analisa kebutuhan pegawai kabupaten...
TRANSCRIPT
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 31
ANALISA KEBUTUHAN PEGAWAI KABUPATEN NABIRE
Suripto
Peneliti Muda Puslitbang. SIOAN-LAN
Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat, Gedung B Lt. 5 Lembaga Administrasi Negara
email : [email protected], [email protected], [email protected]
PENDAHULUAN
Cita-cita besar Reformasi Birokrasi adalah mewujudkan birokrasi Indonesia
berkelas internasional tahun 2025, visi ini tertuang dalam Peraturan
Presiden No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi.
Untuk mencapainya, pemerintah telah menetapkan sasaran jangka
menengah yang diatur dalam sebuah road map reformasi birokrasi periode
tahun 2010 – 2014, periode tahun 2015 – 2019 dan periode tahun 2020 –
2024. Sasaran periode pertama yakni penguatan birokrasi pemerintah, hal
ini tentunya tidak terlepas dari wajah birokrasi kondisi saat ini yang sering
dianggap tidak professional, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mutu
pelayanan rendah dan tidak memuaskan, serta tingkat transparansi yang
masih rendah.
Seiring dengan Grand Desain dan Roadmap Reformasi Birokrasi,
Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas juga dirasakan
Pemerintah Kabupten Nabire untuk menjadikan Kabupten Nabire yang maju
dan mandiri sehingga mampu berdaya saing untuk menghadapi tantangan-
tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Hal ini
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD)
Kabupaten Nabire, dimana pada akhir tahun 2025 di Kabupaten Nabire
diharapkan dapat tersedia sumber daya manusia yang berkualitas dan
Bunga Rampai Administrasi Publik
32 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
berdaya saing. Salah satu misi kabupaten Nabire yang ingin dicapai sampai
dengan tahun 2025 adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia yang
memiliki etos kerja dan profesional dalam pembangunan serta
meningkatkan daya saing sumber daya manusia yang menguasai dan
memanfaatkan iptek menuju masyarakat yang inovatif.
Penguatan birokrasi menitikberatkan pada aspek penataan sumber daya
aparatur (PNS). Ini tentunya tidak terlepas dari permasalahan utama SDM
aparatur yang terkait kuantitas, profesionalitas yang masih rendah, dan
distribusi PNS menurut teritorial (daerah) tidak seimbang, tingkat
produktivitas PNS masih rendah, serta manajemen SDM Aparatur yang
masih lemah.i Khusus terkait dengan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang masih rendah, dimana penyebab utamanya antara lain
ketidaksesuaian antara kompetensi pegawai dengan jabatan,
pendistribusian dan penempatan pegawai belum berdasarkan kebutuhan
organisasi. Dengan berbagai permasalahan tersebut tentunya berdampak
pada inefisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagai salah satu daerah yang masuk dalam “daerah tertinggal”,
Kabupaten Nabire menghadapi permasalahan yang lebih berat
dibandingkan dengan pemerintah daerah di luar papua. Selain luas wilayah
29.678 km2 atau hampir setara dengan luas Provinsi Jawa Tengah yakni
32.548 km² yang sangat luas, Pemerintah Kabupaten Nabire sampai akhir
tahun 2012 juga hanya didukung oleh berjumlah 1.862 pegawai.
