analisis bentuk musik - lagu kanaya karya dimawan krisnowo adji

Upload: mohammadfikri15

Post on 04-Mar-2016

118 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS BENTUK MUSIK - Studi Kasus: LAGU KANAYA KARYA DIMAWAN KRISNOWO ADJI DIMAINKAN OLEH SA’UNINE STRING ORCHESTRA

TRANSCRIPT

  • ANALISIS BENTUK MUSIK

    Studi Kasus: LAGU KANAYA KARYA DIMAWAN KRISNOWO ADJI DIMAINKAN OLEH SAUNINE STRING ORCHESTRA

    Oleh: Mohammad Tsaqibul Fikri

    [email protected]

    Ditinjau dari ilmu bentuk, sebuah lagu dapat dipandang sebagai

    sejumlah nada yang tersusun dalam ruang-ruang birama. Prier (1996: 2)

    menjelaskan bahwa; pada dasarnya bentuk musik form adalah suatu

    gagasan/ide yang nampak dalam pengolahan/susunan semua unsur

    musik dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika)

    sehingga menjadi kesatuan musik yang hidup.Tugas dari ilmu bentuk

    musik adalah memotong dan memperhatikan detail hal yang terkecil dari

    ruang-ruang birama, sehingga melupakan keseluruhan dari sebuah karya

    lagu untuk melihat struktur musikalnya.

    Analisis bentuk lagu Kanaya ini menggunakan ilmu analisis bentuk

    musik ala Karl-Edmund Prier SJ. Ditegaskan bahwa, analisis bentuk

    musik ini akan bersifat pengkajian tekstual dengan mengabaikan apapun

    dari kajian kontekstual. Perlu dipahami bahwa analisis bentuk musik

    untuk membantu pengerjaan sebuah penelitian seni musik secara umum.

    Dari analisis bentuk musik, maka peneliti akan dapat mengetahui

    identitas dan struktur musikal sebagai pola dan karakterisasi lagu.

    Langkah pertama dalam melakukan penulisan ini adalah

    mentranskrip lagu ke dalam notasi balok untuk memudahkan

    pengerjaannya. Jika penulis memiliki full score lagu, maka hal itu lebih

    memudahkan pengerjaan. Pada kasus ini, penulis bukanlah pencipta lagu,

    maka jika penulis akan mendapat legalitas/izin penulisan dengan cara

    meminta izin kepada pencipta lagu. Salah satu kode etik peneliti seni

    adalah menghargai karya sebagai hak pencipta seni.

  • Gambar 1. Diskusi dan meminta izin dengan pencipta lagu Kanaya Dokumentasi Pribadi, Moh. Tsaqibul Fikri: 2014

    Berkaitan dengan hak paten produksi, maka Dimawan sebagai

    pencipta lagu tidak dapat memberikan full score, namun memberikan

    bagian intro untuk bahan pertimbangan menulis transkripsi selanjutnya.

    Pada transkrip notasi balok yang ditulis ulang oleh penulis, lagu Kanaya

    dimainkan dengan format yang sama; yakni string orchestra dengan

    penulisan instrumen; violin 1, violin 2, viola, violoncello, contrabass dan

    melodi utama pada instrumen english horn. Jumlah birama yang dapat

    diketahui penulis berjumlah 65 birama.

    Tempo yang digunakan secara keseluruhan adalah Largo (lambat,

    lebar dan luas = 44-48) dan Grave (lambat, berat, tenang dan sopan = 40-

    44). Penggunaan tempo pada lagu ini dimaksudkan untuk menegaskan

    suasana lagu yang mendalam. Suasana lagu Kanaya juga diperkuat

    dengan beragam dinamika dan tempo yang mengalami perubahan sesuai

    dengan cerita yang dibangun. Tangga nada (key signature) yang digunakan

    adalah F Mayor. Tangga nada ini dianggap sesuai dan nyaman untuk

    dimainkan pada instrumen english horn karena F merupakan key natural.

  • Berbicara masalah harmoni, dapat diartikan sebagai keselarasan

    pada sebuah karya seni musik, sedangkan harmonisasi adalah proses

    usaha yang ingin membuahkan keindahan suatu melodi. Harmoni

    merupakan elemen yang sangat penting dalam teknik pembuatan karya

    musik sebagai wadah melodi. Dari beberapa jenis harmoni, lagu Kanaya

    menggunakan jenis harmoni lima suara. Harmoni lima suara lazimnya

    dipergunakan bagi sajian musik dengan kategori sejenis/sekeluarga,

    seperti halnya lagu Kanaya menggunakan keluarga instrumen string

    yakni violin 1, violin 2, viola, violoncello, contrabass. Lima instrmuen

    inilah yang menjadi harmoni pada lagu Kanaya.

