analisis faktor-faktor yang berpengaruh...

108
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA RANDY HAZEMI H34070130 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: lediep

Post on 24-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA

RANDY HAZEMI

H34070130

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Ekspor Kepiting

Indonesia

Nama : Randy Hazemi

NIM : H34070130

Disetujui,

Pembimbing

Dr.Ir. Dwi Rachmina, M.Si

NIP. 19631227 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor yang Berpengaruh terhadap Ekspor Kepiting Indonesia” adalah karya sendiri

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Randy Hazemi

H34070130

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sapporo pada tanggal 13 November 1988. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jimmy Hariantono dan

Ibu Hanny Wijaya.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Regina Pacis Bogor pada

tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP

Regina Pacis Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Regina Pacis Bogor

diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis

tercatat sebagai pengurus International Association of Students in Agriculture and

Related Sciences (IAAS) pada Divisi Exchange Program periode 2007-2008 dan

Pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) pada Divisi

Sosial dan Lingkungan periode 2009-2010. Penulis juga tercatat sebagai ketua UKM

Bola Basket IPB periode 2008-2009. Pada tahun 2010, penulis menerima beasiswa

unggulan dari Badan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional dan

mengilkuti program Hokkaido University Short Term Exchange Program periode

2010-2011.

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor

yang Berpengaruh terhadap Ekspor Kepiting Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

ekspor kepiting Indonesia ke beberapa negara tujuan utamanya serta menilai potensi

pasar di negara-negara yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor komoditas

tersebut.

Skripsi ini hanya sebuah sarana bagi para pembaca untuk mengetahui

gambaran kegiatan ekspor kepiting Indonesia. Penulis berharap penelitian ini dapat

mendorong studi-studi terkait sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi semakin

komprehensif dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013

Randy Hazemi

H34070130

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan

penghargaan kepada:

1. Ir. Lusi Fausia, MSc sebagai pembimbing akademik dan pembimbing skripsi

atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi penulis.

2. Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, waktu,

dan kesabaran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Amzul Rifin, SP. MA dan Eva Yolynda, SP. MM atas kesediaannya

menjadi dosen penguji dan segala masukan untuk perbaikan skripsi ini serta.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dorongan, doa, dan dukungan

yang telah diberikan.

5. Dosen dan staf Departemen Agribisnis serta keluarga besar Agribisnis 44 dan

45 yang telah menjadi tempat bernaung selama masa studi penulis di Institut

Pertanian Bogor.

6. Tim Gladi Karya Desa Kedawung-Tegal atas dukungan dan segala

pengorbanannya selama dan setelah masa Gladi Karya.

7. Kepada mereka yang telah datang, tinggal, dan pergi yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan inspirasi yang telah

diberikan.

Bogor, Februari 2013

Randy Hazemi

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penduduk diatas 15 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan

Kerja Utama ................................................................................ 1

2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut

Lapangan Usaha .......................................................................... 2

3. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor

Pertanian Menurut Lapangan Usaha tahun 2006-2010 ............... 3

4. Produksi Kepiting di Indonesia Berdasarkan Jenis Penangkapan

Tahun 2008-2010 ......................................................................... 4

5. Volume dan Nilai FOB Ekspor Kepiting Segar (HS 030624000)

Indonesia tahun 2001-2010 ........................................................ 5

6. Perkembangan Konsumsi Kepiting Dunia Tahun 1990-2007 ..... 6

7. Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian .................................. 31

8. Kerangka Identifikasi Autokorelasi .............................................. 40

9. Luas Lahan Berpotensi untuk Budidaya Tambak di Indonesia

Tahun 1997-2010 ........................................................................ 46

10. Delapan Propinsi Berpotensi Produksi Kepiting Hasil Tangkap

di Indonesia Tahun 2008-2010 .................................................... 47

11. Volume dan Nilai Ekspor Kepiting Segar Dunia Tahun

2008-2010 .................................................................................... 49

12. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia (FOB) di Pasar

Domestik dan Pasar Ekspor Tahun 2002-2008 ........................... 50

13. Perkembangan Harga Ekspor Kepiting (FOB) Thailand dan

Filipina Tahun 2008-2010 ........................................................... 51

14. Perkembangan Ekspor Kepiting Indonesia Tahun 2001-2010 ..... 52

15. Jumlah Kasus Penolakan Terhadap Produk Komoditas Perairan

Indonesia ...................................................................................... 53

16. Statistik Deskriptif Volume Ekspor Kepiting Indonesia .............. 59

17. Output Model Analisis Regresi Gravity Model Ekspor Kepiting

Indonesia dengan Metode Fixed Effect ........................................ 59

18. Perkembangan GDP dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia

Tahun 2001-2010 ......................................................................... 61

19. Statistik Deskriptif Jarak Negara Tujuan Ekspor Kepiting

Indonesia ....................................................................................... 64

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi
Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

20. Perkembangan Nilai Tukar dan Volume Ekspor Kepiting

Indonesia Tahun 2001-2010 .......................................................... 67

21. Perkembangan Harga dan Volume ekspor Kepiting Indonesia

Pada Tahun 2001-2010 ................................................................. 70

22. Potensi Perdagangan Bilateral Kepiting Indonesia ...................... 71

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional ....................... 18

2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 29

3. Perkembangan GDP per Kapita Negara Tujuan Ekspor Kepiting

Indonesia Tahun 2001-2010 ......................................................... 62

4. Perkembangan Nilai Tukar Negara Tujuan Ekspor Kepiting

Indonesia Terhadap Rupiah Tahun 2001-2010 ............................ 66

5. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan

Tahun 2000-2010 .......................................................................... 69

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Statistik Deskriptif Data Aliran Perdagangan Kepiting

Indonesia ..................................................................................... 77

2. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode

Fixed Effect ................................................................................. 78

3. Histogram – Normality Test ........................................................ 79

4. Actual, Fitted, Residual Table ...................................................... 79

5. Korelasi Antar Variabel ............................................................... 80

6. Uji Autokorelasi ............................................................................ 80

7. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode

Pooled Least Square ................................................................... 81

8. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode

Random Effect ............................................................................. 82

9. Output Correlated Random Effect / Hausman Test ...................... 83

10. Redundant Fixed Effect Test / Likelihood Ratio .......................... 83

11. Actual, Fitted, Residual Table ..................................................... 85

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii

I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 8

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10

2.1. Kajian Empiris Mengenai Permintaan Ekspor Kepiting

Indonesia ............................................................................. 10

2.2. Kajian Empiris Mengenai Aliran Perdagangan ................... 11

2.3. Kajian Empiris Mengenai Gravity Model ........................... 13

2.4. Kajian Empiris Mengenai Nilai Potensi Perdagangan ......... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 15

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 15

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional .............................. 15

3.1.2. Analisis Keseimbangan Parsial ................................ 17

3.1.3. Gravity Model .......................................................... 18

3.1.4. Model Regresi Panel Data ........................................ 23

3.1.5 Nilai Potensial Perdagangan ..................................... 25

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 26

IV METODE PENELITIAN .......................................................... 30

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 30

4.2. Metode Pengumpulan Data ................................................ 30

4.3. Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 31

4.4. Perumusan Model .............................................................. 32

4.5. Pengujian Kesesuaian Model ............................................. 33

4.5.1. Chow Test ................................................................ 33

4.5.2. Hausman Test ........................................................... 34

4.5.3. LM Test .................................................................... 34

4.6. Pengujian Statistik .............................................................. 35

4.6.1. Uji-t .......................................................................... 35

4.6.2. Uji-F ......................................................................... 36

4.6.3. Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 37

4.7. Pengujian Asumsi .............................................................. 38

4.7.1. Uji Normalitas .......................................................... 38

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

4.7.2. Uji Multikolinearitas ................................................ 39

4.7.3. Uji Autokorelasi ....................................................... 40

4.7.4. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 40

4.8. Nilai Potensial Perdagangan .............................................. 41

4.9. Definisi Operasional ........................................................... 42

V GAMBARAN UMUM KOMODITAS KEPITING ................ 43

5.1. Karatkteristik Kepiting ....................................................... 43

5.2. Kandungan dan Manfaat Kepiting ..................................... 43

5.3. Jenis-Jenis Kepiting Komersial di Indonesia ..................... 44

5.4. Perkembangan Luas Areal Budidaya Tambak .................... 45

5.5. Perkembangan Produksi Kepiting Indonesia ..................... 47

5.6. Negara Pesaing Indonesia dalam Ekspor Kepiting ............. 48

5.7. Harga Kepiting .................................................................... 50

5.7.1 Harga Kepiting Indonesia .......................................... 50

5.7.2 Harga Kepiting Negara Pesaing ................................. 51

5.8. Gambaran Ekspor Kepiting Indonesia ................................ 51

5.8.1 Kasus Penolakan Terhadap Ekspor Komoditas

Perikanan Indonesia ................................................... 52

5.8.2 Regulasi dan Standard Internasional untuk Ekspor

Produk Perikanan ...................................................... 54

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA ................... 57

6.1. Pengujian Asumsi ................................................................ 57

6.2. Pengaruh-Pengaruh Variabel Ekonomi dan Non Ekonomi

Terhadap Ekspor Kepiting Indonesia .................................. 59

6.2.1. GDP Indonesia (Yi) ................................................... 60

6.2.2. GDP Negara Tujuan (Yj) .......................................... 61

6.2.3. Jarak Negara Indonesia dengan Negara

Tujuan (Dij) .............................................................. 63

6.2.4. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan

Terhadap Rupiah (ERij) ............................................ 66

6.2.5. Harga Kepiting Indonesia di Negara

Tujuan (Tij) ............................................................... 68

6.3. Potensi Perdangan Kepiting Indonesia di Negara-Negara

Tujuan Ekspor ..................................................................... 71

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 73

7.1. Kesimpulan ......................................................................... 73

7.2. Saran .................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 74

LAMPIRAN ........................................................................................... 77

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap bangsa.

Kelalaian dalam mengelola sektor ini dapat berdampak pada bencana kemanusiaan

hingga terancamnya kedaulatan suatu negara. Bagi bangsa Indonesia, sektor pertanian

memiliki peranan yang belum dapat tergantikan oleh sektor lainnya. Hingga kini,

sektor tersebut masih merupakan sektor yang menjadi penyerap tenaga kerja terbesar

di Indonesia. Pada Tabel 1, terlihat bahwa sektor pertanian pada tahun 2010 mampu

menyerap 42.825.807 tenaga kerja atau sebesar 39,87% dari keseluruhan jumlah

tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi tersebut masih yang tertinggi dan sulit untuk

dapat diimbangi oleh sektor lainnya.

Tabel 1. Penduduk di atas 15 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama

No. Lapangan Pekerjaan Utama 2008 (Feb) 2009 (Feb) 2010 (Feb) Laju

(%/tahun)

1 Pertanian, Kehutanan,

Perburuan dan Perikanan

42.689.635 43.029.493 42.825.807 0,16

2 Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah Makan, dan Hotel

20.684.041 21.836.768 22.212.885 3,65

3 Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

12.778.154 13.611.841 15.615.114 10,42

4 Industri Pengolahan 12.440.141 12.615.440 13.052.521 2,44

5 Angkutan, Pergudangan dan

Komunikasi

6.013.947 5.947.673 5.817.680 -1,65

6 Bangunan 4.733.679 4.610.695 4.844.689 1,24

7 Keuangan, Asuransi, Usaha

Persewaan Bangunan, Tanah,

dan Jasa Perusahaan

1.440.042 1.484.598 1.639.748 6,77

8 Pertambangan dan Penggalian 1.062.309 1.139.495 1.188.634 5,79

9 Listrik, Gas, dan Air 207.909 209.441 208.494 0,15

Total 102.049.857 104.485.444 107.405.572 2,59

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Sektor pertanian juga menjadi salah satu sektor penyumbang Produk

Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) tertinggi bagi Indonesia. Hal ini

terlihat pada Tabel 2, sektor pertanian menempati posisi tertinggi ketiga untuk

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

kontribusi GDP tahun 2008-2010 di bawah sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Kedua fakta tersebut menunjukkan betapa besarnya

kontribusi sektor pertanian dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengingat

vitalnya sektor pertanian bagi Indonesia, maka pengembangan sektor ini akan

menjadi langkah yang sangat tepat dan strategis dalam menciptakan pertumbuhan dan

pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan

Usaha

No. Lapangan Usaha PDB/GDP (Miliar Rupiah) Laju

(%/tahun) 2008 2009 2010*

1 Industri Pengolahan 557.764,4 570.102,5 597.134,9 3,48

2 Perdagangan, Hotel & Restoran 363.818,2 368.463,0 400.474,9 4,98

3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan

284.619,1 295.883,8 304.736,7 3,47

4 Keuangan, Real Estate & Jasa

Perusahaan

198.799,6 209.163,0 221.024,2 5,44

5 Jasa-jasa 193.049,0 205.434,2 217.782,4 6,21

6 Pengangkutan dan Komunikasi 165.905,5 192.198,8 217.977,4 14,63

7 Pertambangan dan Penggalian 172.496,3 180.200,5 186.634,9 4,02

8 Konstruksi 131.009,6 140.267,8 150.022,4 7,01

9 Listrik, Gas & Air Bersih 14.994,4 17.136,8 18.050,2 9,81

Jumlah 2.082,456.1 2.178.850,4 2.313.838,0 5,41

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

*. Angka sementara

Sektor pertanian Indonesia pada dasarnya telah dikaruniai berbagai

keunggulan berupa kemudahan mengakses sumberdaya alam, kondisi geografis yang

mendukung, lahan yang produktif, serta tersedianya jumlah tenaga kerja yang

memadai. Keunggulan tersebut terlihat jelas salah satunya pada subsektor perikanan.

Garis pantai sepanjang 104.000 km serta jumlah luas perairan laut termasuk zona

ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) yang mencapai 5,8 juta km2 merupakan potensi

yang sangat besar bagi subsektor ini untuk terus berproduksi dan bersaing dengan

negara-negara lainnya.

Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan

salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini

didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan

yang besar baik ditinjau dari segi kuantitas maupun diversitas. Kedua, industri di

sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, industri

perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national

resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan

(comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana dicerminkan

dari potensi sumber daya yang ada.

Berdasarkan laporan FAO Statistical Yearbook 2009, Produksi perikanan

tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia. Di

samping itu, Indonesia juga merupakan salah satu produsen terbesar perikanan

budidaya dunia. Pada tahun 2007, posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di

dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi per tahun sejak

tahun 2003 mencapai 8,79%. Hal ini mengisyaratkan bahwa Indonesia memiliki

kesempatan dan kemampuan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar di

dunia, seiring dengan terus meningkatnya produksi perikanan Indonesia di dunia pada

periode 2004-2009.

Tabel 3. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian

menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010

Sektor Usaha Kontribusi Terhadap GDP (Milyar Rupiah) Laju

(%/tahun) 2006 2007 2008 2009 2010

Tanaman Pangan 129.549 133.889 142.000 149.058 151.750 14,83

Perikanan 41.419 43.653 45.866 47.775 50.578 16,09

Perkebunan 41.318 43.199 44.784 45.608 46.751 10,69

Peternakan 33.430 34.221 35.425 36.649 38.135 10,35

Kehutanan 16.687 16.548 16.543 16.844 17.193 1,47

Total 262.403 271.509 284.619 295.934 304.406 12,99

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Subsektor perikanan juga merupakan salah satu penyumbang terbesar

terhadap GDP di sektor pertanian. Berdasarkan Tabel 3, kontribusi subsektor

perikanan terhadap GDP sektor pertanian menempati posisi kedua di bawah subsektor

tanaman pangan dan terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Selain

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

itu, subsektor perikanan juga mempunyai peluang yang cukup besar untuk menguasai

pasar internasional. Hal ini disebabkan oleh sifat sebagian besar komoditasnya yang

merupakan komoditas ekspor unggulan dan banyak diminati di pasar internasional.

Salah satu komoditas ekspor perikanan yang cukup potensial dan bernilai komersial

tinggi adalah kepiting.

Kepiting merupakan salah satu dari sepuluh komoditas utama dan unggulan

yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepiting bakau (Scylla

serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) adalah dua jenis kepiting yang umum

diproduksi di Indonesia. Cita rasa serta kandungan gizi yang tinggi pada daging

kepiting merupakan salah satu alasan tingginya minat konsumsi terhadap komoditas

tersebut.

Produksi kepiting di Indonesia menurut jenis penangkapannya digolongkan ke

dalam produksi hasil tangkap dan budidaya. Tabel 4 menunjukkan masih tingginya

proporsi hasil produksi komoditas kepiting melalui proses penangkapan. Hal ini tentu

mengakibatkan besarnya kemungkinan fluktuasi jumlah produksi karena tingginya

ketergantungan proses produksi komoditas hasil tangkap terhadap kondisi alam.

Selain itu, proses produksi budidaya kepiting di Indonesia belum dapat diandalkan

sepenuhnya karena rendahnya ketersediaan bibit yang memadai. Meskipun kepiting

sudah berhasil dibenihkan secara buatan, berbagai keterbatasan membuat sebagian

besar peternak pembesaran kepiting di Indonesia masih mengandalkan pasokan

bibitnya dari hasil penangkapan.

Tabel 4. Produksi Kepiting Berdasarkan Jenis Penangkapan Tahun 2008-2010

Tahun

Produksi Kepiting (Ton)

Hasil Tangkap (%) Budidaya (%) Total

Produksi (%)

2008 65.466 89,32% 7.829 10,68% 73.295 100,00%

2009 63.832 89,34% 7.617 10,66% 71.449 100,00%

2010 73.603 88,15% 9.893 11,85% 83.496 100,00%

Laju (%/tahun) 12,81

27,17

14,34

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Dari segi pemasaran, komoditas ini dapat dipasarkan di dalam maupun luar

negeri. Harga kepiting di tingkat pedagang pengumpul lokal biasanya adalah sekitar

Rp 40.000,- per kg untuk grade CB (betina besar berisi/bertelur, ukuran > 200 g/ekor)

dan Rp 30.000,- per kg untuk LB (jantan besar berisi, ukuran > 500 g-1.000 g/ekor).

Harga yang lebih tinggi ditawarkan oleh pasar ekspor. Untuk kepiting grade CB,

harga yang ditawarkan dapat mencapai 8,40-9,70 US$ dan grade LB dihargai sebesar

6,10-9,00 US$.

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Tabel 5. Volume dan Nilai FOB Ekspor Kepiting Segar (HS 030624000) Indonesia

tahun 2001-2010

Tahun Volume (Kg) Nilai (US$) Harga (US$/Kg)

2001 7.267.042 63.657.003 8,76

2002 8.056.297 74.403.889 9,24

2003 7.600.851 72.361.560 9,52

2004 9.018.865 76.599.829 8,49

2005 12.645.717 84.849.089 6,71

2006 11.543.145 81.737.430 7,08

2007 10.539.397 72.332.860 6,86

2008 8.676.013 91.139.446 10,5

2009 7.743.459 54.281.371 7,01

2010 9.346.589 78.048.881 8,35

Laju (%/tahun) 1,42 -0,75 -27,58

Sumber : United Nations Commodity Trade, 2012

Komoditas kepiting yang diekspor dapat berupa kepiting segar, beku, ataupun

olahan. Selama periode tahun 2001-2010, kepiting Indonesia yang diekspor sebagian

besar masih dalam bentuk segar. Permintaan kepiting segar di pasar dunia yang cukup

tinggi khususnya berasal dari Amerika Serikat yang memang merupakan negara

tujuan utama ekspor produk-produk kepiting Indonesia. Singapura, Malaysia, dan

RRC juga tercatat sebagai negara dengan jumlah transaksi impor terbesar untuk

komoditas kepiting dari Indonesia dalam kurun sepuluh tahun terakhir.

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa volume ekspor kepiting dari Indonesia

terus berfluktuasi sepanjang tahun 2001 hingga tahun 2010. Pada tahun 2005 volume

ekspor mencapai 12,6 ribu ton namun kemudian terus mengalami penurunan pada

tahun-tahun berikutnya hingga hanya sebesar 7,7 ribu ton pada tahun 2009. Bahkan

pada tahun 2008, penurunan terbesar laju volume ekspor terjadi ketika laju harga

kepiting di tahun tersebut tengah meningkat secara signifikan. Volume ekspor

kepiting Indonesia baru kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 yakni

sebesar 9,3 ribu ton.

