analisis dampak perubahan sosial

Upload: ita

Post on 05-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis Respon dan Perubahan Sosial Akibat Peristiwa Perusakan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

TRANSCRIPT

ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL DAN RESPON PETANI TEH TERHADAP PERUSAKAN PERKEBUNAN TEH DI DESA CIBEUREUM KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi Penelitian pada Progam Studi AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembinbing:Lenny Widjayanthi SP., M.Sc., Ph.D

Disusun Oleh:Arista NurmasariNIM.131510601148

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIANPROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2015BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahIndonesia adalah negara agraris yang kaya sumber daya alam dan pertaniannya. Mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan hidupnya, dan salah satunya ialah dengan menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional yang dapat bertahan dan tetap eksis terhadap krisis ekonomi. Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian dimaksudkan untuk memberikan peran yang lebih besar kepada petani dalam menentukan prioritas komoditas yang diusahakan. Pertambahan penduduk yang terus terjadi menjadikan sektor pertanian sebagai sektor tumpuan hidup seluruh masyarakat, menurut Nurtukubroto (2006) dalam Danhartani dkk (2012).Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanina rakyat sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Soetriono dkk, 2006). Salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah komoditas perkebunan dengan beberapa tanaman andalan seperti kopi, karet, teh, kakao, dll.Komoditas perkebunan merupakan salah satu komoditas yang mendapat perhatian besar dari pemerintah. Perkebunan adalah kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, serta mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut. Tanaman perkebunan yang ditanam umumnya memiliki usia yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan. Saat ini dan yang akan datang sektor perkebunan akan tetap menjadi sektor yang penting. Bahkan, sektor perkebunan penting untuk meningkatkan perekonomian nasional dan memecahkan berbagai masalah pembangunan nasional (Suwarto dkk, 2014).Tanaman teh menjadi salah satu jenis tanaman perkebunan yang cukup banyak dibudidayakan. Tanaman teh tumbuh baik di daerah dataran tinggi. Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet, dan India bagian utara. Tanaman teh sudah dikenal sejak dulu sebagai minuman (Suwarto dkk, 2014). Teh sendiri merupakan salah satu minuman yang banyak digemari oleh masyarakat, sehingga tidak heran jika banyak terdapat perkebunan teh di beberapa kawasan dataran tinggi di Indonesia. Populernya teh sebagai minuman yang dikomsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu teh juga dipercaya mempunyai khasiat bagi kesehatan.Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki komoditas teh di Indonesia. Bandung sendiri merupakan daerah yang memproduksi teh dengan jumlah yang besar dan memiliki luasan perkebunan yang tinggi. Hal ini dikarenakan iklim dan letak wilayahnya yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman teh . Salah satu kecamatan yang terkenal dengan perkebunan tehnya adalah kecamatan Kertasari. Perkebunan teh yang ada di daerah ini kepemilikannya beragam, ada yang merupakan perkebunan milik negara, perkebunan swasta serta perkebunan rakyat. Perkebunan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan teh adalah PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII). PTPN VIII merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi berbagai komoditas perkebunan. PTPN juga mengelola perkebunan yang ada. Potensi produksi teh yang ada di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Teh Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kepemilikan Tahun 2005-200920052006200720082009

Luas Areal (ha)

Perkebunan Rakyat53.14953.42653.07752.63052.523

Perkebunan Negara26.69425.29227.07027.67326.553

Perkebunan Swasta26.97226.39926.39527.42025.284

Total106.815105.117106.542107.723104.360

Produksi (kg)

Perkebunan Rakyat33.755.00032.301.00030.716.00029.911.00027.801.000

Perkebunan Negara54.173.36645.667.39649.095.12748.750.56548.028.521

Perkebunan Swasta27.604.42524.669.40024.054.39925.028.38725.810.578

Total115.592.791102.637.796103.865.526103.689.952101.640.099

Produktivitas (kg/ha)

