analisis faktor –faktor yang mempengaruhi loyalitas .../analisis... · analisis faktor –faktor...

Download Analisis faktor –faktor yang mempengaruhi loyalitas .../Analisis... · Analisis faktor –faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen ... bentuk serta kegunaan dari barang dan jasa

If you can't read please download the document

Upload: tranduong

Post on 06-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Analisis faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pengguna

    produk ponsel nokia

    (Studi kasus pada masyarakat di Surakarta)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi

    Syarat Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

    Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

    Oleh :

    Dilah Arta

    F1205037

    F A K U L T A S E K O N O M I

    U N I V E R S I T A S S E B E L A S M A R E T

    S U R A K A R T A

    2010

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Persaingan bisnis merupakan persaingan yang harus dihadapi perusahaan-

    perusahaan, persaingan yang semakin ketat ini menuntut perusahaan untuk lebih

    cermat dalam menentukan strategi pemasaran agar dapat memenangkan persaingan

    yang dihadapi. Agar dapat keluar dari situasi yang mengancam kehidupan

    perusahaan, maka manajemen perusahaan dituntut untuk mendesain dan

    mengimplikasikan strategi pemasaran yang mampu menciptakan, mempertahankan

    dan meningkatkan kepuasan pelanggannya, sehingga pada akhirnya dapat

    menciptakan suatu kesetiaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan.

    Kondisi yang mencerminkan loyalitas seorang pelanggan pada sebuah obyek

    tertentu dinamakan loyalitas pelanggan. Maksud obyek tertentu tersebut adalah

    merek, produk, atau toko tertentu (Rowley dan Dawes, 1999). Pendapat yang sama

    juga dikemukakan oleh Dharmmesta (1999 : 5) bahwa merek dianggap lebih lazim

    dan lebih banyak menjadi obyek loyal karena dianggap sebagai identitas produk atau

    perusahaan yang lebih mudah dikenali oleh konsumen.

    Saat ini kepuasan konsumen saja tidak cukup, harus tercipta loyalitas

    pelanggan untuk menjamin kelangsungan perusahaan. Setelah memasuki era of

    choices tidak ada jaminan bahwa pelanggan yang puas akan menjadi pelanggan yang

  • 3

    loyal. Adanya pemahaman yang tepat tentang perilaku konsumen, perusahaan dapat

    menetapkan strategi pemasaran sehingga kepuasan pelanggan tercapai.

    Konsumen sebagai mitra bagi pemasar memiliki peran sentral untuk

    keberlangsungan bisnis. Loyalitas pelanggan menjadi sangat penting, bahkan dapat

    dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

    (Dick dan Basu, 1994). Seorang pelanggan yang loyal akan menjadi asset yang sangat

    bernilai bagi organisasi. Dipertahankannya pelanggan yang loyal dapat mengurangi

    usaha mencari pelanggan baru, memberikan umpan balik positif kepada organisasi.

    Selain itu, ada keyakinan yang kuat bahwa loyalitas mempunyai hubungan positif

    dengan profitabilitas (Hallowell, 1996 ; Rowley dan Dawes, 1999).

    Solomon (1992 : 278) menyatakan bahwa brand loyalty (loyalitas merek)

    adalah sebuah bentuk dari perilaku pembelian berulang yang mencerminkan kepuasan

    secara sadar untuk membeli merek yang sama secara berkelanjutan. Sedangkan Aaker

    dalam Herizon (2003 : 99) menyatakan bahwa brand loyalty (loyalitas merek) adalah

    sebagai faktor penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai penting dari

    merek tersebut meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari barang dan jasa yang

    ditawarkan lebih baik dari yang ditawarkan pesaing.

    Pemahaman yang tepat tentang perilaku konsumen yang ada, perusahaan

    dapat menetapkan strategi pemasaran sehingga kepuasan pelanggan tercapai. Tjiptono

    (1997 : 24) dalam Herizon dan Maylina (2003 : 98) menyatakan bahwa terciptanya

    kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat diantaranya :

    1. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis.

  • 4

    2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

    pelanggan serta terbentuknya rekomendasi mulut ke mulut (word of mouth)

    yang dapat menguntungkan bagi perusahaan.

    Kotler dan Amstrong (2000 : 546) mendefinisikan kepuasan pelanggan

    sebagai suatu tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli.

    Kepuasan konsumen terhadap pembelian tergantung pada kinerja aktual, sehingga

    sesuai dengan harapan pembeli. Konsumen memiliki berbagai macam tingkatan

    kepuasan jika kinerja sebuah produk sesuai dengan harapannya setelah dikonsumsi

    dan konsumen mendapat kepuasan maka dimasa mendatang akan bergairah untuk

    mengkonsumsi kembali. Dan sebaliknya, jika kinerja produk tidak sesuai dengan

    harapannya setelah dikomsumsi maka konsumen tidak akan mendapatkan kepuasan

    sehingga dari pembelanjaan tersebut konsumen akan merasa kecewa dan mungkin

    tidak akan melakukan pembelian di masa mendatang. Kepuasan konsumen adalah

    tingkatan perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya.

    Harapan konsumen akan mewarnai setiap tindakan keputusan pembelian

    konsumen, harapan konsumen akan menjadi dasar keputusan ketika konsumen

    dihadapkan pada berbagai alternatif produk yang ditawarkan. Harapan itu sendiri

    merupakan manifestasi dari pengalaman masa lalu. Konsumen, rekomendasi maupun

    informasi yang berasal dari berbagai kalangan, oleh karena itu produsen perlu untuk

    memposisikan kepuasan konsumen sebagai fokus utama.

    Konsumen terhadap suatu merek perusahaan sangat tergantung pada

    kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola faktor-faktor yang

    mempengaruhi loyalitas merek. Dalam penelitian ini mengemukakan beberapa faktor

  • 5

    yang diduga turut mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap suatu merek produk.

    Aaker dalam Herizon (2003 : 99) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

    memenuhi loyalitas konsumen adalah : (1) variabel satisfaction atau kepuasan yang

    didapatkan dari penggunaan suatu produk yang meliputi kesesuaian antara kebutuhan

    dan keinginan, kesesuaian dengan manfaat, gambar dan tulisan, desain warna khas,

    kejelasan informasi, kemudahan dalam memperoleh, (2) variabel habitual behavior

    atau kebiasaan dalam menggunakan suatu produk meliputi proses pengambilan

    keputusan dan kesukaan, (3) variabel commitment yaitu kepercayaan dalam

    menggunakan suatu merek meliputi rekomendasi dan kepercayaan, (4) variabel liking

    of the brand yaitu tingkat kesukaan pada suatu produk meliputi keterikatan dan

    pengalaman. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu loyalitas

    konsumen terhadap merek produk tersebut.

    Penelitian ini mengambil obyek penelitian produk ponsel. Alasannya adalah

    selain merupakan produk high involvement dimana konsumen cenderung lebih

    berhati-hati dalam mempelajari profil produk dan spesifikasinya, ponsel merupakan

    salah satu alat yang sangat mendukung dalam aktifitas sehari-hari sebagian besar

    masyarakat Indonesia saat ini. Kebutuhan akan sarana komunikasi yang praktis telah

    memunculkan telepon seluler (ponsel). Perkembangan teknologi yang semakin maju

    dan kehidupan masyarakat yang lebih baik berakibat pada pemenuhan kebutuhan

    serta keinginan masyarakat akan ponsel yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena

    kini ponsel menjadi simbol era informasi dan menjadi personal digital assistant

    paling powerfull di planet bumi. Alat yang bisa dibawa kemana-mana ini akan

  • 6

    menjadi peralatan komputer dan komunikasi yang menjadi asisten pribadi di

    manapun kita berada.

    Dunia telekomunikasi di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat

    pesat. Inovasi dan kreasi baru memberikan pengaruh cukup besar pada bisnis

    telekomunikasi tersebut. Kemajuan ini mengakibatkan banyak bermunculan produk-

    produk ponsel (handphone) di pasaran. Banyak produsen ponsel terlibat persaingan

    yang cukup ketat, hal ini diperburuk dengan semakin pandainya konsumen dalam

    memilih produk yang akan dibelinya. Situasi ini membuat para produsen mencari

    terobosan-terobosan baru untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Jenis

    produk ponsel yang cukup beragam tersebut secara tidak langsung memberikan

    sebuah pemahaman tentang pentingnya informasi untuk pengambilan keputusan.

    Hal ini memunculkan ponsel dari berbagai merek dengan ukuran, fitur, serta

    model yang beragam. Di Indonesia sendiri, penjualan ponsel mengalami peningkatan

    pesat terlebih dengan adanya ponsel yang ditawarkan oleh produsen dengan harga

    yang relative terjangkau. Semakin maraknya pasar ponsel membuat persaingan antar

    perusahaan pembuat ponsel semakin ketat. Perusahaan-perusahaan tersebut

    berlomba-lomba untuk menarik konsumen agar menggunakan produknya. Dengan

    kualitas yang baik, diharapkan konsumen merasa puas dengan produk tersebut, dan

    kemudian akan loyal terhadap produk tersebut. Karena loyalitas diakui sebagai factor

    yang penting dan merupakan prasyarat kelangsungan hidup sebuah perusahaan

    (Kusumawati, 2007).

  • 7

    Salah satu kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan pembuat

    produk ponsel adalah tidak semua konsumen meiliki loyalitas terhadap merek

    tertentu. Hal ini dikarenakan banyaknya penawaran produk ponsel lain yang memiliki

    fitur yang relative sama dengan harga yang tidak terpaut jauh, sehingga konsumen

    menjadi mudah untuk berganti merek ponsel. Melihat fenomena ini, perusahaan

    sangat perlu untuk mengidentifikasikan seberapa besar tingkat loyalitas konsumen,

    dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi loyalitas konsumen.

