peneilitian
Tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Tahap I
Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah,
studi literatur. Termasuk mendapatkan 25 faktor keterlambatan yang
mempengaruhi penyelesaian pelaksanaan proyek juga dilakukan pada tahap ini.
2. Tahap II
Disebut tahap survei pendahuluan. Mendesain kuesioner kemudian
disebarkan ke 30 responden di kota Surakarta. Dari 25 faktor keterlambatan
dilakukan perangkingan menjadi 5 faktor tertinggi yang mempengaruhi
keterlambatan penyelesaian proyek, kemudian melakukan wawancara untuk
mengetahui korelasi antara 5 faktor tersebut. Didapatkan perumusan masalah
dan menentukan variabel penelitian.
3. Tahap III
Disebut tahap pencarian data. Pada tahap ini dilakukan desain kuesioner
yang terdiri dari 5 faktor yang mempengaruhi pembengkakan biaya
pelaksanaan proyek dan korelasi antara 5 faktor tersebut. Kuesioner disebarkan
ke 40 responden di kota Surakarta.
4. Tahap IV
Disebut tahap analisis data. Pada tahap ini dilakukan analisis data
korelasi dengan Analisis Regresi Linier Berganda. Tahap analisis ini dilakukan
dengan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS)
versi 15.0 untuk mendapatkan kesimpulan hubunan antara 5 faktor penyebab
keterlambatan pelaksanaan proyek terhadap pembengkakan biaya.
5. Tahap V
Disebut tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang telah
dianalisis dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Secara keseluruhan, tahapan penelitian dapat dilihat secara skematis dalam bentuk
bagan alir pada Gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
TAHAP V
Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian
3.2. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian survey
dengan jenis penelitian penjelasan (explanative) dengan studi khalayak,
menurut Singaribun dan Efendi (2006:4), “Penelitian penjelasan yang
dimaksud untuk menyoroti hubungan antar variabel dan menguji hipotesis
yang telah dirumuskan”.
Studi Literatur
Survei Pendahuluan
Analisis Pendahuluan
Penentuan Variabel Penelitian
Identifikasi masalah
Perumusan Masalah
Mulai
Mencari Data: Penyebaran Kuesioner
Analisis Data Regresi Linier berganda
Pembahasan: Analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan terhadap biaya
Kesimpulan dan Saran
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kontraktor dan konsultan
yang ada di Karisidenan Surakarta.
3.3.2. Sampel
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sejumlah 40
orang responden. Jumlah sampel tersebut dianggap cukup karena
pendapat dari Roscoe (dalam Sekaran, 2005:160) memberikan pedoman
penentuan besarnya sampel penelitian, yaitu lebih besar dari 30 dan
lebih kecil dari 500 telah mencukupi untuk semua penelitian.
3.3.3. Teknik Sampling
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Non Probability Sampling. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel yang membatasi pada ciri-ciri
khusus seseorang yang memberikan informasi yang dibutuhkan dengan
cara menentukan koresponden. Kriteria yang digunakan dalam
pengambilan sampel penelitian ini adalah menjabat sebagai Project
Manager, Supervisor, Site Manager, dan Site Engineer.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer (Studi Pustaka)
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mencari data
pendukung melalui buku-buku, catatan, dokumen-dokumen, ataupun
website.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dibagi menjadi dua yaitu kuesioner (angket) dan survei.
1) Kuesioner (angket)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
Kuesioner adalah suatu data yang berisikan pertanyaan yang
telah disusun dan diatur sedemikian rupa guna mengumpulkan
informasi yang diinginkan.
2) Survei
Survei adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung di lapangan informasi tambahan
dapat diperoleh, sehingga dapat lebih memahami konteks dan
keseluruhan objek yang diteliti.