Permasalahan tersebut lebih diperberat dengan kondisi kualitas SDM
Aparatur yang relative sangat rendah. Keterbatasan jumlah dan kualitas
SDM Aparatur tersebut juga dapat dilihat dari jumlah jabatan struktural yang
tidak terisi sekitar 30 persen. Sehingga, kondisi tersebut tidak dapat
menghidarkan orang memiliki rangkap jabatan. Beberapa pejabat yang
merangkap jabatan antara lain Asisten Pemerintahan merangkap Kepala
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 33
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kepala Bagian Organisasi merakap
Sekretaris Komisi Pemilihan Umum, Sub Bagian Organisasi merangkap
Sekretaris Distrik, dll.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Nabire, jumlah PNS tahun 2012
sebanyak 1.862 orang dengan komposisi PNS berdasarkan jenjang
pendidikan menunjukan bahwa sebagian besar PNS berpendidikan ≤ SLTA
yakni 49%, Sarjana (S-1) sebanyak 34%, diploma sebanyak 13% dan Pasca
sarjana (S-2) sebanyak 4%. Sedangkan berdasarkan komposisi golongan,
dimana jumlah PNS terbanyak adalah golongan III dengan jumlah 1002
orang PNS (52%). Jumlah PNS terbesar berikutnya adalah golongan II
dengan jumlah 727 orang (37%), dilanjutkan dengan PNS golongan IV
berjumlah 128 orang (7%). Jumlah PNS terkecil adalah golongan I dengan
jumlah 82 orang (4%). Selanjutnya, berdasarkan jabatan, PNS yang
menduduki Jabatan Non Eselon / Fungsional Umum sebanyak 1411 PNS
(72%). Jumlah PNS terbesar berikutnya menduduki Jabatan Eselon 4
dengan jumlah 340 PNS (18%), dilanjutkan dengan PNS yang menduduki
Jabatan Eselon 3 berjumlah 158 PNS (8%). Jumlah PNS terkecil yang
menduduki Jabatan Eselon 2 dengan jumlah 43 PNS (2%).
Dengan melihat kondisi tersebut, Kabupaten Nabire perlu melakukan
penataan SDM Aparaturnya untuk menciptakan aparatur yang proposional
dan professional. Hal ini sejalan dengan sasaran Refomrasi Birokrasi
Nasional periode 2010-2014, serta amanat Presiden Susilo Bambang
Yudoyono untuk melakukan “Rumuskan jumlah yang tepat untuk pegawai di
daerah” ii . Amanat Presiden tersebut ditindaklanjuti dengan diterbitnya
Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor
02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011 dan Nomor
141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon
Bunga Rampai Administrasi Publik
34 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Pegawai Negeri Sipil. Beberapa pengaturan penting yang perlu diperhatikan
adalah:iii
Penundaan sementara penetapan formasi untuk penerimaan CPNS
diberlakukan mulai 1 September 2011 sampai dengan 31 Desember
2012 atau sekitar 16 bulan, kecuali : pertama, Kementerian/Lembaga
yang membutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas sebagai : (1)
Tenaga Pendidik; Tenaga Dokter dan Perawat pada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Kesehatan serta Jabatan yang bersifat khusus dan
mendesak; (2) Memiliki lulusan ikatan dinas sesuai Peraturan
Perundang-undangan. kedua, Pemerintah Daerah yang anggaran
belanja pegawai dibawah/kurang dari 50% dari Total Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2011 untuk memenuhi
kebutuhan pegawai yang melaksanakan tugas sebagai (1) Tenaga
pendidik; (2) Tenaga Dokter, Bidan dan Perawat; (3) Jabatan yang
bersifat khusus dan mendesak. ketiga, Tenaga honorer yang telah
bekerja di lembaga pemerintah pada atau sebelum tanggal 1 Januari
2005 dan telah diverifikasi dan validasi berdasarkan kriteria yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2005 jo PP No. 43
Tahun 2007, sesuai kebutuhan organisasi, redistribusi dan kemampuan
keuangan Negara yang akan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(PP)
Dalam masa penundaan dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan PNS
yang tepat berdasarkan Analisa Jabatan (Anjab) dan Analisa Beban
Kerja (ABK) untuk melakukan penataan organisasi (rightsizing) dan
penataan PNS dalam kerangka pelaksanaan reformasi birokrasi.