    Produk ponsel yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah ponsel merek

    Nokia. Alasan pemilihan obyek tersebut adalah karena Nokia merupakan leader di

    pasar ponsel Indonesia. Namun saat ini diduga banyak konsumen Nokia yang

    berpindah ke merek lain. Hal ini mungkin dikarenakan semakin banyaknya

    penawaran produk ponsel lain dengan harga dan kualitas yang relative sama, atau

    mungkin karena terjadi masalah dengan produk Nokia yang sudah dibeli. Sehingga

    perusahaan pembuat Nokia (Nokia Corporation) dan pemasar produk Nokia di

    Indonesia perlu untuk mengidentifikasi factor-faktor pembentuk loyalitas konsumen.

    Faktor-faktor ini nantinya digunakan dalam merumuskan strategi pemasaran terbaik

    yang mampu membuat konsumen loyal terhadap produk Nokia. Merek ponsel ini

    banyak diminati masyarakat daripada merek ponsel lainnya. Ponsel Nokia dikenal

    sebagai ponsel sejuta umat dan menampilkan iklan yang menonjolkan variasi produk

    dan kecanggihan teknologi yang baik. Pada masa yang akan datang merek ponsel ini

    bisa saja digeser oeh merek ponsel yang lain seperti Sony Ericson, Samsung dan lain-

    lain.

  • 8

    Berdasarkan pemaparan latar belakang dan fenomena yang berkaitan dengan

    masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul ANALISIS

    FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS KONSUMEN

    PENGGUNA PRODUK PONSEL NOKIA (Studi Kasus Pada Masyarakat di

    Surakarta)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Apakah faktor kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia ?

    2. Apakah faktor kebiasaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia ?

    3. Apakah faktor komitmen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia ?

    4. Apakah faktor kesukaan terhadap merek mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel

    Nokia ?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui pengaruh antara faktor kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen

    dan kesukaan terhadap merek pada loyalitas konsumen pengguna produk ponsel

    Nokia.

  • 9

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

    1. Bagi Praktisi

    Penelitian ini memberikan informasi mengenai beberapa faktor yang

    berpengaruh terhadap loyalitas konsumen terhadap merek sehingga dapat

    dijadikan acuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang

    loyal agar mampu menghadapi pesaing yang mencoba merebut konsumen

    terutama konsumen yang loyal. Serta diharapkan dapat dipakai sebagai

    sumbang pikiran, saran, maupun bahan evaluasi bagi perusahaan khususnya

    dalam bidang pemasaran untuk pengembangan perusahaan di masa

    mendatang.

    2. Bagi Penulis

    Penelitian ini merupakan tambahan wawasan dan pengetahuan untuk

    mempraktekkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah terutama masalah

    mengenai loyalitas merek (brand loyalty) serta diharapkan berguna untuk

    perbandingan penelitian sejenis.

    3. Bagi Akademisi

  • 10

    Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian-

    penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu

    memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Merek

    1. Pengertian Merek

    Menurut Kotler (2001), merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau

    rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek

    adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan sehingga

    berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing. Aaker (1996)

    menyatakan bahwa merek merupakan nama dan atau symbol (seperti logo,

    merek dagang atau desain kemasan) atau kombinasinya yang

    mengidentifikasikan suatu perusahaan. Merek adalah sekumpulan janji,

    merek menyatakan secara tidak langsung tentang kepercayaan (trust),

    konsistensi (consistency).

    Merek adalah masalah keyakinan (confidence) dan keamanan (security).

    Merek membantu konsumen dalam melakukan pilihan di setiap kategori

    produk dan jasa. Merek dan citra bisnis terkait melalui produk atau merek

  • 11

    berkaitan dengan produk. Menurut Rangkuti (2002 : 2) merek dapat dibagi

    dalam pengertian lainnya seperti :

    a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat

    diucapkan. Misalnya : Pepsodent, BMW, Toyota, dan sebagainya.

    b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang

    dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain

    huruf atau warna khusus. Misalnya simbol Toyota, gambar tiga berlian

    Mitsubishi, dan lain-lain.

    c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian

    dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk

    menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi

    penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek

    (tanda merek).

    d. Copyright (hak cipta) yang merek hak istimewa yang dilindungi oleh

    hukum untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya

    musik atau karya seni.

    2. Tingkat Pengertian Merek

    Rangkuti (2002 : 3) menyatakan bahwa merek memiliki enam

    tingkatan pengertian :

    a. Atribut

    Setiap merek memiliki artibut. Atribut ini dikelola dan diciptakan agar

    pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang

    terkandung dalam suatu merek. Misalnya, BMW seri 7 merupakan

  • 12

    merek mobil yang dirancang dengan kualitas tinggi. Selalu menjaga

    keamanan, bergengsi, berharga jual mahal serta dipakai oleh para senior

    eksekutif perusahaan multinasional.

    b. Manfaat

    Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat, konsumen

    tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat

    menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun emosional.

    Misalnya atribut aman dapat diterjemahkan menjadi manfaat

    fungsional yaitu tidak perlu mengganti berbagai fungsi rem serta balon

    pelindung.

    c. Nilai

    Merek juga mengguanakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek

    yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek

    yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek

    tersebut.

    d. Budaya

    Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedes mewakili

    budaya Jerman yang terorganisir dengan baik, mewakili cara kerja yang

    efisien dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

    e. Kepribadian

    Merek juga mewakili kepribadian yaitu kepribadian bagi penggunanya.

    Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna

    akan tercermin bersamaan dengan merek yang ia gunakan.

  • 13

    f. Pemakai

    Merek juga menunjukkan jenis atau kelas konsumen pemakai merek

    tersebut. Misalnya untuk menggambarkan orang yang sukses selalu

    menggunakn BMW.

    3. Kebaikan dan Keburukan merek

    Menurut Dharmmestha (1996 : 137), penggunaan merek pada barang

    dapat memberikan keuntungan atau manfaat bagi kedua belah pihak, baik

    pembeli maupun penjual.

    a. Keuntungan pengunaan merek bagi pembeli:

    1) Mempermudah pembeli dalam mengenal barang yang diinginkan

    2) Pembeli dapat mengandalkan keseragaman kualitas barang-barang

    yang bermerek

    3) Melindungi konsumen, karena dari merek barang dapat diketahui

    perusahaan yang membuatnya.

    4) Barang-barang yang bermerek cenderung untuk ditingkatkan

    kualitasnya, karena perusahaan yang memiliki merek tersebut

    akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan nama baik

    mereknya.

    b. Keuntungan penggunaan merek bagi penjual:

    1) Membantu program periklanan dan peragaan perusahaan

    2) Membantu meningkatkan pengawasan terhadap barang yang dijual

  • 14

    3) Membantu dalam perluasan market share

    4) Membantu dalam stabilisasi harga

    5) Mengurangi pembandingan harga

    6) Mempermudah perluasan produk

    4. Alasan-Alasan Untuk Tidak Menggunakan Merek

    Beberapa perusahaan tidak mengunakan merek terhadap barang yang

    dijualnya, karena mereka tidak dapat atau tidak bersedia menerima suatu

    tanggung jawab dalam pemilikan merek yang meliputi: (Dharmmestha, 1996

    : 138)

    a. Tanggung jawab untuk mendorong permintaan melalui periklanan,

    personal selling, promosi penjualan, publisitas dan bentuk usaha

    promosi yang lain.

    b. Tanggung jawab untuk mempertahankan kualitas barangnya.

    Adapun alasan-alasan bagi penjual atau produsen untuk tidak

    menggunakan merek pada barang-barang yang dijualnya antara lain:

    a. Pertimbangan Perusahaan

    Dapat terjadi bahwa konsumen tidak merasa puas terhadap barang yang

    telah dibelinya, baik mengenai mutu, harga, maupun servis

    penjual.adanya ketidakpuasan konsumen tersebut akan berakibat tidak

    menguntungkan bagi perusahaan atau pemilik merek. Apabila

    pemiliknya produsen, maka konsumen akan mencari barang yang sama

  • 15

    pada perantara. Disini, konsumen menjadi ragu-ragu untuk membeli

    kembali tidak hanya barang yang sama tetapi juga barang lain yang

    mempunyai merek sama.

    b. Sifat Barang

    Beberapa macam barang sengaja tidak diberi merek karena sulit

    dibedakan dengan barang yang diasilkan oleh perusahaan lain seperti:

    paku, bahan baku (kapas, gandum), buah-buahan, sayur-sayuran, dan

    sebagainya. Jadi termasuk dalam kelompok ini adalah barang-barang

    yang secara fisik mudah rusak, busuk, atau basi (buah-buahan, saur-

    sayuran). Apabila barang-barang semacam ini diberi merek, maka resiko

    yang harus ditanggung oleh perusahaan sangat besar karena kerusakan

    barang sering merusak nama baik mereknya.

    B. Loyalitas Merek

    1. Pengertian Loyalitas Merek

    Loyalitas pelanggan tercipta karena adanya hubungan harmonis

    antara pelanggan dengan perusahaan dimana keharmonisan tersebut

    terbentuk karena adanya kepuasan pelanggan. Loyalitas merek tidak

    terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi melalui proses belajar dan

    berdasarkan hasil pengamatan dari konsumen itu sendiri dan pembeli yang

    konsisten sepanjang waktu. Bila apa yang didapat sudah sesuai dengan

    harapan, maka proses pembelian ini terus berulang. Hal ini dikatakan bahwa

    telah timbul adanya loyalitas merek, bila dari pengalamannya, konsumen

  • 16

    tidak mendapatkan merek yang memuaskan maka ia tidak akan berhenti

    untuk mencoba merek-merek lain sampai ia mendapatkan produk yang

    memenuhi kriteria mereka.

    Solomon (2002 : 278) mengemukakan definisi loyalitas merek

    sebagai sebuah bentuk dari perilaku pembelian berulang yang mencerminkan

    keputusan secara sadar untuk membeli merek yang sama secara

    berkelanjutan.

    Aaker (1996 : 5) mengemukakan bahwa loyalitas merek sebagai

    suatu faktor penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek, nilai penting

    dari merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari

    barang dan jasa yang ditawarkan dapat menjadi lebih baik dari pesaing.