    Gambar 2. Harmoni lima suara sekeluarga

    Penggunaan tanda sukat (time signature) juga sangat penting dalam

    sebuah lagu. Tanda sukat digunakan untuk menunjukkan perhitungan

    ketukan pada tiap birama, agar progresi-progresi irama menjadi beragam.

    Dalam lagu ini menggunakan tanda sukat sederhana jenis simple quadruple

    time lipat empat, yaitu 4/4 yang artinya dalam satu birama dibagi

  • menjadi 4 ketukan dan setiap ketukannya memiliki nilai nada 1/4. Pada

    lagu Kanaya menggunakan ritme berupa not penuh, setengah (1/2),

    seperdelapan (1/8), sepernambelasan (1/16), seper tiga dua (1/32) dan

    triol. Sedangkan teknik biola pada lagu Kanaya menggunakan teknik arco

    cara main biola dengan digesek, sedangkan pada bagian A pemain

    string melafalkan hamming dengan melodi utamanya. Pada lagu Kanaya

    ini dapat diidentifikasikan menjadi 5 tema yakni introduction, bagian A,

    bagian B, bagian A dan bagian B.

    Gambar 3. Melodi Pokok cantus firmus lagu Kanaya

    Transkripsi Moh. Tsaqibul Fikri: 2014

  • Susunan nada yang merupakan satu kesatuan yang terkecil adalah

    motif. Prier (1996: 26) menjelaskan bahwa motif dapat diartikan sebagai

    potongan lagu/sekelompok nada yang merupakan suatu kesatuan

    dengan memuat arti dalam dirinya sendiri. Sebuah motif biasanya akan

    dimulai pada nada hitungan ringan atau irama gantung dan menuju pada

    nada dengan hitungan berat, tapi perlu diingat bahwa nada berat tidak

    selalu menjadi nada akhir sebuah motif. Nada berat dapat diartikan;

    adanya rasa koma atau berhenti sekejap pada sebuah jalinan melodi.

    Sebuah motif terdiri dari setidak-tidaknya dua nada dan paling

    banyak memenuhi dua ruang birama. Bila dalam satu motif memenuhi

    birama, maka bisa juga disebut sebagai motif birama. Adapun jika bentuk

    motif tersebut hanya memenuhi satu hitungan saja, maka motif tersebut

    bisa disebut sebagai motif mini atau motif figurasi. Berikut dapat

    dijabarkan secara detail bentuk musik pada lagu Kanaya sebagai berikut :

    1. Introduction

    Introduction (introduksi) merupakan pengantar/pembuka sebelum

    masuk pada bagian inti lagu. Tanda sukat yang digunakan pada bagian

    ini adalah 4/4. Pada bagian introduction terdapat pada birama 1-20 dan

    Dimawan sebagai principal pemain utama/pemain kesatu dalam formasi

    orkestra, memainkan cellonya dengan teknik artificial harmonic atau nada-

    nada yang dihasilkan dari akibat sentuhan ringan diberbagai posisi. Intro

    pada lagu Kanaya dimainkan dengan ketukan tempo rubato1. Nada-nada

    yang dibunyikan pada bagian intro adalah nada-nada berat/nada rendah.

    1 Kebebasan tempo bagi seorang pemain guna penyajian ekspresi yang meyakinkan.

  • Pada awal birama 1-7, lagu terkesan/bernuansa suasana misterius

    dengan menggunakan tempo lambat atau largo: 45, diberikan tanda

    fermata2 = untuk menambah kesan misterius. Pemilihan Instrumentasi

    pada birama 1-7 terdiri dari instrumen violin 1, violin 2 dan viola dengan

    dinamika pianissimo (Pp) yang berarti lembut, sedangkan intensitas nada

    dimainkan secara bervariasi baik dari crescendo: (semakin lama

    semakin keras) maupun decrescendo: (semakin lama semakin lembut).

    Teknik permainan string yakni arco dengan tanda legato: (cara

    bermain secara bersambung dan tidak diputus-putus). Dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    Gambar 4. Birama 1-7 pada bagian introduction

    Pada birama 8-20 suasana baru diciptakan dengan melodi utama

    yang dimainkan oleh instrumen violoncello dan dilanjutkan secara

    bergantian oleh viola, violin 2 dan violin 1. Pada birama 19, adalah birama

    terakhir bagian introduction yang berisi melodi sebagai penutup kalimat

    jawab dengan membunyikan melodi secara bersama-sama. Pada birama 8-

    20 ini baru dapat diidentifikasi motif bagian terkecil dari suatu kalimat

    lagu dan frasering frase/kalimat.