3.5. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode statistik, dimana dalam semua perhitungan statistik metode analisis
data ini meliputi:
1. Deskriptif Variabel
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Multikolinieritas
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
b. Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2)
1) Uji F
2) Koefisien Determinasi (R2)
c. Uji t Statistik (Uji Parameter Penduga/Estimate)
d. Analisis Regresi Linier Berganda Kedua (Trial)
e. Analisis Korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Responden
Berikut ini adalah daftar perusahaan yang dijadikan responden dalam
penelitian ini:
1) PT. Karya Kencana Mukti
Jl. KH Ahmad Dahlan 32, Keprabon, Solo.
2) PT. Indo Surya Construction
Jl. Pinus II GA 21 Solo Baru, Surakarta.
3) CV. Utomo Putra
Jl. RM Said 223, Manahan, Solo.
4) CV. Karya Mandiri
Jl. Letjen Suprapto 29, Sragen.
5) CV. Cakra Sakti
Jl. Kom L Yos Sudarso 329, Solo.
6) PT. Ketira Engineering Consultants
Jl. Tanah Abang V 56-56A, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta.
7) CV. Cipta Graha.
Jl. Gading Kidul 25, Solo.
8) PT. Promaco Cipta Bersama.
Jl. Griya Utama, Sunter Agung, Jakarta.
9) PT. Platinum Persada
Jl. Ahmad Yani, Kartasura.
10) PT. Adhi Karya Persero Tbk
Jl Pemuda No 82, Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Istilah “regresi” pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton
pada tahun 1886. Galton menemukan adanya tendensi bawah orang tua yang
memiliki tubuh tinggi, memiliki anak-anak yang tinggi pula dan orang tua
yang pendek memiliki anak-anak yang pendek pula. Kendati demikian, ia
mengamati ada kecenderungan bahwa tinggi anak bergerak menuju rata-rata
tinggi populasi secara keseluruhan. Dengan kata lain ketinggian anak yang
amat tinggi atau orang tua yang amat pendek cenderung bergerak kearah rata-
rata tinggi populasi. Inilah yang disebut hukum Galton mengenai regresi
universal. Dalam bahasa Galton ia menyebutnya sebagai regresi menuju
medikritas (Maddala, 1992).
Menurut Tabachnick, 1996 (Dalam Mudrajad, 2003), hasil analisis
regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen.
Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen
dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan
sekaligus: pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan
nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada.
Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini
berkaitan dengan ketergantungan satu variabel (biasa dikenal dengan istilah
variabel terikat) atas lebih dari satu variabel yang lainnya (bisa dikenal
dengan istilah variabel bebas). Analisis regresi linier berganda merupakan
salah satu alat analisis yang ditimbulkan oleh lebih dari satu variabel bebas
terhadap satu variabel terikat (tidak bebas). Dalam analisis regresi, variabel
bebas dapat pula disebut dengan prediktor dan variabel terikatnya sering
disebut dengan istilah kriterium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4.3 Deskripsi Data
Deskripsi hasil penelitian ini didasarkan pada skor dari kuesioner yang
digunakan untuk mengetahui distribusi data responden yang diteliti dalam
penelitian ini. Penjelasan data responden akan disajikan sebagai berikut:
4.3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data
responden sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 36 90,0
Wanita 4 10,0 Jumlah 40 100%
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin pria dengan jumlah 36 orang atau sebesar
90%, sedangkan responden paling sedikit berjenis kelamin wanita
sebanyak 4 orang dengan presentase sebesar 10%. Berikut adalah
distribusi jenis kelamin responden menggunakan gambar pie chart:
Jenis Kelamin
Wanita
Pria
Gambar 4.1 Pie Chart Distribusi Data Jenis Kelamin Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4.3.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan
usia responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Usia Responden
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 27 2 5,0 28 4 10,0 29 2 5,0 30 5 12,5 31 2 5,0 32 2 5,0 33 5 12,5 34 2 5,0 35 6 15,0 36 8 20,0 41 2 5,0
Jumlah 40 100% Sumber: data primer yang diolah, 2012
Dari hasil tabel di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