Perkembangan ekspor maupun perkembangan produksi kepiting, keduanya

masih menunjukan fluktuasi. Meskipun dalam hal produksi terdapat kecenderungan

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

untuk meningkat, hal tersebut tidak diimbangi oleh volume ekspornya yang

cenderung menurun sejak tahun 2006. Hal ini tentu saja ironis karena berdasarkan

Tabel 6, laju konsumsi kepiting dunia cenderung meningkat setiap tahunnya namun

ekspor kepiting Indonesia justru mengalami penurunan. Untuk menanggapi hal ini,

perlu adanya upaya perbaikan serta peningkatan dari seluruh pihak terkait secara

menyeluruh dan tepat sasaran. Hal ini bertujuan agar upaya serta kebijakan yang

ditempuh dapat berpengaruh secara nyata terhadap perkembangan ekspor komoditas

kepiting Indonesia. Salah satu langkahnya adalah dengan terlebih dahulu mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia.

Tabel 6. Perkembangan Konsumsi Kepiting Dunia Tahun 1990-2007

Tahun

Total Konsumsi

(Kg/Kapita/Tahun) Tahun

Total Konsumsi

(Kg/Kapita/Tahun)

1990 0,92 1999 1,34

1991 1,00 2000 1,40

1992 1,02 2001 1,43

1993 1,06 2002 1,49

1994 1,13 2003 1,46

1995 1,20 2004 1,52

1996 1,25 2005 1,53

1997 1,27 2006 1,55

1998 1,32 2007 1,62

Laju (%/tahun) 3,41

Sumber : Food and Agriculture Organization, 2009

1.2 Perumusan Masalah

Saat ini, produksi perikanan tangkap Indonesia berada di peringkat ketiga

dunia setelah RRC, dan Peru, sedangkan perikanan budidaya Indonesia berada di

peringkat keempat setelah RRC, India, dan Vietnam (KKP, 2011). Bahkan pada pasar

ekspor komoditas kepiting, Indonesia berhasil menempati peringkat kedua setelah

Kanada. Meskipun demikian, dominasi ekspor kepiting Indonesia terus menghadapi

berbagai tantangan dari negara-negara pesaingnya. Kesalahan dalam menyusun

strategi pemasaran produk perikanan di pasar internasional sering kali luput dari

perhatian para stakeholder kita. Kebijakan pemasaran yang dilakukan sering kali

berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan cenderung tidak responsif terhadap

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

keadaan pasar tujuannya. Akibatnya, daya saing komoditas perikanan Indonesia terus

mengalami penurunan terhadap negara pesaingnya. Hal ini dibuktikan oleh jumlah

volume ekspor komoditas kepiting Indonesia yang terus berfluktuasi bahkan

cenderung turun.

Berdasarkan data United Nations Commodity Trade, ekspor komoditas

kepiting Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 2001 hingga 2010

terus mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 dan 2009 volume ekspor kepiting

mengalami penurunan yang cukup drastis secara berturut-turut menjadi 8.676 dan

7.743 ton dari sebesar 10.539 ton pada tahun 2007. Di sisi lain, negara pesaing utama

Indonesia seperti RRC dan Filipina justru mencatatkan peningkatan pada ekspor

kepiting segarnya. Bahkan Filipina mengalami kenaikan volume ekspor pada tahun

2009 menjadi sebesar 4.145 ton dari tahun 2008 yang hanya sebesar 2.207 ton.

Mengingat sumberdaya perikanan di kedua negara tersebut yang hampir serupa

dengan Indonesia, maka keberhasilan di pasar ekspor kepiting segar tersebut akan

banyak ditentukan oleh efisiensi perdagangannya.

Dengan ketersediaan sumberdaya yang melimpah serta belum optimalnya

pemanfaatan potensi pasar ekspor kepiting Indonesia maka diperlukan adanya suatu

upaya agar ekspor komoditas kepiting Indonesia kembali meningkat seiring dengan

usaha pemulihan ekonomi global. Beberapa jenis kepiting Indonesia seperti kepiting

bakau dan rajungan memang telah berhasil dipasarkan ke luar negeri, akan tetapi

aliran perdagangan (permintaan ekspor) dari komoditas tersebut memiliki

kecenderungan yang berfluktuasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

fluktuasi tersebut baik dari faktor internal maupun eksternal. Dalam permasalahan

kali ini faktor-faktor yang diperkirakan menjadi penyebab berfluktuasinya volume

ekspor kepiting Indonesia antara lain Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia, GDP

negara tujuan ekspor, nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap rupiah, harga kepiting

Indonesia di negara tujuan, dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan

ekspor.

Agar dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor kepiting Indonesia secara

optimal serta mengantisipasi permintaan ekspor yang terus berfluktuasi, maka

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

diperlukan adanya suatu analisis dan kajian mengenai aliran perdagangan ekspor

kepiting dari negara Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor yang tentu memiliki

karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Melalui kajian ini, kita juga akan

melihat nilai potensial perdagangan dengan negara-negara yang selama ini menjadi

importir komoditas kepiting Indonesia yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam

penyusunan strategi perdagangan yang lebih efisien.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dan

dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting Indonesia

dan faktor apa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan volume

ekspor ke negara-negara tujuan?

2. Bagaimana nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di

masing-masing negara tujuan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting

Indonesia dan faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan

volume ekspor ke negara tujuan utama.

2. Mengetahui nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di

masing-masing negara tujuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi pengambil keputusan terutama pemerintah dan eksportir kepiting,

dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan baik dalam

perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekspor

kepiting Indonesia.

2. Bagi pembaca yaitu sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis yaitu meningkatkan kemampuan menganalisis suatu permasalahan

dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia. Jenis kepiting yang dianalisis adalah

kepiting segar dengan kode HS tahun 2007 (Harmonized System) 030624000. Dalam

penelitian ini digunakan lima variabel bebas, yaitu GDP Indonesia, GDP negara

tujuan ekspor, jarak antara negara tujuan dengan Indonesia, kurs mata uang negara

tujuan ekspor terhadap rupiah, dan harga kepiting Indonesia di negara tujuan. Gravity

model yang disusun merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi

panel data dari tahun 2001-2010 pada tujuh negara tujuan ekspor terbesar kepiting

Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, RRC, Jepang, Belanda, dan

Korea.

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Empiris Mengenai Permintaan Ekspor Kepiting Indonesia

Beberapa penelitian mengenai ekspor kepiting sebelumnya sudah pernah

dilaksanakan, salah satunya oleh Meistika (2009) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan ekspor kepiting Indonesia di pasar internasional.

Penelitian tersebut menggunakan teknik Principal Component Regression (PCR)

sebagai alat analisisnya. Teknik PCR dipilih karena teknik tersebut mampu

menghilangkan multikolinearitas yang terjadi antara variabel-variabel bebas yang

digunakan. Variabel-variabel bebas yang digunakan pada penelitian tersebut adalah

produksi kepiting Indonesia, nilai tukar (Rupiah/US$), harga ekspor kepiting

Indonesia, GDP perkapita Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, harga

ekspor kepiting Kanada, dan dummy krisis ekonomi. Hasil analisis yang diperoleh

menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model

berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kepiting Indonesia dan mampu

menjelaskan sebesar 84,8% keragaman pada model tersebut. Lebih jauh lagi,

penelitian tersebut juga menunjukkan tingkt keelastisitasan permintaan ekspor

kepiting Indonesia terhadap variabel-variabel tersebut. Dalam hal elastisitas

permintaannya, ekspor kepiting Indonesia hanya elastis terhadap perubahan

(meningkat atau menurun) dua variabel bebas saja yakni GDP perkapita dan jumlah

penduduk Amerika Serikat. Permintaan ekspor kepiting Indonesia cenderung tidak

terlalu responsif (inelastis) terhadap perubahan pada variabel bebas lainnya yang

terdapat di dalam model tersebut. Lubis dan Rahmawati (2010) melakukan studi

mengenai dampak China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) terhadap

perdagangan di sektor perikanan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari

masa Early Harvest Program (2006) hingga tahun 2010 tidak terjadi adanya

perubahan yang berarti pada struktur perdagangan perikanan antara Indonesia dengan

RRC, namun terjadi penurunan daya saing komoditas perikanan Indonesia terhadap

produk dari RRC. Hal tersebut diakibatkan oleh lebih siapnya RRC dalam

menyongsong perdagangan bebas dengan meningkatkan kualitas dan efisiensi

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

produksinya melalui perbaikan infrastruktur, teknologi produksi, serta efisiensi

tenaga kerja yang tinggi.

2.2 Kajian Empiris Mengenai Aliran Perdagangan

Hasil dari beberapa studi empiris mengenai aliran perdagangan menunjukkan

bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aliran perdagangan suatu

komoditi. Studi-studi empiris tersebut juga menunjukkan bahwa setiap komoditi

memiliki faktor-faktor yang berbeda dalam mempengaruhi aliran perdagangan suatu

negara.

Studi empiris terdahulu menunjukkan bahwa Gross Domestic Product (GDP)

atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara berpengaruh positif terhadap ekspor

(Setyo (2009) dan Kartikasari (2008)). GDP menggambarkan keadaan perekonomian

suatu negara. GDP merupakan ukuran ekonomi suatu negara yang menggambarkan

kemampuan suatu negara di dalam memproduksi suatu barang atau jasa pada periode

ekonomi tertentu. Selain itu GDP juga menggambarkan jumlah pendapatan

masyarakat suatu negara yang secara tidak langsung mencerminkan kemampuan daya

beli masyarakat di negara tersebut terhadap suatu barang konsumsi. Apabila suatu

negara memiliki tingkat GDP yang tinggi, maka negara tersebut akan memiliki

kemampuan yang semakin besar dalam menyerap barang-barang yang

diperdagangkan di pasar Internasional. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya

GDP suatu negara akan meningkatkan volume ekspor ke negara tersebut.

Populasi negara tujuan ekspor berpengaruh positif dan nyata terhadap

besarnya ekspor dan Kartikasari (2008)). Semakin besar populasi negara tujuan maka

akan menyebabkan besarnya permintaan domestik akan suatu produk di negara

tujuan, dengan demikian apabila kebutuhan dalam negeri tidak terpenuhi maka negara

tersebut harus mengimpor kekurangan permintaan domestiknya dari negara lain yang

menjadi mitra dagangnya. Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk suatu negara

diharapkan dapat meningkatkan permintaan komoditi ekspor, maka jumlah komoditi

yang diperdagangkan di antara dua atau beberapa negara semakin besar. Sedangkan

menurut hasil studi Setyo (2009), bertambahnya populasi negara tujuan berpengaruh

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

positif namun tidak signifikan terhadap permintaan ekspor. Hal tersebut disebabkan

oleh sifat komoditas manggis yang memiliki banyak produk substitusi dan tidak

dikonsumsi oleh hampir seluruh individu suatu populasi layaknya panganan pokok.

Harga komoditi di negara tujuan berpengaruh negatif dan nyata terhadap

besarnya ekspor (Hadianto (2010) dan Kartikasari (2008)). Semakin tingginya harga

komoditi di negara tujuan akan menurunkan besarnya ekspor komoditi ke negara

tujuan. Kenaikan harga komoditi pengekspor di negara tujuan merupakan kenaikan

harga impor bagi negara tujuan. Hal ini dapat mengakibabtkan berkurangnya

konsumsi dari negara importir akan komoditas tersebut. Meningkatnya harga

komoditas di Negara tujuan juga dapat mengakibatkan beralihnya permintaan negara

pengimpor kepada negara lain yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau kepada

produsen lain yang memiliki harga ekspor sama namun dengan kualitas yang lebih

baik.

Jarak suatu negara terhadap negara tujuan ekspor berpengaruh negatif dan

nyata terhadap besarnya ekspor (Setyo (2009) dan Hadianto (2010)). Semakin besar

jarak antar kedua negara maka akan mengurangi besarnya volume ekspor ke Negara

tujuan. Pengaruh jarak pada volume ekspor perdagangan digambarkan oleh besar

kecilnya biaya transportasi. Semakin jauh jarak antar negara, maka semakin besar

pula biaya transportasi yang harus dikeluarkan sehingga volume ekspor produk

menjadi semakin rendah.

Nilai tukar mata uang negara terhadap negara tujuan berpengaruh positif

terhadap besarnya ekspor (Kartikasari (2008)). Terdepresiasinya mata uang negara

pengekspor akan mengakibatkan terapresiasinya mata uang negara tujuan. Akibatnya,

harga ekspor di pasar internasional menjadi relatif lebih murah sehingga negara

tujuan akan lebih banyak melakukan impor.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari temuan studi-studi

yang telah dilakukan, aliran perdagangan komoditi antara dua negara atau lebih dapat

digambarkan oleh gravity model. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi besarnya ekspor suatu komoditi ke negara-negara tujuan

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

ekspor. Lingkup penelitian kali ini akan difokuskan pada komoditas kepiting pada

sembilan negara tujuan ekspor kepiting Indonesia.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap aliran perdagangan ekspor

suatu komoditi secara umum adalah Gross Domestic Product (GDP) negara asal

ekspor, Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan,

jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga komoditi Indonesia di

negara tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap mata uang negara

pengekspor. Pengolahan kuantitatif untuk data panel dengan menggunakan analisis

regresi panel data dengan menggunakan gravity model dengan persamaan kuadrat

terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

2.3 Kajian Empiris Mengenai Gravity Model

Gravity model merupakan model yang menjelaskan hubungan antara jumlah

volume produk yang diperdagangkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Gravity model sering digunakan dalam berbagai penelitian tentang analisis aliran

perdagangan karena relatif sederhana dan mampu menyajikan analisis perdagangan

yang lebih empiris. Penelitian dengan menggunakan model regresi berganda dengan

metode gravity model dilakukan oleh Yuliandar (2011) yang meneliti tentang analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh hitam Indonesia. Data yang digunakan

adalah data panel yang merupakan gabungan data cross section dan data time series.

Variabel-variabel bebas yang digunakan adalah GDP Indonesia, GDP negara tujuan

ekspor, populasi negara tujuan ekspor, harga komoditas di negara tujuan ekspor, jarak

antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar mata uang

negara tujuan terhadap rupiah.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama

variabelvariabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume

ekspor teh hitam Indonesia ke negara-negara tujuan. Variabel bebas yang

berpengaruh positif terhadap ekspor teh hitam Indonesia adalah GDP negara tujuan

ekspor, populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

rupiah. Variabel yang memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor teh hitam Indonesia

adalah GDP Indonesia, harga teh hitam Indonesia di negara tujuan, dan jarak

Indonesia dengan negara tujuan. GDP negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan,

harga teh hitam Indonesia di negara tujuan, jarak Indonesia dengan negara tujuan dan

nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah signifikan dengan pengujian

statistik-t pada taraf nyata satu persen.

2.4 Kajian Empiris Mengenai Nilai Potensial Perdagangan

Nilai potensial perdagangan merupakan rasio antara nilai perdagangan aktual

dengan nilai prediksi perdagangannya. Yuniarti (2008) dalam penelitiannya tentang

potensi perdagangan Indonesia menyatakan bahwa nilai potensial perdagangan

berguna untuk menganalisis tujuan perdagangan di masa yang akan datang. Penelitian

yang menggunakan gravity model dengan teknik OLS tersebut menunjukkan bahwa

variabel bebas yang berpengaruh adalah pendapatan total, jarak, kesamaan ukuran

perekonomian, dummy keanggotaan APEC, dummy koloni mitra dagang. Sedangkan

populasi, dummy perbedaan faktor endowment, keanggotaan dalam AFTA, dummy

bahasa, dan dummy batas negara tidak berpengaruh terhadap perdagangan bilateral

dengan Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa negara-

negara seperti Kongo, Uzbekistan, dan Turkmenistan memiliki potensi terbesar dari

32 negara yang diteliti dengan potensi perdagangan lebih dari dua puluh kali

perdagangan aktualnya. Selain itu, dari 11 negara mitra dagang utama, hanya Jepang

dan RRC yang masih menunjukkan kemungkinan penambahan perdagangan karena

nilai potensial perdagangannya yang masih kurang dari satu. Hal tersebut

menunjukkan bahwa telah terjadi kejenuhan pasar akibat kelebihan perdagangan

(overtrade) pada negara-negara mitra dagang utama dan perlu adanya pengalihan

ataupun ekspansi ke negara-negara lain yang masih kekurangan perdagangan

(undertrade).

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses

yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditas antar negara. Menurut Lindert

dan Kindleberger (1995) perdagangaan internasional terjadi karena adanya interaksi

antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan

penawaran (supply) yang terjadi merupakan hasil interaksi dari kemungkinan

produksi dan preferensi konsumen. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang

dapat dihasilkan secara lebih efisien dan mengimpor komoditas yang lebih mahal

dalam penggunaan sumber daya.

Lahirnya teori perdagangan internasional dimulai dengan munculnya tulisan-

tulisan mengenai perdagangan internasional di beberapa negara seperti Inggris,

Perancis, Spanyol, Portugal, dan Belanda. Pada abad ke-17 hingga abad ke-18,

sekelompok orang (para pedagang, bankir, pegawai pemerintah, bahkan fislsuf) telah

menulis esai dan pamflet yang kemudian menjadi dasar dari doktrin merkantilisme.

Secara singkat, paham ini berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara

untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan menghasilkan surplus ekspor sebesar-

besarnya (melakukan sebanyak mungkin ekspor dan melakukan impor sesedikit

mungkin). Namun, karena setiap negara tidak secara simultan mampu menghasilkan

surplus ekspor, maka keuntungan perdagangan bagi penganut paham merkantilisme

hanya dapat diperoleh dengan mengorbankan negara lain (zero sum game). Pada

akhir abad ke-18, pandangan tersebut digantikan oleh beberapa teori-teori yang

cenderung mendukung perdagangan bebas seperti teori Adam Smith tentang

(Keunggulan Absolut), David Ricardo (Keunggulan Komparatif) dan Haberler (Biaya

Oportunitas) yang menyatakan bahwa kepentingan suatu bangsa dan kepentingan

dunia akan lebih baik bila dilayani apabila setiap individu dibiarkan melakukan

perdagangan seperti yang mereka inginkan. (Salvatore, 1997).

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Teori Adam Smith tentang keunggulan absolut merupakan suatu teori yang

mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal

dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti

bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai

suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk

menghasilkan barang. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka akan

semakin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of Value).

Kelebihan dari asumsi teori keunggulan absolut ini adalah terjadinya

perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang

berbeda akan menyebabkan terjadinya interaksi ekspor dan impor yang akan

meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara

yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi

karena tidak ada keuntungan.

Pada tahun 1817, David Ricardo memperkenalkan teori keunggulan

komparatif (comparative advantage) yang hingga kini merupakan salah satu teori

yang paling penting dalam hukum perdagangan internasional dan merupakan hukum

ekonomi yang belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dan prakteknya.

Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut

dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara

lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi selama

harga komparatif di kedua negara berbeda walaupun salah satu negara tidak

mempunyai keunggulan absolut. Ricardo berpendapat bahwa setiap negara lebih baik

berspesialisasi dalam komoditi-komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan

mengimpor komoditi-komoditi lainnya yang tidak memiliki keunggulan tersebut.

Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional tetap dapat saling

menguntungkan meskipun salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut atas

suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki

keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu

dengan yang lainnya relatif berbeda.

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Teori keunggulan komparatif milik David Ricardo yang berdasarkan pada

teori nilai tenaga kerja kemudian disempurnakan oleh Habeler dengan teori biaya

oportunitas. Teori nilai tenaga kerja ini dinilai terlalu menyederhanakan sebab teori

ini beranggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen dan merupakan satu-

satunya faktor produksi. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja sifatnya tidak

homogen, faktor produksi juga tidak hanya satu, serta mobilitas tenaga kerja tidak

bebas. Teori biaya oportunitas oleh Habeler tidak mengasumsikan bahwa tenaga kerja

adalah satu-satunya faktor produksi dan homogen. Keunggulan komparatif pada teori

ini diterangkan dengan jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk

memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi tambahan satu unit

komoditi pertama.