Perkebunan Rakyat635,1604,59578,71568,34529,31

Perkebunan Negara2.029,421.805,611.813,641.761,671.808,78

Perkebunan Swasta1.023,48934,48911,32912,781.020,83

Total 1.082,18976,41974,88962,56973,94

Sumber: Statistik Teh Indonesia 2009

Berdasarkan Tabel 1.1, perkembangan luas lahan dan produksi teh di Jawa Barat berbeda satu sama lain. Perkebunan rakyat memiliki luas yang paling besar disbanding yang lain, akan tetapi produktivitas perkebunan ini lebih rendah dibanding dengan perkebunan lain. Luas areal perkebunan teh di Jawa Barat cukup stabil. Produksi teh yang dihasilkan dapat dikatakan mengalami penurunan jika dilihat pada tahun 2005. Produksi dan luas lahan perkebunan teh yang ada di Jawa Barat ini merupakan salah satu potensi yang tinggi. Produksi perkebunan teh ini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Dilihat dari luasnya lahan perkebunan teh rakyat yang besar namun produksinya masih tergolong kurang, hal ini menjadi salah satu potensi yang perlu diperhatikan untuk peningkatan produksi teh di Jawa Barat. Desa Cibeureum merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Perkebunan teh menjadi salah satu potensi yang dimiliki desa ini, perkebunan teh yang ada di Kecamatan Kertasari merupakan perkebunan teh yang dikelola oleh pihak Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) dan ada juga yang merupakan perkebunan teh rakyat. Kepemilikan perkebunan teh yang ada di Desa Cibeureum memiliki status sebagai lahan hak pakai, artinya lahan perkebuna tersebut merupakan aset negara. Kepemilikan lahan yang ada di Desa Cibeureum merupakan salah satu hal yang menjadikan munculnya permasalahan perusakan perkebunan teh milik PPTK. Status kepemilikan lahan yang merupakan aset negara ini masih tidak dimengerti oleh beberapa warga yang ada di Desa tersebut. Lahan menjadi salah satu yang melatarbelakangi terjadinya berbagai konflik antara warga dengan pihak PPTK. Perusakan perkebunan teh menjadi salah satu masalah yang terjadi terkait status kepemilikan lahan.Lahan perkebunan sekitar 9 hektar yang ditanami 99.000 pohon teh rusak oleh beberapa warga. Perusakan lahan yang dilakukan dikarenakan adanya kesalahpahaman tentang status lahan yang merupakan hak pakai tetapi dianggap sebagai lahan hak guna usaha, sehingga sebagian warga mengira lahan tersebut telah habis hak guna usahanya. Keinginan untuk menguasai lahan perkebunan ini juga menjadikan terjadinya perusakan perkebunan teh di desa Cibeureum. Berbagai dampak terjadinya perusakan perkebunan teh ini tidak hanya dialami oleh PPTK sebagai pemilik lahan. kerugian secara finansial merupakan dampak yang jelas dirasakan pihak PPTK. Petani teh sebagai orang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya pada perkebunan ini juga mengalami dampak perusakan perkebunan yang terjadi. Kerusakan lingkungan menjadi dampak tersendiri yang dialami oleh seluruh pihak.1.2 Perumusan Masalah1. Bagaimana tingkat respon petani teh pada perusakan perkebunan teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?2. Bagaimana dampak perubahan sosial yang terjadi akibat peristiwa kerusakan perkebunan terhadap tingkat kesejahteraan petani teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?3. Bagaimana peran pemerintah terhadap peristiwa perusakan perkebunan teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan Penelitian1. Mengetahui seberapa tinggi respon petani pada perusakan perkebunan teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.2. Mengetahui dampak perubahan sosial akibat peristiwa perusakan perkebunan teh terhadap tingkat kesejahteraan petani teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.3. Mengetahui adanya peran pemerintah pada peristiwa perusakan perkebunan teh di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.

1.3.2 Manfaat Penelitian1. Sebagai referensi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan petani teh dan perkebunan teh.2. Sebagai referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan wawasan serta ilmu. 3. Sebagai referensi bagi petani teh untuk lebih mengetahui tentang perkebunan teh dan mengetahui dampak peristiwa perusakan perkebunan secara sosial.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penelitian TerdahuluMenurut penelitian Wulandari (2011) yang berjudul Tingkat Kemiskinan dan Respon Petani Terhadap Kegiatan Usahatani Zona Rehabilitasi Taman Nasional Baluran Meru Betiri di Desa Curah Nongko Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon yang diberikan petani terhadap kegiatan usahatani di taman nasional baluran meru betiri. Metode analisis utama yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara melakukan wawancara kepada petani yang ada di daerah tersebut. Hasil penelitian ini diketahui bahwa respon petani terhadap kegiatan usahatani pada zona rehabilitasi tinggi. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki lahan pertanian, tingkat pendapatan rendah, lahan pertanian sempit, banyak petani yang menajdi buruh tani, dan tidak ada pembagian hasil.Berdasarkan penelitian Elmita (2008) yang berjudul Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Teh Terhadap Kehidupan Masyarakat Gunung Dempo, masalah yang diangkat tentang bagaimana dampak keberadaan pabrik teh dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat gunung dempoyang berdomisili disekitar pabrik teh. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan wawancara secara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan pabrik teh di Desa Gunung Dempo memberikan dampak positif dan negative serta mampu memberikan banyak manfaat di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Beberapa permasalahan yang muncul dengan keberadaan pabrik teh adalah penyerobotan tanah oleh pabrik, adanya hal ini mengakibatkan para penduduk menuntut pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat Gunung Dempo. Menurut penelitian Siwi (2010) yang berjudul Peran Pemerintah dalam Pengembangan Perkebunan Bunga Krisan menyebutkan bahwa peran pemerintah pada pengembangan perkebunan bunga krisan diketahui jika seluruh pihak yang terlibat dalam pemberdayaan petani bunga krisan kurang bersinergi dan bersatu. Hal ini dikarenakan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kurang bisa membaur kepada para petani. Sebagian besar petani bunga krisan tidak dilibatkan dalam pengelolaan bunga krisan, penyebabnya adalah Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang masih tidak adil kepada kelompok tani krisan. Pengelolaan kelompok tani oleh para petani bunga krisan tidak konsisten bekerja sama sehingga tujuan usaha menjadi sulit dicapai. Petani hanya bekerja sama saat ada pengawasan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tipe penelitian kualitatif, penggunaan metode ini selain menggambarkan permasalahan yang ada, penelitian ini juga mencoba menganalisis permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk statistic, melainkan dalam bentuk deskriptif atau kualitatif yang lebih jelas.