distribusi responden berdasarkan usia berada pada usia 36 tahun
sebanyak 8 orang dengan persentasi 20%, sedangkan jumlah paling
sedikit adalah responden yang berusia 27, 29, 31, 32, 34, dan 41 tahun
sebanyak 2 orang dengan jumlah presentase sebesar 5%. Berikut adalah
distribusi usia responden menggunakan gambar pie chart:
Usia
29 tahun
30 tahun
31 tahun32 tahun
33 tahun34 tahun
36 tahun
41 tahun
35 tahun
28 tahun
Gambar 4.2
Pie Chart Distribusi Data Usia Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4.3.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jabatan Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan
jabatan responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Jabatan Responden
Jabatan Frekuensi Persentase (%) Project Manager 7 17,5 Supervisor 4 10,0 Site Manager 19 47,5 Site Engineer 10 25,0
Jumlah 40 100% Sumber : data primer yang diolah, 2012
Hasil tabel di atas diperoleh hasil diketahui bahwa sebagian besar
distribusi responden berdasarkan jabatannya berada pada posisi Site
Manajer sebanyak 19 orang dengan persentasi 47,5%. Berikut adalah
distribusi usia responden menggunakan gambar bar chart:
17,5%
10%
47,5%
25%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Project Manager Supervisor Site Manager Site Engineer
Jabatan Responden
Gambar 4.3 Bar Chart Distribusi Data Jabatan Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4.3.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan
lama kerja responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden
sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Lama Kerja Responden
Lama Kerja Frekuensi Persentase (%)
3-5 tahun 11 27,5
> 5 tahun 29 72,5
Jumlah 40 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Hasil tabel di atas diperoleh hasil diketahui bahwa sebagian besar
distribusi responden berdasarkan lama kerjanya adalah > 5 tahun yaitu
sebanyak 29 dengan persentasi 72,5%. Berikut adalah distribusi usia
responden menggunakan gambar cone chart:
27,5%
72,5%
0
5
10
15
20
25
30
1-5 tahun > 5 tahun
Lama Kerja
Gambar 4.4 Cone Chart Distribusi Data Lama Kerja Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4.3.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut distribusi responden berdasarkan
pendidikan responden dapat dilihat pada hasil frekuensi data responden
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Pendidikan Akhir Responden
Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMU sederajat 0 0,0
D3 7 17,5 S1 26 65,0 S2 7 17,5 S3 0 0,0
Jumlah 40 100% Sumber: data primer yang diolah, 2012
Hasil tabel di atas diperoleh hasil diketahui bahwa sebagian besar
distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhirnya rata-rata
berpendidikan S1 yaitu sebanyak 26 dengan persentasi 65,0%. Berikut
adalah distribusi usia responden menggunakan gambar bar chart:
0% 17,5%
65,0%
17,5% 0%
0
5
10
15
20
25
30
SMU D3 S1 S2 S3
Pendidikan Terakhir
Gambar 4.5 Bar Chart Distribusi Data Pendidikan Terakhir Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4.4 Deskriptif Variabel
Deskriptif variabel dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran distribusi data dalam penelitian yang meliputi: Perencanaan
(Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan
tersusun dengan baik) (X1), Kesulitan Finansial (X2), Kurangnya Pengalaman
Kontraktor (X3), Keterlambatan Penyediaan Material (X4), Dana Dari Pemilik
Yang Tidak Mencukupi (X5), dan Pembengkakan Biaya Proyek (Y)
berdasarkan nilai mean, median, simpang baku, nilai minimum, dan nilai
maksimum. Adapun hasil selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Data Variabel
x1 x2 x3 x4 x5
Pembengkakan Biaya
N Valid 40 40 40 40 40 40 Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 3.08 3.05 2.90 3.00 3.18 2.48 Median 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 Mode 3 3 3 3 3 3 Std. Deviation .526 .677 .709 .716 .594 .599 Minimum 2 2 2 2 2 1 Maximum 4 4 4 4 4 3
Hasil analisis deskriptif menunjukkan variabel Perencanaan
(Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan
tersusun dengan baik) (X1) memiliki nilai mean (rata-rata) sebesar 3,08; nilai
median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3; nilai standar deviasi (simpang
baku) sebesar 0,526; nilai minimum sebesar 2; dan nilai maksimum sebesar 4.