    Kesadaran merek adalah preferensi konsumen untuk membeli sebuah merek

    tertentu dalam kategori produk (Denziger, 2000). Hal ini karena konsumen

    menganggap merek yang ditawarkan memiliki feature yang tepat, image

    atau tingkat harga yang sesuai. Persepsi ini menjadi dasar perilaku

    pembelian coba-coba (trial purchasing) terhadap merek yang ditawarkan

    setelah terjadi kepuasan konsumen maka akan membentuk kebiasaaan dan

    pembelian berkelanjutan atas merek yang sama.

    Kesetiaan merek tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui

    proses belajar dan hasil pengalaman dari konsumen itu sendiri dari

    pembelian yang konsisten sepanjang waktu. Barness (2001 : 35) menyatakan

    waktu, kontinuitas dan lamanya suatu hubungan adalah indikator loyalitas.

    Bila apa yang didapat sudah sesuai dengan harapan, maka proses pembelian

  • 17

    akan terus berulang. Hal ini dapat dikatakan telah muncul kesetiaan

    konsumen. Bila dari pengalamannya konsumen tidak mendapatkan merek

    yang memuaskan maka ia tidak akan berhenti untuk terus mencoba merek -

    merek lain sampai ia menemukan produk yang memenuhi kriteria mereka.

    2. Tingkat Loyalitas Merek

    Ada beberapa tingkatan loyalitas merek (Rangkuti, 2002 : 61) yaitu:

    a. Switcher (berpindah-pindah)

    Dibeli pada tingkat ini adalah konsumen yang tidak loyal atau sama

    sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Pada

    umumnya konsumen suka berpindah-pindah merek dan dalam

    pembelian mereka lebih memperhatikan harga.

    b. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

    Pembeli pada tingkat ini adalah konsumen yang merasa puas dengan

    produk yang digunakannya, paling tidak dia tidak merasa dikecewakan.

    Jadi konsumen ini tidak mengalami ketidakpuasan yang mendorongnya

    untuk beralih kepada merek lain, apabila peralihan tersebut memerlukan

    suatu tambahan biaya. Konsumen ini dapat disebut pembelian tipe biasa.

    c. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

    Pembeli pada tingkat ini adalah konsumen yang puas, namun mereka

    menanggung biaya peralihan (switching cost), baik dalam hal waktu,

    uang ataupun resiko sehubungan dengan upaya pergantian merek lain.

    d. Likes the brand (menyukai merek)

  • 18

    Pembeli pada tingkat ini adalah konsumen yang benar-benar setia,

    mereka memiliki dan merasakan kebanggaan sebagai pengguna suatu

    merek tertentu. Bahkan lebih jauh lagi merek tersebut menjadi sangat

    penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai

    suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka (commited buyers).

    3. Fungsi Loyalitas Merek

    Apabila merek dikelola dan dimanfaatkan dengan benar, maka merek

    dapat menjadi aset yang berpotensi untuk memberikan beberapa keuntungan

    bagi perusahaan seperti yang perlihatkan dalam gambar berikut ini :

    Mengurangi biaya pemasaran

    Loyalitas Meningkatkan perdagangan

    Menarik minat pelanggan baru

    Memberi waktu untuk merespon

    Gambar II.1

    Nilai Loyalitas Merek

    (Sumber : Rangkuti, 2002 : 63)

    a. Mengurangi biaya pemasaran

    Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek bisa

    mengurangi biaya pemasaran perusahaan. Karena biaya untuk

    mempertahankan pelanggan lama jauh lebih murah dibandingkan

    dengan berusaha mendapatkan pelanggan baru. Calon pelanggan baru

    biasanya kurang termotivasi untuk beralih dari merek yang sedang

    mereka gunakan. Mereka juga tidak berusaha memikirkan alternatif-

  • 19

    alternatif merek. Bahkan ketika alternatif-alternatif itu diperlihatkan

    mereka cenderung memiliki suatu alasan yang kuat untuk mengambil

    resiko membeli atau menggunakan merek lain. Pelanggan yang sudah

    ada relatif lebih mudah dipertahankan apabila mereka tidak merasakan

    suatu ketidakpuasan. Sesuatu yang familiar adalah nyaman dan

    meyakinkan. Semakin tinggi loyaitas, semakin mudah menjaga

    pelanggan tetap puas. Loyalitas dan sekelompok konsumen merupakan

    rintangan besar bagi para kompetitor karena untuk menang, para

    pelanggan yang sudah loyal diperlukan sumber daya yang lebih besar

    agar dapat membujuk para pelanggan beralih merek.

    b. Meningkatkan perdagangan

    Loyalitas yang lebih besar memberikan dorongan perdagangan yang

    lebih besar karena para pelanggan mengharapkan merek tersebut selalu

    tersedia. Loyalitas merek juga dapat mendominasi keputusan pembelian

    pertokoan dan meyakinkan pihak pertokoan untuk memajang produk

    diraknya karena para pelanggan akan mencantumkan merek tersebut

    dalam daftar belanja mereka. Peningkatan perdagangan menjadi penting

    apabila akan memperkenalkan ukuran baru, jenis baru, variasi atau

    perluasan merek.

    c. Menarik minat pelanggan

    Suatu basis pelanggan yang puas dan suka pada suatu merek tertentu

    dapat menimbulkan keyakinan bagi calon pelanggan, khususnya jika

    pembelian tersebut agak mengandung resiko. Kelompok pelanggan yang

  • 20

    relatif puas akan memberikan suatu citra bahwa merek tersebut

    merupakan produk yang diterima luas, berhasil, beredar di pasaran dan

    sanggup untuk memberikan dukungan pelayanan yang luas dan

    peningkatan mutu produk.

    Kesadaran merek juga dapat dibangkitkan dari kelompok pelanggan.

    Teman dan kolega para pengguna akan menjadi sadar akan produk

    tersebut hanya dengan menyaksikannya. Melihat sebuah produk

    digunakan oleh seorang teman akan membangkitkan semacam kenangan

    yang berkaitan dengan konteks penggunaan dan pengguna yang sulit

    dijangkau oleh iklan manapun. Pengingatan kembali merek pada

    akhirnya akan menjadi kuat. Dalam memilih target pasar salah satu

    pertimbangannya adalah potensi mereka untuk menciptakan visibilitas

    dan kesadaran terhadap merek tersebut. Jadi, loyalitas merek dapat

    memikat pelanggan baru dangan cara : menciptakan kesadaran merek

    dan meyakinkan kembali.

    d. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan

    Loyalitas merek memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk

    merespon gerakan-gerakan kompetitif. Jika salah satu kompetitor

    mengembangkan produk yang unggul. Seorang pengikut loyal akan

    memberikan waktu pada perusahaan kepercayaannya untuk

    memperbarui produknya dengan cara menyesuaikan atau

    menetralisasikannya. Pelanggan yang puas dan loyal tidak akan mencari

  • 21

    produk baru karenanya tidak akan mengetahui perkembangan

    produknya.

    C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek

    1. Kepuasan

    Kata kepuasan berasal dari bahasa latin satis (cukup baik,

    memadai) dan facio (melakukan atau membuat). Keputusan dapat

    diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

    Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman dengan

    hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara rohani,

    bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan.

    Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seorang konsumen

    sebagai hasil dari membandingkan kinerja yang dirasakan dari suatu produk

    dengan harapan konsumen tersebut (Kotler, 2000 : 36). Harapan konsumen

    akan terbentuk dari pengalaman pembelian sebelumnya, opini dari teman

    dan orang-orang terdekat konsumen dan informasi dari pemasar dan pesaing

    mereka serta janji-janji yang mereka berikan (Kotler, 1999:546). Kepuasan

    merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada

    dibawah harapan, pelanggan puas, jika kinerja melebihi harapan, pelanggan

    amat puas atau senang. Kepuasan tinggi atau kesenangan menciptakan

    kelekatan emosional terhadap merek, bukan hanya preferensi rasional.

  • 22

    Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi. Kepuasan tidak akan

    pernah berhenti pada satu titik, ia bergerak dinamis mengikuti tingkat

    kualitas produk atau jasa dan layanannya dengan harapan-harapan ynag

    berkembang di benak konsumen.

    Konsumen akan loyal terhadap suatu merek bila ia mendapatkan

    kepuasan dari merek tersebut. Karena itu, jika konsumen mencoba beberapa

    macam merek yang kemudian di evaluasi apakah merek tersebut telah

    melampaui kriteria kepuasan merek atau tidak. Bila setelah mencoba dan

    kemudian responnya baik maka berarti konsumen tersebut puas sehingga ia

    akan memutuskan membeli kembali merek tersebut secara konsisten

    sepanjang waktu. Ini berarti telah tercipta kesetiaan konsumen terhadap

    merek tersebut (Aaker, 1996:6).

    Menurut Tjiptono (1997 : 36) yang mendukung pendapat Tse dan

    Wilton (dalam Herizon dan Maylina, 2003) menggambarkan pengukuran

    kepuasan dan loyalitas pelanggan yang secara sederhana dapat dilihat pada

    gambar sebagai berikut:

    Gambar II. 2

    Expectations

    Voice

    Switching Barriers

    Customer satisfaction

    Loyalty Perceived

    Performance

  • 23

    Model Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan

    (Sumber: Herizon dan Maylina, 2003 : 106)

    Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama

    yang menentukan keputusan pelanggan, yaitu expectations dan perceived

    performance. Apabila perceived performance melebihi expectations maka

    pelanggan akan puas. Tse dan Wilton juga menemukan bahwa ada pengaruh

    langsung dari perceived performance terhadap kepuasan pelanggan.

    Pengaruh perceived performance tersebut lebih kuat dari pada expectations

    di dalam penentuan kepuasan pelanggan, maka loyalitas sebagai variabel

    endogenous disebabkan suatu kombinasi dari keputusan, rintangan

    pengalihan, pemasok dan keluhan.

