analisis ekonomi manfaat ekosistem terumbu … · tahunnya sekitar 1,6 milyar us dollar, selain itu...

84
ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA ERNI SISCA DEWI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Upload: docong

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU

KARANG DI PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ERNI SISCA DEWI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

Page 2: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 30 Desember 1974 dari Keluarga

Bapak Muhammad Shaleh Sutan Ma’ruf dan Ibu Rudinah. Penulis merupakan anak

terakhir dari delapan bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Cikokol I Tangerang pada tahun 1987,

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Tangerang pada tahun 1990, dan Sekolah

Menegah Atas di SMAN 2 Tangerang pada tahun 1993.

Pada tahun yang sama penulis lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Andalas. Penulis memilih jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Penulis memperoleh gelar Sarjana Sains pada jurusan tersebut tahun 1998.

Sejak tahun 2001 penulis menjadi staf pengajar di Universitas Respati Indonesia,

Jakarta. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan magister pada Program Studi

Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 3: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi

Sumberdaya Kelautan Tropika, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis ini

berjudul Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Ternate

Provinsi Maluku Utara .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada para personalia

dibawah ini :

1. Dr.Ir. Achmad Fahrudin, MS dan Dr.Ir. Luky Adrianto, MSc selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis

mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan tesis ini.

2. Prof.Dr.Ir.Tridoyo Kusumastanto, MS selaku ketua Program Studi Ekonomi

Sumberdaya Kelautan Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertania Bogor atas

dukungan dan motivasinya.

3. Dr. Suharno M.Adev, selaku penguji atas masukan dan sarannya.

4. Drs. A.B.Suriadi M.Arsjad, MSc selaku kepala Pusat Survey Sumberdaya Alam

Laut Bidang Inventarisasi Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal atas izinnya

menggunakan data penelitian team Bakosurtanal.

5. Mutmainnah Ridwan SPi, MSi dan rekan-rekan Program Studi Ekonomi

Sumberdaya Kelautan Tropika atas dukungan dan persahabatannya.

6. Orang tua dan keluarga atas segala doa dan dukungannya.

Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Atas masukan dan saran

yang bersifat membangun penulis ucapkan terimakasih.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

Page 4: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor,

sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan

sebagainya.

Page 5: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

ABSTRACT

ERNI SISCA DEWI. Economic Analysis of Benefit Value of Coral Reef Ecosystem in

Ternate Island North Maluku Province. Under the supervision of ACHMAD

FAHRUDIN and LUKY ADRIANTO.

Artisanal fishermen are people whose economic activities depend on natural

resource especially coral reef ecosystem. In Ternate Island there are 729 fishermen

household. Who are running some economic activities, including destructive fishing

practices .

The aim of this research is to estimate the benefit value of coral reef in

Ternate Island using Effect on Production (EoP) approach. This approach mainly

applies to estimate the difference in value of productive output before and after the

impact of activity. The results of this research show that the actual economic values of

coral reef in Ternate Island based on cross section data is Rp 21.027.933.840,00, while

produce an estimation of present value of the benefit is Rp 384.542.778,79.

Furthermore, the present value of residual rent is as of estimated to be Rp

239.081.334,38.

Based on the time series appproach, it is estimated that a loss of benefit after 10

years has been occurred. Therefore foregone benefit value of coral reef in 10 years is Rp

5.097.140.400,00 or Rp 2.842.800.000,00 per hectare.

Page 6: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

ABSTRAK

ERNI SISCA DEWI. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau

Ternate Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN dan LUKY

ADRIANTO.

Nelayan pancing merupakan kelompok nelayan yang sangat tergantung kepada

keberadaan ekosistem terumbu karang. Di Pulau Ternate terdapat 729 nelayan pancing

yang diantaranya menjalankan praktek penangkapan ikan karang secara destruktif.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai manfaat dari ekosistem

terumbu karang dengan menggunakan pendekatan efek produktivitas. Pendekatan ini

menggunakan perbedaan hasil produksi perikanan karang sebelum dan sesudah praktek

penangkapan ikan karang secara destruktif.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai estimasi ekonomi aktual dari

ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate berdasarkan data primer adalah Rp

21.027.933.840,00. Sementara itu estimasi dari nilai manfaat sekarang adalah Rp

384.542.778,79. Sedangkan nilai estimasi manfaat bersih sekarang adalah Rp

239.081.334,38.

Dengan pendekatan data berkala diperoleh nilai estimasi dari manfaat ekosistem

terumbu karang yang hilang selama kurun waktu 10 tahun. Estimasi nilai manfaat yang

hilang yaitu sebesar Rp 5.097.140.400,00 atau sebesar Rp 2.842.800,00 per hektar.

Page 7: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................................ 1 Perumusan Masalah ................................................................................. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Terumbu Karang..................................................................... 5 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang ........................................... 12 MetodeValuasi Ekonomi.......................................................................... 16 KERANGKA PENDEKATAN STUDI ........................................................... 24

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu................................................................................... 27 Metode Penelitian .................................................................................... 27 Metode Pengambilan Sampel................................................................... 27 Variabel dan Cara Pengukuran ................................................................ 28 Analisis Data .................................................................................... 29

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis .................................................................................... 34 Kondisi Fisik .................................................................................... 34 Kondisi Sosial Ekonomi .......................................................................... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendekatan Data Cross Section................................................................ 47 Nilai Ekonomi Aktual (Net Benefit Income Approach) .......................... 47 Nilai Manfaat sekarang. ........................................................................... 50 Nilai Manfaat Ekonomi Sekarang............................................................ 51 Analisis Sensitivitas Net Present Value ................................................... 52 Keterkaitan Ikan Karang dengan Karang Hidup...................................... 56 Pendekatan data Time series .................................................................... 62 Nilai Kehilangan manfaat Langsung Terumbu karang ........................... 63

Page 8: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Halaman

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ............................................................................................. 66 Saran ................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67

LAMPIRAN...................................................................................................... 70

Page 9: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Valuasi Ekosistem Berdasarkan Tiga Tujuan Utama Efisisensi,

Keadilan ,Dan Keberlanjutan..................................................... . ..... 13

2. Contoh Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang................ 16

3. Rincian Wilayah Pulau Ternate ......................................................... 37

4. Luas Jarak,dan Waktu Tempuh Ke Pulau–Pulau Kecil Di Kota

Ternate ............................................................................................... 37

5. Sarana Pendidikan Dasar dan Menengah Di Kota Ternate tahun 2004 38

6. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok

Harga Komoditi Di Kota Ternate Tahun 2000-2004....................... 39

7. Komposisi Sebaran RTP Di Pulau Ternate........................................ 41

8. Produksi Hasil Perikanan Di Kota Ternate Tahun 1996-2004 ......... 41

9. Perkembangan Produksi Perikanan Kota Ternate Dari

Tahun 2002-2004 .............................................................................. 42

10. Perkembangan Armada Tangkap Nelayan Selama 3 Tahun.............. 42

11. Jumlah Alat Tangkap Berdasarkan Jenis Di Pulau Ternate............... 42

12. Sarana Dan Prasarana Pelabuhan Bastiong ....................................... 44

13. Klasifikasi Umur Responden ............................................................. 45

14. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden ...................................... 45

15. Klasifikasi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ....... 46

16. Asal Responden.................................................................................. 46

17. Lama Domisili Responden................................................................. 47

18. Status Kepemilikan Armada .............................................................. 47

19. Rincian Estimasi Penerimaan Ikan Karang Nelayan Pancing

Di Pulau Ternate ................................................................................ 49

20. Rincian Estimasi Manfaat Bersih Nelayan Pancing Di Pulau Ternate 50

21. Nilai Estimasi Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karang Di

Pulau Ternate ..................................................................................... 44

22. Nilai Estimasi Manfaat Sekarang Ekosistem Terumbu Karang di

Page 10: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Pulau Ternate ..................................................................................... 51

Halaman

23. Nilai Estimasi Present Value Residual Rent Terumbu Karang Di

Pulau Ternate .................................................................................... 52

24. Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV Dengan Asumsi Produksi Berkurang 25

% menggunakan Pola Pemanfaatan Destruktif .................................. 54

25. Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV Dengan Asumsi Produksi Bertambah

25% Menggunakan Pola Pemanfaatan Dengan Pengaturan .............54

26. Rincian Tindakan dan Penanganan Yang Harus Dilakukan Seluruh

Stake Holders pemanfaat Ekosistem Terumbu Karang ..................... 55

27. Perbandingan Net Prresent Value Dengan Perubahan Biaya Angkut 56

28. Rekapitulasi Persentase Sebaran Tutupan Karang di Pulau Ternate . 58

29. Rekapitulasi Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Karang

Konsumsi Masyarakat di Pulau Ternate ........................................... 59

30. Hasil Regresi Antara Ikan Karang Konsumsi Dengan Karang Hidup 57

31. Hasil Regresi Masing-Masing Ikan Karang Konsumsi Dengan

Tutupan Karang Hidup di Semua Stasiun Pengamatan ..................... 62

32. Perbandingan Produktivitas Terumbu Karang dengan Luasan

Terumbu Karang pada Tahun 1995 dan 2004................................. 64

33. Proporsi Luasan terumbu Karang tahun 1995 dan 2004................... 65

34. Rincian Kehilangan Nilai Manfaat Terumbu Karang dari tahun

1995 - 2004........................................................................................ 65

Page 11: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Metode Valuasi Ekonomi................................................................... 17

2. Alur Kerangka Pendekatan S tudi....................................................... 27

3. Proporsi Rata-Rata Tangkapan Ikan Karang Per Trip Nelayan

Pancing Di Pulau Ternate .................................................................. 49

4. Nilai Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Ternate 51

5. Perbandingan Antara PV Benefit Dan PV Residual Rent Terumbu

Karang Di Pulau Ternate................................................................... 52

6. Grafik Analisis Sensitivitas Net Present Value (NPV) Ekosisrtem

Terumbu Karang Di Pulau Ternate ................................................... 56

7. Kurva Interaksi Antara Persentase Tutupan Karang Hidup Dengan Kelimpahan

Ikan Karang Konsumsi....................................................................... 59

8. Kurva Interaksi Antara Persentase Tutupan Karang Hidup Dengan

Keanekaragaman Ikan Karang Konsumsi Di Pulau Ternate ............. 60

9. Mata Rantai Karang Sehat Dengan Keanekaragaman dan Kelimpahan

Ikan ................................................................................................... 61

10. Rekapitulasi Produksi Perikanan Karang di Pulau Ternate tahun

1995-2004 .......................................................................................... 63

11. Estimasi Degradasi Luasan terumbu Karang di Pulau Ternate Dari

tahun 1995-2004 ................................................................................ 64

12 Perbandingan nilai manfaat ekonomi antara tahun 1995 dan 2004 65

Page 12: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Ekosistem Terumbu Karang Pulau Ternate ............................... 70

2. Analisis Manfaat –Biaya Per Tahun Responden Nelayan Pancing di

Pulau Ternate ..................................................................................... 71

Page 13: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis

pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta

km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan

kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan

memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang

lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996).

Untuk ekosistem terumbu karang World Resource Institute (WRI) (2002)

mengestimasi bahwa luas terumbu karang di Indonesia adalah sekitar 51.000 km2. Angka

ini belum mencakup terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau

yang berada di perairan agak dalam (inland waters). Jika estimasi ini akurat maka 51%

terumbu karang di Asia Tenggara atau 18% terumbu karang di dunia berada di perairan

Indonesia. Sebagian besar dari terumbu karang ini bertipe terumbu karang tepi (fringing

reefs) yang berdekatan dengan garis pantai sehingga mudah diakses oleh masyarakat

sekitar. Lebih dari 480 jenis karang batu (hard coral )telah didata di wilayah timur

Indonesia dan merupakan 60% dari jenis karang batu di dunia yang telah berhasil

dideskripsikan. Keanekaragaman tertinggi ikan karang di dunia juga ditemukan di

Indonesia dengan lebih dari 1.650 jenis hanya untuk wilayah Indonesia bagian timur.

Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan

beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan

ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak

dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis antara lain sebagai habitat,

tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi

berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat

penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan

konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi

yang menarik.

Selanjutnya Hopley dan Suharsono (2000) dalam Burke et al.(2002)

mengestimasikan bahwa Keuntungan ekonomi dari terumbu karang Indonesia setiap

Page 14: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal

sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan laut di dunia yang menyediakan 3,6

juta ton dari produksi perikanan laut secara keseluruhan pada tahun 1997 .

Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar

ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut menjadi

tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama

masyarakat di daerah pesisir. Tekanan terhadap sumberdaya laut terutama terumbu

karang meningkat seiring dengan bertambahnya populasi secara cepat. Ketergantungan

yang tinggi telah menyebabkan penurunan yang besar pada nilai ekologis dan ekonomis

akibat degradasi dan kerusakan yang parah. Dari sekitar 51.000 km2 luas terumbu karang

di Indonesia, lebih dari 40 % dalam kondisi rusak dan hanya sekitar 6,5% dalam kondisi

sangat baik selebihnya dalam kondisi sedang (WRI, 2002).

Dibeberapa tempat di Indonesia karang batu digunakan untuk berbagai

kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan.

Dalam industri pembuatan kapur, karang batu (hard coral) kadang-kadang ditambang

sangat intensif sehingga bisa mengancam keamanan pantai. Selain it u karang dan ikan

karang Indonesia yang berlimpah tersebut terancam oleh praktek penangkapan ikan yang

merusak. Penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak telah meluas

di Indonesia bahkan di daerah yang dilindungi (WRI, 2002).

Kerusakan terumbu karang yang telah terjadi di beberapa kawasan pantai di

Indonesia menjadi keprihatinan banyak fihak akan keberlanjutan fungsi ekosistem

tersebut. Kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi karena faktor- faktor alam, akan

tetapi faktor-faktor antropogenik mempunyai andil yang besar Menurut Garces (1992)

sumber-sumber kerusakan karang dapat dikelompokan sebagai aktivitas ekonomi yang

terdiri dari kegiatan perikanan, pembangunan di daratan disamping wilayah pesisir dan

rekreasi serta pariwisata.

Hasil survei WRI (2002) di wilayah Indonesia bagian Timur menunjukkan sekitar

65% kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan penangkapan ikan secara

destruktif. Sebagian besar menggunakan racun dan bom dimana aktivitas ini telah

mengakibatkan kerugian ekonomi yang luar biasa. WRI mengestimasi kerugian di

Indonesia akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak selama 20 tahun ke

Page 15: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

depan adalah sebesar 570 juta US Dollar. Sedangkan estimasi kerugian dari penangkapan

ikan dengan racun sianida secara berkala adalah sebesar 46 juta US Dollar. Dari

ekosistem terumbu karang yang rusak hanya diperoleh hasil perikanan rata-rata 5 ton/km2

/tahun sedangkan hasil produktivitas terumbu karang yang sehat bisa mencapai sekitar 20

ton/km2/tahun .

Provinsi Maluku Utara merupakan bagian dari lingkup yang bergerak antara

Sangihe Talaut, Minahasa ke Filipina yang merupakan jalur distribusi terumbu karang di

Indonesia bagian Timur. Jalur kepulauan Indonesia dan Filipina ini merupakan pusat

keragaman terumbu karang dunia dengan jumlah spesies yang telah teridentifikasi sekitar

600 spesies.

COREMAP (2001) melaporkan bahwa dibeberapa daerah di Provinsi Maluku

Utara terjadi kerusakan ekosistem terumbu karang. Mulai dari Pulau Ternate, Pulau

Bacan, Pulau Obi, Pulau Halmahera sampai bagian Utara yaitu pulau Morotai. Di Pulau

Halmahera tutupan karang hidup dengan kondisi baik sebesar 29%, 14% dalam kondisi

sedang dan selebihnya dalam kondisi buruk. Berdasarkan laporan Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Universitas Khairun (2001) bahwa ekosistem

terumbu karang dibeberapa lokasi di Pulau Ternate mengalami kerusakan akibat

tindakan destruktif. Penyebab dominan kerusakan adalah kegiatan penangkapan ikan

menggunakan muroami, bahan peledak, bahan beracun, pemasangan perangkap, aktivitas

transportasi dan wisata bahari.

Perumusan Masalah

Sebagai sebuah ekosistem, terumbu karang merupakan sumberdaya yang tidak

mempunyai nilai pasar (non market base). Salah satu proxy bagi nilai ekonomi terumbu

karang adalah melalui Proxy terhadap nilai produktivitas perikanan. Nilai ekonomi

terumbu karang didekati dengan nilai proksi yaitu produktivitas perikanan karang.

Fungsi terumbu karang sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground

dapat diestimasi dengan nilai output yang dihasilkan oleh ekosistem ini yaitu ikan karang.

Terumbu karang dan ikan karang merupakan suatu rangkaian mata rantai dimana

keberadaan ekosistem terumbu karang akan menunjang kelimpahan ikan karang.

Permasalahan yang timbul adalah dalam mengekstraksi ikan karang dilakukan tindakan

Page 16: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

destruktif sehingga ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan. Kerusakan itu

menyebabkan fungsi- fungsi terumbu karang mengalami gangguan. Gangguan tersebut

dapat menjalar secara berantai terhadap fungsi-fungsi ekosistem yang lain dan akhirnya

bermuara pada penurunan nilai ekonomi dari sumberdaya.

Pertanyaan yang kemudian timbul dengan mencermati fenomena ekstraksi potensi

sumberdaya ekosistem terumbu karang di atas adalah :

1) Bagaimana potensi dan jenis pema nfaatan ekosistem terumbu karang yang

dilakukan oleh masyarakat lokal di Pulau Ternate ?

2) Bagaimana dan seberapa besar nilai manfaat ekonomi dari ekosistem terumbu

karang di Pulau Ternate ?

3) Bagaimana pemanfaatan yang berkelanjutan untuk ekosistem terumbu karang ?

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

1) Mengidentifikasi potensi dan jenis pemanfaatan terumbu karang oleh masyarakat

lokal di Pulau Ternate.

2) Menganalisis secara ekonomi nilai manfaat dari ekosistem terumbu karang.

Kegunaan penelitian, yaitu :

Dari penelitian ini di harapkan diperoleh data dan informasi mengenai nilai estimasi

dari manfaat ekonomi suatu ekosistem terumbu karang sehingga kesalahan dalam

mengestimasi nilai ekosistem terumbu karang menjadi undervalue atau overvalue tidak

terjadi.

Page 17: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup

didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan

gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme yang dominan hidup disini

adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang

banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang diatas

dibedakan antara binatang karang atau karang (reef coral ) sebagai individu organisme

atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem

(Sorokin, 1993).

Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama

karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan

kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja

yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas

dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang

akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).

Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang

hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal

menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang

ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas

diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah

adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu

sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum,

yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan fotosistesis.

Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan

bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau

spesies binatang karang. Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan

antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat

Page 18: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

fototeopik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup

dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut.

Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar

antara 25-32 oC (Nybakken, 1982).

Menurut Veron (1995) terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat

kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga

berkapur (Calcareous algae) dan organisme-organisme lain yang mensekresikan kalsium

karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu

(Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun

terumbu (reef-building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu

anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa

tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia,

yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan fisiologi.

Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang

efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002) sebagian besar spesies karang

melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam

jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa

organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang

menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk

keperluan hidup zooxanthellae.

Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa oleh

alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan

karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut:

Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu

menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali

lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak

bersimbiose dengan zooxanthellae.

Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu

karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif

Page 19: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,

eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan

perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di

tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan

kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa

pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 oC di

atas suhu normal.

Selain dari perubahan suhu, maka perubahan pada salinitas juga akan

mempengaruhi terumbu karang. Hal ini sesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa

curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan (mainland run off)

dapat membunuh terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya

penurunan salinitas air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient

overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan

pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.

Meskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis tetapi spesies yang

membentuk karang hanya terdapat di daerah tropis. Kehidupan karang di lautan dibatasi

oleh kedalaman yang biasanya kurang dari 25 m dan oleh area yang mempunyai suhu

rata-rata minimum dalam setahun sebesar 10oC. Pertumbuhan maksimum terumbu karang

terjadi pada kedalaman kurang dari 10 m dan suhu sekitar 25 o C sampai 29 oC. Karena

sifat hidup inilah maka terumbu karang banyak dijumpai di Indonesia (Hutabarat dan

Evans, 1984).

Selanjutnya Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe

umum yaitu :

a.Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )

b.Terumbu karang penghalang (Barrier reef)

c.Terumbu karang cincin (atoll)

Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di

perairan Indonesia adalah terumbu karang tepi (Suharsono, 1998). Penjelasan ketiga tipe

terumbu karang sebagai berikut :

1) Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan

mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas

Page 20: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

atau kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup

arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung

mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering

mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.

2) Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan

dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam

untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri

pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi

pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang

berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.

3) Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman

goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang

penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi

Selatan.

Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi

ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem

sebagai penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait

dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang

seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang dibedakan :

1.Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.

2.Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.

3.Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.

4.Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.

5.Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan

Terumbu karang menyediakan berbagai manfaat langsung maupun tidak langsung.

Cesar (2000) menjelaskan bahwa ekosistem terumbu karang banyak meyumbangkan

berbagai biota laut seperti ikan karang, mollusca, crustacean bagi masyarakat yang

hidup dikawasan pesisir. Selain itu bersama dengan ekosistem pesisir lainnya

menyediakan makanan dan merupakan tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut

yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Page 21: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Menurut Munro dan William dalam Dahuri (1996) dari perairan yang terdapat

ekosistem terumbu karang pada kedalaman 30 m setiap kilometer perseginya terkandung

ikan sebanyak 15 ton. Sementara itu Supriharyono (2000) mengemukakan bahwa

tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang, memungkinkan ekosistem ini

dijadikan tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan bagi banyak biota laut.

Menurut Salm (1984) dalam Supriharyono (2000), bahwa 16% dari total hasil ekspor

ikan Indonesia berasal dari daerah karang.

Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 km 2 dan

mempunyai kaenekaragaman jenis dan produktivitas primer yang tinggi. Namun dibalik

potensi tersebut, aktivitas manusia dalam rangka pemanfaatan potensi sumberdaya alam

didaerah pantai, baik secara langsung maupun tidak langsung sering merusak terumbu

karang. Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang

yaitu :

1) Perikanan terumbu karang

Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan keanekaragaman karang

dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin beragam jenis terumbu

karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di ekosistem

tersebut. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada pengelolaan

ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk saaat ini maka

jumlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang juga meningkat.

Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya

penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan memakan

waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada

pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat dapat

ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak ditekankan pada

pengambilan karang atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan karang, dan

yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak karang.

2) Aktivitas Pariwisata Bahari

Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata bahari,

maka di Indonesia telah dibentuk suatu kerja sama pengembangan kepariwisataan

(Tourism Development Coorporation) yang modalnya berasal dari dari para investor

Page 22: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

lokal, pemerintah lokal dan regional dan masyarakat Badan kerjasama pariwisata

dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan Manado. Adapun tugas badan ini diantaranya

adalah

• Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan pariwisata .

• Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan– pemerintah

• Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.

• Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya diperoleh melalui

agen-agen pariwisata dan scuba diving .Namun kedua agen atau arganisasi

tersebut lebih mementingkan profit daripada harapan konservasi yaitu pelestarian

sumberdaya alam laut. Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering menimbulkan

hal-hal yang tidak diinginakan atau bertentangan dengan nilai estetika atau

carrying capacity lingkungan laut.

3) Aktivitas Pembangunan Daratan

Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik buruknya kesehatan

terumbu karang. Aktivitas pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik di

daerah pantai akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem terumbu karang.

Beberapa aktivitas seperti pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan,

intensifikasi pertanian, bersama-saa dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)

yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di daerah

terumbu karang.

4) Aktivitas Pembangunan di Laut

Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga pelabuhan,

pengeboran minyak, penambangan karang, pengambilan pasir dan pengambilan

karang dan kerang untuk cinderamata secara langsung maupun tidak langsung akan

memebahayakan kehidupan terumbu karang. Konstruksi pier dan pengerukan alur

pelayanan menaikkan kekeruhan demikian juga dengan eksploitasi dan produksi

minyak lepas pantai, selain itu tumpahan minyak tanker juga membahayakan terumbu

karang seperti yang terjadi di jalur lintasan international.

Page 23: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Ancaman terhadap terumbu karang

fenomena alam dan berbagai tindakan destruktif masyarakat mengancam

kesehatan maupun keberadaan terumbu karang. Ancaman terhadap terumbu karang

dibagi menjadi dua kategori yaitu ancaman bencana alam dan ancaman yang

ditimbulkan oleh manusia. Ancaman yang ditimbulkan oleh alam termasuk kerusakan

akibat badai, perubahan suhu. Sedangkan ancaman yag disebabkan oleh aktivitas

manusia adalah :

1. Praktek penangkapan dengan racun, dengan peledak, muroami .

2. Sedimentasi , polusi dan sampah

3. Pertambangan

4. Praktek tourism yang tidak berkelanjutan.

Cesar (2000) melaporkan terjadi praktek penangkapan besar–besaran dengan

bahan peledak dan cianida di Indonesia. Penyebabnya adalah demand yang tinggi

terhadap ikan karang terutama jenis kerapu ( groupers) maupun ikan Napoleon wrasse.

Dengan nilai pasar yang tinggi berkisar US$ 60-180 per kilo telah menyebabkan

perburuan ikan karang dihampir seluruh perairan Indonesia. Untuk menjaga profit yang

menggiurkan ini mau tidak mau supply tetap banyak dan biaya ektraksi harus murah,

sehingga masyarakat beramai-ramai memanen ikan menggunakan bahan peledak dan

sianida.

Umumnya penyebab sedimentasi karena penebangan hutan atau aktivitas

masyarakat kota, sehingga simbiose algae dan karang menjadi terhalang dari

penangkapan cahaya matahari. Sedimentasi yang lebih parah terjadi apabila penutupan

lahan seperti reklamasi daerah estuaria dan pantai. Sedangkan polusi yang terjadi

disebabkan oleh bahan kimia pertanian dan limbah industri yang dibuang keperairan.

Menurut penelitian Cesar (2000) biaya polusi dan sampah kota selama 1 tahun di

Indonesia adalah 987 milyar USD. Sedangkan keuntungan dari tourisme adalah 101

milyar USD,dari perikanan 221 milyar USD, dan kesehatan (farmasi ) sebesar 4,8

mlyar USD Sehingga total manfaat yang didapatkan dari ekosistem terumbu karang

adalah 327 milyar USD, atau sepertiga dari total biaya sebesar 987 milyar USD.

Praktek penambangan karang sejak lama terjadi, umumnya untuk membangun

fondasi rumah penduduk atau kantor pemerintah di pulau terpencil dan untuk campuran

Page 24: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

semen. Penambangan karang tidak hanya menghancurkan karang tetapi juga

mengakibatkan penebangan hutan untuk pembakaran karang. Penambangan karang juga

berdampak terhadap jasa ekologis seperti pelindung garis pantai .

Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

Dari ancaman – ancaman terhadap terumbu karang saat ini hal yang sangat

mendesak yang perlu dilakukan adalah tindakan penilaian ekonomi terhadap berbagai

macam fungsi terumbu karang baik sebagai pensuplai barang dan jasa. Penilaian bisa

dianalogkan dari nilai perikanan atau nilai sebagai pelindung pantai yang mempunyai

nilai pasar. Dimana nilai bisa diturunkan berdasarkan pada permintaan (demand),

penawaran (supply), harga (price) dan biaya (Cost) (Spurgeon, 1992).

Barton (1994) menjelaskan bahwa nilai ekonomi dari ekosistem terumbu karang

merupakan nilai dari seluruh instrument yang ada padanya termasuk sumber makanan

dan jasa ekologis. Nilai dari seluruh instrumen yang terdapat pada ekosistem terumbu

karang dapat dikuantifikasi melalui metode valuasi ekonomi total (Total Economic

Valuation/TEV). Berdasarkan teori ekonomi neoklasik seperti consumer surplus dan

willingness to pay dapat didekati nilai ekosistem terumbu karang yang bersifat tiada

nilai pasar (non market value).

Menurut Fauzi ( 2005) valuasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk

memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya

alam (SDA) dan lingkungan baik atas nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar

(non market value). Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (

economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai

uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam. Tujuan dari

penilaian ekonomi antara lain digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara

konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi, maka valuasi ekonomi dapat

menjadi suatu peralatan penting dalam peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat

terhadap lingkungan itu sendiri. Dijelaskan juga oleh Fauzi (2005) bahwa terdapat tiga

ciri yang dimiliki oleh sumberdaya yaitu:

Page 25: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

1. Tidak dapat pulih kembali, tidak dapat diperbaharuinya apabila sudah mengalami

kepunahan. Jika sebagai asset tidak dapat dilestarikan,maka kecenderungannya akan

musnah.

2. Adanya ketidakpastian, misalnya terumbu karang rusak atau hilang. Akan ada biaya

potensial yang harus dikeluarkan apabila sumberdaya alam tersebut mengalami

kepunahan.

3. Sifatnya yang unik, jika sumberdaya mulai langka, maka nilai ekonominya akan lebih

besar karena didorong pertimbangan untuk melestarikannya.

Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu bentuk penilaian yang

komprehensif. Dalam hal ini tidak saja nila i pasar (market value) dari barang tetapi juga

nilai jasa (nilai ekologis) yang dihasilkan oleh sumberdaya alam yang sering tidak

terkuantifikasi kedalam perhitungan menyeluruh sumberdaya alam

Menurut Constanza and Folke (1977) diacu dalam Adrianto (2006) tujuan valuasi

ekonomi adalah menjamin tercapainya tujuan maksimisasi kesejahteraan individu yang

berkaitan dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Selanjutnya Constanza

(2001) dalam Adrianto (2006) menyatakan untuk tercapainya ke tiga tujuan diatas,

perlu adanya valuasi ekosistem berdasarkan tiga tujuan utama yaitu efisiensi, keadilan,

dan keberlanjutan .

Tabel 1.Valuasi ekosistem berdasarkan efisiensi, keadilan, dan keberlanjutan. Tujuan /

dasar nilai

Kelompok

responden

Dasar

preferrensi

Tngkat

diskusi

Tingkat

input ilmiah

Metode

spesifik

Efisinsi

(E-Value)

Homo

economicus

Preferrensi

individu

Rendah Rendah Willingness

to pay

Keadilan

(F-Value)

Homo

communicus

Preferensi

Komunitas

Tinggi Medium Veil of

ignorance

Keberlanjut

an (S-Value)

Homo

Naturalis

Preferensi

Keseluruh

an Sistem

Medium Tinggi modelling

Sumber ; Constanza and Folke (1997) dalam Adrianto (2006).

Dari Tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa untuk nilai keadilan (F-value)

berbasis kepada nilai–nilai komunitas dan bukan kepada nilai-nilai individu. Nilai

ekosistem pada konteks (F-value ) ini ditentukan berdasarkan tujuan umum yang

Page 26: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

dihasilkan dari sebuah konsensus atau kesepakatan antara anggota komunitas (homo

comunicus). Menurut Rawls (1971) dalam Adrianto (2006) metode valuasi yang tepat

untuk tujuan ini adalah veil of ignorance) dimana responden memberikan penilaian

dengan tanpa memandang status dirinya dalam komunitas. Sedangkan untuk tujuan

keberlanjutan (S-Value) yang bertujuan mempertahankan tingkat keberlanjutan dari suatu

ekosistem, lebih menitik beratkan kepada fungsi ekosistem sebagai penopang kehidupan

manusia. Dalam konteks ini manusia berperan sebagai homo naturalis yang

menempatkan diri sebagai bagian dari system secara keseluruhan (sistem alam dan

sistem manusia). Modeling adalah salah satu metodologi yang dapat digunakan dalam

konteks S- value (Vionov, 1999, Constanza et al,.1993 dalam Adrianto, 2006).

Sementara itu, menurut Krutila (1967) dalam Fauzi (2005) untuk mengukur nilai

sumberdaya dilakukan berdasarkan konsep nilai total (total value) yaitu nilai kegunaan

atau pemanfaatan (use value) dan nilai bukan kegunaan atau non use values. Konsep use

value pada dasarnya mendefinisikan suatu nilai dari konsumsi aktual maupun konsumsi

potensial dari suatu sumberdaya.

Barton (1994) membagi konsep use value kedalam nilai langsung (direct use

value) dan nilai tidak langsung (indirect use value) adalah nilai yang dihasilkan dari

pemanfaatan aktual dari barang dan jasa serta nilai pilihan (option value).Sementara nilai

non use value meliputi nilai keberadaan existence values dan nilai warisan (bequest

values) jika nilai-nilai tersebut dijumlahkan akan diperoleh nilai ekonomi total (total

economic values).

Nilai guna langsung meliputi seluruh manfaat dari sumberdaya yang dapat

diperkirakan langsung dari konsumsi dan produksi dimana harga ditentukan oleh

mekanisme pasar. nilai guna ini dibayar oleh orang secara langsung mengunakan

sumberdaya dan mendapatkan manfaat darinya.

Nilai guna tidak langsung terdiri dari manfaat - manfaat fungsional dari proses

ekologi yang secara terus menerus memberikan kontribusi kepada masyarakat dan

ekosistem. Sebagai contoh terumbu karang terus menerus memberikan perlindungan

kepada pantai, serta peranannya dalam mempertahankan keberlanjutan sumberdaya

perikanan terkait dengan fungsinya sebagai spawning ground, nursery ground dan

feeding ground.

Page 27: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Nilai pilihan (Option value) meliputi manfaat-manfaat sumberdaya alam yang

disimpan atau dipertahankan untuk tidak dieksplorasi sekarang demi kepentingan yang

akan datang. Contohnya spesies, habitat dan biodiversity.

Nilai Keberadaan (existance values) adalah nilai yang diberikan masyarakat

kepada sumberdaya tertentu atas manfaat spiritual, estetika, dan kultural. Nilai guna ini

tidak berkaitan dengan penggunaan oleh manusia baik untuk sekarang maupun masa

dating, semata-mata sebagai bentuk kepedulian atas keberadaan sumberdaya sebagai

obyek. Contohnya nilai yang diberikan atas keberadaan karang penghalang di Taman

Nasio nal Laut Takabonerate. Orang umumnya tidak akan memberikan nilai terhadap

karang penghalang ini untuk melihatnya, meskipun mengetahui keberadaannya melalui

TV, Koran atau Foto.

Nilai warisan (bequest value) adalah nilai yang diberikan masyarakat yang hidup

saat ini untuk sumberdaya alam tertentu agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi

selanjutnya.Nilai ini berkaitan dengan konsep penggunaan masa datang, atau pilihan dari

orang lain untuk menggunakannya.

Tabel 2. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang

Nilai Ekonomi Total

Nilai Guna( use value) Nilai non guna (non use value)

langsung Tidak

langsung

Nilai pilihan Nilai quasi

piihan

Nilai

warisan

Nilai

keberadaan

Produk

dikonsum-

si secara

langsung

Manfaat

fungsional

Nilai guna

langsung& ti-

dak langsung

dimasa akan

datang

Informasi baru

hilang/tersedia

nya sumberdaya

Nilai guna

langsung &

tak

langsung

sumberdaya

keberlanjutan

keberadaan

sumberdaya

tertentu

Makanan

biomass,

rekreasi

Pengendali

banjir

pelindung

badai,

perikanan,

Penelitian,

sikluscarbon

sumberdaya

gen

perlindungan

biodiversitas

proses evolusi

keragaman

ekosistem

biodiversitas,

sumberdaya

gen

perlindungan

sp, proses

evolusi,

keragaman

Konservasi

habitat,

upaya

preventif

pada perub.

yang tidak

dapat

Konservasi

habita&sp,

integrasi nilai

social&

kultural.

Page 28: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

siklusnutrisi,

pendidikan,s

tudiarkeolgi

ekosistem. diperbaharui

Metode Valuasi Ekonomi

Metode untuk menilai sumberdaya secara ekonomi umumnya dapat dibagi kedalam

dua kategori yaitu valuasi yang menggunakan fungsi permintaan dan yang tidak

menggunakan fungsi permintaan. Metode yang tercakup kedalam kedua pendekatan ini

dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini.

Gambar 1. metode valuasi ekonomi (sumber: Garrot and Willis, 1999)

Dose response Function

Payment Card

Choice Experiment

PREFERENCES

State Preferences Direct Approach

Revealed Preferences (Surrogate Market, Indirect Approach)

Hedonic market

Travel Cost Methode

Wage Risk Property

USE VALUES

Bidding game

NON USE VALUES+USE VALUES

Market value

Open/close ended

Avertive Behaviour

Contingent Valuation

Page 29: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Pendekatan yang tidak mengunakan fungsi demand (non market demand approach)

secara luas digunakan dalam menilai biaya dampak lingkungan dalam hal ini untuk

menentukan respon kebijakan yang akan diterapkan .

Pendekatan kurva permintaan (demand curve approach).

1.Metode Dampak Produksi (Effect on Production = EoP)

Teknik pendekatan ini mengacu juga sebagai perubahan dalam produksi yaitu

memandang perubahan pada output (produksi) sebagai basis dalam menilai ekosistem

terumbu karang. Umumnya teknik ini diterapkan pada perikanan dan turisme untuk

menduga perbedaan produksi output sebelum dan sesudah dampak dari suatu

aktivitas maupun intervensi pengelolaa. Metode ini menghitung dari sisi kerugian

(apa yang hilang) akibat suatu tindakan. Misalnya suatu kawasan dijadikan

konservasi. Pendekatan ini menjadi dasar bagi pembayaran kompensasi bagi property

yang semestinya dibeli oleh pemerintah untuk tujuan sepert membangun jalan tol,

bandara, instalasi militer dan lain- lain. juga biaya kompensasi bagi petani yang

merelakan tanahnya untuk tujuan pembangunan yang ramah lingkungan misalnya

cagar alam,hutan lindung dan lain- lain. Kasus yang mudah adalah pemutihan karang

yang terjadi sehingga dalam waktu singkat mengurangi jumlah wisatawan diving

pada terumbu karang, dampaknya tentu saja menurunkan pendapatan sehingga

perubahan pada manfaat bersih dapat diukur dan dapat digunakan sebagai proksi

kerugian pada nilai turisme. Demikian juga halnya dengan perikanan karang misalnya

dengan aktivitaas yang merusak seperti pemboman, pembiusan ,muroami maka

perubahan hasil output yaitu ikan karang dapat digunakan sebagai proksi dari nilai

ekosistem terumbu karang yang hilang.

2.Metode Respon Dosis (Dose Respon Methode)

Metode ini menilai pengaruh perubahan kandungan zat kimia atau polutan tertentu

terhadap kegiatan ekonomi atau utilitas konsumen.Misalnya tingkat pencemaran

perairan karena limbah dibuang kelaut sehingga mempengaruhi kesehatan ikan.

Penurunan tingkat produksi dapat dihitung baik dengan menggunakan harga pasar

yang berlaku maupun harga bayangan (shadow price). Perhitungan menjadi lebih

kompleks jika dampak dari pencemaran tersebut menpengaruhi kesehatan manusia.

Page 30: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Perhitungan dampak ekonominya memerlukan estimasi yang menyangkut nilai

kehidupan manusia seperti pengurangan resiko sakit, meninggal , kemauan membayar

untuk menghindari resiko sakit atau mati akibat pencemaran tersebut.Ada kaitan yang

erat antara metode EOP dan DR .

3.Metode Pengeluaran Preventif (Preventive Expenditure Methode)

Pada metode ini nilai sumberdaya dihitung dari apa yang disiapkan oleh orang atau

sekelompok orang untuk pencegahan (preventif) yang menyebabkan kerusakan

sumberdaya.

4.Metode Avertive Behaviour (AB)

Penghitungan nilai eksternalitas , dilakukan dengan menghitung berapa biaya yang

disiapkan seseorang untuk menghindari dampak negatif dari kerusakan sumberdaya .

misalnya pindah kedaerah yang kualitas lingkungannya lebih baik, sehingga akan ada

biaya pindah .Jika kepindahan menyangkut tempat kerja , maka biaya transportasi ke

tempat kerja yang baru juga merupakan biaya ekternalitas.

5.Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Methode)

Metode ini didasarkan kepada biaya ganti rugi asset produktif yang rusak., karena

penurunan kualitas sumberdaya atau kesalahan pengelolaan.Biaya ini diperlukan

sebagai estimasi minimum dari nilai peralatan yang dapat mereduksi limbah atau

perbaikan cara pengelolaan praktis sehingga dapat mencegah kerusakan .Nilai

minimum ini akan dibandingkan dengan biaya peralatan yang baru. Contoh yang

relevan adalah konversi hutan bakau menjadi bangunan. Kenyataan menunjukkan

perubahan tersebut tidak hanya menyangkut keseimbangan rantai makanan biota-

biota yang hidup dalam ekosistem tersebut, akan tetapi juga menyangkut aspek

lain,misalnya pengurangan luas hutan berdampak pada pengurangan unsur hara dan

penurunan nilai populasi udang tangkap sebagai akibat :

• Hilangnya tempat bertelur (spaning ground)

• Rusaknya daerah asuhan (nursery ground)

• Penurunan produktivitas primer diperairan.

Setelah dihitung jumlah kerugian, serta kerugian karena unsur hara yang berkurang

akibat berkurangnya luas hutan bakau dalam bentuk nilai uang, maka hasil

Page 31: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

perhitungan merupakan jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika

kebijakan pengelolaan hutan bakau tersebut dilaksanakan.

Pendekatan Non Kurva Permintaan (Non Demand Curve Approach)

1.Contingent valuati on methode (CVM) merupakan metoda valuasi sumberdaya alam

dengan cara menanyakan kepada konsumen tentang nilai manfaat sumberdaya alam

yang mereka rasakan.Teknik CVM ini dilakukan dengan survey melalui wawancara

langsung dengan responden yang memanfaatkan sumberdaya alam.Cara ini

diharapkan dapat menentukan preferensi responden terhadap barang sumberdaya

alam dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar (Wilingness to pay)

yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang.

Guna memperoleh hasil yang maksimal dan tepat sasaran , maka dalam penggunaan

metode ini diperlukan desain kuesioner yang umumnya digunakan yakni metode

pertanyaan langsung, (direct question methode), metode penawaran bertingkat

(bidding game methode), metode kartu pembayaran (payment card methode) dan

metode setuju atau tidak setuju (take it or leave it methode).

1. Metode pertanyaan langsung

Metode ini digunakan dengan cara memberikan pertanyaan langsung berapa harga

yang sanggup dibayar oleh responden untuk dapat memanfaatkan atau

mengkonsumsi sumberdaya yang ditawarkan.

2. Metode Penawaran Bertingkat

Metode ini merupakan penyempurnaan dari pertanyaan langsung. Caranya adalah

bahwa semua harga tertentu telah ditetapkan oleh pewawancara kemudian

ditanyakan kepada responden apakah harga tersebut layak. Jika responden

menjawab ya dengan harga yang ditawarkan , maka harga dinaikkan terus hingga

responden menjawab tidak. Angka terakhir yang dicapai tersebut merupakan nilai

WTP yang tertinggi. Hal yang sebaliknya bisa saja terjadi yaitu jika responden

menjawab tidak untuk harga pertama yang ditawarkan. Jika demikian yang terjadi

maka harga diturunkan terus hingga responden menjawab ya. Angka terakhir

dianggap sebaga i nilai WTP terendah. Harga WTP ini dianggap sebagai

harga/nilai sumberdaya yang ditawarkan.

Page 32: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

3. Metode Kartu Pembayaran

Metode ini digunakan dengan bantuan sebuah kartu berisi daftar harga yang

dimulai dari nol (0) sampai pada suatu harga tertentu yang relative tinggi.

kemudian kepada responden ditanyakan harga maksimum sanggup untuk

membayar suatu produk SDA .

4. Metode Setuju Atau Tidak Setuju

Dari sisi responden metode ini sangat mudah karena responden ditawari sebuah

harga , kemudian ditanya setuju atau tidak dengan harga tersebut.

Metode CVM dengan survey WTP merupakan metode yang sering digunakan,

metode ini memiliki beberapa kekurangan akibat bias yang ditimbulkannya. Ada

lima sumber bias yang timbul pada metode ini yaitu:

Kesalahan strategi (strategic Bias)

Kesalahan in akibat kesalahan strategi dalam mengungkapkan informasi

akibatnya tidak tepat persepsi respoden terhadap pertanyaan yang diajukan

Kesalahan titik awal (Starting Point Bias)

Kesalahan ini disebabkan oleh kesulitan penentuan berapa harga awal yang

ditawarkan dengan menggunakan metode penawaran bertingkat.

Kesalahan hipotesis (Hypotetic Bias)

Terdapat dua sumber munculnya keslahan hipotesis ini. Pertama diakibatkan

karena responden tidak merasakan secara benar karakteristik sumberdaya yang

diuraikan oleh pewawancara. Kedua karena responden memberikan respon yang

tidak serius terhadap pertanyaan yang diajukan dan hanya menjawab seadanya.

Kesalahan Sampling (Sampling bias )

Kesalahan ini muncul karena ketidak jelasan dalam mendefinisikan populasi.

Tidak ada kesesuian antara populasi yang menjadi sasaran dengan sampel yamg

diambil. Sumber kesalahan lainnya adalah pengambilan sampel yang tidak

dilakukan secara acak (random) atau jumlah sampel yang tidak representative.

Kesalahan Spesifikasi Komoditas (comodity specification Bias)

Kesalahan ini terjadi karena responden tidak mengerti spesifikasi barang

sumberdaya yang ditawarkan.

Bias ini dapat diatasi dengan dua cara, yaitu :

Page 33: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

• Menguraikan dengan kalimat yang sederhana, efektif dan mudah.

• Melakukan visualisasi dengan menggunakan alat bantu, seperti foto, lukisan atau

audio visual.

2. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Methode).

Pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Methode) merupakan metode valuasi

dengan cara mengestimasi kurva permintaan barang –barang rekreasi terutama

rekreasi luar (outdoor recreation). Asumsinya semakin jauh tempat tinggal

seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi, maka para pemakai

diharapkan lebih banyak meminta karena harga tersirat berupa biaya perjalanan

lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal jauh dari tempat tersebut. Dengan

demikian mereka yang bertempat tinggal lebih dekat dan biaya perjalanannya lebih

rendah akan memiliki surplus konsumen yang lebih besar.

Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi dan membagi tempat

rekreasi dan kawasan yang mengelilinginya. Dibagi zona konsentrik dengan

ketentuan semakin jauh dengan tempat rekreasi semakin tinggi biaya perjalanannya.

Kemudian dilakukan survey terhadap para pemakai ditempat rekreasi untuk

menentukan zona asal , tingkat kunjungan , biaya perjalanan dan berbagai

karakteristik biaya ekonomi. Data yang diperoleh digunakan untuk meregresi

tingkat kunjungan dengan biaya perjalanan dan berbagai variabel ekonomi lainnya.

Hasil regresi merupakan fungsi permintaan produk rekreasi terhadap biaya

perjalanan. Bentuk persamaan regresinya adalah;

Qi= f (TC, X1, X2,……Xn),

Dimana Qi adalah tingkat kunjungan dari zona 1 per 1000 penduduk zo na I , TC

merupakan biaya perjalanan dan Xi hingga Xn adalah variable social ekonomi ,

termasuk penghasilan dan variable lain yang sesuai.

Dengan dasar pemikiran diatas maka pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost

Methode) dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap

rekreasi untuk suatu produk sumberdaya tertentu.

Penerapan metode biaya perjalanan (Travel Cost methode) didasarkan pada asumsi-

asumsi sebagai berikut (Davis dan johnson, 1987).

Page 34: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

• Para konsumen memberikan respon yang sama terhadap perubahan harga tiket

dan jumlah biaya perjalanan yang harus di keluarkan .

• Utilitas perjalanan bukan faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi.

• Tempat-tempat rekreasi sejenis mempunyai kualitas yang sama dalam

memberikan kepuasan kepada pengunjung .

• Pengunjung dengan tujuan rekreasi yang banyak diketahui sebelumnya .

• Tempat rekreasi belum mencapai kapasitas maksimum sehingga tidak ada

pengunjung yang ditolak. Pengunjung dari zona yang berbeda dianggap

mempunyai selera , preferens i, dan income yang relative sama.

3. Pendekatan Nilai Properti ( Property value Methode).

Teknik penilaian lingkungan berdasarkan perbedaan harga sewa lahan atau harga

sewa rumah. Dengan asumsi perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas

lingkungan maka selisih harga keduanya merupakan harga kualitas lingkungan itu

sendiri. Disebut Pendekatan hedonic (hedonic approach) . Metode ini berdasarkan

kesanggupan membayar (WTP) lahan atau komoditas lingkungan sebagai cara untuk

menduga secara tidak langsung bentuk kurva permintaannya sehingga nilai perubahan

sumberdaya dapat ditentukan. Kesanggupan seseorang untuk membayar lahan, rumah

atau property lainnya tergantung karakteristik barang tersebut. Artinya perubahan

karakteristik akan mengubah WTP seseorang sehingga kurva permintaannya juga

berubah. Salah satu karakteristik lahan dan perumahan adalah kondisi lingkungan

lahan atau rumah berada, digambarkan oleh perbedaan harga atau sewanya.

Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar. Pertama konsumen mengakui

dengan baik tentang karakteristik properti yang ditawarkan dan memiliki kebebasan

untuk memilih alternatif yang lain tanpa ada kekuatan lain yang

mempengaruhi.Kedua, konsumen harus merasakan kepuasan maksimum atas

property yang dibelinya dengan kemampuan keuangan yang dimiliki (transaksi

terjadi pada kondisi equilibrium).Atas dasar kedua asumsi tersebut maka harga rumah

atau tanah atau property lain yang merupakan fungsi dari bangunan itu sendiri

Structural (S) lingkungan sekitar Neighborhood (N) dan kualitas lingkungan (Q

).Variable structural adalah bentuk , ukuran dan luas lahan dan lain- lain.Variabel

lingkungan sekitar adalah akses kekota, pusat pendidikan , keamanan , ketetanggaan

Page 35: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

dsb. Sedangkan variable kualitas lingkungan adalah kualitas udara, kebisingan suhu

dsb. Dalam bentuk matematik fungsi tersebut sebagai berikut.;

P = f( Si, Ni, Qi)……………………………………………………(1)

fungsi tersebut diturunkan terhadap Q maka diperoleh : dP / dQ

dP/dQ adalah WTP marginal untuk tiap kenaikan satu unit kualitas sumberdaya.

Persamaan atau fungsi diatas mengandung pengetian bahwa harga setiap penambahan

satu unit karakteristik yang diperdangangkan seperti keindahan, kebisingan suhu, bau

dan sebagainya.Bila persamaan (1) diatas tidak berbentuk linear , maka harga setiap

penambahan satu unit karakteristik sumberdaya yang diperdagangkan , misalnya

keindahan, kebisingan , suhu, bau dan sebagainya.

4. Metode Biaya Pengobatan (Cost Of Illness)

Digunakan untuk memperkirakan biaya morbiditas akibat perubahan yang

menyebabkan orang menderita sakit. Total biaya dihitung baik secara lansung

maupun tidak langsung. Biaya langsung, yaitu mengukur biaya yang harus

disediakan untuk perlakukan penderita lain meliputi:

• Perawatan pada rumah sakit

• Perawatan selama penyembuhan

• Pelayanan kesehatan yang lain.

• Obat-obatan.

Biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seeorang

menderita sakit. Biaya tidak langsung diukur melalui penggandaan upah oleh

kehilangan waktu karena tidak bekerja. Taksiran biaya tidak termasuk rasa sakit yang

diderita dan biaya penderitaannya sendiri. Umumnya digunakan untuk menilai

dampak polusi udara terhadap morbiditas.

Page 36: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Sumberdaya alam yang berperan sangat penting bagi kehidupan ternyata dalam

pemanfaatannya sering menggunakan cara – cara yang kurang bijaksana. Hal ini

tercermin dari sikap dan perilaku dalam mengekstraksi dengan menggunakan pola

pemanfaatan tidak ramah lingkungan. Akibat perilaku destruktif tersebut tidak dapat

dihindari terjadi degradasi sumberdaya alam yang tak terkendali.

Salah satu sumberdaya alam yang berada dalam kondisi ini adalah ekosistem

terumbu karang. Saat ini terjadi perubahan pada pola pemanfaatan ekosistem terumbu

karang. Umumnya perubahan pola pemanfaaatan bukan kearah yang lebih baik tetapi

pada pola pemanfaatan yang destruktif dengan tidak berdasarkan kepada keberlanjutan

ekosistem tersebut seperti penangkapan berlebih, pengunaan bom, pe nggunaan obat

bius, pemasangan perangkap dan penambangan karang. Faktor dominan penyebab

perubahan perilaku ini adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat umum terhadap

nilai manfaat sumberdaya tersebut. Kebanyakan masyarakat mengira suatu sumberdaya

bernilai jika bisa laku dipasar, jika tidak ada nilai pasarnya maka bukanlah barang

berharga.

Demikian pula untuk ekosistem terumbu karang umumnya yang dinilai adaalah

semata-mata keberadaan ikan karang sedangkan ekosistem terumbu karang sebagai

pensuplai daur kehidupan ikan karang bisa diabaikan. Pemahaman yang keliru ini

sangat merugikan karena nilai manfaat sumberdaya yang sebenarnya besar menjadi

kecil (under value). Ketidakmampuan penilaian ini akhirnya menjadi pendorong

kerusakan sumberdaya laut tersebut. Kerusakan ini menyebabkan fungsi ekologi

terumbu karang sebagai tempat berkembang biak biota laut yang berasosiasi

dengannya, penahan arus gelombang laut, penahan abrasi pantai dan lain- lain menjadi

terganggu sehingga berakibat kepada perubahan produktivitas ekosistem ini yang

akhirnya bermuara pada perubahan nilai manfaat ekosistem tersebut.

Dalam mengestimasi nilai manfaat ekosistem terumbu karang salah satu cara

bisa melalui pendekatan produktifitas (Effect on Production Approach) dari ekosistem

yang bernilai ekonomi (market base). Menurut Grigalunas dan Congar (1995) pendekatan

melalui produktivitas ini akan sangat berguna apabila produk final dari suatu ekosistem

Page 37: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

terumbu karang (ikan karang )mudah didapat dan relatif mudah dinilai dan aliran barang

atau jasa dari ekosistem tersebut relatif mudah tersedia. Estimasi penilaian berdasarkan

kepada penjumlahan satuan uang yang berasal dari manfaat (benefit) dan biaya (cost )

yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Analisis manfaat dan

biaya yang dibangun berdasarkan Pendekatan Cost Benefit Analysis (CBA), Net Present

value (NPV). Perhitungan dengan satuan moneter ini bertujuan untuk memperlihatkan

bagaimana pentingnya nilai dari suatu sumberdaya meskipun nilai uang belum tentu

menjadi mutlak. Dalam arti lain nilai moneter merupakan ukuran kepuasan untuk suatu

tindakan (estimasi). Hal ini cukup beralasan untuk menghindari nilai suatu sumberdaya

menjadi overvalue atau undervalue.

Dari analisis ekonomi tersebut maka nilai ekosistem terumbu karang dapat

diestimasi dengan tidak mengabaikan keberadaan terumbu karang dimana luasan terumbu

karang dianggap sebagai input dari ekosistem terumbu karang sebagai tempat pemijahan ,

tempat pengasuhan dan tempat mencari makan biota luat yang berasosiasi dengannya.

Penelitian ini membatasi estimasi hanya pada manfaat langsung dari

produktivitas ekosistem terumbu karang yaitu ikan karang. Sedangkan nilai manfaat

tidak langsung diantaranya sebagai jasa ekologis (ecological services) seperti

kemampuan menyerap karbon, penahan gelombang, penahan abrasi pantai tidak

diestimasi karena proses konsumsinya bukan melalui mekanisme pasar (non

marketable).

Page 38: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Keterangan : = Garis Koordinasi

= Ruang Lingkup Metode Analisis

Gambar 2. Alur Kerangka Pendekatan Studi

NATURAL RESOURCE

NILAI MANFAAT EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU

KARANG

BOMBING, POISONING, MINING, etc

CORAL REEF ECOSYSTEM

DESTRUCTIVE ECONOMIC ACTIVITY

PEMANFAATAN SUMBERDAYA

BERKELANJUTAN

CHANGE OF RESOURCE PRODUCTIVITY

CHANGE OF ECONOMIC VALUE

(ECONOMIC LOSS)

House Hold

EOP

CBA, NPV, BENEFIT LOSS

Page 39: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara pada

bulan September 2005 sampai Desember 2005.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study).

Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta

karakter yang khas dari kasus, tipe pendekatan dan penelaahannya terhadap satu kasus

dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal 2001). Dalam

hal ini metode studi kasus digunakan untuk mengkaji lebih dalam aktivitas ekonomi

masyarakat. Dengan penggunaan teknik survey dalam pengambilan responden, akan

memungkinkan model yang digunakan dapat diadoposi untuk penelitian di daerah

lainnya. Penelitian di lakukan pada aktivitas ekonomi yang berbasis sumberdaya alam

yaitu usaha penangkapan ikan Satuan kasusnya adalah areal ekosistem terumbu karang

yang secara administratif terletak di Kotamadya Ternate. Penentuan lokasi yang menjadi

satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa

daerah tersebut merupakan jalur distribusi terumbu karang di Indonesia Bagian Timur

dan merupakan jalur keanekaragaman terumbu karang tertinggi di dunia yang melintasi

jalur Minahasa, Sangihe Talaut sampai ke Filipina. Berdasarkan pengamatan serta data

statistik Pulau Ternate usaha penangkapan ikan merupakan aktivitas ekonomi berbasis

sumberdaya alam yang cukup dominan.

Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil adalah yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan

produksi ekosistem terumbu karang yaitu nelayan pancing ikan dasar di Ternate. Metode

pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode

Page 40: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau

sengaja. Metode ini dipergunakan untuk menilai manfaat langsung. Pertimbangannya

adalah bahwa sampel/responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus

dilakukan secara sengaja (purposive). Jumlah responden yang menjadi sampel sebanyak

67 orang atau 9% dari populasi responden sebanyak 729 rumah tangga.

Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber data, yaitu :

(1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan,

dengan metode wawancara yang mendalam (depth interview ) kepada responden

berdasarkan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah disusun sesuai dengan

keperluan analisis dan tujuan penelitian.

(2) Data sekunder, yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari pemerintah daerah,

Dinas Perikanan dan Kelautan Kotamadya Ternate , Kantor BPS dan lembaga-

lembaga yang berhubungan dengan materi penelitian, maupun yang berasal dari

publikasi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Data yang dikumpulkan

berupa data masalah penduduk, produksi perikanan dan pemasarannya, sarana

prasarana yang ada, kebijakan pemerintah, kegiatan ekonomi di lokasi penelitian.

Variabel dan Cara Pengukuran

Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah luasan kawasan terumbu karang

di Pulau ternate dengan interrpretasi citra satelit LAPAN. Luasan terumbu karang yang

berfungsi sebagai nursery ground (area pengasuhan ) feeding ground (area sumbe

makanan ), spawning ground (area berpijah) maka luasan terumbu karang menjadi input

bagi produktivitas hasil tangkapan ikan. Metode yang digunakan berdasarkan kepada

pendekatan hasil produksi ( Effect on Production Approach, EoP) yaitu dengan

mengalikan hasil produksi dan harga maka nilai manfaat langsung (benefit) dari terumbu

karang dapat diestimasi.

Teknik EoP yang digunakan adalah Present Value generate Per Hectare Model –

Income Approach. Teknik ini dilakukan dengan mengkapitalisasi atau mendiskon aliran

bersih dari manfaat terumbu karang (produksi ekologis / biologis) yang diambil sebagai

indikator nilai sekarang (present value) habitat terumbu karang. Dengan membagi total

Page 41: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

present value dari produksi terumbu karang dengan luas terumbu karang, akan diperoleh

nilai sekarang per hektar dari sumberdaya terumbu karang. Pendekatan metoda ini

dengan memasukkan atau mengabaikan biaya produksi yang dikeluarkan baik yang

berasal dari tenaga kerja atau biaya faktor produksi lainnya (Barton, 1994).

Analisis Data

Dengan menggunakan pendekatan EoP diatas maka estimasi nilai manfaat

langsung dapat dijabarkan dengan formula sebagai berikut:

1) Present Value generated per Hectare Model - income approach

PV per Hectare Model = //// Lr

BT

tt

t /)1(0

+∑

=

/////////////////////////

Bt = manfaat produksi perikanan dari sumberdaya terumbu karang

T = Jumlah tahun Proyeksi Nilai

r = Real discount rate

L = Luas kawasan terumbu karang.

Residual rent didefinisikan sebagai perbedaan antara biaya faktor produksi dan

nilai panen dari sumberdaya terumbu karang. Residual Rent dapat dilihat sebagai

kontribusi sistem alam atau faktor pendapatan (income factor) terhadap nilai

ekonomi total.

2) Present Value Residual Rent per Hectare Model income approach

PV Residual Rent per hectare Model = LrCBT

tttt /

)1(0

+−∑

=

dimana:

Bt = manfaat bersih produksi perikanan dari sumberdaya terumbu karang

Ct = biaya produksi perikanan

T = Jumlah tahun proyeksi nilai

r = Real discount rate

L = Luas kawasan terumbu karang

3) Dalam mengukur nilai per hektar kawasan terumbu karang, nilai didekati dari

produksi ikan karang yang merupakan produk dominan dari kawasan terumbu

Page 42: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

karang. Kemudian diduga hubungan antara jumlah produksi ikan karang (Ct)

dengan jumlah upaya tangkap (Et) dan luasan kawasan terumbu karang (Lt)

dengan formula sebagai berikut :

1,32

1,2110 )ln(),ln( −−− +++= tittittit CELELC ββββ

dengan menggunakan teknik regresi, formula ini memberikan model

penggunaan parametric (Lyn et al (1981) diacu dalam Adrianto, 2004).

Dari estimasi parameter tersebut, dapat diperoleh hasil estimasi tangkapan ikan

karang pertahun yang apabila dikalikan dengan harga persatuan volume ikan

karang (Pt), maka diperoleh nilai total hasil tangkapan ikan karang. Dengan

menggunakan pendekatan ini maka nilai produktivitas per hektar kawasan

terumbu karang dapat diestimasi dengan membagi nilai total hasil tangkapan ikan

karang dengan luas kawasan terumbu karang.

4) Demikian juga untuk mengestimasi nilai kehilangan manfaat akibat rusaknya

ekosistem terumbu karang. Dengan memandang fungsi kawasan terumbu

karang sebagai nursery ground, feeding ground, spawning ground maka luasan

terumbu karang menjadi input bagi produktivitas hasil tangkapan ikan karang.

Jika ada gangguan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kawasan

terumbu karang maka secara langsung akan mempengaruhi aliran nilai manfaat

dari kawasan terumbu karang tersebut. Hubungan in dapat dirumuskan secara

umum sebagai berikut :

X=(F(L,E))=X0+ ß1L + ß2E + ß3E2

Dengan menggunakan formula: P x q x E x ß1 x ? L

Dimana:

P = Harga ikan Per Unit volume(kg)

q = Koefisien daya tangkap

E = Daya tangkap (trip)

ß1 = Koefisien perubahan kawasan terumbu karang

? L= Perubahan kawasan terumbu karang.

Sumber: Grigalunas and Congar,(1995) .

Maka kehilangan manfaat langsung akibat berkurang/hilangnya suatu kawasan

dapat diestimasi secara moneter.

Page 43: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

5) Analisis Sensitivitas Net Present Value (NPV)

Analisis sensitivitas adalah analisis lanjutan dalam penelitian ini yang ditujukan

untuk melihat seberapa besar pengaruh endogen maupun eksogen terhadap

perubahan nilai Net Present Value. Asumsi yang dibangun didasarkan kepada

keadaan luasan tutupan terumbu karang yang mengal penurunan setiap tahun.

Penurunan luasan tutupan terumbu karang ini berpengaruh kepada hasil produksi

ikan karang yang merupakan variabel endogen dalam penentuan nilai Net Present

value. Analisis yang dipaka i adalah penurunan kenaikan produksi sebesar 25%.

Diasumsikan bahwa pengaruh luasan terumbu karang terhadap produksi ikan

karang sebesar 25 %. Hal ini didasarkan bahwa penurunan atau kenaikan produksi

tidak hanya disebabkan oleh faktor terumbu karang saja tetapi juga bisa disebabkan

oleh fakor- faktor lain seperti perubahan cuaca, perubahan kondisi ekonomi dan

sosial masyarakat. Analisis sesitivitas kedua yang digunakan adalah dari faktor

eksogen yaitu harga BBM sebagai ongkos angkut.

Analisis sensitivitas untuk mengetahui berapa besar pengaruh kenaikan BBM

terhadap harga dari ikan karang sehingga secara langsung akan mempengaruhi

NPV dari ekosistem terumbu karang.

Perubahan nilai NPV yang diakibatkan adanya perubahan nilai biaya transportasi

.Asumsi yang dibangun dalam analisis sensitivitas ini adalah dilatarbelakangi

kondisi pada saat penelitian berlangsung. Isu pada saat ini adalah terjadinya

kenaikan harga BBM yang otomatis mengakibatkan adanya kenaikan biaya

transportasi sekitar 50 %. Harga BBM dianggap sebagai variabel eksogen yang

mempengaruhi nilai biaya transportasi sebagai faktor endogen dalam perhitungan

Net Present Value.

6) Analisis Keterkaitan Ikan Karang Dengan karang hidup

Adanya keterkaitan ikan karang dengan karang hidup dianalisa dengan

menggunakan analisis regresi dengan menyusun fungsi keterkaitan ikan karang

dengan karang hidup. Model regresi memungkinkan kita untuk mengkaji

hubungan antara variabel tak bebas (dependent variable) dan variabel bebas

Page 44: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

(independent Variable) (greene, 1990). Pendugaan koefisien dilakukan dengan

menggunakan teknik Ordinary Least Square (OLS) agar menghasilkan penduga

Parameter yang bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimator) jika asumsi-

asumsinya terpenuhi. Asumsi /sifat tersebut adalah :

1. Jumlah error sama dengan nol.

2. regresi bergerak dalam nilai rata-rata

3. Tidak ada korelasi antara sisaan /error dan peubah penjelas (explanatory

variabel)

4. Beberapa hal yang mendasar menjadi pertimbangan dalam menentukan

model regresi adalah :

5. Tingkat signifikan model

6. Penelitian ini menetapkan tingkatan signifikan model yang akan dihasilkan

adalah 95 % atau tingkat kesalahan (error) sebesar 5 %. Dasar keputusan ini

adalah melihat populasi yang relatif homogen , luasan wilayah studi yang

relatif sempit yaitu satu pulau kecil dan terfokus pada 5 desa pantai untuk

usaha penangkapan ikan .

7. Koefisien determinan (R2 atau R-square)

8. Koefisien determinan R2 digunakan untuk mengukur kesesuaian (goodness

of fit ) dalam Model (Greene,1990). Koefisien determinan (R2)

menunjukkan seberapa besar variabel – variabel bebas dalam model dapat

menjelaskan variabel tergantung. semakin tinggi angka R2 berarti model

yang dihasilkan cenderung lebih baik dan untuk penelitian sosial ekonomi

angka R2 yang digunakan adalah lebih besar dari 0,50 agar model yang

dihasilkan dapat dikatakan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

9. Tingkat Signifikan variabel

10. setiap variabel yang masuk kedalam model regresi harus memiliki tingkat

signifikan yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditentukan. Kendala-

kendala yang dihadapi dalam penelitian sosial ekonomimemungkinkan

tingkat signifikan variabel bersifat fleksibel. Analisis regresi pad penelitian

ini menetapkan tingkat signifikan variabel 30 % karena fenomena

pengamatan dalam penelitian mendukung model yang dibentuk. Semakin

Page 45: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

kecil tingkat signifikan variabel, maka semakin signifikan variabel tersebut

dalam mempengaruhi model. Sebaliknya bila tingkat signifikan variabel

lebih dari 30 % maka variabel tersebut tidak signifikan dalam

mempengaruhi model sehinga tidak layak dimasukkan.

11. Multikolinearitas adalah tingkat korelasi yang cukup tinggi terjadi pada dua

variabel, yang berarti bahwa salah satu dari variabel tersebut sudah cukup

untuk menjelaskan regresi. Dalam menyusun model regresi diharapkan

mutikolinearitas sekecil mungkin.

12. tanda positif atau negatif dari variabel bebas

13. Tanda positif atau negatif (+/-) dari variabel bebas menunjukkan fenomena

yang terjadi. Tanda positif berarti bahwa variabel bebas (independent

variabel )berpengaruh searah terhadap variabel tergantung (dependent

variabel ) sebaliknnya tanda negatif berarti bahwa variabel bebas

berpengaruh terbalik terhadap variabel tergantung .

14. Model Keterkaitan terumbu karang dengan ikan karang

15. Variabel – variabel yang diuji dalam regresi adalah persentase tutupan

terumbu karang hidup (Hard coral) di masing –masing stasiun sebagai ß

Sedangkan varibel dependen yang digunakan dalam model ini adalah total

ikan karang per spesies di semua stasiun (Y). Fungsi keterkaitan ikan karang

dapat dituliskan sebagai berikut :

16. Y= f (ß)

17. Model umum regresi linier sederhana dari fungsi hubungan terumbu karang

dengan ikan karang adalah : Y= a + ß

18. Pendugaan koefisisen a ,ß dilakukan dengan teknik kuadratik terkecil (the

ordinary least square).

19. Dengan meregresikan data persentase tutupan karang hidup dan jumlah

taksa ikan karang maka hasilnya dapat memberikan petunjuk adanya

interaksi antara ikan karang dengan karang.

Page 46: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Pulau Ternate merupakan wilayah kepulauan yang terletak di pesisir Barat Pulau

Halmahera dan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara. Luas wilayah

Pulau Ternate adalah 5.681,30 km2, dengan wilayah perairan lautnya sekitar 5.457,55

km2 dari keseluruhan wilayah yang ada, luas daratannya 133,74 km2. Wilayah pulau-

pulau kecil di Kepulauan Ternate terletak pada koordinat 1260 20' -1280 05 ' Bujur Barat

serta 00 50' - 2010' Lintang Utara berbatasan dengan:

§ Sebelah Utara dengan Samudra Pasifik

§ Sebelah Selatan dengan Laut Maluku

§ Sebelah Timur dengan Laut Halmahera

§ Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Pulau – pulau kecil di wilayah Kepulauan Ternate terletak dalam lingkup yang bergerak

melalui kepulauan Filipina, Sangihe Talaut, dan Minahasa yang dilingkupi lengkung

Sulawesi dan Pulau Sangihe yang berwatak Vulkanis.

Kondisi Fisik Pulau Ternate

a) Geomorfologi

Pulau Ternate sebagian besar daerahnya bergunung dan berbukit terdiri dari

pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah regosol dan rensina. Jenis

tanah regosol yaitu tanah yang khas berada daerah vulkanis. DiPulau Ternate terdapat

dua gunung vulkanis yaitu Gunung Gamalama tinggi 1.715 m dan gunung Tuanane

tinggi 950 m yang berada di Pulau Moti.

b) Ketinggian Lahan

Tingkat ketinggian lahan dari permukaan laut di wilayah Pulau Ternate cukup

bervariasi yang dapat diklasifikasikan menjasi 3 kategori. Kategori rendah (0-500 m)

yang diperuntukkan untuk pemukiman, pertanian, perikanan, perdagangan, dan pusat

pemerintahan; kategori sedang (500-700 m) diperuntukkan untuk hutan konservasi, dan

usaha kehutanan; kategori tinggi ( > 700 m) diperuntukkan untuk hutan lindung.

Page 47: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

c) Klimatologi

Pulau Ternate adalah daerah kepulauan dengan ciri iklim tropis. Curah hujan

bulanan tertinggi terjad i pada bulan Mei yaitu 263 ,4 mm dan terendah pada bulan

Agustus 77,8 mm. Nilai rata-rata curah hujan bulanan adalah 184,68 mm dan rata-rata

curah hujan tahunan sekitar 2.322,70 mm. Jumlah hari hujan rata-rata 202 hari dan nilai

rata-rata hujan tertinggi pada bulan Januari dan November yaitu 20 hari hujan dan

terendah bulan Agustus sebanyak 12 hari hujan.

Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin di wilayah Pulau Ternate berkisar

antara 2,9 -5,2 Knots dengan kecepatan terbesar bulanan berkisar antara 16-28 knots.

Arah angin terbanyak dari barat laut yang terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, dan

April. Sedangkan pada bulan Mei dan Juni angin terbanyak bertiup dari Barat Daya serta

pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober angin terbanyak bertiup dari arah

Tenggara (pancaroba), pada bulan November dan Desember angin kembali bertiup dari

arah Barat Laut.

Nilai rataan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan–bulan yang curah hujannya

tinggi, meskipun variasi tiap bulannya tidak tinggi. Kelembaban tertinggi pada Januari

dan April yaitu sebesar 86 % dan terendah pada bulan Agustus yaitu 78 % (Badan

Meterorologi dan Geofisika Kota Ternate, 2004) .

Kondisi Sosial Ekonomi

a). Administrasi Pulau Ternate

Secara yuridis, status Pulau Ternate ditingkatkan dari kota Administratif menjadi

Kotamadya atau Kota Ternate berdasarkan UU no 11 tahun 1999.

Wilayah kepulauan ini banyak memiliki desa / kelurahan yang memiliki pantai,

sebanyak 70 %nya merupakan desa /kelurahan yang memiliki pantai. Pulau Ternate

mempunyai 60 kelurahan.terdiri dari 4 kecamatan. Seperti yang dirinci pada tabel 3.

bahkan satu kecamatan merupakan pulau tersendiri.

Page 48: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel 3. Rincian Wilayah Pulau Ternate

No Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Jumlah Desa

Pantai

Jumlah Desa

Bukan Pantai

Jumlah

Pulau Kecil

1.

2.

3.

4.

Pulau Ternate

Ternate Selatan

Ternate Utara

Moti

Jambula

Kalumata

Dufa-Dufa

Moti Kota

17

9

10

6

1

10

7

-

6

1

Jumlah 42 18 7

Sumber : BPS Kota Ternate (2004) dan DPK (2005).

b). Aksesibilitas

Dari Jakarta trans it di Makassar atau Manado.Berganti pesawat ke Pulau Ternate.

Bila mengunakan kapal laut dari Makassar atau Bitung ditempuh selama 1 hari. Dari

Kota Ternate ke pulau pulau kecil lainnya dapat menggunakan kapal motor tempel atau

speed boat .Jarak perjalanan dari Pulau Ternate ke pulau kecil dapat dilihat pada table 4.

dibawah ini.

Table 4.Luas Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Pulau Pulau Kecil di Kota Ternate.

No Pulau Kecamatan Luas(Km2) Jarak*(mil laut) Waktu

Tempuh

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pulau Hiri

Pulau Moti

Pulau Mayau

Puilau Tifure

Pulau Maka

Pulau Mano

Pulau Gurida

Pulau Ternate

Moti

Pulau Ternate

Pulau Ternate

Pulau Ternate

Pulau Ternate

Pulau Ternate

12.4

24.6

78.4

22.1

0.5

0.5

0.5

1,5

11

90

106

1,6

1,6

106,1

0,5

3

11

12

0,6

0,6

12

Sumber Pemerintah Kota Ternate, 2003.Keterangan * dari Kota Ternate

c). Kependudukan

Jumlah Penduduk Pulau Ternate berdasarkan hasil pengolahan survey sosial

ekonomi Nasional (SUSENAS)tahun 2003 sebanyak 148.946 jiwa atau sekitar 17,39 %

Page 49: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

dari jumlah penduduk propinsi Maluku Utara. Jumlah perempuan lebih banyak dari pada

jumlah laki- laki sehingga rasio jenis kelamin laki- laki dan perempuan 98,98 atau dengan

kata lain bahwa jika disuatu wilayah Pulau Ternate terdapat sejumlah 100 orang

perempuan maka jumlah laki- laki diwilayah tersebut hanya 99 orang. Ditingkat provinsi,

jumlah perempuan lebih sedikit daripada jumlah laki- laki.hal ini terlihat dari besarnya

rasio jenis kelamin laki- laki dan perempuan di Provinsi Maluku Utara sebesar 102,34.

Jumlah rumah tangga di Pulau Ternate mencapai 30.800 KK.sehingga rata-rata

besaran keluarga per KK di Kota Ternate berkisar sekitar 4-5 orang. Kota Ternate yang

memiliki luas 133,74 km 2 dengan jumlah penduduk 148.946 jiwa mempunyai kepadatan

penduduk sekitar 605 jiwa/km 2

Tingkat partisipasi angkatan kerja Ternate berdasarkan hasil SUSENAS 2003

sekitar 45,16 %merupakan ukuran dari 100 penduduk usia 10 tahun ke atas ,45 orang

diantaranya angkatan kerja (BPS Provinsi Maluku Utara , 2004).

Di kota Ternate rasio murid guru untuk jenjang pendidikan dasar (SD)

SLTP,SLTA dan SMK masing –masing sebanyak 16 murid per seorang guru SD , 21

murid perseorang guru SLTP, sebanyak 27 murid per seorang guru SLTA , dan sebanyak

18 murid per seorang guru SMK. Tabel 5.3 menunjukkan jumlah sekolah , guru, murid,

dan rasio guru dan murid di Pulau Ternate.

Tabel 5. Sarana Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Ternate tahun 2004.

No Jenis Sekolah Sekolah Murid Guru Rasio Murid Guru

1 SD 103 1.095 1.095 16

2 SLTP 29 476 476 21

3 SLTA 14 321 321 22

4 SMK 7 175 175 18

d). Perekonomian

Sektor - sektor ekonomi unggulan di Pulau Ternate membentuk struktur

perekonomian daerah Kota Ternate, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan

memberikan kontribusi sekitar 30,94 % diikuti oleh sektor jasa pengangkutan dan

Page 50: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

komunikasi serta sektor- sektor jasa. Nilai ketiga sektor tersebut terhadap pembentukan

PDRB melebihi 50 % dari total pembentukan PDRB Kota Ternate .

Sektor pertanian dan perikanan hanya merupakan unggulan ke 4 terhadap

kontribusi PDRB Kota Ternate. Melihat potensi yang cukup besar terutama di sub sektor

perikanan yang memiliki potensi perikanan tangkap yang besar yang berada dilautan

disekitar pulau- pulau kecil Kota Ternate .

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Ternate tahun 2004 jika dibandingkan dengan

dengan tahun 2000 terjadi kenaikan dari – 0,93 % menjadi 2,83 %. Laju pertumbuhan

ekonomi sebesar 2,83 %. Kenaikan ini didukung oleh seluruh sektor yang tumbuh secara

posistif kecuali sekor bangunan yang mengalami penurunan cukup drastis. Sektor yang

mengalami kenaikan terbesar dalam laju pertumbuhan PDRB kota Ternate tahun 2004

adalah sektor pengangkutan .

Tabel 6.Perkembangan Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Komoditi Di Kota Ternate Tahun 2000-2004 (Harga April1988-1990= 100).

Th 2000 2001 2002 2003 2004

BM 237,40 257,31 315,52 315,41 111,94

MJ 378,07 413,22 444,25 377,34 112,94

PM 200,92 218,37 239,57 254,79 112,03

SD 199,67 215,70 221,26 225,20 10,71

KS 198,01 206,80 220,75 225,74 108,71

PD 198,01 206,80 220,75 225,74 108,71

TK 187,83 196,68 196,89 199,25 288,49

UM 222,78 252,25 279,37 288,49 111,36

Sumber : Maluku Utara dalam Angka 2004

Keterangan :

Th = Tahun SD = Sandang

BM = Bahan Makanan KS = Kesehatan

MJ = Makanan Jadi rokok,minuman tembakau PD = Pendidikan

PM = Perumahan UM = Umum

TK = Transportasi dan Komunikasi

Page 51: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

f). Potensi Perikanan PulauTernate

Dari sisi geografis wilayah pulau – pulau kecil di Ternate sangat strategis karena

merupakan daerah migrasi/ruaya berbagai jenis ikan pelagis besar (tuna dan cakalang)

yang merupakan komoditas andalan perikanan. Karena itu potensi dibidang perikanan

dan kelautan diwilayah ini cukup besar. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari

dinas perikanan dan kelautan tahun 2004, potensi lestari ikan di perairan Ternate sebesar

23.919,25 ton per tahun dari standing stock yang dimilki sebesar 47.838,25 ton yang

terdiri dari ikan pelagis besar seperti tuna cakalang, tongkol,cucut, tenggiri, dan ikan

pelagis kecil seperti ikan layang dan tembang. Ikan demersal seperti kakap merah, skuda,

kakap sejati, ekor kuning serta berbagai jenis ikan kerapu. Tingkat pemanfaatan potensi

perikanan baru mencapai 29,80 % dari potensi lestarinya. Potensi lain yang dimiliki oleh

Pulau Ternate yaitu sebagian pulau-pulaunya dapat dijadikan sebagai tempat untuk

kegiatan marikultur, diantaranya hatchery, budidaya rumput laut, keramba (pembenihan

dan pembesaran). Selama ini masyarakat cenderung lebih banyak pada kegiatan

penangkapan, baik ikan pelagis, ikan demersal, sehinga cukup sulit merubah kepada

perilaku pembudidayaan. Dipesisir pantai kota Ternate banyak terdapat bibit bandeng

nener dan benur yang dapat digunakan sebagai bibit alami budidaya tambak. Luas

perairan potensial untuk budidaya laut mencapai 30 ha.

Pulau Ternate dilihat dari aspek pemasaran sangat strategis karena merupakan

pusat pasar dan ekspor dari propinsi Maluku Utara yang telah memiliki sarana dan

prasarana pendukung antara lain: pelabuhan Ahmad Yani, Pelabuhan Perikanan

Nusantara Bastiong, dan pusat pendaratan ikan Dufa-Dufa. Dibukanya Bandara

Baabulah juga menunjang aksesibilitas komoditas perikanan maupun produk lain dari

sentra produksi ke pasaran interinsuler maupun eksport.

Jumlah nelayan di kota Ternate terdiri dari nelayan tetap sebesar 91 % dan

nelayan sambilan sebesar 9 %. Kegiatan nelayan di Kota Ternate ada dua jenis yaitu

kegiatan perikanan rakyat dan kegiatan perikanan industri. Kegiatan perikanan rakyat

lebih mendominasi kegiatan perikanan di Kota Ternate, karena teknologi yang digunakan

masih sangat sederhana. Di Kota Ternate Jumlah rumah tangga (RTP) sebanyak 2.017

KK dan kelompok nelayan sebanyak 124 .

Page 52: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel 7. Komposisi Sebaran RTP di Pulau Ternate

No Kecamatan Jml Pdd

(Jiwa)

Jumlah RTP Jumlah kelompok

nelayan

1 Ternate Utara 60.285 434 28

2 Ternate Selatan 66.535 324 21

3 Pulau ternate 17.590 865 50

4 Pulau Moti 4.536 394 25

5 Jumlah 148.946 2.017 124

Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, 2004).

g). Produksi dan Nilai Produksi Perikanan

Daerah Aktivitas penangkapan nelayan dkawasan pesisir Kota Ternate umumnya

dekat dengan pantai (<4 mil), kegiatan masih bersifat tradisional. Produksi hasil

perikanan Kota Ternate disajikan pada tabel 8.

Tabel 8.Produksi hasil perikanan (dalam ton) di Kota Ternate tahun 1996-2004

Tahun Jumlah produksi (Ton) Perkembagan (%)

1996 5.713,0

1997 6.824,7 16,29

1998 6.917,1 1,34

1999 5.865,3 -18,11

2000 6.456,35 9,32

2001 6.510,58 0,80

2002 6.562.81 0,80

2003 6.615,04 0,79

2004 9.084,43 27,18

Sumber: BPS,Kota Ternate dalam Angka, 2001,Statistik Perikanan Tangkap Maluku

Utara 2004.

Page 53: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel 9 Jumlah Alat Tangkap Berdasarkan Jenis di Pulau Ternate

No Alat tangkap Jumlah Alat (Unit) Jumlah trip (Kali)

1 Pukat pantai 18 4.104

2 Purse seine 18 2.592

3 Jaring insang hanyut 18 1.944

4 Jaring insang tetap 16 0

5 Bagan perahu 0 0

6 Rawai Tuna 14 1.680

7 Rawai hanyut 2 384

8 Huhate 29 4.524

9 Pancing tonda 18 1.512

10 Jaring Insang Lingkar 16 3.072

11 Rawai tetap 2 168

12 Bagan tancap 1 252

13 Sero 1 168

14 Bubu 10 600

15 Muro ami 1 84

16 Jaring klitik 2 120

17 Lain- lain 39 1.452

Jumlah 205 22.656

Sumber : Statistik Perikanan tangkap Maluku Utara 2004

Tabel. 10 Perkembangan produksi perikanan Kota Ternate dari tahun 2002-2004

No Kecamatan 2002(Ton) 2003(Ton) 2004(Ton)

1 Ternate Utara 3.135,67 4.204,62 4.225,39

2 Ternate Selatan 945,55 1.267,5 1.274,15

3 Pulau ternate 2.497,35 3.347,33 3.365,24

4 Moti 879,93 1.178,97 1.185,72

Total 7.457,00 9.998,50 10.048,50

Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, 2004).

Page 54: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Sedangkan perkembangan armada penangkapan ikan di Pulau Ternate dari tahun

2002-2004 dirinci pada tabel 10 dibawah ini. Kegiatan perikanan di Pulau Ternate,

ditunjukkan dengan alat tangkap yang digunakan rata-rata masih bersifat tradisional.

Sistem penangkapan modern belum banyak diterapkan

Tabel. 11 Perkembangan armada tangkap nelayan selama 3 tahun di Kota Ternate

Jenis armada 2002 2003 2004 Rata-rata kenaikan

Kapal motor 22 21 19 -

Motor tempel 260 275 344 12,76

Perahu tanpa Motor 755 787 762 -

Total 1.037 1.083 1.144

Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate, 2004).

Kegiatan perikanan tangkap di perairan Kota Ternate masih sangat sederhana .

Akan tetapi di kota Ternate juga sudah ada kegiatan perikanan berkala industri, kendati

masih bersifat semi modern, yaitu dengan menggunakan motor tempel dan kapal motor

dengan alat tangkap longline dan purse seine. Alat tangkap dan armada berskala industri

dapat menjangkau fishing ground yang lebih jauh dan bahkan sampai ke perairan

Samudra Pasifik.

Daerah penangkapan (fishing ground) nelayan di Kepulaun Ternate umumnya

menggunakan perahu tanpa motor berskala 1-3 mil disekitar rumpon jika fasilitas

tersebut tersedia dengan penangkapan satu hari (one daya trip ).

Penangkapan skala sedang dengan mengunakan motor tempel dan kapal motor

dapat menjangkau daerah penangkaapn (fishing ground) yang lebih jauh, namun masih

dalam wilayah perairan Maluku Utara (Batang Dua, Halmahera, Kayao, dan sekitarnya)

dengan waktu melaut dua minggu sampai satu bulan.

Daerah penangkapan untuk ikan pelagis besar (tuna ,cakalang) di perairan Kota

Ternate meliputi perairan pulau Hiri, pulau Moti, dan Pulau Batang Dua /Laut Maluku.

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil dan demersal adalah pesisir Pulau Ternate,

Page 55: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Pulau Hiri, Pulau Moti, dan Pulau Tifure Batang Dua. Musim penangkapan dilakukan

sepanjang tahun dan musim puncak pada bulan Januari,April serta Sepetember –Oktober.

Sarana dan prasarana perikanan merupakan faktor penunjang kegiatan

perikanan. Sarana dan prasarana di Kota Ternate salah satunya adalah pelabuhan

Bastiong yang disajikan pada tabel 12.

Tabel 12. Sarana dan Prasarana Pelabuhan Bastiong Ternate

A Pokok

§ Dermaga

§ ColdStorage

§ Pabrik Es

§ Bengkel

Unit

Beton 560 m2

1 unit

50 m2

50 m2

B Sarana penunjang

§ TPI

§ Balai Pertemuan

§ Dock/Slipway

§ Instalasi Listrik

§ Gudang

§ PPI

§ Pelabuhan Ekspor

§ Pelabuhan Nusantara

§ Pelabuhan Udara

Unit

500 m2

100 m2

C 20 T dan B 5 T

200 m2

125 m2

1paket

1paket

1paket

1paket

Sumber dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate , 2004

h) Karakteristik Responden

Masyarakat yang diteliti adalah masyarakat yang berada di Kota Ternate dan

sekitarnya, terutama yang terkait langsung dengan pemanfaatan sumberdaya terumbu

karang. Populasi responden sebanyak 148.946 jiwa termasuk populasi rumah tangga

nelayan (RTP) sebanyak 2.017.Jumlah tersebut tersebar di 4 kecamatan Pulau Ternate.

Responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 67 rumah tangga dengan profesi

sebagai nelayan .

Page 56: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

i) Umur responden

Umur responden bervariasi antara 17 - 65 tahun. diketahui bahwa responden

dengan usia 35 - 44 tahun lebih banyak yaitu 20 orang atau sebesar 29,85 %. Jumlah

responden paling sedikit dengan usia 65-74 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase

1,49 %. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. K lasifikasi Umur Responden

Sumber : Hasil olahan data primer , 2005

2)Jenis kelamin responden

Responden yang diwawancarai seluruhnya berjenis kelamin laki- laki .

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sangat rendah. Dari 67 responden yang

diwawancarai 31,34% tidak pernah menempuh pendidikan formal. Sebanyak 50,74 %

menempuh pendidikan sekolah dasar, beberapa responden saja yang menempuh

pendidikan menengah dan satu mencapai pendidikan menengah atas.

Tabel 14. Klasifikasi tingkat pendidikan responden

No Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase

1 Tidak pernah sekolah 21 31,34

2 SD 34 50,74

3 SLTP 9 13,43

4 SMU 2 2,98

5 Pendidikan tinggi 0 0

Total 67 100,00

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase(%)

1 15-24 6 8,95

2 25-34 16 26,22

3 35-44 20 29,85

4 45-54 18 26,86

5 55-64 6 8,95

6 65-74 1 1,49

Total 67 100,00

Page 57: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

4) Jumlah tanggungan Keluarga responden

Jumlah tanggungan keluarga responden merupakan jumlah anggota keluarga

yang masih ditangung oleh responden. Dari hasil survey sebagian besar responden

mempunyai tanggungan yang bervariasi antara 1 sampai 7 orang.

Tabel 15. Klasifikasi responden menurut jumlah tangungan keluarga

No Tanggungan keluarga Jumlah(orang) (Prosentase)

1 <3 19 28,35

2 3 12 17,91

3 4 12 17,91

4 5 14 14,43

5 6 8 11,94

6 >6 2 2,98

Jumlah 67 100,00

Sumber : Hasil olahan data primer, 2005

5 ) Asal dan Lama Domisili Responden

Berdasarkan hasil survey, maka asal responden seluruhnya berasal dari Pulau

Ternate. Persentase terbesar berasal dari desa Kastela dengan persentase 31,34 %

sedangkan persentase responden terkecil berasal dari desa Sasa dan Gamalama sebesar

10,44 %.

Tabel 16. asal responden

No Asal Responden Jumlah(orang) Persentase

1 Jambula 24 35,82

2 Sasa 7 10,44

3 Gamalama 7 10,44

4 Sulamadaha 8 11,94

5 Kastela 21 31,34

Total 67 100,00

Page 58: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Berdasarkan hasil survey terlihat bahwa responden dengan lama domisili 25-50 tahun

merupakan kelompok responden yang paling banyak dengan persentase 64,17 %. Lama

domisili dibawah 25 tahun merupakan kelompok responden paling sedikit yaitu sebesar

8,95 %

Tabel 17 Lama domisili responden

No Lama domisili Jumlah (orang) Persentase

1 <25 6 8,95

2 25-50 48 64,17

3 >50 13 19,4

Total 67 100,00

Sebagaian besar responden memiliki armada tangkap sendiri.hanya 2 orang responden

yang kepemilikan armadanya merupakan sewa.

Tabel 18. Status Kepemilikan Armada Tangkap

Kepemilikan armada Jumlah orang persentase

Milik sendiri 65 97,01

sewa 2 2,99

Page 59: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendekatan Data Cross Section

Nilai Ekonomi Aktual (Net Benefit Income Approach)

Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang didasarkan atas

perhitungan manfaat dan biaya pemanfaatan. Berdasarkan tipologi nilai ekonomi total

ekosistem ini mempunyai nilai manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung

yang dapat dinilai dari keberadaan ekosistem terumbu karang adalah perikanan karang.

Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari di seluruh

dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12 % dari jumlah tangkapan perikanan

dunia. Sedangkan manfaat tidak langsung diantaranya sebagai jasa ekologis (ecological

services) seperti kemampuan menyerap karbon, penahan gelombang. Penelitian ini

membatasi estimasi hanya pada manfaat langsung yang berdasarkan kepada produktivitas

ekosistem terumbu karang yang mempunya nilai pasar (market base) yaitu ikan karang.

Berdasarkan hasil survey pemanfaatan ekosistem terumbu karang di Pulau

Ternate hanya memanfaatkan ikan karang. Ekstraksi terhadap terumbu karang langsung

tidak terjadi seperti pengambilan karang baik untuk bahan bangunan maupun untuk

aquariun laut. Industri ikan hias di Ternate tidak berkembang seperti di daerah lainnya

padahal keanekaragaman ikan hiasnya cukup tinggi. Umumnya nelayan Ternate hanya

mengambil ikan konsumsi yang laku di pasar lokal. Selama masa survey tidak ditemukan

nelayan yang menggunakan bahan peledak dan bius. Menurut Keterangan nelayan di

Pulau Ternate hanya sewaktu-waktu melakukan penangkapan ikan dengan bahan

peledak jika telah dirasakan bahwa hasil tangkapan menurun. Selain itu Kebiasaaan

melakukan peledakan juga tidak oleh semua nelayan. Kebanyakan oleh nelayan

pendatang dari daerah Sangir Talaut dan Buton yang tidak berdomisili di Ternate.

Mereka datang menangkap ikan kemudian melakukan peledakan dan pergi. Bahkan

pernah nelayan Filipina memasuki perairan Ternate dan melakukan peledakan .

Rata-rata nelayan Pulau Ternate menangkap ikan karang menggunakan pancing

(hand line). Dalam satu trip penangkapan biasanya hanya satu orang nelayan.

Penangkapan dilakukan sepanjang musim dan bersifat one day fishing. Banyaknya trip

Page 60: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

yang dilakukan oleh nelayan di Pulau Ternate dalam satu bulan sekitar 10- 20 hari.

Rata-rata perolehan ikan karang dalam satu trip sekitar 2-4 ekor/jenis. Tabel dibawah

merupakan identifikasi perolehan ikan karang konsumsi yang dominan di perairan

terumbu karang Pulau Ternate.

Tabel 19. Rincian Estimasi Penerimaan Ikan Karang Nelayan Pancing di Pulau Ternate No Jenis Ikan Perolehan/trip

(ekor) Jml trip/tahun Total Tangkapan/tahun

(ekor)

1 Ekor kuning 4,49 174,18 782,41

2 Kuwe 2,60 174,18 452,34

3 Bambangan 2,48 174,18 431,44

4 Kakap 3,45 174,18 600,92

5 Lencam 2,12 174,18 369,26

6 Baronang 2,.46 174,18 428,83

7 Bijinangka 2,39 174,18 415,94

8 Kerapu 1,71 174,18 297,85

Total 21,7 3.778, 99

Sumber : Data primer diolah (2005)

Proporsi hasil tangkapan ikan karang dalam satu trip dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proporsi Rata-Rata Tangkapan Ikan Karang Per Trip Nelayan Pancing Di

Pulau Ternate

Dengan rata- rata tangkapan setahun sebanyak 3.778, 99 ekor dimana rata-rata

beratkan karang per ekor adalah 0.5 – 1.5 kg, maka estimasi rata-rata tangkapan

pertahun ikan karang nelayan di Pulau Ternate sekitar 3,778 ton atau kurang lebih 4

ton. Dengan luas terumbu karang 1,11 ha maka produksi pertahun ikan karang adalah

Rata-rata tangkapan ikan karang per trip (ekor)

, ,

Lencam, 2.12 Kakap, 3.45

kerapu, 1.71

Baronang, 2.46

Bijinangka, 2.39

Bambangan, 2.48

Kuwe, 2.6

Ekor kuning , 4.49

,

Page 61: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

0.04 ton per km2 per tahun. Jika dibandingkan dengan rata-rata tangkapan ikan karang

nelayan di Filipina yang bisa mencapai 15,6 ton/km2/tahun walau bervariasi mulai dari 3

ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/m2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, 1998) hasil

tangkapan nelayan Ternate sangat rendah. Sesuai dengan penjelasan McAllister ( 1998 )

bahwa perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang, kualitas

pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat di sekitarnya. Terumbu karang dalam

kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang

dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam

kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 ton/km2/tahun, dibawah 8 ton

/km2/tahun merupakan produksi pada kondisi buruk. Dengan harga jual ikan karang

yang cukup beragam mulai dari Rp 10.000 sampai dengan Rp 25.000 maka pendapatan

bersih nelayan dalam satu trip rata-rata Rp 165.603,00

Tabel 20. Rincian estimasi Manfaat Bersih Nelayan Pancing Di Pulau Ternate.

Klasifikasi Rupiah (Rp)

Penerimaan 46.506.417,91

Biaya 17.691.164,78

Pendapatan 28.844.902,39

Dengan estimasi dari pendapatan bersih nelayan maka nilai ekosistem terumbu karang

sebagai faktor input bagi produktivitas tangkapan yang menjadi produk akhir bagi

masyarakat dapat dikuantifikasi secara moneter. Berdasarkan data survey jumlah nelayan

pancing ikan dasar di Pulau Ternate sebanyak 729 orang.

Tabel 21. Nilai Estimasi Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Ternate Klasifikasi Unit Jumlah

Pendapatan bersih Rupiah 28.844.902,39

Jumlah Nelayan Orang 729

Luas Hektar 1,11

Nilai Aktual Rupiah 21.027.933.840,00

Nilai Aktual Per Hektar Rupiah 19.012.598.409,49

Page 62: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Nilai Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karang Pulau Ternate

18000000000

18500000000

19000000000

19500000000

20000000000

20500000000

21000000000

21500000000

1 1.11Luas (Ha)

Nilai Ekonom

i (Ha)

Gambar 4. Nilai Ekonomi Aktual Ekosistem terumbu Karang di Pulau Terna te

Total manfaat bersih diperoleh per nelayan pancing ikan dasar di Pulau Ternate

sebesar Rp 28.844.902,39. Dengan demikian nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu

karang sebesar Rp 21.027.933.840,00 atau Rp 19.012.598.409,49 ha .

Nilai Manfaat Sekarang

A.Present Value Benefit Generate Per Hektare Model- Income Approach

Dengan mendiscount aliran bersih dari manfaat terumbu karang yang diambil

sebagai indikator nilai sekarang (present value) kemudian membagi total present value

dari produksi terumbu karang dengan luasan terumbu karang, maka dapat diperoleh nilai

perhektar terumbu karang. Hasil disarikan pada Tabel.22 .

Tabel 22. Nilai Estimasi Manfaat Sekarang (Present Value Benefit) Ekosistem Terumbu Karang Pulau Ternate Klasifikasi unit Jumlah

Luas terumbu karang Hektar 1,11

Present Value benefit Rupiah 384,542,778.79

Present Value benefit Per Hektar Rupiah 347,687,865.09

Tabel 22. diatas menunjukkan bahwa nilai manfaat sekarang dari terumbu karang di

Pulau Ternate sebesar Rp 384,542,778.79 atau sebesar 347,687,865.09 per hektar.

Nilai Manfaat Ekonomi Sekarang

(Present Value Residual Rent Generate Per Hektare Model -Income Approach)

Residual rent merupakan perbedaan antara biaya faktor produksi dan nilai

ektraksi dari sumberdaya. Dimana residual rent dapat dilihat sebagai kontribusi sistem

Page 63: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

alam atau pendapatan bersih terhadap nilai ekonomi total. Hasil yang diperoleh dapat

disarikan pada Tabel. 23 dibawah.

Tabel 23. Nilai Estimasi Present Value Residual rent dari Ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate

Klasifikasi unit Jumlah

Luasan terumbu karang Hektar 1,11

Present Value residual rent Rupiah 239,081,334.38

Present Value residual rent Per Hektar Rupiah 216,167,571.77

Dari tabel diatas Present Value Residual Rent diperoleh sebesar Rp 239,081,334.38.

Dengan luasan terumbu karang 1,11 Ha atau present value residual rent per hektar

sebesar Rp 216,167,571.77

Gambar 5. Perbandingan antara PV Benefit dan PV Residual Rent Terumbu Karang di

Pulau Ternate

PV BenefitPV Benefit

PV Residual Rent PV Residual Rent

0.0050000000.00

100000000.00150000000.00200000000.00250000000.00300000000.00350000000.00400000000.00

1 1.11Luas Terumbu Karang (Ha)

PV B

enef

it d

an P

V

Res

idua

l Ren

t

Present value residual rent per hektar lebih rendah dari present value benefit

karena present value residual rent merupakan pendekatan dengan menghitung biaya

yang dikeluarkan baik dari faktor produksi maupu biaya dari faktor tenaga kerja.

Analisis Sensitivitas Net Present Value (NPV)

Dalam menghitung net present value dari suatu investasi perlu dikaji hal – hal

yang akan terjadi jika analisis net present value mengalami kesalahan atau perubahan

pada satu atau beberapa faktor sehingga mempengaruhi dalam perhitungan biaya atau

manfaat. Dalam menghitung nilai ekosistem terumbu karang (Net Present Value) juga

diperlukan analisis sensitivitas karena ada hal mendasar yang mempengaruhi nilai NPV

Page 64: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

yaitu luasan tutupan terumbu karang (live coral coverage). Luas terumbu karang ini akan

mempengaruhi hasil produksi perikanan karang karena fungsi ekosistem terumbu karang

sebagai tempat mencari makan , tempat pengasuhan , tempat berpijah sebagian besar ikan

karang sehingga jika habitat ikan karang ini dalam kondisi baik maka output yang

dihasilkan juga dalam kualitas yang baik.

Pemanfaatan ekosistem terumbu karang oleh nelayan di Pulau Ternate selama ini

dengan cara–cara yang destruktif sehingga luasan tutupan terumbu karang mengalami

degradasi. Dari olah data citra satelit lansat ETM 7 tahun 2004 maka berhasil dianalisa

bahwa ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate mengalami degradasi dalam waktu

10 tahun seluas 1,793 ha atau sebesar 61,84 % .dari total luasan yang terhitung. Secara

langsung penyusutan luasan ini akan berakibat pada penurunan nilai estimasi dari fungsi

dan manfaat ekosistem ini. Indikator yang mudah untuk dilihat adalah berkurangnya

keuntunganekonomis dan keuntungan ekologis dari ekosistem terumbu karang tersebut.

Dengan melihat pola pemanfaaatan yang destruktif selama 10 tahun maka luasan

terumbu karang di Pulau Ternate diasumsikan akan terus mengalami penurunan. Analisis

sensitivitas terhadap perubahan luasan terumbu karang dilakukan dengan

mengasumsikan produksi akan berkurang jika luasan terumbu karang juga berkurang

demikian juga sebaliknya. Analisis sensitivitas net present value dengan asumsi

perubahan produksi berkurang sebesar 25 % jika masyarakat Pulau Ternate tetap

melakukan aktivitas pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan pola yang sama

dengan saat sekarang (tahun 2005).

Tabel 24. Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV Dengan Asumsi Produksi Berkurang 25 % Menggunakan Pola Pemanfaatan Destruktif

No Uraian Saat ini Analisis Sensitivitas

1 Net Present value per Hektar 347,687,865.09 262.577.304,98

2 Present value Residual rent

per Hektar

216,167,571.77 306.491.214,31

Page 65: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Net present value per hektar mengalami penururnan sebesar Rp 85,110,560.11

demikian juga dengan NPV Residual Rent mengalami penurunan sebesar RP

86,418,056.76

Tabel 25. Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV Dengan Asumsi Produksi Bertambah 25 % Menggunakan Pola Pemanfaatan dengan Pengaturan

No Uraian Nilai (Rp )

1 Net Present value per Hektar 445.911.143,80

2 Present value Residual rent per Hektar 129.749.515,01

Demikian pula bila digunakan pola pemanfaatan ekosistem terumbu karang

dengan pengaturan sehingga luas tutupan terumbu karang menjadi bertambah. Karena

luasan terumbu karang bertambah maka diasumsikan terjadi peningkatan hasil produksi

perikanan karang sebesar 25%. Pola pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan

ramah lingkungan merupakan tindakan yang harus dilaksanakan oleh stakeholders di

Pulau Ternate. Hal ini penting ditekankan karena sumberdaya yang dikelola bersifat open

acces sehingga kemungkinan perilaku dalam pemanfaatan serta keputusan pengalokasian

sumberdaya merupakan status kepemilikan (property right). Oleh sebab itu perlu adanya

suatu peraturan atau regulasi yang mengikat setiap pemanfaat dengan syarat bahwa tidak

ada biaya transaksi yang terjadi untuk mentaati peraturan tersebut. Jika dalam

pelaksanaannya terjadi biaya transaksi maka net present value dari ekosistem terumbu

karang akan terus menurun.

Page 66: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel. 26. Rincian tindakan dan penanganan yang harus dilakukan oleh seluruh stakeholders yang memanfaatkan ekosistem terumbu karang

Tindakan Penanganan

Tidak menggunakan Bahan Peledak Perlu membuat peraturan lokal yang melarang

penggunaan bahan peledak dalam menangkap

ikan.Walaupun peraturan tersebut sudah ada di

tingkat nasional

Tidak menggunakan trawl Membuat peraturan melarang penggunaan alat

tangkap ikan dengan trawl di sekitar terumbu

karang.

Tidak meletakkan Bubu pada area

terumbu karang

Membuat peraturan mengatur penggunaan dan

peletakan diarea terumbuk karang.

Jangkar Membuat peraturan melarang perahu

membuang jangkar di area terumbu karang

Tidak menggunakan jaring dasar di

area terumbu karang

Membuat peraturan yangmelarang pelemparan

jaring dasar di area terumbu karang

Penambangan batu karang Membuat peraturan melarang pengambilan batu

karang dijadikan bahan bangunan.

Berjalan diatas karang Melarang berjalan/menginjakkan kaki di atas

terumbu karang

Tidak Sandar kapal motor di perairan

dangkal

Memberikan tanda-tanda diwilayah terumbu

karang yang dangkal agar para pengemudi

perahu dapat melihat wilayah mana yang tidak

dapat dilalui karena ditumbuhi karang

Alat pendorong perahu (Kayu, Bambu

dan lain-lain)

Membuat jalur masuk perahu pada wilayah

terumbu karang, sehingga penggunaan kayu

mendorong perahu tidak dipergunakan lagi.

Tidak mengambil sebagai cindera

mata

Membuat peraturan melarang pengambilan

terumbu karang dijadikan hiasan,menghapus

kuota untuk ekspor terumbu karang hias.

Page 67: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Dari analisis sensitivitas yang dilakukan berdasarkan faktor endogen maka perbandingan

net present value dapat diuraikan pada gamabar 6. dibawah.

Gambar 6. Grafik Analisis Sensitivitas Estimasi Net Present Value (NPV) Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Ternate

0.00

100,000,000.00

200,000,000.00

300,000,000.00

400,000,000.00

500,000,000.00

Saat ini DenganPengaturan

TanpaPengaturan

NPV

Residual Rent

Selain berdasarkan faktor endogen, maka analisis sensitivitas berdasarkan faktor

eksogen juga perlu dilakukan. Pada saat penelitian ini dilaksanakan terjadi kenaikan

biaya angkut produksi dari desa nelayan ke pusat kota Ternate. Kenaikan biaya angkut

sebesar 50 %.

Tabel 27. Perbandingan Net Present Value Dengan Perubahan Biaya Angkut

No Uraian Nilai (Rp )

1 NPV per hektare sebelum kenaikan biaya angkut 347.687.865,09

2 Present value residual rent per Hektare sebelum kenaikan

biaya angkut

216.167.571,77

3 NPV per hektare sesudah kenaikan biaya angkut 344.306.988,73

4 Present value residual rent per Hektare sesudah kenaikan

biaya angkut

160.617.390,65

Dari tabel perbandingan nilai estimasi Net Present Value diatas maka dengan

kenaikan biaya angkut tersebut, terjadi penurunan pendapatan nelayan sebesar Rp

55.550.181,1 per hektar.

Page 68: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Keterkaitan Ikan Karang Dengan Karang Hidup

Dalam menganalisis nilai ekonomi manfaat dari ekosistem terumbu karang perlu

dilakukan analisis keterkaitan antara produksi perikanan karang dengan karang hidup

sebagai habitatnya. Sebagai indikasi yaitu kondisi karang hidup mencakup diantaranya

adalah luasan, dan kesehatan karang. Kesehatan karang dapat diindikasikan dengan

tutupan hidup (living coverage) karang batu.

Dari laporan team Bakosurtanal yang melakukan survey identifikasi sumberdaya

pesisir dan laut di Pulau Ternate pada bulan Juni 2005 hasilnya adalah luasan terumbu

karang hanya tinggal 1,13 Ha, dimana dibeberapa lokasi stasiun penga matan terjadi

kerusakan terutama karang batu. Hal demikian terjadi baik dibagian selatan maupun

utara Pulau Ternate. Tutupan karang batu di stasiun Kastela (bagian Selatan Pulau

Ternate) dalam kondisi rusak dengan persentase tutupan karang batu hidup sebesar 21,00

%.

Demikian juga dengan kondisi karang batu yang berada di bagian Utara Pulau

Ternate. Berdasarkan dari laporan penelitian Hirto (2005) bahwa kondisi karang batu di

Perairan Gamalama ditemukan dalam keadaan rusak dengan persentase tutupan sebesar

23 %. Dari kelima stasiun yang diamati 3 stasiun kondisi karangnya dalam keadaan

rusak yaitu di stasiun Kastela , Salero dan Gamalama. Hanya di stasiun Sulamadaha dan

Takome yang kondisi karangnya dalam keadaan baik dan sangat baik.. Kondisi ini juga

dipengaruhi oleh posisi stasiun pengamatan. Dimana stasiun Takome berada jauh dari

area pemukiman penduduk sedangkan stasiun Sulamadaha yang berada di desa

Sulamadaha yang merupakan area wisata di Kepulauan Ternate. Sedangkan pada ketiga

lokasi stasiun yang kondisi karang batunya dalam keadaan rusak merupakan area

terbuka. Selain itu pada ketiga area terumbu karang yang rusak juga ditemukan pecahan

– pecahan botol yang digunakan nelayan setempat sebagai wadah bom rakitan untuk

menangkap ikan karang. Dari kelima stasiun penelitian diatas maka kondisi rata-rata

karang batu di Kepulauan Ternate dalam keadaan rusak, dengan persentase rata-rata

tutupan karang batu hidup sebesar 33,7 %.

Adanya kerusakan terumbu karang berdasarkan hasil survey disebabkan oleh

praktek penangkapan ikan secara destruktif dengan bahan peledak dan bius, alat

Page 69: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

transportasi seperti pelemparan jangkar, kegiatan pariwisata laut, pemasangan perangkap

bubu. Kerusakan terumbu karang juga tidak terhindar dari gangguan yang bersifat

biologis seperti pemutihan ( bleaching). Pemutihan ini bisa disebabkan oleh pemangsaan

bintang laut (Acanthaster plancii) dan bleacing sebagai akibat peningkatan suhu air laut

yang ekstrim .

Tabel 28. Rekapitulasi Persentase Sebaran Tutupan Karang Di Pulau Ternate

Jenis Karang Stasiun Pengamatan

Nama sulamadaha Takome Kastela Salero Gamalama

Hard coral 60.36 90.30 21 28 23.2

Soft Coral 3.70 5 5.7 5 37.2

Other fauna 4.5 0 0 0 0.4

Abiotic 13.5 3.5 18.10 15 39.2

Sumber : Data Bakosurtanal dan Hirto ,(2005), PKSPL Unkhair (2006)

Luasan tutupan karang batu diterima sebagai petunjuk yang berarti bagi kondisi

karang. Gomez dan Yap (1984) menjelaskan tingginya tutupan karang batu merupakan

petunjuk dari karang yang sehat selain diikuti oleh kondisi keragaman jenis karang batu.

Pada kelima stasiun tersebut koloni karang batu umumnya didominasi oleh

pertumbuhan karang bercabang (Branching Corals) dari marga Goniopora dan Porites

dan karang daun Folious Corals dari marga Montipora. Dari hasil penelitian juga

ditemukan secara umum 3-4 marga dengan 24 jenis karang batu. Jumlah ini cukup

rendah jika dibandingkan dengan area karang yang dijumpai di wilayah Timur

Indonesia, khususnya di Pulau Watubela Maluku, dimana marga karang batu dijumpai

sekitar 44 - 50 (Edrus, 2004).

Sedangkan Kondisi karang batu di pulau – pulau kecil yang berada disekitar

pulau Ternate dalam kadaan baik. Di stasiun Pulau Hiri kondisi karang batu hidup

dalam keadaan sangat baik dengan persentase tutupan sebesar 82,60 % sedangkan di

Pulau Maitara kondisi karang batu hidup juga dalam kondisi baik dengan persentase

tutupan sebesar 77,40 % .

Page 70: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel. 29 Rekapitulasi Keanekaragaman Dan Kelimpahan Ikan Karang Konsumsi Masyarakat Di Pulau Ternate

Jenis ikan

karang

St.Sula

madaha

St.Takome St.Kastela St.Sale ro St.Gamalama ?

Baronang 450 831 0 10 0 1291

Kerapu 1037 350 50 0 0 1437

Lencam 16 0 2 0 1 19

Kakak tua 0 37 0 4 0 41

Bambangan 19 100 1 0 196 316

Kue 2 0 0 2 2 6

ekor kuning 65 6 160 0 0 231

Bijinangka 20 14 48 7 1 90

Sumber:Data Bakosurtanal (2005),Hirto (2005).

Kondisi tutupan karang batu hidup di Pulau Ternate ini berkorelasi dengan

kelimpahan dan keanekaragaman pada ikan karang konsumsi. Dimana pada kondisi

tutupan karang hidupnya baik, maka kelimpahan ikan karang konsumsi juga tinggi. Hal

ini dapat dilhat pada stasiun Sulamadaha dengan kondisi karang baik maka kelimpahan

ikan karangnya juga tinggi.

Gambar 7. Kurva Interaksi Antara Persentase Tutupan Karang Hidup Dengan Kelimpahan Ikan Karang Konsumsi

Interaksi antara persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang konsumsi di Pulau Ternate

0

500

1000

1500

2000

90.00% 60% 28.00% 23% 21%

Persentase tutupan karang hidup

Kelim

paha

n

Page 71: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Demikian juga dengan keanekaragaman ikan karang konsumsi di masing –

masing stasiun. Dari 8 jenis ikan karang yang umum dikonsumsi oleh masyarakat rata-

rata hanya mencakup 5 jenis. Hanya satu stasiun yang keanekaragamannya cukup baik

yaitu stasiun Sulamadaha dengan mencakup 7 jenis ikan karang konsumsi.

Gambar 8. Interakasi Antara Persentase Tutupan Karang Hidup Dengan Keanekaragaman Ikan Karang Konsumsi Di Pulau Ternate

Interaksi antara persentase tutupan karang hidup dengan keanekaragaman ikan karang konsumsi di Pulau Ternate

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5

Persentase tutupan karang hidup

Kea

neka

raga

man

Robertson dan Gaines (1986) dalam Westmacott et al.(2000) menjelaskan bahwa

interaksi antara ikan karang dengan habitatnya yaitu karang hidup dapat terjadi dalam 3

bentuk. Pertama, hubungan yang terjadi secara langsung dengan karang hidup sebagai

tempat perlindungan terutama ikan- ikan yang berukuran kecil. Kedua, hubungan yang

menyangkut interaksi makan memakan antara ikan karang dan biota sesil yang

berasosiasi dengannya. Ketiga, hubungan yang melibatkan keseluruhan struktur

ekosistem dan pola makan pemakan plankton dan karnifor yang berasosiasi dengan

karang. Hubungan diatas secara tidak langsung menjelaskan manfaat terumbu karang

sebagai feeding ground ikan karang. Fungsi ini akan berjalan bila kesehatan terumbu

dalam kondisi terjaga.

Menurut Pet-Soede (2000) ada beberapa faktor yang memberikan sumbangan

terhadap komposisi komunitas ikan di ekosistem karang yang kesemuanya berhubungan

dengan struktur fisik dan kompleksitas karang tersebut. Pertama, pada karang sehat

keragaman dan kuantitas makanan adalah tinggi dan ini berdampak positif langsung pada

keragaman dan kelimpahan ikan. Berbeda halnya jika kondisi karang tidak sehat dimana

karang mati akan cepat ditumbuhi oleh alga secara berlebihan. Kemudian alga dimakan

oleh herbivora seperti ikan kakatua (parrotfish, Scarus spp.), dan populasi jenis-jenis ini

Page 72: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

dapat meningkat. Pemakanan dalam jumlah besar oleh jenis-jenis ini terkadang merusak

struktur karang yang menyebabkan erosi kerangka karang. Tetapi mereka juga

membatasi pertumbuhan alga. Meningkatnya populasi ikan yang kurang bernilai

komersial ini merupakan kerugian ekonomis bagi nelayan ikan karang. Kedua, karang

menyediakan lingkungan yang tepat untuk kegiatan reproduksi dan penempatan larva

ikan dan ini akan turut menentukan struktur komunitas ikan dewasa nantinya (Medley et

al., 1983; Eckert, 1987; Lewis,1987diacu dalam Westmacott et al., (2000)

Menurut Eggleston, (1995) dalam Westmacott et al. (2000) kondisi karang yang

terstruktur kompleks dan sehat akan memaksimalkan jumlah keragaman dan kuantitas

ruangan guna kesuksesan reproduksi. Akhirnya, karang menyediakan naungan dan

perlindungan dari para predator, khususnya bagi ikan berjenis kecil dan ini

mempengaruhi pola kelangsungan hidup dan kelimpahannya saat dewasa. Secara garis

besar kondisi karang sehat berdampak positif bagi ketiga faktor tersebut (makanan,

reproduksi dan naungan) dan imbalannya adalah peningkatan keragaman dan kelimpahan

ikan.

Gambar 9. Mata Rantai Karang Sehat dengan Keanekagaman Dan Kelimpahan Ikan Ketersediaaan pangan

Kesehatan Karang lingkungan yang tepat untuk Keragaman&kuantitas

reproduksi &peletakan larva ikan

Melindungi dari pemangsa

Sumber: (Westmacott et al. 2000)

Untuk Melihat adanya hubungan fungsional antara variabel –variabel diatas

dimana karang hidup sebagai variabel bebas atau prediktor sedangkan ikan karang

konsumsi sebagai variabel tak bebas atau sebagai respon maka dengan meregresikan data

persentase tutupan karang batu dan jumlah taksa ikan karang, hasilnya dapat memberikan

petunjuk adanya interaksi antara karang hidup dengan ikan karang konsumsi. Jenis ikan

yang diregresikan adalah jenis ikan karang konsumsi yang biasa ditangkap oleh nelayan.

Rumus Regresi : Y= a + ßX

Y = Jumlah individu ikan karang konsumsi a = Intercep ß= Konstanta

Page 73: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

X = persentase tutupan karang hidup (hard coral) (%) Untuk melihat keeratan hubungan ikan karang dengan substratnya yaitu karang hidup

maka total ikan karang konsumsi diregresikan dengan tutupan karang batu.

Tabel 30. Hasil Regresi Antara Ikan Karang Konsumsi Dengan Karang Hidup

Peubah tak bebas (Y) Peubah bebas (X) Intercep(a) Paramaeter(ß) R-square(%)

Ikan Karang Konsumsi Karang Hidup - 225 18,7 52,7

Nilai R- square merupakan indikasi terdapat atau tidaknya interaksi antara dua

peubah. Dengan hasil regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan

terdapat keterkaitan antara ikan karang konsumsi dengan kondisi karang hidup. Tanda

posistif dari variabel bebas sebesar 18,7 berarti bahwa variabel bebas (independent

variable) berpengaruh searah terhadap variabel tergantung (dependent variable) artinya

jika kondisi tutupan karang batunya dalam keadaan baik maka kelimpahan dan

keragaman ikan karang konsumsi juga tinggi. Hal ini terjadi pada stasiun Sulamadaha,

dengan kondisi karang batu yang baik maka keanekaragaman dan kelimpahan produksi

ikan karang cukup tinggi dibandingkan dengan ketiga stasiun yang kondisi terumbu

karangnya dalam kategori rusak.

Hasil regresi masing–masing spesies ikan konsumsi tidak semuanya menunjukkan

adanya hubungan keeratan. Hanya ikan baronang dan ikan kakaktua saja yang

menunjukkan adanya hubungan yang erat antara tutupan karang hidup dengan

kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang konsumsi.

Tabel 31.Hasil Regresi Masing –Masing Ikan Karang Konsumsi Dengan Tutupan Karang Hidup Dimasing –Masing Stasiun Pengamatan

Peubah tak bebas Peubah Bebas Intercep Parameter R-square

Baronang Karang hidup -330 12,0 84,7

Kerapu karang hidup -83 7,57 23,9

Ekor kuning karang hidup 98,9 -1,06 19,6

Bijinangka karang hidup 25,0 -0,171 6,3

Ikan merah karang hidup 75,2 -0,22 0,6

Lencam karang hidup 2,30 0,031 1,6

Ikan kuwe karang hidup 11,23 -0,0088 5,2

Kakatua karang hidup -14,8 0,535 83,98

Page 74: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Demikian juga dengan tanda dari variabel bebas bahwa untuk ikan baronang dan ikan

kakatua menunjukkan arah yang positif yang berarti bahwa variabel bebas yaitu karang

hidup berpengaruh searah terhadap variabel tergantung (ikan karang)

Pendekatan Data Time series

Pendugaan nilai manfaat langsung terumbu karang didekati dengan data time

series. Dari data statistik perikanan karang Pulau Ternate selama kurun waktu 10 tahun

terjadi fluktuasi yang signifikan. Banyak hal yang menjadi penyebabterjadinya fluktuasi

ini diantara adalah perubahan status wilayah dari Kabupaten Maluku Utara menjadi

Provinsi Maluku Utara sehingga dalam melakukan pencatatan data menjadi kurang

terorganisir. Kemudian adanya dampak dari kerusuhan sosial mengakibatkan pada tahun

1999-2001 banyak nelayan yang meninggalkan (eksodus) Pulau Ternate. Produksi baru

kembali mengalami kenaikan setelah tahun 2002 dengan tambaha n nelayan eksodus dari

Pulau Halmahera dan sekitarnya. Pergantian tenaga kerja yang cukup tinggi dalam

wilayah perikanan ini berimbas pada turun naiknya hasil produksi. Disamping jumlah

nelayan yang berkurang, penyebab turunnya produksi juga dipengaruhi oleh makin

memburuknya kualitas terumbu karang. Fungsi terumbu karang merupakan input bagi

perikanan karang, jika terjadi gangguan pada aliran manfaat ekosistem ini, secara

langsung akan berakibat pada penurunan output dari ekosistem ini. Produksi perikanan

karang Pulau Ternate selama 10 tahun mengalami penurunan yang signifikan.

Gambar 10. Rekapitulasi Produksi Perikanan Karang Pulau Ternate tahun 1995-2004.

0100200300400500600700800900

1000

Prod

uksi

(TO

N)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Perikanan Karang PulauTernate

Page 75: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel 32. Perbandingan Produktivitas Terumbu Karang dengan Luasan Terumbu karang dari tahun 1995-2004

No Uraian 1995 2004

1. Produksi ikan karang (ton) 885.78 682.64

2 Luasan Terumbu Karang (hektar) 2,89 1,11

Sumber : Data sekunder diolah, 2005

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa produksi perikanan tahun 1995 sebanyak

885.78 ton, dengan luasan terumbu karang 2.89 Ha. Kemudian pada tahun 2004 produksi

perikanan mengalami penurunan menjadi 682.64 ton sedangkan kondisi luasan terumbu

karang berkurang menjadi 1.12 Ha. Produksi ikan karang sebesar 203,14 ton .Selain

dipengaruhi oleh luasan terumbu karang produksi juga dipengaruhi oleh effort (usaha)

dari nelayan. Tingginya pergantian tenaga kerja dalam wilayah perikanan turut

mempengaruhi penurunan produksi selain adanya masalah sosial dimasyarakat pada

tahun 1999-2002 .

Dengan menggunakan data luasan terumbu karang ,data produksi time series,

data trip nelayan pancing selama 10 tahun maka produksi perikanan karang Pulau Ternate

tahun 2005 dapat diestimasi berdasarkan model pendugaan hubungan antara jumlah

produksi ikan karang (Ct) dengan jumlah upaya tangkap (effort) dan luasan terumbu

karang (Lt) dengan model parametrik dibawah ini.

C2005 = ß0+ ß1Ln (Li, t--1)Et+ ß2 Ln (Li, t—1) Et 2++ ß3 C i,t-1

Dari hasil regresi parametri diatas, maka diperoleh estimasi hasil tangkapan ikan karang

Pulau Ternate tahun 2005 sebesar 544,592 Ton. Produksi dugaan tahun 2005 ini

menurun jika dibandingkan dengan produksi tahun 2004 sebesar 682,64 Ton ( Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2005).

Nilai Kehilangan Manfaat Langsung Terumbu Karang ( Benefit Lost )

Kawasan terumbu karang yang berfungsi sebagai daerah pemijahan, daerah

pengasuhan dan daerah mencari makan bagi ikan karang dan biota laut lainnya yang

berasosiasi dengannya, maka luasan terumbu karang menjadi input bagi produktivitas

Page 76: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

hasil tangkapan ikan karang sehingga jika terjadi perubahan. kawasan terumbu karang

akan mempengaruhi aliran nilai manfaat dari kawasan terumbu karang tersebut.

Perubahan nilai ekosistem terumbu karang yang terkait dengan jumlah hasil

tangkapan ikan karang dapat dikuantifikasi dengan uang. Dari Analisis citra satelit ETM

LAPAN untuk tahun 1995 dan 2004 maka selama 10 tahun terjadi degradasi luasan

terumbu karang di Pulau Ternate seluas 1,793 Ha, yang berarti juga kehilangan manfaat

langsung dari kawasan terumbu karang .

Tabel 33. Proporsi luasan terumbu karang tahun 1995 dan 2004.

Tahun Uraian

1995 (Ha) 2004 (Ha)

? Luas (1995-

2004)(Ha) (%)

Luas tutupan terumbu karang 2,899 1,11 1,793 61,84

Gambar 11. Estimasi Degradasi Luasan Terumbu Karang Pulau Ternate Dari tahun 1995-2004

Ekosistem terumbu karang dalam konteksnya sebagai fungsi dari harga ikan

karang dan perubahan luasan terumbu karang sehingga dengan mengumpulkan data

harga (P), jumlah upaya tangkap (E) dan perubahan luasan terumbu karang (?L) ,dapat

diduga nilai kehilangan manfaat langsung selama 10 tahun dari ekosistem terumbu

karang di Pulau Ternate.

00.5

11.5

22.5

33.5

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Luas

an (H

a)

Page 77: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Tabel 34. Kehilangan Nilai Manfaat Terumbu Karang Dari Tahun 1995-2004.

No Uraian (Ha dan Rp) Tahun 1995 Tahun 2004

1

2

3

4

Luasan terumbu karang

Nilai manfaat terumbu karang

Nilai manfaat Hilang

Nilai Manfaat Hilang per hektar

2,899

31.026.072.000,00

0

0

1,11

25. 928..931.600,00

5.097.140.400,00

2.842.800.000,00

Gam

bar

12.

Perba

nding

an

nilai manfaat ekonomi antara tahun 1995 dan 2004

Kehilangan kawasan terumbu karang seluas 1,793 ha selama 10 tahun telah

menyebabkan kehilangan aliran manfaat langsung ekosistem terumbu karang sebesar

Rp 5.097.140.400,00 yang berarti juga kehilangan pendapatan (lost income) bagi nelayan

pancing Pulau Ternate sebesar Rp 2.842.800.000,00 perhektar terumbu karang..

Cesar (1996) memperkirakan bahwa Terumbu karang yang rusak akibat

penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau kegiatan pengambilan destruktif

sehingga kondisi rusak/hancur sebesar 50% hanya akan menghasilkan 6.000 US

Dollar/km2 /tahun, sedangkan area terumbu karang dengan kondisi rusak sebesar 75%

rusak hanya menghasilkan sekitar 2.000 US Dollar /km2 /tahun.

Jika dianalogkan dengan kondisi terumbu karang di Ternate maka kerusakan sebesar 33,7

% berdampak pada kerugian ekonomis yang setara dengan 2.000 US Dollar /km2 /tahun.

Menilik kerugian ekonomi yang begitu besar akibat pemanfaatan yang tidak

memperhatikan daya dukung dan kelestariannya maka upaya untuk menjaga kelestarian

ekosistem terumbu karang di Ternate khususnya dan di Indonesia pada saat ini adalah

suatu hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan.

05000000000

100000000001500000000020000000000250000000003000000000035000000000

1995 2004Tahun

Nila

i Manfa

at

Ekon

omi

Page 78: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan pemanfaatan ikan karang konsumsi dengan menggunakan data cross

section maka nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate

adalah sebesar Rp 21.027.933.840,00 sedangkan nilai manfaat sekarang dari

ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate sebesar Rp 384.542.778,79 dan nilai

ekonomi sekarang ekosistem terumbu karang di Pulau Ternate adalah sebesar

Rp 239.081.334,38.

2. Berdasarkan pemanfaatan ikan karang konsumsi dengan menggunakan data time

series maka nilai manfaat yang hilang dari ekosistem terumbu karang seluas

1.793 Ha selama 10 tahun di Pulau Ternate adalah sebesar Rp 5.097.140.400,00 .

3. Kondisi rata-rata tutupan karang batu hidup (Hard Coral )Pulau Ternate sebesar

37, 7% yang dikategorikan dalam kondisi rusak.

4. Terdapat korelasi antara kondisi tutupan karang hidup dengan keanekaragaman

dan kelimpahan ikan karang konsumsi terutama pada ikan baronang dan ikan

kakaktua.

Saran

Apresiasi yang rendah di masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian ekosistem

terumbu karang harus ditingkatkan dengan memberikan pemahaman akan

pentingnya ekosistem tersebut melalui penyuluhan, pelatihan dan usaha

pemberdayaan lembaga/komunitas lokal. Selain itu pemerintah dengan kebijakan

yang telah diturunkan harus memberikan perhatian yang optimal dalam usaha

mempertahankan sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir khusus

ekosistem terumbu karang.

Berkurangnya luasan terumbu karang sebesar 61,84 % dalam 10 tahun

merupakan indikasi dilakukannya praktek - praktek yang destruktif sehingga perlu

tindakan untuk memperbaiki kondisi terumbu karang di Pulau Ternate saat ini

diantaranya dengan membuat zona dilarang memancing di area terumbu karang

tertentu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap zonasi tersebut.

Page 79: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep Dan Metodologi Valuasi Ekonomi

Sumberdaya Pesisir Dan Laut. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Bakosurtanal. 2005. Inventarisasi Sumberdaya Alam Pesisir Dan Laut Di Maluku

Utara..Bogor. Bakosurtanal.

Barton, D.N 1994. Economic Factor And Valuation Of Tropical Coastal Resources.

SMR-Report 14/94. Norway.Center for Studies of Environmental and Resources

.University of Bersen.

Burke L, Selig E, Spalding M. 2002. Terumbu Karang Yang Terancam Di Asia

Tenggara. USA: Wold Resource Institute.

Cesar, H. 2000. Collected Essay on the Economics of Coral Reefs. Cordio Departemen

Biology and Environmental Science,Kalmar University. Sweden.

COREMAP. 2001. Kebijakan Nasional Pengelolaan Terumbu Karang Di Indonesia

(Buku II). Jakarta: Coral Reef Rehabilitation and Management Program Hopley.D and Suharsono.2000 eds., The Status of Coral Reefs in Eastern Indonesia

Townsville, Australia: Global Coral Reef Monitoring Network. Dahuri.R, Rais.J, Ginting.S.P, Sitepu.M.J. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah

Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. 2005. Informasi Data Statistik

Bidang Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Ternate. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi maluku Utara

Edrus,I.N. 2004. A Study on Coral Reef and Coral Fish in Watubela Island,East

Seram,Mollucas. Indonesian Fisheries Research Journal Vol.10 N0.1.2004 Faisal, S. 2001. Format- format Penelitian Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta.

PT Gramedia.

Page 80: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Garces,L.R. 1992. Coral reef Management in Thailand .Naga.The ICLARM

QuartelyJuly.1992. Gomez,E.D and H.T.Yap. 1984. Monitoring Reef Condition. In: Coral Reef

Management Handbook .R.A Kenshington and B.E.T Hudson (Eds).Unesco Publisher. Jakarta.

Greene,W.H. 1990. Economic Analysis.New York. MacMillan Publishing Company. Hirto, S.A. 2005. Biodiversitas Karang Lunak (Soft Coral) Di Perairan Gamalama Kota

Ternate Utara (Skripsi).Ternate.Universitas Khairun.Fakultas Perikanan Dan Kelautan

Hutabarat,L.,Evans, S.M.1984. Pengantar Oceanografi.UI Press. Jakarta L. Pet-Soede, H. Cesar, dan J. Pet. 1996. “Blasting Away: The Economics of Blast

Fishing on Indonesian Coral Reefs,” in H. Cesar, ed., Collected Essays on theEconomics of Coral Reefs, H. Cesar, “Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs,”Working Paper Series ‘Work in Progress Washington, DC: World Bank .

McAllister, D.E. 1998. Environmental, Economic and Social Costs of Coral Reef

Destructionin the Philippines. Galaxea Vol. 7, pp. 161-178. Nunes et al. Economic Valuation of Biodiversity : sense or non sense. Ecological

Economics 39 : 203 – 222. Nybakken JW. 1986. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman M, Koebiono,

DG Bengen, Penterjemah. Jakarta : PT Gramedia. Terjemahan dari : Biology and Ecological Approach.

McCook LJ. 1999. Macroalgae, nutrients and phase shifts on coral reefs: scientific issue

and management consequences for the Great Barrier Reef. Coral reef (18): 357-367

PKSPL Universitas Khairun Ternate. 2001. Pengembangan kawasan Pesisir Kotamadya

Ternate:Laporan Penelitian. Ternate. PKSPL Unkhair Ternate. Sorokin YI. 1993. Coral reef ecology. New York: Springer-Verlag. Sumich JL. 1992. An introduction to the biology of marine life. Ed ke-5. Dubuque:

WmC Brown.

Page 81: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Westmacott.S, Teleki.K, Wells.S , West.J. 2000. Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih Dan Rusak Kritis. IUCN Gland, Switzerland and Cambridge, UK. Diterjemahkan oleh Jan Henning Steffen.