Variabel Kesulitan Finansial (X2) memiliki nilai mean (rata-rata)
sebesar 3,05; nilai median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3; nilai standar
deviasi (simpang baku) sebesar 0,677; nilai minimum sebesar 2; dan nilai
maksimum sebesar 4.
Variabel Kurangnya Pengalaman Kontraktor (X3)memiliki nilai mean
(rata-rata) sebesar 2,90; nilai median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3; nilai
standar deviasi (simpang baku) sebesar 0,709; nilai minimum sebesar 2; dan
nilai maksimum sebesar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Variabel Keterlambatan Penyediaan Material (X4) memiliki nilai mean
(rata-rata) sebesar 3,00; nilai median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3; nilai
standar deviasi (simpang baku) sebesar 0,716; nilai minimum sebesar 2; dan
nilai maksimum sebesar 4.
Variabel Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi (X5) memiliki nilai
mean (rata-rata) sebesar 3,18; nilai median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3;
nilai standar deviasi (simpang baku) sebesar 0,594; nilai minimum sebesar 2;
dan nilai maksimum sebesar 4.
Variabel Pembengkakan Biaya Proyek (Y) memiliki nilai mean (rata-
rata) sebesar 2,48; nilai median sebesar 3,00; nilai mode sebesar 3; nilai
standar deviasi (simpang baku) sebesar 0,599; nilai minimum sebesar 1; dan
nilai maksimum sebesar 3.
4.5 Asumsi Klasik
Pengujian kualitas instrument (validitas dan reliabilitas) dalam
penelitian ini tidak dilakukan, karena masing-masing variabel diukur oleh
satu item (item tunggal) sehingga dapat dinyatakan valid dan reliabel (karena
hanya memiliki satu data). Sehingga pengujian langsung dilanjutkan pada
pengujian asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas data, uji
multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, adapun hasil pengujian
selengkapnya adalah sebagai berikut:
4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya
sebaran distribusi data yang digunakan dalam penelitian. Uji normalitas
sebaran data dapat dilihat pada nilai signifikansi atau probabilitas >
0,05 maka data berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.7. Kolmogorov-Smirnov
Model Z Probability (p)
Kriteria Kesimpulan
Unstandardized residual
(X1, X2, X3, X4, X5,
terhadap Y)
0,983 0,289 P> α (0,05)
Data Berdistribusi Normal
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil pengujian normalitas
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov memiliki nilai signifikansi
atau probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data
dalam penelitian ini berdistribusi normal.
4.5.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau
residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Kondisi
heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section, atau data
yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan
program statistik SPSS for windows dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Nama Variabel thitung p Keterangan Perencanaan (Identifikasi, durasi,
dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan
baik) (X1)
0,430 0,670 Tidak ada
Heteroskedastisitas
Kesulitan Finansial (X2) -1,395 0,172 Tidak ada
Heteroskedastisitas Kurangnya Pengalaman Kontraktor
(X3) -0,017 0,987 Tidak ada
Heteroskedastisitas Keterlambatan Penyediaan Material
(X4) -0,429 0,671 Tidak ada
Heteroskedastisitas Dana Dari Pemilik Yang Tidak
Mencukupi (X5) -1,345 0,188 Tidak ada
Heteroskedastisitas Sumber: data primer yang diolah, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan hasil uji Heteroskedtisitas (Glejser Method) di atas
diketahui nilai probabilitas pada masing-masing variabel > 0,05 dengan
demikian tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.5.3 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regres ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
yang sempurna di antara variabel bebas. Salah satu cara untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance
atau Varians Inflation Factor (VIF). Apabila tolerance lebih kecil dari
0,1 atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan Perencanaan (Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak
lengkap dan tersusun dengan baik) (X1)
0,893 1,120 Tidak ada masalah
mutikolinieritas
Kesulitan Finansial (X2) 0,914 1,095 Tidak ada masalah mutikolinieritas
Kurangnya Pengalaman Kontraktor (X3) 0,741 1,350
Tidak ada masalah mutikolinieritas
Keterlambatan Penyedia Material (X4)
0,916 1,092 Tidak ada masalah mutikolinieritas
Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi (X5)
0,833 1,200 Tidak ada masalah
mutikolinieritas Sumber: data primer yang diolah, 2012
Hasil uji multikolinearitas pada pada tabel di atas dengan variabel
dependen pembengkakan biaya proyek diketahui bahwa hasil tolerance
pada masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai
Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Sehingga model
regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik diperoleh hasil bahwa
data dalam penelitian tidak mengalami masalah asumsi, atau dapat
dinyatakan BLUE (best, linear, unbiased, estimator).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4.6 Uji Hipotesis
Setelah uji asumsi klasik maka langkah selanjutnya adalah pengujian
hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda
yang akan diuraikan sebagai berikut:
4.6.1 Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan dan dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh variabel lima faktor penyebab keterlambatan proyek:
Perencanaan (Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang
tidak lengkap dan tersusun dengan baik) (X1), Kesulitan Finansial (X2),
Kurangnya Pengalaman Kontraktor (X3), Keterlambatan Penyedia
Material (X4), dan Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi (X5)
terhadap Pembengkakan Biaya Proyek (Y).
Dari hasil pengolahan dengan program SPSS 15.0 dapat disusun
rumus sebagai berikut:
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda
Variabel b Beta thitung Sig Kesimpulan
Konstans -0,711
X1 0,001 0,001 0,009 0,993 Tidak Berpengaruh Signifikan
X2 0,241 0,273 2,106 0,043* Berpengaruh Signifikan
X3 0,372 0,440 3,059 0,004** Berpengaruh Signifikan X4 0,362 0,433 3,349 0,002** Berpengaruh Signifikan
X5 0,089 0,088 0,649 0,521 Tidak Berpengaruh Signifikan
Sumber: data primer diolah, 2012
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e ……..……………(Rumus 4.1)
Y = -0,711 + 0,001X1 + 0,241X2 + 0,372X3 + 0,362X4 + 0,089X5
Keterangan:
*** = Sig pada taraf uji 1%
** = Sig pada taraf uji 5%
* = Sig pada taraf uji 10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4.6.2 Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2)
a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara serentak atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.11. Uji F
Variabel Fhitung Probability
(p) Kriteria Kesimpulan
Independen 6,240 0,000 P < α (0,05)
Berpengaruh Signifikan
Sumber: data primer diolah, 2012
Dari data di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,240 dengan
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 artinya terdapat pengaruh
signifikan yang sangat kuat antara Perencanaan (Identifikasi, durasi,
dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun
dengan baik) (X1), Kesulitan Finansial (X2), Kurangnya Pengalaman
Kontraktor (X3), Keterlambatan Penyediaan Material (X4), dan Dana
Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi (X5), secara bersama-sama
terhadap Pembengkakan Biaya Proyek (Y).
b. Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai R2 adalah 0,479
berarti variabel independen Perencanaan (Identifikasi, durasi, dan
perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan
baik), Kesulitan Finansial, Kurangnya Pengalaman Kontraktor,
Keterlambatan Penyediaan Material, dan Dana Dari Pemilik Yang
Tidak Mencukupi dapat menjelaskan variasi variabel dependen
(Pembengkakan Biaya Proyek) dengan kontribusi 47,9%, sedangkan
sisanya 52,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4.6.3 Uji t (Uji Ketepatan Parameter Penduga/Estimate)
Uji t untuk mengetahui seberapa besar masing-masing (individu)
dari variabel independen pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil
perhitungan dengan bantuan SPSS 15.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Perencanaan Identifikasi, durasi, dan Perencanaan Kerja yang
Tidak Lengkap dan Tersusun Dengan Bsdaik mempunyai nilai thitung
sebesar 0,009 dengan nilai probabilitas sebesar 0,993 > 0,05, maka H0
diterima yang berarti Perencanaan (Identifikasi, durasi, dan
perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik)
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap Pembengkakan Biaya
Proyek. Hal tersebut menunjukkan Perencanaan (Identifikasi, durasi,
dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan
baik) bukan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan
pembengkakan biaya proyek (bukan faktor yang mempengaruhi).