Berdasarkan PermenPANRB No 26 Tahun 2011 tentang perhitungan
jumlah kebutuhan PNS yang tepat untuk daerah dan hasilnya dilaporkan
kepada Menteri PANRB dan Kepala Badan Kepegawaian Negara paling
lambat akhir bulan Desember 2011
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 35
Instansi Pusat dan Daerah selain menghitung jumlah kebutuhan PNS,
juga menyusun kebutuhan PNS selama 5 (lima) tahun kedepan yang
pemenuhannya dilakukan secara berkesinambungan dengan sasaran
prioritas per tahun yang jelas sesuai dengan kemampuan keuangan
negara dan hasilnya disampaikan paling lambat tanggal 30 Juni 2012.
Instansi Pusat dan Daerah yang belum menghitung jumah kebutuhan
PNS dilarang mengembangkan/menambah organisasinya dan tidak
diberikan alokasi tambahan formasi CPNS.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi pertanyaan kajian adalah
Berapa Kebutuhan Ideal SDM Aparatur sesuai dengan beban kerja setiap
Organiasi Perangkat Daerah Kabupten Nabire?
TINJAUAN LITERATUR DAN METODE
Tinjauan Regulasi dan Konsep meliputi berbagai peraturan perundangan
yang mengamatkan dalam penataan sumber daya manusia aparatur di
Pemerintah Daerah serta beberapa konseptual tentang analisa jabatan dan
analisa beban kerja.
1. Tinjauan Peraturan Perundangan
Dalam melakukan analisis jabatan dan analisa beban kerja merujuk
peraturan perundangan antara lain sebagai berikut:
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974, Tentang
Kepegawaian jo.Undang‐ Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor: 33 Tahun 2011 Tentang Pedoman Analisis
Jabatan.
Bunga Rampai Administrasi Publik
36 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor : 31.1 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil untuk Daerah
Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Keuangan
Nomor 02/Spb/M.Pan-Rb/201, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor
141/Pmk.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Analisis beban kerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri
dan Pemerintah Daerah
2. Analisa Jabatan
Analisis jabatan pada hakekatnya adalah analisis organisasi. Sesuai dengan
hakekatnya, maka aspek pokok yang dianalisis dalam analisis jabatan
adalah pelaksanaan pekerjaan yang menjabarkan fungsi-fungsi yang ada di
setiap unit kerja. Penjabaran fungsi terlihat pada pelaksanaan tugas oleh
semua pegawai yang berada di unit kerja tersebut. Aspek lain yang dianalisis
antara lain bahan-bahan yang digunakan dalam bekerja berikut peralatan
kerjanya, keadaan tempat kerja, serta hal-hal lain yang mempengaruhi
kemampuan kerja. Sesuai Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor : KEP/61/M.PAN/2004, Analisis Jabatan
mengandung informasi antara lain : nama jabatan; kode jabatan, unit kerja,
kedudukan dalam unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan
kerja, perangkat/alat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang, korelasi
jabatan; kondisi lingkungan kerja; resiko bahaya; syarat jabatan; prestasi
kerja yang diharapkan; dan butir informasi lainnya. Selanjuntya, hasil
analisis jabatan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penataan
manajemen kepegawaian, antara lain: Perencanaan pegawai, recruitment
dan seleksi, perencanaan karier, pengangkatan dalam jabatan, penilaian
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 37
kinerja, remunerasi dan program diklat pegawai, serta sebagai bahan utama
dalam melakukan analisis beban kerja pegawai.
3. Analisa Beban Kerja
Peraturan yang menjadi landasan dalam melakukan Analisis Beban Kerja
yakni Permen.PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil; dan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil.
