analisa pengaruh budaya perusahaan terhadap … · 2017. 3. 20. · 7 analisa pengaruh budaya...

14
1 ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA COLA BOTTLING (Studi Kasus Pada Marketing) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi Oleh : Gita Audrey Fredericia NIM: 602013606 Program Studi Public Relations Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA COLA BOTTLING (Studi Kasus Pada Marketing)

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    Untuk memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi

    Oleh :

    Gita Audrey Fredericia

    NIM: 602013606

    Program Studi Public Relations

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2016

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

    ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA COLA BOTTLING

    1Gita Audrey,2 George Nicholas Huwae

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl.Diponegoro 52-60,Salatiga 50711,Indonesia

    Email: [email protected],[email protected]

    Abstract

    Human resources plays a very important role because human factors determine the viability

    of the company, so the company always involve human beings in acheiving their goals. This research

    was taken at PT. Coca Cola Distribution Indonesia in Bawen, Central Java.

    Where the employees' performance was decending, which shows on high tardiness and

    absenteeism rate.The aim of this research are : To determine what is the PT Coca Cola organitation

    cultures and its effect on employees performance.

    Qualitative research method were used in this research. The research showed that organization

    cultures and values have not yet been internalized and implemented. Employees' performance was

    decending, so did the productivity. Tardiness and absenteeism rate were found far above standard and

    so does the production rate as well as the productivity.

    Keywords: Organitational Culture,Employees Performance

    Abstrak

    Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting, karena sumber daya manusia yang

    ada di dalam perusahaan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan. Sumber daya manusia

    merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan kinerja yang terbaik, karena SDM merupakan faktor

    penentuan dan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.

    Penelitian ini dilaksanakan di PT Coca Cola Bottling Indonesia( Bawen) yang dimana terdapat

    penurunan kinerja karyawan,yang ditunjukan dengan adanya tingkat absensi dan keterlambatan

    karyawan yang diatas standart serta penurunan hasil produksi.

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan

    metode wawancara dengan narasumber sebagai alat pengumpulan data.Dari hasil penelitian

    menunjukan bahwa budaya perusahaan dan kinerja belum disosialisasikan dan dilaksanakan dengan

    benar.

    Kata Kunci : Budaya Organisasi,Kinerja Karyawan

    1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Public Relations,Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi,Universitas Kristen Satya Wacana

    mailto:[email protected],[email protected]

  • 8

    1. Pendahuluan

    Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting karena faktor manusia

    (man)menentukan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan sehingga tidak ada satupun

    perusahaanyang tidak melibatkan manusia dalam merealisasi tujuannya. Manusia merupakan salah satu

    dari beberapa faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan, hal ini disebabkan oleh adanya ciri dan

    sifat khusus dari faktor produksi tersebut sehingga seringkali menimbulkan kesulitan-kesulitan apabila

    tidak dipahami dengan baik.

    Perusahaan pada dasarnya telah memiliki budaya masing-masing yang memberi pengaruh

    terhadap elemen-elemen organisasi tersebut, dan hal ini juga harus dijalankan oleh setiap karyawan

    selama karyawan itu menjalankan pekerjaannya. Di samping karyawan yang bekerja dalam organisasi

    perusahaan berperan serta meningkatkan image dan reputasi pelayanannya, setiap individu (karyawan)

    mempunyai tujuan tertentu antara lain memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini yang perlu

    diperhatikan oleh perusahaan dalam pengelolaan sumber daya manusia yang lebih lanjut untuk

    meningkatkan kinerja karyawan. Banyak perusahaan atau organisasi yang mencoba berbagai cara untuk

    meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien, misalnya melalui pendidikan dan

    pelatihan,pemberian kompensasi dan motivasi, serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Karyawan merupakan kunci penentu keberhasilan perusahaan. Untuk itu setiap karyawan selain dituntut

    untuk memiliki pengetahuan,keterampilan,dan kemampuan,juga harus mempunyai pengalaman,

    motivasi, disiplin diri, dan semangat kerja tinggi, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik maka

    kinerja perusahaan juga akan meningkat yang menuju pada pencapaian tujuan perusahaan.

    Masalah meningkatkan kinerja karyawan bukanlah monopoli perusahaan yang mencari

    keuntungan saja, melainkan juga merupakan kepentingan organisasi-organisasi lainnya yang menjual

    produk atau jasanya kepada masyarakat. Di dalam melakukan penilaian kinerja karyawan, maka

    instrument yang dipergunakan oleh perusahaan yang berkaitan langsung terhadap kinerja karyawan

    antara lain adalah penilaian atas kebersamaan antar karyawan, kedisiplinan, kerapian, kualitas kerja,

    dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

    Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk mendapatkan kinerja terbaik,

    karena SDM merupakan faktor penentuan dan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien. Kinerja

    karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai dengan

    tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Mathis dan Jackson[1] menyebutkan faktor yang

    mempengaruhi kinerja adalah kemampuan (ability), tingkat usaha yang dicurahkan dan motivasi

    (motivation).

    Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada pada kehidupan organisasi berusaha untuk

    menentukan dan membentuk suatu rancangan aktivitas semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitas

    tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku masing-masing individu. Rancangan aktivitas

    yang dimaksud itu adalah budaya dimana individu berada, seperti kepercayaan, nilai, anggapan, harapan

    dan sebagainya [2].

    Budaya Organisasi seringkali di gambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola-pola dari

    kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan

    berfungsi sebagai perekat yang menyatukan maka budaya organisasi tersebut sangat penting, karena

    merupakan penerapan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya hubungan yang sangat erat antara

    sumber daya manusia dengan budaya organisasi, sebagai makhluk, manusia memiliki bekal hidup yaitu

    budi atau akal, dan budaya (culture) yang merupakan manifestasi dari cipta, rasa dan karsa manusia[3].

    Selain adanya pengaruh budaya, di dalam lingkungan organisasi mempunyai berbagai macam

    pembentukan motivasi kepada karyawan. Maka tidak lepas dari adanya kemampuan, dan motivasi kerja

    dari orang yang bersangkutan.

    Dengan kata lain, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi dan di dukung oleh kemampuan

    bekerja yang baik maka akan tercipta kinerja yang tinggi. Motivasi merupakan faktor psikologis yang

    menunjukkan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab terhadap

    aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Motivasi seseorang biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang

    terus menurus meningkat dan selalu kepada tujuan. Tujuan tersebut akan timbul bila seseorang merasa

    nyaman dan tinggi kesetiaannya pada perusahaan. Budaya kerja yang lemah dapat dilihat dari rawannya

    terhadap perpecahan,timbulnya kecurigaan dan saling tidak percaya antara anggota satu dengan yang

  • 9

    lainnya,lemahnya inisiatif dan disiplin pribadi,menurunnya semangat dan motivasi kerja yang pada

    akhirnya akan berakibat pada menurunnya kinerja pegawai sehingga mempengaruhi instansi secara

    keseluruhan. Di PT Coca Cola ditemukan pola budaya kerja yang dinilai kurang sehat dapat dilihat dari

    aktivitas kegiatan sehari-hari seperti tidak kreatif, tidak inovatif, kurang analisis selain itu juga

    menemukan masih banyak karyawan yang sering datang terlambat, main game dan internet saat jam

    kerja,saat rapat digunakan untuk tidur,laporan penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu. Hal-hal

    tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga membuat kinerja menurun.” .Penurunan kinerja

    perusahaan salah satunya disebabkan oleh kinerja karyawan yang kurang baik. Penurunan kinerja ini

    kemungkinan disebabkan karena karyawan merasa tidak puas dengan gaji yang mereka peroleh,

    kurangnya pengawasan yang dilakukan manajer terhadap karyawannya dan kurangnya kesempatan

    promosi dan kenaikan jabatan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya.

    Karyawan yang puas akan memiliki kinerja yang lebih baik daripada karyawan yang kurang

    puas. Hal-hal tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga membuat kinerja menurun. Melalui latar

    belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti “Analisa Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja

    Karyawan Di PT Coca Cola” .

    2.Tinjauan Pustaka

    Penelitian Terdahulu

    Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai budaya kerja terhadap kinerja

    karyawan.Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sinaga melakukan penelitian dengan

    judul “Analisa Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT

    Unilever. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya organisasi belum sepenuhnya mempengaruhi

    kinerja karyawan,kinerja karyawan masih juga dipengaruhi oleh reward yang diberikan oleh

    perusahaan.

    Yang Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh RM Mahardika dengan judul Pengaruh

    Budaya Organisasi, Motivasi, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Mandalatama

    Armada Motor Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi dan kepuasan kerja belum

    sepenuhnya mempengaruhi kinerja karyawan.

    Dari hasil kedua penelitian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi tidak terlalu

    berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Setiap individu karyawan mempunyai pengaruh

    yang besar di setiap kinerja di setiap individu karyawan yang akan menghasilkan hasil kerja yang

    maksimal.Semakin tinggi kepuasan kerja ditiap individu karyawan maka pengaruh kinerja yang

    dilakukan karyawan semakin besar dan baik yang akan diterima perusahaan.Kesimpulannya adalah

    secara mutlak budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja,namun dipengaruhi oleh adanya

    pemberian reward.

    Dari penelitian terdahulu diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan topik yang sama

    seperti sebelumnya dan masih membahas mengenai budaya organisasi.Yang menjadi pembeda antara

    penelitian terdahulu dengan yang sekarang terletak pada variabel yang diteliti. Perbedaan nya adalah

    variabel bebas yang diteliti pada penelitian yang sebelumnya yaitu budaya organisasi dan reward

    sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah budaya perusahaan dan kinerja.

    LANDASAN TEORI

    A. Budaya Kerja

    Budaya kerja mempengaruhi cara karyawan dalam keterkaitan bekerja antara pegawai, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Menurut Hadari Nawawi,Budaya Kerja adalah kebiasaan yang

    dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini

    memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa

    kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk

    mencapai tujuan[2]. Menurut Edy Sutrisno,budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari

    pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang

  • 10

    dibudayakan. dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita,

    pendapat,pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai tenaga kerja[3].

    A.1 Budaya Organisasi Kuat dan Budaya Organisasi Lemah

    Dalam berorganisasi kita tidak lepas dari budaya organisasi. Adapun budaya organisasi terdiri dari

    budaya organisasi kuat dan budaya organisasi lemah.Budaya yang kuat memiliki dampak yang lebih

    besar terhadap perilaku karyawan dan lebih terkait langsung dengan menurunnya perputaran karyawan.

    Dalam budaya yang kuat (strong culture), nilai-nilai inti organisasi dipegang teguh dan dijunjung

    bersama. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka

    terhadap berbagai nilai itu, semakin kuat budaya tersebut. Menurut Robbins dan Timothy [4] budaya organisasi yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan

    dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai

    inti semakin besar juga komitmen mereka, selain itu semakin kuat budayanya semakin besar juga

    pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebersamaan.

    Menurut Vijay Sathe dalam Tika [5], budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal

    dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku.

    Menurut Pabundu[6]Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang

    didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan, serta memberi pengaruh negatif pada

    organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya.Untuk memperkuat budaya

    organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi disini

    disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1) Memantapkan nilai-nilai dasar budaya

    organisasi, 2) Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi, 3) Memberikan contoh teladan, 4)

    Membuat acara-acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan penghargaan, 6) Tanggap terhadap

    masalah eksternal dan internal, 7) Koordinasi dan kontrol.Untuk memperkuat budaya organisasi, ada

    beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi disini disebut pendiri,

    pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1) Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi, 2)

    Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi, 3) Memberikan contoh teladan, 4)Membuat acara-

    acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan penghargaan, 6) Tanggap terhadap masalah eksternal dan

    internal, 7) Koordinasi dan kontrol.

    A.2 Fungsi Budaya Organisasi

    Budaya organisasi memiliki fungsi yang cukup penting dalam meningkatkan kinerja dari

    organisasi tersebut. Menurut Robbins [7] mencatat lima fungsi budaya organisasi, yaitu: 1)

    Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, 2) Meningkatkan “sense of identity” anggota,

    3) Meningkatkan komitmen bersama, 4) Menciptakan stabilitas sistem social, 5) Mekanisme

    pengendalian yang memadu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

    Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagi tuntutan yang

    mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan

    ketentuan perusahaan.Dengan demikian budaya organisasi akan menciptakan peningkatan produktifitas,

    dan kinerja. Budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, karena untuk

    mencapai efektivitas maka dibutuhkan budaya organisasi, strategi, lingkungan, dan teknologi yang

    sesuai. Budaya organisasi lebih kuat apabila terdapat kecocokan budaya (culture fit) dengan variabel-

    variabel penting lainnya.

    A.3 Karakteristik Budaya Organisasi

    Budaya organisasi yang baik akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku para

    anggotanya.Menurut Robbins [7] ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan, mencakup isi dari budaya organisasi. Ketujuh karakteristik tersebut adalah : Inovasi dan pengembalian

    risiko,Perhatian ke rincian,Orientasi hasil, Orientasi orang,Orientasi tim,Keagresifan dan

    Kemantapan,dan stabilitas. Adapun karakteristik budaya organisasi menurut Fuad Mas’ud[8]

    meliputi:Profesionalisme,Jarak dari manajemen,Percaya pada rekan sekerja,Keteraturan,Permusuhan

  • 11

    dan Integrasi, pendapat pihak lainnya. Budaya organisasi juga menciptakan,meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja,

    etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja

    tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi juga tinggi.

    B. Kinerja

    Kinerja adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau

    tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.Kemampuan bertindak dapat diperoleh

    manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari.Walau pun manusia mempunyai potensi

    untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Menurut

    bambang kusriyanto dalam Mangkunegara[9], Kinerja pegawai adalah, Perbandingan hasil yang dicapai

    dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu(lazimnya perjam). A.A. Anwar Prabu Mangkunegara

    [10] mengungkapkan bahwa Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

    dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

    diberikan kepadanya.

    Untuk menilai kinerja individu dalam organisasi, Rivianto[11] menetapkan beberapa kriteria

    yaitu: kompetensi individu tentang pekerjaan, kemampuan individu dalam membuat perencanaan dan

    jadwal pekerjaannya, pengetahuan individu tentang standar mutu pekerjaan, produktivitas individu

    (kualitas dan kuantitas kinerja), kompetensi teknis atas pekerjaannya, ketergantungan kepada orang

    lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama, kedisplinan dan kemampuan menyampaikan

    gagasannya dalam rapat, kemampuan mengelola pekerjaan serta kepimpinan. Oleh karena itu, kinerja

    bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang. Miner [12] mengatakan

    bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya

    dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut merupakan evaluasi terhadap

    berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang membutuhkan standardisasi yang jelas.

    Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktivitas kerja sumber

    daya manusia, baik yang berorientasi pada produksi barang, jasa, maupun pelayanan. Demikian pula,

    perwujudan kinerja yang mengembanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan terus berlanjut

    dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja profesional, hal-hal seperti

    kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerja sama yang saling menguntungkan, serta

    partisipasi seutuhnya perlu dikembangkan[12]

    Sejalan dengan hal tersebut, Vroom[13] mengatakan bahwa tingkat keberhasilan seseorang

    dalam melakukan tugas pekerjaannya dinamakan tingkat kinerja ( level of performance). Seseorang

    yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, sebaliknya yang levelnya

    tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau kinerjanya rendah.

    Dari beberapa pengertian dan kinerja yang disampaikan oleh para ahli tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran

    atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari

    organisasi tempat individu tersebut bekerja.

    B.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam Muthia[14], yaitu: “Faktor-faktor yang

    mempengaruhi kinerja individu adalah: Kemampuan mereka,Motivasi, Dukungan yang diterima,

    Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kinerja tidaklah terbentuk dengan sendirinya

    namun banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang bersumber dari dalam diri individu seperi

    semangat, motivasi, dukungan yang diterima, hubungan mereka dengan organisasi dan juga

    kemampuan yang dimiliki. Namun kinerja juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri antara lain seperti

    pemberian insentif, suasana kerja, dan sarana prasarana yang tersedia.

    B.2 Pengukuran Kinerja

  • 12

    Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam

    rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil prestasi kerja pegawai,baik kualitas maupun kuantitas

    dapat menjadi tolak ukur kinerja.Pada umumnya prestasi kerja seorang dipengaruhi oleh

    kecakapan,ketrampilan,pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan

    fungsinya.Menurut Mangkunegara [15], “Prestasi kerja terlihat dari empat macam aspek, yaitu: 1)

    Kualitas kerja yang terdiri dari ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan kebersihan. 2) Kuantitas, yang

    diperhatikan apabila mengikuti instruksi, inisiatif, hati - hati dan kerajinan. 3) Dapat tidaknya

    diandalkan, penguasaan terhadap pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan penyelesaian tugas

    berdasarkan target yang dicapai. 4) Sikap, yang diperhatikan adalah sikap terhadap perusahaan,

    karyawan dan pekerjaan.

    Robbins menyatakan ada tiga kriteria dalam mengevaluasi kinerja: Hasil kerja perorangan, Prilaku,dan

    Sifat[16]

    3. Metodologi Penelitian

    Metodologi penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan

    yang peneliti lakukan adalah pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian desktriptif bertujuan untuk

    memperoleh informasi-informasi yang ada.

    Unit analisa yang peneliti lakukan adalah Pengaruh budaya perusahaan terhadap kinerja

    karyawan di PT Coca Cola.Pada penelitian ini yang dijadikan unit amatan adalah dari HRD dengan

    menggunakan teknik wawancara mendalam dan juga pengamatan lapangan. Narasumber pada

    penelitian kali ini adalah dari divisi HRD sebanyak 5 orang.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara semi-terstruktur, yaitu

    wawancara yang dilakukan secara lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan

    dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka dimana pihak yang

    diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara dilakukan secara terbuka di mana para

    subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud wawancara.

    4.Hasil dan Pembahasan

    Budaya Organisasi di PT Coca-Cola terdiri dari :Integritas,Fokus,Kedisiplinan,Kerja Kelompok,Keunggulan dalam tindakan,dan belajar setiap hari.

    Budaya Integritas: Konsisten dan patuh pada aturan dalam waktu bekerja belum terlaksana

    dengan baik yang artinya karyawan di PT Coca cola masih malas dalam bekerja,tidak semangat bekerja,

    tidak memanfaatkan jam istirahat sebaik mungkin sehingga sering terlambat kembali bekerja sehingga

    membuat pekerjaan terbengkalai dan tidak selesai, selain itu juga ada karyawan yang tidak lapor

    keatasan jika ijin atau sakit .

    Kedisiplinan : Disiplin dalam waktu bekerja belum terlaksana dengan baik,ditunjukan dengan

    adanya karyawan di PT Coca Cola yang datang tidak tepat waktu walaupun sudah ada alat absensi tapi

    tetap tidak menghiraukan.

    Kejujuran: Selalu bertanggung jawab disetiap pekerjaan masih belum sepenuhnya dilaksanakan

    dengan baik oleh karyawan PT Coca Cola. Misalkan diberi tugas oleh atasan harus diselesaikan segera

    tapi kita sebagai karyawan malah sibuk dengan telepon genggam pribadi sehingga membuat pekerjaan

    terbengkalai. Ketika ditegur oleh atasan,seringkali kita tidak jujur dan berkata ada urusan dari keluarga”

    atau contoh lain misalnya tidak absen terlalu lama,biasanya absen terjadi ketika karyawan mulai jenuh

    dengan pekerjaan,terasa tidak mampu untuk mengerjakan sehingga memanfaatkan waktu kerja untuk

    absen lama.

    Fokus: Cepat tanggap dan memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggan masih belum

    maksimal dilaksanakan dengan baik oleh karyawan di PT Coca-Cola, karena mereka masih menunjukan

    respon yang lambat apabila ada konsumen yang datang dan memberikan keluhan maupun komentar.

    Contohnya misalnya ketika ada salah satu pelanggan yang datang ke perusahaan ini,kita harus cepat

    tanggap misalkan menanyakan ada keluhan apa atau bagaimana penjualan produk kita?” Senantiasa

  • 13

    menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara

    berkesinambungan,serta inovativ dan proaktif.

    Belajar setiap hari: Setiap melakukan pekerjaan karyawan harus terbuka dengan rekan kerja

    yang lainnya artinya mau belajar dan menerima serta menanggapi akan hal-hal yang baru,hal ini masih

    belum terlaksana secara maksimal oleh karyawan PT Coca Cola, terutama ditunjukan ketika karyawan

    di PT Coca cola tidak menunjukan sikap terbuka dan tidak simpati terhadap hal-hal baru yang didapat

    dari divisi lain cenderung memberikan sikap acuh,merasa sudah memiliki banyak pengetahuan

    daripada karyawan yang lain. Keunggulan dalam tindakan : Ini adalah kondisi ketika karyawan memiliki disiplin yang

    tinggi,tekad penuh dan hasrat yang tinggi terhadap pekerjaan,serta menerapkan pengetahuan yang

    dimiliki untuk mencapai prestasi kerja.Hal ini belum secara maksimal dilaksanakan oleh karyawan PT

    Coca Cola,karena masih ada karyawan PT Coca Cola yang tidak semangat pada saat bekerja, sering

    mengeluh pada saat diberikan tugas oleh atasan, karyawan juga ketahuan main game pada saat jam

    kerja karena tidak ada pengawasan dari atasan, karyawan kurang mematuhi disiplin dalam penggunaan

    pakaian seragam.

    Dari penjelasan mengenai budaya organisasi di PT Coca Cola dapat disimpulkan bahwa

    penerapan budaya organisasi di PT Coca Cola belum dijalankan sepenuhnya dengan baik oleh karyawan.Budaya organisasi dapat dikatakan baik apabila nilai-nilai inti organisasi dipegang secara

    intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi.Semakin banyak anggota yang menerima

    nilai-nilai inti organisasi semakin besar juga komitmen mereka dan semakin besar juga pengaruhnya

    terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebersamaan[7].

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya,

    dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi yang ada di PT Coca Cola belum dilaksanakan

    sepenuhnya dengan maksimal dan belum memberikan pengaruh.. Budaya organisasi tidak akan menjadi

    efektif tanpa adanya hubungan yang baik antar karyawan. Hal yang paling dominan ditunjukkan

    karyawan dari tingkat kedisiplinan yang diperlihatkan karyawan dengan masih ada karyawan yang

    datang dan pulang kerja tidak tepat waktu dan mampu menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu

    dengan memberikan hasil kerja yang terbaik bagi perusahaan.

    Selain dapat di tunjukkan dengan rasa percaya diri yang kurang pada saat bekerja dan kurang

    bersikap tegas dalam bekerja serta dalam mengambil keputusan di perusahaan. Untuk membangun

    budaya organisasi, semua pelaku organisasi harusnya memiliki perasaan membutuhkan dan

    melaksanakan pekerjaan dengan hati yang ikhlas. Dengan memiliki perasaan tersebut setiap karyawan

    akan bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mengerjakan apa yang sudah menjadi beban

    kerjanya, sehingga semua karyawan bisa terlibat aktif dalam mencapai tujuan dari organisasi dan

    semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti organisasi semakin besar juga komitmen mereka

    dan semakin besar juga pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh

    tingginya tingkat kebersamaan.

    Saran-Saran

    Dari hasil penilitian dan kesimpulan yang ada, maka penulis dapat mengemukakan bahwa : penerapan budaya organisasi itu sendiri harus lebih ditingkatkan lagi,dengan cara pimpinan atau

    manager mensosialisasikan budaya tersebut baik pada waktu seleksi maupun pelatihan dengan maksud

    agar karyawan tidak bingung pada saat melaksanakan budaya tersebut.,

    Untuk meningkatkan kinerja karyawan hendaknya perusahaan lebih perlu terjalinnya human

    relation yang baik antara atasan dan karyawan dalam berkomunikasi. Karena apabila human relation

    telah terjalin dengan baik antara pimpinan dengan karyawan maka dalam kegiatan operasional

    perusahaan dapat berjalan lebih efektif serta kendala-kendala yang dihadapi perusahaan lebih mudah

    untuk diselesaikan. Dengan seluruh kegiatan operasional perusahaan berjalan baik maka kinerja

    karyawan dalam bekerja akan meningkat dengan diiringi peningkatan produktivitas kerja yang akan

    mendorong untuk tercapainya tujuan perusahaan.

  • 14

    6. Daftar Pustaka

    [1] Mathis dan Jackson 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Alfabeta. [2] Nawawi,Hadari 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Refika Aditama. Bandung

    [3] Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Kencana. Jakarta

    [4] Robbins dan Timothy, 2011. Perilaku Organisasi.Graha Ilmu. Yogyakarta

    [5] Tika. Kekuatan Budaya Organisasi . Golden Terayon Press. Jakarta

    [6] Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Karakteristik.Jakarta: Bumi Aksara.

    [7] Robins. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    [8] Fuad,Mas’ud 2009 Karakteristik Budaya OrganisasiJakarta :PT Gramedia Pustaka Utama

    [9] Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan.Bandung.

    [10] Mangkunegara A.Anwar Prabu. 2006 Manajemen dan Kinerja ,Rineksa Jakarta

    [11] Rivianto,2001 Kebijakan Kinerja Karyawan, Golden Terayon Press. Jakarta

    [12] Miner,2000 Efektifitas Kinerja Karyawan, Salemba Empat Jakarta

    [13] Vroom ,2000, Efektifitas dan Penilaian Kinerja Graha Ilmu. Yogyakarta

    [14] Muthia,1999,Peningkatan Kinerja . Jakarta : Bumi Aksara

    [15] Mangkunegara,1999 Kebijakan Kinerja Karyawan,Yogyakarta:BPPFE

    [16] Robins,1998,Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Karyawan Jakarta : Bumi Aksara