Kesulitan Finansial mempunyai nilai thitung sebesar 2,106 dengan
nilai probabilitas sebesar 0,043 < 0,05, maka H0 ditolak yang berarti
bahwa Kesulitan Finansial berpengaruh signifikan positif terhadap
pembengkakan biaya proyek, dimana semakin tinggi kesulitan finansial
yang dihadapi pengembang (konsultan dan kontraktor) dapat
menyebakan pembengkakan biaya proyek yang tinggi pula. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masalah kesulitan financial merupakan faktor
penting dalam meningkatkan pembengkakan biaya proyek.
Kurangnya Pengalaman Kontraktor mempunyai nilai thitung sebesar
3,059 dengan nilai probabilitas sebesar 0,004 < 0,05, maka H0 ditolak
yang berarti Kurangnya Pengalaman Kontraktor berpengaruh signifikan
positif terhadap Pembengkakan Biaya Proyek. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi kurangnya pengalaman kontraktor
maka akan semakin meningkatkan pembengkakan biaya proyek, hal ini
berarti bahwa faktor kurangnya pengalaman kontraktor merupakan
faktor yang penting dalam mempengaruhi pembengkakan biaya proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Keterlambatan Penyediaan Material mempunyai nilai thitung
sebesar 3,349 dengan nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,05, maka H0
ditolak yang berarti keterlambatan Penyediaan Material berpengaruh
signifikan positif (meningkatkan) terhadap Pembengkakan Biaya
Proyek. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
keterlambatan Penyediaan Material maka akan semakin meningkatkan
Pembengkakan Biaya Proyek, hal ini berarti bahwa faktor
keterlambatan Penyediaan Material merupakan faktor yang penting
dalam mempengaruhi pembengkakan biaya proyek.
Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi mempunyai nilai thitung
sebesar 0,649 dengan nilai probabilitas sebesar 0,521 > 0,05, maka H0
diterima yang berarti Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi
berpengaruh signifikan positif terhadap Pembengkakan Biaya Proyek.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dana dari pemilik
yang tidak mencukupi belum tentu semakin meningkatkan
pembengkakan biaya proyek, hal ini berarti bahwa faktor dana dari
pemilik yang tidak mencukupi merupakan faktor yang kurang dianggap
penting dalam mempengaruhi pembengkakan biaya proyek.
4.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda Kedua (Trial)
Pengujian regresi ini dilakukan untuk melihat konsistensi dari
variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada variabel terikatnya.
Adapun hasil selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Kedua
Variabel b Beta thitung Sig Kesimpulan
Konstans -0,334
X2 0,238 0,270 2,137 0,039* Berpengaruh Signifikan
X3 0,343 0,406 3,221 0,003** Berpengaruh Signifikan X4 0,363 0,434 3,474 0,001** Berpengaruh Signifikan
Sumber: data primer diolah, 2012
Y = a + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e ………………………………………….(Rumus 4.2) Y = -0, 334 + 0, 238X2 + 0, 343X3 + 0,363X4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil pengujian regresi pada tahap kedua menunjukkan bahwa
dari ketiga variabel bebas sebelum berpengaruh signifikan pada biaya
pembengkakan proyek adalah konsisten, bahkan hasil menunjukkan
bahwa pada tahap kedua (regresi kedua) lebih baik dibandingkan pada
pengujian pertama.