2.2 Budidaya TehTanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 25 - 35 Lintang Utara dan 95 - 105 Bujur Timur. Daerah ini berada pada wilayah miring berbentuk kipas, terletak di antara pegunungan-pegunungan Naga, Manipura, dan Lushai di sepanjang perbatasan Assam-Burma di ujung barat, dan ke arah selatan melalui pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, kemudian ke Vietnam. tanaman teh pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut (Setyamidjaja, 2007).Menurut Suwarto, Octavianty, dan Hermawati (2014) Tanaman teh sebenarnya memiliki beberapa nama spesies yang berasal dari sumber buku berbeda. Pengklasifikasian tanaman teh yaitu:Divisi: SpermatophytaSubdivisi: AngiospermaeKelas: DicotyledonaeOrdo: ParietalesFamili: TehaceaeGenus: CamelliaSpesies: Camellia sinensisPerkebunan teh (tea garden) di Indonesia banyak dibuka pada masa pemerintahan Hindia Belanda, zaman Gubernur Van Den Bosch (1830-1870), sebagai bagian dari politik tanam paksa. Bibit yang digunakan pada awalnya berasal dari Cina, namun setelah datang bibit teh dari India (Assam) pada tahun 1872 maka banyak perkebunan teh memakai bibit ini karena lebih cocok dengan iklim Indonesia. Indonesia mempunyai cukup banyak kebun teh terkenal bahkan di antaranya ada yang termasuk dalam perkebunan teh terluas (no 1) dan tertinggi ke-2 di dunia (Rossi, 2010).Pohon teh memiliki akar tunggang yang panjang dengan cabang yang sedikit dan umumnya tidak panjang. Daun teh merupakan daun tunggal yang terdapat di tangkai hampir berseling. Bunga teh termasuk bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun pada cabang-cabang dan ujung batang. Buah yang masih hijau bersel tiga dengan dinding yang tebal. Tanaman teh ini biasanya dimanfaatkan sebagai minuman penyegar karena tingkat antioksidan dan polifenol yang tinggi. Manfaat lain yang didapat dari teh yaitu tanaman teh dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan bahan pelangsing tubuh.Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jika dilihat dari cara/proses pengolahannya yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadina oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong merupakan teh yang dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun, dengan tujuan untuk menhentikan proses fermentasi (Hartoyo, 2006).

2.3 Landasan Teori2.3.1 Konsep ResponMenurut Berkowitzh dalam Novia (2011) respon adalah reaksi yang timbul dari pengamatan terhadap obyek tertentu. Respon dikatakan sebagai suatu reaksi, dan reaksi tersebut hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu obyek atau stimulus yang menghendaki penilaian dalam diri individu, sehingga memberikan kesimpulan terhadap obyek tertentu dalam bentuk baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju, yang kemudian mendasar sebagai potensi reaksi terhadap obyek yang dihadapi. Respon petani dapat diartikan sebagai perubahan sikap petani yang diakibatkan adanya rangsangan (stimulus) dari luar dan dari dalam diri petani, dalam wujud melaksanakan program, memperluas areal tanam, pengorganisasian kelompok, dan mengumpulkan serta menyebarluaskan informasi teknologi. Respon petani terhadap suatu kegiatan dapat diketahui dari 3 indikator respon, yaitu: sikap petani, keaktifan petani dan penerapan kegiatan.Menurut Tobbs dan Moss dalam Rakhmat (2005), respon tidak hanya berkenaan dengan peran-peran variabel, tetapi juga pesan-pesan non verbal. Respon dibagi menjadi dua kelompok yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal dan diskonfirmasi akan merusak hubungan interpersonal. Respon yang termasuk konfirmasi adalah pengakuan langsung, perasaan positif, respon meminta keterangan, respon setuju, dan respon sportif. Respon yang termasuk dalam diskonfirmasi adalah respon sekilas,respon impersonal, respon kosong, respon yang tidak relevan, respon interupsi, respon racun, dan respon kontradiktif.

