analisis faktor-faktor yang mempengaruhi …/analisis... · pengrajin logam di kecamatan cepogo,...

102
i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Setyawan Aditama F 1110028 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: nguyentram

Post on 31-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI

KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Setyawan Aditama

F 1110028

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

ii

ABSTRAKSI

Setyawan Aditama

F1110028

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI

KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengrajin di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 60 pengrajin logam dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program E-views 3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).

Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial

dan tingkat pendidikan, berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam sedangkan variabel pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan

bersama-sama variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam di kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

Kata Kunci : Pendapatan, pengrajin logam, modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, simple random sampling, analisis

regresi linier berganda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

iii

ABSTRACT

Setyawan Aditama

F1110028

AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING THE INCOME OF

COPPER METAL CRAFT CENTER IN CEPOGO SUBDISTRICT, BOYOLALI REGENCY, CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2012

This research aims to find out the effect of business capital, worker number, business expein Cepogo Subdistrict, Boyolali Regency, Central Java Province. It is assumed that the business capital, worker number, business experience, and education level variables affect significanBoyolali Regency, Central Java Province. This study was a quantitative research, the one aiming to obtain the authentication of a hypothesis. The data collection was conducted using interview and questionnaire methods as well as direct observation. The sample used consisted of 60 metal crafters taken using simple random sampling. The data analysis was conducted using statistic test with E-views 3.0 program help. In analyzing the data, linear regression analysis technique was employed with statistic test (t-, F-tests, coefficient of determination (R2)), and classical assumption test (multicolinearity, heteroskedasticity, and autocorrelation tests). The result of research showed that the test on coefficient of regression (t test)

business experience variable did not affect significantly. The result of 10% showed that the business capital, worker number, business experience, and

Cepogo Subdistrict, Boyolali Regency, Central Java Province.

Keywords: Income, metal crafter, business capital, worker number, business experience, education level, simple random sampling, multiple linear regression

analysis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO,

KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

Surakarta, 19Desember 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Dwi Prasetyani, SE, Msi

NIP 197702172003122003

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

v

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Surakarta, 23 Januari 2012

Tim Penguji

1. Sebagai Ketua

Izza Mafruhah, SE, M.Si ( ) NIP. 19720323200212 2 001

2. Sebagai Pembimbing

Dwi Prasetyani, SE, M.Si ( ) NIP. 19770217 200312 2 003

3. Sebagai Anggota

Dra. Nunung Sri Mulyani, M.Si ( ) NIP.19580805198601 2 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

vi

MOTTO

Jangan Menyerah, Karena Kita Tidak Tau Apa Yang AkanTerjadi BesokJika Kita Berhenti Hari Ini

(Penulis)

Jika Anda Tidak Membuatnya Dengan Baik, Paling Tidak Buatlah Agar TerlihatBaik

(Bill Gates)

Tanda Kecrdasan Sejati Bukanlah Pengetahuan Tapi Imajinasi

(Einstein)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

vii

PERSEMBAHAN

1. Allah SWT yang telah memberikan

semua nikmatNya.

2. My Mom & Dad, terima kasih atas doa

dan pengorbanannya.

3. Semua Keluargaku terimakasih atas

segalanya.

4. Semua teman-teman EP 2010 dan

semuanya, thanks very much.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala

karuniaNya sehinggapenulis selalu diberikan petunjuk, kesabaran dan ketekunan

dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM

TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat gunamemperoleh

gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan EkonomiPembangunan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesaiberkat

bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah

hatipenulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan dengan sabar kepada penulis.

2. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama

penulis menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

ix

5. Mom dan Dad yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik

berupa semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

di Universitas Sebelas Maret.

6. Untuk Adek ku yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

7. Spesial Thanks to Someone yang telah menemani dari awal dan

memberikan semangat & doa. Gracias seniorita.

8. Buat semua temen-temen EP non-reg 2010 yang telah memberikan

persahabatan dan semua kegilaan selama penulis menjalankan studi di

Fakultas Ekonomi.

9. Para sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka, Rinto

SNSD, Andre Cihuahua, (Dewa) Sadhu, (Dewa) Jerri, Habibi & Topik

(orang suci), Alvian (asolole), Ucil (slee), Widi (Bahdim), Boyo, Dani,

Mas Bayu, Tina, Ferra, Maya, Nikita and the others.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan dan

kesempurnaan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas semua

kesalahan baik disengaja maupun tidak dan semoga karya sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Setyawan Aditama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

HALAMAN MOTO .............................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Kajian Teori ............................................................................................. 10

1. Pengertian UMKM ............................................................................ 10

a. Pengertian UMKM ...................................................................... 10

b. Klasifikasi UMKM ...................................................................... 13

c. Peranan dan Arti Penting UMKM ............................................... 14

2. Keunggulan dan Kelemahan UMKM ................................................15

3. Permasalahan UMKM di Indonesia ................................................... 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

xi

4. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia .................. 22

5. Teori Pendapatan ................................................................................ 25

a. Pengertian Pendapatan ................................................................. 25

b. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan.......... 26

B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 32

C. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 34

D. Hipotesis ................................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 37

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 37

C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37

D. Teknik Analisis Data ................................................................................ 38

1. Uji Pemilihan Model .......................................................................... 38

2. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 43

E. Populasi .................................................................................................... 45

F. Teknik Sampling ...................................................................................... 46

G. Definisi Variabel Penelitian ..................................................................... 46

H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 48

BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................. 49

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ....................................................... 49

1. Kondisi Geografis .............................................................................. 49

2. Kondisi Demogrifis ............................................................................ 49

3. Komposisi Tingkat Pendidikan ......................................................... .52

4. Komposisi Mata Pencaharian ............................................................. 53

5. Penggunaan Lahan ............................................................................. 54

6. Mata Pencaharian ............................................................................... 54

7. Keuangan Daerah ............................................................................... 56

B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam ............................................. 56

1. Latar Belakang Usaha ........................................................................ 56

2. Bahan Baku ........................................................................................ 57

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

xii

3. Peralatan yang di Gunakan ................................................................. 57

4. Tenaga Kerja ...................................................................................... 57

5. Pemasaran .......................................................................................... 58

C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam ........................................... 59

D. Analisis Data dan Pembahasan ................................................................ 66

1. Metode Analisis Data ......................................................................... 66

2. Interpretasi Secara Ekonomi .............................................................. 76

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 80

A. Kesimpulan .............................................................................................. 80

B. Saran ......................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%) .................................. 2

1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun 2008-2009 Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Rp.000) ................................ 3

1.3 Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang UsahaBeserta Jumlah

Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali ........................ 5

2.1 Pengertian UMKM Dari Berbagai Lembaga Dalam dan Luar Negeri ....... 10

4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan

Cepogo ........................................................................................................ 50

4.2 Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Cepogo .................. 51

4.3 Banyaknya Penduduk Umur 5 th keatas Menurut Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Cepogo ..................................................................................... 52

4.4 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (usia 10 th ke atas) di

Kecamatan Cepogo ..................................................................................... 53

4.5 Penggunaan Lahan di Kecamatan Cepogo ................................................. 54

4.6 Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia 10 th Ke atas Berdasarkan

Lapangan Pekerjaan Utama ........................................................................ 55

4.7 Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ................................................... 60

4.8 Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ................................................... 61

4.9 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan

Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ...................................... 63

4.10 Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan

Logam Kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali ....................................... 64

4.11 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan

Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ...................................... 66

4.12 Hasil Regresi Persamaan Pendapatan ......................................................... 67

4.13 Hasil Uji Multikolenier ............................................................................... 68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

xiv

4.14 Hasil Uji White ........................................................................................... 71

4.15 Hasil Uji B G ........................................................................................... 72

4.16 Hasil Uji Jarque Bera ............................................................................... 73

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Permintaan Tenaga Kerja Pada Pasar Persaingan Sempurna .................... 30

2.2 Skema Kerangka Pemikiran ....................................................................... 35

3.1 Aturan Uji t ................................................................................................ 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan industri mulai menjadi topik yang menarik sejak

munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang

didasari oleh pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK)

dan Industri Skala Menengah (ISM) beberapa negara di Eropa Barat,

khususnya Italia (Becattini dalam Kuncoro, 2003). Sebagai contoh kasus,

bahwa pada tahun 1970-80an, pada saat industri skala besar di Inggris,

Jerman dan Italia mengalami staknasi atau kelesuan, ternyata industri

skala kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk sentra-sentra)

yang membuat produk-produk tradisional mengalami pertumbuhan

yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar ekspor untuk barang-

barang tersebut serta menyerap banyak tenaga kerja.

Menurut Tambunan (2000) menunjukkan bahwa industri kecil di

sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam

menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya

daripada industri kecil secara individu di luar sentra.

Menurut data yang diambil dari Kementerian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil & Menengah tahun 2007 2008, eksistensi dan peran

UMKM yang pada tahun 2008 mencapai 51,26 juta unit usaha, dalam

tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat

kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

2

Domestik Bruto (PDB) Nasional, devisa nasional, dan investasi

nasional. Perkembangan jumlah UMKM periode 2007-2008 mengalami

peningkatan sebesar 2,88 % yaitu dari 49.824.123 unit pada tahun 2007

menjadi 51.257.537 unit pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit

usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit

usaha terbesar yaitu:

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

2. Perdagangan, hotel dan restoran

3. Industri pengolahan

4. Pengangkutan dan komunikasi

5. Jasa-jasayang masing-masing tercatat sebesar 51,51 %, 28,8

5 % , 6,32%, 6,25 % dan 4,25 %.

Tabel 1.1

Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%)

Jenis Kontribusi UMKM 2007 2008 1. Penciptaan PDB nasional 2. Pembentukkan total nilai ekspor 3. Penyerapan Tenaga Kerja 4. Pembentukkan Investasi

58,4 % 16,01% 96,95% 51,23%

58,33% 16,72% 97,04% 51,80%

Sumber : Kemenkop & UKM Tahun 2008

Sektor industri pengolahan memegang peranan penting sebagai

penyumbang pendapatan, baik pendapatan nasional maupun regional.

Peranan sektor industri pengolahan atau kontribusinya terhadap PDB terus

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari data pada tahun 2009,

kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB menurut harga

konstan meningkat dari 27,60% pada tahun 2001 menjadi 27, 97 % .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

3

Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

propinsi Jawa Tengah menurut lapangan usaha untuk industri

pengolahan atas dasar harga berlaku dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2009 juga mengalami peningkatan. Begitu pula pada

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali

menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga

berlaku dan harga konstan dari tahun 2008 - 2009 mengalami

peningkatan.

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun

2008-2009 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Rp.000)

Lapangan Usaha 2008 2009

1.Pertanian 1.328.683.026 1.374.077.501

2.Pertambangan 35.458.142 39.326.363

3.Industri Pengolahan 638.447.911 666.423.595

4.Listrik, gas & air bersih 50.808.090 53.380.709

5.Bangunan / Konstruksi 107.703.660 115.703.090

6.Perdagangan 971.814.681 1.008.895.320

7.Angkutan & Komunikasi 105.867.359 113.005.931

8.Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

250.737.193 264.621.909

9.Jasa-jasa 409.852.796 465.715.843

PDRB 3.899.372.858 4.100.520.261

Sumber : Boyolali Dalam Angka Tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

4

Salah satu bentuk UMKM yang potensial di Propinsi Jawa Tengah

adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali. UMKM ini ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah sebagai bagian dari daerah wisata dengan dukungan klaster

industri di dalamnya.

Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali sudah berpuluh puluh tahun dikenal

sebagai sentra kerajinan logam. Produknya sudah sejak lama dikenal

kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga

konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa

dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan

seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut.

Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam di Kecamatan

Cepogo merupakan aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan

serta pengentasan kemiskinan yang diantaranya pengurangan jumlah

pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan

tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin

logam yang dibutuhkan adalah skill dalam menempa, mengukir dan

merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan

logam. Dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap maka

akan membantu pemerintah dalam mengentaskan dan mengurangi

pengangguran terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang

kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru semakin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

5

meningkat sehingga perkembangan industri ini semakin lama semakin

maju sehingga tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut

dan dipekerjakan dalam sentra kerajinan logam ini.

Tabel 1.3

Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang Usaha

Beserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali

Jenis Bidang Usaha Jumlah

1. Industri pengrajin ukir tembaga

2. Indusri pengrajin tembaga

3. Industri pengrajin alumunium

30

15

15

Total 60

Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2011

Kecamatan Cepogo di Kabupaten Boyolali memiliki sentra

kerajinan logam yang terdiri dari kelompok pengrajin tembaga, pengrajin

ukir tembaga maupun pengrajin dari logam lainnya seperti alumunium.

Kelompok pengrajin terbesar adalah pengrajin ukir logam yang jumlahnya

mencapai 30 kelompok usaha dan melibatkan 200 tenaga kerja.

Produk yang dihasilkan dari kelompok ini sangat bervariatif, tergantung

dari kemampuan kelompok mengembangkan produknya dan juga

dipengaruhi oleh design yang dibuat oleh pemesan. Adapun produk

yang dihasilkan berupa : hiasan dinding, relief, kaligrafi, lampu gantung,

lampu dinding, lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah,

koran, bokor, jambangan, kubah, furniture dan interior logam serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

6

produk-produk souvenir yang lain. Pengrajin tembaga terdiri dari 15

kelompok usaha dengan tenaga kerja berjumlah 50 orang, yang

memproduksi tembaga tanpa ukir. Produk yang dihasilkan adalah

peralatan rumah tangga dan cor tembaga. Pengrajin alumunium

biasanya memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, ceret,

wajan. Jumlahnya sudah tidak banyak lagi, hanya 15 kelompok dengan

didukung 96 tenaga kerja.

Rata-rata pekerja sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali mempekerjakan antara 200-300 pekerja sehingga

banyak pengangguran yang terserap dalam kerajinan ini. Harapannya

dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali akan berdampak positif bagi segala bidang dan

sektor kehidupan. Tentunya juga menjadi suatu akibat dari majunya

industri logam adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin

lama semakin meningkat dan membaik.

Setelah mengetahui akan arti pentingnya UMKM, maka penulis

tertarik dan berusaha mengkaji tentang faktor faktor yang

mempengaruhi pendapatan sentra kerajinan logam tembaga di

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi untuk

maju dan berkembang serta menjadi pusat dalam bidang ekonomi

karena masih menjaga budaya seni dan mampu menghasilkan barang

dengan kualitas ekspor sehingga mampu memberi kontribusi

perekonomian daerah dan nasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Apakah variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman

usaha, dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan

sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali.

2. Faktor apa yang paling dominan terhadap pendapatan sentra

kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian seperti telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel modal usaha, jumlah

tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara

bersama sama terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

8

D. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

penerapan kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan

menengah dalam kerangka besar kebijakan di bidang industri di

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan bahwa sektor

informal khususnya sentra kerajinan logam juga berperan

dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan para pengrajin

logam ( khususnya di Kecamatan Cepogo ) dalam

mengalokasikan faktor faktor produksi yang mereka miliki.

3. Bagi Penulis

Mengetahui secara nyata praktek usaha sentra kerajinan logam

dalam menjalankan usahanya dan mengetahui masalah

masalah yang dihadapi oleh para pengusaha serta sampai sejauh

mana teori yang telah didapatkan dibangku kuliah dapat

memecahkan masalah yang dihadapi para pengrajin tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Industri

Menurut Departemen Perdagangan, Departemen Perdagangan dalam

mendefinisikan industri lebih menitikberatkan pada aspek

permodalan, yaitu industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000,-

( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 ).

BPS menggolongkan industri berdasar berapa banyak tenaga kerja

yang digunakan, yaitu industri besar jika menggunakan tenaga

kerja lebih dari 100 orang, industri sedang jika menggunakan tenaga

kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil jika menggunakan

tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga (usaha

mikro) jika menggunakan tenaga kerja kurang dari lima orang

(Tambunan, 2002 : 49).

UU No. 9 / 1995 menjelaskan industri sebagai berikut

(Tambunan, 2002 : 49)

a. Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan

bangunan maksimal Rp. 200.000.000,-

b. Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.000,-

c. Milik Warga Negara Indonesia ( WNI )

d. Bukan dari anak cabang dari usaha besar

e. Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum,

termasuk koperasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

10

2. Pengertian Industri Berdasarkan Eksistensi Dinamisnya

Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri di Indonesia dapat

dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain (Irzhan

Azhary Shaleh, 1986 : 33)

a. Industri lokal

Adalah kelompok yang menggantungkan hidupnya pada

pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif

tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil

dan lebh bersifat subsisten. Karena target pemasarannya

terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi

yang sederhana seperti gerobak, sepeda, dan pikulan. Dalam

hal itu juga maka pedagang perantara juga tidak memiliki

peran yang sangat menonjol.

b. Industri sentra

Adalah kelompok usaha yang dari segi satuan usaha

mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan

produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang

menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran usaha ini

lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang

per antara dalam hal ini cukup penting.

c. Industri mandiri

Adalah kelompok industri yang masih memiliki sifat

sifat seperti industri, namun telah memiliki kemampuan

dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

11

Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap

para pedagang perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak

layak lagi dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari

skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini tetap

dimasukkan kedalam subsektor industri.

3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disingkat UMKM

merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara

maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia. UMKM ini

sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian

masyarakat. UMKM ini juga sangat membantu negara atau pemerintah

dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga

banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga

baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu

UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan

dengan usaha yang berkapasitas lebih besar.

a. Pengertian UMKM

Dari masa ke masa pengertian UMKM mengalami berbagai

perubahan. Adapun beberapa perubahan tersebut di tunjukkan oleh

tabel dibawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

12

Tabel 2.1

Pengertian UMKM Dari Berbagai Lembaga Dalam dan Luar

Negeri

Lembaga Devinisi

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998

Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Badan Pusat Statistik Berdasarkan kuantitas tenaga kerja.

- Usaha Mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang.

- Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang.

- Usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Keputusan Mentri Keuangan nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994

Didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan atau omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :

- Bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi)

- Perorangan (Pengrajin / industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

Lembaga Asing (World Bank)

World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

- Medium Enterprise, dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

13

kriteria :

o Jumlah karyawan maksimal 300 orang.

o Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

o Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

- Small Enterprise, dengan kriteria :

o Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.

o Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta.

o Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta.

- Micro Enterprise, dengan kriteria :

o Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

o Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu.

o Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu.

Undang-undang

- UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

o Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

o Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

o Milik Warga Negara Indonesia o Berdiri sendiri, bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

14

- UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

Pengertian Usaha Kecil Menengah tersebut membagi kedalam dua pengertian yakni:

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

o Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

o Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

o memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

o memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

15

b. Klasifikasi UMKM

Dalam perspektif perkembangannya, UMKM dapat

diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1) Livelihood Activities: Merupakan UMKM yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih

umum dikenal sebagai sektor informal.

2) Micro Enterprise: Merupakan UMKM yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise: merupakan UMKM yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan

subkontrak dan ekspor.

4) Fast Moving Enterprise, merupakam UMKM yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi

menjadi Usaha Besar (UB).

c. Peranan dan Arti Penting UMKM

Peranan UMKM menjadi bagian yang diutamakan dalam

setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua

departemen:

1) Departeman Perindustrian dan Perdagangan

2) Deparetemen Koperasi dan UMKM

Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan

belum, terlihat hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan

UMKM masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

16

Kegiatan UMKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun

sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor

pertanian. UMKM juga mempunyai peran yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional, oleh karna itu selain berperan

dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga

juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan.

Kebijakan yang tepat untuk mendukung UMKM seperti:

1) Perizinan

2) Tekhnologi

3) Struktur

4) Manajeman

5) Pelatihan

6) Pembiayaan

4. Keunggulan dan Kelemahan UMKM

UMKM merupakan sektor yang memiliki peranan penting di

dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap

bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor

UMKM ini merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup

tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara

berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan

UMKM (Berry dalam makalah simposium kebudayaan indonesia-

malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Alasan pertama adalah karena kinerja

UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilka tenaga kerja

yang produktif. Kedua,sebagai bagian dari dinamikanya, UMKM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

17

sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi

dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini

bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas

ketimbang usaha besar.

Menurut Moolman (1993), secara umum diketahui bahwa usaha

mikro, kecil dan menengah mempunyai urutan yang sangat penting

dalam suatu perekonomian dan hubungannya dengan karakteristik

sosial, diantaranya :

a. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai generator

dari pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan.

b. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai sifat yang unik

dalam eksistensinya, yang mendorong penemuan dan inovasi dari

para pelaku usahanya (entrepreneur).

c. Usaha mikro, kecil dan menengah mendukung secara dominan

akan kebutuhan di masyarakat.

d. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat membantu

menciptakan kestabilan dan distribusi aktivitas ekonomi yang

lebih merata serta kesempatan di dalam perekonomian

Menurut Hoselitz (1959), Sektor UMKM di negara

berkembang merupakan sektor yang labor intensive sehingga

sektor ini diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran

di negara berkembang. Selain labor intensive, UMKM sering

dikenal sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, banyak sisi

kebaikan yang dapat diambil dari UMKM khususnya dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

18

mendorong pembangunan di negara-negara berkembang.

UMKM mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka yang:

memiliki keterampilan (skill) dan teknologi khusus, kontribusi

dan kewirausahaan akan pembangunan, dan memiliki

keterkaitan dengan berbagai industri. Penelitian Beck dalam

makalah symposium kebudayaan Indonesia- Malaysia ke-x,

2007 : 4-7, menyimpulkan bahwa UMKM memiliki peranan di

dalam menurunkan pengangguran, meningkatkan pendapatan

pekerja, dan mengurangi kemiskinan. Walaupun demikian

ternyata jika kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai

peranannya di dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

lebih besar, penelitiannya menyimpulkan bahwa peranan industri

tersebut tidak terjadi. Oleh karena itu menurutnya kebijakan

pemerintah yang memberikan subsidi terhadap seluruh sektor

ekonomi dan perusahaan kemudian harus dikaji lagi denga tepat.