Kedua landasan kebijakan tersebut, sebagai pedoman instansi pemerintah
untuk melakukan langkah-langkah penyusunan Analisis Beban Kerja. Teknik
analisis beban kerja (workload analysis) memerlukan pendekatan rasio-rasio
yang telah terpolakan dalam analisis jabatan dalam upaya mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pegawai. Analisis Beban kerja mengidentifikasi
jumlah pegawai dan beban kerja organisasi. Pada hakekatnya pelaksanaan
analisis jabatan dan analisis beban kerja diharapkan terpenuhinya tuntutan
kebutuhan untuk menciptakan efektivitas dan efisienasi serta
profesionalisme sumber daya aparatur yang memadai pada setiap instansi
pemerintah serta mampu melaksanakan tugasnya.
Pelakasanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja dapat menghasilkan
tolok ukur yang rasional bagi pegawai atau unit organisasi dalam
melaksanakan kegiatannya. Tolok ukur yang rasional tersebut berupa norma
standar waktu penyelesaian pekerjaan, tingkat efisiensi kerja, standar
beban kerja dan prestasi kerja, serta digunakan untuk menyusun formasi
pegawai.
Penilaian beban kerja dilakukan untuk memberikan gambaran beban kerja
yang dipikul suatu jabatan dan unit organisasi. Untuk itu terdapat data dan
informasi yang diperlukan, untuk mendapatkan hasil analisis beban kerja.
Data dan informasi yang diperlukan antara lain: Nama jabatan, Satuan,
Bunga Rampai Administrasi Publik
38 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Volume Kerja, Norma Waktu, Peralatan, Jumlah pemangku jabatan, dan
Asumsi.
Kata pengukuran mempunyai makna proses, cara, atau perbuatan
mengukur dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Dalam hal
ini metode pengukuran beban kerja berarti merupakan suatu metode,
proses, cara untuk mengukur target pekerjaan atau target hasil yang harus
dicapai organisasi.
ABK dapat menghasilkan penilaian pada Prestasi kerja jabatan dan prestasi
unit organisasi, Beban kerja jabatan dan unit organisasi dan Jumlah
pegawai ideal yang dibutuhkan unit organisasi. Dengan hasil tersebut, ABK
dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal antara lain Bahan penyempurnaan
sistem dan prosedur kerja, Sarana peningkatan kinerja kelembagaan,
Penyusunan standar beban kerja jabatan/kelembagaan, Penyusunan
rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai beban kerja, Program mutasi
pegawai, Reward and punishment terhadap unit atau pejabat, Bahan
penyempurnaan program diklat dan Penataan/penyempurnaan struktur
organisasi.
4. Framework
Framework atau kerangka kerja digunakan untuk mempermudah
memberikan pemahaman dalam alur kerangka pikir dalam study analisa
kebutuhan pegawai Kabupaten Nabire. Dengan mendasarkan pada uraian
penjelasan diatas, maka framework Analisa Kebutuhan Pegawai Kabupten
Nabire seperti pada Gambar 1.
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 39
Gambar 1: Framework Analisa Kebutuhan Pegawai
5. Metode
Study ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pemilihan ini
didasarkan atas, study ini menggambarkan suatu fenomena dengan
mendeskripsikan kebutuhan pegawai di Pemerintah Kabupten Nabire.
Dalam menganalisa kebutuhan pegawai dilakukan dengan dua kegiatan
analisa yakni analisa jabatan dan analisa beban kerja.
Prosedur dan metode analisis jabatan dilaksanakan seperti seperti pada
Table 1.