    Dalam pasar yang tingkat persaingan cukup tinggi, kepuasan

    konsumen dan loyalitas merek saling berhubungan. Hal tersebut disebabkan

    karena dalam kondisi ini banyak perusahaan yang menawarkan produk dan

    jasa, sehingga konsumen mempunyai beragam pilihan produk pengganti dan

    switching cost sangat rendah, dengan demikian produk menjadi tidak begitu

    berarti bagi konsumen (Herizon dan Maylina, 2003).

    2. Kebiasaan Konsumen

    Kebiasaan konsumen didefinisikan sebagai perilaku pembelian

    konsumen yang ditandai dengan rendahnya tingkat keterlibatan konsumen

    (low-involvement) terhadap merek dan konsumen menganggap sedikit sekali

    adanya perbedaan antar merek (brand difference) dalam suatu kategori

    produk (Kotler, 1999:151). Pada pola-pola seperti ini pembelian yang

  • 24

    dilakukan sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak memerlukan proses

    pengambilan keputusan yang panjang. Konsumen hanya mengambil produk

    yang sama, merek yang sama untuk memenuhi kebutuhannya.

    Perilaku pembelian dapat terbentuk dengan berbagai cara, salah

    satunya adalah penggunaan pasta gigi. Keputusan pembelian menggunakan

    merek pasta gigi tertentu biasanya didasarkan warisan keluarga, dimana

    suatu keluarga yang menggunakan merek tertentu kemungkinan besar anak-

    anak mereka akan meneruskan tradisi terebut saat dewasa dan berkeluarga

    nantinya.

    Kebiasaan konsumen juga muncul karena produk yang dikonsumsi

    tergolong produk bernilai ekonomi rendah, sehingga konsumen tidak perlu

    melakukan proses pengambilan keputusan yang panjang. Konsumen tidak

    menghadapi resiko yang besar jika ternyata salah mengambil keputusan

    utnuk mengambil merek tertentu sebab harga yang dibayarkan rendah.

    Pertama konsumen mencoba salah satu merek, jika puas maka konsumen

    akan mengambil produk atau merek yang sama sepanjang waktu. Kebiasaan

    ini dalam jangka panjang akan membentuk kesetiaan konsumen terhadap

    merek.

    Kesetiaan konsumen dapat terbentuk karena kebiasaan konsumen.

    pembelian tersebut tidak lagi melalui pengambilan keputusan yang panjang.

    Pada kondisi ini, dapat dikatakan bahwa kesetiaan konsumen telah terbentuk

    terhadap merek tersebut yaitu bahwa konsumen akan tetap membeli merek

  • 25

    yang sama untuk suatu jenis produk dan cenderung tidak menganti-ganti

    merek (Aaker, 1996:6).

    3. Komitmen

    Suatu merek yang kuat terdapat konsumen yang memiliki komitmen

    dalam sejumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul bila ada

    kepercayaan dari konsumen terhadap merek produk sehingga ada

    komunikasi dan interaksi diantara konsumennya yaitu dengan membicarakan

    produk tersebut.

    Morgan dan Hunt dalam Bennet (2000 : 89) mendefinisikan

    komitmen sebagai keinginan yang mendalam untuk mempertahankan suatu

    hubungan komitmen merupakan komponen penting dalam relationship

    marketing. Komitmen dibentuk oleh kepercayaan. Bennet (2000 : 89)

    mengatakan trust is a key variabel in the establishment of reliationship and

    is the main antecedent to commitment. Suatu hubungan yang memiliki

    tingkat kepercayaan yang tinggi cenderung memunculkan komitmen yang

    kuat antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu hubungan.

    Konsumen yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap suatu

    merek akan menjadi konsumen yang setia terhadap merek tersebut.

    Komitmen konsumen terhadap merek atau produk merupakan ukuran

    kesetiaan merek (Bennett, 2000 : 89). Sehingga yang mempunyai komitmen

  • 26

    rendah yaitu ditandai dengan kepercayaan yang rendah dan tidak bisa

    dikatakan sebagai konsumen yang loyal.

    Bennet et al (2000) dalam studinya membedakan kesetiaan merek

    menjadi dua sudut pandang, kesetiaan sebagai sikap dan kesetiaan sebagai

    perilaku. Kesetiaan sebagai sikap lebih ditunjukkan dengan komitmen dan

    preferensi konsumen terhadap merek. Sedangkan kesetiaan sebagai perilaku

    ditunjukkan dengan perilaku pembelian yang berulang terhadap merek.

    Dalam teorinya mereka menyatakan kesetiaan konsumen terhadap merek

    akan dipengaruhi oleh faktor komitmen dan kepercayaan konsumen terhadap

    merek.

    Menurut Dharmmestha (1999 : 82), adanya loyalitas merek

    memunculkan komitmen terhadap merek itu. Komitmen merek dapat

    didefinisikan sebagai emosional atau psikologis pada sebuah merek dalam

    sebuah kategori produk. Komitmen merek lebih terfokus pada komponen

    emosional atau perasaan. Komitmen terjadi dari keterlibatan yang

    merupakan akibat dari keterlibatan ego dengan kategori produk.

    Sorce & Patricia (2002) mengemukakan bahwa komitmen konsumen

    pada merek atau toko terbentuk melalui :

    a. Menciptakan kepuasan konsumen melalui pengembangan kualitas

    superior pada barang dan jasa.

    b. Membangun brand equity jumlah dari intangible asset pada merek.

    Faktor yang termasuk di dalamnya yaitu name awareness, perceived

  • 27

    quality, brand loyalty, asosiasi konsumen terhadap merek, trademark,

    packaging, dan keberadaan jaringan pemasaran

    c. Menciptakan dan memelihara hubungan

    Kesuksesan strategi tersebut dapat menghasilkan pembelian ulang

    dalam jumlah besar, isolasi dari peningkatan harga dan memperbaiki respon

    pada komunikasi pemasaran oleh konsumen (Sorce dan Patricia, 2002).

    4. Kesukaan terhadap merek

    Kesetiaan yang dibentuk dan dipengaruhi oleh tingkat kesukaan

    konsumen secara umum. Tingkat kesukaan tersebut dapat diukur mulai dari

    timbulnya kesukaan terhadap merek tersebut sampai ada kepercayaan pada

    merek tersebut yang berkenaan dengan performance dari produk merek

    tersebut. Konsumen yang dikatakan loyal bila pembelian berulang terhadap

    merek itu bukan karena adanya penawaran khusus tetapi karena konsumen

    percaya bahwa merek tersebut memiliki kualitas yang sama sehingga

    memberi tingkatan kepuasan yang sama pada loyal produknya (Aaker,

    996:6).

    D. KERANGKA PEMIKIRAN

    Kepuasan (X1)

    Komitmen (X3)

    Kebiasaan konsumen (X2)

    Loyalitas Merek (Y)

  • 28

    Gambar II. 3 Kerangka Pemikiran

    Sumber : Herizon dan Maylina (2003)

    Keterangan :

    Variabel-variabel diatas dapat digolongkan menjadi dua variabel yaitu

    variabel independen (X) yang terdiri dari variabel kepuasan, kebiasaan konsumen,

    komitmen, dan kesukaan terhadap merek dan variabel dependen (Y) yaitu kesetiaan

    merek.

    E. HIPOTESIS

    Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan

    kebenarannya di dalam kenyataannya, percobaan atau praktek. Berdasarkan kerangka

    pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    Penelitian yang dilakukan oleh Herizon dan Maylina (2003) mengemukakan

    adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen,

    kesukaan terhadap merek secara parsial terhadap loyalitas merek. Penelitian yang

    dilakukan oleh Widianingsih (2007) juga mengemukakan adanya pengaruh yang

    signifikan antara kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan terhadap

    Kesukaan terhadap merek (X4)

  • 29

    merek secara parsial terhadap loyalitas merek. Maka berdasarkan penelitian tersebut

    dapat dijadikan sebagai acuan dalam hipotesis ini.

    H1 : Kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek

    pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    H2 : Kebiasaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    H3 : Komitmen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek

    pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    H4 : Kesukaan terhadap merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

  • 30

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu penelitian yang

    mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

    pengumpul data pokok (Singarimbun, 1995 : 112). Penelitian ini dilakukan melalui

    studi lapangan terhadap pengguna produk ponsel Nokia.

    Tipe hubungan antara variabel bersifat sebab akibat, karena antara variabel

    independen dan variabel dependen saling mempengaruhi. Ditinjau dari dimensi

    waktu, penelitian ini menggunakan metode cross sectional yaitu penelitian yang

    datanya hanya sekali dikumpulkan pada periode tertentu, mungkin pada saat periode

    harian, mingguan, bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran,

    2006). Sedangkan unit analisis penelitian berupa individu.

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

    1. Populasi

  • 31

    Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau

    hal ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh pengguna produk ponsel Nokia.

    2. Sampel

    Sampel adalah sub kelompok atau sebagai dari populasi (Sekaran,

    2006). Sampel merupakan bagian dari populasi, di mana sampel terdiri dari

    anggota-anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain hanya

    beberapa, tidak semua elemen-elemen dari populasi akan membentuk

    sampel (Sekaran, 2006). Sampel merupakan proses pemilihan jumlah

    elemen yang cukup dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel dan

    memahami karakteristik yang dimiliki oleh sampel akan memungkinkan

    untuk menarik suatu kesimpulan umum (Sekaran, 2006).

    Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat

    Surakarta yang menggunakan produk ponsel Nokia. Jumlah sampel dalam

    penelitian ini 100 responden. Jumlah sampel tersebut dianggap sudah cukup

    mewakili karena telah sesuai pendapat yang dikemukakan Roscoe (1975)

    seperti dikutip oleh Sekaran (2006) yaitu :

    a. Jumlah sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah

    cukup dalam penelitian.

    b. Sampel yang terbagi ke dalam beberapa subsample (pria-wanita,

    senior-junior, lemah-kuat) jumlah minimumnya 30 untuk setiap

    kategorinya.

  • 32

    c. Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda)

    jumlah sampel harus beberapa kali lebih besar dari jumlah variable

    dalam penelitian (sebaiknya 10 kali atau lebih besar).

    d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan control

    eksperimen yang ketat (matched pairs, dan lain-lain) akan sukses jika

    sampelnya sekecil 10 sampai 20 pengukuran.

    3. Teknik Sampling

    Teknik yang diterapkan adalah non probability sampling dengan

    metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang dibatasi

    pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan

    dan memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran,

    2006). Peneliti menggunakan non probability sampling karena peneliti tidak

    mengetahui jumlah keseluruhan anggota populasi yang diteliti. Metode yang

    digunakan peneliti dengan metode purposive sampling, karena sampel

    dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yaitu masyarakat Surakarta

    yang menggunakan produk ponsel Nokia dan bersedia menjadi pelanggan

    yang loyal terhadap ponsel Nokia.

    C. Pengukuran Variabel

    Untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih baik maka

    berikut ini disampaikan beberapa definisi yang berkaitan dan akan dibahas dalam

    penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

  • 33

    1. Definisi Operasional

    Definisi operasional variabel adalah definisi yang dinyatakan dalam

    criteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Cooper dan Emory,

    1997 : 37).

    a. Variabel Independen

    1) Kepuasan

    Konsumen akan loyal terhadap suatu merek bila mendapatkan

    kepuasan dari merek tersebut. Indikatornya yaitu kesesusaian desain

    dan warna dengan selera, kesesuaian manfaat, kemudahan

    mendapatkan produk, harga yang kompetitif dan kesesuaian dengan

    kualitas.

    2) Kebiasaan Konsumen

    Kebiasaan konsumsi dapat terbentuk karena kebiasaan konsumen.

    Apabila pebelian yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan, maka

    tidak perlu melalui pengambilan keputusan yang panjang.

    Indikatornya yaitu pertimbangan dan keputusan pembelian, kesukaan

    terhadap merek tersebut sesuai dengan pilihan dan citra merek.

    3) Komitmen

    Dalam merek yang kuat terhadap konsumen yang mempunyai

    komitmen dalam jumlah yang banyak. Indikatornya yaitu

  • 34

    merekomendasi kualitas yang sempurna, terpercaya dan tidak pernah

    mengecewakan serta mempunyai reputasi yang baik.

    4) Kesukaan terhadap merek

    Kesetiaan yang dibentuk dan dipengaruhi oleh tingkat kesukaan

    konsumen secara umum. Indikatornya yaitu keterkaitan terhadap

    merek, merek yang familiar dan pengalaman pemakaian.

    b. Variabel Dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesetiaan merek.

    Kesetiaan merek merupakan suatu variabel yang utama dan penting

    yang disebabkan adanya kombinasi dari keputusan konsumen.

    Indikatornya yaitu pembelian ulang sepanjang waktu,

    menginformasikan kepada orang lain sepanjang waktu dan jaminan

    kepuasan bagi konsumen.

    2. Skala Pengukuran

    Sedangkan untuk pengisian kuesioner sudah tersedia alternatif

    jawaban dari setiap item, sehingga responden dapat memilih salah satu

    jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan dirinya. Alternatif

    jawaban menggunakan metode pengukuran sikap yaitu skala interval dengan

    pendekatan empat point likert. Skala interval digunakan jika respons untuk

    beragam item yang mengukur suatu variabel bisa dihasilkan dengan skala

    lima point (tujuh point atau lainnya), yang kemudian dapat diiterapkan pada

    seluruh item (Sekaran, 2006). Untuk menghindari kesulitan responden

  • 35

    dalam melakukan penilaian, maka nilai tengah atau netral dihilangkan.

    Sehingga skala interval dengan pendekatan empat point likert yang

    digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat alternatif jawaban dengan

    skor mulai dari empat (4) sampai dengan satu (1) dari seluruh item

    pertanyaan.

    a. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS)

    b. Skor 3 untuk jawaban setuju (S)

    c. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)

    d. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

    3. Sumber Data

    Dalam penelitian ini menggunakan data primer individu, kelompok,

    responden yang ditetapkan oleh peneliti, opini, serta sumber-sumber lainnya

    yang dikumpulkan langsung sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan

    masalah yang sedang diselidiki (Sekaran, 2006). Data tersebut diperoleh

    dari penyebaran kuesioner kepada responden.

    4. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dengan cara memberikan daftar

    pertanyaan langsung kepada responden dan dalam hal ini menggunakan

    angket tertutup (kuesioner), dimana telah tersedia pilihan alternatif jawaban.

    5. Uji Instrument Penelitian

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa cermat suatu

    instrument berfungsi sebagai alat ukur. Suatu instrument dikatakan valid

  • 36

    apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan

    data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas

    instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak

    menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

    Untuk menguji validitas kuesioner digunakan analisis faktor dengan

    menggunakan software SPSS versi 12.00 for windows. Analisis faktor

    membantu mengurangi sejumlah besar variabel menjadi sekumpulan

    faktor yang berarti, dapat diinterpretasikan dan dapat dikelola. Adapun

    langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut (Santoso, 2006:14) :

    1) Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

    2) Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan

    metode Barlett Test of Sphericity serta pengukuran MSA (Measure

    of Sampling Adequacy).

    3) Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring , atau

    menurunkan satu atau lebih faktor dan variabel-variabel yang telah

    lolos pada uji variabel sebelumnya.

    4) Melakukan proses factoring rotation atau rotasi terhadap faktor

    yang telah terbentuk.

    5) Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi

    nama atas faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili

    variabel-variabel anggota faktor tersebut.

    6) Validitas atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang

    terbentuk telah valid.

  • 37

    Dalam uji analisis faktor ini angka yang ada dalam output factor

    analysis adalah sebesar korelasi antara butir pertanyaan tertentu dengan

    faktor yang terbentuk. criteria data yang dapat dianalisis dengan factor

    analysis menurut Hair, et al (1999) adalah data yang menunjukan KMO

    (Kaiser-Meyer-Olkin) 0,5 dan Barletts Test of sphencity (BTS)

    signifikan 0,05. Tinggi rendahnya validitas suatu angket atau

    kuisioner dengan melihat FL (factor loading) dengan bantuan program

    SPSS for windows versi 12.0 sebagai berikut :

    Jika FL (factor loading) suatu item > 0,4 maka item tersebut valid.

    Jika FL (factor loading) suatuu kuisioner < 0,4 maka item tersebut

    tidak valid.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu

    hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua

    kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama.

    Reabilitas merupakan suatu syarat untuk tercapainya validitas suatu

    kuesioner dengan tujuan tertentu. Untuk menguji reliabilitas digunakan

    Alpha Cronbach dengan derajat kepercayaan 5% dengan bantuan

    software SPSS versi 12.0 for windows. Reliability test dinyatakan

    dengan kooefisien Alpha, mempunyai rentang antara 0 sampai 1.

    Semakin mendekati angka satu berarti semakin tinggi reliabilitasnya.

    Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2006), yang

    membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :

  • 38

    Alpha Keterangan

    0,8 - 1,0 Reabilitas baik

    0,6 0,799 Reabilitas diterima

    Kurang dari 0,6 Reabilitas kurang baik

    6. Metode Analisis Data

    a. Analisis Deskriptif

    Analisis ini merupakan deskripsi tentang respon berdasarkan

    jawaban yang diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan dalam

    kuesioner, masing-masing karakteristik di bagi ke dalam beberapa

    kategori berdasarkan jawaban responden kemudian disusun dalam

    bentuk tabel frekuensi dan presentase sehingga dapat ditarik

    kesimpulan.

    b. Analisis Kuantitatif

    Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu

    hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua

    kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama..

    Untuk mengetahui pengaruh variabel yang sedang diteliti yang meliputi

    variabel kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan

    terhadap merek terhadap loyalitas merek pada masyarakat Surakarta

    pengguna produk ponsel Nokia. Digunakan model analisis Regresi

    Linier Berganda (multiple regression).

  • 39

    1) Analisis Regresi Linier Berganda (multiple regression).

    Digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

    independen (variabel kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen

    dan kesukaan terhadap merek)

    Model persamaannya sebagai berikut :

    Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei

    Dimana :

    Y : loyalitas komsumen

    a : tetapan (konstanta) dari persamaan regresinya

    menunjukkan besarnya variabel terpengaruh (dependen)

    ketika semua variabel pengaruh (independen) sama

    dengan nol

    b1b2b3b4 : koefisien regresi pada masing-masing variabel variabel

    dependen (koefisien regresi X1, X2, X3, X4).

    X1 : kepuasan

    X2 : kebiasaan konsumen

    X3 : komitmen

    X4 : kesukaan terhadap merek

    ei : kesalahan pengganggu

    Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut:

    a) Apabila konstanta bernilai positif, hal ini berarti jika keempat

    variabel (kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan

    terhadap merek) yang mempengaruhi loyalitas merek kepada

  • 40

    konsumen untuk membeli produk ponsel Nokia tidak terpenuhi,

    maka tidak akan mempengaruhi loyalitas merek terhadap

    produk ponsel Nokia.

    b) Apabila konstanta bernilai negatif, hal ini berarti jika keempat

    variabel (kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan

    terhadap merek) yang mempengaruhi loyalitas merek kepada

    konsumen untuk membeli produk ponsel Nokia tidak terpenuhi,

    maka akan mempengaruhi loyalitas merek terhadap produk

    ponsel Nokia.