Menurut Irsan Azhari Saleh, (1986 : 5), UMKM

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

perekonomian. UMKM memberi manfaat sosial (social benefit)

yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Manfaat

pertama, UMKM dapat menciptakan peluang berusaha yang luas

dengan pembiayaan yang relatif murah. Manfaat kedua, UMKM

turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan memobilisasi

tabunga domestik. Ini dimungkinkan dengan kenyataan bahwa

UMKM cenderung memiliki atau memperoleh modal dari si

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

19

pengusaha sendiri, dan tabungan keluarga atau dari kerabatnya.

Manfaat ketiga, UMKM mempunyai kedudukan komplementer

terhadap industri sedang dan besar, karena UMKM

menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang bisa

dihasilkan oleh industri sedang dan besar.

Alasan alasan yang mendukung pentingnya perkembangan

UMKM adalah: pertama, masalah fleksibilitas dan

adaptabilitasnya, dalam memperoleh bahan mentah dan

peralatan. Kedua, relevansinya dengan proses desentralisasi

kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi kegiatan

pada sektor sektor yang lain. Ketiga, peranannya dalam jangka

panjang sebagai basis bagi terciptanya kemandirian pembangunan

ekonomi, karena UMKM ini umumnya diusahakan oleh pengusaha

dalam negeri dengan menggunakan kandungan impor yang

rendah (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 125).

Tetapi ada beberapa alasan yang kuat yang mendasari

resistensi dari keberadaan industri dan UMKM dalam

perekonomian Indonesia. Alasan alasan itu antara lain sebagai

berikut :

a. Sebagian lokasi industri dan UMKM berlokasi di daerah

pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga

kerja yang semakin meningkat serta luas tanah pertanian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

20

yang relatif sempit atau berkurang maka industri adalah

merupakan jalan keluar yang terbaik.

b. Beberapa kegiatan UMKM banyak menggunakan bahan

baku dari sumber sumber terdekat. Disamping itu tingkat

upah yang murah telah menyebabkan biaya ditekan rendah.

c. Harga jual yang relatif murah atau rendah serta tingkat

pendapatan kelompok bawah yang rendah sesungguhnya

merupakan suatu kondisi tersendiri yang memberikan

peluang bagi industri dan kerajinan rumah tangga untuk tetap

bertahan.

d. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi

yang telah diproduksi secara maksimal, yang merupakan

salah satu aspek pendukung yang kuat (Irsan Azhary, Saleh,

1986 : 11).

Sedangkan menurut Irsan Azhary Saleh 1986 : 13, kelemahan

UMKM adalah:

a. Kurangnya kemampuan dalam megelola akibat kurangnya

latihan pengembangan

b. Lemahnya daya finansial

c. Posisi bersaing yang kuat

d. Kurang koordinasinya produksi dengan penjualan

e. Sistem pencatatan kurang sempurna

f. Teknik pemasaran yang kurang ef ektif

g. Meningkatkan kompleksitas operasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

21

5. Permasalahan UMKM di Indonesia

Dalam proses perkembangannya, UMKM kadang mengalami

permasalahan yang bisa menghambat kegiatan usahanya seperti

nilai penurunan persentasi atau jumlah dari UMKM yang terus

menerus turun drastis dari tahun ke tahun. Sektor UMKM

memiliki kelemahan akan faktor-faktor eksternal seperti: iklim

ekonomi, politik dan legislatif, tingginya biaya perawatan, praktek

diskriminasi yang sering dilakukan terhadap industri. Masalah lain

yang dihadapi adalah fungsi internal yang belum memadai

seperti,kemampuan manajemen, pendanaan/pembiayaan, pemasaran,

dan SDM.

Masalah UMKM yang sering muncul menurut Nurimansyah

Hasibuan (1992 : 2) antara lain:

a. Mutu produk yang rendah dan tidak standar

b. Teknologi produksi yang tradisional

c. Kekurangan modal usaha

d. Pasar yang terbatas

e. Motivasi produksi terbatas pada tingkat subsistem

f. Keterampilan yang kurang

g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris

Permasalahan pokok yang sering muncul dan dialami oleh

UMKM adalah sebagai berikut :

a. Iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan

tindakan pemerintah. Terciptanya iklim diskriminatif ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

22

pada dasarnya disebabkan oleh berbagai praktek dan

peraturan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama yang

langsung menyangkut UMKM. Hal ini yang relatif menonjol

adalah upaya mengaitkan nilai insentif fiskal itu dengan

investasi, sehingga pada gilirannya membawa akibat

bahwa hanya usaha usaha yang berskala besar (dari segi

investasi) saja yang dapat memetik manfaat lebih besar.

b. Relatif terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari

bank komersial. Untuk keterbatasan akses bagi UMKM untuk

memperoleh kredit pada dasarnya dapat diletakkan sebagai

iklim diskriminatif yang bersumber pada sektor swasta

karena langkanya kredit institusional yang berasal dari

lembaga keuangan resmi bagi pengusaha kecil, sehingga

mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan cenderung

menggantungkan pembiayaan perusahaan pada modal sendiri,

ataupun sumber sumber lain seperti keluarga, kerabat,

pedagang perantara bahkan rentenir. Padahal pembiayaan

yang bersifat noninstitusional biasanya relatif lebih mahal

daripada pembiayaan yang bersumber dari kredit institusional.

c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala

tersendiri bagi perkembangan UMKM. Masalah premis

UMKM adalah persoalan permanen yang telah menjadi

bagian yang melekat dari eksistensi UMKM itu sendiri.

Masalah yang cukup menonjol adalah bahan mentah,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

23

kesulitan pemasaran hasil produksi serta masalah lokasi dan

fasilitas produksi. Permasalahan yang lebih jauh adalah

kesulitan pengembangan usaha, tingkat efisiensi yang relatif

rendah dan semakin menurun serta ketidakmampuan

mengakomodasi selera konsumen.

Secara lebih spesifik dari hasil rangkuman laporan

penelitian yang pernah dilakukan oleh Advisory Group In

Economics Industry and Trade dalam Mandala Harefa (2008: 4)

masalah dasar yang dihadapi UMKM adalah:

a. Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan

memperbesar pangsa pasar.

b. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan

keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-

sumber permodalan.

c. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen

sumber daya manusia.

d. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar

pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).

e. Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena

persaingan yang saling mematikan.

f. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang

terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian

masyarakat terhadap UMKM.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

24

Menurut PERMAC (2002), Secara umum UMKM

mempunyai kebutuhan yang hampir sama yaitu: bantuan dan

solusi akan masalah internal yang dihadapi, bantuan peningkatan

produktifitas dan persaingan usaha, akses yang mudah kepada

penggunaan teknologi yang efektif dan efisien, akses yang

mudah kepada penggunaan manajemen bisnis yang lebih baik,

akses yang mudah kepada pemasaran dan penggunaan teknik

pemasaran yang lebih baik, peningkatan mutu SDM peningkatan

sumber- sumber daya dan input.

6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia

Untuk lebih membangun dan mengembangkan keberadaan

UMKM yang ada, maka perlu adanya pembinaan yang lebih intensif

dari instansi atau lembaga yang terkait khususnya Departemen

Perindustrian yang bersifat program bantuan teknis, antara lain :

a. Pembinaan Manajemen

b. Pembinaan peningkatan Teknologi Produksi

c. Pemasyarakatan standarisasi sistem manajemen yang mengacu ISO

d. Pembinaan kewiraswastaan

Dengan demikian pentingnya UMKM dalam perekonomian,

keberadaan UMKM semakin mendominasi dunia usaha. Sehingga

perlu adanya peningkatan keberadaan jiwa, semangat, dan sikap

mental wiraswasta pada pengusaha kecil. Adapun tujuan diadakannya

pembinaan ini adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

25

a. Membentuk pola pikir wiraswasta yang sukses

b. Menumbuhkan keinginan kerjasama antar wiraswasta

c. Untuk lebih mengenal kemampuan sumber daya pengusaha

Pengembangan UMKM menurut Jannes Situmorang (2008 : 13 14):

a. Peningkatan Kualitas SDM

Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh UMKM antara lain

adalah dengan belajar sendiri-sendiri (otodidak) atau ikut magang

pada usaha sejenis yang telah ada sebelumnya.

b. Perijinan Usaha UMKM

Satu-satunya solusi yang dapat disarankan adalah dengan

membangun kelompok atau koperasi, karena UMKM tidak

dapat melakukan upaya apapun selain biaya (yang relatif

tinggi) untuk mengatasi masalah perijinan ini.

c. Pengembangan Pasar UMKM

Untuk mengembangkan pasar kegiatan yang dapat dilakukan

oleh UMKM secara mandiri (tanpa bantuan stakeholder)

adalah kegiatan promosi dan pembentukan jaringan usaha.

Kegiatan ini ternyata cukup efektif dalam mendukung

perkembangan pemasaran produk.

Dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM, diharapkan

UMKM dapat tetap eksis dalam menjalankan usaha baik pada

saat krisis maupun tidak pada saat krisis. Studi monitoring dampak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

26

krisis terhadap UMKM antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja

sama dengan Asia Foundation dalam Susilo (2004), hasil studi

tersebut menunjukkan bahwa pada awal krisis, UMKM juga

sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika

dibandingkan dengan usaha formal, UMKM lebih dahulu

memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis

terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau

ketahanan UMKM di masa krisis adalah kombinasi dari dua unsur,

yaitu (Sri Susilo, 2004): (1) faktor permintaan pasar, dan (2)

kenaikan harga input dan kelangkaan barang input. Dari sisi faktor

permintaan, kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa

pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan meningkat karena

krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik juga dapat

disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh

krisis ekonomi atau tidak.

7. Pengertian Pendapatan

a. Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan karena

seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang

telah dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang

diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor faktor

produksi yang dikelolanya. Pendapatan yaitu pendapatan yang

diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

27

dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematik dapat

dinyatakan (William A. Eachern, 2001 : 98) :

TR = P X Q,

Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan

P = Harga Jual Produk

Q = Jumlah produksi yang terjual

Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah

dikurangi dengan biaya biaya dalam proses produksi. Biaya

yang dimaksud disini adalah pengorbanan sumber ekonomi,

yang diiukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses

produksi berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk

tertentu (Mulyadi, 1990 : 7). Biaya ini merupakan pengorbanan

yang secara ekonomis tidak dapat dihindari dalam proses produksi.

b. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

1) Modal Usaha

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat

digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam rangka untuk menaikkan tingkat produksi, atau

modal adalah barang barang yang dapat digunakan untuk

berproduksi dimasa yang akan datang (Irwan & M. Suparmoko,

1992 : 75).

Jenis modal menurut sumbernya dibagi menjadi (Bambang

Riyanto, 1994 : 171 172) :

a) Modal sendiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

28

Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik

pribadi pengusaha dan tertanam pada usaha tertentu dan

digunakan untuk waktu yang tidak tentu lamanya.

b) Modal asing

Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar, yang

bersifat sementara sehingga modal tersebut merupakan

hutang dan pada saatnya harus dikembalikan. Modal

yang diperoleh dari pihak asing akan mempunyai

konsekuensi berupa pembayaran bunga pada tiap

bulannya, sehingga dengan modal ini biaya operasional

yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan meningkat.

Jenis modal berdasarkan fungsi kerjanya terbagi

menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 51):

a) Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan

untuk proses produksi.

b) Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk

membiayai operasi usaha seperti membayar persekot

bahan baku, yang diharapkan dapat kembali lagi.