2.3.2 Konsep Peran dan KebijakanMenurut Snodgrass dan Wallace (1975) dalam Hanafie (2010), kebijakan pertanian didefinisikan sebagai usaha pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih tinggi secara bertahap dan berkelanjutan melalui pemilihan komoditi yang diprogramkan, produksi bahan makanan dan serat, pemasaran, perbaikan stuktural, politik luar negeri, pemberian fasilitas, dan pendidikan. Campur tangan pemerintah tentu diperlukan sebagai upaya untuk memutus rantai kemiskinan yang telah lama menjadi tradisi. Pengertian tentang kebijakan pertanian bagi sebagian orang memiliki kesamaan dengan politik pertanian. Sebagian orang lainnya berpendapat bahwa kebijakan pertanian tidak sama dengan politik pertanian, kebijakan memiliki pengertian praktis dan mengandung kearifan yang baik dan benar.Kebijakan dan kelembagaan (institusi) sulit dipisahkan, kebijakan yang bagus tetapi dilandasi kelembagaan yang jelek tidak akan membawa proses pembangunan mencapai hasil maksimal. Suatu kelembagaan yang bagus tetapi kebijakannya tidak mendukung juga membuat tujuan pembangunan sulit dicapai sesuai harapan. Kegagalan pembangunan seringkali bersumber dari kegagalan negara dan pemerintah dalam membuat dan mengimplementasikan kebijakan yang benar serta mengabaikan pembangunan kelembagaan yang seharusnya menjadi dasar dari seluruh proses pembangunan. Kebijakan adalah intervensi pemerintah untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan yang lebih baik (Jafar, 2007).Menurut Persons (2006) dalam Sutoyo (2013), gagasan kebijakan sebagai produk atau prinsip berkembang menjadi istilah dengan konotasi netral, yang jauh berbeda dengan makna Machiavellian dalam karyanya Shakespeare dan Marlowe. Kebijakan dan politik (setidaknya di Inggris) menjadi istilah yang sama sekali berbeda. Bahasa di kebijakan menjadi instrument utama rasionalisasi politik seperti dinyatakan oleh Lasswell. Kata "kebijakan" (policy) umumnya dipakai untuk menunjukkan pilihan penting yang diambil dalam kehidupan organisasi atau privat, kebijakan'' bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis yang sering diyakini mengandung keberpihakan dan korupsi.Good governance merupakan tatakelola pemerintah yang bukan sekedar bagaimana menata pemerintah pusat saja, tetapi sudah merupakan satu kesatuan yang menyatu menjadi sebuah sistem suatu tatakelola negara, yang apabila salah satu actor rusak maka yang lainpun akan ikut merasakannya. Teori peran pemerintah merupakan susunan dan hubungan kemasyarakatan yang baru dibangun dalam kemerdekaan harus memiliki tiga nilai pokok. Pertama, kemampuan bagi semua untuk memperoleh kesempatan hidup dengan terpenuhi kebutuhan pokok pangan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kedua, kesempatan menumbuhkan harga diri manusia, dan terakhir, tumbuhnya rasa kebebasan dan meluasnya ruang hidup bebas dari tindasan, kemelaratan, pemerasan, dan segala hal yang menghambat pertumbuhan segenap potensi manusia (Siwi, 2012).2.3.3 Perubahan SosialPerubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara kesatuan sosial walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya (Makinuddin dan Sasongko, 2006).Studi perubahan sosial saat ini tidak bisa dipandang hanya dari satu teori saja. Teori sistem telah terbukti sangat berpengaruh dan melandasi kebanyakan teori perubahan sosial yang masih berlaku. Teori dinamika kehidupan sosial muncul dalam upaya memahami sifat dinamis masyarakat secara lebih memadai, tetapi membutuhkan pengembangan konseptual lebih lanjut dan bukti empiris yang lebih banyak. Studi perubahan sosial untuk sekarang lebih baik menggunakan peralatan konseptual dari kedua sumber tersebut. Tipologi proses sosial diperlukan untuk memahami masalah perubahan sosial yang kompleks. Tipologinya dapat didasarkan atas empat kriteria