Spurgeon,J.1992.The Economic Valuation of Coral Reefs.Marine Polution Bulletin vol

24 (11) 529-536. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir

Tropis. Jakarta. Gramedia. White A.T and A. Cruz-Trinidad, 1988 The Values of Philippine Coastal

Resources: Why Protection and Management Are Critical: Coastal Resource Management Project..Cebu City, Philippines.

Veron JEN. 1995. Coral in space and time. Townsville: Australian Institute of Marine

Science. Veron JEN, Minchin PR. 1992. Correlation Between Sea Surface Temperature,

Circulation Patterns And The Distribution Of Hermatypic Corals Of Japan. Continental Self Res. (12): 835-857.

Wallace D. 1998. Coral reefs and their management. www.cep.unep.org. [13 Maret

2003].

Page 82: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

y

y

y

y

%[y

#

#

y

y

Î

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

#y

yy

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

$

y

yy

y

y

#

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

#

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y$

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

Î

Î

Ka yu me ra h

Bo st io n gM an gg ad ua

Klap ap en de kTo b oko

M uha jir in

Kota b ar u

Ta n ah ting gi

Ub o ub o

Buk uko no ra

M oy aKa st ur ia n

H awa ng ido

Se ke p

Sal er o

Soa sio

Mak as sar T im ur

To bo leu

Sa ng ajiPa ce i

Taf ur e

Tab a m

Tub o

Ake hu da

Sa ng o

Kula ba

Ta ra u

Bula

To bo lolo

Su lam a da ha

Ta kom e

Tan n ade ne

Ban ed ing a

Tog alo

L ot o

Af e

L ad um a

Dor op ed o

R ua

Am o

Por am ad ia he

Ka st ela

Ga mb e siF itu

Ng ad e

Bu ku ba nd er a

Ta na o le

M ar iku ru bu

To ra no

M ad o

To go lob eD or ar iisa

Fa ud u

Tam aj ik o

Ake ba i

Ng us u le ng e

Pas ima yau

Bo eh

Tob alo

Rum Tu a

M ar ar um

Ru m

To hu a

Ke ciSa ke ta M af utu tu

Ma juiGa ng ga u

Co b oleg uGa ra m ela To mo da u

Sur um a lau

Ake sa hu

Tela ga Ru m

Te lag a Ma tu fka ng e

Ku su bir ah i

Mir a

Lo lo bi

Ake m am

Do wo ra

Ha teja ti

Go bo do e

G amtufkan ge

G ur ab un ga Ka mp u ng bar u

Tu gu wa jiInd on es iana

Ng iha la ka

Jaya m aya u

Lo do a ke

Gu ap ajiJa ya

Bu ab ua

Sir on go

Kus um a you

Afa 3Af a 2

M ar eku

Ka m pu ng ba ru

Bo bo

Om e

Ga m sun gFo ba ha ru

Tob ah ar um a ju

To ga m

Go lili Kala ed i

Sida ng oli

J er e

Cob o Ga bu ng

Co bo M ad oe

Te lag a M ar eku

Afa 1

D ola

Ga ma lam aKa mp u ng Sta dion

Soa

Tab an a

Sa sa

Kalu mata

Dufa-d ufa

Ja mula

Tom b og a

KO TA TERN ATE U TA RA

KO TA TERN ATE SELATA N TE RNATE

PULAU TER NATE

G. MA ITAR A

BK. PADAN GA

Tg . Ta nua

T g.T obalo

T g. EbaTg. Ka yumerah

Tg. Pa si rp utih

Tg. Tah am

Tg. S usahu madah a

T g. T akome

Tg. T ad uma

Tg. Am o

T g. Fau du

Tg . Ma do

Tg. Tafraka

G. GAM ALAM A

Tg . Kau cina

P. HIRI

P. MA ITAR A

P.HALMAHE RA

P. HALMAHE RA

P. TIDORE

P. GU RAMANG OFAM AKA

So a s io

D. T olire Kecil

D . Tolire Bes ar

D . L aguna

S E L

A T

L A

M O Tl. Cobo

L A U T M A L U K U

Kota T ido re Kepu lau an

Te ru mb u karan g

Kar ang H idu p; b ai k

Kar ang H idu p; b uru k

Kar ang H idu p; sa nga t b aik

Kar ang H idu p; se dan g

Pas ir Hal usPas ir Kasa rno data

PUSA T SU RVEI SU MBER DAYA ALA M L AUT, BAKO SUR TANA LJL . R AYA JAKA RTA - B O GO R KM. 4 6 C IBIN O NG ,BO G OR 1 6 91 1TELP. / FAX. : ( 0 21 ) 87 5 94 8 1 B

AK OSU RTA N AL

PETA EKO SISTEM TERUMBU KARA NG

#D

Q

Î

qýý

"

K K K

Ç

Ç

Ç

Ç

Ç

Ç

Me n ara su ar

Te mpa t b er la bu h

P en a ha n omb a k / g el omb an g

D erma ga

B en d un ga n

S umb e r a ir

Te rus an , Salu ran a ir

S umb e r a ir

A ra h al ira n

P en g ga ra ma n

E mpa n g

R aw a

J era m

A ir te rju n

S un g ai musi man

S un g ai

D an a u

B et ing ka ra ng

Te rumb u

B at u ka ra ng

G a ris p an ta i

PERAIRAN

Ib uko ta Pro p ins i

Ib uko ta Kab u pa te n

Ib uko ta Kec ama ta n

De sa / Ka mpu n g La inn ya

Gu nu n g

#Y

%[

#

z

$

ð Ti tik Ting gi

KETERAN GA N

La p an g an te rb an g

Ja lan se ta p ak

Ja lan la in

Ja lan se da n g di ba ng u n

Ja lan lo ka l

Ja lan ko le kt or

Ja lan a rte r i

PER HUBU NG AN

BATAS ADMINISTRASI

Ba ta s Ke ca mat an

Ba ta s Ka bu p at en / Ko ta

Ba ta s Pro p in si

Ba ta s Ne ga ra

Br . Ta ko

me

P. Fil ong a

Ng. L ol a

N g. L obi

Ng . S ubod o

Ng. Na s iN g. F

uina

i

Ng. Sal o

N g. Pa d aki e

Ng Siko

Ng . Sum kusu

Br . T ogu aip erla tu

B r. K

a ste

la

Br . Sa sa

Br. F

itu

B r. Sar abu

Br . Mar iku r ubuBr. T

ugur

ara

Br . K

u laba

0°4 0'00"U

127°30'00"T

127°

10'0

0"T

0°40'00 "U0 72 5 mU73

03 00 03 05 0310 03 15 03 20 03 2 5 03 30

03 080 mT

33

00 712 mU73

00 75

00 80

00 85

00 9 0

00 95

010 0

0105

011 0

03 094 mT33

42'

44'

46'

48'

50'

52'

54'

56'

12 ' 16'14' 18' 20' 22' 24 ' 28'26'

58'

127°30'00"T

1°0 0'00"U1°00 '0 0"U12

7°1

0'00

"T

TIDOR E

TIDORE SELATAN

TI DOR E UTARA

P. TERNATE

PE MB AGI AN DA ERA H ADM INIS TRA SIPR OPI NSI MAL UK U U TARA

1 . K ot a Te rna te

a . Ke cam at an Te rn a te Ut ara b . Ke cam at an Te rn a te Se lat an c . K ec ama ta n Pu lau Te rna te 2 . K ot a Ti do re Ke p ula u an

a . Ke cam at an Tid ore b . Ke cam at an Tid ore U ta ra c . K ec ama ta n Tid ore Se lat an

3 . K ab up a te n Ha lmah e ra Ba rat

a . Ke cam at an Ja ilo lo

1

2

a

b

c

a

3

a

b

bLAUT MALU KU

SEL AT LAMO

U

TERN ATELe mba r L PI 25 1 6 - 02

Lembar LPI 2516 - 02

EDISI I - 2 005

TERNATE

SKALA 1 : 50.000

KETER ANG AN RIW AYAT / SUMBER DATAPet a ini d isu su n da r i : Pet a da sa r sk al a 1: 5 0.0 0 0 Terna t ePet a da sa r sk al a 1 : 1 00 .0 0 0 Dire kto rat To po g ra fi TN I - A DIn te rp re ta si cit ra la n ds at 7 ETM+ p at h1 1 0 ro w 05 9 2 7 Mei 20 0 2Bat as a dmi nis tr as i d ar i BP S Ma lu ku U ta ra ,b uk an s eb a ga i re fe re n si

3 0 3 6KMSKALA 1 : 50. 0 00

Pro y ek si : Tran sv erse Me rc a to r

L AUT H AL MAHERA

D IAG RAM LO KASI

P. HAL MAHER A

L AUT MALU KU

126°00 ' T 130° 30' T

3° 00 ' U

0° 00 '

2° 00 ' U

1° 00 ' U

127°30 ' T 129°00 ' T

PETUNJU K L ETAK PETA

2516

02

03

01 04

127°30 ' T0° 00'126°00 ' T

1°00 ' U

Loka si P ene lit ian

Page 83: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

Lampiran 2.Analisis Manfaat-Biaya per Tahun responden nelayan Pancing di Pulau Ternate

No Nama Responden Jumlah Trip Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan R/C PV Benefit NPV BCR1 Abdullah 200 67.600.000,00 20.389.000,00 47.211.000,00 3,32 563.749.340,59 471.956.666,67 210,572 Sulaiman 150 43.650.000,00 18.465.000,00 25.185.000,00 2,36 362.452.295,35 245.893.000,00 119,13 Soleman S.Poen 120 44.520.000,00 14.145.000,00 30.375.000,00 3,15 369.437.831,69 251.885.503,47 392,084 Abuhari Samsudin 220 59.180.000,00 21.167.111,00 38.012.889,00 2,80 491.044.322,84 395.494.227,16 328,45 Hasan Aba 150 67.350.000,00 10.426.111,00 56.923.889,00 6,46 558.807.846,32 471.223.624,61 412,196 Yasim Taher 260 60.840.000,00 18.264.285,00 42.575.715,00 3,33 504.796.621,85 352.473.476,88 369,77 Dahlan 150 48.600.000,00 12.485.000,00 36.115.000,00 3,89 403.286.476,11 291.925.431,19 41,898 Rahim Djalal 220 61.820.000,00 26.013.000,00 35.807.000,00 2,38 513.162.089,72 352.193.000,00 155,349 Salasa Soroto 220 63.580.000,00 26.931.714,00 36.648.286,00 2,36 527.713.611,90 359.710.857,15 109,6110 Safrudin Usman 220 64.020.000,00 33.443.714,00 30.576.286,00 1,91 531.318.465,63 302.863.000,00 110,6511 samsuddin Ibrahim 100 36.100.000,00 11.375.000,00 24.725.000,00 3,17 299.571.858,33 204.133.424,18 338,9712 Arfan 220 58.960.000,00 23.440.333,00 35.519.667,00 2,52 489.232.312,35 294.247.590,14 569,0513 Adam Usman 150 52.500.000,00 30.109.285,00 22.390.715,00 1,74 435.809.771,46 182.947.413,99 63,0214 Husein Hamidi 110 44.110.000,00 21.998.285,00 22.111.715,00 2,01 366.200.784,05 178.362.020,29 61,4215 Haji Daud 260 59.540.000,00 24.041.000,00 35.499.000,00 2,48 494.028.466,21 293.204.338,49 411,6516 Kamis Soroto 220 57.420.000,00 21.312.333,00 36.107.667,00 2,69 476.361.843,62 297.751.612,20 211,5717 Muslim 150 48.000.000,00 10.875.000,00 37.125.000,00 4,41 398.279.976,88 311.508.219,13 414,1418 Usman Pulu 240 62.640.000,00 36.558.238,00 26.081.762,00 1,71 519.878.683,60 211.824.810,09 66,5819 Sulaiman Soroto 130 42.120.000,00 8.213.333,00 33.906.667,00 5,13 349.524.981,61 280.004.569,18 372,3620 Jalal Kene 150 42.150.000,00 12.420.000,00 29.730.000,00 3,39 349.752.465,95 244.982.269,58 282,5421 Harun Bakar 150 41.850.000,00 25.602.500,00 16.247.500,00 1,63 347.427.492,86 133.731.127,90 34,3522 Muksin Puasa 210 56.490.000,00 31.640.000,00 24.850.000,00 1,79 468.654.179,06 208.461.183,54 55,0123 Gafur 200 68.200.000,00 42.206.666,00 25.993.334,00 1,62 565.944.138,95 220.545.189,02 46,4724 Sadek 240 56.160.000,00 25.511.000,00 30.649.000,00 2,20 466.007.761,15 252.614.360,70 381,4425 Nurdin 200 58.800.000,00 26.345.714,00 32.454.286,00 2,23 488.072.332,84 273.857.170,98 97,2326 Jabid Habibi 150 36.600.000,00 11.510.000,00 25.090.000,00 3,18 303.736.786,50 207.069.465,24 313,7427 Ishak Samad 240 50.160.000,00 24.960.047,00 25.199.953,00 2,01 416.353.518,23 207.694.561,68 71,528 Boko 220 51.480.000,00 19.481.809,00 31.998.191,00 2,64 427.334.878,44 270.348.659,02 81,829 BaCo 150 39.600.000,00 7.755.000,00 31.845.000,00 5,11 328.592.927,17 263.150.026,89 346,3430 Aswad Sidiq 220 53.680.000,00 21.450.666,00 32.229.334,00 2,50 445.409.929,37 266.143.295,06 320,8831 Sopyan Akhmad 150 39.600.000,00 8.618.333,00 30.981.667,00 4,59 328.666.273,88 255.210.310,67 364,5532 H.Abu bakar 100 30.400.000,00 12.770.000,00 17.630.000,00 2,38 252.322.318,94 144.674.281,38 161,7533 Nasir Tu 260 65.260.000,00 42.207.142,00 23.052.858,00 1,55 541.673.955,62 185.519.606,29 59,3834 Basir 150 35.550.000,00 15.628.333,00 19.921.667,00 2,27 295.165.796,81 159.986.658,95 52,5435 Hasan 150 33.300.000,00 15.795.000,00 17.505.000,00 2,11 276.266.702,45 146.443.372,69 1786,8936 Sahid 260 48.620.000,00 20.723.000,00 27.897.000,00 2,35 403.360.678,80 231.286.356,89 2514,9837 Malin 150 31.050.000,00 8.225.000,00 22.825.000,00 3,78 288.731.134,03 195.677.519,30 180,1938 Mahfud 100 22.700.000,00 10.830.714,00 11.869.286,00 2,10 188.560.677,28 93.234.787,75 31,04

Analisis Manfaat-Biaya per Tahun responden nelayan Pancing di Pulau Ternate

Page 84: ANALISIS EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU … · tahunnya sekitar 1,6 milyar US Dollar, selain itu terumbu karang Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar perikanan

39 Basir Alim 150 38.100.000,00 11.325.714,00 26.774.286,00 3,36 316.288.981,20 217.459.109,49 81,4240 Muhammad 100 26.400.000,00 8.495.000,00 17.905.000,00 3,11 219.308.355,53 144.224.675,55 35,8741 Umar Said 240 56.160.000,00 19.435.357,00 36.724.643,00 2,89 466.158.396,37 298.889.171,17 87,8942 Muhammad Taha 120 28.920.000,00 8.725.000,00 20.195.000,00 3,31 240.071.805,85 163.139.579,34 91,4343 Sarifudin 100 29.800.000,00 5.730.000,00 24.070.000,00 5,20 247.275.291,45 198.191.569,86 323,7944 Jufri 150 56.400.000,00 20.096.666,00 36.303.334,00 2,81 467.897.035,97 299.619.922,71 2881,9645 Abdullah 100 27.200.000,00 11.515.000,00 15.685.000,00 2,36 225.868.738,65 125.190.895,39 48,8946 Jamil 150 40.850.000,00 25.360.000,00 15.490.000,00 1,61 332.270.730,14 119.336.005,81 64,1447 Ibrahim 200 49.800.000,00 24.903.809,00 24.896.191,00 2,00 413.381.417,93 200.417.400,94 66,4148 Adnan 100 26.100.000,00 9.420.001,00 16.679.999,00 2,77 216.614.925,11 105.212.293,36 122,7749 Daud Sulaiman 150 40.800.000,00 12.828.333,00 27.971.667,00 3,18 338.663.158,88 228.107.766,94 102,5650 Abdurahman 200 52.200.000,00 12.828.333,00 39.371.667,00 4,07 433.152.850,43 252.691.537,44 492,6251 Marsad 100 28.900.000,00 11.636.785,00 17.263.215,00 2,48 239.826.315,85 141.630.570,66 156,8152 Yono 100 26.700.000,00 8.526.904,00 18.173.096,00 3,13 221.760.238,10 145.280.420,07 46,2053 Muhammad Yusuf 210 50.610.000,00 22.644.000,00 27.966.000,00 2,24 420.141.478,67 227.615.419,91 124,3054 Hamzah 260 64.220.000,00 13.169.666,00 51.050.334,00 4,88 532.826.076,33 422.049.609,93 519,4955 Halid 150 41.250.000,00 18.765.833,00 22.484.167,00 2,20 342.499.709,83 180.977.186,26 70,3756 Ismail 120 39.000.000,00 6.475.166,00 32.524.834,00 6,02 323.606.851,94 268.370.851,68 332,7357 Amran Sakuta 220 51.480.000,00 18.966.000,00 32.514.000,00 2,71 427.163.575,80 268.265.637,13 437,9158 Baharuddin 220 45.540.000,00 24.650.857,00 20.889.143,00 1,85 378.110.480,64 167.805.197,36 56,0959 Ibnu Samad 260 53.040.000,00 13.167.285,00 39.872.715,00 4,03 292.920.740,37 182.007.176,30 200,1360 Awaluddin Amir 150 35.550.000,00 11.986.666,00 23.563.334,00 2,97 295.312.761,52 191.252.901,38 84,1561 Abdurrahim 100 27.900.000,00 5.521.666,00 22.378.334,00 5,05 231.526.781,38 184.195.717,18 227,2862 Salmin Muhammad 150 43.500.000,00 9.415.000,00 34.085.000,00 4,62 360.933.090,42 281.465.800,78 395,2163 Samsuddin 260 66.090.000,00 24.951.500,00 43.125.000,00 2,65 548.122.746,81 335.603.244,04 116,1764 Abdullah 150 36.150.000,00 7.271.666,00 28.878.334,00 4,97 299.966.186,20 238.117.672,49 293,5365 Mustafa Sidik 220 53.320.000,00 26.847.166,00 26.472.834,00 1,99 467.458.464,45 239.058.299,23 83,1866 Hamid Husein 150 42.150.000,00 9.420.001,00 32.729.999,00 4,47 349.727.006,56 270.019.681,04 440,7767 Amin 150 33.600.000,00 7.895.000,00 25.705.000,00 4,26 278.820.457,82 212.021.101,67 413,49

11670 3.115.930.000,00 1.185.308.040,00 1.932.608.460,00 204,44 25.764.366.178,64 16.018.449.403,46 20338,47

267.003,43 101.568,81 165.604,84 0,0175 2.207.743,46 1.372.617,77 1,7427995

174,1791045 46.506.417,91 17.691.164,78 28.844.902,39 3,0513 384.542.778,79 239.081.334,38 303,55925

1,106

347.687.865,09

Present Value Residual Rent216.167.571,77

Present Value per Hektar

Jumlah

Rata-rata/trip

Luas Terumbu Karang

Rata-rata/Responden