Uang masuk yang berasal dari hasil penjualan

produk akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi

produksi selanjutnya.

2) Tenaga Kerja

Soetomo (1990 : 3) mendefinisikan tenaga kerja adalah

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

29

a. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat

dominan dalam kegiatan produksi, karena faktor

produksi inilah yang mengkombinasikan berbagai faktor

produksi yang lain guna menghasilkan suatu output.

Beberapa pengertian tenaga kerja adalah sebagai berikut :

(Soetomo, 1990: 3).

1. Tenaga kerja adalah seseorang yang mampu

melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar

hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat

menghasilkan barang dan jasa, jika ada permintaan

tenaga kerja dan mereka bersedia berpartisipasi

dalam akivitas tersebut.

3. Tenaga kerja juga berarti penduduk usia kerja dalam

arti sudah bekerja, sedang bekerja, mencari kerja,

dan yang sedang melakukan kegiatan seperti sekolah,

mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya,

namun sewaktu waktu dapat berpartisipasi untuk

bekerja jika dibutuhkan.

Adapun tenaga yang benar benar terlibat dalam

kegiatan produksi dan yang sedang mencari pekerjaan

disebut angkatan kerja. Definisi angkatan kerja adalah

bagian dari tenaga kerja yang bekerja dan menganggur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

30

atau sedang mencari lowongan kerja (Payaman J.

Simanjuntak, 1985 : 3).

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor

produksi yang penting dan harus diperhitungkan dalam

proses produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya

dalam hal jumlah namun juga dalam hal kualitas dan

macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga

kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pada

tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimum ( Soekartawi,

2003 : 27).

Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan

jumlah pemakaian tenaga kerja agar optimal adalah

(Sugiyarto et al, 2002 : 495) :

a) Tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan karena menambah penggunaan tenaga

kerjanya.

b) Tambahan penerimaan (produk yang dihasilkan)

yang diperoleh perusahaan karena menambah

penggunaan tenaga kerjanya (MPL). Penambahan

pemakaian jumlah tenaga kerja (L) akan menaikkan

tingkat output. Jika output tersebut terjual maka

penerimaan yang diperoleh perusahaan juga akan

naik. Perusahaan akan terus menambah penggunaan

tenaga kerjanya sepanjang petambahan penerimaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

31

yang diterima perusahaan masih lebih besar daripada

tambahan biaya yang harus dikeluarkan akibat

menambah jumlah tenaga kerja yang

digunakan(Sugiyarto, 2002 : 495).

Tingkat produksi yang dicapai perusahaan mula

mula akan terus mengalami kenaikan seiring adanya

penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Namun pada titik tertentu kenaikan tersebut

semakin berkurang. Hal ini lebih dikenal sebagai the

law of diminishing returnyang ditunjukkan oleh

gambar 2.1 berikut (Sugiyarto et al., 2002:496).

Gambar 2.1

Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar

Persaingan Sempurna

Dari gambar 2.1 di atas dapat terlihat bahwa

dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang

digunakan maka tambahan produk yang dihasilkan

semakin berkurang. Sebagai contoh pada saat

penggunaan tenaga kerja pada tingkat L1 maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

32

tambahan output sebesar MPL1, tapi setelah

penggunaan tenaga kerja ditambah menjadi L2 maka

tambahan produk yang dihasilkan berkurang menjadi

MPL2.

3) Pengalaman Usaha

Pengalaman dapat diartikan sebagai interaksi diri

pribadi dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang

belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut.

Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai

hasil belajar. Pengalaman yang diperoleh seseorang meliputi

tiga aspek yaitu menurut Soemanto, 2002 : 22 :

a) Pengalaman berupa pengetahuan

b) Pengalaman berupa keterampilan

c) Pengalaman berupa sikap atau nilai.

Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan

kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah,

karena dengan keterampilan yang lebih baik maka

seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar

untuk meningkatkan pendapatannya.

Ritawati Tedjakususma 2005 dalam penelitiannya yang

berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kematangan Karyawan

Terhadap Prestasi Kerja Pekerja Operasional pada

Pengusaha Alat alat Dapur di Kecamatan Candi,

KabuaptenSidoarjo menunjukkan bahwa pengalaman usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

33

secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan

produktifitas pekerja, yang selanjutnya akan meningkatkan

jumlah pendapatan yang diterima.

Ismono Wahyu dalam skripsinya mengatakan bahwa

terdapat beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan

tentang pengalaman kerja, diantaranya adalah:

a) Harold, berpendapat bahwa kecakapan atau

keterampilan merupakan suatu kemampuan yang

diperoleh melalui pengalaman kerja setelah melalui suatu

masa kerja.

b) John Locke, berpendapat dalam perkembangan jiwa

seseorang pada lingkungan yang dinamis akan

mendapatkan pengalaman yang berguna dalam

menyelesaikan tugasnya

4) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang

penting dalam mengembangkan sumber daya manusia.

Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan,

akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan

demikian akan meningkatkan produktifitas.

Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa

peningkatan pendapatan seseorang akan diperoleh salah

satunya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan

satu tahun sekolah berarti meningkatkan kemampuan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

34

dan tingkat penghasilan seseorang, namun hal tersebut

berarti menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun

karena mengikuti sekolah (Payaman J. Simanjuntak, 1985:58).

B. Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian Deny Ertanto (2008) telah melakukan penelitian dengan

judul Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki

KabuaptenSukoharjo tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan

Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki

KabuaptenSukoharjo. Variabel variabel penjelas dari variabel

dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah variabel

modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat

pendidikan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu data primer yang berupa data cross sectional yang diambil

dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 43

responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung

dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data data

yang telah ada pada instansi instansi yang memiliki keterkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti dan diperoleh sebelum maupun

sesudah penelitian berlangsung. Model persamaan analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier. Hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

35

penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari

keempat variabel tersebut variabel yang mempengaruhi adalah

variabel modal kerja, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan yang

secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin gitar

dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas masing masing

sebesar 0,0943 (0,000), 218.530,2 (0,24), dan 128.770,2(0,39).

2. Anik Sri Sulanjari 2003 telah melakukan penelitian dengan judul

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

PekerjaPada Usaha Kerajinan Genteng di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2003. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor faktor

yang mempengaruhi tingkat Pendapatan Pekerja Pada Usaha

Kerajinan Genteng di Kabuapten Sukoharjo. Variabel variabel

penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang digunakan

adalah Jam Kerja, Pengalaman Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga

dan Jenis Pekerjaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang

diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 80

responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung

dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

KabuaptenSragen, Kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan.

Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model regresi linier.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

36

Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi

linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 %

dari keempat variabel tersebut hanyalah variabel modal kerja dan

tenaga kerja yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan

pengusaha mebel dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas

masing masing sebesar 0,69975 (0,000) dan 1005672 (0,006262).

C. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keberhasilan usaha para

pengrajin logam, akan dihitung dari pendapatan yang diperoleh

pengrajin untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian

ini, pendapatan pengrajin dipengaruhi oleh faktor faktor modal,

jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan keterangan di atas serta untuk memudahkan dalam

menganalisa data skripisi ini, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Modal Usaha

Jumlah Tenaga Kerja

Pendapatan pengrajin Logam

Pengalaman Usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

37

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Penjelasan gambar :

Apabila pendapatan naik sebesar satu satuan maka pendapatan juga

akan naik sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya, begitu juga jika

jumlah tenaga kerja jika naik satu satuan maka pendapatan juga akan naik

sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya, jika pengalaman usaha naik

sebesar satu tahun maka pendapatan akan naik sebesar satu satuan begitu

pula sebaliknya dan jika tingkat pendidikan naik satu tahun maka

pendapatan akan naik juga sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

pertanyaan yang diajukan. Dari permasalahan di atas dapat

dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali.

2. Diduga variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan,

Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Tingkat Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

38

3. Diduga variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali.

4. Diduga variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali.

5. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha,

dan tingkat pendidikan secar a bersama sama berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang kerajinan logam ini dilakukan di Kabupaten

Boyolali sebagai obyek penelitian yaitu sentra kerajinan logam di

Desa Tumang Kecamatan Cepogo.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung

dari para pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Data sekunder didapat dari instansi yang terkait dalam penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

39

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

cross section, artinya data diambil pada tahun yang sama. Data ini

meliputi data tingkat pendapatan, modal usaha, jumlah tenaga kerja,

tingkat pendidikan, pengalaman usaha para pengrajin logam.

Data sekunder merupakan data yang dapat menjelaskan gambaran

umum daerah penelitian. Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti

Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti.

2. Interview

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan pengrajin

logam secara langsung.

3. Kuesioner

Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan /

atau pernyataan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang

kemudian diberikan kepada sebagian pengrajin logam yang dinilai

representatif.

4. Studi Pustaka

Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di

buku, majalah dan koran, BPS ataupun data data yang tersedia

pada internet dan sumber yang lain.

D. Teknik Analisis Data

1. Uji Pemilihan Model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

40

a. Metode Regresi Linier Berganda ( Ordinary Least Square)

Untuk menguji hipotesis, seberapa besar pengaruh modal,

jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan

terhadap pendapatan, maka digunakan rumus regresi linier

berganda sebagai berikut (Sumodiningrat, 1994;78) :

Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e

Dimana:

Y = Pendapatan Pengusaha Logam

Mod = Variabel Modal

TK = Variabel Jumlah Tenaga Kerja

PU = Variabel Pengalaman Usaha

TP = Variabel Tingkat Pendidikan

e = Variabel penganggu

Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model

tersebut dilakukan uji statistik dan uji asumsi. Uji statistik

meliputi uji t, uji F dan uji koefisien determinasi ( Uji asumsi

meliputi uji Multikolienaritas, uji Heteroskedastisitas dan uji

Autokorelasi, sebagai berikut :

b. Uji Statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

41

1) Uji t ( uji secara individu)

Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara

parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen (Gujarati,

1995 : 77). Dalam Uji t dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Menentukan Hipotesis

i = 0 (berarti variabel independen secara

individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)

individu berpengaruh terhadap variabel dependen)

b)

c) Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut :

-K )

= derajat signifikasi

N = banyaknya data yang digunakan

K = banyaknya parameter atau koefisien regresi

pluskonstanta

t hitung =

ariable ke-i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

42

Se = Standar eror

d) Kriteria Pengujian

Gambar 3.1

Aturan uji t

Ho diterima apabila /2

Ho ditolak apabila t < - /2

e) Kesimpulan

- Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak

artinya koefisien regresi variabel independen tidak

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

- Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya koefisien regresi variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

2) Uji F (uji secara bersama sama)

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial

secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah variabel independen yang ada secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya atau

untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

43

untuk digunakan (Gujarati, 1995:120). Dalam uji F ini dengan

ketentuan sebagai berikut :

a) Menentukan hipotesis:

Ho = 1 = 2 = 3 = 4 = 0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen tidak mempengaruhi variabel

dependen)

Ha 1 2 3 4 = 0 (berarti secara bersama-sama

variabel independen mempengaruhi variabel dependen)

b) Menentukan nilai

c) Melakukan penghitungan nilai F

F tabel (N-K) ; (K-1)

= Derajat signifikasi

N = Jumlah data

K = Jumlah parameter dalam model termasuk

konstanta

Dimana;

R² = koefisien determinasi berganda

K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan

N = banyaknya observasi

d) Kriteria pengujian

Ho diterima apabila F hitung = F tabel

Ho ditolak apabila F hitung > F tabel

e) Kesimpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

44

- Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen

secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.

- Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya koefisien regresi variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

3) Uji koefisien determinasi (R²)

Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari

variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari

variabel terikat. Jika R² mendekati nol, maka variabel bebas

tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya.

Jika R² mendekati 1, maka variasi dari variabel tersebut

dapat menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya

(Gujarati, 1995:98)

dimana R² adalah 0 = R² = 1

Jika R²= 1, berarti ada kecocokan yang sempurna

Jika R² = 0 berarti tidak ada hubungan variabel dependen

dengan variabel independen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

45

Jika R2 berarti bahwa variabel independen hubungannya

semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat

dikatakan bahwa model tersebut baik.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu

atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel

bebas lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah

kondisi adanya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena

melibatkan beberapa variabel bebas, maka multikolinieritas

tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana.

Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan

melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik

diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R

berarti terjadi multikolinieritas (Winarno, 2009 : 51)

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama,

sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien

baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk

mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan Uji White

(Winarno, 2009 : 58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

46

Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas

dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Uji White

terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model

tersebut akan diperoleh nilai observasi R² untuk kemudian

dibandingkan dengan a = 0,05 atau 5%.

Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih

besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih

kecil dari 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi

antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak

lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah

autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM

test ). Nama lain uji LM adalah Breusch-Godfrey Test

(Winarno, 2009 : 52)

Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas

dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey

terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model

tersebut akan diperoleh nilai observasi R² untuk kemudian

dibandingkan dengan = 0,05 atau 5 %.

Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih

besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

47

sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka

terdapat autokorelasi.

E. Populasi

1. Populasi atau Universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan

satuan atau individu individu yang karakteristiknya hendak diduga

(Djarwanto, 2000:42). Dalam penelitian ini yang merupakan

populasi adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali dengan jumlah 70 responden (pengrajin logam).

2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang sebagian

karakteristiknya hendak diselidiki (Djarwanto, 2000:43). Penentuan

besar sampel dalam penelitian ini menurut metode Slovin dengan

rumus sebagai berikut :

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

1 = Angka Konstan

e = Nilai Kritis (batas ketelitian yang digunakan, e = 0,05)

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

48

= 40

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah sentra

kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

dengan jumlah 60 responden (pengrajin logam).

F. Teknik Pengambilan Sampel

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengambil sampel

(Suparmoko, 1999 : 33). Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik secara acak sederhana (Purposive Random

Sampling), seluruh individu dalam populasi diberi kesempatan untuk

dipilih menjadi anggota sampel (Subiyanto, 2000 : 101).

G. Definisi Operasional Variabel

Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Dependen, yaitu pendapatan

Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau

muncul ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas

(Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80)

Variabel dependen disini adalah pendapatan yang diperoleh dari

jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya

atau dalam persamaan matematik dapat dinyatakan TR=P X Q.

Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan

P = Harga Jual Produk

Q = Jumlah produksi yang terjual

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

49

Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). Jadi pendapatan

yang hendak diteliti adalah penerimaan kotor seorang pengusaha yang

diperoleh dari hasil penjualan kerajinan logam, belum dikurangi

biaya operasional dan tenaga kerja.

2. Variabel Independen, meliputi :

Variabel independen adalah kondisi kondisi atau

karakteristik karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam

rangka untuk menerangkan hubungan fenomena yang diobservasi

(Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Modal Usaha

Modal usaha merupakan variabel independen yang menyatakan

besarnya input yang harus dikeluarkan sebelum pengusaha

berproduksi atau memulai usahanya. Variabel ini diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan variabel independen yang secara

langsung terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan logam .

Tenaga kerja dalam hal ini adalah penduduk atau mereka yang

benar benar sedang bekerja pada unit usaha tertentu (kerajinan

logam). Variabel ini diukur dalam jumlah tenaga kerja / orang

yang dipekerjakan.

c. Pengalaman Usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

50

Pengalaman usaha merupakan variabel independen yang

menyatakan berapa lama responden atau pengusaha telah

berkecimpung dalam bidang usahanya. Variabel ini diukur

berdasarkan jumlah tahun yang telah dijalaninya.

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan variabel independen yang

menyatakan besar atau lamanya tingkat pendidikan formal yang

telah ditempuh oleh pengusaha atau responden. Variabel ini

diukur berdasarkan jumlah tahun responden duduk dibangku

sekolah.

H. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam

bentuk kuesioner yang diisi oleh responden, dibuat dalam pertanyaan

terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah daftar pertanyaan yang

tidak memberikan alternatif jawaban kepada responden, sehingga

responden bebas dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan

peneliti.

Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan yang memberikan

alternatif jawaban kepada responden, sehingga responden dapat

memilih salah satu dari berbagai alternatif jawaban yang diberikan

peneliti. Karena pertanyaan dalam penelitian ini cukup kompleks, maka

sebagian besar metode pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara langsung satu persatu dengan pengusaha / responden.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

51

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

52

Kecamatan Cepogo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan

yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari

15 desa. Wilayah Kecamatan Cepogo dibatasi oleh :

a) Sebelah Utara : Kecamatan Ampel

b) Sebelah Timur : Kecamatan Boyolali

c) Sebelah Selatan : Kecamatan Musuk

d) Sebelah Barat : Kecamatan Selo

Hampir seluruh wilayah Kecamatan Cepogo memiliki

ketinggian tanah yang cukup tinggi, sebab ber ada di kaki Gunung

Merapi. Kondisi tanahnya kurang begitu subur apalagi saat musim

kemarau, kesulitan air bersih selalu dirasakan oleh penduduk

daerah ini. Dari segi penggunaan lahan, Kecamatan Cepogo

menempati lahan seluas 5.299,8000 Ha, dimana 5.244,0000 Ha

merupakan tanah kering dan 55, 8000 Ha adalah tanah sawah

(Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2010).

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo berdasarkan hasil sensus

penduduk tahun 2010 tercatat sebesar 53.280 jiwa dengan jumlah

penduduk laki laki sebesar 26.222 jiwa, jumlah penduduk

perempuan sebesar 27.058 jiwa dan dengan kepadatan penduduk

sebesar 1,005 Jiwa/Km2. Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo tahun

2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada dua tahun

sebelumnya yaitu pada tahun 2007 sebesar 52.160 jiwa dengan

jumlah penduduk laki laki 25.650 jiwa dan jumlah penduduk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

53

perempuan 26.510 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2006

sebesar 51.722 jiwa dengan jumlah penduduk laki laki sebesar

25.439 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 26.283 jiwa.

Berdasarkan data di atas, berarti dalam tiga tahun terakhir jumlah

penduduk di Kecamatan Cepogo terus mengalami kenaikan

(Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2010).

Tabel 4.1

Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Cepogo Tahun 2011

Desa Luas (km²)

Jumlah Penduduk

Laki-laki

Perempuan Jumlah Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

Wonodoyo 5,8800 1.133 1.192 2.325 395

Jombong 3,0240 1.118 1.111 2.229 737

Gedangan 3,9600 1.937 1.954 3.891 983

Sumbung 3,5380 1.799 1.857 3.656 1033

Paras 0,5380 468 489 957 1779

Jelok 6,1100 2.654 2.810 5.464 894

Bakulan 2,1210 889 932 1.821 859

Mliwis 5,4790 2.737 2.847 5.584 1019

Sukabumi 2,5730 1.557 1.616 3.173 1233

Genting 2,3210 1.015 1.045 2.060 888

Cepogo 3,8530 3.272 3.460 6.732 1747

Kambangkuning 3,5670 2.060 2.097 4.157 1165

Cabeankunti 4,1080 1.845 1.904 3.749 913

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

54

Candigatak 2,9100 1.522 1.563 3.085 1060

Gubug 3,0160 1.796 1.821 3.617 1199

Jumlah 52,9980 25.802 26.698 52.500 991

Sumber : Kecamatan Cepogo 2011

Menurut tabel 4.1 di atas kepadatan penduduk tertinggi berada di

Desa Paras dengan jumlah kepadatan penduduk per km² sebesar 1779,

kemudian Desa Cepogo sebesar 1747, Desa Sukabumi sebesar 1233,

Desa Gubug sebesar 1199, Desa Kembangkuning sebesar 1165, Desa

Candigatak sebesar 1060, Desa Sumbung Sebesar 1033, Desa Mliwis

sebesar 1019, Desa Gedangan sebesar 983, Desa Cabeankunti sebesar

913, Desa Jelok sebesar 894, Desa Genting sebesar 888, Desa Bakulan

sebesar 859, Desa Jombong sebesar 737 dan terakhir Desa Wonodoyo

sebesar 395.

Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa

Di Kecamatan Cepogo Tahun 2011

Desa Tahun Perubahan Pertumbuhan

(%) 2009 2010

Wonodoyo 2.303 2.325 22 0,96

Jombong 2.201 2.229 28 1,27

Gedangan 3.856 3.891 35 0,91

Sumbung 3.643 3.656 13 0,36

Paras 956 957 1 0,10

Jelok 5.426 5.464 38 0,70

Bakulan 1.813 1.821 8 0,44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

55

Mliwis 5.508 5.584 76 1,38

Sukabumi 3.150 3.173 23 0,73

Genting 2.045 2.060 15 0,73

Cepogo 6.691 6.732 41 0,61

Kambangkuning 4.142 4.157 15 0,36

Cabeankunti 3.736 3.749 13 0,35

Candigatak 3.068 3.085 17 0,55

Gubug 3.622 3.617 -5 - 0,14

Jumlah 52.160 52.500 340 0,65

Sumber : Kecamatan Cepogo 2011

Menurut data pada tabel 4.2 di atas pertumbuhan penduduk

tertinggi berada di Desa Mliwis sebesar 1.38 kemudian Desa Jombong

sebesar 1.27, Desa Wonodoyo sebesar 0.96, Desa Gedangan sebesar

0.91, Desa Sukabumi dan Desa Genting sama sebesar 0.73, Desa Jelok

sebesar 0.70, Desa Cepogo sebesar 0.61, Desa Candigatak sebesar

0.55, Desa Bakulan sebesar 0.44, Desa Sumbung dan Desa

Kembangkuning sama sebesar 0.36, Desa Cabeankunti sebesar 0.35,

Desa Paras sebesar 0.10 dan terakhir Desa Gubug sebesar -0.14.