utama, yaitu bentuk proses sosial yang terjadi, hasilnya, kesadaran tentang proses sosial di kalangan anggota masyarakat bersangkutan, dan kekuatan yang menggerakkan proses itu. Hal lain yang perlu diperhatikan selain keempat kriteria utama adalah tingkat realitas sosial di tempat proses sosial itu terjadi dan jangka waktu berlangsungnya proses sosial itu (Sztompka, 2005).Menurut Syapsan (2010), Ada 4 karakter perubahan sosial:1. Social change happens everywhere; however, the rate of change varies fromplace to place - jadi perubahan sosial pun bervariasi, dan pada giliraimya perlu tanggapan dan perilaku penanganan yang berbeda-beda;2. Social change is sometimes intentional but often unplanned - walaupun proyek secara sadar misalnya menprediksikan akan adanya perubahan sosial tertentu,namun tidak jarang proyek juga bisa memunculkan perubahan yangunintentionar.3. Social change often generates controversy (punya konsekuensi "baik" dan"buruk") - dengan demikian, Proyek harusnya mengindentifikasi secara matang hal-hal yang baik dan buruk tersebut, dan pada langkah-langkah penyiapaimya perlu dengan sadar mengikis hal-hal buruk tersebut sampai tingkat minimal;4. Some changes matter more than others do - dalam kaitannya dengan proyek, yang seringkali terdiri dari pelbagai kegiatan, aspek tertentunya bisa saja memunculkan perubahan yang lebih menonjol dibanding aspek lainnyaAspek sosio budaya antara lain mencakup kaitan pasar dan orientasi ekonomi, jenis teknologi, mutu tenaga kerja, sumber energy yang digunakan, sumber modal, manajemem, spirit usaha yang menggerakkan. Bentuk keorganisasian usaha, pelayanan usaha dan sebagainya. Dilihat dari perspektif pembangunan berkelanjutan sangat penting mengedepankan aspek partisipasi, keadilan sosial, pemeliharaan daya dukung ekosistem setempat. (Amanah, Hastuti, dan Basuno, 2008). Menurut Sztompka (1994) dalam Martono (2011) perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut tiga hal, yaitu: pertama, studi mengenai perbedaan; kedua studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda; dan ketiga, pengamatan pada sistem sosial yang sama. Para sosiolog telah mengumpulkan dan menganalisis berbagai studi mengenai perubahan sosial (sosial changes). Dari berbagai studi tersebutdapat digolongkan penelaahan perubahan sosial tersebut berputar kepada enam persoalan pokok menurut Tilaar (2002) dalam Martono (2011), yaitu:1.Apakah sebenarnya yang berubah? Pertanyaan ini tertuju kepada struktur sosial yang mengalami berbagai perubahan. Struktur sosial misalnya keluarga. Lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga keagamaan, lembaga-lembaga politik dan bermacam-macam jenis lembaga yang ada di dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut ada yang lambat ada pula yang berjalan dengan cepat.2.Bagaimana hal tersebut mengalami perubahan? Perubahan sosial tersebut tentunya mengambil berbagai bentuk perubahan sesuai dengan kondisi tempat terjadinya perubahan.3.Apa tujuan perubahan itu? Sudah tentu perubahan sosial yang terjadi bukanlah suatu perubahan yang otomatis dan mekanistis, melainkan memiliki berbagai tujuan.4.Seberapa cepat perubahan itu? Perubahan sosial ada yang secara revlusioner, mungkin ada yang berjalan secara bertahap. Perubahan secara bertahap pun berjenis-jenis, ada yang cepat dan ada yang lambat.5.Mengapa terjadi perubahan? Seperti yang telah kita lihat dalam pertanyaan nomor 3, perubahan sosial selalu mempunyai tujuan. Oleh sebab itu, tentunya ada sebab-sebab terjadi perubahan.6.Faktor-faktor apa saja yang berperan di dalam perubahan tersebut? suatu perubahan sosial mengenai kehidupan bersama manusia tentunya mempunyai berbagai faktor. faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu jaringan dari berbagai faktor yang telah menyebabkan perubahan sosial tersebut.