4.6.5 Analisis Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan (korelasional)
atau pertautan antara variabel. Berdasarkan hasil analisis korelasi
bivariate Identifikasi, Durasi, dan Perencanaan Urutan Kerja Yang
Tidak Lengkap dan Tersusun Dengan Baik terhadap Kurangnya
Pengalaman Kontraktor dengan menggunakan bantuan progam
komputer SPSS 15.0 for windows, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13. Hasil Analisis Korelasi I Correlations
1 .227
.159
40 40
.227 1
.159
40 40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x1
x3
x1 x3
Sumber: Output SPSS 15.0
Tabel 4.14. R tabel
Tingkat Signifikansi
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
0.2638 0.312 0.3665 0.4026 0.5007
Hasil analisis Korelasi di atas menunjukkan bahwa besar nilai
pearson correlation atau rhitung sebesar 0,227 < rtabel (0,312) dengan nilai
probabilitas sebesar 0,159 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Perencanaan
Identifikasi, Durasi, dan Perencanaan Urutan Kerja Yang Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Lengkap dan Tersusun Dengan Baik terhadap Kurangnya Pengalaman
Kontraktor.
Berikut adalah hasil analisis korelasi antara Kesulitan Finansial
dengan Dana Dari Pemilik Yang Tidak Mencukupi:
Tabel 4.15. Hasil Analisis Korelasi II
1 .041.800
40 40.041 1
.80040 40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)N
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)
N
x2
x5
x2 x5
Sumber: Output SPSS 15.0 Tabel 4.16. R tabel
Tingkat Signifikansi
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
0.2638 0.312 0.3665 0.4026 0.5007
Hasil analisis Korelasi di atas menunjukkan bahwa besar nilai
pearson correlation atau rhitung sebesar 0,041 < rtabel (0,312) dengan nilai
probabilitas sebesar 0,800 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Kesulitan Finansial
dengan dana dari pemilik yang tidak mencukupi.
4.7 Pembahasan Hasil penelitian
Dari analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut:
4.7.1. Identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap
dan tersusun dengan baik berpengaruh terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi, durasi, dan
perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pembangunan proyek, hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai
thitung sebesar 0,009 dengan nilai signifikansi sebesar 0,993 > 0,05 ini
artinya bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan positif perencanaan
(identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap
dan tersusun dengan baik) tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
pembengkakan biaya proyek. Maka, Ho diterima atau hipotesis pertama
dalam penelitian ini tidak terbukti bahwa perencanaan, identifikasi,
durasi, dan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi,
durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun
dengan baik tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
4.7.2. Kesulitan finansial berpengaruh terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan finansial
berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek, hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai
thitung sebesar 2,106 dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 ini artinya
bahwa terdapat pengaruh signifikan positif kesulitan finansial
berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya proyek.
Maka, Ho ditolak atau hipotesis kedua dalam penelitian ini terbukti
bahwa kesulitan finansial berpengaruh signifikan positif terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan finansial
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4.7.3. Kurangnya pengalaman kontraktor berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengalaman
kontraktor berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek, hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai
thitung sebesar 3,059 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 ini artinya
bahwa kurangnya pengalaman kontraktor berpengaruh signifikan positif
terhadap pembengkakan biaya proyek. Maka, Ho ditolak atau hipotesis
ketiga dalam penelitian ini terbukti bahwa kurangnya pengalaman
kontraktor berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya
pengalaman kontraktor berpengaruh signifikan dalam meningkatkan
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
4.7.4. Keterlambatan penyediaan material berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan penyediaan
material berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya
pembangunan proyek, hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai
thitung sebesar 3,349 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002, ini artinya
bahwa keterlambatan penyediaan material berpengaruh signifikan
positif terhadap pembengkakan biaya proyek. Maka, Ho ditolak atau
hipotesis keempat dalam penelitian ini terbukti bahwa keterlambatan
penyediaan material berpengaruh signifikan positif terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
4.7.5. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi berpengaruh terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana dari pemilik yang tidak
mencukupi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
pembengkakan biaya pembangunan proyek, hal tersebut dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pada perolehan nilai thitung sebesar 0,649 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,521 ini artinya dana dari pemilik yang tidak mencukupi tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap pembengkakan biaya proyek.