    2 tanda atau perintah perpanjangan nada dengan panjang tak tertentu, sesuai dengan

    keinginan pemimpin orkestra/conductor

  • Gambar 5. Melodi utama pada bagian introduction

    Beberapa hal yang perlu diingat dan akan selalu digunakan pada

    tulisan ini mengenai penandaan, sebagai berikut;

    = Kalimat tanya (antecedent) = Kalimat jawab (consequent)

    = Motif dalam kalimat tanya = Motif dalam kalimat jawab

    Penggunaan nama motif didasarkan pada keterangan sebagai berikut :

    2. Bagian A

    Pada bagian A terdapat pada birama 21-35 dengan memiliki 9 motif

    dan 2 frase/kalimat (kalimat tanya dan kalimat jawab) membentuk 1

    bagian yakni A. Sebelum memasuki birama 21, melodi sudah terlebih

    masuk pada birama 20 dengan posisi menggantung.

    Motif 1 Motif 1

    Tanda aksen dibelakang angka ( ) menunjukkan

    kepemilikan kalimat jawab

    Menunjukkan urutan motif

  • Gambar 6. Bagian A

    Bagian A dapat dijabarkan sebagai berikut :

    a. Motif A1

    Gambar 7. Motif A1

    Motif A1 merupakan motif asli dari lagu Kanaya dengan nada

    sebagai berikut : [ C A G A Bb A G F ]. Motif A1 dapat dikatakan sebagai

    motif asli karena pada motif A1 berdiri sendiri dan berada diawal

    penulisan, jadi motif A1 tidak meniru/tidak mengalami pengulangan

    motif. Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 8. Pergerakan motif A1

  • Dasar untuk sebuah komposisi musik adalah persatuan/keutuhan

    lagu. Hal ini antara lain dicapai melalui ulangan motif pada saat dan

    dengan cara tertentu. Namun ulangan-ulangannya membawa serta

    bahaya bosan, maka dalam musik sebuah persatuan/ulangan harus

    diimbangi dengan pokok kedua yakni dengan pola variasi, hadirnya

    setidak-tidaknya dua motif yang berbeda/kontras menjamin kesegaran

    dalam sebuah lagu.

    b. Motif A2

    Gambar 9. Motif A2

    Motif A2 dapat digolongkan sebagai ulangan pada sekuens tingkat

    lain dari motif A1 dan mengalami pemerkecilan nilai nada. Jenis

    sekuensnya adalah sekuens naik yakni sebuah motif yang diulang pada

    tingkat nada yang lebih tinggi, diiringi dengan pemindahan kedudukan

    nada dan disesuaikan dengan tangga nada/harmoni lagu, sehingga satu

    atau beberapa interval mengalami perubahan. Meskipun demikian, motif

    asli dengan mudah dapat dikenal kembali. Sedangkan pemerkecilan nada

    dapat diartikan iramanya berubah (berkurang nilai nadanya).

    Gambar 10. Sekuens naik pada motif A2

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 11. Pergerakan motif A2

    c. Motif A3

    Gambar 12. Motif A3

    Motif A3 dapat digolongkan sekuens turun yakni sebuah motif

    yang A2 diulang pada motif A3 dengan tingkat nada yang lebih rendah

    sehingga satu atau beberapa interval mengalami perubahan. Meskipun

    demikian, motif asli dengan mudah dapat dikenal kembali.

    Gambar 13. Sekuens turun pada Motif A3

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 14. Pergerakan Motif A3

    d. Motif A4

    Gambar 15. Motif A4

    Motif A4 merupakan motif panjang karena melebihi dari 2 birama.

    Motif panjang terjadi karena beberapa motif berkaitan menjadi satu

    kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Motif panjang juga biasa disebut

    motif ekstrim. Motif A4 ini juga menutup kalimat tanya dengan perasaan

    menggantung terasa belum selesai.

    Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 16. Pergerakan Motif A4

  • e. Motif A1

    Gambar 17. Motif A1

    Motif A1 dapat dikatakan sebagai motif yang mengalami

    pemerkecilan nada (diminuation of the value) yakni nada-nada melodi asli

    tetap sama, namun irama nadanya dibagi dua sehingga tempo melodinya

    dipercepat, sedangkan hitungan/ketukannya tetap sama. Pada motif A1

    ini juga terdapat nada hiasan/ornament (satu atau beberapa nada yang

    memperindah suatu melodi) dengan jenis appogiatura yang memiliki arti

    nada yang terkena appogiatura tersebut diulang dengan nilai nada yang

    sama.