Bunga Rampai Administrasi Publik
40 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Table 1
Prosedur dan Metode Anjab
Prosedur Metode
Pengumpulan Data Menyebarkan Daftar Pertanyaan untuk diisi oleh
pegawai/pejabat
Wawancara terhadap pegawai mengenai
pekerjaan dan hal lain yang terkait
Pengamatan langsung terhadap pekerjaan yang
sedang dilakukan pegawai yang sedang dianalisis
Merujuk pada hasil analisis jabatan pada
organisasi lain dengan karakteristik tugas dan
lingkungan tugas yang sama pada suatu jabatan
Pengolahan Data Pengelompokan daftar isian berdasarkan
kesamaan deskripsi tugas, dan kaitan proses
pelaksanaan pekerjaan
Penamaan jabatan terhadap pegawai yang
melaksanakan tugas yang sama dengan mengacu
pada syarat penamaan jabatan berikut :
1. Jumlah tugas antara 5 sampai 12
2. Jumlah tugas mengandung volume kerja yang
cukup minimal untuk satu orang pegawai
3. Tugas-tugas yang dimiliki memiliki kaitan satu
sama lain
4. Syarat jabatannya serasi, sejajar dan wajar
Verifikasi
Pimpinan pegawai yang sedang dianalisis
memeriksa ketepatan hasil perolehan data
lapangan untuk mendapatkan masukan
penyempurnaan
Penyempurnaan Hasil
Olahan Penyempurnaan data dan informasi yang diperoleh
dari pencarian data lapangan sesuai masukan
yang diperoleh
Penetapan hasil Presentasi hasil kepada para pimpinan (sosialisasi
dan masukan)
Pengesahan hasil Sumber: disarikan dari berbagai peraturan
Adapun proses dan metode pelaksanaan analisis beban kerja seperti pada
Tabel 2.
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 41
Table 2
Prosedur dan Metode ABK
Prosedur Metode
Pengumpulan data Menyebarkan formulir isian untuk diisi oleh setiap
pejabat sebagaimana teridentifikasi dalam analisis
jabatan, dan dikelompokkan berdasarkan unit
organisasi dan jabatannya
Wawancara dengan pegawai
Pengamatan langsung (observasi)
Merujuk pada hasil ABK di unit organisasi lain dengan
pekerjaan dan pejabat yang memiliki pekerjaan dan
uraian pekerjaan yang sama
Pengolahan data Melakukan rekapitulasi jumlah beban kerja jabatan
Melakukan perhitungan kebutuhan pejabat/pegawai,
tingkat efisiensi jabatan dan prestasi kerja jabatan
Melakukan rekapitulasi kebutuhan pejabat/pegawai,
tingkat efisiensi unit dan prestasi kerja unit
Verifikasi Menentukan rasionalitas hasil pengolahan data
dengan melihat kecenderungan :
1. Di atas normal, yang disebabkan adanya mark up
pada data volume kerja dan atau norma waktu
yang dapat dicatat Analis/dilaporkan oleh
responden atau sebaliknya.
2. Di bawah normal, yang disebabkan kurang
lengkapnya produk dan kecilnya norma waktu
yang dapat diinventarisir oleh Analis atau
dilaporkan oleh responden.
Perbaikan data dan
informasi Dari verifikasi data dilakukan wawancara kembali
dengan pegawa, cross check dengan pimpinan unit
organisasi, dan pengamatan pelaksanaan pekerjaan
Hasil Pengukuran
Beban Kerja Menentukan tingkat beban kerja tiap unit organisasi
dan akumulasi unit organisasi sehingga
menghasilkan beban kerja organisasi secara
keseluruhan
Penetapan hasil Tim analis melakukan presentasi untuk sosialisasi
dan mendapatkan masukan
Penetapan hasil oleh pimpinan organisasi yang
berwenang
Sumber: disarikan dari berbagai peraturan
Dalam mengukur dan menghitung beban kerja menggunakan rumus-rumus
sebagai berikut :
Bunga Rampai Administrasi Publik
42 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
1. Mengitung Jumlah Beban Kerja Jabatan
2. Mengitung Jumlah Beban Kerja Jabatan
3. Mengitung Efisiensi Jabatan / Unit
4. Menghitung Tingkat Prestasi Kerja Jabatan / Unit
Prestasi Kerja Unit berpedoman :
a. EU di atas 1,00 = A (Sangat Baik)
b. EU antara 0,90 – 1,00 = B (Baik)
c. EU antara 0,70 – 0,89 = C (Cukup)
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 43
d. EU antara 0,50 – 0,69 = D (Sedang)
e. EU di bawah 0,50 = E (Kurang)
ANALISA KEBUTUHAN PEGAWAI
Berdasarkan Hasil Analisa Jabatan dan Analisa Beban Kerja menunjukan
bahwa untuk efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah Kabupaten Nabire membutuhkan pegawai sebanyak 3.106 orang
atau masih memiliki kekurangan 1.025 orang. Penyajian kebutuhan jabatan
dan kebutuhan jumlah pegawai disajikan dalam empat Clauster meliputi
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD; Dinas-Dinas; Lembaga Teknis
Daerah; dan Distrik dan Kelurahan.
1. Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
Hasil Analisa Anjab dan ABK Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
Kabupaten Nabire, untuk efektifitas pelaksanaan beban tugas kedua SKPD
tersebut dibutuhkan pegawai sebanyak 389 orang atau memiliki
kekurangan sebanyak 134 orang. Rekapitulasi kebutuhan pegawai di
lingkungan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD seperti pada Tabel 3.
Table 3
Pemangku dan Kebutuhan Pegawai
Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
OPD JUMLAH
PEMANGKU
JUMLAH
KEBUTUHAN
+/-
Sekretariat Daerah 255 389 -134
Sekretariat DPRD 51 64.56 -13.56 Sumber: Pengolahan Data Anjab dan ABK
2. Dinas - Dinas
Hasil Analisa Anjab dan ABK Dinas-Dinas Kabupaten Nabire menunjukan
bahwa untuk efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan urusan di dinas-
Bunga Rampai Administrasi Publik
44 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
dinas membutuhkan pegawai sebanyak 1.474 orang atau memiliki
kekurangan sebanyak 535 orang. Rekapitulasi kebutuhan pegawai di
lingkungan dinas-dinas seperti pada Tabel 4.
Tabel 4
Rekapitulasi Pemangku dan Kebutuhan Pegawai
Dinas-Dinas
SKPD JUMLAH
PEMANGKU
JABATAN
JUMLAH
KEBUTUHAN
PEGAWAI
+/-
Dinas Pertambangan Dan Energi 76 93.93 -17.93
Dinas Pekerjaan Umum 58 102 -44.00
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil 67 97.12 -30.12
Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olah Raga
Dan Pariwisata
36 98.4 -62.40
Dinas Kehutanan 58 86.43 -28.43
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 60 94.47 -34.47
Dinas Kesehatan 85 120.08 -35.08
Dinas Koperasi, Perindustrian Dan
Perdagangan
72 109.86 -37.86
Dinas Pendapatan Daerah 79 132.44 -53.44
Dinas Pendidikan 70 122.86 -52.86
Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
56 101.04 -45.04
Dinas Pertanian Dan Perkebunan 79 92.68 -13.68
Dinas Peternakan 48 67.06 -19.06
Dinas Kelautan Dan Perikanan 41 64.04 -23.04
Dinas Kesejahteraan Sosial 54 92.03 -38.03
Jumlah 939 1474 -535
Sumber: Pengolahan Data Anjab dan ABK
3. Lembaga Teknis Daerah
Hasil Analisa Anjab dan ABK Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nabire
menunjukan bahwa untuk efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan
urusan di Lembaga Teknis Daerah membutuhkan pegawai sebanyak
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 45
1.243 orang atau memiliki kekurangan sebanyak 356 orang.
Rekapitulasi kebutuhan pegawai di lingkungan Lembaga Teknis Daerah
seperti pada Tabel 5.
Tabel 5
Jabatan Pemangku dan Kebutuhan Pegawai
Lembaga Teknis Daerah
SKPD JUMLAH
PEMANGKU
JABATAN
JUMLAH
KEBUTUHAN
PEGAWAI
+/-
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
65 160.43 -95.43
Badan Kepegawaian Daerah 46 64.97 -18.97
Badan Lingkungan Hidup 46 83.46 -37.46
Badan Pemberdayaan Masyarakat
Dan Pemerintahan Kampung
44 75.11 -31.11
Badan Pelaksana Penyuluhan Dan
Ketahanan Pangan
56 70.17 -14.17
Kantor Pemberdayaan Perempuan
Dan Keluarga Berencana
54 67.03 -13.03
Kantor Pendidikan Dan Pelatihan 18 75.35 -57.35
Inspektorat 70 133.15 -63.15
Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu 49 81.29 -32.29
Bakesbang Polinmas 42 71.9 -29.90
Kantor Perpustakaan Dan Arsip 25 32.98 -7.98
Kantor Pemberdayaan Perempuan
Dan Keluarga Berencana
54 60.21 -6.21
Badan Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah
62 77.33 -15.33
Satuan Polisi Pamong Praja 31 49.59 -18.59
Rumah Sakit Umum Daerah 225 139.57 85.43
Jumlah 887 1243 -356
Sumber: Pengolahan Data Anjab dan ABK
Bunga Rampai Administrasi Publik
46 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
4. Distrik Dan Kelurahan
Hasil Analisa Anjab dan ABK Distrik dan Kelurahan Kabupaten Nabire
menunjukan bahwa untuk efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan
urusan di Distrik dan Kelurahan membutuhkan pegawai sebanyak 754
orang atau memiliki kekurangan sebanyak 375 orang. Rekapitulasi
kebutuhan pegawai di lingkungan Lembaga Teknis Daerah seperti pada
Tabel 6.
Tabel 6
Jabatan Pemangku dan Kebutuhan Pegawai
Distrik dan Kelurahan
SKPD
JUMLAH
PEMANGKU
JABATAN
JUMLAH
KEBUTUHAN
PEGAWAI
+/-
Distrik Dipa 26 56.52 -30.52
Distrik Teluk Kimi 26 51.48 -25.48
Distrik Menau 28 44.85 -16.85
Distrik Makimi 25 33.62 -8.62
Distrik Nabire Barat 25 54.71 -29.71
Distrik Napan 26 53.78 -27.78
Distrik Nabire 26 49.01 -23.01
Distrik Siriwo 26 48.08 -22.08
Distrik Teluk Umar 25 41.21 -16.21
Distrik Uwapa 26 49.58 -23.58
Distrik Wanggar 26 76.66 -50.66
Distrik Wapoga 26 37.13 -11.13
Distrik Yarokabisay 26 46.99 -20.99
Distrik Yaur 26 73.99 -47.99
Kelurahan 16 36.06 -20.06
Jumlah 379 754 -375
Sumber: Pengolahan Data Anjab dan ABK
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 47
5. Kebutuhan Formasi 2013 - 2017
Sebagaimana telah di jelaskan pada Bab IV sebelumnya, Kabupaten Nabire
memiliki kekurangan pegawai sebanyak 1.025 orang. Untuk lebih
mempercepat pengefektifan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah
Kabupaten Nabire tentunya tidak terlepas dari terpenuhinya kekurangan
pegawai yang dibutuhkan. Namun demikian pengisian formasi tersebut
tentunya akan mempertimbangkan banyak aspek antara lain rasio anggaran
belanja pegawai dengan anggaran belanja pembangunan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belaja Daerah (APBD) Kabupaten Nabire. Untuk itu ada
dua skenario dalam pengisian formasi seperti pada Tabel 7
Tabel 7
Skenario Formasi Pegawai
Model 2013 2014 2015 2016 2017
1 Tahap 1.064 43 25 31 33
5 Tahap 264 243 225 231 233
PENUTUP
1. Kesimpulan
Analisis Jabatan di Kabupaten Nabire menghasilkan informasi antara lain
Nama Jabatan, Kode Jabatan, Unit Kerja, Kedudukan dalam unit organisasi,
Ikhtisar Jabatan, Uraian tugas, Bahan kerja, perangkat/alat kerja, Hasil kerja,
Tanggung jawab, Wewenang, Korelasi Jabatan; Kondisi lingkungan kerja;
Resiko Bahaya; Syarat jabatan; Prestasi kerja yang diharapkan; dan Butir
informasi lainnya. Berdasarkan hasil informasi tersebut, observasi dan
wawancara terdapat beberapa hal yang perlu di optimalkan dan atau
diperhatikan sebagai berikut :
Uraian tugas
Belum terdokumentasikannya uraian tugas dan rincian tugas dari setiap
jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nabire.