2.4 Kerangka PemikiranPertanian menjadi salah satu sektor yang paling penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pertanian merupakan mata pencaharian utama, sehingga sektor pertanian menjadi salah satu sektor ekonomi yang utama. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia yang dimiliki. Sektor pertanian secara luas meliputi komoditas pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan pertanaman. Salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah komoditas perkebunan dengan beberapa tanaman andalan seperti kopi, karet, teh, kakao, dll.Komoditas perkebunan merupakan salah satu komoditas yang banyak diekspor. Perkebunan adalah kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, serta mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut. Tanaman perkebunan yang ditanam umumnya memiliki usia yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan. Saat ini dan yang akan datang sektor perkebunan akan tetap menjadi sektor yang penting. Bahkan, sektor perkebunan penting untuk meningkatkan perekonomian nasional dan memecahkan berbagai masalah pembangunan nasional.Tanaman teh menjadi salah satu jenis tanaman perkebunan yang cukup banyak dibudidayakan. Tanaman teh tumbuh baik di daerah dataran tinggi. Teh sendiri merupakan salah satu minuman yang banyak digemari oleh masyarakat, sehingga tidak heran jika banyak terdapat perkebunan teh di beberapa kawasan dataran tinggi di Indonesia. Populernya teh sebagai minuman yang dikomsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu teh juga dipercaya mempunyai khasiat bagi kesehatan, sehingga teh sudah menjadi salah satu kebutuhan bagi kehidupan manusia. Desa Cibeureum merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Perkebunan teh menjadi salah satu potensi yang dimiliki desa ini, perkebunan teh yang ada di Kecamatan Kertasari merupakan perkebunan teh yang dikelola oleh pihak Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) dan ada juga yang merupakan perkebunan teh rakyat. Kepemilikan perkebunan teh yang ada di Desa Cibeureum memiliki status sebagai lahan hak pakai, artinya lahan perkebuna tersebut merupakan aset negara. Kepemilikan lahan yang ada di Desa Cibeureum merupakan salah satu hal yang menjadikan munculnya permasalahan perusakan perkebunan teh milik PPTK. Status kepemilikan lahan yang merupakan aset negara ini masih tidak dimengerti oleh beberapa warga yang ada di Desa tersebut. Lahan perkebunan sekitar 9 hektar yang ditanami 99.000 pohon teh rusak oleh beberapa warga. Perusakan lahan yang dilakukan dikarenakan adanya kesalahpahaman tentang status lahan yang merupakan hak pakai tetapi dianggap sebagai lahan hak guna usaha, sehingga sebagian warga mengira lahan tersebut telah habis hak guna usahanya. Keinginan untuk menguasai lahan perkebunan ini juga menjadikan terjadinya perusakan perkebunan teh di desa Cibeureum. Berbagai dampak terjadinya perusakan perkebunan teh ini tidak hanya dialami oleh pihak PPTK dan petani yang bekerja disana. Kerusakan lingkungan menjadi dampak tersendiri yang dialami oleh seluruh pihak.Terjadinya perusakan lahan perkebunan teh yang terjadi di Desa Cibeureum ini merupakan salah satu peristiwa yang menarik untuk kemudian diteliti. Perusakan perkebunan teh yang melibatkan petani teh atau warga serta pihak pemilik perkebunan teh tentu memiliki dampak tersendiri bagi kedua pihak yang terkait. Dampak ini muncul sebagai reaksi akan peristiwa perusakan yang terjadi. Dampak yang terjadi dapat dirasakan dan disadari ataupun secara tidak langsung terjadi tanpa disadari oleh pihak terkait. Respon petani teh terhadap perusakan lahan menjadi hal pertama yang akan diketaui lewat penelitian yang dilakukan. Respon merupakan suatu reaksi yang timbul akibat adanya suatu kejadian. Indikator adanya respon petani terhadap peristiwa ini adalah adanya perubahan sikap petani, keaktifan petani, dan penerapan kegiatan petani. Sikap petani ini dapat diketahui perubahannya dengan membandingkan dengan kebiasaan keseharian sebelum terjadinya perusakan perkebunan. Keaktifan petani yang dimaksud adalah keaktifan dalam proses pertanian yang dilakukan, keaktifan ini bisanya berubah sebagai bentuk respon yang mereka berikan. Penerapan kegiatan petani salah satu indikator yang hampir sama dengan keaktifan petani, namun penerapan kegiatan ini dilihat dari perbedaan petani dalam menerapkan kegiatannya sehari-hari.Dampak perubahan sosial akibat peristiwa perusakan perkebunan teh tentu menjadi satu hal pasti yang terjadi setelah adanya perusakan. Perubahan sosial ini akan terjadi secara perlahan atau bahkan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial terjadi dalam suatu masyarakat, perubahan sosial ini menjadi salah satu dampak yang selalu terjadi akibat adanya peristiwa yang terjadi dalam lingkup masyarakat. Indikator adanya perubahan sosial yang terjadi adalah pada struktur, fungsi, nilai, dan norma yang ada dalam masyarakat.Satu hal terakhir yang akan diketahui adalah adanya peran pemerintah dalam peristiwa ini, sebagai salah satu pihak yang seharusnya bisa mengawasi, tentu pemerintah memiliki peran penting dalam terjadinya peristiwa perusakan perkebunan teh di Desa Cibeureum. Peran pemerintah menjadi satu hal yang seharusnya diketahui dengan adanya peristiwa perusakan perkebunan teh yang terjadi. Peran pemerintah ini muncul sebagai suatu reaksi untuk bisa membantu menyelesaikan kerusakan pada peristiwa yang terjadi. Pemerintah merupakan pihak yang memiliki kebijakan penuh, sehingga pada peristiwa ini diharapkan pemerintah dapat berperan sebagai penentu kebijakan dalam kasus yang ada. Tujuan penelitian ini utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani teh yang ada. Analisis yang dilakukan diharapkan dapat dijadikan suatu informasi tentang apa saja dampak yang timbul akibat kerusakan yang terjadi, sehingga dapat ditemukan solusi terhadap peristiwa yang ada. Peristiwa perusakan perkebunan teh yang terjadi diharapkan tidak akan berdampak pada kesejahteraan petani teh yang ada. Dampak sosial dan respon petani akibat perusakan perkebunan juga diharapkan tidak akan semakin memperburuk kesejahteraan petani, sehingga adanya penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani agar mampu menghadapi peristiwa yang terjadi tanpa mengganggu kesejahteraannya.

