analisis common size
TRANSCRIPT
Analisis common size
Munawir (2004) mengungkapkan analisis persentase per komponen (commonsize) adalah laporan
keuangan dalam bentuk persentase masing – masing pos neraca terhadap jumlahnya dan masing –
masing pos rugi laba terhadap jumlah penjualan. Dikatakan persentase per komponen karena tiap –
tiap pos dinyatakan dalam bentuk persentase. Jadi analisis persentase per komponen adalah metode
analisis laporan keuangan yang disusun secara vertikal untuk mengetahui persentase investasi pada
masing – masing pos aktiva terhadap total aktiva, pos – pos passiva terhadap total passivanya, serta
pos – pos rugi laba terhadap total penjualan netonya. Keuntungan utama diperoleh analisis ini
adalah akan dapat diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebgai
pembanding.
Persentase investasi adalah berapa persen investasi yang tertanam pada masing – masing aktiva
tersebut, yang dihitung dengan cara membandingkan antara masing – masing aktiva terhadap
jumlah aktiva. Perbandingan pos – pos aktiva terhadap total aktiva juga merupakan distribusi
investasi yang tertanam pada masing – masing aktiva. Pada sisi pasiva neraca, dapat
menggambarkan mengenai struktur permodalan perusahaan, dengan cara menghitung persentase
jumlah hutang terhadap jumlah pasiva dan jumlah modal sendiri dengan jumlah pasiva. Dalam
laporan laba rugi, kita dapat mengetahui berapa persen dari pendapatan atau penjualan itu diserap
oleh masing – masing pos biaya yang terjadi. Caranya dengan membandingkan antara masing –
masing pos biaya terhadap jumlah penjualan. Sebagai contoh berikut neraca dan laporan rugi laba
PT IMASINDO tahun 2008 dan 2009.
PT IMASINDONeraca Perbandingan Commonsize
31 Desember 2008 dan 20092008 2009 % SUB TOTAL % TOTAL
(Rp. 000.000) (Rp. 000.000) 2008 2009 2008 2009AKTIVAKas 3 5 1 1 1 1Piutang dagang 130 164 36 38 23 26Persediaan 210 235 58 55 37 38Persekot biaya 20 25 5 6 4 4
Jumlah aktiva lancar 363 425 100 100
Tanah 15 15 7 8 3 2Bangunan 147 109 72 57 26 18Aktiva tetap lainnya 63 90 31 47 11 15Cad. peny. Ak. tetap (22) (24) (10) (12) (5) (4)
Jumlah aktiva tetap 203 190 100 100Jumlah aktiva 566 619 100 100
HUTANG & MODALHutang dagang 167 210 59 62 30 34Hutang wesel 35 70 12 21 6 11Hutang gaji 81 60 29 17 14 10Jumlah hutang lancar 283 340 100 100Hutang jangka panjang 10 10 4 2 2 2Modal saham 50 50 18 19 9 8Laba ditahan 223 219 78 79 39 35
Jumlah modal 283 279 100 100Jumlah Hutang & Modal 566 619 100 100
PT IMASINDOLaporan Rugi Laba Perbandingan Commonsize
31 Desember 2008 dan 2009
2008 2009 Persentase Per komponen
Penjualan neto 700 898 100 100Harga pokok 566 638 81 71
Laba kotor 134 260 19 29Biaya operasi :Biaya penjualan 40 127 6 14Biaya administrasi 22 68
Laba operasi 72 65 10 7Biaya lain – lain 5 11 1 1Laba bersih sebelum pajak 67 54 9 6Pajak 20 16 2,9 1,6Laba bersih setelah pajak 47 38 6,1 4,4
Analisis dan interpretasi
Aspek likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva
lancar yang dimiliki. Kondisi likuiditas PT IMASINDO dapat dilihat dari distribusi pos – pos aktiva
lancar terhadap jumlah aktiva lancar, yang menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan mengalami
kenaikan. Hal ini terlihat dari persentase persediaan yang menurun dari 58% pada tahun 2008
menjadi 55% pada 2009. Sebagaimana diketahui bahwa semakin dominan pos – pos aktiva lancar
yang tingkat likuiditasnya rendah seperti persediaan, menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan
yang kurang baik.
Aspek solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban (jangka pendek
dan jangka panjang) dengan modal sendiri yang dimilikinya. Persentase modal sendiri dari hutang
memperlihatkan bahwa modal sendiri PT IMASINDO pada tahun 2008 sebesar 48% yang terdiri dari
modal saham 9% dan laba ditahan 39%. Jumlah utang sebesar 52%. Jumlah hutang sebesar 52%.
Kalau dibandingkan dengan tahun 2009, maka terlihat jumlah modal sendiri berkurang menjadi 43%
dan jumlah hutang bertambah menjadi 57%. Peranan hutang lebih besar daripada modal sendiri. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin besar menggunakan dana pinjaman. Dengan kata lain
tingkat solvabilitas perusahaan semakin menurun. Semakin besar peranan dana pinjaman berarti
margin of safety bagi para kreditur semakin menurun.
Tingkat efisiensi
Tingkat efisiensi biaya umumnya dikaitkan antara biaya dan pendapatan. Berdasarkan angka – angka
persentase di laporan rugi laba. Persentase harga pokok penjualan tahun 2008 sebesar 81%, artinya
bahwa jumlah pendapatan diserap untuk biaya produksi sebesar 81% dan sisanya sebagai laba kotor
19%. Kalau dibandingkan dengan tahun 2009, harga pokok penjualan hanya menyerap 71% dari
penjualan. Hal ini dapat disimpulkan adanya peningkatan efisiensi dalam biaya produksi. Sebagai
akibatnya, laba kotor mengalami peningkatan dari 19% menjadi 29% dari penjualan . jika dilihat
biaya operasi, nampak ada peningkatan biaya yang cukup besar yaitu dari 9% tahun 2008 menjadi
22% tahun 2009. Dengan demikian di bagian kantor nampaknya bekerja kurang efektif.
Rentabilitas
Rentabilitas menunjukkkan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Rentabilitas PT IMASINDO
memperlihatkan bahwa presentase laba bersih sesudah pajak menurun, hal ini terlihat pada tahun
2008 sebesar 6,1% dari penjualan, sedangkan pada tahun 2009 turun menjadi 4,4% dari penjualan.
Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan biaya operasi yang cukup besar. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat disimpulkan rentabilitas perusahaan semakin menurun.