Maka, Ho diterima atau hipotesis kelima dalam penelitian ini terbukti
bahwa dana dari pemilik yang tidak mencukupi tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap pembengkakan biaya pembangunan proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini tidak terbukti (tidak didukung)
berdasarkan temuan hasil dalam penelitian ini, hal tersebut dapat dilihat
pada peroleh nilai signifikansi sebesar 0,993 > 0,05. Indikasi penelitian
menunjukkan bahwa perencanaan identifikasi, durasi, dan perencanaan
urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik merupakan
faktor yang kurang dianggap penting oleh responden dalam
pembengkakan biaya proyek (tidak berpengaruh signifikan), sehingga
kurang baiknya perencanaan belum tentu akan berakibat pada pembekakan
biaya proyek.
2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini terbukti (didukung) berdasarkan
temuan hasil penelitian, hal tersebut dapat dilihat pada peroleh nilai
signifikansi sebesar 0,043 < 0,05. Indikasi penelitian menunjukkan bahwa
kesulitan finansial merupakan faktor yang dianggap penting oleh
responden dalam pembengkakan biaya proyek (berpengaruh signifikan),
sehingga semakin tinggi kesulitan finansial yang dialami oleh
pengembang akan berakibat pada pembengkakan biaya proyek.
3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini terbukti (didukung) berdasarkan
temuan hasil penelitian, hal tersebut dapat dilihat pada peroleh nilai
signifikansi sebesar 0,004 < 0,05. Indikasi penelitian menunjukkan bahwa
kurangnya pengalaman kontraktor merupakan faktor yang dianggap
penting oleh responden dalam pembengkakan biaya proyek (berpengaruh
signifikan), sehingga semakin kurangnya pengalaman kontraktor akan
berakibat pada pembengkakan biaya proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Hipotesis keempat dalam penelitian ini terbukti (didukung) berdasarkan
temuan hasil penelitian, hal tersebut dapat dilihat pada peroleh nilai
signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Indikasi penelitian menunjukkan bahwa
keterlambatan penyediaan material merupakan faktor yang dianggap
penting oleh responden dalam pembengkakan biaya proyek (berpengaruh
signifikan), sehingga semakin terlambat penyediaan material akan
berakibat pada pembengkakan biaya proyek.
5. Hipotesis kelima dalam penelitian ini tidak terbukti (tidak didukung)
berdasarkan temuan hasil penelitian, hal tersebut dapat dilihat pada
peroleh nilai signifikansi sebesar 0,521 > 0,05. Indikasi penelitian
menunjukkan bahwa dana dari pemilik yang tidak mencukupi merupakan
faktor yang kurang dianggap penting oleh responden dalam
pembengkakan biaya proyek (berpengaruh signifikan), sehingga semakin
dana dari pemilik yang tidak mencukupi belum tentu akan berakibat pada
pembengkakan biaya proyek.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang ada, maka
peneliti menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan, baik oleh
pengembang ataupun bagi penelitian selanjutnya.
5.2.1. Bagi Pihak Pengembang
Diharapkan pengembang lebih memperhatikan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya selama
proses pembangunan proyek, karena hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelima faktor keterlambatan dapat menyebabkan
pembengkakan biaya proyek.
5.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan tidak terpaku pada kelima faktor keterlambatan
dalam meneliti pembengkakan biaya proyek pembangunan, akan
tetapi mengkaji dan mengungkap faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya proyek pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Penambahan responden sangat dianjurkan agar hasil penelitian
yang dicapai dapat lebih mengungkap pengaruh faktor-faktor
keterlambatan terhadap pembengkakan biaya secara maksimal
mendekati bahkan sesuai dengan realita di lapangan.