PertanianKomoditas PerkebunanTanaman TehPerusakan Perkebunan TehRespon PetaniSikap PetaniKeaktifan PetaniPenerapan KegiatanPeran PemerintahPerubahan SosialStrukturFungsiNilaiNorma Peningkatan Kesejahteraan Petani

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Penentuan Daerah PenelitianPenentuan daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penentuan secara sengaja (purposive method). Daerah penelitian yang dipilih yaitu Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Penentuan daerah ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat peristiwa sosial pada perkebunan teh yaitu peristiwa perusakan beberapa luas lahan perkebunan teh, sehingga adanya penelitian ini dapat mengetahui dan mempelajari respon serta dampak sosial yang dialami oleh masyarakat khususnya para petani teh yang ada. Pertimbangan lain pemilihan daerah adalah Kecamatan Kertasari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki perkebunan teh yang luas dan pekerja yang banyak sehingga akan lebih mudah mengetahui dan mengamati perilaku petani teh.

3.2 Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif-kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dan sistematis (Wibowo, 2011). Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau penjelasan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami realita sosial, penelitian ini digunakan untuk memahami interaksi sosial, mengembangkan teori dan memastikan kebenaran data.

3.3 Metode Penentuan InformanMetode penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive (purposive method). Peneliti memilih informan yang diwawancarai dengan kriteria tertentu sesuai dengan topik penelitian sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap. Informan yang dipilih untuk diwawancara ditentukan menggunakan total sampling. Teknik penentuan total sampling ini merupakan penentuan sampel yang digunakan berdasarkan banyaknya populasi yang ada. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 petani dan semuanya digunakan sebagai sampel penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dari wawancara yang dilakukan peneliti berdasarkan panduan wawancara yang telah disusun dengan topik bahasan. Data primer yang diperoleh dari metode wawancara merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan yaitu secara tatap muka. Data yang diambil dengan metode ini adalah data terkait respon petani teh yang ada di Desa Cibeureum terhadap peristiwa perusakan perkebunan teh, adanya peran pemerintah terkait, dan perubahan sosial yang dirasakan oleh petani teh.Data sekunder merupakan data yang didapat dan disimpan oleh orang lain yang biasanya merupakan data masa lalu/historical (Wibisono, 2003). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literatur yang sesuai dengan bahasan dan topik penelitian serta diperoleh dari instansi terkait yang sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data tentang luas lahan perkebunan teh di Desa Cibeureum, data ini dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Bandung. 3.5 Metode Analisis DataMetode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis kultural. Menurut Sugiyono (2014), metode analisis data domain merupakan metode untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari penelitian atau situasi sosial. Analisis taksonomi merupakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Metode analisis komponensial merupakan metode yang digunakan untuk mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontras antar elemen. Metode analisis kultural merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui tentang fenomena sosial dalam masyarakat dan budaya. Metode analisis data domain digunakan untuk menjawab permasalahan pertama mengenai tingkat respon petani teh terhadap peristiwa perusakan perkebunan teh, permasalahan kedua mengenai perubahan sosial yang terjadi akibat adanya perusakan perkebunan teh, dan permasalahan ketiga mengenai peran pemerintah. Analisis data domain digunakan sebagai langkah awal dalam penelitian kualitatif yang pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang teliti. Data yang digunakan dalam analisis domain pada penelitian ini adalah data yang telah terkumpul sebelumnya dari observasi lapang, wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Permasalahan pertama dan ketiga hanya menggunakan analisis domain karena kedua permasalahan tersebut dibutuhkan gambaran umum dan menyeluruh tentang respon dan peran pemerintah. Analisis selanjutnya yang digunakan untuk menganalisis permasalahan kedua adalah analisis taksonomi untuk mengelompokkan domain yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis komponensial untuk mengkontraskan dari permasalahan sehingga diketahui ciri spesifiknya. Analisis kultural digunakan untuk menganalisis permasalahan kedua pada penelitian ini mengenai dampak perubahan sosial yang terjadi akibat peristiwa perusakan perkebunan teh. Analisis kultural ini berarti peneliti mampu melihat gejala dalam situasi sosial/obyek penelitian yang alamiah, mampu memperhatikan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan, tidak terpengaruh oleh pola fikir sebelum peneliti ke lapangan.