3. Komposisi Tingkat Pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah

penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

56

dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik Boyolali, komposisi penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3

Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cepogo tahun 2009 2010

No Tingkat Pendidikan 2009 2010 Pertumbuhan 2009-2010 (%)

1 PT / D IV 231 233 0,87 %

2 Akademi 49 45 -8,16 %

3 D I / D II 17 16 -5,88 %

4 SMA 996 1010 1,41 %

5 SMP 1116 1146 2,69 %

6 SD 2292 2302 0,44 %

7 Tidak / belum sekolah 1528 1591 4,12 %

Jumlah 6229 6343

Sumber : Kecamatan Cepogo 2010

Menurut tabel 4.3 di atas pertumbuhan penduduk usia 5 tahun ke

atas yang menempuh pendidikan terbanyak yaitu SMP sebesar 2.69%,

kemudian SMA sebesar 1.41%, PT / DIV sebesar 0.87, D I / D II

sebesar -5.88%, Akademia (kursus) -8.16% dan sisanya sebesar 4.12%

belum / tidak tamat

4. Komposisi Mata Pencaharian

Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah

penduduk yang bekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut lapangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

57

pekerjaan utama dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Boyolali, pada tahun 2012

jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni penduduk Kecamatan

Cepogo ada berbagai macam. Pada tabel 4.4 akan memperlihatkan

banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya.

Tabel 4.4

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas) di Kecamatan Cepogo tahun 2009 2010

No Lapangan Pekerjaan 2009 2010 Pertumbuhan 2009-2010 (%)

1 Pertanian Tanaman Pangan 19.285 19.337 0,27%

2 Perkebunan 1.882 1.964 4,36%

3 Perikanan - - -

4 Peternakan 9.335 9.772 4,68%

5 Pertanian Lainnya - - -

6 Industri Pengolahan 2.475 2.495 0,81%

7 Perdagangan 2.320 2.349 1,25%

8 Jasa 583 594 1,89%

9 Angkutan 432 452 6,02%

10 Lainnya 7.675 7.309 - 4,77%

Jumlah 43.987 44.272

Sumber : Badan Pusat Statistik 2010

Menurut tabel 4.3 di atas banyaknya penduduk menurut mata

pencaharian (usia 10 tahun ke atas) tertinggi adalah disektor angkutan

sebesar 6.02 kemudian sektor Peternakan sebesar 4.68, sektor

Perkebunan sebesar 4.36, sektor Jasa sebesar 1.89, sektor perdagangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

58

sebesar 1.25, sektor industri pengolahan sebesar 0.81, sektor pertanian

tanaman pangan sebesar 0.27 dan sisanya sebesar -4.77.

5. Penggunaan lahan

Kecamatan Cepogo menempati lahan seluas 385,3 Ha.

Penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 tercatat

lahan yang paling banyak digunakan sebagai Tegal/Kebun yaitu

seluas 202,5134 Ha.

Tabel 4.5 Penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo tahun 2011

Penggunaan Luas (Ha)

Tanah Sawah -

Pekarangan/bangunan 129,0413

Tegal/Kebun 202,5134

Padang Gembala -

Tambak/Kolam -

Hutan Negara -

Perkebunan Negara/Swasta -

Lainnya 26,2304

Jumlah 385,3

Sumber : Kecamatan Cepogo 2011

Menurut tabel 4.5 diatas terlihat sebagian besar penggunann

lahan di Kecamatan Cepogo banyak digunakan untuk pertanian yang

berupa tegal/kebun.

6. Mata Pencaharian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

59

Mata pencaharian penduduk dikelompokkan menjadi 9

kelompok yaitu Pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan,

peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan,

jasa, angkutan dan lainnya. Secara rinci penduduk berdasarkan mata

pencaharian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.6

Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jiwa

1 Pertanian tanaman pangan 19.337

2 Perkebunan 1.964

3 Perikanan -

4 Peternakan 9.772

5 Pertanian lainnya -

6 Industri pengolahan 2.495

7 Perdagangan 2.349

8 Jasa 594

9 Angkutan 452

10 Lainnya 7.309

Jumlah 44.272

Sumber : Kecamatan Cepogo 2011

Pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Cepogo

merupakan daerah dengan mata pencaharian penduduk sebagian

besar di bidang pertanian yaitu sebanyak 19.337 jiwa, jumlah ini

terbanyak dibandingkan dengan lainnya, jumlah penduduk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

60

berdasarkan mata pencaharian yang paling sedikit di Kecamatan

Cepogo adalah angkutan yaitu 452 jiwa.

7. Keuangan Daerah

Berdasarkan target dan realisasi pendapatan daerah Kecamatan

Cepogo dari pos pajak bumi dan bangunan tahun 2011, anggaran

yang ditargetkan sebesar Rp. 473. 127.558 dan anggaran yang

terealisasi sebesar Rp. 419.445.937 dengan prosentase sebesar 89%.

B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali

1. Latar belakang usaha kerajinan logam

Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan

Cepogo sudah berpuluh puluh tahun lamanya dikenal sebagai

sentra produksi kerajinan logam. Produknya pun sudah sejak lama

dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi

juga konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam di

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen

itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta

sentuhan seni bernilai tinggi dari para pengrajin barang logam di

daerah tersebut.

Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam dari

Kecamatan Cepogo, merupakan suatu aset tersendiri baik dalam

menunjang pembangunan dan terlebih pengentasan kemiskinan

yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap

banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan rendah,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

61

karena untuk menjadi seorang pengrajin logam, yang dibutuhkan

adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design

gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam, dengan

semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap dan itu berarti juga

membantu pemerintah dalam mengetaskan dan mengurangi

pengangguran. Terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang,

kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru

semakin meningkat sehingga perkembangan kerajinan ini semakin

lama semakin maju dan tentunya akan semakin banyak karyawan

yang direkrut dan dipekerjakan dalam industri kerajinan logam ini.

2. Bahan baku

Bahan baku utama dari pembuatan kerajinan logam adalah

tembaga, kuningan, dan alumunium. Bahan baku tersebut berupa

lembaran logam (tembaga, kuningan dan alumunium). Pengrajin

logam mendapatkan bahan baku logam dari agen Solo, Semarang,

dan Jakarta.

3. Peralatan yang digunakan

Alat alat produksi sangat dibutuhkan dalam proses produksi

untuk kelancaran produksi. Peralatan yang dipakai dalam proses

pembuatan kerajinan logam kebanyakan masih manual dan

sederhana seperti palu, tatah, gunting besi, las dan gerinda. Karena

untuk membuat hasil karya yang menarik dan berdaya seni tinggi

diperlukan sentuhan tangan manusia bukan sentuhan mesin.

4. Tenaga kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

62

Tenaga kerja yang digunakan mayoritas berasal dari daerah

sekitar. Tidak ada syarat syarat tertentu yang diajukan oleh pengrajin

logam (seperti tingkat pendidikan) terhadap calon tenaga kerja yang

akan mereka rekrut. Syarat untuk menjadi tenaga kerja usaha

kerajinan logam adalah calon tenaga kerja harus memiliki cukup

keterampilan dan keahlian dalam membuat kerajinan logam.

Usia yang dipekerjakan dalam usaha ini termasuk dalam usia muda.

Mayoritas tenaga kerja mempunyai usia berkisar antara 20 tahun

sampai dengan 50 tahun. Para pekerja ini bekerja rata rata selama

delapan jam setiap harinya.

Mayoritas tenaga kerja ini akan menerima upah pada akhir minggu.

Mereka biasa menerima upah pada hari Sabtu tiap minggunya.

Terdapat dua macam sistem pengupahan yang dibayarkan oleh

para pengusaha kerajinan logam kepada tenaga kerjanya. Sistem

yang banyak digunakan adalah upah dibayarkan berdasarkan berapa

unit barang yang telah mereka produksi dalam seminggu. Sistem

seperti ini biasa disebut sistem borongan.

5. Pemasaran

Terdapat dua kategori luas daerah pemasaran yang dilakukan

oleh pengusaha sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo.

Kategori pertama adalah daerah pemasaran lokal, yaitu produk

yang dihasilkan hanyalah di pasarkan di Indonesia. Daerah ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

63

meliputi Jakarta, Bali. Produk yang pemasarannya termasuk dalam

hal ini adalah lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah,

koran, bokor. Kategori kedua adalah pemasaran tingkat internasional

yaitu produk yang telah dihasilkan merupakan produk ekspor.

Namun teknis pemasaran untuk tingkat ini (ekspor) tidak dilakukan

secara langsung oleh pengusaha tetapi dilakukan oleh pengusaha satu

tingkat di atas mereka. Negara tujuan ekspor tersebut diantaranya

adalah Jerman, Australia, Amerika. Jenis produk yang termasuk

dalam kualitas ekspor adalah relief, guci, Bathtube.

C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sentra kerajinan

logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dari hasil

wawancara dan kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data

tentang pengrajin logam terutama mengenai pendapatan pengrajin logam

di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali . Data-

data tersebut antara lain mengenai pendapatan, modal, jumlah tenaga

kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan.

Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

1. Pendapatan

Dari data pendapatan pada pengrajin logam di sentra

kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui

bahwa pendapatan tertinggi adalah Rp. 350.000.000,- per bulan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

64

yang terendah adalah Rp. 2.000.000,- per bulan dan rata rata

pendapatan Rp 70.000.000 . Pendapatan diukur dalam satuan rupiah.

Tabel 4.7

Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

Kelas Pendapatan

(Dalam Rupiah)

Jumlah Persentase

(%)

1 2.000.000 51.000.000 44 73,4

2 52.000.000 101.000.000 3 5

3 102.000.000 151.000.000 2 3,3

4 152.000.000 201.000.000 2 3,3

5 202.000.000 251.000.000 3 5

6 252.000.000 301.000.000 2 3,3

7 302.000.000 351.000.000 4 6,7

Total 60 100

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 7 kelas

dengan 60 responden terdapat 44 responden (73,33%) yang

memiliki pendapatan antara Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp.

51.000.000,- Pada pendapatan antara Rp. 52.000.000,- sampai

dengan Rp. 101.000.000,- berjumlah 3 responden (5%), pada

pendapatan antara Rp. 102.000.000,- sampai dengan Rp.

151.000.000,- terdapat 2 responden (3,3%), pada pendapatan antara

Rp. 152.000.000,- sampai lebih kecil dari Rp. 201.000.000,- terdapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

65

2 responden (3,33%), pada pendapatan antara Rp 202.000.000,-

sampai dengan Rp. 251.000.000,- terdapat responden 2 (3,33 %),

pada pendapatan antara Rp 252.000.000,- sampai dengan Rp.

301.000.000,- terdapat 2 responden (3,3 %), sedangkan responden

yang memiliki pendapatan antara Rp 302.000.000,- sampai dengan

Rp 351.000.000,- terdapat 4 responden (6,7%).

2. Modal

Dari data modal pada pengrajin logam di sentra kerajinan

logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa

modal tertinggi adalah Rp. 300.000.000,- dan yang terendah

adalah Rp. 2.000.000,-. Rata rata modal yang digunakan adalah Rp

50.000.000.

Tabel 4.8

Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

Kelas Modal

(Dalam Rupiah)

Jumlah Persentase

(%)

1 2.000.000 44.000.000 40 66,8

2 45.000.000 87.000.000 4 6,7

3 88.000.000 130.000.000 4 6,7

4 131.000.000 173.000.000 3 5

5 174.000.000 216.000.000 3 5

6 217.000.000 259.000.000 2 3,3

7 260.000.000 302.000.000 4 6,7

Total 60 100

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

66

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa dari 7 kelas

dengan 60 responden terdapat 40 responden (66,8%) yang

memiliki modal antara Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp.