Teori selanjutnya adalah teori modern Heckscher-Ohlin atau teori H-O. Teori

ini menyatakan bahwa Faktor yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan

internasional pada dasarnya adalah manfaat yang diperoleh karena perbedaan biaya

produksi. Perbedaan ini terjadi karena adanya endowment faktor (faktor bawaan

alam) sehingga mendorong masing-masing negara menjadi spesialis dari proporsi

penggunaan faktor-faktor produksi dari hadiah alam tersebut. Heckser-Ohlin dalam

teori yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan internasional menyatakan bahwa

sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap

faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu

yang bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya

memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut (Salvatore,

1997).

3.1.2 Analisis Keseimbangan Parsial

Analisis keseimbangan parsial adalah analisis yang menggunakan kurva

permintaan dan kurva penawaran untuk satu komoditas tertentu sedangkan analisis

keseimbangan umum merupakan analisis yang melibatkan dua atau lebih komoditas

dan menggunakan kurva tawar-menawar (offer curves) untuk analisis dua komoditas.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Gambar 1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional

Sumber : Salvatore (1997)

Gambar 1 menunjukkan proses terjadinya keseimbangan dalam perdagangan

internasional. Pada kondisi autarki (tidak ada pengaruh dari negara lain), kurva 1

menunjukkan keseimbangan negara I berada di titik A dengan harga keseimbangan

tersebut sebesar P1 dan pada kurva negara II, titik keseimbangan terjadi di titik A’

dengan tingkat harga P3. kondisi ini terjadi dengan asumsi bahwa harga domestik di

negara I lebih rendah dibanding dengan harga di negara II (PA < PA’). Pada kondisi

harga di atas PA, di negara I mengalami peningkatan penawaran dan berada di atas

tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran

suatu komoditas (excess supply) di negara I. Sementara, bila harga berada di bawah

PA’ maka negara II akan mengalami kenaikan tingkat permintaan karena konsumen

akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih rendah. Hal tersebut

mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran (excess demand) di negara II.

3.1.3 Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk

berdasarkan kinerja hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis

terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan,

model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan

perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah sukses secara

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar negara. Menurut model

ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-

masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara

(Bergstrand, 1985).

Pertama kali gravity model digunakan dalam analisis perdagangan

internasioanal oleh Tinbergen (1962) dan Ponyohen (1963) untuk menganalisis aliran

perdagangan antara negara-negara Eropa. Selanjutnya Bergstrand (1985) menerapkan

persamaan gravitasi dari perkembangan model perdagangan dunia. Tidak hanya

digunakan untuk menganalisis perdagangan secara agregat, gravity model juga

diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas.

Gravity model menyajikan suatu analisis yang lebih empiris dari pola

perdagangan dibandingkan model yang lebih teoritis. Model ini pada bentuk

dasarnya, menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi

antar negara dalam ukuran ekonominya seperti Produk Domestik Bruto (GDP).

Sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu ”interaksi

antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan

jarak masing-masing”.

Dengan F adalah volume ekspor, M adalah ukuran ekonomi untuk kedua

negara, D adalah jarak antara kedua negara, dan G adalah konstanta. Dengan

menggunakan logaritma, persamaan di atas diubah ke dalam bentuk linier untuk

analisis ekonometrik menjadi:

Log (Aliran perdagangan bilateral) = a + ß1 Log (GDP negara 1) + ß2 Log (GDP

negara 2) + ß3 Log (Jarak) + e

(Konstanta G menjadi bagian dari a)

Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut:

Log Xij = ß0 + ß1 log Yi + ß2 log Yj + ß3 log Dij + eij

Keterangan :

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Xij = Volume komoditi yang diperdagangkan dari negara i ke negara j

Yi = GDP/PDB negara i

Yj = GDP/PDB negara j

Dij = Jarak antara negara i dengan negara j

eij = Random error

β0 = Konstanta (intersep)

β0 = Parameter yang diduga, n = 1, 2 ,..., 5

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka variabel yang akan

digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan

ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan ekspor adalah GDP (per kapita) negara

asal ekspor, GDP (per kapita) negara tujuan ekspor yang mewakili pendapatan dan

jumlah industri, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan, harga kepiting

Indonesia di negara tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap

nilai tukar negara asal ekspor.

Dengan demikian persamaan gravity model aliran perdagangan ekspor

kepiting Indonesia dapat dinyatakan sebagai berikut :

Xij = β0Yi β1

Yj β2

Nj β3

Pj β4

Dij β5

ERij β6

εij

Keterangan :

Xij = Volume ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan (kg)

GDPi = GDP/PDB per kapita negara Indonesia (US$)

GDPj = GDP/PDB per kapita negara tujuan ekspor (US$)

Pj = Harga kepiting Indonesia di negara tujuan (US$/kg)

Dij = Jarak antara negara Indonesia dan negara tujuan (km)

ERij = Nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap nilai tukar

negara asal ekspor (domestik/Rp)

εij = Random error

β0 = Konstanta (intersep)

βn = Parameter yang diduga, n = 1, 2 ,..., 6

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Pada penerapannya dalam perdagangan antar negara, bentuk model ini

disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model untuk

aliran perdagangan bilateral yaitu:

1. Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor (Yi dan Yj)

2. Variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor (Xij).

3. Variabel yang mewakili pendukung atau penghambat aliran perdagangan (Dij dan

Pj).

Berdasarkan hasil studi tinjauan terdahulu dari beberapa penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan, maka variabel-variabel yang akan digunakan

dalam gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia adalah Produk Domestik

Bruto (GDP) per kapita Indonesia, Produk Domestik Bruto (GDP) per kapita negara

tujuan, harga komoditas kepiting di negara tujuan, jarak antara negara Indonesia

dengan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap

nilai tukar rupiah.

A. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) sering dianggap

sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian suatu negara. GDP menyatakan

pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa

(Mankiw, 2003). Gross Domestic Product (GDP) sebagai salah satu variabel utama

dalam analisis aliran perdagangan gravity model menunjukkan besarnya kemampuan

perekonomian suatu negara.

GDP per kapita merupakan nilai total GDP yang telah dibagi dengan jumlah

penduduk. Nilai GDP per kapita umumnya digunakan untuk menilai penghasilan dan

daya beli rata-rata dari penduduk di negara tersebut. GDP per kapita suatu negara

juga mengindikasikan kapasitas rata-rata penduduk untuk memproduksi komoditi

ekspor negara tersebut. Oleh sebab itu, GDP per kapita negara produsen dan GDP per

kapita negara tujuan ekspor akan mempengaruhi volume perdagangan. Bagi negara

pengimpor, peningkatan GDP dapat dilihat sebagai peningkatan daya beli rata-rata

masyarakatnya. Semakin besar daya beli tentunya akan meningkatkan jumlah

permintaan di negara tersebut yang akan mendorongnya untuk melakukan impor.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Sedangkan bagi negara pengekspor, peningkatan GDP per kapita di negara

tersebut justru akan mengurangi volume ekspornya. Seperti yang kita ketahui

sebekumnya, semakin meningkatnya GDP per kapita di suatu negara

mengindikasikan adanya kenaikan daya beli masyarakatnya dan berimplikasi pada

meningkatnya permintaan di negara tersebut sehingga mengurangi volume komoditas

yang akan diekspor.

B. Harga Komoditas

Harga komoditas merupakan salah satu faktor penentu bagi sebuah negara

sebelum melakukan perdagangan. Harga merupakan refleksi dari keunggulan

komparatif yang dimiliki oleh kedua negara dan menjadi dasar untuk melakukan

perdagangan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Semakin besar selisih

antara harga di pasar domestik dengan harga di pasar internasional akan mendorong

negara pengekspor untuk melakukan ekspor. Sebaliknya bagi negara pengimpor,

harga komoditas memiliki korelasi negatif dengan jumlah komoditas yang akan

diimpor olehnya. Semakin tinggi harga suatu komoditas maka akan semakin sedikit

pula permintaan komoditasnya dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu

komoditas maka akan semakin banyak pula komoditas yang akan diminta.

C. Jarak antara Indonesia dengan Negara Tujuan

Variabel jarak merupakan salah satu variabel utama di dalam analisis aliran

perdagangan gravity model yang merupakan variabel asli dari persamaan gravitasi

Newton. Variabel jarak merupakan indikasi adanya biaya transportasi di dalam

melakukan suatu perdagangan. Jarak dari titik produksi ke titik konsumsi atau dari

negara pengekspor ke negara pengimpor cenderung sama atau konstan dari waktu ke

waktu, namun yang membedakannya adalah biaya transportasi. Oleh sebab itu, dalam

penelitian kali ini, variabel jarak sebagai proksi dari biaya transportasi merupakan

hasil dari pengalian jumlah jarak dengan harga minyak dunia pada tahun tersebut. Hal

ini bertujuan agar variabel jarak menjadi dinamis terhadap perubahan waktu. Adanya

biaya transportasi akan dibebankan langsung kepada produk yang diperdagangkan

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

melalui kenaikan ataupun peningkatan harga pada negara importir. Semakin besar

biaya transportasi yang dikeluarkan maka akan berdampak pada penurunan dalam

produksi yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan volume perdagangan.

D. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan terhadap Rupiah

Nilai tukar perdagangan suatu negara merupakan rasio antara harga komoditi

ekspor suatu negara terhadap harga komoditi impornya. Kurs (exchange rate) antara

dua negara adalah harga dimana kedua negara saling melakukan perdagangan.

Kondisi penawaran dan permintaan pada keseimbangan parsial aliran perdagangan

juga turut mempengaruhi nilai tukar perdagangan dan volume perdagangan. Ketika

permintaan dan penawaran pada keseimbangan parsial mengalami perubahan maka

kurva keseimbangan parsial akan mengalami pergeseran dan pergeseran kurva

tersebut dapat merubah nilai tukar dan volume perdagangan negara bersangkutan.

Nilai tukar perdagangan mengacu pada nilai tukar perdagangan komoditi

(commodity term of trade). Peningkatan ataupun perbaikan nilai tukar perdagangan

yang dilakukan oleh negara bersangkutan akan menguntungkan bagi negara itu

sendiri. Hal ini disebabkan oleh harga yang diperoleh dari harga ekspornya akan lebih

tinggi dan meningkat secara relatif terhadap harga barang ataupun komoditi yang

harus dibayarkan untuk mendapatkan produk atau komoditi impor. Nilai tukar juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan internasional.

Tinggi rendahnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain akan

mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara.

Dari sisi permintaan, kondisi dimana terapresiasinya mata uang domestik

negara tujuan ekspor terhadap mata uang negara asal ekspor mengakibatkan harga

suatu komoditi di luar negeri atau di pasar internasional relatif lebih murah

dibandingkan harga komoditi domestik yang relatif lebih mahal. Sehingga hal ini

membawa implikasi terdorongnya penduduk domestik untuk membeli produk impor.

Tentunya hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan volume impor dari negara

tujuan ekspor. Sementara untuk sisi penawaran, kondisi dimana terdepresiasinya mata

uang domestik negara pengekspor, dalam hal ini Indonesia yaitu rupiah terhadap mata

uang negara importir akan menyebabkan harga komoditi di pasar internasional

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

menjadi lebih murah dan mendorong terjadinya peningkatan jumlah penawaran

ekspor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan nilai tukar (depresiasi)

menyebabkan terjadinya peningkatan ekspor sedangkan kenaikan nilai tukar

(apresiasi) akan menyebabkan penurunan ekspor.

3.1.4 Model Regresi Panel Data

Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time series,

jumlah pengamatan yang diamati menjadi banyak sehingga model yang

menggunakan data ini menjadi lebih kompleks (parameternya banyak). Oleh karena

itu diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatasi model yang menggunakan data

panel (Nachrowi dan Usman, 2006).

1) Model Pooled Least Square

Menurut Nachrowi dan Usman (2006), teknik yang dapat digunakan untuk

mengestimasi parameter model dengan data panel adalah Pooled Least Square.

Model ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data

panel. Model pooled didapatkan dengan cara mengkombinasikan atau mengumpulkan

semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan

metode OLS (Ordinary Least Square). Misalkan terdapat persamaan seperti di bawah

ini :

Yit = α + βXit + εit

Dimana :

Yit = variabel terikat

Xit = variabel bebas

α = intersep

β = slope

i = individu ke-i

t = periode waktu ke-t

ε = error

2) Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik

antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan

data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi dalam pendekatan model

kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model

efek tetap (fixed effect).

Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan

mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan

perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk

memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel

dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary

Least Square) yaitu:

Yit = αi + βjXit + εit

Dimana :

Yit = variabel terikat

Xit = variabel bebas

αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i

βj = parameter untuk variabel ke-j

i = individu ke-i

t = periode waktu ke-t

ε = error

3) Model Efek Acak (Random Effect)

Pada model efek tetap perbedaan antar individu dan atau waktu dicerminkan

pada intercept. Lain halnya dengan model efek acak, perbedaan tersebut dicerminkan

dengan error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mempunyai

kemungkinan berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Bentuk model efek

acak ini yaitu :

Yit = α1t + αi + βjXjit + εit

Dimana :

Yit = variabel terikat

Xit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

α1t = α1 + εit , dengan nilai intersep yang akan beredar antar individu

cross section i akibat random error (εit) antar individu tersebut

βj = parameter untuk variabel ke-j

i = individu ke-i

t = periode waktu ke-t

ε = error

3.1.5 Nilai Potensial Perdagangan

Pada dasarnya setiap negara tujuan ekspor memiliki kemampuan menyerap

produk yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran pasar

di masing-masing negara tersebut. Nilai potensial perdagangan (PP) merupakan nilai

yang menggambarkan kecenderungan bilateral suatu negara dalam melakukan

perdagangan suatu komoditas dengan negara mitra dagangnya. Penghitungan nilai

potensial perdagangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

PP

Dimana :

PP : Nilai Potensial Perdagangan

A : Nilai Aktual Perdagangan

P : Nilai Potensial Perdagangan

Apabila nilai potensial perdagangan yang diperoleh lebih besar daripada 1,

maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan antara negara pengimpor dan

pengekspor tersebut telah melebihi potensi pasarnya (over trade). Terjadinya Over

trade menandakan bahwa pasar di negara tersebut telah jenuh dan akan

mengakibatkan kecenderungan negara pengimpor untuk mengurangi volume

perdagangan dengan negara pengekspor tersebut. Sebaliknya apabila nilai potensial

perdagangannya kurang dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan antar

negara pengimpor dan pengekspor tersebut masih kurang dari potensi pasarnya

(under trade) dan negara pengimpor akan cenderung untuk menambah volume

perdagangannya dengan negara mitra dagangnya tersebut.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kepiting merupakan salah satu komoditas yang berpotensi menjadi komoditas

unggulan nasional sektor perikanan selain udang dan tuna di pasar ekspor. Potensi

Indonesia sebagai salah satu negara produsen kepiting terbesar serta terus

meningkatnya konsumsi per kapita dunia mendorong pemerintah untuk terus

mengembangkan produksi komoditas ini. Total produksi kepiting nasional yang

berasal dari hasil tangkap dan budidaya juga terus menunjukkan peningkatan. Namun

perkembangan volume dan nilai ekspor kepiting Indonesia berfluktuasi dari tahun ke

tahun. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ditimbulkan oleh negara

Indonesia sebagai pengekspor maupun oleh negara tujuan ekspor kepiting Indonesia.

Negara-negara tujuan ekspor kepiting Indonesia pada dasarnya memiliki

karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini

dapat dilihat dari faktor ekonomi dan faktor non ekonominya. Faktor ekonomi terdiri

dari GDP per kapita negara tujuan GDP merupakan ukuran ekonomi suatu negara.

Hal ini dapat terlihat baik dari negara pengekspor maupun pengimpor. Perubahan

pada pendapatan masyarakat akan berpengaruh pada permintaan suatu komoditi. Jika

GDP naik, maka permintaan terhadap suatu komoditi akan bertambah (Lipsey et al.

1995).

Faktor non ekonomi diwakili oleh jarak antara negara Indonesia dengan

negara tujuan. Jarak sebagai suatu variabel aliran perdagangan bilateral, bertindak

sebagai suatu wakil untuk biaya transportasi. Jarak antar negara yang semakin jauh

akan meningkatkan biaya-biaya transportasi dan mengurangi volume perdagangan.

Variabel jarak adalah suatu faktor perlawanan perdagangan yang menghadirkan

penghalang perdagangan seperti biaya pengangkutan dan waktu. Jarak yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jarak antara negara Indonesia dengan negara

tujuan ekspor kepiting yang merupakan cerminan dari biaya transportasi.

Untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi ekspor kepiting

Indonesia, maka perlu dilakukan analisis terhadap variabel yang diduga

mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia. Pendugaan dilakukan dengan

menggunakan persamaan regresi data panel (cross section dan time series) yang

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

menyertakan faktor gravity dalam bentuk persamaan logritma natural. Hasil estimasi

yang dipilih adalah persamaan regresi yang memiliki R2 tertinggi dan memenuhi

pengujian asumsi model dan uji hipotesis.

Penelitian ini juga akan menilai potensi perdagangan kepiting Indonesia di

negara-negara tujuan ekspornya. Hal tersebut dapat diketahui dengan menghitung

nilai potensial perdagangan komoditas kepiting antara Indonesia dengan negara-

negara tujuan ekspornya. Nilai potensial perdagangan diperoleh dari rasio antara

nilai potensial dengan nilai aktual perdagangan yang merupakan hasil dari

pengolahan data dengan gravity model yang sebelumnya telah dilakukan.

Secara umum, penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor (variabel) yang

mempengaruhi ekspor kepiting ke berbagai negara tujuan ekspor serta potensi

perdagangan kepiting Indonesia dengan negara tujuan ekspornya. hasil pengamatan

ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya

meningkatkan volume dan pangsa pasar kepiting Indonesia. Bagan kerangka

pemikiran operasional aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia dapat dilihat

pada Gambar 2.

Dalam penelitian ini digunakan tujuh negara tujuan ekspor kepiting Indonesia

sebagai pembentuk model regresi dengan data cross section pada tahun 2001-2010

yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang secara

signifikan mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia ke tujuh negara tujuan utama

yaitu Singapura, Malaysia, RRC, Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan Korea

Selatan. Ketujuh negara tersebut dipilih karena volume ekspor ke negara-negara

tersebut merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 2001 hingga 2010. Hasil yang

diperoleh melalui analisis kuantitatif tersebut diharapkan dapat digunakan untuk

menganalisis potensi ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuannya.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Nilai potensi perdagangan kepiting antara

Indonesia dengan negara-negara tujuan ekspor

Peluang pertumbuhan pasar ekspor dengan adanya peningkatan

pada jumlah produksi domestik dan konsumsi kepiting dunia

produksi domestic kepiting

Fluktuasi volume ekspor kepiting

Indonesia ke negara tujuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting

Indonesia :

1. GDP per kapita Indonesia

2. GDP per kapita negara tujuan ekspor

3. Harga kepiting Indonesia di negara tujuan

4. Jarak Indonesia ke negara tujuan

5. Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap

rupiah

Nilai prediksi perdagangan

dari estimasi gravity model

Nilai aktual perdagangan dari

estimasi gravity model

Indonesia sebagai salah satu produsen

utama komoditas kepiting

Gravity Model

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan

masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Kegiatan pengumpulan data

dilakukan di BPS pusat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di

Jakarta. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu dimulai dari

November 2011 sampai dengan Februari 2012. Data yang digunakan pada penelitian

ini adalah data sekunder dengan ruang lingkup nasional dan internasional. Data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data panel, yaitu

data gabungan antara data deret waktu (time series) dan data satu waktu (cross

section).

Data deret waktu meliputi data time series selama sepuluh tahun (2001-2010).

Data satu waktu atau data cross section adalah pengamatan yang dilakukan pada satu

titik waktu atau periode waktu yang sama. Pengamatan data untuk data cross section

dilakukan pada tujuh negara tujuan ekspor kepiting Indonesia, yaitu Amerika Serikat,

Singapura, Malaysia, Jepang, RRC, Belanda, dan Korea Selatan. Baik data time

series ataupun data cross section yang diambil meliputi variabel-variabel yang

digunakan pada penelitian ini yaitu, variabel GDP per capita Indonesia, GDP per

capita negara tujuan, jumlah penduduk negara tujuan, jarak Indonesia dengan negara

tujuan, harga kepiting Indonesia di negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara

tujuan terhadap rupiah.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data ekspor kepiting segar atau unfrozen

crabs dengan kode Harmonized System tahun 2007 (HS2007) 030624000. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data pooled (panel) lima variabel bebas dari

tujuh negara pengimpor kepiting Indonesia sepanjang tahun 2001 hingga tahun 2010.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi

terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Biro Pusat Statistik

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

(BPS) Pusat serta melalui penelusuran internet (Uncomtrade, Indexmundi, Oanda,

dan Searates). Adapun data-data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia tercantum dalam Tabel

7.