3.1 Definisi Operasional1. Pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar penduduk Indonesia.2. Perkebunan adalah kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai.3. Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia.4. Budidaya perkebunan secara umum merupakan kegiatan usaha tanaman yang hasinya untuk diekspor atau bahan baku industri.5. Respon adalah reaksi yang timbul dari pengamatan terhadap obyek tertentu.6. Kebijakan pertanian adalah suatu usaha pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi dan kesejahteraan yang lebih baik.7. Perubahan sosial merupakan suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat.8. Metode deskriptif-kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dan sistematis.9. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau penjelasan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.10. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami realita sosial.11. Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu terkait dengan petani teh.12. Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. 13. Total sampling merupakan penentuan sampel yang digunakan berdasarkan banyaknya populasi yang ada.14. Data primer yang diperoleh dari metode wawancara merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan yaitu secara tatap muka.15. Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis dan diperoleh dari studi kepustakaan dan literatur terdahulu.

DAFTAR PUSTAKAAmanah, S., E.L. Hastuti, dan E. Basuno. 2008. Aspek Sosial Budaya dalam Penyelenggaraan Penyuluhan: Kasus Petani di Lahan Marjinal. Transdisiplin Sosiologi, 2 (3) : 301-320.

Danhartani, E. Radiah, dan U. Hanafie. 2012. Tingkat Kesejahteraan Buruh Tani Tanaman Pangan di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Agribisnis Pedesaan, 2 (3) : 193-204.

Elmita, Ela. 2008. Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Teh Terhadap Kehidupan Masyarakat Dunung Dempo. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi.

Hartoyo, Arif. 2006. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Jafar, Marwan. 2007. Infrastruktur Pro Rakyat Strategi Investasi Infrastruktur Indonesia Abad 21. Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa.

Makinuddin dan T. H. Sasongko. 2006. Analisis Sosial: Bersaksi dalam Advokasi Irigasi. Bandung: Akatiga.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Novia, Rifki A. 2011. Respon Petani Terhadap Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPHT) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Bnayumas. Mediagro, 7 (2) : 48-60.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rossi, Aro. 2010. 1001 Teh dari Asal-Usul, Tradisi, Khasiat, hingga Racikan Teh. Yogyakarta: Andi.

Setyamidjaja, Djoehana. 2007. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.

Siwi, Arum M. 2012. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Perkebunan Bunga Krisan. Ilmu Pemerintahan, 1 (1) : 1-7.

Soetriono, A. Suwandari, dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Bayumedia. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sutoyo, Adi. 2013. Implementasi Program Aksi Ketahanan Pangan di Kabupateb Propinsi Bengkulu. Administrasi Publik, 11 (1) : 93-116.

Suwarto, Y. Octavianty, dan S. Hermawati. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Syapsan, Syafril. B dan Elida. I. 2010. Perubahan Sosial Masyarakat Pasca Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang Privinsi Riau.Ekonomi.18(2): 18.

Sztompka, Piotr. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis Panduan nagi Praktisi dan Akademisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Buku Kompas.

Wulandari, Devi L. 2011. Tingkat Kemiskinan dan Respon Petani Terhadap Kegiatan Usahatani Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri di Desa Curah Nongko Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember.