analisis alokasi anggaran di sektor pendidikan dan
TRANSCRIPT
i
ANALISIS ALOKASI ANGGARAN DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN PADA APBD KABUPATEN BOYOLALI
PERIODE 2007-2014
Oleh:
FEBRINA AYU CANDRA DEWI
NIM: 232010207
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Belajarlah dari masa lalumu, hiduplah hari ini dalam kesyukuran, agar esokmu
dicemerlangkan seindah doamu.
(Mario Teguh)
vii
ABSTRACT
This study aims to determine how the budget allocations for education, health
allocations Kabupaten Boyolali in the 2007-2014 period and its relation to the Human
Development Index (HDI). This study uses the data of the education budget and health
budget as well as data HDI with the time period 2007-2014. Based on the data obtained and
the results of interviews, budget allocation for education and health budgets are not yet fully
in accordance with the Act which states that the education budget allocation of at least 20
percent of state and local budgets and for the allocation of health budget 5 percent of the
state budget and 10 percent of the budget. While the relation to the HDI, the proportion of
education and health budgets are not too related to the increase in the data HDI.
Keywords: education budget, health budget, human development index (HDI)
viii
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana alokasi anggaran
pendidikan, alokasi kesehatan Kabupaten Boyolali periode 2007-2014 dan kaitannya
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penelitian ini menggunakan data
realisasi anggaran pendidikan dan kesehatan serta data IPM dengan periode waktu
2007-2014. Berdasarkan dari data yang diperoleh dan dari hasil wawancara, alokasi
anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan belum sepenuhnya sesuai dengan UU
yang menyebutkan bahwa alokasi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20
persen dari APBN dan APBD, dan untuk alokasi anggaran kesehatan 5 persen dari
APBN dan 10 persen dari APBD. Sedangkan kaitannya dengan IPM, proporsi
anggaran pendidikan dan kesehatan tidak terlalu berkaitan dengan kenaikan data IPM.
Kata kunci : Anggaran pendidikan, Anggaran kesehatan, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT untuk segala rahmat, berkat dan nikmat yang
selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga kertas dengan judul “Analisis Alokasi
Anggaran di Sektor Pendidikan dan Keseatan pada APBD Kabupaten Boyolali Tahun
Anggaran 2007-2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Kertas kerja ini disusun
guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana di Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sangat membantu. Penulis berharap
semoga Allah SWT senantiasa menjaga pihak-pihak yang telah membantu penulis
tersebut. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan bahan dan sumber.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati agar skripsi
ini lebih bermanfaat.
Salatiga, Juni 2015
Penulis
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahhirobbilalamin, segala syukur tidak berhenti terucap kepada kehairat Allah
SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat-Nya. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta
membantu dalam menyelesaikannya. Terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah mengabulkan doa-doa saya sehingga tugas akhir ini selesai,
karena hanya kepada-Nya saya meminta.
2. Bapak, ibu dan kakak yang tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung baik
mora maupun materiil dalam menyelesaikan penulisan kertas kerja ini.
3. Ibu Birgitta Dian Saraswati, SE, Msi dan Bapak Hans Hananto Andreas, SE, Msi
yang sabar membimbing saya, memberi motivasi, arahan dan nasehat dalam
mengerjakan tugas akhir ini supaya cepat selesai.
4. Ibu Syah Budiningsih, SH, MM yang telah menjadi narasumber saya dan dengan
sabar menjawab semua pertanyaan dari saya.
5. Sahabat-sahabat tercinta saya Ika, Ayuk, Mugi, Diana, Nurma yang selalu memberi
semangat dan menghibur saya ketika sedang terpuruk.
6. Yang tersayang Idris Indrapraja yang selalu setia mendampingi saya dalam keadaan
apapun.
7. Semua teman-teman angkatan 2010 yang sebagian besar sudah lulus.
8. Semua teman kos Kemiri Barat yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk
menyelesaikan kertas kerja ini.
Salatiga, Juni 2015
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
Halaman Pengesahan ................................................................................................................. iii
Motto ...........................................................................................................................................iv
Abstract ....................................................................................................................................... v
Saripati .........................................................................................................................................vi
Kata Pengantar .......................................................................................................................... vii
Ucapan Terimakasih ................................................................................................................. viii
Daftar Isi ...................................................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................................................ x
Daftar Gambar ............................................................................................................................ xi
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 5
TELAAH KONSEP .................................................................................................................... 6
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) .................................................... 6
Keuangan Daerah ........................................................................................................... 6
Struktur APBD ............................................................................................................... 7
Prioritas Daerah .............................................................................................................. 8
Kebijakan Alokasi Anggaran ....................................................................................... 11
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ......................................................................... 11
METODA PENELITIAN ........................................................................................................ 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 13
SIMPULAN .............................................................................................................................. 23
IMPLIKASI KEBIJAKAN ...................................................................................................... 24
KETERBATASAN DAN SARAN ......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 26
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. HDI/IPM menurut Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah Tahun 2011............4
Tabel 2. Alokasi Anggaran Belanja Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun
2007-2014..............................................................................................................14
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Dana Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2010-2014..............................................................................................15
Gambar 2. Perkembangan Jumlah IPM Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014...............23
1
Analisis Alokasi Anggaran di Sektor Pendidikan dan Kesehatan
pada APBD Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014
PENDAHULUAN
Saat ini yang menjadi tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memberikan pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Pemerintah wajib membiayai
dan memberikan anggaran kepada anak bangsa dalam bidang pendidikan dan kesehatan agar
bangsa kita menuju yang lebih baik lagi.
Pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan merupakan contoh pelayanan publik
yang menjadi urusan wajib bagi pemerintah daerah. Saat ini banyak bantuan atau kompensasi
yang diberikan di sektor pendidikan dan kesehatan, seperti dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah) untuk sektor pendidikan SD/SMP dan yang baru-baru ini pemerintah mengadakan
program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) di sektor kesehatan.
Di era otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, pemberian hak otonomi daerah
kepada pemerintah daerah untuk menentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Hal ini berarti daerah diberi
kewenangan penuh dalam menentukan prioritas anggarannya. Karena daerah sendirilah yang
paling tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerahnya. Anggaran pendapatan dan
belanja daerah yang dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan keuangan pemerintah daerah
merupakan salah satu pemicu pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Kemampuan daerah
dalam mengelola keuangan dituangkan dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung
mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat.
Penyusunan APBD diharapkan berpihak kepada kepentingan masyarakat sebagai
upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kepentingan masyarakat di
sini menyangkut segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan masyarakat secara umum
2
baik secara fisik maupun non fisik seperti fasilitas dan pelayanan di bidang pendidikan,
kesehatan, sosial, kependudukan, transportasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu untuk
mengetahui keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyat dapat dinilai dari seberapa besar
anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan rakyat (Widianingsih, 2011). Alokasi dana
untuk pelayanan publik yang dibedakan menjadi dua yaitu pertama pelayanan dasar yang
meliputi kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok masyarakat, kedua pelayanan umum
(Maria dkk, 2011).
Pada sektor pendidikan, alokasi anggaran pendidikan yang tercantum pada UU RI No.
20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan
yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal
20 persen dari APBD. Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat Kabupaten/Kota yang sudah
mencapai target yang diberikan pemerintah seperti Kabupaten Karawang, alokasi dari
Anggaran Pendidikan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karawang untuk bidang
pendidikan sudah mencapai 35 persen. Dengan kata lain Kabupaten Karawang sudah
melebihi minimal anggaran yang disebutkan dalam UU. Selain itu, terdapat juga
Kabupaten/Kota yang belum mencapai target anggaran yang diberikan Pemerintah, seperti
Kabupaten Sukoharjo porsi belanja pendidikan (diluar gaji pegawai sesuai UU No. 20 Tahun
2003) tidak lebih dari 10 persen dari 3 tahun terakhir. Terlihat pada tahun 2009 telah terjadi
penurunan penyerapan yang semula 9,84 persen ditahun 2008 menjadi 5,29 persen.
Kemudian mengalami kenaikan penyerapan lagi pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,19 persen
(Semminar Nasional UMS, 2014). Untuk Kabupaten Boyolali sendiri juga belum mencapai
target yang diamanahkan dalam UU RI.
Sistem pendidikan kita belum mampu memberikan pelayanan yang maksimal bagi
seluruh masyarakat Indonesia, karena biaya pendidikan yang masil mahal, kualitas
3
pendidikan yang masih rendah, sarana dan prasarana yang belum terpenuhi secara merata,
lemahnya manajemen pendidikan dan masih adanya korupsi di bidang pendidikan serta
jauhnya kesenjangan antara daerah perkotaan dengan daerah pinggiran atau terpencil. Hal ini
diperparah dengan kemampuan ekonomi masyarakat yang masih banyak dibawah garis
kemiskinan, kultur setempat yang masih belum memahami akan pentingnya pendidikan bagi
generasi penerus. Dengan keadaan yang demikian alokasi dana pendidikan sebesar 20 persen
termasuk gaji pendidik dari APBN/APBD sangatlah tidak mencukupi apabila kita benar-
benar ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. Jika pemerintah ingin mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa seperti dalam pembukaan UUD
1945, maka pemerintah harus konsisten dalam kebijakan Pendidikan, anggaran 20 persen dari
APBN/APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik, artinya gaji untuk
guru tidak termasuk dalam anggaran yang 20 persen tersebut. Pemerintah juga harus mampu
menyediakan fasilitas memadai dan akses yang merata dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat. Serta mengatur proses pendidikan melalui regulasi dan kebijakan yang
mendukung pembangunan nasional.
Keberpihakan Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap kepentingan kesejahteraan
masyarakat dengan jalan memberikan alokasi dana pendidikan dan kesehatan pada akhirnya
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pembangunan masyarakat yang salah
satunya tercermin dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten, berikut adalah
tabel IPM kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah:
4
Tabel 1
HDI/IPM Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
No Kabupaten/ Kota
Angka
Harapan
Hidup
(Tahun)
Angka Melek
Huruf (persen)
Rata-Rata
Lama Sekolah
(Tahun)
Pengeluaran
Per Kapita
Disesuaikan
IPM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
JAWA TENGAH 71.55 90.34 7.29 640.41 72.94
1 Kota Surakarta 72.25 96.71 10.34 655.77 78.18
2 Kota Semarang 72.18 96.47 10.11 649.21 77.42
3 Kota Magelang 70.28 97.29 10.22 651.91 76.83 4 Kota Salatiga 71.14 96.52 9.97 650.39 76.83
5 Kota Pekalongan 70.48 95.93 8.69 644.01 74.9
6 Temanggung 72.66 95.96 7.09 638.07 74.47
7 Semarang 72.54 93.67 7.87 637.71 74.45
8 Kota Tegal 68.93 94.9 8.27 653.11 74.2
9 Klaten 71.67 89.92 8.28 646.39 74.1
10 Sukoharjo 70.29 90.72 8.52 649.96 73.97
11 Karanganyar 72.28 88.9 7.41 649.7 73.82
12 Pati 72.89 87.59 6.98 648.77 73.49
13 Kudus 69.68 93.73 8.12 639.98 73.24
14 Jepara 70.99 93.15 7.52 636.45 73.12 15 Demak 71.59 92.53 7.6 632.87 73.09
16 Banyumas 69.78 94.06 7.76 638.27 72.96
17 Purworejo 70.78 91.74 7.84 636.29 72.91
18 Magelang 70.18 93.29 7.33 638.16 72.69
19 Purbalingga 70.44 93.5 7.21 634.44 72.5
20 Rembang 70.23 91.36 6.89 644.43 72.45
21 Cilacap 71.12 91.48 6.86 636.62 72.34
22 Wonogiri 72.35 83.5 6.35 649.51 71.86
23 Pekalongan 69.28 92.08 6.7 643.53 71.86
24 Kebumen 69.37 91.53 6.92 639.16 71.62
25 Sragen 72.75 84.41 7.02 630.61 71.33
26 Grobogan 69.89 90.41 6.81 635.15 71.27
27 Boyolali 70.43 87.96 7.42 632.19 71.25
28 Blora 71.41 85.06 6.45 642.83 71.25
29 Tegal 69.08 89.47 6.6 643.48 71.09
30 Wonosobo 70.23 91.16 6.55 630.41 71.06
31 Batang 70.34 89.9 6.72 631.55 71.06
32 Kendal 68.77 89.31 6.93 639.78 70.85
33 Banjarnegara 69.2 88.48 6.34 638.79 70.39 34 Pemalang 67.9 90.79 6.51 637.71 70.22
35 Brebes 67.96 86.15 5.72 637.29 68.61
Sumber: Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012
Dari Tabel 1 terlihat bahwa IPM kabupaten Boyolali menduduki urutan ke-27 dan
termasuk urutan bawah dalam kategori Kab/Kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
Kondisi rendahnya IPM Kabupaten Boyolali tersebut apakah terdapat kaitannya dengan
alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
5
kabupaten Boyolali. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana trend
anggaran pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Boyolali.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan masalah yaitu a) bagaimana
alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan pada APBD kabupaten Boyolali tahun 2007-
2014, b) apakah kaitannya anggaran tersebut dengan rendahnya nilai IPM kabupaten
Boyolali.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alokasi
anggaran pendidikan dan kesehatan pada APBD kabupaten Boyolali tahun 2007-2014 dan
apakah kaitannya dengan rendahnya nilai IPM kabupaten Boyolali.
6
TELAAH KONSEP
A. APBN
Dalam UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pendapatan
Negara adalah hak Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih
yang terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak, dan
penerimaan hibah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN,
perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan
Undang-Undang (Ulfa, 2012). Struktur APBN terdiri dari pendapatan Negara dan hibah,
belanja Negara, keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan.
B. Keuangan Daerah
Menurut Sodiq (Mamesah, 1997) secara teoritis, yang dimaksud dengan keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat di nilai baik berupa uang maupun
barang yang dapat di nilai baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau di kuasai oleh Negara atau daerah yang
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan atau peraturan perundangundangan
yang berlaku. Keuangan daerah juga diartikan sebagai suatu hak dan kewajiban yang
dapat di nilai dengan uang demikian pula sesuatu baik berupa uang maupun barang yang
menjadi kekayaan daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut dalam batas wewenang daerah (Ichsan dkk, 1997).
7
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai sarana utama di bidang keuangan adalah
adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang oleh Mamesah (1995) di
definisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang di satu pihak
menggambarkan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek dalam satu tahun anggaran tertentu dan pihak lain menggambarkan
perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi
pengelauran-pengeluaran yang dimaksud. Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1974
pasal 64 (2) tentang pokok-pokok Pemerintah Daerah APBD didefinisikan sebagai
rencana oprasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan
perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-
proyek daerah dalam waktu satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan penerimaan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud (Widianingsih, 2011).
Dalam UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan daerah dijelaskan
bahwa APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui
oleh Dewa Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dari
ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APBD merupakan rencana anggaran
pemerintah daerah dalam periode satu tahun, yang berisi mengenai perkiraan pengeluaran
dan penerimaan anggaran untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan. Tahun anggaran APBD
sama dengan tahun anggaran APBN yang mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31
Desember tahun bersangkutan. Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan
keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut (Pinto, 2011).
C. Struktur APBD
1. Anggaran pendapatan daerah, terdiri atas:
8
o Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.
o Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus.
o Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja daerah, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah. Meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung.
3. Pembiayaan daerah, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
D. Prioritas Daerah
Tahun 2011 adalah tahun pertama dari RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun
2010-2015. Oleh karena itu, prioritas dari sasaran pembangunan daerah tahun 2011
tertuju pada pencapaian visi dan misi daerah, utamanya yang menyangkut masalah
penanggulangan kemiskinan; peningkatan kualitas pendidikan; peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan; penanganan pengangguran; revitalisasi pertanian, peternakan
dan kehutanan; rehabilitasi infrastuktur; dan pengelolaan sumber daya alam yang
bertangung jawab dan berkelanjutan. Dalam tahun anggaran 2010, prioritas kabupaten
Boyolali adalah bidang pendidikan dan bidang kesehatan.
1. Kesehatan
Sumber Pendanaan Kesehatan dapat dibagi menjadi tiga bagian, antara
lain:
a. Dana Pemerintah Pusat, terdiri atas Dana Kementerian (dana program
kemenkes), Dana Dekonsentrasi (ke Propinsi) dan Tugas Pembantuan
9
(ke Kab/Kota), Bantuan Operasional Kesehatan, JAMKESMAS dan
JAMPERSAL.
b. Dana Pemerintah Propinsi, terdiri atas Dana APBD Propinsi (DAU
Propinsi), Bantuan Gubernur.
c. Dana Pemerintah Kabupaten Kota, terdiri atas Dana APBD
Kabupaten/Kota (PAD), Dana Perimbangan (DAU, DAK, dan Dana
Bagi Hasil).
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh
karena itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi
Undang-Undang Dasar. Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat
yang sejahtera (welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat
kesehatan memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu,
tingkat kemiskinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena
kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak
diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama
pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah harus dapat
menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan memberikan
pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, dan berkualitas
(Widodo dkk, 2011).
2. Pendidikan
Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu bentuk
investasi sumber daya manusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu komponen utama
10
dalam lingkaran setan kemiskinan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan pendidikan masyarakat yang
paling elementer adalah pendidikan dasar, yang oleh pemerintah diterjemahkan
dalam program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pemerintah hendak menjamin
bahwa semua anak dapat bersekolah, sehingga diperlukan alokasi anggaran
pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan anggaran tersebut amanat amandemen
UUD 1945 telah mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20
persen dari total anggaran (Widodo dkk, 2011).
Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan secara
umum masih besar. Hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja APBN yang
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yang tervermin dari besarnya belanja
pemerintah pusat. Dari tahun ke tahun alokasi dana perimbangan terus meningkat,
baik secara absolut maupun proporsinya. Sebelum otonomi daerah (TA
1999/2000), proporsi dana perimbangan yang diterima pemda (provinsi dan
kabupaten/kota) adalah 12,9 persen dari total belanja APBN, kemudian setelah
otonomi daerah meningkat tajam menjadi 29,0 persen dari total APBN TA 2003.
Angka ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang dikelola pemda makin besar
sejalan dengan bertambahnya kewenangan daerah. Namun demikian, data juga
menunjukkan bahwa sekitar 71,0 persen belanja APBN saat ini masih dikelola
oleh pemerintah pusat. Keadaan ini merupakan indikasi bahwa pemerintah pusat
masih akan tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan
pada umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan bermutu di
Indonesia (Toyamah dkk, 2004).
11
E. Kebijakan Alokasi Anggaran
Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan
terus dilakukan. Hal ini terlihat dari peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yaitu
untuk alokasi anggaran pendidikan harus sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan yang
menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20 persen dari APBD, sedangkan untuk alokasi anggaran kesehatan harus
sesuai dengan UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa minimal
alokasi anggaran kesehatan 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD di luar gaji
pegawai.
F. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut Priyo Adi (UNDP, 1996) IPM adalah indeks komposit untuk
mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih
berkualitas baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. IPM juga
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,
negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini dikembangkan pada tahun
1990 oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq seorang ekonom
dari pakistan yang dibantu oleh Gustav Ranis. Komponen IPM secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut (UNDP : 2004):
(1) Angka Harapan Hidup adalah indikator yang mengukur longevity
(panjang umur) dari seseorang di suatu wilayah atau negara. Longevity ini
bukan hanya upaya perorangan tetapi merupakan upaya masyarakat secara
keseluruhan untuk menggunakan sumber daya yang ada sehingga dapat
12
memperpanjang hidupnya. Dapat dikatakan seseorang akan bertahan hidup
lebih panjang apabila selalu sehat, atau jika menderita sakit secepatnya
dapat berobat untuk membantu mempercepat kesembuhannya.
(2) Melek Huruf dan Lama Sekolah adalah indikator yang mengukur tingkat
pendidikan penduduk dengan melihat seberapa jauh masyarakat di wilayah
tersebut memanfaatkan sumber daya yang ada dalam upaya meningkatkan
kecerdasan warganya. Indikator Melek Huruf diperoleh dari variabel
kemampuan membaca dan menulis dan Indikator Lama Sekolah dihitung
dari partisipasi sekolah, tingkat kelas yang sedang/pernah dijalani serta
pendidikan tinggi yang ditamatkan.
(3) Paritas Daya Beli adalah indikator yang mengukur tentang besarnya daya
beli masyarakat di suatu wilayah atau negara. Dengan menggunakan
indikator konsumsi riil yang disesuaikan. Sebagai catatan bahwa untuk
UNDP dalam mengukur komponen digunakan indikator PDB per kapita.
METODA PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa terbitan-
terbitan yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Boyolali, berupa data pengeluaran
pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan yang diukur dari data realisasi APBD
Kabupaten/Kota di sektor pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Boyolali, dalam jutaan
Rupiah tahun 2008-2012, data IPM yang diperoleh dari provinsi Jawa Tengah dalam bentuk
angka. Selain itu juga menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui
serangkaian kegiatan wawancara, dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer yaitu
hasil wawancara kepada pegawai bagian akuntansi Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali. Untuk memperoleh data yang
memadai sebagai cross cheks, peneliti melakukan wawancara kepada petugas di Kantor
13
DPPKAD yang terlibat dan bertanggungjawab terhadap alokasi dana kesehatan dan
pendidikan. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif deskriptif.
Tahapan analisis data yang dilakukan adalah yang pertama pencarian data alokasi
anggaran kabupaten Boyolali, selanjutnya setelah data diperoleh, dilakukan olah data untuk
mengetahui proporsi alokasi anggaran, lalu dicari mana yang naik/turun, setelah mengetahui
proporsi alokasi anggarannya, maka selanjutnya dilakukan konfirmasi kepada petugas kantor
DPPKAD kabupaten Boyolali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa dari laporan RPJMD yang di dapat, pada tahun 2010-2015 yang
menjadi prioritas urusan pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu (1) Pendidikan, (2) Kesehatan,
(3) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (4) Keluarga Berencana (KB) dan
Keluarga Sejahtera (KS), (5) Pemuda dan olahraga, (6) Perpustakaan. Hal ini berpedoman
pada visi misi Bupati Kabupaten Boyolali, yaitu Kabupaten Boyolali yang lebih sejahtera,
berdaya saing dan pro investasi. Kebijakan umum anggaran meliputi:
1. Menjaga agar keuangan daerah pada akhir tahun mempunyai SiLPA minimal 1bulan
pembayaran gaji pegawai sebagai antisipasi terlambatnya droping dana alokasi umum
di awal tahun anggaran.
2. Mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja secara terpadu sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Dari prioritas tersebut dapat di lihat bahwa pendidikan dan kesehatan termasuk menjadi
prioritas pemerintah Kabupaten Boyolali. Hal tersebut terjadi karena untuk dapat terus
meningkatkan IPM Kabupaten Boyolali supaya terus mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Berikut alokasi anggaran belanja pendidikan dan kesehatan selama tahun 2007-
2014:
14
Tabel 2
Alokasi Anggaran Belanja Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2007-2014
dalam jutaan rupiah
Porsi
Tahun Pendidikan Kesehatan Lain-lain total belanja pendidikan kesehatan
Lain-
l
a
i
n
total IPM
2007 313.612,80 61.309,46 318.192,54 693.114,80 45% 9% 46% 100% 69,70
2008 356.556,18 78.691,77 353.677,05 788.925,00 45% 10% 45% 100% 69,98
2009 450.651,30 93.434,03 336.000,67 880.086,00 51% 11% 38% 100% 70,44
2010 487.310,17 102.928,06 374.352,06 964.590,28 51% 11% 38% 100% 70,72
2011 619.179,69 119.390,09 363.279,22 1.101.849,00 56% 11% 33% 100% 71,25
2012 623.532,69 166.289,03 479.405,28 1.269.227,00 49% 13% 38% 100% 71,50
2013 676.190,89 174.225,83 572.473,28 1.422.890,00 48% 12% 40% 100% 71,88
2014 756.888,86 213.124,44 654.287,61 1.624.300,91 47% 13% 40% 100%
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id, www.bps.go.id.
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa porsi anggaran pendidikan lebih besar daripada
anggaran kesehatan, hal ini terjadi karena sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana pendidikan yang menyatakan bahwa
dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD, sedangkan
dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa minimal alokasi
anggaran kesehatan 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD di luar gaji pegawai.
Selain itu, jika di lihat porsi anggaran pendidikan, anggaran kesehatan dan anggaran
lain mengalami kenaikan dan penurunan, sedangkan besarnya IPM sendiri justru mengalami
kenaikan setiap tahunnya walaupun tidak terlalu banyak. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa IPM kabupaten boyolali tidak selalu dipengaruhi oleh anggaran pendidikan.
Selain terdapat anggaran pendidikan dan kesehatan, juga terdapat anggaran lain-lain
yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,
perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertahanan, kependudukan dan
15
catatan sipil, pemberdayaan perempuan, KB dan KS, sosial, tenaga kerja, koperasi dan usaha
kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olah raga, kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri, pemerintahan umum, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,
kearsipan, komunikasi dan informatika, ketahanan pangan, pertanian, kehutanan, energi dan
sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan
transmigrasi. Berdasarkan data di atas, berikut adalah perkembangan dana anggaran
pendidikan dan kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2010-2014:
Gambar 1
Perkembangan Dana Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2007-2014
1. PENDIDIKAN
Fungsi Pendidikan meliputi urusan Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga.
Pembangunan pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan
bangsa. Komitmen pemerintah untuk memenuhi anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja termasuk di dalamnya gaji
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
pro
sen
tase
pro
po
rsi
porsi anggaran pendidikan dan kesehatan
kesehatan
pendidikan
lain-lain
16
guru dan pegawai. Dilihat dari gambar di atas, berikut adalah kondisi anggaran
pendidikan Kabupaten Boyolali pada periode 2007-2014:
a. Tahun 2007-2008
Pada periode 2007-2008, dapat dilihat dari proporsinya bahwa
anggaran pendidikan cenderung tetap, namun jika dilihat dari anggarannya
tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi karena pada tahun
tersebut dimulainya program sertifikasi tenaga pendidik, sehingga
berpengaruh pada pengeluaran anggaran yang meningkat (Budiningsih,
2015).
b. Tahun 2008-2009
Pada tahun ini, dapat dilihat dari proporsinya bahwa alokasi anggaran
pendidikan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 6
persen dan dilihat dari anggarannya sendiri juga mengalami kenaikan.
Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut
gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengalami kenaikan sebesar 20 persen.
Kenaikan gaji PNS berpengaruh terhadap kenaikan alokasi anggaran
pendidikan karena dalam alokasi anggaran pendidikan tersebut di
dalamnya termasuk gaji pegawai, jadi ketika gaji pegawai mengalami
kenaikan maka pengeluaran anggaran juga semakin meningkat.
c. Tahun 2009-2010
Pada tahun ini, dapat dilihat bahwa alokasi anggaran pendidikan jika
dilihat dari proporsinya cenderung tetap, namun jika dilihat dari nominal
anggarannya mengalami kenaikan. Menurut hasil wawancara, hal ini
disebabkan karena semenjak adanya program sertifikasi tenaga pendidik,
para guru lebih gencar mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, workshop,
17
seminar. Kegiatan tersebut berpengaruh terhadap alokasi anggaran karena
biaya-biaya yang dibutuhkan ketika mengikuti kegiatan tersebut diambil
dari anggaran pendidikan, sehingga terjadi peningkatan pengeluaran
anggaran.
d. Tahun 2010-2011
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa anggaran
pendidikan dari tahun 2010-2011 terjadi peningkatan pengeluaran yang
cukup signifikan yaitu sebesar 5 persen. Menurut hasil wawancara hal
tersebut disebabkan karena pada tahun 2011 gaji Pegawai Negeri Sipil
(PNS) naik sebesar 15 persen terhitung dari Januari 2011. Seperti yang
sudah dijelaskan bahwa ketika gaji pegawai naik, maka pengeluaran
anggaran juga mengalami kenaikan karena dalam alokasi anggaran
pendidikan di dalamnya terdapat juga alokasi untuk gaji pegawai. Pada
tahun tersebut juga pemerintah Kabupaten Boyolali mendapatkan
penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), predikat WTP merupakan
ranking tertinggi dari hasil audit BPK-RI. Predikat itu diberikan karena
laporan keuangan APBD Kabupaten Boyolali Tahun 2012 sudah lengkap.
Dokumen dan bukti-bukti transaksi keuangan juga dinyatakan lengkap.
Selain itu, laporan keuangan telah disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintah. Sehingga mendapatkan alokasi dana dari Pemerintah pusat
yang ditransfer menjadi Dana Alokasi Daerah. Dan alokasi dana tersebut
dialokasikan pada bagian pendidikan dan kesehatan.
e. Tahun 2011-2012
Sedangkan pada tahun selanjutnya jika dilihat dari proporsinya
mengalami penurunan pengeluaran, namun jika dilihat dari besarnya
18
anggaran tetap mengalami peningkatan, hanya saja tidak terlalu signifikan.
Menurut hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena meningkatnya
perluasan akses pendidikan dalam masyarakat, seperti diperbanyaknya
sekolah-sekolah PAUD/TK/TPA. Hal tersebut menyebabkan
meningkatnya pengeluaran anggaran pendidikan.
f. Tahun 2012-2014
Pada dua tahun terakhir juga mengalami penurunan alokasi anggaran
pendidikan, alasannya sama seperti tahun sebelumnya. Sehingga sisa dari
anggaran belanja tersebut akan dijadikan sebagai SiLPA dan dapat
mengoptimalkan kebijakan SiLPA yang dapat digunakan untuk
mendukung pendidikan anak agar mencapai target yang telah ditentukan,
program pendidikan sekolah seperti untuk menambah jam pelajaran, untuk
mendukung biaya sekolah anak yang tidak mampu, seperti dana BOS,
karena sebagian besar belanja pendidikan kabupaten Boyolali digunakan
untuk penyelengaraan dana BOS tersebut (Budiningsih, 2015).
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dimaksudkan menjalankan
kewajiban Pemerintah dalam memenuhi hak dasar warga Negara yang
bertujuan untuk: Menyediakan dan memfasilitasi layanan pendidikan
kepada setiap warga negara untuk dapat menerima layanan pendidikan
sesuai dengan hak-hak yang dimilikinya, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sehingga mampu menjadi insan yang mandiri, memiliki
kompetensi dan berdaya saing, melaksanakan salah satu urusan wajib
Pemerintah Kabupaten yang mengarah kepada good governance dan clean
governance melalui peningkatan kualitas tata kelola, akuntabilitas dan
pencitraan publik penyelenggaraan pendidikan. Selain bantuan dana BOS,
19
masih terdapat beberapa program pelayanan pendidikan yang
dilaksanakan, seperti: Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan
Menengah, Program Pendidikan Non Formal, Program Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan, Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Peningkatan akses
pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien menuju
terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi
pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang
pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan
kemampuan: 1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan 2)
menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Ternyata dari semua periode waktu, dapat dilihat bahwa anggaran pendidikan
kisarannya di atas 20 persen semua. Yang perlu diperhatikan adalah porsi tersebut
tidak hanya dana pendidikan yang langsung ditujukan ke siswa untuk peningkatan
mutu saja, tapi di dalamnya juga meliputi gaji guru dan pegawai, pendidikan yang
diurus kementerian atau lembaga lain, seperti Kementerian Agama, Sekolah Tinggi
Akutansi Negara (STAN), dan Sekolah Tinggi Statistik. Tapi apabila di lihat dari
kenyataan, masih kurang dari 20 persen. Sebagai contoh, pada tahun 2008, urusan
wajib pendidikan pada Dinas Pendidikan bahwa alokasi anggaran pendidikan dalam
APBD 2008 sebesar Rp356.556.180.000,- atau 45 persen dari total APBD 2008. Akan
tetapi dari anggaran tersebut sebanyak Rp278.113.820.400,- atau 78 persen
diperuntukkan untuk pembayaran gaji aparatur sebagai belanja tidak langsung.
Sehingga hanya tersisa Rp78.442.359.600,- atau 22 persen untuk belanja langsung
20
atau hanya sekitar 10 persen dari APBD. Belum lagi di dalamnya juga masih banyak
pos-pos belanja lainnya. Artinya memang sangat sedikit anggaran untuk sektor
pendidikan yang sudah secara tegas teramanatkan dalam konstitusi.
2. KESEHATAN
Fungsi Kesehatan meliputi urusan Kesehatan dan Keluarga Berencana.
Kebijakan umum dalam urusan kesehatan diserahkan pada: Pengawasan di bidang
ketersediaan, pemerataan, mutu dan pelayanan di bidang farmasi termasuk obat asli
Indonesia, makanan minuman dan perbekalan kesehatan, Peningkatan kualitas dan
akses pelayanan kesehatan, Peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka
berperilaku hidup bersih dan sehat, perbaikan gizi masyarakat dan perbaikan sanitasi
lingkungan serta pencegahan dan penanggulangan penyakit dan KLB, Semua
masyarakat terjamin pemeliharaan kesehatan.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa porsi dari anggaran belanja bidang
kesehatan mengalami penurunan dan kenaikan dan beberapa tahun cenderung tetap,
yaitu:
a. Tahun 2007-2009
Pada tahun tersebut, porsi anggaran kesehatan mengalami kenaikan
yang relatif sedikit, yaitu sebesar 1 persen saja. Menurut hasil wawancara
hal ini disebabkan karena keberhasilan program kesehatan dan
pembangunan sosial ekonomi, meningkatnya perawatan kesehatan melalui
puskesmas yaitu pada tahun 2008 dan 2009 ditambah 2 unit puskesmas.
Selain itu, disebabkan karena untuk penambahan 2 unit RSUD yaitu
RSUD Simo dan RSUD Banyudono. Selain penambahan unit puskesmas
dan RSUD, kenaikan tersbut juga disebabkan oleh naiknya jumlah tenaga
medis.
21
b. Tahun 2009-2012
Pada tahun 2009-2011 porsi anggaran cenderung tetap dan tidak ada
perubahan, namun jika dilihat dari alokasi anggarannya mengalami
kenaikan. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada kurun
waktu tersebut tidak banyak kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan
pada sektor kesehatan. Sedangkan tahun 2011-2012 terjadi peningkatan
porsi anggaran kesehatan sebesar 2 persen, hal ini disebabkan karena
naiknya tingkat inflasi pada sektor kesehatan. Ketika inflasi naik maka
harga-harga kebutuhan naik, sehingga akan berpengaruh juga terhadap
harga-harga peralatan kesehatan dan harga obat-obatan.
c. Tahun 2012-2013
Pada tahun tersebut porsi anggaran kesehatan mengalami penurunan
sebesar 1 persen, namun jika dilihat dari alokasi anggarannya mengalami
kenaikan. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan karena pada tahun
tersebut ditemukan beberapa indikator pelayanan yang belum mencapai
target yang diberikan. Misalnya seperti indikator komplikasi kebidanan,
pelayanan nifas, pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada keluarga miskin, peserta KB aktif, desa siaga aktif.
d. Tahun 2013-2014
Pada tahun tersebut terjadi peningkatan porsi anggaran kesehatan
sebesar 1 persen. Menurut hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena
pada awal tahun 2014 dilakukan program BPJS Kesehatan yang
memberikan jaminan kepada setiap pekerja dan jaminan kesehatan bagi
setiap warga negara Indonesia yang kurang mampu. Sehingga hal tersebut
banyak dimanfaatkan oleh warga. Selain itu adanya kebijakan dan
22
informasi yang memadai kepada masyarakat dan kebijakan program
kesehatan. Konsep sejahtera dalam visi misi bupati menunjukkan kondisi
kemakmuran jasmani dan rohani maka dialokasikan untuk kesehatan.
Ternyata dari seluruh periode waktu, dapat dilihat bahwa alokasi anggaran
kesehatan berkisar di atas 10 persen. Namun hal tersebut harus diperhatikan bahwa
hasil tersebut di dalamnya termasuk anggaran infrastruktur juga.
Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif,
tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan
di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah
kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup
menjadi 71 tahun pada 2015, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015.
3. Kaitan IPM dengan Pendidikan dan Kesehatan
Menurut Skala Internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang
disusun dapat dikategorikan suatu wilayah ke dalam tiga kelompok tingkat
keberhasilan pembangunan manusia, sebagai berikut:
a. Skor IPM kurang dari angka 50, dikategorikan tingkat pembangunan
manusianya masih rendah atau kurang.
b. Skor diantara angka 51 s/d 79,99, dikategorikan tingkat pembangunan
manusianya cukup atau sedang.
c. Skor diatas 80 keatas, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya di
suatu daerah tinggi.
Berdasarkan data IPM Kabupaten Boyolali, besarnya IPM pada Kabupaten
Boyolali termasuk dalam kategori sedang/cukup. Rendahnya nilai IPM Kabupaten
Boyolali tersebut terjadi bukan karena apa yang masyarakat Boyolali perbuat belum
23
memberikan efek positif, namun karena kondisi obyektif Kabupaten Boyolali yang
relatif kurang menguntungkan. Berikut adalah perkembangan jumlah IPM Kebupaten
Boyolali periode 2007-2014:
Gambar 2
Perkembangan Jumlah IPM Kabupaten Boyolali Periode 2007-2014
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa besarnya IPM Kabupaten
Boyolali terus mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Dimana IPM
merupakan variabel bebas yang sifatnya state, yaitu sebuah variabel yang
perubahannya berlangsung sangat lambat dan akan meningkat/menurun sedikit
demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan. Namun untuk sektor pendidikan dan kesehatan
mengalami kenaikan dan penurunan. Maka dari itu, sektor pendidikan dana
kesehatan tidak cukup berperan penting terhadap tingkat IPM Kabupaten Boyolali.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan dari
tahun 2007-2014 untuk alokasi anggaran pendidikan di Kabupaten Boyolali mengalami
68.50
69.00
69.50
70.00
70.50
71.00
71.50
72.00
72.50
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
ipm
ipm
24
fluktuatif, hal ini disebabkan karena belum semuanya bisa sesuai dengan UU yang
menyatakan bahwa alokasi anggaran pendidikan harus mencapai 20 persen dari anggaran
APBD. Hasil yang di dapat tersebut di dalamnya tidak hanya ditujukan langsung kepada
siswa, tapi untuk kegiatan yang lain juga. Sedangkan untuk alokasi anggaran kesehatan
sendiri justru memiliki trend yang cenderung meningkat positif, meskipun belum semuanya
bisa sesuai dengan UU yang menyatakan bahwa alokasi anggaran kesehatan harus mencapai
5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD, karena hasil yang di dapat di atas di dalamnya
termasuk untuk infrastruktur. Sedangkan untuk nilai IPM pada Kabupaten Boyolali sudah
mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya
porsi alokasi anggara pendidikan dan kesehatan.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kebijakan yang bisa diterapkan adalah:
Pemerintah pusat dan daerah terpencil harus berkomitmen untuk menjalankan amanah UU RI
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana
pendidikan untuk mengalokasikan 20 persen dari APBN dan 20 persen dai APBD untuk
pendidikan di luar gaji. Untuk alokasi anggaran kesehatan, pemerintah pusat dan daerah juga
harus berkomitmen untuk menjalankan peraturan dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan untuk mengalokasikan 5 persen APBN dan 10 persen dari APBD untuk kesehatan
di luar gaji. Yang terakhir, untuk terus meningkatkan kualitas IPM di Kabupaten Boyolali di
masa mendatang, diperlukan perhatian yang lebih seksama terutaama pada bidang ekonomi.
Apabila bidang perekonomian dapat berkembang dengan baik, diharapkan akan terjadi
kenaikan pendapatan penduduk dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Saran ini didasarkan pada kenyataan yang terjadi di Kabupaten Boyolali yang
pada dasarnya semua target belum tercapai.
25
KETERBATASAN DAN SARAN
Dalam keseluruhan aktivitas penulisan dan penelitian ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan yang perlu dilengkapi. Penelitian ini masih terbatas yaitu hanya meneliti
bagaimana alokasi anggaran pendidikan, anggaran kesehatan dan kaitannya dengan indeks
pembangunan manusia. Dalam penelitian ini juga hanya menggunakan data alokasi anggaran
delapan periode dan data IPM tujuh periode karena ketersediaan data yang ada. Sehingga
tidak dapat dilakukan pengujian lebih lanjut lagi. Selain itu, data yang diambil hanya total
dari nilai IPMnya bukan dari tiap komponennya. Oleh karena itu, diusulkan pada penelitian
selanjutnya untuk meneliti lebih banyak lagi periodenya dan tidak hanya meneliti
berdasarkan nilai dari IPMnya saja tapi berdasarkan tiap komponen yang terdapat dal IPM.
Sehingga bisa lebih spesifik lagi untuk mendapatkan hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ichsan, Moch., Ratih Nur Pratiwi., Trilaksono Nugroho. 1997. Administrasi Keuangan
Daerah: Pengelolaan dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Malang: Cetakan Pertama PT Danar Wijaya, Brawijaya
University Press.
IPM. 2012. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Dalam Bentuk Angka 2011. Jawa
Tengah: Pembangunan Manusia berbasis Gender 2012.
Mamesah, D.J. 1997. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,
Maria K dkk. 2011. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan
kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan melalui peningkatan
26
pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.
PMPK FK UGM. Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan. Yogyakarta.
RPMJD Tahun 2010-2015. Boyolali.
Sodiq. 2009. Analisis efisiensi belanja langsung pendidikan dan kesehatan di kabupaten
Barito Utara. Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Toyamah dkk. 2004. Alokasi anggaran pendidikan di era otonomi daerah: impliksinya
terhadap pengelolaan pelayanan pendidikan dasar. Lembaga Penelitian
SMERU.
Widianingsih., Yuni Pristiwati Noer. 2011. Mengukur alokasi anggaran untuk rakyat di sektor
pendidikan (studi kasus APBD Kota Surakarta). Jurnal Keuangan Talenta
Ekonomi Vol.5 No.1.
Widodo, Adi dkk. 2011. Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan
kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan melalui peningkatan
pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.
UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara pasal 1 ayat 1.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 49 Ayat 1 tentang pengalokasian dana
pendidikan.
UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
www.Anggaran.depkeu.go.id.
27
www.boyolalikab.bps.go.id.
www.DJPK.Depkeu.go.id.
www.kemdikbud.go.id.
www.scribd.com.