Tabel 7. Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian

Variabel Satuan Simbol Sumber

Volume ekspor kepiting Indonesia ke negara

tujuan Kg Xij BPS, Uncomtrade

Gross Domestic Product (GDP) per kapita

Indonesia US$ Yi Indexmundi

Gross Domestic Product (GDP) per kapita

negara tujuan US$ Yj Indexmundi

Harga ekspor kepiting Indonesia US$/kg Pj BPS, Uncomtrade

Jarak Indonesia dengan negara tujuan ekspor

(Biaya Transportasi) US$ Dij Searates

Nilai tukar (exchange rate) Domestic

Currency/Rp Erij Oanda

4.3 Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode

kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum agribisnis

kepiting Indonesia serta menginterpretasikan hasil output pada pengolahan

kuantitatif, sehingga diketahui maksud dan hasil dari pengolahan data secara

kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi data panel

dengan menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia.

Selanjutnya nilai potensial perdagangan dapat diperoleh dengan membagi nilai aktual

perdagangan dengan nilai potensial yang diperoleh dari hasil pengolahan data panel

untuk mengetahui potensi perdagangan yang berlangsung antara Indonesia dengan

negara mitra dagangnya.

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel

2007 dan program Eviews 7, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.

Pemilihan alat pengolahan dilakukan atas dasar kemudahan dan kemampuannya

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

dalam mengolah data. Karena mengkombinasikan data cross section dan time series

maka panel data memiliki beberapa keunggulan, antara lain (Gujarati, 2004) :

1) Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat

diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.

2) Mampu mengontrol heterogenitas individu.

3) Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta

meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.

4) Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjustment karena

terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.

5) Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks.

4.4 Perumusan Model

Perumusan model merupakan langkah pertama dan yang paling penting harus

dilakukan dalam mempelajari hubungan antara variabel-variabel. Model digunakan

untuk memilih hubungan variabel-variabel dalam bentuk matematika dimana suatu

perumusan ekonomi dipenuhi secara empirik. Aliran perdagangan komoditi pada

penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan gravity model. Faktor-faktor yang

digunakan untuk menganalisis ekspor kepiting Indonesia adalah GDP per capita

Indonesia, GDP per capita negara tujuan ekspor, harga kepiting Indonesia di negara

tujuan ekspor, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, dan nilai

tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah.

Analisis yang digunakan adalah regresi panel data dengan model logaritma

natural. Transformasi model dalam bentuk log dapat mengurangi masalah

heteroskedastisitas, hal ini disebabkan karena transformasi yang memampatkan skala

untuk pengukuran variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat

menjadi perbedaan dua kali lipat (Gujarati 1997). Dugaan persamaan aliran

perdagangan ekspor kepiting Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut :

LnXijt = β0 + β1 lnYit +β2 lnYjt + β3 lnPijt + β4 lnDijt + β5 lnERijt + εijt

Dimana :

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Xijt = Volume ekspor komoditas ke negara tujuan (ton)

Yit = GDP per capita Indonesia (milyar US$)

Yjt = GDP per capita negara tujuan ekspor (milyar US$)

Pijt = Harga komoditas di negara tujuan ekspor (US$/kg)

Dijt = Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor (Km)

ERijt = Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah (domestik/Rp)

εijt = random error

β0 = konstanta (intercept)

βn = parameter yang diduga (n = 1,2, ... ,6)

4.5. Pengujian Kesesuaian Model

Pada analisis model dengan menggunakan data panel, dikenal tiga macam

pendekatan yang terdiri dari Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square),

Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect), dan Pendekatan Efek Acak (Random Effect).

Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara berbagai

pilihan model maka kita perlu menganalisis dugaan model yang kita gunakan

berdasarkan pertimbangan statistik. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan

dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling baik untuk kita pilih,

diantaranya :

4.5.1. Chow test

Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistik merupakan pengujian statistik

yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji

ini yaitu :

H0 : Model Pooled OLS

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan menggunakan

Fstatistik seperti yang dirumuskan :

CHOW

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Dimana :

RRSS : Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)

URRS : Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fixed)

N : Jumlah data Cross Section

T : Jumlah data Time Series

K : Jumlah variabel penjelas

Dimana pengujian ini menggunakan distribusi Fstatistik yaitu FN-1, NT-N-K. Jika

nilai CHOW Statistic (Fstatistik) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel, maka cukup

bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang

digunakan adalah model Fixed Effect, begitu juga sebaliknya jika nilai CHOW

Statistic (Fstatistik) lebih kecil dari Ftabel maka model yang digunakan adalah model

Pooled Least Square.

4.5.2. Hausman Test

Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah kita akan

menggunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini yaitu

:

H0 : Model random effect

H1 : Model fixed effect

Nilai statistik hausman akan dibandingkan dengan nilai Chi square sebagai

dasar dalam menolak H0. Jika nilai χ2–statistik hasil pengujian lebih besar dari χ

2-

tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga

pendekatan yang digunakan adalah fixed effect model dan sebaliknya.

4.5.3. LM Test

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

LM test (The Breusch – Pagan LM Test) digunakan sebagai dasar

pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect dan Pooled Least

Square. Hipotesis dari uji ini yaitu :

H0 : Model Pooled effect

H1 : Model Random effects

Dasar penolakan H0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik

LM dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari χ2-

tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model

yang akan digunakan adalah random effect dan sebaliknya.

Dalam melakukan pengujian estimasi model ada beberapa hal yang perlu

diingat agar dalam pemilihan model dapat dilakukan secara cepat, yaitu dengan

menguji :

a. Random Effect vs Fixed Effect (Hausmann Test)

b. Pooled Least Square vs Fixed Effect (Chow Test)

Strategi yang dilakukan dalam mengambil keputusan dalam memilih sebuah

model yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jika (b) tidak signifikan maka menggunakan Pooled Least Square.

2. Jika (b signifikan namun (a) tidak signifikan maka menggunakan Random Effect

Model.

3. Jika keduanya signifikan maka menggunakan Fixed Effect Model.

4.6 Pengujian Statistik

Pengujian statistik berfungsi untuk mengetahui model dalam penelitian yang

digunakan apakah sudah cukup baik atau belum dalam menjelaskan keragaman yang

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

terdapat pada suatu permasalahan, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu

uji t, uji F, dan koefisien determinasi yang disesuaikan (R-Sq adj).

4.6.1 Uji t

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

koefisien regresi signifikan atau tidak pada suatu taraf tertentu (taraf yang digunakan

peneliti). Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel penjelas atau variabel bebas

secara individu mempunyai pengaruh yang nyata (signifikan) atau tidak berpengaruh

nyata (tidak signifikan) terhadap variabel tak bebas yang terdapat pada suatu model.

Hipotesis

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

Uji Statistik

thitung =

ttabel = tα(n-k)

dimana :

Sd(βi) = Standar deviasi parameter untuk βi

βi = koefisien ke-i yang diduga

n = jumlah pengamatan

k = jumlah parameter

Kriteria Uji

Apabila : thitung > ttabel, maka tolak H0

thitung < ttabel, maka terima H0

Kesimpulan

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Jika tolak hipotesis H0 berarti variabel bebas yang diuji pada model tersebut

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Sebaliknya apabila terima H0

berarti variabel bebas yang diuji pada model tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel tak bebasnya.

4.6.2 Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel penjelas secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas (Nachrowi dan Usman, 2006).

Hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0

H1 : minimal ada satu slope yang tidak sama dengan nol

Uji Statistik

Fhitung =

dimana :

e2 = jumlah kuadrat regresi

(1-e2) = jumlah kuadrat sisa

n = jumlah sampel

k = jumlah parameter

Kriteria Uji

Apabila : Fhitung > Ftabel, maka tolak H0

Fhitung < Ftabel, maka terima H0

Kesimpulan

Jika tolak hipotesis H0 berarti terdapat minimal satu slope yang nilainya tidak

sama dengan 0. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diuji pada

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

model tersebut secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

Sebaliknya apabila terima H0 berarti seluruh slope bernilai 0 sehingga variabel bebas

yang diuji pada model secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata

terhadap variabel tak bebasnya.

4.6.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah suatu ukuran yang menunjukkan

keragaman pada variabel tak bebas (dependen) yang dapat diterangkan pada variasi

model regresi atau menunjukkan besarnya sumbangan dari variabel penjelas terhadap

variabel respon, nilai koefisien determinasi berkisar antara nol hingga satu (0<R2<1)

dimana semakin besar nilai koefisiennya atau mendekati satu maka model yang

dibentuk dapat menjelaskan keragaman dari variabel dependen (model semakin baik),

begitu pula sebaliknya jika nilai koefisien determinasi rendah atau mendekati nol

maka model tersebut kurang dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak

bebasnya. Adapun rumus untuk koefisien determinasi (R2) dapat dilihat di bawah ini :

R2 =

Dimana :

RSS : Jumlah kuadrat regresi (Residual Sum Square)

TSS : Jumlah Kuadrat Total (Total Sum Square)

Selain itu ada pengukuran R2 yang lain yaitu R

2 adjusted yang merupakan

nilai R2 yang telah disesuaikan terhadap banyaknya variabel bebas dan banyaknya

observasi. Rumus R2-adjusted adalah :

R2-adj =1-

Dimana :

R2-adj : koefisien determinasi yang telah disesuaikan

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

k : jumlah variabel bebas

n : jumlah observasi

4.7 Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi dilakukan agar model yang dihasilkan merupakan model

yang efisien, konsisten, serta tidak dilakukan pelanggaran terhadap asumsi-asumsi

mendasar seperti normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi tersebut maka model menjadi tidak

valid.

4.7.1 Uji Normalitas

Salah satu pengujian yang dilakukan dalam persamaan regresi untuk menguji

apakah nilai-nilai dari Y berdistribusi normal pada tiap nilai dari X adalah uji

normalitas. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan metode yang digunakan

untuk menguji kenormalan data adalah metode Kolmogorov Smirnov.

Hipotesis :

H0 : Sebaran Normal

H1 : Sebaran Tidak Normal

Uji Statistik

Dn = max (Fe – F0)

Dimana :

Dn = Nilai Kolmogorov Smirnov hitung

Fe = Frekuensi harapan

F0 = Frekuensi observasi

Kriteria uji

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

KShitung > KStabel atau Pvalue < 5%, maka tolak H0

KShitung < KStabel atau Pvalue > 5%, maka tolak H1

4.7.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan linier antara variabel-variabel bebas

(independen) penyusun model dalam persamaan regresi berganda. Beberapa indikasi

suatu model persamaan regresi mengandung multikolinieritas dapat dilihat pada hasil

estimasi output pada eviews dimana dari nilai R2 yang didapat tinggi (antara 0,7 dan

1) tetapi dalam output tersebut tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan

yang nyata pada taraf uji tertentu dan tanda koefisien dari regresi dugaan banyak yang

tidak sesuai teori. Adapun beberapa cara untuk menghilangkan masalah kolinieritas

dalam suatu model, diantaranya :

1. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya

2. Mengkombinasikan data cross section dengan data time series

3. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi

4. Mentransformasikan data

5. Mendapat tambahan atau data baru

4.7.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi mencerminkan adanya hubungan yang terjadi antara error masa

lalu dengan error saat ini yang dapat menyebabkan parameter menjadi bias sehingga

pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi ada tidaknya

autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari Durbin Watson (DW) statistiknya yang

dibandingkan dengan nilai dari tabel DW. Berikut merupakan kerangka identifikasi

dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi.

Tabel 8. Kerangka Identifikasi Autokorelasi

Nilai Durbin Watson Keterangan

4 – dl < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

4 – du < DW < 4 – dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4 – du Terima H0, tidak ada korelasi serial

du < DW < 2 Terima H0 tidak ada korelasi serial

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif

Sumber : Gujarati (2004)

Korelasi serial terjadi apabila error dari periode waktu yang berbeda saling

berkorelasi. Untuk mendeteksi hal ini yaitu dengan melihat pola random error dari

hasil regresi. Dalam pendekatan fixed effect tidak mensyaratkan persamaan terbebas

dari masalah autokorelasi sehinga asumsi adanya autokorelasi dapat diabaikan.

4.7.4 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model persamaan regresi adalah bahwa ragam sisaan

(εt) sama atau homogen, asumsi ini disebut homoskedastisitas. Sedangkan jika ragam

sisaan tidak konstan atau berubah-ubah maka hal tersebut dinamakan

heteroskedastisitas. Adanya heteroskedastisitas dalam hasil olahan data panel dapat

dilakukan dengan melihat grafik plot residual. Apabila titik-titik pada grafik tersebut

tersebar di atas dan di bawah 0 serta tidak menunjukkan adanya pola tertentu maka

dapat disimpulkan bahwa model tersebut terbebas dari adanya heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat nilai sum square residual nya

apabila model menggunakan metode Generalize Least Square dan pembobotan.

Apabila nilai sum square residual pada weighted statistic lebih kecil daripada nilai

sum square residual pada unweighted statistic nya maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat heteroskedastisitas pada model tersebut.

4.8 Nilai Potensial Perdagangan

Nilai potensial perdagangan (PP) pada penelitian kali ini merupakan rasio

antara nilai aktual perdagangan dengan nilai prediksi dari perdagangan komoditas

kepiting antara Indonesia dengan ketujuh mitra dagangnya. Penghitungan nilai

potensial perdagangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

PP

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Dimana :

PP : Nilai Potensial Perdagangan

A : Nilai Aktual Perdagangan

P : Nilai Prediksi Perdagangan

Adapun nilai A dan P pada persamaan di atas diperoleh dari hasil pengolahan

gravity model. Pada software eviews 7, nilai A dan P diperoleh dengan melihat

actual, fitted, residual table (Lampiran 11). Nilai A merupakan nilai actual per

negara pada akhir periode time series (tahun 2010) pada tabel tersebut, sedangkan

Nilai P adalah nilai fitted tahun 2010 per negara/cross section pada tabel tersebut.

Setelah dimasukkan ke dalam persamaan di atas, maka dapat dilakukan

interpretasi sesuai dengan keterangan berikut :

PP > 1 telah terjadi kelebihan perdagangan atau over trade dengan negara

tersebut

PP < 1 masih terdapat kekurangan perdagangan atau under trade dengan

negara tersebut

Apabila nilai potensial perdagangan yang diperoleh lebih besar daripada 1,

maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan antara negara pengimpor dan

pengekspor tersebut telah melebihi potensi pasarnya (over trade). Terjadinya Over

trade menandakan bahwa pasar di negara tersebut telah jenuh dan akan

mengakibatkan kecenderungan negara pengimpor untuk mengurangi volume

perdagangan dengan negara pengekspor tersebut. Sebaliknya apabila nilai potensial

perdagangannya kurang dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan antar

negara pengimpor dan pengekspor tersebut masih kurang dari potensi pasarnya

(under trade) dan negara pengimpor akan cenderung untuk menambah volume

perdagangannya dengan negara mitra dagangnya tersebut.

4.9 Definisi Operasional

1. Volume permintaan ekspor kepiting Indonesia di negara tujuan ekspor yang

menjadi variabel tak bebas dalam model merupakan total permintaan ekspor

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

kepiting Indonesia di negara tujuan ekspor yang dinyatakan dalam satuan kilogram

(Kg).

2. Gross Domestic Product (GDP) Negara asal ekspor yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan GDP per kapita dari Negara Indonesia yang dinyatakan

dalam satuan Dollar Amerika (US$).

3. Gross Domestic Product (GDP) Negara tujuan yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan GDP per kapita masing-masing negara tujuan ekspor kepiting

Indonesia yang dinyatakan dalam satuan Dollar Amerika (US$).

4. Harga ekspor merupakan harga yang digunakan dalam transaksi perdagangan

internasional. Harga ekspor dinyatakan dalam satuan Dollar Amerika per kilogram

(US$/kg).

5. Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kepiting Indonesia

didefinisikan sebagai jarak antara pelabuhan terbesar di negara Indonesia dengan

pelabuhan terbesar di negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam satuan kilometer

(Km). Jarak merupakan proksi bagi biaya transportasi.

6. Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar negara tujuan tujuan ekspor terhadap

negara asal ekspor yang dinyatakan dalam satuan Importer’s Currency/Rupiah.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

V GAMBARAN UMUM KOMODITAS KEPITING

5.1 Karakteristik Kepiting

Berdasarkan taksonomi, kepiting tergolong ke dalam kelas crustacea karena

tubuhnya yang dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin,

dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Hewan berkaki sepuluh dari infraordo

Brachyura ini memiliki perut (abdomen) yang sama sekali tersembunyi di bawah

dada (thorax). Brachyura sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya mempunyai

“ekor” yang sangat “pendek” (brachy = pendek, ura = ekor). Brachyura mencakup

kepiting, ketam, dan rajungan. Beragam jenis kepiting tersebar di semua samudera

dunia. Ada pula beberapa jenis kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-

wilayah tropis. Kepiting beraneka ragam ukurannya dari ketam kacang, yang

lebarnya hanya beberapa millimeter hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan

rentangan kaki hingga 4 m.

5.2 Kandungan dan Manfaat Kepiting

Kepiting mengandung nutrisi yang penting bagi kesehatan tubuh. Daging

kepiting rendah kandungan lemak jenuh serta merupakan sumber niacin, folate,

pottassium, sumber protein, vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium

yang sangat baik untuk tubuh. Selenium diyakini berperan dalam mencegah kanker,

perusakan kromosom, serta meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan

bakteri (Kasry, 1996).

Fisheries Research and Development Corporation di Australia berpendapat,

bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau terkandung 22 mg Omega-3 (EPA), 58

mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6 (AA) yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan kecerdasan anak. Kandungan asam lemak yang lebih besar dimiliki

oleh rajungan, yaitu sebesar 137 mg Omega-3 (EPA), 90 mg Omega-3 (DHA), dan

86 mg Omega-6 (AA) untuk setiap 100 gram dagingnya.

Selain dagingnya, kulit kepiting juga memiliki nilai komersial. Kulit kepiting

umumnya diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber chitin, chitosan dan

karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan baku obat,

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut memiliki peran sebagai anti

virus, anti bakteri, dan digunakan sebagai obat untuk meringankan serta mengobati

luka bakar. Selain itu, bahan tersebut dapat juga digunakan untuk bahan pengawet

makanan yang murah dan aman.

5.3 Jenis-Jenis Kepiting Komersial di Indonesia

Moosa (1980) menyebutkan bahwa di Indo Pasifik Barat, jenis kepiting dan

rajungan diperkirakan ada 234 jenis, sedangkan di Indonesia terdapat sekitar 124

jenis. Tidak semua jenis kepiting dan rajungan merupakan jenis yang dapat dimakan

(edible crab) karena ukuran tubuhnya yang tidak cukup besar ataupun menimbulkan

keracunan. Di Indonesia, kepiting bakau dan rajungan merupakan jenis kepiting

konsumsi yang mendominasi ekspor komoditas kepiting Indonesia. Kepiting banyak

terdapat di area pesisir dimana terdapat mangrove dan air payau. Habitat kepiting

bakau terdapat di perairan yang memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove menjadi

habitat berbagai jenis organisme yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap

perubahan ekosistem. Kepiting bakau ditemukan di daerah estuari dan kebanyakan

ditangkap di daerah pesisir seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Papua (Sulistiono et al., 1994).

Kepiting bakau dapat dibagi dalam 4 golongan (tiga spesies dan satu

subspesies) yaitu S. serrata, S. oceanica, S. tranquberica dan S. serrata var.

paramamosain. Kepiting bakau hijau (Scylla serrata) dikenal sebagai “giant mud

crab”, karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per ekor. Scylla serrata dapat

dibedakan dengan dua jenis lainnya berdasarkan morfologi terutama bentuk duri baik

pada carapace maupun pada bagian capitnya serta warna dominan pada tubuhnya.