Bunga Rampai Administrasi Publik
48 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Perangkat /Alat Kerja
Ketersediaanya Teknologi Informasi yang masing sangat terbatas
Syarat Jabatan
Keterbatasan Sumber Daya Manusia / Pegawai Kabupaten Nabire yang
memenuhi persyaratan dalam menduduki jabatan tertentu khususnya
struktural.
Analisis Beban Kerja menghasilkan informasi antara lain Rincian Tugas
Jabatan, Waktu Efektif Penyelesaian Pekerjaan, Jumlah Kebutuhan Pegawai,
dan Jenis Pegawai yang dibutuhkan. Hasil ABK dapat dimanfaatkan untuk
berbagai hal, antara lain: Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;
Sarana peningkatan kinerja kelembagaan; Penyusunan standar beban kerja
jabatan/kelembagaan; Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil
sesuai beban kerja; Program mutasi pegawai; Reward and punishment
terhadap unit atau pejabat; Bahan penyempurnaan program diklat; dan
Penataan/penyempurnaan struktur organisasi. Hasil ABK yang perlu
diperhatikan yakni terdapat beberapa SKPD yang memiliki Overload Beban
Kerja berlebih (Overload), sehinga perlu dilakukan evaluasi organisasi
secara komprehensip.
2. Rekomendasi
Berdasarkan Hasil Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja 2012, maka
dalam rangka mengoptimalkan Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Nabire direkomendasikan beberapa langkah sebagai berikut:
Melakukan Evaluasi Organisasi Seluruh SKPD terutama yang memiliki
beban kerja berlebihan.
Mereformulasi kembali Uraian Tugas dan Rincian Tugas secara tepat
setiap Jabatan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupten Nabire. Untuk
selanjutnya diterbitkan dalam bentuk Peraturan Bupati
Bunga Rampai Administrasi Publik
Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 49
Menyusun Standar Kompetensi Jabatan di Pemerintah Kabupaten Nabire
Menyusun Standar Operasional Prosedur sebagai acuan setiap pegawai
di lingkungan Pemerintah Kabupten Nabire.
Menyediakan Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) yang memadai
dalam rangka meningkatkan kinerja Pemerintah Kabupaten Nabire
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974, Tentang
Kepegawaian jo.Undang‐Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974.
Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011
dan Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang Pedoman Analisis
Jabatan.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : 31.1 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil untuk Daerah
Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Keuangan
Nomor 02/Spb/M.Pan-Rb/201, Nomor 800-632 Tahun 2011,
Nomor 141/Pmk.01/2011 Tentang Penundaan Sementara
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil
Bunga Rampai Administrasi Publik
50 | Lembaga Administrasi Negara, 2014
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Analisis beban kerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Nabire Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Daerah.
Peraturan Bupati Nabire Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Penjabaran Tugas
Pokok Dan Fungsi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Nabire.
Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Organisasi Dinas
Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 6 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Organisasi
Lembaga Teknis Daerah
Jumlah PNS Disesuaikan Kebutuhan Daerah http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/view/342925/ diakses tanggal
24 Maret 2013
i Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi ii Jumlah PNS Disesuaikan Kebutuhan Daerah http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/view/342925/ diakses tanggal 24 Maret 2013 iii Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor
02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011 dan Nomor
141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil.