analisis earnings management pada perusahaandigilib.unila.ac.id/28191/6/tesis tanpa bab...

69
ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN DOWN GRADE INVESTMENT (Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis) (Tesis) Oleh AGUSTIA WIRANDIKA PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: doanmien

Post on 12-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANDOWN GRADE INVESTMENT

(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)

(Tesis)

Oleh

AGUSTIA WIRANDIKA

PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

ABSTRAK

ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN DOWN

GRADE INVESTMENT

(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti adanya praktik earnings

management ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down grade

investment. Pengukuran mengenai earnings management yaitu menggunakan

discretionary accruals dengan model jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di PEFINDO dari

tahun 2014-2015. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling sehingga

diperoleh jumlah sampel sebanyak 74 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

penelitian yang telah ditetapkan. Down grade investment yang diukur dengan

skala nominal atau dummy, Ukuran Perusahaan yang diukur dengan total aset, dan

leverage diukur menggunakan ratio of total debt to total assets (DTA). Jenis

data yang digunakan adalah data panel, dan menggunakan metode Ordinary Least

Square (OLS) dengan bantuan E-views 9.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel down grade investment tidak

berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Hal ini menunjukan

bahwa penurunan peringkat obligasi tidak memiliki pengaruh besar terhadap

keputusan perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi untuk memanajemen

laba.

Kata kunci: Down grade investment , Ukuran perusahaan, leverage, earnings

management

ABSTRACT

ANALYSIS OF EARNINGS MANAGEMENT IN DOWN GRADE

INVESTMENT COMPANY

(A Debt Covenant Hypothesis Test)

This study aims to obtain evidence of earnings management practices when the

rating of corporate bonds down grade investment. Measurement of earnings

management is using discretionary accruals with model jones modified by

Dechow et al.

The sample in this study is a company registered in PEFINDO from 2014-2015.

Sampling using purposive sampling to obtain the number of samples of 74

companies that meet the criteria of the research sample that has been determined.

Down grade investment measured on a nominal or dummy scale, firm size

measured by total assets, and leverage is measured using the ratio of total debt to

total assets (DTA). The type of data used is panel data, and using the Ordinary

Least Square (OLS) method with the help of E-views 9.0.

The results showed that the variable down grade investment has no significant

effect on earnings management. This shows that the downgrades of bonds do not

have a big influence on the company's decision in choosing an accounting policy

to manage earnings.

Keywords: Down grade investment, firm size, leverage, earnings management

ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANDOWN GRADE INVESTMENT

(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)

Oleh

AGUSTIA WIRANDIKA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER ILMU AKUNTANSI

Pada

Program Magister Ilmu AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Lampung pada tanggal 07 Agustus 1992 yang

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri Bapak

Drs. Izmir Hasan dan Ibu Suarni.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Taman kanak-kanak di

KARTIKA 2 tahun 1998, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD 2

Sumur Batu Bandarlampung dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis

menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandarlampung

yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan

tingkat atas di SMK Negeri 4 Bandarlampung hingga lulus pada tahun 2010.

Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Akuntansi Universitas Lampung

pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 Penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana pada program studi

Magister Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung melalui jalur seleksi reguler.

viii

viii

MOTTO

Cukuplah allah bagiku, tidak ada tuhan selain dia

Hanya kepadanya aku bertawakal

(At-Taubah:129)

“Ilmu itu lebih baik dari pada harta”

(Saidina Ali Bin Abi Talib)

“Sesungguhnya allah murka, marah kepada orang yang berilmuakan dunia, namun bodoh akan akhirat”

(Hr Abu Daud)

ix

SANWACANA

الرحیم الرحمن اللھ بسم

Alhamdulillahillahirobbil’alamiin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT serta salam dan shalawat semoga selalu terlimpahkan kepada suri teladan

terbaik di muka bumi ini, Muhammad SAW. Atas ijin, perkenan, dan berkah dari-

Nya, tesis dengan judul “Analisis Earnings Management Pada Perusahaan

Down Grade Investment” ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Akuntansi pada Program Studi

Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak terlepas dari berbagai

kekurangan dan kelemahan, namun berkat adanya arahan, bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak maka tesis ini dapat diselesaikan, oleh Karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung;

3. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas

x

Lampung serta selaku penguji utama, atas segala masukan dan saran yang

sangat membantu selama proses penyusunan tesis ini;

5. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Utama,

atas segala masukan, arahan, saran, serta ilmu yang sangat membantu

selama proses penyusunan tesis ini;

6. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing kedua,

atas segala diskusi dan motivasi yang sangat membantu dalam penyusunan

tesis ini;

7. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt Sekretaris Penguji;

8. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat,

serta kasih sayang yang luar biasa selama ini;

9. Kakak-kakakku yang tercinta, Like okta wijaya S.E, Almardiyah S.H,

Ahmad dwi okta S.E. yang selalu memberikan motivasi, dorongan;

10. Kekasih hatiku Lady usa simpati S.H yang tak pernah bosan mensuport

dalam keadaan apapun selalu menjadi penyemangat;

11. Sahabat-sahabat terbaikku, DKDSBH’10 Apri fajar, Dicky andika, Erlian

fitrah bramatala, Este Debol, Ferindo saputra, Frassyda pratama, M.

wanhar A.P, M. firas zakki, M. satria putra, Irfan roza, Ramdan rossy, dan

Rifky yusnandar yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan,

menemani, dan menghibur;

12. Mas Andri, Mbak Leni, dan Nico, serta seluruh staf Progfram Studi

Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung;

xi

13. Teman-teman Magister Ilmu Akuntansi Reguler 2015 baik regular maupun

STAR BPKP;

14. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikian kiranya yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf atas segala sesuatu

yang tidak berkenan. Semoga pembaca sekalian dapat memperoleh manfaat dari

tesis ini. Terima Kasih.

Bandar Lampung, Agustus 2017Peneliti

Agustia wirandika

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................ii

ABSTRACT .......................................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................vi

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................vii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................viii

HALAMAN SANWACANA ...........................................................................ix

DAFTAR ISI .....................................................................................................xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................5

BAB II LITERATUR REVIEW DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori ........................................................................................6

2.1.1. Teori Akuntansi positif ................................................................7

2.1.2. Pengertian Obligasi .....................................................................9

2.1.2.1. Karakteristik Obligasi .....................................................11

2.1.2.2. Jenis-jenis Obligasi .........................................................13

2.1.3. Peringkat Obligasi .......................................................................15

2.1.3.1. Standard & Poor’s Corporation ....................................16

2.1.3.2. Moody’s Investor Service Inc .........................................19

2.1.3.3. PT. PEFINDO .................................................................20

2.1.3.4. Metodologi pemeringkatan PEFINDO ...........................21

2.1.4. Down Grade Investment ..............................................................28

2.1.5. Earnings Management .................................................................29

2.1.5.1. bentuk bentuk manajemen laba ......................................30

2.2. Penelitian Terdahulu ...............................................................................32

2.3. Model penelitian ......................................................................................33

2.4. Pengembangan Hipotesis ........................................................................33

xiii

2.4.1. Pengaruh down grade investment terhadap

earnings management .................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Teknik pengumpulan data .......................................................................35

3.1.1. Jenis data .......................................................................................35

3.1.2. Sumber data ...................................................................................35

3.2. Metode Pengumpulan Data .....................................................................35

3.3. Populasi dan Sample ...............................................................................36

3.3.1. Populasi .........................................................................................36

3.3.2. Sampel ...........................................................................................36

3.4. Pengukuran Variabel ...............................................................................36

3.4.1. Variabel Independen......................................................................37

3.4.2. Variabel Dependen ........................................................................37

3.5. Metode Pengolahan Data.........................................................................39

3.5.1. Model Estimasi ..............................................................................40

3.5.2. Pemilihan Metode Estimasi dan Pengujian Hipotesis ...................41

3.5.3. Uji Statistik F (Keandalan Model) ...............................................44

3.5.4. Uji Statistik t ..................................................................................44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................46

4.2 Statistik Deskriptif ...................................................................................46

4.3 Pemilihan Model Estimasi ......................................................................48

4.3.1. Uji Chow .......................................................................................49

4.3.2. Uji Hausman ..................................................................................50

4.3.3. Model Terpilih ...............................................................................51

4.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................................51

4.4.1 Koefisien Determinasi ....................................................................52

4.4.2 Hasil Uji F ......................................................................................52

4.4.3 Hasil Uji t .......................................................................................53

4.5 Pembahasan ..............................................................................................53

4.5.1. Pengaruh down grade investment terhadap

Earnings management ...................................................................53

4.5.2. Variabel kontrol .............................................................................55

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..............................................................................................56

5.2 Keterbatasan ............................................................................................56

5.3 Saran ........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Peringkat Obligasi dari standard & poor’s .......................................................... 18

2.2. Peringkat Obligasi dari moody’s ......................................................................... 19

2.3. Peringkat Obligasi menurut PEFINDO................................................................ 27

2.4. Penelitian terdahulu.............................................................................................. 32

4.1. Sampel penelitian ................................................................................................. 46

4.2. Statistik Deskriptif ............................................................................................... 47

4.3. Statistik Deskriptif frekuensi dan persentase ....................................................... 48

4.4. Uji Chow .............................................................................................................. 49

4.5. Uji Hausman ........................................................................................................ 50

4.6. Hasil Uji dengan Model Fixed Effect .................................................................. 51

4.7. Hasil Uji dengan Model Fixed Effect (R²) ........................................................... 52

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Model penelitian................................................................................................... 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan

kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar

disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan

jatuh tempo. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak

memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai

kewajiban jangka panjang (IAI, 2015).

Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu

siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua

belas bulan dari tanggal neraca. Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca

dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuiditasnya diperkirakan secara layak

memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai

aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya.

Terdapat banyak jenis kewajiban lancar yang berbeda, antara lain”hutang usaha,

wesel bayar, jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang, kewajiban jangka

pendek yang diharapkan akan didanai kembali, hutang dividen, deposito yang

dapat dikembalikan, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak, kewajiban yang

berhubungan dengan karyawan.

2

Kelompok kedua adanya hutang jangka panjang terdiri dari pengorbanan manfaat

ekonomi yang sangat mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang

tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Jenis-jenis

hutang jangka panjang antara lain” hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang,

hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajiban leasen.

Perusahaan yang memasuki pasar modal bertujuan mendapatkan dana yang

berasal dari para investor agar mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Ada

beberapa alternatif yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi

dalam pasar modal, salah satunya obligasi (Werastuti, 2012).

Menurut Werastuti (2012) obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang

berisi kontrak perjanjian antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman

(emiten) yang berarti emiten mengakui berutang kepada pemilik obligasi.

Meskipun obligasi dianggap sebagai investasi yang aman, namun obligasi tetap

memiliki risiko.Risiko tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan untuk

melunasi obligasi kepada investor.

Obligasi dianggap sebagai alternatif investasi yang cukup aman bagi investor

karena obligasi memberikan penghasilan yang tetap yaitu pokok utang dan kupon

bunga pada waktu jatuh tempo yang ditentukan. Lembaga perbankan yang

memiliki prosedur pinjaman yang makin diperketat menimbulkan perusahaan

yang membutuhkan dana mulai tertarik berinvestasi pada obligasi (Krisnilasari,

2007).

Walaupun obligasi merupakan investasi yang dianggap aman, tetapi investor bisa

mengalami kerugian yang berasal dari faktor eksternal atau internal perusahaan,

3

contohnya pelunasan kupon dan hutang tidak terbayakan tepat waktu (Brigham et

al., 1999). Untuk menanggulangi masalah tersebut investor bisa memanfaatkan

informasi pemeringkatan obligasi (bond rating) dari lembaga pemeringkat

sekuritas utang (credit rating agency atau debt rating agency). Menurut Altman

dan Nammacher (1987) peringkat obligasi sangat penting bagi investor karena

mampu memberikan pernyataan informatif dan memberikan sinyal suatu

perusahaan.

PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) masih mencari cara untuk merestrukturisasi

utangnya yang akan jatuh tempo pada 2016 dan 2017. Dalam laporan conference

call yang dilakukan TRIO bersama para pemegang surat utang di Singapura,

TRIO sekali lagi menyatakan tak mampu membayar bunga obligasinya di bulan

Desember ini.

Utang-utang TRIO ini diakui memiliki potensi cross default. Namun sampai saat

ini belum ada notifikasi default dari para kreditur. Tidak mampunya TRIO

membayar bunga obligasi membuat PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)

menurunkan peringkat TRIO dari id CCC menjadi id SD alias selective default.

Peringkat ini menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban

finansialnya yang jatuh tempo (investasi.kontan.co.id).

Jakarta, CNN Indonesia - Pengawas keuangan Jepang berencana memberi

hukuman kepada perusahaan teknologi Toshiba Corp., karena diduga memalsukan

laporan keuangan. Sumber-sumber yang dekat dengan lingkungan pemerintah

mengatakan kepada harian bisnis Nikkei, bahwa Securities and Exchange

4

Commission Surveillance (SESC) berencana memberlakukan denda terhadap

Toshiba pada September mendatang.

Regulator setempat sedang mempelajari kasus ini dan menimbang hukuman

potensial setelah komite independen mengumumkan temuannya dalam waktu

dekat ini. Komite independen mengatakan Toshiba membutuhkan perbaikan tata

kelola perusahaan. Skandal akuntansi Toshiba diperkirakan mencapai lebih dari

US$ 1 miliar per Maret 2014 (www.cnnindonesia.com).

Berdasarkan fenomena di atas bahwa terjadi adanya cross default yang

diakibatkan oleh kinerja bisnis perusahaan yang kurang baik dan juga earnings

management yang bertujuan agar laporan keuangan terlihat sehat oleh investor,

sehingga membuat saya bertujuan untuk meneliti keadaan yang terjadi terhadap

fenomena-fenomena di atas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul

penelitian ini adalah ” ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA

PERUSAHAAN DOWN GRADE INVESTMENT”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah apakah Manajemen perusahaan melakukan manajemen laba yang

meningkatkan laba setelah mengalami penurunan peringkat obligasi ?

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menguji adanya praktik

earnings management ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down

grade investment.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta

sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan

(Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Ke151/BL/2009).

Informasi peringkat tersebut diharapkan dapat membantu investor dalam

mengambil keputusan investasi.

Dengan demikian investor dapat melakukan strategi apakah akan membeli

obligasi atau tidak. Bagi emiten, peringkat bermanfaat untuk mengetahui struktur

obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain (Raharjo,

2003). Akan tetapi jika peringkat perusahaan dikatakan kurang sehat dapat

menimbulkan oportunisme yang cenderung membuat emiten melakukan berbagai

cara untuk dapat menghasilkan peringkat obligasi yang baik.

Jika perusahaan mendapatkan peringkat yang baik, maka dapat dimanfaatkan

sebagai sarana promosi dan meningkatkan kepercayaan investor (Robert, 1997).

Hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar

obligasinya dengan baik.

7

2.1.1 Teori akuntansi positif

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan

kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan

akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa

mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan

dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik

akuntansi.

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap

teori normatif (Watts dan Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar

pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu

sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan

mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watts dan

Zimmerman,1986 ):

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara

empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga

tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor

secara individual dari pada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya

alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini

mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada

mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi

masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

8

Selanjutnya Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa dasar pemikiran

untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana

dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan

dalam pendekatan normatif, Watts dan Zimmerman (1986) mengembangkan

pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiris dan

menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan

atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.

Tiga hipotesis teori akuntansi positif merupakan prediksi yang dibuat oleh PAT

diorganisasikan secara luas pada tiga hipotesis yang diformulasikan oleh Watts

dan Zimmerman (1986). Kita akan memberi ketiga hipotesis ini bentuk

oportunistik mereka, karena menurut Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah

cara yang paling sering digunakan ketika mereka diinterpretasikan:

1. Hipotesis Rencana Bonus

Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan

dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan

perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.

2. Hipotesis Kontrak Hutang

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu

perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada

kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan

manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang

dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.

9

3. Hipotesis biaya politik

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik

yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih

prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang

menuju masa depan.

Penelitian ini akan lebih memperdalam mengenai hipotesis kedua yaitu debt

covenant atau Kontrak hutang. Cochran (2001), Debt covenant adalah kontrak

yang ditujukan pada peminjam oleh kreditor untuk membatasi aktivitas yang

mungkin merusak nilai pinjaman dan recovery pinjaman. Sebagian besar

kesepakatan utang berisi perjanjian yang mengharuskan peminjam memenuhi

syarat yang disepakati dalam perjanjian utang (Scott, 2012). Debt covenant

memberikan jaminan kepada bondholders bahwa perusahaan akan mendahulukan

pembayaran utang kepada bondholders. Dengan adanya debt covenant para

bondholders tidak ragu untuk menanamkan modal dalam jumlah besar pada

perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi. Sehingga kebutuhan modal

dalam jumlah besar pada perusahaan dengan kesempatan tinggi dapat terpenuhi.