    2) Kriteria Goodness-of-fit

    Kriteria goodness-of-fit model dapat dijelaskan melalui hasil

    pengujian sebagai berikut:

    a) Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Uji R2 digunakan untuk menentukan proporsi atau prosentase

    total variasi dari variabel dependen yang diterangkan oleh

    variabel independen secara bersama-sama. Analisis ini

    digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas dapat

    menerangkan dengan baik variabel tidak bebas. Tingkat

    ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi yang

    besarnya antara 0 dampai dengn 1 atau 0 R2 1. Jika R2

    mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara

    bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat sehingga

    model yang dapat digunakan baik. Sedangkan bila R2 adalah 0,

  • 41

    berarti bahwa variabel bebas sama sekali tidak berpengaruh

    terhadap variabel terikat sehingga model yang digunakan kurang

    tepat.

    b) Uji Model Regresi Simultan (F-test)

    Uji F digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

    signifikan antara variabel independen secara bersama-sama

    terhadap variabel dependen dengan level of significant ()

    sebesar 5% atau 0,05. Apabila probabilitas nilai F (sig F) lebih

    kecil dari taraf signifikan () sebesar 5% digunakan, maka

    variabel independen yang meliputi kepuasan, kebiasaan

    konsumen, komitmen, kesukaan terhadap merek secara bersama-

    sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

    dependen. Yang dalam hal ini adalah loyalitas merek. Namun

    apabila probabilitas nilai F (sig F) lebih besar dari taraf

    signifikan () sebesar 5% digunakan, maka variabel independen

    yang meliputi kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen,

    kesukaan terhadap merek secara bersama-sama tidak memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

    c) Uji Asumsi Klasik

    Model harus memenuhi kriteria uji asumsi klasik, yaitu residual

    memiliki distribusi normal, dan tidak terdapat normalitas, uji

    outlier, multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

    d) Uji koefisien Regresi Parsial (t- test)

  • 42

    Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

    secara parsial atau individu mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian regresi ini

    menggunakan uji regresi dua arah (two tailed test) dengan

    menggunakan level signifikan () sebesar 5% yang berarti bahwa

    tingkat keyakinan adalah sebesar 95%. Untuk mengetahui

    apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara parsial

    atau tidak terhadap variabel dependen, maka dapat diketahui

    melalui besarnya probabilitas nilai t (sig t).

    Apabila probabilitas nilai t lebih besar dari tingkat signifikan

    atau alpha () yang digunakan, maka variabel independen secara

    parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

    variabel dependen yaitu loyalitas merek. Tetapi apabila

    probabilitas t lebih dari alpha () yang digunakan, maka variabel

    independen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

    terhadap variabel dependen.

  • 43

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Deskripsi Responden

    Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik

    responden dan tanggapan responden terhadap tem-item pertanyaan dalam

    kuesioner. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini tidak diketahui

    jumlahnya, sehingga sampel yang diambil dengan metode non probability

    sampling.

    Dengan melihat karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian ini,

    maka penentuan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilakukan

    dengan metode purposive sampling maka responden dalam penelitian ini adalah

    masyarakat Surakarta yang menggunakan ponsel merek Nokia dan bersedia

    menjadi pelanggan yang loyal terhadap ponsel Nokia.

    Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100

    responden. Gambaran umum tentang responden diperoleh dari data yang terdapat

    dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi jenis kelamin,

  • 44

    usia. Dari total kuesioner yang disebar tersebut, jumlah yang kembali adalah

    sebanyak 100 kuesioner. Hal ini berarti bahwa response rate (tingkat

    pengembalian) kuesioner oleh responden sebesar 100%. Hal tersebut

    mengindikasikan bahwa respon resonden untuk mengisi kuesioner penelitian dan

    mengembalikannya adalah tinggi. Dalam hal ini peneliti sendiri yang menyebar

    sejumlah 100 kuesioner untuk memastikan pengembalian kuesioner oleh

    responden.

    Dalam pengumpulan data primer ini, peneliti tidak menemukan adanya

    kuesioner yang rusak, baik karena jawaban responden yang tidak lengkap atau

    karena responden mengisi lebih dari satu jawaban untuk pertanyaan yang sama.

    Oleh karena itu, seluruh kuesioner yang terkumpul dapat dianalisis secara

    statistik. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

    Tabel IV. 1

    Descriptive Statistics

    N Minimu

    m Maximu

    m Mean Std.

    Deviation Keterangan

    Jeniskelamin

    100 1 2 1.47 .502 1 = pria 2 = wanita

    Usia 100 1 3 2.02 .568

    1 = 18 th 2 = 19 th30 th 3 = 31 th

    Valid N (listwise)

    100

    Sumber : Data Primer diolah, 2009

    Dari Tabel IV.1 dapat disimpulkan bahwa responden didominasi jenis

    kelamin pria. Hal itu dapat dilihat dari nilai mean 1,47. Usia responden

    menunjukkan mean 2,02. Hasil statistik deskripsif mengindikasi bahwa usia

  • 45

    responden didomonasi oleh responden dengan usia berkisat 19 tahun sampai 30

    tahun.

    B. Analisis Instrumen Penelitian

    1. Pretest

    a. Uji Validitas

    Tabel IV. 2

    KMO and Bartlett's Test

    .714

    545.477

    190

    .000

    Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.

    Approx. Chi-Square

    df

    Sig.

    Bartlett's Test ofSphericity

    Sumber : Data Primer diolah, 2009

    Berdasarkan nilai KMO dan Bartletts test Pretest (N = 50) pada

    tabel IV.2, model analisis faktor yang digunakan memenuhi kriteria

    goodness of fit yang baik. Hal ini diindikasikan melalui skor KMO adalah

    0,714 (>0,50) dan signifikansi Bartletts test of sphericity 0,000 (

  • 46

    Tabel IV. 3 Hasil Uji Validitas (N = 50)

    Rotated Component Matrixa

    .744

    .807

    .736

    .734

    .721

    .816

    .705

    .737

    .760

    .755

    .662

    .723

    .757

    .788

    .796

    .698

    .834

    .835

    .578

    .603

    KP1

    KP2

    KP3

    KP4

    KK1

    KK2

    KK3

    KK4

    KO2

    KO3

    KO5

    KTM1

    KTM2

    KTM3

    KTM4

    LM1

    LM2

    LM3

    LM4

    LM6

    1 2 3 4 5

    Component

    Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

    Rotation converged in 6 iterations.a.

    Sumber : Data Primer diolah, 2009

  • 47

    Pengujian validitas atas instrumen penelitian ini menggunakan

    analisis faktor dengan kriteria valid jika nilai factor loading 0,40 dan

    tidak berkorelasi dengan factor lain. Teknik yang digunakan adalah

    dengan melihat output dari rotated component matriks yang harus

    terekstrak secara sempurna dan memilki nilai factor loading 0,40.

    Berdasarkan hasil uji validitas pretest pada tabel IV. 3 diatas,

    item-item pertanyaan kuesioner dari variabel dependen (loyalitas

    konsumen) dan variabel independen (kepuasan, kebiasaan konsumen,

    komitmen, dan kesukaan terhadap merek) dinyatakan valid, karena setiap

    item pertanyaan yang menjadi indikator masing-masing variabel telah

    terekstrak secara sempurna. Item-item pertanyaan telah teruji

    kevalidannya, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan uji validitas

    untuk sampel besar. Pengujian validitas terdapat beberapa item yang tidak

    memenuhi kriteria valid yaitu KP5, KP6, KO1, KO4, LM5. Dimana

    ketiga item tersebut memiliki nilai dibawah 0,40 sehingga harus di drop

    out.

    b. Uji Reabilitas

    Tabel IV. 4 Hasil Uji Reabilitas (N = 50)

    Variabel Butir Corrected item total correlation

    Alpha Cronbach

    Kepuasan KP1 0,682 0,838 KP2 0,678 KP3 0,698 KP4 0,624 Kebiasaan Konsumen KK1 0,690 0,825 KK2 0,683 KK3 0,611

  • 48

    KK4 0,620 Komitmen KO2 0,612 0,717 N = 50 KO3 0,612 KO5 0,402 Kesukaan terhadap KTM1 0,764 0,888 Merek KTM2 0,764 KTM3 0,799 KTM4 0,697 Loyalitas Merek LM1 0,631 0,813 LM2 0,730 LM3 0,747 LM4 0,414 LM6 0,508

    Sumber : Data Primer diolah, 2009

    Berdasarkan hasil uji reliabilitas pretest pada tabel IV.4 disimpulkan

    nilai reliabilitas dari variabel kepuasan, kebiasaan konsumen,

    kesukaan terhadap merek dan loyalitas merek memiliki reliabilitas

    yang baik. Ditunjukkan dengan nilai reliabilitas pada seluruh item

    pertanyaan Alpha cronbach > 0,8. Sedangkan variabel komitmen

    memiliki reabilitas yang dapat diterima dengan nilai Alpha cronbach

    0,717. Dengan demikian seluruh item pertanyaan dalam kuesioner

    penelitian ini dinyatakan reliabel.

    2. Sampel Besar

    a. Uji Validitas

    Hasil uji validitas menggunakan anlisis faktor dapat dilihat dari

    nilai dari pengukuran Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Barletts test. Pada

    pengujian validitas pada sampel besar (N = 100), diperoleh nilai KMO

    dan Barletts Test sebesar 0,748 dengan signifikansi sebesar 0,000.

    Karena angka tersebut lebih besar dari 0,5 (0,748 > 0,5) dan signifikansi

  • 49

    kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka variabel dan sampel yang ada dapat

    dinyatakan valid dan bisa dianalisis lebih lanjut. Hasil anlisis KMO dan

    Barletts Test dapat dilihat pada tabel IV.5 berikut ini.

    Tabel IV. 5

    KMO and Bartlett's Test

    .748

    847.300

    190

    .000

    Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.

    Approx. Chi-Square

    df

    Sig.

    Bartlett's Test ofSphericity

    Sumber : Data Primer diolah, 2009

    Tabel IV. 6

  • 50

    Hasil Uji Validitas (N =

    100)

    Rotated Component Matrixa

    .691

    .798

    .782

    .782

    .899

    .819

    .848

    .863

    .796

    .796

    .772

    .822

    .521

    .840

    .780

    .712

    .722

    .734

    .610

    .827

    KP1

    KP2

    KP3

    KP4

    KK1

    KK2

    KK3

    KK4

    KO2

    KO3

    KO5

    KTM1

    KTM2

    KTM3

    KTM4

    LM1

    LM2

    LM3

    LM4

    LM6

    1 2 3 4 5

    Component

    Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

    Rotation converged in 5 iterations.a.

    Sumber : Data primer diolah, 2009

    Berdasarkan tabel IV. 6 hasil uji validitas dengan jumlah 100

    responden, terlihat rotated component matriks telah terekstrak sempurna

    semua (loading factor > 0,40). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa

    seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel pada

    penelitian ini dinyatakan valid.

    b. Uji Reliabilitas

  • 51

    Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu

    hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali

    atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama.

    Reabilitas merupakan suatu syarat untuk tercapainya validitas suatu

    kuesioner dengan tujuan tertentu. Untuk menguji reliabilitas digunakan

    Alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS versi 12.0 for windows.

    Tabel IV. 7 Hasil Uji Reabilitas (N = 100)

    Variabel Butir Corrected item total correlation

    Alpha Cronbach

    Kepuasan KP1 0,772 0,812 KP2 0,795 KP3 0,736 KP4 0,748 Kebiasaan konsumen KK1 0,854 0,904 KK2 0,895 KK3 0,864 KK4 0,746 Komitmen KO2 0,618 0,720 N=100 KO3 0,596 KO5 0,680 Kesukaan terhadap KTM1 0,701 0,774 Merek KTM2 0,801 KTM3 0,673 KTM4 0,682 Loyalitas Merek LM1 0,724 0,774 LM2 0,737 LM3 0,736 LM4 0,772 LM6 0,688

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada table IV. 7 disimpulkan nilai

    reliabilitas dari variabel kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan

    terhadap merek dan loyalitas merek memiliki reliabilitas yang dapat

    diterima. Ditunjukkan dengan nilai reliabilitas pada seluruh item pertanyaan

  • 52

    Alpha cronbach > 0,6. Hal ini menunjukan bahwa kuisioner dapat dipercaya

    dan dapat diandalkan untuk mengukur obyek penelitian yang sebenarnya.

    C. Analisis Data Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda (multiple

    regression). Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan sebelum melakukan

    pengujian model struktural dengan pendekatan multiple regression yaitu sebagai

    berikut:

    1. Hasil Pengujian Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

    variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini

    untuk menguji normalitas residual menggunakan uji statistic non-parametrik

    Kolmogorov-Smirnov (K-S).

    Tabel IV. 8 Hasil Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    100

    .0000000

    1.28129433

    .066

    .066

    -.056

    .660

    .777

    N

    Mean

    Std. Deviation

    Normal Parameters a,b

    Absolute

    Positive

    Negative

    Most ExtremeDifferences

    Kolmogorov-Smirnov Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Unstandardized Residual

    Test distribution is Normal.a.

    Calculated from data.b.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

  • 53

    Berdasarkan hasil uji pada tabel IV. 8 besarnya Kolmogorov-Smirnov

    adalah 0,660 dan signifikan pada 0,777 hal ini berarti data residual

    terdistribusi normal.

    2. Hasil Pengujian Outliers

    Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

    terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam

    bentuk nilai ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal, baik untuk sebuah

    variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al.,1998). Untuk sampel besar

    standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Hasil

    pengamatan nilai standardized pada data ini tidak adanya nilai lebih dari 3.

    Dengan demikian semua data outlier tersebut menggambarkan observasi dalam

    penelitian.

    Berikutnya adalah hasil pengujian multikolinearitas yang ditujukan

    untuk mendeteksi terjadi korelasi antar variabel dari variabel independen

    terjadi secara sempurna.

    3. Hasil Pengujian Multikolinieritas

    Uji multikolinieritas jika antar variabel independen ada korelasi yang

    tinggi (diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

    Tabel IV.6 menyajikan korelasi antar-variabel independen yang diperoleh.

    Hasilnya mengindikasi korelasi yang signifikan di antara variabel independen

    yang dianalisis. Namun karena tingkat korelasinya < 0,90, maka dapat

  • 54

    dikatakan bahwa model yang diuji tidak mengindikasi terjadinya

    multikolinieritas (Ghozali, 2006).

    Tabel IV. 9

    Correlations

    1 .402** -.058 .306** .541**

    . .000 .565 .002 .000

    100 100 100 100 100

    .402** 1 -.189 .340** .523**

    .000 . .060 .001 .000

    100 100 100 100 100

    -.058 -.189 1 -.076 -.215*

    .565 .060 . .455 .032

    100 100 100 100 100

    .306** .340** -.076 1 .772**

    .002 .001 .455 . .000

    100 100 100 100 100

    .541** .523** -.215* .772** 1

    .000 .000 .032 .000 .

    100 100 100 100 100

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed)

    N

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed)

    N

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed)

    N

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed)

    N

    Pearson Correlation

    Sig. (2-tailed)

    N

    Kepuasan

    Kebiasaan Konsumen

    komitmen

    Kesukaan Terhadap Merk

    Loyalitas Merk

    KepuasanKebiasaanKonsumen komitmen

    KesukaanTerhadap

    Merk Loyalitas Merk

    Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

    Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Berikutnya adalah hasil pengujian autokorelasi yang ditujukan untuk

    mendeteksi terjadi hubungan antar kesalahan pengganggu pada periode t

    dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

    4. Hasil Pengujian Autokorelasi

    Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan

    menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan

    ada tidaknya autokorelasi yaitu apabila nilai statistic Durbin-Watson

    mendekati angka 2. Pengujian autokorelasi yang dilakukan menghasilkan nilai

    Durbin-Watson Test (uji D-W) yaitu sebesar 1,899. Hasilnya mengindikasi

  • 55

    bahwa model regresi yang diuji tidak mengindikasi terjadinya autokorelasi

    sehingga dapat digunakan sebagai model prediksian yang baik.

    Tabel IV. 10

    Model Summaryb

    .863a .745 .734 1.308 1.899Model1

    R R SquareAdjustedR Square

    Std. Error ofthe Estimate

    Durbin-Watson

    Predictors: (Constant), Kesukaan Terhadap Merk, komitmen, Kepuasan,Kebiasaan Konsumen

    a.

    Dependent Variable: Loyalitas Merkb.

    Sumber: data primer diolah 2009

    Berikutnya adalah hasil pengujian heteroskedastisitas yang bertujuan

    untuk mendeteksi dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

    residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hal ini berdampak pada

    hasil prediksian yang tidak efisien yang dikarenakan disturbance error yang

    seharusnya konstan tetapi ternyata bervariasi yang mempengaruhi kestabilan

    model prediksiannya.

    5. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

    Hasil pengujian heteroskaedastisitas melalui uji Park dapat dilihat pada

    Tabel IV. 11. Hal ini ditunjukkan oleh variable independen nilai uji Beta yang

    tidak signifikan, demikian juga uji parsial yang menunjukkan uji t yang tidak

    signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang

    diuji tidak mengindikasi terjadinya heteroskedastisitas.

  • 56

    Tabel IV. 11

    Hasil Pengujian Heteroskedasitas

    Coefficientsa

    -1.182 1.419 -.833 .407

    .080 .057 .157 1.385 .169

    -.018 .056 -.037 -.320 .750

    .078 .094 .086 .830 .409

    -.030 .062 -.053 -.483 .630

    (Constant)

    Kepuasan

    Kebiasaan Konsumen

    komitmen

    Kesukaan Terhadap Merk

    Model1

    B Std. Error

    UnstandardizedCoefficients

    Beta

    StandardizedCoefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: res_2a.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Berikutnya adalah hasil pengujian regresi beserta pembahasannya.

    6. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda (multiple regression)

    Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada Tabel 4.11 yang

    menjelaskan hubungan secara parsial antara X1, X2, X3, X4 dan Y. Sebelum

    menjelaskan hasil analisisnya, terlebih dahulu dijelaskan hasil uji goodness-

    of-fit model yang diperoleh. Hasil pengujian goodness-of-fit model meliputi

    nilai R kuadrad (R-squared) dan nilai uji varians (uji F). Hasil uji R Squared

    yang diperoleh adalah 0,734. Hal ini mengindikasi bahwa variabel dependen

    dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 73,4%, sedangkan

    selebihnya dijelaskan oleh variabel potensial yang tidak dimodelkan. Hasil

    pengujian ini mengisyaratkan perlunya kehati-hatian dari pemasar untuk

    mencermati variabel-variabel yang juga berpotensi mempengaruhi sikap

    konsumen terhadap produk brand extension.

  • 57

    Selanjutnya, hasil pengujian varians menunjukkan hasil yang

    signifikan (F-stat = 6,609; sig = 0,000). Hal ini mengindikasi bahwa secara

    simultan, modelnya mempunyai goodness-of-fit yang baik yang berimplikasi

    pada kemampuannya untuk menjelaskan fenomena yang diuji dengan baik.

    Tabel IV. 12 Hasil R square

    Model Summary

    .863a .745 .734 1.308Model1

    R R SquareAdjustedR Square

    Std. Error ofthe Estimate

    Predictors: (Constant), Kesukaan Terhadap Merk,komitmen, Kepuasan, Kebiasaan Konsumen

    a.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Tabel IV. 13 Hasil Uji F

    ANOVAb

    159.209 4 39.802 6.609 .000a

    572.101 95 6.022

    731.310 99

    Regression

    Residual

    Total

    Model1

    Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

    Predictors: (Constant), Kesukaan Terhadap Merk, komitmen, Kepuasan,Kebiasaan Konsumen

    a.

    Dependent Variable: Loyalitas Merkb.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Hasil pengujian goodness-of-fit mengindikasi bahwa model regresi

    yang diuji berkemampuan menjelaskan dengan baik fenomena loyalitas merek

    terhadap produk ponsel Nokia. Berikut ini adalah pembahasan hasil-hasil

    pengujian terkait dengan hipotesis yang dirumuskan.

  • 58

    D. Hasil Pengujian Hipotesis

    Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi

    pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam model. Tabel

    IV.14 adalah nilai multiple regression dari variabel-variabel yang diuji

    pengaruhnya:

    Tabel IV. 14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda (multiple regression)

    Coefficientsa

    4.770 1.419 3.361 .001

    .273 .058 .272 4.717 .000

    .172 .056 .181 3.047 .003

    -.212 .095 -.118 -2.242 .027

    .686 .062 .619 11.013 .000

    (Constant)

    Kepuasan

    Kebiasaan Konsumen

    komitmen

    Kesukaan Terhadap Merk

    Model1

    B Std. Error

    UnstandardizedCoefficients

    Beta

    StandardizedCoefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: Loyalitas Merka.

    Sumber: Data primer diolah, 2009

    Konstanta (0 = 4.770) bernilai positif, hal ini memberikan gambaran

    bahwa keempat variabel independen, yaitu kepuasan, kebiasaan konsumen,

    komitmen dan kesukaan terhadap merek sangat menentukan loyatilas konsumen.

    a. Kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek

    pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia (H1).

    Nilai koefisien regresi X1 (atribut kepuasan) yang bernilai positif dan

    signifikan ( = 0,272; t-hitung = 4,717; Sig = 0,000). Hal ini menunjukkan

    bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel atribut kepuasan dengan

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia di Surakarta,

    jadi jika variabel atribut kepuasan pada suatu merek meningkat maka loyalitas

  • 59

    merek juga akan meningkat. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) dapat

    diterima.

    b. Kebiasaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

    merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia (H2).

    Nilai koefisien regresi X2 (kebiasaan konsumen) yang bernilai positif

    dan signifikan ( = 0,181; t-hitung = 4,717; Sig = 0,003). Hal ini

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kebiasaan

    konsumen dengan loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel

    Nokia di Surakarta. jadi jika variabel komitmen pada suatu merek meningkat

    maka loyalitas merek juga akan mengalami peningkatan. Dengan demikian

    hipotesis pertama (H3) dapat diterima.

    c. Komitmen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek

    pada konsumen penguna produk ponsel Nokia (H3).

    Nilai koefisien regresi X3 (komitmen) yang memiliki nilai negatif

    dan signifikan ( = -0,118; t-hitung = -2,242; Sig = 0,027). Hal ini

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara variabel komitmen

    dengan loyalitas merek, jadi jika variabel komitmen pada suatu merek

    meningkat maka loyalitas merek juga akan menurun.

  • 60

    d. Kesukaan terhadap merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia (H4).

    Nilai koefisien regresi X4 (kesukaan terhadap merek) bernilai positif

    dan signifikan ( = 0,619; t-hitung = 11,013; Sig = 0,000). Hal ini

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel kesukaan

    terhadap merek dengan loyalitas merek pada konsumen pengguna produk

    ponsel Nokia di Surakarta, jadi jika variabel kesukaan terhadap merek

    meningkat maka loyalitas merek juga akan meningkat Dengan demikian

    hipotesis pertama (H4) dapat diterima.

    E. Pembahasan

    Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini,

    dapat diberikan kesimpulan bahwa kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen

    dan kesukaan terhadap merek berperan penting dalam loyalitas merek. Penelitian

    terdahulu yang digunakan oleh Herizon dan Maylina (2003), Indiastuti (2007)

    dan Widianingsih (2007) menunjukkan bahwa kepuasan, kebiasaan konsumen,

    komitmen dan kesukaan terhadap merek berpengaruh positif terhadap loyalitas

    merek. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian

    terdahulu.

    Hasil dari penelitian ini apabila digabungkan dengan teori yang

    dikemukakan oleh Aaker (1996:6) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang

    meliputi : kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan terhadap

    merek mempunyai pengaruh terhadap loyalitas merek. Dari penjelasan teori

  • 61

    tersebut jika disimpulkan dengan hasil penelitian, maka penelitian ini didukung

    secara teoritis.

    Masing-masing variabel independen, akan tampak dari semua variabel

    yaitu kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan terhadap merek

    benar-benar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek pada

    konsumen pengguna produk ponsel Nokia di Surakarta. Demikian juga dengan

    penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indiastuti (2007) menyatakan semua

    variabel yaitu kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan terhadap

    merek berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas merek.

    Berdasarkan hasil analisis terhadap koefisien determinasi R (R

    Squared/R2) diperoleh angka R2 sebesar 0,745 hal ini berarti bahwa faktor-faktor

    yang meliputi kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan terhadap

    merek secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 74,5% terhadap

    perubahan loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia di

    Surakarta. Sementara nilai keofisien determinasi yang telah disesuaikan

    (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,734. Hal ini berarti bahwa 73,4% loyalitas

    merek dapat dijelaskan oleh variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu

    kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen dan kesukaan terhadap merek

    sementara sisanya sebesar 26,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

    tidak terdapat dalam penelitian ini.

  • 62

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,

    maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Faktor kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

    merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    2. Faktor kebiasaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    3. Faktor komitmen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

    merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    4. Faktor kesukaan terhadap merek mempunyai pengaruh yang signifikan

    terhadap loyalitas merek pada konsumen pengguna produk ponsel Nokia.

    B. Saran

    Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat 4 variabel independen

    (kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan terhadap merek) yang

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek pada konsumen

    pengguna produk ponsel Nokia di Surakarta maka peneliti memberi saran untuk

    pengembangan masing-masing variabel sebagai berikut:

    1. Perusahaan hendaknya semakin meningkatkan faktor-faktor yang membentuk

    loyalitas merek seperti kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan

  • 63

    terhadap merek atas produk ponsel Nokia serta meningkatkan kualitas produk,

    menjalin kedekatan dengan pelangggan dengan costomer care yang dapat

    menampung semua keluhan, kebutuhan maupun keinginan konsumen.

    2. Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel kesukaan terhadap merek

    merupakan faktor yang paling berpengaruh maka diharapkan perusahaan

    dapat meningkatkan kualitas dan pengembangan produk sehingga konsumen

    akan semakin suka terhadap ponsel merek Nokia.

    C. Keterbatasan Penelitian

    Pada penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan hanya meliputi variabel

    kepuasan, kebiasaan konsumen, komitmen, kesukaan terhadap merek. Melalui uji

    determiasi diketahui masih terdapat 26,6% yang tidak dijelaskan oleh variabel

    tersebut. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, variabel yang diteliti

    hendaknya perlu ditambah lagi seperti variabel kualitas, harga, promosi dan

    saluran distribusi. Variabel variabel tersebut telah terbukti secara signifikan

    berpengaruh terhadap loyalitas merek berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Febra Hardiwan dan Imam Mahdi (2005).

  • 64

    DAFTAR PUSTAKA

    Aaker, David, A. 1996. Managing Brand Equity. Second Edition. New York. Maxwell Macmila Canada, Inc.

    Bennett, R, Kennedy et al G. 2001. Trust, Commitment and Attitudial Brand Loyaly :

    Key Constructs In Business- Business Realationship. http://smib.vuw.ac.nz:8081//www/anzmac2000/cdsite/confrog.html#colloquium.

    Barnes, James. G. 2001. Secrets of Customer Relationship Management. Penerbit

    Andi. Yogjakarta. Dharmmesta, B. S. 1996. Azas Azas Marketing, Edisi Ketiga. Yogyakarta.Liberty. _________. 1999. Loyalitas Pelanggan : Sebuah Kajian konseptual Sebagian

    Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol : 14, No. 3 Hal : 73-88.

    Dick. A.S. dan Basu. K. 1994. Customer Loyalty. Coward and Integrated Conceptual

    Frame Work. Journal of Academy of Marketing Science Vol. 22 No. 2 pp. 99-113.

    Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 1996. Statistik Induktif Edisi IV. Yogyakarta.

    BPFE. Hair, J.F. Jr., et al, 1998. Multivariate Data Analysis, Upper Saddle River, New

    Jersey: Prentice-Hall, Inc.

    Herizon dan Maylina, Wenny. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan

    Terhadap Merek Pada konsumen Pasta Gigi Pepsodent Di Surabaya. Jurnal Ventura Vol : 6 No. 1 Hal 98-115.

    Indiastuti, Wahyu. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan terhadap

    Merek pada Konsumen Produk Kosmetik PONDS (Studi Kasus Dilakukan Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNS). Skripsi UNS Surakarta.

    Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2000. Marketing Management. Millenium

    Edition. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

  • 65

    _____________ . 2001. Prinsip Prinsip Pemasaran Edisi ke 8. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 2. Terjemahan Jaka Wasana. Jakarta. Erlangga.

    Kusumaningtyas, R. S. dan Hastjarja, D. 2006. Pengaruh Harga, Merek, dan

    Informasi Toko pada Evaluasi Konsumen Produk Ponsel. Fokus Manajerial 4(1): 23-38.

    Lau, G. T. and Lee, S. H. I. 1999. Customer Trust in a Brand and the Link Brand

    Loyalty. Journal of Market Focused Management. Vol. 4. pp. 341-370. Rangkuti, Freddy. 2002. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. __________. 2002. The Power of Brands. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Rowley J and Jilian D. 1999. Customer Loyalty Relevant Concept for Libraries.

    Library Management. Vol. 20 No. 6 pp 345-351. Santoso, Singgih.2006. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariant. Jakarta :

    PT. Elek Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Edisi 4. Jakarta : Salemba

    Empat. Solomon, Michael R. 2002. Consumer Behavior. International Edition. New Jersey.

    Prentice Hall International Inc. Sorce, Patricia. 2002. Relationship Marketing Strategy, A Research Monograph of

    the Printing Industry Center. Rochester Institute of Technology. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES.

    Jakarta. Tjiptono, Fandy. 1997. Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Edisi pertama. Andi

    Offset. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy dan Yanto, Chandra. 2005. Marketing Scales. ANDI Offset.

    Yogyakarta. Widianingsih. 2007. Analisis Faktor Satisfaction, Habitual Behavior, Commitment

    dan Liking of the Brand yang Mempengaruhi Brand Loyalty Konsumen Rokok Djarum Super (Survey di Wilayah Kotamadya Surakarta). Skripsi UNS Surakarta.