    Gambar 18. Sekuens dan ornamentasi pada Motif A1

    Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 19. Pergerakan motif A1

  • f. Motif A2

    Gambar 20. Motif A2

    Motif A2 merupakan ulangan harafiah dari motif A2. Ulangan

    harafiah ini maksudnya bersifat lebih-lebih sebagai ingatan kembali.

    Ulangan harafiah pada motif A2 ini juga bermaksud untuk menegaskan

    suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta.

    Gambar 21. Ulangan harafiah Motif A2

    Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 22. Pergerakan motif A2

    g. Motif A3

    Gambar 23. Motif A3

    Motif A3 dapat digolongkan sebagai ulangan pada tingkat lain

    (sekuens) dari motif A2 dan mengalami pemerkecilan nilai nada. Jenis

    sekuensnya adalah sekuens turun. Meskipun demikian, motif A3 dengan

    Motif A2 Motif A2

    Ulangan harafiah

  • mudah dapat dikenal kembali. Sedangkan pemerkecilan nada dapat

    diartikan iramanya berubah (berkurang nilai nadanya).

    Gambar 24. Sekuens Motif A3

    Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 25. Pergerakan motif A3

    h. Motif A4

    Gambar 26. Motif A4

    Bentuk motif A4 hampir sama dengan motif A4 yakni motif

    panjang karena melebihi dari 2 birama, adapun perbedaan yakni

    penggunaan triol pada birama 34.

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 27. Pergerakan motif A4

    i. Motif A5

    Gambar 28. Motif A5

    Pada motif A5 ini merupakan motif asli yang tidak ada bentuk

    pengulangannya pada motif sebelumnya. Motif A5 banyak menggunakan

    not 1/16 (not berbendera 2) dan sebagai pengakhir kalimat jawab pada

    bagian A. Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 29. Pergerakan motif A5

  • i. Melodi

    Berikut penjabaran pola melodi pada instrumen english horn yang

    pada dasarnya memiliki pergerakan yang sama pada bagian A.

    Gambar 30. Pola melodi bagian A

    Pada birama 30 terdapat lead in yang berfungsi sebagai penghantar

    sebelum memasuki melodi utama. Lead in terdapat pada instrumen

    violoncello. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

    Gambar 31. Lead In Violoncello pada bagian A

    ii. Irama atau Ritme

    Irama atau ritme pada dasarnya adalah suatu pola pengulangan

    tekanan dan pelepasan. Pergantian ritme nampak pada berlalunya waktu

    dalam musik berupa tempo. Ritme juga dapat digambarkan melalui

    pergantian nada dalam melodi seperti contoh sebagai berikut :

    Gambar 32. Penggalan melodi pada bagian A

    Gambar 33. Bentuk pola ritme yang dominan pada bagian A

  • Bunyi/nada/not yang sering digunakan pada notasi irama ada 2

    jenis yakni not (perempat ) dan 1/8 (perdelapan ). Adapun

    irama atau ritme yang berbeda karana panjangnya pola motif yaitu pada

    motif A4 dan A4 dengan perjalanan melodi yang juga berbeda sebagai

    berikut :

    Gambar 34. Penggalan melodi pada motif A4

    Gambar 35. Bentuk pola ritme pada motif A4

    1) Tempo

    Tempo pada bagian A adalah Grave (lambat, berat, tenang dan

    sopan = 40-44). Pada birama 19 tempo yang digunakan adalah = 43,

    selanjutnya pada birama 25 ketukan ke-2 mengalami Meno Moso

    (kecepatan berkurang, perintah/petunjuk untuk mengurangi kecepatan

    dengan hati-hati agar perubahan tempo tidak terlalu terlihat) menuju

    tempo = 42. Pada birama 26 diketukan ke-2 mengalami Meno Moso

    kembali menuju tempo = 41 hingga kalimat tanya pada bagian A

    selesai.

    Pada birama 27 mengalami accelerando/accel. (semakin cepat)

    menuju tempo = 42 sampai akhir motif A1. Selanjutnya pada motif A2

    mengalami perubahan tempo menjadi = 44 dan mengalami perubahan

    kembali pada motif A3 menjadi = 43 dan mengalami Meno Moso pada

    birama 33 pada ketukan ke 2. Pada birama 34 pada ketukan ke-3 ada

    tanda fermata (berhenti sejenak sesuai keinginan solois atau conductor)

    dan kembali mengalami accel. menuju bagian B.

  • Pada bagian A bahkan disetiap bagian terdapat beragam

    perubahan tempo dan banyaknya penggunaan Meno Moso, accel. dan rit.

    merupakan keinginan pencipta untuk menggambarkan ketegangan dan

    kelegaan pada setiap detail bagiannya.

    2) Metrum atau Sukat

    Pada bagian A sukat yang digunakan adah 4/4 dengan ketukan

    metrum mengikuti permainan dari solo melodi instrumen english horn.

    Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan dalam 1 birama yang

    bisa dirasakan melalui perjalanan melodi dan pergantian akord dalam 1

    birama. Pada lagu kanaya terdapat 4 ketuk dalam 1 biramanya dan not

    penuh dipecah menjadi 4 menjadi dalam setiap ketukannya.

    Gambar 36. Metrum/sukat pada bagian A

    iii. Chord Progression

    Chord progression (progresi akord) adalah gerak perubahan dari satu

    akord ke akord lainnya. Pada pembahasan ini bukan menggunakan

    harmoni karena pada dasarnya analisis harmoni bisa dilakukan apabila

    partitur/full score yang diteliti adalah partitur asli dari pencipta lagu

    Kanaya, namun sebaliknya karena apabila partitur yang dibuat oleh

    peneliti dengan mentode transkrip itu dianalisis, maka tingkat validitas

    datanya akan diragukan. Persoalan harmoni maka dialihkan pada

    pembahasan progresi akord karena didalam harmoni bahasan utamanya

    adalah akord (sejumlah nada/paling sedikit 3 nada yang dibunyikan

    secara bersama).

    1/8 +1/8 1/8 +1/8

    = 4/4

  • Progres akord bagian A secara modern dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 37. Progres akord pada bagian A

    iv. Dinamika

    Dinamika pada lagu Kanaya digunakan untuk menyatakan keras

    dan lembutnya permainan string orchestra yang berbentuk tanda dinamika

    sebagai penentu ketegangan dan kelegaan dalam menggambarkan sebuah

    pesan melalui lagu. Pada birama 21, string orchestra sebagai pengiring

    melodi dan pembawa suasana harmoni menggunakan tanda dinamik

    sangat lembut = Pp (pianissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi

    utama terlihat jelas. Sedangkan pada melodi utama menggunakan tanda

    dinamik sangat keras = Ff (fortissimo) dengan sangat ekspresif (expressivo)

    mengalun dan manis (dolce).

    Pada birama 22, 26 dan 29 mengalami tanda perubahan dinamik

    yaitu cresscendo = (semakin lama semakin keras) dan decrsescendo

    = (semakin lama semakin lembut) secara bersamaan dan puncak

    dari cresscendo pada ketukan ke-3 dan 4. Pada birama ke-32 mengalami

    cresscendo sehingga kesan yang timbul menjadi tegas dan mengalami

    decrsescendo sebelum memasuki bagian B.

  • 3. Bagian B

    Pada bagian B terdapat pada bar 36-40 dengan memiliki 4 motif

    (motif B1, B2 dan B1, B2) dan 2 frase (kalimat tanya dan kalimat jawab)

    membentuk 1 bagian yakni B. Sebelum memasuki birama 36, melodi pada

    violoncello sudah terlebih masuk pada birama 35 dengan posisi

    menggantung. Pada bagian ini instrumen english horn berhenti sementara

    (tacet) atau tidak memainkan nada apapun.

    Adapun penjelasan motif pada bagian B sebagai berikut :

    a. Motif B1

    Gambar 39. Motif B1

    Motif B1 merupakan motif asli dari bagian B yang terdapat pada

    instrumen violoncello dengan nada-nada sebagai berikut : [ F E F D E C ].

    Motif B1 dapat dikatakan sebagai motif asli karena pada motif B1 berdiri

    sendiri karena tidak meniru motif lain dan motif B1 merupakan motif

    pertama pada bagian B, jadi motif ini berdiri sendiri.

    Gambar 38. Bagian B lagu Kanaya

    4.

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 40. Pergerakan motif B1

    b. Motif B2

    Gambar 41. Motif B2

    Motif B2 dapat digolongkan sebagai motif ulangan yang

    mengalami pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus) yakni

    interval yang digunakan pada motif B2 berbeda dengan motif B1

    meskipun bentuk ulangannya sama. Permasalahan pada pemerkecilan

    interval hanya ditekankan pada perbedaan jarak interval namun dengan

    susunan melodi yang tetap sama dari motif B1. Motif B2 juga mengalami

    pemerkecilan nilai nada.

    Gambar 41. Motif B2

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 42. Pergerakan motif B2

    c. Motif B1

    Gambar 43. Motif B1

    Motif B1 merupakan ulangan harafiah dari motif B1, namun terjadi

    pemerbesaran nilai nada (augmentation of the value). Ulangan harafiah ini

    maksudnya bersifat lebih-lebih sebagai ingatan kembali. Ulangan harafiah

    pada motif B1 ini juga bermaksud untuk menegaskan suatu pesan yang

    ingin disampaikan oleh pencipta.

    Gambar 44. Pemerbesaran nilai nada pada Motif B1

    Motif B1

    Pemerbesaran nilai nada Motif B1

  • Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 45. Pergerakan motif B1

    d. Motif B2'

    Gambar 46. Motif B2

    Pada motif B2 ini merupakan motif asli yang tidak ada

    pengulangannya pada motif sebelumnya dan termasuk motif panjang

    karena melebihi dari 2 birama. Motif B2 banyak menggunakan not 1/16

    (not berbendera 2) dan sebagai pengakhir kalimat jawab pada bagian B.

    Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 47. Pergerakan motif B2

  • i. Melodi

    Berikut penjabaran pola melodi pada instrumen violoncello pada

    kalimat tanya yang hampir sama dengan pola kalimat jawab :

    Gambar 48. Pola melodi bagian B

    Adapun counter melody arah gerakan melodi yang saling

    berlawanan pada bagian B, terjadi pada instrumen violin 1 untuk

    memperkuat suasana dapat dilihat sebagai berikut :

    Gambar 49. Counter melodi pada violin 1 bagian B

    ii. Irama atau Ritme

    Irama atau ritme pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 50. Penggalan melodi pada bagian B

    4.

    Violin 1

    4.

    Gambar 51. Bentuk Ritme yang dominan pada bagian B

    4.

  • Nilai nada yang sering digunakan pada notasi irama ada 2 jenis

    yakni not 1/16 (perenambelas ) dan 3/16 (tiga perenambelas ).

    1) Tempo

    Tempo pada bagian B adalah Grave (lambat, berat, tenang dan

    sopan = 40-44). Pada birama 36 tempo yang digunakan adalah = 43,

    selanjutnya pada birama 40 mengalami riiardando/rit. hingga kalimat

    jawab pada bagian B selesai. Pada tempo bagian B kesan yang

    ditimbulkan adalah tegas dalam arti tetap dan konstan.

    2) Metrum atau Sukat

    Pada bagian B sukat yang digunakan tidak berubah yakni 4/4

    dengan ketukan metrum mengikuti permainan dari solo melodi

    instrumen violoncello. Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan

    dalam 1 birama violoncello yang bisa dirasakan melalui perjalanan melodi

    dan pergantian akord dalam 1 birama.

    Gambar 52. Metrum/sukat pada bagian B

    iii. Chord Progression

    Progresi akord pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 53. Progres akord bagian B

    = 4/4 3/8

  • iv. Dinamika

    Pada bagian B permainan string orchestra menjadi dominan. Pada

    instrumen violoncello menggunakan dinamika sangat keras = Ff

    (fortissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama terlihat jelas.

    Sedangkan pada pengiring melodi utama yakni violin 1, violin 2, viola

    dan contrabass menggunakan tanda dinamik keras = F (forte) dengan

    maksud untuk mempertegas kesan yang dibuat oleh melodi. Pada birama

    40 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu decrsescendo =

    (semakin lama semakin lembut) sehingga kesan yang timbul semula tegas

    menjadi lembut. Kesan yang dibangun pencipta adalah kerumitan cinta

    Kanaya yang mulai pasrah dalam keadaannya.

    4. Bagian A

    Penyebutan nama A pada bagian ini didasarkan pada bentuk

    pengulangan bagian yang hampir sama pada bagian A, adanya perbedaan

    pengembangan dalam bentuk variasi aransemen dan melodi terletak pada

    hamming (suara vokal seperti bunyi hemm). Hamming tersebut bersifat

    unison (satu suara) dan dinyanyikan oleh pemain string orchestra itu

    sendiri secara bersamaan (tutti). Bagian A terdapat pada birama 41-56

    dengan memiliki 11 motif dan 2 frase/kalimat (kalimat tanya dan kalimat

    jawab) membentuk 1 bagian yakni A. Sebelum memasuki birama 41,

    melodi sudah terlebih masuk pada birama 40 dengan posisi

    menggantung.

    Pada analisis motif bagian A dianggap sama dengan bagian A,

    maka tidak akan dilakukan analisis untuk tidak mengulangi perkejaan

    sebelumnya.Jika dilihat dari struktur dan pergerakan melodinya juga

    memiliki kemiripan. Untuk pembahasan pada bagian A dilihat dari

    keunikan counter melody pada instrumentasi english horn. Untuk dapat

    melihat kemiripan pola melodi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  • V

    Gambar 54. Kemiripan bagian A dan Bagian A

    Penggunaan nama motif didasarkan pada Bagian A :

  • i. Melodi

    Pada bagian ini, melodi utamanya menggunakan vokal hamming

    dengan unison dan dinyanyikan secara bersama-sama. Tingkat kerumitan

    disini adalah sambil memainkan instrumen biola masing-masing, player

    melafalkan hamming secara bersama-sama dengan pola ritme dan melodi

    yang sama. Dibutuhkan kekompakan dan keseimbangan antara otak

    kanan untuk membaca partitur dan otak kiri untuk menghafal nyanyian,

    sedikit kesalahan atau adanya perbedaan pola melodi yang dilafalkan

    oleh player maka akan mengurangi keindahan lagu tersebut. Adapun pola

    melodi pada umumnya yang dinyanyikan pada lagu Kanaya sebagai

    berikut :

    Gambar 55. Pola melodi pada bagian A

    Adapun lead in dari violoncello pada birama 42 berfungsi sebagai

    penghantar sebelum memasuki melodi utama. Lead in terdapat pada

    instrumen violoncello. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

    Gambar 56. Pola melodi pada bagian A

  • Instrumen english horn pada birama 41-47 berhenti sesuai dengan

    notasi yang ditulis (tacet), namun pada birama 48-54 english horn menjadi

    counter melody pada bagian ini.

    Gambar 71. Counter melody instrumen englis horn

    Gambar 57. Counter melody instrumen english horn

    ii. Irama atau Ritme

    Pola ritme yang sering digunakan dalam melodi tersebut dapat

    dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 58. Penggalan melodi pada bagian A

    Gambar 59. Bentuk Pola Ritme yang dominan pada bagian A

    1) Tempo

    Tempo pada bagian A adalah Grave (lambat, berat, tenang dan

    sopan = 40-44). Pada birama 41 tempo yang digunakan adalah = 43,

    selanjutnya pada birama 46 ketukan ke-2 mengalami riiardando/rit.

    (semakin melambat) menuju tempo = 41. Pada birama 49 diketukan ke-

    2 mengalami rit. menuju tempo = 40. Pada birama 53 mengalami

    perubahan kembali rit. menuju tempo = 39 dan ada tanda fermata =

    (berhenti sejenak sesuai keinginan solois atau conductor) dan kembali

    mengalami accel. menuju bagian B.

    Counter melody intrumen english horn

  • 2) Metrum atau Sukat

    Pada bagian A sukat yang digunakan adah 4/4 dengan ketukan

    metrum mengikuti permainan dari hamming. Penggunaan sukat dapat

    dilihat dari jumlah ketukan dalam 1 birama yang bisa dirasakan melalui

    perjalanan melodi dan pergantian akord dalam 1 birama.

    Gambar 60. Metrum/sukat pada bagian A

    iii. Chord Progression

    Progresi akord pada bagian A dapat sebagai berikut :

    Gambar 61. Progres akord pada bagian A

    iv. Dinamika

    Dinamika pada bagian A hampir sama dengan penempatan pada

    bagian A. Pada birama 41 string orchestra sebagai pengiring melodi dan

    pembawa suasana harmoni menggunakan tanda dinamik sangat lembut =

    Pp (pianissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama dari vokal

    hamming terlihat jelas dan counter melodi (melodi yang dimainkan secara

    bersamaan dengan melodi utama yang lebih menonjol) pada instrumen

    english horn dengan sangat ekspresif (expressivo) mengalun dan manis

    (dolce). sedangkan pada melodi utama menggunakan tanda dinamik keras

    = F (forte).

    1/8 +1/8 1/8 +1/8

    = 4/4

  • Pada birama 42 dan 49 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu

    cresscendo (semakin lama semakin keras) dan decrsescendo (semakin lama

    semakin lembut) secara bersamaan dan puncak dari cresscendo pada

    ketukan ke-3 dan 4. Pada birama ke-44 mengalami cresscendo dan pada

    birama 46 kembali mengalami decrsescendo sehingga kesan yang timbul

    menjadi tegas dan terdapat tekanan pada bagian 44-46. Begitu pula terjadi

    pada birama 52-53. Pada birama 55 string orchestra mengalami cresscendo

    untuk mencapai klimaks pada bagian B sedangkan vokal hamming dan

    english horn mengalami decrescendo.

    5. Bagian B

    Pada bagian B terdapat pada bar 56-65 dengan memiliki 8 motif

    diantaranya adalah motif B1, B2, B1, B2, B1.1, B2.2, B1.1, B2.2 dan

    4 phrase (frase/kalimat) diantaranya adalah 2 kalimat tanya dan 2 kalimat

    jawab membentuk 1 bagian yakni B. Melodi utama dimainkan oleh violin

    1. Sebelum memasuki birama 56, melodi pada violin 1 sudah terlebih

    masuk pada birama 55 dengan posisi menggantung. Pada bagian ini

    instrumen english horn sebagai counter melody sehingga terasa manis dan

    menimbulkan kelegaan hingga akhir lagu.

    Gambar 62. Bagian B

  • Bagian B dianggap penulis mirip dengan bagian B, maka penulis

    tidak melakukan analisis secara mendalam. Ditegaskan kembali bahwa

    pada tulisan ini, penamaan B juga didasarkan karena tanda ( )

    menandakan pengulangan/adanya kemirapan pada bagian lagu

    sebelumnya. Penggunaan nama motif didasarkan pada :

    Sedangkan violin 2 menjadi counter melody pada bagian B dapat

    dilihat pada gambar sebagai berikut :

    Gambar 63. Counter melody violin 2

    i. Irama atau Ritme

    Irama atau ritme pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 63. Bentuk Irama yang dominan pada bagian B

  • Nilai nada yang sering digunakan pada notasi irama ada 2 jenis

    yakni not 1/16 (perenambelas ) dan 1/32 (tigapuluhdua ).

    1) Tempo

    Tempo pada bagian B adalah Largo : lambat, lebar, dan luas ( 44-

    48). Pada birama 56 tempo yang digunakan adalah = 47, selanjutnya

    pada birama 59 mengalami riiardando/rit. menuju = 45, pada birama 63

    ketukan ke-2 mengalami riiardando/rit. hingga akhir lagu selesai. Pada

    tempo bagian B kesan yang ditimbulkan adalah tegas-lembut dalam arti

    tetap dan konstan.

    2) Metrum atau Sukat

    Pada bagian B sukat yang digunakan tidak berubah yakni 4/4

    dengan ketukan metrum mengikuti permainan dari solo melodi

    instrumen violin 1. Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan

    dalam 1 birama violin 1 yang bisa dirasakan melalui perjalanan melodi

    dan pergantian akord dalam 1 birama.

    Gambar 64. Metrum/sukat pada bagian B

    ii. Chord Progression

    Progresi akord pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Gambar 91. Progres Akord pada bagian B

    = 4/4 3/8

  • iii. Dinamika

    Pada bagian B permainan string orchestra menjadi dominan. Pada

    instrumen violin 1 menggunakan tanda dinamika sangat keras = Ff

    (fortissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama terlihat jelas.

    Sedangkan pada pengiring melodi utama yakni violin 2, viola, violoncello

    dan contrabass menggunakan tanda dinamik keras = F (forte) dengan

    maksud untuk mempertegas kesan yang dibuat oleh melodi. Pada bagian

    B terdapat counter melody yang dimainkan oleh violin 2 dan ada juga

    penebelan melodi utama oleh english horn dengan tanda dinamika Ff

    dimulai pada birama 58-65.

    Pada birama 64 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu

    crsescendo = (semakin lama semakin keras) dan pada birama 65

    mengalami tanda perubahan dinamik yaitu decrsescendo = (semakin lama

    semakin lembut) sehingga kesan yang timbul semula tegas menjadi

    lembut. Kesan yang dibangun pencipta adalah akhir kisah Kanaya dengan

    Kara yang menemukan cinta sejatinya.

  • KESIMPULAN

    Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa lagu

    Kanaya memiliki bentuk lagu dua bagian, yakni lagu dengan dua

    kalimat/periode yang berlainan. Pada lagu Kanaya ini terdapat 2 bagian

    dengan pengulangan yang sama namun memiliki perbedaan variasi.

    Dapat dijabarkan sebagai berikut :

    [ A (ax) B (by) | A (ax) B (by by) ]

    Keterangan :

    A = menunjukkan bagian 1

    B = menunjukkan bagian 2

    A = menunjukkan pengulangan bagian 1 dengan variasi

    B = menunjukkan pengulangan bagian 2 dengan variasi

    a = pertanyaan kalimat A

    x = jawaban kalimat A

    b = pertanyaan kalimat B

    y = jawaban kalimat B

    a = pertanyaan kalimat A

    x = jawaban kalimat A

    b = pertanyaan kalimat B

    y = jawaban kalimat B

    Bagian 1 Pengulangan Bagian 2