Scylla serrata memiliki duri yang relatif pendek dibanding dua species lainnya.

Warna kemerahan hingga oranye terutama pada capit dan kakinya, sedangkan pada

jenis lain dominan warna ungu pucat atau kehitaman. Ciri lain yaitu pada Scylla

oceanic berwarna kehijauan dan terdapat garis-garis biru coklat hampir pada bagian

seluruh tubuhnya kecuali bagian perut. Scylla transquebarica berwarna kehijauan

sampai kehitaman dengan sedikit garis-garis berwarna kecoklatan pada kaki

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

renangnya. Secara umum Scylla oceanica, dan Scylla transquebarica memiliki

ukuran lebih besar daripada S. serrata untuk umur yang sama. Kepiting jantan

dicirikan oleh bagian abdomen yang berbentuk agak lancip menyerupai segitiga sama

kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar. Pada

kepiting dewasa, yang jantan memiliki ukuran capit lebih besar dibandingkan dengan

betina untuk umur yang sama demikian pula halnya dengan ukuran tubuhnya.

Selain kepiting bakau, jenis lain yang memiliki nilai ekspor adalah rajungan

atau dikenal dengan nama “swimming crab.” Kepiting bakau cukup mudah dibedakan

dengan famili lainnya, khususnya rajungan. Perbedaan kepiting bakau dengan

rajungan (Portunus pelagicus) dapat terlihat cukup dengan melihat warna karapas dan

jumlah duri-duri pada karapasnya. Rajungan memiliki warna yang menarik pada

karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas rajungan relatif lebih panjang dan

lebih runcing dari duri akhir pada kepiting bakau. Rajungan bila tidak berada di

lingkungan air laut hanya tahan hidup beberapa jam saja (Kasry, 1996). Jenis

rajungan yang umum dimakan (edible crab) ialah jenis-jenis yang termasuk cukup

besar yaitu sub famili Portuninae dan Podopthalminae. Jenis-jenis lainnya walaupun

dapat dimakan, tetapi berukuran kecil dan tidak memiliki daging yang berarti. Jenis-

jenis rajungan yang umum terdapat di pasar-pasar Indonesia adalah Portunus

pelagicus. Jenis yang kurang umum tetapi masih sering dijumpai di pasar adalah

rajungan bintang (Portunus sanguinolentus), rajungan angin (Podopthalamus vigil),

rajungan karang (Charybdis feriatus). Jenis-jenis lainnya yang berukuran cukup besar

dan biasa dimakan, tetapi jarang dijumpai dipasar-pasar adalah Charybdis callanassa,

Charybdis lucifera, Charybdis natatas, Charybdis tunicata, Thalamita crenata,

Thalamita danae, Thalamita puguna, dan Thalamita spimmata.

Rajungan jantan memiliki abdomen yang sempit, berbentuk T pada sisi

abdomen dan capit berwarna biru. Sedangkan rajungan betina yang belum matang

memiliki bentuk abdomen “V” atau rajungan dewasa memiliki bentuk abdomen “U”.

Pada hewan ini terlihat adanya perbedaan yang mencolok antara jantan dan betina.

Jantan mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dan capit yang lebih panjang

dibandingkan dengan rajungan betina.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

5.4 Perkembangan Luas Areal Budidaya Tambak

Wilayah perairan Indonesia memiliki hutan bakau yang sangat banyak dan

tersebar. Keadaan laut Indonesia penuh kekayaan alam menciptakan habitat untuk

kepiting bisa bertahan hidup. Produksi kepiting di Indonesia sebagian besar masih

berasal dari hasil tangkap laut dan hanya sebagian kecil saja yang dihasilkan dari

budidaya tambak. Permintaan kepiting yang terus meningkat setiap tahunnya,

menyebabkan sistem produksi yang berbasi pada penangkapan menjadi tidak lagi

sustainable. Menurunnya kualitas dan ukuran kepiting hasil tangkap setiap tahunnya

menjadi pertanda telah terjadi penangkapan berlebih. Kondisi ini menyebabkan

beberapa tahun Indonesia mengalami penurunan produksi pada sektor penangkapan

kepiting di laut. Cara budidaya tambak diharapkan dapat memberi solusi untuk

mengatasi masalah ini, sehingga total produksi kepiting Indonesia setiap tahunnya

dapat kembali meningkat.

Tabel 9 menunjukkan luas lahan yang digunakan untuk budidaya tambak di

Indonesia. Lahan tersebut tiap tahunnya terus meningkat, namun sebagian besar lahan

tersebut masih digunakan untuk budidaya tambak udang dan bandeng. Hal ini

disebabkan teknik pembudidayaan kepiting yang masih tergolong baru dan belum

dikenal secara luas oleh masyarakat seperti halnya budidaya tambak udang ataupun

bandeng.

Tabel 9. Luas Lahan Berpotensi untuk Budidaya Tambak Tahun 1997-2010

Tahun Luas Lahan (Ha) Tahun Luas Lahan (Ha)

1997 390.182 2004 489.811

1998 357.331 2005 512.524

1999 393.196 2006 612.530

2000 390.182 2007 611.889

2001 438.010 2008 613.175

2002 458.107 2009 -

2003 480.762 2010 682.857

Laju (%/tahun) 4,63

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2007 telah

mengembangkan klaster industri perikanan khusus komoditi kepiting di beberapa

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

kabupaten diseluruh Indonesia guna mengangkat komoditas perikanan unggulan di

wilayah tersebut. Pengembangan klaster industri perikanan sebenarnya sudah

diterapkan pula di negara lain seperti Jepang dan Vietnam yang menggunakan sistem

satu desa satu komoditas. Beberapa daerah yang mengembangkan sistem klaster

industri kepiting dan rajungan antara lain di Medan (Sumatera Utara), Sambas

(Kalimantan Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Pemalang (Jawa Tengah), dan

Gresik (Jawa Timur).

5.5 Perkembangan Produksi Kepiting Indonesia

Perkembangan produksi subsektor perikanan Indonesia selama ini dapat

dikatakan dalam kondisi baik. Permintaan hasil perikanan Indonesia tiap tahunnya

meningkat setelah Indonesia melakukan pemasaran ke pasar dunia. Aneka macam

komoditi hasil laut dikirim ke negara lain sesuai kebutuhan tiap negara. Konsumsi

akan sumber daya laut masyarakat global mengalami peningkatan disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu: Pertama, meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat. Kedua, meningkatnya apresiasi terhadap

makanan sehat (healthy good) sehingga mendorong konsumsi daging dari pola red

meat ke white meat. Terakhir, karena berjangkitnya penyakit pada hewan yang

menjadi sumber protein hewani lainnya selain ikan dan sumberdaya laut sehingga

sumber daya laut menjadi sumber alternatif terbaik.

Produksi kepiting dari hasil tangkap laut sejauh ini tersebar di provinsi

Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara. Pada Tabel 10

terlihat lokasi produksi kepiting tangkap di Indonesia yang dihasilkan tidak tersebar

secara merata dari seluruh provinsi yang ada. Hanya terdapat beberapa provinsi yang

berpotensi menghasilkan komoditi kepiting tangkap yaitu provinsi yang memiliki

perairan dengan hutan mangrove.

Tabel 10. Delapan Provinsi Berpotensi Produksi Kepiting Hasil Tangkap di

Indonesia Tahun 2008-2010

Nama Provinsi 2008 2009 2010 Laju (%/tahun)

Jawa Timur 5.649 8.832 10.886 39,80

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Bangka Belitung 6.363 6.209 7.547 9,56

Jawa Barat 8.666 4.077 6.718 5,91

Sulawesi Tenggara 6.483 6.658 6.410 -0,51

Kalimantan Timur 3.935 4.080 5.053 13,77

Sumatera Utara 4.309 4.564 4.809 5,64

Kalimantan Selatan 5.549 2.635 2.160 -35,27

Sumatera Barat 1.788 1.486 901 -28,13

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011

Produksi kepiting di Indonesia awalnya lebih dari 70% berasal dari hasil

tangkap kekayaan laut, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah diberlakukan usaha

budidaya kepiting di Indonesia. Pada tahun 1994 dan 1998, terjadi penurunan

produksi kepiting karena terdapat beberapa permasalahan seperti penurunan hasil

tangkapan nelayan karena keadaan laut yang tidak terurus serta adanya keterbatasan

dalam hal teknologi maupun dalam hal pengelolaan penangkapan. Oleh sebab itu,

budidaya tambak kepiting masih merupakan solusi terbaik untuk permasalahan

produksi tersebut. Usaha untuk menggalakan budidaya tambak kepiting ini

sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an, namun perluasan wilayah tangkap masih

lebih banyak dipiih oleh para pelaku bisnis ini pada masa itu karena dinilai relatif

lebih mudah, murah, dan cepat menghasilkan.

Kendala yang dihadapi dalam usaha budidaya kepiting antara lain kurangnya

minat para investor menanamkan modal karena biaya operasionalnya yang tinggi,

risiko kerugian dianggap besar, serta ketersediaan teknologi yang belum mendukung.

Namun usaha budidaya ini sangatlah potensial dan menguntungkan mengingat terus

menurunnya kualitas dan jumlah kepiting hasil tangkap. Hal ini dibuktikan dengan

semakin pesatnya pertumbuhan usaha budidaya tambak kepiting pada beberapa tahun

terakhir seperti di daerah pantai utara (Pantura) Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, serta

Cilacap.

5.6 Negara Pesaing Indonesia dalam Ekspor Kepiting

Filipina, Vietnam, dan Thailand merupakan beberapa negara pengekspor

produk perikanan di kawasan Asia Tenggara. Letak geografis yang berdekatan serta

sumberdaya alam yang hampir sama dengan Indonesia menjadikan kedua negara

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

tersebut sebagai pesaing utama dalam hal ekspor komoditas perikanan. Kedua negara

tersebut juga banyak mengekspor komoditas perikanan seperti ikan bandeng, udang,

dan kepiting yang selama ini menjadi komoditas unggulan Indonesia. Dalam hal

ekspor komoditas kepiting, Filipina merupakan ancaman terbesar bagi Indonesia

karena mengekspor jenis komoditas yang sama yakni rajungan dan kepiting bakau

dalam jumlah yang cukup besar.

Berdasarkan data FAO, pada tahun 2009, Filipina menyumbang sekitar 20%

dari total 28 ribu ton produksi kepiting rajungan di dunia. Jumlah tersebut

menempatkan Filipina sebagai produsen kepiting rajungan terbesar di dunia di atas

Indonesia (16%). Sedangkan untuk komoditas kepiting bakau, Indonesia pada tahun

2007 menjadi produsen tangkap terbesar yakni sebesar 25.640 ton, jauh di atas

Thailand dan Filipina yang hanya sebesar 3.340 ton dan 1.800 ton. Namun sebaliknya

dalam hal budidaya kepiting bakau, Indonesia hanya mampu menghasilkan 6.630 ton

dan berada di bawah Filipina yang mampu menghasilkan 9.300 ton per tahun.

Tabel 11. Volume dan Nilai Ekspor Kepiting Segar Dunia Tahun 2008-2010

2008 2009 2010

Negara Volume

(Ton) Nilai

(1000 $) Negara

Volume (Ton)

Nilai (1000 $)

Negara

Volume (Ton)

Nilai (1000 $)

Indonesia 8.676 91.139 Indonesia 7.743 54.281 Indonesia 9.347 78.049

Inggris 11.222 51.986 Kanada 6.292 50.099 Kanada 7.859 67.987

Kanada 8.340 50.785 Inggris 12.242 46.469 Inggris 11.922 49.777

India 4.737 26.493 India 6.198 31.644 USA 7.755 39.610

USA 5.836 24.681 USA 5.941 26.049 RRC 3.583 23.208

Irlandia 3.654 19.174 RRC 3.590 19.157 Filipina 4.533 22.088

RRC 3.535 16.404 Filipina 4.145 18.222 India 3.545 20.827

Perancis 2.602 15.045 Irlandia 3.163 14.356 Irlandia 3.212 15.809

Vietnam 2.002 12.193 Perancis 2.258 12.872 Hongkong 3.057 15.634

Korea 1.081 10.446 Hongkong 2.360 11.871 Pakistan 6.361 13.769

Jerman 1.202 10.145 Vietnam 1.597 10.808 Perancis 2.052 11.791

Filipina 2.207 9.834 Korea 549 9.032 Korea 495 11.701

Australia 560 7.477 Australia 616 7.742 Jepang 808 10.470

Thailand 3.227 7.224 Pakistan 4.042 7.020 Australia 506 7.813

Sumber: United Nations Commodity Trade, 2012

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Produksi kepiting Indonesia memang sejauh ini mampu mendominasi para

pesaing tersebut. Berdasarkan Tabel 11, nilai ekspor Indonesia menjadi yang terbesar

di dunia selama beberapa tahun terakhir. Filipina dan Thailand hanya mampu

menempati peringkat ke 13 dan 15 pada tahun 2008. Namun ekspor dari Filipina terus

meningkat secara signifikan hingga pada tahun 2010, menempati peringkat ke 6

dalam hal ekspor kepiting segar. Melihat fakta tersebut, Indonesia harus segera

berbenah terutama dalam hal kesinambungan produksi maupun efisiensi

pemasarannya agar tetap mampu bersaing dan mempertahankan dominasinya. Pada

Tabel 11 juga terdapat beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor kepiting

Indonesia seperti Amerika Serikat, RRC, dan Korea Selatan. Hal tersebut disebabkan

oleh perbedaan jenis spesies yang diekspor dan diimpor oleh mereka dari Indonesia

(mud crabs dan blue swimming crabs). Ekspor kepiting RRC didominasi oleh mitten

crabs sedangkan Amerika Serikat banyak mengekspor jenis king crabs, stone crabs,

dan dungeness crabs.

5.7 Harga Kepiting

5.7.1 Harga Kepiting Indonesia

Indonesia memiliki kualitas kepiting yang baik untuk diekspor ke pasar

internasional. Harga kepiting di dalam negeri (domestik) tergolong salah satu

komoditi perikanan dengan harga jual yang tinggi. Di pasar internasional, harga

kepiting Indonesia merupaka salah satu yang paling tinggi. Pada Tabel 12 terlihat

perbedaan harga kepiting di pasar domestik dan di pasar dunia. Hal ini disebabkan

komoditas kepiting yang diekspor merupakan komoditas dengan grade yang lebih

baik dari yang ada di pasar domestik sehingga harganya pun menjadi lebih mahal.

Selain itu, kepiting yang diekspor tentunya memiliki berbagai tambahan biaya yang

dibebankan pada produk tersebut seperti biaya administrasi sebelum akhirnya bisa

dikirim sampai ke konsumen.

Tabel 12. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia (FOB) di Pasar Domestik dan

Pasar Ekspor Tahun 2002-2008

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Tahun Harga Domestik

(Rp/Kg)

Harga Domestik

(US$/Kg)

Harga Ekspor

(US$/kg)

2002 9.674,06 1,035 8,05

2003 10.767,52 1,253 7,63

2004 21.623,70 2,417 6,43

2005 15.782,71 1,623 7,04

2006 16.694,56 1,818 7,53

2007 19.880,21 2,175 8,36

2008 19.585,53 2,022 10,35

2009 - - 7,01

2010 - - 8,35

Laju (%/tahun) 18.08 17.62 3.79

Sumber: Kementerian Kelautan Perikanan, 2009 dan United Nations Commodity Trade, 2012

Harga ekspor kepiting Indonesia di pasar dunia juga terus berfluktuasi dari

tahun 2002 hingga 2008. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan harga ekspor mencapai

10,35 US$/ton yang disebabkan oleh kenaikan harga kepiting di pasar dunia (KKP,

2009). Harga ekspor kepiting tidak bisa dikendalikan secara langsung oleh

pemerintah karena harga yang terbentuk merupakan hasil dari permintaan dan

penawaran kepiting di pasar dunia.

5.7.2 Harga Kepiting Negara Pesaing

Thailand dan Filipina merupakan dua pesaing utama Indonesia dalam ekspor

kepiting. Hal ini disebabkan oleh kesamaan pada jenis komoditas kepiting yang

diekspor serta letak geografisnya yang cukup dekat dengan Indonesia. Selain itu,

keduanya juga memiliki mitra dagang yang hampir sama dengan Indonesia. Harga

kepiting di kedua negara pesaing tersebut ternyata jauh lebih murah bila

dibandingkan dengan Indonesia. Pada Tabel 13 terlihat perkembangan harga kepiting

di negara tersebut. Secara kasat mata, harga kepiting Indonesia bisa mencapai dua

hingga empat kali lipat harga kepiting yang ditawarkan oleh negara tersebut.

Meskipun demikian, jumlah ekspor Indonesia masih jauh mengungguli kedua negara

tersebut. Hal ini ternyata disebabkan oleh kualitas kepiting Indonesia yang dinilai

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

tinggi sehingga lebih sering dipergunakan untuk bahan baku masakan restoran di

negara tujuan ekspornya, khususnya Amerika Serikat.

Tabel 13. Perkembangan Harga Ekspor Kepiting (FOB) Thailand dan Filipina

Tahun 2008-2010

Tahun Harga Ekspor Kepiting

Thailand (US$/kg) Tahun

Harga Ekspor Kepiting

Filipina (US$/kg)

2008 1,59 2008 4,45

2009 2,40 2009 4,40

2010 3,35 2010 4,87

Laju (%/tahun) 45,26

4,78

Sumber: United Nations Commodity Trade, 2012

5.8 Gambaran Ekspor Kepiting Indonesia

Kepiting yang diproduksi dipasarkan ke pasar domestik dan dunia. Pasar

produk kepiting Indonesia telah memasuki beberapa negara yaitu Amerika Serikat,

RRC, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan beberapa negara Eropa seperti Belanda

dan Inggris. Sejauh ini, Amerika Serikat masih merupakan pasar utama tujuan ekspor

kepiting Indonesia. Komoditas kepiting tersebut diekspor dalam bentuk segar, beku,

kering, maupun dalam kemasan. Beberapa perusahaan importir dari Amerika Serikat

seperti Philips Foods bahkan sengaja mendirikan perusahaan eksportir di Indonesia

untuk menjamin kelancaran pasokan kepitingnya. Philips Foods, perusahaan di

Amerika Serikat yang paling banyak mengimpor kepiting dari Indonesia mendirikan

perusahaan Philips Seafoods Indonesia yang juga merupakan eksportir kepiting

terbesar ke Amerika Serikat (Urner Barry Foreign Trade Data). Philips Seafoods pada

tahun 2008 mengekspor sebesar 23% dari total ekspor kepiting Indonesia diikuti oleh

Tongga Tiur Putra (19,43%), Windika Utama (7,09%), dan Kelola Mina Laut

(6,40%).

Tabel 14. Perkembangan Ekspor Kepiting Indonesia Tahun 2001-2010

Year Volume Ekspor Kepiting Indonesia (kg) Nilai (US$)

2001 7.267.042 63.657.003

2002 8.056.297 74.403.889

2003 7.600.851 72.361.560

2004 9.018.865 76.599.829

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

2005 12.645.717 84.849.089

2006 11543.145 81.737.430

2007 10.539.397 72.332.860

2008 8.676.013 91.139.446

2009 7.743.459 54.281.371

2010 9.346.589 78.048.881

Laju (%/tahun) 4.33 4.99

Sumber: United Nations Commodity Trade, 2012

Berdasarkan Tabel 14, perkembangan ekspor kepiting Indonesia selama

periode tahun 2001-2010, mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, baik dalam hal

nilai maupun volume ekspornya. Pada tahun 2005, volume ekspor kepiting Indonesia

adalah sebesar 12.645 ton dengan nilai sebesar US$ 84.849.089, kemudian terus

mengalami penurunan hingga tahun 2009 volume ekspornya hanya sebesar 7.743 ton

dan nilai perdagangan terendah sebesar US$ 54.281.371. Hal ini tidak terlepas dari

adanya dampak dari krisis global yang bermula di Amerika Serikat dan Eropa

sehingga menyebabkan kondisi perdagangan dunia menjadi tidak stabil dan

cenderung menurun.

5.8.1 Kasus Penolakan terhadap Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia

Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan utama Indonesia dalam

mengekspor kepiting. Sebesar 60% komoditi kepiting yang diekspor Indonesia

dikirim ke Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan restoran seafood di Amerika Serikat

menggunakan kepiting asal Indonesia (KKP, 2011). Selain Amerika Serikat, negara

lainnya seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Belanda juga

merupakan negara-negara yang selama 10 tahun terakhir menjadi pengimpor utama

produk kepiting Indonesia.

Seperti usaha ekspor produk perikanan lainnya, ekspor kepiting Indonesia juga

tidak terlepas dari adanya risiko penolakan dari negara tujuan. Indonesia sebagai

negara eksportir utama produk perikanan juga mengalami berbagai kasus penolakan.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Uni Eropa melalui Rapid Alert System for Food

and Feed (RASSF), sejak tahun 2003 sampai 2008, sering kali ditemukan kasus

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

detention/penahanan terhadap produk perikanan yang diekspor ke uni eropa,

meskipun kecenderungannya mulai menurun.

Tabel 15. Jumlah Kasus Penolakan terhadap Produk Komoditas Perairan Indonesia

Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Uni Eropa 127 152 174 429 252 332 259

Jepang 0 181 0 0 0 246 29

Amerika Serikat 0 0 667 1.927 1.505 2.282 1.644

Kanada 170 121 125 174 459 445 404

Sumber: Ababouch (2006)

Kecenderungan notifikasi yang menunjukkan peningkatan selama periode

2003-2005 mengakibatkan ditetapkannya CD 235 tahun 2006 yang mewajibkan

seluruh produk perikanan Indonesia yang masuk ke Uni Eropa harus diuji terlebih

dahulu sehingga meningkatkan biaya ekspor. Terdapat 4 penyebab utama penolakan

produk perikanan Indonesia, yaitu penggunaan bahan kimia seperti antibiotic,

nitrofuran, maupun chloraphenicol melebihi ambang batas yang diperbolehkan,

kandungan mikrobiologi (salmonella) yang tinggi, histamin, serta kandungan logam

berat.

Selain dari Uni Eropa, penolakan produk perikanan Indonesia juga dilakukan

oleh Amerika Serikat dan Jepang. Berbeda dengan jenis kasus penolakan dari Uni

Eropa yang dominan disebabkan oleh kondisi bahan baku, maka di Amerika Serikat

penahanan produk oleh USFDA lebih disebabkan oleh kondisi pengolahan produk

yang terkontaminasi secara fisik (filthy). Amerika Serikat dengan sistem automatic

detention yang dikendalikan oleh USFDA membuka fakta bahwa sejak tahun 2003

sampai tahun 2008 ditemukan lebih dari 100 kasus penahanan setiap tahunnya,

puncaknya pada tahun 2004 ditemukan sebanyak 442 kasus. Positifnya sejak tahun

2005 baik di Uni Eropa, Amerika Serikat, maupun Jepang terdapat kecenderungan

kasus penolakan produk perikanan yang menurun.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

5.8.2 Regulasi dan Standar Internasional untuk Ekspor Produk Perikanan

Peno lakan yang dilakukan oleh beberapa negara importir tersebut dilakukan

guna memproteksi konsumennya dari produk-produk impor yang tercemar. Dalam

konteks perdagangan Internasional, konsep proteksi ini dikenal dengan istilah

Technical Barrier to Trade (TBT) Agreement dan Sanitary and Phytosanitary (SPS)

Agreement. Dalam impelementasi TBT dan SPS, terdapat mekanisme untuk menolak

bahkan memusnahkan produk-produk yang tidak sesuai dengan standar kualifikasi

yang telah ditentukan oleh masing-masing negara. Standar tersebut diwujudkan

dalam bentuk regulasi teknis sebagai berikut:

1. Uni Eropa

• EC No.178/2002 tentang persyaratan utama undang-undang pangan serta

prosedur keamanan pangan

• EC No.882/2004 tentang pengawasan oleh pemerintah

• EC No.852/2004 tentang keamanan bahan pangan

• EC No.853/2004 tentang peraturan khusus untuk keamanan bahan

baku

• EC No.854/2004 tentang badan pengawas keamanan asal bahan pangan

• EC No.446/2001 tentang batas maksimum kontaminasi dalam bahan pangan

• EC No.2073/2005 tentang ktiteria mikrobiologi bagi bahan pangan

2. Amerika Serikat

• Federal Food, Drug and Cosmetic Act (FDA)

• Code of Federal Regilation (CFR) 123

• Bioterorism Act (TBA)

3. Kanada

• Food and Drug Act

• Canadian Food Inspection Agency Act

• Fish Inspection Act

• Consumer and Labelling Act

• Fish Inspection Regulation

4. Jepang

• Food Sanitation law

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

5. China (RRC)

• Food Hygine of the People’s Republic of China

Secara garis besar, poin penting yang tertera dari masing-masing regulasi

teknis adalah bagaimana eksportir membuktikan bahwa produk yang dipasarkan telah

memenuhi persyaratan standar yang dibutuhkan. Biasanya masing-masing negara

mengembangkan prosedur monitoring, pengujian maupun pemeriksaaan yang dapat

menjamin bahwa produk sesuai standar yang diinginkan. Umumnya pembuktian

terhadap kesesuaian standar diwujudkan dalam bentuk sertifikasi.

Selain persyaratan yang bersifat wajib (regulasi teknis), beberapa negara

terkadang juga memiliki persyaratan pasar yang bersifat sukarela (voluntary).

Beberapa persyaratan standar yang sifatnya sukarela adalah:

1. Marine Stewardship Council (MSC), fokus pada isu lingkungan seperti chain of

custody produk perikanan dan fisheries management. Dipersyaratkan oleh

beberapa importir dari Amerika Serikat, Jepang maupun Australia.

2. Aquaculture Certification Council (ACC), fokus pada isu praktek-praktek

budidaya perikanan yang baik mencakup aspek teknis, lingkungan dan sosial.

Importir dari Amerika Serikat merupakan pendukung utama standar ini.

3. International Standardisation Organisation (ISO), fokus pada isu kemanan

pangan (ISO 22000), lingkungan (ISO 14001) serta kualitas (ISO 9001). Standar

yang ditetapkan oleh skema ISO umumnya dipersyaratkan oleh masing-masing

importir di banyak negara.

4. British Retail Consortium (BRC), fokus pada keamanan pangan produk,

pengemasan sampai penyimpanan dan distribusi. Dipersyaratkan terutama oleh

importir Uni Eropa.

Meskipun bersifat sukarela, meningkatnya kepedulian konsumen di negara-

negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Eropa terhadap konservasi habitat

kepiting sering kali secara halus memaksa eksportir untuk memiliki berbagai

sertifikasi tersebut. Sebagian besar konsumen tidak mau membeli kepiting Indonesia

jika cara penangkapannya merusak lingkungan. Bahkan terdapat wacana mulai tahun

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

2012, produk kepiting Indonesia baru diperbolehkan masuk ke pasar Amerika Serikat

jika eksportir memiliki sertifikat Marine Stewardship Council (MSC).

Saat ini komoditi kepiting Indonesia yang diekspor sudah merupakan hasil

produksi yang tempat penangkapannya (laut) sudah diterapkan konservasi habitatnya

(KKP, 2011). Pemerintah melakukan konservasi untuk mengatasi permasalahan

penurunan produksi kepiting di laut. Pemberian label pada produk kepiting yang

berasal dari pengelolaan ramah lingkungan akan menyebabkan kepiting yang

diperoleh sesuai standar internasional yang diminta negara importir utama.

Kondisi penerapan ecolabeling nantinya akan menguntungkan para nelayan

dan pembudidaya ikan, karena pendapatan nelayan akan meningkat. Hal ini

disebabkan para nelayan akan menjual kepiting dengan ukuran yang besar saja.

Nelayan dapat menjaga volume kepiting yang akan diproduksi dalam jangka waktu

yang panjang.

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

6.1 Pengujian Asumsi

Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang

disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi yang

disyaratkan, yakni uji asumsi normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan

autokorelasi. Terpenuhinya uji asumsi-asumsi tersebut akan membuat penaksir

kuadrat terkecil dalam kelas penaksir linier tak bias menghasilkan variabel penduga

terbaik yang tidak bias atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Sebaliknya, jika ada setidaknya satu asumsi dalam model regresi yang tidak dapat

dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model itu

atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan itu akan diragukan.

Secara umum, gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia yang

disusun dalam penelitian ini telah memenuhi uji asumsi normalitas. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil pengujian Jarque Bera (Lampiran 3). Pada taraf nyata sepuluh

persen diperoleh p-value sebesar 0,448810. Nilai yang diperoleh tersebut lebih besar

dari taraf nyata sepuluh persen atau 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi

normalitas sudah terpenuhi.

Pengujian asumsi selanjutnya yang harus dipenuhi adalah uji

heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas ini dapat

dilihat melalui gambar standardized residual graph (Lampiran 4). Berdasarkan grafik

plot tersebut diketahui bahwa data tersebar di bawah dan di atas titik nol serta tidak

menggambarkan pola tertentu. Selain itu, hasil output pada lampiran 2 menunjukkan

bahwa nilai sum square residual pada weighted statistic (66,3769) lebih besar

daripada pada unweighted statistic (59,12537) nya sehingga dapat disimpulkan bahwa

data tersebut terbebas dari heteroskedastisitas.

Berikutnya adalah pengujian asumsi multikolinearitas. Untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinieritas yang sempurna antar variabel independen pada model

dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel independen pada model yang dibangun.

Berdasarkan Lampiran 5 (Uji Klein), model dapat dinyatakan terbebas dari

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

multikolinearitas karena seluruh koefisien korelasi antar variabel tidak ada yang

melebihi koefisien determinasi (R-square) 0,968194. Hal ini juga didukung oleh uji

statistik t, F, dan p-value yang signifikan. Berdasarkan uji statistik-t dengan taraf

sepuluh persen, terdapat empat variabel bebas pada model tersebut yang dinyatakan

memiliki pengaruh signifikan yaitu variabel GDP per kapita negara tujuan ekspor,

harga kepiting Indonesia di negara tujuan, jarak Indonesia terhadap negara tujuan,

dan nilai tukar negara tujuan terhadap mata uang negara asal ekspor. Dengan

demikian, secara umum seluruh variabel yang digunakan di dalam model regresi

tersebut sudah memenuhi asumsi multikolinieritas.

Uji asumsi yang terakhir adalah uji yang mensyaratkan model terbebas dari

adanya autokorelasi. Untuk mendeteksi apakah model yang dibangun steril dari

masalah autokorelasi dapat diketahui dengan melakukan uji Durbin-Watson

(Lampiran 6).Setelah diuji dengan menggunakan uji statistik Durbin-Watson

diperoleh nilai DW sebesar 1,962349. Nilai tersebut terletak di antara nilai DU

(1,7683) dan 2 yang artinya masih berada di luar selang autokorelasi positif. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model

tersebut.

Berdasarkan pengujian dari asumsi-asumsi yang telah dijelaskan di atas

tersebut maka regresi gravity model aliran perdagangan kepiting Indonesia sudah

memenuhi asumsi-asumsi dan dapat dipakai untuk menjelaskan hubungan antara

aliran perdagangan kepiting Indonesia dengan GDP per kapita Indonesia (Yi), GDP

per kapita negara tujuan (Yj), jarak antara Indonesia dengan negara tujuan (Dij),

harga kepiting Indonesia di negara tujuan (Pij), dan nilai tukar mata uang negara

tujuan terhadap rupiah (ERij).

Berdasarkan Tabel 16 Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor

kepiting Indonesia yang (mean) rata-rata jumlah volume ekspornya tertinggi.

Sedangkan, Malaysia menjadi negara tujuan ekspor kepiting Indonesia yang memiliki

jumlah volume ekspor yang relatif paling stabil. Hal ini terlihat dari nilai standar

deviasi yang cukup kecil serta nilai mean, median maximum, dan minimumnya yang

tidak terlalu berfluktuasi dibandingkan ketujuh negara lainnya.

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi
Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Tabel 16. Statistik Deskriptif Volume Ekspor Kepiting Indonesia

Negara Volume Ekspor (kg)

Standar Deviasi Mean Median Maximum Minimum

Amerika Serikat 918.071 4.487.609 4.705.189 5.910.090 2.746.089

Singapura 921.127 1.814.898 2.017.791 3.149.530 719.348

Malaysia 328.291 1.422.022 1.424.489 1.840.712 1.015.151

RRC 546.003 1.065.088 1.034.423 2.033.325 240.199

Jepang 175.293 173.088 112.533 579.899 11.856

Belanda 71.718 99.557 105.396 204.152 208

Korea 17.763 15.122 10.293 60.729 300

6.2 Pengaruh Variabel-variabel Ekonomi dan Non Ekonomi terhadap

Ekspor Kepiting Indonesia

Aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia pada penelitian ini dijelaskan

dengan menggunakan gravity model. Model ini digunakan untuk menganalisis

pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap ekspor kepiting Indonesia ke negara-

negara tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui model yang dibangun dapat

diketahui variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kepiting

Indonesia ke negara-negara tujuan. Hasil analisis pengaruh variabel-variabel ekonomi

dan non ekonomi terhadap ekspor kepiting Indonesia dengan metode fixed effect

secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2, dengan persamaan yang dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Output Model Analisis Regresi Gravity Model Ekspor Kepiting Indonesia

dengan Metode Fixed Effect

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas

C -2,142126 -0,604037 0,5482

GDP per kapita Indonesia -0,317891 -0,440381 0,6613

GDP per kapita Negara Tujuan 0,421746 1,857473 0,0683

Nilai Tukar 0,970685 2,299674 0,0251

Harga Komoditas -1,107208 -7,632948 0,0000

Jarak 0,628985 3,918343 0,0002

R-squared 0,968194 F-statistik 160,5062

Adjusted R-squared 0,962162 Prob (F-statistik) 0,000000

Berdasarkan Tabel 17, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

96,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 96,82 persen keragaman aliran

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

perdagangan ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan dapat dijelaskan oleh

variasi variabel-variabel bebas dalam model. Sedangkan sebesar 3,18 persen sisa

keragaman aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia dapat diterangkan oleh

faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model atau error.

Berdasarkan uji statistik-t pada taraf nyata sebesar sepuluh persen, terdapat

empat variabel bebas di dalam model tersebut yang berpengaruh nyata terhadap besar

kecilnya ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan ekspornya. Keempat

variabel tersebut adalah GDP per kapita negara tujuan (GDPj), harga kepiting

Indonesia di negara tujuan (Pj), Jarak antara Indonesia terhadap negara tujuan (Dij),

dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah (ERij). Sedangkan variabel

GDP per kapita negara Indonesia dan GDP per kapita negara tujuan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor kepiting Indonesia.

Berdasarkan pengujian statistik-F model, nilai probability (F-statistik) pada

model ini juga lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen yang digunakan. Hal ini

mengindikasikan bahwa model dianggap mampu merepresentasikan permintaan

ekspor kepiting Indonesia di negara tujuan. Regresi yang dihasilkan menunjukkan

bahwa secara bersama-sama seluruh variabel bebas dalam model dapat menjelaskan

variasi perubahan ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan ekspornya.

Analisis pengaruh variabel bebas pada hasil regresi gravity model terhadap ekspor

kepiting Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:

6.2.1 GDP per kapita Indonesia (Yi)

GDP atau produk domestik bruto merupakan pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP menyatakan berapa

banyak uang yang mengalir mengelilingi aliran sirkuler perekonomian suatu negara

per unit waktu atau juga nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi

dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. GDP menggambarkan keadaan

perekonomian suatu negara. GDP adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian

pemerintah dan ekspor bersih. Sedangkan GDP per kapita menggambarkan tingkat

kesejahteraan serta kemampuan ekonomi rata-rata setiap penduduk di negara tersebut.

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Apabila suatu negara memiliki tingkat GDP per kapita yang semakin besar, maka

kemampuan rata-rata penduduk negara tersebut dalam memproduksi barang dan

jasanya juga semakin besar. Selain itu, GDP per kapita juga menggambarkan

kemampuan (daya beli) rata-rata penduduk dalam menyerap barang-barang dari

dalam negeri maupun yang diperdagangkan di pasar internasional.

Pada penelitian kali ini, nilai probabilitas variabel GDP per kapita Indonesia

yang lebih besar dari taraf nyata sebesar sepuluh persen menunjukkan bahwa

parameter GDP per kapita Indonesia memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap aliran perdagangan kepiting Indonesia. Variabel GDP per kapita Indonesia

juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekspor kepiting Indonesia terlihat dari

nilai koefisien parameter yang besarnya -0,317891. Hal ini menunjukkan bahwa

apabila terjadi peningkatan GDP per kapita Indonesia sebesar satu persen maka akan

terjadi penurunan besarnya volume ekspor kepiting Indonesia sebesar 0,317891

persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus.

Pertumbuhan GDP per kapita Indonesia (pengekspor) merupakan salah satu

indikator bagi ekspor kepiting Indonesia ke negara tujuan. Meningkatnya GDP per

kapita Indonesia dapat diartikan sebagai peningkatan daya beli rata-rata masyarakat

Indonesia yang serta merta akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap barang

dan jasa dalam negeri termasuk permintaan komoditas kepiting Indonesia.

Peningkatan konsumsi domestik akan mengurangi jumlah ekspor kepiting karena

pada dasarnya ekspor dilakukan ketika terjadi kelebihan produksi di tingkat domestik.

Produk kepiting Indonesia yang biasanya diperdagangkan ke luar negeri merupakan

produk dengan grade yang lebih tinggi dari yang umum diperdagangkan di pasar

domestik. Namun dengan meningkatnya daya beli masyarakat domestik, komoditas

kepiting dengan grade tinggi tersebut menjadi lebih terjangkau oleh konsumen lokal

sehingga permintaannya pun akan meningkat.

6.2.2 GDP per kapita Negara Tujuan (Yj)

GDP merupakan salah satu indikator ekonomi yang mampu menggambarkan

skala atau ukuran ekonomi suatu negara. Dalam hal perdagangan antar negara, ukuran

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

ekonomi negara importir akan menentukan besarnya jumlah komoditi ekspor yang

dapat dijual oleh negara eksportir. Variabel GDP per kapita negara tujuan mewakili

ukuran ekonomi serta daya beli masyarakat di negara tersebut. Semakin besar daya

beli dan ukuran ekonomi suatu negara tentu semakin besar pula permintaan pasar di

negara tersebut.

Gambar 3. Perkembangan GDP per Kapita Negara Tujuan Ekspor Kepiting

Indonesia Tahun 2001-2010

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa negara-negara tujuan ekspor kepiting

Indonesia cenderung mengalami peningkatan GDP per kapita setiap tahunnya. GDP

per kapita negara tujuan ekspor kepiting berpengaruh secara nyata dalam

mempengaruhi besar kecilnya volume ekspor kepiting Indonesia. Koefisien slope

pada variabel GDP per kapita negara tujuan yang bertanda positif, mengindikasikan

bahwa semakin meningkatnya GDP per kapita negara tujuan akan cenderung

memiliki jumlah impor kepiting yang semakin banyak. Sebaliknya, negara dengan

GDP per kapita yang lebih rendah memiliki jumlah impor kepiting yang lebih sedikit.

Nilai koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan dari hasil analisis

regresi gravity model ekspor kepiting Indonesia adalah sebesar 0,421746. Hal ini

menunjukkan bahwa, jika secara kolektif GDP per kapita ketujuh negara tujuan

ekspor kepiting Indonesia meningkat sebesar satu persen maka ekspor kepiting

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

37068.3894

Singapura

Malaysia

China

Japan

Belanda

Korea

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Indonesia ke negara-negara tujuan akan meningkat sebesar 0,42 persen dari jumlah

sebelumnya, ceteris paribus. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa nilai

probabilitas variabel GDP per kapita negara tujuan masih lebih rendah dari taraf

nyata sebesar sepuluh persen sehingga faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai faktor

yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kepiting Indonesia.

Tabel 18. Perkembangan GDP per Kapita Negara Tujuan dan Volume Ekspor

Kepiting Indonesia Tahun 2001-2010

Negara

GDP Negara Tujuan (US$) Laju GDP per

kapita

(%/tahun)

Laju

Volume

Ekspor

(%/tahun)

Standar

Deviasi Mean Median Max Min

Amerika

Serikat 4.258 42.280 42.810 47.254 36.258 0,28 -0,12

Singapura 14.836 37.722 30.007 62.092 23.581 0,98 0,60

Malaysia 2.654 12.116 12.424 15.205 8.997 0,58 0,47

RRC 1.265 5.912 5.792 7.739 4.005 0,66 0,72

Jepang 2.838 31.080 32.119 34.009 26.425 0,27 -2,68

Belanda 5.897 33.230 31.214 40.371 25.729 0,48 9,27

Korea 4.542 23.124 23.611 29.998 17.697 0,59 4,23

Sumber : *www.indexmundi.com, **www.uncomtrade.com (diolah)

Berdasarkan Tabel 18, telihat bahwa pertumbuhan volume ekspor cenderung

meningkat ke negara-negara tujuan ekspor yang memiliki pertumbuhan GDP per

kapita yang relatif besar. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa dua negara yang

memiliki pertumbuhan GDP per kapita terendah yakni Amerika Serikat dan Jepang

memiliki pertumbuhan volume ekspor yang negatif. Hal ini sesuai dengan Lipsey et

al. (1995) yang menyatakan bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan pula

permintaan terhadap suatu barang atau jasa dan sebaliknya. Hal ini juga konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2009) dan Widianingsih (2009) dalam

penelitiannya berturut-turut mengenai aliran perdagangan komoditas pisang dan biji

kakao. Pada studi yang dilakukan oleh keduanya variabel GDP memiliki pengaruh

positif terhadap volume ekspor komoditas tersebut. Kondisi demikian membuat

Indonesia sebagai negara pengekspor kepiting harus lebih giat memasarkan produk

kepiting Indonesia di negara yang memiliki pendapatan per kapita yang besar untuk

dijadikan negara tujuan ekspornya. Selain itu, Indonesia juga perlu melihat tren

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

pertumbuhan GDP per kapita pada negara-negara tujuannya karena tidak semua

negara tujuan memiliki kecenderungan GDP per kapita yang meningkat setiap

tahunnya.

6.2.3 Jarak Indonesia dengan Negara Tujuan (Dij)

Jarak akan mempengaruhi perdagangan bilateral antar dua negara atau

beberapa negara dalam bentuk penurunan perdagangan. Semakin jauh jarak yang

harus ditempuh akan semakin memperbesar biaya transportasi yang harus dikeluarkan

sehingga semakin rendah volume ekspor produknya (semakin rendah aliran

perdagangan). Pada dasarnya jarak antar negara relatif konstan sehingga pada

penelitian ini kedinamisan pengaruh variabel jarak akan diwakilkan oleh biaya

transportasi. Sebagai bentuk penyederhanaan, biaya transportasi yang dipergunakan

merupakan hasil dari perkalian antara jarak pelabuhan terbesar antar negara dengan

harga minyak dunia pada tahun tersebut.

Keberadaan biaya pengangkutan tidak merubah prinsip-prinsip dasar

keunggulan komparatif atau keunggulan perdagangan. Pada kondisi riil, biaya

transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi

asuransi, serta berbagai pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkan itu

disimpan di suatu tempat sementara (transit). Selain itu, risiko penyusutan ataupun

rusaknya barang akan meningkat seiring dengan semakin jauhnya jarak yang harus

ditempuh. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjelaskan mengapa sebagian besar

barang dan jasa yang ada di masing-masing negara tidak diperdagangkan secara

internasional (diekspor atau diimpor). Akan tetapi dewasa ini biaya dan teknologi

transportasi telah banyak berkembang berkat adanya berbagai metode pengangkutan

massal yang relatif murah seperti truk berukuran besar, fasilitas kontainer dan kapal-

kapal raksasa, serta pesawat berbadan lebar yang mampu menekan waktu dan biaya

transportasi. Perkembangan ini pula yang menyebabkan banyak komoditi yang

awalnya tidak dapat diperdagangkan secara internasional kini menjadi komoditi

perdagangan antar negara yang lazim.

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Tabel 19. Statistik Deskriptif Jarak (Biaya Transportasi) Negara Tujuan Ekspor

Kepiting Indonesia

Negara Biaya Transportasi (US$)

Standar Deviasi Mean Median Maximum Minimum

Amerika Serikat 364540 795969 844567 1423653 356971

Singapura 26597 58075 61620 103871 26045

Malaysia 34604 75558 80171 135141 33886

RRC 112970 246668 261728 441185 110624

Jepang 146377 319613 339128 571654 143338

Belanda 393070 858264 910666 1535072 384908

Korea 128201 279925 297016 500669 125539

Sumber : www.searates.com, www.uncomtrade.com (diolah)

Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model aliran perdagangan ekspor

kepiting Indonesia, menunjukkan bahwa koefisien variabel jarak antara Indonesia

dengan negara tujuan justru memiliki slope yang positif. Dengan demikian, apabila

jarak antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh, maka volume

ekspor kepiting yang diperdagangkan akan semakin besar, ceteris paribus.

Nilai koefisien variabel jarak antara Indonesia dengan negara tujuan adalah

sebesar 0,628985. Hal ini menunjukkan bahwa, jika jarak antara Indonesia dengan

salah satu negara tujuan ekspor kepiting Indonesia bertambah sebesar satu persen

maka ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan akan bertambah sebesar

0,628985 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris paribus.

Variabel jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kepiting

Indonesia signifikan dan berbeda nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik-t

dengan taraf sepuluh persen. Temuan ini inkonsisten baik dengan hipotesis maupun

studi yang dilakukan oleh Hadi (2009) dalam penelitiannya mengenai aliran

perdagangan mangga, Setyo (2009) dalam penelitiannya mengenai aliran

perdagangan komoditas pisang, dan Hadianto (2010) mengenai komoditi hasil hutan

bukan kayu. Ketiga penelitian tersebut menyatakan bahwa pertambahan jarak antara

Indonesia dengan negara tujuan akan cenderung mengurangi volume

perdagangannya. Perbedaan pada hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh fakta

bahwa sejauh ini negara-negara yang mengimpor kepiting Indonesia dalam jumlah

besar adalah negara yang terletak jauh dari Indonesia. Mengingat bahwa komoditas

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

yang diperdagangkan adalah komoditas segar, maka semakin segar produk tersebut

akan semakin diminati pula oleh para konsumen. Untuk memperoleh kesegaran yang

tinggi, produk harus dikirimkan secara cepat dan tentunya akan meningkatkan biaya

pengirimannya. Selain itu, kedekatan secara geografis suatu negara dengan Indonesia

juga dapat mengakibatkan jenis komoditas kepiting yang dapat diproduksi oleh

negara tersebut relatif sama dengan Indonesia. Akibatnya, alih-alih mengimpor

kepiting dari Indonesia, negara tersebut justru dapat menjadi pesaing Indonesia di

pasar ekspornya

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

6.2.4 Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Rupiah (ERij)

Kurs mata uang adalah nilai tukar atau harga dari mata uang suatu negara

dalam satuan mata uang negara lainnya. Dalam hal ini, kurs yang dimaksud adalah

nilai tukar dari mata uang negara-negara tujuan ekspor kepiting terhadap mata uang

domestik Indonesia yakni rupiah. Pada umumnya, kurs ditentukan oleh besar kecilnya

permintaan dan penawaran pasar dari mata uang tersebut. Keadaan perekonomian

Indonesia pada saat krisis moneter menyebabkan rupiah mengalami depresiasi

terhadap dollar AS yang sangat besar dan mengakibatkan anjloknya nilai mata uang

rupiah. Meskipun demikian, depresiasi rupiah tersebut justru memberikan keuntungan

bagi perkembangan volume ekspor Indonesia khususnya produk-produk pertanian.

Depresiasi menyebabkan harga produk yang dihasilkan dari dalam negeri menjadi

relatif lebih murah. Hal ini tentu saja mendorong negara-negara importir untuk

mengkonsumsi lebih banyak barang dari Indonesia, tak terkecuali kepiting, sehingga

volume ekspor kepiting akan cenderung meningkat.

Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Negara Tujuan Ekspor Kepiting Indonesia

Terhadap Rupiah Tahun 2001-2010

Analisis regresi gravity model aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia

menunjukkan bahwa koefisien nilai tukar mata uang bernilai positif. Sesuai dengan

hipotesis yakni terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Amerika Serikat

Singapura

Malaysia

China

Jepang

Belanda

Korea Selatan

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

mengakibatkan harga ekspor kepiting di pasar internasional menjadi relatif lebih

murah, sehingga penduduk negara tujuan akan lebih banyak membeli kepiting dari

Indonesia. Variabel ini mempengaruhi besarnya volume ekspor kepiting Indonesia ke

negara-negara tujuan dengan nilai koefisien sebesar 0,970685. Nilai ini berarti bahwa

apabila terjadi pelemahan (depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara

tujuan sebesar satu persen, maka akan menyebabkan peningkatan ekspor kepiting

Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,97 persen dari jumlah sebelumnya, ceteris

paribus. Variabel nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah menjadi faktor

penting yang sangat mempengaruhi besarnya ekspor kepiting Indonesia karena

variabel ini memiliki nilai P-value yang lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen,

sehingga variabel nilai tukar negara tujuan ekspor kepiting terhadap rupiah tersebut

signifikan dan berbeda nyata dengan nol. Temuan ini konsisten dengan studi yang

dilakukan oleh Widianingsih (2009) dan Kartikasari (2008) masing masing mengenai

aliran perdagangan komoditi biji kakao dan anggrek.

Besarnya koefisien variabel nilai tukar merupakan gambaran bahwa pengaruh

dari nilai tukar sebagai faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia sangat

besar. Semakin menguatnya nilai tukar negara tujuan terhadap rupiah semakin besar

pula potensi negara tersebut dalam meningkatkan volume ekspor kepiting Indonesia.

Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa mata uang negara-negara tujuan ekspor

kepiting Indonesia cenderung mengalami apresiasi terhadap rupiah.

Tabel 20. Perkembangan Nilai Tukar dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia Tahun

2001-2010

Negara

Nilai Tukar (Importer’s Currency/Rp) Laju Nilai

Tukar

(%/tahun)

Laju

Volume

Ekspor

(%/tahun)

Standar

Deviasi Mean Median Max Min

Amerika

Serikat 584,3 9.446,3 9.266,9 10.428,8 8.592,8 -0,14 -0,12

Singapura 738,5 5.957,8 5.811,5 7.162,7 4.932,6 0,20 0,60

Malaysia 235,4 2.625,8 2.618,4 2.964,6 2.262,7 0,07 0,47

RRC 152,0 1.231,7 1.195,9 1.528,8 1.039,3 0,02 0,72

Jepang 12,6 87,1 83,7 111,4 74,2 -0,54 -2,68

Belanda 1.929,8 11.581,6 11.814,1 14.486,9 8.820,8 0,33 9,27

Korea 0,9 8,4 8,1 9,9 7,2 0,03 4,23

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Sumber : www.oanda.com, www.uncomtrade.com (diolah)

Tabel 20 menunjukan bahwa negara yang memiliki rata-rata apresiasi

terhadap rupiah tertinggi selama tahun 2001 hingga tahun 2010 adalah Belanda yaitu

sebesar 0,33 persen dengan persentase pertumbuhan volume ekspornya yang juga

tertinggi di antara yang lainnya yakni mencapai 9,27% per tahun. Penurunan

pertumbuhan volume ekspor Amerika Serikat juga dapat dijelaskan pada variabel ini.

Depresiasi nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah menjadikan nilai riil

komoditas kepiting Indonesia lebih tinggi di Amerika Serikat sehingga mengurangi

pertumbuhan jumlah impor di negara tersebut. Tanda positif pada variabel nilai tukar

rupiah terhadap mata uang negara tujuan, mengindikasikan bahwa negara dengan

nilai tukar mata uang terhadap rupiah yang tinggi memiliki volume ekspor yang lebih

besar dibandingkan dengan negara-negara yang nilai tukar terhadap rupiahnya lebih

rendah.

6.2.5 Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan (Pij)

Perdagangan internasional pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan

harga yang terbentuk pada masing-masing negara. Perbedaan harga ini disebabkan

salah satu negara lebih efisien dibandingkan negara lain dalam menghasilkan suatu

komoditi tertentu, sedangkan negara lain lebih efisien dalam menghasilkan komoditi

lainnya. Dengan demikian, masing-masing negara akan melakukan spesialisasi

terhadap salah satu komoditi yang mengandung keunggulan komparatif dan

mengekspor sebagian outputnya ke negara lain.

Perbedaan relatif harga-harga atas berbagai komoditi antar dua negara pada

dasarnya mencerminkan keunggulan komparatif bagi masing-masing. Harga juga

yang menjadi pijakan setiap negara dalam melangsungkan hubungan dagang yang

saling menguntungkan. Harga relatif ekuilibrium setelah perdagangan berlangsung,

merupakan harga relatif bersama yang berlaku di negara pengekspor dan negara

pengimpor. Harga ini pula yang sekaligus akan menyeimbangkan hubungan dagang

di antara kedua negara tersebut. Tinggi rendahnya harga kepiting di pasar

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

internasional sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan

negara-negara yang melakukan perdagangan.

Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga

yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu

barang akan semakin menurun. Dari hasil estimasi model diketahui bahwa koefisien

dari variabel Px bernilai negatif sebesar -1,107208. Artinya, jika harga ekspor

kepiting meningkat sebesar satu persen akan menurunkan permintaan kepiting

Indonesia sebesar 1,11 persen, ceteris paribus.

Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan signifikan dan berbeda

nyata dengan nol pada pengujian hipotesis statistik t dengan taraf nyata sepuluh

persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap

besar kecilnya volume ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuan. Temuan

ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Hadi (2009) dalam penelitiannya

mengenai aliran perdagangan komoditi pisang dan mangga.

Gambar 5. Perkembangan Harga Kepiting Indonesia di Negara Tujuan Tahun 2001-

2010

Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa perkembangan harga kepiting

Indonesia di negara-negara tujuan ekspor cenderung mengalami fluktuasi dengan

trend meningkat. Variabel harga kepiting Indonesia di negara tujuan memberikan

0

5

10

15

20

25

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Amerika Serikat

Singapura

Malaysia

China

Jepang

Belanda

Korea Selatan

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi

pertimbangan bagi negara pengimpor dalam menentukan volume kepiting yang akan

diimpor dari Indonesia. Jika harga kepiting Indonesia di negara tujuan tinggi, maka

volume kepiting yang diperdagangkan ke negara tersebut akan semakin kecil.

Harga kepiting Indonesia ditentukan oleh situasi penawaran dan permintaan di

pasar internasional. Harga menjadi murah pada saat persediaan besar dan mahal pada

saat persediaan rendah atau sedikit. Sesuai dengan hukum permintaan bahwa

konsumen cenderung menginginkan harga yang relatif lebih murah. Kenaikan harga

kepiting Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara tujuan ekspor. Hal

ini dapat menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen atau negara

lainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau kepada produsen lain yang

memiliki harga ekspor yang sama, namun dengan kualitas kepiting yang lebih baik.

Harga merupakan cerminan dari tingkat efisiensi suatu produk. Agar harga

kepiting Indonesia tetap stabil tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Harga yang terbentuk dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dibebankan pada suatu

komoditi, seperti biaya produksi dan biaya pemasaran. Penekanan pada biaya

produksi dan biaya pemasaran diharapkan mampu menjaga harga kepiting untuk tetap

stabil sehingga tidak akan berdampak pada penurunan volume ekspor kepiting

Indonesia.

Tabel 21. Perkembangan Harga dan Volume Ekspor Kepiting Indonesia pada Tahun

2001-2010

Negara

Harga di Negara Tujuan (US$/kg)

Laju Harga

(%/tahun)

Laju

Volume

Ekspor

(%/tahun)

Standar

Deviasi Mean Median Max Min

Amerika

Serikat 2,32 14,60 13,90 19,62 12,14 1,19 -0,12

Singapura 0,33 1,91 1,96 2,40 1,35 9,68 0,60

Malaysia 0,24 1,26 1,29 1,80 0,87 -33,98 0,47

RRC 1,52 1,55 1,44 5,30 0,23 6,98 0,72

Jepang 3,09 3,96 3,12 10,57 1,16 123,12 -2,68

Belanda 1,57 8,04 8,12 11,44 5,73 1,24 9,27

Korea 3,80 6,40 6,31 12,83 1,51 68,38 4,23

Sumber : www.uncomtrade.com (diolah)

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Tabel 21 menunjukkan bahwa negara yang memiliki tingkat pertumbuhan

harga kepiting terendah dari tahun 2001 sampai tahun 2010 adalah Malaysia dengan

penurunan harga sebesar 33,98 persen setiap tahunnya. Pada variabel ini juga dapat

dijelaskan anjloknya rata-rata pertumbuhan ekspor kepiting ke negara Jepang. Seperti

terlihat pada Tabel 21, di antara ketujuh negara di atas, Jepang memiliki persentase

pertumbuhan harga yang paling tinggi dan sangat signifikan yakni mencapai 123,12

persen sehingga tingkat permintaannya terhadap komoditas kepiting Indonesia pun

berkurang secara drastis.

6.3 Potensi Perdagangan Kepiting Indonesia di Negara-negara Tujuan Ekspor

Untuk mempertajam analisis mengenai aliran perdagangan kepiting Indonesia,

langkah berikutnya adalah melakukan analisis potensi perdagangan. Dengan

membagi nilai prediksi perdagangan (P) dengan nilai aktual perdagangan (A) dari

estimasi gravity model dapat diketahui potensi perdagangan kepiting Indonesia di

negara-negara tujuannya. Apabila rasio antara nilai aktual perdagangan dengan nilai

prediksi perdagangannya lebih kecil dari 1 (A/P < 1), maka perdagangan yang

dilakukan dengan mitra dagang tersebut masih lebih kecil daripada potensi yang ada

di negara tersebut (undertrade). Sebaliknya jika rasio antara nilai aktual perdagangan

dengan nilai prediksi perdagangannya lebih besar dari 1 (A/P > 1), maka perdagangan

yang dilakukan dengan mitra dagang tersebut sudah melebihi potensi yang ada di

negara tersebut (overtrade).

Tabel 22. Potensi Perdagangan Bilateral Kepiting Indonesia

Negara Mitra

Dagang

Nilai

Aktual (A)

Nilai

Prediksi (P)

Potensi

Perdagangan

(PP)

Keterangan Implikasi

Amerika Serikat 15,0712 15,3470 0,98202906 Undertrade Potensial

Singapura 14,4869 14,6147 0,99125538 Undertrade Potensial

Malaysia 14,4257 14,5041 0,99459463 Overtrade

RRC 14,3550 13,6539 1,05134797 Overtrade

Jepang 9,3806 10,6825 0,87812684 Undertrade Potensial

Belanda 9,2794 11,0500 0,83976471 Undertrade Potensial

Korea Selatan 11,0144 9,7256 1,13249685 Overtrade

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Berdasarkan hasil perhitungan nilai potensial perdagangan, maka implikasi

terhadap mitra dagang kepiting Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu mitra

dagang yang pasarnya berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang dan mitra

dagang yang telah melebihi potensi perdagangannya. Amerika Serikat, Singapura,

Jepang, dan Belanda merupakan negara mitra dagang komoditas kepiting Indonesia

yang masih berpotensi untuk ditambah volume ekspornya. Hal ini terlihat pada nilai

potensial perdagangan serta implikasinya pada tabel 22. Berdasarkan tabel tersebut,

Belanda adalah negara mitra dagang dengan potensi tertinggi karena memiliki nilai

potensial perdagangan terendah yakni sebesar 0,83976. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa perdagangan komoditas kepiting dari Indonesia ke Belanda masih sebesar

83,98% dari keseluruhan potensi perdagangan. Sehingga masih terdapat 16,02%

peluang ekspor kepiting Indonesia ke Belanda yang dapat dioptimalkan oleh

Indonesia.

Meskipun terdapat empat negara yang masih potensial untuk ditingkatkan

ekspornya, nilai potensi perdagangan di keempat negara tersebut sudah mendekati

nilai impas (PP=1). Hal ini menyiratkan bahwa perdagangan di pasar komoditas

kepiting negara-negara tersebut sudah mendekati kejenuhan sehingga Indonesia perlu

mempersiapkan alternatif pasar yang baru. Sebagai salah satu negara produsen

kepiting segar terbesar, Indonesia harus segera melakukan penetrasi pasar ke negara-

negara lainnya. Investasi perlu dilakukan dalam bentuk promosi atau kampanye

mengenai berbagai kelebihan serta pentingnya mengkonsumsi produk kepiting

khususnya kepiting Indonesia di negara-negara yang konsumsi kepitingnya tergolong

rendah. Melalui kampanye tersebut diharapkan akan terbentuk suatu kebutuhan untuk

mengkonsumsi kepiting di benak para konsumen yang pada akhirnya meningkatkan

permintaan kepiting di negara-negara tersebut.

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1) Faktor-faktor yang dipilih dalam model penelitian kali ini mampu menjelaskan

aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia ke negara-negara tujuannya sebesar

96,82 persen. Sisanya sebesar 3,18 persen dijelaskan oleh faktor lainnya yang

tidak terdapat dalam model atau error. Melalui pendekatan model fixed effect

diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata ekspor kepiting

Indonesia ke negara tujuan terdiri dari: GDP per kapita negara tujuan ekspor,

jarak antara Indonesia dengan negara tujuan, harga kepiting Indonesia di negara

tujuan, dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah.

2) Amerika Serikat, Singapura, Jepang, dan Belanda merupakan negara tujuan utama

yang masih memiliki pasar yang potensial untuk penambahan volume ekspor

kepiting dari Indonesia.

7.2 Saran

1) Indonesia dalam menyusun strategi ekspor komoditas kepitingnya perlu

mempertimbangkan faktor jarak antara Indonesia dengan negara tujuan, GDP per

kapita negara tujuan ekspor, harga kepiting Indonesia di negara tujuan, dan nilai

tukar mata uang negara tujuan terhadap rupiah.

2) Perlu adanya peningkatan ekspor ke negara-negara tujuan utama yang belum

termaksimalkan potensi perdagangannya seperti Amerika Serikat, Singapura,

Jepang, Belanda dan sebaliknya mengurangi ekspor komoditas kepiting ke

negara-negara seperti RRC, Korea Selatan, dan Malaysia yang telah mengalami

kelebihan perdagangan dengan Indonesia.

3) Indonesia perlu melakukan ekspansi pasar komoditas kepiting ke negara-negara

lain. Hal ini dapat dimulai dengan promosi dan kampanye yang gencar mengenai

berbagai kelebihan serta pentingnya mengkonsumsi kepiting sehingga tercipta

demand baru di negara-negara yang belum banyak mengkonsumsi kepiting.

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

DAFTAR PUSTAKA

Ababouch L. 2006. Detention and Rejections of Fish and Seafood at Borders of

Major Importing Countries. Italy: Food and Agriculture Organization.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia 2010. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Batra A. 2004. India’s Global Trade Potential: The Gravity Model Approach.

http://www.icrier.org/wp.15. [12 Februari 2012]

Bergstrand JH. 1985. The Gravity Equation in International Trade: Some

Microeconomic Foundations and Empirical Evidence. Review of Economics

and Statistics 67(3): 474-481. A second attempt to provide theoretical

foundations to the gravity model.

Christie E. 2005. Potential Trade in South East Europe: A Gravity Model Approach.

http://www.wiiw.ac.at.balkan. [12 Februari 2012]

CSG Network. 2012. Kilometer, Nautical and Statute Mile Converter.

http://www.csgnetwork.com/nsmilekmconverter.html. [23 Januari 2012]

Daryanto A. 2007. Dari Klaster Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Perikanan.

Buletin Craby & Starky, Edisi Januari 2007.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. FAO Statistical Yearbook 2009.

Rome: Food and Agriculture Organization.

Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain, Sumarno, penerjemah. Jakarta:

Erlangga.

Hadi I. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Pisang

dan Mangga Indonesia ke Negara Tujuan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Hadianto. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan

Beberapa Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Indexmundi. 2011. Country Profile. http://www.indexmundi.com. [23 Januari 2012]

Kalbasi H. 2001. The Gravity Model and Global Trade Flows.

http://www.ecomod.net/conferences/ecomod2001/papers-w/KALBASI.pdf.

[12 Februari 2012]

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Kartikasari MA. 2008. Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran

Perdagangan Anggrek Indonesia Di Pasar Internasional [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kasry A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Jakarta: Bhatara.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam

Angka 2009. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Info Komoditas Utama 2011.

Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Lambaga A. 2009. Akselerasi Ekspor Produk Perikanan Indonesia Melalui Penerapan

Standar. Di dalam Prosiding PPI Standardisasi; Makassar, 3 Juni 2009.

Lindert PH, Kinderleberger CP. 1995. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Lipsey RG, Steiner PO, Purvis D. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid kesatu. Edisi

Kesepuluh. Jakarta: Binarupa Aksara.

Lubis AD, Rahmawati I. 2010. Dampak Pelaksanaan FTA China-ASEAN Untuk

Produk Perikanan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perikanan.

Mankiw NG. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Meistika R. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor

Kepiting Indonesia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Institut Pertanian Bogor.

Moosa MK. 1980. Systematical and zoogeographical observation the Indo-West

Pasific Portunidae. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI.

Nachrowi DN, Usman H. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk

Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Naila FM. 2010. Keragaan Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan

Indonesia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Oanda. 2012. Average Exchange Rates. http://www.oanda.com/currency/average. [23

Januari 2012].

Ramadhan A. 2011. Daya Saing Produk Perikanan Indonesia di Beberapa Negara

Importir Utama dan Dunia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Ridwan. 2009. Dampak Integrasi Ekonomi terhadap Investasi di Kawasan ASEAN:

Analisis model gravitasi. Jurnal Organisasi dan Manajemen Vol V No.2

(September): 95-107

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid I. Edisi Kelima. Haris Munandar

[Penerjemah]. Jakarta: Erlangga.

Searates. 2012. Port to Port Distances.

http://www.searates.com/reference/portdistance/?country1=131&fcity1=8517

&country2=172&fcity2=11175&speed=14. [23 Januari 2012].

Setyo AF. 2009. Analisis Aliran Perdagangan Manggis Indonesia [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sulistiono S, Watanabe S, Tsuchida. 1994. Biology and fisheries of crabs in Segara

Anakan Lagoon. p. 65-76. In: Ecological assessment for management

planning in Segara Anakan Lagoon, Cilacap, Central Java. JSPS-DGHE

Program. NODAI Center for International Program: Tokyo University of

Agriculture, Japan.

[SFP] Sustainable Fisheries Partnership. 2009. Market Analysis: Indonesia Blue

Swimming Crab. Honolulu: Sustainable Fisheries Partnership.

[SFP] Sustainable Fisheries Partnership. 2009. Scooping Out: Indonesia Blue

Swimming Crab Fisheries. Honolulu: Sustainable Fisheries Partnership.

United Nation Commodity Trade Statistics Database. Berbagai Terbitan.

www.un.comtrade.org [Januari-Maret 2012].

Widianingsih Y. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran

Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

World Consumptions Database. Berbagai Terbitan. http://faostat.fao.org [Januari-

Maret 2012].

World Shipping Council. 2012. Top 50 World Container Ports.

http://www.worldshipping.org/about-the-industry/global-trade/top-50-world-

container-ports. [23 Januari 2012].

Yuliandar D. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh Hitam

Indonesia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut

Pertanian Bogor.

Yuniarti D. 2008. Potensi Perdagangan Global Indonesia Indonesia: Pendekatan

Gravity Model. Jurnal Ekonomi Vol XIII No.2 (Juli): 119-130

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 1. Statistik Deskriptif Data Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia

Xij GDPi GDPj ERij Pj Dij

Mean 12.6617 8.33981 10.3406 7.0788 1.46154 12.4658

Median 13.6216 8.18869 10.3581 7.95745 1.62792 12.7486

Maximum 15.5922 9.44145 11.399 9.58101 2.97635 14.2441

Minimum 5.33754 8.00637 9.10467 1.97926 -0.1387 10.1676

Std. Dev. 2.40579 0.40232 0.54403 2.54664 0.90596 1.12653

Skewness -1.0484 1.81482 -0.3625 -1.0013 -0.1379 -0.4002

Kurtosis 3.57926 4.85243 2.90016 2.45321 1.58865 2.09365

Jarque-Bera 13.8011 48.4337 1.56229 12.5698 6.03155 4.26449

Probability 0.00101 0 0.45788 0.00186 0.04901 0.11857

Sum 886.317 583.787 723.838 495.516 102.308 872.606

Sum Sq. Dev. 399.359 11.1685 20.4222 447.489 56.633 87.566

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 2. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode Fixed

Effect

Dependent Variable: XIJ

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)

Date: 01/23/13 Time: 13:50

Sample: 2001 2010

Periods included: 10

Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.142126 3.546346 -0.604037 0.5482

GDPI -0.317891 0.721855 -0.440381 0.6613

GDPJ 0.421746 0.227053 1.857473 0.0683

ERIJ 0.970685 0.422097 2.299674 0.0251

DIJ 0.628985 0.160523 3.918343 0.0002

PJ -1.107208 0.145056 -7.632948 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.968194 Mean dependent var 33.62047

Adjusted R-squared 0.962162 S.D. dependent var 30.60589

S.E. of regression 1.069940 Sum squared resid 66.39676

F-statistic 160.5062 Durbin-Watson stat 1.962349

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.851949 Mean dependent var 12.66167

Sum squared resid 59.12537 Durbin-Watson stat 1.097755

Negara Koefisien Dummy Cross Section

USA 1.142514

SIN 0.038473

MAL 0.535511

CHN 0.200634

JPN 0.968669

NLD -4.237657

KOR 1.351855

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 3. Histogram – Normality Test

Lampiran 4. Standardized Residual Graph

0

2

4

6

8

10

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: Standardized Residuals

Sample 2001 2010

Observations 70

Mean -6.92e-17

Median 0.032139

Maximum 1.879454

Minimum -2.520551

Std. Dev. 0.980955

Skewness -0.213960

Kurtosis 2.394816

Jarque-Bera 1.602311

Probability 0.448810

-3

-2

-1

0

1

2

1 -

01

1 -

03

1 -

05

1 -

07

1 -

09

2 -

01

2 -

03

2 -

05

2 -

07

2 -

09

3 -

01

3 -

03

3 -

05

3 -

07

3 -

09

4 -

01

4 -

03

4 -

05

4 -

07

4 -

09

5 -

01

5 -

03

5 -

05

5 -

07

5 -

09

6 -

01

6 -

03

6 -

05

6 -

07

6 -

09

7 -

01

7 -

03

7 -

05

7 -

07

7 -

09

Standardized Residuals

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi
Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 5. Coefficent Covariance Matrix / Korelasi Antar Variabel (Uji Klein)

C GDPI GDPJ ERIJ DIJ PJ

C 12.5766 -1.9466 0.1589 -0.0451 0.1608 0.2626

GDPI -1.9466 0.5211 -0.0456 -0.1511 -0.0654 -0.0317

GDPJ 0.1588 -0.0456 0.0516 -0.0272 -0.0100 0.0048

ERIJ -0.0451 -0.1511 -0.0272 0.1782 0.0251 0.0046

DIJ 0.1608 -0.0654 -0.0100 0.0251 0.0258 -0.0088

PJ 0.2625 -0.0317 0.0048 0.0046 -0.0088 0.0210

Lampiran 6. Uji Autokorelasi

k = 5 ; n = 70

Model dL 4-dL dU 4-dU DW

1.4637 2.5363 1.7683 2.2317 1.962349

Sumber : Data Primer (2012)

Gambar. Daerah Uji Autokorelasi

Sumber: Rangkuti (2005)

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 7. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode Pooled

Least Square

Dependent Variable: XIJ

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)

Date: 01/23/13 Time: 13:48

Sample: 2001 2010

Periods included: 10

Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.811726 1.212706 0.669351 0.5057

GDPI 0.406307 0.136974 2.966306 0.0042

GDPJ 0.805069 0.140520 5.729217 0.0000

ERIJ 0.632772 0.052094 12.14670 0.0000

DIJ -0.276218 0.110670 -2.495878 0.0152

PJ -0.586575 0.084669 -6.927878 0.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.939871 Mean dependent var 45.56234

Adjusted R-squared 0.935173 S.D. dependent var 35.95232

S.E. of regression 1.029870 Sum squared resid 67.88040

F-statistic 200.0753 Durbin-Watson stat 1.577479

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.511478 Mean dependent var 12.66167

Sum squared resid 195.0955 Durbin-Watson stat 0.363558

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 8. Output Aliran Perdagangan Kepiting Indonesia dengan Metode

Random Effect

Dependent Variable: XIJ

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 01/23/13 Time: 14:09

Sample: 2001 2010

Periods included: 10

Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.860053 8.592426 -0.682002 0.4977

GDPI 0.157562 1.434588 0.109831 0.9129

GDPJ 0.804713 0.543828 1.479719 0.1439

ERIJ 0.693518 0.435010 1.594256 0.1158

DIJ 0.451510 0.262350 1.721018 0.0901

PJ -1.129760 0.221115 -5.109365 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 3.241393 0.9119

Idiosyncratic random 1.007541 0.0881

Weighted Statistics

R-squared 0.266546 Mean dependent var 1.238608

Adjusted R-squared 0.209245 S.D. dependent var 1.095456

S.E. of regression 0.974127 Sum squared resid 60.73115

F-statistic 4.651681 Durbin-Watson stat 1.069922

Prob(F-statistic) 0.001103

Unweighted Statistics

R-squared 0.455197 Mean dependent var 12.66167

Sum squared resid 217.5719 Durbin-Watson stat 0.298649

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 9. Output Correlated Random Effect / Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: EQ01

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.000000 5 1.0000

* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.

** WARNING: robust standard errors may not be consistent with

assumptions of Hausman test variance calculation.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

GDPI -0.277450 0.157562 0.240878 0.3754

GDPJ 0.640279 0.804713 0.152067 0.6733

ERIJ 1.478021 0.693518 2.874182 0.6436

DIJ 0.516498 0.451510 0.003038 0.2383

PJ -1.141122 -1.129760 0.010783 0.9129

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: XIJ

Method: Panel Least Squares

Date: 01/23/13 Time: 14:12

Sample: 2001 2010

Periods included: 10

Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -6.878669 14.09988 -0.487853 0.6275

GDPI -0.277450 1.516219 -0.182988 0.8554

GDPJ 0.640279 0.669191 0.956796 0.3426

ERIJ 1.478021 1.750262 0.844457 0.4019

DIJ 0.516498 0.268077 1.926677 0.0589

PJ -1.141122 0.244285 -4.671263 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.852569 Mean dependent var 12.66167

Adjusted R-squared 0.824608 S.D. dependent var 2.405787

S.E. of regression 1.007541 Akaike info criterion 3.007707

Sum squared resid 58.87802 Schwarz criterion 3.393163

Log likelihood -93.26974 Hannan-Quinn criter. 3.160815

F-statistic 30.49124 Durbin-Watson stat 1.108785

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 10. Redundant Fixed Effect Test / Likelihood Ratio

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: EQ01

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 22.091227 (6,58) 0.0000

Cross-section Chi-square 83.262044 6 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: XIJ

Method: Panel Least Squares

Date: 01/23/13 Time: 14:15

Sample: 2001 2010

Periods included: 10

Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.563434 2.467955 -0.228300 0.8201

GDPI 0.492181 0.359434 1.369321 0.1757

GDPJ 1.010667 0.285636 3.538307 0.0008

ERIJ 0.583041 0.061736 9.444167 0.0000

DIJ -0.368475 0.199400 -1.847919 0.0692

PJ -0.591389 0.296927 -1.991703 0.0507

R-squared 0.515644 Mean dependent var 12.66167

Adjusted R-squared 0.477804 S.D. dependent var 2.405787

S.E. of regression 1.738498 Akaike info criterion 4.025736

Sum squared resid 193.4319 Schwarz criterion 4.218464

Log likelihood -134.9008 Hannan-Quinn criter. 4.102290

F-statistic 13.62685 Durbin-Watson stat 0.368489

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

Lampiran 11. Actual, Fitted, Residual Table

obs Actual Fitted Residual Residual Plot

1 - 01 15.25 14.97 0.27 | .* |

1 - 02 15.42 14.91 0.52 | .* |

1 - 03 15.35 14.86 0.49 | .* |

1 - 04 15.45 15.15 0.30 | .* |

1 - 05 15.59 15.57 0.02 | * |

1 - 06 15.44 15.50 -0.06 | * |

1 - 07 15.38 15.70 -0.32 | *. |

1 - 08 15.18 15.43 -0.26 | *. |

1 - 09 14.83 15.51 -0.69 | * . |

1 - 10 15.07 15.35 -0.28 | *. |

2 - 01 13.77 13.68 0.09 | * |

2 - 02 13.49 13.53 -0.05 | * |

2 - 03 13.53 13.62 -0.09 | * |

2 - 04 13.76 13.86 -0.10 | * |

2 - 05 14.68 14.18 0.50 | .* |

2 - 06 14.96 14.69 0.27 | .* |

2 - 07 14.92 15.05 -0.12 | * |

2 - 08 14.60 15.00 -0.39 | *. |

2 - 09 14.55 14.53 0.02 | * |

2 - 10 14.49 14.61 -0.13 | * |

3 - 01 13.85 14.08 -0.23 | *. |

3 - 02 14.08 13.20 0.89 | . * |

3 - 03 14.22 13.65 0.57 | .* |

3 - 04 14.41 13.68 0.73 | . * |

3 - 05 14.42 14.14 0.28 | .* |

3 - 06 14.15 14.26 -0.11 | * |

3 - 07 13.86 14.60 -0.73 | * . |

3 - 08 13.83 14.71 -0.88 | * . |

3 - 09 14.19 14.62 -0.43 | *. |

3 - 10 14.43 14.50 -0.08 | * |

4 - 01 13.60 13.52 0.07 | * |

4 - 02 12.94 14.09 -1.15 | * . |

4 - 03 12.39 13.48 -1.09 | * . |

4 - 04 13.65 13.83 -0.18 | *. |

4 - 05 14.53 14.04 0.49 | .* |

4 - 06 14.12 13.66 0.46 | .* |

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

4 - 07 13.97 13.56 0.41 | .* |

4 - 08 13.90 13.63 0.27 | .* |

obs Actual Fitted Residual Residual Plot

13.79 13.77 0.02 | * | 4 - 09

4 - 10 14.36 13.65 0.70 | . * |

5 - 01 12.47 10.73 1.74 | . * |

5 - 02 13.27 11.84 1.43 | . * |

5 - 03 12.75 12.17 0.58 | .* |

5 - 04 11.13 11.01 0.13 | * |

5 - 05 11.29 12.66 -1.37 | * . |

5 - 06 11.73 11.95 -0.22 | *. |

5 - 07 11.65 11.92 -0.27 | *. |

5 - 08 10.51 11.05 -0.54 | *. |

5 - 09 11.61 11.78 -0.17 | * |

5 - 10 9.38 10.68 -1.30 | * . |

6 - 01 5.34 10.07 -4.73 |* . |

6 - 02 10.02 9.59 0.43 | .* |

6 - 03 11.34 10.38 0.97 | . * |

6 - 04 11.44 10.68 0.76 | . * |

6 - 05 11.74 11.14 0.60 | . * |

6 - 06 12.15 10.86 1.29 | . * |

6 - 07 12.23 11.01 1.22 | . * |

6 - 08 11.90 11.28 0.63 | . * |

6 - 09 11.68 11.07 0.61 | . * |

6 - 10 9.28 11.05 -1.77 | * . |

7 - 01 9.83 9.57 0.26 | .* |

7 - 02 5.70 8.02 -2.32 | * . |

7 - 03 7.63 8.27 -0.64 | * . |

7 - 04 8.97 8.72 0.24 | .* |

7 - 05 10.12 10.45 -0.33 | *. |

7 - 06 7.74 8.23 -0.49 | *. |

7 - 07 9.56 8.82 0.74 | . * |

7 - 08 9.25 8.59 0.66 | . * |

7 - 09 9.23 8.63 0.59 | . * |

7 - 10 11.01 9.73 1.29 | . * |

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA

SKRIPSI

RANDY HAZEMI

H34070130

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63059/10/H13rha.pdf · atas seluruh bantuan, nasihat, dan perhatiannya selama masa studi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA

SKRIPSI

RANDY HAZEMI

H34070130

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013