44.000.000,-. Pada modal antara Rp. 45.000.000,- sampai dengan Rp.

87.000.000,- terdapat 4 responden (6,7%), pada modal antara Rp.

88.000.000,- sampai dengan Rp. 130.000.000,- terdapat 4

responden (6,7%), pada modal antara Rp. 131.000.000,- sampai

dengan Rp. 173.000.000,- terdapat 3 responden (5%), pada

modal antara Rp 174.000.000,- sampai dengan Rp. 216.000.000,-

terdapat 3 responden (5%), pada modal antara Rp 217.000.000,-

sampai dengan Rp. 259.000.000,- terdapat 2 responden (3,3 %),

sedangkan responden yang memiliki modal antara Rp.

260.000.000,- sampai dengan Rp. 302.000.000 sebesar 4

responden (6,7%).

Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi modal terbesar pada

modal antara Rp 20.000.000 sampai dengan Rp44.000.000.

3. Jumlah tenaga kerja

Dari data jumlah tenaga kerja pada pengrajin logam di sentra

kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

diketahui bahwa jumlah tenaga kerja tertinggi adalah 50 orang

dan yang terendah adalah lima orang. Dari data tersebut dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

67

berdasarkan rumus, penulis mendapatkan nilai interval kelas

sebanyak tujuh tenaga kerja. Maka pembagian kelasnya dan distribusi

frekuensinya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

Kelas Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Persentase (%)

1 5 11 30 50

2 12 18 16 26,7

3 19 25 3 5

4 26 32 2 3,3

5 33 39 3 5

6 40 46 2 3,3

7 47 53 4 6,7

Total 60 100

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas

dengan 60 responden terdapat 30 responden (50 %) yang

menggunakan tenaga kerja antara dua tenaga kerja sampai dengan

sebelas tenaga kerja. Pada jumlah tenaga kerja antara dua belas sampai

dengan delapan belas terdapat enam belas responden (26,7%),

pada jumlah tenaga kerja antara sembilan belas sampai dengan

dua puluh lima terdapat tiga responden (5%), pada jumlah tenaga

kerja antara dua puluh enam sampai dengan tiga puluh dua terdapat

dua responden (3,3%), pada jumlah tenaga kerja antara tiga puluh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

68

tiga sampai dengan tiga puluh sembilan terdapat tiga responden

(5%), pada jumlah tenaga kerja antara empat puluh sampai

dengan empat puluh enam terdapat dua responden (3,33 %),

sedangkan responden yang memiliki jumlah tenaga kerja antara

empat puluh tujuh sampai dengan lima puluh tiga terdapat empat

responden (6,7%).

Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi jumlah tenaga kerja

terbesar pada jumlah tenaga kerja antara dua sampai sembilan

orang tenaga kerja.

4. Pengalaman usaha

Data pengalaman usaha pada pengrajin logam di sentra

kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

diketahui bahwa pengalaman usaha terlama adalah 30 tahun

dan yang pengalaman usahanya sedikit adalah satu tahun.

Tabel 4.10

Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

Kelas Pengalaman Usaha (Dalam Tahun)

Jumlah Persentase

(%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

69

1 4 7 21 35

2 8 11 20 33,3

3 12 15 5 8,3

4 16 19 5 8,3

5 20 23 3 5

6 24 27 3 5

7 30 33 3 5

Total 60 100

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa dari tujuh

kelas dengan 60 responden terdapat 21 responden (35%) yang

pengalaman usahanya antara empat sampai dengan tujuh tahun.

Pada pengalaman usaha antara delapan sampai dengan dari sebelas

tahun terdapat dua puluh responden (33,3%), pada pengalaman

usaha antara dua belas sampai dengan lima belas terdapat lima

responden (8,3%), pada pengalaman usaha antara enam belas

sampai dengan sembilan belas terdapat lima responden (8,3%),

pada pengalaman usaha antara dua puluh sampai dengan dua puluh

tiga terdapat tiga responden (5 %), pada pengalaman usaha antara

dua puluh empat sampai dengan dua puluh tujuh terdapat tiga

responden (5 %), sedangkan responden yang memiliki pengalaman

usaha antara tiga puluh sampai dengan tiga puluh tiga terdapat tiga

responden (5%).Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

70

pengalaman usaha terbesar pada pengalaman usaha antara empat

sampai dengan tujuh tahun.

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh bagi pengrajin logam dalam

mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan

pola pikir semakin rasional. Tabel 4.11 berikut ini menunjukkan

jumlah pengrajin logam menurut tingkat pendidikan formal.

Tabel. 4.11

Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali

No Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentase (%)

1 SD 30 50

2 SMP 15 25

3 SMA 10 16,7

4 S1 5 8,3

Total 60 100

Sumber : Data primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa dari 60 responden

terdapat 30 responden (50%) berpendidikan SD, 15 responden

(25%) berpendidikan SMP, 10 responden (16,7%) berpendidikan

SMA, dan 5 responden (8,3%) berpendidikan S1. Hal ini

menunjukan bahwa sebagian besar Pengrajin Logam di sentra

kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

berpendidikan SD, karena salah satunya pekerjaan yang siap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

71

dilakukan dan tersedia bagi seseorang lulusan SD adalah

berdagang atau berwiraswasta.

D. Pembahasan

1. Metode analisis data

a. Metode regresi linier berganda

Untuk menguji hipotesis, menggunakan analisis regresi

linier berganda sehingga dapat mengetahui pengaruh Modal,

Jumlah Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat

Pendidikan terhadap Pendapatan. Adapun ringkasan hasil

regresi estimasi pendapatan industri kerajinan logam dapat

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.12

Hasil Regresi Persamaan Pendapatan

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:00 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.152726 0.902673 3.492657 0.0013 X1 0.505059 0.146880 3.438580 0.0015 X2 0.017419 0.006286 2.771351 0.0089 X3 0.006676 0.009335 0.715149 0.4793 X4 0.049206 0.028949 1.699739 0.0981

R-squared 0.591468 Mean dependent var 7.281000 Adjusted R-squared 0.544779 S.D. dependent var 0.607529 S.E. of regression 0.409900 Akaike info criterion 1.170663 Sum squared resid 5.880639 Schwarz criterion 1.381773 Log likelihood -18.41326 Hannan-Quinn criter. 1.246994 F-statistic 12.66815 Durbin-Watson stat 1.964502 Prob(F-statistic) 0.000002

Sumber : Hasil olahan E-Views

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

72

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi

sebagai berikut :

Pendapatan = 3.152726 + 0.505059Modal (X1) + 0.017419 TK

(X2) + 0.006676 PU (X3) + 0.049206TP (X4)

Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model

tersebut dilakukan uji Statistik dan uji Asumsi Klasik. Uji Statistik

meliputi uji t, uji F, uji Koefisien Determinasi (R2). Uji Asumsi

Klasik meliputi, uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji

Autokorelasi. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui

apakah dugaan sementara (hipotesis) terhadap parameter sudah

sesuai secar a teori dan statistik.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau

lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel

bebas lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah

kondisi adannya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena

melibatkan beberapa variabel bebas,maka multikolinieritas

tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana.

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas

adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat nilai

R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

73

diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R

berarti terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.13 Uji Multikolenier

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:06 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.876067 0.300034 19.58467 0.0000 X2 0.016485 0.006582 2.504662 0.0169 X3 0.022834 0.009885 2.309952 0.0267 X4 0.070470 0.030677 2.297144 0.0275

R-squared 0.341981 Mean dependent var 6.891250 Adjusted R-squared 0.287146 S.D. dependent var 0.550888 S.E. of regression 0.465119 Akaike info criterion 1.401591 Sum squared resid 7.788075 Schwarz criterion 1.570479 Log likelihood -24.03183 Hannan-Quinn criter. 1.462656 F-statistic 6.236553 Durbin-Watson stat 2.152781 Prob(F-statistic) 0.001603

Sumber : Data Primer diolah R² 2

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:07 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -51.41451 22.34861 -2.300568 0.0273 X1 9.001927 3.594068 2.504662 0.0169 X3 0.132348 0.246539 0.536824 0.5947 X4 -0.118586 0.767352 -0.154539 0.8780

R-squared 0.209141 Mean dependent var 11.62500 Adjusted R-squared 0.143236 S.D. dependent var 11.74229 S.E. of regression 10.86885 Akaike info criterion 7.704317 Sum squared resid 4252.745 Schwarz criterion 7.873205 Log likelihood -150.0863 Hannan-Quinn criter. 7.765382 F-statistic 3.173377 Durbin-Watson stat 2.185394

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

74

Prob(F-statistic) 0.035741

Sumber : Data Primer diolah R² 3

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:08 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -15.97854 15.89483 -1.005267 0.3215 X1 5.653155 2.447304 2.309952 0.0267 X2 0.060004 0.111776 0.536824 0.5947 X4 -1.353330 0.465044 -2.910110 0.0062

R-squared 0.280017 Mean dependent var 14.00000 Adjusted R-squared 0.220018 S.D. dependent var 8.286535 S.E. of regression 7.318386 Akaike info criterion 6.913296 Sum squared resid 1928.116 Schwarz criterion 7.082184 Log likelihood -134.2659 Hannan-Quinn criter. 6.974361 F-statistic 4.667049 Durbin-Watson stat 2.322531 Prob(F-statistic) 0.007435

Sumber : Data Primer diolah R² 4

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:08 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.316423 5.167437 -0.641793 0.5251 X1 1.814114 0.789726 2.297144 0.0275 X2 -0.005591 0.036176 -0.154539 0.8780 X3 -0.140721 0.048356 -2.910110 0.0062

R-squared 0.237976 Mean dependent var 7.150000 Adjusted R-squared 0.174474 S.D. dependent var 2.597336 S.E. of regression 2.359900 Akaike info criterion 4.649755 Sum squared resid 200.4886 Schwarz criterion 4.818643 Log likelihood -88.99510 Hannan-Quinn criter. 4.710819 F-statistic 3.747531 Durbin-Watson stat 2.210131 Prob(F-statistic) 0.019301

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

75

Sumber : Data Primer diolah R² 5

Dari tabel ditunjukkan bahwa nilai R² 1 (pendapatan) =

0.591468> dari R² 2 (Modal) = 0.341981 ; R² 3 ( Tenaga Kerja)

= 0.209141 ; R² 4 (Pengalaman Usaha) = 0.280017 ; R² 5

(Tingkat Pendidikan) = 0.237976. Maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi Multikolinieritas pada model di atas.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mendeteksi

apakah kesalahan pengganggu mempunyai varians yang

sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

dapat digunakan dengan uji White.

Tabel 4.14

Ringkasan hasil uji White

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.715187 Prob. F(4,35) 0.5872 Obs*R-squared 3.022388 Prob. Chi-Square(4) 0.5541 Scaled explained SS 3.762871 Prob. Chi-Square(4) 0.4390

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 13:58 Sample: 1 40 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.471619 0.297487 1.585342 0.1219 X1^2 -0.005205 0.006837 -0.761282 0.4516 X2^2 2.41E-05 8.08E-05 0.298730 0.7669 X3^2 -0.000189 0.000184 -1.025038 0.3124 X4^2 -0.000567 0.000931 -0.608874 0.5465

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

76

R-squared 0.075560 Mean dependent var 0.147016 Adjusted R-squared -0.030091 S.D. dependent var 0.268506 S.E. of regression 0.272516 Akaike info criterion 0.354227 Sum squared resid 2.599267 Schwarz criterion 0.565337 Log likelihood -2.084542 Hannan-Quinn criter. 0.430558 F-statistic 0.715187 Durbin-Watson stat 2.122628 Prob(F-statistic) 0.587216

Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan

uji White tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Hal ini

dapat dilihat dari nilai probabilitas observasi R² (3.022388)

lebih kecil dari X² hitung (9,48) yang berarti model ini

tidak mengalami Heteroskedastisitas.