2.1.2 Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk

membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam

kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan

(Jogiyanto, 2003). Moechdie dan Ramelan (2012), obligasi adalah salah satu jenis

utang. Secara umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut

10

konvensi yang berlaku di indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 tahun

disebut obligasi. Meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 tahun yang

diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi.

kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 tahun dan paling panjang adalah

30 tahun. Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui hutang yang menarik

bagi perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh

tempo yang panjang dan relatif murah karena merupakan hutang yang secara

langsung kepada masyarakat (supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan

biasanya dijual sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena

bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di

pasar yang maksudnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor pada suatu

obligasi.

Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor pada

obligasi ini bergantung pada risiko kegagalan obligasi yang diperkirakan oleh

investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku di

pasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika

bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham, harga

(nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah

nilai nominalnya disebut obligasi diskon dan obligasi yang dijual diatas nilai

nominalnya disebut obligasi premi (Sjahrial, 2009).

11

2.1.2.1 Karakteristik Obligasi

Menurut Keown et al. (2010) beberapa karakteristik dari obligasi yang biasa

didengar adalah sebagai berikut:

1. Klaim Terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan

Obligasi juga mempunyai klaim terhadap penghasilan yang akan datang atas

saham biasa dan saham preferen. Secara umum, jika bunga obligasi tidak dibayar,

badan pengawas obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut sebagai

perusahaan yang tidak mampu membayar hutang dan terpaksa perusahaan tersebut

menjadi bangkrut. Dengan demikian, klaim pemegang obligasi terhadap

penghasilan lebih cenderung dilunasi daripada saham biasa dan saham preferen

yang devidennya dibayar terserah pada manajemen perusahaan.

2. Nilai Nominal

Nilai nominal suatu obligasi adalah nilai yang tertera pada lembar obligasi yang

akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo.

3. Suku Bunga Kupon

Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentase bunga

terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun. Menurut Brigham

dan Houston (2006), tingkat bunga kupon obligasi dapat dibedakan menjadi:

a. Obligasi dengan tingkat bunga kupon mengambang yaitu obligasi yang

tingkat suku bunganya turun dan naik dengan mengikuti perubahan yang

terjadi pada tingkat suku bunga secara umum.

12

b. Obligasi dengan kupon nol yaitu obligasi yang tidak membayarkan bunga

tahunan tetapi dijual dengan diskon dibawah harga yang ditetapkan,

sehingga memberikan keringanan kepada para investornya.

c. Obligasi dengan diskon penerbitan awal yaitu semua obligasi yang pada

awalnya ditawarkan dengan harga di bawah nilai parinya.

4. Batas Waktu

Batas waktu dari obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit obligasi

mengembalikan nilai obligasi ke pemegang obligasi dan berakhirnya atau

ditebusnya obligasi tersebut.

5. Indenture

Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi dan

perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Surat perjanjian

menyediakan term spesifik mengenai persetujuan pinjaman, yang mencakup

uraian dari obligasi, hak pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi, dan

tanggung jawab perwalian.

6. Tingkat Penghasilan Lancar

Tingkat penghasilan lancar obligasi mengacu pada keuntungan yang diperoleh

oleh pihak yang membeli obligasi dari bunga yang telah ditetapkan terhadap harga

obligasi di pasaran.

13

7. Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi mencakup penilaian tentang potensi risiko masa depan dari

suatu obligasi.

2.1.2.2. Jenis-jenis Obligasi

Menurut Tandelilin (2010), ada beberapa jenis obligasi perusahaan dengan

masing-masing karakteristik yang berbeda:

1. Obligasi Dengan Jaminan

Obligasi dengan jaminan adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan

menggunakan jaminan suatu aset real, sehingga jika perusahaan gagal memenuhi

kewajibannya maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih aset

tersebut.

2. Obligasi Tanpa Jaminan

Obligasi tanpa jaminan dalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu

jaminan aset real tertentu. Sama halnya dengan mortgage bond, perusahaan juga

bisa menerbitkan obligasi tanpa jaminan lagi setelah obligasi tanpa jaminan

diterbitkan, atau disebut sebagai subordinated (junior) debentures.

3. Obligasi Konversi

Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada

pemegangnya untuk menukar obligasi tersebut dengan sejumlah saham

perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi

14

mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari selisih penjualan dan

pembelian saham.

4. Obligasi yang disertai Warrant.

Obligasi yang disertai dengan adanya warrant berarti pemegang obligasi

mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah

ditentukan. Sama halnya dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan

waran akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jika harga

saham mengalami kenaikan.

5. Obligasi Tanpa Kupon

Obligasi tanpa kupon adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga.

Obligasi tanpa kupon umumnya ditawarkan pada harga di bawah nilai parinya

(ada discount), sehingga investor memperoleh keuntungan dari nilai perbedaan

harga pasar dan nilai par obligasi pada saat obligasi tersebut dibeli.

6. Obligasi Dengan Tingkat Bunga Mengambang

Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah obligasi yang memberikan

tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar

yang berlaku. Umumnya obligasi ditawarkan dengan menggunakan kupon sebesar

persentase tertentu dari suku bunga deposito atau bisa juga kombinasi dengan

suku bunga tetap.

15

7. Putable Bond

Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi

untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh

tempo. Putable bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi.

jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan dan harga obligasi akan mengalami

penurunan maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk meminta pelunasan

perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut dapat menginvestasikan kembali

dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan tingkat bunga pasar yang berlaku.

8. Junk Bond

Junk bond adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang

tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula. Junk bond

diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi atau oleh perusahaan

yang ingin membiayai suatu rencana merger atau akuisisi.

9. Sovereign Bonds

Sovereign bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam mata

uangnya sendiri, tetapi dijual di negara lain dalam mata uang negara tersebut.

2.1.3. Peringkat Obligasi

Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan

kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang

dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan,

yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu

16

memenuhi kewajiban keuangan, peringkat obligasi perusahaan memberikan

petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.

Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen

peringkat untuk menunjukkan risiko dan obligasi. Dua buah agen peringkat

obligasi terkenal di dunia adalah Standard & Poor’s (S&P) Corporation dan

Moody’s Investor Service Inc. Di Indonesia obligasi diperingkat oleh PT

PEFINDO yang didirikan tanggal 21 Desember 1993 dan PT KASNIC Creding

Rating. Fungsi utama lembaga pemeringkat adalah memberikan rating yang

obyektif, independen dan kredibel terhadap resiko kredit dari sekuritas pinjaman

yang diterbitkan secara umum melalui kegiatan rating.

Lembaga pemeringkat juga menghasilkan dan mempublikasikan informasi kredit

berkaitan dengan pasar modal pinjaman. Publikasi ini meliputi opini kredit

terhadap emiten obligasi dan sektor-sektor yang berkaitan. Proses penilaian rating

ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala yang berhubungan dengan

keuangan dan informasi non keuangan, antara lain opersional perusahaan,

manajemen perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan perencanaan

perusahaan.

2.1.3.1 Standard & Poor’s (S&P) Corporation

Standard & Poor's atau juga dikenal dengan sebutan (S&P) adalah salah satu anak

perusahaan dari McGraw-Hill yang merupakan perusahaan pemeringkat atas

saham dan obligasi, yang merupakan salah satu dari 3 perusahaan besar dalam

industri pemeringkatan efek bersama Moody's dan Fitch Ratings. Salah satu

produknya yang dikenal secara luas adalah pemeringkatan atas 500 saham di

17

Amerika yang dikenal dengan nama S&P 500, dan pemeringkatan 200 saham di

Australia yang dikenal dengan nama indeks harga saham gabungan S&P/ASX 200

dan pemeringkatan di Kanada yang dikenal dengan nama S&P/TSX.

Standard & Poor's menjalankan kegiatan usahanya dibidang jasa keuangan di

mana produk yang dihasilkannya adalah berupa peringkat kredit, penelitian

saham(ekuitas), indeks S&P, keuangan, solusi risiko, jasa kepatuhan, evaluasi,

layanan data. Anak perusahaannya yang bernama Capital IQ, menyediakan

informasi dan solusi arus kerja kepada lembaga keuangan, lembaga penasihat

keuangan, dan perusahaan dengan cara menyediakan informasi keuangan secara

terintegrasi dan solusi tehnis termasuk laporan keuangan teraudit dari perusahaan,

menampilkan analisis berdasarkan gabungan data keuangan dan non keuangan,

kumpulan data (database) terintegrasi dari pasar modal, dan berbagai sarana

pengembangan yang berhubungan. Perusahaan ini melayani berbagai lembaga

profesional, lembaga keuangan, perusahaan, penasihat keuangan, dan investor

perorangan diberbagai belahan dunia.

Sejarah S&P bermula pada tahun 1860, dengan terbitnya buku History of

Railroads and Canals in the United States yang disusun oleh Henry Varnum Poor.

Buku ini memuat informasi komprehensif mengenai keadaan operasional dan

finansial dari seluruh perusahaan perkeretaapian di Amerika Serikat. Pada tahun

1868, Henry Varnum Poor dan anaknya, Henry William Poor mendirikan H.V.

and H.W. Poor Co., perusahaan ini menerbitkan dua buku yang terbit setiap tahun,

yang berjudul Poor's Manual of the Railroads of the United States dan Poor's

Directory of Railway Officials.

18

Sementara itu, pada tahun 1906, Luther Lee Blake mendirikan Standard Statistics

Bureau, yang bertujuan menyediakan informasi finansial untuk perusahaan non-

perkeretaapian. Perusahaan ini menerbitkan kartu berukuran 5 inch x 7 inch, yang

memungkinkan penerbitan yang lebih sering. Pada tahun 1941, Poor's Publishing

dan Standard Statistics bergabung dan membentuk Standard & Poor's Corp..Pada

tahun 1966, perusahaan ini diakuisisi oleh McGraw-Hill, yang memungkinkan

McGraw-Hill untuk melebarkan sayap ke industri jasa penyedia informasi

finansial.

Selaku lembaga pemeringkat kredit, Standard & Poor's menerbitkan peringkat

kredit atas hutang dari perusahaan. Dan saat ini S&P diakui sebagai organisasi

pemeringkat statistik nasional Amerika oleh U.S. Securities and Exchange

Commission (lembaga pengawas pasar modal di Amerika). Berdasarkan definisi

Peringkat Standard & Poor’s adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 peringkat obligasi dari Standard & Poor’s beserta interpretasiuntuk setiap peringkat

Standard and Poor’sPeringkat InterpretasiAAA Peringkat tertinggiAA Peringkat tinggiA Peringkat cukup tinggiBBB Peringkat menengahBB Peringkat kurang spekulatifB Peringkat cukup spekualtifCCC Peringkat spekulatifCC Peringkat lebih spekulatifC Peringkat sangat spekulatifDDD Peringkat gagalDD Peringkat lebih gagalD Peringkat sangat gagal

Sumber : standar & poor’s bond guide (2015)

19

2.1.3.2 Moody’s Investor Service Inc.

Moody Investors Service adalah penyedia terkemuka dari peringkat kredit,

penelitian, dan analisis risiko. Komitmen dan keahlian Moody memberikan

kontribusi untuk pasar keuangan yang transparan dan terintegrasi, melindungi

integritas kredit. Penilaian kami dan utang analisis track mencakup lebih dari :

130 negara, 11.000 emiten perusahaan, 21.000 emiten keuangan publik, 76.000

kewajiban keuangan terstruktur.

peringkat kredit dan penelitian bantuan investor menganalisis risiko kredit terkait

dengan sekuritas pendapatan tetap. peringkat kredit independen seperti dan

penelitian juga berkontribusi terhadap efisiensi di pasar pendapatan tetap dan

kewajiban lainnya, seperti kebijakan asuransi dan transaksi derivatif, dengan

memberikan penilaian yang kredibel dan independen dari risiko kredit.

Studi bawaan Moody memvalidasi peringkat kami prediksi. Kami menerbitkan

penelitian dan investor briefing menarik ribuan peserta setiap tahun dan terus

investor saat ini dengan alasan yang mendasari pendapat kredit kami.

Berdasarkan definisi Peringkat Moody’s Investor Service Inc adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2 peringkat obligasi dari Moody’s beserta interpretasi untuk setiapperingkat

Moody’sPeringkat InterpretasiAaa Kualitas utamaAa Kualitas tinggiA Peringkat cukup tinggiBaa Peringkat menengah

20

Ba Peringkat cukupmenengah

B Peringkat spekulatifCaa Peringkat sangat

spekulatifCa Peringkat mendekati

kebangkrutanC Peringkat paling rendah

Sumber : moody’s investor service bond guide (2015)

2.1.3.3. PT PEFINDO

PT. PEFINDO atau “PT Pemeringkat Efek Indonesia” didirikan di Jakarta pada

tanggal 21 Desember 1993, atas prakarsa BAPEPAM dan Bank Indonesia. Pada

tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO memperoleh lisensi dari BAPEPAM

(No. 39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal

Indonesia.

Fungsi utama PT. PEFINDO adalah memberikan peringkat yang obyektif,

independen dan dapat dipercaya terhadap risiko kredit dan sekuritas utang secara

publik. Perusahaan ini berafiliasi dengan S&P’s dan secara aktif terus

berpartisipasi dalam ASEAN Forum of Credit Rating Agencies (AFCRA), yang

mendukung pengembangan dan penyempurnaan standar dimasa mendatang.

Guna meningkatkan metodologi pemeringkatan yang digunakan dan kriteria

dalam melakukan pemeringkatan, maka PEFINDO didukung oleh mitra global

yaitu Standard & Poor’s Rating Services (S&P’s). Disamping melaksanakan

kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, PEFINDO juga

menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar

perdagangan efek.

21

Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi

beserta sektor aset acuannya. PEFINDO adalah merupakan Perseroan Terbatas

yang sahamnya per Desember 2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik,

yang terdiri dari dana pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan

perusahaan sekuriti.

2.1.3.4. Metodologi pemeringkatan PEFINDO

Metodologi pemeringkatan PEFINDO untuk Lembaga Keuangan (Perbankan,

Multifinance, Sekuritas dan Asuransi) mencakup penilaian atas tiga risiko utama,

yaitu Risiko Industri, Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan.

1. Penilaian resiko Industri

Penilaian resiko masing-masing jenis industri adalah berdasarkan analisis

mendalam terhadap lima faktor resiko utama, yaitu .

a) Pertumbuhan dan stabilitas industri, yang terkait dengan kondisi

permintaan dan penawaran, prospek, peluang pasar, tahapan industri

(awal, pengembangan, matang, atau penurunan), dan jenis produk yang

ditawarkan pada industri terkait (produk yang bersifat pelengkap versus

produk yang bisa disubstitusi, umum versus khusus, dan sebagainya).

b) Struktur pendapatan & struktur biaya dari Industri, yang mencakup

pemeriksaan komposisi aliran pendapatan, kemampuan untuk menaikkan

harga (kemampuan untuk dengan mudah meneruskan kenaikan biaya

kepada pelanggan/para pengguna akhir), biaya dana dan operasional,

22

struktur biaya dan komposisi, komposisi biaya tetap vs biaya variabel, dan

pengadaan sumber pendanaan.

c) Persaingan didalam industri, yang mencakup penilaian terhadap

karakteristik industri untuk menentukan tingkat kesulitan masuk bagi para

pemain baru. Penilaian juga mencakup analisis jumlah pemain dalam

industri, pesaing terdekat, potensi perang harga, dan lain-lain untuk

mengetahui tingkat kompetisi yang ada dan yang akan datang.

d) Peraturan, pembatasan jumlah pemain, lisensi, kebijakan pajak,

persyaratan yang terkait dengan tingkat kesehatan perusahaan, kebijakan

harga pemerintah, dan persyaratan lainnya.

e) Profil Keuangan industri umumnya dikaji dengan analisis beberapa tolok

ukur keuangan yang diambil dari beberapa perusahaan besar dalam

industri yang sebagian besar dapat mewakili industri masing-masing.

Analisis Kinerja Keuangan Industri meliputi analisis permodalan, kualitas

aset, profitabilitas, dan likuiditas.

2. Penilaian resiko Bisnis dan Keuangan

Sementara itu, Penilaian Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan akan tergantung pada

sektor industri masing-masing sebagai contoh perusahaan yang bergerak dalam

bidang asuransi dan penjaminan sebagai berikut.

23

1. Asuransi dan Penjaminan

Berikut faktor-faktor penunjang keberhasilan :

1.1 Penilaian Risiko Bisnis

i. Posisi Pasar

Penilaian akan mencakup tinjauan yang mendalam tentang posisi pasar

perusahaan atau posisi bisnis, Kekuatan dan kelemahan Perusahaan dalam

pemasaran, Peninjauan pengukuran tingkat keberlangsungan posisi

perusahaan dalam industri oleh pangsa pasar dari kekuatan waralaba.

dan lingkungan kompetisinya secara keseluruhan, kemapanan perusahaan

akan memberikan nilai tambah kepada kekuatan nama perusahaan, tingkat

pertumbuhan premi perusahaan (historis & kedepannya), jumlah

pemegang polis dinilai untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

memperoleh pelanggan dan mengembangkan usahanya di masa

mendatang.

ii. Saluran Distribusi dan Kapabilitas

Penilaian akan mencakup tinjauan menyeluruh atas daya jangkau

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat terus

merebut pangsa pasar di daerah prospektif. Untuk lini bisnis seperti surety

bond, lokasi cabang merupakan faktor penting demi kelancaran urusan.

Banyaknya broker yang bekerja dengan perusahaan-perusahaan akan

memperkuat kemampuan penyaluran distribusi untuk menghasilkan premi.

24

sistem TI yang dapat diandalkan akan mempercepat penjaminan dan

proses klaim, serta mempercepat polis yang diterbitkan ke setiap cabang.

Jenis saluran distribusi diperiksa untuk melihat efektifitas biaya

perusahaan serta dampaknya terhadap pendapatan perusahaan.

iii. Investasi

Penilaian akan mencakup pemeriksaan strategi investasi perusahaan dan

komposisinya untuk mengukur keuntungan. Pemeriksaan kesesuaian

strategi investasi perusahaan sesuai dengan profil kewajiban dimasa depan.

Pendekatan untuk mengukur dan mengelola risiko dari kegiatan investasi,

strategi alokasi aset, kualitas aset kredit, diversifikasi aset, tingkat

kemampulabaan investasi, dan lain-lain. Tinjauan juga akan melingkupi

evaluasi pedoman investasi perusahaan dan pengendalian manajemen atas

portofolio investasi yang mungkin akan berubah dari waktu ke waktu.

iv. Diversifikasi

Penilaian akan mencakup pemeriksaan yang mendalam pada seberapa baik

perusahaan mendiversifikasi lokasi cabang, basis pelanggan, serta produk-

produk yang mampu mengurangi risiko konsentrasi dan menjamin

stabilitas kualitas aset perusahaan dan arus pendapatannya. Kajian atas

diversifikasi geografis faktor penting yang akan dinilai, terutama dalam

mengurangi risiko dari setiap bencana yang bisa terjadi di kawasan

tertentu.

25

v. Manajemen dan Strategi Perusahaan

Analisis kualitatif dalam menilai kualitas manajemen perusahaan,

pengalaman, kredibilitas dan strategi yang baik kedepannya. Analisis akan

mencakup pemeriksaan terhadap pengelolaan rencana strategis, kontrol

dan keahlian operasional, sasaran serta strategi keuangan, sasaran investasi

serta toleransi manajemen terhadap risiko. Penilaian keberhasilan

manajemen melaksanakan strategi. Pemelihara tingkat solvabilitas dan

pemanfaatan hutang pada neraca juga secara menyeluruh diperiksa.

1.2 Penilaian Risiko Keuangan

i. Permodalan dan Cadangan

Penilaian akan mencakup pemeriksaan dari komposisi modal perusahaan

(ekuitas, revaluasi aset, capital gain dan keuntungan yang belum

direalisasi, serta tipe lain kuasi-reorganisasi). Kebijakan pencadangan dan

besar kecilnya cadangan juga diuji secara hati-hati, karena perusahaan

asuransi harus dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya di masa

depan. Segmen non-asuransi jiwa, struktur jaminan reasuransi dan

kerangka perjanjiannya dinilai secara mendalam, karena merupakan faktor

penting bagi perusahaan dalam mengelola klaim kewajiban dimasa depan.

ii. Kinerja Operasi

Penilaian akan mencakup analisis menyeluruh dari kinerja keuangan

perusahaan (kecenderungan, kemampuan untuk tumbuh, keberlanjutan),

operasi dan efisiensi perusahaan (keragaman serta potensi pertumbuhan).

26

Kualitas pendapatan investasi perusahaan, mengukur besarnya risiko

dalam berbagai jenis harga produk, keuntungan operasional dan

pendapatan bersih (kecenderungan, keberlanjutan dan potensi

pertumbuhan). Kualitas aset dan kinerja investasi sangat penting bagi

perusahaan asuransi, karena perusahaan harus memastikan bahwa investasi

saat ini harus mampu menutup klaim di masa depan.

iii. Likuiditas dan Fleksibilitas Keuangan

Penilaian tentang sejauh mana portofolio investasi perseroan dapat cepat

diuangkan untuk menutupi klaim. Pertimbangan kunci mengenai likuiditas

termasuk berapa banyak portofolio dalam jangka panjang vs jangka

pendek. Berapa banyak dari portofolio dalam aktiva tetap vs pasar uang,

berapa banyak dari portofolio berisiko pasar tinggi, dan lain-lain. Alokasi

dan diversifikasi pada masing-masing aset serta kualitas kredit dari

masing-masing aset juga akan secara hati-hati diperiksa.

Penilaian fleksibilitas keuangan akan mencakup analisis dari kemampuan

perusahaan untuk mengakses berbagai tipe pendanaan dari pasar dan

menghimpun modal dari publik atau sumber-sumber lainnya dalam kondisi

keuangan atau situasi ekonomi yang sulit. Nilai nama/brand perusahaan

serta kemungkinan dukungan dari pemerintah juga diperiksa dengan teliti.

Berdasarkan 3 resiko utama diatas lembaga pemeringkat PT. Pefindo menilai

peringkat obligasi suatu perusahaan. Jadi ketika resiko-resiko tersebut terjadi atau

menghambat dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan, maka secara

27

langsung pemeringkat obligasi dapat langsung mengubah konsistensi peringkat

yang diperoleh perusahaan.

Misalkan yang semula dari idAAA menjadi idBB terjadi penurunan peringkat.

sebaliknya ketika semakin jauh atau semakin baik perusahaan terhadap

penanggulangan terjadinya 3 resiko utama tersebut maka pemeringkat obligasi

juga akan mempertahankan peringkat obligasi yang sudah didapatkan perusahaan

dan bahkan meningkatkan kualitas peringkat obligasi yang diberikan.

Menurut Kaur dan Rajinder (2011) peringkat obligasi merupakan sebuah simbol

indikator dari opini agen pemeringkat mengenai kemampuan relatif dari penerbit

surat utang untuk melaksanakan kewajiban sesuai kontrak. Peringkat obligasi

mengukur tingkat risiko kegagalan dari obligasi, yaitu peluang terjadinya emiten

tidak mampu membayar pokok hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.

Semakin tinggi peringkat maka semakin rendah tingkat risiko kegagalan obligasi.

Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 peringkat obligasi menurut PEFINDO

Peringkat KeteranganAAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling

rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatifdibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajibanjangka panjangnya sesuai dengan perjanjian.

AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkattertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untukmemenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai denganperjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dantidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuandukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnyauntuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjiannamun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

28

BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung olehkemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitasIndonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuaidengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah olehperubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang yang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yangagak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untukmemenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai denganperjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yangtidak menentu dan merugikan.

B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangatlemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanyaperubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akanmemperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajibanfinansialnya.

CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnyaserta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.

(pemeringkatan dari idAA ke idB dapat dimodifikasi denganpenambahan plus (+) atau minus (-) tanda untuk menunjukkankekuatan relatif dalam kategori rating.)

Sumber : Pefindo,1996

2.1.4 Down Grade Investment

Pratiwi, et al. (2015) Penurunan peringkat obligasi atau sering dikatakan dengan

istilah down grade mencerminkan kondisi perusahaan yang menurun. Hal ini juga

akan menimbulkan reaksi negatif bagi investor. Kepercayaan investor mengenai

kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utang dan kuponnya akan

berkurang.

Penilaiaan peringkat obligasi perusahaan oleh lembaga pemeringkat ditentukan

dari unsur keuangan dan non-keuangan. Unsur keuangan biasanya dilihat dari

laporan keuangan perusahaan, sehingga ketika kinerja perusahaan dalam keadaan

29

yang baik maka peringkat obligasi akan memperoleh peringkat yang baik pula,

perolehan peringkat obligasi yang baik atau meningkat akan menambah minat

investor berinvestasi pada obligasi tersebut.

Mengingat faktor penilaian obligasi salah satunya adalah mencakup unsur

keuangan, terjadinya penurunan peringkat obligasi akan memicu manajemen

untuk melakukan perekayasaan laba atau manajemen laba. Penurunan peringkat

obligasi akan mempengaruhi manajemen untuk melakukan manajemen laba

dengan harapan periode berikutnya peringkat obligasi mengalami upgrade.

Dilakukannya praktik manajemen laba dimaksudkan untuk menyampaikan

informasi bahwa kinerja keuangan perusahaan sudah lebih baik kepada lembaga

pemeringkat sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi serta meningkatkan

kepercayaaan investor. Jadi penurunan peringkat obligasi akan mempengaruhi

manajemen melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba (Adel,

2004).

2.1.5 Earnings Management

Scott (2012) mendefinisikan earning management sebagai tindakan manajemen

dengan memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu untuk tujuan

memaksimalkan kesejahteraannya dan atau nilai pasar perusahaan (taking a bath,

income minimization, income maximization, income smoothing). Abdelghany

(2005) menjelaskan bahwa earning management merupakan manipulasi

pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang ditetapkan manajemen.

30

Sementara Lo (2008) mengelompokkan earnings management dalam dua katagori

yakni real earning management seperti tindakan untuk mempengaruhi arus kas,

dan accrual management melalui perubahan dalam estimasi dan kebijakan

akuntansi. Peneliti lain yaitu Jiraporn, et al. (2006) mengelompokkan earnings

management ke dalam dua kelompok yakni beneficial earning management dan

opportunistic earning management.

Rahmawati et al. (2006) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan

suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan

eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk

memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Assih dan Gudono (2000)

manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam

batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada

tingkatan laba yang dilaporkan.

2.1.5.1 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba

Bentuk-Bentuk pengaturan laba yang dikemukakan oleh Scott (2012) Yaitu:

1. Taking a bath

Disebut juga big baths, dapat terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam

organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini

digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui

pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak menguntungkan tidak

bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi

meskipun kondisi tidak menguntungkan.

31

2. Income Minimization

Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif

meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh

profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian beroperasi

politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang-barang

modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran ada iklan, riset, dan

pengembangan yang cepat.

3. Income Maximization

Maksimalkan laba bertujuan untuk review memperoleh bonus yang lebih besar,

Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas

kontrak hutang jangka panjang.

4. Income Smoothing

Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba

yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun

drastis.

5. Timing Revenue and Expenses Recognation.

teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan

timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas pendapatan.

32

2.2 Penelitian terdahulu

Berikut ini adalah tabel hasil penelitian terdahulu.

Tabel 2.4 Penelitian terdahulu.

No Peneliti Hasil Penelitian1 Ali dan Zhang (2008) Hasil kami juga menunjukkan bahwa perusahaan

percaya bahwa dengan menggelembungkan labamereka dapat mempengaruhi keputusan lembagapemeringkat kredit 'untuk meng-upgrade ataudown grade.

2 Jung et al. (2012) Peneliti menemukan peningkatan earningssmoothing untuk perusahaan di kelas ataskategori rating. Kami juga menemukan bahwabagi perusahaan dalam kelas atas, meningkatkanearnings smothness memiliki dampak yangmenguntungkan pada kemungkinan upgraderating dalam periode berikutnya.

3 Kim et al. (2013) Temuan menunjukkan bahwa manajemenperusahaan mencoba untuk mempengaruhiperubahan yang akan datang dari credit ratingsdengan secara aktif terlibat dalam kegiatanearnings management.

4 Wenxie dan Jeong(2013)

Secara keseluruhan, hasil kami menyiratkanbahwa lembaga pemeringkat kredit danpemegang obligasi menganggap manajemen labanyata sebagai faktor risiko meningkat kreditsehingga membutuhkan premi risiko tinggi.

5 Chun dan Yu (2013) Earnings management berpengaruh negatifterhadap down grade ratings yang bisamengakibatkan biaya pinjaman terhadapperusahaan

6 Alissa et al. (2013) Peneliti menemukan bukti bahwa perusahaanmenggunakan (-decreasing) kegiatan manajemenlaba meningkat pendapatan ketika mereka beradadi bawah peringkat mereka diharapkan.

7 Tsung et al. (2014) Hasil utama menunjukkan bahwa volatilitaskegiatan RM signifikan dan positifmempengaruhi yield spread obligasi korporasiketika variabel penentu terkenal spread obligasidikendalikan.

8 Dewi dan Yasa (2015) Perusahaan yang mengalami penurunanperingkat obligasi (down grade) melakukanmanajemen laba saat publikasi laporankeuangan auditan.

33

9 Pratiwi et al. (2015) Perusahaan melakukan earnings managementketika perusahaan mengalami down gradeobligasi

10 Wajnsztajn dan Heitz(2016)

Secara keseluruhan, manajemen laba tidakmuncul untuk memiliki pengaruh besar padakeputusan kredit dari lembaga credit ratingsmaupun harga obligasi.

2.3. Model Penelitian

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh down grade investment terhadap earnings management

Peringkat obligasi merupakan indikator untuk melihat kualitas kredit perusahaan

(Baker dan Sattar, 2001). Semakin tinggi peringkat obligasi suatu perusahaan,

maka investor akan lebih percaya untuk menginvestasikan dananya di perusahaan

tersebut. Tetapi ketika obligasi perusahaan mengalami penurunan peringkat, ini

mecerminkan kinerja perusahaan yang menurun sehingga akan memberikan

informasi negatif kepada investor.

Adanya fleksibilitas dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum

menimbulkan adanya berbagai pilihan dalam menentukan kebijakan akuntansi

membuat manajemen dapat memilih berbagai pilihan kebijakan yang ada. Dengan

adanya fleksibelitas tersebut tersebut memungkinkan manajemen untuk

melakukaan pengelolaan laba (Subramanyam, 1996). Hal inilah menyebabkan

manajer melakukan manajemen laba ketika peringkat obligasi mengalami

Down Grade Investment Earnings Management

34

penurunan peringkat dengan tujuan memberikan signal kepada lembaga

pemeringkat mengenai kinerja positif perusahaan sehingga dapat meningkatkan

peringkat obligasi.

Terkait dengan peringkat obligasi yang mengalami penurunan, manajemen akan

cenderung melakukan pengaturan laba yang menaikkan laba Werastuti (2012)

yang menyebutkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba akrual yang

meningkatkan laba untuk merespon penurunan peringkat obligasi. Adel (2004)

dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa ketika terjadi penurunan/perolehan

peringkat obligasi perusahaan ke dalam kategori non-investment grade,

perusahaan meresponnya dengan melakukan praktik manajemen laba yang

meningkatkan laba melalui discretionary accruals positif.

Berdasarkan analisis dan temuan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Manajemen perusahaan melakukan manajemen laba yang meningkatkan

laba setelah perusahaan mengalami penurunan peringkat obligasi.

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Teknik pengumpulan Data

3.1.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data

sudah dikumpulkan oleh pihak instansi lain. Data sekunder yang digunakan

berasal dari sumber eksternal, yaitu data laporan keuangan perusahaan dan

pemeringkat obligasi.

3.1.2 Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :

1. Lembaga pemeringkat obligasi (PT. PEFINDO) tahun 2014-2015

2. Laporan keuangan Perusahaan yang terdaftar pada IDX (Indonesia Stock

Exchanges) tahun 2014-2015

3.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan metode

studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan literature, jurnal,

maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam

penelitian ini. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan

sumber-sumber data dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan

dan peringkat obligasi yang menjadi sampel penelitian.

36

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiono, 2007). Populasi dalam

penelitian ini adalah peringkat obligasi di PEFINDO tahun 2014-2015 dan laporan

keuangan yang terdaftar di IDX.

3.3.2. Sampel

Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (Judgement Sampling).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiono, 2007). Adapun pertimbangan peneliti dalam menentukan

sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menerbitkan obligasi di PEFINDO tahun 2014-2015

2. Jumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi yang dikategorikan

down grade Investment di PEFINDO tahun 2014-2015

3. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2014-2015.

3.4. Pengukuran Variabel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana

dalam penelitian ini peneliti menggunakan angka-angka dalam menghitung

proksi-proksi variabel-variabelnya.

37

3.4.1 Variabel Independen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah down grade investment. Variabel

ini dilihat berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO yang

merupakan pemeringkat obligasi. Peringkat obligasi terdiri dari kategori (AAA,

AA, A, BBB, BB, B, CCC, dan D). Adel (2004) Menggunakan data peringkat

obligasi perusahaan yang mengalami penurunan peringkat obligasi dan untuk

perusahaan yang tidak mengalami penurunan peringkat obligasi. Skala

pengukurannya adalah skala nominal, dengan skala ini pengukuran dilakukan

dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami down grade

investment dan 0 untuk perusahaan yang itdak mengalami down grade investment

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Earnings Management

Manajemen laba dapat dicapai melalui berbagai cara misalnya dengan

menggunakan discretionary accruals dan dengan perubahan metode akuntansi.

Pendeteksian manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan komponen

discretionary accruals.

Penelitian ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al

(1995) untuk menghitung discretionary accruals. Model yang dibentuk

berdasarkan Jones (1991) mencoba memisahkan discretionary accruals dengan

non-discretionary accruals. Pemisahan tersebut menggunakan regresi. Langkah-

langkah untuk menghitung discretionary accruals adalah.

38

1. nilai total accruals diklasifikasikan menjadi komponen non-discretionary

accrual dan discretionary accrual.

TA = NDA + DA.................................. (1)

2. untuk menghitung total accrual digunakan rumus:

TA = NI - CFO.................................. (2)

3. untuk menghitung nilai non-discretionary accruals, digunakan rumus:

NDAit = 1 (1/Ait-1) + 2 (Revt/Ait-1 - Rect/Ait-1) + 3 (PPEt/ Ait-1) .......(3)

4. parameter dalam persamaan (3) diperoleh dari hasil regresi yang

menggunakan model Jones (1991), yaitu:

TAit-/Ait-1 = 1 (1/Ait-1) + 2 (Revt/Ait-1) + 3 (PPEt/ Ait-1) + it. .......... (4)

5. dalam persamaan (4) terlihat bahwa nilai discretionary accruals merupakan

nilai residu (error term) dari regresi, dan untuk menghitung nilai

discretionary accruals dilakukan dengan rumus:

DAit = TAit-/Ait-1 – [1 (1/Ait-1) + 2(Revt/Ait-1 - Rect/Ait-1) +

3(PPEt/ Ait-1] ............(5)

dimana:

TA : Total accruals dalam periode tNDA : Non-discretionary accruals dalam periode tDA : Discretionary accruals dalam periode tA : Total assets periode t-1Rev : Perubahan penjualan bersih dalam periode tRec : Perubahan piutang bersih dalam periode tPPE : Property, Plan and Equipment dalam periode t1,2 , 3 : Parameter yang diperoleh dari regresi persamaan (4).

Penyesuaian yang dilakukan oleh Dechow, Sloan and Sweeney (1995) adalah

pada perubahan pendapatan yang disesuaikan dengan perubahan piutang, karena

39

dalam pendapatan penjualan tentunya sangat dipengaruhi oleh pendapatan atas

penjualan secara kredit. Perubahan pendapatan ini digunakan dalam model

tersebut untuk mengendalikan perubahan dalam non-discretionary accruals yang

disebabkan oleh perubahan kondisi. Pendapatan operasi digunakan sebagai

kontrol terhadap lingkungan perusahaan karena pendapatan merupakan ukuran

objektif dari operasi perusahaan sebelum manajer melakukan manajemen laba

(Jones 1991).

3.5 Metode Pengolahan Data

Berdasarkan kriteria purposive sampling dalam penelitian ini, jenis data yang

akan dianalisis adalah jenis data panel. Gujarati dan Porter (2015) menyebutkan

keuanggulan data panel yaitu (1) mampu memperhitungkan heterogenitas individu

secara ekspilisit; (2) mampu mengendalikan heterogenitas yang dapat digunakan

untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks, (3) tingginya

jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, (4) lebih

variatif, dan (4) multikolinieritas antara data semakin berkurang, serta (5) derajat

kebebasan (df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih

efisien dan dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang

kompleks serta meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data

individu. Oleh karenanya, dalam pengolahan data panel tidak diperlukan uji

asumsi klasik (Gujarati dan Porter, 2015).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan data panel lebih tepat menggunakan oleh data

dengan Ordinary Least Square (OLS) (Winarno, 2015). Adapun perangkat yang

40

digunakan untuk melakukan analisis adalah E-Views versi 9.0. Tahapan yang

dilakukan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut.

3.5.1 Model Estimasi

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya

mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak

diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa

perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa

menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat

terkecil untuk mengestimasi model data panel (Gujarati dan Porter, 2015).

b. Fixed Effect Model (FE)

Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi

dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects

menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar

perusahaan (Gujarati dan Porter, 2015). Namun demikian slopnya sama antar

perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares

Dummy Variable (LSDV).

c. Random Effect Model (RE)

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin

saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect

perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan

41

(Gujarati dan Porter, 2015). Keuntungan menggunakan model Random Effect

yakni menghilangkan heteroskedastisitas (Gujarati dan Porter, 2015). Model ini

juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized

Least Square (GLS).

3.5.2 Pemilihan Metode Estimasi dan Pengujian Hipotesis

Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat

dilakukan, antara lain:

a. Uji Chow

Untuk mengetahui model yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa

dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa

intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F (Gujarati dan Porter, 2015).

Uji ini digunakan untuk mengetahui teknik regresi data panel dengan

metode Fixed Effect lebih baik dari regresi model data panel tanpa variabel

dummy atau disebut dengan metode Common Effect. Hipotesis nul pada uji ini

adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi

data panel adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak

sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalah Fixed Effect (Gujarati

dan Porter, 2015).

Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat

kebebasan (df) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n–k untuk

denumerator. M merupakan merupakan jumlah restriksi atau pembatasan di dalam

model tanpa variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang

satu. n merupakan jumlah observasi dan k merupakan jumlah parameter dalam

42

model Fixed Effect. Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan

jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k) adalah

jumlah variabel ditambah jumlah individu (Gujarati dan Porter, 2015).

Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang

artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan

sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul

diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Common Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

b. Uji Hausman

Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih metode Fixed Effect atau

metode Random Effect yang lebih baik dari metode Common Effect. Uji Hausman

ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy Variables (LSDV) dalam

metode metode Fixed Effect dan Generalized Least Squares (GLS) dalam

metode Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Squares (OLS)

dalam metode Common Effect tidak efisien. Namun, metode OLS efisien dan GLS

tidak efisien. Oleh karena itu, uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya

tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan

estimasi tersebut.

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat

kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas. Hipotesis nulnya adalah bahwa

model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect dan

hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Fixed Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

43

Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka

hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel

adalah model Fixed Effect. Apabila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai

kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat

untuk regresi data panel adalah model Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

c. Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier ini didasarkan pada distribusi Chi-Squares dengan

derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel independen. Hipotesis nulnya

adalah bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah Common Effect,

dan hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel

adalah Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).

Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis

nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah

model Random Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai Lagrange Multiplier hitung

lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya

model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect (Gujarati

dan Porter, 2015).

Nilai P Value ditunjukkan oleh angka yang di bawah yaitu sebesar 0,000 dimana

nilainya kurang dari 0,05. Sehingga Lagrange Multiplier Test ini menunjukkan

bahwa menerima H1 yang berarti metode estimasi terbaik adalah Random Effect.

Apabila nilai p value lebih besar dari pada 0,05 maka menerima H0 yang berarti

metode estimasi yang terbaik adalah Common Effect.

44

3.5.3 Uji Statistik F (Keandalan Model)

Uji keterandalan model atau uji kelayakan model disebut sebagai uji F (ada juga

yang menyebutnya sebagai uji simultan model) merupakan tahapan awal

mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak (Gujarati dan

Porter, 2015). Definisi layak yang dimaksud adalah model yang diestimasi layak

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Keputusan yang dapat diambil dari uji ini adalah dengan kriteria sebagai berikut

(1) Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) 0,05 (yang

telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi

layak.

(2) Apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak (Gujarati

dan Porter, 2015).

3.5.4 Uji Statistik t

Uji t difokuskan pada parameter slope (koefisien regresi). Uji t yang dimaksud

adalah uji koefisien regresi. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas. Keputusan

yang dapat diambil dari uji t ini adalah sebagai berikut (Gujarati dan Porter,

2015).

(1) Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat

kesalahan (α) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa

variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

45

(2) Apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikatnya.

56

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya praktik earnings management

ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down grade investment.

Berdasarakan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa Down grade

investment tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management, sehingga

ketika terjadi penurunan peringkat obligasi, earnings management tidak memiliki

pengaruh besar pada keputusan perusahaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah.

1. Pengukuran untuk variabel down grade investment menggunakan variabel

dummy dimana nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami penurunan

peringkat obligasi, sedangkan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak

mengalami penurunan peringkat obligasi, sehingga penelitian ini tidak

dapat mendeteksi secara pasti dampak penurunan peringkat obligasi

terhadap earnings management.

2. Sample yang digunakan hanya perusahaan yang terdaftar di PEFINDO hal

tersebut belum bisa dijadikan referensi yang akurat, dalam pengambilan

keputusan dalam berinvestasi. sehingga tidak diketahui bagaimana

pengaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen pada lembaga

pemeringkat lain yang ada di indonesia.

57

5.3 Saran

Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, adapun

diberikan saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu.

1. Untuk varibel down grade investment lebih baik menggunakan

pengukuran skala ordinal sehingga dapat terfokus pada objek perusahaan

yang memang mengalami penurunan obligasi, sehingga dapat mendeteksi

secara akurat pengaruh terhadap earnings management.

2. Menambahkan lebih dari 1 lembaga pemeringkat obligasi untuk dapat

meningkatkan kekuatan prediksi penelitian antara variabel independen dan

variabel dependen, sehingga dapat menjadi referensi akurat bagi

bondholder.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelghany, K.E, 2005. Measuring The Quality of Earning.,Managerial AuditingJournal Vol. 20 No. 9, 1001-1015

Adel, Jack Febrianei, 2004, “Analisis pengaruh penurunan/perolehan peringkatobligasi perusahaan kedalam kategori Non-Investment Grade TerhadapPraktek Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi VII denpasarbali : pp. 1102-1121.

Ali, Ashiq dan Zhang, Weining, 2008 “Proximity to Broad Credit Rating Changeand Earnings Management”. University of Texas at Dallas.

Alissa, et al. 2013. Firms’ Use of Accounting Discretion to Influence Their CreditRating. Journal of Accounting and Economics. 55 (2013) pp. 129–147.

Altman, E., & Nammacher, S. (1987). Investing in Junk Bonds.New York:JohnWiley and Sons.

Assih, Prihat dan Gudono. M. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba denganReaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang TerdaftarDi Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi II.

Baker, Kent H. dan Sattar A. Mansi. 2001. Assesing Credit Rating Agencies byBondIssuers and Institutional Investors. Working paper.

Brigham, E. F. and Houston, J. F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, et al. 1999. Intermediate Financial Management. 6th ed. Orlando: TheDryden Press.

Chung, H.S., dan Yu, L.H., (2013) “Effects of earnings management on bank costof debt”.Journal of Accounting and Finance. 53, pp. 265-300.

Copeland, 1968 :10, dalam Utami, 2005, Ilmuakuntansi.web.id di akses tanggal 9oktober 2016 jam 21.55 WIB.

Dewi, Mad Kurnia dan Yasa, Gerianta Wirawan.” manajemen laba setelahpenurunan peringkat obligasi perusahaan”. Universitas Udayana 12.2(2015): pp. 280-294.

DeAngelo, L.E. (1986). “Accounting number as Valuation Substitutes: A Study ofManagement Buyouts of Public Stockholders.” The Accounting Review.67(1): pp. 77 – 95.

Dechow, et al. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review70, pp. 193-225.

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.

Fischer, M., & Rosenzweig, K. (1995). Attitudes of Students and AccountingPractitioners concerning the Ethical Acceptability of EarningsManagement. Journal of Business Ethics, Vol 14, No. 6, pp. 433 - 444.

Friedlan, J. (1994). “Accounting Choices by Issuer of Initial Public Offerings.“Contemporary Accounting Research, Summer.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta

Gujarati, D dan Porter. (2015). Basic econometrics (4th ed.). Jakarta: SalembaEmpat.

Gunawan et al.2015. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverageterhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa (BEI) Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 No. 1, pp. 01-10.

Graham, et al. (2005). “The Economic Implications of Corporate FinancialReporting”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 40, No. 3, pp. 3-73

Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of The Earnings Manajement Literatureand Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon Vol. 12.No. 4

Hasan, Iqbal. 2009. Analisis data penelitian statistik . Jakarta: Bumi Aksara

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) No. 1. jakarta:IAI. Di akses pada tanggal 10 Desember 2016 jam19.30 WIB.

Jiraporn, et al, 2006. “Is earnings management opportunistic or beneficial? Anagency theory perspective”, International Review of Financial AnalysisVol. 17 No. 3, pp. 622-634.

Jung, et al. 2012.”Earnings Smoothing aktivities of firm to manage credit ratings”Contemporary Accounting Research Vol. 30 No. 2 :pp, 645-676.

Jones, Jennifer J, 1991. Earnings Management During Import ReliefInvestigations. Journal Of Accounting Research, Vol 29, No.2, pp. 193 –228.

Kam, Venon, 1990, Accounting theory, 2nd edition, new york, John Wiley &Sons, Incorporated, John.

Kim, et al. “. (2013), Credit Rating Changes and Earnings Management. Asia-Pacific Journal of Financial Studies, No. 42 :pp. 109–140.doi:10.1111/ajfs.12007.

Kohler, E. L., 1970. A Dictionary for Accountants. Prentice-Hall, EnglewoodCliffs, NJ.

Krisnilasari, Monica. 2007. Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi, Coupon danJangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Harga Obligasi di BursaEfek Surabaya. Tesis S-2. Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.

Keown, et al. (2010). Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid1(EdisiKesepuluh) . Jakarta, PT. Indeks.

Kaur, Kuljeet and Rajinder. 2011. Credit Rating in India: A Study of RatingMethodology of Rating Agencies. Global Journal of Management andBusiness Research. (Vol. XI; Issue 12).

Lo,kin, 2008. “Earnings management and earnings quality”, Journal ofAccounting and Economics No. 45, pp. 350–357

Moody’s Investor Service, Credit Opinion: Temasek Holdings (Private) Limited,Accessed 13 Desember 2016; 21.00 WIB.

Ogden, J. P. 1987, Determinants of the Ratings and Yields on Corporate Bonds:Test of the Contingent Claims Model, The Journal of Financial Research.No 10, Winter, pp. 329-339.

Pratiwi, et al. 2015. ” analisis discretionary accrual dalam merespon down gradeobligasi perusahaan”. Universitas Pendidikan Ganesha., Vol. 3, No. 1.

Raharja dan Sari, Maylia P. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan DalamMemprediksi Peringkat Obligasi (PT. Kasnic Credit Rating). Dalam JurnalMaksi, 8/2: 212232.

Rahmawati, et al. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap PraktikManajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar diBursa Efek Jakarta, http://muhariefeffendi. Files.Wordpress.com/2007/12/k-akpm09-sna9padang.pdf diakses 7 oktober 2016 jam 20.15 WIB

Santoso, Singgih. 2014. Statistik Multivariat, Edisi Revisi, Konsep dan Aplikasidengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Saiful. 2002. Hubungan manajemen laba (earning management) dengan kinerjaoperasi dan return saham disekitar IPO.Simposium Nasional Akuntansi V,Semarang.

Sovereign Goverment Rating Methodology and Assumtions, Ratings Direct on theGlobal Credit portal, Standard & Poor’s, June 30,2011

Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management.Accounting Horizon.

Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Theory 6th edition. Toronto: PearsonEducation Canada.

Sugiono.2007.Metode Penelitian Bisnis.CV. Alfabetha.Bandung.

Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen laba teori dan model empiris, Jakarta :Grasindo

Tsung, et al. (2014),” Real earnings management uncertainty and CorporateCredit Risk” Department of Accounting; National Taiwan University.

Subramanyam, K.R. (1996). “The Pricing of Discretionary Accrual”. Journal ofAccounting and Economics, No. 22, pp. 249-291.

Wajnsztajn. P., dan Heitz, C., (2016).” Earnings Management and the Cost ofPublicly Issued Debt”. BUSN89 Degree Project in Corporate andFinancial Management, 15 ECTS.

Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. 1986, Positive Accounting Theory. NewYork, Prentice Hall.

____________________. 1990, “Positive Accounting Theory: A TenYearPerspective”. The Accounting Review, Vol 65 No. 1 : pp. 131-156.

Wenxie, G. dan Jeong B. K.,” Real Earnings Management and the Cost of NewCorporate Bonds”. Accepted by Journal of Business Research in 2013.

Werastuti.D. N. S. (2012). Anomali Pasar Pada Return Saham: The Day of WeekEffect, Week Four Effect, Rogalsky Effect, dan January Effect. JurnalIlmiah Akuntansi dan Humanika,Vol. 2 No. 1, hal. 1-18.

Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E. 1986. Manajerial Finance. USA:CBSCollege Publishing.

Winarno, Wahyu Ning. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-views Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Yamin, et al. 2011, Regresi dan Korelasi dalam genggaman anda, Jakarta:Salemba Empat.

http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150720101106-185-67228/palsukan-laporan-keuangan-toshiba-akan-dihukum-pemerintah/ di akses tanggal 7oktober 2016 jam 21.15 WIB

http://investasi.kontan.co.id/news/trikomsel-gagal-bayar-bunga-obligasi di aksestanggal 7 oktober 2016 jam 20.45 WIB.

https://www.moodys.com/Pages/atc002.aspx di akses tanggal 8 oktober 2016 jam18.45 WIB.

https://www.standardandpoors.com/en_US/web/guest/article/-/view/sourceId/504352 di akses tanggal 8 oktober jam 19.15 WIB.

www.idx.co.id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx diakses pada tanggal 10 Desember 2016 jam 19.30 WIB.

www.pefindo.com/index.php/pageman/page/lembaga-keuangan reports. Di aksespada tanggal 11 Desember 2016 jam 19.30 WIB.