3) Uji Serial Kolerasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya

korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga

penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun

sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange

Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM adalah Breusch-

Godfrey Test ( BG Test ).

Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas

dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch

Godfrey terhadap residu dari hasil regresi model tersebut.

Dari model tersebut akan diperoleh nilai observasi R square

untuk kemudian dibandingkan dengan a = 0,05 atau 5 %.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

77

Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih

besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi

dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05,

maka terdapat autokorelasi.

Tabel 4.15

Ringkasan hasil uji B-G

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.169578 Prob. F(2,33) 0.8448 Obs*R-squared 0.406917 Prob. Chi-Square(2) 0.8159

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:02 Sample: 1 40 Included observations: 40 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.103492 0.950266 0.108908 0.9139 X1 -0.015962 0.155330 -0.102764 0.9188 X2 0.000994 0.006674 0.148973 0.8825 X3 0.000387 0.009673 0.039992 0.9683 X4 -0.001452 0.030523 -0.047580 0.9623

RESID(-1) -0.011819 0.183535 -0.064394 0.9490 RESID(-2) 0.110500 0.190553 0.579891 0.5659

R-squared 0.010173 Mean dependent var 1.76E-16 Adjusted R-squared -0.169796 S.D. dependent var 0.388311 S.E. of regression 0.419986 Akaike info criterion 1.260438 Sum squared resid 5.820816 Schwarz criterion 1.555992 Log likelihood -18.20876 Hannan-Quinn criter. 1.367301 F-statistic 0.056526 Durbin-Watson stat 1.961365 Prob(F-statistic) 0.999167

Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan

B-G Test tidak terjadi masalah Autokorelasi. Hal ini dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

78

dilihat dari nilai probabilitas observasi R² (0.406917) lebih

kecil dari R² tabel (9,48) yang berarti model ini tidak

mengalami masalah Autokorelasi.

4) Uji Normalitas

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Jarque Bera

0

2

4

6

8

10

12

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5

Series: ResidualsSample 1 40Observations 40

Mean 1.76e-16Median 0.063243Maximum 0.695699Minimum -1.283662Std. Dev. 0.388311Skewness -0.757734Kurtosis 4.252243

Jarque-Bera 6.441256Probability 0.039930

Sumber : Data Primer diolah

Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal

atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB)

dengan X² tabel yaitu :

- Jika nilai JB > X² tabel, maka residualnya berdistribusi

tidak normal

- Jika nilai JB < X² tabel, maka residualnya berdistribusi

normal

Analisis Hasil Output, bahwa nilai JB sebesar 6,441256.

Karena 6,441256 < 9,48 maka dapat disimpulkan bahwa

residual berdistribusi normal.

c. Uji Statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

79

1) Uji t

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

masing - masing variabel penjelas secara individu

menerangkan variasi variabel yang terikat. Hasil pengujian

pengujian parameter individu dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Pengujian terhadap variabel modal

10%

ProbModal (x1) = 0,0015

0,0015 <0,1 , berarti variable Modal (X1) berpengaruh

%.

b) Pengujian terhadap variabel jumlah tenaga kerja

10%

Prob Tenaga Kerja / TK (x2) = 0,0089

0,0089<0,1 , berarti variable Tenaga Kerja / TK (X2)

10%.

c) Pengujian terhadap variabel pengalaman usaha

10%

Prob Pengalaman Usaha / PU (x3) = 0,4793

0,4793< 0,1 , berarti variable Pengalaman Usaha / PU

10%.

d) Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

80

10%

t hitung Tingkat Pendidikan / TP (x4) = 0,0981

0,0981<0,1 , berarti variable Tenaga Kerja / TK (X2)

10%.

2) Uji F

F = n k , k 1

= 2,84

Jadi 12,66815 > 2,84 maka secara bersama-sama variabel

Modal, Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat

Pendidikan berpengaruh secara simultan terhadap variabel

Pendapatan.

2. Interpretasi Secara Ekonomi

a. Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan

pengrajin logam

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel

jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam

bernilai positif, artinya apabila jumlah tenaga kerja mengalami

kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan

pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil

uji signifikansi variabel jumlah tenaga kerja terbukti

mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan pengrajin logam

pada taraf signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah tenaga

kerja terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari

besarnya koefisien regresi tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

81

Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya

koefisien variabel jumlah tenaga kerja sebesar 0.017419 artinya,

setiap tambahan tenaga kerja sebesar satu orang, akan

mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam

sebesar 0.017419 satuan dengan menganggap variabel

independen yang lainnya tetap/konstan.

b. Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan

pengrajin logam

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel

tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam

bernilai positif, artinya apabila jumlah tingkat pendidikan

mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada

pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya

dari hasil uji signifikansi variabel tingkat pendidikan terbukti

mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan pengrajin

logam pada taraf signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah

tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam dapat

dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut.

Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya

koefisien variabel tingkat pendidikan sebesar 0.049206 artinya,

jika lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan

akan meningkat sebesar 0.049206 satuan. Dapat juga dikatakan

jika lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

82

akan meningkat sebesar Rp. 49206,- pada tiap bulannya dengan

menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan.

c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha terhadap pendapatan

pengrajin logam

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel

modal usaha terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai

positif, artinya apabila jumlah modal mengalami kenaikan

maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin

logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji

signifikansi variabel modal usaha terbukti mempunyai pengaruh

nyata terhadap pendapatan pengrajin logam pada taraf

signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah modal terhadap

pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien

regresi tersebut.

Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya

koefisien variabel modal usaha sebesar 0.505059 artinya, jika

lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan akan

meningkat sebesar 0.505059 satuan. Dapat juga dikatakan jika

modal meningkat satu satuan, maka pendapatan akan

meningkat sebesar Rp. 505059,- pada tiap bulannya dengan

menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan.

d. Interpretasi terhadap variabel pengalaman usaha terhadap

pendapatan pengrajin logam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

83

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel

pengalaman usaha terhadap pendapatan pengrajin logam

berpengaruh positif. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa

nilai koefisien variabel modal usaha dan pengalaman usaha

adalah positif dengan nilai koefisien sebesar 0.4793 Hal ini

mengindikasikan bahwa hasil estimasi variabel ini masih

konsisten dengan teori yang ada walaupun secara statistik

tidak signifikan (Insukindro,dkk,2003 : 56).

Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hesti (2010) yang menyatakan bahwa pengalaman

usaha dengan nilai koefisien sebesar 239698,1 dengan nilai probabilitas

sebesar 0,6039, tidak berpengaruh 0,7119 secara nyata terhadap

pengrajin logam tembaga di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.

Ketidaksesuaian variabel pengalaman usaha dengan teori yang ada

mengindikasikan bahwa masih banyak faktor faktor diluar model yang

mempengaruhi pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan logam

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Faktor tersebut seperti orientasi

pasar, kualitas produk yang berakibat terhadap harga jual, tingkat

kekeringan produk , kelancaran pembayaran dari pembeli, faktor jiwa

kewirausahaan yang dimiliki tiap tiap pengusaha, etos kerja, serta faktor

faktor lainnya yang belum diamati.

Pengalaman usaha tidak berpengaruh dikarenakan berdasarkan fakta

dilapangan bahwa di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

84

Kabupaten Boyolali banyak sekali pengrajin pengrajin yang

mempunyai inovasi dan pemikiran yang lebih maju dan mempuyai tingkat

pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pengrajin yang

sudah berdiri jauh sebelumnya dan banyak juga pengrajin yang punya

banyak pengalaman dengan menggunakan modal yang besar, sekarang

malah menurun usahanya karena kalah bersaing dengan pengrajin

pengrajin muda yang punya motivasi besar dan modal merupakan

bagian pembuatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

85

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 pengrajin logam di

Sentra Kerajinan Logam Tembaga di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali,

maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Dengan tingkat signifikansi 10%, variabel modal, tenaga kerja dan

tingkat pendidikan terbukti berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pengrajin logam. Hal ini berarti hipotesis yang

menyatakan bahwa modal berpengaruh secara signifikan terhadap

pendapatan terbukti.

Dengan tingkat signifikansi 10%, pengalaman usaha tebukti tidak

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal

ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa modal usaha

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti.

2. Faktor paling dominan yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan

pada sentra industri kerajinan logam di Kecamatan Cepogo Kabupaten

Boyolali adalah modal.

B. Saran

1. Berdasarkan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian dimana variabel yang berpengaruh pada

pendapatan sentra kerajinan logam tembaga di Kecamatan Cepogo

Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah adalah Modal, Jumlah

Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan. Maka untuk meningkatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

86

pendapatan , pengrajin logam tersebut disarankan untuk

meningkatkan modal yang digunakan semakin besar modal yang

digunakan maka akan semakin besar puula pendapatan diperoleh, serta

meningkatkan jenjang pendidikannya semakin tinggi pendidikan

pengrajin tersebut akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas

produk yang dihasilkan, mempertahankan kualitas barang agar dapat

bersaing di pasaran sehingga mampu menambah pendapatan dan

menguntungkan bagi pengrajin tersebut, serta bergabung dalam

Asosiasi pengrajin / pengusaha untuk menambah ilmu dan

mengaakses berbagai informasi pasar.

2. Bagi Pengrajin Logam Tembaga

Faktor modal sangat berpengaruh besar terhadap tingkat

pendapatan pengrajin logam tersebut, oleh karena itu disarankan agar

setiap pengrajin menambah jumlah modal yang digunakan dengan

tujuan agar pendapatan yang diterima akan bertambah. Akan tetapi

menambah modal bukanlah hal yang mudah karena faktor keterbatasan

yang berasal dari pengrajin itu sendiri, oleh karena itu pemerintah

daerah diharapkan dapat memfasilitasi para pengrajin tersebut sebagai

contoh membentuk asosiasi atau koperasi khusus pengrajin logam.

3. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali

Menurut pengrajin logam bahwa selama ini perhatian dari

pemerintah masih kurang, baik itu dari pemerintah pusat maupun

daerah. Para pengrajin logam sangat mendukung apabila pihak

pemerintah memberi bimbingan dan pengarahan khusus berupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga

87

pelatihan pelatihan kewirausahaan terutama mengenai cara

pembukuan keuangan. Karena hampir semua pengrajin yang ada

di sentra kerajinan logam tembaga di Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali tidak menggunakan pembukuan dalam mengatur

keuangan usaha mereka dan diharap pemerintah

bersediamendirikan pendidikan formal kejuruan khusus membuat

kerajinan logam, dengan tersedianya pendidikan formal khusus

tersebut dapat melatih keterampilan dan meningkatkan kapasitas dari

pengrajin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user